Download - Estetika Modern Indonesia
ESTETIKA MODERN INDONESIAPertemuan 8
Irma Damayantie, S.Ds., M.DsProdi Desain Interior - FDIK
ESTETIKA MODERN INDONESIA
KARAKTER WACANA ESTETIKA INDONESIA
• Para pemikir lokal kerap tersisihkan dalam wacana estetika di Indonesia. Para penulis cenderung menggunakan hasil pemikiran tokoh-tokoh Barat.
• Kajian tentang tokoh estetika Timur diperlukan untuk memberikan gambaran tentang perpedaan pola pikir dunia Barat dan Timur mengenai estetika.
KARAKTER WACANA ESTETIKA INDONESIA
• Indonesia memiliki puluhan suku bangsa, masing-masing dengan kondisi geografis, pola hidup & berpikir, serta nilai-nilai kosmologi yang unik.
• Namun demikian, keunikan masing-masing bangsa justru memperkaya kebudayaan Indonesia, alih-alih memecah-belah bangsa ini.
• Masing-masing saling menghargai karena kesatuan yang terjalin sebagai bangsa Indonesia.
KARAKTER WACANA ESTETIKA INDONESIA
• Sehingga wacana estetika yang berkembang di Indonesia berangkat dari karakter unik bangsa Indonesia.
• Namun demikian masuknya pengaruh bangsa asing juga mempengaruhi perkembangan wacana estetika di Indonesia, namun tidak menghilangkan karakter khas bangsa Indonesia.
KARAKTER WACANA ESTETIKA INDONESIA
• Tokoh estetika Indonesia dapat dikelompokkan dalam :• Tokoh yang menekankan aspek keluhuran budi dan
moralitas Contoh : Ki Hajar Dewantara
• Tokoh yang mengutamakan citra dan orisinalitas, peradaban Contoh : Romo Mangun
• Tokoh yang menempatkan estetika sebagai bagian dari makna.• Tokoh yang mengetengahkan estetika sebagai penyadaran
religius, yang kemudian berkembang menjadi estetika keagamaan.
KI HAJAR DEWANTARA (1889 – 1959)
• Beliau adalah Bapak Pendidikan Nasional, seorang pendiri Taman Siswa di Yogyakarta.
• Landasan filosofis estetiknya mengemukakan tentang nilai-nilai luhur teradat yang harus menjadi landasan kebudian manusia Indonesia.
KI HAJAR DEWANTARA (1889 – 1959)
• Menurut beliau, adalah penting untuk memberikan kebebasan kepada anak-anak bangsa, namun tetap dalam batasan kodrat alam yang nyata dan menunju ke arah kebudayaan, yaitu keluhuran dan kehalusan hidup manusia.
• Prinsip pendidikan Taman Siswa adalah sistem pawiyatan yang dimodernkan.
• Pawiyatan (pondok, dalam kebudayaan Jawa), adalah kelompok cendikiawan yang bertradisi Jawa.
KI HAJAR DEWANTARA (1889 – 1959)
• Konsentrasi Taman Siswa adalah mempelajari alam dan ilmu keagamaan.
• Gerakan Taman Siswa mendapat simpati bukan karena modern, tapi karena menekankan aspek kehalusan (tidak tercemar, aman, dan seimbang).
• Taman Siswa melahirkan pemikir-pemikir rasionalis-modern seperti : Sukarno, Ali Sastroamijoyo, dll.
KI HAJAR DEWANTARA (1889 – 1959)
• Ide kehalusan dan keseimbangan dasar estetika
yang diharapkan terserap pada kepribadian anak didik
untuk berbudi luhur dan seimbang antara keterampilan
dengan kecerdasan.
• Ide tersebut menjadi dasar sebagian pendidikan seni di
jaman sekarang pola keseimbangan antara
keterampilan dan intelektual.
KI HAJAR DEWANTARA (1889 – 1959)
• Nilai Estetika dihancurkan kedayaannya melalui kehidupan yang semata rasional dan berorientasi dunia. Dengan ide dasar Taman Siswa, anak bangsa ditata ulang agar memiliki keluhuran budi.
KI AGENG SURYOMENTARAM (1892 – 1962)
• Beliau adalah putera Sri Sultan Hamengku Buwono VII.
• Gagasannya tentang estetika menekankan manusia agar memiliki kepekaan dan kesenangan pada barang-barang yang indah, serta mengerti semua barang yang indah.
KI AGENG SURYOMENTARAM (1892 – 1962)
• Filsafat keindahan beliau bertitik tolak dari pendekatan
dikotomis antara yang indah dan yang kurang indah.
• Dalam memandang keindahan, manusia harus terbebas
dari pikiran rasa senang atau rasa benci, karena rasa
semacam itu akan menutupi keindahan yang sebetulnya.
KI AGENG SURYOMENTARAM (1892 – 1962)
• Bahwa segala sesuatunya memiliki sifat indah sesuai
dengan makna, fungsi, dan keberadaannya.
• Bahwa segala sesuatu itu menjadi buruk karena pikiran
manusia yang memandang dengan rasa kebencian.
DRIYARKARA (1913 – 1967)
• Adalah seorang ahli filsafat yang pemikirannya melingkupi berbagai bidang, dari pendidikan, kebudayaan, negara, agama, juga estetika.
• Menurut beliau, manusia bukan sekedar ‘berada dalam dunia’ tetapi merupakan makhluk yang menjadi satu dengan dunia.
DRIYARKARA (1913 – 1967)
• Bahwa manusia memiliki kebutuhan akan keindahan sebagai bagian dalam memenuhi eksistensinya, manusia mulai menyadari akan nilai estetik dan cita rasa.
• Karya seni dan karya desain, dinilai sebagai upaya manusia untuk membangun dunianya yang lebih baik, yang nyaman, dan akhirnya tenggelam (fatalistik).
• Dalam hal ini, beliau terkontaminasi oleh nilai-nilai teosofik yang mengarah pada proses akhir yang amat pesimistik, yaitu kehancuran.
YB. MANGUNWIJAYA (1929 – 1999)
• Beliau lebih dikenal dengan sebutan Romo Mangun.
• Selain dikenal sebagai pemikir estetika, beliau adalah arsitek yang amat peduli pada kehidupan rakyat kecil.
• Gagasan beliau di bidang estetika adalah mengenai citra.
YB. MANGUNWIJAYA (1929 – 1999)
• Citra merupakan dimensi yang lebih tinggi dibanding guna, dimensi yang bersumber pada jati diri yang mendalam dan berkualitas.
• Citra adalah sebuah pribadi yang terwujud pada karya seni, arsitektur, atau karya desain lainnya.
• Bagi manusia modern, tidak semua wujud artifak harus dihubungkan dengan dunia mistik atau agama. Tapi kemuliaan cara menangkap makna, seperti halnya dalam kebudayaan kuno masih sangat relevan.
YB. MANGUNWIJAYA (1929 – 1999)
• Karya seni atau karya desain, bukan hanya masalah teknis semata, tapi juga harus mampu mencapai dimensi yang telah disentuh oleh alam.
• Citra menunjuk kepada hal transeden, memberi makna, mampu melihat ke depan, dan dapat mengatasi hal-hal watak materialistik.
• Arti, makna, kesejatian, citra, selain mencakup nilai estetik, juga mencakup kenalaran ekologis, karena mendambakan keselarasan terhadap alam, suatu kosmos yang teratur.
SUTAN TAKDIR ALISYAHBANA (1908 – 1996)
• Sutan Takdir adalah seorang budayawan dan juga sastrawan yang mencetuskan Polemik Budaya tahun 1930-an.
• Sutan Takdir menilai sifat kesenian Indonesia yang dibentuk oleh alam dan lingkungan kebudayaan yang beragam.
SUTAN TAKDIR ALISYAHBANA (1908 – 1996)
• Bahwa nilai-nilai estetik yang ada di masyarakat terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu nilai-nilai estetik kerakyatan dan nilai-nilai estetik para elit.
• Bahwa kebudayaan Indonesia umumnya tidak dilandasi oleh rasionalitas ilmu pengetahuan yang mengakar kebudayaan Indonesia terlalu dikuasai oleh ‘perasaan’.
• Kebudayaan yang dikuasai oleh perasaan memiliki ciri-ciri tersendiri.
SUTAN TAKDIR ALISYAHBANA (1908 – 1996)
Ciri-ciri kebudayaan yang dikuasai oleh perasaan :
• Ilmu yang rasional dianggap sebagai sumber nilai yang kering.
• Kemajuannya sangat lambat. Sehingga dalam agama maupun seni, ekspresi memiliki kedudukan yang penting kebudayaan ekspresif.
SUTAN TAKDIR ALISYAHBANA (1908 – 1996)
• Menurut Takdir, di era modern, kesenian yang memiliki nilai estetik tinggi, jatuh menjadi alat hiburan serta menjadi barang dagangan yang mempunyai nilai ekonomi.
• Kedayaan fungsi estetik mengalami pergeseran substansial, ketika manusia mengabaikan rasionalitas dan ilmu pengetahuan.
• Nilai-nilai estetik pada karya seni/desain memerlukan identitas dan kreativitas manusia pembuatnya.
S. SUDJOJONO (1913 – 1986)
• Beliau adalah pelukis terkenal yang memiliki konsep-konsep estetika radikal.
• Sudjojono adalah salah seorang pendiri Persagi (Persatuan Ahli Gambar Indonesia).
• Gagasan estetikanya menyerukan pentingnya Nasionalisme, meskipun pengungkapannya internasional (universal)
S. SUDJOJONO (1913 – 1986)
• Estetika kejuangan yang tetap konsisten hingga akhir hayatnya, memiliki analogi dengan estetika Camus (memberontak) dan Freire (pembebasan).
• Untuk menjadi seorang pengungkap nilai estetik dalam berkesenian yang terpenting adalah watak.
• Watak harus menjadi dasar bagi seniman, termasuk juga kesadaran yang tinggi melalui cinta kepada kebenaran.
S. SUDJOJONO (1913 – 1986)
• Seorang seniman dalam mengekspresikan diri hakikatnya merupakan wujud jiwanya sendiri jiwa tampak (jiwa ketok), kesenian adalah jiwa.
• Konsep estetika kejuangan Sudjojono amat populer pada jamannya dan menjadi jargon politik nasional.
S. SUDJOJONO (1913 – 1986)
• Nilai-nilai estetik harus memasyarakat, berpihak kepada rakyat kebanyakan, ikut dalam perjuangan bangsa dan kritis terhadap kekuasaan yang menyimpang.
• Sehingga nilai estetik dalam berkesenian memiliki kedayaan sosial bagi bangsanya.
YASRAF AMIR PILIANG (lahir 1956)
• Beliau memiliki gagasan-gagasan radikal dibanding pemikir lainnya.
• Karyanya adalah “Dunia yang Dilipat”, “Hiperealitas Kebudayaan”, “Dunia yang Menakutkan”, dan sebagainya.
• Beliau amat memahami fenomena estetika Barat, terutama era Posmodern.
YASRAF AMIR PILIANG (lahir 1956)
• Menurutnya, estetika telah mengalami pergeseran penting
sejak pasca industri, dari kebudayaan modern menjadi
kebudayaan posmodern.
• Karya seni dan desain telah dimaknai dengan bahasa
estetik baru, menghasilkan makna-makna baru.
• Dalam wacana konsumerisme, karya seni dan desain
telah menjadi bagian dari gaya hidup, fashion, koleksi,
dan sebagainya.
YASRAF AMIR PILIANG (lahir 1956)
• Praktik estetika yang semula bersifat progresif, rasional
dan serius, kini telah bergeser menjadi eklektik, irasional
dan ironis.
• Realitas telah diruntuhkan dengan maraknya reproduksi
objek, hiper-realitas. Realitas telah lebur dalam fantasi,
fiksi, halusinasi dan nostalgia.
• Kini nilai estetika bergeser menjadi estetika komoditas
dan estetika digital.
RELASI ZAMAN DAN MODEL PERTANDAAN
• Sumber : Yasraf Amir, 1999
Era Prinsip Relasi PertandaanKlasik/ Pra-Modernisme
Form Follows Meaning
Penanda/ Makna Ideologis
Modernisme Form Follows Function
Penanda/ Fungsi
Posmodernisme Form Follows Fun Penanda/ Tanda (makna ironis)
TOKOH ESTETIKA INDONESIA
• Beberapa tokoh lain yang ikut mempengaruhi wacana estetika Indonesia :
• The Liang Gie estetika untuk nilai kemanusiaan
• AAM Djelantik mengadopsi cara pandang estetika klasik,
namun juga mengangkat nilai estetika Timur
TOKOH ESTETIKA INDONESIA
Mudji Sutrisno filsafat keindahan
Tommy F. Awwuy dekonstruksi kebudayaan