Download - Diktat 05 Dasar-dasar Agronomi
disusun oleh :
Ir. Titiek Widyastuti, MSIr. Sukuriyati Susilo Dewi, MS
Ir. Haryono, MP
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2007
BAB I
PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA
PERTANIAN INDONESIA
Pertanian dalam arti luas diartikan pula sebagai usaha budidaya tanaman,
ternak, ikan, hutan. Sedangkan dalam arti sempit yang dimaksud dengan Pertanian
adalah budidaya tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, dan tanaman hijauan
makanan ternak.
Di Indonesia, pengelolaan pertanian ini bisa dilaksanakan oleh perusahaan
perkebunan besar milik pemerintah ataupun swasta, disamping juga pertanian yang
dilaksanakan oleh rakyat.
Pembangunan pertanian di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
pendapatan, kesejahteraan, daya beli, taraf hidup, kapasitas dan kemandirian, serta
akses masyarakat pertanian dalam proses pembangunan melalui peningkatan
kualitas dan kuantitas produksi dan distribusi serta keanekaragaman hasil
pertanian. Swasembada pangan harus dimantapkan secara efisien melalui
peningkatan ketersediaan, keragaman jenis, dan mutu angan secara merata
sehubungan dengan kecenderungan meningkatnya kebutuhan konsumsi pangan
masyarakat yang bergizi seimbang dan permintaan pasar global. Pembangunan
pertanian tanaman pangan terus ditingkatkan untuk lebih memantapkan
swasembada pangan, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan
masyarakat, serta memperbaiki derajat mutu konsumsi masyarakat yang berimbang
melalui penganekaragaman jenis dan peningkatan kualitas bahan pangan.
Pembangunan hortikultura (sayuran, buah-buahan, tanaman hias, dan obat-obatan)
diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, taraf hidup, serta
kemampuan dan kapasitas petani melalui usaha hortikultura dalam sistem
agribisnis dengan memanfaatkan keunggulan komparatif berupa iklim,
keanekaragaman hayati, kesesuaian dan kualitas lahan, ketersediaan tenaga kerja
dan peluang pasar dalam dan luar negeri. Pembangunan perkebunan terus
ditingkatkan untuk lebih mendorong ekspor dan memenuhi kebutuhan industri
dalam negeri melalui peremajaan, rehabilitasi, perbaikan mutu tanaman,
penganekaragaman jenis, dan pemanfaatan lahan transmigrasi pola perkebunan,
serta memanfaatkan lahan-lahan marjinal seperti lahan kering dan rawa.
Potensi Daerah Tropik
Daerah tropik ditandai oleh banyaknya sinar matahari yang diterima
sepanjang tahun. Energi matahari yang dapat tertangkap di daerah tropik sebesar
130-220 kcal/cm2/tahun, sedangkan intensitas penyinaran adalah sebesar 130-170
kcal/cm2/tahun. Sinar matahari merupakan salah satu faktor essensiil bagi tanaman,
disamping air dan hara. Melihat kenyataan ini sebetulnya daerah tropik
mempunyai potensi produksi pertanian yang sangat besar. Namun pada
kenyataannya banyaknya sinar matahari ini tidak mendukung potensi produksi
yang tinggi. Hal ini disebabkan antara lain karena syarat-syarat lain yang
diperlukan untuk proses produksi yang tinggi tidak berada pada waktu yang
bersamaan.
Selain sinar matahari, daerah tropik mempunyai sifat iklim yang teratur,
suhu udara, kecepatan angin dan evaporasi yang tinggi. Selama sifat-sifat ini
mempunyai pengaruh yang positif atau mendukung bagi pertumbuhan tanaman,
maka bisa diharapkan usaha pertanian mempunyai potensi produksi yang tinggi.
Seluruh wilayah Indonesia yang berupa kepulauan terletak di sekitar
khatulistiwa. Wilayah Indonesia mempunyai sifat karakteristik yang dapat
mendukung usaha pertanian sehingga Indonesia dikenal sebagai negara agraris.
1. Secara geografis, Indonesia terletak
- antara 60LU-110LS dan 950-1410BT
- Antara Samudera Pasifik an Samudera Hindia
- Antara benua Asia dan Benua Australia
- Pada pertemuan 2 rangkaian pegunungan yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum
Mediterania
akibatnya :
- Indonesia terletak di daerah tropis yang panasnya merata sepanjang tahun
- Hanya mempunyai 2 musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau
sehingga pertanian dapat berlangsung sepanjang tahun
- Indonesia memiliki curah hujan tinggi
- Indonesia kaya akan flora dan fauna
- Indonesia memiliki iklim musim yang bergantian setiap 6 bulan sekali
- Tanah Indonesia subur karena banyak mengandung lapisan tanah vulkanik
muda
2. Wilayah Indonesia mempunyai letak geomorfologi yang bervariasi, ada dataran
rendah, sedang, dan tinggi.
akibatnya :
- Adanya suhu yang berbeda-beda, hal ini sangat berpengaruh terhadap jenis
tanaman. Suhu di dataran rendah (0-700 m) antara 22-280C, suhu di
daerah ketinggian 700-1500 m antara 17-220C, dan suhu pegunungan
(1500-2500 m) antara 11-170C.
3. Indonesia terdiri dari berbagai macam jenis tanah, seperti Andosol, Regosol,
Organosol, Aluvial, Litosol, dan Mediteran (tanah kapur).
akibatnya :
- Masing-masing jenis tanah ( dengan sifat dan kesuburan yang berbeda )
mempunyai kecocokan dengan suatu jenis tanaman.
Masalah Iklim
Iklim merupakan salah satu persyaratan pokok untuk keberhasilan usaha
pertanian. Indonesia dipengaruhi oleh iklim tropis, iklim laut, dan iklim muson
dengan temperatur rata-rata 260C dan perbedaan temperatur antara bulan terpanas
dan terdingin kurang dari 10C. Iklim laut di daerah tropis menyebabkan banyak
hujan.
Ada batasan yang tegas antara musim penghujan dan musim kemarau.
Apabila semuanya berjalan wajar dan normal, maka di Indonesia akan mengalami
6 bulan musim hujan dan 6 bulan musim kemarau. Musim hujan diperkirakan jatuh
pada bulan Oktober-April dan musim kemarau pada bulan April-Oktober.
Perpindahan antara musim hujan dan musim kemarau atau sebaliknya disebut
musim pancaroba. Namun demikian, akibat peristiwa alam kadang terjadi
penyimpangan, yang biasa disebut dengan salah musim.
Pertanian di Indonesia biasanya didasarkan pada perkiraan musim. Artinya
bagi tanaman-tanaman yang tidak tahan hujan akan ditanam pada musim kemarau,
sedangkan bagi tanaman yang menyukai air akan ditanam pada musim penghujan.
Akibat hal tersebut maka sering dijumpai hasil yang melimpah pada saat panen
raya, sebaliknya di saat tidak musim akan kesulitan mencari hasil pertanian
tersebut. Hal ini tidak menjadi masalah bagi hasil pertanian yang tahan disimpan,
namun bagi hasil pertanian yang mempunyai sifat ‘perishable’ mau tidak mau
harus segera dikonsumsi, kecuali dibuat sebagai bahan olahan yang tahan lama.
Hambatan-hambatan
Hambatan tanah
Di daerah tropik basah, tanah mempunyai tingkat kesuburan yang rendah,
terutama dalam hara P dan N. Tanah-tanah di Indonesia, terutama di luar Jawa,
mempunyai pH rendah, kandungan P rendah, KPK rendah, dan banyak yang
mengandung Al, Mn, dan Fe yang tinggi (yang dapat merupakan racun bagi
tanaman). Umumnya tanah-tanah di daerah tropik mempunyai kandungan bahan
organik yang rendah, karena dalam keadaan iklim yang panas dan lembab, bahan
organik cepat terurai. Selain itu umumnya struktur tanahnya kurang baik dan
mempunyai sifat erodibilitas tinggi.
Kedaan tersebut menyebabkan tanah kurang bisa diusahakan secara intensif.
Oleh karena itu pengolahan tanah daerah tropik merupakan suatu hal yang harus
diperhatikan dengan baik, terutama pada lahan kering.
Hambatan biotik
Komposisi biologis daerah tropik umumnya terdiri dari species tumbuh-
tumbuhan (alami atau introduksi) yang beraneka ragam. Namun demikian
berbagai jenis gulma dan hama penyakit juga banyak terdapat dan dapat
berkembang biak dengan pesat karena didukung oleh udara panas dan kelembaban
yang tinggi.
Hambatan operasional
Usaha pertanian di Indonesia memerlukan adanya pemeliharaan kesuburan
tanah yang secara ekonomis cukup mahal, merupakan pertanian yang banyak
resiko kegagalan (akibat iklim, tanah, hama, penyakit, gulma, dsb.), bersifat
musiman. Hal ini masih ditambah oleh SDM petani dan produktivitas tenaga kerja
yang rendah.
PEMBANGUNAN PERTANIAN
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN :
1. Menguatkan sektor pangan dalam negeri, dalam upaya mengurangi
ketergantungan terhadap impor beras dan komoditas lain serta terus
menggalakkan diversifikasi konsumsi pangan selain beras dan gandum
2. Menguatkan sektor perkebunan, dalam upaya meningkatkan devisa negara dan
peningkatan produk domestik bruto
3. Menguatkan sektor industri kecil dan menengah dalam upaya menambah
lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan mengurangi
jumlah keluarga miskin.
(Prof . dr. Bungaran Saragih dalam Seminar Ketahanan Pangan di UGM Maret
2002 dalam http/www.deptan.org.)
ISSUE GENDER BIDANG PERTANIAN
Kenyataan menunjukkan bahwa
- Di Indonesia perempuan pedesaan merupakan jumlah tenaga kerja terbesar
di bidang pertanian.
- Perempuan terlibat mulai dari kegiatan penanaman, perawatan, panen, dan
pasca panen.
- Namun demikian, perempuan cenderung di belakang layar, sehingga tidak
tampil sebagai pelaku pembangunan (ter sub ordinasi), orang tidak
menyadari atau meremehkan sumbangan mereka.
- Hal ini terjadi karena selama ini pekerjaan yang dilakukan perempuan
dianggap pekerjaan domestik yang tidak perlu dinilai dengan uang ataupun
imbalan, walaupun sebenarnya pekerjaan yang dilakukan merupakan
pekerjaan produktif (Meneg PP, 1999).
Akibatnya :
- Peran perempuan tidak diperhitungkan dalam statistik dan laporan
kemajuan pembangunan.
- Adanya peran yang diabaikan ini menyebabkan perempuan tidak terjangkau
oleh berbagai kegiatan peningkatan kualitas SDM
- Hal ini menyebabkan perempuan makin tertinggal.
Kesenjangan gender yang ada dalam bidang pertanian ini banyak disebut sebagai
salah satu contoh pembangunan yang bias gender.
- Pengelolaan usaha pertanian yang dimulai dari penyediaan saprodi,
persiapan lahan, pelaksanaan penanaman di lapang, pemanenan, pasca
panen, dan pengolahan hasil, sampai pemasaran melibatkan laki-laki
maupun perempuan.
- Namun karena keterlibatan perempuan diabaikan, maka kepentingan petani
perempuan tidak diagendakan dalam program pembangunan pertanian.
Sebagai contoh misalnya :
Dalam pemberian kredit usaha tani petani perempuan tidak bisa mengaksesnya,
karena yang boleh adalah kepala keluarga atau ketua kelompok tani yang nota
bene adalah laki-laki
Perempuan kurang mendapatkan akses dan pelayanan prasarana dan sarana
produksi, teknologi dan penyuluhan, pelatihan, serta berbagai peningkatan diri
Partisipasi perempuan terbatas atau bahkan tidak mempunyai kewenangan
sama sekali dalam proses pengambilan keputusan menyangkut usaha
pertaniannya.
Upah buruh petani perempuan lebih rendah dari pada petani laki-laki.
Penguasaan yang terbatas atas sumber daya seperti tanah dan pendapatan.
Banyak alsintan diciptakan yang hampir sebagian besar adalah untuk
memudahkan atau meringankan pekerjaaan-pekerjaan petani laki-laki, yang
kadang dengan adanya alsintan ini malahan memberikan dampak perempuan
terpinggirkan dari dunia pertanian. Sementara belum banyak tercipta alat-alat
yang meringankan pekerjaan petani perempuan.
Agar kesenjangan gender yang ada tersebut dapat diminimalisir maka perlu PUG
dalam pembangunan pertanian.
Sesuai pendapat Meneg PP (1999) yang mengatakan bahwa peran laki-laki dan
perempuan harus dipertimbangkan sehingga mereka mendapatkan kesempatan dan
hak yang sama dalam mengatur berbagai proses produksi, peran laki-laki dan
perempuan juga harus ditingkatkan dalam pengambilan keputusan dan penentuan
kebijakan, serta laki-laki dan perempuan diharapkan memperoleh kesempatan dan
peluang untuk mendapatkan pekerjaan dalam bidang pertanian dengan disertai
upah dan penghasilan yang memadai.
BAB II
PRODUKSI PERTANIAN
SUMBER DAYA PERTANIAN :
SDA IPTEK SDM
SDA :- keanekaragaman sumber daya hayati
(tumbuhan, hewan, jasad renik)- sumber daya fisik (air, udara, tanah, iklim)
digali produk pertanian ungguldimanfaatkan berdaya saing tinggidikembangkan kualitas dan kuantitas >
kearifan dalam teknologi SDM pemanfaatan/konsumsinya
IPTEK Sistem informasi dan komunikasi pertanian
- produksi landasan bagi pengambilan keputusan- konsumsi (pasca panen) - iklim
pengolahan - SDApengemasan - teknologi (internet)
- informasi pasar- sistem permodalan- posisi suply dan demand
Sasaran Usaha Pertanian
Usaha pertanian diarahkan untuk pertumbuhan yang baik dan hasil yang
tinggi serta pendapatan yang maksimum untuk tiap satuan luas lahan yang
diusahakan.
Jadi sasaran usaha pertanian ada 2, yaitu :
1. Sasaran pra panen (sebelum panen)
Yaitu berupa hasil pertanian yang setinggi-tingginya. Merupakan sasaran tahap
pertama atau sasaran fisis.
2. Sasaran pasca panen (sesudah panen)
Yaitu berupa pendapatan atau keuntungan yang sebanyak-banyaknya.
Merupakan sasaran akhir atau sasaran ekonomis.
Hasil panen yang tertinggi belum tentu memberikan pendapatan yang
maksimum; karena itu tindakan dalam usaha memberikan hasil panen tertinggi
belum tentu merupakan tindakan yang dapat memberikan pendapatan maksimum.
Sebaliknya tindakan dalam usaha memberikan pendapatan maksimum belum tentu
merupakan tindakan yang dapat memberikan hasil tertinggi. Untuk mendapatkan
hasil tertinggi dapat dilakukan tindakan optimum fisis pada saat pra panen. Dan
untuk meningkatkan pendapatan maksimum dapat dilakukan tindakan optimum
ekonomis baik pada saat pra panen maupun pasca panen.
Untuk mendapatkan hasil tinggi diperlukan berbagai tindakan sebagai
upaya menciptakan kondisi pertanaman sebaik mungkin. Dengan kondisi
pertanaman yang baik maka bisa diharapkan hasilnya akan tinggi.
Untuk memperbesar pendapatan, adakalanya produk pertanian tidak
langsung dipasarkan tetapi perlu lebih dulu diolah atau diubah menjadi bentuk lain
atau disimpan untuk menanti sampai harga jual produk tersebut naik.
Faktor yang mempengaruhi Produksi Pertanian
Yang dimaksud dengan produksi adalah produk yang didapat di suatu
wilayah selama periode waktu tertentu. Sedangkan hasil adalah jumlah produk
yang didapat tiap satuan luas lahan yang ditanami.
Produksi pertanian merupakan hasil kegiatan (sistem) budidaya tanaman
yang melibatkan faktor-faktor produksi (sub sistem). Faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi dapat dikelompokkan menjadi 4, yaitu :
1. Faktor genetis (jenis tanaman, varietas)
2. Faktor gangguan (hama, penyakit, gulma)
3. Faktor iklim (suhu, kelembaban, curah hujan, angin, dll.)
4. Faktor essensiil (air, sinar matahari, unsur hara)
Keempat faktor ini harus dijaga agar selalu berada dalam keadaan positif
pengaruhnya bagi tanaman, dengan jalan mengeliminir faktor-faktor negatifnya.
Agar produk maksimum, maka faktor-faktor ini harus dimanipulir agar resultante
optimum. Namun demikian dari kekempat faktor ini, ternyata faktor iklim masih
dianggap cukup sulit untuk dikendalikan; yang banyak dilakukan selama ini
hanyalah menyesuaikan dengan kondisi iklim yang ada.
Pada sistem pertanian konvensional di masa yang lalu belum ada campur
tangan manusia dalam upaya meningkatkan produksinya. Oleh karena itu hasil
yang didapat juga belum memberikan produk maksimum secara
berkesinambungan. Dengan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan upaya untuk
dapat meningkatkan produksi pertanian terus selalu dilakukan dan ditingkatkan.
Skema hubungan faktor produksi :
Tindakan manusiaTeknologi
Iklim Gangguan
BenihBibit
Essensiil
Produksi
Pertanian maju sudah menggabungkan antara kondisi iklim secara alamiah
dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Namun demikian ada 4 hal penting yang
perlu diperhatikan dalam pertanian maju hubungannya dengan kondisi iklim
adalah :
1. Penyesuaian
2. Peramalan
3. Modifikasi
4. Substitusi
Penyesuaian dengan keadaan cuaca dan iklim didiskripsi dengan baik dan
usaha bercocok tanam disesuaikan dengan keadaan iklim suatu wilayah. Dengan
memanfaatkan cara ini maka akhirnya dapat ditemukan pusat-pusat usaha
pertanaman tanaman-tanaman yang memerlukan iklim sangat khusus. Dengan
usaha penyesuaian ini biaya mengusahakan secara nisbi dengan sendirinya rendah
akan tetapi fluktuasi hasil tiap kesatuan waktu akan besar. Ini disebabkan karena
yang disebut penyesuaian adalah menyesuaikan kepada keadaan rata-rata dan
bukan kepada semua kejadian. Keadaan ektreem tetapa akan ada dan terjadi.
Sehingga kalau ada suatu hari cuacanya ekstreem hasil tanaman akan kurang baik
atau dapat gagal. Peluang 75% untuk berhasil dari suatu pemanfaatan anasir
cuaca/iklim umumnya sudah dianggap memadai.
Peramalan meliputi peramalan cuaca berjangka pendek, menengah, atau
panjang. Merupakan salah satu usaha untuk mengurangi resiko kegagalan usaha
pertanian. Peramalan-peramalan yang baik, diikuti tindakan yang tepat akan sangat
membantu mengurangi resiko kerusakan hasil karena cuaca atau mencegah
pemborosan. Peramalan yang benar terhadap awal mulainya musim hujan akan
sangast menolong perencanaan penanaman. Kalau diramalkjan malam hari akan
hujan lebat, maka perlu menunda pemupukan, penyemprotan hama, dan
sebagainya. Secara umum, peramalan jangka pendek akan sangat membantu taktik
pelaksanaan sedangkan peramalan jangka panjang akan membantu strategi
pelaksanaan.
Modifikasi terhadap adanya anasir iklim yang kurang sesuai dengan
kebutuhan tanaman. Berbagai hal bisa dilaksanakan dalam hal modifikasi ini,
misalnya dengan pemberian naungan, pembuatan hujan buatan, pemulsaan,
pengolahan tanah, dan sebagainya. Beberapa contoh modifikasi :
1. Radiasi
Memperbesar : pemangkasan, memperlebar jarak tanam, mengurangi
wiwilan, menanam tanaman yang berdaun kecil.
Memperkecil : naungan, tumpangsari, menanam tanaman berdaun lebar,
mempersempit jarak tanam.
2. Temperatur
Memperbesar : guludan, menutup tanah dengan plstik tembus cahaya.
Memperkecil : naungan, pemulsaan.
3. Kelembaban
Memperbesar : naungan, menyiram, pemulsaan, menutup dengan plastik hitam.
Memperkecil : memangkas daun, memperjarang jarak tanam, pembakaran
jerami.
4. Angin
Memperbesar : memperlebar jarak tanam, menanam tanaman berdaun kecil.
Memperkecil : naungan, shelter.
Substitusi bertujuan untuk mengganti anasir-anasir cuaca/iklim yang pada
saat diperlukan tidak ada atau tidak mencukupi di suatu wilayah. Misalnya dengan
irigasi akan dapat menolong apabila hujan tidak datang atau tidak mencukupi.
Kalau substitusi ini dapat dilaksanakan dengan baik, maka dapat menjamin adanya
kepastian hasil.
Peningkatan Efisiensi Fotosintesis
Fotosintesis adalah suatu proses sintesis dimana zat-zat anorganik
karbondioksida dan air diubah ke dalam persenyawaan organik yang berisi karbon
dan kaya energi, yang dilakukan oleh sel-sel berkhlorofil (berlangsung dalam
khloroplast dalam sel hidup), dengan pertolonmgan cahaya matahari dan
dibebaskan gas oksigen.
Produksi tanaman budidaya pada dasarnya tergantung pada ukuran dan
efisiensi sistem fotosintesis ini. Efisiensi fotosintesis adalah tenaga terkonversi
dibagi tenaga matahari, dan dinyatakan dalam %.
Contoh soal
1. Intensitas cahaya matahari = 1 ly/menit
Energi yang terkonversi = 7,2 X 10 6 cal/jam
Luas lahan = 0,1 ha
Efisiensi fotosintesis = .... %
Jawab :
Intensitas cahaya = 1 ly/menit
= 60 cal/cm2/jam
Dalam areal 0,1 ha tenaga matahari = 60 . 0,1 . 108 cal/jam = 6 . 108 cal/jam
tenaga terkonversi EF = -------------------------
tenaga matahari
Jadi, Efisiensi fotosintesis = tenaga terkonversi
tenaga matahari
EF = TK/TM
= 7,2.106/6.108 = 7,2/6.102 = 7,2/600 = 1,2/100 = 1,2%
2. Intensitas cahaya = 1 ly/menit
Efisiensi fitosintesis = 1 %
Luas lahan = 0,2 ha tenaga matahari
Jumlah tenaga yang terkonversikan = ...
Jawab :
Intensitas cahaya = 1 ly/menit = 60 cal/cm2/jam
Dalam areal 0,2 ha = 60 . 0,2 . 108 cal/jam
= 12 . 108 cal/jam
Efisiensi fotosintesis = tenaga terkonversi
tenaga matahari
EF = TK/TM
1 = TK/60.0,2.108
1 = TK/12.108
TK = 12.108
Jadi tenaga terkonversi = 12 . 108 cal/ cm2/ jam
BAB III
KULTUR TEKNIS TANAMAN AGRONOMI
Menanam tanaman budidaya pada hakekatnya adalah memberikan
lingkungan yang terbaik bagi tanaman sehingga dapat tumbuh dan berkembang
serta berproduksi secara baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Iklim
2. Tanah
3. Bibit
4. Penanaman
5. Pemeliharaan tanaman, yang meliputi :
- Penyiangan/Pembumbunan
- Pemupukan
- Penyiraman
- Pengendalian hama dan penyakit
- Pemangkasan
6. Pemanenan
7. Penanganan hasil (Pasca panen)
Iklim
Untuk menanam tanaman, sebaiknya harus diperhatikan iklim apa yang
sesuai bagi jenis tanaman yang akan ditanam tersebut. Kalau terpaksa harus
menanam di luar musim, maka harus dicari suatu upaya pencegahan terhadap
kegagalan yang mungkin akan terjadi karena faktor iklim tersebut.
Faktor iklim yang berpengaruh diantaranya adalah suhu, sinar matahari,
curah hujan, kelembaban udara, angin. Suhu dapat mempengaruhi perkembangan
tanaman. Sinar matahari merupakan sumber energi yang berguna dalam proses
fotosintesis. Sinar matahari yang terpenting adalah panjang penyinaran dan
intensitasnya. Curah hujan yang utama adalah banyaknya hari hujan dan lebatnya
curah hujan. Kelembaban udara penting diketahui karena dengan demikian petani
dapat memperhitungkan atau dapat mengetahui kapan saat tanaman dapat dipanen
atau kapan harus diwaspadai adanya serangan jamur. Sedangkan angin merupakan
pelaku utama yang berperan pada proses penguapan dan penyerbukan.
Tanah
Setelah dipilih lokasi yang bakal dipakai sebagai lahan pertanaman, maka
tahap berikutnya adalah pelaksanaan pengolahan tanah. Pengolahan tanah melihat
jenis tanaman yang akan ditanam, apabila perakarannya dangkal maka pengolahan
tanah cukup sedalam + 25 cm, tetapi apabila tanaman berupa pohon maka perlu
disiapkan lubang tanamnya terlebih dahulu. Selain itu pengolahan tanah juga harus
memperhatikan sifat dan atau kondisi tanah tersebut.
Apabila lahan yang akan ditanami berupa lahan miring, maka terlebih
dahulu perlu dibuat terasering, yang umumnya dibentuk mengikuti garis tinggi
(contour). Teras dapat diperkuat dengan tanaman pupuk hijau, yang selain dapat
meningkatkan kesuburan tanah juga dapat mencegah erosi.
Untuk tanah datar yang terpenting untuk mendapatkan perhatian adalah
kesarangan dan kesuburan tanah (sifat fisik dan kimiawi tanah). Berbagai
perlakuan dapat dijalankan untuk memelihara kondisi tanah, antara lain dengan
pemupukan, pemulsaan, pengolahan tanah, dan sebagainya.
Bibit
Benih (seed) adalah biji yang dipakai sebagai alat perkembangbiakan.
Sedangkan bibit (seedling) adalah benih yang telah berkecambah. Tergantung dari
cara perbanyakannya, tanaman dapat diperbanyak dengan benih ataukah bibit.
Pengadaan benih yang baik :
1. Benih harus tersedia tepat pada waktunya, dengan jumlah sesuai yang
dibutuhkan
2. Bermutu tinggi, murni sifat genetiknya, tidak tercampur benih varietas lain
3. Tidak tercampur gulma, kotoran, dan bibit penyakit
4. Harus mempunyai daya kecambah dan daya tumbuh yang tinggi
Daya kecambah : minimal 80%
Benih murni : minimal 95%
Benih varietas lain : maksimal 5%
Kotoran : maksimal 2%
Benih rumputan : maksimal 2%
Adakalanya sebelum ditanam di tempat yang tetap, benih disemaikan terlebih
dahulu. Dengan demikian yang ditanam di kebun berupa bibit yang sudah cukup
kuat. Pesemaian sebaiknya dibuat dekat dengan tempat tanamnya agar mudah
dalam pengangkutannya ke lapang. Beberapa persyaratan cara pelaksanaan
pesemaian yang baik adalah :
1. Yang disemaikan biasanya tanaman yang lemah, tidak kuat kalau langsung
ditanam di tempat yang tetap
2. Tempat menyemai berupa bedengan khusus, diberi atap peneduh untuk
mencegah curahan hujan jangan sampai merusak benih yang masih lemah
3. Tanah pesemaian harus subur dan gembur
4. tempat pesemaian harus aman dari gangguan binatang
5. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor
6. Sebaiknya tanaman baru dipindahkan ke tempat penanamannya di lapang
setelah cukup kuat
7. Ada baiknya apabila bibit terlebih dahulu dipindahkan ke polibag, menunggu
saat ditanam di tempat penanamannya
8. Tanaman muda yang baru dipindah perlu diberi pelindung.
Cara Pemindahan Bibit
Dikenal 3 cara pemindahan bibit, yaitu :
1. Cara Cabutan
- Sebelum dicabut pesemaian dibasahi
- Dipilih bibit yang bagus, dicabut satu per satu dengan hati-hati, dijaga agar
akar tidak putus
- Bibit tersebut harus segera ditanam, jangan menunggu layu
- Untuk mengurangi penguapan, sebelum ditanam biasanya dilakukan pengupiran
daun
Misal : Tanaman sayuran, buah, tanaman hias
2. Cara Putaran
- Tanaman beserta tanah yang melekat pada perakarannya digali
- Dipindahkan ke polibag/keranjang bambu/pelepah pisang
- Jika sudah kuat bisa segera ditanam di lapang
Misal : Jeruk, Rambutan
3. Cara Potongan
- Bibit digali, kemudian sebagian dari batang dan akarnya dipotong, baru
kemudian ditanam
- Lebih mudah pada saat memindahkannya
- Kerusakan akar bisa dikurangi
- Mudah pengangkutannya
Untuk bibit sebaiknya digunakan bibit yang terpilih dengan kualitas baik.
Pembibitan dapat dilakukan sendiri , tetapi bibit juga bisa dibeli dari tempat
penjual bibit. Benih atau bibit yang digunakan sebaiknya yang mempunyai sifat
unggul.
Penanaman
Apabila lahan sudah siap, maka bibit dapat segera ditanam. Yang perlu
diperhatikan dalam penanaman adalah waktu tanam dan jarak tanam. Waktu
tanam berkaitan erat dengan iklim. Ada tanaman yang cocok ditanam di musim
penghujan, tetapi ada yang lebih baik bila ditanam di musim kemarau. Penanaman
di luar musim (off season) dapat dilakukan dengan meningkatkan pemeliharaan
dan perawatannya.
Jarak tanam disesuaikan dengan morfologi tanaman dan tingkat kesuburan
tanahnya. Mengatur jarak tanam berarti memberi ruang lingkup hidup yang
sama/merata bagi setiap tanaman. Dengan mengatur jarak tanam ini akan
diperoleh barisan-barisan tanaman yang teratur sehingga mudah dalam melakukan
pengelolaan tanaman selanjutnya.
Berbagai keuntungan bertanam dengan jarak tanam yang teratur :
1. Pertanaman tampak rapi, arah barisan dapat diatur
2. Memudahkan dalam pemeliharaannya, misalnya dalam pemberian pupuk,
penyiangan, pengendalian hama penyakit, dan sebagainya.
3. Dengan jarak tanam yang teratur dapat ditentukan jumlah populasi tanaman tiap
luas lahan sehingga kebutuhan bibit/benihnya dapat ditentukan sebelumnya.
Pengaturan jarak tanam juga dimaksudkan agar tanaman dapat memperoleh
kebutuhan hidupnya secara merata, khususnya dalam hal kebutuhannya akan air,
unsur hara, dan cahaya matahari. Kecukupan akan ketiga faktor ini merupakan
penentu besarnya hasil panen. Dengan demikian, jarak tanam akan mempengaruhi
hasil tanaman. Masing-masing tanaman mempunyai jarak tanam yang optimum
yang berbeda dengan tanaman lainnya. Penentuan jarak tanam yang tepat terhadap
satu tanaman memerlukan penelitian.
Jarak tanam akan mempengaruhi kerapatan tanaman atau jumlah populasi
per unit area. Populasi tanaman mempengaruhi pertumbuhan relatif dan hasil
bersih fotosintesis. Hal ini berhubungan erat dengan penangkapan energi cahaya,
dan ketersediaan hara dan air dalam tanah. Dengan demikian kerapatan tanaman
akan menentukan produksi tanaman. Hubungan antara produksi dengan populasi
tanaman dinyatakan dalam hubungan parabolik yang merupakan fungsi kuadratik,
seperti di bawah ini.
Y = a + bX - cX2 Y = produksi (hasil per unit area)
X = populasi tanaman
a, b, c = konstanta regresi
Model jarak tanam ada beberapa macam, yaitu :
1. Baris tunggal (single row)
2. Baris rangkap (double row)
3. Jarak bujur sangkar (on the square)
4. jarak sama segala penjuru (equidistant plant spacing)
* * * * * * * * * * * * * *
* * * * * * *
* * * * * * * * * * * * * *
* * * * * * *
* * * * * * * * * * * * * *
* * * * * * *
1 2
* * * * * * * * * * *
* * * * * * * * * *
* * * * * * * * * * *
* * * * * * * * * *
* * * * * * * * * * *
* * * * * * * * * *
* * * * * * * * * * *
3 4
Kerapatan tanaman penting diketahui untuk menentukan sasaran agronomi,
yaitu produksi maksimum. Dari berbagai penelitian jarak tanam dapat diketahui
jarak tanam dimana mulai terjadi pendataran garis grafik. Berarti setelah kondisi
itu penambahan populasi tidak lagi dapat meningkatkan produksi, bahkan terjadi
persaingan yang sangat ketat yang pada akhirnya terjadi penurunan produksi.
Kerapatan optimum ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan ekonomi dalam
menentukan keuntungan optimum. Produksi dengan kontinyu naik menurut
naiknya populasi, akan tetapi sejak titik kompetisi tercapai produksi semakin
turun. Tetapi bila mutu merupakan faktor penentu harga, produksi optimum terjadi
pada suatu populasi tertentu. Sesudah itu kenaikan populasi akan menurunkan
mutu, berarti harga jual atau keuntungan akan menurun.
Pemeliharaan tanaman
Penyiangan/Pembumbunan
Penyiangan harus dilakukan manakala tampak bahwa telah tumbuh gulma
yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Biasanya pelaksanaan penyiangan
dibarengi dengan pembumbunan tanah di sekitar tanaman. Penyiangan dapat
dilakukan 2 atau 3 kali atau sesuai dengan kondisi lapang.
Pemupukan
Pupuk biasanya diberikan sebagai pupuk dasar atau pupuk susulan. Dapat
diberikan pada tanah atau lewat daun atau bagian tanaman lain. Sebagai pupuk
dasar bisa digunakan pupuk kandang atau kompos. Pupuk susulan berupa pupuk
NPK yang diberikan 2 - 3 kali selama pertumbuhannya.
Penyiraman
Dilakukan sesuai dengan kebutuhan tanaman dan banyaknya curah hujan
yang turun. Yang terpenting perlu dijaga adalah tanaman jangan sampai layu
karena kekurangan air, karena hal ini akan berakibat fatal bagi hasilnya. Cara
penyiramannya juga disesuaikan dengan jenis, umur,dan sifat tanaman tersebut.
Pengendalian hama dan penyakit
Sebelum menanam suatu jenis tanamnya, sebaiknya dikenali terlebih dahulu
jenis-jenis hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman tersebut. Hal ini
untuk mempermudah penyiapan penanggulangan apabila betul terjadi serangan
hama/penyakit pada tanaman tersebut, sehingga bisa cepat tertangani.
Pemangkasan
Tanaman yang berupa perdu atau pohon umumnya perlu pemangkasan.
Pemangkasan ini dimaksudkan antara lain untuk membentuk pohon, mengurangi
daun, mempercepat pembuahan, meremajakan tanaman, dan lain-lain.
Tujuan membentuk pohon adalah agar dapat berbunga atau berproduksi
lebih banyak. Pengurangan daun dimaksudkan untuk mendapatkan hasil assimilasi
bersih yang optimum. Dengan pemangkasan juga dimungkinkan mempercepat
proses pembuahan. Tetapi adakalanya pemangkasan dilakukan untuk peremajaan
tanaman (rejuvenilisasi).
Secara umum pemangkasan dilakukan dengan memotong cabang/ranting
yang tumbuhnya tidak tepat, memotong tunas-tunas air, atau memotong ranting-
ranting yang kena penyakit.
Pemanenan
Pemanenan harus dilakukan tepat pada waktunya karena pemanenan yang
dilakukan terlalu muda atau terlalu tua akan mempengaruhi kualitas hasilnya.
Pemanenan hendaknya dilakukan secara hati-hati jangan sampai merusak hasil
tanaman. Khususnya hasil tanaman yang berupa umbi dalam pengambilannya
jangan sampai melukai umbinya, karena akan cepat busuk dalam penyimpanan.
Penanganan hasil (Pasca panen)
Hasil panen perlu diperhatikan dalam penanganannya. Bagi hasil tanaman
yang bersifat ‘perishable’ (mudah busuk) perlu segera dijual atau diolah menjadi
bahan awetan. Sedangkan yang akan disimpan, harus betul-betul diperhatikan
kadar air serta cara dan tempat penyimpanannya. Penanganan pada waktu panen
dan perlakuan pasca panen dapat berpengaruh terhadap kualitas hasil pertanian.
BAB IV
PERBANYAKAN TANAMAN
Perbanyakan tanaman dilakukan dengan menggunakan bahan tanam. Bahan
tanam adalah tanaman atau bagian tanaman yang bisa dipergunakan untuk
mengembangbiakkan tanaman. Bahan tanam bisa berupa biji atau benih tetapi bisa
juga berupa bibit. Bibit dapat diperoleh secara generatif ataupun bisa berasal dari
pembiakan secara vegetatif.
Secara garis besar, perkembangbiakan tanaman dapat dibagi menjadi dua,
yaitu :
1. Perkembangbiakan secara generatif (sexual)
2. Perkembangbiakan secara vegetatif (a sexual)
PERKEMBANGBIAKAN SECARA GENERATIF (SEXUAL)
Bahan tanaman dalam perkembangbiakan generatif berasal dari biji (benih).
Benih ini bisa ditanam secara langsung di tempat penanamannya yang tetap,
maupun disemaikan dulu di tempat pesemaian.
Keuntungan penanaman secara langsung ditempat penanamannya yang
tetap adalah tidak perlu repot-repot memindahtanamkan lagi dan lebih gampang
dilakukan, tanaman baru memiliki sifat yang sama dengan induknya, perakarannya
kuat. Hanya saja sebelum ditanam perlu diadakan seleksi benih terlebih dahulu
(hanya benih yang berkualitas baik yang ditanam). Kelemahannya apabila tanaman
tersebut berupa pohon, dalam menghasilkan buah diperlukan waktu yang relatif
lama dibandingkan tanaman yang berasal dari bibit vegetatif dan sering didapat
sifat yang tidak sama dengan induknya.
Perbanyakan tanaman secara generatif biasanya menghasilkan tanaman atau
keturunan yang mempunyai sifat-sifat genetis yang berbeda dengan pohon
induknya dan juga belum tentu mempunyai sifat-sifat baik seperti yang dimiliki
oleh pohon induknya. Tanaman yang terus menerus diperbanyak dengan bijinya
dapat mengalami degenerasi/kemunduran. Selain itu tanaman asal biji untuk dapat
dipungut hasilnya memerlukan waktu yang cukup lama. Namun demikian
perakaran tanaman yang berasal dari biji biasanya lebih kuat.
Adakalanya sebelum ditanam di tempat yang tetap, benih disemaikan
terlebih dahulu. Dengan demikian yang ditanam di kebun berupa bibit yang sudah
cukup kuat. Pesemaian sebaiknya dibuat dekat dengan tempat tanamnya agar
mudah dalam pengangkutannya ke lapang.
Beberapa persyaratan cara pelaksanaan pesemaian yang baik adalah :
1. Yang disemaikan biasanya tanaman yang lemah, tidak kuat kalau langsung
ditanam di tempat yang tetap
2. Tempat menyemai berupa bedengan khusus, diberi atap peneduh untuk
mencegah curahan hujan jangan sampai merusak benih yang masih lemah
3. Tanah pesemaian harus subur dan gembur
4. tempat pesemaian harus aman dari gangguan binatang
5. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor
6. Sebaiknya tanaman baru dipindahkan ke tempat penanamannya setelah cukup
kuat
7. Ada baiknya apabila bibit terlebih dahulu dipindahkan ke polibag, menunggu
saat ditanam di tempat penanamannya
8. Tanaman muda yang baru dipindah perlu diberi pelindung.
PERKEMBANGBIAKAN SECARA VEGETATIF (A SEXUAL)
Pembiakan vegetatif berusaha membuat tanaman baru dari bagian tanaman
yang bukan biji; bagian batang, cabang, akar, jaringan/sel, dan sebagainya.
Sebab-sebab utama dilakukan perkembangbiakan vegetatif adalah karena
banyak tanaman yang tidak mempunyai sifat sebaik induknya bila dilakukan
pembiakan secara generatif atau menggunakan biji; ada perubahan pada mutunya.
Sebab-sebab lainnya yaitu :
1. Karena tanaman tidak menghasilkan biji atau hanya sedikit menghasilkan biji.
2. Tanaman tersebut bisa menghasilkan biji tetapi sukar untuk berkecambah.
3. Mungkin karena lebih ekonomis.
Cara pembiakan vegetatif dibagi 2 golongan :
1. Secara alamiah : - penggunaan biji apomiktik
- penggunaan bagian-bagian khusus tanaman
2. Secara buatan : - dengan bantuan manusia
Beberapa cara pembiakan secara vegetatif :
1. Secara alamiah
a. Penggunaan biji apomiktik (nucellar seedling), yaitu perkembangbiakan
embryo/biji tanpa kawin. Bisa terbentuk langsung dari sel diploid atau dari sel-
sel jaringan nucellus.
b. Penggunaan bagian-bagian khusus tanaman, antara lain :
- Umbi (umbi lapis/bulp, umbi sisik/corm, umbi batang/tuber, umbi akar)
- Rhizoma (akar batang)
- Runner (stolon/akar rimpang/sulur)
- Anakan
2. Secara buatan
- Rundukan (layering)
- Cangkok
- Setek
- Okulasi (budbing/menempel)
- Sambung Pucuk
- Penyusuan
- Kultur Jaringan
Pembiakan vegetatif dengan umbi
Ada 4 macam umbi untuk perbanyakan tanaman, yaitu :
a. Umbi lapis (Bulb)
Merupakan batang pendek, tebal, berupa lembaran daging dan bersisik. Tunas
berkembang pada sela-sela lembaran di bagian pusat ujung pertumbuhannya.
Misal : bawang merah, bunga tulip
b. Umbi sisik (Corm)
Mirip dengan bulb, tidak berisi lembaran-lembaran berdaging tetapi merupakan
suatu batang padat yang mengandung mata dan beruas-ruas.
Misal : Gladiol
c. Umbi batang (Tuber)
Adalah batang berdaging dalam tanah dengan beberapa mata atau tunas.
Misal : Kentang
d. Umbi akar (Fleshy root)
Selain sebagai tempat menyimpan makan umbi akar juga merupakan tunas
adventif (fleshy root)
Misal : Ubi jalar
Rhizoma (akar batang)
Adalah dahan yang berbentuk tabung tumbuh lateral dalam tanah, dapat
berdaging dapat pula ramping dan pada umumnya kaya akan simpanan makanan.
Rhizoma mengandung mata dan ruas-ruas.
Misal : Jahe, Ganyong, Canna
Runner (stolon/akar rimpang/sulur)
Ialah batang ranting yang tumbuh keluar dari ketiak daun pada dasar tajuk
dan menjalar sepanjang permukaan tanah.
Misal : Strawbery, Tapak Liman
Anakan
Perkembangbiakan dengan anakan bisa dilakukan pada tanaman yang
mempunyai anakan. Bibit dari anakan dapat langsung ditanam begitu dipisah dari
induknya. Pemotongan anakan harus dilakukan secara hati-hati agar tanaman
induknya tidak rusak, demikian juga akar anakan jangan sampai rusak. Bibit dari
anakan mudah tumbuh karena anakan sudah mempunyai akar, batang, dan daun
sendiri. Kesulitannya kalau akan menanam dalam jumlah banyak, karena tanaman
induk hanya menghasilkan anakan dalam jumlah terbatas.
Beberapa tanaman yang menghasilkan anakan : Nanas, Pisang, Salak, Lidah
Buaya, dan lainnya.
Rundukan (Layering)
Merupakan pembiakan vegetatif yang dilakukan dengan cara pembengkokan
atau pelengkungan cabang. Caranya, beberapa cabang dilengkungkan dengan
sebagian cabang dibenamkan ke dalam tanah, sedangkan pucuk cabang dibiarkan
muncul di permukaan tanah. Adakalanya bagian cabang yang dibenamkan tersebut
dilukai terlebih dahulu untuk mempercepat tumbuhnya akar. Setelah akar cukup
banyak, dan tunas baru sudah tumbuh sehat, cabang dipotong, dan bibit tanaman
baru bisa segera ditanam. Waktu yang terbaik untuk melakukan rundukan adalah
pada musim penghujan, agar tanaman cepat berakar dan membentuk tunas.
Tanaman yang gampang diperbanyak dengan cara ini umumnya mempunyai
batang lentur yang mudah dibengkokkan, tidak mudah patah dan rusak.
Misal : Jambu Monyet, Apel, Melati, Ketimun
Cangkok
Hampir semua tanaman berkayu dapat diperbanyak dengan cangkok.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pencangkokan tanaman :
1. Waktu mencangkok
Waktu terbaik untuk melakukan pencangkokan adalah pada musim penghujan,
karena penyiraman terjamin sehingga pencangkokan dapat cepat berhasil.
2. Pemilihan batang cangkokan
Sebaiknya dipilih pohon induk yang sedang umurnya, kuat, sehat, dan subur,
serta mutu hasilnya baik.
3. Pemeliharaan cangkokan
Selama pencangkokan berlangsung pemeliharaan dianggap cukup bila media
cangkokan tersebut cukup lembab sepanjang waktu.
Cara pencangkokan:
- Pilih cabang yang ‘sedang’ umurnya, kuat, sehat, subur, banyak dan baik
buahnya, tumbuh lurus ke atas, kira-kira sebesar pensil.
- Sekeliling kulit batang disayat dan dibersihkan dari kambium, dengan lebar + 3-
10 cm. Cabang yang telah terklelupas ini dibiarkan terbuka selama 2-4 hari agar
kambium benar-benar bersih dan sayatan cukup kering.
- Ada kalanya di tempat yang akan tumbuh akar ini diolesi dengan zat perangsang
tumbuh akar
- Setelah itu dibungkus dengan tanah yang subur atau moss dan dibalut dengan
sabut kelapa atau plastik, lalu diikat.
- Tanaman cangkokan perlu disirami setiap hari, kecuali jika pencangkokan
dilakukan pada musim hujan.
- Setelah tanaman mengeluarkan akar cukup banyak, cangkokan dapat dipotong.
- Tanaman cangkokan sebaiknya ditanam dahulu di tempat yang teduh atau jika
mau ditanam langsung di lapang, sebaiknya diberi peneduh terlebih dahulu
sampai tanaman cukup kuat.
Kadang-kadang tanaman cukup efisien dibiakkan dengan cangkok, karena
percabangannya banyak dan dapat menghasilkan dalam waktu yang lebih cepat.
Namun demikian bibit tanaman cangkok juga mempunyai sifat yang kurang baik,
antara lain perakaran tanaman kurang bagus.
Misal : Jambu air, Rambutan, Mangga
Pada tanaman yang banyak mengeluarkan getah seperti sawo, memerlukan
cara mencangkok yang agak lain. Luka yang telah dibuat itu dibiarkan terbuka 2-3
minggu lamanya, hingga tidak keluar getah lagi. Getah yang sudah kering dibuang.
Luka harus benar-benar kering.
Setek (Cuttage)
Penyetekan dapat didefinisikan sebagai suatu perlakuan pemisahan,
pemotongan, dari beberapa bagian tanaman, contohnya akar, batang, cabang, daun,
dan tunas. Keuntungan perbanyakan dengan setek adalah dapat menghasilkan bibi
tanaman yang banyak dan cepat dalam waktu singkat.
Ada beberapa macam setek, yaitu ;
a. Setek akar : jambu biji, cemara, sukun, kesemek
b. Setek batang ; Kentang, Ubi jalar, Ubi Kayu
c. Setek cabang : Mangga, Rambutan, Jeruk, Kopi, Teh
d. Setek daun : Begonia, Sanseviera, Cocor Bebek, Violces
e. Setek tunas : Anggur
Cara membuat setek :
- Bahan diambil dari bagian tanaman yang sehat, sebaiknnya dipilih yang ‘sedang’
umurnya
- Bahan setek dipotong miring kira-kira 5-10 cm panjangnya, dipilih yang ada
mata tunasnya
- Dalam pembuatan bibit setek, biasanya setek disemai terlebih dahulu di tempat
pembibitan sampai setek berakar, baru kemudian ditanam
- Media untuk mengakarkan setek terdiri dari campuran tanah dan pasir dengan
perbandingan 1:1, ketebalan media 20 cm. Sebelum setek ditanam tanah disiram
dengan air hingga jenuh. Sebaiknya setek ditanam sedalam setengah dari
panjang setek. Setelah itu tanah disiram kembali kemudian diitutup dengan
sungkup plastik tembus sinar, dan diberi naungan
- Kelembaban udara dalam penyetekan dipertahankan minimum 80%. Penyiraman
dilakukan cukup dari luar di sekeliling sungkup plastik tembus cahaya.
Okulasi (Budding/Menempel)
Okulasi adalah bibit hasil tempelan mata tunas pada batang calon pohon pangkal.
Mata diambil dari tanaman induk yang unggul, yang bagus hasilnya. Sedang calon
pohon pangkal berasal dari biji yang diambil dari tanaman yang mempunyai
perakaran kuat.
Okulasi memerlukan pertautan dan pertumbuhan tunas. Pertautan dapat mudah
tetapi pertumbuhan tunas kadang-kadand sulit. Pembuatan bibity memerlukan
waktu antara 12 - 24 bulan, karena untuk dapat diokulasi batang bawah perlu
cukup besar, umur 6 - 12 bulan. Setelah terjadi pertautan diperlukan pula waktu
untuk tumbuh 6 - 12 bulan.
Keadaan lingkungan juga sangat mempengaruhi keberhasilan okulasi. Tiap jenis
buah juga menghendaki lingkungan okulasi berebeda. Beberapa faktor lingkungan
terpenting adalah temperatur dan kelembaban, yang banyak ditentukan oleh
musim. Untuk dapat dilakukan okulasi sepanjang musim, perlu naungan baik
terhadap sinar maupun hujan dan kelembaban.
Caranya :
- Dipilih batang bawah yang baik, sebesar pensil
- Tinggi okulasi + 10 - 15 cm dari permukaan tanah dan kulit batang disayat
(dikelupas) kira-kira 3 - 5 cm panjangnya, dan dipotong kira-kira
separuhnya lebih sedikit
- Di belakang kulit yang tertinggal tersebut ditempelkan mata tunas yang
diambil dari cabang pohon induk yang berumur 1 tahun atau lebih
- Setelah mata tunas ditempelkan, batang diikat dengan tali rafia yang dicelup
dalam parafin (lilin)
- Beberapa hari kemudian batang yang telah diokulasi diperiksa, bila mata
tunas tetap hijau berarti hidup dan bila berwarna coklat berarti mati
- Setelah 1 - 2 minggu, okulasi yang jadi dilepas ikatan rafianya dan tunas
diusahakan tumbuh dengan jalan pohon pangkal dipangkas kira-kira 10 cm
di atas mata okulasi
- Tunas tumbuh dibiarkan selama 6 - 12 bulan sampai tumbuh subur dan kuat,
selanjutnya bibit dari okulasi ini bisa ditanam di kebun.
Cara okulasi dapat memberikan hasil baik pada Jeruk, Mangga, Rambutan,
tetapi mungkin sulit untuk durian, mete, klengkeng, dan lain-lain.
Sambung Pucuk (Grafting/Enting)
Penyambungan diartikan sebagai perpaduan dari suatu batang bawah dan
batang atas hingga membentuk sambungan yang tetap dan kekal. Batang bawah
berasal dari tanaman yang mempunyai sifat-sifat perakaran yang baik, antara lain
tahan terhadap serangan hama dan penyakit, tahan terhadap sifat-sifat tanah serta
keadaan air tanah tertentu yang buruk. Sedangkan batang atas diambil dari
tanaman yang berkualitas tinggi dan bagus hasilnya. Batang atas dilepas dari
induknya untuk dipadukan pada batang bawah yang ditanam dari biji.
Caranya :
- Menanam biji di tanah dalam polibag, sampai batangnya tumbuh kira- kira
sebesar pensil (umur 3-8 bulan), sebagai batang bawah
- Sebagai batang atas dipilih cabang yang masih muda , yang besarnya sesuai
dengan batang bawah, biasanya dipakai bagian-bagian yang masih hijau
- Teknik penyambungan yang sering dipakai adalah sistem celah, pertautan
dibuat dengan memotong dan membelah batang bawah dan menyayat
batang atas
- Tinggi sambungan + 10-15 cm dari permukaan tanah atau + 2-3 cm di atas
batas warna hijau dan coklat dari batang, disisakan sepasang daun yang
paling bawah
- Batang atas diiris menyerong ke dalam sepanjang 3-4 cm pada kedua sisinya,
kemudian ditempelkan pada batang bawah yang telah dibelah sepanjang 3-4
cm
- Setelah batang atas dan batang bawah ditempelkan dengan cermat, tempat
sambungan diikat dengan tali rafia
- Sambungan dibungkus dengan kantong plastik tembus cahaya, untuk
mempertahankan kelembaban tempat sambungan.
Keberhasilan penyambungan dipengaruhi oleh ketepatan pertautan kambium
antara batang bawah dan batang atas, kebersihan alat-alat yang dipergunakan, dan
keterampilan pelaksana. Dalam waktu + 3 minggu setelah penyambungan, plastik
pembungkus sambungan dibuka untuk memeriksa hasil sambungan. Sambungan
yang berhasil akan tetap hijau, sedangkan yang berwarna coklat akan mati. Setelah
hasil sambungan tumbuh sehat dan kuat, tanaman bisa ditanam.
Ada banyak tanaman yang bisa diperbanyak dengan sistem enting. Semua
jenis tanaman yang dapat diokulasi umumnya dapat pula dilakukan enting.
Misal : Mangga, Jeruk, Blimbing, Mete, Kedondong
Keberatan melakukan sistem enting adalah adanya kebutuhan pucuk tanaman
yang cukup banyak dibanding dengan sistem okulasi. Tetapi dapat dilakukan lebih
awal dan dapat memberikan bibit lebih cepat. Sistem enting memerlukan
lingkungan yang sejuk dan lebih lembab.
Penyusuan
Penyusuan umumnya dilakukan pada tanaman yang sulit diperbanyak
dengan teknik lain. Cara ini cocok dilakukan pada tanaman buah-buahan, misalnya
Durian.
Batang bawah berupa tanaman muda berasal dari biji yang disemai dalam
keranjang pesemaian, sedang batang atas berupa ranting atau dahan yang diambil
dari tanaman induk yang sudah berbuah bagus. Namun yang perlu diperhatikan
ukuran kedua batang harus sama besar.
Cara pembiakan disusukan :
- Menanam batang bawah dengan biji terpilih, yang berakar kuat, sampai
umur antara 4 - 12 bulan
- Memilih cabang batang induk yang akan dibuat batang atas pada bibit,
dengan ukuran besar yang sama dengan batang bawah
- Kedua batang tersebut disayat miring yang sama besarnya sampai ke bagian
kayunya, dipadukan dan diikat dengan tali rafia
- Setelah 2 - 3 minggu hasilnya bisa diperiksa, kalau batang atas tidak layu
berarti penyusuan berhasil
- Setelah tumbuh dengan baik (40 - 60 hari) pucuk batang bawah dipotong,
sedangkan pucuk batang atas dibiarkan tumbuh. Batang atas yang bersatu
dengan induknya juga dipotong
- Setelah tanaman tumbuh subur dan sehat, bisa langsung ditanam di kebun..
Sistem penyusuan dapat membuat bibit dalam waktu relatif cepat (antara 6
- 8 bulan) dan tingkat keberhasilannya sampai 100%. Tetapi cara ini kurang
praktis dan mahal karena pohon induk umumnya lebih tinggi sehingga batang
bawah harus dibawa ke atas.
Kultur Jaringan
Melalui kultur jaringan, sedikit jaringan tumbuhan diambil, lalu
ditumbuhkan dalam media buatan sehingga tumbuh menjadi tanaman sempurna.
Untuk keperluan kultur jaringan dipergunakan media yang terdiri atas campuran
berbagai garam mineral, asam amino, gula vitamin, dan hormon tumbuhan. Untuk
membuat media padat bahan-bahan tersebut dicampur dengan agar-agar;
sedangkan untuk membuat media cair, bahan-bahan dilarutkan ke dalam air
suling. Pembiakan dengan kultur jaringan harus dilakukan dalam keadaan suci
hama.
Dengan kultur jaringan dapat dihasilkan tanaman baru dalam jumlah besar
dalam waktu singkat dan dengan sifat dan kualitas sama dengan tanaman induk,
tanaman baru yang bebas virus, dengan kultur jaringan juga dapat diciptakan
varietas baru, dan kultur jaringan dapat dipakai untuk pelestarian suatu jenis
tanaman.
Namun kultur jaringan memerlukan keterampilan khusus yang harus dilatar
belakangi pengetahuan dasar tentang kimia dan biologi, sehingga amat sulit
diserap oleh petani awam yang berpendidikan dasar tidak terlalu tinggi. Untuk
dapat menyerap keterampilan kerja kultur jaringan, diperlukan sekurang-
kurangnya pendidikan menengah.
PEMBIBITAN
Dalam perkembangbiakan tanaman baik secara generatif maupun vegetatif
kadang diperlukan tahap pembibitan, sebelum tanaman siap ditanam di lapang.
Cara Pemindahan Bibit
Dikenal 3 cara pemindahan bibit, yaitu :
1. Cara Cabutan
- Sebelum dicabut pesemaian dibasahi
- Dipilih bibit yang bagus,dicabut satu per satu dengan hati-hati, dijaga agar akar
tidak putus
- Bibit tersebut harus segera ditanam, jangan menunggu layu
- Untuk mengurangi penguapan, sebelum ditanam biasanya dilakukan pengupiran
daun
Misal : Tanaman sayuran, buah, tanaman hias
2. Cara Putaran
- Tanaman beserta tanah yang melekat pada perakarannya digali
- Dipindahkan ke polibag/keranjang bambu/pelepah pisang
- Jika sudah kuat bisa segera ditanam di lapang
Misal : Jeruk, Rambutan
3. Cara Potongan
- Bibit digali, kemudian sebagian dari batang dan akarnya dipotong, baru
kemudian ditanam
- Lebih mudah pada saat memindahkannya
- kerusakan akar bisa dikurangi
- mudah pengangkutannya
BAB V
POLA TANAM (Cropping system)
Pengertian Pola Tanam
Pola tanam merupakan sub sistem dari sistem budidaya tanaman,
merupakan jenis-jenis tata urutan tanaman yang diusahakan pada sebidang tanah
tertentu selama satu jangka waktu tertentu. Sistem pola tanam dipengaruhi oleh
berbagai komponen, yaitu komponen agroklimat, tanah, tanaman, teknik budidaya,
dan sosial ekonomi.. sasaran utama penerapan pola tanam yang tepat, adalah
produksi yang secara agronomis dapat mencapai hasil maksimum, ekonomis
optimum, dan ekologis lestari.
Tujuan pola tanam adalah untuk memanfaatkan sumberdaya yang ada
seoptimal mungkin, atau untuk mendapatkan interaksi positif dari mikroklimat,
sehingga dapat meningkatkan produktivitas lahan atau pendapatan petani tiap
satuan luas per satuan waktu.
Bentuk Pola Tanam
Dibedakan menjadi 2 (dua) macam bentuk pola tanam, yaitu pola tanam
tunggal (Monoculture) dan pola tanam ganda (Multiple cropping).
Pola tanam tunggal, diartikan bahwa dalam satu tahun hanya dilakukan
penanaman satu kali dan secara monokultur. Sedangkan pola tanam ganda
diartikan bahwa dalam satu tahun pada lahan yang sama ditanam dua atau lebih
tanaman dari jenis yang sama atau berbeda, baik yang penanamannya secara
tumpangsari, bersisipan, ataupun secara bergiliran.
Pola tanam tunggal ditemui pada pertanian sistem perladangan/sistem
tegalan, atau banyak diterapkan pada tanaman tahunan.
Dengan sistem pola tanam ganda mempunyai keuntungan dan kekurangan.
Beberapa hal yang menguntungkan dari pola tanam ganda adalah :
1. Produktivitas lahan pendapatan petani dapat ditingkatkan, karena pemanfaatan
lahan dan waktu yang lebih efisien
2. Mengurangi resiko kegagalan, karena lebih banyak jenis tanaman yang
diusahakan
3. Resiko kekurangan bahan pangan diperkecil dan dapat memperbaiki
keseimbangan gizi, karena penganeragaman jenis komoditi yang diusahakan
4. Peningkatan dan penyebaran pemanfaatan tenaga kerja sepanjang tahun,
mencegah dan mengurangi pengangguran musiman
5. Memperbaiki kesuburan tanah
6. Pemanfaatan saprodi lebih efektif dan menghemat pengolahan tanah
7. Mengurangi erosi, baik oleh angin maupun air
Beberapa segi negatif dari pola tanam ganda adalah :
1. Pemeliharaan lebih sulit dilakukan
2. Kualitas maupun kuantitas produksi per komoditi condong menurun, karena
persaingan lebih keras
Macam-macam pola tanam ganda yang dilaksanakan di Indonesia :
1. Pola tanam tumpangsari/tanam tumpang (Inter cropping). Adalah
menumbuhkan 2 tanaman atau lebih secara bersama-sama pada lahan yang
sama. Sehingga petani mengelola 2 tanaman atau lebih pada waktu dan lahan
yang sama.
Macam-macam Intercropping :
- Mixed intercropping (tumpangsari campuran)
Yaitu menanam 2 tanaman atau lebih secara bersama-sama dengan tidak
memperhatikan jarak tanam antara tanaman yang satu dengan tanaman
lainnya.
- Row intercropping (tumpangsari baris)
Yaitu menanam 2 tanaman atau lebih secara bersama-sama pada lahan yang
sama, dimana tanaman tersebut ditanam dalam baris-baris, dengan jarak
tanam tertentu.
- Strip intercropping (tumpangsari pita/jalur)
Yaitu menanam 2 tanaman atau lebih secara bersama-sama dalam bentuk
jalur-jalur tertentu (sistem tanam surjan)
2. Pola tanam sisipan (Relay cropping).
Adalah penyisipan tanaman berikutnya pada tanaman yang lebih dulu ada pada
sebidang tanah/lahan yang sama sebelum tanaman terdahulu dipungut.
Penyisipan tanaman berikutnya biasanya dilakukan setelah tanaman
sebelumnya memasuki pertumbuhan generatif. Tujuan dari pola tanam
bersisipan adalah pemanfaatan faktor lingkungan (cahaya matahari, iklim).
Selain itu juga untuk memanfaatkan sisa-sisa kesuburan dan kelembaban dari
tanaman yang pertama.
3. Pola tanam berurutan/beruntun/bergilir (Sequental cropping).
Adalah penanaman dua tanaman atau lebih ditanam pada waktu yang terpisah pada
lahan yang sama, sehingga penanaman berikutnya baru dilaksanakan setelah
tanaman sebelumnya dipanen. Cara ini cukup bermanfaat untuk
pencegahan/pengurangan serangan hama dan penyakit karena dapat memutus
siklus hama/penyakit.
Dibagi menjadi :
- Double cropping, menumbuhkan 2 tanaman dalam 1 tahun
- Triple cropping, menumbuhkan 3 tanaman dalam 1 tahun
- Quadruple cropping, menumbuhkan 4 tanaman dalam 1 tahun
- Ratoon cropping (tanaman singgang), menumbuhkan kembali tanaman yang
telah dipanen
4. Inter culture
Yaitu menanam tanaman semusim diantara tanaman tahunan
Misalnya : diantara tanaman karet (tanaman pokok) ditanam tanaman jagung
(tanaman sela).
Tanaman sela (cach crop) dipungut sebelum tanaman pokok menghasilkan.
5. Inter planting
Tumpangsari beda umur, yaitu menanam tanaman genjah diantara tanaman dalam
Misalnya : Kacang tanah diantara tanaman Tebu
6. Pola tanam tajuk bertingkat (Multistorey cropping)
Pengaturan penanaman dilakukan secara vertikal, yaitu di atas tanah dalam
pertrumbuhan tajuk dan di bawah tanah dalam pertumbuhan akar. Pola tanam
seperti ini banyak terdapat di lahan pekarangan. Bentuk ini merupakan bentuk
pola tanam yang diarahkan untuk dapat memanfaatkan lahan dan sumber daya
air, hara, dan sinar matahari secara maksimal.
7. Pola tanam berlorong (Alley cropping)
Yaitu tanaman semusim ditanam diantara barisan tanaman Leguminosae yang
berbentuk pohon, seperti Lamtoro Gung. Pola ini cocok umtuk diterapkan pada
lahan kering, karena dengan cara demikian dapat evapotranspirasi tanaman
tidak terlalu tinggi atau dapat dikurangi, dan mikroklimatserta kesuburan tanah
dapat diperbaiki.
Untuk mengetahui keberhasilan atau kenaikan hasil dari sistem tanam ganda
ini dapat diukur dengan LER (Land Equivalent Ratio = Nisbah kesetaraan lahan).
Makin besar LER makin baik produktivitas lahan tersebut dalam tumpangsari.
LER adalah perbandingan luas lahan yang digunakan oleh suatu tanaman bila
ditanam secara tunggal dibandingkan dengan luas lahan yang diperlukan oleh
tanaman tersebut bila ditanam secara intercropping untuk memperoleh hasil yang
sama pada tingkat pengelolaan yang sama.
Misal : Pada tumpangsari antara Jagung dan Kedelai diketahui bahwa
Hasil monokultur Jagung = a (kg/ha), hasil tumpangsari = x (kg/ha)
Hasil monokultur Kedelai = b (kg/ha), hasil tumpangsari = y (kg/ha)
LER monokultur Jagung = 100
LER monokultur Kedelai = 100
LER tumpangsari Jagung : c = x/a X 100
LER tumpangsari Kedelai : d = y/b X 100
Jadi LER tumpangsari Jagung dan Kedelai adalah = c + d
Disamping itu peningkatan produktivitas lahan dapat diketahui dengan Index
penanaman (Cropping index = CI). Dengan CI dapat diketahui pemanfaatan lahan
semaksimal mungkin. Semakin tinggi CI semakin tinggi produktivitas lahan.
CI per tahun adalah luas areal ditanami dibagi dengan luas areal lahan total
dikalikan 100%.
Misal : 2 ha lahan, yang 1/2 ha dapat ditanami 2X dan yang 11/2 ha hanya bisa
ditanami 1X dalam setahun.
Maka nilai CI nya adalah :
0,5 X 2 + 1,5 X 1 CI = --------------------- X 100 % = 125 %
2
Kompetisi Tanaman
Kompetisi adalah salah satu corak hubungan antara spesies tumbuhan yang
terjadi pada dua atau lebih individu tanaman. Kedua belah pihak tumbuhan akan
dipengaruhi secara negatif karena hubungan tersebut. Hal ini terjadi karena kedua
belah pihak membutuhkan persyaratan tumbuh yang sama dan tidak tersedia dalam
jumlah cukup di dalam lingkungan.
Kompetisi akan air dan ion
Kompetisi cahaya
Keunggulan kompetitif suatu tanaman terhadap tanaman lainnya oleh karenanya
banyak ditentukan oleh bentuk dan ketinggian kanopi daun, kecepatan transpirasi,
sifat-sifat fisiologi pengambilan ion, selain juga faktor-faktor lingkungan.
BAB VI
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN
Beberapa Pengertian
Setiap makhluk hidup, memperlihatkan ciri-ciri kehidupan, yaitu antara lain
mampu memperoleh zat makanan, mampu merespon rangsangan dari luar, mampu
mengedarkan zat-zat di dalam tubuhnya, mampu mencerna makanan, melakukan
respirasi, melaksanakan sintesis, serta mampu tumbuh dan berkembang biak.
Tanaman, sebagai salah satu makhluk hidup juga mempunyai semua sifat tersebut.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan satu perubahan yang
terjadi dalam tubuh tanaman selama siklus hidupnya. Pertumbuhan dan
perkembangan tanaman bukanlah peristiwa yang identik, tetapi merupakan dua
proses yang sangat erat hubungannya.
Pertumbuhan (growth) adalah dapat diartikan sebagai :
- Perubahan secara kuantitatif selama siklus hidup tanaman yang bersifat tak
terbalikkan (irreversible)
- Bertambah besar ataupun bertambah berat tanaman atau bagian tanaman
akibat adanya penambahan unsur-unsur struktural yang baru
- Peningkatan ukuran tanaman yang tidak akan kembali sebagai akibat
pembelahan dan pembesaran sel.
Misalnya : dalam ukuran sel, jaringan, organ
Sedangkan perkembangan (development) diartikan sebagai :
- Proses perubahan secara kualitatif atau mengikuti pertumbuhan
tanaman/bagian-bagiannya
- Proses hidup yang terjadi di dalam tanaman yang meliputi pertumbuhan,
diferensiasi sel, dan morfogenesis.
Misalnya : perubahan dari fase vegetatif ke generatif
Yang dimaksud dengan diferensiasi adalah :
- Suatu situasi dimana sel-sel meristematik berkembang menjadi dua atau
lebih macam sel/jaringan/organ tanaman yang secara kualitatifberbeda satu
dengan yang lainnya.
- Merupakan proses hidup yang menyangkut transformasi sel tertentu ke sel-
sel yang lain menurut spesialisasinya (baik spesialisasi dalam hal proses
biokimia, fisiologi, maupun struktural)
Misalnya : pembentukan jaringan xylem dan phloem
Sedangkan morfogenesis merupakan :
- Proses hidup yang menyangkut interaksi pertumbuhan dan diferensiasi oleh
beberapa sel yang memacu terbentuknya organ..
Misalnya : pembentukan daun, buah, batang, bunga, akar
Sel meristematik adalah : sel muda yang masih aktif membelah
Jaringan meristematik : suatu jaringan yang sel-selnya masih aktif membelah
Pertumbuhan Tanaman (growth)
Pada awal pertumbuhan tanaman dibatasi oleh tersedianya cadangan
makanan yang ada di dalam bahan makanan.
Misalnya :
- Bahan tanaman berasal dari biji maka endosperm sebagai tempat bahan cadangan
makanan
- Bahan tanaman yang berasal dari stek maka bahan-bahan organik yang ada
di dalamnya merupakan cadangan makanannya
Pertumbuhan tanaman ditunjukkan oleh pertambahan ukuran dan berat
kering yang tidak dapat balik. Pertambahan ukuran dan berat kering dari suatu
organisme mencerminkan bertambahnya protoplasma, yang mungkin terjadi baik
karena ukuran sel maupun jumlahnya bertambah. Pertambahan ukuran sel
mempunyai batas yang diakibatkan hubungan antara volume dan luas permukaan.
Pertambahan protoplasma berlangsung melalui suatu rentetan peristiwa yang
meliputi antara lain pembentukan karbohidrat (proses fotosintesis), proses
absorbsi, translokasi, metabolisme, respirasi.
Apabila bibit tumbuh dengan sistem perakaran dan ukuran daun
berkembang dengan sempurna, maka akan mendukung laju fotosintesis yang cepat.
Hasil anabolisme atau penyusunan pada periode tersebut memungkinkan
terjadinya peningkatan ukuran yang cepat. Tetapi laju peningkatan fotosintat tidak
selalu tinggi. Secara bertahap tanaman mengalami penurunan laju peningkatan
fotosintat dengan makin bertambahnya umur. Akhirnya berhenti tumbuh dan
menuju kematian.
Pertumbuhan tanaman adalah suatu proses atau kumpulan proses yang
kompleks. Struktur dan fungsi tanaman berubah dengan waktu mengikuti
pertumbuhan tanaman, pada keseluruhan tubuh tanaman. Bentuk dan fungsi
tanaman berubah sesuai dengan pertumbuhannya.
Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor luar yang biasa
disebut dengan faktor lingkungan (millieu). Perbedaan faktor lingkungan akan
mengakibatkan perbedaan pertumbuhan tanaman. berhubung faktor lingkungan di
dunia ini berbeda, maka jenis tumbuhannya juga berbeda. Disamping itu
keragaman penampilan tanaman dan tanggapannya terhadap lingkungan juga
dimungkinkan akibat dari susunan genetik tanaman itu sendiri. Oleh karena itu
secara sederhana penampilan atau pertumbuhan tanaman dapat dinyatakan sebagi
fungsi dari faktor lingkungan dan genetik.
P = f (L,G)
P = pertumbuhan suatu tanaman
L = lingkungan
G = genetik
Pertumbuhan tanaman terjadi manakala ada sel-sel dan atau jaringan
meristem yang masih aktif. Adapun letak pertumbuhan tanaman (letak jaringan
meristem) adalah pada :
- Ujung suatu organ (Meristem apical)
Meristem apical biasanya tetap bersifat embryionik dan mampu tumbuh
dalam waktu yang tidak terbatas, sehingga disebut juga Indeterminate
meristem. Misalnya : pada ujung batang, ujung akar.
- Meristem lateral
Meristem yang berkaitan dengan pertumbuhan membesar
Misalnya : pada jaringan kambium, jaringan kambium gabus (fellogen)
- Meristem intercalar
yaitu meristem yang terletak antara daerah-daerah jaringan yang telah
terdiferensiasi. Meristem seperti ini kebanyakan terdapat pada familia
Gramineae. Pada organ-organ tumbuhan lain, misalnya bunga, akar, buah,
pola pertumbuhannya agak berbeda dengan batang dan hanya bersifat
embryionik dalam jangka waktu tertentu, sehingga disebut Determinate
meristem.
Perkembangan Tanaman (development)
Pertumbuhan tanaman berlangsung terus selama hidupnya dan yang
nampak sebagai hasilnya adalah bertambah besar maupun berat tanaman secara
diferensiasi sel dan bagian-bagian (organ) tanaman. Bersamaan dengan proses
pertumbuhan ini dengan perbedaan waktu yang tidak terlalu besar, terjadi pula
perubahan-perubahan kualitatif dalam tanaman yang sering dianggap sebagai
manifestasi perkembangan tanaman.
Perkembangan tanaman merupakan suatu kombinasi dari sejumlah proses
yang kompleks, yaitu proses pertumbuhan dan diferensiasi yang mengarah pada
akumulasi berat kering tanaman.
Proses diferensiasi mempunyai tiga syarat, yaitu
1 Hasil assimilasi yang tersedia dalam keadaan berlebihan untuk dapat
dimanfaatkan pada kebanyakan kegiatan metabolisme
2 Temperatur yang menguntungkan
3 Terdapat sistem enxzym yang tepat untuk memperantarai proses
diferensiasi.
Hasil assimilasi yang tersedia lebih dari cukup bagi kebutuhan untuk
pertumbuhan tanaman secara normal, merupakan akibat adanya faktor-faktor yang
menghambat pertuimbuhan tanpa menghambat fotosintesis. Berakibat adanya
kelebihan hasil fotosintesis untuk mendorong proses diferensiasi, apabila
temperaturnya menguntungkan, dan tersedia enzym yang diperlukan.
Fase-Fase Pertumbuhan Dan Perkembangan Tanaman
Pertumbuhan tanaman diawali dengan terjadinya zygote, terbentuknya
embryo, diikuti dengan pembelahan dan pengembangan sel, sampai terjadinya
proses perkecambahan dari biji. Setelah biji berkecambah, maka seterusnya
tanaman akan tumbuh dan berkembang, pertumbuhan bibit diikuti dengan
pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tanaman. Akhir dari siklus hidup
tanaman ditandai dengan senescence dan akhirnya tanaman akan mati.
Pertumbuhan tanaman pada dasarnya disebabkan oleh pembesaran dan
pembelahan sel. Perkembangan tanaman lebih dilihat dari proses pembentukan
jaringan dan organ-organ tanaman sehingga masing-masing individu tanaman
mempunyai bentuk morfologinya yang khas.
Selama pertumbuhan dan perkembangannya tanaman akan membentuk
bermacam-macam organ, baik organ vegetatif maupun organ reproduktif. Secara
lengkap pertumbuhan dan perkembangan tanaman meliputi berbagai tahapan,
mulai tahap embryonis, tahap muda dari pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
dilanjutkan dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan organ-organ
reproduktif (bunga, buah dan biji, atau ubi/umbi), dan akan diakhiri dengan
matinya tanaman..
Menurut Michurin, secara garis besar pertumbuhan dan perkembangan
tanaman dibagi dalam 4 (empat) fase, yaitu :
1 Fase Embryonis
2 Fase Muda (Juvenil/Vegetatif)
3 Fase Dewasa (Mature/Reproduktif/Generatif)
4 Fase Menua dan Aging (Senil/Senescence)
Fase Embryonis
Fase embryonis dimulai dari pembentukan zygote sampai terjadinya
embryo, yang terjadi di dalam bakal biji (ovule). Dari zygote diikuti dengan
pembelahan sel, sesudah itu terjadi pengembangan sel.
Fase embryonis tidak terlihat senyara nyata (tidak tergambar dalam kurve)
dalam pertumbuhan tanaman, karena berlangsungnya di dalam biji.
Fase Muda (Juveni//Vegetatif)
Fase muda dimulai sejak biji mulai berkecambah, tumbuh menjadi bibit dan
dicirikan oleh pembentukan daun-daun yang pertama dan berlangsung terus
sampai masa berbunga dan atau berbuah yang pertama.
Perkecambahan merupakan satu rangkaian yang komplek dari perubahan-
perubahan morfologis, fisiologis, dan biokimia. Proses perkecambahan meliputi
beberapa tahap, yaitu :
1. Imbibisi
Yaitu proses penyerapan air oleh benih sehingga kulit benih melunak dan
terjadinya hidrasi dari protoplasma.
2. Perombakan cadangan makanan di dalam endosperm
3. Perombakan bahan-bahan makanan yang dilakukan oleh enzym.( amilase,
protease, lipase)
- Karbohidrat dirombak menjadi glukosa
- Protein dirombak menjadi asam amino
- Lemak dirombak menjadi asam lemak dan gliserol.
4. Translokasi makanan ke titik tumbuh
Setelah penguraian bahan-bahan karbohidrat, protein, dan lemak menjadi
bentuk-bentuk yang terlarut kemudian ditranslokasikan ke titik tumbuih
5. Pembelahan dan pembesaran sel
Assimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan tadi di daerah meristematik
menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan komponen dan pertumbuhan
sel-sel baru.
6. Munculnya radikel dan plumula
Akhirnya radikel dan plumula muncul dari kulit benih.
Keluarnya calon akar (radikel) dari biji sampai keluarnya ujung kecambah
(plumula) ke permukaan tanah (yang disebut dengan perkecambahan) akan
dilanjutkan dengan pertumbuhan bibit sampai terjadinya penyempurnaan fungsi
masing-masing organ tanaman. Seterusnya radikel segera menyempurnakan
diri menjadi akar dan akar siap melakukan berbagai fungsinya. Plumula
berkembang menjadi batang dan daun.
Panjang fase muda ini bervariasi tergantung dari spesies tanaman, keadaan
luar, dan pemeliharaan. Pada umumnya pada fase ini terjadi laju tumbuh yang
terbesar (tumbuh secara exponensiil). Merupakan fase yang peka terhadap
persaingan. Pertumbuhan secara exponensiil dimaksudkan untuk memenangkan
persaingan dan menunjang perkembangan tanaman selanjutnya (apabila fase
vegetatif kurus, maka akan berpengaruh terhadap produksi). Pada beberapa
tanaman mempunyai tanda bagi pengenalan fase juvenil, misalnya pada Citrus sp.
adanya duri merupakan petunjuk fase juvenil. Kalau sudah berbunga tidak ada
durinya lagi.
Dewasa ( Mature/Reproduktif//Generatif )
Ditunjukkan oleh tanda-tanda adanya transisi bertahap pada morfologi, laju
tumbuh, dan kapasitas pembungaan. Dimulainya pembentukan bagian-bagian
bunga dan dihentikannya pembentukan organ-organ vegetatif. Terjadi
penghambatan (dan akhirnya penghentian) organ-organ vegetatif karena assimilat
terutama ditujukan bagi perkembangan organ-organ reproduksi. Dalam hal ini baik
tunas vegetatif maupun perakaran akan terhambat pertumbuhannya.
Menua dan Aging ( Senil/Senescence )
Pada fase ini terjadi perombakan secara alamiah dari bagian atau
keseluruhan tubuh tanaman sehingga kegiatan fungsionalnya hilang. Selama proses
tersebut berlangsung, terjadi penurunan aktivitas dan fungsi organ-organ yang
berperan dalam proses penyusunan bahan organik. Bahan-bahan yang mengalami
deteriorasi adalah khlorofil, protein, RNA, lemak, fotosintesis, respirasi dinding
sel, serta organel. Karakteristik utama yang nampak pada proses penuaan daun
adalah perubahan warna daun atau berkurangnya khlorofil. Berkurangnya
kandungan protein selama proses penuaan dapat diamati dengan adanya akumulasi
asam amino, yang selanjutnya asam amino ini ditranslokasikan ke luar daun tua
menuju daerah atau bagian yang aktif tumbuh dan berkembang. Menurunnya
kandungan protein pada daun tua selaras dengan menurunnya kandungan RNA
sehubungan dengan menurunnya kapasitas sintesis RNA. Selama proses penuaan
berlangsung, terjadi penurunan produksi adenosin trifosfat, akibatnya transpor
elektron dan fotofosforilasi oksidatif berjalan lambat, akibatnya penyediaan ATP
yang mendukung terjadinya sintesis di dalam sel tidak cukup. Selama terjadinya
proses penuaan terjadi penurunan aktivitas respirasi secara bertahap. Senescence
dapat terjadi pada bagian atau keseluruhan tanaman.
Beberapa faktor luar dapat menghambat atau mempercepat terjadinya
senescence, misalnya :
1 Penaikan suhu, keadaan gelap, kekurangan air, dapat mempercepat
terjadinya senescence daun
2 Penghapusan bunga atau buah akan menghambat senescence tanaman
3 Pengurangan unsur-unsur hara dalam tanah, air, penaikan suhu, berakibat
menekan pertumbuhan tanaman yang berarti mempercepat senescence.
Macam-macam bentuk senescence
Senescence pada tanaman dapat mengikuti beberapa pola :
1 Senescence yang meliputi keseluruhan tubuh tanaman (overall senescence)
Akar dan bagian tanaman di atas tanah mati semua. Tanaman mati sesudah
menyelesaikan satu siklus kehidupannya.
2 Senescence yang meliputi hanya bagian tanaman di atas tanah (top
senescence)
Bagian tanaman di atas tanah mati, sedangkan bagian tanaman yang berada
di dalam tanah tetap hidup
3 Senescence yang meliputi hanya daun-daunnya saja (deciduous senescence)
Tanaman menggugurkan semua daun-daunnya, sementara organ tanaman
lain tetap hidup.
4 Senescence yang meliputi hanya daun-daun yang terdapat di bagian bawah
suatu tanaman. (progessive senescence)
Tanaman hanya menggugurkan daun-daunnya yang terdapat di bagian
bawah saja (daun-daun yang tua), sedang daun-daun yang lebih atas dan
organ tanaman lain tetap hidup.
Teori-teori senescence
1. Mati karena kekurangan makanan
Kegiatan reproduksi tanaman (seperti pada waktu pembentukan dan
perkembangan buah) akan mengangkut zat-zat makanan dari bagian tanaman
yang lain, sehingga menyebabkan terjadinya senescence.
2. Kemunduran integritas bagian tanaman
Proses penuaan menyebabkan menurunnya kemampuan organ untuk
mempertahankan zat-zat yang terkandung di dalamnya dan juga menurunnya
fungsi setiap organ.
3. Peracunan
Senescence terjadi akibat adanya peracunan.
Manfaat senescence
1 Mobilisasi zat-zat
2 Senescence daun yang tua
3 Sebagai alat adaptasi
Pada beberapa tanaman senescence bagian tanaman dimaksudkan untuk
menghindari kemungkinan buruk dari kondisi lingkungan
BAB VII
LINGKUNGAN TANAMAN
Faktor yang mempengaruhi Tanaman
Ada dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, yaitu faktor
genetis dan faktor lingkungan. Faktor genetis adalah faktor-faktor yang terdapat di
dalam tubuh tanaman, misalnya keadaan benih, varietas dari tanaman, hormon
tanaman, dan lainnya. Faktor lingkungan adalah seluruh faktor-faktor yang
terdapat di luar tanaman dan dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Dari
hasil penelitian sudah dapat dibuktikan bahwa keadaan dari lingkungan tanaman
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan tanaman.
Meskipun keadaan tanaman baik (faktor genetis baik) tetapi apabila keadaan
lingkungan tidak memenuhi syarat seperti yang dibutuhkan tanaman, maka
pertumbuhan dari tanaman akan menjadi terhambat.
Adapun faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap tanaman
adalah tanah, suhu, cahaya, air, udara.
Tanah
Tanah merupakan komponen hidup dari lingkungan yang penting yang
dapat dimanipulasi untuk mempengaruhi penampilan tanaman. Bila tanah salah
digunakan maka tanaman jadi kurang produktif. Dalam mendukung kehidupan
tanaman terdapat tiga fungsi tanah yang primer, yaitu :
1. Memberikan unsur-unsur mineral
2. Memberikan air
3. Sebagai tempat berpegang dan bertumpu untuk tegak.
Untuk tujuan produksi tanaman, tanah harus dipandang merupakan suatu
keseimbangan dari sistem yang saling menjalin dan berinteraksi dengan mineral ,
bahan organik, organisme tanah, atmosfer tanah, dan air tanah, dimana masing-
masing sistem tidak dapat dipisahkan, mengubah salah satu berarti mengubah
semuanya.
Secara tidak langsung kesuburan tanah berhubungan dengan kandungan
mineral dalam tanah. Yang paling penting bagi tanaman adalah ketersediaan hara.
Ketersediaan hara tergantung dari kelarutan zat hara, pH tanah, kapasitas
pertukaran kation, tekstur tanah, dan jumlah bahan organik yang ada.
Dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman, organisme tanah
memegang peranan yang sangat penting. Pada tanah-tanah yang subur terdapat
bakteri-bakteri yang berguna untuk memecah berbagai jenis bahan organik,
melepaskan mineral-mineral yang dapat berguna dalam siklus kehidupan tanaman,
serta ada pula yang dapat mengikat N2 bebas dari udara seperti Azotobacter yang
bebas hidupnya atau yang bersimbiose dengan kacang-kacangan. Disamping
bakteri terdapat jamur-jamur yang berguna, misalnya Mycorrhiza. Cacing, semut,
serangga-serangga kecil juga sangat berguna dalam menambah kesuburan tanah.
Atmosfer tanah berada pada ruang pori-pori yang tidak terisi air.
Kandungan karbondioksida (CO2) lebih besar daripada yang berada dalam udara di
atas tanah, sebaliknya kandungan oksigen (O2) lebih sedikit daripada yang di udara
dan menurun menurut kedalaman. Variabilitas atmosfer tanah sangatlah besar,
tergantung bahan organik dan organisme tanah, dan juga dipengaruhi oleh musim.
Suhu
Proses-proses fisik dan kimiawi dikendalikan oleh suhu dan kemudian
proses-proses ini mengandalikan reaksi biologi yang berlangsung dalam tanaman.
Kelarutan berbagai zat tergantung dari suhu. Kecepatan reaksi dipengaruhi oleh
suhu, biasanya makin tinggi suhu reaksi makin cepat. Suhu mempengaruhi
kestabilan enzim.
Cahaya
Pengaruh cahaya matahari terhadap tanaman yang utama adalah teriknya
matahari dan lama/panjang penyinaran terhadap tanaman (periodisme). Setiap
tanaman berbeda-beda pengaruhnya terhadap teriknya matahari, ada tanaman yang
tumbuh lebih baik pada tempat yang terbuka tetapi ada juga yang tumbuh lebih
baik pada tempat yang memakai peneduh. Selain itu kebutuhan akan sinar
matahari ini juga dipengaruhi oleh tingkat/fase pertumbuhan tanaman. Periodisme
untuk tanaman-tanaman di daerah tropis, termasuk Indonesia, tidak begitu
berpengaruh karena panjang siang dan malam hampir sama sepanjang tahun.
Air
Air merupakan sistem pelarut dari sel dan merupakan suatu medium untuk
pengangkutan baik dari tanah ke tanaman maupun dari bagian tanaman yang satu
ke bagian tanaman yang lain. Air dapat mempertahankan turgor tanaman, proses
transpirasi, dan pertumbuhan tanaman. Selain itu air juga merupakan bahan utama
dalam proses fotosintesis. Pada tanaman-tanaman tertentu, transpirasi yang terjadi
secara berlebihan dan tidak diimbangi oleh penyediaan air dari tanah akan dapat
menyebabkan kelayuan bahkan kematian bagi tanaman. Air bagi tanaman berada
dalam suatu keadaan aliran yang kontinyu. Kehilangan air dapat menyebabkan
terhentinya pertumbuhan dan defisiensi air yang terus menerus menyebabkan
perubahan dalam tanaman yang tidak dapat balik (irreversible) dan mengakibatkan
kematian. Tanaman sangat peka terhadap kekurangan air pada masa mudanya dan
juga pada masa pembentukan bunga. Jumlah air yang bermanfaat untuk tanaman
mempunyai batas-batas tertentu. Seperti pada kekurangan air, kelebihan air dapat
merupakan kesukaran. Air yang berlebihan itu sendiri tidaklah racun, akan tetapi
kekurangan udara pada tanah-tanah yang tergenanglah yang menyebabkan
kerusakan. Tanaman dapat ditanam dengan memuaskan dalam larutan air, bila
aerasi diberikan dengan baik.
Udara
Udara yang berpengaruh terhadap tanaman adalah suhu udara dan angin.
Suhu udara mempengaruhi aktivitas kehidupan tanaman pada proses fotosintesis,
respirasi, transpirasi dan proses metabolisme lainnya. Demikian juga dengan
angin, yaitu gerakan udara yang tidak terlalu cepat, akan berpengaruh terhadap
fotosintesis dan transpirasi
Adaptasi Tanaman
Adaptasi adalah penyesuaian diri terhadap lingkungan yang baru. Dalam
proses penyesuaian diri ini terdapat perubahan-perubahan , baik perubahan
fisiologis maupun morfologis, agar proses metabolisme berlangsung lebih baik.
Perubahan fisiologis berjalan perlahan-lahan menuju kesesuaian dengan
lingkungan baru. Proses ini dapat berupa ketahanan terhadap hama/penyakit,
ketahanan terhadap kekeringan, absorbsi hara dan pembatasan respirasi, ketahanan
terhadap ketersediaan hara yang minim, dan efisiensi asssimilasi serta aktivitas
enzim. Perubahan morfologis adalah perubahan bentuk luar tanaman secara
perlahan. Adaptasi ini dapat berupa perubahan bentuk kanopi atau posisi daun,
perubahan bentuk batang, jumlah pembuluh, dan susunan jaringan.
Penyebaran tanaman pertanian dalam proses adaptasinya dibatasi oleh garis
lintang, tinggi tempat dari permukaan laut, dan panjang hari. Apabila tanaman
berada di luar persyaratan tumbuhnya yang optimum, maka dapat terjadi gangguan
terhadap pertumbuhannya.
Proses adaptasi tanaman akan berlangsung cukup baik apabila tanaman
dipindahkan ke tempat lain yang mempunyai kondisi yang mirip dengan daerah
asalnya. Sebaliknya, apabila pemindahan itu berlangsung diantara dua tempat yang
sangat berbeda, maka tanaman akan mengalami perubahan yang sangat drastis,
yang kemungkinan besar akan dapat menyebabkan gangguan terhadap
pertumbuhannya. Oleh karena itu hal yang perlu diperhatikan dalam pemindahan
tanaman, adalah melihat persyaratan tumbuh tanaman dan menempatkannya pada
daerah dan lahan baru yang mempunyai persyaratan yang sesuai dengan tanaman
tersebut. Proses adaptasi tanaman sampai tanaman betul-betul sudah serasi dengan
lingkungan barunya kadang dapat berlangsung cukup lama. Namun demikian
karena sudah majunya ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya dalam bidang
pertanian, maka proses adaptasi dapat dipercepat dengan berbagai rekayasa,
misalnya lewat pemuliaan tanaman.
Dalam proses adaptasi tanaman melalui berbagai tahapan, yaitu :
1. Tahap Aklimatisasi
Pada tahap ini tanaman berusaha keras untuk dapat mempertahankan diri hidup
di tempat baru dengan mengubah kemampuan fisiologis dan atau morfologis
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.
2. Tahap Naturalisasi
Pada tahap ini tanaman telah mampu menyesuaikan dirinya dengan faktor
lingkungan dan berusaha lagi untuk meyempurnakan proses adaptasinya ke
arah yang positif.
3. Tahap Domestikasi
Merupakan tahap akhir dari proses adaptasi, dimana tanaman sudah dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya dan sudah mulai dapat
menjalani kehidupannya dan melewati seluruh siklus hidupnya dengan baik.
BAB VIII
IPTEK DALAM BIDANG PERTANIAN