i
EFEKTIVITAS DINAS KESEHATAN DALAM PROGRAM
KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA
(KIBBLA) DI KABUPATEN SERANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Administrasi Publik pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi
Ilmu Administrasi Publik
Oleh :
Rima Herdiyana
NIM 6661131821
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, November 2017
i
i
ABSTRAK
Rima Herdiyana. NIM 6661131821. Efektivitas Dinas Kesehatan Dalam
Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, dan Anak Balita (KIBBLA) di
Kabupaten Serang. Program Studi Administrasi Publik, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang
2017.Dosen Pembimbing I: Riny Handayani, M.Si. Dosen Pembimbing II:
Maulana Yusuf, M.Si.
Kata Kunci: Efektivitas, Organisasi
Fokus penelitian ini adalah Efektivitas Dinas Kesehatan dalam Program
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten
Serang. Dengan identifikasi masalahnya yaitu tidak berjalannya Tim
KIBBLA pada tingkat kecamatan dan desa, kurangnya koordinasi Tim
KIBBLA terpadu, kurangnya pemberdayaan masyarakat sebagai Kader
Pendamping KIBBLA di tingkat desa, kurangnya kampanye program KIBBLA kepada masyarakat dan belum meratanya pelayanan dan
pemberdayaan masyarakat di beberapa wilayah. Dengan rumusan
masalahnya yaitu seberapa efektif Dinas Kesehatan dalam Program
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten
Serang. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Populasi
penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Serang yang menjadi sasaran
Program KIBBLA yang terdapat di tiga wilayah representatif berjumlah
1.170 orang dengan jumlah sampel 174 orang. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner, observasi dan dokumentasi.
Teknik sampling menggunakan purpossive random sampling. Untuk
menganalisa data menggunakan uji pihak kiri diperoleh angka t hitung > t
tabel (26.03> 1.65) maka H0 diterima dan Ha ditolak. Dalam hitungannya
mencapai angka 73 % dari prediksi lebih kecildari 65%. Dengan demikian,
Efektivitas Dinas Kesehatan dalam Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru
Lahir, dan Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten Serang berjalan efektif.
Saran yang dapat direkomendasikan untuk penelitian ini adalah
meningkatkan pendidikan dan pelatihan bagi bidan desa, melakukan
pembinaan secara berkala bagi kader posyandu, pembentukan kembali
Kader Pendamping KIBBLA dan meningkatkan sarana dan prasarana
pelayanan, melakukan kampanye kesehatan ibu dan bayi kepada
masyarakat, meningkatkan sosialisasi kesehatan ibu dan bayi berbasis
medis kepada masyarakat, melakukan koordinasi lintas sektoral yang lebih
intens dan berkala, dan meningkatkan kerjasama yang baik dengan
fasilitas kesehatan.
ABSTRACT
Rima Herdiyana, NIM 6661131821, The Effectiveness of Health
Department on Maternal Child and Health Integrated Program at Serang
Regency, The Study Program of Public Administration, The Faculty of
Social and Politic Science, Sultan Ageng Tirtayasa University, Serang
2017. The 1st Advisor: Riny Handayani, M.Si. 2
nd Advisor: Maulana Yusuf,
M.Si.
Keyword: Effectiveness, Organization.
Focus of this research is The Effectiveness of Health Department on
Maternal Child and Health Integrated Program at Serang Regency.
Identification of this research is not running of the KIBBLA Team at
subdistrict and village levels, lack of coordination of integrated KIBBLA
Team at Serang Regency, lack of empowerment a societies as KIBBLA
Assistance Cadre at village levels, lack of campaign of KIBBLA for
societies and uneven service and empowerment a societies in some
areas.With the formulation of the problem is how effectiveness Health
Department on Maternal Child and Health Integrated Program at Serang
Regency. The method used in this research is Quantitative Descriptive.
The population in this research is the target on Maternal Child and Health
Integrated Program of Serang Regency society by three representative
region as many 1.170 people, with a total sample of 174 people. Data
were collected by questionnaires, interview and documentation. Sampling
technique using proportionate random sampling. To analyze the data, the
researcher using the test of t-test hypothesis of one sample with left-
handed test is obtained t count > t table (26.03> 1.65) so that Ho is
accepted and Ha is rejected. In the calcualtion reaches 73% of the highest
prediction 65%. Thus, the effectiveness of Health Department on
Maternal Child and Health Integrated Program at Serang Regency is
effective. The recommendation for this research is improve education and
training for village midwives, conducting periodical guidance for
Posyandu cadre, re-establishing KIBBLA assistance cadre, and improving
service facilities and infrastructure, camapaigning the health of mothers
and child to the community, improve medical-based socialization to the
community, more intens coordination with inter sectoral and promote
good cooperation with health facilities.
i
ii
MOTTO:
-Berjalan Bukan Hanya Butuh Kaki-
PERSEMBAHAN:
Skripsi ini didedikasikan untuk wanita
yang aku cinta dan hormati, (Almh.)
Neng Heryati;
Nenek dan Kakek yang berperan
ganda menjadi orangtuaku;
Adik kecilku, penyejuk setiap sudut
kehidupanku: Refina Tannafa
Hasnandianti dan (Almh.) Shafira
Tannafa Hasnandianti.
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua. Shalawat beserta salam
selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta
keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Dan atas berkat
rahmat dan ridho-Nya serta dengan semangat diiringi doa sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Penyusunan skripsi dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Administrasi Publik pada Program Studi Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang
berjudul “Efektivitas Dinas Kesehatan Dalam Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru
Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten Serang”. Hasil penelitian ini
tentunya tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang selalu mendukung peneliti
secara moril dan materil. Maka dengan ketulusan dan kerendahan hati, peneliti
ingin mengucapkan rasa terimakasih yang tidak terhingga kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H.Soleh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Ibu Rahmawati, M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
iv
4. Bapak Iman Mukroman, M.Ikom selaku wakil dekan II Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, M.Si selakuWakil Dekan III Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Ibu Listyaningsih, M.Si selaku Ketua Program Studi Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Ibu Dr. Arenawati, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
8. Ibu Riny Handayani, M.Si selaku dosen pembimbing I Skripsi yang
senantiasa dengan sabar dan bijak memberikan arahan agar penelitian
dikerjakan dengan baik.
9. Bapak Maulana Yusuf, M.Si selaku dosen pembimbing akademik dan
pembimbing II Skripsi yang senantiasa dengan sabar dan semangat
memberikan arahan agar peneliti melakukan studi dan penelitian dengan baik.
10. Bapak Anis Fuad, M.Si selaku dosen penguji seminar proposal yang telah
memberikan masukan dan arahan agar melakukan penelitian dengan baik.
11. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Administrasi Publik Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan pengetahuan dan membantu
proses studi selama perkuliahan.
12. Ibu Istiana Hariyanti dan Ibu Maftuhah selaku Pegawai Dinas Kesehatan
Kabupaten Serang yang membimbing dan membantu saya dalam melakukan
penelitian dengan baik.
v
13. Kepala Puskesmas Ciruas, Jawilan dan Pontang beserta jajarannya yang
membantu saya dalam menyelesaikan proses penelitian ini
14. Bapak Abas selaku Sekretaris FOPKIA USAID Banten dan Pak Bambang
selaku Sekretaris BSMI Kabupaten Serang yang telah banyak membantu dan
memberikan informasi penelitian.
15. Kepada keluarga yang selalu memberikan dukungan moril dan meteril yang
membuat saya menjadi terus dan lebih semangat.
16. Pengurus HIMANE 2014, Pengurus IKADIKSI 2014, Pengurus DPM FISIP
2015, Peace Leader Untirta, KKN Kebangsaan UNTIRTA 2016, dan KKNK
Desa Sungai Harapan Kepulauan Riau yang telah memberikan semangat dan
dukungan selama masa perkuliahan.
17. Teman-teman Kosan JOMBRIK, Grup Rempong, The WorryFree Girls
Squad, Teater Hari Ini, Tim NyoniKuy, Rumah Production, dan semua
teman-teman sepermainan yang telah mewarnai masa perkuliahan dan tidak
pernah bosan menanyakan kabar progress skripsi.
18. Sahabat terbaik Saroh Romadhon, Ferdinand Putra P. Simbolon, Amy
Fauziyah, Hendra Permana, S.S yang telah mendukung dan membantu dalam
proses penyusunan skripsi.
19. Terkhusus teman-teman seperjuangan Administrasi Publik UNTIRTA
angkatan 2013 yang tetap solid saling memberikan semangat agar
menyelesaikan penelitian dengan baik
20. Semua pihak yang membantu mempermudah proses penyelesaian skripsi.
vi
Akhirnya peneliti mengucapkan rasa syukur yang tidak terhingga
dengan selesainya penyusunan skripsi ini. Tidak lupa juga peneliti
memohon maaf atas semua kekurangan dan kesalahan yang terddapat
dalam skripsi ini. Peneliti mohon kritik dan saran yang sifatnya
membangun sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik.
Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa
saja yang membacanya dan bagi perkembangan keilmuan khususnya
tentang efektivitas organisasi dan Administrasi Publik
Serang, November 2017
Peneliti
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .........................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................
DAFTAR ISI ..........................................................................................
DAFTAR TABEL ...................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
DAFTAR DIAGRAM ............................................................................
BAB I PENDAHULUAN
i
ii
iii
vii
xi
xii
xiii
1.1 1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................
1.1 1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................
1.2 1.3 Batasan Masalah .........................................................................
1.3 1.4 Rumusan Masalah ......................................................................
1.4 1.5 Tujuan Penelitian .......................................................................
1.5 1.6 Manfaat Penelitian ......................................................................
1
17
17
18
18
18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 2.1 Konsep Efektivitas Organisasi ...................................................
2.1.1 2.1.1 Pengertian Efektivitas .......................................................
2.1.2 2.1.2 Pengertian Organisasi ......................................................
2.1.3 2.1.3 Efektivitas Organisasi ......................................................
2.1.4
20
20
21
22
viii
2.1.5 2.1.4 Pendekatan Pengukuran Efektivitas Organisasi ............
2.1.6 2.1.5 Indikator Efektivitas Organisasi .....................................
2.1.7 2.1.6 Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, dan
2.1.8 Anak Balita (KIBBLA) ....................................................
2.2 2.2 Penelitian Terdahulu ..................................................................
2.3 2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................
2.4 2.4 Hipotesis Penelitian ...................................................................
26
29
32
38
40
44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian .........................................
3.2 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................
3.3 Lokasi Penelitian .......................................................................
3.4 Variabel Penelitian ....................................................................
3.4.1 Definisi Konsep ............................................................
3.4.2 Definisi Operasional .....................................................
3.5 Instrumen Penelitian .................................................................
3.6 Populasi dan Sampel ..................................................................
3.7 Teknik Pengumpulan Data ........................................................
3.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data .....................................
3.8.1 Uji Validitas ..................................................................
3.8.2 Uji Reliabilitas ...............................................................
3.8.3 Uji Normalitas ..............................................................
3.8.4 Uji t-Test .......................................................................
3.8.5 Uji Pihak Kiri ................................................................
45
45
46
47
47
48
50
51
54
55
56
57
59
59
60
ix
3.9 Jadwal Penelitian .................................................................. 61
BAB IV HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ..................................................
4.1.1 Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang .......................................................................
4.1.2 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang .......................................................................
4.2 Deskripsi Data ......................................................................
4.2.1 Identitas Responden ................................................
4.2.1.1 Responden Berdasarkan Fase Kehamilan ....
4.2.1.2 Responden Berdasarkan Usia ......................
4.2.1.3 Responden Berdasarkan Pendidikan ...........
4.2.1.4 Responden Berdasarkan Pekerjaan .............
4.2.2 Tanggapan Responden ............................................
4.3 Pengujian Persyaratan Statistik ...........................................
4.3.1 Uji Validitas ............................................................
4.3.2 Uji Reliabilitas .........................................................
4.3.3 Uji Normalitas .........................................................
4.4 Pengujian Hipotesis .............................................................
4.5 Interpretasi Hasil Penelitian .................................................
4.6 Pembahasan .........................................................................
62
62
62
64
64
64
65
66
66
67
114
115
119
120
122
125
131
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan ......................................................................... 135
x
5.2 Saran .................................................................................... 136
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Tabel 1.2
Data Kematian Ibu 2013-2015 dan Kematian Bayi 2013-
2015 di Provinsi Banten .......................................................
Data Kematian Ibu, Bayi dan Balita di Kabupaten
Serang...................................................................................
5
9
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................. 43
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Operasional Variabel ............................................................
Skor dalam Penelitian Skala Likert.......................................
Sasaran Penduduk Program KIBBLA Tahun
2017.......................................................................................
Jadwal Penelitian .................................................................
50
51
52
61
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 4.10
Pernyataan Berdasarkan Fase Kehamilan ............................
Pernyataan Berdasarkan Usia ..............................................
Pernyataan Berdasarkan Pendidikan ....................................
Pernyataan Berdasarkan Pekerjaan ......................................
Hasil Uji Validitas Penelitian Tahap I .................................
Hasil Uji Validitas Penelitian Tahap II ................................
Case Processing Summary...................................................
Reliability Statistics .............................................................
Uji Normalitas ......................................................................
Interval Efektivitas ...............................................................
64
65
66
67
116
118
120
120
121
127
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................ 43
Gambar 4.1
Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis ........................
125
xiii
DAFTAR GRAFIK
Grafik1.1
Grafik4.1
Grafik 4.2
Grafik 4.3
Grafik 4.4
Grafik 4.5
Grafik 4.6
Grafik 4.7
Grafik 4.8
Grafik 4.9
Grafik 4.10
Grafik 4.11
Grafik 4.12
Grafik 4.13
Grafik 4.14
Grafik 4.15
Grafik 4.16
Grafik 4.17
Grafik 4.18
Grafik 4.19
Grafik 4.20
Angka Kematian Ibu, Bayi dan Balita di Indonesia Tahun
2007, 2012 dan 2015 ............................................................
Tanggapan Pernyataan ke 1 .................................................
Tanggapan Pernyataan ke 2 .................................................
Tanggapan Pernyataan ke 3 .................................................
Tanggapan Pernyataan ke 4 .................................................
Tanggapan Pernyataan ke 5 .................................................
Tanggapan Pernyataan ke 6 .................................................
Tanggapan Pernyataan ke 7 .................................................
Tanggapan Pernyataan ke 8 .................................................
Tanggapan Pernyataan ke 9 .................................................
Tanggapan Pernyataan ke 10 ...............................................
Tanggapan Pernyataan ke 11 ...............................................
Tanggapan Pernyataan ke 12 ...............................................
Tanggapan Pernyataan ke 13 ...............................................
Tanggapan Pernyataan ke 14 ...............................................
Tanggapan Pernyataan ke 15 ...............................................
Tanggapan Pernyataan ke 16 ...............................................
Tanggapan Pernyataan ke 19 ...............................................
Tanggapan Pernyataan ke 20 ...............................................
Tanggapan Pernyataan ke 21 ...............................................
Tanggapan Pernyataan ke 22 ...............................................
4
68
69
71
73
74
76
77
79
81
83
84
86
87
89
90
91
93
94
96
97
xiv
Grafik 4.21
Grafik 4.22
Grafik 4.23
Grafik 4.24
Grafik 4.25
Grafik 4.26
Grafik 4.27
Grafik 4.28
Grafik 4.29
Grafik 4.30
Grafik 4.31
Grafik 4.32
Grafik 4.33
Tanggapan Pernyataan ke 23 ...............................................
Tanggapan Pernyataan ke 24 ...............................................
Tanggapan Pernyataan ke 25 ...............................................
Tanggapan Pernyataan ke 26 ...............................................
Tanggapan Pernyataan ke 27 ...............................................
Tanggapan Pernyataan ke 28 ...............................................
Tanggapan Pernyataan ke 29 ...............................................
Tanggapan Pernyataan ke 30 ...............................................
Tanggapan Pernyataan ke 31 ...............................................
Tanggapan Pernyataan ke 32 ...............................................
Tanggapan Pernyataan ke 33 ...............................................
Tanggapan Pernyataan ke 34 ...............................................
Persentase Hasil Per Indikator Variabel Efektivitas ............
99
100
102
103
104
106
107
108
109
110
112
113
131
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi
Lampiran 2 Kuesioner
Lampiran 3 Struktur Organisasi
Lampiran 4 Peraturan Bupati Serang Nomor 5 Tahun 2011
Lampiran 5 Hasil Pengolahan Data SPSS
Lampiran 6 Catatan Bimbingan
Lampiran 7 Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Setiap negara, termasuk Indonesia memiliki keinginan untuk
menyejahterakan warga negaranya. Umumnya kesejahteraan masyarakat
hanya dinilai dari pertumbuhan ekonomi semata. Akan tetapi aspek
manusianya masih diabaikan. Pembangunan ekonomi dan pembangunan
kesehatan diposisikan sebagai dua bidang yang saling menegasikan
(Muhammad, 1986) dalam buku Nestapa Pembangunan Sosial: Studi Atas
Dampak Beban Utang terhadap Pembangunan Ekonomi dan Kesehatan
(2005:154). Hal ini terjadi karena pembangunan lebih diidentikkan
dengan upaya peningkatan kemampuan ekonomi penduduk. Sehingga
dalam menilai keberhasilan pembangunan, indikator keberhasilan lebih
sering ditunjukkan dengan seberapa tinggi pertumbuhan ekonomi yang
telah diraih. Bukan seberapa jauh peningkatan kualitas kesehatan manusia.
Fungsi perawatan manusia atau kesehatan manusia, memiliki posisi
penting dalam konteks pembangunan manusia guna mendukung
pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan (Soeharto, 2014:5).
Sebelum abad 20, kesehatan hanya dipandang sebagai pendekatan
teknis semata, sehingga pengaruh yang ditimbulkan oleh kondisi sosial
ekonomi politik terhadap pembangunan kesehatan hanya dipandang
sebagai tanggung jawab pakar di bidang medis saja. Kesehatan merupakan
2
hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia
Tahun 1945.
Indonesia telah menerapkan beberapa perubahan kebijakan dalam
pembangunan kesehatan. Pemerintah menunjukkan keseriusannya dalam
melakukan pembangunan kesehatan melalui regulasi yang dituangkan
dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang
hingga saat ini berlaku. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa
kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomi. Pembangunan kesehatan dalam kehidupan berbangsa
sudah seharusnya menjadi prioritas pembangunan dalam rangka
menciptakan sumber daya manusia yang baik. Dalam Profil Kesehatan
Indonesia tahun 2015 menyebutkan untuk mengukur keberhasilan
pembangunan kesehatan, dapat dilihat dari indikator Derajat Kesehatan
yang dipengaruhi oleh Angka Kematian, Kesakitan dan Status Gizi. Pada
realisasinya, Angka Kematian dipengaruhi oleh kesakitan dan status gizi.
Data World Bank pada tahun 1997 menunjukkan bahwa Indonesia
dalam satu posisi bersama Filipina, Mozambique, Bangladesh, Suriah,
Bolivia, Peru, Brazil, Rwanda dan Korea Selatan yang merupakan 10
negara terburuk untuk indikator ini. Selain angka kematian bayi, angka
kematian ibu di Indonesia tergolong tinggi dibandingkan dengan negara-
3
negara Asia Tenggara (LIPI, 2011:47). Angka Kematian Ibu (AKI)
menurut WHO adalah kematian selama kehamilan atau dalam 42 hari
setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan
atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan
disebabkan oleh kecelakaan/cedera di luar kehamilan. Sedangkan Angka
Kematian Bayi (AKB) merupakan kematian yang terjadi pada bayi usia 29
hari sampai 12 bulan. Angka kematian bayi merujuk pada kematian bayi
sebelum mencapai ulang tahun pertama (BPS, BKKBN, Depkes, dan
Macro Internasional, Inc., 2008).
Kesehatan ibu dan bayi menjadi salah satu tujuan pemerintah yang
tercantum dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan. Upaya kesehatan ibu harus dilakukan untuk menjaga
kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan
berkualitas serta mengurangi Angka Kematian Ibu. Kemudian upaya
pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk
mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas dan
berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak.
Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi merupakan salah satu tujuan
pemerintah yang termaktub dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan.
Angka Kematian Ibu dan Bayi merupakan isu global yang menjadi
salah satu tujuan pembangunan di setiap negara. Mengatasi kematian ibu
merupakan salah satu poin dalam pesan kesehatan Presiden Republik
4
Indonesia yang dikenal dengan istilah “10 Pesan Jokowi”. Bapak Ir. Joko
Widodo menyatakan untuk menyelesaikan problem Angka Kematian Ibu
dan Penyakit Menular yang disampaikan saat Rapat Kerja Kesehatan
Nasional 2017. Pernyataan Bapak Presiden Joko Widodo, semakin
mempertegas bahwa Kematian Ibu merupakan masalah kompleks yang
sedang dihadapi di Indonesia bahkan sudah sejak lama.
Dalam Mardikanto dan Soebiato (2013:1) menyatakan perbaikan
kesehatan ibu dan pengurangan kematian anak balita menjadi dua bagian
butir dalam tujuan pembangunan milenium atau Millenium Development
Goals (MDGs). Tujuan MDGs ke-5 adalah menurunkan AKI menjadi
102:100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 23 per 1.000 kelahiran
hidup pada tahun 2015. Setelah berakhirnya MDGs, kemudian AKI dan
AKB menjadi indikator Pembangunan berkelanjutan atau Sustainable
Development Goals (SDGs) yakni menjamin kehidupan yang sehat dan
meningkatkan kesejahteraan penduduk di segala usia pada tahun 2016-
2030. Target SDGs pada tahun 2030 yakni mengurangi kematian ibu
menjadi kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup dan mengakhiri
kematian bayi. Berikut ini adalah Angka Kematian Ibu, Bayi dan Balita di
Indonesia tahun 2007, 2012 dan 2015:
5
Grafik 1.1
Angka Kematian Ibu, Bayi dan Balita di Indonesia Tahun 2007, 2012, 2015
Sumber: SDKI 2007, 2012 dan 2015 dalam Profil Kesehatan Indonesia 2015.
Kematian ibu dan bayi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Di
samping faktor-faktor yang terkait langsung dengan (komplikasi)
kesehatan, instrumen sosial budaya serta ketersediaan fasilitas pelayanan
kesehatan, termasuk tenaga medis, berpengaruh terhadap kematian ibu dan
bayi (LIPI, 2011:48). Faktor pendidikan menunjukkan kurangnya
pengetahuan masyarakat terhadap upaya kesehatan ibu dan bayi. Persoalan
ekonomi sering kali menjadi alasan bagi ibu dalam keaktifan
memeriksakan kandungan dan bayi serta biaya persalinan yang terbatas
untuk melahirkan di fasilitas kesehatan. Beberapa kasus menyebutkan
bahwa masih terdapat ibu hamil atau bersalin yang tidak memiliki jaminan
kesehatan (BPJS) dalam proses persalinannya, sehingga hal ini menjadi
hambatan bagi ibu hamil untuk bersalin di fasilitas kesehatan. Beberapa
masyarakat yang memanfaatkan air sungai sebagai kebutuhan sehari-hari
228
359
305
34 32 22.23 44 40 26.2
0
50
100
150
200
250
300
350
400
2007 2012 2015
AKI
AKB
AKABA
6
turut berpengaruh terhadap kondisi kesehatan masyarakat setempat. Selain
itu, upaya kesehatan ibu dan bayi sering kali dilakukan dengan cara
terdahulu (tradisional) yang sudah tidak diperkenankan secara medis.
Bahkan sering kali keputusan bersalin berada di tangan keluarga (bukan
ibu hamil) untuk menentukan tempat melahirkan.
Provinsi Banten adalah salah satu daerah penyumbang tertinggi
kasus kematian ibu dan bayi di Indonesia. Posisi angka kematian ibu dan
bayi di Provinsi Banten selalu terhitung tinggi. Bahkan Angka Kematian
Ibu tahun 2014 di Banten adalah tertinggi kelima pada tingkat nasional
(m.liputan6.co.id, 2 Februari 2015, diakses pada 1 Januari 2017). Berikut
ini adalah angka kematian ibu dan bayi di Provinsi Banten:
Tabel 1.1
Data Kematian Ibu dan Bayi Tahun 2013-2015 di Provinsi Banten
No Kabupaten/Kota AKI AKB
2013 2014 2015 2013 2014 2015
1 Kab. Lebak 33 47 43 289 646 427
2 Kab. Pandeglang 35 48 48 358 572 327
3 Kab. Serang 57 50 62 215 386 248
4 Kab. Tangerang 39 47 52 542 508 334
5 Kota Serang 17 6 9 39 58 28
6 Kota Cilegon 12 12 15 82 124 99
7 Kota Tangerang 9 13 20 107 240 120
8 Kota Tangsel 14 10 15 21 22 33
9 Provinsi Banten 216 233 264 1653 2556 1616
Sumber: Laporan Kematian Ibu dan Bayi Dinas Kesehatan Provinsi Banten Tahun
2016
7
Bila melihat tabel di atas, Kabupaten Serang merupakan daerah
penyumbang kasus kematian ibu tertinggi dan Kabupaten Tangerang
merupakan daerah penyumbang tertinggi kematian bayi di Provinsi
Banten. Sedangkan penyumbang terendah kasus kematian ibu adalah Kota
Serang. Dan penyumbang terendah kasus kematian bayi adalah Kota
Tangerang Selatan.
Kabupaten Serang merupakan wilayah zona merah dan menjadi
prioritas dalam upaya mengatasi kematian ibu dan bayi. Hal ini dibuktikan
dengan dilibatkannya Kabupaten Serang dalam beberapa program
Pemerintah Pusat sebagai upaya mengatasi kematian ibu dan bayi.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bekerja sama dengan USAID
(United States Agneyfor International Development) meluncurkan dua
program yang dilakukan di beberapa wilayah di Indonesia. Program
pertama adalah program MCHIP(Maternal andChildIntegrated Program)
pada tahun 2009 yang dimulai di 3 Kabupaten di Indonesia yaitu Bireuen
(Aceh), Serang (Banten) dan Kutai Timur (Kalimantan Timur). Program
kedua yang dimaksud adalah program EMAS (Expanding Maternal and
Neonatal Surival) pada tahun 2012 yang dilakukan di enam provinsi di
Indonesia yakni Jawa Barat, Sumatera Utara, Banten, Jawa Tengah dan
Jawa Timur yang peneliti akses dari web http://aipmnh.org _ diakses pada
15 April 2017. Bahkan pada waktu yang bersamaan tahun 2012
Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan People’s Hope Japan
Project (PHJ) mengeluarkan program Pemberdayaan Masyarakat yang
8
salah satunya bidang Kesehatan Ibu dan Anak. Program tersebut hanya
dilakukan di dua Kabupaten di Indonesia yakni Kabupaten Serang
(Banten) dan Kabupaten Gianyar (Bali).
Sejak tahun 2009, Kabupaten Serang yang telah didukung oleh
program dari Pemerintah Pusat dan bantuan luar negeri dalam rangka
mengatasi kematian ibu dan bayi seharusnya sudah menjadi daerah
percontohan bagi daerah lain. Akan tetapi jumlah kematian ibu dan bayi di
Kabupaten Serang belum menurun secara signifikan. Berkaitan dengan
efektivitas program yang dibiayai oleh dana luar negeri, maka peningkatan
efisiensi pelayanan kesehatan juga sangat dipengaruhi oleh skala prioritas
pembangunan kesehatan yang dipilih. Banyak program kesehatan yang
dilakukan, namun karena sebenarnya program ini tidak sesuai dengan
kebutuhan masyarakat (Institute Of Development and Economic Analysis,
2005:170). Berikut ini adalah jumlah kasus kematian ibu tahun 2013-2016,
kematian bayi tahun 2015-2016 dan kematian balita tahun 2015 di
Kabupaten Serang:
9
Tabel 1.2
Data Kematian Ibu tahun 2013-2015, Kematian Bayi 2015-2016 dan
Kematian Balita 2015 di Kabupaten Serang
No Kecamatan Kematian Ibu
Kematian
Bayi
Kematian
Balita
2013 2014 2015 2015 2016 2015
1. Cinangka 2 5 0 11 5 3
2. Padarincang 1 1 2 5 4 0
3. Ciomas 2 2 0 9 14 0
4. Pabuaran 1 1 1 6 4 1
5. Gunung Sari 1 4 3 5 3 1
6. Baros 0 3 3 19 12 6
7. Petir 1 1 2 7 4 1
8. Tanjung Teja 1 3 2 8 5 0
9. Cikeusal 1 2 5 13 12 1
10. Pamarayan 1 0 2 7 4 0
11. Bandung 0 1 4 4 5 1
12. Jawilan 0 0 2 8 1 1
13. Kopo 3 1 2 8 3 0
14. Cikande 3 3 1 8 6 0
15. Kibin 1 1 2 5 9 0
16. Kragilan 5 2 5 10 8 2
17. Waringin
Kurung
4 0 3 10 4 2
18. Mancak 4 3 2 4 4 0
19. Anyar 0 1 0 6 7 4
20. Bojonegara 2 0 0 9 3 1
21. Pulo Ampel 0 0 1 4 4 1
22. Kramat Watu 5 4 3 15 13 2
23. Ciruas 3 2 3 9 9 3
24. Pontang 6 2 5 6 8 0
25. Carenang 3 1 3 13 19 0
26. Binuang 4 1 1 3 2 1
27. Tirtayasa 1 4 0 9 5 6
28. Tanara 2 1 2 9 7 5
29. Lebak Wangi 0 1 3 16 5 1
Kab.Serang 57 50 62 246 190 43
Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Serang Tahun 2014, 2015, dan 2016
10
Kabupaten Serang sampai saat ini menerapkan program Kesehatan
Ibu Bayi Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) sebagai salah satu upaya
mengatasi kematian ibu dan bayi. Program KIBBLA didukung oleh
Peraturan Bupati Serang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Penyelenggaraan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak
Balita (KIBBLA) di Kabupaten Serang. Mengingat tingginya kematian ibu
dan bayi di Kabupaten Serang, program KIBBLA lahir sebagai upaya
pembangunan kesehatan untuk masyarakat rentan. Masyarakat rentan yang
dimaksud di sini adalah ibu (ibu hamil, bersalin, dan nifas) dan anak (bayi
baru lahir, bayi, dan anak balita). Sehingga diperlukan pendekatan khusus
dan upaya lebih keras dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan yang
dilakukan melalui program KIBBLA. Selain sebagai pembangunan
kesehatan, Program KIBBLA juga dilaksanakan mengingat jumlah
kematian ibu dan bayi yang masih tingi di Kabupaten Serang.
Tiga komponen utama dalam program KIBBLA adalah
pemberdayaan masyarakat, peningkatan kinerja dan mutu pelayanan
kesehatan serta meningkatkan manajemen kesehatan daerah. Fokus
kegiatan KIBBLA adalah penguatan program prioritas yang berdaya
ungkit besar terhadap pelayanan kesehatan secara terpadu dan terintegrasi.
Keterpaduan dilaksanakan sejak tahap perencanaan, penggerakan dan
pelaksanaan kegiatan, hingga pemantauan dan pengawasan dan penilaian
disamping ketiga komponen utama program KIBBLA. Dinas Kesehatan
merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang mengurus bidang
11
kesehatan sebagaimana terkandung dalam Peraturan Daerah
KabupatenSerang Nomor 19 tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi
Dinas Daerah Kabupaten Serang. Oleh karena itu, tugas utama Dinas
Kesehatan yakni meningkatkan derajat kesehatan yang salah satunya
dengan cara mengatasi jumlah kematian ibu dan bayi baik dari segi tenaga
kesehatan, fasilitas kesehatan, promosi kesehatan, pelayanan kesehatan
bahkan manajemen kesehatannya. Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru
Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) merupakan upaya terpadu yang
memperhatikan segala aspek kebutuhan dalam rangka mengatasi kematian
ibu dan bayi.
Kegiatan Program KIBBLA mencakup kegiatan pelayanan
kesehatan wanita usia subur, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu
meneteki, bayi baru lahir, bayi dan anak balita. Pelayanan kesehatan
wanita usia subur meliputi penyuluhan kesehatan reproduksi, penyuluhan
calon pengantin, pemberian imunisasi Tetanus Toksoid pada calon
pengantin dan pelayanan KB. Dalam pelayanan kesehatan ibu hamil
meliputi penyuluhan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dengan media buku
KIA, pemeriksaan ibu hamil minimal 4 kali dengan ketentuan satu kali
pada triwulan ke I, satu kali pada triwulan ke II dan dua kali pada triwulan
ke III, dengan catatan setiap kali pemeriksaan harus memenuhi standar 10
T (timbang berat badan dan ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, nilai
status gizi/ukur lingkar lengan atas, ukur tinggi fundusuteri presentasi
janin dan denyut jantung janin, imunisasi tetanus toksoid, tablet zat besi
12
minimal 90 tablet selama kehamilan, tes laboratorium rutin dan khusus,
dan temu wicara), pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) pada setiap ibu hamil, penyuluhan inisiasi
menyusui dini, penyuluhan Keluarga Berencana dan Kelas Ibu. Pelayanan
kesehatan ibu bersalin meliputi Persalinan oleh tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi, dan pelaksanaan inisiasi menyusui dini. Sedangkan
dalam pelayanan kesehatan ibu nifas meliputi kunjungan pasca melahirkan
(PNC) minimal tiga kali, pemantauan ASI eksklusif pemberian vitamin A
dosis tinggi dan pelaksanaan KB pasca persalinan.
Peraturan Bupati Serang Nomor 5 Tahun 2011 Petunjuk
Pelaksanaan Penyelenggaraan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak
Balita (KIBBLA) di Kabupaten Serang juga mengatur tentang Pelayanan
kesehatan bayi baru lahir, bayi dan anak balita. Pelayanan kesehatan bayi
baru lahir (neonatus) meliputi pemeriksaan fisik, perawatan tali pusat,
pemberian injeksi vitamin K1, pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari,
dan kunjungan neonatus lengkap. Kemudian pelayanan kesehatan bayi
meliputi pemberian imunisasi dasar lengkap, pemberian vitamin A dosis
100.000, penimbangan minimal 8 kali setahun, dan stimulasi deteksi
intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK) 4 kali setahun.
Sedangkan dalam pelayanan kesehatan anak balita meliputi penimbangan
minimal 8 kali dalam setahun, pemberian vitamin A dosis 200.000 IU 2
kali setahun dan stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi
(SDIDTK) 2 kali setahun.
13
Penyelenggara pelayanan program KIBBLA di antaranya
RumahSakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Posyandu,
Poskesdes/Polindes,Klinik Bersalin, Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak,
Dokter Praktik Swasta, Bidan Praktik Swasta dan balai Pengobatan
Swasta. Sebagai upaya optimalisasi, terdapat peran Pemerintah Daerah,
Dinas Kesehatan, Lintas Sektoral, Organisasi Kesehatan, Pemerintah
Kecamatan, Pemerintah Desa dan Masyarakat dalam penyelenggaraan
program KIBBLA. Dinas Kesehatan paling berperan dalam
penyelenggaraan program KIBBLA karena bertanggungjawab terhadap
pelaksanaan yang bersifat administrasi maupun teknis medis. Dinas
Kesehatan sebagai inisiator, penggerak, pelaksana dan memonitor evaluasi
seharusnya mampu memanfaatkan peluang dalam meningkatkan derajat
kesehatan yang salah satunya melalui Program KIBBLA.
Dinas Kesehatan Kabupaten Serang masih menghadapi beberapa
masalah dalam melaksanakan Program KIBBLA. Pertama, tidak
berjalannya Tim KIBBLA pada tingkat kecamatan dan desa. Peraturan
Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 tahun 2008 tentang Sistem Kesehatan
Kabupaten Serang dan Peraturan Bupati Kabupaten Serang Nomor 5
Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Kesehatan
Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten Serang
mengatur tentang pembentukan Tim KIBBLA tingkat kabupaten,
kecamatan dan desa. Akan tetapi, sejauh ini Tim KIBBLA yang terbentuk
hanya pada tingkat kabupaten saja. Hal ini juga turut disampaikan oleh Ibu
14
dr. Istiana Hariyanti selaku Kepala Bagian Kesehatan Keluarga yang
ditemui pada tanggal 26 April 2017 di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang, yang mengatakan bahwa dalam Peraturan Bupati tentang
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita diamanatkan
terbentuknya TIM KIBBLA tingkat kabupaten sampai dengan tingkat
desa. Akan tetapi, di Kabupaten Serang baru terbentuk TIM KIBBLA pada
tingkat kabupaten saja. TIM KIBBLA pada tingkat kecamatan dan desa di
Kabupaten Serang belum terbentuk.
Kedua, kurangnya koordinasi TIM KIBBLA terpadu dari beberapa
Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Serang. Koordinasi yang
dilakukan oleh Dinas Kesehatan dengan TIM KIBBLA terpadu tingkat
kabupaten, hanya dilakukan satu kali dalam setahun. Kebutuhan
masyarakat Kabupaten Serang dalam hal mengatasi kematian ibu dan bayi
terkendala oleh faktor pendidikan, sosial dan catatan kependudukan.
Sehingga koordinasi yang telah dilakukan belum mampu menjawab
persoalan kebutuhan masyarakat dalam upaya mengatasi kematian ibu dan
bayi. Hal ini disampaikan oleh Ibu dr. Istiana Hariyanti selaku Kepala
Bagian Kesehatan Keluarga yang ditemui pada tanggal 26 April 2017 di
Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Serang, yang mengatakan bahwa
koordinasi TIM KIBBLA terpadu lintas sektoral hanya dua kali dalam
setahun.
Ketiga, kurangnya pemberdayaan masyarakat sebagai Kader
Pendamping KIBBLA (KPK) di tingkat desa. Berdasarkan observasi yang
15
telah peneliti lakukan Kabupaten Serang bahwa Kader Posyandu
merangkap sebagai Kader Pendamping KIBBLA (KPK) dan Motivator
Kesehatan Ibu dan Anak (MKIA). Kurangnya pemberdayaan masyarakat
menyebabkan rendahnya partisipasi masyarakat untuk turut bergerak
dalam upaya mengatasi kematian ibu dan bayi. Padahal dalam Program
KIBBLA terdapat Pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu komponen
utama Program KIBBLA yang harus dilakukan.
Keempat, kurangnya kampanye Program KIBBLA oleh Dinas
Kesehatan kepada masyarakat. Berdasarkan observasi peneliti, masyarakat
masih awam terhadap Program KIBBLA. Program KIBBLA dikenal oleh
pegawai Dinas Kesehatan dan Puskesmas, bidan desa, dan kader
posyandu/kader pendamping KIBBLA tetapi tidak di kalangan
masyarakat. Berdasarkan wawancara peneliti dengan salah satu Motivator
Kesehatan Ibu dan Anak sekaligus Kader Posyandu dan Pendamping
KIBBLA di Kecamatan Pontang, keikutsertaan masyarakat dalam Program
KIBBLA masih kurang. Hal ini ditandai dengan sedikitnya keikutsertaan
suami atau keluarga ibu hamil dalam kegiatan Kelas Ibu pada Program
KIBBLA. Masyarakat secara sempit terbatas hanya mengenal istilah
Posyandu sebagai sarana kegiatan upaya kesehatan ibu. Hal tersebut turut
dikatakan oleh Ibu Ani (Ibu hamil) saat ditemui dalam kegiatan Kelompok
Siaga ibu hamil pada hari Sabtu, 24 Mei 2017 yang merupakan
masyarakat Kecamatan Pontang yang tidak mengetahui program KIBBLA.
Kurangnya kampanye Program KIBBLA diakui oleh Ibu dr. Istiana
16
Hariyanti selaku Kepala Bagian Kesehatan Keluarga yang ditemui pada
tanggal 26 April 2017 di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Serang, yang
mengatakan bahwa kampanye Program KIBBLA kurang didengungkan
kepada masyarakat.
Kelima, belum meratanya pelayanan dan pemberdayaan
masyarakat di beberapa wilayah. Pelayanan KIBBLA yang paling banyak
dirasakan oleh masyarakat adalah melalui Posyandu. Berdasarkan
pengamatan peneliti, pelayanan yang diberikan melalui Posyandu di
beberapa wilayah harus dilakukan pembenahan. Pembenahan yang
dimaksud dalam hal ini adalah dari sumber daya manusia, tempat, dan alat.
Peneliti masih menemukan pelaksanaan posyandu yang belum mampu
mencapai standar pelayanan posyandu. Selain itu, masih ditemukan
beberapa kader posyandu yang belum mengerti tugas dalam memberikan
pelayanan KIBBLA. Sehingga, pelaksanaan posyandu sangat bergantung
kepada bidan desa.
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji
dan mengetahui lebih lanjut tentang Efektivitas Dinas Kesehatan
dalamProgram Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita
(KIBBLA).Sehingga penelitian ini berjudul “Efektivitas Dinas Kesehatan
dalam Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, dan Anak Balita
(KIBBLA) di Kabupaten Serang”.
17
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan oleh
peneliti, peneliti dapat mengidentifikasi masalah mengenai efektivitas
Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten Serang, yaitu:
a. Tidak berjalannya Tim KIBBLA pada tingkat kecamatan dan desa;
b. Kurangnya koordinasi TIM KIBBLA terpadu Kabupaten Serang;
c. Kurangnya pemberdayaan masyarakat sebagai Kader Pendamping
KIBBLA (KPK) di tingkat desa;
d. Kurangnya kampanye Program KIBBLA oleh Dinas Kesehatan
untuk masyarakat;
e. Belum meratanya pelayanan dan pemberdayaan masyarakat di
beberapa wilayah.
1.3 Batasan Masalah
Penelitian ini difokuskan pada efektivitas Dinas Kesehatan dalam
Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) di
Kabupaten Serang yang dibatasi pada kegiatan Kesehatan Ibu dan Bayi.
Penelitian ini dilakukan mulai dari Januari sampai September 2017 di
Kabupaten Serang dengan tiga wilayah respresentatif yakni Kecamatan
Ciruas, Pontang dan Jawilan. Pemilihan ketiga wilayah tersebut
berdasarkan jumlah kasus kematian ibu dan bayi yang terjadi. Kecamatan
Ciruas merupakan ibukota Kabupaten Serang dengan jumlah kasus
18
kematian ibu dan bayi relatif sedang. Kecamatan Pontang merupakan
wilayah dengan jumlah kasus kematian ibu relatif tinggi. Kecamatan
Jawilan merupakan wilayah dengan jumlah kasus kematian bayi relatif
rendah.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan
masalahnya adalah Seberapa efektif Dinas Kesehatan dalam Program
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten
Serang?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk
mengetahui Efektivitas Dinas Kesehatan dalam Program Kesehatan Ibu,
Bayi Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten Serang.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk menambah referensi terhadap kajian Efektivitas Dinas
Kesehatan dalam Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan
Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten Serang;
19
b. Sebagai acuan dan referensi pada penelitian sejenis yang dilakukan
pada masa mendatang.
2. Manfaat Praktis
a. Menambah pemahaman bagi pembaca mengenai efektivitas Dinas
Kesehatan dalam Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan
Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten Serang;
b. Menjadi rekomendasi dan motivasi bagi Pemerintah Kabupaten
Serang khususnya Dinas Kesehatan dalam rangka mengatasi
kematian ibu dan bayi.
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Konsep Efektivitas Organisasi
2.1.1 Pengertian Efektivitas
Samodra mengatakan bahwa efektivitas itu paling baik dapat
dimengerti jika mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam
usahanya mengejar tujuan organisasi. Sedangkan Hasibuan (2005:77)
mengatakan bahwa efektivitas adalah tercapainya sasaran eksplisit atau-
implisit. Efektivitas yang dimaksud adalah tercapainya sasaran baik secara
tertulis maupun dalam implementasinya. Menurut Siagian (1988:151)
dalam Ibrahim Indrawijaya (2010:151) pengertian tentang efektivitas
berkaitan dengan pelaksanaan suatu pekerjaan, yaitu:
“Penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah
ditetapkan. Artinya apakah pelaksanaan suatu tugas dinilai baik
atau tidak, terutama menjawab pertanyaan bagaimana cara
melaksanakannya, dan beberapa biaya yang dikeluarkan untuk itu”.
Selain itu Atmosoeprapto (2002:139) menyatakan bahwa:
“Efektivitas adalah melakukan hal yang benar, sedangkan
efisiensi adalah melakukan hal secara benar, atau efektivitas adalah
sejauh mana kita mencapai sasaran dan efisiensi adalah bagaimana
kita mencampur segala sumber daya secara cermat.”
Dari beberapa pendapat ahli mengenai efektivitas, dapat ditarik
kesimpulan secara sederhana bahwa efektivitas adalah suatu ukuran
pencapaian target yang telah ditetapkan. Semakin banyak target yang
21
tercapai, maka efektivitasnya semakin tinggi. Efektivitas berbicara tentang
tingkat keberhasilan seseorang/organisasi dalam mencapai tujuan yang
telah ditargetkan.
2.1.2 Pengertian Organisasi
Mc Farland dalam Ibrahim Indrawijaya (2010:9) mendefinisikan
bahwa organisasi adalah suatu kelompok manusia yang dapat dikenal yang
menyumbangkan usahanya terhadap tercapainya suatu tujuan. Sedangkan
Dimock dalam Ibrahim Indrawijaya (2010:9) mendefinisikan bahwa:
“Organisasi adalah perpaduan secara sistematis daripada
bagian-bagian yang saling ketergantungan/berkaitan untuk
membentuk suatu kesatuan yang bulat melalui kewenangan,
koordinasi dan pengawasan dalam usaha mencapai tujuan yang
telah ditentukan.”
Robbins (1994) mengartikan organisasi sebagai:
“Organisasi adalah kesatuan sosial yang dikoordinasikan
secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat
diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus
untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan”.
Lubis dan Huseini dalam Robbins (1994:5) mengatakan bahwa
organisasi adalah sesuatu yang abstrak, tidak dapat dilihat maupun diraba,
tetapi selalu kita rasakan eksistensinya, hampir dalam semua aspek
kehidupan. Bernard (1983) dalam Robbins (1994:5) mendefinisikan
organisasi sebagai kumpulan individu yang terkoordinasi secara sadar,
sehingga bisa juga dinyatakan sebagai suatu sistem yang terdiri dari
berbagai kegiatan yang saling berhubungan. Selain itu Davis (1951) dalam
Robbins (1994:5) mendefiniskan organisasi sebagai kelompok individu,
22
yang bekerja sama di bawah seorang pimpinan, untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.
Dessler (1985:116) dalam Robbins (1994:5) mengemukakan
pendapatnya tentang organisasi sebagai berikut:
“Organisasi dapat diartikan sebagai pengaturan sumber
daya dalam suatu kegiatan kerja, di mana tiap-tiap kegiatan
tersebut telah disusun secara sistematika untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan”.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
organisasi adalah sekumpulan individu yang bekerjasama secara konsisten.
2.1.3 Efektivitas Organisasi
Bila mengikuti teori efektivitas organisasi, maka perspektifnya
tidak akan terlepas dari penilaian yang kita buat sehubungan dengan
prestasi individu, kelompok dan organisasi. Karena menurut Gibson. et.
al., (1995:26) dalam Waluyo (2007:84) keefektifan organisasi merupakan
fungsi keefektifan individu dan kelompok. Sedangkan Waluyo (2007:85)
menyatakan bahwa efektivitas organisasi merupakan akhir (ultimate
criterion) baik atau buruknya suatu manajemen. Berbeda dengan Steers
(1985:70) dalam Waluyo (2007:85) yang mengemukakan efektivitas itu
sebagai mendapat keuntungan yang banyak, tetapi juga efektivitas itu
diukur dengan jumlah barang atau kualitas pelayanan yang dihasilkan.
Lebih lanjut Steers (1985:720) dalam Waluyo (2007:87) menyatakan
bahwa konsep efektivitas organisasi telah banyak digunakan dalam
beberapa konteks. Beberapa diantaranya adalah menyamakan istilah
23
efektivitas dengan keuntungan atau produktivitas, sementara yang lain
melihat sebagai kegiatan kerja atau karakter kerja.
Efektivitas organisasi dapat dinyatakan sebagai tingkat
keberhasilan organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan atau
sasarannya. Sebagaimana Stoner (1982) dalam Tangkilisan (2005:138)
menekankan pentingnya efektivitas organisasi dalam pencapaian tujuan-
tujuan organisasi, dan efektivitas adalah kunci dari kesuksesan suatu
organisasi. Sejalan dengan itu, Miller (1977:292) dalam Tangkilisan
(2005:138) mengemukakan bahwa:
“Efektivitas dimaksud sebagai tingkat seberapa jauh suatu
sistem sosial mencapai tujuannya. Efektivitas ini harus dibedakan
dengan efisiensi. Efisiensi terutama mengandung pengertian
perbandingan antara biaya dan hasil, sedangkan efektivitas secara
langsung dihubungkan dengan pencapaian suatu tujuan”.
Georgopualos dan Tannebaum dalam Tangkilisan (2005:138)
mengatakan bahwa:
“Efektivitas organisasi adalah tingkat sejauh mana suatu
organisasi yang merupakan sistem sosial dengan segala sumber
daya dan sarana tertentu yang tersedia memenuhi tujuan-tujuannya
tanpa pemborosan dan menghindari ketegangan yang tidak perlu di
antara anggora-anggotanya”.
Lubis dan Huseini (2009:87) dalam mengukur keberhasilan
organisasi menyatakan bahwa efektivitas merupakan sebuah konsep yang
memiliki pengertian luas karena pencapaian tujuan atau sasaran bagi
sebuah organisasi tentunya melibatkan keseluruhan aspek organisasi, baik
yang bersifat internal maupun eksternal, dan tidak hanya terbatas pada
24
bagian-bagian organisasi yang berkaitan dengan proses transformasi input
menjadi output aja.
Pelaksanaan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah,
efektivitas yang hendak dicapai orientasinya lebih bertuju pada
pengeluaran bila dibandingkan dengan masukan. Sejalan dengan
penjelasan Saxena (1986:07) dalam Ibrahim Indrawijaya (2010)
mengatakan bahwa:
“Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan senerapa
jauh target (kualitas, kuantitas, waktu) telah dicapai. Makin besar
target yang dicapai maka semakin tinggi tingkat efektivitas.
Konsep ini orientasinya lebih tertuju pada keluaran. Masalah
penggunaan masukan tidak menjadi isu dalam konsep ini. Pada
umumnya organisasi pemerintah (tidak mencari laba) berorientasi
ke pencapaian efektivitas.”
Keberhasilan organisasi seringkali berkaitan dengan pilihan
mengenai apa yang hendak dicapai oleh organisasi. Eipstein dalam
Ibrahim Indrawijaya (2010:176) mengemukakan bahwa beberapa petunjuk
yang bermanfaat atas perbedaan yang konseptual antara efektivitas dan
efisiensi. Di dalam mengukur efisiensi pemerintah melihat ke dalam.
Beberapa isu teknis yang relevan diajukan dalam mengukur efisiensi, yang
meliputi penetapan biaya dari semua aktivitas, mutu dan kuantitas
keluaran, dan kerumitan tentang beban kerja. Pada sisi lain, untuk
mengukur efektivitas, pemerintah melihat keluar. Pengukuran efektivitas
dapat dipandang dalam kaitan dengan kondisi-kondisi masyarakat,
melayani pemenuhan kepuasan dan dampak yang tidak diharapkan.
25
Berdasarkan pandangan beberapa ahli organisasi manajemen
mengenai konsepsi penilaian efektivitas organisasi, Indrawijaya
(1986:228) menyimpulkan hal-hal sebagai berikut:
a. Menentukan efektivitas organisasi hanya menurut tingkat prestasi suatu
organisasi adalah suatu pandangan yang terlalu menyederhanakan
hakikat penilaian efektivitas organisasi. Persoalannya ialah bagaimana
caranya mengembangkan suatu rangkaian atau kumpulan sasaran yang
dapat dicapai dengan batasan sarana, sumber daya dan dana yang
tersedia.
b. Tidak semua kriteria sekaligus dapat digunakan untuk meningkatkan
keuntungan, umpamanya dapat menyebabkan seseorang terlalu optimis
dalam hal potensi pemasaran. Ini sering menyebabkan timbulnya efek
samping yaitu kurangnya perhatian terhadap usaha mempertahankan
kelangsungan hidup organisasi.
c. Pengukuran efektivitas organisasi sesungguhnya harus mencakup
berbagai kriteria, seperti efisiensi, kemampuan integrasi, motivasi dan
produksi dan sebagainya. Contoh pengukuran seperti ini sering
disebutdengan “multiple factor-model” penilaian organisasi.
Secara umum, pandangan bahwa efektivitas dimaksudkan atau
dapat didefinisikan dalam batas-batas tingkat pencapaian tujuan organisasi.
Hall (1974:96) dalam Tangkilisan (2005:139) mengartikan bahwa dengan
tingkat sejauh mana suatu organisasi merealisasikan tujuannya, semua
konsep tersebut hanya menunjukkan pada pencapaian tujuan organisasi,
26
sedangkan bagaimana cara mencapainya tidak dibahas. Sejalan dengan hal
tersebut, Argris dan Silis (1968:312) dalam Tangkilisan (2005:139)
mengatakan bahwa efektivitas organisasi adalah keseimbangan atau
pendekatan secara optimal pada pencapaian tujuan, kemampuan dan
pemanfaatan tenaga manusia. Konsep tingkat efektivitas organisasi
menunjuk pada tingkat jauh organisasi melaksanakan kegiatan atau fungsi-
fungsi sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan
menggunakan secara optimal alat-alat dan sumber-sumber yang ada. Ini
berarti bahwa pembicaraan mengenai efektivitas organisasi menyangkut
dua hal, yaitu efektif dan efisien. Steers (1985:73) dalam Waluyo
(2007:87) mengemukakan bahwa efektivitas suatu organisasi sebagai
kemampuan organisasi tersebut memperoleh dan menggunakan secara
efisien sumber-sumber yang tersedia untuk mencapai tujuannya.
2.1.4 Pendekatan Pengukuran Efektivitas Organisasi
Pengukuran efektivitas organisasi dilakukan dengan
memperhatikan bahwa organisasi terdiri dari beberapa bagian yang
berbeda. Organisasi memperoleh input berupa berbagai jenis sumber, dari
lingkungannya. Kegiatan atau proses internal dalam organisasi mengubah
input tersebut menjadi output, berupa produk ataupun jasa, yang kemudian
dilemparkan kembali kepada lingkungan. Secara eksplisit, Robbins
(1994:58) mengemukakan bahwa:
“Terdapat empat pendekatan dalam memandang efektivitas
suatu organisasi, yaitu:
1. Pendekatan pencapaian tujuan (goal attainment approach);
27
2. Pendekatan sistem (system approach); 3. Pendekatan konstituensi-strategis (strategic constituencies
approch);
4. Pendekatan nilai-bilai yang bersaing (competing values
approach).”
Pendekatan pencapaian tujuan dalam pengukuran efektivitas
organisasi memusatkan perhatian terhadap aspek output, yaitu dengan
mengukur keberhasilan organisasi yang memusatkan perhatian pada usaha
mencapai tingkatan output. Pendekatan sistem mencoba mengukur
efektivitas organisasi dari sisi input, yaitu dengan mengukur keberhasilan
organisasi dalam usaha memperoleh berbagai sumber yang dibutuhkan,
untuk mencapai performansi yang baik. Pendekatan konstituensi strategis
mengemukakan bahwa organisasi dikatakan efektif apabila dapat
memenuhi tuntutan dari konstituensi yang terdapat di dalam lingkungan
organisasi tersebut yakni konstituensi yang menjadi pendukung kelanjutan
eksistensi organisasi.Tema utama yang mendasari pendekatan nilai-nilai
bersaing adalah bahwa kriteria yang Anda nilai dan gunakan dalam
menilai efektivitas organisasi adalah laba atas investasi, pangsa pasar,
pembaharuan produk, keamanan kerja bergantung pada siapa sebenarnya
anda dan siapa yang anda wakili.
Gibson (1995:27) dalam Waluyo (2007:84) menyebutkan bahwa
terdapat dua pendekatan dalam mengidentifikasikan keefektifan, yaitu:
pendekatan menurut tujuan dan pendekatan menurut teori sistem.
“Pendekatan menurut tujuan adalah untuk merumuskan dan
mengukur keefektifan melalui pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan dengan usaha kerjasama. Sedangkan pendekatan teori
28
sistem menekankan pada pentingnya adaptasi terhadap tuntutan ekstern sebagai kriteria penilaian keefektifan.”
Pendekatan pencapaian tujuan adalah pendekatan yang
memandang bahwa sebuah organisasi diciptakan untuk mencapai satu
tujuan atau lebih. Perrow dalam Robbins (1994:58) mengatakan bahwa
pencapaian tujuan merupakan kriteria yang paling banyak digunakan
untuk menentukan keefektifan suatu organisasi. Pendekatan pencapaian
tujuan menyatakan keefektifan sebuah organisasi harus dinilai sehubungan
dengan pencapaian tujuan, ketimbang caranya. Pendekatan ini
mengasumsikan bahwa organisasi adalah kesatuan yang dibuat dengan
sengaja, rasional dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu, pencapaian
tujuan yang berhasil menjadi sebuah ukuran yang tepat tentang efektivitas.
Steers (1985:75) dalam Waluyo (2007:84) mengemukakan bahwa
hal yang penting dalam proses pencapaian efektivitas adalah penggunaan
sistem perspektif yang terbuka untuk melakukan analisa. Pendekatan
tersebut menekankan hubungan antar bagian organisasi dengan
lingkungannya. Dengan menggunakan perspektif ini, kita dapat
mengidentifikasikan empat kategori utama yang mempengaruhi
efektivitas, yaitu:
a. Sifat organisasi, seperti struktur dan teknologi
29
b. Sifat lingkungan seperti ekonomi dan pasar
c. Sifat karyawan seperti tingkat kinerja dan prestasi karyawan
d. Kebijakan dan praktik manajerial
Dari berbagai perspektif tentang efektivitas organisasi, nampaknya
pendekatan aspek tujuan yang banyak dijadikan acuan dalam menganalisis
efektif dan tidak efektifnya suatu organisasi.
2.1.5 Indikator Efektivitas Organisasi
Indikator dari teori efektivitas oleh Gibson (1995:33) dalam
Waluyo (2007:89) yaitu:
1. Produktivitas
Menggambarkan kemampuan organisasi untuk memproduksi
jumlah dan mutu output yang sesuai dengan permintaan
lingkungan. Ukuran ini berhubungan secara langsung dengan
output yang dikonsumsi oleh pelanggan organisasi.
2. Efisiensi
Sebagai angka perbandingan (rasio) antara output dengan input,
perbandingan antara keuntungan dan biaya atau dengan output
dengan waktu merupakan bentuk umum dari ukuran ini.
3. Fleksibilitas
Sampai seberapa jauh organisasi dapat menanggapi perubahan
intern dan ekstern. Kriteria ini berhubungan dengan kemampuan
30
manajemen untuk menduga adanya perubahan dalam lingkungan
maupun dalam organisasi itu sendiri.
4. Pengembangan
Usaha pengembangan yang biasa adalah program pelatihan atau
sosialisasi bagi tenaga manajemen/masyarakat dan non manajemen.
Tetapi sekarang ini pengembangan organisasi telah bertambah
banyak macamnya dan meliputi sejumlah pendekatan psikologi dan
sosiologi.
5. Kepuasan
Kepuasan dan semangat kerja adalah istilah yang serupa, yang
menunjukkan sampai sejauh mana organisasi memenuhi kebutuhan
para karyawan/ masyarakat.
Sedangkan kriteria atau indikator daripada efektivitas menurut
Tangkilisan (2005:142) yaitu:
1. Pencapaian Target: maksud pencapaian target di sini diartikan
sejauh mana target dapat ditetapkan organisasi dapat terealisasi
dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari sejauh mana pelaksanaan
tujuan organisasi dalam mencapai target sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan.
2. Kemampuan Adaptasi: keberhasilan suatu organisasi dilihat dari
sejauh mana organisasi dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan yang terjadi baik dari dalam maupun luar
organisasi.
31
3. Kepuasan Kerja: suatu kondisi yang dirasakan oleh seluruh anggota
organisasi yang mampu memberikan kenyamanan dan motivasi
bagi peningkatan kinerja organisasi. Yang menjadi fokus elemen
ini adalah antara pekerjaan dan kesesuaian imbalan atau sistem
insentif yang diberlakukan bagi anggota organisasi yang berprestasi
dan telah melakukan pekerjaan melebihi beban kerja yang ada.
4. Tanggung Jawab: organisasi dapat melaksanakan mandat yang
telah diembannya sesuai dengan ketentuan yang telah dibuat
sebelumnya, dan bisa menghadapi serta menyelesaikan masalah
yang terjadi dengan pekerjaannya.
Emitami Etzioni dalam Indrawijaya (2010:187) mengemukakan
pendekatan pengukuran efektivitas organisasi yang disebutnya System
Model, mencakup empat kriteria di antaranya sebagai berikut:
1. Adaptasi: kemampuan suatu organisasi untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Untuk itu antara lain digunakan tolak ukur
proses pengadaan dan pengisian tenaga kerja serta ruang lingkup
kegiatan organisasi. Hal terakhir ini mempertanyakan seberapa jauh
kemanfaatan organisasi tersebut bagi lingkungannya.
2. Integrasi: Pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu
organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus
dan komunikasi dengan berbagai macam organisasi lainnya.
3. Motivasi Anggota: Dalam kriteria ini dilakukan pengukuran
mengenai keterikatan dan hubungan antara pelaku organisasi
32
dengan organisasinya dan kelengkapan sarana bagi pelaksanaan
tugas pokok dan fungsi organisasi.
4. Produksi: usaha engukuran efektivitas organisasi dihubungkan
dengan jumlah dan mutu keluaran organisasi serta intensitas
kegiatan suatu organisasi
Steers (1985:206) dalam Tangkilisan (2005:140) mengemukakan
kriteria pengukuran efektivitas organisasi, yaitu:
1. Produktivitas
2. Kemampuan adaptasi
3. Kepuasan Kerja
4. Kemampuan berlaba
5. Pencarian sumber daya
Untuk mengukur efektivitas organisasi pemerintah bukanlah hal
yang mudah. Dapat dikatakan jauh lebih mudah untuk mengukur
efektivitas organisasi swasta/bisnis yang tujuan utamanya ialah profit dan
nilainya dapat dihitung karena berupa materi.
2.1.6 Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, dan Anak Balita
(KIBBLA)
Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita
(KIBBLA) merupakan program yang dimulai pada tahun 2009. Di
Kabupaten Serang, Bupati mengeluarkan Peraturan Bupati Serang Nomor
5 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Kesehatan
Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) sebagai tindak lanjut
33
Pemerintah Kabupaten Serang dalam upaya mengatasi kematian ibu dan
bayi. Komponen utama dalam program KIBBLA adalah pemberdayaan
masyarakat, pengikatan kinerja dan mutu pelayanan kesehatan, dan
manajemen kesehatan daerah. Strategi dalam Program KIBBLA adalah
integrasi ketiga komponen utama yakni menggerakkan dan
memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan kinerja dan
mutu pelayanan kesehatan, serta meningkatkan manajemen kesehatan
daerah sesuai dengan semangat desentralisasi dan otonomi daerah.
Peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat dapat
diwujudkan melalui berbagai kegiatan yang sifatnya langsung berdampak
kepada sikap dan perilaku masyarakat antara lain Kelas Ibu, Desa Siaga
dan Pra-musrenbangdes. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan
kesehatan dapat dilakukan melalui upaya peningkatan sarana/fasilitas
kesehatan serta kompetensi petugas seperti bidan desa, perawat, dokter dan
lainnya. Kegiatan komponen manajemen kesehatan KIBBLA antara lain
peningkatan kualitas perencanaan melalui lintas sektoral, pengenalan Audit
Maternal and Perinatal (AMP), inisiatif perda KIBBLA dan lainnya.
Pelaksanaan kesehatan ibu dan bayi mengacu kepada Peraturan
Bupati Kabupaten Serang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA)
di Kabupaten Serang. Upaya kesehatan ibu telah diatur dalam Peraturan
Bupati Serang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten
34
Serang yang mencakup pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, dan
ibu nifas. Pelayanan kesehatan ibu hamil meliputi penyuluhan Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA) dengan media buku KIA, pemeriksaan ibu hamil
minimal 4 kali dengan ketentuan satu kali pada triwulan ke I, satu kali
pada triwulan ke II dan dua kali pada triwulan ke III, dengan catatan setiap
kali pemeriksaan harus memenuhi standar 10 T (timbang berat badan dan
ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, nilai status gizi/ukur lingkar lengan
atas, ukur tinggi fundus uteri, presentasi janin dan denyut jantung janin,
imunisasi tetanus toksoid, tablet zat besi minimal 90 tablet selama
kehamilan, tes laboratorium rutin dan khusus, dan temu wicara,
pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K) pada setiap ibu hamil, penyuluhan inisiasi menyusui dini,
penyuluhan Keluarga Berencana dan Kelas Ibu.
Selain pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan kesehatan ibu
bersalin meliputi persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi, pelaksanaan inisiasi menyusui dini. Pelayanan kesehatan ibu
nifas meliputi kunjungan pasca melahirkan (PNC) minimal tiga kali,
pemantauan ASI eksklusif pemberian vitamin A dosis tinggi, pelaksanaan
KB pasca persalinan. Pelayanan kesehatan bayi meliputi pemberian
imunisasi dasar lengkap, pemberian vitamin A dosis 100.000,
penimbangan minimal 8 kali setahun, dan stimulasi deteksi intevensi dini
tumbuh kembang bayi (SDIDTK) 4 kali setahunn.
35
Sumber daya manusia dalam program KIBBLA terdiri dari tenaga
kesehatan, komponen masyarakat yang terkait dengan kesehatan, dan
komponen akademisi bidang kesehatan. Tenaga kesehatan dalam hal ini
terdiri dari dokter spesialis anak, dokter spesialis kebidanan dan
kandungan, dokter umum, bidan, perawat, penyuluh kesehatan masyarakat,
petugas gizi dan penyuluh lapangan KB. Kemudian dari komponen
masyarakat terdiri dari kader kesehatan, kader KB, PKK, LSM Kesehatan,
tokoh masyarakat tokoh agama dan Saka Bhakti Husada. Komponen
akademisi bidang kesehatan terdiri dari akademisi baik potensi lokal
maupun nasional.
Dalam rangka optimalisasi pelaksanaan kegiatan KIBBLA
dibentuk tim KIBBLA yang terdiri dari Tim KIBBLA Kabupaten yang
ditetapkan oleh Bupati, Tim KIBBLA Kecamatan yang ditetapkan oleh
Camat dan Tim KIBBLA Desa/Kelurahan yang ditetapkan oleh Kepala
Desa/Kepala Kelurahan. Dalam penyelenggaraan Program KIBBLA,
terdapat peran Pemerintah Daerah, Dinas Kesehatan, Lintas Sektor,
Organisasi Kesehatan, Pemerintah Kecamatan, Pemerintah Desa dan
Masyarakat. Pemerintah Daerah dalam hal ini tingkat Kabupaten/Kota
yang bertanggung jawab atas penyediaan pelayanan KIBBLA yang
terjangkau, efektif dan berkualitas bagi ibu, bayi baru lahir dan bayi dan
anak balita, secara bertahap dan berkesinambungan. Selain itu
berkewajiban menyediakan data KIBBLA, melakukan koordinasi
pelayanan KIBBLA dengan lintas sektoral dan konsultasi dengan
36
pemerintah provinsi maupun pemerintah. Selain itu bertanggung jawab
menyediakan seluruh kebutuhan dan sarana prasarana beserta
pemeliharaannya sesuai dengan kebutuhan.Dinas Kesehatan turut berperan
dalam mengkoordinasikan pelaksanaan program KIBBLA baik
administrasi maupun teknis medis tingkat kabupaten. Selain itu Dinas
Kesehatan juga berperan dalam pengawasan, supervisi, evaluasi dan
pembinaan secara berkala sesuai perencanaan. Peran Lintas Sektor dalam
penyelenggaraan program KIBBLA yakni memfasilitasi proses penyebaran
informasi kepada masyarakat melalui media, memfasilitasi ketersediaan
alat promosi, kontrasepsi dan pelayanan KIBBLA, serta mendorong dan
menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam program KIBBLA
sesuai dengan kapasitasnya. Organisasi Kesehatan turut memiliki peran
dalam penyelenggaraan program KIBBLA yakni untuk mendukung
pelaksanaan program KIBBLA, mengkoordinasikan pelaksanaan program
KIBBLA dengan anggotanya, dan melakukan pembinaan, memonitor dan
evaluasi teknis medis terhadap anggota.
Dalam lingkup yang lebih kecil, pemerintah tingkat kecamatan
turut memiliki peran dalam penyelenggaraan program KIBBLA untuk
mengkoordinasikan program KIBBLA tingkat kecamatan, melaksanakan
pengawasan, supervisi, evaluasi dan pembinaan secara berkala sesuai
perencanaan tingkat kecamatan. Puskesmas selaku fasilitas kesehatan yang
tersedia di setiap kecamatan wilayah kerjanya dapat dikatakan memiliki
peran yang lebih banyak dalam penyelenggaraan program KIBBLA.
37
Puskesmas berperan dalam pelayanan KIBBLA di wilayah kerjanya,
memfasilitasi terlaksananya kemitraan bidan, kader dan dukun bayi,
melaksanakan supervisi fasilitatif pelayanan KIBBLA di wilayah kerjanya,
melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap fasilitas kesehatan yang
memberikan pelayanan KIBBLA termasuk swasta, dan mengusulkan
kepada dinas sarana dan prasarana terkait program KIBBLA.
Adapun yang paling berperan dalam program KIBBLA berada
pada lingkup yang paling dekat dengan masyarakat selaku sasaran
program KIBBLA. Pemerintah Desa berperan serta dalam mendukung
pelaksanaan pelayanan KIBBLA, membuat perencanaan KIBBLA tingkat
desa, dan menggerakkan masyarakat dalam rangka mendukung
pelaksanaan program KIBBLA. Selain itu, masyarakat yang menjadi objek
pembangunan turut berperan serta dalam penyelenggaraan program
KIBBLA. Dalam pelaksanaannya, masyarakat berperan serta dalam bentuk
sosialisasi program KIBBLA, penggalangan dana masyarakat melalui
tabungan ibu bersalin dan dana sosial bersalin, penyediaan sarana
KIBBLA desa, menyediakan sarana transportasi (Ambulan desa),
penyediaan calon pendonor darah, pengumpulan data dan pelaporan
sasaran KIBBLA, dan mendorong masyarakat lainnya untuk mengikuti
kegiatan KIBBLA.
Sarana dan prasarana pelayanan KIBBLA disediakan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat yang memenuhi
kualifikasi dan standar yang berlaku. Pemanfaatan sarana dan prasarana
38
KIBBLA dikoordinasikan oleh Dinas Kesehatan. Pembiayaan pelaksanaan
KIBBLA dilakukan oleh Pemerintah Daerah yang dibebankan pada APBD
Kabupaten serta sumber pembiayaan lain yang tidak mengikat. Dalam
sistem informasi kesehatan KIBBLA didasarkan pada pendataan sasaran
KIBBLA ditingkat desa yang dilakukan oleh bidan desa bersama aparat
desa, kader kesehatan dan dibantu RT dan RW. Pencatatan kelahiran dan
kematian dilakukan oleh RT dan RW, dilaporkan secara berjenjang ke
tingkat desa/kelurahan, kecamatan dan puskesmas sampai tingkat
kabupaten. Puskesmas berkewajiban menyampaikan hasil pelaksanaan dan
pencapaian kegiatan serta masalah yang terjadi dalam kegiatan KIBBLA
kepada camat. Bidan desa berkewajiban menyampaikan hasil pelaksanaan
KIBBLA dalam rapat desa minimal satu kali dalam sebulan dengan
mengikutsertakan kader kesehatan, dukun bayi, aparat desa, fasilitator desa
siaga dan unsur masyarakat. Seluruh pelayanan KIBBLA ditingkat desa
dilaporkan oleh bidan desa ke puskesmas yang selanjutnya oleh
puskesmas dilaporkan ke dinas.
2.2 Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan, penelitian ini melihat beberapa hasil
penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan topik kajian yang
menyangkut efektivitas organisasi. Pembahasan yang berhubungan dengan
topik dan perspektif administrasi publik untuk penelitian ini adalah:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Rima Agustiani yang
berjudul Efektivitas Organisasi dalam Pengelolaan E-Government di
39
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean
Merak pada tahun 2012 pada program studi Ilmu Administrasi Negara,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.Penelitian ini menggunakan teori Jackson dan Tyson yang
menyatakan bahwa indicator Efektivitas Organisasi terdiri dari
pengarahan, delegasi, pertanggungjawaban, pengendalian, efisiensi,
koordinasi, adaptasi, dan sistem sosial dan harapan perorangan. Metode
penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.Masalah dalam penelitian ini
adalah kurangnya pengelolaan informasi, data, dan oerundang-undangan
pada website, dan media sosial oleh pengelola, kurang dimanfaatkannya
sarana dan prasarana yang telah disediakan, kurangnya pengetahuan dan
pemahaman para pegawai mengenai sistem pelayanan yang baru, dan
kurangnya sumber daya manusia yang ahli di bidang IT. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa efektivitas organisasi dalam pengelolaan e-
government mencapai 77.29% dari yang diharapkan 60%. Artinya
pengelolaan e-government oleh organisasi KPPBC Tipe Madya Pabean
Merak sudah sangat efektif. Adapun saran untuk peningkatan efektivitas
organisasi dalam penelitian ini adalah menggunakan dan memeliharan
setiap peralatan yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,
meningkatkan kualitas pelayanan public pada website, pemberian inovasi
dan kreativitas oleh atasan, dan meningkatkan setiap indikator-indikator
efektivitas organisasi.
40
Kedua, penelitian dalam bentuk skripsi ini dilakukan oleh Nia
Sutriajuniati, yang berjudul Efektivitas Organisasi Komite Olahraga
Nasional Indonesia Provinsi Banten dalam MengahadapiPekan Olahraga
Nasional ke XVIII di Riau. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2014 pada
program studi ilmu Administrasi Negara, Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa tahun.Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah menurut
Tangkilisan (2005) yang menyatakan bahwa indikator efektivitas
organisasi terdiri dari pencapaian target, adaptasi, kepuasan kerja dan
tanggung jawab. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif.
Masalah dalam penelitian ini adalah kurangnya sarana dan prasarana
olahraga, pembinaan secara sistematis dengan melibatkan para ahli sesuai
dengan profesinya belum dilakukan maksimal, pengelolaan dan
pengurusan KONI daerah yang tidak maksimal karena masalah internal,
dan program pembinaan terhadap pengurus dan atlit yang tidak
direalisasikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas Komite
Olahraga Provinsi Banten sebesar 84.27% dari angka minimal 60% yang
menunjukkan sudah sangat efektif walaupun masih terdapat beberapa
masalah lainnya tetapi masih dapat diselesaikan dengan baik. Saran
peneliti dalam meningkatkan efektivitas organisasi adalah lebih
ditingkatkan dalam penyediaan sarana dan prasarana olahraga, dan
pembinaan secara lebih sistematis.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Evrista Nenggar Prehapsari,
dengan judul Efektivitas Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam Program
41
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta (PMKS). Penelitian ini
dilakukan pada tahun 2014 pada program studi ilmu Administrasi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sebelas Maret. Teori
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indikator pengukuran
efektivitas organisasi yang terdiri dari pencapaian tujuan, integrasi dan
adaptasi. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif.Masalah
dalam penelitian ini adalah kurangnya kesadaran masyarakat dan
pemahaman masyarakat mengenai prosedur pelayanan PKMS dan
kurangnya sumber daya manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dilihat dari tiga indikator pengukuran efektivitas yang digunakan yaitu
pencapaian tujuan, integrasi dan adaptasi Dinas Kesehatan Kota Surakarta
belum cukup baik dalam pelaksanaan Program Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat Surakarta. Pencapaian tujuan dalam pelaksanaan program
PKMS dapat dikatakan efektif karena sudah sesuai dengan target yang
telah ditetapkan sebelumnya. Integrasi dikatakan belum cukup baik karena
ditunjukkan dengan adanya pemahanan yang kurang oleh masyarakat dan
adanya masyarakat yang tidak mengetahui adanya sosialisasi yang
diberikan oleh Dinas Kesehatan. Adaptasi dikatakan cukup baik, hal ini
diindikasikan dengan adanya pembekalan apabila ada hal-hal baru dan
perubahan peraturan, rapat koordinasi, kegiatan monitoring dan evaluasi,
serta telah menyebarnya puskesmas dan rumah sakit di berbagai wilayah.
Faktor-faktor yang mendukung efektivitas program PKMS di Dinas
Kesehatan Kota Surakarta adalah adanya dukungan, kemitraan, dan
42
komunikasi dengan institusi lain, serta tersedianya sarana dan prasarana
penunjang yang disediakan oleh Pemerintah Kota.
2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian
Uma Sekaran dalam Sugiyono (2014:60) mengemukakan bahwa
kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
masalah yang penting. Untuk menjelaskan teori yang berhubungan dengan
permasalahan dalam penelitian ini, maka dibentuklah kerangka pemikiran
penelitian sebagai berikut:
Kematian ibu dan bayi merupakan salah satu permasalahan global
yang sepatutnya menjadi kajian secara ilmiah termasuk dari perspektif
keilmuan administrasi publik. Dinas Kesehatan sebagai organisasi publik
berperan untuk menyukseskan sebuah program pemerintah bidang
kesehatan. Dinas Kesehatan menjadi inisiator penggerak dalam berbagai
upaya pada bidang kesehatan melalui program-program unggulan yang
salah satunya adalah program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak
Balita. Untuk mengukur efektivitas organisasi peneliti menggunakan teori
Gibson (1995) yaitu Produktivitas, Efisiensi, Fleksibilitas, Pengembangan,
dan Kepuasan. Dari penjelasan di atas, kerangka pemikiran penelitian ini
digambarkan dengan skema sebagai berikut:
43
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Penelitian
Sumber: Peneliti, 2017
Efektivitas Dinas Kesehatan dalam
Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru
1. tidak berjalannya Tim KIBBLA pada
tingkat kecamatan dan desa
2. kurangnya koordinasi TIM KIBBLA
terpadu Kabupaten Serang
3. kurangnya pemberdayaan masyarakat
sebagai Kader Pendamping KIBBLA
(KPK) di tingkat desa.
4. kurangnya kampanye Program KIBBLA
oleh Dinas Kesehatan untuk masyarakat
5. belum meratanya pelayanan dan
pemberdayaan masyarakat di beberapa
wilayah
UU No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
Permen Kesehatan Nomor 97 Tahun
2014
Output
Efektivitas Dinas Kesehatan dalam
Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir
Indikator Efektivitas Organisasi
menurut Gibson dalam (1995)
dalam Waluyo (2007:89)
Produktivitas
Efisiensi
Fleksibilitas
Pengembang
an Kepuasan
44
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk pertanyaan. Peneliti merumuskan hipotesis berdasarkan
pengamatan di lapangan, pengumpulan data di lapangan, dan kajian
pustaka. Berdasarkan latar belakang masalah yang diperoleh dari
pengumpulan data lapangan, serta berdasarkan kerangka pemikiran di atas,
maka peneliti merumuskan hipotesis alternatif (Ha) dalam penelitian ini
yaitu:
Ha: Efektivitas Dinas Kesehatan dalam Program Kesehatan
Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita di Kabupaten
Serang lebih kecil dari 65%;
Ho: Efektivitas Dinas Kesehatan dalam Program Kesehatan
Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita di Kabupaten
Serang lebih besar atau sama dengan 65%.
Adapun pernyataan hipotesis dalam penelitian ini secara lebih jelas
dirumuskan sebagai berikut:
Hipotesis Kerja (Ha) : µ < 65%
Hipotesis Nol (Ho) : µ ≥ 65%
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Menurut Satori dan Komariah (2010:20) penelitian adalah kegiatan
menelusuri data/fakta sebenarnya untuk memenuhi keingintahuan manusia
tentang sesuatu yang dilihat atau didengar dengan mempergunakan ukuran
kebenaran yang dianutnya.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuantitatif
dengan metode deskriptif. Alasan digunakannya pendekatan kuantitatif
karena perlu melakukan pengujian teori pada variabel yang terukur
berdasarkan analisis data secara statistik. Sebagaimana Sugiyono (2014:8)
katakan bahwa metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan
untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data
bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang
telah ditetapkan. Penelitian ini terdiri dari satu variabel yaitu mengenai
Efektivitas organisasi.
3.2 Ruang Lingkup Penelitian
Dinas Kesehatan merupakan organisasi pemerintah yang memiliki
tugas dan fungsi dalam bidang kesehatan di wilayah Kabupaten Serang.
Dinas Kesehatan Kabupaten Serang memiliki tanggung jawab lebih atas
46
kompleksitas persoalan kesehatan di wilayahnya. Kematian ibu dan bayi di
Kabupaten Serang merupakan salah satu persoalan yang menjadi sorotan
baik di daerah maupun pusat. Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir
dan Anak Balita (KIBBLA) merupakan salah satu penawar yang dilakukan
oleh Dinas Kesehatan dalam rangka mengurangi kematian ibu dan bayi.
Berdasarkan uraian di atas, maka ruang lingkup dalam penelitian ini
adalah Efektivitas Dinas Kesehatan dalam Program Kesehatan Ibu, Bayi
Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten Serang.
3.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini bertempat di Dinas Kesehatan Kabupaten Serang
dengan responden masyarakat Kabupaten Serang yang diwakili di
Kecamatan Pontang, Jawilan dan Ciruas. Pertimbangan peneliti memilih
daerah tersebut adalah karena Kecamatan Pontang merupakan daerah
dengan kematian ibu tertinggi di Kabupaten Serang. Kecamatan Jawilan
merupakan daerah dengan kasus kematian bayi yang rendah di Kabupaten
Serang. Sedangkan Ciruas merupakan ibukota Kabupaten Serang yang
juga dipertimbangkan dengan kasus kematian ibu dan bayi relatif sedang.
Kecamatan Pontang yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Ciruas
merupakan daerah dengan kematian ibu tertinggi di Kabupaten Serang.
Sedangkan Kecamatan Jawilan yang berbatasan langsung dengan
Kabupaten Lebak merupakan daerah yang mengalami kasus kematian bayi
relatif rendah. Pemilihan ketiga daerah tersebut merupakan representatif
capaian Dinas Kesehatan Kabupaten Serang dalam program KIBBLA
47
karena diwakili oleh wilayah dengan kasus kematian ibu yang tinggi,
wilayah dengan kasus kematian bayi yang rendah, dan wilayah yang relatif
sedang.
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Definisi Konsep
Azwar (2007:72) mengemukakan definisi konseptual bahwa:
“Definisi konseptual adalah pengukuran variabel yang
abstrak atau yang tidak mudah terhubung dengan fakta. Bahasan
pertama adalah definisi konseptual yang merupakan pernyataan
yang mengartikan atau memberi makna suatu konsep atau istilah
tertentu. Definisi konseptual merupakan penggambaran secara
umum dan menyeluruh yang menyiratkan maksud dari konsep/teori
atau istilah tersebut, bersifat konstitutif (merupakan definisi yang
disepakati oleh banyak pihak dan telah dibakukan di kamus
bahasa), formal dan mempunyai pengertian yang abstrak”
Objek penelitian ini adalah Efektivitas Dinas Kesehatan dalam
Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, dan Anak Balita (KIBBLA) di
Kabupaten Serang. Definisi konsep terkait Efektivitas Dinas Kesehatan
adalah adalah sejauh mana ketercapaian keberhasilan Dinas Kesehatan
dalam sebuah program yang dijalankan. Upaya kesehatan yang dilakukan
untuk mencapai derajat kesehatan setinggi-tingginya banyak dilakukan
oleh Dinas Kesehatan baik yang mengatur pelayanan ataupun manajemen.
Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, dan Anak Balita (KIBBLA)
merupakan salah satu upaya untuk mengatasi kematian ibu yang
menyoroti tiga komponen utama yakni pemberdayaan masyarakat,
peningkatan mutu dan kualitas pelayanan, dan manajemen kesehatan.
Mengingat Dinas Kesehatan yang paling berperan dalam mengatur
Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, dan Anak Balita (KIBBLA)
48
maka penelitian ini dilakukan untuk mengukur Efektivitas Dinas
Kesehatan dalam Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, dan Anak
Balita (KIBBLA) di Kabupaten Serang. Untuk menjawab permasalahan di
atas, peneliti menggunakan indikator Efektivitas Organisasi menurut
Gibson (1995). Indikator tersebut diantaranya produktivitas, efisiensi,
fleksibilitas, pengembangan dan kepuasan.
3.4.2 Definisi Operasional
Definisi operasionalisasi merupakan penjabaran dari definisi
konsep yang telah dibangun di atas, yang berfungsi untuk memudahkan
peneliti dalam melakukan observasi dan wawancara. Definisi
opersionalisasi dalam penelitian ini merujuk pada Efektivitas Dinas
Kesehatan dalam Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, dan Anak
Balita (KIBBLA) yang diidentifikasikan dengan teori yang telah peneliti
pilih sebagai dasar untuk membahas permasalahan dalam penelitian ini.
Pada definisi operasional akan dikemukakan penjelasan teori
menurut Gibson (1995). Gibson menjabarkan indikator efektivitas
organisasi diantaranya produktivitas, efisiensi, fleksibilitas, pengembangan
dan kepuasan.
1. Produktivitas
Menggambarkan kemampuan organisasi untuk memproduksi jumlah
dan mutu output yang sesuai dengan permintaan lingkungan. Ukuran ini
49
berhubungan secara langsung dengan output yang dikonsumsi oleh
pelanggan organisasi.
2. Efisiensi
Sebagai angka perbandingan (rasio) antara output dengan input,
perbandingan antara keuntungan dan biaya atau dengan output dengan
waktu merupakan bentuk umum dari ukuran ini.
3. Fleksibilitas
Sampai seberapa jauh organisasi dapat menanggapi perubahan intern
dan ekstern. Kriteria ini berhubungan dengan kemampuan manajemen
untuk menduga adanya perubahan dalam lingkungan maupun dalam
organisasi itu sendiri.
4. Pengembangan
Usaha pengembangan yang biasa adalah program pelatihan atau
sosialisasi bagi tenaga manajemen/masyarakat dan non manajemen.
Tetapi sekarang ini pengembangan organisasi telah bertambah banyak
macamnya dan meliputi sejumlah pendekatan psikologi dan sosiologi.
5. Kepuasan
Kepuasan dan semangat kerja adalah istilah yang serupa, yang
menunjukkan sampai sejauh mana organisasi memenuhi kebutuhan para
karyawan/ masyarakat.
50
Tabel 3.1
Operasional Variabel
Variabel
Indikator Sub Indikator
No. Item
Instrume
n
Efektivitas
Dinas
Kesehatan
(Efektivita
s
Organisasi,
Gibson
(1995:34)
dalam
Waluyo
(2007:89))
Produktivitas
1. Pelaksanaan
tujuan
organisasi
2. Pencapaian
tujuan
organisasi
3. Intensitas
kegiatan
1, 2, 3, 4,
5, 6, 7, 8,
9
Efisiensi
1. Sumber daya
organisasi/input
2. Output
10, 11, 12,
13
Fleksibilitas
1. Persiapan
menghadapi
perubahan
2. Kemampuan
adaptasi
14, 15, 16,
17, 18,
19,20, 21,
22
Pengembangan
1. Sosialisasi
2. Interaksi organisasi
dengan lingkungan
23, 24, 25,
26, 27, 28,
29
Kepuasan
1. Pemenuhan
kebutuhan
masyarakat
2. Semangat kerja
organisasi
30, 31, 32,
33, 34, 35
Sumber: Peneliti, 2017
51
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian kuantitatif akan membantu peneliti
mengumpulkan data. Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner.
Menurut Burhan Bungin (2005:128) kuesioner yaitu serangkaian atau
daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk
diisi oleh responden, setelah itu dikirim kembali atau dikembalikan ke
peneliti.
Instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran
dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat. Maka setiap
instrumen harus mempunyai skala. Skala ukur dalam penelitian ini adalah
Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial
(Sugiyono, 2014:193).
Tabel 3.2
Skor Dalam Penelitian
JAWABAN
SKOR
ALTERNATIF
JAWABAN
Sangat Tidak
Setuju
1
Tidak Setuju 2
Setuju 3
Sangat Setuju 4
Sumber : Peneliti 2017
52
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2014:80) populasi merupakan wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu dan ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu
hamil, ibu bersalin, nifas dan yang memiliki bayi di Kabupaten Serang
yang jika dilihat berdasarkan sasaran penduduk program pembangunan
kesehatan ibu dan bayi Kabupaten Serang tahun 2017 adalah masing-
masing 31.768, 30.324, 30.342 dan 28.880. Dikarenakan populasi
penelitian ini bersifat heterogen dan beragam, peneliti menentukan
beberapa sifat dalam penelitian ini berdasarkan fokus penelitian dan
temuan di lapangan. Peneliti menentukan tiga wilayah representatif yang
sesuai dengan penelitian berdasarkan jumlah kasus terbanyak, sedang dan
terendah. Stratifikasi ini dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam
mencari temuan di lapangan. Hasil dari stratifikasi pada Kecamatan
Ciruas, Kecamatan Pontang dan Jawilan masing-masing akan dijelaskan
pada tabel berikut ini:
Tabel 3.3
Sasaran Penduduk Program KIBBLA Tahun 2017
Kecamatan
Ibu Hamil Ibu Bersalin Ibu Nifas Ibu Menyusui
Jumlah
Rata-
rata
per
bula
n
Jumlah
Rata-
rata
per
bula
n
Jumlah
Rata-
rata
per
bula
n
Jumlah
Rata-
rata
per
bula
n
Ciruas 1.612 134 1.539 128 1.539 128 1.466 122
Jawilan 1.188 99 1.134 95 1.134 95 1.080 90
53
Pontang 874 73 834 70 834 70 794 66
Jumlah 3.674 306 3.507 293 3.507 293 3.340 278
Jumlah Rata-
rata per bulan 1.170
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Serang Tahun 2017
Berdasarkan tabel di atas maka dapat ditentukan populasi
representatif pada penelitian ini berjumlah 1.170 orang yang terdiri dari
306 ibu hamil, 293 ibu bersalin, 293 ibu nifas, dan 278 ibu menyusui.
Metode penghitungan ini berdasarkan informasi yang didapat oleh peneliti
dari pegawai Bidang Kesehatan Keluarga Kabupaten Serang pada hari
Senin, 17 Juli 2017 di Kantor Dinas Kesehatan.
Sugiyono (2014:81) mengatakan bahwa sampel adalah sebagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Karena
keterbatasan peneliti dalam mengambil seluruh populasi maka teknik
pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah teknik purpossive
random sampling. Langkah selanjutnya dalam menentukan jumlah sampel
peneliti menggunakan rumus untuk mendapatkan jumlah sampel yang
akurat. Rumus yang digunakan peneliti yaitu Rumus TaroYamane sebagai
berikut:
( )
Keterangan:
n = banyaknya unit sampel
N = banyaknya populasi
54
d2= presisi atau tingkat kesalahan (presisi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 7% dengan perhitungan (7:100 = 0.07)
1 = bilangan konstanta
Setelah itu dapat dilihat dari perhitungan sampel di bawah ini
dengan menggunakan rumus TaroYamane tersebut:
( )
( )
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan bagian dari proses penelitian yang
dilakukan untuk mendapatkan data yang diperlukan. Dalam penelitian ini
pengumpulan ini dilakukan dengan cara:
1. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2014:142).
2. Observasi
Observasi yaitu pengumpulan data yang dibutuhkan dengan observasi
langsung atau dengan pengamatan langsung terhadap objek yang
55
diteliti. Observasi atau pengamatan ini dimaksud untuk merasakan dan
kemudian memahami pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui
sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan
untuk melanjutkan penelitian.
3. Dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data yang
diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens
sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan
pembuktian suatu kejadian (Satori dan Komariah, 2010:140). Studi
dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data penunjang dalam
menilai efektivitas Dinas Kesehatan dalam Program KIBBLA.
3.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Sebelum melakukan analisis data langkah yang dilakukan yaitu
pengolahan data. Pengolahan data merupakan tahapan untuk memudahkan
analisis data. Adapun langkah-langkah pengolahan data dalam penelitian
yaitu:
1. Editing, yaitu kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti
menghimpun data di lapangan. Kegiatan ini menjadi penting karena
kenyataannya bahwa data yang terhimpun kadang kala belum
memenuhi harapan peneliti, ada diantaranya kurang atau terlewatkan,
tumpang tindih, berlebihan bahkan terlupakan (Bungin, 2005:165).
56
2. Koding, yaitu membentuk kode-kode jawaban yang diperoleh dengan
simbol yang berupa angka. Hal ini dilakukan agar memudahkan dalam
memberikan data diri yang diberikan.
3. Tabulating, yaitu tahap penyusunan data berdasarkan jenis-jenis data,
serta perhitungan kualitas dan frekuensi data yang disajikan dalam
bentuk tabel-tabel
3.8.1 Uji Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu
mengukur apa yang ingin diukur. Sebuah instrumen dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2010:211).
Maka Uji Validitas dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi
“ProductMoment”. Dengan rumus sebagai berikut :
√* ( ) +* ( ) +
Dimana :
r : Koefisien Korelasi yang dicari
n : Jumlah responden
: Jumlah skor dalam besaran X
: Jumlah skor dalam sebaran Y
: Jumlah hasil skor X dan Y yang berpasangan
: Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X
: Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y
57
Selain menggunakan rumus di atas, untuk mengkaji validitas dapat
dilakukan dengan analisis faktor menggunakan bantuan piranti lunak
Statistical Program For SocialScience (SPSS)versi 20, dengan
menggunakan syarat bahwa nilai korelasinya (Pearson Correlation)
adalah positif. Sedangkan nilai probabilitas korelasi [sig. (two-tailed)] <
taraf signifikan (α) sebesar 0.07. SPSS merupakan program aplikasi yang
digunakan untuk melakukan secara lebih cepat semua perhitungan statistik
dari yang sederhana sampai yang rumit sekalipun, yang jika dilakukan
secara manual akan memakan waktu yang lebih lama.
3.8.2 Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah kuesioner
yang digunakan dapat ukuran yang konstan atau tidak. Bila suatu alat ukur
dipakai lebih dari satu kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil
pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat ukur tersebut dapat
dikatakan reliabel. Pengukuran reliabilitas kuesioner dilakukan dengan
menggunakan koefisien reliabilitas alpha dari Cronbach., yaitu :
{
} {
}
Keterangan :
= Reliabilitas Instrumen
= Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
= Jumlah varians butir
58
= Varians total
Reliabilitas yang tinggi memberikan dasar bahwa masing-masing
indikator bersifat konsisten dalam pengukurannya. Nilai batas reliabilitas
dengan menggunakan Cronbach’s Alpha yang diterima adalah > 0,600.
Dalam Priyatno (2013) pengambilan keputusan untuk uji reliabilitas adalah
sebagai berikut:
Cronbach’salpha< 0,6 : reliabilitas buruk
Cronbach’salpha 0,6 – 0,79 : reliabilitas diterima
Cronbach’salpha 0,8 : reliabilitas baik
Selain menggunakan rumus di atas, untuk menguji raliabilitas dapat
dilakukan dengan analisis faktor menggunakan bantuan piranti lunak
Statistical Program Social Science (SPSS).
3.8.3 Uji Normalitas
Uji normalitas berguna untuk menentukan data yang telah
dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal.
Dalam penelitian mengenai Efektivitas Dinas Kesehatan dalam Program
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten
Serang, peneliti menggunakan metode uji normalitaskolmogorov-smirnov.
Metode kolmogorov-smirmov dapat dilakukan dengan analisa faktor
menggunakan bantuan piranti lunak Statistical Program Social Science
(SPSS)
59
3.8.4 Uji t-Test
Terdapat beberapa teknik statistik yang digunakan untuk analisa
data dan pengujian hipotesis dalam suatu penelitian. Karena penelitian
yang dilakukan ini adalah penelitian kuantitaif deskriptif, maka yang
digunakan adalah hipotesis deskriptif. Hipotesis deskriptif adalah dugaan
terhadap nilai variabel secara mandiri antara data dan sampel dan data
populasi. Karena penguji menggunakan teknik one sampel dengan rumus
sebagai berikut:
t =
N
SD
X 0
Keterangan:
t = Nilai t yang dihitung
N = Jumlah anggota sampel
π = rata-rata sampel
µ = Nilai parameter yang dihipotesiskan
SD = Standar deviasi/simpangan baku sampel
3.8.5 Uji Pihak Kiri
Uji pihak kiri digunakan apabila hipotesis nol (Ho) berbunyi lebih
besar atau sama dengan (≥)” dan hipotesis alternatifnya (Ha) berbunyi
“lebih kecil (<)” (Sugiyono, 2014:164). Dalam uji pihak kiri, harga t tabel
diletakkan di sebelah kiri kurva. Hipotesis dalam penelitian Efektivitas
60
Dinas Kesehatan dalam Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan
Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten Serang adalah sebagai berikut:
Hipotesis alternatif : Efektivitas Dinas Kesehatan dalam Program
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten
Serang lebih kecil dari 65%.
Hipotesis nol: Efektivitas Dinas Kesehatan dalam Program Kesehatan Ibu,
Bayi Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten Serang lebih
besar dari atau sama dengan 65 %.
Dengan melihat hipotesis statistik tersebut, maka pengujian
hipotesis dalam Efektivitas Dinas Kesehatan dalam Program Kesehatan
Ibu, Bayi Baru Lahir, dan Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten Serang
adalah menggunakan Uji Pihak Kiri digunakan jika Hipotesis alternatif
(Ha) berbunyi “lebih kecil (<)” sedangkan pada Hipotesis nol (Ho)
berbunyi “lebih besar dari atau sama dengan (≥)”. Dengan demikian
berlaku ketentuan:
1. Bila thitung < ttabel maka Ha diterima dan Ho ditolak, dan
2. Bila thitung ≥ ttabel maka Ha ditolak dan Ho diterima.
3.9 Jadwal Penelitian
Waktu penelitian yang membahas Efektivitas Dinas Kesehatan
dalam program kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak balita (KIBBLA)
di Kabupaten Serang dimulai dari bulan Januari sampai dengan September
2017.
61
Tabel 3.4
Jadwal Penelitian
N
o
Kegiata
n
Waktu Pelaksanaan
2017
2
0
1
8
J
a
n
u
a
r
i
F
e
b
r
u
a
r
i
M
a
r
e
t
A
p
r
i
l
M
e
i
J
u
n
i
J
u
l
i
A
g
u
s
t
S
e
p
t
J
a
n
u
a
r
i
1 Perijina
n
Peneliti
an
2 Observa
si Awal
dan Pra
Peneliti
an
3 Pembim
bingan
BAB I
sampai
dengan
BAB III
4 Seminar
Proposa
l
5 Peneliti
an di
Lapang
an
6 Pengola
han
Data
7 Pembim
bingan
BAB IV
sampai
dengan
BAB V
8 Sidang
Skripsi
Sumber: Peneliti, 2017
62
BAB IV
HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kabupaten Serang
Dinas Kesehatan Kabupaten Serang dibentuk berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi
Daerah Kabupaten Serang. Dinas Kesehatan Kabupaten Serang adalah
unsur pelaksana otonomi daerah dipimpin oleh seorang Kepala Dinas
berkedudukan di bawah serta bertanggungjawab kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah. Dinas Kesehatan mempunyai tugas pemerintahan
daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas
pembantuan.
4.1.2 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Serang
Susuan organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Serang, terdiri dari:
a. Kepala Dinas
b. Sekretariat, membawahkan:
1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
2. Sub Bagian Keuangan
3. Sub Bagian Program dan Evaluasi
c. Bidang Bina Upaya Kesehatan, membawahkan:
1. Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar
63
2. Seksi Pengawasan Obat dan Makanan
3. Seksi Pelayanan Kesehatan Khusus
d. Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,
membawahkan:
1. Seksi Penanggulangan Penyakit
2. Seksi Immunisasi, Surveilans dan Kesehatan Matra
3. Seksi Penyehatan Lingkungan
e. Bidang Bina Upaya Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak,
membawahkan:
1. Seksi Bina Gizi
2. Seksi Kesehatan Ibu dan Bayi
3. Seksi Kesehatan Anak
f. Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan, membawahkan:
1. Seksi Promosi Kesehatan dan Peran Serta Masyarakat
2. Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia
3. Seksi Sarana dan Fasilitas Kesehatan
g. Unit Pelaksana Teknis Daerah
h. Kelompok Jabatan Fungsional
64
4.2 Deskripsi Data
4.2.1 Identitas Responden
Responden dalam penelitian ini adalah sasaran Program Kesehatan
Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) yang terdiri dari ibu
hamil, ibu nifas dan ibu yang memiliki bayi sebanyak 174 terdiri dari
Kecamatan Ciruas sebanayak 76, Kecamatan Jawilan sebanyak 56 dan
Kecamatan Pontang sebanyak 42. Penghitungan tersebut mengacu
padajumlah sasaran program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak
Balita tahun 2017 (data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Serang tahun
2017).
4.2.1.1 Responden Berdasarkan Fase Kehamilan
Responden berdasarkan fase kehamilan dikelompokkan menjadi
tiga kelompok yaitu: ibu hamil, ibu nifas dan ibu yang memiliki bayi.
Tabel 4.1
Responden Berdasarkan Fase Kehamilan
Fase Kehamilan Jumlah Responden Persentase
Ibu Hamil 62 35%
Ibu Nifas 9 5%
Ibu Menyusui/Memiliki Bayi 103 60%
Sumber : Data Penelitian Lapangan, 2017
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, maka dapat diketahui jumlah
responden sebanyak 174 orang, terdiri dari ibu hamil 62 atau sekitar 35%,
ibu nifas 9 atau sekitar 5% dan ibu yang memiliki bayi 103 atau sekitar
65
60%. Hal ini dikatakan bahwa penelitian ini cukup seimbang antara ibu
hamil, nifas dan ibu yang memiliki bayi karena disesuaikan dengan jumlah
dan waktu setiap fase. Responden terbanyak dalam penelitian ini adalah
ibu yang memiliki bayi sebanyak 103 orang. Hal ini dikarenakan
responden yang memiliki bayi lebih banyak ditemukan dari ibu hamil dan
ibu nifas.
4.2.1.2 Responden Berdasarkan Usia
Responden berdasarkan usia dikelompokkan menjadi tiga
kelompok yaitu: di bawah 20 tahun, 20-40 tahun, dan usia di atas 40 tahun.
Tabel 4.2
Identitias Responden Berdasarkan Usia
Usia Jumlah Responden Persentase
<20 11 6.32%
20-40 159 91.38%
>40 4 2.30%
Sumber: Data Penelitian Lapangan, 2017
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, maka dapat diketahui jumlah
responden sebanyak 174 orang, terdiri dari usia <20 tahun sebanyak 11
atau sekitar 6.32%, usia 20-40 tahun sebanyak 159 atau sekitar 91.38%
dan usia >40 tahun sebanyak 4 atau sekitar 2.30%. Sebagian besar
responden berumur 20-40 tahun. Dalam penelitian ini, masih ditemukan
usia muda di bawah 20 tahun yang tengah hamil atau sudah memiliki bayi.
66
Selain itu, ditemukan juga usia di atas 40 tahun yang tengah hamil atau
memiliki bayi.
4.2.1.3 Responden Berdasarkan Pendidikan
Responden berdasarkan pendidikan terakhir dikelompokkan
menjadi empat kelompok yaitu: SD, SMP, SMA, dan D3/S1.
Tabel 4.3
Identitias Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Jumlah Responden Persentase
SD 37 21.26 %
SMP 78 44.83 %
SMA 54 31.04 %
D3/S1 5 2.87 %
Sumber : Data Lapangan Penelitian, 2017
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, maka dapat diketahui jumlah
responden sebanyak 174 orang, terdiri dari pendidikan terakhir SD
sebanyak 37 atau sekitar 21.26%, SMP sebanyak 78 atau sekitar 44.83%,
SMA sebanyak 54 atau sekitar 31.04% dan S1 sebanyak 5 atau sekitar
2.87. Pendidikan terakhir terbanyak berada pada tingkat SMP yaitu sekitar
44.83% dan terendah lulusan S1 SEKITAR 2.87%.
67
4.2.1.4 Responden Berdasarkan Pekerjaan
Responden berdasarkan pekerjaan dikelompokkan menjadi empat
kelompok yaitu: Ibu Rumah Tangga, Pegawai Negeri, Pegawai Swasta dan
Wiraswasta.
Tabel 4.4
Identitias Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pendidikan Jumlah Responden Persentase
IRT 138 79.31 %
Pegawai Negeri 5 2.87 %
Pegawai Swasta 24 13.79 %
Wiraswasta 7 4.03 %
Sumber : Data Lapangan Penelitian, 2017
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, maka dapat diketahui jumlah
responden sebanyak 174 orang, terdiri dari Ibu Rumah Tangga sebanyak
138 atau sekitar 79.31%, Pegawai Negeri sebanyak 5 atau sekitar 2.87%,
Pegawai Swasta sebanyak 24 atau sekitar 13.79% dan Wiraswasta
sebanyak 7 atau sekitar 4.03%. Responden terbanyak dalam penelitian ini
adalah Ibu Rumah Tangga sekitar 79.31% dan terendah adalah Pegawai
Negeri sekitar 2.87%.
68
4.2.2 Tanggapan Responden
Dalam penelitian ini terdapat satu variabel menggunakan teori
efektivitas menurut Gibson. Dalam teori tersebut terdapat enam indikator
yang kemudian diuraikan dalam kuesioner.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert,
pilihan jawaban kuesiner terdiri dari empat opsi berbeda teridiri dari
Sangat Setuju (SS) bernilai 4, Setuju (S) bernilai 3, Tidak Setuju (TS)
bernilai 2 dan Sangat Tidak Setuju (STS) bernilai 1. Dengan asumsi
semakin tinggi nilai yang diperoleh dari kuesioner, maka semakin efektif
pula Dinas Kesehatan dalam Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan
Anak Balita (KIBBLA). Pemaparan tanggapan masing-masing pernyataan
digambarkan dalam bentuk grafik, disertai dengan pemaparan dan
kesimpulan dari hasil jawaban pernyataan yang diajukan melalui kuesioner
kepada responden. Berikut ini adalah pernyataan responden atas kuesioner:
Grafik 4.1
Mengetahui dan menyadari pentingnya Kesehatan Ibu, Bayi
Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA)
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2017
62
112
0 0
SangatSetuju
Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
0
50
100
150
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
69
Berdasarkan grafik 4.1, diketahui bahwa dari 174 responden yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 62 responden atau sebanyak 35.63%,
yang menyatakan setuju sebanyak 112 responden atau sebanyak 64.37%,
yang menyatakan tidak setuju sebanyak 0 responden dan yang meyatakan
sangat tidak setuju sebanyak 0 responden.
Responden dalam penelitian ini mengaku setuju dan sangat setuju
telah mengetahui dan menyadari pentingnya kesehatan ibu dan bayi. Salah
satu hambatan dalam upaya mengatasi kematian ibu adalah kurangnya
pengetahuan dan kesadaran masyarakat. Walaupun pada kenyataannya
tingkat pengetahuan dan kesadaran setiap orang berbeda, jawaban
responden terhadap pernyataan ini menggambarkan bahwa upaya Dinas
Kesehatan melalui Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak
Balita (KIBBLA) khususnya dalam hal pemberdayaan masyarakat
berdampak positif.
Berdasarkan observasi di lapangan, pengetahuan dan kesadaran
masyarakat terhadap kesehatan ibu dan bayi ditandai dengan aktivitas
melaporkan dan memeriksakan kandungan atau bayi, mengikuti posyandu
dan kelas ibu hamil, bertanya dan konsultasi kepada bidan/tenaga
kesehatan, dan membaca buku KIA. Selain karena pengetahuan dan
kesadaran, aktivitas-akitivitas tersebut dilakukan karena dilatarbelakangi
oleh keinginan dan harapan masyarakat untuk tetap menjaga kondisi
kesehatan ibu dan bayi.
70
Grafik 4.2
Penerapan perilaku Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak
Balita (KIBBLA) dalam kehidupan sehari-hari
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2017
Berdasarkan grafik 4.2, diketahui bahwa dari 174 responden yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 16 responden atau sebanyak 9.20%,
yang menyatakan setuju sebanyak 144 responden atau sebanyak 82.76%,
yang menyatakan tidak setuju sebanyak 14 responden atau sebanyak 8.05%
dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 0 responden.
Mayoritas responden dalam penelitian ini mengaku setuju telah
menerapkan kesehatan ibu dan bayi dalam kehidupan sehari-hari. Pedoman
atau standar kesehatan ibu dan bayi dalam kehidupan sehari-hari sudah
tercantum dalam buku KIA yang menjadi buku wajib bagi ibu hamil
sampai anak berusia balita. Berdasarkan wawancara peneliti dengan
beberapa masyarakat, mengatakan bahwa terdapat pola hidup berbeda saat
tidak hamil dan saat hamil. Saat hamil lebih memperhatikan asupan gizi
dan waktu istirahat.
Beberapa responden menyatakan tidak setuju menerapkan
kesehatan ibu dan bayi dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan alasan
16
144
14 0
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
0
50
100
150
200
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
71
yang peneliti terima dari masyarakat adalah tidak terdapat perbedaan pola
hidup saat hamil ataupun saat tidak hamil dan saat memiliki bayi.
Responden ini mengaku melakukan pola hidup dalam kehidupan sehari-
hari seperti biasanya. Responden pada pernyatan ini umumnya perempuan
yang tidak hamil atau memiliki bayi anak pertama.
Grafik 4.3
Pemeriksaan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita
(KIBBLA) atau Persalinan di Fasilitas Kesehatan
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2017
Berdasarkan grafik 4.3, diketahui bahwa dari 174 responden yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 17 responden atau sebanyak 9.77%,
yang menyatakan setuju sebanyak 116 responden atau sebanyak 66.67%,
yang menyatakan tidak setuju sebanyak 40 responden atau sebanyak
22.99% dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 1 responden
atau sebanyak 0.57%.
Fasilitas kesehatan yang dimaksud pada pernyataan ini,
berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun
2016 Tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan terdiri dari Tempat Praktik
17
116
40
1
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
020406080
100120140
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
72
Mandiri Tenaga Kesehatan, Pusat Kesehatan Masyarakat, Klinik, dan
Rumah Sakit. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014
tentang Pelayanan Kesehatan Kehamilan disebutkan bahwa persalinan
harus dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Responden pada penelitian ini mayoritas setuju telah melakukan
persalinan dan pemeriksaan kesehatan ibu dan bayi di fasilitas kesehatan.
Namun masih terdapat responden yang tidak setuju dalam melakukan
persalinan dan pemeriksaan kesehatan ibu dan bayi di fasilitas kesehatan.
Hal ini dikarenakan, masih ditemukan masyarakat yang melakukan
persalinan di rumah dibantu oleh kompetensi tenaga kesehatan (bidan) dan
didampingi oleh dukun bayi. Hal ini berkaitan pula dengan program
“Kemitraan Bidan dan Dukun Bayi”. Jauhnya akses masyarakat ke fasilitas
kesehatan menjadi penyebab utama persalinan dilakukan di rumah.
Pelayanan kesehatan bagi ibu bersalin dalam Peraturan Bupati
Serang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penyelenggaraan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, dan Anak Balita
(KIBBLA) masih berbunyi bahwa persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan kompetensi bidan. Padahal, jika melihat kebijakan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 menyatakan bahwa pelayanan
kesehatan untuk ibu bersalin dilakukan di fasilitas kesehatan.
Ketidaksinkronan kebijakan ini menjadi alasan beberapa bidan desa untuk
“mengiyakan” proses persalinan dilakukan di rumah.
73
Grafik 4.4
Kualitas sarana/prasarana di Fasilitas Kesehatan sesuai
dengan kebutuhan lingkungan
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2017
Berdasarkan grafik 4.4, diketahui bahwa dari 174 responden yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 4 responden atau sebanyak 2.30%,
yang menyatakan setuju sebanyak 129 responden atau sebanyak 74.14%,
yang menyatakan tidak setuju sebanyak 41 responden atau sebanyak
23.56% dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 0 responden.
Mayoritas responden pada pernyataan ini memberikan jawaban
setuju bahwa kualitas sarana/prasarana di fasilitas kesehatan sesuai dengan
kebutuhan lingkungan. Hal ini didasarkan atas jawaban responden yang
melihat dan merasakan peningkatan pelayanan yang semakin baik di
fasilitas kesehatan khususnya Puskesmas. Hal ini sejalan dengan upaya
penguatan fasilitas dasar atau Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Dasar (Puskesmas PONED) sampai kepada fasilitas rujukan atau
Pelayanan Obsteteri Neonatal Emergensi Komprehensif (Rumah Sakit
PONEK) dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan
bayi.
4
129
41
0
SangatSetuju
Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
0
50
100
150
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
74
Beberapa responden menyatakan ketidaksetujuannya jika kualitas
sarana/prasarana di fasilitas kesehatan disesuaikan dengan lingkungan. Hal
ini dikarenakan dua hal, yakni keluhan masyarakat yang merasakan antrian
lama pada pendaftaran di fasilitas kesehatan dan jawaban responden yang
tidak merasakan pelayanan di fasilitas kesehatan menganggap biasa saja.
Selain itu, peneliti mendapati ibu hamil dan ibu yang memiliki bayi
melakukan pemeriksaan kesehatan di fasilitas kesehatan luar wilayahnya.
Hal ini dikarenakan ketidakpuasan atas pengalaman pelayanan yang
diterima.
Grafik 4.5
Bidan/Tenaga Kesehatan melaksanakan tugasnya dengan
benar dan baik
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2017
Berdasarkan grafik 4.5, diketahui bahwa dari 174 responden yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 24 responden atau sebanyak 13.79%,
yang menyatakan setuju sebanyak 148 responden atau sebanyak 85.06%,
24
148
2 0
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
0
50
100
150
200
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
75
yang menyatakan tidak setuju sebanyak 2 responden atau sebanyak 1.15%
dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 0 responden.
Responden pada pernyataan ini, mayoritas memberikan jawaban
setuju bahwa Bidan atau Tenaga Kesehatan melaksanakan tugasnya
dengan benar dan baik. Hal ini dikarenakan responden merasa tertolong
dengan keberadaan bidan/tenaga kesehatan dalam rangka pemeriksaan
kesehatan ibu dan bayi. Peningkatan kualitas tenaga kesehatan sejalan
dengan upaya Dinas Kesehatan dalam pelatihan rutin bagi tenaga
kesehatan dalam penanganan kasus, dan mentoring, pendampingan dan
magang bagi tenaga kesehatan.
Di wilayah pedesaan, keberadaan bidan desa sangat membantu dan
dibutuhkan oleh masyarakat. Bahkan tak jarang, di beberapa wilayah peran
bidan desa tidak sekedar melayani kesehatan ibu dan anak. Terdapat
masyarakat yang melakukan pemeriksaan kesehatan umum kepada bidan
layaknya seorang dokter. Di luar urusan kesehatan dan ibu, hal ini
mengindikasikan bahwa pembangunan dan pelayanan kesehatan masih
terpusat di wilayah perkotaan.
76
Grafik 4.6
Kegiatan Posyandu dilakukan rutin dan membantu penerapan
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA)
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2017
Berdasarkan grafik 4.6, diketahui bahwa dari 174 responden yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 17 responden atau sebanyak 9.77%,
yang menyatakan setuju sebanyak 142 responden atau sebanyak 81.61%,
yang menyatakan tidak setuju sebanyak 15 responden atau sebanyak
8.62% dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 0 responden.
Responden pada pernyataan ini mayoritas memberikan jawaban
setuju. Hal ini dikarenakan responden merasakan dan mengikuti secara
rutin kegiatan posyandu. Posyandu merupakan penyelenggara dasar
pelayanan KIBBLA sebagaimana tercantum dalam Peraturan Bupati
Nomor 5 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten
Serang. Kegiatan posyandu yang dilakukan rutin setiap bulan dan
diberikan secara gratis tentu menjadi upaya untuk meningkatkan kesehatan
ibu dan bayi. Kini masyarakat sudah difasilitasi untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan ibu dan bayi dengan mudah.
17
142
15 0
SangatSetuju
Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
0
50
100
150
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
77
Akan tetapi masih ditemukan responden yang memberikan jawaban
tidak setuju. Hal ini dikarenakan beberapa responden tidak mengetahui
waktu pelaksanaan kegiatan posyandu di wilayahnya. Kasus ini sering kali
terjadi di wilayah perkotaan. Selain karena ketidaktahuan terhadap waktu
pelaksanaan kegiatan Posyandu, masyarakat pendatang biasanya lebih
memilih melakukan pemeriksaan langsung di fasilitas kesehatan dan tidak
melakukan pemeriksaan kesehatan di Posyandu.
Grafik 4.7
Kader Posyandu/Kader Pendamping KIBBLA berkompeten
dalam menjalankan tugasnya
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2017
Berdasarkan grafik 4.7, diketahui bahwa dari 174 responden yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 1 responden atau sebanyak 0.57%,
yang menyatakan setuju sebanyak 152 responden atau sebanyak 87.36%,
yang menyatakan tidak setuju sebanyak 21 responden atau sebanyak
12.07% dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 0 responden.
Dalam program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita
(KIBBLA) terdapat Kader Pendamping KIBBLA. Akan tetapi kondisi di
lapangan menunjukkan bahwa Kader Pendamping KIBBLA tidak lain
1
152
21 0
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
0
50
100
150
200
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
78
adalah kader posyandu itu sendiri. Bahkan berdasarkan observasi peneliti,
responden tidak mengetahui Kader Pendamping KIBBLA. Kader
Pendamping KIBBLA (KPK) dan Kader Posyandu merupakan masyarakat
yang diberdayakan untuk membantu penyelenggaraan pelayanan KIBBLA
di tingkat dasar.
Mayoritas responden memberikan jawaban setuju bahwa kader
posyandu/KPK berkompeten dalam menjalankan tugasnya. Hal ini
dikarenakan responden melihat penyelenggaraan posyandu yang semakin
baik dan merasa terbantu oleh keberadaan kader posyandu/KPK dalam
membantu penyelenggaraan pelayanan KIBBLA. Beberapa responden
menjawab tidak setuju bahwa kader posyandu/KPK berkompeten dalam
menjalankan tugasnya. Hal ini dikarenakan beberapa responden yang tidak
mengetahui kompetensi kader posyandu/KPK karena tidak mengikuti
kegiatan posyandu. Selain itu, karena penilaian beberapa responden
terhadap kader posyandu yang masih bergantung kepada bidan desa dalam
penyelenggaraan posyandu di wilayahnya.
79
Grafik 4.8
Kader Posyandu/Kader Pendamping KIBBLA sering
mengingatkan dan membantu dalam menangani Kesehatan
Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA)
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2017
Berdasarkan grafik 4.8, diketahui bahwa dari 174 responden yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 8 responden atau sebanyak 4.60%,
yang menyatakan setuju sebanyak 149 responden atau sebanyak 85.63%,
yang menyatakan tidak setuju sebanyak 17 responden atau sebanyak
9.77% dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 0 responden.
Peran kader posyandu/Kader Pendamping KIBBLA selain
membantu penyelenggaraan pelayanan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir,
dan Anak Balita, tetapi juga mendampingi seorang ibu hamil sampai pada
proses pasca melahirkan. Mendampingi dalam hal ini mencakup aktivitas
pendataan kehamilan dan melihat perkembangan kondisi kehamilan
terutama ibu hamil dengan resiko tinggi. Berdasarkan informasi dari
Sekretaris Forum Peduli Kesehatan Ibu dan Anak (FOPKIA) Banten,
semua ibu hamil kini dikategorikan sebagai ibu hamil dengan resiko tinggi.
Sehingga semua ibu hamil harus dipastikan mendapatkan pendampingan
sejak usia awal kehamilan sampai pasca melahirkan. Bahkan lebih jauh,
8
149
17 0
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
0
50
100
150
200
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
80
kader posyandu/Kader Pendamping KIBBLA turut membantu proses
rujukan persalinan bagi ibu hamil.
Persoalan kartu kependudukan sering kali menjadi persoalan klasik
bagi ibu hamil dan bayi yang sedang atau akan melakukan perawatan. Bagi
masyarakat yang tidak mengerti dan belum faham akan pentingnya kartu
kependudukan, tentu harus dibantu oleh Kader Posyandu/Kader
Pendamping KIBBLA. Maka tidak aneh, keberadaan Kader
Posyandu/Kader Pendamping KIBBLA dianggap sangat membantu dalam
mempermudah pelayanan kesehatan ibu dan bayi.
Mayoritas responden menjawab setuju bahwa kader posyandu/KPK
sering mengingatkan dan membantu menangani kesehatan ibu dan bayi.
Pernyataan ini terutama disampaikan secara tegas oleh para ibu yang
sangat terbantu oleh kesiapsediaan kader Posyandu/Kader Pendamping
KIBBLA yang membantu dimulai dari awal kehamilan, mengurus katu
kependudukan dan jaminan kesehatan serta rujukan, saat persalinan hingga
pasca melahirkan. Kesukarelaan Kader Posyandu/Kader Pendamping
KIBBLA ternyata memiliki peran yang sangat besar terutama di tengah-
tengah kalangan masyarakat pedesaan yang notabene belum faham betul
terhadap kesehatan ibu dan bayi beserta prosedur
pemeriksaan/perawatannya.
Terdapat jawaban tidak setuju pada pernyataan ini dikarenakan
responden yang tidak mengetahui informasi kegiatan posyandu
berlangsung. Hal ini sering kali terjadi di wilayahan perkotaan. Akan
81
tetapi, di wilayah yang cenderung pedesaan peneliti masih menemukan
seorang ibu hamil yang tengah hamil usia ke sembilan bulan dan kali
pertama mendatangi Posyandu dan mendapatkan pelayanan kesehatan ibu
dan bayi di Posyandu. Kasus yang terjadi ini mengindikasikan kurangnya
kesigapan kader posyandu/Kader Pendamping KIBBLA dalam mendata
ibu hamil dan mengajak ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan ibu dan bayi minimal di Posyandu.
Grafik 4.9
Pelayanan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita
(KIBBLA) didapatkan dengan mudah dan cepat
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2017
Berdasarkan grafik 4.9, diketahui bahwa dari 174 responden yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 12 responden atau sebanyak 6.90%,
yang menyatakan setuju sebanyak 151 responden atau sebanyak 86.78%,
yang menyatakan tidak setuju sebanyak 11 responden atau sebanyak
6.32% dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 0 responden.
Mayoritas responden menjawab setuju bahwa pelayanan kesehatan
ibu dan bayi didapatkan dengan mudah dan cepat. Hal ini dikarenakan
penyelenggaraan posyandu yang gratis dianggap membantu responden
12
151
11 0
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
050
100150200
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
82
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan bayi dengan mudah, dan
pelayanan kesehatan ibu dan bayi di fasilitas kesehatan semakin baik.
Selain pelayanan posyandu yang gratis, semakin digalakkannya jaminan
kesehatan seperti Kartu BPJS, KIS dan Jampersal sangat membantu
masyarakat terutama golongan menengah ke bawah untuk dapat
merasakan manfaat pelayanan kesehatan yang semakin udah dan cepat.
Beberapa responden tidak setuju bahwa pelayanan kesehatan ibu
dan bayi didapatkan dengan mudah dan cepat. Hal ini dikarenakan
pengalaman kurang baik beberapa responden di fasilitas kesehatan seperti
persoalan rujukan, pendaftaran atau antrian, dan pembiayaan. Umumnya
masyarakat yang mengalami kesulitan dalam memperoleh pelayanan
kesehatan ibu dan bayi disebabkan oleh ketidaklengkapan adminstrasi
kependudukan, dan lamanya memproses kartu jaminan kesehatan.
Kemudahan dan kecepatan mendapatkan pelayanan kesehatan ibu
dan bayi sebetulnya bersifat relatif dari setiap individu. Responden yang
tidak pernah merasakan pemeriksaan kesehatan ibu dan bayi di fasilitas
kesehatan baik Puskesmas atau Rumah Sakit tentu akan merasa puas
dengan pelayanan di Posyandu yang dianggap mudah dan cepat karena
keberadaannya di tengah-tengah masyarakat. Tetapi berbeda ketika
responden yang telah memiliki pengalaman pemeriksaan atau perawatan di
Fasilitas Kesehatan akan memberikan jawaban berdasarkan kemudahan
dan kecepatan pelayanan sesuai dengan fasilitas kesehatannya yang lebih
prosedural.
83
Grafik 4.10
Prosedur Pelayanan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan
Anak Balita (KIBBLA) mudah dilaksanakan
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2017
Berdasarkan grafik 4.10, diketahui bahwa dari 174 responden yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 8 responden atau sebanyak 4.60%,
yang menyatakan setuju sebanyak 158 responden atau sebanyak 90.80%,
yang menyatakan tidak setuju sebanyak 8 responden atau sebanyak 4.60%
dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 0 responden.
Mayoritas responden memberikan jawaban setuju bahwa prosedur
pelayanan kesehatan ibu dan bayi mudah dilaksanakan. Berdasarkan
jawaban dari responden, kemudahan prosedur pelayanan yang mudah dan
cepat tergantung pada tempat penyelenggara keeshatan ibu dan bayi.
Responden yang memberikan jawaban berdasarkan prosedur pelayanan
kesehatan ibu dan bayi di Posyandu tentu akan memberikan tanggapan
positif baik setuju maupun sangat setuju. Masyarakat hanya diminta
mendaftaran nama dan nama bayinya serta membawa Buku KIA
(Kesehatan Ibu dan Bayi), kemudian akan langsung mendapatkan
pelayanan kesehatan. Sama seperti halnya responden yang menjawab
8
158
8 0
SangatSetuju
Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
0
50
100
150
200
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
84
tidak setujua, mengacu pada pernyataan sebelumnya. Responden yang
menyatakan tidak setuju umumnya adalah masyarakatyang memiliki
pengalaman kurang baik yang terjadi di fasilitas kesehatan. Fasilitas
kesehatan merupakan lembaga yang syarat akan kelengkapan administrasi.
Terutama ketika masyarakat menggunakan kartu jaminan kesehatan. Maka
bukan lagi rahasia umum bahwa banyak prosedur yang harus
dilaksanakan. Sehingga hal ini menjadi salah satu pemicu responden untuk
memberikan jawaban negatif terhadap pernyataan ini.
Grafik 4.11
Biaya pemeriksaan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak
Balita (KIBBLA) atau persalinan terjangkau
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2017
Berdasarkan grafik 4.11, diketahui bahwa dari 174 responden yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 11 responden atau sebanyak 6.32%,
yang menyatakan setuju sebanyak 158 responden atau sebanyak 90.80%,
yang menyatakan tidak setuju sebanyak 5 responden atau sebanyak 2.87%
dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 0 responden.
11
158
5 0
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
0
50
100
150
200
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
85
Responden mayoritas memberikan jawaban setuju bahwa biaya
pemeriksaan kesehatan ibu dan bayi atau persalinan, terjangkau.
Berdasarkan temuan peneliti di lapangan, hal ini dikarenakan pelayanan
kesehatan ibu dan bayi yang digratiskan melalui posyandu. Pemberian
pelayanan kesehatan ibu dan bayi melalui Posyandu yang diberikan secara
gratis merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan cakupan pelayanan
kesehatan bagi ibu dan bayi. Selain itu, biaya pelayanan kesehatan ibu dan
bayi di Puskesmas sangat terjangkau terlebih responden memiliki kartu
jaminan kesehatan. Responden yang melakukan pemeriksaan dan
pelayanan kesehatan ibu dan bayi di klinik atau praktik bidan swastapun
mengatakan bahwa biaya peeriksaannya terjangkau.
Penyediaan pelayanan kesehatan semakin dimudahkan hingga ke
pelosok desa melalui kegiatan Posyandu yang diberikan secara gratis.
Idealnya, tentbatau seharusnya tidak berlaku alasan bagi masyarakat tidak
mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan bayi dengan alasan
keterbatasan biaya. Masyarakat diberikan kemudahan untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan ibu dan bayi sesuai dengan kemampuannya.
Adapun masih terdapat responden yang memberikan jawaban tidak setuju
karena pengalaman perihal biaya kesehatan bayi di salah satu Rumah Sakit
swasta di Kabupaten Serang.
86
Grafik 4.12
Akses menuju Fasilitas Kesehatan semakin mudah
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2017
Berdasarkan grafik 4.12, diketahui bahwa dari 174 responden yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 9 responden atau sebanyak 5.17%,
yang menyatakan setuju sebanyak 115 responden atau sebanyak 66.09%,
yang menyatakan tidak setuju sebanyak 48 responden atau sebanyak
27.59% dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 2 responden
atau sebanyak 1.15%.
Mayoritas responden memberikan jawaban setuju bahwa akses
menuju fasilitas kesehatan semakin mudah. Hal ini seiring dengan
perkembangan pembangunan infrastruktur. Beberapa desa di Kabupaten
Serang memiliki mobil desa yang digunakan sebagai kendaraan
masyarakat setempat termasuk digunakan dalam bidang kesehatan. Selain
itu berdasarkan pengamatan peneliti, bagi daerah yang jauh dari kota
disediakan Puskesmas Pembantu untuk mempermudah jangkauan
masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.
Beberapa responden memberikan jawaban tidak setuju bahwa
akses menuju fasilitas kesehatan semakin mudah. Hal ini dikarenakan
9
115
48
2
SangatSetuju
Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
0
50
100
150
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
87
jalan yang jauh dan tidak ada angkutan umum. Sehingga responden lebih
memilih memeriksakan kehamilan atau bayi di posyandu atau bidan desa
yang dianggap jauh lebih efisien tanpa mengeluarkan biaya untuk ongkos
ojek. Salah satu wilayah yang peneliti datangi saat musim hujan, kondisi
jalan yang becek, licin dan jauh kiranya menjadi pertimbangan berarti bagi
masyarakat untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan. Terutama bagi
masyarakat yang tidak memiliki kendaraan dan memiliki keluarga yang
tidak begitu peduli terhadap kesehatan ibu dan bayi kiranya menjadi alasan
tegas untuk tidak datang ke fasilitas kesehatan.
Grafik 4.13
Pemerintah Desa dan Masyarakat membantu mempermudah
pelayanan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita
(KIBBLA)
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2017
Berdasarkan grafik 4.13, diketahui bahwa dari 174 responden yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 1 responden atau sebanyak 0.57%,
yang menyatakan setuju sebanyak 111 responden atau sebanyak 63.79%,
yang menyatakan tidak setuju sebanyak 55 responden atau sebanyak
1
111
55
7
SangatSetuju
Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
0
20
40
60
80
100
120
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
88
31.61% dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 7 responden
atau sebanyak 4.02%.
Dalam rangka penyelenggaraan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir
dan Anak Balita (KIBBLA) terdapat peran Pemerintah Desa dan
masyarakat di dalamnya sebagaimana tercantum dalam Peraturan Bupati
Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, dan Anak Balita di Kabupaten Serang.
Pada pernyataan ini, mayoritas responden memberikan jawaban setuju
bahwa pemerintah Desa dan masyarakat membantu mempermudah
pelayanan kesehatan ibu dan bayi. Hal ini ditandai dengan dukungan
Pemerintah Desa terhadap peduli kesehatan ibu dan bayi melalui bantuan
seperti makanan untuk Posyandu, penyediaan alat dan tempat posyandu,
penyediaan mobil desa untuk kepentingan masyarakat, dan membantu
membuat surat-surat untuk keperluan rujukan. Jika ditelisik lebih jauh,
sebetulnya yang sudah dilakukan oleh Peerintah Desa memang sudah
seharusnya dilakukan. Akan tetapi, dalam hal ini belum sampai kepada
intervensi anggaran untuk bidang kesehatan ibu dan bayi. Selain
Pemerintah Desa, keterlibatan masyarakat sebagai kader posyandu/Kader
Pendamping KIBBLA merupakan salah satu penilaian positif di mata
masyarakat terutama penduduk sasaran Program KIBBLA itu sendiri.
Beberapa responden memberikan jawaban tidak setuju bahwa
Pemerintah Desa dan Masyarakat membantu mempermudah pelayanan
kesehatan ibu dan bayi. Hal ini berdasarkan penilaian responden yang ragu
89
jika Pemerintah Desa terlibat dalam peduli kesehatan ibu dan bayi.
Berdasarkan hemat responden, Pemerintah tidak melakukan apa-apa dalam
pelayanan kesehatan ibu dan bayi.
Grafik 4.14
Kualitas Fasilitas Kesehatan disesuaikan dengan
perkembangan zaman
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2017
Berdasarkan grafik 4.14, diketahui bahwa dari 174 responden yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 2 responden atau sebanyak 1.15%,
yang menyatakan setuju sebanyak 148 responden atau sebanyak 85.06%,
yang menyatakan tidak setuju sebanyak 24 responden atau sebanyak
13.79% dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 0 responden.
Jawaban terbanyak atas penyataan ini adalah setuju bahwa kualitas
fasilitas kesehatan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Hal ini
berkaitan dengan kualitas sarana dan prasarana fasilitas kesehatan yang
semakin baik. Hal ini seiring dengan pembangunan dan pengembangan
fasilitas kesehatan seperti Puskesmas PONED dan Rumah Sakit PONEK
yang memperhatikan aspek kompetensi tenaga kesehatan, pembaharuan
2
148
24 0
SangatSetuju
Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
0
50
100
150
200
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
90
alat, kesigapan rujukan, dan kenyamanan dari fasilitas kesehatan itu
sendiri. Jawaban tidak setuju atas pernyataan ini dikarenakan responden
yang tidak mengetahui kualitas di fasilitas kesehatan dan beranggapan
kualitas fasilitas kesehatan pada umumnya tidak berubah.
Grafik 4.15
Metode yang digunakan oleh Bidan/Tenaga Kesehatan selalu
mengikuti perkembangan zaman
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2017
Berdasarkan grafik 4.15, diketahui bahwa dari 174 responden yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 2 responden atau sebanyak 1.15%,
yang menyatakan setuju sebanyak 152 responden atau sebanyak 87.36%,
yang menyatakan tidak setuju sebanyak 20 responden atau sebanyak
11.49% dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 0 responden.
Pada pernyataan ini, jawaban terbanyak adalah setuju bahwa
metode yang digunakan oleh tenaga kesehatan/ bidan selalu mengikuti
perkembangan zaman. Jawaban ini diberikan oleh responden yang percaya
kepada metode bidan/tenaga kesehatan dalam pelayanan kesehatan ibu dan
bayi. Standar metode yang mengikuti perkembangan zaman pada
2
152
20 0
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
0
50
100
150
200
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
91
instrumen ini memang bergantung pada tingkat pengetahuan masyarakat.
Adanya pelatihan rutin yang diadakan oleh Dinas Kesehatan kiranya
menjadi salah satu upaya untuk standar kompetensi tenaga kesehatan.
Secara umum, masyarakat percaya pada tenaga kesehatan bidan atau
medis dalam mengatasi kesehatan ibu dan bayi. Adapun dukun bayi hanya
dilibatkan untuk mendampingi bidan desa.
Adapun responden yang memberikan pernyataan tidak setuju
dikarenakan menilai metode yang digunakan oleh bidan/tenaga kesehatan
pada umumnya tidak banyak yang berubah. Hal ini dipengaruhi oleh
responden yang tidak mengalami perubahan dalam proses persalinan anak
sebelumnya, ketidaktahuan perubahan metode pelayanan kesehatan ibu
dan bayi yang lama dan baru, serta masyarakat yang tidak begitu
mengagungkan kompetensi tenaga kesehatan seperti menolak imunisasi
Grafik 4.16
Penerapan teknis medis dalam Kesehatan Ibu, Bayi Baru
Lahir dan Anak Balita (KIBBLA)
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2017
Berdasarkan grafik 4.16, diketahui bahwa dari 174 responden yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 12 responden atau sebanyak 6.90%,
12
155
7 0
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
0
50
100
150
200
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
92
yang menyatakan setuju sebanyak 155 responden atau sebanyak 89.08%,
yang menyatakan tidak setuju sebanyak 7 responden atau sebanyak 4.02%
dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 0 responden.
Jawaban terbanyak atas pernyataan ini adalah setuju bahwa
responden menerapkan teknik medis dalam kesehatan ibu dan bayi. Hal ini
ditandai dengan perencanaan persalinan oleh tenaga kesehatan kompetensi
bidan dan pemeriksaan kesehatan ibu dan bayi secara medis. Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan
Masa Sebelum Hamil, Persalinan, Masa Sesudah Melahirkan,
Penyelenggaraan Pelayanan Konstrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan
Seksual disebutkan bahwa persalinan dilakukan di fasilitas kesehatan.
Kemudian dalam Peraturan Bupati Serang Nomor 5 Tahun 2011 tentang
Petunnjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir
dan Anak Balita di Kabupaten Serang, persalinan ditolong oleh tenaga
bersalin kesehatan kompetensi bidan. Regulasi tersebut secara eksplisit
maupun implisit menjadi tujuan agar setiap ibu hamil dan bersalin ditolong
secara medis bahkan sampai pasca melahirkan.
Akan tetapi beberapa responden memberikan jawaban tidak setuju
terhadap pernyataan ini. Hal ini dikarenakan beberapa responden yang
berencana melakukan persalinan di rumah dengan bantuan tenaga dukun.
Selain itu, ditemukan responden yang melakukan penerapan kesehatan
bayi lebih didominasi oleh dukun bayi. Keputusan ini dipengaruhi oleh
faktor sosial, psikologis dan kondisi infrastruktur yang belum baik untuk
93
mencapai fasilitas kesehatan. Sehingga masih ditemukan masyarakat yang
lebih percaya pada kompetensi dukun bayi bukan pada bidan desa.
Grafik 4.19
Kepercayaan terhadap kompetensi bidan/tenaga kesehatan
dalam Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita
(KIBBLA)
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2017
Berdasarkan grafik 4.19, diketahui bahwa dari 174 responden yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 32 responden atau sebanyak 18.39%,
yang menyatakan setuju sebanyak 140 responden atau sebanyak 80.46%,
yang menyatakan tidak setuju sebanyak 1 responden atau sebanyak 0.57%
dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 1 responden atau
sebanyak 0.57%.
Pada pernyataan ini, responden setuju untuk mempercayakan
kesehatan ibu dan bayi pada tenaga kesehatan kompetensi bidan.
Responden semakin cerdas dan menyadari untuk mempercayakan
kesehatan ibu dan bayi pada tenaga kesehatan kompetensi bidan. Selain
karena kesadaran, hal ini juga sudah menjadi kebutuhan bagi ibu yang
menjadi penduduk sasaran program KIBBLA ini agar mendapatkan
32
140
1 1
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
0
50
100
150
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
94
kesehatan sesuai harapan. Tingginya kepercayaan masyarakat terhadap
tenaga kesehatan ini diikuti dengan perubahan perilaku ibu hamil, bersalin,
nifas atau yang memiliki bayi yang lebih mendengar anjuran bidan. Selain
itu, kegiatan konsultasi dan konseling juga kiranya mengindikasikan
tingginya tingkat kepercayaan responden kepada bidan atau tenaga
kesehatan.
Grafik 4.20
Kader Posyandu/Kader Pendamping KIBBLA semakin
terampil dalam menggerakkan Kesehatan Ibu, Bayi Baru
Lahir dan Anak Balita (KIBBLA)
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2017
Berdasarkan grafik 4.20, diketahui bahwa dari 174 responden yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 1 responden atau sebanyak 0.57 %,
yang menyatakan setuju sebanyak 155 responden atau sebanyak 89.08%,
yang menyatakan tidak setuju sebanyak 18 responden atau sebanyak
10.34% dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 0 responden.
Jawaban terbanyak responden terhadap pernyataan ini adalah setuju
bahwa kader posyandu/KPK semakin terampil dalam menggerakkan
kesehatan ibu dan bayi. Hal ini berdasarkan penilaian responden terhadap
1
155
18 0
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
0
50
100
150
200
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
95
kader posyandu/KPK yang semakin aktif menggerakkan kegiatan-kegiatan
kesehatan ibu dan bayi. Penilaian ini juga didasari oleh pergeseran tugas
kader posyandu yang awalnya sekedar mebantu bidan memberikan
pelayanan kesehatan kini kader posyandu/Kader Pendamping KIBBLA
mendata dan mendampingi ibu hamil sampai pada setalah melahirkan. Hal
ini juga seiring dengan diadakannya kegiatan pelatihan bagi kader
posyandu baik oleh Dinas Kesehatan, Puskesmas dan Project HOPE di
beberapa wilayah Kabupaten Serang.
Beberapa responden memberikan jawaban tidak setuju pada
pernyataan ini dikarenakan responden yang tidak mengikuti kegiatan
posyandu dan tidak mengetahui kader posyandu/Kader Pendamping
KIBBLA. Selain itu, penilaian ini juga secara objektif dikarenakan kinerja
kader posyandu yang tidak ada perubahan setiap masanya. Bahkan peneliti
menemukan di salah satu wilayah, setiap pergantian kepala desa maka
kader posyandu turut berubah sesuai dengan keputusan kepala desa yang
terbaru. Hal ini menjadi hambatan bagi bidan desa dan masyarakat itu
sendiri dalam membangun pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang semakin
prima.
96
Grafik 4.21
Mengikuti kegiatan dan anjuran kader posyandu/bidan dalam
mengatasi Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita
(KIBBLA)
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2017
Berdasarkan grafik 4.21, diketahui bahwa dari 174 responden yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 3 responden atau sebanyak 1.72%,
yang menyatakan setuju sebanyak 152 responden atau sebanyak 90.23%,
yang menyatakan tidak setuju sebanyak 14 responden atau sebanyak
8.05% dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 0 responden.
Jawaban terbanyak terhadap pernyataan ini adalah setuju bahwa
responden mengikuti kegiatan dan anjuran kader posyandu dan bidan
dalam mengatasi kesehatan ibu dan bayi. Hal ini sejalan dengan
pengamatan peneliti terhadap perilaku responden yang aktif bertanya
kepada bidan/kader posyandu perihal penerapan kesehatan ibu dan bayi.
Antusias responden untuk berdiskusi mengimplikasikan kepercayaan
responden kepada kader posyandu dan bidan dalam mengatasi kesehatan
ibu dan bayi. Dengan terbangunnya kepercayaan, kader posyandu dan
bidan akan lebih mudah untuk mengajak masyarakat untuk mengikuti
kegiatan bahkan anjuran yang diberikan perihal kesehatan ibu dan bayi.
3
157
14 0
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
0
50
100
150
200
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
97
Beberapa responden memberikan jawaban tidak setuju pada
pernyataan ini dikarenakan masih ditemukan masyarakat yang menolak
vaksin atau imunisasi. Selain itu, ditemukan juga responden yang
memberikan penilaian bahwa tidak sepenuhnya mengikuti anjuran bidan.
Hal ini menjadi hambatan sekaligus tantangan bagi penyelenggara
pelayanan kesehatan untuk terus mengajak masyarakat dan menunjukkan
hasil kinerjanya yang terus lebih baik. Responden seperti ini bukan berarti
tidak percaya teknik medis, akan tetapi ada beberapa batasan yang
dianggap tidak sesuai dengan kepercayaannya.
Grafik 4.22
Tidak pernah mengalami hambatan dalam mendapat
pelayanan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita
(KIBBLA)
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2017
Berdasarkan grafik 4.22, diketahui bahwa dari 174 responden yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 1 responden atau sebanyak 0.57%,
yang menyatakan setuju sebanyak 152 responden atau sebanyak 87.36%,
1
152
21 0
0
50
100
150
200
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
98
yang menyatakan tidak setuju sebanyak 21 responden atau sebanyak
12.07% dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 0 responden.
Jawaban terbanyak responden terhadap pernyataan ini adalah setuju
bahwa tidak pernah mengalami hambatan dalam mendapat pelayanan
kesehatan ibu dan bayi. Hal ini berdasarkan pengalaman responden dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan bayi secara mudah dan lancar.
Seperti pernyataan yang sudah dibahas di muka, bahwa kegiatan posyandu
yang rutin dan gratis, peningkatan kualitas fasilitas kesehatan, dan
tersedianya bantuan kartu jaminan kesehatan dianggap telah membantu
responden untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan bayi tanpa
hambatan berarti.
Beberapa responden memberikan jawaban tidak setuju pada
pernyataan ini dikarenakan pengalaman responden yang kurang berkenan
perihal pembiayaan kesehatan bayi, dan rujukan persalinan. Hambatan
yang sering kali muncul adalah persoalan ini adalah mengurus kartu
adiministrasi kependudukan, kartu jaminan kesehatan, dan akses
mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan. Hambatan yang terjadi
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan bayi muncul dari segala
aspek baik bidang sosial, ekonomi maupun budaya. Beberapa kasus
menunjukkan bahwa hambatan yang terjadi sebetulnya muncul dari
anggota keluarga seorang ibu hamil yang menolak melakukan persalinan
di fasilitas kesehatan atau sesuai dengan anjuran bidan.
99
Grafik 4.23
Pelayanan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita
(KIBBLA) di daerah tersebut layak menjadi contoh bagi
daerah lain
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2017
Berdasarkan grafik 4.23, diketahui bahwa dari 174 responden yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 0 responden, yang menyatakan setuju
sebanyak 92 responden atau sebanyak 52.87%, yang menyatakan tidak
setuju sebanyak 81 responden atau sebanyak 46.55% dan yang
menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 1 responden atau sebanyak
0.57%.
Jawaban terbanyak responden terhadap pernyataan ini adalah setuju
bahwa pelayanan kesehatan ibu dan bayi di wilayah tersebut layak menjadi
contoh bagi daerah lain. Hal ini berdasarkan penilaian responden terhadap
standar pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang dirasa sudah cukup
memenuhi kebutuhan. Standar pelayanan setiap orang mengenai kesehatan
ibu dan bayi tentu berbeda-beda. Dengan pembangunan dan
pengembangan fasilitas kesehatan khususnya di Puskesmas, responden
menganggap ini sebagai sebuah keunggulan. Tidak sedikit pula masyarakat
yang bersyukur terhadap dilaksanakannya posyandu secara rutin dan
0
92 81
1
SangatSetuju
Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
0
50
100
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
100
gratis. Hal ini menjadi alasan bagi beberapa masyarakat untuk memberikan
jawaban positif pada pernyataan ini. Sehingga pelayanan tersebut dianggap
layak menjadi contoh bagi daerah lain.
Bagi masyarakat yang mengetahui perbandingan terhadap
pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang lebih baik maka akan memberikan
jawaban negatif. Beberapa responden memberikan jawaban tidak setuju
pada pernyataan ini dikarenakan standar yang dirasa biasa dan
memerlukan perbaikan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan. Hal
ini mengacu pada tidak terstrukturnya pelaksanaan posyandu dengan
segala keterbatasan yang ada.
Grafik 4.24
Informasi yang didapat tentang Kesehatan Ibu, Bayi Baru
Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) selalu ter up to date
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2017
Berdasarkan grafik 4.24, diketahui bahwa dari 174 responden yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 0 responden, yang menyatakan setuju
sebanyak 110 responden atau sebanyak 63.22%, yang menyatakan tidak
setuju sebanyak 63 responden atau sebanyak 36.21% dan yang
menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 1 responden atau sebanyak
0.57%.
0
110
63
1
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
0
50
100
150
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
101
Jawaban terbanyak responden terhadap pernyataan ini adalah setuju
bahwa informasi yang didapat seputar kesehatan ibu dan bayi selalu ter up
to date. Hal ini berdasarkan penilaian responden yang sering mencari
informasi dari berbagai sumber baik dari buku Kesehatan Ibu dan Anak,
bidan, kader posyandu, kerabat dan internet. Responden yang banyak
mencari tahu biasanya seorang ibu hamil muda yang belum banyak
memiliki pengalaman dalam hal kesehatan ibu dan bayi. .
Beberapa responden memberikan jawaban tidak setuju pada
pernyataan ini dikarenakan responden yang menilai menerima informasi
hanya sebatas dari bidan dan dari buku KIA yang sudah diketahui
sebelumnya. Selain itu, secara umum responden ini adalah ibu hamil yang
sudah berpengalaman atau bukan hamil anak pertama. Selain itu pula, hal
ini dipengaruhi oleh responden yang mengisi instrumen ini adalah
masyarakat atau ibu-ibu yang awam menggunakan gadget. Sehingga
pencarian sumber informasi terbatas.
102
Grafik 4.25
Sering mendapat sosialisasi tentang Kesehatan Ibu, Bayi Baru
Lahir dan Anak Balita (KIBBLA)
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2017
Berdasarkan grafik 4.25, diketahui bahwa dari 174 responden yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 3 responden atau sebanyak 1.72%,
yang menyatakan setuju sebanyak 71 responden atau sebanyak 40.80%,
yang menyatakan tidak setuju sebanyak 99 responden atau sebanyak
56.90% dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 1 responden
atau sebanyak 0.57%.
Dalam penyelenggaraan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak
Balita (KIBBLA), Kelas Ibu adalah salah satu kegiatan sosialisasi bagi ibu
hamil dan balita. Jawaban terbanyak responden terhadap pernyataan ini
adalah tidak setuju bahwa responden sering mendapatkan sosialisasi
tentang kesehatan ibu dan bayi. Hal ini berdasarkan pengalaman responden
yang tidak pernah mengikuti sosialisasi kesehatan ibu dan bayi
dikarenakan beberapa hal di antaranya tidak mengikuti kegiatan posyandu,
3
71 99
1 0
50
100
150
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
103
hanya melakukan pelayanan pemeriksaan kesehatan ibu dan bayi, bahkan
kegiatan kelas ibu tidak rutin dilakukan.
Beberapa responden memberikan jawaban setuju pada pernyataan
ini dikarenakan aktif dan rutin mengikuti kergiatan posyandu secara
berkala. Kegiatan Kelas Ibu dilaksanakan satu kali dalam dua minggu
sebelum dimulainya pelayanan kesehatan Posyandu. Bahkan di Kecamatan
Pontang, terdapat program inovasi Puskesmas yakni Program Keluarga
Siaga Ibu Hamil (KASIH) yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali.
Kegiatan sosialisasi kesehatan ibu dan bayi relatif berbeda di setiap
wilayah.
Grafik 4.26
Sering mengikuti kegiatan tentang Kesehatan Ibu, Bayi Baru
Lahir dan Anak Balita (KIBBLA)
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2017
Berdasarkan grafik 4.26, diketahui bahwa dari 174 responden yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 2 responden atau sebanyak 1.15%,
yang menyatakan setuju sebanyak 120 responden atau sebanyak 68.97%,
yang menyatakan tidak setuju sebanyak 52 responden atau sebanyak
29.89% dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 0 responden.
2
120
52
0
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
0
50
100
150
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
104
Jawaban terbanyak responden terhadap pernyataan ini adalah setuju
bahwa sering mengikuti kegiatan kesehatan ibu dan bayi. Hal ini
berdasarkan pengalaman responden yang sering mengikuti kegiatan
posyandu secara rutin. Kegiatan-kegiatan kesehatan ibu dan bayi
umumnya tersedia dalam bentuk pelayanan Posyandu dan sosialisasi
melalui Kelas Ibu. Oleh karena pelayanan Posyandu ini menjadi kebutuhan
bagi masyarakat, maka banyak responden tentu memberikan jawaban
positif bahwa sering mengikuti kegiatan kesehatan ibu dan bayi.
Beberapa responden memberikan jawaban tidak setuju pada
pernyataan ini berdasarkan pengalaman responden yang jarang mengikuti
kegiatan posyandu dan sekedar melakukan pemeriksaan kesehatan ibu dan
bayi di fasilitas kesehatan. Jawaban ini cenderung diisi oleh responden di
wilayah perkotaan yang dekat dengan fasilitas kesehatan. Sehingga
responden menganggap dirinya berpartisipasi pasif dalam kegiatan-
kegiatan kesehatan ibu dan bayi.
Grafik 4.27
Semakin mengetahui Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan
Anak Balita (KIBBLA)
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2017
10
163
1 0
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
0
50
100
150
200
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
105
Berdasarkan grafik 4.27, diketahui bahwa dari 174 responden yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 10 responden atau sebanyak 5.75%,
yang menyatakan setuju sebanyak 163 responden atau sebanyak 93.68%,
yang menyatakan tidak setuju sebanyak 1 responden atau sebanyak 0.57%
dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 0 responden.
Jawaban terbanyak terhadap pernyataan ini adalah setuju bahwa
responden semakin mengetahui kesehatan ibu dan bayi. Hal ini
berdasarkan penilaian responden yang mendapatkan informasi dan
pengetahuan baru dari berbagai sumber seputar kesehatan ibu dan bayi.
Kelas Ibu merupakan salah satu upaya yang dlakukan untuk pemberdayaan
dan edukasi kepada masyarakat seputar kesehatan ibu dan bayi. Dengan
adanya kegiatan ini, masyarakat diberikan ruang untuk mendengar,
bertanya, konseling, dan berbagi mengenai kondisi kehamilan. Begitu pula
yang dirasakan oleh ibu-ibu yang berpengalaman atau bukan hamil
pertama dapat berdiskusi dan berbagi perbedaan pengalaman proses
kehamilan sekarang dan yang sebelumnya. Kegiatan ini dilakukan agar
masyarakat dengan tenaga kesehatan dapat saling terbuka. Selain diikuti
oleh ibu hamil dan ibu yang memiliki balita, beberapa dukun bayi turut
mengikuti kegiatan Kelas Ibu dan berdiskusi baik dengan tenaga kesehatan
maupun masyarakat.
106
Grafik 4.28
Semakin peduli terhadap Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan
Anak Balita (KIBBLA)
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2017
Berdasarkan grafik 4.28, diketahui bahwa dari 174 responden yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 38 responden atau sebanyak 21.84%,
yang menyatakan setuju sebanyak 136 responden atau sebanyak 78.16%,
yang menyatakan tidak setuju sebanyak 0 responden dan yang menyatakan
sangat tidak setuju sebanyak 0 responden.
Semua jawaban terhadap pernyataan ini adalah setuju bahwa
responden semakin peduli terhadap kesehatan ibu dan bayi. Hal ini
berdasarkan pengalaman responden yang melaporkan dan memeriksakan
kehamilan, rutin memeriksakan kesehatan bayi, dan secara naluri rasa
kasih sayang terhadap diri sendiri dan kehamilan atau bayinya. Pernyataan
ini mendapatkan jawaban positif semua seiring dengan pengetahuan
masyarakat terhadap pentingnya kesehatan ibu dan bayi yang semakin
berkembang. Beberapa reponden yang telah berpengalaman dalam hal
melahirkan menyatakan bahwa sekarang semakin rajin datang dan
mengikuti kegiatan Posyandu dibanding dengan kehamilan sebelumnya.
38
136
0 0
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
0
50
100
150
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
107
Grafik 4.29
Pemerintah Desa dan Masyarakat semakin peduli terhadap
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA)
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2017
Berdasarkan grafik 4.29, diketahui bahwa dari 174 responden yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 0 responden, yang menyatakan setuju
sebanyak 128 responden atau sebanyak 73.56%, yang menyatakan tidak
setuju sebanyak 44 responden atau sebanyak 25.29% dan yang
menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 2 responden atau sebanyak
1.15%.
Pada pernyataan ini, mayoritas responden memberikan jawaban
setuju bahwa pemerintah Desa dan masyarakat semakin peduli terhadap
kesehatan ibu dan bayi. Berdasarkan pengamatan peneliti, hal ini ditandai
dengan semakin banyaknya masyarakat yang menjadi kader posyandu
dan/atau motivator kesehatan ibu dan anak. Selain itu, terdapat beberapa
lembaga non pemerintah yang turut membantu penyelenggaraan kesehatan
ibu dan bayi.
Beberapa responden memberikan jawaban tidak setuju bahwa
Pemerintah Desa dan Masyarakat semakin peduli terhadap kesehatan ibu
0
128
44
2
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
0
50
100
150
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
108
dan bayi. Hal ini berdasarkan penilaian responden yang ragu dan
menganggap bahwa Pemerintah Desa tidak ada perubahan dalam
membantu penyelenggaraan kesehatan ibu dan bayi. Peran Pemerintah
Desa dalam kesehatan ibu dan bayi cenderung tidak ada perubahan dari
periode-periode sebelumnya.
Grafik 4.30
Pelayanan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita
(KIBBLA) dapat memotivasi untuk menerapkan kesehatan ibu
dan bayi
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2017
Berdasarkan grafik 4.30, diketahui bahwa dari 174 responden yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 4 responden atau sebanyak 2.30%,
yang menyatakan setuju sebanyak 167 responden atau sebanyak 95.98%,
yang menyatakan tidak setuju sebanyak 3 responden atau sebanyak 1.72%
dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 0.
Hampir semua jawaban atas pernyataan ini setuju bahwa pelayanan
KIBBLA dapat memotivasi responden untuk menerapkan kesehatan ibu
dan bayi. Berdasarkan pengamatan peneliti, hal ini dikarenakan kesadaran
dan pengetahuan responden yang semakin baik terhadap penerapan
kesehatan ibu dan bayi. Hal ini mengindikasikan bahwa secara tidak
4
167
3 0
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
0
50
100
150
200
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
109
langsung, kegiatan-kegiatan seperti Posyandu dan Kelas Ibu dapat
mengkampanykan dan mengedukasi masyarakat agar lebih peduli dan
semangat dalam menjaga kesehatan ibu dan bayi.
Grafik 4.31
Menyukai kinerja dan kualitas pelayanan Kesehatan Ibu, Bayi
Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA)
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2017
Berdasarkan grafik 4.31, diketahui bahwa dari 174 responden yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 2 responden atau sebanyak 1.15%,
yang menyatakan setuju sebanyak 168 responden atau sebanyak 96.55%,
yang menyatakan tidak setuju sebanyak 4 responden atau sebanyak 2.30%
dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 0 responden.
Hampir semua jawaban atas pernyataan ini setuju bahwa responden
menyukai kinerja dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi. Hal ini
berdasarkan penilaian responden terhadap pelayanan kesehatan ibu dan
bayi yang semakin dimudahkan melalui kegiatan rutin posyandu dan
peningkatan kualitas fasilitas kesehatan. Sejak dilakukannya pembangunan
2
168
4 0
SangatSetuju
Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
0
50
100
150
200
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
110
dan pengembangan fasilitas kesehatan, masyarakat dibuat semakin nyaman
dalam melakukan pemeriksaan kesehatan ibu dan bayi.
Pengalaman kurang mengenakkan tidak pernah terlepas dari
pelayanan yang diberikan oleh fasilitas kesehatan. Beberpa responden
pernah mengalami kesulitan dalam mendapatkan pelayanan kesehatan ibu
dan bayi. Hal ini biasanya bersangkutan dengan proses pembiayaan tanpa
jaminan kesehatan dan kurangnya kartu administrasi kependudukan yang
butuhkan untuk melengkapi prosedur. Bentuk pendaftaran dan pelayanan
kesehatan memang sudah seharusnya dibuat dalam bentuk sederhana
mungkin agar masyarakat dari semua kalangan dapat mengikuti secara
mudah.
Grafik 4.32
Mulai menerapkan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak
Balita (KIBBLA) dalam kehidupan sehari-hari
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2017
Berdasarkan grafik 4.32, diketahui bahwa dari 174 responden yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 9 responden atau sebanyak 5.17%,
9
163
2 0
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
0
50
100
150
200
111
yang menyatakan setuju sebanyak 163 responden atau sebanyak 93.68%,
yang menyatakan tidak setuju sebanyak 2 responden atau sebanyak 1.15%
dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 0 responden.
Hampir semua jawaban atas pernyataan ini setuju bahwa responden
mulai menerapkan kesehatan ibu dan bayi dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan pengamatan peneliti, hal ini dikarenakan kesadaran dan
pengetahuan responden yang semakin baik tentang kesehatan ibu dan bayi.
Pergeseran paradigma kesehatan ibu dan bayi menjadi kebutuhan
merupakan sebuah bentuk prestasi dan apresiasi bagi upaya-upaya yang
telah dilakukan dalam mengkampanyekan kesehatan ibu dan bayi.
Perubahan perilaku masyarakat untuk menerapkan kesehatan ibu
dan bayi dalam kehidupan sehari-hari sudah difasilitasi dalam buku
Kesehatan Ibu dan Anak. Kemudian bergantung kepada para ibu hamil
beserta keluarganya untuk menerima atau tidak agar menjaga kesehatan
ibu dan bayi secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Angka Kematian
dipengaruhi oleh Angka Kesakitan dan Status Gizi. Maka, keluarga dan
responden memegang kendali untuk menentukan asupan gizi dan perilaku
kesehatan demi kondisi ibu dan bayi.
112
Grafik 4.33
Akan terus belajar dan mencari informasi terbaru tentang
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA)
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2017
Berdasarkan grafik 4.33, diketahui bahwa dari 174 responden yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 14 responden atau sebanyak 8.05%,
yang menyatakan setuju sebanyak 157 responden atau sebanyak 90.23%,
yang menyatakan tidak setuju sebanyak 3 responden atau sebanyak 1.72%
dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 0 responden.
Hampir semua jawaban atas pernyataan ini setuju bahwa responden
akan terus belajar dan mencari informasi terbaru tentang kesehatan ibu dan
bayi. Berdasarkan pengamatan peneliti, hal ini dikarenakan kesadaran dan
pengetahuan responden yang semakin baik terhadap kesehatan ibu dan
bayi. Buku Kesehatan Ibu dan Anak menjadi salah satu sarana bagi
masyarakat untuk mengedukasi agar lebih mengenal kesehatan ibu dan
bayi. Buku yang diberikan secara gratis ini selain sebagai sarana informasi
juga menjadi catatan penting mengenai catatan perkembangan kesehatan
ibu dan bayi.
14
157
3 0
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
0
50
100
150
200
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
113
Adapun beberapa masyarakat yang mengatakan tidak setuju
beranggapan bahwa informasi yang diberikan oleh bidan dan kader
posyandu sudah cukup jelas. Selain itu juga, buku Kesehatan Ibu dan Bayi
dianggap sudah memuat informasi secara lengkap. Reponden yang
memberikan jawaban ini adalah responden yang umumnya sudah berumur
tua dan menginjak usia menopause.
Grafik 4.34
Akan turut mengkampanyekan Kesehatan Ibu, Bayi Baru
Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) kepada masyarakat
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2017
Berdasarkan grafik 4.34, diketahui bahwa dari 174 responden yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 2 responden atau sebanyak 1.15%,
yang menyatakan setuju sebanyak 149 responden atau sebanyak 85.63%,
yang menyatakan tidak setuju sebanyak 23 responden atau sebanyak
13.22% dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 0 responden.
Pada pernyataan ini, jawaban terbanyak adalah setuju bahwa
responden akan turut mengkampanyekan kesehatan ibu dan bayi kepada
2
149
23
0
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju
020406080
100120140160
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
114
masyarakat. Berdasarkan alasan responden, hal ini akan dilakukan untuk
berbagi infomrasi kepada masyarakat khususnya kerabat perihal kesehatan
ibu dan bayi yang diketahuinya. Hal ini juga dilakukan karena kesadaran
responden yang awalnya belum banyak tahu seputar kesehatan ibu dan
bayi, sedangkan kini menjadi semakin tahu karena banyak pihak yang
memberikan informasi. Estafet penyampaian informasi dilakukan sebagai
bentuk kepedulian masyarakat terhadap kesehatan ibu dan bayi.
Beberapa responden mengatakan tidak setuju untuk turut
mengkampanyekan kesehatan ibu dan bayi kepada masyarakat. Hal ini
dikarenakan responden memilih biasa saja artinya terbatas pada aktivitas
pelayanan kesehatan ibu dan bayi. Responden menganggap bahwa bidan
paling berwenang untuk mengkampanyekan kesehatan ibu dan bayi.
Sehingga alasan ini memberikan pengaruh bagi responden untuk
memberikan tanggapan negatif pada pernyataan ini.
4.3 Pengujian Persyaratan Statistik
Uji persyaratan statistik ini berkaitan dengan pengujian dari
kuesioner sebagai alat pengumpulan data primer. Kuesioner yang peneliti
buat akan diuji nantinya untuk mengetahui apakah kuesioner tersebut telah
memenuhi kelayakan sebagai unstrumen penelitian atau alat pengumpulan
data. Pengujian ini terdiri dari uji validitas, uji reliabilitas dan uji
normalitas.
115
4.3.1 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk menunjukkan tingkat kevalidan
instrumen penelitian (kuesioner). Artinya instrumen dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Keputusan pada sebuah item
pernyataan dapat dianggap valid apabila rhitung (koefisien korelasi
pearson)> rtabel (0.148). Uji validitas menggunakan metode pearson
product moment dengan program SPSS versi 20.
116
Tabel 4.5
Hasil Uji Validitas Penelitian Tahap I
No. Item Nilai r hitung Nilai r table Keterangan
1 0.284 0.148 Valid
2 0.485 0.148 Valid
3 0.522 0.148 Valid
4 0.449 0.148 Valid
5 0.375 0.148 Valid
6 0.263 0.148 Valid
7 0.454 0.148 Valid
8 0.352 0.148 Valid
9 0.512 0.148 Valid
10 0.326 0.148 Valid
11 0.323 0.148 Valid
12 0.520 0.148 Valid
13 0.517 0.148 Valid
14 0.406 0.148 Valid
15 0.483 0.148 Valid
16 0.296 0.148 Valid
17 -0.46 0.148 Tidak Valid
18 -0.95 0.148 Tidak Valid
19 0.341 0.148 Valid
20 0.439 0.148 Valid
21 0.386 0.148 Valid
22 0.278 0.148 Valid
117
23 0.497 0.148 Valid
24 0.369 0.148 Valid
25 0.457 0.148 Valid
26 0.471 0.148 Valid
27 0.314 0.148 Valid
28 0.207 0.148 Valid
29 0.535 0.148 Valid
30 0.243 0.148 Valid
31 0.333 0.148 Valid
32 0.378 0.148 Valid
33 0.423 0.148 Valid
34 0.312 0.148 Valid
Sumber: Pengolahan Data SPSS Statistic 20.0 for Windows, 2017
Dapat dilihat dari tabel 4.5 di atas bahwa dari 34 item
instrumen yang diajukan kepada seluruh responden, terdapat 2 item
yang tidak valid yakni item nomor 17 dan 18. Hal tersebut
dikarenakan nilai r hitung < nilai r tabel (0.148).
Sugiyono (2011:177) mengemukakan apabila terdapat item
pernyataan yang tidak valid maka dapat diambil tindakan dengan
menghapus item pernyataan tersebut atau melakukan perbaikan isi
dari item tersebut dengan yang lain dan kemudian disebarkan
kembali. Berdasarkan rujukan tersebut, peneliti mengambil
tindakan untuk menghapus item pernyataan yang tidak valid guna
efisiensi langkah-langkah penelitian berikutnya.
118
Setelah diambil tindakan dengan menghapus item
pernyataan yang tidak valid, maka hasil pengujian validitas tahap II
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.6
Hasil Uji Validitas Penelitian Tahap II
No. Item Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan
1 0.284 0.148 Valid
2 0.485 0.148 Valid
3 0.522 0.148 Valid
4 0.449 0.148 Valid
5 0.375 0.148 Valid
6 0.263 0.148 Valid
7 0.454 0.148 Valid
8 0.352 0.148 Valid
9 0.512 0.148 Valid
10 0.326 0.148 Valid
11 0.323 0.148 Valid
12 0.520 0.148 Valid
13 0.517 0.148 Valid
14 0.406 0.148 Valid
15 0.483 0.148 Valid
16 0.296 0.148 Valid
19 0.341 0.148 Valid
119
20 0.439 0.148 Valid
21 0.386 0.148 Valid
22 0.278 0.148 Valid
23 0.497 0.148 Valid
24 0.369 0.148 Valid
25 0.457 0.148 Valid
26 0.471 0.148 Valid
27 0.314 0.148 Valid
28 0.207 0.148 Valid
29 0.535 0.148 Valid
30 0.243 0.148 Valid
31 0.333 0.148 Valid
32 0.378 0.148 Valid
33 0.423 0.148 Valid
34 0.312 0.148 Valid
Sumber: Pengolahan Data SPSS Statistic 20.0 for Windows, 2017
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, diketahui setelah dilakukan
tindakan menghapus item pernyataan yang tidak valid maka hasil
uji validitas tahap II menunjukkan seluruh item pernyataan
sebanyak 32 pernyataan memiliki nilai rhitung > r tabel.
120
4.3.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya, handal dan konsisten dalam
pengukuran. Uji reliabilitas dilakukan dengan membandingkan
nilai Cronbach’s Alpha dari hasil pengolahan data dengan
ketentuan dari Sekaran (2009:75), di mana nilai koefisien
reliabilitas ditunjukkan dari nilai Cronbach’s Alpha < 0.6 adalah
kurang baik, nilai cronbach’s alpha > 0.7 adalah dapat diterima dan
nilai cronbach’s alpa > 0.8 adalah baik. Instrumen yang dilakukan
uji reliabilitas adalah instrumen yang dinyatakan valid. Instrumen
yang tidak valid tidak dapat dilakukan uji reliabilitas. Berikut ini
adalah hasil pengujian reliabilitas instrumen menggunakan SPSS
Statistic 20.0.
Tabel 4.7
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 174 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 174 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure. Sumber: Pengolahan Data SPSS Statistic 20.0 for Windows, 2017
Tabel 4.8
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,723 33
Sumber: Pengolahan Data SPSS Statistic 20.0 for Windows, 2017
121
Berdasarkan tabel di atas bahwa nilai uji reliabilitas adalah
sebesar 0.723. Instrumen ini dapat dikatakan reliabel dalam
kategori “diterima” karena nilai cronbach’s alpha> 0.6.
4.3.3 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi, dependent variable dan independent variable mempunyai
distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah
memiliki distribusi data normal. Uji normalitas menggunakan
metode Kolmogorov Smirnov. Jika nilai Asymptotic (2-tailed)
>alpha (0.05), maka data dinyatakan berasal dari populasi
berdistribusi normal. Adapaun hasil uji normalitas disajikan pada
tabel berikut:
Tabel 4.9
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
TOTAL
N 174
Normal Parametersa,b
Mean 93.34
Std. Deviation 5.143
Most Extreme Differences
Absolute .102
Positive .102
Negative -.098
Kolmogorov-Smirnov Z 1.341
Asymp. Sig. (2-tailed) .055
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
122
Sumber: Pengolahan Data SPSS Statistic 20.0 for
Windows, 2017
Berdasarkan tabel 4.9, diketahui normalitas data
ditunjukkkan dari nilai Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0.055.
Apabila nilai Asym.Sig. (2-tailed) sebesar0.055 ≥ alpha (0.05),
maka dapat dinyatakan bahwa data berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
4.4 Pengujian Hipotesis
Hipotesis deskriptif adalah jawaban sementara terhadap masalah
deskriptif yaitu berkenaan dengan variabel mandiri. Adapun hipotesis
kerja yang peneliti ajukan dalam penelitian yang berjudul “Efektivitas
Dinas Kesehatan dalam Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan
Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten Serang” adalah sebagai berikut:
“Efektivitas Dinas Kesehatan dalam Program Kesehatan Ibu,
Bayi Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten Serang
adalah lebih kecil dari 65%”.
Pengujian hipotesis yang akan peneliti lakukan dalam penelitian ini
menggunakan rumus t-test satu sampel dengan uji pihak kiri. Adapun
perhitungan pengujian hipotesis adalah melalui tahap-tahap berikut:
1. Skor ideal yang harus diperoleh dalam jawaban pernyataan-
pernyataan yang diajukan melalui kuesioner untuk mengetahui
efektivitas Dinas Kesehatan dalam Program Kesehatan Ibu, Bayi
123
Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten Serang
berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian adalah sebagai
berikut:
Keterangannya adalah 4 merupakan nilai tertinggi dari setiap
pilihan jawaban dari pernyataan yang ada dalam kuesioner. 174
adalah jumlah responden yang mengisi kuesioner dan 32 adalah
jumlah pernyataan instrumen yang valid. Rata-rata dari skor ideal
penelitian tersebut adalah 22.272 : 174 adalah 128. Sedangkan skor
penelitian adalah sebesar 16.242. Skor penelitian adalah jumlah
total nilai seluruh pernyataan yang dijawab oleh seluruh responden.
Dengan demikian nilai efektivitas Dinas Kesehatan dalam Program
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) di
Kabupaten Serang adalah 16.242: 22.272 = 0.73 atau dalam
persentase menjadi 73%. Sehingga efektivitas Dinas Kesehatan
dalam Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita
(KIBBLA) di Kabupaten Serang adalah 73%.
2. Dalam variabel tentang efektivitas Dinas Kesehatan dalam Program
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) di
Kabupaten Serang, nilai yang dihipotesiskan adalah lebih kecil dari
65% (0.65) dari yang diharapkan/skor ideal. Hal ini berarti bahwa
4 x 174 x 32
124
0.65 x 128 = 83.2. Hipotesis statistiknya dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Ha : µₒ < 65% < 0,65 x 128 = 83.2
Ho : µₒ ≥ 65% ≥ 0,65 x 136 = 83.2
3. Pengujian hipotesis menggunakan rumus t-test satu sampel adalah
sebagai berikut:
Diketahui : ∑π = 16.242
µ = 83.2
n = 174
∑
∑( )
( )
Ditanya: Berapa besar t?
Harga t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t
tabel dengan derajat kebebasan (dk) = n-1= 174-1=173 dengan
taraf kesalahan 5% untuk uji satu pihak kiri, maka nilai t tabelnya
yaitu 1.645 atau dibulatkan menjadi 1.65.
Dengan asumsi berdasarkan kesimpulan dalam Sugiyono
(2014:181) bahwa :
Jika t tabel < t hitung, maka Ho diterima dan Ha ditolak
Jika t tabel ≥ t hitung, maka Ho ditolak dan Ha diterima
125
Karena nilai t tabel lebih kecil dari nilai t hitung atau jatuh pada
penolakan Ha (1.65<26.03). Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak.
Jadi hipotesis yang menyatakan bahwa efektivitas Dinas Kesehatan
dalam Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita
(KIBBLA) di Kabupaten Serang < 65% dari yang diharapkan tidak
dapat diterima atau terdapat perbedaan antara yang diduga dalam
populasi dengan data yang terkumpul dari sampel. Hasil
perhitungan terhadap data sampel diperoleh nilai efektivitas Dinas
Kesehatan dalam Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan
Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten Serang adalah 73%. Nilai ini
dapat ditunjukkan pada gambar 4.1. Nilai 26,03 terletak pada
daerah penerimaan Ho. Berikut ini adalah kurva daerah
penerimaannya:
Gambar 4.1
Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis
Daerah Penolakan Ha Daerah Penerimaan Ho
0 1,65 26.03
(65%) (73%)
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2017
126
4.5 Interpretasi Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menjawab rumusan masalah
deskriptif yang sebelumnya telah dirumuskan peneliti. Rumusan masalah
yang harus dijawab oleh peneliti adalah “Seberapa efektif Dinas Kesehatan
dalam Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, dan Anak Balita
(KIBBLA) di Kabupaten Serang?”.
Terdapat beberapa langkah yang dilakukan untuk menjelaskan
jawaban dari rumusan masalah yang telah diajukan. Langkah pertama
yaitu menentukan skor ideal dan menghitung skor hasil penelitian. Skor
ideal variabel adalah 4 x 174 x 32 = 22.272. Dimana 4 adalah nilai
tertinggi dari pilihan jawaban pernyataan dalam kuesioner. 174 adalah
jumlah responden atau sampel yang ditujukan untuk mengisi kuesioner.
Dan 32 adalah jumlah item pernyataan yang valid dalam kuesioner. Skor
penelitian adalah sebesar 16.242 berdasarkan nilai distribusi data. Dengan
demikian nilai efektivitas Dinas Kesehatan dalam Program Kesehatan Ibu,
Bayi Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten Serang adalah
16.242 ; 22.272 = 0.73 yang dalam persentase adalah sebesar 73 %.
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka jawaban dari rumusan
masalah deskriptif yang menjadi tujuan penelitian ini adalah “Efektivitas
Dinas Kesehatan dalam Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan
Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten Serang adalah sebesar 73%”. Angka
tersebut sudah mencapai kategori efektif. Adapun penggambaran dari
penjelasan tersebut dapat dilihat dari interval di bawah ini:
127
Tabel 4.10
Interval Efekitvitas
No. Interval Keterangan
1. 5.568 - 8.352 Sangat Belum Efektif
2. 8.353 - 13.920 Belum Efektif
3. 13.921 - 19.488 Efektif
4. 19.489 - 22.272 Sangat Efektif
Sumber: Hasil Pengolahan Peneliti, 2017
Skala di atas menunjukkan nilai keefektifan Dinas Kesehatan
dalam Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita
(KIBBLA) di Kabupaten Serang berada pada interval efektif. Hal ini
menyatakan bahwa efektivitas Dinas Kesehatan dalam Program Kesehatan
Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten Serang
sudah efektif karena hasil penelitian sebesar 16.242 yang berada pada
interval ke tiga yakni berbunyi “efektif”.
Data sampel menunjukkan bahwa efektivitas Dinas Kesehatan
dalam Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita
(KIBBLA) di Kabupaten Serang berjalan efektif dengan nilai 73%.
Penilaian responden tersebut didasari oleh peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan ibu dan bayi, serta pemberdayaan masyarakat yang secara
128
langsung maupun tidak langsung dirasakan manfaatnya terutama bagi
sasaran Program KIBBLA itu sendiri. Peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan ibu dan bayi ditandai dengan pembentukan Puskesmas PONED
dan Rumah Sakit PONEK, pembentukan Puskesmas pembantu di pelosok
desa, penyebaran bidan di desa, kemudahan prosedur pelayanan kesehatan
ibu dan bayi, kegiatan posyandu yang berjalan rutin setiap bulan tanpa
pungutan biaya, dan tersedianya jaminan kesehatan.
Salah satu komponen lain dalam Program KIBBLA selain
peningkatan kualitas pelayanan, yakni pemberdayaan masyarakat juga
turut dirasakan oleh responden. Pemberdayaan masyarakat ditandai
dengan keikutsertaan masyarakat menjadi kader posyandu dan/atau
Motivator Kesehatan Ibu dan Anak (MKIA), berlangsungnya kegiatan
sosialisasi kesehatan ibu dan bayi atau di beberapa wilayah dikenal dengan
kegiatan Kelas Ibu Hamil dan Bayi, serta keterlibatan pemerintah desa
dalam peduli kesehatan ibu dan bayi. Walaupun kondisi lapangan
mengatakan bahwa pemberdayaan masyarakat dalam Program KIBBLA di
Kabupaten Serang masih rendah dan belum merata.
Berdasarkan observasi di lapangan, sebagian besar masyarakat
tidak mengetahui dan mengenal adanya Program Kesehatan Ibu, Bayi
Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten Serang. Akan tetapi,
kegiatan pelayanan Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, dan Anak
Balita (KIBBLA) di Kabupaten Serang secara umum diikuti dengan baik
dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Kegiatan pelayanan Program
129
KIBBLA rutin dilaksanakan setiap satu bulan satu kali melalui kegiatan
posyandu. Kegiatan tersebut dianggap sangat membantu masyarakat
terutama di daerah desa dalam rangka mengatasi kesehatan ibu dan bayi.
Hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa penyelenggaraan
pelayanan Program KIBBLA seperti pemeriksaan kehamilan dan bayi
menjadi kebutuhan masyarakat. Akan tetapi beberapa kasus menunjukkan
masih terdapat ibu hamil yang telat melaporkan dan memeriksa
kandungannya ke posyandu/bidan desa. Sisi lain menunjukkan bahwa
sering kali persoalan administrasi dan jaminan kesehatan turut menjadi
hambatan bagi ibu bersalin dan/atau bayi untuk mendapatkan kesehatan
rujukan. Hal ini menjadi salah satu hambatan dan tantangan bagi Dinas
Kesehatan untuk terus meningkatkan pelayanan dan pemberdayaan
masyarakat terutama di daerah pelosok desa.
Hasil data sampel yang bernilai 73% dan dikategorikan efektif,
akan peneliti coba hubungkan dengan jumlah kasus kematian ibu dan bayi
di Kabupaten Serang dalam tiga tahun terakhir. Kasus kematian ibu di
Kabupaten Serang sejak tahun 2013 sampai tahun 2015 belum
menunjukkan penurunan yang signifikan. Bahkan pada tahun 2015
mengalami peningkatan jumlah kasus dari tahun 2014. Kemudian kasus
kematian bayi pada pada tahun 2015, Kabupaten Serang menjadi daerah
dengan kasus kematian bayi terendah untuk wilayah kabupaten di Provinsi
Banten. Walaupun jika dilihat dari nilainya masih tergolong tinggi.
130
Keefektifan Dinas Kesehatan dalam Program Kesehatan Ibu, Bayi
Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) yang sudah berjalan efektif,
nampaknya belum mampu menjawab persoalan tingginya kasus kematian
ibu dan bayi di Kabupaten Serang. Hal ini dikarenakan keberhasilan
Program KIBBLA didominasi oleh konteks pelayanan yang hingga saat ini
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Akan tetapi jika dilihat dari
konteks pemberdayaan masyarakat dan manajemen kesehatan daerah,
masyarakat belum mampu menunjukkan perubahan yang begitu baik.
Pelayanan pada dasarnya menempatkan masyarakat sekedar menjadi objek
dalam proses pembangunan. Tetapi pemberdayaan menempatkan
masyarakat turut andil menjadi subjek dalam pembangunan. Oleh karena
itu, pelayanan yang tidak dibarengi dengan pemberdayaan masyarakat
akan menjadi tugas tambahan bagi pemerintah dalam jangka waktu yang
panjang.
Kompleksitas penyebab kematian ibu dan bayi bukan hanya di
bidang kesehatan. Oleh karena itu peran Dinas Kesehatan sebagai inisiator
dan penggerak Program KIBBLA harus berjuang merangkul semua lintas
sektoral untuk sama-sama mengatasi persoalan yang tidak mudah ini. Hal
ini menjadi hambatan sekaligus tantangan bagi Dinas Kesehatan untuk
terus meningkatkan efektvitas Dinas Kesehatan dalam Program Kesehatan
Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita di Kabupaten Serang. Sehingga
persoalan penyebab kematian ibu dan bayi yang bukan menjadi wewenang
131
Dinas Kesehatan, dapat sama-sama dirumuskan dan dilaksanakan oleh
berbagai pihak yang diinisiasi dan digerakkan oleh Dinas Kesehatan.
4.6 Pembahasan
Penggambaran nilai tingkat indikator diperoleh dari hasil penelitian
yang sudah dilakukan. Nilai tingkat indikator didapatkan setelah
mengetahui skor ideal dan skor setiap indikator berdasarkan nilai distribusi
data penelitian. Persentasi nilai tingkat indikator ditentukan oleh
perbandingan antara skor nilai distribusi data dengan skor nilai ideal.
Berikut ini adalah persentase hasil per indikator variabel efektivitas:
Grafik 4.33
Persentase Hasil Per Indikator Variabel Efektivitas
Sumber: Hasil Pengolahan Peneliti, 2017
Dari perhitungan dan penjelasan di atas, didapat nilai Efektivitas
Dinas Kesehatan dalam Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan
Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten Serang adalah sebesar 73% dari
pernyataan yang telah dihipotesiskan sebelumnya yaitu 65%. Nilai
75%
72% 73%
71%
75%
69%70%71%72%73%74%75%76%
132
efektivitas tersebut dengan rincian masing-masing indikator di antaranya
produktivitas sebesar 75%, efisiensi 72%, fleksibilitas 73%,
pengembangan 71%, dan kepuasan 75%.
1. Indikator Produktivitas terdiri dari 8 pernyataan. Persentase nilai
tingkat indikator produktivitas adalah 75%. Nilai tersebut berada
pada kategori baik berdasarkan interval skor nilai. Pencapaian
angka pada indikator produktivitas ini dipengaruhi oleh
pemahaman masyarakat dan penerapan kesehatan ibu dan bayi
yang baik, kualitas sarana dan prasarana fasilitas kesehatan
termasuk tenaga kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, kegiatan posyandu yang rutin dilakukan setiap bulan
tanpa biaya pungutan pemeriksaan, dan pemberdayaan masyarakat
yang cukup membantu dalam penyelenggaraan kegiatan KIBBLA.
2. Indikator Efisiensi terdiri dari 5 pernyataan. Persentase nilai tingkat
indikator produktivitas adalah 72%. Nilai tersebut berada pada
kategori baik berdasarkan interval skor nilai. Pencapaian angka
pada indikator efisiensi ini dipengaruhi oleh kemudahan
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan bayi
yang cenderung sudah baik, keikutsertaan pemerintah desa dan
masyarakat yang kurang dalam penyelenggaraan KIBBLA, dan
masih kurangnya beberapa peran lintas sektoral yang menyebabkan
kemudahan akses menuju fasilitas kesehatan kurang merata.
133
3. Indikator Fleksibilitas terdiri dari 5 pernyataan. Persentase nilai
tingkat indikator fleksibilitas adalah 73%. Nilai tersebut berada
pada kategori baik berdasarkan interval skor nilai. Pencapaian
angka pada indikator fleksibilitas ini dipengaruhi oleh
pembaharuan kualitas fasilitas kesehatan yang disesuai dengan
kondisi lingkungan semakin baik, metode-metode dalam
penyelenggaraan kesehatan ibu dan bayi yang di beberapa daerah
cenderung statis, dan masyarakat semakin membuka diri untuk
menerapkan teknis medis dalam penyelenggaraan kesehatan ibu
dan bayi.
4. Indikator Pengembangan terdiri dari 7 pernyataan. Persentase nilai
tingkat indikator keunggulan adalah 71%. Nilai tersebut berada
pada kategori baik berdasarkan interval skor nilai. Pencapaian
angka pada indikator pengembangan ini dipengaruhi oleh
peningkatan pengetahuan masyarakat perihal kesehatan ibu dan
bayi, intensitas mengikuti kegiatan kesehatan ibu dan bayi yang
baik terutama pada kegiatan posyandu di wilayah pedesaan. Akan
tetapi keikutsertaan lintas sektoral dan pemberdayaan masyarakat
belum terselenggara dengan baik.
5. Indikator Kepuasan terdiri dari 5 pernyataan. Persentase nilai
tingkat indikator keunggulan adalah 75%. Nilai tersebut berada
pada kategori baik berdasarkan interval skor nilai. Pencapaian
angka pada indikator kepuasan ini dipengaruhi oleh pelayanan
134
kesehatan ibu dan bayi yang semakin baik, penerapan kesehatan
ibu dan bayi yang semakin baik, dan perubahan sikap masyarakat
untuk terus mencari informasi dan mengkampanyekan kesehatan
ibu dan bayi yang semakin baik.
135
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab
sebelumnya, maka peneliti menyimpulkan bahwa efektivitas Dinas
Kesehatan dalam Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak
Balita (KIBBLA) di Kabupaten Serang sudah efektif dengan capaian
angka 73% dari hipotesis yang diajukan. Nilai signifikansi pada penelitian
ini menunjukkan bahwa t tabel < t hitung (1.65<26.03) yang jatuh pada
penolakan Ha, sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Hasil penelitian ini
merujuk pada indikator pengukuran efektivitas organisasi oleh Gibson
(1995) dalamWaluyo (2007:89) yang terdiri dari produktivitas, efisiensi,
fleksibilitas, pengembangan dan kepuasan.
Efektivitas Dinas Kesehatan dalam Program Kesehatan Ibu, Bayi
Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten Serang yang sudah
berjalan baik nampaknya belum mampu menjawab persolan tingginya
kasus kematian ibu dan bayi di Kabupaten Serang. Pertama dilihat dari
indicator produktivitas masih terdapat kurangnya peningkatan kualitas
pelayanan baik dari penyelenggara pelayanan kesehatan, maupun sarana
dan prasarana pelayanan kesehatan. Kedua dilihat dari indicator efisiensi
bahwa Dinas Kesehatan belum optimal dalam melakukan pemberdayaan
masyarakat dan Pemerintah Desa sebagai upaya efisiensi pelayanan dan
136
edukasi kesehatan ibu dan bayi baik kepada penduduk sasaran program
maupun masyarakat secara luas. Ketiga dilihat dari indicator fleksibilitas
masih terdapat masyarakat yang belum sepenuhnya percaya pada tenaga
kesehatan kompetensi bidan dalam mengatasi kesehatan ibu dan bayi.
Keempat dilihat dari indicator pengembangan, belum optimalnya
kerjasama Dinas Kesehatan dengan lintas sektoral dalam rangka
meningkatkan kesehatan ibu dan bayi. Dan kelima adalah indicator
kepuasan, bahwa masih terdapat masyarakat yang mengeluhkan proses
pelayanan dan rujukan terutama di Fasilitas Kesehatan swasta.
137
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis kemudian memberikan
beberapa saran yang diharapkan menjadi masukan untuk dapat
meningkatkan efektivitas Dinas Kesehatan dalam Program Kesehatan Ibu,
Bayi Baru Lahir dan Anak Balita di Kabupaten Serang. Saran-saran
tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan, Dinas Kesehatan
diharapkan dapat meningkatkanpendidikan dan pelatihan bagi Bidan
Desa yang tersebar di setiap wilayah, melakukanpembinaan secara
berkala bagi kader posyandu, melakukan pembentukan kembali
Kader Pendamping KIBBLA, meningkatkan sarana dan prasarana
pelayanan kesehatan.
2. Melakukan kampanye kesehatan ibu dan bayi kepada masyarakat
untuk melakukan program-program swadaya masyarakat yang
bekerjasama dan/atau dibantu oleh Pemerintah Desa setempat
sebagai upaya efisiensi peningkatan kesehatan ibu dan bayi.
3. Meningkatkan sosialisasi kesehatan ibu dan bayi berbasis medis
kepada masyarakat terutama kerabat keluarga ibu hamil sebagai
upaya meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kredibilitas
tenaga kesehatan.
4. Diperlukannya koordinasi lintas sektoral yang lebih intens dan
berkala dalam penyelenggaraan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan
Anak Balita (KIBBLA). Dinas Kesehatan akan lebih mudah
138
mengatasi kompleksitas persoalan kematian ibu dan bayi, apabila
serius melibatkan peran lintas sektoral di dalamnya.
5. Dinas Kesehatan diharapkan dapat meningkatkan kerjasama yang
baik dengan fasilitas kesehatan terutama fasilitas kesehatan swasta
untuk menerapkan secara tegas prosedur pelayanan dan rujukan yang
memudahkan masyarakat atau pasien.
Daftar Pustaka
Buku:
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Atmosoeprapto, Kisdarto. 2002. Menuju SDM Berdaya Dengan Kepemimpinan
Efektif dan Manajemen Efisien. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Azwar, Saefuddin. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka
Cipta.
Bungin, Burhan. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana
Institute Of Development and Economic Analysis. 2005. Nestapa Pembangunan
Sosial: Studi Atas Dampak Beban Utang Terhadap Pembangunan
Eknomi dan Kesehatan. Yogyakarta: Yayasan Litera Indonesia.
Indrawijaya, Adam Ibrahim. 2010. Teori, Perilaku dan Budaya Organisasi.
Bandung: Refika Aditama.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia-LIPI. 2011. Pertumbuhan Penduduk dan
Kesejahteraan. Jakarta: LIPI.
Lubis dan Huseini. 2009. Pengantar Teori Organisasi. Depok: Ilmu Administrasi
FISIP UI.
Malayu, Hasibuan. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.
Mardikanto dan Soebiato. 2013. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif
Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
Priyatno, Duwi. 2013. Mandiri Belajar Analisis Data Dengan SPSS. Yogyakarta:
MediaKom.
Robbins, Stephen P. 1994. Teori Organisasi: Struktur, Desain dan Aplikasi.
Jakarta: Arcan.
Satori dan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suharto, Edi. 2014. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian
Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial.
Bandung: Refika Aditama.
Tangkilisan, Hessel Nogi. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Waluyo. 2007. Manajemen Publik (Konsep, Aplikasi dan Implementasinya Dalam
Pelaksanaan Otonomi Daerah). Bandung: Mandar Maju.
Dokumen:
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Pelayanan
Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa
Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta
Pelayanan Kesehatan Seksual
Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Sisttem
Kesehatan Kabupaten Serang
Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang
Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Serang
Peraturan Bupati Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penyelenggaraan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, dan Anak Balita
(KIBBLA) di Kabupaten Serang
Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015.2016. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Indonesia
Profil Kesehatan Kabupaten Serang Tahun 2016. Banten: Dinas Kesehatan
Kabupaten Serang.
Sumber Lainnya:
Ah Maftuchan, dkk,.2013.Refleksi Upaya Pencapaian MDGs 4&5 di Daerah
Menjelang 2015,.Jakarta: Prakarsa, Indonesia.
Aris Arif Mundayat, dkk,.2010.Target MDGs Menurunkan Angka Kematian Ibu
Sulit Dicapai,.Jakarta:Women Research Institute, Indonesia.
Evrista Nenggar Prehapsari. 2014. Efektivitas Dinas Kesehatan Dalam Program
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta (PKMS). Surakarta: Ilmu
Administrasi, FISIP UNS.
Nia Sutriajuniati. 2014. Organisasi Komite Olahraga Nasional Indonesia Provinsi
Banten Dalam Menghadapi Pekan Olahraga Nasional ke XVIII di Riau.
Banten: Ilmu Administrasi Negara FISIP UNTIRTA
Rima Agustiani. 2012. Efektivitas Organisasi dalam Pengelolaan E-Govenment di
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean
Merak. Banten: Ilmu Administrasi Negara FISIP UNTIRTA.
USAID.2012. Pengembangan Program KIBBLA Terpadu. Jakarta, Indonesia.
USAID.2015.Acting On The Call-Ending Preventable Child and Maternal
Deaths.. Amerika.
http://aipmnh.org/web_id/index.php?option=com_content&view=article&id=135:
bermit ra-menurunkan-kematian-ibu-dan-bayi-baru-
lahir&catid=13&Itemid=207
https://m.liputan6.com/amp/2169824/kematian-ibu-dan-bayi-di-banten-peringkat-
5-nasional