1
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN VIII KELURAHAN SEI AGULMEDAN
TAHUN 2013
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Ahli Madya
Kebidanan
Diajukan oleh :
SUSAN FATMA DEWI
10330206096
PROGRAM STUDI KEBIDANAN (D-III)
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
MEDAN
2013
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara
berkembang termasuk di Indonesia. Pada sisi lain, masalah gizi lebih
adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat di
negara-negara berkembang termasuk Indonesia sebagai dampak
keberhasilan dibidang ekonomi. Penyuluhan gizi secara luas perlu
digerakkan bagi masyarakat guna perubahan perilaku untuk
meningkatkan keadaan gizinya (Almatsier, 2010).
Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia
sangat dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan kesehatan penduduk.
Hal ini terlihat dari masih tingginya angka kematian bayi, angka kematian
balita serta angka kematian ibu, di samping dampak langsung terhadap
kesakitan dan kematian, gizi kurang juga berdampak pada pertumbuhan,
perkembangan intelektual dan produktivitas. Anak yang kekurangan gizi
pada usia balita akan tumbuh pendek dan mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan otak yang berpengaruh pada rendahnya
tingkat kecerdasan. Diperkirakan bahwa Indonesia kehilangan 220 juta IQ
poin akibat kekurangan gizi. Menurut depkes (2004) pada tahun 2003
terdapat sekitar 27,5% (5 juta) balita kurang gizi,dimana 3,5 juta anak
3
(19,2%) dalam tingkat gizi kurang dan 1,5 juta (8,3%) anak gizi buruk
(Meikawati dan Hersoelistyorini, 2007).
Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada
umumnya masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP),
masalah Anemia Besi, masalah gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY), masalah Kurang Vitamin A (KVA), dan masalah obesitas
terutama dikota-kota besar. Pada Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi
tahun 1993, telah terungkap bahwa Indonesia mengalami masalah gizi
ganda yang artinya sementara masalah gizi kurang belum dapat diatasi
secara menyeluruh, sudah muncul masalah baru yaitu berupa gizi lebih
(Supariasa dkk, 2008 ).
Gizi menjadi bagian yang sangat penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan. Gizi didalamnya memiliki keterkaitan yang erat
hubungannya dengan kesehatan dan kecerdasan. Apabila seorang anak
terkena defesiensi gizi maka kemungkinan besar sekali anak akan mudah
terkena infeksi. Gizi ini sangat berpengaruh terhadap nafsu makan
kehilangan bahan makanan misalnya melalui diare dan muntah-muntah
serta metabolisme makanan pada anak, selain itu juga dapat diketahui
bahwa infeksi mengahambat reaksi imunologis yang normal dengan
menghabiskan sumber-sumber energi tubuh (Proverawati dan Wati,
2011).
Status gizi pada balita harus sangat dijaga dan diperhatikan secara
serius dari orang tua, kerena terjadi malnutrisi pada masa ini akan bisa
4
menyebabkan kerusakan yang irreversibel. Sangat mungkin ukuran tubuh
pendek adalah salah satu indikator atau petunjuk kekurangan gizi yang
berkepanjangan pada balita. Kekurangan gizi yang lebih fatal akan
berdampak pada perkembangan otak (Agria dkk, 2012).
Berdasarkan survei awal, peneliti menemukan 2 orang balita yang
obesitas. Hal itu dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi
pada balita. Ibu beranggapan kalau anak gemuk itu tanda anak sehat
sedangkan obesitas atau kegemukan pada balita itu bisa menimbulkan
penyakit. Dari wawancara yang peneliti lakukan kepada beberapa orang
ibu yang mempunyai balita, dari beberapa ibu yang mempunyai balita ada
sebagian ibu tidak mengerti tentang status gizi balita di Lingkungan VIII
Kelurahan Sei Agul Medan Tahun 2013.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk
mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Balita di
Lingkungan VIII Kelurahan Sei Agul Medan Tahun 2013.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah
penelitian ini adalah” Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi
Balita di Lingkungan VIII Kelurahan Sei Agul Medan Tahun 2013”.
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum di dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Balita di Lingkungan VIII
Kelurahan Sei Agul Medan Tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Gambaran pengetahuan ibu tentang status gizi balita
berdasarkan umur di Lingkungan VIII Kelurahan Sei Agul Medan Tahun
2013.
b. Untuk mengetahui Gambaran pengetahuan ibu tentang status gizi balita
berdasarkan pendidikan di Lingkungan VIII Kelurahan Sei Agu Medanl
Tahun 2013.
c. Untuk mengetahui Gambaran pengetahuan ibu tentang status gizi balita
berdasarkan pekerjaan di Lingkungan VIII Kelurahan Sei Agul Medan
Tahun 2013.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu :
1. Bagi Tempat Peneliti
Sebagai bahan masukan dan informasi tentang status gizi pada balita
terhadap pertumbuhan dan perkembangan sehingga mendapat anak
yang sehat di Lingkungan VIII Kelurahan Sei Agul.
6
2. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa Program Studi
D-III Kebidanan Universitas Prima Indonesia dan bisa menjadi bahan
bacaan untuk menambah pengetahuan khususnya tentang status gizi
pada balita.
3. Bagi Peneliti
Agar dapat mengaplikasikan ilmu kesehatan yang telah didapatkan
selama mengikuti perkuliahan di UNPRI Program Studi (D-III) serta
menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman bagi peneliti
dalam pembuatan karya tulis ilmiah.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Defenisi
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui panca indra manusia, yakni penglihatan : indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (over behaviour) (Notoadmodjo, 2012).
Pengetahuan adalah kepercayaan yang benar. Menurut Drs. Sidi
Gazalba pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan
tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf,
mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran.
Jadi pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu
(Bakhtiar, 2012).
Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang
sekedar menjawab pertanyaan pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa
manusia, apa alam, dan sebagainya. Sedangkan ilmu (science) bukan
sekedar menjawab “what” dan “how”, misalnya mengapa air mendidih bila
dipanaskan,mengapa bumi berputar, mengapa manusia bernafas, dan
8
sebagainya. Pengetahuan hanya bisa menjawab pertanyaan apa sesuatu
itu. (Notoadmodjo, 2010).
2. Jenis Pengetahuan
Dalam kehidupan manusia dapat memiliki berbagai pengetahuan,
maka di dalam kehidupan manusia dapat memiliki berbagai pengetahuan
dan kebenaran. Burhanudin salam mengemukakan bahwa pengetahuan
yang dimiliki manusia ada empat yaitu, yaitu :
a. Pengetahuan biasa, yaitu pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan
dengan istilah common sense, dan sering diartikan dengan good sense,
karena seorang memiliki sesuatu diamana ia menerima secara baik.
b. Pengetahuan ilmu yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science dalam
pengertian sempit dapat diartikan untuk menunjukkan ilmu
pengetahuan alam yang sifatnya kuantitatif dan objektif. Ilmu dapat
merupakan suatu metode berfikir secara objektif, tujuannya untuk
menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia faktual.
Pengetahuan yang diperoleh melalui observasi, eksperimen, dan
klasifikasi.
c. Pengetahuan filsafat yaitu pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran
yang bersifat konteplamtif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih
menekankan pada universitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu.
d. Pengetahuan agama yaitu pengetahuan yang hanya diperoleh
dari tuhan lewat para utusannya. Pengetahuan agama bersifat
9
mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama.
Pengetahuan ini mengandung beberapa hal yaitu ajaran tentang
cara berhubungan dengan tuhan, yang sering juga disebut
dengan hubungan vertikal dan cara berhubungan dengan
sesama manusia, yang sering juga disebut dengan hubungan
horizontal (Bakhtiar, 2012).
3. Cara Memperoleh Pengetahuan
Pengetahuan yang ada diperoleh dengan menggunakan berbagai
alat yang merupakan sumber pengetahuan tersebut. Dalam hal ini ada
beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan antara lain :
1. Cara memperoleh kebenaran non ilmiah
Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau
metode penemuan secara sistematik dan logis adalah dengan cara non
ilmiah, tanpa melalui penelitian. Cara-cara penemuan pengetahuan pada
periode ini antara lain meliputi :
a. Cara coba salah (trial and error)
Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan beberapa
kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan
tersebut tidak berhasil dicoba kemungkinan lain.
10
b. Cara kekuasaan atau otoritas
Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintah, tokoh agama,
maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme
yang sama di dalam penemuan pengetahuan.
c. Pengalaman pribadi
Dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini
dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh
dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
d. Kebenaran melalui wahyu
Ajaran dan norma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan
dari tuhan melalui para nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini
oleh pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran
tersebut rasional atau tidak.
e. Melalui jalan pikiran
Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan
pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan yang dikemukakan,
kemudian dicari hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan.
2. Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada
dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode
penelitian ilmiah atau lebih populer disebut metodologi penelitian
11
(research methodology). Cara ini mula-mula dikembangkan oleh
Francis Bacon (1561-1626), kemudian dilanjutkan oleh Deobold Van
Dallen. Akhirnya lahir suatu cara melakukan penelitian, yang dewasa ini
kita kenal dengan metode penelitian ilmiah (scientific research method)
(Notoadmodjo, 2010).
4. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai
enam tingkatan yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain :
menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan
sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasi
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek
atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
12
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang
dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (rill). Aplikasi
disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi tersebut dam masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya :
dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan, dan sebagainya.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri,
atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoadmodjo, 2012).
13
5. Cara Mengukur Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita
ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoadmodjo,
2012).
6. Sumber-Sumber Pengetahuan
Semua orang mengakui memiliki pengetahuan. Persoalannya dari
mana pengetahuan itu diperoleh atau lewat apa pengetahuan didapat.
Dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan
antara lain :
a. Empirisme
Kata ini berasal dari kata yunani empeirikos, artinya pengalaman
yang dimaksud adalah inderawi yang bersifat parsial. Itu disebabkan oleh
adanya perbedaan antara indera yang satu dengan yang lainnya. Menurut
John Locke (1632-1704), bapak empiris britania mengemukakan teori
tabula rasa maksudnya ialah bahwa manusia itu pada mulanya kosong
dari pengetahuan, lantas pengalamannya mengisi jiwa yang kosong itu,
lantas ia memiliki pengetahuan. David Hume mengatakan bahwa manusia
tidak membawa pengetahuan bawaan dalam hidupnya, sumber untuk
memperoleh pengetahuan adalah data empiris yang diperoleh dari panca
indera.
14
b. Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian
pengetahuan. Menurut Descartes seorang pelopor rasionalisme berusaha
menemukan suatu kebenaran yang tidak dapat diragukan lagi, kebenaran
itu, menurutnya adalah dia tidak ragu bahwa ia ragu. Menurut Spinoza
memberikan penjelasan yang lebih mudah dengan menyusun sistem
rasionalisme atau dasar ilmu ukur dan dalil ilmu ukur merupakan dalil
kebenaran yang tidak perlu dibuktikan lagi.
c. Intuisi
Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi
pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi
berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya. Pengembangan
kemampuan ini (intuisi) memerlukan suatu usaha, ia juga mengatakan
bahwa intuisi adalah suatu pengetahuan yang langsung, yang mutlak dan
bukan pengetahuan yang nisbi.
d. Wahyu
Adalah pengetahuan yang disampaikan oleh allah kepada manusia
lewat perantaraan para nabi. Para nabi memperoleh pengetahuan dari
tuhan tanpa upaya, tanpa bersusah payah, tanpa memerlukan waktu
untuk memperolehnya. Pengetahuan mereka terjadi atas kehendak tuhan
semesta. Tuhan mensucikan jiwa mereka dan diterangkannya pula jiwa
mereka untuk memperoleh kebenaran dengan jalan wahyu
(Bakhtiar, 2012).
15
7. Fungsi Pengetahuan
Manusia belajar dari pengalamannya, dan beasumsi bahwa alam
mengikuti hukum-hukum dan aturan-aturannya. Ilmu merupakan salah
satu hasil budaya manusia, dimana lebih mengutamakan kuantitas yang
obyektif, dan mengesampingkan kualitas subyektif yang berhubungan
dengan keinginan pribadi. Sehingga dengan ilmu, manusia tidak akan
mementingkan dirinya sendiri (Salam, 2009).
8. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang yaitu :
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada
orang lain agar dapat memahami suatu hal. Semakin tinggi pendidikan
seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi, sebaliknya
jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan
menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan
informasi.
16
b. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaaan dapat membuat seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
c. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami
perubahan aspek fisik dan psikologis. Pertumbuhan fisik terdiri atas empat
kategori perubahan yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi,
hilangnya ciri-ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri baru. Pada aspek psikologis
atau mental, taraf berpikir seseorang menjadi semakin matang dan
dewasa.
d. Minat
Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi
terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan
menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang
lebih mendalam.
e. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Orang cenderung berusaha
melupakan pengalaman yang kurang baik, sebaliknya jika pengalaman
tersebut menyenangkan akan menimbulkan kesan yang sangat mendalam
dan membekas dan akhirnya dapat membentuk sikap positif dalam
kehidupannya.
17
f. Kebudayaan lingkungan sekitar
Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi
atau sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup dan
dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.
g. Informasi
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapt mempercepat
seseorang memperoleh pengetahuan yang baru (Mubarak, 2012).
9. Hakikat Pengetahuan
Ada dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan yaitu :
a. Realisme
Pengetahuan menurut realisme adalah gambaran atau copy yang
sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata (fakta atau hakikat).
Pengetahuan atau gambaran yang ada dalam akal adalah copyan dari
pengetahuan asli yang ada diluar akal manusia. Dengan demikian
realisme berpendapat bahwa pengetahuan adalah benar dan tepat bila
sesuai dengan kenyataan.
b. Idealisme
Ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk mendapatkan
pengetahuan yang sesuai dengan kenyataan adalah mustahil.
Pengetahuan adalah proses mental atau proses psikologis yang
bersifat subjektif. Oleh karena itu pengetahuan menurut seorang idealis
hanya merupakan gambaran objektif tentang realitas (Bakhtiar, 2012).
18
B. Status Gizi Balita
Status gizi (nutrition status) adalah ekspresi dari keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari
nutriture dalam bentuk variabel tertentu Contoh : Gondok endemik
merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran
yodium dalam tubuh (Supariasa dkk, 2008).
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi
kurang, baik, dan lebih (Almatsier, 2010).
Status gizi adalah keadaan yang ditunjukkan sebagai konsekuensi
dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke tubuh dan yang
diperlukan (Maryunani, 2010).
1. Gizi
Gizi berasal dari bahasa arab “Gizawi” yang berarti pemberian zat-
zat makanan kepada sel-sel dan jaringan tubuh, sehingga memungkinkan
pertumbuhan yang normal dan sehat. Ilmu gizi membahas proses
pemanfaatan makanan didalam tubuh, yang di mulai pengunyahan
makanan, pencernaan, penyerapan, pemanfaatan zat gizi didalam sel dan
pembuangan zat sisa dari tubuh (Maryunani, 2010).
Gizi kurang yang banyak diderita oleh anak-anak indonesia yaitu
penyakit kwarshiorkor dan marasmus sering ditemukan dalam taraf yang
berbeda-beda. Penyakit ini menyebabkan penderita kehilangan bahan
19
makanan, penghancuran jaringan tubuh semakin meningkat, karena
dipakai untuk pembentukan protein atau enzim-enzim yang diperlukan
dalam usaha pertahanan tubuh. Ini akan berpengaruh pada pertumbuhan
dan perkembangan anak selanjutnya. Kuman-kuman yang tidak
berbahaya pada anak dengan gizi normal akan bisa menyebabkan
kematian bagi anak dengan gizi buruk. Gejala penyakit ini dapat
berbahaya dan menyebabkan kematian pada anak-anak kecil terutama
jika didapatkan pada penderita dengan gizi buruk. Ancaman
perkembangan gangguan otak akibat kurang gizi lebih sering terjadi pada
anak yang marasmus dan kwarshiorkor (Proverawati dan Wati, 2011).
Secara harfiah, balita atau anak bawah lima tahun adalah anak
usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga
termasuk dalam golongan ini. Namun karena faal (kerja alat tubuh
semestinya) bayi usia dibawah satu tahun berbeda dengan anak usia
diatas satu tahun, banyak ilmuwan yang membedakannya. Anak usia 1-5
tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas menyusu sampai
dengan prasekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan
perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya pun
harus sesuai dengan keadaanya.
Balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua yaitu anak usia
lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal dengan “Batita” dan
anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan
usia “prasekolah”. Balita sering disebut konsumen pasif, sedangkan usia
20
prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif. Anak dibawah lima
tahun merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang
pesat namun kelompok ini merupakan kelompok tersering yang menderita
kekurangan gizi. Gizi ibu yang kurang atau buruk pada waktu konsepsi
atau sedang hamil muda dapat berpengaruh kepada pertumbuhan
semasa balita. Bila gizi buruk maka perkembangan otaknya pun kurang
dan itu akan berpengaruh pada kehidupannya di usia sekolah dan
prasekolah (Proverawati dan Wati, 2011).
Masa balita disebut juga sebagai masa vital, khusunya sampai usia
dua tahun, karena adanya perubahan yang cepat dan menyolok. Dengan
adanya masa vital ini, maka pemeliharaan gizi sangat penting untuk
diperhatikan. Jika tidak, akan mengganggu proses pertumbuhan secara
maksimal. Keberhasilan mencapai status gizi balita yang baik erat
kaitannya dengan kerjasama antara orang tua yang mempraktekkannya
dan mendapat informasi gizi dengan baik. Masa balita disebut juga
sebagai “golden period” atau masa keemasan, dimana terbentuk dasar-
dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan
mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral (Maryunani,
2010).
2. Kandungan Dan Unsur-Unsur Gizi
a. Karbohidrat adalah senyawa organik yang mengandung unsur karbon,
hidrogen dan oksigen, dan pada umumnya unsur hidrogen dan oksigen
dalam komposisi menghasilkan H2O. Karbohidrat didalam tubuh dapat
21
dibentuk dari beberapa asam amino dan sebagian dari gliserol lemak.
Sebagian besar karbohidrat diperoleh dari bahan makanan yang
dikonsumsi sehari-hari, terutama bahan makanan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan dan hati, serta karbohidrat dalam bentuk laktosa
hanya dapat dijumpai dalam produk susu.
b. Lemak disebut juga lipid adalah suatu zat yang kaya akan energi,
berfungsi sebagai sumber energi yang utama untuk proses
metabolisme tubuh. Lemak yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari
dua sumber yaitu dari makanan dan hasil produksi organ hati, yang
bisa disimpan di dalam sel-sel lemak sebagai cadangan energi. Lipid
dibagi ke dalam dua kelas yaitu lipid yang terdapat dalam pangan tubuh
dan lipid structural atau kompleks yang dihasilkan dalam tubuh untuk
membentuk membrans, atau katalis lipid.
c. Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian
terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh protein,
separuhnya ada didalam otot, seperlima didalam tulang dan tulang
rawan, sepersepuluh didalam kulit, dan selebihnya didalam jaringan
lain, dan cairan tubuh. Semua enzim, berbagai hormon, pengangkut
zat-zat gizi dan darah, matriks intra seluler dan sebagainya adalah
protein.
d. Vitamin merupakan suatu molekul organik yang sangat diperlukan oleh
tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal.
Vitamin terbagi 2 golongan yaitu vitamin larut lemak dan vitamin larut
22
air. Vitamin larut lemak adlah vitamin A,D,E,dan K. Sedangkan vitamin
yang larut air adalah vitamin B dan vitamin C.
e. Mineral merupakan unsur dalam cairan tubuh atau jaringan sebagai
elektrolit yang mengatur tekanan osmosis dan keseimbangan asam
basa dan sebagai aktivator atau terkait dalam peranan enzim dan
hormon. Mineral didalam tubuh berfungsi sebagai komponen utama
tubuh atau penyusun kerangka tulang, gigi, dan otot-otot.
f. Air merupakan komponen kimia utama dalam tubuh. Air berfungsi
sebagai pelarut zat gizi, fasilisator pertumbuhan,sebagai katalis reaksi
biologis, sebagai pelumas, sebagai pengatur suhu tubuh dan sebagai
sumber mineral bagi tubuh (Proverawati dan Wati, 2011).
3. Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat
penilaian yaitu :
a. Antropometri
Secara umum antoprometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau
dari sudut pandang gizi, maka antoprometri gizi berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
b. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk
menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-
23
perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat
gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut,
dan mukosa oral pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh
seperti kelenjar tyroid.
c. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan
spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai
macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah,
urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
d. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan
status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan
melihat perubahan struktur dari jaringan.
Sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung yaitu :
a. Survei Konsumsi Makanan
Adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung
dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
b. Statistik Vital
Adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan
seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian
akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
24
c. Faktor Ekologi
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah
ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan
lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung
dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain.
Penggunaan faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui
penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan
program intervensi gizi (Supariasa dkk, 2008).
4. Tanda dan Gejala Gangguan Akibat Masalah Zat gizi
a. KKP (Kekurangan Kalori Protein) atau busung lapar, kekurangan gizi ini
paling sering diderita oleh oleh anak balita yang sering disebut
marasmus dengan gejala : perut buncit, otot mengecil, wajah pucat,
rambut mudah rontok, cengeng, dan kurang nafsu makan. Jika
kekurangan protein selama berusia 2 tahun pertama, anak menjadi
tidak secerdas teman sebayanya. Kekurangan ini tidak mungkin
diperbaiki lagi penambahan protein setelah anak berusia 2 tahun tidak
berguna lagi (Irianto dan Waluyo, 2007).
b. KVA (Kekurangan Vitamin A) dapat menyebabkan kebutaan,
mengurangi daya tahan tubuh sehingga mudah terserang infeksi, yang
sering menyebabkan kematian pada anak-anak. Buta tidak mungkin
dipulihkan kembali jika pemberian vitamin A terlambat. Penyebab
25
masalah KVA adalah kemiskinan dan kurangnya pengetahuan tentang
gizi (Irianto dan Waluyo, 2010).
c. Anemia Zat Besi (AGB), kekurangan vitamin B12 dan zat besi dapat
menyebabkan kekurangan darah atau disebut dengan anemia gizi.
Anak-anak penderita anemia gizi menunjukkan gejala utama seperti :
pucat, berkeringat dingin, lemah badan, dan pusing kepala (Irianto dan
Waluyo, 2007).
d. GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium). GAKY adalah
kumpulan segala yang ditimbulkan akibat tubuh kekurangan yodium
secara terus menerus dalam waktu lama. Yodium adalah zat yang
dibutuhkan oleh tubuh untuk diubah menjadi hormon dikelenjar gondok,
dan fungsi dari hormon ini adalah menjaga pertumbuhan dan
perkembangan. Akibat lain dari GAKY pada masa anak-anak yaitu :
kemunduran mental, gangguan sistem otot, perkembangan saraf yang
terlambat, kelumpuhan, gangguan bicara (gagap), lemas tidak
bertenaga, dan gondok (Irianto dan Waluyo, 2007).
e. Obesitas
Obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan antara konsumsi kalori
dan kebutuhan energi, dimana konsumsi terlalu berlebih dibandingkan
dengan kebutuhan atau pemakaian energi (Energi Expenditure).
Kelebihan energi didalam tubuh mudah disimpan dalam bentuk jaringan
lemak. Pada keadaan normal, jaringan lemak ditimbun di beberapa
tempat tertentu diantaranya di dalam jaringan subkutan dan di dalam
26
jaringan tirai usus (Omentum). Kegemukan dapat disebabkan oleh
kebanyakan makan, dalam hal kabohidrat, lemak, protein tetapi juga
karena kurang gerak. Kegemukan atau obesitas dapat menyebabkan
gangguan dalam fungsi tubuh (Proverawati dan Wati, 2011).
5. Pentingnya Makanan Bagi Kesehatan
Makanan adalah segala sesuatu yang dipakai atau yang
dipergunakan oleh manusia supaya dapat hidup sehat. Untuk memperoleh
gaya hidup sehat sehari-hari ini makanan yang harus dikonsumsi.
a. Mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang
b. Mengkonsumsi makanan berserat tinggi, sayuran dan buah segar
setiap hari
c. Menghindari makanan yang mengandung banyak lemak, gula atau
garam.
d. Mengkonsumsi susu atau produk dari susu setiap hari
e. Minum air putih minimal 1,5-2 liter per hari
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang.
Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh
cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga
memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja
dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi
kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat
gizi esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi
27
dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksik atau
membahayakan. Baik pada status gizi kurang, maupun status gizi lebih
terjadi gangguan gizi. Gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer atau
sekunder. Faktor primer adalah bila susunan makanan seseorang salah
dalam kuantitas atau kualitas yang disebabkan oleh kurangnya
penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi pangan, kemiskinan,
ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah, dan sebagainya. Faktor
sekunder meliputi semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak
sampai di sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi (Almatsier, 2010).
C. Kerangka Konsep
Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin mengetahui Gambaran
Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Balita di Lingkungan VIII Kelurahan
Sei Agul tahun 2013.
Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Balita Berdasarkan :
1. Umur
2. Pendidikan
3. Pekerjaan
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu : untuk mengetahui
Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Balita di Lingkungan VIII
Kelurahan Sei Agul Medan Tahun 2013.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Lingkungan VIII Kelurahan Sei
Agul Medan Tahun 2013. Peneliti mengambil lokasi penelitian ini dengan
alasan Lingkungan VIII Kelurahan Sei Agul banyak terdapat ibu yang
mempunyai balita, sehingga populasi dan sampel dapat terpenuhi.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan 20 Juni-30 Juni Tahun 2013.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Arikunto (2010), populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang
mempunyai balita di Lingkungan VIII Kelurahan Sei Agul Medan Tahun
2013 yang berjumlah 70 orang.
29
2. Sampel
Menurut Arikunto (2010), sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan tekhnik accidental sampling, yang dilakukan
dengan cara mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada di
tempat dan bersedia menjadi responden saat penelitian di Lingkungan VIII
Kelurahan Sei Agul Medan Tahun 2013. Jumlah sampel dalam penelitian
ini sebanyak 30 orang.
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder serta metode pengumpulan data yang digunakan dengan cara
membagikan kuesioner kepada masing-masing responden kemudian
responden mengisinya setelah itu kuesioner dikumpulkan kembali kepada
peneliti.
E. Variabel dan Defenisi Operasional
Tabel 3.1 Variabel dan Defenisi Operasional
No Variabel Defenisi
Operasional
Parameter Alat
Ukur
Skala
Ukur
Skor
1. Pengetahuan ibu tentang status gizi balita
Pengalaman atau pengetahuan ibu tentang status gizi balita
1. Defenisi 2. Status gizi
balita 3. Gizi 4. Kandungan
dan unsur-unsur gizi
5. Penilaian
Kuesioner Ordinal 1. Pengetahuan baik jika responden mampu menjawab dengan benar pertanyaan 16-20(76-
30
status gizi 6. Tanda dan
gejala akibat kekurangan zat gizi
100%) (kode1)
2. Pengetahuan cukup jika responden mampu menjawab dengan benar pertanyaan 12-15 (56-75%) (kode 2)
3. Pengetahuan kurang jika responden mampu menjawab pertanyaan dengan benar 0-11 pertanya an (<56%) (kode 3)
2. Pendidikan Tingkat pendidikan ibu yang pernah diterima
1. SD 2. SMP 3. SMU 4. PT
Kuesioner Ordinal 1. SD (kode 1) 2. SMP (kode 2) 3. SMU (kode 3) 4. PT (kode 4)
3. Pekerjaan
Suatu kegiatan ibu yang menghasilkan barang atau jasa
1. Wiraswasta 2. PNS 3. IRT 4. Peg.Swasta
Kuesioner Nominal 1. Wiraswata (kode 1)
2. PNS (kode 2) 3. IRT (kode 3) 4. Peg.Swasta
(kode 4)
4. umur Semakin tua umur seseorang akan menentukan pengetahuannya
1. 20-25 2. 26-30 3. 31-35
Kuesioner Interval 1. 20-25 (kode 1) 2. 26-30 (kode 2) 3. 31-35 (kode 3)
F. Metode Pengukuran
Sebelum menentukan kategori baik, cukup, dan kurang terlebih
dahulu menentukan kriteria atau tolak ukur yang dijadikan penentuan
skore pada setiap jawaban, misalnya nilai 1 untuk jawaban “Benar” dan
nilai 0 untuk jawaban “Salah”.
31
Menurut Nursalam (2008), skala pengukuran untuk pengetahuan
dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Pengetahuan baik bila responden dapat menjawab pertanyaan dengan
benar 16-20 (76-100%).
2. Pengetahuan cukup bila responden dapat menjawab pertanyaan
dengan benar 12-15 (56-75%).
3. Pengetahuan kurang bila responden menjawan pertanyaan dengan
benar 0-11 (<56%).
G. Pengolahan Data
Menurut Notoadmodjo (2010), memberikan tanda pada data yang
telah lengkap sesuai dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Editing (Pemeriksaan Data)
adalah kembali data yang telah dikumpulkan, apakah telah sesuai
diharapkan atau tidak. Dalam melakukan editing ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan yakni : memeriksa kelengkapan data, memeriksa
keseragaman data.
b. Coding (Pemberian Kode)
Adalah data yang telah terkumpul diberi kode dalam bentuk angka
sehingga memudahkan dalam pengolahan data. Pada soal yang
dianggap benar maka diberi kode angka satu (1) dan jawaban yang
salah diberi kode angka nol (0).
32
c. Tabulating (Pemasukan Data Dalam Tabel)
Data yang telah lengkap dihitung sesuai dengan variabel yang
dibutuhkan kemudian data dimasukkan kedalam distribusi frekuensi.
H. Analisa Data
Analisa data yang digunakan adalah analisa deskriptif dengan
melihat presentase data yang terkumpul dan disajikan dalam tabel-tabel
distribusi frekuensi, kemudian dicari besar presentase jawaban masing-
masing responden selanjutnya dilakukan pembahasan dengan
menggunakan teori kepustakaan yang ada.
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian mengenai Gambaran Pengetahuan ibu Tentang Status
Gizi Balita di Lingkungan VIII Kelurahan Sei Agul Medan Tahun 2013 telah
dilakukan pengambilan data dengan cara kuesioner kepada 30 responden
dimana setelah dilakukan pengumpulan data dan pengolahan, maka
diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Balita Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pekerjaan di Lingkungan VIII Kelurahan Sei Agul MedanTahun 2013
No Variabel Jumlah (n) Persentase (%) 1 Pengetahuan a. Baik 4 13,3 b. Cukup 9 30 c. Kurang 17 56,7 Total 30 100% 2. Umur a. 20-25 10 33,3 b. 26-30 12 40 c. 31-35 8 26,7 Total 30 100% 3. Pendidikan a. SD 5 16,7 b. SMP 7 23,3 c. SMA 15 50 d. PT 3 10 Total 30 100% 4. Pekerjaan a. Wiraswasta 3 10 b. PNS 2 6,7 c. IRT 23 76,6 d. Peg. Swasta 2 6,7 Total 30 100%
34
Tabel 4.1 dari 30 responden diperoleh hasil bahwa tingkat
pengetahuan ibu tentang status gizi balita mayoritas kurang sebanyak 17
orang (56,7%) minoritas baik sebanyak 4 orang (13,3%). Umur mayoritas
26-30 tahun sebanyak 12 orang (40%) minoritas 31-35 tahun sebanyak 8
orang (26,7%). Pendidikan mayoritas SMA sebanyak 15 orang (50%)
minoritas PT sebanyak 3 orang (10%). Pekerjaan mayoritas IRT sebanyak
23 orang (76,6%) minoritas PNS dan Peg. Swasta 2 orang (6,7%).
Tabel 4.2. Tabulasi Silang Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Balita Berdasarkan Umur di Lingkungan VIII Kelurahan Sei Agul Medan Tahun 2013
No Umur Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Balita Baik Cukup Kurang Total
n % n % n % N % 1. 20-25 1 10 3 30 6 60 10 100 2. 26-30 1 8,3 3 25 8 66,7 12 100 3. 31-35 2 25 3 37,5 3 37,5 8 100
Tabel 4.2. dari 10 responden yang berumur 20-25 tahun mayoritas
berpengetahuan kurang sebanyak 6 orang (60%) dan minoritas
berpengetahuan baik 1 orang (10%), dari 12 responden yang berumur 26-
30 tahun mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 8 orang (66,7%)
dan minoritas berpengetahuan baik sebanyak 1 orang (8,3%), dan dari 8
responden yang berumur 31-35 tahun mayoritas berpengetahuan cukup
dan kurang sebanyak 3 orang (37,5%) dan minoritas berpengetahuan baik
sebanyak 2 orang (25%).
35
Tabel 4.3. Tabulasi Silang Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Balita Berdasarkan Pendidikan di Lingkungan VIII Kelurahan Sei Agul Medan Tahun 2013
No Pendidikan Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Balita Baik Cukup Kurang Total
n % n % n % N % 1. SD 0 0 0 0 5 100 5 100 2. SMP 0 0 3 43 4 57 7 100 3. SMA 1 6,7 6 40 8 53,3 15 100 4. PT 3 100 0 0 0 0 3 100
Tabel 4.3 dari 5 responden yang berpendidikan SD berpengetahuan
kurang sebanyak 5 orang (100%), dari 7 responden yang berpendidikan
SMP mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 4 orang (57%) dan
minoritas berpengetahuan cukup sebanyak 3 orang (43%), dari 15
responden yang berpendidikan SMA mayoritas berpengetahuan kurang
sebanyak 8 orang (53,3%) dan minoritas berpengetahuan baik sebanyak
1 orang (6,7%), dan dari 3 responden yang berpendidikan PT
berpengetahuan baik sebanyak 3 orang (100%).
Tabel 4.4. Tabulasi Silang Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Balita Berdasarkan Pekerjaan di Lingkungan VIII Kelurahan Sei Agul Medan Tahun 2013
No Pekerjaan Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Balita Baik Cukup Kurang Total
n % n % n % N % 1. Wiraswasta 0 0 1 33,3 2 66,7 3 100 2. PNS 2 100 0 0 0 0 2 100 3. IRT 1 4,3 8 34,8 14 60,9 23 100 4. Peg. Swasta 1 50 0 0 1 50 2 100
36
Tabel 4.4 dari 3 responden yang bekerja sebagai Wiraswasta
mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 2 orang (66,6%) dan
minoritas berpengetahuan cukup sebanyak 1 orang (33,3%), dari 2
responden yang bekerja sebagai PNS berpengetahuan baik sebanyak 2
orang (100%), dari 23 responden yang bekerja sebagai IRT mayoritas
berpengetahuan kurang sebanyak 14 orang (60,9%) dan minoritas
berpengetahuan baik sebanyak 1 orang (4,3%), dan dari 2 responden
yang bekerja sebagai Pegawai Swasta berpengetahuan baik dan kurang
sebanyak 1 orang (50%).
37
BAB V
PEMBAHASAN
A. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Balita di Lingkungan VIII Kelurahan Sei Agul Medan
Tabel 4.1 menjelaskan bahwa dari 30 responden mayoritas ibu
berpengetahuan kurang sebanyak 17 orang (56,7%) dan minoritas
berpengetahuan baik sebanyak 4 orang (13,3%).
Menurut Bakhtiar (2012) Pengetahuan adalah kepercayaan yang
benar. Menurut Drs. Sidi Gazalba pengetahuan adalah apa yang diketahui
atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal,
sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik
atau isi pikiran. Jadi pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha
manusia untuk tahu.
1. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Balita Berdasarkan Umur di Lingkungan VIII Kelurahan Sei Agul Medan
Tabel 4.2 dapat menjelaskan bahwa dari 30 responden yang
berumur 31-35 tahun mayoritas berpengetahuan baik sebanyak 2 orang
dan minoritas pada umur 20-25 tahun dan 26-30 tahun berpengetahuan
baik sebanyak 1 orang.
Menurut Mubarak (2012),dengan bertambahnya umur seseorang
akan mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis. Pertumbuhan fisik
terdiri atas empat kategori perubahan yaitu perubahan ukuran, perubahan
38
proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri baru. Pada aspek
psikologis atau mental, taraf berpikir seseorang menjadi semakin matang
dan dewasa.
Menurut asumsi peneliti, bahwa pengetahuan seseorang meningkat
seiring dengan bertambahnya usia karena makin bertambahnya usia
maka pola pikir dan kreatif seseorang akan bertambah dan dengan serta
taraf berpikir seseorang akan menjadi semakin matang dan dewasa.
Responden yang berumur 20-25 tahun memiliki tingkat pengetahuan baik
sebanyak 1 orang disebabkan karena belum mempunyai banyak
pengalaman dalam merawat dan mengasuh anak termasuk dalam
pemberian makanan bergizi untuk anaknya, kurang mengetahui hal-hal
apa yang dibutuhkan balitanya sehingga kebutuhan gizi balita terabaikan
karena ibu kurang mengerti tentang status gizi. Sedangkan responden
yang berumur 26-30 tahun mempunyai sikap kurang peduli terhadap
makanan yang dikonsumsi balitanya . Sementara ibu yang berumur 31-35
tahun memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 2 orang karena sudah
mempunyai pengalaman dalam merawat dan mengasuh anak dan
mengetahui hal-hal apa saja yang dibutuhkan balita.
39
2. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Balita Berdasarkan Pendidikan di Lingkungan VIII Kelurahan Sei Agul Medan
Tabel 4.3 menjelaskan bahwa dari 30 responden yang telah diteliti
mayoritas pendidikan PT berpengetahuan baik sebanyak 3 orang orang
dan minoritas pendidikan SMA berpengetahuan baik sebanyak 1 orang.
Menurut Mubarak (2012), Pendidikan berarti bimbingan yang
diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami suatu hal.
Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka
menerima informasi, sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat pendidikan
yang rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap orang
tersebut terhadap penerimaan informasi.
Menurut asumsi peneliti bahwa responden yang berpendidikan
Perguruan Tinggi (PT) disebabkan karena semakin tinggi pendidikan
maka lebih mudah menerima informasi dan juga lebih mampu memahami,
menganalisa bahkan dalam mengambil suatu keputusan dari setiap
informasi yang didapat tentang kesehatan khususnya tentang status gizi
pada balita sehingga ibu mampu memberikan kebutuhan gizi pada balita
mereka. Sementara yang berpendidikan SD dan SMP tidak ditemukan
pengetahuan baik dan yang berpendidikan SMA hanya ditemukan 1 orang
yang berpengetahuan baik, karena rendahnya pendidikan menyebabkan
kurangnya pengetahuan dan sebagian besar juga disebabkan tidak
mendapatkan informasi yang baik dari media massa, tidak pernah mau
mendengar penkes yang diberikan oleh tenaga kesehatan serta
40
kurangnya keinginan dan kepedulian responden untuk mengetahui
khususnya tentang kesehatan dan gizi balita. Dengan demikian faktor
pendidikan ternyata sangat berpengaruh terhadap pengetahuan ibu .
3. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Balita Berdasarkan Pekerjaan di Lingkungan VIII Kelurahan Sei Agul Medan
Tabel 4.4 menjelaskan bahwa dari 30 responden yang diteliti
mayoritas yang mempunyai pekerjaan sebagai PNS berpengetahuan baik
sebanyak 2 orang dan minoritas yang mempunyai pekerjaan sebagai IRT
dan Pegawai Swasta berpengetahuan baik sebanyak 1 orang.
Menurut Mubarak (2012), Lingkungan pekerjaaan dapat membuat
seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Menurut asumsi peneliti pekerjaan mempengaruhi pengetahuan ibu
tentang status gizi balita, dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa
mayoritas pengetahuan baik ditemukan pada pekerjaan Pegawai Negeri
Sipil (PNS) dan minoritas pengetahuan kurang ditemukan pada responden
yang mempunyai pekerjaan sebagai IRT, hal ini terjadi karena responden
yang mempunyai pekerjaan sebagai PNS banyak berinteraksi dengan
orang lain sehingga banyak mendapat informasi baik dari lingkungan
pekerjaan maupun diluar lingkungan pekerjaannya tentang kesehatan dan
gizi pada balita sehingga ibu dapat merawat balitanya dengan baik.
Sedangkan pada responden yang bekerja sebagai IRT responden sibuk
41
dirumah dan kurang berinteraksi dengan lingkungan luar sehingga kurang
mendapat informasi tentang kesehatan dan gizi pada balita. Sedangkan
responden yang bekerja sebagi Pegawai Swasta terlalu sibuk dengan
pekerjaannnya sehingga kurang memperhatikan makanan yang
dikonsumsi balitanya.
42
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Gambaran Pengetahuan
Ibu Tentang Status gizi Balita di Lingkungan VIII Kelurahan Sei Agul
Medan Tahun 2013 diperoleh kesimpulan :
1. Gambaran pengetahuan ibu tentang status gizi balita berdasarkan umur
diperoleh bahwa responden yang berumur 26-30 tahun
berpengetahuan kurang.
2. Gambaran pengetahuan ibu tentang status gizi balita berdasarkan
pendidikan diperoleh bahwa responden yang memiliki pendidikan SMA
berpengetahuan kurang.
3. Gambaran pengetahuan ibu tentang status gizi balita berdasarkan
pekerjaan diperoleh bahwa responden yang memiliki pekerjaan sebagai
IRT memiliki pengetahuan kurang.
43
B. Saran
Adapun saran yang dapat peneliti sampaikan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Kepada Responden
Kepada responden yang mempunyai balita di Lingkungan VIII
Kelurahan Sei Agul Medan agar lebih memperhatikan dan
meningkatkan pengetahuan tentang gizi pada balita dengan cara
mencari informasi baik dari petugas kesehatan, media massa, keluarga,
dan petugas kesehatan.
2. Tempat Penelitian
Diharapkan kepada tenaga kesehatan perlu meningkatkan kegiatan
penyuluhan secara teratur dan berkesinambungan sehingga para ibu
yang mempunyai balita lebih memahami pentingnya gizi pada masa
balita.
3. Bagi Instansi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah sumber-sumber informasi dan bahan
bacaan mengenai gizi pada masa balita khususnya mahasiswa
Fakultas Keperawatan dan Kebidanan di Universitas Prima Indonesia
Medan.
44
4. Bagi Peneliti
Penelitian ini sebagi aplikasi yang telah didapat selama perkuliahaan
dan untuk mendapat pengalaman serta pengembangan ilmu
pengetahuan bagi peneliti dan dapat menambah sampel yang lebih
banyak lagi dalam penelitian ini.
45
DAFTAR PUSTAKA
Agria, I., Sari, R.N., Ircham., 2012. Gizi Reproduksi, Cetakan Kedua, Penerbit Fitramaya, Yogyakarta.
Almatsier., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Cetakan Kesembilan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi., 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Cetakan Keempat Belas, Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.
Bakhtiar, Amsal., 2012. Filsafat Ilmu, Cetakan Kesebelas, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Irianto, Waluyo., 2007. Gizi dan Pola Hidup Sehat, Cetakan Keempat, Penerbit CV Yrama Widya, Bandung.
Maryunani., 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan, Penerbit Trans Info Media, Jakarta.
Mahfoedz, I., 2010. Metodologi Penelitian,Fitramaya, Yogyakarta.
Mubarak, W. I., 2012. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan, Salemba Medika, Jakarta.
Meikawati, Hersoelistyorini., 2007. Hubungan Karakteristik Ibu Dan Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Kasus Gizi Buruk Pada Balita, http://jurnal.unimus.ac.id, Sabtu 5 juni 2008.
Notoadmodjo, Soekidjo., 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Cetakan Pertama. Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.
, Soekidjo., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Cetakan Pertama, Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.
Nursalam., 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
46
Proverawati., A, Wati., 2011. Ilmu Gizi Untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan, Cetakan Kedua, Penerbit Muha Medika, Yogyakarta.
Supariasa,D. N., Bakri, B., Fajar, I., 2008. Penilaian Status Gizi, Cetakan Pertama, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Salam., 2009. Pengantar Filsafat, Cetakan Kedelapan. Penerbit PT Bumi Aksara, Jakarta.