KONSTRUKSI MEDIA DALAM PEMBERITAAN PABRIK SEMEN
DI PEGUNUNGAN KENDENG
(Analisis Framing tentang Pemberitaan Pabrik Semen di Pegunungan
Kendeng, Kabupaten Rembang dalam Harian Umum KOMPAS
Periode Desember 2016 - April 2017)
Rohmana Kurniandari
Mahfud Anshori
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
The news about conflict of Kendeng cement factory colors the news coverage in mass media since the conflict began. Mass media constructs the conflict of cement factory in Kendeng Mountains with various perspectives frequently showing their partiality to one party. The society’s pros and cons in treating the conflict are inseparable from the role of mass media in constructing it. Government serves as a mediator and decision maker over the conflict occurring.
Kompas as one of national printed media also covers the polemic of cement factory in Kendeng Mountains. The method employed was Robert N. Entmant’s framing analysis model with the elements owned including define problem, diagnose causes, make moral judgment, and treatment recommendation to see how the cement factory conflict incidence in Kendeng Mountain is interpreted by journalist and to show impartiality and ideology used.
There were three categories used to see media construction by Compass: Kendeng people’s struggling action, living environment study, and central and local governments’ role. From those three categories, it could be found that Kompas national printed media shows its partiality to one of parties in the conflict, the people declining the construction of cement factory in Kendeng Mountains, Rembang Regency, Central Java.
Keywords: Media Construction, Printed Media, Framing Analysis, Kendeng Cement Factory
1
Pendahuluan
Konflik pembangunan pabrik semen di kawasan pegunungan kapur (karst)
Kendeng, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, telah menyita perhatian publik
mulai awal rencana pembangunannya di tahun 2006, dengan munculnya berbagai
perlawanan warga yang menolak pembangunan pabrik semen. Aksi yang
dilakukan oleh warga tersebut kian ramai diberitakan oleh media massa, baik
cetak, elektronik maupun media online. Selain banyak diberitakan oleh media
massa, adanya pembangunan pabrik semen di pegunungan Kendeng ini juga
mendapat perhatian dari organisasi masyarakat, terutama pemerhati lingkungan
hidup.
Dalam kasus ini, tentu ada pihak yang pro dan kontra. Berdasarkan
pengamatan peneliti, terdapat beberapa media yang fokus pada aspek lingkungan,
sumber daya alam, nasib warga di sekitar pegunungan Kendeng, para pemangku
kepentingan atau stakeholder dan lain sebagainya.
Pembangunan pabrik semen di daerah-daerah yang kaya dengan batu kapur
berkembang pesat di Indonesia. Namun, pembangunannya tidak serta merta dapat
berjalan dengan mudah dan bisa langsung beroperasi. Dengan adanya
pembangunan pabrik semen di kawasan pegunungan Kendeng ini menimbulkan
konflik dalam masyarakat. Terdapat beberapa pihak yang mendukung
pembangunan pabrik semen, namun tidak sedikit yang menolaknya.
Dalam penelitian ini berupaya menelaah tentang pemberitaan pabrik semen
di Pegunungan Kendeng menggunakan analisis framing dari harian umum
Kompas. Penggunaan surat kabar ini karena Kompas merupakan salah satu surat
kabar berskala nasional sehingga peneliti mencoba melihat sisi obyektivitas surat
kabar dalam menanggapi konflik pembangunan pabrik semen di pegunungan
Kendeng secara lebih luas.
Harian Umum Kompas dipilih sebagai obyek penelitian dengan
pertimbangan bahwa media ini merupakan media cetak nasional dengan intensitas
pemberitaan pabrik semen di Rembang cukup banyak dan memiliki wartawan
yang ditempatkan di biro Semarang, Jawa Tengah di mana lokasi tersebut dekat
dengan sumber berita. Berdasarkan pengamatan peneliti, ditemukan berita tentang
2
pabrik semen di pegunungan Kendeng sebanyak 4 artikel pada bulan Desember
2016, 3 artikel pada bulan Januari 2017, 8 artikel pada bulan Maret 2017 dan 6
artikel pada bulan April 2017, sehingga total pemberitaan pabrik semen di
pegunungan Kendeng dalam Harian Umum Kompas periode Desember 2016
sampai April 2017 sebanyak 21 berita.
Rumusan Masalah
Bagaimana framing yang dilakukan Harian Umum Kompas dalam
mengkonstruksi realitas peristiwa pada pemberitaan pabrik semen di Pegunungan
Kendeng, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah periode Desember 2016 – April
2017?
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana framing yang dilakukan Kompas dalam
mengkonstruksi realitas peristiwa pada pemberitaan pabrik semen di Pegunungan
Kendeng, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah periode Desember 2016 – April
2017.
Tinjauan Pustaka
a. Komunikasi Massa
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari
kata Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio,
communicare yang berarti “membuat sama”. Berbagai pakar telah membuat
definisi tentag apa itu komunikasi. Salah satunya definisi komunikasi yang
dikemukakan oleh Harold Lasswell. Laswell mengatakan bahwa komunikasi
pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa”
“mengatakan apa” “dengan saluran apa” “kepada siapa” dan “dengan akibat
apa” atau “hasil apa”, atau “who says what in which channel to whom and
with what effect” (Riswandi, 2009: 1-2).
Sedangkan komunikasi massa adalah suatu proses dalam mana
komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-
3
pesan secara luas, dan secara terus menerus menciptakan makna-makna yang
diharapkan dapat mempengaruhi khalayak-khalayak yang besar dan berbeda-
beda dengan melalui berbagai cara (Defleur dan Dennis McQuail, 1985 dalam
Riswandi, 2009: 103).
Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human
communication) yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat
mekanik, yang mampu melipatgandakan pesan-pesan komunikasi. Dalam
sejarah publisistik dimulai satu setengah abad setelah ditemukan mesin cetak
oleh Johannes Gutenberg dan sejak itu dimulai suatu zaman yang dikenal
dengan publisistik atau awal era komunikasi massa (Wiryanto, 2000: 1).
b. Berita
Berita merupakan laporan tentang peristiwa atau kejadian yang
memiliki nilai penting, terdapat unsur kebaruan (aktual), dan menarik bagi
sebagian khalayak yang dipublikasikan secara luas melalui media massa.
Peristiwa yang dianggap mempunyai nilai berita (news value) adalah
yang mengandung unsur-unsur yang membuat berita itu menjadi penting,
yaitu: a) Significance (penting), yaitu kejadian yang memiliki kemungkinan
mempengaruhi kehidupan banyak orang, seperti kenaikan harga BBM,
kenaikan tarif dasar listrik, dll; b) Magnitude (besaran), yaitu kejadian yang
menyangkut angka-angka yang berarti bagi kehidupan orang banyak atau
kejadian yang berakibat yang bisa dijumlahkan dalam angka yang menarik
bagi pembaca; c) Timeliness (waktu/aktualitas), yaitu kejadian yang
menyangkut hal-hal yang baru terjadi. Waktu antara kejadian dengan
penyiaran menjadi penting. Semakin pendek jarak antara peristiwa dengan
waktu penyiaran semakin baik, seperti siaran langsung (live); d) Proximity
(dekat), yaitu kejadian yang dekat dengan publik, dekat di sini bisa bersifat
geografis atau emosional; e) Prominence (terkenal), unsur ini menyangkut
hal-hal yang terkenal atau sangat dikenal oleh pembaca; f) Human Interest
(manusiawi), yaitu kejadian yang memberi sentuhan perasaan bagi pembaca,
kejadian yang menyangkut orang biasa dalam situasi yang luar biasa atau
orang besar dalam situasi biasa (Mursito, 2013).
4
c. Paradigma Konstruktivisme
Paradigma konstruktivisme merupakan kritik terhadap paradigma
positivisme, dan yang membedakan keduanya adalah obyek kajiannya
sebagai start awal dalam memandang realitas sosial. Paradigma positivisme
berangkat dari sistem dan struktur sosial, sedangkan paradigma
konstruktivisme berangkat dari subyek yang bermakna dan memberikan
makna dalam realitas tersebut.
Dalam paradigma konstruktivisme, realitas sosial yang diamati oleh
seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang yang biasa
dilakukan oleh kaum positivisme.
Ada dua karakteristik penting dari pendekatan konstruktivisme, di mana
pendekatan konstruktivisme menekankan pada politik pemaknaan dan proses
bagaimana seseorang membuat gambaran tentang realitas. Selanjutnya,
pendekatan konstruktivisme memandang kegiatan komunikasi sebagai proses
yang dinamis, yang akan memeriksa bagaimana pembentukan pesan dari sisi
komunikator, dan dalam sisi penerima ia memeriksa bagaimana konstruksi
makna individu ketika menerima pesan (Eriyanto, 2002: 40-41).
d. Konstruksi Realitas Peristiwa
Konstruksi realitas media mengacu pada aturan dan pemenuhan syarat
guna mencapai pengetahuan yang obyektif, di mana pekerjaan ini biasa
dilakukan oleh seorang jurnalis. Jurnalis menjaga agar esensi dari sebuah
peristiwa dapat tetap terjaga dan tetap ada dalam sebuah berita dan
diharapkan berita tersebut tetap sesuai dengan “kenyataan” serta kaidah-
kaidah jurnalisme yang bersifat etis, normatis dan teknis (Mursito, 2012: 7-9).
Adapun realitas merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh
individu. Namun, kebenaran suatu realitas sosial bersifat nisbi, yang berlaku
sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial (Hidayat, 1999
dalam Bungin, 2007: 81). Sedangkan, realitas sosial adalah proses dialektika
yang berlangsung dalam proses simultan: eksternalisasi (penyesuaian diri)
dengan dunia sosiokultural sebagai produk manusia, obyektivasi yaitu
interaksi sosial yang terjadi dalam dunia intersubyektif yang dilembagakan
5
atau mengalami proses institusionalisasi, dan internalisasi yaitu proses yang
mana individu mengidentifikasikan dirinya dengan lembaga-lembaga sosial
atau organisasi sosial tempat individu menjadi anggotanya (Bungin, 2007:
83). Selanjutnya, realitas media adalah realitas empirik yang dikonstruksi
media menjadi berita dan format-format informasi yang lain – feature, pojok,
artikel, infotainmen.
e. Analisis Framing
Analisis framing merupakan salah satu pendekatan dalam analisis
wacana kritis, yakni analisis bahasa kritis (critical linguistics). Dalam analisis
ini memusatkan pada bahasa dan menghubungkannya dengan suatu ideologi.
Pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat cara bercerita
(story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada “cara
melihat” terhadap realitas yang dijadikan berita. Cara melihat tersebut
berpengaruh pada hasil akhir konstruksi realitas. Analisis framing adalah
analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas
(Eriyanto, 2002).
Ada hal penting dalam framing, ketika sesuatu diletakkan dalam frame,
maka ada bagian yang terbuang ada bagian yang terlihat. Kita bisa
menghadirkan analogi ketika kita memfoto suatu pemandangan, maka yang
masuk dalam foto hanyalah bagian yang berada dalam “frame”, bagian lain
terbuang.
Metodologi Penelitian
Tipe Penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Deskriptif kualitatif seperti yang dijelaskan oleh Mayer dan
Greenwood, bahwa semata-mata mengacu pada identifikasi sifat-sifat yang
membedakan atau karakteristik sekelompok manusia, benda, atau peristiwa. Pada
dasarnya melibatkan proses konseptualisasi dan menghasilkan pembentukan
skema-skema klasifikasi (Silalahi, 2009: 27).
Peneliti menggunakan metode penelitian analisis framing dengan
pendekatan atau paradigma konstruksionis, di mana secara umum membahas
6
bagaimana media membentuk konstruksi atas realitas dan menyampaikannya
kepada khalayak.
Analisis framing yang digunakan yaitu model Robert N. Entman. Konsep
framing dalam metode ini adalah strategi konstruksi dan memproses berita. Proses
pembentukan dan konstruksi realitas hasilnya adalah adanya bagian tertentu dari
realitas yang lebih menonjol dan lebih mudah dikenal.
Dua dimensi besar dalam analisis framing menurut Entman diantaranya
seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas isu.
Untuk mengetahui bagaimana pembingkaian berita yang dilakukan oleh media
massa, terdapat perangkat-perangkat framing yang digunakan oleh wartawan
dalam memaknai sebuah peristiwa. Entman mengemukakan empat perangkat
framing yang digunakan wartawan untuk memaknai sebuah peristiwa, yaitu:
a. Define Problems (Pendefinisian Masalah)
Elemen ini merupakan master frame atau bingkai yang paling utama. Ia
menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan. Jika sebuah
peristiwa dimaknai secara berbeda oleh wartawan, maka realitas yang
terbentuk juga akan berbeda.
b. Diagnose Causes (Memperkirakan Masalah atau Sumber Masalah)
Merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap
sebagai aktor dari suatu peristiwa. Penyebab di sini bisa berarti apa (what), atau
siapa (who). Bagaimana sebuah peristiwa dipahami, menentukan apa dan siapa
yang dianggap sebagai sumber masalah.
c. Make Moral Judgement (Membuat Keputusan Moral)
Elemen ini dipakai untuk membenarkan atau memberi argumentasi
pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah
didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah
argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang
dikutip merupakan sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak.
d. Treatment Recommendation (Menekankan Penyelesaian)
Elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan.
Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu
7
saja sangat bergantung pada bagaimana peristiwa tersebut dilihat dan siapa
yang dipandang sebagai penyebab masalah (Eriyanto, 2002).
Sajian dan Analisis Data
Pemberitaan terkait pabrik semen di Pegunungan Kendeng yang dimuat oleh
Kompas periode Desember 2016 – April 2017 selanjutnya dikategorikan menjadi
3 (tiga) kategori untuk melihat kecenderungan kerangka framing dalam setiap
berita, diantaranya: 1) Aksi warga Pegunungan Kendeng; 2) Kajian lingkungan
hidup; dan 3) Sikap Pemerintah.
Kategori aksi warga Pegunungan Kendeng tidak hanya warga yang menolak
pembangunan pabrik semen, namun juga aksi warga yang mendukung pabrik
semen. Baik warga Pegunungan Kendeng yang ada di Pati maupun warga yang
ada di Rembang.
Sedangkan kategori Kajian Lingkungan Hidup terkait kajian lingkungan
hidup strategis (KLHS) di Pegunungan Kendeng. Hasil kajian akan menjadi dasar
untuk menentukan zonasi kawasan yang boleh ditambang dan tidak di
Pegunungan Kendeng.
Kategori Sikap Pemerintah juga dibahas dalam bab ini. Pemerintah Pusat
berperan sebagai penengah dalam konflik pabrik semen di Pegunungan Kendeng.
Sebagai penengah, pemerintah pusat mengeluarkan keputusan terkait kajian
lingkungan hidup agar dipatuhi oleh semua pihak yang berkonflik. Selain
pemerintah pusat, pemerintah daerah yakni Gubernur Jawa Tengah Ganjar
Pranowo mengambil sikap dengan mengeluarkan izin lingkungan pendirian pabrik
semen di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
1. Aksi Warga Pegunungan Kendeng
Sepak terjang warga Kendeng dalam melawan pembangunan pabrik
semen senantiasa terekam dalam pemberitaan Harian Umum Kompas. Isu
aksi perjuangan warga Kendeng yang menolak pabrik semen diberitakan oleh
media nasional ini sebanyak 5 (lima) berita, sedangkan isu aksi perjuangan
warga Kendeng yang mendukung pabrik semen sebanyak 1 (satu) berita. Dari
5 (lima) berita Kompas tentang penolakan warga terhadap pembangunan
8
pabrik semen di Pegunungan Kendeng terdiri dari 1 berita aksi warga di
depan kantor Gubernur Jawa Tengah di Semarang dan 4 berita aksi warga di
kawasan Monumen Nasional Jakarta.
Pemberitaan yang terkait dengan aksi warga Pegunungan Kendeng
berjudul “Mengecor Kaki Hingga Bertemu Presiden”. Dalam pemberitaan ini,
Kompas lebih banyak memberitakan tentang aksi penolakan warga Kendeng
dengan mengecor kaki untuk menunjukkan kepada Presiden betapa besar
perjuangan mereka mempertahankan kelestarian alam Pegunungan Kendeng
dan menolak pembangunan pabrik semen di kawasan tersebut.
“Mereka rela menyiksa diri memasang kaki dengan semen sebagai bentuk penolakan terhadap pembangunan pabrik semen di Pegunungan Kendeng” (Kompas, 17 Maret 2017)
Selain penolakan pembangunan pabrik semen di Pegunungan Kendeng,
petani Kendeng juga ingin menyampaikan aspirasi kepada Presiden agar
menjadikan wilayah Jateng sebagai lumbung pangan. Dalam pemberitaan
selanjutnya yang berjudul “Petani Kendeng Sampaikan “Wasiat Bumi” untuk
Jokowi”, Kompas masih menyoroti aksi penolakan warga Kendeng di
kawasan Monumen Nasional Jakarta. Aksi kelima tersebut mendapatkan
dukungan dari komisioner Komnas HAM kepada petani Kendeng. Komnas
HAM meminta Presiden untuk menghentikan pembangunan pabrik semen.
“Perwakilan petani Jateng tersebut kemudian melantunkan tembang “Pangkur” yang intinya menyampaikan harapan petani Jateng kepada Presiden Jokowi untuk merawat bumi dan menjaga kelestarian lingkungan untuk menjadikan Jateng lumbung pangan” (Kompas, 18 Maret 2017)
Penolakan warga Rembang secara konsisten menunjukkan sikap tegas
mereka dalam menolak pendirian dan pengoperasian pabrik semen PT Semen
Indonesia di kawasan Pegunungan Kendeng. Warga Rembang berharap
pemerintah, terutama Presiden Joko Widodo mengambil keputusan yang tepat
terkait pabrik semen ini demi melestarikan kawasan bentang alam karst di
Rembang.
9
“Pihaknya konsisten menolak kehadiran SI di Rembang demi melestarikan kawasan bentang alam karst di Rembang.” (Kompas, 10 April 2017)“Apa yang dilakukan para penolak dipicu kekhawatiran kehadiran pabrik akan membawa dampak negatif bagi warga sekitarnya.” (Kompas, 10 April 2017)
Pemerintah tidak diam saja melihat permasalahan tersebut. Sejalan
dengan aksi penolakan warga Rembang, pemerintah melalui Menteri
Lingkungan Hidup masih memproses Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS), lalu menganalisa dampak lingkungan (amdal) yang diikuti izin-izin
lainnya. Diharapkan semua pihak, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah
daerah, perusahaan, PT Semen Indonesia, dan warga dapat mematuhi hasil
KLHS.
2. Kajian Lingkungan Hidup
Dalam kategori ini, terdapat 5 (lima) berita yang dimuat Kompas terkait
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KHLS) Pegunungan Kendeng.
Pemberitaan Kompas yang berjudul “Penambangan Stop Sementara”,
menggambarkan sikap pemerintah dalam menanggapi aksi warga yang
berunjuk rasa untuk menyampaikan tuntutan mereka agar pencabutan izin
pabrik semen segera dikabulkan. Hal tersebut dipicu karena Kajian
Lingkungan Hidup Strategis yang belum juga diterbitkan. Pemerintah
meminta penambangan stop sementara dan rencana peresmian pabrik semen
di Rembang, Jawa Tengah ditunda. Di sisi lain, pemerintah sedang
melakukan kajian lingkungan hidup strategis (KLHS) untuk menentukan
lokasi penambangan.
“Warga diminta menghentikan unjuk rasa. Sebab, penambangan dihentikan dan pemerintah sedang melakukan kajian lingkungan hidup strategis (KLHS) Pegunungan Kendeng yang jadi lokasi tambang emas.” (Kompas, 21 Maret 2017)
Dalam proses penyusunan KLHS, materi utama yang ada terkait
keberadaan cadangan air tanah (CAT) di lokasi proyek pengembangan pabrik.
Dokumen KLHS yang ditargetkan selesai pada April 2017 tersebut
diharapkan bisa diterima oleh PT Semen Indonesia dan warga Pegunungan
10
Kendeng, baik yang pro maupun kontra, serta diharapkan penerbitan KLHS
dapat mengakhiri polemik yang terjadi terkait pabrik semen.
Dalam pemberitaan berjudul “Kajian Lingkungan Akhiri Polemik”
Kompas menyampaikan bahwa proses penyusunan KHLS masih di tahap
akhir analisis dan penyusunan rekomendasi.
“Untuk tahap pertama difokuskan di ekosistem Watuputih (Rembang, Jateng). Setelahnya tahap kedua, yang meliputi seluruh Pegunungan Kendeng Utara, termasuk Pati (Jateng) dan Tuban serta Lamongan di Jawa Timur,”katanya.” (Kompas, 27 Maret 2017)
Selanjutnya, Kompas menyoroti terkait ruang hidup di mana terdapat
Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih yang memiliki fungsi lingkungan
tinggi seperti dalam pemberitaan berjudul “Polemik Kendeng Utara Terkait
Ruang Hidup”. Banyak penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli untuk
melihat kandungan di Watuputih seperti kajian lingkungan yang dilakukan
oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) hingga Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI). Dalam pemberitaan ini, Kompas mengutip
hasil survei yang dilakukan Pusat Penelitian Biologi LIPI yang disampaikan
oleh Sigit Wiantoro bahwa dari aspek biologi kawasan Watuputih memiliki
indikasi fungsi lindung ekosistem karst.
“Ekosistem CAT Watuputih di Rembang memiliki fungsi lingkungan tinggi sehingga pemanfaatannya harus hati-hati. Sementara berdasarkan survei KLH, ditemukan 109 mata air di ekosistem karst Watuputih. Tiga di antaranya mengalir sepanjang tahun, yaitu mata air Brubulan di Desa Tahunan, mata air Sumber Semen, dan Brubulan Pasucen.” (Kompas, 1 April 2017)
Kompas memberikan penilaian moral bahwa dalam polemik Kendeng
Utara terkait ruang hidup ini tidak bisa asal-asalan dan terburu-buru dalam
mengambil keputusan.
“Persoalan di Kendeng Utara tidak hanya menyangkut sengketa pembangunan dengan paradigma ekonomi dan lingkungan. Namun, hal ini juga menyangkut ruang hidup masyarakat lokal yang keberadaannya sudah dijamin konstitusi dan instrumen hukum. “Mencabut masyarakat lokal dari ruang hidupnya sama dengan
11
meniadakan mereka, sesuai filosofi mereka sendiri, ‘tanah hilang kami pun punah’,” katanya.” (Kompas, 1 April 2017)
Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki menyampaikan hasil KLHS
Tahap I bahwa penambangan di kawasan CAT Watuputih belum dapat
dilakukan sampai dengan status kawasan ini dapat ditambang atau tidak.
Kompas kembali menggambarkan pentingnya ekosistem CAT Watuputih
agar pembangunan berkelanjutan dapat terjaga. KLHS Tahap I sendiri
bertujuan untuk merekomendasikan kebijakan pada ekosistem CAT
Watuputih yang meliputi rencana tata ruang wilayah (RTRW), rencana
pembangunan jangka menengah (RPJM), ataupun kebijakan sektoral
mengancam keberlanjutan pembangunan atau tidak.
Setelah kajian KLHS Tahap I ini selesai, maka akan dilanjutkan dengan
KLHS Tahap II yang akan melakukan kajian di seluruh wilayah Pegunungan
Kendeng yang melintasi tujuh kabupaten. Dari kajian tersebut diharapkan
akan lahir kebijakan mana yang cocok untuk seluruh kawasan Pegunungan
Kendeng, atau di Zona Rembang.
3. Sikap Pemerintah
Polemik pembangunan pabrik semen di Pegunungan Kendeng ini
mendapat perhatian dari pemerintah, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah. Dalam pemberitaan Kompas yang berjudul “Pemerintah:
Tak Ada Larangan”, Kompas memberitakan jika pemerintah tidak melarang
pabrik untuk beroperasi. Hal tersebut dinyatakan setelah mempelajari isi
putusan Mahkamah Agung. Seperti yang dituliskan Kompas dalam
pemberitaan ini bahwa pemerintah menilai tak ada larangan bagi pabrik
beroperasi.
“Setelah mempelajari isi putusan Mahkamah Agung yang memenangkan peninjauan kembali gugatan warga kepada Gubernur Jawa Tengah dan PT Semen Indonesia, pemerintah menilai tak ada larangan bagi pabrik beroperasi. Dalam sepekan ke depan, tim menyusun rekomendasi substansi tindak lanjut putusan itu.” (Kompas, 15 Desember 2016)
12
Dalam pemberitaan ini, Kompas memberikan rekomendasi bahwa
penghentian pengoperasian pabrik untuk sementara sebelum ada kajian
lingkungan hidup strategis. Hal ini disampaikan langsung oleh Presiden Joko
Widodo.
“Presiden Joko Widodo memerintahkan eksplorasi karst di Pegunungan Kendeng, Jateng, termasuk Rembang tak dilakukan sebelum ada kajian lingkungan hidup strategis semua bentang alam pegunungan itu.” (Kompas, 15 Desember 2016)
Selanjutnya, pemerintah memutuskan untuk mencabut izin lingkungan
kegiatan penambangan pabrik semen di Kabupaten Rembang yang
dikeluarkan pada 9 November lalu dengan mengacu pada putusan MA. Hal
ini seperti yang dituliskan Kompas dalam pemberitaanya yang berjudul
“Gubernur Segera Cabut Izin Lingkungan”. Dengan dicabutnya izin
lingkungan kegiatan penambangan pabrik semen di Kabupaten Rembang
diharapkan menjadi jalan tengah dalam polemik pabrik semen di Pegunungan
Kendeng, Kabupaten Rembang.
“Ganjar mengatakan, surat keputusan pencabutan izin lingkungan yang diterbitkan pada 9 November tersebut akan mengacu hasil kajian yang lebih komprehensif dari sisi ekonomis, ekologis, dan sosial. “Diharapkan putusan itu menjadi solusi tengah yang paling baik bagi semua pihak,”ujarnya seusai berdialog dengan warga Sedulur Sikep dari Pati, Kudus, Blora, dan Bojonegoro, Kamis (15/12), di Kantor Gubernur di Semarang. (Kompas, 16 Desember 2016)
4. Analisis Data
Dari pengamatan yang didapat pada beberapa berita yang berkaitan
dengan konflik pabrik semen di Pegunungan Kendeng yang dimuat oleh
Harian Umum Kompas, peneliti memperoleh beberapa kesimpulan dari ketiga
kategori yang sudah dianalisa. Adapun ketiga kategori tersebut diantaranya:
1. Kategori pertama, aksi perjuangan warga Pegunungan Kendeng
Kategori aksi perjuangan warga Pegunungan Kendeng dimaknai
Kompas sebagai konsistensi perlawanan warga Pegunungan Kendeng
dalam menolak pembangunan pabrik semen di Pegunungan Kendeng.
Media ini menunjukkan posisi dan keberpihakannya terhadap warga yang
13
menolak pembangunan pabrik seakan suara perjuangan warga penolak
pabrik semen harus disuarakan ke khalayak. Terlihat dari pemberitaan
Kompas periode Desember 2016 – April 2017 di mana ada 5 pemberitaan
yang menyuarakan aksi warga menolak pembangunan pabrik dan hanya
ada 1 pemberitaan yang menyuarakan dukungan pembangunan pabrik
semen di Pegunungan Kendeng.
2. Kategori kedua, kajian lingkungan hidup
Kategori kajian lingkungan hidup dinilai Kompas sebagai
penguatan atas pemberitaan aksi penolakan warga Pegunungan Kendeng
terhadap pembangunan pabrik semen di kawasan itu. Kajian lingkungan
hidup menjadi penyebab para warga melakukan aksi penolakan, seperti
mendirikan tenda di sekitar kawasan pabrik hingga aksi menyemen kaki
di kawasan Monumen Nasional, Jakarta. Pada kategori ini, dapat ditarik
kesimpulan bahwa kajian lingkungan hidup sangat penting untuk
menentukan kawasan mana yang boleh ditambang atau tidak serta
menjadi acuan dalam kegiatan penambangan untuk jangka panjang.
Sehingga semua pihak, baik warga Pegunungan Kendeng, pihak
perusahaan PT Semen Indonesia, pemerintah daerah, maupun pemerintah
pusat harus mematuhi hasil kajian lingkungan hidup.
3. Kategori ketiga, sikap pemerintah
Pemerintah dapat meredam konflik semen Kendeng, Kompas
menunjukkan peran pemerintah ini sebagai mediator konflik warga
penolak pabrik semen. Media ini memperlihatkan bagaimana Pemerintah
Pusat, dalam hal ini Presiden menjadi penengah polemik antara warga
yang berkonflik dengan perusahaan semen yang dengan sigap
menanggapi aksi warga penolak pabrik semen dengan meminta warga
menghentikan aksi mereka dan menanti hasil kajian lingkungan hidup
terkait penambangan di kawasan Pegunungan Kendeng. Pemerintah
pusat akhirnya menghentikan penambangan untuk sementara bagi 21
perusahaan pemegang izin usaha penambangan (IUP) di Pegunungan
14
Kendeng dan hal ini membuat warga penolak pabrik semen merasa lega
dan bersyukur.
Dari ketiga kategori tersebut terlihat bagaimana posisi dan
keberpihakan media. Harian Umum Kompas menunjukkan posisi dan
keberpihakannya sebagai pemertajam konflik (negatif) dengan memberikan
porsi lebih dominan kepada salah satu pihak yang berkonflik dan
mengabaikan suara pihak lain. Peran media sebagai pemertajam konflik bisa
menjadi suatu hal yang positif jika digunakan sebagai bahan instropeksi untuk
memperbaiki dan merubah pola hidup masyarakat dan/atau mengingatkan
kesewenang-wenangan penguasa.
Namun demikian, dalam setiap pemberitaannya Kompas selalu
berusaha menghadirkan informasi yang berimbang agar tidak terkesan terlalu
berpihak dengan salah satu pihak yang berkonflik. Hal ini terlihat dalam teks
pemberitaan Kompas di mana dalam paragraf akhir dituliskan pernyatan
pihak lain yang berkonflik sehingga pembaca akan digiring untuk bersikap
netral menanggapi polemik yang ada.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisis framing
dalam pemberitaan pabrik semen di Pegunungan Kendeng, Kabupaten Rembang,
Jawa Tengah yang dimuat pada Harian Umum Kompas, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
Sebagai media nasional dengan ideologi jurnalisme makna atau frame
humanisme-nya, Kompas dalam membahas isu konflik lokal pabrik semen di
Pegunungan Kendeng lebih banyak menonjolkan sisi human interest-nya. Konflik
yang berhubungan dengan isu lingkungan ini dikemas oleh Kompas dengan
banyak membahas perihal lingkungan yang meliputi kajian lingkungan maupun
dampak lingkungan hingga aksi sejumlah warga yang mempertahankan
kelestarian lingkungan di kawasan Pegunungan Kendeng. Sejumlah pemberitaan
Kompas terkait konflik pabrik semen ini dihadirkan dalam rubrik Lingkungan &
Kesehatan, sehingga menunjukkan ideologi Kompas, di mana Kompas
15
mengkategorikan konflik pabrik semen di Pegunungan Kendeng sebagai isu
lingkungan yang layak untuk disampaikan ke khalayak.
Kompas dalam pemberitaannya menunjukkan ideologi komunal yang
dibangun atas dasar semangat kelompok sehingga konsensus yang dipahami
dengan nilai-nilai ideologi kelompok yang berkonflik dalam tingkah laku
kehidupan keseharian yang tercermin dalam setiap pemberitaannya. Selain itu,
Kompas memiliki keunggulan dari segi teknis yang menguatkan berita dengan
running news atau tautan berita sebelumnya selain realtime dan breaking news.
Dalam penelitian ini, peneliti juga mengambil kesimpulan terkait
metodologi yang digunakan. Dengan konsep analisis framing model Robert M.
Entman, konteks polemik pabrik semen di Pegunungan Kendeng ini memiliki
kelebihan pada aspek penekanan atau penonjolan bagaimana seorang wartawan
mendefinisikan atau memahami sebuah realitas permasalahan yang terjadi.
Selanjutnya, Entman membagi menjadi empat elemen, yaitu define problem,
diagnose causes, make moral judgement, dan treatment recommendation. Dari
keempat elemen tersebut dapat disimpulkan bahwa:
Define problem. Kompas menyatakan bahwa konflik pabrik semen di
Pegunungan Kendeng merupakan konflik yang berkaitan dengan isu lingkungan
dan kemanusiaan. Hal tersebut terlihat dari beberapa pemberitaan Kompas periode
Desember 2016 – April 2017, seperti Polemik Kendeng terkait ruang hidup,
Petani kendeng sampaikan “wasiat bumi” untuk Jokowi, dan Penambangan di
CAT Watuputih dihentikan. Dalam mengemas pemberitaan tersebut, Kompas
menyebut polemik pabrik semen di Pegunungan Kendeng bersumber dari kajian
lingkungan terkait ruang hidup. Pegunungan Kendeng merupakan kawasan
pegunungan yang memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah sehingga
berguna untuk keberlangsungan hidup warga setempat.
Diagnose causes. Elemen framing digunakan untuk mengetahui siapa aktor
atau apa penyebab masalah dari suatu peristiwa. Dalam framing konflik pabrik
semen di Pegunungan Kendeng ini Kompas menyatakan bahwa penyebab konflik
adalah kajian lingkungan yang masih diproses untuk memperoleh hasil yang
terbaik. Kajian lingkungan hidup strategis (KHLS) digunakan untuk menentukan
16
zonasi kawasan yang boleh ditambang atau tidak untuk keberlanjutan dari
pengoperasian pabrik semen di Pegunungan Kendeng.
Make moral judgement. Elemen ini digunakan untuk memberikan
argumentasi pada pendefinisian masalah dalam konflik pabrik semen di
Pegunungan Kendeng. Kompas menekankan bahwa penilaian moral dalam
konflik ini adalah dukungan dari berbagai pihak termasuk Komnas HAM serta
sikap pemerintah dalam menanggani masalah ini. Dengan isu lingkungan sebagai
penyebab utama dalam masalah ini, selanjutnya pemerintah berperan sebagai
penengah yang akan mengambil keputusan terkait pabrik semen di Pegunungan
Kendeng.
Treatment recommendation. Merupakan penyelesaian masalah yang
dikehendaki oleh wartawan. Kompas merekomendasikan bahwa pihak yang
kontra terhadap pembangunan pabrik semen diharapkan bersabar menunggu hasil
kajian lingkungan, begitu juga dengan pihak perusahaan juga harus menerima
apapun hasil kajian lingkungan yang menjadi dasar pengoperasian pabrik semen.
Sedangkan pemerintah harus mempercepat proses kajian lingkungan hidup
strategis di mana materi utamanya terkait keberadaan cadangan air tanah (CAT)
Watuputih di lokasi proyek pengembangan pabrik.
Saran
Melalui penelitian ini, peneliti menyampaikan beberapa saran diantaranya:
1. Saran bagi praktisi media
Diharapkan untuk tetap mempertahankan idealismenya tanpa
mengaburkan suatu realitas, sehingga lahir berita-berita yang berkualitas dan
dapat dipertanggung jawabkan validitas kebenarannya.
2. Saran bagi pemerintah
Pemerintah diharapkan dapat memberitakan perhatian khusus terkait
isu lingkungan yang berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup
masyarakat.
17
3. Saran bagi peneliti lain
Limitasi atau keterbatasan penelitian ini terbatas pada analisis teks
media saja, tanpa meneliti faktor lain yang mempengaruhi agenda
pemberitaan media. Peneliti berharap ada penelitian lanjutan yang lebih
menitikberatkan pada seluruh komponen framing, bukan hanya pada teks
saja, dan dapat dikembangkan dengan menggunakan pendekatan lain
sehingga diharapkan ada temuan-temuan baru.
Daftar Pustaka
Bungin, Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Eriyanto. (2002). Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LkiS.
Mursito, BM. (2012). Realitas Media. Surakarta: Smart Media.Mursito, BM. (2013). Jurnalisme Komprehensif: Konsep, Kaidah & Teknik
Penulisan Berita, Feature, Artikel. Jakarta: Literate. Riswandi. (2009). Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.Silalahi, Ulber. (2009). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.
18