DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI III DPR-RI
KE PROVINSI JAWA BARAT PADA MASA RESES PERSIDANGAN IV
TAHUN SIDANG 2011 - 2012
A. PENDAHULUAN.
I. Dasar Kunjungan Kerja
1. Hasil Rapat Koordinasi diantara Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat
Indonesia dan Pimpinan Komisi I s/d XI dan Badan Legislasi Dewan
Perwakilan Rakyat Indonesia
2. Keputusan Badan Musyawarah Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia
II. Ruang Lingkup
Sasaran Kunjungan Kerja meliputi bidang-bidang yang termasuk dalam
ruang lingkup tugas Komisi III DPR RI, yaitu Bidang Hukum, Perundang-
undangan, HAM dan Keamanan.
III. Susunan Tim
1. Ir. Tjatur Sapto Edy, M.T. Ketua Tim / F - PAN
2. Saan Mustofa Anggota Tim/ F – PD
3. H. Daday Hudaya, S.H.,M.H. Anggota Tim/ F – PD
4. Rusminiati , S.H. Anggota Tim/ F – PD
5. Khatibul Umam Wiranu, M.Hum Anggota Tim/ F – PD
6. DR. H Deding Ishak, S.H.,M.M Anggota Tim/ F – PD
7. Drs. H.M. Ade Surapriatna,S.H.,M.H. Anggota Tim/ F – PG
8. Mahyudin, S.T., M.M Anggota Tim/ F – PG
9. Drs. Bambang Soesatyo, S.E.,M.B.A Anggota Tim/ F – PG
10. Trimedya Panjaitan, S.H., M.H. Anggota Tim/ F – PDIP
11. Drs. Muhammad Nurdin Anggota Tim/ F – PDIP
12. Ichsan Soelistio Anggota Tim/ F – PDIP
13. H.M. Aditya Mufti Arifin Anggota Tim/ F –PPP
14. HA Dimyati Natakusumah, S.H., M.H. M.Si Anggota Tim/ F – PPP
15. Drs. H. Adang Daradjatun Anggota Tim/ F – PKS
16. H. TB Soenmandjaja, S.D Anggota Tim/ F – PKS
17. Taslim, S. Si Anggota Tim/ F – PAN
18. Desmond J. Mahesa Anggota Tim/ F – Gerindra
19. Drs. H. Sarifuddin Sudding, S.H.,M.H. Anggota Tim/ F - Hanura
IV. Pelaksanaan Kunjungan Kerja
Kunjungan Kerja dilaksanakan selama 4 (empat) hari, sejak Hari Selasa,
17 Juli 2012 s.d Hari Jumat, 20 Juli 2012
V. Objek Kunjungan Kerja
Tim Komisi III DPR RI dalam Kunjungan Kerja di Provinsi Jawa Barat
melakukan beberapa kegiatan selama masa kunjungan Kerja, yaitu:
2
1. Kunjungan Lapangan Ke Lembaga Pemasyarakatan Klas I Sukamiskin
dan Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan) Klas I
Bandung
2. Rapat Kerja dengan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia Jawa Barat beserta pejabat utama dan kepala Unit
Pelaksanan Teknis (UPT) Kanwil Kemenkumham se-Provinsi Jawa
Barat
3. Rapat Kerja dengan Kepala Kejaksaan Tinggi Provinsi Jawa Barat
beserta jajarannya; dan Kepala Kejaksaan Negeri se- Provinsi Jawa
Barat
4. Rapat Kerja dengan Ketua Pengadilan Tinggi Jawa Barat; Ketua
Pengadilan Tinggi Agama Jawa Barat; Ketua Pengadilan Tata Usaha
Negara; dan Kepala Pengadilan Militer Provinsi Jawa Barat.
5. Rapat Kerja dengan Kepala Kepolisian Daerah Provinsi Jawa Barat
beserta Pejabat Utama dan Kapolres se – Provinsi Jawa Barat
B. HASIL KUNJUNGAN KERJA:
Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham Jawa Barat
I. ANGGARAN
a. Realisasi DIPA TA 2011
Realisasi DIPA Tahun Anggaran 2011, jajaran Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Barat sebesar Rp. 336.817.659.000,-
dengan rincian sebagai berikut:
a. Belanja Pegawai : Rp. 126.403.237.000,-
b. Belanja Barang : Rp. 119.412.382.000,-
c. Belanja Modal : Rp. 91.002.040.000,-
Sampai dengan 31 Desember 2011 anggaran tersebut terserap sebesar
Rp.320.529.684.818,- (95,16%) dengan rincian sebagai berikut:
a. Belanja Pegawai : Rp. 133.529.684.818,- (105,30%)
b. Belanja Barang : Rp. 105.829.220.725,- (88,63%)
c. Belanja Modal : Rp. 81.599.831.202,- (89,67%)
Jumlah anggaran yang tidak terserap sebesar Rp. 16.287.974.182,-
(4,84%). Hal tersebut disebabkan adanya sisa pengadaan Bahan Makanan
(BAMA), pengadaan beras untuk Narapidana/Tahanan, dan sisa pengadaan
barang dan jasa setelah dilakukan optimalisasi anggaran.
b. Pagu Definitif 2012
Pagu definitif yang diterima pada Tahun Anggaran 2012 (RM dan PNBP)
jajaran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Barat sebesar
Rp.353.221.309.000,- dengan rincian berikut:
a. Belanja Pegawai : Rp. 148.836.784.000,-
b. Belanja Barang : Rp. 153.105.864.000,-
c. Belanja Modal : Rp. 51.278.661.000,-
Sampai dengan 30 Juni 2012 (Semester I Tahun 2012) anggaran dengan dana
RM dan PNBP terserap sebesar Rp. 135.409.916.413,-(38,34%)dengan rincian
sebagai berikut:
a. Belanja Pegawai : Rp. 70.199.957.961,- (47,17%)
b. Belanja Barang : Rp. 54.020.560.445,- (35,28%)
c. Belanja Modal : Rp. 11.189.398.007,- (21,82%)
3
Program dan upaya yang dilakukan dalam mencapai target penerimaan
tahun 2012 yang dilakukan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Jawa Barat sebagai berikut:
a. Meningkatkan kualitas pelayanan jasa hukum (pendaftaran fidusia,
kenotariatan, pewarganegaraan, dan HKI), pelayanan Keimigrasian, dan
jasa yang dihasilkan oleh Warga Binaan Pemasyarakatan.
b. Penertiban Penatausahaan Barang Milik Negara (BMN) dijajaran Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Barat seperti pendataan
ulang terhadap aset tanah dan bangunan (gedung kantor dan rumah
dinas) termasuk yang dipergunakan oleh pihak ke-3.
c. Proses pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) atas
pelayanan yang dilaksanakan secara langsung melalui kantor bank
persepsi yang berada di Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa
Barat.
d. Peningkatan pengawasan terhadap pelaksanaan pelayanan publik.
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) jajaran Kanwil Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Barat sampai dengan 30Juni 2012
(semester I) sebesar Rp. 59.063.023.953,- (90,66% dari estimasi target yang
ditetapkan) dimana Penerimaan tersebut sudah melebihi target (estimasi)
pendapatan dalam DIPA sebesar Rp. 65.149.258.315,-
c. Kebutuhan Dukungan Anggaran
Kebutuhan dukungan anggaran dalam upaya meningkatkan pelaksanaan
tugas dan fungsi jajaran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Jawa Barat, sebesar Rp. 326.033.592.000,- dengan rincian sebagai
berikut:
a. Unit Pemasyarakatan dengan Kebutuhan Anggaran sebesar Rp. 724.
387. 583. 380,- dengan realisasi hingga 2012 sebesar Rp. 405. 041. 991.
380
b. Unit Keimigrasian dengan Kebutuhan Anggaran Sebesar Rp. 17. 626.
586.000,- dengan realisasi hingga 2012 sebesar Rp. 14. 206. 586. 000,-
c. Unit Pelayanan Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan kebutuhan
anggaran sebesar Rp. 3. 268. 000. 000,-
II. PENGAWASAN
a. Peran Kanwil Dalam Pembentukan Peraturan Daerah
Peranan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Barat dalam
memberikan saran dan pendapat hukum dalam pembentukan Peraturan Daerah
di Provinsi Jawa Barat, sebagai berikut:
a. Pembentukan Perda di Tingkat Provinsi
Berperan aktif dalam penyusunan naskah akademik, penyusunan
prolegda, pembahasan dan harmonisasi penyatuan persepsi dalam
pembentukan Peraturan Daerah, dan evaluasi Peraturan Daerah.
Kerjasama dalam pembentukan Perda dengan Pemda Provinsi berjalan
dengan baik.
b. Pembentukan Perda di Tingkat Kabupaten/Kota
Belum semua kabupaten/kota melibatkan Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM dalam proses Pembentukan maupun
Harmonisasi Peraturan Daerah. Dari 26 Kabupaten/Kota yang ada di
Jawa Barat baru 5 Kabupaten/Kota yang telah bekerjasama dengan
Kanwil.
4
Beberapa daerah kabupaten/kota belum melaksanakan Undang-
undang Nomor 12 Tahun 2011, sebagai acuan dalam pembentukan
Peraturan Daerah disebabkan keterbatasan anggaran,letak geografis
yang jauh, dan terbatasnya tenaga fungsional Perancang Perundang-
undangan, baik di tingkat Kantor Wilayah maupun di Pemerintah
Daerah.
Adapun upaya yang dilakukan Kanwil Kemenkumham dalam meningkatkan
peran dalam pembentukan peraturan di Daerah antara lain:
a. Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM melalui:
Rencana melakukan Kerjasama dengan Pemerintah Daerah untuk
DIKLAT Penyusun dan Perancang Peraturan Perundang Undangan
(Suncang) sesuai amanat Undang Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
Kerjasama dengan Pemerintah Daerah untuk BIMTEK Produk Hukum
Daerah.
b. Koordinasi dengan Pemerintah Daerah dalam penyusunan PROLEGDA,
Penyusunan RAPERDA, Harmonisasi, dan Pembahasan serta sosialisasi
PERDA.
b. Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan
Kondisi aktual LAPAS dan RUTAN di Propinsi Jawa Barat seluruhnya
mengalami over kapasitas kecuali Lapas Klas I Sukamiskin, dan tidak
seimbangnya jumlah petugas dengan jumlah penghuni. Berdasarkan data yang
ada pada Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa Barat bulan Juli 2012, over
kapasitas LAPAS/RUTAN Wilayah Jawa Barat sebagai berikut:
5
Upaya yang dilakukan untuk memperbaiki kondisi tersebut, antara lain:
a. Melakukan pemindahan Narapidana antar Lapas/Rutan dan
pemindahan narapidana ke luar Jawa Barat.
b. Optimalisasi penggunaan LAPAS/ RUTAN baru dan menambah
kapasitas hunian pada LAPAS/ Rutan yang ada
c. Mendistribusikan petugas keamanan
d. Meningkatkan Kemampuan petugas pengamanan
e. Mengoptimalkan pelaksanaan pembinaan dengan pemberian
pembebasan bersyarat (PB), Cuti Menjelang Bebas (CMB) dan Cuti
Bersyarat (CB)
Kebijakan dalam peningkatan keamanan di LAPAS dan Rutan mengacu
pada nota kesepahaman anara Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dengan
Kepolisian RI No. B/ 1487/ VI/ 2006 dan No. E.UM.06/07-104 tentang
Pelayanan Tugas Pembinaan dan Operasional Pengamanan LAPAS/ RUTAN.
Kesepahaman tersebut ditindaklanjuti dengan kegiatan yang berkaitan dengan:
Peningkatan Kualitas SDM melalui pelatihan – pelatihan/ Diklat Kesamaptaan,
pendidikan Dasar Pemasyarakatan (PDP), Latihan Menembak dan Pengendalian
Huru Hara; Bantuan pengamanan dalam bentuk patroli sambang; Bantuan
pengawalan untuk keperluan sidang, mutasi, dan berobat ke Rumah Sakit;
Bantuan sarana dan prasarana (peminjaman kendaraan, senjata api); Kerjasama
penyidikan dan penangkapan WBP yang melakukan tindak pidana; dan terkait
dengan Perizinan senjata api.
Sedangkan upaya yang dilakukan oleh Kanwil Kemenkumham Jabar dalam
melakukan pencegahan dan penanggulangan kasus tindak pidana khususnya
penyeludupan dan peredaran narkoba di LAPAS/ RUTAN antara lain:
a. Melaksanakan penggeledahan di LAPAS/ RUTAN baik oleh Satgas
Kamtib Kanwil maupun UPT bersangkutan secara terpadu dan
berkesinambungan.
b. LAPAS/ RUTAN melakukan penggeledahan terhadap pengunjung dan
petugas yang dilakukan oleh Penjaga Pintu Utama (P2U).
c. Melarang penggunaan alat komunikasi dan mengefektifkan penggunaan
Wartel Pemasyarakatan.
d. Melarang petugas/pegawai/ pengunjung LAPAS/ RUTAN membawa alat
komunikasi kecuali Handy Talkie dinas ke dalam blok dengan
menyediakan loker bagi petugas dan pengunjung untuk penyimpanan
alat komunikasi dan barang lainnya.
e. Memberikan pemahaman terhadap petugas dan penghuni tentang
dampat negatif dari pemakaian Narkoba.
f. Penindakan terhadap petugas dan Narapidana yang terlibat narkoba
dengan diserahkan kepada pihak Kepolisian.
g. Upaya untuk pemasangat alat penghilang signal telepon.
h. Upaya peningkatan kemampuan penjaga pintu utama (P2U)
i. Mengoptimalkan kendaraan test narkoba.
j. Melaksanakan kerja sama dengan Kepolisian dan BNN dalam
melaksanakan test urine, penggeledahan bersama dan sosialisasi
tentang narkoba.
c. Balai Pemasyarakatan
Pada Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa Barat terdapat 4 (empat)
Balai Pemasyarakatan, yaitu:
a. BAPAS Bandung
6
b. BAPAS Cirebon
c. BAPAS Bogor
d. BAPAS Indramayu
Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan, Tugas Pokok dan Fungsi BAPAS adalah sebagai berikut:
a. Tugas Pokok BAPAS:
Memberikan pembimbingan baik klien anak maupun dewasa sesuai
dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku;
Melaksanakan pembinaan, pembimbingan, dan pengawasan terhadap
klien diluar Lembaga Pemasyarakatan.
b. Fungsi BAPAS:
Melakukan LITMAS untuk bahan peradilan atas dasar permintaan
dari LAPAS, RUTAN, BAPAS lain, Kepolisian dan intansi lain yang
terkait;
Melakukan registrasi klien pemasyarakatan;
Melakukan bimbingan kemasyarakatan dan pengentasan anak;
Melakukan sidang di Pengadilan Negeri dan Sidang Tim Pengamat
Pemasyarakatan (TPP) di BAPAS, LAPAS, RUTAN;
Menyelenggarakan Bimbingan Mental dan Sosial, serta latihan kerja
baik yang dilaksanakan sendiri maupun bekerja sama dengan
instansi lain.
Dalam melaksanakan tugas dan fungi BAPAS meliputi wilayah sebagai
berikut:
a. BAPAS Bandung meliputi 10 wilayah Kabupaten/Kota: Kab. Bandung,
Kota Bandung, Kota. Cimahi, Kab. Bandung Barat, Kab. Cianjur, Kab.
Subang, Kab. Sukabumi, Kota Sukabumi, Kab. Sumedang, dan Kab.
Purwakarta.
b. BAPAS Cirebon meliputi 5 wilayah Kabupaten/Kota: Kab. Kuningan,
Kota Cirebon, Kab. Cirebon, Kab. Indramayu, dan Kab. Majalengka.
c. BAPAS Bogormeliputi 6 wilayah Kabupaten/Kota: Kota Bogor, Kab.
Bogor, Kota Depok, Kota Bekasi, Kab. Bekasi, dan Kab. Karawang.
d. BAPAS Garut meliputi 5 wilayah Kabupaten/Kota: Kab. Garut, Kota
Tasikmalaya, Kab. Tasikmalaya, Kab. Ciamis, dan Kota Banjar.
Hambatan-Hambatan yang timbul dalam pelaksanaan tugas dan fungsi
BAPAS adalah sebagai berikut:
a. Sarana dan prasarana yang dimiliki BAPAS sangat minim dibanding
dengan volume kerja dan wilayah kerja yang menjadi tanggung jawab
BAPAS.
b. Jumlah pegawai sebanyak 114 orang tidak sebanding dengan volume
pekerjaan yakni:
Jumlah klien BAPAS yang dibina sebanyak 5.795 orang
Wilayah kerja BAPAS yang sangat luas, meliputi 26 Kab/Kota.
c. Kualitas pegawai belum semua memenuhi standar kualifikasi sesuai
dengan bidang tugas.
d. Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan)
Pada Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa Barat terdapat 3 (tiga)
RUPBASAN, yaitu:
a. RUPBASAN Bandung
b. RUPBASAN Cirebon
c. RUPBASAN Indramayu
7
Kondisi yang dihadapi ketiga RUPBASAN tersebut pada umumnya dihadapkan
pada beberapa kendala, antara lain:
a. Tidak ada ketentuan batas waktu barang yang sudah inkrah sehingga
mengakibatkan terjadinya penumpukan BASAN/BARAN di RUPBASAN.
b. Penyimpanan dan penempatan BARAN/BASAN belum sepenuhnya
dapat dilaksanakan sesuai dengan jenis dan peruntukannya. Kondisi
tersebut pada umumnya disebabkan karena keterbatasan gudang.
c. Keterbatasan sarana dan prasarana untuk meneliti, memeriksa, dan
menaksir tentang jenis, mutu, macam, dan jumlah BARAN/BASAN yang
masuk terutama untuk jenis BARAN dan BASAN tertentu seperti
Narkoba, Logam Mulia, Barang Antik, dan BBM, sehingga penelitian
terhadap BARAN dan BASAN dilakukan secara sederhana dan manual.
d. Terbatasnya sarana dan prasarana pengamanan seperti senjata api
untuk petugas pengamanan, kamera CCTV, alarm, hidran air, dan alat
pemadam kebakaran.
e. Terbatasnya jumlah personil pengamanan. Sebagai contoh di
RUPBASAN Bandung jumlah tenaga pengamanan sebanyak 12 orang
yang terbagi kedalam 4 (empat) regu sehingga tiap regu hanya 3 (tiga)
orang.
f. Minimnya anggaran pemeliharaan BARAN/BASAN dibandingkan
dengan jumlah BARAN/BASAN yang memerlukan perawatan dan
pemeliharaan seperti kendaraan bermotor dan barang elektronik dan
lain-lain.
g. Kurangnya kualitas sumber daya manusia dalam menangani
penerimaan, pengelolaan, dan pemeliharaan BARAN/BASAN.
h. Dari jumlah 26 kab/kota baru 3 (tiga) kabupaten/kota yang memiliki
RUPBASAN sehingga data penyimpanan BARAN/BASAN yang dimiliki
Divisi Pemasyarakatan tidak akurat/valid.
e. Keimigrasian
Berkaitan dengan Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian terdiri dari:
a. Sub Sistem Paspor Biometrik
b. Sub Sistem Cegah Tangkal
c. Sub Sistem Visa dan Izin Tinggal
d. Sub Sistem Border Crossing Management (BCM)
e. Sub Sistem Penyidikan dan Penindakan.
Adapun kendala - kendala yang dihadapi UPT Keimigrasian dalam
pelaksanaan keimigrasian adalah sebagai berikut:
a. Sub Sistem Paspor Biometrik
Kendala yang dihadapi : Peralatan yang ada sering mengalami kendala
(rusak atau kurang jumlahnya) dan tergantung pada pasokan alat atau
perbaikan teknisi pusat (khususnya yang berkaitan jenis alat yang
berspesifikasi tertentu).
b. Sub Sistem Cegah Tangkal
Kendala yang dihadapi : Belum terkoneksi system jaringan dengan
instansi terkait. (Kepolisian RI, KPK, Kejaksaan Agung, dan BNN)
c. Sub Sistem Visa dan Izin Tinggal
Untuk sub sistem ini tidak mengalami kendala.
d. Sub Sistem Border Crossing Management (BCM)
8
Kendala yang dihadapi: Kurangnya personil yang berkualifikasi teknis
(pejabat imigrasi) dalam rangka pemeriksaan dokumen
keimigrasian/identitas diri.
e. Sub Sistem Penyidikan dan Penindakan.
Kendala yang dihadapi : Sub Sistem Penyidikan dan Penindakan belum
bisa dilaksanakan secara optimal karena aplikasi masih dalam proses
penyempurnaan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut telah diupayakan beberapa hal
yaitu:
a. Memanfaatkan peralatan yang ada secara optimal dengan konsekuensi
harus bekerja diluar jam kedinasan (lembur)
b. Perlunya kebijakan atau regulasi tentang koneksitas system jaringan
cegah tangkal dengan instansi terkait.
c. Memanfaatkan pegawai non teknis yang ada dengan supervisi pejabat
imigrasi dan mengoptimalkan tenaga teknis yang ada sesuai kebutuhan.
d. Pelaksanaan sistem penyidikan dan penindakan yang tidak tercover
dalam sistem dilaksanakan secara manual.
Kepala Kejaksaan Tinggi Provinsi Jawa Barat
I. Anggaran:
a. Realisasi DIPA 2011
Realisasi penggunaan DIPA Tahun Anggaran 2011 di Kejaksaan Tinggi
Provinsi Jawa Barat dengan PAGU DIPA berjumlah Rp. 163.011.597.000,- dengan
realisasi berjumlah Rp. 156. 534. 185. 734,- dimana dalam pemanfaatan
anggaran untuk Tahun Anggaran 2011 terdapat kendala yang dihadapi, antara
lain:
a. Adanya Revisi anggaran yang memerlukan waktu, adapun upaya /
solusi pemecahan yaitu melakukan koordinasi lebih intensif baik secara
langsung maupun melalui surat.
b. Kurangnya Sumber Daya Manusia yang menguasai pengelolaan
pengadaan barang dan jasa, adapun upaya / solusi pemecahan yaitu
dilaksanakannya program pelatihan pengadaan barang dan jasa serta
melakukan ujian sertifikasi Perpres No. 54 Tahun 2010.
b. Pagu Definitif 2012
Pagu definitif untuk Tahun Anggaran 2012 yang diterima Kejaksaan Tinggi
Jawa Barat dimana untuk Kejaksaan TInggi Jawa Barat memperoleh Rp. 74. 544.
222. 000,- yang terdiri atas: Rp. 60. 489. 077. 000,- untuk Belanja Pegawai; Rp.
12. 972. 126. 000,- untuk Belanja Barang; sedangkan Rp. 1. 083. 019. 000,- untuk
Belanja Modal.
Sedangkan Pagu definitif untuk Satker dalam Wilayah Hukum Kejaksaan
se- Jawa Barat untuk tahun 2012 sebesar Rp. 228. 731. 420. 000 dengan
perincian sebagai berikut: Belanja Pegawai sebesar Rp. 129. 495. 710. 000,-;
Belanja Barang sebesar Rp. 87. 868. 207. 000,-; Belanja Modal sebesar Rp. 11.
367. 503. 000,-
c. Kebutuhan Dukungan Anggaran
Kebutuhan yang memerlukan dukungan anggaran dalam upaya
meningkatkan pelaksanaan tugas dan fungsi dilingkungan Kejaksaan Tinggi
Provinsi Jawa Barat, sebagai berikut :
9
a. Pembangunan/perluasan/rehabilitasi gedung kantor dan rumah dinas
jabatan;
b. Pengadaan kendaraan roda 4 dan roda 2;
c. Pengadaan sarana dan prasarana perlengkapan gedung kantor yang
mendukung pelaksanaan kinerja (komputer, meubelair, dan sarana
inventaris lainnya
II. Pengawasan:
a. Perkara Menonjol
Adapun perkara menonjol yang ditangani Kejaksaan Tinggi Jawa Barat
antara lain:
a. Perkara Tindak Pidana Umum:
Perkara Tindak Pidana melakukan kekerasan terhadap orang atau
barang dan atau pengruksakan terhadap barang berupa bangunan
masjid Jamaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) pada hari Jumat tanggal 17
Pebruari 2012 sekira jam 08.00 Wib di Kp. Cisaar RT.01/08 Desa
Cipeuyeum Kec. Haurwangi Kab. Cianjur dengan total 14 orang
tersangka. Perkara tersebut saat ini dalam proses persidangan di
Pengadilan Negeri Cianjur dengan agenda persidang pembacaan
putusan yang akan dibacakan pada hari Rabu tanggal 18 Juli 2012.
Perkara Tindak Pidana Penodaan Agama atas nama terdakwa HEIDI
EUGINIE Als. HADASSAH J. WERNER dimana perkara tersebut dalam
proses persidangan di Pengadilan Negeri Bandung dengan
pemeriksaan saksi-saksi.
b. Perkara Tindak Pidana Khusus:
Kasus Korupsi pemungutan PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) di
Kabupaten Subang atas nama terpidana Drs. EEP HIDAYAT, M.Si Bin
P. OEKING ( Mantan Bupati Subang Non Aktip). Adapun Kasus
Posisinya yakni Bahwa Drs. EEP HIDAYAT, M.Si Bin P. OEKING telah
melakukan Tindak Pidana Korupsi dalam pemungutan PBB (Pajak
Bumi dan Bangunan) pada dinas Pendapatan Daerah di Pemkab
Subang dengan melawan hukum yang mengakibatkan kerugian
Negara sebesar Rp. 14.293.868.583,00 (empat belas milyar duaratus
sembilan puluh tiga juta delapan ratus enam puluh delapan ribu lima
ratus delapan puluh tiga rupiah). Terhadap perkara tersebut telah
diputus oleh Mahkamah Agung dengan pidana penjara selama 5
(lima) tahun dan telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan telah
dilakukan eksekusi terhadap terpidana.
Perkara Korupsi biaya penunjang operasional DPRD Kota Cirebon
dengan terdakwa H. SURYANA (Mantan Wakil Walikota Cirebon) dan
H. SUNARYO HW, Sip, MM (Mantan Ketua DPRD Kota Cirebon).
Adapun kasus posisinya yakni Bahwa H. SURYANA dan H. SUNARYO
HW, Sip, MM. telah melakukan Tindak Pidana Korupsi Anggaran
Belanja Barang dan Jasa (biaya penunjang oprasional DPRD Kota
Cirebon yang mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp.
4.983.960.000 (empat milyar sembilan ratus delapan puluh tiga
sembilan ratus enam puluh ribu). Perkara tersebut masih menunggu
putusan Kasasi dari Mahkamah Agung.
Perkara korupsi penyimpangan penyaluran dana Bantuan Sosial
APBD Kota Bandung Tahun Anggaran 2009 dan 2010 dengan total 8
(delapan) orang terdakwa. Adapun kasus posisinya antara lain:
10
Bahwa para terdawa telah melakukan Tindak Pidana Korupsi
Penyimpangan Penyaluran Dana Hibah dan bantuan sosial APBD
Kota Bandung TA. 2009 dan 2010 tidak sesuai dengan ketentuan
yang mengakibatkan kerugian negara Rp. 65.000.000.000,- (enam
puluh lima milyar). Sedangkan terkait penanganannya untuk
terdakwa ROCHMAN S.Sos., LUTHFAN BARKAH, S.Stp, M.Si., FIRMAN
HIMAWAN, UUS RUSLAN dan YANOS SAPTADI sedang dalam proses
persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi bandung dengan
agenda persidangan pemeriksaan saksi-saksi, sedangkan untuk
terdakwa Drs. H. HAVID KURNIAWAN, M.Si. dan Drs. AHMAD
MULYANA sudah dilimpahkan ke Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
Bandung dan sedang menunggu Penetapan Sidang, sedangkan
tersangka AYI SUPRIATNA sedang dalam proses pemberkasan.
Perkara tindak pidana korupsi penyalahgunaan annggaran
Sekretariat Daerah Non Urusan Pemerintah Daerah Kabupaten
Cianjur TA. 2007 – 2010, atas nama tersangka HERI KHARUMAN dan
Drs. EDI IRYANA. Adapn kasus posisinya yaitu Bahwa para tersangka
telah melakukan Tindak Pidana Korupsi penyalahgunaan annggaran
Sekretariat Daerah Non Urusan Pemerintah Daerah Kabupaten
Cianjur TA. 2007 – 2010 tidak sesuai dengan ketentuan yang
mengakibatkan kerugian negara Rp. 5.443.285.577,- (lima milyar
empat ratus empat puluh tiga juta dua ratus delapan puluh lima ribu
lima ratus tujuh puluh tujuh rupiah) dan saat ini Para tersangka telah
dilimpahkan ke tahap Penuntutan dan dalam penyempurnaan
dakwaan.
Perkara tindak pidana korupsi berupa pemberian gratifikasi oleh
seorang kepada Pegawai Negeri atau Penyelenggaran Negara atas
nama tersangka ANGGRAH SURYO (Kepala KPP Pratama Bogor) dan
tersangka ENDANG DYAH LESTARI (Pegawai PT. Gunung Emas
Abadi). Dengan kasus posisi bahwa Pada hari Jumat tanggal 13 Juli
2012 bertempat di pelataran parkir Kantor Pegadaian Kota Legenda
Cibubur sekira pukul 10.20 WIB, tersangka ANGGRAH SURYO telah
menerima sesuatu pemberian berupa uang tunai sebesar Rp.
300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) yang diterima dari tersangka
ENDANG DYAH LESTARI (Pegawai PT. Gunung Emas Abadi), dimana
pemberian uang dari tersangka ENDANG DYAH LESTARI kepada
tersangka ANGGRAH SURYO tersebut diduga berhubungan dengan
penurunan pajak kurang bayar PT. Gunung Emas Abadi yang semula
berdasarkan hasil pemeriksaan awal ditemukan kekurangan
pembayaran pajak sebesar Rp. 24 milayar, namun atas bantuan dari
tersangka ANGGRAH SUROYO pajak kurang bayar PT. Gunung Emas
Abadi tersebut diturunkan menjadi 1,2 milyar. Untuk perkara
tersebut sedang dilakukan proses pemeriksaan saksi-saksi dan
pendalaman terhadap dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
perkara tersebut.
b. Hambatan dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi
Beberapa hambatan yang dihadapi jajaran Kejaksaan Tinggi Jawa Barat
dalam melaksanakan Tugas dan Fungsinya, antara lain:
a. Bidang Intelijen
11
Bahwa dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Intelijen terdapat Kegiatan
LID, PAM, GAL. Adapun dalam pelaksanaan kegiatan LID / Penyelidikan
terdapat dua tahapan kegiatan, yaitu :
Surat Perintah Tugas (IN.3)
Yang merupakan dasar untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu
yang menjadi bagian tugas kegiatan maupun Tugas Operasi Intelijen
Yustisial
Surat Perintah Operasi Intelijen Yustisial (In.1).
Yang merupakan dasar untuk melaksanakan Operasi Intelijen
Yustisial. Yang menjadi kendala / hambatan dalam pelaksanaan Surat
Perintah tersebut di atas, terdapat dalam pelaskanaan Surat Perintah
Tugas, karena tidak ada dukungan anggaran kegiatan, sedangkan
anggaran tersebut sangatlah mendukung untuk melaksanakan On
The Spot guna memperoleh informasi dilapangan dan merupakan
salah satu bagian dalam pelaksanaan Surat Perintah Tugas
b. Bidang Tindak Pidana Umum
SPDP yang sudah di serahkan ke JPU namun tidak ditindaklanjuti
dengan penyerahan berkas perkara tahap I, walaupun JPU telah
berkoordinasi disertai dengan Surat Permintaan Perkembangan Hasil
Penyidikan (P-17), sehingga perkara tersebut tidak dapat
dituntaskan.
Perkara yang telah dinyatakan lengkap oleh JPU (P-21) tetapi oleh
penyidik tidak diikuti oleh penyerahan berkas perkara tahap II
(Barang bukti dan tersangka), walaupun JPU telah berkoordinasi
disertai dengan Surat Permintaan Penyerahan Tersangkan dan
Barang Bukti (P-21A)
Pelaksanaan PERMA Nomor : 02 Tahun 2012 tanggal 27 Pebruari
2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah
denda dalam KUHP sampai sekarang belum ada Juklaknya.
Bagaimana penerapan PERMA tersebut dalam pengananan perkara
tindak pidana umum. Pelaksanaan PERMA Nomor: 02 Tahun 2012
tanggal 27 Pebruari 2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak
Pidana Ringan dan Jumlah Denda Dalam KUHP, belum dapat
dilaksanakan mengingat masih dalam rapat Mahkehjapol.
Penyelesaian Barang Bukti :
o Pengembalian barang bukti atas perkara yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap sulit dilaksanakan karena yang
berhak/yang bersangkutan tidak diketahui lagi keberadaanya dan
ketika dipanggil pada alamat kediaman terakhir tidak pernah
datang dan tidak ada jawaban.
o Penyelesaian barang bukti/barang rampasan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap tidak dapat segera
dilaksanakan sesuai waktu yang ditentukan oleh Undang-Undang
karena salah satu penyebabnya barang bukti kendaraan yang telah
selesai dilelang tidak dapat dikeluarkan surat-surat kendaraan
hasil lelang tersebut berupa BPKB dan STNK, sehingga akan
mempengaruhi minat peserta lelang.
c. Bidang Tindak Pidana Khusus
Sehubungan dengan telah dioperasikannya Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi di semua Ibu Kota Propinsi, maka terhadap perkara tindak
pidana korupsi yang terjadi di wilayah hukum Propinsi Jawa Barat
12
disidangkan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan
Negeri Bandung namun tidak terdapat kendaraan operasional yang
dimiliki oleh Bidang Tindak Pidana Khusus Kejati Jawa Barat.
Bahwa dalam DIPA tahun 2012 tidak dianggarkan biaya untuk proses
persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi antara lain biaya
transportasi kendaraan tahanan, biaya pengawalan dan pengamanan
tahanan dan makan untuk para tahanan.
d. Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara
Bahwa hambatan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi di Bidang
Perdata dan Tata Usaha Negara meliputi antara lain, masih kurang
memahaminya baik BUMN/BUMD, instansi pemerintah daerah/pusat
dalam mengoptimalkan peran fungsi dari pemanfaatan Jasa
Pengacara Negara sebagimana dimaksud dalam UU No. 16 Tahun
2004 Pasal 30 ayat (2) tentang Kejaksaan RI.
c. Penindakan terhadap Oknum Jaksa
Data oknum Jaksa di Kejaksaan Tinggi Jawa Barat yang melakukan
perbuatan melawan hukum adalah Jaksa SISTOYO, SH., berdasarkan Putusan
Pengadilan dinyatakan telah menerima suap dan di hukum dengan pidana
penjara selama 6 (enam) tahun, yang sekarang masih dalam proses hukum
banding.
Sedangkan data oknum Jaksa yang melakukan pelanggaran etik sebanyak
37 orang yang terdiri dari Jaksa 26 orang dan pegawai Kejaksaan 11 orang,
dengan perincian hukuman disiplin yang dijatuhkan 5 orang ( 1 Tata Usaha, 4
Jaksa) dijatuhi hukuman ringan, 23 orang ( 4 Tata Usaha. 19 Jaksa) dijatuhi
hukuman sedang, dan 9 orang ( 6 Tata Usaha, 3 Jaksa ) dijatuhi hukuman berat.
d. Reformasi Birokrasi
Agenda Pembaruan Kejaksaan RI dalam pelaksanaannya oleh pimpinan
Kejaksaan telah dikeluarkan Peraturan Jaksa Agung RI tentang Rekrutmen,
Pendidikan dan Pelatihan, Standar Minimum Profesi Jaksa, Pembinaan Karir,
Kode Perilaku Jaksa dan Pengawasan. Dikeluarkannya peraturan-peraturan
Jaksa Agung tersebut tujuannya tidak lain adalah untuk meningkatkan
profesionalitas, integitas, moral, dan kualitas Jaksa.
Terkait dengan progran Pembaruan Kejaksaan tersebut Kepala Kejaksaan
Tinggi Jawa Barat telah dan akan melakukan langkah-langkah antara lain :
a. Dalam hal peningkatan profesionalitas selalu mengikut sertakan para
Jaksa dan Pegawai di jajaran Kejaksaan Tinggi Jawa Barat ikut dalam
Pendidikan dan Pelatihan baik diklat teknis maupun diklat penjenjangan
karier, seminar, workshop, diskusi tentang isue yang sedang
berkembang di masyarakat.
b. Dalam hal peningkatan integritas dan moral setiap bulan di laksanakan
siraman rohani melalui ceramah Agama.
c. Dalam hal peningkatan disiplin khususnya di Kejaksaan Tinggi Jawa
Barat setiap hari kerja pagi dan sore dilaksanakan apel yang diisi
dengan arahan, petunjuk oleh penerima apel secara bergiliran dari
Kajati, Wakajati, para Asisten, KTU, dan Koordinator.
d. Memerintahkan kepada semua Kepala Satuan Kerja untuk
melaksanakan Pengawasan Melekat kepada masing-masing
bawahannya, dan juga melakukan Pengawasan Fungsional terhadap
13
para Pegawai yang melakukan pelaggaran dengan konsisten
menerapkan hukuman displin sesuai dengan kadar kesalahannya.
Kepala Kepolisian Daerah Provinsi Jawa Barat
I. Anggaran:
a. Realisasi DIPA 2011
Pada Tahun Anggaran 2011, Kepolisian Daerah Jawa Barat memperoleh
Pagu Anggaran sebesar Rp. 1.860.178.592.000,- dengan realisasi DIPA Tahun
Anggaran 2011 sebesar Rp. 1.930.423.411.051,- dengan Program yang menjadi
Prioritas antara lain: Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya Polri; Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas
Aparatur Polri; Program Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kepolisian;
Program Kerjasama Keamanan dan Ketertiban; dan Program Pengembangan
Bantuan Hukum.
b. Pagu Definitif 2012
Pagu definitif Kepolisian Daerah Provinsi Jawa Barat untuk Tahun
Anggaran 2012 sebesar Rp. 2.095.312.193.000,- dengan rincian sebagai
berikut:
a. Belanja Pegawai sebesar : Rp. 1.787.589.371.000,-
b. Belanja Barang sebasar : Rp. 291.694.181.000,-
c. Belanja Modal sebesar : Rp. 16.028.641.000,-
Sedangkan upaya yang dilakukan Kepolisian Daerah Provinsi Jawa Barat
dalam mencapai penerimaan tahun 2012 adalah melalui Penerimaan Negara
Bukan Pajak yang berlaku dilingkungan Polri, meliputi penerimaan dari :
Penerbitan Surat Izin mengemudi; Pelayanan ujian keterampilan mengemudi
melalui simulator; Penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan; Penerbitan Surat
Tanda Coba kendaraan; Penerbitan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor;
Penerbitan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor; Penerbitan Surat Mutasi
Kendaraan ke luar Daerah; Penerbitan Surat Izin Senjata Api; Penerbitan Surat
Keterangan Catatan Kepolisian; Penerbitan Surat Keterangan Lapor Diri; dan
Denda pelanggaran lalu lintas.
d. Kebutuhan Dukungan Anggaran
Berkaitan dengan dukungan anggaran yang dibutuhkan Kepolisian Daerah
Jawa Barat disamping telah diajukan penganggaran ke Mabes Polri sesuai
dengan kebutuhan ideal. Kepolisian Daerah Jawa Barat juga mengajukan
beberapa usulan yaitu:
Kebutuhan anggaran TA. 2013 dalam upaya meningkatkan pelaksanaan
tugas dan fungsi Kepolisian Daerah Jawa Barat dan Jajaran sebesar Rp.
3.106.971.330.000,- yang diajukan, namun yang dipenuhi sebesar Rp 2.1
Triliyun (Rp. 2.124.544.000,-) dengan rincian sebagai berikut :
a. Belanja pegawai sebesar : Rp. 1.800.000.000.000,-
b. Belanja barang sebesar : Rp. 305.600.000.000,-
c. Belanja modal sebesar : Rp. 18.944.000.000,-
Rincian per sumber anggaran :
a. Rupiah murni : Rp 2.020.000.000.000,-
b. PNBP : Rp 92.816.000.000,-
c. BLU` : Rp 14.221.000.000,-
14
Khusus untuk belanja modal diprioritaskan untuk pembangunan fasilitas
yang kondisinya sudah tidak layak pakai/huni antara lain:
a. Pagar SPN Cisarua Polda Jabar,
b. Kantor Den C Brimob Cipanas,
c. Mako Polsek 10 Unit,
d. Sat Pol Air Cipatujah 1 unit,
e. Mako Polres Sumedang tahap pertama, serta
f. Sertifikasi beberapa tanah Jajaran Polda Jabar.
II. Pengawasan:
a. Data Perkara Sengketa Pertanahan Potensi Konflik Horizontal:
Data kasus pertanahan yang dapat menimbulkan konflik horizontal dalam
masyarakat yang ditangani Dit Reskrim Umum Polda Jabar, adalah sebagai
berikut:
No. Laporan Polisi Objek Perkara Potensi Konflik
1. LPB/531/VIII/20
11/ JABAR
tanggal 19
Agustus 2011
tentang dugaan
tindak pidana
menyuruh
menempatkan
keterangan palsu
kedalam akta
autentik dan
menggunakanny
a untuk salah
satu bukti
gugatan di PTUN
Bandung a.n.
pelapor
SOEKANDRA
MULYADI
Akta No. 3 tanggal 18
Nopember 2005 di
Notaris RESNIZAR
ANASRUL, SH, MH yang
diduga isinya tidak
benar/palsu
selanjutnya akta
tersebut dijadikan salah
satu bukti gugatan di
PTUN Bandung tentang
penerbitan SHGB No.
30/Lebak Siliwangi
tanggal 3 September
2010 a.n. Yayasan
Badan Perguruan
Sekolah Menengah
Kristen Jawa Barat
(BPSMKJB)– (SMAK
DAGO)
lokasi : Jl. Ir. H. Juanda
No. 93 Kota Bandung
(SMAK DAGO)
Pada hari Senin tanggal
28 Juli 2011 pukul 16.00
Wib di Lokasi Jl. Ir.
Juanda No. 93 Kota
Bandung telah terjadi
pengerahan masa baik
dari pihak Yayasan
BPSMKJB (SMAK DAGO)
dan dari Perkumpulan
Lycium Kristen (PLK)
untuk memperebutkan
obyek tanah sehingga
terjadi pengrusakan dan
penganiayaan dari kedua
belah pihak
2. LPB/118/II/2012
/JABAR tanggal 11
Februari 2012,
tentang tindak
pidana
penyerobotan
tanah a.n pelapor
SARI NURTALIM,
sebagaimana
dimaksud dalam
pasal 385
KUHPidana
Tanah ber-SHM
disewakan oleh Bupati
dengan surat ijin
menggarap
Lokasi: Ds. Soge Kec.
Kandang Haur Kab.
Indramayu
Masyarakat yang
menyewa tanah dengan
pemilik SHM
15
3. LPB/392/V/201
2/Jabartanggal
15 Mei 2012, atas
nama pelapor
DEDI
ASMARAHADI,
dugaan tindak
pidana
penyerobotan
tanah
sebagaimana
dimaksud dalam
pasal 385
KUHPidana
Tanah yang terletak di
Jl. AncolTimur I dan IX
dihuni oleh masyarakat
setempat lebih dari 10
KK
Lokasi: Jl. Ancol Timur
Kel. Ancol Kec. Regol
Kota Bandung
Bisa terjadi konflik dan
melibatkan massa
penghuni tanah dengan
pemilik tanah
4. LPB/754/XI/201
1/Jabar tanggal 7
November 2011
atas nama
pelapor
SOLIKHAN,
dugaan tindak
pidana
penyerobotan
tanah
sebagaimana
dimaksud dalam
pasal 385
KUHPidana
Tanah sawah seluas 5
hektar dan sedang
digarap oleh
masyarakat dengan
dasar menyewa kepada
Sdr. ATO TENGES
Lokasi: Ds. Majakerta
Kec. Juntinyuat Kab.
Indramayu
Dapat terjadi konflik
antara masyarakat
penggarap dengan massa
pemilik sawah
5. LP/125/III/2010
/Biro Ops tanggal
4 Maret 2012
Sekitar tanggal 13
Januari 2009 terjadi
tindak pidana
pemalsuan
menggunakan akta
autentik yang dilakukan
oleh Hj. Dra. RIDHA
FARIDA RUKMIATI SITI
JUBAIDAH (Terlapor) di
PTUN Bandung,
terlapor telah
memberikan
keterangan palsu
dengan mengatakan
bahwa terlapor telah
menemukan alat bukti,
kemudian kuasa hukum
terlapor mengajukan
PK ke MA dengan
melampirkan tiga
novum, ternyata
berdasarkan
Konflik antara terlapor
dengan Pemprov Jabar
16
keterangan
Ketua PN Bandung dan
keterangan saksi Prof.
Dr. RM SUDIKNO
MERTOKUSUMO, SH,
novum tersebut tidak
pernah ditanda tangani
dan tidak ada arsip di
PN Bandung
Lokasi: Pengadilan Tata
Usaha Negara Bandung
Jl. Dipenogoro No. 34
Bandung
b. Kesiapan Pengamanan Pemilihan Gubernur Tahun 2013
Kesiapan Kepolisian Daerah Provinsi Jawa Barat dalam menghadapi
Pemilihan Gubernur Jawa Barat pada Operasi Praja Lodaya 2013 sebgai berikut:
Dalam rangka persiapan, Polda Jabar yang memiliki 30.927 orang personil yang
terbagi dalam 44 Satuan kerja membagi proses pengamanan pemilihan dalam
beberaa tahapan yang terdiri atas:
a. Tahapan Awal Kegiatan yakni tahapan pembentukan dan pengangkatan
PPK dan PPS; Pemutakhiran Data Daftar Pemilih; dan Masa Pencalonan
akan mempersiapkan 750 orang personil
b. Pengamanan Tahap awal yakni pada awal tahun 2013 hingga 06 febuari
2013. Polda Jabar akan mempersiapkan 750 orang personil
c. Tahap Inti yakni pada masa kampanye; pemungutan suara dan
penghitungan suara. Polda Jabar akan mempersiapkan sejumlah 20.618
orang personil
d. Sedangkan untuk diluar tahap inti, yakni pada tahap masa tenang;
penetapan pasangan calon terpilih; dan Pelantikan Gubernur terpilih.
Polda Jabar mempersiapkan 10.309 orang personil
e. Pengamanan pengadaan dan distribusi logistik pemilu akan
ditempatkan 15 orang personil dari 22 polres yang ada sehingga
berjumlah 330 orang personil.
c. Penanganan Kasus Tindak Pidana Korupsi
Penanganan Tindak Pidana Korupsi oleh Polda Jawa Barat beserta polres
jajarannya selama periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 sebanyak 143
kasus yang terdiri atas 40 berkas perkara telah P.21; 8 Kasus di SP3; 1 kasus di
limpahkan ke Jaksa Pengacara Negara; dan 94 Kasus masih dalam proses
penyidikan.
Beberapa kasus yang menonjol yang ditangani adalah kasus-kasus yang
berkaitan dengan DPRD Cirebon (diantaranya Wakil Walikota Cirebon) dengan
kerugian negara sebesar Rp. 1.496.435.000,- dan vonis hukuman selama 1
tahun 6 bulan, BRI Ujung Berung dengan kerugian negara sebesar Rp.
1.689.763.900,-, PT. Kereta Api Indonesia dengan kerugian negara sebesar Rp
100.000.000.000,- dan Dinas Perpajakan daerah Cianjur dengan kerugian
negara sebesar Rp. 614.000.000,-.
Sedangkan beberapa hambatan yang dialami dalam penanganan kasus
tindak pidana korupsi antara lain:
17
a. Dalam penyidikan tindak pidana korupsi, Polri masih bergantung pada
instansi lain. Misalnya BPKP dalam hal penghitungan kerugian negara
dan ahli (dalam hal menghitung kegiatan yang berkaitan dengan
konstruksi)
b. Dalam Pemeriksaan terhadap pejabat negara yang perlu mendapatkan
ijin dari Presiden, Menteri Dalam Negeri atau kepala daerah dimana
dalam proses pelaksanaannya memerlukan waktu yang cukup lama.
d. Pencegahan dan Penindakan Peredaran serta Penyalahgunaan
Narkotika dan Minuman Keras
Dalam rangka melakukan pencegahan peredaran dan penyalahgunaan
Narkotika dan Minuman Keras, Polda Jawa Barat telah melakukan kegiatan
pembinaan dan penyuluhan dengan sasaran anak sekolah, mahasiswa, karyawan
baik di lingkungan masyarakat, tempat hiburan, dan terhadap ormas dan aparat;
kerjasama dengan BNP Jabar, BNNP Jabar, Pemerintah se Provinsi Jabar, Dinas
Penididikan/ Sekolah dan Perguruan tinggi; Pembukaan website, pemasangan
spanduk himbauan dan pemasangan stiker; namun upaya pencegahan tersebut
terkendala dengan tidak adanya dukungan anggaran DIPA untuk kegiatan
Pembinaan dan penyuluhan pada satuan kerja tingkat Polres/Tabes dimana
dukungan anggaraan hanya untuk kegiatan penyelidikan dan penyidikan tindak
pidana Narkoba.
Sedangkan upaya penindakan dilakukan dengan kegiatan razia baik di
Rumah Tahanan, Lembaga Pemasyarakatan, dan Tempat Hiburan; dan
penyelidikan serta penyidikan kasus narkoba dimana untuk tahun 2012 telah
dilakukan sidik dan lidik terhadap 691 kasus dengan 779 orang tersangka;
melakukan kerjasama dengan BNNP dan Bea Cukai dalam pengawasan
masuknya narkoba dikawasan pabean;
e. Peran Polda Mengatasi Aksi Kekerasan Genk Motor
Sejak 31 Desember 2010 telah dilaksanakan pembubaran Genk motor dan
penolakan terhadap berandalan motor bersama tokoh masyarakat, tokoh agama,
tokoh pemuda yang bertempat di Lapangan Mapolda Jabar yang telah
berdampak kecenderungan penurunan jumlah kasus yang melibatkan
Berandalan bermotor dengan melakukan penindakan terhadap aksi kekerasan
terhadap setiap aksi kekerasan yang terjadi.
Disamping itu, Polda Jabar melakukan pendataan terhadap anggota
kelompok Sepeda Motor; mengundang para pimpinan/ pengurus club motor
untuk sosialisasi tentang tindakan anarkhis yang dapat meresahkan masyarakat;
melakukan penyuluhan dan pembinaan; melakukan monitoring terhadap
kelompok sepeda motor; serta melakukan razia secara berkala.
f. Gejolak Sosial yang menonjol
Beberapa kejadian berkaitan dengan gejolak sosial dimasyarakat yang
terjadi diwilayah hukum Kepolisian Daerah Provinsi Jawa Barat antara lain:
a. Penolakan terhadap Jemaah Ahmadiyah Indonesia
Telah terjadi 4 kejadian berkaitan dengan penolakan terhadap JAI
antara lain:
Pengerusakan Masjid Ar Rahim di Kampung Cisaar, Desa Cipeuyeum,
Kec Haurwangi, Kabupaten Cianjur pada 17 Febuari 2012
Pengerusakan Masjid Baitur Rohim di Desa Cipakat, Kec. Singaparna,
Kab. Tasikmalaya pada 20 April 2012
18
Pengerusakan Masjid Al Mujahidin di Kampung Babakan Sari, Desa
Kutawaringin. Kab. Tasikmalaya pada 02 Mei 2012
Pelemparan Rumah Milik JAI di Kampung Cisalada, Desa Ciampea
Udik Kab. Bogor pdaa 13 Juli 2012
Adapun yang menjadi latar belakang penolakan ini dikarenakan
dipandang bahwa JAI masih melakukan aktifitasnya dan tidak mematuhi
SKB 3 Menteri serta Peraturan Gubernur Jawa Barat No 12 Tahun 2011
tentang Larangan bagi ajaran JAI di Jawa Barat sehingga memancing
reaksi dari kelompok islam yang kontra terhadap JAI untuk melakukan
penekanan maupun aksi anaris terhadap fasilitaas maupun pengikut JAI.
b. Penolakan pendirian tempat ibadah
Beberapa kejadian yang berkaitan dengan penolakan warga terhadap
pendirian tempat ibadah antara lain:
Penolakan pembangunan GKI Yasmin di Perum Taman Yasmin. Kel.
Curug Mekar, Kec. Bogor Barat Kab. Bogor.
Penolakan Pembangunan Gereja Katholik di Kampung Rancameong
Kota Bandung
Penolakan relokasi Gereja GKI Kuningan di lingkungan kliwon
kelurahan Purwawinangun Kabupaten Kuningan
Penolakan alih fungsi Gedung Gratia menjadi Gereja Bethel Indonesai
di Kota Cirebon
Penolakan Alih fungsi rumah tinggal menjadi Gereja Panthekosta di
Indonesia (GPDI) di Jln Raya Narogong Km 15 Kp. Babakan Rt. 01/04
Kec. Cileungsi Kab. Bogor.
Penolakan Alih fungsi Rumah Tinggal menjadi Gereja Katholik Paroki
Santa Johanes Baptista di Kampung Tulang Kuning Desa Asem. Kec.
Parung Kab. Bogor
Penolakan Alih Fungsi Rumah menjadi Gereja Panthekosta di
Indonesia di Jatinangor Sumedang.
Adapun latar belakang penolakan terhadap pembangunan gereja
tersebut antara lain dikarenakan belum ada ijin/ rekomendasi dari
warga setempat; bangunan beradaa di tengah masyarakat muslim
sehingga timbul kecurigaan adanya upaya kristenisasi; Proses perijinan
yang tidak transparan sehingga warga merasa dibohongi; dan sosialisasi
oleh panitia pembangunan Gereja yang tidak maksimal.; Penggunaan
bangunan yang tidak sesuai dengan IMB; Jemaat berasal dari luar
wilayah tersebut; Pengurus Gereja tidak mentaati teguran dari pihak
yang berwenang.
c. Sweeping disertai aksi anarkis oleh Ormas
Beberapa sweeping yang dilakukan oleh ormas antara lain:
Aksi sweeping/razia tempat penjualan minuman keras yang
dilakukan oleh Ormas Islam Front Pembela Islam (FPI) Kab. Garut
pada hari Sabtu tanggal 7 Januari 2012 pukul 16.00 Wib
Aksi sweeping/razia yang dilakukan oleh Front Pembela Islam (FPI)
dan LPI Kab. Garut terhadap warung penjual minuman keras di
wilayah Kab. Garut pada hari Senin tanggal 30 Januari 2012 pukul
16.00 s/d 17.30 Wib.
Aksi sweeping/razia yang dilakukan oleh Front Pembela Islam (FPI)
dan LPI Kab. Garut terhadap warung penjual Minuman Keras yang
ada di Kec. Garut Kota Kab. Garut pada hari Jumat tanggal 23 Maret
19
2012 pukul 17.00 s/d 19.00 untuk menyerahkan barang bukti
tersebut.
Aksi sweeping/razia yang dilakukan oleh Front Pembela Islam (FPI)
Kab. Garut terhadap warung penjual Minuman Keras yang ada di Kab.
Garut pada hari Senin tanggal 28 Mei 2012 pukul 18.30 s/d 22.15
Wib
Aksi sweeping/razia yang dilakukan oleh Front Pembela Islam (FPI)
Kab. Garut terhadap warung penjual Minuman Keras di wilayah Kab.
Garut pada hari Selasa tanggal 29 Mei 2012 pukul 18.30 Wib s/d
22.15 Wib, titik kumpul di Sekretariat DPC FPI Kab. Garut, telah
dilaksanakan
Adapun yang menjadi latar belakang permasalahan tersebut antara lain
karena disamping adanya perintah langsung dari Pimpinan Pusat Ormas
Tersebut dalam rangka memberantas maksiat juga karena adanya anggapan
tempat hiburan menyalahi peruntukannya, dipandang sebagai tempat maksiat
dan sebagai penentangan terhadap masih beredarnya minuman keras di
Masyarakat.
d. Demo Buruh
Aksi kaum buruh yang cenderung anarkis yang terjadi hingga juli 2012
bahwa telah terjadi aksi unjuk rasa dan mogok kerja burut SBI-KASBI
PT. Pertamina Indramayu sebanyak 10 Kali yang menuntut agar pihak
PTPertamina Indramayu menghapus sistem kerja kontrak/
outsourching dan mengangkat menjadi karyawan tetap PT Pertamina
serta menuntut upah yang layak tanpa ada diskriminasi diantara buruh.
dan unjuk rasa buruh dari FSPMI, FSPSI, FSBK, PPMI Karawang
sehubungan dengan adanya pengaduan dari The Jakarta Japan Club
terkait Perda Kabupaten Karawang No. 1 Tahun 2011 tentang
Ketenagakerjaan yang dianggap diskriminatif terhadap calon pekerja
dan ramah investasi agar dilakukan revisi karena tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
g. Faktor Utama Penyebab Kejahatan di Jawa Barat
Berdasarkan pada hasil penyelidikan dan penyidikan atas peristiwa
kejahatan yang terjadi di Jawa Barat, maka faktor utama penyebab terjadinya
kejahatan antara lain:
a. Pengangguran
b. Kemiskinan
c. Penegakan hukum yang dirasakan kurang
d. Perkembangan ilmu dan teknologi yang berdampak terhadap inovasi
baru dalam modus operandi tindak kejahatan
Upaya yang dilakukan polda jawa barat dalam menekan jumlah kejahatan
yang terjadi antara lain dengan mengedepankan aspek preemtif dengan
mengedepankan fungsi intelkam dan binmas; Preventif dengan mengoptimalkan
keberadaan anggota berseragam ditempat rawan gangguan; Represif dengan
menegakan fungsi reserse dan profesionalitas dalam melaksanakan tugas
aparat.
h. Perkembangan Penyelidikan dan Penyidikan terkait
Pembangunan Pertokoan Gelanggang Cirangjang
Kronologis Kasus CV. Buana Lestari terkait Pembangunan Pertokoan
Gelanggang Ciranjang antara lain:
20
a. Pada tanggal 03 April 1985 Kepala Desa Ciranjang waktu M. DJEDJE
menyewakan tanah Gelanggang Ciranjang kepada DEWI (pedagang),
dengan jangka waktu lima tahun dan berakhir tanggal 31 Januari 1991
sesuai dengan Surat Desa Ciranjang Nomor : 02 / LMD / IV / 1985
tanggal 03 April 1985.
b. Pada tanggal 09 Oktober 2007 CV. BUANA LESTARI mengirim proposal
pembangunan Pasar Gelanggang Ciranjang kepada Kepala Desa
Ciranjang dan Camat Kecamatan Ciranjang, pihak Desa Ciranjang dan
Kecamatan Ciranjang pada intinya sangat mendukung rencana
Pembangunan Pasar Ciranjang tersebut.
c. Pada tanggal 28 Oktober 2007 pemerintahan Desa Ciranjang dan CV.
BUANA LESTARI membuat perjanjian kerjasama yang disetujui oleh
Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan diketahui oleh Camat
Ciranjang.
d. Pada tanggal 15 Nopember 2007 CV BUANA LESTARI mendapat surat
keputusan Nomor : 660.01/172/Amdal/2007 dari Kepala Kantor
Analisis Dampak Lingkungan Kab. Cianjur.
e. Pada tanggal 16 Nopember 2007 Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kab. Cianjur (BAPPEDA) mengeluarkan ijin
pembangunan dan perluasan Pasar Gelanggang Ciranjang kepada CV.
BUANA LESTARI seluas 3.600 M2, masa berlaku satu tahun dan dapat
diperpanjang.
f. Pada tanggal 07 April 2008 Kepala Dinas Perhubungan dan Pariwisata
melalui surat Nomor : 051.11/261/Dishubpar, memberikan
rekomendasi analisa dampak lalu lintas Pasar Gelanggang Ciranjang dan
memberikan ijin kepada CV. BUANA LESTARI untuk pembangunan
pasar Gelanggang Ciranjang.
g. Pada tanggal 18 April 2008 Bupati Cianjur dengan surat Nomor :
648/778/Bappeda menyetujui SITE PLAN Pasar Gelanggang Ciranjang
atas nama CV. BUANA LESTARI dengan luas 3.600 m2.
h. Pada tanggal 17 Juni 2008 CV. BUANA LESTARI an. SYARIFUDIN
membuat surat Nomor : 013/SPB/BL/VI/2008 tentang keputusan harga
kios :
Penghuni lama Rp. 7.000.000,- untuk lokasi kios biasa bukan Huk.
Rp. 8.000.000,- kios Huk (Pojok).
i. Pada tanggal 18 Juni 2008 Sekda Cianjur dengan Nomor Surat :
503/169-Pe/Situ/VI/2008 memberikan ijin tempat usaha kantor
pemasaran ke CV. BUANA LESTARI di Pasar Gelanggang Ciranjang.
j. Pada tanggal 21 Juli 2008 CV. BUANA LESTARI mengirim surat kepada
Pemkab Cianjur untuk membangun kios darurat/kios sementara dan
disetujui Pemda.
k. Pada tanggal 02 Desember 2008 kepada Kades Ciranjang a.n. DUMYATI
memutuskan/menghentikan sewa tanah pasar gelanggang Ciranjang
yang disewa pedagang terhitung 01 Januari 2009 dengan alasan pasar
tersebut mau dibangun.
l. Pada tanggal 14 April 2008 Kades Ciranjang dan CV. BUANA LESTARI
melakukan perubahan kedua tahap surat perjanjian.
m. Pada tanggal 01 Oktober 2009 pemerintahan Desa, Badan
Pemusyawaratan Desa (BPD) mengadakan musyawarah tentang
pembangunan pertokoan Pasar Gelanggang Ciranjang memutuskan
hubungan dengan CV.. BUANA LESTARI akibat kelalaian/keterlambatan
21
pembangunan pertokoan Pasar Gelanggang Ciranjang dan Desa
membuat surat Nomor : 664.1/PPM/2009 tanggal 01 Oktober 2009
tentang pemutusan kerjasama pembangunan pasar Gelanggang
Ciranjang antara Kepala Desa Ciranjang dan CV. BUANA LESTARI.
n. CV. BUANA LESTARI mengulur-ulur pembangunan Pasar Gelanggang
Ciranjang dari tahuan 1985, kemudian Desa Ciranjang membuat surat
kepada CV. BUANA LESTARI sebanyak 3 (tiga) kali yakni pada Tanggal
19 Oktober 2009; Tanggal 26 Oktober 2009; dan Tanggal 03 Nopember
2009. Yang isinya mendesak CV. BUANA LESTARI segera merealisasikan
pembangunan pertokoan Pasar Gelanggang Ciranjang Kab. Cianjur.
o. Pada tanggal 08 Pebruari 2010 terbit surat pemberitahuan putusan
banding Nomor : 176/B/2009/PPTUN- JKT JO Nomor :
97/G/2008/PTUN BDG dari Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung
bahwa pengajuan Kontra Memori Banding keberatan dari para
pembanding/para penggugat banding (Sdr. KASNO WIBOWO, dkk)
dimana keberatan-keberatan penggugat tidak mendasar bahkan hanya
merupakan pengulangan semata dan gugatan terhadap pihak CV.
BUANA LESTARI ditolak oleh PPTUN Bandung.
p. Pada tanggal 20 September 2010 Direktur CV. BUANA LESTARI a.n
SYARIFUDIN mengirim surat ke Kades Ciranjang yang isinya
perpanjangan kembali (addendum) perjanjian kerjasama yang kedua
untuk dapat melaksanakan pembangunan pertokoan Pasar Gelanggang
Ciranjang.
q. Pada tanggal 29 Januari 2011 dibuat perjanjian kerjasama antara Kades
Ciranjang yang diwakili oleh PJS Kepala Desa (OJAK SUPARMAN)
dengan CV. BUANA LESTARI, PT GRAHA PROPERTY INVESTAMA untuk
pembangunan pertokoan Pasar Gelanggang Ciranjang.
r. Pada tanggal 08 April 2011 Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu dan
Penanaman Modal mengeluarkan surat Nomor : 503/367/KPPTS & PM
status mendirikan bangunan pertokoan Pasar Gelanggang Ciranjang
Cianjur an. CV. BUANA LESTARI sesuai dengan surat Nomor : 664/221-
IMB/DCK tanggal 29 Mei 2008.
s. Sewa Pasar Gelanggang Ciranjang antara Kepala Desa Ciranjang dengan
pedagang sudah berakhir terhitung tanggal 31 Januari 1991.
t. Pada tanggal 20 Desember 2011 Setda Kab. Cianjur mengundang rapat
PJS Kepada Desa Ciranjang dan perangkat Desa menjelaskan bahwa
surat-surat yang telah diterbitkan oleh Pemkab. Cianjur kepada CV.
BUANA LESTARI mengenai pembangunan pertokoan Pasar Gelanggang
Ciranjang tidak akan diirubah dan apabila ada pihak-piihak dirugikan
silahkan mengadu dan diselesaikan sesuai hukum yang berlaku.
u. Pada tanggal 03 Maret 2012 CV. BUANA LESTARI mengirim surat
kepada Kapolres Cianjur, sesuai dengan surat surat Nomor :
002/CV.BL/SPEM/III/2012 tentang pemberitahuan pembangunan dan
permohonan pengamanan, kemudian Kasat Intel membuat Laporan
Informasi (LI) tentang adanya unjuk rasa menentang pembangunan
pertokoan Pasar Gelanggang Ciranjang dan Kabag Ops Polres Cianjur
membuat rencana pengamanan unjuk rasa Pasar Gelanggang Ciranjang
sesuai dengan surat Nomor : R/Renpam/21/III/2011 tanggal 05 Maret
2012 .
v. Pada tanggal 13 Maret 2012 sekitar jam 15.00 telah terjadi unjuk rasa di
depan bangunan sementara Pasar Gelanggang Ciranjang dari masya
22
yang mengatasnamakan Paguyuban Pedagang Pasar Gelanggang
Ciranjang (PPGJ) sebanyak 200 (dua ratus) orang yang diduga
dikoordinir oleh Sdr. KASNO WIBOWO (Purnawiran Polri) yang
mengaku sebagai Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Gelanggang
Ciranjang, dengan membawa spanduk bertuliskan penolakan dan
mendesak CV. BUANA LESTARI untuk menghentikan pembangunan
pertokoan Pasar Gelanggang Ciranjang. Saat terjadinya unjukrasa
sebagian masa pengunjuk rasa yang mengatasnamakan Paguyuban
Pedagang Pasar Gelanggang Ciranjang melakukan tiindakan anarkis
dengan merusak sebagian bangunan kios sementara pada bagian atap
kios dari Asbes dan dinding kios dari Seng hingga mengakibatkan
kerusakan pada sebagian bangunan kios sementara Pasar Gelanggang
Ciranjang yang dibanguan oleh CV. BUANA LESTARI, dari tindakan
anarkis pengunjuk rasa CV. BUANA LESTARI mengalami kerugian
materi kurang lebih sebesar Rp. 6.000.000,- (enam juta rupiah).
w. Saat terjadi unjuk rasa, Polres Cianjur sesuai dengan rencana
pengamanan unjuk rasa Pasar Gelanggang Ciranjang Nomor :
R/Renpam/21/III/2011 tanggal 05 Maret 2012 melakukan
pengamanan unjuk rasa tersebut dengan menurunkan 80 (orang)
personil Polres Cianjur yang dipimpin langsung oleh Kakab Ops Polres
Cianjur.
x. Pada tanggal 13 Maret 2012 Sdr. SALIM H. SAPUTRA selaku Kuasa
Direksi dari CV. BUANA LESTARI melaporkan tindak pidana yang
dilakukan oleh sebagian masya pengunjuk rasa saat terjadinya unjuk
rasa penolakan pembangunan pasar Gelanggang Ciranjang ke Polres
Cianjur sesuai dengan Laporan Polisi Nomor :
LP/B/1356/III/2012/JBR/RES.CJR tanggal 13 Maret 2012.
Ketua Pengadilan Tinggi Jawa Barat
I. ANGGARAN
a. Kebutuhan Dukungan Anggaran
Kebutuhan dukungan anggaran untuk tahun 2013 pada Pengadilan Tinggi
Jawa Barat antara lain:
a. Penyediaan rumah dinas para Hakim Tinggi PT Jawa Barat belum
mencukupi.
Jumlah Hakim Tinggi termasuk Ketua, Wakil Ketua, Para Hakim Tinggi ,
Panitera/Sekretaris, Wakil Panitera dan Wakil Sekretaris yang ada
sekarang 23 orang. Rumah dinas yang ada sebanyak 15 unit ditambah 2
unit runtuh/ tidak dapat ditempati, yang tidak mendapat rumah dinas
sebanyak 8 orang.
b. Rehabilatasi rumah Dinas untuk Ketua, Wakil Ketua, Hakim,
Panitera/Sekretaris, Wakil Panitera , Wakil Sekretaris dan Pejabat
Struktur lainya yang sebagian besar sudah tidak layak huni.
c. Contoh di Pengadilan Tinggi Jawarat rumah Dinas Ketua, Wakil Hakim,
Pan Sek sebanyak 17 unit dengan katagori sbb:
1 Unit seesai direnovasi.
5 unit masih layak ditempati dalam keadaan rusak ringan.
5 unit ditempat dalam keadaan rusak sedang.
4 unit ditempati dalam kedaan rusak berat.
2 unit tidak dapat ditempat dalam keadaan rusak sangat berat.
23
d. Penyediaan Rumah dinas untuk Ketua , Wakil Ketua dan para Hakim,
Pan/Sek yang masih belum tersedia sama sekali di Pengadilan
Negeri Depok, Pengadilan Negeri Cibadak yang ada di Pelabuhan Ratu,
dan Pengadilan Negeri Cibinong.
e. Perlu adanya penggantian sewa kontrak bagi para Hakim dan Pejabat
Struktural yang belum mendapatkan rumah dinas, berupa uang sewa
kontrak seperti Hakim Ad.Hoc Tipikor.
f. Penambahan biaya perawatan rumah dinas Ketua, Wakil Ketua dan Para
Hakim serta Panitera perlu ditambah / disesuaikan dengan kebutuhan.
g. Penambahan biaya perawatan Kendaraan dinas dan penambahan bagi
yang belum mendapatkan seperti Panitera/Sek PN Majalengka, PN
Subang, PN Garut.
h. Peningkatan biaya Pengolah data, yang ada sekarang dirasakan sangat
tidak memadai
II. PENGAWASAN
a. Penguatan Kelembagaan
Kebijakan dan langkah langkah penguatan kelembagaan di lingkungan
Pengadilan Tinggi Jawa Barat agar dapat mendukung pelaksanaan tugas dan
kewenangan secara optimal, dengan cara melakukan Pembinaan Teknis untuk
para Hakim dan Panitera/Panitera Pengganti secara rutin.
Eselonisasi jabatan Wakil Panitera dan Wakil Sekretaris Pengadilan Tinggi
selama ini eselon III.A perlu dinaikkan menjadi II.B. pertimbangan Pan/Sek PN
Klas.I.A eselon > II.B dan Jumlah serta komposisi Hakim dan Pegawai Pengadilan
Tinggi dan Pengadilan Negeri dalam wilayah hukum PT Jawa Barat sbb
b. Reformasi Birokrasi
Untuk melaksanakan reformasi birokrasi dilingkungan pengadilan tinggi
Jawa barat dilakukan dengan melakukan transparansi dengan meningkatkan
pelayanaan dan keterbukaan informasi bagi pencari keadilan.
Disamping itu, telah dilakukan langkah-langkah untuk mewujudkan
peningkatan kualitas, integritas dan profesionalisme Hakim dengan melakukan
pengawasan yang optimal dan mengadakan pembinaan teknis terhadap Hakim.
Dimana berdasarkan hasil pengawasan, pembinaan dan penindakan yang
dilakukan terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh Pegawai maupun oknum
hakim telah dapat ditekan jumlah kasus pelanggarannya. Sehingga tidak
ditemukan tindak pidana yang dilakukan oleh pegawai maupun hakim di
lingkungan Pengadilan Tinggi Jawa Barat.
c. Perkara Pidana Menonjol
Perkara- perkara yang menonjol diwilayah hukum Pengadilan Tinggi Jawa
Barat yaitu:
a. Perkara Pidana:
Tindak Pidana Narkotika
Tindak Pidana Kesusilaan
Tindak Pidana Penganiayaan
b. Perkara Perdata
Perkara Perbuatan Melawan Hukum
Perkara Wanprestasi
Perkara yang berkaitan dengan sengketa tanah
24
d. Kendala dalam menangani perkara
Kendala yang dihadapi dilingkungan Pengadilan Tinggi Jawa Barat dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya didalam menangani perkara antara lain:
a. Perkara Pidana
Tempat penahanan dan tempat sidang yang terlalu jauh sehingga
sidang tidak dapat dimulai tepat waktu.
Penuntutan yang diajukan oleh JPU sering terjadi penundaan
Jika terdakwa tidak dapat disidangkan karena alasan sakit sehingga
tahanan habis dan terdakwa keluar dari tahanan demi hukum
b. perkara Perdata.
Putusan perkara perdata yang telah berkekuatan hukum tetap dalam
pelaksanaan eksekusinya sering mengalami hambatan , karena
keadaan yang tidak kondusif adanya perlawanan phisik dari pihak
Termohon Eksekusi.
Timbulnya bantahan / perlawanan terhadap perkara yang telah BHT
untuk menunda pelaksanaan eksekusi.
Ketua Pengadilan Tinggi Agama Jawa Barat
I. ANGGARAN
a. Realisasi DIPA 2011
Tahun 2011, Pengadilan Tinggi Agama Bandung dan Pengadilan Agama Se-
Jawa Barat memiliki dua DIPA yaitu DIPA Badan Urusan Administrasi
Mahkamah Agung RI dan DIPA Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI
dengan jumlah keseluruhan sebesar Rp. 112.535. 336.000,- (seratus dua belas
milyar lima ratus tiga puluh lima juta tiga ratus tiga puluh enam ribu rupiah).
Berdasarkan Surat Kepala Badan Urusan Administrasi Mahkamah Agung
RI Nomor 34/BUA/Renog/I/2011 tanggal 31 Januari 2011 dan Surat Penetapan
Daftar Revisi Anggaran TA 2011 Nomor : 02/005.01/6/2011, Pengadilan Tinggi
Agama Bandung dan dua Pengadilan Agama di Jawa Barat menerima
Penghematan Anggaran Belanja dengan total sebesar Rp. 1.335.360.000,- (satu
milyar tiga ratus tiga puluh lima juta tiga ratus enam puluh ribu rupiah).
Penyelenggaraan penyerapan anggaran tahun 2011 telah dilaksanakan
secara efektif dan efisien, Realisasi anggaran untuk Pengadilan Tinggi Agama
Bandung dan Pengadilan Agama Se-Jawa Barat sebesar Rp. 111.590.932.019,-
(seratus sebelas milyar lima ratus sembilan puluh juta sembilan ratus tiga puluh
dua ribu sembilan belas rupiah) atau sebesar 99,16% dari anggaran
keseluruhan.
Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Mahkamah Agung atau dalam hal ini
di Pengadilan Tinggi Agama Bandung dan Pengadilan Agama se-Jawa Barat
adalah sebagai salah satu sumber penerimaan Negara perlu dikelola dan
dimanfaatkan untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Penerimaan ini
didalam perencanaan tidak memiliki suatu target capaian, hanya saja ada
perkiraan besaran penerimaan dari seluruh pengadilan Agama di jawa barat
dikarenakan indikator kinerja dari pengadilan adalah putusnya suatu perkara
bukan jumlah atau kuantitas perkara tersebut. Adapun jumlah penerimaan
Negara bukan pajak untuk Pengadilan Tinggi Agama Bandung dan Pengadilan
Agama se-Jawa Barat tahun 2011 adalah Rp 4.528.773.466.000 (Empat milyar
lima ratus dua puluh delapan satu tujuh ratus tujuh puluh tiga ribu empat ratus
enam puluh enam ribu rupiah).
b. Pagu Definitif 2012
25
Pagu definitif anggaran Pengadilan Agama Se-Jawa Barat dan Pengadilan
Tinggi Agama Bandung untuk anggaran tahun 2012 adalah sebesar Rp.
101.605.292. 000,00 (Seratus satu milyar enam ratus lima juta dua ratus sembilan
puluh dua ribu rupiah) yang terdiri dari belanja pegawai Rp. 62.392.906.000 atau
sekitar 61,41% dari total anggaran, belanja barang sebesar Rp. 16.428.556.000
atau sebesar 16,17% dari total anggaran dan belanja modal sebesar
Rp.22.783.830.000 atau sebesar 22,42% dari total anggaran.
Pada tahun anggaran 2012 ini Pengadilan Tinggi Agama Bandung
sebagaimana Surat Menteri Keuangan RI Nomor S-163/mk.02/2012 Tanggal 7
Maret 2012 perihal Pemotongan Pagu Anggaran Kementerian/Lembaga dalam
RAPBN Perubahan Tahun Anggaran 2012 serta Surat Kepala Badan Urusan
Administrasi Mahkamah Agung RI Nomor : 126/BUA/OT.01.1/IV/2012 tanggal
24 April 2012 hal Pemotongan Pagu Anggaran Satker Tk. Banding dan Tk.
PertamaTahun Anggaran 2012, berdasarkan hal tersebut Pengadilan Tinggi
Agama Bandung mendapat pemotongan Anggaran sebesar Rp. 1.709.916.000,-
(satu milyar tujuh ratus sembilan juta sembilan ratus enam belas ribu rupiah)
dari belanja barang, atas pemotongan pagu tersebut maka program bintek yang
rencananya dipersiapkan untuk peningkatan mutu dan sumber daya manusia
terpaksa tidak bisa di jalankan.
Walaupun adanya pemotongan pagu anggaran tersebut diatas penerimaan
negara bukan pajak (PNBP) dari sektor peradilan tidak berpengaruh kepada
penurunan target penerimaan, Penerimaan Negara Bukan Pajak pada
Mahkamah Agung atau dalam hal ini di Pengadilan Tinggi Agama Bandung dan
Pengadilan Agama se-Jawa Barat adalah sebagai salah satu sumber penerimaan
Negara perlu dikelola dan dimanfaatkan untuk peningkatan pelayanan kepada
masyarakat. Penerimaan ini didalam perencanaan tidak memiliki suatu target
capaian, hanya saja ada perkiraan besaran penerimaan dari seluruh pengadilan
Agama di jawa barat dikarenakan indikator kinerja dari pengadilan adalah
putusnya suatu perkara bukan jumlah atau kuantitas perkara tersebut. Oleh
karena itu, Pengadilan Tinggi Agama Bandung dan Pengadilan Agama se-Jawa
Barat menetapkan target penerimaan total sebesar Rp. 4.845.249.000,- (Empat
milyar delapan ratus empat puluh lima juta dua ratus empat puluh sembilan ribu
rupiah). Adapun sampai dengan 30 Juni 2012 jumlah penerimaan Negara bukan
pajak untuk Pengadilan Tinggi Agama Bandung dan Pengadilan Agama se-Jawa
Barat adalah Rp 2.523.576.531 (Dua milyar lima ratus dua puluh tiga juta lima
ratus tujuh puluh enam ribu lima ratus tiga puluh satu rupiah) atau sebesar
52,08% dari target yang ditetapkan.
c. Kebutuhan Dukungan Anggaran
Kebutuhan infrastuktur, Sarana dan prasarana terutama pembangunan
gedung kantor dan rumah dinas Ketua dan Wakil ketua Pengadilan Tinggi
Agama dan Pengadilan Agama Se-Jawa Barat belum semuanya terpenuhi dari 25
Satker Peradilan Agama yang pembangunan gedung kantornya sudah selesai
pada tahun 2011 adalah sebagai berikut :
a. Aset Tanah Gedung Kantor
Berdasar KMA 143 Tahun 2007, standar minimal luas tanah bagi gedung
pengadilan adalah ± 5.000 M2. Adapun realitas aset tanah yang dimiliki
pengadilan agama di lingkungan Pengadilan Tinggi Agama Bandung
hingga Periode Semester I Tahun 2012, kuantitas tanah Pengadilan
Agama di Jawa Barat sejumlah 91.471 M2 dengan nilai Rp.
26
68.401.429.504,- (Enam puluh delapan milyar empat ratus satu juta
empat ratus dua puluh sembilan juta lima ratus empat rupiah).
b. Aset Gedung Kantor Dan Rumah Dinas
Pada Periode Semester I Tahun 2012, kuantitas bangunan gedung
kantor Pengadilan Agama se-Jawa Barat yaitu 33.967 M2 dengan nilai
Rp. 75.123.150.155,- (Tujuh puluh lima milyar seratus dua puluh tiga
juta seratus lima puluh ribu rupiah seratus lima puluh lima rupiah),
sedangkan rumah negara memiliki nilai kuantitas sebesar 2.111 M2
dengan nilai 1.115.247.500,- (Satu milyar seratus lima belas juta dua
ratus empat puluh tujuh ribu lima ratus rupiah).
II. PENGAWASAN
a. Penguatan Kelembagaan
Kebijakan dan Langkah yang dilakukan dalam melakukan penguatan
kelembagaan dilingkungan Pengadilan Tinggi Agama Jawa Barat dilakukan
dengan:
a. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan hakim dalam bidang
ekonomi syariah dengan mengirim hakim-hakim tersebut ke diklat dan
seminar-seminar sebagai jawaban atas amanah yang dibebankan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan
Agama.
b. Meningkatkan profesionalitas hakim dengan mengirim hakim dalam
pelatihan pedoman perilaku hakim dan mensosialisasikannya ke
seluruh hakim peradilan agama di jawa barat sebagai bagian dari upaya
reformasi birokrasi mahkamah agung dengan program quick win-nya.
c. Meningkatkan profesionalitas hakim, panitera, juru sita, dan kasir dalam
hal manajemen dan administrasi pengadilan melalui pembinaan teknis
administrasi perkara yang diselenggarakan oleh pta bandung.
d. Meningkatkan profesionalitas hakim dengan cara mengirim mereka ke
diklat teknis hukum dan ham di bandung.
e. Sebagai pengadilan tingkat banding yang merupakan kawal depan
Mahkamah Agung, PTA Bandung telah dan masih menjadi Koordinator
Wilayah Jawa Barat (untuk 47 satker 4 lingkungan peradilan, yakni
Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Tata Usaha Negara,
Pengadilan Militer) dalam hal pelaporan keuangan dan barang milik
negara dan telah menjadi bagian dari percontohan/pilot project untuk
perwujudan pelaporan opini tidak disclaimer dari BPK dan mendapat
peringkat ketiga dari 86 satuan kerja di Jawa Barat;
f. Pengadilan Tinggi Agama Bandung telah menggunakan absensi sidik jari
sejak Agustus Tahun 2008 sebagai bagian dari penegakan disiplin dalam
rangka reformasi birokrasi Mahkamah Agung.
g. Mengikutsertakan pegawai dalam ujian sertifikasi barang dan jasa
sebagai bagian dari kewajiban memenuhi aturan Keppres Nomor 80
Tahun 2003 tentang Pengadaan Barang Dan Jasa dalam hal realisasi
belanja modal DIPA. Hingga saat ini sudah lulus 36 orang yang
bersertifikat L4 (jangka waktu 4 tahun) pegawai peradilan agama di
lingkungan PTA Bandung.
h. Menjalin kerjasama dengan ITB dalam hal pengembangan IT dan alih
teknologi sebagai penunjang pelaksanaan tupoksi pegawai dan hakim
Peradilan Agama se Jawa Barat.
27
i. Menjalin kerjasama dengan Kanwil Kementerian Agama dalam Badan
Hisab Rukyat Daerah untuk melaksanakan sidang itsbat rukyatul hilal
manakala diperlukan.
j. Menjalin kerjasama dengan BP4 (Badan Penasihatan Dan Pelestarian
Perkawinan) Propinsi Jawa Barat dalam hal mediasi perkawinan dan
keluarga pada pengadilan agama
b. Penanganan Perkara
Keadaan perkara tingkat pertama pada Pengadilan Agama se Jawa Barat,
baik sisa perkara tahun 2010, maupun perkara yang diterima dan diputus
selama tahun 2011, dapat dirinci sebagai berikut:
a. Jumlah Perkara : 76.072 Perkara
b. Jumlah putusan perkara : 65305 Perkara
c. Sisa : 10.767 perkara
Sedangkan untuk Sisa perkara banding yang belum diputus oleh
Pengadilan Tinggi Agama Bandung pada tahun 2010 sebanyak 24 perkara.
Perkara permohonan banding pada tahun 2011 sebanyak 242 perkara,
keseluruhannya berjumlah 266 perkara. Perkara Banding yang diputus pada
tahun 2011 sebanyak 252 perkara (94,74 %), sehingga sisa perkara pada akhir
tahun 2011 sebanyak 14 perkara (5,26 %).
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa sisa perkara tahun 2010 sebanyak
24 perkara, sedang perkara yang diterima tahun 2011 sebanyak 242 perkara,
seluruhnya berjumlah 266 perkara. Dari jumlah tersebut, yang diputus sebanyak
252 perkara, sehingga sisa perkara tahun 2011 sebanyak 14 perkara.
Dari 252 perkara yang diputus pada tahun 2011, yang merupakan perkara
tahun 2010 diputus tahun 2011 sebanyak 24 perkara, sedang perkara yang
diterima tahun 2010 sebanyak 242 perkara dan diputus tahun 2010 sebanyak
228 perkara.
Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Jawa Barat
I. ANGGARAN
a. Realisasi DIPA TA 2011
Program yang menjadi prioritas bagi Pengadilan Tata Usaha Negara Jawa
Barat pada Tahun Anggaran 2011 antara lain:
a. Realisasi DIPA Tahun Anggaran 2011 sebesar 98%, tidak mengalami
hambatan berarti.
b. Yang menjadi Program Prioritas Pengadilan Tata Usaha Negara
Bandung Tahun Anggaran 2011 adalah kegiatan belanja modal
Rehabilitasi Gedung Kantor Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung
Tahap I dalam rangka memenuhi standar prototype Gedung Pengadilan
dari Mahkamah Agung RI.
Kendala :
a. Sistem AFS (Aplikasi Forcasting Satker) sangat membatasi proses
pencairan yang akan dilakukan karena setiap kegiatan pencairan harus
ditetapkan sesuai dengan jadwal perencanaan pencairan, padahal sifat
dari jenis kegiatan pencairan berbeda – beda, ada yang bersifat tetap
dan ada yang bersifat insidentil, ada yang langsung dan non langsung.
b. Sistem Aplikasi terpadu yang terintegrasi dalam satu perangkat
komputer / laptop yang menyulitkan untuk proses berbagi jenis
kegiatan yang berbeda.
c. Kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) pada sub bagian keuangan.
28
d. Minimnya SDM yang memiliki sertifikat pengadaan barang dan jasa.
e. Pembukuan kebutuhan belanja operasional dan non operasional yang
tidak berimbang pada DIPA
b. Pagu Definitif 2012
Pagu Definitif tahun anggaran 2012 hampir sesuai dengan usul RKA-KL
2012, khususnya proses rehabilitasi gedung tahap II yang sesuai dengan usulan
anggarannya.
c. Kebutuhan Dukungan Anggaran
Kebutuhan dukungan anggaran untuk Tahun Anggaran 2013 khususnya
berkaitan dengan belum direalisasikan hak–hak Hakim sebagai Pejabat Negara,
sehingga kesejahteraan Hakim sebagai Pejabat Negara belum diperhatikan
sehingga dapat mengganggu kelancaran Tupoksi Hakim secara optimal serta
dengan terbatasnya PAGU Anggaran Operasional dan Non Operasional Tahun
Anggaran 2013 sehingga berakibat terhadap kurangnya biaya pemeliharaan-
pemeliharaan, upah pegawai honor, ATK, dll.
Kemudian dengan kurangnya tenaga IT yang dapat membantu
terlaksananya visi dan misi program kerja Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara
Bandung ditambah dengan tidak memadainya fasilitas-fasilitas demi
melaksanakan kelancaran tugas pokok dan fungsi lembaga Pengadilan Tata
Usaha Negara Bandung, seperti gedung yang tidak sesuai dengan prototype dari
Mahkamah Agung RI, sehingga telah diusulkan sejak tahun 2010 dan oleh DIPA
2011 pembangunan tahap I dengan nilai Rp. 5.000.000.000,- dan DIPA tahun
2012 sedang proses pembangunan tahap II dengan nilai Rp. 5.250.000.000 dan
rencananya akan selanjutnya pembangunan tahap III.
Kendala lain adalah sulitnya pelaksanaan putusan pengadilan yang telah
berkekuatan Hukum tetap, Dimana dalam memberikan pelayanan publik
terutama terhadap adanya permohonan eksekusi yang diajukan pihak pemohon
tidak dapat secara maksimal pelaksanaannya mengingat peraturan pelaksana
belum ada bahkan terkesan sejak pengaturannya oleh DPR bersama pemerintah
setengah hati, juga disebabkan karena kurangnya kesadaran dan ketaatan
badan / pejabat Tata Usaha Negara serta dari segi pengaturan yang belum
tuntas, sehingga terkesan tidak maksimal dalam memberikan dukungan
penegakkan hukum oleh jajaran Peradilan Tata Usaha Negara. Hal ini dapat
menyebabkan putusan pengadilan non-eksekutabel, yaitu Putusan Pengadilan
terkesan seperti macan ompong, ada putusan tapi tidak dapat dilaksanakan
secara sempurna. Serta kurangnya personil khususnya tenaga untuk didudukan
sebagai staf di Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung
II. PENGAWASAN
a. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia
Dalam rangka untuk meningkatkan kwalitas sumber Daya Manusia
aparatur Pengadilan sesuai dengan visi dan misi Pengadilan Tata Usaha Negara
Bandung sebagai Badan Pelayan Masyarakat Pencari Keadilan di Bidang Hukum
Administrasi Negara adalah Menciptakan Aparatur Negara yang Tertib
Administrasi dan Bertanggung Jawab dan Melakukan Penegakan Hukum
Administrasi sehingga tercapai Tujuan Pengadilan Tata Usaha Negara yakni
memberikan pengayoman hukum dan kepastian hukum, tidak hanya untuk
rakyat semata-mata melainkan juga bagi administrasi negara dalam arti menjaga
dan memelihara keseimbangan kepentingan masyarakat dengan kepentingan
29
individu. Untuk administasi negara akan terjaga ketertiban, ketentraman dan
keamanan dalam melaksanakan tugas - tugasnya demi terwujudnya
pemerintahan yang kuat bersih dan berwibawa dalam negara hukum
berdasarkan Pancasila, dimana Pimpinan Pengadilan telah melakukan langkah-
langkah sebagai berikut :
a. Mengusulkan serta mengikutsertakan Tenaga Fungsional Hakim dalam
berbagai kegiatan bimbingan tehnis baik yang dilaksanakan oleh Pusat
Pendidikan dan Latihan Mahkamah Agung Republik Indonesia,
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta, maupun yang
dilaksanakan oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia.
b. Mengusulkan serta mengikutsertakan Pejabat Fungsional Kepaniteraan
baik itu Panitera, Wakil Panitera, Panitera Pengganti maupun Jurusita
untuk mengikuti pendidikan dan latihan baik yang dilaksanakan oleh
Pusat Pendidikan dan Latihan Mahkamah Agung Republik Indonesia,
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta dan bimbingan tekhnis
oleh Direktorat Pembinaan tenaga teknis.
c. Melakukan Kaderisasi Kepemimpinan dengan cara menunjuk para
Hakim sebagai Hakim Pengawas Bidang dan pengawasan-pengawasan
lain yang bermanfaat.
d. Mengadakan kegiatan diskusi ilmiah dengan materi hukum matriil dan
hukum formil serta menyangkut tugas-tugas Hakim dan kepaniteraan
yang dilaksanakan seminggu sekali pada setiap hari jum,at dan diiukuti
oleh seluruh Hakim dan Pegawai Pengadilan Tata Usaha Negara
Bandung.
e. Melakukan rapat tehnis serta melakukan evaluali terhadap pelaksanaan
tugas/kinerja yang dilaksanakan 1 (satu) bulan sekali.
f. Mengadakan kegiatan bimbingan rohani (pembinaan mental spiritual)
yang dilaksanakan setiap 1 (satu) bulan sekali pada minggu keempat
yang dilaksanakan DKM Al-Adil dengan menerbitkan Buletin Mushola
(Bumus Al-Adil).
g. Mengadakan kegiatan olah raga rutin, seperti tenis lapangan, futsal,
senam dan permainan bola voli serta tenis meja, yang dilaksanakan
setiap hari jum’at. Dari segi organisasi Pengadilan Tata Usaha Negara
Bandung sudah melakukan re-organisasi dengan paradigma yang baru,
seperti PTWP, Bapor dan unit-unit kegiatan didalamnya, dimana
pendanaan sepenuhnya dibiayai oleh para pemain dan hakim secara
gotong royong.
h. Menata kembali koperasi simpan pinjam pegawai Pengadilan Tata
Usaha Negara Bandung, agar dikelola secara tepat dan bermanfaat bagi
seluruh anggota dengan rencana membuat regulasi dan prosedur tetap.
b. Transparansi/Keterbukaan Informasi Publik.
Dalam rangka untuk melaksanakan dan merealisasikan Keputusan Ketua
Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 144/KMA/SK/VIII/2007,
Tanggal 5 Januari 2007 tentang Keterbukaan Informasi di Pengadilan yang juga
telah ditegaskan melalui Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik Jo Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung melalui Anggaran
(DIPA) Mahkamah Agung sejak tahun 2006 telah merealisasikan pengadaan
Sistem Jaringan dan Informasi serta Hot Spot dalam bentuk Website dengan
alamat Web. www.ptun-bandung.go.id yang dapat diakses oleh publik.
30
c. Perkara yang menonjol
Perkara yang menonjol di Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung adalah
perkara Pertanahan. Dan mengenai keadaan perkara pada tahun 2011 telah
masuk 129 perkara, 1 perkara dismissal, dan 99 perkara telah diputus.
Kepala Pengadilan Militer Jawa Barat
I. ANGGARAN
a. Realisasi DIPA TA 2011
Untuk Tahun Angaran 2011, Pengadilan Militer Jawa Barat memperoleh Pagu
Definitif untuk DIPA Badan Urusan Administrasi Mahkamah Agung sebesar Rp. 4.
020.646.000,- dengan perincian Belanja Pegawai sebesar Rp. 802. 862. 000,-; Belanja
Barang dan Jasa sebesar Rp. 274. 189.000,- dan belanja modal sebesar Rp. 2. 943. 595.
000,- sedangkan Pagu Definitif dari Ditjen Badilmiltun sebesar Rp 104.000.000,-
Sedangkan realisasi penggunaan anggaran untuk tahun 2011 dari Dipa Badan
Urusan Administrasi MARI sebesar Rp 4. 054. 743. 085 atau sebesar 100.85 % dan
realisasi DIPA 2011 dari Ditjen Badilmiltun sebesar Rp 89. 506.000,- atau sebesar
86.06%.
b. Pagu Definitif 2012
Untuk Tahun Anggaran 2012, Pengadilan Militer Jawa Barat memperoleh
Pagu definitif dari DIPA Badan Urusan Administrasi MARI sebesar Rp. 3. 885.
008. 000,- dan DIPA dari Ditjen Badilmiltun sebesar Rp. 125. 000. 000,- adapun
realisasi hingga juli 2012, untuk Dipa Dari Badan Urusan Administrasi MARI
sebesar Rp. 1. 579. 192. 670,- (40.65 %) dan Realisasi Dipa dari Ditjen
Badilmiltun sebesar Rp. 89.300.000,- (71.9%)
c. Kebutuhan Dukungan Anggaran
Kendala yang dihadapi dalam pencapaian rancangan strategis adalah tidak
adanya tenaga teknis personil yang secara khusus mengoperasikan alat TI,
namun kendala tersebut dapat diatasi dengan memaksimalkan tenaga yang ada
dan menguasai TI sekaligus tetap mengajukan permohonan penambahan tenaga
TI ke MARI dan juga mengupayakan sarana dan prasarana yang memadai guna
mencapai tugas pokok dan fungsi secara optimal dengan memaksimalkan TI
(Teknologi Informasi).
II. PENGAWASAN
a. Penanganan Perkara
Perkara yang cukup menonjol dan banyak diputus oleh Pengadilan Militer
II-09 Bandung dalam kurun waktu Tahun 2011 dan sampai dengan Juli 2012
adalah Perkara Desersi; perkara pidana terkait pupuk subsidi dengan mengganti
karung pupuk berlabel subsidi dengan karung pupuk berlabel non subsidi serta
Perkara yang berkaitan dengan Narkotika.
Adapun perbandingan perkara masuk dan yang telah berhasil diselesaikan
antara lain:
a. Tahun 2011:
Perkara masuk: 305 perkara
Perkara putus : 262 perkara
Sisa perkara: 32 perkara
b. Tahun 2012
Perkara masuk sampai Juli 2012 : 167 perkara
31
Perkara putus sampai Juli 2012 : 152 perkara
Sisa perkara : 47 perkara
Sedangkan untuk perkara terkait pelanggaran lalu lintas sampai dengan juli
2012 telah masuk sebanyak 11 perkara dan semua perkara tersebut sudah
diputus.
b. Hambatan dalam penanganan perkara
Hambatan yang pada umumnya terjadi adalah saksi tidak hadir memenuhi
panggilan sidang, sehingga persidangan perkara tersebut ditunda oleh Majelis
Hakim dan memerintahkan Oditur Militer untuk dihadirkan pada persidangan
berikutnya.
Dan juga hambatan dalam penanganan perkara lainnya adalah Gedung
Kantor Pengadilan Militer II-09 Bandung yang sekarang ini hanya memiliki
fasilitas 1 (satu) ruangan sidang sehingga persidangan dilakukan secara antrian
dalam arti persidangan sering dilakukan sampai jam 21.00 Wib, karena banyak
Saksi yang domisilinya jauh dari tempat persidangan, namun diharapkan pada
tahun 2012 ini kendala/hambatan tersebut dapat diatasi karena pada tahun ini
gedung kantor Pengadilan Militer II-09 Bandung yang baru telah memiliki
fasilitas 2 (dua) ruangan persidangan.
Demikianlah laporan ini dibuat, untuk dipergunakan dengan sebagaimana
mestinya.
Ketua Tim Kunjungan Kerja/
Komisi III DPR RI
Ir. Tjatur Sapto Edy, M.T.