FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU
KONSUMSI BUAH DAN SAYUR PADA SISWA SMP NEGERI 226 JAKARTA
SELATAN TAHUN 2012
SKRIPSI
AYU DWI LESTARI
108101000031
PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013 M/1434 H
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Desember 2012
Ayu Dwi Lestari
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, Januari 2013
Ayu Dwi Lestari, NIM : 108101000031
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur
pada Siswa SMP Negeri 226 Jakarta Selatan Tahun 2012
xvii + 89 halaman, 24 tabel, 2 bagan, 3 lampiran
ABSTRAK
Buah dan sayur banyak mengandung vitamin, mineral, senyawa fitokimia dan
serat yang berguna bagi tubuh. Sayur dan buah banyak mengandung nutrisi namun
jarang dikonsumsi oleh pelajar, padahal Indonesia adalah negara yang sangat kaya
dengan sayur dan buah. Kurangnya konsumsi buah dan sayur pada remaja usia sekolah
akan menimbulkan resiko gangguan kesehatan di masa yang akan datang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada siswa SMP Negeri 226 Jakarta Selatan
tahun 2012, yang dilaksanakan pada Juli - Oktober 2012 dengan menggunakan desain
penelitian cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 106 siswa. Analisis data terdiri
dari analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa konsumsi buah dan
sayurnya kurang (68,9%). Berdasarkan analisis bivariat diketahui faktor yang
berhubungan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur adalah pengetahuan gizi (p-
value 0,001), kebiasaan orang tua (p-value 0,016) dan pendapatan orang tua (p-value
0,014). Adapun variabel yang tidak berhubungan dalam penelitian ini adalah jenis
kelamin (p-value 1), kesukaan (p-value 0,6), pengaruh teman sebaya (p-value 0,678),
media massa/iklan (p-value 0,078), konsumsi fast food (p-value 0,132) dan jumlah
anggota keluarga (p-value 0,833).
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang bisa diberikan adalah mengadakan
penyuluhan dengan sasaran siswa dan orang tuanya, menambahkan ajaran pendidikan
gizi khususnya buah dan sayur pada materi pembelajaran di sekolah serta melakukan
kegiatan lomba poster dan cerdas cermat untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang
pentingnya konsumsi buah dan sayur.
Daftar bacaan : 68 (1989 – 2011)
Kata Kunci : Remaja, Konsumsi, Buah dan Sayur
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
Skripsi, January 2013
Ayu Dwi Lestari, NIM: 108101000031
Factors Associated with Fruit and Vegetable Consumption Behaviour Students at
SMPN 226 Jakarta Selatan in 2012
xvii + 89 pages, 24 tables, 2 charts, 3 attachments
ABSTRACT
Fruits and vegetables contain many vitamins, minerals, phytochemicals and fiber
compounds are useful for the body. Fruits and vegetables contain many nutrients but are
rarely consumed by students, while Indonesia is a country that is very rich in vegetables
and fruits. Lack of fruit and vegetable consumption among adolescents of school age
would pose a risk of health problems in the future.
This research aims to determine the factors associated with fruit and vegetable
consumption behavior students at SMPN 226 Jakarta Selatan in 2012, which was held in
July to October 2012 using a cross sectional study design. Study sample totaled 106
students. Data analysis consisted of univariate and bivariate analysis using chi-square
statistical test.
The results showed that most students of fruit and vegetable consume less fruit
and vegetables (68.9%). Based on bivariate analysis known factors related to fruit and
vegetable consumption behavior is nutrition knowledge (p-value 0.001), habits of
parents (p-value 0.016) and parent income (p-value 0.014). The variables were not
associated in this study were gender (p-value 1), preference (p-value 0.6), peer group
influence (p-value 0.678), mass media/advertising (p-value 0.078), consumption fast
food (p-value 0.132) and the number of family members (p-value 0.833).
Based on this research, advice that can be given is to conduct targeted outreach to
students and their parents, teaching nutrition education in particular adding fruits and
vegetables to learning materials in schools and undertake activities such as poster and
quiz competitions to raise students' awareness about the importance of fruit and
vegetable consumption.
Reading list: 68 (1989 - 2011)
Keywords: Adolescents, Consumption, Fruits and Vegetables
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU
KONSUMSI BUAH DAN SAYUR PADA SISWA SMP NEGERI 226
JAKARTA SELATAN TAHUN 2012
Telah diperiksa, disetujui dan dipertahankan dihadapan Tim pembimbing dan penguji
skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, Januari 2013
Mengetahui,
Drs. M. Farid Hamzens, M.Si Raihana Nadra Alkaff, SKM. MMA.
Pembimbing I Pembimbing II
v
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, Januari 2013
Mengetahui,
Penguji I
Ratri Ciptaningtyas, Sn.Kes
Penguji II
Catur Rosidati, SKM, MKM
Penguji III
Ir. Itje Aisah Ranida, M.Kes
vi
RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Ayu Dwi Lestari
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta 19 Maret 1990
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jln. Syaridin No. 11 RT 009/009 Ragunan, Pasar Minggu
Jakarta Selatan
No. Telepon : 085693704906
Email : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. TK Kemala Bhayangkari (1994-1996)
2. SD Kemala Bhayangkari 3 (1996-2002)
3. SMPN 41 Jakarta (2002-2005)
4. SMAN 34 Jakarta (2005-2008)
5. S-1 Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah (2008- Sekarang)
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
teruntuk Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi kita umatnya.
Selama proses pengerjaan dan pembuatan skripsi ini, tidak dapat dipungkiri bahwa
penulis tidak akan mampu bekerja sendiri tanpa mendapat bantuan, bimbingan, dan
dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Sakiman dan Ibu Chotimah atas doa, dukungan
dan kasih sayang yang tak terhingga selama ini. Kakakku Ari Purwanti serta adik-
adikku Triana Agustini dan Yusriah Febrianti atas doa dan dukungannya.
2. Ibu Ir. Febrianti, M.Si, selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK
UIN Jakarta.
3. Bapak Drs. M. Farid Hamzens, M.Si dan Ibu Raihana Nadra Alkaff, SKM, MMA
selaku dosen pembimbing fakultas, yang telah memberikan ilmu dan telah
meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan dan masukan yang positif.
4. Ibu Ratri Cyptaningtyas, Sn.Kes, Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM, dan Ibu Ir. Itje
Aisah Ranida, M.Kes selaku tim penguji sidang ujian skripsi, yang telah
memberikan kritik dan saran untuk kemajuan skripsi ini.
5. Bapak Drs. H Muhammad Syuhairi, MM selaku Kepala Sekolah dan Bapak
Tusirun, S.Pd, selaku Wakil Kepala Sekolah SMPN 226 Jakarta, yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan telah membantu
penulis selama proses pengambilan data.
viii
6. Seluruh guru, staf dan siswa-siswi SMPN 226 Jakarta yang telah berpartisipasi dan
membantu selama proses pengambilan data.
7. Teman-teman terbaikku, Irda Septiani, Ayu Punarsih dan Titah Wulandari, yang
telah meluangkan waktu membantu penulis saat proses pengerjaan skripsi dan selalu
memberikan dukungan, semangat dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-temanku Diah Lestari, Puji Lestari dan Setiawati yang telah memberikan
semangat dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. Terutama untuk Diah yang
sudah membantu pada saat pengambilan data di sekolah.
9. Teman-temanku satu angkatan Gizi dan K3 2008 (STOOPELTH) yang telah sama-
sama saling memberi bantuan dan semangat. Semoga tetap kompak selalu.
10. Semua pihak yang mungkin belum penulis sebutkan dan yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih mempunyai kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan bagi yang menggunakannya. Penulis meminta maaf apabila ada kesalahan
dalam penulisan baik yang disengaja maupun yang tidak.
Jakarta, Januari 2013
Ayu Dwi Lestari
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. i
ABSTRAK INDONESIA ...................................................................................... ii
ABSTRAK INGGRIS ........................................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. iv
LEMBAR PANITIA SIDANG ............................................................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiii
DAFTAR BAGAN ................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
C. Pertanyaan Penelitian ......................................................................... 5
D. Tujuan ................................................................................................ 7
E. Manfaat .............................................................................................. 9
F. Ruang Lingkup .................................................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku Konsumsi ............................................................................. 11
B. Buah dan Sayur .................................................................................. 11
1. Definisi dan Jenis ......................................................................... 11
2. Manfaat dan Kandungan Gizi ...................................................... 14
3. Anjuran Kecukupan ..................................................................... 16
C. Remaja ............................................................................................... 17
D. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Buah dan
x
Sayur .................................................................................................. 19
1. Umur ............................................................................................ 20
2. Jenis Kelamin ............................................................................... 21
3. Pengetahuan Gizi ......................................................................... 22
4. Preferensi/Kesukaan .................................................................... 24
5. Teman Sebaya .............................................................................. 25
6. Sosial Budaya .............................................................................. 26
7. Kebiasaan Orang Tua ................................................................... 27
8. Media Massa/Iklan ....................................................................... 29
9. Konsumsi Fast Food .................................................................... 30
10. Pendapatan Orang Tua ................................................................. 31
11. Jumlah Anggota Keluarga ........................................................... 33
E. Kerangka Teori .................................................................................. 33
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep .............................................................................. 35
B. Definisi Operasional ......................................................................... 37
C. Hipotesis ............................................................................................ 40
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian .............................................................................. 41
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 41
C. Populasi dan Sampel .......................................................................... 41
D. Instrumen Penelitian .......................................................................... 43
E. Pengumpulan Data ............................................................................. 44
F. Pengolahan Data ................................................................................ 44
G. Analisis Data ...................................................................................... 48
BAB V HASIL
A. Gambaran Umum SMPN 226 Jakarta Selatan ................................... 50
B. Analisis Univariat .............................................................................. 50
1. Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur ............................................ 50
xi
2. Jenis Kelamin ............................................................................... 51
3. Preferensi/Kesukaan .................................................................... 52
4. Pengetahuan Gizi ......................................................................... 52
5. Kebiasaan Orang Tua ................................................................... 54
6. Pengaruh Teman Sebaya .............................................................. 55
7. Pengaruh Media Massa/Iklan ....................................................... 55
8. Konsumsi Fast Food .................................................................... 56
9. Jumlah Anggota Keluarga ........................................................... 56
10. Pendapatan Orang Tua ................................................................. 57
C. Analisis Bivariat ................................................................................ 58
1. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Perilaku Konsumsi
Buah dan Sayur ............................................................................ 58
2. Hubungan antara Preferensi/Kesukaan dengan Perilaku
Konsumsi Buah dan Sayur ........................................................... 59
3. Hubungan antara Pengetahuan Gizi dengan Perilaku Konsumsi
Buah dan Sayur ............................................................................ 60
4. Hubungan antara Kebiasaan Orang Tua dengan Perilaku
Konsumsi Buah dan Sayur ........................................................... 61
5. Hubungan antara Pengaruh Teman Sebaya dengan Perilaku
Konsumsi Buah dan Sayur ........................................................... 62
6. Hubungan antara Pengaruh Media Massa dengan Perilaku
Konsumsi Buah dan Sayur ........................................................... 63
7. Hubungan antara Konsumsi Fast Food dengan Perilaku
Konsumsi Buah dan Sayur ........................................................... 64
8. Hubungan antara Jumlah Anggota Keluarga dengan Perilaku
Konsumsi Buah dan Sayur ........................................................... 65
9. Hubungan antara Pendapatan Orang Tua dengan Perilaku
Konsumsi Buah dan Sayur ........................................................... 66
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 67
xii
B. Gambaran Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur ................................. 68
C. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Konsumsi Buah dan Sayur ................................................................. 70
1. Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Konsumsi Buah
dan Sayur ..................................................................................... 70
2. Hubungan Preferensi/Kesukaan dengan Perilaku Konsumsi
Buah dan Sayur ............................................................................ 71
3. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Perilaku Konsumsi
Buah dan Sayur ............................................................................ 72
4. Hubungan Kebiasaan Orang Tua dengan Perilaku Konsumsi
Buah dan Sayur ............................................................................ 76
5. Hubungan Pengaruh Teman Sebaya dengan Perilaku
Konsumsi Buah dan Sayur ........................................................... 79
6. Hubungan Pengaruh Media Massa/Iklan dengan Perilaku
Konsumsi Buah dan Sayur ........................................................... 80
7. Hubungan Konsumsi Fast Food dengan Perilaku Konsumsi
Buah dan Sayur ............................................................................ 82
8. Hubungan Jumlah Anggota Keluarga dengan Perilaku Konsumsi
Buah dan Sayur ............................................................................ 83
9. Hubungan Pendapatan Orang Tua dengan Perilaku Konsumsi
Buah dan Sayur ............................................................................ 84
BAB VII PENUTUP
A. Simpulan .................................................................................................... 87
B. Saran .......................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian ..................................................... 37
4.1 Pembagian Sampel........................................................................................ 43
4.2 Perhitungan FFQ ........................................................................................... 45
5.1 Distribusi Frekuensi Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012
Berdasarkan Jenis Kelamin........................................................................... 50
5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur
Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012 ............................................ 51
5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa SMPN 226
Jakarta Selatan Tahun 2012 ........................................................................... 51
5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Preferensi/Kesukaan Siswa SMPN
226 Jakarta Selatan Tahun 2012 .................................................................... 52
5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Gizi Siswa SMPN 226
Jakarta Selatan Tahun 2012 ........................................................................... 53
5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Skor Pengetahuan Gizi Tiap
Pertanyaan Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012 ........................... 53
5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kebiasaan Orang Tua Siswa SMPN 226
Jakarta Selatan Tahun 2012 ........................................................................... 54
5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengaruh Teman Sebaya Siswa SMPN
226 Jakarta Selatan Tahun 2012 .................................................................... 55
5.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengaruh Media Massa/Iklan Siswa
SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012 ........................................................ 55
5.10 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Konsumsi Fast Food Siswa SMPN 226
Jakarta Selatan Tahun 2012 ........................................................................... 56
5.11 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Siswa SMPN
226 Jakarta Selatan Tahun 2012 .................................................................... 57
5.12 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendapatan Orang Tua Siswa SMPN
226 Jakarta Selatan Tahun 2012 .................................................................... 57
xiv
5.13 Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Perilaku Konsumsi Buah
dan Sayur Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012 ............................ 58
5.14 Analisis Hubungan antara Preferensi/Kesukaan dengan Perilaku Konsumsi
Buah dan Sayur Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012 ................... 59
5.15 Analisis Hubungan antara Pengetahuan Gizi dengan Perilaku Konsumsi
Buah dan Sayur Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012 ................... 60
5.16 Analisis Hubungan antara Kebiasaan Orang Tua dengan Perilaku
Konsumsi Buah dan Sayur Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012 .. 61
5.17 Analisis Hubungan antara Pengaruh Teman Sebaya dengan Perilaku
Konsumsi Buah dan Sayur Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012 .. 62
5.18 Analisis Hubungan antara Pengaruh Media Massa/Iklan dengan Perilaku
Konsumsi Buah dan Sayur Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012 .. 63
5.19 Analisis Hubungan antara Konsumsi Fast Food dengan Perilaku Konsumsi
Buah dan Sayur Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012 ................... 64
5.20 Analisis Hubungan antara Jumlah Anggota Keluarga dengan Perilaku
Konsumsi Buah dan Sayur Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012 .. 65
5.21 Analisis Hubungan antara Pendapatan Orang Tua dengan Perilaku
Konsumsi Buah dan Sayur Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012 .. 66
xv
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan Halaman
2.1 Kerangka Teori ............................................................................................. 34
3.1 Kerangka Konsep.......................................................................................... 36
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Halaman
2.1 Tumpeng Gizi Seimbang .............................................................................. 16
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian
Lampiran 3 Hasil Analisis Data
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan remaja secara fisik maupun psikis harus diperhatikan. Kebutuhan
fisik dapat dilakukan salah satunya melalui pemenuhan zat gizi yang diperlukan.
Kecepatan pertumbuhan fisik kaum remaja adalah yang kedua tercepat setelah masa
bayi. Kira-kira 20% tinggi badan dan 50% berat badan seseorang dicapai selama
periode ini. Itulah sebabnya diperlukan asupan gizi yang cukup untuk menjamin
pertumbuhan optimal (Khomsan, 2004). Remaja memerlukan energi dan zat gizi
seperti protein, kalsium, seng, zat besi, vitamin, dan serat untuk mencegah
terjadinya defisiensi suatu zat gizi. Remaja mudah terpengaruh oleh lingkungan
pergaulannya seperti keluarga, sekolah dan teman sebaya (peer group) sehingga
dapat mempengaruhi kebiasaan makan termasuk jenis makanan yang dikonsumsi
(Wulansari, 2009).
Salah satu masalah umum dari perilaku konsumsi remaja adalah kurangnya
konsumsi buah dan sayur (WHO, 2005). Kurangnya konsumsi sayur dan buah pada
remaja usia sekolah akan menimbulkan resiko gangguan kesehatan di masa yang
akan datang. Berbagai penelitian mengenai konsumsi buah dan sayur dapat beresiko
dalam perkembangan penyakit degeneratif seperti obesitas, diabetes, hipertensi, dan
kanker (WHO, 2003). Hal ini sejalan dengan penelitian Hung et al (2004) terhadap
110.000 pria dan wanita selama 14 tahun menunjukkan bahwa rata-rata orang yang
mengonsumsi tinggi buah dan sayur dapat menurunkan perkembangan penyakit
2
kardiovaskuler. Hal ini dilihat pada orang yang konsumsi buah dan sayurnya rendah
(kurang dari 1,5 kali/hari) 30% lebih tinggi terkena penyakit jantung atau stroke
dibandingkan dengan orang yang mengonsumsi 8 kali/hari atau lebih. Dampak lain
disebutkan dalam laporan WHO (2003) menunjukkan bahwa sebanyak 31%
penyakit jantung dan 11% penyakit stroke di seluruh dunia disebabkan oleh
kurangnya asupan buah dan sayur di dalam tubuh.
Rekomendasi kecukupan konsumsi buah dan sayur menurut WHO (2003)
yaitu sebanyak 400 gram per hari atau sebanyak 3-5 porsi sehari. Selain itu dalam
Dietary Guidelines for American dikatakan bahwa rekomendasi minimal konsumsi
buah adalah 2 kali/hari dan 3 kali/hari untuk konsumsi sayur atau setara dengan
konsumsi buah dan sayur 5 kali/hari. Berbagai penelitian menyebutkan kebanyakan
remaja tidak dapat memenuhi rekomendasi tersebut. Seperti penelitian Munoz et al
(1997) yang membandingkan antara asupan makanan remaja di US dengan yang
dianjurkan didapatkan hasil bahwa hanya sekitar 30% remaja mengonsumsi buah
dan 36% remaja mengosumsi sayur sesuai dengan anjuran.
Di Indonesia, konsumsi buah dan sayur yang dianjurkan terdapat dalam
Tumpeng Gizi Seimbang. Dalam Tumpeng Gizi Seimbang dianjurkan untuk
mengonsumsi buah sebanyak 2-3 porsi dalam sehari dan untuk sayuran dianjurkan
mengonsumsi 3-5 porsi dalam sehari (KFI, 2011). Menurut Almatsier (2004)
konsumsi buah yang dianjurkan yaitu sebanyak 2-3 potong sehari berupa pepaya
atau buah lain sedangkan porsi sayuran dalam bentuk tercampur yang dianjurkan
sebanyak 1 ½ - 2 mangkok sehari. Kecenderungan kurang konsumsi buah dan sayur
juga terjadi di Indonesia. Kebiasaan makan para remaja cenderung kurang
3
mengonsumsi buah dan sayur dan lebih memilih konsumsi makanan siap saji yang
tinggi kandungan kolesterol dan garam tetapi rendah serat (Jahari, 2001 dan
Arisman, 2004).
Indonesia yang merupakan negara yang kaya akan sayur dan buah namun
asupan sayur dan buah pada remaja sekolah masih kurang dari angka kecukupan
yang dianjurkan. Pentingnya konsumsi sayur dan buah ini masih kurang disadari
oleh penduduk Indonesia. Menurut laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun
2007, prevalensi penduduk kurang makan buah dan sayur usia 10-14 tahun sebesar
93,6%. DKI Jakarta merupakan salah satu provinsi dengan prevalensi diatas
prevalensi nasional yaitu sebesar 94,5%. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
tentang konsumsi sayuran dan buah-buahan perkapita perhari menurut Provinsi
Kota-Desa Tahun 2007, DKI Jakarta menempati urutan terendah dengan konsumsi
sebesar 71,56 kkal/hari (Aswatini, dkk, 2008). Oleh karena itu pola konsumsi sayur
dan buah ini perlu diperhatikan, khususnya pada usia remaja. Kelompok remaja
perlu mendapat perhatian yang besar karena kualitas sumber daya manusia masa
datang ditentukan oleh kualitas generasi muda masa kini, sehingga untuk
menunjang tercapainya kualitas tersebut diperlukan zat gizi yang seimbang
(Wulansari, 2009).
Berbagai penelitian dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi konsumsi buah dan sayur pada remaja. Berdasarkan penelitian
Rasmussen et al (2006) menyimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor determinan
yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur pada anak-anak dan remaja
yaitu faktor usia, jenis kelamin, sosial ekonomi, preferensi, kebiasaan/asupan makan
4
orang tua dan ketersediaan buah dan sayur di rumah. Selain itu, menurut
Worthington (2000) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumsi individu yang dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor
internal, diantaranya kebutuhan dan karakteristik fisiologis, preferensi/kesukaan,
perkembangan psikososial, kepercayaan, citra tubuh/body image, konsep diri dan
status kesehatan, sedangkan faktor eksternal, diantaranya besar dan karakteristik
keluarga, kebiasaan orang tua, sosial budaya, pengetahuan gizi, teman sebaya,
pengalaman individu, media massa/iklan dan fast food (makanan cepat saji).
Penelitian Astriyani (2011) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
konsumsi buah dan sayur pada remaja di SMAN 57 Jakarta Barat tahun 2011 telah
meneliti beberapa variabel seperti pengetahuan gizi, ketersediaan buah dan sayur,
kesukaan, besar keluarga, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan
orang tua dan peran orang tua. Namun beberapa variabel masih ada yang belum
diteliti yaitu pengaruh teman sebaya, media massa/iklan dan fast food. Peneliti
tertarik untuk meneliti variabel lain yang belum diteliti oleh peneliti sebelumnya.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 20 siswa yang
dipilih secara acak di SMPN 226 Jakarta Selatan didapatkan siswa kurang
mengonsumsi buah sebesar 70% dan kurang konsumsi sayur sebesar 85%. Kategori
kurang jika konsumsi buah < 2 kali/hari dan sayur < 3 kali/hari. Maka dari itu perlu
dilakukan penelitian mengenai gambaran sesungguhnya tentang kecenderungan
makan sayur dan buah dan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan
perilaku konsumsi sayur dan buah pada siswa SMP Negeri 226 Jakarta.
5
B. Rumusan Masalah
Kebutuhan remaja secara fisik maupun psikis harus diperhatikan. Kebutuhan
fisik dapat dilakukan salah satunya melalui konsumsi zat gizi yang diperlukan.
Salah satu masalah umum dari perilaku konsumsi remaja adalah kurangnya
konsumsi buah dan sayur (WHO, 2005). Sebagian besar remaja mengonsumsi buah
dan sayur kurang dari anjuran yang seharusnya. Kurangnya konsumsi sayur dan
buah pada remaja usia sekolah akan menimbulkan resiko gangguan kesehatan
seperti obesitas, diabetes, hipertensi, dan kanker (WHO, 2003). Menurut laporan
Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007, prevalensi penduduk kurang makan buah
dan sayur usia 10-14 tahun sebesar 93,6%. DKI Jakarta merupakan salah satu
provinsi dengan prevalensi diatas prevalensi nasional yaitu sebesar 94,5% penduduk
kurang makan buah dan sayur. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan
pada 20 siswa yang dipilih secara acak di SMPN 226 Jakarta Selatan didapatkan
siswa kurang konsumsi buah sebesar 70% dan kurang konsumsi sayur sebesar 85%.
Maka dari itu perlu dilakukan penelitian mengenai gambaran sesungguhnya tentang
kecenderungan makan sayur dan buah dan mengenai faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku konsumsi sayur dan buah pada siswa SMP Negeri 226
Jakarta.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran umum perilaku konsumsi buah dan sayur siswa SMP
Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012?
2. Bagaimana gambaran jenis kelamin, preferensi/kesukaan, pengetahuan gizi,
kebiasaan orang tua, pengaruh teman sebaya, pengaruh media massa/iklan,
6
konsumsi fast food, jumlah anggota keluarga dan pendapatan orang tua siswa
SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012?
3. Bagaimana hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku konsumsi buah dan
sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012?
4. Bagaimana hubungan antara preferensi/kesukaan dengan perilaku konsumsi
buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012?
5. Bagaimana hubungan antara pengetahuan gizi dengan perilaku konsumsi buah
dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012?
6. Bagaimana hubungan antara kebiasaan orang tua dengan perilaku konsumsi
buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012?
7. Bagaimana hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku konsumsi
buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012?
8. Bagaimana hubungan antara pengaruh media massa/iklan dengan perilaku
konsumsi buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012?
9. Bagaimana hubungan antara konsumsi fast food dengan perilaku konsumsi
buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012?
10. Bagaimana hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan perilaku
konsumsi buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012?
11. Bagaimana hubungan antara pendapatan orang tua dengan perilaku konsumsi
buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012?
7
D. Tujuan
1. Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumsi sayur
dan buah pada siswa SMPN 226, Jakarta Selatan tahun 2012.
2. Khusus
a. Mengetahui gambaran umum pola konsumsi sayur dan buah pada siswa
SMPN 226, Jakarta Selatan tahun 2012.
b. Mengetahui gambaran jenis kelamin siswa SMP Negeri 226, Jakarta
Selatan tahun 2012.
c. Mengetahui gambaran preferensi/kesukaan siswa SMP Negeri 226, Jakarta
Selatan tahun 2012.
d. Mengetahui gambaran pengetahuan gizi siswa SMP Negeri 226, Jakarta
Selatan tahun 2012.
e. Mengetahui gambaran kebiasaan orang tua siswa SMP Negeri 226, Jakarta
Selatan tahun 2012.
f. Mengetahui gambaran pengaruh teman sebaya siswa SMP Negeri 226,
Jakarta Selatan tahun 2012.
g. Mengetahui gambaran pengaruh media massa/iklan siswa SMP Negeri 226,
Jakarta Selatan tahun 2012.
h. Mengetahui gambaran konsumsi fast food siswa SMP Negeri 226, Jakarta
Selatan tahun 2012.
i. Mengetahui gambaran jumlah anggota keluarga siswa SMP Negeri 226,
Jakarta Selatan tahun 2012.
8
j. Mengetahui gambaran pendapatan orang tua siswa SMP Negeri 226,
Jakarta Selatan tahun 2012.
k. Mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku konsumsi buah
dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012.
l. Mengetahui hubungan antara preferensi/kesukaan dengan perilaku
konsumsi buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun
2012.
m. Mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi dengan perilaku konsumsi
buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012.
n. Mengetahui hubungan antara kebiasaan orang tua dengan perilaku
konsumsi buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun
2012.
o. Mengetahui hubungan antara teman sebaya dengan perilaku konsumsi buah
dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012.
p. Mengetahui hubungan antara pengaruh media massa/iklan dengan perilaku
konsumsi buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun
2012.
q. Mengetahui hubungan antara konsumsi fast food dengan perilaku konsumsi
buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012.
r. Mengetahui hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan perilaku
konsumsi buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun
2012.
9
s. Mengetahui hubungan antara pendapatan orang tua dengan perilaku
konsumsi buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun
2012.
E. Manfaat
1. SMPN 226 Jakarta Selatan
Dapat menjadi informasi untuk mengetahui gambaran tentang perilaku
konsumsi para siswa dan dapat dijadikan masukan untuk menerapkan kebijakan
berkaitan dengan pentingnya konsumsi makanan yang sehat.
2. Peneliti
Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dan referensi bagi kalangan
akademisi kesehatan pada umumnya dan peminatan gizi pada khususnya.
Selain itu, dapat dijadikan acuan untuk pengembangan penelitian berikutnya.
3. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan terkait
masalah kesehatan khususnya gizi dan perilaku konsumsi pada remaja usia
sekolah untuk perbaikan di masa depan.
F. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 226 Jakarta Selatan. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Juli – Desember 2012 dengan menggunakan sampel
sebanyak 106 siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah diperolehnya informasi
mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur pada
siswa SMP Negeri 226 Jakarta Selatan. Metode yang digunakan adalah pendekatan
cross sectional dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer
10
diperoleh melalui pengisian Food Frequency Questionare (FFQ) dan kuesioner
untuk mendapatkan informasi tentang konsumsi buah dan sayur serta karakteristik
responden. Untuk data sekunder diperoleh dari profil sekolah dan daftar absensi
siswa.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku Konsumsi
Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku merupakan suatu kegiatan atau
aktivitas organisme yang bersangkutan, misalnya manusia. Perilaku manusia
mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup: berjalan, berbicara, bereaksi,
mengonsumsi makanan dan lain-lain. Bahkan kegiatan internal (internal activity)
seperti berpikir, persepsi, dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Dapat
disimpulkan bahwa perilaku adalah berbagai hal yang dikerjakan oleh organisme,
baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dalam Farida (2010),
konsumsi adalah suatu kegiatan dari individu untuk memenuhi kebutuhan dirinya,
baik berupa barang produksi, bahan makanan dan lain-lain. Dalam penelitian ini,
konsumsi lebih dititikberatkan pada bahan makanan, khususnya konsumsi buah dan
sayur. Jadi, perilaku konsumsi adalah suatu kegiatan atau aktivitas individu untuk
memenuhi kebutuhannya akan bahan makanan agar terpenuhi kecukupan gizi
individu tersebut.
B. Buah dan Sayur
1. Definisi dan Jenis
Buah adalah bagian dari tanaman yang strukturnya mengelilingi biji
dimana struktur tersebut berasal dari indung telur atau sebagai fundamen dan
bunga itu sendiri (Southgate, 1993) dalam (Bahria, 2009). Sebagai negara
tropis, Indonesia sangat kaya akan buah-buahan. Oleh karena itu, patut
12
disayangkan jika konsumsi buah-buahan masyarakat masih relatif rendah
dibandingkan negara yang bukan penghasil buah. Berdasarkan ketersediaannya
di pasar, buah-buahan dapat dibedakan menjadi buah bersifat musiman, seperti
durian, mangga, rambutan dan lain-lan dan buah tidak musiman seperti pisang,
nanas, alpukat, papaya, semangka, dan lain-lain. Sedangkan berdasarkan
prioritas pengembangan, buah-buahan dibedakan menjadi buah prioritas
masional yang meliputi jeruk, mangga, rambutan, durian, dan pisang dan buah
prioritas daerah yang meliputi manggis, duku, leci, lengkeng, salak dan markisa
(Astawan, 2008).
Sayur-mayur merupakan bahan makanan yang berasal dari tumbuhan
(bahan makanan nabati). Bagian tumbuhan yang dapat dibuat sayur, mungkin
daun (sebagian besar sayur adalah daun), batang (wortel adalah umbi batang),
bunga (jantung pisang), buah muda (labu) dapat dikatakan bahwa semua bagian
tumbuhan dapat dijadikan bahan makanan sayur (Sediaoetama, 1989).
Menurut Astawan (2008), berdasarkan bagian tanaman yang dapat
dimakan, sayuran dibedakan menjadi:
a. Sayuran daun seperti kangkung, sawi, katuk, dan bayam.
b. Sayuran bunga seperti brokoli dan kembang kol.
c. Sayuran buah seperti terong, cabe, ketimun dan tomat.
d. Sayuran biji muda seperti asparagus dan rebung.
e. Sayuran akar seperti wortel dan lobak.
f. Sayuran umbi seperti kentang dan bawang.
13
Menurut Supariasa, dkk (2002), sayuran digolongkan menjadi dua
kelompok berdasarkan kandungan protein dan karbohidrat, yaitu:
a. Sayuran kelompok A
Mengandung sedikit sekali protein dan karbohidrat. Sayuran ini
boleh digunakan sekehendak tanpa diperhitungkan banyaknya. Sayuran
yang termasuk kelompok ini adalah: baligo, daun bawang, daun kacang
panjang, daun koro, daun labu siam, daun waluh, daun lobak, jamur segar,
oyong (gambas), kangkung, ketimun, tomat, kecipir muda, kol, kembang
kol, labu air, lobak, papaya muda, pecay, rebung, sawi, seledri, selada,
tauge, tebu terubuk, terong, cabe hijau besar.
b. Sayuran kelompok B
Dalam 1 satuan padanan sayuran kelompom B mengandung 50
kalori, 3 gram protein dan 10 gram karbohidrat. 1 satuan padanan = 100
gram sayuran mentah (sayuran ditimbang bersih dan dipotong biasa seperti
di rumah tangga) = 1 gelas setelah direbus dan ditiriskan (sayuran ditakar
setelah dimasak dan ditiriskan).
Sayuran yang termasuk kelompok ini adalah: bayam, biet, buncis,
daun bluntas, daun ketela rambat, daun kecipir, daun leunca, daun
lompong, daun mangkokan, daun melinjo, daun pakis, daun singkong, daun
papaya, jagung muda, jantung pisang, genjer, kacang panjang, kacang
kapri, katuk, kucai, labu siam, labu waluh, nangka muda, pare, tekokak dan
wortel.
14
Menurut Rubatzky (1998), berdasarkan kandungan gizi utamanya sayuran
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Sumber karbohidrat seperti kentang, ubi jalar, biji kacang kering, ubi kayu,
uwi dan talas
b. Sumber lemak seperti beberapa kacang-kacangan dan cucurbit (labu-
labuan)
c. Sumber protein seperti kapri, kacang-kacangan, jagung manis dan daun
kubis-kubisan
d. Sumber provitamin A seperti wortel, ubi jalar (berdaging kuning atau
jingga), labu botol, cabai merah, kapri dan sayuran daun hijau
e. Sumber vitamin C seperti kubis-kubisan, tomat, cabai merah, biji kacang
muda, tauge, dan berbagai sayuran daun
f. Sumber mineral seperti kubis-kubisan dan sebagian besar sayuran daun
lainnya.
2. Manfaat dan Kandungan Gizi
Beberapa studi epidemiologi yang mengkaji secara umum terhadap
tingkah laku sekelompok masyarakat menunjukkan bahwa masyarakat Cina,
Jepang, dan Korea lebih sedikit terkena kanker dan penyakit jantung koroner
dibandingkan masyarakat Eropa dan Amerika. Masyarakat Korea, Jepang, dan
Cina dikenal sangat suka mengonsumsi sayuran dan buah-buahan serta kedelai
lebih banyak (Khomsan dkk, 2008).
Konsumsi sayuran dan buah-buahan yang secara alamiah mengandung
berbagai macam vitamin, mineral, senyawa fitokimia serta serat pangan.
15
Vitamin yang banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan adalah vitamin C
dan vitamin B kompleks. Beberapa sayuran dan buah-buahan juga merupakan
sumber vitamin A, D, dan E yang sangat potensial. Karetenoid (precursor
vitamin A), vitamin C, dan vitamin E merupakan antioksidan alami yang
berguna untuk melawan serangan radikal bebas, penyebab penuaan dini, dan
berbagai jenis kanker. Mineral yang banyak terdapat pada sayuran dan buah-
buahan adalah zat besi (Fe), seng/zinc (Zn), tembaga (Cu), mangan (Mn),
kalsium (Ca) dan Fosfor (P). beberapa dari mineral tersebut seperti Cu, Zn dan
Mn juga merupakan mineral antioksidan. (Astawan dan Kasih, 2008).
Buah-buahan dan sayuran segar juga mengandung enzim aktif yang dapat
mempercepat reaksi-reaksi kimia di dalam tubuh. Selain itu, dalam sayuran dan
buah terdapat dua jenis serat yang bermanfaat bagi kesehatan pencernaan dan
mikroflora usus, yaitu serat larut air, dan tidak larut air. Serat larut air dapat
memperbaiki performa mikroflora usus sehingga jumlah bakteri baik dapat
tumbuh dengan sempurna. Sedangkan serat tidak larut air akan menghambat
pertumbuhan bakteri jahat sebagai pencetus berbagai macam penyakit
(Khomsan, dkk, 2008).
Setiap buah dan sayur mempunyai kandungan vitamin dan mineral yang
berbeda. Misalnya belimbing, durian, jambu, jeruk, mangga, melon, papaya,
rambutan, sawo dan sirsak merupakan contoh buah yang mengandung vitamin
C relatif tinggi dibandingkan buah lainnya. Jambu biji, merah garut, mangga
matang, pisang raja dan nangka merupakan sumber provitamin A yang sangat
tinggi. Pada sayuran segar terdapat pigmen (zat pewarna alami), seperti karoten,
16
flavonoid dan klorofil. Karoten terdapat pada sayuran berdaun hijau tua seperti
bayam, katuk, daun papaya, kangkung dan daun singkong; sayuran berwarna
kuning oranye seperti wortel dan labu kuning. Tanaman crucifera seperti kol,
brokoli, sawi dan kembang kol merupakan pencegah berbagai kanker (Astawan,
2008).
3. Anjuran Kecukupan Konsumsi
Di negara Indonesia konsumsi buah dan sayur yang dianjurkan terdapat
dalam Tumpeng Gizi Seimbang (TGS). TGS meragakan 4 prinsip gizi
seimbang yaitu aneka ragam makanan sesuai kebutuhan, kebersihan, aktivitas
fisik dan memantau berat badan ideal. TGS terdiri atas beberapa potongan
tumpeng: satu potongan besar, dua potongan sedang, dua potongan kecil, dan di
puncak terdapat potongan terkecil. Luasnya potongan TGS menunjukkan porsi
makanan yang harus dikonsumsi setiap orang per hari. TGS yang terdiri atas
potongan-potongan itu dialasi oleh air putih. Artinya, air putih merupakan
bagian terbesar dan zat gizi esensial bagi kehidupan untuk hidup sehat dan
aktif. Anjuran dalam TGS untuk mengonsumsi buah sebanyak 2-3 porsi dalam
sehari dan untuk sayuran dianjurkan mengonsumsi 3-5 porsi dalam sehari (KFI,
2011).
Gambar 2.1 Tumpeng Gizi Seimbang
Sumber : Koalisi Fortifikasi Indonesia,
2011
17
Menurut Almatsier (2004) Konsumsi buah yang dianjurkan tiap harinya
adalah sebanyak 200-300 gram atau 2-3 potong sehari berupa papaya atau buah
lain. Dalam ukuran rumah tangga 1 potong papaya (5 x 15 cm) beratnya 100
gram dan 1 buah sedang pisang (3 x 15 cm) beratnya 50 gram. Konsumsi
sayuran yang dianjurkan tiap harinya terdiri dari campuran sayuran daun,
kacang-kacangan, dan sayuran berwarna jingga. Porsi sayuran dalam bentuk
tercampur yang dianjurkan sehari sebanyak 150-200 gram atau 1½ - 2 mangkok
sehari (Almatsier, 2004). Berdasarkan piramida makanan USA anjuran
minimum konsumsi buah pada remaja adalah 2-4 kali perhari dan konsumsi
sayuran adalah 3-5 kali perhari (Wardlaw, 1999).
Konsumsi buah dan sayur harus cukup, tidak boleh kurang ataupun
berlebihan sebab jika kekurangan atau kelebihan dapat menimbulkan efek
negatif bagi tubuh. Kekurangan buah dan sayur dapat menyebabkan tubuh
kekurangan zat-zat gizi seperti vitamin dan mineral yang sangat bermanfaat dan
dibutuhkan tubuh. Kelebihan buah dan sayur dapat berakibat membebani kerja
dan fungsi ginjal. Vitamin dan mineral diperlukan tubuh, tetapi jika ginjal tidak
mampu mencerna akibat asupan yang berlebihan dapat menyebabkan seseorang
terkena gagal ginjal (Khomsan, 2003).
C. Remaja
Remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang artinya tumbuh atau
menjadi dewasa. Masa remaja merupakan masa pertumbuhan tercepat kedua setelah
masa bayi, dimana terjadi peralihan, perubahan dari kanak-kanak menjadi dewasa
melalui perubahan biologis, emosi, social, dan kognitif (Brown, 2005). Remaja
18
belum sepenuhnya matang baik secara fisik, kognitif, dan psikososial. Dalam masa
pencarian identitas ini, remaja cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan. Masa
remaja berawal pada usia 9-10 tahun dan berakhir di usia 18 tahun (Arisman, 2004).
Menurut Brown (2005), perkembangan psikososial remaja dibagi menjadi tiga
periode:
1. Remaja awal (early adolescence) berusia 11-14 tahun. Pada usia ini terjadi
pertumbuhan fisik yang sangat cepat. Di masa ini, pengaruh teman sebaya
sangat kuat. Di masa ini terjadi pula perkembangan kognitif yang didominasi
oleh konsentrasi dalam berpikir, ego, dan dorongan perilaku.
2. Remaja pertengahan (middle adolescence) berusia 15-17 tahun. Di masa ini
ditandai dengan perkembangan emosi dan indepedensi dari keluarga terutama
orang tua. Selain itu, mereka juga lebih memperhatikan lingkungan social
sekitar mereka yang membuat mereka lebih sering menghabiskan waktu
bersama teman sebaya di luar rumah. Di masa ini, peran teman sebaya juga
berpengaruh terhadap pemilihan makanan. Pemilihan makanan didasarkan atas
kesamaan dengan teman daripada kebutuhan mereka.
3. Remaja akhir (late adolescence) berusia 18-21 tahun. Pada masa ini terjadi
perkembangan jati diri dan kepercayaan moral individu karena ketergantungan
dengan teman sebaya mulai berkurang. Mereka lebih percaya diri dan mampu
dalam menangani kehidupan sosial mereka sendiri. Mereka lebih memikirkan
minat dan tujuan masa depan mereka, lebih stabil dan mampu membuat
keputusan.
19
Remaja awal cenderung memiliki perilaku makan yang tidak stabil, karena
masih dipengaruhi keluarga dan pengaruh teman juga semakin kuat. Kedua
pengaruh pada masa ini akan sangat menentukan perilaku konsumsi remaja
selanjutnya (Mulyani, 2009 dalam Farisa, 2012). Dalam pengembangan
kemandiriannya, remaja akan meningkatkan partisipasi dalam berhubungan sosial
dan biasanya memiliki aktivitas yang sibuk, sehingga dapat memberi dampak
dengan apa yang mereka makan. Mereka memulai untuk membeli dan menyiapkan
makanan untuk diri mereka sendiri, dan mulai sering makan di luar rumah
(Worthington, 2000).
Usia remaja merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab. Pertama,
remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi karena peningkatan pertumbuhan
fisik. Kedua, perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan remaja mempengaruhi
baik asupan maupun kebutuhan gizinya. Ketiga, remaja yang mempunyai kebutuhan
gizi khusus, yaitu remaja yang aktif dalam kegiatan olahraga, menderita penyakit
kronis, sedang hamil melakukan diet secara berlebihan, pecandu alkohol atau obat
terlarang (Almatsier, 2011).
D. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur
Perilaku konsumsi dan pemilihan makanan pada seseorang sangat kompleks
dan dipengaruhi oleh berbagai interaksi faktor. Menurut Apriadji (1986), faktor-
faktor yang mempengaruhi konsumsi makanan yaitu terdapat faktor tidak langsung
dan faktor langsung. Faktor tidak langsung yaitu pendapatan keluarga, harga bahan
makanan, tingkat pengelolaan sumber daya lahan dan pekarangan. Sedangkan faktor
20
langsung yaitu daya beli keluarga, latar belakang sosial budaya, tingkat pendidikan
dan pengetahuan gizi, dan jumlah anggota keluarga.
Menurut Worthington (2000), gaya hidup merupakan faktor langsung yang
mempengaruhi perilaku konsumsi remaja. Gaya hidup tersebut dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu internal dan eksternal. Faktor internal, diantaranya kebutuhan dan
karakteristik fisiologis, preferensi/kesukaan, perkembangan psikososial,
kepercayaan, citra diri, konsep diri dan status kesehatan, sedangkan faktor eksternal,
diantaranya besar dan karakteristik keluarga, kebiasaan orang tua, pengetahuan gizi,
sosial budaya, teman sebaya, pengalaman individu, media massa dan fast food.
Beberapa faktor berikut ini merupakan faktor yang diduga berhubungan
dengan perilaku konsumsi buah dan sayur :
1. Umur
Kebiasaan makan setiap individu berbeda satu sama lain. Salah satu
faktor yang mempengaruhinya adalah umur (Wulansari, 2009). Umur
mempunyai peran penting dalam menentukan pemilihan makanan. Pada masa
bayi tidak mempunyai pilihan terhadap apa yang mereka makan sedangkan saat
dewasa orang mempunyai kontrol terhadap apa yang mereka makan (Bahria,
2009).
Saat seseorang tumbuh menjadi remaja, pengaruh terhadap kebiasaan
makan mereka sangat kompleks. Remaja merupakan awal mengadopsi perilaku
diet yang cenderung akan menetap pada masa dewasa (Brown, 2005). Menurut
Worthington (2000) berkembangnya kemandirian, meningkatnya partisipasi
dalam kehidupan sosial dan pada umumnya jadwal aktifitas fisik yang sibuk
21
akan mempengaruhi apa yang mereka makan. Mereka mulai membeli dan
mempersiapkan makanan untuk dirinya sendiri dan mereka sering makan
dengan cepat dan di luar rumah.
Penelitian yang dilakukan Moore (1997) dalam Farida (2010), ditemukan
bahwa usia remaja lebih sering bertumpu pada makanan fast food yang
mempunyai menu terbatas dan sering menekankan pada makanan tinggi kalori,
lemak dan natrium sehingga sedikit sekali mengonsumsi buah dan sayur.
Semakin dewasa usia seseorang cenderung mengonsumsi buah dan sayur lebih
banyak, terutama pada golongan lanjut usia.
2. Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin akan menentukan besar kecilnya kebutuhan gizi
bagi seseorang karena pertumbuhan dan perkembangan individu cukup berbeda
antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki memiliki tubuh lebih besar sehingga
kebutuhan gizinya pun lebih besar. Laki-laki umumnya lebih aktif dalam
berolahraga dan kegiatan fisik serta intensitas tumbuh yang lebih besar
(Worthington, 2000). Saat remaja baik laki-laki maupun perempuan, pemilihan
makanannya tidak lagi berdasarkan kebutuhan gizi mereka tetapi mereka akan
makan apapun yang ada ketika mereka lapar (Mc William, 1993)
Hasil penelitian pada orang muda American-Indian dan Alaska Native
menyebutkan bahwa lebih rendah mengonsumsi buah dan sayur pada
perempuan dibandingkan laki-laki (Reynold, 1999). Pada penelitian Milligan et
al (1998) yang dilakukan di Australia menyebutkan bahwa masyarakat berjenis
kelamin perempuan lebih tinggi (4,1%) mengonsumsi 2 buah/hari dan sayuran
22
5 kali/hari dibandingkan dengan laki-laki (2,5%). Penelitian Bahria (2009)
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku
konsumsi buah dan sayur.
Menurut Arisman (2004) remaja putra memerlukan lebih banyak energi
dibandingkan dengan remaja putri karena perbedaan komposisi tubuh dan
kecepatan pertumbuhan. Para remaja terutama remaja putri mempunyai selera
makan yang berubah-ubah, mereka cenderung lebih memperhatikan jumlah
makanan yang mereka konsumsi. Banyak penelitian yang dilakukan yang
menunjukkan adanya kecenderungan perbedaan konsumsi pangan laki-laki dan
perempuan. Menurut Dewi (1997) dalam Wulansari (2009), remaja laki-laki
cenderung tidak menyukai makanan yang ringan atau tidak mengenyangkan
sehingga asupan makanan pada laki-laki cenderung tinggi. Selain itu, diketahui
pula bahwa sumbangan makanan selingan terhadap total konsumsi ternyata
cukup besar terutama terhadap perempuan.
3. Pengetahuan Gizi
Menurut Suhardjo (1996), pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang
tentang ilmu gizi, zat gizi, serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan
kesehatan. Pengetahuan gizi yang baik dapat menghindarkan seseorang dari
konsumsi pangan yang salah atau buruk. Pengetahuan gizi merupakan suatu
landasan kognitif untuk terbentuknya sikap, termasuk sikap dan perilaku
seseorang dalam memilih makanan (Rickert, 1996). Pengetahuan tentang
makanan yang sehat menjadi faktor penting dalam pemilihan makanan karena
pengetahuan tersebut dapat menjadi salah satu faktor untuk mengadopsi
23
perilaku makan yang sehat (Gracey, 1996). Notoatmodjo (2004) menyatakan
bahwa kurangnya pengetahuan tentang suatu bahan makanan akan
menyebabkan seseorang salah memilih makanan sehingga akan menurunkan
konsumsi makanan sehat dan akan berdampak pada masalah gizi lainnya.
Pengetahuan gizi merupakan salah satu penyebab rendahnya status gizi
pada remaja. Seringkali remaja kurang mengerti bahwa tiap makanan memiliki
zat gizi yang berbeda dan peranan zat tersebut dalam tubuh mereka. Ketika
seseorang tidak mengerti prinsip dasar gizi dan tidak sadar kandungan zat gizi
pada tiap makanan berbeda maka mereka sulit untuk menentukan makanan
makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi mereka (McWilliams, 1993).
Penelitian Van Duyn (2001), ditemukan bahwa pengetahuan berpengaruh
secara signifikan terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur, yaitu diketahui
bahwa pengetahuan gizi dapat meningkatkan 22% konsumsi buah dan sayur.
Sediaoetama (1989) menjelaskan bahwa semakin banyak atau semakin
tinggi pengetahuan gizi seseorang maka semakin diperhitungkan jenis dan
jumlah makanan yang dipilih untuk dikonsumsi. Awam yang tidak mempunyai
cukup pengetahuan gizi akan memilih makanan yang paling menarik panca
indera dan tidak memilih berdasarkan nilai gizi. Sehingga pemenuhan
kecukupan gizi terkadang tidak menjadi prioritas dalam pemenuhan konsumsi
makanan keluarga.
Konsumsi pangan seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap
terhadap makanan yang tergantung terhadap lingkungan (Suhardjo, 2003).
Pengetahuan gizi dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun informal.
24
Selain itu, juga bisa didapat melalui pengalaman yang diperoleh dari informasi
yang disampaikan oleh guru, orang tua, teman, buku, surat kabar, maupun
televisi (Suhardjo, 1996). Hal ini diperkuat oleh pernyataan Hardiansyah dan
Suhardjo (1987) dalam Setiowati (2000) yang menyatakan informasi pangan
dapat diperoleh dari iklan, promosi, pengalaman masa lalu, maupun
pengalaman orang-orang sekitar dalam lingkungan masyarakat.
Menurut Nasution dan Khomsan (1995) pengetahuan gizi menjadi
landasan penting yang menentukan konsumsi pangan keluarga. Individu yang
berpengetahuan gizi baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan
pengetahuan gizinya di dalam pemilihan maupun pengolahan pangan sehingga
konsumsi pangan yang mencukupi kebutuhan bisa lebih terjamin. Dengan
dibekali pengetahuan gizi yang cukup diharapkan seseorang mampu
menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo, 1996).
4. Preferensi/Kesukaan
Preferensi terhadap makanan merupakan sikap seseorang untuk suka atau
tidak suka terhadap makanan (Suharjo, 1986) dalam Pradipta (2011). Kesukaan
terhadap makanan dianggap sebagi faktor penentu dalam mengonsumsi
makanan termasuk buah dan sayur. Pada suatu penelitian menyimpulkan suka
atau tidaknya seseorang terhadap makanan tergantung dari rasa. Karena rasa
merupakan suatu faktor penting dalam pemilihan pangan yang meliputi bau,
tekstur dan suhu (Suhardjo, 1996).
Drewnoski dalam Widyawati (2009) menyebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi kesukaan dan preferensi antara lain rasa, aroma, tekstur dan
25
kebiasaan makan. Rasa yang tidak disukai anak sejak kecil dapat
mempengaruhi kesukaan dan preferensi anak sehingga mengakibatkan
kurangnya konsumsi buah dan sayur.
Dalam penelitian Domel (1996) menunjukkan hubungan yang kuat antara
preferences dan outcome expectations. Menurut Neumark-Sztainer et al (2003)
dikatakan bahwa kesukaan terhadap makanan akan berhubungan dengan
konsumsi apabila didukung dengan ketersediaan. Jika ketersediaan buah dan
sayur rendah, pola konsumsi buah dan sayur tidak akan mengalami perbedaan
sehingga preferensi tidak berpengaruh. Sedangkan jika preferensi rendah, tetapi
ketersediaan buah dan sayur cukup baik maka konsumsi akan meningkat.
5. Teman Sebaya
Perilaku remaja mulai banyak dipengaruhi oleh teman, termasuk perilaku
konsumsi makanan. Mereka mulai sering menghabiskan waktu dengan teman
dan cenderung berusaha untuk diterima oleh teman. Remaja berusaha keras
untuk bisa sama dengan teman-teman mereka dalam peer group dengan
mengadopsi preferensi makanan dan membuat pilihan makanan berdasarkan
pengaruh teman sebayanya (Brown, 2005). Menurut Khomsan (2003)
pemilihan makanan tidak lagi didasarkan pada kandungan gizinya tetapi untuk
bersosialisasi, kesenangan dan takut kehilangan status. Kesibukan remaja di
sekolah seperti mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga atau kegiatan
akademis dan lainnya menyebabkan mereka lebih banyak menghabiskan waktu
dengan teman sebaya dibanding dengan keluarga.
26
Selain orang tua, pada remaja teman sebaya juga ikut mempengaruhi
perilaku mengonsumsi buah dan sayur. Remaja perempuan mengonsumsi lebih
banyak makanan sehat jika berada di dekat temannya dibandingkan dengan di
dekat ibunya (Salvy et al, 2011 dalam Farisa 2012). Pengaruh kelompok sebaya
selama masa remaja sangat kuat. Ketika anak mulai sekolah, tekanan teman
sebaya mulai mempengaruhi pemilihan makan yang menyebabkan pengabaian
terhadap kebutuhan gizi. Remaja mulai peduli terhadap penampilan fisik dan
perilaku sosial serta berusaha untuk mendapatkan penerimaan dari teman
sebayanya. Tujuan pemilihan makanan mereka berdasarkan penerimaan oleh
teman sebayanya (Barker 2002).
Krolner et al (2011) pengaruh teman sebaya tidak turut mendukung
konsumsi buah dan sayur, yang paling utama karena ada tekanan kuat dari
teman sebaya untuk mengonsumsi makanan yang tidak sehat. Worthington
(2000) juga menyatakan hal yang sama, ketika bersama dengan teman sebaya
lebih mempengaruhi untuk mengonsumsi makanan yang tidak sehat
dibandingkan ketika sedang bersama orang tua.
6. Sosial Budaya
Unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makan
penduduk yang kadang-kadang bertentangan dengan prinsip dasar ilmu gizi.
Berbagai budaya memberikan peranan dan nilai yang berbeda-beda terhadap
pangan atau makanan. Misalnya bahan-bahan makanan tertentu oleh suatu
budaya masyarakat dianggap tabu untuk dikonsumsi karena alasan-alasan
tertentu, sementara itu ada pangan yang dinilai sangat baik dari segi ekonomi
27
maupun sosial karena mempunyai peranan yang penting dalam hidangan
makanan pada sesuatu perayaan yang berkaitan dengan agama atau
kepercayaan (Suhardjo, 2003).
Unsur sosial dan budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makan
penduduk yang kadang bertentangan dengan prinsip ilmu gizi. Berbagai budaya
memberikan peranan dan nilai yang berbeda terhadap pangan atau makanan.
Misalnya bahan makanan tertentu oleh suatu budaya masyarakat dianggup tabu
untuk dikonsumsi karena alasan-alasan tertentu, sehingga akan berpengaruh
terhadap perilaku konsumsi individu tersebut (Suhardjo, 2006).
7. Kebiasaan Orang Tua
Dalam pergaulan remaja mengkategorikan makanan menjadi dua yaitu
junk food dan makanan sehat. Konsumsi junk food dikaitkan dengan teman,
kesenangan, pertambahan berat badan dan perasaan bersalah tetapi saat
mengonsumsi makanan sehat dihubungkan dengan keluarga, makan bersama
keluarga dan kehidupan di rumah (Brown, 2005).
Selama masa anak-anak, orang tua memiliki pengaruh yang sangat besar
dalam sikap tentang makanan, pemilihan makanan dan pola makan, tetapi
ketika sudah menginjak masa remaja mereka menunjukkan kemandirian.
Remaja dan orang dewasa lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah.
Oleh karena itu pengaruh keluarga terhadap perilaku makan mulai berkurang
(Khomsan, 2003). Berkembangnya tahap kemandirian pada remaja
menyebabkan remaja merasa bebas memilih terhadap makanan yang mereka
makan. Dalam hal ini, orang tua harus tetap memberi anjuran pola makan yang
28
sehat karena pola kebiasaan makan anak berawal dari keluarga (Worthington,
2000).
Banyak penelitian menunjukkan bahwa orang tua secara sadar maupun
tidak sadar telah menuntun kesukaan makan anak dan membentuk gaya yang
berpengaruh terhadap dimana, bagaimana, dengan siapa dan berapa banyak ia
makan (Almatsier, 2011). Anak yang mengonsumsi buah dan sayur. Anak yang
mengonsumsi buah dan sayur lebih banyak bila orang tua juga suka
mengonsumsi buah dan sayur. Hal tersebut disebabkan perilaku orang dewasa
dalam mengonsumsi sayur dan buah akan mendorong anak-anaknya melakukan
hal yang sama (Pearson et al, 2009).
Konsumsi pangan seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap
terhadap makanan yang tergantung terhadap lingkungan. Kebiasaan makan
seseorang merupakan kebiasaan makan keluarga, karena individu tersebut
selama tinggal di dalam keluarganya terus mengalami proses belajar seumur
hidupnya dari keluarga tersebut. Kebiasaan makan anak dipengaruhi oleh
peranan orang tua (Suhardjo, 2003). Kalau orang tua dapat memperhatikan pola
konsumsi anak-anaknya, maka mereka bisa mengontrol dan menasihati
makanan apa yang sebaiknya dikonsumsi dan makanan apa yang sebaiknya
dihindari (Khomsan, 2003). Orang tua merupakan model yang baik untuk diet
perilaku makan anak. Dengan memberi contoh maka dengan sendirinya anak
akan mengikuti kebiasaan di rumah dan bisa dibawa ke luar rumah. Anjuran
dalam mengonsumsi buah dan sayur diperlukan dalam mempengaruhi perilaku
makan anak (Monge, 2001) dalam Bahria (2009).
29
8. Media Massa/Iklan
Informasi dapat diakses oleh siapapun melalui media massa atau lainnya.
Menurut Fisher dan Diane (2003) media bisa berpengaruh positif dalam
mempromosikan informasi kesehatan dan peningkatan kesadaran atas
pemilihan makanan yang sehat. Menurut Schlenker (2007) perkembangan
teknologi dan media massa juga mempunyai peran dalam pemilihan makanan.
Berg (1986) berpendapat bahwa media massa terutama iklan-iklan perdagangan
dan promosi penjualan sangat mempengaruhi pada pemilihan susunan
makanan. Keunggulan pemakaian media massa adalah dapat menjangkau setiap
orang dalam bentuk yang sama dan dapat menimbulkan pengalaman yang
sama. Media khususnya televisi, mungkin menjadi salah satu informasi paling
penting tentang makanan. Iklan diketahui meningkatkan pengetahuan, sikap
dan perilaku terhadap pola makan (Gibney, 2004) dalam Pradipta (2011).
Keranjingan TV adalah penyakit setiap individu tak terkecuali remaja.
Rata-rata remaja menghabiskan waktunya selama 2,5 jam per hari di depan TV.
Pada kesempatan ini mereka dijejali berbagai iklan tentang makanan atau
minuman. Survey di AS menunjukkan, 65% makanan yang diiklankan melalui
TV berwujud minuman atau makanan manis (berkalori tinggi). Selain itu iklan
di TV juga sering menampilkan makanan snack ringan yang rendah gizinya,
makanan instan yang bias disajikan secara cepat dan aspek lain yang tidak
mendukung semboyan 4 sehat 5 sempurna. Snack yang umumnya menjadi
makanan selingan sering dikonsumsi secara berlebihan apabila kita banyak
meluangkan waktu nonton TV (Khomsan, 2003).
30
Hasil penelitian yang dilakukan Jarret et al (2003) didapatkan hasil
bahwa TV dianggap mempunyai peran dalam mendorong seseorang untuk
mengonsumsi makanan yang diiklankan di TV sebagai pengganti buah dan
sayur sehingga konsumsi buah dan sayur pada remaja masih rendah. Penelitian
Freisling, et al (2009) menunjukkan bahwa remaja yang mendapatkan
informasi gizi dari booklet, internet, artikel majalah dan koran mengonsumsi
buah dan sayur setiap hari sedangkan remaja yang terpapar iklan komersial di
televisi dan radio kemungkinan konsumsi buah dan sayurnya berkurang setiap
harinya.
9. Konsumsi Fast Food
Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia bisa
mempengaruhi pola makan kaum remaja di kota. Khususnya bagi remaja
tingkat menengah keatas, restoran fast food merupakan tempat yang tepat untuk
bersantai. Makanan di restoran fast food ditawarkan dengan harga yang
terjangkau kantong mereka, servisnya cepat dan jenis makanannya memenuhi
selera. Fast food adalah gaya hidup remaja kota (Khomsan, 2003).
Fast food umumnya mengandung tinggi lemak. Lemak pada makanan
dapat menambah palatabilitas makanan, yaitu menambahkan rasa dan sensasi
mulut tertentu terhadap makanan dan mempertinggi rasa puas yang diperoleh
dengan makanan. Makanan sangat dipengaruhi oleh rasa dan tekstur dari lemak
sehingga meningkatkan selera makan (Schlenker, 2007). Selain mengandung
tinggi lemak, fast food juga mengandung kalori, gula, dan sodium (Na) yang
tinggi tetapi rendah serat kasar, vitamin A, asam askorbat, kalsium dan folat
31
Kandungan gizi yang tidak seimbang ini bila terlanjur menjadi pola makan akan
berdampak negatif pada keadaan gizi para remaja (Khomsan, 2003).
Penelitian French, et al (2001) menyatakan bahwa semakin seringnya
remaja mengonsumsi fast food dapat menjadi penghalang dalam pemilihan
konsumsi makanan sehat termasuk buah dan sayur. Konsumsi buah dan sayur
berkurang seiring dengan semakin seringnya remaja mengonsumsi fast food.
Sedangkan penelitian Neumark Sztainer et al (2003) menyatakan tidak ada
hubungan yang signifikan antara konsumsi fast food dengan perilaku konsumsi
buah dan sayur.
10. Pendapatan Orang tua
Upaya pemenuhan konsumsi makanan yang bergizi berkaitan erat dengan
daya beli rumah tangga. Rumah tangga dengan pendapatan terbatas, kurang
mampu memenuhi kebutuhan makanan yang diperlukan tubuh, setidaknya
keanekaragaman bahan makan kurang bisa dijamin karena dengan uang yang
terbatas tidak akan banyak pilihan. Akibatnya kebutuhan makanan untuk tubuh
tidak terpenuhi (Apriadji, 1986).
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas
makanan yang dikonsumsi. Semakin tinggi pendapatan maka semakin besar
peluang untuk memilih pangan yang baik. Meningkatnya pendapatan
perorangan maka terjadi perubahan-perubahan dalam susunan makanan
(Suhardjo, 2003). Mayoritas masyarakat yang konsumsi makannya kurang
optimal terutama yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi rendah.
Karena keluarga dengan pendapatan terbatas, besar kemungkinan kurang dapat
32
memenuhi kebutuhan makanannya sejumlah yang diperlukan tubuh. Setidaknya
keanekaragaman bahan makanan kurang terjamin karena dengan uang terbatas
itu tidak akan banyak pilihan (Suhardjo, 2006). Dalam hal konsumsi buah dan
sayur, sebagai contoh pada keluarga tidak miskin rata-rata konsumsi buahnya
tinggi karena mereka mampu membeli buah-buahan dan mungkin mereka tahu
manfaatnya bagi kesehatan (Khomsan dkk, 1998).
Dalam penelitian Zenk (2005) ditemukan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat ekonomi dan perilaku konsumsi individu, yaitu
seseorang yang memiliki pendapatan dan status ekonomi tinggi cenderung akan
mengonsumsi buah dan sayur lebih banyak. Pada penelitian Mac Farlane (2007)
ditemukan bahwa masyarakat yang status ekonominya tinggi selalu tersedia
sayuran dan buah di rumah dan remaja yang status ekonominya rendah
cenderung lebih sedikit mengonsumsi buah, sayur, dan makanan berserat
lainnya dibandingkan dengan makanan tinggi lemak.
Soekirman (2000) menyatakan bahwa tingginya pendapatan cenderung
diikuti dengan tingginya jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi. Tingkat
pendapatan akan mencerminkan kemampuan untuk membeli bahan pangan.
Konsumsi makanan baik jumlah maupun mutunya dipengaruhi oleh faktor
pendapatan keluarga. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Hartoyo (1997)
dalam Bahria (2009) bahwa secara ekonomi, buah termasuk dalam kategori
barang normal dengan nilai elastisitas pengeluaran (pendapatan) bertanda
positif. Artinya, bila terjadi kenaikan pengeluaran (yang menunjukkan adanya
33
peningkatan pendapatan) maka konsumsi buah oleh rumah tangga juga akan
meningkat.
11. Jumlah Anggota Keluarga
Menurut Depkes (2008), jumlah anggota keluarga adalah banyaknya
anggota rumah tangga yang bertempat tinggal di rumah tangga tersebut.
Suhardjo (2006) menyatakan bahwa sebagian besar pendapatan digunakan
untuk memenuhi kebutuhan bahan makanan sedangkan kebutuhan lainnya
kurang tercukupi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi pola
pengalokasian pangan pada rumah tangga sehingga semakin besar jumlah
anggota keluarga, maka alokasi pangan untuk tiap individu akan semakin
berkurang
Dalam penelitian Wulansari (2009), berdasarkan hasil uji statistik
diketahui tidak ada hubungan yang signifikan antara keluarga kecil dan besar
terhadap perilaku konsumsi individu. Namun, berdasarkan penelitian
Srimaryani (2010), diketahui bahwa jumlah anggota keluarga dengan perilaku
konsumsi individu menunjukkan jumlah anggota keluarga maka akan semakin
besar pangan yang dikonsumsi dan pembagian makanan dalam keluarga
tersebut akan lebih sedikit dibandingkan keluarga dengan jumlah sedikit.
E. Kerangka Teori
Perilaku konsumsi dan pemilihan makanan pada seseorang sangat kompleks
dan dipengaruhi oleh berbagai interaksi faktor. Menurut Worthington (2000)
perilaku konsumsi individu dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Faktor
internal, diantaranya kebutuhan dan karakteristik fisiologis, preferensi/kesukaan,
34
pengetahuan gizi, perkembangan psikologis, kepercayaan, citra diri, konsep diri dan
status kesehatan, sedangkan faktor eksternal, diantaranya jumlah anggota keluarga
dan karakteristik keluarga, kebiasaan orang tua, sosial dan budaya, teman sebaya,
pengalaman individu, media massa/iklan dan fast food. Maka peneliti menyusun
kerangka teori seperti dapat dilihat pada bagan 2.1 berikut ini:
Bagan 2.1
Kerangka Teori
Sumber : Worthington (2000)
Faktor Internal :
- Umur
- Jenis Kelamin
- Citra diri
- Konsep diri
- Kepercayaan
- Kebutuhan Fisiologi
Tubuh
- Preferensi/Kesukaan
- Perkembangan Psikologis
- Kesehatan
Faktor Eksternal :
- Pengetahuan Gizi
- Pendapatan
- Pendidikan
- Media Massa/iklan
- Sosial Budaya
- Jumlah Anggota
Keluarga
- Kebiasaan orang tua
- Teman Sebaya
- Fast Food
Gaya Hidup
Perilaku Konsumsi
35
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori diatas, maka peneliti menyusun kerangka konsep
di bawah ini. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumsi sayur dan
buah dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, kesukaan/preferensi, pengetahuan
gizi, media massa/iklan, kebiasaan orang tua, konsumsi fast food, jumlah anggota
keluarga dan pendapatan orang tua. Sedangkan faktor-faktor yang tidak diteliti
dalam penelitian ini diantaranya:
1. Faktor internal
a. Umur: Variabel umur dalam penelitian ini tidak diikutsertakan dikarenakan
populasi dalam penelitian ini bersifat homogen yaitu rentang usia antara
13-15 tahun (usia siswa SMP).
b. Kebutuhan fisiologis tubuh, citra diri, konsep diri, perkembangan
psikologis dan kepercayaan: variabel ini tidak diteliti karena peneliti tidak
melihat dari aspek fisiologis dan psikologisnya.
c. Kesehatan: dalam penelitian ini variabel kesehatan tidak diikutsertakan,
karena diperlukan diagnosa lebih lanjut untuk mengetahui penyakit yang
diderita responden. Peneliti memiliki keterbatasan dalam hal tersebut.
2. Faktor Eksternal
a. Pendidikan: tidak diikutsertakan karena populasi memiliki tingkat
pendidikan yang sama yaitu SMP.
36
b. Sosial budaya: tidak diikutsertakan dalam penelitian ini karena sosial
budaya dianggap sama (homogen) yaitu sosial budaya masyarakat
perkotaan.
Untuk lebih jelas, kerangka konsep dapat dilihat pada bagan 3.1
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
Faktor internal:
- Jenis kelamin
- Preferensi/Kesukaan
Faktor eksternal:
- Pengetahuan gizi
- Kebiasaan orang tua
- Teman sebaya
- Media massa/iklan
- Konsumsi Fast food
- Jumlah Anggota Keluarga
- Pendapatan Orang Tua
Perilaku
Konsumsi Buah
dan Sayur
37
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel Penelitian
No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat
Ukur
Hasil Ukur Skala Ukur
1 Konsumsi Buah
dan sayur
Rata-rata jumlah buah dan sayur
yang dikonsumsi responden per
hari
Wawancara FFQ 0. kurang, jika konsumsi
buah < 2 kali dan sayur
< 3 kali dalam sehari
1. cukup, jika konsumsi
buah ≥ 2 kali dan sayur
≥ 3 kali dalam sehari
Ordinal
2 Jenis Kelamin Perbedaan seks yang didapat sejak
lahir yang dibedakan antara laki-
laki dan perempuan
Wawancara Kuesioner 0. laki-laki
1. perempuan
Nominal
3 Preferensi/kesukaan Suka atau tidaknya responden
terhadap buah dan sayur untuk
dikonsumsi setiap hari
Wawancara Kuesioner 0. Tidak suka
1. Suka (Farisa, 2012)
Nominal
4 Pengetahuan Gizi Tingkat score kemampuan
responden dalam menjawab
pengetahuan gizi secara umum
dan pengetahuan gizi mengenai
manfaat, kandungan dan anjuran
konsumsi buah dan sayur
Wawancara Kuesioner 0. kurang, jika total skor
< 80%
1. baik, jika total skor ≥
80% (Khomsan, 2000)
Ordinal
38
Lanjutan Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel Penelitian
No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat
Ukur
Hasil Ukur Skala Ukur
5 Kebiasaan orang
tua
Pengaruh kebiasaan orang tua
yang diikuti responden dalam hal
konsumsi buah dan sayur.
Wawancara Kuesioner 0. kurang, jika total skor
< 18
1. baik, jika total skor ≥
18 (Farisa, 2012)
Ordinal
6 Pengaruh Teman
Sebaya
Peranan teman responden yang
dapat memberikan pengaruh
terhadap tingkat konsumsi buah
dan sayur responden.
Wawancara Kuesioner 0. kurang, jika total skor
< 12
1. baik, jika total skor ≥
12 (Farisa, 2012)
Ordinal
7 Media massa/iklan Terpaparnya responden dengan
media informasi baik cetak
ataupun elektronik yang dapat
mempengaruhi konsumsi makan
sayur dan buah
Wawancara Kuesioner 0. Tidak pernah
1. Pernah
(Bahria,2009)
Ordinal
8 Konsumsi fast food Banyaknya tindakan responden
untuk mengonsumsi makanan
cepat saji modern yang disajikan
dan dijual di restoran cepat saji
dan juga makanan cepat saji
tradisional yang dijual di kantin
sekolah maupun di sekitar rumah
dalam waktu satu minggu
Wawancara Kuesioner 0. sering, jika konsumsi
fast food ≥ 3x per
minggu
1. jarang, jika konsumsi
fast food < 3x per
minggu (Feubner, 2003)
Ordinal
Lanjutan Tabel 3.1
39
Definisi Operasional Variabel Penelitian
No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat
Ukur
Hasil Ukur Skala Ukur
9 Jumlah anggota
keluarga
Banyaknya anggota rumah tangga
yang tinggal dan hidup bersama
dalam satu rumah
Wawancara Kuesioner 0. Besar: > 4 orang
1. Kecil: ≤ 4 orang
(BKKBN, 1992 dalam
Astriyani, 2011)
Ordinal
10 Pendapatan orang
tua
Sejumlah uang yang diperoleh
orang tua dari bekerja dalam satu
bulan
Wawancara Kuesioner 0.Rendah: Jika
pendapatan per bulan
< Rp. 1.529.150
1.Tinggi: Jika
pendapatan per bulan
≥ Rp 1529.150
(Berdasarkan UMR DKI
Jakarta tahun 2012 yaitu
Rp. 1.529.150)
Ordinal
40
C. Hipotesis
1. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku konsumsi buah dan sayur
siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012
2. Ada hubungan antara preferensi/kesukaan dengan perilaku konsumsi buah dan
sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012
3. Ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan perilaku konsumsi buah dan
sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012
4. Ada hubungan antara kebiasaan orang tua dengan perilaku konsumsi buah dan
sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012
5. Ada hubungan antara teman sebaya dengan perilaku konsumsi buah dan sayur
siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012
6. Ada hubungan antara pengaruh media massa/iklan dengan perilaku konsumsi
buah dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012
7. Ada hubungan antara konsumsi fast food dengan perilaku konsumsi buah dan
sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012
8. Ada hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan perilaku konsumsi buah
dan sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012
9. Ada hubungan antara pendapatan orang tua dengan perilaku konsumsi buah dan
sayur siswa SMP Negeri 226, Jakarta Selatan tahun 2012
41
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif dengan
menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini ingin melihat dan menganalisa
hubungan antara variabel independen dan dependen yang dilakukan secara
bersamaan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMPN 226 Jakarta Selatan dan berlangsung dari
bulan Juli – Desember 2012.
C. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMPN 226 Jakarta sebanyak 853
siswa. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VII, VIII dan IX. Perhitungan
sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus uji hipotesis beda
dua proporsi seperti di bawah ini (Ariawan, 1998):
𝑛 = 𝑍1−𝛼 2 2𝑃 1 − 𝑃 + 𝑍1−𝛽 𝑃1 1 − 𝑃1 + 𝑃2 1 − 𝑃2
2
𝑃1 − 𝑃2 2
Keterangan :
𝑛 : Jumlah sampel minimal yang diperlukan
𝑍1−𝛼 2 : Derajat kepercayaan (95%) = 1,96
𝑍1−𝛽 : Kekuatan uji 80% Z = 0,84
𝑃 : Rata-rata proporsi pada populasi
𝑃 : (P1 + P2 /2) = 0,21
42
P1 : proporsi ada peran orang tua terhadap konsumsi buah dan sayur cukup =
0,30 (Astriyani, 2011)
P2 : proporsi tidak adanya peran orang tua terhadap konsumsi buah dan
sayur cukup = 0,12 (Astriyani, 2011)
n = [ 1,96 √2 x 0,21 (1-0,21) + 0,84 √ 0,30 (1-0,30) + 0,12 (1-0,12)]2
(0,30-0,12)2
n = 48 x 2 = 96
Yang dimaksud variabel peran orang tua pada perhitungan sampel diatas sama
artinya dengan variabel kebiasaan orang tua dalam penelitian ini. Untuk
mengantisipasi adanya sampel yang kurang atau hilang maka jumlah sampel
ditambah 10% sehingga total sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu 106
siswa. Pengambilan sampel dilakukan secara systematic random sampling (acak
sistematis), dimana probabilitas terambilnya sebagai sampel adalah 106/853 = 1/8.
Untuk pengambilan sampel pertama dilakukan secara acak dengan diundi kemudian
seterusnya dilakukan penambahan kelipatannya. Jika ada siswa yang tidak hadir saat
pengisian kuesioner berlangsung maka dilakukan pemilihan sampel dengan
menggunakan kelipatan berikutnya.
43
Tabel 4.1
Pembagian Sampel
No KELAS Jumlah sampel
1 VII 287/853 x 106 = 36
2 VIII 253/853 x 106 = 31
2 IX 313/853 x 106 = 39
Total 106 siswa
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data
(Notoatmodjo, 2005). Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini
adalah kuesioner dan FFQ. Berikut ini penjelasan tentang instrumen penelitian:
1. Kuesioner digunakan untuk mengisi pertanyaan mengenai variabel jenis
kelamin, preferensi/kesukaan, pengetahuan gizi, media massa/iklan, kebiasaan
orang tua, pengaruh teman sebaya, konsumsi fast food, jumlah anggota keluarga
dan pendapatan orang tua.
2. FFQ digunakan untuk mengetahui gambaran frekuensi konsumsi buah dan
sayur. FFQ bersifat terbuka dimana responden menuliskan sendiri berapa kali
kebiasaan mengonsumsi. Responden hanya mengisi salah satu kolom frekuensi
pada setiap bahan makanan apakah 1 kali per hari, 3 kali per minggu dan
sebagainya. Untuk melihat gambaran frekuensi konsumsi, data yang
ditampilkan berupa distribusi responden menurut kebiasaan mengonsumsi
apakah setiap hari, setiap minggu, atau setiap bulan.
E. Pengumpulan Data
44
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri. Jenis data yang
dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan
melalui wawancara langsung kepada siswa SMP Negeri 226 Jakarta dengan
instrumen kuesioner dan form FFQ. Data sekunder berupa daftar absensi siswa dan
profil sekolah.
F. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpul akan diolah dengan berbagai tahap, antara lain:
1. Mengode data (data coding)
Kegiatan ini dilakukan dengan merubah data berbentuk huruf menjadi
angka/bilangan. Pengodean data dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan
kegiatan mengolah dan menganalisis data. Berikut ini adalah penjelasan tentang
kode dari masing-masing variabel:
a. Konsumsi buah dan sayur, terdiri dari 2 kategori yaitu kurang diberi kode
“0” dan cukup diberi kode “1”. Dikatakan kurang jika konsumsi buah < 2
kali/hari dan sayur < 3 kali/hari dan dikatakan cukup jika konsumsi buah ≥
2 kali/hari dan sayur ≥ 3 kali/hari. Untuk mendapatkan data kategori
konsumsi buah dan sayur, data FFQ yang ada perlu diolah lebih lanjut yaitu
dengan terlebih dahulu mengubah setiap frekuensi konsumsi ke dalam
satuan hari. Sebagai contoh si A biasa mengonsumsi buah jeruk 2 kali per
hari, apel 3 kali per minggu, dan mangga 1 kali per bulan.
45
Tabel 4.2
Perhitungan FFQ
Bahan Makanan
Frekuensi
Perhari Perminggu Perbulan …kali perhari
Jeruk 2 2
Apel 3 3/7 = 0,42
Mangga 1 1/30= 0,03
Total 2,45
Bahan makanan : Jeruk : 2/1 hari = 2 kali perhari
Apel : 3/7 hari = 0,42 kali per hari
Mangga : 1/30 hari = 0,03 kali per hari
Nilai tersebut kemudian dijumlahkan, sehingga didapat hasil = 2,45 kali per
hari. Dengan demikian si A memiliki kebiasaan mengonsumsi sumber buah
2,45 kali per hari.
b. Jenis kelamin, merupakan pertanyaan tertutup. Kode untuk variabel ini
adalah “0” jika laki-laki dan “1” jika perempuan.
c. Preferensi/kesukaan, terdiri dari 2 pertanyaan dengan pilihan jawaban tidak
suka diberi kode “0” dan suka diberi kode “1”. Dikatakan tidak suka jika
responden tidak menyukai buah/sayur atau keduanya. Dikatakan suka, jika
responden menyukai buah dan sayur.
d. Pengetahuan gizi, terdiri dari 15 pertanyaan. Variabel ini dikelompokkan
menjadi 2 kategori yaitu kurang dan baik. Dikatakan kurang jika jumlah
46
jawaban benar < 80% diberi kode “0” dan baik jika jawaban benar ≥ 80%
diberi kode “1”.
e. Media massa/iklan, variabel ini dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu
tidak pernah dan pernah. Dikatakan tidak pernah jika responden tidak
pernah melihat informasi/iklan tentang hubungan buah dan sayur dengan
kesehatan, diberi kode “0”. Dikatakan pernah jika responden pernah
melihat informasi/iklan tentang hubungan buah dan sayur dengan
kesehatan, diberi kode “1”.
f. Kebiasaan orang tua, terdiri dari 6 pertanyaan dengan pilihan jawaban tidak
pernah diberi kode “1”, jarang diberi kode “2”, kadang-kadang diberi kode
“3”, sering diberi kode “4”, selalu diberi kode “5”. Variabel kebiasaan
orang tua dikelompokkan menjadi 2 kategori berdasarkan median nilai soal
kuesioner. Dikatakan kurang jika skor < 18 diberi kode “0”, dikatakan baik
jika ≥ 18 diberi kode “1”.
g. Pengaruh teman sebaya, terdiri dari 4 pertanyaan dengan pilihan jawaban
tidak pernah diberi kode “1”, jarang diberi kode “2”, kadang-kadang diberi
kode “3”, sering diberi kode “4”, selalu diberi kode “5”. Variabel kebiasaan
orang dikelompokkan menjadi 2 kategori berdasarkan median nilai soal
kuesioner. Dikatakan kurang jika skor < 12 diberi kode “0”, dikatakan baik
jika ≥ 12 diberi kode “1”.
h. Konsumsi fast food, variabel ini dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu
sering dan jarang. Dikatakan sering jika jawaban ≥ 3x seminggu diberi
kode “0”, dikatakan jarang jika jawaban < 3x seminggu diberi kode “1”.
47
i. Jumlah anggota keluarga, terdiri dari 1 pertanyaan. Variabel ini
dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu besar dan kecil. Dikatakan besar
jika jumlah anggota keluarga > 4 orang diberi kode “0” dan dikatakan kecil
jika anggota ≤ 4 orang diberi kode “1”.
j. Pendapatan orang tua, terdiri dari 1 pertanyaan. Variabel ini
dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu rendah dan tinggi. Dikatakan
rendah jika pendapatan per bulan < Rp. 1.529.150 diberi kode “0”,
dikatakan tinggi jika pendapatan per bulan ≥ Rp. 1.529.150 diberi kode
“1”.
2. Penyuntingan data (data editing)
Data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner, dikoreksi, diperiksa dan
diseleksi kelengkapannya terlebih dahulu seperti kelengkapan pengisian,
kesalahan pengisian dan konsistensi pengisian. Tahap ini dilaksanakan saat
masih di lapangan dengan memastikan bahwa setiap pertanyaan yang terdapat
di kuesioner telah terisi lengkap, jelas dan konsisten.
3. Membuat struktur data (data structure)
Pertanyaan dalam kuesioner dijadikan template menggunakan perangkat
komputer dan program statistik untuk memudahkan memasukkan data.
4. Memasukkan data (data entry)
Dalam tahap ini dilakukan proses memasukkan data berupa kode jawaban ke
dalam kolom template yang sudah dibuat sebelumnya. Pada tahap ini
diperlukan ketelitian agar tidak terjadi double entry atau kesalahan
memasukkan data yang lainnya.
48
5. Pembersihan data (data cleaning)
Dilakukan pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk memastikan
data tidak ada yang salah baik dalam memberi kode atau kesalahan pengetikan
sehingga data tersebut dapat dianalisis.
G. Analisis Data
1. Univariat
Analisis yang dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi setiap variabel
independen dan dependen. Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran
pada masing-masing variabel (independen dan dependen) yang meliputi
frekuensi konsumsi buah dan sayur setiap hari, jenis kelamin,
kesukaan/preferensi, pengetahuan gizi, media massa/iklan, kebiasaan orang tua,
konsumsi fast food, jumlah anggota keluarga dan pendapatan orang tua. Setelah
dianalisis tabel frekuensinya selanjutnya dilakukan intepretasi secara deskriptif.
2. Bivariat
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang
bermakna antara variabel independen dengan dependen. Uji statistik yang
digunakan adalah uji Chi-Square, karena variabel independen dan dependennya
termasuk dalam jenis variabel kategorik. Adapun rumus Uji Chi Square yaitu:
X2 =
O−E 2
E
dF = (k – 1)(b – 1)
Keterangan:
X2 = Chi Square
49
O = Nilai Observasi
E = Nilai ekspektasi
k = Jumlah kolom
b = Jumlah baris
Melalui uji statistik Chi Square akan diperoleh nilai p, dimana dalam penelitian ini
digunakan tingkat kemaknaan (α) = 0,05 yaitu jika diperoleh nilai p ≤ 0,05 berarti ada
hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen dan jika
diperoleh nilai p > 0,05 maka tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel
independen dengan variabel depende
50
BAB V
HASIL
A. Gambaran Umum SMPN 226 Jakarta Selatan
SMPN 226 Jakarta Selatan terletak di Jalan Kayu Kapur No. 2 Komp. TNI AL
Pangkalan Jati, Pondok Labu Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Jumlah seluruh
siswa di SMPN 226 Jakarta Selatan adalah 853 orang. Jumlah siswa laki-laki
sebesar 383 orang dan siswa perempuan sebesar 470 orang. Distribusi frekuensi
siswa SMPN 226 Jakarta Selatan tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel 5.1 berikut ini:
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan
Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin N %
Laki-laki 383 44,9
Perempuan 470 55,1
Total 853 100
Sumber: Data Profil SMPN 226 tahun 2012
Pada penelitian ini yang menjadi responden adalah siswa kelas VII sampai
dengan kelas IX. SMPN 226 memiliki jumlah kelas yang terdiri dari kelas VII
berjumlah 8 kelas, kelas VIII 7 kelas, dan kelas IX terdapat 8 kelas.
B. Analisis Univariat
1. Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur
Konsumsi buah dan sayur dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua
yaitu kurang dan cukup. Dikatakan kurang jika mengonsumsi buah < 2 kali per
51
hari atau sayur < 3 kali per hari. Dikatakan cukup jika mengonsumsi buah ≥ 2
kali per hari dan sayur ≥ 3 kali per hari. Konsumsi buah dan sayur didapatkan
dengan cara wawancara menggunakan metode Food Frequency Questionare.
Gambaran perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja SMPN 226 Jakarta
Selatan dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini:
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur
Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012
Perilaku Konsumsi
Buah dan Sayur
Jumlah (n) Persen (%)
Kurang 73 68,9
Cukup 33 31,1
Total 106 100
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa dari 106 siswa, sebagian besar
memiliki perilaku konsumsi sayur dan buah yang kurang yaitu sebesar 68,9%
sedangkan siswa yang memiliki perilaku konsumsi buah dan sayur yang cukup
hanya sebesar 31,1%.
2. Jenis Kelamin
Gambaran jenis kelamin siswa SMPN 226 Jakarta Selatan dapat dilihat
pada tabel 5.3 berikut ini:
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa SMPN 226 Jakarta
Selatan Tahun 2012
Jenis Kelamin Jumlah (n) Persen (%)
Laki-laki 47 44,3
Perempuan 59 55,7
Total 106 100
52
Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa dari 106 siswa, sebagian besar
siswa berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 55,7% sedangkan siswa
berjenis kelamin laki-laki sebesar 44,3%.
3. Preferensi/Kesukaan
Gambaran preferensi/kesukaan siswa SMPN 226 Jakarta Selatan dapat
dilihat pada tabel 5.4 berikut ini:
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Preferensi/Kesukaan Siswa SMPN 226
Jakarta Selatan Tahun 2012
Preferensi/Kesukaan Jumlah (n) Persen (%)
Tidak suka 20 18,9
Suka 86 81,1
Total 106 100
Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa dari 106 siswa, sebagian besar
siswa menyukai buah dan sayur yaitu sebesar 81,1% sedangkan siswa yang
tidak menyukai buah dan sayur hanya sebesar 18,9%.
4. Pengetahuan Gizi
Pengetahuan gizi dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua yaitu
kurang dan baik. Dikatakan kurang jika < 80% jawaban benar dan baik jika ≥
80% jawaban benar. Gambaran pengetahuan gizi siswa SMPN 226 Jakarta
Selatan dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut ini:
53
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Gizi Siswa SMPN 226
Jakarta Selatan Tahun 2012
Pengetahuan Gizi Jumlah (n) Persen (%)
Kurang 67 63,2
Baik 39 36,8
Total 106 100
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa dari 106 siswa, sebagian besar
memiliki pengetahuan gizi kurang yaitu sebesar 63,2% sedangkan siswa yang
memiliki pengetahuan gizi baik hanya sebesar 36,8%.
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Skor Pengetahuan Gizi Tiap Pertanyaan Siswa
SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012
No Pertanyaan Skor Pengetahuan Gizi
Benar Salah
N % n %
1 Kegunaan makanan bagi tubuh kita 94 88,7 12 11,3
2 Pengertian makanan yang bergizi 102 96,2 5 3,8
3 Jenis makanan yang merupakan sumber
energy
75 70,8 31 29,2
4 Zat gizi yang terkandung pada tahu, tempe,
ikan, telur dan daging
86 81,1 20 18,9
5 Yang merupakan sumber serat alami 92 86,8 14 13,2
6 Zat gizi yang terkandung pada buah dan sayur 83 78,3 23 21,7
7 Buah yang banyak mengandung vitamin C 103 97,2 3 2,8
8 Manfaat buah dan sayur bagi kesehatan 46 43,4 60 56,6
9 Yang akan terjadi jika merebus sayuran
terlalu lama
93 87,7 13 12,3
10 Frekuensi yang dianjurkan dalam konsumsi
buah dalam sehari
55 51,9 51 48,1
11 Frekuensi yang dianjurkan dalam konsumsi
sayur dalam sehari
41 38,7 65 61,3
12 Zat gizi yang terkandung dalam buah dan
sayur yang bermanfaat dalam melancarkan
pencernaan
49 46,2 57 53,8
54
No Pertanyaan Skor Pengetahuan Gizi
Benar Salah
N % n %
13 Kekurangan zat gizi ini dapat mengakibatkan
xerophtalmia
32 30,2 74 69,8
14 Vitamin yang larut dalam air 50 47,2 56 52,8
15 Kandungan zat gizi yang terdapat dalam
bayam
42 39,6 64 60,4
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui beberapa pertanyaan yang jawaban
salahnya >50% yaitu pertanyaan tentang manfaat buah dan sayur bagi
kesehatan, frekuensi yang dianjurkan dalam mengonsumsi sayur per hari, zat
gizi yang terkandung dalam buah dan sayur yang bermanfaat dalam
melancarkan pencernaan, kekurangan zat gizi ini dapat menyebabkan
xerophtalmia, vitamin yang larut dalam air dan kandungan zat gizi yang
terdapat dalam bayam.
5. Kebiasaan Orang Tua
Gambaran kebiasaan orang tua siswa SMPN 226 Jakarta Selatan dapat
dilihat pada tabel 5.7 berikut ini:
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kebiasaan Orang Tua Siswa SMPN 226
Jakarta Selatan Tahun 2012
Kebiasaan Orang Tua Jumlah (n) Persen (%)
Kurang 37 34,9
Baik 69 65,1
Total 106 100
55
Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa dari 106 siswa, sebagian besar
memiliki kebiasaan orang tua yang baik yaitu sebesar 65,1% sedangkan siswa
yang memiliki kebiasaan orang tua yang kurang hanya sebesar 34,9%.
6. Pengaruh Teman Sebaya
Gambaran pengaruh teman sebaya siswa SMPN 226 Jakarta Selatan dapat
dilihat pada tabel 5.8 berikut ini:
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengaruh Teman Sebaya Siswa SMPN
226 Jakarta Selatan Tahun 2012
Pengaruh Teman Sebaya Jumlah (n) Persen (%)
Kurang 52 49,1
Baik 54 50,9
Total 106 100
Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa dari 106 siswa, sebagian besar
memiliki pengaruh teman sebaya yang baik yaitu sebesar 50,9% sedangkan
siswa yang memiliki pengaruh teman sebaya kurang yaitu sebesar 49,1%.
7. Pengaruh Media Massa/Iklan
Gambaran pengaruh media massa siswa SMPN 226 Jakarta Selatan dapat
dilihat pada tabel 5.9 berikut ini:
Tabel 5.9
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengaruh Media Massa/Iklan Siswa
SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012
Pengaruh Media Massa Jumlah (n) Persen (%)
Tidak pernah 36 34
Pernah 70 66
Total 106 100
56
Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa dari 106 siswa, sebagian besar
pernah terpapar informasi/iklan yaitu sebesar 66% sedangkan siswa yang tidak
pernah terpapar informasi/iklan hanya 34%.
8. Konsumsi Fast Food
Konsumsi fast food dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua yaitu
sering dan jarang. Dikatakan sering jika konsumsi ≥ 3x seminggu dan jarang
jika < 3x seminggu. Gambaran konsumsi fast food siswa SMPN 226 Jakarta
Selatan dapat dilihat pada tabel 5.10 berikut ini:
Tabel 5.10
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Konsumsi Fast Food pada Siswa SMPN
226 Jakarta Selatan Tahun 2012
Konsumsi Fast Food Jumlah (n) Persen (%)
Sering 37 34,9
Jarang 69 65,1
Total 106 100
Berdasarkan tabel 5.10 diketahui bahwa dari 106 siswa, sebagian besar
memiliki perilaku konsumsi fast food jarang yaitu sebesar 65,1%. Sedangkan
siswa yang memiliki perilaku konsumsi fast food sering hanya sebesar 34,9%.
9. Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua
yaitu besar dan kecil. Dikatakan besar jika > 4 orang dan kecil jika ≤ 4 orang.
Gambaran jumlah anggota keluarga siswa SMPN 226 Jakarta Selatan dapat
dilihat pada tabel 5.11 berikut ini:
57
Tabel 5.11
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Siswa SMPN
226 Jakarta Selatan Tahun 2012
Jumlah Anggota Keluarga Jumlah (n) Persen (%)
Besar 43 40,6
Kecil 63 59,4
Total 106 100
Berdasarkan tabel 5.11 diketahui bahwa dari 106 siswa, sebagian besar
memiliki jumlah anggota keluarga kecil yaitu sebesar 59,4%. Sedangkan siswa
yang memiliki jumlah anggota keluarga besar yaitu sebesar 40,6%.
10. Pendapatan Orang Tua
Pendapatan orang tua dalam penelitian ini dikategorikan menjadi rendah
dan tinggi. Dikatakan rendah jika < Rp. 1.529.150 dikatakan tinggi jika ≥ Rp.
1.529.150. Gambaran pendapatan orang tua siswa SMPN 226 Jakarta Selatan
dapat dilihat pada tabel 5.12 berikut ini:
Tabel 5.12
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendapatan Orang Tua Siswa SMPN
226 Jakarta Selatan Tahun 2012
Pendapatan Orang Tua Jumlah (n) Persen (%)
Rendah 34 32,1
Tinggi 72 67,9
Total 106 100
Berdasarkan tabel 5.12 diketahui bahwa dari 106 siswa, sebagian besar
memiliki pendapatan orang tua tinggi yaitu sebesar 67,9%. Sedangkan siswa
yang memiliki pendapatan orang tua rendah yaitu sebesar 32,1%.
58
C. Analisis Bivariat
1. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Perilaku Konsumsi Buah dan
Sayur
Hasil analisis bivariat antara jenis kelamin dengan perilaku konsumsi
buah dan sayur siswa SMPN 226 Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel 5.13
berikut ini:
Tabel 5.13
Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Perilaku Konsumsi Buah
dan Sayur Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012
Jenis
Kelamin
Perilaku Konsumsi
Buah dan Sayur
Total P
Value
Kurang Cukup
n % n % n %
Laki –laki
Perempuan
32
41
68,1
69,5
15
18
31,9
30,5
47
59
100
100
1
Berdasarkan tabel 5.13, hasil analisis hubungan antara jenis kelamin
dengan konsumsi buah dan sayur menunjukkan bahwa dari 47 siswa berjenis
kelamin laki-laki terdapat 32 siswa (68,9%) yang konsumsi buah dan sayurnya
kurang. Dari 59 siswa berjenis kelamin perempuan terdapat 41 siswa (69,5%)
yang perilaku konsumsi buah dan sayurnya kurang.
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p = 1 artinya pada α = 5%
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis
kelamin dengan perilaku konsumsi buah dan sayur.
59
2. Hubungan antara Preferensi/Kesukaan dengan Perilaku Konsumsi Buah
dan Sayur
Hasil analisis bivariat antara kesukaan dengan perilaku konsumsi buah
dan sayur siswa SMPN 226 Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel 5.14 berikut
ini:
Tabel 5.14
Analisis Hubungan antara Kesukaan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan
Sayur Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012
Kesukaan
Perilaku Konsumsi
Buah dan Sayur
Total P
Value
Kurang Cukup
n % n % n %
Tidak Suka
Suka
15
58
75
67,4
5
28
25
32,6
20
86
100
100
0,6
Berdasarkan tabel 5.14, hasil analisis hubungan antara kesukaan dengan
perilaku konsumsi buah dan sayur menunjukkan bahwa dari 20 siswa yang
tidak suka buah dan sayur terdapat 15 (75%) siswa yang perilaku konsumsi
buah dan sayurnya kurang. Dari 86 siswa yang suka buah dan sayur terdapat 58
siswa (67,4%) yang perilaku konsumsi buah dan sayurnya kurang.
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,6 artinya pada α =
5% dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
preferensi/kesukaan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur.
60
3. Hubungan antara Pengetahuan Gizi dengan Perilaku Konsumsi Buah dan
Sayur
Hasil analisis bivariat antara pengetahuan gizi dengan perilaku konsumsi
buah dan sayur siswa SMPN 226 Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel 5.15
berikut ini:
Tabel 5.15
Analisis Hubungan antara Pengetahuan Gizi dengan Perilaku Konsumsi
Buah dan Sayur Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012
Pengetahuan
Gizi
Perilaku Konsumsi
Buah dan Sayur
Total P
Value
Kurang Cukup
n % n % n %
Kurang
Baik
54
19
80,6
48,7
13
20
19,4
51,3
67
39
100
100
0.001
Berdasarkan tabel 5.15, hasil analisis hubungan antara pengetahuan gizi
dengan konsumsi buah dan sayur menunjukkan bahwa dari 67 siswa yang
memiliki pengetahuan gizi kurang terdapat 54 siswa (80,6%) yang perilaku
konsumsi buah dan sayurnya kurang. Dari 39 siswa yang memiliki pengetahuan
gizi baik terdapat 19 siswa (48,7%) yang perilaku konsumsi buah dan sayurnya
kurang sebesar.
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,001 artinya pada α =
5%, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan gizi dengan perilaku konsumsi buah dan sayur.
61
4. Hubungan antara Kebiasaan Orang Tua dengan Perilaku Konsumsi Buah
dan Sayur
Hasil analisis bivariat antara kebiasaan orang tua dengan perilaku
konsumsi buah dan sayur siswa SMPN 226 Jakarta Selatan dapat dilihat pada
tabel 5.16 berikut ini:
Tabel 5.16
Analisis Hubungan antara Kebiasaan Orang Tua dengan Perilaku
Konsumsi Buah dan Sayur Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012
Kebiasaan
Orang Tua
Perilaku Konsumsi
Buah dan Sayur
Total P
Value
Kurang Cukup
n % n % n %
Kurang
Baik
31
42
83,8
60,9
6
27
16,2
39,1
37
69
100
100
0,016
Berdasarkan tabel 5.16, hasil analisis hubungan antara kebiasaan orang
tua dengan konsumsi buah dan sayur menunjukkan bahwa dari 37 siswa dengan
kebiasaan orang tua kurang terdapat 31 siswa (83,8%) yang perilaku konsumsi
buah dan sayurnya kurang. Dari 69 siswa dengan kebiasaan orang tua baik
terdapat 42 siswa (60,9%) yang perilaku konsumsi buah dan sayurnya kurang.
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,016 artinya pada α =
5%, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan
orang tua dengan perilaku konsumsi buah dan sayur.
62
5. Hubungan antara Pengaruh Teman Sebaya dengan Perilaku Konsumsi
Buah dan Sayur
Hasil analisis bivariat antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku
konsumsi buah dan sayur siswa SMPN 226 Jakarta Selatan dapat dilihat pada
tabel 5.17 berikut ini:
Tabel 5.17
Analisis Hubungan antara Pengaruh Teman Sebaya dengan Perilaku
Konsumsi Buah dan Sayur Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012
Pengaruh
Teman
Sebaya
Perilaku Konsumsi
Buah dan Sayur
Total P
Value
Kurang Cukup
n % n % n %
Kurang
Baik
37
36
71,2
66,7
15
18
28,8
33,3
52
54
100
100
0,678
Berdasarkan tabel 5.17, hasil analisis hubungan antara pengaruh teman
sebaya dengan perilaku konsumsi buah dan sayur menunjukkan bahwa dari 52
siswa dengan pengaruh teman kurang terdapat 37 siswa (71,2%) yang perilaku
konsumsi buah dan sayurnya kurang. Dari 54 siswa yang pengaruh teman baik
terdapat 36 siswa (66,7%) yang perilaku konsumsi buah dan sayurnya kurang.
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,678 artinya pada α =
5%, dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengaruh
teman sebaya dengan perilaku konsumsi buah dan sayur.
63
6. Hubungan antara Pengaruh Media Massa/Iklan dengan Perilaku
Konsumsi Buah dan Sayur
Hasil analisis bivariat antara media massa/iklan dengan perilaku
konsumsi buah dan sayur siswa SMPN 226 Jakarta Selatan dapat dilihat pada
tabel 5.18 berikut ini:
Tabel 5.18
Analisis Hubungan antara Media Massa/Iklan dengan Perilaku Konsumsi
Buah dan Sayur Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012
Media Massa/
Iklan
Perilaku Konsumsi
Buah dan Sayur
Total P
Value
Kurang Cukup
n % n % n %
Tidak pernah
Pernah
29
44
80,6
62,9
7
26
19,4
37,1
36
70
100
100
0,078
Berdasarkan tabel 5.18, hasil analisis hubungan media massa/iklan
dengan perilaku konsumsi buah dan sayur menunjukkan bahwa dari 36 siswa
yang tidak pernah terpapar informasi/iklan terdapat 29 siswa (80,6) yang
perilaku konsumsi buah dan sayurnya kurang. Dari 70 siswa yang pernah
terpapar informasi/iklan terdapat 44 siswa (62,9%) yang perilaku konsumsi
buah dan sayurnya kurang.
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,078 artinya pada α =
5%, dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara media
massa/iklan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur.
64
7. Hubungan antara Konsumsi Fast Food dengan Perilaku Konsumsi Buah
dan Sayur
Hasil analisis bivariat antara konsumsi fast food dengan perilaku
konsumsi buah dan sayur siswa SMPN 226 Jakarta Selatan dapat dilihat pada
tabel 5.19 berikut ini:
Tabel 5.19
Analisis Hubungan antara Konsumsi Fast Food dengan Perilaku
Konsumsi Buah dan Sayur Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012
Konsumsi
Fast Food
Perilaku Konsumsi
Buah dan Sayur
Total P
Value
Kurang Cukup
n % n % n %
Sering
Jarang
29
44
78,4
63,8
8
22
21,6
36,2
37
69
100
100
0,132
Berdasarkan tabel 5.19, hasil analisis hubungan antara konsumsi fast food
dengan perilaku konsumsi buah dan sayur menunjukkan bahwa dari 37 siswa
dengan konsumsi fast food sering terdapat 29 siswa (78,4%) yang konsumsi
buah dan sayurnya kurang. Dari 69 siswa dengan konsumsi fast food jarang
terdapat 44 siswa (63,8%) yang perilaku konsumsi buah dan sayurnya kurang.
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,132 artinya pada α =
5%, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
konsumsi fast food dengan perilaku konsumsi buah dan sayur.
65
8. Hubungan antara Jumlah Anggota Keluarga dengan Perilaku Konsumsi
Buah dan Sayur
Hasil analisis bivariat antara jumlah anggota keluarga dengan perilaku
konsumsi buah dan sayur siswa SMPN 226 Jakarta Selatan dapat dilihat pada
tabel 5.20 berikut ini:
Tabel 5.20
Analisis Hubungan antara Jumlah Anggota Keluarga dengan Perilaku
Konsumsi Buah dan Sayur Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012
Jumlah
Anggota
Keluarga
Perilaku Konsumsi
Buah dan Sayur
Total P
Value
Kurang Cukup
n % n % n %
Besar
Kecil
29
44
67,4
69,8
14
19
32,6
30,2
43
63
100
100
0,833
Berdasarkan tabel 5.20, hasil analisis hubungan antara jumlah anggota
keluarga dengan perilaku konsumsi buah dan sayur menunjukkan bahwa dari
43 siswa dengan jumlah anggota keluarga besar siswa terdapat 29 siswa
(67,4%) yang perilaku konsumsi buah dan sayurnya kurang. Dari 63 siswa
dengan jumlah anggota keluarga kecil terdapat 44 siswa (69,8%) yang perilaku
konsumsi buah dan sayurnya kurang.
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,833 artinya pada α =
5%, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
jumlah anggota keluarga dengan perilaku konsumsi buah dan sayur.
66
9. Hubungan antara Pendapatan Orang Tua dengan Perilaku Konsumsi
Buah dan Sayur
Hasil analisis bivariat antara pendapatan orang tua dengan perilaku
konsumsi buah dan sayur siswa SMPN 226 Jakarta Selatan dapat dilihat pada
tabel 5.21 berikut ini:
Tabel 5.21
Analisis Hubungan antara Pendapatan Orang Tua dengan Perilaku
Konsumsi Buah dan Sayur Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012
Pendapatan
Orang Tua
Perilaku Konsumsi
Buah dan Sayur
Total P
Value
Kurang Cukup
n % n % n %
Kurang
Tinggi
29
44
85,3
61,1
5
28
14,7
38,9
34
72
100
100
0,014
Berdasarkan tabel 5.21, hasil analisis hubungan antara pendapatan orang
tua dengan perilaku konsumsi buah dan sayur menunjukkan bahwa dari 34
siswa dengan pendapatan orang tua kurang terdapat 29 siswa (85,3%) yang
perilaku konsumsi buah dan sayurnya kurang. Dari 72 siswa dengan pendapatan
orang tua tinggi terdapat 44 siswa (61,1%) yang perilaku konsumsi buah dan
sayurnya kurang.
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,014 artinya pada α =
5%, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendapatan
orang tua dengan perilaku konsumsi buah dan sayur.
67
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya dari segi desain penelitian yang
digunakan, cross sectional memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menentukan
hubungan sebab akibat antara variabel independen dengan variabel dependennya
karena kedua variabel diteliti pada saat bersamaan sehingga tidak bisa diketahui
mana yang terjadi lebih dahulu. Keterbatasan lain yaitu saat pengambilan data
primer dengan menggunakan kuesioner yang diisi langsung oleh responden
sehingga memungkinkan responden untuk bertanya atau melihat jawaban responden
lain tanpa sepengetahuan peneliti. Hal ini diminimalisir dengan menjelaskan pada
responden agar menjawab kuesioner tersebut sendiri tanpa bertanya pada temannya
karena tidak berpengaruh pada nilai pelajaran sekolah serta mengawasi responden
saat proses pengisian kuesioner.
Penggunaan FFQ dalam pengumpulan data untuk konsumsi buah dan sayur
yang memerlukan daya ingat siswa ketika mengonsumsi buah dan sayur dalam
frekuensi per hari, per minggu, dan per bulan, sehingga siswa bisa saja lupa dengan
makanan yang dikonsumsinya dan hanya mengira-ngira ketika menjawab kuesioner
tersebut. Selain itu, FFQ hanya menggambarkan pola konsumsi buah dan sayur
siswa secara kualitatif, yang hanya dapat diketahui frekuensi konsumsi dalam per
hari, per minggu, atau per bulan. Adanya kemungkinan flat syndrome yaitu siswa
68
yang sebetulnya kurang dalam mengonsumsi buah dan sayur cenderung untuk
melaporkan berlebih ataupun sebaliknya.
B. Gambaran Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur
Perilaku konsumsi sayur dan buah adalah suatu kegiatan atau aktivitas
individu untuk memenuhi kebutuhan akan buah dan sayur agar terpenuhi kecukupan
gizi. Kecukupan konsumsi buah dan sayur dihitung berdasarkan frekuensi rata-rata
dan porsi asupan buah dan sayur dalam sehari selama seminggu (Depkes, 2008)
Di Indonesia, prevalensi konsumsi buah dan sayur pada remaja menurut Riskesdas
tahun 2007 pada remaja usia 10-14 tahun di Indonesia sebesar 93,6%. Berdasarkan
hasil penelitian di SMPN 226 Jakarta Selatan tahun 2012, didapat bahwa sebagian
besar siswa konsumsi buah dan sayurnya kurang yaitu sebanyak 73 orang (68,9%)
dibandingkan siswa yang konsumsi buah dan sayurnya cukup yaitu 33 orang
(31,1%).
Di Indonesia, konsumsi buah dan sayur yang dianjurkan terdapat dalam
Tumpeng Gizi Seimbang. Dalam Tumpeng Gizi Seimbang dianjurkan untuk
mengonsumsi buah sebanyak 2-3 porsi dalam sehari dan untuk sayuran dianjurkan
mengonsumsi 3-5 porsi dalam sehari (KFI, 2011). Menurut Almatsier (2004)
konsumsi buah yang dianjurkan yaitu sebanyak 2-3 potong sehari berupa pepaya
atau buah lain sedangkan porsi sayuran dalam bentuk tercampur yang dianjurkan
sebanyak 1 ½ - 2 mangkok sehari.
Kebiasaan makan para remaja cenderung kurang mengonsumsi buah dan
sayur dan lebih memilih konsumsi makanan siap saji yang tinggi kandungan
kolesterol dan garam tetapi rendah serat (Jahari, 2001 dan Arisman, 2004). Mc
69
Williams (1993) juga mengatakan bahwa remaja cenderung akan memilih makanan
apapun yang tersedia ketika mereka lapar sehingga ketersediaan buah dan sayur di
sekolah juga dapat mendukung remaja dalam mengonsumsi buah dan sayur.
Selain itu, konsumsi buah dan sayur yang kurang juga dimungkinkan
karena remaja lebih memilih makanan cepat saji. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Mudjianto (1994) bahwa sedikitnya remaja yang mengonsumsi buah dan sayur
dikarenakan buah dan sayur bukan merupakan makanan prestige dibandingkan fast
food yang sedang trend di kalangan remaja saat ini sehingga konsumsi buah dan
sayur mereka pun kurang. Brown (2005) juga mengatakan, dari segi
kepraktisannya remaja akan lebih memilih konsumsi fast food dibanding buah dan
sayur karena terbatasnya waktu yang mereka miliki dengan kegiatan di sekolah
maupun di luar sekolah dan harganya relatif murah.
Padahal seperti yang kita ketahui buah dan sayur banyak mengandung zat
gizi yang berguna bagi tubuh seperti berbagai macam vitamin, mineral, senyawa
fitokimia (Astawan dan Kasih, 2008) serta mengandung enzim aktif yang dapat
mempercepat reaksi-reaksi kimia di dalam tubuh. Selain itu, dalam sayuran dan
buah terdapat dua jenis serat yang bermanfaat bagi kesehatan pencernaan dan
mikroflora usus (Khomsan, dkk, 2008). Berbagai penelitian mengenai konsumsi
buah dan sayur dapat beresiko dalam perkembangan penyakit degeneratif seperti
obesitas, diabetes, hipertensi, dan kanker (WHO, 2003).
Maka dari itu diharapkan sejak dini setiap orang dapat menerapkan pola
makan yang seimbang dan sehat khususnya pada masa anak-anak dan remaja
karena pada masa tersebut merupakan awal mengadopsi perilaku diet yang
70
cenderung akan menetap pada masa dewasa sehingga dapat berpengaruh terhadap
kesehatannya dimasa depan.
C. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Konsumsi Buah
dan Sayur
1. Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur
Perbedaan jenis kelamin akan menentukan besar kecilnya kebutuhan gizi
bagi seseorang karena pertumbuhan dan perkembangan individu cukup berbeda
antara laki-laki dan perempuan. Saat remaja baik laki-laki maupun perempuan,
pemilihan makanannya tidak lagi berdasarkan kebutuhan gizi mereka tetapi
mereka akan makan apapun yang ada ketika mereka lapar (Mc William, 1993).
Hasil penelitian menunjukkan lebih banyak siswa berjenis kelamin
perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Dari hasil analisis bivariat juga
didapatkan lebih banyak persentase kurang konsumsi buah dan sayur pada
perempuan dibandingkan laki-laki walaupun perbedaanya tidak terlalu terlihat.
Hal ini serupa dengan penelitian Reynold (1999) yang dilakukan pada orang
muda American-Indian dan Alaska-Native yang menyebutkan bahwa lebih
rendah mengonsumsi buah dan sayur pada perempuan dibandingkan laki-laki.
Laki-laki memiliki tubuh lebih besar sehingga kebutuhan gizinya pun lebih
besar (Worthington, 2000). Sehingga dapat dikatakan dalam hal asupan
makanan sehari-hari lebih banyak pada laki-laki dibandingkan perempuan
begitupun untuk buah dan sayur.
Menurut Arisman (2004) remaja putra memerlukan lebih banyak energi
dibandingkan dengan remaja putri karena perbedaan komposisi tubuh dan
kecepatan pertumbuhan. Para remaja terutama remaja putri mempunyai selera
71
makan yang berubah-ubah, mereka cenderung lebih memperhatikan jumlah
makanan yang mereka konsumsi. Menurut Dewi (1997) dalam Wulansari
(2009), remaja laki-laki cenderung tidak menyukai makanan yang ringan atau
tidak mengenyangkan sehingga asupan makanan pada laki-laki cenderung
tinggi.
Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara
jenis kelamin dengan konsumsi buah dan sayur. Sama halnya dalam penelitian
Domel (1993) yang dilakukan di Augusta Georgia menunjukan bahwa tidak ada
hubungan antara jenis kelamin dengan konsumsi buah dan sayur. Tidak ada
hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku makan sayur dan buah
dikarenakan baik siswa laki-laki dan perempuan pemilihan konsumsi buah dan
sayur didasarkan pada pengetahuan, kesukaan dan rasa. Pada penelitian ini
dapat dilihat bahwa pengetahuan siswa baik laki-laki maupun perempuan sama-
sama rendah sehingga mempengaruhi dalam hal konsumsi buah dan sayur.
Dapat disimpulkan jenis kelamin tidak mempengaruhi seseorang dalam
mengonsumsi buah dan sayur.
2. Hubungan Preferensi/Kesukaan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan
Sayur
Drewnoski dalam Widyawati (2009) menyebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi kesukaan dan preferensi antara lain rasa, aroma, tekstur dan
kebiasaan makan. Rasa yang tidak disukai anak sejak kecil dapat
mempengaruhi kesukaan dan preferensi anak sehingga mengakibatkan
kurangnya konsumsi buah dan sayur.
72
Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara kesukaan
dengan perilaku konsumsi buah dan sayur. Namun dapat dilihat dari hasil
tabulasi silang menunjukkan kecenderungan responden yang tidak suka sayur
juga kurang konsumsi buah dan sayurnya. Sebesar 75% siswa yang tidak suka
buah dan sayur memiliki perilaku konsumsi buah dan sayurnya kurang
sedangkan 67,4% siswa yang suka sayur memiliki perilaku konsumsi buah dan
sayur kurang.
Tidak adanya hubungan kesukaan buah dan sayur dengan perilaku
konsumsi buah dan sayur dikarenakan yang mendorong konsumsi buah dan
sayur bukan hanya adanya faktor kesukaan terhadap buah tetapi ada faktor lain
seperti faktor ketersediaan. Menurut Neumark-Sztainer et al (2003) dikatakan
bahwa kesukaan terhadap makanan akan berhubungan dengan konsumsi
apabila didukung dengan ketersediaan. Dapat dikatakan jika ketersediaan buah
dan sayur rendah, pola konsumsi buah dan sayur tidak akan mengalami
perbedaan sehingga preferensi tidak berpengaruh. Jika preferensi rendah, tetapi
ketersediaan buah dan sayur cukup baik maka konsumsi akan meningkat.
3. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur
Pengetahuan gizi merupakan suatu landasan kognitif untuk terbentuknya
sikap, termasuk sikap dan perilaku seseorang dalam memilih makanan (Rickert,
1996). Pengetahuan tentang makanan yang sehat menjadi faktor penting dalam
pemilihan makanan karena pengetahuan tersebut dapat menjadi salah satu
faktor untuk mengadopsi perilaku makan yang sehat (Gracey, 1996). Menurut
Suhardjo (1996), pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu
73
gizi, zat gizi, serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan.
Pengetahuan gizi yang baik dapat menghindarkan seseorang dari konsumsi
pangan yang salah atau buruk. Notoatmodjo (2004) juga mengatakan hal yang
sama bahwa kurangnya pengetahuan tentang suatu bahan makanan akan
menyebabkan seseorang salah memilih makanan sehingga akan menurunkan
konsumsi makanan sehat dan akan berdampak pada masalah gizi lainnya. Dapat
dikatakan bahwa pengetahuan gizi merupakan langkah awal dalam
terbentuknya perilaku konsumsi seseorang sehingga dapat dijadikan landasan
dalam memilih makanan sehat dan bergizi termasuk buah dan sayur.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan tingkat konsumsi buah
dan sayur antara siswa yang berpengetahuan kurang dan siswa yang
berpengetahuan baik. Dalam penelitian ini siswa yang berpengetahuan gizi baik
cenderung untuk mengonsumsi sayur dan buah secara cukup dibandingkan
dengan siswa yang berpengetahuan gizi kurang. Alasan yang menyebabkan
tingkat konsumsi buah dan sayur pada siswa yang berpengetahuan gizi baik
lebih besar konsumsi buah dan sayurnya dibandingkan dengan siswa yang
berpengetahuan kurang yaitu karena pengetahuan gizi merupakan suatu hal
yang penting dalam pemilihan makanan yang sehat karena pengetahuan tentang
pemilihan makanan yang sehat dapat menjadi faktor predisposing untuk
mengadopsi cara makan yang baik. Berdasarkan hasil uji satatistik
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan
perilaku konsumsi buah dan sayur. Hal ini sesuai dengan Penelitian Van Duyn
(2001), ditemukan bahwa pengetahuan berpengaruh secara signifikan terhadap
74
perilaku konsumsi buah dan sayur, yaitu diketahui bahwa pengetahuan gizi
dapat meningkatkan 22% konsumsi buah dan sayur.
Dari hasil distribusi frekuensi skor tiap pertanyaan menunjukkan
beberapa pertanyaan yang jawaban salahnya lebih dari 50% yaitu pertanyaan
seputar pengetahuan gizi siswa tentang buah dan sayur seperti manfaat buah
dan sayur bagi kesehatan, frekuensi yang dianjurkan dalam mengonsumsi sayur
per hari, zat gizi yang terkandung dalam buah dan sayur yang bermanfaat dalam
melancarkan pencernaan, kekurangan zat gizi ini dapat menyebabkan
xerophtalmia, vitamin yang larut dalam air dan kandungan zat gizi yang
terdapat dalam bayam. Hal ini sesuai dengan pernyataan McWilliams (1993)
yaitu seringkali remaja kurang mengerti bahwa tiap makanan memiliki zat gizi
yang berbeda dan peranan zat tersebut dalam tubuh mereka. Ketika seseorang
tidak mengerti prinsip dasar gizi dan tidak sadar kandungan zat gizi pada tiap
makanan berbeda maka mereka sulit untuk menentukan makanan makanan
yang dapat memenuhi kebutuhan gizi mereka. Selain itu, menurut Sediaoetama
(1989) menjelaskan bahwa semakin banyak atau semakin tinggi pengetahuan
gizi seseorang maka semakin diperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang
dipilih untuk dikonsumsi. Dapat dikatakan bahwa pengetahuan tentang
kandungan dan manfaat zat gizi dalam makanan dapat mempengaruhi
seseorang untuk menentukan konsumsi makanan sehat yang dapat memenuhi
gizi mereka. Jika pengetahuan kurang maka seseorang cenderung untuk
berperilaku konsumsi salah atau buruk dengan tidak mempertimbangkan
kandungan zat gizi makanan tersebut.
75
Konsumsi pangan seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap
terhadap makanan yang tergantung terhadap lingkungan (Suhardjo, 2003).
Pengetahuan gizi dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun informal.
Selain itu, juga bisa didapat melalui pengalaman yang diperoleh dari informasi
yang disampaikan oleh guru, orang tua, teman, buku, surat kabar, maupun
televisi (Suhardjo, 1996). Hal ini diperkuat oleh pernyataan Hardiansyah dan
Suhardjo (1987) dalam Setiowati (2000) yang menyatakan informasi pangan
dapat diperoleh dari iklan, promosi, pengalaman masa lalu, maupun
pengalaman orang-orang sekitar dalam lingkungan masyarakat. Sehingga dapat
disimpulkan sumber pengetahuan siswa juga dapat berasal dari keluarga
terutama orang tua.
Orang tua berpengaruh terhadap perilaku makan anak. Banyak penelitian
menunjukkan bahwa orang tua secara sadar maupun tidak sadar telah menuntun
kesukaan makan anak dan membentuk gaya yang berpengaruh terhadap
dimana, bagaimana, dengan siapa, dan berapa banyak ia makan (Almatsier,
2011). Dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa kebiasaan orang tua
memiliki hubungan yang signifikan dengan konsumsi buah dan sayur. Dapat
dikatakan bahwa pengetahuan gizi siswa memiliki keterkaitan dengan
kebiasaan orang tua dalam hal konsumsi buah dan sayur.
Pengetahuan gizi menjadi landasan penting yang menentukan konsumsi
pangan keluarga. Individu yang berpengetahuan gizi baik akan mempunyai
kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya di dalam pemilihan
maupun pengolahan pangan sehingga konsumsi pangan yang mencukupi
76
kebutuhan bisa lebih terjamin. Dengan dibekali pengetahuan gizi yang cukup
diharapkan seseorang mampu menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan
sehari-hari (Suhardjo, 1996).
4. Hubungan Kebiasaan Orang Tua dengan Perilaku Konsumsi Buah dan
Sayur
Dalam pergaulan remaja mengkategorikan makanan menjadi dua yaitu
junk food dan makanan sehat. Konsumsi junk food dikaitkan dengan teman,
kesenangan, pertambahan berat badan dan perasaan bersalah tetapi saat
mengonsumsi makanan sehat dihubungkan dengan keluarga, makan bersama
keluarga dan kehidupan di rumah (Brown, 2005). Orang tua berpengaruh
terhadap perilaku makan anak. Banyak penelitian menunjukkan bahwa orang
tua secara sadar maupun tidak sadar telah menuntun kesukaan makan anak dan
membentuk gaya yang berpengaruh terhadap dimana, bagaimana, dengan siapa,
dan berapa banyak ia makan (Almatsier, 2011).
Hasil penelitian menunjukkan siswa dengan kebiasaan orang tuanya
kurang memiliki kecenderungan untuk mengonsumsi buah dan sayur kurang.
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan
antara kebiasaan orang tua dengan perilaku konsumsi buah dan sayur. Hal ini
sejalan dengan penelitian Pearson, et al (2009) yang mengatakan bahwa orang
tua yang memberi contoh dan mengonsumsi buah dan sayur bersama anaknya
akan memberikan dampak positif pada kebiasaan makan anak terutama dalam
mengonsumsi buah dan sayur. Anak-anak akan mengonsumsi buah dan sayur
77
lebih banyak bila orang tua juga suka mengonsumsi buah dan sayur dengan
baik.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat terlihat bahwa kebiasaan
konsumsi buah dan sayur pada responden dapat dipengaruhi orang tua. Hal ini
selaras dengan penelitian bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan
orang tua dengan konsumsi buah dan sayur yang cukup pada responden
sehingga dapat terlihat bahwa peran orang tua saat ini sangat penting dalam
mendorong kebiasaan makan sehat bagi remaja (Khomsan, 2003).
Menurut Khomsan, dkk (1998) dalam penelitiannya menyatakan pada
keluarga dengan tingkat ekonomi lebih tinggi, rata-rata konsumsi buahnya
tinggi karena pada umumnya mereka lebih mampu membeli buah-buahan dan
mungkin lebih tahu manfaat buah bagi kesehatan. Buah-buahan pada keluarga
dengan tingkat ekonomi lebih tinggi biasanya hampir tiap hari tersedia
sedangkan pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah hanya kadang-kadang
saja. Keluarga dengan pendapatan terbatas cenderung tidak dapat memenuhi
kebutuhan makanannya sejumlah yang diperlukan tubuh. Setidaknya
keanekaragaman bahan makanan kurang terjamin, karena dengan uang yang
terbatas tidak akan banyak pilihan bahan makanan yang akan dikonsumsi
(Suhardjo, 2006). Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa pendapatan orang
tua memiliki hubungan yang signifikan dengan konsumsi buah dan sayur.
Dalam hal ini dapat dilihat bahwa kebiasaan orang tua dalam hal konsumsi
buah dan sayur erat kaitannya dengan keadaan ekonomi keluarga (pendapatan
orang tua).
78
Konsumsi pangan seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap
terhadap makanan yang tergantung terhadap lingkungan. Kebiasaan makan
seseorang merupakan kebiasaan makan keluarga, karena individu tersebut
selama tinggal di dalam keluarganya terus mengalami proses belajar seumur
hidupnya dari keluarga tersebut. Kebiasaan makan anak dipengaruhi oleh
peranan orang tua (Suhardjo, 2003). Kalau orang tua dapat memperhatikan pola
konsumsi anak-anaknya, maka mereka bisa mengontrol dan menasihati
makanan apa yang sebaiknya dikonsumsi dan makanan apa yang sebaiknya
dihindari (Khomsan, 2003). Orang tua merupakan model yang baik untu diet
perilaku makan anak. Dengan memberi contoh maka dengan sendirinya anak
akan mengikuti kebiasaan di rumah dan bisa dibawa ke luar rumah. Anjuran
dalam mengonsumsi buah dan sayur diperlukan dalam mempengaruhi perilaku
makan anak(Monge, 2001) dalam Bahria (2009).
Berkembangnya tahap kemandirian pada remaja menyebabkan remaja
merasa bebas memilih terhadap makanan yang mereka makan. Dalam hal ini,
orang tua harus tetap memberi anjuran pola makan yang sehat karena pola
kebiasaan makan anak berawal dari keluarga (Worthington, 2000). Pola
kebiasaan anak juga bisa terbawa sampai dewasa. Oleh karena itu, kebiasaan
mengonsumsi buah dan sayur sesuai dengan anjuran perlu diterapkan oleh
orang tua sejak dini agar dapat menjaga kesehatan remaja pada tahap kehidupan
selanjutnya menjadi lebih baik.
79
5. Hubungan Pengaruh Teman Sebaya dengan Perilaku Konsumsi Buah dan
Sayur
Perilaku remaja mulai banyak dipengaruhi oleh teman, termasuk perilaku
konsumsi makanan. Mereka mulai sering menghabiskan waktu dengan teman
dan cenderung berusaha untuk diterima oleh teman. Remaja berusaha keras
untuk bisa sama dengan teman-teman mereka dalam peer group dengan
mengadopsi preferensi makanan dan membuat pilihan makanan berdasarkan
pengaruh teman sebayanya (Brown, 2005). Pengaruh kelompok sebaya selama
masa remaja sangat kuat. Ketika anak mulai sekolah, tekanan teman sebaya
mulai mempengaruhi pemilihan makan yang menyebabkan pengabaian
terhadap kebutuhan gizi. Remaja mulai peduli terhadap penampilan fisik dan
perilaku sosial serta berusaha untuk mendapatkan penerimaan dari teman
sebayanya (Barker 2002). Hal ini diperkuat dengan pernyataan Khomsan
(2003) bahwa pemilihan makanan tidak lagi didasarkan pada kandungan gizi
tetapi untuk bersosialisasi, kesenangan dan takut kehilangan status.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan pengaruh teman
kurang cenderung berperilaku konsumsi buah dan sayurnya kurang namun
siswa dengan pengaruh teman yang baik juga memiliki kecenderungan untuk
berperilaku konsumsi buah dan sayurnya kurang. Hasil uji statistik
menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara pengaruh teman
sebaya dengan konsumsi buah dan sayur. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian Bahria (2009) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
80
signifikan antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku konsumsi buah dan
sayur.
Tidak adanya hubungan yang signifikan dikarenakan pengaruh teman
sebaya lebih cenderung dalam hal konsumsi makanan yang tidak bergizi. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Krolner et al (2011) bahwa pengaruh teman
sebaya tidak turut mendukung konsumsi buah dan sayur, yang paling utama
karena ada tekanan kuat dari teman sebaya untuk mengonsumsi makanan yang
tidak sehat. Worthington (2000) juga menyatakan hal yang sama yaitu ketika
bersama dengan teman sebaya lebih mempengaruhi untuk mengonsumsi
makanan yang tidak sehat dibandingkan ketika sedang bersama orang tua.
6. Hubungan Media Massa/Iklan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur
Media terdiri dari televisi radio, film, majalah, Koran dan buku. Pengaruh
yang datang dari media tidak hanya berasal dari isinya tetapi juga dari pesan
iklan yang disampaikan. Media iklan tentang makanan baik itu media cetak
maupun media elektronik memiliki peran dalam perilaku konsumsi. Menurut
Fisher dan Diane (2003) media bisa berpengaruh positif dalam mempromosikan
informasi kesehatan dan peningkatan kesadaran atas pemilihan makanan yang
sehat. Menurut Schlenker (2007) perkembangan teknologi dan media massa
juga mempunyai peran dalam pemilihan makanan. Berg (1986) berpendapat
bahwa media massa terutama iklan-iklan perdagangan dan promosi penjualan
sangat mempengaruhi pada pemilihan susunan makanan.
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara media massa/iklan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur.
81
Namun ada kecenderungan konsumsi buah dan sayur yang cukup lebih tinggi
pada responden yang pernah membaca atau mendengar informasi mengenai
hubungan buah dan sayur terhadap kesehatan dibandingkan pada responden
yang tidak pernah membaca atau mendengar informasi mengenai hubungan
buah dan sayur dengan kesehatan.Terpaparnya seseorang dengan informasi
yang berhubungan dengan kesehatan akan membuat pengetahuannya menjadi
lebih terbuka sehingga lebih baik dalam memilih makanan sehat termasuk buah
dan sayur.
Iklan/ informasi yang sering dilihat siswa lebih banyak iklan komersial di
televisi tentang makanan-makanan ringan yang pada dasarnya bertentangan
dengan nilai gizi. Penelitian Freisling, et al (2009) menunjukkan bahwa remaja
yang mendapatkan informasi gizi dari booklet, internet, artikel majalah dan
koran mengonsumsi buah dan sayur setiap hari sedangkan remaja yang terpapar
iklan komersial di televisi dan radio kemungkinan konsumsi buah dan sayurnya
berkurang setiap harinya. Hasil penelitian yang dilakukan Jarret et al (2003)
didapatkan hasil bahwa TV dianggap mempunyai peran dalam mendorong
seseorang untuk mengonsumsi makanan yang diiklankan di TV sebagai
pengganti buah dan sayur sehingga konsumsi buah dan sayur pada remaja
masih rendah. Hal ini diperkuat dengan penelitian Rasmusen et al (2006),
bahwa efek seringnya nonton tv akan berhubungan positif dengan penurunan
konsumsi sayur dan buah . Dapat disimpulkan media massa juga penting dalam
menunjang konsumsi buah dan sayur pada remaja.
82
7. Hubungan Konsumsi Fast Food dengan Perilaku Konsumsi Buah dan
Sayur
Kebiasaan makan para remaja cenderung kurang mengonsumsi buah dan
sayur dan lebih memilih konsumsi makanan siap saji yang tinggi kandungan
kolesterol dan garam tetapi rendah serat (Jahari, 2001 dan Arisman, 2004). Fast
food (makanan cepat saji) adalah gaya hidup remaja kota. Kehadiran fast food
dalam industri makanan di Indonesia bisa mempengaruhi pola makan kaum
remaja di kota.
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang
signifikan antara konsumsi fast food dengan perilaku konsumsi buah dan sayur.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Neumark Sztainer et al (2003) yang
menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara konsumsi fast food
dengan perilaku konsumsi buah dan sayur.
Pada hasil tabulasi silang menunjukkan kecenderungan responden yang
sering mengonsumsi fast food memiliki perilaku konsumsi buah dan sayur
kurang. Hasil ini sejalan dengan penelitian French, et al (2001) yang
menyatakan bahwa semakin seringnya remaja mengonsumsi fast food dapat
menjadi penghalang dalam pemilihan konsumsi makanan sehat termasuk buah
dan sayur. Konsumsi buah dan sayur berkurang seiring dengan semakin
seringnya remaja mengonsumsi fast food.
Fast food umumnya mengandung tinggi lemak. Lemak pada makanan
dapat menambah palatabilitas makanan, yaitu menambahkan rasa dan sensasi
mulut tertentu terhadap makanan dan mempertinggi rasa puas yang diperoleh
83
dengan makanan. Makanan sangat dipengaruhi oleh rasa dan tekstur dari lemak
sehingga meningkatkan selera makan (Schlenker, 2007). Sedangkan pada buah
dan sayur hanya sedikit mengandung lemak, maka dari itu dapat disimpulkan
kecenderungan siswa lebih memilih konsumsi fast food dibandingkan buah dan
sayur karena kandungan lemak dari fast food tersebut.
Selain mengandung tinggi lemak, fast food juga mengandung kalori, gula,
dan sodium (Na) yang tinggi tetapi rendah serat kasar, vitamin A, asam
askorbat, kalsium dan folat Kandungan gizi yang tidak seimbang ini bila
terlanjur menjadi pola makan akan berdampak negatif pada keadaan gizi para
remaja (Khomsan, 2003). Maka dari itu para remaja perlu diberikan edukasi
mengenai dampak negatif dari konsumsi fast food sehingga konsumsi fast food
pada remaja dapat berkurang dan meningkatkan konsumsi buah dan sayur
mereka.
8. Hubungan Jumlah Anggota Keluarga dengan Perilaku Konsumsi Buah
dan Sayur
Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya anggota rumah tangga yang
bertempat tinggal di rumah tangga tersebut (Depkes, 2008). Pada penelitian ini
menunjukkan persentase siswa yang konsumsi buah dan sayurnya kurang antara
jumlah anggota keluarga yang besar dan kecil tidak begitu berbeda.
Berdasarkan hasil uji statistik juga menunjukkan tidak ada hubungan yang
signifikan antara jumlah anggota keluarga dengan perilaku konsumsi buah dan
sayur.
84
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Pratiwi (2006) dan
Wulansari (2009) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara keluarga kecil maupun besar terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur.
Tidak adanya hubungan antara variabel jumlah anggota keluarga dengan
perilaku konsumsi buah dan sayur dapat diasumsikan karena yang
menyebabkan seseorang mengonsumsi buah dan sayur tidak hanya faktor
jumlah anggota keluarga saja tetapi juga dari segi tingkat pendapatan keluarga
tersebut.
Dengan peningkatan jumlah anggota keluarga maka tingkat pengeluaran
rumah tangga untuk makanan akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan teori
Suhardjo (2006) bahwa sebagian besar pendapatan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan bahan makanan sedangkan kebutuhan lainnya kurang tercukupi. Hal
ini dapat diasumsikan bahwa meskipun keluarga tersebut memiliki jumlah
anggota keluarga kecil namun jika tingkat ekonominya rendah maka kebutuhan
akan bahan makanan termasuk buah dan sayur juga akan kurang tercukupi.
9. Hubungan Pendapatan Orang Tua dengan Perilaku Konsumsi Buah dan
Sayur
Upaya pemenuhan konsumsi makanan yang bergizi berkaitan erat dengan
daya beli rumah tangga. Rumah tangga dengan pendapatan terbatas, kurang
mampu memenuhi kebutuhan makanan yang diperlukan tubuh, setidaknya
keanekaragaman bahan makan kurang bisa dijamin karena dengan uang yang
terbatas tidak akan banyak pilihan. Akibatnya kebutuhan makanan untuk tubuh
tidak terpenuhi (Apriadji, 1986).
85
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas
makanan yang dikonsumsi. Semakin tinggi pendapatan maka semakin besar
peluang untuk memilih pangan yang baik. Meningkatnya pendapatan
perorangan maka terjadi perubahan-perubahan dalam susunan makanan
(Suhardjo, 2003). Hal ini juga sejalan dengan perrnyataan Soekirman (2000)
bahwa tingginya pendapatan cenderung diikuti dengan tingginya jumlah dan
jenis pangan yang dikonsumsi. Tingkat pendapatan akan mencerminkan
kemampuan untuk membeli bahan pangan. Konsumsi makanan baik jumlah
maupun mutunya dipengaruhi oleh faktor pendapatan keluarga.
Hasil penelitian menunjukkan kecenderungan siswa yang pendapatan
orang tuanya kurang memiliki konsumsi buah dan sayur yang kurang.
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan
antara pendapatan orang tua dengan perilaku konsumsi buah dan sayur. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian Zenk (2005) yang menyatakan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara tingkat ekonomi keluarga dan perilaku
konsumsi individu, yaitu seseorang dengan pendapatan dan status ekonomi
tinggi cenderung akan mengonsumsi buah dan sayur lebih banyak. Penelitian
Mac Farlane (2007) juga sejalan dengan hal tersebut yaitu masyarakat dengan
status ekonomi tinggi selalu tersedia buah dan sayur di rumah sehingga tingkat
konsumsinya lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga dengan tingkat
ekonomi rendah.
Keluarga dengan pendapatan terbatas cenderung tidak dapat memenuhi
kebutuhan makanannya sejumlah yang diperlukan tubuh. Setidaknya
86
keanekaragaman bahan makanan kurang terjamin, karena dengan uang yang
terbatas tidak akan banyak pilihan bahan makanan yang akan dikonsumsi
(Suhardjo, 2006). Menurut Khomsan, dkk (1998) dalam penelitiannya
menyatakan pada keluarga dengan tingkat ekonomi lebih tinggi, rata-rata
konsumsi buahnya tinggi karena pada umumnya mereka lebih mampu membeli
buah-buahan dan mungkin lebih tahu manfaat buah bagi kesehatan. Buah-
buahan pada keluarga dengan tingkat ekonomi lebih tinggi biasanya hampir tiap
hari tersedia sedangkan pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah hanya
kadang-kadang saja.
Hal ini diperkuat dengan pernyataan Hartoyo (1997) dalam Bahria (2009)
bahwa secara ekonomi, buah termasuk dalam kategori barang normal dengan
nilai elastisitas pengeluaran (pendapatan) bertanda positif. Artinya, bila terjadi
kenaikan pengeluaran (yang menunjukkan adanya peningkatan pendapatan)
maka konsumsi buah oleh rumah tangga juga akan meningkat.
Dapat disimpulkan bahwa pendapatan orang tua memiliki pengaruh
dalam hal konsumsi keluarga maupun individu. Maka dari itu hendaknya orang
tua dapat melakukan perencanaan pengalokasian dana tidak hanya untuk
membeli makanan pokok sehari-hari tetapi juga untuk buah dan sayur sehingga
bisa tersedia setiap hari di rumah.
87
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMPN 226 Jakarta Selatan
dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Siswa yang konsumsi buah dan sayurnya kurang sebesar 68,9%, sedangkan
siswa yang konsumsi buah dan sayurnya cukup sebesar 31,1%.
2. Siswa dengan jenis kelamin perempuan sebesar 55,7%, sedangkan siswa
dengan jenis kelamin laki-laki sebesar 44,3%.
3. Siswa yang menyukai buah dan sayur sebesar 81,1%, sedangkan siswa yang
tidak menyukai buah dan sayur sebesar 18,9%.
4. Siswa yang memiliki pengetahuan gizi kurang sebesar 63,2%, sedangkan siswa
yang memiliki pengetahuan gizi baik sebesar 36,8%.
5. Orang tua siswa dengan kebiasaan baik sebesar 65,1% sedangkan orang tua
dengan kebiasaan kurang sebesar 34,9%.
6. Siswa yang memiliki pengaruh teman sebaya baik sebesar 50,9%, sedangkan
siswa yang memiliki pengaruh teman sebaya kurang yaitu sebesar 49,1%.
7. Siswa yang pernah terpapar informasi/iklan tentang buah dan sayur sebesar
66% sedangkan siswa yang tidak pernah terpapar informasi/iklan tentang buah
dan sayur sebesar 34%.
8. Siswa dengan konsumsi fast food jarang sebesar 65,1%, sedangkan siswa
dengan konsumsi fast food sering sebesar 34,9%.
88
9. Siswa dengan jumlah anggota keluarga kecil sebesar 59,4%, sedangkan siswa
dengan jumlah anggota keluarga besar sebesar 40,6%.
10. Orang tua siswa dengan pendapatan tinggi sebesar 67,9%, sedangkan orang tua
siswa dengan pendapatan orang tua rendah sebesar 32,1%.
11. Faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur adalah
pengetahuan gizi, kebiasaan orang tua dan pendapatan orang tua sedangkan
faktor-faktor yang tidak berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur adalah
jenis kelamin, preferensi/kesukaan, pengaruh teman sebaya, media massa/iklan,
konsumsi fast food dan jumlah anggota keluarga.
B. Saran
1. Pihak sekolah
a. Bekerjasama dengan pihak dinas kesehatan untuk mengadakan penyuluhan
gizi. Materi yang diberikan pada siswa terutama diarahkan pada materi
yang masih kurang diketahui oleh siswa berdasarkan kuesioner
pengetahuan gizi diantaranya kandungan zat gizi dalam buah dan sayur,
manfaat konsumsi buah dan sayur serta frekuensi yang dianjurkan dalam
mengonsumsi buah dan sayur dalam sehari.
b. Target penyuluhan yang dilakukan tidak hanya para siswa tetapi juga orang
tua siswa. Kegiatan dapat dilakukan ketika ada pertemuan orang tua
dengan pihak sekolah atau pada saat pengambilan raport siswa. Untuk
meteri penyuluhan pada orang tua selain materi seputar manfaat buah dan
sayur juga diberikan anjuran untuk para orang tua murid untuk
mengalokasikan pendapatannya untuk membeli buah dan sayur secara rutin
89
dan membiasakan konsumsi buah dan sayur setiap hari agar anak-anak
mereka juga mengikuti kebiasaan tersebut.
c. Dapat juga dilakukan kegiatan di sekolah yang dapat meningkatkan
kesadaran siswa dalam mengonsumsi buah dan sayur seperti lomba poster
dan lomba cerdas cermat yang berkaitan dengan kesehatan khususnya
manfaat dan kandungan gizi pada buah dan sayur.
2. Dinas Kesehatan
a. Bekerjasama dengan pihak sekolah untuk mengadakan penyuluhan
kesehatan terutama yang berkaitan dengan konsumsi buah dan sayur
dengan cara yang mudah dipahami serta menarik misalnya seperti
pemutaran video atau menampilkan gambar-gambar seperti gambar
Tumpeng Gizi Seimbang (TGS), jenis sayuran dan buah-buahan beserta
kandungan gizinya serta anjuran porsi konsumsi buah dan sayur yang tepat.
b. Dapat juga dilakukan kerjasama dengan dinas pendidikan untuk
menambahkan ajaran-ajaran pendidikan gizi terutama yang berkaitan
dengan kandungan gizi dan manfaat makanan bergizi khususnya buah dan
sayur pada mata pelajaran Penjaskes dan IPA.
3. Peneliti lain
a. Diharapkan dapat meneliti variabel yang belum diteliti pada penelitian ini.
b. Diharapkan adanya penelitian lain dengan menggunakan desain yang dapat
menggambarkan hubungan kausalitas agar dapat diketahui penyebab dari
kurangnya konsumsi buah dan sayur.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Almatsier, Sunita. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Apriadji, Wied Harry. 1986. Gizi Keluarga. PT. Penebar Swadaya Anggota IKAPI.
Jakarta
Ariawan, Iwan. 1998. Besar dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan. Depok:
Jurusan Biostatistik dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia
Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC
Astawan, Made. 2008. Sehat dengan Sayuran: Panduan Lengkap Menjaga Kesehatan
Dengan Sayuran. Jakarta: Dian Rakyat
___________. 2008. Sehat dengan Buah: Panduan Lengkap Menjaga Kesehatan
Dengan Buah. Jakarta: Dian Rakyat
Astawan, Made dan Kasih, A.L. 2008. Khasiat Warna-Warni Makanan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Astriyani, Winda. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Buah dan
Sayur Pada Remaja di SMAN 57 Jakarta Barat Tahun 2011. Skripsi. Program
Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Aswatini, dkk. 2008. Konsumsi Sayur dan Buah di Masyarakat Dalam Konteks
Pemenuhan Gizi Seimbang. Jurnal Penelitian Vol III, No 2. Jakarta: Pusat
Penelitian Kependudukan – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPK-LIPI)
Bahria. 2009. Hubungan antara Pengetahuan Gizi, Kesukaan dan Faktor Lain dengan
Konsumsi Sayur dan Buah pada Remaja di 4 SMA di Jakarta tahun 2009.
Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat UI
Barker, Hellen. 2002. Nutrition and Dietetics: For Health Care. Tenth Edition. UK:
Churchill Livingstone
Berg, Alan. 1989. Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: CV Rajawali
Brown, Judith, et al. 2005. Nutrition Through The Life Cycle. Second Edition. USA:
Thomson Wadsworth
Departemen Kesehatan RI. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia
(Riskesdas) Tahun 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes
RI
Domel, S.B, et.al. 1996. Psychosocial Predictors of Fruit and Vegetable Consumption
among Elementary School Children. J. Health education research Vol.11 No.3
Pages 299-308
Farida, Ida. 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Sayur
dan Buah pada Remaja di Indonesia Tahun 2007. Skripsi. Program Studi
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah: Jakarta
Farisa, Soraya. 2012. Hubungan Sikap, Pengetahuan, Ketersediaan dan Keterpaparan
Media Massa dengan Konsumsi Buah dan Sayur pada Siswa SMPN 8 Depok
tahun 2012. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat UI
Feubner, Robert Tulus. 2003. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Frekuensi
Konsumsi Fast Food di Sekolah Dasar Islam (SDI) Al Azhar Syifa Budhi,
Kemang, Jakarta tahun 2003. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat
UI
Fisher, Jennifer O dan Diane, Neumark-Sztainer. 2003. Factors Influencing Eating
Behaviors. The Dairy Council Digest. May-June Vol 74 No. 3
Freisling, Heinz et al. 2009. Mass Media Nutrition Information Sources and Association
Fruit and Vegetable Consumption Among Adolescents. Public Health Nutrition;
13(2), 269-275
French, SA et al. 2001. Fast Food Restaurant Use Among Adolescents: Associations
With Nutrient Intake, Food Choices and Behavioral and Psychosocial Variables.
International Journal of Obesity 25, 1823-1833
Gracey, D, et al. 1996. Nutritional Knowledge, Beliefs and Behaviours in Teenage
School Students. J. Health Education Research Vol. 11 No. 2 Pages 187-204
Hung, et al. 2004. Fruit and Vegetable Intake and Risk of Major Chronic Disease. Natl
Cancer Inst; 96: 1577
Jago, Russel et al. 2007. Distance to Food Stores and Adolescent Male Fruit and
Vegetable Consumption: Mediation Effect. Int J Behav Nutr Phys Act; 4: 35
Jahari, Sumarno, dkk. 2001. Epidemiologi Konsumsi Serat di Indonesia. PUSLITBANG
Gizi Depkes RI
Jarrett, Renee Boynton et al. 2003. Impact of Television Viewing Pattern on Fruits and
Vegetable Consumption Among Adolescents. Pediatrics Journal American.
112;1321-1326
Khomsan, Ali. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor: IPB
_________. 2003. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
_________. 2004. Peranan Pangan Dan Gizi Untuk Kualitas Hidup. Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia
Khomsan, Ali dkk. 1998. Pangan Sebagai Indikator Kemiskinan dalam Widyakarya
Pangan dan Gizi VI. LIPI
_________. 2008. Sehat Itu Mudah. Jakarta: Hikmah
Koalisi Fortifikasi Indonesia. 2011. Artikel Tumpeng Gizi Seimbang.
http://www.kfindonesia.org. Diakses pada tanggal 24 September 2012
Krolner, Rikke, et al. 2011. Determinants of Fruit and Vegetable Consumption Among
Children and Adolescent: a Review of Literature. Part II: Qualitative Studies.
International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity 8:112
MacFarlane, Abbie, et.al. 2007. Adolescent Home Food Environment and
Socioeconomic Position. Asia Pac J Clin Nutr;16 (4): 748-756
McWilliams, Margareth. 1993. Nutrition for The Growing Years. Fifth Edition. USA:
Plycon Press, Inc
Milligan, RA, et.al. 1998. Influence of Gender and Socio-economic Status on Dietary
Patterns and Nutrient Intakes in 18-year-old Australians. Aust N Z J Public
Health. 1998 Jun;22(4):485-93
Mudjianto, Trintin T, dkk. 1994. Kebiasaan Makan Golongan Remaja di Enam Kota
Besar di Indonesia. Jurnal Penelitian Gizi dan Makanan Depkes RI Jilid 17
Munoz, et al. 1997. Food Intake of US Children and Adolescents Compared with
Recommendations. Journal of Pediatrics. Sep; 100(3)
Neumark-Sztainer, D, et al. 2003. Correlates of Fruit and Vegetable Intake Among
Adolescent. Preventive Medicine, 37(3), 198-208
Notoatmojo, Sukidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta
_________. 2004. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
_________. 2005. Metodologi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta
Pearson, Natalie, et al. 2009. Parenting Style, Family Structure and Adolescent Dietary
Behaviour. Public Health Nutrition, 13(8), 1245-1253
Pradipta, Ayu. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi
Sayur dan Buah pada Siswa MIN 2 Cempaka Putih, Tangerang Selatan Tahun
2011. Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Pratiwi, Wulan. 2006. Analisis Hubungan Pengetahuan Gizi, Sikap dan Preferensi
dengan Kebiasaan Makan Sayuran ibu Rumah Tangga di Perkotaan dan
Pedesaan Bogor. Skripsi. Bogor: IPB
Profil SMPN 226 Jakarta Selatan Tahun 2012
Rasmussen, Mette et al. 2006. Determinants of Fruit and Vegetable Consumption
Among Children and Adolescents: A Review of The Literature Part I:
Quantitative Studies. International Journal of Behavioral Nutrition and Phisical
Activity 3:22
Reynold, Kim D, et.al. 1999. Patterns in Child and Adolescent Consumption of Fruit
and Vegetables: Effect of Gender and Ethnicity Across Four Sites. Journal of the
American College of Nutrition, Vol. 18, No. 3, 248-254
Rickert, V.I. 1996. Adolescent Nutrition Assesment and Management. USA: Chapman
dan Hall
Rubatzky, Vincent E. 1998. Sayuran Dunia: Prinsip, Produksi dan Gizi. Jilid I.
Bandung: Penerbit ITB
Schlenker, Eleanor D dan Sara Long. 2007. Williams’ Essentials of Nutrition and Diet
Therapy. Ninth Edition. USA: Mosby
Sediaoetomo, Ahmad Djaelani. 1989. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi di
Indonesia. Jilid II. Jakarta: PT Dian Rakyat
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional
Srimaryani, Diah Imas. 2010. Pola Konsumsi Pangan dan Status Gizi pada Rumah
Tangga Peserta Program Pemberdayaan Masyarakat di Kota dan Kabupaten
Bogor. Skripsi. Bogor: IPB
Suhardjo. 1996. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara
_______. 2003. Sosio Budaya Gizi. Bogor: PAU Pangan dan Gizi IPB
_______. 2006. Pangan, Gizi dan Pertanian. Jakarta: UI Press
Supariasa, I Dewa, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC
Van Duyn, MA, et.al. 2001. Association of Awareness, Intrapersonal and Interpersonal
Factors, and Stage of Dietary Change with Fruit and Vegetable Consumption: a
National Survey. American Journal of Health and Promotion. Nov-Dec;16(2):69-
78
WHO, 2003. Fruit and Vegetable Promotion Initiative Report of The Meeting. Geneva.
25-26 Agustus 2003
Wardlaw, Gordon M. 1999. Perspective in Nutrition. Fourth Edition. USA: Mc gram-
Hill
WHO, 2005. Nutrition in adolescence: Issues and chalanges for the health sector:
Issues in adolescent health and development. WHO Press
WHO/FAO. 2003. Expert Report on Diet, Nutrition and The Prevention of Chronic
Disease. United Nations; Technical Report Series 916
Widyawati, Ira Kusuma. 2009. Analisis Preferensi Pangan Masyarakat dan Daya
Dukung Gizi Menuju Pencapaian Diversifikasi Pangan Kabupaten Bogor.
Skripsi. Bogor: IPB
Worthington, Bonnie S. 2000. Nutrition Throughout The Life Cycle. Fourth Edition.
USA: Mc Graw Hill Book Companies, Inc
Wulansari, Natalia D. 2009. Konsumsi Serta Preferensi Buah dan Sayur Pada Remaja
SMA Dengan Status Sosial Ekonomi Yang Berbeda Di Bogor. Skripsi. Bogor:
IPB
Zenk, Shannon N. 2005. Fruits and Vegetable Intake in African Americans: Income and
Store Characteristics. Am Journal Prev Med; 29(1): 1-9
LAMPIRAN 2
Kuesioner Penelitian Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Konsumsi Buah dan Sayur Pada Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan
Assalammu’alaikum wr wb, Saya Ayu Dwi Lestari, Mahasiswi Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Kesehatan Masyarakat
Peminatan Gizi. Dalam rangka penelitian, maka saya mohon kesediaan kamu untuk
menjadi responden dalam penelitian saya dengan mengisi pertanyaan pada kuesioner ini.
Mohon menjawab seluruh pertanyaan yang ada dalam kuesioner ini dengan lengkap dan
sejujur-jujurnya. Tidak ada nilai yang benar atau salah sehingga kamu tidak perlu ragu
dan takut untuk menjawab semua pertanyaan sesuai dengan pengetahuan dan kebiasaan
kamu sehari-hari. Semua jawaban akan saya rahasiakan dan saya berharap agar kamu
juga merahasiakan jawaban kuesioner ini dari teman-teman kamu. Jika kamu bersedia,
silahkan isi kuesioner ini. Terima kasih
A. Data Diri Responden
A1 Nama Lengkap
A2 Umur/tgl lahir
A3 Jenis Kelamin
A4 Kelas
A5 No telp/Hp
Petunjuk pengisian
1. Pilihlah salah satu jawaban dengan memberi tanda silang (x) pada pilihan
jawaban telah disediakan.
2. Jika ada pilihan sebutkan, isilah titik-titik (…………..…..) dengan jawaban
sesuai yang kamu ketahui.
3. Kolom kode [ ] tidak perlu diisi (akan diisi oleh peneliti)
Pertanyaan Kode
B. Pengetahuan Gizi
B1 Apa kegunaan makanan bagi tubuh kita?
a. Sebagai penambah tenaga karena mengenyangkan
b. Untuk pertumbuhan dan penambah tenaga
c. Sebagai penambah tenaga, sumber vitamin dan mineral, sumber zat
pertumbuhan
[ ]
d. Untuk memenuhi kebutuhan tubuh
B2 Makanan yang bergizi adalah makanan yang …………….
a. Rasanya enak dan lezat
b. Cukup kandungan zat gizinya
c. Dapat mengenyangkan
d. Harganya mahal
[ ]
B3 Manakah makanan yang merupakan sumber energi?
a. Daging sapi, ikan dan telur
b. Nasi, mie, bihun dan roti
c. Pisang, pepaya dan jeruk
d. Daun singkong, bayam dan kangkung
e. Tidak tahu
[ ]
B4 Tahu, tempe, ikan, telur dan daging adalah makanan sumber?
a. Protein
b. Karbohidrat
c. Vitamin
d. Mineral
e. Tidak tahu
[ ]
B5 Darimanakah sumber serat makanan alami?
a. Telur dan susu
b. Sayuran, buah-buahan, umbi-umbian dan serealia
c. Suplemen serat
d. Daging sapi, keju dan ikan
e. Tidak tahu
[ ]
B6 Sayur dan buah banyak mengandung zat gizi?
a. Karbohidrat
b. Vitamin
c. Protein
d. Lemak
e. Tidak tahu
[ ]
B7 Vitamin C banyak terkandung dalam………
a. Alpukat
b. Rambutan
c. Jeruk
d. Apel
e. Tidak tahu
[ ]
B8 Apa manfaat buah dan sayur bagi kesehatan?
a. Mencegah osteoporosis
b. Sebagai zat antioksidan
c. Untuk menghambat reaksi pembengkakan jaringan tubuh
d. Tidak tahu
e. Lainnya, sebutkan …………………………
[ ]
B9 Merebus sayuran terlalu lama dapat menyebabkan:
a. Bertambah lezat
b. Tidak mudah dicerna
c. Vitamin dan mineral banyak berkurang
d. Mengubah rasa
e. Tidak tahu
[ ]
B10 Menurut kamu, sebaiknya berapa kali kita makan buah setiap hari?
a. 1x sehari
b. 2x sehari
c. 5x sehari
d. 2 hari sekali
e. Tidak tahu
[ ]
B11 Menurut kamu, sebaiknya berapa kali kita makan sayur setiap hari?
a. 1x sehari
b. 2x sehari
c. 3x sehari
d. 2 hari sekali
e. Tidak tahu
[ ]
B12 Kandungan pada buah dan sayur yang bermanfaat untuk melancarkan
pencernaan adalah:
a. Serat
b. Vitamin C
c. Vitamin A
d. Zat Besi
e. Tidak tahu
[ ]
B13 Xerophtalmia adalah penyakit akibat kekurangan zat gizi ……..
a. Vitamin C
b. Vitamin A
c. Kalsium
d. Zat Besi
e. Tidak tahu
[ ]
B14 Vitamin yang larut dalam air adalah ………
a. Vitamin C
b. Vitamin D
c. Vitamin E
d. Vitamin K
e. Tidak tahu
[ ]
B15 Bayam banyak mengandung ………..
a. Vitamin C
b. Protein
c. Lemak
d. Zat Besi
e. Tidak tahu
[ ]
C. Preferensi/Kesukaan
C1
Apakah kamu suka buah?
a. Ya (langsung ke C3)
b. Tidak
[ ]
C2 Jika jawabannya tidak, apa alasan kamu tidak menyukai buah?
a. rasanya tidak enak
b. tidak tersedia
c. tidak bermanfaat bagi tubuh
d. lainnya, sebutkan…………………..
[ ]
C3 Sebutkan buah kesukaan kamu? (maksimal 3)
……………………………….
C4 Pengolahan buah apa yang paling kamu sukai?
a. buah-buahan segar
b. jus buah segar
c. buah kalengan
d. dicampur dengan makanan/minuman lain
e. lainnya, sebutkan ………………………..…
[ ]
C5 Apakah kamu suka sayur?
a. Ya (langsung ke C7)
b. Tidak
[ ]
C6 Jika jawabannya tidak, apa alasan kamu tidak menyukai sayur?
a. rasanya tidak enak
b. tidak tersedia
c. tidak bermanfaat bagi tubuh
d. lainnya, sebutkan……………
[ ]
C7 Sebutkan sayuran kesukaan kamu? (maksimal 3)
……………………………….
C8 Pengolahan sayur apa yang paling kamu sukai?
a. sayuran segar
b. sayuran dimasak
c. jus sayuran segar
d. dicampur dengan makanan/minuman lain
e. lainnya, sebutkan ……………………
[ ]
D. Pengaruh Teman sebaya
D1
Ketika bersama denganmu, apakah teman kamu makan sayur?
a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. jarang
e. tidak pernah
[ ]
D2 Jika teman kamu makan sayur apakah kamu ikut makan sayur? [ ]
a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. jarang
e. tidak pernah
D3 Ketika bersama denganmu, apakah teman kamu makan buah?
a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. jarang
e. tidak pernah
[ ]
D4 Jika teman kamu makan buah apakah kamu ikut makan buah?
a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. jarang
e. tidak pernah
[ ]
E. Media massa
E1
Pernahkah kamu membaca, mendengar atau melihat informasi mengenai
hubungan buah dan sayur dengan kesehatan?
a. Ya
b. Tidak (Langsung Ke E6)
[ ]
E2 Jika pernah, darimana biasanya informasi tersebut didapat?
1. Buku 4. Televisi 7. Lainnya, sebutkan ……......
2. Koran 5. Radio
3. Majalah 6. Internet
[ ]
E3 Sebutkan contoh iklan/informasi mengenai buah dan sayur tersebut:
………………………………………………………..
E4 Apakah informasi yang didapat membuat kamu tertarik untuk
mengonsumsi buah dan sayur?
a. Ya
b. Tidak
[ ]
E5 Apakah informasi tersebut mempengaruhi kamu dalam mengonsumsi buah
dan sayur?
a. Ya
b. Tidak
[ ]
E6 Pernahkah kamu melihat, mendengar atau membaca iklan makanan ringan,
snack, dan fast food?
a. Ya
b. Tidak (Langsung ke F1)
[ ]
E7 Jika pernah, darimana biasanya kamu melihat iklan tersebut?
1. Buku 4. Televisi 7. Lainnya, sebutkan ……......
[ ]
2. Koran 5. Radio
3. Majalah 6. Internet
E8 Sebutkan contoh iklan tentang makanan ringan, snack dan fast food
tersebut:
………………………………………………………
E9 Apakah iklan tersebut membuat kamu tertarik untuk mengonsumsi
makanan ringan, snack dan fast food?
a. Ya
b. Tidak
[ ]
E10 Apakah informasi tersebut mempengaruhi kamu dalam mengonsumsi
makanan ringan, snack, dan fast food?
a. Ya
b. Tidak
[ ]
F. Fast Food
F1
Apa jenis fast food (yang dijual di restoran cepat saji atau gerobak pinggir
jalan) yang sering kamu konsumsi? (jawaban maksimal 3)
a. Fried chicken (Ayam
Goreng)
b. Hamburger
c. Sandwich
d. Hotdog
e. Pizza
f. Donuts
g. Kentang goreng
h. Batagor
i. cimol
j. cakwe
k. cireng
l. mie pangsit
m. mie bakso
n. gorengan (bakwan, pisang,
singkong, tempe, ubi, dll)
o. lainnya, sebutkan …………
[ ]
F2 Berapa kali kamu mengonsumsi jenis-jenis makanan diatas?
a. < 1 kali seminggu
b. 1-2 kali seminggu
c. 3-5 kali seminggu
d. >6 kali seminggu
e. > 1kali sehari
[ ]
F3 Dalam 1 kali konsumsi, biasanya berapa banyak yang kamu makan?
a. 1 buah (porsi)
b. 2 buah (porsi)
c. > 2 buah (porsi)
[ ]
G. Jumlah anggota keluarga
G1 Berapa jumlah anggota keluarga kamu? (termasuk kamu)
a. 1-2 orang
b. 3-4 orang
c. 5-6 orang
d. > 6 orang
[ ]
Kuesioner Frekuensi Makan
Petunjuk pengisian:
1. Berilah tanda checklist (√) pada salah satu kolom frekuensi makan per hari/ per
minggu/per bulan.
2. Tidak perlu mengisi semua kolom frekuensi, tetapi salah satu yang paling
sesuai dengan kebiasaan makan kamu.
No Bahan makanan Frekuensi Makan
per hari Per minggu Per bulan
1x 2-3x 4-5x ≥ 6x 5-6x 2-4x 1x 1-3x < 1x
Sayuran
1 Bayam
2 Kangkung
3 Brokoli
4 Buncis
5 Sawi
6 Toge
7 Wortel
8 Selada
9 Kacang Panjang
10 Kol
11 Terong
12 Daun Pepaya
13 Daun singkong
14 Daun katuk
15 Gado-gado
16 Capcay
17 Sayur Sop
18 Karedok
19 Urap
20 Lain-Lain……..
Buah :
1 Alpukat
2 Anggur
3 Apel
4 Belimbing
5 Jambu air
6 Jambu biji
7 Jeruk
8 Mangga
9 Melon
10 Nanas
11 Pepaya
12 Pisang
13 Semangka
14 Pear
15 Salak
16 Nangka
17 Jus (……….......)
18 Es buah
19 Rujak
20 Asinan
21 Buah kaleng
(….……)
22 Lain-Lain………
Kuesioner Penelitian Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Konsumsi Buah dan Sayur Pada Siswa SMPN 226 Jakarta Selatan
Assalammu’alaikum wr wb, Saya Ayu Dwi Lestari, Mahasiswi Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Kesehatan Masyarakat
Peminatan Gizi. Dalam rangka penelitian, maka saya mohon kesediaan Bapak/Ibu
untuk mengisi pertanyaan pada kuesioner ini. Mohon menjawab seluruh pertanyaan
yang ada dalam kuesioner ini dengan lengkap dan sejujur-jujurnya. Tidak ada nilai yang
benar atau salah sehingga Bapak/Ibu tidak perlu ragu untuk menjawab semua pertanyaan
sesuai dengan kebiasaan sehari-hari. Semua jawaban akan saya rahasiakan. Jika
Bapak/Ibu bersedia, silahkan isi kuesioner ini. Terima kasih
Data Diri Orang Tua
1 Nama
2 Orang Tua Dari
3 No telp/Hp
H. Kebiasaan Orang tua Kode
H1
Apakah anda makan sayur setiap hari?
a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. jarang
e. tidak pernah
[ ]
H2 Jika anda makan sayur apakah anak anda ikut makan sayur?
a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. jarang
e. tidak pernah
[ ]
H3 Apakah anda menganjurkan anak anda untuk makan sayur setiap hari?
a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. jarang
[ ]
e. tidak pernah
H4 Apakah anda makan buah setiap hari?
a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. jarang
e. tidak pernah
[ ]
H5 Jika anda makan buah apakah anak anda ikut makan buah?
a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. jarang
e. tidak pernah
[ ]
H6 Apakah anda menganjurkan anak anda untuk makan buah setiap hari?
a. selalu
b. sering
c. kadang-kadang
d. jarang
e. tidak pernah
[ ]
I. Pendapatan orang tua
I1 Berapa jumlah pendapatan anda dalam 1 bulan?
a. < Rp. 1.529.150
b. Rp. 1.529.150-Rp. 2.000.000
c. > Rp. 2.000.000
[ ]
LAMPIRAN 3
Hasil Analisis Data
UNIVARIAT
knsumsi_bhsyr
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 73 68.9 68.9 68.9
cukup 33 31.1 31.1 100.0
Total 106 100.0 100.0
jenis_kelamin
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid laki laki 47 44.3 44.3 44.3
Perempuan 59 55.7 55.7 100.0
Total 106 100.0 100.0
preferensi
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak suka 20 18.9 18.9 18.9
suka 86 81.1 81.1 100.0
Total 106 100.0 100.0
total_pngtahuan2
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 67 63.2 63.2 63.2
baik 39 36.8 36.8 100.0
Total 106 100.0 100.0
kebiasaan_ortu
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 37 34.9 34.9 34.9
baik 69 65.1 65.1 100.0
Total 106 100.0 100.0
pengruh_tmn
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 52 49.1 49.1 49.1
baik 54 50.9 50.9 100.0
Total 106 100.0 100.0
pngrh_iklan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak pernah 36 34.0 34.0 34.0
Pernah 70 66.0 66.0 100.0
Total 106 100.0 100.0
konsmsi_fastfood
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid sering 37 34.9 34.9 34.9
jarang 69 65.1 65.1 100.0
Total 106 100.0 100.0
jml_anggtkeluarga
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid besar 43 40.6 40.6 40.6
kecil 63 59.4 59.4 100.0
Total 106 100.0 100.0
pdptn_ortu
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid rendah 34 32.1 32.1 32.1
tinggi 72 67.9 67.9 100.0
Total 106 100.0 100.0
BIVARIAT
jenis_kelamin * knsumsi_bhsyr
Crosstab
knsumsi_bhsyr
Total kurang cukup
jenis_kelamin laki laki Count 32 15 47
% within jenis_kelamin 68.1% 31.9% 100.0%
perempuan Count 41 18 59
% within jenis_kelamin 69.5% 30.5% 100.0%
Total Count 73 33 106
% within jenis_kelamin 68.9% 31.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square .024a 1 .877
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .024 1 .877
Fisher's Exact Test 1.000 .521
Linear-by-Linear
Association .024 1 .877
N of Valid Casesb 106
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
14.63.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for jenis_kelamin (laki laki
/ perempuan) .937 .410 2.141
For cohort knsumsi_bhsyr = kurang .980 .756 1.269
For cohort knsumsi_bhsyr = cukup 1.046 .593 1.846
N of Valid Cases 106
preferensi * knsumsi_bhsyr
Crosstab
knsumsi_bhsyr
Total kurang cukup
preferensi tidak suka Count 15 5 20
% within preferensi 75.0% 25.0% 100.0%
Suka Count 58 28 86
% within preferensi 67.4% 32.6% 100.0%
Total Count 73 33 106
% within preferensi 68.9% 31.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square .432a 1 .511
Continuity Correctionb .152 1 .697
Likelihood Ratio .446 1 .504
Fisher's Exact Test .600 .356
Linear-by-Linear
Association .428 1 .513
N of Valid Casesb 106
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
6.23.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for preferensi (tidak suka / suka) 1.448 .478 4.386
For cohort knsumsi_bhsyr = kurang 1.112 .830 1.490
For cohort knsumsi_bhsyr = cukup .768 .339 1.740
N of Valid Cases 106
total_pngtahuan2 * knsumsi_bhsyr
Crosstab
knsumsi_bhsyr
Total kurang cukup
total_pngtahuan
2
kurang Count 54 13 67
% within total_pngtahuan2 80.6% 19.4% 100.0%
baik Count 19 20 39
% within total_pngtahuan2 48.7% 51.3% 100.0%
Total Count 73 33 106
% within total_pngtahuan2 68.9% 31.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 11.685a 1 .001
Continuity Correctionb 10.245 1 .001
Likelihood Ratio 11.503 1 .001
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear
Association 11.575 1 .001
N of Valid Casesb 106
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
12.14.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for total_pngtahuan2 (kurang / baik) 4.372 1.828 10.461
For cohort knsumsi_bhsyr = kurang 1.654 1.174 2.331
For cohort knsumsi_bhsyr = cukup .378 .213 .673
N of Valid Cases 106
kebiasaan_ortu * knsumsi_bhsyr
Crosstab
knsumsi_bhsyr
Total kurang cukup
kebiasaan_ortu kurang Count 31 6 37
% within kebiasaan_ortu 83.8% 16.2% 100.0%
baik Count 42 27 69
% within kebiasaan_ortu 60.9% 39.1% 100.0%
Total Count 73 33 106
% within kebiasaan_ortu 68.9% 31.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 5.898a 1 .015
Continuity Correctionb 4.878 1 .027
Likelihood Ratio 6.306 1 .012
Fisher's Exact Test .016 .012
Linear-by-Linear
Association 5.843 1 .016
N of Valid Casesb 106
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
11.52.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for kebiasaan_ortu
(kurang / baik) 3.321 1.223 9.019
For cohort knsumsi_bhsyr = kurang 1.376 1.087 1.744
For cohort knsumsi_bhsyr = cukup .414 .188 .912
N of Valid Cases 106
pengruh_tmn * knsumsi_bhsyr
Crosstab
knsumsi_bhsyr
Total kurang cukup
pengruh_tmn kurang Count 37 15 52
% within pengruh_tmn 71.2% 28.8% 100.0%
Baik Count 36 18 54
% within pengruh_tmn 66.7% 33.3% 100.0%
Total Count 73 33 106
% within pengruh_tmn 68.9% 31.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square .249a 1 .618
Continuity Correctionb .084 1 .773
Likelihood Ratio .249 1 .618
Fisher's Exact Test .678 .387
Linear-by-Linear
Association .246 1 .620
N of Valid Casesb 106
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
16.19.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for pengruh_tmn (kurang / baik) 1.233 .541 2.813
For cohort knsumsi_bhsyr = kurang 1.067 .826 1.379
For cohort knsumsi_bhsyr = cukup .865 .490 1.530
N of Valid Cases 106
pngrh_iklan * knsumsi_bhsyr
Crosstab
knsumsi_bhsyr
Total kurang cukup
pngrh_iklan tidak pernah Count 29 7 36
% within
pngrh_iklan 80.6% 19.4% 100.0%
Pernah Count 44 26 70
% within
pngrh_iklan 62.9% 37.1% 100.0%
Total Count 73 33 106
% within
pngrh_iklan 68.9% 31.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 3.473a 1 .062
Continuity Correctionb 2.697 1 .101
Likelihood Ratio 3.645 1 .056
Fisher's Exact Test .078 .048
Linear-by-Linear
Association 3.441 1 .064
N of Valid Casesb 106
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
11.21.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for pngrh_iklan (tidak pernah / pernah) 2.448 .940 6.376
For cohort knsumsi_bhsyr = kurang 1.282 1.007 1.631
For cohort knsumsi_bhsyr = cukup .524 .252 1.088
N of Valid Cases 106
konsmsi_fastfood * knsumsi_bhsyr
Crosstab
knsumsi_bhsyr
Total kurang cukup
konsmsi_fastfood sering Count 29 8 37
% within
konsmsi_fastfood 78.4% 21.6% 100.0%
jarang Count 44 25 69
% within
konsmsi_fastfood 63.8% 36.2% 100.0%
Total Count 73 33 106
% within
konsmsi_fastfood 68.9% 31.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 2.398a 1 .121
Continuity Correctionb 1.765 1 .184
Likelihood Ratio 2.485 1 .115
Fisher's Exact Test .132 .091
Linear-by-Linear
Association 2.375 1 .123
N of Valid Casesb 106
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
11.52.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for konsmsi_fastfood
(sering / jarang) 2.060 .818 5.189
For cohort knsumsi_bhsyr = kurang 1.229 .962 1.571
For cohort knsumsi_bhsyr = cukup .597 .300 1.188
N of Valid Cases 106
jml_anggtkeluarga * knsumsi_bhsyr
Crosstab
knsumsi_bhsyr
Total kurang cukup
jml_anggtkeluarg
a
besar Count 29 14 43
% within jml_anggtkeluarga 67.4% 32.6% 100.0%
kecil Count 44 19 63
% within jml_anggtkeluarga 69.8% 30.2% 100.0%
Total Count 73 33 106
% within jml_anggtkeluarga 68.9% 31.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square .069a 1 .793
Continuity Correctionb .002 1 .961
Likelihood Ratio .068 1 .794
Fisher's Exact Test .833 .479
Linear-by-Linear
Association .068 1 .794
N of Valid Casesb 106
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
13.39.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for jml_anggtkeluarga (besar / kecil) .894 .388 2.061
For cohort knsumsi_bhsyr = kurang .966 .742 1.257
For cohort knsumsi_bhsyr = cukup 1.080 .610 1.911
N of Valid Cases 106
pdptn_ortu * knsumsi_bhsyr
Crosstab
knsumsi_bhsyr
Total kurang cukup
pdptn_ortu Rendah Count 29 5 34
% within pdptn_ortu 85.3% 14.7% 100.0%
Tinggi Count 44 28 72
% within pdptn_ortu 61.1% 38.9% 100.0%
Total Count 73 33 106
% within pdptn_ortu 68.9% 31.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 6.299a 1 .012
Continuity Correctionb 5.222 1 .022
Likelihood Ratio 6.850 1 .009
Fisher's Exact Test .014 .009
Linear-by-Linear
Association 6.240 1 .012
N of Valid Casesb 106
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
10.58.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for pdptn_ortu (rendah / tinggi) 3.691 1.278 10.662
For cohort knsumsi_bhsyr = kurang 1.396 1.108 1.759
For cohort knsumsi_bhsyr = cukup .378 .160 .893
N of Valid Cases 106