EVALUASI KEGIATAN POS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS CISAUK KECAMATAN CISAUK KABUPATEN
TANGERANG TAHUN 2016
SKRIPSI
DISUSUN OLEH:
YUNI FIRA LARASATY
1112101000087
PEMINATAN GIZI MASYARAKAT
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H / 2017
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan gelar strata satu di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, Juni 2017
Yuni Fira Larasaty
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN GIZI MASYARAKAT
Skripsi, Juni 2017
YUNI FIRA LARASATY, NIM: 1112101000087
Evaluasi Kegiatan Pos Gizi pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Cisauk
Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang Tahun 2016
xix + 204 halaman, 24 tabel, 10 gambar, 9 bagan, 23 lampiran
ABSTRAK
Masalah kurang gizi pada balita masih menjadi masalah di Indonesia.
Untuk menurunkan prevalensi kurang gizi, maka Dinas Kesehatan Kabupaten
Tangerang membentuk Pos Gizi melalui pemberdayaan masyarakat dengan
menggunakan pendekatan Positive Deviance (PD). Puskesmas Cisauk telah
membentuk Pos Gizi sejak tahun 2010 hingga 2016. Masih terdapatnya kasus
kurang gizi pada tahun 2016 di wilayah kerja Puskesmas Cisauk, sehingga
kegiatan Pos Gizi masih dilakukan di ketiga desa binaannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kegiatan Pos Gizi pada balita
di wilayah kerja Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang
tahun 2016 untuk melihat tercapainya tujuan pertama dari Pos Gizi yaitu
memulihkan anak-anak kurang gizi yang diidentifikasi di dalam masyarakat
dengan cepat. Penelitian ini menggunakan model evaluasi sistem analisis dengan
metode kualitatif. Informan utama penelitian adalah kader dan ibu balita,
sedangkan informan pendukung adalah Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas
Cisauk, dan petugas seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi, dan telaah
dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih belum tercapainya tujuan
pertama dari Pos Gizi dalam pemulihan anak kurang gizi. Hal ini disebabkan
karena ada masalah pada bagian input dan proses pelaksanaan. Masalah pada
input meliputi rendahnya kemampuan kader terlatih dalam hal penimbangan,
penyuluhan kesehatan, alat dan fasilitas tidak memadai seperti tempat cuci tangan
dan penimbangan, tidak ada kontribusi bahan makanan, dan tidak ada alat ukur
kunjungan rumah. Permasalahan pada input mempengaruhi proses pelaksanaan
meliputi belum diterapkannya pendekatan Positive Deviance (PD).
Saran untuk pengambil kebijakan adalah meningkatkan kemampuan kader
dengan memberian pelatihan tentang Positive Deviance (PD) dan melakukan
pemantauan rutin. Saran untuk kader adalah mengganti dan memperbaiki
peralatan yang sudah rusak, memotivasi ibu balita untuk terlibat dalam memasak
dan membawa kontribusi bahan makanan, memberikan penyuluhan pesan
kesehatan dan meningkatkan kunjungan rumah secara aktif.
Kata Kunci: Evaluasi, Pos Gizi, Balita
Daftar Bacaan: 61 (1971-2016)
iii
FACULTY OF MEDICINE AND PUBLIC HEALTH SCIENCES
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
PROGRAM STUDY OF PUBLIC HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH NUTRITION CONCENTRATION
Undergraduate Thesis, June 2017
YUNI FIRA LARASATY, NIM: 1112101000087
Evaluation of Nutrition Post Activity to Children Under Five Years in the
Working Area of Cisauk Public Health Center, Cisauk Sub-District, Tangerang
District in 2016
xix + 204 pages, 24 tables, 10 pictures, 9 charts, 23 attachments
ABSTRACT
The problem of undernutrition in children under five years is still a
problem in Indonesia. To reduce the prevalence of undernutrition, Tangerang
District Health Office established a Nutrition Post through community
empowerment using Positive Deviance (PD) approach. Cisauk Public Health
Center has established the Nutrition Post since 2010 until 2016. There are still
cases of undernutrition in 2016 in the working area of Cisauk Public Health
Center, so activities of nutrition post are still conducted in all three villages.
This study aims to evaluate the Nutrition Post activities of children under
five years in the working area of Cisauk Public Health Center, Cisauk Sub-
District, Tangerang District in 2016 to see the achievement of the first goal of
Nutrition Post, which is to recover the undernutrition children identified in the
community quickly. This research uses model evaluation system analysis with
qualitative method. The main informants were cadres and mothers of children
under five years, while supporting informants were Nutrition Staff (TPG) of
Cisauk Public Health Center, and nutrition section officer of Tangerang District
Health Office. Data collection is condected through in-depth interviews,
observation, and document review.
The research results show the first goal of Nutrition Post has not been
achieved in the recovery of undernutrition children. This is because there are
problems in the input and implementation process. Problems with inputs include
the low ability of trained cadres in terms of weighing, health counseling,
inadequate tools and facilities such as hand washing and weighing, no food
contribution, and no home visit measurements. Problems on the input affect the
implementation process include not applied Positive Deviance (PD) approach.
Suggestion for policy makers is to improve cadres ability by providing
training on Positive Deviance (PD) and doing routine monitoring. Suggestions for
cadres are replacing and repairing damaged equipment, motivating mothers of
children under five years to cooking and contributing foodstuffs, providing health
message counseling and actively improving home visits.
Keywords: Evaluation, Nutrition Post, Children Under Five Years
Biblioraphy: 61 (1971-2016)
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan Judul
EVALUASI KEGIATAN POS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS CISAUK KECAMATAN CISAUK KABUPATEN
TANGERANG TAHUN 2016
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, Juni 2017
Oleh
Yuni Fira Larasaty
1112101000087
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing I
Catur Rosidati, M.K.M Dudung Angkasa, M.Gz
NIP. 19750210 200801 2 018 NIP. –
PEMINATAN GIZI MASYARAKAT
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H / 2017
v
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, Juni 2017
Penguji I,
Ratri Ciptaningtyas, MHS
NIP. 19840404 200912 2 007
Penguji II,
Dela Aristi, M.K.M
NIP. –
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS PRIBADI
Nama : Yuni Fira Larasaty
Tempat, Tanggal Lahir: Jakarta, 05 Juni 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Perumahan Ciputat Baru Jalan Nusa Indah Blok C A
No. 19 Ciputat Baru-Tangerang Selatan
No. HP/Telepon : 083870804743 / 021-7422336
Email : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
1998-2000 : TK Crescendo Perumahan Ciputat Baru
2000-2006 : SD Negeri Ciputat 1
2006-2009 : SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan
2009-2012 : SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan
2012-sekarang : S1-Peminatan Gizi Masyarakat, Program Studi
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
PENGALAMAN KERJA
2013-2014 : Mengajar les privat SD dan SMP
vii
2015 : Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) di Puskesmas
Paku Alam Kota Tangerang Selatan periode Januari s/d
Maret 2015
2016 : Magang di Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk
Kabupaten Tangerang periode Februari s/d Maret 2016
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul ―Evaluasi Kegiatan Pos Gizi pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang Tahun 2016‖ dengan
baik. Shalawat serta salam tidak lupa penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad
SAW.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih keapada:
1. Kedua Orang Tua tercinta, Papa H. Sarwono Saridjan dan Mama Dra. Erfi
Ramli serta adikku Afrizal Dwi Prasetyo yang selalu mendoakan, mendukung,
dan memberikan semangat kepada penulis agar dapat menyelesaikan skripsi
ini.
2. Keluarga Besar Salsa tercinta dan tersayang baik Pakde, Bude, Om, Tante,
Kakak dan Adik Sepupu, serta keponakanku yang selalu mendoakan,
mendukung, dan memberikan semangat kepada penulis agar dapat
menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, S.K.M, M.Kes selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Fajar Ariyanti, S.K.M, M.Kes, Ph.D selaku Kepala Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
ix
5. Ibu Catur Rosidati, M.K.M dan Bapak Dudung Angkasa, M.Gz, selaku dosen
pembimbing skripsi yang sudah banyak sekali memberikan waktu, arahan,
ilmu, kesabaran, dan tenaganya untuk membimbing penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
6. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS dan Ibu Dela Aristi, M.K.M, selaku penguji
sidang ujian skripsi yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
7. Segenap dosen pengajar di Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah
memberikan wawasan berkenaan dengan tema yang diambil.
8. Pihak Puskesmas Cisauk yang telah mengizinkan penulis untuk melaksanakan
penelitian di Pos Gizi di wilayah kerja Puskesmas Cisauk di kedua desa
binaannya yaitu Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo dan Pos Gizi Bintang di
Kelurahan Cisauk serta para kader Pos Gizi yang banyak membantu dan
memberikan semangat kepada penulis selama proses penelitian.
9. Ibu-ibu balita Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo dan Pos Gizi Bintang di
Kelurahan Cisauk yang telah berpartisipasi dan bekerjasama selama proses
penelitian ini.
10. Kakak, sahabat tersayang, Alen Donitama Putra, S. Si yang selalu mendoakan,
mendukung, menemani dan memberikan semangat kepada penulis hingga
laporan skripsi ini selesai.
11. Sahabat dan kakak terbaik, Kak Hesty, Kak Bachrudin, Mega Nuriza F.P,
Fitri, dan Nuzula Evana yang telah memberikan doa, dukungan dan
semangatnya kepada penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini.
x
12. Teman-teman Kesehatan Masyarakat 2012, Peminatan Gizi 2012 serta adik
kelas Gizi 2014 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah membantu
saat proses penelitian, memberikan dukungan dan semangatnya kepada
penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini.
13. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dari awal
perkuliahan hingga skripsi ini selesai.
Semoga Allah SWT memberikan balasan berupa kebaikan yang berlipat
ganda kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses maupun penulisan
skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak untuk menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap,
semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membacanya.
Jakarta, Juni 2017
Yuni Fira Larasaty
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. i
ABSTRAK .......................................................................................................... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI .................................................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii
DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 10
1.3 Pertanyaan Penelitian .................................................................................. 11
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 12
1.4.1 Tujuan Umum .................................................................................... 12
1.4.2 Tujuan Khusus .................................................................................... 12
1.5 Manfaat Penelitian....................................................................................... 13
1.5.1 Bagi Peneliti ....................................................................................... 13
1.5.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta ........................................................................... 13
1.5.3 Bagi Pengambil Kebijakan (Puskesmas Cisauk dan Dinas Kesehatan
Kabupaten Tangerang) serta Kader Pos Gizi ....................................... 13
xii
1.5.4 Bagi Peneliti Lain ............................................................................... 13
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 15
2.1 Balita........................................................................................................... 15
2.2 Masalah Gizi ............................................................................................... 15
2.2.1 Kurang Gizi pada Balita...................................................................... 15
2.2.2 Status Gizi pada Balita ........................................................................ 23
2.3 Program Gizi untuk Menanggulangi Kurang Gizi pada Balita ...................... 30
2.4 Pos Gizi....................................................................................................... 31
2.4.1 Definisi Pos Gizi................................................................................. 31
2.4.2 Tujuan Pos Gizi .................................................................................. 33
2.4.3 Indikator Pos Gizi ............................................................................... 33
2.4.4 Kegiatan Pos Gizi ............................................................................... 37
2.4.5 Pendekatan Pos Gizi ........................................................................... 41
2.4.6 Langkah-Langkah Utama dalam Pendekatan Pos Gizi ........................ 41
2.4.7 Keuntungan Pendekatan Pos Gizi ....................................................... 43
2.4.8 Monitoring dan Evaluasi ..................................................................... 45
2.5 Pengaruh Pendekatan Positive Deviance pada Kegiatan Pos Gizi ................ 46
2.6 Evaluasi Program ........................................................................................ 49
2.6.1 Pengertian Evaluasi ............................................................................ 49
2.6.2 Pengertian Evaluasi Program .............................................................. 65
2.8 Pengumpulan Data ...................................................................................... 67
2.9 Validitas Data Kualitatif .............................................................................. 68
2.10 Analisis Data ............................................................................................... 69
2.11 Kerangka Teori ........................................................................................... 69
xiii
BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH .................................. 72
3.1 Kerangka Pikir ............................................................................................ 72
3.2 Definisi Istilah ............................................................................................. 73
BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................... 74
4.1 Desain Penelitian Evaluasi .......................................................................... 74
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 74
4.3 Informan Penelitian ..................................................................................... 74
4.3.1 Informan Utama ................................................................................. 75
4.3.2 Informan Pendukung .......................................................................... 76
4.4 Pengumpulan Data ...................................................................................... 76
4.4.1 Instrumen Penelitian ........................................................................... 76
4.4.2 Sumber Data dan Cara Pengumpulan Data .......................................... 77
4.5 Pengolahan Data.......................................................................................... 80
4.6 Validitas Data .............................................................................................. 81
4.7 Analisis Data ............................................................................................... 82
BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................... 85
5.1 Gambaran Penelitian ................................................................................... 85
5.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Cisauk .................................................. 85
5.1.2 Kegiatan Pos Gizi di Puskesmas Cisauk Tahun 2016 .......................... 87
5.1.3 Karakteristik Informan ........................................................................ 90
5.2 Hasil Evaluasi Kegiatan Pos Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Cisauk
Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang Tahun 2016 ................................ 94
5.2.1 Gambaran Kegiatan Pos Gizi dilihat dari Input pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten
Tangerang Tahun 2016 ....................................................................... 95
xiv
5.2.2 Gambaran Kegiatan Pos Gizi dilihat dari Proses pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten
Tangerang Tahun 2016 ..................................................................... 124
5.2.3 Gambaran Kegiatan Pos Gizi dilihat dari Output pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten
Tangerang Tahun 2016 ..................................................................... 168
5.2.4 Keterkaitan antara Pencapaian Tujuan Pertama dari Pos Gizi dilihat
dari Komponen Output terhadap Komponen Input dan Proses dari
Kegiatan Pos Gizi ............................................................................. 174
BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................ 180
6.1 Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 180
6.2 Evaluasi Kegiatan Pos Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Cisauk
Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang Tahun 2016 .............................. 181
6.2.1 Keterkaitan antara Pencapaian Tujuan Pertama dari Pos Gizi dilihat
dari Komponen Output terhadap Komponen Input dan Proses dari
Kegiatan Pos Gizi ............................................................................. 181
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 198
7.1 SIMPULAN .............................................................................................. 198
7.2 SARAN ..................................................................................................... 198
7.2.1 Bagi Pengambil Kebijakan (Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk
dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang) .................................... 198
7.2.2 Bagi Kader Pos Gizi ......................................................................... 199
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 201
LAMPIRAN .................................................................................................... 205
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks
BB/U ........................................................................................................... 25
Tabel 2.2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks
TB/U ........................................................................................................... 26
Tabel 2.3 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks
BB/TB ............................................................................................................. 27
Tabel 2.4 Status Gizi Anak Berdasarkan Kartu Menuju Sehat (KMS) ..................... 30
Tabel 2.5 Indikator Kegiatan Pos Gizi ..................................................................... 34
Tabel 3.6 Definisi Istilah ......................................................................................... 73
Tabel 4.7 Pengumpulan Data .................................................................................. 79
Tabel 4.8 Triangulasi Sumber dan Triangulasi Metode ............................................ 82
Tabel 5.9 Karakteristik Kader Pos Gizi yang Terlibat Langsung dalam Kegiatan
Pos Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk
Kabupaten Tangerang Tahun 2016 .............................................................. 91
Tabel 5.10 Karakteristik Ibu Balita Peserta Pos Gizi yang Hadir dalam Kegiatan
Pos Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk
Kabupaten Tangerang Tahun 2016 .............................................................. 92
Tabel 5.11 Karakteristik Ibu Balita dan Balita yang Hadir dan Mengikuti Kegiatan
Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo di Wilayah Kerja Puskesmas Cisauk
Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang Tahun 2016 .............................. 100
Tabel 5.12 Karakteristik Ibu Balita dan Balita yang Hadir dan Mengikuti Kegiatan
Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk di Wilayah Kerja Puskesmas
Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang Tahun 2016 ................... 102
Tabel 5.13 Karakteristik Kader dalam Kegiatan Pos Gizi di Wilayah Kerja
Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang Tahun 2016 . 109
Tabel 5.14 Rincian Dana Kegiatan Pos Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Cisauk
Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang Tahun 2016 .............................. 115
xvi
Tabel 5.15 Rincian Sarana dan Prasarana dalam Kegiatan Pos Gizi di Wilayah
Kerja Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang Tahun
2016 .......................................................................................................... 118
Tabel 5.16 Jumlah Sasaran Peserta Pos Gizi Tahun 2016 ...................................... 130
Tabel 5.17 Proporsi Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Pos Gizi Mekar di Desa
Cibogo Tahun 2016 ................................................................................... 152
Tabel 5.18 Proporsi Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Pos Gizi Bintang di
Kelurahan Cisauk Tahun 2016 ................................................................... 152
Tabel 5.19 Proporsi Tingkat Perilaku Ibu Balita Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo
Tahun 2016 ............................................................................................... 153
Tabel 5.20 Proporsi Tingkat Perilaku Ibu Balita Pos Gizi Bintang di Kelurahan
Cisauk Tahun 2016.................................................................................... 154
Tabel 5.21 Contoh Pencatatan Porsi Makan yang Dihabiskan oleh Balita .............. 158
Tabel 5.22 Kelulusan Peserta Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo Tahun 2016 dilihat
dari Kenaikan Berat Badan ........................................................................ 170
Tabel 5.23 Kelulusan Peserta Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk Tahun 2016
dilihat dari Kenaikan Berat Badan ............................................................. 170
Tabel 5.24 Kehadiran Ibu Balita/Pengasuh dalam Kegiatan Pos Gizi Tahun 2016 . 174
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Balita Marasmus .............................................................................. 105
Gambar 2 Kondisi Timbangan Dacin Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo ............. 119
Gambar 3 Praktek Memasak yang Dilakukan oleh Ibu blaita di Pos Gizi Bintang
di Kelurahan Cisauk ........................................................................... 144
Gambar 4 Indikator BB/U menurut WHO, 2006 .............................................. 245
Gambar 5 Materi Penyuluhan Pos Gizi Mekar Desa Cibogo (a), Pos Gizi Bintang
Kelurahan Cisauk (b).......................................................................... 246
Gambar 6 KMS laki-laki dan perempuan Pos Gizi Mekar Desa Cibogo ........... 246
Gambar 7 Timbangan Dacin Pos Gizi Bintang Kelurahan Cisauk..................... 246
Gambar 8 Kondisi Dapur dan Peralatan Memasak Pos Gizi Mekar Desa Cibogo
(a), Pos Gizi Bintang Kelurahan Cisauk (b) ........................................ 247
Gambar 9 Permainan Anak Pos Gizi Mekar Desa Cibogo ................................ 247
Gambar 10 Kehadiran Balita Pos Gizi Bintang Kelurahan Cisauk .................... 247
xviii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori ................................................................................. 71
Bagan 3.2 Kerangka Pikir .................................................................................. 72
Bagan 3 Alur Pelaksanaan Kegiatan Pos Gizi ................................................... 133
Bagan 4 Alur Kegiatan Pos Gizi yang dikembangkan berdasarkan Panduan Pos
Gizi dari CORE (2003) ....................................................................... 135
Bagan 5 Alur Pelaksanaan Kegiatan Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo ............... 136
Bagan 6 Alur Pelaksanaan Kegiatan Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk ..... 137
Bagan 7 Alur Pelaksanaan Kegiatan Pos Gizi ................................................... 162
Bagan 8 Diagram Fishbone Keterkaitan antara Pencapaian Tujuan Pertama dari
Pos Gizi yang dilihat dari Komponen Output terhadap Komponen Input
dan Proses dari Kegiatan Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo .................. 176
Bagan 9 Diagram Fishbone Keterkaitan antara Pencapaian Tujuan Pertama dari
Pos Gizi yang dilihat dari Komponen Output terhadap Komponen Input
dan Proses dari Kegiatan Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk ........ 177
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 ..................................................................................................... 206
Lampiran 2 ..................................................................................................... 207
Lampiran 3 ..................................................................................................... 208
Lampiran 4 ...................................................................................................... 209
Lampiran 5 ..................................................................................................... 213
Lampiran 6 ..................................................................................................... 218
Lampiran 7 ..................................................................................................... 222
Lampiran 8 ..................................................................................................... 224
Lampiran 9 ..................................................................................................... 226
Lampiran 10.................................................................................................... 227
Lampiran 11.................................................................................................... 228
Lampiran 12.................................................................................................... 229
Lampiran 13.................................................................................................... 230
Lampiran 14.................................................................................................... 231
Lampiran 15.................................................................................................... 236
Lampiran 16.................................................................................................... 237
Lampiran 17.................................................................................................... 238
Lampiran 18.................................................................................................... 240
Lampiran 19.................................................................................................... 242
Lampiran 20.................................................................................................... 245
Lampiran 21.................................................................................................... 248
Lampiran 22.................................................................................................... 250
Lampiran 23.................................................................................................... 263
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kekurangan gizi (undernutrition) di Indonesia masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat yang serius. Kekurangan gizi diakibatkan oleh
ketidakmampuan tubuh untuk memenuhi kebutuhan zat gizi sehingga dapat
mengganggu kesehatan fisik maupun mental (CORE, 2003). Salah satu masalah
kekurangan gizi yang masih terjadi di Indonesia adalah masalah gizi kurang
(underweight) dan berat badan sangat kurang (severely underweight) yang
berhubungan dengan Kurang Energi Protein (KEP). Masalah kurang gizi sering
terjadi pada anak balita atau anak usia dibawah lima tahun yang merupakan
kelompok umur paling sering menderita rawan gizi dan penyakit (Dahlia, 2012).
Usia balita dianggap sebagai tahapan perkembangan anak yang cukup rentan
terhadap berbagai serangan penyakit, termasuk penyakit yang disebabkan oleh
kekurangan atau kelebihan asupan nutrisi jenis tertentu (Kemenkes RI, 2015a).
Dalam mengidentifikasi kekurangan gizi pada usia balita dapat digunakan
indikator standar berat badan menurut umur (BB/U) untuk mengetahui klasifikasi
status gizinya. Selain itu, dapat juga dengan melihat nilai z-score yang
menggunakan nilai baku antropometri anak balita dari WHO 2005 (Kemenkes RI,
2013a). Kurang gizi pada balita akan terjadi jika kebutuhan tubuh untuk energi,
protein atau keduanya tidak tercukupi dengan baik (Black, et al., 2008 dalam
Rahmadini, dkk, 2013). Menurut UNICEF (1998), faktor yang menyebabkan
2
kurang gizi terdiri dari penyebab langsung, yaitu konsumsi makanan anak dan
penyakit infeksi yang mungkin diderita anak, sedangkan penyebab tidak
langsungnya, yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta
pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan.
Kurang gizi pada balita akan berdampak pada pertumbuhan fisik maupun
mental, terjadinya gangguan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan,
menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah terkena penyakit infeksi, timbulnya
kecacatan dan tingginya angka kesakitan, serta kematian (Ali, 2006; Mamhidira,
2006; dalam Rahim, 2014 dan Pahlevi, 2014). Selain itu, jika terjadi gangguan
asupan gizi yang bersifat akut akan menyebabkan anak kurus kering (wasting),
dan jika terjadi gangguan asupan gizi yang bersifat menahun akan menyebabkan
anak pendek (stunting), serta apabila kekurangan asupan protein dalam waktu
yang lama dapat menyebabkan terjadinya anemia gizi besi (Andarina dan Sri,
2006, dan Proverawati dan Siti, 2009).
Prevalensi gizi kurang (underweight) di dunia tahun 2006-2012 sebesar
15,1% dan prevalensi tertinggi secara regional tahun 2006-2012 adalah Asia
Tenggara sebesar 26,6% (WHO Health Organization, 2014). Pada tahun 2007-
2014, prevalensi gizi kurang (underweight) di dunia masih tidak berubah (15,0%)
dan prevalensi tertinggi secara regional masih berada di Asia Tenggara sebesar
26,4%, kemudian disusul oleh Afrika sebesar 26,9% (WHO Health Organization,
2015).
Berdasarkan laporan Riskesdas tahun 2013, prevalensi status gizi balita
(BB/U) untuk gizi kurang (underweight) sebesar 13,9% dan berat badan sangat
3
kurang (severely underweight) sebesar 5,7% (Kemenkes RI, 2013a). Jika
dibandingkan dengan prevalence cut-off values for public health significant,
prevalensi gizi kurang (underweight) dianggap masalah serius jika prevalensinya
antara 20-29% dan prevalesi dianggap sangat tinggi jika prevalensinya ≥ 30%,
sedangkan prevalensi gizi kurang (underweight) di Indonesia masih berada dalam
medium prevalence sebesar 13, 9% yang artinya masih berada diantara 10-19%
(WHO, 1995 dalam WHO, 2010).
Prevalensi status gizi balita (BB/U) yang mengalami gizi kurang
(underweight) dan berat badan sangat kurang (severely underweight) di Provinsi
Banten sebesar 12,9% dan 4,3% (Kemenkes RI, 2013a). Berdasarkan laporan
Riskesdas Provinsi Banten dalam angka tahun 2013, prevalensi gizi kurang
(underweight) dan berat badan sangat kurang (severely underweight) di
Kabupaten Tangerang sebesar 14,7% dan 2,9%. Prevalensi gizi kurang
(underweight) di Kabupaten Tangerang menepati urutan ketiga di Provinsi Banten
(Kemenkes RI, 2013b). Jika dibandingkan dengan prevalence cut-off values for
public health significant, prevalensi gizi kurang (underweight) di Kabupaten
Tangerang masih berada dalam medium prevalence sebesar 14,7% yang artinya
masih berada diantara 10-19% (WHO, 1995 dalam WHO, 2010).
Prevalensi gizi kurang (underweight) di Kabupaten Tangerang dari tahun
2008 sampai tahun 2009 mengalami kenaikan dan mengalami penurunan pada
tahun 2010 yang kemudian terjadi kenaikan kembali pada tahun 2011 dan
mengalami penurunan kembali pada tahun 2012 sampai tahun 2013, sedangkan
untuk prevalensi berat badan sangat kurang (severely underweight) dari tahun
4
2008 sampai tahun 2009 mengalami kenaikan dan mengalami penurunan pada
tahun 2010 hingga tahun 2013 (Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, 2013).
Kecamatan Cisauk merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten
Tangerang yang masih terdapat kasus gizi kurang (underweight) dan berat badan
sangat kurang (severely underweight). Salah satu Puskesmas di Kecamatan Cisauk
adalah Puskesmas Cisauk. Prevalensi balita yang gizi kurang (underweight) di
Puskesmas Cisauk tahun 2014 sebesar 5,77% dan balita berat badan sangat kurang
(severely underweight) sebesar 0,80% (BPS Kabupaten Tangerang, 2014),
sedangkan prevalensi balita yang berat badan dibawah garis merah (BGM) di
Puskesmas Cisauk pada tahun 2015 sebesar 1,90% dan prevalensi berat badan
sangat kurang (severely underweight) sebesar 0,94% (BPS Kabupaten Tangerang,
2015).
Jika dibandingkan dengan prevalence cut-off values for public health
significant, prevalensi gizi kurang (underweight) di Puskesmas Cisauk masih
berada dalam low prevalence sebesar 5,77% yang artinya masih berada kurang
dari 10% (WHO, 1995 dalam WHO, 2010). Walaupun prevalensi gizi kurang
(underweight) berada pada prevalensi yang rendah di wilayah kerja Puskesmas
Cisauk, namun masalah gizi kurang (underweight) ini harus tetap diatasi oleh
Puskesmas Cisauk.
Berdasarkan laporan bulan penimbangan balita pada bulan Agustus dari
tahun 2011 sampai tahun 2016 yang diperoleh dari Puskesmas Cisauk didapatkan
bahwa kasus balita yang mengalami gizi kurang (underweight) dari tahun 2011
sebanyak 92 balita, tahun 2012 sebanyak 97 balita, tahun 2013 sebanyak 137
5
balita, tahun 2014 sebanyak 112 balita, tahun 2015 sebanyak 126 balita dan tahun
2016 sebanyak 182 balita. Kasus balita yang mengalami berat badan sangat
kurang (severely underweight) dari tahun 2011-2012 sebanyak 20 balita, tahun
2013 sebanyak 19 balita, tahun 2014 sebanyak 17 balita, tahun 2015 sebanyak 20
balita dan tahun 2016 sebanyak 28 balita.
Untuk menurunkan prevalensi kurang gizi pada balita, Dinas Kesehatan
Kabupaten Tangerang melakukan upaya melalui pemberdayaan masyarakat yaitu
dengan membentuk Pos Gizi yang dimulai dari tahun 2008 hingga sekarang di
wilayah Kabupaten Tangerang dengan pemilihan lokasi berdasarkan jumlah kasus
berat badan sangat kurang (severely underweight) terbanyak. Salah satu daerah di
Kabupaten Tangerang yang sudah menerapkan Pos Gizi adalah Kecamatan
Cisauk. Puskesmas Cisauk merupakan Puskesmas di Kecamatan Cisauk yang
telah membentuk Pos Gizi sejak tahun 2010 (PDRC, 2016).
Pos Gizi di Puskesmas Cisauk dibentuk sebagai salah satu intervensi gizi
yang bertujuan untuk menurunkan kasus kurang gizi secara bertahap di wilayah
kerja Puskesmas Cisauk. Pos Gizi di wilayah kerja Puskesmas Cisauk berjumlah
tiga Pos Gizi yang terletak di ketiga desa binaan yaitu Desa Sampora, Kelurahan
Cisauk, dan Desa Cibogo. Dibentuknya Pos Gizi di Puskesmas Cisauk karena
masih terdapat kasus balita yang mengalami kurang gizi dari tahun 2010 hingga
tahun 2016. Karena masih terdapatnya kasus balita yang mengalami kurang gizi
pada tahun 2016 di wilayah kerja Puskesmas Cisauk, maka Puskesmas Cisauk
tetap melakukan kegiatan Pos Gizi untuk menurunkan kasus kurang gizi.
6
Pos Gizi merupakan inovasi terbaru yang dilakukan oleh pemerintah
dalam menanggulangi kasus kurang gizi pada balita dan termasuk program gizi
berbasis keluarga dan masyarakat bagi anak yang berisiko kurang energi protein
di negara sedang berkembang. Pos Gizi dilakukan untuk mengurangi angka
kekurangan gizi di suatu wilayah (CORE, 2003). Pos Gizi atau Pos Pemulihan
Gizi ini merupakan salah satu kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu plus)
(Bina Gizi dan KIA Kemenkes, 2011).
Pembentukan Pos Gizi diinisiasi oleh pendekatan Positive Deviance (PD),
dimana Pos Gizi merupakan salah satu kegiatan untuk melaksanakan kegiatan
pemulihan dan pendidikan gizi dengan memberdayakan ibu balita/pengasuh agar
dapat terjadinya perubahan perilaku pada ibu balita/pengasuh dalam pemberian
makan, pengasuhan, kebersihan diri, dan pemberian perawatan kesehatan. Adanya
Pos Gizi ini diharapkan dapat berbagi pengalaman antara ibu balita/pengasuh
yang mampu secara ekonomi dengan ibu balita/pengasuh yang kurang mampu
secara ekonomi dan sebaliknya dalam hal memberikan makanan yang bergizi,
cara mengolah makanan, variasi makanan, cara mengatasi anak yang tidak mau
makan dan lain-lain (CORE, 2003).
Di berbagai daerah yang telah mengadakan Pos Gizi menunjukkan hasil
yang baik yaitu kegiatan Pos Gizi dapat meningkatkan status gizi balita yang
ditandai dengan bertambahnya berat badan. Berdasarkan penelitian Aryastami
(2006), pendekatan Positive Deviance yang digunakan pada kegiatan Pos Gizi
dapat meningkatkan status gizi balita. Hal ini didukung pula oleh penelitian
Ayubi, dkk (2013), diketahui bahwa terjadi peningkatan status gizi balita yaitu
7
sebelum intervensi Pos Gizi ditemukan 55,5% balita dengan status gizi kurang
(underweight) dan 27,8% balita dengan status berat badan sangat kurang (severely
underweight), kemudian setelah intervensi Pos Gizi terdapat 38,9% balita dengan
status gizi kurang (underweight) dan 11,1% balita dengan status berat badan
sangat kurang (severely underweight).
Berdasarkan penelitian Normalita (2011) diketahui bahwa sebanyak 8
balita yang mengikuti kegiatan Pos Gizi mengalami perubahan berat badan
menjadi lebih baik yaitu sebanyak 3 balita dengan kenaikan berat badan ≥ 400
gram dan sebanyak 5 balita dengan kenaikan berat badan < 400 gram setelah
kegiatan Pos Gizi berakhir.
Keberhasilan kegiatan Pos Gizi dapat dilihat dari tujuan Pos Gizi. Tujuan
dari Pos Gizi adalah memulihkan anak-anak kurang gizi yang diidentifikasi di
dalam masyarakat dengan cepat, memungkinkan keluarga untuk dapat
mempertahankan status gizi anak di rumah masing-masing secara mandiri, dan
mencegah kekurangan gizi pada anak-anak yang akan lahir dengan merubah
norma-norma masyarakat mengenai perilaku pengasuhan anak, pemberian makan,
dan mencari pelayanan kesehatan (CORE, 2003). Selain itu, tujuan Pos Gizi dapat
dilihat juga berdasarkan indikator kegiatan Pos Gizi yaitu status kesehatan dilihat
dari kenaikan berat badan, penggunaan pelayanan utama Pos Gizi, ketersediaan
pelayanan Pos Gizi, dan kualitas pelayanan Pos Gizi.
Terkait dengan tujuan pertama Pos Gizi diketahui bahwa terjadi perubahan
status gizi balita dari status berat badan sangat kurang (severely underweight)
menjadi status gizi kurang (underweight) yang dapat dilihat dari kehadiran peserta
8
dan peserta yang lulus. Berdasarkan data Pos Gizi tahun 2015, dari 52 balita yang
menjadi sasaran kegiatan Pos Gizi hanya 28 balita (53,85%) yang hadir dalam
kegiatan Pos Gizi. Dari 28 balita tersebut, sebanyak 16 balita (57,14%) yang lulus
dari status berat badan sangat kurang (severely underweight) menjadi status gizi
kurang (underweight) dan sebanyak 12 balita (42,86%) yang tidak lulus yang
tetap berstatus berat badan sangat kurang (severely underweight) dan gizi kurang
(underweight) (Data Puskesmas Cisauk, 2015).
Terkait dengan tujuan kedua Pos Gizi diketahui berdasarkan hasil protokol
Pos Gizi yang dilakukan bersama dengan Tenaga Pelaksana Gizi (TPG), kader
dan ibu balita peserta Pos Gizi di wilayah kerja Puskesmas Cisauk tahun 2016
didapatkan bahwa balita yang akan mengikuti kegiatan Pos Gizi pada tahun 2016
sebanyak 25 balita peserta baru (80,65%) dan sebanyak 6 balita peserta lama
(19,35%) (Data Puskesmas Cisauk, 2016).
Terkait dengan tujuan ketiga Pos Gizi, berdasarkan hasil wawancara
dengan kader dan Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) pada saat studi pendahuluan,
didapatkan bahwa sebelum kegiatan Pos Gizi diketahui perilaku ibu masih kurang
dalam pola pengasuhan anak seperti ibu kurang memperhatikan anak dan
membiarkan anak makan seadanya jika anak tersebut tidak mau makan, serta ibu
juga mengetahui bahwa apa yang dilakukannya itu salah seperti membiarkan anak
makan-makanan cepat saji namun ibu tetap melakukan dan memberikan makanan
cepat saji kepada anak. Namun setelah mengikuti kegiatan Pos Gizi, perilaku ibu
berubah terutama dalam pola pengasuhan anak seperti ibu menjadi lebih sabar
9
dalam merawat anak, dan pengetahuan ibu juga bertambah tentang makanan
bergizi, cara merawat anak, dan kebersihan anak.
Untuk mengetahui perubahan perilaku ibu, kader melakukan pemantauan
selama kegiatan Pos Gizi berlangsung dan melakukan kunjungan rumah setelah
kegiatan Pos Gizi selesai untuk mengetahui apakah ibu mempraktekkan perilaku
yang telah diajarkan di rumah masing-masing. Perubahan perilaku dapat
dikatakan berhasil, jika anak yang mengalami kurang gizi, mengalami kenaikan
berat badan sehingga anak tidak mengikuti kegiatan Pos Gizi untuk sesi
selanjutnya. Namun, jika anak mengikuti kembali kegiatan Pos Gizi, maka harus
dilihat apakah anak mengalami penyakit infeksi sehingga tidak mengalami
kenaikan berat badan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu balita pada saat studi
pendahuluan, diketahui bahwa pengetahuan ibu sebelum mengikuti kegiatan Pos
Gizi masih kurang yang ditandai dengan ketika diberikan pertanyaan mengenai
gizi, ibu balita tidak dapat menjawab pertanyaan dengan benar dan bertanya
kembali pertanyaan yang ditanyakan. Selain itu, tidak dilakukan evaluasi pada
peserta yang mengikuti kegiatan Pos Gizi karena tidak ada alat evaluasi. Oleh
karena itu, dibutuhkan suatu evaluasi untuk melihat keberhasilan kegiatan Pos
Gizi yang dilakukan oleh Puskesmas Cisauk.
Menurut Wirawan (2011), jenis evaluasi dibedakan menurut objeknya dan
menurut fokusnya. Evaluasi program merupakan jenis evaluasi menurut objeknya.
Jenis model evaluasi dibedakan menjadi beberapa model, diantaranya model
evaluasi formatif dan sumatif, model evaluasi CIPP, model evaluasi sistem
10
analisis, dan theory-driven evaluation model. Evaluasi program kesehatan dapat
dilakukan dengan melihat empat hal dalam evaluasi, yaitu evaluasi terhadap input,
proses pelaksanaan program, hasil program, dan dampak program (Notoadmodjo,
2011). Menurut Gage, et al (2005), konseptual framework untuk monitoring dan
evaluasi kesehatan anak dapat dilihat dari input, proses, output, outcome, dan
dampak yang diadaptasi dari Bertrand and Amy (1995). Oleh karena itu, peneliti
ingin mengevaluasi kegiatan Pos Gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang tahun 2016 pada komponen
input, proses, dan output.
1.2 Rumusan Masalah
Pembentukan Pos Gizi diinisiasi oleh pendekatan Positive Deviance (PD),
dimana Pos Gizi merupakan salah satu kegiatan untuk melaksanakan kegiatan
pemulihan dan pendidikan gizi yang melibatkan masyarakat serta dapat berbagi
pengalaman antara ibu balita/pengasuh yang mampu secara ekonomi dengan ibu
balita/pengasuh yang kurang mampu secara ekonomi dan sebaliknya dalam hal
memberikan makanan yang bergizi, cara mengolah makanan, variasi makanan,
cara mengatasi anak yang tidak mau makan, dan lain-lain.
Puskesmas Cisauk merupakan Puskesmas yang telah membentuk Pos Gizi
sejak tahun 2010 hingga tahun 2016. Pos Gizi ini dibentuk sebagai salah satu
intervensi gizi yang bertujuan untuk menurunkan kasus kurang gizi di wilayah
kerja Puskesmas Cisauk. Masih terdapatnya kasus kurang gizi pada tahun 2016 di
wilayah kerja Puskesmas Cisauk, sehingga Puskesmas Cisauk masih melakukan
kegiatan Pos Gizi hingga saat ini. Keberhasilan kegiatan Pos Gizi dapat dilihat
11
dari tujuan Pos Gizi dan tujuan Pos Gizi dapat dilihat juga berdasarkan indikator
kegiatan Pos Gizi.
Jika dilihat dari tujuan Pos Gizi dan indikator output kegiatan Pos Gizi,
terdapat masalah pada ketiga tujuan tersebut, diantaranya kehadiran peserta yang
kurang mencapai target, masih terdapat balita peserta lama kegiatan Pos Gizi dan
balita peserta baru, serta perilaku ibu masih kurang dalam pola pengasuhan anak.
Selain itu, tidak dilakukan evaluasi pada peserta yang mengikuti kegiatan Pos Gizi
karena tidak ada alat evaluasi. Dari masalah tersebut, dibutuhkan suatu evaluasi
untuk melihat keberhasilan dari kegiatan Pos Gizi. Oleh karena itu, penulis ingin
mengevaluasi kegiatan Pos Gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas Cisauk
Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang tahun 2016.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Bagaimana gambaran kegiatan Pos Gizi dilihat dari input (man, money,
material dan machine, method, dan market) pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang tahun 2016?
b. Bagaimana gambaran kegiatan Pos Gizi dilihat dari proses kegiatan Pos Gizi
pada balita di wilayah kerja Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten
Tangerang tahun 2016?
c. Bagaimana gambaran kegiatan Pos Gizi dilihat dari output kegiatan Pos Gizi
pada balita di wilayah kerja Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten
Tangerang tahun 2016?
12
d. Bagaimana keterkaitan antara pencapaian tujuan pertama dari Pos Gizi dilihat
dari komponen output terhadap komponen input dan proses dari kegiatan Pos
Gizi?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengevaluasi kegiatan Pos Gizi pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang tahun 2016.
1.4.2 Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran kegiatan Pos Gizi dilihat dari input (man,
money, material dan machine, method, dan market) pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten
Tangerang tahun 2016.
b. Diketahuinya gambaran kegiatan Pos Gizi dilihat dari proses kegiatan
Pos Gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas Cisauk Kecamatan
Cisauk Kabupaten Tangerang tahun 2016.
c. Diketahuinya gambaran kegiatan Pos Gizi dilihat dari output kegiatan
Pos Gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas Cisauk Kecamatan
Cisauk Kabupaten Tangerang tahun 2016.
d. Diketahuinya keterkaitan antara pencapaian tujuan pertama dari Pos
Gizi dilihat dari komponen output terhadap komponen input dan
proses dari kegiatan Pos Gizi.
13
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Peneliti
Menambah wawasan mengenai kegiatan Pos Gizi di wilayah kerja
Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang serta sebagai
media pembelajaran dan pengembangan kompetensi diri serta
pengembangan ilmu pengetahuan.
1.5.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan referensi ilmu
yang berguna sebagai bahan pembelajaran dan menambah pengetahuan.
1.5.3 Bagi Pengambil Kebijakan (Puskesmas Cisauk dan Dinas Kesehatan
Kabupaten Tangerang) serta Kader Pos Gizi
Sebagai bahan masukan dan informasi untuk penanggung jawab
kegiatan Pos Gizi mengenai evaluasi kegiatan Pos Gizi dalam mengatasi
masalah kurang gizi sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan terhadap
masalah gizi.
1.5.4 Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi pustaka untuk
menambah pengetahuan dan media pembelajaran mengenai evaluasi
kegiatan Pos Gizi untuk mengatasi masalah gizi.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi Peminatan Gizi Kesehatan
Masyarakat, Program Studi Kesehatan Masyarakat, FKIK UIN Syarif
14
Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kegiatan Pos
Gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten
Tangerang pada bulan Oktober s/d Desember 2016 di dua Pos Gizi yaitu Pos Gizi
Mekar di Desa Cibogo dan Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk, untuk melihat
tercapainya tujuan pertama dari Pos Gizi yaitu memulihkan anak-anak kurang gizi
yang diidentifikasi di dalam masyarakat dengan cepat.
Penelitian ini menggunakan model evaluasi sistem analisis dengan
metode kualitatif. Informan utama dalam penelitian ini adalah kader Pos Gizi dan
ibu balita peserta Pos Gizi yang hadir dalam kegiatan Pos Gizi, sedangkan
informan pendukungnya adalah Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas Cisauk,
dan petugas seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Pengumpulan data
dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Balita
Anak balita atau anak bawah lima tahun adalah anak yang telah menginjak
usia diatas satu tahun atau yang biasa disebut dengan anak usia di bawah lima
tahun atau bisa juga digunakan dengan perhitungan bulan yaitu usia 12-59 bulan
(Kemenkes RI, 2015a). Usia balita merupakan kelompok umur yang paling sering
menderita rawan gizi dan penyakit (Dahlia, 2012). Selain itu, pada usia ini
dianggap sebagai tahapan perkembangan anak yang cukup rentan terhadap
berbagai serangan penyakit, termasuk penyakit yang disebabkan oleh kekurangan
atau kelebihan asupan nutrisi jenis tertentu (Kemenkes RI, 2015a). Hal ini
dikarenakan adanya anggapan bahwa pada masa balita merupakan masa transisi
dari makanan bayi ke makanan orang dewasa, sehingga anak balita belum dapat
mengurus dirinya sendiri termasuk dalam memilih makanan dan memiliki
perhatian yang berkurang jika mempunyai adik atau ibunya sudah bekerja (Dahlia,
2012).
2.2 Masalah Gizi
2.2.1 Kurang Gizi pada Balita
Kekurangan gizi adalah ketidakmampuan tubuh untuk memenuhi
kebutuhan zat gizi sehingga dapat mengganggu kesehatan fisik dan mental
(CORE, 2003). Gizi kurang (underweight) dan berat badan sangat kurang
(severely underweight) merupakan salah satu masalah dari kekurangan gizi.
16
Menurut UNICEF (1998), faktor yang menyebabkan kurang gizi
terdiri dari beberapa tahap yaitu penyebab langsung, penyebab tidak langsung,
dan akar masalah. Penyebab langsung dari kurang gizi yaitu konsumsi
makanan dan penyakit infeksi yang mungkin diderita. Penyebab kurang gizi
tidak hanya disebabkan oleh asupan makanan yang kurang, tetapi juga
disebabkan karena penyakit infeksi. Salah satu contohnya adalah anak yang
mendapatkan makanan yang cukup baik tetapi sering sakit seperti diare atau
demam dapat menderita kurang gizi, sedangkan anak yang mendapatkan
makanan tidak cukup baik dapat menyebabkan daya tahan tubuhnya
(imunitas) dapat melemah sehingga mudah terserang penyakit infeksi yang
dapat mengurangi nafsu makan yang akhirnya dapat menyebabkan kurang
gizi.
Adapun penyebab tidak langsung dari kurang gizi yaitu ketahanan
pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan
kesehatan lingkungan. Faktor penyebab tidak langsung ini sangat berkaitan
dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan keluarga. Akar
masalah dari penyebab kurang gizi pada balita, yaitu faktor ekonomi
(Adisasmito, 2007, dan Rahim, 2014).
Kurang gizi pada balita akan berdampak pada pertumbuhan fisik
maupun mental, gangguan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan,
menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah terkena penyakit infeksi,
menghambat prestasi belajar, timbulnya kecacatan dan tingginya angka
kesakitan, serta kematian (Ali, 2006; Mamhidira, 2006; dalam Rahim, 2014,
17
Pahlevi, 2014, dan Adisasmito, 2007). Kurang gizi juga menyebabkan balita
akan bertumbuh pendek dan mengalami pertumbuhan dan perkembangan otak
yang akan berpengaruh pada rendahnya tingkat kecerdasan (Adisasmito,
2007).
2.2.1.1 Gizi Kurang (Underweight) pada Balita
Gizi kurang (underweight) pada balita atau sering disebut dengan
Gizi kurang Tenaga dan Protein (GTP) atau disebut Kurang Kalori Protein
(KKP) atau Kurang Energi Protein (KEP). Gizi kurang (underweight) pada
balita akan menyebabkan pertumbuhan terhambat karena kurangnya zat
sumber tenaga dan kurang protein (zat pembangun) yang diperoleh dari
makanan anak. Tenaga dan zat pembangun diperlukan oleh tubuh untuk
membangun pertumbuhan badan (Adisasmito, 2007).
Balita gizi kurang adalah balita dengan status gizi kurang
(underweight) yang berdasarkan indikator BB/U dengan nilai z-score -2
SD sampai dengan <-3 SD (Kemenkes RI, 2011b). Status gizi kurang
(underweight) balita merupakan keadaan gizi pada balita dimana jumlah
energi yang masuk lebih sedikit daripada energi yang dikeluarkan. Hal ini
dapat terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih sedikit daripada
anjuran kebutuhan individu dan bisa terjadi karena balita mengalami
kekurangan salah satu zat gizi atau lebih di dalam tubuh (Almatsier, 2010).
Berdasarkan penelitian Rahim (2014), faktor-faktor yang
berhubungan dengan status berat badan sangat kurang (severely
underweight) pada balita umur 7-59 bulan yaitu pola asuh pemberian
18
makan anak, serta tingkat konsumsi energi dan protein. Hubungan pola
asuh dengan status gizi setelah diuji statistik Chi Square menunjukan ada
hubungan yang signifikan antara pola asuh gizi dan status gizi, sedangkan
hubungan tingkat konsumsi energi dan protein dengan status gizi juga
memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian Kurang Energi
Protein (KEP).
Variabel asupan energi dan protein memiliki pengaruh yang besar
terhadap status gizi balita. Hal ini dikarenakan asupan energi yang kurang
mempunyai risiko 2,9 kali lebih besar untuk mengalami status gizi kurang
(underweight) dibandingkan dengan anak yang asupan energinya cukup,
sedangkan anak dengan asupan protein yang kurang mempunyai risiko 3,1
kali lebih besar untuk mengalami status gizi kurang (underweight)
dibandingkan dengan anak yang asupan proteinnya cukup (Rahim, 2014).
Tingkat konsumsi energi dan protein merupakan faktor langsung
yang mempengaruhi status gizi pada balita. Kekurangan energi dan protein
secara progresif dapat menyebabkan kerusakan mukosa, menurunnya daya
tahan tubuh (imunitas) terhadap kuman. Menurunnya imunitas dan
kerusakan mukosa memegang peranan utama dalam mekanisme
pertahanan tubuh, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi kejadian
penyakit (Rahim, 2014).
2.2.1.2 Berat Badan Sangat Kurang (severely underweight) pada Balita
Berat badan sangat kurang (severely underweight) adalah bentuk
terparah (akut) dari proses terjadinya kekurangan gizi yang merupakan
19
keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari yang terjadi
dalam waktu yang cukup lama (Adisasmito, 2007). Berat badan sangat
kurang (severely underweight) juga dikenal sebagai Kurang Energi Protein
(KEP) berat. Kurang Energi Protein (KEP) merupakan salah satu masalah
gizi kurang (underweight) yang diakibatkan oleh konsumsi makanan yang
tidak cukup mengandung energi dan protein serta karena adanya gangguan
kesehatan (Ferawati, 2014 dan Ulfani, dkk 2011). Menurut Andarina and
Sri (2006), Kurang Energi Protein (KEP) disebabkan oleh kurangnya
masukan energi dan protein dalam waktu yang cukup lama.
Penyebab berat badan sangat kurang (severely underweight) pada
balita adalah tidak cukup mendapatkan makanan yang bergizi seimbang,
tidak mendapatkan asuhan gizi yang memadai, dan anak mungkin
menderita penyakit infeksi. Anak yang mengalami berat badan sangat
kurang (severely underweight) akan mengalami penurunan daya tahan
tubuh sehingga anak rentan terhadap penyakit infeksi (Adisasmito, 2007).
Dampak yang ditimbulkan dari ketidakseimbangan asupan zat gizi
pada balita adalah Kurang Energi Protein (KEP) yang mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan dan perkembangan balita, rentan terhadap
penyakit infeksi, rendahnya tingkat kecerdasan anak (Proverawati dan Siti,
2009, dan Pahlevi, 2014).
Gangguan asupan gizi yang bersifat akut akan menyebabkan anak
kurus kering (wasting). Wasting adalah berat badan anak yang tidak
20
sebanding dengan tinggi badannya. Namun, jika gangguan asupan gizi
yang dialami bersifat menahun (kronik) akan menyebabkan anak pendek
(stunting). Stunting adalah keadaan anak menjadi pendek dan tinggi
badannya tidak sesuai dengan usia walaupun sekilas anak tidak kurus
(Proverawati dan Siti, 2009). Childhood stunting atau tubuh pendek pada
masa anak merupakan akibat kekurangan gizi kronis atau kegagalan
pertumbuhan di masa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang
untuk gizi kurang (underweight) pada anak (Kemenkes RI, 2015b).
Selain itu, apabila kekurangan asupan protein dalam waktu yang
lama akan menyebabkan terjadinya anemia gizi besi dimana kandungan
zat besi dalam makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan.
Untuk memenuhi kandungan zat besi, sebaiknya mengkonsumsi makanan
yang bersumber dari pangan hewani (Andarina dan Sri, 2006). Pengaruh
dari masalah Kurang Energi Protein (KEP) dengan anemia gizi besi pada
balita adalah penurunan respon imunologis, terganggunya perkembangan
psikomotor, menurunnya daya konsentrasi yang akan mengurangi
penampilan dalam kemampuan berbahasa, dan terjadinya penurunan IQ-
point (Sri Sumarmi, 2000 dalam Andarina dan Sri, 2006).
Berikut ini jenis-jenis berat badan sangat kurang (severely
underweight)/Kurang Energi Protein (KEP) berat yang dilihat dari gejala
klinisnya.
21
a) Marasmus
Marasmus adalah suatu keadaan dimana kekurangan energi
yang kronis yang terjadi pada anak usia 0-2 tahun yang tidak
mendapatkan cukup Air Susu Ibu (ASI) dan makanan jenis pangan
lain, baik protein maupun zat pemberi tenaga. Penyebab terjadinya
marasmus adalah karena masukan makanan yang sangat kurang,
adanya infeksi, bawaan dari lahir, prematuritas, penyakit pada masa
neonatus serta lingkungan yang tidak sehat (Kemenkes RI, 2015a, dan
Adisasmito, 2007).
Balita yang mengalami marasmus akan memiliki berat badan
sangat rendah kurang dari 60% berat badan dengan usianya atau
tampak sangat kurus; ukuran kepala tidak sebanding dengan ukuran
badan; mudah terkena penyakit infeksi; rambut tipis dan mudah
rontok; wajah lonjong dan tampak lebih tua (old man face); kulit
kering dan berlipat bersamaan dengan hilangnya lemak subkutan;
tingkat kesadaran menurun; bentuk perut cekung sering disertai dengan
diare kronik (terus menerus) atau susah buang air kecil; tekanan darah,
detak jantung, dan pernafasan berkurang; serta cengeng dan rewel
(Supariasa, 2001 dan Kemenkes RI, 2015a).
b) Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah suatu keadaan dimana kekurangan protein
yang terjadi pada anak usia 1-3 tahun yang dikarenakan anak tersebut
22
tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) sesudah berumur satu tahun
(Kemenkes RI, 2015a).
Balita yang mengalami kwashiorkor sering mengalami
pembengkakan (edema) di seluruh tubuh sehingga tampak gemuk;
wajah membulat dan sembab (moon face); bengkak pada bagian
punggung kaki dan bila ditekan akan meninggalkan bekas seperti
lubang; otot mengecil dan menyebabkan lengan atas kurus sehingga
ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) kurang dari 14 cm; munculnya
ruam berwarna merah muda pada kulit yang kemudian berubah warna
menjadi coklat kehitaman dan mengelupas; tidak nafsu makan; rambut
menipis berwarna merah seperti rambut jagung dan mudah dicabut
tanpa menimbulkan rasa sakit; sering disertai infeksi seperti anemia
dan diare; menjadi rewel dan apatis perut yang membesar serta sering
ditemukan adanya timbunan cairan pada rongga perut sebagai salah
satu gejala dari busung lapar; pandangan mata menjadi sayu;
pembesaran hati; sering menolak segala jenis makanan (anoreksia)
(Supariasa, 2001 dan Kemenkes RI, 2015a).
c) Marasmus-Kwashiorkor
Penyebab terjadinya marasmus-kwasiorkor adalah tidak cukup
mendapat makanan bergizi terutama tidak mengandung cukup energi
dan protein, tidak mendapatkan asupan gizi yang memadai dan
menderita penyakit infeksi (Kemenkes RI, 2015a). Tanda klinis dari
23
marasmus-kwasiorkor merupakan gabungan dari tanda-tanda yang ada
marasmus dan kwashiorkor (Supariasa, 2001).
2.2.2 Status Gizi pada Balita
Status gizi pada balita dapat dibedakan menjadi empat, yaitu gizi lebih
(overweight) termasuk kegemukan dan obesitas; gizi baik (well nourished);
gizi kurang (underweight) yang mencakup Kurang Energi Protein (KEP)
ringan dan sedang; dan berat badan sangat kurang (severely underweight)
untuk Kurang Energi Protein (KEP) berat termasuk marasmus, kwashiorkor,
dan marasmus-kwasiorkor (Supariasa, 2001). Untuk mengetahui status gizi
pada balita dapat dilihat dari pengukuran antropometri dan Kartu Menuju
Sehat (KMS).
2.2.2.1 Penilaian Status Gizi pada Balita
Penilaian status gizi adalah menginterpretasikan data yang
didapatkan dengan menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi
populasi atau individu yang berisiko atau dengan status berat badan sangat
kurang (severely underweight). Penilaian status gizi dapat dibagi menjadi
dua, yaitu penilaian secara langsung dan penilaian secara tidak langsung.
Penilaian status gizi secara langsung yang dapat digunakan pada balita
adalah pengukuran antropometri dan pemeriksaan tanda-tanda klinis
(Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2010). Berikut ini akan
dijelaskan penilaian status gizi yang sering digunakan pada balita.
24
a. Pengukuran Antropometri
Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang
berhubungan dengan dimensi tubuh yaitu pertumbuhan dan komposisi
tubuh yang mencakup komponen lemak tubuh dan bukan lemak tubuh
dari berbagai tingkat umur dan gizi. Antropometri digunakan untuk
melihat ketidakseimbangan antara asupan energi dan protein. Indikator
status gizi dengan cara antopometri dapat mengukur beberapa
parameter seperti umur, berat badan, dan tinggi badan (Supariasa,
2001; Baliwati, dkk, 2004; dan Departemen Gizi dan Kesehatan
Masyarakat, 2010).
Faktor umur sangat penting dalam menentukan status gizi
seseorang. Jika terjadi kesalahan dalam menentukan umur seseorang,
maka akan terjadi kesalahan dalam menginterpretasikan status gizi
sesorang. Faktor berat badan merupakan parameter terbaik untuk
melihat perubahan dalam waktu singkat karena melihat perubahan
konsumsi makanan dan kesehatan serta dapat memberikan gambaran
status gizi sekarang (Supariasa, 2001).
Alat yang digunakan dalam penimbangan balita adalah dacin.
Dacin yang digunakan sebaiknya memiliki berat minimum 20 kg dan
maksimum 25 kg. Faktor tinggi badan merupakan parameter penting
bagi keadaan telah lalu dan keadaan sekarang jika umur tidak diketahui
dengan tepat. Alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan balita
25
yang sudah dapat berdiri adalah mikrotoa (microtoise) yang
mempunyai ketelitian 0,1 cm (Supariasa, 2001).
Pengukuran status gizi pada balita dapat dilakukan dengan
menggunakan indeks antropometri, yaitu sebagai berikut:
1) Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U)
Berat badan merupakan salah satu antropometri yang
memberikan gambaran mengenai perubahan masa tubuh (otot dan
lemak) yang sangat sensitif terhadap perubahan yang mendadak,
seperti terserang penyakit infeksi, dan menurunnya nafsu makan.
Berat badan merupakan antropometri yang sangat labil. BB/U
menggambarkan masalah status gizi seseorang saat ini (current
nutritional status), digunakan untuk memonitor pertumbuhan
(growth monitoring) dan pengukuran yang berulang dapat
mendeteksi gagal tumbuh (growth failure) karena infeksi atau
Kurang Energi Protein (KEP) (Supariasa, 2001 dan Departemen
Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2010).
Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak
Berdasarkan Indeks BB/U
Indeks Kategori
Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)
Berat Badan menurut Umur
(BB/U) Anak Umur 0-60
Bulan
Gizi Buruk < -3 SD
Gizi Kurang -3 SD sampai dengan < -2 SD
Gizi Baik -2 SD sampai dengan 2 SD
Gizi Lebih >2 SD
Sumber: Kemenkes RI, 2011a
Menurut Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat
(2010), pengelompokkan gizi kurang (underweight) menurut Z-
26
Score dalam tiga kategori yaitu gizi kurang (underweight) tingkat
ringan (Nilai Z-Score BB/U ≥ -2,5 SD dan < -2 SD), gizi kurang
(underweight) tingkat sedang (Nilai Z-Score BB/U ≥ 3 SD dan <
2,5 SD), dan gizi kurang (underweight) tingkat buruk (Nilai Z-
Score BB/U < -3 SD).
2) Indeks Panjang atau Tinggi Badan menurut Umur (PB/U atau
TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang
menggambarkan keadaan pertumbuhan tulang. Pada keadaan
normal, pertumbuhan tinggi badan seiring dengan pertambahan
umur. Pertumbuhan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap
masalah kekurangan gizi dalam jangka waktu pendek, sedangkan
pengaruh kekurangan zat gizi terhadap tinggi badan akan tampak
dalam waktu yang relatif lama. Indeks TB/U menggambarkan
status gizi masa lalu (Supariasa, 2001 dan Departemen Gizi dan
Kesehatan Masyarakat, 2010).
Tabel 2.2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak
Berdasarkan Indeks TB/U
Indeks Kategori
Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)
Tinggi Badan menurut Umur
(TB/U) Anak Umur 0-60
Bulan
Sangat Pendek < -3 SD
Pendek -3 SD sampai dengan < -2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Tinggi >2 SD
Sumber: Kemenkes RI, 2011a
27
3) Indeks Berat Badan menurut Panjang atau Tinggi Badan
(BB/PB atau BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan linear dengan tinggi badan.
Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah
dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu.
Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik dalam menilai status
gizi saat kini (sekarang) dimana umur tidak perlu diketahui. Indeks
ini dapat digunakan untuk mengetahui proporsi badan gemuk,
normal, dan kurus (Supariasa, 2001 dan Departemen Gizi dan
Kesehatan Masyarakat, 2010).
Tabel 2.3 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak
Berdasarkan Indeks BB/TB
Indeks Kategori
Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)
Berat Badan menurut
Tinggi Badan (BB/TB)
Anak Umur 0-60 Bulan
Sangat Kurus < -3 SD
Kurus -3 SD sampai dengan < -2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Gemuk >2 SD
Sumber: Kemenkes RI, 2011a
b. Pemeriksaan Tanda-Tanda Klinis
Riwayat medis dan pengujian fisik merupakan metode klinis
yang digunakan untuk mendeteksi tanda-tanda (pengamatan yang
dilakukan oleh dokter) dan gejala-gejala (manifestasi yang dilaporkan
oleh pasien) yang berhubungan dengan malnutrisi. Tanda-tanda dan
gejala-gejala ini sering tidak spesifik dan diperlukan juga metode
laboratorium sebagai pelengkap metode klinis (Baliwati, dkk, 2004).
28
Gejala klinis Kurang Energi Protein (KEP) ringan dan sedang
pada pemeriksaan akan terlihat kurus, sedangkan gejala klinis Kurang
Energi Protein (KEP) berat secara garis besar dapat dibedakan menjadi
tiga yaitu marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwasiorkor. Untuk
mendeteksi Kurang Energi Protein (KEP) pada balita, diperlukan
pemeriksaan terhadap target organ yang meliputi kulit seluruh tubuh
terutama wajah, tangan, dan kaki; otot-otot; rambut; mata; hati; muka;
dan gerakan motorik (Supariasa, 2001).
2.2.2.2 Kartu Menuju Sehat (KMS)
Kartu Menuju Sehat (KMS) bagi balita merupakan kartu yang
memuat kurva pertumbuhan normal anak yang didasarkan pada indeks
antropometri berat badan menurut umur yang dibedakan berdasakan jenis
kelamin. Kartu Menuju Sehat (KMS) ini digunakan untuk mencatat berat
badan, memantau pertumbuhan balita setiap bulan dan sebagai media
penyuluhan gizi dan kesehatan, serta digunakan juga sebagai instrumen
utama dalam kegiatan pemantauan pertumbuhan (Menkes RI, 2010).
Kegiatan pemantauan pertumbuhan adalah serangkaian kegiatan
yang meliputi penilaian pertumbuhan anak secara teratur melalui
penimbangan setiap bulan, pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS),
menentukan status pertumbuhan berdasarkan kenaikan berat badan, dan
menindaklanjuti setiap kasus gangguan pertumbuhan. Tindak lanjut dari
hasil pemantauan pertumbuhan dapat berupa konseling, pemberian
29
makanan tambahan, pemberian suplementasi gizi dan rujukan (Menkes RI,
2010).
Menurut Menkes RI (2010), fungsi utama Kartu Menuju Sehat
(KMS) ada tiga, yaitu sebagai alat untuk pemantauan pertumbuhan anak,
sebagai catatan pelayanan kesehatan anak, dan sebagai alat edukasi.
Kegunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) ada tiga, yaitu:
a. Bagi orang tua balita yaitu Kartu Menuju Sehat (KMS) digunakan agar
orang tua dapat mengetahui status pertumbuhan anaknya.
b. Bagi kader yaitu Kartu Menuju Sehat (KMS) digunakan untuk
mencatat berat badan anak dan pemberian kapsul vitamin A serta
menilai hasil penimbangan. Bila berat badan anak tidak naik satu kali,
kader dapat memberikan penyuluhan mengenai asuhan dan pemberian
makanan anak. Bila berat badan anak tidak naik dua kali atau berat
badan berada di bawah garis merah, maka kader perlu merujuk anak ke
petugas kesehatan agar anak mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.
c. Bagi petugas kesehatan yaitu Kartu Menuju Sehat (KMS) digunakan
untuk mengetahui jenis pelayanan kesehatan yang telah diterima anak
seperti imunisasi dan kapsul vitamin A, sebagai alat edukasi kepada
orang tua balita tentang pertumbuhan anak, manfaat imunisasi, dan
pemberian kapsul vitamin A, cara pemberian makan, pentingnya ASI
eksklusif dan pengasuhan anak.
Berikut ini penilaian status gizi berdasarkan Kartu Menuju Sehat
(KMS).
30
Tabel 2.4 Status Gizi Anak Berdasarkan Kartu Menuju Sehat (KMS)
Garis pada Grafik Status
Kekurangan Gizi
Warna (pada
umumnya)
Garis atas Normal Hijau
Garis kedua Ringan Kuning Muda
Garis ketiga Sedang Kuning
Dibawah garis ketiga Buruk Merah
Sumber: CORE, 2003
2.3 Program Gizi untuk Menanggulangi Kurang Gizi pada Balita
Untuk menurunkan prevalensi kurang gizi pada balita, maka Dinas
Kesehatan Kabupaten Tangerang melakukan upaya melalui pemberdayaan
masyarakat yaitu dengan membentuk Pos Gizi yang dimulai dari tahun 2008
hingga sekarang di wilayah Kabupaten Tangerang dengan pemilihan lokasi
berdasarkan jumlah kasus berat badan sangat kurang (severely underweight)
terbanyak.
Sebelum membentuk Pos Gizi, terdapat upaya lain yang sudah dilakukan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang yang bekerjasama dengan Puskesmas
dan pemerintah setempat yaitu Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi berat
badan sangat kurang (severely underweight) dan gizi kurang (underweight),
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) lokal di Posyandu, pembentukan
Therapeutic Feeding Center (TFC), serta pelaksanaan Klinik Gizi di Puskesmas
(Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, 2013). Salah satu daerah di Kabupaten
Tangerang yang sudah menerapkan Pos Gizi adalah Kecamatan Cisauk.
Puskesmas Cisauk merupakan Puskesmas di Kecamatan Cisauk yang telah
membentuk Pos Gizi sejak tahun 2010 (PDRC, 2016).
31
Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (PGBM) merupakan salah satu
upaya yang dilakukan masyarakat untuk mengatasi masalah gizi yang dihadapi
dengan dibantu oleh tenaga gizi Puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya.
Pendirian Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (PGBM) tergantung kepada
besaran masalah gizi di daerah. Dalam pelaksanaan Pemulihan Gizi Berbasis
Masyarakat (PGBM) dapat merujuk pada buku Pedoman Pelayanan Anak Gizi
Buruk, Kementerian Kesehatan 2011. Tujuan dari kegiatan Pemulihan Gizi
Berbasis Masyarakat (PGBM) adalah untuk meningkatkan status gizi balita.
Adapun sasarannya adalah balita berat badan sangat kurang (severely
underweight) tanpa komplikasi. Lokasi untuk melaksanakan kegiatan ini adalah di
Panti atau Pos Pemulihan Gizi (Kemenkes RI, 2014a).
Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding
Center (CFC) atau Pos Gizi adalah upaya masyarakat untuk memantau atau
merawat anak balita dimana didalamnya terdapat rangkaian kegiatan pemulihan
balita berat badan sangat kurang (severely underweight) dengan cara rawat jalan
yang dilakukan oleh masyarakat dengan bantuan kader dan petugas kesehatan
(Kemenkes RI, 2015c). Pos Gizi merupakan salah satu kegiatan pengembangan
Posyandu (Bina Gizi dan KIA Kemenkes, 2011).
2.4 Pos Gizi
2.4.1 Definisi Pos Gizi
Pos Gizi merupakan program gizi berbasis keluarga dan masyarakat
untuk anak yang memiliki risiko kurang energi protein di negara yang sedang
berkembang. Pos Gizi menggunakan pendekatan Positive Deviance (PD)
32
untuk mengidentifikasi berbagai perilaku dari ibu balita/pengasuh yang
memiliki anak bergizi baik dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi
kemudian menularkan kebiasaan positif kepada keluarga lain dengan anak
kurang gizi di masyarakat. Pos Gizi ini merupakan salah satu wadah atau
tempat yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan Pos Gizi yaitu kegiatan
pemulihan dan pendidikan gizi (CORE, 2003).
Pos Gizi merupakan pendekatan yang sukses untuk mengurangi angka
kekurangan gizi. Pendekatan ini memungkinkan masyarakat untuk dapat
mengurangi jumlah anak yang mengalami kurang gizi pada saat ini dan
mencegah anak mengalami kurang gizi pada tahun berikutnya setelah kegiatan
Pos Gizi ini selesai dilakukan. Pos Gizi adalah alat yang digunakan oleh
masyarakat dengan melibatkan berbagai lapisan sosial di masyarakat serta
bekerjasama dalam mengatasi masalah dan menemukan solusi dari masalah
dalam masyarakat itu sendiri. Pendekatan ini menitikberatkan pada sumber
daya, keterampilan dan strategi yang ada untuk mengatasi suatu permasalahan
dan memanfaatkan metodologi partisipasif secara luas dan proses PLA
(Participatory Learning and Action = belajar dan bekerja bersama) (CORE,
2003).
Prinsip Pos Gizi adalah bahwa kemiskinan bukanlah penyebab utama
dari kurang gizi, karena ditemukan beberapa keluarga miskin yang anaknya
sehat (gizi baik) menerapkan pola asuh yang baik. Kekurangan gizi umumnya
disebabkan oleh pola asuh ibu yang tidak benar. Dengan adanya Pos Gizi
diharapkan kekurangan gizi dapat diatasi dengan adanya perubahan perilaku.
33
Pada saat kegiatan Pos Gizi, orang tua belajar perilaku positif bersama-sama
dan mempraktekkannya di rumah (CORE, 2003).
2.4.2 Tujuan Pos Gizi
Menurut CORE (2003), tujuan dari Pos Gizi antara lain:
a. Memulihkan anak-anak kurang gizi yang diidentifikasi di dalam
masyarakat dengan cepat.
b. Memungkinkan keluarga-keluarga dapat mempertahankan status gizi anak
di rumah masing-masing secara mandiri.
c. Mencegah kekurangan gizi pada anak-anak yang akan lahir kemudian
dalam masyarakat, dengan merubah norma-norma masyarakat mengenai
perilaku-perilaku pengasuhan anak, pemberian makan, dan mencari
pelayanan kesehatan.
2.4.3 Indikator Pos Gizi
Menurut Buletin Positive Deviance (2006), indikator Pos Gizi yang
digunakan untuk memonitoring dan menilai keberhasilan kegiatan Pos Gizi
yaitu sebagai berikut:
a. Persentase anak yang layak mengikuti Pos Gizi adalah anak usia 6-59,99
bulan yang berada pada garis kuning atau merah berdasarkan Kartu
Menuju Sehat (KMS).
b. Persentase peserta Pos Gizi yang mengalami kenaikan berat badan
sebanyak 400 gram atau lebih dalam kurun waktu satu bulan, persentase
peserta Pos Gizi yang mengalami kenaikan berat badan 200-399 gram
dalam kurun waktu satu bulan, dan persentase peserta Pos Gizi yang
34
mengalami kenaikan berat badan kurang dari 200 gram dalam kurun waktu
satu bulan.
c. Persentase peserta Pos Gizi yang sudah lulus dari Pos Gizi berada pada
garis hijau berdasarkan Kartu Menuju Sehat (KMS) pada tiga bulan
setelah lulus, dan persentase peserta Pos Gizi yang sudah lulus yang
berada pada garis hijau berdasarkan Kartu Menuju Sehat (KMS) pada
enam bulan setelah lulus.
d. Persentase peserta Pos Gizi yang sudah lulus dan masuk kembali ke Pos
Gizi.
e. Persentase peserta Pos Gizi yang sudah lulus.
Menurut CORE (2003), indikator hasil Pos Gizi meliputi:
Tabel 2.5 Indikator Kegiatan Pos Gizi
Indikator Tipe Hasil
a. Persentase peserta Pos Gizi yang ―lulus‖ dari Pos Gizi dengan berat
badannya bertambah lebih dari 400 gram dalam kurun waktu dua
bulan
b. Persentase peserta Pos Gizi yang ―tidak lulus‖ dari Pos Gizi dengan
berat badannya bertambah 200-400 gram dalam waktu dua bulan (Pos
Gizi pertama vs kedua)
c. Persentase peserta Pos Gizi yang ―tidak lulus‖ dari Pos Gizi dengan
berat badannya bertambah kurang dari 200 gram dalam waktu dua
bulan (Pos Gizi pertama vs kedua)
d. Persentase peserta Pos Gizi yang ―tidak lulus‖ dari Pos Gizi dengan
berat badannya tidak bertambah
e. Persentase peserta Pos Gizi yang ―tidak lulus‖ dari Pos Gizi dengan
berat badannya berkurang
Status
Kesehatan
a. Presentase anak malnutrisi yang memenuhi syarat untuk ikut Pos Gizi
b. Persentase anak malnutrisi yang ikut serta dalam kegiatan Pos Gizi
c. Persentase para pengasuh (ibu, kakek-nenek, saudara kandung, dsb)
yang hadir di Pos Gizi
Penggunaan
Pelayanan
Utama
a. Persentase kegiatan Pos Gizi terjadwal selama satu tahun yang
sesungguhnya terjadi
b. Persentase hari Pos Gizi terjadwal yang sesungguhnya terjadi setiap
sesi selama satu tahun
Ketersediaan
Pelayanan
35
Indikator Tipe Hasil
a. Persentase menu Pos Gizi yang mencerminkan makanan lokal, dan
adanya keseimbangan nutrisi
b. Persentase Pos Gizi yang menyediakan fasilitas cuci tangan dengan
sabun atau bahan pencuci lainnya yang tersedia
c. Persentase Pos Gizi yang memiliki WC
d. Persentase Pos Gizi yang memberikan pendidikan kesehatan sesuai
dengan standar yaitu pesan kesehatan yang benar, metode interaktif,
secara budaya tepat/sesuai, dll
e. Persentase pengasuh yang membawa kontribusi bahan makanan ke
Pos Gizi dalam jumlah hari/sesi
f. Persentase pengasuh yang memberi makan anaknya di Pos Gizi
dalam jumlah hari/sesi
g. Persentase pengasuh yang membantu menyiapkan makanan di Pos
Gizi dalam jumlah hari/sesi
h. Persentase fasilitator Pos Gizi yang memiliki data balita (nama, jenis
kelamin, umur, berat badan, dsb)
i. Persentase fasilitator Pos Gizi yang mengetahui tujuan kontribusi
bahan makanan, tanggung jawab pengasuh, tujuan Pos Gizi, dan
makanan khas positif
j. Persentase fasilitator Pos Gizi yang melaksanakan Pos Gizi sesuai
dengan standar
k. Persentase fasilitator Pos Gizi yang melaksanakan kegiatan tindak
lanjut Pos Gizi sesuai dengan standar
Kualitas
Pelayanan
Peserta Pos Gizi yang lulus adalah peserta yang berat badan akhir sesi
Pos Gizi mengalami status gizi normal, peserta yang mengalami kenaikan
berat badan mencapai 400 gram atau lebih per bulan selama dua bulan
berturut-turut, dan penentuan status gizi berdasarkan Buku Tabel Klasifikasi
Status Gizi dari Depkes RI.
Ada dua cara untuk menentukan kriteria kelulusan anak dari kegiatan
Pos Gizi, yaitu:
a. Ketika menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS)
Kriteria kelulusan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) dilihat
berdasarkan perpindahan antara status malnutrisi buruk, sedang, ringan,
dan normal. Metode ini lebih mudah untuk dijelaskan dan digunakan pada
36
anggota masyarakat. Masyarakat dapat memutuskan apakah mereka akan
meluluskan anak-anak mereka hanya jika mencapai status gizi normal;
ketika mereka berpindah kekurangan gizi sedang menjadi kekurangan gizi
ringan; dan ketika mereka berpindah dari kekurangan gizi berat menjadi
kekurangan gizi sedang (CORE, 2003).
b. Ketika menggunakan patokan kenaikan berat badan
Kriteria kelulusan ini didasarkan pada ―catch-up growth‖ yang
dicapai selama pelaksanaan kegiatan Pos Gizi. Dengan metode ini, anak-
anak yang mencapai pertambahan berat badan 400 gram dan 800 gram dan
bertumbuh secepat atau lebih cepat dari ―Median Standard Internasional‖
dianggap telah berhasil baik. Dapat diasumsikan bahwa sekali seorang
anak telah mencapai ―catch-up growth‖, maka akan terus bertumbuh pada
bulan-bulan berikutnya (CORE, 2003).
Namun, bila anak tidak mengalami pertambahan berat badan, maka
anak tersebut harus dirujuk untuk mendapatkan bantuan kesehatan dan
kader harus mengadakan kunjungan rumah untuk memastikan bahwa
kurang makan bukanlah penyebab dari kondisi tersebut. Selain itu juga,
daftar kehadiran anak dan ibu balita/pengasuh diperlukan untuk
memastikan bahwa mereka hadir secara teratur dalam kegiatan Pos Gizi
serta harus memeriksa menu Pos Gizi untuk memastikan bahwa anak
mendapatkan protein dan kalori dalam jumlah yang cukup (CORE, 2003).
37
2.4.4 Kegiatan Pos Gizi
Kegiatan Pos Gizi merupakan serangkaian kegiatan yang terdiri dari
kegiatan pemulihan dan pendidikan gizi yang dilakukan selama 10-12 hari
untuk merehabilitasi/memulihkan anak yang mengalami kekurangan gizi serta
mengajarkan berbagai kebiasaan dan perilaku khusus positif. Kegiatan ini juga
diikuti dengan kunjungan kader ke rumah setiap ibu balita/pengasuh untuk
mengetahui perubahan perilaku yang terjadi di rumah setelah kegiatan Pos
Gizi berakhir. Kegiatan pemulihan dalam Pos Gizi yang dilakukan yaitu
dengan pemberian makanan tambahan yang berkalori tinggi selama dua
minggu. Pos Gizi harus dilihat sebagai latihan 4 minggu (28 hari) yaitu dua
minggu bekerja kelompok dengan sesama ibu balita/pengasuh dalam kegiatan
Pos Gizi, kemudian diikuti dengan dua minggu praktek di rumah dengan
melakukan kunjungan rumah oleh kader kesehatan (CORE, 2003).
Kegiatan Pos Gizi menggunakan metode pembelajaran dengan
menggabungkan metode praktek/perilaku (Practice), sikap (Attitude) dan
pengetahuan (Knowledge) yang berfokus pada perubahan perilaku untuk
merubah cara berpikir ibu balita/pengasuh. Kegiatan ini berlokasi di sebuah
rumah dengan kriteria lokasi kegiatan Pos Gizi yaitu lokasi terjangkau dan
berada ditengah masyarakat, cukup menampung 10-20 anak (adik/kakak
biasanya ikut) dan 10 pengasuh, ada akses ke jamban, akses air bersih untuk
minum, memasak dan mencuci tangan serta akses untuk berteduh dan tempat
masak (dapur) (CORE, 2003).
38
Setiap sesi kegiatan Pos Gizi, ibu balita/pengasuh dan kader
menyiapkan makanan atau cemilan tambahan yang mengandung tambahan
energi dan padat kalori dan memberikan makanan kepada anak yang diawasi
dan dibimbing oleh kader kesehatan. Selain itu, ibu balita/pengasuh juga
belajar mengenai makanan bergizi, perilaku pengasuhan dan perawatan
kesehatan anak yang positif termasuk kebersihan. Ibu balita/pengasuh juga
diwajibkan untuk membawa kontribusi makanan selama kegiatan Pos Gizi
(CORE, 2003).
Kegiatan Pos Gizi biasanya dilakukan selama dua jam setiap hari. Dua
jam sesi Pos Gizi biasanya terdiri dari satu jam penyiapan makanan dan
memasak, setengah jam untuk memberi makan dan setengah jam untuk bersih-
bersih dan diskusi masalah kesehatan. Setiap kegiatan Pos Gizi terdiri dari
komponen sebagai berikut yaitu menentukan tempat memasak; mencuci
tangan; mempersiapkan makan; memberi makan; dan menyatukan berbagai
pesan pendidikan kesehatan/gizi dengan perilaku (CORE, 2003).
Menurut CORE (2003), langkah-langkah umum yang dilakukan
dalam setiap sesi Pos Gizi harian, yaitu:
a) Menyambut kehadiran semua peserta dan mengumpulkan kontribusi bahan
makanan yang dibawa oleh ibu balita.
b) Menunjukkan kepada para peserta dimana tempat untuk mencuci tangan,
dan demonstrasikan teknik mencuci tangan yang benar dengan
menggunakan sabun dan menggosokkan kedua tangan paling sedikit tiga
kali.
39
c) Membagikan makanan kecil pada anak-anak.
d) Melaksanakan diskusi pendidikan kesehatan mengenai topik kesehatan
pada hari itu.
e) Membagi para peserta menjadi beberapa kelompok untuk menyiapkan
makanan, mengasuh dan stimulasi anak, serta kebersihan.
f) Menyiapkan dan memasak makanan ketika peserta lain bermain dengan
anak menggunakan lagu dan permainan.
g) Mengulang mencuci tangan dengan para pengasuh dan anak.
h) Mendistribusikan makanan dan mengawasi para pengasuh ketika mereka
memberi makan kepada anak.
i) Bersih-bersih.
j) Mengulas kembali pelajaran pada hari itu.
k) Merencanakan menu dan kontribusi makanan untuk hari berikutnya
dengan para ibu atau pengasuh lainnya.
Selain itu, ada beberapa hari khusus dengan kegiatan-kegiatan khusus
yang perlu ada dalam agenda harian kegiatan Pos Gizi, yaitu:
a. Hari ke-1 dan ke-12: Penimbangan Anak
Setiap anak akan ditimbang pada hari pertama dan hari terakhir sesi Pos
Gizi dan bahan yang diperlukan adalah timbangan, buku catatan Pos Gizi
dan Kartu Menuju Sehat (KMS) yang dibawa oleh ibu balita/pengasuh.
Kegiatan yang dilakukan adalah kader menimbang masing-masing anak,
kemudian mencatat berat badan dalam buku catatan Pos Gizi dan
menuliskan berat tersebut dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) milik anak,
40
serta memberitahu ibu balita/pengasuh mengenai berat, pertumbuhan dan
status kekurangan gizi pada anak mereka (CORE, 2003).
b. Hari ke-7: Hari di Rumah Sendiri
Setelah selama enam hari memasak dan memberi makan dengan cara
berkelompok, pada hari ketujuh para peserta tinggal di rumah dan
mempraktekkan perilaku baru. Diskusi akan dilakukan pada hari ke-8
tentang pengalaman para ibu/pengasuh ketika mencobanya di rumah
(CORE, 2003).
c. Hari ke-11: Satu Hari Sebelum Hari Terakhir Sesi Pos Gizi
Pada sesi Pos Gizi yang ke-11, para kader meminta tiap keluarga untuk
membawa semua bahan yang diperlukan pada hari terakhir sesi untuk
dipersiapkan sebagai makanan yang sehat bagi anak mereka di rumah dan
diingatkan pula untuk membawa Kartu Menuju Sehat (KMS) pada sesi
terakhir (CORE, 2003).
d. Hari ke-12: Terakhir Sesi Pos Gizi
Pada hari terakhir sesi Pos Gizi, para ibu balita/pengasuh mempersiapkan
makanan yang harus dilakukan di rumah. Sebagai tambahan kegiatan
harian rutin, pada sesi Pos Gizi ke-12, anak-anak akan ditimbang. Kader
Pos Gizi akan mencatat status anak dalam buku catatan Pos Gizi dan
mendiskusikan hasilnya secara pribadi dengan tiap ibu balita/pengasuh
(CORE, 2003).
41
2.4.5 Pendekatan Pos Gizi
Pendekatan Pos Gizi mendorong terjadinya perubahan perilaku dan
memberdayakan para ibu balita/pengasuh untuk dapat bertanggungjawab atas
pemulihan gizi anak dengan menggunakan pengetahuan dan sumber daya
lokal yang telah diberikan. Pada pendekatan Pos Gizi, kader dan ibu
balita/pengasuh akan mempraktekkan berbagai perilaku baru dalam hal
memasak, pemberian makanan, kebersihan dan pengasuhan anak yang telah
terbukti berhasil dalam memulihkan anak yang kurang gizi. Kader secara aktif
akan melibatkan para ibu balita/pengasuh dalam proses pemulihan dan
pembelajaran (CORE, 2003).
2.4.6 Langkah-Langkah Utama dalam Pendekatan Pos Gizi
Menurut CORE (2003), langkah-langkah dalam pelaksanaan Pos Gizi
yang efektif adalah sebagai berikut:
a. Menentukan apakah pendekatan Positive Deviance (PD) dan Pos Gizi
layak dilakukan pada masyarakat yang ditargetkan.
Ada beberapa karakteristik umum yang berhubungan dengan kesuksesan
Pos Gizi, yaitu:
1) Pos Gizi akan lebih efektif jika prevalensi kurang gizi (termasuk
kurang gizi ringan, sedang, buruk) di masyarakat sebesar 30%. Metode
yang digunakan untuk menentukan angka kurang gizi adalah
berdasarkan standar pengukuran berat badan menurut umur dan
biasanya terdapat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS).
2) Ketersediaan makanan lokal yang terjangkau di masyarakat.
42
3) Pos Gizi akan berjalan baik jika jarak antar rumah saling berdekatan
sehingga ibu balita dapat menghadiri kegiatan Pos Gizi setiap hari
serta mempermudah kader untuk mengunjungi rumah keluarga Pos
Gizi.
b. Menggerakkan masyarakat dan memilih serta melatih narasumber
masyarakat.
c. Mempersiapkan penyelidikan Positive Deviance (PD) meliputi
menentukan target kelompok usia, melakukan Penilaian Status Gizi (PSG),
melakukan analisis situasi, melakukan survey pemeringkatan
kesejahteraan, pertemuan dengan masyarakat, mengidentifikasi para
pelaku Positive Deviance (PD), serta melatih dan mempersiapkan tim
penyelidikan Positive Deviance (PD).
d. Melakukan penyelidikan Positive Deviance (PD) meliputi merencanakan
logistik, melakukan kunjungan rumah, merangkum berbagai temuan, dan
membagikan hasil temuan kepada masyarakat. Terdapat empat ketegori
perilaku utama yang perlu diobservasi yaitu:
1) Perilaku pemberian makanan seprti penggunaan jenis makanan tertentu
yang bergizi, frekuensi pemberian makan dan jumlah makanan.
2) Perilaku pengasuhan seperti cara berinteraksi antara anggota keluarga
dan anak (asuhan psiko-sosial) serta stimulasi pada anak usia dini.
3) Perilaku kebersihan seperti kebersihan tubuh, makanan, dan
lingkungan.
43
4) Perilaku perawatan kesehatan seperti berbagai perilaku sehat yang
preventif. Tatalaksana rumah tangga ketika ada yang sakit serta
penggunaan pelayanan kesehatan.
e. Merencanakan kegiatan Pos Gizi meliputi menjadwalkan kegiatan Pos
Gizi, merencanakan menu kegiatan Pos Gizi, merancang pesan-pesan
pendidikan kesehatan, memilih tempat untuk kegiatan Pos Gizi,
merancang protokol untuk kegiatan Pos Gizi, dan menyusun rencana
kegiatan satu tahun.
f. Melaksanakan kegiatan Pos Gizi bagi anak-anak yang mengalami
kekurangan gizi serta pengasuh mereka meliputi mengumpulkan bahan
dan menyiapkan sesi Pos Gizi harian, mencatat kehadiran para ibu
balita/pengasuh dan anak, memimpin sesi Pos Gizi, dan mengawasi
kegiatan Pos Gizi.
g. Mendukung perilaku-perilaku baru melalui kunjungan rumah.
h. Mengulangi kegiatan Pos Gizi sesuai kebutuhan.
i. Memperluas program Pos Gizi pada masyarakat lain.
2.4.7 Keuntungan Pendekatan Pos Gizi
Beberapa keuntungan dalam pendekatan Pos Gizi, antara lain:
a. Cepat
Pendekatan ini memberikan solusi yang dapat menyelesaikan masalah
dengan segera. Dalam pemulihan anak, pemberian makan selama di Pos
Gizi harus diawasi sehingga para ibu balita/pengasuh dapat menerapkan
44
praktek perilaku yang sama di rumah dan melaporkan pengalaman mereka
pada saat kegiatan Pos Gizi berikutnya (CORE, 2003).
b. Terjangkau
Kegiatan Pos Gizi dapat dijangkau oleh keluarga sehingga keluarga tidak
bergantung pada sumber daya dari luar untuk mempraktekkan perilaku
baru, karena dapat mempraktekkan di rumah setelah kegiatan Pos Gizi
berakhir. Pelaksanaan Pos Gizi ini jauh lebih murah tetapi efektif
dibandingkan dengan mendirikan pusat rehabilitasi (CORE, 2003).
c. Partisipasif
Partisipasi masyarakat merupakan salah satu komponen penting dalam
mencapai keberhasilan pendekatan Pos Gizi. Masyarakat memainkan
peran sangat penting dalam keseluruhan proses Pos Gizi yang dimulai dari
menemukan perilaku dan strategi sukses diantara masyarakat sampai
mendukung ibu balita atau pengasuh setelah kegiatan Pos Gizi berakhir
(CORE, 2003).
d. Berkesinambungan
Pendekatan Positive Deviance (PD) dan Pos Gizi merupakan pendekatan
yang berkesinambungan karena berbagai perilaku baru akan tetap berlanjut
setelah kegiatan Pos Gizi berakhir. Pos Gizi tidak hanya mengubah
perilaku keluarga secara individual, tetapi juga megubah cara pandang
masyarakat terhadap masalah kekurangan gizi dan kemampuan mereka
untuk mengubah situasi. Selain itu, Pos Gizi juga menanamkan norma-
45
norma positif kepada keluarga lain mengenai perilaku perawatan dan
pemberian makanan anak yang sehat (CORE, 2003).
e. Asli
Solusi sudah ada ditempat itu, sehingga kemajuan dapat dicapai secara
cepat tanpa banyak menggunakan analisis atau sumber daya dari luar.
Pendekatan ini dapat diterapkan karena pelaku Positive Deviance (PD)
selalu ada di masyarakat (CORE, 2003).
f. Secara budaya dapat diterima
Pos Gizi ini didasarkan pada perilaku setempat yang diidentifikasi dalam
konteks sosial, etnik, bahasa, dan agama di setiap masyarakat sehingga
sesuai dengan kebudayaan setempat (CORE, 2003).
g. Perubahan perilaku
Terdapat tiga langkah proses perubahan perilaku yang termasuk dalam
pendekatan ini, yaitu penemuan (penyelidikan Positive Deviance),
demonstrasi (kegiatan Pos Gizi), dan penerapan (kegiatan Pos Gizi di
rumah) (CORE, 2003).
2.4.8 Monitoring dan Evaluasi
Pendekatan Pos Gizi melibatkan masyarakat dalam melakukan
monitoring dan evaluasi. Pos Gizi ini menggunakan Posyandu sebagai alat
serbaguna yang memungkinkan para ibu balita/pengasuh, anggota masyarakat
dan petugas kesehatan untuk bekerja sama dalam mengidentifikasi masalah
yang ada di lingkungan masyarakat, mentargetkan anak untuk melakukan
kegiatan pemulihan, memonitor kemajuan yang dicapai, dan mengevaluasi
46
sejauh mana efek dari kegiatan Pos Gizi ini pada masyarakat dalam jangka
pendek dan jangka panjang (CORE, 2003).
Keberhasilan suatu program atau kegiatan dapat dilihat dari tujuan
awal yang telah ditentukan. Apabila tujuannya untuk memulihkan semua anak
yang ikut serta dalam kegiatan Pos Gizi, maka kegiatan dinyatakan berhasil
ketika berat badan anak telah meningkat. Namun, apabila tujuannya untuk
mempertahankan tingkat gizi baik anak untuk jangka waktu tertentu dan/atau
mencegah terjadinya kekurangan gizi pada anak lainnya, maka keberhasilan
kegiatan akan ditentukan berdasarkan hasil yang dikumpulkan selama waktu
tertentu melalui monitoring di Posyandu. Monitoring yang dilakukan
mencakup pengumpulan data, menghitung indikator dan membandingkan
indikator dengan target yang telah ditentukan sebelumnya (CORE, 2003).
Monitoring adalah kegiatan yang dilakukan untuk memantau proses
berjalannya suatu kegiatan, sedangkan evaluasi adalah kegiatan yang
dilakukan untuk menilai hasil dari kegiatan yang sedang atau sudah dilakukan
(Notoadmodjo, 2011).
2.5 Pengaruh Pendekatan Positive Deviance pada Kegiatan Pos Gizi
Berdasarkan penelitian Aryastami (2006), pendekatan Positive Deviance
(PD) dapat meningkatkan status gizi balita di Desa Gekbrong. Dalam 6 bulan,
jumlah balita yang mengalami gizi baik sebanyak 20,9% dari 158 anak balita yang
menderita rawan gizi, jumlah anak balita yang mengalami berat badan sangat
kurang (severely underweight) menurun tajam (30% menjadi 20,9%), dan jumlah
anak balita yang mengalami gizi kurang (underweight) sedikit menurun dari 70%
47
pada bulan Januari menjadi 68,2% pada bulan Juni. Meningkatnya perubahan
status gizi menyebabkan anak balita yang tadinya mengalami berat badan sangat
kurang (severely underweight) berpindah posisi menjadi gizi kurang
(underweight) dan yang mengalami gizi kurang (underweight) berpindah posisi
menjadi gizi baik.
Berdasarkan penelitian Handayani dan Galuh (2012), Positive Deviance
(PD) dapat dimanfaatkan dalam usaha perbaikan status gizi masyarakat. Penelitian
Turnip (2008) tentang ―Pengaruh Positive Deviance pada Ibu dari Keluarga
Miskin terhadap Status Gizi Anak pada Usia 12-24 Bulan di Kecamatan
Sidikalang Kabupaten Dairi Tahun 2007‖ diketahui bahwa faktor Positive
Deviance (PD) yang berpengaruh signifikan terhadap status gizi anak usia 12-24
bulan adalah pola asuh, kebersihan diri, dan pelayanan kesehatan.
Berdasarkan penelitian Ayubi, dkk (2013), diketahui bahwa terjadi
peningkatan status gizi balita yaitu sebelum intervensi Pos Gizi ditemukan 27,8%
balita dengan status berat badan sangat kurang (severely underweight) dan 55,5%
balita dengan status gizi kurang (underweight), kemudian setelah intervensi Pos
Gizi terdapat 11,1% balita dengan status berat badan sangat kurang (severely
underweight) dan 38,9% balita dengan status gizi kurang (underweight). Terjadi
peningkatan pengetahuan ibu balita peserta Pos Gizi sebesar 13,6% pada
kelompok 1 dan sebesar 12,2% pada kelompok 2. Tidak terdapat perubahan yang
bermakna pada perilaku ibu balita setelah dilakukan intervensi Pos Gizi.
Berdasarkan penelitian Aulia (2011) melalui observasi diketahui bahwa
keadaan gizi balita peserta Pos Gizi sebagian besar membaik dan terjadi
48
pengurangan balita malnutrisi. Sebelum pelaksanaan kegiatan Pos Gizi, distribusi
status gizi balita berdasarkan BB/U adalah sebanyak 19 balita (79%) dengan
status berat badan sangat kurang (severely underweight) dari 24 balita yang ada,
sebanyak 5 balita (21%) dengan status gizi kurang (underweight), dan tidak ada
balita yang berstatus gizi normal dan ideal (0%).
Sedangkan setelah pelaksanaan kegiatan Pos Gizi, distribusi status gizi
balita berdasarkan BB/U diketahui bahwa dari 19 balita yang berstatus berat
badan sangat kurang (severely underweight) mengalami perpindahan menjadi 9
balita dengan status gizi kurang (underweight), sebanyak 5 balita dengan status
gizi normal, dan sisanya sebanyak 5 balita (21%) tetap berstatus berat badan
sangat kurang (severely underweight); dari 5 balita yang berstatus gizi kurang
(underweight) mengalami perpindahan menjadi 3 balita dengan status gizi normal,
sebanyak 1 balita dengan status gizi ideal, dan sisanya sebanyak 1 balita tetap
berstatus gizi kurang (underweight). Selain itu, tingkat kehadiran balita peserta
Pos Gizi sebagian besar buruk yaitu sebanyak 16 balita (66,7%) dan tingkat
kehadiran baik sebanyak 8 balita (33,3%) (Aulia, 2011).
Berdasarkan penelitian Normalita (2011) diketahui bahwa sebanyak 8
balita yang mengikuti kegiatan Pos Gizi mengalami perubahan berat badan
menjadi lebih baik yaitu sebanyak 3 balita dengan kenaikan berat badan ≥ 400
gram dan sebanyak 5 balita dengan kenaikan berat badan < 400 gram setelah
kegiatan Pos Gizi berakhir.
49
2.6 Evaluasi Program
2.6.1 Pengertian Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai hasil dari suatu
program atau kegiatan yang sedang atau sudah dilakukan dengan cara
membandingkan antara hasil yang telah dicapai dari suatu program atau
kegiatan dengan tujuan yang telah direncanakan (Notoadmodjo, 2011).
Menurut Notoadmodjo (2011), langkah-langkah yang dilakukan dalam
kegiatan evaluasi adalah:
a) Menetapkan tujuan evaluasi.
b) Menetapkan kriteria yang akan digunakan dalam menentukan keberhasilan
program.
c) Menetapkan cara atau metode yang akan digunakan.
d) Melaksanakan evaluasi, mengolah dan menganalisis data atau hasil dari
pelaksanaan evaluasi.
e) Menyusun saran dan tindakan apa yang akan dilakukan berdasarkan hasil
dari evaluasi yang sudah dilakukan.
2.6.1.1 Jenis Evaluasi
Menurut Wirawan (2011), jenis evaluasi dapat dibedakan menjadi
dua yaitu menurut objeknya dan menurut fokusnya. Berikut penjelasannya.
a) Menurut Objeknya
Menurut objeknya evaluasi dapat dikelompokkan menjadi lima,
yaitu evaluasi kebijakan, evaluasi program, evaluasi proyek, evaluasi
material, dan evaluasi sumber daya.
50
1. Evaluasi Kebijakan
Evaluasi kebijakan adalah menilai kebijakan yang sedang
atau telah dilakukan. Setiap kebijakan harus dievaluasi untuk
menentukan apakah kebijakan itu bermanfaat, dapat mencapai
tujuannya, dilaksanakan secara efisien dan untuk
pertanggungjawaban bagaimana pelaksanaannya (Wirawan, 2011).
2. Evaluasi Program
Program adalah kegiatan atau aktivitas yang dirancang
untuk melaksanakan kebijakan dan dilaksanakan pada waktu yang
tidak. Semua program harus dievaluasi untuk menentukan apakah
layanan atau intervensinya telah mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Evaluasi program adalah metode sistematik yang
digunakan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan memakai
informasi untuk menjawab pertanyaan dasar mengenai program.
Evaluasi program ini dapat dikelompokkan menjadi evaluasi
proses (process evaluation), evaluasi manfaat (outcome
evaluation), dan evaluasi akibat (impact evaluation).
Evaluasi proses meneliti dan menilai apakah layanan atau
intervensi program telah dilaksanakan sesuai dengan yang
direncanakan, apakah target populasi yang direncanakan telah
dilayani, dan menilai bagaimana strategi pelaksanaan program.
Evaluasi manfaat meneliti, menilai, dan menentukan apakah
51
program telah menghasilkan perubahan yang diharapkan
(Wirawan, 2011).
3. Evaluasi Proyek
Proyek adalah kegiatan atau aktivitas yang dilaksanakan
untuk jangka waktu tertentu yang mendukung pelaksanaan
program. Sebelum dijadikan suatu program, suatu aktivitas
dilaksanakan dalam bentuk proyek. Proyek tersebut kemudian
diteliti dan dievalusi secara formatif dengan berbagai uapaya
penyempurnaan, perbaikan atau koreksi dan evaluasi sumatif. Jika
proyek berhasil dan hasilnya baik, maka proyek tersebut dapat
dikembangkan dan dilaksanakan sebagai suatu program (Wirawan,
2011).
4. Evaluasi Material
Untuk melaksanakan kebijakan, program atau proyek
diperlukan sejumlah material atau produk tertentu (Wirawan,
2011).
5. Evaluasi Sumber Daya
Untuk mengembangkan kompetensi dan kinerja sumber
daya manusia dilakukan program pengembangan sumber daya
manusia berupa pelatihan, pendidikan, dan pengembangan.
Program tersebut perlu dievaluasi untuk menentukan apakah
program berjalan sesuai dengan yang direncanakan dan mencapai
tujuan yang ditetapkan (Wirawan, 2011).
52
b) Menurut Fokusnya
Menurut fokusnya, evaluasi dapat dikelompokkan menjadi
empat, yaitu asesmen kebutuhan program (program need assessment),
evaluasi proses program (process program evaluation), evaluasi
keluaran program (outcome program evaluation), dan evaluasi
efisiensi program (program efficiency evaluation).
1. Asesmen Kebutuhan Program
Asesmen kebutuhan (need assessment) adalah
mengidentifikasi dan mengukur level kebutuhan yang diperlukan
dan diinginkan oleh organisasi atau masyarakat. Kebutuhan (need)
adalah ketimpangan (gaps) antara kondisi atau keadaan sekarang
atau apa yang terjadi dengan keadaan yang diinginkan atau
keadaan yang seharusnya. Asesmen kebutuhan perlu dilakukan
sebelum merencanakan suatu kebijakan, program atau proyek
(Wirawan, 2011).
2. Evaluasi Proses Program
Evaluasi proses dimulai ketika program mulai
dilaksanakan. Faktor yang dinilai antara lain layanan dari program,
pelaksanaan layanan, pemangku kepentingan (stakeholder) yang
dilayani, sumber-sumber yang digunakan, pelaksanaan program
yang dibandingkan dengan yang diharapkan dari rencana, dan
kinerja pelaksanaan program. Evaluasi proses merupakan evaluasi
53
formatif yang berguna untuk mengukur kinerja program dan
mengontrol pelaksanaan program (Wirawan, 2011).
3. Evaluasi Keluaran Program
Evaluasi keluaran merupakan evaluasi sumatif yang
mengukur dan menilai keluaran dan akibat atau pengaruh dari
program (Wirawan, 2011).
4. Evaluasi Efisien Program
Suatu kebijakan, program atau proyek dapat dilaksanakan
dengan baik jika didukung oleh biaya atau anggaran (cost) tertentu.
Evaluasi mengenai biaya program dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu evaluasi benefit biaya (cost-benefit evaluation) yang
mengukur masukan dan keluaran dalam pengertian keuangan, serta
cost-effectiveness evaluation yang mengukur input program dalam
pengertian keuangan dan keluaran dalam pengertian non keuangan
(Wirawan, 2011).
2.6.1.2 Tujuan Evaluasi
Menurut Wirawan (2011), evaluasi yang dilaksanakan untuk
mencapai berbagai tujuan disesuaikan dengan objek evaluasinya. Tujuan
dari melakukan evaluasi adalah:
a) Mengukur pengaruh program terhadap masyarakat. Program
dirancang dan dilaksanakan sebagai layanan atau intervensi sosial
untuk dapat menyelesaikan masalah dari situasi dan keadaan yang
dihadapi masyarakat.
54
b) Menilai apakah program telah dilaksanakan sesuai dengan rencana.
Setiap program harus direncanakan dengan teliti dan pelaksanaannya
harus sesuai pula dengan rencana tersebut.
c) Mengukur apakah pelaksanaan program sesuai dengan standar.
Setiap program yang dirancang dan dilaksanakan harus berdasarkan
standar tertentu yang sudah ditetapkan.
d) Evaluasi program dapat mengidentifikasi dan menemukan mana
dimensi program yang berjalan, dan mana yang tidak berjalan.
e) Pengembangan staf program. Evaluasi juga dapat dipergunakan untuk
mengembangkan kemampuan staf yang langsung menyajikan layanan
kepada klien dan para pemangku kepentingan lainnya sehingga dapat
memberikan masukan kepada manajer program mengenai kinerja staf
dalam melayani masyarakat.
f) Memenuhi ketentuan undang-undang. Suatu program sering dirancang
untuk melaksanakan undang-undang tertentu serta dirancang dan
dilaksanakan berdasarkan dengan ketentuan undang-undang untuk
dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat.
g) Akreditasi program. Lembaga yang melayani kebutuhan masyarakat
harus dievaluasi untuk menentukan apakah telah menyajikan layanan
kepada masyarakat sesuai dengan standar layanan yang ditentukan.
Jika telah memenuhi standar layanan lembaga, maka akan
terakreditasi.
55
h) Mengukur cost effectiveness dan cost-efficiency. Untuk melaksanakan
suatu program diperlukan anggaran yang berbeda jumlah pada setiap
organisasi. Penggunaan sumber dalam suatu program perlu diukur
untuk melihat apakah anggaran suatu program mempunyai nilai yang
sepadan (cost effective) dengan akibat atau manfaat yang ditimbulkan
oleh program, sedangkan untuk menilai cost-efficiency yaitu dengan
mengukur apakah biaya yang dikeluarkan untuk program telah
dikeluarkan secara efisien atau tidak.
i) Mengambil keputusan mengenai program. Jika evaluasi program
menunjukkan berhasil melakukan perubahan dalam masyarakat dengan
mencapai tujuannya, maka program akan dilanjutkan atau
dilaksanakan di daerah lain. Namun, jika hasil program buruk dan
kurang bermanfaat bagi masyarakat, maka sebaiknya program harus
dihentikan. Jika program ternyata bermanfaat, akan tetapi
pelaksanaannya tidak cost-efficient, maka harus dilakukan perubahan
mengenai anggaran program.
j) Accountabilitas. Evaluasi juga dilakukan untuk pertanggungjawaban
pimpinan dan pelaksanaan program. Apakah program sudah sesuai
dengan rencana, sesuai dengan standar atau tolak ukur keberhasilan
atau tidak.
k) Memberikan balikan kepada pimpinan dan staf program.
56
l) Memperkuat posisi politik. Jika evaluasi menghasilkan nilai yang
positif, maka kebijakan, program atau proyek akan mendapakan
dukungan dari para pengambil keputusan.
m) Mengembangkan teori ilmu evaluasi atau riset evaluasi.
2.6.1.3 Jenis Model Evaluasi
Menurut Wirawan (2011), jenis model evaluasi ada banyak.
Namun dalam penjelasan berikut ini, jenis model evaluasi dibedakan
menjadi beberapa jenis, diantaranya yaitu model evaluasi formatif dan
sumatif, model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, dan Product),
model evaluasi sistem analisis, dan Theory-driven Evaluation Model.
a) Model Evaluasi Formatif dan Sumatif
Model evaluasi ini mulai dilakukan ketika kebijakan, program
atau proyek mulai dilaksanakan (evaluasi formatif) dan sampai akhir
pelaksanaan program (evaluasi sumatif).
1. Evaluasi Formatif
Istilah evaluasi formatif (formative evaluation)
diperkenalkan oleh Michael Scriven pada tahun 1967 (Wirawan,
2011). Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada
pelaksanaan program atau kegiatan yang masih berjalan secara
kontinu karena program atau kegiatan ini masih relatif baru dan
indikatornya dapat berubah-ubah. Evaluasi formatif ini hasilnya
akan digunakan untuk pengembangan atau perbaikan proram atau
57
kegiatan (Notoadmodjo, 2011, Ayuningtyas, 2014, dan Gage, et
al., 2005).
Tujuan dilakukan evaluasi formatif yaitu untuk mengukur
hasil pelaksanaan program secara periodik, mengukur apakah
partisipan/klien bergerak kearah tujuan yang direncanakan,
mengukur apakah sumber-sumber telah dipergunakan sesuai
dengan rencana, untuk menentukan koreksi apa yang harus
dilakukan jika terjadi penyimpangan, dan memberikan balikan
(Wirawan, 2011).
2. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif dilaksanakan pada akhir pelaksanaan
program. Evaluasi ini mengukur kinerja akhir objek evaluasi
(Wirawan, 2011). Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan
ketika program atau kegiatan telah selesai dilakukan dalam kurun
waktu tertentu, umumnya dilakukan untuk
mengetahui/mengevaluasi program/kegiatan yang relatif sering
dilakukan dan indikatornya tetap/tidak berubah (Notoadmodjo,
2011, Ayuningtyas, 2014, dan Gage, et al., 2005).
Evaluasi sumatif berupaya untuk mengukur indikator-
indikator yaitu hasil dan pengaruh layanan atau intervensi program,
mengukur persepsi klien mengenai layanan dan intervensi
program, menentukan cost effectiveness, cost efficiency, dan cost
benefit, menentukan pelaksanaan program, menentukan apakah
58
tujuan umum dan tujuan khusus program telah tercapai,
menentukan apakah klien mendapatkan manfaat dari program,
menentukan komponen yang mana yang paling efektif dalam
program, menentukan keluaran yang tidak diantisipasi dari
program, menentukan temuan evaluasi kepada para pemangku
kepentingan, dan mengambil keputusan apakah program harus
dihentikan, dikembangkan, atau dilaksanakan di tempat lain
(Wirawan, 2011).
b) Model Evaluasi CIPP (Context, Input, Process, dan Product)
Model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, dan Product)
mulai dikembangkan oleh Daniel Stufflebeam pada tahun 1966.
Stufflebeam mendefinisikan evaluasi sebagai proses melukiskan
(delineating), memperoleh, dan menyediakan informasi yang berguna
untuk menilai alternatif-alternatif pengambilan keputusan. Model
evaluasi CIPP merupakan kerangka yang komprehensif untuk
mengarahkan pelaksanaan evaluasi formatif dan evaluasi sumatif
terhadap objek program, proyek, personalia, produk, institusi, dan
sistem (Wirawan, 2011).
Menurut Stufflebeam (1971) dalam Paper Read at the Annual
Meeting of the American Association of School Administrators,
pengertian evaluasi sebagai berikut:
“Evaluation is the process of delineating, obtaining, and
providing useful information for judging decision alternatives”
(Evaluasi adalah proses menggambarkan, memperoleh, dan
59
memberikan informasi yang digunakan untuk menilai
pengambilan keputusan)
Model CIPP merupakan salah satu model evaluasi yang
memegang peran penting dan diperlukan dalam perencanaan,
implementasi dan penilaian suatu program (Zhang et al., 2011). Model
evaluasi CIPP terdiri dari empat macam jenis evalusi yaiu Evaluasi
Konteks (Context Evaluation), Evaluasi Masukan (Input Evaluation),
Evaluasi Proses (Process Evaluation), dan Evaluasi Produk (Product
Evaluation).
1. Evaluasi Konteks (Context Evaluation)
Evaluasi ini mengidentifikasi dan menilai kebutuhan-
kebutuhan yang mendasari disusunnya suatu program (Wirawan,
2011). Evaluasi konteks mencakup analisis masalah yang berkaitan
dengan lingkungan program atau kondisi obyektif yang akan
dilaksanakan. Evaluasi konteks ini berhubungan dengan analisis
masalah kekuatan dan kelemahan dari obyek tertentu yang akan
atau sedang berjalan. Tujuan dari evaluasi konteks adalah untuk
menilai keseluruhan kesiapan lingkungan program atau kegiatan,
mengidentifikasi populasi sasaran dan menilai kebutuhan
(Stufflebeam, 1971 dalam Paper Read at the Annual Meeting of
the American Association of School Administrators, Maulana, dkk,
2014 dan Zhang et al., 2011).
60
2. Evaluasi Masukan (Input Evaluation)
Evaluasi masukan meliputi analisis personal yang
berhubungan dengan bagaimana penggunaan sumber-sumber yang
tersedia, alternatif strategi yang harus mencapai suatu program.
Tujuan dari evaluasi input adalah untuk menilai perubahan
program yang diperlukan (Stufflebeam, 1971 dalam Paper Read at
the Annual Meeting of the American Association of School
Administrators, Maulana, dkk, 2014 dan Zhang et al., 2011).
3. Evaluasi Proses (Process Evaluation)
Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dirancang untuk
memberikan informasi selama tahap pelaksanaan program. Tujuan
dari evaluasi proses adalah untuk menilai sejauh mana program
atau kegiatan dapat dilakukan secara tepat dan efektif
(Stufflebeam, 1971 dalam Paper Read at the Annual Meeting of
the American Association of School Administrators, Maulana, dkk,
2014 dan Zhang et al., 2011).
4. Evaluasi Produk (Product Evaluation)
Evaluasi produk merupakan kumpulan deskripsi dalam
hubungan dengan konteks, input, dan proses yang kemudian
diinterpretasikan. Evaluasi produk mengidentifikasi dan menilai
hasil dari program (Stufflebeam, 1971 dalam Paper Read at the
Annual Meeting of the American Association of School
Administrators, Maulana, dkk, 2014 dan Zhang et al., 2011).
61
c) Model Evaluasi Sistem Analisis
Model evaluasi lainnya yang banyak dipakai adalah Model
Evaluasi Sistem Analisis (System Analisis Evaluation Model) atau
sering disebut juga Management Evaluation Model. Untuk memahami
model evaluasi ini terlebih dahulu perlu memahami teori sistem.
Model evaluasi sistem analisis terdapat lima jenis evaluasi, yaitu
evaluasi masukan (input evaluation), evaluasi proses (process
evaluation), evaluasi keluaran (output evaluation), evaluasi akibat
(outcome evaluation), dan evaluasi pengaruh (impact evaluation)
(Wirawan, 2011).
1. Evaluasi Masukan (Input Evaluation)
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menjaring,
menganalisis, dan menilai kecukupan kuantitas dan kualitas
masukan yang diperlukan untuk merencanakan dan melaksanakan
program (Wirawan, 2011).
2. Evaluasi Proses (Process Evaluation)
Evaluasi ini memfokuskan pada pelaksanaan program dan
sering menyediakan informasi mengenai kemungkinan program
diperbaiki (Wirawan, 2011).
3. Evaluasi Keluaran (Output Evaluation)
Evaluasi ini mengukur dan menilai keluaran daripada
program, yaitu produk yang dihasilkan (Wirawan, 2011).
62
4. Evaluasi Akibat (Outcome Evaluation)
Evaluasi ini mengukur apakah klien yang mendapat
layanan program berubah (Wirawan, 2011).
5. Evaluasi Pengaruh (Impact Evaluation)
Evaluasi ini menilai perubahan yang terjadi terhadap klien
atau para pemangku kepentingan sebagai akibat dari intervensi
yang dilakukan program serta mengukur pengaruh program sebagai
hasil program dalam jangka panjang (Wirawan, 2011).
d) Theory-driven Evaluation Model
Konsep theory-driven evaluation model atau evaluasi berbasis
teori, dipelopori oleh teoritisi evaluasi Peter Rossi, Huey Tsyh Chen,
C.Weiss, dan Stewart I. Donaldson. Teori ini disusun berdasarkan
asumsi bahwa intervensi program harus diekspresikan berdasarkan
hubungan kausal atau teori program. Aplikasi dalam proses evaluasi
dilakukan diantaranya mempelajari program, menyusun teori program,
menyusun desain evaluasi, pelaksanaan evaluasi, hasil evaluasi, dan
pemanfaatan hasil evaluasi (Wirawan, 2011).
2.6.1.4 Desain Evaluasi
Seperti dengan jenis penelitian lainnya, evaluasi dilaksanakan
dengan menggunakan desain evaluasi tertentu. Desain evaluasi adalah
kerangka proses melaksanakan evaluasi dan rencana menjaring dan
memanfaatkan data, sehingga dapat diperoleh informasi dengan presisi
yang mencukupi atau hipotesis dapat diuji secara tepat dan tujuan evaluasi
63
dapat dicapai. Desain evaluasi terdiri dari model evaluasi dan metode
penelitian (Wirawan, 2011).
a) Model Evaluasi
Model evaluasi menentukan jenis evaluasi apa saja yang harus
dilakukan dan bagaimana proses melaksanakan evaluasi tersebut
(Wirawan, 2011).
b) Metode Penelitian
Metode penelitian menentukan jenis data apa yang akan
dijaring, teknik menjaringnya, apakah akan mempergunakan metode
kuantitatif, kualitatif atau metode campuran dan instrumen yang akan
dipergunakan untuk menjaring data. Metode penelitian juga
menentukan bagaimana mentabulasi, menganalisis data, dan
kesimpulan hasil evaluasi.
Secara umum, jenis metode penelitian yang dipergunakan
dalam evaluasi dapat dikelompokkan menjadi metode kuantitatif,
metode kualitatif, dan metode campuran. Penggunaan metode ini
ditentukan oleh jenis data yang dijaring, sumber informasi, waktu yang
diperlukan untuk melaksanakan evaluasi, sumber yang diperlukan
(tenaga, biaya, dan alat), tersebarnya wilayah layanan program dan
mendapatkan layanan program (Wirawan, 2011).
1. Metode Kuantitatif
Metode kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan
desain penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk menjaring data
64
kuantitatif dalam bentuk data numerik dengan menggunakan
instrumen yang divalidasi yang mencerminkan dimensi dan
indikator dari variabel dan disebarkan kepada populasi atau sampel
tertentu. Jenis metode kuantitatif, yaitu survey, studi korerasional,
studi ex post pacto, dan eksperimen. Instrumen yang digunakan
dalam metode kuantitatif adalah kuesioner terstruktur, dan berbagai
macam tes (Wirawan, 2011).
Metode kuantitatif menggunakan sejumlah ukuran dengan
respon yang terstruktur. Contoh metode evaluasi kuantitatif adalah
data institusional, wawancara terstruktur, survei, kuesioner, tes,
dan pengujian untuk observasi perilaku (Ayuningtyas, 2014).
2. Metode Kualitatif
Dalam metode penelitian kualitatif, evaluator merupakan
instrumen utama dalam menjaring data (Wirawan, 2011). Metode
kualitatif adalah metode yang digunakan untuk mempelajari suatu
permasalahan secara detail dan mendalam. Adapun contoh metode
kualitatif adalah Focus Group Discussion (FGD), wawancara tidak
terstruktur, dan rekaman dalam bentuk video (Ayuningtyas, 2014).
3. Metode Campuran
Metode campuram ini dibedakan menjadi 2 karakteristik
yaitu model evaluasi campuran (mix-evaluation model) dan metode
penelitian campuran (mix-method). Model evaluasi campuran atau
kombinasi model evaluasi adalah dua model evaluasi yang
65
digunakan secara bersama-sama dalam satu kegiatan. Sedangkan
metode penelitian campuran yaitu dalam melakukan evaluasi, tim
evaluator menggunakan metode penelitian campuran atau
kombinasi antara metode kuantitatif dan metode kualitatif secara
bersamaan dalam satu proses evaluasi (Wirawan, 2011).
2.6.2 Pengertian Evaluasi Program
Menurut Patton (1997) dalam Rustam (2012), pengertian evaluasi
program adalah sebagai berikut:
“Program evaluation is the systematic collection of information about
the activities, characteristics, and outcome of program to make
judgements about the program, improve program effectiveness, and/or
inform decisions about the future programming”
(Evaluasi program adalah sekumpulan informasi yang sistematis
tentang kegiatan, karakteristik, dan hasil dari program untuk membuat
penilaian tentang program, meningkatkan efektivitas program,
dan/atau menginformasikan keputusan tentang program masa depan)
Evaluasi program kesehatan dapat dilakukan dengan melihat empat hal
dalam evaluasi, yaitu evaluasi terhadap input, proses pelaksanaan program,
hasil program, dan dampak program (Notoadmodjo, 2011).
a) Evaluasi input dilakukan dengan melihat penggunaan sumber daya dalam
program seperti man, money, material.
b) Evaluasi proses ditujukan kepada pelaksanaan program yang meliputi
penggunaan sumber daya seperti tenaga, dana, dan fasilitas lainnya.
c) Evaluasi hasil program ditujukan untuk menilai sejauh mana program
berhasil sesuai dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
d) Evaluasi dampak program ditujukan untuk menilai sejauh mana suatu
program mempunyai dampak terhadap peningkatan pelayanan kesehatan.
66
Menurut Pirzak (1990) dalam Rustam (2012), ada tiga tipe evaluasi
yaitu evaluasi input, proses, dan outcome atau hasil. Tiga tipe evaluasi tersebut
akan dijelaskan sebagai berikut.
a. Evaluasi input difokuskan pada elemen input yang ada di dalam program
meliputi staf, partisipan program, sumber daya program, dan layanan lain
yang mendukung jalannya program.
b. Evaluasi proses difokuskan pada aktivitas program yang melibatkan
interaksi langsung antara klien dengan staf, dimana aktivitas tersebut
merupakan inti dari pencapaian tujuan program.
c. Evaluasi outcome atau hasil ini diarahkan pada keseluruhan dampak dari
suatu program terhadap penerima layanan.
Menurut Gage, et al (2005), konseptual framework untuk monitoring
dan evaluasi kesehatan anak dapat dilihat dari input, proses, output, outcome,
dan dampak yang diadaptasi dari Bertrand and Amy (1995). Berikut ini
indikator yang digunakan untuk monitoring dan evaluasi program yang dilihat
dari input, proses, output, outcome, dan dampak.
a. Indikator input meliputi sumber daya manusia, keuangan, fasilitas,
peralatan, pedoman klinis, dan kebijakan operasional.
b. Indikator proses mengacu pada kegiatan yang dilakukan pada perencanaan
dan tahapan pelaksanaan program untuk mencapai tujuan dari program.
c. Indikator output mengacu pada hasil dari proses yang telah dilakukan.
Terdapat dua jenis hasil output yaitu output fungsional yang mengukur
jumlah atau kuantitas kegiatan yang dilakukan dari setiap pelayanan
67
seperti komunikasi perubahan perilaku, komoditi dan logistik, manajemen
dan pengawasan, pelatihan, dan lain-lain serta layanan output yang
mengukur kuantitas pelayanan yang diberikan kepada sasaran program
seperti kualitas pelayanan dan kepuasan sasaran.
d. Indikator outcome mengacu kepada perubahan yang diukur pada tingkat
populasi yang merujuk pada perubahan pengetahuan, sikap, perilaku atau
praktek, dan keterampilan.
e. Indikator dampak mengacu pada hasil akhir dari program, seperti
mengurangi kejadian penyakit, meningkatkan status gizi anak, dan
mengurangi morbiditas dan mortalitas anak.
2.8 Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif menggunakan
beberapa teknik yaitu:
a. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar
informasi dan ide yang dilakukan melalui tanya jawab sehingga didapatkan
suatu informasi yang akan memiliki makna dalam topik tertentu (Sugiono,
2011). Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah
wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in-dept interview) adalah
proses memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab sambil tatap muka
antara pewawancara dengan informan dan atau tanpa menggunakan pedoman
wawancara (Sumantri, 2011).
68
b. Observasi
Kegiatan observasi yaitu kegiatan dengan melakukan pengamatan,
pencatatan secara sistematik kejadian, perilaku, objek yang dilihat dan hal lain
yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan
(Iskandar, 2009).
c. Telaah Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya dari seseorang. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara
dalam penelitian kualitatif (Sugiono, 2011).
d. Focus Group Discussion (FGD)
FGD merupakan teknik pengumpulan data yang bertujuan untuk
menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman kelompok. Teknik ini
digunakan untuk mendapatkan pemaknaan suatu kelompok berdasarkan hasil
diskusi terpusat pada suatu permasalahan tertentu (Sumantri, 2011).
2.9 Validitas Data Kualitatif
Uji validitas yang digunakan dalam penelitian kualitatif disebut dengan
triangulasi. Triangulasi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu triangulasi
sumber, triangulasi metode, dan triangulasi data (Sumantri, 2011).
Triangulasi sumber dapat dilakukan dengan cara antara lain mengcross-
check data dengan fakta dari sumber lainnya; membandingkan dan melakukan
kontras data; serta menggunakan kelompok informan yang berbeda. Triangulasi
metode dapat dilakukan dengan cara menggunakan beberapa metode dalam
69
pengumpulan data, yaitu menggunakan FGD juga menggunakan metode
wawancara mendalam, menggunakan metode wawancara mendalam juga
dilakukan observasi, atau menggunakan metode FGD sekaligus juga dilakukan
observasi. Sedangkan triangulasi data analisis dapat dilakukan dengan cara, yaitu
menganalisis data yang dilakukan oleh lebih dari satu orang, dan umpan balik dari
informan (Sumantri, 2011).
2.10 Analisis Data
Menurut Miles and Huberman (1984) dalam Sugiono (2011), analisis data
dalam penelitian kualitatif terdiri dari tiga komponen, yaitu reduksi data (data
reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (conclusion
drawing/verification). Analisis data ini lebih dikenal dengan analisis interaktif
(interactive model of analysis). Menurut Spradley (1980), analisis data dalam
penelitian kualitatif dapat dibagi menjadi empat analisis, yaitu analisis domain,
analisis taksonomi, analisis komponensial, dan analisis tema kultural (Sugiono,
2011).
2.11 Kerangka Teori
Pos Gizi merupakan pendekatan yang sukses untuk mengurangi angka
kekurangan gizi di suatu wilayah. Pos Gizi menggunakan pendekatan Positive
Deviance (PD) untuk mengidentifikasi berbagai perilaku dari ibu balita/pengasuh
yang memiliki anak bergizi baik dari keluarga yang kurang mampu secara
ekonomi kemudian menularkan kebiasaan positif kepada keluarga lain dengan
anak kurang gizi di masyarakat. Pos Gizi ini merupakan salah satu kegiatan untuk
70
melaksanakan kegiatan pemulihan dan pendidikan gizi dengan memberdayakan
ibu balita/pengasuh (CORE, 2003).
Menurut CORE (2003), tujuan dari Pos Gizi antara lain memulihkan anak-
anak kurang gizi yang diidentifikasi di dalam masyarakat dengan cepat,
memungkinkan keluarga-keluarga dapat mempertahankan status gizi anak di
rumah masing-masing secara mandiri, dan mencegah kekurangan gizi pada anak-
anak yang akan lahir kemudian dalam masyarakat, dengan merubah norma-norma
masyarakat mengenai perilaku-perilaku pengasuhan anak, pemberian makan, dan
mencari pelayanan kesehatan.
Menurut Notoadmodjo (2011), evaluasi program kesehatan dapat
dilakukan dengan melihat empat hal dalam evaluasi, yaitu evaluasi terhadap input,
proses pelaksanaan program, hasil program, dan dampak program. Menurut Gage,
et al. (2005), konseptual framework untuk monitoring dan evaluasi kesehatan
anak dapat dilihat dari input, proses, output, dan outcome yang diadaptasi dari
Bertrand and Amy (1995). Adapun kerangka teori penelitian berdasarkan dari
teori yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat dilihat pada Bagan 2.1.
71
Input
1. Man
2. Money
3. Material dan
Machine 4. Method
5. Market
Output
1. Indikator Kegiatan Pos Gizi yaitu:
a. Status Kesehatan dilihat dari Kenaikan Berat Badan
1) Persentase peserta Pos Gizi yang ―lulus‖ dari Pos Gizi berat badannya bertambah lebih dari 400 gram dalam
kurun waktu dua bulan
2) Persentase peserta Pos Gizi yang ―tidak lulus‖ dari Pos Gizi, tetapi berat badannya bertambah 200-400 gram
dalam waktu dua bulan (Pos Gizi pertama vs kedua)
3) Persentase peserta Pos Gizi yang ―tidak lulus‖ dari Pos Gizi, tetapi berat badannya bertambah kurang dari 200
gram dalam waktu dua bulan (Pos Gizi pertama vs kedua)
4) Persentase peserta Pos Gizi yang ―tidak lulus‖ dari Pos Gizi, dan berat badannya tidak bertambah
5) Persentase peserta Pos Gizi yang ―tidak lulus‖ dari Pos Gizi, dan berat badannya berkurang
b. Penggunaan Pelayanan Utama Pos Gizi
1) Presentase anak malnutrisi yang memenuhi syarat untuk ikut Pos Gizi
2) Persentase anak malnutrisi yang ikut serta dalam kegiatan Pos Gizi
3) Persentase para pengasuh (ibu, kakek-nenek, saudara kandung, dsb) yang hadir di Pos Gizi
c. Ketersediaan Pelayanan Pos Gizi
1) Persentase kegiatan Pos Gizi terjadwal selama satu tahun yang sesungguhnya terjadi
2) Persentase hari Pos Gizi terjadwal yang sesungguhnya terjadi setiap sesi selama satu tahun
d. Kualitas Pelayanan Pos Gizi
1) Persentase menu Pos Gizi yang mencerminkan makanan lokal, dan adanya keseimbangan nutrisi
2) Persentase Pos Gizi yang menyediakan fasilitas cuci tangan dengan sabun atau bahan pencuci lainnya yang
tersedia
3) Persentase Pos Gizi yang memiliki WC
4) Persentase Pos Gizi yang memberikan pendidikan kesehatan sesuai dengan standar yaitu pesan kesehatan yang
benar, metode interaktif, secara budaya tepat/sesuai, dll
5) Persentase pengasuh yang membawa kontribusi bahan makanan ke Pos Gizi dalam jumlah hari/sesi
6) Persentase pengasuh yang memberi makan anaknya di Pos Gizi dalam jumlah hari/sesi
7) Persentase pengasuh yang membantu menyiapkan makanan di Pos Gizi dalam jumlah hari/sesi
8) Persentase fasilitator Pos Gizi yang memiliki data balita (nama, jenis kelamin, umur, berat badan, dsb)
9) Persentase fasilitator Pos Gizi yang mengetahui tujuan kontribusi bahan makanan, tanggung jawab pengasuh,
tujuan Pos Gizi, dan makanan khas positif
10) Persentase fasilitator Pos Gizi yang melaksanakan Pos Gizi sesuai dengan standar
11) Persentase fasilitator Pos Gizi yang melaksanakan kegiatan tindak lanjut Pos Gizi sesuai dengan standar
Proses
1. Pelaksanaan
Kegiatan Pos
Gizi
a. Tahap
Persiapan
b. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan
c. Tahap
Tindak
Lanjut
Kegiatan
Sumber: Modifikasi dari Bertrand
and Amy (1995), CORE (2003),
Gage, et al. (2005)
Bagan 2.1 Kerangka Teori
72
BAB III
KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH
3.1 Kerangka Pikir
Menurut CORE (2003) tentang kegiatan Pos Gizi serta menurut Gage, et
al. (2005), dan Bertrand and Amy (1995) tentang evaluasi program kesehatan,
dapat disimpulkan bahwa evaluasi program kesehatan dapat dilakukan dengan
melihat tiga hal dalam evaluasi, yaitu evaluasi terhadap input, evaluasi terhadap
proses, dan evaluasi terhadap output. Ketersediaan pelayanan Pos Gizi dan
kualitas pelayanan Pos Gizi pada indikator output tidak dimasukkan karena
dijelaskan pada bagian input dan proses. Berikut ini kerangka pikir evaluasi
kegiatan Pos Gizi yang akan dilakukan.
Bagan 3.2 Kerangka Pikir
Input
1. Man
2. Money
3. Material dan
Machine
4. Method
5. Market
Output
1. Indikator Kegiatan Pos Gizi yaitu:
a. Status Kesehatan dilihat dari
Kenaikan Berat Badan
b. Penggunaan Pelayanan Utama
Pos Gizi
Proses
1. Pelaksanaan
Kegiatan Pos
Gizi
a. Tahap
Persiapan
b. Tahap
Pelaksanaan
Kegiatan
c. Tahap Tindak
Lanjut
Kegiatan
73
3.2 Definisi Istilah
Adapun definisi istilah yang digunakan untuk mendefinisikan variabel
kualitatif yang akan dijelaskan pada Tabel 3.6 dibawah ini.
Tabel 3.6 Definisi Istilah
No Komponen atau
Domain Definisi Istilah
Input
1 Man Tenaga yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan
Pos Gizi
2 Money Biaya yang tersedia dan dikeluarkan untuk kegiatan
Pos Gizi
3 Material dan Machine Sarana dan prasarana serta peralatan yang
dibutuhkan dan digunakan untuk melakukan
kegiatan Pos Gizi
4 Method Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan
Pos Gizi
5 Market Tempat untuk menyebarluaskan informasi terkait
kegiatan Pos Gizi kepada ibu balita
Proses
6 Pelaksanaan Kegiatan
Pos Gizi
a. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan sebelum kegiatan Pos Gizi
b. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan selama Pos Gizi
berlangsung
c. Tahap Tindak Lanjut
Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan setelah kegiatan Pos Gizi
berakhir (CORE, 2003)
Output
7 Indikator Kegiatan Pos
Gizi, yaitu:
a. Status Kesehatan
dilihat dari Kenaikan
Berat Badan
Keadaan berat badan balita mengalami kenaikan 400
gram selama 2 bulan kegiatan Pos Gizi atau dilihat
dari kurva pertumbuhan di Kartu Menuju Sehat
(KMS) (CORE, 2003)
b. Penggunaan
pelayanan utama Pos
Gizi
Peserta (balita) Pos Gizi yang memenuhi syarat dan
ikut serta berpartisipasi, serta kehadiran ibu balita/
pengasuh dalam kegiatan Pos Gizi (CORE, 2003)
74
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian Evaluasi
Penelitian ini menggunakan model evaluasi sistem analisis dengan metode
kualitatif. Metode kualitatif digunakan untuk menggambarkan secara lebih dalam
mengenai kegiatan Pos Gizi dari komponen input, proses, dan output.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di dua Pos Gizi di wilayah kerja
Puskesmas Cisauk yaitu Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo dan Pos Gizi Bintang di
Kelurahan Cisauk pada bulan Oktober s/d Desember 2016. Pos Gizi Anggrek di
Desa Sampora tidak dilaksanakan dikarenakan peserta Pos Gizi merupakan
peserta lama sehingga perlu dipantau berat badannya di Posyandu. Pemilihan
lokasi penelitian yaitu di Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo dan Pos Gizi Bintang di
Kelurahan Cisauk memiliki beberapa pertimbangan diantaranya kegiatan Pos Gizi
masih dilaksanakan pada saat penelitian berlangsung, dan terdapat peserta Pos
Gizi baru.
4.3 Informan Penelitian
Informan sebagai informasi dalam penelitian kualitatif berjumlah 15
orang. Pemilihan informan dilakukan dengan menggunakan metode purposive
sampling (non probability) yaitu pengambilan sampel yang bersifat tidak acak dan
sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang dibuat
sendiri oleh peneliti berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat informan yang sudah
75
diketahui sebelumnya. Adapun informan dalam penelitian ini dikelompokkan
menjadi dua, yaitu informan utama dan informan pendukung.
4.3.1 Informan Utama
Informan utama adalah objek utama dalam penelitian yang berperan
penting dalam pelaksanaan kegiatan Pos Gizi. Informan utama dalam
penelitian ini adalah kader Pos Gizi dan ibu balita. Informan utama terdiri
dari:
a. Kader Pos Gizi yang aktif di Pos Gizi, dapat diwawancarai dan menjawab
pertanyaan dengan baik berjumlah enam orang yaitu empat orang kader
dari Desa Cibogo dan dua orang kader dari Kelurahan Cisauk. Adapun
karakteristik kader yang menjadi informan dilihat dari umur, pendidikan,
lamanya jadi kader, dan lokasi kader Pos Gizi.
b. Ibu balita peserta Pos Gizi yang hadir dalam kegiatan Pos Gizi dengan
balitanya yang berstatus gizi kurang (underweight) dan berat badan sangat
kurang (severely underweight) pada kondisi lingkungan yang sama dengan
status ekonomi kurang, yang dapat diwawancarai dan menjawab
pertanyaan dengan baik berjumlah tujuh orang yaitu lima ibu balita dari
Pos Gizi Mekar Desa Cibogo dan dua ibu balita dari Pos Gizi Bintang
Kelurahan Cisauk. Adapun karakteristik ibu balita peserta Pos Gizi yang
hadir dalam kegiatan Pos Gizi dapat dilihat dari umur, pendidikan,
pekerjaan ibu, pekerjaan ayah, lokasi Pos Gizi, dan status gizi balita.
76
4.3.2 Informan Pendukung
Informan pendukung pada penelitian ini adalah Tenaga Pelaksana Gizi
(TPG) Puskesmas Cisauk, dan petugas seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten
Tangerang. Jumlah Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas Cisauk dan
petugas seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang yang diwawancarai
berjumlah satu orang.
4.4 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dibantu oleh tiga orang mahasiswi peminatan Gizi
Kesehatan Masyarakat. Pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dilihat dari
instrumen penelitian, sumber data, dan cara pengumpulan data.
4.4.1 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
pedoman wawancara mendalam, pedoman observasi check list, kuesioner,
timbangan dacin, perekam suara, kamera, dan alat pencatat untuk kejelasan
dan keakuratan instrumentasi. Berikut penjelasan tentang instrumen penelitian
yang digunakan dalam penelitian:
a. Pedoman wawancara mendalam digunakan untuk mengetahui lebih dalam
mengenai kegiatan Pos Gizi dari komponen input, proses, dan outputnya.
Peneliti melakukan probing pada poin-poin pertanyaan saat mewawancarai
informan untuk memperoleh informasi secara mendalam yang dilengkapi
dengan perekam suara dan pencatat selama proses wawancara.
b. Pedoman observasi check list digunakan untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan selama kegiatan Pos Gizi berlangsung. Selama pelaksanaan
77
kegiatan Pos Gizi, peneliti mengamati kegiatan Pos Gizi selama 10 hari,
kemudian peneliti mencatat apa yang diamati pada lembar observasi yang
sudah disiapkan.
c. Kuesioner digunakan untuk memperoleh data atau informasi tentang data
karakteristik ibu balita meliputi umur, pendidikan, pekerjaan ibu,
pekerjaan ayah, dan lokasi Pos Gizi yang diikuti; sedangkan karakteristik
balita meliputi umur, jenis kelamin, kehadiran, berat badan, status gizi, dan
riwayat penyakit. Selain itu, kuesioner juga digunakan sebagai data
tambahan untuk mengetahui pengetahuan dan perubahan perilaku
(pemberian makan, pengasuhan balita, perilaku kebersihan, serta pencarian
dan pemberian perawatan kesehatan) ibu balita. Kuesioner tersebut
ditanyakan langsung oleh peneliti kepada ibu balita yang mengikuti Pos
Gizi.
d. Timbangan dacin digunakan untuk mendapatkan data berat badan (kg)
balita yang digunakan untuk mengetahui status gizi balita yang berada
pada lokasi Pos Gizi masing-masing.
4.4.2 Sumber Data dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang dikumpulkan langsung dari
informan penelitian. Proses pengumpulan data primer ini dibantu oleh tiga
mahasiswi Kesehatan Masyarakat. Data primer yang dikumpulkan terdiri
dari data input, proses, dan output; data observasi; serta data karakteristik
78
ibu balita (umur, pendidikan, pekerjaan ibu, pekerjaan ayah, dan lokasi
Pos Gizi yang diikuti), karakteristik balita (umur, jenis kelamin, kehadiran,
berat badan, status gizi, dan riwayat penyakit), dan data pengetahuan dan
perubahan perilaku (pemberian makan, pengasuhan balita, perilaku
kebersihan, serta pencarian dan pemberian perawatan kesehatan) ibu
balita. Proses pengumpulan data primer adalah sebagai berikut:
1) Data input, proses, dan output diperoleh dengan menggunakan teknik
wawancara mendalam yang dilakukan pada informan utama.
Wawancara mendalam dilakukan dengan melihat situasi dan kondisi
pada saat pelaksanaan Pos Gizi. Wawancara dengan kader dilakukan
pada saat kegiatan Pos Gizi berakhir yang dilakukan di rumah kader
sendiri sehingga peneliti berkunjung ke rumah kader, sedangkan untuk
wawancara ibu balita dilakukan pada saat kegiatan Pos Gizi
berlangsung.
2) Data observasi diperoleh dengan menggunakan pedoman observasi
check list yang diamati oleh peneliti selama pelaksanaan Pos Gizi
berlangsung. Observasi dilakukan untuk mengamati man, material dan
machine, method, tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan evaluasi
kegiatan Pos Gizi.
3) Data karakteristik ibu balita dan balita serta data pengetahuan dan
perubahan perilaku (pemberian makan, pengasuhan balita, perilaku
kebersihan, serta pencarian dan pemberian perawatan kesehatan) ibu
balita diperoleh dengan membagikan kuesioner kepada ibu balita yang
79
menjadi informan penelitian. Sebelum ibu balita mengisi kuesioner,
peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner yang selanjutnya
kuesioner diisi sendiri oleh informan. Namun, kuesioner juga
ditanyakan langsung oleh peneliti kepada ibu balita yang mengikuti
kegiatan Pos Gizi jika keadaan ibu balita tidak memungkinkan untuk
mengisi kuesioner secara sendiri. Setelah mengisi kuesioner, informan
diminta untuk mengumpulkan kuesioner tersebut kemudian peneliti
mengecek kuesioner yang telah diisi.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dengan cara telaah dokumen seperti
laporan kegiatan. Data sekunder yang diperoleh adalah data mengenai
profil Puskesmas Cisauk, jumlah balita yang mengikuti kegiatan Pos Gizi
serta status gizi balita yang sudah mengikuti kegiatan Pos Gizi sebelumnya
dari buku kegiatan Pos Gizi di masing-masing Pos Gizi.
Tabel 4.7 Pengumpulan Data
No Komponen atau
Domain Sumber Data Cara Pengumpulan Data dan Informan
INPUT
1 Man a. Data primer
b. Data sekunder
a. Wawancara mendalam (kader, ibu balita, TPG,
dan petugas seksi gizi Dinkes) dan observasi
b. Telaah dokumen (laporan kegiatan Pos Gizi)
2 Money a. Data primer
b. Data sekunder
a. Wawancara mendalam (kader, TPG, dan petugas
seksi gizi Dinkes) dan observasi
b. Telaah dokumen (laporan kegiatan Pos Gizi)
3 Material dan
Machine
Data primer
Wawancara mendalam (kader, ibu balita, TPG, dan
petugas seksi gizi Dinkes) dan observasi
4 Method Data primer
Wawancara mendalam (kader, ibu balita, TPG, dan petugas seksi gizi Dinkes) dan observasi
5 Market Data primer Wawancara mendalam (kader, ibu balita, dan TPG)
PROSES
6 Pelaksanaan
Kegiatan Pos Gizi a. Tahap
80
No Komponen atau
Domain Sumber Data Cara Pengumpulan Data dan Informan
Persiapan a. Data primer
b. Data sekunder
a. Wawancara mendalam (kader, ibu balita, TPG,
dan petugas seksi gizi Dinkes) dan observasi
b. Telaah dokumen (laporan kegiatan Pos Gizi)
b. Tahap
Pelaksanaan
Kegiatan
a. Data primer
b. Data sekunder
a. Wawancara mendalam (kader, ibu balita, TPG,
dan petugas seksi gizi Dinkes) dan observasi
b. Telaah dokumen (laporan kegiatan Pos Gizi)
c. Tahap Tindak Lanjut
Kegiatan
Data primer Wawancara mendalam (kader dan TPG)
OUTPUT
7 Indikator Kegiatan Pos
Gizi, yaitu:
a. Status Kesehatan
dilihat dari
Kenaikan Berat Badan
a. Data primer b. Data sekunder
a. Wawancara mendalam (kader dan TPG) dan
observasi b. Telaah dokumen (laporan kegiatan Pos Gizi)
b. Penggunaan
Pelayanan
Utama Pos Gizi
a. Data primer
b. Data sekunder
a. Wawancara mendalam (kader, ibu balita dan
TPG) dan observasi
b. Telaah dokumen (laporan kegiatan Pos Gizi)
4.5 Pengolahan Data
Pengolahan data primer dari variabel yang diteliti selanjutnya dilakukan
analisis data sebagai berikut:
a. Data input, proses, dan output
Untuk komponen atau domain input, proses, dan output diperoleh
secara kualitatif dengan menggunakan teknik wawancara mendalam. Tahap
pengolahan data kualitatif sebagai berikut:
1) Hasil wawancara dicatat kembali berdasarkan rekaman yang diperoleh
pada saat wawancara mendalam ke dalam bentuk tulisan (transkip).
2) Membuat kategori data sesuai dengan komponen atau domain penelitian.
3) Menyajikan ringkasan data dan interpretasinya dalam bentuk matriks.
4) Menganalisa faktor-faktor serta menghubungkan dengan teori yang ada.
81
b. Data observasi
Untuk data observasi, diperoleh dengan cara mengamati selama
kegiatan Pos Gizi berlangsung. Dari hasil observasi tersebut, kemudian
peneliti akan menjelaskan atau mendeskripsikan pada bagian hasil penelitian.
c. Data karakteristik ibu balita dan balita serta data pengetahuan dan perubahan
perilaku (pemberian makan, pengasuhan balita, perilaku kebersihan, serta
pencarian dan pemberian perawatan kesehatan) ibu balita
Untuk data karakteristik ibu balita dan balita serta data pengetahuan
dan perubahan perilaku ibu balita diperoleh secara kuantitatif dengan
membagikan kuesioner kepada ibu balita. Data yang sudah dikumpulkan dari
kuesioner kemudian dimasukkan dengan bantuan software Ms. Excel yang
kemudian dianalisis menggunakan bantuan software SPSS.
4.6 Validitas Data
Penelitian kualititaf menggunakan jumlah sampel yang sedikit. Oleh
karena itu, perlu dilakukan pengecekan keabsahan data/validitas data. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi
metode. Triangulasi sumber dilakukan dengan mencari sumber data dari dua
jenis informan, yaitu informan utama dan informan pendukung. Sedangkan,
triangulasi metode dilakukan dengan menggunakan tiga metode pengumpulan
data, yaitu metode wawancara, observasi, dan telaah dokumen.
82
Tabel 4.8 Triangulasi Sumber dan Triangulasi Metode
No Komponen atau
Domain
Sumber Metode
Kader
Pos
Gizi
Ibu
Balita TPG
Petugas
Seksi
Gizi
Dinkes
Metode
Wawancara
Mendalam
Observasi Telaah Dokumen
INPUT
1 Man
2 Money -
3 Material dan
Machine
-
4 Method -
5 Market - - -
PROSES
6 Pelaksanaan
Kegiatan Pos Gizi a. Tahap
Persiapan
b. Tahap
Pelaksanaan
Kegiatan
c. Tahap Tindak
Lanjut
Kegiatan
-
-
-
-
OUTPUT
7 Indikator
Kegiatan Pos
Gizi, yaitu:
a. Status
Kesehatan
dilihat dari Kenaikan
Berat Badan
-
-
(laporan kegiatan
Pos Gizi)
b. Penggunaan
Pelayanan
Utama Pos
Gizi
-
(buku kehadiran
kegiatan Pos Gizi)
4.7 Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
interaktif (interactive model of analysis). Analisis interaktif ini terdiri dari tiga
komponen yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display),
dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing/verification). Berikut ini
penjabaran tiga komponen analisis interaktif.
83
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Pada tahap ini terjadi proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul
dari catatan-catatan tertulis di lapangan dengan memfokuskan kepada data
yang relevan melalui pemisahan data, mempertegas data, membuang hal
yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga
keseimpulan akhir dapat dilakukan. Proses ini berlangsung terus menerus
selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar
terkumpul sebagaimana terlihat dari kerangka konseptual penelitian,
permasalahan studi dan pendekatan pengumpulan data yang dipilih oleh
peneliti. Reduksi data meliputi meringkas data, mengkode, menelusur
tema, dan membuat gugus-gugus.
b. Penyajian Data (Data Display)
Pada tahap ini terjadi kegiatan penyajian data kualitatif dalam
bentuk uraian singkat, bagan, dan matriks hasil wawancara mendalam.
c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion Drawing/Verification)
Penarikan kesimpulan dilakukan peneliti secara terus-menerus
selama berada di lapangan dan dapat dilakukan juga dengan
memperhatikan hasil wawancara, observasi, dan telaah dokumen.
Kesimpulan tersebut juga diverifikasi selama penelitian berlangsung,
dengan cara memikir ulang selama penulisan, tinjauan ulang catatan
lapangan, tinjauan kembali dan tukar pikiran. Penarikan kesimpulan akan
menghubungkan semua komponen input, proses, dan output.
84
Dukungan data kuantitatif sederhana melalui penelusuran data
sekunder dan kuesioner, kemudian dibandingkan dengan data kualitatif
sebagai data primer. Setelah itu hasil transkip data primer dan penelusuran
data sekunder akan diinterpretasikan dalam penelusuran hasil dan
pembahasan.
85
BAB V
HASIL PENELITIAN
Bagian hasil penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yaitu gambaran
penelitian dan evaluasi kegiatan Pos Gizi. Gambaran penelitian dilihat dari
gambaran umum Puskesmas Cisauk, kegiatan Pos Gizi di Puskesmas Cisauk
tahun 2016, dan karakteristik informan. Kegiatan Pos Gizi di Puskesmas Cisauk
tahun 2016 dapat dilihat dari tujuan umum, sasaran, deskripsi kegiatan, dan
wilayah Pos Gizi. Gambaran penelitian mengenai gambaran umum Puskesmas
Cisauk dan kegiatan Pos Gizi di Puskesmas Cisauk tahun 2016 didapatkan dari
sumber data sekunder, sedangkan karakteristik informan didapatkan dari sumber
data primer. Evaluasi kegiatan Pos Gizi menjawab tujuan dari penelitian yang
dilihat dari komponen input, proses, dan output serta keterkaitan antara
pencapaian tujuan pertama dari Pos Gizi dilihat dari komponen output terhadap
komponen input dan proses dari kegiatan Pos Gizi.
5.1 Gambaran Penelitian
5.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Cisauk
Puskesmas Cisauk merupakan Puskesmas yang berada di wilayah
Kecamatan Cisauk yang terletak di Jalan Raya Lapan, Kecamatan Cisauk,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Puskesmas Cisauk terletak di sebelah
selatan Kabupaten Tangerang dengan luas wilayah ± 1220,748 Ha, yang
sebagian besar terdiri dari tanah darat. Mempunyai wilayah kerja tiga desa
binaan yaitu Desa Sampora, Desa Cibogo, dan Kelurahan Cisauk. Puskesmas
86
Cisauk memiliki daerah binaan yang terdiri dari tiga wilayah dengan batas-
batas sebagai berikut sebelah utara wilayah Desa Pagedangan, sebelah timur
wilayah Kecamatan Serpong dan Kecamatan Setu, sebelah barat wilayah Desa
Padegangan, dan sebelah selatan wilayah Desa Suradita.
Berdasarkan profil Puskesmas Cisauk pada tahun 2015 diketahui
bahwa jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Cisauk sebanyak 31.673
jiwa, sedangkan jumlah balita usia 0-59 bulan yang terdapat di wilayah kerja
Puskesmas Cisauk pada tahun 2015 yaitu sebanyak 3.217 balita dengan
jumlah balita laki-laki sebanyak 1569 balita dan balita perempuan sebanyak
1648 balita. Berdasarkan laporan bulan penimbangan balita pada bulan
Agustus 2015 diketahui bahwa jumlah balita berat badan sangat kurang
(severely underweight) sebanyak 20 balita dan balita gizi kurang
(underweight) sebanyak 126 balita (Data Puskesmas Cisauk, 2015).
Berdasarkan laporan bulan penimbangan balita pada bulan Agustus 2016
diketahui bahwa jumlah balita berat badan sangat kurang (severely
underweight) sebanyak 28 balita dan balita gizi kurang (underweight)
sebanyak 182 balita (Data Puskesmas Cisauk, 2016).
Terdapat fasilitas pelayanan kesehatan yang dikembangkan oleh
Puskesmas Cisauk yang berbasis masyarakat yaitu Poskesdes (Pos Pelayanan
Kesehatan), Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), Posbindu (Pos Pembinaan
Terpadu), Pos Gizi, dan Pos KPKIA.
Untuk menurunkan prevalensi kurang gizi pada balita, maka Dinas
Kesehatan Kabupaten Tangerang melakukan upaya melalui pemberdayaan
87
masyarakat yaitu dengan membentuk Pos Gizi yang dimulai dari tahun 2008
hingga sekarang di wilayah Kabupaten Tangerang dengan pemilihan lokasi
berdasarkan jumlah kasus berat badan sangat kurang (severely underweight)
terbanyak. Sebelum membentuk Pos Gizi, terdapat upaya lain yang sudah
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang yang bekerjasama
dengan Puskesmas dan pemerintah setempat yaitu pemberian PMT bagi berat
badan sangat kurang (severely underweight) dan gizi kurang (underweight),
PMT lokal di Posyandu, pembentukan Therapeutic Feeding Center (TFC),
serta pelaksanaan Klinik Gizi di Puskesmas (Dinas Kesehatan Kabupaten
Tangerang, 2013).
Salah satu daerah di Kabupaten Tangerang yang sudah menerapkan
Pos Gizi adalah Kecamatan Cisauk. Puskesmas Cisauk merupakan Puskesmas
di Kecamatan Cisauk yang telah membentuk Pos Gizi sejak tahun 2010
(PDRC, 2016).
5.1.2 Kegiatan Pos Gizi di Puskesmas Cisauk Tahun 2016
Kegiatan Pos Gizi dapat dilihat dari tujuan umum, sasaran, deskripsi
kegiatan, dan wilayah Pos Gizi.
a. Tujuan Umum
1) Meningkatkan status gizi balita yang kurang gizi, baik yang gizi
kurang (underweight) maupun berat badan sangat kurang (severely
underweight).
2) Mempertahankan berat badan balita dengan status gizi balita yang
baik.
88
3) Mencegah status gizi balita agar tidak menjadi berat badan sangat
kurang (severely underweight).
4) Mendukung perubahan perilaku keluarga di tingkat rumah tangga agar
balitanya tetap sehat.
b. Sasaran
Sasaran dalam kegiatan Pos Gizi adalah keluarga yang memiliki
balita kurang gizi dibawah garis merah (BGM) dan dibawah garis kuning
(BGK) di Kartu Menuju Sehat (KMS) serta dengan menggunakan
indikator berat badan menurut umur (BB/U). Adapun syarat peserta Pos
Gizi yang ditetapkan oleh Puskesmas Cisauk adalah balita yang berat
badannya di Kartu Menuju Sehat (KMS) berada dibawah garis merah
(BGM) dan dibawah garis kuning (BGK), usia 12-59 bulan, dan bersedia
mengikuti kegiatan Pos Gizi sampai selesai.
c. Deskripsi Kegiatan
Pos Gizi merupakan salah satu kegiatan perbaikan gizi balita
kurang gizi dengan melibatkan keaktifan masyarakat untuk mengatasi
permasalahan di wilayah kerja Puskesmas Cisauk. Kegiatan ini dilakukan
atas kerjasama masyarakat dan pemerintah setempat seperti Kecamatan,
desa, PKK, dan Puskesmas yang didukung oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Tangerang. Kegiatan Pos Gizi ini dilakukan selama tiga bulan
dengan 10 hari masuk, 10 hari libur, dan 10 hari masuk lagi. Saat balita
libur 10 hari, diharapkan orang tua dapat mempraktekkan pola makan,
pola asuh, dan pola kebersihan diri seperti yang telah dipraktekkan selama
89
Pos Gizi dibuka. Waktu pelaksanaan kegiatan Pos Gizi adalah diantara
waktu makan, sedangkan makanan yang diberikan di Pos Gizi adalah
makanan tambahan.
d. Wilayah Pos Gizi
Pos Gizi di wilayah kerja Puskesmas Cisauk terdapat di tiga desa
binaannya, yaitu di Desa Sampora, Desa Cibogo, dan Kelurahan Cisauk.
Berikut ini penjelasan Pos Gizi di wilayah kerja Puskesmas Cisauk.
1) Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo
Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo berdiri pada tahun 2012
dengan jumlah kader Pos Gizi sebanyak 10 orang. Pos Gizi ini pertama
kali dibentuk di Posyandu Bahasa RT 17 Desa Cibogo kemudian
berganti tempat lagi di Posyandu Saluyu RT 14 Desa Cibogo,
Posyandu Melati RT 10 Desa Cibogo, Posyandu Mawar RT 16, dan
sekarang berada di Balai Desa. Pemilihan tempat di Balai Desa
dikarenakan Balai Desa terletak ditengah-tengah Posyandu dan
masyarakat. Saat ini kegiatan Pos Gizi di Desa Cibogo dilaksanakan di
Balai Desa.
2) Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk
Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk berdiri pada tahun 2011
dengan jumlah kader Pos Gizi sebanyak 11 orang. Kegiatan Pos Gizi
dilakukan di rumah salah satu kader atau di rumah ibu RT setempat
dikarenakan belum memiliki tempat tersendiri.
90
3) Pos Gizi Anggrek di Desa Sampora
Pos Gizi Anggrek di Desa Sampora berdiri pada tahun 2010
dengan jumlah kader Pos Gizi sebanyak 5 orang. Kegiatan Pos Gizi
dilakukan di rumah salah satu kader dikarenakan belum memiliki
tempat tersendiri.
5.1.3 Karakteristik Informan
Karakteristik informan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi
dua, yaitu informan utama dan informan pendukung. Disebut informan utama
karena terlibat langsung dalam pelaksanaan kegiatan Pos Gizi. Jumlah
informan utama sebanyak 13 orang yang terdiri dari enam orang kader Pos
Gizi dan tujuh orang ibu balita peserta Pos Gizi yang hadir dalam kegiatan Pos
Gizi. Disebut informan pendukung karena terlibat langsung atau tidak
langsung dalam pelaksanaan kegiatan Pos Gizi. Jumlah informan pendukung
sebanyak dua orang yang terdiri dari Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas
Cisauk dan petugas seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.
5.1.3.1 Informan Utama
Informan utama dalam penelitian ini adalah kader dan ibu balita
peserta Pos Gizi yang hadir dalam kegiatan Pos Gizi.
a. Kader Pos Gizi yang Terlibat Langsung dalam Kegiatan Pos Gizi
Informan kader yang bersedia untuk diwawancarai berjumlah
enam informan, yang terbagi dengan empat informan dari Pos Gizi
Desa Cibogo dan dua informan dari Pos Gizi Kelurahan Cisauk.
Karakteristik kader dapat dilihat dari umur, pendidikan, lamanya jadi
91
kader, dan lokasi kader Pos Gizi. Berikut ini karakteristik kader Pos
Gizi yang terlibat langsung dalam kegiatan Pos Gizi.
Tabel 5.9 Karakteristik Kader Pos Gizi yang Terlibat Langsung
dalam Kegiatan Pos Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Cisauk
Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang Tahun 2016
Variabel n (%)
Umur, tahun 1 55,3 ± 7,2
Pendidikan
a. SD
b. SMP
c. SMA
1 (16,7)
1 (16,7)
4 (66,7)
Lama jadi Kader, tahun 1 22,8 ± 3,6
Lokasi Kader Pos Gizi
a. Desa Cibogo
b. Kelurahan Cisauk
4 (66,7)
2 (33,3)
Total 6 (100%)
Sumber: Data Primer
Keterangan: 1mean ± SD
Berdasarkan Tabel 5.9 diatas diketahui bahwa karakteristik
kader dilihat dari umur dengan rata-rata umur kader adalah 55,3 tahun
dengan standar deviasi 7,2 tahun. Pendidikan kader paling banyak
berpendidikan SMA sebanyak 4 orang (66,7%). Rata-rata lama jadi
kader adalah 22,8 tahun dengan standar deviasi 3,6 tahun. Lokasi kader
Pos Gizi yang menjadi informan paling banyak di Desa Cibogo yaitu
66,7%.
a. Ibu Balita Peserta Pos Gizi yang Hadir dalam Kegiatan Pos Gizi
Informan ibu balita peserta Pos Gizi yang hadir dalam kegiatan
Pos Gizi dengan balitanya yang berstatus gizi kurang (underweight)
dan berat badan sangat kurang (severely underweight) pada kondisi
lingkungan yang sama dengan status ekonomi kurang yang bersedia
92
untuk diwawancarai berjumlah tujuh informan, yang terbagi dengan
lima informan berasal dari Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo dan dua
informan berasal dari Pos Gizi di Kelurahan Cisauk. Lima informan
mengikuti kegiatan Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo selama sebulan
sedangkan dua informan mengikuti kegiatan Pos Gizi Bintang di
Kelurahan Cisauk selama 3 bulan dan semua informan masih
mengikuti kegiatan Pos Gizi ketika penelitian ini berlangsung.
Karakteristik ibu balita peserta Pos Gizi yang hadir dalam kegiatan Pos
Gizi dapat dilihat dari umur, pendidikan, pekerjaan ibu, pekerjaan
ayah, lokasi Pos Gizi, dan status gizi balita.
Tabel 5.10 Karakteristik Ibu Balita Peserta Pos Gizi yang Hadir
dalam Kegiatan Pos Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Cisauk
Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang Tahun 2016
Variabel n (%)
Umur, tahun 1 27,5 ± 7,9
Pendidikan
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Tidak Sekolah
1 (14,3)
2 (28,6)
3 (42,9)
1 (14,3)
Pekerjaan Ibu 7 (100)
Pekerjaan Ayah
a. Wiraswasta
b. Buruh
c. Pedagang
d. Tukang Bangunan
e. Tidak mempunyai Pekerjaan
2 (28,6)
2 (28,6)
1 (14,3)
1 (14,3)
1 (14,3)
Lokasi Pos Gizi
a. Pos Gizi Mekar Desa Cibogo
b. Pos Gizi Bintang Kelurahan Cisauk
5 (71,4)
2 (28,6)
93
Variabel n (%)
Status Gizi Balita (BB/U)
a. Gizi Kurang (underweight)
b. Berat Badan Sangat Kurang (severely
underweight)
4 (57,1)
3 (42,9)
Total 7 (100)
Sumber: Data Primer
Keterangan: 1 mean ± SD
Berdasarkan Tabel 5.10 diatas diketahui bahwa karakteristik
ibu balita peserta Pos Gizi yang hadir dalam kegiatan Pos Gizi dilihat
dari umur dengan rata-rata umur ibu balita adalah 27,5 tahun dengan
standar deviasi 7,9 tahun. Pendidikan ibu balita paling banyak
berpendidikan SMA sebanyak 3 orang (42,9%). Pekerjaan ibu balita
semuanya adalah ibu rumah tangga (100%), dan pekerjaan ayah paling
banyak wiraswasta dan buruh yang masing-masing sebanyak 2 orang
(28,6%). Lokasi Pos Gizi ibu balita yang menjadi informan paling
banyak di Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo sebanyak 5 orang (71,4%).
Sedangkan status gizi balita (BB/U) yang ibunya menjadi informan
paling banyak balitanya berstatus gizi kurang sebanyak 4 balita
(57,1%).
5.1.3.2 Informan Pendukung
Informan pendukung dalam penelitian ini adalah Tenaga Pelaksana
Gizi (TPG) Puskesmas Cisauk dan petugas seksi gizi Dinas Kesehatan
Kabupaten Tangerang.
94
a. Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas Cisauk yang Terlibat dalam
Kegiatan Pos Gizi
Informan Ibu Sr merupakan Tenaga Pelaksana Gizi (TPG)
Puskesmas Cisauk yang memegang program gizi di Puskesmas Cisauk
dan berperan sebagai pemantau dalam kegiatan Pos Gizi. Karakteristik
informan Ibu Sr selaku Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas
Cisauk yaitu berumur 44 tahun dengan pendidikan D1 Gizi dan 18
tahun sudah bekerja sebagai pemegang program gizi di Puskesmas
Cisauk.
b. Petugas Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang
Informan Ibu G adalah salah satu petugas seksi gizi di Dinas
Kesehatan Kabupaten Tangerang yang mengetahui kegiatan Pos Gizi.
Karakteristik informan Ibu G yaitu berumur 29 tahun dengan
pendidikan S1 Gizi.
5.2 Hasil Evaluasi Kegiatan Pos Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Cisauk
Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang Tahun 2016
Hasil penelitian ini mengevaluasi dari komponen input (man, money,
material dan machine, method, dan market); komponen proses (tahap persiapan,
tahap pelaksanaan kegiatan, dan tahap tindak lanjut kegiatan); dan komponen
output (status kesehatan yang dilihat dari kenaikan berat badan dan penggunaan
pelayanan utama). Kemudian dalam penulisannya, ketiga komponen tersebut
dikaitkan satu sama lain sesuai dengan kerangka konsep. Hasil penelitian ini
95
diperoleh dengan cara wawancara mendalam dengan informan utama yaitu kader
Pos Gizi dan ibu balita.
Untuk memvalidasi data mengenai input, proses, dan output yang didapat
dari informan utama, maka dilakukan cross cek data dengan cara wawancara
mendalam terhadap informan pendukung yang terlibat langsung ataupun tidak
langsung dalam kegiatan Pos Gizi yaitu Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas
Cisauk yang berperan sebagai pemantau kegiatan Pos Gizi dan pemegang
program gizi, serta informasi dari petugas seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten
Tangerang. Selain itu, hasil penelitian juga dilakukan oleh peneliti sendiri selama
kegiatan Pos Gizi dengan cara observasi.
Evaluasi kegiatan Pos Gizi menjawab tujuan penelitian untuk melihat
tercapainya tujuan pertama dari Pos Gizi yaitu memulihkan anak-anak kurang gizi
yang diidentifikasi di dalam masyarakat dengan cepat yang dilihat dari komponen
input, proses, dan output serta keterkaitan antara pencapaian tujuan pertama dari
Pos Gizi dilihat dari komponen output terhadap komponen input dan proses dari
kegiatan Pos Gizi. Berikut penjelasannya.
5.2.1 Gambaran Kegiatan Pos Gizi dilihat dari Input pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten
Tangerang Tahun 2016
Gambaran kegiatan Pos Gizi dilihat dari input yang dimaksudkan
dalam penelitian ini ditujukan kepada sumber daya dalam kegiatan Pos Gizi.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan dari lima komponen input (man,
96
money, material dan machine, method, dan market) masih terdapat masalah
dalam beberapa bagian pada kegiatan Pos Gizi. Berikut ini penjelasannya.
Komponen input pada bagian man, masih belum sesuai dengan
panduan Pos Gizi yang dilihat dari pelatihan kader dan kemampuan kader.
Diketahui bahwa peserta yang hadir dan mengikuti kegiatan Pos Gizi adalah
balita yang berstatus gizi kurang (underweight) dan berat badan sangat kurang
(severely underweight) beserta ibu balita. Dalam pelaksanaan kegiatan Pos
Gizi, kader lebih aktif datang dalam kegiatan Pos Gizi di dua desa
dibandingkan dengan Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) dari Puskesmas Cisauk,
bidan dan dokter. Jumlah dan kecukupan kader sudah cukup dan tidak terdapat
kriteria khusus untuk kader Pos Gizi.
Untuk pelatihan kader diketahui bahwa tidak semua kader
mendapatkan dan mengikuti pelatihan tentang Pos Gizi yang diberikan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Pada Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo
dari sembilan orang kader yaitu sebanyak enam orang kader terlatih hanya
empat orang kader terlatih yang datang dalam kegiatan Pos Gizi, sedangkan
pada Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk dari sembilan orang kader yaitu
sebanyak satu orang kader yang terlatih. Untuk kemampuan kader diketahui
bahwa masih ada kegiatan yang belum dilakukan oleh kader terlatih setelah
mendapatkan pelatihan seperti penimbangan berat badan dan penyuluhan
kesehatan.
Komponen input pada bagian money, sudah sesuai dengan panduan
Pos Gizi yaitu kebutuhan dana. Diketahui bahwa dana kegiatan Pos Gizi sudah
97
sesuai dengan panduan Pos Gizi yaitu berasal dari Musyawarah Masyarakat
Desa (MMD); Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang berupa bahan makanan,
alat kebersihan, dan transport kader; sukarela masyarakat; dan dari Puskesmas.
Pengeluaran dana harus dicukupkan dengan dana yang sudah ada. Dana dari
Puskesmas Cisauk untuk kegiatan Pos Gizi juga harus disesuaikan dengan
kebijakan Kapus.
Komponen input pada bagian material dan machine, masih belum
sesuai dengan panduan Pos Gizi yang dilihat dari sarana dan prasarana yang
ada dalam kegiatan Pos Gizi, kontribusi bahan makanan yang dibawa ibu
balita dan tidak ada alat ukur untuk kegiatan Pos Gizi seperti lembar
kunjungan rumah. Diketahui bahwa sarana dan prasarana sudah sesuai dengan
indikator kegiatan Pos Gizi pada bagian tipe hasil kualitas pelayanan yaitu
kedua Pos Gizi sudah memiliki WC. Namun pada Pos Gizi Mekar di Desa
Cibogo, sarana WC tidak digunakan, tidak memiliki fasilitas cuci tangan dan
tidak terdapat alat penimbangan berat badan yang dapat digunakan. Pada Pos
Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk, sarana WC digunakan selama kegiatan Pos
Gizi tetapi fasilitas cuci tangan tidak digunakan dikarenakan tidak dapat
berfungsi atau rusak.
Untuk kontribusi bahan makanan, masih belum sesuai dengan
indikator kegiatan Pos Gizi pada bagian tipe hasil kualitas pelayanan terkait
pengasuh yang membawa kontribusi bahan makanan ke Pos Gizi karena dari
kedua Pos Gizi diketahui bahwa semua ibu balita tidak membawa kontribusi
98
bahan makanan selama kegiatan Pos Gizi. Selain itu, kedua Pos Gizi tidak
memiliki alat ukur untuk kegiatan Pos Gizi seperti lembar kunjungan rumah.
Komponen input pada bagian method, masih belum sesuai dengan
panduan Pos Gizi yaitu masih belum diterapkannya pendekatan Positive
Deviance (PD) dalam kegiatan Pos Gizi. Metode yang sudah sesuai dengan
panduan Pos Gizi yaitu untuk menentukan status gizi balita dan menentukan
standar kelulusan peserta Pos Gizi yaitu menggunakan indikator BB/U dan
dilihat juga dari Kartu Menuju Sehat (KMS), serta digunakan juga metode
seperti penimbangan, penyuluhan, praktek memasak, makan bersama, serta
pemeriksaan kesehatan dalam kegiatan Pos Gizi.
Komponen input pada bagian market, sudah sesuai dengan panduan
Pos Gizi, diketahui bahwa target penyampaian informasi terkait informasi Pos
Gizi adalah ibu balita dan penyebaran informasi tersebut dilakukan di
Posyandu.
5.2.1.1 Man
Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam berjalannya
suatu kegiatan. Sumber daya manusia dapat dilihat dari sumber daya yang
terlibat dalam kegiatan Pos Gizi yaitu balita dan ibu balita, kader Pos Gizi,
serta tenaga kesehatan (Tenaga Pelaksana Gizi (TPG), bidan dan dokter).
a. Balita dan Ibu Balita
Berdasarkan hasil observasi dan sesuai dengan hasil wawancara
mendalam dengan informan utama yaitu kader dan informan
pendukung yaitu Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas Cisauk,
99
didapatkan bahwa yang menjadi peserta dalam kegiatan Pos Gizi
adalah balita yang berat badannya dibawah garis merah (BGM) dan
dibawah garis kuning (BGK) yang status gizinya berada di gizi kurang
(underweight) dan berat badan sangat kurang (severely underweight)
yang didampingi oleh ibu balitanya. Sasaran balita dalam kegiatan Pos
Gizi adalah balita yang berusia 12-59 bulan. Berikut kutipannya:
“Ibu balita sama balita yang gizinya kurang sama buruk.”
(Informan Ibu W)
“Ya balita yang berat badannya dibawah garis merah (BGM)
dan dibawah garis kuning (BGK), yang status gizinya berada
di gizi kurang dan gizi buruk dengan sasaran anak usia 12-59
bulan. Sama ibu balitanya. Mereka yang ikut adalah berasal
dari keluarga gakin.” (Informan Ibu Sr)
Sedangkan dari hasil observasi dan sesuai dengan hasil telaah
dokumen laporan kegiatan Pos Gizi di dua desa binaan Puskesmas
Cisauk, didapatkan bahwa jumlah peserta balita yang hadir sebanyak
29 balita dengan status berat badan sangat kurang (severely
underweight), gizi kurang (underweight) dan gizi baik. Dari 29 balita
yang menghadiri dan mengikuti kegiatan Pos Gizi sebanyak 20 balita
yang berstatus gizi kurang (underweight) dan berat badan sangat
kurang (severely underweight) serta sebanyak 19 ibu balita yang
mendampingi balita saat pelaksanaan kegiatan Pos Gizi. Diketahui
pula dari hasil telaah dokumen, didapatkan bahwa satu ibu balita
mempunyai anak tiga, namun dua balitanya yang menjadi peserta
kegiatan Pos Gizi. Berikut karakteristik ibu balita dan balita yang hadir
dan mengikuti kegiatan Pos Gizi.
100
Tabel 5.11 Karakteristik Ibu Balita dan Balita yang Hadir dan
Mengikuti Kegiatan Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo di Wilayah
Kerja Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten
Tangerang Tahun 2016
Variabel n (%)
Ibu Balita
Umur, tahun 1 *
28,4 ± 9,3
Pendidikan
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Tidak Sekolah
e. Tidak Tahu
1 (12,5)
2 (25,0)
1 (12,5)
1 (12,5)
3 (37,5)
Pekerjaan Ibu
a. Ibu Rumah Tangga
8 (100)
Pekerjaan Ayah
a. Wiraswasta
b. Buruh
c. Pedagang
d. Tukang Bangunan
e. Tidak mempunyai Pekerjaan
f. Tidak Tahu
1 (12,5)
1 (12,5)
1 (12,5)
1 (12,5)
1 (12,5)
3 (37,5)
Total 8 (100)
Balita
Umur, bulan 1 33,2 ± 11,7
Jenis Kelamin
a. Laki-laki
b. Perempuan
5 (55,6)
4 (44,4)
Kehadiran, hari 1 5,5 ± 3,7
Berat Badan, kg 1
a. Sebelum Kegiatan Pos Gizi (hari ke-1)*
b. Sesudah Kegiatan Pos Gizi (hari ke-10)*
c. Perubahan Berat Badan, gram 2,1 *
9,4 ± 1,8
9,7 ± 1,8
225,0 ± 300,0
Status Gizi Balita (BB/U)
a. Sebelum Kegiatan Pos Gizi (hari ke-1)
1. Berat Badan Sangat Kurang
(severely underweight)
2. Kurang (underweight)
b. Sesudah Kegiatan Pos Gizi (hari ke-10)
1. Berat Badan Sangat Kurang
(severely underweight)
2. Kurang (underweight)
c. Perubahan Status Gizi Balita (BB/U)
6 (66,7)
3 (33,3)
4 (44,4)
5 (55,6)
101
Variabel n (%)
1. Sama/Tetap
2. Naik/Lebih Baik
7 (77,8)
2 (22,2)
Riwayat Penyakit
a. Ada
b. Tidak ada
3 (33,3)
6 (66,7)
Total 9 (100)
Sumber: Data Primer
Keterangan: 1mean ± SD,
2perubahan BB dihitung dari sesudah
kegiatan Pos Gizi (hari ke-10) dikurangi sebelum kegiatan Pos Gizi
(hari ke-1), *missing: 3 pada variabel umur ibu, 1 pada variabel BB
sebelum kegiatan Pos Gizi (hari ke-1), 1 pada variabel BB sesudah
kegiatan Pos Gizi (hari ke-10), 1 pada variabel perubahan BB.
Berdasarkan Tabel 5.11 diketahui bahwa karakteristik ibu
balita yang hadir dan mengikuti kegiatan Pos Gizi Mekar di Desa
Cibogo dapat dilihat dari umur dengan rata-rata umur ibu adalah 28,4
tahun dengan standar deviasi 9,3 tahun. Pendidikan ibu paling banyak
kedua yaitu SMP sebanyak 2 orang (25,0%). Pekerjaan ibu adalah ibu
rumah tangga sebanyak 8 orang (100%). Pekerjaan ayah paling banyak
tidak tahu sebanyak 3 orang (37,5%).
Karakteristik balita yang hadir dan mengikuti kegiatan Pos Gizi
Mekar di Desa Cibogo dapat dilihat dari umur dengan rata-rata umur
balita adalah 33,2 bulan dengan standar deviasi 11,7 bulan. Jenis
kelamin balita paling banyak laki-laki sebanyak 5 balita (55,6%).
Kehadiran balita memiliki rata-rata yaitu 5,5 hari anak yang hadir
dengan standar deviasi 3,7 hari. Rata-rata berat badan balita sebelum
mengikuti Pos Gizi pada hari ke-1 adalah 9,4 kg dengan standar
deviasi 1,8 kg dan rata-rata berat badan balita sesudah mengikuti
kegiatan Pos Gizi pada hari ke-10 adalah 9,7 kg dengan standar deviasi
102
1,8 kg, sedangkan rata-rata perubahan berat badan balita adalah 225,0
gram dengan standar deviasi 300,0 gram.
Status gizi balita (BB/U) sebelum mengikuti Pos Gizi pada hari
ke-1 paling banyak berstatus berat badan sangat kurang (severely
underweight) sebanyak 6 balita (66,7%) dan status gizi balita setelah
mengikuti Pos Gizi pada hari ke-10 paling banyak berstatus gizi
kurang (underweight) sebanyak 5 balita (55,6%) dengan perubahan
status gizi balita paling banyak adalah sama/tetap sebanyak 7 balita
(77,8%). Riwayat penyakit paling banyak tidak memiliki riwayat
penyakit sebanyak 6 balita (66,7%).
Tabel 5.12 Karakteristik Ibu Balita dan Balita yang Hadir dan
Mengikuti Kegiatan Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk di
Wilayah Kerja Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten
Tangerang Tahun 2016
Variabel n (%)
Ibu Balita
Umur, tahun 1 *
28,2 ± 8,1
Pendidikan
a. SMP b. SMA
c. Tidak Tahu
1 (9,1) 4 (36,4)
6 (54,5)
Pekerjaan Ibu
a. Ibu Rumah Tangga
11 (100)
Pekerjaan Ayah a. Wiraswasta
b. Buruh
c. Supir d. Tidak Tahu
3 (27,3)
4 (36,4)
1 (9,1) 3 (27,3)
Total 11 (100)
Balita
Umur, bulan 1 30,4 ± 11,6
Jenis Kelamin a. Laki-laki
b. Perempuan
4 (36,4)
7 (63,6)
Kehadiran, hari 1 7,3 ± 2,5
103
Variabel n (%)
Berat Badan, kg 1
a. Sebelum Kegiatan Pos Gizi (hari ke-1)
b. Sesudah Kegiatan Pos Gizi (hari ke-10)
c. Perubahan Berat Badan, gram 3,2
9,6 ± 1,7
9,6 ± 1,6
0 (-100 - 500)
Status Gizi Balita (BB/U)
a. Sebelum Kegiatan Pos Gizi (hari ke-1) 1. Berat Badan Sangat Kurang (severely
underweight)
2. Kurang (underweight)
b. Sesudah Kegiatan Pos Gizi (hari ke-10) 1. Berat Badan Sangat Kurang (severely
underweight)
2. Kurang (underweight) c. Perubahan Status Gizi Balita (BB/U)
1. Sama/Tetap
2 (18,2)
9 (81,8)
2 (18,2)
9 (81,8)
11 (100,0)
Riwayat Penyakit
a. Ada b. Tidak ada
3 (27,3) 8 (72,7)
Total 11 (100)
Sumber: Data Primer
Keterangan: 1mean ± SD,
2median (min-max),
3perubahan BB dihitung
dari sesudah kegiatan Pos Gizi (hari ke-10) dikurangi sebelum
kegiatan Pos Gizi (hari ke-1), *missing: 2 pada variabel umur ibu
Berdasarkan Tabel 5.12 diketahui bahwa karakteristik ibu
balita yang hadir dan mengikuti kegiatan Pos Gizi Bintang di
Kelurahan Cisauk dapat dilihat dari umur dengan rata-rata umur ibu
adalah 28,2 tahun dengan standar deviasi 8,1 tahun. Pendidikan ibu
paling banyak kedua yaitu SMA sebanyak 4 orang (36,4%). Pekerjaan
ibu adalah ibu rumah tangga sebanyak 11 orang (100%). Pekerjaan
ayah paling banyak buruh sebanyak 4 orang (36,4%).
Karakteristik balita yang hadir dan mengikuti kegiatan Pos Gizi
Bintang di Kelurahan Cisauk dapat dilihat dari umur dengan rata-rata
umur balita adalah 30,4 bulan dengan standar deviasi 11,6 bulan. Jenis
kelamin balita paling banyak perempuan sebanyak 7 balita (63,6%).
104
Kehadiran balita memiliki rata-rata yaitu 7,3 hari anak yang hadir
dengan standar deviasi 2,5 hari.
Rata-rata berat badan balita sebelum mengikuti Pos Gizi pada
hari ke-1 adalah 9,6 kg dengan standar deviasi 1,7 kg dan rata-rata
berat badan balita sesudah mengikuti kegiatan Pos Gizi pada hari ke-
10 adalah 9,6 kg dengan standar deviasi 1,6 kg, sedangkan rata-rata
perubahan berat badan balita yaitu memiliki nilai tengah 0 gram
dengan perubahan berat badan paling rendah yaitu -100 gram dan yang
paling tinggi yaitu 500 gram. Status gizi balita (BB/U) sebelum dan
sesudah mengikuti Pos Gizi pada hari ke-1 dan hari ke-10 paling
banyak berstatus gizi kurang (underweight) sebanyak 9 balita (81,8%)
dengan perubahan status gizi paling banyak adalah sama/tetap
sebanyak 11 balita (100%). Riwayat penyakit paling banyak tidak
memiliki riwayat penyakit sebanyak 8 balita (72,7%).
Berdasarkan hasil observasi dan sesuai dengan hasil wawancara
mendalam dengan informan pendukung yaitu Tenaga Pelaksana Gizi
(TPG) Puskesmas Cisauk, didapatkan bahwa enam balita memiliki
riwayat penyakit pada saat pelaksanaan kegiatan Pos Gizi yaitu
sebanyak tiga balita mengalami panas, satu balita mengalami flu, satu
balita mengalami diare kronik dan memiliki ciri balita marasmus
(seperti rambut tipis, wajah tampak lebih tua, bentuk perut cekung,
kulit kering, ukuran kepala lebih besar), dan satu balita memiliki
keterbelakangan mental (retardasi mental).
105
Gambar 1 Balita Marasmus
b. Kader dan Tenaga Kesehatan (Tenaga Pelaksana Gizi, Bidan, Dokter)
Sumber daya manusia sebagai pelaksana dalam kegiatan Pos
Gizi adalah kader. Kader dalam kegiatan Pos Gizi dapat dilihat dari
kader sebagai pelaksana kegiatan Pos Gizi, jumlah dan kecukupan
kader dalam pelaksanaan kegiatan Pos Gizi, kriteria khusus kader
sebagai pelaksana, pelatihan kader sebelum pelaksanaan kegiatan Pos
Gizi, dan kemampuan kader.
1) Kader sebagai pelaksana kegiatan
Berdasarkan hasil observasi dan sesuai dengan hasil
wawancara mendalam dengan informan utama yaitu ibu balita dan
informan pendukung, didapatkan bahwa dalam pelaksanaan
kegiatan Pos Gizi yang bertindak sebagai pelaksana kegiatan Pos
Gizi adalah kader, karena kader lebih aktif untuk datang dalam
kegiatan Pos Gizi dibandingkan dengan Tenaga Pelaksana Gizi
(TPG) dari Puskesmas Cisauk. Tugas Tenaga Pelaksana Gizi
106
(TPG) hanya memantau kegiatan Pos Gizi yang dilakukan pada
awal atau akhir kegiatan.
Pada saat pelaksanaan kegiatan Pos Gizi, Tenaga Pelaksana
Gizi (TPG), dokter dan bidan dari Puskesmas Cisauk tidak hadir
selama kegiatan Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo dan terlihat ibu
lurah hadir dalam kegiatan Pos Gizi untuk memantau kegiatan.
Sedangkan Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) hadir pada hari pertama
dalam pelaksanaan kegiatan Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk.
Berikut kutipannya:
“Ya kader sih yang paling sering keliatan soalnya kalo di
sini. Kader juga kadang dateng lengkap, kadang cuma
beberapa orang doang yang dateng kesini. Kalo petugas
dari Puskesmas biasanya dateng pas awal kadang
pertengahan sama akhir kegiatan aja. Kalo akhir sih pasti
dateng.” (Informan Ibu Rh)
“….Sedangkan yang melaksanakan kegiatan pos gizi
adalah kader. Tugas TPG dalam pos gizi kan memantau
kegiatan selama pos gizi, dan untuk memantau bisa di awal
108
yang aktif untuk datang dalam kegiatan Pos Gizi di dua desa
sekitar 4-7 orang kader. Berikut kutipannya:
125
Gizi diadakan protokol Pos Gizi atau pertemuan antara kader, ibu balita yang
balitanya mengalami kurang gizi, dan Tenaga Pelaksana Gizi (TPG)
Puskesmas Cisauk untuk membuat kesepakatan kapan dan dimana
pelaksanaan kegiatan Pos Gizi. Namun dalam pertemuan tersebut, kader tidak
memberitahukan kepada ibu balita untuk membawa kontribusi bahan makanan
selama pelaksanaan kegiatan Pos Gizi. Selain itu, terdapat pula penyegaran
pelatihan kader Pos Gizi, dan mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
Komponen proses pada bagian tahap pelaksanaan kegiatan, belum
sesuai dengan Panduan Pos Gizi yang dilihat dari alur pelaksanaan kegiatan
Pos Gizi pada bagian penimbangan berat badan, praktek memasak, praktek
kebersihan, dan penyuluhan kesehatan. Selain itu, kedua Pos Gizi belum
melakukan monitoring atau pemantauan kunjungan rumah yang dilakukan
oleh kader untuk balita yang tidak datang.
Diketahui bahwa pada alur pelaksanaan kegiatan Pos Gizi bagian
penimbangan berat badan, Pos Gizi Mekar tidak melakukan penimbangan
berat badan kepada balita. Pada bagian praktek memasak, semua ibu balita Pos
Gizi Mekar di Desa Cibogo tidak terlibat dalam proses memasak dan
menyiapkan makanan, sedangkan masih ada ibu balita yang tidak terlibat
dalam proses memasak dan menyiapkan makanan pada Pos Gizi Bintang di
Kelurahan Cisauk,. Semua ibu balita di kedua Pos Gizi, tidak membawa
kontribusi bahan makanan untuk memasak setiap harinya, dan dalam
memasak makanan menambahkan penyedap rasa kedalam masakan, serta
126
menu makanan di Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk masih kurang
mengandung protein.
Menu makanan yang di buat di kedua Pos Gizi, sudah sesuai dengan
indikator kegiatan Pos Gizi pada bagian tipe hasil kualitas pelayanan terkait
menu Pos Gizi yang mencerminkan makanan lokal. Pada bagian praktek
kebersihan, kedua Pos Gizi tidak melakukan praktek cuci tangan. Pada bagian
penyuluhan kesehatan, kedua Pos Gizi tidak melakukan penyuluhan kesehatan
pada sesi terakhir, namun melakukan diskusi atau tatap muka antara kader dan
ibu balita. Penyuluhan kesehatan belum sesuai dengan indikator kegiatan Pos
Gizi pada bagian tipe hasil kualitas pelayanan terkait Pos Gizi yang
memberikan pendidikan kesehatan sesuai dengan standar, serta tidak ada alat
untuk mengukur keberhasilan dari penyuluhan tersebut.
Monitoring belum sesuai dengan panduan Pos Gizi diketahui bahwa
Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas Cisauk tidak melakukan
pemantauan selama kegiatan Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo dan melakukan
pemantauan pada hari pertama kegiatan Pos Gizi Bintang di Kelurahan
Cisauk. Selain itu, kedua Pos Gizi belum melakukan monitoring atau
pemantauan kunjungan rumah yang dilakukan oleh kader untuk balita yang
tidak datang selama kegiatan Pos Gizi setelah 10 hari kegiatan Pos Gizi.
Pencatatan dilakukan selama kegiatan Pos Gizi yang dilakukan oleh kader dan
pelaporannya dilakukan di akhir kegiatan Pos Gizi. Hambatan kedua Pos Gizi
dalam pelaksanaan kegiatan adalah ibu balita, dana, dan kader yang double
job.
127
Komponen proses pada bagian tahap tindak lanjut, sudah sesuai
dengan indikator kegiatan Pos Gizi pada tipe hasil kualitas pelayanan terkait
fasilitator Pos Gizi yaitu kader yang melaksanakan kegiatan tindak lanjut Pos
Gizi sesuai dengan standar, diketahui bahwa kader melakukan pemantauan
berat badan setelah kegiatan Pos Gizi selesai di Posyandu.
5.2.2.1 Tahap Persiapan
Tahap persiapan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
tahap dimana sebelum kegiatan Pos Gizi dilaksanakan. Tahap persiapan
sebelum kegiatan Pos Gizi dilakukan adalah adanya protokol Pos Gizi,
penyegaran pelatihan kader, dan mempersiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada bulan April tahun
2016 di Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo dan Pos Gizi Bintang di
Kelurahan Cisauk dan sesuai dengan hasil wawancara mendalam dengan
kedua informan baik informan utama yaitu kader dan informan pendukung
yaitu Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas Cisauk, didapatkan bahwa
sebelum kegiatan Pos Gizi diadakan protokol atau pertemuan Pos Gizi
terlebih dahulu yang dihadiri oleh ibu balita dan balita yang mengalami
kurang gizi yang menjadi sasaran dalam kegiatan Pos Gizi, kader, dan
Tenaga Pelaksana Gizi (TPG). Protokol Pos Gizi bertujuan untuk
mendapatkan kesepakatan tentang kapan dan dimana pelaksanaan kegiatan
Pos Gizi. Data balita yang mengalami kurang gizi didapatkan dari hasil
penimbangan di Posyandu pada bulan April tahun 2016.
128
Protokol Pos Gizi diadakan berbeda waktu dengan desa lainnya.
Pelaksanaan protokol Pos Gizi dimulai dari mengumpulkan ibu balita dan
balita yang mengalami kurang gizi yang dilihat dari hasil penimbangan di
Posyandu di masing-masing desa binaan serta dihadiri oleh kader Pos Gizi
dan Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) dari Puskesmas Cisauk. Setelah
mengumpulkan data hasil penimbangan di Posyandu, akan diketahui
apakah ada peserta baru atau peserta lama yang akan mengikuti kegiatan
Pos Gizi. Kemudian Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) akan menanyakan
berapa jumlah anak yang mengalami kurang gizi kepada kader dan
menanyakan kepada ibu balita mengenai penyebab anak tidak mengalami
kenaikan berat badan. Setelah itu, Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) membuat
kesepakatan antara ibu balita dan kader untuk menetapkan kapan dan
dimana kegiatan Pos Gizi akan dilaksanakan.
Ketika kesepakatan itu sudah disepakati, Tenaga Pelaksana Gizi
(TPG) akan memberikan dua bungkus susu dan delapan bungkus biskuit
kepada masing-masing anak yang menjadi sasaran kegiatan Pos Gizi yang
mengalami kurang gizi. Berikut kutipannya:
“Ya sebelumnya kita adain dulu protokol Pos Gizi. Nah disitu
balita sama ibu balita yang kurang atau buruk pada dateng. Data
untuk anak yang kurang dan buruk itu dari hasil penimbangan di
Posyandu dan diliat juga dari KMS nya apakah anak tersebut
turun atau naik berat badannya. Kalo turun BB nya dan berada
digaris kuning maka kita suruh untuk dateng ke protokol Pos Gizi.
Di protokol itu biasanya dibilangin sama Puskesmas kapan mau
dibuka kembali Pos Gizi nya, jadi dibuat kesepakatan gitu lah dari
kader sama ibu balitanya. Selain itu diprotokol itu dikasih susu
sama biskuit juga.” (Informan Ibu Y)
129
“Sebelum pelaksanaan Pos Gizi dilakukan persiapan untuk
pelaksanaannya. Ada protokol Pos Gizi sebelum pelaksanaannya.
Jadi di protokol itu kita undang kader, ibu balita dan balitanya
yang kurang gizi untuk membicarakan bagaimana Pos Gizi sesi
berikutnya kapan dibuka, jadi dibuat kesepakatan bersama untuk
memulai kegiatan itu lagi. Setelah sepakat kalo Pos Gizi akan
dibuka kembali, kita akan ngatur waktu yang tepat untuk memulai
kegiatannya. Kadang untuk mulai Pos Gizi tergantung dari
kesiapan kader sendiri.” (Informan Ibu Sr)
Pada saat protokol Pos Gizi, kader tidak memberitahukan kepada
ibu balita untuk membawa kontribusi bahan makanan, namun hanya
mengingatkan untuk datang dalam kegiatan Pos Gizi yang akan
dilaksanakan serta membawa peralatan makan. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara mendalam dengan informan utama yaitu ibu balita, didapatkan
bahwa kader Pos Gizi tidak memberitahukan kepada ibu balita untuk
membawa kontribusi bahan makanan pada saat pelaksanaan Pos Gizi.
Berikut kutipannya:
“Engga disuruh bawa bahan makanan gitu neng, ya paling
disuruh bawa tempat makan doang terus paling terakhir kadang
disuruh bawa KMS tapi jarang sih neng kalo disuruh bawa KMS
mah.” (Informan Ibu Rh)
“Engga disuruh bawa makanan, cuma dikasih tau sama kader
bawa tempat makan sama tempat minum aja buat disini.”
(Informan Ibu S)
Dari hasil observasi yang dilakukan pada bulan April 2016 tersebut
dan sesuai dengan telaah dokumen Pos Gizi yang didapatkan dari Tenaga
Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas Cisauk, didapatkan bahwa pada
pelaksanaan protokol Pos Gizi di dua desa binaan, jumlah balita yang
hadir di Desa Cibogo sebanyak empat balita dan jumlah balita yang hadir
130
di Kelurahan Cisauk sebanyak lima balita. Berikut ini tabel mengenai
jumlah sasaran peserta Pos Gizi.
Tabel 5.16 Jumlah Sasaran Peserta Pos Gizi Tahun 2016
Sasaran
Pos Gizi Mekar
di Desa Cibogo
n (%)
Pos Gizi Bintang di
Kelurahan Cisauk
n (%)
Peserta Lama 4 (36,4) -
Peserta Baru 7 (63,6) 17 (100)
Total 11 (100) 17 (100)
Sumber: Data Primer dan Data Sekunder
Berdasarkan Tabel 5.16 diketahui bahwa jumlah sasaran peserta
baru Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo sebanyak 7 balita (63,6%).
Sedangkan jumlah sasaran peserta baru Pos Gizi Bintang di Kelurahan
Cisauk sebanyak 17 balita (100%).
Selain mengadakan protokol atau pertemuan Pos Gizi antara ibu
balita yang balitanya mengalami kurang gizi, kader dan Tenaga Pelaksana
Gizi (TPG), terdapat juga penyegaran pelatihan kader Pos Gizi yang
dilakukan sebelum kegiatan Pos Gizi dilaksanakan yang bertujuan untuk
mengingatkan kembali apa itu Pos Gizi dan bagaimana pelaksanaan
kegiatannya. Penyegaran pelatihan kader tersebut sudah dilakukan dua kali
pada tahun 2016 di Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang dengan
mengirimkan dua kader dari masing-masing desa yang didampingi oleh
Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas Cisauk. Materi yang diberikan
dalam pelatihan penyegaran kader tahun 2016 untuk kegiatan Pos Gizi
dengan memberikan edukasi mengenai cara pemberian makanan
tambahan, dan cara melakukan penimbangan yang benar.
131
Sebelum kegiatan Pos Gizi, bahan makanan untuk keperluan Pos
Gizi datang sehari sebelum kegiatan Pos Gizi dilaksanakan. Bahan
makanan tersebut diletakkan disalah satu rumah kader Pos Gizi. Bahan
makanan ini berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang berupa
minyak goreng, kecap, gula pasir, kacang hijau, beras, terigu; sedangkan
bahan makanan yang berasal dari Puskesmas seperti agar-agar, sarden
tuna, kornet daging, gula merah, telur. Untuk membeli bahan makanan
seperti sayuran, tempe, daging, dan buah-buahan, kader membeli setiap
pagi hari sebelum kegiatan Pos Gizi dimulai. Bahan makanan ini adalah
makanan lokal yang biasanya ada disekitar tempat tinggal masyarakat.
Selain itu, Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk menerima uang dari
Puskesmas Cisauk sehari sebelum kegiatan Pos Gizi dimulai.
5.2.2.2 Tahap Pelaksanaan Kegiatan
Tahap pelaksanaan kegiatan yang dimaksudkan dalam penelitian
ini adalah tahap dimulainya kegiatan Pos Gizi dari hari pertama hingga
hari terakhir kegiatan selama 10 hari. Tahap pelaksanaan kegiatan Pos Gizi
dapat dilihat dari alur pelaksanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi, serta
hambatan pada saat pelaksanaan kegiatan Pos Gizi.
Berdasarkan hasil observasi dan sesuai dengan hasil telaah
dokumen dan hasil wawancara mendalam dengan informan utama yaitu
kader dan informan pendukung yaitu Tenaga Pelaksana Gizi (TPG)
Puskesmas Cisauk, didapatkan bahwa pelaksanaan kegiatan Pos Gizi
Mekar di Desa Cibogo dilakukan di Balai Desa yang dilaksanakan pada
132
tanggal 27 Oktober hingga 5 November 2016 yang merupakan
pelaksanaan 10 hari sesi kedua kegiatan Pos Gizi, sedangkan pelaksanaan
kegiatan Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk dilakukan di salah satu
rumah kader yang dilaksanakan pada tanggal 24 November hingga 5
Desember 2016 yang merupakan pelaksanaan 10 hari sesi ketiga kegiatan
Pos Gizi.
Dalam pelaksanaan kegiatan Pos Gizi, terdapat syarat lokasi untuk
melakukan kegiatan Pos Gizi seperti dekat dengan rumah peserta Pos Gizi,
memiliki sumber air bersih, tidak boleh dekat dengan warung, tempat luas
dan sehat, tidak kotor dan kader bersedia rumahnya dijadikan tempat
kegiatan Pos Gizi. Berikut kutipannya:
“Pelaksanaannya di rumah kader atau di rumah yang sudah
disepakati. Syaratnya harus ada sarana air bersih, ibunya bersedia
itu yang paling penting, sama jauh dari tempat makanan,
jajanan.” (Informan Ibu G)
Pada saat pelaksanaan kegiatan Pos Gizi di dua desa binaan,
peserta yang hadir dan mengikuti kegiatan Pos Gizi tidak hanya balita
yang berstatus gizi kurang (underweight) dan berat badan sangat kurang
(severely underweight) yang didampingi oleh ibu balitanya, namun balita
yang berstatus gizi baik pun juga hadir dan mengikuti kegiatan ini. Selain
itu, kakak atau adik dari balita tersebut juga hadir dan mengikuti kegiatan
Pos Gizi hingga selesai kegiatan. Berikut kutipannya:
“…kadang juga kakak atau adiknya ikut. Jadi bukan cuma
balitanya aja yang dateng.” (Informan Ibu R)
133
1) Alur Pelaksanaan Kegiatan Pos Gizi
Alur pelaksanaan kegiatan Pos Gizi dapat dilihat dari kegiatan
yang dilakukan selama satu hari kegiatan Pos Gizi yang dapat dilihat
pada Bagan 4 dari nomor 1 sampai dengan nomor 12. Kegiatan Pos
Gizi yang dilakukan di dua desa binaan menggunakan model kegiatan
POS GIZI. Berikut ini jadwal pelaksanaan kegiatan Pos Gizi selama 3
bulan pelaksanaan kegiatannya.
Bagan 3 Alur Pelaksanaan Kegiatan Pos Gizi
Sumber: CORE (2003) dan Puskesmas Cisauk dari Materi Revitalisasi
Pos Gizi dalam bentuk PPT
Berdasarkan hasil observasi dan sesuai dengan hasil wawancara
mendalam dengan informan utama yaitu kader dan informan
pendukung, didapatkan bahwa siklus kegiatan Pos Gizi menggunakan
model POS GIZI yaitu 10 hari masuk 10 hari libur 10 hari masuk 10
hari libur dan 10 hari masuk selama tiga bulan dan dalam sehari
pelaksanaan kegiatan Pos Gizi dilakukan selama dua jam. Berikut
kutipannya:
“Siklus untuk Pos Gizi kita pakai yang model POS GIZI yaitu
10 hari masuk 10 hari libur 10 hari masuk 10 hari libur, begitu
sampai 3 bulan. Lama pelaksanaannya ya paling 2 jam.”
(Informan Ibu Sr)
Hal ini sesuai juga dengan hasil telaah dokumen yang diperoleh
bahwa pelaksanaan kegiatan Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo
1. Pelaksanaan
Pos Gizi 10 hari
sesi pertama
3. Pelaksanaan
Pos Gizi 10
hari sesi kedua
5. Pelaksanaan
Pos Gizi 10
hari sesi
ketiga
2. Praktek
di rumah
10 hari
(libur)
4. Praktek
di rumah
10 hari
(libur)
134
dilakukan selama dua bulan dengan 10 hari setiap sesinya, sedangkan
pelaksanaan kegiatan Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk dilakukan
selama tiga bulan dengan 10 hari setiap sesinya. Namun, pada
pelaksanaan kegiatan Pos Gizi di dua desa binaan, peneliti bisa
mengamati dan mengikuti langsung kegiatan Pos Gizi yang dilakukan
selama 10 hari pada sesi kedua di Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo dan
selama 10 hari pada sesi ketiga di Pos Gizi Bintang di Kelurahan
Cisauk.
Berikut ini Bagan 4 alur kegiatan Pos Gizi yang dikembangkan
berdasarkan panduan Pos Gizi dari CORE (2003) yang kemudian
dibandingkan dengan hasil observasi yang dilakukan selama kegiatan
Pos Gizi di kedua Pos Gizi pada tahap pelaksanaan yang dapat dilihat
pada Bagan 5 dan Bagan 6.
135
Bagan 4 Alur Kegiatan
Pos Gizi yang
dikembangkan
berdasarkan Panduan
Pos Gizi dari CORE
(2003)
Tahap
Persiapan
Tahap Pelaksanaan
Kegiatan Pos Gizi
Tahap Tindak
Lanjut
Protokol Pos Gizi
(pertemuan
antara ibu balita,
kader dan tenaga
pelaksana gizi
(TPG)
Puskesmas) dan
Pelatihan kader
(penyegaran
terhadap
pelatihan Pos
Gizi)
Peserta
baru
dan
peserta
lama
1. Penimbangan berat badan pada
hari pertama dan hari kesepuluh
2. Menyambut kehadiran peserta
dan ibu balita
4. Membagikan makanan kecil
kepada balita
3. Mengumpulkan kontribusi
makanan yang dibawa oleh ibu
6. Menyiapkan dan memasak
makanan
5. Diskusi pendidikan kesehatan
9. Bersih-bersih
8. Mendistribusikan makanan dan
mengawasi ibu balita ketika
memberi makan
7. Praktek kebersihan diri
10. Merencanakan menu dan
kontribusi makanan untuk hari
berikutnya dengan ibu balita
11. Monitoring dan evaluasi
kegiatan Pos Gizi di hari ke-10
12. Kenaikan berat badan selama
10 hari
Ya, lulus Tidak lulus lulus
Melanjutkan pos
gizi sesi berikutnya
lulus
Pulang
Setelah
kegiatan
Pos Gizi
10 hari
Kunjungan
rumah bagi
yang tidak
datang
Kunjungan rumah,
untuk melihat
praktek pemberian
makan, praktek
pengasuhan dan
praktek kebersihan
Dipantau di
Posyandu
Selesai
136
Bagan 5 Alur Pelaksanaan Kegiatan Pos Gizi Mekar di Desa
Cibogo
Penimbangan berat badan yang dilakukan oleh kader
dengan melihat Kartu Menuju Sehat (KMS)
Membagikan cemilan seperti donat, bolu kepada balita
Bersih-bersih yang dilakukan oleh kader
Pencatatan porsi makan yang dihabiskan oleh balita
yang dilakukan oleh kader
Pulang
Pembagian buah seperti pisang, pepaya, dan pudding
kepada balita
Praktek memasak yang dilakukan oleh kader
Menyiapkan makanan yang sudah dimasak oleh kader
dari rumah
Mengisi absensi kehadiran balita yang dilakukan oleh
kader
Membagikan makanan kepada balita sesuai dengan
porsi yang dilakukan oleh kader serta mengawasi ibu
balita ketika memberi makan bersama
Diskusi antara kader dan ibu balita mengenai kesehatan
137
Bagan 6 Alur Pelaksanaan Kegiatan Pos Gizi Bintang di
Kelurahan Cisauk
Berdasarkan Bagan 4 alur kegiatan Pos Gizi yang
dikembangkan berdasarkan panduan Pos Gizi dari CORE (2003) dan
Penimbangan berat badan yang dilakukan oleh kader
dan dibantu oleh ibu balita
Bersih-bersih yang dilakukan oleh ibu balita dan
kader
Pencatatan porsi makan yang dihabiskan oleh balita
yang dilakukan oleh kader
Pulang
Pembagian buah seperti melon dan pudding kepada
balita
Mengisi absensi kehadiran yang dilakukan oleh ibu
balita
Praktek memasak yang dilakukan oleh ibu balita dan
diawasi oleh kader
Menyiapkan makanan yang sudah dimasak di rumah
kader oleh ibu balita dan diawasi oleh kader
Membagikan makanan kepada balita sesuai dengan
porsi yang dilakukan oleh kader serta mengawasi ibu
balita ketika memberi makan bersama
Diskusi antara kader dan ibu balita mengenai
kesehatan
138
dibandingkan dengan hasil observasi yang dilakukan selama kegiatan
Pos Gizi di kedua Pos Gizi yang dapat dilihat pada Bagan 5 dan Bagan
6, didapatkan bahwa alur pelaksanaan kegiatan Pos Gizi pada kedua
Pos Gizi berbeda dengan alur pelaksanaan kegiatan Pos Gizi pada
Bagan 4. Perbedaan yang terjadi pada kedua Pos Gizi terdapat pada
pelaku atau orang yang terlibat dalam pelaksanaan. Pelaku dalam
pelaksanaan kegiatan Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo adalah kader
sedangkan pelaku dalam pelaksanaan kegiatan Pos Gizi Bintang di
Kelurahan Cisauk adalah ibu balita dan kader. Urutan pada
pelaksanaan di kedua desa pada Bagan 5 dan Bagan 6 tidak sama
dengan alur panduan pada Bagan 4 sehingga tidak mengganggu
pelaksanaan untuk pencapaian output.
Dalam pelaksanaan kegiatan Pos Gizi di kedua desa, ada
perbedaan yang terjadi pada pelaksanaan kegiatan Pos Gizi yaitu
penimbangan berat badan, praktek memasak dan meyiapkan makanan,
dan mengisi absensi kehadiran. Dapat dilihat pada Bagan 5 dan Bagan
6, kedua Pos Gizi tidak melakukan penyuluhan kesehatan, melainkan
melakukan diskusi antara kader dan ibu balita mengenai kesehatan
serta tidak dilakukannya praktek kebersihan. Berikut ini
penjabarannya.
a. Penimbangan Berat Badan
Pada Bagan 5 diketahui bahwa pada pelaksanaan kegiatan
Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo, kader tidak melakukan
139
penimbangan berat badan pada hari pertama dan hari ke-10
dikarenakan alat penimbangan tidak ada dan tidak lengkap,
sehingga kader melihat Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk
mengetahui hasil berat badan sebelum mengikuti kegiatan Pos Gizi
dari penimbangan di Posyandu dan memantau berat badan melalui
Posyandu untuk mengetahui berat badan setelah mengikuti Pos
Gizi. Pelaksanaan kegiatan Pos Gizi masih dapat berjalan
meskipun tidak ada alat penimbangan berat badan. Pada saat
pelaksanaan kegiatan Pos Gizi, kader meminta peneliti untuk
menimbang berat badan pada balita. Timbangan yang digunakan
oleh peneliti untuk menimbang balita adalah timbangan digital.
Hasil observasi pada Bagan 5 tidak sesuai dengan hasil
wawancara mendalam dengan informan utama yaitu kader,
didapatkan bahwa penimbangan berat badan dilakukan pada hari
pertama dan hari ke-10, namun untuk pelaksanaan kegiatan Pos
Gizi sekarang tidak melakukan penimbangan berat badan karena
timbangan dacin tidak lengkap hanya ada bandul geser, timbangan
badan sedang digunakan di Poskesdes, timbangan bayi rusak dan
hanya melihat Kartu Menuju Sehat (KMS). Seharusnya
penimbangan berat badan dilakukan oleh kader pada saat
pelaksanaan kegiatan, bukan dari data hasil Posyandu atau dilihat
dengan Kartu Menuju Sehat (KMS). Berikut kutipannya:
“Pelaksanaannya mah awalnya pas hari pertama kita
nimbang berat badan terus hari ke 10 nanti kita timbang
140
lagi berat badannya. Kegiatan kali ini engga ditimbang
karena timbangan dacin engga ada, jadi kita liat di KMS
aja hari pertama sama hari terakhirnya nanti kita liat di
penimbangan di Posyandu. Tapi sekarang ada mahasiswi
jadi bisa bantuin nimbang.” (Informan Ibu Y)
“Seharusnya mah kan masuk pertama ditimbang, terus
setelah perbaikan ditimbang biar tau berapa kenaikannya.
Jadi pas masuk awal ditimbang ulang bukan dari data
Posyandu karena bisa saja berat badannya naik walau
sedikit.” (Informan Ibu N)
Berdasarkan hasil observasi pada Bagan 6 dan sesuai
dengan hasil wawancara mendalam dengan informan utama yaitu
kader, didapatkan bahwa pada pelaksanaan kegiatan Pos Gizi
Bintang di Kelurahan Cisauk, kader melakukan penimbangan berat
badan dengan menggunakan dacin yang dibantu oleh ibu balita
pada hari pertama dan hari ke-10. Berdasarkan hasil observasi,
kader melakukan persiapan terlebih dahulu terhadap dacin yang
akan digunakan dengan memperhatikan 9 langkah penimbangan
sebelum melakukan penimbangan.
9 langkah penimbangan yang dilakukan oleh kader
meliputi: dacin digantung terlebih dahulu pada palang kayu rumah
yang bersebelahan dengan Posyandu, kemudian dacin diperiksa
apakah sudah tergantung dengan kuat, sebelum menggunakan,
kader memastikan terlebih dahulu bandul geser terletak pada angka
0 (nol), lalu kader memasangkan sarung timbang yang kosong pada
dacin, untuk menjaga keseimbangan dacin, kader meletakkan
plastik berukuran kecil yang berisi beras pada ujung batang dacin,
kemudian anak ditimbang dengan memperhatikan keseimbangan
141
dacin, untuk menentukan berat badan balita kader membaca angka
pada ujung bandul geser, setelah itu kader mencatat hasil
penimbangan, kader menggeser kembali bandul kearah 0 (nol),
kemudian balita diturunkan dari dacin.
Kader Pos Gizi Bintang sudah mempraktekkan apa yang
mereka dapatkan dari pelatihan Pos Gizi. Kader yang melakukan
penimbangan berat badan adalah kader yang sudah mendapatkan
pelatihan mengenai Pos Gizi yang dibantu dengan satu kader lain
bertugas untuk mencatat hasil penimbangan yang telah dilakukan.
b. Praktek Memasak
Praktek memasak yang dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah adanya keterlibatan ibu balita dalam proses memasak
selama pelaksanaan kegiatan Pos Gizi. Berdasarkan hasil observasi
pada Bagan 5 dan sesuai dengan hasil wawancara mendalam
dengan informan utama yaitu kader, didapatkan bahwa pada
pelaksanaan kegiatan Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo, kader yang
memasak makanan dan menyiapkan makanan, sedangkan ibu balita
tidak terlibat dalam proses memasak dan menyiapkan makanan.
Hal ini dikarenakan kader tidak melibatkan ibu balita dalam proses
memasak dan menyiapkan makanan. Sebelumnya kader juga tidak
memberitahukan kepada ibu balita untuk bergantian memasak, dan
kader juga tidak membuatkan jadwal piket memasak untuk ibu
balita.
142
Pada saat memasak, kader melakukan pergantian tugas
untuk memasak setiap harinya dan yang mendapatkan tugas untuk
memasak adalah satu orang kader. Proses memasak sepenuhnya
dilakukan di rumah kader yang mendapatkan tugas untuk memasak
makanan, namun pada hari pertama sesi kedua kegiatan Pos Gizi
Mekar di Desa Cibogo, proses memasak dilakukan di Balai Desa.
Pada hari pertama kegiatan Pos Gizi tersebut, peneliti dapat
melihat bagaimana proses memasak yang dilakukan kader.
Sebanyak tiga orang kader yang membantu dalam proses memasak
pada hari pertama kegiatan Pos Gizi. Berikut kutipannya:
“Sekarang mah pada engga bantuin masak, jadi semuanya
kader lah yang ngerjain. Jangankan buat bantu, kadang
disuruh dateng aja pada susah.” (Informan Ibu N)
Hasil tersebut sesuai dengan hasil wawancara mendalam
dengan informan utama yaitu ibu balita, didapatkan bahwa ibu
balita hanya datang ke Pos Gizi dan tidak terlibat dalam memasak.
Berikut kutipannya:
“Ya terlibat atuh neng, kan dateng ke Pos Gizi. Kalo masak
mah engga ya neng, soalnya kalo dateng ke Pos Gizi juga
makanannya udah siap. Kader yang masak soalnya, ya
kadang masak di Balai Desa, kadang di rumah salah satu
kader neng.” (Informan Ibu Rh)
Berdasarkan hasil observasi pada Bagan 6 dan sesuai
dengan hasil wawancara mendalam dengan informan utama yaitu
kader, didapatkan bahwa pada pelaksanaan kegiatan Pos Gizi
Bintang di Kelurahan Cisauk, ibu balita terlibat dalam proses
memasak dan menyiapkan makanan. Pada hari pertama sampai hari
143
ketiga kegiatan Pos Gizi yang memasak makanan adalah kader
sendiri dan yang bertugas untuk memasak makanan sebanyak 2-3
orang kader yang akan bergantian untuk memasak. Selain kader
yang mendapatkan tugas untuk memasak, kader lain juga
membantu dalam proses memasak jika kader yang bertugas
berhalangan untuk datang selama kegiatan Pos Gizi.
Pada hari ketiga setelah kegiatan Pos Gizi Bintang, kader
bersama ibu balita sepakat untuk membuat jadwal piket untuk
memasak dan kebersihan. Sehingga pada hari keempat sampai hari
ke-10, ibu balita yang memasak makanan dan kader yang
mengawasi ibu balita, namun kader juga ikut serta dalam proses
memasak. Berikut kutipannya:
“Iya ibu balita bantu kader masak dan nyiapin makanan
karena kan udah dibuat jadwal piket masak sama
kebersihan juga. Jadi kalo yang dapet jadwal piket masak
ya kedapetan juga piket kebersihannya. Kader tinggal
ngawasin ibu balitanya aja saat masak. Terus ngasih tau
kalo harus ini dan itu nya, ya diarahin lah sama kadernya.
Kalo dulu mah kita santai tinggal ngawasin ibu yang
masak kalo sekarang engga begitu ibu balitanya. Paling
pas diawal sebelumnya kita kasih tau cara masak yang
bener tuh gimana, kayak sayur di cuci dulu baru
dipotong.” (Informan Ibu W)
Hasil observasi dan hasil wawancara mendalam dengan
informan utama yaitu kader tersebut, sesuai dengan hasil
wawancara mendalam dengan informan pendukung, didapatkan
bahwa ibu balita harus terlibat dalam memasak makanan selama
144
kegiatan Pos Gizi dan kader mengawasi ibu balita ketika memasak.
Berikut kutipannya:
“Ibu balitanya ya seharusnya masak. Makanya pas
kemarin rapat evaluasi itu kekurangan desa kita kalo kader
yang masak. Bukan hanya desa kita aja tapi desa lain juga
begitu. Seharusnya mendidik ibu balita untuk praktek
masak tapi kenyataannya susah” (Informan Ibu Sr)
Dari hasil observasi pada Bagan 6, didapatkan bahwa pada
saat pelaksanaan kegiatan Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk,
masih ada ibu balita yang tidak terlibat dalam memasak
dikarenakan ibu balita datang terlambat. Ibu balita yang terlibat
dalam proses memasak dan menyiapkan makanan berjumlah
delapan ibu balita yang telah disepakati dan sesuai jadwal (jadwal
piket memasak terlampir pada lampiran 16).
Gambar 3 Praktek Memasak yang Dilakukan oleh Ibu blaita
di Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk
145
Berdasarkan hasil observasi, didapatkan bahwa semua ibu
balita di kedua Pos Gizi tidak membawa kontribusi bahan makanan
pada saat pelaksanaan kegiatan sehingga setiap pagi sebelum
proses memasak, satu sampai dua orang kader bertugas untuk
membeli bahan makanan. Untuk membeli bahan makanan seperti
sayur, ayam, telur, tempe, tahu, kader menggunakan uang yang
diberikan dari Puskesmas Cisauk maupun dari donatur.
Diketahui bahwa Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo, membeli
bahan makanan dari dana yang dikumpulkan dari donatur,
sedangkan Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk, membeli bahan
makanan dari dana yang didapatkan dari Puskesmas Cisauk. Proses
memasak menggunakan sarana dan prasarana yang sudah ada di
tempat masing-masing Pos Gizi, seperti peralatan memasak
(kompor, gas, piring, sendok, wajan, pisau, wadah, telenan).
Selama proses memasak, kedua Pos Gizi menambahkan
penyedap rasa dalam makanan yang dimasak. Selain itu, sebelum
memasak, kedua Pos Gizi melakukan hal yang sama, yaitu sebelum
memasak, sayuran dicuci terlebih baru dipotong. Hal ini sesuai
dengan hasil wawancara mendalam dengan informan pendukung,
didapatkan bahwa kader memberitahukan kepada ibu balita
mengenai bagaimana cara memasak yang benar yaitu sayuran
dicuci terlebih dahulu baru dipotong. Berikut kutipannya:
“…kalo mau masak sayur, sayurnya dicuci dulu baru
dipotong, kalo masak ini engga boleh kematengan nanti
146
seperti ini, jadi mereka kan belajar, seharusnya bukan
hanya dateng dan makan doang, jadi mereka tau
bagaimana proses masakknya juga.” (Informan Ibu G)
Dari hasil observasi di dua Pos Gizi, didapatkan bahwa
menu makanan selama kegiatan Pos Gizi selalu berbeda setiap
harinya dengan daftar menu yang sudah dibuat dan sudah
mencerminkan makanan lokal yang mudah didapatkan di daerah
tempat tinggal seperti tempe, telur, tahu, ayam, ikan, dan sayuran,
sehingga ibu balita dapat mempraktekkan menu makanan dari Pos
Gizi di rumah masing-masing. Pada pelaksanaan kegiatan Pos Gizi
Mekar di Desa Cibogo, menu makanan yang diberikan sudah
banyak mengandung sumber protein, sedangkan pada pelaksanaan
kegiatan Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk, menu makanan
yang diberikan masih kurang mengandung sumber protein. Daftar
menu makanan kegiatan 10 hari Pos Gizi di dua desa binaan
terlampir pada lampiran 17.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara mendalam yang
dilakukan oleh informan utama yaitu kader Pos Gizi Bintang di
Kelurahan Cisauk, didapatkan bahwa menu makanan yang
diberikan selama kegiatan Pos Gizi kurang mengandung protein.
Berikut kutipannya:
“…Kalo untuk menu makanan Pos Gizi sekarang kurang
proteinnya” (Informan Ibu W)
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di dua Pos
Gizi, didapatkan bahwa setelah proses memasak selesai, kader Pos
147
Gizi Mekar menyiapkan makanan pada wadah yang sudah
disediakan sebelumnya. Sedangkan pada Pos Gizi Bintang di
Kelurahan Cisauk, setelah proses memasak selesai, kader bersama
dengan ibu balita menyiapkan makanan pada wadah yang sudah
disediakan sebelumnya. Kemudian kader meminta peralatan makan
seperti tempat makan dan tempat minum yang dibawa oleh ibu
balita untuk diberikan makanan sesuai dengan porsinya. Lalu ibu
balita pada kedua Pos Gizi memberikan makanan kepada balita di
tempat Pos Gizi hingga makanan habis dimakan oleh balita setiap
hari selama 10 hari.
Saat memberikan makanan, balita bermain dengan alat
permainan yang sudah disediakan di tempat Pos Gizi, seperti
mobil-mobilan, boneka, papan edukasi, dan lain-lain. Namun, di
Pos Gizi Bintang tidak terdapat alat permainan sehingga balita
bermain dengan bebas di saung yang terdapat di rumah kader atau
ibu balita membawa mainan sendiri dari rumah. Tidak adanya alat
permainan tersebut karena alat permainan berada di rumah kader
lain yang dahulu pernah dijadikan tempat untuk melakukan
kegiatan Pos Gizi.
c. Praktek Kebersihan
Berdasarkan hasil observasi, didapatkan bahwa kedua Pos
Gizi tidak melakukan praktek kebersihan diri seperti mencuci
tangan terlebih dahulu dengan menggunakan sabun sebelum dan
148
sesudah makan yang tidak dilakukan oleh balita dan ibu balita.
Selama pelaksanaan kegiatan Pos Gizi, kedua Pos Gizi tidak
menyediakan sabun dan handuk untuk melakukan praktek cuci
tangan.
Selain itu, pada Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo tidak
terdapat fasilitas cuci tangan karena hanya terdapat WC dan tempat
cuci piring, sedangkan pada Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk
terdapat fasilitas cuci tangan tetapi tidak digunakan selama
kegiatan Pos Gizi dikarenakan tidak berfungsi. Selama pelaksanaan
kegiatan Pos Gizi, kader tidak mempraktekkan bagaimana cara
melakukan cuci tangan dengan benar kepada ibu balita dan balita.
d. Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan yang dimaksudkan dalam penelitian
ini adalah kegiatan pemberian pesan kesehatan yang dilakukan
tatap muka oleh kader maupun petugas kesehatan lainnya dengan
ibu balita selama kegiatan Pos Gizi. Berdasarkan hasil observasi
pada Bagan 5 dan Bagan 6, didapatkan bahwa kedua Pos Gizi
melakukan diskusi antara kader dan ibu balita mengenai kesehatan,
seperti kader menanyakan bagaimana perkembangan anak di
rumah setelah mengikuti kegiatan Pos Gizi, dan ibu balita juga
menanyakan bagaimana cara mengasuh anak. Diskusi yang
dilakukan oleh kader dan ibu balita tidak dilakukan setiap hari.
Selama observasi yang dilakukan, tidak ada materi penyuluhan
149
yang disampaikan oleh kader selama kegiatan Pos Gizi
dilaksanakan.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara mendalam dengan
informan utama, didapatkan bahwa tidak ada penyuluhan yang
dilakukan oleh kader pada saat pelaksanaan kegiatan Pos Gizi saat
ini. Namun, kader menanyakan bagaimana kondisi anak kepada ibu
balita. Berikut kutipannya:
“Harusnya mah ada. Tapi udah 2 sesi Pos Gizi ini engga
dikasih penyuluhan. TPG yang biasanya ngasih
penyuluhan kesehatan, kadang juga kader yang ngasih
penyuluhan ya ganti-gantian tiap kader.” (Informan Ibu R)
“Ya cuma lewat ngobrol aja tuh kader ngasih tau
kegiatannya, engga ada penyuluhan gitu kayak mencuci
tangan sebelum makan. Ngasih taunya ya lewat ngobrol
aja klo praktek mah engga ada. Paling kayak ngobrol-
ngobrol gitu sama kader sama ibu yang lainnya. Suka
ditanyain juga sih gimana anak kalo di rumah mau makan
apa engga, terus kita mah harus sabar kalo lagi ngurus
anak sama perhatiin anak.” (Informan Ibu Rh)
“…Ya paling kita sih ngobrol-ngobrol gitu sama ibu lain
gimana cara ngurus anak, kadang juga ya nanya sama
kader kalo anak ga mau makan tuh kenapa, apa sakit
ya.”(Informan Ibu S)
Selain itu, kader juga mengatakan bahwa tidak
dilakukannya penyuluhan kesehatan kepada ibu balita pada saat
pelaksanaan kegiatan Pos Gizi ini dikarenakan ibu balita tidak
datang bersama-sama sehingga susah untuk memberikan
penyuluhan. Berikut kutipannya:
“Iya ada tuh penyuluhan kesehatan. Namun pada kegiatan
kali ini engga ada penyuluhan kesehatan, gimana mau
ngasih penyuluhan, ibu balitanya aja dateng engga
berbarengan sehingga susah untuk diberikan penyuluhan
150
jika ibu balita engga sepenuhnya dateng atau dateng
terpisah. Kadang juga ibu balita dateng lama.” (Informan
Ibu W)
Pada pelaksanaan kegiatan Pos Gizi Bintang di Kelurahan
Cisauk pada sesi pertama yang dilakukan pada bulan Mei 2016 dan
sesi kedua yang dilakukan pada bulan Agustus 2016, informan
utama mengatakan bahwa ada kegiatan penyuluhan yang dilakukan
oleh kader dan petugas kesehatan lainnya. Materi penyuluhan yang
diberikan seputar cuci tangan dengan menggunakan sabun,
menyikat gigi dua kali sehari, makan tiga kali sehari, memotong
kuku, menggunakan alas kaki. Berikut kutipannya:
“Dulu sebelum puasa mah ada. Materi yang disampaikan
saat penyuluhan ya tentang sikat gigi, memotong kuku,
menggunakan alas kaki. Penyuluhannya mah sekitar 10
menit.” (Informan Ibu W)
“Pas Pos Gizi waktu sebelum puasa mah, ada tuh
penyuluhan tentang kesehatan gitu dari bidan atau kader
sendiri kadang juga dari puskesmas sendiri. Materi
penyuluhannya ya sekitar cuci tangan trus sikat gigi, kalo
mau keluar anak harus pake alas kaki, makan sehari
berapa kali.” (Informan Ibu Rm)
“Ada penyuluhan dulu mah setelah lebaran dari bidan
kayak cuci tangan sebelum makan pake sabun. Tapi engga
tiap hari datengnya. Pas waktu itu hari pertama dateng
ngasih penyuluhan cuci tangan sebelum makan pake sabun,
ngasih penyuluhannya sebelum makan. Selain itu juga sikat
gigi, dikasih juga sikat gigi tapi dikasihneya juga pas akhir,
ya hadiah gitu sama pake alas kaki. Ya dulu sih ada neng
penyuluhan gitu dari kader, kadang juga dari bu bidan
atau dari puskesmas langsung.” (Informan Ibu S)
Sedangkan berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan
informan pendukung, didapatkan bahwa penyuluhan kesehatan
pada kegiatan Pos Gizi dilakukan oleh kader sendiri. Dalam
151
memberikan materi penyuluhan, kader melakukan pergantian tugas
dengan kader lain. Materi penyuluhan yang diberikan seputar
mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan,
menggunakan alas kaki ketika bermain, menggosok gigi,
memotong kuku, mengasuh anak dengan sabar, sayuran dicuci
dahulu baru dipotong, serta makan buah dan sayur. Penyuluhan
kesehatan dilakukan selama kurang lebih 10 menit. Berikut
kutipannya:
“Iya harusnya ada penyuluhan kesehatan, seharusnya
kader mengingatkan kepada kader lain ayo kita
penyuluhan. Kader sendiri ya yang ngasih penyuluhan
karena kan kader sudah dilatih. Seharusnya mereka
mandiri untuk melakukan penyuluhan sendiri tidak
mengandalkan dari pihak Puskesmas. Kan penyuluhan
kesehatan bisa diulang-ulang dari yang sudah-sudah
materinya. Materinya ya seputar kesehatan seperti mencuci
tangan sebelum makan, sikat gigi, memotong kuku, sayuran
dicuci dahulu baru dipotong, makan buah dan sayur. Ya
paling 10 menit untuk penyuluhannya. Ada rolling kader,
jadi sebelumnya sudah ditetapkan struktur organisasinya.
Pada saat penyuluhan pun kalau kader yang lain tidak bisa
ya harus siap kader yang lainnya. Karena kan mereka
sudah dilatih sebelumnya untuk memberikan penyuluhan
kepada ibu balita dengan masalah yang ada.” (Informan
Ibu Sr)
Berdasarkan hasil observasi dan sesuai dengan hasil
wawancara mendalam dengan informan utama dan informan
pendukung yaitu Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas Cisauk,
didapatkan bahwa kedua Pos Gizi tidak melakukan penyuluhan
kesehatan kepada ibu balita melainkan melakukan diskusi terkait
kesehatan kepada ibu balita, dan tidak ada alat untuk mengukur
152
keberhasilan dari penyuluhan tersebut. Dapat dilihat juga dari hasil
pengetahuan ibu balita yang dilakukan selama kegiatan Pos Gizi
dengan membagikan kuesioner. Berikut ini proporsi tingkat
pengetahuan ibu balita di dua desa binaan masing-masing Pos Gizi.
Tabel 5.17 Proporsi Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Pos Gizi Mekar di
Desa Cibogo Tahun 2016
Tingkat Pengetahuan Ibu n (%)
Pemberian Makan
a. Kurang ( skor ≤ 9)
b. Baik (skor > 9)
3 (37,5)
5 (62,5)
Kebersihan
a. Kurang (skor ≤ 2)
b. Baik (skor > 2)
2 (25,0)
6 (75,0)
Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan
a. Kurang (skor < 4)
b. Baik (skor ≥ 4)
1 (12,5)
7 (87,5)
Kurang Gizi
a. Kurang (skor < 3)
b. Baik (skor ≥ 3)
3 (37,5)
5 (62,5)
Total 8 (100)
Sumber: Data Primer
Berdasarkan Tabel 5.17 diketahui bahwa proporsi tingkat
pengetahuan ibu balita Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo baik dalam
hal pemberian makan (62,5%), kebersihan (75,0%), pencarian dan
pemberian perawatan kesehatan (87,5%), dan kurang gizi (62,5%).
Tabel 5.18 Proporsi Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Pos Gizi Bintang di
Kelurahan Cisauk Tahun 2016
Tingkat Pengetahuan Ibu n (%)
Pemberian Makan
a. Kurang ( skor ≤ 9)
b. Baik (skor > 9)
5 (45,5)
6 (54,5)
Kebersihan
a. Kurang (skor ≤ 2)
b. Baik (skor > 2)
4 (36,4)
7 (63,6)
Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan
153
Tingkat Pengetahuan Ibu n (%)
a. Kurang (skor < 4)
b. Baik (skor ≥ 4)
-
11 (100)
Kurang Gizi
a. Kurang (skor ≤ 3)
b. Baik (skor > 3)
6 (54,5)
5 (45,5)
Total 11 (100)
Sumber: Data Primer
Berdasarkan Tabel 5.18 diketahui bahwa proporsi tingkat
pengetahuan ibu balita Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk baik
dalam hal pemberian makan (54,5%), kebersihan (63,6%), serta
pencarian dan pemberian perawatan kesehatan (100%), sedangkan
proporsi tingkat pengetahuan ibu balita masih kurang dalam hal
kurang gizi (54,5%).
Hasil proporsi tingkat pengetahuan ibu balita di kedua Pos
Gizi masih dikatakan baik walaupun pada saat pelaksanaan
kegiatan Pos Gizi diketahui bahwa kedua Pos Gizi tidak
melakukan penyuluhan kesehatan kepada ibu balita melainkan
hanya melakukan diskusi atau tatap muka terkait kesehatan antara
kader dan ibu balita. Jika dilihat dari tingkat pengetahuan ibu balita
yang masih dikatakan baik, dapat dilihat juga perilaku ibu balita.
Berikut ini proporsi tingkat perilaku ibu balita di dua desa binaan
masing-masing Pos Gizi.
Tabel 5.19 Proporsi Tingkat Perilaku Ibu Balita Pos Gizi Mekar di
Desa Cibogo Tahun 2016
Tingkat Perilaku Ibu n (%)
Pemberian Makan
a. Kurang (skor < 52)
b. Baik (skor ≥ 52)
3 (37,5)
5 (62,5)
154
Tingkat Perilaku Ibu n (%)
Pengasuhan Balita
a. Kurang (skor ≤ 9)
b. Baik (skor > 9)
4 (50,0)
4 (50,0)
Kebersihan Balita
a. Kurang (skor ≤ 28)
b. Baik (skor > 28)
6 (75,0)
2 (25,0)
Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan
a. Kurang (skor ≤ 28)
b. Baik (skor > 28)
4 (50,0)
4 (50,0)
Total 8 (100)
Sumber: Data Primer
Berdasarkan Tabel 5.19 diketahui bahwa proporsi tingkat
perilaku ibu balita Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo baik dalam hal
pemberian makan (62,5%), pengasuhan balita (50%), dan
pencarian dan pemberian perawatan kesehatan (50%), sedangkan
proprosi tingkat perilaku ibu balita masih kurang dalam hal
keberihan balita (75,0%).
Tabel 5.20 Proporsi Tingkat Perilaku Ibu Balita Pos Gizi Bintang di
Kelurahan Cisauk Tahun 2016
Tingkat Perilaku Ibu n (%)
Pemberian Makan
a. Kurang (skor ≤ 56)
b. Baik (skor > 56)
8 (72,7)
3 (27,3)
Pengasuhan Balita
a. Kurang (skor < 11)
b. Baik (skor ≥ 11)
3 (27,3)
8 (72,7)
Kebersihan Balita
a. Kurang (skor < 29)
b. Baik (skor ≥ 29)
5 (45,5)
6 (54,5)
Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan
a. Kurang (skor < 32)
b. Baik (skor ≥ 32)
5 (45,5)
6 (54,5)
Total 11 (100)
Sumber: Data Primer
155
Berdasarkan Tabel 5.20 diketahui bahwa proporsi tingkat
perilaku ibu balita Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk baik
dalam hal pengasuhan balita (72,7%), kebersihan balita (54,5%),
serta pencarian dan pemberian perawatan kesehatan (54,5%),
sedangkan proprosi tingkat perilaku ibu balita masih kurang dalam
hal pemberian makan (72,7%).
1) Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi diperlukan dalam kegiatan Pos Gizi.
Monitoring dapat dilakukan selama kegiatan Pos Gizi berlangsung
sedangkan evaluasi dapat dilakukan pada awal kegiatan, selama
kegiatan, dan akhir kegiatan. Berdasarkan hasil observasi di dua Pos
Gizi, didapatkan bahwa monitoring atau pemantauan kegiatan Pos Gizi
dilakukan selama kegiatan Pos Gizi oleh kader. Pada pelaksanaan
kegiatan Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo, Tenaga Pelaksana Gizi
(TPG) dari Puskesmas Cisauk tidak melakukan pemantauan Pos Gizi
hingga pelaksanaan kegiatan Pos Gizi berakhir, sedangkan pada
pelaksanaan kegiatan Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk, Tenaga
Pelaksana Gizi (TPG) dari Puskesmas Cisauk melakukan pemantauan
pada hari pertama pelaksanaan kegiatan Pos Gizi.
Monitoring atau pemantauan juga dilakukan oleh kader setelah
kegiatan Pos Gizi berakhir yang dilakukan di Posyandu dengan
menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk memantau
perkembangan berat badan balita. Monitoring atau pemantauan dapat
156
dilakukan dengan melihat pencatatan dan pelaporan kegiatan Pos Gizi,
dan melakukan kunjungan rumah.
a. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan kegiatan Pos Gizi dilakukan selama kegiatan
Pos Gizi dan pelaporan kegiatan Pos Gizi dilakukan pada akhir
kegiatan Pos Gizi. Berdasarkan hasil observasi dan sesuai dengan
hasil wawancara mendalam dengan informan utama yaitu kader,
didapatkan bahwa pencatatan kegiatan Pos Gizi dilakukan oleh
kader yang mendapatkan tugas untuk mencatat selama kegiatan
Pos Gizi yaitu sebanyak 2-3 orang dan dicatat di buku Pos Gizi
dengan sampul yang berbeda di tiap Pos Gizi. Hal yang dicatat
oleh kader meliputi kehadiran, porsi makan, dan dana. Berikut ini
pencatatan yang dilakukan oleh kader selama kegiatan Pos Gizi
yang akan dibedakan dari masing-masing Pos Gizi.
1. Pos Gizi Mekar Desa Cibogo
Pencatatan kegiatan Pos Gizi Mekar dilakukan di buku
kegiatan Pos Gizi dengan sampul berwarna coklat yang
didalamnya berisi keterangan balita diantaranya nama balita,
nama orang tua, tanggal lahir balita, RT/RW, Posyandu, BB,
dan TB, serta pada mading dengan menempelkan karton yang
sudah dibuat oleh kader. Kehadiran balita untuk setiap sesi
akan ditempelkan pada karton sesuai dengan tema yang sudah
ditentukan oleh kader. Tema kehadiran balita pada sesi terakhir
157
ini adalah binatang laut seperti rumput laut, anjing laut, kuda
laut, dan bintang laut. Setiap hari balita yang hadir akan
ditempelkan oleh kader tema tersebut.
Pencatatan porsi makanan yang dihabiskan oleh balita
dilakukan oleh kader dengan mencatat seberapa makanan
dihabiskan oleh balita, seperti habis, 3/4, 1/2, dan 1/4. Setelah
selesai makan, kader akan menanyakan kepada ibu balita
tentang porsi makanan yang dihabiskan oleh balita, kemudian
kader melihat seberapa makanan yang dihabiskan serta
mencatat pada karton putih yang ditempelkan pada mading
yang dibuat oleh kader berupa lingkaran yang dibagi empat
dengan cara memberikan arsir pada lingkaran sesuai dengan
porsi makanan yang dihabiskan (porsi makan terlampir pada
lampiran 19).
Jika dari hasil pencatatan, banyak balita yang tidak
menghabiskan makanan, maka untuk keesokan harinya, menu
makanan dibuat sesuai dengan kesukaan balita yang dilihat dari
pencatatan porsi makanan sebelumnya untuk mengetahui menu
makanan yang paling disukai oleh balita. Berikut ini contoh
pencatatan porsi makanan yang dihabiskan oleh balita yang
dilakukan oleh kader.
158
Tabel 5.21 Contoh Pencatatan Porsi Makan yang Dihabiskan
oleh Balita
Gambar Keterangan Gambar Keterangan
Makanan setengah
dihabiskan
Makanan dihabiskan
sepenuhnya
Makanan sepertiga
dihabiskan
Makanan tidak
dihabiskan
Sumber: Data Sekunder Kegiatan Pos Gizi
Pencatatan dana dilakukan oleh kader ketika bahan
makanan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang dan
Puskesmas Cisauk datang ke rumah salah satu kader.
Kemudian bahan makanan yang berupa sembako, sebagian ada
yang dijual ke kader sendiri untuk mendapatkan uang. Selain
hasil penjualan sembako, terdapat juga sumbangan dari
donatur. Hasil penjualan sembako, sumbangan dari donatur dan
pengeluaran Pemberian Makanan Tambahan (PMT) selama 10
hari kegiatan Pos Gizi dicatat oleh kader pada buku tulis
bersampul hijau bergambar dengan tulisan Buku Kas Pos Gizi.
2. Pos Gizi Bintang Kelurahan Cisauk
Pencatatan kegiatan Pos Gizi Bintang di Kelurahan
Cisauk dilakukan oleh kader di buku kegiatan Pos Gizi dengan
batik berwarna hijau yang didalamnya berisi keterangan balita
diantaranya nama balita, nama orang tua, tanda tangan orang
tua, BB, dan porsi makan yang dihabiskan dan juga pada
mading dengan menempelkan karton yang sudah dibuat oleh
159
kader. Kehadiran balita untuk setiap sesi akan ditempelkan
pada karton sesuai dengan tema yang sudah ditentukan oleh
kader. Tema kehadiran balita pada sesi terakhir ini adalah
lingkungan yang ada di rumah.
Setiap hari balita yang hadir akan ditempelkan oleh
kader sesuai dengan hari, misal pada hari pertama dengan
gambar atap rumah, hari kedua dengan pondasi rumah, hari
ketiga dengan pintu, hari keempat dengan jendela, hari kelima
dengan cerobong pada atap, hari keenam dengan batang
tanaman, hari ketujuh dengan bunga, hari kedelapan dengan
kelopak kecil bunga, hari kesembilan dengan daun, dan hari ke-
10 dengan kupu-kupu. Dengan adanya kehadiran balita yang
ditempelkan pada karton, sehingga dapat diketahui berapa hari
balita yang hadir dalam kegiatan Pos Gizi (gambar 9 kehadiran
balita terlampir pada lampiran 20).
Pencatatan porsi makanan yang dihabiskan oleh balita
dilakukan oleh kader dengan mencatat seberapa makanan
dihabiskan oleh balita, seperti habis, 3/4, 1/2, dan 1/4. Setelah
selesai makan, ibu balita akan melaporkan kepada kader
tentang porsi makanan yang dihabiskan oleh balita dan kader
melihat seberapa makanan yang dihabiskan serta mencatat pada
buku kegiatan Pos Gizi dan pada karton putih yang
ditempelkan pada dinding selama kegiatan Pos Gizi (porsi
160
makanan yang dihabiskan terlampir pada lampiran 19). Jika
dari hasil pencatatan, banyak balita yang tidak menghabiskan
makanan, maka untuk keesokan harinya, menu makanan dibuat
sesuai dengan kesukaan balita yang dilihat dari pencatatan
porsi makanan sebelumnya untuk mengetahui menu makanan
yang paling disukai oleh balita.
Pencatatan dana dilakukan oleh kader dengan mencatat
pada buku tulis bergambar. Pada buku tersebut ditulis
pengeluaran dana selama kegiatan Pos Gizi.
Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa tidak ada
pencatatan kontribusi bahan makanan yang dibawa oleh balita yang
dilakukan oleh kader di kedua Pos Gizi. Setelah pencatatan
dilakukan selama kegiatan Pos Gizi, kemudian pelaporan kegiatan
Pos Gizi dilakukan oleh kader diakhir kegiatan setelah selesai
kegiatan Pos Gizi dalam bentuk tulisan yang diprint dalam
selembar kertas atau dicatat oleh kader sendiri di buku pegangan
kader yang akan dilaporkan kepada Tenaga Pelaksana Gizi (TPG)
di Puskesmas Cisauk. Hal yang dilaporkan meliputi kehadiran
balita, kenaikan berat badan, menu makanan yang disukai. Berikut
kutipannya:
“Ya dicatat di buku yang pegang sama kader kayak
kehadiran dicatet di buku kehadiran sama bude tapi selain
itu kehadiran juga di catet di madding, jadi dibuat bentuk
yang lucu misalnya ada tema untuk 10 hari kegiatan kayak
dunia hewan laut jadi gambar kehadirannya ya meliputi
hewan laut, kalo masalah dana dicatet sama bu nani, kalo
161
menu makanannya beda-beda tiap hari jadi engga sesuai
sama menu yang di mading itu, kalo porsi makanan
dihabisin apa engga dicatet aja di mading sama kader, dan
kalo untuk kontribusi makanan dari ibu balita emang engga
ada yang bawa jadi engga dicatet. Pelaporannya terakhir
ya. Cuma laporan aja, kayak udah 10 hari kegiatannya,
menu yang disukainya apa, kehadiran balita.” (Informan
Ibu R)
“Sistem pencatatannya dilakukan di buku yang dipegang
oleh kader dan di catat pula di buku Pos Gizi.
Pelaporannya dibuat dalam bentuk laporan aja, namun
terkadang hanya dicatat di buku Pos Gizi, dan kalo petugas
gizi dari Puskesmas nanya baru kita kasih liat
laporannya.” (Informan Ibu W)
Hasil observasi dan sesuai dengan wawancara mendalam
dengan informan pendukung, didapatkan bahwa pelaporan kegiatan
Pos Gizi dilakukan oleh kader kepada Tenaga Pelaksana Gizi
(TPG) di Puskesmas Cisauk setelah kegiatan Pos Gizi berakhir.
Kemudian Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) membuat laporan
kegiatan Pos Gizi yang akan dilaporkan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten Tangerang setelah semua sesi kegiatan Pos Gizi
berakhir dengan format laporan yang sudah dikirimkan dari Dinas
Kesehatan sehingga setiap Puskesmas memberikan laporan tentang
kegiatan Pos Gizi yang sama.
Format laporan yang dikirimkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten Tangerang meliputi nama balita, nama orang tua (ibu-
bapak), alamat orang tua, tanggal lahir balita, umur balita, jenis
kelamin, status imunisasi, status keluarga (gakin dan non-gakin),
berat badan hari pertama, berat badan hari kesepuluh, status gizi
162
hari pertama, status gizi hari kesepuluh, perubahan berat badan,
kehadiran, dan riwayat penyakit. Berikut kutipannya:
“Untuk pencatatan sendiri biasanya dilakukan oleh kader
Pos Gizi sendiri selama kegiatan berlangsung, nanti paling
mereka melaporkan ke saya bagaimana pelaksanaan
disana. Kalo pelaporan dari kader sendiri ya mereka tulis
di buku mereka yang dipegang masing-masing kader sesuai
sama pembagian tugas mereka. Terus mereka paling
ngelaporin ke saya tentang kehadiran balita, perubahan
kenaikan berat badan anak, sama menu yang disukai sama
anak. Kalo dari puskesmas sendiri ya pelaporan di tulis aja
dibuka pegangan saya sendiri, engga ada pelaporan khusus
gitu tentang Pos Gizi. Pelaporannya seperti kemarin ini
kita buat laporan yang akan dilaporkan ke Dinkes, dan
format laporannya disamakan untuk semua puskesmas
sehingga nanti yang dilaporkan akan sama. Setiap tahun
akan dilaporkan seperti itu ke Dinkes dengan format yang
dibuat oleh Dinkes sendiri.”(Informan Ibu Sr)
“Pencatatan dan pelaporannya itu dari TPG nya sendiri.
Pelaporan Pos Gizi itu dilakukan di akhir kegiatan setelah
kegiatan itu selesai, itu setiap tahun. Baru mulai tahun ini
nih baru mau dibenahin. Untuk dana juga harus dilaporin.
Pos Gizi kan belum selesai jadi belum ada yang masuk
laporannya. Ada laporan dari tahun lalu tapi untuk 3 tahun
belakangan ini ga ada. Pelaporan yang diterima paling
cuma kenaikan berat badan aja ya. Tapi sebenernya ada
sih seharusnya pelaporannya kayak gimana.” (Informan
Ibu G)
Berikut ini alur pelaporan kegiatan Pos Gizi.
Bagan 7 Alur Pelaksanaan Kegiatan Pos Gizi Sumber: Data Primer
Dinas Kesehatan
Kabupaten Tangerang
Puskesmas Cisauk
Desa/Kelurahan
Pos Gizi Bintang
Kelurahan Cisauk
Pos Gizi Anggrek
Desa Sampora
Pos Gizi Mekar
Desa Cibogo
Kabupaten
Puskesmas/
Tingkat
Kecamatan
163
b. Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah dilakukan oleh kader setelah kegiatan
Pos Gizi 10 hari selesai untuk balita yang tidak datang selama
kegiatan Pos Gizi. Sesuai dengan hasil wawancara mendalam
dengan informan pendukung, didapatkan bahwa setelah kegiatan
10 hari sesi pertama dilakukan kunjungan rumah terhadap balita
yang tidak datang atau ibu yang mengalami masalah selama
pelaksanaan kegiatan Pos Gizi. Berikut kutipannya:
“…Sesi pertama 10 hari kegiatan setelah selesai baru
dipantau. Setelah selesai kira-kira yang kayaknya perlu
dipantau yang mana, kan bisa keliatan dari 10 hari jadi ibu
ini ada yang kurang nih selama kegiatan. Jadi engga
semua ibu yang dipantau hanya ibu yang punya masalah
aja yang dipantau, jadi dikasih tau lagi, kan 10 hari masuk
lagi.” (Informan Ibu G)
Hal ini tidak sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan
di dua Pos Gizi, didapatkan bahwa setelah sesi 10 hari kegiatan Pos
Gizi, kader tidak melakukan kunjungan rumah kepada balita yang
tidak datang selama kegiatan Pos Gizi dan balita yang berat
badannya tidak mengalami kenaikan.
Berdasarkan hasil observasi dan sesuai dengan hasil wawancara
mendalam yang dilakukan dengan informan utama yaitu kader dan
informan pendukung, didapatkan bahwa evaluasi dilakukan pada akhir
kegiatan Pos Gizi. Hal yang dievaluasi pada akhir kegiatan Pos Gizi
meliputi porsi makan, menu makanan yang disukai, kehadiran balita,
dan kenaikan berat badan (BB). Evaluasi kegiatan Pos Gizi pada tahun
164
2016 dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang dengan
mengirimkan perwakilan satu kader dari masing-masing Pos Gizi. Hal
yang dievaluasi yaitu tentang bagaimana pelaksanaan kegiatan Pos
Gizi, kehadiran balita, perubahan berat badan, menu makanan yang
disukai balita, dan hambatan pada saat pelaksanaan kegiatan Pos Gizi.
Berikut kutipannya:
“Monitoring dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan pos
gizi. Dari pelaksana gizi melakukan pemantauan yang
biasanya di awal kegiatan atau di akhir kegiatan. Kalo untuk
evaluasinya kita juga melakukannya di Puskesmas, jadi kita
akan mengumpulkan kader Pos Gizi dari 3 desa kemudian kita
tanyakan bagaimana pelaksanaan pos gizi nya, kehadiran
peserta bagaimana, adakah perubahan kenaikan berat badan
yang terjadi pada anak, sama menu makanan yang disukai
apa. Tapi untuk tahun ini, kemarin evaluasi diadakan di
Dinkes, jadi kita suruh 2 kader dari masing-masing desa untuk
datang ke Dinkes buat evaluasinya. Ya disana nanti dievaluasi
mengenai pelaksanaannya gimana, ada perubahan kenaikan
berat badan ga, menu yang disukai tuh apa aja, ditanyain
hambatannya seperti apa.” (Informan Ibu Sr)
“….kalo udah selesai nanti di evaluasi sama petugas
puskesmas. Kalo kita biasanya monevnya dari dinkes ke pos
gizi hanya melihat pelaksanaannya aja.” (Informan Ibu G)
2) Hambatan pada saat Pelaksanaan Kegiatan Pos Gizi
Hambatan pada saat pelaksanaan kegiatan Pos Gizi dapat
dilihat selama kegiatan Pos Gizi berlangsung dan cara mengatasi
hambatan tersebut. Berdasarkan hasil observasi dan sesuai dengan
hasil wawancara mendalam dengan informan utama yaitu kader dan
informan pendukung, didapatkan bahwa hambatan kedua Pos Gizi saat
pelaksanaan kegiatan Pos Gizi adalah ibu balita. Adanya hambatan
tersebut dikarenakan masih kurangnya kesadaran dari orang tua
165
terhadap anak yang kurang gizi sehingga pada pelaksanaan kegiatan
Pos Gizi, ibu balita masih datang terlambat. Berikut kutipannya:
“Kalo dilihat masalah dari 3 desa ya masalahnya pada
kesadaran dari orang tuanya yang masih kurang terhadap
anaknya. Untuk dateng ke pos gizi aja mereka masih aja susah
padahal kita ingin membantu mereka untuk menaikkan berat
badan anaknya, kita pantau kenaikan berat badannya, tapi dari
mereka sendiri kurang peduli. Orang tua juga engga aktif
dateng karena malas atau menganggap di rumah sama
makanannya, tidak makan sesuai anjuran harusnya kan ikutin
menu yang ada di pos gizi, lalu orang tua juga engga berupaya
biar anaknya mau makan tapi malah nyerah dan dibiarkan
saja.” (Informan Ibu Sr)
“Kalo masalah di Tangerang menurut saya sih ibunya kurang
peduli.” (Informan Ibu G)
Selain ibu balita, hambatan lain kedua Pos Gizi pada saat
pelaksanaan kegiatan Pos Gizi adalah masalah dana dan kader yang
double job. Berikut kutipannya:
“Hambatannya pas pelaksanaan Pos Gizi biasanya masalah
dana. Jadi terkadang dana yang ada engga sesuai dengan
pengeluaran dan harga dipasaran kayak gimana, apalagi
untuk saat ini bahan makanan seperti lauk pauk sedang naik,
jadi ya kita harus pinter ngolah uangnya. Terus masalah ya
kadernya yang double job, seperti banyaknya tugas kader yang
membuat kader terkadang ada yang dateng ada yang engga
dateng ke Pos Gizi karena keperluan lain jadi buat engga
dateng.” (Informan Ibu W)
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
utama yaitu kader, didapatkan bahwa cara untuk mengatasi hambatan
pada pelaksanaan kegiatan Pos Gizi adalah tetap mengajak ibu balita
untuk datang dalam kegiatan Pos Gizi, untuk masalah dana harus
diatur dan dicukupkan pengeluaran selama 10 hari kegiatan, serta
166
untuk kader yang double job dilakukan upaya pergantian kader dengan
kader lain. Berikut kutipannya:
“Solusinya ya kita tetep ngajak ibu balita untuk tetep dateng
ke Pos Gizi.” (Informan Ibu N)
“Solusinya untuk masalah dana yang kita dicukupin aja, cukup
engga cukup dicukupin aja lah. Kalo untuk kader ya kita
gantian aja lah, yang bisa dateng siapa ya dateng yang engga
bisa yaudah lain hari.” (Informan Ibu W)
5.2.2.3 Tahap Tindak Lanjut Kegiatan
Tahap tindak lanjut kegiatan yang dimaksudkan dalam penelitian
ini adalah tahap dimana setelah semua sesi kegiatan Pos Gizi berakhir
meliputi kegiatan monitoring atau pemantauan yang dilakukan oleh kader
dan petugas kesehatan di Posyandu. Berdasarkan hasil wawancara
mendalam dengan informan utama yaitu kader dan sesuai dengan hasil
wawancara mendalam dengan informan pendukung yaitu Tenaga
Pelaksana Gizi (TPG), didapatkan bahwa pemantauan akan dilakukan di
Posyandu oleh kader setelah semua sesi kegiatan Pos Gizi berakhir kepada
semua balita yang mengikuti kegiatan Pos Gizi untuk memantau
perkembangan berat badan balita, apakah terjadi kenaikan atau penurunan
setelah kegiatan Pos Gizi berakhir dengan melihat Kartu Menuju Sehat
(KMS).
Selain pemantauan di Posyandu, kader juga melakukan kunjungan
rumah kepada balita yang berat badannya tidak naik untuk mengetahui
apakah ibu balita mempraktekkan semua yang diajarkan dalam kegiatan
Pos Gizi di rumah masing-masing. Hasil kunjungan rumah yang dilakukan
oleh kader akan dicatat oleh kader pada buku pegangan kader seperti hari
167
apa kunjungan dilakukan, apa saja yang dilihat, dan bagaimana kondisi
balita. Berikut kutipannya:
“Pemantauan dilakukan di Posyandu setiap bulannya untuk
melihat bagaimana kenaikan berat badannya, dilihatnya dengan
menggunakan KMS. Selain itu, dilakukan juga kunjungan rumah
untuk ibu balita yang dirasa masih sangat kurang ketika mengikuti
pos gizi, yang melakukan kunjungan rumah adalah kader di
wilayah tersebut.” (Informan Ibu W)
“…Ada catetan tersendiri di ibu kalo ada apa-apa kayak
kunjungan jam berapa dan kapannya. Ya kalo kunjungan rumah ya
nanya sama ibunya gimana cara ngurus anaknya kok sampe
keadaannya kayak gini. Apa ini kondisi dari anaknya apa dari
orang tuanya sendiri.” (Informan Ibu Y)
Sesuai dengan hasil wawancara mendalam dengan informan
pendukung yaitu petugas seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten
Tangerang, didapatkan bahwa tindak lanjut yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Tangerang setelah mendapatkan laporan kegiatan
Pos Gizi dari Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas Cisauk adalah
mengikutsertakan kembali balita yang berat badannya masih kurang dalam
kegiatan Pos Gizi pada sesi berikutnya dan dipantau setiap bulan melalui
Posyandu serta melakukan kunjungan rumah untuk balita yang berat
badannya kurang. Berikut kutipannya:
“Tindak lanjutnya ya kalo data yang kita terima masih ada anak
yang BGM atau yang tidak lulus kegiatan Pos Gizi maka harus
diikutkan kembali kegiatan Pos Gizi berikutnya. Kemudian
memantau anak tersebut di Posyandu bagaimana berat badannya,
biasanya dilakukan oleh kader sendiri. Kalo untuk TPG hanya
memantau saja. Jika masih ada yang BGM maka harus dilakukan
kunjungan rumah untuk memastikan kenapa berat badannya turun
apakah karena ada penyakit infeksi atau penyakit penyerta
lainnya.” (Informan Ibu G)
168
5.2.3 Gambaran Kegiatan Pos Gizi dilihat dari Output pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten
Tangerang Tahun 2016
Gambaran kegiatan Pos Gizi dilihat dari output yang dimaksudkan
dalam penelitian ini ditujukan kepada penilaian terhadap hasil yang dicapai
dari pelaksanaan kegiatan Pos Gizi. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan
dari dua komponen output yang dilihat berdasarkan indikator kegiatan Pos
Gizi yang meliputi status kesehatan yang dilihat dari kenaikan berat badan,
dan penggunaan pelayanan utama Pos Giz, masih terdapat masalah dalam
beberapa bagian pada proses kegiatan Pos Gizi. Berikut ini penjelasannya.
Komponen output yang dilihat berdasarkan indikator kegiatan Pos Gizi
yaitu status kesehatan dilihat dari kenaikan berat badan, diketahui bahwa
kelulusan peserta Pos Gizi di kedua Pos Gizi masih dibawah target kelulusan
yaitu 100% dan dapat dikatakan bahwa kurang gizi masih menjadi masalah
karena peserta yang tidak lulus dengan kenaikan berat badan kurang dari 400
gram lebih banyak yaitu sebanyak 17 balita (85%) daripada peserta yang lulus
dengan kenaikan berat badan lebih dari 400 gram sebanyak 3 balita (15%).
Komponen output yang dilihat berdasarkan indikator kegiatan Pos Gizi
yaitu penggunaan pelayanan utama Pos Gizi, diketahui bahwa rentang usia
peserta yang mengikuti kegiatan Pos Gizi adalah antara 13-58 bulan, peserta
yang ikut serta dalam kegiatan Pos Gizi sebanyak 29 balita dengan 20 balita
berstatus gizi kurang dan buruk serta 9 balita berstatus gizi baik, dan sebanyak
169
19 ibu balita yang menghadiri kegiatan Pos Gizi dari 20 balita yang menjadi
peserta kegiatan Pos Gizi.
5.2.3.1 Status Kesehatan dilihat dari Kenaikan Berat Badan
Status kesehatan dapat dilihat dari kenaikan berat badan. Kenaikan
berat badan merupakan salah satu indikator yang menentukan keberhasilan
kelulusan peserta Pos Gizi. Berdasarkan hasil wawancara mendalam
dengan informan pendukung, didapatkan bahwa terdapat indikator
kelulusan peserta Pos Gizi dilihat dengan kenaikan berat badan sebesar
400 gram. Berikut kutipannya:
“Indikator kelulusan peserta dalam kegiatan Pos Gizi dilihat
dengan kenaikan berat badan sebesar 400 gram selama sebulan (1
sesi Pos Gizi) dan dilihat perubahan pada grafik pertumbuhan di
KMS. Kalo BB naik berarti sudah dijalankan 4 pola, yaitu pola
asuh, pola kebersihan, pola makan, dan pola perawatan
kesehatan.” (Informan Ibu Sr)
“Indikator keberhasilan kegiatan Pos Gizi yaitu anak itu
dinyatakan lulus jika berat badannya naik lebih 300-400 gram.
Indikator dinyatakan lulus pos gizi hanya kenaikan berat badan.
Kalo sudah lulus, kegiatan pos gizi berikutnya dia boleh engga
ikut. Untuk status imunisasi dan pemberian makan kita hanya
tanyakan saja sebagai riwayat awal untuk data.” (Informan Ibu G)
Berdasarkan indikator kegiatan Pos Gizi pada bagian tipe hasil
status kesehatan, indikator yang dilihat meliputi peserta yang ―lulus‖ dari
Pos Gizi dengan berat badannya bertambah lebih dari 400 gram, peserta
yang ―tidak lulus‖ dari Pos Gizi tetapi berat badannya bertambah 200-400
gram, peserta yang ―tidak lulus‖ tetapi berat badannya bertambah kurang
dari 200 gram, peserta yang ―tidak lulus‖ dari Pos Gizi dan berat badannya
tidak bertambah atau tetap, serta peserta yang ―tidak lulus‖ dari Pos Gizi
dan berat badannya berkurang. Berdasarkan hasil observasi dan sesuai
170
dengan hasil telaah dokumen, didapatkan bahwa dari 29 balita yang
menghadiri dan mengikuti kegiatan Pos Gizi terdapat 9 balita dengan
status gizi baik dan 20 balita berstatus gizi kurang (underweight) dan berat
badan sangat kurang (severely underweight) di masing-masing Pos Gizi.
Status kesehatan yang dilihat dengan kenaikan berat badan ini
dilihat pada balita dengan status gizi kurang (underweight) dan berat
badan sangat kurang (severely underweight) yang mengikuti kegiatan Pos
Gizi selama 10 hari pada sesi terakhir pada masing-masing Pos Gizi.
Berikut ini tabel kelulusan peserta Pos Gizi yang dilihat dari kenaikan
berat badan pada masing-masing Pos Gizi.
Tabel 5.22 Kelulusan Peserta Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo Tahun
2016 dilihat dari Kenaikan Berat Badan
Indikator n (%)
Lulus, BB > 400 gram 2 (22,2)
Tidak lulus, BB 200-400 gram 2 (22,2)
Tidak lulus, BB < 200 gram 1 (11,1)
Tidak lulus, BB tidak bertambah/tetap 3 (33,3)
Tidak lulus, BB berkurang 1 (11,1)
TOTAL 9 (100)
Sumber: Data Primer
Berdasarkan Tabel 5.22 diketahui bahwa kelulusan peserta Pos
Gizi Mekar di Desa Cibogo dilihat dari kenaikan berat badan yaitu peserta
yang ―tidak lulus‖ dari Pos Gizi Mekar Desa Cibogo dan berat badannya
tidak bertambah/tetap paling banyak yaitu sebanyak 3 balita (33,3%).
Tabel 5.23 Kelulusan Peserta Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk
Tahun 2016 dilihat dari Kenaikan Berat Badan
Indikator n (%)
Lulus, BB > 400 gram 1 (9,1)
Tidak lulus, BB 200-400 gram 2 (18,2)
171
Indikator n (%)
Tidak lulus, BB < 200 gram 2 (18,2)
Tidak lulus, BB tidak bertambah/tetap 5 (45,5)
Tidak lulus, BB berkurang 1 (9,1)
TOTAL 11 (100)
Sumber: Data Primer
Berdasarkan Tabel 5.23 diketahui bahwa kelulusan peserta Pos
Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk dilihat dari kenaikan berat badan yaitu
peserta yang ―tidak lulus‖ dari Pos Gizi dan berat badannya tidak
bertambah/tetap paling banyak yaitu sebanyak 5 balita (45,5%).
Dari hasil data kelulusan peserta Pos Gizi yang dilihat dari
kenaikan berat badan pada masing-masing Pos Gizi diketahui bahwa
kelulusan peserta Pos Gizi di kedua Pos Gizi masih dibawah target
kelulusan yaitu 100% dan dapat dikatakan bahwa kurang gizi masih
menjadi masalah di wilayah kerja Puskesmas Cisauk. Peserta yang lulus
dari kegiatan Pos Gizi dengan kenaikan berat badan lebih dari 400 gram
diketahui sebanyak 3 balita yaitu satu balita mengalami perubahan status
gizi dari status berat badan sangat kurang (severely underweight) menjadi
status gizi kurang, dan dua balita tidak mengalami perubahan status gizi
yaitu tetap berada pada status gizi kurang (underweight) dan status berat
badan sangat kurang (severely underweight).
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
pendukung, didapatkan bahwa tidak terjadinya kenaikan berat badan pada
peserta Pos Gizi dikarenakan masih kurangnya kesadaran orang tua
terhadap anaknya. Jika berat badan anak naik, berarti ibu balita sudah
menerapkan 4 pola yaitu pemberian makan, pengasuhan balita, kebersihan
172
balita, serta pencarian dan pemberian perawatan kesehatan. Berikut
kutipannya:
“…kesadaran dari orang tuanya yang masih kurang terhadap
anaknya. Jika berat badannya naik, berarti 4 pola sudah
dijalankan. Kalo status gizinya kurang atau buruk walau anak naik
berat badannya, harus ikut terus karena kalo naik belum tentu bisa
langsung pindah status gizinya.” (Informan Ibu Sr)
5.2.3.2 Penggunaan Pelayanan Utama Pos Gizi
Berdasarkan indikator kegiatan Pos Gizi pada bagian tipe hasil
penggunaan pelayanan utama Pos Gizi, indikator yang dilihat meliputi
anak malnutrisi yang memenuhi syarat untuk ikut Pos Gizi, anak
malnutrisi yang ikut serta dalam kegiatan Pos Gizi, dan para pengasuh
(ibu, nenek) yang hadir di Pos Gizi.
a) Indikator Anak Malnutrisi yang Memenuhi Syarat untuk Ikut Pos Gizi
Berdasarkan hasil observasi dan sesuai dengan hasil telaah
dokumen yang dilakukan di masing-masing Pos Gizi didapatkan
bahwa peserta yang mengikuti kegiatan Pos Gizi di masing-masing
desa binaan adalah balita yang berat badannya di bawah garis merah
(BGM) dan dibawah garis kuning (BGK) yang status gizinya berada di
gizi kurang (underweight) dan berat badan sangat kurang (severely
underweight) dengan rentang usia antara 13-58 bulan. Dapat dilihat
pada Tabel 5.11 diketahui bahwa rata-rata umur balita yang mengikuti
kegiatan Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo adalah 33,2 bulan dengan
standar deviasi 11,7 bulan, sedangkan pada Tabel 5.12 diketahui
bahwa rata-rata umur balita yang mengikuti kegiatan Pos Gizi Bintang
173
di Kelurahan Cisauk adalah 30,4 bulan dengan standar deviasi 11,6
bulan.
b) Indikator Anak Malnutrisi yang Ikut Serta dalam Kegiatan Pos Gizi
Berdasarkan hasil observasi dan sesuai dengan telaah dokumen
yang dilakukan di masing-masing Pos Gizi, didapatkan bahwa peserta
yang ikut serta dalam kegiatan Pos Gizi sebanyak 29 balita dengan 20
balita berstatus gizi kurang (underweight) dan berat badan sangat
kurang (severely underweight) serta sembilan balita berstatus gizi baik.
Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.11 diketahui bahwa anak
malnutrisi yang ikut serta dalam kegiatan Pos Gizi Mekar di Desa
Cibogo yang dilihat dari status gizi sebelum kegiatan Pos Gizi pada
hari pertama yaitu sebanyak 6 balita (66,7%) berstatus berat badan
sangat kurang (severely underweight) dan 3 balita (33,3%) berstatus
gizi kurang (underweight), sedangkan pada Tabel 5.12 diketahui
bahwa anak malnutrisi yang ikut serta dalam kegiatan Pos Gizi
Bintang di Kelurahan Cisauk yang dilihat dari status gizi sebelum
kegiatan Pos Gizi pada hari pertama yaitu sebanyak 2 balita (18,2%)
berstatus berat badan sangat kurang (severely underweight) dan 9
balita (81,8%) berstatus gizi kurang (underweight).
c) Indikator Para Pengasuh Hadir di Pos Gizi
Berdasarkan hasil observasi dan sesuai dengan hasil telaah
dokumen laporan kegiatan Pos Gizi di dua desa binaan Puskesmas
Cisauk, didapatkan bahwa sebanyak 19 ibu balita yang menghadiri
174
kegiatan Pos Gizi dari 20 balita berstatus gizi kurang (underweight)
dan berat badan sangat kurang (severely underweight) yang mengikuti
kegiatan Pos Gizi. Dari 19 ibu balita diketahui bahwa satu ibu balita
mempunyai anak tiga, namun dua balita yang menjadi peserta kegiatan
Pos Gizi. Berikut ini tabel kehadiran ibu balita atau pengasuh dalam
kegiatan Pos Gizi.
Tabel 5.24 Kehadiran Ibu Balita/Pengasuh dalam Kegiatan Pos
Gizi Tahun 2016
Kehadiran Ibu
Balita/Pengasuh
Pos Gizi Mekar
di Desa Cibogo
n (%)
Pos Gizi Bintang di
Kelurahan Cisauk
n (%)
Hadir 8 (100) 11 (100)
Total 8 (100) 11 (100)
Sumber: Data primer
Berdasarkan Tabel 5.24 diketahui bahwa kehadiran ibu
balita/pengasuh dalam kegiatan Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo
sebanyak 8 ibu balita yang hadir (100%). Sedangkan kehadiran ibu
balita/pengasuh dalam kegiatan Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk
sebanyak 11 ibu balita yang hadir (100%).
5.2.4 Keterkaitan antara Pencapaian Tujuan Pertama dari Pos Gizi dilihat
dari Komponen Output terhadap Komponen Input dan Proses dari
Kegiatan Pos Gizi
Evaluasi kegiatan Pos Gizi ini bertujuan untuk melihat tercapainya
tujuan pertama dari Pos Gizi yaitu memulihkan anak-anak kurang gizi yang
diidentifikasi di dalam masyarakat dengan cepat dilihat dari output (status
kesehatan dilihat dari kenaikan berat badan dan penggunaan pelayanan utama
175
Pos Gizi). Pencapaian tujuan pada komponen output ini dipengaruhi oleh
komponen input (man, money, material dan machine, method, dan market)
dan komponen proses (tahap persiapan, tahap pelaksanaan kegiatan, dan tahap
tindak lanjut kegiatan). Keterkaitan antara pencapaian tujuan pertama dari Pos
Gizi yang dilihat dari komponen output terhadap komponen input dan proses
dari kegiatan Pos Gizi digambarkan dengan menggunakan fishbone diagram.
Berikut ini fishbone diagram pada kedua Pos Gizi.
176
Bagan 8 Diagram Fishbone Keterkaitan antara Pencapaian Tujuan Pertama dari Pos Gizi yang dilihat dari Komponen
Output terhadap Komponen Input dan Proses dari Kegiatan Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo
Masih belum
tercapainya
tujuan
pertama dari
Pos Gizi
dalam
pemulihan
anak kurang
gizi
Man
Tahap Tindak
Lanjut
Tahap
Pelaksanaan
Tahap
Persiapan
Money Material dan
Machine Method
Belum
diterapkan
pendekatan
PD
Timbangan BB
rusak, tidak
lengkapdan tidak
dapat digunakan
Tidak ada
kontribusi
bahan makanan
Tidak memiliki fasilitas cuci
tangan
Rendahnya
kemampuan
kader terlatih Tidak ada alat ukur
kunjungan rumah
Penggunaan
dana
dicukupkan
dengan dana
yang ada
Kader tidak
memberitahukan
untuk membawa
kontribusi bahan
makanan
Kader tidak
melakukan
praktek kebersihan
Kader tidak
melakukan
penimbangan BB
Ibu balita tidak membawa
kontribusi bahan makanan
Kader tidak
melakukan
penyuluhan kesehatan
Ibu balita tidak terlibat proses memasak
Kader tidak melakukan
kunjungan rumah
Pemantauan berat
badan dilakukan di
Posyandu
Market
Penyampaian
informasi terkait
Pos Gizi dilakukan
di Posyandu
177
Bagan 9 Diagram Fishbone Keterkaitan antara Pencapaian Tujuan Pertama dari Pos Gizi yang dilihat dari Komponen
Output terhadap Komponen Input dan Proses dari Kegiatan Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk
Masih belum
tercapainya
tujuan
pertama dari
Pos Gizi
dalam
pemulihan
anak kurang
gizi
Man
Tahap Tindak
Lanjut
Tahap
Pelaksanaan
Tahap
Persiapan
Money Material dan
Machine Method
Belum diterapkan
pendekatan
PD
Ada alat
timbang BB
Tidak ada kontribusi
bahan makanan
Fasilitas cuci
tangan tidak
berfungsi/rusak
Rendahnya
kemampuan
kader terlatih Tidak ada alat ukur
kunjungan rumah
Penggunaan dana
dicukupkan
dengan dana
yang ada
Kader tidak
memberitahukan
untuk membawa
kontribusi bahan
makanan
Kader tidak
melakukan praktek
kebersihan
Kader melakukan penimbangan BB
Ibu balita tidak membawa
kontribusi bahan makanan
Kader tidak melakukan
penyuluhan kesehatan
Masih ada ibu balita yang tidak terlibat
proses memasak
Kader tidak melakukan kunjungan rumah
Pemantauan berat
badan dilakukan di
Posyandu
Market
Penyampaian
informasi terkait Pos
Gizi dilakukan di
Posyandu
178
Pada Bagan 8 dan Bagan 9 didapatkan bahwa permasalahan pada
komponen input bagian man yaitu rendahnya kemampuan kader terlatih dalam
hal penimbangan berat badan dan penyuluhan kesehatan. Pada bagian material
dan machine yaitu pada Bagan 8 diketahui bahwa Pos Gizi Mekar di Desa
Cibogo tidak memiliki fasilitas cuci tangan, tidak ada alat penimbangan berat
badan karena alat timbang sudah rusak, tidak lengkap dan tidak dapat
digunakan, tidak ada kontribusi bahan makanan dari ibu balita, dan tidak
memiliki alat ukur untuk kegiatan Pos Gizi seperti lembar kunjungan rumah,
sedangkan pada Bagan 9 diketahui bahwa Pos Gizi Bintang di Kelurahan
Cisauk memiliki fasilitas cuci tangan tetapi alat tidak berfungsi/rusak, tidak
ada kontribusi bahan makanan dari ibu balita, dan tidak memiliki alat ukur
untuk kegiatan Pos Gizi seperti lembar kunjungan rumah.
Permasalahan pada komponen input ini akan mempengaruhi proses
pelaksanaan kegiatan Pos Gizi yaitu belum diterapkannya pendekatan Positive
Deviance (PD) dalam kegiatan Pos Gizi dilihat dari beberapa kegiatan belum
dilaksanakan pada proses pelaksanaan. Masalah pada bagian tahap persiapan
yaitu kader tidak memberitahukan kepada ibu balita untuk membawa
kontribusi bahan makanan. Pada Bagan 8, bagian tahap pelaksanaan Pos Gizi
Mekar di Desa Cibogo tidak melakukan penimbangan berat badan karena alat
timbang tidak ada dan tidak lengkap; ibu balita tidak dilibatkan dalam proses
memasak dan menyiapkan makanan karena kader Pos Gizi Mekar di Desa
Cibogo tidak melibatkan ibu balita dalam proses memasak dan menyiapkan
179
makanan, kader tidak memberitahukan untuk bergantian memasak, dan kader
tidak membuatkan jadwal piket.
Pada Bagan 9, bagian tahap pelaksanaan Pos Gizi Bintang di
Kelurahan Cisauk, masih ada ibu balita yang tidak terlibat dalam proses
memasak dan menyiapkan makanan karena ibu balita datang terlambat. Selain
itu, ibu balita di kedua Pos Gizi tidak membawa kontribusi bahan makanan
karena tidak ada pencatatan yang dilakukan oleh kader untuk kontribusi bahan
makanan; kedua Pos Gizi tidak melakukan praktek kebersihan karena tidak
disediakan sabun dan handuk untuk cuci tangan, tidak ada fasilitas cuci tangan
di Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo, fasilitas cuci tangan tidak dapat
berfungsi/rusak di Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk, dan kader tidak
mempraktekkan bagaimana cara cuci tangan; kedua Pos Gizi tidak melakukan
penyuluhan kesehatan karena ibu balita tidak datang bersama-sama; dan kader
tidak melakukan kunjungan rumah karena tugas kader yang double job dan
jarak rumah ibu balita yang jauh dengan kader.
Komponen input yang mempengaruhi komponen proses dan
keterkaitan keduanya yang saling mempengaruhi satu sama lain akan
mempengaruhi komponen output yaitu masih belum tercapainya tujuan
pertama dari Pos Gizi dalam pemulihan anak kurang gizi.
180
BAB VI
PEMBAHASAN
Bagian pembahasan ini dibagi menjadi dua bagian yaitu keterbatasan
penelitan, dan evaluasi kegiatan Pos Gizi. Evaluasi kegiatan Pos Gizi menjawab
tujuan penelitian yang dibahas dari keterkaitan antara pencapaian tujuan pertama
dari Pos Gizi dilihat dari komponen output terhadap komponen input dan proses
dari kegiatan Pos Gizi untuk melihat tercapainya tujuan pertama dari Pos Gizi
yaitu memulihkan anak-anak kurang gizi yang diidentifikasi di dalam masyarakat
dengan cepat.
6.1 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yang menjadi keterbatasan
penelitian diantaranya sebagai berikut:
a. Kelengkapan alat penimbangan berat badan seperti dacin tidak di cross chek
ulang oleh kader sebelum kegiatan Pos Gizi apakah dapat digunakan atau
tidak.
b. Tidak dapat melihat penyampaian informasi terkait kegiatan Pos Gizi yang
dilakukan oleh kader di Posyandu.
c. Tidak dapat melihat bagaimana proses penyuluhan kesehatan yang dilakukan
oleh kader sehingga tidak dapat menilai kemampuan kader dalam memberikan
penyuluhan kesehatan kepada ibu balita.
d. Tidak dapat melihat bagaimana tindak lanjut yang dilakukan oleh kader oleh
kader di Posyandu setelah pelaksanaan kegiatan Pos Gizi selesai.
181
6.2 Evaluasi Kegiatan Pos Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Cisauk
Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang Tahun 2016
Pembahasan ini mengenai evaluasi kegiatan Pos Gizi yang menjawab
tujuan penelitian yang dijelaskan dari keterkaitan antara pencapaian tujuan
pertama dari Pos Gizi dilihat dari komponen output terhadap komponen input dan
proses dari kegiatan Pos Gizi untuk melihat tercapainya tujuan pertama dari Pos
Gizi yaitu memulihkan anak-anak kurang gizi yang diidentifikasi di dalam
masyarakat dengan cepat.
6.2.1 Keterkaitan antara Pencapaian Tujuan Pertama dari Pos Gizi dilihat
dari Komponen Output terhadap Komponen Input dan Proses dari
Kegiatan Pos Gizi
Tujuan utama kegiatan Pos Gizi adalah meningkatkan status gizi balita
secara mandiri dan berkesinambungan, sedangkan tujuan khususnya adalah
memulihkan anak-anak kurang gizi yang diidentifikasi di dalam masyarakat
dengan cepat, memungkinkan keluarga dapat mempertahankan status gizi
anak di rumah masing-masing secara mandiri, dan mencegah kekurangan gizi
pada anak yang akan lahir kemudian dalam masyarakat dengan merubah
norma masyarakat mengenai perilaku pengasuhan anak, pemberian makan,
dan mencari pelayanan kesehatan (CORE, 2003). Tujuan kegiatan Pos Gizi di
Puskesmas Cisauk sudah sesuai dengan teori CORE (2003).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa masih belum
tercapainya tujuan pertama dari Pos Gizi dalam pemulihan anak kurang gizi
yang dilihat dari komponen output berdasarkan indikator kegiatan Pos Gizi
182
meliputi status kesehatan yang dilihat dari kenaikan berat badan. Belum
tercapainya tujuan pertama dari Pos Gizi karena belum diterapkannya
pendekatan Positive Deviance (PD) dalam kegiatan Pos Gizi dilihat dari
beberapa kegiatan belum dilaksanakan pada proses pelaksanaan serta ada
masalah yang terjadi pada komponen input yang keduanya saling berkaitan
satu sama lain sehingga mempengaruhi output yang dihasilkan. Berikut
pembahasannya.
6.2.1.1 Status Kesehatan dilihat dari kenaikan Berat Badan
Berdasarkan hasil observasi dan telaah dokumen didapatkan bahwa
dari 20 balita peserta kegiatan Pos Gizi di kedua desa, sebanyak 17 balita
(85%) yang tidak lulus dengan kenaikan berat badan kurang dari 400
gram. Kenaikan berat badan menandakan bahwa proses yang dilakukan
dalam kegiatan Pos Gizi berjalan dengan baik apabila ibu balita dapat
menerapkan apa yang diajarkan pada saat Pos Gizi di rumah masing-
masing. Berat badan merupakan indikator yang digunakan untuk melihat
pertumbuhan balita (Supariasa, 2001). Tidak terjadinya kenaikan berat
badan menandakan bahwa pada saat proses berlangsung, balita mengalami
penyakit infeksi yang mengakibatkan terjadinya penurunan berat badan.
Didukung dengan penelitian Ayubi, dkk (2013) bahwa kenaikan berat
badan tidak bisa terjadi secara cepat, terutama jika anak memiliki masalah
dalam hal kesehatan dan pola makan.
Berdasarkan observasi dan telaah dokumen didapatkan bahwa
balita yang tidak terjadi kenaikan berat badan disebabkan selama proses
183
pelaksanaan kegiatan Pos Gizi, balita mengalami masalah kesehatan
seperti panas, dan diare kronik yang menyebabkan nafsu makan menjadi
berkurang. Naik atau tidak naik berat badan balita dapat menggambarkan
baik/tidak baiknya ibu dalam mengikuti proses kegiatan Pos Gizi dan
kader dalam melaksanakan kegiatan Pos Gizi. Sejalan dengan penelitian
Normalita (2011) yaitu balita dengan kenaikan berat badan kurang dari
400 gram lebih banyak (5 balita) daripada balita dengan kenaikan berat
badan lebih dari 400 gram (3 balita). Penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian Aulia (2011) bahwa keadaan gizi balita peserta Pos Gizi
sebagian besar membaik dan terjadi pengurangan balita malnutrisi.
Status gizi balita (BB/U) dapat dilihat dari sebelum dan sesudah
mengikuti kegiatan Pos Gizi (Tabel 5.11 dan Tabel 5.12). Berdasarkan
hasil telaah dokumen didapatkan satu balita yang mengalami perubahan
status gizi dari berat badan sangat kurang (severely underweight) menjadi
gizi kurang (underweight). Sejalan dengan penelitian Aryastami (2006)
bahwa pendekatan Positive Deviance dapat meningkatkan status gizi
balita. Meningkatnya perubahan status gizi menyebabkan anak balita yang
tadinya mengalami berat badan sangat kurang (severely underweight)
berpindah posisi menjadi gizi kurang (underweight) dan yang mengalami
gizi kurang (underweight) berpindah posisi menjadi gizi baik.
Menurut CORE (2003), bila anak tidak mengalami pertambahan
berat badan, maka anak tersebut harus dirujuk untuk mendapatkan bantuan
kesehatan dan kader harus mengadakan kunjungan rumah untuk
184
memastikan bahwa kurang makan bukanlah penyebab dari kondisi
tersebut. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa jika balita yang
tidak mengalami pertambahan berat badan, maka harus diikutsertakan
kembali balita yang berat badannya masih kurang dalam kegiatan Pos Gizi
pada sesi berikutnya. Selain itu, kader merujuk balita yang berat badannya
tidak mengalami kenaikan setelah mengikuti kegiatan Pos Gizi ke
Puskesmas. Namun, ibu balita tidak mau membawa anaknya ke
Puskesmas untuk mendapatkan perawatan setelah kader memberikan
rujukan ke Puskesmas untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut.
Setelah kegiatan Pos Gizi berakhir, kader harus melakukan
pemantauan setiap bulan di Posyandu dan melakukan kunjungan rumah
untuk balita yang berat badannya kurang. Berdasarkan hasil observasi
diketahui bahwa tidak dilakukan kunjungan rumah oleh kader untuk balita
yang tidak datang selama kegiatan Pos Gizi dan kunjungan rumah setelah
kegiatan Pos Gizi selesai. Kunjungan rumah dilakukan untuk
mengidentifikasi perilaku pemberian makan, pengasuhan anak, kebersihan
dan mendapatkan pelayanan kesehatan (Buletin Positif Deviance, 2006).
Tidak dilakukannya kunjungan rumah oleh kader menandakan bahwa
setelah proses kegiatan selesai, kader tidak dapat memastikan apakah ibu
balita mempraktekkan perilaku baru yang diajarkan selama di Pos Gizi di
rumah masing-masing.
Menurut Buletin Positive Deviance (2004), tujuan dari kunjungan
rumah adalah untuk memotivasi ibu balita peserta Pos Gizi dalam
185
mempraktekkan perilaku baru yang dipelajari selama 10 hari di Pos Gizi
dan membantu mengatasi hambatan dalam mempraktekkan perilaku baru
tersebut. Tidak dilakukannya kunjungan rumah oleh kader karena
banyaknya tugas kader yang berhubungan dengan kegiatan lain seperti
Posyandu, kegiatan Kelurahan dan lain-lain, sehingga kader tidak
mempunyai waktu untuk melakukan kunjungan rumah, serta jarak rumah
ibu balita yang jauh dari rumah kader.
Untuk dapat memastikan apakah ibu balita mempraktekkan
perilaku baru yang diajarkan di Pos Gizi selama 10 hari, sebaiknya kader
melakukan kunjungan rumah secara aktif dan rutin setelah kegiatan Pos
Gizi berakhir kepada balita yang tidak mengalami kenaikan berat badan
dan balita yang tidak datang pada sesi Pos Gizi. Kader yang melakukan
kunjungan rumah adalah kader yang rumahnya berdekatan dengan ibu
balita yang mengalami masalah kesehatan selama kegiatan Pos Gizi.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kader bertindak
sebagai pelaksana kegiatan Pos Gizi. Keberadaan kader dalam kegiatan
Pos Gizi merupakan sumber daya yang paling penting untuk kegiatan Pos
Gizi (CORE, 2003). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa tidak
semua kader mendapatkan dan mengikuti pelatihan tentang Pos Gizi yang
diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.
Pelatihan kader merupakan sarana penting untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dalam kegiatan Pos Gizi (Fitri dan
Mardiana, 2011). Pelatihan kader dilakukan untuk meningkatkan
186
kemampuan kader dalam mengelola dan menyampaikan pelayanan kepada
masyarakat. Selain itu, dari pelatihan tersebut dapat meningkatkan
keterampilan dalam menentukan kebutuhan sasaran, berkomunikasi
dengan masyarakat dan menentukan penggunaan metode media diskusi
yang lebih partisipatif (Tim Penggerak PKK Pusat, 1999 dalam Sukiarko,
2007). Kader yang terampil akan sangat membantu dalam kegiatan Pos
Gizi, sehingga informasi dan pesan kesehatan dapat mudah disampaikan
kepada ibu balita (Fitri dan Mardiana, 2011).
Berdasarkan hasil telaah dokumen didapatkan bahwa pada Pos Gizi
Mekar di Desa Cibogo dari sembilan orang kader yaitu sebanyak enam
orang kader terlatih namun hanya empat orang kader terlatih yang datang
dalam kegiatan Pos Gizi, sedangkan pada Pos Gizi Bintang di Kelurahan
Cisauk dari sembilan orang kader yaitu sebanyak satu orang kader yang
terlatih. Hal ini menunjukkan bahwa kader terlatih yang mendapatkan
pelatihan masih kurang sehingga menyebabkan rendahnya kemampuan
kader terlatih dalam kegiatan Pos Gizi.
Kemampuan kader dapat dilihat dari keterampilan kader selama
kegiatan Pos Gizi seperti keterampilan dalam melakukan penimbangan
berat badan, memberikan penyuluhan kesehatan, dan menyusun menu
makanan. Keterampilan kader ini berhubungan dengan kemampuan kader
dalam melaksanakan tugas atau kegiatan selama pelaksanaan kegiatan Pos
Gizi. Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa pada saat
pelaksanaan, kader tidak melakukan penimbangan berat badan.
187
Penimbangan perlu dilakukan untuk memantau pertumbuhan balita dan
untuk mengetahui kenaikan berat badan. Berat badan merupakan indikator
antropometri yang paling sering digunakan pada bayi dan balita untuk
melihat laju pertumbuhan fisik dan status gizi. Pengukuran antropometri
yang dilakukan kader dalam kegiatan Pos Gizi adalah pengukuran berat
badan menurut umur (BB/U) (Supariasa, 2001).
Tidak dilakukannya penimbangan berat badan menandakan bahwa
tidak dilakukannya proses yang penting untuk memantau pertumbuhan
balita. Salah satu Pos Gizi yang tidak melakukan penimbangan berat badan
adalah Pos Gizi Mekar di Desa Cibogo. Tidak melakukan penimbangan
berat badan oleh kader karena alat penimbangan dacin tidak ada dan
lengkap. Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa kondisi sarana alat
penimbangan beberapa sudah ada yang rusak dan tidak dapat digunakan
seperti timbangan bayi, timbangan dacin tidak lengkap hanya ada bandul
geser, dan timbangan badan sedang digunakan di Poskesdes.
Selain itu, tidak adanya pemantauan dari Tenaga Pelaksana Gizi
(TPG) Puskesmas Cisauk untuk penimbangan berat badan. Penimbangan
berat badan ini dapat mempengaruhi output yang dihasilkan, sehingga
output yang dihasilkan tersebut dapat menjadi masalah karena proses
penimbangan tidak dilakukan. Untuk mengatasi tidak adanya alat
penimbangan berat badan, sebaiknya kader memberitahukan kepada pihak
Puskesmas untuk mengganti alat penimbangan yang sudah rusak dalam
188
kegiatan Pos Gizi dengan alat penimbangan yang layak digunakan agar
dapat memudahkan kader dalam melakukan penimbangan.
Pendekatan Positive Deviance yang digunakan dalam kegiatan Pos
Gizi dapat dilihat dari kader dan ibu balita/pengasuh yang akan
mempraktekkan berbagai perilaku baru dalam hal memasak, pemberian
makanan, kebersihan dan pengasuhan anak. Kader secara aktif akan
melibatkan para ibu balita/pengasuh dalam proses pemulihan dan
pembelajaran (CORE, 2003). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
bahwa ibu balita tidak terlibat dalam proses memasak dan menyiapkan
makanan. Salah satu Pos Gizi yang tidak melibatkan ibu balita dalam
proses memasak dan menyiapkan makanan adalah Pos Gizi Mekar di Desa
Cibogo. Memasak merupakan bagian dari proses praktek perilaku yang
dilakukan oleh ibu balita dalam membuat makanan yang bergizi pada
kegiatan Pos Gizi.
Tidak dilibatkannya ibu balita dalam proses memasak dan
menyiapkan makanan karena kader tidak melibatkan ibu balita dalam
proses memasak dan menyiapkan makanan sehingga ibu balita tidak ikut
serta dalam proses memasak. Selain itu, kader tidak memberitahukan ibu
balita untuk bergantian dalam memasak dan tidak adanya jadwal piket
memasak untuk ibu balita yang dibuat oleh kader, sehingga proses
memasak dilakukan oleh kader sendiri di rumah kader.
Pada pelaksanaan kegiatan Pos Gizi Bintang di Kelurahan Cisauk,
masih ada ibu balita yang tidak terlibat langsung dalam proses memasak
189
dan menyiapkan makanan. Padahal kader sudah memberitahukan setiap
hari sebelum pulang dan kader sudah membuatkan jadwal piket memasak
untuk ibu balita. Namun, masih ada ibu balita yang tidak terlibat dalam
proses memasak karena pada saat pelaksanaan ibu balita datang terlambat
dan sibuk dengan pekerjaan di rumah yang belum selesai.
Untuk meningkatkan keterlibatan ibu balita dalam proses
memasak, sebaiknya kader memotivasi ibu balita agar mau memasak
dengan cara memasak menu yang bervariasi, melibatkan ibu balita dalam
proses penyusunan menu makanan yang akan dimasak, dan membuatkan
jadwal piket untuk memasak.
Setiap sesi pelaksanaan kegiatan Pos Gizi, ibu balita menyiapkan
makanan padat energi dan memberi makan anak dibawah bimbingan
kader. Selain itu, ibu balita juga dapat belajar mengenai makanan bergizi.
Makanan tambahan diperlukan untuk masa pemulihan anak yang kurang
gizi yang dihidangkan setiap hari selama kegiatan dua minggu. Menurut
WHO, selama masa pemulihan, setiap anak harus menerima antara 150-
220 kalori per kilogram berat badan per hari. Apabila seorang anak makan
kurang dari 130 kalori per kilogram berat badan tiap hari, maka tidak bisa
terjadi pemulihan. Oleh karena itu, kegiatan Pos Gizi harus berusaha
menciptakan menu Pos Gizi yang mengandung 600-800 kalori tiap hari
dengan 25-27 gram protein untuk setiap anak (CORE, 2003).
Menu dalam kegiatan Pos Gizi harus terdiri dari makanan kecil
yang bergizi, tidak mengenyangkan untuk anak selama menunggu ibu
190
memasak, menyertakan makanan Positive Deviance (PD) misalnya buah-
buahan, sayuran, udang, minyak atau kacang-kacangan. Selain itu, harus
menyediakan beragam cara menyiapkan makanan, menggunakan bahan
makanan yang tersedia secara lokal, menggunakan makanan yang kaya
akan vitamin A, besi, dan mikronutrien, menggunakan produk hewani dan
minyak. Kemudian setelah itu memastikan bahwa semua kelompok
makanan tersebut terdapat pada setiap hidangan makanan (CORE, 2003).
Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa menu makanan
yang disajikan sudah cukup mengandung sumber protein, namun pada Pos
Gizi Bintang menu makanan masih kurang mengandung sumber protein
(menu makanan terdapat pada lampiran 13). Jenis menu makanan
diberikan dalam kegiatan Pos Gizi adalah menu makanan sehari-sehari
yang bervariasi, praktis dan sesuai untuk balita dengan bahan makanan
lokal yang mudah didapat sehingga ibu balita dapat mempraktekkannya di
rumah masing-masing. Selain itu, kader juga tidak memperhitungkan
kalori pada menu makanan yang dimasak.
Untuk memudahkan kader dalam memperhitungkan kalori menu
makanan yang dibuat, sebaiknya Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas
menyederhanakan patokan kalori pada menu makanan yang akan dibuat,
sehingga sebelum memulai kegiatan Pos Gizi, kader bersama dengan ibu
balita sudah menyiapkan terlebih dahulu masakan apa yang akan dimasak
selama kegiatan Pos Gizi. Selain itu, untuk meningkatkan kepadatan
kandungan kalori dalam makanan baik makanan besar dan makanan kecil
191
di dalam kegiatan Pos Gizi harus diperkaya dengan menambahkan kacang-
kacangan atau minyak. Menambahkan minyak dalam semangkuk bubur
dapat meningkatkan kandungan kalori sehingga dapat mengurangi hingga
setengah volume bubur yang harus dikonsumsi oleh setiap anak (Aulia,
2011).
Menurut CORE (2003), kegiatan Pos Gizi mengharuskan ibu
balita/pengasuh untuk membawa kontribusi bahan makanan. Berdasarkan
hasil penelitian didapatkan bahwa semua ibu balita di kedua Pos Gizi tidak
membawa kontribusi bahan makanan selama kegiatan Pos Gizi
berlangsung. Ibu balita diharuskan membawa kontribusi bahan makanan
lokal untuk belajar mengumpulkan bahan makan Positive Deviance (PD)
dan mengolahnya menjadi hidangan yang bergizi. Apabila ibu balita tidak
membawa kontribusi bahan makanan Positive Deviance (PD), maka ibu
balita tidak diperbolehkan untuk menghadiri sesi Pos Gizi (CORE, 2003).
Tidak dibawanya kontribusi bahan makanan oleh ibu balita karena
pada tahap persiapan kader tidak memberitahukan ibu untuk membawa
kontribusi bahan makanan selama kegiatan Pos Gizi. Berdasarkan hasil
penelitian didapatkan bahwa ibu balita tetap dapat menghadiri sesi Pos
Gizi tanpa membawa kontribusi bahan makanan. Tidak dibawanya
kontribusi bahan makanan oleh ibu balita menandakan bahwa selama
proses kegiatan ibu balita tidak dapat belajar mengumpulkan makanan
yang sesuai dengan Positive Deviance (PD).
192
Untuk meningkatkan kesadaran ibu dalam membawa kontribusi
bahan makanan saat pelaksanaan kegiatan Pos Gizi, sebaiknya kader
memotivasi ibu balita untuk membawa kontribusi bahan makanan dengan
melakukan pencatatan kontribusi bahan makanan yang dibawa oleh ibu
balita sehingga kader dapat melakukan pemantauan.
Menurut CORE (2003), terdapat sarana penunjang untuk
melakukan demonstrasi praktek mencuci tangan yaitu harus ada sabun,
baskom, dan handuk. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa
kedua Pos Gizi tidak melakukan praktek kebersihan diri. Praktek
kebersihan diri merupakan bagian dari proses yang dilakukan untuk
mengajarkan perilaku kebersihan kepada ibu balita dan balita seperti
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dengan menggunakan sabun.
Tidak dilakukannya praktek kebersihan diri di kedua Pos Gizi
karena selama pelaksanaan kegiatan Pos Gizi, tidak terlihat alat yang
menunjang untuk melakukan praktek kebersihan seperti tidak
disediakannya sabun dan handuk untuk melakukan praktek cuci tangan.
Selain itu, tidak terdapat fasilitas cuci tangan di Pos Gizi Mekar di Desa
Cibogo dan terdapat fasilitas cuci tangan pada Pos Gizi Bintang di
Kelurahan Cisauk namun fasilitas tidak berfungsi/rusak. Berdasarkan hasil
observasi didapatkan bahwa kader tidak mempraktekkan bagaimana cara
melakukan cuci tangan dengan benar.
Untuk menerapkan dan memotivasi ibu balita dalam praktek
kebersihan dalam kegiatan Pos Gizi, sebaiknya kader memperbaiki alat
193
yang digunakan untuk memfasilitasi praktek cuci tangan dan kader harus
dilatih kembali bagaimana cara praktek cuci tangan yang benar. Sejalan
dengan penelitian Luciasari, dkk (2011) yaitu kebiasaan mencuci tangan
sangat berhubungan dengan kejadian status gizi kurang.
Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa kedua Pos Gizi
tidak melakukan penyuluhan kesehatan. Penyuluhan merupakan
komponen utama dalam program gizi yang bertujuan untuk memberikan
informasi kepada ibu balita/pengasuh mengenai cara mengubah status gizi
anak dan dampak positif terhadap angka pertumbuhan anak (CORE,
2003). Penyuluhan adalah kegiatan penyampaian informasi dari sumber
informasi kepada seseorang atau sekelompok orang mengenai berbagai hal
yang berkaitan dengan suatu program (Kemenkes RI, 2013).
Tidak dilakukannya penyuluhan kesehatan oleh kader di kedua Pos
Gizi pada sesi terakhir kegiatan Pos Gizi karena ibu balita tidak datang
secara bersama-sama sehingga susah untuk memberikan penyuluhan.
Padahal sebelum kegiatan Pos Gizi pada sesi terakhir ini, Pos Gizi Bintang
di Kelurahan Cisauk telah melakukan penyuluhan kesehatan yang
dilakukan oleh kader ataupun petugas kesehatan pada waktu sebelum atau
sesudah kegiatan pemberian makan.
Kegiatan penyuluhan dapat dilakukan secara perorangan,
kelompok melalui diskusi kelompok terarah, simulasi, demontrasi/praktik
yang melibatkan peserta (Kemenkes RI, 2013). Penyuluhan juga dapat
dilakukan secara langsung kepada ibu balita dan masyarakat sekitar
194
(CORE, 2003). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa selama
pelaksanaan kegiatan Pos Gizi, kedua Pos Gizi melakukan diskusi atau
tatap muka dengan ibu balita untuk menanyakan bagaimana
perkembangan balita. Diskusi tersebut tidak dilakukan setiap hari oleh
kader dan tidak disesuaikan dengan tema materi yang sudah ada. Menurut
Notoatmodjo (2011), metode diskusi kelompok cocok digunakan apabila
peserta kegiatan kurang dari 20 orang.
Penyuluhan pesan kesehatan yang diberikan akan menghasilkan
perubahan pada peningkatan pengetahuan ibu. Meningkatnya pengetahuan
ibu akan berpengaruh pada perilaku yang akan mempengaruhi hasil yang
akan dicapai (Notoadmodjo, 2011). Pendidikan kesehatan dalam kegiatan
Pos Gizi tidak bisa disampaikan melalui metode pengajaran satu arah,
melainkan ibu balita harus dipandu secara perlahan untuk mempelajari
bagaimana cara mengasuh anak dengan serangkaian pengalaman selama
beberapa minggu mengikuti kegiatan Pos Gizi. Pendidikan kesehatan ini
lebih mengutamakan praktek selama kegiatan Pos Gizi, tanya-tanya dan
diskusi kelompok. Metode pembelajaran kegiatan Pos Gizi merupakan
metode dengan Praktek/Perilaku (Practice), Sikap (Atttitude), dan
Pengetahuan (Knowledge) yang berfokus pada merubah perilaku untuk
merubah cara berpikir (CORE, 2003).
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan ibu
balita di kedua Pos Gizi masih dikatakan baik dalam hal pemberian
makan, kebersihan, pencarian dan pemberian perawatan kesehatan dan
195
kurang gizi (Tabel 5.17 dan Tabel 5.18), sedangkan perilaku ibu balita
masih dikatakan cukup baik (Tabel 5.19 dan Tabel 5.20). Hal ini dapat
disimpulkan bahwa terjadinya perubahan perilaku apabila pengetahuan ibu
sudah baik. Sejalan dengan penelitian Salam, dkk (2015) yaitu
peningkatan pengetahuan ibu terjadi karena adanya intervensi berupa
penyuluhan dan diskusi pengalaman dari sesama peserta dalam kegiatan
kelas gizi.
Upaya perubahan perilaku kesehatan tidak hanya ditekankan pada
upaya penyuluhan yang berguna untuk meningkatkan pengetahuan saja
tetapi harus ada sarana dan prasarana penunjang yang akan mewujudkan
perubahan perilaku tersebut (Notoadmodjo, 2011). Berdasarkan hasil
observasi didapatkan bahwa tidak ada alat ukur yang digunakan untuk
mengukur keberhasilan kegiatan penyuluhan kesehatan. Untuk dapat
memudahkan dalam evaluasi, sebaiknya pihak Puskesmas membuat alat
ukur yang dapat digunakan selama kegiatan Pos Gizi.
Pendekatan Positive Deviance ini seharusnya berkesinambungan
karena perilaku baru dipraktekkan terus-menerus setelah kegiatan Pos
Gizi. Program Pemulihan dan Pendidikan Gizi dengan menggunakan
metode PD, tidak hanya merubah perilaku keluarga secara individu tetapi
juga merubah cara berpikir masyarakat terhadap masalah kekurangan gizi
dan bagaimana menggunakan kemampuan yang ada untuk merubah situasi
dengan menggunakan bahan-bahan yang ada di tempat (Buletin Positive
Deviance, 2004). Untuk dapat terjadinya perubahan perilaku, sebaiknya
196
kader secara rutin memberikan penyuluhan pesan kesehatan kepada ibu
balita dengan tema yang sudah ditetapkan pada Pos Gizi serta melakukan
diskusi bersama sesuai dengan tema pesan kesehatan yang akan diberikan
pada kegiatan Pos Gizi.
Perubahan perilaku dapat dilihat saat kegiatan Pos Gizi
berlangsung dan dapat dilihat melalui kunjungan rumah dimana ibu balita
mempraktekkan perilaku baru yang didapatkan dari kegiatan Pos Gizi
(CORE, 2003). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa kegiatan
monitoring kunjungan rumah untuk balita yang tidak datang selama
kegiatan Pos Gizi yang belum dilakukan oleh kedua Pos Gizi. Monitoring
adalah suatu proses penting dalam suatu kegiatan untuk memantau
pelaksaan yang sedang dilaksanakan (Notoadmodjo, 2011). Monitoring
kunjungan rumah tidak dilakukan oleh kader sehingga tidak dapat
mengevaluasi ibu balita mempraktekkan kebiasaan baru di rumah.
Untuk memantau pertumbuhan balita, sebaiknya pihak Puskesmas
dan Dinas Kesehatan melakukan pemantauan secara rutin selama kegiatan
Pos Gizi agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan baik. Selain itu,
kader juga harus melakukan kunjungan rumah secara aktif kepada anak
yang tidak datang selama kegiatan Pos Gizi dan dapat mengontrol
kebiasaan ibu balita di rumah apakah mempraktekkan perilaku baru yang
sudah diajarkan.
Dapat disimpulkan bahwa kegiatan Pos Gizi yang dilakukan di
kedua desa belum menerapkan pendekatan Positive Deviance (PD) yang
197
dapat dilihat dari beberapa kegiatan Pos Gizi yang tidak dilakukan saat
pelaksanaan dikarenakan kondisi Pos Gizi di kedua desa tidak bagus
sehingga kader mementingkan kegiatan Pos Gizi itu berjalan setiap tahun
tanpa dilakukannya evaluasi setelah kegiatan Pos Gizi untuk memperbaiki
kekurangan yang ada selama kegiatan Pos Gizi.
Padahal kegiatan Pos Gizi ini merupakan upaya bersama antara
petugas kesehatan, kader, ibu balita, dan masyarakat sehingga pelaksanaan
kegiatan ini merupakan tanggung jawab bersama. Adanya masalah-
masalah pada kegiatan Pos Gizi pada proses pelaksanaan dilihat dari
belum berjalannya kegiatan dengan baik dipengaruhi juga oleh input yang
masih kurang memadai. Masalah yang terjadi pada pelaksanaan ini
mempengaruhi output yang dihasilkan sehingga masalah kurang gizi
masih belum dapat diatasi. Untuk mengatasi permasalah tersebut,
sebaiknya pihak Puskesmas setelah kegiatan Pos Gizi selesai harus
melakukan evaluasi kegiatan Pos Gizi agar dapat terus memperbaiki dan
meningkatkan kegiatan Pos Gizi secara berkesinambungan hingga anak
malnutrisi dapat mengalami pemulihan menjadi gizi baik
198
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 SIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah:
a. Kegiatan Pos Gizi dilihat dari input yaitu rendahnya kemampuan kader
terlatih, tidak lengkapnya alat dan fasilitas, penggunaan dana dicukupkan
dengan dana yang tersedia, dan penyebaran informasi terkait Pos Gizi
dilakukan di Posyandu.
b. Kegiatan Pos Gizi dilihat dari proses yaitu belum diterapkannya
pendekatan Positive Deviance (PD) dalam kegiatan Pos Gizi dilihat dari
beberapa kegiatan belum dilaksanakan pada proses pelaksanaan, dan
pemantauan berat badan setelah kegiatan Pos Gizi selesai di Posyandu.
c. Kegiatan Pos Gizi dilihat dari output yaitu masih belum tercapainya tujuan
pertama dari Pos Gizi dalam pemulihan anak kurang gizi.
7.2 SARAN
Saran-saran perbaikan yang terbentuk dari hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut.
7.2.1 Bagi Pengambil Kebijakan (Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk
dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang)
a. Melakukan evaluasi kegiatan Pos Gizi dari kegiatan yang telah
dilaksanakan dan pihak Puskesmas membuat laporan hasil kegiatan Pos
Gizi setelah selesai kegiatan.
199
b. Pihak Puskesmas meningkatkan kemampuan kader dengan mengadakan
pelatihan terkait Positive Deviance (PD).
c. Melakukan pemantauan secara rutin terhadap kegiatan Pos Gizi agar
pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan baik.
d. Pihak Puskesmas menyediakan materi yang akan disampaikan oleh kader
serta membuat media pesan kesehatan yang dapat dimengerti oleh ibu
balita dan membuat alat ukur untuk kegiatan Pos Gizi untuk memudahkan
dalam evaluasi.
7.2.2 Bagi Kader Pos Gizi
a. Kader memberitahukan kepada pihak Puskesmas untuk melengkapi dan
memperbaiki alat dan fasilitas yang tidak lengkap seperti tempat cuci
tangan dan alat penimbangan dalam kegiatan Pos Gizi.
b. Kader memotivasi ibu balita untuk membawa kontribusi bahan makanan
selama kegiatan Pos Gizi dan melakukan pencatatan kontribusi bahan
makanan yang dibawa oleh ibu balita.
c. Kader memotivasi ibu balita dengan cara memasak menu yang bervariasi,
melibatkan ibu balita dalam proses penyusunan menu makanan yang akan
dimasak, dan membuatkan jadwal piket untuk memasak.
d. Kader secara rutin memberikan penyuluhan pesan kesehatan kepada ibu
balita dengan tema yang sudah ditetapkan pada Pos Gizi serta melakukan
diskusi bersama sesuai dengan tema pesan kesehatan yang akan diberikan
pada kegiatan Pos Gizi.
200
e. Kader meningkatkan kunjungan rumah secara aktif, sehingga dapat
mengetahui alasan kenapa balita tidak datang selama kegiatan Pos Gizi,
balita tidak mengalami kenaikan berat badan serta mengontrol perilaku
kebiasaan ibu balita di rumah setelah selesai kegiatan Pos Gizi.
201
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, Wiku. 2007. Sistem Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Almatsier, Sunita. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utami.
Andarina, Dewi dan Sri Sumarmi. 2006. Hubungan Konsumsi Protein Hewani
dan Zat Besi dengan Kader Hemoglobin pada Balita Usia 13-36 Bulan.
The Indonesian Journal of Public Health, Vol.3, No.1, hlm 19–23.
Aryastami, K. 2006. Perbaikan gizi anak balita melalui pendekatan positive
deviance : sebuah uji coba di Kabupaten Cianjur. Universa Medicina,
Vol.25, No.2, hlm 67–74.
Aulia, Ni'matu. 2011. Penilaian Kebermanfaatan Program Pos Gizi di Desa
Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2010.
Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat. FKIK UIN Jakarta.
Ayu, Sri Dara. 2008. Pengaruh Program Pendampingan Gizi terhadap Pola
Asuh, Kejadian Infeksi dan Status Gizi Balita Kurang Energi Protein (The
Effect of Nutritional Outreach Program on Caring Pattern, Infectious
Disease Rates and The Anthropometric Status of Underweight Underfive
Children). Tesis. Semarang: Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro. Ayubi, Dian, Nurdianaturrahma Budi Rahayu, dan Yulianti. 2013. Penerapan
Pendekatan Positive Deviance dalam Menanggulangi Masalah Malnutrisi
pada Balita Melalui Program Pos Gizi. Jurnal IKESMA, Vol.9, No.1, hlm
18-26.
Ayuningtyas, Dumilah. 2014. Kebijakan Kesehatan: Prinsip dan Praktik. Jakarta:
Rajawali Pers.
Baliwati, Yayuk Farida, dkk. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Bertrand, Jane, and Amy Tsui. 1995. Indicators for Reproductive Health Program
Evaluation — MEASURE Evaluation. The University of North Carolina
at Chapel Hill, Carolina Population Center, Evaluation Project, Chapel
Hill, NC.
Bina Gizi dan KIA Kemenkes. 2011. CFC Penatalaksanaan Gizi Buruk di
Mayarakat. Tersedia http://www.gizikia.depkes.go.id/cfc-penatalaksanaan-
gizi-buruk-di-masyarakat/?print=pdf (akses 14 Desember 2015).
BPS Kabupaten Tangerang. 2014. KABUPATEN TANGERANG DALAM
ANGKA TANGERANG REGENCY IN FIGURES 2014. Badan Pusat
Statistik Kabupaten Tangerang.
BPS Kabupaten Tangerang. 2015. KABUPATEN TANGERANG DALAM
ANGKA TANGERANG REGENCY IN FIGURES 2015. Badan Pusat
Statistik Kabupaten Tangerang.
Buletin Positive Deviance. 2006. Pendekatan Pemecahan Masalah Masyarakat
Berbasis Masyarakat (A Community Based Approach to Solving
Community Problems). Bulletin Positive Devince, Vol.2, No.5, hlm 1–12.
Buletin Positive Deviance. 2004. Pendekatan Pemecahan Masalah Masyarakat
Berbasis Masyarakat (A Community Based Approach to Solving
Community Problems). Bulletin Positive Devince, Vol.1, No.3, hlm 1–10.
202
CORE (Child Survival Collaboration and Resources Group, Nutrition Working
Group). 2003. Positive Deviance & Heart: Suatu Pendekatan Perubahan
Perilaku & Pos Gizi: Buku Panduan Pemulihan yang Berkesinambungan
Bagi Anak Malnutrisi. Diterjemahkan oleh PCI (Project Concern
Internasional)-Indonesia, Febuari 2004.
Dahlia, Siti. 2012. Pengaruh Pendekatan Positive Deviance Terhadap
Peningkatan Status Gizi Balita (The Effect of Positive Deviance Approach
Toward the Improvement of Nutrition Status of Children Under Five
Years). Media Gizi Masyarakat Indonesia, Vol. 2, No.1, hlm 1–5.
Data Puskesmas Cisauk. 2016. Data Sasaran Balita Peserta Pos Gizi.
Data Puskesmas Cisauk. 2015. Data Sasaran Balita Peserta Pos Gizi.
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. 2013. Renstra Dinas Kesehatan
Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2018.
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2010. Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Rajawali Press.
Ferawati. 2014. Faktor Resiko Kejadian Kurang Energi Protein (KEP) Pada
Balita (>2-5 TAHUN) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Aur Kabupaten
Pasaman Barat Tahun 2012. Repository Universitas Andalas. Tersedia
http://repository.unand.ac.id/20593/ (akses 14 Desember 2015).
Fitri M, Hida dan Mardiana. 2011. Pelatihan terhadap Keterampilan Kader
Posyandu. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol.7, No.11, hlm 22-27.
Gage, Anastasia J, Disha Ali, and Chiho Suzuki. 2005. A Guide for Monitoring
and Evaluating Child Health Programs. MEASURE Evalution. Carolina
Population Center, University of North Carolina at Chapel Hill.
Handayani, Okti Woro Kasmini, dan Galuh Nita Prameswari. 2012. Daerah
Positive Deviance Sebagai Rekomendasi Model Perbaikan Gizi. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, Vol.7, No.2, hlm 102–109.
doi:10.15294/kemas.v7i2.2804
Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif: Aplikasi untuk Penelitian
Pendidikan, Hukum, Ekonomi & Manajemen, Sosial, Humaniora, Politik,
Agama, dan Filsafat. Jakarta: Gaung Persada (GP Press).
Kemenkes RI. 2015a. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI: Situasi Kesehatan Anak Balita di Indonesia. Kementerian
Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2015b. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI: Situasi dan Analisis Gizi. Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2015c. Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan Tahun
2015. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2014a. Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2013. Buku Panduan KADER POSYANDU Menuju Keluarga
Sadar Gizi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2013a. RISET KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) dalam Angka
Tahun 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2013b. RISKESDAS dalam Angka Provinsi Banten 2013. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
203
Kemenkes RI. 2011a. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian
Status Gizi Anak. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan
Anak.
Kemenkes RI. 2011b. Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan
Tambahan Pemulihan Bagi Balita Gizi Kurang (Bantuan Operasional
Kesehatan). Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.
Luciasari, Erna, dkk. 2011. Faktor-Faktor Penyimpangan Positif (Positive
Deviance) Status Gizi Balita pada Keluarga Miskin di Kabupaten Gizi-
Kurang Rendah dan Tinggi di Provinsi Sulawesi Selatan. PGM, Vol. 34,
No. 2, hlm 114-122.
Maulana, Surya, Bambang Supriyono, dan Hermawan. 2014. Evaluasi
Penyediaan Layanan Kesehatan di Daerah Pemekaran dengan Metode
CIPP (Studi pada Pemerintah Daerah Kabupaten Tana Tidung).
WACANA J. Sos. Dan Hum. Vol.16, No.4, hlm 186–196. Menkes RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
155/Menkes/Per/I/2010 Tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS)
Bagi Balita. Tersedia http://gizi.depkes.go.id/wp-
content/uploads/2012/05/Pedoman-Penggunaan-KMS_SK-Menkes.pdf.
Normalita, Hapsari. 2011. Analisis Perubahan Status Gizi Balita pada
Pelaksanaan Pos Gizi Bulan Januari di Pos Gizi Flamboyan 2 Kelurahan
Pengasinan Kecamatan Sawangan Kota Depok Tahun 2011. Skripsi.
Peminatan Gizi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Notoadmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta:
Rineka Cipta.
Pahlevi, Andriani Elisa. 2014. DETERMINAN STATUS GIZI PADA SISWA
SEKOLAH DASAR. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.7, No.2, hlm 122–
126. doi:10.15294/kemas.v7i2.2807
PDRC. 2016. Kabar PD: Pelaksanaan Pos Gizi di Kabupaten Tangerang.
Tersedia http://www.pdrc.or.id/index.php/en/news/323-kabar-pd-pelaksanaan-pos-gizi-di-kabupaten-tangerang
Proverawati, Atikah dan Siti Asfuah. 2009. Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Puskesmas Cisauk. Materi Revitalisasi Pos Gizi (Bentuk PPT).
Rahim, Fitria Kurnia. 2014. Faktor Risiko Underweight Balita Umur 7-59 Bulan.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.9, No.2, hlm 115–121.
doi:10.15294/kemas.v9i2.2838
Rahmadini, Nurani, Trini Sudiarti, Diah Mulyawati Utari. 2013. Status Gizi Balita
Berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure. Kesmas Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol.7, No.2, hlm 538–544.
Rustam. 2012. Evaluasi Pelaksanaan Program Pemberian Makanan Pendamping
Air Susu Ibu (MP-ASI) (Studi Kasus di Puskesmas Konda Kabupaten
Konawe Selatan). (Tesis). Fakulatas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program
204
Magister Ilmu Kesejahteraan Sosial Peminatan Perencanaan dan Evaluasi
Pembangunan Depok, Depok.
Salam, dkk. 2015. Pengaruh Kelas Gizi Berbasis Positive Deviance terhadap
Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Balita di Bawah Garis
Merah (BGM) di Desa Mantang Kecamatan Batukliang Kabupaten
Lombok Tengah. Jurnal Kesehatan Prima, Vol. 9, No. 1, hlm 1412-1418.
Stufflebeam, D.L. 1971. The Relevance of the CIPP Evaluation Model for
Educational Accountability. The Ohio State University.
Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukiarko, Edy. 2007. Pengaruh Pelatihan dengan Metode Belajar berdasarkan
Masalah terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Kader Gizi dalam
Kegiatan Posyandu: Studi di Kecamatan Tempuran Kabupaten Malang.
Tesis. Program Pascasarjana Universitas Dipnegoro Semarang.
Sumantri, Arif. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kencana.
Supariasa, I Dewa Nyoman, Bachyar Bakri, dan Ibnu Fajar. 2001. Penilaian
Status Gizi. Jakarta: EGC.
Turnip, Frisda. 2008. Pengaruh Positive Deviance pada Ibu dari Keluarga Miskin
terhadap Status Gizi Anak pada Usia 12-24 Bulan di Kecamatan
Sidikalang Kabupaten Dairi Tahun 2007. (Tesis). Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara Medan.
Ulfani, Dian Hani, Drajat Martianto, dan Yayuk Farida Baliwati. 2011. Faktor-
Faktor Sosial Ekonomi dan Kesehatan Masyarakat kaitannya dengan
Masalah Gizi Underweight, Stunted, dan Wasted di Indonesia:
Pendekatan Ekologi Gizi. Jurnal Gizi dan Pangan, Vol.6, No.1, hlm 59–
65.
UNICEF. 1998. The State of the World’s Children 1998. Tersedia
http://www.unicef.org/sowc98/ (akses 14 Desember 2015).
Wirawan. 2011. Evaluasi: Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi-Contoh Aplikasi
Evaluasi Program: Pengembangan Sumber Daya Manusia, Program
Nasional pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri pedesaan,
Kurikulum, Perpustakaan, dan Buku Teks. Jakarta: Rajawali Pers.
WHO Health Organization. 2015. World Health Statistics 2015. World Health
Organization, Switzerland.
WHO Health Organization. 2014. World Health Statistics 2014. World Health
Organization, Switzerland.
WHO. 2010. Nutrition Landscape Information System (NLIS) Country Profile
Indicators Interpretation Guide. Tersedia http://www.who.int/nutrition/nlis_interpretation_guide.pdf
Zhang, Guili, Nancy Zeller, Robin Griffith, Debbie Metcalf, Jennifer Williams,
Christine Shea, and Katherine Misulis. 2011. Using the Context, Input,
Process, and Product Evaluation Model (CIPP) as a Comprehensive
Framework to Guide the Planning, Implementation, and Assessment of
Service-learning Programs. Journal of High Education and Outreach
Engagement, Vol.15, No.4, p.57–84.
205
LAMPIRAN
206
Lampiran 1
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN
EVALUASI KEGIATAN POS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS CISAUK KECAMATAN CISAUK KABUPATEN
TANGERANG TAHUN 2016
Assalamualaikum wr.wb
Perkenalkan saya Yuni Fira Larasaty, mahasiswi Program Studi Kesehatan
Masyarakat Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bermaksud akan melakukan penelitian
mengenai ―Evaluasi Kegiatan Pos Gizi pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang Tahun 2016‖. Penelitian ini
merupakan tugas akhir untuk memenuhi syarat mendapat gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Pada penelitian ini,
peneliti akan memberikan kuesioner kepada responden. Setiap jawaban yang
Bapak/Ibu berikan tidak akan mempengaruhi apapun dan akan terjamin
kerahasiaannya.
Atas bantuan dan kesediaan waktu yang telah Bapak/Ibu berikan, saya ucapkan
terima kasih.
Hormat Saya
Peneliti
(Yuni Fira Larasaty)
207
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya telah membaca dan memahami penjelasan dari peneliti mengenai penelitian
yang berjudul ―Evaluasi Kegiatan Pos Gizi pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Cisauk Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang Tahun 2016‖. Saya
yakin bahwa peneliti akan menjaga kerahasiaan identitas dan jawaban saya
sebagai responden. Oleh karena itu, saya menyatakan secara sukarela
berpartisipasi dalam penelitian ini dan akan memberikan informasi yang sejujur-
jujurnya.
Tangerang, ………………………2016
Responden
( ………………………………………)
208
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
“EVALUASI KEGIATAN POS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS CISAUK KECAMATAN CISAUK KABUPATEN
TANGERANG TAHUN 2016”
Pewawancara : ……………………….....
Nama Ayah : ………………………......
Umur : ………………………......
Pekerjaan : …………………………..
Nama Ibu : …………………………..
Umur : …………………………..
Pendidikan : …………………………..
Pekerjaan : …………………………..
Nama Balita : …………………………..
Tanggal Lahir : …………………………..
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
Umur : ………. bulan
Berat badan balita : BB sebelum mengikuti kegiatan Pos Gizi: ……….. kg
BB sesudah mengikuti kegiatan Pos Gizi : ……….. kg
Kenaikan berat badan sesudah mengikuti kegiatan Pos Gizi: ……… gram
Anak ke : …… dari ……. bersaudara
Alamat : RT: …………… RW: ………….
Desa/Kelurahan: ………………………..
Nama Pos Gizi yang diikuti : …………………..
Kegiatan Pos Gizi yang diikuti : ……… hari (lihat absensi kehadiran)
209
Lampiran 4
KUESIONER PENGETAHUAN
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang ibu pilih
A. PENGETAHUAN GIZI IBU TENTANG PEMBERIAN MAKAN
PERTANYAAN JAWABAN DIISI OLEH
PENELITI
A3 Menurut ibu, mulai umur berapa
bulan bayi baru dapat diberikan
makanan selain ASI?
1. Ketika lahir
2. 4 bulan
3. 6 bulan 4. Tidak tahu
[ ] A3
A4 Menurut ibu, pada usia berapa tahun
anak baru dapat disapih (dihentikan
menyusui)? (1)
1. < 1 tahun
2. 1 - < 2 tahun
3. 2 tahun
4. Tidak tahu
[ ] A4
A5 Makanan pendamping ASI apakah
yang sebaiknya diberikan pertama
kali kepada balita?
1. Nasi tim
2. Makanan lumat/bubur susu
3. Makanan lembek
4. Tidak tahu
[ ] A6
A6 Menurut ibu, apa yang ibu berikan
selama 6 bulan?
1. ASI (Air Susu Ibu) saja
2. ASI dan susu formula
3. Susu formula, air putih atau
makanan lain seperti pisang
dan lain-lain 4. Tidak tahu
[ ] A7
A7 Bagaimana cara menghadapi anak
yang suka meminta dibelikan
makanan jajanan seperti coklat,
permen, kerupuk, dll?
1. Diikuti maunya
2. Kadang diikuti, kadang
tidak
3. Tidak diikuti
4. Tidak tahu
[ ] A8
A8 Berapa kali seharusnya anak diberi
makan dalam sehari?
1. 1-2 kali
2. 3 kali
3. ≥ 3 kali
4. Tidak tahu
[ ] A9
A9 Menurut ibu, pada umur berapa anak
mulai diperkenalkan dengan
makanan keluarga atau makanan
orang dewasa?
1. 6 bulan
2. 1 tahun
3. 2 tahun
4. Tidak tahu
[ ] A10
A10 Berapa kali sebaikanya anak diberikan makanan utama?
1. 1 kali 2. 2 kali
3. 3 kali
4. Tidak tahu
[ ] A11
A11 Menurut ibu, kapan waktu yang tepat
untuk memberikan makanan
cemilan?
1. Sebelum makan
2. Diantara waktu makan
3. Sesudah makan
4. Tidak tahu
[ ] A12
A12 Bagaimana biasanya cara ibu
membersihkan alat makan dan
memasak sebelum dipakai?
1. Menggunakan sabun dan air
mengalir
2. Menggunakan air mengalir
3. Menggunakan sabun dan air
di dalam ember/baskom/bak
4. Tidak tahu
[ ] A13
210
A. PENGETAHUAN GIZI IBU TENTANG PEMBERIAN MAKAN
PERTANYAAN JAWABAN DIISI OLEH
PENELITI
A13 Manakah contoh susunan hidangan
yang baik?
1. Nasi + lauk
2. Nasi + sayur
3. Nasi + lauk/pauk + sayur
4. Tidak tahu
[ ] A14
A14 Bagaimana cara penyiapan bahan
makanan yang baik dan benar?
1. Bahan makanan dipotong
dahulu baru dicuci 2. Bahan makanan di cuci
dahulu lalu dipotong
3. Bahan makanan di langsung
di masak
4. Tidak tahu
[ ] A15
B. PENGETAHUAN GIZI IBU TENTANG KEBERSIHAN
PERTANYAAN JAWABAN DIISI OLEH
PENELITI
B1 Berapa kali anak harus mandi dalam
sehari? (1)
1. Cukup 1 kali
2. 2-3 kali
3. Tidak setiap hari
4. Tidak tahu
[ ] B1
B2 Berapa kali sebaiknya anak
menggosok gigi?
1. 1 kali
2. 2 kali
3. 3 kali
4. Tidak tahu
[ ] B2
B3 Kapan waktu yang baik untuk
menggosok gigi?
1. Pagi hari
2. Malam hari
3. Pagi hari, setelah dan
sesudah makan dan malam hari sebelum tidur
4. Tidak tahu
[ ] B3
B4 Berapa kali anak anda harus
memotong kuku?
1. 2 kali seminggu
2. 3 kali seminggu
3. Seminggu sekali
4. Tidak tahu
[ ] B4
C. PENGETAHUAN GIZI IBU TENTANG PENCARIAN DAN PEMBERIAN
PERAWATAN KESEHATAN
PERTANYAAN JAWABAN DIISI OLEH
PENELITI
C1 Bagaimana cara mengetahui
pertumbuhan anak? (1)
1. Ditimbang setiap bulan
2. Diperiksa ke dokter
3. Diperiksa ke bidan
4. Tidak tahu
[ ] C1
C2 Menurut ibu, apa tanda yang terdapat
di KMS (Kartu Menuju Sehat) jika pertumbuhan berat badan anak naik?
1. Garis pertumbuhan naik
mengikuti salah satu pita warna
2. Garis pertumbuhan
mendatar
3. Garis pertumbuhan menurun
4. Tidak tahu
[ ] C2
C3 Menurut ibu, apa manfaat anak 1. Untuk mengetahui [ ] C3
211
C. PENGETAHUAN GIZI IBU TENTANG PENCARIAN DAN PEMBERIAN
PERAWATAN KESEHATAN
PERTANYAAN JAWABAN DIISI OLEH
PENELITI
ditimbang setiap bulan? kecerdasan anak
2. Untuk mengetahui
pertumbuhan dan status
kesehatan anak
3. Untuk mengetahui daya
tahan tubuh anak 4. Tidak tahu
C4 Menurut ibu, berapa kali sebaiknya
anak ditimbang di Posyandu?
1. 1 kali dalam 2 bulan
2. 1 kali dalam sebulan
3. Jika pada bulan vitamin A
saja
4. Tidak tahu
[ ] C4
C5 Bagaimana cara mengatasi anak yang
diare?
1. Memberikan larutan gula
garam/oralit
2. Memberikan minum
sebanyak-banyaknya
3. Dibawa ke dokter/petugas
kesehatan/Puskesmas
4. Tidak tahu
[ ] C5
C6 Bagaimana cara mengatasi anak yang menderita demam?
1. Mengkompres 2. Memberi obat penurun
panas
3. Dibawa ke petugas
kesehatan/Puskesmas
4. Tidak tahu
[ ] C6
D. PENGETAHUAN GIZI IBU TENTANG KURANG GIZI
PERTANYAAN JAWABAN DIISI OLEH
PENELITI
D1 Menurut ibu, apa arti dari kurang
gizi?
1. Anak kurang energi dan
protein dalam tubuh atau
badannya kurus sekali
2. Anak kurang konsumsi
makanan
3. Anak kurus dan lemah
4. Tidak tahu
[ ] D1
D2 Apa tanda-tanda anak yang
mengalami kekurangan gizi?
1. Balita tampak kurus, lesu,
malas, dan cengeng
2. Balita kurang nafsu makan
3. Balita cengeng dan kurus
4. Tidak tahu
[ ] D2
D3 Menurut ibu, apa akibat dari anak yang mengalami kurang gizi?
1. Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak
normal (terhambat)
2. Pertumbuhan anak
terhambat
3. Perkembangan anak tidak
bertambah
4. Tidak tahu
[ ] D3
D4 Menurut ibu, bagaimana cara 1. Memberikan ASI Eksklusif [ ] D4
212
D. PENGETAHUAN GIZI IBU TENTANG KURANG GIZI
PERTANYAAN JAWABAN DIISI OLEH
PENELITI
pencegahan untuk anak kurang gizi? selama 6 bulan, memberikan
makanan bergizi
2. Memberikan makanan yang
anak minta
3. Tidak memperdulikan
kondisi anak
4. Tidak tahu
D5 Menurut ibu, apa penyebab anak
kurang gizi?
1. Kurang makan, kurang
pendapatan
2. Penyakit infeksi, kurang
makan yang bergizi, pola
asuh yang kurang,
3. Kurang perhatian dari orang tua
4. Tidak tahu
[ ] D5
Sumber:
1. Ayu, Sri Dara. 2008. Pengaruh Program Pendampingan Gizi terhadap Pola Asuh,
Kejadian Infeksi dan Status Gizi Balita Kurang Energi Protein (The Effect of Nutritional Outreach Program on Caring Pattern, Infectious Disease Rates and The
Anthropometric Status of Underweight Underfive Children). Tesis. Semarang:
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.
213
Lampiran 5
KUESIONER PERILAKU IBU TENTANG POLA ASUH
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang ibu pilih
A. PERILAKU PEMBERIAN MAKAN
PERTANYAAN JAWABAN DIISI OLEH
PENELITI
Pertanyaan A1-A12 tentang ASI DAN MP-ASI untuk anak usia 0-23 bulan
A1 Apakah anak pernah disusui atau diberi ASI (Air
Susu Ibu)? (2, 3)
1. Ya
2. Tidak lanjut ke A10 [ ] A1
A2 a. Apakah ketika baru lahir, anak dilakukan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD)? (3)
1. Ya
2. Tidak lanjut ke A3 [ ] A2a
b. Berapa lama ibu dan bayi melakukan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD)? (3)
1. < 1 jam
2. ≥ 1 jam [ ] A2b
A3 Kapan ibu mulai melakukan proses menyusui
untuk pertama kali, setelah anak dilahirkan? (2, 3)
Jika kurang dari 1 jam, tulis 00
Jika kurang dari 24 jam, tulis dalam jam
Jika 24 jam atau lebih, tulis dalam hari
a. ……… jam
[ ] [ ]
A3a
b. ………. hari [ ] A3b
A4 Apa yang dilakukan ibu terhadap kolostrum (ASI yang pertama keluar, biasanya
encer, bening dan atau berwarna kekuning-kuningan)? (2, 3)
[ ] A4 1. Diberikan semua kepada bayi 3. Dibuang semua, kemudian ASI
diberikan kepada bayi
2. Dibuang sedikit kemudian ASI diberikan kepada bayi
8. Tidak tahu
A5 Apakah sebelum disusui yang pertama kali
atau sebelum ASI keluar/lancar, anak
pernah diberi minuman (cairan) atau
makanan selain ASI)? (2, 3)
1. Ya
2. Tidak lanjut ke A7
3. Tidak tahu lanjut ke A7 [ ] A5
A6 Apa jenis minuman/makanan yang pernah diberikan kepada anak sebelum mulai disusui atau
sebelum ASI keluar/lancar? (2, 3)
A6a Susu formula 1. Ya 2. Tidak [ ] A6a
A6b Sus non formula 1. Ya 2. Tidak [ ] A6b
A6c Madu/madu + air 1. Ya 2. Tidak [ ] A6c
A6d Air gula 1. Ya 2. Tidak [ ] A6d
A6e Air tajin 1. Ya 2. Tidak [ ] A6e
A6f Air kelapa 1. Ya 2. Tidak [ ] A6f
A6g Kopi 1. Ya 2. Tidak [ ] A6g
A6h Teh manis 1. Ya 2. Tidak [ ] A6h
A6i Air putih 1. Ya 2. Tidak [ ] A6i
A6j Bubur tepung/bubur saring 1. Ya 2. Tidak [ ] A6j
A6k Pisang dihaluskan 1. Ya 2. Tidak [ ] A6k
A6l Nasi dihaluskan 1. Ya 2. Tidak [ ] A6l
A7 Apakah saat ini anak masih disusui? (2, 3) 1. Ya lanjut ke A9
2. Tidak [ ] A7
A8 Pada umur berapa bulan, anak disapih/mulai tidak
disusui lagi? (2, 3)
Bila tidak tahu, tulis 88
……….. bulan lanjut
ke A10
[ ] [ ] A8
A9 Apakah dalam 24 jam terakhir, anak hanya
mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) saja dan tidak
diberi minuman (cairan) dan atau makanan selain ASI? (2, 3)
1. Ya lanjut ke A12
2. Tidak [ ] A9
214
A. PERILAKU PEMBERIAN MAKAN
PERTANYAAN JAWABAN DIISI OLEH
PENELITI
A10 Pada saat anak umur berapa, ibu pertama kali mulai memberikan minuman
(cairan) atau makanan selain ASI? (3) [ ] A10
1. 0-7 hari 3. 29 hari - < 2 bulan 5. 3 - < 4 bulan 7. ≥ 6 bulan
2. 8-28 hari 4. 2 - < 3 bulan 6. 4 - < 6 bulan 8. Tidak tahu
A11 Apa jenis minuman (cairan) atau makanan selain ASI, yang pertama kali mulai diberikan kepada
anak pada umur tersebut? (3)
A11a Susu formula 1. Ya 2. Tidak [ ] A11a
A11b Susu non formula 1. Ya 2. Tidak [ ] A11b
A11c Bubur formula 1. Ya 2. Tidak [ ] A11c
A11d Biskuit 1. Ya 2. Tidak [ ] A11d
A11e Bubur tepung/bubur saring 1. Ya 2. Tidak [ ] A11e
A11f Air tajin 1. Ya 2. Tidak [ ] A11f
A11g Pisang dihaluskan 1. Ya 2. Tidak [ ] A11g
A11h Bubur nasi/nasi tim/nasi dihaluskan 1. Ya 2. Tidak [ ] A11h
A12 Apakah anak pernah menggunakan
botol/dot/kempengan sebelum usia 6 bulan? (3)
1. Ya 2. Tidak [ ] A12
Pertanyaan untuk usia 24-59 bulan
A13 Apakah saat ini anak masih mendapat ASI? (2) 1. Ya
2. Tidak lanjut ke A15 [ ] A13
A14 Dalam sehari semalam, berapa kali frekuensi
anak mendapatkan ASI? (2)
…………. kali
[ ] [ ]
A14
A15 Apakah saat ini anak mengonsumsi susu formula? 1. Ya 2. Tidak [ ] A15
A16 Bagaimana cara pemberian susu kepada anak?
A16a Botol susu 1. Ya 2. Tidak [ ] A16a
A16b Gelas/cangkir 1. Ya 2. Tidak [ ] A16b
A16c Lain-lain, 1. Ya 2. Tidak [ ] A16c
Sebutkan …………………………………….
A17 Dalam 24 jam terakhir, berapa kali anak
mengonsumsi susu formula?
…….. kali
[ ] [ ]
A17
A18 Apakah anak sudah diperkenalkan makanan
keluarga (nasi, lauk-pauk, sayur, buah)?
1. Ya 2. Tidak [ ] A18
A19 Mulai umur berapa bulan anak diperkenalkan
makanan keluarga (nasi, lauk-pauk, sayur, buah)
oleh ibu?
……….. bulan [ ] [ ]
A19
Pertanyaan untuk usia 6-59 bulan
A20 Apakah anak makan dengan cara disuapi? 1. Ya 2. Tidak [ ] A20
A21 a. Bila anak makan sendiri, apakah ada yang
mengawasi dan mendampingi?
1. Ya 2. Tidak [ ] A21a
b. Siapa yang mengawasi dan mendampingi anak saat makan sendiri? (Jawaban tidak dibacakan)
1. Ibu 3. Nenek/kakek/saudara kandung/kakak
2. Ayah [ ] A21b
A22 Apa yang akan ibu lakukan jika anak tidak mau makan?
A22a Dibujuk terus, disuapi sedikit-sedikit
sambil digendong atau sambil bermain
1. Ya 2. Tidak [ ] A22a
A22b Dipaksa agar mau makan 1. Ya 2. Tidak [ ] A22b
A22c Dibiarkan saja 1. Ya 2. Tidak [ ] A22c
A23 Berapa kali frekuensi pemberian makanan utama
anak dalam sehari?
……….. kali [ ] A23
A24 Berapa kali frekuensi pemberian makanan selingan
anak dalam sehari?
……….. kali [ ] A24
A25 Apa susunan hidangan makanan anak sehari-hari?
215
A. PERILAKU PEMBERIAN MAKAN
PERTANYAAN JAWABAN DIISI OLEH
PENELITI
A25a Nasi + lauk 1. Ya 2. Tidak [ ] A25a
A25b Nasi + sayur 1. Ya 2. Tidak [ ] A25b
A25c Nasi + lauk/pauk + sayur 1. Ya 2. Tidak [ ] A25c
A25d Nasi + lauk/pauk + sayur + buah 1. Ya 2. Tidak [ ] A25d
A26 Setiap anak makan, apakah selalu ada lauk? 1. Ya 2. Tidak [ ] A26
A27 Setiap anak makan, apakah selalu ada sayur? 1. Ya 2. Tidak [ ] A27
A28 Apa yang akan ibu lakukan jika anak tidak mau makan sayur?
A28a Dibujuk dan disuapi terus atau sayur
dicampur makanan kesukaannya
1. Ya 2. Tidak [ ] A28a
A28b Dibiarkan saja 1. Ya 2. Tidak [ ] A28b
A29 Apakah anak selalu sarapan pagi setiap hari? 1. Ya 2. Tidak [ ] A29
A30 a. Apakah anak ibu suka jajan? 1. Ya 2. Tidak [ ] A30a
b. Jajanan apa yang biasa dibeli anak? 1. …………………………………..
2. …………………………………..
3. …………......................................
B. PERILAKU PENGASUHAN BALITA
PERTANYAAN JAWABAN DIISI OLEH
PENELITI
B1 Apakah ayah anak ikut berperan dalam mengasuh
balita?
1. Ya 2. Tidak [ ] B1
B2 Berapa jam waktu yang dihabiskan ayah dalam
satu hari bersama anak?
…………… jam [ ] [ ] B2
B3 Apakah ibu mengawasi anak ketika bermain? 1. Ya 2. Tidak [ ] B3 B4 Apakah ibu sering mengajak anak bermain? 1. Ya 2. Tidak [ ] B4 B5 Siapa yang mengasuh anak, ketika ibu sedang berpergian? (pengasuh kedua)
B5a Tetangga 1. Ya 2. Tidak [ ] B5a B5b Ayah, kakak/saudara kandung, nenek 1. Ya 2. Tidak [ ] B5b B5c Lain-lain 1. Ya 2. Tidak [ ] B5c
Sebutkan ……………………………………
C. PERILAKU KEBERSIHAN BALITA
PERTANYAAN JAWABAN DIISI OLEH
PENELITI
C1 Apakah ibu selalu mencuci tangan dengan sabun? 3
C1a Sebelum menyiapkan makanan 1. Ya 2. Tidak [ ] C1a
C1b Setiap kali tangan kotor (memegang
uang, binatang, berkebun)
1. Ya 2. Tidak [ ] C1b
C1c Setelah buang air besar 1. Ya 2. Tidak [ ] C1c
C1d Setelah menceboki bayi 1. Ya 2. Tidak [ ] C1d
C1e Setelah menggunakan
pestisida/insektisida
1. Ya 2. Tidak [ ] C1e
C1f Sebelum menyusui bayi 1. Ya 2. Tidak [ ] C1f
C2 Dimana anak biasanya buang air besar? (Jawaban tidak dibacakan) (3)
1. Jamban 4. Lubang tanah
2. Kolam/sawah/selokan 5. Pantai/tanah lapang/kebun/halaman
3. Sungai/danau/laut
[ ] C2
C3 Apakah anak biasa menyikat gigi setiap hari? (3) 1. Ya 2. Tidak [ ] C4
C4 Kapan saja anak menyikat gigi? (3)
216
C4a Saat mandi pagi 1. Ya 2. Tidak [ ] C4a
C4b Saat mandi sore 1. Ya 2. Tidak [ ] C4b
C4c Sesudah makan pagi 1. Ya 2. Tidak [ ] C4c
C4d Sesudah bangun pagi 1. Ya 2. Tidak [ ] C4d
C4e Sebelum tidur malam 1. Ya 2. Tidak [ ] C4e
C4f Sesudah makan siang 1. Ya 2. Tidak [ ] C4f
C5 Berapa kali anak mandi dalam sehari? …………….kali [ ] C5
C6 Apakah setiap mandi, anak menggunakan:
C6a Sabun 1. Ya 2. Tidak [ ] C6a
C6b Sampo 1. Ya 2. Tidak [ ] C6b
C7 Apakah ibu selalu mengganti pakaian balita setiap hari?
1. Ya 2. Tidak [ ] C7
C8 Apakah ibu selalu memotong kuku balita? 1. Ya 2. Tidak [ ] C8 C9 Berapa kali ibu memotong kuku balita dalam
seminggu?
…………… kali [ ] C9
C10 Apakah setiap keluar rumah balita selalu
menggunakan alas kaki?
1. Ya 2. Tidak [ ] C10
D. PERILAKU PENCARIAN DAN PEMBERIAN PERAWATAN KESEHATAN
PERTANYAAN JAWABAN DIISI OLEH
PENELITI
D1 Dalam sebulan terakhir, apa anak ibu pernah sakit? 1. Ya lanjut ke D2
2. Tidak lanjut ke D4 [ ] D1
D2 Dalam satu bulan terakhir, berapa kali anak ibu
mengalami sakit?
………….. kali [ ] D2
D3 Gejala penyakit yang diderita anak dalam sebulan terakhir:
D3a Diare 1. Ya 2. Tidak [ ] D3a D3b Batuk 1. Ya 2. Tidak [ ] D3b D3c Flu 1. Ya 2. Tidak [ ] D3c D3d Demam 1. Ya 2. Tidak [ ] D3d
D4 Apakah pada saat diare, anak diatasi dengan
pemberian oralit/pemberian larutan gula
garam/cairan rumah tangga? (1)
1. Ya 2. Tidak
[ ] D4
D5 Tindakan apa yang akan ibu lakukan saat anak mengalami demam:
D5a Mengkompres 1. Ya 2. Tidak [ ] D5a D5b Memberi obat penurun panas 1. Ya 2. Tidak [ ] D5b
D6 Apa yang dilakukan ibu ketika anak tidak mau minum obat?
D6a Dibujuk terus-menerus 1. Ya 2. Tidak [ ] D6a D6b Diberikan dengan mencampurkannya
pada makanan kesukaan
1. Ya 2. Tidak [ ] D6b
D6c Dibiarkan saja 1. Ya 2. Tidak [ ] D6c D7 Apa tindakan ibu ketika anak mengalami diare/demam/batuk/sakit lainnya jika semakin berat?
D7a Dibawa ke petugas
kesehatam,
Puskesmas/RS
1. Ya 2. Tidak
[ ] D7a
D7b Diobati di dukun 1. Ya 2. Tidak [ ] D7b D7c Diobati sendiri 1. Ya 2. Tidak [ ] D7c D7d Dibiarkan saja 1. Ya 2. Tidak [ ] D7d
D8 Apakah anak pernah mendapat
imunisasi? (3)
1. Ya lanjut ke D10
2. Tidak pernah lanjut ke D11
3. Tidak tahu lanjut ke D10 [ ] D8
D9 Apa alasan anak ―tidak pernah‖ mendapat imunisasi? (3)
Jawaban dapat lebih dari sati. Jika lebih dari satu, jumlah kode jawaban [ ] D9
217
D. PERILAKU PENCARIAN DAN PEMBERIAN PERAWATAN KESEHATAN
PERTANYAAN JAWABAN DIISI OLEH
PENELITI
01. Keluarga tidak mengizinkan 08. Tidak tahu tempat imunisasi
02. Takut anak menjadi panas 16. Tempat imunisasi jauh
04. Anak sering sakit 32. Sibuk/repot
D10 Apakah memiliki KMS (Kartu Menuju Sehat)? (3)
[ ] D10 1. Ya, dapat menunjukkan
2. Ya, tidak dapat menunjukkan (disimpan kader/bidan/di Posyandu)
3. Pernah memiliki, tetapi sudah hilang
4. Tidak pernah memiliki
D11 Apakah dalam 6 bulan terakhir, anak ditimbang? (3)
1. Ya
2. Tidak lanjut ke D12 [ ] D11
D12 Dalam 6 bulan terakhir, berapa kali anak
ditimbang? (3)
Jika “Tidak Tahu”, isi kode 88
………. kali [ ] D12
D13 Mengapa dalam 6 bulan terakhir, balita ―tidak pernah ditimbang‖, sebutkan
alasan utamanya: (3) [ ] D13
1. Anak sudah besar (≥ 1 tahun) 4. Bosan kalau hanya ditimbang 7. Tempatnya
jauh
2. Anak sudah selesai imunisasi 5. Lupa/tidak tahu jadwalnya 8. Sibu/repot
3. Anak tidak mau ditimbang 6. Tidak ada tempat penimbangan 9. Malas
Sumber:
1. Depkes RI. 2007. Kuesioner Individu Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
2. Kemenkes RI. 2010. Kuesioner Individu Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
3. Kemenkes RI. 2013. Kuesioner Individu Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
218
Lampiran 6
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
Bagi Tenaga Pelaksana Gizi (TPG), Kader Pos Gizi dan Pemegang Program
Gizi di Dinas Kesehatan
“EVALUASI KEGIATAN POS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS CISAUK KECAMATAN CISAUK KABUPATEN
TANGERANG TAHUN 2016”
Petunjuk Umum Wawancara:
1. Ucapkan terima kasih atas kesediaan diwawancarai.
2. Lakukan perkenalan dua arah, baik peneliti maupun informan mulai dari
nama, umur, pendidikan, pekerjaan, dan jabatan.
3. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara.
4. Wawancara dilakukan oleh peneliti.
5. Dalam diskusi, informan bebas mengeluarkan pendapat.
6. Jelaskan bahwa tidak ada jawaban yang salah dan benar serta dijada
kerahasiaannya, tetapi informan bebas menyampaikan pendapat, pengalaman,
harapan, dan saran yang berkaitan dengan topik wawancara.
7. Catat seluruh pembicaraan
8. Mintalah waktu lain jika informan hanya memiliki waktu yang terbatas saat
itu.
Pelaksanaan:
Hari/Tanggal : ………………………..
Nama Pewawancara : ………………………..
Lamanya : ………………………..
Karakteristik Informan
1. Nama Informan : ……………………………………..
2. Pendidikan Terakhir : ……………………………………..
3. Tempat/Tanggal Lahir : ……………………………………..
4. Alamat Informan : ……………………………………..
5. Telepon : ……………………………………..
6. Email : ……………………………………..
7. Lamanya bekerja : ……………………………………...
219
Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) dan Kader Pos Gizi
Pokok Bahasan:
1. Input
a. Man
1) Berapa jumlah SDM (sumber daya manusia) dalam pelaksanaan
kegiatan Pos Gizi?
2) Apakah SDM (sumber daya manusia) tersebut sudah mencukupi dalam
pelaksanaan kegiatan Pos Gizi? Jika belum mencukupi, apa yang
akan dilakukan?
3) Apakah ada kriteria khusus untuk SDM dalam pelaksanaan kegiatan
Pos Gizi? Jika Ya, jelaskan kriteria khusus untuk SDM dalam
pelaksanaan kegiatan Pos Gizi? Jika Tidak, jelaskan pula kenapa
tidak terdapat kriteria khusus untuk SDM dalam pelaksanaan kegiatan
Pos Gizi?
4) Siapa saja peserta dalam kegiatan Pos Gizi?
5) Apakah semua peserta mengikuti kegiatan Pos Gizi dari awal hingga
akhir kegiatan?
6) Bagaimana cara yang dilakukan agar semua peserta dapat mengikuti
kegiatan Pos Gizi?
7) Apakah petugas kesehatan (TPG dan kader Pos Gizi) menerima
pelatihan khusus tentang Pos Gizi? Siapa yang mengadakan pelatihan
tersebut? Berapa lama pelatihannya?
b. Money
1) Bagaimana dana untuk pelaksanaan kegiatan Pos Gizi? Berasal
darimana dana untuk kegiatan Pos Gizi?
2) Apakah dana tersebut sudah sesuai dengan yang direncanakan? Jika
tidak sesuai, apa yang akan dilakukan?
3) Apakah dana tersebut sudah mencukupi untuk kegiatan Pos Gizi? Jika
belum mencukupi, maka apa yang akan dilakukan agar kegiatan Pos
Gizi tetap berjalan?
c. Material dan Machine
1) Bagaimana sarana dan prasarana untuk pelaksanaan kegiatan Pos Gizi?
Berasal darimana sarana dan prasarana yang ada dalam kegiatan Pos
Gizi?
2) Apa saja sarana dan prasarana yang diperlukan dalam kegiatan Pos
Gizi?
3) Bagaimana cara mengatasi jika sarana prasarana dalam pelaksanaan
kegiatan Pos Gizi belum terpenuhi?
4) Apakah ada alat ukur seperti lembar pre-post, lembar observasi untuk
kegiatan Pos Gizi?
d. Method
1) Metode apa yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Pos Gizi?
2) Apakah metode tersebut sudah tepat dilakukan dalam kegiatan Pos
Gizi? Jika Ya, jelaskan apa yang terjadi apabila menggunakan metode
tersebut?
220
e. Market
1) Bagaimana cara yang dilakukan untuk mengajak atau mempromosikan
kegiatan Pos Gizi ke ibu balita?
2) Siapa yang menjadi target dalam penyampaian informasi kegiatan Pos
Gizi?
2. Proses
a. Tahap persiapan
1) Bagaiama persiapan sebelum kegiatan Pos Gizi? Apa yang akan
dilakukan?
b. Tahap pelaksanaan kegiatan
1) Bagaimana pelaksanaan kegiatan Pos Gizi?
2) Berapa lama waktu dalam pelaksanaan kegiatan Pos Gizi?
3) Apakah ibu balita membawa kontribusi makanan pada saat
pelaksanaan kegiatan Pos Gizi? Apa saja yang biasanya ibu balita
bawa?
4) Apakah ibu balita/pengasuh membantu memasak dan menyiapkan
makan dalam kegiatan Pos Gizi?
5) Apakah Pos Gizi memberikan pendidikan kesehatan/penyuluhan
kesehatan? Jika Ya, bagaimana kader memberikan penyuluhan
kesehatan? Materi apa saja yang diberikan pada saat penyuluhan?
Berapa lama penyuluhan dilakukan pada saat pelaksanaan?
6) Apakah kader melakukan pergantian (rolling) kegiatan? Bagaimana
kader mengatur kader lain dalam pembagian tugas pada kegiatan Pos
Gizi?
7) Bagaimana sistem pencatatan seperti kehadiran, dana, menu makanan,
porsi makanan yang dihabiskan, dan kontribusi makanan yang ibu
balita bawa?
8) Bagaimana pelaporan yang dilakukan petugas kesehatan (TPG dan
kader Pos Gizi) untuk kegiatan Pos Gizi?
9) Bagaimana monitoring dan evaluasi yang dilakukan untuk kegiatan
Pos Gizi?
10) Bagaimana hambatan yang terjadi saat pelaksanaan kegiatan Pos Gizi?
11) Bagaimana cara mengatasi hambatan yang terjadi saat pelaksanaan
kegiatan Pos Gizi?
12) Apa yang menyebabkan terjadinya hambatan dalam pelaksanaan
kegiatan Pos Gizi?
c. Tahap tindak lanjut kegiatan
1) Bagaimana kader melakukan pemantauan setelah Pos Gizi berakhir?
2) Apakah TPG juga melakukan pemantauan?
3. Output
a. Bagaimana keadaan status gizi balita sebelum dan sesudah mengikuti Pos
Gizi?
b. Apakah semua peserta yang teridentifikasi kurang gizi (gizi buruk dan gizi
kurang) menghadiri kegiatan Pos Gizi?
c. Dari semua peserta yang hadir, berapa peserta Pos Gizi yang lulus? Apa
yang akan dilakukan TPG dan kader pada peserta yang lulus?
221
d. Apakah ada peserta Pos Gizi yang tidak lulus dan tidak mengikuti kegiatan
Pos Gizi? Apa yang akan dilakukan TPG dan kader untuk meningkatkan
status gizi mereka?
Pemegang Program Gizi di Dinas Kesehatan
Pokok Bahasan:
1. Input
a. Man
1) Siapa saja SDM (sumber daya manusia) dalam pelaksanaan kegiatan
Pos Gizi?
2) Apakah ada kriteria khusus untuk SDM dalam pelaksanaan kegiatan
Pos Gizi?
b. Money
1) Bagaimana pentingnya alokasi dana untuk kegiatan Pos Gizi?
c. Material dan Machine
1) Apa saja sarana dan prasarana yang diberikan untuk kegiatan Pos Gizi?
2) Apakah ada alat ukur seperti lembar pre-post, lembar observasi untuk
kegiatan Pos Gizi? Apakah alat ukur tersebut digunakan dalam
kegiatan Pos Gizi?
d. Method
1) Metode apa yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Pos Gizi?
2. Proses
a. Tahap pelaksanaan kegiatan
1) Bagaimana pelaksanaan kegiatan Pos Gizi?
2) Berapa lama waktu dalam pelaksanaan kegiatan Pos Gizi?
3) Apakah kegiatan Pos Gizi mempunyai pedoman untuk
pelaksanaannya? Pedoman apa yang digunakan untuk pelaksanaan
kegiatan Pos Gizi?
4) Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporan untuk kegiatan Pos Gizi?
5) Bagaimana pelaporan yang diterima oleh Dinkes tentang status gizi
anak dari Puskesmas?
6) Bagaimana tindak lanjut yang akan dilakukan oleh Dinkes setelah
menerima laporan dari Puskesmas?
7) Bagaimana monitoring dan evaluasi yang dilakukan untuk kegiatan
Pos Gizi
222
Lampiran 7
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
Bagi Ibu Balita dan Pengasuh
“EVALUASI KEGIATAN POS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS CISAUK KECAMATAN CISAUK KABUPATEN
TANGERANG TAHUN 2016”
Petunjuk Umum Wawancara:
1. Ucapkan terima kasih atas kesediaan diwawancarai.
2. Lakukan perkenalan dua arah, baik peneliti maupun informan mulai dari
nama, umur, pendidikan, pekerjaan, dan jabatan.
3. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara.
4. Wawancara dilakukan oleh peneliti.
5. Dalam diskusi, informan bebas mengeluarkan pendapat.
6. Jelaskan bahwa tidak ada jawaban yang salah dan benar serta dijada
kerahasiaannya, tetapi informan bebas menyampaikan pendapat, pengalaman,
harapan, dan saran yang berkaitan dengan topik wawancara.
7. Catat seluruh pembicaraan
8. Mintalah waktu lain jika informan hanya memiliki waktu yang terbatas saat
itu.
Pelaksanaan:
Hari/Tanggal : ………………………..
Nama Pewawancara : ………………………..
Lamanya : ………………………..
Karakteristik Informan
1. Nama Informan : ……………………………………..
2. Pendidikan Terakhir : ……………………………………..
3. Tempat/Tanggal Lahir : ……………………………………..
4. Alamat Informan : ……………………………………..
223
Pokok Bahasan:
1. Input
a. Man
1) Bagaimana TPG dan kader dalam pelaksanaan kegiatan Pos Gizi?
2) Siapa yang dominan untuk melaksanakan kegaiatan Pos Gizi?
Alasannya kenapa?
b. Material dan Machine
1) Apa saja sarana dan prasarana yang diberikan untuk kegiatan Pos Gizi?
2) Apakah cukup sarana dan prasarana yang ada dalam kegiatan Pos
Gizi?
c. Method
1) Metode apa yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Pos Gizi?
d. Market
1) Apakah ibu balita pernah mendapatkan informasi mengenai kegiatan
Pos Gizi?
2) Bagaimana cara ibu mengetahui informasi mengenai kegiatan Pos
Gizi?
2. Proses
a. Tahap persiapan
1) Apakah sebelum kegiatan Pos Gizi, kader memberitahukan ibu untuk
membawa kontribusi bahan makanan dan KMS?
b. Tahap pelakasanaan kegiatan
1) Bagaimana pelaksanaan kegiatan Pos Gizi?
2) Apakah metode yang dilakukan oleh kader disukai oleh ibu dalam
kegaitan Pos Gizi?
3) Bagaimana siklus dalam pelaksanaan kegiatan Pos Gizi?
4) Apakah ibu terlibat dalam pelaksanaan kegiatan Pos Gizi?
5) Apakah ibu membawa kontribusi bahan makanan dalam kegaitan Pos
Gizi?
224
Lampiran 8
PEDOMAN OBSERVASI
“EVALUASI KEGIATAN POS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS CISAUK KECAMATAN CISAUK KABUPATEN
TANGERANG TAHUN 2016”
Nama Pos Gizi : ……………………………………………
Desa/Kelurahan : …………………………………………….
Sesi Pos Gizi : …………………………………………….
Sasaran Observasi Ada Tidak Keterangan
Input
SDM Balita
Ibu balita/pengasuh
Kader Pos Gizi
TPG (Tenaga Pelaksana Gizi)
Sarana dan
Prasarana
Struktur organisasi
Buku pendaftaran dan formulir
Buku kehadiran balita
Formulir pemantauan
Formulir alat pemantauan
Lembar KMS
Timbangan dacin
Timbangan badan
Lengt board (alat ukur panjang badan)
Mikrotoise (alat ukur tinggi badan)
Gambar dan materi penyuluhan
Daftar menu yang dibuat
Catatan porsi yang dihabiskan
Buku catatan dana/keuangan
Peralatan masak
Peralatan bermain
Peralatan kebersihan
Memiliki WC
Fasilitas cuci tangan
Proses
Tahap
pelaksanaan
Pencatatan kehadiran balita
Menimbang berat badan balita pada
hari pertama kegiatan Pos Gizi
Menimbang berat badan balita pada
hari terakhir kegiatan Pos Gizi
Membersihkan bahan makanan
Memasak bahan makanan
225
Sasaran Observasi Ada Tidak Keterangan
Menyiapkan makanan
Praktek memasak ibu balita dan kader
Praktek pemberian makan balita
Praktek pengasuhan balita
Praktek kebersihan balita (mencuci tangan, dll)
Praktek pencarian dan pemberian
perawatan kesehatan
Penyuluhan materi kesehatan seperti
pemberian ASI, pemberian makanan
yang baik, kebersihan, pengasuhan
anak yang baik, perawatan kesehatan
yang baik, merawat anak yang kurang
gizi di rumah
Evaluasi Lembar pre-post untuk mengetahui
perilaku ibu
Lembar ceklis untuk kontribusi bahan
makanan yang ibu bawa
Tanya jawab antara ibu balita dan kader
Interview atau wawancara antara kader
dan ibu balita
226
Lampiran 9
Karakteristik Informan Utama Kader
No Nama Umur
(thn) Pendidikan
Lama jadi Kader
(thn) Lokasi Pos Gizi
1 Ibu Y 52 SMP 19 Desa Cibogo
2 Ibu N 54 SMEA 25 Desa Cibogo
3 Ibu Rk 67 SD 20 Desa Cibogo
4 Ibu R 61 SMA 20 Desa Cibogo
5 Ibu M 48 SMA 25 Kelurahan Cisauk
6 Ibu W 50 SMA 28 Kelurahan Cisauk
Karakteristik Informan Utama Ibu Balita yang Hadir
No Nama Umur
(thn) Pendidikan
Pekerjaan
Ibu
Pekerjaan
Ayah
Lokasi
Pos Gizi
Status
Gizi
Balita
1 Ibu D 18 SD IRT Tukang
Bangunan
Desa
Cibogo
buruk
2 Ibu P 43 SMP IRT Buruh Desa
Cibogo
kurang
3 Ibu R 30 TIDAK
SEKOLAH
IRT Tidak
bekerja
Desa
Cibogo
buruk
4 Ibu Rh 28 SMP IRT Pedagang Desa
Cibogo
buruk
5 Ibu Rd 23 SMA IRT Wiraswasta Kelurahan
Cisauk
kurang
6 Ibu Rm 23 SMA IRT Buruh Kelurahan
Cisauk
kurang
7 Ibu S 28 SMA IRT Wiraswasta Kelurahan
Cisauk
kurang
KETERANGAN:
IRT: Ibu Rumah Tangga
227
Lampiran 10
Karakteristik Ibu Balita Pos Gizi
No Nama Umur
(thn) Pendidikan
Pekerjaan
Ibu
Pekerjaan
Ayah
Pos Gizi
yang
Diikuti
Kehadiran
1 Ibu D 18 SD IRT tukang
bangunan
Mekar hadir
2 Ibu P 43 SMP IRT buruh Mekar hadir
3 Ibu R 30 TIDAK
SEKOLAH
IRT tidak
bekerja
Mekar hadir
4 Ibu Rh 28 SMP IRT pedagang Mekar hadir
5 Ibu Mae tidak tahu IRT tidak tahu Mekar hadir
6 Ibu Rd 23 SMA IRT wiraswasta Mekar hadir
7 Ibu Am & Ap tidak tahu IRT tidak tahu Mekar hadir
8 Ibu Yu tidak tahu IRT tidak tahu Mekar hadir
9 Ibu Rm 23 SMA IRT buruh Bintang hadir
10 Ibu Ap 34 tidak tahu IRT tidak tahu Bintang hadir
11 Ibu S 28 SMA IRT supir Bintang hadir
12 Ibu Ma 24 SMA IRT wiraswasta Bintang hadir
13 Ibu Ag 44 SMP IRT buruh Bintang hadir
14 Ibu Ga 21 SMA IRT wiraswasta Bintang hadir
15 Ibu Cha 36 tidak tahu IRT buruh Bintang hadir
16 Ibu An tidak tahu IRT tidak tahu Bintang hadir
17 Ibu Fa 20 tidak tahu IRT wiraswasta Bintang hadir
18 Ibu Se 24 tidak tahu IRT buruh Bintang hadir
19 Ibu Au tidak tahu IRT tidak tahu Bintang hadir
KETERANGAN:
IRT: Ibu Rumah Tangga
228
Lampiran 11
Karakteristik Balita
No Nama Umur
(bln)
Jenis
Kelamin
Anak
ke
Kehadir
an (hari)
Kehadiran
persesi
BB Hari
ke-1
(kg)
BB Hari
ke-10
(kg)
Perubahan
BB (gr)
Status Gizi
Hari ke 1
Status Gizi
Hari ke 10
Perubahan
Status Gizi Riwayat Penyakit
1 Da 42 L 1 9 Sesi ke-2 10 10,5 500 BURUK BURUK sama tidak ada
2 Pu 30 P 4 9 Sesi ke-2 9,5 9,3 -200 KURANG KURANG sama tidak ada
3 Re 14 L 4 10 Sesi ke-2 5,8 6,15 350 BURUK BURUK sama ada
4 Rae 31 L 1 9 Sesi ke-2 9,35 10,05 700 BURUK KURANG naik ada
5 Mae 30 P 2 5 Sesi ke-2 8,9 9 -100 BURUK KURANG naik tidak ada
6 Ri 56 L 1 3 Sesi ke-2 12,1 12,45 350 KURANG KURANG sama tidak ada
7 Am 40 P 2 1 Sesi ke-2 10,8 10,8 0 KURANG KURANG sama tidak ada
8 Ap 30 L 3 1 Sesi ke-2 9,4 9,4 0 BURUK BURUK sama tidak ada
9 Yu 26 P 2 3 Sesi ke-2 0 BURUK BURUK sama ada
10 Ra 38 P 1 10 Sesi ke-3 11 11 0 KURANG KURANG sama tidak ada
11 Ap 52 P 3 9 Sesi ke-3 12,5 12,6 100 KURANG KURANG sama tidak ada
12 Sya 40 P 1 10 Sesi ke-3 11,1 11,2 100 KURANG KURANG sama tidak ada
13 Ma 37 P 1 8 Sesi ke-3 10,1 10,3 200 KURANG KURANG sama tidak ada
14 Ag 38 L 6 10 Sesi ke-3 11,3 11,3 0 KURANG KURANG sama tidak ada
15 Ga 23 L 1 5 Sesi ke-3 9 9 0 KURANG KURANG sama tidak ada
16 Cha 14 P 5 8 Sesi ke-3 7 7,5 500 KURANG KURANG sama ada
17 An 30 P 2 6 Sesi ke-3 9,2 9,4 200 KURANG KURANG sama tidak ada
18 Fa 20 L 1 2 Sesi ke-3 8 8 0 BURUK BURUK sama tidak ada
19 Se 26 L 1 7 Sesi ke-3 8,6 8,5 -100 BURUK BURUK sama ada
20 Au 17 P 2 6 Sesi ke-3 7,8 7,8 0 KURANG KURANG sama ada
229
Lampiran 12
Karakteristik Kader Desa Cibogo
No Nama Kehadiran
Kader
Jumlah
Kehadiran
(hari)
Pelatihan Kader
1 Ibu H Hadir 6 Tidak terlatih
2 Ibu Y Hadir 9 Terlatih
3 Ibu N Hadir 2 Terlatih
4 Ibu Rk Hadir 7 Terlatih
5 Ibu Dw Tidak
hadir 0
Terlatih tapi jarang datang
karena sibuk kegiatan
PAUD
6 Ibu Ev Tidak
hadir 0 Tidak terlatih
7 Ibu R Hadir 10 Terlatih
8 Ibu Tu Hadir 10 Terlatih
9 Ibu Ma Hadir 10 Tidak terlatih
Karakteristik Kader Kelurahan Cisauk
No Nama Kehadiran
Kader
Jumlah
Kehadiran
(hari)
Pelatihan Kader
1 Ibu M hadir 9 tidak terlatih
2 Ibu W hadir 9 terlatih
3 Ibu De hadir 7 tidak terlatih
4 Ibu He hadir 9 tidak terlatih
5 Ibu Em hadir 8 tidak terlatih
6 Ibu Ne hadir 3 tidak terlatih
7 Ibu An hadir 2 tidak terlatih
8 Ibu Sri hadir 5 tidak terlatih
9 Ibu Ay hadir 1 tidak terlatih
230
Lampiran 13
Protokol Pos Gizi Mekar Desa Cibogo
No Nama peserta
baru peserta lama
1 Tiara
lama
2 Danu
lama
3 Zainul baru
4 Sofiah baru
5 Karisti
lama
6 Putri
lama
7 Aprilia baru
8 Hafifah baru
9 Reza baru
10 Yuliana baru
11 Ridho baru
Protokol Pos Gizi Bintang Kelurahan Cisauk
No Nama Peserta baru
1 Aulia baru
2 Fadliansyah baru
3 Rahma baru
4 Naomi baru
5 Ahza baru
6 Andin baru
7 Septi baru
8 Syakira baru
9 Agung baru
10 Zahira baru
11 Zahida baru
12 Chantika baru
13 Danesh baru
14 Azikry baru
15 Marisa baru
16 Gatan baru
17 Dalil baru
231
Lampiran 14
LEMBAR OBSERVASI
“EVALUASI KEGIATAN POS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS CISAUK KECAMATAN CISAUK KABUPATEN
TANGERANG TAHUN 2016”
Nama Pos Gizi : Pos Gizi Mekar
Desa/Kelurahan : Desa Cibogo
Sesi Pos Gizi : I (5 September s/d 17 September 2016) dan II (27
Oktober s/d 5 November 2016)
Sasaran Observasi Ada Tidak Keterangan
Input
SDM
Balita
Ibu balita/pengasuh
Kader Pos Gizi
TPG (Tenaga Pelaksana Gizi) Tidak datang pada saat
pelaksanaan kegiatan Pos
Gizi
Sarana dan
Prasarana
Struktur organisasi
Buku pendaftaran dan formulir
Buku kehadiran balita
Formulir pemantauan
Formulir alat pemantauan
Lembar KMS
Timbangan dacin Ada namun hanya alat
ukurnya saja tidak ada
tripot
Timbangan badan Ada namun sedang
digunakan di Poskesdes
Lengt board (alat ukur
panjang badan)
Mikrotoise (alat ukur tinggi
badan)
Ada namun tidak
digunakan
Gambar dan materi
penyuluhan
Daftar menu yang dibuat Ada namun menu yang
dimasak tidak sesuai
dengan menu yang sudah
ada
Catatan porsi yang dihabiskan Ada dicatat dimading
dengan menggunakan
karton
Buku catatan dana/keuangan
Peralatan masak
Peralatan bermain
Peralatan kebersihan Hanya terdapat sapu dan
232
Sasaran Observasi Ada Tidak Keterangan
tempat sampah
Memiliki WC Ada namun tidak digunakan
Fasilitas cuci tangan Tidak ada hanya terdapat
tempat mencuci piring
dan kamar mandi
Proses
Tahap pelaksanaan
Pencatatan kehadiran balita
Pencatatan dilakukan di
buku kehadiran yang
dipegang oleh kader dan
dicatat pula di mading
yang ditandai dengan
berbagai bentuk
Menimbang berat badan balita
pada hari pertama kegiatan
Pos Gizi
Tidak dilakukan hanya
dengan melihat KMS
Menimbang berat badan balita
pada hari terakhir kegiatan Pos
Gizi
Penimbangan BB
dilakukan oleh mahasiswa
dengan menggunakan timbangan digital
dikarenakan tidak ada
timbangan dacin
Membersihkan bahan
makanan
Pada sesi I,
membersihkan bahan
makanan dilakukan pada
hari pertama saja dan
pada sesi II bahan
makanan dibersihkan di
rumah salah satu kader
Memasak bahan makanan Pada sesi I, memasak
bahan makanan dilakukan
pada hari pertama saja dan pada sesi II, memasak
bahan makanan dilakukan
di rumah salah satu kader
Menyiapkan makanan Kader yang menyiapkan
makanan yang sudah
dimasak
Praktek memasak ibu balita
dan kader
Tidak ada praktek
memasak dikarenakan
kader yang memasak
Praktek pemberian makan
balita
Praktek pengasuhan balita
Praktek kebersihan balita
(mencuci tangan, dll)
Tidak dilakukan praktek
cuci tangan sebelum dan
sesudah makan oleh ibu
balita dan balita
Praktek pencarian dan pemberian perawatan
kesehatan
Penyuluhan materi kesehatan
seperti pemberian ASI,
Tidak dilakukan
penyuluhan kesehatan
233
Sasaran Observasi Ada Tidak Keterangan
pemberian makanan yang baik, kebersihan, pengasuhan
anak yang baik, perawatan
kesehatan yang baik, merawat
anak yang kurang gizi di
rumah
namun pada saat kegiatan hanya ada komunikasi
dan tukar informasi
(diskusi) antara kader dan
ibu balita
Evaluasi
Lembar pre-post untuk
mengetahui perilaku ibu
Lembar ceklis untuk
kontribusi bahan makanan
yang ibu bawa
Tanya jawab antara ibu balita
dan kader
Dilakukan saat kader
menanyakan kepada ibu
bagaimana keadaan anak
dan dilakukan secara
langsung
Interview atau wawancara antara kader dan ibu balita
Nama Pos Gizi : Pos Gizi Bintang
Desa/Kelurahan : Kelurahan Cisauk
Sesi Pos Gizi : III (24 Noveber s/d 5 Desember 2016)
Sasaran Observasi Ada Tidak Keterangan
Input
SDM Balita
Ibu balita/pengasuh
Kader Pos Gizi
TPG (Tenaga Pelaksana Gizi) Datang pada hari pertama
kegiatan Pos Gizi
Sarana dan
Prasarana
Struktur organisasi Karena kegiatan Pos Gizi
dilakukan di tempat yang
berbeda sehingga struktur
organisasi diletakkan di tempat Pos Gizi dulu
dibuka
Buku pendaftaran dan formulir
Buku kehadiran balita
Formulir pemantauan
Formulir alat pemantauan
Lembar KMS
Timbangan dacin Karena tempat Pos Gizi
bersebelahan dengan
tempat Posyandu
Timbangan badan
Lengt board (alat ukur panjang
badan)
Mikrotoise (alat ukur tinggi
234
Sasaran Observasi Ada Tidak Keterangan
badan)
Gambar dan materi penyuluhan
Daftar menu yang dibuat
Catatan porsi yang dihabiskan Dicatat di buku kehadiran
dan di karton
Buku catatan dana/keuangan
Peralatan masak Ada karena kegiatan Pos
Gizi dilakukan di rumah
kader
Peralatan bermain Ada namun pada saat
kegiatan berlangsung
tidak terlihat peralatan
bermain dikarenakan alat
permainan berada di
rumah kader lain
Peralatan kebersihan
Memiliki WC
Fasilitas cuci tangan Ada namun tidak
digunakan
Proses
Tahap
pelaksanaan
Pencatatan kehadiran balita
Dicatat di buku kehadiran
dan di karton yang akan ditempel di mading
Menimbang berat badan balita
pada hari pertama kegiatan Pos
Gizi
Menimbang berat badan balita
pada hari terakhir kegiatan Pos
Gizi
Dilakukan penimbangan
karena pada saat itu
bersamaan dengan
kegiatan Posyandu
Membersihkan bahan makanan Dilakukan oleh ibu balita
dan kader
Memasak bahan makanan Dilakukan oleh ibu balita
dan kader
Menyiapkan makanan Dilakukan oleh kader dan
ibu balita
Praktek memasak ibu balita dan
kader
Dilakukan praktek
memasak oleh ibu balita
yang diawasi oleh kader karena terdapat piket
memasak ibu balita
Praktek pemberian makan balita
Praktek pengasuhan balita
Praktek kebersihan balita
(mencuci tangan, dll)
Tidak dilakukan praktek
cuci tangan
Praktek pencarian dan
pemberian perawatan kesehatan
Penyuluhan materi kesehatan
seperti pemberian ASI,
pemberian makanan yang baik,
kebersihan, pengasuhan anak
yang baik, perawatan kesehatan
Tidak dilakukan
penyuluhan kesehatan
karena peserta yang
mengikuti kegiatan Pos
Gizi adalah peserta yang
235
Sasaran Observasi Ada Tidak Keterangan
yang baik, merawat anak yang
kurang gizi di rumah
lama dan kegiatan Pos
Gizi ini merupakan
kegiatan sesi terakhir (sesi
ke III)
Evaluasi Lembar pre-post untuk
mengetahui perilaku ibu
Lembar ceklis untuk kontribusi
bahan makanan yang ibu bawa
Tanya jawab antara ibu balita
dan kader
Dilakukan pada saat kader
menanyakan keadaan
anak
Interview atau wawancara antara
kader dan ibu balita
Kader dan ibu balita
melakukan komunikasi
dua arah
236
Lampiran 15
ABSENSI KADER POS GIZI MEKAR DESA CIBOGO SESI II
ABSENSI KADER POS GIZI BINTANG KELURAHAN CISAUK SESI III
No Nama
Kader
Kamis,
27/10/2016
Jumat,
28/10/2016
Sabtu,
29/10/2016
Senin,
31/10/2016
Selasa,
1/11/2016
Rabu,
2/11/2016
Kamis,
3/11/2016
Jumat,
4/11/2016
Sabtu,
5/11/2016
Senin,
7/11/2016
1 Ibu H - - - -
2 Ibu Y -
3 Ibu N - - - - - - - -
4 Ibu Rk - - -
5 Ibu Dw - - - - - - - - - -
6 Ibu Ev - - - - - - - - - -
7 Ibu R
8 Ibu Tu
9 Ibu Ma
No Nama Kader
Kamis,
24/11/2016
Jumat,
25/11/2016
Sabtu,
26/11/2016
Senin,
28/11/2016
Selasa,
29/11/2016
Rabu,
30/11/2016
Kamis,
1/12/2016
Jumat,
2/12/2016
Sabtu,
3/12/2016
Senin,
5/12/2016
1 Ibu M - 2 Ibu W - 3 Ibu De - - - 4 Ibu He - 5 Ibu Em - - 6 Ibu Ne - - - - - - -
7 Ibu An - - - - - - - - 8 Ibu Sri - - - - -
9 Ibu Ay - - - - - - - - -
237
Lampiran 16
PIKET IBU BALITA
POS GIZI BINTANG KELURAHAN CISAUK SESI III
Senin,
28/11/2016
Selasa,
29/11/2016
Rabu,
30/11/2016
Kamis,
1/12/2016
Jumat,
2/12/2016
Sabtu,
3/12/2016
Senin,
5/12/2016
Mama Na
Mama Ra
Mama Ap
Mama Sya
Mama An
Mama Au - -
Mama Fa
Mama Ag
Mama ZZ
Mama Ha
238
Lampiran 17
JADWAL MENU DI POS GIZI MEKAR DESA CIBOGO SESI II
No Hari/Tanggal Menu Camilan Buah Keterangan
1 Kamis,
27/10/2016
Nasi, sayur sop,
semur tempe +
telur
- Pepaya
2 Jumat,
28/10/2016
Nasi, sayur
bayam, tempe
goreng, perkedel
ikan tuna
- Pepaya
3 Sabtu,
29/10/2016
Nasi, sayur sop
tahu, perkedel
kornet, tempe
goreng
- Pisang
Balita
mendapatkan susu
2 kotak, biskut 4
bungkus, dan
sirup zink
4 Senin,
31/10/2016
Nasi, sayur sawi
putih, tahu goreng,
ikan tuna goreng
Agar-agar Pepaya
5 Selasa,
1/11/2016
Nasi, sayur sop
telur puyuh, tempe
orek
Agar-agar Pisang
6 Rabu,
2/11/2016
Nasi, sayur bayam
wortel, perkedel
kornet
Biskuit Pisang
7 Kamis,
3/11/2016
Nasi sayur sop,
sate tempe + tahu
+ telur puyuh di
semur
Pudding +
Risol Pepaya
8 Jumat,
4/11/2016
Nasi, sayur sawi
putih, bakwan
ikan tuna
Pudding +
bubur
kacang hijau
Pepaya
9 Sabtu,
5/11/2016
Nasi, sayur sop,
perkedel kornet - Pepaya
10 Senin,
7/11/2016
Nasi, soto daging,
perkedel tahu
kornet, tempe
mendoan
Pudding Pisang
Balita
mendapatkan
bingkisan berupa
baju + celana
dalam untuk
sehari-hari
239
JADWAL MENU DI POS GIZI BINTANG KELURAHAN CISAUK SESI
III
No Hari/Tanggal Menu Camilan Buah Keterangan
1 Kamis,
24/11/2016
Nasi, sayur sop
ayam, tempe
mendoan
- Pepaya
Pembagian
biskuit 1 dus
per orang
2 Jumat,
25/11/2016
Nasi, sayur
ikan tuna,
bakwan jagung
- Jeruk
3 Sabtu.
26/11/2016
Nasi, sayur
bayam jagung,
dadar telur
- Jeruk
4 Senin,
28/11/2016
Nasi, sayur sop
bakso, tempe
orek
Biskuit
wafer -
5 Selasa,
29/11/2016
Nasi, sayur
sawi putih
jagung,
perkedel
kentang
- Melon
6 Rabu,
30/11/2016
Nasi, sayur
tumis tempe
kacang
panjang, ikan
kembung
Pudding -
7 Kamis,
1/12/2016
Nasi, sayur sop
ayam, tempe
mendoan
Kue
maco -
8 Jumat,
2/12/2016
Nasi, sayur
bayam jagung,
perkedel
kentang, tahu
goreng
- Jeruk
9 Sabtu,
3/12/2016
Nasi, semur
telur kentang,
bakwan jagung
- Melon
10 Senin,
5/12/2016
Nasi, sayur sop
bakso, tempe
mendoan
Biskuit
+ cendol Melon+Semangka
Pembagian
susu 1 kotak
per orang
240
Lampiran 18
DAFTAR HADIR PESERTA POS GIZI
Kecamatan : Cisauk Sesi : II
Pos Gizi : Mekar Tanggal Kegiatan Pos Gizi : 27 Oktober s/d 5 November 2016
Kelurahan/Desa : Desa Cibogo Jumlah Peserta yang Ikut : Awal 4 balita/ Akhir 7 balita
No Nama
Balita
Orang Tua
(Ibu-
Bapak)
L/P Tgl Lahir Umur
(bln)
Berat Badan
(kg)
Status Gizi
(BB/U) Perubahan
BB
(gr)
Hari Kehadiran di Pos Gizi
Ket- Hari
ke-1
Hari
ke-10
Hari
ke-1
Hari
ke-10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Da Mid-Teg L 2/4/2013 42 10 10,5 buruk buruk 500 -
2 Pu Ais-Sis P 21/4/2014 30 9,5 9,3 kurang kurang -200 -
3 Re Ron-Sol L 26/8/2015 14 5,8 6,15 buruk buruk 350 Marasmus,
diare kronik
4 Yu Mar-Sar P 26 - - - - - - RM
5 Rae Rah-Ko L 27/3/2014 31 9,35 10,05 buruk kurang 700 - Sakit pilek
6 Mae Iik-Mat P 30/4/2014 30 8,9 9 buruk kurang -100 - - - - -
7 Ri Sit-Bud L 6/2/2012 56 12,1 12,45 kurang kurang 350 - - - - - - -
8 Am Hen-Ud P 7/6/2013 40 10,80 10,8 kurang kurang - - - - - - - - - -
9 Ap Hen-Ud L 18/4/2014 30 9,4 9,4 buruk buruk - - - - - - - - - -
Keterangan:
Buruk 5 3
Kurang 3 5
Absen 7 4
241
DAFTAR HADIR PESERTA POS GIZI
Kecamatan : Cisauk Sesi : III
Pos Gizi : Bintang Tanggal Kegiatan Pos Gizi : 24 November s/d 5 Desember 2016
Kelurahan/Desa : Kelurahan Cisauk Jumlah Peserta yang Ikut : Awal 14 balita/ Akhir 14 balita
No Nama
Balita
Orang Tua
(Ibu-
Bapak)
Alamat L/P Tgl Lahir Umur
(bln)
Berat Badan
(kg)
Status Gizi
(BB/U) Perubahan
BB
(gr)
Hari Kehadiran di Pos Gizi
Ket- Hari
ke-1
Hari
ke-10
Hari
ke-1
Hari
ke-10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Ra Mus-Rah Gawir P 21/9/2013 38 11 11 kurang kurang 0
2 Ap Id-Ban Gawir P 24/7/2012 52 12,5 12,6 kurang kurang 100 -
3 Sya Sop-Sar Gawir P 27/7/2013 40 11,1 11,2 kurang kurang 100
4 Ma Nur-Sum Gawir P 19/10/2013 37 10,1 10,3 kurang kurang 200 - -
5 Ag Jam-Hail Gawir L 28/9/2013 38 11,3 11,3 kurang kurang 0
6 Ga Om-Mar Gawir L 13/12/2014 23 9 -9 kurang kurang 0 - - - - -
7 Cha Yen-Yon Cikuda P 4/9/2015 14 7 7,5 kurang kurang 500 - - Sakit
panas
8 An El-In Cikuda P 3/5/2014 30 9,2 9,4 kurang kurang 200 - - - -
9 Fa Fit-Fer Cikuda L 20/3/2015 20 8 8 buruk buruk 0 - - - - - - - -
10 Se Li-Hae Gawir L 9/9/2014 26 8,6 8,5 buruk buruk -100 - - - Sakit
panas
11 Au As-Sun Cikuda P 11/6/2015 17 7,8 7,8 kurang kurang 0 - - - - Sakit panas
Keterangan:
Buruk 2 2
Kurang 9 11
Absen 4 4
242
Lampiran 19
HABISKAH MAKANANKU HARI INI!!!!!
DAFTAR PORSI MAKANAN YANG DIHABISKAN
POS GIZI MEKAR DESA CIBOGO SESI II
NO NAMA
BALITA
TANGGAL POS GIZI
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Hari ke-5 Hari ke-6 Hari ke-7 Hari ke-8 Hari ke-9 Hari ke-10
Kamis,
27/10/2016
Jumat,
28/10/2016
Sabtu,
29/10/2016
Senin,
31/10/2016
Selasa,
1/11/2016 Rabu, 2/11/2016
Kamis,
3/11/2016
Jumat,
4/11/2016
Sabtu,
5/11/2016
Senin,
7/11/2016
1 Da
Habis
Habis Habis Habis Habis 1/2 3/4 1/2 Habis
2 Pu
Habis 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/4 1/2 ½
3 Re
Habis Habis 1/2 1/4 1/2 1/2 1/4 1/4 1/2 1/2
4 Yu
1/2 3/4 1/2 1/2
5 Rae
1/4 1/2 1/2 1/2 1/2 1/4 1/2 3/4 1/2
6 Mae
1/2 1/2 1/2 1/2 ½
7 Ri
1/4 1/2 3/4
243
NO NAMA
BALITA
TANGGAL POS GIZI
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Hari ke-5 Hari ke-6 Hari ke-7 Hari ke-8 Hari ke-9 Hari ke-10
Kamis,
27/10/2016
Jumat,
28/10/2016
Sabtu,
29/10/2016
Senin,
31/10/2016
Selasa,
1/11/2016 Rabu, 2/11/2016
Kamis,
3/11/2016
Jumat,
4/11/2016
Sabtu,
5/11/2016
Senin,
7/11/2016
8 Am
1/2
9 Ap
1/2
HABISKAH MAKANANKU HARI INI!!!!!
DAFTAR PORSI MAKANAN YANG DIHABISKAN
POS GIZI BINTANG KELURAHAN CISAUK SESI III
NO NAMA
BALITA
TANGGAL POS GIZI
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Hari ke-5 Hari ke-6 Hari ke-7 Hari ke-8 Hari ke-9 Hari ke-10
Kamis,
24/11/2016
Jumat,
25/11/2016
Sabtu,
26/11/2016
Senin,
28/11/2016
Selasa,
29/11/2016
Rabu,
30/11/2016
Kamis,
1/12/2016
Jumat,
2/12/2016
Sabtu,
3/12/2016
Senin,
5/12/2016
1 Ra
Habis 3/4 1/4 Habis Habis Habis 3/4 3/4 3/4 Habis
2 Ap
1/4
1/2 1/4 3/4 3/4 3/4 1/4 3/4 Habis
3 Sya
1/4 1/4 1/4 1/4 3/4 1/4 3/4 1/4 Habis Habis
4 Ma
Habis 1/4 1/4 3/4 1/4 1/4 1/2 Habis
244
NO NAMA
BALITA
TANGGAL POS GIZI
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Hari ke-5 Hari ke-6 Hari ke-7 Hari ke-8 Hari ke-9 Hari ke-10
Kamis,
24/11/2016
Jumat,
25/11/2016
Sabtu,
26/11/2016
Senin,
28/11/2016
Selasa,
29/11/2016
Rabu,
30/11/2016
Kamis,
1/12/2016
Jumat,
2/12/2016
Sabtu,
3/12/2016
Senin,
5/12/2016
5 Ag
1/2 3/4 1/4 1/4 3/4 1/4 Habis 1/4 1/2 1/2
6 Ga
1/4 1/2 1/2 1/4 1/2
7 Cha
1/4 1/4 1/4 1/2 Habis 1/2 3/4 3/4
8 An
Habis 1/4 3/4 3/4 3/4 1/4
8 Fa
1/2 3/4
10 Se
1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 3/4 1/4
11 Au
1/2 1/4 Habis 1/2 3/4 1/4
245
Lampiran 20
Gambar 4 Indikator BB/U menurut WHO, 2006
246
(a) (b)
Gambar 5 Materi Penyuluhan Pos Gizi Mekar Desa Cibogo (a), Pos Gizi
Bintang Kelurahan Cisauk (b)
Gambar 6 KMS laki-laki dan perempuan Pos Gizi Mekar Desa Cibogo
Gambar 7 Timbangan Dacin Pos Gizi Bintang Kelurahan Cisauk
247
(a) (b)
Gambar 8 Kondisi Dapur dan Peralatan Memasak Pos Gizi Mekar Desa
Cibogo (a), Pos Gizi Bintang Kelurahan Cisauk (b)
Gambar 9 Permainan Anak Pos Gizi Mekar Desa Cibogo
Gambar 10 Kehadiran Balita Pos Gizi Bintang Kelurahan Cisauk
248
Lampiran 21
Langkah menggunakan timbangan dacin
a. Mempersiapkan dacin
249
b. Menimbang Balita
1. Masukkan balita ke dalam sarung timbang dengan pakaian seminimal
mungkin dan geser bandul sampai jarum tegak lurus.
2. Baca berat badan balita dengan melihat angka di ujung bandul geser.
3. Catat hasil penimbangan dengan benar di kertas/buku bantu dalam kg dan
ons.
4. Kembalikan bandul ke angka nol dan keluarkan balita dari
sarung/celana/kotak timbang.
Sumber: Kemenkes RI. 2011. Buku Panduan Kader Posyandu Menuju Keluarga
Sadar Gizi. Jakarta: Kementerian Kesehatan.
250
Lampiran 22
MATRIX HASIL WAWANCARA MENDALAM DENGAN INFORMAN UTAMA KADER POS GIZI DI PUSKESMAS CISAUK
KECAMATAN CISAUK KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016
Domain Informan Utama
Ibu Y Ibu N Ibu Rk Ibu R Ibu M Ibu W
INPUT Man a. Jumlah SDM 10 orang kader 10 orang kader 10 orang kader 10 orang kader 8 kader 8 kader
b. Kebutuhan SDM Sudah cukup, yang
aktif 6-7 orang
Sudah cukup Sudah cukup Sudah cukup, yang
aktif 4-6 orang
Sudah cukup Sudah cukup, kadang ada
yang tidak dateng
c. Kriteria khusus
SDM (kader)
Tidak ada kriteria
khusus
Tidak ada kriteria Tidak ada kriteria
khusus kader, yang
penting peduli untuk
memajukan
masyarakat sehat
Tidak ada kriteria,
harus sesuai
kemauan dari diri
sendiri
Tidak ada kriteria Tidak ada kriteria khusus,
harus tau penimbangan
dasar yang benar
d. Peserta kegiatan
Pos Gizi
Balita sama ibunya Balita sama ibunya Balita sama ibu
balitanya, kadang
kakanya ikut juga
Balita sama ibunya,
kadang kakanya ikut
juga
Balita sama ibunya
yang kurang gizinya
Ibu balita sama balita
yang gizinya kurang sama
buruk
e. Keikutsertaan
peserta
Kalau aktif dateng
terus
Kadang datang
kadang tidak
Ada yang aktif ada
yang tidak
Ada yang datang
ada yang tidak
Ada yang datang
ada yang tidak
Ikut semua namun ada
yang tidak hadir karena sakit atau orang tuanya
sibuk
f. Cara yang
dilakukan agar
peserta ikut serta
Di jemput kalau
yang tidak datang
Di bilangin ke
ibunya kalau
ketemu
Di kasih hadiah
kayak susu
Di kasih perangsang
kayak susu
Di kasih tau ke
ibunya untuk datang
Diingatkan setiap hari
saat kegiatan
g. Pelatihan khusus
tentang pos gizi
- Ada pelatihan
buat kader
- Pelatihannya dari
Dinkes
- Selama 5 hari
- Ada pelatihannya
- Dari Dinkes
- 5 hari
- Ada pelatihannya
- Dari Dinas
- 5 hari
- Ada pelatihan pos
gizi buat kader
- Dari Dinas sendiri
- 5 hari
- Ada pelatihan khusus
tentang pos gizi
- Dilakukan oleh Dinkes
- Selama 3 hari
Money a. Asal usul dana - Pertama kali dari - Bahan makanan - Dulu lewat MMD - Penggalangan - Dari Puskesmas - Dulu dana dari MMD
251
Domain Informan Utama
Ibu Y Ibu N Ibu Rk Ibu R Ibu M Ibu W
MMD - Ada bantuan dari
Dinas seperti
bahan makanan
- Sukarela dari
kader
dari Dinas - Inisiatif dari kader
- Kalo sekarang dari sukarela dari
kader
- Dinas hanya
bantuan bahan
makanan
dana dulu lewat MMD
- Dana dari
masyarakat,
kadang sukarela
dari kader
- Dari Dinas berupa
makanan
sembako
- Dari Dinas bantuan bahan
makanan
- Kalo sekarang dari Puskesmas
- Bahan makanan dari
Dinkes
b. Perencanaan dana Sudah direncanakan
sebelumnya, kalau
kurang bilang ke bu
lurah
Direncanain dana
harus sekian,
tergantung kader
yang mengatur
Direncanain, kalau
kurang inisiatif
kader sama bilang
ke bu lurah
Direncanain, kalau
kurang keder
inisiatif buat bantu,
kadang sembako
dari Dinas dijual ke kader, terus buat
beli sayur sama
buah
Tidak sesuai sama
rencana soalnya
pengeluarannya
lebih besar
Tidak sesuai rencana,
pengeluarannya lebih
besar jadi harus pintar
buat digunakan
c. Kebutuhan dana Cukup Dicukup-cukupin Dicukup-cukupin Dicukup-cukupin Dicukup-cukupin Dicukup-cukupin,
digunakan seadanya
Material dan Machine a. Asal usul sarana
dan prasarana
- Dari pak lurah
untuk peralatan
masak
- Dari Dinkes
seperti mainan,
sirup zink, PMT,
dan peralatan
kebersihan
- Dari Dinkes
seperti bahan
makanan sama
mainan
- Dari Puskesmas
seperti alat
permainan, tapi
uangnya dari
Dinas
- Dari puskesmas
seperti mainan
anak-anak, tapi
uangnya dari
Dinas
- Dari Dinkes
berupa bahan
makanan
- Dari puskesmas ya
uang
- Dari Dinkes berupa
bahan makanan, alat
permainan, alat
kebersihan, PMT
- Dari Puskesmas berupa
uang
b. Macam sarana dan prasarana
Peralatan masak, mainan, sirup zink,
peralatan
kebersihan, PMT
Timbangan dacin, buku kehadiran,
mainan, peralatan
kebersihan, PMT
Timbangan, buku kehadiran, gambar
penyuluhan, menu,
mainan, peralatan
Peralatan masak, mainan, peralatan
kebersihan, PMT
PMT biskuit sama susu
PMT seperti susu sama biskuit
252
Domain Informan Utama
Ibu Y Ibu N Ibu Rk Ibu R Ibu M Ibu W
kebersihan, PMT, alat masak
c. Solusi jika belum
cukup
Kadang disuruh
ambil ke Dinas
Cukup aja tidak
kurang
Bilang ke bu lurah
kalau kurang
Bilang ke bu lurah Tanya ke Puskesmas Tanya ke Puskesmas
langsung
d. Alat ukur Ada lembar
kunjungan rumah
tapi kadang dicatat
sendiri
Ada lembar
kunjungan rumah,
tapi dicatat sendiri
Tidak ada, paling
dicatat sendiri
Tidak ada, paling
dicatat sendiri
Tidak ada Ada dulu lembar
kunjungan rumah tapi
sekarang tidak ada
Method a. Bentuk metode yang
digunakan
Makan bersama dan
penyuluhan
Makan bersama dan
penyuluhan
Makan bersama dan
penyuluhan
Penyuluhan dan
makan bersama
Penimbangan BB,
praktek masak, dan
makan bersama
Penimbangan BB,
penyuluhan kesehatan,
praktek masak, dan
makan bersama, serta
pemeriksaan kesehatan.
tapi sekarang tidak ada
pemeriksaan kesehatan
b. Ketepatan metode Sudah Sudah Sudah Sudah Sudah Sudah tepat
Market a. Promosi kegiatan Di Posyandu Di Posyandu Di Posyandu Di Posyandu Di Posyandu Di Posyandu
b. Target penyampaian informasi
Ibu balita Ibu balita Ibu balita Ibu balita Ibu balita Ibu balitanya sendiri
PROSES Tahap persiapan Ada protokol pos
gizi dulu
Dikasih tau
sebelumnya 2 hari
sebelum dibuka
Ketemu dulu sama
ibu balita, kader,
sama dari
Puskesmas buat
membicarakan Pos
Gizi di buka
Mental dari ibu
balitanya dan kader,
dikasih tau sama
petugas gizi
Puskesmas, kumpul
di Posyandu
Ada pertemuan dulu
sama ibu balitanya
Ada protokol Pos Gizi
sebelum dibuka
Tahap pelaksanaan kegiatan a. Alur pelasanaan - Nimbang BB di
awal dan di akhir
- Nimbang berat
badan di awal dan
- Nimbang berat
badan di awal dan
- Nimbang berat
badan diawal dan
- Penimbangan BB
di awal dan di
- Penimbangan BB di
awal dan di akhir
253
Domain Informan Utama
Ibu Y Ibu N Ibu Rk Ibu R Ibu M Ibu W
kegiatan - Masak bahan
makanan oleh
kader
- Catat kehadiran
- Kasih cemilan
seperti roti, donat
- Makan bersama
- Penyuluhan atau
tanya jawab
- Dicatat porsi
makan
- Kasih buah - Bersih-bersih
diakhir kegiatan - Catat kehadiran
- Masak oleh kader
- Makan bersama
- Catat porsi
- Dikasih buah
- Pulang
di akhir kegiatan - Masak bahan
makanan oleh
kader
- Catat kehadiran
- Kasih cemilan
- Makan bersama
- Catat porsi makan
- Bersih-bersih oleh
kader
di akhir kegiatan - Makan bersama
akhir - Absensi kehadiran
- Praktek masak
- Makan bersama
- Penyuluhan
- Catat porsi makan
- Kasih buah atau
biskuit
- Pulang
- Absensi kehadiran - Praktek masak
- Praktek pemberian
makan
- Penyuluhan kesehatan
- Catat porsi makan
- Kasih buah atau biskuit
b. Siklus dan waktu
pelaksanaan
Siklusnya 10 hari
masuk 10 hari libur
10 hari masuk lagi
sampe 3 bulan dan 2
jam pelaksanaannya
Siklusnya 10 hari
masuk 10 hari libur
10 hari masuk lagi
sampe 3 bulan dan
sekitar 2 jam
pelaksanaannya
10 hari kegiatan
terus nanti libur 10
hari dan sekitar 3
jam kegiatannya
10 hari kegiatan
terus nanti libur 10
hari dan sekitar 3
jam kegiatannya
Siklusnya 10 hari
masuk 10 hari libur
10 hari masuk lagi
sampai 3 bulan dan
sekitar 2 jam
Siklusnya 10 hari masuk
10 hari libur 10 hari
masuk lagi sampai 3
bulan dan sekitar 2 jam
c. Kontribusi makanan
ibu balita
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
d. Praktek memasak dan
menyiapkan makanan
Tidak Tidak Tidak Tidak Iya bantu kader
masak, kan ada
jadwal piket
Iya bantu kader masak
dan menyiapkan
makanan, ada jadwal
piket masak sama
kebersihan
e. Penyuluhan kesehatan - Iya ada tapi sekarang tidak ada
- Materinya
sebelum makan
berdoa, cuci
- Iya ada tapi sekarang tidak
ada
- Materinya
sebelum makan
- Iya ada tapi sekarang tidak
ada
- Materinya cuci
tangan, sikat gigi
- Iya ada tapi sekarang tidak
ada
- Materinya cuci
tangan, sikat gigi
- Iya ada tapi sekarang tidak ada
- Materinya sikat
gigi, memotong
kuku,
- Iya ada tapi sekarang tidak ada
- Materinya sikat gigi,
memotong kuku,
menggunakan alas kaki
254
Domain Informan Utama
Ibu Y Ibu N Ibu Rk Ibu R Ibu M Ibu W
tangan, sikat gigi, potong kuku
- 10-15 menit
berdoa, cuci tangan, sikat gigi,
potong kuku
- 10-15 menit
- 10-15 menit - 10-15 menit menggunakan alas kaki
- Sekitar 10 menit
- Sekitar 10 menit
f. Rolling kader Ada rolling, ya
gantian sama kader
lain
Ada rolling, gantian
sama kader lain
Ada rolling, gantian
sama kader lain
Ada rolling, gantian
sama kader lain
Ada rolling sama
kader lainnya
Ada rolling sama kader
lainnya
g. Sistem pencatatan Di buku pegangan
kader
Di buku pegangan
kader
Di buku yang
dipegang kader
Di buku yang
dipegang kader
Di buku pegangan
kader
Di buku pegangan kader
dan di catat di buku pos
gizi
h. Pelaporan kegiatan
Pos Gizi
Di buat sendiri di
laporin di akhir
kegiatan
Laporannya di buat
sendiri di akhir
kegiatan baru
dilaporin ke
puskesmas
Di akhir kegiatan Di akhir kegiatan Di buat di buku pos
gizi
Di buat dalam bentuk
laporan, kadang dicatat di
buku pos gizi aja
i. Monev kegiatan Pos
Gizi
Porsi makan, menu
yang disukai, kehadiran, dan
kenaikan BB
Porsi makan,
kehadiran, menu yang disukai,
kenaikan BB
Porsi makan, menu
yang disukai, kehadiran
Porsi makan, menu
yang disukai, kehadiran
Evaluasinya diakhir
oleh Puskesmas dan kadang di Dinkes
- Monitoring dilakukan
selama kegiatan, kalau evaluasinya dilakukan
di akhir kegiatan
- Monevnya tentang
kehadiran balita, menu
makanan, kenaikan BB
j. Hambatan saat
pelaksanaan
Kurang kesadaran
orang tua
Dari orang tuanya,
kurang dukungan
karena kesadaran
orang tua masih
kurang
Orang tuanya
kurang kesadaran
buat hadir
Kurang kesadaran
dari orang tua untuk
datang ke pos gizi
Dana sama ibu
balitanya
Dana, kader yang double
job, sama ibu balitanya
k. Cara mengatasi
hambatan
Mengajak ibu Mengajak ibu Mengajak ibu Mengajak ibu Kalau dana dicukup-
cukupin, kalau ibu
balita di kasih tau buat masak dan
ditetepin jadwal
Kalau dana dicukupin aja,
kalau kader gantian aja,
kalau ibu balita dikasih tau tentang jadwal piket
yang ada
255
Domain Informan Utama
Ibu Y Ibu N Ibu Rk Ibu R Ibu M Ibu W
piketnya
l. Penyebab hambatan terjadi
Orang tua Orang tua Orang tua Orang tua Kalau untuk dana ya dari atasnya, sama
ibu balita
Kalau untuk dana ya dari atasnya, kalau untuk
kader dari kader itu
sendiri, sama ibu balita
Tahap tindak lanjut kegiatan a. Pemantauan kader Di Posyandu Di Posyandu Di Posyandu Di Posyandu Di Posyandu Di Posyandu setiap bulan,
lihat KMS, terus
kunjungan rumah yang
dirasa masih kurang saat
pelaksanaan Pos Gizi
b. Pemantauan TPG Tidak Tidak Tidak Tidak Kadang datang
kadang tidak, sekali
mantau
Kadang datang kadang
tidak, sekali mantau
OUTPUT Kenaikan berat badan
sebesar 400 gram
selama 2 bulan
Ada kenaikan BB
sekitar 200-300
gram selama
sebulan
Ada kenaikan BB
sekitar 200-300
gram sebulan
Ada peningkatan
BB sebulan ya 200
gram
Ada peningkatan
BB sekitar 200 gram
selama sebulan
Ada perubahan BB Ada perubahan BB
a. Kehadiran peserta Kadang datang
kadang tidak datang.
Alasannya anak
sakit kalo tidak
datang
Kadang datang
kadang tidak datang,
alasannya anak sakit
Kadang datang
kadang tidak datang,
kadang orang
tuanya sibuk
Kadang datang
kadang tidak datang,
alasannya anak sakit
dan orang tua sibuk
Tidak hanya peserta
yang kurang gizi
yang ikut tapi yang
gizinya baik pun ada
yang ikut
Tidak hanya peserta yang
kurang gizi yang ikut tapi
ada peserta yang gizinya
sudah baik namun ikut
kegiatan
b. Peserta hadir yang
lulus
Yang rajin dari awal
kita kasih hadiah
Kalo lulus dan tidak
lulus kasih hadiah
buat kenangan
Ada yang lulus dan
dikasih hadiah buat
yang lulus
Ada lulus dan
dikasih hadiah buat
yang lulus
Ada peserta yang
hadir dan lulus
sekitar 2-4 orang
Ada peserta yang hadir
dan lulus sekitar 2-4
orang
c. Peserta tidak lulus
dan tidak mengikuti
Ada yang tidak
lulus, dan dipantau
terus di Posyandu
Ada yang tidak
lulus, dan dipantau
terus di Posyandu
Ada yang tidak
lulus, dan dipantau
terus di Posyandu
Ada yang tidak
lulus, dan dipantau
terus di Posyandu
Ada pesrta yang
tidak lulus dan tidak
ikut, itu dikarenakan
sakit
Ada pesrta yang tidak
lulus dan tidak ikut, itu
dikarenakan sakit
256
MATRIX HASIL WAWANCARA MENDALAM DENGAN INFORMAN UTAMA IBU BALITA PESERTA POS GIZI DI PUSKESMAS
CISAUK KECAMATAN CISAUK KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016
Domain Informan Utama
Ibu D Ibu P Ibu R Ibu Rh Ibu T Ibu Rd Ibu Rm Ibu S Ibu H
INPUT Man
a. TPG dan kader
dalam pelaksanaan pos gizi
Bagus Kadernya baik Kadernya
baik dan aktif, kalau
dari puskesmas
jarang datang
Kader sama
petugas puskemsas
aktif, tapi kalau petugas
puskesmas biasanya datang
di awal, tengah dan akhir
kegiatan. Ya paling mereka
nanya perkembangan
anak gimana
Kadernya baik
sama ramah
Kadernya baik
dan ramah, kalau petugas
puskesmas jarang keliatan
Kader suka
nanya perkembangan
anak, kalau petugas
puskesmas kadang datang
untuk mantau terus dikasih
biskuit
Kader yang suka
kasih tau pos gizi di buka lagi,
kalau dari puskesmas
kadang datang kadang tidak
datang, kalau datang cuma
mantau terus dikasih susu
sama biskuit
Kader suka nanya
tentang perkembangan anak,
kalau petugas puskesmas kadang
datang kadang tidak
b. Dominan yang terlibat
Kader Kader yang dominan kasih
tau buat datang
Kader yang aktif
Kader yang paling sering
keliatan di kegiatan pos
gizi
Dominan kadernya yang
datang
Kader yang dominan
Kader yang lebih dominan
Kader yang lebih dominan datang
ke pos gizi
Kader yang dominan
Material dan Machine a. Macam sarana dan
prasarana Makanan, biskuit, sama
mainan
Mainan sama makanan
Dikasih susu, biskuit
sama vitamin
Timbangan berta badan,
mainan anak
Dikasih makanan, ada
PMT susu sama biskuit
Mainan, makanan, susu,
biskuit
Tidak ada mainan, disini
dikasih susu, biskuit sama
pudding kalau selesai makan
Makanan, susu, biskuit, kalau
mainan tidak ada
Tidak ada, mainan bawa sendiri dari
rumah
b. Kecukupan sarana dan
prasarana
Udah cukup Cukup Cukup Kurang, tidak ada timbangan
berat badan.
Cukup, ada mainan
Cukup Cukup Cukup Cukup
257
Domain Informan Utama
Ibu D Ibu P Ibu R Ibu Rh Ibu T Ibu Rd Ibu Rm Ibu S Ibu H
dan cukup kalau mainan
Method Bentuk metode yang digunakan
Tidak tahu, cuma datang
aja
Tidak ada penyuluhan,
paling dikasih makan, susu,
mainan
Tidak tahu, paling ada
pemeriksaan badan aja
Ngobrol sama kader, diskusi.
Tidak ada penyuluhan
Biasanya ada penyuluhan tapi
sekarang tidak ada
Tidak tahu karena baru ikut
Biasanya ada penyuluhan dari
puskesmas atau bidan atau kader
sendiri, tapi sekarang tidak
ada
Ada penyuluhan dulu kalau
sekarang tidak ada paling cuma
ngobrol sama ibu lain tuker
informasi ngurus anak terus nanya
ke kader
Tidak ada penyuluhan, hanya
pemberian makan. Dikasih susu sama
biskuit
Market a. Informasi tentang
pos gizi Pernah, dari kader untuk
datang ke pos gizi
Pernah, dari kader pas di
Posyandu
Tidak pernah,
paling dari kader sama
petugas gizi puskesmas
Tidak pernah karena awalnya
neneknya yang ngajak.
Tahunya dari kader di
Posyandu
Pernah dari kader di
Posyandu
Pernah dapet informasi dari
kader Posyandu
Dari kader informasinya
dikasih tau pas Posyandu
Dari bu RT, jadi kader ngasih tau
ke bu RT
Iya dari kader informasinya
b. Cara mengetahui informasi pos gzii
Tanya sama kader
Tanya sama kader
Disuruh datang sama
kader dan petugas
puskesmas
Dari Posyandu dikasih tau
sama kader
Tanya ke kader Dari Posyandu, kader yang kasih
tau
Tanya sama ibu kader, kadang
kader yang kasih tau duluan
Nanya ibu lain atau kader pas di
Posyandu
Suka tanya sama ibu lain dan tanya kader
PROSES Tahap persiapan Informasi kader
untuk kontribusi makanan ibu balita
Tidak, cuma
disuruh datang
Tidak, disuruh
datang aja nanti ada penyuluhan
Tidak
disuruh bawa
makanan, disuruh
datang aja
Tidak, disuruh
bawa tempat makan, sama
KMS
Tidak disuruh
bawa makanan hanya disuruh
bawa KMS
Tidak, disuruh
bawa KMS sama alat makan dari
rumah
Tidak disuruh
bawa, hanya tempat makan
sama tempat minum dari
rumah
Tidak disuruh,
hanya bawa mangkok alat
makan
Tidak disuruh bawa
apa-apa, hanya disuruh dateng
258
Domain Informan Utama
Ibu D Ibu P Ibu R Ibu Rh Ibu T Ibu Rd Ibu Rm Ibu S Ibu H
diperiksa badannya
Tahap pelaksanaan kegiatan a. Alur pelasanaan Tidak tahu Datang aja,
biasanya ada
penimbangan BB tapi
sekarang tidak ada, dicatat
makannya abis atau tidak
Ada pemeriksaan
badanoleh dokter
Datang, dikasih
makanan, dicatat porsi
makannya sama kader, ,
diskusi sama kader, dikasih
susu
Datang, di kasih makan
Dikasih makan, kadang dikasih
susu sama biskuit, ngobrol
sama kader, dicatat porsi
makannya sama kader
Masak, pemberian
makanan dan makan bersama,
dicatat porsi makannya oleh
kader, dikasih buah, pudding,
biskuit, bersih-bersih
Dikasih makan, dicatet makannya
abis atau tidak, dikasih buah atau
biskuit
Pemberikan makan, dicatat
porsi makan, dikasih buah atau
biskuit
b. Metode yang dilakukan kader
disukai ibu balita
Tidak tahu, paling
dikasih makanan
Paling masak Dikasih susu, biskuit sama
vitamin
Diskusi sama kader dan ibu
lainnya
Dikasih makan sama kader
sama dipantau BB nya
Paling suka dikasih biskuit
sama buah
Ada piket masaknya,
dikasih tau juga ngurus anak
Ada praktek masak
Ada praktek masaknya, sama
harus sabar kalau ngurusin anak
c. Siklus dan waktu pelaksanaan
Siklusnya 10 hari setiap 1
bulan
Siklusnya 10 hari, paling
lama 1,5 jam sehari
Tidak tau, dikabarin ya
dateng
Siklusnya 10 hari
Siklusnya 10 hari
Siklusnya 10 hari berturut-
turut
Siklusnya mah 10 hari ini, ini
udah 10 hari yang ke 3kali,
sekitar 2 jam kegiatannya
Siklusnya 10 hari yang ke 3 kali
Siklusnya 10 hari
d. Keterlibatan ibu
balita
Ya cuma
datang aja
Tidak terlibat,
hanya disuruh datang
Tidak
terlibat, paling cuma
datang aja
Terlibat, kan
datang ke pos gizi
Terlibat, kan
cuma datang aja
Ya cuma datang
aja
Terlibat kan ada
piket masak dan piket kebersihan
Terlibat kan ada
piket masak
Terlibat kan ada
piket buat masak
e. Kontibusi bahan
makanan ibu balita
Tidak Tidak bawa,
hanya disuruh dateng
Tidak bawa,
disuruh dateng aja
Tidak, chanya
dikasih tau bawa tempat
makan aja
Tidak Tidak bawa,
cuma disuruh bawa KMS sama
mangkuk
Tidak bawa,
hanya disuruh bawa tempat
makan sama tempat minum
dari rumah
Tidak disuruh
bawa makanan, cuma dikasih tau
untuk bawa tempat makan dan
tempat minum
Tidak bawa,
disuruh dateng
259
MATRIX HASIL WAWANCARA MENDALAM DENGAN INFORMAN PENDUKUNG TPG (TENAGA PELAKSANA GIZI) DAN SEKSI
GIZI DINAS KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG YANG TERLIBAT DI POS GIZI DI PUSKESMAS CISAUK KECAMATAN
CISAUK KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016
Domain Informan Pendukung
Ibu Sr Ibu G
INPUT
Man
a. Jumlah SDM Masing-masing pos gizi beda-beda jumlah kadernya. Kader pos gizi
desa cibogo 10 orang kader, pos gizi kelurahan cisauk 11 orang kader,
dan pos gizi desa sampora 5 orang kader. Kader yang lebih berperan
banyak dalam pelaksanaan pos gizi
Sumber dayanya sebenarnya lebih ke kader, seharusnya
kegiatan bisa berjalan tanpa ada petugas dari puskesmas
karena kan mereka sudah dilatih
b. Kebutuhan SDM Sudah cukup kadernya, malah kadang ada yang tidak datang 1 pos gizi 5 kader, idealnya 5 kader
c. Kriteria khusus SDM (kader) Tidak ada kriteria khusus untuk kader, yang penting sudah ikut
pelatihan
Tidak ada kriteria khus untuk kader, yang pasti tidak buta
huruf
d. Peserta kegiatan Pos Gizi Balita yang BB nya BGM dan BGK, yang status gizinya berada di status gizi kurang dan gizi buruk dengan sasaran anak usia 12-59
bulan, serta ibu balitanya. Sedangkan yang melaksanakan kegiatan pos
gizi adalah kader.
e. Keikutsertaan peserta Kadang peserta ada yang datang ada yang tidak datang
f. Cara yang dilakukan agar
peserta ikut serta
Kader yang mengajak ibu balita untuk datang ke pos gizi, dan
melakukan kunjungan rumah ke anak yang kurang gizi untuk
memberitahukan agar ikut pos gizi
g. Pelatihan khusus tentang pos
gizi
- Ada pelatihan khusus tentang pos gizi untuk kader, dan tidak semua
kader yang dilatih untuk pelaksanaan pos gizi
- Pelatihannya kurang lebih seminggu
- Pelatihannya dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang
- Selain kader, TPG juga dilatih mengenai pos gizi. tugas TPG dalam
pos gizi hanya memantau selama kegiatan pos gizi. Pemantauan
dilakukan di awal dan di akhir
Ada pelatihan khusus buat kader selama 2 hari
Money
a. Asal usul dana - Dana pelaksanaan kegiatan pos gizi tergantung dari kebijakan Kapus - Ada yang berasal dari masyarakat, dan dana F1.
- Dana F1 kadang ada kadang tidak ada, kalo ada untuk bantuan bahan
Sumber dana untuk pos gizi berasal dari dana F1 dari kecamatan dan dana F2 dari kabupaten. Dana dari Dinkes
dalam bentuk bahan makanan, APE, dan dana transportasi
260
Domain Informan Pendukung
Ibu Sr Ibu G
makanan - Dari Dinkes dalam bentuk bahan makanan dan PMT seperti susu dan
biskuit
kader
b. Perencanaan dana Sudah direncanakan dana untuk kegiatan pos gizi tapi nanti akan di
cek ulang oleh Kapus mengenai perencanaan uangnya.
c. Kebutuhan dana Dicukup-cukupin saja uangnya
Material dan Machine
a. Asal usul sarana dan
prasarana
Dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang
b. Macam sarana dan prasarana - Alat Permainan Edukatif (APE), mobil-mobilan, meja tulis, alat
kebersihan, PMT seperti susu dan biskuit
- Timbangan dacin, timbangan biasa, alat ukur panjang badan,
mikrotoise (alat ukur tinggi badan), alat kebersihan, peralatan masak,
peralatan bermain, gambar penyuluhan, dan buku kehadiran
Alat permainan edukatif (APE), alat kebersihan, PMT (susu
dan biskuit)
c. Solusi jika belum cukup Kalo sarana prasarana tidak cukup, mencoba membuat laporan yang
akan diajukan ke Dinkes
d. Alat ukur Ada lembar observasi dan kunjungan rumah yang dipegang oleh kader. Tidak ada lembar alat ukur saat ini. Dulu ala lembar untuk
alat ukur seperti lembar pre-post hanya untuk kader saat
pelatihan dan kalo untuk peserta hanya berat badan saja
Method
a. Bentuk metode yang digunakan
Makan bersama, penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan, serta penimbangan BB
Makan bersama, penyuluhan, pemeriksaan kesehatan, penimbangan BB dan pengukuran TB
b. Ketepatan metode Sudah tepat
Market
a. Promosi kegiatan Kader yang biasanya kasih tau ibu balita.
b. Target penyampaian
informasi
Ibu balita yang jadi target informasi pos gizi
PROSES
Tahap persiapan Ada protocol pos gizi sebelum pelaksanaannya, dimana kader, ibu
balita serta balitanya datang untuk membuat kesepakatan tentang pos
gizi untuk dibuka
261
Domain Informan Pendukung
Ibu Sr Ibu G
Tahap pelaksanaan kegiatan
a. Alur pelaksanaan Penimbangan BB pada hari ke 1 dan hari ke 10, masak, makan bersama, penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan.
Penimbangan BB, makan bersama, pesan kesehatan atau penyuluhan, pemeriksaan kesehatan oleh dokter, masak
oleh ibu balita jadi harus dibuat jadwal,
b. Siklus dan waktu pelaksanaan Siklusnya 10 hari masuk 10 hari libur 10 hari masuk dan 10 hari libur
sampai 3 bulan dan pelaksanaannya 2 jam.
Siklusnya ada yang menggunakan waktu 10 hari masuk 10
hari berenti selama 3 bulan itu dari CARE, ada yang
menggunakan dua minggu full masuk nanti seminggunya
sehari masuk sehari libur itu dari PERGIZI PANGAN
c. Kontribusi makanan ibu
balita
Seharusnya membawa kontribusi makanan tapi sekarang tidak pernah
bawa
Seharusnya ada kontribusi dari ibu balita untuk membawa
bahan makanan
d. Praktek memasak dan
menyiapkan makanan
Ibu balita seharusnya masak, tapi kenyataannya malah kader yang
masak
Seharusnya ibu balita yang masak jadi dibuatkan jadwal
piket, namun kenyataannya kader yang masak
e. Penyuluhan kesehatan - Ada penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh kader sendiri, karena
kader sudah dilatih untuk melakukan penyuluhan
- Materinya seputar mencuci tangan sebelum makan, sikat gigi,
memotong kuku, sayuran dicuci dahulu baru di potong, makan buah
dan sayur
- Penyuluhan selama 10 menit
Seharusnya ada penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh
kader. Karena kader sudah dilatih cara penyuluhan seperti
apa
f. Rolling kader Ada rolling antara kader untuk pembagian tugas Iya harus ada rolling antar kader, jadi nanti pas pelaksanaan ya gantian-gantian sama kader lain
g. Sistem pencatatan Untuk pencatatan dilakukan oleh kader selama kegiatan pos gizi
berlangsung, nanti setelah akhir kegiatan baru dilaporkan ke
puskesmas
Pencatatan dari TPG sendiri
h. Pelaporan kegiatan Pos Gizi - Pelaporan dari kader ditulis di buku yang dipegang masing-masing
kader. Yang dilaporkan ke puskesmas tentang kehadiran balita,
perubahan kenaikan berat badan, dan menu yang disukai.
- Kalo dari puskesmas, pelaporannya ditulis di buku pegangan TPG
sendiri, tidak ada pelaporan khusus tentang pos gizi. biasanya format
laporan untuk Dinas dibuat oleh Dinkes sendiri dan disamakan
untyuk semua puskesmas. Kalo untuk dana F1, dilaporkan setiap
bulan ke Dinkes.
- Pelaporannya dari TPG sendiri. Pelaporan pos gizi
dilakukan di akhir kegiatan setelah kegiatan selesai dan
dilaporkan setiap tahun
- Pelaporan yang diterima paling cuma kenaikan berat
badan aja
- Tindak lanjutnya kalo data yang diterima masih ada anak
yang BGM atau tidak lulus pos gizi maka harus diikutkan
kembali pada kegiatan pos gizi sesi berikutnya, kemudian
262
Domain Informan Pendukung
Ibu Sr Ibu G
dipantau di Posyandu. TPG hanya memantau saja. Jika masih ada yang BGM maka dilakukan kunjungan rumah
oleh kader.
i. Monev kegiatan Pos Gizi - Monitoring dilakukan saat pelaksanaan kegiatan pos gizi. dari TPG
melakukan pemantauan di awal atau di akhir kegiatan.
- Untuk evaluasinya dilakukan di Puskesmas dan di Dinkes
Kalo monev dari Dinkes ke pos gizi hanya melihat
pelaksanaannya. Kalo masalah lembar monev itu adanya di
Puskesmas. Seharusnya puskesmas monev ke Dinkes tapi
tidak berjalan
j. Hambatan saat pelaksanaan Kesadaran dari orang tua yang masih kurang terhadap anak Ibu balita masih kurang peduli
k. Cara mengatasi hambatan Memberikan pengertian ke ibu balita
l. Penyebab hambatan terjadi Dari ibu balitanya sendiri Dari ibu balitanya sendiri yang masih kurang peduli
Tahap tindak lanjut kegiatan
a. Pemantauan kader Dilakukan setiap bulan di Posyandu Pada saat 10 hari libur itu, kader memantau dan melakukan
kunjungan rumah ke rumah ibu balita mana yang dikira
masih kurang selama kegiatan dan apakah mereka juga
mempraktekkan di rumah apa yang diajarkan selama di pos
gizi
b. Pemantauan TPG Kadang datang di awal atau akhir kegiatan. Disesuaikan dengan
kegiatan TPG
Petugas gizi hanya memantau dan biasanya ada sesi khusus
yaitu wajib dateng di awal dan di akhir kegiatan.
OUTPUT
Kenaikan berat badan sebesar
400 gram selama 2 bulan
Indikator kelulusan peserta dalam kegiatan pos gizi dilihat dengan
kenaikan berat badan sebesar 400 gram selama sebulan (1 sesi pos gizi) dan dilihat perubahan pada grafik pertumbuhan di KMS
Indikator keberhasilan kegiatan pos gizi yaitu anak itu
dinyatakan lulus jika berat badannya naik lebih 300-400 gram. Indikator dinyatakan lulus pos gizi hanya kenaikan
berat badan
263
Lampiran 23
DOKUMENTASI FOTO
POS GIZI MEKAR DESA CIBOGO
Tahap persiapan kegiatan Pos Gizi (pertemuan kader, ibu balita, TPG, dan
ibu lurah)
Tahap pelaksanaan kegiatan Pos Gizi (pemberian makan balita)
Penutupan kegiatan Pos Gizi
264
POS GIZI BINTANG KELURAHAN CISAUK
Tahap pelaksanaan kegiatan Pos Gizi (pemberian makan balita)
Penutupan kegiatan Pos Gizi