Materi Pembelajaran Pertemuan 1 & 2
Pengertian dan Fungsi Ilmu Kalam
A. Pengertian Ilmu Kalam
1. Secara Etimologis, kalam berarti pembicaraan, yakni pembicaraan yang bernalar
dengan menggunakan logika.
2. Secara Terminologi, ilmu kalam adalah ilmu yang membahas tentang adanya Allah
SWT dan alasan-alasan untuk mempertahankan keyakinan iman dengan
menggunakan dalil-dalil pikiran untuk mempertahankan Islam dan tradisi keislaman
dari ancaman maupun tantangan dari luar dan dari orang-orang yang menyeleweng
dari kepercayaan salaf dan ahli sunnah.
3. Ilmu Kalam Menurut Para Tokoh
a. Ibnu Khaldun: Ilmu kalam adalah ilmu yang berisi alasan-alasan untuk
mempertahankan kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan
berisi bantahan-bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari
kepercayaan salaf dan ahlus sunah.
b. Muhammad Abduh: ilmu kalam adalah ilmu yang membahas tentang wujud
Allah, sifat-sifat wajib yang ada bagi-Nya, sifat-sifat jaiz yang disifatkan bagi-
Nya, dan sifat-sifat yang tidak ada bagi-Nya. Selain itu juga membahas tentang
rasul-rasul Allah untuk menetapkan kebenaran risalahnya, apa yang wajib ada
pada dirinya, hal-hal jaiz yang dihubungkan pada diri mereka, dan hal-hal
terlarang yang dihubungkan kepada diri mereka.
c. Al-Farabi: ilmu kalam adalah ilmu yang membahas dzat dan sifat Allah beserta
eksistensi semua yang mungkin, mulai yang berkenaan dengan masalah dunia
sampai masalah sesudah mati yang berlandaskan doktrin Islam.
4. Nama Lain Ilmu Kalam
a. Ilmu usuluddin, membahas tentang ajaran-ajaran dasar asal-usul agama.
b. Ilmu aqaid, membahas tentang keyakinan-keyakinan.
c. Ilmu tauhid, membahas tentang keesaan Tuhan.
d. Ilmu makrifah, membahas tentang pengenalan atau dalam hal mengenal Allah.
Materi Aqidah Akhlak Kelas XI | Abdul Ghofur@PPL IAIN Surakarta 2013 1
e. Teologi Islam (theos = Tuhan, logos = ilmu), membahas ilmu tentang ketuhanan
dalam Islam.
B. Fungsi Ilmu Kalam
Dalam khasanah keilmuan Islam, sebagai ditulis Handono, dkk (2011: 5-6) ilmu
kalam berfungsi sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui persoalan-persoalan hakikat aqidah yang fundamental yang
dihadapi umat Islam.
2. Untuk menyelesaikan problematika umat dalam kontroversi pemikiran dalam aqidah
Islam berbagai golongan-golongan Islam.
3. Untuk menjelaskan aqidah atau keimanan dalam Islam secara tepat dan benar.
4. Membeberkan sekuat tenaga aqidah Islamiyah sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan
Al-Sunnah.
5. Untuk mengetahui tentang adanya Allah SWT dan kodrat-Nya untuk mengutus para
rasul, tentang ilmu-Nya.
6. Untuk mengatasi paham dan pengertian manusia yang berakal dalam golongan-
golongan Islam.
7. Untuk menumbuhkan tauhid dengan dihadirkan dalil akal sebagai argumentasi yang
mudah dicerna manusia.
Sedangkan menurut Harjan Syuhada, dkk (2011: 4) menyebutkan fungsi ilmu
kalam adalah:
1. Dengan ilmu kalam, manusia dapat menggunakan rasio dalam menemukan ide-idenya
sebagai makhluk yang sempurna dibandingkan makhluk lain.
2. Dengan ilmu kalam, manusia dapat mengetahui hukum tentang iman, kafir, dan dosa
besar.
3. Ilmu kalam sebagai tawaran pemikiran ketuhanan yang memberiakn dalil tentang
pokok agama, lebih menyerupai logika sebagaimana ahli pikir dalam menjelaskan
hujjah pemikirannya.
Materi Aqidah Akhlak Kelas XI | Abdul Ghofur@PPL IAIN Surakarta 2013 2
Materi Pembelajaran Pertemuan 3 & 4
Sejarah Munculnya dan Ruang Lingkup Ilmu Kalam
A. Sejarah Munculnya Ilmu Kalam
Persoalan aqidah pada masa Nabi Muhammad SAW bersifat monolitis, yaitu
ajaran Islam ditaati tanpa adanya perbedaan dan sanggahan dari para sahabat. Hal ini
diperkuat dengan doktrin QS. Al-Anfal (8): 46 untuk mentaati Allah dan Rasul-Nya. Pada
masa khalifah Abu Bakar dan Umar persoalan aqidah juga belum muncul, pada masa
Usman terjadi perubahan sistem administrasi dan sikap Usman cenderung nepotisme.
Sehingga pada masa Ali mencapai klimaksnya, yaitu terjadi perang saudara dan umat
Islam terpecah belah.
Ilmu kalam sebagai disiplin ilmu, baru muncul setelah Rasulullah SAW wafat,
ilmu ini muncul diperkirakan pada zaman khalifah Al-Makmun dari Dinasti Abbasiyah.
Banyak sumber menyebutkan ilmu kalam berawal dari persoalan politik, yaitu perang
saudara antara kelompok Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang dikenal
perang Siffin. Dalam peperangan tersebut terjadi tahkim/arbitrase yang curang, sehingga
muncul beberapa kelompok golongan.
Bila dianalisis beberapa faktor yang melatarbelakangi lahirnya ilmu kalam, yaitu:
1. Faktor Internal
a. Al-Qur’an di samping mengajak mengesakan Allah dan mempercayai Nabi, juga
membahas golongan-golongan dan agama-agama yang ada pada masa Nabi
Muhammad yang tidak benar.
b. Ketika umat Muslim selesai menaklukan negeri baru, mereka tenteram dan tenang
pikirannya, rezekinya melimpah ruah. Sehingga mulai mengemuka persoalan
agama dan berusaha mengkaji nash-nash agama yang menurut mereka
bertentangan.
c. Persoalan-persoalan politik. Misalnya tidak adanya konsep pergantian khalifah
yang jelas dari Rasulullah, sehingga menimbulkan perang saudara, seperti pada
perang Siffin.
2. Faktor Eksternal
Materi Aqidah Akhlak Kelas XI | Abdul Ghofur@PPL IAIN Surakarta 2013 3
a. Penganut Islam mula-mula beragama Yahudi, Masehi, dll. Setelah mereka tenang
dan memegang teguh agama Islam, mereka mengingat-ingat ajarannya yang lama
dan memasukkannya ke dalam Islam.
b. Kelompok Islam tertentu (Mu’tazilah) yang rasional, megkonsentrasikan
perhatiannya untuk penyiaran Islam dan mengkonter alasan mereka yang benci dan
memusuhi Islam.
c. Para ahli ilmu kalam ingin mengimbangi lawan-lawannya yang menggunakan
filsafat, maka mereka terpaksa mempelajari logika dan filsafat terutama dari segi
ketuhanan.
B. Ruang Lingkup Ilmu Kalam
Ruang lingkup ilmu kalam dapat mengikuti pembahasan tentang arkanul iman
(rukun iman), yaitu:
1. Keimanan kepada Allah SWT
2. Keimanan kepada malaikat (termasuk makhluk rohani lainnya, misalnya jin, iblis,
setan, dsb.)
3. Keimanan kepada kitab-kitab samawi
4. Keimanan kepada para Nabi dan Rasul
5. Keimanan kepada kebenaran adanya hari akhir
6. Keimanan kepada qada dan qadar Allah SWT
Selain itu ruang lingkup ilmu kalam juga dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Akal dan wahyu
2. Keesaan Allah SWT
3. Wujud Allah SWT
4. Zat Allah SWT
5. Sifat-sifat Allah SWT
6. Keadilan Allah SWT
7. Qada dan Qadar
Materi Aqidah Akhlak Kelas XI | Abdul Ghofur@PPL IAIN Surakarta 2013 4
Sedangkan menurut Hasan Al-Banna ruang lingkup pembahasan ilmu kalam
mencakup beberapa persoalan berikut:
1. Ilahiyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah
SWT (wujud Allah, nama dan sifat Allah, af’al Allah, dsb).
2. Nubuwwat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi
dan Rasul (kitab-kitab Allah, mukjizat, dsb).
3. Ruhaniyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam
metafisik (malaikat, jin, iblis, setan, dsb).
4. Sam’iyyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui melalui
sam’i (dalil naqli Qur’an dan Hadits), seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, surga,
neraka, dsb.
Materi Aqidah Akhlak Kelas XI | Abdul Ghofur@PPL IAIN Surakarta 2013 5
Materi Pembelajaran Pertemuan 5
Hubungan Ilmu Kalam dengan Ilmu Lainnya
A. Masalah Pokok Ilmu Kalam
Sebagian dari ketentuan-ketentuan agama itu tidak mungkin diyakini tanpa
melalui akal. Hal itu telah menjadi ketetapan di kalangan kaum muslimin. Kaum
muslimin berpendapat bahwa agama itu datang untuk mengatasi paham dan pengertian
manusia yang berakal. Suatu hal yang mustahil jika manusia membawa sesuatu yang
bertentangan dengan akal. Al-Qur’an telah mempertemukan akal dengan agama dalam
sejarah kitab-kitab Allah melalui perantaraan lisan para Nabi dan Rasul Allah.
Al-Qur’an datang dengan menunjukkan sifat-sifat Allah karena merupakan
sumber utama dari ilmu kalam, selain hadis Rasulullah SAW. Keduanya menerangkan
tentang wujud Allah, sifat-safat-Nya, dan masalah-masalah keyakinan lainnya. Ulama-
ulama Islam dengan tekun dan teliti memahami, menafsirkan, dan menakwilkan nas-nas
yang bertalian dengan masalah-masalah akidah. Agama Islam melarang dan mengancam
umatnya dari hal-hal yang dapat dianggap menghilangkan iman dan melakukan kekafiran
meskipun batinnya mempercayai dan mengikuti apa yang dibawa Rasulullah SAW.
B. Hubungan Ilmu Kalam dengan Ilmu Lainnya
Terdapat keterkaitan/hubungan ilmu kalam dengan ilmu-ilmu keislaman lainnya,
antara lain yaitu:
1. Filsafat Islam
Filsafat Yunani telah menarik perhatian kaum muslimin, terutama sesudah ada
terjemahan buku-buku filsafat Yunani ke dalam Bahasa Arab. Penerjemahan itu
dilakukan sejak zaman khalifah Al-Mansur (754-775 M) dan mencapai puncaknya
pada masa Al-Makmun (813-833 M) dari Bani Abbasiyah. Filsafat Yunani tidak hanya
diambil manfaatnya oleh kalangan mutakallimin sebagai alasan untuk memperkuat
dalil-dalil kepercayaan Islam, akan tetapi juga diambil manfaatnya dari kalangan ahli
filsafat Islam, seperti Al-Kindi, Al-Farabi, dan Ibnu Sina. Perbedaan ilmu kalam dan
filsafat Islam terletak pada pembinaannya. Ilmu kalam timbul secara berangsur-angsur
dan awalnya merupakan hal yang terpisah-pisah, misalnya dari masalah akidah ke
masalah politik. Sedangkan filsafat Islam muncul dari hasil penerjemahan filsafat
Yunani.
Materi Aqidah Akhlak Kelas XI | Abdul Ghofur@PPL IAIN Surakarta 2013 6
2. Ilmu Fiqih
Objek pembahasan ilmu kalam dengan fiqih sangat berbeda. Ilmu kalam
membicarakan tentang akidah, prinsip keyakinan Islam, dan keesaan Allah. Adapun ilmu
fiqih membahas hukum-hukum yang berkaitan dengan ibadah, muamalah, perkawinan,
pidana, dan waris. Selain itu, ilmu fiqih juga mengatur tentang amaliah pengabdian
seorang muslim kepada Allah dan hubungan dengan manusia.
3. Ilmu Tasawuf
Dalam membahas masalah-masalah agama, ilmu kalam menggunakan dalil-dalil
pikiran yang dimasukkan ke dalam hati nurani untuk membentuk ibadah manusia.
Adapun tasawuf dalam membahas masalah ibadah lebih banyak menggunakan perasaan
dan latihan kejiwaan karena dengan cara ini dapat memperbanyak amal ibadah. Unsur
utama tasawuf adalah penyucian diri dan tujuan akhirnya adalah kebahagiaan dan
keselamatan abadi.
Materi Aqidah Akhlak Kelas XI | Abdul Ghofur@PPL IAIN Surakarta 2013 7
Materi Pembelajaran Pertemuan 6
Menerapkan Ilmu Kalam dalam Mempertahankan Aqidah
A. Menerapkan Ilmu Kalam dalam Mempertahankan Aqidah
Orang-orang Islam pada periode awal sudah percaya dengan adanya Allah SWT
dan mereka beriman kepada takdir baik, buruk, nasib untung rugi dan percaya bahwa
sesungguhnya manusia diperintah untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan jelek dari
ketentuan Allah SWT. Keimanan mereka terhadap hal-hal tersebut adalah iman secara
kuat, tanpa membahas secara mendalam dan tanpa memfilsafatkan pikirannya.
Sedangkan para ulama kalam (mutakallimin) juga menggunakan akal untuk
mencari Tuhan, akan tetapi mereka tidak puas karena ada hal-hal (dogma) yang berada
jangkauan akal manusia. Menurut orang-orang Barat, dogma itu berada di bawah akal
agar dogma itu tidak dihukumi oleh akal. Apabila dogma itu sudah dihukumi oleh akal,
maka rahasia dogma itu terjadi tidak rahasia lagi. Dogma akan menjadi lumpuh karena
bertentang dengan akal, kemudian ditolak.
Aqidah merupakan aspek fundamental dalam Islam yang berhubungan dengan
keimanan dan kepercayaan hal-hal yang ghoib, mengitiqadkan tentang adanya Allah, baik
dari segi zat, sifat maupun perbuatan-Nya, sehingga aqidah dan keyakinan tersebut benar-
benar terhujam dalam hati sanubari secara kokoh dan kemudian mendasari setiap amal
perbuatan atau tingkah laku sehari-hari.
B. Sikap Tokoh Ilmu Kalam dalam Mempertahankan Aqidah
Beberapa aliran kalam dan tokohnya dalam bersikap dan mempertahankan aqidah
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Syi’ah
Golongan ini sangat fanatik kepada khalifah Ali bin Abi Thalib dan keturunannya.
Mereka berkeyakinan tidak seorangpun yang berhak memegang menduduki jabatan
kekhalifahan kecuali dari keturunan Ali.
2. Qadariyah
Pokok pemikirannya adalah bahwa usaha dan gerak perbuatan manusia
ditimbulkan sendiri, bukan dari Allah. Paham ini dipelopori Ma’bad Al-Juhainy,
Ghailan Al-Dimasyqi dan Al-Ja’du bin Dirham.
Materi Aqidah Akhlak Kelas XI | Abdul Ghofur@PPL IAIN Surakarta 2013 8
3. Jabariyah
Golongan ini muncul di Khurasan dipelopori Al-Jaham bin Shafwan. Ia
berpendapat bahwa hidup manusia ini sudah ditentukan oleh Allah. Juga menyatakan
bahwa kita tidak boleh menyifati Allah dengan sifat yang bersamaan dengan
makhluknya.
4. Murjiah
Golongan ini berpendapat bahwa kemaksiatan tidaklah menghilangkan keimanan
atau tidak memberi bekas terhadap keimanan seseorang, seperti ketaatan tidak
memberi pengaruh kepada orang yang kafir.
5. Karamiyah
Golongan ini berpendapat bahwa yang diwajibkan kepada setiap muslim hanyalah
pengakuan lisan saja atas kebenaran Rasul, sekalipun tanpa amal dan tashdiq di hati.
6. Khawarij
Golongan ini menyatakan bahwa orang yang berdosa besar atau meninggalkan
kewajiban-kewajiban yang sampai mati belum sempat taubat, maka orang itu
dihukumkan keluar dari Islam dan menjadi kafir serta abadi dalam neraka.
7. Mu’tazilah
Salah satu pokok pemikiran golongan ini bahwa orang Islam yang mengerjakan
dosa besar atau meninggalkan kewajiban-kewajiban yang sampai mati belum sempat
taubat, maka orang itu dihukumkan keluar dari Islam, tetapi tidak menjadi kafir, hanya
fasiq saja, namun orang fasiq akan abadi dalam neraka.
8. Ahlussunnah wa Al-Jama’ah
Pemahaman golongan ini bahwa yang dihukumkan orang Islam ialah yang
memenuhi tiga syarat, yaitu menuturkan dua kalimat syahadat dengan lisan, diikuti
kepercayaan dalam hati, dan dibuktikan dengan amal. Berkenaan orang yang
melakukan dosa besar dan belum sempat taubat, dihukumkan sebagai mukmin yang
melakukan maksiat.
Materi Aqidah Akhlak Kelas XI | Abdul Ghofur@PPL IAIN Surakarta 2013 9
Materi Pembelajaran Pertemuan 7 sampai Pertemuan 15
Aliran-aliran Ilmu Kalam, Tokoh-tokoh, dan Ajaran-ajarannya
A. Khawarij
1. Sejarah Berdiri
Khawarij merupakan aliran yang pertama muncul dalam khasanah sejarah
keislaman, aliran ini muncul ketika terjadi peperangan Siffin (abad ke-1 H/ke-8 M),
yaitu peperangan antara Khalifah Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah bin Abi
Sufyan. Khawarij dapat diartikan orang-orang yang keluar dari barisan Ali bin Abi
Thalib. Golongan ini mengganggap diri mereka sebagai orang-orang yang keluar dari
rumah dan semata-mata untuk berjuang di jalan Allah SWT. Meskipun awalnya
Khawarij muncul karena persoalan politik, tetapi dalam perkembangannya golongan
ini banyak berbicara masalah teologis. Alasan mendasar yang membuat golongan ini
keluar dari barisan Ali adalah ketidaksetujuan mereka terhadap arbitrase atau tahkim
yang dijalankan Ali dalam menyelesaikan masalah dengan Mu’awiyah.
2. Tokoh-tokoh
Tokoh-tokoh Khawarij yang terkenal, di antaranya Nafi bin Al-Azraq, Zyad Al-
Asfar, Abi Baihas Al-Haisham bin Sabir, Najdah bin Atiyah, dan Abdullah bin
Ibadah Al-Murri.
3. Ajaran-ajaran
Menurut keyakinan golongan Khawarij semua masalah antara Ali dan Mu’awiyah
harus diselesaikan dengan merujuk pada hukum-hukum Allah yang tertuang dalam
QS. Al-Maidah: 44 yang artinya, “Barang siapa tidak memutuskan dengan apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir.” Berdasarkan ayat ini, Ali,
Mu’awiyah, dan orang-orang yang menyetujui tahkim telah menjadi kafir karena
mereka dalam memutuskan perkara tidak merujuk pada Al-Qur’an.
Dasar pemikiran Khawarij yang paling menonjol adalah bahwa pelaku dosa besar
tergolong orang kafir, sedangkan yang termasuk golongan dosa besar adalah orang
bersikap menentang terhadap pemikiran Khawarij. Sehingga orang-orang yang tidak
sepaham dengan mereka dianggap kafir. Di samping itu mereka memiliki pemikiran
khas tentang iman, yaitu iman ialah meyakini dengan hati, mengucapkan dengan
Materi Aqidah Akhlak Kelas XI | Abdul Ghofur@PPL IAIN Surakarta 2013 10
lisan, dan mengamalkan dengan anggota badan. Sejalan dengan definisi tersebut,
maka orang beriman yang tidak mengamalkan ajaran agamanya termasuk dosa besar
dan mereka termasuk golongan kafir.
B. Murji’ah
1. Sejarah Berdiri
Aliran Murji’ah muncul di Damaskus pada akhir abad pertama Hijriyah. Aliran
ini disebut Murji’ah karena dalam prinsipnya mereka menunda persoalan konflik
antara Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, dan kaum khawarij pada hari
perhitungan kelak. Oleh karena itu, mereka tidak ingin mengeluarkan pendapat
tentang siapa yang benar dan siapa yang kafir. Mereka memilih bersikap irja’ yakni
menunda putusan tentang siapa yang bersalah. Menurut mereka, biarlah Allah sendiri
yang memutuskan siapa yang bersalah dalam perselisihan tersebut.
2. Tokoh-tokoh
Tokoh-tokoh sentral golongan murji’ah di antaranya Jaham bin Abi Sofwan, Abu
Hasan Al-Salih, Mudatil bin Sulaiman, dan Yunus Al-Samiri.
3. Ajaran-ajaran
a) Orang mukmin yang melakukan dosa besar tetap masih mukmin dan tidak
berubah menjadi kafir. Karena mereka masih berkeyakinan bahwa Tuhan mereka
adalah Allah, dan Rasul-Nya Muhammad SAW, Al-Qur’an sebagai pedomannya,
dan rukun iman lainnya. Adapun masalah tempat ketika di akhirat, apakah akan
masuk surga atau neraka, atau masuk neraka dulu baru masuk surga, ditunda
sampai ada keputusan akhirnya dari Allah.
b) Para pelaku dosa besar juga berharap agar mau bertaubat dan berharap pula
taubatnya diterima Allah SWT.
c) Siapa saja yang meyakini keesaan Allah dan kerasulan Muhammad SAW adalah
orang beriman walaupun selalu melakukan perbuatan buruk. Mereka memandang
keimanan itu sesuatu yang ada di hati dan hanya diketahui dirinya dan Allah
SWT.
C. Syi’ah
1. Sejarah Berdiri
Materi Aqidah Akhlak Kelas XI | Abdul Ghofur@PPL IAIN Surakarta 2013 11
Kata Syi’ah memiliki arti sahabat atau pengikut. Aliran ini muncul berawal dari
peperangan Siffin, yaitu orang-orang yang masih setia terhadap khalifah Ali.
Sedangkan yang dimaksud aliran Syi’ah adalah golongan atau aliran yang sangat
mengagungkan keturunan Nabi SAW. Menurut aliran ini orang yang paling berhak
menduduki jabatan khalifah setelah Rasulullah wafat adalah anak keturunan keluarga
Nabi SAW.
Dalam sejarah Islam telah diketahui bahwa orang yang masuk Islam dari keluarga
Nabi adalah pamannya, Abbas bin Abdul Muthalib. Begitu juga dengan Ali bin Abi
Thalib, kemudian dia menjadi menantu Nabi. Orang-orang inilah yang paling dekat
keturunannya dengan Nabi. Dengan demikian, orang-orang inilah yang paling berhak
menjadi khalifah setelah Nabi wafat. Paham Syi’ah dianut oleh sekitar dua puluh
persen dari umat Islam dewasa ini, tersebar di negara-negara Iran, Irak, Afghanistan,
Pakistan, India, Libanon, Arab Saudi, Bahrein, Kuwait, bekas negara Uni Soviet,
serta beberapa negara Amerika dan Eropa.
2. Tokoh-tokoh
Di dalam aliran Syi’ah terdapat golongan besar yang disebut Syi’ah Isna
‘Asyariyah. Mereka meyakini bahwa Nabi SAW menetapkan 12 imam sebagai
penerus risalahnya. Ke-12 imam tersebut adalah Ali bin Abi Thalib, Hasan bin Ali,
Husein bin Ali, Ali bin Husein Zainal Abidin, Muhammad Al-Baqir, Ja’far As-
Shaddiq, Musa Al-Kazim, Ali Ar-Rida, Muhammad Al-Jawad, Ali Al-Hadi, Hasan
Al-Askari, dan Muhammad Al-Muntazar (Al-Mahdi).
3. Ajaran-ajaran
Syi’ah berkeyakinan bahwa Ali yang paling tepat menjadi imam sesudah Nabi
SAW. Ali adalah guru yang ulung. Ali yang mewarisi segala pengetahuam yang ada
pada Nabi, bahkan Syi’ah menganggap Ali itu seorang imam yang maksum. Orang
Syi’ah menganggap bahwa imamah (kepemimpinan) merupakan bagian dari aqidah.
Iman kepada imamah merupakan salah satu rukun iman yang harus mereka penuhi.
Di dalam aliran Syi’ah muncul beberapa sekte, yaitu Sekte Kaisaniyah, Sekte
Zaidiyah, dan Sekte Imamiyah.
D. Jabariyah
1. Sejarah Berdiri
Materi Aqidah Akhlak Kelas XI | Abdul Ghofur@PPL IAIN Surakarta 2013 12
Nama Jabariyah berasal dari kata jabara yang artinya memaksa. Aliran Jabariyah
muncul bersamaan dengan munculnya aliran Qadariyah. Kemunculan dua aliran ini,
merupakan akibat tindakan kekejaman dan kesewenang-wenangan Mu’awiyah bin
Abi Sufyan. Hanya kedua aliran tersebut memberikan reaksi yang berbeda. Aliran
Qadariyah memberikan reaksi menentang dan menyerang. Sedangkan aliran
Jabariyah justru sebaliknya, yaitu pasrah, menyerah, dan mengembalikan segala
sesuatunya kepada Allah SWT. Kondisi semacam ini yang dimanfaatkan oleh
Mu’awiyah sebagai pembenar segala tindakan politiknya. Isu seperti ini juga yang
diambil dan digunakan Mu’awiyah untuk membenarkan semua tindakannya bahwa
semua yang telah mereka lakukan itu juga karena kehendak Allah.
2. Tokoh-tokoh
Tokoh-tokoh sentral aliran Jabariyah adalah Wad bin Dirham, kemudian
dikembangkan oleh Jaham bin Shafwan pada tahun 131 H.
3. Ajaran-ajaran
a) Menurut Jabariyah manusia itu tidak memiliki kemampuan untuk mewujudkan
perbuatannya, dan tidak memiliki kemampuan untuk memilih. Semua gerak dan
perbuatan manusia itu hakikatnya sudah ditentukan oleh Allah SWT. Meskipun
demikian, manusia tetap mendapatkan pahala dan siksa, akibat perbuatan baik dan
jahat yang mereka lakukan.
b) Manusia tidak hanya bagaikan wayang yang digerakkan oleh dalang, tetapi
manusia tidak mempunyai kewenangan sama sekali untuk mewujudkan perbuatan
dan angan-angannya. Sementara nasib mereka di akhirat kelak, mutlak ditentukan
oleh Allah SWT.
E. Qadariyah
1. Sejarah Berdiri
Hampir sama dengan Khawarij dan Murji’ah, aliran Qadariyah muncul
dilatarbelakangi masalah politik, yakni pada masa Mu’awiyah dan Daulah Umayyah.
Setelah Ali meninggal tahun 40 H, Mu’awiyah menjadi penguasa Daulah Islamiyah.
Untuk mempertahankan kekuasaannya, dia menggunakan berbagai cara, khususnya
dalam menumpas para oposisinya, bahkan almarhum Ali sering dicacinya tatkala
mereka melakukan pidato-pidato termasuk dalam khotbah Jum‘at.
Materi Aqidah Akhlak Kelas XI | Abdul Ghofur@PPL IAIN Surakarta 2013 13
Manusia tidak boleh diam berpangku tangan melihat keburukan dan kezaliman.
Manusia harus berjuang menghancurkan kezaliman dan menegakkan kebenaran.
Manusia bukanlah makhluk yang majbur (dipaksa oleh Allah), manusia memiliki
qudrah untuk mewujudkan suatu perbuatan, maka pahamnya tersebut dinamakan
Qadariyah.
2. Tokoh-tokoh
Tokoh-tokoh yang terkenal dari aliran Qadariyah adalah Ma’had Al-Jauhari dan
Gailan Al-Damasqi.
3. Ajaran-ajaran
Pemikiran Qadariyah yang paling menonjol adalah masalah perbuatan manusia
dan kekuatan Tuhan. Qadariyah berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan
untuk menentukan, memilih, dan mewujudkan perbuatannya, dan di akhirat mereka
harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya. Selain itu mereka juga
berpendapat bahwa Tuhan telah memberikan aturan-aturan hidup yang sangat jelas
dengan berbagai akibat dan konsekuensinya. Semua diserahkan kepada manusia
untuk memilihnya. Mau berbuat baik dan berpahala ataukah berbuat buruk dan
disiksa. Semua perbuatan yang dilakukan manusia tidak bisa keluar dari tanggung
jawabnya. Itulah yang disebut keadilan Tuhan.
Dasar pemikiran mereka adalah:
a) QS. Al-Kahf (18): 29, “... Barang siapa menghendaki (beriman) hendaklah ia
beriman, dan barang siapa menghendaki (kafir), biarlah dia kafir... .”
b) QS. Ar-Ra’d (13): 11, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu
kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri... .”
F. Asy’ariyah
1. Sejarah Berdiri
Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap paham Mu’tazilah yang dianggap
menyeleweng dan menyesatkan umat Islam. Dinamakam aliran Asy’ariyah karena
dinisbahkan kepada pendirinya, yaitu Abu Hasan Al-Asy’ari, keturunan Abu Musa
Al-Asy’ari.
Al-Asy’ari lahir pada tahun 324 H/935 M. Pada waktu kecil ia berguru pada
seorang pengikut Mu’tazilah yang terkenal, yaitu Al-Jubai. Aliran ini ia ikuti hingga
Materi Aqidah Akhlak Kelas XI | Abdul Ghofur@PPL IAIN Surakarta 2013 14
usia 40 tahun dan tidak sedikitpun dari hidupnya digunakan untuk mengarang buku-
buku tentang Mu’tazilah.
2. Tokoh-tokoh
Selain Abdul Hasan Al-Asy’ari, terdapat tokoh Al-Asy’ariyah lainnya, yaitu Al-
Baqilany, Al-Juwainy, Al-Ghazali, dan As-Sanusy.
3. Ajaran-ajaran
Pokok-pokok ajaran Asy’ariyah ada tujuh, yaitu:
a) Sifat Allah, menurutnya Allah SWT mempunyai sifat (sifat duapuluh) sifat-
sifat tersebut berada di luar zat Tuhan dan zat Tuhan itu sendiri. Seperti
al-‘ilm (mengetahui), al-qudrah (kuasa), al-hayah (hidup), as-sama’
(mendengar), al-basar (melihat), dan lainnya.
b) Kedudukan Al-Qur’an, Al-Qur’an adalah firman Allah dan bukan makhluk
dalam arti baru dan diciptakan. Dengan demikian Al-Qur’an bersifat qadim
(tidak baru).
c) Melihat Allah di Akhirat, Allah dapat dilihat di akhirat dengan mata karena
Allah mempunyai wujud.
d) Perbuatan manusia, perbuatan-perbuatan manusia itu diciptakan Allah.
e) Antropomorfisme, Allah mempunyai mata, muka, dan tangan, sebagaimana
disebutkan dalam QS. Al-Qamar ayat 14 dan QS. Ar-Rahman ayat 27. Akan
tetapi, bagaimana bentuk Allah tidak dapat diketahui.
f) Dosa besar, orang mukmin yang berdosa besar tetap dianggap mukmin selama
ia masih beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
g) Keadilan Allah, Allah adalah pencipta seluruh alam. Dia memiliki kehendak
mutlak atas ciptaan-Nya.
G. Maturidiyah
1. Sejarah Berdiri
Aliran Maturidiyah didirikan oleh Muhammad bin Muhammad Abu Mansur. Ia
dilahirkan di Maturid, sebuah kota kecil di daerah Samarkand, Uzbekistan. Al-
Maturidy mendasari pikirannya dalam soal-soal kepercayaan kepada pikiran-pikiran
Imam Abu Hanifah yang tercantum dalam kitabnya Al-Fiqh Al-Akbar dan Al-Fiqh Al-
Absath serta memberikan ulasan-ulasannya terhadap kedua kitab-kitab tersebut. Al-
Materi Aqidah Akhlak Kelas XI | Abdul Ghofur@PPL IAIN Surakarta 2013 15
Maturid meninggalkan karangan-karangan yang banyak dan sebagian besar dalam
lapangan ilmu tauhid.
2. Tokoh-tokoh
Golongan ini terpecah menjadi dua golongan, yaitu:
a) Maturidiyah Samarkand, tokohnya Abu Mansur Al-Maturidy.
b) Maturidiyah Bukhara, tokohnya Al-Bazdawi.
3. Ajaran-ajaran
Maturidiyah lebih mendekati golongan Mu’tazilah. Dalam membahas kalam,
Maturidiyah mengemukakan tiga dalil, yaitu:
a) Dalil perlawanan arad. Dalil ini menyatakan bahwa alam ini tidak akan
mungkin qadim karena di dalamnya terdapat keadaan yang berlawanan,
seperti diam dan gerak, baik dan buruk. Keadaan tersebut adalah baru dan
sesuatu yang tidak terlepas dari yang baru maka baru pula.
b) Dalil terbatas dan tidak terbatas. Dalil ini menyatakan bahwa alam ini
terbatas. Pihak yang terbatas adalah baru. Jadi, alam ini adalah baru dan ada
batasnya dari segi bendanya. Benda, gerak, dan waktu selalu bertalian erat.
Sesuatu yang ada batasnya adalah baru.
c) Dalil kausalitas. Dalil ini menyatakan bahwa alam ini tidak bisa mengadakan
dirinya sendiri atau memperbaiki dirinya kalau rusak. Kalau alam ini ada
dengan sendirinya, tentulah keadaannya tetap satu. Akan tetapi, alam ini
selalu berubah, yang berarti ada sebab perubahan itu.
H. Mu’tazilah
1. Sejarah Berdiri
Aliran Mu’tazilah lahir pada masa pemerintahan Daulah Umayyah. Istilah
Mu’tazilah berasal dari kata azala artinya berpisah. Sejarah aliran Mu’tazilah
disebabkan keluarnya seseorang yang bernama Washil bin Atha’ dari sebuah kajian
yang dilakukan gurunya yang bernama Hasan Basri. Topik yang dibicarakan dalam
kajian tersebut adalah tentang Murtakibil Kabirah, yaitu orang yang melakukan dosa
besar. Menurut Washil, orang yang berdosa besar itu adalah orang fasik, bukan orang
mukmin dan bukan pula orang kafir. Di akhirat kelak mereka ditempatkan bukan di
surga dan bukan pula di neraka, tetapi di suatu tempat antara surga dan neraka.
Materi Aqidah Akhlak Kelas XI | Abdul Ghofur@PPL IAIN Surakarta 2013 16
Pendapat yang demikian tentu sangat bertentangan dengan pendapat gurunya.
Untuk mempertahankan pendapatnya tersebut, kemudian Washil bin Atha’
menyatakan keluar dari majelis tersebut dan memisahkan diri dari gurunya.
Kemudian, sang Guru Hasan Basri, berkata, “I’tazala Anna Washil”, Artinya Washil
telah memisahkan diri dari kita. Karena dia telah memisahkan diri dari jama’ah
gurunya, maka dia disebut mu’tazili dan alirannya disebut Mu’tazilah.
2. Tokoh-tokoh
Di antara tokoh-tokoh Mu’tazilah antara lain Washil bin Atha’ Al-Ghazzal, Abu
Al-Husni Al-Allaf, Ibrahim bin Sayyar An-Nazzam, Mu’amar bin Abad As-Sulmay,
Bisyr bin Al-Mu’tamir, dan Jahir Amir bin Bahr.
3. Ajaran-ajaran
Aliran Mu’tazilah mempunyai lima doktrin yang dikenal dengan Al-Ushul Al-
Khamsah, berikut kelima doktrin tersebut:
a) At-Tauhid (Tauhid), ajaran pertama ini berarti meyakini sepenuhnya bahwa Allah
Yang Maha Esa. Konsep tauhid menurut mereka adalah paling murni sehingga
mereka senang disebut pembela tauhid (Ahl Al-Tauhid).
b) Al-‘Adl (Keadilan), paham keadilan Tuhan mempunyai pengertian bahwa Tuhan
wajib berlaku adil dan mustahil Dia berbuat zalim kepada hamba-Nya. Mereka
berpendapat bahwa Tuhan wajib berbuat yang terbaik bagi manusia.
c) Al-Wa’d wa Al-Wa’id (Janji dan Ancaman), Tuhan wajib menepati janji-Nya
memasukkan orang mukmin ke surga, dan menepati ancaman-Nya
mencampakkan orang kafir serta orang yang berdosa ke dalam neraka.
d) Al-Manzilah bain Al-Manzilatain (Posisi di Antara Dua Posisi), paham ini
menyatakan orang yang berdosa besar, ia tidak lagi sebagai orang mukmin, tetapi
ia juga tidak kafir. Kedudukannya sebagai orang fasik. Jika meninggal sebelum
bertaubat, ia dimasukkan ke neraka selama-lamanya, akan tetapi siksanya lebih
ringan daripada orang kafir.
e) Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Perintah Mengerjakan Kebajikan dan Melarang
Kemungkaran), setiap orang mukmin wajib menegakkan yang makruf dan
menjauhi yang mungkar.
Materi Aqidah Akhlak Kelas XI | Abdul Ghofur@PPL IAIN Surakarta 2013 17
Materi Pembelajaran Pertemuan 16
Perbedaan dan Persamaan Pendapat dalam Aliran Ilmu Kalam
Di antara aliran ilmu kalam terdapat persamaan dan perbedaan pendapat
mengenai persoalan keagamaan. Persoalan yang menjadi perdebatan di kalangan mereka
antara lain:
1. Kebebasan Berbuat
a) Menurut Qadariyah manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan, memilih,
dan mewujudkan perbuatannya. Akan tetapi, mereka harus
mempertanggungjawabkan semua perbuatannya di akhirat kelak.
b) Menurut Jabariyah bahwa manusia tidak memiliki kamampuan untuk mewujudkan
perbuatannya dan tidak memiliki kewenangan untuk memilih semua rencana
manusia, yang pada hakikatnya telah ditentukan oleh Tuhan.
2. Kedudukan Wahyu Dan Akal
a) Menurut Mu’tazilah akal adalah sumber pengetahuan yang paling utama,
sedangkan wahyu sebagai pendukung akal. Jika terjadi pertentangan antara
ketetapan akal dan ketentuan wahyu, maka wahyu harus ditakwilkan supaya sesuai
atau mendukung ketetapan akal.
b) Menurut Ahli Sunnah wal Jamaah dalam memutuskan suatu perkara merujuk
kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Apa yang telah ditetapkan oleh Al-Qur’an dan
dijelaskan oleh sunah Nabi harus diterima dan tidak boleh ditolak. Akal pikiran
tidak memiliki kapasitas untuk menakwilkan Al-Qur’an, menafsirkan, atau
menguraikannya, kecuali dalam batas-batas tertentu.
3. Dosa Besar
a) Menurut Khawarij orang yang berdosa besar itu kafir. Artinya keluar dari Islam
atau murtad. Oleh karena itu halal dibunuh.
b) Menurut Murji’ah orang yang berdosa besar itu tetap masih mukmin dan bukan
kafir. Adapun dosa yang dilakukannya terserah Allah untuk mengampuni atau
tidak mengampuninya.
c) Menurut Mu’tazilah orang yang berdosa besar yang tidak bertaubat hingga
matinya dia bukan mukmin dan bukan pula kafir, tetapi keduanya dihukum sebagai
orang yang fasik.
Materi Aqidah Akhlak Kelas XI | Abdul Ghofur@PPL IAIN Surakarta 2013 18
Materi Pembelajaran Pertemuan 17
Contoh Perilaku Orang yang Beraliran Tertentu dalam Ilmu Kalam
Untuk menilai suatu aliran atau paham, sebaiknya tidak melihat berdasarkan
tingkah pelakunya, namun harus dinilai dari ajaran-ajarannya. Dalam perjalanan hidup
ini, ditemui berbagai aliran-aliran agama Islam yang semuanya bersumber pada Al-
Qur’an dan Hadits. Selama ajaran suatu aliran mengacu pada Al-Qur’an dan Hadits,
maka harus diakui sebagai komunitas muslim, sekalipun mereka memiliki keunikan yang
didasarkan menurut sudut pandang dan kebenaran yang diyakini.
Apabila kita mencermati sikap-sikap khusus yang melekat pada orang yang
beraliran kalam, maka sedikitnya terdapat lima kriteria pokok yang melekat pada orang
yang mengikuti aliran yang benar (sahib), yaitu sebagai berikut:
1. Mampu mengembangkan pemikiran yang rasional dalam melihat berbagai persoalan
kehidupan. Landasan Al-Qur’an dan Hadits dijabarkan secara logik dan dijadikan
sistem dalam semua aspek kehidupan.
2. Memiliki prinsip hidup yang kuat, yang digali berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits.
Berusaha menerapkan prinsip hidupnya dalam kehidupan sehari-hari dalam berbagai
aspek kehidupan.
3. Konsisten dalam menjaga persaudaraan dengan sesama umat muslim. Sesungguhnya
Rasulullah SAW tidak pernah memerangi orang yang telah mengucapkan syahadat.
Adapun perang antarkaum muslimin terjadi setelah Rasulullah SAW wafat.
4. Kehadirannya tidak membuat orang lain merasa takut atau cemas. Rasulullah SAW
bersabda: “Seorang muslim yang ideal ialah yang sesama muslim selamat dari lidah
dan tangannya.” (HR. Al-Bukhari)
5. Senantiasa berusaha meningkatkan ketaqwaan kepada Allah. Indikatornya di samping
menjalankan dengan taat syariat Islam, juga harus mampu melaksanakan shalat
khusyuk, bersabar, ikhlas, tawakal, bersyukur, tidak melakukan syirik, serta mampu
mengalahkan nafsu.
Setiap orang beriman harus menyadari dan memahami bahwa perbedaan pendapat
ataupun paham tidaklah menjadi masalah. Setiap muslim memiliki kewajiban untuk
Materi Aqidah Akhlak Kelas XI | Abdul Ghofur@PPL IAIN Surakarta 2013 19
menjaga dan mewaspadai agar perbedaan pandangan ataupun sikap tidak merusak
kedamaian, ketentraman, dan ketenangan.
Materi Pembelajaran Pertemuan 18
Menghargai Terhadap Aliran-aliran yang Berbeda dalam Kehidupan Bermasyarakat
Berbagai ragam pemikiran dan pandangan dari aliran-aliran yang ada
memperlihatkan paham yang paling bertentangan, sekalipun mereka sama-sama
berpegang pada Al-Qur’anul Karim. Sebenarnya dalam ajaran Islam mengenal konsep
“jangan kita berburuk sangka” (QS. Al-Hujurat (49): 12) atau bertindak dzalim terhadap
orang yang berbeda paham dengan kita. Dan janganlah sampai perbedaan ini
memutuskan tali persaudaraan karena hal ini sangat dimurkai Allah.
Imam Abu Hanifah mengatakan, “Saya benar, tetapi bisa salah dan orang lain
salah, tetapi bisa benar”. Maksudnya pendapat diri sendiri itu bisa benar dan salah, di
samping itu juga orang lain sebaliknya, yang terpenting kita tunjukan musyawarahkanlah
segala sesuatu agar lebih enak, tenteram, aman, dan damai di antara kita.
Perbedaan penafsiran dianggap sebagai suatu yang wajar yang terpenting
berdasarkan way of life (pedoman hidup) yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits. Penilaian yang
hakiki dan rahasia Ilahi Robbi manusia berusaha Allahlah yang menentukan. Penilaian
baik dan buruk tidaknya suatu pendapat dalam pandangan manusia mungkin bisa
dilakukan dengan mencoba menghubungkan pendapat dasar-dasar keilmuan yang ada.
Untuk menilai suatu aliran, sebaiknya tidak melihat berdasarkan tingkah laku
pelakunya, namun harus dinilai dari ajaran-ajaran pokok yang dimiliki oleh aliran-aliran
pokok yang dimiliki oleh aliran-aliran agama Islam. Menghargai terhadap aliran-aliran
yang berbeda dalam kehidupan bermasyarakat harus dilakukan oleh umat Islam.
Materi Aqidah Akhlak Kelas XI | Abdul Ghofur@PPL IAIN Surakarta 2013 20