Download - education for baby
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemampuan hidup sehat dimulai sejak bayi karena pada masa ini
terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang menentukan kualitas otak pada
masa dewasa. Supaya terciptanya bayi yang sehat maka dalam perawatan tali
pusat pada bayi baru lahir dilakukan dengan benar – benar sesuai dengan
prosedur kesehatan. Perawatan tali pusat adalah melakukan pengobatan dan
peningkatan tali pusat yang menyebabkan pemisahan fisik ibu dengan bayi.
Dan kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih dan terhindar
dari infeksi tali pusat.
Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak
positif yaitu tali pusat akan pupus pada hari ke – 5 dan hari ke – 7 tanpa ada
komplikasi, sedangkan dampak negative dari perawatan tali pusat yang tidak
benar adalah bayi akan mengalami penyakit Tetanus Neonaturum dan dapat
mengakibatkan kematian. Tujuan Perawatan Tali pusat adalah untuk
mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir penyakit ini
disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus kedalam tubuh melalui
tali pusat, baik dari alat steril, pemakaian obat – obatan, bubuk atau daun –
daun yang ditaburkan ke tali pusat sehingga dapat mengakibatkan infeksi.
[2]
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah berhasilnya penulisan makalah ini, diharapkan mahasiswa
mampu memberikan penanganan tentang perawatan dan pemotongan tali
pusat pada bayi baru lahir.
2. Tujuan Khusus
a) Dapat menjelaskan pengertian tali pusat
b) Dapat menyebutkan penyebab dari tali pusat
c) Dapat menjabarkan patofisiologi tali pusat
d) Dapat menyebutkan pencegahan infeksi tali puat
e) Dapat menyebutkan penatalaksanaan tali pusat
C. Manfaat
Dengan adanya makalah ini, maka dapat memberikan manfaat serta
pengetahuan yang berguna bagi mahasiswa dalam memahami tentang
pemotongan tali pusat pada bayi baru lahir.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian
Tali pusat atau Umbilical cord adalah saluran kehidupan bagi janin
selama dalam kandungan, dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah
yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat – zat gizi dan oksigen janin.
Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus
dipotong dan diikat atau dijepit.[3]
1. Letak : Funiculus umbilicalis terbentang dari permukaan fetal plasenta
sampai daerah umbilicalis fetus dan berlanjut sebagai kulit fetus pada
perbatasan tersebut. Funiculus umbilicalis secara normal berinersi
dibagian tengah plasenta.
2. Bentuk : Funiculus umbilicalis berbentuk seperti tali yang memanjang dari
tengah plasenta sampai ke umbilicalis fetus dan mempunyai sekitar 40
puntiran spiral.
3. Ukuran : Pada saat aterm funiculus umbilicalis panjangnya 40 – 50 cm dan
diameternya 1 – 2 cm, hal ini cukup untuk kelahiran bayi tanpa menarik
plasenta keluar dari rahim ibu. Tali pusat menjadi lebih panjang jika
jumlah air ketuban pada kehamilan trimester pertama dan kedua relative
banyak. Jika oligohidromnion dan janin kurang gerak ( pada kelainan
motorik janin ), maka umumnya tali pusat lebih pendek. Kerugian tali
pusat terlalu panjang adalah dapat terjadi lilitan disekitar leher atau tubuh
janin atau menjadi ikatan yang dapat menyebabkan oklusi pembuluh
darah khususnya pada saat persalinan.
B. Struktur tali pusat[4]
1. Amnion : Menutupi funiculus umbilicalis dan merupakan lanjutan amnion
yang menutupi permukaan fetal plasenta. Pada ujung fetal amnion
melanjutkan diri dengan kulit yang menutupi abdomen. Baik kulit
maupun membran amnion berasal dari ectoderm.
2. Tiga pembuluh darah : Setelah struktur lengkung usus, yolk sack dan
duktus vitellinus menghilang, tali pusat akhirnya hanya mengandung
pembuluh darah umbilikal yang menghubungkan sirkulasi janin dengan
plasenta. Ketiga pembuluh darah itu saling berpilin di dalam funiculus
umbilicalis dan melanjutkan sebagai pembuluh darah kecil pada vili
korion plasenta. Kekuatan aliran darah (kurang lebih 400 ml/ menit)
dalam tali pusat membantu mempertahankan tali pusat dalam posisi
relatif lurus dan mencegah terbelitnya tali pusat tersebut ketika janin
bergerak-gerak. Ketiga pembuluh darah tersebut yaitu :
a) Satu vena umbilicalis membawa oksigen dan memberi nutrien ke
sistem peredaran darah fetus dari darah maternal yang terletak di
dalam spatium choriodeciduale.
b) Dua arteri umbilicalis mengembalikan produk sisa (limbah) dari
fetus ke plasenta dimana produk sisa tersebut diasimilasi ke dalam
peredaran darah maternal untuk di ekskresikan.
c) Jeli Wharton : Merupakan zat yang berkonsistensi lengket yang
mengelilingi pembuluh darah pada funiculus umbilicalis. Jeli
Warthon merupakan subtansi seperti jeli, juga berasal dari
mesoderm seperti halnya pembuluh darah. Jeli ini melindungi
pembuluh darah tersebut terhadap kompresi, sehingga pemberian
makanan yang kontinyu untuk janin dapat di jamin. Selain itu juga
dapat membantu mencegah penekukan tali pusat. Jeli warthon ini
akan mengembang jika terkena udara. Jeli Warthon ini kadang-
kadang terkumpul sebagai gempalan kecil dan membentuk simpul
palsu di dalam funiculus umbilicalis. Jumlah jeli inilah yang
menyebabkan funiculus umbilicalis menjadi tebal atau tipis.
C. Fungsi Tali Pusat[5]
1. Sebagai saluran yang menghubungkan antara plasenta dan bagian tubuh
janin sehingga janin mendapat asupan oksigen, makanan dan antibodi
dari ibu yang sebelumnya diterima terlebih dahulu oleh plasenta melalui
vena umbilicalis.
2. Saluran pertukaran bahan-bahan kumuh seperti urea dan gas karbon
dioksida yang akan meresap keluar melalui arteri umbilicalis.
D. Sirkulasi Tali Pusat[6]
Fetus yang sedang membesar di dalam uterus ibu mempunyai dua
keperluan yang sangat penting dan harus dipenuhi, yaitu bekalan oksigen dan
nutrien serta penyingkiran bahan kumuh yang dihasilkan oleh sel-selnya. Jika
keperluan ini tidak dapat dipenuhi, fetus akan menghadapi masalah dan
mungkin maut. Struktur yang bertanggung jawab untuk memenuhi keperluan
fetus ialah plasenta. Plasenta yang terdiri daripada tisu fetus dan tisu ibu
terbentuk dengan lengkapnya pada ujung minggu yang ke-16 kehamilan.
Pada plasenta banyak terdapat unjuran seperti “Jari” atau vilus tumbuh
dari membran yang menyelimuti fetus dan menembusi dinding uterus, yaitu
endometrium. Endometrium pada uterus adalah kaya dengan aliran darah ibu.
Di dalarn vilus terdapat jaringan kapilari darah fetus. Darah yang kaya
dengan oksigen dan nutrien ini dibawa melalui vena umbilicalis yang
terdapat di dalam tali pusat ke fetus. Sebaliknya, darah yang sampai ke vilus
dari fetus melalui arteri umbilicalis dalam tali pusat mengandungi bahan
kumuh seperti karbon dioksida dan urea. Bahan kumuh ini akan meresap
merentas membran dan memasuki darah ibu yang terdapat di sekeliling vilus.
Pertukaran oksigen, nutrien, dan bahan kumuh lazimnya berlaku melalui
proses resapan. Dengan cara ini, keperluan bayi dapat dipenuhi.
Walaupun darah ibu dan darah fetus dalam vilus adalah begitu rapat,
tetapi kedua-dua darah tidak bercampur kerana dipisahkan oleh suatu
membran. Oksigen, air, glukosa, asid amino, lipid, garam mineral, vitamin,
hormon, dan antibodi dari darah ibu perlu menembus membran ini dan
memasuki kapilari darah fetus yang terdapat dalam vilus. Selain oksigen dan
nutrien, antibodi dari darah ibu juga meresap ke dalarn darah fetus melalui
plasenta. Antibodi ini melindungi fetus dan bayi yang dilahirkan daripada
jangkitan penyakit.
E. Kelainan Letak Tali Pusat[7]
Tali pusat secara normal berinersi di bagian sentral kedalam permukaan
fetal plasenta. Namun, ada beberapa yang memiliki kelainan letak seperti:
1. Insersi tali pusat Battledore @ pada kasus ini tali pusat terhubung kepaling
pinggir plasenta seperti bet tenis meja. Kondisi ini tidak bermasalah
kecuali sambungannya rapuh.
2. Insersi tali pusat Velamentous @ tali pusat berinsersi kedalam membran
agak jauh dari pinggir plasenta. Pembuluh darah umbilikus melewati
membran mulai dari tali pusat ke plasenta. Bila letak plasenta normal,
tidak berbahaya untuk janin, tetapi tali pusat dapat terputus bila dilakukan
tarikan pada penanganan aktif di kala tiga persalinan.
F. Etiologi
1. Lama waktu Terlepasnya Tali Pusat
Tali pusat orok berwarna kebiru-biruan dan panjang sekitar 2,5 – 5
cm segera setelah dipotong. Penjepit tali pusat digunakan untuk
menghentikan perdarahan. Penjepit tali pusat ini dibuang ketika tali
pusat sudah kering, biasanya sebelum ke luar dari rumah sakit atau
dalam waktu dua puluh empat jam hingga empat puluh delapan jam
setelah lahir. Sisa tali pusat yang masih menempel di perut bayi
(umbilical stump), akan mengering dan biasanya akan terlepas sendiri
dalam waktu 1-3 minggu, meskipun ada juga yang baru lepas setelah 4
minggu.
Tali pusat sebaiknya dibiarkan lepas dengan sendirinya. Jangan
memegang-megang atau bahkan menariknya. Bila tali pusat belum juga
puput setelah 4 minggu, atau adanya tanda-tanda infeksi, seperti;
pangkal tali pusat dan daerah sekitarnya berwarna merah, keluar cairan
yang berbau, ada darah yang keluar terus- menerus, bayi demam tanpa
sebab yang jelas maka kondisi tersebut menandakan munculnya penyulit
pada neonatus yang disebabkan oleh tali pusat.
2. Lilitan Tali pusat pada janin
Adanya lilitan tali pusat di leher dalam kehamilan menurutnya, pada
umumnya tidak menimbulkan masalah. Namun dalam proses persalinan
dimana mulai timbul kontraksi rahim dan kepala janin mulai turun dan
memasuki rongga panggul, maka lilitan tali pusat menjadi semakin erat
dan menyebabkan penekanan atau kompresi pada pembuluh-pembuluh
darah tali pusat. Akibatnya, suplai darah yang mengandung oksigen dan
zat makanan ke janin akan berkurang, yang mengakibatkan janin
menjadi sesak atau hipoksia. Kemungkinan sebab lilitan tali pusat pada
janin :
a) Usia kehamilan ® Kematian bayi pada trimester pertama atau kedua
sering disebabkan karena puntiran tali pusat secara berulang-ulang
ke satu arah. Ini mengakibatkan arus darah dari ibu ke janin melalui
tali pusat tersumbat total. Karena dalam usia kehamilan tersebut
umumnya bayi masih bergerak dengan bebas. Hal tersebut
menyebabkan kompresi tali pusat sehingga janin mengalami
kekurangan oksigen.
b) Polihidramnion kemungkinan bayi terlilit tali pusat semakin
meningkat.
c) Panjangnya tali pusat ® dapat menyebabkan bayi terlilit. Panjang
tali pusat bayi rata-rata 50 sampai 60 cm. Namun, tiap bayi
mempunyai panjang tali pusat berbeda-beda. Panjang pendeknya
tali pusat tidak berpengaruh terhadap kesehatan bayi, selama
sirkulasi darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tidak terhambat.
3. Tanda-Tanda Bayi Terlilit Tali Pusat :
Beberapa hal yang menandai bayi terlilit tali pusat, yaitu:
a) Pada bayi dengan usia kehamilan lebih dari 34 minggu, namun
bagian terendah janin (kepala atau bokong) belum memasuki pintu
atas panggul perlu dicurigai adanya lilitan tali pusat.
b) Pada janin letak sungsang atau lintang yang menetap meskipun
telah dilakukan usaha untuk memutar janin (Versi luar/knee chest
position) perlu dicurigai pula adanya lilitan tali pusat.
c) Dalam kehamilan dengan pemeriksaan USG khususnya color
doppler dan USG 3 dimensi dapat dipastikan adanya lilitan tali
pusat.
d) Dalam proses persalinan pada bayi dengan lilitan tali pusat yang
erat, umumnya dapat dijumpai dengan tanda penurunan detak
jantung janin di bawah normal, terutama pada saat kontraksi rahim.
4. Infeksi Tali Pusat (Tetanus Neonatorum)[8]
Pengertian Adalah penyakit yang diderita oleh bayi baru lahir
(neonatus). Tetanus neonatorum penyebab kejang yang sering dijumpai
pada BBL yang bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi
disebabkan infeksi selama masa neonatal, yang antara lain terjadi akibat
pemotongan tali pusat atau perawatan tidak aseptic (Ilmu Kesehatan
Anak, 1985)
a) Penyebabnya adalah hasil klostrodium tetani (Kapitaselekta, 2000)
bersifat anaerob, berbentuk spora selama diluar tubuh manusia dan
dapat mengeluarkan toksin yang dapat mengahancurkan sel darah
merah, merusak lekosit dan merupakan tetanospasmin yaitu toksin
yang bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan
spasme otot. (Ilmu KesehatanAnak,1985)
b) Penyebab tetanus neonatorum adalah clostridium tetani yang
merupakan kuman gram positif, anaerob, bentuk batang dan
ramping. Kuman tersebut terdapat ditanah, saluran pencernaan
manusia dan hewan. Kuman clostridium tetani membuat spora yang
tahan lama dan menghasilkan 2 toksin utama yaitu tetanospasmin
dan tetanolysin.
G. Patofisiologi
1. Proses Pembentukan Tali Pusat Pada Janin
Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan
angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah dan
connecting stalk tersebut akan menjadi tali pusat. Pada tahap awal
perkembangan, rongga perut masih terlalu kecil untuk usus yang
berkembang, sehingga sebagian usus terdesak ke dalam rongga selom
ekstraembrional pada tali pusat.
Pada sekitar akhir bulan ketiga, penonjolan lengkung usus
(intestional loop) ini masuk kembali ke dalam rongga abdomen janin
yang telah membesar.Kandung kuning telur (yolk-sac) dan tangkai
kandung kuning telur (ductus vitellinus) yang terletak dalam rongga
korion, yang juga tercakup dalam connecting stalk, juga tertutup
bersamaan dengan proses semakin bersatunya amnion dengan korion.
2. Penatalaksanaan
a) Persiapan Alat yang Diperlukan
1) Teknik Memotong Tali Pusat
- Arteri klem 2 buah
- Gunting Steril 1 buah
- Sarung Tangan Steril 1 pasang
- Benang steril pengikat pusat 1 helai
- Selimut Kering dan bersih 1 buah
- Perlak pengalas 1 buah
Dengan menggunakan klem DTT, lakukan penjepitan tali pusat
dengan klem pada sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi.
Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi
tali pusat ke arah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan
pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm
dari tempat jepitan pertama pada sisi atau mengarah ke ibu. Pegang tali
pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali
pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat di
antara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting disinfeksi
tingkat tinggi atau steril.
Setelah selesai digunting segera ikat tali pusat bayi dengan benang
pusat, ikatan harus kecang dengan simpul mati.Setelah memotong tali
pusat, ganti handuk basah dan selimuti bayi dengan selimut atau kain
yang bersih dan kering. Pastikan bahwa kepala bayi terselimuti dengan
baik. (Sumber: Martin, 1996)
3. Perawatan Tali Pusat
Perawatan adalah proses perbuatan, cara merawat, pemeliharaan,
penyelenggaraan (Kamisa, 1997). Perawatan tali pusat tersebut
sebenarnya juga sederhana. Hal yang paling terpenting dalam
membersihkan tali pusat adalah :
a) Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering.
b) Selalu cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun
sebelum membersihkan tali pusat.
c) Selama belum tali pusatnya puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan
dengan cara dicelupkan ke dalam air. Cukup dilap saja dengan air
hangat. Alasannya, untuk menjaga tali pusat tetap kering. Bagian
yang harus selalu dibersihkan adalah pangkal tali pusat, bukan
atasnya. Untuk membersihkan pangkal ini, Anda harus sedikit
mengangkat (bukan menarik) tali pusat. Tali pusat harus
dibersihkan sedikitnya dua kali dalam sehari.
d) Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena
akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya
tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi. Kalaupun terpaksa
ditutup tutup atau ikat dengan longgar pada bagian atas tali pusat
dengan kain kasa steril. Pastikan bagian pangkal tali pusat dapat
terkena udara dengan leluasa.
4. Pencegahan
Pencegahan agar tali pusat tidak infeksi yaitu dengan cara pemberian
toxoid tetanus kepada ibu hamil 3 x berturut – turut pada trimester ke – 3
dikatakan sangat bermanfaat untuk mencegah tetanus neonatorum.
Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang steril dan perawatan
tali pusat selanjutnya.
H. Menunda Pemotongan Tali Pusat
“Ilmu pengetahuan pasti berubah, setiap saat setiap waktu ilmu
pengetahuan selalu berkembang sesuai dengan tuntutan jaman.
Kejadian inipun tak luput terjadi pada perkembangan ilmu kebidanan.
fenomena tentang standarisasi Asuhan Persalinan Normal (APN) yang
selalu mengalami perubahan pada setiap item-nya menjadi bukti dari
pernyataan diatas.”
Dari tahun ke tahun (2001-sekarang) langkah-langkah yang tertuang
dalam APN selalu berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Alasannya hanya satu yaitu mencari metode standarisasi
pelayanan yang terbaik dan sempurna dalam pertolongan persalinan. Awal
mulanya pada tahun 2001, APN terdiri dari 60 Langkah, tanpa manajemen
asfiksia, kemudian tahun 2006 terjadi perubahan yaitu di masukkannya
manajemen asfiksia pada 60 langkah tersebut, dan pada tahun 2008 ini dari
60 langkah berubah menjadi 58 langkah dan ditambahkan tentang Inisiasi
Menyusui Dini (IMD) pada langkah-langkahnya.
Fenomena ini memaksa kita untuk berfikir bahwa adakah kemungkinan
bahwa langkah-langkah APN akan berubah lagi?? Tentunya
berdasarkan evidence based yang up to date. Fenomena lain yang terjadi di
Indonesia antara lain tingginya angka morbiditas maupun mortalitas pada
bayi. Salah satunya yang disebabkan karena Asfiksia Hyperbillirubinemia/
bayi kuning/ icterik neonatorum selain itu juga meningkatnya dengan tajam
kejadian autis pada anak-anak di Indonesia tahun ke tahun tanpa kita tahu
pemicu penyebabnya.
Lalu, apa hubungannya dengan standart di Asuhan Persalinan
Normal..??? Salah satu asumsi sementara atas kasus fenomena diatas adalah
karena adanya ICC (Imediettly Cord Clamping) di langkah APN yaitu 1
menit setelah bayi lahir. Benar atau tidaknya asumsi tersebut, beberapa hasil
penelitian dari journal-journal internasional dibawah ini mungkin bisa
menjawab pertanyaan di atas.
Kinmond, S. et al. (1993). Umbilical Cord Clamping and preterm infants:
A randomized trial. BMJ 306 (6871): 172-175.
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pada bayi premature, ketika
pemotongan tali pusat ditunda paling sedikit 30 menit atau lebih, maka bayi
akan :
1. Menunjukkan penurunan kebutuhan untuk transfuse darah
2. Terbukti sedikit mengalami gangguan pernafasan
3. Hasil test menunjukkan tingginya level oksigen
4. Menunjukkan indikasi bahwa bayi tersebut lebih viable dibandingkan
dengan bayi yang dipotong tali pusatnya segera setelah lahir
5. Mengurangi resiko perdarhan pada kala III persalinan
6. Menunjukkan jumlah hematocrit dan hemoglobin dalam darah yang
lebih baik.
Birth –Brain Injury caused by Umbilical Cord Clamping: From
Imbecility and Cerebral Palsy to Minimal Mental Retardation, By
George Malcom Morley, MB ChB FACOG. Dec
2007, http://www.cordclamp.com
Dalam journal ilmiah ini dikatakan bahwa Seluruh proses biasanya
terjadi dalam beberapa menit setelah kelahiran dan pada saat bayi mulai
menangis dan kulitnya berwarna merah muda, prosesnya sudah komplit.
Menjepit dan memotong tali pusat pada saat-saat proses sedang transformasi
dari sirkulasi oxygen janin menjadi sistem sirkulasi dewasa/bayi sangat
menggangu sistem pendukung kehidupan ini dan bisa menyebabkan
penyakit serius. Dalam penelitian ini dikatakan bahwa saat talipusat
dilakukan pengekleman, Pulse rate dan Cardiac Out Put berkurang 50%.
Mengapa??? Karena 50% dari vena yang kembali ke jantung telah di
matikan (clamped off. Banyak sekali akibat yang tidak menguntungkan pada
pemotongan tali pusat segera setelah bayi lahir dan dalam penelitian ini
dikatakan resiko untuk terjadinya brain-injury, cerebral palsy, asfixyia, autis,
kejadian bayi kuning bahkan anemia pada bayi sangatlah banyak.
Hurtado EK et al. Early Childhood anemia and mild to moderate
mental retardation. Am J Clin Nut. 1999; 69 (1): 115-119 ** Hack M, et
al., Outcomes in Young Adulthood for Very Low Birth-weight
Infants. New England J Med, Vol. 346. No.3, Jan, 2002:149-
17**A.J.Chien, Znet Commentary, February 06,
Tanpa patokan normal, penjepitan tali pusat sebelum plasenta lahir dan
penyakit yang menyertai dianggap normal pada kelahiran bayi normal pada
hal hampir semua bayi premature mengalami anemia dan asfiksia dan nanti
di sekolah ditemukan keterlambatan mental seperti autis, kekerasan,
dysleksia atau ADD. Semua kasus diatas harus menerima perawatan
standard dianjurkan oleh medis.
Memotong tali pusat sedini mungkin sudah menjadi kebiasaan dalam
praktek obstetrik memulai kurang lebih 20 tahun yang lalu. Angka kelainan
mental ringan dewasa ini terus menurus meningkat, dari tahun 2004 terdapat
475.000 penyandang autis di Indonesia. Ditengarai, setiap hari satu dari 150
anak yang lahir menderita autis. Padahal, pada tahun 1970-an anak
penyandang autis satu dibanding 10.000 kelahiran. (Biro Sensus Amerika
2004)
Late vs Early Clamping of the Umbilical Cord in Full-term
Neonates: Systematic Review and Meta-analysis of Controlled Trials, by
Eillen K. Hutton PhD. JAMA. 2007;297:1241-1252; Van Rheenen PF,
Gruschke S, Brabin BJ.Delayed umbilical cord clamping for reducing
anaemia in low birthweight infants. BMJ. 2006;333:954-958.
Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa dengan penundaan
pemotongan tali pusat dapat:
1. Peningkatan kadar hematokrit dalam darah.
2. Peningkatan kadar hemoglobin dalam darah.
3. Penurunan angka Anemia pada bayi
4. Penurunan resiko jaundice/bayi kuning
Mencermati dari hasil-hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa
pemotongan tali pusat segera setelah bayi lahir sangat tidak menguntungkan
baik bagi bayi maupun bagi ibunya. Namun dalam praktek APN dikatakan
bahwa pemotongan tali pusat dilakukan 1 menit setelah bayi lahir. Dari situ
kita bisa lihat betapa besarnya resiko kerugian, kesakitan maupun kematian
yang dapat terjadi???. Di Indonesia praktek penundaan pemotongan tali
pusat telah lama di lakukan di Yayasan Bumi Sehat Bali pimpinan dari ibu
Robin Lim.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tali pusat atau Umbilical cord adalah saluran kehidupan bagi janin
selama dalam kandungan, dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah
yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat – zat gizi dan oksigen janin.
Perawatan adalah proses perbuatan, cara merawat, pemeliharaan,
penyelenggaraan. Perawatan tali pusat tersebut sebenarnya juga sederhana.
B. Saran
Diharapkan akan adanya peningkatan jumlah bidan terlibat dalam
penelitian,akan pengetahuan berdasar bukti mengenai asuhan kebidanan
khususnya dalam memberikan pelayanan kesehatan pada ibu dan anak
dalam upaya penurunan AKI dan AKB.
DAFTAR PUSTAKA
- http://pujihastutikeni.wordpress.com/2014/04/29/evidenced-based-
memotong-tali-pusat
- http://bidankita.com/?q=article/tunda-potong-tali-pusat-mengapa-tidak (tgl
07102014, 9:56 pm)