BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peran pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia bahkan tidak
dapat dipisahkan dari keseluruhan proses kehidupan manusia. Dengan kata lain,
kebutuhan manusia terhadap pendidikan bersifat mutlak dalam kehidupan pribadi,
keluarga dan masyarakat, bangsa dan negara. Keberhasilan proses belajar
mengajar merupakan faktor utama dari keberhasilan tujuan pendidikan secara
umum.
Sedangkan keberhasilan menurut Syaiful Bahri Djamarah adalah “Suatu
proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil
apabila tujuan instruksional khusus (TIK)-nya dapat tercapai”1.
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.2
Pengertian Mengajar Jerome S. Brunner dalam bukunya Toward a theory of
instruction mengemukakan bahwa mengajar adalah menyajikan ide, problem atau
pengetahuan dalam bentuk yang sederhana sehingga dapat dipahami oleh setiap
siswa. Ngalim Purwanto dalam bukunya Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis
(1998: 150) mengemukakan yang dimaksud dengan mengajar ialah memberikan
pengetahuan atau melatih kecakapan-kecakapan atau keterampilan-keterampilan
kepada anak-anak.3 Pada makalah ini kami akan membahas faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar.
1.2 Rumusan Masalah.
a. Bagaimana Indikator Keberhasilan, dan penilaian keberhasilan?
b. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar?
c. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan mengajar?
1 Syaiful Bahri Dajamarah, Strategi Belajar mengajar, Rineka Cipta, Jakarta 2010.Hal.105a2 Slameto,belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi, Rineka Cipta, Jakarta3 mitanggel.blogspot.com/2009/09/pengertian-mengajar.html
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Keberhasilan Belajar Mengajar.
1) Pengertian Keberhasilan.
Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan
berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan
filsafatnya. Namun, untuk menyamakan presepsi sebaiknya kita
berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah
disempurnakan, antara lain bahwa “ Suatu proses belajar mengajar tentang
suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional
khusus (TIK)-nya dapat tercapai.
2) Indikator Keberhasilan.
Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap
berhasil adalah hal-hal sebagai berikut:
a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai
prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.
b. Prilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional
khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual
maupun kelompok.
3) Penilaian Keberhasilan.
Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut
dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang
lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan kedalam jenis penilaian
sebagai berikut.
1. Tes Formatif.
Penilaian ini digunakan untuk menguur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap anak didik terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses balajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu.
2. Tes Subsumatif.
Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu, bertujuan untuk memperoleh gambaran daya serap anak didik untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar anak didik. Hasil tes ini digunakan untuk
2
memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.
3. Tes sumatif.
Tes ini dilakukan untuk mengukur daya serap anak didik terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester atau dua tahun pelajaran, Tes ini bertujuan untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar anak didik dalam suatu periode belajar tertentu.
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat
digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstrern.
Faktor Intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar,
sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu.
a) Faktor-faktor Intern
Didalam membicarakan faktor intern ini, akan dibahas menjadi tiga faktor,
yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.
a. Faktor Jasmaniah.
Faktor Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-
bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat.
Kesehatan seorang berpengaruh terhadap belajarnya.
Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang
sempurna mengenai tubuh/badan.
b. Faktor psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor
psikologis yang mempengaruhi belajar.
Intelegensi.
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan
untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan
cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang
3
abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan
cepat.
Perhatian.
Menurut Gazali perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi,
jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau
sekumpulan objek.
Minat.
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan.
Bakat.
Bakat adalah kemampuan untuk belajar.
Motif.
Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai.
Didalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk
mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab
berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak/pendorongnya.
Kematangan.
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan
seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan
kecakapan baru.
c. Kesiapan.
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani
(bersifat psikis)
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul
kecendrungan untuk membaringkan tubuh.
Kesiapan adalah kesediaan untuk member response atau bereaksi.
4
d. Faktor Kelelahan.
Kelelahan jasmani terjadi karena terjadi kekacauan substansi sisa pembakaran
didalam tubuh, sehingga darah tidak/kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.
Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan,
sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini
sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit
berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja.
b) Faktor Ekstern
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah dikelompokkan
menjadi 3 faktor:
a) Faktor Keluarga.
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara
orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah
tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
b) Faktor Sekolah.
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan
siswa, disiplin sekolah pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran,
keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c) Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap
belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam
masyarakat seperti kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media,
teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
2.3 Faktor- faktor yang mempengaruhi Keberhasilan mengajar.
Jika ada guru yang mengatakan bahwa dia tidak ingin berhasil dalam
mengajar, adalah ungkapan seseorang guru yang sudah putus asa dan jauh dari
kepribadian seseorang guru. Mustahil setiap guru tidak ingin berhasil dalam
belajar mengajar. Apalagi jika guru itu hadir kedalam dunia pendidikan
5
berdasarkan tuntunan hati nurani. Panggilan jiwanya pasti merintih atas kegagalan
mendidik dan membina anak didiknya.
Betapa tingginya nilai suatu keberhasilan sampai-sampai seorang guru
berusaha sekuat tenaga dan pikiran mempersiapkan program pengajarannya
dengan baik dan sistematik. Namun terkadang, keberhasilan yang dicita-citakan,
tetapi kegagalan yang ditemui; disebabkan oleh berbagai faktor sebagai
penghambatnya. Sebaliknya, jika keberhasilan itu menjadi kenyataan, maka
berbagai faktor itu juga sebagai pendukungnya. Berbagai faktor yang
dimaksudadalah tujuan, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, alat evaluasi,
bahan evaluasi, dan suasana evaluasi. Berbagai faktor tersebut akan dijelaskan
satu persatu sebagai berikut:
1. Faktor Tujuan.
Tujuan adalah pedoman sekaligus sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan
belajar mengajar. Tujuan pembelajaran menggambarkan bentuk tingkah
laku, kemampuan/kompetensi yang diharapkan dapat dimiliki siswa setelah proses
pembelajaran. Perumusan tujuan akan mempengaruhi kegiatan pengajaran yang
dilakukan oleh guru dan akan secara langsung berpengaruh pada kegiatan belajar
peserta didik. Guru dengan sengaja akan menciptakan lingkungan belajar guna
mencapai tujuan, jika kegiatan belajar anak didik dan kegiatan pengajaran guru
tidak searah maka tujuan pembelajaran akan gagal.4
Menurut Arikunto “Untuk mencapai hasil yang optimal, tujuan pembelajaran
khusus harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga bersifat sangat khusus, hanya
menunjukan satu pengetahuan atau ketrampilan saja. Berpusat kepada siswa,
artinya menunjuk langsung kepada kepentingan siswa, menunjuk pada situasi
tertentu dalam kondisi apa tujuan tersebut dapat tercapai serta menunjuk pada
tingkat atau nukuran yang telah ditentukan”.5
Dari rumusan tujuan pembelajaran khusus diatas dapat dijabarkan kedalam
komponentujuan pembelajaran, menurut Sunhaji ada beberapa komponen-
4 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta,2013. Hal. 1095 Sunhaji, Strategi Pembelajaran, Grafindo Leteria Media, Yogyakarta, 2009.Hal.51
6
komponen tujuan pembelajaran yaitu: “ Siswa atau perfomer, tingkah laku atau
perbuatan, kondisi dan kriteria”6
Siswa atau Perfomer. Siswa atau subjek belajar yang melakukan
kegiatan belajar, perumusan tujuan hendaknya menyebutkan secara
jelas siapa yang akan menunjukan atau mendemonstrasikan hasil
belajar, yakni yang melakukan kegiatan belajar.
Tingkah laku atau perbuatan. Perbuatan ini merupakan predikat dari
subjek dan dinyatakan dengan kata kerja operasional, perbuatan ini
diharapkan terjadi apabila pelaku/subjek telah melakukan suatu
program pengajaran.
Kondisi. Kondisi disini adalah syarat-syarat atau keadaan, suasana
yang meliputi perbuatan itu. Mungklin kita meminta anak agar
perbuatan itu dapat dilakukan dalam suasana atau kondisi tertentu
menurut syarat-syarat tertentu. Komponen kondisi ini memperjelas
kedudukan suatu perbuatan atau memberi keterangan dan dalam
keadaan bagaimana, untuk pemenuhan syarat-syarat apa, dimana dan
bilamana dan seterusnya.
Kriteria. Kondisi merupakan penjelasan dari suatu perbuatan, tetapi
penjelasan itu tidak final, artinya masih bisa dipertajam atau
dipersempit, sehingga memperoleh kepastian yang meyakinkan bahwa
perbuatan tersebut benar-benar dapat diukur. Kriteria merupakan
keterangan dari komponen kondisi, sebagai tuntutan minimal dan
merupakan standar pengukuran keberhasilan pencapaian tujuan.
Karena sebagai pedoman sekaligus sasaran yang akan dicapai dalam setiap
kali belajar mengajar, maka guru selalu diwajibkan merumuskan tujuan
pembelajaran. Akhirnya tujuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
6 Sunhaji,Ibid, Hal.52
7
2. Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan
kepada anak didik di sekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman dalam
bidang profesinya. Dengan keilmuan yang dimilikinya, dia dapat menjadikan anak
didik menjadi orang yang cerdas.
Setiap guru mempunyai kepribadian masing-masing sesuai dengan latar
belakang kehidupan sebelum mereka menjadi guru. Kepribadian guru diakui
sebagai aspek yang tidak bisa dikesampingkan dari kerangka keberhasilan belajar
mengajar untuk mengantarkan anak didik menjadi orang yang berilmu
pengetahuan dan berkepribadian. Dari kepribadian itulah mempengaruhi pola
kepemimpinan yang guru perlihatkan ketika melaksanakan tugas mengajaar
dikelas.
Latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar adalah dua aspek yang
mempengaruhi kompetensi seseorang guru dibidang pendidikan dan pengajaran.
Guru pemula dengan latar belakang pendidikan keguruan lebih mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungannya di sekolah, karena dia sudah dibekali
dengan seperangkat teori sebagai pengabdiannya. Sedangkan guru yang tidak
berlatar belakang keguruan akan banyak menemukan masalah dikelas, karena
tidak memiliki bekal teori pendidikan dan keguruan. Berbagai permasalahan yang
dikemukakan diatas adalah merupakan aspek yang ikut mempengaruhi
keberhasilan belajar dan yang dihasilkan dapat bervariasi. Variasi itu dapat dilihat
dari tingkat keberhasilan siswa menguasai bahan pelajaran yang diberikan oleh
guru dalam setiap kali pertemuan.
3. Anak Didik.
Anak didik adalah orang yang sengaja datang ke sekolah, orang tuanya yang
memasukkannya untuk didik agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan di
kemudian hari. Tanggung jawab guru tidak hanya terhadap seorang anak, tetapi
dalam jumlah yang cukup besar. Anak dalam jumlah yang cukup besar itu tentu
saja dari latar belakang kehidupan sosial keluarga yang berlainan dan mempunyai
karakter yang berbeda pula. Kepribadian mereka ada yang pendiam, periang, suka
bicara, kreatif, manja. Intelektual mereka juga dengan tingkat kecerdasan yang
8
bervariasi, keadaan biologi merekapun berbeda. Karena itu, perbedaan anak pada
sekolah biologis, intelektual dan psikologis ini dapat mempengaruhi kegiatan
belajar mengajar. Anak yang menyenangi pelajaran tertentu dan kurang
menyenangi pelajaran yang lain adalah perilaku anak yang bermula dari sikap
minat yang berlainan. Biasanya pelajaran yang disenangi akan dipelajari dengan
senang hati. Sebaliknya, jika pelajaran yang kurang disenangi jarang dipelajari
sehingga tidak heran bila isi dari pelajaran kurang dikuasai oleh siswa, akibatnya
hasil ulangan siswa tidak baik. Sederetan angka yang terdapat dibuku raport siswa
adalah buktinya dari keberhasilan proses belajar mengajar.
4. Kegiatan Pengajaran.
Keberhasilan pembelajaran ditunjukan oleh dikuasainya tujuan pembelajaran
oleh siswa, salah satu faktor keberhasilan dalam pembelajaran adalah faktor
kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran yang efektif tidak dapat muncul dengan sendirinya, tetapi guru
haarus dapat menciptakan pembelajaran yang memungkinkan siswa mencapai
tujuan yang telah ditetapkan secara optimal. Pola umum kegiatan pengajaran
adalah terjadinya interaksi antara guru dengan anak didik dengan bahan pelajaran
sebagai perantaranya. Guru yang mengajar, anak didik yang belajar. Gaya
mengajar guru mempengaruhi gaya belajar anak didik. Ada 3 aspek yang dapat
dilihat dari kegiatan pengajaran untuk keberhasilan belajar mengajar yaitu:
a. Gaya mengajar guru ,Menurut Muhammad Ali, ada empat macam gaya
mengajar7 yaitu:
1) Gaya mengajar klasik,
2) Gaya mengajar teknologis,
3) Gaya mengajar personalisasi
4) Gaya mengajar interaksional
b. Pendekatan guru
1) Pendekatan individual7 Syaiful Bahri Djamarah, Opcit, hal.115
9
Guru berusaha memahami anak didik dengan segala persamaan dan
perbedaannya
2) Pendekatan kelompok
Berusaha memahami anak didik sebagai mahluk sosial. Perpaduan kedua
pendekatan ini akan menghasilkan hasil belajar mengajar yang lebih baik.
c. Strategi penggunaan metode.
Penggunaan strategi belajar dapat digunakan lebih dari satu metode
pengajaran misalnya penggunaan metode ceramah dengan metode tanya
jawab. Jarang guru menggunakan satu metode dalam melaksanakan
pengajaran, hal ini disebabkan rumusan tujuan yang dibuat guru tidak
hanya satu, tetapi bisa lebih dari dua rumusan.
5. Bahan dan Alat Evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat didalam kurikulum yang
sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan atau evaluasi.
Biasanya bahan dikemas dalam bentuk buku paket, untuk dikonsumsi anak didik.
Bila masa evaluasi tiba, semua bahan yang sudah diprogramkan dan harus sudah
selesai dalam jangka waktu tertentu dijadikan sebagai bahan dalam pembuatan
item-item soal evaluasi.
Alat evaluasi yang digunakan biasanya dalam bentuk tes dan non tes. Non tes
bisa dalam bentuk pengamatan proses pembelajaran, sedangkan tes hasil belajar
menurut Asmawi Zainul “ Tes hasil belajar adalah alat ukur yang paling banyak
digunakan untuk mengetahui keberhasilan seseorang dalam proses belajar
mengajar atau pendidikan” 8. Tes yang digunakan tidak hanya dalam bentuk soal
benar-salah atau true-fall dan pilihan ganda, tetapi juga menjodohkan, melengkapi
dan essay. Masing-masing alat evaluasi memiliki kelebihan dan kekurangan. Soal
objektif seperti pilihan ganda mempunyai kelebihan dapat menampung hampir
seluruh materi pelajaran yang sudah dipelajari oleh anak didik dalam satu
semester. Kelemahannya pada penguasaan anak didik terhadap bahan pelajaran
bersifat semu, suatu penguasaan yang masih bersifat samar, hal ini disebabkan
8 Zainul Asmawi, Tes dan Asesmen, Universitas terbuka, Jakarta 2007. Hal. 1.12
10
jawaban dari setiap soal sudah disiapkan alternatifnya, jika peserta didik tidak
mengetahui jawabannya maka ia akan memilih secara acak dan bisa saja jawaban
yang dipilihnya benar, meski ia tidak tahu.
Alat tes dalam bentuk essay dapat mengurangi sikap spekulasi pada anak
didik, sebab alat tes ini hanya bisa dijawab jika anak didik benar-benar menguasai
bahan pelajaran, jika tidak, kemungkinan besar anak didik tidak akan bisa
menjawab dengan benar. Kelemahan alat tes ini pada pembuatan soal yang tidak
memungkinkan untuk memuat semua bahan pelajaran dalam satu smester, untuk
dapat disuguhkan pada waktu ulangan. Begitu juga dalam hal penilaian, walaupun
ada standar penilaian, sikap objektifitas guru sangat berpengaruh dalam penilaian.
6. Suasana Evaluasi
Faktor suasana evaluasi merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan
belajar mengajar. Hal yang perlu diperhatikan dalam suasana evaluasi adalah:
a. Pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan di dalam kelas.
b. Semua murid dibagi menurut tingkatan masing-masing.
c. Besar sedikitnya anak didik dalam kelas.
d. Berlaku jujur, baik guru maupun anak didik selama evaluasi tersebut.
e. Sikap pengawas yang berlebihan.
Semua hal tersebut mempengaruhi suasana evaluasi, pengelompokan anak
didik dalam jumlah besar, sangat mempengaruhi kenyamanan, begitu juga
pengacakan nomor tempat duduk, walaupun semua itu dimaksudkan untuk
kejujuran anak dalam mengikuti evaluasi, agar tidak ada kerja sama atau nyontek
bersama. Pengawas yang terlalu berlebihan dalam mengawasi siswapun demikian.
Akan tetapi pengawas yang cuek, membiarkan peserta didik bekerja sama dalam
mengerjakan soal evaluasi, atau membiarkan siswa menyontek akan berakibat
siswa malas belajar, dengan harapan dapat melakukannya lagi pada evaluasi
berikutnya.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Setiap kegiatan belajar mengajar, tentu menginginkan keberhasilan yang
terukur, ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar
yaitu ada Faktor internal dan faktor eksternal ,ada juga beberapa faktor
yang mempengaruhi keberhasilan mengajar antara lain: faktor tujuan,
pendidik, peserta didik, kegiatan pengajaran, alat dan bahan evaluasi serta
suasana evaluasi. Faktor-faktor tersebut tidak bisa berdiri sendiri tetapi
saling berkaitan dan saling menunjang.
b. Guru harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
tersebut, jika ingin kegiatan pengajarannya berhasil. Karena keberhasilan
dalam kegiatan belajar mengajar tidak mungkin datang dengan sendirinya,
tetapi butuh perencanaan pengajaran yang matang, pelaksanaan yang
bervariatif dari sisi metode, media, maupun suasana yang menunjang
dalam evaluasi yang merupakan alat ukur keberhasilan pembelajaran.
3.2 Saran
Seperti ungkapan sebuah pribahasa yang menyatakan bahwa tak ada gading
yang tak retak, begitulah pula dengan penulisan makalah ini, kami telah
mengupayakan semaksimal mungkin untuk menciptakan sebuah makalah yang
sempurna, namun ke sempurnaan hanya milik Allah SWT dan kesalahan milik
kami. Oleh karena itu kami tim penulis mengharapkan kritik dari pembaca agar
kami bisa belajar lebih baik lagi. Terimakasih. Wasalam..
12
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Lukman. 2008. Perencanaan Pembelajaran, Bandung : CV Wacana Prima.
Susilana, Rudi Cepi Riyana. 2007. Media Pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima.
Uzer, MohUsman dan Setiawati, Lilis.1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarta.
Slameto. 2010. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta : Rineka Cipta.
Bahri Djamarah, Syaiful. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Syah, Muhubbin. 2012. Psikologi Belajar. Jakarta : Rajawali Pers.
Rusmaini. 2011. Ilmu Pendidikan. Palembang : Grafika Telindo Press.
13