Download - CHEPALGIA KRONIK (tibut)
-
7/27/2019 CHEPALGIA KRONIK (tibut)
1/31
CHEPALGIA KRONIK
A. DEFINISI
Chepalgia adalah nyeri atau sakit sekitar kepala, termasuk nyeri di belakang mata serta perbatasan antara
leher dan kepala bagian belakang. Chepalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling
utama manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan
penyakit organik (neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka
(sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut (Smeltzer & Bare 2002).
Chepalgia Kronik mengacu pada sakit kepala yang terjadi lebih dari 15 hari dalam sebulan - dalam
beberapa kasus bahkan setiap hari - selama tiga bulan atau lebih (Silberstein, 2005). Chepalgia kronik
dapat dikategorisasikan dalam 2 kelompok yaitu primer dan sekunder.
Chepalgia kronik primer tidak berhubungan dengan penyakit sistemik, dan lebih sering dikaitkan dengan
panjang pendeknya durasi nyeri, didasarkan apakah seseorang memiliki episode nyeri kepala yang
berlangsung rata-rata kurang atau lebih dari 4 jam. Saat durasi nyeri kepala kurang dari 4 jam, maka
diagnosis yang berbeda dapat meliputi cluster headache, paroxysmal hemicrania, idiopathic stabbing
headache, hypnic headache, dan short-lasting unilateral neuralgiform headache attacks dengan
conjunctival injection and tearing (SUNCT). Dan saat durasinya berlangsung lebih dari 4 jam, maka yang
termasuk dalam kriteria yang dikeluarkan oleh International Classification of Headache Disorders (ICHD-2) adalah chronic migraine, hemicrania continua, chronic tension-type headache (CTTH), and new daily
persistent headache (NDPH) (Headache Classification Committee of the International Headache Society,
2004). Sedangkan Chepalgia kronik sekunder seperti acute headache medication overuse, head trauma,
cervical spine disorders, vascular disorders, dan disorders of intracranial pressure.
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Silberstein and Lipton (2001), prevalensi Chepalgia kronik yaitu
lebih banyak dialami wanita dengan rasio perbandingan 1.8:1.
B. ETIOLOGI
Sakit kepala kronis sering berkembang dari sejumlah faktor risiko yang umum:
1. Penggunaan obat yang berlebihan.
-
7/27/2019 CHEPALGIA KRONIK (tibut)
2/31
Hampir semua obat sakit kepala, termasuk dan penghilang migrain seperti acetaminophen dan triptans,
bisa membuat sakit kepala parah bila terlalu sering dipakai untuk jangka waktu lama.
Menggunakan terlalu banyak obat dapat menyebabkan kondisi yang disebut rebound sakit kepala
2. Stres.
Stress adalah pemicu yang paling umum untuk sakit kepala, termasuk sakit kepala kronis. Selain itu, itu
terkait dengan kecemasan dan depresi, yang juga faktor risiko untuk berkembang menjadi sakit kepala
kronis.
3. Masalah tidur
Kesulitan tidur merupakan faktor risiko umum untuk sakit kepala kronis. Mendengkur, yang dapat
mengganggu pernapasan di malam hari dan mencegah tidur nyenyak, juga merupakan faktor risiko.
4. Obesitas.
Dokter tidak yakin persis mengapa, menjaga berat badan yang sehat tampaknya dapat dihubungkan
dengan penurunan risiko untuk sakit kepala kronis.
5. Kafein.
Sementara kafein telah ditunjukkan untuk meningkatkan efektivitas ketika ditambahkan ke beberapa obat
sakit kepala, terlalu banyak kafein dapat memiliki efek yang berlawanan. Sama seperti obat sakit kepala
berlebihan dapat memperburuk gejala sakit kepala, kafein yang berlebihan dapat menciptakan efek
rebound.
6. Penyakit atau infeksi,
Seperti meningitis, saraf terjepit di leher, atau bahkan tumor.
-
7/27/2019 CHEPALGIA KRONIK (tibut)
3/31
C. PATOFISIOLOGI
Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan-bangunan diwilayah kepala dan leher
yang peka terhadap nyeri. Bangunan-bangunan ekstrakranial yang peka nyeri ialah otot-otot okspital,
temporal dan frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan periostium. Tulang tengkorak sendiri tidak
peka nyeri. Bangunan-bangunan intrakranial yang peka nyeri terdiri dari meninges, terutama dura basalis
dan meninges yang mendindingi sinus venosus serta arteri-arteri besar pada basis otak. Sebagian besar
dari jaringan otak sendiri tidak peka nyeri.
Perangsangan terhadap bangunan-bangunan itu dapat berupa:
Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis.
Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau setelah dilakukan pneumo
atau zat kontras ensefalografi.
Peregangan selaput otak akibat proses desak ruang intrakranial, penyumbatan jalan lintasan liquor,
trombosis venos spinosus, edema serebri atau tekanan intrakranial yang menurun tiba-tiba atau cepatsekali.
Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi umum, intoksikasi alkohol,
intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan metabolik (seperti hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia),
pemakaian obat vasodilatasi, keadaan paska contusio serebri, insufisiensi serebrovasculer akut).
Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi ( migren dan cluster headache) dan
radang (arteritis temporalis)
Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan kepala, seperti pada spondiloartrosis
deformans servikalis.
-
7/27/2019 CHEPALGIA KRONIK (tibut)
4/31
Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus (sinusitis), baseol kranii
( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III yang mendesak gigi) dan daerah leher (spondiloartritis
deforman servikalis.
Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psikoorganik pada keadaan depresi dan stress.
D. MANIFESTASI KLINIS
a. Migren
Migren adalah gGejala kompleks yang mempunyai karakteristik pada waktu tertentu dan serangan sakit
kepala berat yang terjadi berulang-ulang. Nyeri kepala berulang dengan manifestasi serangan selama 4
72 jam. Penyebab migren tidak diketahui jelas, tetapi ini dapat disebabkan oleh gangguan vaskuler primeryang biasanya banyak terjadi pada wanita dan mempunyai kecenderungan kuat dalam keluarga. Migrain
lebih sering mengenai pada usia dewasa muda, puncak insidens antara 25 34 tahun, 90% mengalami
nyeri kepala sebelum usia 40 tahun.
Karakteristik nyeri kepala unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau berat, bertambah berat dengan
aktivitas fisik yang rutin dan diikuti dengan nausea dan atau fotofobia dan fonofobia.Tanda dan gejala
adanya migren pada serebral merupakan hasil dari derajat iskhemia kortikal yang bervariasi. Serangan
dimulai dengan vasokonstriksi arteri kulit kepala dam pembuluh darah retina dan serebral. Pembuluh
darah intra dan ekstrakranial mengalami dilatasi, yang menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan.
Migren dapat dibagi menjadi 4 fase, yaitu:
Fase Prodromal
Sebanyak 50% pasien mengalami fase prodromal ini yang berkembang pelan-pelan selama 24 jam
sebelum serangan. Gejala: kepala terasa ringan , tidak enak, iritabel, memburuk bila makan makanantertentu seperti makanan manis, mengunyah terlalu kuat, sulit/malas berbicara.
-
7/27/2019 CHEPALGIA KRONIK (tibut)
5/31
Fase aura.
Berlangsung lebih kurang 30 menit, dan dapat memberikan kesempatan bagi pasien untuk menentukan
obat yang digunakan untuk mencegah serangan yang dalam. Gejala dari periode ini adalah gangguanpenglihatan (silau), kesemutan, perasaan gatal pada wajah dan tangan, sedikit lemah pada ekstremitas dan
pusing.
Periode aura ini berhubungan dengan vasokonstriksi tanpa nyeri yang diawali dengan perubahan fisiologi
awal. Aliran darah serebral berkurang, dengan kehilangan autoregulasi laanjut dan kerusakan
responsivitas CO2.
Sebanyak 80% serangan migraine tidak disertai aura.
Fase Headache
Nyeri kepala yang timbul terasa berdenyut dan berat. Biasanya hanya pada salah satu sisi kepala tetapi
dapat juga pada kedua sisi. Sering disertai mual muntah tidak tahan cahaya (photofobia) atau suara
(phonofobia).. Durasi keadaan ini bervariasi, beberapa jam dalam satu hari atau beberapa hari. Nyeri
kepala sering memburuk saat bergerak dan pasien lebih senang istrahat ditempat yang gelap dan ini sering
berakhir antara 2 72 jam.
Fase pemulihan (Postdromal)
Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan dengan sakit otot dan ketegangan lokal.
Kelelahan biasanya terjadi, dan pasien dapat tidur untuk waktu yang panjang.
Patofisiologi :
1. Teori meningo-vaskuler
Modulasi melalui kimia-biokimiawi, mekanik, ionic atau sinaptik dan neurovaskuler akan
merangsang serat saraf C serta aktivasi akson trigemino-vaskuler .
-
7/27/2019 CHEPALGIA KRONIK (tibut)
6/31
Semua ini mengakibatkan pelepasan bahan P (P substance), neurokinin A (NKA), calsitonin gene-
related peptide (CGRP) dan glutamat.
Bahan P, NKA dan CGRP mengakibatkan ekstravasasi protein plasma, sedangkan bahan P dan NKAmenimbulkan vasodilatasi. Semua ini mengakibatkan inflamasi steril dan sakit kepala.\
2. Teori biokimia
Serotonin dan reseptor serotonin
Magnesium
Pada serangan migren, magnesium dalam otak dan cairan serebrospinal menurun. Pada migren dengan
stress, dikeluarkan magnesium yang banyak dalam air seni. Minuman yang mengandung estrogen,
alkohol dan fosfat dengan kadar tinggi, dpat menurunkan kadar magnesium dan mengakibatkan serangan
migren. Magnesium mempengaruhi tonus pembuluh darah.
Bahan-bahan lain yang mempengaruhi fungsi trombosit. Misalnya glukosa, asam lemak bebas,
tiramin, feniletilamin, fenolsulfotransferase, hormon kelamin, komplemen imunoglobulin.
3. Teori neural
Penyebaran depresi kortikal
Terjadi bangkitan hebat dari aksi potensial yang diikuti depolarisasi neuron dan sel glia, serta perubahan
elektrolit dan keseimbangan kalium dan natrium yang melintasi membran sel. Fenomena ini meluas
secara pelan melalui korteks, dengan kecepatan 3 5 mm/detik.
Neuron dan glia
Migren adalah disfungsi neuronal. Terdapat aktifitas neuronal yang berlebihan, dengan pelepasan kalium
yang tidak dapat diatasi dengan neuroglia.
-
7/27/2019 CHEPALGIA KRONIK (tibut)
7/31
Prinsip penanganan migrain :
1. Hindari factor factor yang memperburuk serangan migren seperti: suara yang keras, bau yang tajam,
cahaya silau, stress dan makanan makanan seperti keju, coklate, buah sitrus dan alcohol.
2. Pada saat serangan, obat yang digunakan al:
Analgesik biasa : aspirin dan parasetamol.
Non steroid anti-inflamatory drugs : ibuprofen, naproxen.
Ergotamine
Sumatriptan
3. Untuk profilaksis digunakan:
beta bloker : propanolol,metoprolol
calsium antagonis : verapmil, flunarisin
methylsergide, pizotifen dan amitriptilin.
b. Cluster Headache
-
7/27/2019 CHEPALGIA KRONIK (tibut)
8/31
Cluster Headache adalah bentuk sakit kepala vaskuler lainnya yang sering terjadi pada pria. Frekwensi
nyeri kepala cluster 0,5% dari populasi laki-laki dan 0,1% dari populasi wanita. Nyeri kepala ini lebih
jarang dibandingkan dengan migren.
Serangan datang dalam bentuk yang menumpuk atau berkelompok, dengan nyeri yang menyiksa didaerah mata dan menyebar kedaerah wajah dan temporal. Nyeri diikuti mata berair, rinorhea dan
sumbatan hidung. Serangan berakhir dari 15 menit sampai 180 menit yang menguat dan menurun
kekuatannya. Periode serangan bisa berlangsung beberapa kali perhari 1 3 serangan perhari, sering
berakhir antara 3 16 minggu. Dengan interval antara 6 bulan dan 5 tahun.
Tipe sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar arteri ekstrakranualis, yang
ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator dan histamin. Sakit kepala ini berespon terhadap
klorpromazin.
Cluster headache merupakan salah satu nyeri kepala kronik yang sering mengganggu kehidupan
seseorang dan pasien terbangun karena nyeri kepala. Sering menyebabkan perubahan emosional
seseorang.
Patofisiologi :
Focus patofisiologi di arteri karotis intrakavernosus yang merangsang pleksus perikarotis. Pleksus ini
mendapat rangsangan dari cabang 1 dan 2 nervus trigeminus, ganglia servikalis superior/SCG
(simpatetik) dan ganglia sfenopalatinum/SPG (parasimpatetik). Diperkirakan focus iritatif di dan sekitarpleksus membawa impuls-impuls ke batang otak dan mengakibatkan rasa nyeri di daerah periorbital,
retroorbital dan dahi. Hubungan polisinaptik dalam batang otak merangsang neuron-neuron dalam
kolumna intermediolateral sumsum tulang belakang (simpatetik) dan nucleus salivatorius superior
(parasimpatetik). Serat-serat preganglioner dari nucleus-nukleus ini membawa impuls-impuls untuk
merangsang SCG (simpatetik) dan mengakibatkan sekresi keringat di dahi, serta rangsangan pada SPG
(parasimpatetik) untuk sekresi air mata (lakrimasi) dan air hidung (rinorrhea).
c. Tension Headache
Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi pada otot-otot leher dan kulit kepala, yang
menyebabkan sakit kepala karena tegang. Karakteristik dari sakit kepala ini perasaan ada tekanan pada
dahi, pelipis, atau belakang leher. Hal ini sering tergambar sebagai beban berat yang menutupi kepala.
Sakit kepala ini cenderung kronik daripada berat. Pasien membutuhkan ketenangan hati, dan biasanya
-
7/27/2019 CHEPALGIA KRONIK (tibut)
9/31
keadaan ini merupakan ketakutan yang tidak terucapkan. Bantuan simtomatik mungkin diberikan untuk
memanaskan pada lokasi, memijat, analgetik, antidepresan dan obat relaksan otot.
Nyeri kepala episodik yang infrequent berlangsung beberapa menit sampai beberapa hari. Nyeri bilateral,
rasa menekan atau mengikat dengan intensitas ringan sampai sedang. Nyeri tidak bertambah padaaktifitas rutin, tidak didapatkan mual tapi bisa ada fotofobia atau fonofobia.
Hampir sebagian besar dalam hidupnya seseorang pernah mengalami nyeri kepala tumpul yang menyertai
kelelahan, stress, nonton atau membaca yang lama. Nyeri kepala ini sering memberi respons pengobatan
dengan analgesik biasa. Prevalensi nyeri kepala tension seperti pada migren 75% dengan kronik tension
headache adalah wanita dan tidak ada hubungannya dengan genetic. 40% mempunyai riwayat keluarga
yang menderita nyeri kepala tension. Kira-kira 15% nya sudah mulai menderita sebelum usia 10 tahun.
E. EVALUASI DIAGNOSTIK
1. CT Scan, menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan aman untuk menemukan
abnormalitas pada susunan saraf pusat.
2. MRI Scan, dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula spinalis dengan
menggunakan tehnik scanning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh.
3. Pungsi lumbal, dengan mengambil cairan serebrospinalis untuk pemeriksaan. Hal ini tidak
dilakukan bila diketahui terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan tumor otak, karena penurunan
tekanan yang mendadak akibat pengambilan CSF.
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaannya dapat dilakukan secara farmakologis maupun non farmakologis (Wikipedia, 2010) :
-
7/27/2019 CHEPALGIA KRONIK (tibut)
10/31
1. Secara Farmakologis
1. Penggunaan obat analgesik
Metode pengobatan yang paling umum kronis adalah penggunaan obat. Banyak orang mencoba untuk
mencari bantuan dari obat-obatan analgesik nyeri seperti aspirin, asetaminofen, senyawa aspirin,
ibuprofen, dan narkotika. Namun demikian ada beberapa jenis obat seperti Ergotamin (Cafergot), triptans
(Imitrex), dan prednisone (Deltasone) bila digunakan dalam jangka panjang dapat mengakibatkan
peningkatan sakit kepala. Obat penghilang rasa sakit tersebut hanya membantu sementara, tetapi sakit
kepala menjadi lebih re-aktif dan tumbuh dalam intensitas bila digunakan terus-menerus (sakit kepala
rebound). Ini benar-benar dapat membuat tubuh kurang responsif terhadap pengobatan pencegahan. Oleh
karena itu, obat analgesik sering disarankan untuk sakit kepala yang tidak kronis di alami.
2. Profilaksis (pencegahan) obat
Obat-obatan yang umum yang paling sering digunakan untuk mengobati chepalgia kronis disebut obat-
obatan profilaksis, yang digunakan untuk mencegah sakit kepala. Obat-obatan profilaksis
direkomendasikan untuk pasien sakit kepala kronis karena percobaan bervariasi membuktikan bahwa obat
mengurangi frekuensi, keparahan, dan kecacatan yang berhubungan dengan sakit kepala kronis.
Mayoritas obat profilaksis bekerja dengan menghambat atau meningkat neurotransmissions di otak,
sering mencegah otak dari menafsirkan sinyal rasa sakit.
Pencegahan obat-obatan termasuk gabapentin (gabapentin), Tizanidine (Zanaflex), fluoxetine (Prozac),amitriptyline (Elavil), dan topiramate (Topamax). Dalam pengujian, gabapentin ditemukan untuk
mengurangi jumlah hari sakit kepala per bulan sebesar 9,1% . Tizanidine ditemukan untuk mengurangi
frekuensi sakit kepala rata-rata per minggu, intensitas sakit kepala, dan durasi sakit kepala berarti. Melalui
penelitian, Fluoxetine menghasilkan peringkat suasana hati lebih baik dan "peningkatan yang signifikan
dalam-bebas hari sakit kepala." Satu studi menemukan bahwa frekuensi sakit kepala selama jangka waktu
28 hari menurunkan untuk pasien sakit kepala kronis pada penggunaan topiramate. Obat lain untuk
mencegah sakit kepala adalah toksin botulinum tipe A (BoNTA atau BOTOX), yang diberikan melalui
suntikan.
2. Secara Non farmakologis
1. Terapi Fisik
-
7/27/2019 CHEPALGIA KRONIK (tibut)
11/31
Dalam terapi fisik, pasien bekerja sama dengan ahli terapi untuk membantu mengidentifikasi dan
mengubah kebiasaan fisik atau kondisi yang mempengaruhi sakit kepala kronis. Terapi fisik untuk sakit
kepala harian kronis berfokus pada tubuh bagian atas, termasuk punggung atas, leher, dan wajah.
Therapist menilai dan meningkatkan tubuh postur pasien, yang dapat memperburuk sakit kepala. Selama
sesi latihan, terapis menggunakan terapi manual, seperti pijat, peregangan, atau gerakan bersama untukmelepaskan ketegangan otot. Metode lain untuk mengendurkan otot termasuk penggunaan rangsangan
panas, kantong es, dan "rangsangan listrik." Terapis juga mengajarkan penderita sakit kepala kronis-
latihan di rumah untuk memperkuat dan peregangan otot-otot yang dapat memicu sakit kepala. Dalam
terapi fisik, pasien harus mengambil peran aktif untuk berlatih latihan dan melakukan perubahan atau dia
gaya hidupnya untuk itu menjadi perbaikan.
2. Akupunktur
Studi akupunktur di Jerman menemukan bahwa 52,6% pasien melaporkan penurunan frekuensi sakitkepala.
3. Relaksasi
Relaksasi membantu untuk mengurangi ketegangan internal, yang memungkinkan seseorang untuk
mengendalikan sakit kepala yang dipicu oleh stres.Latihan relaksasi mencakup 2 metode yaitu :
a. Metode Fisik
Relaksasi otot progresif dan teknik pernapasan dalam.
b. Metode Mental
Meditasi, relaksasi membantu tubuh untuk melepas lelah, mencegah pembentukan sakit kepala.
4. Biofeedback
Biofeedback sering digunakan untuk mengevaluasi efektivitas pelatihan relaksasi. Salah satu biofeedback
tes paling umum adalah electromyograph (EMG), yang mengevaluasi aktivitas listrik yang dihasilkan
-
7/27/2019 CHEPALGIA KRONIK (tibut)
12/31
oleh otot. Biofeedback juga dapat mengukur aktivitas otak listrik melalui uji yang disebut
electroencephalograph (EEG). Tes lain, yang disebut termograf, mengukur suhu kulit, karena ketika
seseorang santai mereka telah meningkatkan aliran darah dan temperatur yang lebih tinggi. Cara lain
adalah BVP biofeedback, yang mengajar pasien bagaimana mengatur dan mengurangi amplitudo nadi
dengan membatasi arteri. Ketika tegang, seseorang meningkatkan aktivitas kelenjar keringat, yang diukurdengan pengujian electrodermograph tangan. Metode Biofeedback telah terbukti dapat digunakan. Sebuah
penelitian yang melibatkan lima belas sesi perawatan ditemukan bahwa biofeedback berhasil dalammengurangi baik frekuensi dan tingkat keparahan sakit kepala di debit dan dari waktu ke waktu.
Biofeedback memungkinkan penderita sakit kepala untuk mengidentifikasi masalah dan kemudian
berusaha untuk menguranginya.
5. Perubahan dalam diet
Banyak penderita sakit kepala kronis gagal untuk mengenali makanan atau minuman sebagai faktor sakit
kepala, karena konsumsi mungkin tidak konsisten menyebabkan sakit kepala atau sakit kepala bisa
tertunda. Banyak bahan kimia dalam makanan tertentu dapat menyebabkan sakit kepala kronis, termasukkafein, monosodium glutamat ( MSG), nitrit, nitrat, tyramine, dan alkohol. Beberapa makanan dan
minuman yang penderita sakit kepala kronis disarankan untuk menghindari termasuk minuman berkafein,
coklat, daging olahan, keju dan produk susu fermentasi, kacang, dan alkohol.
6. Terapi perilaku dan terapi psikologis
Psikologi dan terapi perilaku mengidentifikasi situasi stress dan mengajarkan pasien dengan sakit kepala
kronis bereaksi berbeda, mengubah perilaku mereka, atau menyesuaikan sikap untuk mengurangi
ketegangan yang mengarah ke sakit kepala. Perlakuan terutama berfokus pada "emosional, mental,perilaku, dan faktor-faktor sosial" sebagai dampak sakit kepala mereka. Pasien hanya disarankan untuk
menghindari stres ketika mereka berbagi beban atau masuk akal dengan orang lain.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan sakit kepala kronis meliputi depresi, cemas, gangguan
tidur, dan masalah fisik dan psikologis lainnya.
ASUHAN KEPERAWATAN
-
7/27/2019 CHEPALGIA KRONIK (tibut)
13/31
A. PENGKAJIAN
Data subyektif dan obyektif sangat penting untuk menentukan tentang penyebab dan sifat dari sakit
kepala.
Data Subyektif
Pengertian pasien tentang sakit kepala dan kemungkinan penyebabnya.
Sadar tentang adanya faktor pencetus, seperti stress.
Langkah langkah untuk mengurangi gejala seperti obat-obatan.
Tempat, frekwensi, pola dan sifat sakit kepala termasuk tempat nyeri, lama dan interval diantara sakit
kepala.
Awal serangan sakit kepala.
Ada gejala prodromal atau tidak.
Ada gejala yang menyertai.
Riwayat sakit kepala dalam keluarga (khusus penting sekali bila migren).
Situasi yang membuat sakit kepala lebih parah.
Ada alergi atau tidak.
-
7/27/2019 CHEPALGIA KRONIK (tibut)
14/31
Data Obyektif
Perilaku : gejala yang memperlihatkan stress, kecemasan atau nyeri.
Perubahan kemampuan dalam melaksanakan aktifitas sehari hari.
Terdapat pengkajian anormal dari sistem pengkajian fisik sistem saraf cranial.
Suhu badan
Drainase dari sinus.
Dalam pengkajian sakit kepala, beberapa butir penting perlu dipertimbangkan. Diantaranya ialah :
Sakit kepala yang terlokalisir biasanya berhubungan dengan sakit kepala migrain atau gangguan
organik.
Sakit kepala yang menyeluruh biasanya disebabkan oleh penyebab psikologis atau terjadipeningkatan tekanan intrakranial.
Sakit kepala migren dapat berpindah dari satu sisi kesisi yang lain.
Sakit kepala yang disertai peningkatan tekanan intrakranial biasanya timbil pada waktu bangun tiduratau sakit kepala tersebut
membengunkan pasien dari tidur.
Sakit kepala tipe sinus timbul pada pagi hari dan semakin siang menjadi lebih buruk.
Banyak sakit kepala yang berhubungan dengan kondisi stress.
Rasa nyeri yang tumpul, menjengkelkan, menghebat dan terus ada, sering terjadi pada sakit kepalayang psikogenis.
Bahan organis yang menimbulkan nyeri yang tetap dan sifatnya bertambah
terus.
Sakit kapala migrain bisa menyertai mentruasi.sakit kepala bisa didahului makan makanan yang
mengandung monosodium glutamat, sodim nitrat, tyramine demikian juga alkohol.
-
7/27/2019 CHEPALGIA KRONIK (tibut)
15/31
Tidur terlalu lama, berpuasa, menghirup bau-bauan yang toksis dalam limngkungan kerja dimana
ventilasi tidak cukup dapat menjadi penyebab sakit kepala.
Obat kontrasepsi oral dapat memperberat migrain.
Tiap yang ditemukan sekunder dari sakit kepala perlu dikaji.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri kronik b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekana
intrakranial.
Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung tidak adequat,kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak adequat, nyeri berat, ancamanberlebihan pada diri sendiri.
Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang mengingat, tidak
mengenal informasi, keterbatasab kognitif.
C. INTERVENSI
1. Nyeri kronik b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekana
intrakranial.
Intervensi:
a. Pastikan durasi/episode masalah , siapa yang telah dikonsulkan, dan obat dan/atau terapi apa yangtelah digunakan
b. Teliti keluhan nyeri, catat itensitasnya (dengan skala 0-10), karakteristiknya (misal : berat,
berdenyut, konstan) lokasinya, lamanya, faktor yang memperburuk atau meredakan.
-
7/27/2019 CHEPALGIA KRONIK (tibut)
16/31
c. Catat kemungkinan patofisiologi yang khas, misalnya otak/meningeal/infeksi sinus, trauma
servikal, hipertensi atau trauma.
d. Observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal, seperi : ekspresi wajah, posisi tubuh, gelisah,
menangis/meringis, menarik diri, diaforesis, perubahan frekuensi jantung/pernafasan, tekanan darah.
e. Kaji hubungan faktor fisik/emosi dari keadaan seseorang
f. Evaluasi perilaku nyeri
g. Catat adanya pengaruh nyeri misalnya: hilangnya perhatian pada hidup, penurunan aktivitas,
penurunan berat badan.
h. Kaji derajat pengambilan langkah yang keliru secara pribadi dari pasien, seperti mengisolasi diri.
i. Tentukan isu dari pihak kedua untuk pasien/orang terdekat, seperti asuransi, pasangan/keluarga
j. Diskusikan dinamika fisiologi dari ketegangan/ansietas dengan pasien/orang terdekat
k. Instruksikan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri itu timbul.
l. Tempatkan pada ruangan yang agak gelap sesuai dengan indikasi.
m. Anjurkan untuk beristirahat didalam ruangan yang tenang.
n. Berikan kompres dingin pada kepala.
o. Berikan kompres panans lembab/kering pada kepala, leher, lengan sesuai kebutuhan.
p. Masase daerah kepala/leher/lengan jika pasien dapat mentoleransi sentuhan.
-
7/27/2019 CHEPALGIA KRONIK (tibut)
17/31
q. Gunakan teknik sentuhan yang terapeutik, visualisasi, biofeedback, hipnotik sendiri, dan reduksi
stres dan teknik relaksasi yang lain.
r. Anjurkan pasien untuk menggunakan pernyataan positif Saya sembuh, saya sedang relaksasi,Saya suka hidup ini. Sarankan pasien untuk menyadari dialog eksternal-internal dan katakan berhenti
atau tunda jika muncul pikiran yang negatif.
s. Observasi adanya mual/muntah. Berikan es, minuman yang mengandung karbonat sesuai indikasi.
2. Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung tidakadequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak adequat, nyeri berat,
ancaman berlebihan pada diri sendiri.
Intervensi.
a. Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian. Ambil keuntungan dari kegiatan yang daoat
diajarkan.
b. Bantu pasien dalam memahami perubahan pada konsep citra tubuh.
c. Sarankan pasien untuk mengepresikan perasaannya dan diskusi bagaimana sakit kepala itu
mengganggu kerja dan kesenangan dari hidup ini.
d. Pastikan dampak penyakitnya terhadap kebutuhan seksual.
e. Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penagnan, dan hasil yang diharapkan.
f. Kolaborasi
-
7/27/2019 CHEPALGIA KRONIK (tibut)
18/31
Rujuk untuk melakukan konseling dan/atau terapi keluarga atau kelas tempat pelatihan sikap asertif sesuai
indikasi.
3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang mengingat, tidak
mengenal informasi, keterbatasab kognitif.
Intervensi ;
a. Diskusikan etiologi individual dari saki kepala bila diketahui.
b. Bantu pasien dalam mengidentifikasikan kemungkinan faktor predisposisi, seperti stress emosi,
suhu yang berlebihan, alergi terhadap makanan/lingkungan tertentu.
c. Diskusikan tentang obat-obatan dan efek sampingnya. Nilai kembali kebutuhan untuk
menurunkan/menghentikan pengobatan sesuai indikasi
d. Instruksikan pasien/orang terdekat dalam melakukan program kegiatan/latihan , makanan yang
dikonsumsi, dan tindakan yang menimbukan rasa nyaman, seprti masase dan sebagainya.
e. Diskusikan mengenai posisi/letak tubuh yang normal.
f. Anjurkan pasien/orang terdekat untuk menyediakan waktu agar dapat relaksasi dan bersenang-
senang.
g. Anjurkan untuk menggunakan aktivitas otak dengan benar, mencintai dan tertawa/tersenyum.
h. Sarankan pemakaian musik-musik yang menyenangkan.
i. Anjurkan pasien untuk memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan faktor-faktor yang
berhubungan atau faktor presipitasinya.
-
7/27/2019 CHEPALGIA KRONIK (tibut)
19/31
j. Berikan informasi tertulis/semacam catatan petunjuk
k. Identifikasi dan diskusikan timbulnya resiko bahaya yang tidak nyata dan/atau terapi yang bukan
terapi medis
DAFTAR PUSTAKA
Barbara C Long, 1996, Perawatan Medikal Bedah, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Padjajaran, Bandung.
Headache Classification Committee of the International Headache Society, 2004, The International
Classification of Headache Disorders: 2nd edition.
Marylin E. Doenges, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Silberstein, 2005, Chronic daily headache, diakses pada 9 Mei 2010, http://www.jaoa.org.
Silberstein and Lipton, 2001, Chronic daily headache including transformed migraine, chronic tension-
type headache, and medication overuse. In: Silberstein SD, Lipton RB, Dalessio DJ, eds. Wolff's
Headache and Other Head Pain. New York, NY: Oxford University Press
Smeltzer & Bare, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
Sylvia A & Price, W 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4 Buku 2. EGC,
Jakarta.
-
7/27/2019 CHEPALGIA KRONIK (tibut)
20/31
Askep Cephalgia
( Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Cephalgia )
Pengertian Cephalgia
Askep Cephalgia
Askep Cephalgia
Cephalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala padakenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik ( neurologi atau
penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau
kombinasi respon tersebut (Brunner & Suddan )
Klasifikasi
Klasifikasi sakit kepala yang paling baru dikeluarkan oleh Headache Classification Cimitte of the
International Headache Society sebagai berikut:
1. Migren (dengan atau tanpa aura)
2. Sakit kepala tegang
3. Sakit kepala klaster dan hemikrania paroksismal
4. Berbagai sakit kepala yang dikaitkan dengan lesi struktural.
5. Sakit kepala dikaitkan dengan trauma kepala.
-
7/27/2019 CHEPALGIA KRONIK (tibut)
21/31
6. Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan vaskuler (mis. Perdarahan subarakhnoid).
7. Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan intrakranial non vaskuler ( mis. Tumor otak)
8. Sakit kepala dihubungkan dengan penggunaan zat kimia tau putus obat.
9. Sakit kepala dihubungkan dengan infeksi non sefalik.
10. Sakit kepala yang dihubungkan dengan gangguan metabolik (hipoglikemia).
11. Sakit kepala atau nyeri wajah yang dihubungkan dengan gangguan kepala, leher atau struktursekitar kepala ( mis. Glaukoma akut)
12. Neuralgia kranial (nyeri menetap berasal dari saraf kranial)
Patofisiologi
Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan-bangunan diwilayah kepala dan leheryang peka terhadap nyeri. Bangunan-bangunan ekstrakranial yang peka nyeri ialah otot-otot okspital,
temporal dan frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan periostium. Tulang tengkorak sendiri tidak
peka nyeri. Bangunan-bangunan intrakranial yang peka nyeri terdiri dari meninges, terutama dura basalis
dan meninges yang mendindingi sinus venosus serta arteri-arteri besar pada basis otak. Sebagian besar
dari jaringan otak sendiri tidak peka nyeri.
Perangsangan terhadap bangunan-bangunan itu dapat berupa:
Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis.
Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau setelah dilakukan pneumo
atau zat kontras ensefalografi.
-
7/27/2019 CHEPALGIA KRONIK (tibut)
22/31
Peregangan selaput otak akibat proses desak ruang intrakranial, penyumbatan jalan lintasan liquor,
trombosis venos spinosus, edema serebri atau tekanan intrakranial yang menurun tiba-tiba atau cepat
sekali.
Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi umum, intoksikasi alkohol,intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan metabolik (seperti hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia),
pemakaian obat vasodilatasi, keadaan paska contusio serebri, insufisiensi serebrovasculer akut).
Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi ( migren dan cluster headache) dan
radang (arteritis temporalis)
Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan kepala, seperti pada spondiloartrosis
deformans servikalis.
Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus (sinusitis), baseol kranii ( ca.
Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III yang mendesak gigi) dan daerah leher (spondiloartritis
deforman servikalis.
Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psikoorganik pada keadaan depresi dan stress.Dalam hal ini sakit kepala sininim dari pusing kepala.
Manifestasi Klinis
a. Migren
Migren adalah gejala kompleks yang mempunyai karakteristik pada waktu tertentu dan serangan sakit
kepala berat yang terjadi berulang-ulang. Penyebab migren tidak diketahui jelas, tetapi ini dapatdisebabkan oleh gangguan vaskuler primer yang biasanya banyak terjadi pada wanita dan mempunyai
kecenderungan kuat dalam keluarga.
Tanda dan gejala adanya migren pada serebral merupakan hasil dari derajat iskhemia kortikal yang
bervariasi. Serangan dimulai dengan vasokonstriksi arteri kulit kepala dam pembuluh darah retina dan
serebral. Pembuluh darah intra dan ekstrakranial mengalami dilatasi, yang menyebabkan nyeri dan
ketidaknyamanan.
-
7/27/2019 CHEPALGIA KRONIK (tibut)
23/31
Migren klasik dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu:
1. Fase aura.
Berlangsung lebih kurang 30 menit, dan dapat memberikan kesempatan bagi pasien untuk menentukan
obat yang digunakan untuk mencegah serangan yang dalam. Gejala dari periode ini adalah gangguan
penglihatan ( silau ), kesemutan, perasaan gatal pada wajah dan tangan, sedikit lemah pada ekstremitas
dan pusing.
Periode aura ini berhubungan dengan vasokonstriksi tanpa nyeri yang diawali dengan perubahan fisiologi
awal. Aliran darah serebral berkurang, dengan kehilangan autoregulasi laanjut dan kerusakan
responsivitas CO2.
2. Fase sakit kepala
Fase sakit kepala berdenyut yang berat dan menjadikan tidak mampu yang dihungkan dengan fotofobia,
mual dan muntah. Durasi keadaan ini bervariasi, beberapa jam dalam satu hari atau beberapa hari.
3. Fase pemulihan
Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan dengan sakit otot dan ketegangan lokal.
Kelelahan biasanya terjadi, dan pasien dapat tidur untuk waktu yang panjang.
b. Cluster Headache
Cluster Headache adalah bentuk sakit kepal vaskuler lainnya yang sering terjadi pada pria. Serangan
datang dalam bentuk yang menumpuk atau berkelompok, dengan nyeri yang menyiksa didaerah mata dan
menyebar kedaerah wajah dan temporal. Nyeri diikuti mata berair dan sumbatan hidung. Serangan
berakhir dari 15 menit sampai 2 jam yang menguat dan menurun kekuatannya.
Tipe sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar arteri ekstrakranualis, yang
ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator dan histamin. Sakit kepala ini berespon terhadap
klorpromazin.
-
7/27/2019 CHEPALGIA KRONIK (tibut)
24/31
c. Tension Headache
Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi pada otot-otot leher dan kulit kepala, yang
menyebabkan sakit kepala karena tegang. Karakteristik dari sakit kepala ini perasaan ada tekanan pada
dahi, pelipis, atau belakang leher. Hal ini sering tergambar sebagai beban berat yang menutupi kepala.Sakit kepala ini cenderung kronik daripada berat. Pasien membutuhkan ketenangan hati, dan biasanya
keadaan ini merupakan ketakutan yang tidak terucapkan. Bantuan simtomatik mungkin diberikan untuk
memanaskan pada lokasi, memijat, analgetik, antidepresan dan obat relaksan otot.
Cephalgia
Cephalgia
Pengkajian
Data subyektif dan obyektif sangat penting untuk menentukan tentang penyebab dan sifat dari sakit
kepala.
1. Data Subyektif
a. Pengertian pasien tentang sakit kepala dan kemungkinan penyebabnya.
b. Sadar tentang adanya faktor pencetus, seperti stress.
c. Langkah langkah untuk mengurangi gejala seperti obat-obatan.
d. Tempat, frekwensi, pola dan sifat sakit kepala termasuk tempat nyeri, lama dan interval diantara
sakit kepala.
e. Awal serangan sakit kepala.
f. Ada gejala prodomal atau tidak
-
7/27/2019 CHEPALGIA KRONIK (tibut)
25/31
g. .Ada gejala yang menyertai.
h. Riwayat sakit kepala dalam keluarga (khusus penting sekali bila migren).
i. Situasi yang membuat sakit kepala lebih parah.
j. Ada alergi atau tidak.
2. Data Obyektif
a. Perilaku : gejala yang memperlihatkan stress, kecemasan atau nyeri.
b. Perubahan kemampuan dalam melaksanakan aktifitas sehari hari.
c. Terdapat pengkajian anormal dari sistem pengkajian fisik sistem saraf cranial.
d. Suhu badan
e. Drainase dari sinus.
Dalam pengkajian sakit kepala, beberapa butir penting perlu dipertimbangkan. Diantaranya ialah:
a. Sakit kepala yang terlokalisir biasanya berhubungan dengan sakit kepala migrain atau gangguan
organik.
b. Sakit kepala yang menyeluruh biasanya disebabkan oleh penyebab psikologis atau terjadi
peningkatan tekanan intrakranial.
c. Sakit kepala migren dapat berpindah dari satu sisi ke sisi yang lain.
-
7/27/2019 CHEPALGIA KRONIK (tibut)
26/31
d. Sakit kepala yang disertai peningkatan tekanan intrakranial biasanya timbil pada waktu bangun
tidur atau sakit kepala tersebut membengunkan pasien dari tidur.
e. Sakit kepala tipe sinus timbul pada pagi hari dan semakin siang menjadi lebih buruk.
f. Banyak sakit kepala yang berhubungan dengan kondisi stress.
g. Rasa nyeri yang tumpul, menjengkelkan, menghebat dan terus ada, sering terjadi pada sakit kepala
yang psikogenis.
h. Bahan organis yang menimbulkan nyeri yang tetap dan sifatnya bertambah terus.
i. Sakit kapala migrain bisa menyertai mentruasi.sakit kepala bisa didahului makan makanan yang
mengandung monosodium glutamat, sodim nitrat, tyramine demikian juga alkohol.
j. Tidur terlalu lama, berpuasa, menghirup bau-bauan yang toksis dalam lingkungan kerja dimana
ventilasi tidak cukup dapat menjadi penyebab sakit kepala.
k. Obat kontrasepsi oral dapat memperberat migrain.
l. Tiap yang ditemukan sekunder dari sakit kepala perlu dikaji.
Diagnostik
1. CT Scan, menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan aman untuk menemukan
abnormalitas pada susunan saraf pusat.
2. MRI Scan, dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula spinalis dengan
menggunakan tehnik scanning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh.
-
7/27/2019 CHEPALGIA KRONIK (tibut)
27/31
3. Pungsi lumbal, dengan mengambil cairan serebrospinalis untuk pemeriksaan. Hal ini tidak
dilakukan bila diketahui terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan tumor otak, karena penurunan
tekanan yang mendadak akibat pengambilan CSF.
Diagnosa Keperawatan Cephalgia
1. Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekana intrakranial.
2. Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung tidakadequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak adequat, nyeri berat,
ancaman berlebihan pada diri sendiri.
3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang mengingat, tidak
mengenal informasi, keterbatasab kognitif.
Rencana Asuhan Keperawatan Cephalgia
1. Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekana
intrakranial.
Intervensi:
a. Pastikan durasi/episode masalah , siapa yang telah dikonsulkan, dan obat dan/atau terapi apa yangtelah digunakan
b. Teliti keluhan nyeri, catat itensitasnya ( dengan skala 0-10 ), karakteristiknya (misal : berat,
berdenyut, konstan) lokasinya, lamanya, faktor yang memperburuk atau meredakan.
c. Catat kemungkinan patofisiologi yang khas, misalnya otak/meningeal/infeksi sinus, trauma
servikal, hipertensi atau trauma.
d. Observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal, seperi : ekspresi wajah, posisi tubuh, gelisah,
menangis/meringis, menarik diri, diaforesis, perubahan frekuensi jantung/pernafasan, tekanan darah.
-
7/27/2019 CHEPALGIA KRONIK (tibut)
28/31
e. Kaji hubungan faktor fisik/emosi dari keadaan seseorang
f. Evaluasi perilaku nyeri
g. Catat adanya pengaruh nyeri misalnya: hilangnya perhatian pada hidup, penurunan aktivitas,
penurunan berat badan.
h. Kaji derajat pengambilan langkah yang keliru secara pribadi dari pasien, seperti mengisolasi diri.
i. Tentukan isu dari pihak kedua untuk pasien/orang terdekat, seperti asuransi, pasangan/keluarga
j. Diskusikan dinamika fisiologi dari ketegangan/ansietas dengan pasien/orang terdekat
k. Instruksikan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri itu timbul.
l. Tempatkan pada ruangan yang agak gelap sesuai dengan indikasi.
m. Anjurkan untuk beristirahat didalam ruangan yang tenang.
n. Berikan kompres dingin pada kepala.
o. Berikan kompres panans lembab/kering pada kepala, leher, lengan sesuai kebutuhan.
p. Masase daerah kepala/leher/lengan jika pasien dapat mentoleransi sentuhan.
q. Gunakan teknik sentuhan yang terapeutik, visualisasi, biofeedback, hipnotik sendiri, dan reduksi
stres dan teknik relaksasi yang lain.
-
7/27/2019 CHEPALGIA KRONIK (tibut)
29/31
r. Anjurkan pasien untuk menggunakan pernyataan positif Saya sembuh, saya sedang relaksasi,
Saya suka hidup ini. Sarankan pasien untuk menyadari dialog eksternal-internal dan katakan berhenti
atau tunda jika muncul pikiran yang negatif.
s. Observasi adanya mual/muntah. Berikan es, minuman yang mengandung karbonat sesuai indikasi.
2. Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung tidak
adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak adequat, nyeri berat,
ancaman berlebihan pada diri sendiri.
Intervensi;
a. Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian. Ambil keuntungan dari kegiatan yang daoat
diajarkan.
b. Bantu pasien dalam memahami perubahan pada konsep citra tubuh.
c. Sarankan pasien untuk mengepresikan perasaannya dan diskusi bagaimana sakit kepala itu
mengganggu kerja dan kesenangan dari hidup ini.
d. Pastikan dampak penyakitnya terhadap kebutuhan seksual.
e. Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penagnan, dan hasil yang diharapkan.
f. Kolaborasi
Rujuk untuk melakukan konseling dan/atau terapi keluarga atau kelas tempat pelatihan sikap asertif sesuaiindikasi.
3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang mengingat, tidak
mengenal informasi, keterbatasab kognitif.
-
7/27/2019 CHEPALGIA KRONIK (tibut)
30/31
Intervensi ;
a. Diskusikan etiologi individual dari saki kepala bila diketahui.
b. Bantu pasien dalam mengidentifikasikan kemungkinan faktor predisposisi, seperti stress emosi,
suhu yang berlebihan, alergi terhadap makanan/lingkungan tertentu.
c. Diskusikan tentang obat-obatan dan efek sampingnya. Nilai kembali kebutuhan untuk
menurunkan/menghentikan pengobatan sesuai indikasi
d. Instruksikan pasien/orang terdekat dalam melakukan program kegiatan/latihan , makanan yang
dikonsumsi, dan tindakan yang menimbukan rasa nyaman, seprti masase dan sebagainya.
e. Diskusikan mengenai posisi/letak tubuh yang normal.
f. Anjurkan pasien/orang terdekat untuk menyediakan waktu agar dapat relaksasi dan bersenang-
senang.
g. Anjurkan untuk menggunakan aktivitas otak dengan benar, mencintai dan tertawa/tersenyum.
h. Sarankan pemakaian musik-musik yang menyenangkan.
i. Anjurkan pasien untuk memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan faktor-faktor yang
berhubungan atau faktor presipitasinya.
j. Berikan informasi tertulis/semacam catatan petunjuk
k. Identifikasi dan diskusikan timbulnya resiko bahaya yang tidak nyata dan/atau terapi yang bukan
terapi medis
Daftar Pustaka
-
7/27/2019 CHEPALGIA KRONIK (tibut)
31/31
1. Barbara C Long, 1996, Perawatan Medikal Bedah, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Padjajaran, Bandung.
2. Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
3. Marlyn E. Doengoes, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untukPerencanaan &
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta.
4. Priguna Sidharta, 1994, Neurogi Klinis dalam Praktek Umum, Dian Rakyat, Jakarta.
5. Susan Martin Tucker, 1998, Standar Perawatan Pasien : Proses Perawatan, Diagnosa dan Evaluasi,Edisi V, Vol 2, EGC, Jakarta.
6. Sylvia G. Price, 1997, Patofisologi, konsep klinik proses proses penyakit. EGC, Jakarta