Download - DHE Paska Pencabutan
Sebenarnya apa yang harus dilakukan pasien pasca giginya dicabut?
Instruksi pasca pencabutan gigi, disesuaikan dengan kasusnya, agar kondisi jaringan segera pulih
dan mencegah terjadinya komplikasi. Secara umum, instruksi dan hal -hal yang akan dialami
pasien pasca pencabutan gigi adalah sebagai berikut :
Hal yang sebaiknya dilakukan:
a. Sehari setela pencabutan terutama operasi gigi (molar ke 3 /gigi bungsu) dapat terjadi bengkak
dan memar kurang lebih selama 2-3 hari. Ini adalah hal yang normal. lakukan aplikasi dingin
selama 15 menit, kemudian 15 berhenti, secara bergantian sehingga dapat mengurangi bengkak
yang terjadi. Panas lembab setelah 36 jam juga akan mengurangi rahang yang sakit.
b. Menjaga kebersihan terutama daerah pencabutan, yaitu dengan berkumur pelan-pelan dengan
air garam hangat (1/2 sendok teh garam dalam 1 cup air hangat) setelah makan dan sebelum
tidur. Jangan sering meludah/meludah dengan kuat.
c. Makan makanan yang lembut untuk 1-2 hari pertama (Stick to a liquid atau soft food diet) ,
misal Soups, ice cream, milkshakes, smoothies, mashed potatoes dll.
d. Mengunyah makanan di daerah yang tidak dicabut (sisi seberang).
d. Jagalah agar kain kassa/kapas yang diletakkan di bekas pencabutan tetap pada tempatnya,
jangan langsung dibuang segera setelah pencabutan. Itu akan membantu terbentuknya gumpalan
darah yang penting untuk kesembuhan, di samping akan mencegah soket gigi dari udara dan
kotoran makanan. Gantilah tiap 30-45 menit, atau tergantung dari kondisi perdarahan yang
terjadi.
e. Berusahalah untuk tetap tenang/santai.
f. Setelah 3-4 hari pasca pencabutan, hati-hati jika menggosok gigi terutama di dekat daerah
bekas pencabutan.Jangan gosok di daerah bekas pncabutan.
g. Gunakan anti nyeri bilamana diperlukan. Ingat jangan gunakan ASpirin.
Hal-hal yang tidak boleh dilakukan pasca pencabutan gigi :
1. Berkumur/sering meludah pada 24 jam pertama.
2. Menghindari latihan untuk 12-24 jam pertama dan mengangkat beban yang berat selama 2-3
hari.
3. makan/minum sampai efek obat bius lokalnya hilang.
4. meraba/memain-mainkan lidah/jari di daerah bekas pencabutan.
5. melakukan hal yang bisa merusak gumpalan darah yang terjadi di dalam soket /bekas
pencabutan gigi.
6. Merokok
7. Minum alkohol terutama 24 jam pertama.
8. Makan makanan yang keras dan lengket .
Beberapa Komplikasi yang bisa terjadi pasca pencabutan gigi:
1. Infeksi.
2. Perdarahan (Prolonged bleeding)
3. Bengkak berkepanjangan
4. Paresthesia
5. Dry socket/alveolar osteistis.
6. Sakit/nyeri yang berkepanjangan.
Kalau..sebelum cabut gigi? Pasiennya ngapain ya?
1. Makan dan minum cukup. Jangan hanya makan untuk sekedar pengganjal perut saja, misal
hanya makan biskuit beberapa potong, hanya minum jus saja
2. Tidur cukup pada malam harinya.
3. Tidak sedang stress/sangat lelah.
4. Tidak phobi dengan prosedur gigi. Sebagian pasien mengalami ketakutan yang sangat pada
dokter gigi atau prosedur gigi. Namun karena sakit yang sangat , terpaksa pasien datang ke drg.
5. Mintalah orang lain untuk mengantar Anda ke drg. Kadang setelah cabut gigi, pasien merasa
pusing atau sakit sehingga mungkin beresiko untuk mengendarai motor dan lain sebagainya.
6. Komunikasikan dengan dokter gigi Anda tentang penyakit Anda bilamana ada, hal-hal
tersebut di atas atau hal lain yang ingin Anda ketahui.
Komplikasi Langka Akibat Pembedahan Gigi Molar Tiga
Tujuan: Pencabutan gigi molar tiga merupakan prosedur pembedahan yang sering dilakukan.
Komplikasi yang umum terjadi akibat pembedahan gigi molar tiga telah diketahui dan dijelaskan
kepada pasien selama proses informed consent. Dokter gigi umum, serta dokter bedah mulut dan
maksilofasial, harus mengetahui semua komplikasi yang mungkin terjadi. Tinjauan sistematis ini
berperan sebagai pengingat komplikasi-komplikasi yang jarang terjadi dalam prosedur rutin
tersebut. Bahan dan Metode: Penelitian dilakukan menggunakan pencarian sistematis dalam
database elektronik Medline dan Cochrane Library, serta pencarian kata kunci, referensi, dan
tinjauan tentang bidang yang relevan. Kata kunci yang digunakan antara lain third molar,
wisdom tooth, complications, unusual, dan rare. Referensi dari artikel-artikel relevan juga
diperiksa-ulang. Penelitian ini dibatasi hanya untuk artikel berbahasa Inggris atau Jerman yang
diterbitkan dalam 18 tahun terakhir. Hasil: Komplikasi yang telah diketahui dan umum
ditemukan antara lain kerusakan saraf permanen dan fraktur mandibular immediate atau late.
Ditemukan 24 komplikasi lainnya dalam 22 artikel. Diantaranya adalah proses inflamasi,
pembentukan abses, dan pergeseran gigi atau instrumen. Satu kasus mendeskripsikan kematian
asfiksial akibat hematoma pasca-pencabutan, perdarahan hebat, abses otak, abses epidural,
benign paroxysmal positional vertigo, emfisema ruang jaringan dan subkutan, empiema
subdural, dan sindrome herpes zoster. Kesimpulan: Untuk melakukan perawatan pasien dengan
baik, kita harus mengetahui berbagai komplikasi yang mungkin terjadi. Komplikasi yang langka
harus diketahui sejak dini sehingga terapi yang adekuat dapat segera dilakukan.
Kata kunci: efek samping, komplikasi, ekstraksi, langka, pencabutan, molar tiga, tidak
biasa/unusual, wisdom tooth/gigi bungsu.
Sumber: Quintessense Int 2009; 40: 565-572.
Pembedahan gigi molar tiga merupakan salah satu prosedur yang umum dilakukan dalam praktek
bedah mulut dan maksilofasial. Namun, pencabutan gigi molar tiga membutuhkan perencanaan
yang akurat dan ketrampilan bedah. Dari prosedur pembedahan secara umum, kita mengetahui
bahwa komplikasi mungkin saja terjadi. Dalam literatur, diungkapkan frekuensi komplikasi
setelah pencabutan gigi molar tiga berkisar antara 2,6 sampai 30,9%. Spektrum komplikasi
berkisar antara efek samping yang tak-berbahaya [nyeri dan pembengkakan] sampai kerusakan
saraf, fraktur mandibula, dan infeksi yang membahayakan. Biasanya, komplikasi minor
didefinisikan sebagai komplikasi yang dapat pulih tanpa perawatan. Komplikasi utama
didefinisikan sebagai komplikasi yang membutuhkan perawatan lebih lanjut dan menimbulkan
akibat-akibat ireversibel.
Meskipun impaksi gigi molar tiga tidak menimbulkan gejala, namun dapat menjadi penyebab
satu atau beberapa gangguan. Komplikasi minor pra-operatif antara lain, nyeri, perikoronitis,
penyakit periodontal pada gigi molar dua, resorpsi mahkota atau akar gigi molar dua, karies pada
gigi molar tiga atau dua, gejala gangguan sendi temporomandibula, dan pembengkakan pra-
operatif. Komplikasi utama dalam kasus ini adalah pembentukan abses, fraktur spontan pada
mandibula, dan kista atau tumor odontogenik. Gangguan pra-operatif yang sering ditemukan
adalah perikoronitis. Banyak penelitian terbaru yang mencoba mengidentifikasi faktor resiko
komplikasi intra dan/atau post-operatif. Komplikasi intra dan post-operatif serta efek samping
yang umum terjadi akibat pencabutan gigi molar tiga diringkas dalam Tabel 1. Dokter gigi
umum, dan dokter bedah mulut dan maksilofasial, harus mengetahui semua komplikasi yang
mungkin terjadi. Di sisi lain, edukasi dan pemberitahuan kepada pasien juga bermanfaat;
komplikasi yang jarang terjadi juga harus diketahui sejak dini untuk memperoleh terapi yang
adekuat.
Dalam penelitian ini, suatu komplikasi dinyatakan langka atau jarang terjadi jika insidennya
terhitung kurang dari 1%. Tujuan penulisan tinjauan sistematis ini adalah untuk mengingatkan
para praktisi tentang komplikasi-komplikasi langka yang disebabkan oleh pembedahan gigi
molar tiga.
BAHAN DAN METODE Penelitian-penelitian ditelusuri menggunakan pencarian sistematis database elektronik dalam
Medline dan Cochrane Library antara tahun 1990 sampai 2008. Selain itu, dilakukan pencarian
manual kata kunci, referensi, dan artikel yang berhubungan dengan bidang ini. Kata kunci yang
digunakan antara lain third molar, wisdom tooth, complications, unusual, dan rare.
Data diikutsertakan jika memenuhi kriteria berikut ini:
1.Penelitian membahas tentang komplikasi intra- atau post-operatif dalam pencabutan gigi molar
tiga
2.Tanggal publikasi berkisar antara tahun 1990 sampai 2008.
3.Artikel dipublikasikan dalam bahasa Inggris atau Jerman.
Untuk mengumpulkan semua penelitian yang relevan, dilakukan pemeriksaan-ulang referensi
dari penelitian-penelitian yang ditemukan.
HASIL Ditemukan banyak penelitian yang menyelidiki tentang perlukaan saraf lingual dan alveolaris
inferior permanen serta fraktur mandibula selama dan setelah pencabutan gigi molar tiga rahang
bawah. Dua puluh tiga artikel mendeskripsikan komplikasi berbeda dengan yang disebutkan di
atas, insiden yang langka namun telah dikenal dengan baik. Yang termasuk dalam komplikasi
tersebut adalah proses inflamasi, pembentukan abses yang langka, dan pergeseran gigi-geligi.
Uraiannya ditampilkan dalam Tabel 2. Semuanya digolongkan sebagai komplikasi mayor.
Satu laporan kasus mendeskripsikan insiden-insiden ekstrim: kematian asfiksial akibat
hematoma pasca-pencabutan, perdarahan parah, benign paroxysmal positional vertigo, empiema
subdural, dan sindrom herpes zoster. Laporan kasus tersebut diuraikan dalam Tabel 3.
Usia rata-rata pasien dalam ke-24 kasus tersebut adalah 28 [SD 12,8] tahun. Dalam sebagian
besar kasus, komplikasi terjadi setelah pencabutan gigi molar tiga rahang bawah. Dalam hampir
semua kasus, dibutuhkan pembedahan kedua. Untuk mencari penyebab komplikasi dalam semua
kasus, diperlukan computed tomography [CT] atau magnetic resonance imaging [MRI]. Dalam
sebagian besar kasus, prosedur pembedahan pertama dinyatakan rumit, dan perawatannya
dianggap ekstensif atau lama.
PEMBAHASAN
Kerusakan saraf permanen Kerusakan saraf alveolaris inferior atau lingual permanen sangat jarang terjadi namun
merupakan salah satu resiko yang umum diketahui dalam pembedahan gigi molar tiga. Perlukaan
saraf alveolaris inferior atau lingual selama pencabutan gigi molar tiga rahang bawah merupakan
penyebab utama tuntutan hukum dalam kedokteran gigi. Kedekatan anatomis saraf-saraf tersebut
dengan gigi molar tiga membuatnya beresiko mengalami kerusakan. Insiden komplikasi langka
ini bervariasi dalam setiap penelitian dan sulit untuk ditentukan dengan pasti karena populasi
penelitian kecil. Insiden lesi saraf alveolaris inferior permanen berkisar antara 0% smapai 0,9%.
Jumlah komplikasi untuk perlukaan saraf lingual sementara adalah 0,4% dan lebih rendah untuk
perlukaan saraf lingual permanen.
Fraktur mandibula
Fraktur mandibula immediate atau late jarang terjadi namun tergolong sebagai komplikasi utama.
Komplikasi tersebut terjadi jika tulang tidak cukup kuat untuk menahan tekanan yang digunakan.
Berkurangnya kekuatan tulang dapat disebabkan oleh atrofi fisiologis, osteoporosis, atau proses
patologis, dapat juga terjadi akibat pembedahan. Tidak ada data valid tentang insiden, dan faktor
resikonya belum dipahami dengan jelas. Libersa dkk, menemukan insiden sebesar 0,0049%.
Dalam penelitian Arrigoni dan Lambrecht yang menganalisis 3,980 pencabutan gigi molar tiga,
ditemukan angka komplikasi sebesar 0,29%. Insiden tertinggi terjadi pada pasien berusia 25
tahun, dengan usia rata-rata 40 tahun. Karena memiliki tekanan mastikasi yang lebih besar, pria
cenderung mengalami late fracture. Fraktur intraoperatif terjadi akibat instrumentasi yang tidak
tepat dan tekanan yang berlebihan pada tulang. Sebagian besar late fracture terjadi selama proses
pengunyahan, 13 sampai 21 hari setelah pembedahan. Selama periode tersebut, jaringan
granulasi tergantikan oleh jaringan ikat dalam soket alveolar.
Proses inflamasi dan pembentukan abses yang langka Dalam laporan kasus, dibahas tentang perluasan proses inflamasi sampai ke regio atipikal otak
dan regio servikal. Dalam 1 kasus, ditemukan abses superiosteal orbit pada seorang pria berusia
57 tahun setelah pencabutan gigi molar tiga kiri rahang atas yang baik; hal ini disebabkan oleh
penyebaran infeksi melalui regio pterigopalatina dan infratemporal ke siffura orbit inferior.
Artikel lain menyajikan kasus empiema subdural dan sindrom herpes zoster [Hunt syndrome].
Dalam kasus tersebut, seorang pria berusia 24 tahun menjalani pencabutan keempat gigi molar
tiganya. Abses terbentuk dalam ruang pterigomandibular dan submasseter, dan menyebar ke
fossa infratemporal. Meskipun dilakukan terapi antibiotik dan drainase, pasien mengalami sakit
kepala frontal parah dan muntah, serta memiliki skor Glasgow coma 13. MRI menunjukkan
penyumbatan subdural dalam regio temporoparietal. Pasien menjalani kraniotomi darurat dan
drainase subdural.
Burgess melaporkan suatu kasus abses epidural pada seorang wanita berusia 20 tahun setelah
pencabutan gigi molar tiga. Pada awalnya, pasien didiagnosa mengalami keseleo leher
muskuloskeletal akibat postur selama pembedahan. Tiga hari kemudian, pasien mengalami nyeri
leher parah pada sisi kanan dan mati rasa pada lengan kanan. Sembilan hari setelah pembedahan,
dalam MRI terlihat abses epidural pada sisi kanan vertebra C4/C5. Dalam kasus lainnya,
terbentuk abses otak setelah pencabutan gigi molar tiga pada seorang pria berusia 26 tahun.
Pasien membutuhkan bedah-saraf segera dan perawatan antibiotik selama 8 minggu.
Pergeseran gigi molar tiga dan instrumen Pergeseran gigi molar tiga yang impaksi, atau fragmen gigi, mahkota atau seluruh gigi secara
tidak sengaja, jarang terjadi selama pencabutan, namun hal ini merupakan komplikasi yang telah
diketahui dan sering disebutkan. Informasi tentang insiden dan penatalaksanaan komplikasi ini
masih kurang. Biasanya terjadi jika gigi terletak lebih ke lingual, plat kortikal lingual
terfenestrasi, dan jika teknik pembedahannya kurang adekuat. Jika sebuah fragmen akar “hilang”
saat pencabutan, sebaiknya tidak dilakukan usaha untuk mengeluarkannya. Segera rujuk ke
dokter spesialis.
Kemungkinan lain pergeseran gigi molar tiga rahang atas adalah luksasi ke dalam fossa
infratemporal. Laporan lain mendeskripsikan pergeseran gigi molar tiga ke dalam ruang
submandibular, sublingual, pterigomandibular, faringeal lateral, atau daerah servikal lateral.
Dalam 1 kasus, gejala dimulai setelah 2 bulan. Pasien mengalami pembengkakan ifnlamasi
rekuren pada ruang submaksila kanan. Selama 14 bulan, klinisi yang sama memberikan
antibiotik. Setelah dilakukan prosedur pencitraan dan pembedahan ekstensif, gigi ditemukan di
balik otot platysma.
Satu laporan menemukan benda asing. Seorang wanita berusia 35 tahun mengalami trismus,
pembengkakan, dan nyeri parah, 3 minggu setelah pencabutan gigi molar tiga rahang bawah.
Ditemukan bur intan 20 mm dalam ruang submandibula.
Komplikasi langka lainnya Gangguan jalan napas dideskripsikan oleh Moghadam dan Caminiti. Seorang pria berusia 32
tahun mengalami pembengkakan palatum lunak akibat perdarahan post-ekstraksi setelah
pencabutan gigi molar tiga kanan rahang atas dan kedua gigi molar tiga rahang bawah di tempat
praktek klinisi pada hari yang sama. CT menunjukkan adanya hematoma dalam ruang
submandibula dan faringeal lateral yang mengakibatkan deviasi orofaring dan konstriksi jalan
napas di sekitar orofaring. Pasien harus diintubasi selama 2 hari serta diberi antibiotik dan steroid
dosis tinggi.
Terdapat 1 laporan kematian akibat asfiksiasi yang disebabkan oleh hematoma post-ekstraksi
pada seorang wanita berusia 71 tahun. Gangguan pernapasan terjadi 12 jam setelah perawatan.
Hematoma terjadi dalam ruang submandibula, lingual dan bukal yang mengakibatkan
penyempitan orofaring.
Algoritma penatalaksanaan perdarahan intraoral akut seharusnya dapat mengingatkan klinisi
bahwa perdarahan intra ataupun post-operatif merupakan salah satu komplikasi dimana seorang
klinisi harus mulai melakukan penatalaksanaannya. Keterlibatan jalan napas sampai ke paru-paru
dideskripsikan dalam beberapa kasus, satu kasus pneumothorax bilateral setelah pencabutan gigi
molar tiga kiri rahang bawah pada seorang pria berusia 45 tahun. Dan, terdapat 3 kasus
empisema. Dalam 2 kasus tersebut, digunakan handpiece dental turbin-udara. Satu kasus
mendeskripsikan benign positional paroxysmal vertigo setelah pencabutan semua gigi molar tiga.
Mengenali empisema mediastinal setelah pencabutan sulit dilakukan karena tidak ada gejala dan
tanda-tanda klinis yang absolut.
Usia Meskipun pembedahan gigi molar tiga umum dilakukan, prosedur tersebut tidak selalu lancar.
Meskipun gigi molar tiga dianjurkan untuk dicabut pada usia remaja dan dewasa muda, sebagian
besar laporan kasus mendeskripsikan komplikasi parah terjadi jika pencabutan dilakukan pada
usia lanjut. Kecenderungan usia tersebut seringkali dideskripsikan sebagai salah satu faktor
resiko komplikasi pasca-pencabutan. Faktor-faktor yang menyebabkan fenomena tersebut antara
lain peningkatan densitas tulang, kesulitan pembedahan yang tinggi, pembentukan akar telah
sempurna, dan berkurangnya kemampuan penyembuhan luka. Oleh karena itu, klinisi harus
sangat berhati-hati menangani pasien lanjut usia.
KESIMPULAN Pencabutan gigi molar tiga rahang bawah memiliki angka komplikasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan rahang atas. Pasien lanjut usia beresiko tinggi. Untuk menegakkan
diagnosis dan memulai perawatan lebih lanjut, dibutuhkan pencitraan radiologis berupa CT atau
MRI. Harus disadari adanya berbagai kemungkinan komplikasi parah dan diperlukan
penatalaksanaan segera untuk mengoptimalkan perawatan pasien.
Komplikasi Contoh alveolar osteitis (dry socket) setelah lebih rendah molar ketiga (gigi bungsu) ekstraksi; enam hari
pasca operasi.
Infeksi : Para dokter gigi dapat memilih untuk meresepkan antibiotik pra-dan / atau pasca-bedah jika mereka menentukan pasien berada pada risiko.
Lama perdarahan : Dokter gigi memiliki berbagai sarana yang mereka miliki untuk mengatasi perdarahan, namun, penting untuk dicatat bahwa sejumlah kecil darah dicampur dalam air liur setelah ekstraksi adalah normal, bahkan hingga 72 jam setelah ekstraksi. Namun demikian, biasanya perdarahan akan berhenti hampir sepenuhnya dalam waktu delapan jam operasi, dengan hanya sejumlah sangat kecil dari darah dicampur dengan air liur yang berasal dari luka. Sebuah kompres kasa secara signifikan akan mengurangi perdarahan selama beberapa jam.
Pembengkakan : Seringkali ditentukan oleh jumlah operasi yang dilakukan untuk mengekstrak gigi (penghinaan bedah misalnya untuk jaringan keras dan lunak sekitarnya gigi). Secara umum, ketika flap bedah harus ditinggikan (yaitu dan periosteum meliputi tulang dengan demikian cedera), ringan sampai sedang akan terjadi pembengkakan. Sebuah buruk memotong lipatan jaringan lunak, misalnya, di mana periosteum yang robek bukan bersih meningkat dari tulang yang mendasari, sering akan meningkatkan pembengkakan tersebut. Demikian pula, ketika tulang harus dihapus menggunakan bor, pembengkakan lebih mungkin terjadi.
Memar : Memar dapat terjadi sebagai komplikasi setelah pencabutan gigi. Memar adalah lebih umum pada orang tua atau orang pada aspirin atau terapi steroid. Mungkin memerlukan beberapa minggu untuk memar menghilang sepenuhnya.
Sinus eksposur dan oral-antral komunikasi: Hal ini dapat terjadi ketika mengekstrak atas geraham (dan pada beberapa pasien, atas premolar ). Para sinus maksilaris duduk tepat di atas akar gigi molar rahang atas dan gigi premolar. Ada lantai tulang dari sinus membagi soket gigi dari sinus itu sendiri. Tulang ini dapat berkisar dari tebal untuk tipis dari gigi ke gigi dari pasien ke pasien. Dalam beberapa kasus tidak ada dan akar sebenarnya di sinus. Di lain waktu, tulang ini dapat dihilangkan dengan gigi, atau mungkin berlubang selama ekstraksi bedah. Dokter biasanya menyebutkan risiko ini kepada pasien, berdasarkan evaluasi radiografi menunjukkan hubungan gigi untuk sinus. Penting untuk dicatat bahwa rongga sinus dilapisi oleh membran yang disebut membran Sniderian, yang mungkin atau mungkin tidak berlubang. Jika membran ini terkena setelah ekstraksi, tapi tetap utuh, sebuah "sinus terkena" telah terjadi. Jika membran berlubang, bagaimanapun, itu adalah "sinus komunikasi". Kedua kondisi diperlakukan berbeda. Dalam hal komunikasi sinus, dokter gigi dapat memutuskan untuk membiarkannya sembuh dengan sendirinya atau mungkin perlu pembedahan memperoleh penutupan-utama tergantung pada ukuran paparan serta kemungkinan pasien untuk sembuh. Dalam kedua kasus, bahan resorbable disebut "gelfoam" biasanya ditempatkan di situs ekstraksi untuk mempromosikan pembekuan dan berfungsi sebagai kerangka kerja untuk jaringan granulasi menumpuk. Pasien biasanya diberikan dengan resep untuk antibiotik yang mencakup tumbuhan sinus bakteri, dekongestan, serta petunjuk-hati untuk mengikuti selama masa penyembuhan.
Saraf cedera: Hal ini terutama masalah dengan ekstraksi molar ketiga, namun dapat terjadi dengan ekstraksi gigi apapun harus saraf dekat dengan situs bedah. Dua saraf biasanya perhatian, dan ditemukan dalam rangkap dua (satu kiri dan satu kanan): 1. dengan saraf alveolaris inferior , yang memasuki mandibula pada foramen mandibula dan keluar rahang bawah pada sisi dagu dari foramen mental. Saraf ini memasok sensasi ke gigi lebih rendah di
bagian kanan atau kiri dari lengkung gigi, serta rasa sentuh untuk bagian kanan atau kiri dari dagu dan bibir bawah. 2. Para nervus lingualis (satu kanan dan yang kiri), yang cabang dari cabang mandibularis dari nervus trigeminus dan kursus hanya di dalam tulang rahang, memasuki lidah dan memasok rasa sentuhan dan rasa untuk bagian kanan dan kiri 2 anterior / 3 dari lidah serta gingiva bahasa (yaitu gusi pada permukaan bagian dalam lengkung gigi). Beberapa luka bisa terjadi sewaktu mengangkat gigi (biasanya alveolaris inferior), tetapi yang paling sering disebabkan oleh kerusakan tidak disengaja dengan bor bedah. Cedera seperti itu jarang dan biasanya sementara, tapi tergantung pada jenis cedera (yaitu seddon klasifikasi: neuropraxia, axonotmesis, & neurotmesis), dapat diperpanjang atau bahkan permanen.
Pemindahan gigi atau bagian dari gigi ke dalam sinus maksilaris (gigi atas saja). Dalam kasus tersebut, hampir selalu fragmen gigi atau gigi harus diambil. Dalam beberapa kasus, rongga sinus dapat diairi dengan garam (lavage antral) dan fragmen gigi mungkin dibawa kembali ke lokasi pembukaan melalui yang memasuki sinus, dan mungkin dapat diambil. Di lain waktu, jendela harus dibuat ke dalam sinus dalam fosa Anjing - prosedur yang disebut sebagai "Caldwell-Luc".
Dry socket (alveolar osteitis) adalah fenomena menyakitkan yang paling sering terjadi beberapa hari setelah penghapusan mandibula (lebih rendah) gigi bungsu. Hal ini umumnya percaya [ musang
kata-kata ] bahwa itu terjadi karena gumpalan darah dalam situs gigi penyembuhan ekstraksi terganggu. Lebih mungkin, [ rujukan? ] alveolar osteitis merupakan fenomena peradangan menyakitkan dalam soket gigi kosong karena pasokan darah yang relatif miskin untuk daerah ini dari mandibula (yang menjelaskan mengapa dry socket biasanya tidak berpengalaman dalam bagian lain dari rahang) . Tulang alveolar meradang, tidak dilindungi dan terkena lingkungan mulut setelah pencabutan gigi, dapat menjadi dikemas dengan makanan dan kotoran. Sebuah dry socket biasanya menyebabkan peningkatan tajam dan mendadak sakit dimulai 2-5 hari setelah ekstraksi molar mandibula, paling sering molar ketiga. Hal ini sering sangat tidak menyenangkan bagi pasien; satu-satunya gejala dari dry socket adalah rasa sakit, yang sering memancarkan atas dan ke bawah kepala dan leher. Sebuah dry socket tidak infeksi, dan tidak langsung berhubungan dengan pembengkakan karena terjadi sepenuhnya dalam tulang - itu adalah fenomena peradangan dalam lapisan tulang soket gigi kosong. Karena dry socket tidak infeksi, penggunaan antibiotik tidak berpengaruh pada laju terjadinya. Faktor risiko untuk osteitis alveolar dapat secara dramatis meningkat dengan merokok setelah ekstraksi.
Fragmen tulang: Terutama ketika ekstraksi gigi molar yang terlibat, tidak jarang untuk tulang yang sebelumnya didukung gigi bergeser dan dalam beberapa kasus untuk meletus melalui gusi, menyajikan menonjol tepi tajam yang dapat mengiritasi lidah dan menyebabkan ketidaknyamanan. Hal ini dibedakan dari fenomena yang sama dimana fragmen patah tulang atau gigi yang tersisa dari ekstraksi juga bisa menonjol melalui gusi. Dalam kasus terakhir, fragmen biasanya akan bekerja dengan cara mereka keluar sendiri. Dalam kasus pertama, tonjolan baik dapat dipotong off oleh dokter gigi, atau akhirnya tulang terkena akan mengikis hilang dengan sendirinya.
Trismus : Jaw sendi dan otot mengunyah dapat menjadi sakit setelah pencabutan gigi dan mungkin menjadi sulit bagi pasien untuk membuka mulut.
Kehilangan gigi: Jika gigi yang diekstraksi slip keluar dari forsep, mungkin ditelan atau dihirup. Pasien mungkin tidak menyadari menelannya, atau mereka mungkin batuk, yang menunjukkan inhalasi gigi. Pasien harus disebut untuk Xray dada di rumah sakit jika gigi tidak dapat ditemukan. Jika telah tertelan, tidak ada tindakan yang diperlukan seperti biasanya melewati saluran pencernaan tanpa melakukan bahaya apa pun. Tapi jika sudah dihirup, operasi mendesak diperlukan untuk mengembalikannya dari saluran napas atau paru-paru sebelum menyebabkan komplikasi serius seperti pneumonia atau abses paru-paru
Pembengkakan setelah prosedur ekstraksi gigi merupakan reaksi tubuh normal. Ini adalah pertanda baik dan indikator kemajuan normal dari penyembuhan dari soket gigi ekstraksi. Tingkat pembengkakan dan durasi bengkak setelah prosedur ekstraksi gigi bervariasi dari orang ke orang. Tingkat pembengkakan yang terjadi setelah pencabutan gigi umumnya dalam proporsi langsung dengan tingkat trauma bedah untuk jaringan. Jika gusi dan jaringan sekitarnya yang robek dan rusak untuk cukup luas, maka pembengkakan akan lebih setelah prosedur ekstraksi gigi.
Pembengkakan terjadi lebih sering pada kasus ekstraksi gigi kebijaksanaan atau dalam hal pencabutan gigi bedah. Pembengkakan relatif kurang dalam kasus sederhana atau tertutup prosedur ekstraksi gigi . Laserasi jaringan lunak, trauma tulang, pencabutan ceroboh dari flaps dan iritasi dengan tulang terfragmentasi sering menyebabkan pembengkakan berlebihan. Setelah 2days prosedur ekstraksi gigi, pembengkakan mencapai maksimum. Instruksi pasca operasi dari dokter gigi menjelaskan tentang cara untuk mengurangi pembengkakan setelah pencabutan gigi.
Pembengkakan terjadi lebih sering pada kasus ekstraksi gigi kebijaksanaan atau dalam hal pencabutan gigi bedah. Pembengkakan relatif kurang dalam hal prosedur gigi sederhana atau tertutup ekstraksi. Laserasi jaringan lunak, trauma tulang, pencabutan ceroboh dari flaps dan iritasi dengan tulang terfragmentasi sering menyebabkan pembengkakan berlebihan. Setelah 2days prosedur ekstraksi gigi, pembengkakan mencapai maksimum. Instruksi pasca operasi dari dokter gigi menjelaskan tentang cara untuk mengurangi pembengkakan setelah pencabutan gigi.
Setelah Berapa Lama Ekstraksi Gigi Pembengkakan akan mereda
Pembengkakan biasanya berlangsung selama 4-6 hari. Biasanya, pembengkakan reda sepenuhnya dalam 7days setelah prosedur ekstraksi gigi. Jika tidak terjadi dalam waktu yang diharapkan, maka salah satu harus memanggil dokter gigi untuk check up.
Dalam beberapa kasus, bengkak hilang awalnya dan kemudian menetapkan kembali. Hal ini terjadi jika ada infeksi gigi ekstraksi luka socket.
Pembengkakan pasca ekstraksi persisten atau pengembangan bengkak beberapa hari setelah operasi ekstraksi gigi biasanya karena infeksi. Bengkak karena infeksi dapat dibedakan dari pasca operasi pembengkakan oleh:
1. Terjadi peningkatan suhu kulit jika terjadi pembengkakan akibat infeksi. 2. Kemerahan lebih besar dari jaringan atasnya terjadi di dalamnya.
3. Pasien mungkin menderita demam pada kasus infeksi
Dalam kasus pembengkakan yang terjadi akibat infeksi, eksternal paket lembab panas diberikan selama 30 menit setiap jam. Pasien harus melakukan mulut garam hangat isotonik bilasan setiap 3-4 jam. Antibiotik diberikan untuk mengobati infeksi. Jika nanah berkembang karena infeksi, maka daerah tersebut menorehkan dan dikeringkan.
Langkah-langkah untuk Kontrol Pembengkakan setelah Ekstraksi Gigi
1. Penerapan dingin ke situs yang dioperasikan menurunkan jumlah pembengkakan yang hadir setelah prosedur tindakan pencabutan gigi Dingin dengan memproduksi vasokonstriksi (penyempitan pembuluh darah). Dan dengan demikian mengurangi eksudasi (mengalir keluar) darah dan cairan ke dalam jaringan spasi. aplikasi Dingin harus dilakukan sebentar-sebentar sebagai penggunaan jangka panjang dingin setelah ekstraksi gigi prosedur untuk mengurangi pembengkakan bisa menyebabkan vasodilatasi kompensasi. Aplikasi Dingin yang harus dilakukan selama 20 menit dan kemudian istirahat diambil untuk 20mins lainnya. Hal ini harus dilakukan selama satu jam dalam waktu 12 jam operasi. Selama 36 jam pertama, aplikasi panas sebaiknya tidak dilakukan. Es dapat ditempatkan dalam kantong karet dan dapat diterapkan. Jika kantong es karet tidak tersedia, maka es dapat ditempatkan dalam kantong plastik. Dingin dapat diterapkan intraoral dengan memegang es batu dalam mulut. Pasien harus menjaga kepala meningkat selama 12-24 jam pertama setelah operasi pencabutan gigi.
2. Untuk membatasi pembengkakan setelah prosedur ekstraksi gigi, pembalut tekanan juga dapat diberikan.
a) Jika pembengkakan hadir di bagian depan h Mout, kain kassa kemudian dilipat ditempatkan di bagian luar bibir dan pad kasa dipegang dalam posisi silang dengan strip dari pita perekat atau Elastoplasts.
b) Jika pembengkakan hadir di bagian belakang mulut setelah pencabutan gigi, maka kasa menepuk-nepuk dapat ditempatkan di wajah lebih bengkak dan diadakan dengan perban elastis.
3. Pembengkakan mencapai maksimum dalam biasanya 1-2 hari setelah pencabutan gigi. Aplikasi Dingin pada tahap ini tidak efektif. Panas dalam bentuk kompres lembab
harus diterapkan setelah 1-2 hari ekstraksi gigi. Hal ini menyebabkan vasodilatasi dan meningkatkan sirkulasi. Penghapusan lebih cepat istirahat jaringan bawah terjadi dengan produk ini. Panas dalam bentuk kompres lembab harus digunakan hanya 30minutes per jam. Untuk menghindari pembakaran kulit, perlu dilumasi dengan petroleum jelly. Panas intraoral dicapai dengan penggunaan panas bilasan salin isotonik. 4. Banyak enzim dan persiapan hormon yang tersedia secara komersial yang telah diusulkan untuk mengobati pembengkakan pasca operasi. Mereka tidak boleh digunakan secara rutin. Enzim tidak mencegah pembengkakan tetapi akan mendistribusikan cairan daerah yang lebih luas dengan memecah jaringan ikat dan hambatan fibrin. Mereka bahkan memungkinkan penyebaran infeksi.
5. Hormon kortikosteroid dapat mengurangi pembengkakan ketika mereka digunakan dalam dosis tinggi. Tapi mereka memiliki banyak efek samping yang merugikan dan tidak boleh digunakan setelah ekstraksi gigi kecil atau sederhana.
Apa yang harus dihindari sehingga pembengkakan yang tidak diperburuk setelah Ekstraksi Gigi
1. Jangan ganggu soket ekstraksi luka terlalu banyak.
2. Pasien tidak boleh merokok minimal selama 48 jam setelah pencabutan gigi.
3. Pasien tidak boleh menghisap atau meludah terlalu banyak atau minum minuman dingin
dengan jerami setelah prosedur ekstraksi gigi karena dapat mengusir gumpalan dengan
menciptakan tekanan negatif. Proses penyembuhan tertunda yang selanjutnya menyebabkan
lebih pembengkakan.
4. Pasien harus mengambil diet cairan dan makanan lunak selama 24 sampai 48 jam pertama
setelah pencabutan gigi. Puding, yogurt, kentang tumbuk, sup, smoothies dapat diambil oleh
pasien.
APLIKASI PANAS: Setelah 48 jam, penggunaan panas lembab untuk bagian luar wajah Anda
bersama dengan peregangan mulut
terbuka akan membantu menyingkirkan pembengkakan dan kekakuan pada otot Anda.
Pembahasan jurnal
Bedah gigi molar ketiga yang impaksi adalah salah satu yang paling
sering prosedur Bedah Mulut dan Maksilofasial
(1-9) dan dapat menyebabkan rasa sakit pasca operasi segera
dan ketidaknyamanan (1-15). Trismus merupakan sekuel langsung dari
pasca operasi pembengkakan, mampu mengompresi saraf
struktur dan menghasilkan ringan sampai nyeri berat (5,9,11-15).
deksametason dipilih untuk studi karena memiliki
terbukti menjadi obat administrasi aman, jika waktu dan
dosis secara ketat diikuti. Para analgesik yang digunakan adalah
Parasetamol, juga merupakan obat yang terbukti aman administrasi
dan karena fakta bahwa ia tidak memodifikasi trombosit yang ag-
gregation, koagulasi waktu atau tindakan yang neutrophile (16).
Pemberian deksametason 1 jam preopera-
tively, dikombinasikan dengan pemerintahan pasca operasi
dari 750 mg parasetamol pada hari operasi
dan 4 hari pasca operasi, menghasilkan pengurangan yang jelas
sakit pasca operasi dan pipi bengkak setelah terkena dampak
molar ketiga penghapusan.
Membandingkan kedua dosis, penggunaan 8 mg deksametason
memiliki diferensial statistik antara dosis dalam
tindakan pra operasi dari sudut rahang bawah ke sayap hidung,
dan pasca operasi (24 dan 48 jam) di sudut mentalis
dan jarak interincisal, menunjukkan oleh karena itu
efektivitas obat.
Neupertetal.19reportedthatmouthopeningasmeasured
oleh pra pembukaan interincisal dan pasca operasi adalah
ditingkatkan dengan 4 mg intravena (IV) deksametason
dalam beberapa hari pertama setelah operasi, tetapi perbedaannya tidak ada obat anti-inflamasi
dibandingkan anti-steroid non inflammatory drugs
mencatat antara kelompok kortikosteroid dan plasebo untuk
nyeri atau pembengkakan
Kesimpulan Kami menemukan bahwa dosis 8 mg deksametason
secara statistik lebih efisien dalam trismus dan bengkak
mengendalikan dari dosis yang lebih rendah, tanpa ada bukti dalam
pengurangan tingkat rasa sakit setelah operasi