Download - Detty Sukarsih_05111002027
-
ANALISIS TEKNIS DAN FINANSIAL MESIN PERONTOK PADI /
POWER THRESER
OLEH
DETTY SUKARSIH
05111002027
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2014
-
ANALISIS TEKNIS DAN FINANSIAL MESIN PERONTOK PADI / POWER
THRESER
Oleh
DETTY SUKARSIH
05111002027
MAKALAH
Sebagai salah satu syarat untuk lulus mata kuliah
Alat dan Mesin Pasca Penen
Pada
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2014
-
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan kenikmatan yang melimpah serta berkat rahmat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini merupakan salah
satu syarat untuk lulus dari mata kuliah Alat dan Mesin Pasca Panen.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada bapak Prof.Dr.Ir.Amin
Rejo, M.P sebagai Dosen mata kuliah alat dan mesin pasc apanen yang selalu
memberi pengarahan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Indralaya, Februari 2014
Penulis
-
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ...................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ ix
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................ 2
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3
A. PascaPanen Padi ................................................................................ 3
B. Perontokkan Padi .............................................................................. 3
1. Perontokan padi dengan cara digebot .......................................... 4
2. Power threser (diesel) .................................................................. 4
3. Power threser menggunakan bahan bakar bensin ........................ 5
C. Analisis Teknis ................................................................................... 5
Kapasitas alat perontok padi
a. Kapasitas kerja alat ....................................................................... 5
b. Kapasitas efektif ............................................................................ 5
c. Kehilangan gabah .......................................................................... 6
D. Analisis Finansial ............................................................................... 6
-
1. Biaya Tetap ........................................................................................ 6
a. Biaya penyusutan ......................................................................... 7
b. Biaya pemeliharaan dan perbaikan .............................................. 7
c. Pajak ............................................................................................ 8
2. Biaya Tidak Tetap .............................................................................. 8
a. Biaya bahan bakar ........................................................................ 8
b. Biaya tenaga kerja ........................................................................ 8
c. Biaya transportasi ......................................................................... 9
d. Biaya tak terduga ......................................................................... 9
3. Biaya Total ......................................................................................... 9
4. Net Present Value (NPV) ................................................................... 9
5. Break Event Point (BEP) ................................................................. 10
6. Benefit Cost Ratio (B/C ratio) .......................................................... 10
III. PELAKSANAAN PENELITIAN ......................................................... 12
A. Metode Penelitian ............................................................................. 12
a. Cara Kerja ................................................................................... 12
b. Pengumpulan Data ...................................................................... 12
c. Analisis Data............................................................................... 12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 13
A. Analisis Teknis ................................................................................. 13
B. Analisis Finansial ............................................................................ 14
C. Analisis Sensitivitas .......................................................................... 15
V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 16
-
A. Kesimpulan ....................................................................................... 16
B. Saran ................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 17
LAMPIRAN ............................................................................................... 20
-
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Penghasilan kena pajak ............................................................................. 8
-
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Perontokan padi dengan cara gebot........................................................... 4
2. Power threser menggunakan engine diesel ............................................... 4
3. Power threser menggunakan bahan bakar bensin ..................................... 5
-
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Perhitungan analisis teknis dan finansial power threser .......................... 20
-
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Padi merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam kehidupan
dan sebagai kebutuhan pokok untuk menunjang keberlangsungan hidup manusia.
Indonesia merupakan salah satu negara yang mayoritas penduduknya menjadikan
beras sebagai bahan baku makanan pokok. Dalam pengembangan tanaman padi
terdapat beberapa tahapan dalam pembudidayaan tanaman padi mencakup
persemaian, pemindahan dan penanaman, pemeliharaan (termasuk pengairan,
penyiangan, perlindungan tanaman, serta pemupukan), dan panen (Departemen
Pertanian, 2008).
Masalah utama dalam pascapanen padi adalah tingginya kehilangan hasil
karena tercecer atau tidak terontok, terbuang bersama jerami, rusak dan rendahnya
mutu gabah dan beras. Tingkat kehilangan hasil padi selama penangananan
pascapanen mencapai 20-21%, yang terbesar terjadi pada pemanenan, yaitu sekitar
9% dan pada perontokkan sekitar 5% (Ananto et al., 2003), disamping untuk
menekan kehilangan hasil, faktor efisiensi pelaksanaan kegiatan di lapangan menjadi
faktor utama dalam pemilihan jenis, sistem dan alat yang dapat mendukung kegiatan
pasca panen padi tersebut.
Salah satu tahapan kegiatan penanganan pascapanen padi yaitu perontokkan
padi. Perontokkan padi pada umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu cara manual
dengan dibanting atau gebot dan cara mekanis dengan pedal threser atau power
threser. Pada beberapa lokasi, penggunaan mesin perontok (power threser) sudah
-
berkembang. Perontokkan dengan pedal threser sudah mulai ditinggalkan karena
kapasitas kerjanya rendah, hampir sama dengan cara dibanting atau gebot. Alasan
penggunaan power threser umunya adalah karena lebih cepat dan gabah lebih bersih.
Menurut Ananto et al. (2003), berkembangnya mesin perontok berkaitan dengan
terbatasnya tenaga kerja dan kesempatan kerja yang baik di luar sektor pertanian,
serta berkembangnya sistem tebasan dengan panen beregu. Sementara di lokasi
dengan sistem panen bersama, power threser sulit berkembang, didalam pelaksanaan
kegiatan perontokkan padi di lapangan, telah diteliti dan dianalisa beberapa faktor
yang mempengaruhi dalam tahapan kegiatan tersebut.
Makalah ini dilakukan untuk menganalisis secara teknis dan finansial pada
alat perontok padi atau power threser.
B. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui analisis teknis dan finansial alat
perontok padi atau power threser yang digunakan.
-
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pascapanen Padi
Tujuan dari penanganan pascapanen hasil pertanian yaitu untuk menekan
tingkat kerusakan hasil panen komoditas pertanian dengan meningkatkan daya
simpan dan daya guna komoditas pertanian agar dapat menunjang usaha penyediaan
bahan baku industri dalam negeri, meningkatkan nilai tambah dan pendapatan,
meningkatkan devisa negara dan perluasan kesempatan kerja serta melestarikan
sumberdaya alam dan lingkungan hidup (Ningsih, 2007).
Proses pascapanen hasil pertanian adalah tahapan kegiatan yang dimulai sejak
pemungutan (pemanenan) hasil pertanian yang meliputi hasil tanam pangan,
holtikultura, perkebunan, peternakan, dan perikanan sampai siap untuk dipasarkan
(Anonim, 1986). Masalah utama dalam penanganan pascapanen padi yang dihadapi
petani adalah masih tingginya kehilangan hasil selama penanganan pascapanen yang
besarnya sekitar 21% (BPS, 1996) dan rendahnya mutu gabah dan beras yang
dihasilkan. Kualitas gabah yang rendah disebabkab oleh tingginya kadar kotoran dan
gabah hampa serta butir mengapur mengakibatkan rendahnya rendemen beras giling
yang diperoleh (Setyono et al., 2000).
B. Perontokkan Padi
Perontokkan padi adalah salah satu proses pascapanen yang terpenting yang
berguna untuk memisahkan antara padi dengan batang (malai). Ada tiga cara yang
digunakan dalam perontokkan padi antara lain :
-
a. Perontokkan padi dengan cara di Gebot
Gebot merupakan cara merontokkan padi dengan dipukul pukul diatas kayu
yang tersusun dan dibawah kayu terdapat terpal untuk menampung hasil perontokkan
padi, cara tradisional ini masih banyak digunakan. Cara perontokkan digebot sebagai
berikut : malai padi diambil secukupnya lalu dipukulkan/ digebot pada meja rak
perontok 5 kali dan hasil rontokkannya akan jatuh diterpal yang ada di bawah
mejarak perontok kemudian hasil rontokkan berupa gabah dikumpulkan (Wahyudi,
2012).
Gambar 1. Perontokkan padi dengam cara di gebot
b. Power Threser (Diesel)
Power threser (diesel) merupakan mesin perontok yang menggunakan
sumber tenaga penggerak engine diesel dan menggunakan bahan bakar solar.
Kelebihan mesin perontok ini dibandingkan dengan alat perontok gebot adalah
kapasitas kerja lebih besar dan efisiensi kerja lebih tinggi (Ananto et al., 2006).
Gambar 2. Power threser menggunakan engine diesel
-
c. Power Threser (Bensin)
Power threser (bensin) merupakan salah satu bentuk modifikasi petani agar
perontokkan padi lebih maksimal dibanding menggunakan diesel. Kelebihan mesin
perontok padi menggunakan bahan bakar bensin adalah kapasitas kerja lebih tinggi
dibanding dengan power threser yang menggunakan bahan bakar diesel (Setiono,
2006).
Gambar 3. Power threser (bensin)
C. Analisis Teknis
Menurut Husnan dan Muhammad (2000), aspek teknis merupakan bagian
yang berkenan dengan proses pembangunan proyek atau investasi secara teknis dan
pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Adapun analisis teknis
untuk perhitungan sistem perontok padi sebagai berikut :
a.) Kapasitas kerja perontokan
Kapasitas kerja alat adalah kapasitas maksimum sebuah alat perontok untuk
merontokkan padi (Maheswari, 2008).
b.) Kapasitas Efektif
Kapasitas efektif adalah kapasitas yang diharapkan dapat dicapai oleh sebuah
alat perontok padi dengan keterbatasan operasi yang dilakukan (Maheswari, 2008).
-
Kapasitas efektif alat perontok padi di perkirakan dapat diperoleh dengan
menggunakan rumus yang dapat dilihat pada persamaan 1 (Santosa et al., 2011) :
Kp =
....................................................................................................................(1)
Keterangan :
Kp = Kapasitas kerja perontokkan padi (kg/jam)
Bb = Banyaknya padi yang akan dirontokkan (kg)
t = Waktu yang diperlukan untuk perontokkan (jam)
c.) Kehilangan Gabah
Kehilangan =
......................(2)
D.Analisis Finansial
Menurut Soetriono (2011), analisis finansial adalah analisis kelayakan yang
melihat dari sudut pandang petani sebagai pemilik. Analisis finansial diperhatikan di
dalamnya adalah dari segi cash-flow yaitu perbandingan antara hasil penerimaan atau
penjualan kotor (gross-sales) dengan jumlah biaya biaya (total cost) yang
dinyatakan dalam nilai sekarang untuk mengetahui kriteria kelayakan atau
keuntungan suatu proyek.
Biaya mesin atau alat pertanian terdiri dari dua komponen yaitu biaya tetap
dan biaya tidak tetap. Adapun biaya tetap dan biaya tidak tetap sebagai berikut :
1. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah jenis biaya selama atau periode kerja dalam jumlah tetap,
sehingga tidak tergantung pada jumlah produksi yang dihasilkan, meskipun
digunakan pada waktu yang berbeda atau tidak digunakan. Adapun unsur unsur
-
biaya tetap adalah biayapembuatan alat, biaya penyusutan alat, biaya pemeliharaan
alat, sewa bangunan dan pajak.
a) Biaya penyusutan
Biaya penyusutan alat tiap tahun dapat dihitung dengan persamaan 3
menggunakan metode Sinking Fund (SF).
SF = (P) (A/F, i%, n)......................................................................................(3)
Keterangan :
SF = Sinking Fund (Rp)
P = Harga awal alat (Rp)
A/F = Sinking Fund Factor
I% = Tingkat bunga modal 14% (% per tahun)
n = Umur ekonomi alat (tahun)
b) Biaya pemeliharaan dan perbaikan
Biaya pemeliharaan dan perbaikan diasumsikan sebesar 5% dari harga alat
per tahun (Pramudya, 2008). Perhitungan yang digunakan untuk menghitung biaya
tersebut ditunjukkan pada persamaan 4 (Santosa et al., 2011) :
Bp = 0,05 P..............................................................................................(4)
Keterangan :
Bp = Biaya pemeliharaan dan perbaikan (Rp)
P = Harga awal alat (Rp)
-
c) Pajak
Biaya pajak per tahun dihitung berdasarkan undang undang pajak
penghasilan Nomor 17 tahun 2010. Penghasilan kena pajak ditunjukkan pada Tabel 1
sebagai berikut.
Tabel 1. Penghasilan kena pajak
Penghasilan kena pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp 50.000.000,00 5%
Rp 50.000.000,00 Rp 250.000.000,00 15%
Rp 250.000.000,00 Rp 500.000.000,00 25%
Lebih dari Rp 500.000.000,00 30%
Sumber : Direktorat Jenderal Pajak, 2011
2. Biaya Tidak Tetap
Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan pada saat alat atau mesin
beroperasi dan jumlahnya tergantung pada jumlah jam kerja pemakaian (Pramudya,
2008). Contoh biaya ini antara lain biaya bahan baku, biaya alat, biaya energi, biaya
operator, biaya komunikasi, uang lembur dan lain lain. Biaya tidak tetap yang
digunakan pada penelitian ini adalah :
a) Biaya bahan bakar
Pada penelitian ini menggunakan 2 bahan bakar yaitu bensin dan solar
sebagai energi agar power threser dapat dihidupkan dan dioperasikan.
b) Biaya tenaga kerja
Biaya pekerja adalah biaya tidak tetap yang dikeluarkan untuk upah operator
dalam melaksanakan kerja. Berdasarkan SK Gubernur Sumatera Selatan
-
No.635/KPTS/NAKER/2009 tentang penetapan Upah Minimum Propinsi dan Upah
Minimum Sektoral Propinsi Sumatera Selatan untuk sektor pertanian, peternakan,
perburuhan dan perikanan sebesar Rp. 840.000,00 per bulan dengan jam kerja efektif
delapan jam per hari.
c) Biaya transportasi
Bahan yang dirontokkan diangkut ketempat penyimpanan menggunakan
kendaraan sehingga diperlukan biaya transportasi untuk mengangkut alat tersebut.
d) Biaya tidak terduga
Biaya tidak terduga adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengatasi apabila
terdapat biaya selain biaya biaya yang ditentukan. Biaya tidak terduga diasumsikan
sebesar 10% dari biaya tetap dan biaya tidak tetap.
3. Biaya Total
Biaya total merupakan biaya keseluruhan yaitu penjumlahan dari biaya tetap
dan biaya tidak tetap (Kusmindari, 2011).
B = BT + BTT........................................................................................(5)
Keterangan :
B = Biaya total (Rp/tahun)
BT = Biaya Tetap (Rp/tahun)
BTT = Biaya Tidak Tetap (Rp/tahun)
4. Net Present Value (NPV)
Menurut Novania (2011), Net Present Value didasarkan atas nilai sekarang
bersih dari hasil perhitungan nilai sekarang aliran dana masuk (penerimaan) dengan
nilai sekarang aliran dana keluar (pengeluaran) selama jangka waktu analisis dan
-
tingkat suku bunga tertentu. Suatu usaha layak dilaksanakan jika nilai NPV lebih
besar atau sama dengan nol. Cara perhitungan NPV adalah sebagai berikut :
NPV = PV benefit PV cost ....................................................................................(6)
Keterangan :
NPV = Net Present Value per tahun (Rp)
PV benefit = Penerimaan sekarang (Rp)
PV cost = Biaya atau pengeluaran sekarang (Rp)
5. Break Event Point (BEP)
BEP (Break Event Point) atau titik balik modal adalah suatu kondisi usaha
yang tidak mengalami keuntungan maupun kerugian (Sumarsih, 2010).
BEP untuk volume produksi
(BEP =
) .........................................................................................(7)
BEP untuk harga produksi
(BEP =
) .........................................................................................(8)
6. Benefit Cost Ratio (B/C ratio)
Analisis Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara nilai sekarang
dari penerimaan atau pendapatan yang diperoleh dari kegiatan investasi dengan nilai
sekarang dari pengeluaran (biaya) selama investasi tersebut berlangsung selama
kurun waktu tertentu (Novania, 2011). Persamaan B/C ratio dapat dilihat pada
persamaan 9 berikut.
( Net B/C =
).........................................................................................................(9)
-
Keterangan :
PVb = nilai benefit (penerimaan) sekarang (Rp)
PVc = nilai cost (biaya) sekarang (Rp)
-
III. METODELOGI PELAKSANAAN
A. Metode Penelitian
Makalah ini menggunakan metode deskripsi dengan cara menganalisis data
teknis dan finansial dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber, yaitu literatur dan media sosial.
B. Cara Kerja
Cara kerja yang dilakukan pada makalah adalah :
1. Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada makalah ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dengan menguji setiap alat perontok yang meliputi :
1) kapasitas efektif, dan 2) efisiensi alat. Sedangkan data sekunder diperoleh dari
literatur yaitu : 1) upah tenaga kerja per bulan, 2) suku bunga yang berlaku, 3) umur
ekonomis alat, 4) biaya energi, 5) biaya bahan baku, 6) tarif pajak, 7) biaya
penyusutan, dan 8) biaya produksi.
2. Analisis Data
Analisis data yang dilakukan pada makalah ini terdiri dari :
1. Analisis Teknis
a. Kapasitas Kerja Perontokkan : Kapasitas maksimum alat sebuah alat perontok
untuk merontokkan padi (Rachmat et al., 2001).
b. Kapasitas Efektif
Kapasitas efektif dapat dihitung dengan persamaan 1.
-
c. Kehilangan
Kehilangan dapat dihitung dengan persamaan 2.
2. Analisis Finansial
a. Net Present Value (NPV)
NPV dapat dihitung dengan persamaan 6.
b. Break Event Point (BEP)
BEP volume Produksi
Untuk BEP volume produksi dapat dihitung dengan persamaan 7.
BEP Harga Produksi
Untuk BEP harga produksi dapat dihitung dengan persamaan 8.
c. Net Benefit Cost (Net B/C)
Net B/C dapat dihitung dengan persamaan 9.
-
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Teknis
Analisis teknis pada penelitian ini mencakup perhitungan kapasitas dan
pengujian alat sistem perontokkan padi. Tujuan melakukan analisis teknis pada
makalah ini ditujukan untuk mengetahui kapasitas sistem perontok untuk
merontokkan padi dan pengujian sistem perontokkan padi untuk mengetahui
besarnya penyusutan padi dalam satu tahun.
1. Kapasitas
Kapasitas sistem perontok padi dibagi menjadi dua bagian yaitu kapasitas
kerja alat dan kapasitas efektif. Hasil analisis teknis perontok padi yaitu pada
kapasitas kerja perontok sekitar 2250 sedangkan pada kapasitas efektif sebesar
1930,5.
a. Kapasitas Efektif
Kapasitas efektif untuk perontokkan padi yang dihasilkan dari makalah ini
adalah kapasitas efektif power threser sebesar 1930,5 kg/jam. Hal ini disebabkan
oleh keterampilan operator dalam menggunakan mesin perontok serta lama waktu
pengoperasian mesin perontok.
2. Kehilangan Perontokan Padi
Kehilangan padi yang terjadi pada power threser dalam satu hari kerja sebesar
0,78%.
-
3. Pemakaian Bahan Bakar
Pemakaian bahan bakar dalam satu jam kerja pada power threser sebesar 2
liter. Nilai kehilangan pada power threser ini adalah sebesar 0,78 % dikarenakan
sudah menggunakan motor penggerak.
Analisis finansial pada makalah ini bertujuan untuk mengetahui analisis
secara teknis dan finansial pada power threser. Analisis finansial yang dilakukan
terdiri dari : 1) analisis biaya dan 2) analisis investasi.
B. Analisis Finansial
Makalah ini mencakup analisis finansial terhadap sistem perontok padi/
power threser. Analisis finansial menyelidiki perbandingan antara pengeluaran dan
penerimaan proyek. Hasil analisis finansial dapat menjadi penilaian apakah proyek
tersebut dapat berkembang atau seberapa besar proyek tersebut menghasilkan
keuntungan bagi penanam modal. Analisis ini dilakukan berdasarkan biaya yang
dibutuhkan, penerimaan, dan tingkat keuntungan yang diterima.
Analisis finansial yang dilakukan terdiri dari :
1. Analisis Biaya
Analisis biaya adalah bagian dari analisis finansial yang menghitung seluruh
biaya yang dikeluarkan dalam suatu proyek. Biaya tersebut antara lain biaya
investasi dan biaya operasional. Biaya untuk penyewaan power threser adalah Rp.
1.408.000/tahun.
Biaya operasional terdiri dari biaya tetap, biaya tidak tetap, dan biaya tak
terduga. Jumlah biaya tetap rata rata tiap tahun untuk power threser adalah Rp.0
-
karena alat menyewa. Sedangkan rata rata biaya tidak tetap tiap tahun perontokan
padi power threser adalah Rp.749.000/tahun. Rata rata biaya total tiap tahun setelah
ditambah biaya tak terduga perontokan padi sistem power threser adalah Rp.
1.944.140/tahun. Biaya penyusutan biaya pemeliharaan ditanggung oleh pemilik alat.
Rencana produksi padi adalah sesuai dengan perhitungan umur ekonomis
perontokan padi. Keuntungan yang diperoleh per tahun untuk perontokan padi sistem
power threser adalah Rp. 35.108.000 dengan sewa alat Rp. 1.408.000/tahun dalam
satu tahun.
C. Analisis Investasi
Perhitungan titik impas (BEP) menunjukkan bahwa BEP harga produksi
sistem perontok padi power threser adalah Rp 405,9 kg dan BEP untuk volume
produksi Rp 1.240,8 kg/tahun.
Perhitungan NPV sistem perontok padi power threser adalah Rp.
33.352.600/tahun. Perhitungan Net B/C pada sistem perontok power threser adalah
7,8.
-
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Secara teknis, semua perontokan padi layak digunakan. Kehilangan padi pada
power threser sebesar 0,78% . Hal ini dikarenakan faktor cuaca, faktor tenaga
kerja dan faktor usia alat.
2. Secara finansial, dalam jangka usia alat sistem perontokan padi mempunyai
nilai NPV > 0 dan Net B/C > 1. Pada sistem power threser NPV dan Net B/C
sebesar Rp. 34.452.567/tahun dan 7,8.
B. Saran
Sistem perontok padi power threser sudah baik karena tingkat kehilangan
padi lebih kecil. Perlu dilakukan pemodifikasian alat perontok padi yang lebih baik
dari power threser secara teknis dan finansial.
-
DAFTAR PUSTAKA
Ananto, Guntur, dan Setiawan. Kehilangan Padi Dalam Perontokan. (Online).
(http://www. Pustaka.litbang.deptan.go.id/bppi/lengkapa/bpp10250), diakses
tanggal 2 November 2012.
Andoko,2008. Penanganan Pascapanen Padi. (Online). (http://www. Penanganan
pascapanen padi hibrida1.pdf) diakses tanggal 20 juni 2012.
Anonim,1986. Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 1986.
Tentang Peningkatan Penanganan Pascapanen Hasil Pertanian. Jakarta.
Anonim,1992. Undang Undang Republik Indoneisa Nomor 12 Tahun 1992. Tentang Sistem Budidaya Tanaman. Departemen Pertanian, Jakarta, Mei
1992.
Balai Benih Padi. 2009. Budidaya Padi Sawah. (online). (http://www.azisturindras blog.htm, diakses 4 februari 2011).
Biro Pusat Statistik, 1996. Survei susut pascapanen MT. 1994/1995 Kerjasama BPS,
Ditjen Tanaman Pangan, Badan Pengendali Bimas, Bulog, Bappenas, IPB,
dan Badan Litbang Pertanian.
Departemen Pertanian.2008. Pengelolaan Pascapanen Padi. (Online). (http://top-
pdf.com/cara-panen-padi.html, diakes pada 28 Desember 2010).
Direktorat Jenderal Pajak. 2011. Undang Undang Pajak Penghasilan No. 36 tahun 2011. www.pajak.go.id. Diakses pada 10 Juli 2012.
Ekstensia.2003. Peran Kelembagaan Penyuluhan Pertanian dalam Pemberdayaan
Petani di Daerah Otonomi Daerah Vol 16. Tahun 10. Yogyakarta.
Fransiska,H. 2012. Pengaruh Antropometri Terhadap Sistem Perontokan Gebot.
Universitas Pertanian Bogor.
Hanafi, Sarifudin, dan Fadli. 2011. Perancangan Mesin Perontok Padi (combine
Harvester). Universitas Islam Makasar.
Husnan, S. Dan Muhammad. 2002. Studi Kelayakan Proyek. Lembaga Penelitian
Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia. Jakarta.
-
Husein,S.2010. Reformasi Kebijakan Harga Produsen dan Dampaknya Terhadap
Daya Saing Beras.(Online). ([email protected], diakses 29
Desember 2010).
Institut Pertanian Bogor. 2011. Analisis Sensitivitas. Departemen Agribisnis. Institut
Pertanian Bogor.
Kadariah, L.1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia. Jakarta.
Kurniawan, A. 2011. Mesin Perontok Padi Rentek. (Online). (http://www.
agus_kurniawan.blog.com). Diakses pada 27 desember 2012.
Kusmindari,Ch.2011. Pengantar Teknik Industri. Blog.binadarma.ac.id/desi/.../PTI-
08_Ekonomi-Teknik-Akunt-Biaya-...(Diakes 24 November 2011).
Maheswari,R.2008. Perbandingan Kapasitas Desain dan Kapasitas Efektif Alat.
Universitas Jambi. Jambi.
Ningsih,P.S.2007. Penanganan Pascapanen padi Hibrida. (Online).
(http://purnamaningsihmaspeke.weblog.ung.ac.id, diakses 07 Maret 2012).
Novania,N.D.2011. Ekonomi Teknik. (http://nurul. diena. staff. mercubuana. ac.id/dl.
php (diakses 06 November 2011).
Pramudya,B.2008. Ekonomi Teknik. Pustaka. ut.ac.id /pustaka /bmp/ modul/
PANG4321/ M2.pdf (diakses 14 November 2011).
Purwaningsih, H. 2010. Pengkajian Penanganan Pascapanen Primer Padi, Jagung dan
Kedelai. (Online). ([email protected], diakses 19 Februari
2010).
Saepudin. 2010. Pedoman Umum Penanganan Pascapanen Padi. (Online).
(http://saepudin-keinginan untuk maju.blogspot.com/2010/01/i.html. diakses
03 Agustus 2011.
Santosa, Waluyo dan Suparwata. 2011. Teknologi Usaha Tani Padi. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP). Sumatera Selatan.
Setyono A., dan A. Hasanuddin. 1997. Teknologi pascapanen padi. Makalah
disampaikan Pada Pelatihan Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman
Pangan di BPLPP Cibitung, tanggal 21 s/d 25 Juli 1995.
Setyono, A., Sutrisno dan Sigit Nugraha. 2000. Pengujin Pemanenan Padi Sistem
kelompok dengan memanfaatkan kelompok jas pemanen dan jasa perontok.
-
Disampaikan pada Apresiasi Seminar Hasil Penelitian Balipta, Sukamandi
10-11 November 2000.
-
LAMPIRAN
-
Lampiran 1. Perhitungan analisis teknis dan finansial power threser
Analisis teknis
Kapasitas kerja alat = 2.250kg/jam (Agus, 2011)
Kapasitas efektif
KE =
=
= 1.930,5 kg/jam
Kehilangan =
=
=
= 0,0078 x 100%
= 0,78%
Analisis finansial
Biaya penyewaan alat = Rp. 704.000/musim x 2 musim/tahun
= Rp. 1.408.000/tahun
Umur ekonomis alat (n) = 5 tahun
Suku bunga modal = 15%
Biaya tidak tetap
1. Upah tenaga kerja = Rp. 100.000/hari x 6 orang
= Rp. 600.000/hari x 2 musim/tahun
= Rp. 1.200.000/tahun
-
2. Biaya bahan bakar = 1 liter = Rp. 7.000
= 1 liter = 8 hari
= 8 liter x Rp. 7.000
= Rp. 56.000/hari
BBM/tahun = Rp. 56.000/hari x 2 musim/tahun
= Rp. 112.000/tahun
3. Biaya transportasi = Rp. 50.000/hari
= Rp. 50.000/hari x 2 musim/tahun
= Rp. 100.000/tahun
Biaya tidak tetap = upah tenaga kerja + BBM/tahun + biaya transportasi
= Rp. 1.200.000 + Rp.112.000 + Rp. 100.000
= Rp. 1.412.000/tahun
Biaya tidak terduga = (biaya penyewaan + biaya tidak tetap) x 100%
= Rp. 1.408.000 + Rp. 1.412.000 x 0,1
= Rp.282.000/tahun
Total biaya/tahun = biaya penyewaan + biaya tidak tetap + biaya tak
terduga
= Rp. 1.408.000 + Rp. 1.412.000 + Rp. 282.000
= Rp. 3.102.000/tahun
Penerimaan per tahun
Penerimaan/tahun = produksi total dan harga jual sebesar Rp. 2.500/kg
= 7.642 kg x Rp. 2.500 x 2 musim/tahun
= Rp. 38.210.000/tahun
-
Keuntungan sebelum PPH = penerimaan total biaya
= Rp. 38.210.000 Rp. 3.102.000
= Rp. 35.108.000/tahun
Berdasarkan UU pajak penghasilan sampai dengan Rp.50.000.000 tarif pajak 5%
PPH 5% = 0,05 x Rp. 35.108.000
= Rp. 1.755.400/tahun
BEP (Break Even Point)
BEP untuk volume produksi
BEP =
=
= 1.240,8 kg/tahun
BEP untuk harga produksi
BEP =
=
= Rp. 405,9 kg
NPV (Net Present Value)
NPV = Penerimaan Pengeluaran
= Rp. 38.210.000 Rp. 4.857.400
= Rp. 33.352.600/tahun
-
NET B/C
NET B/C =
=
= 7,8