Download - EKONOMI TRANSPORTASI
EKONOMI TRANSPORTASI
KEBIJAKAN NASIONAL DALAM MASALAH PENGANGKUTAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem Transportasi Nasional yang keberadaannya memiliki posisi dan peranan yang
sangat penting dan strategis dalam cakupan upaya pencapaian tujuan pembangunan nasional
maupun dalam kaitannya dengan hubungan internasional yang terdiri dari transportasi darat, laut
dan udara. Oleh karena itu, pentingnya pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan
nasional dalam masalah pengangkutan di indonesia.
Transportasi udara merupakan salah satu alat transportasi yang cepat dibandingkan alat
transportasi lainnya dalam memperlancar roda perekonomian nasional dan internasional,
membuka akses ke daerah pedalaman atau terpencil, membina dan memperkokoh persatuan dan
kesatuan bangsa menegakkan kedaulatan negara, menjamin dan menjaga keutuhan wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia serta mempengaruhi aspek kehidupan masyarakat.
Pentingnya sistem transportasi tercermin dengan semakin meningkatnya kebutuhan jasa
angkutan bagi mobilitas orang dan barang di dalam negeri dari dalam dan luar negeri serta
berperan sebagai pendorong dan penggerak bagi pertumbuhan daerah dan pengembangan
wilayah. Menyadari pentingnya posisi dan peranan sistem transportasi tersebut, khususnya
penyelenggaraan penerbangan harus di tata dalam satu kesatuan sistem transportasi nasional
secara terpadu dan mampu mewujudkan penyediaan jasa transportasi yang seimbang dengan
tingkat kebutuhan, keselamatan, keamanan, keefektifan dan keefisienan.
Karna Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiki lebih dari 17.000
pulau dengan total wilayah 735.355 mil persegi. Indonesia dan menempati peringkat keempat
dari 10 negara berpopulasi terbesar di dunia (sekitar 220 juta jiwa). Tanpa sarana transportasi
yang memadai maka akan sulit untuk menghubungkan seluruh daerah di kepulauan ini.
Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived demand) akibat
aktivitas ekonomi, sosial, dan sebagainya. Dalam kerangka makro-ekonomi, transportasi
merupakan tulang punggung perekonomian nasional, regional, dan lokal, baik di perkotaan
maupun di pedesaan. Harus diingat bahwa sistem transportasi memiliki sifat sistem jaringan di
mana kinerja pelayanan transportasi sangat dipengaruhi oleh integrasi dan keterpaduan jaringan.
Sarana transportasi yang ada di darat, laut, maupun udara memegang peranan
vitaldalam aspek sosial ekonomi melalui fungsi distribusi antara daerah satu dengan daerah yang
lain. Distribusi barang, manusia, dll. akan menjadi lebih mudah dan cepat bila sarana transportasi
yang ada berfungsi sebagaimana mestinya sehingga transportasi dapat menjadi salah satu sarana
untuk mengintegrasikan berbagai wilayah di Indonesia. Melalui transportasi penduduk antara
wilayah satu dengan wilayah lainya dapat ikut merasakan hasil produksi yang rata maupun hasil
pembangunan yang ada.
Skala ekonomi (economy of scale), lingkup ekonomi (economy of scope), dan
keterkaitan (interconnectedness) harus tetap menjadi pertimbangan dalam pengembangan
transportasi dalam kerangka desentralisasi dan otonomi daerah yang kerap didengungkan akhir-
akhir ini. Ada satu kata kunci ini disini, yaitu integrasi, di mana berbagai pelayanan transportasi
harus ditata sedemikian rupa sehingga saling terintegrasi, misalnya truk pengangkut kontainer,
kereta api pengangkut barang, pelabuhan peti kemas, dan angkutan laut peti kemas, semuanya
harus terintegrasi dan memungkinkan sistem transfer yang terus menerus (seamless).
Kebutuhan angkutan bahan-bahan pokok dan komoditas harus dapat
dipenuhi oleh sistem transportasi yang berupa jaringan jalan, kereta api, serta pelayanan
pelabuhan dan bandara yang efisien. angkutan udara, darat, dan laut harus saling terintegrasi
dalam satu sistem logistik dan manajemen yang mampu menunjang pembangunan nasional.
1.2 Rumusan masalah
Permasalahan Pengangkutan adalah merupakan kenyataan yang dihadapi oleh Pemerintah.
Maka dengan adanya Makalah yang di buat Oleh kami kelompok 3 (tiga), Dengan adanya rumusan
masalah maka akan dapat ditelaah secara maksimal sehingga tidak mengarah pada permasalahan
yang diluar permasalahan.
Adapun permasalahan yang diajukan dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana kebijakan yang di ambil oleh Pemerintah dalam Masalah angkutan Darat?
2. Bagimana kebijakan yang diambil Pemerintah dalam Masalah angkutan Udara yang lebih berperan
penting dalam hubungan internasional antar Negara?
3. Bagaiamana kebijakan Pemerintah dalam masalah angkutan Laut?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui kebijakan nasional dalam masalah pengangkutan di Indonesia.
2. Untuk menganalisis pengaruh kebijakan nasional terhadap pengangkutan di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Indonesia diakui sebagai Negara Kepulauan (Archipelagic State) sejak tahun 1994
menurut hukum internasional,Karenanya, untuk menjembatani kesenjangan antar wilayah dan
mendorong pemerataan pembangunan menjadi tanggungjawab pemerintah melalui kebijakan di
bidang transportasi darat, laut, udara, dan kereta api. Semuanya mesti berjalan secara efektif dan
efisien sesuai tujuan Sistem Transportasi Nasional (Sistranas). Cita-cita memang mesti
digantungkan setinggi langit tetapi potret transportasi kita semakin buram. Harapan untuk
mendapatkan pelayanan transportasi yang layak dan berkualitas, masih sebatas angan-angan.
Lebih mengerikan lagi, serangkaian kecelakaan transportasi yanga menandai bahwa
kesemrawutan sistem transportasi kita. Ini merupakan pekerjaan rumah bagi Pemerintah sebagai
regulator transportasi. Menurut Indah Suksmaningsih, kebijakan transportasi selama ini yang
dibuat oleh pemerintah selalu mengenyampingkan kepentingan konsumen. “Pemerintah hanya
bicara pada base on rule (aspek aturan).
2.1 Transportasi Darat
a. Arah Pengembangan Perhubungan Darat LingkupNasional
Tulang punggung penyelenggaraan transportasi nasional yang bertumpu pada transportasi laut
dan udara, sedangkan peranan pokok transportasi darat adalah sebagai
pengumpan(feeder).LingkupRegional.Mewujudkan keterpaduan antara moda transportasi jalan,
sungai dan danau serta penyeberangan, sebagai upaya untuk menghubungkan seluruh wilayah
tanah air dalam rangka memantapkan perwujudan Wawasan Nusantara dan memperkokoh
ketahanan nasional.
Kebijakan transportasi darat akan diarahkan pada dua hal. Pertama, keberpihakan pada
angkutan umum. Kedua, pembatasan angkutan pribadi. Untuk merealisasikan kebijakan tersebut
tidak bisa dengan ketentuan yang ada. Karena itu, Dirjen Perhubungan Darat, berharap
mendapatkan power dari hasil revisi UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) No. 14 Tahun
1992. Meski kebijakan keberpihakan pada penggunaan angkutan umum masih digodok dalam
RUU tersebut, tetapi sudah ada langkah Pemerintah untuk mensosialisasikan ke kota-kota seperti
Surabaya, Bandung, Bogor, dan Malang agar transportasi daratnya lebih diarahkan kepada
angkutan massal.Sedangkan untuk menekan kendaraan pribadi pada dasarnya sudah dilakukan
dengan diberlakukannya three in one (3 in 1). Upaya lain yang akan ditempuh terdapat dalam
pembahasan RUU LLAJ. Misalnya, penerapan electronic road race pricing seperti yang dilakukan
Singapura. Kebijakan electronic road race pricing diarahkan agar pengguna kendaraan pribadi
dikenakan biaya atas kenyamanan yang dinikmatinya. Kemudian, yang menjadi masalah lain
adalah pengujian kendaraan. Karena tidak dilakukan pengujian, banyak mobil yang usianya
puluhan tahun tetapi masih beroperasi, maka akan dilakukan pengujian terhadap seluruh
kendaraan termasuk motor.
Secara prinsip, transportasi darat harus mengintegrasikan daerah yang satu dengan daerah
lainnya dalam rangka menyukseskan otonomi daerah. “Kebijakan tersebut harus disesuaikan
dengan sumber daya dan kepentingan daerahnya. Tetapi, dalam lingkup nasional sama-sama
membentuk sistem transportasi nasional yang mendukungekonomisecaramakro.Angkutan
sungai, danau, dan penyeberangan (ASDP) berperan mengintegrasikan dan membuka
ketertinggalan daerah-daerah yang tidak bisa dijangkau oleh angkutan darat. Pengelolaan
angkutan sungai dan danau sudah diserahkan kepada pemerintah daerah. Sedangkan angkutan
penyeberangan masih ditangani pusat. Menurut Iskandar, pengembangan angkutan
penyeberangan ditekankan pada daerah yang komersial seperti Merak–Bakauhuni. Selain itu,
pengembangan angkutan penyeberangan juga ditujukan untuk membuka keterisolasian.
b. Kebijakan Umum transportasi darat :
1. Transportasi darat memiliki potensi yang besar dalam mempersatukan seluruh sistem
transportasi.
2. Untuk angkutan barang peranan pokok transportasi darat adalah sebagai pengumpan
(feeder) terhadap sistem transportasi nasional.
3. Arah pengembangan transportasi darat harus selaras dan terintegrasi dengan arah
pengembangan moda transportasi lainnya.
c. Bidang Transportasi Jalan
1. Pengembangan jaringan transportasi jalan Primer diarahkan untuk ditingkatkan
kemampuan dan daya dukungnya sesuai dengan beban lalu lintas terutama yang melayani
dan menghubungkan pusat kegiatanNasional, kegiatan wilayah serta kawasan-kawasan
Andalan yang cepat berkembang.
2. Sedangkan pengembangan jaringan transportasi jalan Sekunder dikembangkan secara
terpadu dengan moda Transportasi Darat lainnya.
3. Dan untuk mengantisipasi pengembangan jaringan jalan bebas hambatan untuk
mendukung sistem transportasi darat cepat maka pembangunan dilaksanakan bersama
antara pemerintah dan swasta.
d. Bidang Transportasi Sungai dan Danau
Diarahkan menjadi alternatif transportasi jalan dengan titik berat angkutan barang dalam jumlah
besar (massal) disamping itu juga diharapkan akan menjadi sinergi dengan transportasi jalan
yang menjadi tulang punggung sistem transportasi dan akan membuka daerahterisolir.
e. Bidang Penyeberangan
Untuk daerah yang sudah berkembang diarahkan sebagai jembatan penghubung maupun sebagai
alternatif untuk mengurangi beban lalu lintas di ruas jalan, disamping untuk penghubung pulau-
pulau terpencil yang mempunyai nilai strategis baik dari segi pertahanan dan keamanan.
2.2 Transportasi Udara
Karena bentuk negara Indonesia secara geografis terdiri dari kepulauan dan terletak di
garis khatulistiwa yang terhubung pada dua benua. Kenyataan ini merupakan anugerah, karena
secara strategis Indonesia dapat mengembangkan jaringan modal transportasi udara baik nasional
maupun internasional. Dengan demikian, bisnis penerbangan memiliki potensi luar biasa karena
fungsinya untuk mempercepat mobilitas barang dan jasa.
Oleh karena itu, pemberian kenyamanan, keamanan, dan keselamatan sebaik mungkin
kepada penumpang pesawat udara menjadi prioritas. Sejumlah peraturan pun dikeluarkan
dimulai dengan pemberlakuan model ‘deregulasi’ di bidang penerbangan Indonesia mulai tahun
1999, maka lahirlah perusahaan baru angkutan udara. Kalau sebelumnya jumlah maskapai
penerbangan yang mengisi lalu lintas penerbangan dalam negeri sekadar tujuh perusahaan
(Garuda Indonesia, Merpati, Mandala, Bouraq, Bayu, Sempati, Pelita), sejak tahun 2000
bertambah dan kini tercatat sedikitnya ada29 perusahaan penerbangan.
Seiring dengan kebijakan tersebut pemerintah pun mulai menertibkan maskapai
penerbangan melalui SK Menhub No 35 Tahun 2005 tertanggal 7 Juni 2005 tentang pembatasan
usia pesawat udara maksimum 35 tahun atau 70.000 kali pendaratan. Kebijakan itu dikeluarkan
dengan alasan mencegah masuknya pesawat rongsokan ke Indonesia. Dan peremajaan pesawat
juga lebih mengefisienkan biaya operasional perusahaan penerbangan.
Dalam upaya mendukung peningkatan kinerja tranportasi Udara, Dirjen Perhubungan
Udara memberlakukan low cost carrier (tarif murah), menurutnya tarif murah penerbangan tidak
hanya ada di Indonesia, di Jerman juga ada. Konsekuensinya, ada pengorbanan yang diberikan
oleh konsumen sehingga mengurangi kenyamanan non safety. Misalnya makanan dan minuman,
pelayanan video dihilangkan, penomoran kursi dihilangan, tiket yang sudah dibeli tidak dapat
dikembalikan.
Akibatnya, harga tiket pesawat udara nyaris menjadi lebih murah daripada harga tiket
kereta api, bus jarak jauh, maupun kapal laut. Namun, kebijakan ini dikritisi, karena hanya
ditentukan batas atas tanpa dipatok batas bawahnya. Ini memicu persaingan usaha yang tidak
sehat, terjadi banting harga antarmaskapai. “Hal ini menyebabkan, operator kapal laut, bus
antarkota, dan kereta api ‘mati suri’, bahkan ada yang gulung tikar lantaran tidak mampu
bersaing dengan maskapai penerbangan yang bertarif murah.
Namun, untuk menjaga safety dan security-nya yang saat ini menjadi prioritas utama,
Dirjen Perhubungan Udara tetap memberlakukan kebijakan Peringkat Ketiga (pelayanan paling
buruk), bagi maskapai penerbangan. Meskipun sebenarnya tidak diperbolehkan terbang tetapi
karena masih dalam masa transisi maka pembekuan belum diberlakukan.
Namun untuk keamanan, misalnya sejak pesawat parkir, lepas parkir, terus lepas landas
mesti diperhatikan. Misalnya, kebersihan landasan pacu, atau kualitas aspalnya. Sedangkan
lingkup pembenahan SDM di bandara perlu profesionalisme, misalnya sopir tugasnya hanya
mengemudikan sementara untuk perawatannya ditangani oleh ahlinya.
2.3 Transportasi Laut
Transportasi laut merupakan sarana transportasi yang membuka akses dan
menghubungkan wilayah pulau, baik daerah yang sudah maju maupun terisolasi. Indonesia
seharusnya memprioritaskan pembangunan transportasi laut. Ditambah kenyataannya bahwa
moda transportasi laut sebagai satu-satunya angkutan termurah dengan risiko kecelakaan yang
tidak besar kalauaturan-aturan keselamatan pelayaran dipenuhi.
Dalam menggunakan moda transportasi, elastisitas (penyesuaian antara moda transportasi
dengan kondisi geografis dan demografis) menjadi faktor penting. Menurut Dirjen Perhubungan
Laut, Harstjarya Harijogi kalau untuk masalah angkutan penumpang jelas angkutan laut tidak
memiliki elastisitas yang tinggi dibandingkan udara dan kereta api. Tetapi kalau kita bersaing
dengan dua moda yakni udara dan laut yang melintasi kepulauan seperti Jakarta dan Makassar,
transportasi laut sangat elastis. Hanya orang yang menghargai waktu yang melalui udara. Tetapi
kalau komoditinya barang, moda laut sangat luar biasa. Karena tidak semua pulau-pulau di
Indonesia ini memiliki bandara.
Perlu adanya dukungan kebijakan guna meningkatkan jumlah armada pelayaran nasional,
baik untuk kapal niaga seperti angkutan minyak, kargo umum, batubara, kayu, pupuk, semen,
beras, hasil tambang, hasil pertanian dan produk segar maupun kapal penumpang. Maka
Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional perlu perhatian Pemerinta yakni dengan
memberlakukan azas cabotage (kewajiban menggunakan kapal domestik di perairan nasional).
Berkembangan industri perkapalan diharapkan meningkatkan armada transportasi laut
nasional. Ini selanjutnya akan meningkatkan perdagangan domestik antarpulau dan membuka
akses keterisolasian bagi daerah-daerah yang berada di pulau-pulau kecil perbatasan. Dengan
demikian, perekonomian masyarakat di pulau-pulau perbatasan dapat lebih berkembang. Dan
juga daerah yang berbasis kepulauan seperti Maluku, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, NTT,
dan NTB, maupun Papua, sekaligus industri pariwisata baharinya.
Untuk menciptakan suatu industri transportasi laut nasional yang kuat, yang dapat
berperan sebagai penggerak pembangunan nasional, menjangkau seluruh wilayah perairan
nasional dan internasional sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mewujudkan
persatuan dan kesatuan bangsa, maka kebijakan Pemerintah di bidang transportasi laut tidak
hanya terbatas pada kegiatan angkutan laut saja, namun juga meliputi aspek kepelabuhanan,
keselamatan pelayaran serta bidang kelembagaan dan sumber daya manusia.
Adapun penyelenggaraan transportasi laut berpedoman pada kebijakan-kebijakan berikut:
a. Meningkatnya Pelayanan Transportasi Laut Nasional;
b. Meningkatnya Keselamatan dan Keamanan dalam Penyelenggaraan Transportasi Laut Nasional;
c. Meningkatnya Pembinaan Pengusahaan Transportasi Laut;
d. Meningkatnya Kualitas Sumber Daya Manusia serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di
Bidang Transportasi Laut;
e. Meningkatnya Pemeliharaan dan Kualitas Lingkungan Hidup serta Penghematan Energi di
Bidang Transportasi Laut;
f. Meningkatnya Penyediaan Dana Pembangunan Transportasi Laut;
g. Meningkatnya Kualitas Administrasi Negara pada Sub Sektor Transportasi Laut.
Untuk mengimplementasikan kebijakan penyelenggaraan transportasi laut tersebut, maka
Pemerintah menetapkan berbagai strategi nasional sebagai berikut:
A. Strategi Nasional Bidang Angkutan Laut
1. Meningkatnya Pelayanan Transportasi Laut Nasional, melalui:
a. Peningkatan Kualitas Pelayanan
b. Peningkatan Peranan Transportasi Laut terhadap Pengembangan dan Peningkatan Daya
Saing Sektor Lain.
c. Peningkatan dan Pengembangan Sektor Transportasi sebagai Urat Nadi Penyelenggaraan
Sistem Logistik Nasional
d. Penyeimbangan Peranan BUMN, BUMD, Swasta dan Koperasi
e. Optimalisasi Penggunaan Fasilitas yang Ada
f. Pengembangan Kapasitas Transportasi Laut
g. Peningkatan Pelayanan pada Daerah Tertinggal
h. Peningkatan Pelayanan untuk Kelompok Masyarakat Tertentu
i. Peningkatan Pelayanan pada Keadaan Darurat
2. Meningkatnya Pembinaan Pengusahaan Transportasi Laut, melalui:
a. Peningkatan Efisiensi dan Daya saing
b. Penyederhanaan Perijinan dan Deregulasi
c. Peningkatan Standarisasi Pelayanan dan Teknologi
d. Peningkatan Penerimaan dan Pengurangan Subsidi
e. Peningkatan Aksesibilitas Perusahaan Nasional Transportasi ke Luar Negeri
f. Peningkatan Produktivitas dan Efisiensi Perusahaan Jasa TransportasiLaut.
g. Pembinaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
B. Strategi Nasional Bidang Kepelabuhanan
1. Meningkatnya Pelayanan Kepelabuhanan Nasional, melalui:
a. Peningkatan Kualitas Pelayanan
b. Penyeimbangan Peranan BUMN, BUMD, Swasta dan Koperasi
c. Perawatan Prasarana Transportasi Laut
d. Optimalisasi Penggunaan Fasilitas yang ada
e. Keterpaduan Antarmoda
f. Pengembangan Kapasitas Pelabuhan
g. Peningkatan Pelayanan pada Daerah Tertinggal
h. Peningkatan Pelayanan untuk Kelompok Masyarakat Tertentu
i. Peningkatan Pelayanan pada Keadaan Darurat
2. Meningkatnya Pembinaan Pengusahaan Pelabuhan, melalui:
a. Peningkatan Efisiensi dan Daya Saing
b. Penyederhanaan Perijinan dan Deregulasi
c. Peningkatan Standarisasi Pelayanan dan Teknologi
d. Pembinaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Mengarahkan BUMN transportasi laut untuk meningkatkan kinerja pelayanan dan kinerja
finansial perusahaan secara proporsional dalam mengemban misinya sebagai pelayan publik
(public service), penyedia prasarana sekaligus sebagai entitas bisnis.
C. Strategi Nasional Bidang Keselamatan Pelayaran
1. Meningkatnya Pelayanan Keselamatan Pelayaran, melalui:
a. Perawatan Sarana dan Prasarana Keselamatan Pelayaran
b. Optimalisasi Penggunaan Fasilitas yang ada
c. Pengembangan Kapasitas
2. Meningkatnya Keselamatan dan Keamanan Transportasi Laut, melalui:
a. Peningkatan Keselamatan Transportasi Laut
b. Peningkatan Keamanan Transportasi Laut
3. Meningkatnya Pemeliharaan dan Kualitas Lingkungan Hidup serta Penghematan
Penggunaan Energi di Bidang Transportasi Laut, melalui:
a. Peningkatan Proteksi Kualitas Lingkungan
b. Peningkatan Kesadaran Terhadap Ancaman Tumpahan Minyak
D. Strategi Nasional Bidang Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia
1. Meningkatnya Pelayanan Transportasi Laut Nasional, melalui:
a. Peningkatan Keterpaduan Pengembangan Transportasi Laut melalui Tatranas, Tatrawil dan
Tatralok.
b. Memperjelas dan mengharmonisasikan peran masing-masing instansi pemerintah baik di pusat
maupun di daerah yang terlibat bidang pengaturan, administrasi dan penegakan hukum,
berdasarkan azas dekonsentrasi dan desentralisasi.
c. Menentukan bentuk koordinasi dan konsultasi termasuk mekanisme hubungan kerja antar
instansi pemerintah baik di pusat maupun daerah antara penyelenggara dan pemakai jasa
transportasi laut.
c. Meningkatkan keterpaduan perencanaan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota dalam berbagai aspek.
2. Meningkatnya Kualitas Sumber Daya Manusia, serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
di Bidang Transportasi Laut, melalui:
a. Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Laut
b. Peningkatan Kepedulian Masyarakat Terhadap Peraturan Perundangan Transportasi Laut.
3. Meningkatnya Penyediaan Dana Pembangunan Transportasi Laut, melalui:
a. Peningkatan Penerimaan dari Pemakai Jasa Transportasi Laut
b. Peningkatan Anggaran Pembangunan Nasional dan Daerah
c. Peningkatan Partisipasi Swasta dan Koperasi
d. Pemanfaatan Hibah/Bantuan Luar Negeri untuk Program-Program Tertentu
4. Meningkatnya Kualitas Administrasi Negara di Sektor Transportasi Laut,melalui:
a. Penerapan Manajemen Modern
b. Pengembangan Data dan Perencanaan Transportasi
c. Peningkatan Struktur Organisasi
d. Peningkatan Sumber Daya Manusia
e. Peningkatan Sistem Pemotivasian
f. Peningkatan Sistem Pengawasan
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Transportasi jika ditilik dari sisi sosial lebih merupakan proses afiliasi budaya dimana
ketika seseorang melakukan transportasi dan berpindah menuju daerah lain maka orang tersebut
akan menemui perbedaan budaya dalam bingkai kemajemukan Indonesia. Disamping itu sudut
pandang sosial juga mendeskripsikan bahwa transportasi dan pola-pola transportasi yang
terbentuk juga merupakan perwujudan dari sifat manusia. Contohnya, pola pergerakan
transportasi penduduk akan terjadi secara massal dan masif ketika mendekati hari raya. Hal ini
menunjukkan perwujudan sifat manusia yang memiliki tendesi untuk kembali ke kampung
halaman setelah lama tinggal di perantauan.
Pada umumnya perkembangan sarana transportasi di Indonesia berjalan sedikit lebih
lambat dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Malaysia dan Singapura. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan kebijakan-kebijakan pemerintah masing-masing negara dalam
menangani kinerja sistem transportasi yang ada. Kebanyakan dari Negara maju menganggap
pembangunan transportasi merupakan bagian yang integral dari pembangunan perekonomian.
Pembangunan berbagai sarana dan prasarana transportasi seperti halnya dermaga, pelabuhan,
bandara, dan jalan rel dapat menimbulkan efek ekonomi berganda (multiplier effect) yang cukup
besar, baik dalam hal penyediaan lapangan kerja, maupun dalam memutar konsumsi dan
investasi dalam perekonomian lokal dan regional.
Sektor transportasi dikenal sebagai salah satu mata rantai jaringan distribusi barang dan
penumpang telah berkembang sangat dinamis serta berperan didalam menunjang pembangunan
politik, ekonomi, sosial budaya maupun pertahanan keamanan. Pertumbuhan sektor ini akan
mencerminkan pertumbuhan ekonomi secara langsung sehingga transportasi mempunyai peranan
yang penting dan strategis. Keberhasilan sektor transportasi dapat dilihat dari kemampuannya
dalam menunjang serta mendorong peningkatan ekonomi nasional, regional dan lokal, stabilitas
politik termasuk mewujudkan nilai-nilai sosial dan budaya yang diindikasikan melalui berbagai
indikator transportasi antara lain: kapasitas, kualitas pelayanan, aksesibilitas keterjangkauan,
beban publik dan utilisasi.
Adapun garis besar dari kesimpulan diatas yaitu :
1. Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived demand) akibat aktivitas
ekonomi, sosial, dan sebagainya.
2. Sarana transportasi yang ada di darat, laut, maupun udara memegang peranan vital dalam
aspek sosial ekonomi melalui fungsi distribusi antara daerah satu dengan daerah yang lain.
3. Kebanyakan dari negara maju menganggap pembangunan transportasi merupakan bagian
yang integral dari pembangunan perekonomian. Ada baiknya pemerintah memperhatikan hal
tersebut.
b. Saran
Untuk memajukan transportasi berbagai moda di Indonesia, pemerintah harus menaruh
perhatian besar pada pembangunan infrastruktur seperti jalan, pelabuhan, dan bandar udara,
dengan kebijakan – kebijakan yang dapat menyelesaikan masalah – masalah dalam sistem
pengangkutan di Indonesia. Selain itu yang tak kalah penting adalah terus berupaya
meningkatkan pelayanan dan pemeliharaan infrastruktur-infrastruktur tersebut.
Selain membangun berbagai infrastruktur trasnportasi, pemerintah kiranya perlu untuk
selalu menyediakan transportasi yang murah dan terjangkau bagi masyarakat di daerah
terpencil/pinffiran, misalnya dengan kebijakan-kabijakan untuk menurunkan harga BBM,
memberikan subsidi, melakukan pengawasan ketat terhadap tata niaga dan distribusinya dan
sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
http://baliansahab.wordpress.com
www.google.com
www.wikipedia.com
http://hendrifisnaeni.blogspot.com/2008/08/menelaah-kebijakan-transportasi.html
http://mayhamsah-makalah.blogspot.com/2011/06/makalah-transportasi.html