perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN JABATAN FUNGSIONAL DOSEN DENGAN
KEPUASAN MAHASISWA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI STIKES
“YOGYAKARTA”
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan untuk Mencapai Derajat Magister
Program Studi Kedokteran Keluarga
Minat Utama: Pendidikan Profesi Kesehatan
Oleh:
Istichomah
S540908109
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN JABATAN FUNGSIONAL DOSEN DENGAN
KEPUASAN MAHASISWA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI STIKES
“YOGYAKARTA”
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan untuk Mencapai
Derajat Magister
Program Studi Kedokteran Keluarga
Minat Utama: Pendidikan Profesi Kesehatan
Oleh:
Istichomah
S540908109
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia – Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis
penelitian dengan judul “ HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN
JABATAN FUNGSIONAL DOSEN DENGAN KEPUASAN MAHASISWA
DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI STIKES YOGYAKARTA ”
dengan baik dan lancar serta dapat selesai tepat pada waktunya. Tesis ini disusun
untuk melengkapi sebagian syarat Magister Kesehatan Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Penyusunan tesis ini dapat terselesaikan atas dukungan, bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini Penulis
menyampaikan ucapan terima kasih sebesar – besarnya kepada :
1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta
2. Prof. Prof.Dr.Suranto,M.Sc,Ph.D selaku Direktur Program Pasca Sarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta
3. Prof.Dr.dr.Didik Tamtomo,MM,M.Kes selaku Ketua Program Studi
Kedokteran KeluargaUniversitas Sebelas Maret Surakarta
4. dr. P Murdani MPEd selaku Ketua Minat Pendidikan Profesi Kesehatan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
5. DR. Nunuk Suryani, MPd selaku sekretaris Minat Pendidikan Profesi
Kesehatan Universitas Sebelas Maret Surakarta
6. Prof.DR.dr.Ambar Mudigdo,Sp.PA Selaku Ketua Dewan Penguji
7. Prof. DR. Soenarwan M.Pd, selaku Dosen pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan tesis ini.
8. dr.Hari Wujoso Sp.F, MM selaku pembimbing II, yang telah memberikan
kritik dan masukan kepada peneliti demi kesempurnaan tesis ini.
9. Sri Handayani S.Kep.,Ns M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKES Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada Penulis
untuk melakukan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
10. Mahasiswa STIKES YOGYAKARTA, yang telah membantu dalam
pelaksanaan penelitian.
11. Kedua orang tua dan suami yang telah mambantu.
12. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu – persatu yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pelaksanaan
penelitian ini.
Dengan segenap kerendahan hati, Penulis menyadari masih banyak
kekurangan dalam penyusunan tesis ini, oleh karena itu semua masukan yang
bersifat membangun akan Penulis terima dengan hati yang lapang dan terbuka.
Akhir kata, Penulis mengharapkan semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat
untuk kita semua, Amin.
Surakarta, Januari 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABTRAK
Istichomah, S540908109. 2009. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Jabatan Fungsional Dosen Dengan Kepuasan Mahasiswa Dalam Proses Belajar Mengajar di STIKES YOGYAKARTA 2009. Tesis : Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
Kualitas pelayanan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan dapat dilihat dengan melakukan evaluasi program pendidikan. Adapun aspek-aspek program yang dievaluasi diantaranya adalah evaluasi proses pendidikan sebagai salah satu upaya pemantauan dan penilaian mutu proses. Salah satu evaluasi yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia adalah evaluasi dosen.
Tujuan penelitian yaitu diketahuinya hubungan secara bersama-sama antara tingkat pendidikan dan jabatan fungsional dosen dengan kepuasan mahasiswa di STIKES Yogyakarta. Metode Penelitian ini merupakan observational analitic kuantitatif dengan pendekatan cross sectional karena pengukuran variabel bebas dan variabel terikat dilakukan pada saat yang sama dan sifatnya sesaat. Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu memberikan gambaran hubungan tingkat pendidikan dan jabatan fungsional dengan kepuasan mahasiswa dalam proses belajar mengajar STIKES Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari dari seluruh dosen tetap dan tidak tetap yang mengajar pada tingkat I sejumlah 12 dosen, dan mahasiswa aktif yang berada pada tingkat I tahun ajaran 2009/2010 sebanyak 40 mahasiswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu mengambil seluruh populasi untuk dijadikan sampel. Setiap satu dosen dievaluasi oleh 3-4 mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Ada hubungan secara bersama-sama antara tingkat pendidikan dosen dengan kepuasan mahasiswa dalam proses belajar mengajar di STIKES Yogyakarta 2009 yang ditunjukkan dengan teknik Chi Square didapatkan nilai 10,559 dengan nilai signifikansi 0.014 < 0.05 berarti secara bersama-sama tingkat pendidikan (X1) dan jabatan fungsional (X2)berhubungan dengan Kepuasan mahasiswa (Y). Koefisien determinan regresi logistik yaitu 0,788 sehingga dapat dikatakan bahwa kontribusi variable X1 dan X2 terhadap Y sebesar 78%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Istichomah, S540908109. 2009. The Correlation Between The Education Degree and The Lecturer Functional Position Towards The Satisfaction of Student in The Teaching Learning Process of STIKES YOGYAKARTA 2009. Thesis: Postgraduate Program of Sebelas Maret University Surakarta The quality of educational service in the Health Study College (Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan) can seen by evaluating the education program. One of the evaluated program aspects is education process evaluation as one of the efforts to observe and evaluate the quality of education in Indonesia. The objective of the research is to find out the correlation between the education degree and the lecturer functional position towards the satisfaction of student in STIKES Yogyakarta simultaneously. The research method is observational analytic quantitative with cross sectional approach because the measuring of the independent variables are temporarily done at the same time. It is a descriptive research which portrays the correlation between the education degree and the lecturer functional position towards the satisfaction of student in the teaching learning process of STIKES YOGYAKARTA. The population used in the research consists of 12 regular and irregular lecturers who teach in the first semester as well as 40 active first semester student in the school year of 2009/2010. The sampling technique used in the research is total sampling which involves the entire population to become the samples. Each lecturer will be evaluated by 3-4 students. According to the research, the conclusion is : there is a simultaneous correlation between the education degree and the lecturer functional position towards the satisfaction of student in the teaching learning process of STIKES YOGYAKARTA wich is indicated with the Chi Square technique wich calculates the poin of 10,559 with the signification point of 0,014<0,05. It means the education degree (X1) and the functional position (X2) have a correlation with the satisfaction of student (Y). Since the logistic regression determinant coefficient is 0,788, the contribution of variable X1 and X2 towards Y will be 78%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Profesionalisme tenaga kesehatan ditunjukkan dari perilaku tenaga kesehatan
yang memberikan pelayanan kesehatan berdasarkan standart pelayanan, mandiri,
bertanggung jawab dan bertanggung gugat, serta senantiasa mengembangkan
kemampuan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Untuk mendapatkan
tenaga kesehatan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan program dilakukan
melalui pendidikan tenaga kesehatan antara lain melalui penyelenggaraan
program pendidikan Diploma bidang kesehatan. Dalam era globalisasi
peningkatan mutu sumber daya manusia khususnya tenaga keperawatan yang
bekerja baik di Rumah Sakit atau Puskesmas maupun di institusi pendidikan
merupakan tuntutan pembangunan yang tidak dapat dielakkan lagi (Depkes RI
Pusdiknakes , 2009).
Dengan latar belakang pendidikan tinggi diharapkan dapat memberikan
pengalaman belajar pada peserta didik untuk menumbuhkan dan membina sikap
serta keterampilan professional yang diperlukan sebagai seorang “perawat
professional”. Pendirian Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) merupakan
hasil upaya bersama antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen
Kesehatan dan lembaga terkait lain yang pada bulan Januari 1983 telah melakukan
Lokakarya Nasional Keperawatan yang menghasilkan rekomendasi untuk
pengembangan tenaga keperawatan pada jenjang sarjana (AIPNI, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Persaingan mutu pelayanan ini menjadi suatu ancaman bagi pelayanan
keperawatan yang mutu asuahan keperawatannya tidak memuaskan, sehingga
pelayanan menjadi tidak menarik minat lulusan pendidikan keperawatan terutama
lulusan sarjana keperawatan. Masalah ini dirasakan pula oleh pendidikan
keperawatan yang tidak mampu menghasilkan perawat professional yang
kompeten, seperti di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan dan program studi ilmu
keperawatan berbagai PT di Indonesia (http://www.fkui.edu).
Pendidikan keperawatan di Indonesia antara lain dilaksanakan oleh
institusi pendidikan tinggi yaitu Sarjana Keperawatan. Institusi pendidikan S1
Keperawatan berada di naungan pendidikan tinggi, tujuannya adalah
menghasilkan sarjana keperawatan sebagai perawat professional yang mempunyai
pengetahuan dan ketrampilan serta sikap yang mendukung system kesehatan
nasional serta mapu melaksanakan peran dan fungsinya (AIPNI, 2008).
Institusi pendidikan keperawatan sangat bertanggungjawab dan berperan
penting dalam rangka melahirkan generasi perawat yang berkualitas dan
berdedikasi. Sejalan dengan berkembangnya institusi pendidikan keperawatan di
Indonesia ibarat “Jamur yang tumbuh di Musim penghujan” sejak tahun 1998
Institusi pendidikan keperawatan di tanah air sudah berjumlah “Ribuan” Intitusi
keperawatan berdiri di tanah air. Motivasi dari pendirian insitusi inipun sangat
bervariasi dari alasan “Bisnis” sampai dengan “Sosial”.
Hal tersebut menjadi pertanyaan dan keganjilan karena banyaknya pemilik
dan pengelola insititusi pendidikan keperawatan ini yang sama sekali tidak
memiliki pemahaman yang cukup tentang keperawatan baik secara disiplin ilmu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
atau profesi. Ini menjadi penyebab rendahnya mutu lulusan dari pendidikan
keperawatan yang ada.
Pada dasarnya dua hal utama dari globalisasi yang akan berpengaruh
terhadap perkembangan pelayanan keseahtan termasuk pelayanan keperawatan
adalah : 1) tersedianya alternatif pelayanan, dan 2) persaingan penyelenggaraan
pelayanan untuk menarik minat pemakai jasa pelayanan kualitas untuk
memberikan jasa pelayanan keseahtanyang terbaik. Untuk hal ini berarti tenaga
kesehatan, khususnya tenaga keperawatan diharapkan untuk dapat memenuhi
standar global dalam memberikan pelayanan / asuhan keperawatan. Dengan
demikian diperlukan perawat yang mempunyai kemampuan profesional dengan
standar internasional dalam aspek intelektual, interpersonal dan teknikal, bahkan
peka terhadap perbedaan sosial budaya dan mempunyai pengetahuan
transtruktural yang luas serta mampu memanfaatkan alih IPTEK.
Tujuan pendidikan tinggi keperawatan dapat terwujud salah satunya adanya
kualitas dosen yang mampu menciptakan lulusan yang menjawab tantangan
jaman yaitu yang mampu memberikan pelayanan kesehatan berdasarkan standar
pelayanan, mandiri, bertanggung jawab dan bertanggung gugat, serta senantiasa
mengembangkan kemampuan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan.
Semua itu dapat terjadi dengan adanya kurikulum, dan kompetensi yang jelas
untuk setiap jenjang pendidikan keperawatan.
Dari kajian tentang kurikulum sarjana keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKES) wilayah Yogyakarta diantaranya ditemukan beberapa mata
ajaran yang belum jelas, kompetensi yang diharapkan, Garis-garis Besar Program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Pengajaran /GBPP yang tumpang tindih pada beberapa pokok bahasan mata
ajaran tertentu sebagian besar tidak mempunyai Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), sistem bimbingan belum dilaksanakan dengan intensif dan
sistem penilaian belum komprehensif.
Tampubolon, 2001 dalam Hamalik (2008) menyatakan bahwa produk PT
yang sepenuhnya adalah jasa kependidikan tinggi, terdiri dari Jasa Kurikulum
(JK), Jasa Penelitian (JP), Jasa Pengabdian Masyarakat ( JPM) , Jasa
Administrasi (JA), Jasa Ekstrakurikuler (JE), pada jenjang S1 JK merupakan
bagian terbesar dari jasa pendidikan tinggi, sedangkan JP pada program pasca
sarjana. Jasa kurikuler meliputi : kurikulum, silabus, satuan materi, penyajian
materi, bimbingan dan evaluasi.
Untuk mengetahui kualitas pelayanan pendidikan di STIKES perlu
dilakukan evaluasi program pendidikan. Adapun aspek-aspek program yang
dievaluasi diantaranya adalah evaluasi proses pendidikan sebagai salah satu upaya
pemantauan dan penilaian mutu proses.
Salah satu evaluasi yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan Indonesia adalah evaluasi dosen. Hal ini karena adanya dosen yang
belum memiliki kualifikasi seperti yang telah ditetapkan oleh undang-undang
guru dan dosen nomor 14 tahun 2003 Pasal 45 yang menyebutkan bahwa dosen
wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat
jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan
pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
tujuan pendidikan nasional. Pasal 46 menyebutkan kualifikasi akademik dosen
sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 diperoleh melalui pendidikan tinggi
program pascasarjana yang terakreditasi sesuai dengan bidang keahlian. Dosen
memiliki kualifikasi akademik minimum: lulusan program magister untuk
program diploma atau program sarjana dan lulusan program doktor untuk program
pascasarjana.
Peningkatan kualitas pendidikan tinggi tidak terlepas dari kualitas
sumber daya manusia yang dimiliki. Oleh sebab itu peningkatan kualitas perilaku
dan tingkah laku melalui jalur pendidikan S2 dan S3 perlu diupayakan. Selain itu
juga program pelatihan yang efektif di PT untuk meningkatkan kemampuan
anggota staf akademik dalam melaksanakan kegiatan fungsionalnya sangat
dibutuhkan. Dengan sumber daya manusia yang berkualitas, diharapkan
pendidikan tinggi akan menjadi lembaga yang mampu menghadapi tantangan
masa depan yang efektif ( Zainudin dan Susy Puspitasari, 2005). Apabila sebuah
lembaga pendidikan memberikan jasa pelayanan pendidikan antara lain
perkuliahan yang disajikan kepada mahasiswa sebagai konsumen primernya,
maka mahasiswa akan merasa puas dengan perkuliahan yang diikutinya,dan akan
tertarik dan rajin menghadirinya (Hamalik, 2008 : 277)
Sebagaimana diketahui bahwa penjaminan mutu PT terdiri atas
penjaminan mutu internal (internal quality assurance) dan penjaminan mutu
eksternal (external quality assurance). Pada akhir tahun 2006, Ditjen.Dikti telah
menyelesaikan sebuah naskah akademik mengenai integrasi kedua jenis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
penjaminan mutu tersebut. Sebagai salah satu sub sistem dari Perguruan Tinggi
(PT), penjaminan mutu internal yang telah diimplementasikan oleh PT di
Indonesia, perlu dievaluasi keberhasilannya dalam meningkatkan mutu PT secara
berkelanjutan.
Berdasarkan uraian tersebut maka perlu diperhatikan terhadap
peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang didasari oleh tuntutan dari
pengguna jasa pelayanan pendidikan tersebut bahwa pemahaman produktifitas PT
didasarkan pada pada seluruh jasa yang diproduksi dan dihasilkan oleh PT dalam
periode yang ditentukan dan kesesuaian jasa itu dengan kebutuhan pelanggan, jadi
bukan hanya jumlah lulusan dan indeks prestasi saja tetapi juga tingkat kepuasan
mahasiswa.
Salah satu pendidikan tinggi keperawatan yang ingin melakukan evaluasi
diri pelayanan pendidikannya adalah STIKES Yogyakarta dengan tujuan untuk
mengetahui kelemahan dan kekurangan dari kualitas pelayanan pendidikan yang
diberikan agar memudahkan pihak managemen untuk mengambil langkah-
langkah perbaikan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan
seperti yang disampaikan oleh ketua STIKES Yogyakarta.
Hasil studi pendahuluan tentang kepuasan mahasiswa selama bulan
Agustus 2009 di STIKES Yogyakarta didapatkan bahwa dari 7 dosen tetap
mempunyai pendidikan S1 4 orang dan pendidikan S2 sebanyak 3 orang. Dari
ketujuh dosen tersebut dua orang mempunyai jabatan fungsional asisten ahli, satu
orang lektor, dan sisanya belum mempunyai jabatan fungsional. Ketujuh dosen
tersebut menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran hanya 2 orang yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
selalu datang dan mengakhiri perkuliahan dengan tepat waktu, satu orang yang
selalu melakukan evaluasi terhadap mahasiswa pada setiap pertemuannya dan
adanya dosen yang tidak selalu menggunakan alat/ media pembelajaran dalam
memberikan materi. Sedangkan dosen tidak tetap yang berjumlah 5 orang
menunjukkan kecenderungan untuk hadir tidak tepat waktu, dan cenderung lebih
banyak waktu yang tidak sesuai jadwal perkuliahan yang sudah disepakati.
Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, agar diketahui
bagaimana kualitas pelayanan pendidikan khususnya proses belajar mengajar
berdasarkan kepuasan mahasiswadi STIKES Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan studi pendahuluan kenerja dosen selama melakukan proses
belajar mengajar yang dilakukan di STIKES Yogyakarta pada 2009 didapatkan
bahwa pendidikan dosen yang sebagian besar masih berjenjang sarjana dan
sebagian besar dosen belum mempunyai jabatan fungsional akan menentukan
kepuasan mahasiswa tersebut.
Dari rumusan masalah di atas , maka pertanyaan penelitian yang timbul
adalah:
Apakah ada hubungan secara bersama-sama antara pendidikan dosen dan jabatan
fungsional dengan kepuasan mahasiswa dalam proses belajar mengajar di
STIKES Yogyakarta 2009?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
C. Tujuan Penelitian
Tujuan :
Mengetahui hubungan secara bersama-sama antara pendidikan dosen dan
jabatan fungsional dengan kepuasan mahasiswa dalam proses belajar mengajar di
STIKES Yogyakarta 2009.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil akhir penelitian ini lebih mengarah pada manfaat teoritis atau
konfirmatif pengembangan teori serta manfaat aplikatif , antara lain:
Manfaat teoritis:
a. Dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan dan konsep ilmu
managemen ilmu pendidikan keperawatan khususnya melalui peningkatan
kualitas dosen.
b. Merupakan pendekatan suatu metode penelitian cross sectional dengan
pendekatan kuantitatif sederhana serta penggunaan beberapa instrument
penelitian melalui analisis uji statistik terhadap beberapa variabel sehingga
cara ini sangat diperlukan oleh peneliti lain sebagai informasi untuk
melakukan penelitian yang sama di tempat yang berbeda.
Manfaat aplikatif:
a. Diketahuinya tingkat kepuasan mahasiswa terhadap proses pembelajaran
maka diharapkan pemenuhan kepuasan mahasiswa dapat dilakukakan
dengan tepat oleh dosen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
b. Kepuasan yang tinggi dapat menjadi sarana untuk menunjukkan
penampilan kerja organisasi STIKES Yogyakarta.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan tujuan untuk
mengetahui hubungan antara pendidikan dosen dan jabatan fungsional dengan
kepuasan mahasiswa.
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang jelas, maka lingkup penelitian ini
sesama dosen yang mengajar, baik dosen tetap maupun tidak tetap pada STIKES
Yogyakarta dengan alasan kemudahan dan kemampuan biaya yang dimiliki
peneliti.
Data yang akan diperoleh merupakan data primer dan sekunder. Alat ukur
yang digunakan untuk memperoleh data dosen adalah lembar identitas yang diisi
oleh dosen tersebut, sedangkan data kepuasan mahasiswa dilakukan dengan check
list dengan skala Likert yang diisi oleh mahasiswa tingkat I tahun akademik
2009/2010. Waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian pada bulan
oktober 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tingkat Pendidikan
1. Definisi Pendidikan
Menurut Undang Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, dan masyarakat.
2. Jenjang Pendidikan
Menurut undang –undang Republik Indonesia tahun 2003 yang dimaksud
dengan jalur pendidikan terdiri dari pendidikan formal dan nomorn formal.
Sedangkan pasal 14 menyebutkan bahwa yang dimaksud pendidikan terdiri atas
pendidikan dasar (Sekolah Dasar), sekolah tingkat pertama, dan pendidikan
menengah. Pelaksanaan wajib belajar ditetapkan dengan peraturan yaitu yang
berumur tujuh tahun berkewajiban mengikuti pendidikan tamat. Pendidikan
menengah diselenggarakan untuk melanjutkan pendidikan dasar serta menyiapkan
peserta didik menjadi orang yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan
timbal balik dengan lingkungan sosial , budaya dan alam sekitar. Pendidikan
tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah diselenggarakan untuk
menyiapkan peserta didik menjadi orang yang mempunyai kemampuan akademik,
mengembangkan dan atau menciptakan pengetahuan atau kesenian. Program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
diploma terbentuk untuk menciptakan tenaga yang mempunyai keahlian tertentu.
Keahlian lulusan program diploma dapat diandalkan saling melengkapi keahlian
para sarjana.
Menurut Sudarwan Denim, (2002: 34) terdapat dua jenis tenaga
kependidikan yaitu pendidikan prajabatan dan pendidikan dalam jabatan.
Pendidikan prajabatan tenaga guru merupakan pendidikan mahasiswa untuk
meniti karir dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Menurut Page dan Thomas
(1978) pendidikan prajabatan merupakan istilah yang paling lazim digunakan
lembaga pendidikan keguruan , yang merajuk pada pendidikan dan pelatihan yang
dilakukan oleh lembaga jenjang universitas atau kolose pendidikan menyiapkan
mahasiswa yang hendak meniti karier dalam bidang pengajaran. Fungsi esensial
itu menuntut atmosfir yang kondusif dalam lembaga penyelenggara bagi
penciptaan sajian-sajian bahan ajar dengan derajat akademik dan kemampuan
praktis yang tinggi (Taylor, 1980)
Jenis pendidikan yang kedua adalah pendidikan dalam jabatan yang sering
disebut juga sebagai pendidikan, pelatihan, dan pengembangan. Pelembagaan
pendidikan, pelatihan dan pengembangan berangkat dari asumsi bahwa walaupun
karyawan telah menjalani proses orientasi ketika mulai meniti karir dan sudah
lama bekerja telah mengalami seluk beluk pekerjaan, dalam praktik tidak jarang
muncul kebiasaan buruk dan produktivitas yang rendah. Siagian (1995)
mengemukakan alasan yang sangat fundamental dari pengembangan personalia
bahwa utnuk menghadapi tuntutan tugas sekarang terutama untuk menjawab
tantangan masa depan, hal itu merupakan keharusan mutlak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Sejalan dengan hal tersebut, Flippo (1983) mengemukakan bahwa setelah
ditempatkan pada posisi tertentu, mereka harus ditingkatkan kemampuan dan
ketrampilannya agar menampilkan kinerja yang lebih baik dari sebelumya.
Dosen yang bermutu ditunjukkan dengan adanya pandangan mahasiswa
tentang kompetensi keilmuan, penguasaan metode belajar, pengendalian emosi
dan disiplin waktu yang dimiliki oleh dosen. Kualitas dosen yang bermutu
membentuk citra baik terhadap publik khususnya mahasiswa sebagai konsumen.
(Hamalik, 2008 : 22).
Siagian (1995) menyatakan bahwa disamping bermanfaat untuk kebutuhan
pribadi, kegiatan itu bermanfaat bagi kepentingan organisasi atau lembaga.
Demikian halnya dengan organisasi pendidikan, karena kecenderungan saat ini
menunjukkan bahwa rendahnya komitmen pada esensi dan eksistensi SDM masih
nampak. Menurut Rebore (1982) hal ini tidak jarang mengakibatkan tenaga
pendidikan hanya menerima sedikit rangsangan untuk mengimplementasikan ide-
ide dan ketrampilan baru dalam proses pembelajaran.
B. Jabatan Fungsional
1. Definisi Jabatan Fungsional Dosen
Jabatan fungsional dosen adalah suatu pola untuk menjamin pembinaan karier
kepangkatan, jabatan dan peningkatan profesionalisme dosen. Jabatan fungsional
dosen terdiri atas dosen pada program pendidikan akademik dan dosen pada
program pendidikan profesional. Untuk dapat diangkat dalam jabatan fungsional
dosen pertama kali untuk seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) / Dosen Tetap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Yayasan harus memenuhi angka kredit komulatif yang ditentukan dan masa dalam
tugas mengajar (minimal 1 tahun dalam tugas mengajar) disamping hal-hal syarat-
syarat di bawah ini:
a. Berijazah serendah-rendahnya Sarjana(S1) untuk program pendidikan
akademik atau yang mempunyai ekuivalensi kesarjanaan dibidangnya.
b. Berijazah serendah-rendahnya Diploma(DIV) untuk program pendidikan
Profesional atau yang mempunyai ekuivalensi Diploma IV dibidangnya.
c. DP 3 Bernilai baik dalam 1 tahun terakhir.
d. memperoleh pertimbangan senat fakultas bagi Universitas / Institut atau senat
PT bagi sekolah tinggi / Politeknik / Akademi.
e. memperoleh minimal 10 angka kredit
Disamping itu, untuk Dosen Tetap Yayasan dan Dosen Luar Biasa dimungkinkan
diusulkan untuk mendapatkan loncat jabatan fungsional setinggi-tingginya ke
Lektor Kepala dengan kriteria sebagai berikut:
a. Bagi dosen yang berijazah S3 dalam bidang yang sesuai yang belum
mempunyai jabatan fungsional dosen tetapi telah lama mengajar, minimal telah
bertungas sebagai dosen selama 7 tahun.
b. Bagi Dosen yang berijazah S1/S2 dalam bidang yang sesuai yang belum
mempunyai jabatan fungsional dosen tetapi telah lama mengajar, dapat
diusulkan apabila telah bertugas sebagai dosen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
2. Jenjang Jabatan Fungsional Dosen
Jenjang Jabatan Fungsional Dosen dari yang terendah sampai tertinggi,
yaitu : Dosen pada program pendidikan akademik terdiri atas :
a. Asisten Ahli
b. Lektor
c. Lektor Kepala
d. Guru Besar
Dosen pada program pendidikan profesional terdiri atas :
a. Asisten Ahli
b. Lektor
c. Lektor Kepala
Dalam Undang-Undang Nomormor 8 Tahun 1974, Jabatan adalah kedudukan
yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang dalam
rangka susunan satuan organisasi. Pengertian jabatan tersebut dapat ditinjau dari
dua sudut, yaitu dari sudut struktural yang disebut sebagai jabatan struktural dan
dari sudut fungsional yang disebut sebagai jabatan fungsional. Ditinjau dari
pelaksanaan tugasnya, jabatan fungsional dibedakan menjadi dua kelompok,
yaitu jabatan fungsional umum dan jabatan fungsional khusus. Jabatan Fungsional
Umum adalah jabatan yang ada atau mungkin ada pada setiap organisasi/instansi
pemerintah. Jabatan ini bersifat fasilitatif, artinya menunjang pelaksanaan tugas
pokok suatu organisasi pemerintah, misalnya operator telepon, pengetik, pesuruh,
pembuat/penyimpan surat, sopir dan lain-lain. Jabatan Fungsional Khusus adalah
jabatan yang hanya ada pada organisasi pemerintah tertentu. Jabatan ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
didasarkan atas keahlian substantif, artinya merupakan jabatan teknis sebagai
pelaksanaan tugas pokok suatu organisasi pemerintah, misalnya : peneliti,
perawat, dosen, dokter, pustakawan, analis kepegawaian,perencana, pranata
komputer, statistisi, dan lain-lain.
Jenis Jabatan Fungsional Kebijakan jabatan fungsional memberikan alternatif
lain kepada setiap pegawai untuk membina dan mengembangkan karir. Dengan
adanya jabatan fungsional maka pengembangan karir pegawai tidak terpaku hanya
kepada jabatan struktural. Pengembangan karir melalui jabatan struktural sering
mengalami hambatan dan bahkan dapat menimbulkan rasa frustasi di kalangan
pegawai, karena jumlah jabatan struktural yang ada relatif terbatas sehingga tidak
semua pegawai dapat mendudukinya. Disamping itu juga ada persyaratan tentang
keterkaitan yang sangat erat antara jabatan dan pangkat. Artinya seseorang yang
ditunjuk untuk menduduki suatu jabatan struktural haruslah mempunyai
pangkat/golongan yang sesuai dengan jabatan tersebut. (Mulyani
Sasongko,http://haisstis.com/data/buletin/03216.pdf)
Menurut keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36/D/O/2001
tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penilaian Angka Kredit Jabatan Dosen
Pasal 1 Nama dan jenjang jabatan/pangkat dosen terdiri dari :
a. Asisten Ahli, yang meliputi pangkat Penata Muda (Golongan III/a), dan
Penata Muda Tk. I (Golongan. III/b).
b. Lektor, yang meliputi pangkat Penata (Golongan III/c) dan Penata Tk. I
(Golongan III/d).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
c. Lektor Kepala, yang meliputi pangkat Pembina (Golongan IV/a), Pembina
Tk.I (Golongan IV/b) dan Pembina Utama Muda (Golongan IV/c).
d. Guru Besar, yang meliputi pangkat Pembina Utama Madya (Golongan
IV/d) dan Pembina Utama (Golongan IV/e).
Untuk dapat diangkat pada masing-masing jabatan dan pangkat tersebut di
atas (pasal 3), harus memenuhi jumlah angka kredit sebagaimana tersebut dalam
Lampiran III Keputusan Menteri Negara Koordinator Pengawasan Pembangunan
dan Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor. 38/Kep/MK.WASPAN/8/1999
tanggal 24 Agustus 1999 yaitu :
- Asisten Ahli : - Penata Muda (Golongan III/a) = 100
- Penata Muda Tk.I (Golongan III/b) = 150
- Lektor : - Penata (Golongan III/c) = 200
- Penata Tk.I (Golongan III/d) = 300
- Lektor Kepala : - Pembina (Golongan IV/a) = 400
- Pembina Tk.I (Golongan IV/b) = 550
- Pembina Utama Muda (Golongan IV/c) = 700
- Guru Besar : - Pembina Utama Madya (Golongan IV/d) = 850
- Pembina Utama (Golongan IV/e) = 1050
Kenaikan jabatan dosen dilakukan sekurang-kurangnya setelah 1 tahun dalam
jabatan dan kenaikan pangkat dilakukan sekurang-kurangnya setelah 2 tahun
dalam pangkat yang sedang dimiliki. Bagi dosen yang telah memperoleh kenaikan
jabatan setingkat lebih tinggi, namun pangkatnya masih dalam lingkup jabatan
sebelumnya, maka untuk kenaikan pangkat berikutnya tidak lagi disyaratkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
angka kredit sampai pada pangkat maksimum dalam linkup jabatan tersebut
apabila jumlah angka kredit yang telah ditetapkan memenuhi.
Pengangkatan dosen ke dalam jabatan awal Asisten Ahli, baru dapat
dipertimbangkan apabila telah memenuhi syarat sebagai berikut :
- Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun melaksanakan tugas utama (tugas
mengajar) sebagai dosen atau calon PNS dosen.
- Memiliki ijazah S1/DIV atau S2/Sp.I sesuai dengan penugasan.
- Telah memenuhi sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) angka kredit di luar
angka kredit ijazah yang dihitung sejak yang bersangkutan melaksanakan
tugas mengajar sebagai calon PNS dosen. Bagi dosen Non PNS/dosen
swasta/dosen luar biasa disyaratkan telah memiliki 25 angka kredit bagi
yang berpendidikan S1/DIV dan 10 angka kredit bagi yang berpendidikan
S2/Sp.I. Khusus untuk karya penelitian, pengabdian kepada masyarakat
dan penunjang tridharma PT yang dilaksanakan/diperoleh sebelu bertugas
sebagai dosen, dapat dihitung angka kreditnya.
- Memiliki kinerja, integritas, tanggung jawab pelaksanaan tugas dan tata
krama dalam kehidupan kampus yang dibuktikan dengan Berita Acara
Rapat Pertimbangan Senat Fakultas bagi Universitas /Institut atau Senat
PT bagi Sekolah Tinggi/ Politeknik dan Akademi.
3. Manfaat jabatan fungsional
a. Jabatan Fungsional dapat Meningkatkan Sikap Profesional
Kebijakan jabatan fungsional akan meningkatkan sikap profesional pegawai
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, karena setiap pejabat fungsional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
senantiasa dipacu untuk memperoleh angka kredit tertentu atas setiap
pekerjaan yang dilakukan. Sikap profesional dimaksud terutama dalam
bentuk kemampuan untuk menyelesaikan suatu beban pekerjaan dengan
tingkat produktifitas, efektifitas dan efisiensi yang tinggi, bertanggung jawab
dan memberikan hasil yang baik. Sikap profesional ini dianggap sangat
penting, sebab setiap hasil prestasi kerja yang akan diusulkan penilaian,
terlebih dahulu diperiksa oleh atasan langsungnya. Hal demikian diharapkan
dapat memberikan perkuliahan dengan lancar, sistematis dan mudah
dimengerti sehingga mahasiswa merasa simpati terhadap kegiatan kademik
dan memberi cap tersendiri bagi lembaganya.(Hamalik, 2008:23)
b. Jabatan Fungsional dapat Mempercepat Kenaikan Pangkat
Apabila pejabat fungsional memperoleh angka kredit kumulatif yang telah
ditentukan dapat dinaikkan pangkat/golongannya setingkat lebih tinggi
apabila sudah 1 (satu) tahun dalam jabatan fungsionalnya dan 2 (dua) tahun
dalam pangkat/golongan terakhirnya. Sedangkan apabila angka kredit
kumulatifnya dapat digunakan untuk kenaikan jabatan maka yang
bersangkutan dapat dinaikkan jabatan setingkat lebih tinggi dengan syarat
sudah 1 (satu) tahun dalam jabatan terakhirnya. Dengan demikian bagi
pejabat fungsional yang aktif, kreatif dan profesional sangat menguntungkan
dan dapat mempercepat proses pembinaan dan pengembangan kariernya.
c. Jabatan Fungsional dapat Menambah Penghasilan
Kebijakan jabatan fungsional secara langsung akan meningkatkan pendapatan
pegawai. Adanya surat koordinator kopertis, yang menyatakan bahwa orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
yang berhak menandatangani ijasah adalah pimpinan PTS yang mempunyai
jabatan fungsional yang ditetapkan dirjen dikti. Dan setiap dosen yang
mengajar atau menguji harus mempunyai jabatan fungsional
d. Surat Dirjen Dikti Nomor 397/D4/2004, yang menyatakan bahwa beasiswa
pendidikan pasca sarjana (BPPS) Dirjen Dikti hanya diperuntukkan bagi
dosen-dosen tetap yayasan yang telah mempunyai jabatan fungsional
e. Pasal 47 UU Nomor 14 Tahun 2005 mengatakan bahwa dosen harus
mempunyai sertifikat pendidik yang didapatkan melalui sertifikasi dosen.
Untuk mengikuti sertifikasi dosen, dosen harus mempunyai jabatan fungsional
minimal asisten ahli.
(Mulyani Sasongko http://haisstis.com/data/buletin/03216.pdf)
C. Penjaminan Mutu Akademik
Pada tanggal 1 April 2003 Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi telah
menetapkan Higher Education LongTerm Strategy 2003 - 2010 (disingkat
menjadi HELT 2003 –2010). Berlandaskan HELTS 2003 – 2010 ini, Direktorat
Pembinaan Akademik dan Kemahasiswaan, telah membahas dengan berbagai
pihak terkait, merancang dan menyusun Pedoman Penjaminan Mutu Pendidikan
Tinggi, yang akan digunakan sebagai pedoman oleh PT untuk menjalankan proses
penjaminan mutu di PT masing-masing, atas inisiatif sendiri (internally driven).
Di samping menjalankan proses penjaminan mutu pendidikan tinggi atas inisiatif
sendiri, pada saat ini PT dapat pula menjalankan proses akreditasi melalui Badan
Akreditasi Nasional PT (BAN-PT) atau lembaga lain baik dalam atau luar negeri,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
serta wajib melakukan Evaluasi Program Studi Berbasis Evaluasi Diri (EPSBED)
pada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Agar ketiga macam kegiatan yang
diarahkan pada pencapaian kualitas pendidikan tinggi secara berkelanjutan
(continuous quality improvement) dapat saling mendukung dan melengkapi.
Proses penjaminan mutu PT di suatu PT merupakan kegiatan mandiri dari PT
yang bersangkutan, sehingga proses tersebut dirancang, dijalankan, dan
dikendalikan sendiri oleh PT yang bersangkutan tanpa campur tangan dari
Pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdiknas.
Mengenai posisi dan arti penting penjaminan mutu pendidikan tinggi di suatu PT,
dapat dikemukakan bahwa di masa mendatang eksistensi suatu PT tidak semata-
mata tergantung pada pemerintah, melainkan terutama tergantung pada penilaian
stakeholders (mahasiswa, orang tua, dunia kerja, pemerintah, dosen, tenaga
penunjang, serta pihak-pihak lain yang berkepentingan) tentang mutu pendidikan
tinggi yang diselenggarakannya. Agar eksistensinya terjamin, maka PT mau tidak
mau harus menjalankan penjaminan mutu pendidikan tinggi yang
diselenggarakannya. Perlu dikemukakan bahwa karena penilaian stakeholders
senantiasa berkembang, maka penjaminan mutu juga harus selalu disesuaikan
pada perkembangan itu secara berkelanjutan (continuous improvement).
1. Definisi Penjaminan Mutu
Secara umum yang dimaksud dengan penjaminan mutu adalah proses
penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan secara konsisten dan
berkelanjutan, sehingga konsumen, produsen, dan pihak lain yang berkepentingan
memperoleh kepuasan. Dengan demikian, penjaminan mutu pendidikan tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
adalah proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan pendidikan
tinggi secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga stakeholders memperoleh
kepuasan.
2. Konsep Penjaminan Mutu
Pendidikan tinggi di PT dinyatakan bermutu atau berkualitas, apabila :
a. PT tersebut mampu menetapkan dan mewujudkan visinya melalui pelaksanaan
misinya (aspek deduktif);
b. PT tersebut mampu memenuhi kebutuhan stakeholders (aspek induktif),
berupa:
- kebutuhan kemasyarakatan (societal needs);
- kebutuhan dunia kerja (industrial needs);
- kebutuhan profesional (professional needs).
Dengan demikian PT harus mampu merencanakan, menjalankan, dan
mengendalikan suatu proses yang menjamin pencapaian mutu sebagaimana
diuraikan di atas.
3. Tujuan Penjaminan Mutu
Memelihara dan meningkatkan mutu pendidikan tinggi secara
berkelanjutan, yang dijalankan oleh suatu PT secara internal untuk mewujudkan
visi dan misinya, serta untuk memenuhi kebutuhan stakeholders melalui
penyelenggaraan Tridharma PT.
Pencapaian tujuan penjaminan mutu melalui kegiatan penjaminan mutu
yang dijalankan secara internal oleh PT, akan dikontrol dan diaudit melalui
kegiatan akreditasi yang dijalankan oleh BAN-PT atau lembaga lain secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
eksternal. Dengan demikian, obyektivitas penilaian terhadap pemeliharaan dan
peningkatan mutu pendidikan tinggi secara berkelanjutan di suatu PT dapat
diwujudkan
4. Strategi Penjaminan Mutu
Strategi penjaminan mutu pendidikan tinggi di Indonesia adalah:
a. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdiknas menetapkan Pedoman
Penjaminan Mutu pendidikan tinggi di PT;
b. PT menggalang komitmen untuk menjalankan penjaminan mutu pendidikan
tinggi yang diselenggarakannya;
c. PT memilih dan menetapkan sendiri standar mutu pendidikan tinggi yang
diselenggarakannya untuk tiap program studi;
d. PT menetapkan dan menjalankan organisasi berserta mekanisme kerja
penjaminan mutu pendidikan tinggi;
e. PT melakukan benchmarking mutu pendidikan tinggi secara berkelanjutan,
baik ke dalam maupun ke luar negeri.
5. Butir-Butir Mutu
Sebagaimana dikemukakan di atas, PT memilih dan menetapkan sendiri standar
mutu pendidikan tinggi untuk tiap program studi. Pemilihan dan penetapan
standar itu dilakukan dalam sejumlah aspek yang disebut butir-butir
mutu, di antaranya:
a) Kurikulum program studi;
b) Sumber daya manusia (dosen, dan tenaga penunjang);
c) Mahasiswa;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
d) Proses pembelajaran;
e) Prasarana dan sarana;
f) Suasana akademik;
g) Keuangan;
h) Penelitian dan publikasi;
i) Pengabdian kepada masyarakat;
j) Tata pamong (governance) ;
k) Manajemen lembaga (institutional management)
l) Sistem informasi;
m) Kerjasama dalam dan luar negeri
6 . Manajemen Kendali Mutu
Penjaminan mutu pendidikan tinggi di PT dapat diselenggarakan melalui pelbagai
model manajemen kendali mutu. Salah satu model manajemen yang dapat
digunakan adalah model PDCA (Plan, Do, Check, Action) yang akan
menghasilkan pengembangan berkelanjutan (continuous improvement) atau kaizen
mutu pendidikan tinggi di PT. Beberapa prinsip yang harus melandasi pola pikir
dan pola tindak semua pelaku manajemen kendali mutu berbasis PDCA adalah :
a. Quality first
Semua pikiran dan tindakan pengelola pendidikan tinggi harus
memprioritaskan mutu.
b. Stakeholder- in
Semua pikiran dan tindakan pengelola pendidikan harus ditujukan pada
kepuasan stakeholders.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
c. The next process is our stakeholders
Setiap orang yang melaksanakan tugas dalam proses pendidikan tinggi, harus
menganggap orang lain yang menggunakan hasil pelaksanaan tugasnya sebagai
stakeholdernya yang harus dipuaskan.
d. Speak with data
Setiap orang pelaksana pendidikan tinggi harus melakukan tindakan dan
mengambil keputusan berdasarkan analisis data yang telah diperolehnya
terlebih dahulu, bukan berdasarkan pengandaian atau rekayasa.
e. Upstream management
Semua pengambilan keputusan di dalam proses pendidikan tinggi dilakukan
secara partisipatif, bukan otoritatif. Di dalam tahap ‘check’ pada manajemen
kendali mutu berbasis PDCA, terdapat titik-titik kendali mutu (quality check-
points) dimana setiap orang pelaksana pendidikan tinggi harus mengaudit hasil
pelaksanaan tugasnya dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Sebagai
contoh tindakan tes formatif yang dilakukan pada akhir setiap pokok bahasan,
merupakan titik kendali mutu dalam proses pembelajaran, yang dilakukan
untuk mengaudit apakah standar mutu pembelajaran sebagaimana dirumuskan
dalam bentuk Tujuan Instruksional Khusus (TIK) telah dapat dicapai. Apabila
hasil audit ternyata positif dalam arti telah mencapai standar (S dalam SDCA)
mutu sebagaimana dirumuskan dalam TIK, maka pada proses perencanaan atau
Plan (P dalam PDCA) berikutnya standar mutu tersebut harus ditinggikan,
sehingga akan terjadi kaizen mutu pendidikan tinggi. Sedangkan apabila hasil
evaluasi ternyata negatif dalam arti standar mutu sebagaimana dirumuskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
dalam TIK belum atau tidak tercapai, maka harus segera dilakukan tindakan
atau Action (A dalam PDCA) agar standar mutu dapat dicapai. Sebagai contoh,
apabila Tes Formatif ternyata menunjukkan hasil di bawah TIK, maka dosen
harus melakukan Action (A dalam PDCA) yang dapat berupa pengulangan
pembahasan pokok bahasan terkait sampai TIK dapat dicapai. Oleh sebab itu,
menetapkan titik-titik kendali mutu (quality check-points) pada setiap satuan
kegiatan dalam manajemen kendali mutu berbasis PDCA, merupakan conditio
sine qua nomorn atau a must.
D. KEPUASAN MAHASISWA
Lembaga Pendidikan dikelompokkan ke dalam bisnis jasa
administrasi umum yang saat ini perkembangannya sangat pesat.
Tampubolon 2001 dikutip oleh Alma, 2008 berpendapat bahwa industri jasa
selalu berusaha menghasilkan produk berupa jasa yang sesuai dengan
kebutuhan konsumen. Apabila mereka merasa puas atas layanannya maka
diharapkan jumlah konsumen akan terus meningkat dan keuntungan dalam
bebagai bentuk dengan sendirinya juga meningkat. Dapat diartikan bahwa
proses pelayanan yang terjadi dalam industri jasa mempengaruhi pikiran,
perasaan dan jasmani pengguna jasa secara positif dan hal ini dapat terjadi
sebaliknya bila kepuasan pelanggan tidak terpenuhi yang berdampak pada
kerugian lembaga usaha tersebut.
Dalam PT hal itu berlaku juga karena PT memberikan jasa pelayanan
pendidikan antara lain perkuliahan yang disajikan kepada mahasiswa sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
konsumen. Apabila mahasiswa merasa puas dengan perkuliahan yang
diikutinya, mereka akan tertarik dan rajin menghadirinya, itu berati
mahasiswa menghayati dan menikmatinya. Kondisi tersebut akan sangat
menguntungkan karena kemampuan alumni menjadi terjamin mutu yang
berdampak positif untuk citra lembaga pendidikan yang bersangkutan
sehingga pada gilirannya menjadi terkenal dan rebutan calon mahasiswa.
Sebaliknya apabila mereka merasa tidak puas, dapat mengakibatkan
bubarnya satuan pendidikan tersebut.
Jasa pendidikan tinggi menurut tampubolon terdiri atas:
a. Jasa kurikuler-JK yaitu kurikulum, silabus, GBPP, SAP, evaluasi,
praktikum, bimbingan.
b. Jasa penelitian-JP antara lain pembimbingan penelitian, perencanaan,
pelaksanaan, dan penyediaan berbagai fasilitas
c. Jasa pengabdian masyarakat-JPM meliputi kegiatan untuk melayani
masyarakat umum dengan mengaplikasikan ilmu dan ketrampilan yang
merupakan jasa kurikulum dan jasa penelitian
d. Jasa administrasi-JA meliputi jasa administrasi akademik dan umum
e. Jasa ekstrakurikuler-JE mencakup semua jasa pelayanan mahasiswa baik
yang terkait langsung dengan JK, JP, JPM maupun tidak langsung seperti
pengembangan minat mahasiswa, pembinaan kesejahteraan mahasiswa,
dan pembimbingan hubungan dengan dunia kerja.
Melalui proses-proses produksi dan penyajian kelima jasa tersebut
jasa pendidikan tinggi ditanamkan dan dibudayakan dalam diri mahasiswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
selama masa studi sehingga kemampuan serta ketrampilan akademik dan
profesionalnya terus tumbuh berkembang. Mutu jasa PT menurut
Tampubolon (Alma :278) terdapat 11 atribut jasa yaitu: relevansi, efisiensi,
efektifitas, akuntabilitas, kreativitas, situasi, penampilan, empati,
ketanggapan, produktivitas dan kemampuan akademik.
Pengukuran Tingkat Kepuasan Mahasiswa
Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan
kepuasan, dengan timbulnya suatu kepuasan akan menimbulkan motivasi
yang baik bagi siswa serta dapat meningkatkan minat keingintahuan
terhadap pelajaran lain. Hal ini mempunyai dampak yang positif untuk dapat
mencapai prestasi belajar anak dengan baik.
Konsep tentang pengetahuan guru yang diteliti berdasarkan tingkat
kepuasan mahasiswa sebagai analogi dari skala Likert yang telah
ditetapkan, yaitu :
3.1 SAP / RPP
SAP adalah program pengajaran yang meliputi satu atau beberapa pokok
bahasan untuk diajarkan selama satu kali atau beberpa kali pertemuan. SAP
sangat bermanfaat segai pedoman bagi pengajar atau dosen, sehingga SAP
perlu dibuat oleh oleh setiap pengajar. Dosen dapat mengajar dengan baik,
tanpa kekhawatiran keluar dari tujuan, ruang lingkup materi, keluar dari
strategi belajar mengajar, atau keluar dari sistem evaluasi yang seharusnya.
SAP terdiri dari:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
1) Tujuan instruksional umum
2) Tujuan instruksional khusus
3) Topik atau pokok bahasan
4) Sub bahasan
5) Estimasi waktu yang diperlukan pengajar dalam memberikan matri
perkuliahan setiap sub pokok bahasan
6) Sumber kepustakaan
3.2 Ketepatan waktu
Keluhan klasik dari mahasiswa bila dosen tidak hadir tepat waktu akhir-
akhir ini sudah merupakan hal yang biasa yang dapat diatasi dengan berbagai
alasan yang disampaikan oleh dosen. Tetapi hal ini sebenarnya merupakan
masalah yang harus cepat diselesaikan bila suatu institusi pendidikan ingin
meningkatkan kualitas pelayanannya.
Dalam proses belajar mengajar, waktu merupakan bagian yang penting
untuk menentukan keberhasilan suatu pendidikan. Sehingga perlu
diperhitungkan baik secara efektif dan efisiensinya sehingga tujuan mata
ajaran, tujuan instruksional dan tujuan institusional dapat tercapai.
Dapat dibayangkan bila mulai perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
proses belajar mengajar tidak memperhatikan waktu, maka akan terjadi
gangguan bukan saja pada proses belajar mengajar di kelas, melainkan dapat
mempengaruhi seluruh sistem pendidikan yang ada dalam organisasi tersebut.
Sebagai contoh: bila dosen masuk terlambat 20 menit, maka pasti mengakhiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
kuliahpun menjadi pengambilan waktu dosen lain yang akan mengajar dan
seterusnya sampai sistem lainpun terpengaruh.
Penyebab terjadinya masalah waktu yang terbuang/berkurang menurut
Bachtiar Hasan, 2002 : 16 adalah sebagai berikut:
1) Hari-hari efektif yang telah ditentukan dalam kalender pendidikan banyak
berkurang oleh kegiatan-kegiatan diluar ketentuan kalender pendidikan
2) Waktu tatap muka sering berkurang karena dosen sering terlambat masuk
dan cepat mengakhiri perkuliahan, belum membudaya disiplin waktu pda
dosen
3) Proses belajar mengajar yang kurang efektif ini disebabkan dosen
mengajar tanpa program satuan pelajaran
4) Dosen sering tidak hadir mengakibatkan perkuliahan kosong
5) Dosen dalam menyusun SAP belum dipadukan dengan alat dan bahan
yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan program tersebut
Oleh sebab itu, dosen yang dapat menghargai waktu, dengan hadir tepat
waktu pada proses belajar mengajar, maka diharapan sistem pelayanan
pendidikan akan lebih baik dan mahasiswa akan merasa puas.
3.3 Kemampuan menjelaskan materi
Salah satu ciri dosen yang bermutu menurut Alma, 2008 : 22 adalah
dosen dapat menguasai ilmu dan materi yang akan diajarkan, dosen tampil
dengan penuh percaya diri, dapat memberi kuliah dengan lancar, sistematis dan
mudah dimengerti. Supaya Ilmu dan materi yang disampaikan kepada
mahasiswa dapat diterima dengan jelas diperlukan penguasaan komunikasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Oleh karena itu, jika dosen mampu berkomunikasi secara lebih efektif, dapat
dipastikan seorang dosen akan mampu mengelola kegiatan belajar-mengajar
secara lebih efektif pula.
Dalam kegiatan belajar-mengajar, menjelaskan berarti mengorgani-
sasikan materi pelajaran dalam tata urutan yang terencena dan sistematis,
sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh mahasiswa. Kegiatan
menjelaskan untuk :
1) Membimbing mahasiswa memahami konsep, hukum, prinsip, prosedur
2) Membimbing mahasiswa menjawab pertanyaan mengapa secara bernalar
3) Melibatkan mahasiswa untuk berpikir
4) Mendapatkan balikan mengenai pemahaman mahasiswa
5) Menomorlong mahasiswa memahami berbagai proses penalaran
a. Komponen ketrampilan mahasiswa terdiri dari:
Komponen merencanakan penjelasan, mencakup:
a) Isi pesan (pokok-pokok materi) yang dipilih dan disusun secara
seitematis disertai dengan contoh-contoh
b) hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik penerima pesan
b. Komponen menyajikan penjelasan, yang mencakup
a) Kejelasan, yang dapat dicapai dengan bahasa yang jelas, berbicara lancer,
mendefinisakan istilah-istilah teknis, dan berhenti sejenak untuk melihat
respon mahasiswa terhadap penjelasan dosen.
b) Penggunaan contoh dan ilustrasi, yang dapat mengikuti pola induktif atau
pola deduktif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
c) Pemberian tekanan pada bagian yang penting dengan cara: penekanan
suara, membuat ikhtisar, mengemukakan tujuan
d) Balikan tentang penjelasan yang disajikan dengan melihat mimic
mahasiswa atau mengajukan pertanyaan.
Dalam menerapkan ketrampilan menjelaskan, perlu memprhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a) Penjelasan dapat diberikan di awal, tengah ataupun akhir pelajaran sesuai
dengan keperluan
b) Penjelasan harus relevan dengan tujuan
c) Materi yang dijelaskan harus bermakna
(Wardani, 2005 : 26)
3.4 Ketrampilan bertanya dan Kesempatan bertanya
Ketrampilan bertanya sangat perlu dikuasai oleh dosen karena hampir
pada setiap kegiatan belajar-mengajar dosen mengajukan pertanyaan,dan
kualitas pertanyaan dosen menentukan kualitas jawaban mahasiswa.
Dengan pertanyaan dosen dapat mengaktifkan mahasiswa sehingga terlibat
optimal dalam pembelajaran, disamping dapat mengecek pemahaman
mahasiswa terhadap materi yang sedang dibahas. Keterlibatan ini akan mampu
meningkatkan motivasi mahasiswa untuk belajar karena mahasiswa merasa ikut
berperan dalam pembelajaran. Perlu ditekankan, yang dimaksud dengan
pertanyaan adalah adalah semua pernyataan dosen (tidak terbatas pada kalimat
tanya) yang meminta respon dari mahasiswa. Dengan demikian, kalimat perintah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
dan kalimat tanya dalam konteks ini termasuk ke dalam jenis pertanyaan.
Ketrampilan bertanya dapat dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut:
1. Ketrampilan bertanya dasar, yang terdiri dari komponen sebagai berikut:
b) Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat, sehingga mudah
dipahami oleh mahasiswa.
c) Pemberian acuan, yaitu informasi yang diberikan sebelum mengajukan
pertanyaan. Informasi ini diperlukan untuk menjawa pertanyaan.
d) Pemusatan perhatian. Kadang-kadang dosen perlu memulai pertanyaan
dengan cakupan yang luas, kemudian memusatkan perhatian mahasiswa
pada satu tugas yang lebih sempit.
e) Penyebaran pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan dosen, hendaknya
ditujukan ke seluruh kelas, bukan kepada mahasiswa tertentu. Setelah
memberikan waktu berpikir sejenak, barulah dosen menunjuk secara acak
mahasiswa lain untuk menanggapi jawaban temannya.
f) Pemindahan giliran. Satu pertanyaan yang kompleks dapat dijawab oleh
beberapa mahasiswa, sehingga semua aktif memikirkan pertanyaan yang
diberikan.
g) Pemberian waktu berpikir. Setelah mengajukan pertanyaan, dosen
hendaknya memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berpikir,
sebelum meminta jawaban.
h) Pemberian tuntunan. Jika pertanyaan dosen tidak dapat dijawab oleh
mahasiswa, dosen hendaknya member tuntunan. Tuntunan dapat diberikan
dengan cara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
2. Ketrampilan bertanya lanjut, yang terdiri dari komponen berikut:
a) Mengubah tuntutan kognitif dalam menjawab pertanyaan, yaitu dari
tingkatan paling rendah (mengingat) ke tingkat yang lebih tinggi seperti
memahami, menganalisa, mensintesis dan mengevaluasi.
b) Pengaturan urutan pertanyaan, yaitu mulai dari pertanyaan yang paling
sederhana diikuti dengan sedikit kompleks, sampai pada pertanyaan yang
paling kompleks.
c) Penggunaan pertanyaan pelacak dengan berbagai teknik seperti:
i) Klarifikasi, yaitu meminta penjelasan lebih lanjut atas jawaban
mahasiswa
ii) Meminta mahasiswa memberi alasan atas jawabannya
iii) Meminta kesepakatan pandangan dari mahasiswa lain
iv) Meminta ketepatan jawaban
v) Meminta jawaban yang lebih relevan
vi) Meminta contoh
vii) Meminta jawaban yang lebih kompleks
d) Peningkatan terjadinya interaksi, dengan cara meminta mahasiswa lain
memberi jawaban atas pertanyaan yang sama
Dalam menerapkan ketrampilan bertanya dosen perlu meghindari
kebiasaan berikut:
a) Mengulangi pertanyaan sendiri atau mengulangi jawaban mahasiswa
b) Menjawab pertanyaan sendiri
c) Menunjuk dahulu sebelum bertanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
d) Mengajukan pertanyaan yang mengundang jawaban serempak
e) Mengajukan pertanyaan ganda
Jika keseluruhan ketrampilan diatas dapat dikuasai dosen, maka ia akan
mampu bertanya secara efektif, sehingga dapat meningkatkan keterlibatan
mahasiswa dalam pembelajaran.(Wardani, 2005: 20)
3.5 Ketrampilan variasi dan komunikasi
Variasi dalam kegiatan belajar-mengajar adalah perubahan dalam proses
kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi para mahasiswa, serta
mengurangi kejenuhan. Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dapat
dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Variasi dalam gaya mengajar, yang dapat dilakukan dengan cara:
a) Variasi suara: rendah, tinggi, besar, kecil
b) Mamusatkan perhatian
c) Membuat kesenyapan sejenak
d) Mengadakan kontak pandang
e) Variasi gerakan badan dan mimik
f) Mengubah posisi, misalnya dari depan kelas, ke tengah atau ke belakang
kelas
b. Variasi dalam penggunaan media dan bahan pelajaran yang meliputi:
a) Variasi alat dan bahan yang bisa dilihat
b) Variasi alat dan bahan yang bisa didengar
c) Variasi alat dan bahan yang bisa diraba dan dimanipulasi
c. Variasi dalam pola interaksi dan kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Pola interaksi dapat berbentuk: klasikal, kelompok, dan perorangan sesuai
dengan keperluan, sedangkan variasi kegiatan dapat mendengarkan
informasi, menelaah materi, diskusi, latihan atau demonstrasi (Wardani
2005: 25).
3.6 Media pembelajaran
Dalam dunia pendidikan, konsep komunikasi tidak banyak berbeda kecuali
dalam konteks berlangsungnya komunikasi itu sendiri. Dalam proses
pembelajaran, sumber informasi adalah dosen, mahasiswa, orang-orang lain,
bahan bacaan dan lain sebagainya. Penerima informasi mungkin dosen,
mahasiswa atau orang lain. Dalam hal ini, media mempunyai definisi khusus
menurut Schramm, 1977 yakni : teknomorlogi pembawa pesan /informasi yang
dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sedangkan Briggs, 1977
menyebutkan “ sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran (Irawan,
pratati, 2005).
3.6.1 Manfaat media dalam proses pembelajaran
Secara umum manfaat media dalam pembelajaran adalah memperlancar
interaksi dosen dan mahasiswa, dengan maksud membantu mahasiswa belajar
secara optimal. Kemp dan Dayton (1985) menyebutkan bahwa manfaat media
dalam pembelajaran yaitu:
a) Penyampaian materi perkuliahan dapat diseragamkan
b) Proses pembelajaran dapat lebih menarik
c) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
d) Jumlah waktu belajar- mengajar dapat dikurangi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
e) Kualitas belajar mahasiswa dapat ditingkatkan
f) Proses pembelajaran dapat terjadi dimana saja dan kapan saja
g) Sikap positif mahasiswa terhadap bahan belajar maupun terhadap proses
belajar dapat ditingkatkan
h) Peran dosen dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif.
Meskipun ada banyak macam media pembelajaran namun hanya sedikit sekali
yang sering digunakan dalam ruang kuliah oleh dosen. Beberapa yang tampak
sering dugunakan adalah Overhead Projector, gambar, model, dan papan tulis
serta bahan cetak lainnya.
Ada berbagai cara untuk menggolongkan media. Bretz (1971) misalnya
membagi media menjadi tiga macam yaitu media yang dapat didengar (audio),
media yang dapat dilihat (visual ) dan media yang dapat bergerak. Media bentuk
visual dibedakan menjadi tiga gambar visual yaitu gambar visual, garis, dan
symbol verbal. Selain itu Bretz juga membedakan media menjadi media transmisi
dan media rekaman. Dari semua jenis media tersebut, yang paling lengkap adalah
audio-visual gerak. Menurut Sri Anitah dalam Media Pembelajaran, 2009 : 87
prinsip-prinsi umum dalam pemilihan media pembelajaran adalah:
a) Variabel tugas
Dalam pemilihan media, guru harus menentukan jenis kemampuan yang
diharapkan dari pembelajar sebagai hasil pembelajaran disarankan untuk
menentukan jenis stimulus yang diinginkan sebelum melakukan pemilihan
media.
b) Variabel pebelajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
c) Karakteristik pebelajar perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media,
walaupun belun ada kesepakatan karakteristik mana yang penting. Namun
pendidik menyadari para pebelajar mempunyai gaya belajar yang berbeda.
d) Lingkungan belajar
e) Pertimbangan ini lebih bersifat administrative. Berbagai hal yang termasuk di
dalamnya adalah biaya sekolah, ukuran ruang kelas, kemampuan
mengembangkan materi baru, ketersediaan radio, televise, atau perlengkapan
lainnya, sikap sekolah terhadap inomorvasi dan arsitektural sekolah.
f) Lingkungan pengembangan
g) Jelas seakan sia-sia jika pengembangan sumber-sumber tidak mendukung
untuk tugas tersebut, misalnya ketersediaan waktu, pengembangan personel,
akan mempengaruhi keberhasilan penyajian.
h) Ekonomormi dan Budaya
i) Dalam pemilihan media perlu mempertimbangkan apakah media dapat
diterima oleh pemakai dan sesuai sumber dana serta peralatan yang tersedia.
j) Faktor-faktor praktis, diantaranya:
a. besarnya kelompok yang ditampung dalam suatu ruangan
b. jarak antara penglihatan dan pendengaran
c. seberapa jauh media dapat mempengaruhi respon pembelajar atau
kegiatan untuk kelengkapan umpan balik
d. adakah penyajian yang sesuai respon pembelajar
e. apakah media yang dipakai mempunyai urutan yang pasti
f. media manakah yang paling mendukung kondisi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
g. media manakah yang lebih lengkap untuk tujuan peristiwa
pembelajaran tersebut
3.7 Evaluasi
Ralf Tyler (1950) dikutip oleh Arikunto, 2005: 3 menyebutkan bahwa
evaluasi merupakan proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana ,
dalam hal apa dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Definisi lebih
luas dikemukakan oleh dua orang yakni Cronbach dan Stufflebeam yang
mengatakan bahwa proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan
tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan.
Manfaat evaluasi
a. Bagi siswa:
a) Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan
program secara menyeluruh
b) Merupakan penguatan/ reinforcement bagi siswa
c) Usaha perbaikan
d) Sebagai diagnomorsis
b. Bagi dosen/guru:
a) Mengetahui sejauh mana bahan yang sudah diajarkan dapat diterima oleh
mahasiswa
b) Mengetahui bagian mana dari pelajaran yang belum dipahami siswa
c) Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang akan
diberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
E. BELAJAR MENGAJAR
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman
(Hamalik, 2005: 27). Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses,
suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat,
akan tetapi lebih luas dari itu yaitu mengalami. Hasil belajar bukanlah suatu
penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Ada pula tafsiran lain
tentang belajar yang menyatakan, bahwa belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Pengertian ini
menitikberatkan pada interaksi individu dengan lingkungannya.
William Burton dalam Hamalik ,2005 : 31 menyimpulkan uraiannya tentang
prinsip belajar sebagai berikut:
a. Proses belajar adalah pengalaman, berbuat, mereaksi dan melampaui
b. Proses melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran
yang terpusat pada tujuan tertentu
c. Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid
d. Pengalaman belajar bersumber pada kebutuhan dan tujuan murid sendiri
yang mendorong motivasi kontinu
e. Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan
f. Proses belajar dan hasil usaha belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar:
a. Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan: siswa yang belajar melakukan
banyak hal baik kegiatan neural system, seperti melihat, mendengar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
merasakan, berpikir, kegiatan motoris, maupun kegiatan lainnya yang
diperlukan untuk memperoleh pengetahuan, sikap, kebiasaan dan minat
b. Belajar memerlukan latihan dengan jalan: relearning, recalling, dan
reviewing agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan
pelajaran yang belum dikuasai akan lebih mudah dipahami.
c. Belajar siswa lebih berhasil, jika siswa merasa berhasil dan mendapat
kepuasannya. Belajar hendaknya dilakukan dalam suasana yang
menyenangkan.
d. Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam
belajarnya. Keberhasilan akan mendorong belajar lebih baik , sedangkan
kegagalan akan menimbulkan frustasi.
e. Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena semua pengalaman
belajar antara yang lama dengan yang baru, secara berurutan diasosiasikan,
sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman.
f. Pengalaman masa lampau dan pengertian yang telah dimiliki oleh siswa,
besarnya peranannya dalam proses belajar. Pengalaman dan pengertian
menjadi dasar untuk menerima pengalaman-pengalaman yang baru.
g. Faktor kesiapan belajar. Siswa yang telah siapa belajar akan melakukan
kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil. Factor ini erat
hubungannya dengan masalah kematangan, minat, kebutuhan dan tugas-
tugas perkembangan.
h. Faktor minat dan usaha. Belajar dengan minat akan mendorong siswa
belajar lebih baik daripada belajar tanpa minat. Minat ini timbul apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
siswa tertarik akan sesuatu sesuai dengan kebutuhannya. Namun demikian,
minat tanpa adanya usaha yang baik maka belajar akan sulit untuk
berhasil.
i. Faktor fisiologis. Kondisi badan siswa yang belajar sangat berpengaruh
dalam proses belajar. Badan yang lemah, lelah akan menyebabkan
perhatian tak mungkin akan melakukan kegiatan belajar yang sempurna.
j. Faktor intelegensi. Siswa yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan
belajar , karena lebih mudah menangkap dan memahami pelajaran dan
lebih mudah mengingatnya.
2. Pengertian mengajar
Istilah mengajar dan belajar adalah dua peristiwa yang berbeda, akan tetapi
antara keduanya terdapat hubungan yang erat sekali. Terdapat 4 pendapat yang
dipandang sebagai pendapat yang menomornjol.
Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik . kriteria ini
sejalan dengan pendapat dari teori pendidikan yang bersikap pada mata pelajaran
yang disebut formal atau tradisional. Implikasi dari pengertian tersebut sebagai
berikut:
a. Pengajaran dipandang sebagai persiapan hidup
b. Pengajaran adalah suatu proses penyampaian
c. Penguasaan pengetahuan adalah tujuan utama
d. Pengajar dianggap sebagai yang paling berkuasa
e. Siswa selalu dianggap sebagai penerima
f. Pengajaran hanya berlangsung di ruang kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui
lembaga pendidikan sekolah. Perumusan ini bersifat umum jika dibandingkan
dengan perumusan pertama, namun antara keduanya terdapat dalam pikiran yang
seirama. Implikasi dari rumusan ini adalah:
a. Pendidikan bertujuan membentuk manusia berbudaya
b. Pengajaran berarti suatu proses pewarisan
c. Bahan pengajaran bersumber dari kebudayaan
d. Siswa adalah generasi muda sebagai ahli waris
Mengajar adalah usaha mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan
kondisi belajar bagi siswa. Implikasi dari rumusan tersebut adalah:
a. Pendidikan bertujuan mengembangkan atau mengubah tingkah laku siswa
b. Kegiatan pengajaran adalah dalam mengorganisasi lingkungan
c. Siswa dianggap sebagai suaru organisme hidup
Mengajar atau mendidik adalah memberikan bimbingan belajar kepada
siswa. Siswa melakukan sendiri kegiatan belajar , seperti mendengarkan,
membaca, dan sebagainya dan peranan guru mengarahkan agar anak kegiatannya
berhasil. Peranannya adalah selaku konselor.
Mengajar adalah kegiatan mempersiapkan siswa menjadi warganegara
yang baik sesuai dengan tujuan masyarakat. Perumusan ini banyak didukung oleh
para ahli yang menganut pandangan bahwa pendidika berorientasi kepada
tuntutan masyarakat. Implikasinya sebagai berikut:
a. Tujuan pendidikan membentuk warga Negara yang baik sehingga dapat
bekerja di dalam masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
b. Pendidikan berlangsung di dalam suasana kerja.
c. Siswa dipandang sebagai calon warga Negara yang memiliki potensi untuk
bekerja
d. Guru sebagai pimpinan dan pembimbing bengkel kerja
Mengajar adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan
bermasyarakat sehari-hari. Implikasi sebagai berikut:
a. Tujuan pendidikan adalah untuk mempersiapkan siswa hidup dalam
masyarakatnya
b. Kegiatan pengajaran berlangsung dalam hubungan sekolah dan masyarakat
c. Anak-anak bekerja secara aktif
d. Tugas guru lainnya adalah sebagai komunikator
(Hamalik, 2005).
Peran Pendidik Dalam Dunia Pendidikan
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 20 tahun 2003 Bab
I Pasal 1 ayat 5 bahwa tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang
mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.
Sedangkan menurut ayat 6 Pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Profil Kemampuan Dasar Guru
Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
teknomorlogi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat (Undang-undang guru dan dosen nomor 14 tahun 2005 pasal 1).
Seorang dosen harus mempunyai kemampuan dasar sebagai berikut (Oemar
Hamalik, 2005: 52):
a. Kemampuan menguasai bahan
b. Kemampuan mengelola program belajar mengajar
c. Kemampuan mengelola kelas dengan pengalaman belajar
d. Kemampuan menggunakan media/sumber belajar
e. Kemampuan menguasai landasan-landasan pendidikan dengan
pengalaman belajar
f. Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar dengan pengalaman
belajar
g. Kemampuan menilai prestasi belajar dengan pengalaman belajar
h. Kemampuan mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan
penyuluhan
i. Kemampuan mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
j. Kemampuan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil
penelitian pendidikan untuk keperluan pengajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
F. Penelitian Relevan 1. I Gusti Ayu Ketut Giantari, dkk 2008, ANALISIS KEPUASAN
MAHASISWA TERHADAP PROSES BELAJAR MENGAJAR DI PROGRAM
DIPLOMA III FE UNIVERSITAS UDAYANA. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat kepuasan mahasiswa dalam proses belajar mengajar di
Program Diploma III FE Universitas Udayana. Disamping itu untuk mengetahui
variabel yang memberikan kepuasan kepada mahasiswa serta implikasi strategis
hasil penelitian guna peningkatan kepuasan mahasiswa di masa datang. Pada
penelitian ini diambil responden sebanyak 250 orang mahasiswa Diploma III FE
Unud berdasarkan metode stratified random sampling yang terdistribusi secara
proporsional di keempat jurusan yaitu Akuntansi, Keuangan dan Perbankan,
Perpajakan serta pemasaran. Sedangkan penentuan respondennya menggunakan
undian (random). Adapun teknik analisis yang digunakan untuk memecahkan
masalah adalah teknik Analisis kepentingan-kinerja (Importance-Performance
Analysis).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kepuasan mahasiswa
Program Diploma III FE Unud secara keseluruhan termasuk klasifikasi cukup
puas. Hal ini tercermin dari hasil analisis kesesuaian antara kinerja dengan tingkat
kepentingan mahasiswa yang memberikan hasil sebesar 83,32%. Dari 25 variabel
yang dianalisis maka ada 8 (delapan) variabel yang belum memberikan kepuasan
dan 14 (empat belas) variabel yang sudah menunjukkan kepuasan.
2. Yan Martinus Asyerem, 2002, HUBUNGAN KARAKTERISTIK DOSEN
DENGAN KEPUASAN MAHASISWA DALAM PROSES BELAJAR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
MENGAJAR DI AKPER SUMEDANG 2002. Penelitian ini menggunakan
desaian cross sectional dengan lokasi penelitian di AKPER Sumedang. Penelitian
ini pengambilan responden dosen sebanyak 39 orang, baik dosen dalam maupun
dosen luar. Dan jumlah mahasiswa yang diambil sampel berjumlah 150 orang.
Analisa data terdiri dari analisa univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan 25 orang (64,1%) dosen memiliki kemampuan
mengajar yang memuaskan mahasiswa dan tidak memuaskan mahasiswa
sebanyak 14 orang (35,9%). Dari hasil bivariat diperoleh variable yang bermakna
yaitu variabel umur (p=0,047), pendidikan (p=0,046), akta mengajar (p=0,039),
pelatihan (p= 0,038), dan masa kerja (0,024). Dan hasil multivariat diperoleh hasil
yang paling dominan adalah variabel pelatihan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Kurikulum
Dosen
Sarana/ prasarana
Laboratorium
Suasana akademik
G. KERANGKA BERPIKIR
Keterangan : = diteliti
= tidak diteliti
H. Hipotesis
Hipotesis:
Ada hubungan secara bersama-sama antara tingkat pendidikan dan jabatan
fungsional dosen dengan kepuasan mahasiswa dalam proses belajar mengajar di
STIKES Yogyakarta 2009.
Kepuasan mahasiswa dalam
proses belajar mengajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di STIKES Yogyakarta pada bulan Oktober 2009.
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan observational analitic kuantitatif dengan
pendekatan cross sectional karena pengukuran variabel bebas dan variabel
terikat dilakukan pada saat yang sama dan sifatnya sesaat. Penelitian ini
bersifat deskriptif yaitu memberikan gambaran hubungan tingkat pendidikan
dan jabatan fungsional dengan kepuasan mahasiswa dalam proses belajar
mengajar STIKES Yogyakarta.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini terdiri dari dari seluruh dosen tetap dan
tidak tetap sesuai kompetensinya yang mengajar pada tingkat I sejumlah 12
dosen, dan mahasiswa aktif yang berada pada tingkat I tahun ajaran
2009/2010 sebanyak 40 mahasiswa. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah total sampling yaitu mengambil seluruh populasi untuk
dijadikan sampel. Setiap satu dosen dievaluasi oleh 3-4 mahasiswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
D. Variabel Penelitian
Variabel bebas : tingkat pendidikan, jabatan fungsional
Variable terikat:kepuasan mahasiswa
E. Definisi operasional
a. Variabel terikat:
Kepuasan mahasiswa adalah persepsi mahasiswa terhadap seluruh mutu
pelayanan pembelajaran yang diperoleh dari dosen yang diklasifikasikan
dalam tujuh indikator yaitu: pembuatan silabus, ketepatan waktu,
pengusaan materi, penggunaan media, kesempatan bertanya, teknik
komunikasi, dan evaluasi belajar. Alat ukur: cheklist, skala kategori: tidak
puas dan puas, dengan kriteria:
(1) Pembuatan silabus adalah kegiatan yang dilakukan oleh dosen
untuk merencanakan proses belajar mengajar
(2) Ketepatan waktu adalah tepat tidaknya dosen melakukan proses
pembelajaran
(3) Penguasaan materi adalah persepsi mahasiswa tentang kemampuan
dosen dalam memahami seluruh materi yang disampaikan saat
pengajaran
(4) Penggunaan metode media adalah persepsi mahasiswa tentang
penggunaan media oleh dosen yang efektif saat pengajaran
(5) Kesempatan bertanya adalah persepsi mahasiswa tentang
kesempatan guru untuk mengajukan pertanyaan untuk mahasiswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
(6) Teknik komunikasi adalah persepsi mahasiswa tentang
kemampuan dosen untuk menggunakan bahasa, suara, mimic, dan
anggota gerak saat pengajaran
(7) Teknik evaluasi adalah persepsi mahasiswa tentang teknik yang
digunakan dosen untuk mengevaluasi belajar mengajar
Dikatakan: Tidak puas jika skor total < 51
Puas jika skor total 51≤
Variabel bebas
a) Tingkat pendidikan adalah kualifikasi pendidikan tertinggi yang
disandang yang diperoleh dosen dari pendidikan formal
terakhirnya, skala ordinal, skala kategori : Sarjana/S1, S2,S3.
b) Jabatan fungsional adalah ciri yang melekat pada diri seorang
dosen baik diperoleh secara alami maupun diperoleh dari
pengalaman dan pendidikan. Skala kategori: asisten ahli, lektor,
lektor kepala.
F. PENGUMPULAN DATA
Instrumen yang digunakan berupa check list yang diberikan pada
responden. Check list memuat pertanyaan yang merupakan variabel yang
akan diukur yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Check list sebelumnya
diujicobakan pada 30 mahasiswa STIKES surya global Yogyakarta yang
selanjutnya diuji validitas dan reabilitas dengan menggunakan rumus
Crombach Alpha.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
a. JENIS DATA
Data primer dikumpulkan melalui lembar identitas dosen yang diajukan
kepada dosen dan check list mengenai kepuasan kepada mahasiswa sebagai
evaluator dosen yang telah ditunjuk
b. PENGOLAHAN DATA
Teknik pengolahan data dilakukan secara statistik dengan analisa
kuantitatif dengan cara manual dan elektronik computer dengan tahapan
sebagai berikut:
a. Editing data/memeriksa
Dilakukan setelah semua data terkumpul melalui checklist yaitu
memeriksa kembali semua checklist dengan maksud untuk melihat
apakah setiap checklist telah diisi sesuai petunjuk . untuk memudahkan
entry data, peneliti mengklasivikasikan data dan memberi kode untuk
masing-masing pertanyaan sesuai tujuan penelitian data dan memberi
kode untuk masin-masing pertanyaan sesuai dengan tujuan pengumpulan
data. Editing dikerjakan untuk meneliti setiap lembar hasil pengisisan
check list, untuk melihat kelengkapan data dan keakuratan data. Sedapat
mungkin dilakukan pada hari yang sama.
b. Coding data/memberi tanda data
Untuk memudahkan entry data, peneliti mengklasivikasikan data dan
memberi kode untuk masing-masing pertanyaan dengan tujuan
pengumpulan data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
c. Entry data /memasukkan data
Memasukkan data yang didapat ke dalam program computer kemudian
menganalisanya
d. Data cleaning/membersihkan data
Merupakan tindakan membersihkan data untuk mencegah kesalahan yang
mungkin terjadi.
G. ANALISA DATA
Analisa data dilakukan melalui beberapa tahap:
a. Analisa univariat
Tujuan analisa ini adalah untuk mendiskripsikan fenomormena masing-
masing variabel dengan menampilkan distribusi frekuensi responden
berdasarkan variabel yang diteliti, antara lain mengrtahui gambaran
distribusi tingkat kepuasan mahasiswa berdasarkan kemampuan dosen
dalam proses pembelajaran.
b. Analisa Multivariat
Dalam penelitian ini terdapat 3 variabel yang diwakilkan oleh huruf X1,
X2 dan Y, dimana X1 merupakan tingkat pendidikan, X2 merupakan
jabatan fungsional dan Y merupakan tingkat kepuasan mahasiswa.
Dilakukannya analisis ini untuk menganalisa hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen untuk melihat faktor yang paling
dominan yang berhubungan dengan tingkat kepuasan mahasiswa. Dalam hal
ini variabel dependen adalah kepuasan mahasiswa dikategorikan, puas dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
tidak puas, sedangkan variabel independen adalah tingkat pendidikan dan
jabatan fungsional dengan data kategorik, maka uji statistik yang digunakan
pada penelitian ini adalah uji Regresi Logistik ( Nursalam, 2003:128).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Karakteristik Responden
Karakteristik responden
Tabel 4.1 Karakteristik Dosen STIKES Yogyakarta Berdasarkan Usia
Oktober 2009 Karakteristik Responden Jumlah Persentase
Usia : a. < 35 tahun b. 35 tahun <
4 8
33% 67 %
Jumlah 12 100 % Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 12 subyek penelitian yang
diamati yang paling banyak dosen berusia lebih dari 35 tahun (67%).
Tabel 4.2 Karakteristik Dosen STIKES Yogyakarta Berdasarkan Jenis Kelamin
Oktober 2009
Karakteristik Responden Jumlah Persentase Usia :
a. Pria b. Wanita
4 8
33%
67 % Jumlah 12 100% Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 12 subyek penelitian
yang diamati yang paling banyak dosen berjenis kelamin wanita (67%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
B. Hasil Penelitian
a. Tingkat Pendidikan Dosen STIKES Yogyakarta
Tenaga pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yogyakarta
setidaknya memiliki pendidikan minimal S1 Keperawatan dan berbagai bidang
keahlian. Tenaga pengajar ini ada yang berstatus sebagai dosen tetap ataupun
dosen tamu.
Sebagai gambaran tingkat pendidikan dosen yang diperoleh menunjukkan
bahwa 12 dosen yang menjadi sampel penelitian sebagian besar berpendidikan
Paska Sarjana Sebanyak 7 orang (58,3%). Gambaran distribusi tersebut lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Distribusi Dosen Menurut Tingkat Pendidikan di STIKES Yogyakarta
Oktober 2009
Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase S1 4 33,3% S2 7 58,3% S3 1 8,3%
Total 12 100% Sumber : Data Primer
b. Jabatan Fungsional di STIKES Yogyakarta
Data tentang jabatan fungsional yang diperoleh dari seluruh responden
dikelompokkan menjadi belum mempunyai jabatan fungsional, asisten ahli,
lektor, lektor kepala.
Distribusi frekuensi jabatan fungsional, diperoleh sebagian besar yang
mempunyai jabatan fungsional asisten ahli sebanyak 8 orang. Gambaran
distribusi tersebut lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Tabel 4.4 Distribusi Dosen Menurut Jabatan Fungsional di STIKES Yogyakarta
Oktober 2009
Jabatan Fungsional Jumlah Prosentase Belum mempunyai 3 25%
Asisten ahli 8 66,7% Lektor 1 8,3%
Lektor kepala - - Total 12 100%
c. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Jabatan Fungsional dengan Kepuasan Mahasiswa dalam proses Belajar
Tabel 4.5
Tabel Silang Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Jabatan Fungsional dengan Kepuasan dalam Proses Belajar Mengajar di STIKES
Yogyakarta 2009
Puas Tidak puas Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %
S1 1 8,3 3 25 4 58,3
S2 6 50 1 8,3 7 33,3
S3 1 8,3 0 0 1 8,3
Belum punya jabatan
1 8,3 2 16,7 3 25
Asisten ahli 6 50 2 16,7 8 66,7
Lektor 1 8,3 0 0 1 8,3
Tabel tersebut menjelaskan bahwa dosen dengan tingkat pendidikan S2 paling
banyak memberikan kepuasan pada mahasiswa dalam proses belajar mengajar
sebanyak 6 orang (50%), sedangkan pada jabatan fungsional yang paling banyak
memberikan kepuasan adalah asisten ahli sebanyak 6 orang( 50%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
d. Hasil Analisis Regresi Logistik Antara Tingkat Pendidikan, dan Jabatan Fungsional dengan Kepuasan Mahasiswa di STIKES Yogyakarta 2009
Ada beberapa tabel dalam output regresi logistik. Berikut ini akan
dijelaskan interpretasi dari masing-masing tabel:
Tabel 4.6
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig. Step
1 Step 10,559 3 ,014 Block 10,559 3 ,014 Model 10,559 3 ,014
Korelasi bersama X1 dan X2 dan Y dengan teknik Chi Square didapat nilai Chi-
Square 10,559 dengan nilai signifikansi 0.014 < 0.05 berarti secara bersama-sama
tingkat pendidikan (X1) dan jabatan fungsional (X2)berhubungan dengan
Kepuasan mahasiswa (Y).
Tabel 4.7
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R
Square Nagelkerke R
Square 1
5,742 ,585 ,788
Tabel diatas menunjukkan koefisien determinan regresi logistik yaitu 0,788
sehingga dapat dikatakan bahwa kontribusi variable X1 dan X2 terhadap Y
sebesar 78%.
Tabel 4.8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Classification Table(a)
Observed Predicted
kepuasan Percentage
Correct tidak puas puas
Step 1 kepuasan tidak puas 4 1 80,0 Puas 0 7 100,0 Overall Percentage 91,7
a The cut value is ,500 Tabel di atas memperlihatkan bawa ketepatan prediksi dalam penelitian ini
adalah sebesar 91,7%.
Tabel 4.9
Pengujian secara sendiri-sendiri ternyata X1 dab X2 tidak punya pengaruh
yang signifikan terhadap Y. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansinya X1=
1.00>0,05 dan X2 =1,00>0,05.
C. PEMBAHASAN
Variables in the Equation
,000 2 1,000
-42,406 56841,443 ,000 1 ,999 ,000
-19,411 40192,969 ,000 1 1,000 ,000
,000 1 1,000
,000 46410,844 ,000 1 1,000 1,000
21,203 40192,969 ,000 1 1,000 1,6E+09
X1
X1(1)
X1(2)
X2
X2(1)
Constant
Step1
a
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Variable(s) entered on step 1: X1, X2.a.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
1. Kepuasan Mahasiswa Dalam Mengikuti Proses Belajar Mengajar
Dalam penelitian ini kepuasan mahasiswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar dilihat atau diukur berdasarkan kemampuan dosen dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses belajar mengajar yang
meliputi, pembuatan silabus/Rencana pelaksanaan Pembelajaran, ketepatan
waktu, penguasaan materi, penggunaan media, kesempatan ebrtanya, teknik
komunikasi, dan teknik komunikasi seperti yang dijelaskan oleh Tampubolon
(2001) dalam Hamalik 2008 bahwa produk PT yang sepenuhnya adalah jasa
pendidikan tinggi terdiri dari Jasa Kurikulum (JK), Jasa Penelitian (JP), Jasa
Pengabdian Masyarakat ( JPM) , Jasa Administrasi (JA), Jasa Ekstrakurikuler
(JE), pada jenjang S1 JK merupakan bagian terbesar dari jasa pendidikan tinggi,
sedangkan JP pada program pasca sarjana. Jasa kurikuler meliputi : kurikulum,
silabus, satuan materi, penyajian materi, bimbingan dan evaluasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 12 dosen STIKES Yogyakarta 2009
yang dapat memberikan kepuasan kepada mahasiswa menyatakan puas sebanyak
6 orang dan menyatakan sangat puas sebanyak 2 orang. Jadi dapat disimpulkan
bahwa dalam proses belajar mengajar yang diberikan oleh dosen STIKES
Yogyakarta memuaskan mahasiwa.
Secara lebih terperinci, kepuasan mahasiwa diukur berdasarkan indikator yang
telah ditentukan, factor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan mahasiswa
adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
a. Adanya silabus
Kepuasan mahasiswa dengan adanya silabus diasumsikan oleh peneliti bahwa
mahasiswa memang menginginkan adanya silabus sesuai penuntun atau pedoman
dalam proses belajar mengajar sehingga mahasiswa benar-benar siap dan
memiliki motivasi yang tinggi dalam proses belajar mengajar. Hal ini sesuai teori
yang disampaikan oleh Bachtiar Hasan (2002: 22) yang menyatakan bahwa untuk
memperoleh proses belajar mengajar yang berlangsung efektif dan efisien maka
seorang guru harus merencanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) yang
memungkinkan murid mengalami proses belajar yang efektif dan efisien sehingga
murid memperoleh dan menikmati pengalaman serta manfaat belajar yang penuh
arti. Dalam hal ini seorang guru sudah memikirkan startegi belajar.
Didukung pula oleh teori dari Thomas Curtis dan Wilma Bidwell, 1977
(Hamalik, 2005 : 46) yang menyebutkan bahwa salah satu peranan guru adalah
sebagai perencana. Guru berkewajiban mengembangkan tujuan-tujuan
pendidikan menjadi rencana yang operasional, relevan dengan kondisi
masyarakat, kebiasaan belajar siswa, pengalaman , pengetahuan siswa, metode
belajar yang serasi dan materi pelajaran yang sesuai dengan minatnya.
b. Ketepatan waktu
Ketepatan waktu pada saat tatap muka yang belum memuaskan mahasiswa
menurut peneliti adalah seringnya dosen luar yang datang tidak tepat waktu,
sehingga pada jam kuliah berikutnya juga menjadi mundur atau bahwa materi
yang disampaikan tidak selesai akrena waktu yang terpotong. Kemungkinan ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
karena dosen luar juga harus mengatur waktu dengan jadwal pokoknya, dan
kesibukan dosen yang bersangkutan.
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Bachtiar Hasan (2002: 16) bahwa
hari-hari efektif yang telah ditentukan dalam kalender pendidikan banyak
berkurang oleh kegiatan-kegiatan diluar ketentuan kalender pendidikan, waktu
tatap muka sering berkurang karena dosen sering terlambat masuk dan cepat
mengakhiri perkuliahan, belum membudaya disiplin waktu pada dosen, proses
belajar mengajar yang kurang efektif ini disebabkan dosen mengajar tanpa
program satuan pelajaran.
Oleh sebab itu, dosen yang dapat menghargai waktu, dengan hadir tepat waktu
pada proses belajar mengajar, maka diharapan sistem pelayanan pendidikan akan
lebih baik dan mahasiswa akan merasa puas
c. Penguasaan materi
Kepuasan mahasiswa dengan dosen yang menguasai materi saat menjelaskan
materi kuliah diasumsikan oleh peneliti disebabkan karena memang dosen
tersebut benar-benar menguasai materi yang akan diberikan dan menyiapkan diri
dengan baik, apalagi mata kuliah yang diberikan sudah berkali-kali diajarkan pada
tiap semester disampaikan pada mahasiswa dan didukung dengan adanya
pelatihan atau seminar tentang kuliah tersebut.
Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Wardani (2005:
26 ) Dalam kaitan dengan kegiatan belajar mengajar, atau pelatihan, menjelaskan
berarti mengorganisasikan materi pelajaran dalam tata urutan yang terencana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
secara sistematis, sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh mahasiswa. Dari
definisi ini dapat dipahami bahwa ketrampilan menjelaskan mutlak dimiliki oleh
para dosen. Kegiatan menejelaskan ini mempunyai tujuan untuk membimbing
mahasiswa memahami berbagai konsep, membimbing mahasiswa menjawab
pertanyaan “mengapa” secara bernalar, melibatkan mahasiswa untuk berpikir,
mendapatkan balikan mengenai pemahaman mahasiswa serta menomorlong
mahasiswa menghayati berbagai proses penalaran.
d. Kesempatan bertanya
Kepuasan mahasiswa pada kesempatan bertanya ini menurut peneliti
disebabkan karena kesempatan bertanya banyak dilakukan oleh dosen sehingga
mahasiswa lebih banyak diam atau mahasiswa ingin menjawab tetapi takut atau
segan untuk menanyakannya atau dosen tidak menaggapi dengan baik apa yang
pernah dipertanyakan oleh mahasiswa.
Hal ini bertentangan dengan teori yang menyebutkan bahwa dosen sangat
perlu menguasai ketrampilan untuk bertanya, hampir pada setiap kegiatan belajar
mengajar dosen mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan dosen
menentukan kualitas jawaban mahasiswa (Wardani, 2005: 20)
Dengan pertanyaan dosen dapat mengaktifkan mahasiswa sehingga terlibat
optimal dalam pembelajaran, disamping dapat mengetahui pemahaman siswa
terhadap materi yang sedang dibahas. Keterlibatan ini akan meningkatkan
motivasi belajar karena siswa merasa ikut berperan dalam pembelajaran.
Pertanyaan adalah semua pernyataan dosen (tidak terbatas pada kalimat tanya )
yang meminta respon dari mahasiswa. Jika ketrampilan bertanya dikuasai oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
dosen maka mahasiswa akan mampu bertanya secara efektif sehingga dapat
meningkatkan keterlibatan mahasiswa dalam pembelajaran yang sekaligus dapat
meningkatkan keefektifan pembelajaran.
e. Kemampuan komunikasi dan variasi
Kepuasan mahasiswa pada komunikasi dan variasi dosen menurut peneliti
sangat dipengaruhi oleh teknik komunikasi yang digunakan oleh dosen. Hal ini
diasumsikan oleh peneliti bahwa dosen yang mengajar di STIKES Yogyakarta
telah menguasai teknik dan metode komunikasi yang efektif, misalnya dosen lebih
banyak menggunakan bahasa daerah/Jawa untuk menjelaskan hal-hal yang sulit
dijelaskan dengan bahasa Indonesia, menggunakan projector/viewer, memberikan
ilustrasi dan contoh dan juga menggunakan intonasi suara yang bervariasi.
Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Sri Anitah 2005: 8 yang
menyebutkan bahwa seringkali mahasiswa merasa jenuh melihat dan mendengar
dosen mengajar dengan gaya yang sama selama berjam-jam, denagkan mahasiswa
duduk diam di kursinya. Jika hal tersebut terjadi berulang-ulang secara rutin, akan
menimbulkan kebosanan, sehingga diperlukan variasi dalam kegiatan belajar
mengajar di dalam kelas. Penggunaan variasi tersebut haruslah sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai, berkesinambungan, dan digunakan secara lancar.
Variasi ini dapat berupa variasi gaya mengajar (suara, kesenyapan, kontak
pandang, gerakan badan, posisi dosen dalam kelas), variasi media dan alat
pelajaran. Dan variasi pola interaksi kegiatan mahasiswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
f. Penggunaan media
Kepuasan mahasiswa dengan penggunaan media pembelajaran selama proses
belajar belajar diasumsikan oleh peneliti karena di STIKES Yogyakarta
mempunyai sarana pengajaran yang lengkap seperti audio visual yang bersifat
elektronik maupun manual. Dosen dituntut untuk mampu menggunakan sarana
dan prasarana yang ada sehingga diharapkan dosen mampu menyesuaikan dan
mengembangkan metode pengajaran yang sesuai dengan media pengajaran
tersebut. Hal ini berlangsung terus menerus sehingga dosen menjadi terbiasa dan
mahir mengunakan media dan metode yang tepat dalam proses belajar mengajar.
Sesuai teori yang dikatakan Hamalik, 2005:201 bahwa penggunaan metode
komunikasi yaitu aural aids (media pendengaran) dan visual aids (media
penglihatan) mengandung manfaat tertentu bagi keberhasilan belajar siswa.
Seringkali guru mengajar menggunakan ceramah, menggunakan kata-kata saja
sehingga siswa kurang memahami hal-hal yang diajarkan. Dosen yang
menggunakan alat bantu/media akan membuat siswa akan menjadi lebih aktif dan
berpartisipasi dalam proses belajar, lebih efektif, mudah mengingat dan mudah
dipahami.
g. Evaluasi
Kepuasan mahasiswa pada penggunaan evaluasi ini menurut peneliti karena
jadwal pelaksanaan ujian Blok yang selalu dilaksanakan tepat waktu setiap 4
minggu, walaupun dosen berasal dari luar institusi. Ujian blok ini dilaksanakan
selama 4 kali dalam satu semester dan digunakan untuk mengetahui sejauh mana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
mahasiswa mampu menerima materi yang diajarkan di perkuliahan. Pelaksanaan
evaluasi dilakukan tidak hanya pada akhir pembelajaran, tetapi juga pada jam
perkuliahan.
Hal ini sesuai dengan teori Ralf Tyler yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto
(2005:3) yang menyatakan bahwa evaluasi merupakan proses pengumpulan data
untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan
sudah tercapai. Sesuai dengan yang disampaikan oleh Oemar Hamalik (2005:
210) yang menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses terus menerus, bukan
hanya pada akhir pengajaran, tetapi dimulai sebelum dilaksanakannya pengajaran
dan setelah berakhirnya pengajaran.
Dari pandangan manajemen mutu, yang disampaikan oleh Tampubolon dalam
Hamalik, 2008 mengemukakan bahwa yang dihasilkan oleh PT pada dasarnya
adalah jasa kependidikan, yang disajikan kepada pelanggannya yaitu mahasiswa.
Jasa itu berupa perkuliahan. Apabila perkuliahan memuaskan mahasiswa, mereka
akan tertarik menghadirinya, menghayati dan menikmatinya. Pikiran bahkan
jasmani mahasiswa terpengaruh secara positif.
Dengan demikian variabel pendidikan yang lebih tinggi tuntutan yang harus
diperhatkan dan dilaksanakan apabila para dosen di STIKES Yogyakarta dapat
memberikan proses belajar mengajar yang memuaskan mahasiswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
2. Hubungan antara tingkat pendidikan dan jabatan fungsional dengan kepuasan
mahasiswa dalam proses belajar mengajar di STIKES Yogyakarta
Setelah dilakukan uji regresi logistik dengan output omnibus test menyatakan
bahwa ada hubungan secara bersama-sama antara tingkat pendidikan dosen
dengan kepuasan mahasiswa STIKES Yogyakarta 2009 yang ditunjukkan
dengan teknik Chi Square didapatkan nilai 10,559 dengan nilai signifikansi 0.014
< 0.05 berarti secara bersama-sama tingkat pendidikan (X1) dan jabatan
fungsional (X2) berhubungan dengan Kepuasan mahasiswa (Y). Koefisien
determinan regresi logistik yaitu 0,788 sehingga dapat dikatakan bahwa
kontribusi variabel X1 dan X2 terhadap Y sebesar 78%.
Hasil tabel silang berdasarkan pendidikan bahwa sebagian besar dosen
berpendidikan S2 sesuai dengan kompetensinya sebanyak 6 orang yang dapat
memuaskan mahasiswa dalam proses belajar mengajar, sedangkan ada satu orang
yang tidak memberikan kepuasan dalam proses belajar mengajar. Sedangkan
pada jabatan fungsional didapatkan bahwa terdapat 6 orang yang mempunyai
jabatan fungsional asisten ahli yang dapat memberi kepuasan dalam proses belajar
mengajar. Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Nurwati T (2000)
yang dikutip oleh Asyerem (2002) yang mengatakan bahwa latar belakang
pendidikan, umur, dan beban mengajar dosen berhubungan secara bermakna
dengan kompetensi mengajar. Penelitian ini sesuai pula dengan hasil penelitian
Mangidaan atau Boediono (1980) yang dikutip oleh Asyerem (2002) yang
menyatakan bahwa latar belakang pendidikan guru berpengaruh kuat dalam
meningkatkan prestasi belajar. H. A. Smith menyatakan bahwa efektifitas proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
pengajaran di dalam kelas sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan tenaga
pengajar, sehingga semakin tinggi pendidikan yang dimiliki oleh dosen, maka
tentu saja akan semakin tinggi kemampuan mengajarnya.
Dalam sistem kepegawaian di STIKES Yogyakarta terdapat jabatan struktural
dan fungsional. Dosen yang mempunyai jabatan struktural maupun fungsional
akan mendapatkan tunjangan selain dari gajinya. Golongan jabatan erat kaitannya
dengan penghasilan atau gaji, dimana gaji merupakan suatu penghargaan terhadap
jasa yang diberikan selama dosen melakukan kewajibannya dan gaji tersebut
yang digunakan oleh dosen untuk memenuhi kebutuhannya sehingga kehidupan
seorang dosen dapat sejahtera.
Hal ini didukung oleh pendapat Tampubolon bahwa kesejahteraan terdiri dari
kesejahteraan rohani dan jasmani. Kesejahteraan rohani berhubungan dengan
kehidupan mental dan spiritual seseorang, melalui pendidikan, pelatihan, atau
ajaran agama. Kesejahteraan jasmani berkaitan dengan material, melalui latihan
fisik, kebugaran serta penyediaan sarana sandang, pangan dan papan. Komponen
dari kesejahteraan ini adalah penggajian, kepangkatan, pengembangan karier,
penghargaan, dan lain-lain.
Tingkat pendidikan dan jabatan fungsional secara bersama-sama dapat
mempengaruhi kepuasan mahasiswa dalam proses belajar mengajar. Hal ini tentu
saja sangat mungkin terjadi karena setiap dosen yang sudah mempunyai jabatan
fungsional diwajibkan memenuhi Tridarma PT yang meliputi pendidikan dan
pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat. Seeorang yang telah
mempunyai jabatan fungsional paling tidak mempunyai pendidikan minimal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
sarjana dan jabatan fungsional akan terus memacu seorang dosen untuk selalu
meningkatkan jabatannya ke arah yang lebih tinggi. Hal ini akan bermanfaat pula
bagi dosen yang bersangkutan karena dengan adanya jabatan fungsional minimal
lektor, maka akan dapat memberi peluang bagi dosen tersebut mendapatkan
sertifikasi dosen. Sertifikasi dosen ini akan memberikan banyak keuntungan baik
secara materi maupun keilmuan bagi dosen tersebut. Sementara itu seorang dosen
yang akan mengajukan sertifikasi dosen minimal berpendidikan pascasarjana.
Untuk itulah seorang dosen harus memacu dirinya meningkatkan kemampuan
akademik maupun profesionalismenya sehingga mampu memberikan apa yang
sudah diperolehnya baik melalui pendidikan, penelitian maupun pengabdian
masyarakat yang sudah dialaminya kepada mahasiswanya. Dengan demikian
maka mahasiswa merasa puas dengan semua pelayanan yang diberikan oleh dosen
dalam proses belajarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Ada hubungan secara bersama-sama antara tingkat pendidikan dosen dengan
kepuasan mahasiswa dalam proses belajar mengajar di STIKES Yogyakarta 2009
yang ditunjukkan dengan teknik Chi Square didapatkan nilai 10,559 dan dengan
nilai signifikansi 0.014 < 0.05 berarti secara bersama-sama tingkat pendidikan
(X1) dan jabatan fungsional (X2)berhubungan dengan Kepuasan mahasiswa (Y).
Koefisien determinan regresi logistik yaitu 0,788 sehingga dapat dikatakan bahwa
kontribusi variabel tingkat pendidikan dan jabatan fungsional terhadap kepuasan
mahasiswa dalam proses belajar mengajar sebesar 78%.
B. Saran
Dalam rangka membantu meningkatkan kualitas proses belajar mengajar,
yang dapat memuaskan mahasiswa, dapat diajukan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Bagi dosen STIKES Yogyakarta 2009
a. Untuk lebih meningkatkan mutu pelaksanaan proses belajar
mengajar, saring berbagi ilmu tentang materi yang dikuasai antar
sesama dosen, mengikuti pelatihan, diskusi, yang berhubungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
dengan mata kuliah yang diajarkan, dan selalu meningkatkan
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
b. Untuk selalu menyiapkan rencana dengan membuat RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran), materi yang menarik, dan peralatan
yang menunjang proses belajar mengajar.
c. Untuk menambah wawasan dengan terus menerus belajar,
menelaah buku-buku terbitan baru atau sumber informasi lain yang
berhubungan dengan mata kulaih yang diajarkan.
2. Bagi institusi STIKES Yogyakarta
a. Untuk mengadakan program beasiswa bagi dosen terutama dosen
tetap sehingga dosen merasa termotivasi untuk terus meningkatkan
jenjang pendidikannya
b. Untuk membuat kebijakan institusi tentang adanya reward dan
punishment bila dosen tidak tepat waktu dalam proses belajar
mengajar.
c. Perlu diadakan evaluasi dosen yang dilaksanakan secara berkala
untuk mengidentifikasi mutu pelayanan dan mutu hasil, melalui
survey kepuasan mahasiswa, penelitian mutu lulusan, dan lain-lain.
d. Untuk mengirim dosen ke beberapa pelatihan yang dapat
meningkatkan kemampuan dosen dalam melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
DAFTAR PUSTAKA
Administrator. 2009. Evaluasi system penjaminan mutu internal PT 2008. http://www.dikti.go.id diakses 23 september 2009 jam 16.54
AIPNI, 2008. Kurikulum Pendidikan Sarjana Keperawatan tahun 2008. Jakarta.
Arikunto. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara hal:6.
Asyerem .2002. Hubungan Antara Karakteristik Dosen Dengan Kepuasan
Mahasiswa di AKPER PEMKAB Sumedang FKUI. Jakarta Bachtiar Hasan. 2002. Perencanaan Pengajaran Bidang Studi Bandung. hal:17-
21. Bidang DIKBUD KBRI Tokyo. Undang-undang Tentang System Pendidikan
Nasional. http://www.inherent-dikti.go.id. pada tanggal 26 september 2009 jam 21.00.
Buchari Alma, Ratih Hurriyati, 2008. Manajemen Corporate dan Strategi
Pemasaran Jasa Pendidikan : Fokus Pada Mutu dan Layanan Prima . Bandung: Alfa Beta.
Hartonomor.2009 SPSS16.0 Analisis Data Statistika dan Penelitian.
Yogyakarta.Pustaka Pelajar IGAK Giantari. IG Ngurah Jaya Agung Analisis Kepuasan Mahasiswa Terhadap
Proses Belajar Mengajar program D3 FE UNUD http://dikti.org/1262007125956naskah_uji_publik_ruu_bhp-_5_des_2007.pdf. diakses pada tanggal 22 September 2009 jam 20.00
Mulyani.2008.JabatanFungsional http://haisstis.com/data/buletin/03216.pdf
diakses tanggal 22 september 2009 Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta. Salemba Medika. Oemar Hamalik. 2005. Proses Belajar Mengajar Bandung : PT Bumi Aksara hal
27-44. PAU-PPAI UT. 2005 Perencanaan Pengajaran (berdasarkan pendekatan sistem)
hal 210-213
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Prastati & Irawan Depdiknas , 2005, Pekerti Mengajar di PT Buku : media sederhana Buku1.14 hal 4-11.
Siswanto Muhammad .2006.Reformasi Keperawatan Indonesia http://www.inna-
ppni.or.id diakses pada tanggal 22 september 2009 jam 20.14. Sudarwan Danim. 2002. Inomorvasi Pendidikan dalam upaya peningkatan
profesionalisme Tenaga Pendidikan. Bandung. Pustaka Setia hal: 34-36. Sugionomor.2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D .Alfabata
Bandung :157 Suparman , Atwi. Depdiknas . 2005. Pekerti mengajar di PT buku : garis-garis
besar program pengajaran dan satuan acara pengajaran 1.09 halm 2. Wardani. IGAK, 2005 Dasar-dasar Komunikasi dan Ketrampilan Dasar
Mengajar Buku Pekerti Mengajar di PT, Depdiknas buku 1.06, Jakarta hal:17-28
Zainudin dan Susy Puspitasari, 2005 Strategi Peningkatan Kualitas Pendidikan
Tinggi, Buku Pekerti Mengajar Di PT Buku 1.01 Jakarta: http://www.dikti.go.id Depdiknas Pedoman Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi
diakses pada tanggal 22 September 2009 http://ejournal.unud.ac.id/abstrac/giantari diakses pada tanggal 22 September 2009 jam 15.41 http://www.pusdiknakes.or.id Rancangan Undang-undang Republik Indonesia Badan Hukum Pendidikan . 2008 diakses pada tanggal 22 september 2009 jam 19.38 http://www.pusdiknakes.or.id. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penilaian Angka Kredit Jabatan Dosen diakses pada tanggal 22 september 2009 jam 19.45 http://www.fik.ui.ed 2007.Informasi Fakultas diakses pada tanggal 22 September
2009 jam 20.02 22 sep 09 14.15 wib http://www.unila.ac.id Undang-undang Guru dan Dosen diakses tanggal 23 September 2009 jam 21.04
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
LEMBAR IDENTITAS DOSEN
STIKES YOGYAKARTA
Nomor :
Nama :
Jenis kelamin :
Usia :
Pendidikan terakhir :
Jabatan fungsional :
Status dosen :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74