Download - Digestive System
CA REKTI
Makalah
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Digestive System in Nursingdengan dosen mata kuliah Dian Anggraini, S.Kep., Ners.
disusun oleh:
Asep Ramdhan : 043-315-13-1-006
Dea Fairuz Hasna Latifah : 043-315-13-1-008
Difa Yuliana : 043-315-13-1-011
Doni Dulgani : 043-315-13-1-013
KELAS S1 2A
PROGRAM STUDI KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PERSATUAN PERAWAT
NASIONAL INDONESIA JAWA BARAT
BANDUNG
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan
makalah CA Rektal ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki.
Penulis berterima kasih Bu Dian Anggraini selaku Dosen mata kuliah Digestive
System in Nursing yang telah memberikan tugas ini kepada tim penulis.
Kami menyadari, bahwa proses penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
selesai dengan baik dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati dan dengan tangan
terbuka menerima masukan, saran dan usulan guna penyempurnaan makalah ini di
kemudian hari.
Kami sadari pula, bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini kami menghaturkan rasa
hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Bandung, 15 November 2014
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...............................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
2.2 Rumusan Masalah......................................................................................................2
2.3 Tujuan........................................................................................................................2
2.4 Manfaat......................................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1 Konsep Dasar Medik Kanker.....................................................................................3
2.1.1 Pengertian Kanker...............................................................................................3
2.1.2 Klasifikasi Kanker...............................................................................................4
2.1.3 Jenis-jenis kanker umum.....................................................................................4
2.1.4 Faktor resiko........................................................................................................5
2.1.5 Patogenesis Terjadinya Penyakit Kanker...........................................................8
ii
2.1.6 Gejala kanker.......................................................................................................9
2.1.7 Diagnosis kanker...............................................................................................10
2.1.8 Stadium kanker..................................................................................................10
2.1.9 Terapi kanker.....................................................................................................13
2.2 Konsep Dasar Medik Kanker Rekti.........................................................................15
2.2.1 Pengertian Kanker Rekti...................................................................................15
2.2.2 Etiologi Kanker Rekti........................................................................................15
2.2.3 Patofisiologi......................................................................................................16
2.2.4 Manifestasi Klinis.............................................................................................16
2.2.5 Klasifikasi..........................................................................................................17
2.2.6 Komplikasi........................................................................................................18
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................18
2.3 Fokus Pengkajian keperawatan................................................................................19
2.3.1 Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik.....................................................19
2.3.2 Tes Diagnostik...................................................................................................22
2.3.3 Prioritas Keperawatan.......................................................................................23
2.3.4 Diagnosa Keperawatan......................................................................................23
iii
2.3.5 Intervensi Keperawatan.....................................................................................24
BAB 3 KESIMPULAN.....................................................................................................31
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................31
3.2 Saran........................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................32
iv
DAFTAR TABEL
Table 2.1 Jumlah kasus baru dan kematian untuk setiap jenis kanker…………………5
Tabel 2.2 Tumor Primer (T)
Table 2.3 Metastasis jauh (M)………………………...……………………………….11
Table 2.4 Kelenjar getah bening regional (N)………...………………………………..12
Table 2.5 Tahapan…………………………………………..………………………….12
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak
teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik
dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan
migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis).
Kolon (termasuk rectum) merupakan tempat keganasan tersering dari saluran
cerna. Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besardibandingkan kanker
rectal. Kanker kolon merupakan penyebab ketiga dari semuakematian akibat kanker
di Amerika Serikat, baik pada pria maupun wanita (Cancer Facts and Figures, 1991).
Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal didiagnosis di Negara
ini setiap tahunnya. Insidensnya meningkat sesuai dengan usia, kebanyakan pada
pasien yang berusia lebih dari 55 tahun. Kanker ini jarang ditemukan di bawah usia
40 tahun, kecuali pada orang dengan riwayat kolitisulseratif atau poliposis familial.
Kedua kelamin terserang sama seringnya, walaupun kanker kolon lebih sering pada
wanita, sedangkan lesi pada rectum lebih sering pada pria.
Namun pada tahun-tahun terakhir, diketemukan adanya pergeseran mencolok
pada distribusinya. Insidens kanker pada sigmoid & area rectal telah menurun,
sedangkan insidens pada kolon asendens dan desendens meningkat. Angka
kelangsungan hidup di bawah 5 tahun adalah 40 – 50 %, terutama karena terlambat
dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang asimptomatis dalam
1
jangka waktu yang lama dan mencari bantuan kesehatanhanya bila mereka
menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atauperdarahan rectal.
2.2 Rumusan Masalah
Agar penulisan makalah ini tidak menyimpang dari tujuan, maka penulis
membatasi masalah pada:
1. Apa saja dan bagaimana konsep dari CA?
2. Apa saja dan bagaimana konsep dari CA Rekti?
3. Apa saja dan bagaimana Asuhan Keperawatan dari CA Rekti?
2.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa saja dan bagaimana konsep dari CA.
2. Untuk mengetahui apa saja dan bagaimana konsep dari CA Rekti.
3. Untuk mengetahui apa saja dan bagaimana Asuhan keperawatan dari CA Rekti.
2.4 Manfaat
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai proses pembelajaran
mahasiswa dalam memahami penyakit kulit khusunya konsep dari kanker, kanker
rekti serta asuhan keperawatannya. Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini yaitu
untuk memahami konsep dari kanker maupun kanker rekti yang berisi defenisi,
etiologi, manifestasi klinis, klassifikasi, penatalaksanaan medis dan keperawatan serta
asuhan keperawatan kanker rekti.
2
3
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Medik Kanker
2.1.1 Pengertian Kanker
Kanker adalah istilah yang digunakan untuk suatu kondisi di mana sel telah
kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga mengalami
pertumbuhan yang tidak normal, cepat, dan tidak terkendali (Dinas Kesehatan Kab
Bone Bolango, 2007). Terdapat lebih daripada 100 jenis kanker dan setiapnya
diklasifikasi berdasarkan jenis sel yang terlibat. Sejalan dengan pertumbuhan dan
kembang biaknya, sel-sel kanker membentuk suatu massa dari jaringan ganas yang
menyusup ke jaringan sehat di sekitarnya yang dikenal sebagai invasif. Di samping
itu, sel kanker dapat menyebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lainnya yang jauh
dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening sehingga
tumbuh kanker baru di tempat lain dan hasilnya adalah suatu kondisi serius yang
sangat sulit untuk diobati.
Organisasi Penanggulangan Kanker Dunia (UICC) maupun Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, diperkirakan angka kejadian kanker di dunia
meningkat 300 persen pada 2030, terutama di negara-negara berkembang, seperti
Indonesia (KOMPAS, 2009). Di Indonesia, kanker menduduki peringkat keenam
sebagai penyebab kematian dan sekitar 800.000 orang Indonesia terserang kanker
setiap tahun (Suara Pembaruan Daily, 2007). Hal ini sejalan dengan pernyataan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia pada Kabinet Indonesia Bersatu, Siti Fadilah
Supari (2005), menyatakan bahwa kanker telah menjadi ancaman serius bagi
masyarakat Indonesia. Begitu pula dalam sambutannya ketika merasmikan 1st
International Scientific Meeting Indonesian Society of Surgical Oncologist/ISSO),
4
beliau menyatakan bahwa jumlah pasien kanker di Indonesia mencapai 6% dari 200
juta lebih penduduk Indonesia (Siswono, 2005).
2.1.2 Klasifikasi Kanker
Ada lima kelompok besar yang digunakan untuk mengklasifikasikan kanker yaitu
karsinoma, sarkoma, limfoma, adenoma dan leukemia (National Cancer Institute,
2009).
1. Karsinoma ialah kanker yang berasal dari kulit atau jaringan yang menutupi organ
internal.
2. Sarkoma ialah kanker yang berasal dari tulang, tulang rawan, lemak, otot,
pembuluh darah, atau jaringan ikat.
3. Limfoma ialah kanker yang berasal dari kelenjar getah bening dan jaringan sistem
kekebalan tubuh.
4. Adenoma ialah kanker yang berasal dari tiroid, kelenjar pituitari, kelenjar adrenal,
dan jaringan kelenjar lainnya.
5. Leukemia ialah kanker yang berasal dari jaringan pembentuk darah seperti sumsum
tulang dan sering menumpuk dalam aliran darah.
2.1.3 Jenis-jenis kanker umum
Daftar jenis kanker yang umum termasuk kanker yang didiagnosis dengan
frekuensi terbesar di mana kejadian tahunan untuk tahun 2008 diperkirakan harus
35.000 kasus atau lebih. Tabel berikut memberikan perkiraan jumlah kasus baru dan
kematian untuk setiap jenis kanker yang umum:
5
Tabel 2.1
Jumlah kasus baru dan kematian untuk setiap jenis kanker
Jenis Kanker Perikaraan Kasus Baru Estimasi Kematian
Kandung kemih 68.810 14.100
Payudara (Wanita - Pria ) 182.460 - 1.990 40.480 - 450
Usus besar dan rektal
(gabungan)
148.810 49.960
Endometrium 40.100 7.470
Ginjal (Renal Cell) 46.232 11.059
Leukemia (semua) 44.270 21.710
Paru-paru (termasuk
bronkus)
215.020 161.840
Melanoma 62.480 8.420
Limfoma Non-Hodgkin 66.120 19.160
Pankreas 37.680 34.290
Prostata 186.320 28.660
Kulit (nonmelanoma) > 1.000.000 <1.000
Kelenjar gondok 37.340 1.590
(Sumber: US National Institutes of Health, Institut Kanker Nasional)
2.1.4 Faktor resiko
Terdapat empat faktor penyebab kanker seperti biologis, lingkungan,
makanan dan psikologis. Keempat-empat faktor penyebab kanker tersebut dijelaskan
seperti berikut:
6
2.1.4.1 Biologis
a. Keturunan
Sejumlah penelitian menemukan bahwa sekitar 5% dari kasus kanker
diakibatkan oleh faktor keturunan. Faktor keturunan ini memang susah untuk
dihindari (Arief, I., 2009).
b. Hormon
Hormon estrogen yang berlebihan dalam tubuh dapat meningkatkan
kemungkinan terjangkitnya kanker kandungan dan kanker payudara. Sedang
hormon progesteron dapat mencegah timbulnya kanker endometrium, tetapi
meningkatkan resiko kanker payudara. Kedua jenis hormon tersebut banyak
digunakan sebagai bahan pil KB maupun terapi hormon pada wanita
menopause. Penggunaan jangka panjang dapat mengurangi resiko kanker
kandungan dan endometrium, tetapi meningkatkan resiko kanker payudara dan
kanker hepar (Kusmawan, E., 2009).
c. Virus dan kuman
Virus human papilloma (HPV), merupakan penyebab utama kanker
leher rahim dan dapat meningkatkan resiko timbulnya kanker jenis lain. Virus
hepatitis B dan hepatitis C dapat memicu timbulnya kanker hati. Virus human
T-cell leukemia/lymphoma (HTLV-1) meningkatkan resiko limfoma dan
leukemia. Virus human immunodefisiensi (HIV) yang dikenal sebagai
penyebab AIDS ini meningkatkan resiko limfoma dan Kaposi’s sarcoma. Virus
Epstein-Barr meningkatkan resiko terjangkitnya limfoma. Virus human herpes
8 (HHV8) dapat menyebabkan Kaposi’s sarcoma. Helicobacter pylori
penyebab luka lambung dan usus juga dapat menimbulkan kanker di sepanjang
saluran pencernaan. Untuk mengurangi kemungkinan tertular virus/bakteri
7
tersebut, hindari berganti-ganti pasangan seksual, juga jangan saling bertukar
sikat gigi, jarum, sisir, peralatan makan, dan sebagainya (Kusmawan, E.,
2009).
2.1.4.2 Lingkungan (DETAK, 2007 dan Harnawatiaj, 2008)
a. Tembakau
Asap rokok/tembakau yang dihirup baik perokok aktif maupun perokok pasif
dapat menyebabkan kanker paru, pita suara, mulut, tenggorokan, ginjal, kandung
kencing, kerongkongan, perut, pankreas, leukemia, dan leher rahim. Bukan hanya
asapnya, bahkan sering menghirup aroma tembakau serta mengunyahnya juga
dapat menyebabkan kanker.
b. Penyinaran yang berlebihan
Sinar matahari pagi baik untuk kesehatan. Tetapi sinar matahari siang yang
banyak mengandung ultraviolet dapat menyebabkan kanker kulit. Sinar ultraviolet
dapat menembus kaca, pakaian yang tipis, juga dapat dipantulkan oleh pasir, air,
salju, dan es. Perlu diingat bahwa lampu-lampu ultraviolet yang banyak dijual di
toko juga dapat menyebabkan kanker.
c. Polusi udara
Menurut Chen Zichou, seorang ahli Institut Penelitian Kanker mengatakan,
penyebab utama meningkatnya jumlah kanker di China disebabkan polusi udara,
lingkungan, dan kondisi air yang kian hari kian memburuk.
2.1.4.3 Makanan
Banyak zat kimia yang ditambahkan dalam makanan dapat menjadi pemicu
kanker, misalnya zat pengawet, pewarna buatan, pemanis buatan dan perasa
8
buatan. Padahal, hampir semua makanan/minuman produksi pabrik atau yang
dijual di restoran mengandung zat-zat tambahan tersebut. Selain itu, kebanyakan
sayur-sayuran dan buah-buahan ditanam dengan mengandalkan pupuk buatan dan
pestisida. Makanan yang dipanggang, dibakar, atau digoreng dengan minyak
jelantah juga berpotensi menyebabkan kanker (Cancer Helps, 2009).
2.1.4.4 Psikologis
a. Stress
Kondisi stress dapat melemahkan respon imunitas tubuh. Menurunnya sistem
imunitas ini mempermudah sel-sel kanker menyerang tubuh karena kemampuan sel
imun untuk mengenal dan melawan musuh tidak dapat berfungsi secara baik.
2.1.5 Patogenesis Terjadinya Penyakit Kanker
Semua kanker bermula dari sel, yang merupakan unit dasar kehidupan tubuh.
Untuk memahami kanker, sangat penting untuk mengetahui apa yang terjadi ketika
sel-sel normal menjadi sel kanker. Tubuh terdiri dari banyak jenis sel. Sel-sel tumbuh
dan membelah secara terkontrol untuk menghasilkan lebih banyak sel seperti yang
dibutuhkan untuk menjaga tubuh sehat. Ketika sel menjadi tua atau rusak, mereka
mati dan diganti dengan sel-sel baru. Kematian sel terprogram ini disebut apoptosis,
dan ketika proses ini rusak, kanker mulai terbentuk. Sel dapat mengalami
pertumbuhan yang tidak terkendali jika ada kerusakan atau mutasi pada DNA. Empat
jenis gen yang bertanggung jawab untuk proses pembelahan sel yaitu onkogen yang
mangatur proses pembahagian sel, gen penekan tumor yang menghalang dari
pembahagian sel, suicide gene yang kontrol apoptosis dan gen DNA-perbaikan
menginstruksikan sel untuk memperbaiki DNA yang rusak. Maka, kanker merupakan
hasil dari mutasi DNA onkogen dan gen penekan tumor sehingga menyebabkan
pertumbuhan sel yang tidak terkendali (National Cancer Institute, 2009).
9
Sel-sel tambahan ini dapat membentuk massa jaringan yang disebut tumor.
Namun, tidak semua jenis tumor itu kanker. Tumor dapat dibagikan sebagai tumor
jinak dan ganas di mana yang jinak dapat dihapus dan tidak menyebar ke bagian
tubuh lain manakala tumor ganas merupakan kanker yang dapat menyerang jaringan
sekitar dan menyebar ke bagian tubuh lain. Beberapa kanker tidak membentuk tumor
misalnya leukemia (National Cancer Institute, 2009).
2.1.6 Gejala kanker
Gejala kanker cukup bervariasi dan tergantung lokasi kanker, tahap
penyebaran, dan saiz tumor. Beberapa kanker dapat dirasakan atau dilihat melalui
kulit seperti benjolan pada payudara atau testikel dan dapat dijadikan indicator lokasi
kanker tersebut. Kanker kulit sering diidentifikasi dengan perubahan kutil atau tahi
lalat pada kulit. Beberapa kanker mulut memberikan gambaran bercak putih di dalam
mulut atau bintik putih di lidah.
Jenis kanker lain memiliki gejala yang kurang jelas secara fisik. Beberapa
tumor otak cenderung menampilkan gejala awal penyakit karena mereka
mempengaruhi fungsi kognitif penting. Kanker pankreas biasanya terlalu kecil untuk
menyebabkan gejala sehingga rasa sakit terjadi akibat dorongan terhadap saraf
terdekat. Selain daripada itu, ia juga mengganggu fungsi hati sehingga tampilan kulit
dan mata menguning yang dikenal sebagai ikterus. Gejala juga dapat terjadi akibat
tumor yang menyebabkan penekanan terhadap organ dan pembuluh darah. Misalnya,
kanker kolon dapat menyebabkan gejala seperti sembelit, diare, dan perubahan
ukuran tinja. Kanker kandung kemih atau prostat dapat menyebabkan perubahan
dalam fungsi kandung kemih (American Cancer Society, 2010).
Disebabkan sel kanker menggunakan energi tubuh dan mengganggu fungsi
normal hormon, terdapat kemungkinan besar untuk memperlihatkan gejala seperti
demam, lelah, keringat berlebihan, anemia, dan penurunan berat badan tanpa sebab.
10
Pada pasien kanker paru-paru atau tenggorokan akan presentasi simptom seperti
batuk dan suara serak (American Cancer Society, 2010).
Ketika kanker menyebar atau bermetastasis, gejala tambahan dapat dilihat di
area baru yang terkena dampak. Bengkak atau pembesaran kelenjar getah bening
merupakan gejala awal. Jika kanker menyebar ke otak, pasien mungkin mengalami
vertigo, sakit kepala, atau kejang manakala penyebaran ke paru-paru dapat
menyebabkan batuk dan sesak napas. Selain itu, hati dapat membesar dan
menyebabkan penyakit kuning dan tulang bisa rapuh, dan mudah patah. Gejala
metastasis akhirnya tergantung pada lokasi kanker menyebar (Fayed, L., 2009).
2.1.7 Diagnosis kanker
Deteksi dini kanker dapat meningkatkan pengobatan yang berhasil dan
prognosis baik. Dokter menggunakan informasi dari gejala dan beberapa prosedur
lain untuk mendiagnosis kanker. Teknik pencitraan seperti X-ray, CT scan, MRI scan,
PET scan, dan ultrasound digunakan secara teratur untuk mendeteksi lokasi tumor.
Dokter juga dapat melakukan endoskopi. Pengekstrakan sel-sel kanker dan melihat di
bawah mikroskop adalah satu-satunya cara mutlak untuk mendiagnosis kanker.
Prosedur ini disebut biopsi. Tes diagnostik molekul yang sering digunakan juga
seperti menganalisis lemak, protein, dan DNA pada tingkat molekul. Sebagai contoh,
sel-sel kanker prostat mensekresi zat kimia yang disebut PSA (prostate-specific
antigen) ke dalam aliran darah yang dapat dideteksi oleh tes darah. Molekuler
diagnostik, biopsi, dan teknik pencitraan digunakan secara bersama-sama untuk
mendiagnosis kanker (Crosta, P., 2010).
2.1.8 Stadium kanker
Sistem TNM adalah salah satu sistem pementasan yang paling umum
digunakan. Sistem ini telah diterima oleh International Union Against Cancer (UICC)
dan American Joint Committee on Cancer (AJCC). Kebanyakan fasilitas medis
11
menggunakan sistem TNM sebagai metode utama untuk pelaporan kanker termasuk
National Cancer Institute (NCI).
Sistem TNM ini berdasarkan pada besarnya tumor (T), tingkat penyebaran ke
kelenjar getah bening (N), dan adanya metastasis (M). Nomor ditambahkan untuk
setiap huruf untuk menunjukkan ukuran atau saiz tumor dan luasnya penyebaran.
Tabel 2.2
Tumor Primer (T)
Tabel 2.3
12
Metastasis jauh (M)
Tabel 2.4
Kelenjar getah bening regional (N)
Tabel 2.5
13
Tahapan
(Sumber : International Union Against Cancer (UICC) dan American Joint
Committee on Cancer (AJCC), 2009)
2.1.9 Terapi kanker
Terapi kanker tergantung pada jenis kanker, stadium kanker, usia, status
kesehatan, dan karakteristik pribadi tambahan. Tidak ada pengobatan tunggal untuk
kanker dan pasien sering menerima kombinasi terapi dan perawatan paliatif.
Perawatan biasanya termasuk dalam salah satu kategori seperti operasi, radiasi,
kemoterapi, immunoterapi, terapi hormon, atau terapi gen.
Prinsip kerja pengobatan ini adalah dengan membunuh sel - sel kanker,
mengontrol pertumbuhan sel kanker, dan menghentikan pertumbuhannya agar tidak
menyebar dan mengurangi gejala-gejala yang disebabkan oleh kanker.
14
2.1.9.1 Operasi
Pembedahan merupakan pengobatan tertua untuk kanker. Jika kanker belum
bermetastasis, kemungkinan besar pasien dapat disembuhkan sepenuhnya hanya
dengan menyingkirkan tumor dengan operasi. Hal ini sering terlihat pada
penyingkiran prostat, payudara atau testis. Setelah penyakit ini telah menyebar, tidak
mungkin dapat menyingkirkan semua sel kanker. Operasi juga dapat berperan besar
dalam membantu untuk mengontrol gejala seperti gangguan pencernaan atau
kompresi sumsum tulang belakang (Crosta, P., 2010).
2.1.9.2 Radioterapi
Radioterapi berarti pengobatan kanker dengan menggunakan sinar radioaktif.
Sinar X, elektron, dan sinar γ (gamma) banyak digunakan dalam pengobatan kanker
disamping partikel lain. Pada prinsipnya apabila berkas sinar radioaktif atau partikel
dipaparkan ke jaringan, maka akan terjadi berbagai peristiwa antara lain peristiwa
ionisasi molekul air yang mengakibatkan terbentuknya radikal bebas di dalam sel
yang pada gilirannya akan menyebabkan kematian sel. Lintasan sinar juga
menimbulkan kerusakan akibat tertumbuknya DNA yang dapat diikuti kematian sel.
Radioterapi digunakan sebagai pengobatan mandiri untuk mengecilkan tumor atau
menghancurkan sel-sel kanker termasuk yang berkaitan dengan leukemia dan
limfoma, dan juga digunakan dalam kombinasi dengan pengobatan kanker lain
(Siswono, 2002).
2.1.9.3 Kemoterapi
Kemoterapi terkadang merupakan pilihan pertama untuk menangani kanker.
Kemoterapi bersifat sistematik, berbeda dengan radiasi atau pembedahan yang
bersifat setempat, karenanya kemoterapi dapat menjangkau sel-sel kanker yang
mungkin sudah menjalar dan menyebar ke bagian tubuh yang lain. Penggunaan
kemoterapi berbeda-beda pada setiap pasien, kadang-kadang sebagai pengobatan
15
utama, pada kasus lain dilakukan sebelum atau setelah operasi dan radiasi. Tingkat
keberhasilan kemoterapi juga berbeda-beda tergantung jenis kankernya. Kemoterapi
biasa dilakukan di rumah sakit, klinik swasta, tempat praktek dokter, ruang operasi
dan juga di rumah (Crosta, P., 2010).
2.1.9.4 Imunoterapi
Imunoterapi digunakan untuk merangsang sistem kekebalan tubuh untuk
melawan kanker. Misal, vaksin yang terdiri dari antigen diperoleh dari sel tumor bisa
menaikkan fungsi tubuh pada antibodi atau sel kekebalan (limfosit T). Walaupun
mekanisme tepat pada tindakan tidak benar-benar jelas, interferon mempunyai tugas
di dalam pengobatan beberapa kanker (Indonesian Pharmacist Update, 2009).
2.1.9.5 Terapi hormon
Kanker dikaitkan dengan beberapa jenis hormon, terutamanya kanker
payudara dan kanker prostat. Terapi hormon dirancang untuk mengubah produksi
hormon dalam tubuh sehingga sel-sel kanker berhenti berkembang atau dibunuh
sepenuhnya. Terapi hormon kanker payudara sering fokus pada pengurangan kadar
estrogen (obat umum untuk ini adalah tamoxifen) dan hormon terapi kanker prostat
sering fokus pada pengurangan kadar testosteron. Selain itu, beberapa kasus leukemia
dan limfoma dapat diobati dengan hormon kortison (Crosta, P., 2010).
2.2 Konsep Dasar Medik Kanker Rekti
2.2.1 Pengertian Kanker Rekti
Karsinoma Rekti merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum
yang khusus menyerang bagian Recti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel
epitel yang tidak terkendali. Karsinoma rekti adalah suatu keadaan dimana terjadi
pertumbuhan jaringan abnormal pada daerah rectum. Jenis terbanyak adalah
16
adenokarsinoma (65%), banyak ditemui pada usia 40 tahun keatas dengan insidens
puncaknya pada usia 60 tahun (Price A. Sylvia, 1995).
2.2.2 Etiologi Kanker Rekti
Penyebab pasti belum diketahu namun telah dikenali beberapa faktor
predisposisi yang penting yang berhubungan dengan carsinoma recti.
1. Diet
Makanan yang banyak mengandung serat misalnya sayur-sayuran akan
menyebabkan waktu transitbolus di intestin akan berkurang, sehingga kontak
zat yang potensial karsinogen pada mukosa lebih singkat.
Selain itu makan makanan yang berlemak dan protein hewani yang tinggi
dapat memicu terjadinya Ca. Rekti
2. Kelainan di colon
- Adenoma di kolon, t.u bentuk villi dapat mengalami degenerasi maligna
menjadi adenokarsinoma
- Familial poliposis merupakan kondisi premaligna dimana + 7 % polipasis
akan mengalami degenerasi maligna
- Kolitis ulserativa, mempunyai resiko besar yang terjadi Ca. Rekti
3. Herediter
Hasil penelitian menunjukkan anak – anak yang berasal dai ortu yang
menderita Ca.kolateral mempunyai frekuensi 3,5 x lebih besar daripada anak
yang mempunyai ortu yang sehat
2.2.3 Patofisiologi
Penyebab kanker pada saluran cerna bagian bawah tidak diketahui secara
pasti. Polip dan ulserasi colitis kronis dapat berubah menjadi ganas tetapi
dianggap bukan sebagai penyebab langsung. Asam empedu dapat berperan
17
sebagai karsinogen yang mungkin berada di kolon. Hipotesa penyebab yang lain
adalah meningkatnya penggunaan lemak yang bisa menyebabkan kanker
kolorektal.
Tumor-tumor pada Recti dan kolon asendens merupakan lesi yang pada
umumnya berkembang dari polip yang meluas ke lumen, kemudian menembus
dinding kolon dan jaringan sekitarnya. Penyebaran tumor terjadi secara
limfogenik, hematogenik atau anak sebar. Hati, peritonium dan organ lain
mungkin dapat terkena.
Menurut P. Deyle perkembangan karsinoma kolorektal dibagi atas 3 fase.
Fase pertama ialah fase karsinogen yang bersifat rangsangan, proses ini berjalan
lama sampai puluhan tahun. Fase kedua adalah fase pertumbuhan tumor tetapi
belum menimbulkan keluhan (asimtomatis) yang berlangsung bertahun-tahun
juga. Kemudian fase ketiga dengan timbulnya keluhan dan gejala yang nyata.
Karena keluhan dan gejala tersebut berlangsung perlahan-lahan dan tidak sering,
penderita umumnya merasa terbiasa dan menganggap enteng saja sehingga
penderita biasanya datang berobat dalam stadium lanjut.
2.2.4 Manifestasi Klinis
1. Perdarahan sejak perianal
- BAB berdarah segar
2. BAB berdarah lender,
- Karena darah yang dikeluarkan oleh kanker tesebut telah bercampur dengan
tinja
3. Obstruksi saluran pencernaan
- Perut kembung makin lama makin tegang
- Tidak dapat BAB dan tidak ada flatus
- Ukuran feses kecil seperti feses kambing
- Tenesmus rasa tidak puas setelah BAB
18
4. Lain-lain
- Anoreksia
- BA turun
- Nyeri perut ditempat kanker
- BAB tidak teratur
- Tenesmus, rasa tidak puas setelah BAB dan rasa yeri pada saat BAB
2.2.5 Klasifikasi
Dukes Dalam Infiltrasi Prognosis Hidup Stlh 5 Thn
A Terbatas pada dinding usus 97%
B Menembus lapisan muskularis mukosa 80%
C Metastosis ke kelenjar limfe
C1 Beberapa kelenjar limfe (1-4 bh) 65%
C2 Metastasis ke kelenjar limfe > 5 bh 35%
D Metastasis ke organ lain ; hati 35%
Dikenal pada klasifikasi menurut
a. Stadium 1
Tumor hanya terbatas di calon dan belum menembus dinding kolon dan belum
metastasis
b. Stadium 2
Tumor telah mengadakan penetrasi dinding kolon tapi belum ada metastasis
c. Stadium 3
Tumor telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening regional
d. Stadium 4
Tumor telah mengadakan metastasis ke organ lain; hati
2.2.6 Komplikasi
Karsinoma kolon dapat bermetastase dengan jalan
19
- Langsung perkontinuitatum dinding usus dan organ disekitarnya
- Hematogen
- Linefogen
Metastasis sering terjadi ke kelenjar getah bening dan organ lain, misal ke hati, paru dan otak5omplikasi lainnya;
1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus pertial/lengkap
2. Pertumbuhan dan ulserasi dapat menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan hemoragi
3. Perforasi dapat terjadi yang menyebabkan pembentukan abses
4. Peritonitis /sepsis yang dapat menimbulkan syok.
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Endoskopi
• Untuk mengetahui adanya tumor/kanker di kolon/rectum
• Untuk menentukan sumber pendapatan
• Untuk mengetahui letak obstruksi
2. Radiologi
• Foto dada: Untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker paru
Untuk persiapan pembedaha
• Foto colon (Banum enema)
- Dapat terlihat suatu filling deffect pada suatu tempat/suatu
striktura
- Dapat menentukan lokasi tempat kelainan
3. USG
• Untuk mengetahui apakah ada metastasis kanker ke kelenjar getah
bening di abdomen dan hati
20
• Gambaran metastasis kanker dihati akan tampak massa multi
nodular dengan gema berdensitas tinggi homogen
Endosonggrafi
Pada karsinoma akan tampak massa yang hypoechoic tidak teratur
mengenai lapisan dinding kolon
4. Histopatologi
Gambaran histopatologi pada karsinoma recti C adenokarsinoma dan
perlu ditentukan differensiasi sel
5. Laboratorium
• Hb: menurun pada perdarahan
• Tumor marker (LEA) > 5 mg/ml
• Pemeriksaan tinja secara bakteriologis ; terdapat sigela dan amoeba
2.3 Fokus Pengkajian keperawatan
2.3.1 Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan
yang perlu dikaji adalah:
1. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
- Kelemahan, kelelahan/keletihan
- Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat malam
hari.
- Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan,
tingkat stres tinggi.
21
2. Sirkulasi:
Gejala:
- Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas
Tanda:
- Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah.
3. Integritas ego:
Gejala:
- Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi
stres (merokok, minum alkohol, menunda pengobatan, keyakinan
religius/spiritual)
- Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat,
pembedahan)
- Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu,
tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda:
- Menyangkal, menarik diri, marah.
4. Eliminasi:
Gejala:
- Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada defekasi
Tanda:
- Perubahan bising usus, distensi abdomen
- Teraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah
5. Makanan/cairan:
Gejala:
- Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, pemakaian zat
aditif dan bahan pengawet)
- Anoreksia, mual, muntah
- Intoleransi makanan
22
Tanda:
- Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot
6. Nyeri/ketidaknyamanan:
Gejala:
- Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat tergantung
proses penyakit
7. Keamanan:
Gejala:
- Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika.
Tanda:
- Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia
8. Interaksi sosial
Gejala:
- Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)
- Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan perubahan
status kesehatan.
9. Penyuluhan/pembelajaran:
- Riwayat kanker dalam keluarga
- Masalah metastase penyakit dan gejala-gejalanya
- Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan sitostatika.
- Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari
23
2.3.2 Tes Diagnostik
Tes diagnostik yang sering dilakukan diuraikan pada tabel berikut:
Jenis Pemeriksaan Tujuan/Interpretasi Hasil
1. Pemeriksaan laboratorium:
Tinja
CEA (Carcino-embryonic
anti-gen)
2. Pemeriksaan radiologis
3. Endoskopi dan biopsi
4. Ultrasonografi
Untuk mengetahui adanya darah dalam
tinja (makroskopis/mikroskopis)
Kurang bermakna untuk diagnosis awal
karena hasilnya yang tidak spesifik serta
dapat terjadi psoitif/negatif palsu tetapi
bermanfaat dalam mengevaluasi dampak
terapi dan kemungkinan residif atau
metastase.
Perlu dikerjakan dengan cara kontras
ganda (double contrast) untuk melihat
gambaran lesi secara radiologis.
Endoskopi dengan fiberscope untuk
melihat kelainan struktur dari rektum
sampai Recti. Biopsi diperlukan untuk
menentukan jenis tumor secara patologi-
anatomis.
Diperlukan untuk mengtahui adanya
metastasis ke hati.
24
2.3.3 Prioritas Keperawatan
1. Dukungan proses adaptasi dan kemandirian
2. Meningkatkan kenyamanan
3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal
4. Mencegah komplikasi
5. Memberikan informasi tentang penyakit, perawatan dan kebutuhan terapi.
2.3.4 Diagnosa Keperawatan
1. Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial
lumen usus sekunder terhadap proses keganasan usus.
Ditandai dengan:
Peningkatan bunyi usus/peristaltik
Peningkatan defekasi cair
Perubahan warna feses
Nyeri/kram abdomen
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi
nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.
Ditandai dengan:
Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus
otot buruk
Peningkatan bunyi usus
Konjungtiva dan membran mukosa pucat
Mual, muntah, diare
3. Ansietas (uraikan tingkatannya) b/d faktor psikologis (ancaman perubahan
status kesehatan, status sosio-ekonomi, fungsi-peran, pola interaksi) dan
rangsang simpatis (proses neoplasma)
Ditandai dengan:
25
Eksaserbasi penyakit tahap akut
Penigkatan ketegangan, distres, ketakutan
Iritabel
Fokus perhatian menyempit
4. Koping individu tak efektif b/d intensitas dan pengulangan stesor
melampaui ambang adaptif (penyakit kronis, ancaman kematian, kerentanan
individu, nyeri hebat, sistem pendukung tak adekuat)
Ditandai dengan:
Menyatakan ketidakmampuan menghadapi masalah, putus asa,
ansietas
Menyatakan diri tidak berharga
Depresi dan ketergantungan
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
b/d kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.
Ditandai dengan:
Mengajukan pertanyaan, meminta informasi atau kesalahan
pernyataan konsep
Tidak akurat mengikuti instruksi
Terjadi komplikasi/eksaserbasi yang dapat dicegah
2.3.5 Intervensi Keperawatan
1. Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan
parsial lumen usus sekunder terhadap proses keganasan usus.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Bantu kebutuhan defekasi (bila
tirah baring siapkan alat yang
diperlukan dekat tempat tidur,
pasang tirai dan segera buang
Defekasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa
tanda sehingga perlu diantisipasi
dengan menyiapkan keperluan klien.
26
feses setelah defekasi).
2. Tingkatkan/pertahankan asupan
cairan per oral.
3. Ajarkan tentang makanan-
minuman yang dapat
memperburuk/mencetus-kan
diare.
4. Observasi dan catat frekuensi
defekasi, volume dan
karakteristik feses.
5. Observasi demam, takikardia,
letargi, leukositosis, penurunan
protein serum, ansietas dan
kelesuan.
6. Kolaborasi pemberian obat-
obatan sesuai program terapi
(antibiotika, antikolinergik,
kortikosteroid).
Mencegah timbulnya maslah
kekurangan cairan.
Membantu klien menghindari agen
pencetus diare.
Menilai perkembangan maslah.
Mengantisipasi tanda-tanda bahaya
perforasi dan peritonitis yang
memerlukan tindakan kedaruratan.
Antibiotika untuk
membunuh/menghambat
pertumbuhan agen patogen biologik,
antikolinergik untuk menurunkan
peristaltik usus dan menurunkan
sekresi digestif, kortikosteroid untuk
menurunkan proses inflamasi.
27
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan
absorbsi nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses
keganasan usus.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Pertahankan tirah baring selama
fase akut/pasca terapi
2. Bantu perawatan kebersihan
rongga mulut (oral hygiene).
3. Berikan diet TKTP, sajikan dalam
bentuk yang sesuai perkembangan
kesehatan klien (lunak, bubur
kasar, nasi biasa)
4. Kolaborasi pemberian obat-obatan
sesuai indikasi (roborantia)
5. Bila perlu, kolaborasi pemberian
nutrisi parenteral.
Menurunkan kebutuhan metabolik
untuk mencegah penurunan kalori dan
simpanan energi.
Meningkatkan kenyamanan dan selera
makan.
Asupan kalori dan protein tinggi perlu
diberikan untuk mengimbangi status
hipermetabolisme klien keganasan.
Pemberian preparat zat besi dan
vitamin B12 dapat mencegah anemia;
pemberian asam folat mungkin perlu
untuk mengatasi defisiensi karen
amalbasorbsi.
Pemberian peroral mungkin
dihentikan sementara untuk
mengistirahatkan saluran cerna.
28
3. Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d faktor psikologis (ancaman
perubahan status kesehatan, status sosio-ekonomi, fungsi-peran, pola
interaksi) dan rangsang simpatis (proses neoplasma).
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Orientasikan klien dan orang
terdekat terhadap prosedur rutin
dan aktivitas yang diharapkan.
2. Eksplorasi kecemasan klien dan
berikan umpan balik.
3. Tekankan bahwa kecemasan
adalah masalah yang lazim
dialami oleh banyak orang dalam
situasi klien saat ini.
4. Ijinkan klien ditemani keluarga
(significant others) selama fase
kecemasan dan pertahankan
ketenangan lingkungan.
Informasi yang tepat tentang situasi
yang dihadapi klien dapat
menurunkan kecemasan/rasa asing
terhadap lingkungan sekitar dan
membantu klien mengantisipasi dan
menerima situasi yang terjadi.
Mengidentifikasi faktor
pencetus/pemberat masalah
kecemasan dan menawarkan solusi
yang dapat dilakukan klien.
Menunjukkan bahwa kecemasan
adalah wajar dan tidak hanya dialami
oleh klien satu-satunya dengan
harapan klien dapat memahami dan
menerima keadaanya.
Memobilisasi sistem pendukung,
29
5. Kolaborasi pemberian obat
sedatif.
6. Pantau dan catat respon verbal
dan non verbal klien yang
menunjukan kecemasan.
mencegah perasaan terisolasi dan
menurunkan kecemsan.
Menurunkan kecemasan,
memudahkan istirahat.
Menilai perkembangan masalah klien.
4. Koping individu tak efektif (koping
menyangkal/defensif/depresi/agresi) b/d intensitas dan pengulangan
stesor melampaui ambang adaptif (penyakit kronis, ancaman kematian,
kerentanan individu, nyeri hebat, sistem pendukung tak adekuat).
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Bantu klien mengembangkan
strategi pemecahan masalah yang
sesuai didasarkan pada kekuatan
pribadi dan pengalamannya.
2. Mobilisasi dukungan emosional
dari orang lain (keluarga, teman,
tokoh agama, penderita kanker
lainnya)
3. Kolaborasi terapi
medis/keperawatan psikiatri bila
Penderita kanker tahap dini dapat
hidup survive dengan mengikuti
program terapi yang tepat dan dengan
pengaturan diet dan aktivitas yang
sesuai
Dukungan SO dapat membantu
meningkatkan spirit klien untuk
mengikuti program terapi.
Terapi psikiatri mungkin diperlukan
pada keadaan depresi/agresi yang
30
klien mengalami depresi/agresi
yang ekstrim.
4. Kaji fase penolakan-penerimaan
klien terhadap penyakitnya (sesuai
teori Kubler-Ross)
berat dan lama sehingga dapat
memperburuk keadaan kesehatan
klien.
Menilai perkembangan masalah
klien.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan b/d kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi
informasi.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Kaji tingkat pengetahuan
klien/orang terdekat dan
kemampuan/kesiapan belajar
klien.
2. Jelaskan tentang proses penyakit,
penyebab/faktor risiko, dan
dampak penyakit terhadap
perubahan status kesehatan-sosio-
ekonomi, fungsi-peran dan pola
interaksi sosial klien.
3. Jelaskan tentang terapi
pembedahan, radiasi dan
Proses pembelajaran sangat
dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan
mental klien.
Meningkatkan pengetahuan klien
tentang masalah yang dialaminya.
Meningkatkan partisipasi dan
kemandirian klien untuk mengikuti
program terapi.
31
kemoterapi serta efek samping
yang dapat terjadi
4. Tekankan pentingnya
mempertahan-kan asupan nutrisi
dan cairan yang adekuat.
Penderita kanker yang mengikuti
program terapi yang tepat dengan
status gizi yang adekuat
meningkatkan kualitas hidupnya.
32
BAB 3
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Kanker Rekti adalah gangguan pertumbuhan dalam jangka waktu lama
dengan adanya perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rektal
3.2 Saran
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan maka penulis memberikan
saran-saran sebagai berikut:
1. Pada pengkajian perawat perlu melakukan pengkajian dengan teliti melihat kondisi
klien serta senantiasa mengembangkan teknik terapeutik dalam berkomunikasi
dengan klien.
Agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan serta sikap profesional dalam menetapkan diagnosa
keperawatan.
33
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC,
Jakarta
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC,
Jakarta
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.
Engram, B. (1995). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, ed. 3.Jakarta: EGC
Wim De Jong (1999). Buku Ajar Ilmu Bedah, Jakarta: EGC
34