Download - Diagnosis Imobilisasi
Diagnosis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang lainnya, kelompok kami
mendiagnosis bahwa Ny. Surtini mengalami kondisi imobilisasi. Imobilisasi didefinisikan
sebagai keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih, dengan gerak anatomik
tubuh menghilang akibat perubahan fungsi fisiologik. Istilah imobilisasi digunakan untuk
menggambarkan sebuah sindrom degenerasi fisiologis yang merupakan akibat menurunnya
aktivitas atau deconditioning. Hal ini dapat diketahui dari keterangan keluarga pasien bahwa
pasien banyak berbaring di tempat tidur sejak 3 tahun yang lalu, dan terutama satu tahun
belakangan ini. Salah satu penyebab imobilisasi adalah penyakit seperti yang dialami pasien,
yaitu stroke. Pasien mempunyai faktor resiko stroke seperti hipertensi dan hiperlipidemia yang
masih dimilikinya sampai sekarang. Stroke dapat membuat adanya rasa kelemahan,
ketidakseimbangan, dan masalah psikologis sehingga membuat pasien lebih memilih untuk tirah
baring yang lama.
Perubahan pada beberapa sistem organ akan terjadi sebagai akibat imobilisasi.Imobilisasi yang
lama menyebabkan keadaan yang disebut deconditioning syndrome. Perubahan-perubahan
tersebut akan menimbulkan berbagai komplikasi yang memperberat kondisi pasien. Pasien
kemungkinan sudah memiliki beberapa komplikasi akibat imobilisasinya, yaitu pada sistem
rematomuskular terjadi kontraktur dan kelemahan otot dan sendi. Kontraktur terjadi karena
sendi-sendi lama tidak digerakkan. Akhirnya pasien sering mengeluh timbul rasa nyeri pada
sendi-sendi yang kontraktur tersebut. Komplikasi yang lain adalah kelemahan otot. Imobilisasi
lama akan mengakibatkan atrofi otot, oleh karena itu ditemukan cekungan pada otot deltoideus
pasien yang diperkirakan adalah suatu atrofi. Komplikasi pada sistem respirasi adalah terjadinya
pneumonia akibat retensi sputum dan aspirasi yang menyebabkan kuman mudah tumbuh. Hal
tersebut dapat terjadi karena pada posisi berbaring otot diafragma dan interkostal tidak berfungsi
dengan baik, pasien juga kadang-kadang tersedak sehingga memperberat aspirasinya. Pneumonia
juga dapat disebabkan karena ventilasi rumah pasien yang minim. Pneumonia juga ditandai
adanya ronchi basah halus dan ekspirasi memanjang. Tanda-tanda pneumonia lain yang tidak
khas pada pasien tidak menyingkirkan adanya penyakit tersebut. Dari hasil urinalisis pasien
diketahui bahwa pasien menderita komplikasi imobilisasi lainnya pada sistem genitourinaria
yaitu infeksi saluran kemih. Hal tersebut didukung karena riwayat pasien memakai pampers
sehingga mempermudah terjadinya infeksi saluran kemih. Pada sistem gastrointestinal, keadaan
imobilitas bisa menyebabkan konstipasi karena imobilisasi akan menurunkan waktu tinggal feses
di kolon. Asupan cairan yang kurang juga dapat menyebabkan konstipasi pada pasien
imobilisasi.
Dafpus
Sudoyo AW, Setiyohadi B. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5 th ed. Jakarta : Interna Publishing;
2010. P 860-862.