Download - EPIDEMIOLOGI DIABETES MELITUS.docx
BAB I
PENDAHULUAN
Dari catatan sejarah yang terkumpul menunjukkan bahwa epidemiologi
merupakan ilmu yang telah dikenal sejak zaman dahulu bahkan berkembang
bersamaan dengan ilmu kedokteran karena kedua disiplin ilmu ini berkaitan satu
dengan yang lain.
Perbedaan antara ilmu kedokteran dengan epidemiologi terletak pada cara
penanganan masalah kesehatan. Ilmu keokteran lebih menekankan pelayanan
kasus demi kasus, sedangkan epidemiologi lebih menekankan pada kelompok
individu. Oleh karena itu, pada epidemiologi, selain membutuhkan ilmu
kedokteran juga membutuhkan disiplin ilmu lain, seperti: demografi, sosiologi,
antropologi, geoogi, lingkungan fisik, ekonomi, budaya, dan statistika.
Epidemiologi adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang seberapa
sering penyakit dialami oleh suatu kelompok orang yang berbeda dan mencari
tahu bagaimana bias terjadi. Sebutan epidemiologi secara objektif adalah
epidemik.
Saat ini epidemik penyakit tidak menular muncul menjadi penyebab
kematian terbesar di Indonesia, sedangkan epidemik penyakit menular juga belum
tuntas, selain itu semakin banyak pula ditemukan penyakit infeksi baru dan
timbulnya kembali penyakit infeksi yang sudah lama menghilang, sehingga
Indonesia memiliki beban kesehatan ganda yang berat. Berdasarkan studi
epidemiologi terbaru , Indonesia telah memasuki epidemik diabetes melitus tipe 2.
Perubahan gaya hidup dan urbanisasi nampaknya merupakan penyebab penting
masalah ini, dan terus – nmenerus meningkat pada milenium baru ini.
Dalam 5 tahun terakhir, banyak penelitian yang dilakukan berhubungan
dengan usaha pencegahan dan pengelolaan baik diabetes maupun komplikasinya.
International Diabetes Federation (IDF), American Diabetes Association (ADA) ,
European Assosiation for the Study of Diabetes (EASD), dan American
Association of Clinical Endokrinologist (AACE) telah mengeluarkan beberapa key
issues bagi diabetes.
1
Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit multisistem dengan ciri
hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.
World Health Organization (WHO) sebelumnya telah merumuskan bahwa DM
merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas
dan singkat, tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan
problema anatomik dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor di mana didapat
defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin. Menurut
American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes melitus merupakan
suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi
Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care,
2004). Sedangkan hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh
bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun
di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan,
DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%.
berdasarkan hasil Riskesdas 2007 prevalensi nasional DM berdasarkan
pemeriksaan gula darah pada penduduk usia >15 tahun diperkotaan 5,7%.
Prevalensi nasional Obesitas umum pada penduduk usia >= 15 tahun sebesar
10.3% dan sebanyak 12 provinsi memiliki prevalensi diatas nasional, prevalensi
nasional Obesitas sentral pada penduduk Usia >= 15 tahun sebesar 18,8 % dan
sebanyak 17 provinsi memiliki prevalensi diatas nasional. Sedangkan prevalensi
TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) pada penduduk usia >15 tahun di perkotaan
adalah 10.2% dan sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi diatas prevalensi
nasional. Prevalensi kurang makan buah dan sayur sebesar 93,6%, dan prevalensi
kurang aktifitas fisik pada penduduk >10 tahun sebesar 48,2%. Disebutkan pula
bahwa prevalensi merokok setiap hari pada penduduk >10 tahun sebesar 23,7%
dan prevalensi minum beralkohol dalam satu bulan terakhir adalah 4,6%.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. DEFINISI EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan terminologi, epidemiologi didefinisikan sebagai berikut:
Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu:
Epi = yang berkaitan
Demos = masyarakat, daerah
Logos = ilmu
Jadi epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku dalam
masyarakat.
Epidemiologi merupakan ilmu yang kompleks dan senantiasa
berkembang. Oleh karena itu tidak mudah untuk menetukan suatu batasan
yang baku. Hal ini tampak dengan berbagai batasan yang dinyatakan oleh
para ahli epidemiologi sebagai berikut.
1. “Epidemiologi ialah ilmu yang mempelajari distribusi penyakit dan
determinan yang mempengaruhi frekuensi penyakit pada kelompok
manusia”. (Mac Mahon,B & Pugh,T.F., 1970)
2. “Epidemiologi adalah studi tentang faktor yang menentukan frekuensi dan
distribusi penyakit pada populasi manusia”. (Lowe C.R. &
Koestrzewski.J.,1973)
3. “Epidemiologi ialah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan
penyakit dan ruda paksa pada populasi manusia”. (Mausner J. S. & Bahn,
1974)
4. “Epidemiologi ialah ilmu yang mempelajari distribusi penyakit atau
keadaan fisiologis pada penduduk dan determinan yang mempengaruhi
distribusi tersebut”. (Lilienfeld A.M., & D.E. Lilienfeld, 1980)
5. “Epidemiologi ialah suatu studi tetang distribusi dan determinan penyakit
pada populasi manusia”. (Barker, D.J.P.,1982)
3
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa epidemiologi ialah ilmu
yang mempelajari penyakit, ruda paksa, dan fenomena fisiologis tentang
frekuensi distribusi dan determinannya pada kelompok manusia
2.2. DEFINISI DIABETES MELITUS
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.(Brunner
dan Suddarth, 2002)
.Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis
dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat.(Price and Wilson)
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar
gula(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun
relatif (Arjatmo, 2002)
Jadi dapat disimpulkan bahwa Diabetes melitus merupakan suatu
gangguan metabolisme secara genetis dan klinis termasuk kelainan heterogen
yang dikarenakan adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relative yang menyebakan
manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.
Diabetes Melitus (DM) merupakan kelainan kronik pada
metabolismekarbohidrat, lemak dan protein sehingga mengakibatkan
gangguan pada sekresiinsulin, sensitivitas insulin atau keduanya.
Diabetes melitus ditandai denganadanya hiperglikemia dan berhubungan
dengan kerusakan berbagai sistem tubuh,khususnya sistem saraf dan
pembuluh darah (WHO, 2007; Kumar, 2005; Dipiro etal, 2005)
4
2.3. KLASIFIKASI DIABETES MELITUS
Berdasarkan PERKENI (2006), diabetes melitus dapat
diklasifikasikansebagai berikut:
1. Diabetes Melitus Tipe-1Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke
defisiensi insulin absolut, yangdisebabkan oleh:
Autoimun
Idiopatik 2.
2. Diabetes Melitus Tipe-2
Penderita diabetes melitus tipe-2 memiliki satu atau lebih keabnormalan
di bawah ini, antara lain:
Def i s i ens i i n su l i n r e l a t i f : i n su l i nyang d i s ek re s i o l eh
s e l -β pank rea s un tuk memetabolisme tidak mencukupi (Kumar et
al, 2005).
Resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif (PERKENI, 2006).
Diabetes Melitus Tipe Lain
Diabetes tipe ini dapat disebabkan karena beberapa hal, yaitu:
Defek genetik fungsi sel beta
Defek genetik kerja insulin
Penyakit eksokrin pankreas
Endokrinopati
Karena obat atau zat kimia
Infeksi
Sebab imunologi yang jarang
Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan diabetes melitus
3. Diabetes Melitus KehamilanDiabetes melitus kehamilan atau sering
disebut dengan istilah DiabetesMelitus Gestasional (DMG)
adalah suatu gangguan toleransi karbohidrat yangterjadi atau
diketahui pertama kali pada saat kehamilan sedang
berlangsung.F a k t o r r i s i k o d i a b e t e s t i p e i n i a n t a r a l a i n
o b e s i t a s , a d a n y a r i w a y a t D M G , gukosuria, adanya
riwayat keluarga dengan diabetes, abortus berulang,
5
adanyariwayat melahirkan bayi dengan berat > 4 kg, dan adanya
riwayat preeklamsia.Pen i l a i an adanya r i s i ko d i abe t e s
me l i t u s ge s t a s iona l pe r l u d i l akukan s e j ak kunjungan pertama
untuk pemeriksaan kehamilannya.
2.4. EPIDEMIOLOGI DIABETES MELITUS
Dari uraian sebelumnya, epidemiologi diabetes mellitus dapat diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari frekuensi distribusi dan determinannya dalam
suatu kelompok masyarakat. Berikut akan disajikan epidemiologi diabetes
mellitus di dunia dan di Indonesia.
2.4.1. Epidemiologi Diabetes Melitus di Dunia
Diabetes melitus (DM) diperkirakan penyebab utama ke 29 yang
menjadi beban penyakit di dunia pada tahun 1990, terhitung ada 1,1% dari
total manusia yang hidup dengan kecatatan (years lived with disability /
YLD), sama halnya dengan persentase dari infeksi saluran pernapasan atau
pun neoplasma ganas. Daalm versi pertama, menurut Global Burden of
Desease (GBD) 2000 study, yang dipublikasikan di The World Health
Reeport 2001, DM adalah penyebab utama ke 20 YLD di tingkat global,
terhitung 1,4% dari YLD global total.
Data dan metode ini disusun kembali yang digunakan untuk
menghasilkan versi kedua yang menyatakan bahwa DM merupakan beban
di tahun 2000.
Dunia sedang menghadapi epidemi diabetes dengan pertumbuhan
proporsi yang menghancurkan. Dampaknya akan dirasakan paling parah di
negara berkembang. Jumlah penderita diabetes meningkat karena
pertumbuhan penduduk, penuaan, urbanisasi, dan meningkatnya prevalensi
obesitas dan kurangnya aktivitas fisik. Prevalensi diabetes untuk semua
kelompok umur di seluruh dunia diperkirakan menjadi 2,8% pada tahun
2000 dan 4,4% pada 2030. Jumlah penderita diabetes diperkirakan
meningkat dari 171 juta pada tahun 2000 menjadi 366 juta 2030. Bukti dari
6
beberapa penelitian menunjukkan bahwa obesitas, perubahan yang cepat
dalam gaya hidup, hipertensi dan kelainan metabolisme lipoprotein yang
sering ditemukan pada penderita diabetes. Diabetes adalah salah satu
penyebab utama dini penyakit dan kematian di seluruh dunia. Penyakit
tidak menular termasuk diabetes sebesar 60% dari semua kematian di
seluruh dunia. Selain pengeluaran kesehatan berlebih, diabetes juga
membebankan beban ekonomi yang besar dalam bentuk kehilangan
produktivitas dan pertumbuhan ekonomi terdahulu. Kecuali ditangani,
beban kematian dan penyakit dari diabetes dan Penyakit Tidak Menular
lain akan terus meningkat. Menentukan prevalensi dan faktor yang terkait
dengan diabetes melitus adalah penting untuk memungkinkan perencanaan
nasional, pencegahan dan kontrol
2.4.2. Epidemiologi Diabetes Melitus di Indonesia
Penderita diabetes mellitus di Indonesia dari tahun 1994 terus
meningkat sampai tahun 2010. hal ini dapat menjelaskan perubahan era
global dapat mempengaruhi meningkatnya angka kejadian suatu penyakit.
Hal ini dapat dilihat pada grafik berikut:
Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah penderita
diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Dengan
7
prevalensi 8,4% dari total penduduk, diperkirakan pada tahun 1995 terdapat
4,5 juta pengidap diabetes dan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat
menjadi 12,4 juta penderita. Berdasarkan data Departemen Kesehatan
jumlah pasien Diabetes Melitus rawat inap maupun rawat jalan di rumah
sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin dan 4%
wanita hamil menderita Diabetes Gestasional . Data Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia (Perkeni) dari berbagai penelitian epidemiologis
menunjukkan sekitar tahun 1980-an prevalensi diabetes pada penduduk di
atas usia 15 tahun adalah 1,5-2,3%. Penelitian tahun 1991 di kota Surabaya
mendapatkan prevalensi 1,43% pada penduduk di atas 20 tahun. Di
pedesaan Jawa Timur tahun 1989, prevalensinya 1,47%. Hasil penelitian di
Jakarta menunjukkan adanya peningkatan prevalensi diabetes dari 1,7%
(1982) menjadi 5,7% (1993). Sementara di Depok dan Jakarta, tahun 2001
angkanya 12,8%. Prevalensi diabetes di Makassar meningkat dari 1,5%
(1981) menjadi 2,9% (1998).
Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi
Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes
Care, 2004). Sedangkan hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada
kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2
yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu
5,8%.
berdasarkan hasil Riskesdas 2007 prevalensi nasional DM
berdasarkan pemeriksaan gula darah pada penduduk usia >15 tahun
diperkotaan 5,7%. Prevalensi nasional Obesitas umum pada penduduk usia
>= 15 tahun sebesar 10.3% dan sebanyak 12 provinsi memiliki prevalensi
diatas nasional, prevalensi nasional Obesitas sentral pada penduduk Usia
>= 15 tahun sebesar 18,8 % dan sebanyak 17 provinsi memiliki prevalensi
diatas nasional. Sedangkan prevalensi TGT (Toleransi Glukosa Terganggu)
pada penduduk usia >15 tahun di perkotaan adalah 10.2% dan sebanyak 13
provinsi mempunyai prevalensi diatas prevalensi nasional. Prevalensi
8
kurang makan buah dan sayur sebesar 93,6%, dan prevalensi kurang
aktifitas fisik pada penduduk >10 tahun sebesar 48,2%. Disebutkan pula
bahwa prevalensi merokok setiap hari pada penduduk >10 tahun sebesar
23,7% dan prevalensi minum beralkohol dalam satu bulan terakhir adalah
4,6%.
Selain itu Riskesdas 2007 mendata angka prevalensi diabetes mellitus
tertinggi terdapat di provinsi Kalimantan Barat dan Maluku Utara (masing-
masing 11,1 persen), diikuti Riau (10,4 persen) dan NAD (8,5 persen).
Sementara itu, prevalensi diabetes mellitus terendah ada di provinsi Papua
(1,7 persen), diikuti NTT (1,8 persen), Prevalensi Toleransi Glukosa
Terganggu tertinggi di Papua Barat (21,8 persen), diikuti Sulbar (17,6
persen) dan Sulut (17,3 persen), sedangkan terendah di Jambi (4 persen),
diikuti NTT (4,9 persen). Angka kematian akibat DM terbanyak pada
kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan sebesar 14,7 persen,
sedangkan di daerah pedesaan sebesar 5,8 persen.
2.4.3. Distribusi Diabetes Melitus di Sulawesi Utara
Di Sulawesi Utara, keberhasilan pembangunan ekonomi kita
menghasilkan masyarakat dengan tingkat ekonomi yang relatif lebih baik
dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Dengan demikian,
kebutuhan dasar masyarakat seperti kebutuhan pangan relatif sudah
tercukupi di daerah ini. Rasanya tidak pernah kita melihat orang kelaparan
dan mengemis di jalanan karena tidak ada makanan. Status gizi
masyarakat Sulawesi Utara relatif baik dan membanggakan, jauh di atas
rata-rata status gizi nasional. Tetapi kita tidak boleh larut dalam
kebanggaan ini, kita harus secara cerdas mengantisipasi situasi yang
timbul sebagai dampak negatif kebanggaan tersebut. Pola makan
masyarakat kita yang cenderung ‘’high risk’’ bisa menimbulkan masalah
penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, stroke,
penyakit jantung dan penyakit sendi. Pola makan tinggi lemak, tinggi
9
karbohidrat, kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan merokok adalah faktor
risiko penyakit tidak menular.
Data Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM)
Kementerian Kesehatan RI tahun 2010 menunjukkan bahwa prevalensi
penyakit diabetes mellitus di Sulawesi Utara senilai 8,1 %, jauh di atas
angka nasional yaitu 5,7 %. Begitu juga dengan prevalensi TGT (Toleransi
Glukosa Terganggu) di Sulawesi Utara senilai 17,3 % jauh di atas angka
nasional yaitu 10,2%. Lebih mengkhawatirkan lagi jika kita melihat angka
prevalensi Obesitas Umum yaitu 19,1% dan angka prevalensi Obesitas
Sentral 31,5%, di mana Sulawesi Utara menduduki rangking pertama jika
dibanding provinsi lainnya di Indonesia. Jadi, di Sulawesi Utara banyak
orang yang gemuk dan juga banyak orang yang memiliki kadar gula
darah tinggi.
BAB III
10
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa epidemiologi adalah ilmu
yang sudah ada sejak lama dan merupakan disiplin ilmu yang penting dalam
dunia kedokteran dan sudah sangat berkembang pesat sampai sekarang.
Epidemiologi ini terbagi menjadi epidemiologi penyakit menular dan
epidemiolog penyakit tidak menular yang frekuensi distribusinya semakin
meningkat di kelompok masyarakat dunia maupun Indonesia termasuk
Sulawesi Utara, dalam hal ini adalah penyakit diabetes mellitus. Faktor-
faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya diabetes mellitus adalah
obesitas, perubahan yang cepat dalam gaya hidup, hipertensi dan kelainan
metabolisme lipoprotein yang menyebabkan terjadinya peningkatan angka
kejadian diabetes mellitus di dunia termasuk Indonesia dan Negara-negara
lainnya sehingga banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
kejadian diabetes mellitus serta faktor-faktor yang mempengaruhinya serta
komplikasinya. Penelitian-penelitian yang dilakukan banyak menunjukkan
peningkatan kejadian diabetes mellitus di dunia, terutama di Indonesia
merupakan frekuensi distribusi keempat terbesar di dunia dan Sulawesi
Utara yang menjadi memiliki persentase diabetes mellitus diatas persentase
nasional diabetes mellitus.
3.2. Saran
11
Angka-angka di atas cukup besar jika dibandingkan angka nasional,
dan menggambarkan masalah kesehatan masyarakat yang harus kita
antisipasi dengan serius melalui program-program pengendalian yang tepat.
Singkatnya, bagaimana kita bisa mendeteksi secara dini penyakit-penyakit
tidak menular yang diidap oleh pasien. Tentunya yang paling penting adalah
bagaimana kita bisa meningkatkan kemandirian dan partisipasi individu,
keluarga, dan masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan faktor-
faktor risiko penyakit tidak menular yang terus bertambah di Indoesia,
terutama Sulawesi Utara dalam hal pola hidup.
DAFTAR PUSTAKA
12
1. Pengantar Epidemiologi edisi 2, pengarang: dr. Eko Budiarto, SKM, dr.
Dewi Anggraeni. Penerbit buku kedokteran EGC
2. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 d
Indonesia 2011. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
3. Definisi, Klasifikasi, Etiologi dan Epidemiologi Diabetes MelitusDiunduh di:
http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/definisi-
klasifikasi-etiologi-dan-epidemiologi-diabetes- melitus/
Tanggal: 27 Maret 2012
4. 4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
5. Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus Di Indonesia Mencapai 21,3 Juta orang.
diunduh di: http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/414-
tahun-2030-prevalensi-diabetes-melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-
orang.html
Tanggal: 27 Maret 2012
6. epidemiologi. Diunduh di:
http://www.anneahira.com/pencegahan-penyakit/epidemiologi.htm
Tanggal: 27 Maret 2012
7. Makalah diabetes melitus (dm), dosen pembimbing : engkartini, s. Kep. Ns.
S-1 keperawatan stikes al-irsyad al-islamiyyah cilacap 2011
8. Makalah Diabetes Melitus.
Diunduh di: http://bkp2011.blogspot.com/2011/04/makalah-diabetes-melitus.html
Tanggal: 1 April 2012
9. Diabetes. Diunduh di: http://www.who.int/healthinfo/statistics/bod_diabetes.pdf
Tanggal: 1 April 2012
10. Distribution of Diabetes Mellitus among the Saudi Adult Population- A National Survey Journal.
Diunduh di: http://www.mejfm.com/January%202012/DiabetesSA.htm Tanggal: 1 April 2012
13
11. Epidemiologi, Program Penanggulangan, Dan Isu Mutakhir Diabetes Mellitus Diunduh di: http://ortotikprostetik.blogspot.com/2009/05/epidemiologi-
program-penanggulangan-dan.html
Tanggal: 1 April 2012
12. Pengendalian Penyakit Tidak Menular Berbasis Masyarakat di Sulut.
Diunduh di: http://www.manadopost.co.id/index.php?
mib=berita.detail&id=77045
Tanggal: 4 April 2012
13. RI Rangking Keempat Jumlah Penderita Diabetes Terbanyak DuniaDiunduh di: http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?
mid=5&nid=618&catid=23
Tanggal: 4 April 2012
14