Download - Ekuitas Bab 9
1.1Pengertian Ekuitas
Menurut PSAK (2002) pasal 49, ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah
dikurangi semua kewajiban. Ekuitas didefinisi sebagai hak residual untuk menunjukkan
bahwa ekuitas bukan kewajiban. Ini berarti ekuitas bukan pengorbanan sumber ekonomik
masa datang. Karena didefinisi atas dasar aset dan kewajiban, nilai ekuitas juga bergantung
pada bagaimana aset dan kewajiban diukur.
Atas dasar konsep kesatuan usaha, kreditor dan pemegang saham sama-sama mempunyai
klaim atau hak untuk dilunasi atas dana yang ditanamkan dalam perusahaan. Namun kreditor
dan pemegang saham memiliki perbedaan sebagai berikut:
a. Hak-hak masing-masing pihak atas penyelesaian klaim
Klaim kreditor terbatas jumlahnya dan harus diselesaikan pada tanggal tertentu
sementara klaim pemegang saham merupakan jumlah residual dan tidak harus diselesaikan
atau dilunasi pada tanggal tertentu
b. Hak penggunaan aset dalam operasi
Kreditor pada umumnya tidak mempunyai akses dan kendali dalam penggunaan aset
perusahaan. Mereka juga tidak mempunyai hak dalam pengambilan keputusan operasi
perusahaan secara langsung. Di lain pihak, pemilik (khususnya dalam perusahaan
perseorangan) mempunyai akses, hak, dan autoritas untuk menjalankan perusahaan dan
menggunakan atau mengendalikan aset.
c.Substansi ekonomik perjanjian
Kreditor berhak atas pelunasan sedangkan pemegang saham berhak atas pembagian
laba (residual). Jadi, secara substansi ekonomik, kreditor menanggung risiko lebih besar
sehingga berhak atas kembalian (rate of return) yang bervariasi melalui pembagian laba
(participation in profits).
1.2 Komponen Ekuitas Pemegang Saham
Dari segi riwayat terjadinya dan sumbernya, ekuitas pemegang saham diklasifikasi atas dasar
dua komponen penting yaitu:
a.Modal Setoran
Modal setoran dipecah menjadi dua yaitu:
1. Modal saham (capital stock) sebagai modal yuridis (legal capital)
Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan bahwa harus ada
sejumlah rupiah yang harus dipertahankan dalam rangka perlindungan terhadap pihak lain.
Bentuk ketentuan hukum ini adalah bahwa saham harus mempunyai nilai nominal atau nilai
minimum yang dinyatakan untuk menunjukkan hak yuridis. Modal yuridis merupakan
jumlah rupiah “minimal” yang harus disetor oleh investor sehingga membentuk modal
yuridis.
2. Modal setoran tambahan (additional paid-in capital)
Transfer dari modal setoran ke laba ditahan tanpa alasan yang kuat adalah penyimpangan dari
penalaran yang valid. Ini berarti bahwa modal tidak dapat digunakan sebagai sumber laba
ditahan. Demikian juga, tidak sebagianpun dari jumlah rupiah laba ditahan dapat dimasukkan
sebagai modal setoran kecuali jumlah rupiah tersebut telah diubah menjadi modal dengan
proses kapitalisasi yuridis atau telah berubah karena transaksi modal yang dibahas dibawah
ini.
Perubahan modal setoran:
a. Pemesanan saham
b. Obligasi terkonversi atau berhak-tukar
c. Saham istimewa terkonversi atau berhak-tukar
d. Dividen saham
e. Hak beli saham
f. Opsi saham
· g. Waran
h. Saham treasuri
Komponen lain yang merefleksi transaksi pemilik (misalnya saham treasuri atau modal
sumbangan).
b. Laba diTahan.
1. Laba atau rugi (dari statement laba rugi)
2. Dividen
3. Rekapitalisasi
4. Defisit
5. Koreksi
6. Perubahan akuntansi
Terdapat beberapa hal lain yang dapat menyebabkan laba ditahan dalam satu periode berubah
selain karena transaksi modal tetapi karena transaksi khusus yaitu:
1. Penyesuaian periode-lalu.
2. Koreksi kesalahan dalam laporan keuangan sebelumnya.
3. Pengaruh perubahan akuntansi.
4. Kuasi-reorganisasi.
Kuasi-organisasi merupakan prosedur akuntansi yang mengatur perusahaan untuk
merestrukturisasi ekuitasnya dengan menghilangkan defisit dan menilai kembali seluruh
asset dan kewajibannya tanpa melalui reorganisasi secara hukum.
1.3. Perbedaan Modal Setoran dan Laba Ditahan
Laba ditahan pada dasarnya terbentuk dari akumulasi laba yang dipindahkan dari
akun ikhtisar laba rugi. Begitu saldo laba ditutup ke laba ditahan, sebenarnya saldo laba
tersebut telah lebur menjadi elemen modal pemegang saham yang sah. Dengan demikian
untuk mengukur seluruh hak pemegang saham atas aset, laba ditahan harus digabungkan
dengan modal setoran.Pembedaan antara dua bagian elemen ekuitas pemegang sangat
penting, dari segi administrasi keuangan, laba ditahan merupakan indikator daya melaba
sehingga laba ditahan harus selalu dipisahkan dengan modal setoran meskipun jumlahnya
akhirnya ditotal untuk membentuk ekuitas pemegang saham. Pembedaan ini juga sangat
penting secara yuridis karena modal setoran merupakan dana dasar yang harus tetap
dipertahankan untuk menunjukkan perlindungan bagi pihak lain. Dana ini hanya dapat ditarik
kembali dalam likuidasi atau dalam keadaan luar biasa lainnya. Sementara itu, laba ditahan
adalah jumlah rupiah yang secara yuridis dapat digunakan untuk pembagian dividen.
Komponen lain terdiri dari pos-pos yang tidak tepat dimasukkan dalam komponen
modal setoran atau laba ditahan tetapi sering diklasifikasikan sebagai pos ekuitas pemegang
saham. Pos-pos inni misalnya untung penahanan belum terealisasi, penyesuaian kapital belum
terealisasi lainnya, selisih revaluasi dan hak pemegang saham minoritas.
1.4. Perubahan Laba Ditahan
Kalau pemisahan antara transaksi modal dan transaksi operasi harus tetap
dipertahankan, hanya terdapat 2 faktor utama yang mempengaruhi besarnya laba ditahan
yaitu laba atau rugi periodic dan pembagian deviden. Laba yang dipindahkan dari aku laba
rugi adalah laba yang merupakan selesih seluruh elemen transaksi operasi dalam arti luas
yang disebut laba komrehesif. Transaksi lain yang dapat mempengaruhi laba ditahan adalah
transaksi yang tergolong dalam transaksi modal yang diuraikan dalam pembahasan perubahan
modal setoran. Pengaruh beberapa transaksi diatas langsung dimasukkan dalam laba ditahan
dan tidak melalui statemen laba rugi periode terjadinya transaksi tersebut karena merupakan
transaksi modal. Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan laba ditahan pada suatu
periode berubah selain karena transaksi modal tetapi karena transaksi khusus yaitu:
1. Penyesuaian periode yang lalu
2. Koreksi kesalahan dalam laporan keuangan sebelumnya
3. Pengaruh perubahan akuntansi
4. Kuasi reorganisasi
1.5. Penyesuaian Periode Lalu
Penyesuaian ini sering juga disebut dengan penyesuaian susulan. Penyesuaian
periode lalu adalah perlakuan terhadap suatu jumlah rupiah yang mempengaruhi operasi
periode masa lalu bukan sebagai pengurang atau penambah perhitungan laba tahun sekarang
tetapi sebagai penyesuaian tehadap laba ditahan awal periode sekarang, sebagai contoh
perusahaan yang pada periode lalu dituntut unutk mengganti rugi sejumlah uang tertentu
karena dituduh melanggar hak paten perusahaan lain. Baru pada periode sekarang dapat
dipastikan bahwa perusahaan harus membayar ganti rugi sejumlah tertentu. Jumlah tersebut
harus diperlakukan sebagai rugi bagi perusahaan. Rugi tersebut diakui sebagai penyesuaian
terhadap laba bersih peiode lalu ketika peristiwa yang menyebabkan rugi tersebut terjadi.
Beberapa pendapat ada yang mendukung dan ada yang menolak perlakuan rugi
tersebut sebagai penyesuaian periode lalu, pihak yang mendukung beragumen sebagai
berikut:
1. Laba akan menjadi lebih berarti kalau rugi yang timbul akibat kejadian masa lalu
dilaporkan sebagai elemen laba rugi periode yang bersangkutan. Memasukkannya
sebagai elemen laba rugi periode sekarang akan menimbulkan distorsi pelaporan laba
periode sekarang.
2. Pelakuan semacam ini menggambarkan penerapan penandingan pendapatan dan biaya
yang tepat.
Sementara pihak yang menolak mengajukan argumen sebagai berikut:
1. Semua pendapatan untung biaya dan rugi yang berkaitan dengan kegiatan
menghasilkan pendapatan harus dilaporkan dalam statement laba rugi. Kalau rugi
diberlakukan sebagai penyesuaian periode lalu maka jumlah tersebut tidak akan
pernah masuk dalam riwayat laba perusahaan ini berarti daya melaba jangka panjang
tidak dapat digambarkan secara lengkap.
2. Pemakaian laporan kemungkinan besar tidak akan pernah mengetahui bahwa rugi
tertentu pernah dialami oleh perusahaan kalau jumlah tersebut tidak dimasukkan
dalam statement laba rugi.
1.5. Tujuan Penyajian Ekuitas
Pengungkapan informasi ekuitas pemegang saham akan sangat dipengaruhi oleh tujuan
penyajian informasi tersebut kepada pemakai statemen keuangan. Pada umumnya, tujuan
pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah menyediakan informasi kepada yang
berkepentingan tentang efesiensi dan kepengurusan manajemen.
Untuk memenuhi tujuan tersebut, informasi yang harus disampaikan tentang ekuitas
pemegang saham tersebut minimal adalah:
1. Sumber ekuitas pemegang saham beserta riwayatnya.
2. Peraturan yuridis yang membatasi pembagian dividen dan pengambilan modal setoran
kepada pemegang saham.
3. Prioritas beberapa golongan pemegang saham atau pemegang ekuitas lainnya.
2.1 Pengertian Laba Komprehensif
FASB dalam SFAC No. 3 dan 6 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan laba
komprehensif adalah total perubahan aktiva bersih (ekuitas) perusahaan selama satu periode,
yang berasal dari semua transaksi dan kegiatan lain dari sumber selain sumber yang berasal
dari pemilik. Atau dengan kata lain, laba komprehensif terdiri atas seluruh perubahan aktiva
bersih yang berasal dari transaksi operasi.
Dalam analisis keuangannya upaya pendapatan komprehensif untuk mengukur jumlah
total dari semua kejadian operasi dan keuangan yang telah mengubah nilai kepentingan
pemilik dalam bisnis. Hal ini diukur pada basis per-share untuk menangkap efek dilusi dan
pilihan. Ini membatalkan efek dari transaksi ekuitas yang pemiliknya akan acuh tak acuh;
pembayaran dividen, share buy back dan penerbitan saham pada nilai pasar.
Hal ini dihitung dengan mendamaikan nilai buku per saham dari awal periode sampai
akhir periode. Ini secara konseptual sama dengan mengukur pertumbuhan anak dengan
menemukan perbedaan antara tinggi badannya pada setiap ulang tahun. Semua item baris
lainnya dihitung, dan persamaan diselesaikan untuk laba komprehensif.
Beberapa pendapat mengatakan bahawa Pendapatan komprehensif adalah jumlah laba
bersih dan barang-barang lainnya yang harus melewati laporan laba rugi karena termasuk
barang-barang seperti keuntungan yang belum direalisasi atau rugi dari efek tersedia untuk
dijual dan keuntungan kurs atau kerugian . Barang-barang ini bukan merupakan bagian dari
laba bersih , namun cukup penting untuk dimasukkan dalam pendapatan komprehensif ,
memberikan pengguna lebih besar , gambaran yang lebih komprehensif dari organisasi secara
keseluruhan .
Pos-pos atau barang-barang yang melwati laporan laba rugi akan dimasukkan menurut
konsep laba komprehensif. Laba komprehensif meliputi semua suatu periode kecuali
perubahan aktivitas inivestasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik. Karena itu, laba
komprehenif meliputi semua pendapatan dan keuntungan beban dan kerugian yang
dilaporkan dalam laba bersih, dan selai itu juga mecakup keuntungan dam kerugian yang
tidak dimasukkan dalam laba bersih tetapi mempengaruhi ekuitas pemegang saham. Pos-pos
yang melewati laporan laba-rugi ini disebut laba komprehensif lainnya.
Laba komprehensif lain berisi semua perubahan yang tidak diizinkan untuk disertakan
dalam laporan laba rugi . Hal ini penting terutama untuk memahami perubahan yang sedang
berlangsung dalam nilai wajar aset perusahaan. Item yang harus dimasukkan dalam
pendapatan komprehensif lain meliputi:
1. Efek yang tersedia untuk dijual fair perubahan nilai yang sebelumnya ditulis sebagai
gangguan
2. Efek yang tersedia untuk dijual Keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi
3. Lindung nilai arus kas keuntungan dan kerugian instrumenperubahan dalam surplus
revaluasi
4. Keuntungan dan kerugian aktuaria atas program manfaat pasti yang diakui sesuai dengan
IAS 19
5. Keuntungan dan kerugian pengukuran kembali aset keuangan tersedia untuk dijual (IAS
39).
6. Keuntungan dan kerugian yang timbul dari transfer dari kategori tersedia untuk dijual ke
kelompok dimiliki hingga jatuh tempo efek hutang yang belum direalisasi
7. Keuntungan dan kerugian transaksi mata uang intra - entitas di mana penyelesaian tidak
direncanakan atau diantisipasi di masa mendatang mata uang asing
8. Keuntungan dan kerugian yang lindung nilai dari suatu investasi dalam suatu entitas
asing transaksi valuta asing
9. Selisih kurs karena penjabaran mata uang asing
10. Keuntungan atau kerugian pensiun imbalan pensiun atau pasca pensiun
Hal ini dapat diterima baik komponen laporan laba bersih komprehensif lain dari
pengaruh pajak yang bersangkutan , atau sebelum pengaruh pajak terkait dengan beban pajak
penghasilan agregat tunggal atau manfaat menunjukkan bahwa berhubungan dengan semua
item pendapatan komprehensif lain. Barang yang akan dimasukkan dalam klasifikasi ini
mungkin jarang ditemui oleh bisnis yang lebih kecil , sehingga jenis organisasi mungkin
hanya kadang-kadang melaporkan pendapatan komprehensif lain .
Menurut Dewan Standar Akuntansi Keuangan ( FASB ) pendapatan komprehensif lain
atau other comprehensive income ( OCI ) sebagai alat analisis keuangan yang berharga .
Tujuannya FASB menyatakan itu secara umum adalah untuk menerbitkan panduan untuk
meningkatkan komparabilitas , konsistensi dan transparansi pelaporan keuangan. Untuk
mencapai hal ini , ia telah berusaha untuk meningkatkan keunggulan item yang dilaporkan
dalam pendapatan komprehensif lain .
2.2 Penyajian Laba Komprehensif
Laba komprehensif merupakan salah satu elemen statemen keuangan. Laba
komprehensif didefinisi sebagai perubahan ekuitas selama perioda yang berasal dari sumber-
sumber nonpemilik. Dengan dianutnya pendekatan laba semua-termasuk atau laba
komprehensif, masalahnya adalah bagaimana menyajikan komponen-komponen pembentuk
laba komprehensif dan bagaimana penyajian dalam statmen laba-rugi. Berikut ini memuat
komponen-komponen pembentuk statmen laba-rugi.
a. Komponen-Komponen Pembentuk Statemen Laba-Rugi
1. Seksi operasi utama (major operating activities section) :
a. Penjualan atau pendapatan (sales or revenues)
b. Kos barang terjual (cost of goods sold)
c. Biaya penjualan (selling expenses)
d. Biaya administrative atau umum (administrative or general expenses)
2. Seksi operasi tambahan (secondary or auxiliary activities section) :
a. Pendapatan lainnya dan untung (other revenues and gains)
b. Biaya lainnya dan rugi (other expenses and losses)
3. Pajak penghasilan (income taxes)
4. Operasi hentian / taklanjutkanan (discontinued operations)
5. Pos-pos luar biasa / ekstraordiner (extraordinary items)
6. Pengaruh kumulatif perubahan prinsip akuntansi (cumulative effects of changes in
accounting principles)
7. Pengaruh kumulatif perubahan estimate / taksiran (cumulative effects of changes in
accounting estimates)
8. Perubahan ekuitas nonpemilik lainnya (other nonowner changes in equity) termasuk
pos-pos penerobos
Pada nomor 6 dan 7 dalam Komponen-Komponen Pembentuk Statemen Laba-Rugi juag
dikategori sebagai komponen perubahan ekuitas nonpemilik dan keduanya disebut pengaruh
kumulatif perubahan akuntansi atau penyesuaian kumulatif akuntansi(cumulative
accounting adjustments) sehingga pos-pos selain yang masuk dalam kategori ini disebut
dengan perubahan ekuitas nonpemilik lainnya (other nonowner changes in equity). Karena
pada nomor 1 sampai 8 semuanya masuk dalam statemen laba-rugi, angka bersih yang
diperoleh disebut dengan laba komprehensif (comprehensive income). Tujuan
dimasukkannya nomor 8 dalam statemen laba-rugi adalah untuk mencegah penyembunyian
atau penghilangan (omissions) secara diskresioner pos-pos laba atau rugi tertentu dari
statemen laba-rugi. Dengan kata lain, tujuannya adalah mencegah penyalahgunaan (abuse).
Nomor 6 dan 7 dikeluarkan dari laba bersih dan dilaporkan sebagai perubahan ekuitas
nonpemilik dan angka bersih yang diperoleh dari nomor 1 sampai 5 disebut dengan laba
perioda (earnings) dan laba perioda setelah nomor 6 dan 7 disebut laba perioda bersih (net
earnings) atau tetap laba bersih. Bila terjadi rugi, laba komprehensif menjadi rugi
komprehensif. Laba komprehensif dapat disebut pula perubahan ekuitas nonpemilik
total (total nonowner changes in equity).
Terdapat dua pendekatan penyusunan statemen laba-rugi yaitu :
1. Pendekatan satu-statemen (one-statement approuch)
untuk menyajikan nomor 1 sampai 8. menyajikan kedelapan komponen tersebut dalam satu
statemen yang diberi judul statemen laba-rugi dan laba-rugi komprehensif (statement of
income and comprehensive income).
2. Pendekatan dua-statemen memisahkan pelaporan komponen 1 sampai 7 dalam statemen
laba-rugi (statement of income) dan menyajikan pengaruh komponen 8 terhadap laba perioda
bersih dalam statemen laba-rugi komprehensif (statement of comprehensive income).
Biaya bunga (interest expenses) dimasukkan dalam komponen biaya lainnya dan rugi.
Angka bersih setelah biaya lainnya dan rugi serta pajak penghasilan disebut laba dari
operasi berlanjut (income from continuing operatios). Jadi, komponen 1 sampai 3 disebut
komponen operasi (dalam arti luas) dan membentuk laba dari operasi berlanjut. Hal ini berarti
bahwa pos-pos dalam komponen pendapatan lainnya dan untung atau biaya lainnya dan rugi
tidak dipandang sebagai pos-pos nonoperasi. Oleh karena itu, pos-pos dalam komponen 4
sampai 8 sering disebut pos-pos takregular atautakteratur (irregular items). Pengertian
takregular menjadi masalah bila dikaitkan dengan makna takumum atau takbiasa (unusual)
dan luar biasaatau ekstraordiner (extraordinary). Persoalannya adalah kapan suatu pos
harus dikategori sebagai komponen 2, 5, atau lainnya. Bila masuk komponen 5, apakah pos
tersebut takbiasa atau luar biasa. Kriteria unutk mengklasifikasi suatu kejadian atau transaksi
yang membentuk pos-pos luar biasa yaitu :
a. ketakbiasaan (unusual nature)
b. ketakseringan keterjadian (infrequency of occurence)
c. materialitas (materiality)
Untuk mengkategori suatu kejadian atau transaksi ke dalam pos luar biasa, ketiga
karakteristik tersebut harus dipenuhi. Ketakbiasaan berarti bahawa kejadian atau transaksi
yang melandasi suatu pos mempunyai tingkat keabnormalan yang tinggi dan harus jelas-jelas
merupakan jenis yang sama sekali tidak berkaitan atau hanya berkaitan secara insidental
dengan kegiatan perusahaan dalam konteks lingkungan beroperasinya perusahaan.
Ketakseringan keterjadian / terjadinya berarti bahwa kejadian atau transaksi yang melandasi
suatu pos merupakan jenis yang bukan harapan umum atau yang tidak diantisipasi akan
terjadi di masa datang dalam konteks lingkungan beroperasinya perusahaan.
Materialitas berarti bahwa kejadian atau transaksi yang melandasi suatu pos harus
diklasifikasi secara terpisah sebagai pos luar biasa hanya kalau iumlah yang terlibat material
dalam kaitannya dengan atau relatif terhadap angka laba sebelum pos luar biasa,
kecenderungan (trend) laba perioda sebelum pos luar biasa, atau ukuran materialitas yang
lain. Bila suatu pos material teapi hanya memenuhi kriteria a atau b, tidak dapat diklasifikasi
sebagai pos luar biasa.
Contoh pos-pos yang dapat dimasukkan dalam kategori ini misalnya adalah penghapusan
piutang, sediaan, serta kos riset dan pengembangan; untung atau rugi penjabaran valuta asing
termasuk akibat devaluasi atau revaluasi; untung atau rugi pelepasan segmen bisnis; untung
atau rugi penjualan aset fisis; efek pemogokan; dan penyesuaian akrual atas kontrak jangka
panjang. Intinya, pos-pos material yang tak biasa atau taksering, tetapi tidak keduanya, masuk
dalam kategori ini. Mereka dilaporkan dalam seksi / komponen terpisah di atas pos
ekstraordiner. Dapat juga dilaporkan dalam seksi operasi tambahan kalau jumlahnya tidak
material.
Daftar Pustaka
Soewardjono. 2011. Teori Akuntansi. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta
Kieso, Donald E. Dkk. 2007.Akuntansi Intermediate. Erlangga. Jakarta