FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FLUKTUASI HARGA
DAGING BABI di KECAMATAN JOGONALAN, KABUPATEN KLATEN
TAHUN 2004-2006
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Disusun Oleh:
ADISTI ARI WARDHANI MARGONO
NIM : 041324022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
ii
iii
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk :
Pencipta dan Pelindungku : Tuhanku YESUS KRISTUS dan Bunda
Maria
Ayahanda tercinta yang selama ini telah memberikan segala-
galanya yang tak ternilai dan yang terbaik untukku serta telah
mendoakanku sampai saat ini.
Ibunda tersayang yang telah melahirkan, dengan kasih sayang dan
kesabarannya telah membesarkanku di dunia ini serta selalu
mendoakanku agar mendapatkan yang terbaik untuk hidupku.
Adekku Pairum yang telah memberiku dorongan dan bantuan
selama ini, makasih ya.
Keluarga besarku yang ada di Sragen yang selalu membimbing,
menjaga dan mendoakanku agar mendapat yang terbaik untuk
hidupku.
Maskuu, terimakasih untuk kasih sayang dan bantuan yang telah
kau berikan selama ini.
Semua “My best Friend” yang selalu menemani, menghibur,
memberi semangat dan membantuku.
Almamaterku tercinta.
v
MOTTO
Mimpi adalah jalan menuju masa depan, jadi raihlah mimpimu
setinggi mungkin
Keberhasilan adalah ukuran yang dibuat oleh orang lain. Kepuasan
adalah ukuran yang dibuat oleh dirimu sendiri. Mengetahui tujuan
perjalanan akan terasa lebih memuaskan daripada mengatahui kamu
sedang berjalan. Bekerjalah dengan kompas, dan biarkan orang lain
bekerja dengan waktu
Selalulah melihat sudah berapa jauh saya berjalan, daripada masih
berapa jauh saya harus berjalan. Selalu hitung yang harus kau
syukuri, jangan hitung apa yang tidak kamu peroleh
Hadapilah masa lalumu tanpa penyesalan, peganglah saat ini dengan
keyakinan, siapkan masa depanmu tanpa rasa takut
Teguhlah dalam iman, dan buanglah rasa takut dalam hidupmu.
Hidup adalah misteri untuk dipecahkan, bukan masalah untuk
diselesaikan. Percayalah pada-Ku, hidup ini indah apabila kamu tahu
cara untuk hidup
Sahabat adalah seseorang yang datang mendekat saat semua orang
menjauhinya
(STAR)
vi
vii
viii
ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FLUKTUASI HARGA DAGING BABI DI KECAMATAN JOGONALAN, KABUPATEN KLATEN
TAHUN 2004-2006
Adisti Ari Wardhani Margono Nim: 041324022
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2008
Tujuan penelitian ini untuk: (1) melihat pengaruh harga pakan ternak babi terhadap fluktuasi harga daging babi, (2) melihat pengaruh harga substitusi babi terhadap fluktuasi harga daging babi, (3) melihat pengaruh harga bibit babi terhadap fluktuasi harga daging babi, (4) melihat pengaruh pendapatan per kapita masyarakat terhadap fluktuasi harga daging babi, (5) melihat pengaruh hari besar keagamaan terhadap fluktuasi harga daging babi.
Jenis penilitian ini adalah ex post facto. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara kepada 26 peternak babi yang terdapat di Kecamatan Jogonalan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana dan analisis regresi linier berganda.
Nilai koefisien determinasi (R2) untuk variabel harga pakan ternak babi, harga substitusi babi, harga bibit babi, dan hari besar keagamaan sebesar 0,915. Nilai koefisien determinasi (R2) untuk variabel pendapatan per kapita masyarakat sebesar 0,993. Model regresi linier secara individual menyatakan bahwa: (1) harga pakan babi berpengaruh positif dan signifikan terhadap fluktuasi harga daging babi, (2) harga substitusi babi berpengaruh positif dan signifikan terhadap fluktuasi harga daging babi, (3) harga bibit babi berpengaruh positif dan signifikan terhadap fluktuasi harga daging babi, (4) pendapatan per kapita masyarakat berpengaruh positif dan signifikan terhadap fluktuasi harga daging babi, dan (5) hari besar keagamaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap fluktuasi harga daging babi.
Dari hasil penelitian ini penulis menyarankan: (1) pemerintah hendaknya ikut berperan dalam menjaga stabilitas harga dan ketersediaan pakan ternak babi, (2) peternak babi perlu merancang jadwal waktu beternak yang tepat untuk beternak babi, untuk menghindari penurunan ataupun kenaikan harga daging babi khususnya pada saat hari besar keagamaan, (3) peternak sebaiknya menimbun pakan ternak babi (khususnya katul) pada saat panen raya untuk menghidari kenaikan harga pakan babi, dan (4) diperlukan pembinaan yang lebih intensif dari Dinas Peternakan dan Lingkungan Hidup setempat kepada para peternak babi agar lebih memperhatikan kebersihan lingkungan sekitar tempat mereka beternak babi.
ix
ABSTRACT
FACTORS THAT INFLUENCE FLUCTUATION OF PORK PRICE IN JOGONALAN DISTRICT, KLATEN REGENCY IN 2004 - 2006
Adisti Ari Wardhani Margono Nim: 041324022
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2008
The aims of this research are to find out: (1) the influence of the price of pig food towards the fluctuation of pork price (2) the influence of pig’s price substitution towards the fluctuation of pork price (3) the influence of pig’s germ price towards the fluctuation of pork price (4) the influence of per capita income of society towards the fluctuation of pork price (5) the influence of public holidays towards the fluctuation of pork price.
The type of this research is an ex post facto. The techniques of collecting the data were observation and interview. 26 pig farmers in Jogonalan were interviewed. The techniques of data analysis were simple linear regression and doubled linear regression.
The value of determined co efficiency (R2) for pig foods price, pig’s price substitution, pig’s germ price, and public holidays was obtained 0,915. The value of determined co efficiency (R2) of per capita income variable was 0,993. The individual linear regression stated that: (1) the pig food’s price had a significant and positive influence to the fluctuation of pork price, (2) the pig’s price substitution had a significant and positive influence to the fluctuation of pork price, (3) the pig’s germ price had a significant and positive influence to the fluctuation of pork price, (4) per capita income had a significant and positive influence to the fluctuation of pork price, (5) public holidays had a significant and positive influence to the fluctuation of pork price.
Based on the result of this research, it is advised that: (1) the government should make a participation in stabilizing and supplying the pig’s food price, (2) the pig farmers should make a schedule for breeding season to avoid the decreasing or increasing the pig’s price especially when the public holiday come, (3) it is better for the pig farmers to accumulate the pig’s food (especially bran) when the harvest comes to avoid the increasing of the pig’s price and (4) it is needed to do more intensive founding from Dinas Peternakan dan Lingkungan Hidup so that they can give more attention to their pig farming.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
anugerahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Terselesaikannya penyusunan skripsi ini
tak terlepas dari partisipasi dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan
ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Romo Dr. Ir. P. Wiryono P., S.J., selaku Rektor Universitas Sanata
Dharma.
2. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas
Sanata Dharma.
3. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial sekaligus Ketua Program Studi Pendidikan
Ekonomi Universitas Sanata Dharma dan selaku Dosen Pembimbing I
yang telah meluangkan banyak waktu dan tenaga untuk mendampingi di
setiap proses serta memberikan bimbingan, pengarahan, masukan dan
saran yang membangun kepada penulis dari awal hingga akhir penulisan
4. Bapak Y. M. Vianey Mudayen, S. Pd, selaku Dosen Pembimbing II yang
telah meluangkan banyak waktu dan tenaga untuk mendampingi di
setiap proses serta memberikan bimbingan, pengarahan, masukan dan
saran yang membangun kepada penulis dari awal hingga akhir penulisan.
xi
5. Bapak Drs. P. A Rubiyanto, selaku Dosen Pembimbing mahasiswa
semester VIII yang telah banyak memberikan pendampingan selama
masa studi.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah
memberikan ilmunya dan setia mendampingi di setiap proses
perkuliahan.
7. Para Karyawan dan Karyawati Sekretariat Program Studi secara khusus
dan Universitas Sanata Dharma secara umum yang telah membantu
dalam segala urusan administrasi penulis.
8. Babeku tercinta (Bambang Margono) yang selama ini telah memberikan
segala-galanya yang tak ternilai dan yang terbaik untukku serta telah
mendoakanku sampai saat ini, tunggu ya beee sampai aku bisa ngasih
yang terbaik untuk-Mu
9. Ibuku tersayang (Muryanti) yang telah melahirkan aku ke dunia ini serta
membesarkanku dengan penuh kesabaran. Kasih sayangmu tak akan
pernah tergantikan oleh apapun. Terima kasih telah menjadi ibu yang
terbaik bagiku.
10. Kakekku tersayang (Sutamsir,Alm), akhirnya kek cucumu jadi sarjana
juga,he….he……, tapi belum tentu jadi guru lho ya!!!!!!.
11. Adekku arum, tengkyu untuk dukungan dan semangat untukku selama
ini, kuliah yang bener bayar kuliah tu mahal sekarang.
12. Keluarga besarku di Sragen yang tidak bisa disebutkan satu per satu,
makasih untuk dukungan yang kalian berikan selama ini, semua yang
kalian berikan berharga untukku.
xii
13. Sahabat-sahabatku star di jogja (Ser’Cempluk, Ratna’Mbokdheee, dan
Tante 2Tik) yang selalu setia menghibur, membantu dan menemani di
setiap tawa dan tangisku. Kalian adalah teman-teman terbaikku dan
semoga persahabatan kita abadi selamanya. Kapan ya kita bisa shooping
bereng-bareng lagi????Kalau pada mudik jangan lupa caling2 lho ya!!!!
14. Masku, makasih buat kasih sayang yang kamu berikan selama ini yang
sabar aja yang ngadepin aku, tapi kalau dah ga sabar bilang yang tar ta
cariin penggantiku!!!!!!!!!!!!!!! Kamu anugerah terindah yang pernah
kumiliki.
15. Teman-temanku di kampus tercinta Universitas Sanata Dharma,
khususnya Anak-anak Pendidikan Ekonomi angkatan 2004 (Mbak Oca
(kapan2 travelling lagi ya mbak), Yanu, Yogi, dan teman-teman lain
yang tidak dapat disebutkan satu per satu) terima kasih atas jalinan
persaudaraan kita selama ini. Jangan lupa kita adalah keluarga besar so
saling memberi semangat ya. Masa depan kita masih panjang Friends!!!!
16. Motor Hondaku AD 3613 TY dan Motor Shogunku AD 5703 Y yang
selalu setia mengantarku kemanapun tujuannya, TINGKYU yauuuuu.
17. Lepiku yang baru tapi sangat membantuku buat ujian skripsiku, tingkyu
banget ya.
18. Buat si ndok ceplok, tingkyu ya dah bantuin aku buat ngerjain skripsi
dari pagi pe sore dan akhirnya selesai juga skripsiku. Jangan rewel lagi
ya, kasian arum tu tar dia tambah stres lagi
xiii
19. Semua pihak yang telah berpartisipasi dan tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna dan
sangat banyak kekurangannya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang membangun sehingga nantinya penulis dapat
memperbaikinya.
Akhirnya, penulis sangat berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca ataupun pihak-pihak yang membutuhkan.
Yogyakarta, Juni 2008
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….…i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………....ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………...iii
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………………iv
MOTTO……………………………………………………………………….....v
PERNYATAAN KEASLIAN…………………………………………....……..vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI…………………...vii
ABSTRAK…………………………………………………………………...….viii
ABSTRACT……………………………………………………………………..ix
KATA PENGANTAR……………………………………………………..……x
DAFTAR ISI……………………………………………………………….…...xiv
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………....1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………….1
B. Rumusan Masalah ..…………………………………………………7
C. Tujuan Penelitian …………………………………………………...8
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………….....8
E. Batasan Masalah... ………………………………………………….9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Produksi dan Konsumsi Hewan Ternak di Indonesia …...…………10
B. Perkembangan Peternakan Ruminansia di Indonesia ……..……….13
C. Pengertian Fluktuasi Harga Daging Babi………….……………….16
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Ternak Daging Babi..…18
E. Ternak Babi……………………………….....……………………..25
F. Penelitian Terdahulu ……………………………………………….31
G. Kerangka Pemikiran ……………………………………………….32
H. Hipotesis Penelitian ………………………………………………..34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian …………………………………………………… 36
B. Tempat dan Waktu Penelitian ………..…………………………....36
xv
C. Populasi dan Penentuan Sampel …..…………………………….…37
D. Data yang Diperlukan ……………………………………………...38
E. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………...39
F. Variabel Penelitian …………………………………………………40
G. Teknik Analisis Data………………………………………………..40
BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN
A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian…………………………………50
B. Keadaan Demografi………………………………………………...51
C. Sarana dan Prasarana……………………………………………….54
D. Pemerintahan Kecamatan Jogonalan……………………………….57
E. Keberadaan Peternakan Babi di Kecamatan Jogonalan……………59
F. Deskripsi Responden……………………………………………….63
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data………………………………………………………67
B. Analisis Data………………………………………………………..69
C. Pembahasan…………………………………………………………84
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………………………………………………………....100
B. Saran..................................................................................................101
C. Keterbatasan Penelitian.....................................................................102
DAFTAR PUSTAKA
PEDOMAN WAWANCARA
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel I.1 Perkembangan Konsumsi Masyarakat Terhadap Daging Babi...... 4
Tabel I.2 Harga Daging Babi……………....………….…………….…..…..6
Tabel II.1 Perkembangan Produksi Hewan Ternak di Indonesia……............11
Tabel II.2 Hasil Penelitian Terdahulu.............................................................31
Tabel III.1 Uji Durbin Watson.........................................................................44
Tabel IV.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Jogonalan Menurut Agama............51
Tabel IV.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Jogonalan Menurut Pendidikan.....53
Tabel IV.3 Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Jogonalan......................54
Tabel IV.4 Sarana Pendidikan Kecamatan Jogonalan......................................55
Tabel IV.5 Sarana Perekonomian Kecamatan Jogonalan.................................56
Tabel IV.6 Sarana Kesehatan Kecamatan Jogonalan.......................................57
Tabel IV.7 Peternakan Babi di Kecamatan Jogonalan.....................................61
Tabel IV.8 Peternakan Babi di Kecamatan Jogonalan yang Dijadikan
Objek Penelitian.............................................................................64
Tabel IV.9 Umur dan Status Peternak Babi di Kecamatan Jogonalan.............65
Tabel IV. 10 Tingkat Pendidikan Peternak Babi di Kecamatan Jogonalan.........65
Tabel IV.11 Aliran Agama yang Dianut Peternak Babi
di Kecamatan Jogonalan.................................................................66
Tabel IV.12 Tingkat Pendapatan Peternak Babi di Kecamatan Jogonalan........66
Tabel V.1 Descriptive Statistic........................................................................68
Tabel V.2 Hasil Uji Normalitas.......................................................................70
Tabel V.3 Hasil Uji Linieritas.........................................................................71
Tabel V.4 Hasil Uji Linieritas.........................................................................71
Tabel V.5 Hasil Uji Linieritas.........................................................................72
Tabel V.6 Hasil Uji Multikolinieritas.............................................................73
Tabel V.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas.........................................................75
Tabel V.8 Uji Durbin Watson.........................................................................76
Tabel V.9 Hasil Uji Autokorelasi....................................................................77
Tabel V.10 Hasil Uji Koefisien Regresi Berganda...........................................78
xvii
Tabel V.11 Hasil Uji Koefisien Regresi Berganda...........................................79
Tabel V.12 Hasil Pengujian Koefisien Regresi Sederhana...............................82
Tabel V.13 Hasil Pengujian Koefisien Regresi Sederhana...............................82
Tabel V.14 Hasil Pengujian R22...........................................................................84
Tabel V.15 Fluktuasi Harga Daging Babi dan Harga Pakan Ternak Babi
Tahun 2004-2006...........................................................................87
Tabel V.16 Fluktuasi Harga Daging Babi dan Harga Daging Ayam
Tahun 2004-2006...........................................................................90
Tabel V.17 Fluktuasi Harga Daging Babi dan Harga Bibit Babi
Tahun 2004-2006...........................................................................93
Tabel V.18 Fluktuasi Harga Daging Babi dan Jumlah Pendapatan Perkapita
Masyarakat Kabupaten Klaten
Tahun 2004-2006...........................................................................95
Tabel V.19 Fluktuasi Harga Daging Babi Pada Saat Hari Besar Keagamaan
Tahun 2004-2006...........................................................................98
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar IV.1 Struktur Organisasi Pemerintahan Kecamatan Jogonalan.............57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini kebutuhan akan nilai gizi masyarakat, khususnya
protein hewani per kapita masih belum memadai. Merebaknya kasus gizi
buruk yang beberapa waktu terjadi amat menyakitkan bagi masyarakat
Indonesia. Kondisi ini merupakan cerminan rendahnya konsumsi kalori-
protein pada tingkat keluarga. Sayangnya ditengah usaha berbagai pihak
mempromosikan peningkatan konsumsi protein hewani, negara kita
kembali disibukkan oleh merebaknya beberapa penyakit yang menyerang
hewan ternak yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, salah
satunya adalah merebaknya flu burung yang telah berdampak pada
turunnya konsumsi daging dan telur.
Peran ternak sebagai penyedia bahan protein tinggi dalam bentuk
daging, telur, dan susu tidak diragukan lagi dan kenyataan ini telah
berlangsung sejak lama. Namun demikian, pada pertanian tradisional rata-
rata produktivitas ternak masih sangat rendah, baik dalam pertumbuhan
bobot berat badan pada tingkatan berbagai umur, terutama yang berasal
dari bangsa peternak lokal. Apalagi bahwa akhir-akhir ini populasi ternak
potong begitu sangat menurun. Dilain sisi permintaan terhadap daging
terus meningkat, apabila tidak ada upaya khusus, permintaan tersebut
harus dipenuhi melalui impor, dan angka impor ini akan terus meningkat.
2
Agar kebutuhan protein hewani per kapita dapat terpenuhi, maka perlu ada
peningkatan produksi di bidang peternakan. Salah satu sumber pemenuhan
protein ini dapat diatasi dengan mengusahakan ternak babi.
Babi merupakan salah satu komoditi ternak yang memiliki potensi
besar untuk dikembangkan karena memiliki keunggulan tersendiri, antara
lain laju pertumbuhannya yang cepat dan permintaan terhadap daging babi
yang dilaporkan cukup tinggi, yaitu sekitar satu juta kilo per tahun (Ditjen
Bina Produksi Peternakan, 2001). Ternak babi sebagai ternak potong yang
semata-mata hanya menghasilkan daging ini akan bisa ditingkatkan
produksinya secara optimal apabila ternak tersebut dikelola secara modern.
Hal ini berarti bahwa kesemuanya itu harus berpangkal pada apa yang
disebut dengan “Panca Usaha”. Panca usaha ini bukan hanya terbatas pada
bidang pertanian, melainkan di dunia peternakan juga memegang peran
yang cukup signifikan. Seperti pada masa sekarang, ketika kita dihadapkan
pada era pembangunan yang sedang dialami negara kita, Panca Usaha
Ternak Potong (PUTP) mutlak dilaksanakan sebagai titik tolak untuk
melipatgandakan produksi daging. Dengan demikian produksi ternak babi
pun dapat ditingkatkan secara optimal apabila dikelola sesuai
perkembangan ilmu, khusunya ilmu makanan, penyakit dan tatalaksana
berternak. Dengan beberapa upaya yang dilakukan sebagai usaha untuk
meningkatkan hasil usaha peternakan khususnya ternak babi, maka besar
harapan hasil dari usaha berternak babi ini akan mencapai peningkatan
hasil pendapatan. Peningkatan hasil pendapatan yang diperoleh oleh
3
peternak ini nantinya juga akan berpengaruh pada pola konsumsi
masyarakat terhadap daging babi. Semakin baik hasil yang diperoleh dari
para peternak babi, maka semakin besar pula pola konsumsi masyarakat
terhadap daging babi tersebut.
Konsumen produk ternak umumnya memberikan respon terhadap
perubahan pendapatan. Menurut pola pangan harapan (PPH), konsumsi
daging masyarakat Indonesia 10,1 kg/kapital/tahun (Soedjana, 2005). Pada
tahun 1996 konsumsi daging tersebut baru mencapai 8,41 kg/kapital/tahun,
tetapi karena krisis moneter pada tahun 2000 turun menjadi 5,16
kg/kapital/tahun. Sedangkan pada tahun 2004 konsumsi masyarakat
terhadap daging meningkat sebesar 3,1% dibandingkan tahun
sebelumnya. Kebutuhan tersebut berasal dari daging unggas (57%), daging
sapi (24%), daging babi (11%), daging kambing (5%), daging kerbau dan
kuda (3%), (Karyasa, 2002: 2). Khususnya untuk daging babi tentu saja
dipengaruhi oleh harga dari produk daging babi tersebut sendiri. Di bawah
ini adalah tabel perkembangan konsumsi masyarakat terhadap daging babi:
4
Tabel I.1 Perkembangan Konsumsi Masyarakat Indonesia Terhadap Daging
Tahun Perkembangan Konsumsi Masyarakat Indonesia Terhadap Daging (ribu ton)
2000
2001
2002
2003
2004
1.516,0
1.601,6
1.808,4
1.910,5
1.970,5
Sumber: Statistik Pertanian 2004
Dengan tingkat konsumsi tersebut, tingkat konsumsi protein hewani
masyarakat Indonesia masih jauh lebih rendah dibandingkan Negara-
negara lain. Sebagai contoh, rata-rata tingkat konsumsi protein hewani di
Indonesia hanya mencapai 4,7 gram/orang/hari. Sedangkan di Malaysia,
Thailand dan Philipina rata-rata telah diatas 10 gram/orang/hari. Hal ini
tentu saja menggambarkan betapa rendahnya nilai gizi masyarakat
terhadap protein hewani.
Fluktuasi harga merupakan salah satu faktor yang paling
berpengaruh pada konsumsi masyarakat terhadap daging babi. Fluktuasi
harga daging babi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
harga pakan ternak babi, harga substitusi dari babi sendiri (khususnya
harga daging ayam), harga bibit dari babi, perubahan pendapatan per
kapita masyarakat, hari besar keagamaan (Natal, Idul Fitri, Tahun Baru
China). Fluktuasi harga daging babi yang di konsumsi oleh masyarakat
dapat juga disebabkan oleh rendahnya respon dari peternak tradisional
terhadap perubahan harga pada daging babi itu sendiri, hal tersebut antara
lain disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dalam memasarkan ternak
5
serta menambah lahan, tenaga kerja, dan faktor lain yang mempengaruhi
fluktuasi, seperti krisis ekonomi dan pasar bebas. Penurunun atau
peningkatan konsumsi masyarakat terhadap daging, khususnya daging
babi tentu saja dipengaruhi oleh harga dari produk daging babi tersebut
sendiri. Beberapa faktor tersebutlah yang menyebabkan keresahan pada
para peternak babi, harga daging babi sewaktu-waktu dapat berubah sesuai
dengan permintaan konsumen.
Pada dasarnya berternak babi merupakan salah satu usaha yang
cukup menjanjikan bagi peternak babi. Dengan hanya membeli bibit
seharga Rp 200.000-Rp250.000/bibit, peternak dapat menjualnya kembali
ketika berat babi tersebut sudah mencapai 80-100/kg/babi dengan harga
Rp 10.000-Rp 11.00/kg. Tetapi harga jual terhadap daging babi tidaklah
bertahan pada keadaan tersebut, hal ini disebabkan karena harga daging
babi terus berfluktuasi yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Dibawah ini adalah gambaran harga daging babi yang
terus berfluktuasi:
Tabel I.2 Harga Daging Babi
No. Tahun Harga/kg
1.
2.
3.
4.
2004
2005
2006
2007
Rp 8.000-Rp 8.500
Rp 4.000
Rp 9.000-Rp 11.500
Rp 10.000-Rp 10.500
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2004-2007
Harga daging babi yang terus berfluktuasi tentu saja menimbulkan
keresahan bagi para peternak babi, hal ini menyebabkan banyak dari antara
6
peternak babi yang memilih beralih profesi, mereka cenderung tidak
memilih untuk beternak babi kembali kerena ketidak pastian dari harga
daging babi.
Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten merupakan salah satu
daerah yang penduduknya banyak yang bermata pencaharian sebagai
peternak babi, baik sebagai pekerjaan pokok maupun sebagai pekerjaan
sambilan. Dalam penelitian ini, peneliti hendak meneliti seberapa jauh
faktor-faktor tersebut berpengaruh pada fluktuasi harga daging babi,
karena dapat kita lihat bersama bahwa tidak selamanya harga daging babi
tersebut tetap pada keadaan yang diharapkan oleh produsen maupun
konsumen. Setelah mengetahui seberapa jauh faktor-faktor tersebut
berpengaruh pada fluktuasi harga daging babi, maka besar kemungkinan
diperoleh beberapa solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Sehingga dapat diperoleh beberapa cara untuk meminimalisasi berbagai
kemungkinan fluktuasi harga daging babi yang dapat merugikan produsen
maupun konsumen. Melihat latar belakang tersebut penelitian ini mencoba
untuk melihat sejauh mana faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap
perubahan harga daging babi dengan judul “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Fluktuasi Harga Daging Babi di Kecamatan
Jogonalan Tahun 2004-2006”.
7
B. Batasan Masalah
Penelitian ini hanya meneliti seberapa besar faktor-faktor
perubahan harga pakan ternak babi, harga substitusi babi, harga bibit,
pendapatan perkapita masyarakat, hari besar keagamaan berpengaruh
terhadap fluktuasi harga daging babi, khususnya di Kecamatan Jogonalan,
Kabupaten Klaten, pada tahun 2004-2006.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka yang menjadi
permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah harga pakan ternak babi mempengaruhi fluktuasi harga daging
babi?
2. Apakah harga substitusi daging babi (daging ayam) mempengaruhi
fluktuasi harga daging babi?
3. Apakah harga bibit babi mempengaruhi fluktuasi harga daging babi?
4. Apakah pendapatan per kapita masyarakat Klaten (dalam ribuan)
mempengaruhi fluktuasi harga daging babi?
5. Apakah hari besar keagamaan (Hari raya Idul Fitri, Natal dan Tahun
Baru China) mempengaruhi fluktuasi harga daging babi?
8
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan
dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh perubahan harga pakan
ternak babi mempengaruhi fluktuasi harga daging babi.
2. Untuk menganalisis seberapa besar harga substitusi babi (daging
ayam) mempengaruhi fluktuasi harga daging babi.
3. Untuk menganalisis seberapa besar harga bibit babi mempengaruhi
fluktuasi harga daging babi.
4. Untuk menganalisis seberapa besar pendapatan per kapita masyarakat
Klaten (dalam ribuan) mempengaruhi fluktuasi harga daging babi.
5. Untuk menganalisis seberapa besar hari besar keagamaan (Hari raya
Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru China) mempengaruhi fluktuasi harga
daging babi.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Masyarakat
Masyarakat khususnya disini adalah para peternak maupun
konsumen daging babi, agar lebih memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi fluktuasi harga daging babi, sebagai salah satu upaya
pencegahan terjadinya kerugian bagi kedua belah pihak, yaitu
produsen maupun konsumen.
9
2. Universitas
Sebagai tambahan informasi, referensi, wawasan toritis khususnya
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga daging
babi.
3. Penulis
Untuk menerapkan pengetahuan teoritis yang diperoleh selama
kuliah kedalam praktik yang sesungguhnya, khususnya membantu
peternak babi untuk mengatasi fluktuasi harga daging babi yang
nantinya akan merugikan mereka.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Produksi dan Konsumsi Hewan Ternak di Indonesia
1. Produksi Hewan Ternak Di Indonesia
Sumber produksi daging adalah dari ternak sapi potong, ternak
unggas, kambing, domba dan sebagian kecil dari ternak kerbau, sapi
perah, kuda dan babi. Pada tahun 2004 populasi sapi potong, kerbau
dan kuda masing-masing sebanyak 10,4 juta ekor, 2,5 juta ekor dan 0,4
juta ekor. Perkembangan populasi dari ternak penghasil daging
tersebut pada tahun 2004 relatif tetap kecuali untuk populasi sapi
potong yang mengalami penurunan sekitar 1% dibandingkan tahun
2003. Selain itu, ternak besar ini lebih banyak diproduksi di luar Jawa
daripada di Jawa.
Dengan perkembangan populasi ternak potong yang relative masih
rendah, maka jumlah produksi hewan ternak yang dapat diproduksi
dari dalam negeri juga sangat terbatas, pada tahun 2004 produksi
daging hanya meningkat 7,9% dari tahun 2003. Peningkatan produksi
hewan ternak berasal dari hewan ternak sapi, kambing, babi dan ayam.
Perkembangan produksi hewan ternak dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
11
Tabel II.1 Perkembangan Produksi Hewan Ternak di Indonesia (ribu ton)
Tahun No Jenis
2003 2004 2005 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Sapi
Kerbau
Kambing
Domba
Babi
Kuda
Ayam buras
Ayam ras petelur
Ayam ras
pedaging
369,7
40,6
63,9
80,5
177,1
1,6
298,5
48,2
771,1
447,6
40,2
57,1
66,1
194,7
1,6
296,4
48,4
845,1
463,8
40,8
58,9
66,5
198,2
1,7
310
51,2
883,4
Sumber: Statistik Pertanian, 2005.
2. Konsumsi Hewan Ternak di Indonesia
Ternak dan hasil produksinya merupakan sumber bahan pangan
protein yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya
manusia Indonesia. Perkembangan populasi ternak utama dan hasil
produksinya merupakan gambaran tingkat ketersediaan sumber bahan
protein nasional. Tingkat konsumsi yang akan menentukan kualitas
sumber daya manusia dipengaruhi oleh tingkat ketersediaan daging
dan produksi ternak lainnya, serta tingkat pendapatan rumah tangga.
Faktor tingkat pendapatanlah yang akan menentukan apakah rumah
tangga atau individu akan lebih banyak mengkonsumsi sumber
12
karbohidrat atau protein, yang nantinya akan berpengaruh pada tingkat
konsumsi berkualitas dan sesuai dengan persyaratan gizi.
Pada saat ini Indonesia sedang dihadapkan pada suatu keadaan
dimana tingkat konsumsi protein hewani penduduk di Indonesia sangat
mengkhawatirkan, karena saat ini tingkat konsumsi protein hewani
penduduknya hanya mencapai 5 gram/kapita/hari. Tingkat kosumsi
protein hewani yang mencapai 5 gram/kapita/hari tersebut hanya setara
dengan seperlima tingkat konsumsi protein hewani Singapura pada
tahun 1987, pada saat itu Singapura sudah memiliki tingkat konsumsi
22 gram/kapita/hari (www.kompas.com). Tingkat konsumsi protein
hewani akan ada pada angka yang diharapkan apabila tingkat
pertumbuhan hewan ternak Indonesia mencapai 5% atau sama dengan
laju pertumbuhan hewan ternak sebelum krisis moneter.
Berdasarkan catatan Ditjen Bina Produksi Peternakan Depertemen
Pertanian diketahui bahwa jumlah ternak di Indonesia saat ini 11 juta
ekor yang terdiri dari: 2,5 juta ekor lembu, 14 juta ekor kambing, dan
sekitar 7 juta ekor babi. Jumlah tersebut belum termasuk jumlah ternak
unggas yang diperkirakan jauh lebih banyak, karena setiap satu ekor
sapi yang yang ada, terdapat sekitas 2000 ekor ternak unggas. Akibat
rendahnya konsumsi penduduk terhadap konsumsi hewan ternak, maka
indeks pembangunan penduduk Indonesia di antara Negara-nagara di
dunia menjadi sangat rendah, yakni hanya berada pada urutan ke-112
dari 117 negara.
13
Usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan
konsumsi masyarakat terhadap hewan ternak antara lain adalah dengan
peningkatan pengawasan terhadap penyakit hewan-hewan, seperti
antraks atau avian influenza. Untuk meningkatkan konsumsi protein
hewani di Indonesia, pemerintah juga melakukan pengembangan pola
pemberdayaan petani peternak di pedesaan, hal ini dimaksudkan agar
daging-daging hasil ternak tersebut dapat langsung masuk ke daerah
pedesaan dan dapat langsung di konsumsi oleh masyarakat.
B. Perkembangan Peternakan Ruminansia di Indonesia
1. Sapi Potong, Sapi Perah dan Kerbau
Perkembangan populasi ternak ruminansia besar (sapi dan kerbau)
secara umum dapat dikatakan relative lambat, bahkan untuk ternak
kerbau sendiri cenderung menurun. Penurunan populasi sapi potong
selama kurun waktu 1998-2001, sejak tahun 2002 telah teratasi dan
pada tahun 2003 telah mencapai jumlah 11,5 juta ekor. Sementara itu,
untuk ternak kerbau populasinya semanya semakin menurun, yaitu
sekitar 3,3 juta ekor pada tahun 1992 menjadi hanya 2,5 juta ekor pada
tahun 2003 (Syafa’at, 2004: 13-14). Penurunan populasi kerbau sangat
terkait dengan semakin berkurangnya pemanfaatan ternak tersebut
dalam kegiatan pertanian, khususnya untuk pengolahan lahan sawah.
Lambannya perkembangan ternak sapi, khususnya sapi potong
disebabkan oleh masih terbatasnya kemampuan system pembibitan dan
14
manajemen pengelolaan usaha peternakan sapi. Selain itu, semakin
meningkatnya pemotongan sapi betina juga menjadi penghambat lain
yang potensial menekan perkembangan populasi ternak sapi di dalam
negeri. Namun permasalahan-permasalahan tersebut sedikit demi
sedikit sudah mulai dapat diatasi, sehingga populasi ternak sapi pada
tahun 2002-2003 sudah menunjukkan peningkatan kembali.
Peningkatan populasi ternak ruminansia besar yang utama didorong
oleh keberhasilan program inseminasi buatan.
Perkembangan jumlah populasi ternak sapi potong, sapi perah dan
kerbau, secara langsung juga berpengaruh terhadap perkembangan
produksi daging maupun susu. Peningkatan populasi ternak sapi
potong pada periode 2000-2003, telah mendorong peningkatan
produksi daging sapi pada periode tersebut dengan laju 2,32% per
tahun, sementara semakin menurunnya populasi ternak kerbau juga
mendorong penurunan produksi daging kerbau dengan laju sebesar -
1,97% per tahun. Peningkatan populasi ternak sapi perah juga semakin
mendorong peningkatan produksi susu sapi dengan laju sebesar 4,70%
per tahun. Namun apabila ditelaah lebih jauh, perkembangan populasi
ternak sapi dan kerbau pada tahun 2003, mendorong peningkatan
produksi daging sapi, susu dan daging kerbau yang cukup tinggi,
masing-masing sebesar 6,51%, 3,26%, 7,33%. Seiring dengan
peningkatan produksi hasil ternak, konsumsi pangan hewani juga
mengalami peningkatan. Konsumsi daging meningkat dari 5,75
15
kg/kapita/tahun pada tahun 2002 menjadi sekitar 6,08 kg/kapita/tahun,
konsumsi telur meningkat dari 4,04 kg/kapita/tahun menjadi 4,47
kg/kapita/tahun dan susu meningkat dari 7,05 kg/kapita/tahun menjadi
7,28 kg/kapita/tahun (Syafa’at, 2004: 13-14).
Dari fenomena diatas terlihat bahwa usaha ternak sapi potong dan
sapi perah sebelum krisis ekonomi telah menunjukkan kinerja yang
cukup baik. Adanya krisis ekonomi menyebabkan populasi dan produk
dari jenis ternak ini mengalami penurunan. Berbagai upaya yang telah
dilakukan pemerintah melalui Departeman Pertanian telah mampu
mengangkat kinerja usaha peternakan ini kembali seperti sebelum
krisis ekonomi.
2. Kambing, Domba, dan Babi
Keadaan yang dialami oleh ternak ruminansia kecil (kambing,
domba dan babi) juga tidak jauh berbeda dengan ternak ruminansia
besar. Populasi ternak kambing dan domba yang pada periode 1993-
1997 sempat tumbuh secara positif sebesar 4,33% per tahun, pada
periode 1998-1999 justru mengalami pertumbuhan negative sebesar -
4,63% per tahun. Penurunan populasi pada periode krisis tersebut,
sedikit demi sedikit mulai diatasi, sehingga selama kurun waktu 2000-
2003 populasinya kembali meningkat menjadi sebesar 1,53% per
tahun. Keadaan populasi ternak babi tidak sebaik ternak kambing dan
domba. Walaupun selama tiga periode analisis populasi ternak babi
16
masih tumbuh negative, namun perkembangannya mengalami
pergeseran dari akselerasi menjadi deselarasi. Kondisi ini
menunjukkan bahwa Depertemen Pertanian cukup serius
memperhatikan perkembangan populasi ternak ruminansia kecil.
Seperti halnya pada ternak ruminansia besar, peningkatan populasi
ternak ruminansia kecil akan mendorong peningkatan produksi daging
kambing, domba dan babi. Setelah mengalami penurunan pada periode
krisis (1998-1999) hingga mencapai -16,35% per tahun, produksi
daging kambing dan domba pada periode 2000-2003 kembali
meningkat dengan laju sebesar 15,95% per tahun. Untuk produksi
daging babi pada periode 2000-2003 laju pertumbuhannya mencapai
5,04% per tahun, lebih tinggi dibandingkan dengan laju penurunan
pada periode sebelumnya yang mecapai -3,53% per tahun (Syafa’at,
2004: 13-14).
C. Pengertian Fluktuasi Harga Daging Babi
Setiap hari manusia secara sadar ataupun tidak sadar,
melakukan berbagai macam tindakan ekonomi. Setiap orang melakukan
pekerjaannya sehari-hari, dan dengan demikian menyediakan tenaga kerja
mereka. Orang membeli benda-benda konsumsi, membayar sewa rumah,
membawa uang ke bank, pendek kata senantiasa manusia berhubungan
dengan proses ekonomi.
17
Satuan-satuan rumah tangga sebagai satuan konsumen
mempunyai berbagai kebutuhan barang-barang dan jasa yang jumlahnya
tidak terbatas. Mereka mempunyai pendapatan uang yang diperoleh dari
penjualan sumber-sumber ekonomi yang jumlahnya terbatas milik mereka.
Selanjutnya mereka akan menggunakan pendapatan yang jumlahnya
terbatas untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa yang memberikan
kepuasan tertinggi. Dengan demikian barang-barang tersebut mencapai
suatu harga, maksudnya nilai tukar suatu benda yang dinyatakan dalam
bentuk uang (Winardi, 1989: 81).
Berkaitan dengan produksi ternak daging babi, para peternak
babi yang saling bersaing merupakan sisi penawaran di pasar produk
daging babi. Tujuan mereka adalah untuk memperoleh keuntungan
maksimal. Untuk itu mereka harus berusaha mencari metode yang lebih
baik untuk berternak babi, agar dapat memperoleh daging babi yang baik
untuk dapat dikonsumsi oleh masyarakat, sehingga pada akhirnya dapat
meningkatkan nilai konsumsi dari masyarakat.
Para peternak memiliki sejumlah terbatas penerimaan uang dari
penjualan hasil produksi yang relative terbatas jumlahnya, mereka harus
memilih diantara berbagai sumber-sumber yang tersedia untuk
mendapatkan hasil ternak yang baik dan sesuai dengan kebutuhan
konsumen. Pilihan-pilihan yang dihadapi oleh peternak tergantung pada
harga sumber-sumber yang digunakan oleh peternak untuk meningkatkan
hasil ternak mereka. Apabila dalam prakteknya harga sumber-sumber
18
yang digunakan oleh peternak untuk meningkatkan hasil ternak mereka
meningkat, maka hal tersebut dapat menyebabkan kelangkaan bagi barang
hasil ternak mereka, khususnya daging babi itu sendiri. Ini nantinya juga
akan berdampak pada kemungkinan penggantian dalam konsumsi
masyarakat pada daging babi dengan mengkonsumsi daging lainnya. Jika
suatu produk menjadi lebih langka, maka harga sebagai indek kelangkaan
relative akan naik. Ini akan menjadi tanda bagi konsumen untuk mengganti
barang yang harganya naik tersebut dengan barang yang harganya lebih
murah. Hal tersebutlah yang menjadi faktor mendasar yang berpengaruh
pada fluktuasi harga daging babi. Naik ataupun turunnya harga lebih
disebabkan oleh berubahnya beberapa faktor yang berperan dalam
mempengaruhi perubahan harga dari produk tersebut.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fluktuasi Harga Ternak Daging
Babi
1. Harga Pakan Ternak Babi
Menurut Gilarso (2002: 115) penawaran adalah jumlah dari suatu
barang tertentu yang mau dijual (ditawarkan) pada berbagai
kemungkinan harga, dalam jangka waktu tertentu (citeris paribus).
Jumlah yang ingin dijual oleh peternak umumnya searah dengan harga
barang: a) Makin tinggi harganya, dibandingkan dengan biaya
produksi, banyak yang ingin dijual, b) Makin rendah harganya, makin
sedikit jumlah barang yang ingin dijual. Sedangkan dari sisi penawaran
19
faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga daging babi salah
satunya adalah harga pakan ternak babi, antara lain jagung, sentrat,
katul.
Harga pakan ternak babi mempunyai pengaruh yang cukup besar
terhadap fluktuasi harga daging babi. Pakan ternak babi antara lain:
konsentrat, jagung, katul. Ketika harga pakan ternak babi mengalami
kenaikan harga, maka secara tidak langsung akan berdampak pada
kenaikan harga daging babi. Kenaikan harga pakan ternak babi tentu
saja mempersulit para peternak untuk memelihara ternak babi, karena
mereka akan mengalokasikan dana lebih banyak untuk membeli pakan
ternak babi, dan tentu saja hal ini akan berdampak pada harga jual
daging babi yang menjadi lebih tinggi. Tetapi hal ini belum tentu
sepenuhnya dapat memberikan keuntungan bagi peternak babi, kerena
tentu saja konsumen daging babi akan mengurangi konsumsi daging
babi ketika harga daging babi naik. Ini tentu saja tidak menguntungkan
bagi peternak babi, ketika harga pakan ternak babi naik dan
masyarakat mengurangi konsumsi daging babi, maka pendapatan yang
diterima oleh peternak akan berkurang. Inilah yang nantinya dapat
menjadi salah satu faktor yang menyebabkan harga daging babi
menjadi berfluktuasi.
20
2. Harga Substitusi Daging Babi (Daging Ayam)
Dari sisi permintaan sendiri, harga substitusi daging babi berupa
daging ayam merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
fluktuasi harga daging babi. Barang substitusi sendiri adalah adalah
suatu barang yang dapat menggantikan barang yang lain. Barang
substitusi muncul karena harga barang utama yang mengalami
kenaikan. Akibatnya barang ini mengalami kenaikan, maka orang
cenderung akan mencari barang lain yang harganya lebih rendah tetapi
dengan kualitas yang sama (Sukirno, 2002:13-15).
Barang substitusi disini adalah barang yang dapat menggantikan
barang yang sudah ada. Ketika harga daging babi naik, karena
penawaran dari peternak meningkat, maka konsumen daging babi akan
mengurangi konsumsi daging babi dan menggantinya dengan
mengkosumsi barang substitusi daging babi, antara lain daging ayam
dan daging sapi. Begitu pula sebaliknya, ketika harga substitusi daging
babi meningkat, masyarakat akan memilih untuk mengkonsumsi
daging babi, tetapi dalam hal ini tentu saja bagi masyarakat tertentu
yang mengkonsumsi daging babi. Hal ini tentu saja sangat
menguntungkan peternak, karena pendapatan mereka meningkat
dengan semakin banyaknya masyarakat yang mengakonsumsi daging
babi. Tetapi dari segi konsumen juga diuntungkan, karena mereka
masih tetap menikmati daging dengan harga yang lebih terjangkau.
21
3. Harga Bibit Babi
Para peternak mengharapkan harga setinggi-tingginya untuk hasil
ternak yang mereka tawarkan untuk mendapatkan keuntungan
sebanyak mungkin. Akan tetapi apabila mereka meminta harga yang
terlalu tinggi, para konsumen tidak akan mau membeli hasil ternak
mereka, sebagai hasilnya adalah hasil ternak dari para peternak tidak
laku dipasaran. Di lain pihak apabila para peternak menjual hasil
ternak mereka dengan harga yang terlalu rendah, maka mereka tidak
akan bersedia untuk menjual hasil ternaknya karena merasa rugi.
Pedoman bagi para peternak dalam menentukan harga jual adalah
(Gilarso, 2002: 115-116):
a. Biaya yang dikeluarkan (ongkos bahan dan alat, upah tenaga kerja,
banyaknya waktu dan keahlian yang telah dicurahkan).
b. Laba yang diinginkan, yang merupakan sumber penghasilannya.
c. Pertimbangan lain: keadaan pasar, peluang yang ada, persaingan,
situasi sosial-politik.
Dari sisi penawaran harga bibit cukup berpengaruh pada fluktuasi
harga daging babi. Ketika peternak membeli bibit babi yang
berkualitas baik dengan harga yang lebih mahal dan didukung dengan
cara berternak yang memadai, maka pada saat babi siap untuk dijual
akan diperoleh babi dengan kualitas daging yang baik pula. Hal ini
akan berdampak pada penawaran yang diberikan oleh peternak babi
kepada penawaran daging babi yang menjadi lebih tinggi. Ketika
22
peternak membeli bibit babi dengan kualitas yang kurang baik dan
dengan harga yang rendah, apalagi dengan didukung dengan cara
beternak yang kurang memadai, maka hasil yang nantinya akan
diperoleh adalah babi dengan kualitas daging yang buruk dan tentu
saja dengan harga yang rendah. Hal ini akan berdampak pada
penawaran yang diberikan oleh peternak babi menjadi lebih rendah, ini
disebabkan oleh kualitas dari daging babi tersebut yang kurang baik.
Maka hal ini tentu saja jelas merugikan peternak, mereka akan
mendapatkan ternak babi dengan daging yang kurang berkualitas,
sehingga harga yang terjadi dipasaran juga tidak terlalu baik. Jadi
dalam menentukan pemilihan bibit babi, peternak harus benar-benar
dapat memperhatikan hal ini, karena pemilihan bibit babi sangat
berpengaruh pada kualitas babi pada saat babi siap untuk dijual.
4. Pendapatan Per Kapita Masyarakat
Menurut Gilarso (2002: 187-189) Angka Produk Nasional Bruto
(GNP) dan Pendapatan Nasional (Y) meringkas hasil kegiatan
ekonomi seluruh bangsa selama satu tahun dalam satu angka. Angka
tersebut, bersama dengan laju perkembangannya merupakan informasi
dan alat analisis yang penting, kerena memberikan gambaran tentang
situasi dan struktur ekonomi negara kita, taraf perkembangannya,
kekuatan dan kelemahannya. Namun secara internasional, ukuran yang
dipakai untuk mengukur taraf hidup serta membandingkannya dengan
23
negara-negara lainnya adalah GNP per kapita atau Y per kapita, yaitu
GNP (atau Y) dibagi dengan jumlah penduduk negara yang
bersangkutan, maka diperoleh pendapatan per kapita masyarakat suatu
negara. Karena disebabkan oleh tidak adanya data pendapatan per
kapita masyarakat untuk setiap kecamatan pada suatu daerah, maka
dalam penelitian ini digunakan data pendapatan per kapita masyarakat
kabupaten Klaten secara keseluruhan.
Perubahan pendapatan per kapita masyarakat Klaten setiap
tahunnya mempunyai pengaruh terhadap Fluktuasi harga daging babi.
Hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya pendapatan per
kapita masyarakat akan berpengaruh pada besarnya konsumsi
masyarakat terhadap daging babi, dan secara langsung dapat
berpengaruh terhadap perubahan harga daging babi.
5. Hari Besar Keagamaan (Hari Raya Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru
China)
Hari besar kegamaan berpengaruh pada fluktuasi harga daging
babi, khususnya dari sisi permintaan terhadap daging babi tersebut.
Menurut Gilarso (2002: 18) permintaan adalah jumlah dari suatu
barang tertentu yang mau dibeli (diminta) pada berbagai kemungkinan
harga, dalam jangka waktu tertentu (citeris paribus). Dalam difinisi
tersebut selalu ditambahkan syarat citeris paribus. Maksudnya adalah
bahwa yang kita perhatikan hanya hubungan antara jumlah dari suatu
24
barang tertentu yang ditawarkan atau diminta dan harga barang
tersebut, sedangkan segala macam faktor lain yang mungkin ikut
berpengaruh terhadap jumlah yang mau dibeli atau mau dijual tersebut
untuk sementara waktu dikesampingkan, tidak diperhatikan, dianggap
constant atau tidak berpengaruh. Namun dalam analisis selanjutnya
faktor-faktor tersebut dimasukkan kembali. Jumlah yang mau dibeli
berbanding terbalik dengan harga barang: a) Makin tinggi harganya,
makin sedikit yang mau dibeli, b) Makin rendahnya harganya, makin
banyak yang mau dan mampu dibeli
Masing-masing agama yang ada di Indonesia memiliki hari besar
keagamaan. Hari besar keagamaan tersebut antara lain, Hari Raya Idul
Fitri, Natal, Nyepi, Waisak, Tahun Baru China (Imlek). Dari hari besar
keagamaan yang ada seperti, Hari Raya Idul Fitri, Natal, Nyepi, dan
Tahun Baru China memiliki pengaruh terhadap fluktuasi harga daging
babi. Pada saat hari raya Idul Fitri, Natal, dan Tahun Baru China harga
daging babi mengalami perubahan. Perubahan dari daging babi ini
disebabkan oleh karena permintaan terhadap daging babi yang semakin
meningkat, terutama pada saat hari raya Natal dan Tahun Baru China.
Pada saat hari besar keagamaan tersebut harga daging babi maningkat.
Peningkatan harga daging babi pada saat hari besar keagamaan
tersebut tentu saja memberikan dampak yang positif bagi para peternak
babi, karena mereka memperoleh keuntungan dari penjualan ternak
mereka. Tetapi bagi konsumen kenaikan harga tersebut cukup dirasa
25
memberatkan mereka, karena kecenderungan yang terjadi selama ini
adalah pada saat hari besar keagamaan selalu diikuti oleh kenaikan
harga sembako (sembilan bahan pokok). Tetapi karena kebutuhan akan
konsumsi daging babi, maka mereka tetap bersedia membeli dengan
harga yang lebih tinggi.
E. Ternak Babi
1. Tipe-Tipe Babi
Di berbagai Negara yang telah maju, ternak babi diusahakan secara
besar-besaran, dimana para peternak bisa memilih tipe-tipe yang
mereka inginkan secara leluasa. Sebab dewasa ini bangsa-bangsa babi
di dunia ini telah diklasifikasikan menjadi beberapa tipe. Beberapa tipe
babi antara lain (Girisonta, 1981:19-20): Lard Type (babi tipe lemak),
Meat Type = Pork Type ( babi tipe daging), Bacon Type ( babi tipe
sedang).
Walaupun tipe babi lemak ini merupakan tipe yang tertua dan
dapat bertahan sampai abad ke-19, namun akhirnya babi tipe lemak
tersebut sedikit demi sedikit menghilang dari pasarannya. Hal ini
disebabkan karena konsumen beralih perhatian kepada babi tipe
daging, sehingga akhirnya para peternak mengikuti keinginan dari
konsumen mereka.
Bagi bangsa-bangsa babi Indonesia, belum dpat dikelompokkan
kedalam salah satu tipe yang kini dikehendaki oleh para konsumen,
26
seperti babi tipe daging atau babi tipe sedang. Jadi tipe-tipe babi-babi
Indonesia sifatnya masih campuran, tetapi terdapat tendensi yang
mengarah kepada babi tipe lemak. Tetapi belakangan ini banyak babi
dari laur yang dikawinkan dengan babi lokal dengan maksud untuk
memperbaharui jenis-jenis babi.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Tipe Babi
Pembentukan kelompok babi menjadi tipe-tipe tertentu dipengaruhi
oleh berbagai faktor, antara lain:
a. Pemasaran
Dalam hal ini setiap konsumen memiliki selera atau keinginan
yang berbeda-beda. Adapun tipe babi yang banyak diinginkan oleh
konsumen adalah tipe babi yang dagingnya banyak dan lemaknya
sedikit. Termasuk kelompok ini adalah tipe babi tipe daging dan
babi tipe sedang.
b. Tujuan peternak
Di dalam usaha pemiliharaan babi, pada umumnya para peternak
bertujuan untuk menyesuaikan diri dengan selera konsumen. Jika
para konsumen menginginkan tipe daging, maka peternak juga
akan memelihara babi-babi tipe daging atau dapat dibentuk
kearah tipe daging.
27
c. Bangsa
Setiap bangsa babi akan tumbuh dan berkembang menjadi tipe-tipe
tertentu, sesuai dengan faktor bakat atau pembawaan yang mereka
miliki.
d. Makanan
Untuk mencapai kepada suatu keadaan pembentukan tipe babi
yang diinginkan, faktor makanan berperan sangat penting, terutama
dalam masalah penyajian dan pengaturan makanan. Semua
makanan yang hendak disajikan harus betul-betul disesuaikan
dengan tipe yang diinginkan.
e. Saat pemotongan
Di samping faktor bakat, makanan, pemeliharaan, faktor umur atau
berat babi pada saat dilakukan pemotongan pun sangat besar
pengaruhnya terhadap pembantukan tipe babi. Sebab pada saat babi
masih kecil, pertumbuhan organ tubuh yang paling awal adalah
kerangka. Kemudian secara bertahap, kerangka tersebut akan
ditimbuni atau diselubungi oleh jaringan-jaringan daging. Proses
penimbunan daging ini berlangsung secara terus-menerus, dan
pada titik tertentu penimbunan daging tersebut baru menjadi
penimbunan lemak. Pada saat babi masih muda harus diusahakan
agar babi dapat berkembang semaksimal mungkin guna
meningkatkan pertumbuhan daging dan kerangka babi. Untuk
mendukung hal ini maka diperlukan makanan yang bermutu tinggi
28
dan diberikan sebanyak yang mereka dapat habiskan untuk
mendapatkan babi dengan kualitas yang baik.
3. Makanan Ternak Babi
Makanan merupakan salah satu faktor penting dalam usaha ternak
babi. Hal ini disebabkan 60% dari seluruh biaya dihabiskan untuk
keperluan babi-babi induk (bibit), 80% untuk keperluan pakan ternak
babi. Oleh karena itu suatu hal yang perlu diperhatikan disini adalah
bahwa walaupun babi secara alamiah tergolong hewan yang
makanannya sangat rakus dan suka makan apapun, namun mereka juga
perlu diberikan makanan dengan perhitungan yang benar. Walaupun
babi termasuk hewan yang rakus dan banyak makan, konversi terhadap
makanan juga sangat bagus, sehingga apabila pemeliharaannya baik,
laju pertumbuhannya juga akan baik pula.
Tetapi perlu juga diingat bahwa babi termasuk hewan yang
memiliki alat pencernaan sederhana, yang tidak mampu mencerna
bahan makanan dengan kadar serat kasarnya tinggi. Peternak babi
perlu memberikan makanan kepada ternak babi mereka yang memiliki
kadar serat kasarnya rendah, dan kandungan energinya tinggi.
29
4. Pemeliharaan Babi
Pemeliharaan dan perawatan merupakan salah satu kunci penting
dalam usaha ternak babi. Sebab pemeliharaan akan menentukan
berhasil atau tidaknya suatu usaha, maka dalam hal ini perlu mendapat
perhatian lebih.
Pada garis besarnya pemeliharaan ternak babi dapat dikelompok-
kelompokkan menjadi sebagai berikut:
a. Pemeliharaan induk
Pemeliharaan induk memerlukan perhatian khusus terutama: induk
yang sedang bunting, induk akan melahirkan dan sehabis
melahirkan.
b. Pemeliharaan anak babi
Pemeliharaan pada anak babi dilakukan semenjak mereka lahir,
dan bahkan sebelum mereka lahir.
c. Pemeliharaan bibit babi
Babi calon bibit yang sudah terpilih perlu pemeliharaan baik-baik.
Pemeliharaan tersebut meliputi: latihan, pemberian makanan,
mengawinkan babi betina, cara mengawinkan, cara menguasai dan
menangkap babi, menguasai babi untuk dipindahkan ke tempat
lain, penimbangan babi muda.
30
5. Segi Ekonomis Berternak Babi
Ternak babi adalah merupakan salah satu sumber daging dan untuk
pemenuhan sumber gizi yang sangat efisien di antara ternak-ternak
yang lainnya, sehingga dalan arti ekonomi sebagai ternak potong
cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena (Girisonta, 1981:11-12):
a. Babi memiliki konversi terhadap makanan yang cukup tinggi.
Semua bahan makanan dapat diubah manjadi daging, lemak
dengan sangat efisien.
b. Ternak babi sangat menguntungkan, karena satu kali berternak
dapat memiliki anak 6-12 ekor.
c. Daging babi kandungan lemaknya lebih tinggi, sehingga nilai
energinya pun lebih tinggi, sedang kadar air lebih rendah.
d. Ternak babi mudah beradaptasi terhadap sistem pemakaian alat-alat
perlengkapan kandang, seperti: tempat minum dan makanan yang
otomatis, sehingga biaya lebih dapat dihemat. Karena tenaga buruh
dapat dikurangi.
6. Segi Kekurangan Berternak Babi
Di samping segi ekonomis yang menguntungkan, usaha ternak babi
juga tidak lepas dari segi-segi yang kurang menguntungkan, antara
lain:
a. Sesuai dengan sosial budaya manusia, tidak semua orang makan
daging babi, dalam hal ini tidak seperti halnya daging sapi atau
31
ayam. Usaha ternak babi tidak dapat diusahakan disembarang
tempat atau tidak semudah usaha ternak-ternak lainnya, seperti
ayam atau sapi.
b. Sesuai dengan sistem alat pencernaannya yang sangat sederhana,
maka ternak babi harus banyak makan dari bahan konsentrat dan
hijauan dalam jumlah yang kecil.
c. Ternak babi sangat peka terhadap infeksi dari berbagai jenis
penyakit dan parasit.
d. Harga babi yang yang tidak menentu.
F. Hasil Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan terlebih dahulu
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi harga suatu barang, antara
lain:
Tabel II.2 Hasil Penelitian Terdahulu No Peneliti Tahun Judul Teknik
Analisis Data
Hasil Penelitian
1. Chulia
Rosida
1999 Analisis Harga
Ikan Laut dan
Beberapa
Faktor Yang
Mempengaruhi
-nya di Kota
Madya
Pekalongan
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
a. Faktor-faktor
yang secara umum
mempengaruhi
harga jual ikan
laut adalah jumlah
produksi, jarak
pemasaran,
keuntungan
pedagang, biaya
pemasaran dan
32
jumlah lembaga
pemasaran dengan
nilai koefisien
determinasi
sebesar 62,67%,
sedangkan sisanya
37,33%
dipengaruhi oleh
variabel bebas
lainnya yang tidak
termasuk dalam
model.
b. Faktor yang paling
berpengaruh
terhadap harga ikan
laut adalah faktor
jumlah produksi
sebesar 31,33%
G. Kerangka Berpikir
Dalam melakukan penelitian ini dan untuk menjawab berbagai
masalah dari penelitian ini, pola pikir sangat penting. Pola pikir dapat
mempermudah cara-cara yang akan ditempuh dalam penelitian. Pola pikir
juga dapat disebut dengan kerangka pemikiran. Kerangka pemikiran
penelitian ini untuk menjawab rumusan masalah sebagai berikut: harga
daging babi yang terus berfluktuasi. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain: Harga pakan ternak, harga substitusi babi (daging
ayam), harga bibit babi, pendapatan per kapita masyarakat Klaten, hari
besar keagamaan (Idul Fitri, Natal, Tahun Baru China).
33
Pada hari besar keagamaan, khususnya pada hari raya Natal dan
Tahun Baru China permintaan terhadap daging babi meningkat. Hal
tersebut disebabkan karena ajaran dari agama tersebut menghalalkan untuk
memakan daging babi atau tidak ada peraturan khusus yang melarang
untuk memakan daging babi, sehingga banyak dari yang merayakan hari
besar keagamaan tersebut kemudian mengkonsumsi daging babi.
Meningkatnya permintaan terhadap daging babi ini yang lalu
menyebabkan kenaikan terhadap harga daging babi dan kemudian
berpotensi menyebabkan harga daging babi untuk berfluktuasi.
Dari uraian di atas dalam penelitian ada dua variabel yang
digunakan, yaitu variabel bebas dan variable terikat. Variabel terikat yaitu
variabel yang mempengaruhi veriabel-variabel yang lain. Sedangkan
variabel bebas adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel terikat.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah fluktuasi harga daging babi.
Sedangkan variabel bebas adalah harga pakan ternak babi, harga bibit
babi, harga sustitusi babi, pendapatan per kapita masyarakat Klaten, dan
hari besar keagamaan (Natal, Idul Fitri, Tahun Baru China). Maka, adanya
variable-variabel tersebut akan mempermudah bagaimana pengaruh harga
pakan ternak babi, harga bibit babi, harga sustitusi babi, pendapatan per
kapita masyarakat Klaten, dan hari besar keagamaan (Natal, Idul Fitri,
Tahun Baru China) mempengaruhi fluktuasi harga daging babi, khususnya
di Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten tahun 2004-2006.
34
Dari uraian di atas maka peneliti dapat menyimpulkan dalam
bentuk bagan seperti di bawah ini:
Harga pakan ternak babi, harga bibit babi, harga sustitusi babi,daya
beli masyarakat, dan hari besar keagamaan (Natal, Idul Fitri, Tahun
Baru China) mempengaruhi fluktuasi harga daging babi.
H. Hipotesis
1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara harga pakan ternak
babi terhadap fluktuasi harga daging babi.
2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara substitusi babi (daging
ayam) terhadap fluktuasi harga daging babi.
Harga Pakan Ternak Babi
Harga Subtitusi Babi
Pendapatan Per Kapita Masyarakat Klaten
Hari Besar Keagamaan
Fluktuasi Harga Daging Babi Harga Bibit Babi
35
3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara harga bibit babi
terhadap fluktuasi harga daging babi.
4. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara pendapatan perkapita
masyarakat terhadap fluktuasi harga daging babi.
5. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara hari besar keagamaan
terhadap fluktuasi harga daging babi.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ex post facto,
yaitu penelitian yang menunjukkan bahwa penelitian tersebut dilakukan
sesudah perbedaan-perbedaan dalam variabel bebas tersebut terjadi karena
perkembangan kejadian itu secara alami (Furchan, 1982: 382). Jenis
penelitian ini dianggap sangat mendukung untuk memecahkan dan
menggambarkan persoalan yang telah disampaikan terlebih dahulu.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian mengambil lokasi penelitian di Kecamatan Jogonalan,
Kabupaten Klaten. Kecamatan Jogonalan sendiri terdiri dari 18 desa:
1) Plawikan, 2) Kraguman, 3) Gondangan, 4) Prawatan, 5) Tangkisan
Pos, 6) Somopuro, 7) Titang, 8) Rejoso, 9) Ngering, 10) Sumyang,
11) Bakung, 12) Pakahan, 13) Karang Dukuh, 14) Wonoboyo,
15) Joton, 16) Dompyongan, 17) Tambakan, 18) Grating. Tempat
penelitian ini dipilih karena memiliki karakteristik hampir di setiap
desa terdapat warganya yang berternak babi, yang ternaknya berjumlah
kurang lebih 25 ekor/ kepala keluarga.
37
2. Waktu Penelitian.
Penelitian dilakukan pada bulan Maret – April, tahun 2008.
C. Populasi dan Penentuan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan (Sugiyono, 2005: 55). Populasi dalam penelitian ini adalah
semua peternak babi yang ada di Kecamatan Jogonalan. Peternak babi
yang terdapat di Kecamatan Jogonalan sendiri terdiri dari 208 peternak
babi, yang tersebar di berbagai desa yang terdapat di Kecamatan
Jogonalan. Peternak babi paling banyak terdapat di desa Somopuro,
yaitu terdapat sekitar 100 peternak babi.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi yang disebutkan di atas (Sugiyono, 2005: 56).
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode nonprobabilitiy
sampling. Dalam penelitian ini mengambil sampel peternak babi yang
sudah beternak selama tahun 2004-2006. Di Kecamatan Jogonalan
sendiri terdapat sekitar 208 peternak babi yang usahanya sudah
berjalan dari tahun 2004-2006, maka dalam penelitian ini diambil 10%
38
dari keseluruhan objek penelitian untuk dijadikan sebagai sampel
penelitian.
D. Data yang Diperlukan
Dalam menyelesaikan penelitian ini, data yang diperlukan adalan
data primer. Data primer adalah data yang diperoleh dari peneliti sendiri
dan dikumpulkan khusus untuk menjawab pertanyaan peneliti (Spillane,
2004: 38). Data primer yang diperlukan oleh peneliti adalah:
1. Data bulanan harga daging babi dalam rupiah/kg dari tahun 2004
sampai dengan tahun 2006.
2. Data bulanan harga pakan ternak babi, seperti konsentrat, jagung dan
katul dalam rupiah/kg dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006.
3. Data bulanan harga bibit babi dalam rupiah/ekor dari tahun 2004
sampai dengan tahun 2006
4. Data bulanan harga substitusi babi (daging ayam) dalam rupiah/kg dari
tahun 2004 sampai dengan tahun 2006.
5. Data harga daging babi dalam rupiah/kg pada saat hari besar
keagamaan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006.
6. Data Pendapatan Per Kapita masyarakat dalam ribuan Kabupaten
Klaten tahun 2004 sampai tahun 2006.
39
E. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tiga
teknik pengumpulan data, yaitu:
1. Observasi
Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan
melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian. Dalam hal ini
dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung dan pencatatan
terhadap seberapa besar faktor-faktor, seperti: harga pakan, harga bibit,
harga substitusi babi, pendapatan per kapita masyarakat Klaten, dan
hari besar keagamaan mempengaruhi fluktuasi harga daging babi di
Kecamatan Jogonalan.
2. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab
yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan
penelitian. Wawancara dilakukan pada para peternak babi di
Kecamatan Jogonalan, yang usahanya sudah berjalan selama tahun
2004-2006.
40
F. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, antara lain:
a. Dependent Variabel (Variabel terikat)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh veriabel
independent. Variabel dependen dari penelitian ini adalah fluktuasi
harga daging babi (Y1).
b. Independen Variabel (Variabel bebas)
Variabel bebas adalah variabel yang diduga secara bebas
berpengaruh terhadap variabel dependen, yaitu: harga pakan (X1),
harga bibit (X2), harga substitusi babi (X3), pendapatan per kapita
masyarakat (X4), hari besar keagamaan (X5).
G. Teknik Analisis Data
1. Teknik Analisis Data
Untuk menjawab rumusan masalah pertama, kedua, ketiga, dan kelima
mempergunakan pengujian persyaratan analisis sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah
sebaran data yang digunakan dalam penelitian berdistribusi normal
atau tidak. Untuk menguji normalitas data, apabila data yang
terjaring berdistribusi normal maka analisis untuk menguji
hipotesis dapat dilakukan. Rumus yang digunakan adalah rumus
Kolmogrov-Smirnov (Sidney: 1997):
41
[ ])()( 21 XSnXSnmaksimumd −=
Katerangan:
D : Deviasi atau penyimpangan
Sn1 : Distribusi komulatif
Sn2 : Distribusi komulatif dukomentasi
Distribusi data dinyatakan normal jika nilai asymtot signifikansi >
0.05, sebaliknya jika distribusi data data tidak normal jika nilai
asymtot signifikansi < 0.05.
b. Uji Linieritas
Uji ini dilakukan untuk menguji apakah masing-masing variabel
bebas mempunyai hubungan linear atau tidak dengan variabel
terikatnya. Adapun rumusnya yaitu (Sudjana: 1996):
)1( −−=
knJKKJK
Fres
reg
Keterangan:
F = Harga bilangan F untuk garis regresi
JKreg = Jumlah kuadrat terkecil
JKres = Jumlah kuadrat residu
n-k-1 = Derajat kebebasan
Jika Fhitung < Ftabel pada taraf signifikan 5% dengan derajat
kebebasan = n-k-1, maka hubungan variabel bebas dengan variabel
terikat bersifat linear. Sebaliknya jika nilai Fhitung > Ftabel pada
42
taraf signifikan 5% dengan dk=n-k-1, maka hubungan variabel
bebas dengan variabel terikat bersifat tidak linear.
c. Menggunakan Asumsi Klasik
Untuk mendapatkan model regresi yang dapat digunakan untuk
melakukan estimasi, maka dilakukan pengujian mengenai ada
tidaknya penyimpangan terhadap asumsi klasik, yaitu:
1) Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah hubungan variabel-variabel bebas
diantara satu dengan yang lainnya. Uji multikolinieritas
bertujuan untuk menguji apakah dengan model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi
yang baik tidak terjadi multikolinieritas (Firdaus: 2004).
{ }{ }2222 )()(
))((
YYXX
yXXY
NN
Nrxy
∑−∑∑−∑
∑∑−∑=
Untuk mengetahui terjadi tidaknya multikolinieritas,
dugunakan ketentuan sebagai berikut:
- Jika VIF > 5, maka terjadi multikolinieritas
- Jika VIF < 5, maka tidak terjadi multikolinieritas
2) Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas berarti nilai varians berbeda dari satu
observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik tidak
43
terjadi heteroskedastisitas. Heterokendastisitas dalam suatu
regresi dapat dilakukan dengan pengujian korelasi ranking
Spearman, adapun rumusnya sebagai berikut (Firdaus: 2004):
( )1
6
21
2
1 −=∑=
nn
dr
n
t
Keterangan:
e1 = gangguan estimasi
t dan t-1 = observasi terakhir dan sebelumnya
n = banyaknya sampel
Kriteria ada tidaknya heterokendaltisitas yaitu:
- Jika rhitung > rtabel, maka tidak terjadi heterokendastisitas
- Jika rhitung < rtabel, maka ada heterokendastisitas
3) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Jika terjadi
korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model
regresi linier yang baik tidak terjadi autokorelasi (Firdaus:
2004).
( )
∑
∑
=
=−−
= n
t
n
tt
e
teDW
2
21
2
211
44
Keterangan:
e1 = gangguan estimasi
t dan t-1 = observasi terakhir dan sebelumnya
DW = Dubrin Watson
Ada tidaknya autokorelasi dalam uji ini dengan dinilai DW,
yaitu (Firdaus: 2004):
Tabel III.1 Uji Durbin Watson
DW Kesimpulan
10,1⟨ Ada autokorelasi
1,10-1,54 Tanpa kesimpulan
1,55-2,46 Tidak ada autokorelasi
2,47-2,90 Tanpa kesimpulan
91,2⟩ Ada autokorelasi
Sumber: Muhamad Firdaus, 2004
d. Mengukur Koefisien Persamaan Regresi Berganda
Koefisien persamaan regresi dihitung dengan menggunakan
program SPSS. Pengujian ini dilakukan untuk mengestimasi
besarnya hubungan variabel independent (harga pakan ternak babi,
harga bibit babi, harga sustitusi babi, hari besar keagamaan)
terhadap variabel dependen (fluktuasi harga daging babi). Bentuk
model yang digunakan (Sugiono: 1997):
Y = 332211 XXX βββα +++ +β5X5+ e
45
Keterangan:
Y = Fluktuasi harga daging babi
α = Konstanta
5,3,2,1β = Koefisien regresi
e = Kesalahan pengganggu
X1 = Harga pakan ternak babi
X2 = Harga bibit babi
X3 = Harga substitusi babi
X5 = Hari besar keagamaan
e. Mengukur Koefisien Persamaan Regresi Sederhana
Untuk menjawab rumusan masalah keempat yang berkaitan dengan
pengaruh pendapatan perkapita masyarakat terhadap fluktuasi
harga daging babi, maka digunakan persamaan regresi sederhana
karena keterbatasan data yang diperoleh dari BPS mengenai data
pendapatan per kapita masyarakat Klaten tahun 2004-2006.
Koefisien persamaan regresi dihitung dengan menggunakan
program SPSS. Pengujian ini dilakukan untuk mengestimasi
besarnya hubungan satu variabel independent (pendapatan
perkapita masyarakat) terhadap satu variabel dependen (fluktuasi
harga daging babi). Bentuk model yang digunakan (Sugiono:
1997):
46
Y = a + bX4
Keterangan:
Y = Fluktuasi harga daging babi
a = Konstanta
bX4 = Koefisien regresi
f. Pengujian Hipotesis
Hipotesis adalah suatu anggapan atau pendapat yang diterima
secara tentatip untuk menjelaskan suatu fakta atau yang dipakai
sebagai dasar bagi suatu penelitian. Hipotesis yang dirumuskan
adalah hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternative (Ha). Hipotesis
yang dirumuskan ini disebuty hipotesis nol, karena hipotesis ini
mempunyai perbedaan nol atau tidak mempunyai perbedaan
dengan hipotesi yang sebenarnya. Pengujian hipotesis dalam
penelitian ini menggunakan uji T-test. Uji T-test bertujuan untuk
menguji signifikansi pengaruh variabel independent (harga pakan
ternak babi, harga bibit babi, harga sustitusi babi, pendapatan
perkapita masyarakat) terhadap variabel dependen (fluktuasi harga
daging babi). Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
1) Menentukan formulasi Ho dan Ha
Ho: a1, a2, a3 = 0 (harga pakan ternak babi, harga bibit babi,
harga sustitusi babi).
47
Ha: a1 > 0 ( Harga pakan ternak babi berpengaruh positif dan
sigifikan terhadap fluktuasi harga daging babi di Kecamatan
Jogonalan).
Ha: a2 > 0 (Harga bibit babi berpengaruh positif dan sigifikan
terhadap fluktuasi harga daging babi di Kecamatan Jogonalan).
Ha: a3 > 0 (Harga substitusi babi (daging ayam) berpengaruh
positif dan sigifikan terhadap fluktuasi harga daging babi di
Kecamatan Jogonalan).
Ha: a4 > 0 (Pendapatan perkapita masyarakat berpengaruh
positif dan sigifikan terhadap fluktuasi harga daging babi di
Kecamatan Jogonalan).
2) Menentukan level of significant(α ) = 5% dengan nilai level of
confidance sebesar 95% dengan degree of freedom (df) = n-k-1
3) Menentukan daerah penerimaan dan penolakan hipotesis.
Kriteria penerimaan yaitu:
Ho tidak dapat ditolak jika = t hitung < (t tabel) t α ;n-k
Ho ditolak jika = t hitung > (t tabel) t α ;n-k
4) Menentukan T hitung dengan rumus:
T hitung = )(biSe
bi
Keterangan:
bi = koefisien regresi variabel independent
Se = standart eror
48
n = Jumlah pengamatan
k = jumlah variabel bebas
5) Menarik kesimpulan dengan cara membandingkan hasil dari T
hitung dan T tabel, kemudian tentukan daerah penerimaan dan
penolakannya. Apabila Ho ditolak maka harga pakan ternak
babi, harga bibit babi, dan harga sustitusi babi, berpengaruh
positif dan signifikan terhadap fluktuasi harga daging babi.
g. Variabel Dumy
Untuk menjawab rumusan masalah kelima, maka tehnik
analisis data mempergunakan penafsiran dengan variabel Dummy
atau variabel Binary. Variabel dummy biasanya digunakan dalam
penelitian ekonometri untuk mewakili faktor-faktor kualitatif,
seperti: jenis profesi/pekerjaan, agama, jenis kelamin, wilayah.
Pada rumusan masalah keempat ini, untuk menjelaskan proses
analisis regresi dengan variabel dummy. Pada harga daging babi
pada saat hari besar keagamaan (Hari Raya Idul Fitri, Natal, dan
Tahun Baru China) dapat digambarkan melalui suatu model
regresi komplit yang terdiri dari dua variabel, yaitu harga daging
babi pada saat hari besar keagamaan sebagai variabel bebas (X)
dan Fluktuasi harga daging babi sebagai variabel terikat (Y).
Dengan demikian, model perhitungan dapat bisa dituliskan
sebagai berikut (Gunawan: 2003):
49
UteXdXcXbXaYt +++++= 5321
Keterangan :
a : Koefisien rata-rata harga daging babi pada saat hari besar
keagamaan
Yt : Pendapatan masyarakat
X1,2,3,5 : Variabel independen
Di : Harga daging pada saat hari besar keagamaan
Di : 1, Pada saat hari besar keagamaan
Di : 0, Pada saat bukan hari besar keagamaan
Ut : Taraf kesalahan penganggu variabel dummy
50
BAB IV
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Kecamatan Jogonalan secara administratif terletak di Kabupaten
Klaten, Propinsi Jawa Tengah. Kecamatan Jogonalan merupakan salah
satu dari 20 Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Klaten. Kecamatan
Jogonalan sendiri terdiri dari 18 Kelurahan yang termasuk didalamnya,
antara lain: 1) Plawikan, 2) Kraguman, 3) Gondangan, 4) Prawatan,
5) Tangkisan Pos, 6) Somopuro, 7) Titang, 8) Rejoso, 9) Ngering,
10) Sumyang, 11) Bakung, 12) Pakahan, 13) Karang Dukuh,
14) Wonoboyo, 15) Joton, 16) Dompyongan, 17) Tambakan, 18) Grating.
Dari 18 kelurahan/desa yang terdapat di Kecamatan Jogonalan tersebut
terletak di Jalan utama yang menghubungkan Kota Solo dan Kota
Yogyakarta, yaitu Kelurahan Gondangan, Kelurahan Tangkisan Pos,
Kelurahan Somopuro, Kelurahan Karangdukuh, Kelurahan Plawikan.
Luas Wilayah Kecamatan Jogonalan adalah 36.544 hektar, yang
meliputi 18 kelurahan, 435 RT, 202 RW. Batas wilayah Kecamatan
Jogonalan adalah sebagai berikut:
1. Barat : Kecamatan Prambanan
2. Timur : Kecamatan Klaten Selatan
3. Utara : Kecamatan Karang Nongko
4. Selatan : Kecamatan Ganti Warno
51
B. Keadaan Demografi
1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Kecamatan Jogonalan pada tahun 2007 mempunyai penduduk
sebesar 57.954 jiwa, yang meliputi laki-laki 28.795 jiwa dan
perempuan 29.159 jiwa. Dengan demikian ”sex ratio” yaitu
perbandingan antara penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan
per 100 penduduk (L/Px100) adalah 98,75. Hal ini berarti tiap 100
penduduk perempuan hanya terdapat 98,75 penduduk laki-laki.
2. Jumlah Penduduk Menurut Agama/Penghayat Terhadap Tuhan
Yang Maha Esa
Mayoritas penduduk Kecamatan Jogonalan beragama Islam.
Walaupun berbeda agama Masyarakat Kecamatan Jogonalan tetap
hidup rukun dan saling menghormati antara pemeluk agama yang satu
dengan agama yang lain. Untuk lebih jelasnya, jumlah penduduk
menurut agama/penghayat kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel IV.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Jogonalan Menurut Agama
No Agama Jumlah (jiwa)
Jumlah (%)
1. 2. 3. 4. 5.
Islam Kristen Katolik Hindu Budha
49054 2034 5123 1688
55
84,64 3,51 8,84 2,91 0,1
Jumlah 57954 100 Sumber: Data Monogafi Kecamatan Jogonalan, Tahun 2007.
52
3. Jumlah Penduduk Menurut Usia
Jumlah penduduk Kecamatan Jogonalan menurut usia dapat
dikelompokkan menjadi:
a. 00-10 Tahun : 5675
b. 20-30 Tahun : 12345
c. 40-50 Tahun : 19235
d. 50- keatas : 20699
4. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Dalam tabel di bawah ini menunjukkan jumlah penduduk
Kecamatan Jogonalan menurut tingkat pendidikan. Penduduk
Kecamatan Jogonalan yang berkependidikan Sekolah Dasar jauh lebih
besar daripada penduduk yang hanya berkependidikan Sekolah
Menengah Atas ataupun yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi, yaitu
sekitar 36,47 persen. Ini menunjukkan masih rendahnya tingkat
kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan. Untuk lebih
jelasnya dapat ditunjukkan pada tabel sebagai berikut:
53
Tabel IV.2 Jumlah penduduk Kecamatan Jogonalan Menurut
Tingkat Pendidikan
No Jenis Pendidikan Jumlah (jiwa)
Jumlah (%)
1
2
3
4
Sekolah Dasar
SMP/SLTP
SMU/SLTA
Sarjana (S1-S2)
10805
9008
9100
715
30,47
30,40
30,71
2,41
Jumlah 29628 100
Sumber: Data Monogafi Kecamatan Jogonalan, Tahun 2007.
5. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk Kecamatan Jogonalan
menggambarkan aktivitas penduduk setempat dalam usaha memenuhi
kebutuhan hidupnya, baik sebagai petani, buruh tani, pegawai negeri
maupun pegawai swasta, dan pedagang. Karena berada didaerah
pedesaan, maka sebagian besar penduduknya bermatapencaharian
sebagai petani dan buruh tani, tetapi sebagian lagi sudah bekerja
disektor perekonomian. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian
di Kecamatan Jogonalan ditunjukkan pada tabel berikut ini:
54
Tabel IV.3 Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Jogonalan
No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (jiwa)
Jumlah (%)
1.
2.
3.
4.
5.
Karyawan:
a. Pegawai Negeri Sipil
b. ABRI
c. Swasta
Wiraswasta
Petani
Buruh Tani
Pedagang
1130
139
157
239
3116
5897
1961
8,9
1,1
1,24
1,9
24,67
46,66
15,51
Jumlah 12639 100
Sumber: Data Monogafi Kecamatan Jogonalan, Tahun 2007.
C. Sarana dan Prasarana
1. Sarana Transportasi dan Komunikasi
Untuk memperlancar berbagai jenis kegiatan ekonomi diperlukan
sarana pendukung yang berupa fisik maupun nonfisik yang memadai.
Sarana transportasi dan komunikasi sangat berperan dalam
pembangunan desa. Tanpa adanya transportasi dan komunikasi yang
baik menyebabkan hubungan tidak lancar dan perkembangan tidak
berjalan baik, ide-ide baru sulit untuk diperkenalkan dan diterima,
karena itu transportasi dan komunikasi sangat penting untuk
perkembangan suatu daerah.
Kecamatan Jogonalan mempunyai sarana transportasi yang cukup
baik, didukung oleh jalan-jalan beraspal untuk memperlancar
hubungan dengan daerah lain. Selain itu beberapa kelurahan yang
55
terdapat di Kecamatan Jogonalan terletak disekitar jalan yang
menghubungkan antara Yogyakarta-Solo, sehingga memudahkan
untuk mendapatkan akses dari manapun. Demikian pula dengan sarana
komunikasi, penduduk Kecamatan Jogonalan mampu menerima arus
informasi dengan cukup baik.
2. Sarana Pendidikan
Salah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia
adalah pendidikan, sarana dan prasarana bidang pendidikan yang
memadai akan menghasilkan sumber daya manusia yang baik. Sarana
pendidikan yang terdapat di Kecamatan Jogonalan dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel IV.4 Sarana Pendidikan Kecamatan Jogonalan
No. Jenis Pendidikan Negeri Swasta
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
TK
SD
SLTP
SLTA
Akademi
Institut
Perguruan Tinggi
-
31
2
2
-
-
-
37
-
2
2
-
-
-
Jumlah 35 41
Sumber: Data Monogafi Kecamatan Jogonalan, Tahun 2007.
56
3. Sarana Perekonomian
Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sebagai tempat
bertemunya penjual dan pembeli dibutuhkan tempat khusus yang
menyediakan kebutuhan masyarakat. Kecamatan Jogonalan memiliki
sarana perekonomian yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel IV.5 Sarana Perekonomian Kecamatan Jogonalan.
No. Jenis Sarana Perekonomian Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pasar
Kios
Toko
Warung
Koperasi Simpan Pinjam
KUD
Badan-Badan Kredit
3 buah
209 buah
247 buah
756 buah
67 buah
18 buah
18 buah
Sumber: Data Monogafi Kecamatan Jogonalan, Tahun 2007.
4. Sarana Kesehatan
Pemerintah Kecamatan Jogonalan dengan segenap kemempuan
berusaha untuk menyejahterakan masyarakat atau warganya melalui
beberapa unit usaha kesehatan. Dibawah ini data mengenai sarana
kesehatan yang terdapat di Kecamatan Jogonalan:
57
Tabel IV.6 Sarana Kesehatan Kecamatan Jogonalan
No. Jenis Sarana Kesehatan Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
Puskesmas Induk
Puskesmas Pembantu
Poliklinik Desa
Praktek Dokter
Apotik
2 buah
2 buah
18 buah
5 buah
3 buah
Jumlah 30 buah
Sumber: Data Monogafi Kecamatan Jogonalan, Tahun 2007.
5. Sarana Peribadatan
Sarana peribatan yang terdapat di Kecamatan Jogonalan berupa
105 buah mesjid, 10 buah gereja, dan 6 buah pura.
D. Pemerintahan Kecamatan Jogonalan
Gambar IV.1 Struktur Organisasi Pemerintahan Kecamatan Jogonalan
Sumber: Data Monografi Kecamatan Jogonalan, Tahun 2007.
CAMAT
SEKCAM
Kelompok Jabatan Fungsional
Kasi Pembangunan Kasi Kemasyarakatan Kasi Pemerintah
58
Kecamatan Jogonalan Kabupaten Klaten, dipimpin oleh seorang
Camat atau Kepala Kecamatan. Kepala kecamatan dalam tugasnya dibantu
oleh Sekretaris camat. Dalam organisasi pemerintahan kecamatan, Kepala
Kecamatan dibantu oleh Kelompok Jabatan Fungsional yaitu Kasi
Pemerintahan, Kasi Pembangunan, Kasi Kemasyarakatan. Dalam
kepemimpinannya Kepala Kecamatan membawahi langsung tugas dari
Kasi Pemerintahan, Kasi Pembangunan, Kasi Kemasyarakatan.
Selain itu Pemerintah Kecamatan Jogonalan menetapkan
beberapa visi dan misi sebagai usaha peningkatan pelayanan bagi
masyarakatnya, yaitu:
1. Visi Kecamatan Jogonalan
Kantor Kecamatan Jogonalan telah menentukan visi yaitu terwujudnya
penyelenggaraan pemerintahan umum dan pelayanan masyarakat di
Jogonalan secara optimal menuju Klaten yang Toto Titi Tentrem Kerto
Raharja.
2. Misi Kecamatan Jogonalan
Agar visi yang telah ditetapkan oleh Kecamatan Jogonalan dapat
terlaksana dengan baik, maka Kantor Kecamatan Jogonalan
menetapkan misi sebagai berikut:
a. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia dan kinerja aparatur
Kecamatan dan Desa.
b. Mengoptimalkan peran aparatur dalam pelayanan kepada
masyarakat.
59
c. Peningkatan peran dan serta masyarakat dalam pembangunan dan
kemasyarakatan.
d. Mengembangkan sektor pertanian, perdagangan, pariwisata, serta
lainnya untuk kesejahteraan masyarakat.
e. Peingkatan peran dan serta masyarakat dalam pelayanan publik.
f. Mewujudkan ketentraman dan ketertiban masyarakat.
E. Keberadaan Peternakan Babi di Kecamatan Jogonalan
Sebagian besar masyarakat menganggap bahwa babi merupakan
salah satu hewan ternak yang menjijikkan, hal ini disebabkan oleh bau
yang tidak sedap yang ditimbulkan dari peternakan babi karena peternak
kurang memperhatikan pengolahan limbah dari peternakan babi. Selain
itu, terdapat beberapa agama yang melarang umatnya memelihara ataupun
memakan daging babi karena bagi mereka hewan babi merupakan hewan
yang dianggap haram atau tidak layak untuk dipelihara ataupun dimakan.
Tetapi bagi peternak sendiri, khususnya yang terdapat di Kecamatan
Jogonalan, berternak babi merupakan mata pencaharian pokok mereka.
Berkat berternak babi mereka dapat “menghidupi”, bahkan
menyekolahkan anak mereka sampai kejenjang yang lebih tinggi seperti
Perguruan Tinggi, semuanya berkat berternak babi.
Peternakan babi di Kecamatan Jogonalan sendiri sudah berdiri
sejak tahun 1980-an, pada saat itu jumlah peternak berjumlah sekitar 500
orang peternak. Para peternak ini pada umumnya hanya merupakan
60
peternak kecil yang jumlah hewan ternaknya hanya berjumlah 10-20 ekor,
jadi peternakan tersebut hanya lebih kepada peternakan pribadi di desa.
Tetapi semenjak tahun 2005 harga daging babi mengalami penurunan yang
cukup mencolok, yaitu harganya mencapai Rp3000-Rp5000/kg. Harga
pakan yang tidak sesuai dengan harga daging babi pada saat dijual
membuat peternak memilih untuk meninggalkan usaha peternakan mereka
dan berali keusaha yang lain. Tidak ada keuntungan yang mereka peroleh,
biaya yang mereka keluarkan jauh lebih besar daripada pemasukan
(keuntungan) yang mereka dapat, kecenderungan yang terjadi adalah
kerugianlah yang mereka hadapi. Hal ini menyebabkan sebagian besar dari
peternak memilih untuk meninggalkan profesi sebagai peternak dan
beralih ke profesi lain, salah satunya seperti bertani. Sampai dengan tahun
2006 jumlah peternak yang tetap bertahan sampai saat ini di Kecamatan
Jogonalan berjumlah sekitar 200 orang peternak. Dibawah ini merupakan
data peternakan babi yang terdapat di Kecamatan Jogonalan mulai tahun
2004 sampai dengan tahun 2006:
61
Tabel IV.7 Peternakan Babi yang Terdapat di Kecamatan
Jogonalan
No. Nama Kelurahan/Desa
Jumlah Petarnakan Babi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Plawikan
Kraguman
Gondangan
Prawatan
Tangkisanpos
Somopuro
Titang
Rejoso
Ngering
Sumiang
Bakung
Pakahan
Karangdukuh
Wonoboyo
Joton
Dompyongan
Tambakan
Granting
20 peternakan
12 peternakan
8 peternakan
4 peternakan
20 peternakan
100 peternakan
25 peternakan
-
3 peternakan
5 peternakan
-
-
-
4 peternakan
2 peternakan
2 peternakan
-
3 peternakan
Jumlah 208 peternakan
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2004-2006
Para peternak ini umumnya dapat dikatakan sebagai “peternak
dengan modal tangguh” , yang artinya mereka berani mengambil resiko
berapapun harga daging babi, walaupun harganya mengalami penurunan
ataupun kenaikan. Kenaikan ataupun penurunan harga daging babi tidak
62
akan mempengaruhi mereka untuk menghetikan usaha mereka untuk tetap
berternak babi.
Para peternak babi yang terdapat di Kecamatan Jogonalan pada
umumnya tidak melaporkan peternakan babi yang mereka miliki kepada
Dinas Peternakan. Hal inilah yang menyebabkan Dinas Peternakan tidak
memiliki jumlah data yang jelas mengenai jumlah peternak dan hewan
ternak babi yang dimiliki oleh warga Jogonalan, bahkan kecenderungan
yang terjadi adalah data yang dimiliki oleh Dinas Peternakan tidak sesuai
dengan data yang terdapat di lapangan. Jadi, pada umumnya para peternak
di Kecamatan Jogonalan tidak mempunyai ijin dari Dinas Peternakan
setempat. Tetapi mereka mendapatkan pengarahan dari Dinas Lingkungan
Hidup untuk memperhatikan pembuatan kandang dan pengolahan limbah
ternak yang baik. Para peternak diwajibkan untuk benar-benar
memperhatikan pengolahan limbah ternak babi yang baik, yaitu dengan
cara memisahkan antara kotoran dan air kencing ternak babi agar tidak
menimbulkan bau yang tidak sedap dan mencemari lingkungan hidup
disekitarnya. Tetapi banyak dari peternak yang kurang memperhatikan hal
tersebut, sehingga terdapat beberapa kelurahan yang terkesan menjadi
sangat kotor akibat adanya peternakan babi di daerah tersebut, yaitu
Kelurahan Somopuro dan Kelurahan Titang.
Pada umumnya para peternak babi membangun kandang untuk
mengembangkan ternak babi mereka dilahan kosong yang jauh dari
pemukiman penduduk. Terdapat suatu tradisi pada masyarakat Jogonalan,
63
yaitu apabila suatu daerah sudah terbiasa dengan adanya peternakan babi
disekitar mereka, maka mereka tidak akan mempermasalahkan keberadaan
peternakan babi tersebut seperti di Kelurahan Somopuro khususnya Desa
Tegalsari dan Wilosari. Tetapi begitu juga sebaliknya, apabila terdapat
peternak yang hendak membuka kandang untuk mengembangkan hewan
ternak babi milik mereka di tempat yang sebagian warganya tidak ada
yang berternak babi, maka mereka harus mencari tempat yang letaknya
jauh dari pemukiman penduduk karena peternakan babi umumnya
mengganggu kebersihan lingkungan hidup. Apabila nantinya mereka tidak
mendapatkan tempat yang jauh dari pemukiman penduduk untuk
mengembangkan hewan ternak mereka, maka dengan sendirinya mereka
akan berhenti untuk beternak babi dan beralih ke usaha yang lain karena
mendapat tentangan dari warga sekitar.
F. Deskripsi Responden
Peternakan babi yang terdapat di Kecamatan Jogonalan berjumlah
208 peternakan, dalam penelitian ini mengambil 10% dari masing-masing
daerah objek penelitian untuk dijadikan sebagai sampel penelitian dengan
komposisi sebagai berikut:
64
Tabel IV.8 Peternakan Babi di Kecamatan Jogonalan yang
Dijadikan Objek Penelitian
No. Nama Kelurahan/Desa Jumlah Peternakan Babi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Plawikan
Kraguman
Gondangan
Prawatan
Tangkisanpos
Somopuro
Titang
Rejoso
Ngering
Sumiang
Bakung
Pakahan
Karangdukuh
Wonoboyo
Joton
Dompyongan
Tambakan
Granting
2 peternakan
2 peternakan
1 peternakan
1 peternakan
2 peternakan
10 peternakan
2 peternakan
-
1 peternakan
1 peternakan
-
-
-
1 peternakan
1 peternakan
1 peternakan
-
1 peternakan
Jumlah 26 peternakan
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2004-2006
Umumnya para peternak babi berstatus sudah menikah. Dari 26
orang peternak babi yang menjadi responden dalam penelitian ini mengaku
berstatus sudah menikah, dengan umur seperti pada tabel di bawah ini:
65
Tabel IV.9 Umur dan Status Peternak Babi di Kecamatan
Jogonalan
No. Tingkat Umur
Status Jumlah (jiwa)
Jumlah (%)
1.
2.
3.
4.
5.
10-20 tahun
20-30 tahun
30-40 tahun
40-50 tahun
50- keatas
Sudah Menikah
Sudah Menikah
Sudah Menikah
Sudah Menikah
Sudah Menikah
-
4 orang
7 orang
9 orang
6 orang
-
15,39
26,92
34,62
23,08
Jumlah 26 orang 100
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2004-2006
Tingkat pendidikan peternak babi di Kecamatan Jogonalan
beraneka ragam. Tebel dibawah ini mengambarkan tingkat pendidikan
peternak babi di Kecamatan Jogonalan:
Tabel IV.10 Tingkat Pendidikan Peternak Babi di Kecamatan
Jogonalan
No. Jenis Pendidikan Jumlah (jiwa)
Jumlah (%)
1.
2.
3.
4.
SD
SLTP
SLTA
Perguruan Tinggi
2 orang
4 orang
13 orang
7 orang
7,69
15,39
50
26,92
Jumlah 26 orang 100
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2004-2006
Warga yang memiliki peternakan babi di Kecamatan Jogonalan
umumnya terdiri dari berbagai aliran agama. Mereka tidak terlalu
memperhatikan aliran agama apa yang mereka anut untuk beternak babi.
Tabel di bawah ini mengambarkan aliran agama yang dianut oleh para
peternak babi di Kecamatan Jogonalan:
66
Tabel IV.11 Aliran Agama yang Dianut Peternak Babi di
Kecamatan Jogonalan
No. Agama Jumlah (jiwa)
Jumlah (%)
1.
2.
3.
4.
5.
Islam
Katolik
Kristen
Hindu
Budha
6 orang
9 orang
7 orang
4 orang
-
23,08
34,62
26,93
15,39
-
Jumlah 26 orang 100
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2004-2006
Berdasarkan tingkat pendapatan/bulan, jumlah peternak babi di
Kecamatan Jogonalan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel IV.12 Tingkat Pendapatan Peternak Babi di Kecamatan
Jogonalan
No. Tingkat Pendapatan/bulan (Rp)
Jumlah (jiwa)
Jumlah (%)
1.
2.
3.
Rp 100.000-Rp 500.00
Rp 500.000-Rp 1.000.000
Rp 1.000.000-keatas
11 orang
9 orang
5 orang
42,31
34,62
19,23
Jumlah 26 orang 100
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2004-2006
67
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada hasil
penelitian yang telah dilakukan pada bulan Maret-April 2008, kepada
peternak babi yang terdapat di Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten
yang umumnya sudah beternak babi sejak tahun 2004-2006. Penelitian ini
dilakukan guna mendapatkan data mengenai fluktuasi harga daging babi
dan beberapa faktor yang mempengaruhinya. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah fluktuasi harga daging babi. Variabel bebas yang
digunakan yaitu: harga pakan, harga bibit, harga substitusi babi,
pendapatan per kapita masyarakat, dan hari besar keagamaan.
Pendeskripsian data penelitian berfungsi untuk mengungkapkan
karakteristik data setiap variabel penelitian. Untuk mendeskripsikan data
dilakukan dengan cara mencari nilai mean, modus, median, dan standar
deviasi, seperti dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
68
Tabel V.1 Descriptive Statistic
Fluktuasi Harga Daging
Babi Harga Pakan Harga Ayam Harga Bibit
Pendptan Perkapita
Hari Raya Agama
N 36 36 36 36 3 9 0 0 0 0 33 27Mean 8826,39 1069,44 14194,44 161944,44 3663,33 10944,44Median 9125,00 1050,00 14000,00 175000,00 3700,00 10000,00Mode 9000(a) 1000 13000 175000 3510(a) 6500(a)Std. Deviation 2675,831 184,885 1166,667 66292,402 138,684 3205,897
a Multiple modes exist. The smallest value is shown Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2008 (Lihat Lampiran 8)
Dari pengambilan data penelitian yang telah dilakukan, untuk
variabel fluktuasi harga daging babi diperoleh hasil Mean sebesar 8826,39,
Modus sebesar 9000, Median sebesar 9125,00 dan Standar Deviasi sebesar
2675,831. Untuk variabel pakan ternak babi diperoleh hasil Mean sebesar
1069,44, Modus sebesar 1000, Median sebesar 1050,00, dan standar
Deviasi sebesar 184,885. Untuk variabel harga daging ayam diperoleh
hasil Mean sebesar 14194,44, Modus sebesar 13000, Median sebesar
14000,00, dan standar Deviasi sebesar 1166,667. Untuk variabel harga
bibit babi diperoleh hasil Mean sebesar 161944,44, Modus sebesar
175000, Median sebesar 175000,00, dan standar Deviasi sebesar
66292,402. Untuk variabel pendapatan perkapita masyarakat diperoleh
hasil Mean sebesar 3663,33, Modus sebesar 3510, Median sebesar
3700,00, dan standar Deviasi sebesar 138,684. Untuk variabel harga
daging babi pada saat hari raya keagamaan diperoleh hasil Mean sebesar
10944,44 , Modus sebesar 6500, Median sebesar 10000,00, dan standar
Deviasi sebesar 3205,897.
69
B. Analisis Data
1. Prasyarat Uji Analisis
Uji Prasyarat analisis harus dilakukan karena akan digunakan
sebagai dasar untuk menentukan langkah selanjutnya yaitu melakukan
analisis data, selain itu juga dimaksudkan sebagai dasar dalam
mengambil keputusan agar tidak menyimpang kebenarannya yang
seharusnya ditarik. Untuk menjawab rumusan masalah pertama, kedua,
ketiga, dan keempat mempergunakan pengujian persyaratan analisis
sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui konormalan
distribusi data. Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan
dengan menggunakan uji statistik One Sampel Kolmogorov
Smirnov dengan bantuan program SPSS versi 12.0.
Hasil uji normalitas disajikan dalam tabel berikut:
70
Tabel V.2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Fluktuasi Harga
Daging Babi
Harga Pakan Harga Ayam Harga Bibit
Hari Besar
Keagamaan
N 36 36 36 36 36Normal Parameters(a,b)
Mean 8826.39 1069.44 14194.44 161944.44 .22
Std. Deviation 2675.831 184.885 1166.667 66292.402 .422
Most Extreme Differences
Absolute .137 .146 .208 .106 .479
Positive .108 .146 .208 .089 .479 Negative -.137 -.104 -.153 -.106 -.299Kolmogorov-Smirnov Z .822 .878 1.249 .635 2.872Asymp. Sig. (2-tailed) .509 .423 .088 .815 .000
a Test distribution is Normal. b Calculated from data. Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2008 (Lihat Lampiran 4)
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa variabel
Fluktuasi harga daging babi (Y) mempunyai nilai Asymp sig 0,509,
karena nilai Asymp Sig. fluktuasi harga daging babi > α = 0,05
maka data normal. Variabel harga pakan babi (X1) mempunyai
nilai Asymp sig 0,423, karena nilai Asymp Sig. harga pakan babi >
α = 0,05 maka data normal. Variabel harga daging ayam (X2)
mempunyai nilai Asymp sig 0,088, karena nilai Asymp Sig. harga
daging ayam > α = 0,05 maka data normal. Variabel harga bibit
babi (X3) mempunyai nilai Asymp sig 0,815, karena nilai Asymp
Sig. harga bibit babi > α = 0,05 maka data normal. Variabel hari
besar keagamaan (X5) mempunyai nilai Asymp sig 2,872, karena
nilai Asymp Sig. hari besar keagamaan > α = 0,05 maka data
normal. Dapat disimpulkan bahwa data tiap variabel berdistribusi
71
normal, hal ini terbukti pada tiap-tiap variabel memiliki nilai
Asymp Sig lebih dari 0,05.
b. Uji Linieritas
Pengujian linieritas digunakan untuk menguji apakah data
masing-masing variabel bebas mempunyai hubungan linier dengan
variabel terikat. Kriteria pengujian yaitu jika nilai Fhitung < Ftabel
pada taraf signifikansi 5%, maka hubungan variabel bebas dengan
variabel terikat bersifat linier.
Hasil uji linieritas disajikan dalam tabel berikut:
Tabel V.3 Anova Tabel Fluktuasi harga daging babi*harga pakan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups
(Combined) 124330208.333 7 17761458.333 3.938 .004
Linearity 88400375.761 1 88400375.761 19.602 .000 Deviation
from Linearity
35929832.572 6 5988305.429 1.328 .278
Within Groups 126272222.222 28 4509722.222 Total 250602430.556 35
Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2008 (Lihat Lampiran 4)
Tabel V.4 Anova Tabel Fluktuasi harga daging babi*harga ayam
Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups
(Combined) 39300782.204 4 9825195.551 1.441 .244
Linearity 517518.019 1 517518.019 .076 .785 Deviation
from Linearity
38783264.185 3 12927754.728 1.897 .151
Within Groups 211301648.352 31 6816182.205 Total 250602430.556 35
Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2008 (Lihat Lampiran 4)
72
Tabel V.5 Anova Tabel Fluktuasi harga daging*harga bibit
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups
(Combined) 234789930.556 17 13811172.386 15.722 .000
Linearity 216141956.249 1 216141956.249 246.043 .000 Deviation
from Linearity
18647974.306 16 1165498.394 1.327 .280
Within Groups 15812500.000 18 878472.222 Total 250602430.556 35
Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2008 (Lihat Lampiran 4)
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa variabel harga
pakan ternak babi mempunyai nilai Fhitung 1,328 karena nilai Fhitung
= 1,328 < Ftabel = 2,48514 dapat disimpulkan bahwa hubungan
variabel harga pakan ternak babi dengan variabel fluktuasi harga
daging babi bersifat linier. Variabel harga daging ayam mempunyai
nilai Fhitung = 1,897 < Ftabel = 2,48514 maka dapat disimpulkan
bahwa hubungan variabel harga daging ayam dengan variabel
fluktuasi harga daging babi bersifat linier. Variabel harga bibit babi
mempunyai nilai Fhitung = 1,327< Ftabel = 2,48514 maka dapat
disimpulkan bahwa hubungan variabel harga bibit babi dengan
variabel fluktuasi harga daging babi bersifat linier. Hasil uji
linieritas tersebut menunjukkan bahwa variabel harga pakan ternak,
harga daging ayam dan harga bibit babi mempunyai hubungan
linier dengan fluktuasi harga daging babi, sehingga dapat dianalisa
lebih lanjut.
73
c. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah adanya hubungan linier yang
sempurna atau pasti. Diantara berbagai atau semua variabel
yang menjelaskan dari model persamaan regresi.
Multikolinieritas dilakukan untuk mengidentifikasi ada
tidaknya hubungan yang sempurna antara variabel bebas
tersebut. Model regresi yang baik apabila nilai VIF < 5%.
Hasil uji multikolinieritas untuk model regresi pada penelitian
ini disajikan pada tabel berikut:
Tabel V.6 Hasil Pengujian Multikolinieritas
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta
t
Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) -3096.476 1749.696 -1.770 .087 Harga
Pakan 1.956 .843 .135 2.319 .027 .718 1.394
Harga Ayam .281 .116 .122 2.417 .022 .950 1.052 Harga Bibit .035 .002 .860 14.65
3 .000 .707 1.414
Hari Besar Keagamaan (Dumy)
1007.498 315.880 .159 3.189 .003 .984 1.017
a Dependent Variable: Fluktuasi Harga Daging Babi Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2008 (Lihat Lampiran 5)
Pengujian Multikolinieritas dilakukan untuk data dari
variable bebas, yaitu sebagai berikut: Untuk variable harga
pakan ternak babi diperoleh hasil out put “Collinearity
statistic” diperoleh VIF (Variance Inflation Factor) sebesar
1,394 berarti VIF 1,394 < 5 %. Dengan hasil tersebut maka
74
variabel harga pakan ternak babi bersifat “tidak terjadi
Multikolinieritas”. Untuk variable harga daging ayam diperoleh
hasil out put “Collinearity statistic” diperoleh VIF (Variance
Inflation Factor) sebesar 1,052 berarti VIF 1,052 < 5 %.
Dengan hasil tersebut maka variabel harga daging ayam
bersifat “tidak terjadi Multikolinieritas”. Untuk variable harga
bibit babi diperoleh hasil out put “Collinearity statistic”
diperoleh VIF (Variance Inflation Factor) sebesar 1,414 berarti
VIF 1,414 < 5 %. Dengan hasil tersebut maka variabel harga
bibit babi bersifat “tidak terjadi Multikolinieritas”. Untuk
variable hari besar keagamaan diperoleh hasil out put
“Collinearity statistic” diperoleh VIF (Variance Inflation
Factor) sebesar 1,017 berarti VIF 1,017 < 5 %. Dengan hasil
tersebut maka variabel hari besar keagamaan bersifat “tidak
terjadi Multikolinieritas”. Sehingga dapat dikatakan bahwa
semua variabel bebas dalam penelitian ini tidak mempunyai
hubungan atau tidak ada korelasi dengan variabel lainnya.
2). Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah varian residual dalam model
tidak homogen. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan
menggunakan uji korelasi rangking spearman. Untuk
mendeteksi apakah dalam regresi terjadi heteroskedastisitas
dapat dideteksi dengan Spearmen’s Rank dengan ketentuan
75
sebagai berikut: jika koefisien korelasi mempunyai tingkat
signifikansi > 0,05 dapat dikatakan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas. Dan sebaliknya, apabila koefisien korelasi
mempunyai tingkat signifikansi < 0,05 maka dapat dikatakan
terjadi heteroskedastisitas.
Berikut ini adalah hasil pengujian heteroskedastisitas:
Tabel V.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas
E (Error
Term) X1 Harga Pakan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
.018
.918 36
X2 Harga Ayam
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
-.127 .460
36
X3 Harga Bibit
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
.074
.668 36
Spearman's rho
X5 Harga hari besar keagamaan (Dummy)
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
-.090 .601
36
Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2008 (Lihat Lampiran 5)
Dari tabel di atas terlihat bahwa koefisien korelasi
variabel harga pakan ternak babi mempunyai nilai signifikansi
= 0,918 > 0,05 maka tidak terjadi heterokedastisitas. Koefisien
korelasi untuk variabel harga daging ayam mempunyai nilai
signifikansi = 0,460 > 0,05 maka tidak terjadi
heterokedastisitas. Koefisien korelasi untuk variabel harga bibit
babi mempunyai nilai signifikansi = 0,668 > 0,05 maka tidak
76
terjadi heterokedastisitas. Koefisien korelasi untuk variabel
harga daging babi pada saat hari besar keagamaan mempunyai
nilai signifikansi = 0,601 > 0,05 maka tidak terjadi
heterokedastisitas.
3) Uji Autokorelasi
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah
regresi yang bebas dari autokorelasi.
Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat dilakukan
dengan uji Durbin Watsom dan dapat digunakan ketentuan
sebagan berikut (Firdaus, 2004: 101):
Tabel V.8 Uji Durbin Watson
DW Kesimpulan
10,1⟨ Ada autokorelasi
1,10-1,54 Tanpa kesimpulan
1,55-2,46 Tidak ada autokorelasi
2,47-2,90 Tanpa kesimpulan
91,2⟩ Ada autokorelasi
Sumber: Muhamad Firdaus, 2004
77
Tabel V.9 Hasil Uji Autokorelasi
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .961(a) .924 .915 781.434 1.898a Predictors: (Constant), Hari Raya Agama, Harga Pakan, Harga Ayam, Harga Bibit b Dependent Variable: Fluktuasi Harga Daging Babi Sumber: Hasil Olah Data Primer, 2008 (Lihat Lampiran 5)
Hasil uji autokorelasi Durbin Watson menunjukkan
angka 1,898, dan menurut ketentuan di atas tampak bahwa nilai
Durbin Watson hitung 1,898 terletak di daerah tidak ada
autokorelasi sehingga dapat disimpulakan bahwa model regrasi
berganda terbebas dari asumsi klasik statistik autokorelasi.
2. Pengujian Hipotesis
a. Pengujian Hipotesis Untuk Variabel Harga Pakan Ternak
Babi, Harga Substitusi Babi (Daging Ayam), Harga Bibit Babi,
Hari Besar Keagamaan
Pengujian hipotesis dilakukan berdasarkan hasil analisis
regresi linier berganda menggunakan SPSS 12.00. Hal ini
dilakukan untuk melihat besarnya hubungan variabel independent
dengan variabel dependent. Model persamaan regresi dalam
penelitian ini adalah:
78
Tabel V.10 Hasil Pengujian Koefisien Regresi Berganda
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta
Toleranc
e VIF 1 (Constant) -3096.476 1749.696 -1.770 .087 Harga Pakan 1.956 .843 .135 2.319 .027 .718 1.394 Harga Ayam .281 .116 .122 2.417 .022 .950 1.052 Harga Bibit .035 .002 .860 14.653 .000 .707 1.414 Hari Besar
Keagamaan (Dumy)
1007.498 315.880 .159 3.189 .003 .984 1.017
Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2008 (Lihat Lampiran 6)
FH= (-3096,476) + 1,956X1 + 0,281X2 + 0,035X3 + 1007,498X5
Keterangan:
FH = Fluktuasi harga daging babi
X1 = Harga pakan
X2 = Harga ayam
X3 = Harga bibit
X5 = Hari besar keagamaan
1) Uji T
T-test ini bertujuan untuk mengetahui besarnya
pengaruh masing-masing veriabel independent secara
individual (parsial) terhadap variable dependent. Hasil T-test
menunjukkan variable independent berpengaruh terhadap
variable dependent jika thitung > ttabel. Ttabel diperoleh dari n-k-
1, maka dalam penelitian ini ttabel = 36-5-1, sehingga
79
diperoleh hasil ttabel sebesar 30 (1,6973). Hasil uji ini pada
output SPSS dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel V.11 Hasil Pengujian Koefisien Regresi Berganda
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta
Toleranc
e VIF 1 (Constant) -3096.476 1749.696 -1.770 .087 Harga Pakan 1.956 .843 .135 2.319 .027 .718 1.394 Harga Ayam .281 .116 .122 2.417 .022 .950 1.052 Harga Bibit .035 .002 .860 14.653 .000 .707 1.414 Hari Besar
Keagamaan (Dumy)
1007.498 315.880 .159 3.189 .003 .984 1.017
a Dependent Variable: Fluktuasi Harga Daging Babi Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2008 (Lihat Lampiran 6)
Analisis tabel di atas untuk mengetahui pengaruh
veriabel independent secara parsial terhadap variabel
dependent adalah sebagai berikut:
a) Variabel harga pakan ternak babi berpengaruh positif
dan signifikan terhadap fluktuasi harga daging babi.
Dari hasil regresi diperoleh thitung = 2,319 > ttabel
=1,6973 maka Ho ditolak, artinya harga pakan ternak
babi secara parsial berpengaruh terhadap fluktuasi harga
daging babi.
b) Variabel harga daging ayam berpengaruh positif dan
signifikan terhadap fluktuasi harga daging babi. Dari
hasil regresi diperoleh thitung = 2,417 > t tabel = 1,6973
maka Ho ditolak, artinya perubahan harga daging ayam
80
secara parsial berpengaruh terhadap fluktuasi harga
daging babi.
c) Variabel harga bibit babi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap fluktuasi harga daging babi. Dari
hasil regresi diperoleh thitung = 14,653 > ttabel = 1,6973
maka Ho ditolak, artinya harga bibit babi secara parsial
berpengaruh terhadap fluktuasi harga daging babi.
d) Variabel hari besar keagamaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap fluktuasi harga daging babi. Dari
hasil regresi diperoleh thitung = 3,189 > ttabel = 1,6973
maka Ho ditolak, artinya hari besar keagamaan secara
parsial berpengaruh terhadap fluktuasi harga daging
babi.
2) Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) merupakan suatu alat untuk
mengukur besarnya persentase pengaruh semua variabel
bebas terhadap variabel terikat. Besarnya koefisien
determinasi berkisar antara angka 0 sampai dengan 1,
semakin mendakati 0 besarnya koefisien suatu persamaan
regresi, maka semakin kecil pengaruh semua variabel
independent terhadap variabel dependent. Sebaliknya
semakin besar koefisien determinasi mendekati angka 1,
81
maka semakin besar pula pengaruh semua variabel
independent terhadap variabel dependent.
Hasil uji R2 pada penelitian ini diperoleh dari R2 sebesar
0,915, hal ini menunjukkan bahwa variabel harga pakan babi,
harga daging ayam, harga bibit babi, hari besar keagamaan
secara bersama-sama berpengaruh terhadap fluktuasi harga
daging babi sebesar 91,5%, sedangkan sisanya sebesar 8,5%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
b. Pengujian Hipotesis Regresi Linier Sederhana Untuk Variabel
Pendapatan Perkapita Masyarakat
Untuk menjawab rumusan masalah keempat pengujian
hipotesis dilakukan berdasarkan hasil analisis regresi linier
sederhana menggunakan SPSS 12.00, hal ini dilakukan karena
keterbatasan data yang diperoleh dari BPS untuk melihat pengaruh
pendapatan perkapita masyarakat terhadap fluktuasi harga daging
babi. Regresi linier sederhana digunakan untuk melihat besarnya
hubungan satu variabel independent dengan satu variabel
dependent. Model persamaan regresi dalam penelitian ini adalah:
82
Tabel V.12 Hasil Pengujian Koefisien Regresi Sederhana
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant) -59427.836 4188.982 -14.187 .045 pendapatan
perkapita masyarakat
18.632 1.143 .998 16.302 .039
a Dependent Variable: fluktuasi harga daging babi Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2008 (Lihat Lampiran 7)
FH= (-59427,836) + 18,632X4
Keterangan:
FH = Fluktuasi harga daging babi
X4 = Pendapatan perkapita masyarakat
1) Uji T
T-test ini bertujuan untuk mengetahui besarnya
pengaruh masing-masing veriabel independent secara
individual (parsial) terhadap variable dependent. Hasil T-test
menunjukkan variable independent berpengaruh terhadap
variable dependent jika thitung > ttabel. Ttabel diperoleh dari n-k-
1, maka dalam penelitian ini ttabel = 3-1-1, sehingga diperoleh
hasil ttabel sebesar 1 (6,3138). Hasil uji ini pada output SPSS
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
83
Tabel V.13 Hasil Pengujian Koefisien Regresi Sederhana
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant) -59427.836 4188.982 -14.187 .045 pendapatan
perkapita masyarakat
18.632 1.143 .998 16.302 .039
a Dependent Variable: fluktuasi harga daging babi Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2008 (Lihat Lampiran 7)
Analisis tabel di atas untuk mengetahui pengaruh
veriabel independent secara parsial terhadap variabel
dependent adalah sebagai berikut:
Variabel pendapatan perkapita masyarakat berpengaruh
positif dan signifikan terhadap fluktuasi harga daging babi.
Dari hasil regresi diperoleh thitung = 16,302 > ttabel = 6,3138
maka Ho ditolak, artinya pendapatan perkapita masyarakat
secara parsial berpengaruh terhadap fluktuasi harga daging
babi.
2) Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) merupakan suatu alat untuk
mengukur besarnya persentase pengaruh semua variabel
bebas terhadap variabel terikat. Besarnya koefisien
determinasi berkisar antara angka 0 sampai dengan 1,
semakin mendakati 0 besarnya koefisien suatu persamaan
regresi, maka semakin kecil pengaruh semua variabel
independent terhadap variabel dependent. Sebaliknya
84
semakin besar koefisien determinasi mendekati angka 1,
maka semakin besar pula pengaruh semua veriabel
independent terhadap variabel dependent
Tabel V.14 Hasil Pengujian R2
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate 1 .998(a) .996 .993 224.165
a Predictors: (Constant), pendapatan perkapita masyarakat b Dependent Variable: fluktuasi harga daging babi Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2008 (Lihat Lampiran 7)
Hasil uji R2 pada penelitian ini diperoleh dari R2 sebesar
0,993, hal ini menunjukkan bahwa variabel pendapatan
perkapita masyarakat berpengaruh terhadap fluktuasi harga
daging babi sebesar 99,3%, sedangkan sisanya sebesar 0,7%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
C. Pembahasan
1. Pengaruh Harga Pakan Ternak Babi Terhadap Fluktuasi Harga
Daging Babi
Peternakan babi pada dasarnya merupakan salah satu usaha
dibidang peternakan yang cukup menjanjikan bagi para peternak,
karena dengan memelihara ternak babi selama 4-5 bulan hingga ternak
babi memiliki berat badan 70-100kg peternak sudah dapat menjual
hasil ternak mereka dengan harga yang bervariasi. Harga daging babi
dapat berubah-ubah sewaktu-waktu, dan hal inilah yang menjadi
keresahan bagi para peternak. Ketika harga daging babi tinggi, ini
85
menjadi suatu hal yang menguntungkan bagi peternak, tetapi ketika
harga daging babi turun peternak tentu saja menghadapi kerugian
karena biaya yang dikeluarkan untuk beternak babi tidak sebanding
dengan hasil yang diperoleh.
Untuk mendapatkan mendapatkan berat badan ternak babi yang
diharapkan oleh peternak, maka dalam hal ini peternak harus benar-
benar memperhatikan makanan dari ternak babi. Makanan ternak babi
dapat berupa katul, konsentrat, ampas tahu, tetapi setelah
dilakukannnya penelitian ini maka dapat diketahui bahwa makanan
utama dari ternak babi adalah katul. Dalam sehari satu ekor babi dapat
menghabiskan 2kg katul. Peternak harus benar-benar memperhatikan
makanan ternak babi, karena dengan pemberian pakan yang teratur
ternak babi akan berkembang dan mencapai berat badan yang
diinginkan oleh peternak dengan tepat waktu pula.
Sedangkan harga katul sendiri lebih dipengaruhi oleh faktor
musim. Ketika panen raya harga katul hanya sekitar Rp800, dan pada
saat hari biasa harganya dapat mencapai Rp1500. Selain dipengaruhi
oleh faktor musim, harga pakan ternak babi juga dipengaruhi oleh
krisis pangan yang sedang dialami oleh bangsa Indonesia, yang
berdampak terhadap kenaikan semua harga pakan, terutama dalam hal
ini adalah harga katul. Harga pakan ternak babi ini sangat berpengaruh
terhadap kenaikan ataupun penurunan harga daging babi. Hipotesis
yang pertama dalam penelitian ini menyatakan bahwa fluktuasi harga
86
daging babi dipengaruhi oleh harga pakan ternak babi tahun 2004-2005
di Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten. Berdasarkan uji analisis
statistik dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda
diperoleh nilai t hitung sebesar 2,319 dengan signifikansi sebesar 0,027
hal ini berarti terdapat pengaruh positif dan signifikan antara harga
pakan ternak babi terhadap fluktuasi harga daging babi.
87
Tabel V.15 Fluktuasi Harga Daging Babi dan Harga Pakan Ternak
Babi, Tahun 2004-2006
Tahun/ Bulan
Fluk Harga Daging Babi (Rp/kg)
Harga Pakan (Rp/kg)
2004 Januari 8000 1000 Februari 9000 800 Maret 9000 800 April 9000 800 Mei 9250 900 Juni 9250 900 Juli 9250 1000 Agustus 9500 1000 September 10000 1200 Oktober 11000 1200 November 11000 1200 Desember 12000 1200 2005 Januari 7000 1000 Februari 8000 1100 Maret 7000 1000 April 7500 1000 Mei 6500 1000 Juni 5500 900 Juli 4000 1000 Agustus 5000 900 September 3500 800 Oktober 3500 800 November 6000 1000 Desember 7500 1100 2006 Januari 8000 1100 Februari 9000 1500 Maret 9500 1400 April 9500 1300 Mei 10000 1200 Juni 10000 1200 Juli 10000 1100 Agustus 11500 1100 September 12000 1200 Oktober 12000 1100 November 14000 1500 Desember 15000 1200
Sumber : Data Primer Yang Telah Diolah, Tahun 2004-2006
88
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa harga pakan ternak
babi cenderung mengalami penurunan ataupun kenaikan. Kenaikan
ataupun penurunan harga pakan ternak babi ini akan berpengaruh pada
harga daging babi. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2006 harga pakan
ternak babi mencapai Rp1200-Rp1500/kg, sehingga menyebabkan
harga daging babi meningkat hingga Rp10.000-Rp15.000/kg, begitu
juga sebaliknya pada tahun 2005 harga pakan ternak babi berkisar
antara Rp800-Rp1000/kg, menyebabkan harga daging babi turun
menjadi Rp3500-Rp5500/kg. Jadi dapat dilihat bahwa harga pakan
ternak babi sangat berpengaruh terhadap harga daging babi.
Dalam hasil penelitian regresi ditunjukkan bahwa setiap ada
peningkatan harga pakan ternak babi sebesar 1% maka akan
meningkatkan harga daging babi sebesar Rp1,956. Maka dapat
dikatakan bahwa peningkatan harga pakan ternak babi akan
berpengaruh terhadap kenaikan harga daging babi. Ternyata hasil uji t
mendukung hipotesis penelitian dimana uji t yang diperoleh dari
penelitian ini adalah harga pakan ternak babi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap harga daging babi.
89
2. Pengaruh Harga Substitusi Babi (Daging Ayam) Terhadap
Fluktuasi Harga Daging Babi
Barang substitusi adalah adalah suatu barang yang dapat
menggantikan barang yang lain. Barang substitusi muncul karena
harga barang utama yang mengalami kenaikan. Akibatnya barang ini
mengalami kenaikan, maka orang cenderung akan mencari barang lain
yang harganya lebih rendah tetapi dengan kualitas yang sama. Begitu
juga daging babi, ketika harga daging babi mengalami kenaikan maka
masyarakat memilih untuk mengkonsumsi jenis daging lainnya yang
memiliki fungsi yang sama, dengan harga yang lebih murah. Salah satu
alternatif yang dapat dipilih oleh masyarakat sebagai barang substitusi
dari daging babi adalah daging ayam. Ketika harga daging babi
mengalami kenaikan, masyarakat mengalihkan pilihannya kepada
daging ayam yang harganya lebih murah daripada harga daging babi.
Hipotesis yang kedua dalam penelitian ini menyatakan bahwa
fluktuasi harga daging babi dipengaruhi oleh harga substitusi babi
(daging ayam) tahun 2004-2005 di Kecamatan Jogonalan, Kabupaten
Klaten. Berdasarkan uji asumsi statistik dengan menggunakan teknik
analisis regresi linier berganda diperoleh nilai t hitung sebesar 2,417
dengan signifikansi sebesar 0,022 hal ini berarti terdapat pengaruh
positif dan signifikan antara harga substitusi babi (daging ayam)
terhadap fluktuasi harga daging babi.
90
Tabel V.16 Fluktuasi Harga Daging Babi dan Harga Daging Ayam, Tahun
2004-2006
Tahun/ Bulan
Fluk Harga Daging Babi (Rp/kg)
Harga Daging Ayam (Rp/kg)
2004 Januari 8000 14000 Februari 9000 16000 Maret 9000 13000 April 9000 13000 Mei 9250 13000 Juni 9250 13000 Juli 9250 13000 Agustus 9500 14000 September 10000 14000 Oktober 11000 13000 November 11000 16000 Desember 12000 15000 2005 Januari 7000 17000 Februari 8000 15000 Maret 7000 16000 April 7500 15000 Mei 6500 15000 Juni 5500 15000 Juli 4000 13000 Agustus 5000 14000 September 3500 14000 Oktober 3500 14000 November 6000 14000 Desember 7500 14000 2006 Januari 8000 16000 Februari 9000 13000 Maret 9500 14000 April 9500 13000 Mei 10000 13000 Juni 10000 14000 Juli 10000 13000 Agustus 11500 15000 September 12000 13000 Oktober 12000 13000 November 14000 15000 Desember 15000 16000
Sumber : Data Primer Yang Telah Diolah, Tahun 2004-2006
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan harga daging ayam
cenderung mengalami kenaikan maupun penurunan. Kenaikan harga
91
pada daging ayam cenderung terjadi ketika adanya hari besar
keagamaan, seperti pada bulan Desember tahun 2006 harga daging
ayam mencapai Rp16.000, yang disebabkan oleh adanya hari besar
keagamaan Natal. Fluktuasi harga daging babi dalam hal ini juga
dipengaruhi oleh naik ataupun turunnya harga daging ayam. Seperti
dapat dilihat dari tabel pada tahun 2006 harga daging ayam mencapai
Rp15.000-Rp16.000/kg, sedangkah harga daging babi berkisar antara
Rp12.000-Rp15.000/kg. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan harga
daging ayam berpengaruh terhadap kenaikan harga daging babi.
Kecenderungan yang terjadi adalah ketika harga daging ayam naik,
maka akan berpengaruh terhadap meningkatnya harga daging babi. Hal
ini disebabkan karena ketika harga daging ayam naik masyarakat akan
lebih banyak mengkonsumsi daging babi, karena permintaan yang
banyak terhadap daging babi maka menyebabkan harga daging babi
menjadi naik dari harga semula.
Dalam hasil penelitian regresi ditunjukkan bahwa setiap ada
peningkatan harga daging ayam sebagai substitusi babi sebesar 1%
maka akan meningkatkan harga daging babi sebesar Rp0,281 . Maka
dapat dikatakan bahwa peningkatan harga daging ayam akan
berpengaruh terhadap kenaikan harga daging babi. Ternyata hasil uji t
mendukung hipotesis penelitian dimana uji t yang diperoleh dari
penelitian ini adalah harga daging ayam berpengaruh positif dan
signifikan terhadap harga daging babi.
92
3. Pengaruh Harga Bibit Babi Terhadap Fluktuasi Harga Daging
Babi
Bibit merupakan salah satu faktor penting yang perlu
diperhatikan oleh para peternak babi. Pemilihan bibit yang baik dan
unggul akan sangat menentukan kualitas babi selanjutnya. Apabila
peternak dapat benar-benar memperhatikan kualitas bibit babi, dan
didukung dengan pemeliharaan yang benar, maka dapat diperoleh babi
dengan kualitas yang baik dan sehat. Kriteria pemilihan bibit babi yang
baik antara lain sehat, memiliki berat badan minimal 10kg, memiliki
umur ideal 50 hari setelah dilahirkan. Jenis bibit babi yang sering
diternakkan oleh masyarakat Klaten pada umumnya adalah jenis Uroke
(turunan Australia).
Hipotesis yang ketiga dalam penelitian ini menyatakan bahwa
fluktuasi harga daging babi dipengaruhi oleh harga bibit babi tahun
2004-2005 di Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten. Berdasarkan
uji asumsi statistik dengan menggunakan teknik analisis regresi linier
berganda diperoleh nilai t hitung sebesar 14,653 dengan signifikansi
sebesar 0,860 hal ini berarti terdapat pengaruh positif dan signifikan
antara harga bibit babi terhadap fluktuasi harga daging babi.
93
Tabel V.17 Fluktuasi Harga Daging Babi dan Harga Bibit Babi,
Tahun 2004-2006
Tahun/ Bulan
Fluk Harga Daging Babi (Rp/kg)
Harga Bibit Babi (Rp/ekor)
2004 Januari 8000 125000 Februari 9000 150000 Maret 9000 175000 April 9000 175000 Mei 9250 175000 Juni 9250 175000 Juli 9250 175000 Agustus 9500 200000 September 10000 210000 Oktober 11000 225000 November 11000 110000 Desember 12000 225000 2005 Januari 7000 110000 Februari 8000 110000 Maret 7000 125000 April 7500 100000 Mei 6500 135000 Juni 5500 80000 Juli 4000 75000 Agustus 5000 75000 September 3500 50000 Oktober 3500 50000 November 6000 75000 Desember 7500 110000 2006 Januari 8000 135000 Februari 9000 160000 Maret 9500 175000 April 9500 175000 Mei 10000 190000 Juni 10000 200000 Juli 10000 225000 Agustus 11500 250000 September 12000 250000 Oktober 12000 275000 November 14000 280000 Desember 15000 300000
Sumber : Data Primer Yang Telah Diolah, Tahun 2004-2006
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa harga bibit babi
cenderung mengalami kenaikan maupun penurunan. Kenaikan harga
94
bibit babi cenderung menyebabkan kenaikan harga daging babi. Hal ini
dapat dilihat ketika harga daging babi hanya berkisar antara Rp3500-
Rp5500/kg, harga bibit per ekor juga mengalami penurunan yaitu
berkisar antara Rp50.000-Rp80.000. Begitu juga sebaliknya, ketika
harga daging babi mencapai Rp14.000-Rp15.000/kg, harga bibit juga
mengalami peningkatan menjadi Rp250.000-Rp300.000/ekor. Maka
dapat dilihat bahwa fluktuasi harga daging babi dipengaruhi oleh harga
bibit babi.
Dalam hasil penelitian regresi ditunjukkan bahwa setiap ada
peningkatan harga bibit babi sebesar 1% maka akan meningkatkan
harga daging babi sebesar Rp0,035 . Maka dapat dikatakan bahwa
peningkatan harga bibit babi akan berpengaruh terhadap kenaikan
harga daging babi. Ternyata hasil uji t mendukung hipotesis penelitian
dimana uji t yang diperoleh dari penelitian ini adalah harga bibit babi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga daging babi.
4. Pengaruh Pendapatan Perkapita Masyarakat Kabupaten Klaten
Terhadap Fluktuasi Harga Daging Babi
Pendapatan per kapita masyarakat Kabupaten Klaten tahun
2004-2006 menunjukkan kenaikan yang berpengaruh terhadap
perubahan daging babi, hal ini dapat dijelaskan dalam tabel berikut
ini :
95
Tabel V.18 Fluktuasi Harga Daging Babi dan Jumlah Pendapatan
Perkapita Masyarakat Kabupaten Klaten, Tahun 2004-2006
Tahun Pendapatan Perkapita Masyarakat
(dalam ribuan)
Fluktuasi Harga daging Babi Rata-Rata
(Rp/kg) 2004 3510 9688 2005 3700 5917 2006 3780 10875
Sumber: Data BPS Yang Telah Diolah, Tahun 2004-2006 Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa pendapatan perkapita
masyarakat Kabupaten Klaten dari tahun dari tahun 2004-2005
mengalami kenaikan. Perubahan pendapatan perkapita masyarakat ini
juga berpengaruh terhadap perubahan harga daging babi. Khususnya
pada tahun 2005 terjadi kenaikan pendapatan perkapita sebesar 3700,
dari tahun sebelumnya sebesar 3510, hal ini berpengaruh terhadap
fluktuasi harga daging babi. Harga daging babi turun dari tahun
sebelumnya sebesar Rp9688 menjadi Rp5917, hal ini disebabkan
karena penawaran paternak babi untuk hewan ternaknya yang terlalu
banyak, sehingga terjadi penumpukan hewan ternak dipasaran yang
menyebabkan harga ternak babi menjadi turun. Sedangkan untuk tahun
2005 dan 2006 terjadi keseimbangan antara permintaan dari konsumen
dan penawaran dari peternak babi, hal ini terbukti dengan kenaikan
pendapatan perkapita masyarakat dan diikuti dengan peningkatan
harga daging babi.
Hipotesis yang keempat dalam penelitian ini menyatakan
bahwa fluktuasi harga daging babi dipengaruhi oleh pendapatan
perkapita masyarakat tahun 2004-2005 di Kecamatan Jogonalan,
96
Kabupaten Klaten. Berdasarkan uji asumsi statistik dengan
menggunakan teknik analisis regresi linier berganda diperoleh nilai t
hitung sebesar 16,302 dengan signifikansi sebesar 0,039 hal ini berarti
terdapat pengaruh positif dan signifikan antara pendapatan perkapita
masyarakat terhadap fluktuasi harga daging babi.
Dalam hasil penelitian regresi sederhana ditunjukkan bahwa
setiap ada peningkatan pendapatan perkapita masyarakat sebesar 1%
maka akan meningkatkan atau menurunkan harga daging babi sebesar
Rp18,632 .Maka dapat dikatakan bahwa perubahan pendapatan
perkapita masyarakat akan berpengaruh terhadap perubahan harga
daging babi. Ternyata hasil uji t mendukung hipotesis penelitian
dimana uji t yang diperoleh dari penelitian ini adalah pendapatan
perkapita masyarakat berpengaruh positif dan signifikan terhadap
harga daging babi
5. Pengaruh Hari Besar Keagamaan (Hari Raya Idul Fitri, Natal dan
Tahun Baru China) Terhadap Fluktuasi Harga Daging Babi
Masing-masing agama yang terdapat di Indonesia memiliki hari
besar keagamaannya masing-masing. Sedangkan dalam penelitian ini
hari besar keagamaan yang digunakan adalah Hari Raya Idul Fitri,
Natal dan Tahun Baru China, hal ini disebabkan karena ketiga hari
raya inilah yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap fluktuasi
harga daging babi. Khususnya untuk Hari Raya Idul Fitri harga daging
babi juga mengalami kenaikan, hal ini disebabkan karena tradisi yang
97
berkembang dimasyarakat bahwa Hari Raya Idul Fitri dirayakan oleh
semua lapisan masyarakat. Perayaan tersebut dapat mereka lakukan
dengan mengadakan perayaan makan bersama, yang berakibat pada
meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap daging babi.
Hipotesis yang kelima dalam penelitian ini menyatakan bahwa
fluktuasi harga daging babi dipengaruhi oleh hari besar keagamaan
tahun 2004-2005 di Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten.
Berdasarkan uji asumsi statistik dengan menggunakan teknik analisis
regresi linier berganda diperoleh nilai t hitung sebesar 3,186 dengan
signifikansi sebesar 0,159 hal ini berarti terdapat pengaruh positif dan
signifikan antara hari besar keagamaan terhadap fluktuasi harga
daging babi.
98
Tabel 5.19 Fluktuasi Harga Daging Babi, Harga Daging Babi Pada Hari Besar Keagamaan, Variabel Dumy, Tahun 2004-2006
Tahun/ Bulan
Fluk Harga Daging Babi
(Rp/kg)
Harga Daging Babi Hari Besar Agama
(Rp/kg)
Variabel Dumy
2004 Januari 8000
0
Februari 9000 10000 1 Maret 9000 0 April 9000 0 Mei 9250 0 Juni 9250 0 Juli 9250 0 Agustus 9500 0 September 10000 0 Oktober 11000
0 November 11000 11500 1 Desember 12000 14000 1 2005 Januari 7000
0
Februari 8000 9000 1 Maret 7000 0 April 7500 0 Mei 6500 0 Juni 5500 0 Juli 4000 0 Agustus 5000 0 September 3500 0 Oktober 3500
0 November 6000 6500 1 Desember 7500 8000 1 2006 Januari 8000 9500 1 Februari 9000 0 Maret 9500 0 April 9500 0 Mei 10000 0 Juni 10000 0 Juli 10000 0 Agustus 11500 0 September 12000
0 Oktober 12000 13500 1 November 14000 0 Desember 15000 16500 1
Sumber : Data Primer Yang Telah Diolah, Tahun 2004-2006
99
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa harga daging babi
pada saat hari besar keagamaan cenderung mengalami kenaikan
maupun penurunan. Pada rumusan masalah kelima ini digunakan
variabel dumy untuk menganalisis pengaruh hari besar keagamaan
terhadap fluktuasi harga daging babi. Untuk variabel dumy
diasumsikan pada saat hari besar keagaman dengan angka 1 dan angka
0 untuk pada saat bukan hari besar keagamaan. Hari besar keagamaan
pada tabel di atas cenderung menyebabkan kenaikan harga daging
babi. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2004 ketika harga daging babi
berkisar antara Rp9.000-Rp12.000/kg, sedangkan ketika hari besar
keagamaan terjadi peningkatan harga sebesar Rp10.000-Rp14.000/kg.
Maka berdasarkan penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa hari besar
keagamaan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan untuk
meningkatkan harga daging babi, hal ini disebabkan permintaan
terhadap daging babi yang meningkat pada saat hari besar keagamaan
tersebut.
100
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang telah diuraikan
dalam bab terdahulu, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Hasil analisis data menunjukkan bahwa harga pakan ternak babi
berpengaruh terhadap fluktuasi harga daging babi di Kecamatan
Jogonalan, Kabupaten Klaten, tahun 2004-2006, hal ini didasarkan
pada hasil t hitung (2,319) yang lebih besar dari t tabel (1,6973),
berarti koefisien regresi berpengaruh positif dan signifikan.
2. Hasil analisis data menunjukkan bahwa harga substitusi daging babi
(daging ayam) berpengaruh terhadap fluktuasi harga daging babi di
Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, tahun 2004-2006, hal ini
didasarkan pada hasil t hitung (2,417) yang lebih besar dari t tabel
(1,6973), berarti koefisien regresi berpengaruh positif dan signifikan.
3. Hasil analisis data menunjukkan bahwa harga bibit babi berpengaruh
terhadap fluktuasi harga daging babi di Kecamatan Jogonalan,
Kabupaten Klaten, tahun 2004-2006, hal ini didasarkan pada hasil t
hitung (14,653) yang lebih besar dari t tabel (1,6973), berarti koefisien
regresi berpengaruh positif dan signifikan.
101
4. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pendapatan perkapita
masyarakat berpengaruh terhadap fluktuasi harga daging babi di
Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, tahun 2004-2006, hal ini
didasarkan pada hasil t hitung (16,302) yang lebih besar dari t tabel
(6,3138), berarti koefisien regresi berpengaruh positif dan signifikan.
5. Hasil analisis data menunjukkan bahwa hari besar keagamaan
berpengaruh terhadap fluktuasi harga daging babi di Kecamatan
Jogonalan, Kabupaten Klaten, tahun 2004-2006, hal ini didasarkan
pada hasil t hitung (3,189) yang lebih besar dari t tabel (1,6973),
berarti koefisien regresi berpengaruh positif dan signifikan.
B. Saran
Secara singkat beberapa saran yang dapat yang dapat dikemukakan
dari hasil penelitian ini antara lain :
1. Pemerintah
Pemerintah hendaknya ikut berperan dalam menjaga stabilitas harga
dan ketersediaan pakan ternak babi. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi terjadinya fluktuasi harga dan kelangkaan pakan ternak
babi.
2. Peternak Babi
Peternak perlu merancang jadwal waktu yang tepat untuk beternak
babi. Hal ini dimaksudkan untuk memperkirakan besarnya jumlah
ternak babi yang harus dijual dipasaran setiap bulannya. Sehingga
102
kenaikan ataupun penurunan harga daging babi akibat kelangkaan
ataupun kelebihan hewan ternak, khususnya pada saat hari besar
keagamaan dapat dihindari.
3. Peternak Babi
Sebaiknya peternak menimbun pakan ternak babi khususnya katul
halus pada saat pada saat panen raya, sehingga dapat terhidarkan dari
kenaikan ataupun penurunan harga pakan ternak babi.
4. Dinas Peternakan dan Lingkungan Hidup Setempat
Diperlukan pembinaan yang lebih intensif dari Dinas Peternakan dan
Lingkungan Hidup setempat kepada para peternak babi agar lebih
memperhatikan kebersihan lingkungan sekitar tempat mereka beternak
babi.
103
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Monografi Kecamatan Jogonalan. Klaten
Ditjen Bina Produksi Peternakan. 2001. Buku Statistik Peternakan. Direktorat Jendral Bina Produksi Peternakan. Jakarta: Depatemen Pertanian.
Firdaus, Muhamad. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta: PT
Bumu Aksara. Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional. Gilarso, T. 2002. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro (Edisi Revisi). Yogyakarta:
Kanisius. Gilarso, T. 2002. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro (Edisi Revisi). Yogyakarta:
Kanisius. Girisonta. 1981. Pedoman Lengkap Berternak Babi. Yogyakarta: Kanisius Karyasa, I Ketut. 2 Oktober 2002. “Pendugaan Parameter dan Elastisitas
Penawaran dan Permintaan Beberapa Jenis Daging”. www.kompas.com/ Diakses tanggal 25 Agustus 2007.
Rosida, Chulia. 1 November 1999. Analisis Harga Ikan Laut dan Beberapa
Faktor Yang Mempengaruhinya di Kota Madya Pekelongan. Surakarta: Universitas Negeri Sebelas Maret.
Sayafa’at, Niswar. 1 Maret 2004. “Kinerja Nilai Tambah dan Produksi Sektor
Pertanian”. www.kompas.com/ Diakses tanggal 20 Oktober 2007. Siegel, Sidney. 1985. Statistik Non Parametrik. Jakarta: Gramedia.
104
Soedjana, Tjeppy. 24 Januari 2005. “Prevalensi Usaha Ternak Tradisional Dalam Perspektif Peningkatan Produk Ternak Nasional”. www.kompas.com/ Diakses tanggal 20 Oktober 2007.
Soedjodiningrat, Gunawan. 2003. Ekonometri Dasar. Yogyakarta: BPFE Spillane, James. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: P3 Par
Universitas Sanata Dharma. Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung: Transito. Sugiyono. 2005. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sukirno, Sadono. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Erlangga. Wijaya, Faried. 1990. Kompendium Ekonomika. Yogyakarta: BPFE. Winardi. 1989. Pengantar Ekonomi Makro. Bandung: Transito. http: //www.kompas.com/9 November 2004/ “Perlu Waktu Sembilan Tahun untuk
Menaikkan Konsumsi Protein Hewani Penduduk Indonesia”. Diakes tanggal 23 Oktober 2007.
http: //www.bung-hatta.com/7 Juni 2006/ “Hewan Ternak”. Diakes tanggal 23
Oktober 2007. http: //www.kompas.com/ 24 Januari 2005/ “Peternakan”. Diakes tanggal 23
Oktober 2007.
Lampiran
Pedoman Wawancara
1. Pakan Ternak Babi
a. Apa saja makanan ternak babi?
b. Apakah makanan pokok dari ternak babi?
c. Dalam sehari berapa kali ternak babi diberi makan?
d. Berapa harga bulanan pakan ternak babi yang paling dominan dari tahun
2004-2006?
e. Berapa harga bulanan daging babi/kg dari tahun 2004-2006?
2. Substitusi Babi (Daging Ayam)
a. Berapa harga bulanan daging ayam/kg dari tahun 2004-2006?
3. Harga Bibit Babi
a. Jenis bibit babi apa yang anda gunakan untuk diternakkan?
b. Setiap berapa bulan sekali anda membeli bibit babi, dan berapa jumlah
yang anda beli?
c. Bagaimana criteria pemilihan bibit babi yang baik?
d. Berapa harga bulanan bibit babi/buah dari tahun 2004-2006?
4. Pendapatan Per Kapita Masyarakat Klaten
a. Berapakah harga daging babi ketika pendapatan masyarakat berubah setiap
tahunnya dari tahun 2004-2006?
5. Hari Besar Keagamaan
a. Berapakah harga daging babi/kg pada saat hari besar keagamaan?
b. Pada saat hari besar keagamaan apakah terjadi kenaikan harga daging babi
yang cukup tinggi?
Data Harga Daging Babi, Harga Pakan Ternak Babi, Harga Daging Ayam, Pendapatan Perkapita Masyarakat, Harga Bibit Babi
Tahun/ Bulan
Fluk Harga Daging Babi (Rp/kg)
Harga Pakan (Rp/kg)
Harga Daging Ayam
(Rp/kg)
Pendapatan Per Kapita
(Dalam Ribuan)
Harga Daging
Babi Hari Besar
Agama (Rp/kg)
Harga Bibit Babi
(Rp/ekor)
2004 Januari 8000 1000 14000 125000 Februari 9000 800 16000 10000 150000 Maret 9000 800 13000 175000 April 9000 800 13000 175000 Mei 9250 900 13000 175000 Juni 9250 900 13000 175000 Juli 9250 1000 13000 175000 Agustus 9500 1000 14000 200000 Sptmber 10000 1200 14000 210000 Oktober 11000 1200 13000 225000 Novmbr 11000 1200 16000 11500 110000 Desmbr 12000 1200 15000 3510 14000 225000 2005 Januari 7000 1000 17000 110000 Februari 8000 1100 15000 9000 110000 Maret 7000 1000 16000 125000 April 7500 1000 15000 100000 Mei 6500 1000 15000 135000 Juni 5500 900 15000 80000 Juli 4000 1000 13000 75000 Agustus 5000 900 14000 75000 Septmbr 3500 800 14000 50000 Oktober 3500 800 14000 50000 Novmbr 6000 1000 14000 6500 75000 Desmbr 7500 1100 14000 3700 8000 110000 2006 Januari 8000 1100 16000 9500 135000 Februari 9000 1500 13000 160000 Maret 9500 1400 14000 175000 April 9500 1300 13000 175000 Mei 10000 1200 13000 190000 Juni 10000 1200 14000 200000 Juli 10000 1100 13000 225000 Agustus 11500 1100 15000 250000 Septmbr 12000 1200 13000 250000 Oktober 12000 1100 13000 13500 275000 Novmbr 14000 1500 15000 280000 Desmbr 15000 1200 16000 3780 16500 300000
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2004-2006
NORMALITAS One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Fluktuasi Harga
Daging Babi
Harga Pakan Harga Ayam Harga Bibit
Hari Besar
Keagamaan
N 36 36 36 36 36Normal Parameters(a,b)
Mean 8826.39 1069.44 14194.44 161944.44 .22
Std. Deviation 2675.831 184.885 1166.667 66292.402 .422
Most Extreme Differences
Absolute .137 .146 .208 .106 .479
Positive .108 .146 .208 .089 .479 Negative -.137 -.104 -.153 -.106 -.299Kolmogorov-Smirnov Z .822 .878 1.249 .635 2.872Asymp. Sig. (2-tailed) .509 .423 .088 .815 .000
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
LINIERITAS Anova Tabel
Fluktuasi harga daging babi*harga pakan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups
(Combined) 124330208.333 7 17761458.333 3.938 .004
Linearity 88400375.761 1 88400375.761 19.602 .000 Deviation
from Linearity
35929832.572 6 5988305.429 1.328 .278
Within Groups 126272222.222 28 4509722.222 Total 250602430.556 35
Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2008 (Lihat Lampiran 4)
Tabel V.4 Anova Tabel Fluktuasi harga daging babi*harga ayam
Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups
(Combined) 39300782.204 4 9825195.551 1.441 .244
Linearity 517518.019 1 517518.019 .076 .785 Deviation
from Linearity
38783264.185 3 12927754.728 1.897 .151
Within Groups 211301648.352 31 6816182.205 Total 250602430.556 35
Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2008 (Lihat Lampiran 4) Tabel V.5 Anova Tabel Fluktuasi harga daging*harga bibit
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups
(Combined) 234789930.556 17 13811172.386 15.722 .000
Linearity 216141956.249 1 216141956.249 246.043 .000 Deviation
from Linearity
18647974.306 16 1165498.394 1.327 .280
Within Groups 15812500.000 18 878472.222 Total 250602430.556 35
Hasil Pengujian Multikolinieritas
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta
t
Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) -3096.476 1749.696 -1.770 .087 Harga
Pakan 1.956 .843 .135 2.319 .027 .718 1.394
Harga Ayam .281 .116 .122 2.417 .022 .950 1.052 Harga Bibit .035 .002 .860 14.65
3 .000 .707 1.414
Hari Besar Keagamaan (Dumy)
1007.498 315.880 .159 3.189 .003 .984 1.017
a Dependent Variable: Fluktuasi Harga Daging Babi
Hasil Uji Heteroskedastisitas
E (Error
Term) X1 Harga Pakan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
.018
.918 36
X2 Harga Ayam
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
-.127 .460
36
X3 Harga Bibit
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
.074
.668 36
Spearman's rho
X5 Harga hari besar keagamaan (Dummy)
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
-.090 .601
36
Hasil Uji Autokorelasi
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .961(a) .924 .915 781.434 1.898a Predictors: (Constant), Hari Raya Agama, Harga Pakan, Harga Ayam, Harga Bibit b Dependent Variable: Fluktuasi Harga Daging Babi
Hasil Pengujian Koefisien Regresi Berganda
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta
Toleranc
e VIF 1 (Constant) -3096.476 1749.696 -1.770 .087 Harga Pakan 1.956 .843 .135 2.319 .027 .718 1.394 Harga Ayam .281 .116 .122 2.417 .022 .950 1.052 Harga Bibit .035 .002 .860 14.653 .000 .707 1.414 Hari Besar
Keagamaan (Dumy)
1007.498 315.880 .159 3.189 .003 .984 1.017
Hasil Pengujian Koefisien Regresi Sederhana
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant) -59427.836 4188.982 -14.187 .045 pendapatan
perkapita masyarakat
18.632 1.143 .998 16.302 .039
a Dependent Variable: fluktuasi harga daging babi
Descriptive Statistic
Fluktuasi Harga Daging
Babi Harga Pakan Harga Ayam Harga Bibit
Pendptan Perkapita
Hari Raya Agama
N 36 36 36 36 3 9 0 0 0 0 33 27Mean 8826,39 1069,44 14194,44 161944,44 3663,33 10944,44Median 9125,00 1050,00 14000,00 175000,00 3700,00 10000,00Mode 9000(a) 1000 13000 175000 3510(a) 6500(a)Std. Deviation 2675,831 184,885 1166,667 66292,402 138,684 3205,897
a Multiple modes exist. The smallest value is shown