PENERAPAN SISTEM EKONOMI BERBASIS KOMUNITAS
SEBAGAI METODE ALTERNATIF PENGENTASAN KEMISKINAN
DAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DI INDONESIA
diajukan untuk mengikuti LKTIM bagi Mahasiswa
Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2009
TIM:
Yusno Yuliyanto I0405010
Akbar Darmawan I04060
Gustitia Putri P. I03060
Dibiayai oleh Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2009
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
Ekonomi, Bisnis, dan Perbankan
ii
LEMBAR PENGESAHAN
LOMBA KARYA TULIS INOVATIF MAHASISWA
1. Judul Naskah : Penerapan Sistem Ekonomi Berbasis Komunitas sebagai Metode Alternatif Pengentasan Kemiskinan dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat di Indonesia
2. Bidang Kajian : Ekonomi, Bisnis, dan Perbankan 3. Ketua Tim
a. Nama Lengkap : Yusno Yuliyanto b. NIM/NRM : I0405010 c. Jurusan/Fakultas : Teknik Mesin/Teknik d. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Sebelas Maret Surakarta e. Alamat Rumah/Telepon/Faximili : Donorati RT 04 RW 02 Purworejo
54151 / 085647291772 f. e-mail : [email protected]
4. Anggota Tim : 2 orang 5. Dosen Pembimbing
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dwi Aries Himawanto, S.T., M.T. b. NIP : 132 258 058
Surakarta, 14 Juni 2009
Menyetujui: Dosen Pembimbing,
Dwi Aries Himawanto, S.T., M.T. NIP: 132 258 058
Ketua Tim,
Yusno Yuliyanto NIM: I0405010
Mengetahui: Pembantu Rektor III Bid. Kemahasiswaan
Universitas Sebelas Maret
Drs. Dwi Tiyanto, S.U. NIP: 130 814 593
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang karena rahmat-Nya
penulis mampu menyelesaikan karya tulis ini dengan baik.
Karya tulis ini berjudul “ Penerapan Sistem Ekonomi Berbasis Komunitas
sebagai Metode Alternatif Pengentasan Kemiskinan dan Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat di Indonesia” disampaikan dalam rangka mengikuti LKTIM bagi
Mahasiswa Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam penyusunan karya tulis ini, yaitu :
1. Bapak Dwi Aries Himawanto, S.T., M.T., Dosen Pembimbing karya tulis ini yang
telah memberikan inspirasi dalam pembuatan karya tulis ini.
2. Pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis ini, yang tidak
dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari penyusunan karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran konstruktif sangat penulis harapkan guna kesempurnaan
karya tulis ini. Penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juni 2009
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................ 4
D. Manfaat ......................................................................................... 4
E. Sistematika Penulisan......................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................6
A. Strategi Penagentasan Kemiskinan di Indonesia............................ 6
B. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Community Economics
Empowerment) ............................................................................... 8
C. Ekonomi Berbasis Komunitas (Community-Based Economics) .... 9
BAB III METODE PENULISAN.................................................................... 12
A. . Teknik Penulisan ............................................................................ 12
B. Pendekatan Metode Penulisan........................................................ 12
C. Analisis Data .................................................................................. 12
D. Sumber Data ................................................................................... 13
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................ 14
A. Konstribusi Ekonomi Berbasis Komunitas (Community-Based
v
Economics) dalam Mengentaskan Kemiskinan ............................. 14
B. Keunggulan Metode Pengentasan Kemiskinan dengan Ekonomi
Berbasis Komunitas (Community-Bsaed Economics) .................... 15
C. Bentuk-Bentuk Ekonomi Berbasis Komunitas (Community-Based
Economics) yang Cocok Diterapkan di Indonesia ......................... 17
D. Langkah-Langkah Penerapan Ekonomi Berbasis Komunitas
(Community-Based Economics) ..................................................... 20
BAB V PENUTUP........................................................................................... 27
A. Kesimpulan .................................................................................... 27
B. Saran ............................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Tabel studi kondisi sosial, ekonomi, demografi, dan geografi..................22
Tabel 4.2 : Contoh hasil analisis SWOT.....................................................................23
Tabel 4.3 : Matriks strategi pengembangan potensi....................................................24
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 : Diagram alir penerapan sistem ekonomi berbasis komunitas................21
viii
PENERAPAN SISTEM EKONOMI BERBASIS KOMUNITAS SEBAGAI METODE ALTERNATIF PENGENTASAN KEMISKINAN DAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DI INDONESIA
Yusno Yuliyanto, Akbar Darmawan, Gustitia Putri P. Dosen Pembimbing : Dwi Aries Himawanto, S.T., M.T.
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Masalah kemiskinan merupakan masalah krusial yang dihadapi oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia. Metode pengentasan kemiskinan yang selama ini diterapkan di Indonesia tidak membuat kondisi rakyat miskin menjadi lebih sejahtera. Pemberian subsidi langsung tidak akan mampu menyelesaikan masalah kemiskinan karena rakyat miskin selamanya akan tergantung pada bantuan tunai. Dengan kata lain, bantuan tunai tidak dapat memberdayakan mereka. Sistem ekonomi berbasis komunitas adalah metode pengentasan kemiskinan yang relatif baru. Metode ini menekankan pada pemberdayaan ekonomi masyarakat kelas bawah sehingga pada akhirnya mereka dapat mandiri secara ekonomi. Selain itu, metode ini juga dapat mengurangi laju urbanisasi dari desa ke kota. Sistem ekonomi berbasis komunitas dapat diterapkan pada berbagai bidang, yaitu pertanian, peternakan, kerajinan, pariwisata, dan industri rumah tangga. Kata kunci : ekonomi berbasis masyarakat, pengentasan kemiskinan, pemberdayaan
ekonomi masyarakat
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2007 sebanyak 37,17 juta
jiwa atau 16,58 persen dari total jumlah penduduk Indonesia sebanyak 224,328
juta jiwa. Jumlah itu berkurang dibandingkan bulan Maret 2006 yang tercatat
sebanyak 39,30 juta jiwa 17,75 persen dari total penduduk. Perhitungan
kemiskinan tersebut dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) berdasarkan
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel Modul Konsumsi yang
dilakukan pada Maret 2006 dan Maret 2007. Penduduk dikategorikan miskin jika
rata-rata pengeluaran per kapita per bulan berada di bawah garis kemiskinan.
Deputi Kepala BPS Bidang Statistik Sosial Arizal Ahnaf menjelaskan, garis
kemiskinan pada Maret 2007 ditetapkan senilai Rp 166.697,00 per kapita per
bulan. Garis kemiskinan tersebut naik 9,67 persen dibandingkan garis kemiskinan
pada Maret 2006 yang tercatat senilai Rp 151.997,00 per kapita per bulan.
(Kompas, 3 juli 2007).
Pengumuman BPS tersebut memang sangat menggembirakan ditinjau dari
kuantitas penurunan angka kemiskinan. Apalagi garis kemiskinannya dinaikkan.
Jumlah penduduk miskin memang amat dipengaruhi oleh perubahan garis
kemiskinan dan perubahan pendapatan. Akan tetapi, banyak pihak yang
meragukan keakuratan data BPS tersebut. Ekonom dari Tim Indonesia Bangkit,
Hendri Saparini menilai, turunnya angka kemiskinan tidak bisa dipercaya karena
pada kenyataannya, daya beli masyarakat, nilai tukar petani, dan upah buruh
justru turun. (Kompas, 3 juli 2007).
Sebulan sebelumnya, pada tanggal 11 Juni 2007, melalui Instruksi Presiden
nomor 6 tahun 2007, pemerintah Indonesia mengeluarkan Paket Kebijakan
Ekonomi yang antara lain berisi perbaikan iklim investasi, reformasi sektor
x
keuangan, percepatan pembangunan infrastruktur, serta pemberdayaan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Setidaknya 20 trilyun rupiah pertahun
akan dikeluarkan pemerintah untuk membiayai UMKM dan angka yang lebih
besar disediakan oleh perbankan. (Antara, 12 Juni 2007).
Selama ini, pemberdayaan UMKM yang dilakukan pemerintah masih sangat
kurang. Padahal ketika krisis moneter (krismon) yang mengakibatkan
perusahaan-perusahaan besar harus merumahkan ribuan karyawannya dan 16
bank swasta nasional ditutup pada tanggal 1 November 1997, lembaga keuangan
mikro justru berkembang pesat. (Mubyarto, 2002). Unit-unit usaha kecil
bermunculan sebagai akibat banyaknya karyawan yang di-PHK (Pemutusan
Hubungan Kerja). Unit-unit usaha kecil ini terbukti mampu menopang kebutuhan
ekonomi rakyat kecil dalam menghadapi masa krismon.
Selain pemberdayaan UMKM, pemerintah perlu untuk mengembangkan
metode dan strategi lain yang digunakan dalam penguatan ekonomi masyarakat
(community economics empowerment). Salah satu metode pemberdayaan
ekonomi masyarakat adalah melalui sistem ekonomi berbasis komunitas
(community-based economics). Metode ini menitikberatkan pembangunan
ekonomi dengan mengoptimalkan sumber daya lokal yang dikelola secara kolektif
yakni bertumpu pada kekuatan anggota komunitas dengan asas mutualisme dan
kekeluargan (brotherhood).
Sistem ekonomi berbasis komunitas sesuai dengan sistem ekonomi
kerakyatan. Inti dari sistem ekonomi kerakyatan adalah ekonomi harus ditopang
dari bawah, dimana rakyat secara partisipatif memiliki kesempatan aktif dalam
kegiatan ekonomi yang dapat menghidupi diri sendiri (self sufficient),
membangun dirinya sendiri (self-empowering), bersumber dari rakyat, dan
dikelola oleh rakyat atau masyarakat sendiri untuk meraih nilai tambah ekonomi
dan nilai tambah sosial.
B. Perumusan Masalah
xi
Masalah kemiskinan tampaknya merupakan musuh terbesar yang dihadapi
bangsa Indonesia sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Setelah
hampir 63 tahun merdeka, kesejahteraan rakyat masih jauh dari yang dicita-
citakan para pendiri bangsa ini. Kasus busung lapar dapat ditemui di seluruh
perjuru tanah air. Ribuan anak putus sekolah dapat kita temui setiap hari
berkeliaran di jalanan. Gelandangan dan pengemis bertebaran di kota-kota besar.
Antrian panjang terjadi hanya untuk mendapatkan satu liter minyak goreng
bersubsidi.
Kondisi sosial ekonomi rakyat kecil semakin hari semakin memprihatinkan.
Upaya pemerintah untuk membantu penderitaan rakyat kecil selama ini tidak
berjalan demgan baik. Sebagai contoh, pemberian Subsidi Langsung Tunai (SLT)
yang diberikan oleh pemerintah sebagai kompensasi kenaikan harga Bahan Bakar
Minyak (BBM) menimbulkan banyak masalah. Selain terjadi banyak
penyelewengan, bantuan dalam bentuk uang tunai tidak mendidik dan tidak
produktif. Masyarakat yang menerima bantuan hanya dapat menikmatinya sesaat.
Setelah bantuan habis, mereka kembali kesulitan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Oleh karena itu, sudah saatnya bagi pemerintah untuk memberdayakan
perekonomian mereka dalam bentuk yang lebih mendidik dan produktif.
Sistem ekonomi berbasis komunitas merupakan program yang bertujuan
untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dengan cara mengembangkan
potensi yang ada dalam masyarakat itu sendiri. Dengan kata lain, masyarakat
dididik untuk mandiri secara ekonomi dengan potensi yang mereka miliki, tanpa
ada intervensi dari pihak luar. Pendekatan ekonomi model ini perlu diterapkan
pada masyarakat Indonesia agar mereka mampu mengolah potensinya. Akan
tetapi, sebelum metode ini benar-benar diterapkan harus dilakukan berbagai studi
dan penelitian. Karya tulis ini dibuat untuk memberikan sumbangan pemikiran
mengenai kemungkinan penerapan sistem ekonomi berbasis komunitas di
Indonesia. Karya tulis ini berlandaskan rumusan permasalahan sebagai berikut :
xii
1. Apakah konstribusi sistem ekonomi berbasis komunitas dalam mengentaskan
kemiskinan?
2. Apakah keunggulan metode pengentasan kemiskinan dengan sistem ekonomi
berbasis komunitas dibandingkan dengan metode lain?
3. Bagaimanakah bentuk-bentuk sistem ekonomi berbasis komunitas yang cocok
diterapkan di Indonesia?
4. Bagaimanakah langkah-langkah penerapan sistem ekonomi berbasis
komunitas?
C. Tujuan
Selaras dengan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan yang
ingin dicapai dalam pembuatan karya tulis ini adalah untuk mengkaji dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, yaitu :
1. Mengkaji kontribusi ekonomi sistem berbasis komunitas dalam mengentaskan
kemiskinan.
2. Mengetahui keunggulan metode pengentasan kemiskinan dengan sistem
ekonomi berbasis komunitas dibandingkan dengan metode lain.
3. Mengkaji dan merumuskan bentuk-bentuk sistem ekonomi berbasis
komunitas yang cocok diterapkan di Indonesia.
4. Merumuskan langkah-langkah penerapan sistem ekonomi berbasis komunitas
di Indonesia.
D. Manfaat
Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pemerintah pusat,
pemerintah daerah, dan pembuat kebijakan lain. Manfaat yang ingin diperoleh
dari pembuatan karya tulis ini antara lain :
1. Memberikan gambaran mengenai penerapan dan konstribusi sistem ekonomi
berbasis komunitas dalam usaha mengentaskan kemiskinan.
xiii
2. Memberikan gambaran keunggulan sistem ekonomi berbasis komunitas
dibandingkan metode pengentasan kemiskinan yang lain.
3. Memberikan rumusan mengenai bentuk dan langkah-langkah penerapan
sistem ekonomi berbasis komunitas di Indonesia.
E. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Pendahuluan berisi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan kerangka konseptual berisi batasan, konsep, dan
teori yang mendukung penulisan yang dapat diperoleh dari jurnal penelitian,
buku, internet, atau sumber-sumber lainnya.
Bab III Metode Penulisan berisi
Metode penulisan menyajikan langkah-langkah atau prosedur yang benar
yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah yang menguraikan
secara cermat cara atau metode pengumpulan informasi dan atau data,
analisis informasi atau data, penarikan simpulan, serta merumuskan
saran. Metode penulisan mencakup: pendekatan penulisan, sumber
penulisan, sasaran penulisan, dan tahapan penulisan.
Bab IV Pembahasan
Uraian hasil kajian, temuan, ide pengembangan yang sesuai dengan
rumusan masalah dan tujuan.
Bab V Penutup
Penutup berisi simpulan dan saran yang direkomendasi.
xiv
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Strategi Pengentasan Kemiskinan di Indonesia
Untuk menanggulangi kemiskinan di Indonesia, pemerintah telah
menyusun Dokumen Interim Poverty Reduction Strategy Paper (I-PRSP) atau
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Sementara yang merupakan dokumen
sementara dan dipersiapkan sebagai pengantar bagi bangsa Indonesia untuk
menyusun sebuah strategi besar (grand strategy) penanggulangan kemiskinan
jangka panjang (2004 - 2015).
Di dalam dokumen I-PRSP ini disebutkan bahwa selama ini pemerintah
telah melakukan penanggulangan kemiskinan melalui berbagai kebijakan dan
program untuk menanggulangi kemiskinan melalui penyediaan kebutuhan dasar
seperti: (i) pangan; (ii) pelayanan kesehatan dan pendidikan; (iii) perluasan
kesempatan kerja; (iv) bantuan prasarana dan sarana pertanian; (v) bantuan kredit
usaha bagi masyarakat miskin; dan (vi) bantuan prasarana permukiman kumuh
perkotaan. Upaya pemerintah tersebut diintesifkan sejak 1994 melalui program
Inpres Desa Tertinggal (IDT), Proyek Pembangunan Prasarana Pendukung Desa
Tertinggal (P3DT), Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Proyek
Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP), dan Jaring Pengaman Sosial
(JPS).
Sejak pelaksanaan otonomi daerah 2001, upaya penanggulangan
kemiskinan dilaksanakan secara terdesentralisasi, dengan mendorong secara terus
menerus kepada pemda (provinsi, kabupaten/kota, desa) dan segenap elemen
masyarakat lainnya (perguruan tinggi, dunia usaha, lembaga swadaya/organisasi
masyarakat, dan masyarakat miskin) untuk berpartisipasi dalam kegiatan
penanggulangan kemiskinan secara menyeluruh, terpadu dan berkelanjutan.
xv
Untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan, pemerintah telah
memutuskan untuk melakukan pengarusutamaan penanggulangan kemiskinan
dalam proses penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(RAPBN). Dimulai dengan rancangan Repeta 2003 yang menempatkan masalah
penanggulangan kemiskinan sebagai salah satu prioritas kebijakan di antara 11
prioritas yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Untuk itu dalam RAPBN 2003
dilakukan penajaman program/kegiatan di seluruh sektor terkait melalui langkah
kebijakan: (i) penciptaan kesempatan yang berkaitan dengan sasaran pemulihan
ekonomi makro, perwujudan pemerintahan yang baik, dan peningkatan pelayanan
umum; (ii) pemberdayaan masyarakat yang berkaitan dengan sasaran penyediaan
akses masyarakat miskin ke sumber daya ekonomi dan keterlibatan masyarakat
miskin dalam pengambilan keputusan; (iii) peningkatan kemampuan yang
berkaitan dengan sasaran peningkatan pelayanan pendidikan, kesehatan, pangan,
perumahan agar masyarakat makin produktif; dan (iv) perlindungan sosial yang
berkaitan dengan sasaran pemberian jaminan kehidupan bagi masyarakat yang
mengalami kecacatan, fakir miskin, keterisolasian, konflik sosial, kehilangan
pekerjaan sehingga berpotensi menjadi miskin.
Langkah yang diambil pemerintah adalah dengan membentuk Komite
Penanggulangan Kemiskinan (KPK) melalui Kepres No. 124 Tahun 2001 jo. No.
8 Tahun 2002 jo. No. 34 Tahun 2004. Kemudian KPK menetapkan dua
pendekatan utama untuk menanggulangi kemiskinan, yaitu: (1) mengurangi beban
biaya bagi penduduk miskin; dan (2) meningkatkan pendapatan atau daya beli
penduduk miskin. Pendekatan ini dijadikan pedoman bagi langkah kebijakan
pembangunan yang bertujuan untuk menanggulangi kemiskinan. Saat ini
pemerintah menyusun SPK melalui tahapan: (i) identifikasi permasalahan
kemiskinan; (ii) evaluasi kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan;
(iii) perumusan strategi dan kebijakan; (iv) perumusan program dan cara
penyampaian program; dan (v)pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan
dan program.
xvi
Selain itu, dalam pengarusutamaan kebijakan dan program
penanggulangan kemiskinan, mulai 2002 pemerintah menyiapkan pedoman dan
petunjuk bagi instansi sektoral dan daerah untuk menyusun program dan rencana
anggaran pembangunan yang berpihak pada upaya penanggulangan kemiskinan
serta memberikan bantuan teknis kepada instansi sektoral dan daerah untuk
melaksanakan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan secara
terdesentralisasi. (Akhmadi, 2004).
B. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Community Economics Empowerment)
1.Pengertian
Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) adalah suatu
pendekatan yang tujuan utamanya adalah untuk memperkuat keseluruhan
kemampuan masyarakat
Pembedayaan masyarakat pada intinya bertujuan agar masyarakat dapat
menolong diri sendiri dan mengembangkan wilayahnya, dengan kegiatan
income generating melalui optimasi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya
manusia (SDM). Dalam pelaksanaannya juga mempertimbangkan potensi serta
peluang yang ada serta memperhatikan permasalahan yang muncul, yang
merupakan hasil evaluasi tahun sebelumnya. Sehingga implementasi kegiatan
akan lebih efektif dan efisien. (USAID, 2007)
2.Penerapan yang Pernah Dilakukan
Upaya pemerintah Indonesia dalam melakukan pemberdayaan ekonomi
masyarakat telah dilakukan sejak zaman Orde Baru. Pemberdayaan ekonomi
masyarakat terutama dilakukan pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) serta sektor informal, seperti Pedagang Kaki Lima (PKL). Untuk
memberdayakan ekonomi masyarakat pedesaan, pemerintah Orde Baru
meluncurkan program Inpres Desa Tertinggal (IDT) yang bertujuan untuk
memperkuat kemampuan masyarakat dan mengidentifikasi, menguasai, dan
memobilisir sumber yang ada di masyarakat setempat. (Suyanto, 1995).
xvii
Akan tetapi, pelaksanaan program IDT di lapangan tidak sesuai blue print
yang dirancang pemerintah pusat. Penyelewengan banyak terjadi dalam
penyaluran dana IDT, dari pemerintah daerah tingkat I di provinsi hingga
RT/RW di tingkat desa kelurahan. Penggunaan dana IDT oleh masyarakat
penerima juga tidak sesuai yang diharapkan karena dana yang seharusnya
digunakan untuk usaha produktif malah banyak digunakan untuk keperluan
konsumtif.
Memasuki era reformasi, pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui
pembinaan UMKM masih terus dilakukan pemerintah. Berbagai program lain
juga diluncurkan, misalnya Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Pesisir yang dilakukan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) pada
tahun 2001. Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (B2P TTG LIPI) melaksanakan program pemberdayaan
ekonomi masyarakt Kabupaten Poso melalui pemanfaatan Teknologi Tepat
Guna (TTG) untuk mengolah komoditi lokal, seperti coklat, kelapa, dan ikan,
sebelum di jual ke pasar. Berbagai macam komoditi lokal umumnya dijual
dalam bentuk produk primer (tanpa pengolahan). Pengolahan produk-produk
tersebut sebelum dijual ke pasar akan menambah nilai jualnya dan pada
akhirnya petani menikamati keuntungan yang lebih.
C. Ekonomi Berbasis Komunitas (Community-Based Economics)
1. Pengertian
Ekonomi berbasis komunitas adalah kegiatan ekonomi yang dilandaskan
pada tiga hal penting, yakni partisipasi, kontrol, dan pemanfaatan potensi lokal
oleh masyarakat demi tercapainya pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat
secara luas dan merata. Artinya warga ikut merencanakan ekonomi seperti apa
dimasa kini dan masa yang akan datang. Tetapi yang penting adalah melakukan
kontrol. Reformasi tidak cukup kalau tidak ada penguatan rakyat sipil. Apakah
xviii
sektor ekonomi akan mengulang sektor yang sama di bidang politik. (Sujito,
2003).
Wikipedia menyebutkan bahwa ekonomi berbasis komunitas mendorong
penggunaan potensi lokal dan penolakan paksaan serta subsidi dari luar.
Sementara itu, situs Green Party of New Jersey , sebuah lembaga sosial di
Amerika Serikat, mengatakan bahwa ekonomi berbasis komunitas (community-
based economics) adalah suatu politik ekonomi yang membedakannya sendiri
dari sosialisme ortodoks dan kapitalisme dengan menekankan bahwa skala
organisasi harus diperlakukan sebagai suatu masalah utama dan mandiri. Tradisi
ini, sekalipun berafiliasi dengan erat dengan niai-nilai sosialis, lebih tepat
digolongkan sebagai sistem ekonomi “murni”. Oleh karena itu, sistem ini
cocok dengan banyak bentuk usaha bebas dan kepemilikan swasta, asalkan
ukuran perusahaan swasta tidak sedemikian besar untuk memisahkan
kepemilikan dari keterlibatan pribadi, yang saat ini merupakan aturan pada
sebagian besar kapitalisme yang dijalankan dunia. Kebesaran adalah
pembalasan keadilan, tak peduli apakah kebesaran itu birokrasi publik atau
swasta, sebab kebesaran mengakibatkan impersonalitas, ketidakpekaan, dan
nafsu untuk mengumpulkan kekuatan abstrak.
2.Penerapan yang Pernah Dilakukan
Penerapan sistem ekonomi berbasis komunitas di Indonesia selama ini
masih terbatas pada kalangan tertentu, terutama kalangan masyarakat adat.
Dalam sistem permerintahan masyarakat adat, suasana kekeluargaan masih
begitu terasa. Kepala suku, pemangku adat, atau pemimpin kelompok
mempunyai pengaruh yang sangat besar pada kehidupan suku atau kelompok
tersebut. Di sinilah potensi pengembangan sistem ekonomi berbasis komunitas
nampak jelas.
Hingga saat ini, nampaknya pemerintah, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah (pemda), belum tertarik untuk mengembangkan sistem
ekonomi berbasis komunitas. Pemberdayaan masyarakat melalui sistem
xix
ekonomi berbasis komunitas di Indonesia selama ini hanya dilakukan oleh
beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Beberapa LSM yang berperan
aktif dalam pengembangan sistem ekonomi berbasis komunitas di Indonesia
antara lain Institute for Research and Empowerment (IRE), Tabitha, Telapak,
Austcare, Yayasan Merah Putih, dan beberapa LSM lain baik dari dalam
maupun luar negeri.
Beberapa perusahaan besar juga melakukan pemberdayaan masyarakat
dengan melakukan pembinaan sistem ekonomi berbasis komunitas sebagai
realisasi Corporate Social Responsibility (CSR). Contoh perusahaan yang
melakukan pembinaan sistem ekonomi berbasis komunitas adalah PT Carrefour
Indonesia. PT Carrefour Indonesia berhasil membina sedikitnya 45 orang warga
Ngagel Surabaya, untuk melakukan produksi sabun kemasan skala industri
rumahan dengan merek Java Soap. (Bisnis Indonesia, 2007)
xx
BAB III
METODE PENULISAN
A. Pendekatan Penulisan
Metode pada penulisan Karya Tulis Ilmiah yang digunakan analisis sintesis
dengan mengumpulkan data dan informasi sebagai acuan telaah pustaka.
B. Sumber Penulisan
Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari buku dan
internet.
C. Sasaran Penulisan
Sasaran penulisan karya tulis ini adalah memberikan masukan pada pemerintah
pusat, pemerintah daerah, perusahaan swasta, maupun BUMN untuk menerapkan
sistem ekonomi berbasis komunitas dalam rangka mengatasi persoalan
kemiskinan dalam masyarakat.
D. Tahapan Penulisan
1. Perumusan Masalah
Masalah-masalah yang diperoleh dikumpulkan menjadi suatu hipotesis yang
nantinya akan dicari jawabannya.
2. Pengumpulan Data dan Informasi
Penulisan berdasarkan pengumpulan data dan informasi sebagai landasan
telaah pustaka, dengan tahapan sebagai berikut :
a. Mengumpukan data dan informasi
b. Mengolah data dan informasi
c. Menganalisis data dan informasi yang diperoleh
d. Merumuskan kesimpulan dan saran
xxi
Metode dasar yang digunakan dalam karya tulis ini adalah deskriptif. Ciri dari metode ini adalah :
a. Memusatkan diri pada pemecahan–pemecahan masalah yang ada pada
masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual.
b. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian
dianalisis. (Mardikanto, 2001)
xxii
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kontribusi Ekonomi Berbasis Komunitas (Community-Based Economics)
dalam Mengentaskan Kemiskinan
Mengingat pembinaan ekonomi berbasis komunitas belum banyak diterapkan
di Indonesia, konstribusi nyata ekonomi berbasis komunitas dalam mengentaskan
kemiskinan belum banyak dirasakan. Sebagaimana telah disebutkan dalan
tinjauan pustaka, pembinaan ekonomi berbasis komunitas hanya dilakukan oleh
lembaga-lembaga non pemerintah. Pembinaan ekonomi berbasis komunitas yang
dilakukan PT Carrefour Indonesia di Surabaya merupakan contoh nyata upaya
pengentasan kemiskinan masyarakat. Produksi sabun kemasan skala industri
rumah tangga secara langsung dapat membantu masyarakat miskin dalam mencari
nafkah. Apalagi distribusi dan pemasaran produk sabun tersebut dilakukan
melalui gerai-gerai Carrefour di Indonesia.
Di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah, pemberdayaan ekonomi masyarakat
melalui pembinaan ekonomi berbasis komunitas dilakukan oleh Baitul Mal wat
Tamwil (BMT) Bina Masyarakat (Binamas) Purworejo. BMT Binamas Purworejo
melakukan pemberdayaan masyarakat melalui program pemeliharaan kambing.
Program ini dilakukan di desa-desa di dua kecamatan, yaitu Kecamatan
Purworejo dan Kecamatan Kaligesing. Mekanisme pemberdayaannya adalah
dengan meminjamkan induk kambing kepada para petani miskin untuk dipelihara.
Induk kambing yang dipinjamkan dipilih kambing dengan kualitas baik, terutama
kambing Peranakan Etawa (PE). Petani peminjam wajib memelihara, memberi
makan, dan mengawinkan induk kambing tersebut. Pembagian hasil usaha
dilakukan dengan sistem bagi hasil. Resiko kegagalan, misalnya induk kambing
mati, juga ditanggung bersama. Sebagian besar peminjam adalah ibu rumah
xxiii
tangga. Hasil penjualan anak kambing dapat membantu perekonomian keluarga,
terutama untuk biaya sekolah anak-anak mereka.
Dua contoh di atas merupakan sedikit gambaran tentang peranan ekonomi
berbasis komunitas dalam memberdayakan masyarakat serta mengentaskan
mereka dari himpitan kemiskinan yang menjerat. Beberapa LSM, baik dari dalam
maupun luar negeri, juga melakukan pembinaan sistem ekonomi berbasis
komunitas di Indonesia. Misalnya, IRE yang memberdayakan masyarakat nagari
di Sumatera Barat dan Yayasan Bina Lingkungan (YBL) Masta yang melakukan
pendampingan terhadap petani agar dapat berpartisipasi mengelola hutan di
Perbukitan Menoreh, Kedu, Jawa Tengah.
Sistem ekonomi berbasis masyarakat memang belum terdengar gaungnya di
Indonesia karena masing-masing pihak yang menjalankannya berjalan sendiri-
sendiri. Pemerintah belum melirik cara ini untuk membantu mereka dalam
kampanye mengentaskan kemiskinan.
Keberhasilan penerapan sistem ekonomi berbasis komunitas berdampak
cukup besar bagi masyarakat setempat. Di samping masyarakat dapat mandiri
secara ekonomi, arus urbanisasi ke kota juga dapat ditekan. Masyarakat yang
mempunyai penghidupan layak di desa tidak berkeinginan lagi untuk merantau ke
kota-kota besar, terutama Jakarta.
B. Keunggulan Metode Pengentasan Kemiskinan dengan Ekonomi Berbasis
Komunitas (Community-Based Economics)
Sistem ekonomi berbasis komunitas menitikberatkan pada pembangunan
kemandirian ekonomi masyarakat. Hal ini tentu sangat berbeda dengan Program
Subsidi Langsung Tunai (SLT) yang diluncurkan pemerintah sebagai kompensasi
kenaikan harga Bahan Bakar Minyak pada tahun 2005 lalu. SLT merupakan
program yang kurang mendidik karena bantuan tunai tanpa disertai pembinaan
hanya akan digunakan untuk keperluan konsumtif. Bantuan uang tunai sebesar Rp
xxiv
100.000,00/bulan dan diberikan setiap tiga bulan sekali tidak mampu menutupi
kebutuhan hidup masyarakat miskin yang semakin melonjak. Bantuan tersebut
hanya mampu memenuhi kebutuhan mereka selama beberapa hari atau beberapa
minggu. Belum lagi kalau bantuan tersebut dipotong oleh aparat desa/kelurahan
dengan berbagai alasan. Selain itu, penyaluran bantuan yang kurang tepat sasaran
menimbulkan kerawanan sosial dalam masyarakat.
Di zaman orde baru, pengentasan kemiskinan di pedesaan dilakukan melalui
program Inpres Desa Tertinggal (IDT). IDT disalurkan dalam bentuk kredit lunak
dengan bunga rendah melalui Bank Desa. IDT dimaksudkan untuk membantu
masyarakat miskin dalam membangun dan mengelola usaha mandiri. Akan tetapi,
program IDT ternyata tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan karena
masyarakat menjalankan usahanya sendiri-sendiri. Kurangnya penyuluhan dan
pembinaan dari pemerintah juga membuat masyarakat bingung memilih usaha
yang cocok bagi mereka. Sebagai akibatnya, usaha yang mereka lakukan tidak
berlangsung lama. Kegagalan program IDT juga dipengaruhi oleh banyaknya
penyimpangan yang terjadi. Di beberapa desa, dana dari pemerintah tidak hanya
disalurkan kepada masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi saja tetapi
dibagi rata untuk seluruh penduduk desa. Baik yang kaya maupun yang miskin
memperoleh bantuan IDT sehingga nominal bantuan yang diperoleh masyarakat
ekonomi lemah justru kecil.
Sistem ekonomi berbasis komunitas berbeda dengan program SLT maupun
IDT. Karena tujuan utamanya adalah untuk membangun kemandirian ekonomi
masyarakat dalam jangka panjang, sistem ekonomi berbasis komunitas
menghindari segala bentuk bantuan tunai dan kebijakan-kebijakan reaktif seperti
SLT. Keunggulan sistem ekonomi berbasis komunitas dibandingkan dengan
program pengentasan kemiskinan yang lain terletak pada pengelolaan usaha
secara bersama-sama oleh anggota masyarakat dengan mendayagunakan potensi
lokal.
xxv
Perumpamaan yang tepat bagi sistem ekonomi berbasis komunitas adalah
memberi kail dan umpan pada masyarakat ekonomi lemah, bukan memberi
ikannya. Kolam tempat memancingnya telah disediakan disekitar mereka.
Pemerintah berperan dalam melatih mereka agar dapat menjadi pemancing yang
baik serta menjaga agar tempat pemancingan tersebut tetap lestari.
C. Bentuk-Bentuk Ekonomi Berbasis Komunitas (Community-Based
Economics) yang Cocok Diterapkan Di Indonesia
Sebagai negara berkembang dengan persentase penduduk miskin yang besar,
sistem ekonomi berbasis komunitas sangat cocok diterapkan di Indonesia. Potensi
sumber daya alam yang sangat banyak dan beraneka ragam merupakan modal
yang sangat berharga. Setiap daerah di Indonesia mempunyai potensi masing-
masing yang unik. Oleh karena itu, pemberdayaan ekonomi masyarakat juga
harus bersifat unik di masing-masing daerah. Artinya, program pengentasan
kemiskinan di Indonesia tidak dapat dilakukan pada skala makro saja, tetapi juga
harus dilakukan dalam skala mikro. Pemberdayaan ekonomi mikro inilah yang
harus disesuaikan dengan potensi masing-masing daerah.
Banyak sekali potensi lokal di Indonesia yang selama ini belum tergarap
dengan baik. Pengelolaan potensi lokal yang belum optimal disebabkan oleh
berbagai faktor. Faktor-faktor penghambat pengelolaan potensi lokal di Indonesia
antara lain kurangnya pengetahuan serta penguasaan teknologi yang rendah.
Sistem pemasaran produk lokal yang tidak menguntungkan petani, peternak, atau
perajin juga merupakan faktor penyebab keengganan masyarakat untuk
mengembangkan potensi lokal.
Keanekaragaman potensi lokal yang ada di Indonesia membuat model
pengelolaannya beraneka ragam pula. Potensi lokal yang dapat dikembangkan
dengan sistem ekonomi berbasis komunitas antara lain di bidang pertanian,
peternakan, kerajinan, pariwisata, dan industri rumah tangga.
xxvi
Di bidang pertanian dan peternakan, titik berat pengembangan sistem
ekonomi berbasis komunitas adalah agar produk hasil pertanian dan petenakan
tidak dijual dalam bentuk produk primer (tanpa pengolahan) sehingga dapat
memberi nilai tambah bagi petani dan peternak.
Sebagai contoh, sebuah daerah pertanian diketahui cocok untuk ditanami
ketela pohon. Petani diberikan penyuluhan dan pelatihan mengenai pengolahan
ketela pohon menjadi berbagai macam produk makanan ringan, seperti kerupuk,
opak, gethuk, kripik, dan lain-lain. Sebai modal awal, pemerintah dapat memberi
kredit dengan bunga rendah atau tanpa bunga sama sekali dan tanpa jaminan
kepada petani. Pemerintah kemudian melakukan pendampingan usaha sehingga
pengelolaan usaha dapat berjalan efisien. Pemasaran produk dilakukan melalui
koperasi yang dibentuk oleh masyarakat sendiri. Pengelolaan koperasi sedapat
mungkin juga dilakukan oleh masyarakat sendiri dan pemerintah hanya sebagai
pendamping. Hal ini bertujuan untuk menghindari permainan harga oleh
tengkulak jika pemasaran tidak dikelola oleh mereka sendiri.
Untuk bidang peternakan, contohnya adalah suatu daerah yang cocok untuk
peternakan itik. Peternak diberikan penyuluhan tentang cara beternak itik yang
baik serta cara memberi ransum yang tepat. Pelatihan ini bertujuan untuk
meningkatkan produktivitas itik dala bertelur. Selanjutnya, untuk memberi nilai
tambah pada telur, peternak diberi pelatihan pembuatan telur asin. Pemasaran
hasil ternak juga dilakukan melalui koperasi yang dikelola oleh petenak sendiri.
Sistem ekonomi berbasis komunitas di bidang pertanian dan peternakan
seperti yang sudah dicontohkan di atas cocok pada kaum ibu di pedesaan. Pada
umumnya, kaum ibu di pedesaan hanya berperan sebagai ibu rumah tangga dan
mempunyai banyak waktu luang setelah mereka selesai mengerjakan tugas rumah
tangga mereka. Pemberdayaan kaum ibu di pedesaan dapat membantu
perekonomian keluarga dan pada akhirnya dapat mengentaskan mereka dari
jurang kemiskinan.
xxvii
Sistem ekonomi berbasis komunitas juga dapat diterapkan di bidang
kerajinan. Di Indonesia, terdapat berbagai macam produk kerajinan. Produk-
produk kerajinan tersebut mulai dari kerajinan ukir, furniture, gerabah, keramik,
mendong, berbagai macam cinderamata dan aksesoris hingga batik. Beberapa
sentra kerajinan tersebut memang sudah dikelola dengan baik sehingga perajin
tidak mengalami kesulitan dalam proses pemasaran. Kerajinan ukir di Jepara,
batik di Solo, dan kerajinan mendong di Tasikmalaya merupakan contoh sentra-
sentra kerajinan yang sudah di kelola dengan baik.
Contoh tersebut hanya sebagian kecil dari kekayaan hasil kerajinan di
Indonesia. Masih banyak sentra kerajinan di tanah air yang pengelolaannya
memprihatinkan. Kualitas yang rendah dan kurangnya variasi hasil kerajinan
merupakan kendala utama dalam mengembangkan pasar. Produk kerajinan yang
kurang bervariasi menyebabkan konsumen merasa jenuh dengan produk tersebut.
Pemberdayaan perajin dilakukan dengan memberi penyuluhan tentang
pengembangan kualitas dan variasi hasil kerajinan. Kemudian, pemerintah
membantu distribusi dan pemasaran produk tersebut. Apabila belum terdapat
mekanisme pemasaran yang baik, perlu dibentuk mekanisme pemasaran yang
sesuai. Pembentukan koperasi juga dapat dilakukan untuk membantu proses
pemasaran produk kerajinan tersebut.
Untuk bidang pariwisata, sistem ekonomi berbasis komunitas diterapkan
dengan melibatkan masyarakat dalam pengelolaan tempat wisata di daerah
tersebut. Contoh konkretnya adalah masyarakat di sekitar tempat wisata tersebut
yang direkrut sebagai petugas keamanan, penjual karcis masuk, atau petugas
kebersihan. Bagi yang ingin berdagang, pemerintah harus memberi ruang gerak
bagi mereka. Selain itu, masyarakat di sekitar tempat wisata juga dapat dibina
untuk membuat berbagai macam souvenir untuk dijual. Dengan masyarakat
sekitar dalam pengelolaan tempat wisata, selain masyarakat tertolong secara
xxviii
ekonomi, diharapka mereka mempunyai rasa memiliki terhadap tempat wisata
tersebut sehingga ikut menjaga kelestariannya.
Sistem ekonomi berbasis komunitas juga dapat diterapkan melalui pembinaan
industri rumah tangga (home industry). Industri kecil yang dibangun tetap harus
memperhatikan potensi daerah setempat. Hal ini bertujuan untuk menjamin
kelangsungan hidup industri tersebut, terutama untuk menjamin ketersediaan
bahan baku. Sebagai contoh, untuk membuat sentra industri kecil kerupuk udang
tentu harus dipilih daerah yang dekat dengan sumber udang. Daerah tersebut
mungkin daerah di dekat perkampungan nelayan atau di sekitar tambak udang.
Aspek pemasaran juga harus dipertimbangkan. Untuk dapat memperlancar proses
pemasaran, daerah tersebut harus mempunyai akses yang bagus terhadap pasar,
misalnya tidak jauh dari perkotaan.
D. Langkah-Langkah Penerapan Ekonomi Berbasis Komunitas (Community-
Based Economics)
Penerapan ekonomi berbasis komunitas harus didahului dengan studi yang
mendalam. Studi mengenai kondisi sosial, ekonomi, demografi, dan geografi
daerah setempat mutlak harus dilakukan sebelum menerapkan sistem ekonomi
berbasis komunitas. Hasil studi tersebut kemudian dianalisis untuk menentukan
potensi yang cocok untuk dikembangkan di daerah tersebut. Ananisis hasil studi
dilakukan dengan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threatment).
Hasil analisis SWOT juga berfungsi sebagai dasar dalam menyusun strategi
pengembangan. Tahapan selanjutnya adalah melakukan pembinaan terhadap
masyarakat dan mendampingi mereka dalam memulai dan menjalankan usahanya.
Evaluasi dilakukan setelah usaha berjalan kurang lebih selama satu tahun. Hasil
evaluasi berguna untuk menyusun strategi pengembangan selanjutnya. Secara
umum, langkah-langkah penerapan ekonomi berbasis komunitas dapat
digambarkan dengan diagram alir sebagai berikut.
xxix
Studi sosial, ekonomi, demografi, dan geografi
Pembinaan masyarakat
Analisis SWOT
Penyusunan strategi
pengembangan
Penentuan potensi yang cocok
Pendampingan usaha
evaluasi
Gambar 4.1 : Diagram alir penerapan sistem ekonomi berbasis komunitas
xxx
Tahapan-tahapan di atas merupakan gambaran umum dari langkah-langkah
yang harus ditempuh dalam menerapkan sistem ekonomi berbasis komunitas.
Uraian mengenai langkah-langkah di atas dapat di jabarkan sebagai berikut :
1.Studi kondisi sosial, ekonomi, demografi, dan geografi setempat.
Studi mengenai kondisi sosial, ekonomi, demografi, dan geografi setempat
merupakan studi pendahuluan sebelum menerapkan sistem ekonomi berbasis
komunitas. Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui secara umum kondisi
masyarakat setempat. Kondisi-kondisi secara umum yang perlu diketahui
disajikan dalam tabel berikut :
No Kondisi umum Kondisi yang perlu diketahui
1. Sosial • Sistem kekerabatan
• Tingkat kesejahteraan masyarakat
• Tingkat melek huruf
• Kondisi kesehatan masyarakat
• Kondisi fasilitas-fasilitas penunjang
(puskesmas, tempat ibadah, sekolah)
2. Ekonomi • Kegiatan perekonomian utama penduduk
setempat
• Mata pencaharian utama penduduk
setempat
• Hasil bumi setempat
• Akses ekonomi daerah setempat
Tabel 4.1 : Tabel studi kondisi sosial, ekonomi, demografi, dan geografi
xxxi
3. Demografi • Jumlah penduduk
• Distribusi penduduk (anak-anak, dewasa,
tua, laki-laki, wanita)
• Tingkat pengangguran
• Jumlah angkatan kerja
4. Geografi • Letak geografis
• Luas wilayah
• Kondisi geografis (kondisi tanah, iklim,
curah hujan)
2.Analisis SWOT.
Analisis SWOT adalah metode analisis yang umum digunakan sebagai dasar
untuk menentukan kebijakan dalam manajemen. SWOT merupakan singkatan
dari strength, weakness, opportunity, and threatment. Sesuai dengan artinya,
analisis SWOT berfungsi untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman pada objek yang dianalisis. Analisis dilakukan dengan mengacu pada
data-data yang diperoleh di lapangan.
Hasil analisis SWOT kemudian disajikan dalam bentuk tabel untuk
memudahkan pengambilan keputusan selanjutnya. Berikut ini merupakan
contoh analisis SWOT dari data yang telah ada.
Gambaran umum:
Desa Donorati merupakan sebuah desa terpencil yang terletak di Kecamatan
Purworejo, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Desa ini terletak di lereng
perbukitan. Pada tahun 2005, jumlah penduduknya mencapai 1024 jiwa dengan
rincian 492 laki-laki dan 532 wanita. Penduduk berusia di atas 17 tahun
sebanyak 743 jiwa. Sebagian mata pencaharian penduduk adalah petani dan
buruh. Luas lahan pertanian terbatas dan mengandalkan air hujan untuk
mengairi sawah (sawah tadah hujan). Jumlah remaja yang tinggal di desa sangat
sedikit karena sebagian besar bekerja di kota-kota besar. Sebagian besar kaum
xxxii
ibu hanya berperan sebagai ibu rumah tangga. Hanya ada beberapa yang
berdagang atau menjadi buruh bangunan.
Hasil analisis SWOT :
No Komponen SWOT Rincian
1. Strength / kekuatan • Banyak tersedia tenaga kerja
• Banyak terdapat daerah hutan yang
ditumbuhi pepohonan
2. Weakness / kelemahan • Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
penduduk rendah
3. Opportunity / peluang • Bagaimana memberdayakan kaum ibu
dan kaum pengangguran agar dapat
produktif secara ekonomi
4. Threatment / ancaman • Daerah rawan bencana tanah longsor
3.Penentuan potensi yang cocok untuk dikembangkan di daerah tersebut.
Dengan melihat hasil studi pendahuluan dan analisis SWOT, potensi
sekiranyan dapat dikembangkan untuk membantu perekonomian masyarakat
dapat diketahui. Potensi yang dapat dikembangkan meliputi potensi Sumber
Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM). Potensi SDA dapat
berupa tanah yang subur, hasil bumi, dan kondisi yang sesuai untuk
mengembangkan suatu usaha. Sementara itu, potensi SDM dapat berupa
keterampilan, etos kerja, dan kekerabatan masyarakat setempat.
Contoh untuk Desa Donorati di atas, potensi yang cocok untuk
dikembangkan adalah yang dapat melibatkan kaum wanita untuk mengelolanya.
Dalam hal ini BMT Binamas Purworejo melihat potensi untuk mengembangkan
ternak kambing. Kambing tersebut sebagian besar dirawat oleh kaum ibu
setelah mereka selesai mengerjakan tugas-tugas rumah tangga mereka.
Tabel 4.2 : Contoh hasil analisis SWOT
xxxiii
4.Penyusunan strategi pengembangan sistem ekonomi berbasis komunitas.
Penyusunan strategi pengembangan sistem ekonomi berbasis komunitas
juga berdasar pada hasil analisis SWOT. Strategi disusun dengan
mempertimbangkan dan mengombinasikan kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman yang ada. Cara paling efektif untuk menyusun strategi pengembangan
adalah dengan menggunakan matriks strategi seperti gambar berikut :
Kekuatan Kelemahan
Peluang Strategi Strategi
Ancaman Strategi Strategi
Matriks di atas memperlihatkan bahwa setiap strategi harus disusun dengan
mengombinasikan dua komponen SWOT. Kombinasi keempat komponen
SWOT tersebut adalah kekuatan-peluang, kekuatan ancaman, kelemahan
peluang, dan kelemahan-ancaman.
5.Pembinaan dan penyuluhan pada masyarakat
Sistem ekonomi berbasis komunitas menghendaki agar masyarakat dapat
mandiri secara ekonomi dengan mengolah potensi pada diri mereka atau di
sekitar mereka. Potensi yang harus dikembangkan adalah potensi yang telah
diketahui dari hasil analisis SWOT. Prinsip dasar sistem ekonomi berbasis
komunitas adalah memberi kail dan umpan bukan memberi ikan. Tempat untuk
memancingnya adalah tersedia di sekitar mereka.
Pembinaan dan penyuluhan bertujuan untuk memberi tambahan bekal bagi
masyarakat sebelum mereka mengolah potensinya. Penyuluhan sebaiknya
dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil agar materi yang disampaikan dapat
diterima dengan baik. Setiap selesai penyampaian suatu materi, hendaknya
dilanjutkan dengan diskusi kelompok. Diskusi perlu dilakuakan secara intensif
Tabel 4.3 : Matriks strategi pengembangan potensi
xxxiv
sebagai ajang tukar pikiran antan sesama peserta maupun antara peserta dengan
pemateri.
Materi pelatihan sebaiknya juga diisi dengan cara-cara pembukuan
sederhana sehingga peserta diharapkan dapat memahami dan membuat sistem
pembukuan sederhana pada usahanya. Pembukuan sederhana ini berfungsi
untuk mengetahui perkembangan usaha yang sedang dijalankan. Selain itu,
pembukuan juga diperlukan untuk proses evaluasi.
6.Pendampingan usaha
Pendampingan usaha penting dilakukan agar usaha yang dijalankan sesuai
dengan rencana yang telah disusun. Pendampingan yang dilakukan meliputi
pendampingan proses produksi, manajemen, serta proses pemasaran. Pada awal
pelaksanaan usaha, pendampingan perlu dilaksanakan secara intensif. Intensitas
pendampingan dikurangi secara berangsur-angsur seiring dengan meningkatnya
tingkat pengetahuan dan pengalaman masyarakat. Pendampingan dilakukan
sampai masyarakat dapat berusaha secara mandiri.
7.Evaluasi.
Setiap tindakan yang terencana memerlukan evaluasi untuk mengetahui
sejauh mana keberhasilan usaha tersebut. Evaluasi rutin harus dilakukan untuk
mengetahui perkembangan penerapan sistem ekonomi berbasis komunitas.
Evaluasi dapat dilakukan secara mingguan atau bulanan. Hasil evaluasi
diggunakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan selanjutnya. Hasil
evaluasi yang .menunjukkan perkembangan positif berarti sistem yang
diterapkan sudah sesuai dengan kondisi masyarakat setempat. Jika evaluasi
belum menunjukkan hasil yang maksimal, sistem ekonomi berbasis komunitas
yang diterapkan perlu dikaji ulang dan diperbaiki pelaksanaannya.
xxxv
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian pada pembahasan di atas, penulis menyimpulkan hal-hal berikut :
1. Penerapan sistem ekonomi berbasis komunitas mempunyai konstribusi besar
dalam mengentaskan kemiskinan masyarakat, yaitu dapat meningkatkan
kemandirian ekonomi masyarakat dan mengurangi laju urbanisasi dari desa
ke kota.
2. Keunggulan sistem ekonomi berbasis komunitas adalah memberi bekal
keterampilan hidup pada masyarakat miskin sehingga mereka dapat mandiri
secara ekonomi.
3. Penerapan sistem ekonomi berbasis komunitas di Indonesia dapat dilakukan
pada berbagai bidang yaitu bidang pertanian, peternakan, kerajinan,
pariwisata, dan industri rumah tangga.
4. Penerapan sistem ekonomi berbasis komunitas melalui beberapa langkah,
yaitu studi sosial, ekonomi, demografi, dan geografi, analisis SWOT,
penentuan potensi yang cocok, penyusunan strategi pengembangan,
pembinaan masyarakat, pendampingan usaha, dan evaluasi.
B. Saran
1. Usaha pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat di Indonesia
hendaknya dilakukan secara lebih intensif dengan melibatkan pemerintah,
LSM, dan masyarakat umum.
2. Pemerintah hendaknya mengadopsi sistem ekonomi berbasis komunitas
sebagai metode pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat di
Indonesia.