perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN REALISTIK UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN SEDERHANA
PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 06 NGRINGO KECAMATAN
JATEN KABUPATEN KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN
2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
DWI PRASETYOWATI
K7108131
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Dwi Prasetyowati
NIM : K7108131
Jurusan/Program Studi : IP/PGSD
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENERAPAN PENDEKATAN
PEMBELAJARAN REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN
PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN SEDERHANA PADA SISWA KELAS
III SD NEGERI 06 NGRINGO KECAMATAN JATEN KABUPATEN
KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012 “ ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Dwi Prasetyowati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN REALISTIK UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN SEDERHANA
PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 06 NGRINGO KECAMATAN
JATEN KABUPATEN KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN
2011/2012
Oleh :
DWI PRASETYOWATI
K7108131
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Juli 2012
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. MG. Dwijiastuti, M. Pd
NIP 19500712 197903 2 001
Drs. Samidi, M. Pd
NIP 19511108 198803 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Jumat
Tanggal : 27 Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan akan datang kemudahan, maka kerjakanlah
urusanmu dengan sungguh-sungguh dan hanya kepada Allah kamu berharap.”
(QS. Al-Insyirah:6-8)
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”
(QS. Muhammad: 7 )
“Allah menyukai pekerjaan yang dilakukan terus-menerus walaupun pekerjaan itu
kecil atau sedikit.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
“Ketahuilah pertolongan itu ada bersama dengan kesabaran, jalan keluar itu akan
selalu beriringan dengan cobaan, dan bersama kesulitan itu ada kemudahan.”
(HR. Tirmidzy)
“Tak ada kesuksesan instan. Kegagalan sering mewarnai perjalanan hidup kita,
tetapi jangan biarkan semua itu membuat kita berhenti untuk meraih impian.
Harapan janganlah pudar hanya karna sebongkah kecewa ataupun sebutir sakit
yang menyapamu. Bahkan akan nada kemudahan setelah kesulitan.”
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
Puji Syukur Alhamdulilah atas Rahmad dan Hidayah Allah SWT
serta Sholawat salam penulis sampaikan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW atas selesainya skripsi ini
Orang tuaku:
Ibuku (Zuliyati) yang memberikan arti tulusnya kasih sayang tanpa mengharap
balas jasa dan aku selalu mendoakan semoga beliau diampuni dosanya serta
dimasukan ke dalam surga-Nya nantinya. Amiin.
Bapak Wardoyo yang telah memberikan motivasi, perhatian, kasih sayang
dengan tulus ikhlas, bekerja keras tanpa mengenal lelah untuk mencukupi
kebutuhan keluarga, dan mendoakan aku dalam setiap langkahku. Terima
kasih ayah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Dwi Prasetyowati. K7108131. PENERAPAN PENDEKATAN
PEMBELAJARAN REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN
PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN SEDERHANA PADA SISWA KELAS
III SD NEGERI 06 NGRINGO KECAMATAN JATEN KABUPATEN
KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi. Surakarta:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli
2012.
Tujuan penelitian ini untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan
Sederhana Pada Siswa Kelas III SD Negeri 06 Ngringo Kecamatan jaten
kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012.
Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek yang
digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SDN 06 Ngringo Jaten
Karanganyar Tahun Pelajaran 201012012 berjumlah 38 siswa yang terdiri dari 17
siswa puta dan 21 siswa putri. Sumber data yang digunakan adalah informasi dari
nara sumber yaitu guru kelas III dan siswa. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi, kajian dokumen, dan tes. Untuk menguji validitas
data, peneliti menggunakan triangulasi sumber data dan triangulasi metode.
Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif Miles dan
Huberman meliputi tiga buah komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan
penarikan simpulan atau verifikasi. Proses penelitian dilaksanakan dalam dua
siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan, (2) tindakan,
(3) observasi, dan (4) refleksi.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa dengan
penerapan pendekatan pembelajaran realistik dapat meningkatkan pemahamn
konsep pecahan sederhana pada siswa kelas III SD Negeri 06 Ngringo Kecamatan
Jaten Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012.
Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya prosentase sikap siswa
pada aspek kognitif, afektif, psikomotor dan kesungguhan pada siklus I dan siklus
II. Kualitas hasil dibuktikan dengan diperoleh nilai rata-rata hasil kondisi awal
sebelum tindakan (prasiklus) yaitu 66,98 dengan ketuntasan klasikal 39,47%.
Pada siklus I nilai rata-rata kelas meningkat mencapai 75,05 dengan ketuntasan
klasikal 65,78%. Setelah tindakan pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat
menjadi 83,86 dengan ketuntasan klasikal 92,10%.
Kata kunci: Pembelajaran Realistik, Pemahaman Konsep Pecahan Sederhana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Dwi Prasetyowati. K7108131. THE APPLICATION OF REALISTIC
TEACHING APPROACH TO IMPROVE GRADE III STUDENTS’
CONCEPT-UNDERSTANDING OF SIMPLE FRACTION IN SD NEGERI
06 NGRINGO KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR
ACADEMIC YEAR 2011/2012. Thesis: Teacher Training and Education Faculty
Sebelas Maret University Surakarta, July 2012.
The objective of this research is to improve grade III students’ concept-
understanding of simple fraction in SD Negeri 06 Ngringo Kecamatan Jaten
Kabupaten Karanganyar Academic Year 2011/2012.
This research is a Class Action Research (CAR). The subjects of the
research were grade III students of SDN 06 Ngringo Jaten Karanganyar academic
year 2011/2012 consisting 38 students, 17 males and 21 females. The source of
data used was information taken from teacher and students. The techniques of
collecting data were observation, document analysis, and test. To check the
validity of the data, the researcher used triangulation source and triangulation
method. The technique of data analysis was interactive analysis model introduced
by Miles and Hubberman which consists three components, namely data
reduction, data display and conclusion drawing or verification. The research was
conducted in two cycles. Each cycle consisted of four steps, namely (1) planning,
(2) action, (3) observation, dan (4) reflection.
Based on the research, it can be concluded that the application of realistic
learning-teaching approach can improve grade III students’ concept-understanding
of simple fraction in SD Negeri 06 Ngringo Kecamatan Jaten Kabupaten
Karanganyar academic year 2011/2012.
It can be proven from the improvement of percentage of students’
behavior in cognitive, affective, psychomotor aspects and students’ effort in Cycle
I and II. The result quality was taken from mean score before action, 66,98 with
classical passing grade 39,47%. In cycle I, the mean score increased becoming
75,05 with classical passing grade 65,78%. After action in Cycle II, the mean
score increased becoming 83,86 with classical passing grade 92,10%.
Keyword: Realistic teaching, concept-understanding of simple fraction
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada kita. Atas kehendak-Nya pula
skripsi dengan judul ”Penerapan Pendekatan Pembelajaran Realistik Untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Sederhana Pada Siswa Kelas
III SD Negeri 06 Ngringo Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar Tahun
Pelajaran 2011/2012” ini dapat terselesaikan dengan baik sebagai persyaratan
untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini telah melibatkan berbagai
pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuannya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang
terhormat:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas sebelas Maret Surakarta.
4. Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Dra. MG Dwijiastuti, M.Pd selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Drs. Samidi, M.Pd selaku pembimbing II skripsi penulis yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
7. Bapak dan Ibu dosen program studi PGSD FKIP UNS yang telah memberikan
motivasi dan pengarahan kepada penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8. Ibu Nunuk Sri Susilawaty, S.Pd, M.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri 06
Ngringo yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
9. Ibu Sri Rahayu, S. Pd SD selaku guru kelas III SD Negeri 06 Ngringo yang
dengan senang hati membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian.
10. Guru-guru dan murid-murid SD Negeri 06 Ngringo yang telah memberikan
motivasi dan sebagai informan terhadap penyusunan skripsi ini.
11. Keluarga penulis tercinta yang memberikan bantuan materiil dan nonmaterial
serta dukungan demi kelancaran penyelesaian skripsi penulis.
12. Teman-temanku se almamater yang telah memberikan semangat dan
kerjasamanya.
Penulis telah berupaya untuk berbuat yang terbaik dalam penyusunan
skripsi ini. Namun demikian, disadari hasilnya masih jauh dari kesempurnaan.
Semua ini tidak lain karena keterbatasan penulis baik pengatahuan dan
pengalaman. Oleh karena itu, segala saran dan kritik membangun sangat
diharapkan.
Akhirnya, penulis tetap berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca budiman. Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak
tersebut di atas mendapat pahala dan imbalan dari Allah.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
JUDUL ........................................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................... ii
PENGAJUAN ................................................................................................ iii
PERSETUJUAN ............................................................................................ iv
PENGESAHAN ……………………………………………………………… v
MOTTO .......................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN .......................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT ................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................... 7
A. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 7
1. ..................................................................................... Haki
kat Pembelajaran matematika ............................................. 7
a. Pengertian Belajar ....................................................... 7
b. Tujuan Belajar ............................................................. 7
c. Pengertian Pembelajaran ............................................. 8
d. Pengertian Matematika ................................................ 9
e. Pembelajaran Matematika ........................................... 10
f. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD .................... 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
g. Evaluasi Pembelajaran Matematika ............................ 11
2. ..................................................................................... Haki
kat Pendekatan Pembelajaran Realistik ............................... 12
a. Pengertian Pendekatan ................................................ 12
b. Pengertian Pembelajaran Realistik .............................. 13
c. Komponen Pendekatan Pembelajaran Realistik .......... 16
d. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Realistik di Kelas 17
e. Ciri-ciri Pendekatan Pembelajaran Realistik .............. 18
f. Langkah-langkah Pendekatan Pembelajaran
Matematika Realistik .................................................. 20
g. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan
Pembelajaran Realistik ................................................ 21
h. Tinjauan Pendekatan Pembelajaran Realistik di Kelas
III yang diteliti ..…....................................................... 21
3. ..................................................................................... Haki
kat Pemahaman Konsep …………………………….. ........ 24
a. ............................................................................... Peng
ertian Pemahaman ........................................................ 24
b. ............................................................................... Peng
ertian Konsep ............................................................... 25
c. ............................................................................... Peng
ertian Pemahaman Konsep .......................................... 25
4. ..................................................................................... Haki
kat Pecahan Sederhana ……………………………… ....... 26
a. ............................................................................... Peng
ertian Pecahan .............................................................. 26
b. ............................................................................... Kons
ep Pecahan di Sekolah Dasar ....................................... 27
c. ............................................................................... Maca
m-macam Pecahan . ...................................................... 30
B. Penelitian yang Relevan .......................................................... 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Kerangka Berpikir ................................................................... 32
D. Hipotesis Tindakan .................................................................. 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 35
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 33
B. Bentuk dan Strategi Penelitian………………………………... 36
C. Subjek dan Objek Penelitian ……………………………… ... 37
D. Data dan Sumber Data … ........................................................ 38
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 39
F. Validitas Data .......................................................................... 40
G. Teknik Analisis Data ............................................................... 41
H. Indikator Kinerja ……………………………………………... 43
I. Prosedur Penelitian ………………………………………….. 43
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN ............................. 47
A. Deskripsi Pratindakan ……………………………………….. 47
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus...................................... 50
1. Tindakan Siklus I ................................................................ 50
a. Perencanaan Tindakan .................................................... 50
b. Pelaksanaan Tindakan .................................................... 51
c. Observasi ......................................................................... 57
d. Refleksi ........................................................................... 60
2. Tindakan Siklus II ............................................................... 61
a. Perencanaan Tindakan .................................................... 61
b. Pelaksanaan Tindakan .................................................... 62
c. Observasi ........................................................................ 67
d. Refleksi .......................................................................... 70
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus ............................ 71
D. Pembahasan ………………………………………………….. 73
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ................................. 79
A. Simpulan ................................................................................. 79
B. Implikasi .................................................................................. 79
C. Saran ........................................................................................ 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 81
LAMPIRAN .................................................................................................. 84
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ……………………. 33
Tabel 4.1. Distribusi nilai Frekuensi Matematika Materi Pecahan Sederhana
Pada Siswa Kelas III SD N 06 Ngringo Pada Kondisi Awal…… 48
Tabel 4.2. Distribusi nilai Frekuensi Matematika Materi Pecahan Sederhana
Pada Siswa Kelas III SD N 06 Ngringo Pada Siklus 1………… 55
Tabel 4.3 Perkembangan Pemahaman Konsep Pecahan Sederhana
Sebelum Tindakan dengan Siklus 1 ................................................. 56
Tabel 4.4 Lembar Observasi Siswa Afektif Siklus 1 ....................................... 59
Tabel 4.5 Lembar Observasi Siswa Psikomotor Siklus 1……………………. 60
Tabel 4.6 Distribusi nilai Frekuensi Matematika Materi Pecahan Sederhana
Pada Siswa Kelas III SD N 06 Ngringo Pada Siklus II ………….. 66
Tabel 4.7 Lembar Observasi Siswa Afektif Siklus II ……………………. 68
Tabel 4.8 Lembar Observasi Siswa Psikomotor Siklus II ……………...... 70
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Matematika Materi Pecahan Sederhana Pada
Siswa Kelas III SD N 06 Ngringo Pada Kondisi Awal, Siklus 1,
Siklus II …………………………………………........................ 72
Tabel 4.10 Distribusi nilai Frekuensi Matematika Materi Pecahan Sederhana
Pada Siswa Kelas III SD N 06 Ngringo Pada Siklus 1………… 74
Tabel 4.11 Perkembangan Pemahaman Konsep Pecahan Sederhana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sebelum Tindakan dengan Siklus 1 ................................................. 75
Tabel 4.12 Distribusi nilai Frekuensi Matematika Materi Pecahan Sederhana
Pada Siswa Kelas III SD N 06 Ngringo Pada Siklus II …………... 76
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Matematika Materi Pecahan Sederhana Pada
Siswa Kelas III SD N 06 Ngringo Pada Kondisi Awal, Siklus 1,
Siklus II …………………………………………........................ 78
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Matematisasi Konseptual Nyimas Aisyah .................................. 19
Gambar 2.2 Semangka .. ................................................................................. 22
Gambar 2.2. Apel .. .......................................................................................... 22
Gambar 2.4 Pipet Minuman.. .......................................................................... 22
Gambar 2.5 Melon .......................................................................................... 22
Gambar 2.6 Semangka ................................................................................ 22
Gambar 2.7 Kue ......................................................................................... 23
Gambar 2.8 Semangka ……………………………………………………… 23
Gambar 2.9 Kerangka Berfikir……………………………………………… 33
Gambar 3.1 Model PTK ……………………………………………………. 37
Gambar 3.2 Komponen Analisis Data………………………………………. 43
Gambar 4.1 Bagan Grafik Nilai Matematika Pecahan Sederhana Pada Kondisi
Awal……………………………………………………………. 48
Gambar 4.2 Bagan Grafik Nilai Matematika Pecahan Sederhana Pada Siklus
………………………………………………………………… 55
Gambar 4.3 Bagan Grafik Perkembangan Pemahaman Konsep Pecahan
Sederhana Sebelum Tindakan dengan Siklus 1……………… 56
Gambar 4.4 Bagan Grafik Lembar Observasi Siswa Aspek Afektif Siklus 1…. 59
Gambar 4.5 Bagan Grafik Lembar Observasi Siswa Aspek Psikomotor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Siklus 1…………………………………………………………… 60
Gambar 4.6 Bagan Grafik Nilai Matematika Pecahan Sederhana Pada
Siklus II ………………………………………………………….. 66
Gambar 4.7 Bagan Grafik Lembar Observasi Siswa Aspek Afektif Siklus II … 69
Gambar 4.8 Bagan Grafik Lembar Observasi Siswa Aspek Psikomotor
Siklus II ………………………………………………………….. 70
Gambar 4.9 Bagan Grafik Nilai Matematika Pecahan Sederhana Pada Kondisi
Awal, Siklus 1, Siklus II …………………………………………. 72
Gambar 4.10 Bagan Grafik Perkembangan Pemahaman Konsep Pecahan
Sederhana Sebelum Tindakan dengan Siklus 1……………… 75
Gambar 4.11 Bagan Grafik Nilai Matematika Pecahan Sederhana Pada
Siklus II ………………………………………………………….. 77
Gambar 4.12 Bagan Grafik Nilai Matematika Pecahan Sederhana Pada Kondisi
Awal, Siklus 1, Siklus II …………………………………………. 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Waktu dan Jadwal Penelitian ………………………………….. 85
Lampiran 2. Silabus Siklus 1 Pertemuan 1 dan 2 …………………...... …… 86
Lampiran 3. Kisi-kisi Instrumen Siklus 1 Pertemuan 1…….. ...................... .. 88
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 pertemuan 1 ......... 90
Lampiran 5. Soal Tes Siklus 1 Pertemuan 1... ................................................. 99
Lampiran 6. Kunci Jawaban Tes Siklus1 Pertemuan 1 …………………… 101
Lampiran 7. Lembar Kerja Kelompok Siklus1 Pertemuan 1 ........................ 102
Lampiran 8. Lembar Observasi Aspek Afektif Siklus I ................................ 103
Lampiran 9. Lembar Observasi Aspek Psikomotor Siklus I …… ................ 105
Lampiran 10. Lembar Observasi Guru…… ................................................... 107
Lampiran 11. Pedoman Observasi Guru..... .................................................... 108
Lampiran 12. Hasil Rekapitulasi Observasi Guru Siklus 1 dan II …………… 112
Lampiran 13. Kisi-kisi Instrumen Siklus 1 Pertemuan II………… ............... 113
Lampiran 14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 pertemuan 2…… 115
Lampiran 15. Soal Tes Siklus 1 Pertemuan 2………….. ............................... 123
Lampiran 16. Kunci Jawaban Tes Siklus1 Pertemuan 2 ................................. 125
Lampiran 17. Lembar Kerja Kelompok Siklus1 Pertemuan 2 ........................ 127
Lampiran 18. Silabus Siklus 2 Pertemuan 1 …………………… ................. 129
Lampiran 19. Kisi-kisi Instrumen Siklus 2 Pertemuan 1…………………… 132
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 20. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2 pertemuan 1…… 134
Lampiran 21. Soal Tes Siklus 2 Pertemuan 1 ................................................. . 144
Lampiran 22. Kunci Jawaban Tes Siklus2 Pertemuan 1 ……………………… 145
Lampiran 23. Lembar Kerja Kelompok Siklus2 Pertemuan 1 ……………….. 146
Lampiran 24. Lembar Observasi Aspek Afektif Siklus II ……………………. 148
Lampiran 25. Lembar Observasi Aspek Psikomotor Siklus II ……………….. 150
Lampiran 26. Silabus Siklus 2 Pertemuan 2 ………………………………….. 152
Lampiran 27. Kisi-kisi Instrumen Siklus II Pertemuan II ……………………. 155
Lampiran 28. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2 pertemuan 2 ….. 157
Lampiran 29. Soal Tes Siklus 2 Pertemuan 2 …………………………………. 165
Lampiran 30. Kunci Jawaban Tes Siklus2 Pertemuan 2 …………………….. 166
Lampiran 31. Lembar Kerja Kelompok Siklus2 Pertemuan 2 ……………….. 167
Lampiran 32. Daftar Nilai pada Kondisi Awal ……………………………….. 168
Lampiran 33. Nilai Total pada Siklus 1 ……………………………………….. 170
Lampiran 34. Nilai Total pada Siklus II ……………………………………… 171
Lampiran 35. Dokumentasi Penelitian ……………………………………….. 172
Lampiran 36. Dokumentasi Penelitian Siklus 1 ……………………………… 174
Lampiran 37. Dokumentasi Penelitian Siklus 2 ……………………………… 177
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran matematika memiliki peranan yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Karena banyak persoalan dalam kehidupan yang
memerlukan pemecahan dengan pemahaman matematika. Seperti contoh
pekerjaan mengukur, dan menghitung pecahan. Menyadari akan pentingnya
matematika dalam kehidupan, maka belajar metematika selayaknya menjadi
kebutuhan dan menjadi kegiatan yang menyenangkan. Namun, kenyataannya
bahwa belajar matematika seakan menakutkan dan dianggap sulit bagi sebagian
besar siswa sehingga sebagian siswa menghindari pelajaran ini. Hal ini terjadi
karena pembelajaran matematika selama ini cenderung hanya berupa menghitung
angka-angka dan menghafal rumus-rumus yang seolah-olah tidak ada makna dan
kaitannya dalam dunia nyata atau kehidupan sehari-hari siswanya.
Salah satu mata pelajaran di sekolah yang rata-rata hasilnya rendah
adalah matematika terutama pada materi pecahan sederhana. Hal ini dikarenakan
peserta didik sering takut terhadap matematika, mereka menganggap matematika
sebagai suatu pembelajaran yang sangat rumit sehingga sering terjadi peserta
didik kehilangan ketertarikan untuk mencobanya.
Menurut hasil pengamatan peneliti di SD Negeri 06 Ngringo Kelas III
menunjukkan bahwa dalam pembelajaran matematika guru hanya menggunakan
metode ceramah tanpa menggunakan pendekatan pembelajaran yang inovatif
khususnya pada pokok bahasan pecahan sederhana. Hal ini menjadikan siswa
merasa jenuh dan tidak tertarik dengan pembelajaran tersebut. Suasana kelas juga
terasa sangat monoton dan membosankan sehingga siswa merasa sulit untuk
memahami dan menguasai konsep pecahan tersebut. Akibatnya hasil belajar
matematika rendah. Hal ini ditunjukkan dengan adanya 23 dari 38 peserta didik
yang memperoleh nilai ulangan harian tentang pecahan di bawah 75 Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Pada dasarnya belajar matematika merupakan belajar konsep. Untuk itu
dalam proses pembelajaran guru harus dapat menyampaikan konsep tersebut
kepada siswa dan bagaimana siswa memahamainya. Pengajaran pada matematika
dilakukan dengan memperhatikan urutan konsep dimulai dari yang paling
sederhana.
Perolehan nilai siswa kurang memenuhi batas ketuntasan minimal
dikarenakan pelaksanaan pembelajaran matematika di SD sekarang ini pada
umumnya guru masih mendominasi kelas dengan metode mengajar yang
konvesional dan siswa cenderung pasif. Guru mengajarkan konsep matematika
khusunya dalam pecahan sederhana dan siswa hanya menerima bahan jadi.
Seringkali guru juga menanamkan konsep belajar hanya agar dapat lulus dengan
nilai yang baik. Sehingga siswa memandang belajar adalah suatu kewajiban yang
dipikul atas perintah orang tua, guru atau lingkungannya. Belum memandang
belajar sebagai suatu kebutuhan.
Guru belum menggunakan pendekatan “dunia nyata” sebagai sarana
untuk memperjelas materi dalam proses pembelajaran pecahan sederhana karena
guru masih terbiasa mengajar secara konvensional yaitu guru lebih banyak
ceramah dari pada melibatkan peserta didik secara langsung. Apalagi materi yang
diajarkan materi pecahan sederhana yang dianggap peserta didik kelas III
merupakan materi yang paling sulit karena bilangan yang digunakan merupakan
pecahan dari keseluruhan. Jika pemahaman peserta didik terhadap materi pecahan
rendah maka akan berdampak pada kesulitan dalam memecahkan soal dalam
kehidupan sehari-hari serta hasil belajar peserta didik juga akan rendah.
Dengan demikian, guru dituntut untuk menemukan cara dan berusaha
agar anak didiknya terlibat secara aktif dalam suatu mata pelajaran dengan
presentasi waktu belajar akademis yang tinggi dan pelajaran berjalan tanpa
menggunakan teknik yang memaksa. Pemahaman konsep pecahan sederhana
perlu dilakukan karena masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM). Pecahan sederhana kalau tidak ditingkatkan akan
mengalami kesulitan dalam pecahan yang lebih kompleks. Salah satu upaya untuk
meningkatkan keberhasilan belajar yaitu dengan menggunakan pembelajaran aktif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
dimana siswa melakukan sebagian besar pekerjaan dalam pembelajaran. Oleh
karena itu, dikembangkan beberapa cara untuk lebih mengaktifkan siswa (student
centered) sehingga keefektifan pembelajaran dapat tercipta, salah satunya adalah
dengan penggunaan pendekatan pembelajaran yang menyenangkan dan menarik
minat belajar siswa.
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka akan dilakukan penelitian untuk
meningkatkan pemahaman konsep dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran Realistik ( Realistic Mathematical Education) dalam pembelajaran
metematika khusunya materi pecahan sederhana.
Realistic Mathematical Education/ RME dikembangkan oleh Freudental
dan Treffers, yang pada awalnya di Belanda dan digunakan sebagai pendekatan
untuk meningkatkan mutu pembelajaran matematika, melalui kegiatan yang
disebut pematimatikaan. Pematimatikaan dimaksutkan untuk memulai
pembelajaran matematika secara kontekstual atau keadaan kehidupan sehari-hari
siswa. Dengan cara pendekatan pembelajaran realistik, siswa merasa dekat dan
tertarik terhadap materi pelajaran matematika (Gatot Muhseto, dkk: 1.16).
Realistic Mathematical Education adalah sebuah pembelajaran matematika yang
menekankan pada penyelesaian masalah secara informal sebelum menggunakan
cara formal.
Cara informal ini bisa berupa permainan, lagu atau segala sesuatu yang
dekat dengan peserta didik. Dekat dengan peserta didik di sini, berarti
berhubungan dengan kehidupan nyata peserta didik, sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik dan terjangkau oleh peserta didik. Realistic
Mathematical Education dimulai dari masalah yang kemudian diarahkan menuju
pemecahan secara formal.
Daitin Tarigan menyatakan bahwa pembelajaran matematika realistik
merupakan pendekatan yang orientasinya menuju kepada penalaran siswa yang
bersifat realistik sesuai dengan tuntutan kurikulum berbasis kompetensi yang
ditujukan kepada pengembangan pola pikir praktis, logis, kritis, dan jujur dengan
berorientasi kepada penalaran matematika dalam menyelesaikan masalah (2006:
4).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Pembelajaran matematika realistik di awali dengan masalah-masalah
yang nyata, sehingga siswa dapat menggunakan pengalaman sebelumnya secara
langsung. Dengan pembelajaran matematika realistik siswa dapat
mengembangkan konsep yang lebih komplit. Kemudian siswa juga dapat
mengaplikasikan konsep-konsep matematika ke bidang baru dan dunia nyata.
Treffers (1987) merumuskan lima karakteristik Pendidikan Matematika
Realistik, yaitu: Penggunaan konteks (dunia nyata), Penggunaan model-model
(matematisasi), Pemanfaatan hasil konstruksi dan produksi siswa, Menggunakan
interaktif (Interaktivitas), dan Menggunakan keterkaitan/intertwinment (Ariyadi
Wijaya, 2012:21).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Pendekatan Pembelajaran
Realistik Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Sederhana
pada Siswa Kelas III SD Negeri 06 Ngringo Kecamatan Jaten Kabupaten
Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dalam penelitian ini
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah Penerapan Pendekatan Pembelajaran Realistik Dapat Meningkatkan
Pemahaman Konsep Pecahan Sederhana pada Siswa Kelas III SD Negeri 06
Ngringo Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran
2011/2012 ?
2. Bagaimana penerapan pendekatan pembelajaran dalam rangka meningkatkan
pemahaman konsep pecahan sederhana pada Siswa Kelas III SD Negeri 06
Ngringo Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran
2011/2012?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Sederhana pada Siswa
Kelas III SD Negeri 06 Ngringo Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar
Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Menerapkan Pendekatan Pembelajaran Realistik dalam rangka Meningkatkan
Pemahaman Konsep Pecahan Sederhana pada Siswa Kelas III SD Negeri 06
Ngringo Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran
2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memiliki beberapa
manfaat, diantaranya yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya tentang pembelajaran
matematika materi tentang pecahan sederhana pada kelas III SD.
2. Manfaat Praktis
a. Guru
1) Menambah pengalaman guru dalam pembelajaran
2) Meningkatkan pengetahuan dan wawasan pembelajaran, khususnya
dalam bidang matematika
3) Mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif, dan
meningkatkan ketrampilan guru untuk mengatasi kesulitan pembelajaran
dalam bidang matematika khususnya materi pecahan sederhana dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran realistik, sehingga tercipta
suasana pembelajaran yang menyenangkan.
b. Siswa
1) Meningkatkan prestasi belajar matematika siswa, sehingga dapat
mengembangkan potensi diri secara optimal terutama dalam belajar
matematika selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2) Siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran melalui pendekatan
pembelajaran realistik.
c. Sekolah
1) Meningkatnya kualitas pembelajaran
2) Menjadi pendorong untuk selalu mengadakan proses pembelajaran
kearah yang lebih baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Belajar
Istilah belajar merupakan suatu kata yang sudah akrab dengan semua
lapisan masyarakat. Bagi pelajar, kata”belajar” merupakan kata yang tidak asing.
Belajar pada hakikatnya merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Banyak pendapat yang menerangkan tentang
belajar. Menurut Slameto belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interakasi dengan
lingkungannya (Syaiful Bahri Djamarah, 2010: 2). Menurut Sri Anitah W, dkk
belajar yaitu suatu proses interaksi antara individu dengan lingkungannya (2007:
2.4).
Dimyati dan Mudjiono berpandangan bahwa belajar merupakan tindakan
dan perilaku siswa yang kompleks, kegiatan yang tidak terpisahkan dari
kehidupan manusia dan dilakukan oleh setiap orang. Sebagai tindakan, maka
belajar hanya dialami oleh siswa sendiri (2009: 17).
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan,
bahwa belajar merupakan suatu aktivitas proses yang kompleks berdasarkan pada
pengalaman untuk mengubah tingkah laku suatu organisme yang berlangsung
secara progresif.
b. Tujuan Belajar
Tujuan belajar merupakan hasil yang hendak dicapai setelah siswa
melakukan kegiatan belajar. Tujuan yang didasari oleh siswa sendiri sangat
bermakna dalam upaya menggerakkan kegiatan belajar untuk mencapai hasil yang
optimal. Menurut Dimyati dan Mudjiono belajar merupakan proses internal yang
kompleks (2009: 18). Yang terlibat dalam aktifitas internal tersebut adalah seluruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Ranah kognitif menurut Bloom, Siswa yang belajar akan memperbaiki
kemampuan internalnya dari kemampuan awal pada pra-belajar, meningkat
memperoleh kemampuan-kemampuan yang tergolong pada jenis perilaku yang di
didikkan di sekolah (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 29).
Ranah afektif menurut Krathwohl, Bloom, Siswa yang belajar akan
memperbaiki kemampuan-kemampuan internalnya yang afektif. Siswa
mempelajari kepekaan tentang sesuatu hal sampai pada penghayatan nilai
sehingga menjadi suatu pegangan hidup (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 29).
Ranah psikomotorik menurut Simpson, Belajar berbagai kemampuan
gerak dapat dimulai dengan kepekaan memilah-milah sampai pada kreatifitas pola
gerak baru (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 31-32).
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar
adalah mengubah tingkah laku berbagai ranah kognitif, afektif, psikomotorik agar
menjadi lebih baik.
c. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran akan lebih efektif jika sesuai dengan minat, kebutuhan,
perkembangan dan perbedaaan individu setiap anak. Belajar terjadi pada suatu
situasi tertentu, yang berbeda dari situasi lain, yaitu yang disebut dengan
pembelajaran. Pembelajaran menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
Pembelajaran yaitu proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar (Sri Anitah W, 2007: 1.15).
Menurut Oemar Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan, dan
prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan (St. Y. Slamet &
Suwarto, 2007: 158).
Pembelajaran menurut Gagne dan Briggs adalah upaya orang yang
tujuannya membantu orang belajar. Secara terperinci Gagne mendifinisikan
pembelajaran sebagai seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk
mendukung terjadinya beberapa proses belajar yang sifatnya internal (Nyimas
Aisyah, 2007: 1-3).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Berdasarkan definisi-definisi pembelajaran yang diuraikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses mengatur lingkungan agar
terjadi interaksi aktif antara guru dan siswa, dengan mengoptimalkan faktor
internal maupun eksternal yang datang dari lingkungan individu.
d. Pengertian Matematika
Pembelajaran matematika di SD merupakan salah satu kajian yang selalu
menarik untuk dikemukakan karena adanya perbedaan karakteristik khususnya
antara hakikat anak dan hakikat matematika.
Menurut pandangan Mulyono Abdurrahman, banyak orang menyamakan
antara matematika dengan aritmatika atau berhitung. Padahal, matematika
memiliki cakupan yang lebih luas dari pada aritmatika. Arimatika hanya
merupakan bagian dari matematika. Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di
sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para
siswa (2009: 251-252).
Menurut Andi Hakim Nasution , Istilah matematika berasal dari bahasa
yunani, mathein yang berarti mempelajari. Kata matematika diduga erat
hubungannya dengan kata sansekerta, medya atau widya yang artinya kepandaian,
ketahuan atau intelegensi (Karso, 1980: 1.39). Russefendi memberikan pengertian
matematika itu terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan,
difinisi-difinisi, aksioma-aksioma dan dalil-dalil yang dibuktikan kebenarannya,
sehingga matematika disebut ilmu deduktif (1988: 23).
Menurut Karso matematika adalah ilmu deduktif, aksiomatik, formal,
hierarkis, anstrak, bahasa simbol yang padat anti dan semacamnya sehingga para
ahli matematika dapat mengembangkan sebuah sistem matematika (2007: 1.4).
Dari berbagai pendapat di atas tentang matematika yang telah
dikemukakan menunjukkan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan
yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya.
Ini berarti bahwa belajar matematika pada hakikatnya adalah belajar konsep,
struktur konsep dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
e. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika di SD berguna untuk kepentingan hidup pada
lingkungannya, untuk mengembangkan pola pikirnya, dan untuk mempelajari
ilmu-ilmu yang kemudian. Menurut Brunner pembelajaran matematika adalah
belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat
di dalam materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep-konsep
struktur-struktur matematika itu (Nyimas Aisyah, 2007: 1-5).
Menurut Gatot Muhseto, pembelajaran matematika adalah proses
pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang
terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan
matematika yang dipelajari (2007: 1.26).
Dari uraian di atas hakikat pembelajaran matematika adalah proses yang
sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan
(kelas/sekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa belajar matematika di
sekolah.
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses
yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa guna memperoleh
ilmu pengetahuan dan ketrampilan matematika. Suatu proses yang dimaksud
adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan situasi agar
siswa belajar dengan menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing.
(http://wawan junaidi.blogspot.com/2010/06/pembelajaran-matematika.html)
diakses tanggal 25Januari 2012. Pukul 20.25 WIB.
f. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD
Tujuan pembelajaran matematika merupakan komponen yang paling
penting didalam rencana pembelajaran matematika, karena tujuan pembelajaran
matematika mendasari hampir semua komponen lain di dalam rencana
pembelajaran matematika.
Tujuan mata pelajaran matematika di SD menurut Kurikulum KTSP SD/
MI (Nyimas Aisyah, 2007: 1-4) adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan
mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan masalah, merancang model
matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Tujuan umum dan khusus dalam Kurikulum KTSP SD/MI 2007
merupakan pelajaran matematika di sekolah yang memberikan gambaran belajar
tidak hanya dibidang kognitif saja, tetapi meluas pada bidang psikomotor dan
afektif. Pembelajaran matematika diarahkan untuk pembentukan kepribadian dan
pembentukan kemampuan berpikir yang bersandar pada hakikat matematika, ini
berarti hakikat matematika merupakan unsur utama dalam pembelajaran
matematika.
g. Evaluasi Pembelajaran Matematika
Endang Poerwanti menyatakan bahwa penilaian atau evaluasi merupakan
proses pemberian makna atau penetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara
membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu (2008:
1-5). Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui kemajuan belajar siswa, dan untuk
memperoleh umpan balik bagi perbaikan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
Alat evaluasi yang digunakan untuk melakukan evaluasi proses dan
evaluasi hasil yaitu:
1) Alat evaluasi untuk mengukur aspek kognitif
Evaluasi ranah kognitif, yaitu untuk mengetahui pemahaman konsep
matematika materi pecahan sederhana dapat dilakukan dengan menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
tes, baik dalam bentuk objektif maupun dalam bentuk uraian (esai). Peneliti
akan memberikan lembar kerja kelompok. Serta untuk mengetahui evaluasi
pada akhir pembelajaran, siswa akan diminta untuk mengerjakan soal yang
dikerjakan secara individu.
2) Alat evaluasi untuk mengukur aspek afektif
Ranah afektif berhubungan dengan sikap yang dimilki seseorang. Untuk
mengetahui keberhasilan ranah afektif, maka guru perlu menetukan alat
evaluasi untuk mengamati sikap setiap siswa. Dalam proses pembelajaran
pecahan sederhana, peneliti mengamati sikap siswa, baik dalam melakukan
kerja kelompok maupun kegiatan belajar lainnya. Aspek yang diamati meliputi:
kemauan untuk menerima pelajaran dari guru, perhatian siswa terhadap apa
yang dijelaskan oleh guru, keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan guru,
hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat, keberanian siswa
mengerjakan soal di papan tulis, kemauan berdiskusi dengan teman kelompok,
keberanian siswa dalam mendemonstrasikan alat peraga (lihat lampiran 8
halaman 103).
3) Alat evaluasi untuk mengukur ranah psikomotor
Ranah psikomotor melatih siswa untuk terampil dalam pembelajaran
matematika. Dalam pembelajaran pecahan sederhana, ranah psikomotor
dilakukan dengan mengaktifkan siswa dalam kerja kelompok yang dinilai
dengan lembar observasi ranah psikomotor. Aspek yang diamati meliputi:
segera memasuki kelas pada waktu guru datang, mencatat bahan pelajaran
(informasi) dengan baik dan sistematis, mengatur peran dalam diskusi,
mengangkat tangan dan bertanya kepada guru mengenai bahan pelajaran yang
belum jelas, meminta saran dengan guru dalam pembelajaran (mencari
informasi) (lihat lampiran 9 halaman 105).
2. Hakikat Pendekatan Pembelajaran Realistik
a. Pengertian Pendekatan
Aktivitas guru dalam memilih kegiatan pembelajaran tidak lepas dari
pendekatan. Menurut Sri Anitah pendekatan diartikan sebagai suatu cara pandang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
terhadap sesuatu (2009: 45). Dalam konteks pembelajaran, pendekatan menurut
Soli Abimanyu diartikan sebagai cara umum dalam memandang permasalahan
dan atau obyek kajian. Pendapat ini dapat diibaratkan sebagai seseorang yang
menggunakan kacamata dengan warna tertentu di dalam memandang alam.
Kacamata hijau akan menyebabkan dunia kelihatan kehijau-hijauan, kacamata
berwarna coklat akan membuat dunia nampak kecoklat-coklatan, dan seterusnya
(2008: 2.4).
Menurut Sagala pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai
aktivitas pembelajaran yang dipilih oleh guru dan sesuai dengan kurikulum yang
berlaku. Hal yang perlu dipertimbangkan sebelum menerapkan pendekatan
pembelajaran adalah kondisi peserta didik secara keseluruhan, sebab peserta
didiklah yang paling dominan dalam menentukan kualitas pembelajaran.
Ruminiati menjelaskan bahwa model pendekatan pembelajaran merupakan salah
satu faktor yang mempunyai andil cukup besar dalam pencapaian tujuan
pembelajaran yang sudah ditentukan. Dalam memilih model pendekatan, guru
harus mempertimbangkan beberapa faktor yang saling berhubungan antara satu
dengan yang lainnya (Ruminiati, 2008: 1.15).
Berdasarkan beberapa pengertian pendekatan pembelajaran tersebut
dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan seperangkat cara
kerja yang dapat diterapkan untuk mempermudah dalam mendesain pembelajaran
sehingga peserta didik menjadi lebih aktif menyelesaikan tugas-tugas belajar.
Kemampuan peserta didik untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut diharapkan
mampu mempengaruhi hasil belajar menjadi lebih optimal sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang sudah ditentukan.
b. Pengertian Pembelajaran Realistik
Belajar matematika merupakan suatu proses berfikir disertai dengan
aktivitas afektif dan fisik. Pembelajaran matematika yang ingin dicapai yaitu
memiliki kemampuan berfikir kritis dan kenyataan yang ada dilapangan.
Matematika harus dikaitkan dengan realita sehingga dalam pembelajaran
matematika seharusnya dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata
sehari-hari. Realistik berasal dari kata riil yang artinya nyata, terlihat dengan jelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Menurut Frudental bahwa matematika merupakan suatu bentuk aktivitas manusia
yang melandasi pengembangan pendidikan matematika realistik (Realistic
Mathematics education). Pendidikan matematika realistik merupakan suatu
pendekatan dalam pembelajaran matematika di Belanda (Ariyadi Wijaya, 2012:
20).
Pendekatan ini didasarkan pada anggapan Hans Frudental bahwa
matematika adalah kegiatan manusia. Menurut pendekatan ini bahwa kelas
matematika bukan tempat memindahkan matematika dari guru terhadap siswa,
melainkan tempat siswa menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui
eksplorasi masalah-masalah nyata (Nyimas Aisyah, 2007: 7-3).
Daitin Tarigan menyatakan pembelajaran matematika realistik
merupakan pendekatan yang orientasinya menuju kepada penalaran siswa yang
bersifat realistik sesuai dengan tuntutan kurikulum berbasis kompetensi yang
ditujukan kepada pengembangan pola pikir praktis, logis, kritis, dan jujur dengan
berorientasi kepada penalaran matematika dalam menyelesaikan masalah (2006:
4).
Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya adalah pemanfaatan
realitas dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses
pembelajaran matematika, sehingga mencapai tujuan pendidikan matematika
secara lebih baik dari pada yang lalu. Yang dimaksud dengan realita yaitu hal-hal
yang nyata atau kongret yang dapat diamati atau dipahami peserta didik lewat
membayangkan, sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan
tempat peserta didik berada baik lingkungan sekolah, keluarga maupun
masyarakat yang dapat dipahami peserta didik. Lingkungan dalam hal ini disebut
juga kehidupan sehari-hari.
(http://massofa.wordpress.com/2008/09/13/pendekatan-pembelajaran-matematika-
realistik/. Diunduh pada tanggal 31 juli 2012. Pukul 15.00 WIB.)
Pembelajaran matematika realistik adalah atau Realistic Mathematics
Education (RME) adalah sebuah pendekatan pembelajaran matematika yang
dikembangkan Freudenthal di Belanda. Gravemeijer (1994: 82) dimana
menjelaskan bahwa yang dapat digolongkan sebagai aktivitas tersebut meliputi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
aktivitas pemecahan masalah, mencari masalah dan mengorganisasi pokok
persoalan. Matematika realistik yang dimaksudkan dalam hal ini adalah
matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan
pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran. Masalah-masalah realistik
digunakan sebagai sumber munculnya konsep-konsep matematika atau
pengetahuan matematika formal.
(Sumber: http://www.sekolahdasar.net/2011/08/model-pembelajaran-rme-atau-
realistic.html#ixzz22AEiSdbz. Diunduh pada tanggal 31 Juli 2012. Pukul 15.00
WIB).
Menurut Supinah dan Agus D.W RME (Realistic Mathematical
Education) adalah suatu teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus
untuk matematika. Konsep matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan
untuk memperbaiki pendidikan matematika di Indonesia yang didominasi oleh
persoalan bagaimana meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan
mengembangkan daya nalar (2009: 71).
Freudenthal berpendapat bahwa siswa tidak dapat dipandang sebagai
penerima pasif matematika yang sudah jadi. Pendidikan matematika harus
diarahkan pada penggunaan berbagai situasi dan kesempatan yang memungkinkan
siswa menemukan kembali (reinvention) matematika berdasarkan usaha mereka
sendiri. Dalam RME (Realistic Mathematical Education), dunia nyata digunakan
sebagai titik awal untuk pengembangan ide dan konsep matematika (Supinah &
Agus D.W, 2009: 70).
Devrim“Uzel and Sevin¸c Mert Uyang”OR (2006) dalam International
Journal of Mathematics education: RME theory is a promising direction to
improve and enhance learners’ understandings in mathematics (http://m-
hikari.com/imf-37-40-2006/uzel). Teori RME merupakan arah yang
menjanjikan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajar di bawah
klasemen dalam matematika.
Hayley Barnes (2004) dalam International Journal mathematical in science
and Technology:
RME has played a role in eliciting and addressing alternative conceptions
of learners in this intervention This has been done firstly through the
application of the principle of guided reinvention in the design of contextual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
problems. (Hayley Barnes (2004) dalam International Journal mathematical
in science and Technology:
Hayley Barnes (2004) dalam Jurnal matematika dalam sains dan Teknologi:
RME telah memainkan peran dalam memunculkan dan mengatasi konsepsi
alternatif dari peserta didik dalam intervensi ini ini telah dilakukan terlebih
dahulu melalui penerapan prinsip reinvention dipandu dalam desain masalah
kontekstual. (Hayley Barnes (2004) dalam Jurnal matematika dalam sains
dan Teknologi:
RME adalah suatu teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus
untuk matematika, yang bertolak dari masalah-masalah yang realistik dalam
kehidupan sehari-hari siswa.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka peneliti menyimpulkan
pembelajaran realistik adalah pembelajaran yang harus dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari anak-anak atau dunia nyata sehingga memberi kesempatan
kepada siswa untuk menemukan kembali dan memahami konsep-konsep
matematika berdasarkan pada masalah realistik yang diberikan oleh guru.
Pembelajaran matematika realistik di awali dengan masalah-masalah
yang nyata, sehingga siswa dapat menggunakan pengalaman sebelumnya secara
langsung. Dengan pembelajaran matematika realistik siswa dapat
mengembangkan konsep yang lebih komplit. Kemudian siswa juga dapat
mengaplikasikan konsep-konsep matematika ke bidang baru dan dunia nyata.
c. Komponen Pendekatan Pembelajaran Realistik
Dalam pembelajaran matematika realistik ada tiga prinsip kunci yang
dapat dijadikan dasar dalam merancang pembelajaran (Supinah & Agus D.W
2009: 72-73) yaitu:
1) Reinvention dan Progressive Mathematization (“penemuan terbimbing’ dan
proses matematisasi yang makin meningkat). Memberikan kesempatan bagi
siswa untuk melakukan matematisasi dengan masalah kontekstual yang
realistik bagi siswa dengan bantuan dari guru.
2) Didactical phenomenology (Fenomena yang mengandung muatan didaktik).
Topik-topik matematika disajikan atas dasar aplikasinya dan kontribusinya
bagi perkembangan matematika. Pembelajaran matematika yang cenderung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
berorietasi kepada memberi informasi atau memberitahu siswa dan memakai
matematika yang sudah siap pakai untuk memecahkan masalah, diubah dengan
menjadikan masalah sebagai sarana utama untuk mengawali pembelajaran
sehingga memungkinkan siswa dengan caranya sendiri mencoba
memecahkannya.
3) Self-developed models (Pembentukan model oleh siswa sendiri) pada waktu
siswa mengerjakan masalah kontekstual, siswa mengembangkan suatu model.
Model ini diharapkan dibangun sendiri oleh siswa, baik dalam proses
matematisasi horizontal maupun vertikal.
d. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Realistik di Kelas
Untuk memberikan gambaran tentang implementasi pembelajaran
matematika realistik, misalnya diberikan contoh tentang pembelajaran pecahan di
sekolah dasar (SD). Sebelum mengenalkan pecahan kepada siswa sebaiknya
pembelajaran pecahan dapat di awali dengan pembagian menjadi bilangan yang
sama misalnya pembagian kue, semangka, apel, dll supaya siswa memahami
pembagian dalam bentuk yang sederhana dan yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Sehingga siswa benar-benar memahami pembagian setelah siswa
memahami pembagian menjadi bagian yang sama, baru diperkenalkan istilah
pecahan.
Di awal pengajaran konsep bilangan pecahan di kelas rendah, diperlukan
alat-alat peraga yang tepat dan sesuai dengan kondisi anak. Alat-alat peraga
tersebut dapat berupa gambar buah-buahan, benda nyata seperti pipet minuman,
gambar bangun datar dari kertas yang telah dipotong-potong menjadi bagian yang
sama besar dan saling kongruen. Alat peraga tersebut sangat berguna untuk
memperluas pemahaman siswa terhadap bilangan pecahan (Siti Kamsiyati, 2006:
3-4). Contohnya: Murid disuruh menggambar kemudian disuruh memberi garis,
daerah yang dibagi-bagi menjadi bagian-bagian yang kongruen. Lalu mereka
disuruh menghitami sejumlah bagian tertentu seperti gambar berikut:
Arsirlah daerah yang menunjukkan pecahan tiga per delapan !
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
e. Ciri-ciri Pendekatan Pembelajaran Realistik
Pemahaman matematis (mathematical understanding) terbentuk ketika
suatu strategi bersifat general dan tidak terkait pada konteks situasi masalah
realistik. Menurut Treffers (1987) merumuskan lima karakteristik Pendidikan
Matematika Realistik (Ariyadi Wijaya, 2012: 21) yaitu:
1) Penggunaan konteks (dunia nyata)
Konteks atau permasalahan realistik digunakan sebagai titik awal pembelajaran
matematika. Konteks tidak harus berupa masalah dunia nyata, namun bisa
dalam bentuk permainan, penggunaan alat peraga, atau situasi lain selama hal
tersebut bermakna dan bisa dibayangkan dalam pikiran siswa.
2) Penggunaan model-model (matematisasi)
Istilah model berkaitan dengan model situasi dan model matematik yang
dikembangkan oleh siswa sendiri (self developed models). Peran self developed
models merupakan jembatan bagi siswa dari situasi real ke situasi abstrak atau
dari matematika informal ke matematika formal. Artinya siswa membuat
model sendiri dalam menyelesaikan masalah. Model dapat pula berupa alat
peraga yang dibuat dari bahan-bahan yang juga ada disekitar siswa.
3) Pemanfaatan hasil konstruksi dan produksi siswa
Siswa memiliki kebebasan untuk mengembangkan strategi pemecahan masalah
sehingga diharapkan akan diperoleh strategi yang bervariasi. Hasil kerja dan
konstruksi siswa selanjutnya digunakan untuk landasan pengembangan konsep
matematika.
4) Menggunakan interaktif (Interaktivitas)
Proses belajar siswa akan menjadi lebih singkat dan bermakna ketika siswa
saling mengkomunikasikan hasil kerja dan gagasan mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
5) Menggunakan keterkaitan (intertwinment)
Pendidikan matematika realistik menempatkan keterkaiatan antar konsep
matematika sebagai hal yang harus dipertimbangkan dalam proses
pembelajaran. Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran
matematika yang memang ada hubungannya dengan dunia nyata.
Menurut Gravermeijer pembelajaran matematika realistik mempunyai
beberapa karakteristik dan komponen (Daitin Tarigan, 2006: 6) sebagai berikut:
1) Penggunaan konteks (dunia nyata): Proses pembelajaran di awali dengan
keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah kontekstual. Hubungan
variabel pembelajaran realistik dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini.
Gambar 2.1
Matematisasi Konseptual Nyimas Aisyah, dkk (2007: 7.4)
Matematisaisi horizontal adalah proses penyelesaian soal-soal kontekstual
dari dunia nyata. Dalam matematika horizontal, siswa mencoba
menyelesaikan soal-soal dari dunia nyata dengan cara mereka sendiri, dan
menggunakan bahasa dan simbol mereka sendiri. Sedangkan matematisasi
vertikal, yaitu siswa mencoba menyusun prosedur umum yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan soal-soal sejenis secara langsung tanpa
bantuan konteks.
2) Instrumen vertikal: Konsep atau ide matematika direkonstruksikan oleh
siwa melalui model-model instrumen vertikal, yang bergerak dari prosedur
informal ke bentuk formal.
3) Konstribusi siswa: Siswa aktif mengkonstruksi sendiri bahan matematika
berdasarkan fasilitas dengan lingkungan belajar yang disediakan guru,
secara aktif menyelesaikan soal dengan cara masing-masing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
4) Kegiatan interaktif: Kegiatan bersifat interaktif, yang memungkinkan
terjadi komunikasi dengan negosiasi antar siswa.
5) Keterkaitan topik: Pembelajaran suatu bahan matematika terkait dengan
berbagai topik matematika secara terintegrasi.
f. Langkah-langkah Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik
Oleh karena pentingnya pendekatan ini digunakan dalam pembelajaran
matematika materi pecahan sederhana, maka menjadi kewajiban guru
mamperhatikan bagaimana langkah-langkah pelaksanaan pendekatan
pembelajaran realistik dalam pembelajaran matematika.
Menurut Supinah & Agus D.W langkah-langkah pembelajaran
matematika realistik adalah sebagai berikut (2009: 77):
1) Memulai pembelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang real bagi
siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya, sehingga
siswa segera terlibat dalam pembelajaran secara bermakna.
2) Permasalahan yang diberikan harus diarahkan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut.
3) Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model simbolik secara
informal terhadap persoalan/permasalahan yang diajukan.
4) Pembelajaran berlangsung secara interaktif, siswa menjelaskan dan
memberikan alasan terhadap jawaban yang diberikannya, memahami
jawaban temannya (siswa lain), setuju terhadap jawaban temannya,
menyatakan ketidaksetujuan, mencari alternatif penyelesaian yang lain,
dan melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh terhadap
hasil pembelajaran.
Dalam penelitian ini, langkah-langkah pendekatan pembelajaran realistik
yang digunakan adalah sebagai berikut:
1) Tanya jawab dengan siswa mengenai masalah pecahan sederhana
2) Menjelaskan pengertian pecahan sederhana
3) Siswa menyelesaiakan masalah pecahan sederhana menurut model mereka
sendiri menggunakan benda nyata yaitu apel dan semangka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
g. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Pembelajaran Realistik
Dalam pelaksanaan pembelajaran matematika materi pecahan sederhana
dengan penerapan pendekatan pembelajaran realistik ini, mempunyai kelebihan
dan kekurangan, diantaranya yaitu:
1) Kelebihan
a) Karena membangun sendiri pengetahuannya, maka siswa tidak pernah
lupa.
b) Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena
menggunakan realitas kehidupan, sehingga siswa tidak cepat bosan
untuk belajar matematika.
c) Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka, karena sikap belajar
siswa ada nilainya.
d) Memupuk kerjasama dalam kelompok.
e) Melatih keberanian siswa karena siswa harus menjelaskan
jawabannya.
f) Melatih siswa untuk terbiasa berfikir dan mengemukakan pendapat.
g) Mendidik budi pekerti.
2) Kelemahan
a) Karena sudah terbiasa diberi informasi terlebih dahulu maka siswa
masih kesulitan dalam menentukan sendiri jawabannya.
b) Membutuhkan waktu yang lama.
c) Siswa yang pandai kadang tidak sabar menanti jawabannya terhadap
teman yang belum selesai.
d) Membutuhkan alat peraga yang sesuai dengan situasi pembelajaran
saat itu.
e) Belum ada pedoman penilaian sehingga guru merasa kesal dalam
evaluasi/memberi nilai.
(http://www.papantulisku.com/2011/12/pendekatan-pembelajaran-
matematika.html) diakses pada tanggal 11 Februari 2012. Pukul 06.07 WIB
h. Tinjauan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik di Kelas III SD
yang Diteliti
Materi Pembelajaran yang akan diajarkan pada penelitian ini sesuai
dengan pokok bahasan ”Pecahan Sederhana” dengan penerapan pendekatan
pembelajaran Realistik.
Pecahan sederhana di kelas III SD ini dapat diajarkan dengan
menggunakan media nyata atau gambar, misalnya dengan buah-buahan, bangun
persegi, lingkaran dan lain sebagainya yang dapat dilihat pada gambar 2.2, 2.3,
2.4, dan 2.6 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Gambar 2.2. Semangka Gambar 2.3. Apel
Gambar 2.4. Pipet minuman Gambar 2.5. Melon
Media berikutnya yaitu seperti di bawah ini:
1). Pecahan dapat diperagakan dengan buah semangka yang berbentuk
lingkaran atau sebagai penggantinya yaitu kertas, melipat kertas yang berbentuk
persegi atau lingkaran sehingga lipatannya tepat menutupi satu sama lain.
Kemudian bagian yang dilipat dibuka dan diarsir sesuai yang dikehendaki, atau
dapat dilihat gambar 2.6 sebagai berikut:
Gambar 2.6. Semangka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Pecahan dibaca setengah atau satu per dua. “1” disebut pembilang yang
merupakan daerah pembagian, dan “2” disebut penyebut, yaitu 2 bagian yang
sama besar dari keseluruhan.
2). Pecahan dapat diperagakan dengan gambar 2.7 dibawah ini.
Gambar 2.7. Kue
3). Pecahan dapat diperagakan dengan kertas yang berbentuk persegi panjang.
Kemudian kertas tersebut dilipat menjadi dua bagian yang sama dan dilipat lagi
dengan arah yang berbeda. Kertas akan terlihat empat lipatan yang membagi sama
besar, kemudian arsir yang dikehendaki.
Contoh yang lain, yaitu dengan menggunakan buah semangka dapat dilihat pada
gambar 2.8 berikut.
3. Hakikat Pemahaman Konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
a. Pengertian Pemahaman
Tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan adalah
pemahaman. Menurut Gordon pemahaman yaitu kedalaman kognitif dan afektif
yang dimiliki oleh individu. Misalnya siswa hanya mungkin dapat memecahkan
masalah matematika manakala ia memahamai konsep-konsep matematika (Wina
Sanjaya, 2008: 7).
Menurut Endang Poerwanti pemahaman adalah kemampuan yang
menuntut siswa memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa
yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa harus
menghubungkan dengan hal-hal lain (2008: 1.23).
Menurut Nana Sudjana pemahaman dapat di artikan sebagai
kesanggupan menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri suatu yang dibaca
atau didengarnya, memberi contoh lain dan yang telah dicontohkan atau
menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain (1990: 24).
Tingkat pemahaman dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu:
1) Pemahaman Terjemahan (tingkat terendah)
Mulai terjemahan dari terjemahan dalam arti yang sebenarnya, menerapkan
prinsip-prinsip.
2) Pemahaman Penafsiran (tingkat kedua)
Menghubungkan bagian – bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya
atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian,
membedakan yang pokok dan yang bukan pokok.
3) Pemahaman Ekstrapolasi (tingkat tertinggi)
Kemampuan melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang
konsekuensi atau dapat memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus,
ataupun masalahnya.
Karakteristik soal pemahaman misalnya mengungkapkan tema, topik
atau masalah yang sama dengan yang pernah dipelajari atau diajarkan tetapi
materinya berbeda. Sebagian item pemahaman dapat disajikan dalam gambar,
denah, diagram, atau grafik. Dan dalam tes objektif, tipe pilihan ganda dan tipe
benar - salah banyak mengungkapkan aspek pemahaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman
adalah suatu kemampuan siswa untuk lebih mengetahui maksut yang ada dalam
suatu pelajaran berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh dari kognitif yang
dimilikinya. Dengan kemampuan ini siswa dapat menterjemahkan dan
mengorganisasikan bahan-bahan yang diterima dalam bahasa sendiri.
b. Pengertian Konsep
Konsep adalah kesepakatan bersama untuk penamaan sesuatu dan
merupakan alat intelektual yang membantu kegiatan berpikir dan memecahkan
masalah. Konsep menurut Moore adalah sesuatu yang tersimpan dalam suatu
pikiran, suatu ide atau suatu gagasan (Fakih, 2001: 10-12). Parker menyatakan
bahwa konsep merupakan suatu gagasan tentang sesuatu yang ada dan dapat
diwujudkan dengan contoh.
Konsep dinyatakan dalam sejumlah bentuk yaitu konkrit atau abstrak,
luas atau sempit, satu kata atau frase. Beberapa konsep adalah konkrit, misalnya
yang berkaitan dengan tempat, objek, lembaga, atau kejadian seperti: manusia,
gunung, daratan, rumah, negara, dan lain sebagainya. Sementara itu konsep
lainnya abstrak misalnya, demokrasi, toleransi, adaptasi, kejujuran, dan lain
sebagainya.
Menurut Trianto konsep merupakan suatu hal yang sangat penting,
namun bukan terletak pada konsep itu sendiri tetapi terletak pada bagaimana
konsep itu dipahami oleh subjek didik (2011: 6).
Dapat disimpulkan bahwa konsep adalah suatu gagasan, pengertian, atau
kesimpulan dari sesuatu yang tersimpan/ yang ada atau dari sekelompok
data/fakta yang sama, sebagai alat intelektual untuk berfikir atau suatu rancangan
dimana hal itu bisa dipahami oleh subjek.
c. Pengertian Pemahaman Konsep
Pentingnya pemahaman konsep dalam proses belajar mengajar sangat
mempengaruhi sikap, keputusan, dan cara-cara memecahkan masalah. Untuk itu
yang terpenting terjadi belajar yang bermakna dan tidak hanya seperti menuang
air dalam gelas pada subjek didik (Trianto, 2011: 6).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Pengertian pemahaman konsep adalah cara memahami sesuatu yang
sudah terpola dalam pikirannya yang diakses oleh simbol verbal atau tertulis.
Seorang siswa apabila dirinya sudah memahami konsep, artinya konsep tersebut
sudah tersimpan dalam pikirannya berdasarkan pola-pola tertentu yang
dibutuhkan oleh siswa untuk ditetapkan dalam pikiran mereka sendiri sebagai ciri
dari kesan mental untuk membuat suatu contoh konsep dan membedakan contoh
dari non contoh (Costa, 1988). Menurut Heruman pemahaman konsep adalah
pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih
memahami suatu konsep matematika (2007: 3).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman
konsep adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh siswa untuk mengerti/
menguasai suatu materi pelajaran.
4. Hakikat Pecahan Sederhana
a. Pengertian Pecahan
Tidak mudah untuk membawa para siswa mampu memahami konsep dan
makna pecahan. Menurut Heruman menyatakan pecahan adalah bagian dari
sesuatu yang utuh (2008: 43). Gatot Muhseto menyatakan bahwa konsep pecahan
dan operasinya merupakan konsep yang sangat penting untuk dikuasai, sebagai
bekal untuk mempelajari bahan matematika berikutnya dan bahan bukan
matematika yang terkait (2007: 4.20). Pecahan pada prinsipnya menyatakan
beberapa bagian dari sejumlah bagian yang sama. Sejumlah bagian yang sama
tersebut sama-sama membentuk satuan (unit).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pecahan adalah barang yang
sudah dipecah (dipecahkan, diceraiberaikan,dsb:serpihan, kaca) atau pecahan juga
bisa diartikan bilangan yang bukan bilangan bulat (1990: 656).
Cholis Sa’dijah (2001: 74) menyatakan bahwa pecahan merupakan suatu
bentuk penulisan yang dapat di nyatakan sebagai b
a, dimana a dengan dan b
bilangan cacah dan b ≠ 0. Dalam hal ini a disebut pembilang dan b disebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
penyebut. Pengertian lain mengenai bilangan pecahan adalah suatu bilangan yang
menyatakan sebagai bilangan pecahan dari suatu keseluruhan,
Dari beberapa pendapat para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa
pecahan adalah bagian dari sesuatu yang utuh yang dapat dinyatakan dengan b
a.
b. Konsep Pecahan di Sekolah Dasar
Konsep bilangan dikenal siswa dari kemampuan mereka untuk
memusatkan perhatian mengenal suatu objek tunggal. Pemahaman konsep
dilakukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar memahami topik pecahan
sederhana ini.
Menurut Bell (1983) ”A Riview of Research in Mathematical Education
Part A” yang dikutip Siti Kamsiyati dalam jurnal Ilmiah (2006: 342)
dikemukakan bahwa konsep pecahan di Sekolah Dasar terdiri atas 7 sub konsep
yang diurutkan menurut tingkat kesulitan tertentu yaitu:
1) Bagi suatu himpunan, bagian-bagiannya kongruen (Part group
congruent part). Peserta didik mengasosiasikan pecahan dengan
memperhatikan ”a” objek himpunan tersebut.
Contoh:
4
3 objek yang diberi bayangan atau yang diarsir
2) Bagian suatu daerah, bagian-bagiannya kongruen (Parts whole
congruent part). Peserta didik mengasosiasikan pecahan a/b dengan daerah
geometris yang dibagi ke dalam b bagian yang kongruen dan memperhatikan a
bagian.
dimana b≠0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Contoh:
4
3 gambar yang diberi bayangan/diarsir
3) Bagian suatu himpunan, bagian-bagiannya tidak kongruen (part group
non congruen part). Peserta didik mengasosiasikan pecahan a/b dengan suatu
himpunan yang terdiri dari b objek yang tidak kongruen dan memperhatikan a
objek dalam himpunan tersebut.
Contoh:
4
3 objek yang diberi bayangan/diarsir
4) Bagian suatu himpunan, perbandingan (Part group comparison).
Peserta didik mengasosiasikan pecahan a/b dengan perbandingan relative dua
himpunan A dan B. dalam hal ini banyaknya objeknya pada himpunan A
adalah a dan himpunan B adalah b semua objek kongruen.
Contoh:
Himpunan A Himpunan B
Himpunan a adalah 4
3 himpunan b
5) Garis bilangan
Peserta didik mengasosiasikan pecahan a/b dengan suatu titik pada garis
bilangan setiap satuan segmen garis itu sudah dibagi ke dalam b bagian yang
sama, dan titik a pada garis bilangan mengatakan relasi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Contoh:
0 x 1
Titik pada garis bilangan yang diberi tanda X mengatakan 4
3
6) Bagian suatu daerah perbandingan (Parts whole comparison). Peserta
didik mengasosiasikan pecahan a/b dengan perbandingan relative dua
geometri A dan B. jumlah bagian yang kongruen dalam gambar A adalah
a, sedang dalam gambar B adalah b semua gambar A dan B kongruen.
Contoh:
Gambar A adalah 4
3 gambar B
7) Bagian suatu daerah, bagian-bagiannya tidak kongruen (parts whole non
congruent part). Siswa mengasosiasikan pecahan a/b dengan daerah geometri
yang sudah dibagi ke dalam b bagian yag sama dalam luas, tetapi tidak
kongruen dan memperhatikan a bagian.
Contoh:
gambar yang diberi bayangan/diarsir
Dengan demikian tujuh subkonsep tadi dapat dikelompokkan menjadi
tiga model, yaitu:
a) Model bagian suatu himpunan (Parts group model), terdiri dari
subkonsep 1, 3 dan 4
b) Model bagian suatu daerah luasan atau geometri (Parts whole model) ,
terdiri atas sub konsep 2, 6 dan 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
c) Model garis bilangan (Number line model) terdiri atas sub konsep 5
Dengan demikian konsep pecahan yang harus dikuasai oleh guru yang
akan mengajar pecahan di Sekolah Dasar.
c. Macam-Macam Pecahan
Menurut Siti kamsiyati (2006: 2-3) ada 5 macam pecahan, yaitu:
1) Pecahan sederhana, yaitu pecahan yang pembilang dan penyebut merupakan
bilangan-bilangan bulat yang koprim. FPB dari pembilang dan penyebut
adalah 1. Contoh: , , , dst.
2) Pecahan murni, yaitu pecahan yang pembilangnya lebih kecil dari penyebut.
Contoh: , , , dst.
3) Pecahan tidak murni, yaitu pecahan pembilangnya lebih besar dari penyebut.
Contoh: , , , dan seterusnya.
4) Pecahan mesir, yang pecahan dengan pembilang 1.
Contoh: , , dan seterusnya.
5) Pecahan campuran, yaitu suatu bilangan yang terbentuk atas bilangan cacah
dan pecahan biasa.
Contoh: 4 , 2 , 6
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang hasil-hasil
penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan sesuai dengan
subtansi yang diteliti. Ada beberapa penelitian yang dianggap relevan dengan
penelitian ini di antaranya:
1. Anna Kurniawati (2011) menyimpulkan bahwa melalui pembelajaran
matematika realistik dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran matematika kelas IV SD Negeri Wonoharjo Nguntoronadi. Hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
ini dapat dilihat dari hasil rata-rata kelas pada pra tindakan 68,75 terjadi
peningkatan pada siklus I sebesar 76,25 dan siklus II 92,5. Persamaan
Penelitian antara Anna Kurniawati dan peneliti terletak pada variabel
terikatnya yaitu penerapan pembelajaran matematika realistik. Sedangkan
perbedaannya terletak pada pengambilan populasi, waktu, dan tempat
penelitian yang berbeda.
2. Asmi Widyaningsih (2010) menyimpulkan bahwa prestasi belajar matematika
pada materi pecahan meningkat dengan penerapan pendekatan matematika
realistik baik dilihat dari segi kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. Hal ini
dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi peningkatan yaitu pada tes awal
sebesar 56,66, siklus I 68,33; dan pada siklus II naik menjadi 72,77.
Persamaan penelitian antara Asmi Widyaningsih dan peneliti terletak pada
pendekatan matematika realistik. Perbedaan penelitian terletak pada variabel
bebasnya. Asmi Widyaningsih mengukur peningkatan prestasi belajar
matematika pada pokok bahasan pecahan, sedangkan peneliti mengukur
pemahaman konsep pecahan sederhana dengan menerapkan pembelajaran
realistik pada siswa kelas III SD 06 Ngringo. Selain itu, pengambilan
populasi, waktu, dan tempat penelitian juga berbeda.
3. Ari Nugraheni (2011) menyimpulkan bahwa dari seluruh pelaksanaan
tindakan di kelas V SDN 01 Pucung terjadi peningkatan hasil belajar
matematika dimana presentase ketuntasan pra tindakan 31,25%, siklus I
presentase ketuntasan 68,75%, dan pada siklus II presentase ketuntasannya
81,25%. Dengan demikian, dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa strategi
pembelajaran realistik dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada
siswa kelas V SDN 01 Pucung Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011.
Perbedaan penelitian terletak pada variabel bebasnya. Ari Nugraheni
menerapkan upaya meningkatkan hasil belajar matematika, sedangkan peneliti
mengukur materi pemahaman konsep pecahan sederhana pada siswa kelas III
SD Negeri 06 Ngringo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh
siswa dan guru dengan berbagai fasilitas dan materi untuk mencapai tujuan yang
sudah ditetapkan. Matematika selalu dianggap oleh siswa sebagai mata pelajaran
yang rumit dan sangat sulit sekali.
Pada kondisi awal, tingkat pemahaman konsep pecahan sederhana di
Kelas III tergolong rendah. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu
faktornya adalah guru ketika mengajar masih menggunakan metode pembelajaran
konvensional, sehingga siswa menjadi jenuh, tidak tertarik dengan pembelajaran
ini, sulit dalam mengerjakan soal dan siswa pun kurang aktif dalam pembelajaran
matematika khususnya pecahan sederhana ini. Guru belum menggunakan
pendekatan dunia nyata (pendekatan pembelajaran realsitik) sebagai sarana untuk
memperjelas materi dalam proses pembelajaran.
Salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk memecahkan masalah
tersebut adalah menerapkan pendekatan pembelajaran Realistik. Penerapan
pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk terlibat secara langsung dalam
pembelajaran sehingga siswa lebih senang dan bersungguh-sungguh dalam
mengikuti pelajaran. Pendekatan realistik ini mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Kelebihannya yaitu memupuk kerjasama dalam kelompok, suasana
dalam proses pembelajaran menyenangkan karena menggunakan realitas
kehidupan, sehingga siswa tidak cepat bosan untuk belajar matematika.
Kekurangan/kelemahannya yaitu membutuhkan waktu yang lama, membutuhkan
alat peraga yang sesuai dengan situasi pembelajaran saat itu.
Dengan penerapan pendekatan pembelajaran realistik, dapat
meningkatkan pemahaman konsep pecahan sederhana pada siswa kelas III
sehingga prestasi belajarpun menjadi lebih baik atau meningkat.
Hubungan variabel pembelajaran realistik dengan pemahaman konsep
pecahan sederhana dapat dilihat pada gambar 2.9 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Alur Kerangka Berpikir
Gambar 2.9. Kerangka berpikir
Kondisi
awal
(Data
Reductio
n) l
Tindakan
Pembelajaran
dengan pendekatan
realistik
Siklus I
Melalui pendekatan pembelajaran
realistic, dapat meningkatkan
pemahaman konsep pecahan
sederhana
Kondisi akhir
Pemahaman
konsep pecahan
sederhana rendah
Siklus 2
1. Perencanaan
2. Tindakan
3. Observasi
4. Refleksi
1. Perencanaan
2. Tindakan
3. Observasi
4. Refleksi
Guru belum
menerapkan
pendekatan
pembelajaran realistik
dalam proses belajar
mengajar
Kelebihan: memupuk kerjasama
dalam kelomok
Kekurangan: membutuhkan waktu
yang lama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori di atas maka dapat dituliskan hipotesis sebagai
berikut:
“Penerapan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Dapat
Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Sederhana pada Siswa Kelas III SD
Negeri 06 Ngringo Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran
2011/2012.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 06 Ngringo, Kecamatan Jaten,
Kabupaten Karanganyar. Alasan pemilihan sekolah ini sebagai lokasi penelitian
adalah:
1. Merupakan Sekolah Dasar yang dekat dengan tempat tinggal, sehingga
mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian.
2. Terdapat permasalahan dalam pembelajaran matematika materi pecahan
sederhana.
Waktu penelitian dilaksanakan selama enam bulan, yaitu bulan Februari
sampai Juli 2012. Rincian waktu dan jenis-jenis kegiatan penelitian dapat dilihat
pada tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1. Tabel Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
No Jenis
Kegiatan
Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 4
1
Penyusunan
dan Pengajuan
Proposal
2 Mengurus izin
penelitian
3.
Pelaksanaan
penelitian
siklus1
4.
Pelaksanaan
Penelitian
siklus2
5. Penyusunan
Laporan
6.
Pelaksanaan
Ujian skripsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas CAR (classroom
action research). Menurut McNiff Penelitian Tindakan Kelas adalah bentuk
penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap kurikulum,
pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar, pengembangan keahlian
mengajar dan sebagainya (Suharsimi arikunto dkk, 2006: 102). Dalam Penelitian
tindakan Kelas guru/peneliti dapat melihat sendiri praktik pembelajaran atau
bersama guru lain ia dapat melakukan penelitian terhadap siswa dilihat dari segi
aspek interaksinya dalam proses pembelajaran.
Menurut I.G.A.K Wardhani Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian
yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa
menjadi meningkat (2007: 1.4) .
Adapun tahapan penting dalam PTK menurut Kemmis dan Mc Taggart,
yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observasing), dan
refleksi (reflecting) (Kunandar, 2010: 71).
1. Perencanaan (planning)
Yaitu mengembangkan rencana tindakan yang secara kritis untuk
meningkatkan apa yang telah terjadi.
2. Tindakan (acting)
Maksutnya yaitu tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali, yang
merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana.
3. Observasi (observasing)
Kegiatan pengumpulan data yang berupa proses perubahan kinerja PBM.
4. Refleksi (reflecting)
Yaitu mengingat dan merenungkan suatu tindakan persis seperti yang telah
dicatat dalam observasi.
Secara jelas tahapan tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1 sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Gambar 3.1. Model PTK (pengembangan)
(Sarwiji Suwandi, 2009: 28)
Secara rinci prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas diuraikan
sebagai berikut:
1. Siklus pertama ( I )
a. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan.
b. Melakukan tindakan sesuai yang direncanakan.
c. Melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan kegiatan
d. Melakukan refleksi oleh peneliti.
2. Siklus kedua ( II )
a. Merencanakan tindakan berdasarkan siklus pertama untuk perbaikan
meningkatkan prosentase.
b. Melakukan tindakan sesuai yang direncanakan.
c. Melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran siklus II
d. Melakukan refleksi oleh peneliti.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini tergantung pada setting penelitian dan peneliti.
Menurut Sarwiji Suwandi, subjek penelitian adalah siswa dan guru yang terlibat
dalam pelaksanaan pembelajaran (2009: 55). Subjek dalam penelitian ini adalah
Siswa Kelas III SD Negeri 06 Ngringo Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar.
Dengan jumlah siswa sebanyak 38, yang terdiri 17 siswa putra dan 21 siswa putri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
2. Objek Penelitian
Suharsimi Arikunto menyebutkan objek penelitian harus merupakan
sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktivitas (2006: 102). Objek dalam penelitian
ini adalah penerapan pendekatan pembelajaran realistik untuk meningkatkan
pemahaman konsep pecahan sederhana. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa
variabel penelitiannya adalah penerapan pendekatan pembelajaran realistik
sebagai independent variable (X) dan pemahaman konsep pecahan sederhana
sebagai dependent variable (Y). Menurut Arikunto independent variable (X)
adalah variable bebas atau variable yang mempengaruhi, sedangkan dependent
variable (Y) adalah variable terikat atau variable yang dipengaruhi (2006: 119)
Berdasarkan kajian teori yang dipaparkan pada bab II, pendekatan
pembelajaran realistik adalah pembelajaran yang harus dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari anak-anak atau dunia nyata sehingga memberi kesempatan
kepada siswa untuk menemukan kembali dan memahami konsep-konsep
matematika berdasarkan pada masalah realistik yang diberikan oleh guru.
Sedangkan pemahaman konsep adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh siswa
untuk mengerti/ menguasai suatu materi pelajaran.
D. Data dan Sumber Data
Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang pecahan
sederhana dalam pemahaman konsep (Sarwiji Suwandi, 2009: 56). Data penelitian
itu dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi:
1. Informan atau nara sumber yaitu siswa kelas III SD Negeri 06 Ngringo.
2. Tempat dan peristiwa
a. Tempat: Ruang kelas III
b. Peristiwa: Proses pembelajaran matematika dengan materi pecahan
sederhana.
3. Dokumen yang ada meliputi Kurikulum, RPP ( Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran ), foto kegiatan pembelajaran.
4. Tes hasil belajar: Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep pecahan
sederhana pada Siswa Kelas III SD Negeri 06 Ngringo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
E. Teknik Pengumpulan Data
Sejalan dengan data yang akan dikumpulkan serta sumber data yang ada
selanjutnya dikemukakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi (Pengamatan)
Menurut Suharsimi Arikunto Observasi adalah kegiatan pengamatan
(pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah
mencapai sasaran (2006: 127). Observasi yang dilakukan peniliti dalam
penelitian ini adalah dengan observasi kolaboratif yaitu observasi yang dibantu
oleh teman sejawat. Observasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan
siswa selama proses pembelajaran sesuai dengan siklus yang ada.
Observasi ini bertujuan untuk mengamati kegiatan yang dilakukan guru
dan siswa didalam kelas sejak sebelum melaksanakan tindakan, saat
pelaksanaan dan sampai akhir tindakan. Observasi terhadap guru dalam
pembelajaran yaitu persiapan pembelajaran, membuka pelajaran, kejelasan
sistematika penyampaian materi, ketepatan strategi pembelajaran, ketepatan
dan daya tarik media (lihat lampiran 12 halaman 112). Observasi terhadap
siswa dalam pembelajaran meliputi aspek afektif, psikomotor siswa selama
pembelajaran.
2. Kajian Dokumen
Menurut Sarwiji Suwandi Kajian dokumen digunakan untuk
mencocokkan data yang diperoleh dari berbagai sumber dokumen, yaitu RPP,
Silabus, foto-foto kegiatan pembelajaran dengan materi pecahan dan hasil tes
unjuk kerja siswa. Seluruh data yang diambil dari dokumen yang berbeda
kemudian ditinjau ulang, apakah data yang diperoleh saling menguatkan,
sehingga validitas data dapat dipertanggung jawabkan (2009: 59). Dalam
kajian dokumen ini, dokumen dapat berupa daftar nilai formatif siswa kelas III
materi pecahan sederhana, RPP, silabus, dan foto-foto selama penelitian.
3. Tes
Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
yang diperoleh siswa setelah kegiatan pembelajaran tindakan. Tes ini diberikan
pada awal penelitian untuk mengidentifikasi kekurangan atau kelemahan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
dalam pembelajaran pecahan sederhana. Selain itu tes ini dilakukan di setiap
akhir siklus untuk mengetahui peningkatan mutu siswa. Dengan kata lain tes
disusun dan dilakukan untuk mengetahui tingkat perkembangan pemahaman
konsep pecahan sederhana pada siswa (Sarwiji Suwandi 2009: 59).
Untuk mengevaluasi hasilnya yaitu guru memberikan tes yang
dilaksanakan setelah akhir penyajian bahan ajar atau setelah diberikan materi
pada pecahan sederhana.
F. Validitas Data
Maksutnya yaitu data yang telah berhasil digali, dikumpulkan, dicacat
dalam kegiatan penelitian, harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya.
Dalam penelitian ini diperlukan adanya validitas data maksudnya adalah semua
data yang dikumpulkan hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diteliti
atau diukur. Untuk menjamin dan mengembangkan validitas data yang akan
dikumpulkan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan trianggulasi.
Menurut St. Y. Slamet & Suwarto Trianggulasi merupakan tehnik yang didasari
pola fikir fenomologi yang bersifat multi perspektif. Artinya, untuk menarik
kesimpulan yang mantap diperlukan tidak hanya satu cara pandang, melainkan
bisa dipertimbangkan beragam fenomena yang muncul, dan selanjutnya dapat
ditarik kesimpulan yang lebih mantap dan lebih bisa diterima kebenarannya
(2007: 54). Adapun dari trianggulasi yang ada menggunakan 2 teknik:
1. Triangulasi data (sumber)
Dengan cara mengumpulkan data yang sejenis dari sumber data yang berbeda.
Dengan teknik trianggulasi data diharapkan dapat memberikan informasi yang
lebih cepat, sesuai keadaan siswa kelas III SD Negeri 06 Ngringo. Yaitu dapat
berupa data nilai ulangan keseharian siswa (lihat lampiran 32 halaman168)
atau dengan membandingkan hasil pengamatan dengan data isi dokumen yaitu
arsip nilai, absensi siswa, dll.
2. Triangulasi metoda
Dengan cara mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan tehnik
pengumpulan data yang berbeda. Peneliti bisa menggunakan metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
pengumpulan data yang sejenis dengan menggunakan tehnik observasi pada
saat melakukan kegiatan. Kemudian dilakukan tes untuk mengetahui informasi
yang sama dan hasilnya diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan
menggunakan teknik dokumentasi pada pelaku kegiatan.Misalnya dengan
membandingkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer dan hasil
pengamatan guru itu sendiri.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak, sebelum memasuki
lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Yang dimaksud analisis data menurut
Sugiyono adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
(2008: 89). Agar hasil penelitian dapat terwujud sesuai dengan tujuan yang
diharapkan maka dalam menganalisis data penelitian ini menggunakan analisis
model interaktif Milles dan Huberman. Kegiatan pokok analisa model ini
meliputi: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/ verifikasi.
Adapun rincian model tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Reduksi data (Data Reduction)
Menurut Matthew B. Miles Reduksi data yaitu proses pemilihan
pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan tranformasi data
kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan, reduksi data
merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan
cara sedemikian sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan
diverifikasi (2009: 16).
Reduksi data dapat dilakukan peneliti setelah data terkumpul. Reduksi
data ini sendiri meliputi data observasi dan data tes.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
2. Penyajian data (Data display)
Menurut Matthew B. Miles Penyajian data yaitu sekumpulan informasi
tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Dalam pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data
yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang
valid. Untuk menampilkan data tersebut agar lebih menarik maka diperlukan
penyajian yang menarik pula (2009: 17).
Dalam penyajian data ini, peneliti menampilkan data observasi dan tes
secara sistematis. Untuk memperjelas analisis, data penelitian dipaparkan
dilengkapi dengan tabel, gambar, dan grafik.
3. Kesimpulan-kesimpulan/ penarikan /verifikasi/ verification
Setelah data direduksi, disajikan langkah terakhir adalah dilakukannya
penarikan kesimpulan, penarikan/verifikasi. Data yang telah didapatkan dari
hasil penelitian kemudian diuji kebenarannya. Penarikan kesimpulan ini
hanyalah bagian dari konvigurasi utuh, sehingga kesimpulan-kesimpulan juga
diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi data yaitu pemeriksaan
tentang benar dan tidaknya hasil laporan penelitian. Sedang kesimpulan adalah
tinjauan ulang pada catatan di lapangan atau kesimpulan dapat diuji
kebenarannya, kekokohannya merupakan valiliditasnya.
Berdasarkan uraian di atas maka reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan/verifikasi sebagai suatu yang jalin-menjalin pada saat
sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar, untuk
membangun wawasan umum yang disebut analisis. Kegiatan pengumpulan data
itu sendiri merupakan proses siklus dan interaktif (Matthew B. Miles, 2009: 17).
Adapun hubungan interaksi antara unsur-unsur kerja analisis tersebut
dapat divisualisasikan dalam bentuk diagram 3.2 berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Gambar 3.2. Komponen dalam analisis data (interactive model)
Matthew B. Miles dan Huberman (2009: 20 )
H. Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan
dalam menetukan keberhasilan atau keefektifan penelitian (Suwandi Sarwiji,
2009: 61). Penelitian ini dikatakan berhasil jika penerapan pembelajaran realistik
untuk dapat meningkatkan pemahaman konsep pecahan sederhana pada siswa
kelas III SD Negeri 06 Ngringo yang dapat berinteraksi, berdiskusi, bertukar
pendapat dan mengekspresikan ide-idenya secara lebih leluasa dengan temannya
bahkan kepada guru. Yang dapat ditunjukkan dengan perolehan nilai di atas KKM
yaitu 75 dengan prosentase 85 % pada siklus I dan siklus II.
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari 2 siklus, dimana setiap siklusnya
mencakup 4 kegiatan, yaitu 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) observasi, dan 4)
refleksi. Berikut ini adalah gambaran rancangan tiap siklus.
1. Rancangan Siklus I
Prosedur pada siklus 1 ini akan dirinci sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning)
Langkah-langkah dalam persiapan penelitian yaitu:
Pengumpulan
Data
Data
Collection
Penarikan
Kesimpulan
Verification
Reduksi
Data
Data
Reduction
Penyajian
Data
Data
Display
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
a. Membuat skenario pembelajaran dengan menerapkan pendekatan
pembelajaran Realistik (Realistic Mathematic Education).
b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
c. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam mengajar, misalnya buku-
buku penunjang, media, dan alat tulis.
d. Menyiapkan media yang dipakai yaitu gambar-gambar/ benda yang nyata
tentang materi pecahan sederhana.
e. Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran.
f. Menyiapkan lembar penilaian.
g. Membuat lembar observasi.
2. Pelaksanaan (Action)
Peneliti melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP mata
pelajaran Matematika dengan SK memahami pecahan sederhana dan
penggunaannya dalam pemecahan masalah yang di tulis dalam pembelajaran
Matematika Realistik. Pelaksanaan ini terdiri dari 2 siklus, setiap siklus terdiri
dari 2 kali pertemuan.
3. Pengamatan (Observasing)
Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati tingkah laku dan
sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran matematika materi pecahan sederhana
dengan menerapkan pendekatan pembelajaran Realistik. Observasi juga dilakukan
pada peneliti yang berperan sebagai guru yang menerapkan pendekatan
pembelajaran realistik.
4. Refleksi (Reflection)
Refleksi dilakukan setelah mengadakan pengamatan. Jika dalam
pembelajaran pada siklus I ini tentang pecahan sederhana didapatkan suatu
kendala yaitu adanya nilai siswa yang belum mencapai hasil yang diharapkan atau
tindakan belum tercapai secara optimal, maka perlu adanya perbaikan pada siklus
ke II. Peneliti menganalisis hasil belajar siswa sesuai dengan nilai saat evaluasi
dan hasil observasi saat pembelajaran. Jika 65,78% siswa kelas III nilai
matematika pada materi pecahan sederhana mencapai KKM maka dapat
disimpulkan bahwa dengan penerapan pendekatan pembelajaran realistik telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
berhasil meningkatkan pemahaman konsep pecahan sederhana. Akan tetapi karena
target akhir penelitian yang diharapkan adalah 85% dari seluruh siswa tuntas
KKM, maka perlu diadakan lagi pembelajaran pada siklus berikutnya.
2. Rancangan Siklus II
1. Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan dalam siklus II ini dipersiapkan rencana
pembelajaran yang telah diperbaiki dan disempurnakan dari rencana pembelajaran
siklus I. Materi yang diajarkan masih sama dengan materi pada siklus I, ditambah
KD sedikit. Akan tetapi, perencanaan pada siklus II ini merupakan perbaikan dari
siklus I. Segala sesuatu yang dipersiapkan pada siklus II, masih sama seperti
siklus I. Hanya saja, perencanaan siklus II lebih dipersiapkan lebih matang lagi
untuk memperbaiki kekurangan/ kelemahan pada siklus I, berdasarkan hasil
analisis dan pembahasan siklus I.
2. Pelaksanaan (Action)
Tindakan pada siklus II sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah
disusun. Tindakan pada siklus II merupakan penyempurnaan tindakan pada siklus
I. Pada tahap ini guru mengoptimalkan penggunaaan penerapan pendekatan
pembelajaran realistik untuk memperbaiki kekurangan dan masalah yang muncul
pada siklus I. Melalui pembelajaran ini dapat melibatkan dan mengaktifkan
peserta didik dengan bimbingan guru, sehingga aktivitas/ sikap peserta didik
dalam pembelajaran dapat diperbaiki dan dapat meningkatkan hasil belajar pada
materi pecahan sederhana ini.
3. Pengamatan (Observasing)
Pada siklus II ini selama proses pembelajaran berlangsung, peserta didik
tetap diamati. Pengamatan dilakukan untuk melihat peningkatan hasil tes untuk
dan perubahan perilaku/ aktivitas peserta didik.
4. Refleksi (Reflection)
Refleksi dilakukan untuk mengetahui pemahaman konsep dengan
penerapan pendekatan pembelajaran Realistik bagi penguasaan materi peserta
didik pada materi pecahan sederhana dan memperbaiki sikap/ perilaku peserta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
didik saat mengikuti pembelajaran pada siklus 1 dan siklus II. Untuk melihat
peningkatan pemahaman konsep materi pecahan sederhana pada peserta didik,
dapat dilihat dari hasil evaluasi peserta didik pada materi pembelajaran siklus II.
Peneliti menganalisis hasil belajar siswa sesuai dengan nilai saat evaluasi dan
hasil observasi saat pembelajaran. Jika 85% siswa kelas III nilai matematika pada
materi pecahan sederhana mencapai KKM maka dapat disimpulkan bahwa
penerapan pendekatan pembelajaran realistik dapat meningkatkan pemahaman
konsep pecahan sederhana. Kalau sudah mencapai target atau indikator kinerja,
Penelitian Tindakan Kelas sudah cukup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pra Tindakan
Kelas yang digunakan untuk penelitian adalah kelas III yang terdiri dari
17 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan, dan guru kelas yang bernama Ibu Sri
Rahayu, S. Pd. Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti
melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan mengetahui keadaan nyata yang
ada di lapangan serta mencari informasi dan menemukan berbagai kendala yang
dihadapi sekolah dalam proses pembelajaran matematika khususnya kelas III.
Hasil survey adalah rendahnya nilai matematika siswa khususnya materi pecahan
sederhana.
Berdasarkan data hasil pengamatan langsung oleh peneliti di SD Negeri
06 Ngringo terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika materi pecahan
sederhana masih terdapat banyak kekurangan antara lain guru sebagai pusat
pembelajaran terlalu dominan, siswa pasif, siswa kurang antusias saat merespon
tindakan guru, siswa menunjukkan sikap jenuh saat pembelajaran, kadang
bermain sendiri. Guru belum mengajak siswa kedunia nyata sehingga
pengetahuan siswa hanya bersifat abstrak.
Kebanyakan siswa menganggap matematika sebagai suatu mata pelajaran
yang sulit, pemahaman konsep matematika masih rendah sehingga hasil belajar
matematika dan partisipasi siswa dalam pembelajaran matematika kurang optimal.
Siswa masih banyak yang tergantung pada guru dalam memecahkan masalah
matematika. Hal ini menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa pada mata
pelajaran matematika pada pokok bahasan pecahan sederhana.
Rendahnya pemahaman konsep pecahan sederhana dapat diketahui dari
nilai hasil belajar kognitif siswa diperoleh dari ulangan sehari-hari tentang
pecahan sederhana. Dari siswa kelas III yang berjumlah 38 siswa, hanya terdapat
15 siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75 dalam konsep
pemahaman konsep pecahan sederhana pada kondisi awal (lihat lampiran 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
halaman 168). Hasil pada materi pecahan sederhana dapat dilihat pada tabel 4.1
di bawah ini:
Tabel 4.1. Distribusi nilai frekuensi Matematika Materi Pecahan Sederhana
pada Siswa Kelas III SD Negeri 06 Ngringo pada kondisi awal.
No Interval Nilai fi
Nilai Tengah fi . xi
Presentase (%) Keterangan
(xi)
1 45-51 6 48 288 15,78 < KKM
2 52-58 5 55 275 13,15 < KKM
3 59-65 5 62 310 13,15 < KKM
4 66-72 7 69 483 18,42 < KKM
5 73-79 8 76 608 21,05 ≤ KKM ≤
6 80-86 7 83 581 18,42 > KKM
Jumlah
38
2454 100
Nilai Rata-rata = = = 66,98
Ketuntasan Klasikal = x 100% = x 100% =
39,47%
Nilai dibawah KKM = 23anak
Nilai yang tuntas = 15 anak
Nilai Tertinggi = 85
Nilai Terendah = 45
Berdasarkan tabel 4.1 dapat disajikan dengan grafik 4.1 sebagai berikut:
Gambar 4.1. Bagan Grafik Nilai Matematika Pecahan Sederhana pada
Kondisi Awal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Berdasarkan gambar dan tabel di atas, tingkat pemahaman konsep
pecahan sederhana dalam pembelajaran matematika peserta didik kelas III
sebelum diterapkannya pendekatan pembelajaran realistik diperoleh rata-rata kelas
sebesar 39,47%. Siswa yang memperoleh nilai 45-51 sebanyak 6 siswa atau
5,78%. Siswa yang memperoleh nilai 52-58 sebanyak 5 siswa atau 13,15 %.
Siswa yang memperoleh nilai 59-65 sebanyak 5 siswa atau 13,15%. Siswa yang
memperoleh nilai 66-72 sebanyak 7 siswa atau 18,42%. Siswa yang memperoleh
nilai 73-79 sebanyak 8 siswa atau 21,05%. Siswa yang memperoleh nilai 80-86
sebanyak 7 siswa atau 18,42%. Jadi, siswa yang mendapat nilai di bawah KKM
(75) yaitu sebanyak 23 siswa atau 60,52% dan siswa yang mendapat nilai sama
atau di atas KKM yaitu sebanyak 15 siswa atau 39,47%. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa tingkat pemahaman konsep pecahan sederhana pada siswa
kelas III SD Negeri 06 Ngringo masih tergolong rendah.
Rendahnya tingkat pemahaman konsep pecahan sederhana disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu: Guru didalam melaksanakan pembelajaran masih
menggunakan metode yang konvensional atau pembelajaran kurang berfariativ
masih berpusat pada guru, belum digunakannya penerapan pendekatan
pembelajaran yang bisa menghubungkan materi pelajaran dengan situasi dunia
nyata, materi mata pelajaran matematika merupakan pelajaran yang pada dasarnya
banyak menghitung sehingga siswa merasa jenuh dan menganggapnya mata
pelajaran yang sulit. Dari hasil observasi dan diskusi yang dilakukan antara
peneliti dengan guru, faktor mendasar yang menyebabkan rendahnya tingkat
pemahaman konsep pecahan sederhana pada siswa kelas III SD Negeri 06
Ngringo adalah guru masih menggunakan pembelajaran yang konvensional.
Oleh karena itu, diperlukan suatu penerapan pendekatan pembelajaran
yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan menerapkan
pendekatan pembelajaran realistik. Dengan penerapan pendekatan pembelajaran
realistik diharapkan tingkat pemahaman konsep pecahan sederhana pada siswa
kelas III meningkat sehingga ketuntasan belajar peserta didik dapat tercapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
Proses penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri
dari 2 kali pertemuan dan 4 tahapan, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
pengamatan/observasi, dan (4) refleksi.
1. Tindakan Siklus 1
Tindakan siklus 1 dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Tiap-tiap
pertemuan terdiri dari 3 jam pelajaran (3X35 menit) yang dilaksanakan selama
dua minggu yaitu pada tanggal 8 Maret 2012 dan 14 Maret 2012. Adapun tahapan
yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Kegiatan perencanaan tindakan 1 dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 7
Maret 2012. Peneliti dan guru kelas mendiskusikan rancangan tindakan yang akan
dilaksanakan berdasarkan suatu permasalahan yang muncul yaitu dengan
penerapan pendekatan pembelajaran realistik.
Dengan berpedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD
2008 kelas III, peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan pembelajaran
materi pecahan sederhana dengan menggunakan buah semangka, buah apel, serta
pisau.
Penggunaan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator yaitu
peneliti ingin meningkatkan pemahaman konsep pecahan sederhana pada siswa
kelas III, antara lain:
1) Peneliti bersama guru merancang dan menyusun RPP dengan indikator siswa
dapat membaca nama lambang bilangan pecahan, menjelaskan pecahan
sederhana, membilang dan menuliskan pecahan dalam kata-kata dan lambang.
2) Menyiapkan media buah semangka, buah apel, pisau, dan gambar pecahan
yang akan digunakan dalam pembelajaran.
3) Membuat lembar observasi siswa dan lembar observasi guru.
4) Menyiapkan Lembar Kerja Kelompok dan Soal Evaluasi setelah dilaksanakan
pembelajaran.
5) Menyiapkan lembar penilaian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
b. Pelaksanaan
Dalam tahap ini guru menerapkan pendekatan pembelajaran realistik
sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun pada siklus 1. Peneliti
disini bertindak sebagai pengajar dan guru sebagai observer.
1) Pertemuan 1
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari kamis tanggal 8 Maret 2012.
Pada pertemuan ini materi yang diajarkan adalah menjelaskan pecahan sebagai
bagian dari keseluruhan (setengah, seperempat, seperenam), menulis dan
membaca lambang bilangan pecahan. Adapun tahap pelaksanaan sebagai berikut:
Kegiatan awal
a) Berdo’a bersama pada awal pembelajaran.
b) Merapikan tempat duduk, presensi siswa, persiapan sarana dan prasarana
pembelajaran.
c) Menyanyikan salah satu lagu nasional.
d) Menyanyikan lagu potong buah.
“potong-potong apel, jadi dua potong
Potong-potong tomat, jadi empat potong
Mana setengah, mana setengah
Silahkan pilih 3X
Mana perempat, mana perempat
Coba pilih pilih yang paling tepat
e) Apersepsi:
(1) Anak-anak, pernahkah kalian memotong semangka?
(2) Menjadi berapa bagiankah potongan semangkanya?
f) Menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
a) Tanya jawab dengan siswa mengenai pecahan sederhana (eksplorasi).
b) Guru menjelaskan tentang pecahan sederhana (eksplorasi).
c) Siswa mengamati beberapa benda (buah apel, semangka) yang dipotong
menjadi dua, empat, atau enam bagian yang sama. (elaborasi/
permodelan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
d) Siswa memotong buah apel menjadi dua, atau empat bagian yang sama
dan seterusnya sehingga menjadi pecahan-pecahan dari benda utuh
(elaborasi/ mengkontruksi).
e) Siswa dibagi menjadi 7 kelompok (elaborasi).
f) Tiap kelompok diberi buah apel dan diminta untuk memotong menjadi 2
atau 4 bagian yang sama panjang (penggunaan konteks).
g) Salah satu kelompok maju kedepan untuk menunjukkan hasil potongan
buah dan menyebutkan nama pecahannya (konfirmasi).
h) Guru mendemonstrasikan pecahan dengan membelah buah apel menjadi
dua bagian 4,6,8 bagian yang sama besar serta memotong kertas menjadi
bagian yang sama panjang (eksplorasi).
i) Siswa menyebutkan beberapa bagian buah, kertas, yang terbelah maupun
yang dipotong (elaborasi).
j) Siswa mengerjakan LKK.
k) Guru memberi soal evaluasi dan siswa mengerjakan (elaborasi).
l) Siswa mengumpulkan hasil evaluasi (konfirmasi).
m) Memberikan reward pada siswa yang mendapat nilai bagus.
Kegiatan Akhir
a) Siswa menulis kesimpulan.
b) Guru memberikan penguatan kepada siswa tentang materi yang baru
diberikan.
c) Pemberian PR.
2) Pertemuan II
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari rabu tanggal 14 Maret 2012.
Pada Pertemuan yang ke-2 ini materi yang diajarkan yaitu membilang dan
menuliskan dalam kata-kata dan lambang serta menyajikan nilai pecahan dengan
menggunakan berbagai bentuk gambar.
Kegiatan awal
a) Berdo’a bersama pada awal pembelajaran.
b) Merapikan tempat duduk, presensi siswa, persiapan sarana dan prasarana
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
c) Menyanyikan salah satu lagu nasional.
d) Menyanyikan lagu potong kertas.
“potong-potong kertas, jadi dua potong
Potong-potong kertas, jadi empat potong
Mana setengah, mana setengah
Silahkan pilih 3X
Mana perempat, mana perempat
Coba pilih pilih yang paling tepat.
e) Apersepsi: Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa ”anak-anak, masih
ingtakah kalian tentang pecahan?”
f) Menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti
a) Guru menjelaskan tentang penyajian pecahan ke bentuk gambar
(eksplorasi).
b) Siswa mengamati beberapa bentuk gambar pecahan yang ditunjukkan
guru, untuk menemukan gambar mana yang merupakan bentuk pecahan
, , dst (pemodelan).
c) Siswa diminta menuliskan bentuk gambar yang bernilai pecahan , ,
dst, serta sebaliknya menuliskan bentuk pecahan dalam bentuk gambar
(mengkontruksi/ elaborasi).
d) Siswa mengamati pipet minuman yang dipotong menjadi 2, 4 atau 6
bagian yang sama panjang (elaborasi/permodelan).
e) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok (elaborasi).
f) Tiap kelompok diberi bentuk gambar pecahan, batang pipet minuman dan
diminta untuk memotong menjadi 2 bagian yang sama dan menuliskan
nama pecahan dan lambang pecahan dengan cara diskusi kelompok
(elaborasi/ interaktivitas).
g) Dengan bimbingan guru, siswa bekerjasama dengan kelompok untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru (eksplorasi).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
h) Masing-masing kelompok maju kedepan untuk menunjukkan gambar
sesuai dengan lambang pecahan (konfirmasi).
i) Guru mendemonstrasikan pecahan dengan beberapa gambar bangun datar
yang diarsir daerah pecahannya, siswa menyebutkan nama pecahan dan
menuliskan dalam bentuk kata-kata (eksplorasi).
j) Siswa mengerjakan LKK.
k) Guru memberi soal evaluasi dan siswa mengerjakan (elaborasi).
l) Siswa mengumpulkan hasil evaluasi (konfirmasi).
m) Memberikan reward pada siswa yang mendapat nilai bagus.
Kegiatan akhir
a) Siswa menulis kesimpulan.
b) Guru memberikan penguatan kepada siswa tentang materi yang baru
diberikan.
c) Pemberian PR.
Adapun data dari hasil yang diperoleh pada siklus 1 dapat dibuat
distribusi frekuensi dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Tabel 4.2. Distribusi nilai frekuensi Matematika Materi Pecahan Sederhana
pada Siswa Kelas III SD Negeri 06 Ngringo pada siklus 1.
No Interval Nilai fi
Nilai Tengah fi . xi
Presentase (%) Keterangan
(xi)
1 45-53 2 49 98 5,26 < KKM
2 54-62 5 58 290 13,15 < KKM
3 63-71 6 67 402 15,78 < KKM
4 72-80 12 76 912 31,57 ≤ KKM ≤
5 81-89 8 85 680 21,05 > KKM
6 90-98 5 94 470 13,15 > KKM
Jumlah
38
2852 100
Nilai Rata-rata = = = 75,05
Ketuntasan Klasikal = x 100% = x 100% =
65,78 %
Nilai dibawah KKM = 13anak
Nilai yang tuntas = 25anak
Nilai Tertinggi = 95
Nilai Terendah = 45
Berdasarkan tabel 4.2 dapat disajikan dengan grafik 4.2 sebagai berikut:
Gambar 4.2. Bagan Grafik Nilai Matematika Pecahan Sederhana pada
Siklus 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Berdasarkan tabel dan grafik di atas, nilai pemahaman konsep pecahan
sederhana pada siswa kelas III dalam siklus 1 diperoleh rata-rata nilai sebesar
75,05 (lihat lampiran 33 halaman 170). Siswa yang memperoleh nilai 45-53
yaitu 2 siswa atau 5,26%. Siswa yang memperoleh nilai 54-62 yaitu 5 siswa atau
13,15%. Siswa yang memperoleh nilai 63-71 yaitu 6 siswa atau 15,78%. Siswa
yang memperoleh nilai 72-80 yaitu 12 siswa atau 31,57%. Siswa yang
memperoleh nilai 81-89 yaitu 8 siswa atau 21,05%. Siswa yang memperoleh nilai
90-98 yaitu 5 siswa atau 13,15%. Pada siklus 1 ini, terdapat peningkatan hasil
belajar pada materi pemahaman konsep pecahan sederhana dengan jumlah siswa
yang mendapat nilai diatas KKM (75) yaitu 25 siswa yang sebelumnya hanya 15
siswa.
Untuk lebih jelas tentang perkembangan pemahaman konsep pecahan
sederhana sebelum tindakan dengan siklus I dapat dilihat dari tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3. Perkembangan Pemahaman Konsep Pecahan Sederhana
Sebelum Tindakan dengan Siklus I
Keterangan Rata-rata Nilai Ketuntasan Klasikal
Sebelum Tindakan 66,98 39,47%
Siklus I 75,05 65,78%
Dari tabel 4.3 dapat disajikan dengan grafik 4.3 sebagai berikut:
Gambar 4.3. Bagan Grafik Perkembangan Pemahaman Konsep Pecahan
Sederhana sebelum Tindakan dengan Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Dapat disimpulkan bahwa sebelum diadakannya tindakan siklus 1, nilai
tertinggi yaitu 85, nilai terendah 45, rata-ratanya yaitu 66,98 dengan presentase
ketuntasan 39,47 %. Setelah diadakannya tindakan Pada siklus 1 perkembangan
pemahaman konsep pecahan sederhana nilai rata-ratanya meningkat menjadi
75,05 dengan prosentase ketuntasan 65,78 %. Dengan nilai tertinggi 95 dan nilai
terendah 45. Akan tetapi nilai tersebut belum memenuhi indikator kinerja yang
diinginkan. Maka, akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.
Dalam penelitian ini, masih banyak beberapa kekurangan diantaranya
yaitu:
1) Guru masih belum optimal dalam meningkatkan perhatian siswa pada saat
proses belajar mengajar.
2) Guru kurang tegas dalam menegur siswa yang kurang memperhatikan
pelajaran (bermain sendiri).
3) Guru belum optimal dalam memberikan pujian bagi siswa yang telah
menjawab pertanyaan dengan benar.
4) Masih ada beberapa anak yang sulit memahami pecahan sederhana.
5) Masih adanya siswa yang ramai didalam mengerjakan tugas kelompok.
Siswa mulai aktif dalam kegiatan belajar mengajar, akan tetapi perlu
ditingkatkan lagi agar hasilnya lebih maksimal.
c. Observasi
Pengamatan atau observasi dilakukan selama pembelajaran matematika
berlangsung, yang meliputi: aktivitas siswa dan guru, aktivitas siswa meliputi
aspek afektif dan aspek psikomotor (lihat lampiran 8, 9, 10 halaman 103-107).
Pada tahap observasi ini, guru melakukan pengamatan terhadap proses
pembelajaran matematika materi pecahan sederhana dengan menerapkan
pendekatan pembelajaran realistik. Observasi ini dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan pemahaman konsep pecahan sederhana pada siswa kelas III dengan
RPP yang telah disusun. Dalam tahap ini peneliti mengadakan kolaborasi dengan
guru kelas dalam pemantauan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran yaitu
dengan menggunakan lembar observasi. Observasi dilaksanakan untuk
mendapatkan data mengenai aktivitas peneliti dalam kesesuaian antara rencana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
pembelajaran yang disusun dengan pelaksanaan pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Data observasi dalam siklus 1 diperoleh sebagai berikut:
a) Lembar observasi guru ( lihat lampiran 12 halaman 112 )
(1) Persiapan pembelajaran sudah baik
(2) Guru dalam membuka pelajaran sudah cukup baik
(3) Kejelasan dan sistematika penyampian materi sudah baik
(4) Ketepatan strategi pembelajaran cukup
(5) Ketepatan dan daya tarik media sudah baik
(6) Kemampuan menggunakan media sudah cukup baik
(7) Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media sudah baik
(8) Menumbuhkan partisipasi aktif dan antusiasme dalam pembelajaran sudah
baik
(9) Memantau kemajuan belajar selama proses sudah baik
(10) Menggunakan bahasa lisan dan bahasa tulis secara jelas, lancar, baik dan
benar
(11) Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, lancar, baik dan benar
sudah baik
(12) Menutup pembelajaran sudah baik
b) Lembar observasi siswa aspek afektif (lihat lampiran 8 halaman 103)
(1) Kemauan siswa untuk menerima pelajaran dari guru sudah terlihat adanya
peningkatan
(2) Perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan oleh guru sudah baik akan tetapi
perlu ditingkatkan lagi
(3) Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan guru sudah baik
(4) Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat sudah baik
(5) Keberanian siswa mengerjakan soal dipapan tulis sudah baik
(6) Kemauan berdiskusi dengan teman kelompok sudah baik
(7) Keberanian siswa dalam mendemonstrasikan alat peraga sudah baik
Adapun lembar observasi siswa aspek afektif dapat dilihat pada tabel 4.5
dibawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tabel 4. 4. Lembar Observasi Siswa Aspek Afektif Siklus I
Keterangan Siklus 1
Pertemuan 1 Pertemuan 2
Total skor 18 22
Rata-rata skor 3,14 3,14
Rata-rata skor siklus 1 3,14
Berdasarkan tabel 4.4 dapat disajikan dalam grafik 4.4 sebagai berikut:
Gambar 4.4. Bagan Grafik Lembar Observasi Siswa Aspek Afektif
Siklus I
Berdasarkan gambar 4.4 di atas, nilai aspek afektif siswa dalam
pembelajaran siklus 1 yaitu: pada pertemuan 1 jumlah skornya 22 dibagi tujuh
aspek yang diamati, hasilnya yaitu 3,14. Kemudian pada pertemuan II jumlah
skornya yaitu 26 dibagi dengan tujuh aspek yang diamati, hasilnya yaitu 3,71.
Dengan total rata-rata pada siklus 1 yaitu 3,42.
c) Lembar observasi aspek psikomotor (lihat lampiran 9 halaman 105)
(1) Siswa segera memasuki kelas pada waktu guru datang sudah baik
(2) Siswa mau mencatat bahan pelajaran (informasi) dengan baik dan sistematis
(3) Mengatur peran dalam diskusi sudah cukup baik
(4) Mengangkat tangan dan bertanya kepada guru mengenai bahan pelajaran
yang belum jelas sudah cukup
(5) Meminta saran dengan guru dalam pembelajaran (mencari informasi)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Adapun lembar observasi siswa aspek psikomotor dapat dilihat pada
tabel 4.5 dibawah ini:
Tabel 4.5. Lembar Observasi Siswa Aspek Psikomotor Siklus I
Keterangan Siklus 1
Pertemuan 1 Pertemuan 2
Total skor 13 17
Rata-rata skor 2,6 3,4
Rata-rata skor siklus 1 3,0
Dari tabel 4.5 dapat disajikan dengan grafik 4.5 sebagai berikut:
Gambar 4.5. Bagan Grafik Lembar Observasi Siswa Aspek
Psikomotor Siklus I
Berdasarkan gambar 4.5 di atas, nilai aspek psikomotor siswa dalam
pembelajaran siklus 1 yaitu: pada pertemuan 1 jumlah skornya 13 dibagi lima
aspek yang diamati, hasilnya yaitu 2,6. Kemudian pada pertemuan II jumlah
skornya yaitu 17 dibagi dengan lima aspek yang diamati, hasilnya yaitu 3, 4.
Dengan total rata-rata pada siklus 1 yaitu 3,0.
d. Refleksi
Hasil pengamatan dan hasil tes pada siklus 1 menunjukkan bahwa
pembelajaran matematika materi pecahan sederhana dengan menerapkan
pendekatan pembelajaran realistik telah meningkatkan pemahaman konsep
pecahan sederhana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Berdasarkan hasil analisa dari data hasil belajar siswa pada siklus 1 dapat
diketahui bahwa presentase hasil tes siswa yang tuntas naik menjadi 65,78% yang
pada awalnya atau sebelum diadakan tindakan hanya 39,47%. Sebanyak 25 siswa
dari seluruh siswa kelas III telah berhasil menyelesaikan soal evaluasi dengan
nilai diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=75). Akan tetapi target penelitian
pada siklus 1 yaitu sebanyak 85% dan siklus II 85% dari seluruh siswa kelas III
tuntas KKM dalam mengerjakan soal materi pecahan sederhana. Maka dari itu
perlu diadakannya perbaikan pada siklus selanjutnya.
Hasil penelitian terhadap guru menunjukkan bahwa Guru dalam
mengajar sudah baik, memberikan informasi secara tepat yaitu menyampaikan
tujuan pembelajaran dan mengarahkan kegiatan siswa sehingga siswa lebih paham
tentang materi pecahan sederhana. Guru dalam mengajar mengaitkan
pembelajaran matematika khususnya pecahan sederhana dengan dunia
nyata/realistik serta memberikan contoh-contoh dengan benda-benda nyata seperti
buah semangka dan buah apel untuk memperagakan bentuk bilangan pecahan.
2. Tindakan Siklus II
Proses penelitian pada siklus II dilaksanakan dalam dua minggu. Setiap
siklus terdiri dari 2 kali pertemuan dan 4 tahapan, yaitu: (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan, (3) pengamatan/observasi, dan (4) refleksi.
Tindakan siklus II dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Tiap-tiap
pertemuan terdiri dari 3 jam pelajaran (3X35 menit) yang dilaksanakan selama
dua minggu yaitu pada tanggal 21 Maret 2012 dan 29 Maret 2012. Adapun
tahapan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan tindakan pada siklus 1 diketahui
bahwa sudah menunjukkan adanya peningkatan pemahaman konsep materi
pecahan sederhana pada siswa kelas III SD Negeri 06 Ngringo Tahun Pelajaran
2011/2012, akan tetapi belum sesuai dengan target capaian indikator kinerja. Hal
ini ditunjukkan masih adanya 13 siswa atau 34,21 % siswa yang belum tuntas
dalam pembelajaran matematika materi pecahan sederhana ini. Hal yang perlu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
diperbaiki guru dalam pembelajaran matematika materi pecahan sederhana
dengan menerapkan pendekatan pembelajaran realistik sebagai upaya untuk
mengatasi kekurangan yang ada yaitu dengan menggunakan strategi belajar yang
lebih menarik. Adapun deskripsi pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Dalam RPP ini, disusun 2 kali pertemuan masing-masing pertemuan 3 jam
pelajaran atau 3 X 35 menit. Dalam perencanaan RPP ini mencakup: Standar
Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, Dampak Pengiring, Tujuan
Pembelajaran, Media, Metode, Sumber Pembelajaran, Langkah-langkah
Pembelajaran, dan Penilaian.
2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana
Fasilitas dan sarana yang diperlukan untuk pelaksanaan dalam siklus II ini masih
sama dengan fasilitas dan sarana yang dipersiapkan dalam siklus 1, hanya saja
media dan angka yang digunakan lebih bervariasi.
3) Menyiapkan lembar penilaian dan pengamatan
4) Mempersiapkan hadiah yang akan diberikan kepada siswa
b. Pelaksanaan
Dalam tahap ini guru menerapakan pendekatan pembelajaran realistik
sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Perbedaan
dengan siklus 1 yaitu pada tujuan pembelajarannya.
1) Pertemuan 1
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari rabu tanggal 21 Maret 2012.
Pada pertemuan ini materi yang diajarkan adalah mengulang kembali materi
pecahan sederhana dengan ditambah KD membandingkan pecahan sederhana.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
Kegiatan awal
a) Berdo’a bersama pada awal pembelajaran.
b) Merapikan tempat duduk, presensi siswa, persiapan sarana dan prasarana
pembelajaran.
c) Menyanyikan salah satu lagu nasional.
d) Menyanyikan lagu potong buah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
“potong-potong apel, jadi dua potong
Potong-potong tomat, jadi empat potong
Mana setengah, mana setengah
Silahkan pilih 3X
Mana perempat, mana perempat
Coba pilih pilih yang paling tepat
e) Apersepsi:
1. Anak-anak, pernahkah kalian memotong buah apel ?
2. Menjadi berapa bagiankah potongan apelnya?
f) Menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
a) Tanya jawab dengan siswa mengenai perbandingan pecahan (eksplorasi).
b) Guru menjelaskan tentang materi membandingkan pecahan menggunakan
gambar (eksplorasi).
c) Siswa mengamati dua buah apel yang dibelah menjadi 2 atau 4 bagian,
selanjutnya murid diminta untuk membandingkan mana buah yang lebih
besar (eksplorasi/ permodelan).
d) Siswa disuruh memotong 2 pipet minuman masing-masing menjadi 4
bagian yang sama dan selanjutnya siswa diminta untuk membandingkan
mana yang lebih panjang (mengkontruksi).
e) Siswa dibagi menjadi 7 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6
anak (elaborasi).
f) Tiap kelompok diberi LKK untuk dikerjakan (masyarakat belajar).
g) Guru mengawasi kerja kelompok yang berdiskusi.
h) Tiap kelompok disuruh maju ke depan untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya.
i) Guru dan siswa membahas bersama hasil pekerjaan kelompok
(eksplorasi).
j) Guru memberi soal evaluasi dan siswa mengerjakan (elaborasi).
k) Siswa mengumpulkan hasil evaluasi (konfirmasi).
l) Memberikan reward pada siswa yang mendapat nilai bagus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Kegiatan Akhir
a) Siswa menulis kesimpulan.
b) Guru memberikan penguatan kepada siswa tentang materi yang baru
diberikan.
c) Pemberian PR.untuk pembelajaran selanjutnya.
2) Pertemuan II
Pertemuan kedua ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 29 Maret
2012. Pada Pertemuan yang ke-2 ini materi yang diajarkan yaitu memecahkan
masalah yang berkaitan dengan pecahan sederhana. Langkah-langkanya sebagai
berikut:
Kegiatan awal
a) Berdo’a bersama pada awal pembelajaran.
b) Merapikan tempat duduk, presensi siswa, persiapan sarana dan prasarana
pembelajaran.
c) Menyanyikan salah satu lagu nasional.
d) Menyanyikan lagu potong buah.
“potong-potong melon, jadi dua potong
Potong-potong apel, jadi empat potong
Mana setengah, mana setengah
Silahkan pilih 3X
Mana perempat, mana perenam
Coba pilih pilih yang paling tepat
e) Apersepsi:
Anak-anak, kemaren kita sudah belajar tentang penjumlahan pecahan yang
berpenyebut sama, siapa yang masih ingat hasil dari + ?
f) Menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
a) Tanya jawab dengan siswa mengenai pecahan sederhana (eksplorasi).
b) Guru menjelaskan tentang materi pecahan sederhana dalam kehidupan
sehari-hari menggunakan media gambar (eksplorasi).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
c) Guru memberikan permasalahan berupa soal cerita yang berhubungan
dengan penjumlahan dan perbandingan pecahan (elaborasi/ permodelan).
d) Siswa dibagi menjadi 7 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6
anak (elaborasi).
e) Tiap kelompok diberi LKK untuk dikerjakan (masyarakat belajar).
f) Guru mengawasi kerja kelompok yang berdiskusi.
g) Tiap kelompok disuruh maju ke depan untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya.
h) Guru dan siswa membahas bersama hasil pekerjaan kelompok
(eksplorasi).
i) Guru memberi soal evaluasi dan siswa mengerjakan (elaborasi).
j) Siswa mengumpulkan hasil evaluasi (konfirmasi).
k) Memberikan reward pada siswa yang mendapat nilai bagus.
Kegiatan Akhir
a) Siswa menulis kesimpulan.
b) Guru memberikan penguatan kepada siswa tentang materi yang baru
diberikan.
c) Pemberian PR.
d) Kelompok yang hasil kerjanya bagus, diberi reward.
Adapun data dari hasil yang diperoleh pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.6
dan grafik 4.6 di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Tabel 4.6. Distribusi nilai frekuensi Matematika Materi Pecahan Sederhana
pada Siswa Kelas III SD Negeri 06 Ngringo pada siklus II
No Interval
Nilai fi
Nilai
Tengah fi . xi
Presentase
(%) Keterangan
(xi)
1 54-61 1 57,5 57,5 2,63 < KKM
2 62-69 2 65,5 131 5,26 < KKM
3 70-77 10 73,5 735 26,31 ≤ KKM ≤
4 78-85 7 81,5 652 18,42 > KKM
5 86-93 8 89,5 805,5 21,05 > KKM
6 94-101 10 97,5 780 26,31 > KKM
Jumlah
38
3180 100
Nilai Rata-rata = = = 83,86
Ketuntasan Klasikal = x 100% = x 100% = 92,10
%
Nilai dibawah KKM = 3 anak
Nilai yang tuntas = 35 anak
Nilai Tertinggi = 100
Nilai Terendah = 54
Dari tabel 4.6 dapat disajikan dengan grafik 4.6 sebagai berikut:
Gambar 4.6. Bagan Grafik Nilai Matematika Pecahan Sederhana pada
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Berdasarkan tabel dan grafik di atas, nilai pemahaman konsep pecahan
sederhana pada siswa kelas III dalam siklus II diperoleh rata-rata nilai sebesar
83,68. Siswa yang memperoleh nilai 54-61 yaitu 1 siswa atau 2,63%. Siswa yang
memperoleh nilai 62-69 yaitu 2 siswa atau 5,26%. Siswa yang memperoleh nilai
70-77 yaitu 10 siswa atau 26,31%. Siswa yang memperoleh nilai 78-85 yaitu 7
siswa atau 18,42%. Siswa yang memperoleh nilai 86-93 yaitu 8 siswa atau
21,05%. Siswa yang memperoleh nilai 94-101 yaitu 10 siswa atau 26,31%. Pada
siklus II ini, terdapat peningkatan hasil belajar pada materi pemahaman konsep
pecahan sederhana dengan jumlah siswa yang mendapat nilai diatas KKM (75)
yaitu 35 siswa yang sebelumnya pada siklus 1 hanya hanya 25 siswa.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pemahaman konsep pecahan
sederhana dengan penerapan pendekatan pembelajaran realistik pada siswa kelas
III SD Negeri 06 Ngringo meningkat.
c. Observasi
Observasi pada siklus II ini, dilkakukan oleh guru kelas III. Guru
melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran matematika materi pecahan
sederhana dengan menerapkan pendekatan pembelajaran realistik dari awal
hingga akhir. Pengamatan atau observasi dilakukan selama pembelajaran
matematika berlangsung, yang meliputi: aktivitas guru dan siswa yang terdiri dari
aspek afektif, aspek psikomotor dan nilai tes individu (lihat lampiran 10, 24, 25
halaman 107, 148, 150). Observer mengadakan pengamatan sesuai dengan
lembar observasi yang telah dipersiapkan oleh peneliti.
Berdasarkan hasil observasi pada siklus II ini, diketahui bahwa
pembelajaran matematika materi pecahan sederhana dengan pendekatan
pembelajaran realistik dapat meningkatkan pemahaman konsep pecahan
sederhana.
a) Lembar observasi guru ( lihat lampiran 12 halaman 112)
(1) Persiapan pembelajaran memuaskan
(2) Guru dalam membuka pelajaran sangat memuaskan
(3) Kejelasan dan sistematika penyampian materi memuaskan
(4) Ketepatan strategi pembelajaran memuaskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
(5) Ketepatan dan daya tarik media memuaskan
(6) Kemampuan menggunakan media sangat memuaskan
(7) Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media sangat memuaskan
(8) Menumbuhkan partisipasi aktif dan antusiasme dalam pembelajaran sangat
memuaskan
(9) Memantau kemajuan belajar selama proses memuaskan
(10) Melakukan penilaian/evaluasi sudah memuaskan
(11) Menggunakan bahasa lisan dan bahasa tulis secara jelas, lancar, baik dan
benar sudah memuaskan
(12) Menutup pembelajaran memuaskan
b) Lembar observasi siswa aspek afektif (lihat lampiran 24 halaman 148)
(1) Kemauan siswa untuk menerima pelajaran dari guru sudah meningkat
(2) Perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan oleh guru sudah baik
(3) Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan guru sangat baik
(4) Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat sudah baik
(5) Keberanian siswa mengerjakan soal dipapan tulis sudah baik
(6) Kemauan berdiskusi dengan teman kelompok sangat baik
(7) Keberanian siswa dalam mendemonstrasikan alat peraga sudah baik
Adapun lembar observasi siswa aspek afektif dapat dilihat pada tabel 4.7
dibawah ini:
Tabel 4.7. Lembar Observasi Siswa Aspek Afektif Siklus II
Keterangan Siklus 1
Pertemuan 1 Pertemuan 2
Total skor 21 26
Rata-rata skor 3,0 3,71
Rata-rata skor siklus II 3,35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Dari tabel 4.7 dapat disajikan dengan grafik 4.7 sebagai berikut:
Gambar 4.7. Bagan Grafik Lembar Observasi Siswa Aspek Afektif
Siklus II
Berdasarkan gambar 4.7 di atas, nilai aspek afektif siswa dalam
pembelajaran siklus II yaitu: pada pertemuan 1 jumlah skornya 21 dibagi tujuh
aspek yang diamati, hasilnya yaitu 3,0. Kemudian pada pertemuan II jumlah
skornya yaitu 26 dibagi dengan tujuh aspek yang diamati, hasilnya yaitu 3,71.
Dengan total rata-rata pada siklus 1 yaitu 3,35.
c) Lembar observasi aspek psikomotor (lihat lampiran 25 halaman 150)
(1) Siswa segera memasuki kelas pada waktu guru datang sangat baik
(2) Siswa mau mencatat bahan pelajaran (informasi) dengan baik dan sistematis
(3) Mengatur peran dalam diskusi baik
(4) Mengangkat tangan dan bertanya kepada guru mengenai bahan pelajaran
yang belum jelas baik
(5) Meminta saran dengan guru dalam pembelajaran (mencari informasi) dengan
baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Adapun lembar observasi siswa aspek psikomotor dapat dilihat pada
tabel 4.8 di bawah ini:
Tabel 4.8. Lembar Observasi Siswa Aspek Psikomotor Siklus II
Keterangan Siklus 1
Pertemuan 1 Pertemuan 2
Total skor 16 19
Rata-rata skor 3,2 3,8
Rata-rata skor siklus 1 3,5
Dari tabel 4.8 dapat disajikan dengan grafik 4.8 sebagai berikut:
Gambar 4.8. Bagan Grafik Lembar Observasi Siswa Aspek
Psikomotor Siklus II
Berdasarkan gambar 4.8 di atas, nilai aspek psikomotor siswa dalam
pembelajaran siklus II yaitu: pada pertemuan 1 jumlah skornya 16 dibagi lima
aspek yang diamati, hasilnya yaitu 3,2. Kemudian pada pertemuan II jumlah
skornya yaitu 19 dibagi dengan lima aspek yang diamati, hasilnya yaitu 3, 8.
Dengan total rata-rata pada siklus II yaitu 3,5.
d. Refleksi
Pembelajaran yang dilakukan dalam siklus II ini merupakan tindakan
perbaikan dari tindakan siklus 1. Pada pelaksanaan siklus II ini, segala kendala
dan kesulitan yang dihadapi siswa sudah dapat diatasi. Sehingga pada
pembelajaran matematika materi pecahan sederhana dengan menggunakan
penerapan pendekatan realistik dapat diikuti dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Dari hasil penelitian tindakan pada siklus II ini, peneliti mengulas dengan
cermat bahwa dilihat dari frekuensi data nilai pemahaman konsep pecahan
sederhana dengan menerapkan pendekatan pembelajaran realistik sudah berhasil.
Hal ini dapat ditunjukkan dengan jumlah siswa yang sudah tuntas atau mencapai
KKM sudah memenuhi indikator kinerja, bahkan lebih tinggi dari yang
ditargetkan, yaitu meningkat menjadi 92,10 %.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus
Berdasarkan pada hasil penelitian siklus 1 dan siklus II dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran matematika pada materi pecahan sederhana
dengan menerapkan pendekatan pembelajaran realistik, dapat meningkatkan
pemahaman konsep pecahan sederhana pada siswa kelas III SD Negeri 06
Ngringo Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar baik dari hasil belajar kognitif,
afektif dan psikomotor.
Hasil observasi pada kondisi awal siswa kelas III SD Negeri 06 Ngringo
yang berjumlah 38 siswa, terdapat 15 anak atau 39,47% siswa yang mendapat
nilai diatas KKM (75) dengan nilai terendah 45 dan nilai tertinggi 85. Sedangkan
23 anak atau 60,52% siswa yang mendapat nilai dibawah KKM. Dengan demikian
pemahaman konsep matematika pada materi pecahan sederhana masih rendah.
Dari hasil belajar tes siswa pada siklus 1 dapat disimpulkan bahwa
prosentase ketuntasan naik menjadi 65,78% dengan nilai tertinggi 95 dan nilai
terendah 45. Siswa yang mendapat nilai diatas KKM yaitu 25 anak. Rata-rata pada
siklus 1 ini yaitu 75,05. Akan tetapi nilai tersebut belum diatas rata-rata yang
diinginkan penulis. Maka dari itu perlu dilanjutkan ke siklus II.
Pada siklus II dapat simpulkan bahwa hasil tes belajar siswa yang tuntas
naik menjadi 92,10% dengan nilai teringgi 100 dan nilai terendah 54. Siswa yang
tuntas yaitu ada 35 anak dengan nilai rata-rata 83,86. Nilai tersebut sudah
mencapai pada indikator kinerja yang diinginkan peneliti. Maka tidak perlu
dilanjutkan ke siklus berikutnya. Perbandingan hasil tes awal, siklus 1 dan siklus
II dapat dilihat pada tabel 4.9 dibawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tabel 4.9. Distribusi nilai frekuensi Matematika Materi Pecahan Sederhana
pada Siswa Kelas III SD Negeri 06 Ngringo pada kondisi awal, siklus 1, dan
siklus II
Keterangan Rata-rata Nilai Ketuntasan Klasikal
Sebelum tindakan 66,98 39,47%
Siklus I 75,05 65,78%
Siklus II 83,86 92,10%
Gambar 4.9. Bagan Grafik Nilai Matematika Pecahan Sederhana
pada kondisi awal, siklus 1, siklus II
Berdasarkan pada bagan grafik di atas, dapat diketahui bahwa pada
kondisi awal nilai terendah yaitu 45, nilai tertinggi 85, presentase ketuntasan atau
siswa yang tuntas yaitu 15 anak atau 39,47 % dengan nilai rata-rata 66,98.
Pada siklus 1, nilai terendah yaitu 45, nilai tertinggi 95, jumlah anak yang
tuntas 25 anak atau 65,78% dengan nilai rata-rata 75,05.
Pada siklus II, nilai terendah yaitu 54, nilai tertinggi 100, jumlah anak
yang lulus yaitu 35 anak atau 92,10% dengan nilai rata-rata 83,68.
Berdasarkan pada gambar dan tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa
yang mendapat nilai diatas KKM (75) pada siklus II yaitu 35 anak atau 92,10% itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
berarti mengalami kenaikan yang sangat drastis dari sebelum diadakannya
penerapan pendekatan pembelajaran realistik. Dengan diterapkannya pendekatan
pembelajaran realistik pada mata pelajaran matematika materi pecahan sederhana
dapat dinyatakan berhasil.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa presentase pemahaman konsep
pecahan sederhana pada siswa kelas III telah meningkat. Hal ini terbukti dengan
adanya peningkatan siswa mencetuskan pendapat, mengeluarkan pendapat,
berinteraksi dengan teman bahkan guru, kerja sama dengan teman kelompok juga
bagus, dan mampu menyelesaikan soal-soal dengan baik. Dengan pasrtisipasi
siswa yang aktif dan kreatif siswa dalam pembelajaran yang semakin meningkat,
suasana kelas menjadi lebih menyenangkan dan pada akhirnya pemahaman
konsep pecahan sederhana pada siswa kelas III SD Negeri 06 Ngringo ini
meningkat. Berdasarkan peningkatan pemahaman konsep pecahan sederhana yang
telah dicapai siswa maka pelaksanaan tindakan kelas ini dianggap cukup dan
sekian sampai disini.
D. Pembahasan
Sebelum dilaksanakan tindakan, pemahaman konsep pecahan sederhana
siswa kelas III SD Negeri 06 Ngringo masih rendah. Hal ini dibuktikan dari nilai
keseharian siswa tentang materi pecahan sederhana yaitu dari 38 siswa kelas III
hanya 15 siswa yang nilainya mencapai KKM. Adapun rinciannya sebagai
berikut: Siswa yang memperoleh nilai 45-51 sebanyak 6 siswa atau 5,78%. Siswa
yang memperoleh nilai 52-58 sebanyak 5 siswa atau 13,15 %. Siswa yang
memperoleh nilai 59-65 sebanyak 5 siswa atau 13,15%. Siswa yang memperoleh
nilai 66-72 sebanyak 7 siswa atau 18,42%. Siswa yang memperoleh nilai 73-79
sebanyak 8 siswa atau 21,05%. Siswa yang memperoleh nilai 80-86 sebanyak 7
siswa atau 18,42%. Berdasarkan data tersebut terdapat 23 siswa atau 60,52% yang
mendapat nilai dibawah KKM, dan siswa yang mendapat nilai sama atau diatas
KKM yaitu sebanyak 15 siswa atau 39,47%.
Setelah diadakan siklus 1, terjadi peningkatan pemahaman konsep siswa
kelas III SD Negeri 06 Ngringo. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil rekapitulasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
nilai pada siklus 1 pertemuan 1 dan pertemuan 2 yang dapat dilihat pada lampiran
33 halaman 170. Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut:
Tabel 4.10. Distribusi nilai frekuensi Matematika Materi Pecahan Sederhana
pada Siswa Kelas III SD Negeri 06 Ngringo pada siklus 1.
No Interval Nilai fi
Nilai Tengah fi . xi
Presentase (%) Keterangan
(xi)
1 45-53 2 49 98 5,26 % < KKM
2 54-62 5 58 290 13,15 % < KKM
3 63-71 6 67 402 15,78 % < KKM
4 72-80 12 76 912 31,57 % ≤ KKM ≤
5 81-89 8 85 680 21,05 % > KKM
6 90-98 5 94 470 13,15 % > KKM
Jumlah
38
2852 100
Nilai Rata-rata = = = 75,05
Ketuntasan Klasikal = x 100% = x 100% =
65,78 %
Nilai dibawah KKM = 13anak
Nilai yang tuntas = 25anak
Nilai Tertinggi = 95
Nilai Terendah = 45
Berdasarkan tabel dan grafik di atas, nilai pemahaman konsep pecahan
sederhana pada siswa kelas III dalam siklus 1 diperoleh rata-rata nilai sebesar
75,05 (lihat lampiran 33 halaman 170). Siswa yang memperoleh nilai 45-53
yaitu 2 siswa atau 5,26%. Siswa yang memperoleh nilai 54-62 yaitu 5 siswa atau
13,15%. Siswa yang memperoleh nilai 63-71 yaitu 6 siswa atau 15,78%. Siswa
yang memperoleh nilai 72-80 yaitu 12 siswa atau 31,57%. Siswa yang
memperoleh nilai 81-89 yaitu 8 siswa atau 21,05%. Siswa yang memperoleh nilai
90-98 yaitu 5 siswa atau 13,15%. Pada siklus 1 ini, terdapat peningkatan hasil
belajar pada materi pemahaman konsep pecahan sederhana dengan jumlah siswa
yang mendapat nilai diatas KKM (75) yaitu 25 siswa yang sebelumnya hanya 15
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Untuk lebih jelas tentang perkembangan pemahaman konsep pecahan
sederhana sebelum tindakan dengan siklus I dapat dilihat dari tabel 4.12 berikut:
Tabel 4.11. Perkembangan Pemahaman Konsep Pecahan Sederhana
Sebelum Tindakan dengan Siklus I
Keterangan Rata-rata Nilai Ketuntasan Klasikal
Sebelum Tindakan 66,98 39,47%
Siklus I 75,05 65,78%
Dari tabel 4.11 dapat disajikan dengan grafik 4.10 sebagai berikut:
Gambar 4.10. Bagan Grafik Perkembangan Pemahaman Konsep Pecahan
Sederhana sebelum Tindakan dengan Siklus I
Dapat disimpulkan bahwa sebelum diadakannya tindakan siklus 1, nilai
tertinggi yaitu 85, nilai terendah 45, rata-ratanya yaitu 66,98 dengan presentase
ketuntasan 39,47 %. Setelah diadakannya tindakan Pada siklus 1 perkembangan
pemahaman konsep pecahan sederhana nilai rata-ratanya meningkat menjadi
75,05 dengan presentase ketuntasan 65,78 %. Dengan nilai tertinggi 95 dan nilai
terendah 45. Akan tetapi nilai tersebut belum memenuhi indikator kinerja yang
diinginkan. Maka, akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.
Pada siklus II, terjadi peningkatan pemahaman konsep siswa kelas III SD
Negeri 06 Ngringo. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil rekapitulasi nilai pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
siklus II pertemuan 1 dan pertemuan II yang dapat dilihat pada lampiran 34
halaman 171. Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut:
Tabel 4.12. Distribusi nilai frekuensi Matematika Materi Pecahan Sederhana
pada Siswa Kelas III SD Negeri 06 Ngringo pada siklus II
No Interval
Nilai fi
Nilai
Tengah fi . xi
Presentase
(%) Keterangan
(xi)
1 54-61 1 57,5 57,5 2,63% < KKM
2 62-69 2 65,5 131 5,26% < KKM
3 70-77 10 73,5 735 26,31% ≤ KKM ≤
4 78-85 7 81,5 652 18,42% > KKM
5 86-93 8 89,5 805,5 21,05% > KKM
6 94-101 10 97,5 780 26,31% > KKM
Jumlah
38
3180 100
Nilai Rata-rata = = = 83,86
Ketuntasan Klasikal = x 100% = x 100% = 92,10
%
Nilai dibawah KKM = 3 anak
Nilai yang tuntas = 35 anak
Nilai Tertinggi = 100
Nilai Terendah = 54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Dari tabel 4.12 dapat disajikan dengan grafik 4.11 sebagai berikut:
Gambar 4.11. Bagan Grafik Nilai Matematika Pecahan Sederhana pada
Siklus II
Berdasarkan tabel dan grafik di atas, nilai pemahaman konsep pecahan
sederhana pada siswa kelas III dalam siklus II diperoleh rata-rata nilai sebesar
83,68. Siswa yang memperoleh nilai 54-61 yaitu 1 siswa atau 2,63%. Siswa yang
memperoleh nilai 62-69 yaitu 2 siswa atau 5,26%. Siswa yang memperoleh nilai
70-77 yaitu 10 siswa atau 26,31%. Siswa yang memperoleh nilai 78-85 yaitu 7
siswa atau 18,42%. Siswa yang memperoleh nilai 86-93 yaitu 8 siswa atau
21,05%. Siswa yang memperoleh nilai 94-101 yaitu 10 siswa atau 26,31%. Pada
siklus II ini, terdapat peningkatan hasil belajar pada materi pemahaman konsep
pecahan sederhana dengan jumlah siswa yang mendapat nilai diatas KKM (75)
yaitu 35 siswa yang sebelumnya pada siklus 1 hanya hanya 25 siswa.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pemahaman konsep pecahan
sederhana dengan penerapan pendekatan pembelajaran realistik pada siswa kelas
III SD Negeri 06 Ngringo meningkat.
Berdasarkan data sebelum tindakan sampai siklus II di atas, terjadi
peningkatan presentase ketuntasan dan nilai rata-rata klasikal kelas dan dapat
dibuat tabel 4.13 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Tabel 4.13. Distribusi nilai frekuensi Matematika Materi Pecahan Sederhana
pada Siswa Kelas III SD Negeri 06 Ngringo pada kondisi awal, siklus 1,
siklus II
Keterangan Rata-rata Nilai Ketuntasan Klasikal
Sebelum tindakan 66,98 39,47%
Siklus I 75,05 65,78%
Siklus II 83,86 92,10%
Dari tabel 4.13 dapat disajikan dengan grafik 4.12 sebagai berikut:
Gambar 4.12. Bagan Grafik Nilai Matematika Pecahan Sederhana pada
kondisi awal, siklus 1, siklus II
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan
pembelajaran realistik dapat meningkatkan pemahaman konsep pecahan
sederhana pada siswa kelas III SD Negeri 06 Ngringo Kecamatan Jaten
Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan
dalam dua siklus dengan menerapkan pendekatan pembelajaran realistik materi
pecahan sederhana dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas III SD
Negeri 06 Ngringo Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran
2011/2012. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas pada kondisi awal
sebesar 66,98 dengan ketuntasan klasikal 39,47%. Pada siklus 1 nilai rata-rata
meningkat menjadi 75,05 dengan ketuntasan klasikal 65,78% kemudian pada
siklus II meningkat drastis nilainya menjadi 83,86 dengan ketuntasan klasikal
92,10%. Penerapan pendekatan pembelajaran realistik dapat dilaksanakan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran matematika materi pecahan sederhana
dikelas III sehingga hipotesis yang berbunyi “Penerapan Pendekatan
Pembelajaran Matematika Realistik Dapat Meningkatkan Pemahaman Konsep
Pecahan Sederhana pada Siswa Kelas III SD Negeri 06 Ngringo Kecamatan Jaten
Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012.”
Cara penerapan pendekatan pembelajaran realistik untuk meningkatkan
pemahaman konsep pecahan sederhana pada siswa kelas III SD Negeri 06
Ngringo Kecamatan Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012 merupakan
perwujudan dari lima ciri pendekatan pembelajaran realistik yaitu penggunaan
konteks (dunia nyata), penggunaan model-model (matematisasi), pemanfaatan
hasil kontruksi dan produksi siswa, menggunakan interaktif, dan menggunakan
keterkaitan.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diimplikasikan (hubungan
keterlibatan) yang berguna dalam rangka meningkatkan pemahaman konsep
pecahan sederhana pada siswa kelas III SD Negeri 06 Ngringo sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
1. Implikasi Teoritis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan diterapkannya pendekatan
pembelajaran realistik, dapat meningkatkan pemahaman konsep pecahan
sederhana pada siswa kelas III SD Negeri 06 Ngringo serta mendapatkan
respon yang positif dari para siswa. Dengan diterapkannya pendekatan
pembelajaran realistik ini, menjadikan siswa tidak bosan, tidak jenuh dalam
mengikuti mata peajaran matematika khususnya pecahan sederhana. Suasana
kelas menjadi lebih menyenangkan karena peneliti menggunakan media nyata.
2. Implikasi Praktis
Dalam penelitian ini membuktikan bahwa pendekatan pembelajaran realistik
dapat meningkatkan pemahaman konsep pecahan sederhana pada siswa kelas
III SD Negeri 06 Ngringo. Pendekatan pembelajaran realistik ini memperjelas
suatu konsep menjadi sesuatu yang konkrit, karena pendekatan pembelajaran
realistik menggunakan alat peraga/media dari lingkungan siswa sendiri.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam penutupan skripsi ini:
1. Bagi Sekolah
Sekolah hendaknya mengupayakan sarana dan prasarana pendukung kegiatan
belajar mengajar seperti menyediakan alat peraga yang mendukung
pembelajaran dengan pendekatan realistik. Serta media yang sudah ada di
sekolah dimanfaatkan dengan baik.
2. Bagi Guru
Guru hendaknya merancang pembelajaran yang baik, dengan menggunakan
strategi, metode, pendekatan yang berfariativ atau yang tepat sesuai dengan
kondisi dan situasi siswa yang akan menerima pelajaran agar siswa didalam
menerima pembelajaran matematika tidak cepat bosan dan jenuh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
3. Bagi Siswa
Siswa hendaknya berperan aktif dengan menyampaikan ide pemikiran pada
proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan
lancar dan akhirnya memperoleh nilai hasil belajar yang optimal.