Download - Gangguan Campuran Cemas Dan Depresi
BAB I
PENDAHULUAN
Tiap manusia pasti mempunyai rasa cemas, rasa cemas ini terjadi pada saat adanya kejadian
atau peristiwa tertentu, maupun dalam menghadapi suatu hal. Misalkan, orang merasa cemas,
ketika tampil dihadapan banyak orang atau ketika sebelum ujian berlangsung. Kecemasan
yang dimiliki seseorng yang seperti di atas adalah normal, dan bahkan kecemasan ini perlu
dimiliki manusia. Akan tetapi kecemasan berubah menjadi abnormal ketika kecemasan yang
ada di dalam diri individu menjadi berlebihan atau melebihi dari kapasitas umumnya.1
Individu yang mengalami gangguan seperti ini bisa dikatakan mengalami anxiety disorder
(gangguan kecemasan) yaitu ketakutan yang berlebihan dan sifatnya tidak rasional.
Seseorang dikatakan menderita gangguan kecemasan apabila kecemasan ini mengganggu
aktivitas dalam kehidupan dari diri individu tersebut, salah satunya yakni gangguan fungsi
sosial. Misalnya kecemasan yang berlebihan ini menghambat diri seseorang untuk menjalin
hubungan akrab antar individu atau kelompoknya.1
Dan juga kita semua merasa sedih bila ada kejadian yang menyedihkan, dan biasanya
perasaan tersebut teratasi dengan sendirinya. Hal demikian adalah wajar. Lain halnya dengan
"gangguan depresi", yang sudah merupakan gangguan sakit yang menyangkut keluhan
badaniah, perasaan dan pikiran.Bila tidak diobati, depresi dapat menetap berbulan-bulan atau
bahkan menahun. Depresi dapat memperberat atau meningkatkan risiko penyakit fisik dan
meningkatkan risiko bunuh diri. Depresi bisa berdiri sendiri maupun bersamaan dengan
penyakit organik. Depresi akan sulit di diagnosis jika depresi ditemukan bersamaan dengan
penyakit lain.1
Namun terdapat kelainan yang disebut Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi, pada
paasien ini terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, namun masing-masing tidak
menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak menunjukkan
rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk anxietas,
beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun tidak terus-menerus, disamping rasa
cemas atau kekhawatiran berlebihan.
Kecemasan adalah keadaan individu atau kelompok mengalami perasaan gelisah (penilaian
atau opini) dan aktivitas sistem saraf autonom dalam berespons terhadap ancaman yang tidak
jelas, nonspesifik. Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan,
keadaan emosional yang dimiliki seseorang pada saat menghadapi kenyataan atau kejadian
dalam hidupnya.1,2
Gangguan depresif merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dengan gejala penyerta termasuk perubahan pola tidur,
nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa, tak berdaya dan
gagasan bunuh diri.2
2.2 MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis bervariasi, diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh ditegakkan apabila
dijumpai gejala-gejala antara lain keluhan cemas, khawatir, was-was, ragu untuk bertindak,
perasaan takut yang berlebihan, gelisah pada hal-hal yang sepele dan tidak utama yang mana
perasaan tersebut mempengaruhi seluruh aspek kehidupannya, sehingga pertimbangan akal
sehat, perasaan dan perilaku terpengaruh. Selain itu spesifik untuk Gangguan Kecemasan
Menyeluruh adalah kecemasanya terjadi kronis secara terus-menerus mencakup situasi hidup
(cemas akan terjadi kecelakaan, kesulitan finansial), cemas akan terjadinya bahaya, cemas
kehilangan kontrol, cemas akan`mendapatkan serangan jantung. Sering penderita tidak sabar,
mudah marah, sulit tidur. 3,7,8
Untuk lebih jelasnya gejala-gejala umum ansietas dapat dilihat pada tabel di bawah:
Ketegangan Motorik 1. Kedutan otot/ rasa gemetar
2
2. Otot tegang/kaku/pegal
3. Tidak bisa diam
4. Mudah menjadi lelah
Hiperaktivitas Otonomik 5. Nafas pendek/terasa berat
6. Jantung berdebar-debar
7. Telapak tangan basah/dingin
8. Mulut kering
9. Kepala pusing/rasa melayang
10. Mual, mencret, perut tak enak
11. Muka panas/ badan menggigil
12. Buang air kecil lebih sering
Kewaspadaan berlebihan dan
Penangkapan berkurang
13. Perasaan jadi peka/mudah ngilu
14. Mudah terkejut/kaget
15. Sulit konsentrasi pikiran
16. Sukar tidur
17. Mudah tersinggung
Sedangkan untuk gangguan depresif ditandai dengan suatu mood depresif, kehilangan minat
dan kegembiraan serta berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas merupakan tiga
gejala utama depresi.3,4,5
3
Gejala lainnya dapat berupa :
Konsentrasi dan perhatian berkurang
Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
Tidur terganggu
Nafsu makan berkurang.
Gejala-gejala diatas dialami oleh pasien hampir setiap hari dan di nilai berdasarkan ungkapan
pribadi atau hasil pengamatan orang lain misalnya keluarga pasien. 3,4,5
2.3 DIAGNOSIS
Untuk diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh (DSM-IV halaman 435, 300.02) ditegakkan
bila terdapat kecemasan kronis yang lebih berat (berlangsung lebih dari 6 bulan; biasanya
tahunan dengan gejala bertambah dan kondisi melemah) dan termasuk gejala seperti respons
otonom (palpitasi, diare, ekstremitas lembab, berkeringat, sering buang air kecil), insomnia,
sulit berkonsentrasi, rasa lelah, sering menarik nafas, gemetaran, waspada berlebihan, atau
takut akan sesuatu yang akan terjadi.2,3, 4
Diagnosis gangguan cemas menyeluruh menurut PPDGJ-III ditegakkan berdasarkan :5
Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir
setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya
menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau
“mengambang”).
Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
1. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit
berkonsentrasi, dsb)
2. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan
3. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak
napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)
4
Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya
depresi, tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan Anxietas Menyeluruh, selama hal
tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif (F.32.-), gangguan anxietas
fobik (F.40.-), gangguan panik (F42.0), atau gangguan obsesif-kompulsif (F.42.-) 3,4,7
Kriteria diagnostik untuk gangguan depresi berat secara terpisah dari kriteria diagnostik
untuk diagnosis yang berhubungan dengan depresi ringan dan sedang serta depresi berulang.3
Pada PPDGJ III pedoman diagnostik gangguan depresi berat dibagi secara terpisah yaitu
gangguan depresi berat tanpa gejala psikotik dan gangguan depresi berat dengan gejala
psikotik. 3,4,5
Episode depresif berat tanpa gejala psikotik :
Semua gejala depresi harus ada : afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan
serta berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah.
Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya : konsentrasi dan perhatian
berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, gagasan tentang rasa bersalah
dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimis, gagasan atau
perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu, nafsu makan
berkurang.
Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok,
maka mungkin pasien tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak
gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap
episode depresif berat masih dapat dibenarkan.
Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan
tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk
menegakkan diagnosis dalam kurun waktu dari 2 minggu.
Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau
urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas. 3,4,5
Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik :
Episode depresif berat yang memenuhi kriteria diatas.
Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide
tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam dan pasien merasa
bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi audiotorik atau olfaktorik biasanya berupa
suara yang menghina atau menuduh atau bau kotoran atau daging membusuk.
Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju stupor.
5
Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai waham atau
halusinasi yang serasi atau tidak serasi dengan afek (mood congruent). 3,4,5
Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
Pedoman diagnostik
Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak menunjukkan
rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk anxietas,
beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun tidak terus-menerus, disamping rasa
cemas atau kekhawatiran berlebihan.
Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, harus dipertimbangkan
kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas fobik.
Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan masing-
masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut dikemukakan, dan diagnosis gangguan
campuran tidak dapat digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya dapat dikemukakan satu
diagnosis maka gangguan depresif harus diutamakan.
Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stres kehidupan yang jelas, maka harus
digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian.
2.4 PENATALAKSANAAN
Terapi pada Gangguan Kecemasan Menyeluruh pada umumnya dapat dilakukan dengan 2
cara yakni terapi psikologis (psikoterapi) atau terapi dengan obat-obatan (farmakoterapi).
Angka-angka keberhasilan terapi yang tinggi dilaporkan pada kasus-kasus dengan diagnosis
dini. Psikoterapi yang sederhana sangat efektif, khususnya dalam konteks hubungan pasien
dengan dokter yang baik, sehingga dapat membantu mengurangi farmakoterapi yang tidak
perlu.1,6, 8
Sedangkan pada gangguan depresif, pertimbangkan penggunaan obat-obatan maupun
psikoterapi. Anti depresan yang baru, venlafaksin XR, tampaknya cukup efektif dan aman
untuk pengobatan gangguan cemas menyeluruh. Gunakan benzodiazepin dengan tidak
berlebihan(diazepam, 5 mg per oral, 3-4 kali sehari atau 10 mg sebelum tidur) untuk jangka
pendek(beberapa minggu hingga beberapa bulan); biarkan penggunaan obat-obatan untuk
mengikuti perjalanan penyakitnya. Pertimbangkan pemberian buspiron untuk pengobatan
6
awal atau untuk pengobatan kronis (20-30 mg/hari dalam dosis terbagi). Pasien tertentu yang
telah terbiasa dengan efek cepat benzodiazepin akan merasakan kurangnya efektivitas
buspiron. Anti depresan trisiklik, SSRI, dan MAOI bermanfaat terhadap pasien-pasien
tertentu (terutama bagi mereka yang disertai dengan depresi). Sedangkan pasien dengan
gejala otonomik akan membaik dengan β-bloker (misal, propanolol 80-160 mg/hari). 4, 8
Sedangkan bila diagnosa depresi sudah dibuat, maka perlu dinilai taraf hebatnya gejala
depresi dan besarnya kemungkinan bunuh diri. Hal ini ditanyakan dengan bijkasana dan
penderita sering merasa lega bila ia dapat mengeluarkan pikiran-pikiran bunuh diri kepada
orang yang memahami masalahnya, tetapi pada beberapa penderita ada yang tidak
memberitahukan keinginan bunuh dirinya kepada pemeriksa karena takut di cegah. Bila
sering terdapat pikiran-pikiran atau rancangan bunuh diri, maka sebaiknya penderita dirawat
di rumah sakit dengan pemberian terapi elektrokonvulsi di samping psikoterapi dan obat anti
depresan.4
Sebagian besar klinisi dan peneliti percaya bahwa kombinasi psikoterapi dan farmakoterapi
adalah pengobatan yang paling efektif untuk gangguan depresi berat. Tiga jenis psikoterapi
jangka pendek yaitu terapi kognitif, terapi interpersonal dan terapi perilaku, telah diteliti
tentang manfaatnya di dalam pengobatan gangguan depresi berat. Pada farmakoterapi
digunakan obat anti depresan, dimana anti depresan dibagi dalam beberapa golongan yaitu :
1. Golongan trisiklik, seperti : amitryptylin, imipramine, clomipramine dan opipramol.
2. Golongan tetrasiklik, seperti : maproptiline, mianserin dan amoxapine.
3. Golongan MAOI-Reversibel (RIMA, Reversibel Inhibitor of Mono Amine Oxsidase-A),
seperti : moclobemide.
4. Golongan atipikal, seperti : trazodone, tianeptine dan mirtazepine.
5. Golongan SSRI (Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitor), seperti : sertraline, paroxetine,
fluvoxamine, fluxetine dan citalopram.
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan onset efek primer (efek klinis) sekitar 2-4
minggu, efek sekunder (efek samping) sekitar 12-24 jam serta waktu paruh sekitar 12-48 jam
(pemberian 1-2 kali perhari). Ada lima proses dalam pengaturan dosis, yaitu :
1. Initiating Dosage (dosis anjuran), untuk mencapai dosis anjuran selama minggu I.
Misalnya amytriptylin 25 mg/hari pada hari I dan II, 50 mg/hari pada hari III dan IV, 100
mg/hari pada hari V dan VI.
2. Titrating Dosage (dosis optimal), dimulai pada dosis anjuran sampai dosis efektif
kemudian menjadi dosis optimal. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari selama 7 sampai 15 hari
(miggu II), kemudian minggu III 200 mg/hari dan minggu IV 300 mg/hari.
7
3. Stabilizing Dosage (dosis stabil), dosis optimal dipertahankan selama 2-3 bulan. Misalnya
amytriptylin 300 mg/hari (dosis optimal) kemudian diturunkan sampai dosis pemeliharaan.
4. Maintining Dosage (dosis pemeliharaan), selama 3-6 bulan. Biasanya dosis pemeliharaan
½ dosis optimal. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari.
5. Tapering Dosage (dosis penurunan), selama 1 bulan. Kebalikan dari initiating dosage.
Misalnya amytriptylin 150 mg/hari à 100 mg/hari selama 1 minggu, 100 mg/hari à 75 mg/hari
selama 1 minggu, 75 mg/hari à 50 mg/hari selama 1 minggu, 50 mg/hari à 25 mg/hari selama
1 minggu.
Dengan demikian obat anti depresan dapat diberhentikan total. Kalau kemudian sindrom
depresi kambuh lagi, proses dimulai lagi dari awal dan seterusnya.
Pada dosis pemeliharaan dianjurkan dosis tunggal pada malam hari (single dose one hour
before sleep), untuk golongan trisiklik dan tetrasiklik. Untuk golongan SSRI diberikan dosis
tunggal pada pagi hari setelah sarapan. 4
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 IDENTITAS PASIEN
8
Nama : NKS
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 50 tahun
Pendidikan : perguruan tinggi
Pekerjaan : Staf Koramil
Agama : Hindu
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Bangsa/suku : Indonesia/Bali
Alamat : Bebalang
Tanggal Pemeriksaan : 27-7-2012
3.2 ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : nyeri ulu hati
2. Autoanamnesis :
Pasien datang ke UGD RSUD Bangli dengan keluhan nyeri di ulu hati, kedatangan
pasien ke RS ini merupakan kedatangannya yang ketiga dalam 7 hari terakhir dengan
keluhan yang sama. Pasien diwawancara dalam posisi tidur di brankar, mengenakan
baju kaos warna putih dan celana panjang warna coklat muda. Rambut pasien
berwarna hitam, lurus dan diikat ekor kuda. Perawakan pasien sedang, tidak tinggi
dan tidak pendek. Roman muka pasien tampak sesuai umurnya. Selama wawancara
pasien tampak tenang, kondisi fisik tampak baik, kontak verbal dan visual cukup.
Pasien dapat bercerita dengan suara yang jelas serta lancar.
Pasien dapat menyebutkan nama, alamat rumahnya, dimana dirinya berada
saat ini, serta hari dan tanggal saat ini dengan benar. Pasien mampu mengingat tempat
dan tanggal lahirnya dengan benar. Saat diminta menghitung 100 dikurangi 7, pasien
dapat menjawabnya dengan benar yaitu 93. Kemudian dikurangi 7 lagi pasein dapat
menjawabnya dengan benar yaitu 86. Ketika ditanya apa persamaan buah jeruk dan
9
bola tenis, pasien menjawab sama-sama bulat. Sementara perbedaannya adalah buah
jeruk untuk dimakan dan bola tenis untuk bermain.
Selama wawancara dilakukan, pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa
dengan tepat dan jelas. Pasien mengerti maksud pertanyaan-pertanyaan yang
diutarakan pemeriksa.
Pasien mengatakan keluhan utamanya datang ke RS adalah maag dan nyeri ulu
hati, kedatangannya ini merupakan yang ketiga dalam 7 hari terakhir, sebelumnya
pasien sempat datang ke UGD pada tanggal 21-7-2012 dengan keluhan mual dan
nyeri di ulu hati, saat itu setelah mendapat pengobatan pasien diperbolehkan pulang
oleh dokter, namun pasien bersikeras untuk di rawat karena takut penyakitnya akan
kembali kumat jika langsung pulang ke rumah. Akhirnya oleh dokter, pasien hanya
diinapkan selama semalam di UGD dan dipulangkan pada esok paginya. Kemudian
pada tanggal 24-7-2012 pasien kembali datang ke UGD dengan diantar keluarganya,
keluhan saat itu adalah nyeri ulu hati dan saat itu pasien juga bersikeras untuk dirawat
inap sehingga pasien kembali menginap di UGD selama semalam. Pada
kedatangannya yang ketiga, yaitu pada tanggal 26-7-2012 keluhan pasien masih sama
yaitu nyeri di ulu hati.
Pasien juga menceritakan bahwa dirinya sangat cemas karena saat ini anaknya
yang kedua sudah kelas 2 SMA, sehingga tidak lama lagi akan kuliah dan tidak
tinggal lagi bersama dirinya. Saat anak pertamanya mulai kuliah di singaraja pasien
merasa kehilangan dan merasa kesepian karena anaknya tidak tinggal lagi dirumah.
Karena itulah pasien selalu takut jika ingat bahwa anak keduanya juga akan segera
kuliah dan akan meninggalkan dirinya juga. pasien menyadari ketakutannya ini dan
mengatakan sebenarnya dirinya sangat ingin memeriksakan dirinya ke psikiater,
namun pasien tidak tahu harus memeriksakan dirinya kemana. Ia merasa keluhannya
yang di derita selama pasti berhubungan dengan rasa takutnya ini.
Pasien juga mengatakan sejak memikirkan hal tersebut dia menjadi enggan
untuk beraktivitas, dikatakan kalau dia mudah capek dan bosan saat berada di tempat
kerja.
Saat ditanya apakah pasien pernah mendengar suara-suara yang tidak didengar
oleh orang lain, pasien mengatakan tidak pernah. Selain itu pasien juga tidak pernah
10
melihat bayangan atau sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Pasien juga
mengatakan bahwa ia tidak pernah berpikir yang aneh-aneh, misalkan tentang dewa-
dewa atau kehidupan di dunia lain. Pasien mengatakan selama ia sakit, ia masih sadar
akan dirinya. Pasien juga mengatakan bahwa ia tidak pernah bermimpi yang aneh-
aneh ataupun mimpi buruk.
Pasien awalnya mengeluh sulit tidur. Pasien mengatakan keluhan ini awalnya
muncul sudah sejak lama kurang lebih 3 bulan yang lalu dan muncul hampir setiap
hari. Mulanya pasien tidak pernah kesulitan untuk memulai tidur, namun sejak 3
bulan ini terkadang pasien sering terbangun di malam hari, namun belakangan pasien
juga mengeluhkan sulit untuk memulai tidur. Pasien mengatakan mulai merasakan
keluhan ini sejak memikirkan anaknya akan segera kuliah.
Nafsu makan pasien saat itu dikatakan berkurang, pasien hanya makan dalam
porsi yang kecil. Ketika ditanya apakah saat itu pasien memiliki pikiran atau bahkan
melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya seperti bunuh diri, pasien
mengatakan tidak pernah karena ia masih memiliki anak yang masih perlu
tanggungan keluarga dan dirinya dan ia mau mendidik anaknya tersebut.
Saat ini pasien juga sering mengeluh jantungnya berdebar-debar tanpa
diketahui sebabnya. Rasa ini muncul secara tiba-tiba dan tidak berlangsung lama lalu
hilang dengan sendirinya tanpa obat-obatan. Berdebar-debar tidak disertai dengan
nyeri dada, kesemutan dilengan kiri, maupun sesak nafas. Pasien juga mengatakan
sejak 3 bulan terakhir sering pingsan dan merasa hampir terjatuh saat di tempat kerja.
Pasien mengatakan bahwa dirinya tamat perguruan tinggi. Saat ini pasien
bekerja di koramil bangli. Pasien memiliki 3 orang anak, anak yang pertama saat ini
sudah kuliah di Undiksha Singaraja, anak kedua pasien masih kelas 2 SMA dan anak
ketiga pasien masih SMP.
Pasien mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang tertutup, segala
permasalahannya hanya dipendam dan tidak pernah diceritakan ke orang lain bahkan
pada suaminya sendiri.
Riwayat minum-minuman beralkohol serta obat-obatan terlarang tidak ada.
Riwayat merokok juga tidak ada. Pasien mengatakan dirinya minum kopi, tapi jarang-
11
jarang. Sejak kecil pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-obat yang dijual bebas,
apabila pasien sakit, obat akan diperoleh dengan resep dokter.
Pasien mengatakan sejak kecil tidak pernah memiliki riwayat penyakit serius.
Riwayat kejang, kencing manis, penyakit jantung, kecelakaan atau trauma kepala
tidak ada. Keluhan nyeri di ulu hati pasien muncul sejak 1 bulan belakangan. Dalam
keluarganya tidak ada yang menderita keluhan yang serupa dengan pasien. Hubungan
pasein dengan lingkungan sekitar sebelum dan setelah keluhan muncul dikatakan
tidak ada masalah.
3. Heteroanamnesis (suami pasien)
Wawancara dilakukan dengan suami pasien. Menurut keterangan suaminya, pasien
mulai sering sulit tidur dan berdebar-debar sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu.
Keluhan tersebut muncul karena permasalahan anaknya. Pasien dikatakan pernah
tidak tidur selama beberapa hari karena terus memikirkan permasalahan anaknya
tersebut. Pasien dikatakan sering menangis. Nafsu makan pasien juga dikatakan
menurun. Suami pasien sudah menasehati pasien agar lebih sabar dan menerima
segala permasalahan yang sudah terjadi. Pasien dikatakan selama sakit, masih sadar
akan dirinya.
Selain berdebar-debar pasien dikatakan sering gelisah. Pasien dikatakan tidak
pernah megalami hal yang serupa sebelumnya, namun pasien memiliki tekanan darah
tinggi sekitar 5 tahun yang lalu. Setelah dilakukan pemeriksaan jantung, dikatakan
tidak ada kelainan dan dokter mengatakan hal ini disebabkan oleh pikiran dan
disarankan ke poliklinik jiwa.
Saat ini dikatakan tidur pasien sudah lebih baik,nafsu makan pasien baik, dan
mandi 2 kali sehari. Pasien dikatakan rajin dan teratur minum obat.
3.3 Pemeriksaan Fisik
1. Status Interna :
Status present :
Tekanan Darah : 110/90 mmHg
12
Nadi : 88 kali permenit
Respiratory rate : 22 kali permenit
Suhu : 36,5 C
Status General :
Kepala : normocephali
Mata : anemis -/- ; Ikterus -/- ; RP +/+ ; isokor
THT : kesan normal
Thoraks
Cor : S1S2 tunggal regular murmur (-)
Pulmo : ves +/+, rh -/-, wh-/-
Abdomen : distensi (-), Bising usus (+) normal, Hepar / Lien tidak teraba
Ekstremitas : hangat ++/++, edema --/--
2. Status Neurologi :
GCS : E4V5M6
Tenaga : 555 555
555 555
Tonus : N N
N N
Tropik : N N
N N
Reflek fisiologis : + +
13
+ +
Reflek patologis : - -
- -
Tremor tidak ada
3. Status Psikiatri
1. Kesan Umum : Penampilan wajar, roman muka sesuai umur, kontak
verbal dan visual cukup.
2. Kesadaran : Jernih
3. Mood/Afek : Eutimik/appropriate
4. Proses Pikir
a. Bentuk pikir : Logis realis
b. Arus pikir : Koheren
c. Isi pikir : Waham (-), ide bunuh diri (-), rasa bersalah (+), rasa
cemas (+)
5. Persepsi : Halusinasi (-), Ilusi (-)
6. Intelegensia : Sesuai tingkat pendidikan
7. Dorongan Instingtual : Insomnia (+) , hipobulia (-) , raptus (-)
8. Psikomotor : Tenang saat pemeriksaan
3.4 Resume
Pasien perempuan, 50 tahun, tamat perguruan tinggi, staf koramil, sudah menikah,
suku Bali, agama Hindu. Pasien diwawancara di UGD dalam posisi tidur di brankar.
Keluhan utamanya datang ke RS adalah maag dan nyeri ulu hati,
kedatangannya ini merupakan yang ketiga dalam 7 hari terakhir. Pasien juga
14
menceritakan bahwa dirinya sangat cemas karena saat ini anaknya yang kedua sudah
kelas 2 SMA, sehingga tidak lama lagi akan kuliah dan tidak tinggal lagi bersama
dirinya. Saat anak pertamanya mulai kuliah di singaraja pasien juga saat itu merasa
sangat kehilangan dan merasa kesepian. Pasien juga mengatakan sejak memikirkan
hal tersebut dia menjadi enggan untuk beraktivitas, dikatakan kalau dia mudah capek
dan bosan saat berada di tempat kerja. Pasien juga mengeluh sulit tidur. Pasien
mengatakan keluhan ini awalnya muncul sudah sejak lama kurang lebih 3 bulan yang
lalu dan muncul hampir setiap hari. Nafsu makan pasien saat ini dikatakan berkurang,
pasien hanya makan dalam porsi yang kecil. Namun pasien tidak pernah punya niat
atau keinginan bunuh diri. Saat ini pasien juga sering mengeluh jantungnya berdebar-
debar tanpa diketahui sebabnya.
Pada pemeriksaan fisik, ditemukan status interna tekanan darah 110/80
mmHg, nadi 88 kali/menit, respirasi 22 kali/menit dan suhu aksila 36,5oC dan lain-
lain dalam batas normal. Status neurologis GCS E4V5M6, defisit neurologi tidak ada
dan lain-lain dalam batas normal. Pada status psikiatri ditemukan kesan umum
penampilan pasien wajar, roman muka sesuai umur dan kontak verbal dan visual
dengan pemeriksa cukup. Selama wawancara berlangsung pasien cukup kooperatif
menjawab dan bercerita. Kesadaran pasien jernih dengan mood/afek
eutimik/appropriate. Sensorium dan kognitif, orientasi baik, daya ingat baik, wicara
jelas dan konsentrasi cukup. Pada proses pikir, didapatkan bentuk pikir logis realis,
arus pikir koheren, dan isi pikir ditemukan adanya rasa bersalah dan rasa cemas. Dari
persepsi tidak ditemukan adanya halusinasi dan ilusi. Intelegensi sesuai dengan
tingkat pendidikan. Pada dorongan instingtual, terdapat riwayat insomnia, riwayat
hipobuli tetapi tidak ditemukan adanya raptus. Psikomotor tenang saat pemeriksaan.
3.5 Diagnosis Banding
1. Gangguan campuran anxietas dan depresi (F41.2)
2. Gangguan cemas menyeluruh (F41.1)
3.6 Diagnosis Multiaksial
15
Axis I : Gangguan campuran anxietas dan depresi (F41.2)
Axis II : Ciri kepribadian tertutup
Axis III : Hipertensi stage I
Axis IV : Masalah dengan primary support group
Axis V : GAF 80-71
3.7 Usulan Terapi
Clobazam 1 x 10 mg
Psikoterapi suportif
3.8 Usulan Pemeriksaan Penunjang
Tes psikometri (tes warteg, House Man Tree Test, tes mengarang)
Cek laboratorium lengkap
3.9 Prognosis
Diagnosa : gangguan campuran anxietas dan depresi
Onset : dewasa
Perjalanan penyakit : kronis
Faktor genetik : tidak ada
Ciri kepribadian : tertutup
Pendidikan : perguruan tinggi
Dukungan orang sekitar: ada (suami )
Faktor pencetus : ada (masalah keluarga)
Penyakit organik : Hipertensi stage I
Status pernikahan : sudah menikah
Kepatuhan minum obat : patuh
Respon terapi : baik
Insight : Tilikan 6
16
Dari beberapa kriteria tersebut di atas, pada kasus ini prognosis pasien adalah
dubious ad bonam (mengarah ke baik).
DAFTAR PUSTAKA
1. Maria, Josetta. Cemas Normal atau Tidak Normal. Program Studi Psikologi. Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
17
2. Kaplan, H., Sadock, Benjamin. 1997. Gangguan Kecemasan dalam Sinopsis Psikiatri:
Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Edisi ke-7 Jilid 2. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Hal. 1-15
3. Kaplan, Harold. I. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta: Widya Medika. Hal. 145-
54
4. Tomb, D. A. 2000. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. Jakarta : EGC. Hal. 96-110
5. Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya. Hal. 72-75
6. Adiwena, Nuklear. 2007. Anxietas. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Indonesia.
7. Eldido. Anxiety Disorder; Tipe-tipe dan Penanganannya. 20 Oktober 2008.
8. Yates, W. R. 2008. Anxiety Disorders. Update August 13, 2008. www.emedicine.com
9. Anonim. Kecemasan atau Ansietas. Update 32 Desember 2008.
www.mitrariset.blogspot.com
10. Ashadi. Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi. Updates 22 Mei 2008.
www.sidenreng.com
11. Maslim, Rusdi. 2007. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya. Hal. 12
18