ANALISIS TINGKAT KERAWANAN BANJIR DAN PERSEPSI
MASYARAKAT TERHADAP UPAYA PENGURANGAN DAMPAK
BANJIR DI KECAMATAN BAURENO KABUPATEN BOJONEGORO
(Implementasinya sebagai sumber belajar siswa kelas 7 SMPN 2 Baureno, padaTopik: Keadaan alam dan aktifitas penduduk. Sub Topik: Bentuk mukabumi dan
aktifitas penduduk Indonesia)
TESIS
Disusun untuk memenuhi sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH)
Minat Utama: Pendidikan Geografi
Oleh :
LILIK INDAWATI
S881308008
PROGRAM PASCASARJANA KEPENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
“ Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan.
Karena itu bila kau sudah selesai (mengerjakan yang lain),
dan berharaplah kepada Tuhanmu”.
(Q.S Al Insyirah : 6-8)
“Ada dua cara untuk memahami kehidupan.
Cara pertama dengan menyadari bahwa tidak ada hal yang mukjizat.
Yang kedua menyadari bahwa semua hal adalah mukjizat “
(Albert Einstein)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Karya tesis ini saya persembahkankepada:
Kedua orang tuaku yang selalumendoakanku untuk dapat meraihkesuksesan dalam hidup, Suamitercinta dan anak- anakku yang selalumendorong semangat kerja keraskudalam menyelesaikan tesis danstudiku di PPs Kependidikan UNS ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur ku panjatkan Kehadirat-Mu Ya Allah atas
rahmat, nikmat dan ridlo – Mu, Tesis ini dapat terselesaikan. Tesis ini disusun
sebagai salah satu persyaratan dalam mencapai derajat Magister Program Studi
Pendidikan Kependudukan Dan Lingkungan Hidup (PKLH) Minat Utama:
Pendidikan Geografi, pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Dalam penulisan tesis ini, penulis banyak mendapatkan dorongan,
bimbingan, bantuan,dan saran dari berbagai pihak sehingga tesis ini dapat selesai.
Perkenankanlah pada kesempatan ini penulis mengucapkan ucapan terima kasih
kepada:
1. Rektor Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menggunakan segala fasilitas yang ada di lingkungan kampus.
2. Prof. Dr. M. Furqon H, M.Pd selaku Dekan FKIP UNS yang telah
memberikan ijin penyusunan tesis ini.
3. Ibu Prof. Dr. Chatarina Muryani, M.Si, selaku Ketua Program Studi PKLH
pada Program Pascasarjana Kependidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
4. Ibu Prof. Dr. Chatarina Muryani, M.Si, selaku Pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktu serta dengan penuh kesabaran memberikan
bimbingan, petunjuk dan arahan sangat berharga, sehingga tesis ini dapat
terselesaikan.
5. Bapak Puguh Karyanto, S.Si, M.Si, Ph.D, selaku Pembimbing II yang telah
bersedia meluangkan waktu serta dengan penuh kesabaran memberikan
bimbingan, petunjuk dan arahan sangat berharga, sehingga tesis ini dapat
terselesaikan.
6. Para Dosen Program Studi PKLH pada Program Pascasarjana Kependidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal Ilmu
Pengetahuan kepada penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
7. Karyawan kantor Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah melayani administrasi dengan baik untuk keperluan penyusunan
tesis.
8. Rekan-rekan Program Pascasarjana (Program Studi PKLH, Minat utama
Pendidikan Geografi, angkatan Agustus 2013) serta adik – adik mahasiswa
Pendidikan Geografi (S-1: Zaenul M, Agil, Hanif, Hendrik, yang telah
membantu observasi lapangan) sehingga terselesainya tesis ini.
9. Camat, Kepala desa serta masyarakat didaerah Penelitian(Kecamatan
Baureno)yang telah memberikan waktu, tempat, dan ijin penelitian, sehingga
terselesainya tesis ini.
10. Keluarga tercinta, yang telah memberikan dukungan biaya, semangat, dan
doa restu nya sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan
Semoga segala kebaikan dan ketulusan yang diberikan, mendapatkan
limpahan Rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari penyusunan Tesis ini masih ada kekurangan, namun besar
harapan saran dan kritik penulis harapkan, sehingga tesis ini dapat bermanfaat
bagi yang memerlukannya. Amin.
Surakarta, 12 Pebruari 2015Penulis
Lilik Indawati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
Lilik Indawati, 2014. S881308008. Analisis Tingkat Kerawanan Banjir DanPersepsi Masyarakat Terhadap Upaya Pengurangan Dampak Banjir DiKecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro (Implementasinya sebagai sumberbelajar siswa kelas 7 SMPN 2 Baureno, pada Topik: Keadaan alam dan aktifitaspenduduk. Sub Topik: Bentuk muka bumi dan aktifitas penduduk Indonesia).Tesis: Pembimbing I: Prof. Dr. Chatarina Muryani, M.Si, Pembimbing II: PuguhKaryanto, S.Si, M.Si, Ph.D. Program Studi Pendidikan Kependudukan danLingkungan Hidup, Minat Utama Pendidikan Geografi, Program Pascasarjana,Universitas Sebelas Maret Surakarta.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui tingkat kerawananbanjir di wilayah Kecamatan Baureno, (2) untuk mengetahui persepsi masyarakatKecamatan Baureno terhadap pengurangan dampak banjir dan (3) sebagai sumberbelajar siswa kelas 7 SMPN 2 Baureno pada Topik: Keadaan alam dan aktifitaspenduduk. Sub Topik: Bentuk muka bumi dan aktifitas penduduk Indonesia).Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatifdengan pendekatan survei. Populasi yang dimbil adalah seluruh wilayahKecamatan Baureno yang terdiri dari 25 desa dengan menggunakan 2 jenis sampleyaitu sample wilayah dan sample responden. Sample wilayah denganmenggunakan unit analisis satuan medan dan sample responden yang diambilsejumlah 131 orang. Teknik pengambilan sampling penelitian ini adalahpurposive sampling karena diyakini representative dalam penyusunan satuanmedan berdasarkan overlay peta kemiringan lereng dan peta ketinggian tempat.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumen, observasi danwawancara. Teknik analisis data untuk tingkat kerawanan banjir adalah scoringdan persepsi terhadap pengurangan dampak banjir adalah deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini adalah Kecamatan Baureno terdiri dari 24 satuanmedan yang terbagi menjadi 3 tingkat kerawanan bencana banjir yaitu: a). Tingkatkerawanan kurang terdapat 8 satuan medan: B-F4-Tgl, C-F4-Ht, C-F4-Tgl, D-F4-TK, D-S1-Tgl, E-S1-Tgl, F-S1-TK dan F-S1-Tgl, b). Tingkat kerawanan sedangterdapat 11 satuan medan: A-F3-Pmk, A-F3-Sw, A-F3-Tgl, B-F3-Kb, B-F3-Pmk,B-F3-Tgl, B-F4-Pmk, C-F3-Pmk, C-F3-Tgl, C-F4-Pmk dan D-F4-Pmk dan c).Tingkat rawan terdapat 5 satuan medan: A- F1-Pmk, A-F1-Sw, A- F1-Tgl, A-F2-Sw dan B-F1-Pmk. Persepsi masyarakat dikelompokkan menjadi: tingkatpengetahuan termasuk kategori tinggi yaitu mencapai 91,9% sedangkan tingkatsikap termasuk kategori tinggi yaitu mencapai 87,5% dan tingkat tindakan untukmelakukan pengurangan banjir masyarakat masuk dalam kategori setuju mencapai58,3%. Sehingga diketahui secara keseluruhan masyarakat memiliki persepsisetuju dengan upaya penguranan dampak banjir. Kaitanya dengan implementasipembelajaran bidang IPS di kelas 7 SMPN 2 Baureno dilakukan denganpembuatan produk berupa SSP (Subject Specific Pedagogy).
Kata Kunci: Tingkat Kerawanan Banjir, Satuan Medan, Persepsi Masyarakat,Implementasi Pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Lilik Indawati, 2014. S881308008. Analysis of Flood Vulnerability Level andPerception of Community on the Effort of Flood Effect Reduction in BaurenoSub-district, Bojonegoro Regency (Its Implementation as a Learning Resourcefor the Students in Grade 7 of State Junior Secondary School 2 of Baureno onthe Topic of Discussion of Natural Conditions and Activities of Population, andthe Sub-topic of Discussion of: Shape of Earth Surface and Activities ofIndonesian Population). Thesis: Advisor: Prof. Dr. Chatarina Muryani, M.Si,Co-advisor: Puguh Karyanto, S.Si, M.Si, Ph.D. The Graduate Program inPopulation and Environmental Science, the Core Interest of GeographyEducation, Sebelas Maret University, Surakarta
ABSTRACT
The objectives of this research are to investigate: (1) the floodvulnerability level in the region of Baureno sub-district; (2) the perception of thecommunity of Baureno sub-district on the flood effect reduction; and itsimplementation as a learning resource for the students in Grade 7 of State JuniorSecondary School 2 of Baureno on the topic of discussion of the Topic ofDiscussion of Natural Conditions and Activities of Population, and the Sub-topicof Discussion of: Shape of Earth Surface and Activities of Indonesian Population.
This research used the descriptive qualitative method with the surveyapproach. Its population included all of the regions of Baureno sub-districtconsisting of 25 villages. The samples of research consisted of two types ofsamples, namely: region samples and respondent samples. The former used theanalysis unit of domain unit. The latter consisted of 131 respondents. Thesamples of research were taken by using purposive sampling technique as it wasthought to be representative for the arrangement of domain unit based on theoverlay of slope map and of altitude map. The data of research were gatheredthrough documents, observations, and indepth interviews,. The data anlysis on theflood nulnerability level used the scoring model, and that on the perception on theflood effect reduction used the descriptive qualitative one.
The results of research are as follows: Baureno sub-district consists of 24domain units with three levels of flood disaster vulnerability, namely: (a) lowvulnerability level consisting of 8 domain units: B-F4-Tgl, C-F4-Ht, C-F4-Tgl, D-F4-TK, D-S1-Tgl, E-S1-Tgl, F-S1-TK, and F-S1-Tgl; (b) moderate vulnerabilitylevel consisting of 11 domain units: A-F3-Pmk, A-F3-Sw, A-F3-Tgl, B-F3-Kb, B-F3-Pmk, B-F3-Tgl, B-F4-Pmk, C-F3-Pmk, C-F3-Tgl, C-F4-Pmk, and D-F4-Pmk;and (c) high vulnerability level consisting of five domain units: A- F1-Pmk, A-F1-Sw, A- F1-Tgl, A-F2-Sw, and B-F1-Pmk. The perception of community of Baurenosub-district is grouped into high category of knowledge level (91.9%), highcategory of attitude (87.5%), and community’s action level to reduce flood whichbelongs to “agree” category (58.3%).Thus, the community thoroughly has aperception of “agree” to the effort of flood effect reduction. Its relation to theimplementation of the Social Science learning of the students in Grade 7 of StateJunior Secondary School 2 of Baureno is done through the production of aproduct of Subject Specific Pedagogy (SSP).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Keywords: Flood vulnerability leve, domain unit, community’s perception,learnng implementation.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ..................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN TESIS .................................................... iii
PERNYATAAN ..................................................................................... iv
MOTTO ................................................................................................. v
PERSEMBAHAN .................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ........................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................. ix
ABSTRACT ........................................................................................... x
DAFTAR ISI .......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xviii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 7
C. Batasan Masalah ......................................................................... 7
D. Rumusan Masalah ...................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian ..................................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................ 11
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 11
1. Banjir .................................................................................... 11
2. Tingkat kerawanan terhadap bencana banjir ........................ 19
3. Daerah Rawan Banjir .......................................................... 24
4. Satuan Medan ....................................................................... 25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
5. Pemetaan Daerah Rawan Banjir .......................................... 26
6. Persepsi masyarakat ............................................................. 27
7. Persepsi Terhadap Upaya Pengurangan Dampak Banjir ..... 31
8. Sumber Belajar ..................................................................... 32
9. Implementasi sebagai Sumber Belajar Geografi................... 36
B. Penelitian yang Relevan ............................................................. 39
C. Kerangka Pemikiran ................................................................... 44
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 45
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 45
1. Tempat Penelitian ................................................................. 45
2. Waktu penelitian .................................................................. 45
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian.................................................. 46
1. Jenis penelitian ..................................................................... 46
2. Pendekatan penelitian ........................................................... 46
C. Populasi dan Sampel (Subyek Penelitian) ................................. 47
1. Populasi penelitian ............................................................... 47
2. Sampel Penelitian ................................................................. 47
D. Data dan Sumber Data ............................................................... 50
E. Teknik Pengambilan Sampel ...................................................... 51
F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 52
G. Validitas Data ............................................................................. 54
H. Tenik Analisis Data..................................................................... 54
I. Prosedur Penelitian ..................................................................... 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................... 65
A. Deskripsi Wilayah Penelitian ..................................................... 65
1. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian ............................. 65
2. Kondisi Iklim ........................................................................ 68
3. Hidrologi .............................................................................. 71
4. Keadaan Penduduk ............................................................... 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
B. Hasil Penelitian .......................................................................... 77
1. Tingkat Kerawanan Banjir ................................................... 77
2. Persepsi Masyarakat Terhadap Upaya Pengurangan Dampak
Banjir..................................................................................... 107
3. Persepsi (Pengetahuan, Sikap, Tindakan) Masyarakat terhadap
Upaya Pengurangan Dampak Banjir di Kecamatan
Baureno ................................................................................ 110
C. Pembahasan ................................................................................ 135
1. Tingkat Kerawanan Banjir ................................................... 135
2. Persepsi Masyarakat terhadap Upaya Pengurangan Dampak
Banjir .................................................................................... 139
3. Hubungan antara Tingkat Kerawanan banjir dengan Persepsi
Masyarakat ........................................................................... 157
4. Implementasi Pembelajaran di Sekolah ............................... 160
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 162
A. Kesimpulan ................................................................................ 162
B. Implikasi ..................................................................................... 163
C. Saran ........................................................................................... 164
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 166
LAMPIRAN .......................................................................................... 172
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Rincian Waktu Kegiatan Penelitian .......................................... 45
Tabel 2. Data Primer .............................................................................. 50
Tabel 3. Data Sekunder .......................................................................... 51
Tabel 4. Skoring Curah Hujan ............................................................... 55
Tabel 5. Skoring Tutupan lahan ............................................................. 56
Tabel 6. Skoring Genangan Air/ Potensi Banjir ..................................... 56
Tabel 7. Skoring Kemiringan Lereng .................................................... 56
Tabel 8 Skoring Kejadian Banjir ............................................................ 57
Tabel 9. Klasifikasi Kerawanan Banjir .................................................. 59
Tabel 10. Alternatif Jawaban dalam Skala Likert .................................. 60
Tabel 11. Tingkat Rasio Skor Pengetahuan ........................................... 60
Tabel 12. Tingkat Rasio Skor Sikap ...................................................... 60
Tabel 13. Pembagian Tipe Iklim Menurut Schmidt dan Ferguson ........ 69
Tabel 14. Jumlah Penduduk Kecamatan Baureno ................................. 72
Tabel 15. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur .............................. 73
Tabel 16. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ................. 74
Tabel 17. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan ............................ 75
Tabel 18. Ketinggian permukaan di Kecamatan Baureno ..................... 77
Tabel 19. Jenis Batuan Geologi di Kabupaten Bojonegoro ................... 79
Tabel 20. Jenis Tanah di Kabupaten Bojonegoro .................................. 84
Tabel 21. Jenis Tanah di Kecamatan Baureno ...................................... 85
Tabel 22. Tutupan lahan di Kecamatan Baureno ................................... 87
Tabel 23. Satuan Medan Kecamatan Baureno ....................................... 89
Tabel 24. Curah Hujan Kecamatan Baureno .......................................... 92
Tabel 25. Data Curah Hujan Kecamatan Baureno berdasarkan Satuan
Medan ..................................................................................................... 95
Tabel 26. Data Tutupan Lahan Kecamatan Baureno berdasarkan Satuan
Medan ..................................................................................................... 96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Tabel 27. Data Kemiringan Lereng Kecamatan Baureno berdasarkan
Satuan Medan ......................................................................................... 97
Tabel 28. Data Genangan Air Kecamatan Baureno berdasarkan
Satuan Medan ......................................................................................... 100
Tabel 29. Data Kejadian Banjir Kecamatan Baureno berdasarkan
Satuan Medan ......................................................................................... 102
Tabel 30. Overlay Tingkat Kerawanan Banjir Kecamatan Baureno
berdasarkan Satuan Medan .................................................................... 104
Tabel 31. Tingkat Kerawanan Banjir Kecamatan Baureno ................... 105
Tabel 32. Usia Responden ...................................................................... 107
Tabel 33. Jenis Kelamin Responden ...................................................... 108
Tabel 34. Tingkat Pendidikan Responden ............................................. 109
Tabel 35. Jenis Pekerjaan Responden .................................................... 109
Tabel 36. Pengetahuan tentang upaya pengurangan dampak banjir ...... 111
Tabel 37. Pemahaman tentang upaya pengurangan dampak banjir ....... 111
Tabel 38. Penerapan pengetahuan tentang upaya pengurangan dampak
banjir ...................................................................................................... 112
Tabel 39. Penjabaran tentang upaya pengurangan dampak banjir ......... 113
Tabel 40. Penyusunan (sintesis) usaha-usaha dalam pengurangan
dampak ................................................................................................... 114
Tabel 41. Penilaian (evaluasi) terhadap upaya pengurangan dampak banjir
................................................................................................................. 115
Tabel 42. Rentang skor Pengetahuan ..................................................... 116
Tabel 43. Data Responden Skor Pengetahuan ....................................... 117
Tabel 44. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang upaya pengurangan
dampak banjir ......................................................................................... 119
Tabel 45. Pemahaman terhadap upaya pengurangan dampak banjir ..... 120
Tabel 46. Perasaan terhadap upaya pengurangan dampak banjir .......... 121
Tabel 47. Kecenderungan berbuat untuk melakukan upaya pengurangan
dampak banjir ......................................................................................... 122
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Tabel 48. Rentang skor sikap masyarakat terhadap upaya pengurangan
dampak banjir ......................................................................................... 123
Tabel 49. Data Responden Skor Sikap ................................................... 124
Tabel 50. Tingkat skala sikap masyarakat tentang upaya pengurangan
dampak banjir ......................................................................................... 127
Tabel 51. Upaya atau cara responden dalam menjaga kelestarian
Lingkungan ............................................................................................ 128
Tabel 52. Pelaksanaan dalam upaya pengurangan dampak banjir ......... 129
Tabel 53. Upaya Dalam Pengurangan Dampak Banjir .......................... 130
Tabel 54. Hubungan antara tingkat kerawanan dan persepsi
masyarakat .............................................................................................. 157
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Proses terjadinya persepsi .................................................... 28
Gambar 2. Pelaziman menurut Bandura ................................................ 33
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................ 44
Gambar 4. Peta Administrasi Kecamatan Baureno ................................ 67
Gambar 5. Klasifikasi pembagian iklim Schmidt – Ferguson ............... 71
Gambar 6. Peta Ketinggian Permukaan Wilayah Kecamatan Baureno . 78
Gambar 7. Peta Geologi Kecamatan Baureno ........................................ 80
Gambar 8. Peta Bentuk Lahan Kecamatan Baureno .............................. 83
Gambar 9. Peta Tanah Kecamatan Baureno .......................................... 86
Gambar 10. Peta Tutupan Lahan Kecamatan Baureno .......................... 88
Gambar 11. Peta Satuan Medan Kecamatan Baureno ........................... 91
Gambar 12. Diagram Pembagian Iklim Koppen .................................... 94
Gambar 13. Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Baureno ................... 99
Gambar 14. Kejadian Banjir Kecamatan Baureno Tahun 2014 ............. 103
Gambar 15. Peta Tingkat Kerawanan Banjir Kecamatan Baureno ........ 106
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran: Halaman
1. Kuesioner ................................................................................... 173
2. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Pengetahuan Tentang Upaya
Pengurangan Dampak Banjir ..................................................... 181
3. Kisi-Kisi Instrument Penelitian Skala Sikap Tentang Upaya
Pengurangan Dampak Banjir ..................................................... 184
4. Kisi – Kisi Instrumen Penelitian Tindakan Masyarakat Terhadap
Upaya Penanggulangan Dampak Banjir .................................... 187
5. Lembar Observasi Lapangan ...................................................... 188
6. Foto observasi lapangan ............................................................. 200
7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ................................ 205
8. Ringkasan Materi ....................................................................... 213
9. Lembar Kerja Siswa (LKS) ........................................................ 223
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan
hidup adalah melalui pendidikan. Melalui pendidikan dapat ditanamkan etika
dan nilai untuk peduli lingkungan (Keraf, 2005). Pendidikan merupakan
fungsi terpenting dalam pengembangan pribadi seorang individu dan
pengembangan kebudayaan nasional. Perkembangan diri seorang individu
akan dipengaruhi oleh kualitas pendidikan dalam lingkungan individu dan
negara tersebut. Proses yang terjadi dalam pendidikan bermuara pada proses
belajar. Belajar merupakan usaha yang dilakukan untuk memperoleh
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri yang dilakukannya secara terus-menerus dalam
interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003). Secara ideal, pendidikan
diarahkan bukan sekedar pada penguasaan konsep ilmiah saja, melainkan
juga pada aplikasi dari konsep tersebut agar pembelajaran lebih bermakna,
diantaranya siswa harus memiliki sikap positif terhadap lingkungan,dalam
menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan
IPTEK. Pendidikan merupakan wahana yang strategis dalam upaya
menumbuh kembangkan sikap peduli lingkungan (Yanti, 2013). Hal tersebut
sejalan dengan teori belajar Ausubel (Trianto, 2010) yang menjelaskan
tentang proses dikaitkanya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
terdapat dalam struktur kognitif siswa untuk dapat memberikan penyelesaian
nyata dari permasalahan yang nyata. Konsep-konsep dalam Geografi erat
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, sehingga mengaitkan konsep
Geografi dengan kehidupan sehari-hari akan membuat pembelajaran lebih
bermakna dan bukan sekedar pembelajaran yang hafalan. Oleh karena itu,
kompetensi penting yang dimiliki guru adalah dalam mengembangkan
pembelajaran.
Dalam meningkatkan pemahaman siswa pada materi dengan topik:
Keadaan alam dan aktifitas penduduk, sub topik: Bentuk muka bumi dan
aktifitas penduduk Indonesia diperlukan pemilihan dan pemanfaatan sumber
belajar yang tepat, dengan harapan pembelajaran yang berlangsung lebih
bermakna dan menghasilkan perubahan perilaku peserta didik yang positif
terhadap lingkungan. Perilaku lingkungan yang positif salah satunya
ditentukan oleh ‘attitude’ lingkungan yang baik. ‘Attitude’ tersebut dapat
dibentuk secara kultural melalui pendidikan lingkungan terintegrasi sebagai
instrumen yang kuat dan efektif melalui komunikasi, difusi informasi,
penyadaran, pembiasaan dan pembelajaran menyangkut lingkungan hidup
(Sri Hastuti, 2009). Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan
merupakan motor penggerak perubahan dan menjadi salah satu kunci bagi
pembentukan insan dan masyarakat yang arif terhadap lingkungan.
Salah satu unsur iklim yang sering dan menarik untuk dikaji di
Indonesia adalah curah hujan, karena tidak semua wilayah Indonesia
mempunyai curah hujan yang sama. Datangnya hujan memunculkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
kekhawatiran akan bencana banjir. Di Indonesia, banjir menimbulkan
kerusakan sebesar dua pertiga dari bencana alam yang pernah terjadi (Robert
J.Kodoatie, 2002). Bencana banjir termasuk bencana alam yang hampir pasti
terjadi pada setiap datangnya musim penghujan.
Bengawan Solo merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa, dengan
Daerah Aliran Sungai (DAS) terbesar yang dimiliki adalah DAS Bengawan
Solo. DAS Bengawan Solo memiliki beberapa Sub-DAS diantaranya adalah
Sub-DAS Bengawan Solo Hulu dengan wilayah admistratif: Wonogiri,
Karanganyar, Ponorogo, Boyolali, Sragen, dan Klaten. Sub-DAS Bengawan
Solo Tengah dengan wilayah administratif: Sukoharjo, Solo, Ngawi, Madiun,
Magetan, Blora, Cepu. Sub-DAS Bengawan Solo hilir dengan wilayah
administratif: Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik. Kondisi topografi yang
relatif datar berada di kawasan Sub-DAS Bengawan Solo hilir, dimana
sebagian besar daerahnya berada di dataran rendah. Sub-DAS Bengawan
Solo hilir, dengan panjang alur sungai ± 300 km dan luas ± 6.273 km2
membentuk alur sungai yang lebar dengan kemiringan landai, melalui dataran
aluvial dan menjadi daerah yang sering digenangi banjir.
Pada awal tahun 2008 merupakan tahun terjadinya banjir besar akibat
meluapnya Bengawan Solo, sebagian besar daerah yang dilintasi Bengawan
Solo daerahnya dilanda banjir, salah satunya adalah Kabupaten Bojonegoro.
Kabupaten Bojonegoro merupakan wilayah yang banyak dari daerahnya
berada dijalur Bengawan Solo bagian hilir, sehingga saat banjir besar maka
sebagian wilayah di Kabupaten Bojonegoro juga ikut terkena dampak luapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Bengawan Solo. Salah satu daerah yang terkena banjir pada awal tahun 2008
adalah Kecamatan Baureno.
Kecamatan Baureno wilayahnya terdiri atas 25 desa merupakan salah
satu kecamatan dikabupaten Bojonegoro, termasuk kedalam Sub-DAS
Bengawan Solo hilir dan hampir seluruh wilayahnya sering dilanda banjir.
Banjir yang terjadi, disinyalir akibat intensitas hujan yang tinggi pada wilayah
itu sendiri dan juga berasal dari limpasan Sub-DAS Bengawan Solo di
bagian hilir.
Dalam setiap kejadian banjir di Kecamatan Baureno, maka
menyebabkan kerugian, baik fisik maupun materi. Tidak hanya di Kecamatan
Baureno saja, kecamatan – kecamatan yang berada di Kabupaten Bojonegoro
juga banyak mengalami kerugian baik fisik dan materi. Di Kecamatan
Baureno sendiri kejadian banjir merusak puluhan hektar sawah-sawah milik
warga. Hal tersebut berdampak pada perekonomian keluarga mereka, karena
sawah merupakan sumber perekonomian sebagian besar warga di Kecamatan
Baureno. Setiap tahunnya peristiwa tersebut harus terjadi saat memasuki
musim penghujan, dan warga harus kehilangan sumber penghasilan mereka
karena rusaknya sawah yang tergenang oleh air.
Saat ini persoalan banjir di wilayah Kecamatan Baureno, intensitasnya
semakin meningkat. Hal tersebut merupakan bentuk respon negatif dari
komponen-komponen beberapa Sub-DAS di wilayah Baureno terhadap
kondisi curah hujan. Kuat atau lemahnya respon sangat dipengaruhi oleh
karakteristik Sub-DAS baik secara fisik, maupun sosial ekonomi serta budaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
masyarakatnya. Karakteristik fisik Sub-DAS di wilayah Baureno merupakan
unsur utama yang menentukan proses hidrologi pada Sub-DAS, sedangkan
karakteristik sosial ekonomi dan budaya masyarakat disekitar Sub-DAS
adalah unsur pendorong yang mempengaruhi percepatan perubahan kondisi
hidrologi Sub-DAS yang ada.
Banjir di wilayah Baureno disinyalir karena meningkatnya ancaman
terhadap keberlanjutan daya dukung sumber daya air, baik air permukaan
maupun air tanah. Kerusakan lingkungan yang dilakukan oleh kegiatan
manusia seperti budaya masyarakat yang memposisikan sungai sebagai
tempat pembuangan (limbah industri rumah tangga dan sampah) juga
menyebabkan kondisi sungai kurang terpelihara, sehingga menyebabkan
penurunan daya dukung Sub-DAS dalam menahan dan menyimpan air hujan.
Disamping itu penurunan keandalan layanan jaringan irigasi, menurunnya
luas sawah produktif beririgasi karena alih fungsi lahan menjadi non-
pertanian (terutama untuk perumahan). Disisi lain lemahnya koordinasi,
kelembagaan, ketatalaksanaan, partisipasi masyarakat, sebagai salah satu
prasyarat terjaminnya keberlanjutan pola pengelolaan sumber daya air, masih
belum mencapai tingkat yang diharapkan karena masih terbatasnya
kesempatan dan kemampuan.
Selama ini informasi mengenai data lokasi banjir masih berupa data
dalam bentuk angka-angka atau tabel yang belum dipetakan oleh Dinas
Pekerjaan Umum. Data yang masih dalam bentuk angka dan tabel dalam
penyajiaannya memang cukup mudah dibaca oleh pembaca akan tetapi data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
itu mempunyai kelemahan yaitu data tersebut tidak bisa memberikan
gambaran mengenai distribusi spasialnya. Peneliti akan mengolah data
tersebut ke dalam bentuk peta tingkat kerawanan bencana banjir, yang
nantinya akan lebih memudahkan pembaca dalam membaca dan memahami
hasil penelitian yang telah dilakukan.
Selain itu penyajian data tentang tingkat kerawanan banjir ke dalam
bentuk peta akan sangat membantu sebagai sumber belajar siswa, khususnya
pada topik: Keadaan alam dan aktifitas penduduk, sub topik: Bentuk muka
bumi dan aktifitas penduduk Indonesia, di kelas 7 SMPN 2 Baureno,
semester ganjil. Karena melalui peta tingkat kerawanan banjir tersebut, siswa
dapat dengan mudah memahami materi yang disampaikan dan menangkap ide
dari data dan informasi yang disajikan.
Dengan uraian seperti yang tertulis diatas, maka penulis terdorong
untuk melakukan penelitian dikecamatan Baureno tersebut dengan judul
“ANALISIS TINGKAT KERAWANAN BANJIR DAN PERSEPSI
MASYARAKAT TERHADAP UPAYA PENGURANGAN DAMPAK
BANJIR DI KECAMATAN BAURENO KABUPATEN
BOJONEGORO”.
(Implementasinya sebagai sumber belajar siswa kelas 7 SMPN 2
Baureno, pada topik : Keadaan alam dan aktifitas penduduk, sub topik :
Bentuk muka bumi dan aktifitas penduduk Indonesia )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat di identifikasi masalah sebagai
berikut:
1. Setiap tahun wilayah Kecamatan Baureno mengalami banjir yang
dalam hal ini dimaksud dengan bencana banjir.
2. Dampak banjir sangat merugikan masyarakat wilayah Kecamatan
Baureno, diantaranya rusaknya areal pertanian sehingga gagal panen.
3. Lemahnya koordinasi dan kelembagaan dalam penanganan banjir di
wilayah Kecamatan Baureno.
4. Kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga
lingkungan.
5. Kurangnya sumber belajar bagi siswa dalam memahami materi
pembelajaran yang berkaitan dengan lingkungan hidup.
6. Persepsi yang salah masyarakat terhadap bahaya banjir.
7. Belum ada peta kerawanan banjir di Kecamatan Baureno.
C. Batasan Masalah
Penelitian harus memiliki arah yang jelas dan pasti, karena keterbatasan
waktu, dana dan tingkat pengetahuan peneliti, maka penelitian ini perlu
diberikan batasan masalah. Berdasarkan latar belakang masalah dan
identifikasi masalah, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
1. Menganalisis tingkat kerawanan banjir di wilayah Kecamatan Baureno.
2. Menganalisis persepsi masyarakat tentang pengurangan dampak banjir, di
wilayah Kecamatan Baureno.
3. Mengimplementasikan hasil penelitian sebagai sumber belajar siswa kelas
7 SMPN 2 Baureno pada topik : Keadaan alam dan aktifitas penduduk,
sub topik : Bentuk muka bumi dan aktifitas penduduk Indonesia.
D. Rumusan Masalah
Intensitas curah hujan yang tinggi di musim penghujan serta limpasan
air permukaan beberapa Sub DAS Bengawan Solo Hilir sering kali membawa
akibat banjir bagi daerah-daerah langganan banjir di Jawa Timur, salah
satunya adalah Kecamatan Baureno, Bojonegoro. Maka yang menjadi
pertanyaan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah tingkat kerawanan banjir diwilayah Kecamatan Baureno?
2. Bagaimanakah persepsi masyarakat terhadap pengurangan dampak banjir
di Kecamatan Baureno?
3. Bagaimanakah implementasinya pada topik: Keadaan alam dan aktifitas
penduduk, sub topik : Bentuk muka bumi dan aktifitas penduduk Indonesia
di pembelajaran IPS kelas 7 SMPN 2 Baureno?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah sebagaimana
diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
1. Untuk mengetahui tingkat kerawanan banjir di wilayah Kecamatan
Baureno.
2. Untuk mengetahui persepsi masyarakat Kecamatan Baureno terhadap
pengurangan dampak banjir.
3. Sebagai sumber belajar siswa kelas 7 SMPN 2 Baureno pada topik:
Keadaan alam dan aktifitas penduduk, sub topik : Bentuk muka bumi
dan aktifitas penduduk Indonesia.
F. Manfaat Penelitian
Segala sesuatu yang dimulai dengan suatu prosedur yang sistematik,
pasti mempunyai kegunaan. Demikian juga dalam penelitian ini, adapun
manfaat penelitian ini diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
informasi dalam melakukan mitigasi bencana banjir. Informasi yang
diperoleh dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dasar
dalam melakukan diagnosis bencana banjir secara cepat, obyektif,
tepat dan rasional. Selain itu hasil penelitian ini dapat membantu
pihak-pihak terkait yang menangani DAS di daerah penelitian dalam
upaya mengelola DAS secara terpadu dan berkelanjutan.
b. Sebagai masukan untuk pengembangan kajian ilmiah maupun studi
lanjutan tentang banjir pada suatu sungai dan upaya pengelolaan DAS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2. Manfaat Praktis
a. Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat sekitar,
terkait dengan tingkat kerawanan banjir di daerah penelitian.
b. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat
di daerah penelitian, sehingga diharapkan akan memiliki kesadaran
dan dapat berpartisipasi aktif dalam melestarikan ekosistem DAS.
c. Dapat di gunakan sebagai sumber belajar siswa kelas 7 SMPN 2
Baureno.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro merupakan daerah langganan
banjir di musim penghujan. Untuk memahami fenomena banjir, tingkat
kerawanan, persepsi masyarakat terhadap upaya pengurangan dampak banjir, serta
implementasinya sebagai sumber belajar siswa maka perlu dipahami:
1. Banjir
Menurut W.M. Johnstone (2009) bahwa communities worldwide face
dangers due to floods induced by natural events or technical failures. These
vulnerabilities are increasing due to continued settlement along coastlines
and in floodplains, and may be exacerbated in future by climate change.
Masyarakat dunia sekarang sedang menghadapi bahaya bencana banjir yang
diakibatkan oleh aktivitas alam dan kesalahan teknis manusia. Bencana banjir
tersebut diperparah oleh meningkatnya permukaan air laut karena perubahan
iklim global.
Banjir dapat diartikan sebagai salah satu proses alam, yang dapat
menimbulkan dan menjadi ancaman serius terhadap penduduk, terutama
mereka yang menempati sempadan sungai-sungai besar dan atau tinggal di
daerah dataran rendah (ledokan), serta didaerah pesisir dekat muara sungai
(PSBA-UGM, 2000:3). Menurut Kodoatie dan Sugiyanto (2002:74), banjir
terdapat 2 peristiwa: pertama adalah peristiwa genangan yang terjadi pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
daerah yang biasanya tidak terjadi banjir, dan kedua adalah peristiwa banjir
terjadi karena limpasan air banjir dari sungai, karena debit banjir tidak
mampu dialirkan oleh alur sungai atau debit banjir lebih besar dari kapasitas
pengaliran sungai yang ada.
Banjir dan genangan adalah kedua peristiwa yang berbeda. Banjir
adalah genangan yang ditimbulkan oleh meluapnya aliran sungai, sedangkan
genangan adalah tertahannya aliran air permukaan akibat tidak berfungsinya
drainase (Agustinus, 2009:18). Banjir merupakan genangan air yang
menggenangi lahan, baik itu permukiman, sawah, perkebunan dan lahan
produktif lainnya yang dapat menimbulkan kerugian fisik dan materi.
Terjadinya bencana banjir memiki banyak faktor penyebab, sebagaimana
yang disampaikan oleh The National Flood Risk Advisory Group bahwa
floodplain shape, slope, storage, development, vegetation and flood controls,
both natural (gorges, ocean levels in tidal areas) and man made (roads and
structures), all have a significant influence on the routing of flood flows (i.e.
hydraulic processes) and therefore the derivation of flood behaviour from
hydrological analyses. These factors significantly influence flood hazard to
people and property. Dari pernyataan tersebut menunjukkan bahwa bentuk
dataran banjir, kemiringan, arus air, kondisi tanaman dan tanah erat
pengaruhnya dengan kekuatan luapan banjir. Selain itu campur tangan
manusia terhadap alam juga banyak memberikan andil terhadap bencana
banjir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Banjir menurut Prahananto (2009) terdiri dari Banjir Kiriman,
Banjir Genangan, Banjir Air Pasang (Banjir Rob). Banjir kiriman adalah
banjir yang disebabkan oleh melimpasnya air hujan dari suatu daerah yang
lebih tinggi menuju daerah yang lebih rendah atau daerah genangan. Dengan
adanya banjir kiriman ini maka akan terjadi penambahan jumlah air yang
harus ditampung oleh daerah rendah tersebut. Banjir genangan yaitu banjir
yang disebabkan adanya genangan air yang berasal dari air hujan lokal. Air
hujan lokal adalah air hujan yang terjadi pada daerah itu sendiri. Tetapi jika
curah hujan lokal ini cukup tinggi dan terjadi terus menerus, maka di daerah
tangkapan hujan dapat terjadi banjir. Banjir air pasang yaitu banjir yang
disebabkan adanya kenaikan muka air laut yang melebihi muka saluran,
sehingga saluran yang bermuara di pantai tersebut akan dimasuki air laut.
a. Parameter dan komponen yang terancam
Karakteristik daerah yang berpengaruh terhadap bagian air hujan
antara lain adalah topografi, sistem drainase, penggunaan lahan, penutup
lahan. Sedangkan parameter atau tolok ukur ancaman atau bahaya banjir
dapat ditentukan berdasarkan: a) Luas genangan (km2 atau ha), kedalaman
atau ketinggian banjir (m), Kecepatan aliran (m/detik atau km/jam), Material
yang dihanyutkan (batu, pohon, benda keras lainnya), tingkat kepekatan air
atau tebal endapan lumpur (m, cm), lamanya waktu genangan (jam, hari,
bulan), frekuensi kejadian (Anonim, 2007b, Koodoatie dan Syarif, 2008).
Bencana banjir mengakibatkan kerugian berupa korban manusia dan
harta benda, baik milik perorangan maupun milik umum yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
mengganggu dan bahkan melumpuhkan kegiatan sosial-ekonomi penduduk.
Melihat berbagai macam kerugian dialami oleh korban bencana banjir,
masyarakat sering menganggap wilayah tersebut tergolong miskin.
Sebagaimana yang disampaikan oleh M.I. Rayhan (2010) bahwa: it can be
seen that the correlates of flood vulnerability are apparently similar to the
correlates of poverty (for significant variables), which is also the noteworthy
component for defining vulnerability. Bahwa banjir memiliki korelasi dengan
kemiskinan dan semua komponen yang mempengaruhi menjadi indikasi
wilayah dengan keuntungan yang rendah. Tidak bisa dipungkiri bahwa
wilayah yang menjadi langganan banjir sering mendapat stigma negatif
masyarakat dengan kemampuan yang rendah dan kebanyakan dianggap
miskin, kesadaran rendah, kumuh, dan berpendidikan yang rendah
b. Faktor- faktor penyebab bencana banjir
Menurut Akhmad Jufriadi, dkk (2012) bencana adalah peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat, disebabkan oleh faktor
alam maupun manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa dan
harta benda. Selama ini tindakan usaha penanggulangan bencana dilakukan
oleh Pemerintah untuk mengurangi resiko belum optimal. Akibatnya pada
saat terjadi bencana, masyarakat belum mampu untuk menangani sendiri.
Kenyataan ini dikarenakan masyarakat daerah rawan bencana tidak
mempunyai bekal pengetahuan terhadap penanganan bencana. Sehingga
faktor-faktor terjadinya bencana perlu diketahui untuk melakukan tindakan
preventif. Dalam hal ini banjir disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
hujan, faktor hancurnya retensi DAS, faktor kesalahan perencanaan
pembangunan alur sungai, faktor pendangkalan sungai dan faktor kesalahan
tata wilayah dan pembangunan sarana prasarana (Maryono, 2005).
Selain itu, menurut Seyhan (1977) bencana alam banjir yang terjadi
juga ditentukan oleh aspek yang lain, yaitu a) aspek meteorology-
klimatologis terutama karakteristik curah hujan yang mampu membentuk
badai atau hujan maksimum, b) Karakteristis DAS dari aspek bio-geofisikal
yang mampu memberikan cirri khas tipologi DAS tertentu, c) Aspek sosial
ekonomi masyarakat terutama karakteristik budaya yang mampu memicu
terjadinya kerusakan lahan DAS, sehingga wilayah DAS tersebut tidak
mampu lagi berfungsi sebagai penampung, penyimpan, dan penyalur air
hujan yang baik. Ketiga aspek tersebut secara garis besar yang dapat dipakai
sebagai dasar penentuan apakah wilayah DAS ataupun bagian DAS mana
(hulu, tengah, hilir) termasuk kritis berat ataupun potensial kritis. Dengan
kata lain, apakah wilayah DAS ataupun bagian DAS mana yang sudah
termasuk klasifikasi rawan atau sangat rawan banjir. Sehingga sebelum
terjadi bencana banjir di wilayah DAS atau SubDAS tersebut sudah diketahui
terlebih dahulu diwilayah DAS atau dibagian DAS mana yang rawan / sangat
rawan banjir atau kritis/ sangat kritis, dengan demikian ada waktu untuk
mengantisipasi ataupun berbuat sesuatu sebelum banjir itu datang , dan
menjadi bencana.
Menurut Suripin (2004:339) Penyebab banjir dapat dibedakan menjadi
3 macam, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
1) Banjir kiriman
Aliran banjir yang datangnya dari daerah hulu di luar kawasan yang
tergenang. Hal ini terjadi jika hujan yang terjadi di daerah hulu
menimbulkan aliran banjir yang melebihi kapasitas sungainya atau banjir
kanal yang ada, sehingga terjadi limpasan.
2) Banjir lokal
Genangan air yang timbul akibat hujan yang jatuh di daerah itu sendiri.
Hal inidapat terjadi kalau hujan yang terjadi melebihi kapasitas sistem
drainase yangada. Pada banjir lokal, ketinggian genangan air antara 0,2 –
0,7 m dan lamagenangan 1 – 8 jam. Terdapat pada daerah yang rendah.
3) Banjir rob
Banjir yang terjadi baik akibat aliran langsung air pasang dan/atau air balik
dari saluran drainase akibat terhambat oleh air pasang.
Banjir yang terjadi di Kecamatan Baureno merupakan banjir lokal dan
banjir kiriman, karena banjir lokal yang terjadi sebagai akibat hujan yang
jatuh di daerah itu sendiri yang disebabkan air hujan tidak tertampung oleh
saluran drainase sebab melebihi kapasitas sistem drainase yang ada.
Sedangkan Banjir kiriman terjadi di wilayah Baureno, akibat di daerah
lainterjadi hujan yang airnya mengalir menuju sungai bengawan solo,
kemudian Sungai Bengawan Solo volume airnya naik hingga meluap.
c. Dampak banjir
Banjir senantiasa membawa dampak, dampak tersebut yaitu dampak
positif, dan dampak negatif, untuk lebih rinci dapat diuraikan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
1) Dampak positif (dampak yang baik).
Dari berbagai dampak negatif yang ditimbulkan, ternyata banjir
(banjir air skala kecil) juga dapat membawa banyak keuntungan, seperti
mengisi kembali air tanah, menyuburkan serta memberikan nutrisi kepada
tanah. Air banjir menyediakan air yang cukup di kawasan kering dan semi-
kering yang curah hujannya tidak menentu sepanjang tahun. Air banjir
memainkan peran penting dalam menyeimbangkan ekosistem di koridor
sungai dan merupakan faktor utama dalam penyeimbangan keragaman
makhluk hidup di dataran. Banjir menambahkan banyak nutrisi untuk
danau dan sungai yang semakin memajukan industri perikanan pada tahun-
tahun mendatang, selain itu juga karena kecocokan dataran banjir untuk
pengembangbiakan ikan.
2) Dampak negatif (dampak yang buruk)
Dampak negatif tersebut masih dibagi lagi menjadi tiga sub-
dampak, yaitu: a) dampak primer; b) dampak sekunder dan; c) dampak
tersier. Secara primer, yaitu kerusakan fisik pada segala sesuatu yang
dilalui oleh banjir. Banjir mampu merusak berbagai jenis infrastruktur
yang ada, termasuk jembatan, bangunan, sistem selokan bawah
tanah, jalan raya, dan kanal. Secara sekunder, yaitu efek yang terjadi
sebagai akibat dari dampak primer, seperti:
a) Persediaan air, yaitu banyak sumberair terkontaminasi, sehingga air
minum bersih mulai langka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
b) Menyebabkan wabah Penyakit, karena kondisi lingkungan yang tidak
higienis, maka penyebaran penyakit bawaan air banjir semakin
merajalela.
c) Pertanian dan persediaan makanan merosot. Banjir yang menggenangi
lahan pertanian yang siap panen, berakibat kegagalan panen petani.
Berakibat kelangkaan hasil pertanian pula.
d) Mematikan organisme lain dalam ekosistem. Spesies tumbuhan
tertentu yang tidak sanggup bertahan dan akan mati karena tidak bisa
bernapas, tidak bisa berfotosintesa (karena busuk).
e) Lumpuhnya laju transportasi darat. Jalur transportasi rusak, sehingga
sulit mengirimkan bantuan darurat kepada orang-orang yang
membutuhkan. Sedangkan secara tersier, yaitu kerusakan yang
diakibatkan oleh banjir yang berlangsung dalam kurun waktu yang
lama atau jangka panjang, dampak tersier tersebut antara lain:
Kesulitan ekonomi karena kerusakan permukiman yang terjadi akibat
banjir; dalam sector pariwisata,maka terjadi penurunan minat
parawisatawan, masyarakat sekitar banjir kehilangan mata
pencahariannya, kelangkaan makanan yang mendorong kenaikan
harga, dll.
d. Banjir Limpasan (Banjir Kiriman)
Secara alamiah sebagian air hujan yang jatuh ke permukaan tanah
akan meresap ke dalam tanah dan selebihnya akan mengalir menjadi limpasan
permukaan. Kondisi daerah di tempat hujan itu turun, akan sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
berpengaruh terhadap bagian dari air hujan yang akan meresap ke dalam
tanah dan akan membentuk limpasan permukaan. Limpasan permukaan
terjadi ketika jumlah curah hujan melampaui laju infiltrasi. Setelah laju
infiltrasi terpenuhi, air mulai mengisi cekungan atau depresi pada permukaan
tanah. Setelah pengisian selesai maka air akan mengalir dengan bebas di
permukaan tanah, bahkan mengalir ke daerah yang lebih rendah. Kejadian
banjir seperti ini lebih diartikan sebagai banjir limpasan (discharge overland
flow) atau dikalangan umum dikenal dengan istilah banjir kiriman, karena tipe
banjir ini berasal dari aliran limpasan permukaan yang merupakan bagian dari
hujan yang mengalir dipermukaan tanah sebelum masuk ke sistem sungai.
Banjir limpasan cirri-cirinya antara lain debit puncak yang tinggi dan
waktu datangnya banjir (time to peak) yang sangat cepat, sehingga tidak
memberikan kesempatan penduduk untuk persiapan mengungsi. Faktor-faktor
yang mempengaruhi banjir limpasan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
elemen meteorologi dan elemen sifat fisik daerah pengaliran (Sosrodarsono
dan Takeda, 1978:135). Elemen meteorologi meliputi jenis presipitasi,
intensitas hujan, durasi hujan, dan distribusi hujan dalam daerah pengaliran,
sedangkan elemen sifat fisik daerah pengaliran meliputi tata guna lahan (land
use), jenis tanah, dan kondisi topografi daerah pengaliran (catchment).
Elemen sifat fisik dapat dikategorikan sebagai aspek statis sedangkan elemen
meteorologi merupakan aspek dinamis yang dapat berubah terhadap waktu.
2. Tingkat kerawanan terhadap bencana banjir
a. Pemetaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Menurut Sandy (1972:2) mengemukakan bahwa pemetaan merupakan
suatu usaha untuk menyampaikan, menganalisis dan mengklasifikasikan data
yang bersangkutan, serta menyampaikan ke dalam bentuk peta dengan
mudah, memberi gambaran yang jelas, rapi dan bersih. Peta yang
menggambarkan fenomena geografikal tidak hanya sekedar pengecilan suatu
fenomena saja, tetapi jika peta itu dibuat dan didesain dengan baik, maka
akan menjadi alat bantu yang baik untuk kepentingan melaporkan,
memperagakan, menganalisis dan secara umum untuk memahami suatu objek
atau kenampakan di muka bumi. Peta menggunakan simbol dua dimensi
untuk mencerminkan fenomena geografikal yang dilakukan secara sistematis
dan memerlukan kecakapan untuk membuat dan membacanya. Semua peta
mempunyai satu hal yang sifatnya umum yaitu menambah pengetahuan dan
pemahaman geografikal bagi si pengguna peta. Dalam memetakan daerah
rawan banjir di Kecamatan Baureno, hampir semua tahapan penelitian ini
memerlukan peta sebelum perencanaan tersebut dimulai. Hal ini sesuai
dengan fungsi peta dalam perencanaan suatu kegiatan seperti yang
dikemukakan oleh Sinaga (1995:7) adalah sebagai berikut:
1) Memberikan informasi pokok dari aspek keruangan tentang karakter
dari suatu daerah.
2) Sebagai alat untuk menjelaskan penemuan-penemuan penelitian yang
dilakukan.
3) Sebagai suatu alat menganalisis dalam mendapatkan suatu kesimpulan.
4) Sebagai alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Demikian pula dalam suatu kegiatan penelitian, peta berfungsi sebagai
berikut:
1) Alat bantu sebelum melakukan survei untuk mendapatkan gambaran
tentang daerah yang akan diteliti.
2) Sebagai alat yang digunakan selama penelitian, misalnya memasukkan
data yang ditemukan di lapangan.
3) Sebagai alat untuk melaporkan hasil penelitian.
b. Kerawanan
Kerawanan dan kerentanan merupakan dua hal yang berbeda.
Kerentanan adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang
mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman
bencana. Menurut Pelling dan Cutter (2003) dalam Kaisar (2013) membagi
kerentanan wilayah menjadi dua jenis yaitu kerentanan biofisik dan
kerentanan sosial. Kerentanan biofisik adalah kerentanan yang berkaitan
dengan ligkungan terbangun. Sedangkan kerentanan sosial adalah kerentanan
yang yang berkaitan dengan kondisi sosial, ekonomi dan politik yang
memengaruhi kejadian bencana. Kemudian devinisi kerawanan bencana
adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis,
geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah
untuk jangka waktu tertentu, untuk mengurangi kemampuan, mencegah,
meredam, mencapai kesiapan untuk menanggapi dampak buruk bahaya
tertentu (BNPB, No: 2, 2012).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Kerawanan banjir adalah keadaan yang menggambarkan mudah atau
tidaknya suatu daerah terkena banjir di dasarkan pada faktor-faktor alam yang
mempengaruhi banjir, antara lain faktor meteorologi (intensitas curah hujan,
distribusi curah hujan, frekwensi dan lamanya hujan berlangsung) dan
karakteristik Daerah Aliran Hujan (DAS) seperti: kemiringan lereng,
ketinggian tempat, tekstur tanah, dan penggunaan lahan (Suherlan dalam
Suhardiman, 2012:3). Menurut Nata Miharja dkk, (2013:328) beberapa
parameter yang berpengaruh langsung terhadap analisis kerawanan banjir
yaitu:
1) Curah Hujan
Curah hujan merupakan faktor yang paling menentukan suatu
wilayah mengalami bencana banjir, selain didukung dengan faktor-faktor
yang lain yang tidak kalah penting. Karena sumber banjir paling besar
adalah curah hujan, baik penyebab banjir dari banjir lokal maupun banjir
kiriman. Semakin tinggi curah hujan disuatu wilayah, maka rawan bencana
banjir semakin tinggi, terutama saat musim hujan.
2) Tutupan Lahan
Tutupan lahan adalah tutupan biofisik pada permukaan bumi yang
dapat diamati, merupakan suatu hasil pengaturan, aktifitas, dan perlakuan
manusia yang dilakukan pada jenis penutup lahan tertentu untuk
melakukan kegiatan produksi, perubahan, ataupun perawatan pada
penutupan lahan tersebut (BSN, 2010:2). Tutupan lahan akan berpengaruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
pada kejadian banjir didaerah tersebut, karena mempengaruhi kecepatan
infiltrasi air kedalam tanah.
3) Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng juga salah satu faktor penentu dalam bencana
banjir. Karena sebagian besar daerah yang terkena bencana banjir adalah
daerah yang berada pada kemiringan lereng yang landai.
4) Genangan Air
Daerah genangan air merupakan daerah yang berpotensi tergenang
air atau banjir saat terjadi hujan. Daerah genangan air permukaan dan
aliran sungai dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: faktor meteorology
dan sifat fisik daerah tersebut. Wilayah yang memiliki sub bentuk lahan
alluvial dengan fisiografi landai merupakan daerah yang sering tergenang
banjir (Nata Miharja dkk, 2013:383). Sehingga untuk mengetahui daerah
genangan air atau daerah yang berpotensi tergenang dilihat dari bentuk
lahan daerah tersebut.
5) Kejadian Banjir
Kejadian banjir dalam hal ini, adalah terjadinya bencana banjir
diwilayah tersebut dapat diambil dalam kurun waktu 1 sampai 10 tahun.
Jadi kondisi kejadian banjir juga merupakan penentu kejadian banjir,
karena rawan banjir selain dilihat dari faktor fisik, tetapi juga faktor
sejarah peristiwa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
3. Daerah Rawan Banjir
Berdasarkan fenomena geomorfologi, setiap bentuk lahan bentukan
banjir dapat memberikan informasi tentang tingkat kerawanan banjir beserta
karakterisriknya (frekuensi, luas dan lama genangan bahkan mungkin sumber
penyebabnya). Dapat dikatakan bahwa, survei geomorfologi pada dataran
aluvial, dataran banjir dan dataran rendah lainnya dapat digunakan untuk
memperkirakan sejarah perkembangan daerah tersebut sebagai akibat
terjadinya banjir (Oya, 1973 dalam Suprapto, 1998).
Daerah rawan banjir adalah daerah yang sering atau berpotensi tinggi
mengalami bencana banjir (Paimin,dkk, 2006). Daerah rawan banjir ini dapat
dikaji berdasarkan parameter alami DAS, meliputi bentuk lahan, meandering/
pembelokan sungai, pembendungan oleh percabangan sungai, drainase,
lahan/kelerengan rata-rata DAS, serta parameter berupa manejemen yaitu ada
tidaknya bangunan air pengendali banjir. Sedangkan menurut (Masahiko
Oya,1976 dalam Suprapto 1984) daerah rawan banjir dapat diidentifikasi
dengan menggunakan pendekatan geomorfologi khususnya aspek
morfogenesa, karena kenampakan seperti teras sungai, tanggul alam, dataran
banjir, rawa belakang, kipas aluvial, dan delta yang merupakan bentukan
banjir yang berulang-ulang yang merupakan bentuk lahan detil yang
mempunyai topografi datar. Sedangkan menurut Dinas Pekerjaan Umum
(2012:2) daerah rawan banjir adalah kawasan yang potensial untuk dilanda
banjir yang mengindikasikan dengan frekwensi terjadinya banjir (dalam arti
pernah atau berulang kali).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Daerah rawan banjir memiliki cirri-ciri khas sebagai berikut: 1) Daerah
dengan topografi berupa cekungan dan/atau dataran landai, dimana elevasi
tanah mendekati atau dibawah muka air laut. 2) Daerah dataran banjir alami
seperti rawa dan bantaran sungai. 3) Daerah Aliran Sungai (DAS) yang
melampaui batas kritis, dengan ciri-ciri: tanah tandus, rasio debit maksimum
terhadap debit minimum sangat besar (sungai sangat kering di saat kemarau
dan sangat penuh disaat hujan). 4) Daerah dengan curah/ intensitas hujan
sangat tinggi. 5) Daerah dengan sistem saluran pembuangan air penuh dengan
sampah. 6) Daerah pantai yang rawan terhadap badai tropis. 7) Daerah pantai
yang rawan tsunami yang bisa diakibatkan oleh gempa tektonik dasar laut
maupun gempa akibat gunungapi aktif yang terletak didasar laut seperti
krakatau. 8) Daerah hilir dan terutama yang telah beroperasi cukup lama
(PROMISE INDONESIA, 2009)
4. Satuan Medan
Satuan medan adalah kelas medan yang menunjukkan suatu bentuk
lahan atau kompleks bentuk lahan yang sejenis dalam hubungannya dengan
karakteristik medan dan komponen – komponen medan yang utama (Van
Zuidam dalam Ardhetya, Dian. 2012:15). Dalam penelitian ini satuan medan
diperoleh dengan melakukan overlay (tumpang susun) parameter fisik, yaitu:
ketinggian tempat dan kemiringan lereng. Kemudian untuk memperoleh
tingkat kerawanan banjir, setiap satuan medan dilakukan pengenalan
karakteristik fisik dan sosial berdasarkan data primer dan data sekunder. Data
primer dan data sekunder tersebut,antara lain: curah hujan, tutupan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
lahan,genangan air, kemiringan lereng, kejadian banjir, dan persepsi
masyarakat terhadap pengurangan dampak banjir.
5. Pemetaan Daerah Rawan Banjir
Pemetaan daerah rawan banjir merupakan usaha mempresentasikan
data yang berupa angka atau tulisan tentang distribusi banjir ke dalam bentuk
peta agar persebaran datanya dapat langsung diketahui dengan mudah dan
cepat. Pemetaan persebaran daerah banjir diketahui dengan melakukan
scoring dan overlay dari setiap parameter (Adhetya, 2012:28). Pemetaan
daerah rawan banjir ini dibuat dengan cara data-data yang sudah diperoleh
yaitu: curah hujan, tutupan lahan, kemiringan lereng, kejadian banjir, bentuk
lahan,genangan air sudah dilakukan pengharkatan (pengskoran). Untuk
pemberian harkat (skor) disesuaikan dengan pengaruh atau potensi terjadinya,
sehingga parameter yang memiliki potensi terjadinya banjir maka harkatnya
besar, sedangkan parameter yang memiliki potensi terjadinya banjir kecil
maka harkatnya kecil.
Untuk pembobotan setiap parameter penentu kerawanan banjir
diasumsikan sama. Artinya setiap parameter penentu banjir memiliki
pengaruh yang sama terhadap kerawanan banjir. Untuk mengetahui
klasifikasi tingkat kerawanan banjir, maka dilakukan penjumlahan pada setiap
parameter banjir: curah hujan, tutupan lahan, kemiringan lereng, kejadian
banjir,genangan air. Setelah diketahui hasil penjumlahannya, maka kemudian
dikelompokkan sesuai dengan klasifikasi tingkat kerawanannya. Overlay
dilakukan setelah masing-masing data sudah diskor dan diberi bobot. Hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
dari overlay berupa peta rawan banjir. Untuk menyajikan data yang
menunjukkan distribusi keruangan atau lokasi dari sifat-sifat datanya, maka
hendaknya informasi ini ditunjukkan dalam bentuk peta (Bintarto, 1991:5).
6. Persepsi masyarakat
a. Pengertian Persepsi
Persepsi adalah proses dimana seseorang memperoleh informasi dari
lingkungan sekitar. Persepsi merupakan suatu hal yang aktif. Persepsi
memerlukan pertemuan nyata dengan suatu benda dan juga membutuhkan
proses, kognisi serta afeksi. Menurut Halim (2005) Persepsi membantu
individu untuk menggambarkan dan menjelaskan apa yang dilakukan oleh
individu.
Terkait dengan kondisi bermasyarakat, menurut Mahmud (1989)
persepsi adalah proses penilaian seseorang/ sekelompok orang terhadap
objek, peristiwa, atau stimulus dengan melibatkan pengalaman-pengalaman
yang berkaitan dengan objek tersebut, melalui proses kognisi dan afeksi untuk
membentuk objek tersebut. Persepsi sendiri merupakan proses internal yang
memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan
rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku
kita. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan
mengabaikan pesan yang lain. Dari penjelasan tersebut maka persepsi
masyarakat dapat didefinisikan sebagai rangkaian proses kognisi atau
pengenalan dan afeksi atau aktifitas evaluasi emosional (ketertarikan)
masyarakat terhadap suatu objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
diperoleh dengan cara menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan
tersebut dengan menggunakan media pendengaran, penglihatan, peraba dan
sebagainya.
b. Syarat terjadinya persepsi
Menurut Sunaryo (2004: 98) syarat-syarat terjadinya persepsi adalah
sebagai berikut: 1) Adanya objek yang dipersepsi; 2) Adanya perhatian yang
merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan
persepsi. 3) Adanya alat indera/ reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus;
dan 4) Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak, yang
kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon.
c. Proses dan faktor yang mempengaruhi persepsi, proses terjadinya persepsi
secara umum dapat dilihat pada skema dibawah ini.
Sumber: Data Olahan Dari Hamka(2002)
Gambar 1. Proses terjadinya persepsi
Proses fisik:Proses di tangkapnya suatu stimulus oleh alat
indera manusia
Proses fisiologi:Proses diteruskannya stimulus yang diterima olehreseptor (alat indera) melalui saraf-saraf sensorik
Proses psikologis:Proses timbulnya kesadaran individu tentang
stimulus yang diterima reseptor
Proses persepsi:Berupa tanggapan dan perilaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Keadaan mempersepsi yang terbentuk dalam proses tersebut akan terus
menerus dipengaruhi arus informasi baru dari lingkungannya, yang di
dalamnya menyangkut proses penginderaan yang perifeer terhadap sekitarnya
dan selanjutnya melahirkan suatu bentuk yang holistik dan dalam konstansi
tinggi, yang berlaku juga pada tempat dan obyek lain (Osgood dalam
Simanuhuruk, 2003).
Faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang menurut (Miftah Toha,
2003: 154) adalah sebagai berikut :
1) Faktor internal: perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka,
keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik,
gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi.
2) Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh,
pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan,
pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu
objek.
Menurut (Bimo Walgito, 2004: 70) faktor-faktor yang berperan dalam
persepsi yaitu:
1) Objek yang dipersepsi.
Objek dalam hal ini maksudnya Objek menimbulkan stimulus yang
mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar
individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri
individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima
yang bekerja sebagai reseptor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
2) Alat indera, syaraf dan susunan syaraf.
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, di
samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan
stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak
sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon
diperlukan motoris yang dapat membentuk persepsi seseorang.
3) Perhatian
Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya
perhatian, yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan dalam
rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau
konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu
sekumpulan objek.
Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda satu
sama lain dan akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsi suatu
objek, stimulus, meskipun objek tersebut benar-benar sama. Persepsi
seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau
kelompok lain sekalipun situasinya sama. Perbedaan persepsi dapat
ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan individu, perbedaan-
perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan
dalam motivasi. Pada dasarnya proses terbentuknya persepsi ini terjadi
dalam diri seseorang, namun persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman,
proses belajar, dan pengetahuannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
7. Persepsi Terhadap Upaya Pengurangan Dampak Banjir
Pengurangan dan penanggulangan dampak banjir tidak akan selesai jika
hanya mengandalkan aspek fisik teknis saja tanpa mengikutsertakan manusia
didalamnya. Seperti yang disampaikan oleh Y.B. Katpatal (2010) bahwa
research related to human impacts on the fluvial system predominantly
including hydrological and geomorphic changes within a watershed is
urgently required for sustainable development. Setiap penelitian yang
membahas mengenai dampak bencana wajib memasukkan unsur manusia
dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan. Seperti halnya bencana
banjir yang ada di Kecamatan Baureno juga memasukkan unsur persepsi
masyarakat dalam mengurangi dampak bencana banjir.
Analisa persepsi masyarakat terhadap upaya pengurangan dampak
banjir, penting untuk melihat pandangan masyarakat terhadap permasalahan
banjir yang terjadi di kecamatan Baureno, kabupaten Bojonegoro. Keragaman
persepsi, menunjukan adanya keragaman pengetahuan dan pemahaman
masyarakat mengenai upaya pengurangan dampak banjir, bahkan juga terkait
dengan adanya perbedaan aktifitas masyarakat dalam kehidupannya sehari-
hari. Persepsi terhadap upaya pengurangan dampak banjir maksudnya adalah
bagaimana masyarakat mengartikan suatu usaha/ upaya pengurangan dampak
banjir di lingkungan sosialnya. Sikap yang diambil masyarakat dalam
menghadapi bencana secara umum merupakan upaya menuju penyesuaian
diri terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya. Rianto (2009) dalam
Febrianti (2010) mengungkap bahwa subjektivitas persepsi terhadap dampak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
bencana dipengaruhi oleh pengetahuan mengenai bencana, pengalaman dalam
menghadapi bencana, dan kemampuan individu untuk mengatasi dampak
kejadian bencana.
8. Sumber Belajar
a. Definisi sumber belajar
Menurut (Association of Educational Communication Technology
/AECT,1997:60) sumber belajar adalah semua sumber yang dapat
memungkinkan orang belajar secara terpisah maupun secara terkombinasi dan
tercapainya suatu indikator dalam pembelajaran.
Menurut Warsita (2008:209) ”Sumber belajar adalah semua
komponen sistem instruksional baik yang secara khusus dirancang mampu
yang menurut sifatnya dapat dipakai untuk dimanfaatkan dalam kegiatan
pembelajaran”. Dengan demikian, sumber belajar merupakan segala sesuatu
baik yang didesain maupun menurut sifatnya dapat dipakai, dimanfaatkan
dalam kegiatan pembelajaran untuk memudahkan belajar siswa.
Berdasarkan Teori Kognitif Sosial Albert Bandura, menyatakan dalam
proses pembelajaran, terdapat pendekatan Determinasi resiprokal,merupakan
pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi
timbal-balik yang terus menerus antara determinan kognitif, behavioral, dan
lingkungan. Orang menentukan atau memengaruhi tingkah lakunya dengan
mengontrol kekuatan lingkungan, tetapi orang itu juga dikontrol oleh kekuatan
itu. Determinasi resiprokal adalah konsep penting dalam teori belajar sosial
Bandura yaitu menjadi pijakan Bandura dalam memahami tingkah laku. Konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri
sendiri, mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan,
menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya
sendiri. Kemampuan berpikir simbolik menjadi sarana yang kuat untuk
menangani lingkungan, misalnya dengan menyimpan pengalaman (dalam
ingatan) dalam wujud verbal dan gambaran imajinasi untuk kepentingan tingkah
laku pada masa yang akan datang. Pengaturan berpikir juga menggambarkan
secara imajinatif hasil yang di inginkan pada masa yang akan datang dan
mengembangkan strategi tingkah laku yang membimbing kearah tujuan jangka
panjang.
P T
L
L
Pribadi (P), Lingkungan (L), Tingkah laku (T) ,Saling mempengaruhiGambar 2. Pelaziman menurut Bandura
b. Lingkungan sebagai sumber belajar
Peran guru sebagai fasilitator dalam pelaksanaan pendidikan harus
mampu memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk mempelajari
berbagai hal yang terdapat dalam lingkungannya. Seperti kita ketahui bahwa
peserta didik memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat terhadap
segala sesuatu serta memliki sikap berpetualang serta minat yang kuat untuk
mengobservasi lingkungan. Ia memiliki sikap petualang yang kuat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Pengenalan terhadap lingkungan di sekitarnya merupakan pengalaman yang
positif untuk mengimbangkan minat keilmuan peserta didik.
c. Pengertian Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Sebagai makhluk hidup, anak selain berinteraksi dengan orang atau
manusia lain juga berinteraksi dengan sejumlah makhluk hidup lainnya dan
benda-benda mati. Makhluk hidup tersebut antara lain adalah berbagai
tumbuhan dan hewan, sedangkan benda-benda mati antara lain udara, air, dan
tanah. Manusia merupakan salah satu anggota di dalam lingkungan hidup
yang berperan penting dalam kelangsungan jalinan hubungan yang terdapat
dalam sistem tersebut.
Dengan demikian bahwa lingkungan itu merupakan kesatuan ruang
dengan semuabenda dan keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya
manusia dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan itu terdiri
dari unsur-unsur biotik (makhluk hidup), abiotik (benda mati) dan budaya
manusia.
d. Nilai-Nilai Lingkungan sebagai Sumber Belajar
Lingkungan yang ada di sekitar anak merupakan salah satu sumber
belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil
pendidikan yang berkualitas bagi peserta didik. Lingkungan menyediakan
berbagai hal yang dapat dipelajari peserta didik. Jumlah sumber belajar yang
tersedia di lingkungan ini tidaklah terbatas, sekalipun pada umumnya tidak
dirancang secara sengaja untuk kepentingan pendidikan. Sumber belajar
lingkungan ini akan semakin memperkaya wawasan dan pengetahuan peserta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
didik karena mereka belajar tidak terbatas oleh empat dinding kelas. Selain
itu kebenarannya lebih akurat, sebab anak dapat mengalami secara langsung
dan dapat mengoptimalkan potensi panca inderanya untuk berkomunikasi
dengan lingkungan tersebut. Kelebihan dari penggunaan lingkungan sebagai
sumber belajar adalah:
1) Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar memungkinkan terjadinya
proses belajar yang lebih bermakna (meaningfull learning) sebab anak
dihadapkan dengan keadaan dan situasi yang sebenarnya. Hal ini akan
memenuhi prinsip kekonkritan dalam belajar sebagai salah satu prinsip
pendidikan.
2) Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar akan mendorong pada
penghayatan nilai-nilai atau aspek-aspek kehidupan yang ada di
lingkungannya. Kesadaran akan pentingnya lingkungan dalam kehidupan
bisa mulai ditanamkan pada anak sejak dini, sehingga setelah mereka
dewasa kesadaran tersebut bisa tetap terpelihara.
3) Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar dapat menarik bagi anak
Kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih menarik bagi anak sebab
lingkungan menyediakan sumber belajar yang sangat beragam dan banyak
pilihan. Kegemaran belajar merupakan modal dasar yang sangat
diperlukan dalam rangka penyiapan masyarakat belajar (learning societes)
dan sumber daya manusia di masa mendatang. Pemanfaatan lingkungan
menumbuhkan aktivitas belajar anak (learning activities) yang lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
meningkat. Penggunaan cara atau metode yang bervariasi ini merupakan
tuntutan dan kebutuhan yang harus dipenuhi dalam pendidikan.
Begitu banyaknya nilai dan kegunaan yang dapat diraih dari
lingkungan sebagai sumber belajar dalam pendidikan di sekolah, bahkan
hampir semua tema kegiatan dapat dipelajari dari lingkungan. Namun
demikian diperlukan adanya kreativitas dan jiwa inovatif dari para guru untuk
dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Karena lingkungan
merupakan sumber belajar yang kaya dan menarik untuk anak-anak dan juga
lingkungan mana pun bisa menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak-
anak.
9. Implementasi Lingkungan sebagai Sumber Belajar Geografi
Pada pembelajaran IPS dengan (Topik: Keadaan alam dan aktifitas
penduduk. Sub Topik: Bentuk muka bumi dan aktifitas penduduk Indonesia)
pada saat belajar di kelas anak diperkenalkan oleh guru mengenai contoh dari
bentuk permasalahan akibat interaksi manusia dengan lingkungan dan faktor
penyebabnya, maka dengan memanfaatkan lingkungan anak akan dapat
memperoleh pengalaman yang lebih banyak lagi. Dalam pemanfaatan
lingkungan tersebut guru dapat membawa kegiatan-kegiatan yang biasanya
dilakukan di dalam ruangan kelas ke alam terbuka dalam hal ini lingkungan.
Namun jika guru menceritakan kisah tersebut di dalam ruangan kelas, nuansa
yang terjadi di dalam kelas tidak akan sealamiah seperti halnya jika guru
mengajak anak untuk memanfaatkan lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Memanfaatkan lingkungan sekitar dengan membawa anak-anak untuk
mengamati lingkungan akan menambah keseimbangan dalam kegiatan
belajar. Artinya belajar tidak hanya terjadi di ruangan kelas namun juga di
luar ruangan kelas dalam hal ini lingkungan sebagai sumber belajar yang
sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik, keterampilan sosial, dan
budaya, perkembangan emosional serta intelektual.
Dampak pemanfaatan lingkungan terhadap aspek-aspek perkembangan
anak adalah:
a. Perkembangan Fisik
Lingkungan sangat berperan dalam merangsang pertumbuhan fisik
anak, untuk mengembangkan otot-ototnya. Anak memiliki kesempatan
yang alami untuk menggerakkan tubuhnya dengan cara-cara yang tidak
terbatas. Kegiatan ini sangat alami dan sangat bermanfaat dalam
mengembangkan aspek fisik anak.
b. Perkembangan aspek keterampilan sosial
Lingkungan secara alami mendorong anak untuk berinteraksi
dengan siswa yang lain. Pada saat anak mengamati objek-objek tertentu
yang ada di lingkungan pasti dia ingin menceritakan hasil penemuannya
dengan yang lain. Supaya penemuannya diketahui oleh teman-temnannya
anak tersebut mencoba mendekati anak yang lain sehinga terjadilah proses
interaksi/ hubungan yang harmonis. Anak-anak dapat membangun
keterampilan sosialnya ketika mereka membuat perjanjian dengan teman-
temannya untuk bergantian dalam menggunakan alat-alat tertentu pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
saat mereka mengamati objek-objek yang ada di lingkungan tertentu.
Melalui kegiatan sepeti ini anak berteman dan saling menikmati suasana
yang santai dan menyenangkan.
c. Perkembangan aspek emosi
Lingkungan pada umumnya memberikan tantangan untuk dilalui
oleh anak-anak. Pemanfaatannya akan memungkinkan anak untuk
mengembangkan rasa percaya diri yang positif. Misalnya siswa-siswa
diajak ke salah satu SubDAS yang sudah terindikasi rusak (terdapat
sedimentasi) dan memungkinkan untuk mereka turun dalam sungai
tersebut. Dengan berada dalam sungai tersebut, anak mengembangkan
aspek keberaniannya sebagai bagian dari pengembangan aspek emosinya.
Rasa percaya diri yang dimiliki oleh anak terhadap dirinya sendiri dan
orang lain dikembangkan melalui pengalaman hidup yang nyata.
Lingkungan sendiri menyediakan fasilitas bagi anak untuk mendapatkan
pengalaman hidup yang nyata.
d. Perkembangan intelektual
Anak-anak belajar melalui interaksi langsung dengan benda-benda
atau ide-ide. Lingkungan menawarkan kepada guru kesempatan untuk
menguatkan kembali konsep-konsep seperti sungai, penggunaan lahan,
ketinggian tempat, kemiringan lereng, system drainase, dan lain-lain.
Memanfaatkan lingkungan pada dasarnya adalah menjelaskan konsep-
konsep tertentu secara alami. Konsep kerusakan lingkungan yang
diketahui dan dipahami anak di dalam kelas tentunya akan semakin nyata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
apabila guru mengarahkan anak-anak untuk melihat konsep kerusakan
lingkungan secara nyata yang ada pada lingkungan sekitar.
Demikian beberapa hal yang berkaitan dengan dampak pemanfaatan
lingkungan terhadap aspek-aspek perkembangan anak. Namun guru juga
harus memiliki pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan dalam
mengembangkan pembelajaran anak dengan memanfaatkan lingkungan
sebagai sumber belajarnya.
B. Penelitian yang Relevan
Asriningrum dan Gunawan (1998), dalam penelitiannya yang berjudul “Zonasi
Tingkat Kerentanan Banjir Menggunakan Sistem Informasi Geografi (Studi Kasus
Daerah Istimewa Yogyakarta)”, mempelajari daerah rentan banjir dengan
menggunakan beberapa peta tematik. Metode yang digunakan adalah pengskoran,
pembobotan dan tumpangsusun yang digunakan untuk menentukan zonasi
kerentanan banjir di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggunakan teknik
Sistem Informasi Geografi (SIG). Data yang digunakan adalah peta kemiringan
lereng, peta ketinggian, peta geologi, peta kepadatan penduduk, peta distribusi
curah hujan dan peta penggunaan lahan. Dari hasil penelitian, daerah penelitian
dikelompokkan menjadi lima tingkat kerentanan banjir, yaitu tidak rentan, kurang
rentan, cukup rentan, rentan dan sangat rentan. Daerah rentan banjir dijumpai di
daerah Wates dan Bantul bagian selatan. Daerah tersebut merupakan dataran
alluvial pantai. Hubungan antara daerah rentan dengan peta tematik yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
digunakan menunjukkan bahwa kemiringan lereng, ketinggian tempat dan kondisi
geologi mempunyai korelasi erat dengan daerah rentan banjir.
Widiastuti (2002), dalam penelitiannya yang berjudul “ Aplikasi Citra Satelit
Landsat Thematic Mapper dan Sistem Informasi Geografis Untuk Pemetaan
Daerah Rawan Banjir Di Sebagian Daerah Aliran Sungai Brantas Propinsi Jawa
Timur (Studi Kasus Di Kabupaten Temanggung). Tujuan penelitian ini adalah
memanfaatkan data citra satelit Landsat Thematic Mapper untuk interprestasi
parameter lahan yang digunakan untuk pemetaan daerah rawan banjir, dan
pemetaan zonasi daerah rawan banjir dengan bantuan teknik SIG. Metode yang
digunakan adalah pengskoran, pembobotan dan tumpangsusun (overlay). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa data citra satelit sebagai sumber data utama dalam
penelitian ini baik digunakan untuk pemetaan daerah rawan banjir di Kabupaten
Tulungagung Jawa Timur. Dengan citra digital satelit Landsat TM dapat
digunakan dalam interprestasi penggunaan lahan dan dari citra hardcopy Landsat
TM dapat digunakan untuk interprestasi bentuklahannya. Kelas kerawanan banjir
di daerah penelitian dikelompokkan menjadi tiga kelas, yaitu kelas rawan banjir
seluas 12216,06 Ha, kelas cukup rawan seluas 32454,27 Ha dan kelas agak rawan
seluas 576,99 Ha.
Rahratmoko (2005) telah mengadakan penelitian mengenai pemetaan kerentanan
banjir pada kawasan permukiman di Kota Yogyakarta menggunakan citra ikonos-
2 dan sistem informasi geografis. Tujuan penelitian ini adalah menentukan tingkat
kerentanan banjir kota mendasarkan pada parameter fisik lahan yang berupa
kemiringan lereng, saluran drainase, penggunaan lahan kotayang diolah dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
menggunakan Sistem Informasi Geografis. Teknik yang digunakan adalah
pengskoran melalui overlay dari peta lereng, peta keteraturan permukiman, peta
penggunaan lahan kota dan peta kerapatan saluran. Hasil dari penelitian adalah
Peta Kerentanan Banjir Kota hasil proses SIG didapatkan 5 klas kerentanan yaitu
tidak rentan dengan luas 0,76 km2 (2,35%), kurang rentan dengan luas 1,62 km2
(5,02%), rentan sedang dengan luas 66,32 km2 (19,57%), rentan dengan luas 8,92
km2 (27,62%), dan sangat rentan dengan luas 14,89 km2 (45,45%). Analisis
dilakukan dengan cara membandingkan Peta Kerentanan Banjir Kota dengan Peta
Sebaran Banjir Genangan dari Dinas Prasaranan Kota Yogyakarta, dan dengan
data hasil pengamatan lapangan. Analisis dilakukan untuk mendapatkan data
kerentanan banjir kota yang lebih akurat.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada
kesamaan metode yang digunakan untuk persebaran daerah potensi banjir yaitu
pengskoran, pembobotan, dan overlay (tumpangsusun). Sedangkan perbedaannya,
penelitian ini mencoba menganalisis juga persepsi masyarakat daerah penelitian
terhadap upaya pengurangan dampak banjir, yang pada penelitian sebelumnya
belum pernah di lakukan.
C. Kerangka Pemikiran
Sebenarnya kita sering melupakan sumber belajar-mengajar yang terdapat
di lingkungan kita, baik disekitar sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.
Betapapun kecil atau terpencil, suatu sekolah, sekurang-kurangnya mempunyai
empat jenis sumber belajar yang sangat kaya dan bermanfaat, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
1. Masyarakat desa atau kota di sekililing sekolah.
2. Lingkungan fisik di sekitar sekolah.
3. Bahan sisa yang tidak terpakai/barang bekas yang dapat menimbulkan
pencemaran lingkungan, namun kalau kita olah dapat bermanfaat sebagai
sumber dan alat bantu belajar-mengajar.
4. Peristiwa alam dan peristiwa yang terjadi di masyarakat cukup menarik
perhatian siswa. Ada peristiwa yang mungkin tidak dapat dipastikan akan
berulang kembali. Jangan lewatkan peristiwa itu tanpa ada catatan pada
buku atau alam pikiran siswa, karena siswa masuk sekolah membawa
pengalaman sendiri-sendiri.
Untuk mengakrabkan mereka dengan lingkunganya perlu ada usaha agar
mereka asyik dengan lingkungan. Usaha ini dapat ditempuh melalui proses
belajar-mengajar, baik di dalam kelas maupun di alam sekitar. Menjadikan
lingkungan sebagai sumber belajar merupakan awal tinggal landas untuk
mencapai cara belajar siswa aktif.
Pada saat musim penghujan datang, banjir besar banyak melanda kota-
kota di Indonesia. Jika disadari seolah-olah banjir sudah menjadi tradisi. Sebagai
contoh terjadinya bencana banjir dikecamatan Baureno, kabupaten Bojonegoro
yang sering mengalami banjir rutin tahunan. Akibat dari banjir tersebut banyak
sekali kerugian yang dirasakan oleh penduduk diberbagai bidang, seperti bidang
ekonomi, bidang sosial, budaya dan bidang politik. Banjir banyak disebabkan
karena peluapan air di suatu tempat akibat hujan besar, sistem drainase yang
buruk, limpasan air sungai, atau pecahnya bendungan sungai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Data lokasi banjir masih dalam bentuk angka-angka dan tabel yang belum
dipetakan. Data yang masih dalam bentuk angka dan tabel dalam penyajiaannya
memang cukup mudah dibaca oleh pembaca akan tetapi data itu mempunyai
kelemahan yaitu data tersebut tidak bisa memberikan gambaran mengenai
distribusi spasialnya. Peneliti akan mengolah data tersebut ke dalam bentuk peta
yang nantinya akan lebih memudahkan pembaca dalam membaca dan memahami
hasil penelitian yang telah dilakukan. Penyajian data tentang persebaran lokasi
banjir ke dalam bentuk peta akan sangat membantu dalam perencanaan dan
pengambilan keputusan ataupun tindakan lebih lanjut terhadap masalah banjir
baik waktu sekarang maupun masa yang akan datang. Karena melalui peta si
pemakai peta dapat dengan mudah membaca dan menangkap ide dari data dan
informasi yang disajikan. Untuk mengetahui persebaran lokasi banjir di
kecamatan Baureno yaitu dengan menggunakan teknik overlay dari beberapa
peta, kemudian dilakukan pengskoran dan pemberian bobot terhadap parameter
yang berpengaruh terhadap banjir, semakin besar pengaruhnya terhadap banjir
maka akan diberi skor yang lebih besar. Setelah pengskoran dan pemberian bobot
kemudian melakukan overlay, hasil akhir yang didapatkan berupa peta tingkat
kerawanan banjir. Sedangkan untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang
upaya pengurangan dampak banjir yaitu dengan melakukan analisis terhadap
pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat kecamatan Baureno. Berikut adalah
gambar diagram alur kerangka pemikiran dari penelitian ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian
Bencana Banjir
Tingkat KerawananBanjir
Kec. Baureno
Overlay, skoring
ImplementasiPembelajaran IPS di
Kelas 7 SMPN 2Baureno
Masalah Banjirdi Kecamatan Baureno
Persepsi Masyarakat
Curah Hujan
Tutupan Lahan
KemiringanLereng
Genangan Air
Kejadian Banjir
Pengetahuan
Sikap
Tindakan UpayaPengurangan
Dampak Banjir
Kuesioner dandeskriptif
Data
Analisis
Masalah
Persepsi PenguranganDampak Banjir
Hasil
Peta
SumberBelajar
Keterangan:
: Garis relasi hubungan
: Garis kebergantungan -
antara konsep
: Unsur proses dalam -
penelitian
: Unsur penunjang dan
tahapan penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian ini terdapat di Kecamatan Baureno yang merupakan
bagian dari Kabupaten Bojonegoro Propinsi Jawa Timur. Kecamatan Baureno
memiliki luas wilayah sebesar 7.221,99 hektar.
2. Waktu penelitian
Waktu yang direncanakan untuk penelitian ini adalah bulan Juli
sampai Desember 2014 selama 6 bulan. Dengan rincian waktu kegiatan
penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.Rincian Waktu Kegiatan Penelitian
Jenis KegiatanTahun 2014
Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nop Des
Penyusunanproposal
PenyusunanInstrument
Seminar ProposalPengumpulanDataAnalisis DataPembuatan/penulisan DrafLaporanSeminar Laporan
PenyempurnaanLaporanPenggandaanlaporan penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian
1. Jenis penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif
digunakan untuk memberikan penjelasan kepada variabel yang diteliti sesuai
dengan kondisi yang sebenarnya (Arikunto, 2000:53). Dan untuk memperoleh
data digunakan teknik triangulasi, yaitu teknik pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber
data yang telah ada (Sugiyono, 2008:330). Penelitian ini akan menghasilkan
data secara deskriptif, dalam bentuk kata secara tertulis, gambar dan
sebagainya yang berasal dari naskah, wawancara, catatan dilapangan, foto dan
dokumen resmi. Selain itu data deskriptif yang dihasilkan, dimaksudkan untuk
mendapatkan gambaran tingkat kerawanan terhadap bencana banjir, kondisi
topografi, kondisi sosial ekonomi, tingkat pemahaman masyarakat terhadap
lingkungan, serta mengetahui persepsi masyarakat terhadap upaya
pengurangan dampak bencana banjir di Kecamatan Baureno Kabupaten
Bojonegoro.
2. Pendekatan penelitian
Pendekatan Penelitian yang digunakan adalah pendekatan survei.
Dalam penelitian pendekatan survey bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah
besar data berupa variabel, unit, atau individu dalam waktu bersamaan
(Tika,1997: 9). Pada penelitian ini penggunaan pendekatan survey dilakukan
untuk memperoleh data-data yang merupakan factor penentu tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
kerawanan banjir, dengan cara pengamatan, pengukuran,serta pencatatan
obyek yang mempengaruhi banjir yang berkaitan dengan penelitian.
C. Populasi dan Sampel (Subyek Penelitian)
1. Populasi penelitian
Populasi adalah himpunan individu atau obyek yang banyaknya
terbatas atau tidak terbatas (Tika, 1997:32). Adapun populasi dalam penelitian
ini adalah kecamatan Baureno berdasarkan pertimbangan bahwa kecamatan
Baureno merupakan daerah yang mengalami dampak banjir terparah (BPBD
Kabupaten Bojonegoro,2008). Luasnya genangan yang terjadi, mengakibatkan
potensi yang dimiliki menjadi terhambat.
2. Sampel Penelitian
a. Sampel Wilayah
Penelitian ini menggunakan satuan medan sehingga seluruh satuan
medan di Kecamatan Baureno dijadikan sebagai sampel wilayah. Satuan
medan dihasilkan dari overlay peta tutupan lahan, bentuk lahan dan
ketinggian wilayah. Untuk mendetailkan ketinggian dilakukan koreksi
ketinggian dengan menggunakan metode grid, sehingga terdapat beberapa
titik yang dilakukan koreksi ketinggian yang tersebar diseluruh satuan
medan di Kecamatan Baureno
b. Sampel Responden
Seluruh masyarakat yang berada di 25 desa di Kecamatan Baureno
yang terkena banjir, dan siswa kelas 7 di SMPN 2 Baureno untuk
Implementasi hasil penelitian sebagai sumber belajar pada pada Topik:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Keadaan alam dan aktivitas penduduk. Sub Topik: bentuk muka bumi dan
aktifitas penduduk Indonesia.
Sampai saat ini tidak ada ketentuan khusus untuk menetapkan
jumlah sampel responden yang dapat mewakili populasi yang akan diteliti.
Walaupun demikian, dikatakan bahwa sampel terkecil yang dapat
mewakili distribusi normal adalah 30 (Roscoe dalam buku Research
Methods For Business, 1982: 253). Untuk mengetahui jumlah sampel
dalam penelitian ini digunakan Rumus Dixon dan B. Leach sebagai
berikut:
n = Keterangan :
n = Jumlah Sampel
Z = Tingkat kepercayaan (confidence level) dinyatakan dalam persen
dan nilai conversinya dapat dicari dalam table statistik.
Misalnya, confidence level (Z) 99% luas Kurva Normal Standar
dapat diketahui nilai conversinya 2,57. Cara mencarinya yakni: dengan
membagi 2 nilai convidence level (99%), sehingga diperoleh 49,5% atau
0,4950.
Untuk memperoleh angka 2,57 , nilai desimal 0,4950 dicari dalam
table Kurva Normal Standar. Dari nilai decimal tersebut dibaca kesamping
kiri diperoleh angka 2,5 dan keatas diperoleh 0,07 , kemudian
ditambahkan sehingga angka menjadi 2,57.
V = Variabilitas (dalam persen) dihitung dengan rumus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
= ( − )p = Persentasekarakteristiksampel yang dianggapbenar
= × 100%
C = Batas kepercayaan (confidence limit) dalam persen (ditentukan
10% dari popuasi).
Untuk menghitung jumlah sampel yang sebenarnya, langkah
berikut adalah dibuat koreksi dengan rumus : n’ = Keterangan :
n’ = jumlah sampel yang telah dikoreksi (dibetulkan)
n = jumlah sampel yang dihitung berdasarkan rumus (1)
N = jumlah populasi (Kepala Keluarga)
Jumlah sampel yang dapat diambil dalam penelitian ini, dapat
dihitung dengan terlebih dahulu menghitung persentase karakteristik
sampel yang dianggap benar (p):
p =∑ ∑ × 100%
=.. × 100%
= 27,39
V = 100 − = 27,39(100 − 27,39)= √1988,79= 44,60
n = ( × )= ( , × , )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
= (, )
= (11,462)
= 131,38
n == 131,381 + 131,3823098= 131,381 + 0,0057= ,, = 131
Jadi jumlah sample yang diambil adalah 131 responden
D. Data dan Sumber Data
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau
obyek yang diteliti, atau ada hubungannya dengan yang diteliti (Tika,
1997:67). Maka data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung
dilapangan, dengan cara melakukan pengukuran dan pengamatan (observasi),
data primer dalam penelitian ini meliputi :
Tabel 2. Data Primer
No. Data Sumber Data
1. Kemiringan Lereng Data diperoleh melalui pengukuran di lapangan
2. Ketinggian Tempat Data diperoleh melalui plotting di lapangan
3. Tutupan Lahan Data diperoleh melalui pengamatan di lapangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
4. Kejadian Banjir Data diperoleh dari wawancara di lapangan
5. Bentuk lahan Data diperoleh dari pengamatan dilapangan
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan
dilaporkan oleh orang atau instansi diluar dari peneliti (Tika, 1997:67). Maka
data sekunder dapat diperoleh melalui arsip pada instansi- instansi terkait.
Tabel 3. Data Sekunder
No. Data Sumber Data1. Kemiringan Lereng &
Ketinggian TempatData diperoleh melalui PetaRupa Bumi Indonesia .
2. Curah Hujan Data curah hujan diperolehmelalui stasiun pemantauancurah hujan dan BMKGkabupaten Bojonegoro
3. Tutupan Lahan Datadiperoleh melaluiinterpretasi citra ikonos dansurvey lapangan.
4. Genangan Air Data diperoleh melaluiinterpretasi citra ikonosberdasarkan kondisigeomorfologinya.
5. Kejadian Banjir Data diperoleh dari BadanPenanggulangan BencanaDaerah Kabupaten Bojonegoro
E. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan daerah penelitian dilakukan secara sengaja
(purposive) berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan
tujuan penelitian (Singarimbun dan Effendi, 1989). Penekanan teknik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
pengambilan sampel penelitian purposive ini adalah pada karakter anggota sampel
yang karena pertimbangan mendalam dianggap/ diyakini oleh peneliti benar-benar
mewakili karakter populasi/ subpopulasi (Hadi Sabari, 2010:302). Penggunaan
purposive sampling diharapkan peneliti, dapat mewakili keseluruhan populasi
dalam hal ini adalah penggunaan satuan medan. Purposive sampling diyakini
representative karena dalam penyusunan satuan medan berdasarkan overlay peta
kemiringan lereng dan peta ketinggian tempat. Pada penelitian ini, apabila dalam
daerah penelitian terdapat satuan medan yang sama dilakukan pengambilan
sampel yang mewakili. Artinya hanya satu yang diambil tetapi dengan
pertimbangan - pertimbangan tertentu.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah triangulasi.
Diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik data dan sumber data yang telah ada.
1. Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah atau telah terjadi,
bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya monumental dari seseorang hasil
penelitian dari observasi atau wawancara. Teknik dokumentasi adalah teknik
pengumpulan data yang dapat memberikan informasi secara pasti dan cukup
akurat untuk dipertanggungjawabkan. Hasil penelitian akan lebih kredibel/
dapat dipercaya kalau di dukung oleh dokumen yang mendukung. Adapun
data yang dikumpulkan berupa dokumen pada penelitian ini adalah data curah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
hujan, tutupan lahan, ketinggian tempat, kemiringan lereng, kerapatan
drainase dan kejadian banjir.
2. Observasi
Observasi merupakan cara dan teknik pengumpulan data dengan
melakukan pengamatan dan pencatatan langsung secara sistematik terhadap
gejala atau fenomena yang terjadi di lapangan (Tika, 1997:67). Fenomena
yang di ukur dan diamati pada daerah penelitian ini antara lain adalah
ketinggian tempat, kemiringan lereng dan tutupan lahan.
3. Wawancara
Menurut Nasution dalam Tika (1997:75), wawancara (interview) adalah
suatu bentuk komunikasi verbal, jadi berupa percakapan yang bertujuan untuk
memperoleh informasi. Selanjutnya Moleong (2002:135), menjelaskan bahwa
wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara (intervieweer) yang mengajukan
pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban
atas pertanyaan itu.
Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh keterangan atau
informasi yang terinci dan mendalam dalam rangka pengumpulan data.
Kegiatan ini dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara lisan dengan
informan. Daftar pertanyaan disusun terlebih dahulu agar informasi yang
dibutuhkan dapat terjaring secara lengkap. Data wawancara pada penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
ini berupa data karakteristik banjir, kejadian banjir dan persepsi terhadap
banjir.
G. Validitas Data
Uji validitas data yang digunakan adalah metode Triangulasi. Sabari dan
Hadi (2010) menyatakan Metode Triangulasi adalah suatu metode untuk
mengumpulkan data dengan cara menggabungkan berbagai teknik data dengan
maksud untuk memperoleh tingkat kebenaran yang tinggi. Untuk memperoleh
kebenaran data sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka dilakukan penggabungan
berbagai teknik pengumpulan data, antara lain: hasil observasi lapangan,
wawancara, dan dokumentasi. Kemudian dilakukan analisis untuk memperoleh
hasil sesuai dengan tujuan penelitian.
Validasi lapangan, meliputi kegiatan:
1. Pengecekan hasil analisis kerawanan banjir, dibandingkan dengan kondisi
faktual dilapangan secara langsung atau informasi darii Instansi terkait di
lokasi penelitian.
2. Pengukuran koordinasi sebagai kontrol dengan menggunakan Global
Positioning Sistem (GPS)
3. Pengumpulan data sekunder sebagai informasi penunjang.
Dari kegiatan validasi lapangan, akan dilakukan analisis ulang untuk
memperbaiki draf peta rawan banjir dan hasilnya sebagai “Peta Final”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono,
2013:89). Analisis penelitian ini (karena bersifat kualitatif), maka di lakukan sejak
sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan
(berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian). Sehingga hasil dari
penelitian ini merupakan penjabaran dari logika yang sesuai dengan fakta-fakta
dilapangan.
1. Tingkat Kerawanan Banjir
Analisis terhadap tingkat kerawanan banjir, yaitu dengan cara scoring
(pengharkatan) pada tiap parameter kerawanan banjir dan overlay, dengan
menggunakan bantuan Sistem Informasi Geografi (SIG). Dinamisasi SIG
memungkinkan SIG dapat menerima dan memroses data dalam jumlah besar
dalam waktu relatif singkat serta memudahkan penyajian informasi. Adapun
parameter penentu kerawanan banjir antara lain: Curah Hujan, Tutupan Lahan,
Genangan Air, Kemiringan Lereng, dan Kejadian Banjir.
Hasil scoring (pengharkatan) pada tiap parameter di atas sebagai berikut:
a. Curah Hujan (Ch)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Tabel 4. Skoring Curah HujanNo. Curah Hujan (mm/hari) Kriteria Skor1 >300 mm Tinggi 5
2 201-300 mm Agak Tinggi 43 101-200 mm Sedang 34 51-100 mm Agak Rendah 25 <50 mm Rendah 1
(Sumber : BNPB dalam nata miharja modifikasi paimin dkk, 2006:25)
b. Tutupan Lahan (P)
Tabel 5. Skoring Tutupan LahanNo. Tutupan Lahan Kriteria Skor1 Pemukiman, Lahan Terbangun,
Bangunan Industry, & JaringanJalan
LahanTerbangun
5
2 Sawah Irigasi & Sawah TadahHujan
Pertanian 4
3 Ladang, Perkebunan & KebunCampuran
Perkebunan 3
4 Tanah Kosong & Semak BelukarHutan Lahan Kering
VegetasiRendah
2
5 Primer/Sekunder, Hutan Bamboo,Hutan Campuran, Hutan Jati, HutanPinus, & Hutan Sengon
Bukan Pertanian 1
(Sumber : BNPB dalam Nata Miharja modifikasi BSN, 2010:13)
c. Genangan Air/ Potensi Banjir (Ga)
Tabel 6. Skoring Genangan Air/ Potensi BanjirNo. Genangan Air/Potensi Banjir Kriteria Skor1 Jalur Kelokan Sangat Berpotensi 52 Lembah Alluvial Berpotensi 43 Dataran Alluvial Sedang 34 Kipas dan Lahar Dataran Tidak Berpotensi 25 Pegunungan, Perbukitan Sangat Tidak Berpotensi 1
(Sumber : Paimin dkk, 2006:26)
d. Kemiringan Lereng (K)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Tabel 7. Skoring Kemiringan LerengNo. Kemiringan Lereng (%) Kriteria Skor1 0-3 Datar 52 4-6 Landai 43 7-9 Agak Curam 34 10-12 Curam 25 >12 Sangat Curam 1
(Sumber : bakorsurtanal dalam ardhetya, Dian. 2012:32)
e. Kejadian banjir
Tabel 8. Skoring Kejadian BanjirNo Kejadian banjir Kriteria Skor
1.
2.3.4.
5
Dalam setiap tahun lebih dari4 kaliDalam setiap tahun 3 – 4 kaliDalam setiap tahun 1 - 2 kaliDalam setiap tahun belumtentu banjirDalam setiap tahun tidakpernah banjir
Sangat sering
SeringCukup seringJarang
Tidak pernah
5
432
1
Setiap parameter kerawanan banjir pada penelitian ini diasumsikan
memiliki pengaruh yang sama. Sehingga bobot pada parameter parameter
penelitian memiliki besar sama dalam pengaruhnya terhadap kerawanan
banjir. Nilai kerawanan banjir diperoleh dengan menjumlahkan skor
(harkat) pada tiap parameter. Masing masing parameter penentu
kerawanan banjir dianalisis berdasarkan tiap satuan medan. Rumus
menghitung kerawanan banjir menurut Nata Miharja, dkk (2013:385),
sebagai berikut :
Nkb = Ch + P +Ga + K + Kb ………………..(3.1.)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Untuk mengetahui tingkat kerawanan bajir dilakukan klasifikasi
pada skor kelas kerawanan banjir. Sebelum menentukan skor pada tiap
kelas kerawanan banjir, menentukan jumlah kelas kerawanan banjir
sebagai berikut :
1) Menetukan Kelas
Dalam menentukan jumlah kelas ini bebas, data bisa dibagi ke
dalam 5 kelas, 10 kelas atau berapa saja sesuai dengan kebutuhan dan
banyak sedikitnya penyebaran data (Subagyo, 1986:6). Menurut
Ardhetya, Dian (2012:34), jumlah kelas yang digunakan dalam
tingkatan kerawanan banjir aadalah 5 kelas dengan alasan untuk lebih
jelas dan memudahkan dalam melihat sebaran kerawanan banjir.
2) Menentukan Range
Range adalah jarak antara data terkecil sampai dengan data
terbesar, atau sama dengan selisih data terkecil dengan data terbesar
(Subagyo, 1986:8), rumus untuk mencari range menurut Subagyo
(1986:8), sebagai berikut :
R = Nilai terbesar – Nilai Terkecil…………. (3.2.)
R = 25 – 5
R = 20
3) Menentukan Interval Kelas
Untuk menghitung panjang kelas dapat dihitung dengan range
dibagi jumlah kelas (Subagyo, 1986:8). Rumusnya adalah :
Interval kelas = rangekelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Interval kelas = 205
Interval Kelas = 4Jadi, interval kelasnya adalah 4
Dengan demikian klasifikasi tingkat kerawanan banjir sebagai
berikut :
Tabel 9. Klasifikasi kerawanan banjirNo. Klasifikasi Skor Kerawanan Banjir1 I >7 Tidak Rawan2 II 8-12 Kurang Rawan3 III 13-17 Rawan Sedang4 IV 18-22 Rawan5 V <23 Sangat Rawan
(Sumber : hasil perhitungan penulis)
Data yang berupa data primer dan data sekunder yang di gunakan
dalam penelitian ini, di berikan harkat pada masing-masing parameter,
dengan tujuan ketika di overlay hasilnya berupa data kerawanan banjir
secara kuantitatif dalam bentuk skor kerawanan banjir, disamping juga
data spasial kerawanan banjir dalam bentuk peta.
Unit analisis dalam penelitian ini diperoleh dari hasil overlay peta
penutup lahan dan peta kemiringan lereng, peta sebaran penduduk dalam
batas Sub-DAS. Fungsi unit analisis adalah sebagai acuan dalam
pengambilan sampel di lapangan serta sebagai dasar dari hasil proses
analisis kuantitatif parameter-parameter banjir.
2. Persepsi Masyarakat Terhadap Upaya Pengurangan Dampak Banjir
Analisis terhadap persepsi masyarakat dalam upaya pengurangan dampak
banjir dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner. Instrument
kuesioner memiliki banyak keuntungan, salah satunya yaitu mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
menangkap informasi dari responden dengan penuh mendalam dan sesuai
dengan tujuan yang diinginkan. Penyusunan butir kuesioner persepsi
masyarakat terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan yang masing-masing
memiliki skala penilaian tertentu. Skala penilaian pengetahuan dan sikap
menggunakan skala likert dan tindakan untuk mengurangi dampak banjir
menggunakan essay berdasarkan pendapat responden secara murni. Untuk
lebih jelasnya skor yang digunakan dalam menjawab butir pertanyaan
pengetahuan dan sikap dapat dilihat alternatif jawaban sebagai berikut:
Tabel 10. Alternatif Jawaban dalam Skala Likert
NO Skor pengetahuan Skor Skor Sikap Skor1. ST = Sangat Tahu 4 SS = Sangat Setuju 42. T = Tahu 3 S = Setuju 33. CT = Cukup Tahu 2 R = Ragu-ragu 24. TT = Tidak Tahu 1 TS = Tidak Setuju 1
Berdasarkan alternatif jawaban di atas, tiap butir soal dinilai berdasarkan
jawaban responden dan diberi skor. Skor tiap pertanyaan tersebut di total
sehingga akan tercipta nilai tertinggi dan terendah yang kemudian dibuat
rasio/ rentang. Rentang skor pengetahuan dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 11. Tingkat Rasio Skor Pengetahuan
No Rentang Skor Kategori1.2.3.4.
17 - 2930 – 4243 – 5556 – 68
Rendah / tidak tahuCukup tinggi / cukup tahuTinggi / tahuSangat tinggi/ sangat tahu
Selain rentang skor pengetahuan, kategori yang perlu nilai berdasarkan skala
likert adalah skor sikap. Jumlah rentang tiap kategori harus sama yang dalam
hal ini terbagi menjadi 4 tingkatan. Rentang skor sikap sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Tabel 12. Tingkat Rasio Skor Sikap
No Rentang Skor Kategori1.2.3.4.
20 – 3536 – 5152 – 6768 – 80
Rendah / tidak setujuCukup tinggi / cukup setujuTinggi / setujuSangat tinggi / sangat setuju
3. Implementasi dalam Pembelajaran
Implementasi hasil penelitian sebagai sumber belajar siswa disusun
berupa produk SSP (Subject Specific Pedagogy). Untuk lebih detilnya SSP
tersebut memiliki identifikasi cakupan materi sebagai berikut:
Satuan Pendidikan : SMP Negeri 2 Baureno Bojonegoro
Mata Pelajaran : IPS
Kelas/ Semester : VIII/1
Topik : Keadaan alam dan aktivitas penduduk
Sub Topik : Bentuk Muka Bumi dan Aktivitas Penduduk
Indonesia
Materi pokok : Permasalahan yang timbul akibat interaksi
manusia dengan lingkungan alam, sosial, dan ekonomi dan faktor
penyebab timbulnya permasalahan tersebut
Alokasi Waktu : 4 x 40 Menit
Produk pembelajaran berupa SSP juga memiliki komponen yang
bermacam-macam, yaitu: Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Media,
RPP, Materi Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa, dan metode pembelajaran.
Hasil penelitian ini akan bermanfaat untuk menambah wacana keilmuan
materi pembelajaran Geografi yang baru dan mendasarkan pada scientific
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
approach. Produk pembelajaran ini akan di lengkapi pada bagian lampiran
sebagai ekses penelitian yang menggabungkan aspek fisik dan sosial.
I. Prosedur Penelitian
1. Tahap persiapan
Kegiatan pada tahap ini meliputi:
a. Studi literatur, yaitu mempelajari literatur, hasil-hasil penelitian sebelumnya,
laporan-laporan, majalah yang berkaitan dengan masalah penelitian.
b. Orientasi lapangan, yaitu mengetahui jenis dan kelengkapan data lainnya
yang diperlukan dalam penelitian, dengan jalan mendatangi atau
menghubungi instansi yang berkaitan dengan penelitian.
2. Penyusunan proposal Penelitian
Penyusunan proposal proposal yaitu semua rencana penelitian yang akan
dilakuka meliputi pendahuluan, landasan teori serta metodologi penelitian.
3. Penyusunan instrument penelitian
a. Membuat rancangan tabulasi tentang data yang berupa peta agar lebih
mudah dalam melakukan pencatatan atau penyalinan data yang diperlukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
b. Kuesioner untuk Persepsi masyarakat terhadap upaya pengurangan dampak
banjir dengan menggunakan Skala Likert (Summated Rating Scale). Skala
Likert mempunyai beberapa keuntungan diantaranya:
Penyusunan angket tidak memerlukan banyak waktu.
Memberikan kemungkinan menilai lebih teliti dengan adanya kategori
jawaban pilihan.
Adanya pemberian skor untuk tiap alternatif jawaban dapat
mempermudah hubungan.
4. Tahap pengumpulan data
Kegiatan dalam tahap ini adalah mengumpulkan data di lapangan dan kantor
atau instansi pemerintah yang berkaitan dengan penelitian, dengan cara
mencatat, mengutip, memfotocopy arsip yang diperlukan.
a. Data Pokok
1) Peta Topografi
2) Peta tutupan lahan di kecamatan Baureno
3) Peta Tutupan Lahan di Kecamatan Baureno
4) Data kejadian banjir wilayah kecamatan Baureno dari BPBD
Kabupaten Bojonegoro.
b. Data Bantu
1) Peta Administrasi Kecamatan Baureno
2) Data monografi Kecamatan Baureno
3) Peta Rupa Bumi Kecamatan Baureno
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
5. Tahap pengolahan data
Pengolahan data merupakan pemrosesan data yang diperoleh untuk
diorganisasikan kedalam bentuk yang lebih sederhana agar lebih mudah
dibaca dan di interpretasikan. Kegiatan yang dilakukan adalah mengatur
urutan data serta mengorganisasikan ke dalam suatu pola dasar sehingga
mudah dilakukan penafsiran. Analisis data dilakukan dengan cara penafsiran
data untuk memperoleh suatu teori subtantif dengan metode tertentu. Analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis hidrologi, analisis
penginderaan jauh dan SIG (overlay dan 3D), analisis historis serta analisis
peta (yang dilakukan secara deskriptif kualitatif yaitu dengan menjelaskan,
menguraikan serta mencari kenampakan-kenampakan yang terdapat di dalam
peta).
6. Tahap penggambaran peta
Pada tahap penggambaran peta ini meliputi kegiatan mendesaian tata letak,
desain peta dasar dan desain isi peta berdasarkan pada kaidah-kaidah
kartografi.
7. Penulisan laporan
Merupakan tahap akhir setelah tahap-tahap terdahulu selesai dilakukan,
kemudian disusun dalam bentuk Tesis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Wilayah Penelitian
Karakteristik geografis daerah penelitian digunakan sebagai dasar untuk
mengetahui karakteristik wilayah di Kecamatan Baureno. Kondisi geografis
penting artinya untuk mengetahui kondisi fisik dan sosial daerah penelitian.
1. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian
Letak astronomis merupakan letak suatu daerah berdasarkan garis
lintang dan garis bujur. Kecamatan Baureno merupakan salah satu kecamatan
yang ada di Kabupaten Bojonegoro. Berdasarkan letak astronomis Kecamatan
Baureno terletak pada posisi 112°3'0"BT–112°9'0"BT dan 7°12'0"LS-
7°6'0"LS. Secara administratif, Kecamatan Baureno terletak di Kabupaten
Bojonegoro, yang memiliki luas wilayah 7.222 hektar, terbagi atas 25 desa
yaitu: Desa Gunungsari, Desa Kalisari, Desa Tanggungan, Desa Lebaksari,
Desa Kadungrejo, Desa Pucangarum, Desa Karangdayu, Desa Pomahan,
Desa Sembunglor, Desa Banjar Anyar, Desa Drajat, Desa Ngemplak, Desa
Sraturejo, Desa Blongsong, Desa Baureno, Desa Trojalu, Desa Tulungagung,
Desa Selorejo, Desa Tlogoagung, Desa Sumuragung, Desa Gajah, Desa
Kauman, Desa Bumiayu, Desa Banjaran dan Desa Pasinan.
Adapun batas – batas Kecamatan Baureno adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Plumpang Kabupaten Tuban
Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Kepohbaru
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Kanor
Kecamatan Baureno selalu menerima ancaman banjir setiap tahunnya.
Kecamatan ini merupakan kecamatan yang merasakan dampak terparah akibat
banjir, karena keseluruhan wilayahnya merupakan dataran rendah yang
berbatasan langsung dengan wilayah Sungai Bengawan Solo disebelah utara.
Hal inilah yang mengakibatkan luapan/ limpasan air mudah menggenang dan
mengakibatkan banjir. Kecamatan Baureno menarik untuk dikaji mengenai
daerah tingkat kerawanan banjir, karena memiliki keunikan yang berbeda
dengan wilayah lain. Salah satu keunikan Kecamatan Baureno adalah
wilayahnya didominasi dataran rendah, namun memiliki pegunungan
struktural berupa bukit karst. Perbukitan ini merupakan salah satu jajaran
pegunungan kapur utara yang sering disebut dengan Pegunungan Kendeng.
Untuk lebih jelasnya administrasi Kecamatan Baureno dapat dilihat pada peta
berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
2. Kondisi Iklim
Iklim adalah rata-rata keadaan cuaca dalam jangka waktu yang cukup
lama (minimal 30 tahun) yang sifatnya tetap, sedangkan cuaca adalah keadaan
atmosfer pada waktu tertentu yang sifatnya berubah setiap waktu
(Mistriantoro:27). Keadaan atmosfer pada suatu wilayah sangat dipengaruhi
oleh faktor curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, penyinaran matahari
dan angin. Penentuan iklim pada suatu wilayah sangat penting terutama
berkaitan dengan bidang pertanian, perkebunan, dan sebagainya.
Iklim merupakan salah satu unsur lingkungan yang sangat besar
pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. Unsur iklim yang sangat erat
kaitannya dalam menghasilkan tipe-tipe iklim untuk suatu daerah adalah curah
hujan. Ada beberapa klasifikasi iklim menurut para ahli, antara lain klasifikasi
menurut W. Koppen serta Schmidt dan Ferguson.
a) Klasifikasi iklim menurut Koppen
Koppen membagi iklim suatu daerah menjadi 5 iklim utama, antara
lain:
Iklim Tipe A, iklim tipe ini merupakan iklim hujan trois degan
temperatur normal bulan terdingin lebih dari 18℃ Iklim Tipe B, iklim ini merupakan iklim kering
Iklim Tipe C, iklim ini merupakan ikiim sedang laut dengan
temperatur bulan terdingiin antara 3℃ - 18℃ Iklim Tipe D, iklim ini merupakan iklim sedang dengan temperatur
terpanas diatas 10 C dan temperatur bulan terdingin dibawah 3℃
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Iklim Tipe E, iklim ini merupakan iklim salju dengan rata –rata
tempertur bulan terpanas dibawah 10℃Berdasarkan data curah hujan Kecamatan Baureno Kabupaten
Bojonegoro, dapat diketahui bahwa rata-rata curah hujan selama 10 tahun
teakhir adalah sebesar 1834,20 mm, rata-rata bulan basah sebesar 7,00 dan
bulan kering sebesar 4,20 dan bulan lembab sebesar 0,80. Klasifikasi
Iklim menurut Koppen ditentukan berdasarkan Suhu udara dan Curah
hujan. Untuk menentukan klasifikasi Iklim kecamatan Baureno, di hitung
sebagai berikut:
b) Klasifikasi iklim menurut Schmidt dan Ferguson
Schmidt dan Ferguson dalam menentukan curah hujan didasarkan pada
perhitungan bulan basah serta bulaan kering. Kriteria penentuan bulan
basah dan bulan kering menurut schmidt dan Ferguson adalah sebagai
berikut:
Bulan basah : apabila jumlah curah hujan > 100 mm
Bulan kering : apabila jumlah curah hujan < 60 mm
Bulan lembab: apabila jumlah curah hujan antara 60 mm – 100 mm
Schmidt dan Ferguson juga membagi iklim menjadi delapan tipe,
yaitu seperti yang tertuang dalam Tabel 13 berikut:
Tabel 13. Pembagian Tipe Iklim Menurut Schmidt dan Ferguson
Tipe iklim Karakteristik Nilai Q (%)A Sangat Basah O < Q < 14,3B Basah 14,3 < Q < 13,3C Agak Basah 13,3 < Q < 60D Sedang 60 < Q < 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
E Agak Kering 100 < Q < 167F Kering 167 < Q < 300G Sangat Kering 300 < Q < 700H Kering Sekali >700
Sumber : Benyamin, 2002
Untuk menentukan jenis iklimnya, Schmidt dan Ferguson
menggunakan harga perbandingan Q yang dituangkan dalam bentuk rumus
seperti berikut:
Jumlah rata-rata bulan keringQ = _________________________ X 100%
Jumlah rata-rata bulan basah
Berdasarkan data curah hujan Kecamatan Baureno (tabel 4.3) dapat
diketahui jumlah rata-rata bulan kering sebanyak 4,20 sedangkan jumlah
rata-rata bulan basah sebanyak 7,00 sehingga dapat di hitung tipe iklimnya
menurut Schmidt dan Ferguson:
sebagai berikut: Q = 4,20 x 100%7,00= 60
Berdasarkan hasil perhitungan Q tersebut dapat diketahui bahwa
Kecamatan Baureno termasuk iklim D dengan karakteristik sedang.
Adapun gambar klasifikasi iklim menurut Schmidt dan Ferguson adalah
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Gambar 5. Klasifikasi pembagian iklim Schmidt – Ferguson
Dengan iklim yang sedang tersebut berpengaruh pada kuantitas curah
hujan yang cukup tinggi. Sehingga rata-rata sawah yang ada di kecamatan
Baureno adalah sawah irigasi teknis maupun setengah teknis.
3. Hidrologi
Kabupaten Bojonegoro memiliki 17 buah sungai di luar Sungai
Bengawan Solo. Sungai-sungai yang ada mempunyai panjang antara 10 –
45km dan berdebit 20 – 266 mᶟ/ detik (BAPPEDA, 2013). Di wilayah
Kecamatan Baureno terdapat 4 buah sungai termasuk Sungai Bengawan Solo
yang mengalir melintasi 13 desa, Sungai Pundung Kembar, yang anak – anak
sungainya mengalir di 13 desa, Sungai Semar Mendem mengalir di 2 desa,
serta Sungai Kali Modo mengalir di 3 desa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Demikian juga secara geomorfologis, Bengawan Solo mengalir melalui
beberapa satuan geomorfologis, dari bentuk – bentuk permukaan bumi yang
bervariasi. Dimulai dari perbukitan gamping yang bertopografi karst di
pegunungan selatan, dilanjutkan ke wilayah dataran rendah (low land) dari
wilayah Solo, Sangiran, Trinil, Cepu, Bojonegoro, hingga dataran pantai
(coast plain) yang ada di Ujungpangkah Gresik Jawa Timur. (TIM
Pengembangan IPST UGM)
4. Keadaan Penduduk
a. Jumlah penduduk
Berdasarkan data administrasi Kecamatan Baureno tahun 2013,
jumlah penduduk tiap desa di Kecamatan Baureno terdapat pada tabel:
Tabel 14. Jumlah Penduduk Kecamatan Baureno
No Nama DesaJuml.KK
Juml.Pend
laki-laki
Juml. Pendperempuan
Jumlahtotal
penduduk1. Banjar anyar 708 1.319 1.365 2.6842. Ngemplak 1284 2279 2195 4.4743. Sraturejo 984 2393 2401 4.7944. Blongsong 946 1848 1763 3.6115. Baureno 1029 1969 2087 4.0566. Trojalu 716 1226 1230 2.4567. Tulungagung 769 1351 1385 2.7368. Selorejo 699 1247 1237 2.4849. Tlogo agung 790 1339 1360 2.69910. Sumur agung 901 1736 1639 3.37511. Gajah 956 1887 1965 3.85212. Gunung sari 1167 2437 2460 4.89713. Kalisari 832 1744 1632 3.37614. Tanggungan 469 876 855 1.73115. Lebak sari 603 1200 1175 2.37516. Bumiayu 622 1098 992 2.090
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
17. Kauman 1197 2167 2048 4.21518. Pasinan 939 1775 1688 3.46319. Banjaran 1388 2239 2296 4.53520. Drajat 890 1561 1681 3.24221. Sembung lor 533 893 887 1.78022. Pomahan 980 1627 1639 3.26623. Karang dayu 1055 1942 1986 3.92824. Kadung rejo 1131 2306 2247 4.55325. Pucang arum 1023 1739 1805 3.544Jumlah total 23.098 42.244 42.082 84.326
Sumber : Kecamatan Baureno 2013
b. Komposisi Penduduk
1) Komposisi penduduk menurut umur
Komposisi penduduk menurut umur dapat memberikan
gambaran tentang golongan penduduk yang produktif (15 – 64
tahun), golongan penduduk yang belum produktif (0 – 14 tahun)
dan golongan yang tidak produktif (65 tahun ke atas) (Soekamto,
1995). Selain itu komposisi penduduk menurut umur dapat
memberikan gambaran tentang sifat komposisi penduduk muda,
dewasa, dan tua. Untuk mengetahui secara lebih jelas mengenai
komposisi penduduk menurut umur dikecamatan Baureno maka
dapat dilihat pada Tabel 15 berikut:
Tabel 15. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur
No. GolonganUmur(Tahun)
Laki –laki
Perempuan Jumlah(Jiwa)
Prosentase(%)
1. 0 – 4 1183 1178 2.361 2,8 %2. 5 – 9 2408 2399 4.807 5,7 %3. 10 – 14 3548 3535 7.083 8,4 %4. 15 – 29 3886 3872 7.758 9,2 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
5. 20 – 24 2155 2146 4301 5,1 %6. 25 – 29 5407 5387 10.794 12,8 %7. 30 – 34 4055 4040 8.095 9,6 %8. 35 – 39 3206 3203 6409 7,6 %9. 40 – 44 3422 3408 6830 8,1 %10. 45 – 49 4900 4882 9782 11,6 %11. 50 – 54 3718 3703 7421 8,8 %12. 55 – 58 3216 3193 6409 7,6 %13. > 59 1140 1136 2276 2,7%
Jumlah 42.244 42.082 84.326 100 %Sumber : Kantor Kecamatan Baureno, 2013
2) Komposisi penduduk menurut mata pencaharian
Komposisi penduduk menurut jenis mata pencaharian
memberikan gambaran tentang penduduk yang menggantungkan
hidupnya pada masing-masing pekerjaan dan dapat mengetahui
bagaimana struktur ekonomi daerah penelitian. Tujuan lain adalah
untuk mengetahui jenis mata pencaharian yang dominan dan
perbandingan antara jumlah penduduk yang bekerja pada sektor
yang satu dengan sektor yang lain.
Tabel 16. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No. Jenis Pekerjaan Jumlah(Jiwa)
Prosentase(%)
1. Petania. Petani Pemilik Sawahb. Buruh Tani
8.64311.430
29,539
2. Buruh industri 2.873 9,83. Buruh bangunan 540 0,184. Perdagangan 786 2,75. PNS/TNI/POLRI 739 2,56. Pensiun PNS/ABRI 321 1,17. Pengusaha industri rumah tangga 410 1,39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
8.9.1011.
PeternakJasa perseoranganJasa angkutanLain-lain
3.22211717483
10,980,390,600,28
Jumlah 29.338 100Sumber: kantor kecamatan Baureno, 2013
3) Komposisi penduduk menurut pendidikan
Pendidikan (formal dan non formal) mempunyai peranan
yang penting dalam meningkatkan kemampuan individu, baik
dalam kegiatan berproduksi maupun pengelolaan usaha.
Pendidikan juga mempengaruhi seseorang dalam membuat suatu
keputusan terutama yang menyangkut kepentingan diri dan
keluarganya.
Pendidikan adalah salah satu hal yang terpenting dalam
memajukan tingkat Sumber Daya Manusia (SDM) yang dapat
berpengaruh dalam jangka panjang pada peningkatan
perekonomian. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan
mendongkrak tingkat kecakapan masyarakat yang pada gilirannya
akan mendorong tumbuhnya keterampilan kewirausahaan dan
lapangan kerja yang baru, sehingga akan membantu program
pemerintah dalam mengentas kemiskinan dan pengangguran.
Tabel 17 berikut menunjukkan tingkat pendidikan penduduk
Kecamatan Baureno.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Tabel 17. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Frekuensi (f)Prosentase
(%)1. Belum sekolah 3.204 3,8 %2. Tidak tamat SD 2.024 2,4%3. Tamat SD / sederajat 48.909 58 %4. Tamat SMP / sederajat 15.432 18,3%5. Tamat SMA / sederajat 13.576 16,1 %6. Tamat Perguruan Tinggi 1.181 1,4%
Jumlah 84.326 100 %Sumber : Kantor Kecamatan Baureno (2013)
Dari data di atas menunjukkan bahwa mayoritas penduduk
Kecamatan Baureno hanya mampu menyelesaikan sekolah di
jenjang pendidikan wajib belajar sembilan tahun yaitu SD dan
SMP. Dalam hal kesediaan Sumber Daya Manusia atau SDM yang
memadahi dan mumpuni, keadaan ini merupakan tantangan
tersendiri. Rendahnya kualitas tingkat pendidikan di Kecamatan
Baureno, tidak terlepas dari masalah ekonomi dan pandangan
hidup masyarakat terhadap pendidikan yang sangat rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
B. Hasil Penelitian
1. Tingkat Kerawanan Banjir
Sebelum melakukan analisis kerawanan banjir di Kecamatan Baureno
yang perlu dilakukan adalah membuat mapping unit atau satuan pemetaan.
Pada penelitian ini menggunakan satuan pemetaan berupa satuan medan.
Satuan medan diperoleh dari overlay 3 data keruangan berupa: data
ketinggian, data bentuk lahan dan data tutupan lahan. Satuan medan berfungsi
untuk memudahkan peneliti dalam survey lapangan dan pengambilan sampel.
Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan uraian komponen pembentuk satuan
medan sebagai berikut:
a. Ketinggian Permukaan
Ketinggian Kecamatan Baureno berdasarkan ketinggian mdpl (meter
diatas permukaan laut) disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 18. Ketinggian permukaan di Kecamatan Baureno
No Ketinggian (mdpl) Luas (ha) Persentase (%)1.2.3.4.5.6.
1 – 1314 – 2627 – 3940 – 5253 – 6566 – 78
4022,552466,32547,07131,137,7117,24
55,734,157,561,820,520,25
Jumlah 7221,99 100Sumber: Data primer
Wilayah Kecamatan Baureno memiliki ketinggian yaitu antara 1–78
mdpl, sehingga pada umumnya kecamatan ini termasuk ke dalam suatu daerah
yang berdataran rendah dan rawan terkena banjir. Untuk lebih jelasnya
persebaran ketinggian permukaan Kecamatan Baureno dapat dilihat peta:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
b. Kondisi Geologi
Letak geologi adalah kondisi suatu wilayah yang ditinjau dari keadaan
batuan yang menyusun wilayah tersebut, yang meliputi struktur dan
komposisinya. Jenis batuan yang ada dalam tubuh bumi akan berpengaruh
terhadap karakteristik lahan dan jenis tanah yang ada pada permukaan bumi.
Tiap – tiap jenis tanah mempunyai sifat fisik dan kimia yang berbeda –
beda,terutama kepekaan terhadap sifatnya yang dapat mengikat air dan
sifatnya dalam menyerap air. Secara umum kondisi Geologi Kabupaten
Bojonegoro memiliki beberapa macam jenis batuan, yaitu pada Tabel 16
sebagai berikut:
Tabel 19. Jenis Batuan Geologi di Kabupaten BojonegoroNo Jenis batuan (geologi) Luas Persentase (%)1.2.3.4.5.6.7.
AlluviumPliosen Fasies GampingPliosen Fasies SedimenPleistosen Fasies SedimenPleistosen Fasies lime StoneMiosen Fasies SedimenHasil Gunung Api
49.8528.257
59.18789.9844.165
15.5663.695
21,613,58
25,65391,8
6,751,6
Jumlah 230.706 100,00Sumber: Kantor BAPPEDA Bojonegoro 2013
Jenis Batuan yang paling banyak dikandung Wilayah Kabupaten
Bojonegoro yaitu Pleistosen Fesies Sedimen dengan luas 89.984 ha. Sedimen
tersebut erat kaitannya dengan endapan yang dibawa oleh air Sungai
Bengawan Solo. Wilayah Kecamatan Baureno merupakan salah satu wilayah
di Kabupaten Bojonegoro yang dilalui Sungai Bengawan Solo. Sehingga
susunan geologinya didominasi oleh Pleistosen Fasies Sedimen dan Alluvium.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 7. Peta Geologi berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
c. Kondisi Bentuk Lahan (Geomorfologi)
Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuk – bentuk
permukaan bumi termasuk proses dan evolusi pembentukannya (Indriyanto,
2006). Kondisi geomorfologi berkenaan dengan keadaan permukaan bumi/
relief suatu wilayah. Bentuk muka bumi atau relief ini berpengaruh terhadap
peristiwa – peristiwa alam seperti cuaca, iklim, erosi yang selanjutnya akan
mempengaruhi aktifitas manusia. Karakteristik relief yang beriklim tropis
basah sangat dipengaruhi oleh hujan deras dan temperatur yang tinggi,
sehingga pelapukan dan denudasi berlangsung cepat dan intensif. Hal ini
berakibat terjadinya erosi vertikal secara cepat pula.
Menurut Pannekock (dalam Mistiantoro, 2007:30). Pembagian zone
geomorfologi Jawa yang jelas terdapat di Jawa Timur yaitu dibagi menjadi 3
zone, antara lain sebagai berikut :
1) Zone selatan merupakan zone plato kapur yang miring ke selatan
berasal dari paneplain yang terangkat. Pada umumnya di bagian utara
dibatasi garis sesar.
2) Zone tengah merupakan depresi yang ditumbuhi vulkan – vulkan aktif.
3) Zone utara yang terdiri dari rantai pegunungan lipatan yang diselingi
perbukitan beberapa vulkan.
Kabupaten Bojonegoro mempunyai topografi berupa daerah perbukitan
dan daerah dataran rendah yaitu 81,29% berada pada ketinggian 25 mdpl, dan
18,71% berada pada ketinggian dibawah 25 mdpl. Dengan kemiringan kurang
dari 2%, areal seluas 127.109 ha di wilayah ini mengalami sedimentasi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
tinggi di sepanjang Sungai Bengawan Solo. Kondisi geomorfologis
Kecamatan Baureno divisualisasikan dengan analisis bentuk lahan yang terdiri
dari overlay informasi ketinggian, tanah, litologi dan penggunaan lahan.
Bentuk lahan merupakan parameter yang baik untuk menilai dan mengetahui
karakteristik suatu lahan. Sehingga dengan demikian ciri fisik Kecamatan
Baureno diintepretasikan dengan peta bentuk lahan. Bentuk lahan di wilayah
Kecamatan Baureno adalah 12,5% berupa dataran banjir, 4,2% rawa belakang,
37,5% dataran alluvial, 29,1% teras fluvial atas, 16,7% teras fluvial bawah.
Beberapa bentuk geomorfologis wilayah Kecamatan Baureno Kabupaten
Bojonegoro dapat dilihat pada peta bentuk lahan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
d. Jenis Tanah
Jenis tanah mempunyai pengertian yang berbeda-beda, tergantung sudut
pandang dan kepentingannya. Para ahli sepakat bahwa tanah merupakan sisa-
sisa atau hasil pelapukan batuan dan bahan organik (Sarief, 1986). Jenis tanah
di setiap tempat berbeda-beda karena perbedaan faktor-faktor pembentuk
tanah, seperti iklim, organisme, bahan induk, topografi dan waktu. Kabupaten
Bojonegoro tanahnya mengalami perkembangan yang lebih sempurna, seperti
tanah grumosol, mediterani,dan lainnya. Jenis-jenis tanah tersebut didapatkan
baik dalam suatu kompleks maupun berasosiasi dengan tanah lainnya.
Tabel 20. Jenis Tanah di Kabupaten Bojonegoro
No. Jenis tanahLuas tanah
(Ha)Persentase
(%)1.2.3.4.
AlluvialGrumosolKompleks Mediteran/ LitosolKompleks Mediteran/ Rendsina
46.35788.94444.54650.859
20,1038,5519,3022,04
Jumlah 230.706 100,00Sumber: Kantor BPN Bojonegoro 2013
Tanah di Bojonegoro terjadi dari endapan yang terbawa dari sungai
Bengawan Solo saat terjadi banjir maupun dari endapan letusan Gunung
berapi yang telah berproses sejak ratusan tahunan yang lalu. Dataran yang ada
disekitar sungai kebanyakan relatif landai, dengan endapan aluvial. Tanah
endapan aluvial sekitar Sungai Bengawan Solo berasal dari materi gamping
dan vulkanis. Endapan aluvial yang ada didataran banjir sekitar sungai
menjadi tanah pertanian subur. Tidak mengherankan jika sepanjang sekitar
sungai itu merupakan wilayah yang banyak dihuni penduduk sejak zaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
prasejarah. Sungai Bengawan Solo mengalir melalui Zone Solo dengan
endapan aluvial gamping bercampur vulkanis, diteruskan kearah timur laut
melalui endapan aluvial pasir, yang populer dikenal sebagai endapan pada
cekungan Randublatung. Randublatung merupakan nama sebuah desa yang
terletak disebelah barat kota Cepu. Namun cekungan Randublatung dimulai
dari wilayah Semarang ke arah timur hingga ke Selat Madura. Oleh karena itu
sedimentasi di laut dangkal biasanya banyak mengandung gas dan minyak
bumi, contohnya Pertambangan minyak dan gas Cepu dan Bojonegoro. (TIM
Pengembangan IPST UGM).
Wilayah Kecamatan Baureno, berdasarkan data Badan Pertanahan
Nasional Kabupaten Bojonegoro, jenis tanahnya terdapa pada Tabel 21
berikut:
Tabel 21. Jenis Tanah di Kecamatan Baureno
No Jenis tanah Luas tanah (ha) Persentase (%)1.2.3.
Alluvial (kelabu tua)GrumosolKompleks Mediteran/Litosol
5105,81582,92533,27
70,7021,927,38
Jumlah 7221,99 100,00Sumber: Kantor BPN Bojonegoro 20013
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa wilayah
Kecamatan Baureno didominasi oleh jenis tanah alluvial kelabu tua yaitu
dekitar 70,70%. Sedangkan paling kecil adalah wilayah tanah dengan jenis
kompleks mediteran/ litosol yang mencapai 7,38%. Untuk lebih jelasnya
persebaran jenis tanah Kecamatan Baureno dapat dilihat pada peta sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
e. Tutupan lahan (land cover)
Tutupan lahan pada hakikatnya merupakan gambar ruang dari hasil
teknologi, jumlah manusia dan keadaan fisik daerah. Sehingga pada tutupan
lahan di suatu daerah dapat mencerminkan kegiatan yang berbeda di daerah
tersebut. tutupan lahan di Kecamatan Baureno adalah sebagai berikut:
Tabel 22. Tutupan lahan di Kecamatan Baureno
No Tutupan lahan Luas (ha) Persentase (%)1. Lahan Sawah:
a. Berpengairan teknis 677 9,37b. Berpengairan ½ teknis 194 2,67c. Non teknis 1975 27,35d. Tadah hujan 1352 18,72
2. Lahan kering:a. Untuk bangunan/
Permukiman 1439 19,93b. Tegal 1455 20,16c. Lain-lain 130 1,8
Jumlah 7222 100
Sumber: Kantor Kecamatan Baureno 2013
Pada Tutupan lahan wilayah Kecamatan Baureno sejumlah 4.198 ha
atau 58,11% di gunakan sebagai lahan persawahan, hal ini di dukung karena
faktor kesuburan tanah dan sistem irigasi yang sangat baik dan memungkinkan
untuk kegiatan pertanian. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar 10
yang mendeskripsikan peta tutupan lahan Kecamatan Baureno sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Berdasarkan beberapa informasi di atas langkah terakhir untuk
mengetahui satuan medan adalah dengan cara overlay/ tumpang susun data
tersebut. Sehingga dapat diketahui bahwa Kecamatan Baureno terbagi menjadi
24 satuan medan. Satuan medan tersebut memiliki cakupan luas yang berbeda-
beda, yang paling dominan adalah satuan medan A-F3-Sw (24,74%)
sedangkan paling kecil adalah satuan medan F-S1-Tgl (0,06%).
Tabel 23. Satuan Medan Kecamatan Baureno
No. Satuan MedanLuas
Ha %1 A-F1-Pmk 168,93 2,342 A-F1-Sw 110,25 1,533 A-F1-Tgl 95,26 1,324 A-F2-Sw 478,17 6,625 A-F3-Pmk 92,03 1,276 A-F3-Sw 1786,46 24,747 A-F3-Tgl 1291,45 17,888 B-F1-Pmk 127,57 1,779 B-F3-Kb 22,99 0,3210 B-F3-Pmk 699,64 9,6911 B-F3-Tgl 1521,15 21,0612 B-F4-Pmk 65,22 0,9013 B-F4-Tgl 29,75 0,4114 C-F3-Pmk 77,4 1,0715 C-F3-Tgl 133,21 1,8416 C-F4-Ht 37,57 0,5217 C-F4-Pmk 192,37 2,6618 C-F4-Tgl 106,52 1,4719 D-F4-Pmk 15,55 0,2220 D-F4-TK 20,42 0,2821 D-S1-Tgl 95,13 1,3222 E-S1-Tgl 37,71 0,5223 F-S1-TK 12,68 0,1824 F-S1-Tgl 4,56 0,06
7221,99 100,00Sumber: Analisis data, tahun 2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui jumlah total satuan
medan yang berada di Kecamatan Baureno. Setelah analisis data sekunder dan
disesuaikan dengan survey lapangan diketahui jumlah satuan medan
Keamatan Baureno adalah 24 satuan medan. Pengwilayahan tersebut tersebar
di seluruh desa yang ada di Kecamatan Baureno. Pada tabel diatas diketahui
setiap satuan medan di harkat untuk memudahkan dalam analisis kerawanan
banjir. Skoring atau pengharkatan merupakan hasil dari analisis data geografis
yang memiliki kesamaan dan perbedaaan sehingga menunjukkan suatu
karakteristik tertentu. Aplikasinya di lapangan adalah dengan cara melakukan
crosscheck apa yang tertulis dengan apa yang betul terjadi di lapangan. Data
yang perlu diambil di tiap sample satuan medan adalah tutupan lahan,
kemiringan lereng,bentuk lahan dan data wawancara terhadap responden.
Dengan demikian, maka data fisik dan data sosial dapat diperoleh secara
bersamaam dalam satu titik sample. Untuk lebih jelasnya Peta Satuan Medan
Kecamatan Baureno dapat dilihat pada peta berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Setelah diketahui peta satuan medan Kecamatan Baureno di atas, langkah
selanjutnya adalah menentukan wilayah tingkat kerawanan bencana banjir.
Data tingkat kerawanan banjir diperoleh dengan menggunakan teknik
pengumpulan data melalui observasi lapangan dan pengukuran tiap satuan
medan. Analisis terhadap tingkat kerawanan banjir, yaitu dengan cara skoring
(pengharkatan) pada tiap parameter kerawanan banjir dan overlay dengan
menggunakan bantuan Sistem Informasi Geografi (SIG). Adapun parameter
penentu kerawanan banjir antara lain:
a. Curah hujan
Data curah hujan adalah salah satu cara untuk menentukan iklim suatu
daerah tertentu. Curah hujan(CH) di wilayah Kecamatan Baureno rata-
ratanya rendah, dilihat dari data dalam 10 tahun terakhir mulai tahun 2004
– 2013, rata-rata CH 18342 mm : 365 hari = 50,25 di bulatkan rata-rata
CH nya 50 mm (dalam 1 hari). Untuk lebih lengkapnya Kecamatan
Baureno memiliki data curah hujan sebagai berikut:
Tabel 24. Curah Hujan Kecamatan Baureno
NoThn 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Juml
CH(mm)
Rata2CHBln CH CH CH CH CH CH CH CH CH CH
1 Jan 404 291 278 200 198 196 452 126 349 406 2900 290,00
2 Feb 257 351 580 180 117 332 104 165 274 86 2446 244,60
3 Mar 235 346 358 199 142 299 439 423 246 222 2909 290,90
4 Apr 143 154 272 161 156 155 451 225 102 127 1946 194,60
5 Mei 125 134 393 81 4 241 157 255 97 41 1528 152,80
6 Juni 110 135 0 45 16 77 108 40 67 51 649 64,90
7 Juli 0 10 15 24 0 7 143 8 0 26 233 23,30
8 Agus 0 2 0 106 0 0 91 0 0 0 199 19,90
9 Sept 0 87 0 0 25 12 218 44 0 6 392 39,20
10 Okto 15 347 0 28 221 49 254 19 0 7 940 94,00
11 Nov 190 232 166 139 242 25 157 249 0 80 1480 148,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
12 Des 143 516 158 247 473 224 360 394 0 205 2720 272,00
Jumlah CH 1Tahun
1622 2605 2220 1410 1594 1617 2934 1948 1135 1257 183421834,20
Bulan Basah 8 9 7 7 7 6 11 7 4 4 70 7,00
Bulan Lembab 0 1 0 1 0 1 1 0 2 2 8 0,80
Bulan Kering 4 2 5 4 5 5 0 5 6 6 42 4,2
Sumber: DPU Pengairan Wil. Sungai Bengawan Solo Kec. Baureno Kab. Bojonegoro
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui rata-rata curah hujan di
Kecamatan Baureno adalah 1834,20 mm/ tahun. Sehingga, banyak terjadi
bulan basah pada 10 tahun terakhir dari tahun 2004 – 2013 yaitu rata-rata
7,00 mm / tahun. Suhu udara di Kecamatan Baureno ditentukan dengan
menggunakan rumus penurunan temperatur secara vertikal yang
didasarkan pada ketinggian suatu daerah dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
T = 26,3℃ - (0,6 100 ℎ)
Keterangan : T = temperatur dalam℃26,3 = rata rata suhu permukaan air lautH = ketinggian tempat (Kec.Baureno 21 mdpl)0,6 100 = penurunan suhu di Pulau Jawa setiap kenaikan
100msebesar 0,6˚C
(Mock dalam Budiyanto 1984)
Berdasarkan rumus tersebut dapat dihitung sebagai berikut :
T = 26,3℃ - ( 0,6 100 21)= 26,174℃
Berdasarkan perhitungan diatas maka Kec. Baureno yang mempunyai
ketinggian < 100 mdpl maka memiliki suhu udara sekitar 26,174℃.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Curah hujan rata rata Kec. Baureno 1834,20 mm
Jumlah curah hujan maksimal bulan kering (a) dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
a = R / 60
Keterangan : a = jumlah maksimal bulan keringR = rata rata curah hujan (1834,20mm)60 = bilangan konstan
Berdasarkan rumus tersebut dapat dihitung sebagai berikut :
a = 1834,20 / 60= 30,57 mm
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa curah hujan
maksimal bulan kering Kec. Baureno adalah 30,57 mm. Data jumlah curah
hujan dan jumlah hujan bulan kering tersebut kemudian dituangkan ke
dalam diagram pembagian iklim menurut Koppen sebagai berikut:
Gambar 12. Diagram Pembagian Iklim Koppen
Berdasarkan pembagian iklim menurut Kopen tersebut, maka iklim
Kecamatan Baureno termasuk iklim Am atau iklim muson (musim kering
singkat). Implikasinya terhadap satuan medan sebagai satuan pemetaan
dapat di perhatikan tabel berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Tabel 25. Data Curah Hujan Kecamatan Baurenoberdasarkan Satuan Medan
NO Satuan Medan Kriteria Skor1 A-F1-Pmk Rendah 12 A-F1-Sw Rendah 13 A-F1-Tgl Rendah 14 A-F2-Sw Rendah 15 A-F3-Pmk Rendah 16 A-F3-Sw Rendah 17 A-F3-Tgl Rendah 18 B-F1-Pmk Rendah 19 B-F3-Kb Rendah 110 B-F3-Pmk Rendah 111 B-F3-Tgl Rendah 112 B-F4-Pmk Rendah 113 B-F4-Tgl Rendah 114 C-F3-Pmk Rendah 115 C-F3-Tgl Rendah 116 C-F4-Ht Rendah 117 C-F4-Pmk Rendah 118 C-F4-Tgl Rendah 119 D-F4-Pmk Rendah 120 D-F4-TK Rendah 121 D-S1-Tgl Rendah 122 E-S1-Tgl Rendah 123 F-S1-TK Rendah 124 F-S1-Tgl Rendah 1
Sumber: Analisis data, tahun 2014
b. Tutupan lahan
Pada dasarnya tutupan lahan yang dimaksud adalah sesuai dengan
data yang digunakan untuk pembentukan satuan medan. Sehingga dapat
diketahui tutupan lahan di wilayah Kecamatan Baureno berupa 19,92%
permukiman, 32,89% sawah, 45,88% tegalan, 0,32% kebun, 0,52%
hutan, 0,47% tanah kosong. Namun kaitanya dengan satuan medan tutupan
Kecamatan Baureno memiliki karakteristik yang bervariasi. Kriteria
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
dominan adalah pada kelompok lahan terbangun yang berupa pemukiman,
lahan terbangun, bangunan industri, dan jaringan jalan. Selain itu wilayah
Kecamatan Baureno juga terdapat kategori tutupan lahan berupa pertanian,
perkebunan dan vegetasi rendah. Masing- masing kategori dilakukan
pengharkatan (skoring) lahan terbangun dengan poin 5, pertanian dengan
poin 4, perkebunan dengan poin 3, dan vegetasi rendah dengan poin 2.
Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan tabel berikut:
Tabel 26. Data Tutupan Lahan Kecamatan Baurenoberdasarkan Satuan Medan
NO Satuan Medan Kriteria Skoring1 A-F1-Pmk Lahan terbangun 52 A-F1-Sw Pertanian 43 A-F1-Tgl Perkebunan 34 A-F2-Sw Pertanian 45 A-F3-Pmk Lahan terbangun 56 A-F3-Sw Pertanian 47 A-F3-Tgl Perkebunan 38 B-F1-Pmk Lahan terbangun 59 B-F3-Kb Perkebunan 310 B-F3-Pmk Lahan terbangun 511 B-F3-Tgl Pertanian 412 B-F4-Pmk Lahan terbangun 513 B-F4-Tgl Perkebunan 314 C-F3-Pmk Lahan terbangun 515 C-F3-Tgl Perkebunan 316 C-F4-Ht Vegetasi rendah 217 C-F4-Pmk Lahan terbangun 518 C-F4-Tgl Perkebunan 319 D-F4-Pmk Lahan terbangun 520 D-F4-TK Vegetasi rendah 221 D-S1-Tgl Perkebunan 322 E-S1-Tgl Perkebunan 323 F-S1-TK Vegetasi rendah 224 F-S1-Tgl Perkebunan 3
Sumber: Analisis data, tahun 2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
c. Kemiringan Lereng
Data kemiringan lereng wilayah Kecamatan Baureno Kabupaten
Bojonegoro dapat diklasifikasikan 3 yaitu: datar (0-3%), landai (4-6%) dan
agak curam (7-9%). Kemiringan lereng paling dominan terdapat pada
kriteria datar dengan skor nilai 5 sedangkan untuk kategori landai dan agak
curam mendapat kelompok kecil dengan skor masing- masing 4 dan 3.
Untuk lebih kongkritnya dapat dilihat data kemiringan lereng berikut:
Tabel 27. Data Kemiringan Lereng Kecamatan Baurenoberdasarkan Satuan Medan
NO Satuan Medan Kemiringan (%) Kriteria Skoring
1 A-F1-Pmk 0-3 Datar 5
2 A-F1-Sw 0-3 Datar 5
3 A-F1-Tgl 0-3 Datar 5
4 A-F2-Sw 0-3 Datar 5
5 A-F3-Pmk 0-3 Datar 5
6 A-F3-Sw 0-3 Datar 5
7 A-F3-Tgl 0-3 Datar 5
8 B-F1-Pmk 0-3 Datar 5
9 B-F3-Kb 0-3 Datar 5
10 B-F3-Pmk 0-3 Datar 5
11 B-F3-Tgl 0-3 Datar 5
12 B-F4-Pmk 0-3 Datar 5
13 B-F4-Tgl 0-3 Datar 5
14 C-F3-Pmk 0-3 Datar 5
15 C-F3-Tgl 0-3 Datar 5
16 C-F4-Ht 0-3 Datar 5
17 C-F4-Pmk 0-3 Datar 5
18 C-F4-Tgl 0-3 Datar 5
19 D-F4-Pmk 4-6 Landai 4
20 D-F4-TK 4-6 Landai 4
21 D-S1-Tgl 4-6 Landai 4
22 E-S1-Tgl 7-9 Agak Curam 3
23 F-S1-TK 7-9 Agak Curam 3
24 F-S1-Tgl 7-9 Agak Curam 3Sumber: Analisis data, tahun 2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Tabel diatas menunjukkan bahwa kemiringan lereng pada wilayah
Kecamatan Baureno didominasi pada kelas kemiringan antara antara 0 –
3%, hal ini berarti bahwa lahan di Kecamatan Baureno relatif datar dan
tingkat kecuramannya rendah. Persebaran wilayah tingkat kemiringan
lereng Kecamatan Baureno cukup bervariatif. Untuk lebih jelasnya dapat
di lihat pada Gambar 13. Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Baureno
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
d. Genangan Air
Data genangan air Kecamatan Baureno diperoleh dengan cara
kompilasi data sekunder dan survey lapangan dengan wawancara kepada
responden. Data genangan Kecamatan Baureno cukup bervariasi yang
dalam pengelompokanya didasarkan pada bentuk lahan asal. Kriteria
dominan genangan air terdapat pada kelompok sedang dengan bentuk
lahan dataran alluvial dinilai dengan skor 3. Sedangkan kriteria paling
kecil adalah kelompok berpotensi dengan bentuk lahan lembah alluvial
yang dinilai dengan skor 4. Kriteria sangat berpotensi memiliki jenis
bentuk lahan berupa jalur kelokan dinilai dengan skor 5, kriteria tidak
berpotensi memiliki jenis bentuk lahan kipas dan lahar dataran dinilai
dengan skor 2, sedangkan kriteria sangat tidak berpotensi memiliki jenis
bentuk lahan pegunungan, perbukitan yang dinilai dengan skor 1. Untuk
lebih jelasnya persebaran genangan air di Kecamatan Baureno dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 28. Data Genangan Air Kecamatan Baurenoberdasarkan Satuan Medan
NO Satuan Medan Kriteria Skor1 A-F1-Pmk Sangat Berpotensi 52 A-F1-Sw Sangat Berpotensi 53 A-F1-Tgl Sangat Berpotensi 54 A-F2-Sw Berpotensi 45 A-F3-Pmk Sedang 36 A-F3-Sw Sedang 37 A-F3-Tgl Sedang 38 B-F1-Pmk Sedang 39 B-F3-Kb Sedang 310 B-F3-Pmk Sedang 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
11 B-F3-Tgl Sedang 312 B-F4-Pmk Tidak Berpotensi 213 B-F4-Tgl Tidak Berpotensi 214 C-F3-Pmk Sedang 315 C-F3-Tgl Sedang 316 C-F4-Ht Tidak Berpotensi 217 C-F4-Pmk Tidak Berpotensi 218 C-F4-Tgl Tidak Berpotensi 219 D-F4-Pmk Tidak Berpotensi 220 D-F4-TK Tidak Berpotensi 221 D-S1-Tgl Sangat Tidak Berpotensi 122 E-S1-Tgl Sangat Tidak Berpotensi 123 F-S1-TK Sangat Tidak Berpotensi 124 F-S1-Tgl Sangat Tidak Berpotensi 1
Sumber: Analisis data, tahun 2014
e. Kejadian Banjir
Dalam setiap tahun ada 16,66% daerah diwilayah Kecamatan Bureno
yang terkena banjir lebih dari 3 kali (sawah/ permukiman penduduknya).
Kejadian banjir tersebut diperoleh dari data sekunder dan data primer.
Data sekunder didapat dari peta bencana banjir Kabupaten Bojonegoro
yang dikeluarkan oleh BNPB sedangkan untuk data primer diperoleh
dengan survey lapangan dengan menggunakan teknik wawancara dengan
masyarakat sekitar. Pembagian wilayah yang terdampak banjir
diklasifikasikan menjadi 5 yaitu: belum pernah, pernah, sedang, sering,
sangat sering. Seperti halnya kondisi fisiografi suatu lahan akan
berpengaruh pada dampak banjir. Wilayah yang berada pada ketinggian
tertentu akan memiliki dampak yang minimum dibandingkan pada wilayah
yang landai atau berdekatan dengan sumber air. Pembagian wilayah
kejadian banjir dapat dilihat pada tabel berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Tabel 29. Data Kejadian Banjir Kecamatan Baurenoberdasarkan Satuan Medan
NO Satuan Medan Kriteria Skor1 A-F1-Pmk Sangat sering 52 A-F1-Sw Sangat sering 53 A-F1-Tgl Sangat sering 54 A-F2-Sw Sering 45 A-F3-Pmk Cukup sering 36 A-F3-Sw Sering 47 A-F3-Tgl Cukup sering 38 B-F1-Pmk Sangat sering 59 B-F3-Kb Jarang 210 B-F3-Pmk Jarang 211 B-F3-Tgl Jarang 212 B-F4-Pmk Tidak pernah 113 B-F4-Tgl Tidak pernah 114 C-F3-Pmk Tidak pernah 115 C-F3-Tgl Tidak pernah 116 C-F4-Ht Tidak pernah 117 C-F4-Pmk Tidak pernah 118 C-F4-Tgl Tidak pernah 119 D-F4-Pmk Tidak pernah 120 D-F4-TK Tidak pernah 121 D-S1-Tgl Tidak pernah 122 E-S1-Tgl Tidak pernah 123 F-S1-TK Tidak pernah 124 F-S1-Tgl Tidak pernah 1
Sumber: Analisis data, tahun 2014
Berdasarkan Peta Kejadian Banjir Kecamatan Baureno, wilayah
yang jarang atau bahkan tidak pernah terjadi banjir adalah Desa
Sumuragung, Gajah, Gunungsari, Baureno, Sraturejo, Banjaran, Pasinan
dan Blongsong. Sedangkan wilayah yang menjadi langganan bajir adalah
Desa Kalisari, Desa Tanggungan, Desa Lebaksari, Desa Kadungrejo dan
Desa Pucangarum. Untuk lebih jelasnya persebaran wilayah kejadian
banjir Kecamatan Baureno tahun 2014 adalah berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Setelah dilakukan pengharkatan (skoring) pada tiap- tiap komponen
di atas, langkah selanjutnya adalah melakuakan overlay semua data yang
ada. Data yang di-overlay adalah data curah hujan, data kemiringan lereng,
data tutupan lahan, data genangan air dan data kejadian banjir. Masing-
masing skor ditambahkan dan kemudian diklasifikasi sehingga akan
muncul kelas wilayah kerawanan banjir yang ada di Kecamatan Baureno.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel overlay berikut ini:
Tabel 30.Overlay Tingkat Kerawanan Banjir Kecamatan Baureno
berdasarkan Satuan Medan
NoSatuanMedan
Skoring Kerawanan BanjirTotalSkor Klasifikasi KelasCurah
HujanTutupanLahan
KemiringnLereng
Genangnair
KejdianBanjir
1 A-F1-Pmk 1 5 5 5 5 21 Rawan 4
2 A-F1-Sw 1 4 5 5 5 20 Rawan 4
3 A-F1-Tgl 1 3 5 5 5 19 Rawan 4
4 A-F2-Sw 1 4 5 4 4 18 Rawan 4
5 A-F3-Pmk 1 5 5 3 3 17 Sedang 3
6 A-F3-Sw 1 4 5 3 4 17 Sedang 3
7 A-F3-Tgl 1 3 5 3 3 15 Sedang 3
8 B-F1-Pmk 1 5 5 3 5 19 Rawan 4
9 B-F3-Kb 1 3 5 3 2 14 Sedang 3
10 B-F3-Pmk 1 5 5 3 2 16 Sedang 3
11 B-F3-Tgl 1 4 5 3 2 15 Sedang 3
12 B-F4-Pmk 1 5 5 2 1 14 Sedang 3
13 B-F4-Tgl 1 3 5 2 1 12 KurangRawan
2
14 C-F3-Pmk 1 5 5 3 1 15 Sedang 3
15 C-F3-Tgl 1 3 5 3 1 13 Sedang 3
16 C-F4-Ht 1 2 5 2 1 11 KurangRawan
2
17 C-F4-Pmk 1 5 5 2 1 14 Sedang 3
18 C-F4-Tgl 1 3 5 2 1 12 KurangRawan
2
19 D-F4-Pmk 1 5 4 2 1 13 Sedang 3
20 D-F4-TK 1 2 4 2 1 10 KurangRawan
2
21 D-S1-Tgl 1 3 4 1 1 10 KurangRawan
2
22 E-S1-Tgl 1 3 3 1 1 9 KurangRawan
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
23 F-S1-TK 1 2 3 1 1 8 KurangRawan
2
24 F-S1-Tgl 1 3 3 1 1 9 KurangRawan
2
Sumber: Analisis data, tahun 2014
Berdasarkan data tabel di atas, dapat diketahui bahwa persebaran
wilayah tingkat kerawanan bencana banjir di Kecamatan Baureno cukup
bervariatif. Setiap parameter dilakukan pengharkatan dengan poin 1- 5 dengan
asumsi dasar semakin banyak skor maka memiliki pengaruh yang besar dan
juga sebaliknya. Setelah dilakukan scoring, maka selajutnya adalah
melakukan analisis data dengan cara tabulasi dan menambah tiap hasil scoring
dalam tiap parameter. Hasil penambahan dalam tabulasi tersebut yang
dijadikan dasar dalam menentukan wilayah rawan bencana. Semakin besar
nilai skor maka memiliki arti bahwa tingkat kerawanannya semakin tinggi.
Sehingga hasil dari analisis tabulasi diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 31. Tingkat Kerawanan Banjir Kecamatan Baureno
No Tingkat Kerawanan Jumlah satuan medan Kelas
1. Kurang Rawan 8 2
2. Sedang 11 3
3. Rawan 5 4
Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat kerawanan banjir di
Kecamatan Baureno terdiri dari 3 kategori yaitu: kurang rawan, sedang dan
rawan. Jika disesuaikan dengan jumlah satuan medan yang termasuk kategori
dominan adalah pada tingkat sedang karena terdapat 11 satuan medan.
Sedangkan tingkat kurang rawan terdapat di 8 satuan medan dan yang paling
kecil adalah tingkat rawan yang memiliki jumlah 5 satuan medan. Tingkat
kerawanan tertinggi paling banyak terdapat di wilayah sempadan sungai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
2. Persepsi Masyarakat Terhadap Upaya Pengurangan Dampak Banjir
Data hasil penelitian untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap
upaya pengurangan dampak banjir diperoleh dengan menggunakan teknik
wawancara atau kuesioner. Kuesioner untuk mengetahui Persepsi Masyarakat
terhadap Upaya Pengurangan Dampak banjir ini, kemudian diolah dengan
memeriksa jawaban dari respoden, setelah itu hasilnya di skorkan dan
difrekuensi dengan menggunakan teknik tabulasi. Data yang ada dalam
kuesioner meliputi antara lain: Identitas responden, pengetahuan tentang
upaya pengurangan dampak banjir, skala sikap tentang upaya pengurangan
dampak banjir dan tindakan terhadap upaya pengurangan dampak banjir.
Berikut merupakan deskripsi dari data hasil kuesioner:
a. Identitas Responden
1) Usia Responden
Identitas yang pertama dalam penelitian ini adalah usia responden.
Untuk usia responden dapat dilihat pada Tabel 32 dibawah ini:
Tabel 32. Usia Responden
Umur (tahun) Frekuensi Prosentase %15- 1920- 2425- 2930- 3435- 3940- 4445- 4950- 5455- 5960- 64
21110134122723245
1,538,407,639,923,059,1620,6117,5618,323,82
Total 131 100,00%Sumber: Kecamatan Baureno Dalam Angka Tahun 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Berdasarkan tabel di atas, responden yang paling banyak yaitu
yang berumur 45– 49 tahun dengan frekuensi 27 orang dengan
persentase 20,61%. Pada rentangan usia ini penduduk masih dalam
usia produktif. Jadi responden lebih bisa berfikir rasional dan sesuai
dengan fakta dalam menjawab. Sedangkan responden yang paling
sedikit adalah pada usia 15- 19 dengan frekuensi 2 orang dan
prosentase 1,53%. Peneliti mengambil dari tingkat berbagai umur agar
mendapatkan data yang lebih bervariatif. Peneliti masih mengambil
responden pada usia diatas 60 tahun, karena dianggap mereka yang
lebih berpengalaman dan memiliki rekam jejak terkait dengan bencana
banjir yang ada di sekitar tempat tinggal mereka.
2) Jenis Kelamin
Jenis kelamin responden pada penelitian ini dapat dilihat pada
tabel 33 sebagai berikut :
Tabel 33. Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)Laki - lakiPerempuan
6170
46,9 %53,1 %
Total 131 100Sumber: Masyarakat Kecamatan Baureno
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa responden paling
banyak adalah dari jenis kelamin perempuan yaitu berjumlah 70 orang
dengan persentase 53,1%. Hal ini disebabkan karena peneliti banyak
menemukan responden perempuan dibandingkan responden laki-laki,
karena penduduk laki-laki masih banyak yang bekerja atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
melaksanakan aktifitas pada siang hari. Di samping itu peneliti ingin
mengetahui sejauh mana persepsi (pengetahuan) responden perempuan
dalam upaya pengurangan dampak banjir.
3) Pendidikan Responden
Pendidikan responden dalam penelitian ini adalah pendidikan
terakhir yang ditempuh oleh responden. Pendidikan responden dapat
di lihat pada tabel 34 berikut:
Tabel 34. Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)SDSMPSMAPerguruan Tinggi
50264411
38,519,933,38,3
Total 131 100Sumber: Masyarakat Kecamatan Baureno
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan
responden yang paling banyak adalah tingkat SD yaitu 50 orang
responden. Hal ini di karenakan responden yang kebetulan peneliti
temui pada umumnya adalah kaum perempuan (ibu rumah tangga)
yang hanya mengenyam pendidikan pada tingkat SD saja.
4) Pekerjaan
Pekerjaan pada penelitian ini terdiri dari petani, buruh tani, PNS,
wiraswasta, dan selain yang disebut di atas atau dalam angket disebut
lainnya. Pekerjaan responden dalam penelitian dapat dilihat pada tabel
35 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Tabel 35. Jenis Pekerjaan Responden
Jenis pekerjaan Frekuensi Persentase (%)Petani / PeternakBuruh taniPNSWiraswastaLainnya
41836614
31,26,32,15010,4
Total 131 100Sumber: Masyarakat Kecamatan Baureno
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa jenis
pekerjaan yang paling banyak pada data responden adalah Wiraswasta
yaitu berjumlah 66 jiwa dengan persentase 50%. Para responden yang
mempunyai pekerjaan sebagai wiraswastawan ini umumnya juga
mempunyai pekerjaan sampingan beternak atau bertani. Pekerjaan
tersebut dilakukan guna menambah penghasilan keluarga.
b. Persepsi (pengetahuan, sikap, tindakan) Masyarakat terhadap Upaya
Pengurangan Dampak Banjir di Kecamatan Baureno
Persepsi masyarakat terhadap upaya pengurangan banjir di
Kecamatan Baureno ini meliputi:
1) Pengetahuan
Pengetahuan masyarakat Baureno terhadap upaya pengurangan
dampak banjir ini adalah tingkat pengetahuan masyarakat terhadap
upaya pengurangan dampak banjir, yang meliputi: a). Pengetahuan/
mengetahui, b). Pemahaman/ memahami, c). Penerapan/ menerapkan,
d). Penjabaran/ menjabarkan, e). Penyusunan/ menyusun, f). Penilaian/
menilai tentang pengetahuan terhadap upaya pengurangan dampak
banjir di Kecamatan Baureno.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
a) Pengetahuan/ mengetahui
Tingkat pengetahuan ini diklasifikasikan atau dikategorikan
ke dalam empat tingkatan kategori yaitu: sangat tahu,tahu, cukup
tahu,dan tidak tahu. Frekuensi masing-masing kategori tersebut,
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 36 berikut:
Tabel 36. Pengetahuan tentang upaya pengurangan dampak banjirNo Kategori Frekuensi Persentase (%)1.2.3.4.
Sangat tahuTahuCukup tahuTidak tahu
36463712
27,135,428,19,4
Jumlah 131 100Sumber: Masyarakat Kecamatan Baureno
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang
berjumlah 46 jiwa dari 131 responden yang telah tahu tentang
upaya pengurangan dampak banjir dengan persentase berjumlah
35,4%. Pengetahuan tentang upaya pengurangan dampak banjir
serta merawat lingkungan sekitar tempat tinggal warga.
Pengetahuan tersebut telah didapatkan dari penyuluhan didesa
maupun di kecamatan. Penyuluhan tersebut biasanya berisi tentang
pengetahuan (informasi dan materi) tentang upaya pengurangan
dampak banjir serta upaya pelestarian lingkungan
b) Pemahaman tentang upaya pengurangan dampak banjir
Pemahaman ini merupakan tingkatan dimana seseorang
mampu menjelaskan dan menafsirkan dengan benar hal-hal yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
diketahuinya. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 37
berikut:
Tabel 37. Pemahaman tentang upaya pengurangan dampak banjir
No Kategori Frekuensi Persentase (%)1.2.3.4.
Sangat tahuTahuCukup tahuTidak tahu
25524411
18,839,633,38,3
5. Jumlah 131 100Sumber: Masyarakat Kecamatan Baureno
Masyarakat paham tentang upaya pengurangan dampak
banjir, hal ini terlihat pada tabel diatas yaitu responden yang
berjumlah 52 jiwa atau 39,6% tahu dan paham. Responden
menganggap dirinya tahu tentang langkah dan teknik dalam upaya
pengurangan dampak banjir dengan mampu menyebutkan,
menjelaskan tentang upaya pelestarian lingkungan serta sebab dan
dampak dari adanya banjir.
c) Penerapan/ aplikasi dari pengetahuan tentang pelaksanaan
upaya pengurangan dampak banjir.
Penerapan merupakan kemampuan masyarakat untuk
menggunakan materi yang telah didapat dalam kehidupan sehari-
hari. Pertanyaan yang terdapat pada kuesioner, dalam hal
penerapan ini dapat menunjukkan kemampuan responden dalam
menggunakan atau mengaplikasikan pengetahuannya dalam bentuk
kegiatan terhadap upaya pengurangan dampak banjir. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 38 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Tabel 38. Penerapan pengetahuan tentang upaya pengurangandampak banjir
No Kategori Frekuensi Persentase (%)1.2.3.4.
Sangat tahuTahuCukup tahuTidak tahu
50571410
38,543,810,47,3
5. Jumlah 131 100Sumber: Masyarakat Kecamatan Baureno
Dari adanya penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan didesa
maupun di kecamatan oleh pejabat yang berwewenang (dari BPBD
Kabupaten Bojonegoro), maka masyarakat antusias untuk segera
melakukan apa yang telah didapat dari penyuluhan tersebut. Ini
dibuktikan bahwa mereka telah menerapkan nya dalam kehidupan
sehari-hari yaitu cara pengurangan dampak banjir. Hampir
setengah dari jumlah seluruh responden, yaitu 57 orang tahu
tentang hal tersebut diatas dengan persentase 43,8%. Dari data di
atas yang berjumlah 50 orang atau 38,5% sudah sangat tahu
tentang cara pengaplikasian teknik-teknik dalam upaya
pengurangan dampak banjir.
d) Penjabaran/ analisis tentang upaya pengurangan dampak banjir
Penjabaran merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau subyek dalam komponen-komonen. Komponen-
komponen yang dimaksud adalah usaha dalam upaya pengurangan
dampak banjir, lebih jelasnya bisa dilihat dalam tabel 39 berikut:
Tabel 39. Penjabaran tentang upaya pengurangan dampak banjirNo Kategori Frekuensi Persentase (%)1.2.
Sangat tahuTahu
2744
20,833,4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
3.4.
Cukup tahuTidak tahu
3723
28,117,7
5. Jumlah 131 100Sumber: Masyarakat Kecamatan Baureno
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
masyarakat bisa menjabarkan tentang kondisi geografis desa,
termasuk didalamnya iklim (yaitu kondisi curah hujannya, jenis
tanah, struktur tanah, sungai yang menyebabkan banjir limpasan)
dan usaha pengurangan dampak banjir yang cocok dilakukan
menurut kondisi geografis desa tersebut, serta alat apa saja yang
harus disediakan untuk melakukan usaha pengurangan dampak
banjir. Dari 44 orang responden, mereka menjawab tahu tentang
hal tersebut diatas dengan persentase 33,4%.
e) Penyusunan (sintesis) usaha–usaha dalam upaya pengurangan
dampak banjir.
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru yaitu dalam hal penyusunan. Masyarakat
mampu menyusun usaha-usaha dalam upaya mengurangi dampak
banjir. Untuk lebih jelasnya pada tabel 40 sebagai berikut:
Tabel 40. Penyusunan (sintesis) usaha-usaha dalampengurangan dampak
No Kategori Frekuensi Persentase (%)1.2.3.4.
Sangat tahuTahuCukup tahuTidak tahu
19752512
14,657,318,89,3
Jumlah 131 100Sumber: Masyarakat Kecamatan Baureno
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa
masyarakat yang berjumlah 12 orang tidak tahu tentang bagaimana
menyusun teknik-teknik dalam upaya pengurangan dampak banjir,
sehingga persentse dari adanya kategori tersebut berjumlah 9,3%.
Hal ini juga dipengaruhi oleh kurang menyebar luasnya informasi
tentang upaya pengurangan dampak banjir terutama pada usaha
penyusunannya. Upaya tersebut seperti pendanaan untuk
membangun tanggul Sungai Bengawan Solo yang diberikan oleh
pemerintah Kabupaten Bojonegoro. Disisi lain masyarakat tahu
tentang hal tersebut diatas yaitu berjumlah 75 orang responden
dengan persentase 57,3%. Jadi, lebih dari separoh dari responden
tahu cara penyusunan teknik pengurangan dampak banjir.
f) Penilaian (evaluasi) terhadap upaya pengurangan dampak
banjir.
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Dalam
hal ini evaluasi dilakukan untuk menilai hasil dari upaya
pengurangan dampak banjir. Masyarakat selalu berupaya untuk
tidak rugi terlalu banyak jika banjir datang, maka mereka selalu
bekerja keras dan optimal untuk melakukan upaya pengurangan
dampak banjir agar hasilnya maksimal.
Tabel 41. Penilaian (evaluasi) terhadap upaya pengurangandampak banjir
No Kategori Frekuensi Persentase(%)1. Sangat tahu 36 27,1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
2.3.4.
TahuCukup tahuTidak tahu
561920
42,714,615,6
Jumlah 131 100Sumber: Masyarakat Kecamatan Baureno
Dari tabel di atas untuk kategori tahu, memiliki frekuensi 56
orang responden sehingga memiliki presentase 42,7%. Dari data
tersebut bahwa masyarakat tahu jika melakukan upaya
pengurangan dampak banjir tersebut akan berhasil jika dilakukan
dengan usaha yang optimal. Ini sama halnya seperti diatas bahwa
mereka tidak akan kehilangan harta benda dan nyawa jika tidak
melakukan langkah-langkah yang sudah ada.
Dari enam tingkatan pengetahuan tentang upaya pengurangan
dampak banjir di atas, dapat dibuat rentang skor dalam pengklasifikasian
pengetahuan. Dari adanya klasifikasi atau rentang skor tersebut dapat
diketahui tingkatan pengetahuan masyarakat tentang upaya pengurangan
dampak banjir. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 42 dibawah ini:
Tabel 42. Rentang skor Pengetahuan
No Rentang skor Kategori1.2.3.4.
17 - 2930 – 4243 – 5556 – 68
Rendah / tidak tahuCukup tinggi / cukup tahuTinggi / tahuSangat tinggi/ sangat tahu
Pada tabel diatas menunjukkan klasifikasi dari tingkat pengetahuan
pada persepsi masyarakat tentang upaya pengurangan dampak banjir, yang
mana pada tabel tersebut diatas, responden dengan rentang skor 17 – 29
memiliki kategori rendah, perhitungan ini dimulai dari jumlah soal yaitu
17 butir kuesioner pengetahuan. Dari 17 butir soal tersebut dikali skor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
tertinggi yaitu 4, dan didapatkan rentang skor, sehingga hasil rentang skor
tersebut diatas diperoleh 4 kategori. Skor 30- 42 termasuk kategori cukup
tinggi, skor 43- 55 termasuk kategori tinggi dan skor 56- 68 termasuk skor
sangat tinggi. Berdasarkan data kuesioner, pengetahuan masyarakat
terhadap banjir adalah berikut ini:
Tabel 43. Data Responden Skor Pengetahuan
NO Nama Responden TingkatKerawanan Banjir
TotalSkor
Kategori
1. Sri Lestari Sedang 55 Tinggi/ Setuju2. Agus Sugito Sedang 55 Tinggi/ Setuju3. Erma Sedang 58 Tinggi/ Setuju4. Yan Sedang 59 Tinggi/ Setuju5. Petrus Susanto Rawan 45 Cukup Tinggi6. Ani Rusilawati Rawan 47 Cukup Tinggi7. Hasan Kurang Rawan 62 Tinggi/ Setuju8. Abdul Hadat Kurang Rawan 58 Tinggi/ Setuju9. Edi Kurang Rawan 58 Tinggi/ Setuju10. Jaelani Sedang 58 Tinggi/ Setuju11. Yusuf Sedang 55 Tinggi/ Setuju12. Ahmadi Sedang 55 Tinggi/ Setuju13. Abdul Salam Sedang 55 Tinggi/ Setuju14. Isah Sedang 54 Tinggi/ Setuju15. Sum Sedang 58 Tinggi/ Setuju16. Suripni Sedang 59 Tinggi/ Setuju17. Wariah Sedang 60 Tinggi/ Setuju18. Waginem Kurang Rawan 56 Tinggi/ Setuju19. Joko Saryano Kurang Rawan 39 Cukup Tinggi20. Sutrisno Rawan 56 Tinggi/ Setuju21. Musro Abdullah Rawan 58 Tinggi/ Setuju22. Husein Rawan 59 Tinggi/ Setuju23. Atun Sedang 55 Tinggi/ Setuju24. Sumeidi Sedang 55 Tinggi/ Setuju25. Sumini Sedang 55 Tinggi/ Setuju26. Iswanto Sedang 60 Tinggi/ Setuju27. Yuni Sedang 60 Tinggi/ Setuju28. Arif Sedang 61 Tinggi/ Setuju29. Anwar Sedang 66 Tinggi/ Setuju30. Sumiyem Sedang 56 Tinggi/ Setuju31. Parno Sedang 54 Tinggi/ Setuju32. Selamet Widodo Sedang 60 Tinggi/ Setuju33. Wuryanto Sedang 60 Tinggi/ Setuju34. Sri Hartanti Sedang 60 Tinggi/ Setuju35. Purwoko Sedang 61 Tinggi/ Setuju36. Suminah Sedang 62 Tinggi/ Setuju37. Sarpo Sedang 62 Tinggi/ Setuju38. Yayuk Sedang 56 Tinggi/ Setuju39. Tumino Rawan 43 Cukup Tinggi40. Yanto Rawan 48 Cukup Tinggi41. Widodo Rawan 61 Tinggi/ Setuju42. Abdullah Sedang 48 Cukup Tinggi43. Hadi Purwanto Sedang 63 Tinggi/ Setuju
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
44. Sri Rawan 64 Tinggi/ Setuju45. Sulis Rawan 65 Tinggi/ Setuju46. Sukamto Sedang 63 Tinggi/ Setuju47. Sri Pujiati Sedang 60 Tinggi/ Setuju48. Anik Winami Sedang 60 Tinggi/ Setuju49. Nur Sedang 60 Tinggi/ Setuju50. Aswiyah Sedang 61 Tinggi/ Setuju51. Santi Sedang 57 Tinggi/ Setuju52. Warsito Sedang 57 Tinggi/ Setuju53. Sri Harjono Sedang 57 Tinggi/ Setuju54. Narto Sedang 58 Tinggi/ Setuju55. Suprapto Sedang 55 Tinggi/ Setuju56. Sukadi Sedang 54 Tinggi/ Setuju57. Katim Sedang 55 Tinggi/ Setuju58. Maryani Sedang 55 Tinggi/ Setuju59. Wahyudi Sedang 38 Cukup Tinggi60. Maulana Sedang 55 Tinggi/ Setuju61. Budi Purnomo Sedang 63 Tinggi/ Setuju62. Waluyo Sedang 60 Tinggi/ Setuju63. Sulung Kurang Rawan 61 Tinggi/ Setuju64. Salim Kurang Rawan 61 Tinggi/ Setuju65. Sri Lestari Sedang 64 Tinggi/ Setuju66. Sri Mulyani Sedang 65 Tinggi/ Setuju67. Nanik Sedang 64 Tinggi/ Setuju68. Agus Sumarno Sedang 74 Sangat Tinggi69. Agung Sedang 78 Sangat Tinggi70. Parmin Sedang 67 Tinggi/ Setuju71. Giatno Sedang 57 Tinggi/ Setuju72. Mustofa Kurang Rawan 57 Tinggi/ Setuju73. Sri Hastu Kurang Rawan 57 Tinggi/ Setuju74. Latief Kurang Rawan 57 Tinggi/ Setuju75. Sriyani Sedang 56 Tinggi/ Setuju76. Ratna Helina Sedang 55 Tinggi/ Setuju77. Zainal Abidin Sedang 58 Tinggi/ Setuju78. Bagus Sukodri Sedang 57 Tinggi/ Setuju79. Joko Pitoyo Sedang 60 Tinggi/ Setuju80. Anastasia W Sedang 60 Tinggi/ Setuju81. Gadsea Patora Pitoyo Sedang 62 Tinggi/ Setuju82. Sixma Nasta Pitoyo Sedang 62 Tinggi/ Setuju83. Sugiyono Sedang 63 Tinggi/ Setuju84. Yuni Tasmiati Sedang 61 Tinggi/ Setuju85. Yohanes Prabowo Sedang 40 Cukup Tinggi86. Rochmad Sedang 60 Tinggi/ Setuju87. Abdul Mufid Sedang 60 Tinggi/ Setuju88. Aprilia Hapsari Sedang 60 Tinggi/ Setuju89. Bayu Arya Sedang 63 Tinggi/ Setuju90. Joko Susilo Sedang 63 Tinggi/ Setuju91. Eno Prastyo Ramadhan Sedang 64 Tinggi/ Setuju92. Januar Prasetyo Sedang 60 Tinggi/ Setuju93. Gama Darmaputra Sedang 60 Tinggi/ Setuju94. Supriadi Sedang 43 Cukup Tinggi95. Suryo Hadi Sumitro Sedang 73 Sangat Tinggi96. Ardhana Cahaya H. Kurang Rawan 55 Tinggi/ Setuju97. Kasdiono Kurang Rawan 55 Tinggi/ Setuju98. Wibi Setiawan Sedang 54 Tinggi/ Setuju99. Ilham Budi R Sedang 54 Tinggi/ Setuju100. Wiyudha Betha Dinaragis Sedang 54 Tinggi/ Setuju
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
101. Muh. Choiril Anwar Sedang 56 Tinggi/ Setuju102. Hasyimi Rafsanjani Sedang 57 Tinggi/ Setuju103. Yogiswara Manitis Aji Sedang 54 Tinggi/ Setuju104. Aji Christian Sedang 62 Tinggi/ Setuju105. Karsini Sedang 61 Tinggi/ Setuju106. Erwan Nugroho Rawan 60 Tinggi/ Setuju107. Nimas Nastiti Putri Sedang 48 Cukup Tinggi108. Sri Sulastri Sedang 54 Tinggi/ Setuju109. Fatoni Sedang 55 Tinggi/ Setuju110. Anton Robani Sedang 54 Tinggi/ Setuju111. Farah Rachmawati Sedang 55 Tinggi/ Setuju112. Gandung Jayadi Sedang 59 Tinggi/ Setuju113. Savitri Ayuningtyas Sedang 57 Tinggi/ Setuju114. Riandika Argatya Rawan 56 Tinggi/ Setuju115. Rifqi Galih Sedang 57 Tinggi/ Setuju116. Tri Febriyanto Sedang 55 Tinggi/ Setuju117. Dewi Ayu Pitaloka Sedang 56 Tinggi/ Setuju118. M. Arief Fathurochman Sedang 57 Tinggi/ Setuju119. Henrian Rizki P. Sedang 56 Tinggi/ Setuju120. Cynthia Purnama Rawan 65 Tinggi/ Setuju121. Radit putra Widi Sedang 61 Tinggi/ Setuju122. Zuvita Nurul Sedang 50 Cukup Tinggi123. Yohana Savitri Sedang 70 Sangat Tinggi124. Darwito Sedang 46 Cukup Tinggi125. Anggi Murtiningrum Sedang 55 Tinggi/ Setuju126. Monita Silvia Anggraini Sedang 56 Tinggi/ Setuju127. Rizky Fatmala Furi Sedang 59 Tinggi/ Setuju128. Artika Windianarti Sedang 60 Tinggi/ Setuju129. Sayekti Hadiati Sedang 60 Tinggi/ Setuju130. Taufan Dwi J. Sedang 62 Tinggi/ Setuju131. Nanik Galih Sedang 62 Tinggi/ Setuju
Sumber: Analisis data Tahun 2014
Data responden di atas kemudian dikelompokkan berdasarkan
frekuensi dan prosentase. Berdasarkan persebaran data skor pengetahuan
di atas akan diperoleh kriteria tingkat pengetahuan masyarakat terhadap
banjir. Data klasifikasi tingkat pengetahuan masyarakat terhadap upaya
pengurangan dampak banjir tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 44. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang upayapengurangan dampak banjir
NoTingkat
KerawananTingkat
pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
1. Rawan Sangat tinggi 0 0,00Tinggi 9 6,87Cukup tinggi 4 3,05
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
2. Sedang Sangat tinggi 4 3,05Tinggi 95 72,52Cukup tinggi 7 5,34
3. Kurang Rawan Sangat tinggi 0 0,00Tinggi 11 8,40Cukup tinggi 1 0,76Jumlah 131 100
Sumber: Masyarakat Kecamatan Baureno
Tabel di atas menunjukkan komparasi antara tingkat kerawanan
banjir dengan tingkat pengetahuan masyarakat terhadap upaya
penanggulangan banjir. Data di atas menunjukkan bahwa prosentase
paling besar terdapat pada wilayah kerawanan sedang dengan tingkat
pengetahuan tentang upaya pengurangan dampak banjir yang tinggi yaitu
sebesar 72,52%. Pada dasarnya tingkat kerawanan wilayah tidak ada
pengaruhnya dengan tingkat pengetahuan. Hal ini terbukti bahwa pada
wilayah tingkat “rawan” tingkat pengetahuan masyarakat masih tergolong
rendah yaitu hanya 6,87 %. Sedangkan untuk tingkat wilayah “kurang
rawan” tingkat pengetahuan masyarakat justru mencapai 8,40%. Kondisi
tersebut menunjukkan bahwa persebaran masyarakat yang dominan pada
wilayah kerawanan “sedang” mempengaruhi tingkat pemahaman
masyarakat yang tinggi. Sehingga dapat diketahui bahwa masyarakat
memiliki variasi yang beragam dan tidak melihat pada tingkat kerawanan
banjir. Kondisi ini dipengaruhi oleh latar belakang masyarakat, tingkat
pendidikan dan sosiokultur masyarakat.
2) Persepsi (sikap) masyarakat terhadap upaya pengurangan dampak
banjir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Sikap merupakan suatu respon terhadap stimulus sosial yang telah
terkondisikan. Dalam persepsi (tentang sikap ini) memiliki 3 indikator
yaitu: a). pemahaman terhadap pengurangan dampak banjir, b). perasaan
terhadap upaya pengurangan dampak banjir, c). kecenderungan berbuat
dalam upaya pengurangan dampak banjir.
a) Pemahaman terhadap upaya pengurangan dampak banjir
Pemahaman di bentuk dari adanya suatu kepercayaan terhadap
keadaan yang bisa dilihat maupun yang dialami. Berdasarkan apa
yang telah dilihat itu, kemudian terbentuk suatu ide dan gagasan
mengenai sifat dan karakteristik umum suatu obyek. Pemahaman
tentang upaya pengurangan dampak banjir lebih lengkapnya dapat
dilihat pada tabel 45 berikut:
Tabel 45. Pemahaman terhadap upaya pengurangan dampak banjir
No Kategori Frekuensi Persentase (%)1.2.3.4.
Sangat setujuSetujuCukup setujuTidak setuju
4074117
30,356,28,35,2
Jumlah 131 100Sumber : Masyarakat Kecamatan Baureno
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat paham
akan adanya upaya pengurangan dampak banjir serta upaya dalam
menjaga kelestarian lingkungan. Bisa dibuktikan dalam pernyataan
responden yang lebih memilih setuju dengan frekuensi 74 orang
responden dengan persentase 56,2%. Sikap yang menunjukkan bahwa
masyarakat paham terhadap upaya pengurangan dampak banjir adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
dengan membangun tanggul sederhana yang terbuat dari tanah hasil
swadaya masyarakat desa. Tanggul tersebut di pertinggi agar bisa
menampung air Bengawan Solo jika meluap pada musim penghujan
dan melindungi permukiman penduduk sekitar DAS Bengawan Solo.
b) Perasaan terhadap upaya pengurangan dampak banjir
Perasaan merupakan masalah emosional subjektif seseorang
terhadap suatu obyek yaitu berupa sikap. Pada penelitian ini sikap
responden dapat diukur dengan menggunakan opsi seperti pada tabel
36 di atas. Hal ini berguna untuk mengetahui sejauh mana sikap dan
perasaan mereka setelah adanya banjir dan setelah melaksanakan
upaya pengurangan dampak banjir. Hal ini dapat dilihat pada tabel 46
berikut:
Tabel 46. Perasaan terhadap upaya pengurangan dampak banjir
No Kategori Frekuensi Persentase (%)1.2.3.4.
Sangat setujuSetujuCukup setujuTidak setuju
5066114
38,550,18,33,1
Jumlah 131 100Sumber: Masyarakat Kecamatan Baureno
Berdasarkan tabel diatas dapat di ketahui bahwa responden
setuju dengan adanya usaha pengurangan dampak banjir. Jumlah dari
responden yang menyatakan sutuju adalah 66 orang responden dengan
persentase 50,1%. Berarti setengah dari jumlah responden merasa
atau percaya jika dengan adanya penyuluhan atau penerapan teknik
dalam upaya pengurangan dampak banjir akan memberikan manfaat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
yang besar pada kehidupan warga. Upaya ini juga bisa
menyembuhkan rasa trauma warga terhadap bencana, seperti takut dan
gelisah, dapat juga sebagai terapi psikis untuk masyarakat korban
banjir yang masih terganggu kejiwaannya tersebut.
c) Kecenderungan berbuat untuk melakukan upaya pengurangan
dampak banjir.
Kecenderungan berbuat atau disebut dengan kecenderungan
berperilaku merupakan suatu sikap yang menunjukkan bagaimana
seseorang berperilaku berkaitan dengan obyek yang dihadapinya.
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam tabel 47 berikut:
Tabel 47. Kecenderungan berbuat untuk melakukan upayapengurangan dampak banjir
No Kategori Frekuensi Persentase (%)1.2.3.4.
Sangat setujuSetujuCukup setujuTidak setuju
19762214
14,658,316,710,4
Jumlah 131 100Sumber: Masyarakat Kecamatan Baureno
Pada tabel diatas responden yang berjumlah 76 orang dengan
persentase 58% menyatakan setuju dengan adanya usaha dalam
mengurangi dampak banjir. Mereka memiliki alasan bahwa upaya
tersebut membawa dampak yang baik untuk kehidupan mereka.
Dengan adanya upaya tersebut bisa merubah pemikiran masyarakat
yang masih bersikap pasrah dan yang masih mempertahankan nilai
kemasyarakatannya. Sisi lain responden ada yang menyatakan tidak
setuju yaitu berjumlah 14 orang responden dengan persentase 10,4%.
Alasan beberapa responden memilih pernyataan tersebut karena warga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
merasa desa tempat tinggalnya memang langganan banjir setiap tahun
pada musim penghujan. Jadi tidak ada manfaat apapun juga jika
dilakukan upaya pengurangan dampak banjir, karena harta benda akan
tetap tenggelam dan dampaknya sama dengan tahun sebelumnya.
Pengukuran sikap masyarakat ini menggunakan pilihan atau
kategori sangat setuju, setuju, cukup setuju, dan tidak setuju. Rentang
skor pada masing-masing bentuk sikap masyarakat dapat dilihat pada
tabel 48 berikut:
Tabel 48. Rentang skor sikap masyarakat terhadap upayapengurangan dampak banjir
No Rentang skor / klasifikasi Kategori1.2.3.4.
20 – 3536 – 5152 – 6768 – 80
Rendah / tidak setujuCukup tinggi / cukup setujuTinggi / setujuSangat tinggi / sangat setuju
Sumber: Hasil penghitungan Penulis
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan klasifikasi dari tingkat
sikap responden terhadap upaya pengurangan dampak banjir, pada
tabel tersebut diatas responden dengan rentang skor 20- 35 memiliki
kategori rendah, perhitungan ini dimulai dari jumlah soal yaitu 20
butir kuesioner sikap. Dari 20 butir soal tersebut dikali skor tertinggi
yaitu 4 sehingga hasil rentang skor tersebut diperoleh 4 kategori.
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan instrumen
kuesioner tingkat skor sikap masyarakat terhadap dampak banjir
cukup bervariasi. Sebagian besar masyarakat tergolong pada tingkat
kategori tinggi atau setuju dengan adanya sikap untuk menekan
dampak banjir yang ada diwilayahnya. Untuk lebih jelasnya data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
responden pada skor sikap masyarakat terhadap dampak banjir adalah
sebagai berikut:
Tabel 49. Data Responden Skor Sikap
NO Nama Responden TingkatKerawanan Banjir
TotalSkor Kategori
1. Sri Lestari Sedang 55 Tinggi/ Setuju2. Agus Sugito Sedang 55 Tinggi/ Setuju3. Erma Sedang 58 Tinggi/ Setuju4. Yan Sedang 59 Tinggi/ Setuju5. Petrus Susanto Rawan 45 Cukup Tinggi6. Ani Rusilawati Rawan 47 Cukup Tinggi7. Hasan Kurang Rawan 62 Tinggi/ Setuju8. Abdul Hadat Kurang Rawan 58 Tinggi/ Setuju9. Edi Kurang Rawan 58 Tinggi/ Setuju10. Jaelani Sedang 58 Tinggi/ Setuju11. Yusuf Sedang 55 Tinggi/ Setuju12. Ahmadi Sedang 55 Tinggi/ Setuju13. Abdul Salam Sedang 55 Tinggi/ Setuju14. Isah Sedang 54 Tinggi/ Setuju15. Sum Sedang 58 Tinggi/ Setuju16. Suripni Sedang 59 Tinggi/ Setuju17. Wariah Sedang 60 Tinggi/ Setuju18. Waginem Kurang Rawan 56 Tinggi/ Setuju19. Joko Saryano Kurang Rawan 39 Cukup Tinggi20. Sutrisno Rawan 56 Tinggi/ Setuju21. Musro Abdullah Rawan 58 Tinggi/ Setuju22. Husein Rawan 59 Tinggi/ Setuju23. Atun Rawan 69 Sangat Tinggi24. Sumeidi Rawan 70 Sangat Tinggi25. Sumini Rawan 70 Sangat Tinggi26. Iswanto Rawan 75 Sangat Tinggi27. Yuni Kurang Rawan 48 Cukup Tinggi28. Arif Kurang Rawan 45 Cukup Tinggi29. Anwar Sedang 66 Sangat Tinggi30. Sumiyem Sedang 56 Sangat Tinggi31. Parno Sedang 54 Tinggi/ Setuju32. Selamet Widodo Sedang 60 Tinggi/ Setuju33. Wuryanto Sedang 60 Tinggi/ Setuju34. Sri Hartanti Sedang 60 Tinggi/ Setuju35. Purwoko Sedang 61 Tinggi/ Setuju36. Suminah Sedang 62 Tinggi/ Setuju37. Sarpo Sedang 62 Tinggi/ Setuju38. Yayuk Kurang Rawan 39 Cukup Tinggi39. Tumino Rawan 43 Cukup Tinggi40. Yanto Rawan 48 Cukup Tinggi41. Widodo Rawan 61 Tinggi/ Setuju42. Abdullah Sedang 48 Cukup Tinggi43. Hadi Purwanto Sedang 63 Tinggi/ Setuju44. Sri Rawan 64 Tinggi/ Setuju45. Sulis Rawan 65 Tinggi/ Setuju46. Sukamto Sedang 63 Sangat Tinggi47. Sri Pujiati Sedang 60 Sangat Tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
48. Anik Winami Sedang 60 Sangat Tinggi49. Nur Sedang 60 Tinggi/ Setuju50. Aswiyah Sedang 61 Tinggi/ Setuju51. Santi Sedang 57 Tinggi/ Setuju52. Warsito Sedang 57 Tinggi/ Setuju53. Sri Harjono Sedang 57 Tinggi/ Setuju54. Narto Sedang 58 Tinggi/ Setuju55. Suprapto Sedang 55 Tinggi/ Setuju56. Sukadi Sedang 54 Tinggi/ Setuju57. Katim Sedang 55 Tinggi/ Setuju58. Maryani Sedang 55 Tinggi/ Setuju59. Wahyudi Sedang 38 Cukup Tinggi60. Maulana Sedang 55 Tinggi/ Setuju61. Budi Purnomo Sedang 63 Tinggi/ Setuju62. Waluyo Sedang 60 Tinggi/ Setuju63. Sulung Kurang Rawan 61 Tinggi/ Setuju64. Salim Kurang Rawan 61 Tinggi/ Setuju65. Sri Lestari Sedang 64 Tinggi/ Setuju66. Sri Mulyani Sedang 65 Tinggi/ Setuju67. Nanik Sedang 64 Tinggi/ Setuju68. Agus Sumarno Sedang 74 Sangat Tinggi69. Agung Sedang 78 Sangat Tinggi70. Parmin Kurang Rawan 76 Sangat Tinggi71. Giatno Kurang Rawan 70 Sangat Tinggi72. Mustofa Kurang Rawan 57 Tinggi/ Setuju73. Sri Hastu Kurang Rawan 57 Tinggi/ Setuju74. Latief Kurang Rawan 57 Tinggi/ Setuju75. Sriyani Rawan 74 Sangat Tinggi76. Ratna Helina Rawan 74 Sangat Tinggi77. Zainal Abidin Sedang 58 Tinggi/ Setuju78. Bagus Sukodri Sedang 57 Tinggi/ Setuju79. Joko Pitoyo Sedang 60 Tinggi/ Setuju80. Anastasia W Sedang 60 Tinggi/ Setuju81. Gadsea Patora Pitoyo Sedang 62 Tinggi/ Setuju82. Sixma Nasta Pitoyo Sedang 62 Tinggi/ Setuju83. Sugiyono Sedang 63 Tinggi/ Setuju84. Yuni Tasmiati Sedang 61 Tinggi/ Setuju85. Yohanes Prabowo Sedang 40 Cukup Tinggi86. Rochmad Rawan 75 Cukup Tinggi87. Abdul Mufid Rawan 72 Cukup Tinggi88. Aprilia Hapsari Rawan 70 Cukup Tinggi89. Bayu Arya Sedang 63 Tinggi/ Setuju90. Joko Susilo Sedang 63 Tinggi/ Setuju91. Eno Prastyo Ramadhan Sedang 64 Tinggi/ Setuju92. Januar Prasetyo Sedang 60 Tinggi/ Setuju93. Gama Darmaputra Sedang 60 Tinggi/ Setuju94. Supriadi Sedang 43 Cukup Tinggi95. Suryo Hadi Sumitro Sedang 73 Sangat Tinggi96. Ardhana Cahaya H. Kurang Rawan 55 Tinggi/ Setuju97. Kasdiono Kurang Rawan 55 Tinggi/ Setuju98. Wibi Setiawan Rawan 71 Sangat Tinggi99. Ilham Budi R Rawan 71 Sangat Tinggi100. Wiyudha Betha Dinaragis Kurang Rawan 68 Sangat Tinggi101. Muh. Choiril Anwar Kurang Rawan 74 Sangat Tinggi102. Hasyimi Rafsanjani Kurang Rawan 68 Sangat Tinggi103. Yogiswara Manitis Aji Sedang 54 Tinggi/ Setuju104. Aji Christian Sedang 62 Tinggi/ Setuju
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
105. Karsini Sedang 61 Tinggi/ Setuju106. Erwan Nugroho Rawan 60 Tinggi/ Setuju107. Nimas Nastiti Putri Sedang 48 Cukup Tinggi108. Sri Sulastri Sedang 54 Tinggi/ Setuju109. Fatoni Sedang 55 Tinggi/ Setuju110. Anton Robani Sedang 54 Tinggi/ Setuju111. Farah Rachmawati Sedang 55 Tinggi/ Setuju112. Gandung Jayadi Sedang 59 Tinggi/ Setuju113. Savitri Ayuningtyas Sedang 57 Tinggi/ Setuju114. Riandika Argatya Rawan 56 Tinggi/ Setuju115. Rifqi Galih Sedang 57 Tinggi/ Setuju116. Tri Febriyanto Sedang 55 Tinggi/ Setuju117. Dewi Ayu Pitaloka Sedang 56 Tinggi/ Setuju118. M. Arief Fathurochman Sedang 57 Tinggi/ Setuju119. Henrian Rizki P. Sedang 56 Tinggi/ Setuju120. Cynthia Purnama Rawan 65 Tinggi/ Setuju121. Radit putra Widi Sedang 61 Tinggi/ Setuju122. Zuvita Nurul Sedang 50 Cukup Tinggi123. Yohana Savitri Sedang 70 Sangat Tinggi124. Darwito Sedang 46 Cukup Tinggi125. Anggi Murtiningrum Sedang 55 Tinggi/ Setuju126. Monita Silvia Anggraini Sedang 56 Tinggi/ Setuju127. Rizky Fatmala Furi Sedang 59 Tinggi/ Setuju128. Artika Windianarti Sedang 60 Tinggi/ Setuju129. Sayekti Hadiati Rawan 70 Tinggi/ Setuju130. Taufan Dwi J. Rawan 72 Tinggi/ Setuju131. Nanik Galih Rawan 70 Tinggi/ Setuju
Sumber: Analisis data Tahun 2014
Berdasarkan data tabulasi kuesioner di atas, maka dapat
dihasilkan rentang tingkat sikap masyarakat terhadap upaya
pengurangan dampak banjir. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel
tingkat skala sikap masyarakat terhadap upaya pengurangan dampak
banjir sebagai berikut:
Tabel 50. Tingkat skala sikap masyarakat tentang upayapengurangan dampak banjir
NoTingkat
KerawananTingkatSikap Frekuensi Persentase (%)
1. Rawan Sangat tinggi 8 6,11Tinggi 12 9,16Cukup tinggi 7 5,34
2. Sedang Sangat tinggi 9 6,87Tinggi 68 51,91Cukup tinggi 7 5,34
3. Kurang Sangat tinggi 5 3,82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
Rawan Tinggi 11 8,40Cukup tinggi 4 3,05Jumlah 131 100
Sumber: Masyarakat Kecamatan BaurenoBerdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa masyarakat
dengan tingkat kerawanan “sedang” memiliki tingkat sikap yang
tinggi terhadap upaya penaggulangan dampak banjir yaitu mencapai
51,91%. Hal ini berbeda dengan kondisi yang ada di tingkat
kerawanan “rawan” dan “kurang rawan” yang masing- masing
prosentase tertinggi adalah 9,61% dan 8,40%. Latar belakang
masyarakat yang bervariasi mempengaruhi tingkat pemahaman
masyarakat. Seperti halnya tingkat kerawanan terhadap bencana banjir
masyarakat yang idealnya semakin tinggi resiko bencana, maka sikap
masyarakat untuk penanggulanganya juga semakin tinggi. Masyarakat
Kecamatan Baureno pada umumnya memiliki sikap yang tinggi
terhadap potensi dan dampak banjir yang hampir terjadi sepanjang
tahun. Sehingga dikarenakan mayoritas masyarakat berada pada
wilayah dengan tingkat kerawanan “sedang” maka pada wilayah itulah
mereka memiliki tingkat sikap yang tinggi terhadap dampak bencana
banjir. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat
memiliki sikap yang tinggi terhadap upaya pengurangan dampak
banjir, khususnya berada pada tingkat wilayah kerawanan “sedang”.
3) Tindakan Masyarakat Terhadap Upaya Pengurangan Dampak
Banjir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
Tindakan masyarakat terhadap upaya pengurangan dampak banjir
bisa diketahui melalui beberapa tahapan yaitu: a). Usaha atau cara
responden dalam menjaga kelestarian lingkungan, b). Pelaksanaan upaya
pengurangan dampak banjir, c). Upaya – upaya dalam mengurangi dampak
banjir. Untuk lebih lengkapnya dapat di lihat pada penjelasan di bawah ini.
a) Usaha atau cara responden dalam menjaga kelestarian lingkungan
Usaha dalam menjaga kelestarian lingkungan merupakan upaya
yang sangat penting atau pokok dalam mengurangi dampak banjir.
Maka usaha-usaha apa saja yang dilakukan masyarakat daerah banjir
untuk menjaga kelestarian lingkungan dapat dilihat pada tabel 51
berikut:
Tabel 51. Upaya atau cara responden dalam menjaga kelestarianlingkungan
No Jawaban FrekuensiTingkat
Kerawanan1.
2.
3.
4.5.
6.
7.
8.9.
10.
Reboisasi / melaksanakan tanamseribu pohonTidak membuang sampahsembaranganTidak menebang pohonsembarangan / tebang pilihTanggulnya dipertinggiMembedakan sampah organikdengan non organikMenumbuhkan kader-kader mudadi lingkungan setempat (sebagaipenggerak kelestarian lingkunganhidup).Edukasi pada khalayak umumtentang bahaya banjirMenjaga kebersihanMenanam tanaman di tanggulsungaiMenggali dasar sungai agarsemakin dalam dan tidak banjir.
37
39
22
101
1
1
38
9
Sedang
Sedang
KurangRawanRawanSedang
Sedang
KurangRawanRawanSedang
KurangRawan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Jumlah 131Sumber: Masyarakat Kecamatan Baureno
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
tentang upaya pelestarian lingkungan sangat tinggi. Sebagai bukti
terdapat beberapa responden mampu menyebutkan berbagai macam
jawaban yang bervariasi yaitu dengan melaksanakan penanaman
seribu pohon (reboisasi) sampai pada menggali dasar sungai agar
semakin dalam dan tidak banjir. Masyarakat merasa jika usaha
tersebut membawa dampak bagi lingkungan tempat tinggal mereka
yaitu dapat menanggulangi banjir.
b) Pelaksanaan upaya pengurangan dampak banjir
Pengetahuan diatas merupakan usaha kognitif untuk mengetahui
jawaban tentang sejauh mana pengetahuan masyarakat tentang sebab
dan dampak yang timbul akibat banjir. Untuk kuesioner selanjutnya
adalah penerapan dari kuesioner sebelumnya yaitu kecenderungan
atau kemauan masyarakat untuk melakukan usaha pengurangan
dampak banjir, yaitu pada tabel 52 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
Tabel 52. Pelaksanaan dalam upaya pengurangan dampak banjir
No Pilihan Jawaban FrekuensiTingkat
Kerawanan1.2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.9.
10.
Meninggikan pondasi rumahPenyuluhan petugas kesehatansebelum dan sesudah banjirMembuat rak dari bambu,mengungsi di sekolah- sekolahterdekat, membuat atap dari corsemenMembuang sampah padatempatnya dan melakukanpenghijauan disekitar rumah.Membuat tanggul sederhanadipinggir sungaiMelakukan pelestarian lingkungan,seperti menjaga kebersihanlingkungan sekitar dari sampahorganik maupun an- organikMembayar uang untuk swadayapembangunan tanggul sungaiMembuat gubuk didepan rumahMembantu pemerintah dalammengeruk dasar sungai (agar dalamdan tidak banjir)Mengikuti penyuluhan, ini karenakewajiban
3118
26
3
3
3
15108
15
SedangSedang
KurangRawan
Rawan
Rawan
Rawan
Sedang
RawanKurangRawan
Sedang
Jumlah 131
Sumber: Masyarakat Kecamatan Baureno
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar
dari responden telah melakukan usaha dalam mengurangi dampak
banjir. Berbagai variasi jawaban telah dijabarkan responden. Upaya
dalam mengurangi dampak banjir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
Kuesioner selanjutnya merupakan tindak lanjut dari kuesioner
sebelumnya yaitu kemauan dan kecenderungan masyarakat untuk
berbuat. Maka kuesioner ini menjelaskan tentang penerapan upaya
pengurangan dampak banjir yang dilakukan oleh masyarakat di
Kecamatan Baureno, dapat dilihat pada tabel 53 berikut:
Tabel 53. Upaya Dalam Pengurangan Dampak Banjir
No Pilihan Jawaban Frekuensi TingkatKerawanan
1.2.3.4.5.6.
7.8.
9.
10.11.
12.
13.
14.
15.16.
17.
18.
19.
Penyuluhan kepada masyarakatPenghijauanPembuatan rakPembenahan atap rumahMeja ditumpuk- tumpukMembuat perahu sederhana/membuat gethekan (perahu) daribambu sederhanaBersiap- siap menghadapi banjirSemakin tahu tentang upayapengurangan dampak banjirMempertinggi tanggul sungai/tangkisPersiapan obat- obatanMemindahkan barang ke tempatyang lebih tinggiMembuat gubuk untuk tempatberlindungPindah rumah lebih tinggi dariBengawan SoloMembuang sampah pada TPA(Tempat Pembuangan Akhir)Menjaga kelestarian lingkunganMembuat saluran air/ membuatsumur resapan /membuat gorong-gorong.Melakukan pelatihan pengungsian.(upaya penyelamatan diri).Membuat tanggul dari pasirditempatkan di kantong yang terbuatdari bahan plastik.Menyimpan surat-surat penting
1121711924
11
3
131
9
5
5
11
8
4
3
SedangSedangSedangSedangRawanRawan
SedangSedang
Rawan
SedangRawan
KurangRawanKurangRawanRawan
SedangSedang
Rawan
Rawan
SedangSumber: Masyarakat Kecamatan Baureno
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat
Kecamatan Baureno dalam melaksanakan upaya pengurangan dampak
banjir itu paling banyak melakukan pembuatan perahu sederhana yang
terbuat dari bambu. Hal ini memiliki fungsi sebagai sarana dalam
penyelamatan (mengungsi) jika banjir datang nantinya. Responden
yang menjawab tersebut yaitu berjumlah 131 orang. Upaya yang
kedua adalah pembuatan rak bertingkat yang juga terbuat dari bambu,
hal ini berfungsi untuk menyimpan barang (meletakkan ) lebih tinggi
agar tidak terkena/ terendam air banjir.
Temuan Penelitian
a) Pengetahuan masyarakat terhadap upaya pengurangan dampak
banjir
Pengetahuan masyarakat terhadap upaya pengurangan dampak
banjir itu tinggi, yakni masyarakat tidak hanya menjawab tahu saja
tetapi masyarakat mampu menguraikan dan menjabarkan beberapa
jawaban yang bervariasi yang berkaitan dengan jawaban kuesioner
serta menunjukkan bukti nyata jika mereka telah melakukan upaya
pengurangan dampak banjir. Masyarakat mendapatkan informasi
tentang upaya pengurangan dampak banjir tersebut dari penyuluhan
atau sosialisasi dari perangkat desa.
b) Sikap Masyarakat dalam Upaya Pengurangan Dampak Banjir
Adanya Pengetahuan yang tinggi dari masyarakat seimbang
dengan sikap masyarakat yang tinggi juga. Sikap tersebut terbukti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
dari adanya variasi jawaban dalam wawancara yaitu responden banyak
yang memilih setuju dan juga memberikan alasan yang tepat dan
mendasar. Masyarakat juga aktif mengikuti penyuluhan yang diadakan
oleh perangkat desa. Masyarakat merasa atau percaya jika dengan
adanya penyuluhan dan penerapan teknik dalam upaya pengurangan
dampak banjir akan memberikan manfaat yang besar pada kehidupan
masyarakat, juga dapat menghilangkan sikap yang pasrah dan
menyembuhkan penyakit psikis dan mental pasca bencana.
c) Tindakan Masyarakat dalam Upaya Pengurangan dampak Banjir
Tindakan masyarakat terhadap upaya pengurangan dampak
banjir juga tinggi. Kecenderungan masyarakat untuk melakukan upaya
pengurangan dampak banjir karena didorong keinginan untuk
mendapatkan kehidupan yang layak dan bisa menekan kerugian dari
bencana banjir.
3. Implementasi Pembelajaran di Sekolah
Hasil penelitian mengenai wilayah tingkat kerawanan banjir dan
persepsi masyarakat terhadap upaya pengurangan dampak banjir nantinya
dibuat produk pembelajaran. Pengemasan komponen pembelajaran yang
disusun secara komprehensif yang dikenal sebagai Subject Specific
Pedagogy (SSP). Produk inilah yang akan dijadikan sebagai bahan ajar
kontekstual dan berbasis scientific approach. Namun dalam pengemasanya
tidak seluruhnya hasil penelitian ini dimuat dalam bahan ajar, namun diseleksi
terlebih dahulu agar sesuai dengan kapasitas anak didik kelas VII SMPN 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
Baureno. Untuk lebih jelasnya hasil penyusunan produk pembelajaran SSP
dapat dilihat pada lampiran 6, 7 dan 8 yang terletak paling belakang
penyusunan tesis ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
C. Pembahasan
1. Tingkat Kerawanan Banjir
Kecamatan Baureno mempunyai topografi berupa daerah perbukitan
dan daerah dataran rendah yaitu 89,85% berada pada ketinggian dibawah 26
mdpl dan 10,15% berada pada ketinggian datas 26 mdpl. Dengan kemiringan
antara 0 - 3% dengan areal seluas 5.416,5 ha di wilayah ini mengalami
sedimentasi yang tinggi di sepanjang Sungai Bengawan Solo karena kecepatan
aliran sungai yang rendah. Sungai utama yang melintasi Kecamatan Baureno
adalah Bengawan Solo. Sungai ini terutama dimanfaatkan airnya untuk
keperluan irigasi dan keperluan air bersih bagi penduduk di Kecamatan
Baureno. Selain itu sungai ini juga berfungsi sebagai drainase utama
Kecamatan Baureno. Permasalahan utamanya adalah luapan air pada saat
hujan. Seperti pada umumnya daerah di sekitar Bengawan Solo, Kecamatan
Baureno juga mengalami bencana banjir akibat meluapnya air sungai tersebut.
Pada pembahasan sebelumnya diketahui bahwa Kecamatan Baureno
memiliki 3 kategori kerawanan bencana banjir yang tersebar hampir di setiap
wilayahnya. Kategori tersebut adalah kurang rawan yang menguasai 8 satuan
medan, kategori sedang menguasai satuan medan sebanyak 11 sedangkan
kategori rawan menguasai sebanyak 5 satuan medan. Kategori wilayah rawan
bencana banjir diketahui dengan menggunakan metode scoring/ pengharkatan.
Termasuk kategori rawan apabila masuk kelas skor 4, kategori sedang apabila
masuk skor 3, sedangkan kategori kurang rawan menempati kelas skor 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
Kategori tingkat kerawanan bencana banjir di Kecamatan Baureno
Kabupaten Bojonegoro secara detil dapat di jelaskan sebagai berikut:
a. Tingkat Kerawanan Kurang
Pada wilayah dengan tingkat kerawanan kurang rawan terdapat 8
karakter satuan medan yaitu: B-F4-Tgl, C-F4-Ht, C-F4-Tgl, D-F4-TK, D-
S1-Tgl, E-S1-Tgl, F-S1-TK dan F-S1-Tgl. Pada wilayah ini mencapai
tingkatan luas yang kecil yaitu sekitar 5% dari total wilayah Kecamatan
Baureno. Untuk menentukan tingkat kerawanan ini diperoleh dengan cara
pengharkatan dengan nilai skor 2. Pada wilayah ini didominasi pada
topografi yang cenderung lebih tinggi. Berdasarkan analisis satuan medan
dapat diketahui bahwa ketinggian pada wilayah ini cukup bervariasi yaitu
antara 14- 26 sampai 66- 78 mdpl. Walaupun ada beberapa yang berada di
ketinggian rendah namun wilayah dengan tingkat kerawanan kurang
didominasi oleh tingkat wilayah tinggi. Hal ini akan mempengaruhi bentuk
lahan berupa teras bawah dan teras atas yang menyebabkan wilayahnya
kurang berdampak dengan bencana banjir. Tutupan lahan yang ada di
wilayah ini didominasi oleh tegalan, hutan dan tanah kosong.
Dilihat dari sisi administratif wilayah dengan tingkat kerawanan
kurang berada di Desa Gunungsari, Desa Gajah bagian selatan, Desa
Sumuragung bagian utara, Desa Blongsong bagian utara, Desa Sraturejo
bagian utara, Desa Pasinan bagian selatan dan Desa Banjaran bagian
timur. Desa Gunungsari memiliki kenampakan yang unik, dikarenakan
memiliki bentuk lahan berupa perbukitan antiklinal yang tidak ditemukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
pada wilayah yang lain. Perbukitan antiklinal merupakan pegunungan
yang tersusun dari batuan plastis, terjadi atas unit-unit punggung lipatan.
Jenis batuan bentuklahan ini termasuk gamping yang memiliki tingkat
infiltasi tinggi terhadap air. Wilayah ini diduga merupakan satu kawasan
jajaran perbukitan kapur utara yang sering disebut Pebukitan Kendeng.
Dengan demikian wilayah ini termasuk kategori aman apabila terjadi
bencana banjir, karena karakteristik yang mudah meloloskan air dan
wilayahnya berada pada ketinggian yang cenderung lebih tinggi dan curam
dibandingkan dengan wilayah yang lain.
b. Tingkat Kerawanan Sedang
Pada tingkat kerawanan sedang wilayah Kecamatan Baureno cukup
mendominasi yaitu mencapai sekitar 87% dari total keseluruhan wilayah.
Berdasarkan kajian di tiap satuan medan Kecamatan Baureno memiliki
sebanyak 11 satuan medan yaitu: A-F3-Pmk, A-F3-Sw, A-F3-Tgl, B-F3-
Kb, B-F3-Pmk, B-F3-Tgl, B-F4-Pmk, C-F3-Pmk, C-F3-Tgl, C-F4-Pmk
dan D-F4-Pmk. Wilayah kerawanan sedang ini memiliki ketinggian yang
cukup bervariatif yaitu antara 1- 13 sampai 40- 52 mdpl. Ketinggian
menjadi indikator utama untuk menganalisis wilayah kerawanan, karena
berhubungan dengan laju karakteristik air yang berada di ketinggian
rendah. Bentuk lahan yang berada di wilayah kerawanan sedang adalah
dataran alluvial dan teras bawah. Bentuk lahan tersebut di simbolkan
dengan F3 dan F4, yang menujukkan wilayah dengan ketinggian yang
relatif sama datar. Selain itu karakteristik tutupan lahan pada wilayah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
kerawanan sedang cukup bervariasi yaitu: pemukiman, sawah, tegalan dan
kebun. Namun tutupan lahan di wilayah ini didominasi dengan
pemukiman sehingga dampak bencana banjir cukup besar.
Secara administratif cakupan wilayah kerawanan tingkat sedang
cukup besar yaitu: Desa Drajat, Desa Banjaranyar, Desa Ngemplak, Desa
Blongsong bagian selatan, Desa Karangdayu, Desa Pomahan, Desa
Sembung Lor, Desa Kauman, Desa Balireno, Desa Tojalu, Desa Baureno,
Desa Bumiayu, Desa Tulungagung, Desa Selorejo, Desa Tlogoagung
bagian selatan, Desa Sumuragung bagian selatan dan Desa Gunungsari
bagian utara. Tingkat kerawanan sedang memiliki nilai skor 3, yang
digunakan untuk menentukan kelas kerawanan bencana banjir. Dalam
menarik garis tingkat kerawanan tidak bisa disesuaikan dengan
admnistrasi desa, karena variable tingkat kerawanan yang terdiri dari curah
hujan, penggunaan lahan, kemiringan lereng, genangan air dan kejadian
banjir. Sehingga tingkat kerawanan memiliki persebaran yang berbeda-
beda di tiap desa dengan berbagai karakteristik perlakuan yang berbeda
pula.
c. Tingkat Rawan
Tingkat kerawanan bencana banjir menggunakan mapping unit
berupa satuan medan, hal ini memudahkan untuk menganalisis
karakteristik medan terutama dalam pengambilan sample untuk data banjir
secara fisik, klimatologis dan sosial. Setelah dilakukan penelitian lapangan
satuan medan Kecamatan Baureno berjumlah 24. Dari total 24 satuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
medan tersebut yang dikategorikan daerah rawan banjir ada 5 satuan
medan yaitu A- F1-Pmk, A-F1-Sw, A- F1-Tgl, A-F2-Sw dan B-F1-Pmk.
Berdasarkan bentuk lahan tersebut dapat dipastikan bahwa kategori rawan
didominasi oleh bentuk lahan dataran banjir karena berasosiasi langsung
dengan sungai utama yang menjadi penyumbang luapan banjir. Sungai
tersebut adalah Bengawan Solo yang membawa dampak banjir tidak hanya
pada lahan permukiman namun juga pada lahan sawah dan tegalan.
Secara administratif wilayah yang masuk kategori rawan bencana
banjir adalah Desa Kalisari, Desa Tanggungan, Desa Lebaksari, Desa
Kadungsari dan Pucangarum bagian utara. Dilihat dari luas wilayahnya
daerah rawan bencana kurang lebih menempati 8 % dari luas wilayah yang
tersebar sepanjang Bengawan Solo. Kaitannya dengan jumlah kerugian
tergantung dengan besarnya jumlah debit air yang melalui sempadan
sungai. Sepanjang tahun wilayah ini dapat dipastikan menjadi langganan
banjir karena bentuk lahan yang menjadi rumahnya air.
2. Persepsi Masyarakat terhadap Upaya Pengurangan Dampak Banjir
a. Pengetahuan Masyarakat terhadap Upaya Pengurangan Dampak Banjir
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dengan menggunakan
tabulasi dan analisis frekuensi, maka dapat diketahui bahwa secara umum
pengetahuan masyarakat Kecamatan Baureno tentang upaya pengurangan
dampak banjir itu tinggi. Pengetahuan masyarakat yang tinggi tersebut
tidak didukung oleh pendidikan yang tinggi, yakni banyak dari warga
hanya lulusan SD. Hal ini terbukti dari hasil presentase pada tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
pengetahuan masyarakat Kecamatan Baureno tentang usaha pengurangan
dampak banjir yaitu hampir 92% masyarakat memiliki kemampuan yang
tinggi.
Menurut Lakhar Bakornas PB (2007) Salah satu penyebab timbulnya
bencana di Indonesia adalah kurangnya pemahaman terhadap karakteristik
ancaman bencana. Hal ini dibuktikan dengan adanya usaha-usaha yang
telah msyarakat lakukan untuk mengurangi dampak banjir jika musim
penghujan tiba. Teknik yang masyarakat lakukan itu merupakan sebuah
bukti bahwa masyarakat tidak hanya tinggi dalam pengetahuan dan
pemahaman saja tentang pengurangan dampak banjir, tetapi juga
masyarakat mampu menerapkan pengetahuan serta pemahaman tersebut
dalam sebuah usaha nyata untuk kehidupan masyarakat sehari-hari.
Berdasarkan hasil wawancara, banyak informasi yang didapatkan
dari responden, baik masyarakat biasa, tokoh agama maupun perangkat
desa bahwa sebagian besar masyarakat desa mendapatkan pengetahuan
tentang pelestarian lingkungan serta upaya pengurangan dampak banjir itu
dari pengalaman masa lampau serta ditambah dengan adanya penyuluhan
dari perangkat desa. Dari adanya penyuluhan tersebut membuat
masyarakat desa semakin tahu dan paham tentang tata cara dan penerapan
dalam melaksanakan pelestarian lingkungan dan upaya pengurangan
dampak banjir.
Pengetahuan umum yang masyarakat peroleh dari pengalaman
sehari-hari serta adanya penyuluhan dari desa ini terkadang belum bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
menghilangkan kepercayaan yang masih melekat pada pemikiran
masyarakat sendiri. Sebagai bukti contoh yaitu jika ada orang masuk desa
ini, percaya atau tidak wajib untuk berpamitan dengan “penghuni” desa
atau sungai tersebut (makhluk yang tidak kasat mata). Masyarakat percaya
dengan adanya hal-ha mistis seperti itu, jika setiap tempat itu memiliki
penunggunya dan wajib untuk tidak mengusik dan bahkan
menghormatinya. Masyarakat beranggapan bahwa didunia ini tidak hanya
manusia saja yang tinggal, ternyata ada makhluk lain yang tinggal di
sekeliling kita yang tinggal di dunia lain. Penghormatan tersebut dengan
cara membuang uang receh (logam) dengan nominal berapa saja ke sungai,
cara ini memiliki tujuan untuk meminta ijin kepada pemilik air Sungai
Bengawan Solo untuk datang ke tempat tersebut.
Menurut Azwar (1988) bahwa kebudayaan mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan sikap. Kebudayaan telah menanamkan garis
pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah dan kebudayaan juga telah
mewarnai sikap anggota masyarakatnya. Bencana banjir yang sering
datang dan menggenang wilayah kecamatan Baureno ini merupakan hal
yang sudah biasa bagi masyarakat desa. Musibah yang sering terjadi pada
musim penghujan ini, tidak membuat masyarakat untuk tetap pasrah dan
tidak berbuat apapun untuk menanggulanginya. Meskipun banjir ini sudah
tidak dapat di tanggulangi atau dicegah, tetapi setidaknya masih bisa
dikurangi dampaknya. Pernyataan tersebut terlontar dari sebagian
responden yang diwawancarai . Hal ini dikarenakan banjir yang datang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
bukan merupakan banjir yang berakibat dari adanya kerusakan lingkungan
sekitar atau ulah masyarakat sekitar desa saja, tetapi banjir ini juga datang
karena merupakan banjir kiriman dari daerah hulu atau bisa juga air
kiriman dari Waduk Gajah Mungkur Wonogiri Jawa Tengah.
Masyarakat tahu dan paham tentang upaya pengurangan dampak
banjir yakni dengan menjaga kelestarian lingkungan, tetapi masyarakat
merasa usaha ini masih belum sepenuhnya bisa menanggulangi banjir,
melihat sendiri penyebab banjir tidak hanya karena adanya kerusakan
lingkungan saja tetapi karena curah hujan yang tinggi pada musim
penghujan. Didukung pula wilayah kecamatan Baureno ini merupakan
daerah hilir yang berdataran rendah sehingga rawan dampak (imbas) banjir
dari daerah hulu. Daerah hulu termasuk beberapa daerah sebelum
kabupaten Bojonegoro yaitu beberapa kabupaten di Jawa Tengah dan
beberapa kabupaten di Jawa Timur yang dilalui oleh sungai Bengawan
Solo (BPBD: 2008). Dari beberapa penyebab tersebut memunculkan
berbagai pendapat para responden, bahwa banjir ini tidak bisa
ditanggulangi dan dicegah keberadaannya, tetapi hanya dikurangi
dampaknya agar tidak banyak kerugian yang ditimbulkan dari bencana
banjir tersebut.
Bencana banjir terjadi pada bulan akhir dan awal tahun yaitu bulan
Desember, Januari serta Pebruari merupakan bulan yang memiliki curah
hujan tertinggi dalam kurun waktu 1 tahun. Masyarakat Kecamatan
Baureno juga sudah mengetahui sejak dulu jika pada bulan itu, mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
mulai siap siaga jika air banjir tersebut datang dan akan merusak
permukiman serta lahan pertanian. Maka sebelumnya masyarakat telah
melakukan banyak cara antisipasi untuk tidak terlalu banyak kerugian
yang ditimbulkan dari bencana tersebut. Jika bencana banjr tersebut tidak
bisa dipungkiri datangnya, maka masyarakat hanya bersikap pasrah dan
terima akan nasib. Sikap seperti itu membuat masyarakat kadang tidak
yakin dengan adanya keberhasilan suatu usaha dalam mengurangi dampak
banjir.
Usaha pemerintah kecamatan dan perangkat desa dalam mengatasi
masalah tersebut adalah dengan melakukan penyuluhan yang bertempat
dibalai desa, juga datang ke rumah warga. Hal ini bertujuan untuk
memberikan informasi kepada masyarakat berupa pengetahuan serta
pemahaman tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dalam
upaya pengurangan dampak banjir, bahkan sebagai motivator dalam
meyakinkan masyarakat yang masih terganggu psikis dan mentalnya
seperti trauma,takut, dan gelisah jika banjir datang lagi. Selain itu
masyarakat yang kurang tahu tentang bentuk usaha dalam mengatasi
kerugian dari dampak banjir seperti langkah sebelum datang banjir, waktu
banjir, dan sesudah banjir menjadi paham dan diharapkan bisa
menerapkannya dalam kehidupan.
Usaha yang dilakukan oleh pemerintah kecamatan dan perangkat
desa diatas merupakan sebagian kecil dari upaya pengurangan dampak
banjir, dan disini masyarakat sebagai subyek (pelakunya). Nampak bukti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
dari keberhasilan tersebut yakni masyarakat yang memiliki pendidikan
rendah seperti SD juga memiliki pengetahuan yang tinggi tentang upaya
pengurangan dampak banjir, termasuk di dalamnya upaya dalam
pelestarian lingkungan dan teknik dalam menekan kerugian, baik secara
riil maupun finansial.
Pengetahuan yang masyarakat peroleh itu diaplikasikan melalui
suatu perubahan pada setiap tahunnya. Pada banjir awal tahun 2008
masyarakat kurang begitu siap menghadapi banjir, karena banjir datang
sangat besar dan hampir 10 tahun tidak terjadi banjir sebesar ini. Banjir
datang tiba-tiba pada dini hari ketika masyarakat tertidur lelap. Pada tahun
2009 masyarakat sudah mulai siap menghadapi banjir, karena masyarakat
bisa mengaplikasikan teori dari sosialisasi sehingga pada saat tanggap
darurat, langkah pertama yang masyarakat ambil adalah mengungsi ke
tempat yang lebih tinggi dan kedesa yang tidak terkena banjir. Untuk
tahun-tahun berikutnya masyarakat di wilayah kecamatan Baureno lebih
siap dalam menghadapi banjir, karena masyarakat sudah melakukan upaya
pengurangan dampak banjir sebelum banjir .
Masyarakat di Kecamatan Baureno tidak hanya menguasai atau
mengerti tentang upaya pengurangan dampak banjir, tetapi juga mengerti
dan paham tentang fungsi , manfaat,serta dampak positif dan negatif dari
adanya Bengawan Solo tersebut dalam kehidupan mereka. Seperti
manfaat dari sungai Bengawa Solo yaitu sebagai sarana transportasi air,
sebagai sarana irigasi untuk pengairan lahan sawah masyarakat, dan jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
air dalam skala kecil ini sangat bermanfaat dalam menunjang aktifitas
sehari-hari, tetapi jika air datang dalam skala besar dan banyak , maka ini
yang dapat menyebabkan bencana dan membawa kerugian dalam
kehidupan orang disekitar. Hal ini membuat semakin yakin bahwa
masyarakat di kecamatan Baureno memiliki pengetahuan dan pemahaman
yang mumpuni tentang daerah yang rawan akan bencana banjir.
b. Sikap Masyarakat terhadap Upaya Pengurangan Dampak Banjir
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dengan menggunkan
tabulasi dan analisis frekuensi, maka dapat diketahui bahwa secara umum
sikap masyarakat Kecamatan Baureno terhadap upaya pengurangan
dampak dampak banjir itu tinggi. Sikap mereka yang tinggi terhadap
upaya pengurangan dampak banjir tersebut seperti halnya pada keterangan
pada sub pengetahuan diatas, yaitu sikap mereka yang tinggi tidak
didukung oleh pendidikan mereka yang tinggi yakni banyak dari mereka
hanya lulusan SD. Hal ini terbukti dari hasil persentase pada skala sikap
masyarakat desa terhadap usaha pengurangan dampak banjir yaitu hampir
88% masyarakat memiliki kemampuan yang tinggi.
Pengetahuan masyarakat yang tinggi seimbang dengan sikap yang
antusias terhadap upaya pengurangan dampak banjir yaitu dengan
mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh pemerintah kabupaten melalui
BPBD dan pemerintah kecamatan serta dibantu perangkat desa.
Penyuluhan tersebut biasanya berisi tentang manajemen bencana yang
didalamnya berupa upaya dalam mengurangi dampak banjir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
Dari adanya penyuluhan tersebut membuat masyarakat semakin
yakin dengan melakukan usaha pengurangan dampak banjir akan sedikit
mengurangi kerugian yang diakibatkan dari banjir. Menurut Kothadapani
(dalam Middlebrook, 1974) bahwa sekali kepercayaan itu telah terbentuk,
maka akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat
diharapkan dan apa yang tidak dapat diharapkan dari obyek tertentu.
Dengan demikian, interaksi serta prediksi akan pengalaman dimasa datang
akan lebih mempunyai arti dan keteraturan. Masyarakat juga banyak yang
antusias untuk datang mengikuti acara penyuluhan tersebut. Setelah
dilakukan wawancara kepada sebagian responden yaitu banyak diantara
mereka ingin menambah ilmu dan pengalaman. Tetapi sebagian kecil dari
masyarakat tidak antusias untuk mengikuti program dari desa tersebut,
dengan alasan yakni menyita waktu dalam bekerja dan bisa meminta
informasi atau bertanya kepada tetangga yang sudah mengikuti acara
tersebut.
Dari adanya upaya pengurangan dampak banjir itu membutuhkan
biaya yang tidak sedikit, yaitu untuk membangun tanggul secara
permanen. Disini Pemeritah Kabupaten setempat sebagai penyedia dana.
Masyarakat yang mampu juga tidak segan mengelurkan banyak biaya
untuk membantu program pemerintah tersebut. Sehingga, program itu
masih berjalan sampai sekarang yaitu pembangunan tanggul secara
permanen yaitu berbahan beton dengan memperbaiki tanggul sederhana
yang terbuat dari tanah. Masyarakat sekitar merupakan tenaga penggerak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
yaitu dengan sukarela membantu proses pembangunan tanggul sungai
Bengawan Solo.
Sikap yang menunjukkan masyarakat begitu antusias nya terhadap
usaha melestarikan lingkungan desa adalah dengan melaksanakan
“minggu bersih”. Program desa ini dilakukan setiap hari minggu dalam 1
bulan sekali. Program yang dibuat ini merupakan salah satu upaya
pengurangan dampak banjir, ini merupakan hal yang penting untuk
dilakukan, selain untuk menjaga kelestarian lingkungan agar tetap bersih
juga tetap menjaga kekompakan antar warga desa , terutama pada warga
setiap dusun .
Tujuan utama dari adanya usaha pengurangan dampak banjir adalah
untuk mengurangi sikap masyarakat yang selalu pasrah dan percaya
terhadap adanya takdir. Terbukti sebelum adanya banjir besar pada tahun
2008 dulu sering terjadi banjir dalam skala kecil, warga tidak melakukan
upaya apapun untuk mengatasi hal tersebut dan hanya bersikap pasrah
bahwa bencana banjir yang terjadi ini merupakan takdir dari Tuhan yang
tidak bisa dielakkan atau dilawan lagi.
Menurut Kothadapani (dalam Midllebrook, 1974) bahwa komponen
afektif menyangkut masalah emosional subyektif seseorang (atau
merupakan sesuatu obyek sikap). Secara umum, komponen ini disamakan
dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. Pada
umumnya, reaksi emosional yang merupakan komponen afektif ini,
banyak ditemukan oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
hal yang benar bagi obyek yang dimaksud. Dari adanya usaha ini
diharapkan masyarakat untuk tidak gelisah dan takut jika datang banjir,
karena masyarakat telah dibekali beberapa pengetahuan dan pengalaman
bagaimana mengatasi suatu bencana. Dari adanya persiapan tersebut
setidaknya masyarakat merasa lebih tenang dan siap dalam menghadapi
bencana yang akan datang nanti.
Program-program yang telah dibuat pemerintah kecamatan dan
perangkat desa ini merupakan suatu upaya untuk menghilangkan atau
merubah pemikiran masyarakat yang masih mempertahankan nilai
kemasyarakatannya yaitu masih percaya dengan adanya hal yang mistis
yaitu banjir ini datang karena Tuhan marah atau “penghuni” dari sungai
Bengawan Solo juga memberi pelajaran. Pemikiran ini diganti dengan
pembekalan pengalaman serta pengetahuan umum agar lebih rasional dan
logis dalam berfikir. Tidak hanya itu masyarakat yang kadang masih
mempertahankan nilai kemasyarakatannya yang lain, yaitu pada saat banjir
besar datang pada tahun 2008 tersebut, banyak warga yang tidak mau
mengungsi dan lebih memilih tinggal diatas atap rumah masing- masing.
Kelompok ini biasanya dari kaum laki – laki yang menjaga rumah mereka
dari penjarahan barang dan harta benda lain yang biasanya terjadi pada
malam hari. Selain di genting rumah, para kaum laki-laki ini lebih
memilih tinggal di atas tanggul untuk menjaga hewan ternak.
Adanya penyuluhan tersebut bertujuan untuk menghilangkan atau
merubah sikap masyarakat yang seperti diatas. Sebagai bukti pada tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
2009 yaitu ketika terjadi banjir di musim penghujan, rata-rata dari mereka
lebih memilih mengungsi bersama anak istri dan keluarga yang lain . Jadi,
dengan adaya program pemerintah tersebut bisa membawa dampak atau
perubahan yang baik bagi masyarakat desa. Warga masyarakat juga
mengharap kepada pemerintah setempat (Kecamatan Baureno) untuk
semakin meningkatkan kemajuan teknologi untuk upaya peringatan
dini”early warning”atau “early alarming”, seperti jika banjir akan datang
secepatnya langsung diperingatkan melalui pesan singkat atau SMS (Short
Message Service) “gateway”. Warga tidak perlu report untuk memberikan
informasi melalui pengeras suara mushola atau masjid. Dengan adanya
early alarming diharapkan dapat membantu dalam proses peringatan dini
saat banjir akan datang, juga dapat mengurangi rasa takut, gelisah dan
panik warga yang akan bersiap untuk mengungsi jika datang bahaya
bencana. Selanjutnya hal ini akan berdampak baik bagi warga .
Peran Pemerintah dalam menanggulangi bencana adalah Kebijakan
Pemerintah Pusat dalam mengalokasikan dana untuk penanggulangan
banjir di Indonesia. Kebijakan Pemerintah Jawa Timur meliputi:
Penanganan Sungai Bengawan Solo secara menyeluruh, mulai dari
pengerukan endapan sungai, Pembangunan tangkis, hingga pembenahan
DAS. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Gresik, Lamongan dan
Bojonegoro melakukan upaya penanggulangan banjir, dan kabupaten
Ngawi melakukan pengelolaan kawasan penyangga, sesuai Perda Nomor 2
tahun 1996 yang memfokuskan pada kawasan sekitar mata air dan pola
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
pemanfaatan tanaman kayu dan penerapan jasa lingkungan (Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bojonegoro, 2011).
Termasuk didalamnya ada upaya dalam memberikan informasi tentang
adanya bahaya banjir. Melalui SMS ke perangkat desa dari Pemerintah
Kabupaten, sehingga disebarkan melalui sms dari perangkat desa kepada
warga terutama ketua RT pada setiap dusun.
c. Tindakan Masyarakat terhadap Upaya Pengurangan Dampak Banjir
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dengan menggunakan
tabulasi dan analisis frekuensi, maka dapat diketahui bahwa secara umum
tindakan masyarakat Kecamatan Baureno terhadap upaya penguranagn
dampak banjir itu tinggi. Tindakan masyarakat yang tinggi terhadap upaya
pengurangan dampak tersebut seperti halnya pada keterangan pada
”pengetahuan” dan “sikap” diatas, yaitu sikap masyarakat yang tinggi
tidak didukung oleh pendidikan yang tinggi pula yakni banyak dari warga
hanya lulusan SD.
Tindakan masyarakat ini berupa upaya dalam pelestarian lingkungan
yakni beberapa upaya untuk mengurangi dampak banjir. Pengetahuan
tentang upaya yang dilakukan masyarakat tersebut dilakukan karena sudah
turun temurun (dari nenek moyang). Dari hasil wawancara terhadap
responden, bahwa masyarakat yang rumahnya dekat dengan Sungai
Bengawan Solo sudah sadar tentang cara memelihara dan menjaga
kelestarian lingkungan. Hal ini dilakukan dengan cara menanam rumput
atau tanaman di tepi tanggul sungai yang sederhana. Dikatakan sederhana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
karena tanggul ini dibangun tidak menggunakan semen atau beton,
melainkan tanah biasa dan di tinggikan 2 – 3 m. Tanggul sederhana
tersebut dibuat hasil dari swadaya masyarakat desa.
Sejenis rumput dan tanaman kayu tertentu, ditanam ditepi tanggul
agar dapat mengikat tanah dan air, ini bertujuan agat tanah tersebut tidak
bergerak, tergerus dan rusak jika terkena tekanan air (air banjir). Maka
dari adanya pelestarian lingkungan tersebut bisa menanggulangi dua
bencana yaitu banjir dan longsor. Usaha pelestarian lingkungan yang lain,
seperti tidak membuang sampah pada sungai dan pengerukan dasar sungai
dirasa masyarakat belum ada pengaruh apapun terhadap lingkungan
sekitar, jika musim penghujan tiba tetap saja debit air Bengawan Solo
bertambah sehingga menenggelamkan lahan sawah dan permukiman
warga. Tetapi masyarakat sadar dan tahu tentang upaya pelestarian
tersebut wajib dilakukan tidak hanya pada desa tetapi juga pada daerah
perkotaan serta hulu sungai Bengawan Solo. Usaha tersebut meliputi
upaya penghijauan/ melaksanakan penanaman 1000 pohon (reboisasi),
membuang sampah pada tempatnya/ tidak membuang sampah
sembarangan, menjaga tanggul agar tidak longsor dengan menanami
pohon atau tanaman rumput ditepinya dan menjaga kebersihan rumah.
Dalam melaksanakan upaya pelestarian lingkungan tersebut
masyarakat paham dan tahu tentang kondisi geografis dari desa tempat
tinggalnya ini. Jadi masyarakat bisa melakukan upaya dalam menjaga
kelestarian lingkungan dengan menggunakan pedoman keadaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
lingkungan sekitar untuk penyesuaiannya. Dari hasil wawancara pada
responden, dapat disimpulkan bahwa masyarakat tahu dan paham tentang
ciri – ciri kondisi desa tempat tinggal mereka yang rawan terhadap banjir.
Bahkan responden juga menjawab jika desa tempat tinggalnya merupakan
desa yang terletak didaerah hillir, sehingga datarannya rendah. Maka tidak
dipungkiri jika banjir akan menggenang sepanjang musim penghujan pada
bulan Desember, Januari, dan Pebruari.
Kecamatan Baureno merupakan salah satu kecamatan di
Kabupaten Bojonegoro yang berada di sepanjang daerah aliran sungai
Bengawan Solo, yang merupakan daerah dataran rendah. Bengawan Solo
mengalir dari selatan, menjadi batas alam dari Propinsi Jawa Tengah,
kemudian mengalir ke arah timur, disepanjang wilayah utara kabupaten
Bojonegoro. Bagian utara merupakan daerah aliran Sungai Bengawan Solo
yang cukup subur dengan pertanian yang ekstensif. Kawasan pertanian
umumnya ditanami padi pada musim penghujan dan tembakau pada
musim kemarau (Bojonegoro Dalam Angka 2013).
Ciri-ciri selanjutnya yaitu tanah yang tidak bisa menyerap air atau
permeabilitasnya rendah (daya serap terhadap air rendah). Tanahnya
berjenis alluvial yaitu tanah ini sebagian besar merupakan hasil
pengendapan dari daerah lain. Terdapat pada topografi dataran basin,
aliran sungai, lembah dataran banjir, dan daerah kaki pegunungan. Bahan
induk tanah berasal dari daerah yang beraneka ragam materialnya.
Warnah tanah kelabu, tekstur nya liat, struktur gumpal, konsentrasi keras,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
permeabilitas rendah, dan peka terhadap erosi. Jenis tanah yang kedua
yaitu tanah grumosol yaang mempunyai perkembangan profil, agak tebal,
tekstur lempung berat, struktur kersai (granular) dilapisan atas dan gumpal
hingga pejal dilapisan bawah. Konsistensi bila basah sangat lekat dan
platis bila kering, sanagt keras dan tanah retak – retak , umumnya bersifat
alkalis, kejenuhan basa dan kapasitas absorbs tinggi, permeabilitas lambat
dan peka erosi. Sehingga, tidak salah jika Bojonegoro ini dikatakan
dengan sebutan tanah bergerak karena ciri-ciri tanah yang terpapar diatas
selain itu juga berpotensi untuk longsor (Bojonegoro Dalam Angka, 2013).
Pemahaman dan penilaian suatu wilayah terutama bagi masyarakat
juga menjadi bagian penting dalam mengukur resiko yang diakibatkan
oleh banjir. Wilayah rawan banjir harus dapat dikaji dan dipetakan oleh
masyarakat agar masyarakat selalu siap siaga dalam mengurangi resiko
akibat banjir. Kemampuan masyarakat dalam mengumpulkan,
mengelompokkan dan mengkaji informasi dirinya sendiri tentang
pemetaan dan resiko banjir merupakan kekuatan sekaligus potensi yang
dimiliki oleh masyarakat dalam mengatasi banjir (Sea Defence Consultant:
2009). Beberapa karakteristik topografi atau kondisi fisik desa ini
merupakan penyebab utama banjir, pada saat musim penghujan. Selain itu
masyarakat sering gelisah jika musim penghujan tiba, karena takut tanggul
akan jebol dan banjir akan meluap menggenangi permukiman dan area
persawahan. Maka pada tahun 2010, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro
dibantu oleh Dinas atau Instansi terkait untuk membangun tanggul yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
terbuat dari beton. Pembangunan tanggul Sungai Bengawan Solo yang
permanen pada saat ini masih berlangsung dan baru sampai Desa Pucang
arum dan Desa Kadung Rejo.
Menurut Lakhar Bakornas PB (2007) Salah satu penyebab timbulnya
bencana di Indonesia adalah kurangnya pemahaman terhadap karakteristik
ancaman bencana. Sering kali seolah – olah bencana terjadi secara tiba-
tiba, sehingga masyarakat kurang siap menghadapi nya, akibatnya timbul
banyak kerugian bahkan korban jiwa. Dari penyebab banjir diatas
menimbulkan beberapa dampak yang cukup signifikan. Bahkan
menimbulkan beberapa perubahan baik segi fisik, sosial, ekonomi,
lingkungan desa maupun mental dari masyarakat desa sendiri.
Menurut Bakornas Penanganan Bencana (2007), dampak bencana
banjir akan terjadi pada beberapa aspek penduduk, aspek pemerintahan,
aspek ekonomi, aspek sarana prasarana dan aspek lingkungan. Setelah
dilakukan wawancara serta observasi lapangan diperoleh banyak informasi
tentang dampak dari adanya banjir yaitu dari segi fisik yaitu rusaknya
lahan sawah milik warga desa karena banjir menerjang habis lahan
persawahan dan menggenang selama hampir satu bulan pada awal tahun
2008 tersebut. Selain itu kerugian material seperti gagal panen karena
tanaman padi yang siap panen diterjang ludes oleh air banjir. Tidak hanya
itu, banyak infrastruktur desa yang rusak terutama kantor balai desa,
masjid, mushola, sekolah dan infrastruktur lain. Hal ini menyulitkan warga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
nanti jika setelah banjir surut, karena harus membangun lagi dan ini
membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Dari segi ekonomi yaitu dari gagalnya panen tersebut masyarakat
desa yang sebagian besar bermata pencaharian petani tersebut merasa
merugi karena pada bulan tersebut seharusnya panen dan mendapatkan
hasil dari bekerja menggarap sawah selama 3 bulan, dan pada saat banjir
datang tanaman warga habis. Hal inilah yang membuat ekonomi warga
desa semakin terpuruk pasca banjir. Serta hilangnya harta benda karena
hanyut dibawa arus air banjir yang deras, dan pada saat itu pula banyak
sekali penjarahan barang yang terjadi pada setiap rumah yang ditinggal
mengungsi. Setelah masyarakat kembali kerumah masing – masing masih
saja direpotkan dengan membersihkan rumah yang kotor akibat genangan
banjir yang membawa material liat yang susah sekali dibersihkan.
Dampak kesehatan yang di akibatkan oleh banjir yaitu banyak
penyakit yang menyerang masyarakat pada saat di pengungsian seperti
diare, gatal- gatal, flu, bahkan herpes juga dapat menyerang korban banjir
di pengungsian. Tidak hanya itu meninggalnya seseorang juga diakibatkan
hanyut karena arus yang terlalu deras juga termasuk dalam dampak sosial.
Hingga saat ini masyarakat masih saja memiliki ketraumaan
terhadap bencana banjir, sehingga jika sudah tiba musim penghujan
masyarakat mulai gelisah. Maka mereka melakukan usaha antisipasi yaitu
dengan melakukan upaya pengurangan dampak jika banjir datang. Usaha
tersebut meliputi pembuatan rak bertingkat dengan bahan sederhana yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
bambu, dengan tujuan untuk bisa menyimpan atau meletakkan barang
yang jauh dari jangkauan air banjir. Ditambah lagi pembenahan atap
rumah dengan memperkuat lagi kayu penopang plavon (atap) atau genting
dengan menggantinya dengan kayu yang baru untuk menyimpan barang
yang ukurannya lebih besar. Jika banjir mendadak datang, maka hal yang
pertama dilakukan yaitu menumpuk meja untuk tempat penyimpanan
barang yang dinggap penting. Selanjutnya masyarakat diwajibkan untuk
mengungsi jika banjir sudah meninggi dan tentunya persiapan sudah
dilakukan sebelumnya yaitu menyediakan obat pribadi.
Ditambah alat untuk penyelamatan yaitu pelampung sederhana dari
ban karet bekas, serta tali tambang. Untuk usaha dalam skala besar yaitu
membuat perahu sederhana yang terbuat dari bambu “gethekan”, berfungsi
untuk melakukan upaya penyelamatan mengungsi ke desa sebelah dan
tempat yang lebih tinggi, seperti bangunan yang bertingkat seperti masjid
dan sekolah. Ada juga tempat yang lebih aman untuk menyelamatkan
hewan ternak yaitu di atas tanggul yang tidak tergenang air. Usaha
selanjutnya yaitu dengan membuat gubuk sederhana yang dibuat lebih
tinggi dari rumah, dibuat didepan rumah untuk dijadikan tempat
mengungsi bagi para bapak yang tidak mau mengungsi.
Usaha yang lebih nampak lagi yakni bagi masyarakat yang mampu
sekarang telah melakukan upaya pengurangan dampak banjir dengan skala
besar yaitu dengan membangun rumah yang berfondasi kokoh dan tinggi.
Tidak jarang pula warga yang memiliki ekonomi yang tinggi, membangun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
rumah berlantai dua. Ini merupakan tahap perbaikan yang sekarang
dilakukan masyarakat desa. Setelah adanya bencana banjir besar pada
tahun 2008, tidak lantas membuat warga terkesan terpuruk dan pasrah,
tetapi malah membuat warga semakin giat untuk melaksanakan upaya
dalam menjaga kelestarian lingkungan dan menerapkan usaha
pengurangan dampak banjir dalam kehidupan sehari- hari.
Secara umum, masyarakat sekitar Sungai Bengawan Solo
mempunyai taraf kehidupan yang kurang sejahterah. Faktor pndidikan dan
pengahasilan masyarakat tampaknya menjadi hal yang paling penting
dalam menentukan status sosial ekonomi masyarakat sekitar sungai,
(Badan Penelitian dan Pengembangan ITS, 2009). Sebutan untuk
masyarakat di daerah pinggiran yang jauh dari ibu kota kecamatan yaitu
masyarakat yang terbelakang, gaptek dan miskin, nampaknya masih
berlaku untuk masyarakat desa di kecamatan Baureno pasca banjir. Tetapi
lambat laun masyarakat menepis anggapan itu dengan melakukan usaha
rekonstruksi pasca banjir.
Menurut Bakornas PBP yaitu usaha rekonstruksi berupa
pembangunan kembali sarana prasarana serta fasilitas umum yang rusak
dengan tujuan agar kehidupan masyarakat kembali berjalan normal.
Biasanya melibatkan semua masyarakat, perwakilan lembaga swadaya
masyarakat dan dunia usaha. Sasaran utama dari tahap ini adalah
terbangunnya kembali masyarakat dan kawasan permukiman
3. Hubungan antara Tingkat Kerawanan dengan Persepsi Masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
Pada dasarnya tingkat kerawanan bencana banjir akan
mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kejadian tersebut. Sehingga
terjadi hubungan yang signifikan antara bencana banjir terhadap
pengetahuan, sikap dan tindakan sebagai upaya untuk mengurangi dampak
banjir. Setelah dilakukan penelitian secara mendalam dengan
menggunakan teknik wawancara dapat diperoleh data mengenai persepsi
yang dihubungkan dengan wilayah tingkat kerawanan. Seperti halnya yang
sudah dibahas di atas, tingkat kerawanan dibagi menjadi 3 kategori dan
persepsi juga di kelompokkan menjadi 3 kategori seperti tabel berikut:
Tabel 54. Hubungan antara tingkat kerawanan dan persepsi masyarakat
NoTingkat
Kerawanan
Persepsi Masyarakat
Pengetahuan Sikap Tindakan
1. Kurang Rawan Tahu Setuju Cukup setuju
2. Sedang Tahu Sangat setuju Setuju
3. Rawan Sangat tahu Setuju Setuju
Sumber: Hasil analisis penelitian, 2014
Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh informasi bahwa tiap
wilayah kerawanan memiliki perbedaan persepsi masyarakat yang akan
dijelaskan lebih detil sebagai berikut:
a. Wilayah kurang rawan
Pada wilayah ini persepsi masyarakat memiliki pengetahuan setuju
dan paham akan adanya upaya pengurangan dampak banjir serta upaya
dalam menjaga kelestarian lingkungan. Walaupun wilayah ini hampir
tidak pernah terkena dampak banjir namun pengetahuan masyarakat
sudah paham betul pentingnya untuk menjaga lingkungan. Seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
halnya yang terjadi di Desa Gajah bagian selatan masyarakat disana
sudah memiliki pola kehidupan yang ramah dengan lingkungan
sekitar. Dalam kategori sikap masyarakat juga setuju, artinya sudah
mencerminkan karakteristik yang sadar terhadap dampak bencana
banjir. Karena disadari wilayah yang mereka tempati merupakan
daerah tangkapan dan penyimpanan air hujan, masyarakat bersikap
tidak menebang pohon sembarang.
Pada kategori tindakan untuk mengurangi dampak bencana
banjir masyarakat memiliki pemahaman yang cukup setuju. Hal ini
wajar karena wilayah mereka yang jarang terkena dampak banjir.
Persepsi muncul karena fakta empirik yang terjadi sehingga
masyarakat secara tidak langsung tergerak untuk melakukan upaya
untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengurangan dampak.
Masyarakat memiliki tindakan biasa-biasa saja kaitanya dengan upaya
pengurangan dampak.
b. Wilayah kerawanan sedang
Luas wilayah kerawanan bencana banjir kategori ini merupakan
yang paling dominan. Pada wilayah ini diperoleh fakta bahwa persepsi
masyarakat kategori sikap adalah sangat setuju sedangkan kategori
pengetahuan dan tindakan adalah setuju untuk melakukan upaya
pencegahan terhadap dampak bencana banjir. Pada dasarnya terdapat
hubungan antara tiap kategori yaitu pemahaman yang baik akan
menentukan sikap yang baik dan sikap yang baik akan menentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
tindakan yang baik pula. Namun pada tingkat kerawanan sedang justru
sikap yang sangat setuju kurang ada pengaruhnya dengan tindakan
yang hanya masuk kategori setuju. Berdasarkan hasil analisa peneliti,
masyarakat pada wilayah ini sangat sadar dengan dampak bencana
banjir namun kadang belum begitu tahu terkait dengan tindakan yang
yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya atau tepatnya adalah
apatis terhadap program-program pencegahan.
c. Wilayah rawan banjir
Berbeda dengan kondisi di wilayah rawan bencana, mereka
memiliki tingkat pengetahuan mengenai banjir yang tinggi (sangat
setuju) namun untuk tataran sikap dan tindakan hanya sebatas setuju.
Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat wilayah rawan didominasi
berada di sempadan sungai yang nota bene memiliki akses jalan yang
cukup jauh menuju pusat aktivitas kecamatan. Namun pada intinya
masyarakat sangat setuju dengan program-program yang membantu
dalam pencegahan dampak bencana banjir yang lebih besar. Apalagi
kalau musim hujan tiba, masyarakat mulai was-was dengan debit
Bengawan Solo yang suatu saat bisa meluap dan mengenai areal
pemukiman dan persawahan. Maka dari itu salah satu rekomendasi
untuk menanggulangi dampak bencana banjir adalah dengan adanya
early warning system atau semacam sistem peringatan dini yang
berfungsi memberikan informasi terkait banjir yang akan terjadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
Sistem ini bisa berbentuk sirine atau sms gateway yang mampu
memberikan informasi akurat terjadinya banjir, sehingga masyarakat
lebih waspada akan datangnya banjir. Informasi ini berfungsi untuk
meminimalisir dampak negatif banjir baik materiil maupun spirituil
kepada masyarakat.
4. Implementasi Pembelajaran di Sekolah
Subject Specific Pedagogy (SSP) adalah pengemasan seluruh komponen/
perangkat pembelajaran yang diperlukan guru ketika mengajar yang
komprehensif. Format dalam penyusunannya disesuaikan dengan Badan
Standar Nasional Pendidikan yang mencakup petikan silabus terkait dengan:
a. Standar Kompetensi (SK)
b. Kompetensi Dasar (KD)
c. Indikator pencapaian
d. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
e. Materi ajar (buku siswa)
f. Media
g. Lembar kerja siswa (LKS)
h. Lembar penilaian
Perangkat SSP (Subject Specific Pedagogy) ini sebentuk penerapan atau
implementasi dalam pembelajaran IPS terpadu khususnya dalam bidang
geografi. SSP menjadi sangat penting karena relevansinya terhadap
masyarakat sekitar dan benar-benar diambil dari permasalahan yang ada. Hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
penelitian ini nantinya akan menjadi warna baru dalam pembelajaran di kelas
karena siswa mampu belajar dari fenomena sosial dan fenomena banjir dan
faktor penyebabnya. Perangkat pembelajaran SSP berdasarkan hasil penelitian
tingkat kerawanan dan persepsi masyarakat akan dipaparkan lebih lengkap
dibagian lampiran penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Tingkat kerawanan banjir Kecamatan Baureno menggunakan unit analisis
satuan medan. Wilayah penelitian ini terdapat 24 satuan medan yang
terbagi menjadi 3 tingkat kerawanan bencana banjir yaitu: a). Tingkat
kerawanan kurang terdiri dari 8 satuan medan: B-F4-Tgl, C-F4-Ht, C-F4-
Tgl, D-F4-TK, D-S1-Tgl, E-S1-Tgl, F-S1-TK dan F-S1-Tgl, b). Tingkat
kerawanan sedang terdiri dari 11 satuan medan: A-F3-Pmk, A-F3-Sw, A-
F3-Tgl, B-F3-Kb, B-F3-Pmk, B-F3-Tgl, B-F4-Pmk, C-F3-Pmk, C-F3-Tgl,
C-F4-Pmk dan D-F4-Pmk dan c). Tingkat rawan terdiri dari 5 satuan
medan: A- F1-Pmk, A-F1-Sw, A- F1-Tgl, A-F2-Sw dan B-F1-Pmk.
2. Persepsi masyarakat terhadap upaya pengurangan dampak banjir dianalisis
berdasarkan pengetahuan, sikap dan tindakan. Tingkat pengetahuan
masyarakat termasuk kategori tinggi yaitu mencapai angka 91,9%
sedangkan tingkat sikap masyarakat termasuk kategori tinggi yaitu
mencapai: 87,5% dan tingkat tindakan untuk melakukan upaya
pengurangan dampak banjir sudah terlaksana dan tercermin dari
kehidupan mereka sehari yaitu menjaga kelestarian lingkungan dan
tindakan yang mengarah pada upaya mengurangi dampak banjir. Sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
diketahui secara keseluruhan masyarakat memiliki persepsi setuju dengan
upaya pengurangan dampak banjir.
3. Implementasi pembelajaran IPS di kelas VII SMPN 2 Baureno dilakukan
dengan pembuatan produk berupa SSP (Subject Specific Pedagogy)
dengan cara sebagai berikut:
a. Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar akan mendorong pada
penghayatan nilai-nilai atau aspek-aspek kehidupan yang ada di
lingkungannya. Kesadaran akan pentingnya lingkungan dalam
kehidupan bisa mulai ditanamkan pada anak sejak dini, sehingga
setelah mereka dewasa kesadaran tersebut bisa tetap terpelihara.
b. Kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih menarik bagi siswa, sebab
lingkungan menyediakan sumber belajar yang sangat beragam dan
banyak pilihan.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas maka implikais yang dapat disampaikan
adalah sebagai berikut:
1. Peta tingkat kerawanan bencana banjir Kecamatan Baureno Kabupaten
Bojonegoro mampu menjadi dasar dalam penyusunan kebijakan
Pemerintah Kecamatan dalam membangun infrastruktur yang berorientasi
dengan dampak banjir. Peta tersebut berfungsi untuk mempertimbangkan
prioritas pembangunan wilayah dengan menggunakan dasar tingkat
kerawanan rendah, sedang dan tinggi. Selain itu penting pula dalam
perencanaan konservasi SDA, agar mampu meminimalisir dampak banjir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
2. Dengan adanya penelitian ini mampu memberikan pembelajaran kepada
masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan sekitar.
Selain itu persepsi masyarakat dapat dijadikan sebagai pedoman untuk
menyusun peraturan agar kebiasaan masyarakat yang merusak lingkungan
bisa dikurangi dan diubah menjadi kebiasaan yang berwawasan
lingkungan. Wilayah dengan tingkat kerawanan banjir tertentu pastinya
berdampak dengan persepsi masyarakat terhadap upaya pengurangan
dampak banjir. Sehingga dengan data tersebut penting pula untuk
membuat peta evakuasi dan memberikan pembelajaran (simulasi)
penanganan pertama jika banjir terjadi tiba-tiba.
3. Hasil penelitian ini sudah nampak jelas mampu berkontribusi dalam proses
pembelajaran khususnya pelajaran IPS bidang Geografi SMP. Internalisasi
konsep pembelajaran akan lebih mudah karena didasari oleh fenomena
yang terjadi disekitar siswa. Selain itu materi hasil penelitian ini sebentuk
implementasi dari amanat kurikulum yang menggunakan scientific
approach. Produk SSP juga mampu memberika alternatif varian warna
bahan pembelajaran yang sekarang nampaknya sudah mencapai titik
jenuh.
C. Saran
Berdasarkan implikasi di atas maka penelitian ini memiliki saran sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
1. Pemerintah seharusnya memperhatikan masyarakat yang tinggal di sekitar
DAS Bengawan Solo yang memiliki tingkat kerawan tinggi, seperti
memberikan dana bantuan serta membangun infrastruktur yang telah rusak
dan tidak layak, contoh membangun tanggul sungai secara permanen/dari
beton (konstruksinya kuat).
2. Masyarakat lebih meningkatkan kesiap-siagaan serta kewaspadaan
terhadap adanya bencana banjir pada saat musim penghujan.
3. Peran guru sebagai fasilitator dalam pelaksanaan pendidikan harus mampu
memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk mempelajari berbagai
hal yang terdapat dalam lingkungannya, karena pengenalan terhadap
lingkungan disekitarnya merupakan pengalaman yang positif untuk
mengembangkan minat keilmuan peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
166
DAFTAR PUSTAKA
Asriningrum dan Gunawan. 1998. Zonasi Tingkat Kerentanan Banjir
Menggunakan Sistem Informasi Geografi (Studi Kasus Daerah Istimewa
Yogyakarta). Skripsi. Fakultas Geografi UGM Yogyakarta.
Anonim. 2007b. Pedoman Penanggulangan Banjir. Bakornas PB. Jakarta.
Arif, Dian Ardhetya. 2012. Prioritas Penanganan Banjir di Kecamatan
Telanaipura Kota Jambi. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Arifin, Yayu Indriati dan Kasim, Muhhamad. 2012. Penentuan Zonasi Daerah
Tingkat Kerawanan Banjir di Kota Gorontalo Propinsi Gorontalo Untuk
Mitigasi Bencana. Gorontalo: Fakultas Matematika & IPA Universitas
Gorontalo.
Arikunto, Suharsimi, 2000, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Syaiful. 1998. Tes Prestasi, Fungsi Dan Pengembangan Pengukuran
Prestasi Belajar. Yogyakarata: Pustaka Pelajar.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2011. Indeks Rawan Bencana
Indonesia.
BNPB, 2012, Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana, Peraturan Kepala
Badan Nasional Penanggulangan Bencana No.2 Tahun 2012
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2013. Informasi Bulanan
Kebencanaan Teraktual.
Badan Standart Nasional. (2010). Klasifikasi Penutupan Lahan. Jakarta: BSN.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah. 2009. Rekapitulasi Pendataan Bencana
di Kabupaten Bojonegoro. Bojonegoro: Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Bojonegoro.
Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo. Data
Curah Hujan Harian kecamatan Baureno. Bojonegoro: Dinas Pekerjaan
Umum Pengairan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
167
Departemen Pekerjaan Umum. 2012. Pengendalian Pemanfaatan Ruang di
Kawasan Rawan Bencana Banjir.
Dibyosaputro, Suprapto.1984. Flood Susceptibility And Hazard Survey of The.
Kudus Prawata Welahan Area, Central Java Indonesia. Thesis.
Enschende: ITC – The Nederlands.
Febrianti, Diah. 2010. Good Corporate Governance sebagai Pilar Implementasi
Corporate Social Responsibility. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro.
Halim, Abdul . 2005. Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Penerbit PT Bumi Aksara.
Keraf, A. Sonny. 2005. Etika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Kodoatie, Robert J. 2013. Rekayasa dan manajemen Banjir Kota. Yogyakarta:
Andi
Kodoatie, J.R. dan Sugiyanto. 2002. Banjir, Beberpa Masalah dan Metode.
Pengendaliannya Dalam Perspektif Lingkungan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Kodoatie, Robert J, dan Sjarief, Roestam. 2008. Pengelolaan Sumber Daya Air
Terpadu Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi.
Mahmud, M. Dimyati. 1989. Psikologi Pendidikan, Yogjakarta: BPEF.
Maryono, A. 2005. Menangani Banjir, Kekeringan, dan Lingkungan. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Middlebrook, P. N. 1974. Social psychology and modern life. New York: Alfred
A. Knopf.
Miharja, Nata. Panjaitan, Seno D. Sumiyatinah. 2013. Analisis Kerawanandan
Pengurangan Resiko Banjir di Kalimantan Barat Berbasis Sistem
Informasi Geografi (SIG). Jurnal Teknik Sipil. Fakultas Teknik Sipil
Universitas Tanjungpura.
Moleong, L.J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
168
Paimin. Sukresno. Purwanto. (2006). Sidik Cepat Degradasi SUB Daerah Aliran
Sungai (SUB DAS). Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutandan
Konservasi Alam.
Prahananto, Ardhian, Sugiyanto. 2013. Perencanaan Drainase Kawasan Puri
Anjasmoro Kota Semarang. Tugas Akhir: Universitas Diponegoro
Semarang.
Prasetyo, Agustinus Budi. 2009. Pemetaan Lokasi Rawandan Resiko Bencana
Banjir di Kota Surakarta. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
PROMISE. 2009. Banjir dan Upaya Penanggulangannya. Bandung: Pusat
Mitigasi Bencana (PMB ITB).
Pusat Studi Bencana Alam-UGM. (2000). Panduan Mitigasi Bencana Alam
Banjir, Tanah Longsor, Kekeringan, dan Kebakaran Hutan. Yogyakarta:
BAKORSURTANAL dan PSBA UGM.
Roscoe, J.T. 1982. Fundamental Research Statistics for the Behavioural Sciences.
New York: Holt Rinehart & Winston.
Sandy, I Made. 1972. Esensi Kartografi. Jakarta : Direktorat Jenderal Agraria.
Sarief, E. S. 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Bandung: Pustaka Buana.
Seyhan, Ersin. 1977. Dasar-dasar Hidrologi. Editor Soenardi Prawirohatmojo.
Yogyakarta: UGM Press.
Sinaga, Maruli S. 1995. Pengetahuan Peta. Jogjakarta : Fakultas Geografi
Universitas Gadjah Mada.
Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian . 1989. Metode Penelitian Survei.
Jakarta: LP3ES.
Simanuhuruk. 2003. Definisi Persepsi.
Winkel, W.S. & M.M, Sri Hastuti. 2009. Bimbingan Dan Konseling Di Institusi
Pendidikan. Yogjakarta : Media Abadi.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
169
Soemantri, Lyli. (2008). Pemanfaatan Teknik Penginderaan Jauh Untuk
Mengidentifikasi Kerentanandan Resiko Banjir. Jurnal Gea. Jurusan
Pendidikan Geografi.
Soekamto, Teoti, Dkk. 1995. Teori Belajar dan Model-Model Pembelajaran.
Jakarta: Dirjen DIKTI Depdikbud.
Sosrodarsono, Suyono dan Takeda, Kensaku. 1978. Hidrologi untuk Pengairan.
Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
Subagyo, Pangestu. 1985. Statistik Deskriptif. Yogyakarta : BPFE.
Suhardiman, Budi. 2012. Studi Pengembangan Kepala Sekolah Konsep dan
Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Andi
Tika, Muh. Pambudu. 1997. Metode Penelitian Geografi. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Thoha, Miftah. 2003, Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta: PT. Raja
Grafindo.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta:
Kencana.
Yunus, Hadi Sabari. 2010. Metode Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Penerbit Andi.
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya.
Jakarta: Rineka Cipta.
Widiastuti. 2002. Aplikasi Citra Satelit Landsat Thematic Mapper dan Sistem
Informasi Geografis Untuk Pemetaan Daerah Rawan Banjir Di Sebagian
Daerah Aliran Sungai Brantas Propinsi Jawa Timur (Studi Kasus Di
Kabupaten Temanggung). Skripsi. Fakultas Geografi UGM Yogyakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
170
Journal:
L. Koivuma¨ki, P. Alho, E. Lotsari, J. Ka¨yhko¨, A. Saari and H. Hyyppa¨. 2010.
Uncertainties in flood risk mapping: a case study on estimating building
damages for a river flood in Finland. Journal of Flood Risk Management
No.3 (2010) 166–183.
Katpatal, Y.B. and Patil, S.A.. 2010. Spatial analysis on impacts of mining
activities leading to flood disaster in the Erai watershed, India. Journal of
Flood Risk Management No. 3 (2010) 80–87.
The National Flood Risk Advisory Group. 2008. Flood risk management in
Australia. The Australian Journal of Emergency Management, Vol. 23 No.
4, November 2008.
Johnstone, W.M. and Lence, B.J.. 2009. Assessing the value of mitigation
strategies in reducing the impacts of rapid-onset, catastrophic floods.
Journal of Flood Risk Management No. 2 (2009) 209–221.
Rayhan, M.I. 2010. Assessing poverty, risk and vulnerability: a study on flooded
households in rural Bangladesh. Journal of Flood Risk Management No. 3
(2010) 18–24.
Suryaningsih, Wakhidah Heny. Purnaweni, Hartuti, dan Izzati, Muniffatul. 2012.
Persepsi Masyarakat Dalam Pelestarian Hutan Rakyat di Desa
Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo. Prosiding Seminar
Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Magister Ilmu
lingkungan Undip. Semarang, 11 September 2012.
Jufriadi, Akhmad dkk. 2012. Sosialisasi “Pengurangan Resiko Bencana” Di
Kecamatan Tempursari Kabupaten Lumajang Sebagai Upaya Pendidikan
Mitigasi Bencana. ERUDIO, Vol. 1, No. 1, Desember 2012. ISSN: 2302-
9021.
Astuti D, Siti Irene dan Sudaryono, S.U. 2010. Peran Sekolah dalam
Pembelajaran Mitigasi Bencana. Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana.
Vol.1 No.1, Tahun 2010, hal 30-42.
Kaisar, Muhammad Chandra. 2013. Skenario Pengembangan Kota Pulau
Berdasarkan Pertimbangan Resiko Bencana Banjir (Studi Kasus: Bencana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
171
Banjir di Kota Batam, Prov. Kepulauan Riau). Jurnal Perencanaan
Wilayah dan Kota A SAPPK V3N1 hal. 67- 96.
Sagala, Saut. Dodon dan Wimbardana, Ramanditya. 2014. Adaptasi Non
Struktural Penduduk Penghuni Permukiman Padat terhadap Bencana
Banjir: Studi Kasus Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung. Jurnal
Resilience Development Initiative, Bandung, Indonesia. WP No : 5.
Februari, 2014 ISSN : 2406-7865.
Internet:
http://www.aect.org/newsite/ tentang Association of Educational Communication
Technology /AECT, 1997:60 diakses pada tanggal 24 September 2014
http://bappeda.bojonegorokab.go.id diakses pada tanggal 24 September 2014
http://randd.defra.gov.uk/Document.aspx?Document=CaseStudy13TywynCoastal
DefenceProject-FD2635.pdf. Tentang Sea Defence Consultant tahun 2009
diakses pada tanggal 10 Desember 2014
http://bebasbanjir2015.wordpress.com/konsep–pemerintah/ditjen-penataan-ruang
dept-pu tentang Kawasan Rawan Bencana Banjir. Diakses pada tanggal
15 Mei 2014.
http://bojonegorokab.bps.go.id/?hal=publikasi_detil&id=1 tentang Bojonegoro
Dalam Angka 2013. Diakses pada tanggal 15 Mei 2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
172
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
173
KUESIONER
PERSEPSI MASYARAKAT (PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN)
TERHADAP UPAYA PENGURANGAN DAMPAK BANJIR DI
KECAMATAN BAURENO KABUPATEN BOJONEGORO
Oleh:
LILIK INDAWATI
Nim. S881308008
Dalam rangka penelitian yang saya lakukan, saya ingin mengajukan beberapa
pertanyaan kepada Bapak/Ibu sekaligus ingin mendapat keterangan lain guna
melengkapi data penelitian ini. Keterangan Bapak/Ibu semata-mata hanya untuk
keperluan studi dan akan kami jaga kerahasiaannya. Terima kasih atas bantuan
dan kerja sama dari Bapak/Ibu.
PROGRAM PASCA SARJANA KEPENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
PROGRAM STUDI PKLH(GEOGRAFI)
2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
174
Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan formal (sekolah) tertinggi yang pernah Anda selesaikan
adalah
a. Tidak tamat SD / SR
b. Tamat SD /SR
c. SMP / MTs / Paket B
d. SMA / MAN / Paket C
e. Perguruan Tinggi
5. Dusun :
6. Status perkawinan Anda adalah
a. Belum kawin
b. Kawin c.Janda / Duda
7. Susunan dari Anggota Keluarga :
No. Nama UmurJenis
kelaminPendidikan
Hubungandengan KK
1.2.3.4.5.6.7.
…………………
…………………
…………………
…………………
…………………
8. Luasan Rumah : ± …. m2
9. Kedudukan dalam masyarakat:
a. Anggota masyarakat biasa
b. Perangkat Desa : 1) Kepala Desa 2) Wakil Kepala Desa
3) Sekretaris Desa
4) Lainnya … (Cantumkan)
No.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
175
c. Tokoh masyarakat : 1) Tokoh adat 2) Tokoh agama
3) Lainnya (Cantumkan)
10. Pekerjaan Anda sekarang ini adalah
a. Petani / Peternak
b. Buruh Tani
c. Pegawai Negeri
d. Wiraswasta
e. Lain – lain …
(Cantumkan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
176
Kuesioner Pengetahuan tentang upaya pengurangan dampak Banjir
No. KuisionerSangattahu
tahuCukuptahu
Tidaktahu
1. Apakah bapak/ibu tahu tentang upayapengurangan dampak banjir?
2. Apakah bapak/ibu tahu penyelamatan hartabenda merupakan salah satu upaya pengurangandampak banjir?
3. Apakah bapak/ibu tahu tentang teknik – teknikdalam upaya pengurangan dampak banjir?
4. Apakah bapak/ibu tahu pembuatan perahusederhana yang terbuat dari bambu itumerupakan salah satu teknik dalam upayapengurangan dampak banjir?
5. Apakah bapak / ibu tahu bagaimana caramelestarikan lingkungan ?
6. Apakah bapak/ ibu tahu pelestarian lingkunganmerupakan suatu upaya dalam penanggulanganbencana banjir?
7 Apakah bapak/ibu tahu bagaimanamelaksanakan upaya pelestarian lingkungan?
8 Apakah bapak/ibu tahu dampak dari adanyabencana banjir?
9 Apakah bapak/ibu tahu jika desa tempat tinggalbapak/ibu ini merupakan desa yang berdataranrendah?
10. Apakah bapak/ibu tahu jika curah hujan dikabupaten Bojonegoro setiap bulan nopemberdan desember sangat tinggi?
11. Apakah bapak / ibu tahu jika sungai bengawansolo ini merupakan sungai yang sering sekalimeluap pada musim penghujan?
12. Apakah bapak/ibu tahu jika didaerah initanahnya bergerak dan daya resap terhadap airrendah?
13. Apakah bapak/ibu tahu usaha-usahapengurangan dampak banjir apa yang sesuaidengan geomorfologis desa?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
177
14. Apakah bapak/ibu tahu apa saja yangdibutuhkan dalam melakukan perencanaanteknik pengurangan dampak banjir?
15. Apakah bapak/ibu tahu dalam teknikpengurangan dampak banjir persebaraninformasi bahaya serta penanggulangan bencanamelalui media cetak, elektronik, maupun smsgateway?
16. Apakah bapak/ ibu tahu apa saja yang dibutuhkan dalam melakukan penyusunan teknikpengurangan dampak banjir?
17. Apakah bapak/ibu tahu jika usaha-usahapengurangan dampak banjir masih belumberhasil, karena masih saja banyak kerugian jikabanjir datang?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
178
Skala Sikap tentang upaya pengurangan dampak banjir
No. KuisionerSangat
SetujuSetuju
Cukup
setuju
Tidak
Setuju
1. Penggundulan hutan secara besar-besaran bisa
menyebabkan banjir didaerah hilir
2. Penyebab banjir didaerah ini berasal dari air
kiriman waduk gajah mungkur Wonogiri.
3. Banjir di daerah ini disebabkan tidak hanya
karena meluapnya sungai bengawan solo, tapi
karena daerah tempat tinggl ini berdataran
rendah.
4. Pembuatan rak barang dan pembenahan atap
rumah untuk penyimpanan barang harus
segera dilaksanakan, karena setiap saat atau
setiap waktu banjir akan datang
5. Pembangunan tanggul sungai membutuhkan
biaya besar, ini kewajiban pemerintah bukan
kewajiban warga
6. Upaya penghijauan dan penanaman kembali
hutan yang gundul merupakan kewajiban
setiap orang untuk memperbesar kapasitas
peresapan air
7 Saya membuat perahu-perahu sederhana untuk
upaya penyelamatan jika banjir datang
8 Pengurangan dampak banjir memiliki fungsi
yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat desa.
9 Fungsi dari adanya upaya pengurangan
dampak banjir adalah bisa mengurangi sikap
pasrah dan selalu percaya takdir
10. Setelah adanya penyuluhan tentang upaya
pengurangan dampak banjir didesa, saya
semakin yakin bahwa hal ini akan membawa
perubahan dalam kehidupan saya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
179
11. Rasa takut dan gelisah akan adanya banjir
sedikit hilang, karena saya telah melakukan
banyak hal yang bisa mengurangi kerugian
sebagai dampak banjir.
12. Karena adanya teknik dalam upaya untuk
mengurangi dampak banjir, saya rasa jika
banjir datang tidak banyak kerugian yang
terjadi.
13. Harapan saya dari adanya teknologi yang
canggih (seperti media elektronik dan sms
gateway) bisa cepat mengetahui bahaya serta
berita tentang datangnya banjir.
14. Adanya penyuluhan pemerintah daerah dan
aparatur desa , diharapkan bisa merubah
pemikiran masyarakat yang selalu
mempertahankan nilai kemasyarakatannya.
15. Saya berharap suatu hari nanti pemerintah
akan memberikan imbalan kepada masyarakat
terhadap apa yang mereka lakukan untuk
mengurangi dampak banjir di desa mereka.
16. Saya harus membantu pemerintah dalam
membangun tanggul di bibir sungai bengawan
solo.
17. Jika ada penyuluhan di balai desa tentang
usaha-usaha pengurangan dampak banjir, saya
wajib ikut .
18. Saya berani menegur jika ada orang yang
memiliki niat untuk merusak lingkungan.
19. Jika saya membangun rumah maka
fondasinyaharus tinggi , kuat dan
kokoh(rumah tahan banjir).
20. Saya tetap harus menyediakan pelampung dan
tambang untuk usaha penyelamatan jika banjir
datang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
180
Kuesioner Tindakan Masyarakat Terhadap Upaya Pengurangan Dampak
Banjir
1. Bagaimana cara Bapak / Ibu dalam menjaga kelestarian lingkungan?
a. …………………………………………………………………..
b. …………………………………………………………………..
c. …………………………………………………………………..
d. …………………………………………………………………..
2. Apa Bapak/ ibu telah melaksanakan upaya pengurangan dampak banjir?
Sudah / belum.
Alasannya:
a. ………………………………………………………………….
b. ………………………………………………………………….
c. ………………………………………………………………….
d. ………………………………………………………………….
3. Apa saja upaya yang Bapak / Ibu lakkukan untuk mengurangi dampak banjir?
Sebutkan
a. ……………………………………………………
b. ……………………………………………………
c. …………………………………………………....
d. ……………………………………………………
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
181
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN PENGETAHUAN TENTANG
UPAYA PENGURANGAN DAMPAK BANJIR
No Sub Variabel Indikator PertanyaanJawaban
ST T CT TT
1. Pengetahuan dalampelaksanaan upayapenguragan dampakbanjir
Pengetahuandasar upayapengurangandampak banjir
1.Apakah bapak/ibu tahutentang upaya pengurangandampak banjir
2.Apakah bapak/ibu tahutentang upaya Penyelamatanharta benda mrp salah satuupaya pengurangan dampakbanjir
Pengetahuantentang teknikdalam upayapengurangandampak banjir
3.Apakah bapak/ibu tahutentang Teknik-teknik dalamupaya pengurangan dampakbanjir?
4.Apakah bapak/ibu tahutentang Pembuatan perahusederhana yang terbuatdari bambu itu merupakansalah satu teknik dalamupaya pengurangandampak banjir?
2. Pemahaman tentangupaya pengurangandampak banjir
Pemahamantentang upayapelestarianlingkngan
5.Apakah bapak/ibu tahubagaiman acara melestarikanlingkungan?
6.Apakah bapak/ibu tahupelestarian lingkunganmerupakan suatu upayadalam penanggulanganbencana banjir?
7. 7. Apakah bapak/ibu tahubagaimana melaksanakanupaya pelestarianlingkungan?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
182
Pemahamantentangdampak banjir
8. Apakah bapak/ibu tahudampak dari adanyabencana banjir?
1.Penerapan(aplikasi)pengetahuantentang pelaksanaanupaya pengurangandampak banjir
Penerapanpengetahuandalampelaksanaanupayapengurangandampak banjir
9.Apakah bapak/ibu tahu jikadesa ini merupakan desayang berdataran rendah
4. Penjabaran tentangupaya pengurangandampak banjir.
Penggambaranumum tentangkondisigeomorfologisdesa
10.Apakah bapak/ibu tahujika curah hujan di kabupatenBojonegoro setiap bulannopember dan desembersangat tinggi?
11.Apakah bapak/ibu tahujika sungai bengawan soloyang sering sekali meluappada musim penghujan?
12.Apakah bapak/ibu tahujika didaerah ini tanahnyabergerak dan daya resapterhadap air rendah?
Penjabarantentang usaha-usahapengurangandampak banjirsesuai kondisigeomorfologisdesa
13.Apakah bapak/ibu tahuusaha-usaha pengurangandampak banjir apa yangsesuai dengan geomorfologisdesa?
5. Penyusunan usaha-usaha dalampengurangandampak banjir
Perencanaanteknik dalamupayapengurangan
14.Apakah bapak/ibu tahuapa saja yang dibutuhkandalam melakukanperencanaan teknik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
183
dampak banjir pengurangan dampak banjir?
15Apakah bapak/ibu tahudalam teknik pengurangandampak banjir persebaraninformasi bahaya sertapenanggulangan bencanamelalui media cetak ,elektronik, maupun smsgateway?
Penyusunanteknik dalamupayapengurangandampak banjir
16.apakah bapak/ibu tahu apasaja yang dibutuhkan dalammelakukan penyusunanteknik pengurangan dampakbanjir?
6. Penilaian terhadapupaya pengurangandampak banjir
Penilaianterhadapusaha-usahadalam upayapenguranagndampak banjir
17.Apakah bapak/ibu tahujika usaha-usahapengurangan dampak banjirmasih belum berhasil, karenamasih saja banyak kerugianjika banjir datang?
Keterangan: ST = Sangat Tahu
T = Tahu
CT = Cukup Tahu
TT = Tidak Tahu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
184
KISI-KISI INSTRUMENT PENELITIAN SKALA SIKAP TENTANG
UPAYA PENGURANGAN DAMPAK BANJIR
No Subvariabel
Indikator Pernyataan JawabanSS S CS TS
1. Pemahamanterhadappenguranganbanjir
Pemahamantentang sebab –sebab banjir
1.Penggundulan hutan secarabesar-besaran bisa menyebabkanbanjir didaerah hilir
2.Penyebab banjir didesa iniberasal dari air kiriman wadukgajah mungkur wonogiri
3.Banjir di desa ini disebabkantidak hanya karena meluapnyasungai bengawan solo tapi karenatempat tinggal ini berdataranrendah.
Pemahamantentang upayapengurangandampak banjir
4. Pembuatan rak barang danpembenahan atap rumah untukpenyimpanan barang harussegera dilaksanakan karena tiapsaat atau setiap waktu banjirakan datang.
5. Pembangunan tanggul sungaimembutuhkan biaya besar, inikewajiban pemerintah bukankewajiban warga.
6. Upaya penghijauan danpenanaman kembali hutan yanggundul merupakan kewajibansetiap orang untukmemperbesar kapasitasperesapan air.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
185
7. Saya membuat perahu-perahusederhana untuk upayapenyelamatan jika banjirdatang.
Pemahamantentang fungsiupayapengurangndampak banjir
8. Pengurangan dampak banjirmemiliki fungsi yg sangatpenting dalam kehidupanmasyarakat desa
9. Fungsi dari adanya upayapengurangan dampak banjiradalah bisa mengurangi sikappasrah dan selalu percayatakdir.
10.Setelah adanya penyuluhantentang upaya pengurangandampak banjir di desa, sayasemakin yakin bahwa ini akanmembawa perubahan dalamkehidupan saya.
2. Perasaanterhadapupayapenguranganbanjir
Harapan untukmerasakanmanfaat adanyaupayapengurangandampak banjir
11.Rasa takut dan gelisah akanadanya banjir sedikit hilangkarena saya telah melakukanbanyak hal yg bisa mengurangikerugiann sebagai dampak banjir.12.Karena adanya teknik dalamupaya untuk mengurangi dampakbanjir, saya rasa jika banjir datangtidak banyak kerugian yg terjadi.
13.harapan saya dari adanyateknologi yang canggih sepertimedia elektronik dan sms gatewaybisa cepat mengetahui bahayaserta berita tentang datangnyabanjir.
Harapan danbimbingan alampelaksanaanupayapengurangandampak banjir
14. adanya penyuluhanpemerintah daerah dan aparaturdesa diharapkan bisa merubahpemikiran masyarakat yang selalumempertahankan nilaikemasyarakatannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
186
15. Saya berharap suatu hari nantipemerintah akan memberikanimbalan kepada masyarakatterhadap apa yang merekalakukan untuk mengurangidampak banjir didesa mereka.
3. Kecenderungan berbuat
Kemauan untukmelakukanupayapengurangandampak banjir
16. Saya harus membantupemerintah dalam membangguntanggul di bibir sungai bengawansolo
17. Jika ada Penyuluhan di Balaidesa tentang usaha-usahapengurangan dampak banjir, sayawajib ikut.
18. saya berani menegur, jika adaorang yang memiliki niat untukmerusak lingkungan
19. Jika saya membangun rumah,maka fondasinya harus tinggi,kuat dan kokoh(rumah tahanbanjir)
20. Saya tetap harus menyediakanpelampung dan tambang untukusaha penyelamatan jika banjirdatang.
Ket: SS = Sangat Setuju
S = Setuju
CS= Cukup Setuju
TS = Tidak Setuju
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
187
KISI – KISI INSTRUMEN PENELITIAN TINDAKAN MASYARAKAT
TERHADAP UPAYA PENANGGULANGAN DAMPAK BANJIR
No Sub Variabel Indikator Kuesioner1. Tingkat / taknik
upayapengurangandampak banjir
Tindakan –tindakan dalamupayapengurangandampak banjir.
1.Bagaimana cara Bapak / Ibu dalammenjaga kelestarian lingkungan?2.apakah Bapak / Ibu telahmelaksanakan upaya pngurangandampak banjir? Sudah / Belum3.Apa saja upaya yang Bapak / Ibulakukan untuk mengurangi dampakbanjir? Sebutkan !
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
188
LEMBAR OBSERVASI LAPANGAN1. Satuan Medan/ No : 1 6. Lokasi :2. Identitas Pengamat : a. Lintang : 9213921a. Nama : Lilik ind b. Bujur :626959b. Hari / Tanggal : Jumat, 24 okt 2014 c. Rt / RW :3. Elevasi :25 d. Desa :4. Kode GPS : e. Kecamatan :baureno5. Nomor Foto :
No. Observasi
Parameter Klasifikasi Hasil / Ket1 Tutupan lahan a. Hutan (Pimer/Sekunder) Permukiman
b. Tanah Kosongc. Semak Belukard. Kebun
e. Kebun Campuran
f. Tegalang. Sawah Irigasi
h. Pemukiman
I. Industri
2 Kemiringan lereng a. Datar 0 - 3% Datar / 2%b. Landai 4 - 6 %c. Agak Curam 7 – 9 %
d.Curam 9 – 12 %e. Sangat Curam > 12 %
3 Bentuk Lahan a. Dataran Banjir Dataran banjirb. Rawa Belakangc. Dataran Aluvial
d. Teras Fluvial Atase. Teras Fluvial Bawah
LEMBAR OBSERVASI LAPANGAN1. Satuan Medan/ No : 2 6. Lokasi :2. Identitas Pengamat : a. Lintang : 9214328
a. Nama : lilik ind b. Bujur :0624583b. Hari / Tanggal : sabtu, 25 okt 2014 c. Rt / RW :3. Elevasi :21 d. Desa :4. Kode GPS : e. Kecamatan :5. Nomor Foto :
No. Observasi
Parameter Klasifikasi Hasil / Ket1 Tutupan lahan a. Hutan (Pimer/Sekunder) Sawah irigasi
b. Tanah Kosongc. Semak Belukard. Kebun
e. Kebun Campuran
f. Tegalang. Sawah Irigasi
h. Pemukiman
I. Industri
2 Kemiringan lereng a. Datar 0 - 3% Datar / 1%b. Landai 4 - 6 %c. Agak Curam 7 – 9 %
d.Curam 9 – 12 %e. Sangat Curam > 12 %
3 Bentuk Lahan a. Dataran Banjir Dataran banjirb. Rawa Belakangc. Dataran Aluvial
d. Teras Fluvial Atase. Teras Fluvial Bawah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
189
LEMBAR OBSERVASI LAPANGAN1. Satuan Medan/ No : 3 6. Lokasi :2. Identitas Pengamat : a. Lintang : 9218268a. Nama : Lilik ind b. Bujur : 0619553b. Hari / Tanggal : sabtu, 25 okt 2014 c. Rt / RW :3. Elevasi :17 d. Desa : pucang arum4. Kode GPS : e. Kecamatan : baureno5. Nomor Foto :
No. Observasi
Parameter Klasifikasi Hasil / Ket1 Tutupan lahan a. Hutan (Pimer/Sekunder) Tegalan
b. Tanah Kosongc. Semak Belukard. Kebun
e. Kebun Campuran
f. Tegalang. Sawah Irigasi
h. Pemukiman
I. Industri
2 Kemiringan lereng a. Datar 0 - 3% Datar 1%b. Landai 4 - 6 %c. Agak Curam 7 – 9 %
d.Curam 9 – 12 %e. Sangat Curam > 12 %
3 Bentuk Lahan a. Dataran Banjir Dataran banjirb. Rawa Belakangc. Dataran Aluvial
d. Teras Fluvial Atase. Teras Fluvial Bawah
LEMBAR OBSERVASI LAPANGAN1. Satuan Medan/ No : 4 6. Lokasi :2. Identitas Pengamat : a. Lintang :9216028a. Nama : lilik ind b. Bujur : 0622093b. Hari / Tanggal : Sabtu 25 okt 2014 c. Rt / RW :3. Elevasi :17 d. Desa :4. Kode GPS : e. Kecamatan : baueno5. Nomor Foto :
No. Observasi
Parameter Klasifikasi Hasil / Ket1 Tutupan lahan a. Hutan (Pimer/Sekunder) Sawah irigasi
b. Tanah Kosongc. Semak Belukard. Kebun
e. Kebun Campuran
f. Tegalang. Sawah Irigasi
h. Pemukiman
I. Industri
2 Kemiringan lereng a. Datar 0 - 3% Datar / 1%b. Landai 4 - 6 %c. Agak Curam 7 – 9 %
d.Curam 9 – 12 %e. Sangat Curam > 12 %
3 Bentuk Lahan a. Dataran Banjir Rawabelakang
b. Rawa Belakangc. Dataran Aluvial
d. Teras Fluvial Atase. Teras Fluvial Bawah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
190
LEMBAR OBSERVASI LAPANGAN1. Satuan Medan/ No : 5 6. Lokasi :2. Identitas Pengamat : a. Lintang :9212850
a. Nama : b. Bujur :0616537b. Hari / Tanggal : jumat,24 okt 2014 c. Rt / RW :3. Elevasi :19 d. Desa :Sembung lor4. Kode GPS : e. Kecamatan :Baureno5. Nomor Foto :
No. Observasi
Parameter Klasifikasi Hasil / Ket1 Tutupan lahan a. Hutan (Pimer/Sekunder) Permukiman
b. Tanah Kosongc. Semak Belukard. Kebun
e. Kebun Campuran
f. Tegalang. Sawah Irigasi
h. Pemukiman
I. Industri
2 Kemiringan lereng a. Datar 0 - 3% Datar / 1%b. Landai 4 - 6 %c. Agak Curam 7 – 9 %
d.Curam 9 – 12 %e. Sangat Curam > 12 %
3 Bentuk Lahan a. Dataran Banjir Dat. Alluvialb. Rawa Belakangc. Dataran Aluvial
d. Teras Fluvial Atase. Teras Fluvial Bawah
LEMBAR OBSERVASI LAPANGAN1. Satuan Medan/ No : 6 6. Lokasi :2. Identitas Pengamat : a. Lintang :9214235
a. Nama : lilik ind b. Bujur :0624619b. Hari / Tanggal : sabtu, 25 okt 2014 c. Rt / RW :3. Elevasi :20 d. Desa :4. Kode GPS : e. Kecamatan :5. Nomor Foto :
No. Observasi
Parameter Klasifikasi Hasil / Ket1 Tutupan lahan a. Hutan (Pimer/Sekunder) Sawah irigasi
b. Tanah Kosongc. Semak Belukard. Kebun
e. Kebun Campuran
f. Tegalang. Sawah Irigasi
h. Pemukiman
I. Industri
2 Kemiringan lereng a. Datar 0 - 3% Datar, 1%b. Landai 4 - 6 %c. Agak Curam 7 – 9 %
d.Curam 9 – 12 %e. Sangat Curam > 12 %
3 Bentuk Lahan a. Dataran Banjir Dat. alluvialb. Rawa Belakangc. Dataran Aluvial
d. Teras Fluvial Atase. Teras Fluvial Bawah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
191
LEMBAR OBSERVASI LAPANGAN1. Satuan Medan/ No : 7 6. Lokasi :2. Identitas Pengamat : a. Lintang :9214106
a. Nama : lilik ind b. Bujur :625366b. Hari / Tanggal : c. Rt / RW :3. Elevasi :23 d. Desa :4. Kode GPS : e. Kecamatan :5. Nomor Foto :
No. Observasi
Parameter Klasifikasi Hasil / Ket1 Tutupan lahan a. Hutan (Pimer/Sekunder) Sawah irigasi
b. Tanah Kosongc. Semak Belukard. Kebun
e. Kebun Campuran
f. Tegalang. Sawah Irigasi
h. Pemukiman
I. Industri
2 Kemiringan lereng a. Datar 0 - 3% Datar, 1%b. Landai 4 - 6 %c. Agak Curam 7 – 9 %
d.Curam 9 – 12 %e. Sangat Curam > 12 %
3 Bentuk Lahan a. Dataran Banjir Dat. alluvialb. Rawa Belakangc. Dataran Aluvial
d. Teras Fluvial Atase. Teras Fluvial Bawah
LEMBAR OBSERVASI LAPANGAN1. Satuan Medan/ No : 8 6. Lokasi :2. Identitas Pengamat : a. Lintang : 9217603
a. Nama : lilik ind b. Bujur :0619562b. Hari / Tanggal : sabtu, 25 okt 2014 c. Rt / RW :3. Elevasi :22 d. Desa :4. Kode GPS : e. Kecamatan :5. Nomor Foto :
No. Observasi
Parameter Klasifikasi Hasil / Ket1 Tutupan lahan a. Hutan (Pimer/Sekunder) Permukiman
b. Tanah Kosongc. Semak Belukard. Kebun
e. Kebun Campuran
f. Tegalang. Sawah Irigasi
h. PemukimanI. Industri
2 Kemiringan lereng a. Datar 0 - 3% Datar,1%b. Landai 4 - 6 %c. Agak Curam 7 – 9 %
d.Curam 9 – 12 %e. Sangat Curam > 12 %
3 Bentuk Lahan a. Dataran Banjir Dat. banjirb. Rawa Belakangc. Dataran Aluvial
d. Teras Fluvial Atase. Teras Fluvial Bawah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
192
LEMBAR OBSERVASI LAPANGAN1. Satuan Medan/ No : 9 6. Lokasi :2. Identitas Pengamat : a. Lintang :9212064
a. Nama : lilik ind b. Bujur :0625303b. Hari / Tanggal :sabtu,25 okt 2014 c. Rt / RW :3. Elevasi : d. Desa : gunung sari4. Kode GPS : e. Kecamatan :Baureno5. Nomor Foto :
No. Observasi
Parameter Klasifikasi Hasil / Ket1 Tutupan lahan a. Hutan (Pimer/Sekunder) Kebun
b. Tanah Kosongc. Semak Belukard. Kebun
e. Kebun Campuran
f. Tegalang. Sawah Irigasi
h. Pemukiman
I. Industri
2 Kemiringan lereng a. Datar 0 - 3% Datar, 1%b. Landai 4 - 6 %c. Agak Curam 7 – 9 %
d.Curam 9 – 12 %e. Sangat Curam > 12 %
3 Bentuk Lahan a. Dataran Banjir Dat. banjirb. Rawa Belakangc. Dataran Aluvial
d. Teras Fluvial Atase. Teras Fluvial Bawah
LEMBAR OBSERVASI LAPANGAN1. Satuan Medan/ No : 10 6. Lokasi :2. Identitas Pengamat : a. Lintang : 9209181
a. Nama : lilik ind b. Bujur :617188b. Hari / Tanggal : Jumat, 24 okt 2014 c. Rt / RW :3. Elevasi : 18 d. Desa : Ngemplak4. Kode GPS : e. Kecamatan : Baureno5. Nomor Foto :
No. Observasi
Parameter Klasifikasi Hasil / Ket1 Tutupan lahan a. Hutan (Pimer/Sekunder) Permukiman
b. Tanah Kosongc. Semak Belukard. Kebun
e. Kebun Campuran
f. Tegalang. Sawah Irigasi
h. PemukimanI. Industri
2 Kemiringan lereng a. Datar 0 - 3% Datar,1%b. Landai 4 - 6 %c. Agak Curam 7 – 9 %
d.Curam 9 – 12 %e. Sangat Curam > 12 %
3 Bentuk Lahan a. Dataran Banjir Dat. banjirb. Rawa Belakangc. Dataran Aluvial
d. Teras Fluvial Atase. Teras Fluvial Bawah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
193
LEMBAR OBSERVASI LAPANGAN1. Satuan Medan/ No : 11 6. Lokasi :2. Identitas Pengamat : a. Lintang :9209817
a. Nama : lilik ind b. Bujur :615766b. Hari / Tanggal : Jumat, 24 okt 2014 c. Rt / RW :3. Elevasi : 21 d. Desa :Drajat4. Kode GPS : e. Kecamatan :Baureno5. Nomor Foto :
No. Observasi
Parameter Klasifikasi Hasil / Ket1 Tutupan lahan a. Hutan (Pimer/Sekunder) Tegalan
b. Tanah Kosongc. Semak Belukard. Kebun
e. Kebun Campuran
f. Tegalang. Sawah Irigasi
h. Pemukiman
I. Industri
2 Kemiringan lereng a. Datar 0 - 3% Datar, 1%b. Landai 4 - 6 %c. Agak Curam 7 – 9 %
d.Curam 9 – 12 %e. Sangat Curam > 12 %
3 Bentuk Lahan a. Dataran Banjir Dat,alluvialb. Rawa Belakangc. Dataran Aluvial
d. Teras Fluvial Atase. Teras Fluvial Bawah
LEMBAR OBSERVASI LAPANGAN1. Satuan Medan/ No : 12 6. Lokasi :2. Identitas Pengamat : a. Lintang :9212649
a. Nama :Lilik ind b. Bujur :0619852b. Hari / Tanggal : Jumat,24 Okt 2014 c. Rt / RW :3. Elevasi :49 d. Desa :Pasinan4. Kode GPS : e. Kecamatan :Baureno5. Nomor Foto :
No. Observasi
Parameter Klasifikasi Hasil / Ket1 Tutupan lahan a. Hutan (Pimer/Sekunder) Tegalan
b. Tanah Kosongc. Semak Belukard. Kebun
e. Kebun Campuran
f. Tegalang. Sawah Irigasi
h. PemukimanI. Industri
2 Kemiringan lereng a. Datar 0 - 3% Datar, 1%b. Landai 4 - 6 %c. Agak Curam 7 – 9 %
d.Curam 9 – 12 %e. Sangat Curam > 12 %
3 Bentuk Lahan a. Dataran Banjir Dat, alluvialb. Rawa Belakangc. Dataran Aluvial
d. Teras Fluvial Atase. Teras Fluvial Bawah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
194
LEMBAR OBSERVASI LAPANGAN1. Satuan Medan/ No : 13 6. Lokasi :2. Identitas Pengamat : a. Lintang : 9211002
a. Nama : Lilik ind b. Bujur :620299b. Hari / Tanggal :Jumat, 24 okt 2014 c. Rt / RW :3. Elevasi :25 d. Desa :Sratu rejo4. Kode GPS : e. Kecamatan :Baureno5. Nomor Foto :
No. Observasi
Parameter Klasifikasi Hasil / Ket1 Tutupan lahan a. Hutan (Pimer/Sekunder) Permukiman
b. Tanah Kosongc. Semak Belukard. Kebun
e. Kebun Campuran
f. Tegalang. Sawah Irigasi
h. Pemukiman
I. Industri
2 Kemiringan lereng a. Datar 0 - 3% Datar, 2%b. Landai 4 - 6 %c. Agak Curam 7 – 9 %
d.Curam 9 – 12 %e. Sangat Curam > 12 %
3 Bentuk Lahan a. Dataran Banjir T. Fluvialbawahb. Rawa Belakang
c. Dataran Aluvial
d. Teras Fluvial Atase. Teras Fluvial Bawah
LEMBAR OBSERVASI LAPANGAN1. Satuan Medan/ No : 14 6. Lokasi :2. Identitas Pengamat : a. Lintang :9211647
a. Nama : lilik ind b. Bujur :619811b. Hari / Tanggal :Jumat, 24 okt 2014 c. Rt / RW :3. Elevasi :24 d. Desa : Sratu rejo4. Kode GPS : e. Kecamatan :5. Nomor Foto :
No. Observasi
Parameter Klasifikasi Hasil / Ket1 Tutupan lahan a. Hutan (Pimer/Sekunder) Tegalan
b. Tanah Kosongc. Semak Belukard. Kebun
e. Kebun Campuran
f. Tegalang. Sawah Irigasi
h. PemukimanI. Industri
2 Kemiringan lereng a. Datar 0 - 3% 3,30%b. Landai 4 - 6 %c. Agak Curam 7 – 9 %
d.Curam 9 – 12 %e. Sangat Curam > 12 %
3 Bentuk Lahan a. Dataran Banjir T. fluvialbawahb. Rawa Belakang
c. Dataran Aluvial
d. Teras Fluvial Atase. Teras Fluvial Bawah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
195
LEMBAR OBSERVASI LAPANGAN1. Satuan Medan/ No : 15 6. Lokasi :2. Identitas Pengamat : a. Lintang :9211676
a. Nama :Lilik ind b. Bujur :624684b. Hari / Tanggal : Sabtu, 25 okt c. Rt / RW :3. Elevasi : 22 d. Desa :Tulung agung4. Kode GPS : e. Kecamatan :5. Nomor Foto :
No. Observasi
Parameter Klasifikasi Hasil / Ket1 Tutupan lahan a. Hutan (Pimer/Sekunder) Permukiman
b. Tanah Kosongc. Semak Belukard. Kebun
e. Kebun Campuran
f. Tegalang. Sawah Irigasi
h. Pemukiman
I. Industri
2 Kemiringan lereng a. Datar 0 - 3% Datar,1,5%b. Landai 4 - 6 %c. Agak Curam 7 – 9 %
d.Curam 9 – 12 %e. Sangat Curam > 12 %
3 Bentuk Lahan a. Dataran Banjir Dat. alluvialb. Rawa Belakangc. Dataran Aluvial
d. Teras Fluvial Atase. Teras Fluvial Bawah
LEMBAR OBSERVASI LAPANGAN1. Satuan Medan/ No : 16 6. Lokasi :2. Identitas Pengamat : a. Lintang :9210760
a. Nama : liik ind b. Bujur : 627732b. Hari / Tanggal : Sabtu, 25 okt 2014 c. Rt / RW :3. Elevasi :48 d. Desa :4. Kode GPS : e. Kecamatan :5. Nomor Foto :
No. Observasi
Parameter Klasifikasi Hasil / Ket1 Tutupan lahan a. Hutan (Pimer/Sekunder) Tegalan
b. Tanah Kosongc. Semak Belukard. Kebun
e. Kebun Campuran
f. Tegalang. Sawah Irigasi
h. PemukimanI. Industri
2 Kemiringan lereng a. Datar 0 - 3% Datar, 1%b. Landai 4 - 6 %c. Agak Curam 7 – 9 %
d.Curam 9 – 12 %e. Sangat Curam > 12 %
3 Bentuk Lahan a. Dataran Banjir Dat. alluvialb. Rawa Belakangc. Dataran Aluvial
d. Teras Fluvial Atase. Teras Fluvial Bawah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
196
LEMBAR OBSERVASI LAPANGAN1. Satuan Medan/ No : 17 6. Lokasi :2. Identitas Pengamat : a. Lintang : 9212039
a. Nama : Lilik ind b. Bujur : 0618121b. Hari / Tanggal : jumat,24 okt 2014 c. Rt / RW :3. Elevasi : 31 d. Desa : Banjaran4. Kode GPS : e. Kecamatan :Baureno5. Nomor Foto :
No. Observasi
Parameter Klasifikasi Hasil / Ket1 Tutupan lahan a. Hutan (Pimer/Sekunder) Permukiman
b. Tanah Kosongc. Semak Belukard. Kebun
e. Kebun Campuran
f. Tegalang. Sawah Irigasi
h. Pemukiman
I. Industri
2 Kemiringan lereng a. Datar 0 - 3% Datar,2%b. Landai 4 - 6 %c. Agak Curam 7 – 9 %
d.Curam 9 – 12 %e. Sangat Curam > 12 %
3 Bentuk Lahan a. Dataran Banjir Dat.alluvialb. Rawa Belakangc. Dataran Aluvial
d. Teras Fluvial Atase. Teras Fluvial Bawah
LEMBAR OBSERVASI LAPANGAN1. Satuan Medan/ No : 18 6. Lokasi :2. Identitas Pengamat : a. Lintang :
a. Nama : lilik ind b. Bujur :b. Hari / Tanggal : c. Rt / RW :3. Elevasi :34 d. Desa :4. Kode GPS : e. Kecamatan :5. Nomor Foto :
No. Observasi
Parameter Klasifikasi Hasil / Ket1 Tutupan lahan a. Hutan (Pimer/Sekunder) Hutan
b. Tanah Kosongc. Semak Belukard. Kebun
e. Kebun Campuran
f. Tegalang. Sawah Irigasi
h. PemukimanI. Industri
2 Kemiringan lereng a. Datar 0 - 3% Datar, 3%b. Landai 4 - 6 %c. Agak Curam 7 – 9 %
d.Curam 9 – 12 %e. Sangat Curam > 12 %
3 Bentuk Lahan a. Dataran Banjir Teras fluvialbawahb. Rawa Belakang
c. Dataran Aluvial
d. Teras Fluvial Atase. Teras Fluvial Bawah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
197
LEMBAR OBSERVASI LAPANGAN1. Satuan Medan/ No : 19 6. Lokasi :2. Identitas Pengamat : a. Lintang :9210851
a. Nama : lilik ind b. Bujur :627802b. Hari / Tanggal :Sabtu, 25 okt c. Rt / RW :3. Elevasi :55 d. Desa :4. Kode GPS : e. Kecamatan :5. Nomor Foto :
No. Observasi
Parameter Klasifikasi Hasil / Ket1 Tutupan lahan a. Hutan (Pimer/Sekunder) Permukiman
b. Tanah Kosongc. Semak Belukard. Kebun
e. Kebun Campuran
f. Tegalang. Sawah Irigasi
h. Pemukiman
I. Industri
2 Kemiringan lereng a. Datar 0 - 3% Datar, 1,5%b. Landai 4 - 6 %c. Agak Curam 7 – 9 %
d.Curam 9 – 12 %e. Sangat Curam > 12 %
3 Bentuk Lahan a. Dataran Banjir Teras fluvialbawahb. Rawa Belakang
c. Dataran Aluvial
d. Teras Fluvial Atase. Teras Fluvial Bawah
LEMBAR OBSERVASI LAPANGAN1. Satuan Medan/ No : 20 6. Lokasi :2. Identitas Pengamat : a. Lintang : 9211805
a. Nama : lilik ind b. Bujur :0626172b. Hari / Tanggal : sabtu, 25 okt 2014 c. Rt / RW :3. Elevasi :33 d. Desa :4. Kode GPS : e. Kecamatan :5. Nomor Foto :
No. Observasi
Parameter Klasifikasi Hasil / Ket1 Tutupan lahan a. Hutan (Pimer/Sekunder) Hutan bambu,
jatib. Tanah Kosongc. Semak Belukard. Kebun
e. Kebun Campuran
f. Tegalang. Sawah Irigasi
h. PemukimanI. Industri
2 Kemiringan lereng a. Datar 0 - 3% Curam, 10%b. Landai 4 - 6 %c. Agak Curam 7 – 9 %
d.Curam 9 – 12 %e. Sangat Curam > 12 %
3 Bentuk Lahan a. Dataran Banjir Teras fluvialbawahb. Rawa Belakang
c. Dataran Aluvial
d. Teras Fluvial Atase. Teras Fluvial Bawah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
198
LEMBAR OBSERVASI LAPANGAN1. Satuan Medan/ No : 21 6. Lokasi :2. Identitas Pengamat : a. Lintang : 9211583
a. Nama : lilik ind b. Bujur :0621473b. Hari / Tanggal : Jumat, 24 okt 2014 c. Rt / RW :3. Elevasi : 19 d. Desa :4. Kode GPS : e. Kecamatan :5. Nomor Foto :
No. Observasi
Parameter Klasifikasi Hasil / Ket1 Tutupan lahan a. Hutan (Pimer/Sekunder) Tegalan(bambu,
jagung, jati)b. Tanah Kosongc. Semak Belukard. Kebun
e. Kebun Campuran
f. Tegalang. Sawah Irigasi
h. Pemukiman
I. Industri
2 Kemiringan lereng a. Datar 0 - 3% Datar 2,30%b. Landai 4 - 6 %c. Agak Curam 7 – 9 %
d.Curam 9 – 12 %e. Sangat Curam > 12 %
3 Bentuk Lahan a. Dataran Banjir Teras fluvialbawahb. Rawa Belakang
c. Dataran Aluvial
d. Teras Fluvial Atase. Teras Fluvial Bawah
LEMBAR OBSERVASI LAPANGAN1. Satuan Medan/ No : 22 6. Lokasi :2. Identitas Pengamat : a. Lintang :9211630
a. Nama : Llik ind b. Bujur :619714b. Hari / Tanggal : Jumat, 24 okt 2014 c. Rt / RW :3. Elevasi :26 d. Desa :Sratu rejo4. Kode GPS : e. Kecamatan :5. Nomor Foto :
No. Observasi
Parameter Klasifikasi Hasil / Ket1 Tutupan lahan a. Hutan (Pimer/Sekunder) Tegalan
b. Tanah Kosongc. Semak Belukard. Kebun
e. Kebun Campuran
f. Tegalang. Sawah Irigasi
h. PemukimanI. Industri
2 Kemiringan lereng a. Datar 0 - 3% Datar 2,3%b. Landai 4 - 6 %c. Agak Curam 7 – 9 %
d.Curam 9 – 12 %e. Sangat Curam > 12 %
3 Bentuk Lahan a. Dataran Banjir Teras fluvialbawahb. Rawa Belakang
c. Dataran Aluvial
d. Teras Fluvial Atase. Teras Fluvial Bawah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
199
LEMBAR OBSERVASI LAPANGAN1. Satuan Medan/ No :23 6. Lokasi :2. Identitas Pengamat : a. Lintang : 9212136
a. Nama : b. Bujur :627623b. Hari / Tanggal : c. Rt / RW :3. Elevasi : 38 d. Desa :4. Kode GPS : e. Kecamatan :5. Nomor Foto :
No. Observasi
Parameter Klasifikasi Hasil / Ket1 Tutupan lahan a. Hutan (Pimer/Sekunder) Tegalan(singkong,
mahoni)b. Tanah Kosongc. Semak Belukard. Kebun
e. Kebun Campuran
f. Tegalang. Sawah Irigasi
h. Pemukiman
I. Industri
2 Kemiringan lereng a. Datar 0 - 3% Datar 2%b. Landai 4 - 6 %c. Agak Curam 7 – 9 %
d.Curam 9 – 12 %e. Sangat Curam > 12 %
3 Bentuk Lahan a. Dataran Banjir Teras fluvialbawahb. Rawa Belakang
c. Dataran Aluvial
d. Teras Fluvial Atase. Teras Fluvial Bawah
LEMBAR OBSERVASI LAPANGAN1. Satuan Medan/ No : 24 6. Lokasi :2. Identitas Pengamat : a. Lintang : 9211873
a. Nama : b. Bujur :628083b. Hari / Tanggal : c. Rt / RW :3. Elevasi : 52 d. Desa :4. Kode GPS : e. Kecamatan :5. Nomor Foto :
No. Observasi
Parameter Klasifikasi Hasil / Ket1 Tutupan lahan a. Hutan (Pimer/Sekunder) Permukiman
b. Tanah Kosongc. Semak Belukard. Kebun
e. Kebun Campuran
f. Tegalang. Sawah Irigasi
h. PemukimanI. Industri
2 Kemiringan lereng a. Datar 0 - 3% Datar 2%b. Landai 4 - 6 %c. Agak Curam 7 – 9 %
d.Curam 9 – 12 %e. Sangat Curam > 12 %
3 Bentuk Lahan a. Dataran Banjir Teras fluvialbawahb. Rawa Belakang
c. Dataran Aluvial
d. Teras Fluvial Atase. Teras Fluvial Bawah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
200
Gambar: satuan medan 1 Gambar: satuan medan 2
Gambar: satuan medan 3 Gambar: satuan medan 4
Gambar: satuan medan 5 Gambar: satuan medan 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
201
Gambar: satuan medan 7 Gambar: satuan medan 8
Gambar: satuan medan 9 Gambar: satuan medan 10
Gambar: Satuan medan 11 Gambar: satuan medan 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
202
Gambar: satuan medan 13 Gambar: satuan medan 14
Gambar: satuan medan 15 Gambar : satuan medan 16
Gambar: Satuan medan 17 Gambar: satuan medan 18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
203
Gambar: satuan medan 19 Gambar : satuan medan 20
Gambar : satuan medan 21 Gambar : satuan medan 22
Gambar : satuan medan 23 Gambar : satuan medan 24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
204
Wawancara dengan responden
Wawancara dengan responden Wawancara dengan responden
Wawancara dengan responden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
205
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SMP Negeri 2 Baureno BojonegoroMata Pelajaran : IPSKelas/ Semester : VII/1Topik : Keadaan alam dan aktivitas pendudukSub Topik : Bentuk Muka Bumi dan Aktivitas
Penduduk IndonesiaAlokasi Waktu : 4 x 40 Menit
A. KOMPETENSI INTI1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya
terkait fenomena dan kejadian tampak mata4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/ teori.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
206
B. KOMPETENSI DASAR
1.3 Menghargai karunia tuhan yang maha Esa telah menciptakan manusia dan
lingkungannya.
2.1 Meniru perilaku jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli, santun, dan
percaya diri sebagaimana ditunjukkan oleh tokoh-tokoh pada masa
Hindu-Buddha dan Islam daam kehidupan sekarang.
3.2 Memahami aspek keruangan dan konektivitas antar ruang dan waktu
dalam lingkup regional serta perubahan dan keberlanjutan kehidupan
manusia (ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan politik).
Indikator :
a. Menjelaskan pengertian bentuk muka bumi dan aktivitas penduduk
b. Menjelaskan bentuk muka bumi dan aktivitas penduduk
c. Mejelaskan perbedaan aktifitas masyarakat di suatu wilayah yang
dipengaruhi oleh keadaan muka bumi
d. Menjelaskan berbagai resiko bencana alam yang dihadapi pada
berbagai bentuk muka bumi
4.3 Mengobservasi dan menyajikan bentuk-bentuk dinamika interaksi
manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi di
lingkungan masyarakat sekitar
Indikator :
a. Menyajikan bentuk-bentuk dinamika interaksi manusia dengan
lingkungan alam,sosial, budaya dan ekonomi dilingkungan masyarakat
sekitar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
207
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui diskusi siswa diharapkan dapat:
a. Menjelaskan pengertian bentuk muka bumi dan aktivitas penduduk
b. Menjelaskan bentuk muka bumi dan aktivitas penduduk
c. Mejelaskan perbedaan aktifitas masyarakat di suatu wilayah yang
dipengaruhi oleh keadaan muka bumi
d. Menjelaskan berbagai resiko bencana alam yang dihadapi pada
berbagai bentuk muka bumi
D. MATERI
1. Kondisi bentuk muka bumi dan aktivitas penduduk
2. Pengertian bentuk muka bumi dan aktivitaspenduduk
3. Perbedaan aktifitas masyarakat di suatu wilayah yang dipengaruhi oleh
keadaan muka bumi.
4. Berbagai resiko bencana alam yang dihadapi pada berbagai bentuk muka
bumi.
E. PENDEKATAN/ STRATEGI/ METODE PEMBELAJARAN
1. Pendekatan : Saintifik
2. Metode : Diskusi kelompok
F. MEDIA, ALAT, DAN SUMBER PEMBELAJARAN
1. Media : Komputer dan LCD
2. Alat dan Bahan:
Peta fisiografi wilayah Indonesia
Peta Administrasi kecamatan Baureno
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
208
Peta Satuan Medan wilayah kecamatan Baureno
G. SUMBER BELAJAR
1. Buku IPS kelas VII Perbuk 2013
2. LKS IPS bentuk muka bumi
3. Buku-buku IPS yang relevan
4. Data Parameter banjir di kecamatan Baureno
5. Peta analisis tingkat kerawanan banjir di kecamatan Baureno
H. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan 1 / 2 x 40 menit
Kegiatan Deskripsi KegiatanAlokasiWaktu
Pendahuluan 1. Pelajaran dimulai dengan mengucapkan salamdan mengajak berdoa bersama, kemudianmenanyakan keadaan siswa serta mengecektingkat kehadirannya,
2. Tanya jawab tentang keadaan alam sekitartempat tinggal siswa
3. Menginformasikan tujuan yang ingin dicapaidan menjelaskan metode pembelajaran yangakan digunakan.
4. Memberi gambaran garis besar materi yangakan dipelajari
3 menit
3 menit
2 menit
7 menit
KegiatanInti
1. Kelas dibagi dalam 8 kelompok ( Kelompok Asd H) yang masing-masing kelompokberanggotakan 4 siswa
2. Siswa dapat berperilaku jujur, disiplin,bertanggung jawab, peduli, bekerja sama,toleran dan percaya diri dalam melaksanakandiskusi kelompok
3. Tanya jawab antara guru dan siswa untukmembangun sikap dan persepsi positifterhadap pembelajaran.
4. Siswa melakukan diskusi kelompok. Dan guru
5 menit
10 menit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
209
Kegiatan Deskripsi KegiatanAlokasiWaktu
membagikan kertas bahan diskusi. Setiapkelompok diberikan Bahan diskusi yang samaoleh guru.
5. Setiap kelompok di fasilitasi guru denganpeta fisiografis Indonesia , peta administratifkecamatan Baureno, serta peta satuan medanwilayah kecamatan Baureno.
6. Siswa melakukan aktivitas kelompok.7. Guru melaksanakan aktifitas penilaian sikap
terhadap siswa (selama diskusi kelompokberlangsung)
8. Presentasi hasil diskusi kelompok siswa
15 menit
25 menit
Penutup 1. Guru dan siswa menyimpulkan materi dalamkegiatan pembejaran.
2. Siswa diajak untuk merenungkan manfaat darikegiatan pembelajaran ini
3. Guru memberikan tes lisan kepada sisiwa ,berkaitan dengan pembahasan hari itu.
4. Guru memberi tugas rumah , dibuku siswahalaman 19
5. Menutup pelajaran dengan berdoa sesuaidengan agama dan keyakinan masing-masing
3 menit
1 menit
4 menit
1 menit
1 menit
I. PENILAIAN
1. Metode dan Bentuk Instrumen
Metode Bentuk Instrumen1. Penilaian Sikap Lembar pengamatan Sikap dan Rubrik2. Diskusi Tes pengamatan peta fisiografis Indonesia,
peta administrasi wilayah kecamatan Baureno,peta satuan medan, peta kerawanan banjir dikecamatan Baureno.
3. Tes lisan Tes Uraian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
210
2. Instrumen
a. Rubrik Lembar pengamatan sikap
No. Nama
Perilaku
Nilai Ket.Kedisiplinan Kerjasama KejujuranTanggungJawab
1.2.3.4.
Keterangan :
1) Kolom perilaku diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteriaberikut:
1 = sangat kurang2 = kurang3 = sedang4 = baik5 = amat baik
2) Nilai merupakan jumlah dari skor-skor tiap indikator perilaku.3) Keterangan diisi dengan kriteria berikut :
Nilai 18-20 = berarti amat baikNilai 14-17 = berarti baikNilai 10-13 = berarti sedangNilai 5-9 = berarti kurangNilai 0-4 = berarti sangat kurang
4) Konversi nilai
Skor total jawaban benar siswaKonversi Nilai = ---------------------------------------- X 100
Skor maksimum perangkat tes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
211
b. Rubrik Lembar pengamatan peta :
NONamaSiswa
A s p e kJumlSkor
NilaiKetrampilanmembaca,analisis peta
Ketelitian
Kerjasama
Keaktifan
Kedisiplinan
1234Dst
Keterangan Skor : Kriteria NilaiBaik sekali = 4 A = 80 – 100 : Baik SekaliBaik = 3 B = 70 – 79 : BaikCukup = 2 C = 60 – 69 : CukupKurang = 1 D = ‹ 60 : Kurang
Skor perolehanNilai = X 100
Skor Maksimal
3. Test lisan
a. Sebutkan bentuk muka bumi !
b. Jelaskan keragaman kondisi fisiografis atau bentuk muka bumi di wilayah
Indonesia pada umumnya dan wilayah Kecamatan Baureno pada
khususnya.
c. Mengapa penduduk cenderung terpusat di daerah dataran rendah?
d. Mengapa aktivitas ekonomi di daerah perbukitan sulit berkembang
menjadi sebuah pusat perekonomian?
e. Mengapa bencana alam di dataran rendah biasanya banjir?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
212
4. Kunci :
No.Soal
Jawaban Skor
1.Dataran rendah, bukit dan perbukitan, dataran tinggi danpegunungan 10
2.
a. Dataran rendah dengan ketinggian 0 – 200 m dpalb. Dataran tinggi dengan ketinggian 200< - 400 m dpalc. Daerah bukit dan perbukitan dengan ketinggian 400< – 600m dpald. Daerah gunung dan pegunungan dengan ketinggian >600 m
dpal
30
3.
a. Karena didaerah dataran rendah, penduduk mudahmelakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat lainnya.
b. Didaerah dataran rendah banyak dijumpai lahan suburkarena biasanya berupa tanah aluvial atau hasil endapansungai yang subur.
c. Memudahkan penduduk untuk berhubungan dengan dunialuar melalui jalur darat
30
4Karena Di daerah perbukitan, mobilitas manusia tidak semudahdi daerah dataran rendah, sehingga pemusatan permukiman danindustri relatif terbatas
15
5Karena bentuk muka buminya yang rendah, sehinggaberpotensi menimbulkan genangan
15
Total 100
Bojonegoro, 10 Januari 2015
Mengetahui,Kepala SMP Negeri 2 Baureno Guru Mata Pelajaran IPS
Drs. H. Sugiyanto Lilik indawati19610417 198603 1010 19750330 200510 2006
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
213
RINGKASAN MATERI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
214perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
215
Keadaan muka bumi Indonesia dan aktivitas penduduknya adalah sebagai
berikut:
1. Dataran Rendah
Dataran rendah adalah bagian dari permukaan bumi dengan letak
ketinggian 0-200 m di atas permukaan air laut (dpal). Di daerah dataran rendah,
aktivitas yang dominan adalah aktivitas permukiman dan pertanian. Di daerah ini
biasanya terjadi aktivitas pertanian dalam skala luas dan pemusatan penduduk
yang besar. Di Pulau Jawa, penduduk memanfaatkan lahan dataran rendah untuk
menanam berbagai macam jenis tanaman pangan( seperti: padi, jagung) sehingga
Jawa menjadi sentra penghasil tanaman panngan terbesar di Indonesia. Ada
beberapa alasan terjadinya aktivitas pertanian dan permukiman di daerah dataran
rendah, yaitu seperti berikut:
a. Di daerah dataran rendah, penduduk mudah melakukan pergerakan atau
mobilitas dari satu tempat ke tempat lainnya.
b. Di daerah dataran rendah, banyak dijumpai lahan subur karena biasanya
berupa tanah aluvialatau hasil endapan/sedimentasi sungai (yang sifatnya
subur.)
c. Dataran rendah dekat dengan pantai sehingga banyak penduduk yang bekerja
sebagai nelayan.
d. Memudahkan penduduk untuk berhubungan dengan dunia luar melalui jalur
laut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
216
Dengan berbagai keuntungan tersebut, banyak penduduk bermukim di
dataran rendah. Pemusatan penduduk di dataran rendah kemudian berkembang
menjadi daerah perkotaan. Sebagian besar daerah perkotaan di Indonesia, bahkan
dunia, terdapat di dataran rendah. Aktivitas pertanian di dataran rendah umumnya
adalah aktivitas pertanian lahan basah. Aktivitas pertanian lahan basah dilakukan
di daerah yang sumber airnya cukup tersedia untuk mengairi lahan pertanian.
Lahan basah umumnya dimanfaatkan untuk tanaman padi yang dikenal dengan
pertanian sawah. Selain memiliki aktivitas penduduk tertentu yang dominan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
217
berkembang, dataran rendah juga memiliki potensi bencana alam. Bencana alam
yang berpotensi terjadi di dataran rendah adalah banjir, tsunami, dan gempa.
Banjir di dataran rendah terjadi karena aliran air sungai yang tidak mampu
lagi ditampung oleh alur sungai. Tidak mampunya sungai menampung aliran air
dapat terjadi karena aliran air dari daerah hulu yang terlalu besar, pendangkalan
sungai, penyempitan alur sungai, atau banyaknya sampah di sungai yang
menghambat aliran sungai. Bencana banjir memiliki beberapa tanda yang dapat
kita lihat. Secara umum, tanda - tanda tersebut antara lain sebagai berikut.
a. Terjadinya hujan dengan intensitas curah hujan yang tinggi tanpa disertai
dengan proses infiltrasi/ penyerapan yang baik.
b. Air melebihi batas sempadan sungai sehingga meluap dan menggenangi
daerah sekitarnya.
c. Air yang jatuh ke permukaan tidak dapat mengalir dengan baik karena
saluran drainase yang ada tidak berfungsi dengan baik sehingga air
tersumbat dan tidak dapat mengalir dengan baik.
d. Air tidak menyerap ke dalam tanah karena berkurangnya vegetasi sebagai
penyerap atau penyimpan air.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
218
Apa yang sebaiknya dilakukan untuk menghindari banjir? Agar terhindar
dari bencana banjir, sebaiknya perhatikanlah hal-hal berikut ini.
a. Hindari tinggal di wilayah-wilayah rentan bahaya banjir, seperti di dataran
banjir atau dataran yang biasa terkena banjir.
b. Tinggikan bangunan tempat tinggal sehingga perabotan rumah dan
peralatan listrik aman dari genangan air.
c. Bersama-sama dengan anggota masyarakat lainnya membangun tanggul
untuk menghambat air masuk ke lingkungan tempat tinggal kita.
d. Menjaga kebersihan lingkungan dari sampah organik dan anorganik,serta
selalu melakukan kegiatan kelestarian lingkungan (penghijauan di
sepanjang DAS).
2. Dataran Tinggi
Dataran tinggi adalah adalah daerah datar yang memiliki ketinggian lebih
dari 400 meter dpal. Daerah ini memungkinkan mobilitas penduduk berlangsung
lancar seperti halnya di dataran rendah. Oleh karena itu, beberapa dataran tinggi di
Indonesia berkembang menjadi pemusatan ekonomi penduduk, contohnya
Dataran Tinggi Bandung. Aktivitas pertanian juga berkembang di dataran tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
219
Di daerah ini, sebagian penduduk menanam jenis tanaman bunga dan buah, serta
beberapa jenis sayuran. Suhu yang tidak terlalu panas memungkinkan penduduk
menanam beberapa jenis sayuran seperti tomat dan cabe. Sejumlah dataran tinggi
menjadi daerah tujuan wisata. Udaranya yang sejuk dan pemandangan alamnya
yang indah menjadi daya tarik penduduk untuk berwisata ke daerah dataran tinggi.
Beberapa dataran tinggi di Indonesia menjadi daerah tujuan wisata misalnya
Bandung dan Dieng. Potensi bencana alam di dataran tinggi biasanya adalah tanah
longsor.
3. Bukit dan perbukitan
Bukit adalah bagian dari permukaan bumi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan daerah sekitarnya dengan ketinggian kurang dari 600 m dpal. Bukit tidak
tampak curam seperti halnya gunung. Perbukitan berarti kumpulan dari sejumlah
bukit pada suatu wilayah tertentu. Di daerah perbukitan, aktivitas permukiman
tidak seperti di dataran rendah. Permukiman tersebar pada daerah-daerah tertentu
atau membentuk kelompok-kelompok kecil. Penduduk memanfaatkan lahan datar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
220
yang luasnya terbatas di antara perbukitan. Permukiman umumnya dibangun di
kaki atau lembah perbukitan karena biasanya di tempat tersebut ditemukan
sumber air berupa mata air atau sungai.
Aktivitas ekonomi, khususnya pertanian, dilakukan dengan memanfaatkan
lahan-lahan dengan kemiringan lereng tertentu. Untuk memudahkan penanaman,
penduduk menggunakan teknik sengkedan dengan memotong bagian lereng
tertentu agar menjadi datar. Teknik ini kemudian juga bermanfaat mengurangi
erosi atau pengikisan oleh air.
Di daerah perbukitan, pada umumnya aktivitas pertanian adalah pertanian
lahan kering. Pertanian lahan kering merupakan pertanian yang dilakukan di
wilayah yang pasokan airnya terbatas atau hanya mengandalkan air hujan. Istilah
pertanian lahan kering sama dengan ladang atau huma yang dilakukan secara
menetap maupun berpindah-pindah seperti di Kalimantan. Tanaman yang ditanam
umumnya adalah umbi-umbian atau palawija dan tanaman tahunan (kayu dan
buah-buahan). Pada bagian lereng yang masih landai dan lembah perbukitan,
sebagian penduduk juga memanfaatkan lahannya untuk tanaman padi.
Aktivitas ekonomi di daerah perbukitan sulit berkembang menjadi sebuah
pusat perekonomian. Di daerah perbukitan, mobilitas manusia tidak semudah di
daerah dataran sehingga pemusatan permukiman dan industri relatif terbatas.
Meskipun demikian, daerah perbukitan dapat dikembangkan menjadi daerah
pariwisata karena panorama alamnya yang indah dan suhu udaranya yang sejuk.
Aktivitas pariwisata yang dapat dikembangkan antara lain wisata alam yang
tujuannya menikmati pemandangan daerah perbukitan yang indah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
221
4. Pantai
Pantai merupakan bagian dari dataran rendah yang berbatasan dengan laut.
Di daerah pantai, aktifitas ekonomi masyarakat pada umumnya adalah nelayan.
Ancaman bencana yang mengancam penduduk adalah tsunami. Apa yang
sebaiknya dilakukan untuk menghindari bahaya tsunami? Kamu sebaiknya
menyiapkan diri terhadap kemungkinan terjadinya tsunami dengan
memperhatikan hal- hal berikut ini.
a. Jika kamu tinggal di daerah pantai dan merasakan adanya gempa kuat
yang disertai dengan suara ledakan di laut, sebaiknya kamu bersiap-siap
untuk menghadapi kemungkinan terjadinya tsunami. Segera tinggalkan
daratan pantai tempat kamu tinggal jika gempa kuat terjadi.
b. Jika kamu melihat air pantai mendadak surut sehingga dasar laut tampak
jelas, segera jauhi pantai karena hal itu merupakan peringatan alam bahwa
akan terjadi tsunami.
c. Tanda-tanda alam lainnya kadang terjadi seperti banyaknya ikan di pantai
dan tiba-tiba banyak terdapat burung terbang meninggalkan pantai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
222
d. Seringkali gelombang tsunami yang kecil disusul oleh gelombang raksasa
di belakangnya. Oleh karena itu, harus waspada.
e. Lembaga pemerintah yang berwenang biasanya selalu memantau
kemungkinan terjadinya tsunami. Oleh karena itu, jika belum ada
pernyataan “keadaan aman”, kamu sebaiknya tetap menjauhi pantai.
Potensi bencana yang juga mengancam daerah pantai adalah gempa.
Sebenarnya tidak semua wilayah pantai di Indonesia berpotensi gempa. Pantai
barat Sumatra, pantai selatan Jawa sampai Nusa tenggara berpotensi gempa.
Pantai di Pulau Kalimantan relatif aman dari gempa karena jauh dari pusat gempa.
Wilayah lainnya adalah Sulawesi, Maluku, Papua, dan sejumlah pulau lainnya.
Ancaman gempa juga dapat terjadi di daerah perbukitan dan pegunungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
223
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
Tugas Individu
1. Buatlah tulisan yang menggambarkan keterkaitan antara manusia dan
lingkungannya yang terjadi di daerah kalian !
2. Setiap individu membuat masing-masing 2 contoh keterkaitan atau saling
pengaruh antar komponen lingkungan tersebut !
Komponen Contoh Keterkaitan
Alam dan alam
Alam dan sosial
Alam dengan budaya/ binaan /buatan
Kunci Jawaban
1. Keterkaitan antara lingkungan alam
a. Terjadinya gunung meletus menyebabkan lingkungan, persawahan,
perkebunan, menjadi rusak.
b. Angin tornado menyebabkan lingkungan pemukiman, lingkungan
perkebunan rusak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
224
2. Antara alam dengan sosial:
a. Bencana banjir, angin topan, tsunami, gempa bumi, gunung meletus,
menyebabkan pemukian rusak. Banyak penduduk kehilangan tempat
tinggal dan pekerjaan.
b. Dengan kondisi tersebut dapat menurunkan kesejahteraan dan moralitas
yang akhirnya masyarakat dapat bertindak negatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
225
3. Antara alam dengan budaya:
a. Bencana banjir, menghasilkan budaya masyarakat antara lain :
1) Sistem ilmu pengetahuan dan teknologi. Contoh: Bendungan/
Waduk dan Jembatan.
b. Lingkungan pantai menghasilkan budaya masyarakat antara lain:
1) Sistem mata pencaharian hidup: Nelayan
2) Sistem IPTEK : Pandai membuat perahu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
226perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user