Download - Fistula enterocutan SIMNAS BDG dr.yuni.docx
TERAPI GIZI PADA WANITA 23 TAHUN DENGAN FISTULA ENTEROCUTAN
HIGH OUPUT, ULCUS DECUBITUS GRADE IV DAN SEVERE UNDERWEIGHT
Yuni Darti, Niken Puruhita
Bagian Ilmu Gizi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
ABSTRAK
Latar Belakang : Fistula enterocutan merupakan komplikasi pasca operasi abdomen
dimana terjadi hubungan abnormal diantara dua permukaan epitel kulit abdomen dengan usus
kecil atau usus besar. Ulkus dekubitus adalah cidera lokal pada kulit serta jaringan di
bawahnya biasanya pada bagian yang menonjol akibat kombinasi tekanan dengan gesekan.
Ulkus dekubitus sering terjadi pada orang-orang yang berbaring lama dan tidak bergerak atau
tergantung pada kursi roda. Penyebab KEP pada penderita fistula enterocutan dan ulkus
dekubitus disebabkan jumlah asupan makronutrisi dan mikronutrisi yang kurang dari
kebutuhan baik secara kualitas ataupun kuantitas yang berlangsung kronik. Kasus : wanita 23
tahun dengan fistula enterocutan high output, Ulcus decubitus gr IV dan severe underweight
pasca laparotomi. Simpulan : dibutuhkan terapi gizi, monitor dan evaluasi sedini mungkin
pada pasien fistula enterocutan high output, Ulcus decubitus gr IV dan severe underweight
Kata Kunci : Fistula enterocutan, ulkus decubitus, severe underweight dan terapi gizi
1
PENDAHULUAN
Fistula enterokutan adalah hubungan abnormal diantara dua permukaan epitel kulit
abdomen dengan usus kecil atau usus besar. Penyebab fistula enterokutan biasanya
spontan disebabkan karena adanya keganasan intraabdomen, radiasi, penyakit usus
inflamasi, iskemia usus, sepsis intra abdominal, apendisitis, ulkus duodenum. pasca
operasi karena kerusakan anastomosis dan trauma usus pada diseksi atau penutupan
abdomen. Klasifikasi fistula enterokutan didasari oleh output yang dihasilkan dalam
satuan millimeter setiap 24 jam yaitu low output (<200 ml/24 jam) yang umumnya
berasal dari usus kecil, moderate output (>200 – 500 ml/24 jam ) dan high ouput ( >500
ml/24 jam) pada umumnya berasal dari usus besar. Diagnosis fistula enterokutan biasanya
dinilai dari drainase eksternal isi usus yang seringkali timbul pada hari kelima atau
keenam pasca operasi disertai dengan gejala demam, ileus yang menetap dan abses pada
luka operasi. ¹’²’⁸¯¹² Penatalaksanaan ditujukan untuk mengontrol komplikasi berupa
sepsis, syok hemodinamik, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, malnutrisi serta
mengurangi jumlah ouput fistula dengan pemasangan nasogatric tube, pemberian
antagonis H2 atau proton pump inhibitor dan drainase abses, koreksi keseimbangan
cairan, elektrolit dan nutrisi serta penggunaan somatostatin atau ocreotide untuk
menghambat sekresi gaster, pankreas, sistem bilier dan usus. Terapi definitif ditujukan
bila keadaan pasien tidak membaik dengan terapi selama 4 sampai 6 minggu melalui
operasi dengan menjahit ulang fistula, reseksi fistula, laparotomi dan penutupan fistula
dengan vakum atau lem fibrin. ¹’²’³¯¹²
Ulkus dekubitus adalah cidera lokal pada kulit serta jaringan di bawahnya.
Umumnya terjadi pada bagian yang menonjol akibat kombinasi tekanan dengan gesekan.
Lokasi pada sacrum, tulang ekor, tumit atau pinggul, siku, lutut, pergelangan kaki atau
bagian belakang tempurung kepala. Ulkus dekubitus sering terjadi pada orang-orang yang
berbaring lama dan tidak bergerak atau tergantung pada kursi roda. Faktor lain seperti
malnutrisi, kulit yang lembab, inkontinensia, arteriosklerosis, kelumpuhan dan neuropati
dapat mempengaruhi toleransi kulit terhadap tekanan dan gesekan sehingga meningkatkan
risiko perkembangan tekanan sehingga terjadi ulkus Penyembuhan ulkus tergantung pada
usia, kondisi medis seperti arteriosklerosis, diabetes, infeksi, merokok , obat anti
inflamasi. Penyebab terjadinya ulkus karena kurangnya perfusi aliran darah yang
2
membawa oksigen pada daerah yang mengalami tekanan dalam jangka waktu lama
disertai dengan kelembapan dan gesekan. ¹’²’³¯¹²
Ulkus dekubitus dapat dicegah dan diobati jika ditemukan lebih awal, tetapi relatif
lebih sulit pada pasien sakit kritis,, orang tua, penderita yang lemah, pengguna kursi roda,
cidera tulang belakang Pencegahan primer adalah mendistribusikan tekanan dengan
memutar pasien secara teratur, manfaat memutar agar luka lebih baik. ¹’²’³¯¹²
Terapi gizi pada pasien dengan fistula dan ulkus ditujukan untuk menentukan diet
yang mendukung penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi. Tim terapi gizi
harus melakukan penilaian gizi yang mencakup skrining, dan assesmen disertai dengan
pemeriksaan fisik, berat badan terutama saat ini dan sejarah penurunan berat badan, tes
laboratorium harus dijalankan untuk memeriksa prealbumin serum . ¹’²’³¯¹²
Penyebab KEP pada penderita fistula enterocutan dan ulkus dekubitus disebabkan
jumlah asupan makronutrisi dan mikronutrisi yang kurang dari kebutuhan baik secara
kualitas ataupun kuantitas KEP dapat menyebabkan peningkatan terjadinya resiko
komplikasi, resiko infeksi, menghambat efektivitas terapi, memperpanjang waktu
perawatan, meningkatkan mortalitas, meningkatkan biaya perawatan dan gangguan
rehabilitasi. ¹’²’³¯¹²
Tujuan penulisan ini adalah mendeskripsikan dan mendiskusikan intervensi terapi gizi
secara dini dan intensif untuk memperbaiki status gizi, mempercepat penyembuhan luka,
mengurangi mortalitas dan memperpendek masa rawat inap pada pasien fistula enterocutan,
ulkus dekubitus dan malnutrisi.
LAPORAN KASUS
Riwayat penyakit sekarang. Seorang wanita berumur 23 tahun dikonsulkan oleh
bagian bedah dengan keluhan tidak mau makan dan keluar cairan dari bekas luka operasi.
Sejak dirawat dirumah sakit 2 bulan yang lalu penderita dikeluhkan tidak mau makan,
keluhan disertai dengan lemas, mual, tidak ada muntah dan panas badan. Dari bekas
operasi keluar cairan berwarna kuning bercampur dengan feses kurang lebih 1 botol infus
perhari dan keluar setiap 1 jam setelah makan dan minum . Berat badan menurun > 10 kg
sejak penderita dioperasi. Penderita juga mengeluh terdapat luka dibagian bokong yang
3
timbul sejak 1 bulan yang lalu. BAB encer seperti air keluar dari bekas luka dan anus.
BAK melalui selang dengan jumlah 1200 ml/hr.
Riwayat penyakit dahulu operasi laparotomi eksplorasi dengan Hartman prosedur ec
perlengketan usus dengan peritonitis difus ec perforasi tumor pada bulan januari 2012,
riwayat end colonostomy pada bulan februari 2012. Riwayat mioma uteri sejak 1 tahun
yang lalu, riwayat kehamilan G1P0A0 dengan HPHT 7 Oktober 2011. Riwayat kuretase
ec IUFD pada bulan februari 2012. Riwayat penyakit asma, diabetes, jantung dan
hiperetensi disangkal.
Riwayat penyakit keluarga Tidak ada keluarga yang menderita penyakit diabetes,
tumor,
Riwayat asupan. Asupan makanan selama dirumah sebelum sakit makan nasi 1x1/2 – 1
centong, sayur 2-3 eros, lauk nabati (tempe, 1x1 potong sedang), lauk hewani (daging,
daging ayam, telur, ikan, udang dll) 1x 1 sepotong sedang, asupan susu 1 kali ukuran 250
ml (1 gelas). Kesenangan mie bakso 2-3 kali dalam seminggu, buah2an 1x1 potongan
sedang. Senang makan sambel dan tidak suka ngemil. Rerata asupan ± 625 kkal/hari.
Asupan selama perawatan dirumah sakit 360-400 kkal/hari berupa bubur 3-4 sdm, sayur
dan lauk ¼ porsi, susu UHT 1 kotak kecil, telur rebus 1 butir perhari (21-30 % dari diet
yang diberikan). Tidak ada pantangan tertentu dan tidak terdapat alergi terhadap makanan.
Penurunan berat badan >15 kg dalam 2 bulan.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum tampak kurus, lemah dan sakit berat, kesadaran komposmentis GCS 15.
Tanda vital : tensi 100/60 mmHg, nadi 100 x/m, suhu 37,6 ºC, pernafasan 24 x/m, Suhu
36.9 ºC.
Status generalis dalam batas normal. Dada simetri, tampak muscle wasting dan loss of
subcutaneous fat pada M. intercostalis. Pulmo dan jantung dalam batas normal, suara
jantung dan paru normal. Abdomen tampak luka bekas operasi dengan ukuran 8x4 cm,
basah, terdapat pus pada bagian tengah abdomen. Disebelah kiri bawah terdapat
colonostomi berwarna kemerahan, tidak ada rembesan dan pus, pada abdomen kanan
bawah terdapat fistula berukuran 4x5x3 cm pinggir kemerahan terpasang drain pump
(WSD) dan output cairan 400-500 cc/24 jam. Bising usus positif. Nyeri tekan diseluruh
lapang abdomen. Ektremitas tidak oedem, reflex fisiologis normal. Kekuatan otot 4/4.
4
Pada bagian bokong terdapat ulkus decubitus berukuran 6x5 cm grade IV, tepi rata,
terdapat pus dan darah.
Assessment.
Diagnosis kerja
Fistula enterocutan high output, ulcus decubitus grade IV dan malnutrisi berat.
Masalah gizi
Status gizi kaheksia, hipermetabolik, anemia, lekositosis, hipoalbumin, gangguan cairan
dan elektrolit. Status letak fistula colon descenden, output fistula berupa cairan
kekuningan dan sisa sisa pencernaan makanan, jumlah 500-600 ml/24 jam.
Sistem gastrointestinal fungsional., Belum dilakukan pemeriksaan analisa gas darah dan
balans cairan dan hidrasi kurang
Planning Terapi gizi : Cairan 1880 cc/kgBB/hari koreksi output fistula 500 cc total
2380 cc didapat dari infus RL dan NaCl 0,9 % 30 tpm, asupan oral 600 cc. Kebutuhan
energi 2000 kkal/hari. Kebutuhan protein 80 gr/320 kkal (16 % dari total kebutuhan),
kebutuhan karbohidrat 270 gr/ 1080 kkal (54 % dari total kebutuhan). Kebutuhan lemak
67 gr/600 kkal (30 % dari kebutuhan total). Preskripsi diet diberikan dalam bentuk
parenteral nutrisi berupa Aminofusin 1 kolf/ hari 10 tpm, dextrose 10 % 500 ml/hr,ivelip
10 % 1 kolf/hari. Enteral diberikan formula elemental 6x250 cc melalui NGT, MCT 1
sachet perhari. Via oral diberikan diet lunak ad libitum. Total energi 2030 kkal/85 gr
protein yang akan diberikan bertahap. Suplementasi mikronutrien Vitamin C 3x 200
mg, asam folat 1x400 mcg, B12 3x1 tab FOS (lacto B) 3x1 bungkus. kapsul albumin 3x2
kapsul Antibiotik diberikan golongan cephalosforin 2x 1 gr IV sesuai dengan hasil kultur
bakteri, analgetik 3x500 mg IV, Zink salep diberikan pada ulkus disertai dengan
perawatan luka setiap hari.
5
PEMBAHASAN
6
Pertimbangan pemberian terapi gizi
1.Asupan kalori dan zat gizi yang adekwat,mencegah terjadinya malnutrisi yang semakin
berat,perbaikan status gizi dan peningkatan BB, peningkatan fungsi imun,memaksimalkan
toleransi pada terapi medis dan meningkatkan fungsi fisik. Asupan energi meningkat
disebabkan faktor stress dan proses hemodinamik yang tidak stabil menjadi salah satu
pertimbangan pemberian terapi gizi. Diet yang diberikan mengandung zat gizi makro,
mikro, vitamin dan mineral. Cukup cairan dan elektrolit
2.Pemberian diet pada pasien didasari oleh status gizi pasien, tindakan dan terapi
medikamentosa yang diberikan, kondisi klinis, laboratorium, serta proses inflamasi yang
menyertai.
3.Kebutuhan energi basal (BMR) per hari dapat dihitung dengan formula Harris Benedict¹².
Kebutuhan energi pada pasien dengan hipermetabolik,malabsorbsi,stres metabolik tinggi
≥35 kalori/kgBB atau BEE x 1,5 – 2 ditambah produksi fistula 1cc produksi fistula
diperhitungkan ½ kalori).
4. Kebutuhan harian protein dilihat dari berat badan aktual normal pasien hipermetabolisme
dan kehilangan massa otot yang ekstrim dan high output fistula 1.5-2.5 gr/kgBB.
5. Lemak diberikan minimum 30 % dari kebutuhan kalori total
6.Suplementasi 2x RDA untuk vitamin dan mineral(Asam folat, copper, Vit B12), vitamin C
dan zink 10x RDA
7. Fistula letak rendah diberi FOS
8.Pengaturan cairan berguna untuk mencegah dehidrasi, mencegah kerusakan ginjal dan
menjaga perfusi jaringan. Evaluasi pemberian cairan diperlukan agar tidak terjadi
overhidrasi. Kebutuhan harian cairan dihitung dari metode kebutuhan menurut umur < 55
tahun 30-40 ml/kg
9.Monitoring dan evaluasi dilakukan setiap hari.
Intervensi pada 3 hari pertama difokuskan pada hemodinamik dan keseimbangan
elektrolit, diet diberikan mulai hari keempat dengan asupan 40% dari kebutuhan energi
yang dinaikkan secara bertahap. Pasien ini pernah mengalami refeeding syndrome akibat
asupan yang terlalu besar melebihi kebutuhan energi pasien pada minggu pertama
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah, muntah hebat setiap habis diberi sonde
dan hemodinamik tidak stabil dan asidosis metabolik. Pemberian mikronutrisi berupa
Vitamin B12, Vitamin B6, Asam folat, vitamin C, kapsul albumin member kontribusi
yang cukup signifikan terhadap perbaikan metabolisme pasien dan proses penyembuhan
7
luka. Kerjasama tim antara gizi dan bedah selama 2 bulan memberikan prognosis yang
baik pada perbaikan keadaan umum dan kesehatan pasien sehingga pasien dapat pulang
dengan perbaikan.
SIMPULAN
Terapi gizi dapat mempercepat penyembuhan luka dan mengurangi morbiditas dan
mortalitas, dan memperbaiki status gizi pasien dengan fistula enterocutan, ulkus
dekubitus dan severe underweight
DAFTAR PUSTAKA
8
1. Stephen.J.Mcphee,W.E.Ganong,Vishwanath.R.Linggapa,Jack.D.Lange.Patho-
physiology Of
Disease.An Introduction To Clinical Medicine.5th Ed.Appleton And
Lange.Philadelphia.2006
2. Francwortes S. Sizer, EleanorN. Whitney.Nutrition Concepts and Contoversies.12th
Ed.
Wadsworth Cengage Learning.Canada.2011:p 429-432
3. L.Kathleen.Mahan, Sylvia.Escott-Stump.Krause’s Food And NutritionTherapy.13th
Ed.
Saunders. Philadelphia.2010.p;959-984i
4. Marcia.Nelms,Kathryn.Sucher,Sara.Long.Nutrition Therapy and
Pathophisiology.ISE.Thomsons.Wadsworth.Beltmont.2007
5. Joseph.A.Molnar. Nutrition and Wound Healing.CRC.Press.New York. 2007
6. Adamson JW. Kasper L,et al, editor. Harrison’s principles of internal medicine 18th
ed. Mc.Graw Hill.Philadephia.2010
7. Maria width.Tonia R.The clinical dietitians’s essensial pocket guide.Lippincott
Williams and Wilkins. Philadelphia.2009.
8. PDGKI.Pedoman Tata Laksana Gizi Klinik.Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi
Klinik Indonesia.Jakarta.2008
9. Slater. R.Nutritional Management.of Enterocutaneous Fistulas.Br.J.Surg.2009.Feb
26- Mar11;18(4):225-30
10. Lloyd DA.Gabe SM.windsor AC.Nutrition and management of enterocutaneous
fistula.Br.J.Surg. 2006 Sept 93(9):1045-55
11. Baumgartner.U.Post operative fistula, how to close
them.MMW.Fortschr.med.2002.Nov 7;144(45):36-9
12. Hyon.SH.Martinez-Garbino JA.Benati.ML.Lopez-Avellaneda.Management of high
output postoperative enterocutaneous fistula with a vaccum sealing method and
continous enteral nutrition.ASAI0 J.2000 Jul-Aug;46(5):511-4
9
i