1
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
DEMONSTRASI TEKNOLOGI PRODUKSI SAYURAN ORGANIK
DI KABUPATEN BONE
Ir. Rosmiati, MP, dkk
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang
Semua jenis sayuran kaya akan vitamin dan mineral, rendah kalori, serta
kaya akan serat, terutama bila dikonsumsi dalam keadaan mentah/segar. Sayur
yang diolah secara sehat bermanfaat untuk detoksifikasi tubuh dan mencegah
penyakit seperti kanker, jantung, hipertensi, diabetes, ginjal dan stroke (Supriati, et.
al., 2008). Akan tetapi sayur yang bermanfaat untuk kesehatan tersebut adalah
sayur yang segar dan bebas polusi (tidak tercemar bahan-bahan kimia) seperti
pupuk dan pestisida atau yang dikenal dengan sayur organik.
Pertanian organik adalah suatu sistem produksi pertanian yang
menghindarkan atau mengesampingkan penggunaan senyawa sintetik baik untuk
pupuk, zat tumbuh, maupun pestisida. Jadi sayuran organik adalah sayuran yang
diproduksi tanpa menggunakan senyawa sintetik baik pupuk, zat tumbuh maupun
pestisida, tetapi hanya menggunakan bahan-bahan alami seperti pupuk organik
(kompos dan pupuk kandang), dan pestisida nabati (dari tumbuhan) atau
biopestisida (dari mikroorganisme).
Sesuai mandat BPTP merupakan Unit pelaksana teknis Badan Litbang
Pertanian, berperan sebagai pusat komunikasi dan penyedia sumber informasi
teknologi serta menciptakan paket teknologi spesifik lokasi bagi pengguna, melalui
progran P3TIP/FEATI melaksanakan uji coba/demonstrasi teknologi sesuai dengan
acuan pelaksanaan kegiatan yang merupakan penjabaran dari komponen C yakni
Perbaikan dan Diseminasi teknologi (Petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan
P3TIP/FEATI, 2009). Demonsrasi teknologi bertujuan untuk menguji teknologi yang
direkomendasikan BPTP ditingkat lapangan sebagai upayah mendukung
pengembangan model-model sistem usahatani pada suatu wilayah
2
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Dalam rangka mempercepat sosialisasi dan adopsi teknologi oleh pengguna
dilapangan diperlukan media efektif untuk penyaluran teknologi tersebut. Salah satu
media yang efektif untuk sosialisasi adalah penerapan teknologi produksi sayuran
organik melalui demonstrasi teknologi dilahan petani yang dilakukan secara
bersama-sama antara peneliti, penyuluh dan petani. Demonstrasi teknologi produksi
sayuran organik di Kabupaten Bone dilaksanakan dengan menggunakan anggaran
FEATI/P3TIP tahun 2012. Khusus pada aplikasi teknologi di tingkat lapang,
dilaksanakan dengan metode temu lapang yang frekwensinya disesuaikan dengan
besar anggaran yang tersedia dengan melibatkan petani kooperator, non
kooperator, FMA lainnya, penyuluh lapangan maupun stakeholders lainnya.
FMA Barebbo merupakan FMA pelaksana kegiatan demonstrasi yang
berlokasi di Desa Barebbo Kecamatan Barebbo Kabupaten Bone, dimana anggota
kelompok selain petani padi juga mengusahakan tanaman sayur-sayuran. Daya
dukung lahan dan kelembagaan saprodi cukup tersedia. Jarak desa dengan kota
kabupaten dekat sehingga kebutuhan akan saprodi dan seluruh sarana yang
dibutuhkan petani seperti benih sayur, pupuk serta peralatan lainnya mudah
diperoleh
Kegiatan demonstrasi ini sangat memegang peranan penting dalam
percepatan transfer teknologi ke tingkat petani dimana melalui proses pembelajaran
yang telah dilaksanakan dan sementara berlangsung, dapat memberi solusi terhadap
permasalahan-permasalahan yang dialami petani terkait dengan teknologi budidaya
sayuran organik.
1.2. Tujuan, Sasaran, Keluaran, Manfaat dan Dampak
1.2.1. Tujuan
Memperkenalkan dan mendemonstrasikan teknologi produksi sayuran
organik melalui penerapan secara langsung di tingkat petani.
Menghimpun umpan balik tentang kesesuaian teknis, ekonomi, social dan
budaya berkaitan dengan teknologi yang didemonstrasikan
3
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
1.2.2. Sasaran
Ketua kelompok tani/petani dalam Gapoktan dan ketua-ketua
Gapoktan lain pengelola FMA FEATI yang usaha taninya sama dengan
komoditi yang di demonstrasikan
1.2.3. Keluaran
Diketahui dan dipahami teknologi teknologi produksi sayuran organik
melalui penerapan secara langsung di tingkat petani
Diperolehnya informasi dari petani tentang kesesuaian teknis, ekonomi,
social, dan budaya berkaitan dengan teknologi produksi sayuran organic
1.2.4. Manfaat dan Dampak
Adanya peningkatan pengetahuan, ketrampilan kontak tani/petani dan
menerapkan dalam usahataninya
Teradopsinya teknologi produksi sayuran organik, tanpa atau tidak
menggunakan pestisida/racun maupun pupuk anorganik, sehingga dapat
menekan biaya produksi yang akan berdampak pada peningkatan
pendapatan petani
II. TINJAUAN PUSTAKA
Di Indonesia dideklarasikan Masyarakat Pertanian Organik Indonesia
(MAPORINA) pada tgl 1 Februari 2000 di Malang dan telah beredar produk
pertanian organik dari produksi lokal seperti beras organik, kopi organik, teh organik
dan beberapa produk lainnya. Demikian juga ada produk sayuran bebas pestisida
seperti yang diproduksi oleh Kebun Percobaan Cangar FP Unibraw Malang.
Walaupun demikian, produk organik yang beredar di pasar Indonesia sangat terbatas
baik jumlah maupun ragamnya.
Memasuki abad 21, masyarakat dunia mulai sadar bahaya yang ditimbulkan
oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian. Orang semakin arif dalam
memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya
hidup sehat dengan slogan “Back to Nature” telah menjadi trend baru meninggalkan
4
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia non alami, seperti pupuk, pestisida
kimia sintetis dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian. Pangan yang sehat
dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan metode baru yang dikenal dengan
pertanian organik.
Luas lahan yang tersedia untuk pertanian organik di Indonesia sangat besar.
Dari 75,5 juta ha lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian, baru sekitar
25,7 juta ha yang telah diolah untuk sawah dan perkebunan (BPS, 2000). Pertanian
organik menuntut agar lahan yang digunakan tidak atau belum tercemar oleh bahan
kimia dan mempunyai aksesibilitas yang baik. Kualitas dan luasan menjadi
pertimbangan dalam pemilihan lahan. Lahan yang belum tercemar adalah lahan
yang belum diusahakan, tetapi secara umum lahan demikian kurang subur. Lahan
yang subur umumnya telah diusahakan secara intensif dengan menggunakan bahan
pupuk dan pestisida kimia. Menggunakan lahan seperti ini memerlukan masa
konversi cukup lama, yaitu sekitar 2 tahun.
Besarnya permintaan sayuran organik menyebabkan harga sayuran ini jauh
lebih tinggi. Harganya bisa 3 kali lipat lebih mahal dibandingkan dengan harga
komoditi sayuran anorganik. Hal itu diungkapkan Soedjais, dan dibenarkan Tri
Judadmadji pemilik Agro Lestari Organik. Kendati sejak mengubah haluan menjadi
petani sayuran organik, produksinya menurun 30-40% namun biaya produksinya
berupa pembelian pupuk dan pestisida juga menurun 30-40%. Tak pelak
keuntungan yang Ia peroleh cukup besar lantaran harga jual sayuran organik bisa 3
kali lipat. Misalnya saja buncis anorganik dijual dengan harga Rp.2.500/kg
sedangkan organik Rp.7.500 – 8.000/kg.
Penggunaan pertisida organik mampu mencegah serangan penyakit seperti
ulat, kepik, atau kutu. Selain mencegah serangan hama dengan menggunakan
screen/kelambu untuk menghalau hama. Sementara itu apabila pengolahan tanah
dilakukan secara organik biasanya tanaman jarang terkena serangan hama. Tanah
harus digemburkan dan diberi kompos yang terbuat dari kotoran hewan dan
rerumputan yang dicampur dan didiamkan selama 2 bulan. Namun untuk
mempercepat proses pengomposan bisa ditambahkan bakteri (EM4). Teknologi ini
merupakan teknologi terbaru dibidang pertanian dengan proses dekomposisi selama
5
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
composting oleh bakteri seperti Aktinomycesnaeslundii, Lactobacillus species
delbrueckii, Bacillus Brevis, Saccharomyces Cerevisiae, ragi dan jamur serta
Cellulolytic Bacillus. Sementara itu ada pula mikroorganisme Mikoriza yang
membantu pengikatan unsur hara agara tanaman lebih banyak menyerap unsur
hara.
Selain menyemprotkan pestisida alami buatan dengan sistem cropping
tanaman yakni satu lahan ditanami lebih dari 1 jenis sayuran. Namun untuk menjaga
kesuburan tanah, akan lebih baik bila dilakukan pola rotasi penanaman. Misalnya
dari 1 (satu) bedeng ditanami caisim setelah panen kemudian ditanami bayam,
kemudian kangkung dan terong dan seterusnya. Jika petani mampu menerapkan
pertanian organik sepenuhnya, dan mengatasi kendala yang bisa menghalangi
perkembangan usaha, dari usaha bididaya sayuran organik ini bisa menghasilakan
0mset hingga Rp.10 juta dengan tingkat keuntungan lebih dari 50%. Kabar baiknya
usaha ini bisa kembali modal dalam waktu 1 bulan terutama untuk budidaya sayuran
daun.
III. PROSES PERENCANAAN DAN KOORDINASI KEGIATAN
3.1. Waktu dan Tempat
Kegiatan ini dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2012, yang difokuskan pada
aspek penerimaan petani terhadap teknologi yang didemonstrasikan. Lokasi kegiatan
di Desa Barebbo, Kec. Barebbo Kabupaten Bone dengan pertimbangan bahwa
daerah tersebut merupakan lokasi P3TIP/FEATI. Kegiatan ini berlangsung dari bulan
Januari sampai Desember 2012, pada lahan kering / pekarangan rumah
3.2. Pendekatan
Kegiatan diseminasi ini akan dilaksanakan berupa kegiatan on Farm dilahan
petani dengan menggunakan pendekatan dan komponen yang terkait dengan
teknologi produksi sayur organik, sehingga petani lebih cepat mengadopsi teknologi
yang dianjurkan.
6
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
3.3. Ruang Lingkup Kegiatan
Kegiatan diawali dengan survei, pembentukan tim pelaksana dan koordinasi
di tingkat lapangan dalam rangka penentuan lokasi dan petani pelaksana, serta
implementasi teknologi dan temu lapang.
3.4. Metode Pelaksanaan
Demonstrasi dilaksanakan dilahan petani anggota klp tani
Pelaksana lapangan dilakukan sendiri oleh petani, peneliti dan penyuluh
membimbing dalam hal teknologi dan desain lapangan
Sebelum aplikasi teknologi, dilakukan sosialisasi dengan mengundang
petani kooperator dan non kooperator yang tegabung dalam Gapoktan
pengelola P3TIP/FEATI, penyuluh serta Pemda setempat
Pengamatan dilakukan terhadap tanggapan dan komentar petani
anggota kelompok tani terhadap teknologi yang didemonstrasikan
Temu lapang
3.5. Analisis Data
Analisis respon petani berdasarkan nilai partisipasi yang dilakukan petani
Analisis deskriptif untuk melihat tingkat kepuasan petani terkait
preferensinya dan hasil karakterisasi teknologi yang didemonstrasikan
Analisis porsi dana non APBN/LOAN : pembiayaan demonstrasi
IV. PROSEDUR PELAKSANAAN KEGIATAN/METODE PELAKSANAAN
4.1. Penentuan Lokasi Demonstrasi
Penetapan lokasi Uji Coba/Demonstrasi dilakukan bersama sama pengelola
FEATI Kabupaten, Penyuluh lapangan dan Ketua FMA Barebbo. Pemilihan lokasi
dilakukan dengan pertimbangan bahwa. : 1) Desa Barebbo, Kec. Barebbo adalah
lokasi P3TIP/FEATI dan merupakan sentra pengembangan sayuran; 2) letaknya
berada dipinggir jalan; 3) mudah dijangkau baik kendaraan roda 2 atau roda 4
sehingga dapat dilihat oleh petani sekitar. Petani pelaksana/kooperator adalah : 1)
Anggota kelompok tani Mase-mase pengelola FMA FEATI 2) bersifat inovatif; 2)
mudah diajak kerjasama dalam pelaksanaan kegiatan.
7
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
4.2. Pendekatan
Kegiatan ini bersifat partisipatif dan dilaksanakan dilahan petani dengan
melibatkan kelompok tani Mase-mase FMA Barebbo, yang dikawal dan dibimbing
penyuluh, teknisi dan peneliti sebagai narasumber
4.3. Koordinasi dan Sosialisasi
Koordinasi dilakukan bersama dengan pengelola P3TIP/FEATI, Dinas terkait
(Badan Pelaksana Penyuluhan, BPP Barebbo Kab. Bone). Dari hasil koordinasi
ditetapkan lokasi kegiatan demonstrasi teknologi sayur organik di Desa Barebbo
Kecamatan Barebbo Kab. Bone pada kelompok tani Mase-mase FMA Barebbo.
Sosialisasi dilaksanakan di desa Barebbo Kecamatan Barebbo pada tanggal 28
Maret 2012, dihadiri sekitar 35 orang terdiri dari petani, Penyuluh, Pemda/Kepala
Desa dan sekdes Barebbo, Peneliti/Penyuluh BPTP Sulawesi Selatan. Dilakukan
dengan metode FGD (Focus Discussion Group) bertujuan menggali informasi
kemampuan/ penguasaan teknologi, kebiasaan petani dalam mengelola usahatani
sayuran, produksi dan pendapatan yang diperoleh serta masalah yang dihadapi.
Hasil pertemuan diperoleh kesepakatan dengan FMA tentang pelaksanaan kegiatan.
Pada pertemuan sosialisasi selain penyampaian teknik pelaksanaan demonstrasi oleh
penanggung jawab kegiatan menyangkut hak dan kewajiban para petani pelaksana
demplot dan tata cara pelaksanaan kegiatan mulai pengolahan lahan hingga panen,
juga disampaikan materi teknologi oleh Peneliti BPTP tentang tata cara penerapan
komponen teknologi produksi sayur organik, serta pembuatan pupuk organik dari
limbah/kotoran ternak sapi.
Dari hasil diskusi bahwa dalam berusaha tani sayuran yang selama ini dilakukan
petani masih terbatas pada sayuran buah seperti cabai besar, timun, kacang
panjang, pemupukan dengan menggunakan pupuk anorganik (urea), juga banyak
menggunakan racun/pestisida dan hasil yang diperoleh masih rendah sehingga
penanamannya belum berkesinambungan. Untuk memperbaiki pola usahatani
petani tersebut dilakukan dengan mengintroduksi teknologi sayuran daun yang
selain umurnya singkat pengelolaannya juga mudah.
8
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
4.4. Pelaksanaan
Pelaksanaan dilapangan dilakukan petani, dibimbing oleh peneliti dan
penyuluh
Untuk menentukan nilai partisipasi terhadap tahapan aplikasi teknologi
membuat daftar hadir petani pada setiap pertemuan/temu lapang
Setiap aplikasi teknologi dilakukan temu lapang untuk menghimpun
umpan balik, menggali tanggapan/komentar anggota kelompok dan
peserta lain dengan menggunakan kuisioner agar dapat ditentukan nilai
kepuasan serta respon petani
Komponen teknologi yang diintroduksi terdiri atas:
1. Jenis sayuran daun; sawi, kangkung, dan bayam
2. Pesemaian benih sawi
3. Pengolahan tanah, pembuatan bedengan (120cm x 1000cm / di
sesuaikan kondisi lahan), jarak antara bedengan 30 cm
4. Pemupukan dengan pupuk kandang 5 ton/ha dan pupuk cair
organik.
5. Penanaman bibit sawi, benih kangkung, dan bayam dengan jarak
tanam masing-masing: 20 x 15 cm, larik, dan hambur
6. Pemeliharaan
7. Panen dan pasca panen
4.5. Temu Lapang
Temu lapang melibatkan petani kooperator, non kooperator maupun
kelompok FMA lainnya serta petugas penyuluhan setempat. Untuk menghimpun
umpan balik, menggali tanggapan/komentar anggota kelompok maupun peserta lain
maka dilakukan pembagian kuisioner yang kemudian diisi oleh masing-masing
petani. Temu lapang dilakukan 2 kali yaitu pada saat tanam, pemeliharaan, dan
panen namun pertemuan/bimbingan tetap dilakukan serangkaian dengan aktivitas
kegiatan demonstrasi.
9
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
4.6. Analisis Data
Analisis respon petani berdasarkan nilai partisipasi yang dilakukan petani
- Karateristik petani/ anggota FMA yang terlibat (faktor internal dan eksternal)
- Alokasi waktu berdasarkan komponen aktivitas dalam melaksanaakan
demonstrasi teknologi
- Alokasi kemampuan penginderaan (telinga, mata, tangan) menyerap
informasi teknologi dalam proses belajar melalui demonstrasi (tingkat
partisipasi petani)
- Respon, tanggapan dan komentar petani terhadap teknologi yang
didemonstrasikan melalui dialog, wawancara menggunakan daftar
pertanyaan yang meliputi :
o Tingkat pengetahuan, pemahaman, kemampuan teknis, dalam
menerapkan teknologi yang didemonstrasikan
o Masalah yang ada jika teknologi diterapkan
o Kemungkinan untuk dilanjutkan musim berikutnya
Analisis deskriptif untuk melihat tingkat kepuasan petani terkait preferensinya
dan hasil karakterisasi teknologi yang didemonstrasikan
Analisis porsi dana non APBN/LOAN : pembiayaan demonstrasi
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Keadaan Umum Wilayah
Kabupaten Bone merupakan salah satu kabupaten di pesisir timur Propinsi
Sulawesi Selatan yang berjarak sekitar 174 km dari kota Makassar. Mempunyai
garis pantai sepanjang 138 km dari arah selatan berada pada posisi 4013’-5006’ LS
dan antara 119042’-120040’ BT. Luas wilayah Kabupaten Bone ± 4.559,00, meliputi
27 Kecamatan. Secara administratif berbatasan dengan :
- Sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Wajo dan Soppeng
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sinjai dan Gowa
- Sebelah timur berbatasan dengan teluk Bone
- Sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Maros, Pangkep dan Barru
10
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Desa Barebbo merupakan salah satu desa yang berada diwilayah Kecamatan
Barebbo Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan dengan luas wilayah 10,10 km2
yang dihuni oleh 1.563 jiwa penduduk yang terdiri laki-laki 759 jiwa dan perempuan
804 jiwa dengan jumlah KK 347, yang tersebar di dua dusun yaitu dusun I
(Barebbo) dan dusun II (Lawaccang) dengan jumlah 8 (delapan) RT
5.2. Karakteristik Petani
Karateristik Petani menurut umur, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan
petani dalam pelaksanaan demonstrasi teknologi produksi sayuran organik dapat
dilihat pada tabel 1, dan tabel 2
Tabel 1. Karakteristik petani menurut umur pada kegiatan demonstrasi teknologi
produksi sayuran organik di Desa Barebbo Kabupaten Bone, 2012
No. Umur (thn) Jumlah Petani Prosentase (%)
1. < 30 2 8
2. 31 – 40 7 28
3. 41 – 50 13 52
4. 51 – 60 2 8
5. ˃ 60 1 4
Jumlah 25 100
Sumber : Analisis Data Primer 2012
Tabel 1. menunjukkan bahwa usia petani paling muda berusia < 30 tahun
dan paling tua lebih dari 60 tahun, hal ini menunjukkan bahwa petani kooperator
berada pada usia produktif yang secara fisik memiliki kemampuan untuk
berusahatani, meskipun demikian usia tidak menjamin keterampilan seseorang
dalam berusahatani tapi perlu intervensi teknologi yang berdaya guna serta
pengambilan keputusan yang tepat dan dilakukan bersama-sama. Sedangkan
tingkat pendidikan petani/anggota poktan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :
11
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Tabel 2. Karakteristik petani menurut tingkat pendidikan pada kegiatan demonstrasi teknologi produksi sayuran organik di Desa Barebbo, Kabupaten Bone,
2012
No. Umur (thn) Jumlah Petani Prosentase (%)
1. SD 5 20
2. SMP 5 20
3. SMA 15 60
Jumlah 25 100
Sumber : Analisis Data Primer
Tabel 2, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani cukup baik karena
semua anggota poktan telah mengikuti pendidikan, dan sebagian besar atau
mayoritas dapat menamatkan pendidikan sampai pada Sekolah Menengah Atas
sehingga memberikan gambaran kapasitas yang cukup dalam memahami informasi
teknologi secara jelas. Dengan demikian mempunyai kemampuan menginterpretasi
(pandangan teoritis/penafsiran) terhadap informasi teknologi dengan baik sehingga
proses transfer teknologi dapat terjadi.
5.3. Analisis data
5.3.1. Analisis Tingkat Partisipasi Petani pada setiap Pelaksanaan Kegiatan Demonstrasi Teknologi Produksi Sayuran Organik
Persentase tingkat partisipasi petani pada setiap pelaksanaan kegiatan
demonstrasi teknologi produksi sayuran organik di Desa Barebbo, Kecamatan
Barebbo Kabupaten Bone dapat dilihat pada tabel 3:
12
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Tabel 3. Tingkat Partisipasi Petani Pada Kegiatan Demonstrasi Teknologi Produksi Sayuran Organik di Desa Barebbo Kab. Bone, TA. 2012
No Wujud Keterlibatan Petani N=25 org % 1 Sosialisasi (ide/gagasan/pemikiran) 1 4 2 FGD (Perencanaan, memutuskan) 2 8 3 Pembuatan pesemaian/pembibitan sawi 1 4 4 Persiapan/pengolahan lahan, pembuatan bedengan
dan penanaman sayur sawi, kangkung dan bayam 6 24
5 Pemeliharaan (Pemupukan, Penyulaman dan
Penyiangan) tanaman sayuran 6 24
6 Panen dan pasca panen 4 16 7 Pemasaran 1 4 8 Temu Lapang (hasil jual) 2 8
Jumlah 23 92 Sumber : Analisis data primer
Pada Tabel 3. Menunjukkan bahwa keterlibatan/partisipasi anggota poktan
pada kegiatan demonstrasi teknologi produksi sayuran organik cukup tinggi, dimana
kehadiran anggota kelompok tani pada pertemuan sosialisasi maupun temu lapang,
demikian pula antusias peserta menyimak, bertanya dan memberikan masukan
untuk pelaksanaan demonstrasi yaitu 92 % atau 23 orang anggota kelompok tani
berperan aktif dan masing-masing membagi peran sesuai kesempatan/
kemampuannya melalui kesepakatan/musyawarah pada pelaksanaan demonstrasi.
Jumlah petani yang bersedia menjadi kooperator atau petani pelaksana dan
meiliki lahan sekitar 0,03 – 0,05 ha yang siap olah adalah 10 orang (40% dari
jumlah anggota), menunjukkan persentase yang tinggi. Sebagian anggota lainnya
selain tidak memiliki lahan juga punya kesibukan lain sebagai petani padi.
Sedangkan yang bersedia membuat pesemaian benih sawi 1 orang (4 %) untuk
kebutuhan semua anggota tujuannya mengefisien waktu, tenaga dan tempat.
Komponen teknologi seperti pengolahan tanah, pembuatan bedengan,
pemupukan dan pemeliharaan serta panen maupun pemasaran sayur dikerjakan
masing-masing petani kooperator yaitu 6 orang (24%), kecuali kegiatan
penanaman dikerjakan secara gotong – royong sesama anggota koptan. Hal ini
menunjukkan partisipasi yang tinggi dan kerjasama yang baik diantara kelompok
tani.
13
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Sedangkan ada 4 orang petani (16%) tetap melanjutkan budidaya sayuran
organik sampai sekarang dengan alasan memberikan keuntungan dan permintaan
konsumen.
5.3.2. Analisis Tingkat Kepuasan
Analisa tingkat kepuasan petani terhadap demonstrasi teknologi produksi
sayuran organik di desa Barebbo, kabupaten Bone dapat dilihat pada tabel 4:
Tabel 4. Analisis Tingkat Kepuasan Anggota Poktan Terhadap Demonstrasi
Teknologi Produksi Sayuran Organik di Barebbo Kab. Bone, TA. 2012
No. Jasa Litbang dan Pengkajian TP Sangat
Puas (%) Puas (%)
Kurang Puas (%)
1. Narasumber Sosialisasi 92 8
2. Penyediaan teknologi produksi sayuran organik dan bahan demonstrasi
40 60
3. Bimbingan pemilihan jenis sayuran daun (sawi, bayam, dan kangkung)
100
4. Bimbingan Pesemaian 100
5. Bimbingan pembuatan bedengan, jarak tanam dan penanaman sayuran
100
6. Bimbingan pemeliharaan tanaman (pemupukan, penyulaman, dan penyiangan)
100
7. Panen dan pasca panen 16 84
8. Pemasaran 20 80
9. Narasumber tentang pembuatan pukan 20 80
10. Temu Lapang 100
Total/Rata-rata 9,6 89,6 0,8
Sumber : Analisis data primer
Tabel 4, menunjukkan bahwa tingkat kepuasan anggota kelompok tani
terhadap pelaksanakan kegiatan demonstrasi produksi sayuran organik yaitu: 9,6%
(sangat puas) dan 89,6 (puas) karena adanya bantuan teknologi dan bahan
demonstrasi bagi petani/koptan serta merupakan pengalaman dapat bekerjasama
dengan Litbang pertanian khususnya BPTP, selain itu usahatani sayuran sudah
sering diusahakan tetapi hasilnya masih rendah. Selanjutnya dengan adanya
kerjasama ini memberikan motivasi serta hubungan yang lebih akrab sehingga
14
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
mempunyai peluang untuk mengundang peneliti, penyuluh, dan teknisi sebagai
narasumber pada kegiatan-kegiatan lainnya.
Pada pertemuan sosialisasi juga disampaikan materi cara pembuatan pupuk
organik dengan memanfaatkan limbah pertanian dan kotoran sapi yang tersedia
dilingkungan petani karena sebagian besar petani memiliki ternak sapi, sehingga
petani sangat puas serta berharap bisa memperoleh tambahan hasil dari limbah
yang selama ini diabaikan. Dan ada 0,8 % (kurang puas) petani tidak bisa hadir
pada setiap pertemuan karena bersamaan dengan kegiatan lainnya yaitu panen padi
5.3.3. Analisis porsi dana non APBN/LOAN
Tabel 5. Analisis Sumber Pendanaan pada Kegiatan Demonstrasi Teknologi Produksi
Sayuran Organik di Kab. Bone.TA. 2012
No
Kegiatan BPTP
Sumber dana FEATI (APBN)
Sumber dana non FEATI
Institusi Nilai (Rp) Institusi Nilai (Rp)
1 Belanja bahan/sarana dan prasarana
BPTP 16.059.500 Petani 5.000.000
2 Honor terkait dengan out put kegiatan - Honor harian lepas - Honor tim pelaksana
BPTP
900.000 868.000
Petani
3 Transport peserta BPTP 3.300.000 Petani
4 Perjalanan pelaksana BPTP 24.000.000 Petani
Total 45.127.500 5.000.000 Sumber : Analisis data primer
Pada Tabel 5, menunjukkan bahwa kegiatan demonstrasi teknologi produksi
sayuran organik menyerap dana Rp. 50.127.500, sebagai penjumlahan dari sumber
dana FEATI dan non FEATI, dalam hal ini ada kontribusi dana dari petani sebesar
Rp. 5.000.000 atau sebesar 9,97 %
15
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
KESIMPULAN
1. Partisipasi petani/kelompok tani terhadap pelaksanaan Demonstrasi Teknologi
Produksi Sayuran Organik tinggi yaitu 92% alasan petani karena mudah
dilakukan, lokasinya dekat, modal rendah, dan pemasarannya gampang/dijual
ditempat/pembeli yang datang.
2. Tingkat kepuasan petani/kelompok tani yaitu 9,6 % (sangat puas), 89,6 %
(puas), dan 0,8 % (kurang puas). Ketidak puasan petani disebabkan tidak
semua pertemuan dapat dihadiri karena bertepatan dengan kegiatan usahani
padinya.
3. Kontribusi dana dari kelompok tani sebesar Rp. 5.000.000 atau 9,97% dalam
bentuk jaring net sebagai pagar tanaman sayur.
DAFTAR PUSTAKA
Duriat, A.S., T.A. Soetiarso, L. Prabaningrum, R. Sutarya. 1994. Penerapan Pengendalian Hama-Penyakit Terpadu pada Budidaya Cabai. Badan Litbang
Pertanian. Puslitbanbhor. Balai Penelitian Hortikultura Lembang. 30 hlm. Kusumo, S., H. Sunaryono. 1992. Petunjuk Bertanam Sayuran. Proyek
Pengembangan Penelitian Pertanian Nusa Tenggara. Departemen Pertanian. Badan Litbang Pertanian. 97 hlm.
Rachmat, M. dan M. Hayati. 2006. Buku Tahunan Hortikultura Seri: Tanaman Sayuran. Depertemen Pertanian, Direktorat Jenderal Hortikultura. Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka. 240 hlm.
Santika A. 1999. Agribisnis Cabai. Penebar swadaya. 183 hlm.
Supriati, Y., Y. Yulia, I. Nurlaela. 2008. Taman Sayur. Penebar Swadaya.91 hlm.
BPTP, 2008. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan P3TI/FEATI Sulawesi Selatan
_____ , 2009. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan P3TI/FEATI Sulawesi Selatan.
16
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
DAFTAR LAMPIRAN
Foto Kegiatan
Gbr 1. Sosialisasi di rumah anggota koptan bersama Kades Barebbo
Gbr 2. Peserta sosialisasi
Gbr 3. Penanaman benih kangkung oleh petani didampingi PPL
17
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Lanjutan
Gbr 4. Penanaman bibit sawi
Gbr 2. Penampilan tanaman bayam dan kangkung
Gbr 3. Tanaman Sawi
18
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Lanjutan
Gbr. Penampilan pertanaman sayuran pada umur ± 2 minggu
Gbr. Temu lapang di Sanggar Tani Koptan
Gbr. Petani peserta T. Lapang Gbr. Tempat Pembuatan Kompos milik Koptan