Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen
Volume 1,Nomor 2,Oktober 2019 Hal 156-170
ISSN 2684-8775 (Online)
156
EVALUASI PENYALURAN KREDIT SIMPAN PINJAM DALAM UPAYA
MENEKAN TUNGGAKAN KREDIT
Evi Selvi
Universitas Singaperbangsa Karawang
Dewi Untari
Politeknik Kridatama Bandung
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan koperasi unit desa untuk
memperkuat modal usaha anggota yang lemah.Penelitian ini dilakukan pada koperasi unit desa
(KUD) Citali yang dibentuk guna mengembangkan usaha para pengusaha kecil, masyarakat petani,
dan pedagang yang berada di wilayah kerjanya. Berbagai kegiatan usaha dilaksanakan oleh koperasi
unit desa ini antara lain usaha simpan pinjam yang pengembangannya diawali dengan usaha
menghimpun dana dari para anggotanya, kemudian menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit
untuk kepentingan anggotanya. Kegiatan usaha simpan pinjam yang diselenggarakan oleh KUD
Citali bertujuan untuk memperkuat modal usaha anggota yang masih lemah. Unit usaha simpan
menghimpun dan mengelola dana dari anggota atas dasar prinsip swadaya koperasi, yaitu dari
anggota, oleh anggota, dan untuk anggota. menggunakan metode studi kasus (case study). Metode
yang digunakan pada penelitian adalah studi kasus untuk mengungkapkan masalah-masalah yang
diteliti, sehingga sasaran yang telah ditetapkan akan dapat dicapai dengan baik. Hasil penelitian ini
adalah koperasi unit desa Citali kurang berhasil dalam membantu masyarakat yang lemah karena
pola penyaluran kredit pada unit usaha simpan pinjam hasil evaluasi menunjukan hasil yang kurang
baik hal ini diukur dari persyaratan kredit, prosedur kredit, serta pembinaan dan pengawasan kredit
Kata Kunci :Koperasi, Kredit, Pengendalian Kredit
PENDAHULUAN
Koperasi Unit Desa (KUD) Citali dibentuk guna membangunkan usaha para pengusaha
kecil, masyarakat petani, dan pedagang yang berada diwilayah kerjanya. Berbagai kegiatan usaha
dilaksanakan oleh KUD tersebut, antara lain kegiatan usaha simpan pinjam yang pengembangannya
diawali dengan usaha menghimpun dana dari para anggotanya, kemudian menyulurkannya kembali
dalam bentuk kredit untuk kepentingan anggotanya. Kegiatan usaha simpan pinjam yang
diselenggarakan oleh KUD Citali bertujuan untuk memperkuat modal usaha anggota yang masih
lemah.Unit swadaya koperasi, yaitu dari anggota, oleh anggota, dan untuk anggota.
Dilihat dari perkembangan kegiatan usahanya, penyaluran kredit oleh unit simpan pinjam
KUD Citali selama tiga periode relative sangat rendah. Menurut Sitio (2019) untuk membahas
manajemen keuangan, tidak bisa terlepas dari laporan keuangan oleh karena itu diperlukan
pembahasan singkat mengenai laporan keuangan.Laporan keuangan koperasi unit desa Citali
volumenya mengalami penurunan sebesar 7% pada tahun 1993, kemudian meningkat sebesar 5%
pada tahun 1994.Hal ini diduga sebagai akibat dari tingkat perputaran piutang yang sangat lambat,
yaitu hanya sebesaru kurang dari dua kali pada tahun-tahun tersebut. Jika dibandingkan dengan
kemampuan yang sebenarnya dimiliki oleh unit usaha simpan pinjam KUD Citali yang memberikan
Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen
Volume 1,Nomor 2,Oktober 2019 Hal 156-170
ISSN 2684-8775 (Online)
157
kredit antara Rp. 10.000,- sampai Rp. 250.000,- serta bunga 4% perbulan dari sisa kredit jangka
waktu pengembalian kredit antara satu sampai lima bulan, seharusnya dana yang disalurkan
minimal mampu berputar tiga kali atau setiap 120 hari selama satu tahun. Untuk mengetahui tingkat
perputaran piutang unit usaha simpan pinjam KUD Citali dapat dilihat pada table berikut ini :
Tabel 1.1
Perkembangan Tingkat Peraturan Piutang Selama Kurun Waktu 2016-2018
Tahun
Volume
Penyaluran
Kredit (Rp)
Saldo
Piutang (Rp)
Rata-rata
Saldo
Piutang (Rp)
Tingkat
Perputaran
Piutang Pertahun
2016
2017
2018
33.032.420,00
30.698.670,00
36.703.410,00
17.370.470,00
16.604.410,00
21.310.685,00
16.688.945,00
16.987.440,00
18.957.547,00
1,9
1,8
1,9
Sumber : Laporan Keuangan KUD Citali
Tabel di atas memberikan gambaran bahwa pada tahun 2016 besarnya tingkat perputaran
piutang hanya sebesar 1,9 kali, dengan demikian berarti periode pengumpulan piutang dilakukan
setiap 182 hari. Hal ini diakibatkan oleh besarnya tunggakan kredit yaitu sebesar Rp. 13.548.966,00
atau 78% dari saldo piutang. Kemudian pada tahun 2017 dan 2018 besarnya tingkat perputaran
piutang menjadi hanya sebesar 1,8 dan 1,9 kali, dengan demikian berarti periode pengumpulan
piutang setiap 199 dan 186 hari. Hal ini diakibatkan oleh besarnya tunggakan kredit yaitu sebesar
Rp. 13.449.572,00 atau 81% dan Rp. 18.114.002,00 atau 85% dari saldo piutang. Dengan demikian
dapat dinyatakan secara keseluruhan besarnya tingkat perputaran piutang dari kegiatan penyaluran
kredit tersebut selama tiga tahun berturut-turut terbilang sangat rendah dan lambat.Hal ini secara
tidak langsung berpengaruh terhadap besarnya net profit margin. Seperti dapat dilihat pada table
berikut ini :
Tabel 1.2
Perkembangan Besarnya Net Profit Margin (NPM) Selama Kurun Waktu 2016-2018
Tahun
Volume
Penyaluran
Kredit (Rp)
Saldo
Piutang (Rp)
Rata-rata
Saldo
Piutang (Rp)
Tingkat
Perputaran
Piutang Pertahun
2016
2017
2018
33.032.420,00
30.698.670,00
36.703.410,00
17.370.470,00
16.604.410,00
21.310.685,00
4.307.875,00
1.913.090,00
1.746.550,00
13
6
3
Sumber : Laporan Keuangan KUD Citali
Tabel diatas mengindikasikan bahwa besarnya net profit margin cenderung mengalami
penurunan selama tiga tahun terakhir, yaitu dari tahun 2016 yang sebesar 13%, kemudian pada
tahun 2017 mengalami penurunan menjadi 6%, dan pada tahun 2018 menurun lagi menjadi
5%.Bentuk tolak dari permasalahan di atas, yaitu (1) rendahnya tingkat perputaran piutang sebagai
akibat dari lambatnya pengembalian kredit, dan (2) besarnya tunggakan kredit yang mengakibatkan
menurunnya perolehan SHU, serta (3) pentingnya peranan unit usaha simpan pinjam sebagai salah
satu sistem perkreditan dalam membantu mengembangkan produktivitas kegiatan usaha anggota
serta masyarakat pedesaan.
Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen
Volume 1,Nomor 2,Oktober 2019 Hal 156-170
ISSN 2684-8775 (Online)
158
LANDASAN TEORI
Koperasi
Koperasi merupakan organisasi ekonomi rakyat,yang di dalam usahanya tidak hanya
mengejar keuntungan untuk organisasi, tetapi yang lebih penting dengan adanya koperasi
diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumny. Kata koperasi berasal dari bahasa latin yaitu coopere yang dalam Bahasa Inggris menjadi
Cooperation berarti bekerja sama. Berdirinya suatu koperasi mempunyai ciri-ciri tertentu. Dimana
ciri-ciri umum tersebut menurut Alfred Hanel (2007) adalah sebagai berikut :(1)Sejumlah individu
yang mempunyai kepentingan yang sama membentuk suatu kelompok. (kelompok Koperasi). (2)
Anggota-anggota dari kelompok tersebut bertekad untuk mewujudkan tujuannya melalui usaha
bersama (swadaya dari kelompok koperasi).(3)Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, didirikan
suatu perusahaan bersama yang dimiliki dan dibina secara bersama-sama. (Perusahaan Koperasi);
(4)Perusahaan koperasi ini ditugaskan untuk menunjang kepentingan anggota-anggotanya yang
menyediakan/menawarkan bang dan jasa yang dibutuhkannya (Prinsip Promosi Anggota).
Organisasi koperasi sebagai suatu sistem sosial ekonomi merupakan suatu sistem kompleks
koperasi yang terdiri dari subsistem-subsistem. Alfred hanel (2009) mengenali adanya enam
subsistem konkrit yang perlu ditunjukan, yaitu :
a. Anggota-anggota perorangan
b. Kegiatan-kegiatan ekonomi anggota.
c. Kelompok koperasi
d. Perusahaan koperasi
e. Hubungan-hubungan yang ada mencerminkan keterkaitan usaha koperasi yang pokok antara
kegiatan-kegiatan ekonomi para anggota dan kegiatan perusahaan koperasi.
f. Organisasi koperasi sebagai suatu sistem sosial ekonomi secara keseluruhan.
Koperasi didirikan sebagai persatuan kaum yang lemah untuk membela keperluan
hidupnya.Mencapai keperluan hidupnya dengan ongkos yang semurah-murahnya, itulah yang
dituju.Pada koperasi didahulukan keperluan bersama, bukan keuntungan Hatta dalam Revrisond
Baswir, (2000).Koperasi adalah sebagai satu- satunya bentuk perusahaan yang konstitusional
dinyatakan sesuai dengan susunan perekonomian yang hendak dibangun Indonesia.Subandi
(2009)Berdasarkan beberapa pengertian di atas koperasi dapat diartikan sebagai perkumpulan orang
atau badan usaha yang memiliki tujuan yang sama yaitu mencapai kesejahteraan ekonomi yang
berlandaskan asas kekeluargaan. Koperasi disebut sebagai soko guru perekonomian di
Indonesia.Keberadaannya diharapkan mampu menjadi penopang perekonomian. Sri Edi Swasono
dalam Hendar Kusnadi (2005) menjelaskan alasan koperasi menjadi tulang punggung
perekonomian Indonesia yaitu: (1) koperasi merupakan wadah menampung pesan politik bangsa
terjajah yang miskin ekonominya dan didominasi oleh sistem ekonomi penjajah. Koperasi
menyadarkan kepentingan bersama, menolong diri sendiri secara bersama dalam meningkatkan
kesejahteraan dan kemampuan produktif; (2) Koperasi adalah bentuk usaha yang tidak saja
menampung tetapi juga mempertahankan serta memperkuat idealitas dan budaya bangsa Indonesia.
Kepribadian bangsa bergotongroyong dan kekolektivan akan tumbuh subur di dalam koperasi; (3)
Koperasi adalah wadah yang tepat untuk membina golongan ekonomi kecil (pribumi). Kelompok
Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen
Volume 1,Nomor 2,Oktober 2019 Hal 156-170
ISSN 2684-8775 (Online)
159
ekonomi kecil adalah masalah makro bukan masalah partial di dalam kehidupan ekonomi
Indonesia, baik secara kualitas maupun kuantitas; (4) Koperasi adalah lembaga ekonomi yang
berwatak sosial. Koperasi dapat hidup baik dalam bangunan usaha swasta seperti PT, CV, Firma,
dan lain-lain maupun bangun usaha Negara (perusahaan Negara), serta di dalam instansi-instansi
pemerintah dan lembaga-lembaga pendidikan; Koperasi adalah wahana yang tepat untuk
merealisasikan ekonomi Pancasila terutama karena terpenuhinya tuntutan kebersamaan dan asas
kekeluargaan. Dalam keseluruhan koperasi adalah pusat kemakmuran rakyat.Penjelasan tentang
koperasi berdasarkan pola hubungan usaha koperasi dengan ekonomi anggota, serta deskripsi
koperasi sebagai suatu sistem dan penunjukkan sub sitemnya, dapat dijadikan pusat perhatian di
mana sebenarnya peranan anggota pemilik sekaligus pelanggan dalam upaya meningkatkan
aktivitas usaha sangat penting.
Kredit
Perkataan kredit berasal dari bahasa Latin, yaitu Credere, yang berarti kepercayaan dan
kepercayaan yang terkandung di dalam perkreditan antara si pemberi kredit dengan penerima kredit
Thomas Suyatno( 2007). Kredit dalam pengertian ekonomi yaitu penundaan pembayaran, yang
artinya suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain, dan prestasi itu akan datang
disertai dengan suatu kontra prestasi berupa bunga. Prosedur umum perkreditan adalah ketentuan
atau petunjuk tindakan-tindakan yang harus dilakukan sejak diajukannya permohonan nasabah
sampai dengan lunasnya suatu kredit yang diberikan oleh Bank. Adapun penyajian adalah urutan
langkah-langkah yang lazim dalam prosedur perkreditan yang harus ditangani oleh bank yaitu,
tahap-tahap permohonan kredit, penyidikan dan analisis, keputusan persetujuan yaitu, tahap-tahap
permohonan kredit, penyidikan dan analisis, keputusan persetujuan atau penolakan permohonan,
pencairan kredit, administrasi, pengawasan dan pembinaan serta pelunasan kredit Thomas S dkk,
(2001).Dari uraian tersebut diatas, telah jelas bahwa prosedur dalam pemberian kredit merupakan
rangkaian kegiaan (net work) yang dilakukan oleh pemohon kredit maupun pihak pemberi kredit,
mulai dari pengenalan calon nasabah sampai penyelesaian reditnya.Demikian pula dalam menilai
pemohon kredit atas dasar syarat-syarat bank yang dijadikan pedoman salah satunya adalah prinsip
5C.adapun prinsip-prinsip 5C menurut M. Rachmat Firdaus (2007) adalah sebagai berikut :
a) Character watak, berhubungan dengan kemungkinan bahwa pelanggan akan berusaha
memenuhi kewajibannya. Faktor ini sangat penting, karena setiap transaksi mengandung janji
membayar.
b) Capacity, atau kemampuan, menyangkut kemampuan pimpinan perusahaan/koperasi beserta
stafnya, baik kemampuan dalam manajemen maupun keahlian dalam bidang usahanya.
Kemampuan tersebut diukur dengan data-data finansial di waktu-waktu yang lalu. Dengan
demikian bank akan dapat menilai kemampuan nasabahnya untuk melaksanakan rencana
kerjanya di waktu yang akan datang. Dalam hubungannya dengan penggunaan kredit tersebut.
c) Capital, azas ini menyangkut berapa banyak dan bagaimana struktur modal yang telah dimiliki
oleh peminjam. Jumlah modal yang dimiliki ini penting untuk diketahui oleh bank untuk
menilai besarnya tingkat kemampuan serta jangka waktu pembayaran kembali kredit yang akan
diterima.
d) Collateral (jaminan), meunjukan besarnya aktiva yang akan diikat sebagai jaminan atas kredit
yang akan diberikan oleh bank, dalam hubungan ini bank dapat meminta agar aktiva yang
dijadikan jaminan itu diasuransikan, di samping jaminan kredit.
Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen
Volume 1,Nomor 2,Oktober 2019 Hal 156-170
ISSN 2684-8775 (Online)
160
e) Condition atau keadaan, berhubungan dengan pengaruh dari kecenderungan ekonomi umum
terhadap perusahaan, atau berhubungan dengan perkembangan khusus dalam bidang rkonomi
yang dapat dipengaruhi kemampuan pelanggan memenuhi kewajibannya
Dalam rangka pengendalian kredit tersebut, maka setiap lembaga ekonomi melakukan
pengendalian yang selaras atas perjanjian kreditnya, baik secara keseluruhan maupun secara
individu per debitur.Cara pengendalian kredit yang dilakukan lembaga ekonomi dapat bersifat
pengendalian aktif dan pengendalian pasif. Untuk melaksanakan pengendalian kredit secara ketat
menurut Indriyo Gitosudarmono (2003) perlu dilaksanakan hal-hal sebagai berikut :
a. Penyaringan anggaran kredit (debitur)
b. Penentuan resiko kredit
c. Penentuan administrasi yang berhubungan dengan penarikan kredit
d. Penetapan ketentuan-ketentuan dalam menghadapi para penunggak.
Resiko timbul adanya ketidak pastian, sebab bila masa depan dapat dilihat pasti maka resiko
tidak akanada, macam-macam resiko menurut Wasis (2003) adalah :
a. Resiko kredit (Credit Risk), timbul karena adanya ketidak pastian tentang pembayaran pinjam
oleh debitur, jika terjadi hal tersebut maka tidak dapat dihindarkan bahwa pinjam tidak dapat
dikembalikan sebagian atau seluruhnya.
b. Resiko likuiditas (Liquidity Risk), timbul karena bank tidak mempunyai cukup pinjam likuid
untuk memenuhi penarikan titipan para deposito maupun memberikan pinjaman kredit.
c. Resiko yang berhubungan dengan sifat manusia, timbul kecurangan dan kecerobahan pegawai.
d. Resiko manajerial, timbul karena jelaknya segi manajemen.
Rasio resiko kredit dan komponennya yaitu untuk mengukur rasio gagalnya pengembalian
kredit yang menimbulkan kemacetan, komponen-komponen :
a. Bed debt (pinjaman maceta) adalah piutang sudah menjadi tunggakan dan telah melewati masa
perjanjian
b. Total loan (total pinjaman) adalah total pinjaman yang disalurkan (total piutang)
Permodalan Keuangan dan Modal KUD Citali
Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam emnunjang kegiatan usaha, demikian
juga halnya dengan KUD Citali yang mempunyai unit usaha, sudah tentu membutuhkan modal
untuk kelancaran usahanya.Modal usaha KUD Citali dari dua sumber, yaitu dari modal sendiri dan
modal asing.Berdasarkan neraca keuangan pada tahun 2016, perkembangan modal sendiri pada
KUD Citali dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen
Volume 1,Nomor 2,Oktober 2019 Hal 156-170
ISSN 2684-8775 (Online)
161
Tabel 2.1
Perkembangan Modal Sendiri pada KUD Citali Tahun 2016-2017 (Dalam Rp)
No Uraian Tahun 2017 Tahun 2016 Kenaikan
Penurunan %
1 Simpanan pokok 3.400.000 2.298.000 1.192.000 48
2 Simpanan wajib 23.010.280 18.941.585 4.086.695 21
3 Simapnan Wajib Khusus 12.292.000 5.999.500 6.292.500 105
4 Simpanan Berjangka 2.403.700 4.900.000 (2.496.300) (50)
5 Cadangan 11.723.104 11.767.697 ( 44.592) (03)
6 SHU Tahun lalu 1.227.120 778.426 448.696 58
Jumlah 54.106.205 44.687.208 9.418.997 21
Sumber Laporan Keuangan RAT KUD Citali tahun 2017.
Tabel diatas memperlihatkan bahwa pada tahun 2017 modal sendiri yang dimiliki KUD
secara keseluruhan mengalami peningkatan sebesar Rp. 9.418.997,- atau (21%). Dilihat dari unsur-
unsurnya, pada tahun 2017 kenaikan tertinggi terjadi pada simpanan wajib khusus sebesar 105%
dan penurunan terbesar terjadi pada simpanan berjangka sebesar Rp. 2.496.300,- (50%)
dibandingkan dengan tahun 2016. Penurunan tersebut cukup besar, sehingga harus segera
diantisipasi oleh pihak KUD, karenan penurunan dalam simpanan berjangka dapat menunjukan
kurang menariknya kegiatan simpan pinjam KUD. Untuk memenuhi kebutuhan kekurangan modal,
KUD menarik dana dari luar (modal asing), baik itu berupa hutang jangka pendek maupun hutang
panjang. Pada tabel di bawah ini akan disajikan perbandingan penggunaan modal asing antara tahun
2016-2017.Adapun sumber modal yang diperoleh KUD Citali adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2
Perkembangan Modal Asing di KUD Citali periode 2016 dan 2017
Uraian Tahun
2017 Tahun 2016
Kenaikan
Penurunan %
Kewajiban Lancar :
a. Hutang Bank 41.148.360 36.093.388 5.054.972 14
b. Dana-dana SHU 1.142.892 92.442 222.450 24
c. Hutang Anggota 0 0 0 0
d. Simpanan Sukarela 7.190.809 4.560.179 4.560.179 58
Jumlah 49.482.061 41.574.009 7.908.052 19
Kewajiban
a. Hutang pada pihak ketiga 5.500.000 5.500.000 0 0
b. Hutang Bank 87.358.500 87.358.500 0 0
Jumlah 92.858.500 92.858.500 0 0
Sumber : Laporan keuangan RAT KUD Citali tahun 2017
Tabel diatas menggambarkan, bahwa modal asing KUD Citali tahun 2017 jika dibandingkan
dengan tahun 2016 mengalami peningkatan dan penurunan dari unsur-unsurnya. Unsur modal asing
yang meningkat menyolok dari segi jumlah adalah hutang bank pada kewajiban lancar sebesar Rp.
Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen
Volume 1,Nomor 2,Oktober 2019 Hal 156-170
ISSN 2684-8775 (Online)
162
5.054.972,- atau (14%), sedangkan unsur modal asing yang tidak mengalami perubahan adalah
pada hutang anggota. Secara keseluruhan hutang pendek mengalami peningkatan sebesar 19%
sedangkan hutang jangka panjang tidak mengalami perubahan.
Keadaan Keuangan
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu criteria dari KUD Mandiri adalah modal sendiri
yang minimal sebesar Rp. 25.000.000,-. Dengan kriteria tersebut KUD Citali telah memenui
persyaratan dalam penyediaan dana yang dibtuhkan untuk membiayai kegiatan organinasi dan
operasional usahanya. Untuk lebih jelasnya keadaan keuangan KUD Citali dapat dilihat pada
perkembangan neraca KUD Citali per 31 Desember 2016 dan 2017 dibawah ini :
Tabel 2.3
Perkembangan Neraca Keuangan KUD Citali Per 31 Desember 2016 s/d 2017
Uraian Tahun 2017 (Rp) Tahun 2016 (Rp)
AKTIVA
Aktiva lancar
Investasi jangka panjang
Aktiva tetap
155.325.542
1.753.516
39.367.708
138.099.615
1.680.013
39.340.088
Total 196.446.767 179.885.375
PASSIVA
Kewajiban lancar
Kewajiban jang panjang
Kekayaan bersih
49.482.061
92.858.500
54.106.205
41.574.009
92.858.500
44.687.208
Total 196.446.767 179.885.375
Sumber KUD 2017
Berdasarkan neraca keuangan diatas, maka dapat diketahui perbandingan modal sendiri
dengan modal asing, yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.4
Perbandingan Modal Sendiri dan Modal asing KUD Citali Tahun 2016-2017
No Periode Modal Sendiri (Rp) Modal Asing (Rp) Ket
1.
2.
2016
2017
44.687.200
54.106.205
134.432.509
142.340.561
1 : 3,01
1 : 2,63
Sumber : Laporan RAT KUD Tahunan 2017
Perbandingan antara modal sendiri dengan modal asing pada tabel diatas, dapat diketahui
bahwa kedudukan modal sendiri pada KUD Citali semakin baik. Selanjutnya berdasarkan neraca
keuangan tersebut di atas, maka keadaan posisi keuangan KUD Citali dapat dianalisis dengan
menghitung rasio financial yang terdiri dari likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas selama satu
periode (Bambang Riyanto, 2000 : 206). Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut :
a. Rasio Likuiditas Masalajh likuiditas adalah masalah yang berhubungan dengan kemampuan
suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang segera harus dibayar. Likuiditas
suatu badan usaha dapat diketahui dari neraca pada suatu saat antara lain dengan
membandingkan jumlah aktiva lancar (AL) di suatu pihak dan hutang lancar di lain pihak.
Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen
Volume 1,Nomor 2,Oktober 2019 Hal 156-170
ISSN 2684-8775 (Online)
163
Hasil perbandingan ini disebut “Current ratio” atau “working capital” adapun keadaan di
KUD Citali ini adalah :
Current Ratio = Aktiva Lancar x 100% = Rp. 155.325.542,00 x 100%
Hutang Lancar Rp. 49.482.061,00
= 313,90%
Dari angka perbandingan yang didapat, ternyata besarnya hutang lancar adalah lebih besar dari
jaminan yang ada. Angka tersebut menunjukan bahwa besarnya hutang Rp. 1,- dijamin
kekayaan sebesar Rp. 3,13, Sehubungan dengan keadaan tersebut, maka KUD Citali ini
mempunyai kekuatan membayar (likuid).
b. Tingkat Solvabilitas
Solvabilitas suatu perusahaan menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala
kewajiban finansialnya apabila sekitarnya perusahaan tersebut pada saat ini dilikuidasi.
Solvabilitas suatu perusahaan dapat diukut dengan membandingkan jumlah aktiva di satu pihak
dengan jumlah hutang di lain pihak.
Adapun keadaan tingkat solvabilitas KUD Citali adalah :
Solvabilitas = TotalAktiva x 100% = Rp. 196.446.767,00 x 100%
Total Hutang Rp. 142.340.561,00
= 138,01%
Dari hasil perhitungan ternyata KUD Citali ini mempunyai kemampuan membayar apabila
koperasinya dilikuidasi. Adapun besarnya jaminan atas hutang keseluruhan adalah Rp. 1,38
untuk Rp. 1,- hutang.
c. Tingkat Rentabilitas suatu perusahaan menunjukan perbandingan antara laba dengan aktiva
atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan
suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode berikutnya. Perhitungan rentabilitas
ini ada dua cara, yaitu rentabilitas ekonomis dan rentabilitas modal sendiri. Adapun yang
dimaksud dengan rentabilitas ekonomis adalah perimbangan antara besarnya laba yang
dihasilkan oleh modal secara keseluruhan, dengan jumlah modal yang menghasilkan laba
tersebut. Sedangkan modal asing adalah perimbangan antara besarnya laba yang dihasilkan
modal sendiri. Adapun perhitungan yang digunakan adalah rentabilitas ekonomis, karena untuk
menghitung besarnya rentabilitas modal sendiri sejauh ini belum ada pemisahan antara laba
yang dihasilkan oleh modal sendiri dengan laba yang dihasilkan oleh modal asing.
Rentabilitas = SHU x 100% Jumlah modal sendiri
= Rp. 1.277.122,00x 100%
Rp. 54.106.205,00
= 2,36%
Dari hasil perhitungan-perhitungan tersebut ternyata untuk keadaan permodalan di KUD Citali
ini masih menunjukan keadaan yang baik, artinya perbandingan antara laba bersih dengan
jumlah aktiva 2,36% berbanding 1, hal ini menunjukan bahwa setiap Rp. 1,00,- aktiva yang
diinvestasikan dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 2,02,-.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menyangkut masalah yang bersifat eksploratif pada variabel yang lebih
banyak, maka untuk memenuhi kebutuhan pembahasan dan analisa dalam rangka penyusunan
Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen
Volume 1,Nomor 2,Oktober 2019 Hal 156-170
ISSN 2684-8775 (Online)
164
penelitian, penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode studi kasus (case study).
Metode studi kasus digunakan dengan harapan dapat mengungkapkan masalah-masalah yang
diteliti, sehingga sasaran yang telah ditetapkan akan dapat dicapai dengan baik.
Di dalam pencatatan data yang dilakukan di lapangan, maka akan didapat secara langsung data
primer, data ini diperoleh dari anggota, pengurus dan karyawan KUD Citali sebagai responden,
yang sifatnya bisa data kuantitatif (berdasarkan angka-angka) maupun data kualitatif (abstrak). Data
yang difatnya kualitatif menyangkut misalnya : Besarnya pinjaman yang diperoleh dari unit
simpanan pinjam, cicilan simpanan wajib, jumlah anggota KUD Citali dan lain-lain-lain. Sedangkan
data yang sifatnya kualitatif menyangkut diantaranya meningkatkan partisipasi anggota untuk aktif
dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh KUD Citali, dan data lain yang sifatnya abstrak. Selain data
primer, untuk melengkapi penelitian ini diperlukan pula data sekunder, data sekunder ini
menyangkut misalnya : jumlah anggota KUD Citali, Luas area pelayanan dan lain-lain.
Penelitian kualitatif merupakan suatu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah
sebagai instrumen kunci, pengambilan data sampel sumber data yang dilakukan secara purposive
ditempat penelitian, teknik pengumpulan dengan triangulasi, analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi
Sugiyono, (2012). Menurut Nazir (2011) menjelaskan studi kepustakaan meliputi kegiatan
pengumpulan data yang dilakukan untuk memperoleh bahan dan referensi yang lebih medalam
tentang kajian yang diteliti. Sumber pustaka yang diteliti berasal dari buku, jurnal, media cetak, dan
media elektronik, serta sumer dari literatur lain yang terkait dengan pembahasan penelitian.
Untuk melengkapi analisa data yang akan dilakukan, maka dalam penelitian ini akan dambil sampai
sampel sebanyak 10% dari jumlah anggota sebagai responden, seperti yang dikemukakan oleh J.
Supranto (2006) dalam metode pengumpulan data. Dari sampel tersebut diharapkan akan dapat
memberikan gambaran terhadap analisa yang akan dilakukan.
PEMBAHASAN
Penyaluran Kredit Simpan Pinjam pada Unit Usaha Simpan Pinjam KUD Citali
Persyaratan pengajuan permohonan kredit merupakan hal yang tidak bisa diabaikan, karena
kredit merupakan penyediaan sejumlah dana atau tagihan yang dapat antara bank dengan pihak
yang lain mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutang-hutangannya setelah jangka waktu
tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembegian hasil keuntungan. Pengertian tersebut
menunjukan bawha dalam pemberian kredit mengundang unsur-unsur sebagai berikut :
a) Adanya orang atau badan yang memiliki uang, barang, jasa, dan bersedia untuk
meminjamkannya kepada orang lain.
b) Adanya orang atau badan sebagai pihak yang membutuhkan uang, barang, dan jasa.
c) Adanya janji atau kesanggupan membayar dari pihak debitur kepada pihak kreditur.
d) Adanya perbedaan waktu, yaitu perbedaan saat penyerahan dengan saat pembayaran oleh
debitur.
e) Adanya resiko sebagai dari adanya perbedaan waktu di masa yang akan datang merupakan
sesuatu yang belum pasti.
Dari kelima unsur tersebut, unsur yang kelima merupakan unsur yang paling diperhatikan,
Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen
Volume 1,Nomor 2,Oktober 2019 Hal 156-170
ISSN 2684-8775 (Online)
165
karena resiko kemungkinan tidak terbayarnya pengembalian kredit selalu menjadi.Semakin besar
volume kredit yang diberikan, semakin besarnya kemungkinan menjadinya kegagalan.Untuk
memperkecil resiko kegagalan dalam pengambilan kredit.Pemberian kredit harus senantiasa disertai
dengan persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap calon debitur yang mengajukan permohonan
kredit. Adapun persyaratan kredit di KUD Citali disesuaikan dengan yang ditetapkan oleh
Departemen Koperasi adalah sebagai berikut :
a) Telah menyimpan simpanan wajib selama enam bulan berturut-turut.
b) Tidak memiliki tunggakan pada koperasi.
c) Bagi calon nasabah baru harus menyertakan photo copy KTP.
d) Besarnya pemberian kredit untuk nasabah baru maksimal dua kali jumlah simpanan anggota.
e) Dikenakan biaya administrasi sebesar 2% dari besarnya okok pinjaman
Dari semua persyaratan kredit yang telah ditetapkan oleh unit usaha simpan pinjam tersebut
ada beberapa hal yang tidak dilaksanakan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan perkreditan, yaitu
mengenai ketentuan tentang harus memiliki usaha yang layak untuk diberikan kredit.Tidak
dilaksanakannya pedoman perkreditan tersebut dikarenakan unit usaha simpan pinjam KUD Citali
telah memiliki kebijaksanaan tersendiri.Unit usaha simpan pinjam dalam menentukan peryaratan
bagi penerimaan kredit berdasarkan buku simpanan serta keaktifan angora calon nasabah dalam
membayar simpanan pokok dan simpanan wajib pada koperasi.Penerapan memperkecil resiko
terjadinya kegagalan dalam pengembalian kredit.Bentuk jaminan kredit berdasarkan ketentuan dari
departemen koperasi terbagi menjadi dua bagian yaitu jaminan material dan bentuk jaminan
moril.Yang dimaksud dengan jaminan material yaitu jaminan yang dapat dipergunakan untuk
menutupi tunggakan kredit yang telah jatuh tempo dengan jalan menjual atau melelang jaminan
tersebut seperti sertifikat tanahm BPKB, dan benda bergerak atau tidak bergerak lainnya.Sedangkan
yang dimaksud dengan bentuk jaminan moril, yaitu jaminan dalam bentuk rekomendasi dari
seseorang yang dapat menjamin kelancaran pengembalian pinjam nasabah tersebut seperti dari
Camat, Lurah, RT, dan RW.Sementara itu pada KUD Citali pemeberian jaminan kredit dilakukan
hanya dengan cara menahan buku simpanan anggota bagi anggota lama. Bagi anggota yang masih
baru atau baru pertama kali mengajukan kredit, selain menahan buku simpanan anggota harus pula
melampirkan photo copy kartu tanda penduduk anggota yang bersangkutan.Pengenaan jaminan
yang terbilang sangat ringan ini dilakukan dengan alasan kredit yang diberikan kepada nasabah
jumlahnya relatif kecil.Selain dari itu agara angora tidak merasa terlalu dibebani dalam mengajukan
permohonan kredit. Penetapan besarnya suku bunga kredit yang harus dibebankan kepada nasabah
dikarenakan adanya biaya dana yang harus dikeluarkan sebagai akibat dari pengjimpinan dana.
Menurut petunjuk Departemen Koperasi tingkat suku bunga diikur dari besarnya biaya dana
ditambah dengan biaya opeasional dintanda dengan kemampuan yang diharapkan. Tetapi penetapan
tingkat suku bunga pinjaman yang berlaku selama ini di KUD Citali belum mengacu kepada
ketentuan Departemen Koperasi, melainkan berdasarkan ketentuan dari hasil rapat
anggota.Besarnya tingkat suku bunga pinjaman berlaku saat ini yaitu 4% perbulan berdasarkan sisa
pinjaman melakukan perhitungan tingkat suka bunga berdasarkan ketentuan yang berlaku sebagai
akibat keterbatasan kemampuan yang dimiliki bagian perkreditan. Jika dibandingkan dengan
ketentuan berdasarkan petunjuk perkreditan dari Departemen Koperasi, karena koperasi dalam
menghimpun dana tidak mengeluarkan biaya dana, selain dari pada itu biaya operasional dalam
Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen
Volume 1,Nomor 2,Oktober 2019 Hal 156-170
ISSN 2684-8775 (Online)
166
pelaksanakan kegiatan perkreditan tersebut pembebanannya digabungkan ke dalam biaya
operasional koperasi secara keseluruhan. Penetepan jangka waktu penggunaan kredit berdasarkan
pentunjuk pola pelaksanaan perkreditan bagi koperasi harus disesuaikan dengan lamanya
penggunaan kredit. Sementara itu lamanya jangka waktu penggunaan kredit yang ditetapkan oleh
KUD Citali maksimal selama lima bulan dengan angsuran sebanyak lima kali, atau dengan kata lain
angsurankredit dilakukan setiap satu bulan satu kali berikut pokok dan bunga. Penentuan jangka
waktu pengembalian kredit ini tidak tergantung pada besarnya kredit yang diberikan, tetapi berlaku
kuntuk semua jenis atau jumlah kredit, hal ini dikarenakan nilai nominal kredit relatif sangat rendah
selain dari itu agar tidak ada pembedaan pengenaan jangka waktu antara anggota yang satu dengan
yang lainnya.
Selama ini jumlah maksimal kredit yang disalurkan oleh KUD Citali untuk seorang nasabah
atau anggota relatif sangat rendah hanya sebesar Rp. 250.000,- jika diukur dari kebutuhan riil
dengan suatu tolak ukur perkembangan perekonomian yang perkreditan dimaksudkan untuk
mengurangi besarnya resioko tunggakan kredit. Adapun sebesar 3% - 5% dari besarnya pokok
pinjamman.Sementara itu pada unit usaha simpan pinjam KUD Citali pengenaan simpanan wajib
pinjam belum dilaksanakan.Hal ini dikarenakan belum memungkinkannya hal tersebut diterapkan,
selain dari itu agar anggota tidak terlalu dibebani dengan persyaratan yang sangat berat. Tujuan
dibentuknya dana resiko dari setiap transaksi pemberian terjadi di masa yang akan datang.
Dana resiko ini oleh koperasi akan dijadikan sebagai cadangan untuk menutupi tunggakan kredit
anggota, sehingga kelancaran usaha yang dilaksanakan oleh koperasi akan lebih terjamin.
Sementara itu seperti halnnya simpanan wajib pinjaman, pengenaan dana resiko pada unit simpan
pinjam KUD Citali belum diterapkan, karena dikhawatirkan akan menjadi beban bagi anggota,
sehingga dengan demikian pada akhirnya akan mengurangi minat anggota untuk memanfaatkan
fasilitas kredit yang disediakan oleh koperasi. Penetapan sanksi kredit dimaksudkan untuk
mengurangi terjadinya resiko dari kegagalan dalam pengembalian kredit oleh anggota, di mana
sanksi kredit ini akan dikenakan kepada anggota yang menunggak dalam pembayaran atau
pengembalian kredit. Sementara itu pada unit simpan pinjam KUD Citali pemberian sanksi denda
administrasi yang besarnya dihitung dari tingkat bunga yang belum dibayar. Semua persyaratan
yang telah ditetapkan oleh koperasi merupakan upaya untuk memperkecil terjadinya resiko
kegagalan dalam pengembalian kredit, karena pada dasarnya pemberian kredit sangat mengandung
resiko sebagai akibat adanya ketidakpastian (uncertainty) di masa yang akan datang. Demikianlah
persyaratan-persyaratan yang telah dilaksanakan oleh unit usaha simpan pinjam dalam menyalurkan
kredit pada anggota.
Prosedur Pemberian Kredit
Adapun prosedur pola penyalur kredit yang diterbitkan oleh badan Pembina dan
pengembangan kegiatan usaha perkreditan koperasi adalah sebagai berikut :
a. Pelayanan Pendahuluan
Bagi calon nasabah yang akan meminjam di KUD terlebih dahuku harus menemui kepala unit
perkreditan untuk memperoleh keterangan/penjelasan mengenai tata cara peminjaman, kegiatan-
kegiatan usaha yang dapat dibayar oleh kredit, dan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh calon
nasabah. Tahap pemberian kredit simpanpinjaman yang dilaksanakan oleh unit usaha simpan
pinjam KUD Citali kepada para anggota adalah sebagai berikut :
Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen
Volume 1,Nomor 2,Oktober 2019 Hal 156-170
ISSN 2684-8775 (Online)
167
Bagi anggota nasabah yang akan mengajukan permohonan kredit terlebih dahulu harus
menemui kepala bagian perkreditan simpan pinjam terutama bagi penjelasan mengenai tata cara
pengajuan permohonan kredit, dan syarat-syarat atau ketentuan yang harus dipenuhi oleh
anggota calon peminjam, bila anggota berminat disediakan oleh unit simpan pinjam KUD Citali
tanpa dipungut biaya.
b. Pengajuan Permohonan Kredit
Formulir permohonan kredit yang telah diisi oleh calon nasabah dan dilampiri dengan syarat-
syarat yang diperlukan, diserahkan kepada kepala unit perkreditan dan seterusnya diserahkan
kepada bidang analisa untuk diteliti kebenaran isi dari berkas-berkas tersebut beserta
kelengkapan persyaratan yang diperlukan, untuk selanjutnya dijadikan bahan pertimbangan
dalam pemutusan kredit. Sementara itu pengajuan permohonan kredit kepada unit usaha simpan
pinjam KUD Citali adalah sebagai berikut :
Formulis permohonan pinjaman yang telah diisi oleh anggota, kemudian diserahkan kepada
kepala bagian perkreditan untuk diperiksa kebenaran dari isi formulir tersebut.Kemudian kepala
bagian perkreditan memberikan nomor urut pinjaman dan mencatatnya ke dalam buku agenda
permohonan kredit.
c. Pemeriksaan ke Lokasi Calon Nasaba
Pemeriksaan dimaksudkan untuk mengetahui karakter calon nasabah menilai barang jaminan
kredit secara langsung. Pemeriksanaan ke lokasi tersebut dilakukan dengan cara mengumpulkan
berbagai informasi yang menyangkut
a) Identitas serta karakter calon nasabah
b) Barang-barang jaminan
c) Kemampuan usaha calon nasabah
d) Modal yang dimiliki calon nasabah
Hasil dari analisa tersebut kemudian disampaikan kepada kepala unit perkreditan untuk
menentukan diterima atau ditolaknya permohonan calon nasabah tersebut.Sementara itu pada
unit usaha simpanan pinjam KUD Citali pemeriksaan ke lokasi nasabah tidak dilakukan karena
tidak adanya petugas lapangan.
d. Pemutusan Permohonan Kredit
Hasil analisa dari petugas perkreditan setelah dipertimbangkan oleh kepala unit perkreditan,
maka pengambilan keputusannya dilakukan dengan cara :
a) Permohonan jumlah pinjaman yang nilainya berkisar antara Rp. 10.000,- sampai Rp.
100.000,- ditentukan langsung oleh kepala unit perkreditan.
b) Permohonan jumlah kredit yang nilainya berkisar antara Rp. 101.000,- sampai Rp. 250.000,-
diputuskan oleh manajer.
c) Permohonan jumlah kredit ysng nilainya berkisar antara Rp. 250.000,- ke atas, diputuskan
oleh panitia pemutus kredit yang terdiri dari salah seorang pengurus, manajer, dan kepala
unit perkreditan.
Sementara itu pada unit usaha simpan pinjam KUD Citali pemutusan permohonan kredit
dilakukan langsung oleh kepala bagian perkreditan tanpa melalui manajer ataupun panitia kredit
Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen
Volume 1,Nomor 2,Oktober 2019 Hal 156-170
ISSN 2684-8775 (Online)
168
terlebih dahulu.Hal ini dilakukan karena segala urusan kredit hanya ditangani oleh seorang
kepala bagian perkreditan.
e. Pemberitahuan Pemutusan Kredit
Setelah pemutusan kredit dilakukan oleh kepala unit perkreditan, manajer, dan bidan
perkreditan memberitahukan kepada calon nasabah secara tertulis hasil keputusan tersebut agar
segera diketahui atau ditolaknya permohonan mereka
f. Relisasi Kredit
Petugas kredit mempersiapkan dokumen-dokumen perjanjian terdiri dari surat perjanjian kredit,
kartu pinjaman, surat kuasa pencairan jaminan, setelah itu nasabah dapat mengambil kredit
tersebut pada bidang keuangan. Pada unit usaha simpan pinjam KUD Citali melakukan realisasi
pencairan kredit terlebih dahulu membuat perjanjian kredit secara lisan dengan anggota.
Prosedur pemberian kredit di atas merupakan tahap-tahap dari kegiatan yang dilakukan oleh
unit simpan pinjam merealisasikan permohonan kredit yang diajukan.Perkembangan simpan pinjam
dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini.
Tabel 4.1
Perkembangan Simpanan Anggota Selama Kurun Waktu 2016-2017
Keterangan Tahun Kenaikan/Perusahaan % %
2016 2017 2018 2016 2018 % %
Jumlah simpanan
Pengembalian
Simpanan
34.157.339 40.707.299
5.505.365
47.771.489
4.768.230
6.549.960
5.505.365
7.064.190
(797.135)
19
100
17
(13)
Jumlah Akhir
Simpanan
34.157.339 35.201.935 43.003.259 1.044.595 7.801.325 3 22
Sumber : Laporan Keuangan RAT KUD Citali tahun 2018.
Tabel 4.2
Perkembangan Volume Penyaluran Kredit Unit simpan Pinjam Selama Kurun Waktu 2016-2017
Keterangan Tahun Kenaikan/Perusahaan % %
2016 2017 2018 2016 2018 % %
Kredit disalurkan
pengembalian kredit
33.032.420
15.661.950
30.098.670
14.094.260
36.703.410
15.392.725
(2.933.750)
(1.567.690)
6.604.740
(737.135)
(9)
(10)
22
9
17.370.470 16.604.410 21.310.685 (766.060) 4.706.275 (4) 28
Sumber : Laporan Kuangan RAT KUD Citali tahun 2018.
Tabel 4.3
Perkembangan Jumlah Anggota dan Penerima Fasilitas Kredit Selama Kurun Waktu 2016-2018
Keterangan Tahun Kenaikan/Perusahaan % %
2016 2017 2018 2016 2018 % %
Jumlah Anggota dan
penerima kredit
2.280
102
2.848
147
3.950
162
568
45
1.102
15
24,9
44
38,69
10
% Anggota yang
menerima Kredit
4,47 5,16 4,10 0,69 (1,06)
Sumber : Laporan Kuangan RAT KUD Citali tahun 2018.
Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen
Volume 1,Nomor 2,Oktober 2019 Hal 156-170
ISSN 2684-8775 (Online)
169
Tabel 4.4
Perkembangan Perubahan Hasil Usaha Selama Kurun Waktu 2016-2018
Keterangan Tahun Kenaikan/Perusahaan % %
2016 2017 2018 2016 2018 % %
Simpanan 1.889.000 2.298.000 3.400.00023.101.280 409.000 1.102.000 21 48
Pokok 18.675.640 18.941.585 7.425.077 265.945 4.086.695 1,4 21
Simpanan 6.559.539 7.133.707 534.168 291.370 8 4
Wajib
Cadangan 1.746.550
SHU Tahun 4.307.875 1.913.090 (2.394.785) (166.540) (56) (9)
Berjalan
Jumlah 31.472.054 30.286.382 35.581.907 (1.184.672) 5.295.525 3,7 17
Sumber : Laporan Kuangan RAT KUD Citali tahun 2018
Demikianlah mengenai perkembangan atas hasil yang telah dicapai oleh unit usaha simpan
pinjam selama menjalankan kegiatan usaha perkreditan.penyaluran kredit pada unit usaha simpan
pinjam KUD Citali berdasarkan hasil evaluasi menunjukan hasil yang kurang baik hal ini diukur
dari persyaratan kredit, prosedur kredit, serta pembinaan dan pengawasan kredit. Dari hasil evaluasi
tersebut masih banyak ketentuan mengenai perkereditan yang belum dilaksanakan oleh unit usaha
simpan pinjam atau dengan kata lain pelaksanaan dari pola penyaluran krdit tersebut belum sesuai
dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Departemen Koperasi
KESIMPULAN
Pola penyaluran kredit pada unit usaha simpan pinjam KUD Citali berdasarkan hasil
evaluasi menunjukan hasil yang kurang baik hal ini diukur dari persyaratan kredit, prosedur kredit,
serta pembinaan dan pengawasan kredit. Dari hasil evaluasi tersebut masih banyak ketentuan
mengenai perkereditan yang belum dilaksanakan oleh unit usaha simpan pinjam atau dengan kata
lain pelaksanaan dari pola penyaluran krdit tersebut belum sesuai dengan aturan-aturan yang telah
ditetapkan oleh Departemen Koperasi. Adapun hal-hal yang belum dilaksanakan adalah sebagai
berikut :
a. Persyaratan kredit, terdiri dari jaminan kredit, klasifikasi jumlah pinjaman, simpanan wajib
pinjaman, serta dana resiko. Belum dapat dilaksanakannya persyaratan kredit tersebut sesuai
dengan petunjuk karena koperasi tidak ingin terlalu membebani anggota dengan beban sangat
berat sementara besarnya jumlah kredit yang diberikan kepada anggota relative kecil yaitu
maksimal Rp. 250.000; sedangkan besarnya nilai pinjaman hanya ditentukan dari besar kecilnya
jumlah simpanan yang dimiliki anggota. Berdasarkan hal-hal tersebut maka koperasi belum
melaksanakan persyaratan pemberian kredit sesuai dengan petunjuk perkreditan.
b. Prosedur kredit terdiri dari pelayanan pendahuluan di mana keharusan memiliki usaha tetap bagi
setiap anggota yang hendak mengajukan permohonan kredit belum diterapkan kemudian
ketentuan mengenai layak atau tidaknya untuk diberikan kredit juga belum dikenakan, lalu
pemeriksaanke lokasi usaha anggota dalam rangka melakukan analisa kredit juga belum
dilaksanakan. Belum dilaksanakannya semua ketentuan di atas karena suatu pertimbangan,
pertama, jumlah kredit yang diberikan relative kecil, kemudian pemberian kredit tersebut hanya
Mpu Procuratio : Jurnal Penelitian Manajemen
Volume 1,Nomor 2,Oktober 2019 Hal 156-170
ISSN 2684-8775 (Online)
170
ditentukan dari besar kecilnya jumlah simpanan yang yang dimiliki anggota, selain dari itu tidak
ada bagian yang bertugas melaksanakan kegiatan tersebut, karena semua tugas yang
menyangkut urusan kredit hanya ditangani oleh satu orang saja.
c. Pembinaan dan pengawasan kredit terdiri dari pembinaan usaha, pembinaan mengenai cara-cara
memnfaatkan fasilitas kredit dengan baik, dan pembinaan mental ideology, sedangkan
pengawasan meliputi pengawasan secara preventif dan pengawasan secara represif baik aktif
maupun pasif. Belum dapat dilaksanakannya pembinaan dan pengawasan tersebut belum tidak
lain dikarenakan tenaga Pembina dan pengawasan tersebut belum dimiliki oleh koperasi, hal
lain adalah alat transportasi yang dibutuhkan guna menjangkau lokasi usaha anggota juga belum
dimiliki. Dengan belum dilaksanakannya pembinaan dan pengawsan kredit sesuai dengan
ketentuan perkreditan telah memberikan andil terhadap besarnya tunggakan kredit yang terjadi
pada unit usaha simpan pinjam.Perkembangan kegiatan penyaluran kredit pada usaha simpan
pinjam KUD Citali berdasarkan hasil evaluasi telah mengalami fluktuasi dengan kecenderungan
yang menurun, hal ini dapat dilihat dari volume penyaluran kredit yang bergerak sangat lambat,
kemudian perolehan SHU mengalami penurunan, serta pemupukan modal yang berhasil
dihi,pun relatif rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Alfred,H.(2009).Organisasi Koperasi.Yogyakarta: Graha Ilmu
Baswir,R.(2000).Koperasi Indonesia.Edisi Pertama.Yogakarta: BPFE UGM.
Firdaus,R,H.(2007).Manajemen Perkreditan Bank Umum Teori Masalah.
Hendar,K.(2005).Ekonomi Koperasi.Edisi kedua.Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI
Indriyo,G., dan Najmudin,M.(2003).Anggaran Perusahaan Teori Soal dan Tanya Jawab.
Yogyakarta: BPFE.
J.Supranto.(2006).Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan : Untuk Menaikkan Pangsa
Pasar.Jakarta: Rineka Cipta
Nazir,M.(2011).Metode Penelitian.Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sitio.R (2019) Pengaruh Umur dan Ukuran Perusahaan Terhadap ROE (Return On Equity)
(Studi pada Perusahaan Jasa Sektor Properti dan Real Estate yang Terdaftar di BEI Periode
2011 – 2017).Equilibrium : Jurnal Ekonomi-Manajemen-Akutansi Vol 15 No 1 Hal 167-176
Subandi.(2009).Ekonomi Koperasi.Alfabeta: Bandung.
Sugiyono.(2012).Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R and D.Bandung: Alfabeta.
Thomas,S.(2007).Kelembagaan Perbankan.Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Wasis.(2003).Pembelanjaan Perusahaan.Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.