GAMBARAN KEMIRIPAN PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP
MINIMARKET BERBASIS SYARIAH DAN NON SYARIAH
(STUDI KASUS: SB MART, ALFAMART, ALFAMIDI, INDOMARET
DAN CERIAMART DI CILEDUG)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh
Hayu Susanti
NIM: 1112084000050
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
GAMBARAN KEMIRIPAN PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP
MINIMARKET BERBASIS SYARIAH DAN NON SYARIAH
(STUDI KASUS: SB MART, ALFAMART, ALFAMIDI, INDOMARET,
DAN CERIAMART DI CILEDUG)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
Hayu Susanti
NIM: 1112084000050
Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing,
Rizqon Halal Syah Aji, M. Si
NIP. 19790405 201101 1 005
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari Senin, 20 Juni 2016 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswi:
Setelah mengamati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswi
tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 20 Juni 2016
Arief Fitrijanto, M.Si (______________________)NIP. 19711118 200501 1 003 Ketua
Rizqon Halal Syah Aji, M.Si (______________________)NIP. 19790405 201101 1 005 Sekretaris
Utami Baroroh, M.Si (______________________)NIP. 19731226 201411 2 001 Penguji Ahli
Rizqon Halal Syah Aji, M.Si (______________________)NIP. 19790405 201101 1 005 Pembimbing
1. Nama : Hayu Susanti
2. NIM : 1112084000050
3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
4.
5. Judul Skripsi
: Gambaran Kemiripan Persepsi Konsumen Terhadap
Minimarket Berbasis Syariah Dan Non Syariah (Studi
Kasus: SB Mart, Alfamart, Alfamidi, Indomaret dan
Ceriamart di Ciledug)
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari Kamis Tanggal 7 Bulan April Tahun Dua Ribu Enam Belas telah
dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 7 April 2016
1. Zuhairan Y Yunan, SE, M. Sc (__________________________)
NIP. 19800416 200912 1 002 Penguji I (Konsentrasi)
2. Drs. Rusdianto, M. Sc (__________________________)
NIP. 19550104 198403 1 001 Penguji II (Umum)
6. Nama : Hayu Susanti
7. NIM : 1112084000050
8. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
9. Judul Skripsi : Gambaran Kemiripan Persepsi Konsumen Terhadap
Minimarket Berbasis Syariah Dan Non Syariah (Studi
Kasus: SB Mart, Alfamart, Alfamidi, Indomaret dan
Ceriamart di Ciledug)
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Hayu Susanti
NIM : 1112084000050
Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan danmempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 27 April 2016
Yang Menyatakan,
Hayu Susanti
1112084000050
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
- Nama : Hayu Susanti
- Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 30 Maret 1994
- Jenis Kelamin : Perempuan
- Alamat : Jl. Kedondong No. 12 RT 02/06 Kel.
Sudimara Jaya Ciledug, Tangerang
- No. Telepon : 085715179791
- Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
- Tahun 1999 - 2000 : TK Aisyiyah Bustanul Athfal
- Tahun 2000 - 2006 : SD Budi Mulia Ciledug
- Tahun 2006 - 2009 : MTs Darunnajah 2 Cipining Bogor
- Tahun 2009 - 2012 : MA Darunnajah 2 Cipining Bogor
- Tahun 2012 - 2016 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
- Ketua Organisasi Koordinator Gerakan Pramuka Darunnajah 2 Bogor
- Bagian Pengembangan Bakat Majelis Ta’lim Remaja Musholah Al-Barkah
- Bagian Kemahasiswaan HMJ IESP
ii
IV. SEMINAR/WORKSHOP
- Seminar Motivasi dan Kewirausahaan, UIN Jakarta, 2012
- Workshop Kepemudaan, HMJ IESP UIN Jakarta, 2013
- Seminar Penyiapan SDM Berbasis Kompetensi Syariah Dalam
Pengembangan Perbankan Syariah ERA MEA 2015, IAEI, 2014
- Seminar Mewujudkan Lembaga Keuangan Mikro yang Berdaya Saing
Dalam Menghadapi MEA 2015, UIN Jakarta, 2014
- Seminar Internasional Ekonomi Islam, IAEI, 2015
iii
ABSTRACT
This study aims to describe the consumer perceptions similarity shariabased minimarket and non sharia based minimarket in Ciledug, Tangerang City.This research uses Multidimensional Scaling (MDS) and CorrespondenceAnalysis (CA) statistical analysis tool. The datas are primary datas that obtainedby questionnaire.
Based on the results of the analysis, using MDS indicates that betweenAlfamart and Alfamidi consumers perceive have similarities, because the distanceon perceptual maps is adjacent. Also it happens to Indomaret and Ceriamartconsumers perception. Meanwhile, Sejahtera Bersama Mart (SB Mart) shows thatis has no similarity perception to the four other minimarket. The result ofcorrespondence analysis shows that consumer perception of SB Mart hasdominant marketing characteristic on terms of time, the greetings, and ramadhanactivities. However, from marketing side, SB Mart has not shown any privilegesyet for themselves. Thus, it can be said SB Mart is still unable to compete withother minimarket.
Keywords: Multidimensional Scaling, Correspondence Analysis, Perception
iv
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kemiripan persepsikonsumen terhadap minimarket berbasis syariah dan non syariah di wilayahKecamatan Ciledug Kota Tangerang. Penelitian ini menggunakan alat analisisstatistik Multidimensional Scaling (MDS) dan Correspondence Analysis (CA).Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh menggunakan kuesioner.
Berdasarkan hasil analisis MDS menunjukkan bahwa konsumenmempersepsikan Alfamart dan Alfamidi memiliki kemiripan karena jarak padapeta persepsi yang berdekatan. Begitu pula dengan Indomaret dan Ceriamart.Sedangkan, Sejahtera Bersama Mart (SB Mart) dipersepsikan tidak memilikikemiripan dengan keempat minimarket lainnya. Hasil analisis korespondensimenunjukkan bahwa berdasarkan persepsi konsumen, SB Mart hanya memilikikarakteristik pemasaran yang paling dominan dalam hal waktu, pengucapansalam, dan kegiatan ramadhan. Namun, dari sisi pemasaran SB Mart belummenunjukkan adanya keunggulan yang dimiliki. Sehingga, dapat dikatakan SBMart masih kalah bersaing dengan minimarket lainnya.
Kata kunci: Multidimensional Scaling, Correspondence Analysis, Persepsi
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah segala puji serta syukur senantiasa penulis panjatkan atas
kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan limpahan nikmat, rahmat dan kasih
sayangnya kepada penulis selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW, sang pembawa risalah, pembawa syafaat bagi umatnya di hari
akhir nanti.
Dengan selesainya penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Adapun ucapan terima kasih ini,
penulis tujukan kepada:
1. Ayahanda tercinta Achmad Suha dan ibunda tercinta Nurhalimah atas doa,
kasih sayang, dan motivasinya yang selalu membuat penulis semangat dalam
menyelesaikan pendidikan ini. Semoga Allah selalu menyayangi keduanya
sebagaimana mereka menyayangi penulis.
2. Adik-adik tersayang yaitu Muhammad Irsyad dan Ida Farida yang sudah
turut membantu penyusunan skripsi ini. Terima kasih kalian berdua.
3. Bapak Rizqon Halal Syah Aji M. Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, serta selaku dosen pembimbing yang telah berkenan
meluangkan waktu untuk membaca, mengoreksi dan mengarahkan penulis
selama menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Arief Fitrijanto M. Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
telah memberikan motivasinya dalam penyusunan skripsi ini.
vi
5. Bapak Zuhairan Y Yunan, SE, M. Sc dan Bapak Rusdianto, M. Sc, selaku
penguji ujian komprehensif yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan soal dan juga nilainya.
6. Seluruh staff dan karyawan/karyawati yang telah membantu penulis dalam
hal-hal akademik sehingga dapat dilancarkan segala urusan penulis saat ini.
7. Dua sahabat kecilku, Ayu dan Gita yang selalu kasih semangat, yang selalu
menghibur dikala penulis jenuh dengan skripsi, dan yang selalu bikin
penulis gagal untuk ngerjain skripsi karena diajak main. Terima kasih,
sayang kalian.
8. Keluarga besar Darunnajah 2 Bogor angkatan ke-19 “BLIZARTIUM”,
khususnya teman-teman “Diskusi Ekonomi”, Namira “Mire”, Ina “Cenah”,
Uni “Kuniel”, Icha “Neccis” dan juga Nihlah “Onyin”, Fifi “May”, yang
sudah menorehkan banyak kenangan seru dari selama di pesantren bersama
sampai saat ini. Love you all.
9. Keluarga besar Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan angkatan 2012,
khususnya konsentrasi Ekonomi Syariah. Terima kasih, karena sudah
menjadi teman-teman yang seru.
10. Sahabat-sahabat “CHIBI”, yaitu Mia, Nurul, Bibah, Vinnie, Yuli, Febrina,
Lia, Yayang, dan Dian. Terima kasih mau berbagi cerita bersama.
11. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tak dapat penulis sebutkan
satu persatu dalam penyelesaian skripsi.
Penulis berharap skripsi ini menjadi konstribusi serta menambah pustaka
dan referensi bagi semua pihak yang membutuhkan. Saran dan kritik dari para
pembaca untuk perbaikan ketidaksempurnaan skripsi ini sangat diharapkan.
Syukron Katsiron, Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, 27 April 2016
Penulis
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP i
ABSTRACT iii
ABSTRAK iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 8
C. Tujuan Penelitian 9
D. Manfaat Penelitian 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11
A. Konsumsi 11
1. Pengertian Konsumsi dalam Ekonomi Konvensional 11
2. Pengertian Konsumsi dalam Ekonomi Islam 12
B. Perilaku Konsumen 15
1. Pengertian Perilaku Konsumen 15
2. Perilaku Konsumen Berdasarkan Syariat Islam 16
3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perilaku Konsumen 20
4. Sikap Konsumen 24
C. Persepsi dan Preferensi 26
1. Pengertian Persepsi 26
2. Preferensi 28
viii
3. Proses Pengambilan Keputusan Konsumen 28
D. Pemasaran Syariah 31
1. Pengertian Pemasaran Syariah 31
2. Bauran Pemasaran 38
E. Ritel 42
1. Pengertian Ritel 42
2. Tipe Bisnis Ritel 42
F. Penelitian Terdahulu 45
G. Kerangka Pemikiran 54
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 55
A. Ruang Lingkup Penelitian 55
B. Metode Penentuan Sampel 55
C. Metode Pengumpulan Data 57
D. Metode Analisis Data 59
1. Uji Kualitas Data 60
2. Analisis Multidimensional Scaling 61
3. Analisis Korespondensi 64
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian 67
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 72
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 72
1. Wilayah Kecamatan Ciledug 72
2. Sejahtera Bersama Mart (SB Mart) 74
3. Alfamart 74
4. Alfamidi 75
5. Indomaret 76
6. Ceriamart 76
B. Analisis Data 77
1. Analisis Deskriptif 77
ix
2. Karakteristik Responden 78
3. Hasil Uji Validitas 82
4. Hasil Uji Reliabilitas 83
5. Hasil Analisis Multidimensional Scaling 84
6. Hasil Analisis Korespondensi 87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 93
A. Kesimpulan 93
B. Saran 94
DAFTAR PUSTAKA 95
LAMPIRAN 98
x
DAFTAR TABEL
NO. KETERANGAN HALAMAN
1.1 Jumlah Minimarket di Ciledug 6
2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu 49
3.1 Pedoman Untuk Menghitung Nilai Stress 64
3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian 68
4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Struktur Umur 73
4.2 Sampel dan Tingkat Pengembalian Kuesioner 77
4.3 Hasil Uji Validitas 82
4.4 Hasil Uji Reliabilitas 84
4.5 Nilai Stress dan RSQ 84
4.6 Koordinat Posisi Stimuli 85
4.7 Data Penjumlahan Skala Likert 87
4.8 Row Contributions 89
xi
DAFTAR GAMBAR
NO. KETERANGAN HALAMAN
2.1 Proses Perseptual 27
2.2 Proses Pengambilan Keputusan Konsumen 28
2.3 Kerangka Pemikiran 54
4.1 Peta Wilayah Kecamatan Ciledug 72
4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 78
4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 79
4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 80
4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan 81
4.6 Perceptual Map Berdasarkan Persepsi Konsumen 86
4.7 Correspondence Analysis 90
xii
DAFTAR LAMPIRAN
NO. KETERANGAN HALAMAN
1 Kuesioner Penelitian 98
2 Data Responden 102
3 Data Penjumlahan Skala Likert 104
4 Logo Minimarket 114
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keinginan dan kebutuhan merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan dalam diri setiap individu. Manusia mempunyai keinginan yang
sangat banyak, meskipun keinginan itu melebihi kebutuhan hidupnya.
Sebagaimana dalam ilmu ekonomi menjelaskan bahwa permasalahan utama
dalam perekonomian bukanlah karena pemenuhan kebutuhan hidup,
melainkan bagaimana memenuhi keinginan atas kebutuhan itu, karena
kebutuhan manusia relatif terbatas sedangkan keinginan manusia tidak
terbatas (Iskandar Putong, 2013: 2).
Ekonomi Islam menjelaskan bagaimana manusia sebagai khalifah di
bumi mengelola serta mengalokasikan sumber daya yang ada untuk
memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat berdasarkan pada prinsip-prinsip
dan nilai-nilai Al-Quran dan As-Sunnah. Sebagai seorang khalifah di bumi,
manusia mempunyai status dan tanggung jawab yang sama di hadapan
Tuhan-nya, yaitu berlomba-lomba untuk menjadi ciptaan-Nya yang memberi
manfaat bagi sesamanya. Atas dasar ini hubungan antarmanusia yang
terwujudkan dalam pergaulan sehari-hari (habl min nas) diharapkan dapat
terkorelasikan dengan hubungan manusia dengan penciptanya (habl min
Allah), sehingga dua garis penghubung yaitu garis horizontal dan garis
2
vertikal akan bertemu dalam pribadi seorang manusia yang sempurna
(insan kamil) (Nazratuzzaman, 2008). Sebagaimana firman Allah dalam QS.
Al-Imran ayat 112, yang berbunyi:
الناس من وحبل ا من بحبل إلا ثقفوا ما أين الذلة عليهم ضربت
Artinya: “Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada,
kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali
(perjanjian) dengan manusia”. (QS. Al-Imran: 112)
Dalam perspektif islam juga menjelaskan bahwa semua kegiatan
ekonomi yang dilakukan oleh manusia baik sebagai individu maupun sebagai
masyarakat haruslah didasarkan pada tujuan untuk kemaslahatan atau
kebaikan umat manusia. Tujuan hidup bukanlah untuk mengkonsumsi, akan
tetapi mengkonsumsi adalah konsekuensi dari hidup, karenanya tidak
diperkenankan adanya aniaya baik terhadap diri sendiri, masyarakat dan umat
manusia. Tolong-menolong adalah inti dari kebersamaan baik dalam kegiatan
sosial maupun ekonomi. Sebagaimana firman Allah dalam QS.Al-Maidah: 2
yang berbunyi:
العدوان و الإثم على تعاونوا و لا و التـقوى البر على ا و تعاونو
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan
ketakwaan dan jangan tolong-menolonglah kamu dalam berbuat dosa dan
bermusuhan”. (QS. Al-Maidah/5: 2)
3
Mengkonsumsi baik karena kebutuhan atau karena keinginan haruslah
didasarkan pada kemampuan baik jiwa, raga ataupun keuangan. Kemampuan
jiwa mensyaratkan setiap manusia sebagai makhluk ekonomi dalam
mengkonsumsi melakukannya secara sadar dan tidak dalam kondisi yang
sedang tertekan, karena gengsi, ikut-ikutan, untuk pamer dan berfoya-foya.
Konsumsi harus didasarkan pada prioritas pemenuhan kebutuhan terlebih
dahulu baru kemudian memenuhi sesuai keinginan. Kemampuan raga
mensyaratkan bahwa setiap melakukan konsumsi manusia tidak terlalu
berlebihan dan diusahakan jangan sampai kekurangan, karena Allah SWT
tidak menyukai manusia yang melampaui batas. Dalam hal pemenuhan
kebutuhan tubuh (makan) manusia diajarkan untuk “makan sebelum lapar dan
berhenti sebelum kenyang”, artinya sebelum kurang lengkapi dan bila cukup
berhenti. Kemampuan keuangan mensyaratkan bahwa manusia harus lebih
sadar dan “tahu diri” dalam mengkonsumsi sehubungan dengan kondisi
keuangannya. Sangat dianjurkan dan disyaratkan manusia mengimbangi
konsumsi duniawi dengan konsumsi akhiratnya, misalnya sedekah, infak,
zakat, dan konsumsi bijak lainnya yang dianjurkan syariah (Iskandar Putong,
2013: 159).
Seiring dengan perkembangan zaman dan semakin konsumtifnya
masyarakat, persaingan pasar telah mengalami kemajuan yang sangat
kompetitif, di mana kondisi ini menjadi suatu peluang dan juga tantangan
bagi setiap perusahaan. Dalam memenuhi kebutuhan konsumen, setiap
perusahaan tentunya berupaya untuk dapat mengelola sumber daya yang
4
tersedia. Di samping itu, perusahaan juga harus dapat memahami perilaku-
perilaku konsumen.
Menurut AMA (American Marketing Association), perilaku konsumen
merupakan interaksi dinamis antara kognisi, afeksi, perilaku dan
lingkungannya di mana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup
mereka (Supranto dan Nandan, 2011: 3). Kegiatan pertukaran atau trade off
tentunya selalu dilakukan setiap manusia. Contohnya, seperti saat melakukan
jual beli. Konsumen dalam memilih produk tidak hanya mempertimbangkan
kualitas dari suatu produk, tetapi banyak faktor lainnya yang mempengaruhi
konsumen dalam menentukan pilihannya dan ini berpengaruh pada persepsi
konsumen.
Menurut Kotler (2004: 197), persepsi adalah proses individu memilih,
merumuskan, dan menafsirkan sesuatu masukan atau input mengenai
informasi untuk menciptakan sesuatu gambaran yang berarti mengenai dunia.
Apabila informasi mengenai suatu produk dapat dikomunikasikan dengan
baik, maka akan terbentuk image produk yang baik dan persepsi konsumen
terhadap atribut-atribut yang menyertai produk itu akan baik pula.
Adapun atribut-atribut produk menurut Kotler (2002: 72) adalah
komponen yang merupakan sifat-sifat produk yang menjamin agar produk
tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan yang diterapkan oleh
pembeli.
Di Indonesia, pertumbuhan jenis usaha ritel sangat pesat. Berdasarkan
Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia (APRINDO), pertumbuhan bisnis ritel di
5
Indonesia antara 10% - 15% per tahun. Penjualan ritel pada tahun 2006 masih
sebesar Rp49 triliun, dan melesat hingga mencapai Rp120 triliun pada tahun
2011. Pada tahun 2012, pertumbuhan ritel diperkirakan masih sama, yaitu
10% - 15%, atau mencapai Rp138 triliun. Jumlah pendapatan terbesar
merupakan kontribusi dari hipermarket, kemudian disusul oleh minimarket
dan supermarket. Pada tahun 2014, pertumbuhan sektor perdagangan besar
dan eceran (ritel) adalah sebesar 4,44% (dihitung berdasarkan perbandingan
data triwulan I sampai dengan IV tahun 2013. Perdagangan besar dan eceran
(tidak termasuk hotel dan restoran) selama periode tahun 2004-2014 selalu
memberikan konstribusi cukup besar, antara 13,42% - 15,05% terhadap
perekonomian Indonesia (dihitung berdasarkan konstribusi PDB sektor
perdagang besar dan eceran terhadap total PDB Indonesia)
(www.kemendag.go.id).
Pertumbuhan pasar ritel ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor
utama adalah perkembangan demografi. Jumlah penduduk yang bertambah
menyebabkan meningkatnya semua barang dan jasa. Selain itu, dalam bidang
sosial budaya masyarakat turut menjadi faktor pertumbuhan pasar ritel.
Masyarakat yang semakin aktif dalam kehidupan sosial akan meningkatkan
aktifitas pengadaan barang dan jasa guna memfasilitasi kegiatan mereka.
Kemajuan teknologi memberikan kesempatan kepada produsen untuk
menawarkan produk baru yang lebih memikat.
Globalisasi juga merupakan faktor utama terciptanya permintaan atau
meningkatnya permintaan barang dan jasa ritel. Gaya hidup adalah salah satu
6
aspek kehidupan masyarakat yang dipengaruhi oleh faktor tersebut. Terakhir
adalah dalam bidang hukum dan peraturan yang mempengaruhi pertumbuhan
pasar ritel, baik dalam arti mendorong, misalnya peraturan besarnya pajak
yang dirasa meringankan. Dalam arti menghambat, misalnya ditutupnya
kabupaten dan kota di luar kota-kota utama sebagai wilayah operasional
peritel besar (Sopiah dan Syihabudhin, 2008: 121).
Saat ini, di Kecamatan Ciledug Kota Tangerang, terdapat banyak
minimarket yang berdiri diantaranya, Alfamart, Alfamidi, Indomaret,
Ceriamart, dan Sejahtera Bersama Mart (SB Mart). Di bawah ini adalah data
mengenai jumlah minimarket yang ada di Kecamatan Ciledug.
Tabel 1.1
Jumlah Minimarket di Kecamatan Ciledug
Minimarket Jumlah
Alfamart 28
Alfamidi 8
Indomaret 28
Ceriamart 1
SB Mart 1
Total 66
Sumber: Hasil Observasi, 2016
Dari Tabel 1.1 menunjukkan bahwa Alfamart dan indomaret
mendominasi jumlah gerai dengan total masing-masing sebanyak 28 gerai
minimarket. Kemudian disusul dengan Alfamidi, Ceriamart dan SB Mart.
Dari data di atas terlihat adanya minimarket SB Mart, minimarket ini
merupakan minimarket yang beroperasi dengan sistem Islami. Hal ini terlihat
7
dari berbagai jenis barang yang dijualnya, yaitu hanya menawarkan barang-
barang yang halal dan baik untuk dikonsumsi.
Kemunculan SB Mart ini tentunya menjadi tempat baru bagi
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka. Jika dilihat secara kasat
mata, tidak ada perbedaan dengan minimarket lainnya. SB Mart ini menjual
berbagai jenis kebutuhan sehari-hari seperti bahan makanan pokok, minuman,
dan lain sebagainya seperti yang dijual di minimarket lainnya. Kemunculan
SB Mart ini juga tentunya menjadikan persaingan antarminimarket semakin
ketat. Bahkan tidak jarang pula ditemukan tiga sampai empat gerai
minimarket dalam satu lokasi dengan jarak diantara toko tersebut saling
berdekatan.
Dalam persaingan usaha, suatu perusahaan harus mampu memberikan
nilai (value) yang lebih kepada konsumen dibandingkan dengan pesaingnya.
Dimana nilai konsumen (customer value) merupakan perbedaan antara semua
manfaat (keuntungan) yang diperoleh dari suatu produk secara menyeluruh
dan semua biaya yang diperlukan untuk mendapatkan manfaat tersebut.
Memberikan nilai konsumen yang superior, mengharuskan suatu organisasi
(perusahaan) melakukan suatu pekerjaan yang lebih baik untuk
mengantisipasi dan memberikan reaksi kepada kebutuhan dan keinginan
konsumen daripada yang dilakukan oleh pesaingnya. Adanya strategi
pemasaran merupakan kunci keberhasilan suatu perusahaan. Strategi
pemasaran dirumuskan berdasarkan bauran pemasaran (marketing mix), yaitu
mencakup penentuan fitur produk, harga, komunikasi, distribusi dan
8
pelayanan yang akan memberikan konsumen suatu nilai lebih (Supranto,
2011: 5).
Di samping itu, banyaknya minimarket membuat konsumen harus
menentukan pilihan (choice). Adanya berbagai atribut-atribut toko merupakan
pertimbangan konsumen dalam membuat keputusan. Berdasarkan uraian yang
telah disampaikan di atas mendasari penulis untuk melakukan penelitian yang
berjudul: “GAMBARAN KEMIRIPAN PERSEPSI KONSUMEN
TERHADAP MINIMARKET BERBASIS SYARIAH DAN NON
SYARIAH (STUDI KASUS: SB MART, ALFAMART, ALFAMIDI,
INDOMARET, DAN CERIAMART DI CILEDUG)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1) Bagaimanakah peta persepsi yang terbentuk antara Sejahtera Bersama
Mart (SB Mart), Alfamart, Alfamidi, Indomaret, dan Ceriamart yang
dihasilkan berdasarkan persepsi konsumen?
2) Apa sajakah karakteristik pemasaran yang paling dominan dimiliki oleh
masing-masing minimarket berdasarkan persepsi konsumen?
3) Bagaimanakah persepsi konsumen terhadap minimarket Sejahtera
Bersama Mart di Ciledug?
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui peta persepsi yang terbentuk antara Sejahtera
Bersama Mart (SB Mart), Alfamart, Alfamidi, Indomaret, dan
Ceriamart yang dihasilkan berdasarkan persepsi konsumen.
2) Untuk mengetahui karakteristik pemasaran yang paling dominan
dimiliki oleh masing-masing minimarket berdasarkan persepsi
konsumen.
3) Untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap minimarket Sejahtera
Bersama Mart di Ciledug
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1) Bagi Penulis
Menerapkan ilmu yang diperoleh semasa kuliah dan
mengaplikasikannya sesuai dengan kondisi yang ada serta menambah
dan mengembangkan wawasan penulis mengenai gambaran kemiripan
persepsi konsumen terhadap minimarket berbasis syariah dan non
syariah.
10
2) Bagi Almamater
Dapat memberikan ilmu pengetahuan yang lebih tentang gambaran
kemiripan persepsi konsumen terhadap minimarket berbasis syariah
dan non syariah dan semoga menjadi acuan bagi penelitian- penelitian
sejenis berikutnya.
3) Bagi Masyarakat
Dapat memberikan informasi kepada masyarakat umum mengenai
minimarket berbasis syariah, khususnya bagi para pemilik minimarket
sebagai referensi untuk meningkatkan strategi pemasaran dalam
persaingan.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsumsi
1. Pengertian Konsumsi dalam Ekonomi Konvensional
Dalam ekonomi konvensional, konsumen diasumsikan selalu
bertujuan untuk memperoleh kepuasan (utility) dalam kegiatan
konsumsinya semata. Utility secara bahasa berarti berguna, membantu atau
menguntungkan (Lincolin Arsyad, 2008: 98).
Menurut Samuelson (1993) konsumsi adalah kegiatan
menghabiskan utility (nilai guna) barang dan jasa. Barang meliputi barang
tahan lama dan barang tidak tahan lama. Barang konsumsi menurut
kebutuhannya, yaitu: kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan
kebutuhan tersier.
Dalam teori Keynes menjelaskan bahwa konsumsi sangat
dipengaruhi oleh pendapatan disposible saat ini. Pendapatan disposible
adalah pendapatan yang tersisa setelah pembayaran pajak. Jika pendapatan
konsumsi tinggi maka konsumsi juga naik. Hanya saja peningkatan
konsumsi tidak sebesar peningkatan pendapatan disposible (Rahardja dan
Manurung, 2008: 41).
Berdasarkan pengertian di atas, yang dimaksud dengan konsumsi
adalah suatu kegiatan membelanjakan atau mengeluarkan pendapatan
12
(uang) yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang
bertujuan mendapatkan kepuasan.
2. Pengertian Konsumsi dalam Ekonomi Islam
Dalam pendekatan ekonomi Islam, konsumsi adalah permintaan
sedangkan produksi adalah penawaran atau penyediaan. Perbedaan ilmu
ekonomi konvensional dan ekonomi Islam dalam hal konsumsi terletak
pada cara pendekatannya dalam memenuhi kebutuhan seseorang. Islam
tidak mengakui kegemaran materialistis semata-mata dari pola konsumsi
konvensional. Islam mengatur bagaimana manusia dapat melakukan
kegiatan-kegiatan konsumsi yang membawa manusia berguna bagi
kemaslahatan hidupnya (Afzalur Rahman, 1995).
Menurut Sharif Chaudhry (2012: 137), ada tiga prinsip dasar
konsumsi yang digariskan oleh Islam, yakni:
a. Prinsip Halal
Seorang muslim diperintahkan oleh Islam untuk makan-
makanan yang halal (sah menurut hukum dan diizinkan) dan tidak
mengambil yang haram (tidak sah menurut hukum dan terlarang).
Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Maidah: 88, yang
berbunyi:
مؤمنون به أنـتم الذي ا اواتـقو طيبا حلالا ا رزقكم مما وكلوا
Artinya: “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang
Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada
13
Allah yang kamu beriman kepada-Nya”. (QS. Al-Maidah:
88)
Prinsip halal-haram juga berlaku bagi hal selain makanan.
Dalam Islam diharuskan membelanjakan pendapatannya hanya pada
barang yang halal saja dan dilarang membelanjakannya pada barang
haram seperti minuman keras, narkotika, judi, dan sebagainya.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Maidah: 3, yang berbunyi:
به ـه الل لغير أهل و ما الخنزير ولحم والدم الميتة عليكم حرمت
Artinya: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging
babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain
Allah”. (QS. Al-Maidah: 3)
b. Prinsip Kebersihan dan Menyehatkan
Orang-orang yang beriman diingatkan untuk hanya makan-
makanan yang ‘Thayyib’ dan menjauhkan diri dari yang ‘Khabaita’.
Kata ‘Thayyib’ yang bermakna menyenangkan, manis, diizinkan,
menyehatkan, suci, dan kondusif untuk kesehatan. Kata ‘Khabaits’
adalah lawan ‘Thayyib’ dan berarti barang-barang yang tidak suci,
tidak menyenangkan, buruk dan tak sedap dipandang, dicium maupun
dimakan.
c. Prinsip Kesederhanaan
Prinsip kesederhanaan dalam konsumsi berarti bahwa orang
haruslah mengambil makanan dan minuman sekadarnya dan tidak
14
berlebihan karena makan berlebihan itu berbahaya bagi kesehatan.
Dalam QS. Al-A’raf: 31 Allah berfirman, yang berbunyi:
المسرفين يحب لا إنه تسرفوا لاو واشربوا وكلوا
Artinya: “Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan”. (QS. Al-A’raf/7: 31)
Mengurangi konsumsi suatu barang sebelum mencapai
kepuasan maksimal adalah prinsip konsumsi yang diajarkan
Rasulullah, seperti makan sebelum lapar dan berhenti sebelum
kenyang. Karena tambahan nilai guna yang diperoleh akan semakin
menurun apabila seseorang terus mengonsumsinya. Pada Akhirnya,
tambahan nilai guna akan menjadi negatif apabila konsumsi terhadap
barang tersebut terus ditambah (law of diminishing marginal utility)
(Rozalinda, 2015: 100).
Prinsip kesederhanaan ini juga berlaku bagi perbelanjaan.
Orang tidaklah boleh berlaku kikir maupun boros. Sebagaimana Allah
berfirman dalam QS. Al-Furqan: 67, yang berbunyi:
قـواما لك ذ بـين وكان يـقتـروا ولم يسرفوا لم فقواإذا أنـ والذين
Artinya: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta),
mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah
15
(pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang
demikian”. (QS. Al-Furqan/25: 67)
Islam mengutuk pemborosan seperti halnya kekikiran, karena
keduanya berbahaya bagi perekonomian Islam. Kekikiran menahan
sumber daya masyarakat sehingga tidak dapat digunakan dengan
sempurna, sementara pemborosan menghamburkan sumber daya itu
untuk hal-hal yang tak berguna dan berlebihan (Sharif Chaudhry,
2012: 146).
B. Perilaku Konsumen
1. Pengertian Perilaku Konsumen
Teori perilaku konsumen pada dasarnya menjelaskan bagaimana
konsumen mendayagunakan sumber daya yang ada (uang) dalam rangka
memuaskan kebutuhan/keinginan dari satu atau beberapa produk (Iskandar
Putong, 2013: 129).
Menurut Engel et al dalam Etta Mamang dan Sopiah (2013: 7),
perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam
pemerolehan, pengonsumsikan, dan penghabisan produk atau jasa,
termasuk proses yang mendahului dan menyusul tindakan ini. Selanjutnya,
Kotler (2005) menjelaskan perilaku konsumen sebagai suatu studi tentang
unit pembelian, bisa perorangan, kelompok, atau organisasi. Masing-
masing unit tersebut akan membentuk pasar sehingga muncul pasar
16
individu atau pasar konsumen, unit pembelian kelompok, dan pasar bisnis
yang dibentuk organisasi.
Dari pengertian perilaku konsumen di atas dapat disimpulkan
bahwa perilaku konsumen adalah:
a. Disiplin ilmu yang mempelajari perilaku individu, kelompok, atau
organisasi dan proses-proses yang digunakan konsumen untuk
menyeleksi, menggunakan produk, pelayanan, pengalaman (ide) untuk
memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen, dan dampak dari
proses-proses tersebut pada konsumen dan masyarakat.
b. Tindakan yang dilakukan oleh konsumen guna mencapai dan
memenuhi kebutuhannya baik dalam penggunaan, pengonsumsian,
maupun penghabisan barang dan jasa, termasuk proses keputusan
yang mendahului dan menyusul.
c. Tindakan atau perilaku yang dilakukan konsumen yang dimulai
dengan merasakan adanya kebutuhan dan keinginan, kemudian
berusaha mendapatkan produk yang diinginkan, mengonsumsi produk
tersebut, dan berakhir dengan tindakan-tindakan pasca pembelian,
yaitu perasaan puas atau tidak puas (Etta Mamang dan Sopiah, 2013:
9).
2. Perilaku Konsumen Berdasarkan Syariat Islam
Syariat Islam menginginkan manusia mencapai dan memelihara
kesejahteraannya. Imam Syatibi menggunakan istilah “maslahah”, yang
17
maknanya lebih luas dari sekedar utility atau kepuasan dalam terminologi
ekonomi konvensional. Maslahah merupakan sifat atau kemampuan
barang dan jasa yang mendukung elemen-elemen dan tujuan-tujuan dasar
dari kehidupan manusia di muka bumi ini (Afzalur Rahman, 1995).
Maslahah dalam ekonomi Islam, diterapkan sesuai dengan prinsip
rasionalitas muslim, bahwa setiap pelaku ekonomi selalu ingin
meningkatkan maslahah yang diperolehnya. Seorang konsumen muslim
mempunyai keyakinan, bahwasannya kehidupan tidak hanya di dunia
tetapi akan ada kehidupan di akhirat kelak.
Tujuan konsumsi seorang muslim bukanlah mencari utility,
melainkan mencari maslahah. Antara konsep utility dan maslahah sangat
berbeda dan bertolak.
Menurut Hendri Anto (2003: 121), ada empat hal yang
membedakan antara utility dan maslahah, yaitu:
1) Maslahah relatif objektif karena bertolak pada pemenuhan need,
karena need ditentukan berdasarkan pertimbangan rasional normatif
dan positif. Sedangkan dalam utilitas orang mendasarkan pada kriteria
yang bersifat subyektif karenanya dapat berbeda diantara orang satu
dengan orang lain.
2) Maslahah individual akan relatif konsisten dengan maslahah sosial,
sementara utilitas individu sangat mungkin berbeda dengan utilitas
sosial. Hal ini terjadai karena dasar penentuannya yaang lebih objektif
18
sehingga lebih mudah dibandingkan, dianalisis dan disesuaikan antara
satu orang dengan orang lain, antara individu dan sosial.
3) Jika maslahah dijadikan tujuan dari seluruh pelaku ekonomi yaitu
produsen, konsumen dan distributor, maka arah pembangunan
ekonomi akan menuju pada titik yang sama yaitu peningkatan
kesejahteraan hidup ini akan berbeda dengan utilitas, dimana
konsumen akan mengukurnya dari pemenuhan want-nya, sementara
produsen dan distributor yang mengukur dengan mengedepankan
keuntungan yang diperolehnya.
4) Maslahah merupakan konsep yang lebih terukur (accountable) dan
dapat diperbandingkan (comparable) sehingga lebih mudah disusun
prioritas dan pentahapan dalam pemenuhannya. Hal ini akan
mempermudah perencanaan alokasi anggaran serta pembangunan
ekonomi secara keseluruhan. Sebaliknya, untuk mengukur tingkat
utilitas dan membandingkannya antara satu orang dengan orang lain
tidaklah mudah karena bersifat relatif.
Dalam perspektif ekonomi Islam, kebutuhan manusia terbagi atas:
1) Kebutuhan dharuriyah (pokok) yang merupakan kebutuhan yang
harus dipenuhi dan dipelihara, jika tidak dapat terpenuhi justru akan
mengancam kehidupan manusia. Kebutuhan dharuriyah terdiri dari
(1) ad-din, yakni kebutuhan agama seperti ibadah, (2) An-nafs, yakni
pemenuhan kebutuhan diri atau jiwa seperti makan, (3) al-aql, yakni
pemenuhan kebutuhan akal seperti menuntut ilmu, (4) an-nasl, yakni
19
pemenuhan kebutuhan atas berumahtangga seperti menikah, (5) al-
mal, yakni pemenuhan kebutuhan akan harta benda. Kelima
kebutuhan dharuriyah ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Bila ada satu jenis kebutuhan yang diabaikan atau tidak
terpenuhi akan menimbulkan kepincangan dalam kehidupan manusia.
2) Kebutuhan yang bersifat al-hajji, yakni kebutuhan yang bersifat
pelengkap yang mengokohkan, menguatkan, dan melindungi
kebutuhan yang bersifat hajji, seperti melanjutkan pendidikan sampai
ke jenjang perguruan tinggi. Jika kebutuhan hajji ini tidak terpenuhi,
kehidupan manusia tidak akan terancam apabila kebutuhan dharuriyah
telah terpenuhi dengan baik.
3) Kebutuhan yang bersifat tahsini merupakan kebutuhan yang bersifat
memperindah pelaksanaan kebutuhan dharuriyah dan hajji, seperti
penggunaan telepon genggam dalam berkomunikasi. Sama halnya
dengan kebutuhan hajji, jika kebutuhan tahsini tidak terpenuhi maka
kehidupan manusia tidak akan terancam karena kebutuhan tahsini
hanya berfungsi menambah keindahan dan kesenangan hidup
manusia. Dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia dituntut
mendahulukan aspek dharuriyah (kebutuhan yang bersifat primer atau
pokok) dari aspek hajjiyah (kebutuhan yang bersifat sekunder), serta
mendahulukan hajjiyah dari tahsiniyyah (kebutuhan yang bersifat
tersier atau pelengkap) (Rozalinda, 2015: 106).
20
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Menurut Nugroho (2008: 11), faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen adalah:
a. Faktor Kebudayaan
Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari
keinginan dan perilaku seseorang. Setiap kebudayaan terdiri dari sub
budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi
yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Subbudaya dapat
dibedakan menjadi empat jenis: kelompok nasionalisme, kelompok
keagamaan, kelompok ras, dan area geografis. Selain itu, terdapat juga
kelas-kelas sosial. Dimana kelas-kelas sosial adalah kelompok-
kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam suatu
masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya
mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa.
b. Faktor Sosial
Faktor-faktor sosial terdiri dari kelompok referensi, keluarga,
peran dan status. Kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh
kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak
langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Beberapa
diantaranya adalah kelompok-kelompok primer, yaitu dengan adanya
interaksi yang cukuo berkesinambungan, seperti keluarga, teman,
tetangga, dan teman sejawat. Kelompok-kelompok sekunder, yang
21
cenderung lebih resmi dan yang mana interaksi yang terjadi kurang
berkesinambungan.
Orang umumnya sangat dipengaruhi oleh kelompok referensi
mereka pada tiga cara. Pertama, kelompok referensi memperlihatkan
pada seseorang perilaku dan gaya hidup baru. Kedua, mereka juga
mempengaruhi sikap dan konsep jati diri seseorang karena orang
tersebut umumnya ingin “menyesuaikan diri”. Ketiga, mereka
menciptakan tekanan untuk menyesuaikan diri yang dapat
mempengaruhi pilihan produk dan merek seseorang.
Faktor sosial selanjutnya adalah keluarga, dimana keluarga
dalam kehidupan pembeli dibedakan menjadi keluarga orientasi dan
keluarga prokreasi. Keluarga orientasi merupakan orang tua
seseorang. Dari orang tualah seseorang mendapatkan pandangan
tentang agama, politik, ekonomi, dan merasakan ambisi pribadi nilai
atau harga diri dan cinta. Keluarga prokreasi yaitu pasangan hidup
anak-anak seseorang keluarga merupakan organisasi pembeli dan
konsumen yang paling penting dalam suatu masyarakat dan telah
diteliti secara intensif. Seseorang umumnya berpartisispasi dalam
kelompok selama hidupnya. Posisi seseorang dalam setiap kelompok
dapat diidentifikasikan dalam peran dan status.
22
c. Faktor pribadi
Faktor pribadi yang mempengaruhi perilaku seseorang antara
lain:
1) Umur dan Tahapan dalam Siklus Hidup
Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup
keluarga. Orang-orang dewasa biasanya mengalami perubahan
atau transfomasi tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya.
2) Pekerjaan
Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok
pekerja yang memiliki minat di atas rata-rata terhadap produk dan
jasa tertentu.
3) Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi seseorang adalah terdiri dari dari pendapatan
yang dapat dibelanjakan (tingkatnya, stabilitasnya, dan polanya),
tabungan dan hartanya (termasuk persentase yang mudah
dijadikan uang), kemampuan untuk meminjam dan sikap terhadap
mengeluarkan yaitu lawan dari menabung.
4) Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang adalah pola hidup di dunia yang
diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapat seseorang. Gaya
hidup menggambarkan “seseorang secara keseluruhan” yang
berinteraksi dengan lingkungan.
23
5) Kepribadian dan Konsep Diri
Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berbeda dari
setiap orang yang memandang responnya terhadap lingkungan
yang relatif konsisten. Kepribadian dapat merupakan suatu
variabel yang sangat berguna dalam menganalisa perilaku
konsumen.
d. Faktor Psikologis
Faktor psikologi mencakup persepsi, motivasi, pembelajaran,
sikap, dan kepribadian. Sikap dan kepercayaan merupakan faktor
psikologi yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. sikap
adalah suatu kecenderungan yang dipelajari untuk bereaksi terhadap
penawaran produk dalam situasi dan kondisi tertentu secara konsisten.
Sikap mempengaruhi kepercayaan, dan kepercayaan mempengaruhi
sikap. Kepribadian merupakan faktor psikologis yang mempengaruhi
perilaku konsumen. Kepribadian adalah pola individu untuk merespon
stimulus yang muncul dari lingkungannya. Termasuk di dalam
kepribadian adalah opini, minat, dan prakarsa. Pembelajaran
berdampak pada adanya perubahan.
Seorang individu atau konsumen dikatakan belajar jika ada
perubahan ke arah yang lebih baik dalam tiga aspek (kognitif, afektif,
dan psikomotor) yang bersifat relatif permanen. Konsumen akan
belajar setelah mendapat pengalaman, baik pengalaman sendiri
maupun pengalaman orang lain. Setelah membeli dan mengkonsumsi
24
produk, konsumen akan merasa puas atau tidak puas. Jika puas,
konsumen akan melakukan pembelian ulang di lain waktu.
Sebaliknya, jika tidak puas, konsumen tidak akan melakukan
pembelian di lain waktu (Etta Mamang dan Sopiah, 2013: 24).
C. Sikap Konsumen
Definisi sikap dikemukakan oleh Thurstone pada tahun 1993, dia
melihat sikap sebagai salah satu konsep yang cukup sederhana yaitu jumlah
pengaruh yang dimiliki seseorang atas atau menentang suatu obyek. Beberapa
tahun kemudian, Gordon Allport mengajukan definisi yang lebih luas, yaitu:
“Sikap adalah suatu mental dan syaraf sehubungan dengan
kesiapan untuk menanggapi, diorganisasi melalui pengalaman
dan memiliki pengaruh yang mengarahkan dan atau dinamis
terhadap perilaku”.
Definisi yang dikemukakan oleh Gordon Allport tersebut mengandung
makna bahwa sikap adalah mempelajari kecenderungan memberikan
tanggapan terhadap suatu obyek baik disenangi ataupun tidak disenangi
secara konsisten (Nugroho, 2008: 214).
Daniel Kazt mengklasifikasikan empat fungsi sikap, yaitu:
1) Fungsi Utilitarian
Fungsi utilitarian merupakan fungsi yang berhubungan dengan
prinsip-prinsip dasar imbalan dan hukuman. Di sini konsumen
mengembangkan beberapa sikap terhadap produk atas apakah suatu
produk memberikan kepuasan atau kekecewaan.
25
2) Fungsi Ekspresi Nilai
Konsumen mengembangkan sikap terhadap suatu merek produk bukan
didasarkan atas manfaat produk itu, tetapi lebih didasarkan atas
kemampuan merek produk itu mengekspresikan nilai-nilai yang ada
pada dirinya.
3) Fungsi Mempertahankan Ego
Sikap yang dikembangkan oleh konsumen cenderung untuk
melindunginya dari tantangan eksternal maupun perasaan internal,
sehingga membentuk fungsi mempertahankan ego.
4) Fungsi Pengetahuan
Fungsi pengetahuan dapat membantu konsumen mengurangi
ketidakpastian dan kebingungan dalam memilah-milah informasi yang
relevan dan tidak relevan dengan kebutuhannya.
Terdapat tiga komponen sikap yaitu kepercayaan merek, evaluasi
merek, dan maksud untuk membeli. Kepercayaan merek adalah komponen
kognitif dari sikap, evaluasi merek adalah komponen efektif atau perasaan,
dan maksud untuk membeli adalah komponen konatif atau tindakan. Dari tiga
komponen sikap, evaluasi merek adalah pusat dari telaah sikap karena
evaluasi merek merupakan ringkasan dari kecenderungan konsumen untuk
menyenangi atau tidak menyenangi merek tertentu (Nugroho, 2008: 217).
26
D. Persepsi dan Preferensi
1. Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya
sensasi, di mana sensasi adalah aktivitas merasakan atau penyebab
keadaan emosi yang menggembirakan. Sensasi juga dapat didefinisikan
sebagai tanggapan yang cepat dari indera penerima kita terhadap stimuli
dasar seperti cahaya, warna, dan suara. Dengan adanya itu semua, persepsi
akan timbul. Persepsi dibentuk oleh karakteristik dari stimuli, hubungan
stimuli dengan sekelilingnya, dan kondisi-kondisi di dalam diri sendiri
(Etta Mamang dan Sopiah, 2013: 64).
Proses persepsi mencakup:
a. Seleksi perseptual
Seleksi perseptual terjadi ketika konsumen menangkap dan
memilih stimulus berdasarkan pada set psikologis (psychological set)
yang dimiliki. Set psikologis adalah berbagai informasi yang ada
dalam memori konsumen. Sebelum seleksi persepsi terjadi, terlebih
dahulu stimulus harus mendapat perhatian dari konsumen.
b. Organisasi perseptual
Organisasi perseptual (perceptual organization) berarti
konsumen mengelompokkan informasi dan berbagai sumber ke dalam
pengertian yang menyeluruh untuk memahami secara lebih baik dan
bertindak atas pemahaman itu. Prinsip dasar dari organisasi perseptual
27
penyatuan adalah bahwa berbagai stimulus akan dirasakan sebagai
suatu yang dikelompokkan secara menyeluruh.
c. Interpretasi perseptual
Proses terakhir dari persepsi adalah pemberian interpretasi atas
stimuli yang diterima konsumen. interpretasi ini didasarkan pada
pengalaman pada masa lalu, yang tersimpan dalam memori jangka
panjang konsumen (Etta Mamang dan Sopiah, 2013: 69).
Gambar 2.1
Proses Perseptual (Diadaptasi dari Solomon, 2002)
Stimulus adalah setiap bentuk fisik, visual, atau komunikasi verbal
yang dapat mempengaruhi tanggapan individu. Persepsi setiap orang
terhadap suatu objek akan berbeda-beda. Oleh karena itu, persepsi
memiliki sifat subyektif. Persepsi yang dibentuk oleh seseorang
dipengaruhi oleh pikiran dan lingkungan sekitarnya. Selain itu, satu hal
yang perlu diperhatikan dari persepsi adalah bahwa persepsi secara
substansial bisa sangat berbeda dengan realitas.
STIMULI
Penglihatan
Suara
Bau
Rasa
Sensasi
Indera Penerima
PERSEPSI
Pemberi Arti
Interpretasi
Perhatian
Sensasi
28
2. Preferensi
Preferensi konsumen didefinisikan sebagai selera subjektif
(individu), yang diukur dengan utilitas, dari bundel berbagai barang.
Konsumen dipersilahkan untuk melakukan ranking terhadapa bundel
barang sesuai dengan tingkat utilitas yang mereka berikan pada konsumen,
dan yang perlu diperhatikan adalah preferensi itu bersifat independen
terhadap pendapatan dan harga. Kemampuan untuk membeli barang-
barang tidak menentukan disukai atau tidak disukai oleh konsumen.
terkadang seseorang dapat memiliki preferensi untuk produk A lebih dari
produk B, tetapi ternyata sarana keuangannya hanya cukup untuk memiliki
produk B (Besakon dan Braeutigam, 2008).
3. Proses Pengambilan Keputusan Konsumen
Gambar 2.2
Proses Pengambilan Keputusan Konsumen
Gambar di atas menyiratkan bahwa konsumen melewati kelima
tahap seluruhnya pada setiap pembelian. Namun dalam pembelian yang
Pengenalan Masalah
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Keputusan Membeli
Perilaku Pasca Pembelian
29
lebih rutin, konsumen sering kali melompati atau membalik beberapa
tahap ini (Supranto dan Nandan, 2008: 16).
Secara rinci tahap-tahap tersebut diuraikan sebagai berikut:
1) Pengenalan Masalah
Proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya
masalah kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara
kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkannya.
2) Pencarian Informasi
Seorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan
terdorong untuk mencari informasi lebih banyak. Secara umum
konsumen menerima informasi terbanyak dari suatu produk dari
sumber-sumber komersial, yaitu sumber-sumber yang didominasi oleh
para pemasar. Pada sisi lain, informasi yang paling efektif justru
berasal dari sumber-sumber pribadi. Setiap sumber informasi
melaksanakan suatu fungsi yang agak berbeda dalam mempengaruhi
keputusan membeli. Informasi komersial umumnya melaksanakan
fungsi memberitahu, sedangkan sumber pribadi melaksanakan fungsi
evaluasi.
3) Evaluasi Alternatif
Kebanyakan model dari proses evaluasi konsumen sekarang
bersifat kognitif, yaitu mereka memandang konsumen sebagai
pembentuk penilaian terhadap produk terutama berdasarkan pada
pertimbangan yang sadar dan rasional.
30
4) Keputusan Membeli
Pada tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi
terhadap merek-merek yang terdapat pada perangkat pilihan.
Konsumen mungkin juga membentuk tujuan membeli untuk merek
yang paling disukai. Walaupun demikian, dua faktor dapat
mempengaruhi tujuan membeli dan keputusan membeli. Faktor yang
pertama adalah sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain akan
mengurangi alternatif pilihan seseorang akan tergantung pada dua hal
yaitu intensitas sikap negatif orang lain tersebut terhadap alternatif
pilihan konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan
orang lain tersebut. Semakin tinggi intensitas sikap negatif orang lain
tersebut akan semakin dekat hubungan orang tersebut dengan
konsumen, maka semakin besar kemungkinan konsumen akan
menyesuaikan tujuan pembeliannya.
Faktor yang kedua, konsumen membentuk tujuan pembelian
berdasarkan faktor-faktor seperti pendapatan keluarga yang
diharapkan, harga yang diharapkan, dan manfaat produk yang
diharapkan. Pada saat ingin bertindak faktor-faktor keadaan yang tidak
terduga mungkin timbul dan mengubah tujuan membeli.
5) Perilaku Sesudah Pembelian
Sesudah pembelian terhadap suatu produk yang dilakukan
konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau
ketidakpuasan. Konsumen juga akan terlibat dalam tindakan-tindakan
31
sesudah pembelian dan penggunaan produk yang akan menarik minat
pemasar.
E. Pemasaran Syariah
1. Pengertian Pemasaran Syariah
Pemasaran dalam Islam adalah bentuk muamalah yang dibenarkan
dalam Islam, sepanjang dalam segala proses transaksinya terpelihara dari
hal-hal terlarang oleh ketentuan syariah, sedangkan syariah marketing
adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses
penciptaan, penawaran dan perubahan value dari suatu inisiator kepada
stakeholders-nya, yang dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad
dan prinsip-prinsip muamalah (bisnis) dalam Islam (Hermawan dan Syakir
Sula, 2006: 9).
Pemasaran memainkan peran yang sangat penting dalam
memenuhi kebutuhan konsumen, di samping pencapaian tujuan
perusahaan. Seorang pengusaha dalam pandangan etika Islam bukan
sekedar mencari keuntungan, melainkan juga keberkahan, yaitu
kemantapan dari usaha itu dengan memperoleh keuntungan yang wajar
dan diridhoi oleh Allah SWT. Ini berarti yang harus diraih oleh seorang
pedagang dalam melakukan bisnis tidak sebatas keuntungan materiil
(bendawi), tetapi yang penting lagi adalah keuntungan immaterial
(spiritual) (Djakfar, 2008: 86).
32
Menurut Kertajaya dan Syakir Sula (2006: 28), ada empat
karakteristik yang terdapat pada pemasaran syariah:
a. Ketuhanan (Rabbaniyyah)
Salah satu ciri khas pemasaran syariah adalah sifatnya yang
religius. Jiwa seorang syariah marketer meyakini bahwa hukum-
hukum syari’at yang bersifat ketuhanan merupakan hukum yang
paling adil, sehingga akan mematuhinya dalam setiap aktivitas
pemasaran yang dilakukan. Dalam setiap langkah, aktivitas dan
kegiatan yang dilakukan harus selalu menginduk kepada syariat Islam.
Seorang syariah marketer meskipun ia tidak mampu melihat Allah, ia
akan selalu merasa bahwa Allah senantiasa mengawasinya. Sehingga
ia akan mampu untuk menghindar dari segala macam perbuatan yang
menyebabkan orang lain tertipu atas produk-produk yang dijualnya.
Sebab seorang syariah marketer akan selalu merasa bahwa setiap
perbuatan yang dilakukan akan dihisab.
b. Etis (Akhlaqiyyah)
Keistimewaan lain dari syariah marketer adalah
mengedepankan masalah akhlak dalam seluruh aspek kegiatannya.
Pemasaran syariah adalah konsep pemasaran yang sangat
mengedepankan nilai-nilai moral dan etika tanpa peduli dari agama
apapun, karena hal ini bersifat universal.
33
c. Realistis (Al-Waqi’iyyah)
Pemasaran syariah bukanlah konsep yang eksklusif, fanatis,
anti modernitas, dan kaku, melainkan konsep pemasaran yang
fleksibel. Syariah marketer haruslah tetap berpenampilan bersih, rapi,
dan bersahaja apapun model atau gaya berpakaian yang dikenakan.
d. Humanistis (Insaniyyah)
Keistimewaan yang lain adalah sifatnya yang humanistis
universal. Pengertian humanistis adalah bahwa syariah diciptakan
untuk manusia agar derajatnya terangkat, sifat kemanusiaannya terjaga
dan terpelihara dengan panduan syariah. Syariah Islam adalah syariah
humanistis, diciptakan untuk manusia sesuai dengan kapasitasnya
tanpa memperdulikan ras, warna kulit, kebangsaan, dan status.
Sehingga pemasaran syariah bersifat universal.
Implementasi atau penerapan dari pemasaran syariah adalah
sebagai berikut:
1) Berbisnis cara Nabi Muhammad SAW
Nilai transaksi yang terpenting dalam bisnis adalah Al-Amanah
(kejujuran). Ia merupakan puncak moralitas iman dan karakteristik
yang paling menonjol dari orang yang beriman. Bahkan kejujuran
merupakan karakteristik dari para Nabi. Tanpa kejujuran, kehidupan
agama tidak akan berdiri tegak dan kehidupan dunia tidak akan
berjalan baik.
34
Ada empat hal yang menjadi key success factors (KSF) dalam
mengelola strategi pemasaran syariah, yaitu:
a) Shiddiq (benar dan jujur), jika seorang pengusaha senantiasa
berperilaku benar dan jujur dalam sepanjang kegiatannya, jika seorang
pemasar bersifat shiddiq haruslah menjiwai seluruh perilakunya dalam
melakukan pemasaran, dalam berhubungan dengan pelanggan, dalam
bertransaksi dengan nasabah, dan dalam membuat perjanjian dengan
mitra bisnisnya. Sebagaimana dalam hadist, dari sahabat Hakim bin
Hizam, Nabi Muhammad SAW bersabda:
وبـيـنا صدقا فإن يـتـفرقا حتى قال أو يـتـفرقا لم ما بالخيار البـيعان بـيعهما بـركة محقت وكذبا كتما وإن بـيعهما فى لهما بورك
Artinya: “Kedua orang penjual dan pembeli masing-masing memiliki
hak pilih (khiyar) selama keduanya belum berpisah. Bila
keduanya berlaku jujur dan saling terus terang, maka
keduanya akan memperoleh keberkahan dalam transaksi
tersebut. Sebaliknya, bila mereka berlaku dusta dan saling
menutup-nutupi, niscaya akan hilanglah keberkahan bagi
mereka pada transaksi itu.” (HR. Bukhari)
b) Amanah (terpercaya, kredibel), artinya, dapat dipercaya, bertanggung
jawab, dan kredibel, juga bermakna keinginan untuk memenuhi
sesuatu sesuai dengan ketentuan. Diantara nilai yang terkait dengan
kejujuran dan melengkapinya adalah amanah.
35
c) Fathanah (cerdas), dapat diartikan sebagai intelektual, kecerdikan atau
kebijaksanaan. Pemimpin yang fathanah adalah pemimpin yang
memahami, mengerti, dan menghayati secara mendalam segala hal
yang menjadi tugas dan kewajibannya. Dalam bisnis, implikasi
ekonomi sifat fathanah adalah bahwa segala aktivitas dalam
manajemen suatu perusahaan harus dengan kecerdasan, dengan
mengoptimalkan semua potensi akal yang ada untuk mencapai tujuan.
d) Tabligh (komunikatif), artinya komunikatif dan argumentatif dengan
tutur kata yang tepat dan mudah dipahami. Dalam bisnis, haruslah
menjadi seorang yang mampu mengomunikasikan visi dan misinya
dengan benar kepada karyawan dan stakeholder lainnya. Juga
menyampaikan keunggulan-keunggulan produknya dengan jujur dan
tidak harus berbohong maupun menipu pelanggan (Kertajaya dan
Syakir Sula, 2006: 120).
2) Muhammad sebagai syariah marketer
Muhammad sebagai seorang pedagang, memberikan contoh
yang sangat baik dalam setiap transaksi bisnisnya. Beliau melakukan
transaksi-transaksi secara jujur, adil, dan tidak pernah membuat
pelanggannya mengeluh apalagi kecewa. Beliau selalu menepati janji
dan mengantarkan barang dagangannya dengan standar kualitas sesuai
dengan permintaan pelanggan. Reputasinya sebagai seorang pedagang
yang benar dan jujur dan juga selalu memperlihatkan rasa tanggung
jawab terhadap setiap transaksi yang dilakukan. Muhammad juga
36
meletakkan prinsip-prinsip dasar dalam melakukan transaksi dagang
secara adil. kejujuran dan keterbukaan Muhammad dalam melakukan
transaksi perdagangan merupakan teladan abadi bagi pengusaha
generasi selanjutnya (Kertajaya dan Syakir Sula, 2006: 44).
Muhammad bukan saja seorang pedagang, Beliau adalah
seorang nabi dengan segala kebesaran dan kemuliaannya. Nabi
Muhammad sangat menganjurkan umatnya untuk berbisnis, karena
berbisnis dapat menimbulkan kemandirian dan kesejahteraan bagi
keluarga tanpa tergantung atau menjadi beban orang lain.
3) Muhammad sebagai pedagang profesional
Dalam transaksi bisnisnya, Muhammad sebagai pedagang
profesional tidak ada tawar menawar dan pertengkaran antara
Muhammad dengan pelanggannya. Segala permasalahan antara
Muhammad dengan pelanggannya selalu diselesaikan dengan adil dan
jujur, tetapi tetap meletakkan prinsip-prinsip dasar untuk hubungan
dagang yang adil dan jujur.
4) Muhammad sebagai pebisnis yang jujur
Muhammad telah mengikis habis transaksi-transaksi dagang
dari segala macam praktek yang mengandung unsur penipuan, riba,
judi, garar, keraguan, eksploitasi, pengambilan untung yang
berlebihan, dan pasar gelap. Beliau juga melakukan standarisasi
timbangan dan ukuran, serta melarang orang-orang menggunakan
37
timbangan dan ukuran lain yang tidak dapat dijadikan pegangan
standar.
5) Muhammad menghindari bisnis haram
Nabi Muhammad melarang beberapa jenis perdagangan, baik
karena sistemnya maupun karena ada unsur-unsur yang diharamkan
didalamnya. Memperjual-belikan benda-benda yang dilarang menurut
Al-Qur’an adalah haram. Al-Qur’an misalnya, melarang
mengkonsumsi daging babi, darah, bangkai, dan khamr.
6) Muhammad dengan penghasilan halal
Nabi Muhammad diutus oleh Allah untuk menghapus segala
sesuatu yang kotor, keji, gagasan-gagasan yang tidak sehat dalam
masyarakat, serta memperkenalkan gagasan yang baik, murni, dan
bersih di kalangan umat manusia. Al-Qur’an memerintahkan manusia
untuk memakan makanan yang bersih, mengambil jalan yang suci dan
sehat.
2. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Marketing Mix, yaitu sekumpulan alat pemasaran yang digunakan
oleh perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran
(Kotler, 2003: 15), penerapan dalam syariah akan merujuk pada konsep
dasar kaidah fiqih yakni,”Al-ashlu fil-muamalah alibahah illa ayyadulla
dalilun ala tahrimiha” (pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh
38
dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya). Berikut adalah
marketing mix dalam perspektif syariah, yakni:
a. Produk (Product)
Ada tiga hal yang perlu dipenuhi dalam menawarkan sebuah
produk: 1) produk yang ditawarkan memiliki kejelasan barang,
kejelasan ukuran atau takaran, kejelasan komposisi, tidak rusak atau
kadaluarsa dan menggunakan bahan yang baik, 2) produk yang
diperjual-belikan adalah produk yang halal dan 3) dalam promosi
maupun iklan tidak melakukan kebohongan.
b. Harga (Price)
Terhadap pelanggan, harga akan disajikan secara kompetitif.
Dalam artian bahwa harga harus benar-benar kompetitif antara
pebisnis satu dengan yang lainnya. Islam sependapat dengan
penentuan harga yang kompetitif. Namun, dalam menentukan harga
tidak boleh menggunakan cara-cara yang merugikan pebisnis lainnya.
Islam tentu memperbolehkan pedagang untuk mengambil keuntungan,
karena hakekat dari berdagang adalah untuk mencari keuntungan.
Namun, untuk mengambil keuntungan janganlah berlebih-lebihan.
c. Tempat (Place)
Dalam menentukan place atau saluran distribusi, perusahaan
Islami harus mengutamakan tempat-tempat yang sesuai dengan target
market, sehingga dapat efektif dan efisien, sehingga pada intinya
39
dalam menentukan marketing mix harus didasari pada prinsip-prinsip
keadilan dan kejujuran.
d. Promosi (Promotion)
Promosi dalam tinjauan syariah harus sesuai dengan sharia
compliance yang merefleksikan kebenaran, keadilan dan kejujuran
kepada masyarakat. Segala informasi yang terkait dengan produk
harus diberitahukan secara transparan dan terbuka sehingga tidak ada
potensi unsur penipuan dan kecurangan dalam melakukan promosi.
Di dalam konsep marketing mix syariah, bahwasannya dalam
melakukan suatu pemasaran, baik barang maupun jasa, tidaklah bebas
nilai. Sebagai seorang khalifah di muka bumi, manusia juga dituntut
untuk menjaga kesejahteraan masyarakat secara umum dengan
berdagang menggunakan cara yang halal dan diridhoi oleh Allah SWT
(Hermawan dan Syakir Sula, 2006: 175).
Sementara itu, untuk pemasaran jasa diperlukan bauran
pemasaran yang diperluas dengan penambahan unsur yang telah
berkembang. Pemasaran jasa dikatakan sebagai salah satu bentuk
produk yang berarti setiap tindakan atau perbuatan yang ditawarkan
dari satu pihak ke pihak lainnya dan bersifat tidak berwujud. Bauran
pemasaran kemudian dikembangkan menjadi “7P” yang dipakai
sangat tepat untuk pemasaran jasa. Menurut Kotler dan Keller
(2008:4) 7P didefinisikan sebagai berikut:
40
a. Produk (Product)
Definisi produk menurut Philip Kotler adalah : “A product
is a thing that can be offered to a market to satisfy a want or
need”. Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada
pasar untuk memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan
konsumen. Produk dapat berupa sub kategori yang menjelaskan
dua jenis seperti barang dan jasa yang ditujukan kepada target
pasar.
b. Harga (Price)
Definisi harga menurut Philip Kotler adalah : “Price is the
amount of money charged for a product or service”. Harga adalah
sejumlah uang yang mempunyai nilai tukar untuk memperoleh
keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau
jasa. Harga merupakan bauran pemasaran yang bersifat fleksibel di
mana suatu harga akan stabil dalam jangka waktu tertentu tetapi
dalam seketika harga dapat meningkat atau menurun yang terdapat
pada pendapatan dari hasil penjualan.
c. Tempat/Distribusi (Place)
Definisi distribusi menurut Philip Kotler adalah: “The
various the company undertakes to make the product accessible
and available to target customer”. Tempat merupakan berbagai
kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk membuat
produknya mudah diperoleh dan tersedia pada konsumen sasaran.
41
Distrubusi memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu
perusahaan guna memastikan produknya. Hal ini dikarenakan
tujuan dari distribusi adalah menyediakan barang dan jasa yang
dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen pada waktu dan tempat
yang tepat.
d. Promosi (Promotion)
Definisi promosi menurut Kotler adalah : “Promotion
includes all the activities the company undertakes to communicate
and promote its product the target market”. Promosi adalah semua
kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan
dan mempromosikan produknya kepada pasar sasaran.
e. Orang (People)
People menurut Philip Kotler yaitu proses seleksi,
pelatihan, dan pemotivasian karyawan yang nantinya dapat
digunakan sebagai pembedaan perusahaan dalam memenuhi
kepuasan pelanggan.
f. Bukti fisik (Physical Evidence)
Bukti fisik menurut Philip Kotler yaitu bukti yang dimiliki
oleh penyedia jasa yang ditujukan kepada konsumen sebagai
usulan nilai tambah konsumen. Bukti fisik merupakan wujud nyata
yang ditawarkan kepada pelanggan ataupun calon pelanggan.
42
g. Proses (Process)
Proses merupakan bentuk kegiatan yang dilakukan untuk
memasarkan produk barang atau jasa kepada calon pelanggan.
E. Ritel
1. Pengertian Ritel
Secara harafiah kata ritel di artikan sebagai pengecer atau
pengusaha perdagangan eceran. Menurut kamus retail di tafsirkan
sebagai.”selling of goods and or services to the publics” atau penjualan
barang dan atau jasa khalayak (Sujana, 2005:12).
Ritel menurut Hendri Ma’ruf (2005: 7) adalah kegiatan usaha
menjual barang atau jasa kepada perorangan untuk keperluan diri sendiri,
keluarga, atau rumah tangga. Ritel atau pengecer adalah pengusaha yang
menjual barang atau jasa secara eceran kepada masarakat sebagai
konsumen, ritel perorang atau peritel kecil memiliki jumlah gerai
bervariasi, mulai dari satu gerai.
2. Tipe Bisnis Ritel
a. Ownership (kepemilikan bisnis)
Tipe bisnis retail atas kepemilikan yaitu:
1) Single-store Retailer
Single-store retailer merupakan tipe binis retail yang paling
banyak jumlahnya dengan ukuran toko umumnya dibawah 100 m2
43
mulai dari kios atau toko dipasar tradisionl sampai dengan
minimarket modern; dengan kepemilikan secara individual.
2) Rantai Toko Retail
Rantai toko retail adalah toko retail dengan banyak (lebih
dari satu) cabang dan biasanya dimiliki oleh institusi bisnis bukan
perorangan, melainkan dalam bentuk company owned retail chain.
Bentukya mulai dari rantai toko minimarket sampai dengan Mega
Hyperstore. Contoh nyata yang umum adalah seperti Hero
Supermarket, Sogo, Dept. Store & Supermarket, Matahari,
Ramayana, dan sebagainya.
3) Toko Waralaba (Franchise Stores)
Toko waralaba adalah toko retail yang di bangun
berdasarkan kontrak kerja waralaba (bagi hasil) antara terwaralaba
(franchisee) yakni pengusaha investor perseorangan (independent
business person) dengan pewaralaba (franchisor) yang merupakan
pemegang nama toko, sponsor, dan pengelola usaha.
b. Merchandise Category (Kategori Barang Dagangan)
Tipe bisnis ritel berdasarkan merchandise category yaitu:
1) Special Store (Toko Khas)
Special store merupakan toko retail yang menjual satu jenis
kategori barang atau suatu rentang kategori barang (merchandise
category) yang relatif sempit. Seperti art-shop (pasar seni), jewelry
store (toko perhiasan), toko buku, dan sebagainya.
44
2) Grocery Store (Toko Serba Ada, Toserba)
Grocery store merupakan toko ritel yang menjual sebagian
besar kategori barangya adalah barang groceries (kebutuhan
sehari-hari; freshfood, perishable, dry-food, beverages, cleanings,
dan cosmetics, serta household items). Umumnya, toko retail
modern yang sudah mapan adalah berbasis sebagai grocery
retailers, di mana mereka jual lebih dari 60% dari assortment
(bauran produk) yang merupakan kebutuhan pokok harian pribadi,
keluarga, atau rumah tangga. Contohya Carrefour, Makro, Hero,
Lion Superindo, dan Tip Top.
3) Department Store
Sebagian besar dari assortments yang di jual adalah
merupakan bukan kebutuhan pokok. Seperti fashionables, dan
branded items (bermerek) dengan lebih dari 80% pola konsinyasi.
Contohnya, Ramayana, Borobudur, Sogo, Dept. Store, Matahari
dan Pasaraya.
4) Hyperstore
Hyperstore menjual barang-barang dalam rentang kategori
barang yang sangat luas. Menjual hampir semua jenis barang
kebutuhan setiap lapisan konsumen, mulai dari barang grocery,
household, textile, appliance, optical, dan lainya Bahkan ganti oli,
dan ganti ban mobil dapat di layani di dalam toko ritel sejenis ini.
45
Paling tidak di butuhkan sedikitya 10.000 m persegi luasan sales
area (Asep ST Sujana, 2005: 16).
c. Luasan Sales Area (area penjualan)
Tipe bisnis ritel berdasarkan luas sales area yaitu :
1) Small Store, sebuah toko kecil (kios) yang umumnya merupakan toko
ritel traditional, dioperasikan sebagai usaha kecil dengan sales area
dari 100 m2.
2) Minimarket, dioperasikan dengan luasan sales area antara 100 sampai
dengan 1.000 m2.
3) Supermarket, dioperasikan dengan luasan sales area antara 1.000
sampai dengan 5.000 m2.
4) Hypermarket, dioperasikan dengan luasan sales area lebih dari 5.000
m2.
F. Penelitian Terdahulu
Amrina Sholihah Sunarto (2010), melakukan penelitian yang
bertujuan untuk menentukan pasar relevan minimarket berdasarkan
karakteristik jasa ritel menurut persepsi konsumen dengan mengambil studi
kasus ndomaret yang berlokasi di wilayah Jagalan Surakarta. Variabel yang
digunakan adalah karakteristik produk dan bauran pemasaran. Variabel
tersebut digunakan untuk mengidentifikasi peta posisi persaingan untuk
mengetahui siapa saja yang menjadi pesaing dari Indomaret dan ritel lainnya
46
dengan menggunakan model multidimensional scaling dan model analisis
korespondensi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa posisi Indomaret dan
Alfamart saling berdekatan dan ritel yang lain berjauhan. Hal ini menandakan
bahwa persepsi konsumen terhadap kedua ritel tersebut memiliki karakteristik
jasa ritel dan berada pada satu pasar relevan, sedangkan ritel yang lain
mempunyai keunikan tersendiri dan tidak berada pada satu pasar relevan.
Mehem Ozturk, Selin Kukkancabas, dan Ayse Akyol (2010),
melakukan penelitian mengenai explorating consumers’ perceptions of
automobile brands in Turkey through Multidimensional Scaling. Alat analisis
pelengkap lainnya yang digunakan adalah PREFMAP dan PROFIT yang
digunakan untuk mengubah evaluasi preferensi konsumen dalam jarak
geometris untuk mempelajari persepsi subyek.
Hasil penelitian ini menunjukkan pentingnya keamanan dan promosi
iklan dalam preferensi konsumen terkait merek mobil. Selain itu, hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa BMW, Ford dan Mercedes dipersepsikan
baik dalam hal keamanan. Dalam hal promosi iklan, Mercedes, Toyota dan
Volkswagen dianggap baik.
Bayu Dwianto (2011), melakukan penelitian mengenai positioning
handphone merek Nokia berdasarkan persepsi konsumen terhadap atribut
produk di kota Jember. Analisis yang digunakan adalah multidimensional
scaling. Merek handphone lainnya yang dianalisis adalah Samsung, Nexian,
Soni Ericson, dan HT Mobile. Atribut yang digunakan sebagai indikator yaitu
47
harga, kelengkapan fitur, desain, kenyamanan pemakaian, dan garansi atau
jaminan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pesaing terdekat atau pesaing
langsung dari Nokia adalah Sony Ericson (berdasarkan kelengkapan fitur dan
desain), HT Mobile (berdasarkan kenyamanan pemakaian), dan Samsung
(berdasarkan garansi atau jaminan). Berdasarkan atribut harga, Nokia tidak
mempunyai pesaing langsung karena memiliki perbedaan atau diferensiasi
yang jelas dan unik.
Basuki Raharjo dan Nadya K. Moeliono (2013), melakukan penelitian
mengenai perceptual mapping minimarket menurut persepsi konsumen
menggunakan model multidimensional scaling dengan mengambil studi pada
konsumen minimarket Kecamatan Buah Batu Kota Bandung. Obyek yang
dianalisis adalah Alfamart, Indomaret, Circle K, Yomart, SB Mart dan Griya
Mart. Atribut yang digunakan sebagai indikator adalah merchandise
assortment, location, price, promotional mix, customer service dan store
design dan display.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Indomaret dipersepsikan
menempati posisi ideal dari minimarket-minimarket lainnya. Konsumen
mempersepsikan Indomaret adalah yang terbaik berdasarkan atribut
merchandise assortment, price dan promotional mix dibandingkan
minimarket lainnya. Sedangkan untuk atribut promotional mix dan customer
service, SB Mart adalah minimarket dengan promosi dan pelayanan yang
paling baik.
48
Dila Lustri Resfani (2013), melakukan penelitian mengenai kepuasan
konsumen dan positioning produk waralaba teh instan dengan mengambil
studi kasus Es Teh Poci. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
kuantitatif dengan metode survey. Analisis yang digunakan yaitu, analisis
deskriptif, Importance Performance Analysis, Semantic Differential dan
Multidimensional Scaling. Atribut yang digunakan sebagai indikator adalah
harga, desain kemasan, rasa, aroma, pemenuhan manfaat, volume, kebersihan,
kepopuleran merek, kepraktisan, dan kemudahan memperoleh.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pesaing utama Es Teh Poci
adalah Good Tea, Teh 2 Tang, dan Tong Tji, sedangkan Tastea cukup
terdiferensiasi dari Es Teh Poci karena posisinya berada cukup jauh.
Prerna, Hemant dan Preeti (2014), melakukan penelitian mengenai
Perceptual Mapping of Electronic Banking Channels in India:
AMultidimensional Scaling Approach. Analisis yang digunakan adalah
Multidimensional Scaling. Penelitian terdiri dari lima obyek yaitu, ATM
(Automated Teller Machine), EFT (Electronic Transfer of Fund), Phone
Banking, Mobile Banking, dan Internet Banking. Atribut yang digunakan
sebagai indikator adalah Accesbility, Cost, Accuracy, Security, Usefulness,
dan Privacy.
Hasil penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ATM
(Automated Teller Machine) dipersepsikan sebagai yang paling aman dan
berguna diantara saluran E-Banking lainnya. Phone Banking dipersepsikan
aman, tetapi kompleksitasnya tinggi dan rendah pada kegunaannya. Mobile
49
Banking dan Internet Banking saling berdekatan dan keduanya dianggap
kurang aman.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini dapat dilihat dari
bedanya ruang lingkup penelitian, variabel atau atribut yang digunakan,
obyek penelitian, alat analisis dan tahun penelitian yang disajikan dalam
Tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No.Penulis dan
TahunJudul
Variabel/Atribut
dan Alat Analisis
Persamaan dan
Perbedaan
dengan
Penelitian ini
Hasil Penelitian
terdahulu
1. Amrina
Sholihah
Sunarto
(2010)
Penentuan Pasar
Relevan Untuk
Minimarket
Berdasarkan
Karakteristik Jasa
Ritel Menurut
Persepsi
Konsumen (Studi
Kasus Indomaret
Jagalan di
Surakarta)
Produk non
makanan
peralatan rumah
tangga
Barang-barang
kebersihan dan
kecantikan
Fresh food
Makanan dan
minuman
kemasan
Bahan makanan
pokok
Lokasi strategis
Keterjangkauan
harga
Persamaan:
Alat Analisis
Variabel
Perbedaan:
Obyek
Penelitian
(SFA,
Indonora, dan
Warung
Kelontong)
tidak diteliti
dalam
penelitian ini
Posisi Indomaret
dan Alfamart
saling
berdekatan dan
ritel yang lain
berjauhan. Hal
ini menandakan
bahwa persepsi
konsumen
terhadap kedua
ritel tersebut
berada pada satu
pasar relevan.
Ritel yang lain
mempunyai
keunikan
50
Kualitas SDM
Kenyamanan
suasana
berbelanja
Kelengkapan
jenis barang
Iklan dan
promosi
Kualitas
pelayanan
Alat analisis:
MDS dan CA
(Correspondence
Analysis)
tersendiri dan
tidak berada
pada satu pasar
relevan.
2. Mehem
Ozturk, Selin
Kukkancabas,
dan Ayse
Akyol
(2010)
Explorating
Consumers’
Perceptions of
Automobile
Brands in Turkey
Through
Multidimensional
Scaling
Keamanan
Prestise
Harga
Suku cadang
Promosi iklan
Setelah
penjualan
Alat analisis:
MDS
(Multidimensional
Scaling),
PREFMAP dan
PROFIT
Persamaan:
Alat analisis
MDS
Perbedaan:
Obyek
Penelitian
Promosi iklan
dan keamanan
menunjukkan
atribut yang
penting dalam
preferensi
konsumen.
BMW, Ford dan
Mercedes
dipersepsikan
baik dalam hal
keamanan.
Dalam hal
promosi iklan,
Mercedes,
51
Toyota, dan
Volkswagen
dianggap baik.
3. Bayu
Dwianto
(2011)
Analisis
Positioning
Handphone Merek
Nokia
Berdasarkan
Persepsi
Konsumen
Terhadap Atribut
Produk di Kota
Jember
Harga
Kelengkapan
fitur
Desain
Kenyamanan
pemakaian
Garansi atau
jaminan
Alat analisis:
MDS
Persamaan:
Alat Analisis
Perbedaan:
Obyek
penelitian
Pesaing terdekat
atau pesaing
langsung dari
Nokia adalah
Sony Ericson
berdasarkan
atribut
kelengkapan
fitur dan desain,
HT Mobile
berdasarkan
kenyamanan
pemakaian, dan
Samsung
berdasarkan
garansi atau
jaminan.
Berdasarkan
atribut harga,
Nokia tidak
mempunyai
pesaing langsung
karena memiliki
diferensiasi yang
jelas dan unik.
4. Basuki
Raharjo dan
Analisis
Perceptual
Merchandise
assortment
Persamaan:
Obyek
Konsumen
mempersepsikan
52
Nadya K.
Moeliono
(2013)
Mapping
Minimarket
Menurut Persepsi
Konsumen
Menggunakan
Model
Multidimensional
Scaling (Studi
Pada Konsumen
Minimarket
Kecamatan Buah
Batu Kota
Bandung)
Location
Promotional
mix
Customer
service
Store design
Display
penelitian
(kecuali
Yomart, Griya
Mart dan
Circle K) tidak
diteliti dalam
penelitian ini
Perbedaan:
Variabel
Merchandise
assortment,
Store design
dan display
tidak diteliti
dalam
penelitian ini
Indomaret
adalah yang
terbaik
berdasarkan
atribut
Merchandise
assortment,
price dan
promotional mix.
Sedangkan SB
Mart
dipersepsikan
sebagai
minimarket
dengan promosi
dan pelayanan
yang paling baik.
5. Dila Lustri
Resfani
(2013)
Analisis Kepuasan
Konsumen dan
Positioning
Produk Waralaba
The Instan (Studi
Kasus Es Teh
Poci)
Harga
Desain kemasan
Rasa
Aroma
Pemenuhan
manfaat
Volume
Kebersihan
Kepopuleran
merek
Kepraktisan
Kemudahan
memperoleh
Persamaan:
Variabel
harga dan alat
analisis MDS
Perbedaan:
Alat analisis
IPA
(Importance
Performance
Analysis) dan
Pesaing utama
Es Teh Poci
adalah Good
Tea, Teh 2 Tang,
dan Tong Tji
karena posisinya
yang berdekatan
. Sedangkan
Tastea cukup
terdiferensiasi
dari Es Teh Poci
karena posisinya
berada cukup
53
Alat analisis:
IPA (Importance
Performance
Analysis), Semantic
Differential dan
MDS
Semantic
Differential
tidak
digunakan
dalam
penelitian ini
Obyek
penelitian
jauh
6. Bamoriya
Prerna,
Bamoriya
Hemant, dan
Preeti
(2014)
Perceptual
Mapping of
Electronic
Banking Channels
in India:
AMultidimensional
Scaling Approach
Accesbility
Cost
Accuracy
Security
Usefulness
Privacy
Alat Analisis:
Multidimensional
Scaling (MDS)
Persamaan:
Alat analisis
Perbedaan:
Obyek
penelitian
Hasil penelitian
ini menunjukkan
bahwa ATM
(Automated
Teller Machine)
dipersepsikan
sebagai yang
paling aman dan
berguna diantara
saluran E-
Banking lainnya.
Phone Banking
dipersepsikan
aman, tetapi
kompleksitasnya
tinggi dan
rendah pada
kegunaannya.
Mobile Banking
dan Internet
Banking saling
berdekatan dan
54
keduanya
dianggap kurang
aman.
G. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran adalah model konseptual yang berkaitan dengan
bagaimana seseorang menyusun teori atau menggabungkan secara logis
beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Sekaran, 2006: 114).
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka pemikiran pada penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran
Perilaku Konsumen
Preferensi
Persepsi
Multidimensional Scaling
Peta Persepsi
Correspondence Analysis
Peta Persepsi Beserta
Atributnya
55
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian multivariat dengan
teknik interdependence method, di mana semua variabel dianalisis secara
simultan, tidak ada variabel yang didefinisikan sebagai variabel dependen
ataupun variabel independen. Ruang lingkup penelitian ini membahas
gambaran kemiripan persepsi konsumen terhadap minimarket berbasis
syariah dan non syariah. Penelitian ini menggambarkan posisi suatu objek
dengan objek lainnya berdasarkan kemiripan objek-objek tersebut yang
disajikan dalam bentuk peta persepsi (perceptual map). Adapun objek dan
lokasi dalam penelitian ini adalah minimarket yang ada di Kecamatan
Ciledug, Kota Tangerang.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2011: 80). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang
tinggal di Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang yang jumlahnya 132.821
orang (DISDUKCAPIL, 2016).
56
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2011: 81). Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah teknik non probability sampling dengan tipe purposive
sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Adapun pertimbangan dalam penentuan sampel pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Pria atau wanita minimal usia 17 tahun, dimana pada usia tersebut
diasumsikan responden sudah cukup dewasa dan mengerti serta dapat
menanggapi pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dengan baik.
b. Responden pernah mengunjungi dan mengetahui kelima obyek yang
diteliti yaitu SB Mart, Alfamart, Alfamidi, Indomaret dan Ceriamart.
Adapun jumlah responden sebanyak 72 orang, di mana penentuan
jumlah responden dalam penelitian ini menggunakan pendapat Roscoe dalam
Uma Sekaran (2006: 160) yaitu ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari
500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian.
Roscoe dalam Uma Sekaran (2006: 160) memberikan pedoman
penentuan jumlah sampel sebagai berikut :
a. Sebaiknya ukuran sampel di antara 30 s/d 500 elemen.
b. Jika sampel dipecah lagi ke dalam subsampel (laki-laki atau perempuan,
junior atau senior, dan sebagainya), jumlah minimum subsampel harus 30.
c. Pada penelitian multivariat (termasuk analisis regresi multivariat) ukuran
sampel harus beberapa kali lebih besar (lebih disukai10 kali atau lebih)
dari jumlah variabel yang akan dianalisis.
57
d. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, dengan pengendalian yang
ketat, ukuran sampel bisa antara 10 s/d 20 elemen.
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert
mempunyai gradasi dari yang sangat positif sampai negatif (Sugiyono, 2011).
Rentang skala yang digunakan untuk mengukur derajat sangat setuju atau
sangat tidak setuju untuk setiap variabel dalam penelitian ini adalah 1 (satu)
sampai dengan 4 (empat), dengan tingkat pembobotan sebagai berikut :
a. Nilai 1 = Sangat tidak setuju
b. Nilai 2 = Tidak setuju
c. Nilai 3 = Setuju
d. Nilai 4 = Sangat Setuju
C. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat penelitian ini menggunakan dua
macam data yaitu data primer dan data sekunder. Pengertian data primer dan
sekunder adalah sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari
obyek yang diteliti. Data primer dapat diperoleh dari observasi,
wawancara, ataupun hasil pengisian kuesioner.
58
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada peneliti, misalnya lewat orang lain atau lewat
dokumen. Data sekunder dapat diperoleh dari buku-buku, koran, jurnal,
internet, dan sumber bacaan lainnya yang berhubungan dengan topik
yang sedang diteliti.
Untuk memperoleh data secara terperinci dan baik, maka penulis
menggunakan beberapa metode, yaitu:
1) Observasi
Observasi menurut Arikunto (2010: 199) meliputi kegiatan
pemuatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan
seluruh alat indera. Teknik ini dilakukan dengan cara mengamati dan
mencatat secara teliti. Observasi ini juga digunakan oleh penulis sebagai
pendukung atau langkah awal peneliti dalam mengadakan wawancara
dan penyebaran kuesioner kepada responden.
2) Wawancara
Wawancara pada penelitian ini dilakukan secara langsung kepada
masyarakat untuk mendukung proses pengumpulan data.
3) Kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006: 151).
Sehubungan dengan penelitian ini, penulis menyebarkan kuesioner
59
kepada seluruh responden yaitu masyarakat yang tinggal di Kecamatan
Ciledug, Kota Tangerang.
D. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis deskriptif
kuantitatif. Adapun yang dimaksud dengan metode analisis deskriptif adalah
statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
umum atau generalisasi. Sedangkan metode analisis kuantitatif dapat
diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan (Sugiyono, 2007: 13).
Metode ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang cukup jelas
atas masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini penulis memperoleh data
dengan menggunakan kuesioner tertutup yang telah diberi skor, dimana data
tersebut nantinya akan dihitung secara statistik. Untuk pengujian dan analisis
yang dilakukan, digunakan program SPSS (Statistical Program for Social
Science) for windows versi 16 dan Minitab 17, untuk itu dilakukan:
60
1. Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu derajat ketepatan instrumen (alat ukur),
maksudnya apakah instrumen yang digunakan betul-betul tepat
mengukur apa yang akan diukur (Zainal Arifin, 2011: 245). Pengujian
ini dilakukan dengan menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan
cara menghitung korelasi antar skor masing-masing butir pertanyaan
dengan total skor. Kriteria valid atau tidak valid adalah jika korelasi
antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor
mempunyai tingkat signifikansi dibawah 0,05 maka butir pertanyaan
tersebut dapat dikatakan valid. Sebaliknya, jika korelasi skor masing-
masing butir pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat
signifikansi diatas 0.05 maka butir pertanyaan tersebut tidak valid.
Untuk menguji apakah instrumen dalam kuesioner benar-benar
menggambarkan keadaan variabel atau telah valid, sebaiknya dilakukan
try out terlebih dahulu dengan beberapa responden, misalnya
mencobakan dengan 20 responden (Bilson, 2008: 59).
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa sesuat
instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik. Uji reliabilitas
adalah ketetapan alat tersebut dalam mengukur apa yang diukurnya,
61
artinya kapanpun alat itu digunakan maka akan memberikan hasil ukur
yang sama (Arikunto, 2006: 178).
Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban
seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu
ke waktu. Jawaban responden terhadap pertanyaan ini dikatakan
reliable jika masing-masing pertanyaan dijawab secara konsisten atau
jawaban tidak boleh acak oleh masing-masing pernyataan mengukur hal
yang sama. Suatu variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai
Cronbach’s Alpha > 0,60 (Priyatno, 2013: 30).
2. Analisis Multidimensional Scaling (MDS)
Multidimensional Scaling (MDS) atau penetapan skala
multidimensi merupakan sebuah kelas prosedur untuk mempresentasikan
persepsi atau preferensi responden secara spasial dengan menggunakan
sebuah tampilan visual. Hubungan dipersepsikan atau hubungan psikologis
antar stimulasi diwakili oleh hubungan geometris antar titik dalam ruang
multidimensi. Representasi geometris ini sering disebut peta spasial
(perceptual map). Sumbu-sumbu peta spasial (perceptual map)
diasumsikan mewakili basis psikologi atau dimensi dasar yang dipakai
responden untuk membentuk persepsi dan preferensi terhadap stimuli
(Malhotra, 2006: 98).
Adapun langkah-langkah dalam analisis multidimensional scaling
menurut Suliyanto (2005: 168) adalah sebagai berikut:
62
a. Merumusan Masalah
Merumuskan masalah adalah menyebutkan secara khusus
maksud untuk apa hasil analisis MDS akan dipergunakan dan memilih
stimulus atau obyek yang akan dimasukkan ke dalam analisis.
b. Memperoleh Input Data
Input data diperoleh dari responden, yaitu secara langsung atau
diturunkan. Dalam pendekatan langsung responden diminta untuk
memberikan penilaian terhadap model obyek yang diteliti berdasarkan
pertimbangan kesamaan atau ketidaksamaan kriteria dan persepsi
responden. Sedangkan pada pendekatan turunan, responden diminta
menilai obyek pada atribut-atribut yang ditetapkan dengan
menggunakan skala Likert. Metode langsung digunakan untuk
membentuk konfigurasi perceptual map, sedangkan metode turunan
digunakan untuk menginterprestasikan dimensi dari perceptual map.
c. Memilih Prosedur MDS
Prosedur MDS dapat berupa matrik atau non matrik. MDS
matrik mengasumsikan bahwa input adalah matrik dan outputnya juga
berbentuk matrik. Sedangkan MDS non matrik mengasumsikan bahwa
input datanya ordinal, tetapi hasilnya berbentuk matrik dan jarak yang
digambarkan pada peta diasumsikan sebagai skala interval.
d. Menentuan Banyaknya Dimensi
Tujuan utama Analisis MDS adalah untuk membuat suatu peta
persepsi yang secara tepat mewakili input data dalam dimensi sekecil-
63
kecilnya yaitu 1, 2, atau 3. Ketepatan model MDS, umumnya diukur
dengan indikator stress. Semakin tinggi nilai stress, menunjukkan
model MDS yang terbentuk semakin lemah.
e. Memberikan Label Nama Dimensi dan Interpretasi Konfigurasi
Memberikan nama (label) dimensi dan interpretasi konfigurasi
dengan cara penilaian atau rating yang telah disusun responden pada
masing-masing obyek berdasarkan atribut yang melekat pada obyek.
Hasil yang sering terjadi adalah dimensi menunjukkan lebih dari satu
atribut. Konfigurasi dapat diinterpretasikan melalui koordinat dari
posisi obyek. Hasil interpretasinya dapat diasumsikan jika satu obyek
letaknya berdekatan, maka dianggap sebagai pesaing utama dan jika
letaknya berjauhan dianggap pesaing jauh.
f. Evaluasi Nilai Reliabilitas dan Validitas MDS
Dasar pengujian reliabilitas dan validitas analisis MDS
dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
1) Menguji Nilai Indeks of Fit atau Goodness of Fit (R2) dipakai
sebagai tolak ukur untuk mengetahui seberapa besar efektifitas dari
model multidimensional scaling. Standar yang ditentukan R2=
0,60, dan semakin besar nilainya akan menunjukkan semakin
layak.
2) Ukuran Nilai Stress Ketepatan suatu pemecahan masalah MDS
dimulai dengan ukuran stress. Stress adalah ukuran untuk
menunjukkan kekurang tepatan (lack of fit), semakin besar nilai
64
stress makin tidak tepat bagi peta persepsi mewakili input data.
Semakin rendah nilai stress, semakin baik model MDS yang
dihasilkan.
Tabel 3.1
Pedoman Untuk Menghitung Nilai Stress
Stress Goodness of Fit
>20% Kurang
10% - 20% Cukup
5% - 10% Baik
2,5% - 5% Sangat Baik
< 2,5% Sempurna
3. Analisis Korespondensi
Analisis korespondensi (Correspondence Analysis) merupakan
teknik multivariat yang bertujuan untuk mereduksi dimensi dan
memetakan persepsi. Analisis korespondensi termasuk dalam teknik
komposisional karena peta perseptual berdasar pada asosiasi antara objek
dan sekumpulan karakteristik atau atribut yang ditentukan oleh peneliti
(Hair dkk., 1998). Analisis korespondensi menguji asosiasi antarkategori
dalam tabel kontingensi (contingency table), dimana tabel kontingensi
adalah tabel tabulasi silang (cross-tabulation) antar dua kategori variabel.
Analisis ini hanya dapat menganalisa data nonmetrik saja. Akan tetapi
justru penggunaannya lebih populer dibandingkan MDS karena mampu
65
menempatkan objek pada peta, sekaligus dengan atribut-atribut objek
tersebut sehingga memberikan informasi yang lebih lengkap. Langkah-
langkah analisis korespondensi dapat dibagi dalam lima tahap, yaitu:
a. Penentuan Tujuan Analisis
Tujuan analisis korespondensi terbagi menjadi dua, yaitu:
1) Mengasosiasikan kategori baris atau kolom
Analisis korespondensi digunakan untuk menguji asosiasi
antara variabel hanya pada baris saja atau kolom saja.
Penggunaannya adalah pada pengujian kategori skala, misalnya
skala likert dan skala kualitatif lainnya. Kategori-kategori
dibandingkan untuk mengetahui apakah dua dari kategori tersebut
dapat digabung (mempunyai posisi yang dekat dalam peta) atau
dipisah (mempunyai posisi terpisah dalam peta).
2) Mengasosiasikan kategori baris dan kolom
Analisis korespondensi digunakan untuk menggambarkan
asosiasi antara kategori baris dan kolom. Dalam analisis
korespondensi, perlu dipastikan terlebih dahulu bahwa semua
variabel yang relevan adalah tepat untuk digunakan.
b. Penyusunan Desain Riset
Analisis korespondensi hanya memerlukan matriks segi empat
(tabulasi silang) yang berisi angka-angka non-negatif. Baris dan
kolom tidak perlu didefinisikan artinya terlebih dahulu (atribut tidak
selalu berupa baris atau kolom), tapi mewakili respon terhadap satu
66
atau lebih variabel. Kategori baris atau kolom harus berupa variabel
tunggal tapi dapat mewakili sekumpulan hubungan. Dalam hal ini,
tabel tabulasi silang berisi jumlah perkalian tiap objek yang
dideskripsikan oleh setiap karakteristik.
Tabulasi silang dari dua variabel atau lebih dalam bentuk
matriks multi arah dikenal sebagai multiple correspondence analysis.
Seperti analisis dua arah, variabel tambahan disesuaikan sehingga
setiap kategori berada pada ruang multidimensi yang sama.
c. Pengujian Asumsi
Analisis korespondensi seperti halnya MDS, relatif tidak
mempunyai asumsi penting. Asumsi mendasar adalah memastikan
bahwa objek adalah dapat dibandingkan dan memastikan kelengkapan
atribut yang digunakan.
d. Proses dan Penilaian Overall Fit
Dengan tabel tabulasi silang (cross-tabulation table), frekuensi
kombinasi baris-kolom dari kategori yang berhubungan dengan
kombinasi lainnya berdasar pada frekuensi marginal. Untuk menilai
overall fit, harus dilakukan identifikasi jumlah dimensi yang sesuai
dan tingkat kepentingannya. Jumlah dimensi maksimum yang dapat
diperkirakan adalah sama dengan jumlah minimum baris atau kolom
dikurangi satu. Nilai eigenvalue diperoleh untuk setiap dimensi dan
mengindikasikan kontribusi relatif dari setiap dimensi dalam
menjelaskan variansi kategori.
67
e. Interpretasi Hasil
Ketika dimensi ditentukan, maka dilakukan identifikasi
asosiasi kategori dengan kategori lain berdasar kedekatannya setelah
proses normalisasi yang tepat. Kemudian penentuan perbandingan
akan dilakukan terhadap kategori baris atau kolom atau keduanya.
Dalam banyak hal perbandingan biasanya dilakukan antara baris dan
kolom, sekalipun terdapat pula perbandingan hanya pada baris atau
kolom.
4. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Operasional variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011).
Pada penelitian ini, variabel didasarkan pada tujuh bauran
pemasaran (marketing mix), dengan perincian sebagai berikut:
1) Produk (product), terdiri dari variabel: kelengkapan produk, kualitas
produk, labelisasi halal produk, dan penataan produk.
2) Harga (price), terdiri dari variabel: keterjangkauan harga, kesesuaian
harga produk, label harga, dan diskon.
3) Promosi (promotion), terdiri dari variabel: penyebaran brosur,
merchandise, dan papan nama toko.
4) Lokasi (place), terdiri dari variabel: kestrategisan lokasi, kemudahan
transportasi, dan jarak.
68
5) Bukti fisik (physical evidence), terdiri dari variabel: fasilitas tempat
parkir, fasilitas ATM, fasilitas AC, fasilitas toilet, fasilitas penerangan,
keamanan, kebersihan toko, desain interior, kenyamanan berbelanja,
jenis musik/lagu, dan keleluasaan berbelanja.
6) Proses (process), terdiri dari variabel: ketersediaan kotak saran,
kegiatan donasi, waktu, kemudahan pembayaran, kemudahan
penukaran barang yang rusak, dan kegiatan ramadhan (pembagian
ta’jil dan sembako)
7) Orang (people), terdiri dari variabel: kecakapan pelayan toko, sikap
pelayan toko, pengucapan salam, penampilan pelayan toko, busana
islami dan kecepatan pelayanan kasir.
Untuk lebih jelasnya, operasional variabel penelitian dapat dilihat
pada Tabel 3.2 berikut ini:
Tabel 3.2
Operasional Variabel Penelitian
Variabel DefinisiSkala
Pengukuran
Kelengkapan
Produk
(X1)
Berkaitan dengan berbagai jenis barang-barang
yang tersedia atau dijual.
Skala LikertKualitas Produk
(X2)
Keunggulan yang dimiliki oleh produk.
Labelisasi Halal
(X3)
Tanda berlabel halal pada kemasan suatu
produk
69
Penataan Produk
(X4)
Berkaitan dengan bagaimana produk- produk
disusun atau dikelompokkan berdasarkan
jenisnya secara rapi.
Skala Likert
Keterjangkauan
Harga
(X5)
Besarnya nilai (harga) yang mampu dibayar
oleh konsumen.
Kesesuaian Harga
(X6)
Kesesuaian antara harga dengan jenis produk
yang ditawarkan
Label Harga
(X7)
Pemberian label (tanda) yaitu berupa harga
yang tertera pada produk yang dijual.
Diskon
(X8)
Potongan harga pada produk-produk tertentu
yang dijual pada saat tertentu.
Kegiatan Donasi
(X9)
Berkaitan dengan sarana untuk beramal atau
donasi
Penyebaran Brosur
(X10)
Strategi promosi yang dilakukan suatu toko
untuk menarik perhatian konsumen.
Merchandise
(X11)
Gift yang didapatkan atas pengumplan poin
belanja ataupun kupon berhadiah.
Nama Toko
(X12)
Tanda pengenal yang biasanya dipasang di
depan toko seperti (plang nama toko).
KestrategisanLokasi(X13)
Berkaitan dengan posisi keberadaan toko yang
mudah dijangkau.
Kemudahan
Transportasi
(X14)
Berkaitan dengan kemudahan dalam
mengunjungi lokasi toko baik dengan
kendaraan roda dua ataupun roda empat.
Jarak
(X15)
Berkaitan dengan seberapa jauh lokasi toko
dengan tempat tinggal konsumen.
Fasilitas Tempat
Parkir
(X16)
Berkaitan dengan seberapa luas lahan yang
tersedia untuk memarkir kendaraan.
70
Fasilitas ATM
(X17)
Berkaitan dengan fasilitas yang tersedia di
suatu toko yang dapat dimanfaatkan konsumen.
Skala Likert
Fasilitas AC
(X18)
Fasilitas berupa pendingin ruangan yang dapat
membuat suasana mejadi sejuk saat berbelanja.
Fasilitas Toilet
(X19)
Fasilitas berupa ruangan yang dapat digunakan
konsumen dalam keadaan darurat (toilet)
Fasilitas
Penerangan
(X20)
Fasilitas berupa pencahayaan yang tersedia di
toko yang mendukung kegiatan toko dalam
memberi kenyamanan pada konsumen saat
berbelanja
Keamanan
(X21)
Berupa perangkat keamanan seperti adanya
pemasangan CCTV untuk memantau berbagai
situasi baik di dalam ataupun di luar toko.
Kebersihan Toko
(X22)
Berkaitan dengan kondisi atau keadaan toko
baik di dalam ataupun di luar toko
Desain Interior
(X23)
Berkaitan dengan penataan desain interior
seperti, hiasan-hiasan dan warna yang menarik
Kenyamanan
Berbelanja
(X24)
Kondisi yang menggambarkan suasana tenang
dan nyaman untuk berbelanja.
Jenis Lagu
(X25)
Berkaitan dengan jenis lagu yang diputar: lagu
pop, barat, atau lagu-lagu islami
Keleluasaan
Berbelanja
(X26)
Berkaitan dengan penataan ruangan, rak, dan
ruang gerak untuk berbelanja yang rapi dan
luas.
Ketersediaan
Kotak Saran
(X27)
Kotak yang tersedia untuk menampung
berbagai keluhan, kritik ataupun saran yang
membangun.
71
Kemudahan
Pembayaran
(X28)
Berkaitan dengan kemudahan dalam proses
pembayaran, seperti dapat dilakukan baik
melalui kartu debet ataupun kartu kredit.
Skala Likert
Kemudahan
Penukaran Barang
Rusak
(X29)
Berkaitan dengan proses penukaran produk
apabila ditemukan setelah pembelian ternyata
produk dalam kondisi rusak
Kecakapan
Pelayan Toko
(X30)
Berkaitan dengan bagaimana kualitas pelayan
toko dalam melaksanakan tugas-tugasnya serta
sikap pelayan toko terhadap konsumen
Penampilan
Pelayan Toko
(X31)
Berkaitan dengan kerapian pakaian yang
dikenakan pelayan toko dan juga penampilan
dirinya
Busana Islami
(X32)
Berkaitan dengan pelayan toko wanita yaitu
pengenaan hijab/kerudung
Kecepatan
Pelayanan Kasir
(X33)
Berkaitan dengan berapa lama pelayanan yang
diberikan kasir dalam melayani konsumennya.
Pengucapan Salam
(X34)
Sapaan yang diucapkan ketika konsumen
memasuki toko, seperti mengucapkan
“Assalamu’alaikum”
Waktu
(X35)
Berkaitan dengan tutupnya toko untuk
sementara diwaktu tertentu, seperti saat waktu
Sholat Jum’at
Kegiatan
Ramadhan
(X36)
Kegiatan yang dilakukan toko saat bulan
ramadhan seperti pembagian ta’jil untuk
berbuka puasa dan sembako
72
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Wilayah Kecamatan Ciledug
Gambar 4.1
Peta Wilayah Kec. Ciledug
Sumber: Google Maps
Ciledug adalah sebuah kecamatan di Kota Tangerang, Provinsi
Banten, Indonesia. Kecamatan ini mengalami pemekaran menjadi
beberapa kecamatan. Pertama kali pemekaran menghasilkan Kecamatan
Pondok Aren (Tangerang Selatan), kemudian Kecamatan Karang Tengah,
Kecamatan Pinang dan Kecamatan Larangan. Luas wilayah Kecamatan
Ciledug adalah 8,93 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 132.821 jiwa
73
(DISDUKCAPIL, Februari 2016). Berikut ini adalah jumlah penduduk
berdasarkan struktur umur:
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Struktur Umur
Sumber: DISDUKCAPIL Kota Tangerang, 2016
Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Ciledug yaitu, sebelah
utara berbatasan dengan Kecamatan Karang Tengah, sebelah selatan
berbatasan dengan Kecamatan Pondok Aren, sebelah barat berbatasan
dengan Kecamatan Pinang, dan sebelah timur berbatasan dengan
Kecamatan Larangan.
Adapun Kecamatan Ciledug dibagi menjadi delapan Kelurahan
yaitu, Kelurahan Sudimara Barat, Kelurahan Sudimara Jaya, Kelurahan
Kecamatan Umur Laki-Laki Perempuan
Ciledug
0-4 Tahun 3.283 3.1435-9 Tahun 4.743 4.286
10-14 Tahun 5.111 5.02015-19 Tahun 5.338 4.90520-24 Tahun 5.866 5.54525-29 Tahun 5.805 5.79130-34 Tahun 6.370 6.59535-39 Tahun 6.554 6.76340-44 Tahun 5.926 5.85445-49 Tahun 5.230 5.15150-54 Tahun 4.497 4.38455-59 Tahun 3.478 3.26760-64 Tahun 2.502 2.01865-69 Tahun 1.330 1.09370-74 Tahun 829 736>74 Tahun 695 713
Jumlah 67.557 65.264
74
Sudimara Selatan, Kelurahan Sudimara Timur, Kelurahan Tajur,
Kelurahan Paninggilan, Kelurahan Paninggilan Utara, dan Kelurahan
Parung Serab.
2. SB Mart (Sejahtera Bersama Mart)
SB Mart adalah salah satu unit usaha dari Sejahtera Bersama
Finance yang bergerak dalam bidang perdagangan kebutuhan pokok yang
diharapkan dapat menyediakan kebutuhan pokok sehari-hari bagi anggota
atau calon anggota koperasi dan masyarakat pada umumnya dengan
kualitas baik dan harga yang terjangkau serta menjadi pembina bagi toko-
toko kecil yang dimiliki masyarakat disetiap daerah.
SB Mart tidak menjual minuman keras serta barang-barang haram
lainnya sehingga SB Mart sangat bersahabat dengan keluarga Indonesia.
Di SB Mart pun dijual barang dagangan yang khas seperti Habbatusauda,
air zam-zam, jus kurma, peralatan shalat, serta buku-buku Islam membuat
SB Mart terlihat sangat kental dengan nuansa Islamnya.
3. Alfamart
Alfamart didirikan pada tahun 1989 oleh Djoko Susanto dan
keluarga PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart/Perseroan), mengawali
usahanya dibidang perdagangan dan distribusi, kemudian pada 1999 mulai
memasuki sektor minimarket. Ekspansi secara ekponensial dimulai
Perseroan pada tahun 2002 dengan mengakusisi 141 gerai Alfaminimart
75
dan membawa nama baru Alfamart. Saat ini Alfamart merupakan salah
satu yang terdepan dalam usaha ritel, dengan melayani lebih dari 2,1 juta
pelanggan setiap harinya di hamper 6.000 gerai yang tersebar di Indonesia.
Alfamart menyediakan barang-barang kebutuhan pokok dengan harga
yang terjangkau, tempat belanja yang nyaman, serta lokasi yang mudah
dijangkau. Didukung lebih dari 60.000 karyawan, menjadikan Alfamart
sebagai salah satu pembuka lapangan kerja terbesar di Indonesia
(Wikipedia).
4. Alfamidi
PT. Midi Utama Indonesia Tbk adalah operator jaringan ritel
Alfamidi, Alfaexpress dan Lawson yang didirikan pada bulan Juni 2007.
Pada awal pendiriannya, PT Midi Utama Indonesia Tbk bernama PT
Midimart Utama. Konsep Alfamidi diciptakan untuk menyesuaikan
perubahan belanja konsumen dari belanja bulanan menjadi belanja
mingguan di toko yang terdekat. Alfamidi dikembangkan dengan konsep
supermarket mini yang menempati luas area penjualan antara 200 hingga
400 meter persegi. Keunikan gerai Alfamidi dibandingkan gerai sejenis
lainnya adalah Alfamidi menyediakan produk fresh food, daging olahan
dan makanan beku yang dibutuhkan oleh masyarakat (Wikipedia).
76
5. Indomaret
Indomaret adalah jaringan peritel waralaba di Indonesia. Indomaret
merupakan salah satu anak perusahaan Salim Group. Indomaret
merupakan jaringan minimarket yang menyediakan kebutuhan pokok dan
kebutuhan sehari-hari dengan luas area penjualan kurang dari 200 m2.
Dikelola oleh PT. Indomarco Prismatama, cikal bakal pembukaan
Indomaret di Kalimantan dan toko pertama dibuka di Ancol, Jakarta Utara,
pada tahun 1988.
Tahun 1997 perusahaan mengembangkan bisnis gerai waralaba
pertama di Indonesia, setelah Indomaret teruji dengan lebih dari 230 gerai.
Pada Mei 2003 Indomaret meraih penghargaan “Perusahaan Waralaba
2003″ dari Presiden Megawati Soekarnoputri. Lebih dari 3.500 jenis
produk makanan dan non-makanan tersedia untuk memenuhi kebutuhan
konsumen sehari-hari (Wikipedia).
6. Ceriamart
Ceriamart merupakan jaringan minimarket yang menjual berbagai
kebutuhan sehari-hari seperti minimarket lainnya. Ceriamart ini juga
merupakan second brand Indomaret. Ceriamart di Ciledug ini terletak di
Kelurahan Tajur, dan Ceriamart ini adalah satu-satunya di Kecamatan
Ciledug, sehingga masih sedikit orang yang mengetahui ataupun
berbelanja di Ceriamart ini.
77
B. Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Penelitian ini menganalisis gambaran persepsi minimarket berbasis
syariah dan non syariah, di mana minimarket berbasis syariah dilihat
berdasarkan produk-produk yang dijualnya serta kegiatan operasionalnya
sesuai dengan prinsip Islam, yaitu tidak menjual barang-barang yang
diharamkan dalam Islam (berlabel halal). Selain itu, dalam operasionalnya
juga menerapkan prinsip-prinsip Islam, seperti pengucapan salam
(Assalamu’alaikum) kepada konsumen, serta sistem kerjasama dengan
cara bagi hasil.
Dalam penelitian ini, penulis memperoleh data dengan
menggunakan kuesioner tertutup. Total kuesioner yang disebar oleh
penulis sebanyak 100 kuesioner. Dari jumlah tersebut, kuesioner yang
dapat diolah sebanyak 72 kuesioner karena terdapat 16 kuesioner yang
tidak dijawab dengan lengkap oleh responden. Tabel 4.1 berikut ini
menyajikan secara rinci mengenai kuesioner yang disebar, diterima
kembali dan yang memenuhi syarat untuk diolah.
Tabel 4.2
Sampel dan Tingkat Pengembalian Kuesioner
Kuesioner yang disebar 100
Kuesioner yang dikembalikan 88
Kuesioner yang tidak dapat diolah (jawaban tidaklengkap)
16
Total kuesioner yang dapat diolah 72
Tingkat pengembalian kuesioner (%) 72%
Sumber: Data diolah, 2016
78
Berdasarkan data di atas, maka dapat disimpulkan jumlah sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 72 orang. Jumlah
sampel ini diperoleh dari pengisian kuesioner yang disebar kepada
responden yang pernah mengunjungi dan mengetahui kelima objek
minimarket yang diteliti.
2. Karakteristik Responden
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan kuesioner yang dikumpulkan dari 72 responden,
diperoleh data tentang usia responden. Secara lengkap deskripsi
responden berdasarkan usia adalah sebagai berikut:
Gambar 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Sumber: Lampiran 2 , Data Diolah Dengan Ms. Excel 2010
Berdasarkan Gambar 4.2 diketahui bahwa dari 72 responden
yang diteliti, responden yang berusia 17-35 tahun sebesar 61% atau
sebanyak 44 responden, yang berusia 35-45 tahun sebesar 32% atau
78
Berdasarkan data di atas, maka dapat disimpulkan jumlah sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 72 orang. Jumlah
sampel ini diperoleh dari pengisian kuesioner yang disebar kepada
responden yang pernah mengunjungi dan mengetahui kelima objek
minimarket yang diteliti.
2. Karakteristik Responden
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan kuesioner yang dikumpulkan dari 72 responden,
diperoleh data tentang usia responden. Secara lengkap deskripsi
responden berdasarkan usia adalah sebagai berikut:
Gambar 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Sumber: Lampiran 2 , Data Diolah Dengan Ms. Excel 2010
Berdasarkan Gambar 4.2 diketahui bahwa dari 72 responden
yang diteliti, responden yang berusia 17-35 tahun sebesar 61% atau
sebanyak 44 responden, yang berusia 35-45 tahun sebesar 32% atau
61%
32%
7%
78
Berdasarkan data di atas, maka dapat disimpulkan jumlah sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 72 orang. Jumlah
sampel ini diperoleh dari pengisian kuesioner yang disebar kepada
responden yang pernah mengunjungi dan mengetahui kelima objek
minimarket yang diteliti.
2. Karakteristik Responden
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan kuesioner yang dikumpulkan dari 72 responden,
diperoleh data tentang usia responden. Secara lengkap deskripsi
responden berdasarkan usia adalah sebagai berikut:
Gambar 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Sumber: Lampiran 2 , Data Diolah Dengan Ms. Excel 2010
Berdasarkan Gambar 4.2 diketahui bahwa dari 72 responden
yang diteliti, responden yang berusia 17-35 tahun sebesar 61% atau
sebanyak 44 responden, yang berusia 35-45 tahun sebesar 32% atau
17-35 tahun
36-45 tahun
46-55 tahun
79
sebanyak 23 responden, dan yang berusia 45-55 tahun sebesar 7% atau
sebanyak 5 responden. Dapat disimpulkan bahwa responden terbanyak
adalah responden yang berusia antara 17-35 tahun.
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan kuesioner yang dikumpulkan dari 72 responden,
diperoleh data tentang jenis kelamin responden. Secara lengkap
deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut:
Gambar 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: Lampiran 2, Data Diolah Dengan Ms. Excel 2010
Berdasarkan Gambar 4.3 diketahui bahwa dari 72 responden
yang diteliti, responden yang berjenis kelamin wanita sebesar 60%
atau sebanyak 43 responden, dan yang berjenis kelamin pria sebesar
40% atau sebanyak 29 responden. Dapat disimpulkan bahwa
responden wanita lebih banyak daripada responden pria.
79
sebanyak 23 responden, dan yang berusia 45-55 tahun sebesar 7% atau
sebanyak 5 responden. Dapat disimpulkan bahwa responden terbanyak
adalah responden yang berusia antara 17-35 tahun.
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan kuesioner yang dikumpulkan dari 72 responden,
diperoleh data tentang jenis kelamin responden. Secara lengkap
deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut:
Gambar 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: Lampiran 2, Data Diolah Dengan Ms. Excel 2010
Berdasarkan Gambar 4.3 diketahui bahwa dari 72 responden
yang diteliti, responden yang berjenis kelamin wanita sebesar 60%
atau sebanyak 43 responden, dan yang berjenis kelamin pria sebesar
40% atau sebanyak 29 responden. Dapat disimpulkan bahwa
responden wanita lebih banyak daripada responden pria.
60%
40%
79
sebanyak 23 responden, dan yang berusia 45-55 tahun sebesar 7% atau
sebanyak 5 responden. Dapat disimpulkan bahwa responden terbanyak
adalah responden yang berusia antara 17-35 tahun.
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan kuesioner yang dikumpulkan dari 72 responden,
diperoleh data tentang jenis kelamin responden. Secara lengkap
deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut:
Gambar 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: Lampiran 2, Data Diolah Dengan Ms. Excel 2010
Berdasarkan Gambar 4.3 diketahui bahwa dari 72 responden
yang diteliti, responden yang berjenis kelamin wanita sebesar 60%
atau sebanyak 43 responden, dan yang berjenis kelamin pria sebesar
40% atau sebanyak 29 responden. Dapat disimpulkan bahwa
responden wanita lebih banyak daripada responden pria.
WANITAPRIA
80
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan kuesioner yang dikumpulkan dari 72 responden,
diperoleh data tentang tingkat pendidikan responden. Secara lengkap
deskripsi responden berdasarkan tingkat pendidikan adalah sebagai
berikut :
Gambar 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Sumber: Lampiran 2, Data Diolah Dengan Ms. Excel 2010
Berdasarkan Gambar 4.4 diketahui bahwa dari 72 responden
yang diteliti, responden dengan tingkat pendidikan SD sebesar 6%
atau sebanyak 4 responden, responden dengan tingkat pendidikan
SMP sebesar 13% atau sebanyak 9 responden, responden dengan
tingkat pendidikan SMA sebesar 65% atau sebanyak 47 responden,
responden dengan tingkat pendidikan Diploma sebesar 8% atau
sebanyak 6 responden, dan responden dengan tingkat pendidikan
Sarjana sebesar 8% atau sebanyak 6 responden. Dapat disimpulkan
80
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan kuesioner yang dikumpulkan dari 72 responden,
diperoleh data tentang tingkat pendidikan responden. Secara lengkap
deskripsi responden berdasarkan tingkat pendidikan adalah sebagai
berikut :
Gambar 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Sumber: Lampiran 2, Data Diolah Dengan Ms. Excel 2010
Berdasarkan Gambar 4.4 diketahui bahwa dari 72 responden
yang diteliti, responden dengan tingkat pendidikan SD sebesar 6%
atau sebanyak 4 responden, responden dengan tingkat pendidikan
SMP sebesar 13% atau sebanyak 9 responden, responden dengan
tingkat pendidikan SMA sebesar 65% atau sebanyak 47 responden,
responden dengan tingkat pendidikan Diploma sebesar 8% atau
sebanyak 6 responden, dan responden dengan tingkat pendidikan
Sarjana sebesar 8% atau sebanyak 6 responden. Dapat disimpulkan
6% 14%
65%
8% 8%
80
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan kuesioner yang dikumpulkan dari 72 responden,
diperoleh data tentang tingkat pendidikan responden. Secara lengkap
deskripsi responden berdasarkan tingkat pendidikan adalah sebagai
berikut :
Gambar 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Sumber: Lampiran 2, Data Diolah Dengan Ms. Excel 2010
Berdasarkan Gambar 4.4 diketahui bahwa dari 72 responden
yang diteliti, responden dengan tingkat pendidikan SD sebesar 6%
atau sebanyak 4 responden, responden dengan tingkat pendidikan
SMP sebesar 13% atau sebanyak 9 responden, responden dengan
tingkat pendidikan SMA sebesar 65% atau sebanyak 47 responden,
responden dengan tingkat pendidikan Diploma sebesar 8% atau
sebanyak 6 responden, dan responden dengan tingkat pendidikan
Sarjana sebesar 8% atau sebanyak 6 responden. Dapat disimpulkan
SDSMPSMADIPLOMASARJANA
81
bahwa responden dengan tingkat pendidikan SMA lebih banyak
dibanding responden dengan tingkat pendidikan lainnya.
d. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Berdasarkan kuesioner yang dikumpulkan dari 72 responden,
diperoleh data tentang jenis pekerjaan responden. Secara lengkap
deskripsi responden berdasarkan jenis pekerjaan adalah sebagai
berikut:
Gambar 4.5
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Sumber: Lampiran 2, Data Diolah Dengan Ms. Excel 2010
Berdasarkan Gambar 4.5 diketahui bahwa dari 72 responden
yang diteliti, responden dengan jenis pekerjaan PNS sebesar 7% atau
sebanyak 5 responden, responden dengan jenis pekerjaan karyawan
swasta sebesar 22% atau sebanyak 16 responden, responden dengan
jenis pekerjaan wiraswasta sebesar 17% atau sebanyak 12 responden,
responden dengan jenis pekerjaan pelajar atau mahasiswa sebesar 26%
81
bahwa responden dengan tingkat pendidikan SMA lebih banyak
dibanding responden dengan tingkat pendidikan lainnya.
d. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Berdasarkan kuesioner yang dikumpulkan dari 72 responden,
diperoleh data tentang jenis pekerjaan responden. Secara lengkap
deskripsi responden berdasarkan jenis pekerjaan adalah sebagai
berikut:
Gambar 4.5
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Sumber: Lampiran 2, Data Diolah Dengan Ms. Excel 2010
Berdasarkan Gambar 4.5 diketahui bahwa dari 72 responden
yang diteliti, responden dengan jenis pekerjaan PNS sebesar 7% atau
sebanyak 5 responden, responden dengan jenis pekerjaan karyawan
swasta sebesar 22% atau sebanyak 16 responden, responden dengan
jenis pekerjaan wiraswasta sebesar 17% atau sebanyak 12 responden,
responden dengan jenis pekerjaan pelajar atau mahasiswa sebesar 26%
7%
22%
17%26%
28% PNS
Karyawan Swasta
Wiraswasta
Pelajar/Mahasiswa
IRT
81
bahwa responden dengan tingkat pendidikan SMA lebih banyak
dibanding responden dengan tingkat pendidikan lainnya.
d. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Berdasarkan kuesioner yang dikumpulkan dari 72 responden,
diperoleh data tentang jenis pekerjaan responden. Secara lengkap
deskripsi responden berdasarkan jenis pekerjaan adalah sebagai
berikut:
Gambar 4.5
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Sumber: Lampiran 2, Data Diolah Dengan Ms. Excel 2010
Berdasarkan Gambar 4.5 diketahui bahwa dari 72 responden
yang diteliti, responden dengan jenis pekerjaan PNS sebesar 7% atau
sebanyak 5 responden, responden dengan jenis pekerjaan karyawan
swasta sebesar 22% atau sebanyak 16 responden, responden dengan
jenis pekerjaan wiraswasta sebesar 17% atau sebanyak 12 responden,
responden dengan jenis pekerjaan pelajar atau mahasiswa sebesar 26%
PNS
Karyawan Swasta
Wiraswasta
Pelajar/Mahasiswa
IRT
82
atau sebanyak 19 responden, dan responden dengan jenis pekerjaan
ibu rumah tangga sebesar 28% atau sebanyak 20 responden. Dapat
disimpulkan bahwa responden dengan jenis pekerjaan ibu rumah
tangga lebih banyak dibanding responden dengan jenis pekerjaan
lainnya.
3. Hasil Uji Validitas
Hasil uji validitas atribut menunjukkan bahwa semua variabel
dinyatakan valid, karena r-hitung > r-tabel yaitu 0,361 (dengan jumlah
responden sebanyak 30 orang dan α = 0,05). Berikut ini adalah tabel uji
validitas kuesioner.
Tabel 4.3
Hasil Uji Validitas
Atributr-Hitung
ValiditasSb mart Alfamart Alfamidi Indomaret Ceriamart
Kelengkapan Produk 0.393 0.433 0.479 0.461 0.412 Valid
Kualitas Produk 0.521 0.581 0.401 0.637 0.366 Valid
Labelisasi Halal 0.422 0.388 0.721 0.422 0.513 Valid
Penataan Produk 0.431 0.449 0.643 0.368 0.617 Valid
Keterjangkauan Harga 0.521 0.394 0.380 0.368 0.416 Valid
Kesesuaian Harga Produk 0.466 0.633 0.492 0.381 0.461 Valid
Label Harga 0.384 0.474 0.601 0.510 0.372 Valid
Diskon 0.499 0.552 0.367 0.480 0.391 Valid
Kegiatan Donasi 0.393 0.409 0.501 0.488 0.466 Valid
Penyebaran Brosur 0.507 0.516 0.477 0.410 0.411 Valid
Merchandise 0.387 0.376 0.456 0.460 0.536 Valid
Nama Toko 0.458 0.425 0.496 0.503 0.487 Valid
Kestrategisan Lokasi 0.557 0.607 0.456 0.492 0.509 Valid
Kemudahan Transportasi 0.547 0.585 0.508 0.491 0.538 Valid
Jarak 0.824 0.403 0.444 0.456 0.450 Valid
Fasilitas Parkiran 0.415 0.672 0.409 0.444 0.378 Valid
83
Fasilitas ATM 0.445 0.501 0.525 0.377 0.562 Valid
Fasilitas AC 0.481 0.479 0.463 0.552 0.421 Valid
Failitas Toilet 0.364 0.387 0.428 0.554 0.385 Valid
Fasilitas Penerangan 0.366 0.404 0.364 0.416 0.405 Valid
Keamanan 0.403 0.424 0.410 0.399 0.413 Valid
Kebersihan 0.419 0.365 0.486 0.552 0.371 Valid
Desain Interior 0.433 0.475 0.447 0.376 0.461 Valid
Kenyamanan 0.447 0.428 0.459 0.384 0.424 Valid
Jenis Musik/Lagu 0.505 0.540 0.417 0.397 0.446 Valid
Keleluasaan Berbelanja 0.596 0.441 0.429 0.420 0.433 Valid
Ketersediaan Kotak Saran 0.510 0.495 0.469 0.400 0.559 Valid
Kemudahan Pembayaran 0.435 0.436 0.382 0.469 0.420 Valid
Kemudahan Penukaran Barang 0.423 0.419 0.380 0.533 0.436 Valid
Kecakapan Pelayan 0.432 0.527 0.402 0.516 0.416 Valid
Penampilan Pelayan Toko 0.539 0.466 0.386 0.501 0.401 Valid
Busana Islami 0.370 0.484 0.381 0.455 0.430 Valid
Kecepatan Pelayanan Kasir 0.712 0.427 0.379 0.662 0.382 Valid
Pengucapan Salam 0.499 0.524 0.416 0.415 0.463 Valid
Waktu 0.426 0.455 0.438 0.399 0.623 Valid
Kegiatan Ramadhan 0.538 0.392 0.603 0.558 0.448 ValidSumber: Pengolahan Data Menggunakan SPSS Versi 16
4. Hasil Uji Reliabilitas
Nilai-nilai untuk pengujian reliabilitas berasal dari skor-skor item
angket yang valid. Uji reliabilitas kuesioner dengan melihat Cronbach’s
Alpha menyatakan bahwa kuesioner reliable karena memiliki nilai
Cronbach’s Alpha > 0,60. Dengan demikian, instrumen ini memiliki
reliabilitas yang baik atau data hasil instrumen angket dapat dipercaya,
karena nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 sesuai kriteria yang telah
dikemukakan sebelumnya. Berikut ini adalah tabel hasil uji reliabilitas
kuesioner.
84
Tabel 4.4
Hasil Uji Reliabilitas
Cronbach’sAlpha N of Item Reliability
Sb Mart 0.891 36 Reliable
Alfamart 0.898 36 Reliable
Alfamidi 0.889 36 Reliable
Indomaret 0.893 36 Reliable
Ceriamart 0.878 36 Reliable
Sumber: Pengolahan Data Menggunakan SPSS Versi 16
5. Hasil Analisis Multidimensional Scaling
Ketepatan suatu pemecahan analisis Multidimensional Scaling
dinilai dengan ukuran stress dan nilai RSQ (R-Square) yang didapat.
Semakin rendah nilai stress, semakin baik model MDS yang dihasilkan
dan semakin tinggi nilai RSQ, semakin baik model MDS yang dihasilkan.
Nilai stress dan RSQ atribut toko minimarket di Kecamatan Ciledug dapat
dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5
Nilai Stress Dan RSQ
Stress = 0.00661 RSQ = 0.99989
Sumber: MDS-ALSCAL
Berdasarkan Tabel 4.5, diperoleh nilai stress sebesar 0.00661
sehingga dapat dikatakan bahwa kelima objek yang diteliti sudah sangat
baik.
85
Hasil pengolahan data dengan MDS-ALSCAL didapatkan koordinat
posisi dari masing-masing minimarket pada perceptual map yang
terbentuk. Sebagaimana yang disajikan pada Tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6
Koordinat Posisi Stimuli
Stimulus Coordinates
DimensionStimulus Stimulus 1 2Number Name
1 SBMART 2.7490 .05912 ALFAMART -.8553 .47413 ALFAMIDI -.8786 .01134 INDOMARET -.6267 -.17415 CERIAMART -.3884 -.3704
Sumber: MDS-ALSCAL
Berdasarkan Tabel 4.6, koordinat yang terbentuk memposisikan
masing-masing minimarket dalam jarak euclidean yang dapat
divisualisasikan ke dalam perceptual map seperti pada Gambar 4.6 berikut
ini.
86
Gambar 4.6
Perceptual Map Berdasarkan Persepsi Konsumen
Sumber: MDS-ALSCAL
Berdasarkan Gambar 4.6, dilihat dari dimensi 1 dan dimensi 2,
responden menganggap bahwa Indomaret ternyata mempunyai kemiripan
dengan Ceriamart, karena letaknya berdekatan dan berada dalam kuadran
yang sama, sehingga Ceriamart merupakan pesaing terdekat Indomaret,
begitu juga sebaliknya. Alfamart juga mempunyai kemiripan dengan
Alfamidi, karena letaknya berdekatan dan berada dalam kuadran yang
sama, sehingga Alfamart merupakan pesaing terdekat Alfamidi, begitu
juga sebaliknya. Sedangkan Sejahtera Bersama Mart (SB Mart) terletak
jauh dengan yang lainnya, dengan kata lain SB Mart berbeda dengan
minimarket lainnya. Selain itu, dapat dilihat juga bahwa Alfamidi
memiliki letak yang berdekatan dengan Indomaret meskipun keduanya
I II
IIIIV
87
berada dalam kuadran yang berbeda, hal ini menunjukkan bahwa
Indomaret merupakan pesaing terdekat Alfamidi, begitu juga sebaliknya.
Intensitas persaingan antar minimarket bisa dilihat dalam peta
persepsi non atribut di atas, di mana minimarket yang mirip (berdekatan)
menunjukkan intensitas persaingan yang tinggi.
6. Hasil Analisis Korespondensi
Analisis korespondensi bertujuan untuk memetakan persepsi
berdasarkan hubungan antara objek dan sekumpulan variabel-variabel
yang ditentukan oleh penulis. Interpretasi dari hasil analisis korespondensi
didasarkan pada jarak antara titik koordinat. Dalam penelitian ini, kelima
minimarket akan dipetakan berdasarkan 36 variabel yang telah ditentukan
di awal.
Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data penjumlahan
skala likert dari jawaban responden terhadap masing-masing variabel,
seperti pada Tabel 4.7 berikut ini.
Tabel 4.7
Data Penjumlahan Skala Likert
AtributMinimarket
SB Mart Alfamart Alfamidi Indomaret Ceriamart
Kelengkapan Produk 149 232 264 261 263
Kualitas Produk 268 250 253 270 278
Labelisasi Halal 260 234 234 248 247
Penataan Produk 268 254 243 255 250
Keterjangkauan Harga 274 254 237 245 250
Kesesuaian Harga Produk 259 252 245 248 244
Label Harga 244 255 255 252 252
Diskon 268 248 255 247 240
88
Penyebaran Brosur 251 237 242 263 255
Merchandise 118 276 248 255 236
Nama Toko 124 231 239 234 200
Kestrategisan Lokasi 259 264 238 243 226
Kemudahan Transportasi 212 237 241 242 222
Jarak 216 248 248 247 241
Fasilitas Parkiran 185 225 249 197 195
Fasilitas ATM 261 235 245 240 243
Fasilitas AC 111 247 255 251 252
Failitas Toilet 253 245 253 247 245
Fasilitas Penerangan 202 209 217 211 191
Keamanan 249 242 251 249 239
Kebersihan 255 241 253 261 267
Desain Interior 239 258 251 257 252
Kenyamanan 250 233 236 219 234
Jenis Musik/Lagu 271 246 249 244 248
Keleluasaan Berbelanja 176 118 191 181 168
Ketersediaan Kotak Saran 274 249 258 253 241
Ketersediaan Kotak Amal 237 240 238 236 238
Waktu 268 248 249 253 247
Kemudahan Pembayaran 224 209 221 214 206
Kemudahan Penukaran Barang 268 231 238 254 235
Kegiatan Ramadhan 276 266 254 234 246
Kecakapan Pelayan 143 209 230 199 226
Pengucapan Salam 269 189 178 210 250
Penampilan Pelayan Toko 258 126 151 153 144
Busana Islami 199 131 119 121 129
Kecepatan Pelayanan Kasir 223 129 141 135 145Sumber: Lampiran 3, Data Diolah Dengan Ms. Excel 2010
Dari hasil analisis korespondensi, didapatkan row contributions
dari masing-masing variabel yang menunjukkan posisi koordinat masing-
masing variabel pada peta persepsi, seperti pada Tabel 4.8 berikut ini.
89
Tabel 4.8
Row Contributions
Component 1 Component 2
ID Name Qual Mass Inert Coord Corr Contr Coord Corr Contr
1 X1 0.999 0.028 0.082 -0.176 0.893 0.086 0.060 0.105 0.115
2 X2 0.667 0.032 0.005 0.014 0.110 0.001 0.031 0.556 0.034
3 X3 0.825 0.030 0.004 0.035 0.719 0.004 0.013 0.106 0.006
4 X4 0.716 0.031 0.003 0.029 0.653 0.003 -0.009 0.062 0.003
5 X5 0.789 0.030 0.007 0.045 0.710 0.006 -0.015 0.080 0.008
6 X6 0.877 0.030 0.002 0.019 0.556 0.001 -0.015 0.320 0.007
7 X7 0.868 0.030 0.001 -0.014 0.734 0.001 -0.006 0.134 0.001
8 X8 0.886 0.030 0.004 0.032 0.728 0.003 -0.015 0.157 0.007
9 X9 0.589 0.030 0.003 0.007 0.041 0.000 0.026 0.547 0.023
10 X10 0.982 0.027 0.140 -0.242 0.964 0.158 -0.033 0.018 0.033
11 X11 0.965 0.025 0.090 -0.203 0.956 0.101 -0.019 0.008 0.010
12 X12 0.912 0.030 0.009 0.023 0.146 0.002 -0.053 0.765 0.092
13 X13 0.820 0.028 0.005 -0.042 0.753 0.005 -0.013 0.067 0.005
14 X14 0.993 0.029 0.006 -0.050 0.979 0.007 -0.006 0.014 0.001
15 X15 0.581 0.025 0.025 -0.067 0.381 0.011 -0.049 0.200 0.068
16 X16 0.956 0.030 0.003 0.035 0.946 0.004 0.004 0.010 0.000
17 X17 0.996 0.027 0.142 -0.248 0.983 0.164 0.028 0.013 0.024
18 X18 0.690 0.030 0.000 0.009 0.612 0.000 -0.003 0.078 0.000
19 X19 0.430 0.025 0.003 -0.013 0.102 0.000 -0.023 0.328 0.014
20 X20 0.270 0.030 0.000 0.006 0.203 0.000 -0.004 0.067 0.000
21 X21 0.895 0.031 0.003 0.004 0.016 0.000 0.031 0.879 0.032
22 X22 0.758 0.030 0.002 -0.024 0.698 0.002 -0.007 0.060 0.002
23 X23 0.659 0.028 0.005 0.034 0.577 0.003 -0.013 0.082 0.005
24 X24 0.965 0.030 0.004 0.040 0.942 0.005 -0.006 0.022 0.001
25 X25 0.603 0.020 0.037 0.034 0.053 0.002 0.109 0.550 0.268
26 X26 0.840 0.031 0.005 0.036 0.748 0.004 -0.013 0.092 0.006
27 X27 0.376 0.029 0.000 -0.001 0.004 0.000 -0.007 0.372 0.002
28 X28 0.958 0.031 0.003 0.031 0.936 0.003 -0.005 0.022 0.001
29 X29 0.584 0.026 0.002 0.021 0.536 0.001 -0.006 0.048 0.001
30 X30 0.776 0.030 0.008 0.048 0.759 0.007 0.007 0.017 0.002
31 X31 0.840 0.031 0.010 0.039 0.397 0.005 -0.041 0.443 0.058
32 X32 0.877 0.024 0.049 -0.142 0.851 0.049 0.024 0.025 0.016
33 X33 0.772 0.026 0.059 0.127 0.612 0.042 0.065 0.160 0.125
34 X34 0.972 0.020 0.134 0.277 0.969 0.153 0.015 0.003 0.005
35 X35 0.988 0.017 0.067 0.212 0.962 0.075 -0.035 0.026 0.023
36 X36 0.990 0.019 0.080 0.224 0.990 0.093 0.004 0.000 0.000
Sumber: Simple Correspondence Analysis
Berdasarkan analisis korespondensi, didapatkan peta persepsi
berserta dengan variabel-variabel yang menjadi karakteristik pemasaran
dari kelima minimarket, seperti pada Gambar 4.7 berikut ini.
90
0.30.20.10.0-0.1-0.2-0.3
0.3
0.2
0.1
0.0
-0.1
-0.2
-0.3
Component 1
Component2
CeriamartIndomaretAlfamidi
Alfamart
SbMartX36
X35
X34
X33
X32
X31
X30
X29X28X27X26
X25
X24X23X22
X21 X20
X19
X18
X17
X16
X15
X14X13
X12X11
X10X9
X8X7
X6
X5X4
X3X2
X1
Gambar 4.7
Correspondence Analysis
= X4 = X8 = X20 = X24 = X28
= X5 = X16 = X22 = X26` = X29
= X7 = X18 = X23 = X27
Sumber: Simple Correspondence Analysis
Keterangan:
X1 Kelengkapan Produk X19 Failitas Toilet
X2 Kualitas Produk X20 Fasilitas Penerangan
X3 Labelisasi Halal X21 Keamanan
X4 Penataan Produk X22 Kebersihan
X5 Keterjangkauan Harga X23 Desain Interior
X6 Kesesuaian Harga Produk X24 Kenyamanan
X7 Label Harga X25 Jenis Musik/Lagu
91
X8 Diskon X26 Keleluasaan Berbelanja
X9 Ketersediaan Kotak Amal X27 Ketersediaan Kotak Saran
X10 Penyebaran Brosur X28 Kemudahan Pembayaran
X11 Merchandise X29 Kemudahan Penukaran Barang
X12 Nama Toko X30 Kecakapan Pelayan
X13 Kestrategisan Lokasi X31 Penampilan Pelayan Toko
X14 Kemudahan Transportasi X32 Busana Islami
X15 Jarak X33 Kecepatan Pelayanan Kasir
X16 Fasilitas Parkiran X34 Pengucapan Salam
X17 Fasilitas ATM X35 Waktu
X18 Fasilitas AC X36 Kegiatan Ramadhan
Berdasarkan Gambar 4.7 analisis korespondensi sederhana
terhadap lima minimarket, terlihat bahwa minimarket Alfamidi dan
Alfamart memiliki jarak yang berdekatan, sehingga antara Alfamidi dan
Alfamart dikatakan memiliki kemiripan. Hal ini dapat dilihat dari
kesamaan keunggulan yang dimiliki keduanya, seperti dalam hal jarak,
kemudahan transportasi, kestrategisan lokasi, kebersihan dan keunggulan
lainnya seperti yang ditunjukkan oleh peta persepsi di atas.
SB Mart terlihat memiliki jarak yang berjauhan bila dibandingkan
dengan minimarket lainnya, atau dapat diartikan minimarket SB Mart
memiliki keunggulan paling sedikit dibandingkan dengan minimarket
lainnya. Adapun keunggulan yang dimiliki SB Mart seperti dalam hal
waktu, pengucapan salam dan kegiatan ramadhan.
Kemudian, minimarket Indomaret dan Ceriamart berada pada jarak
yang berdekatan, sehingga antara Indomaret dan Ceriamart dapat
92
dikatakan memiliki kemiripan. Hal ini dapat dilihat dari kesamaan
keunggulan yang dimiliki keduanya seperti, keamanan, kualitas produk,
kemudahan transportasi dan keunggulan lainnya seperti yang ditunjukkan
oleh peta persepsi di atas.
Selain itu, dari hasil analisis korespondensi juga menunjukkan
adanya kemiripan antara Alfamidi, Indomaret, dan Ceriamart. Hal ini
ditandai dengan dekatnya titik-titik yang merupakan simbol dari atribut-
atribut diantara ketiga minimarket tersebut, serta kesamaan keunggulan
yang dimiliki oleh ketiga minimarket tersebut.
93
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan peta persepsi yang terbentuk, responden menganggap bahwa
Indomaret mempunyai kemiripan dengan Ceriamart, karena letaknya
berdekatan dan berada dalam kuadran yang sama. Sama halnya dengan
Alfamart dan Alfamidi. Sedangkan, Sejahtera Bersama Mart (SB Mart)
terletak jauh dengan yang lainnya, dengan kata lain SB Mart berbeda
dengan minimarket lainnya.
2. Berdasarkan analisis korespondensi, minimarket Alfamart dipersepsikan
memiliki karakteristik pemasaran yang paling dominan dalam hal jarak,
karena jarak titik koordinat yang sangat dekat dengan Alfamart.
Minimarket Alfamidi dipersepsikan memiliki karakteristik pemasaran
yang paling dominan dalam hal kestrategisan lokasi dan kemudahan
transportasi. Sedangkan minimarket Sejahtera Bersama Mart dipersepsikan
memiliki karakteristik pemasaran yang paling dominan dalam hal waktu,
pengucapan salam, dan kegiatan ramadhan.
3. Berdasarkan analisis korespondensi, konsumen mempersepsikan
minimarket Sejahtera Bersama Mart hanya memiliki keunggulan dalam
hal waktu, pengucapan salam, dan kegiatan ramadhan. Namun,
keunggulan yang dimiliki SB Mart ini masih sedikit dibandingkan dengan
minimarket lainnya yang memiliki banyak keunggulan bahkan memiliki
94
4. kesamaan keunggulan. Selain itu, dari sisi pemasaran (marketing mix) SB
Mart belum menunjukkan adanya keunggulan yang dimiliki. Sehingga,
dapat dikatakan jika SB Mart masih kalah bersaing dengan minimarket
lainnya.
B. Saran
1. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan hasil
penelitian ini serta dapat meneliti variabel-variabel lain yang belum diteliti
pada penelitian ini yang tentunya berkaitan dengan persepsi konsumen.
2. Untuk pihak pengusaha ritel, khususnya Sejahtera Bersama Mart agar
dapat meningkatkan strategi pemasarannya, sehingga memiliki
keunggulan-keunggulan yang lebih banyak dan tidak kalah bersaing
dengan pengusaha ritel lainnya.
95
DAFTAR PUSTAKA
Anto, Hendri, “Pengantar Ekonomika Mikro Islami”, EKONISIA, Yogyakarta,2003.
Arifin, Zainal, “Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru”, PT.Remaja Rosdakarya, Bandung, 2011.
Arikunto, Suharsimi, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”, EdisiRevisi Cetakan Kedua Belas, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2006.
__________, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”, Edisi RevisiCetakan Kedua Belas, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2010.
Arsyad, Lincolin, ”Ekonomi Manajerial”, Edisi Keempat, Universitas GajahMada, Yogyakarta, 2008.
Besanko, D dan Braeutigam, “Microeconomics”, John Wiley & Sons: Asia, 2008.
Chaudhry, Muhammad Sharif, “Sistem Ekonomi Islam: Prinsip Dasar”, Kencana,Jakarta, 2012.
Djakfar, Muhammad, “Etika Bisnis Islami Tataran Teoritis dan Paktis”, UINMalang Press, Malang, 2008.
Hair et. al., “Multivariate Data Analysis”, Fifth Edition, Prentice Hall, UperSaddle River: New Jersey, 1998.
Hendri, Ma’ruf, “Pemasaran Ritel”, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005.
Kertajaya, Hermawan dan Muhammad Syakir Sula, “Syariah Marketing”, MizanPustaka, Bandung, 2006.
Kotler, Philip, “Manajemen Pemasaran”, Jilid 1, Edisi Milenium, Prehallindo,Jakarta, 2002.
__________, “Manajemen Pemasaran”, Edisi Kesebelas, Indeks KelompokGramedia, Jakarta, 2003.
Kotler, Philip, “Manajemen Pemasaran” Jilid 1 dan 2, Indeks KelompokGramedia, Jakarta, 2005.
96
__________ dan Gary, Amstrong, “Prinsip-Prinsip Pemasaran”, Jilid 1 dan 2,Edisi Kedua Belas, Erlangga, Jakarta, 2008.
Malhotra, Naresh K, “Riset Pemasaran: Pendekatan Terapan”, Jilid 2, PT. IndeksJakarta, 2006.
Nazratuzzaman, “Dasar-Dasar Ekonomi Islam”, PKES, Jakarta, 2008.
Nugroho, J. Setiadi, “Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategidan Penelitian Pemasaran”, Kencana, Jakarta, 2008.
Priyatno, Duwi, “Mandiri Belajar Analisis Data dengan SPSS”, Mediakom,Yogyakarta, 2013.
Putong, Iskandar, “Pengantar Mikro dan Makro”, Edisi Kelima, Mitra WacanaMedia, Jakarta, 2013.
Rahardja, Pratama dan Mandala Manurung, “Teori Ekonomi Makro: SuatuPengantar”, FEUI, Jakarta, 2008.
Rahman, Afzalur, “Doktrin Ekonomi Islam”, Jilid 1, Dana Bhakti Wakaf,Yogyakarta, 1995.
Rozalinda, “Ekonomi Islam”, PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2014.
Samuelson, Paul dan Hans, William D. Nor, “Ekonomi”, Jilid 1, Erlangga,Jakarta, 1993.
Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah, “Perilaku Konsumen: Pendekatan PraktisDisertai Himpunan Jurnal Penelitian”, Edisi Kesatu, ANDI, Yogyakarta,2013.
Simamora, Bilson, “Panduan Riset Perilaku Konsumen.”, Gramedia PustakaUtama Jakarta, 2008.
Sopiah dan Syihabudhin, ”Manajemen Bisnis Ritel”, ANDI, Yogyakarta, 2008.
Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan”, Alfabeta, Bandung, 2007.
__________. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”, Alfabeta,Bandung, 2011.
Sujana, Asep, “MAnajemen Ritel Modern”, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2005.
97
Suliyanto, “Analisis Data dalam Aplikasi Pemasaran”, Ghalia Indonesia, Bogor,2005.
Supranto, J. dan Limakrisna Nandan, “Perilaku Konsumen dan StrategiPemasaran”, Edisi Kedua, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2011.
Uma, Sekaran, “Metodologi Penelitian untuk Bisnis”, Edisi Keempat, Salemba 4,Jakarta, 2006.
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007 Tentang Waralaba
id.wikipedia.org. “Alfamart, Alfamidi, Indomaret”, dikutip tanggal 10 April 2016.
disdukcapil.tangerangkota.go.id. “Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan”,dikutip tanggal 19 April 2016.
AL-QUR’AN
QS. Al-A’raf ayat 31
QS. Al-Baqarah ayat 275
QS. Al-Furqan ayat 67
QS. Al-Imran ayat 112
QS. Al-Maidah ayat 2, 3, dan 88
QS. An-Nahl ayat 90
QS. An-Nisa ayat 29
QS. At-Taubah ayat 34
98
LAMPIRAN
Lampiran 1: Kuesioner Penelitian
99
100
101
102
Lampiran 2: Data Responden
Resp Usia Gender Pendidikan Pekerjaan1 17-35 tahun Wanita SMA/MA Pelajar/Mahasiswa
2 17-35 tahun Wanita SMA/MA Ibu Rumah Tangga
3 36-45 tahun Wanita SMA/MA Karyawan Swasta
4 17-35 tahun Wanita SMA/MA Pelajar/Mahasiswa
5 17-35 tahun Wanita SMA/MA Pelajar/Mahasiswa
6 46-55 tahun Wanita SD Ibu Rumah Tangga
7 36-45 tahun Pria SMP/MTs Ibu Rumah Tangga
8 36-45 tahun Wanita SMA/MA Ibu Rumah Tangga
9 36-45 tahun Pria SMA/MA PNS
10 46-55 tahun Wanita SMA/MA Ibu Rumah Tangga
11 17-35 tahun Pria SMP/MTs Karyawan Swasta
12 17-35 tahun Pria SMA/MA Karyawan Swasta
13 36-45 tahun Wanita SD Ibu Rumah Tangga
14 36-45 tahun Wanita SMP/MTs Ibu Rumah Tangga
15 17-35 tahun Wanita SMA/MA Ibu Rumah Tangga
16 36-45 tahun Pria SMA/MA Wiraswasta
17 17-35 tahun Pria SMA/MA Karyawan Swasta
18 17-35 tahun Pria SMA/MA Karyawan Swasta
19 36-45 tahun Pria SD Wiraswasta
20 36-45 tahun Pria SMP/MTs Ibu Rumah Tangga
21 36-45 tahun Pria SMA/MA Wiraswasta
22 17-35 tahun Pria Sarjana Karyawan Swasta
23 17-35 tahun Wanita SMA/MA Karyawan Swasta
24 17-35 tahun Pria SMA/MA Wiraswasta
25 46-55 tahun Pria SMA/MA Wiraswasta
26 17-35 tahun Pria SMP/MTs Wiraswasta
27 36-45 tahun Pria SMA/MA PNS
28 17-35 tahun Pria SMA/MA Karyawan Swasta
29 17-35 tahun Pria Sarjana Wiraswasta
30 46-55 tahun Wanita SMP/MTs Ibu Rumah Tangga
31 17-35 tahun Wanita SMA/MA Pelajar/Mahasiswa
32 17-35 tahun Wanita SMA/MA Pelajar/Mahasiswa
33 17-35 tahun Wanita SMA/MA Pelajar/Mahasiswa
34 17-35 tahun Wanita SMA/MA Pelajar/Mahasiswa
35 17-35 tahun Wanita SMA/MA Pelajar/Mahasiswa
36 17-35 tahun Wanita SMA/MA Pelajar/Mahasiswa
37 17-35 tahun Wanita SMA/MA Pelajar/Mahasiswa
38 17-35 tahun Wanita SMA/MA Pelajar/Mahasiswa
103
39 17-35 tahun Wanita SMA/MA Pelajar/Mahasiswa
40 17-35 tahun Pria SMA/MA Pelajar/Mahasiswa
41 17-35 tahun Wanita SMA/MA Pelajar/Mahasiswa
42 17-35 tahun Wanita SMA/MA Pelajar/Mahasiswa
43 17-35 tahun Wanita SMA/MA Pelajar/Mahasiswa
44 17-35 tahun Wanita SMA/MA Pelajar/Mahasiswa
45 17-35 tahun Wanita SMA/MA Pelajar/Mahasiswa
46 46-55 tahun Wanita SMP/MTs Ibu Rumah Tangga
47 17-35 tahun Wanita SMA/MA Karyawan Swasta
48 17-35 tahun Pria SMA/MA Karyawan Swasta
49 17-35 tahun Wanita SMA/MA Karyawan Swasta
50 17-35 tahun Wanita SMP/MTs Ibu Rumah Tangga
51 17-35 tahun Wanita SMP/MTs Ibu Rumah Tangga
52 36-45 tahun Wanita SMA/MA Ibu Rumah Tangga
53 36-45 tahun Pria Sarjana Karyawan Swasta
54 17-35 tahun Pria SMA/MA Wiraswasta
55 36-45 tahun Wanita SMA/MA Karyawan Swasta
56 36-45 tahun Pria SMA/MA Karyawan Swasta
57 17-35 tahun Wanita SMA/MA Pelajar/Mahasiswa
58 36-45 tahun Pria SMP/MTs Wiraswasta
59 36-45 tahun Wanita SMA/MA Ibu Rumah Tangga
60 17-35 tahun Wanita Diploma Ibu Rumah Tangga
61 36-45 tahun Wanita Sarjana PNS
62 36-45 tahun Pria Sarjana PNS
63 36-45 tahun Pria Sarjana PNS
64 17-35 tahun Wanita SMA/MA Ibu Rumah Tangga
65 17-35 tahun Wanita SMA/MA Karyawan Swasta
66 36-45 tahun Pria SMA/MA Karyawan Swasta
67 36-45 tahun Wanita SD Ibu Rumah Tangga
68 17-35 tahun Wanita Diploma Ibu Rumah Tangga
69 36-45 tahun Wanita SMA/MA Ibu Rumah Tangga
70 17-35 tahun Pria Diploma Wiraswasta
71 17-35 tahun Pria Diploma Wiraswasta
72 17-35 tahun Pria Diploma Wiraswasta
Lampiran 3: Data Penjumlahan Skala Likert
SB Mart
Alfamart
Alfamidi
Indomaret
Ceriamart
114
Lampiran 4: Logo Minimarket
114
Lampiran 4: Logo Minimarket
114
Lampiran 4: Logo Minimarket