HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DAN STATUS GIZI DENGAN
KADAR KOLESTEROL DI POSYANDU LANSIA DESA
SUGIHAN BOYOLALI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir
Dalam Rangka Menyelesaikan Pendidikan
Program Studi S1 Gizi
Oleh :
SITI KHUSNUL KHOTIMAH
2013.030029
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
MOTTO
فى سبيل الل من خر ج فى طلب العلم فهى
„‟Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah „‟
(HR.Turmudzi)
وا كمل المؤ منين إيماناأحسنههم خلقا
„‟Dan orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah mereka yang paling
baik akhlaknya‟‟
(HR.Ahmad)
”Allah meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”
(Al-Mujadilah : 11)
Janganlah membanggakan dan meyombongkan diri apa-apa yang kita peroleh,
turut dan ikutilah ilmu padi makin berisi makin tunduk dan makin bersyukur
kepada yang menciptakan kita Allah SWT.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan sebagai ungkapan rasa terimakasih yang
tak terhingga kepada :
1. Allah SWT, atas rahmat dan izin NYA sehingga saya dapat menyusun
skripsi ini hingga selesai.
2. Rasulullah SAW, sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada beliau keluarga besar beserta para sahabat.
3. Kedua orang tua saya, Bapak Ahmad Sumardi dan Ibu Nurul Fadhilah,
sebagai bakti dan rasa terima kasih saya kepada beliau yang telah
memberikan dukungan materi, support, doa dan kasih sayangnya yang
tiada henti.
4. Kedua adik-adik saya Vina Mawaddatul Maula dan Muhammad Amin
Faiz dan seluruh keluarga besar sebagai bakti dan rasa terima kasih saya
kepada beliau yang telah memberikan dukungan, support, doa dan kasih
sayangnya yang tiada henti.
Terima kasih yang sebenar-benarnya untuk kalian semua dan semoga
skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna untuk kemajuan pengetahuan dimasa
yang akan datang.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Hubungan Asupan Lemak dan Status Gizi dengan Kadar Kolesterol di
Posyandu Lansia Desa Sugihan Boyolali”.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini mengalami banyak
kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan, arahan, dorongan serta bimbingan
dari berbagai pihak, maka kesulitan maupun hambatan dapat teratasi. Untuk itu
dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih atas segala
bantuan yang telah diberikan dan mohon maaf atas segala kekhilafan kepada:
1. Weni Hastuti, S.Kep., M.Kes., selaku Ketua STIKES PKU Muhammadiyah
Surakarta.
2. Tuti Rahmawati, S.Gz., M.Si., selaku Ketua Program Studi S1 Gizi STIKES
PKU Muhammadiyah Surakarta dan Pembimbing I yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan selama proses penyusunan
skripsi.
3. Dewi Pertiwi DK, S.Gz., M.Gizi., selaku Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan selama proses
penyusunan skripsi.
4. Retno Dewi Noviyanti, S.Gz., M.Si., selaku penguji yang telah memberikan
masukan, arahan, kritik, saran dan perbaikan skripsi.
5. Ibu Amin, selaku Ketua Posyandu Desa Sugihan yang telah membantu dan
mengijinkan melakukan penelitian di Desa Sugihan Andong Boyolali.
6. Sahabat-sahabat saya Riza, Galuh, Inayah, Dewi, Imas, Dinar dan seluruh
teman-teman satu angkatan terikasih atas dukungan, do‟a, semangat dan
kebersamaannya selama ini.
7. Almamaterku tercinta STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta, terima kasih
telah menjadi saksi perjuangan kita selama ini.
8. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Harapan penulis ini, semoga skripsi ini bermanfaat dalam pengembangan
ilmu pengetahuan.
Surakarta, 31 Juli 2017
Penulis
ABSTRAK
HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DAN STATUS GIZI DENGAN KADAR
KOLESTEROL DI POSYANDU LANSIA DESA SUGIHAN BOYOLALI
Siti Khusnul Khotimah1, Tuti Rahmawati
2, Dewi Pertiwi Dyah Kusudaryati
3
Latar Belakang : Peningkatan kadar kolesterol darah dapat dipengaruhi oleh tingkat
konsumsi asam lemak total dan tingkat konsumsi zat kolesterol makanan. Asupan
merupakan faktor langsung penyebab terjadinya obesitas. Keadaan ini disebabkan karena
pola konsumsi yang berlebihan, banyak mengandung lemak dan karbohidrat yang tidak
sesuai kebutuhan. Tingginya tingkat konsumsi asam lemak dapat menyebabkan
peningkatan kadar kolesterol.
Tujuan : Mengetahui hubungan asupan lemak dan status gizi dengan kadar kolesterol
pada lansia di Desa Sugihan Boyolali.
Metode Penelitian : Desain penelitian observasional analitik dengan rancangan cross
sectional. Pengambilan sampel penelitian menggunakan simple random sampling.
Sampel berjumlah 59 lansia. Data analisis menggunakan Rank Spearman. Asupan lemak
menggunakan form food recall 2x24 jam.
Hasil : Hasil penelitian dapat diketahui ada hubungan asupan lemak dan status gizi
dengan kadar kolesterol pada lansia (p = 0,000).
Simpulan : Ada hubungan asupan lemak dan status gizi dengan kadar kolesterol di
Posyandu lansia Desa Sugihan Boyolali.
Kata Kunci : Asupan Lemak, Status Gizi, Kadar Kolesterol, Lansia 1 Mahasiswa program S1 Gizi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta 2 Dosen Pembimbing 1 S1 Gizi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta 3 Dosen Pembimbing 2 S1 Gizi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
ABSTRACT
THE CORRELATION BETWEEN FAT INTAKE AND NUTRITION STATUS WITH
CHOLESTEROL CONDITIONS AT ELDERLY POSYANDU OF SUGIHAN
VILLAGE BOYOLALI
Siti Khusnul Khotimah1, Tuti Rahmawati
2, Dewi Pertiwi Dyah Kusudaryati
3
Background : The increased of blood cholesterol levels can be affected by the level of
total fatty acid consumption and the level of consumption of dietary cholesterol
substances. Intake is a direct factor causing obesity. This situation is caused by excessive
consumption patterns, containing fats many and carbohydrates that are not as needed.
High levels of fatty acid consumption can lead to an increase in cholesterol levels.
Objective : To know the correlation of fat intake and nutritional status with cholesterol
level in elderly in Sugihan Village Boyolali.
Research Method : The Research use analytic observational design with cross sectional
design. The sample was taken using by simple random sampling. The sample was 59
elderly. Data analysed using by spearman rank.was take. Fat intake was taken using form
food recall 2x24 hours.
Results : From the results of the study can be seen there was a correlation of fat intake
and nutritional status with cholesterol levels in elderly (p = 0.000).
Conclusion : There is relationship between fat intake and nutritional status with
cholesterol level in elderly Posyandu Sugihan Village Boyolali.
Keywords: Fat intake, Nutritional Status, Cholesterol, Elderly 1 Student Bachelor of Nutrition STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
2 First Lecturer Bachelor of Nutrition STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
3 Second Lecturer Bachelor of Nutrition STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................ iv
MOTTO ........................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... ix
ABSTRACT ....................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
1. Tujuan Umum ................................................................................ 4
2. Tujuan Khusus ............................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
1. Secara Teoritis ................................................................................ 4
2. Secara Praktis ................................................................................. 5
E. Keaslian Penelitian ............................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 7
A. Tinjauan Teori ...................................................................................... 7
1. Lansia ............................................................................................. 7
2. Kolesterol ....................................................................................... 10
3. Status Gizi ...................................................................................... 20
4. Asupan Lemak ............................................................................... 28
B. Kerangka Teori..................................................................................... 32
C. Kerangka Konsep ................................................................................. 32
D. Hipotesis ............................................................................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 34
A. Jenis dan Desain Penelitian .................................................................. 34
B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 34
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling.............................................. 34
D. Variabel Penelitian ............................................................................... 37
E. Definisi Operasional............................................................................. 37
F. Instrumen Penelitian............................................................................. 37
G. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ....................................................... 39
H. Teknik Analisa Data ............................................................................. 40
I. Jalannya Penelitian ............................................................................... 42
J. Etika Penelitian .................................................................................... 43
K. Jadwal Penelitian .................................................................................. 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 44
A. Profil Tempat Penelitian ...................................................................... 44
B. Hasil Penelitian .................................................................................... 44
C. Pembahasan .......................................................................................... 49
D. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 55
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 56
A. Simpulan .............................................................................................. 56
B. Saran ..................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Teori ............................................................................... 32
Gambar 2. Kerangka Konsep ........................................................................... 32
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Keaslian Penelitian ............................................................................. 5
Tabel 2. Kadar Kolesterol pada Lansia ............................................................ 11
Tabel 3. Klasifikasi Status Gizi Lansia ............................................................ 22
Tabel 4. Angka Kecukupan Gizi ...................................................................... 23
Tabel 5. Definisi Operasional .......................................................................... 37
Tabel 6. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur................................................ 45
Tabel 7. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin .................................. 45
Tabel 8. Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan Lemak ................................ 45
Tabel 9. Distribusi Sampel Berdasarkan Status Gizi ....................................... 46
Tabel 10. Distribusi Sampel Berdasarkan Kadar Kolesterol ........................... 46
Tabel 11. Distribusi Kadar Kolesterol Berdasarkan Asupan Lemak ............... 47
Tabel 12. Hasil Korelasi Asupan Lemak dengan Kadar Kolesterol ................ 47
Tabel 13. Distribusi Kadar Kolesterol Berdasarkan Status Gizi ...................... 48
Tabel 14. Hasil Korelasi Status Gizi dengan Kadar Kolesterol ....................... 48
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
Lampiran 2. Lembar Penjelasan Sampel
Lampiran 3. Surat Kesediaan Sampel
Lampiran 4. Informed Consent
Lampiran 5. Formulir Pengumpulan Data
Lampiran 6. Formulir Food Recall 24 jam
Lampiran 7. Master Tabel
Lampiran 8. Output SPSS
Lampiran 9. Lembar Konsultasi
Lampiran 10. Surat Izin Penelitian
Lampiran 11. Surat Rekomendasi Penelitian
Lampiran 12. Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia atau lebih dikenal dengan istilah lansia merupakan
suatu kondisi dimana manusia akan kehilangan daya imunitasnya terhadap
infeksi yang berakibat menurunnya fungsi jaringan otot hingga fungsi
organ tubuh seperti jantung, hati, otak, dan ginjal. Salah satu dampak dari
penurunan fungsi organ jantung adalah terjadinya pengendapan zat-zat
yang bersifat aterosklerosis yang dapat menyebabkan perubahan elastisitas
pembuluh darah (Almatsier, 2011).
Persentase penduduk lansia dari hasil Susenas tahun 2012 oleh
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia telah mencapai angka diatas 7%,
sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur usia
antara tua atau lansia. Derajat kesehatan penduduk lansia secara umum
cenderung rendah. Tahun 2008 lansia yang mengalami gangguan
kesehatan sebesar 49,50% dan naik menjadi 55,42% di tahun 2011.
Tingginya presentase penduduk lansia yang mengalami keluhan kesehatan
ditemukan hampir di semua Provinsi di Indonesia (Doewes, 2011).
Pola konsumsi makanan yang kurang tepat dapat menyebabkan
berbagai masalah kesehatan, diantaranya adalah tidak terkontrolnya
keseimbangan cairan, kekurangan enzim laktase, kenaikan tekanan darah,
serta timbulnya berbagai penyakit degeneratif adalah terjadinya
peningkatan kadar kolesterol plasma di dalam darah yang dapat
menyebabkan timbulnya plak sehingga menyebabkan adanya penyempitan
pembuluh darah (Notoatmojo, 2007).
Peningkatan kadar kolesterol darah dapat dipengaruhi oleh tingkat
konsumsi asam lemak total dan tingkat konsumsi zat kolesterol makanan
(Almatsier, 2009). Tingginya tingkat konsumsi asam lemak dapat
menyebabkan peningkatan kadar kolesterol LDL (Low Density
2
Lipoprotein) yang berfungsi membawa kolesterol untuk keperluan
jaringan metabolik. Jumlah kolesterol dalam darah yang berlebihan akan
diangkut kembali ke hati oleh HDL (High Density Lipoprotein) (Sitorus,
2006). Penelitian Megawati (2010) dalam Adhiyani (2013) di Rumah Sakit
Umum Raden Ajeng Kartini Jepara menunjukkan bahwa asupan lemak
mempunyai hubungan yang signifikan dengan peningkatan kadar
kolesterol pada penderita penyakit jantung koroner.
Faktor risiko yang berhubungan dengan kadar kolesterol total
dibagi dalam faktor yang dapat diubah dan faktor risiko yang tidak dapat
diubah. Faktor yang tidak dapat diubah meliputi usia, jenis kelamin dan
genetik. Sedangkan faktor risiko yang dapat diubah meliputi diet, status
gizi, dan aktifitas fisik {NHLBI(2012) dalam Adhiyani, 2013}. Banyak
bukti yang menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat kolesterol,
semakin baik dalam menurunkan risiko penyakit. Apalagi jika disertai
perubahan gaya hidup, akan semakin menurunkan risiko terkena serangan
jantung atau stroke (Bull, 2007).
Asupan merupakan faktor langsung penyebab terjadinya obesitas.
Keadaan ini disebabkan karena pola konsumsi yang berlebihan, banyak
mengandung lemak dan karbohidrat yang tidak sesuai kebutuhan. Proses
metabolisme yang menurun pada lanjut usia, apabila tidak diimbangi
dengan peningkatan aktifitas fisik atau penurunan jumlah makanan,
sehingga kalori yang berlebih akan diubah menjadi lemak yang
mengakibatkan kegemukan. Pada lansia terdapat kenaikan lemak tubuh
dan menurunnya jaringan otot dengan bertambahnya usia, sehingga berat
badan secara keseluruhan dapat dipertahankan stabil dari dewasa muda
sampai tua. Tetapi apabila seseorang mempunyai berat badan 20% diatas
normal maka termasuk kegemukan. Orang yang gemuk mempunyai risiko
terserang sakit dan meninggal lebih tinggi karena erat hubungannya
dengan penyakit jantung koroner, hipertensi, sakit ginjal, diabetes militus
dan dislipidemia. Berbagai faktor yang berperan terhadap kejadian gizi
3
lebih pada lansia karena penurunan laju metabolik dan menurunnya
aktivitas akibat proses penuaan (Setiani, 2012).
Shah et al (2008), melakukan penelitian pada kedua kelompok
masyarakat (obesitas dan non obesitas) di perkotaan Pakistan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kadar kolesterol total tinggi > 200 mg/dl
terdapat pada 37% masyarakat yang obesitas dan 29% masyarakat yang
non obesitas. Hal ini menunjukkan secara signifikan bahwa kadar
kolesterol total tinggi cenderung dialami oleh masyarakat yang obesitas.
Peningkatan kadar kolesterol yang merupakan risiko terhadap
penyakit jantung dan stroke mempunyai perkiraan angka kematian di
dunia sekitar 2,6 juta. Angka kematian tertinggi sekitar 54% terjadi di
wilayah Eropa, kemudian Amerika 48%. Wilayah Afrika dan Asia
Tenggara menunjukkan 22,6% untuk Afrika dan 29,0% untuk Asia
Tenggara (WHO, 2013).
Menurut Mumpuni dan Wulandari (2011) survei di 8 negara Asia
menunjukkan 50% penduduk Asia gagal menurunkan kadar kolesterol
jahat sesuai target yang disarankan dalam pengobatan. Di Indonesia
kegagalan ini mencapai 70% sehingga dapat mengakibatkan terserang
penyakit seperti jantung koroner dan stroke yang menjadi salah satu faktor
terbesar terjadinya kematian di Indonesia.
Survei pendahuluan yang dilakukan di Posyandu lansia di Desa
Sugihan Kecamatan Andong Boyolali diketahui bahwa di posyandu lansia
belum pernah dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol, namun masih ada
beberapa masyarakat yang melakukan pemeriksaan kadar kolesterol di
bidan desa atau pelayanan kesehatan hanya orang-orang tertentu karena
keaktifan lansia untuk datang ke Posyandu masih kurang.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk
meneliti “Hubungan Asupan Lemak dan Status Gizi dengan Kadar
Kolesterol di Posyandu LansiaDesa Sugihan Boyolali”.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian :Apakah ada hubungan asupan lemak dan status
gizi dengan kadar kolesterol di Posyandu Lansia Desa Sugihan Boyolali?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan asupan lemak dan status gizi dengan
kadar kolesterol di Posyandu Lansia Desa SugihanBoyolali.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan asupan lemak di Posyandu LansiaDesa Sugihan
Boyolali.
b. Mendeskripsikan status gizi di Posyandu Lansia Desa Sugihan
Boyolali.
c. Mendeskripsikan kadar kolesterol di Posyandu Lansia Desa
SugihanBoyolali.
d. Menganalisis hubungan asupan lemak dengan kadar kolesterol di
Posyandu Lansia Desa SugihanBoyolali.
e. Menganalisis hubungan status gizi dengan kadar kolesterol di
Posyandu Lansia Desa SugihanBoyolali.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan bagi pembaca khususnya mahasiswa tentang hubungan
asupan lemak dan status gizi dengan kadar kolesterol di Posyandu
Lansia Desa Sugihan Boyolali.
5
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan kepada masyarakat akan pentingnya pengaruh asupan
lemak dan status gizi dengan kadar kolesterol pada lansia.
b. Bagi Peneliti
Penelitian ini akan menfasilitasi peneliti dalam
mengembangkan kemampuan meneliti sekaligus mengaplikasikan
ilmu yang telah didapat.
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1. Keaslian Penelitian
NO. Keaslian Penelitian
1 Nama Peneliti / Tahun
Judul
Desain dan Variabel
Hasil
Persamaan
Perbedaan
Kusuma, dkk / 2015
Hubungan Pola Makan Dengan Peningkatan
Kadar Kolesterol Pada Lansia di Jebres
Surakarta
Desain studi Cross Sectional
Variabel Bebas : Pola Makan
Variabel Terikat ; Kadar Kolesterol
Ada hubungan yang signifikan antara pola
makan dengan kadar kolesterol yakni
semakin tinggi makanan berlemak semakin
tinggi pula kadar kolesterol.
Meneliti kadar kolesterol, sampellansia dan
desain studi Cross Sectional.
Meneliti tentang pola makan dan tidak
meneliti status gizi.
2 Nama Peneliti / Tahun
Judul
Desain dan Variabel
Hasil
Persamaan
Perbedaan
Sobari, RN / 2014
Hubungan Asupan Lemak Jenuh dan Tak
Jenuh dengan Kadar Kolesterol HDL pada
Pasien Penyakit Jantung Koroner di RSUD
Dr. Moewardi
Studi observasional dengan rancangan cross
sectional.
Ada hubungan asupan lemak jenuh dan tak
jenuh dengan kadar kolesterol HDL pada
pasien penyakit jantung koroner di RSUD
Dr. Moewardi
Meneliti asupan lemak, kadar kolesterol dan
studi Cross Sectional.
Penelitian ini sampel pasien PJK dan tidak
meneliti status gizi.
6
No Keaslian Penelitian
3 Nama Peneliti / Tahun
Judul
Desain dan Variabel
Hasil
Persamaan
Perbedaan
Sari YD,dkk / 2014
Asupan Serat Makanan dan Kadar
Kolesterol-LDL Penduduk Berusia 25-65
Tahun di Kelurahan Kebon Kelapa Bogor
Studi observasional dengan rancangan cross
sectional.
Ada hubungan yang signifikan antara asupan
serat makanan dan kadar kolesterol-LDL
penduduk berusia 25-65 tahun di Kelurahan
Kebon Kelapa Bogor
Meneliti asupan lemak, kadar kolesterol dan
desain studi cross sectional.
Penelitian ini sampel usia 25-65, tidak
meneliti status gizi dan meneliti asupan
serat.
4 Nama Peneliti / Tahun
Judul
Desain dan Variabel
Hasil
Persamaan
Perbedaan
Waloya T, dkk / 2013
Hubungan Antara Konsumsi Pangan dan
Aktivitas Fisik dengan Kadar Kolesterol
Darah Pria dan Wanita Dewasa di Bogor
Studi observasional dengan rancangan cross
sectional.
Ada hubungan antara konsumsi pangan dan
aktivitas fisik dengan kadar kolesterol darah
pria dan wanita dewasa di Bogor
Meneliti asupan lemak, kadar kolesterol,
status gizi dan desain penelitian cross
sectional.
Penelitian ini sampel yang digunakan pria
dan wanita dewasa, meneliti konsumsi
pangan dan aktifitas fisik, tidak meneliti
status gizi.
5 Nama Peneliti / Tahun
Judul
Desain dan Variabel
Hasil
Persamaan
Perbedaan
Septianggi FN, dkk / 2013
Hubungan Asupan Lemak dan Asupan
Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total
pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan
di RSUD Tugurejo Semarang
Desain diskriptif analitik dengan pendekatan
cross sectional
Ada hubungan yang signifikan antara asupan
lemak dan asupan kolesterol dengan kadar
kolesterol total pada penderita jantung
koroner rawat jalan di RSUD Tugurejo
Semarang
Meneliti asupan lemak, asupan kolesterol,
kadar kolesterol, status gizi dan desain
penelitian cross sectional.
Penelitian ini sampel yang digunakan pasien
PJK dan meneliti asupan kolesterol.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Lansia
a. Pengertian Lansia
Pengertian lansia dibedakan menjadi dua macam yaitu
lansia kronologis (usia) dan lansia biologis. Lansia kronologis
mudah diketahui dan dihitung, sedangkan lansia biologis
berpatokan pada keadaan jaringan tubuh. Individu yang berusia
muda tetapi secara biologis dapat tergolong lansia jika dilihat dari
keadaan jaringan tubuhnya (Fatmah, 2010).
Lanjut usia adalah usia kronologis lebih atau sama dengan
65 tahun di Negara maju, tetapi untuk negara sedang berkembang
disepakati bahwa kelompok manusia usia lanjut adalah usia
sesudah melewati atau sama dengan 60 tahun (Oenzil, 2012).
Menurut WHO (World Health Organization)(1989) dalam
Fatmah (2010), lansia dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu
usia pertengahan (usia 45 – 49 tahun), lansia (usia 60 – 74 tahun),
lansia tua (usia 75 – 90 tahun) dan usia sangat tua (usia di atas 90
tahun).
b. Proses Menua
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi
di dalam kehidupan manusia. Proses menua dalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Padila, 2013).
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri, mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya. Keadaan ini menyebabkan jaringan
8
tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang diderita. Disimpulkan bahwa
manusia secara perlahan mengalami kemunduran struktur dan
fungsi organ pada lansia dapat mempengaruhi kemandirian dan
kesehatan lanjut usia (Nugroho, 2008).
c. Perubahan yang Terjadi pada Lansia
Perubahan yang terjadi pada lansia terdiri dari perubahan
fisik, perubahan mental dan perubahan psikososial. Hal ini dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1) Perubahan Fisik
Menurut Padila (2013), perubahan kondisi fisik pada
lansia umumnya mulai adanya kondisi fisik yang bersifat
patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga
berkurang, energi menurun, kulit semakin keriput, gigi semakin
banyak yang tanggal, tulang semakin rapuh, dan sebagainya.
Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki
masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal
ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi
fisik, psikologis maupun sosial, yang selanjunya dapat
menyebabkan suatu keadaan ketergantungan pada orang lain.
2) Perubahan Mental
Perubahan mental lansia dapat berupa perubahan sikap
yang semakin egosentrik, mudah curiga, dan bertambah pelit
atau tamak bila memiliki sesuatu. Lansia mengharapkan tetap
diberi peranan dalam masyarakat. Sikap umum yang ditemukan
pada hampir setiap lansia yaitu keinginan untuk berumur
panjang. Jika meninggal pun, mereka ingin meninggal secara
terhormat dan masuk surga. Faktor yang mempengaruhi
perubahan mental yaitu perubahan fisik, kesehatan umum,
tingkat pendidikan, keturunan dan lingkungan (Nugroho,
2008).
9
3) Perubahan Psikososial
Nilai seseorang sering diukur melalui produktivitasnya
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila mengalami
pensiun, seseorang akan mengalami kehilangan teman dan
kehilangan pekerjaan (Nugroho, 2008).
4) Perubahan Kardiovaskular
Menurut Padila (2013) Perubahan kardiovaskular yang
sering terjadi pada lansia yaitu :
a) Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah
sistolik sama atau lebih tingi dari 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg, yang terjadi
karena menurunnya elastisitas arteri pada proses menua.
Bila tidak ditangani, hipertensi dapat memicu terjadinya
stroke, kerusakan pembuluh darah, dan gagal jantung.
b) Penyakit Jantung Koroner
Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga
aliran darah menuju jantung terganggu. Gejala umum yang
terjadi adalah nyeri dada, sesak nafas, pingsan, hingga
kebingungan.
c) Distrimia
Distrimia atrial dan ventrikular di Indonesia
meningkat pada lansia karena perubahan struktural dan
fungsional pada penuaan. Masalah dipicu oleh distrimia dan
tidak terkoordinasinya jantung sering dimanifestasikan
sebagai perubahan perilaku, palpitasi, sesak nafas, keletihan
dan jatuh.
d) Penyakit Vaskular Periver
Gejala yang paling sering adalah rasa terbakar,
kram, atau nyeri sangat yang terjadi pada saat aktivitas fisik
dan menghilang pada saat istirahat. Ketika penyakit
10
semakin berkembang, nyeri tidak lagi dapat hilang dengan
istirahat.
e) Penyakit Katup Jantung
Manifestasi klinis dari penyakit katup jantung
bervariasi dari fase kompensasi sampai pada fase
pascakompensasi. Selama fase kompensasi tubuh
menyesuaikan perubahan pada struktur dan fungsi katup,
menghasilkan sedikit tanda dan gejala yang muncul.
2. Kolesterol
a. Pengertian Kolesterol
Kolesterol adalah lipid amfipatik dan merupakan komponen
struktural esensial pada membran dan lapisan luar lipoprotein
plasma. Senyawa ini disintesis di banyak jaringan dari Asetil KoA
(Botham dan Mayes, 2009). Kolesterol merupakan komponen
esensial membran struktural semua sel dan merupakan komponen
utama sel otak dan saraf. Kolesterol terdapat dalam konsentrasi
tinggi dalam jaringan kelenjar dan di dalam hati di mana kolesterol
disintesis dan disimpan. Kolesterol merupakan bahan antara
pembentukan sejumlah steroid penting, seperti asam empedu, asam
folat, hormon-hormon adrenal korteks, estrogen, androgen, dan
progesteron (Almatsier, 2009).
Sumber kolesterol ada dua, yaitu kolesterol eksogen yang
berasal dari makanan yang kita makan sehari-hari, dan kolesterol
endogen yang dibuat didalam sel tubuh terutama hati. Di dalam
tubuh, kolesterol bersama dengan fosfolipid, terutama digunakan
untuk membentuk membran sel dan membran organ-organ yang
berada di dalam tubuh (Fatmah, 2010). Sekitar separuh kolesterol
tubuh berasal dari proses sintesis (sekitar 700mg/hari) dan sisanya
diperoleh dari makanan. Hati dan usus masing-masing
11
menghasilkan sekitar 10% dari sintesis total pada manusia (Botham
dan Mayes, 2009).
Tabel 2. Kadar Kolesterol pada Lansia
Kategori Kadar Kolesterol
Normal <200 mg/dl
Batas Tinggi 200-239 mg/dl
Tinggi >240 mg/dl
Sumber : Fatmah, 2010
Dalam tubuh kolesterol ditransportasikan melalui plasma
darah dengan cara berikatan dengan protein. Ikatan ini disebut
dengan lipoprotein, yaitu sebagai berikut (Mumpuni dan
Wulandari, 2011) :
1) Low Density Lipoprotein (LDL)
Jenis kolesterol ini sering disebut sebagai kolesterol
jahat. Kolesterol LDL mengangkut kolesterol paling banyak di
dalam darah. Tingginya kadar kolesterol LDL menyebabkan
pengendapan kolesterol dalam arteri. Kolesterol LDL
merupakan faktor risiko utama penyakit jantung koroner
(Nurrahmani, 2012).
2) High Density Lipoprotein (HDL)
Kolesterol HDL mengangkut kolesterol lebih sedikit
dari pada LDL dan sering disebut kolesterol baik karena dapat
membuang kelebihan kolesterol jahat dipembuluh darah arteri
kembali ke hati, untuk diproses dan dibuang. HDL mencegah
kolesterol mengendap di arteri dan melindungi pembuluh darah
dari proses arterosklerosis (Nurrahmani, 2012).
b. Dampak Kolesterol Tinggi
Kelebihan kolesterol dalam tubuh terutama berkaitan
dengan aterosklerosis, yaitu pengendapan lemak dalam dinding
pembuluh darah sehingga distensibilitas pembuluh darah menurun
(Fatmah, 2010). Menurut penelitian, proses aterosklerosis telah
terjadi sejak anak-anak. Proses ini akan terus berlangsung seiring
12
dengan pertambahan umur, proses aterosklerosis telah terjadi sejak
anak-anak. Proses ini akan terus berlangsung seiring dengan
pertambahan umur. Proses aterosklerosis menyebabkan pengerasan
dinding pembuluh darah menjadi tidak elastis, memperkecil
diameter pembuluh darah sehingga menghambat aliran darah, dan
mengakibatkan sumbatan embolus pada pembuluh darah namun
tidak semua plak menempel kuat. Sebagian plak bersifat rapuh dan
mudah lepas dari dinding pembuluh darah yang dapat terjadi kapan
saja dan menimbulkan suatu serangan tiba-tiba, seperti jantung dan
stroke. Berikut berbagai dampak kronik dan akut dari kadar
kolesterol tinggi (Garnadi, 2012).
1) Aterosklerosis pada pembuluh darah otak
Aterosklerosis pada pembuluh darah otak menyebabkan
penyakit serebrovaskular atau penyakit pembuluh darah otak
seperti stroke. Stroke merupakan serangan otak akibat kelainan
pembuluh darah otak yang terjadi secara akut (tiba-tiba).
Serangan stroke berdasarkan penyebabnya terbagi menjadi dua
jenis, yaitu stroke pendarahan dan stroke infark. Stroke infark
berkaitan erat dengan kadar kolesterol darah yang tinggi dan
kedua jenis stroke tersebut berkaitan erat dengan hipertensi.
2) Aterosklerosis pada pembuluh jantung koroner
Aterosklerosis pada pembuluh darah jantung
menyebabkan penyakit kardiovaskular atau penyakit pembuluh
darah jantung, misalnya penyakit jantung koroner. Sumbatan
aliran darah pada pembuluh jantung koroner menyebabkan
ketidakcukupan pembuluh darah dan oxsigen ke jantung. Pada
keadaan inilah penderita jantung koroner mengeluh nyeri pada
dada. Gejala ini sering disebut angina pektoris.
3) Aterosklerosis pada pembuluh darah tungkai
Aterosklerosis pada pembuluh darah tungkai
menyebabkan penyakit arteri perifer. Keadaan ini paling sering
13
terjadi pada pembuluh darah kaki. Sumbatan pada pembuluh
darah kaki menyebabkan keluhan nyeri, kram, bahkan
menimbulkan komplikasi berupa gangren pada kaki. Pasien
yang mengalami penyakit arteri perifer berisiko mendapatkan
serangan jantung.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Kolesterol Total
Banyak faktor yang berhubungan dengan kadar kolesterol
total darah. Menurut National Heart Lung and Blood Insitute
(NHLBI) faktor yang mempengaruhi tingginya kadar kolesterol
total dibagi dalam faktor risiko yang dapat diubah dan faktor yang
tidak dapat diubah. Faktor risiko yang dapat diubah adalah Indeks
Massa Tubuh (IMT), aktifitas fisik dan asupan zat gizi. Sedangkan
faktor risiko yang tidak dapat diubah adalah jenis kelamin, umur,
dan genetik {NHLBI(2012) dalam Adhiyani, 2013}. Durstine
(2012) dan Fatmah (2010) lebih merinci asupan makanan yang
berhubungan dengan kadar kolesterol yaitu karbohidrat, lemak,
kolesterol, serat, dan vitamin C.
1) Umur
Pada umur beranjak dewasa dan tua, orang akan semakin
rawan dengan serangan kolesterol tinggi. Pada umur dewasa
dan tua biasanya orang cenderung tidak aktif bergerak seperti
remaja dan anak-anak (Mumpuni dan Wulandari, 2011). Pada
umumnya dengan bertambahnya umur orang dewasa, aktifitas
fisik menurun, massa tubuh tanpa lemak menurun, sedangkan
jaringan lemak bertambah (Soetardjo, 2011).
Perubahan komposisi tubuh akibat menua menyebabkan
penurunan massa tanpa lemak dan massa tulang, sedangkan
massa lemak tubuh meningkat. Perubahan tersebut karena
aktifitas beberapa jenis hormon yang mengatur metabolisme
menurun sesuai dengan umur (seperti insulin, hormon
pertumbuhan, dan androgen) sedangkan yang lain meningkat
14
(seperti prolaktin). Penurunan beberapa jenis hormon ini
menyebabkan penurunan massa tanpa lemak sedangkan
peningkatan aktifitas hormon lainnya meningkat massa lemak.
Hal tersebut juga disebabkan karena menurunnya aktifitas fisik
dengan bertambahnya umur yang pada akhirnya menyebabkan
menurunnya Angka Metabolisme Basal (AMB) (Soetardjo,
2011).
Tingkat kolesterol serum total meningkat dengan
meningkatnya umur. Pada pria peningkatan ini terhenti sekitar
umur 45 sampai 50 tahun. Pada wanita, peningkatan terus
tajam hingga umur 60 sampai 65 tahun (Suiraoka, 2012).
Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian Madupa (2006),
bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kadar
kolesterol total.
2) Jenis Kelamin
Hormon seks pada wanita yaitu esterogen diketahui
dapat menurunkan kolesterol darah dan hormon seks pria yaitu
endogen dapat meningkatkan kadar kolesterol darah (Fatmah,
2010). Maka dari itu, kurangnya hormon esterogen akibat
menopause pada perempuan menyebabkan atopi jaringan,
meningkatnya lemak perut, meningkatnya kolesterol total dan
lebih berisiko mengalami penyakit jantung (Krinke,2002).
Hasil penelitian Murti (2009) menunjukkan terdapat
perbedaan kadar kolesterol total dengan jenis kelamin. Hal ini
selaras dengan hasil penelitian Madupa (2006) yang
menyatakan adanya hubungan bermakna antara jenis kelamin
dengan tingkat kolesterol total. Perempuan mempunyai risiko
kolesterol total tinggi (≥200 mg/dL) 2,19 kali dibandingkan
laki-laki.
Penelitian yang dilakukan Le et al (2006) menunjukkan
laki-laki pada umur 40-59 tahun berisiko 3,26 kali mengalami
15
hiperkolesterolemia, risiko menurun saat umur ≥ 60 tahun
menjadi 2,05 kali. Sedangkan pada perempuan risiko
hiperkolesterolemia tertinggi pada umur ≥ 60 tahun, yaitu
sebesar 3,19 kali.
3) Genetik
Ada variasi kelainan genetik yang mempengaruhi cara
tubuh memproduksi lipid. Beberapa orang memiliki keturunan
hiperkolesterolemia (familial hipercholesterolemia). Kondisi
genetik ini menyebabkan kadar kolesterol tinggi yang turun
temurun dalam anggota keluarga. Meskipun kolesterol tinggi
tidak menimbulkan gejala, tapi familial hipercholesterolemia
bisa menunjukkan tanda tanda seperti deposit kolesterol yaitu
berupa garis putih pada kulit di sekitar mata. Selain itu, kondisi
ini bisa dideteksi melalui tes kolesterol atau tes genetik
(Nurrahmani, 2012).
4) Indeks Massa Tubuh (IMT)
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah merupakan salah satu
indikator perhitungan antropometri untuk memantau status gizi
orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan
dan kelebihan berat badan. Rumus perhitungan IMT adalah
berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi berat badan (meter)
(Supariasa, 2002).
Overweight dan obesitas diakibatkan karena
ketidakseimbangan asupan energi dengan energi yang
digunakan. Kelebihan energi akan disimpan tubuh dalam
bentuk lemak. Penimbunan lemak terutama dibagian tengah
tubuh meningkatkan risiko terjadinya resistensi terhadap
insulin, hipertensi, dan hiperkolesterolemia (Soetardjo, 2012).
Ketidakseimbangan ini dipengaruhi oleh pola konsumsi,
aktifitas fisik, konsumsi alkohol, jenis pekerjaan, umur,
16
lingkungan, sosial ekonomi, pendidikan, jenis kelamin, budaya
dan faktor genetik (Suiraoka, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Madupa (2006)
menunjukkan adanya hubungan yang bermakana antara IMT
dengan tingkat kolesterol total. Hasil penelitian Yassir et al
(2011) di Karbala, bahwa peningkatan hiperkolesterolemia
selaras dengan peningkatan IMT dan umur. Humayun et al
(2009), penelitiannya tentang IMT pada umur dan jenis
kelamin yang berbeda menunjukkan adanya hubungan linier
kenaikan IMT dengan kejadian dislipidemia baik pada laki-laki
maupun perempuan. Akan tetapi, ada perbedaan setelah umur
60 tahun. Pada perempuan kejadian dislipidemia pada semua
umur meningkat sesuai dengan kategori IMT dan terjadi
peningkatan drastis pada umur diatas 59 tahun. Sedangkan
pada laki-laki terjadi penurunan. Namun, pada umur di bawah
40 tahun, presentase dislipidemia lebih tinggi pada laki-laki
dengan risiko 2,7 kali dibandingkan perempuan.
Namun penelitian Hidayati et al (2006) menunjukkan
tidak ada hubungan antara status gizi dengan kadar kolesterol.
Demikian juga hasil penelitian Nastiti (2009), bahwa tidak ada
hubungan antara status gizi dengan tingkat kadar kolesterol.
Sedangkan, penelitian Le et al (2006) menunjukkan tidak ada
hubungan antara IMT dengan kadar kolesterol total pada laki-
laki, namun pada wanita ada hubungan.
5) Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik adalah bentuk apapun dari aktifitas otot
yang menghasilkan kontraksi otot-otot skeletal. Aktifitas fisik
menghasilkan pengeluaran energi yang proporsional dengan
kerja otot dan berhubungan dengan manfaat kesehatan. Dengan
meningkatkan aktifitas fisik yang dilakukan setiap hari, maka
semakin besar pengeluaran energi harian sehingga terjadi
17
pengurangan berat badan dan lemak. Pengurangan energi dan
lemak juga membantu mengurangi jumlah kolesterol darah
sehingga mengubah tranfor kolesterol di dalam darah
(Dustrine, 2012).
6) Asupan Zat Gizi
a) Karbohidrat
Peningkatan asupan karbohidrat akan meningkatkan
asupan kolesterol, karena hasil pemecahan karbohidrat,
yaitu glukosa mengalami hidrolisis menjadi piruvat yang
selanjutnya mengalami hidrolisis menjadi piruvat yang
selanjutnya mengalami dekarboksilasi fosforilasi menjadi
asetil-KoA untuk menghasilkan energi. Bila asupan
karbohidrat berlebih, maka pembentukan asetil-KoA
meningkat yang dapat menyebabkan peningkatan
pembentukan kolesterol melalui lintasan yang kompleks
(Badriyah, 2013).
Penelitian Hidayati et al (2006) menunjukkan
bahwa asupan karbohidrat berhubungan dengan kejadian
hiperkolesterolemia. Asupan karbohidrat yang tinggi
berisiko 5,43 kali dibandingkan asupan normal.
b) Lemak
Peningkatan asupan lemak juga meningkatkan
asupan kolesterol total, karena lemak makanan yang
sebagian besar dalam bentuk trigliserida, monogliserida,
dan asam lemak bebas. Asam lemak bebas ini selanjutnya
mengalami oksidasi menjadi Asetil-KoA untuk
menghasilkan energi (Badriyah, 2013). Hal tersebut sesuai
dengan yang dikemukakan Waspadji (2003), bahwa lemak
makanan merupakan komponen makanan yang
berpengaruh paling besar terhadap pengaturan metabolisme
kolesterol, sehingga asupan lemak yang berlebihan dapat
18
meningkatkan kadar kolesterol total. hasil penelitian
Waspadji (2003) menemukan bahwa orang yang
mempunyai asupan lemak tinggi, memiliki risiko
hiperlipidemia 2,85 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
yang mempunyai asupan lemak normal.
Hasil penelitian Situmeang (2011) menyatakan
bahwa ada hubungan bermakna antara konsumsi lemak
dengan tingkat kolesterol total. Hal ini senada dengan hasil
penelitian Hidayati et al (2006) menunjukkan bahwa ada
hubungan asupan lemak dengan kejadian
hiperkolesterolemia. Asupan lemak yang tinggi berisiko
6,48 kali terjadi hiperkolesterolemia.
c) Kolesterol
Kolesterol hanya terdapat di dalam makanan asal
hewan. Sumber utama kolesterol adalah hati, ginjal, telur,
dan kuning telur. Konsumsi kolesterol yang dianjurkan
adalah ≤300 mg perhari (Almatsier, 2009).
Hasil penelitian Murti (2009), bahwa terdapat
hubungan yang sangat bermakna antara asupan kolesterol
makanan dengan kadar kolesterol total. namun hasil
penelitian Nastiti (2009), bahwa tidak ada hubungan antara
asupan kolesterol dengan tingkat kadar kolesterol.
d) Protein
Konsumsi protein secara berlebihan tidak
menguntungkan tubuh. Makanan yang tinggi protein
biasanya tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan
obesitas (Almatsier, 2009). Penelitian Fatimah dan
Kartini(2011) menunjukkan asupan protein berhubungan
dengan kadar kolesterol total darah.
19
e) Serat
Diet tinggi serat membantu menurunkan kolesterol.
Vegetarian yang mengkonsumsi diet tinggi serat, memiliki
risiko terkena penyakit jantung yang rendah (Fatmah,
2010). Pengaruh serat terhadap metabolisme kolesterol
dikaitkan dengan metabolisme asam empedu. Asam
empedu dan steroid netral disintesis dalam hati dari
kolesterol, disekresi ke dalam empedu dan biasanya
kembali ke hati melalui reabsorpsi dalam usus halus. Serat
makanan diduga menghalangi siklus ini dengan menyerap
asam empedu sehingga perlu diganti dengan pembuatan
asam empedu baru dari kolesterol persendian. Penurunan
kolesterol diduga terjadi melalui proses ini. Namun,
mekanisme lengkap pengaruh serat terhadap kolesterol
darah hingga sekarang belum diketahui dengan pasti
(Almatsier, 2004).
Serat dianggap dapat menurunkan kadar kolesterol
darah dengan mengikat kolesterol dan lemak lainnya pada
saat mengalir melalui usus. Tubuh tidak dapat menyerap
serat, maka ketika kolesterol terikat oleh serat, baik
kolesterol maupun serat tidak dapat diserap. Serat dan
kolesterol terus melewati pencernaan. Serat larut (5-10
gr/hari) dapat membantu menurunkan kadar kolesterol total
dan LDL hingga 25%. The Food and Drug Administration
(FDA), the National Academy of Sciences (NAS), the U.S.
Departemen of Agriculture (USDA), dan the American
Cancer Society (ACS) menyarankan konsumsi 25-35 gr
serat/hari. Sumber serat adalah sayuran dan buah-buahan
(Dustrine, 2012).
Penelitian Bintanah dan Handarsari (2012)
menunjukkan adanya hubungan asupan serat dengan kadar
20
kolesterol total. semakin rendah asupan serat maka semakin
tinggi kadar kolesterol total. Sedangkan, hasil penelitian
Nastiti (2009), bahwa tidak ada hubungan antara asupan
serat dengan tingkat kadar kolesterol.
f) Vitamin C
Vitamin C merupakan komponen penting dalam
pemecahan kolesterol di dalam tubuh. Kolesterol sulit
dikeluarkan bila vitamin ini berada dalam jumlah sedikit
dalam diet, yang dapat menimbulkan kadar kolesterol darah
yang meningkat. Vitamin C yang berasal dari sayuran dan
buah-buahan juga dapat meningkatkan kolesterol HDL dan
menurunkan kolesterol LDL (Fatmah, 2010).
Penelitian yang dilakukan Muzakar (2010)
menyatakan adanya hubungan antara asupan vitamin C
dengan kadar kolesterol. Asupan vitamin C memberikan
risiko cukup bermakna yaitu 5 kali lebih besar terhadap
tingginya kadar kolesterol total pada orang dengan asupan
di bawah 90% AKG dibandingkan dengan orang yang
mempunyai konsumsi lebih dari 90% AKG.
3. Status Gizi
a. Pengertian Status Gizi
Gizi adalah asupan makanan yang dikaitkan dengan
kebutuhan diet tubuh. Gizi yang baik dan memadai
dikombinasikan dengan melakukan aktivitas fisik secara teratur
merupakan pencapaian kesehatan yang baik. Gizi buruk dapat
menyebabkan penurunan kekebalan tubuh, peningkatan kerentanan
terhadap penyakit, gangguan perkembangan fisik, mental, dan
mengurangi produktivitas (WHO, 2013). Menurut Cakrawati
&Mustika (2012) status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan
21
hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam
tubuh dan penggunaannya.
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi adalah keadaan
tubuh seseorang yang dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan
absorbsi yang diukur dari berat dan tinggi badan dengan
perhitungan Indeks Massa Tubuh (Musti, 2011).
b. Penilaian Status Gizi
Penilaian antropometri adalah serangkaian teknik
pengukuran dimensi kerangka tubuh manusia secara kuantitatif.
Antropometri digunakan sebagai perangkat pengukuran
antropologi yang bersifat cukup obyektif dan terpercaya.
Perubahan komposisi tubuh yang terjadi pada pria dan wanita yang
bervariasi sesuai tahapan penuaan, dapat mempengaruhi
antropometri (Fatmah, 2010).
Antropometri merupakan salah satu metode penilaian status
gizi secara langsung untuk menilai ketidakseimbangan antara
energi dan protein (Supariasa, 2002). Penilaian status gizi lansia
diukur dengan antropometri atau ukuran tubuh, yaitu tinggi badan
(TB) dan berat badan (BB). Akan tetapi, pengukuran tinggi badan
lansia tidak mudah dilakukan mengingat adanya masalah postur
tubuh seperti terjadinya kifosis atau pembengkokan tulang
punggung, sehingga lansia tidak dapat berdiri tegak oleh karena itu
pengukuran tinggi lutut, panjang depa, dan tinggi duduk dapat
digunakan untuk memperkirakan tinggi badan (Fatmah, 2010).
Rumus perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) :
( )
( ) ( )
Sumber : Hartono (2006)
22
Tabel 3. Klasifikasi Status Gizi untuk Penduduk Asia
Kategori IMT (Kg/m²)
Kurus <18,5
Normal 18,5 – 22,9
Gizi lebih
Obesitas I
Obesitas II
23,0-24,9
25,0 – 29,9
≥30
Sumber : WHO (2000)
c. Kebutuhan Gizi pada Lansia
1) Angka Kecukupan Gizi Lansia (AKG)
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan adalah
banyaknya tiap-tiap zat gizi esensial yang harus dipenuhi dari
makanan sehari-hari untuk mencegah defisiensi zat gizi
(Sudiarti dan Utari, 2007). AKG dipengaruhi oleh usia, jenis
kelamin, berat badan, aktifitas fisik dan keadaan fisiologis
seperti hamil atau menyusui. Angka kecukupan gizi berbeda
dengan angka kebutuhan gizi, angka kebutuhan gizi adalah
banyaknya zat gizi minimal yang dibutuhkan seseorang untuk
mempertahankan status gizi yang adekuat (Fatmah, 2010).
AKG dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, berat
badan, aktivitas fisik, dan keadaan fisiologis seperti hamil atau
menyusui. Persentase kebutuhan zat gizi makro untuk lansia
adalah 20 – 25% protein, 20% lemak, 55 – 60% karbohidrat.
Asupan makan diukur dengan food recall 24 jam yaitu meliputi
asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat yang dikonsumsi
dalam waktu 24 jam terakhir. Hasil estimasi asupan makan
tersebut dibandingkan dengan nilai angka kecukupan gizi
(AKG) rata – rata orang Indonesia yang disesuaikan menurut
kelompok umur (Fatmah, 2010) dan dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu kurang ( bila<80% AKG), cukup (80 – 110% AKG),
dan lebih (>110%AKG) (WNPG, 2004).
23
Tabel 4. Angka Kecukupan Gizi Utama
Zat Gizi
Kelompok Umur (Tahun)
30-49 50-64 65-80 > 80
Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita
Energi (kkal) 2625 2150 2325 1900 1900 1550 1525 1425
Protein (g) 65 57 65 57 62 56 60 55
Lemak (g) 73 60 65 53 53 43 42 40
Karbohidrat (g) 394 323 349 285 309 252 248 232
Sumber : AKG, 2013
d. Anjuran Kecukupan Gizi Bagi Lansia
Proses menua terjadi sejak usia muda dan sangat
individual serta berbeda perkembangannya bagi setiap individu,
namun proses tersebut dapat diperlambat apabila sejak usia muda
telah menjaga status gizi dan kesehatannya. Untuk mencapai
kondisi tersebut diperlukan makanan yang mengandung nilai gizi
cukup dan seimbang serta mengikuti pola hidup sehat. Konsumsi
makanan yang cukup dan seimbang akan bermanfaat bagi lansia
untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan penyakit
degeneratif serta kemungkinan kurang gizi. Angka Kecukupan Gizi
(AKG) setiap individu berbeda sesuai kondisi masing-masing yang
pada umumnya dihitung berdasarkan kebutuhan kalori atau energi
sebagai berikut :
1) Kebutuhan energi akan menurun mulai usia 0-9 tahun sekitar
5% dan pada usia 50-65% karena banyak mengandung vitamin,
serat, dan mineral.
2) Sebaiknya lansia mengkonsumsi lemak nabati daripada lemak
hewani, untuk mencegah penumpukan lemak tubuh.
3) Tingkat asupan makanan sumber vitamin A, D, dan E untuk
mencegah penyakit degeneratif, serta vitamin b12, asam folat,
vitamin B1, dan vitamin C untuk mencegah penyakit jantung.
24
4) Tingkat asupan makanan sumber besi (Fe), zinc (Zn), selenium
(Se), dan Kalsium (Ca) untuk mencegah anemia dan
osteoporosis, serta meningkatkan daya tahan tubuh.
5) Tingkatkan asupan gizi mikro: fosfor (P), kalium (K), natrium
(Na), dan magnesium (Mg) untuk metabolisme dalam tubuh.
6) Perbanyak minum air putih minimal 8 gelas per hari untuk
melancarkan proses metabolisme tubuh, dan mengeluarkan sisa
pembakaran energi dalam tubuh, serta tingkatkan konsumsi
serat agar buang air besar lancar, mencegah penyerapan
kolesterol, dan menghindari penumpukan kolesterol total dalam
tubuh (Fatmah, 2010).
Persentase kebutuhan zat gizi makro untuk lansia adalah
20-25% protein, 20% lemak dan 55-60% karbohidrat. Asam lemak
yang dikonsumsi sebaiknya memiliki kandungan asam lemak tidak
jenuh ganda (polyunsaturated fatty acid) yang tinggi, yaitu asam
lemak omega-3 dan omega-9, seperti yang terdapat pada ikan yang
hidup di dalam laut (Fatmah 2010).
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Lansia
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kecepatan
metabolisme basal pada orang-orang berusia lanjut menurun
sekitar 15-20%. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya massa otot.
Selain itu, aktivitas fisik yang dilakukan oleh lansia umumnya
menurun (Fatmah, 2010). Faktor yang mempengaruhi status gizi
lansia yaitu faktor langsung dan tidak lansung sebagai berikut :
1) Faktor Langsung
a) Asupan makan
Asupan makan pada lansia berbeda dengan asupan
makan orang dewasa dan anak-anak, karena lansia telah
mengalami penurunan sistem pencernaan yang mulai
berkurang, mempengaruhi organ lain dan semakin mudah
terkena berbagai penyakit. Untuk itu perlu memperhatikan
25
pola makan, kualitas dan kuantitas makanan yang
dibutuhkan oleh lansia (Almatsier, 2001).
b) Penyakit
Apabila seseorang lansia memiliki penyakit
degeneratif, maka asupan gizinya sangat penting untuk
diperhatikan, serta disesuaikan dengan ketersediaan dan
kebutuhan zat gizi dalam lansia, selain itu dianjurkan untuk
menggantikan asupan lemak jenuh dengan MUFA (asam
lemak takjenuh tunggal) dan PUFA (asam lemak tak jenuh
ganda) yang dapat menurunkan LDL dalam tubuh. Sumber
PUFA dibagi menjadi dua macam yaitu omega-6 adalah
inoleat (minyak jagung, kapas, kacang kedelai, wijen,
bunga matahari) dan minyak kacang tanah. Sedangkan
sumber omega-3 adalah linolenat (minyak kacang kedelai,
kecambah, gandum, minyak biji rami), eikosapentaenoat
atau EPA (minyak ikan tertentu) dan dokosaheksaenoat
atau DHA (ASI, minyak ikan tertentu).
2) Faktor tidak langsung
a) Usia
Seiring bertambahnya usia, kebutuhan zat gizi
karbohidrat dan lemak menurun, sedangkan kebutuhan
protein, vitamin, dan mineral meningkat karena ketiganya
berfungsi sebagai anti oksidan untuk melindungi sel-sel
tubuh dari radikal bebas.
a) Jenis Kelamin
Dibandingkan lansia wanita, lansia pria lebih
banyak memerlukan kalori, protein, dan lemak. Ini
disebabkan karena perbedaan tingkat aktivitas fisik. Pria
memerlukan zat gizi lebih banyak dibandingkan dengan
wanita karena postur dan luas permukaan tubuh lebih besar
26
atau lebih luas dibandingkan wanita. Banyak penelitian
yang melaporkan bahwa wanita mudah mengalami
kelebihan berat badan daripada pria. Sedangkan pria,
jumlah sel lemak lebih sedikit daripada wanita, disamping
itu juga wanita mempunyai basal metabolise rate (BMR)
yang lebih rendah daripada laki-laki (Simanjutak, 2010).
b) Pola Makan
Pola makan antara pria dan wanita berbeda.
Perbedaan ini menyebabkan timbulnya kecenderungan pada
pria untuk mengalami masalah kesehatan dibandingkan
dengan wanita. Berdasarkan riset yang dilakukan Amerika
Serikat, pria lebih menyukai jenis makanan seperti daging
dan produk unggas, sedangkan wanita lebih menyukai
sayuran dan buah-buahan (Simanjutak, 2010).
c) Tingkat Pendidikan
Pendidikan mencerminkan tingkat kecerdasan dan
keterampilan seseorang. Pendidikan yang memadai
mempunyai andil yang besar terhadap kemajuan ekonomi.
Statistik penduduk lansia tahun 2006 menunjukkan kondisi
pendidikan lansia yang rendah ini terlihat pada tingginya
persentase penduduk lansia yang tidak bersekolah sebanyak
35,53% dan yang tamat SD sebanyak 21,27%. Dengan
tingkat pendidikan yang tinggi akan berpengaruh terhadap
pekerjaan dan pendapatan serta pengetahuan untuk
mendapatkan informasi makanan yang mengandung gizi
yang diperlukan dalam tubuh untuk kesehatan (BPS, 2007).
Pengetahuan gizi dan kesehatan merupakan salah satu jenis
pengetahuan yang dapat diperoleh melalui pendidikan.
Pengetahuan gizi dan kesehatan akan berpengaruh terhadap
pola konsumsi pangan.
27
d) Faktor Lingkungan
Perubahan lingkungan sosial seperti perubahan
kondisi ekonomi karena pensiun dan kehilangan pasangan
hidup dapat membuat lansia merasa terisolasi dari
kehidupan sosial dan mengalami depresi. Akibatnya lansia
kehilangan nafsu makan yang berdampak pada penurunan
status gizi.
e) Kondisi Fisik
Penduduk usia lanjut banyak mengalami penurunan
fisik, sehingga tergolong penduduk yang sudah tidak
produktif. Sebagian besar penduduk lanjut usia termasuk
penduduk yang tidak mempunyai jaminan pendapatan
dihari tuanya. Meskipun penduduk lanjut usia dianggap
tidak produktif, namun banyak penduduk lanjut usia yang
masih bekerja. Penduduk lanjut usia lebih banyak bekerja
disektor pertanian. Tingginya persentase lansia yang
bekerja di bidang pertanian antara lain terkait dengan
tingkat penduduk usia lanjut yang masih rendah
(BPS,2009).
f) Penurunan Aktifitas
Fisik semakin bertambahnya usia seseorang, maka
aktivitas fisik yang dilakukan menurun. Hal ini berkaitan
dengan penurunan kemampuan fisik yang terjadi secara
alamiah. Pada lansia yang aktivitas fisiknya menurun,
asupan energi harus dilakukan untuk mencapai
keseimbangan energi dan mencegah terjadinya obesitas,
karena salah satu faktor yang menentukan berat badan
seseorang adalah keseimbangan antara masukan energi
dengan keluaran energi.
28
g) Pengobatan
Pengobatan yang sedang dijalani lansia dapat
mempengaruhi kebutuhan lansia akan zat gizi. Beberapa
obat misalnya untuk obat pasien kanker, dapat menurunkan
nafsu makan, bahkan dapat menyebabkan mual, muntah,
dan berbagai rasa tidak enak lainya, keadaan ini dapat
berakibat buruk pada pasien.
4. Asupan Lemak
a. Pengertian Lemak
Lemak meliputi senyawa-senyawa heterogen, termasuk
lemak dan minyak yang umum dikenal di dalam makanan,
fosfolipida, sterol, danikatan lain sejenis yang terdapat di dalam
makanan dan tubuh manusia (Almatsier, 2009).
b. Jenis-Jenis lemak
1) Lemak jenuh adalah lemak yang dalam struktur kimianya
mengalami asam lemak jenuh. Konsumsi lemak jenis ini dalam
jumlah berlebihan dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam
darah. Lemak jenis ini dapat meningkatkan kadar kolesterol dan
trigliserida yang merupakan komponen-komponen lemak di
dalam darah yang berbahaya bagi kesehatan. Bahan makanan
yang banyak mengandung lemak jenuh adalah lemak hewan,
lemak susu, lemak mentega, keju, krim, santan, minyak kelapa,
margarin, kue-kue yang terbuat dari bahan tersebut (Fatmah,
2010).
2) Lemak tak jenuh merupakan lemak yang memiliki ikatan
rangkap yang terdapat di dalam minyak (lemak cair) dan dapat
berada dalam dua bentuk yaitu isomer cis dan trans (Fatmah,
2010). Jenis lemak tak jenuh :
a) Lemak tak jenuh tunggal memiliki sedikit pengaruh
terhadap peningkatan kadar kolesterol darah. Bahan
29
makanan yangmengandung lemak tak jenuh tunggal adalah
minyak zaitun, minyak biji kapas, minyak biji wijen dan
minyak kelapa sawit.
b) Minyak tak jenuh ganda dapat mengurangi kadar kolesterol
dan trigliserida darah. Lemak tak jenuh ganda ini terdapat
banyak dalam minyak kedelai, minyak zaitun dan minyak
ikan. Dari uraian diatas, diketahui bahwa tidak semua lemak
berbahaya bagi kesehatan, karena asam lemak tak jenuh
melindungi jantung dan pembuluh darah dengan cara
menurunkan kolesterol dan trigliserida darah.
c) Kolesterol merupakan salah satu senyawa kimia golongan
lipid atau lemak yang terdapat dalam makanan dan tubuh
kita. Sumber kolesterol ada dua yaitu kolesterol eksogen
yang berasal dari makanan kita sehari-hari dan kolesterol
endogen yang dibuat dildalam sel tubuh terutama hati.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Asupan Lemak
Asupan makan yang berlebih dapat menyebabkan obesitas,
misalnya karena penumpukan lemak. Kebiasaan konsumsi lemak
jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat badan yang berisiko
terjadinya peningkatan tekanan darah. Kebiasaan sering
mengkonsumsi lemak terutama lemak jenuh 3 kali dalam seminggu
terbukti dapat meningkatkan faktor risiko terjadinya peningkatan
tekanan darah. Konsumsi lemak jenuh yang berlebih, lambat laun
akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Akibatnya
pembuluh darah menjadi tidak elastis. Kondisi ini akan
mengakibatkan tahanan aliran darah dalam pembuluh menjadi
naik. Naiknya tekanan sistolik yang diakibatkan oleh pembuluh
darah yang tidak elastis dan naiknya tekanan diastolik yang
diakibatkan oleh penyempitan pembuluh darah yang menyebabkan
tekanan darah tinggi (Ariyani, 2010).
30
Hasil penelitian Sugiharto (2007) menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan antara asupan lemak dengan tekanan
darah. Hal ini disebabkan karena kebiasaan mengkonsumsi lemak
terutama lemak jenuh terlalu berlebih. Orang dengan kebiasaan
mengkonsumsi lemak jenuh akan berisiko terserang tekanan darah
tinggi sebesar 2,01 kali dibandingkan yang tidak biasa
mengkonsumsi lemak jenuh.
Faktor yang dapat mempengaruhi asupan lemak yaitu
kebiasaan mengkonsumsi gorengan, makanan bersantan dapat
meningkatkan asupan makanan berlemak. Lemak dalam bahan
makanan memiliki cita rasa dan keharuman yang baik (Yuniastuti,
2007). Menurut Atkinson (2005) makanan tinggi lemak memiliki
rasa yang lebih enak dibandingkan makanan yang rendah lemak.
d. Hubungan Asupan Lemak, Status Gizi dengan Kadar
Kolesterol
Masalah gizi merupakan gangguan masalah kesehatan dan
kesejahteraan sesorang, kelompok orang tua atau masyarakat
sebagai bentuk ketidak seimbangan antara asupan dengan
kebutuhan yang mengakibatkan malnutrisi. Faktor yang dapat
mempengaruhi status gizi salah satunya yaitu pola makan dan
asupan makan yang di konsumsi sehari-hari (Cakrawati dan
Mustika, 2013).
Kadar kolesterol darah dipengaruhi konsumsi makanan
sehari-hari yang masuk (diet). Menurut penelitian Adhiyani (2013),
yang gemar mengkonsumsi makanan berlemak memiliki kadar
kolesterol total meningkat sebesar 20,8%. Kadar kolesterol orang
Jepang rata-rata rendah karena konsumsi nasi dan sayur-sayuran
serta ikan sehingga risiko PJK lebih rendah dari Amerika. Orang
amerika rata-rata konsumsi makanan mengandung lemak dan
kolesterol tinggi sehingga kadar kolesterol cenderung meningkat
dan memiliki risiko PJK lebih tinggi.
31
Hasil penelitian Sari, dkk (2014) didapatkan bahwa rata-
rata asupan lemak responden sebesar 49,3 gram/hari, dimana
asupan lemak memiliki hubungan yang signifikan dengan kadar
kolesterol LDL. Proporsi responden yang berisiko
hiperkolesterolemia lebih banyak ditemukan pada responden
dengan asupan lemak berlebih (80,5%) dibandingkan dengan
responden yang asupan lemaknya tidak berlebih (73,2%), dimana
responden dengan asupan lemak berlebih (≥ 25% total energi)
berisiko 1,5 kali memiliki kadar kolesterol LDL yang tinggi
dibandingkan dengan responden yang mengkonsumsi lemak < 25%
total energi.
Penelitian Septianggi, dkk (2013) pada pasien PJK rawat
jalan di RSUD Tugurejo Semarang menunjukkan bahwa 28
responden (100%) kadar kolesterol tinggi (>200 mg/dl) memiliki
status gizi lebih (overweight) yaitu sebanyak 17 responden (60,7%)
dan asupan lemak rata-rata >25% (asupan lebih) sebanyak 15
respondek (53,6%). Sehingga terdapat hubungan yang signifikan
antara asupan lemak berlebih dengan asupan kolesterol dengan
kadar kolesterol total.
32
B. Kerangka Teori
Sumber : Fatmah (2010) ; Durstine (2012) dan {NHLBI (2012) dalam
Adhiyani, 2013}.
Gambar 1. Kerangka Teori
C. Kerangka Konsep
Gambar 2. Kerangka Konsep
Faktor risiko yang
tidak dapat diubah :
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Genetik
Status Gizi
Kadar Kolesterol
Asupan Lemak
Faktor risiko yang
dapat diubah :
1. Asupan Zat Gizi
2. Status Gizi (IMT)
3. Aktifitas Fisik
Kadar Kolesterol
33
D. Hipotesis
Ha : Ada hubungan asupan lemak dengan kadar kolesterol di Posyandu
Lansia Desa Sugihan Boyolali.
Ha : Ada hubungan status gizi dengan kadar kolesterol di Posyandu
Lansia Desa Sugihan Boyolali.
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional
analitik yaitu penelitian yang menjelaskan adanya pengaruh antara
variabel-variabel, melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan
sebelumnya (Notoatmojo, 2012).
Penelitian ini menggunakan rancangan Cross Sectional, karena
variabel asupan lemak, status gizi dan kadar kolesterol diukur atau
dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan dilakukan pada situasi
yang sama (Saryono dan Anggraini, 2013).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Posyandu Lansia Desa Sugihan
Boyolali.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2017.
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian (Arikunto,
2010). Populasi dalam penelitian ini yaitu 150 orang lansia berusia ≥45
tahun di Desa Sugihan Boyolali.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti
(Arikunto, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah lansia berusia
45– 90 tahun di Posyandu Lansia Desa Sugihan Boyolali. Sampel pada
penelitian ini memiliki kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :
35
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria yang perlu dipenuhi oleh
setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel
(Notoatmojo, 2012). Yang menjadi kriteria inklusi dalam
penelitian ini adalah :
1) Bersedia menjadi sampel penelitian.
2) Berusia45 – 90tahun.
3) Berada di wilayah Posyandu Lansia Desa Sugihan Boyolali.
4) Tidak sedang mengkonsumsi obat kolesterol.
5) Tidak pikun atau dimensia.
6) Tidak mengalami gangguan jiwa.
7) Dapat berkomunikasi dengan baik.
8) Dapat berdiri dengan tegak (tidak bungkuk)
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang
dapat diambil sebagai sampel (Notoatmojo, 2012). Kriteria
eksklusi dalam penelitian ini adalah :
1) Menderita penyakit komplikasi (Diabetes Melitus, Ginjal dan
Jantung).
2) Subyek meninggal pada saat penelitian.
c. Besar Sampel
Perhitungan perkiraan jumlah sampel dalam satu populasi
dalam penelitian ini menggunakan rumus Lemeshow (1997),
adalah sebagai berikut :
( ) ( )
( ) ( )
Keterangan :
n =Besar sampel
N = Besar populasi
36
Z² -α/2 = Nilai Z pada batas atas untuk tingkat kepercayaan
95% = 1,96
P = Proporsi prevalensi (50% = 0.5)
d² = Presisi yang digunakan 10% (0,1)
Perhitungan perkiraan besar sampel sebagai berikut :
( ) ( )
2( ) ( )
( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( )
( )
( )
orang
Berdasarkan rumus tersebut, maka besar sampel yang
dibutuhkan sebesar 59 orang, ditambah kemungkinan drop out
sebesar 10% jumlah responden akhir sebesar 65 orang.
d. Teknik Sampling
Pada penelitian ini menggunakan Simple random sampling
yaitu pengambilan sampel dengan memberi kesempatan pada
semua populasi untuk menjadi sampel dengan cara acak/mengundi.
37
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang bila berubah akan
mengakibatkan perubahan pada variabel lain (Sastroasmoro dan
Ismael, 2010). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah asupan
lemak dan status gizi.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang berubah akibat perubahan
variabel bebas (Sastroasmoro dan Ismael, 2010). Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah kadar kolesterol.
E. Definisi Oprasional
Tabel 5. Definisi Operasional
Variabel Definisi Oprasional Alat Ukur Hasil
Ukur
Skala
Pengukuran
Asupan
Lemak
Jumlah rata-rata asupan
lemak yang berasal dari
konsumsi bahan
makanan dalam satuan
gram yang diperoleh
dari food recall 2x24
jam tidak berturut-turut.
Formulir
food recall
gram Rasio
Status Gizi Keadaan gizi yang
diperoleh dari
perhitungan indeks
massa tubuh (IMT)
berdasarkan WHO
(2000).
Timbangan
injak
digital dan
mikrotoa
kg/m² Rasio
Kadar
Kolesterol
Jumlah kandungan
kolesterol yang berada
dalam darah.
Easy Touch
GCU
mg/dl Rasio
F. Instrumen Penelitian
1. Easy Touch GCU alat ini digunakan sebagai alat untuk mengukur
kadar kolesterol. Cara mengukur kadar kolesterol sebagai berikut :
a. Ambil chip warna kuning masukan ke dalam alat untuk mengecek
alat.
b. Apabila pada layar muncul “OK” artinya alat siap dipakai.
38
c. Setiap botol strip pada gula darah, asam urat dan kolesterol
terdapat chip test.
d. Gunakan strip kolesterol untuk test kolesterol.
e. Pada layar akan muncul angka/kode sesuai pada botol strip.
f. Setelah itu akan muncul gambar tetes darah dan kedip-kedip.
g. Masukan jarum pada lancet/alat tembak berbentuk pen dan atur
kedalaman jarum sesuai nomor.
h. Gunakan kapas alkohol untuk membersihkan ujung jari.
i. Tembakkan jarum pada ujung jari lalu tekan supaya darah keluar.
j. Darah disentuh pada tepi samping strip dan bukan ditetes diatas
tengah strip alat test darah.
k. Sentuh pada bagian garis yang terdapat panah.
l. Darah akan langsung meresap sampai ujung strip dan bunyi beep.
m. Tunggu sebentar, hasil akan keluar beberapa detik pada layar.
n. Cabut jarumnya dari lancet juga stripnya dan buang.
o. Mencatat hasil/kadar kolesterol yang muncul pada layar.
2. Formulir food recall 24 jam digunakan untuk mencatat asupan lemak
subyek 2x24 jam tidak berturut-turut.
3. Timbangan injak digital dengan ketelitian 0,1 kg untuk menimbang
berat badan subyek. Cara mengukur berat badan sebagai berikut :
a. Memastikan peralatan lengkap dan berfungsi dengan baik.
b. Meletakkan timbangan ditempat yang rata/datar dan keras.
c. Memastikan alat timbangan menunjukkan angka 0.0 sebelum
dilakukan penimbangan.
d. Pada saat menimbang subyek tidak menggunakan alas kaki
sepatu/sandal.
e. Pada saat menimbang badan tegak lurus dan tidak merunduk.
f. Secara otomatis alat timbang akan menunjukkan hasil
penimbangan.
g. Melakukan pencatatan BB sampel.
39
4. Mikrotoa dengan ketelitian 0,1 cm untuk mengukur tinggi badan
subyek. Cara mengukur tinggi badan sebagai berikut :
a. Memastikan peralatan lengkap dan berfungsi dengan baik.
b. Memasang mikrotoa didinding yang tegak lurus tidak ada lekukan,
tonjolan dan menempel pada dinding.
c. Memasang mikrotoa dengan menggunakan paku.
d. Melakukan pengukuran tinggi badan sampel, badan tegak lurus,
punggung, kepala, dan kaki menempel pada dinding tanpa
menggunakan alas kaki sendal/sepatu.
e. Tarik mikrotoa sampai di atas kepala dan baca angka pada
mikrotoa.
f. Melakukan pencatatan TB sampel.
5. Formulir identitas subyek meliputi : umur, tempat tanggal lahir, dan
jenis kelamin.
6. Informed Consent (formulir pernyataan kesediaan menjadi sampel)
7. Formulir permohonan menjadi sampel.
8. Food Model sebagai alat bantu dalam melakukan food recall 2x24 jam.
G. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis dan Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang didapat langsung dari sampel,
meliputi :
1) Data identitas subyek meliputi nama, umur, jenis kelamin,
alamat, pekerjaan, berat badan, tinggi badan, status gizi, kadar
kolesterol, riwayat penyakit dan obat yang dikonsumsi.
2) Data kadar kolesterol.
3) Data berat badan dan tinggi badan.
4) Data asupan lemak.
40
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak
langsung melalui pencatatan buku di Posyandu Lansia Desa
Sugihan Boyolali.
2. Cara Pengumpulan Data
Wawancara dilakukan untuk mengetahui keterangan tentang
data-data yang diperlukan oleh peneliti. Wawancara dilakukan untuk
mengetahui asupan lemak dengan menggunakan instrumen formulir
food recall 24 jam.
H. Teknik Analisa Data
1. Pengolahan Data
a. Editing
Editing adalah memeriksa data yang telah dikumpulkan
dari pertanyaan pada subyek. Data-data yang melalui proses
editing adalah data identitas, data pengukuran kadar kolesterol,
asupan lemak dan status gizi.
b. Coding
Coding adalah upaya mengklasifikasikan data dengan
pemberian kode pada data untuk mempermudah proses selanjutnya
yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan. Data yang di coding sebagai berikut :
1) Umur
1= 45-62 tahun
2= 62-81 tahun
2) Jenis Kelamin
1= Perempuan
2= Laki-laki
3) Asupan Lemak
1= Kurang : < 80% AKG
2= Cukup : 80 – 110% AKG
41
3= Lebih : > 110% AKG
(WNPG, 2004)
4) Status Gizi
1= Kurus : < 18,5 kg/m2
2= Normal : 18,5 – 22,9 kg/m2
3= Gizi lebih : 23,0 – 24,9 kg/m2
4= Obes 1 : 25,0 – 24,9 kg/m2
5= Obes 2 : ≥ 30 kg/m2
(WHO, 2000)
5) Kadar Kolesterol
1= Normal : < 200 mg/dl
2= Batas tinggi : 200 – 239 mg/dl
3= Tinggi : > 240 mg/dl
(Fatmah, 2010)
c. Tabulating
Data yang disajikan dalam bentuk tabel adalah data kadar
koleterol, asupan lemak dan status gizi.
d. Entry Data
Data yang dimasukkan pada proses entry yaitu data kadar
kolesterol, asupan lemak, dan status gizi yang telah melalui proses
coding kedalam program SPSS Versi 17.0. Asupan lemak diolah
menggunakan Nutrysurvey for windows. Data-data yang terkumpul
dianalisa secara univariat dan bivariat dengan program SPSS Versi
17.0.
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Dilakukan untuk mendiskripsikan berbagai variabel yaitu
umur, jenis kelamin, asupan lemak, status gizi dan kadar
kolesterol.
42
b. Analisis Bivariat
Sebelum dilakukan pengujian terhadap data-data penelitian,
terlebih dulu dilakukan uji kenormalan data dengan menggunakan
uji Kolmogorov smirnov. Hasil uji kenormalan data asupan lemak,
status gizi dan kadar kolesterol berdistribusi tidak normal, sehingga
menggunakan uji Rank spearman. Dari hasil uji tersebut
menunjukkan bahwa ada hubungan asupan lemak dan status gizi
dengan kadar kolesterol pada lansia.
I. Jalannya Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Menyusun proposal penelitian.
b. Melakukan survei pendahuluan untuk mengetahui jumlah populasi
subyek.
c. Mengajukan surat ijin melakukan penelitian ke Posyandu Lansia
Desa Sugihan Boyolali.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melakukan koordinasi dengan pihak Posyandu Lansia Desa
Sugihan Boyolali.
b. Pengumpulan data dengan wawancara langsung.
c. Pengukuran berat badan dan tinggi badan secara langsung.
d. Food recall 2x24 jam pada hari ke-2 dan hari ke 4 penelitian.
e. Pemeriksaan kadar kolesterol secara langsung.
3. Tahap Akhir
a. Pengolahan data dengan menggunakan SPSS versi 17.0.
b. Hasil penelitian yang telah diolah kemudian dibahas melalui
analisis data.
43
J. Etika Penelitian
Etika penelitian berguna sebagai pelindung terhadap institusi
tempat penelitian dan peneliti itu sendiri. Penelitian ini dilaksanakan
setelah peneliti memperoleh rekomendasi dari pembimbing dan mendapat
izin dari Ketua STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta. Selanjutnya,
peneliti mengajukan permohonan ijin kepada Pengurus Posyandu Desa
Sugihan Boyolali untuk mendapatkan persetujuan, kemudian melakukan
negoisasi dengan para responden dan meminta persetujuannya untuk jadi
responden dengan menekankan masalah etika yang dilakukan :
1. Informed Consent (lembar persetujuan menjadi sampel)
Tujuannya agar responden mengetahui maksud dan tujuan
penelitian serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika
subyek bersedia menjadi responden maka harus menandatangani
lembar persetujuan menjadi responden. Jika subyek menolak, maka
peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.
(Terlampir)
2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak
mencantumkan nama responden pada hasil pembahasan penelitian
nantinya.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh
peneliti. Informasi yang diberikan oleh responden serta semua yang
dikumpulkan tanpa nama yang dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.
Hal ini tidak dipublikasikan atau diberikan kepada orang lain tanpa
seijin sampel.
K. Jadwal Penelitian
Terlampir
56
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Tempat Penelitian
Posyandu Lansia Desa Sugihan merupakan Posyandu Lansia yang
terletak di Dusun Sugihan Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.
Posyandu Lansia Desa Sugihan laksanakan satu bulan sekali setiap tanggal
10 bersamaan dengan posyandu balita. Jumlah lansia di Posyandu Lansia
Desa Sugihan kurang lebih 150 orang yang terdiri dari 3 RT. Kegiatan
posyandu meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan dan pengukuran
tekanan darah (Profil Desa Sugihan, 2016). Posyandu Desa Sugihan
Kecamatan Andong berada di wilayah Kecamatan Andong dengan batas
wilayah :
1. Sebelah Utara : Desa Pakang, Kecamatan Andong Kabupaten
Boyolali.
2. Sebelah Selatan : Desa Beji, Kecamatan Andong Kabupaten
Boyolali.
3. Sebelah Barat : Desa Sumber Agung, Kecamatan Klego
Kabupaten Boyolali.
4. Sebelah Timur : Desa Mojo, Kecamatan Andong Kabupaten
Boyolali.
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Sampel
a. Umur
Karakteristik sampel berdasarkan umur digolongkan menjadi
2 yaitu 45-62 tahun dan 63-81 tahun. Distribusi sampel
berdasarkan umur dalam penelitian ini dapat diihat pada tabel 6
sebagai berikut :
45
Tabel 6. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur
Umur (Tahun) n %
45-62 53 89,8
63-81 6 10,2
Jumlah 59 100
Sumber : Data Primer Diolah 2017
Berdasarkan distribusi sampel menurut umur menunjukkan
bahwa sebagian besar sampel berusia 45-62 tahun, yaitu sebanyak
53 orang (89,8%). Rata-rata umur sampel 61,17 ± 9,94 tahun.
b. Jenis Kelamin
Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin dalam penelitian
ini dapat dilihat pada tabel 7 sebagai berikut :
Tabel 7. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin n %
Perempuan 46 78
Laki-laki 13 22
Jumlah 59 100
Sumber : Data Primer Diolah 2017
Berdasarkan distribusi sampel jenis kelamin sebagian besar
adalah perempuan sebanyak 46 orang (78%). Hasil tersebut
menunjukkan proporsi perempuan lebih banyak mengalami
peningkatan kolesterol dibandingkan laki-laki.
c. Asupan Lemak
Distribusi sampel berdasarkan asupan lemak pada penelitian
ini dapat dilihat pada tabel 8 sebagaiberikut :
Tabel 8. Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan Lemak
Kategori Asupan Lemak n %
Kurang 5 8,5
Cukup 18 30,5
Lebih 36 61
Jumlah 59 100
Sumber : Data Primer Diolah 2017
Berdasarkan distribusi asupan lemak sampel menunjukkan
bahwa sebagian besar pada kategori lebih sebanyak 36 orang
46
(61%). Rata-rata asupan lemak sampel 53,4 ± 11,46 gr, dengan
asupan lemak minimal yaitu 32,79 gr dan maksimal 79,06 gr.
d. Status Gizi
Distribusi sampel berdasarkan status gizi pada penelitian ini
dapat dilihat pada tabel 9 sebagai berikut :
Tabel 9. Distribusi Sampel Berdasarkan Status Gizi
Kategori Status Gizi n %
Kurus 12 20,3
Normal 27 45,8
Gizi Lebih 4 6,8
Obes 1 13 22
Obes 2 3 5,1
Jumlah 59 100
Sumber : Data Primer Diolah 2017
Berdasarkan tabel distribusi sampel status gizi sebagian besar
pada kategori normal sebanyak 27 orang (45,8%). Rata-rata nilai
IMT 22,01 ± 4,35 kg/m2, dengan nilai minimal IMT yaitu 13,74
kg/m2
dan nilai maksimal 38,30 kg/m2.
e. Kadar Kolesterol
Distribusi sampel berdasarkan kadar kolesterol pada penelitian
ini dapat dilihat pada tabel 10 sebagai berikut :
Tabel 10. Distribusi Sampel Berdasarkan Kadar Kolesterol
Kategori Kadar Kolesterol n %
Normal 26 44,1
Batas Tinggi 20 33,9
Tinggi 13 22
Jumlah 59 100
Sumber : Data Primer Diolah 2017
Berdasarkan tabel distribusi sampel kadar kolesterol sebagian
besar pada kategori normal sebanyak 26 (44,1%). Rata-rata kadar
kolesterol lansia 205,8 ± 4,35 mg/dl. Nilai minimal kadar
kolesterol sebesar 123 mg/dl dan maksimal 402 mg/dl.
47
2. Hubungan Asupan Lemak dengan Kadar Kolesterol
Penelitian ini mengunakan formulir food recall 2x24 jam dan
pemeriksaan kadar kolesterol. Hasil penelitian hubungan asupan lemak
dengan kadar kolesterol lansia dapat dilihat pada tabel 11berikut :
Tabel 11. Distribusi Kadar Kolesterol Berdasarkan Asupan
Lemak
Asupan
Lemak
Kadar Kolesterol Total
Normal Batas Tinggi Tinggi
n % n % n % n %
Kurang 1 20 1 20 3 60 5 100
Cukup 6 33,3 5 27,8 7 38,9 18 100
Lebih 19 52,8 14 38,9 3 8,3 36 100
Jumlah 26 44,1 20 33,9 13 22 59 100
Sumber : Data Primer Diolah 2017
Berdasarkan tabel 11 sampel dengan asupan lemak lebih
sebanyak 36 orang dan sebagian besar diantaranya memiliki kadar
kolesterol normal sebanyak 19 orang (52,8%). Sampel dengan
asupan lemak cukup sebanyak 18 orang dan sebagian besar
diantaranya memiliki kadar kolesterol tinggi sebanyak 7 orang
(38,9%). Sampel yang mempunyai asupan lemak kurang sebanyak
5 orang dan sebagian besar memiliki kadar kolesterol tinggi
sebanyak 3 orang (60%).
Tabel 12. Hasil Korelasi Asupan Lemak dengan Kadar
Kolesterol
Variabel x ± SD rs p*
Asupan Lemak (gr) 53,4 ± 11,46 0,642 0,000
Kadar Kolesterol (mg/dl) 205,81 ± 60,2
*Rank Spearmant
Berdasarkan hasil uji Rank Spearman penelitian ini terdapat
hubungan asupan lemak dengan kadar kolesterol pada lansia
dengan nilai p = 0,000 berarti ada hubungan asupan lemak dengan
kadar kolesterol pada lansia. Nilai Correlation Coefficient 0,642
terdapat korelasi positif artinya semakin tinggi asupan lemak maka
akan semakin tinggi kadar kolesterol. Rata-rata asupan lemak 53,4
± 11,46 gr dan rata-rata kadar kolesterol 205,81 ± 60,2 mg/dl.
48
3. Hubungan Status Gizi dengan Kadar Kolesterol
Penelitian ini menggunakan pengukuran antropometri tinggi badan,
berat badan dan pemeriksaan kadar kolesterol. Hasil penelitian
hubungan status gizi dengan kadar kolesterol lansia dapat dilihat pada
tabel 13berikut :
Tabel 13. Distribusi Kadar Kolesterol Berdasarkan Status Gizi
Status Gizi
Kadar Kolesterol Total
Normal Batas Tinggi Tinggi
n % n % n % n %
Kurus 12 100 0 0 0 0 12 100
Normal 13 48,1 12 44,4 2 7,4 27 100
Gizi Lebih 1 25 3 75 0 0 4 100 Obes 1 0 0 5 5,1 8 61,5 13 100 Obes 2 0 0 0 38,5 3 100 3 100 Jumlah 26 44,1 20 33,9 13 22 59 100
Sumber : Data Primer Diolah 2017
Berdasarkan tabel 13 menunjukkan bahwa sampel dengan
status gizi normal sebanyak 27 orang dan sebagian besar
diantaranya memiliki kadar kolesterol normal sebanyak 13 orang
(48,1%). Sampel yang mempunyai status gizi lebih sebanyak 4
orang dan sebagian besar diantaranya memiliki kadar kolesterol
batas tinggi 3 orang (75%). Sampel yang mempunyai status gizi
obes 1 sebanyak 13 orang dan sebagian besar diantaranya memiliki
kadar kolesterol tinggi sebanyak 8 orang (61,5%). Sampel yang
mempunyai status gizi obes 2 sebanyak 3 orang (100%) ketiganya
memiliki kadar kolesterol dalam kategori tinggi.
Tabel 14. Hasil Uji Korelasi Status Gizi dengan Kadar
Kolesterol
Variabel x ± SD rs p*
Status Gizi (kg/m2) 22,01 ± 4,35
0,859 0,000 Kadar Kolesterol (mg/dl) 205,81 ± 60,2
*Rank Spearmant
Berdasarkan hasil uji Rank Spearman penelitian ini ada
hubungan status gizi dengan kadar kolesterol pada lansia dengan
nilai p = 0,000. Nilai Correlation Coefficient 0,859 terdapat
korelasi positif artinya semakin tinggi status gizi maka akan
49
semakin tinggi kadar kolesterol. Rata-rata status gizi 22,01 ± 4,35
kg/m2 dan rata-rata kadar kolesterol 205,81 ± 60,2 mg/dl.
C. Pembahasan
1. Karakteristik Sampel
a. Umur
Sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang berada di
Posyandu Desa Sugihan Boyolali yang berjumlah 59 sampel yang
memiliki kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil pengolahan data
diketahui bahwa sebagian besar sampel berumur 45-62 tahun yaitu
sejumlah 53 orang (89,8%). Menurut Suiraoka (2012), tingkat
kolesterol serum total meningkat dengan meningkatnya umur. Pada
pria peningkatan ini terhenti sekitar umur 45-50 tahun. Pada wanita
peningkatan terjadi hingga umur 60-65 tahun.
Umur dewasa memiliki risiko lebih tinggi peningkatan kadar
kolesterol total, karena semakin bertambahnya umur seseorang akan
terjadi perubahan komposisi tubuh yang dapat menyebabkan lemak
tubuh meningkat. Peningkatan lemak tubuh dapat meningkatkan
kadar kolesterol total (Badriyah, 2013).
Menurut Soetardjo (2011) pada umumnya dengan
bertambahnya usia orang dewasa, aktifitas menurun, massa tubuh
tanpa lemak menurun, sedangkan jaringan lemak bertambah
sehingga kolesterol darah tinggi. Perubahan tersebut karena aktifitas
beberapa jenis hormon yang mengatur metabolisme menurun sesuai
dengan umur (seperti insulin, hormon pertumbuhan, dan androgen)
sedangkan yang lain meningkat (seperti prolaktin). Penurunan
beberapa jenis hormon ini menyebabkan penurunan massa lemak.
Hal tersebut juga disebabkan karena menurunnya aktifitas fisik
dengan bertambahnya umur yang dapat menyebabkan menurunnya
Angka Metabolisme Basal (AMB) (Soetardjo, 2011). Menurut
Fatmah (2010) lemak tubuh meningkat sekitar 2%, dari berat badan
50
per 10 tahun setelah usia 30 tahun, sehingga total lemak tubuh
meningkat 10-15% sepanjang usia.
b. Jenis Kelamin
Sampel dalam penelitian ini sebagian besar berjenis kelamin
perempuan sebanyak 46 orang (78%).Hasil tersebut menunjukkan
proporsi perempuan lebih banyak mengalami peningkatan kadar
kolesterol dibandingkan laki-laki. Kadar kolesterol perempuan
sebelum menapouse lebih tinggi dibandingkan laki-laki (Djohan,
2004).
Menurut Krinke (2002), perubahan fisiologi orang dewasa
berbeda antara laki-laki dan perempuan, terutama pada perempuan
dipengaruhi oleh hormon esterogen. Berkurangnya hormon estrogen
saat menopause menyebabkan distribusi lemak tubuh meningkat dan
akibatnya kolesterol total meningkat.
Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Bintanah dan
Muryati (2008) di RSU Kraton Kabupaten Pekalongan didapat
hiperkolesterolemia terjadi sekitar umur 55-64 tahun. Dalam
penelitian ini usia sampel 45-81 tahun, dan sebagian besar berjenis
kelamin perempuan. Sebelum menapause, estrogen berfungsi
meningkatkan anabolisme protein serta pembentukan HDL dan
LDL. Hormon ini juga mengurangi konsentrasi LDL sehingga risiko
aterosklerosis rendah. Sedangkan perempuan menopause terjadi
defisiensi estrogen berakibat kadar kolesterol meningkat sehingga
risiko aterosklerosis bertambah (Silbernagl, 2003).
c. Asupan Lemak
Nilai rata-rata asupan lemak 59 sampel dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa responden yang memiliki asupan lemak
sebagian besar pada kategori lebih sebanyak 36 orang (61%). Rata-
rata asupan lemak sampel 53,4 ± 11,46 gr, dengan asupan lemak
minimal yaitu 32,79 gr dan maksimal yaitu 79,06 gr. Hasil tersebut
51
dapat disimpulkan bahwa asupan lemak rata-rata lansia melebihi
AKG.
Salah satu faktor penyebab meningkatnya kadar kolesterol
pada lansia yaitu asupan lemak dalam tubuh yang berlebih.Asupan
lemak akan mempengaruhi jaringan adiposa terutama lemak viseral
untuk mengekspresikan respon terhadap berbagai rangsangan salah
satunya adalah peningkatan pengeluaran asam lemak bebas oleh
jaringan adiposa yang dapat merangsang peningkatan sekresi VLDL
di hepar yang selanjutnya akan menghasilkan peningkatan
trigliserida, LDL, dan penurunan HDL (Wang dkk, 2011).
Mekanisme yang dapat mendasari hal tersebut adalah makanan yang
tinggi lemak akan menyebabkan kadar LDL dan kolesterol di
sirkulasi meningkat (Murray dkk, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat 61% sampel
memiliki asupan lemak dalam kategori lebih. Seiring bertambahnya
usia kandungan lemak tubuh semakin meningkat, terutama lemak
tubuh yang berada didaerah jaringan adiposa viseral. Pada jaringan
adiposa ini akan melepaskan asam lemak bebas dengan kadar yang
tinggi kedalam sirkulasi portal, sehingga mengganggu metabolisme
dihati dan merangsang hati untuk memproduksi VLDL, partikel
VLDL ini yang akan diubah menjadi partikel LDL dan
mempengaruhi kadar LDL,HDL dan kadar kolesterol (Lavie, 2009).
d. Status Gizi
IMT merupakan indikator yang dapat menentukan status gizi
pada lansia. Nilai rata-rata status gizi 59 sampel sebagian besar
pada kategori normal sebanyak 27 orang. Rata-rata status gizi
menurut IMT 22,01 ± 4,35 kg/m2. Nilai minimal IMT yaitu 13,74
kg/m2
dan nilai IMT maksimal 38,30 kg/m2.
Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar sampel
memiliki status gizi normal. Kadar kolesterol tinggi tidak selalu
dipengaruhi oleh status gizi yang berlebih ataupun obesitas, akan
52
tetapi lebih dipengaruhi pada konsumsi makanan yang banyak
mengandung lemak dan kolesterol, seperti mengkonsumsi
gorengan, daging, jeroan dan telur yang dapat meningkatkan kadar
kolesterol dalam darah meningkat (Sofia, 2008). Sesuai dengan
analisis data meskipun tertinggi status gizi dalam kategori normal
namun terdapat hubungan antara status gizi dengan kadar
kolesterol. Terdapat korelasi positif yang berarti semakin
meningkat status gizi seseorang maka semakin tinggi kadar
kolesterol.
e. Kadar Kolesterol
Kolesterol merupakan komponen esensial membran
struktural semua sel dan merupakan komponen utama sel otak dan
saraf. Kolesterol terdapat dalam konsentrasi tinggi dalam jaringan
kelenjar dan di dalam hati di mana kolesterol disintesis dan
disimpan. Kolesterol merupakan bahan antara pembentukan
sejumlah steroid penting, seperti asam empedu, asam folat, hormon-
hormon adrenal korteks, estrogen, androgen, dan progesteron
(Almatsier, 2009).
Hasil penelitian ini didapatkan nilai rata-rata kadar kolesterol
59 sampel yaitu 205,81 gr/dl. Berdasarkan karakteristik kadar
kolesterol sebagian besar pada kategori normal sebanyak 26 orang
(44,1%).
Untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan
kadar kolesterol total dilakukan penelitian tentang variabel-variabel
apa saja yang diduga berhubungan dengan kadar kolesterol total.
Madupa (2006) menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara umur, jenis kelamin, dan status gizi dengan tingkat kolesterol
total. Sesuai dengan Murti (2009) menyatakan bahwa ada hubungan
asupan kolesterol makanan dengan kadar kolesterol total.
53
2. Hubungan Asupan Lemak dengan Kadar Kolesterol
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan asupan
lemak dengan kadar kolesterol pada lansia dengan nilai p = 0,000.
Nilai Correlation Coefficient 0,642 terdapat korelasi positif artinya
semakin tinggi asupan lemak maka akan semakin tinggi kadar
kolesterol. Rata-rata asupan lemak 53,4 ± 11,46 gr dan rata-rata kadar
kolesterol 205,81 ± 60,2 gr/dl.
Asupan lemak memberikan kalori lebih banyak dari pada
karbohidrat dan protein. Jika asupan seseorang berlebih akan
menyebabkan penimbunan lemak pada jaringan tubuh yang dapat
mempengaruhi kadar kolesterol total darah.Menurut Badriyah (2013),
peningkatan asupan lemak dapat meningkatkan asupan kolesterol total,
karena lemak makanan sebagian besar dalam bentuk trigliserid
mengalami hidrolisis menjadi trigliserida, monogliserida, dan asam
lemak bebas. Asam lemak bebas ini selanjutnya mengalami oksidasi
menjadi Asetil-KoA untuk menghasilkan energi. Hal tersebut sesuai
pendapat Waspadji (2003), bahwa lemak makanan merupakan
komponen makanan yang berpengaruh paling besar terhadap
pengaturan metabolisme kolesterol, sehingga asupan lemak yang
berlebihan dapat meningkatkan kadar kolesterol total.
Faktor makanan yang paling berpengaruh terhadap kadar
kolesterol total darah adalah lemak total, lemak jenuh dan energi total.
dengan mengurangi lemak total dalam makanan, jumlah energi total
akan ikut berkurang (Alamtsier, 2004). Menurut Dustrine (2012)
menyatakan bahwa lemak jenuh banyak terdapat pada lemak hewani,
makanan laut, produk olahan susu dan kulit daging unggas. Beberapa
minyak nabati juga mengandung lemak jenuh tinggi seperti minyak
kelapa dan minyak kelapa sawit. Diet yang kaya lemak jenuh dapat
meningkatkan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL lebih dari
kolesterol makanan.
54
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Situmeang (2011)
dan Hidayati et al (2006) bahwa ada hubungan yang bermakna antara
konsumsi lemak dengan tingkat kolesterol total. asupan lemak yang
tinggi berisiko 6,48 kali terjadi hiperkolesterolemia.
3. Hubungan Status Gizi dengan Kadar Kolesterol
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan
status gizi dengan kadar kolesterol pada lansia dengan nilai p = 0,000
yang berarti ada hubungan status gizi dengan kadar kolesterol pada
lansia. Nilai Correlation Coefficient 0,859 terdapat korelasi positif
artinya semakin tinggi status gizi maka akan semakin tinggi kadar
kolesterol. Rata-rata status gizi menurut IMT 22,01 ± 4,35 kg/m2 dan
rata-rata kadar kolesterol 205,81 ± 60,2 gr/d.
IMT merupakan alat ukur untuk menilai status gizi seseorang.
Ketika nilai IMT seseorang diatas ambang batas normal menunjukkan
status gizinya berlebih. Gizi lebih menyimpan kelebihan energi dalam
bentuk lemak tubuh yang berpengaruh terhadap peningkatan kolesterol
darah (Badriyah, 2013).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Madupa
(2006) menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara IMT
dengan tingkat kolesterol total.Hasil penelitian Humayun et al (2009),
menyatakan bahwa peningkatan hiperkoleterolemia selaras dengan
peningkatan IMT dengan kejadian dislipidemia baik laki-laki maupun
perempuan, tetapi ada perbedaan setelah umur 60 tahun. Pada
perempuan kejadian dislipidemia pada semua umur meningkat sesuai
dengan kategori IMT dan terjadi peningkatan derastis pada umur diatas
59 tahun.
55
D. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu peneliti belum bisa
mengendalikan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kadar
kolesterol seperti asupan zat gizi lain yaitu asupan energi, karbohidrat,
protein, kolesterol, serat, vitamin c, aktifitas fisik dan genetik.
56
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan asupan lemak dan
status gizi dengan kadar kolesterol pada lansia di Posyandu Desa Sugihan
Andong Boyolali dapat disimpulkan bahwa :
1. Asupan lemak sebagian besar pada kategori lebih sebanyak 36 orang
(61%). Rata-rata asupan lemak 53,4 ± 11,46 gr, dengan asupan lemak
minimal yaitu 32,79 gr dan maksimal 79,06 gr.
2. Status gizi sebagian besar pada kategori normal sebanyak 27 orang
(45,8%). Rata-rata status gizi menurut IMT 22,01 ± 4,35 kg/m2. Nilai
IMT minimal yaitu 13,74 kg/m2
dan nilai maksimal IMT 38,30 kg/m2.
3. Kadar kolesterol sebagian besar pada kategori normal sebanyak 26
orang (44,1%). Rata-rata kadar kolesterol 205,8 ± 4,35. Nilai minimal
kadar kolesterol 123 gr/dl dan maksimal 402 gr/dl.
4. Ada hubungan asupan lemak dengan kadar kolesterol di Posyandu lansia
Desa Sugihan Andong Boyolali (p = 0,000).
5. Ada hubungan status gizi dengan kadar kolesterol di Posyandulansia
Desa Sugihan Andong Boyolali (p = 0,000).
B. SARAN
1. Bagi Kader Posyandu
Perlu dilakukan penyuluhan tentang kesehatan secara rutin bagi
lansia.
2. Bagi Peneliti Lain
Perlu dilakukan penelitian sejenis dengan menambah variabel lain
yang mempengaruhi kadar kolesterol diantaranya asupan zat gizi
makro ( energi, protein, karbohidrat), asupan serat, asupan kolesterol,
aktifitas fisik dan genetik.
DAFTAR PUSTAKA
Adhiyani, C. 2013. Hubungan Usia dan Konsumsi Makanan Berlemak dengan
Kolesterol Total pada Lansia di Kelurahan Serengan Surakarta. Jurnal
aaknasional. Program Diploma Akademi Analisis Kesehatan Nasional
Surakarta. Surakarta.
Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.
. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.
. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.
. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Angka Kecukupan Gizi (AKG). 2013. Tabel Angka Kecukupan Gizi 2013 Bagi
orang Indonesia.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi
Revisi). Jakarta : Rineka Cipta.
Ariyani, T. 2010. Asupan Lemak sebagai Faktor Risiko Hipertensi Esensial
pada Lansia di Posyandu Ngudi Waras Surakarta. Skripsi. Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Atkinson, R. L. 2005. Etiologis of Obesity. Didalam : The Managemen Eating
Disorders and Obesity, Ed. Dj. Goldstein, editor. Totowa : Humawa
Press, Inc.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2007. Jumlah Lansia di Indonesia. Jakarta.
. 2009. Pertumbuhan dan Perkembangan Jumlah
Lansia di Indonesia. Jakarta.
Badriyah. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kadar Kolesterol
Total pada Anggota Klub Senam Jantung UIN Jakarta. Skripsi.
Program Studi Kesehatan Masyarakat. Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Botham, K.M, dan Mayes, P.A. 2009. Sintesis, Transport, & Ekskresi
Kolesterol. In: Murray R.K, Granner D.K, dan Rodwell, V.W.
Biokimia Harper. Edisi 27. Jakarta: EGC.
Bull, Eleoner. 2007. Kolesterol. Jakarta : Erlangga.
Bintanah, S dan Handarsari, E. 2012. Asupan Serat dengan Kadar Gula Darah,
Kadar Kolesterol Total dan Status Gizi pada Pasien Diabetus Militus
Tipe 2 di Rumah Sakit Roemani Semarang. Jurnal Unimus. Seminar
Hasil-hasil Penelitian-LPPM UNIMUS 2012.
Cakrawati dan Mustika NH, Dewi. 2012. Bahan Pangan, Gizi ,Dan Kesehatan.
Bandung : Alfabeta.
Djohan T. B. A. 2004. Penyakit Jantung Koroner dan Hipertensi. USU
Djojosoebagio S, Piliang WG. 1998. Nuttrisi Lemak Dalam : Fisiologi Nutrisi.
Edisi Ke 2. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Doewes M. 2011. Indonesia Masuk Kelompok Negara Berstruktur Tua.
Jakarta.
Dustrine, L.J. 2012. Program Olahraga : Kolesterol Tinggi. Yogyakarta : PT
Citra Aji Parama.
Fatimah, S dan Kartini, A. 2011. Senam Aerobik dan Konsumsi Zat Gizi Serta
Pengaruhnya Terhadap Kadar Kolesterol Total Darah Wanita. Jurnal
Gizi Klinik Indonesia. Vol. 8, No. 1.
Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Garnadi, Yudi. 2012. Hidup Nyaman Dengan Hiperkoesterol. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: EGC.
Hidayati, Nurul S, Hammam Hadi, W. Lestariana. 2006. Hubungan Asupan Zat
Gizi dan Indeks Massa Tubuh dengan Hiperlipidemia pada Murid
SLTP yang Obesitas di Yogyakarta. Sari Pediatri, Vol. 8, No. 1, Juni :
25-31.
Humayun A, Shah A.S, Sultana R. 2009. Relationship of Body Mass Indeks
and Dislypidemia in Different Age Groups of Male and Female
Population of Peshaware. J Ayub Med Coll Abbottabad 2009 ; 21(2).
Krinke. 2002. Adult Nutrition in : Nutrition Trought The Life Cycle. Edited By
Brown et al. USA : Wadswort Group Thomson Learning.
Kusuma, I.M, Haffidudin M dan Anis P. 2015. Pola Makan dengan
Peningkatan Kadar Kolesterol pada Lansia di Jebres Surakarta. 2(2).
Jurnal Profesi. STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta.
Lavie, Carl J. 2009. Obesity and Cardiovascular Disease : Risk Factor, Paradox
and Impact of Weight Loss. Journal of The American College of
Cardiology I53 (21) : 1925-1932.
Le L.K, Chen P.C, Lee K.K, J. 2006. Prevalence and Risk Faktors of
Hipercholesterolemia Among Thai Men and Woman Receiving
Health Examination. Southeast Asian J Trop Med Public Health. Vol
37 No. 5.
Lemeshow S, Hosmer D.W, Klar J, Lwanga, S.K. 1997. Besar Sampel dalam
penelitian Kesehatan. Yogyakarta : UGM Press.
Madupa, Asli. 2006. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat
Kolesterol Total Orang Dewasa di Perkotaan Indonesia (Analisis Data
Sekunder Susenas dan SKRT 2004). Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Indonesia.
Mumpuni, Y. dan Wulandari, A. 2011. Cara Jitu Mengatasi Kolesterol.
Yogyakarta : Andi Publisher.
Murti, D.K. 2009. Faktor Determinan Terhadap Kadar Kolesterol Total pada
Lansia. Tesis. Program Studi Ilmu Gizi. Universitas Diponegoro.
Murray, R. K., Granner, D. K., & Rodwell, V. W. 2009. Biokimia Harper (27
ed). Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Musti, Ratih. 2011. Hubungan Aktifitas Hidup, Penyakit dan Pola Makan
dengan Status Gizi di PSTW Ilomato Kota Gorontalo. Eprints ung.
Universitas Negri Gorontalo.
Muzakar. 2010. Asupan Vitamin B3 (Niasin), C, E, dan Serat Terhadap
Dislipidemia Pada Penyakit Jantung Koroner di Rs. Dr. Mohammad
Hosein Palembang. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 6(3) : 114-22.
Nastiti, Kharismawati. 2009. Hubungan Indeks Massa Tubuh, Asupan
makanan (Lemak, Kolesterol, Serat), Aktifitas Fisik Dengan Kadar
Kolesterol Darah Pada Siswi SMK Negri 2 Semarang Tahun 2009.
Tesis. Universitas Diponegoro.
Notoatmojo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :
Rineka Cipta.
Notoatmojo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Nugroho, Andri. 2008. Hidup Sehat di Usia Senja. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Nurrahmani, Ulfa. 2012. Stop! Kolesterol Tinggi. Yogyakarta: Falimia (Group
Relasi Intimeda).
Oenzil, Fadil. 2012. Gizi Meningkatkan Kualitas Manula. Jakarta: EGC.
Padila. 2013. Buku Ajar Keperawatan gerontik. Yogyakarta: Nusa Mediaka.
Sari YD, Sri P, Krisnawati B. 2014. Asupan Serat Makanan dan Kadar
Kolesterol-LDL Penduduk Berusia 25-65 Tahun di Kelurahan Kebon
Kelapa Bogor. Panel Gizi Makan, Vol. 37 (1) : 51-58. Depok : FKM
UI.
Saryono dan Anggraini, Mekar Dwi. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif
dan Kuantitaif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Sastroasmoro, S dan Ismael, S. 2010. Dasar-dasar Metodologi Penelitian
Klinis. Ed.3 Cet.2. Jakarta : Sagung Seto (29-56).
Septianggi FN, Tatik M, Hapsari SK. 2013. Hubungan Asupan Lemak dan
Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita
Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal
Gizi. Universitas Muhammadiyah Semarang. Vol. 3. No. 2.
Setiani, Weni D. 2012. Hubungan Antara Riwayat Penyakit, Asupan Protein
dan Faktor-Faktor Lain Dengan Status Gizi Peserta Posyandu Lansia
di Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat Tahun 2011. Skripsi.
FKM UI.
Shah SZA, Devrajani BR, Devrajani T, Bibi I. 2008. Frequency of
Dyslipidemia in Obese versus Nonobese in relation to Body Mass
Index (BMI), Waist Hip Ratio (WHR) and Waist Circumference
(WC). Pak J Pharm Sci. 62 (1) : 27-31.
Silbernagl S, Florian Lang. 2003. Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta. EGC.
Hal : 276
Simanjutak, Elva. 2010. Status Gizi Lanjut Usia di Daerah Pedesaan
Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatra Utara
Tahun 2010. Tesis. Depok : FKM UI.
Sitorus, H. Ronald. 2006. Tiga Jenis Penyakit Pembunuh Utama Manusia.
Bandung : Irama Widya.
Situmeang, N.S.D. 2011. Hubungan Pola Konsumsi Pangan dengan Tingkat
Kolesterol Darah Total pada Pegawai Negri Sipil Dinas Kesehatan
Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011. Skripsi. FKM USU.
Sobari, R.N. 2014. Hubungan Asupan Asam Lemak Jenuh dan Tak Jenuh
dengan Kolesterol HDL pada Pasien Penyakit Jantung Koroner di
RSUD Dr. Moewardi. Skripsi. Surakarta : Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Soetardjo, Susirah. 2011. Gizi Usia Dewasa in: Gizi Seimbang Dalam Daur
Kehidupan. Almatsier et al (Ed). Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Sofia, Sara. 2008. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Biokimia Darah
pada Karyawan PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya. Flontar.ui.Jakarta
: Universitas Indonesia
Sudiarti, T dan Utari, D. 2007. Kecukupan Energi dan Zat Gizi. Jakarta :
Penerbit PT. Raja Grafindo Persada.
Suiraoka, I.P. 2012. Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuha Medika.
Supariasa. 2002. Pengukuran Antropometri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Susenas, BPS RI. 2012. Data lansia di Indonesia.
Waloya T, Rimbawan, Nuri A. 2013. Hubungan Antara Konsumsi Pangan dan
Aktivitas Fisik dengan Kadar Kolesterol Darah Pria dan Wanita
Dewasa di Bogor. Jurnal Gizi dan Pangan. Vol. 8 (1). No. 19-16.
Wang, C.H., Burniat W., Cole T. J. 2011. The Renin Angiotensin System and
The Metabolic Syndrome. Journal American Medical Association.
Chapel Hill : USA. Hipertension Journal, 3 : 1-13.
Waspadji, Sarwono. 2003. Pengkajian Status Gizi Studi Epidemiologi. Jakarta :
FKUI.
WHO. 2000. CVD Prevention and Control: Missed Opportunities. World
Health Organization.
. 2010. Physical Activity In Guide Community Preventive Services
Website. World Health Organization.
WHO. 2013. CVD Prevention and Control: Missed Opportunities. World
Health Organization.
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG). 2004. Jakarta : Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia.
Yassir M, Mohammed A, and Eman M. 2011. A study on the Prevalence of
Dyslipidemia Disorder Among Residents of Karbala City. The Iraqi
Postgraduate Medical Journal. Vol.10, No.3.
Yuniastuti, A. 2007. Gizi dan Kesehatan. Semarang : Graha Ilmu.
Lampiran 1
JADWAL PENELITIAN
No Kegiatan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan 7 Bulan 8
1 Pembuatan
proposal
2 Ujian
Proposal
3 Revisi
proposal
4 Pengambilan
data
penelitian
5 Analisa data
6 Penyusunan
laporan hasil
penelitian
7 Ujian hasil
penelitian
8 Revisi hasil
penelitian
dan
pengumpulan
skripsi
Lampiran 2
LEMBAR PENJELASAN KEPADA SAMPEL LANSIA DI POSYANDU
LANSIA BOYOLALI
Saya, Siti Khusnul Khotimah akan melakukan penelitian yang berjudul
“Hubungan Asupan Lemak dan Status Gizi dengan Kadar Kolesterol di
Posyandu Lansia Desa Sugihan Boyolali”. Penelitian ini bertujuan mengetahui
Asupan lemak, status gizi dan kadar kolesterol pada lansia.
A. Keikut sertaan dalam penelitian
Bapak/Ibu dan keluarga bebas memilih untuk ikut serta dalam penelitian
ini tanpa ada paksaan. Bila Bapak/Ibu dan keluarga sudah memutuskan
untuk ikut serta, Bapak/Ibu juga bebas untuk mengundurkan diri setiap
saat tanpa dikenakan denda atau sanksi apapun.
B. Prosedur penelitian
Apabila Bapak/Ibu dan keluarga bersedia berpartisipasi dalam penelitian
ini, Bapak/Ibu diminta untuk menandatangani lembar persetujuan ini dua
rangkap, satu untuk Bapak/Ibu simpan dan satu untuk peneliti. Prosedur
selanjutnya adalah :
1. Mengukur berat badan dan tinggi badan Bapak/Ibu.
2. Wawancara digunakan untuk menanyakan : nama, usia, dan
menanyakan makanan sehari yang di konsumsi 2x24 jam tidak
berturut-turut.
3. Pemeriksaan kadar kolesterol untuk mengetahui kadar kolesterol
Bapak/Ibu.
C. Kewajiban subyek penelitian
Sebagai subyek penelitian, Bapak/Ibu berkewajiban mengikuti aturan atau
petunjuk penelitian seperti yang tertulis diatas.
D. Risikodan efek samping
Dalam penelitian ini, tidak terdapat risiko dan efek samping.
E. Manfaat
Keuntungan langsung yang diperoleh adalah mendapatkan hasil
pengukuran kadar kolesterol, status gizi Bapak/Ibu saat itu, dan asupan
lemak sebagai acuan untuk perbaikan.
F. Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas subyek penelitian akan
dirahasiakan dan hanya akan digunakan dalam penelitian.
G. Pembiayaan
Semua biaya yang berkaitan dengan penelitian akan ditanggung oleh
peneliti.
H. Informasi tambahan
Bapak/Ibu dan keluarga diberikan kesempatan untuk menanyakan semua
hal yang belum jelas sehubungan dengan penelitian ini. Sewaktu-waktu
jika membutuhkan penjelasan lebih lanjut, Bapak/Ibu dan keluarga dapat
menghubungi : Siti Khusnul Khotimah (085792705498)
Lampiran 3
PERMOHONAN MENJADI SAMPEL
Subyek yang saya hormati,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Siti Khusnul Khotimah
NIM : 2013030029
Mahasiswa Program Studi S1 Gizi STIKES PKU
Muhammadiyah Surakarta, melakukan penelitian tentang :
HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DAN STATUS GIZI
DENGAN KADAR KOLESTEROL DI POSYANDU LANSIA DESA
SUGIHAN BOYOLALI
Oleh karena itu, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk
menjadi subyek. Jawaban akan saya jaga kerahasiaannya dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian.
Atas bantuan dan kerjasama yang telah diberikan, sayau capkan
terimakasih.
Surakarta, Juli 2016
Peneliti
(Siti Khusnul Khotimah)
Lampiran 4
FORMULIR PERNYATAAN KESEDIAAN SEBAGAI SAMPEL
PENELITIAN
(INFORMED CONCENT)
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Alamat :
No.Telp/HP :
Umur :
Bersedia berpartisipasi sebagai sampel penelitian yang berjudul
“Hubungan Asupan Lemak dan Status Gizi dengan Kadar Kolesterol
di Posyandu Lansia Desa Sugihan Boyolali” yang dilakukan oleh :
Nama : Siti Khusnul Khotimah
NIM : 2013030029
Program Studi : S1 Gizi
PerguruanTinggi : STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
Surakarta, Juli 2016
Subyek
(..................................................)
Lampiran 5
FORMULIR PENGUMPULAN DATA
1. Data Identitas Sampel
No. Identitas :
Nama :
Jenis Kelamin :
Tempat/tanggal lahir :
Umur :
Berat Badan (BB) : Kg
Tinggi Badan (TB) : cm
IMT / Status Gizi : Kg/m² /.........................
Pekerjaan : PNS
Wiraswasta
TNI/ABRI/TENTARA
POLRI
Lain – lain, sebutkan......................
Pemeriksaan kadar kolesterol : mg/dL
Riwayat Penyakit Sekarang : Diabetes militus
Ginjal
Jantung
Hipertensi
Lain – lain, sebutkan....................
Riwayat Penyakit Keluarga : Ada / Tidak
Obat yang di konsumsi :
Lampiran 6
FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM
No. ID : Recall hari ke :
Nama Sampel :
Nama pewawancara :
Hari/tanggal :
NO WAKTU
MAKAN
NAMA
MAKANAN
BAHAN
MAKANAN URT
BERAT
(gr)
No.
Respond
en
L/P Usia
(Th)
BB
(Kg)
TB
(Cm)
Asupan
lemak
(gr)
Tingkat
kecukupan
Lemak (%)
Kategori
Tingkat
Kec.Lemak
IMT
(Kg/m2)
Kategori
Status Gizi
Kadar
Kolesterol
(gr/dl)
Kategori
1 P 50 50 159 49.82 103.40 Cukup 19.78 Normal 155 Normal
2 P 72 50 145 66.99 168.27 Lebih 23.78 Obes 1 209 Batas tinggi
3 P 52 61 154 44.77 76.16 Kurang 25.72 Obes 1 243 Tinggi
4 P 70 33 155 38.66 147.16 Lebih 13.74 Kurus 134 Normal
5 L 67 81 158 71.94 100.54 Cukup 32.4 Obes 2 337 Tinggi
6 L 61 72.4 168 56.33 88.08 Cukup 25.85 Obes 1 253 Tinggi
7 L 81 57.6 150.5 52.26 125.29 Lebih 25.04 Obes 1 204 Batas tinggi
8 L 66 45.8 147 63.66 157.37 Lebih 20.82 Normal 200 Batas tinggi
9 P 64 49.4 140 46.64 97.98 Cukup 19.7 Normal 187 Normal
10 P 60 86.1 150 64.04 77.19 Kurang 38.3 Obes 2 402 Tinggi
11 P 75 37.2 156 35.38 119.44 Lebih 15.5 Kurus 158 Normal
12 p 70 51.9 156 45.09 109.12 Cukup 21.6 Normal 217 Batas tinggi
13 P 65 33.1 144 36.09 136.96 Lebih 16.55 Kurus 134 Normal
14 P 67 46.9 142.5 54.81 146.78 Lebih 23.1 Gizi Lebih 176 Normal
15 P 71 49 145 63.76 163.44 Lebih 23.31 Gizi Lebih 207 Batas tinggi
16 P 64 44 146 46.66 110.04 Lebih 20.64 Normal 190 Normal
17 P 69 34 140 44.12 162.98 Lebih 17.35 Kurus 123 Normal
18 P 45 45 144 64.68 131.75 Lebih 21.70 Normal 223 Batas tinggi
19 P 57 47 150 53.18 117.42 Lebih 20.89 Normal 172 Normal
20 L 57 45 148 46.83 99.27 Cukup 20.54 Normal 154 Normal
21 L 55 46 149.5 56.05 116.23 Lebih 20.58 Normal 160 Normal
22 P 53 62 150 62.32 104.31 Cukup 27.56 Obesitas I 302 Tinggi
23 P 67 46 149.5 42.51 116.08 Lebih 20.58 Normal 197 Normal
24 P 55 47 148 52.98 116.97 Lebih 21.46 Normal 159 Normal
25 P 70 50.4 144.5 48.99 122.07 Lebih 24.23 Obes 1 220 Batas tinggi
26 P 70 36.2 137.6 43.81 152.01 Lebih 19.15 Normal 143 Normal
27 P 55 46.8 155 36.80 81.61 Cukup 19.5 Normal 150 Normal
28 P 45 58 156 55.70 88.03 Cukup 23.86 Gizi lebih 213 Batas tinggi
29 P 48 41 155.2 48.74 108.98 Cukup 17.08 Kurus 135 Normal
30 P 77 43.6 155.3 38 109.47 Cukup 18,09 Kurus 145 Normal
Lampiran 7
MASTER TABEL 1
31 P 62 51.6 141.9 62.20 125.10 Lebih 25.67 Obes 1 251 Tinggi
32 P 77 41.5 157 42.41 128.35 Lebih 16.86 Kurus 164 Normal
33 P 72 51.7 159.2 63.20 153.54 Lebih 20.43 Normal 145 Normal
34 P 65 47.1 143.3 65.21 173.89 Lebih 23.08 Gizi lebih 206 Batas tinggi
35 P 60 40.6 147.5 43.82 112.01 Lebih 18.79 Normal 160 Normal
36 P 78 35.2 143.7 35.84 127.90 Lebih 17.08 Kurus 142 Normal
37 P 72 51.2 141.3 58.38 143.19 Lebih 25.72 Obes 1 334 Tinggi
38 P 65 47.7 151.3 42.65 112.29 Lebih 20.92 Normal 187 Normal
39 P 46 46.9 139.1 40.11 78.40 Kurang 24.30 Normal 200 Batas tinggi
40 P 55 57 153 52.88 96.28 Cukup 24.35 Normal 214 Batas tinggi
41 P 72 36.5 147.1 39.43 135.68 Lebih 16.89 Kurus 165 Normal
42 L 64 42.3 158.2 32.79 73.95 Kurang 16.98 Kurus 132 Normal
43 P 67 40.6 155.1 39.15 121.13 Lebih 16.91 Kurus 159 Normal
44 P 46 68.2 146.3 55.57 74.69 Kurang 31.86 Obes 2 287 Tinggi
45 P 65 42.8 140 45.21 132.65 Lebih 21.83 Normal 216 Batas tinggi
46 P 46 65 153 72.73 102.58 Cukup 27.77 Obes 1 354 Tinggi
47 L 47 70 158 61.24 80.19 Cukup 28.11 Obes 1 253 Tinggi
48 P 50 60 153 56.54 97.80 Cukup 25.64 Obes 1 325 Tinggi
49 P 70 40 140 57.06 179.15 Lebih 20.40 Normal 206 Batas tinggi
50 L 46 60 161 65.54 92.78 Cukup 23.16 Normal 253 Tinggi
51 L 56 53 162 53.48 96.25 Cukup 20.22 Normal 220 Batas tinggi
52 P 60 48 140 79.06 170.94 Lebih 24.48 Obes 1 211 Batas tinggi
53 L 48 57 160 76.95 114.66 Lebih 22.26 Normal 211 Batas tinggi
54 P 50 58 152 68.74 122.99 Lebih 25.10 Obes 1 217 Batas tinggi
55 L 63 50 155 60.81 116.02 Lebih 20.83 Normal 221 Batas tinggi
56 L 53 49 154 56.44 109.86 Cukup 20.67 Normal 203 Batas tinggi
57 P 72 40 150 62.99 197.77 Lebih 17.77 Kurus 142 Normal
58 P 49 47.5 150 69.59 134.31 Lebih 21.11 Normal 245 Tinggi
59 P 55 49.5 152.5 59.04 123.77 Lebih 21.33 Normal 218 Batas tinggi
No.
Responden
Kebutuhan Asupan Lemak
Individu (gr)
Re-call
hari 1
Re-call
hari 2
1 48,18 56,88 42,77
2 39,81 75,66 58,33
3 58,78 28,55 60,89
4 26,27 32,11 45,21
5 71,55 65,66 78,22
6 63,95 70,55 42,11
7 41,71 68,44 36,09
8 40,45 77,55 49,77
9 47,60 35,08 58,21
10 82,96 68,76 59,33
11 29,62 28,66 42,11
12 41,32 37,31 52,88
13 26,35 25,77 46,41
14 37,34 48,51 61,11
15 39,01 86,91 40,61
16 42,4 49,77 43,43
17 27,07 49,71 38,53
18 49,09 59,43 69,94
19 45,29 47,66 58,70
20 47,17 54,12 39,55
21 48,22 65,34 46,77
22 59,74 58,33 66,32
23 36,62 38,88 46,14
24 45,29 57,75 48,22
25 40,13 60,55 37,43
26 28,82 38,16 49,47
27 45,09 25,16 48,45
28 63,27 53,22 58,19
29 44,72 69,32 28,16
30 34,71 51,21 24,79
31 49,72 67,99 56,42
32 33,04 51,15 33,67
33 41,16 67,99 58,42
34 37,50 54,98 75,45
35 39,12 39,11 48,53
36 28,02 21,89 49,79
37 40,77 68,65 48,11
38 37,98 42,18 43,12
39 51,16 40,67 39,55
40 54,92 69,76 36,00
41 29,06 19,06 59,81
42 44,34 45,72 19,87
43 32,32 21,99 56,32
44 74,4 65,39 45,76
45 34,08 34,22 56,21
46 70,90 96,24 49,23
47 76,36 65,71 56,77
48 57,81 43,21 69,87
49 31,85 46,89 67,23
50 70,64 87,43 43,66
51 55,56 41,54 65,43
52 46,25 67,91 90,22
53 67,11 76,98 76,93
54 55,89 65,89 71,59
55 52,41 65,21 56.41
56 51,37 47,89 64,99
57 31,85 49,11 76,87
58 51,81 67,87 71,32
59 47,7 56,87 61.21
MASTER TABEL 2
Lampiran 8
OUTPUT SPSS
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Jenis Kelamin 59 1 2 1.22 .418
Umur (Th) 59 45 81 61.17 9.945
Kat_Umur Responden (Th) 59 1 2 1.10 .305
Berat Badan (Kg) 59 33.0 86.1 49.903 10.9607
Tinggi Badan (Cm) 59 137.6 168.0 150.222 6.8230
Asupan Lemak (gr) 59 32.79 79.06 53.4012 11.46082
Tingkat Kecukupan Lemak
(%)
59 73.95 197.77 120.0427 28.73886
Kategori Kecukupan Lemak 59 1 3 2.53 .653
Indeks Massa Tubuh (Kg/M2) 59 13.74 38.30 22.0156 4.35813
Status Gizi 59 1 5 2.46 1.194
Kadar Kolesterol (gr/dl) 59 123 402 205.81 60.219
Kategori Kadar Kolesterol 59 1 3 1.78 .789
Valid N (listwise) 59
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid P 46 78.0 78.0 78.0
L 13 22.0 22.0 100.0
Total 59 100.0 100.0
Usia Responden (Th)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 45-62 53 89.8 89.8 89.8
63-81 6 10.2 10.2 100.0
Total 59 100.0 100.0
Kategori Kecukupan Lemak
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Kurang 5 8.5 8.5 8.5
Cukup 18 30.5 30.5 39.0
Lebih 36 61.0 61.0 100.0
Total 59 100.0 100.0
Status Gizi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Kurus 12 20.3 20.3 20.3
Normal 27 45.8 45.8 66.1
Gizi Lebih 4 6.8 6.8 72.9
Obes 1 13 22.0 22.0 94.9
Obes 2 3 5.1 5.1 100.0
Total 59 100.0 100.0
Kategori Kadar Kolesterol
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Normal 26 44.1 44.1 44.1
Batas Tinggi 20 33.9 33.9 78.0
Tinggi 13 22.0 22.0 100.0
Total 59 100.0 100.0
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Jenis Kelamin 59 100.0% 0 .0% 59 100.0%
Usia Responden (Th) 59 100.0% 0 .0% 59 100.0%
Asupan Lemak (gr) 59 100.0% 0 .0% 59 100.0%
Tingkat Kecukupan
Lemak (%)
59 100.0% 0 .0% 59 100.0%
Kategori Kecukupan
Lemak
59 100.0% 0 .0% 59 100.0%
Indeks Massa Tubuh
(Kg/M2)
59 100.0% 0 .0% 59 100.0%
Status Gizi 59 100.0% 0 .0% 59 100.0%
Kadar Kolesterol (gr/dl) 59 100.0% 0 .0% 59 100.0%
Kategori Kadar Kolesterol 59 100.0% 0 .0% 59 100.0%
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Jenis Kelamin .481 59 .000 .511 59 .000
Usia Responden (Th) .529 59 .000 .347 59 .000
Asupan Lemak (gr) .090 59 .200* .975 59 .266
Tingkat Kecukupan
Lemak (%)
.089 59 .200* .968 59 .117
Kategori Kecukupan
Lemak
.377 59 .000 .694 59 .000
Indeks Massa Tubuh
(Kg/M2)
.110 59 .072 .933 59 .003
Status Gizi .310 59 .000 .841 59 .000
Kadar Kolesterol (gr/dl) .167 59 .000 .901 59 .000
Kategori Kadar Kolesterol .279 59 .000 .779 59 .000
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Status Gizi * Kategori Kadar Kolesterol Crosstabulation
Kategori Kadar Kolesterol
Total
Normal Batas Tinggi Tinggi
Status Gizi Kurus Count 12 0 0 12
% within Status Gizi 100.0% .0% .0% 100.0%
% of Total 20.3% .0% .0% 20.3%
Normal Count 13 12 2 27
% within Status Gizi 48.1% 44.4% 7.4% 100.0%
% of Total 22.0% 20.3% 3.4% 45.8%
Gizi Lebih Count 1 3 0 4
% within Status Gizi 25.0% 75.0% .0% 100.0%
% of Total 1.7% 5.1% .0% 6.8%
Obes 1 Count 0 5 8 13
% within Status Gizi .0% 38.5% 61.5% 100.0%
% of Total .0% 8.5% 13.6% 22.0%
Obes 2 Count 0 0 3 3
% within Status Gizi .0% .0% 100.0% 100.0%
% of Total .0% .0% 5.1% 5.1%
Total Count 26 20 13 59
% within Status Gizi 44.1% 33.9% 22.0% 100.0%
% of Total 44.1% 33.9% 22.0% 100.0%
Kategori Kecukupan Lemak * Kategori Kadar Kolesterol Crosstabulation
Kategori Kadar Kolesterol
Total Normal Batas Tinggi Tinggi
Kategori Kecukupan Lemak Kurang Count 1 1 3 5
% within Kategori Kecukupan
Lemak
20.0% 20.0% 60.0% 100.0%
% of Total 1.7% 1.7% 5.1% 8.5%
Cukup Count 6 5 7 18
% within Kategori Kecukupan
Lemak
33.3% 27.8% 38.9% 100.0%
% of Total 10.2% 8.5% 11.9% 30.5%
Lebih Count 19 14 3 36
% within Kategori Kecukupan
Lemak
52.8% 38.9% 8.3% 100.0%
% of Total 32.2% 23.7% 5.1% 61.0%
Total Count 26 20 13 59
% within Kategori Kecukupan
Lemak
44.1% 33.9% 22.0% 100.0%
% of Total 44.1% 33.9% 22.0% 100.0%
Correlations
Jenis
Kelamin
Usia
Responden
(Th)
Asupan
Lemak (gr)
Tingkat
Kecukupan
Lemak (%)
Kategori
Kecukupan
Lemak
Indeks
Massa
Tubuh
(Kg/M2)
Status
Gizi
Kadar
Kolesterol
(gr/dl)
Kategori
Kadar
Kolesterol
Spearman's
rho
Jenis Kelamin Correlation
Coefficient
1.000 .227 .216 -.295* -.217 .109 .083 .149 .210
Sig. (2-tailed) . .084 .100 .023 .099 .410 .532 .260 .110
N 59 59 59 59 59 59 59 59 59
Usia Responden
(Th)
Correlation
Coefficient
.227 1.000 .300* -.415
** -.443
** .520
** .504
** .491
** .489
**
Sig. (2-tailed) .084 . .021 .001 .000 .000 .000 .000 .000
N 59 59 59 59 59 59 59 59 59
Asupan Lemak (gr) Correlation
Coefficient
.216 .300* 1.000 .161 .056 .641
** .616
** .642
** .651
**
Sig. (2-tailed) .100 .021 . .222 .675 .000 .000 .000 .000
N 59 59 59 59 59 59 59 59 59
Tingkat Kecukupan
Lemak (%)
Correlation
Coefficient
-.295* -.415
** .161 1.000 .863
** -.296
* -.216 -.300
* -.259
*
Sig. (2-tailed) .023 .001 .222 . .000 .023 .101 .021 .048
N 59 59 59 59 59 59 59 59 59
Kategori
Kecukupan Lemak
Correlation
Coefficient
-.217 -.443**
.056 .863**
1.000 -.319* -.244 -.282
* -.351
**
Sig. (2-tailed) .099 .000 .675 .000 . .014 .062 .031 .006
N 59 59 59 59 59 59 59 59 59
Indeks Massa
Tubuh (Kg/M2)
Correlation
Coefficient
.109 .520**
.641**
-.296* -.319
* 1.000 .925
** .859
** .847
**
Sig. (2-tailed) .410 .000 .000 .023 .014 . .000 .000 .000
N 59 59 59 59 59 59 59 59 59
Status Gizi Correlation
Coefficient
.083 .504**
.616**
-.216 -.244 .925**
1.000 .788**
.756**
Sig. (2-tailed) .532 .000 .000 .101 .062 .000 . .000 .000
N 59 59 59 59 59 59 59 59 59
Kadar Kolesterol
(gr/dl)
Correlation
Coefficient
.149 .491**
.642**
-.300* -.282
* .859
** .788
** 1.000 .930
**
Sig. (2-tailed) .260 .000 .000 .021 .031 .000 .000 . .000
N 59 59 59 59 59 59 59 59 59
Kategori Kadar
Kolesterol
Correlation
Coefficient
.210 .489**
.651**
-.259* -.351
** .847
** .756
** .930
** 1.000
Sig. (2-tailed) .110 .000 .000 .048 .006 .000 .000 .000 .
N 59 59 59 59 59 59 59 59 59
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01
Lampiran 9
Lampiran 12
DOKUMENTASI