Download - Cervical Polip Pipit
PRESENTASI KASUS
“CERVICAL POLYP”
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di
Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSUD Panembahan Senopati Bantul
Disusun oleh :
Vitis Finivera Syafitriningrum, S. Ked
(20080310043)
Dokter Pembimbing :
dr. HMA Ashari, Sp.OG (K)
SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
2012
HALAMAN PENGESAHAN
POLIP SERVIKS
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti
Ujian Kepaniteraan Klinik Di Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi
RSUD Panembahan Senopati Bantul
Disusun Oleh:
Vitis Finivera Syafitriningrum, S. Ked
20080310043
Telah disetujui dan dipresentasikan pada tanggal Desember 2012
Oleh :
Dosen Pembimbing
dr. HMA Ashari, Sp. OG (K)
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’alamin, hanya itu kalimat pujian yang pantas penulis
persembahkan kepada Allah SWT atas segala nikmat, petunjuk dan kemudahan yang
telah diberikan kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan pesentasi kasus
ini yang diberi judul “Cervical Polyp“. Shalawat dan salam untuk junjungan alam
Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya.
Presentasi kasus ini selain disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mengikuti ujian akhir di bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi, dan juga untuk
memberikan informasi kepada masyarakat tentang penatalaksanaan hiperemesis
gravidarum.
Penulis menyadari presentasi kasus ini masih jauh dari kesempurnaan
sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan. Dalam kesempatan yang sangat
baik ini perkenankanlah penulis mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang
tidak ternilai kepada:
1. Allah SWT, telah memberikan segala nikmat yang tidak terhingga sehingga
mampu menyelesaikan Krya Tulis Ilmiah ini dengan baik.
2. dr. Ani Ashari, Sp. OG (K), selaku dokter pembimbing dalam menyelesaikan
presentasi kasus ini. Terima kasih atas perhatian dan bimbingan yang sangat
bermanfaat.
3. dr. Bambang Basuki, Sp. OG, terima kasih atas bimbingan selama ini.
4. Teman-teman Co-Assistensi seperjuangan di RSUD Panembahan Senopati
Bantul.
Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh
Bantul, Desember 2012
Penulis
Vitis Finivera S., S.Ked
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Serviks merupakan bagian uterus yang berada di bagian bawah,
berupa s a lu r an yang menghubungkan u t e ru s dengan vag ina .
Pada dae rah i n i s e r i ng didapatkan pola pertumbuhan jaringan abnormal,
baik jinak maupun ganas. Salah s a tu ka sus yang dapa t d i t emukan
ada l ah ben tuk po l i p s e rv ik s . Po l i p s e rv ik s merupakan
pertumbuhan massa polip atau tumor bertangkai, yang berasal
dari p e r m u k a a n k a n a l s e r v i k s . P o l i p s e r v i k s t u m b u h d a r i
k a n a l s e r v i k s d e n g a n pertumbuhan ke arah vagina. Terdapat
berbagai ukuran dan biasanya berbentuk gelembung-gelembung
dengan tangkai yang kecil. Secara histopatologi, polipserviks sebagian
besar bersifat jinak (bukan merupakan keganasan) dan dapat terjadi pada
seseorang atau kelompok populasi.
Po l i p s e rv ik s dapa t t umbuh da r i l ap i s an pe rmukaan l ua r
s e rv ik s dan disebut sebagai polip ektoserviks. Polip ektoserviks
sering diderita oleh wanitayang telah memasuki periode paska-
menopause, meskipun dapat pula diderita oleh wanita usia produktif.
Prevalensi kasus polip serviks berkisar antara 2 hingga 5% wanita. Pada wanita
premenopause (di atas usia 20 tahun) dan telah memiliki setidaknya satu anak,
pertumbuhan polip sering berasal dari bagian dalam serviks, atau disebut polip
endoserviks. Meskipun pembagian polip serviks menjadi polip e k t o s e r v i k s
d a n e n d o s e r v i k s c u k u p p r a k t i s u n t u k m e n e n t u k a n l o k a s i
l e s i b e r d a s a r k a n u s i a , n a m u n h a l i t u b u k a n m e r u p a k a n
u k u r a n a b s o l u t u n t u k menetapkan letak polip secara pasti. Sejumlah
prosedur lain tetap harus dilakukan sebelum tindakan bedah dan pengobatan
dilakukan.
Polip serviks memiliki ukuran kecil, yaitu antara 1 hingga 2 cm.
Namun,ukuran polip dapat melebihi ukuran rata-rata dan disebut polip serviks
raksasa bilame leb ih i d i ame te r 4 cm . Po l i p s s e rv ik s be ruku ran
be sa r j a r ang d i t emukan d i popu l a s i dan gamba ran mengena i
penyak i t i n i s ed ik i t s eka l i d ibahas da l am literatur-literatur
ginekologi. Dalam laporan kasus international yang termuat di
MEDLINE, hanya terdapat 8 kasus yang dilaporkan sepanjang periode 1966
– 2002, menggambarkan kecilnya angka kejadian tersebut di dunia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Serviks
Secara anatomi makro, serviks memiliki ukuran diameter antara 2,5-3 cm dan
pan j ang 3 -5cm.Pos i s i ana tomi s e rv ik s no rma l ada l ah s ed ik i t
angu l a s i ke bawah-depan .D i bag i an bawah , s e rv ik s be rhubungan
dengan vag ina s ebaga i po r t i o vag ina l i s dan bag i an kana l
s e rv ik s yang be rhubungan dengan vag ina disebut orificium uterina
externus atau mulut rahim. Kanal serviks berukuran s ek i t a r 8 mm.
Bag i an an t a r a endose rv ik s dan kavum u t e r i d i s ebu t i t smus dan
merupakan bagian dari segmen bawah rahim.
S i r k u l a s i l i m f a t i k s e r v i k s y a n g u t a m a m e l i p u t i
n o d u s p a r a m e t r i a l , obturator, iliaka internal, dan iliaka eksternal.
Aliran limfe sekunder meliputinodus presakral, iliaka komunis, dan nodus
para-aortika. Innervasi serviks adalah plexus Frankenhauser, yang
merupakan bagian terminal dari plexus presakral. Serabut saraf memasuki
segmen bawah rahim dan bagian atas serviks membentuk pleksus semisirkuler.
Vaskularisasi utama serviks berasal dari cabang desendens a r t e r i u t e r i n a
d a n c a b a n g s e r v i k a l a r t e r i v a g i n a l i s . A l i r a n v e n a
m e n g i k u t i pembuluh darah arteri.
Secara anatomi mikroskopis, stroma servikal terdiri atas campuran serabut
fibrous, muskular (15%) dan jaringan elastik. Epitel tersusun atas
skuamosa di bagian ektoserviks dan kolumnar di bagian endoserviks.
Di antara kedua area tersebut, terdapat bentuk peralihan antara epitel di
ektoserviks dan endoserviks yang disebut squamocolumnar junction.
Pada bagian distal area ini tersusun atas epitel metaplastik squamosa yang
imatur. Trauma, iritasi kronis, dan infeksi berperan penting terjadinya
perkembangan dan maturitas epitel serviks menjadi bentuk neoplastik.
A. Definisi
Polip serviks adalah tumor jinak berupa adenoma maupun adenofibroma
yang tumbuh menonjol dan bertangkai, tumbuh di permukaan mukosa serviks
ataupun pada saluran endoserviks dan biasanya menonjol keluar dari mulut
serviks.
B. Etiologi/ Patofisiologi
Etiologi dari polip serviks belum diketahui pada beberapa kasus, namun
ada beberapa teori yang menspekulasi etiologi polip serviks. Pertumbuhan polip
merupakan implikasi dari degenerasi hiperplastik fokal di daerah serviks,
yang merupakan reaksi sekunder dari inflamasi serviks lalu berikutnya akibat
stimulasi hormonal seperti estrogen, kongesti pembuluh darah pada canalis
cervicalis. Polip tersusun atas stroma jaringan ikat vaskuler dan dilapisi oleh
kolumner, skuamosumkolumner atau epitel skuamosa. Kejadian polip sering
dihubungkan dengan hiperplasia endometrial, yang menunjukkan
adanya keterlibatan faktor estrogen yang berlebihan.
Polip serviks dapat mengakibatkan perdarahan abnormal. Perdarahan
dapat terjadi saat jeda antar menstruasi, setelah berhubungan seksual dan setelah
menstruasi.
C. Morfologi Polip Serviks
Morfologi polip serviks biasanya lembut, berwarna kemerahan dan
berbentuk seperti jari. Biasanya memiliki tangkai yang pendek, namun beberapa
dapat memiliki dasar yang lebar. Namun sebagian lainnya dapat memiliki tangkai
yang panjang hingga keluar dari canalis cervicalis. Epitel yang melapisinya
biasanya merupakan epitel endoserviks yang pada beberapa kasus dapat pula
mengalami metaplasia menjadi semakin kompleks. Bagian ujung polip dapat
mengalami nekrosis serta mudah berdarah. Maka dari itu sebenarnya polip harus
ditegakkan apakah polip tersebut suatu adenoma, sarcoma botriodes,
adenokarsinoma serviks ataupun mioma melalui pemeriksaan histologic setelah
dilakukan pengangkatan.
Polip endoserviks biasanya berwarna merah, dengan ujung
seperti nyala api, fragil, dan bervariasi dalam ukuran, dari beberapa mm hingga
mencapai lebar 3 c m d a n p a n j a n g b e b e r a p a c m ( g a m b a r
1 ) . P o l i p s e r i n g k a l i t u m b u h d i endoserviks yang berbatasan
dengan ektoserviks, berbasis lebat, dan mengandung jaringan ikat fibrosa.
Karena sering terjadi ekstravasasi darah ke jaringan, maka sering terjadi
perdarahan pada kelainan ini. Infiltrasi sel-sel radang menyebabkan leukorea.
Po l i p ek to se rv ik s be rwa rna agak puca t a t au merah
dag ing , l unak , dan tumbuh melingkar atau memanjang dari pedikel.
Polip ini tumbuh di area porsio dan jarang sekali menimbulkan
perdarahan sebagaimana polip endoserviks atau degenerasi polipoid
maligna. Secara mikroskopis, jaringan polip ektoserviks lebih banyak
mengandung serat fibrosa di banding polip endoserviks. Polip ektoserviks
memi l i k i a t au bahkan t i dak mengandung ke l en j a r mukosa .
Bag i an l ua r po l i p ektoserviks dilapisi oleh epitel stratifikatum skuamosa.
Perubahan sel menjadi ganas dapat terjadi, terutama pada polip
ektoserviks yang disertai inflamasi kronik, yang sering menyebabkan nekrosis di
bagian ujung polip. Insidensi degenerasi maligna dari polip ektoserviks
diperkirakan kurang d a r i 1 % . K a r s i n o m a s e l s k u a m o s a
m e r u p a k a n y a n g t e r s e r i n g , m e s k i p u n adenokarsinoma juga pernah
dilaporkan.
Struktur polip memiliki vaskularisasi yang adekuat, sehingga
bila terjadi t o r s i a t au t r auma ( s aa t ko i t u s ) dapa t t e r j ad i
pe rda rahan . Se l a in i t u , dapa t pu l a t e r j ad i i n f eks i dan i n f l amas i
yang cukup be rpo t ens i me lua s ke o rgan -o rgan sekitar. Karena
setiap polip memiliki kemungkinan untuk berdegenerasi maligna, m a k a
p e m e r i k s a a n s i t o l o g i p e r l u d i l a k u k a n s e t e l a h p o l i p
d i e k s i s i a t a u diekstirpasi.
D. Diagnosis Polip Serviks
Diagnosis polip serviks dibuat dengan cara menginspeksi serviks menggunakan spekulum. Jika terdapat perdarahan harus dilakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan kelainan, terutama keganasan serviks dan endometrium. Gejala dari polip serviks biasanya intermenstrual bleeding , postcoital bleeding, leukorea , hipermenorrhea dan tidak terasa nyeri.
1. Gejala dan TandaPolip serviks sering kali tidak bergejala, namun perlu
dipertimbangkan bila ternyata terdapat riwayat:- Leukorea- Perdarahan di luar siklus menstruasi- Perdarahan setelah koitus- Perdarahan setelah menopause- Pe rda rahan i n t e rmens t rua l a t au pa ska -ko i t u s dengan h ipe rmenorea merupakan ge j a l a umum untuk polip serviks.- Pada ka sus i n f e r t i l i t a s wan i t a j uga pa tu t d i l a cak apakah t e rdapa t adanya peradangan serviks atau polip.
Polip serviks tampak sebagai massa kecil, merah, dan tampak seperti jari yang keluar melalui kanal serviks dan biasanya berukuran panjang 1-2 cm dandiameter 0,5-1 cm. Umumnya, polip ini teraba lunak bila dilakukan pemeriksaan menggunakan jari.
2. Pemeriksaan RadiologiP o l i p y a n g t e r l e t a k j a u h d i e n d o s e r v i k s d a p a t
d i e v a l u a s i m e l a l u i pemer ik saan h i s t e ro sa l f i ngog ra f i a t au sonoh i s t e rog ra f i dengan i n fu s s a l i n . B i a s a n y a , h a s i l p e m e r i k s a a n i n i m e m b e r i k a n h a s i l y a n g b e r m a k n a d a l a m mengetahui adanya polip atau kelainan lainnya.
3. Pemeriksaan LaboratoriumSitologi vagina dapat menunjukkan adanya tanda infeksi dan
sering kali d i t e m u k a n s e l - s e l a t i p i k . P e m e r i k s a a n d a r a h d a n u r i n t i d a k t e r l a l u b a n y a k membantu menegakkan diagnosis.
4. Pemeriksaan KhususPolip yang terletak jauh di kanal endoserviks tidak dapat dinilai melalui
in speculo biasa, tetapi dapat dilakukan pemeriksaan khusus menggunakan speculum endoserviks atau histeroskopi. Seringkali polip endoserviks ditemukan secara tidak sengaja pada saat dilakukan pemeriksaan perdarahan abnormal. Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk menyingkirkan adanya massa atau polip yang tumbuh dari uterus.
E. Diagnosis Banding
Massa polipoid yang tampak tumbuh dari serviks tidak selalu didiagnosis
sebagai polip serviks. Adenokarsinoma endometrium atau sarkoma
endometrial dapat tumbuh di bagian mulut rahim, dan sering kali
kelainan ini menyebabkan perdarahan dan leukorea lebih sering. Pada
dasarnya, polip serviks tidak sulit d i bedakan dengan ben tuk
ke l a inan po l i po id l a i nnya s eca r a i n speks i . Ben tuk pertumbuhan
ulseratif dan atipik merupakan ciri mioma submukosa pedenkel kec i l
a t au po l i p endome t r i a l yang t umbuh d i bag i an bawah u t e ru s .
B i a sanya kelainan ini menyebabkan dilatasi serviks, dan keluar
melalui OUE menyerupai polip. Hasil konsepsi, misalnya desidua, dapat
mendorong keluar serviks sehinggamenyerupai jaringan polipoid.
Mioma geburt merupakan mioma pedunkulata submukosa yang memiliki
tangkai. Bersumber dari rongga rahim dan dapat keluar sampai ke vagina melalui
canalis cervicalis. Sedangkan polip serviks merupakan suatu adenoma ataupun
adenofibroma yang berasal dari mukosa endoserviks. Tangkainya dapat panjang
hingga keluar dari OUE. Epitel yang melapisi biasanya adalah epitel endo yang
dapat juga mengalami metaplasia menjadi semakin kompleks. Bagian ujung polip
dapat mengalami nekrosis sehingga membuatnya mudah berdarah. Hal inilah
yang membedakannya dari Mioma Geburt dimana bagian yang mudah berdarah
bukan merupakan ujung mioma tapi merupakan endometrium yang mengalami
hyperplasia akibat pengaruh ovarium, selain itu juga terjadi atropi endometrium
di atas mioma submukosa. Selain mioma geburt, Endometrial sarcoma,
adenocarcinoma, condylomata, submukosa myoma, polypoid carcinoma juga
termasuk diagnosis banding pada beberapa kasus.
F. Faktor Resiko :
Kemungkinan terjadinya polip serviks akan meningkat ketika wanita
tersebut menderita:
1. Diabetes Mellitus
2. Vaginitits berulang
3. Servisitis
4. Usia reproduksi terutama usia 40 tahun hingga 50 tahun
5. Wanita hamil
G. Komplikasi
Polip serviks dapat terinfeksi, biasanya oleh kelompok Staphylococcus,
Streptococcus, dan jenis patogen lainnya. Infeksi serius biasanya terjadi setelah
dilakukan instrumentasi medik untuk menegakkan diagnosis atau
setelah membuang polip. Antibiotik spektrum luas perlu diberikan bila tanda
awal infeksi telah tampak. Inisiasi atau eksaserbasi salfingitis akut dapat terjadi
sebagai konsekuensi polipektomi.
H. Penatalaksanaan
- Dilakukan ekstirpasi pada tangkainya
- Dilakukan curettage sehingga seluruhnya dapat dikeluarkan
- Hasil pemeriksaan menentukan terapi lebih lanjut
Sebagian besar polip serviks dapat dihilangkan di poliklinik
atau tempat p r a k t i k . H a l i n i k a r e n a s e b a g i a n b e s a r p o l i p
s e r v i k s b e r u k u r a n k e c i l . T e k n i k pembuangan polip serviks yang
berukuran kecil umumnya tidak sulit. Biasanya d e n g a n c a r a
m e m f i k s a s i p e d i k e l m e n g g u n a k a n h e m o s t a t a t a u
i n s t r u m e n t pemfiksasi lain kemudian memutar pedikel hingga lepas.
Perdarahan yang terjadi biasanya sedikit. Polip serviks yang berukuran besar
biasanya dilakukan eksisi di r u a n g o p e r a s i . P a d a t i n d a k a n i n i ,
p a s i e n p e r l u d i a n e s t e s i d a n s e l a m a e k s i s i dilakukan,
perdarahan harus dikontrol.
Bila serviks lunak dan berdilatasi, sedangkan polip cukup
besar, maka histeroskopi harus dilakukan, terlebih lagi bila pedikel
sukar dilihat. Eksplorasi s e r v i k s d a n k a v u m u t e r i
m e n g g u n a k a n h i s t e r o s k o p d i l a k u k a n
u n t u k mengidentifikasi adanya polip lain di daerah itu. Seluruh
jaringan yang diambil p e r l u d i p e r i k s a s e c a r a h i s t o P A u n t u k
m e n i l a i s e c a r a s p e s i f i k a p a k a h m a s s a polipoid berdegenerasi jinak,
pre-maligna, atau malignansi. Bila dari hasil pemeriksaan sekret serviks
ditemukan profil sel-sel infektif, a t a u s e c a r a k l i n i s d a n l a b o r a t o r i s
m e n g a r a h k e p a d a i n f e k s i , m a k a p e m b e r i a n antibiotik dianjurkan
untuk kasus ini.
Sebelumnya pasien dipuasakan 8 jam, lalu dipasangi infus glukosa.
Pasien diposisikan litotomi, lalu dilakukan pemeriksaan dalam untuk menentkan
besar dan letak uterus serta ada tidaknya kelainan pada uterus dan organ adneksa.
Pasien diberikan drip oksitosin 10 IU untuk kontraksi dinding uterus dan
mencegah kemungkinan perforasi uterus. Setelah itu pasang speculum sims
posterior dan anterior. Pasang tenaculum pada serviks jam 11 dan jam 1, lalu
lepas speculum anterior, sedangkan speculum posterior dipegang oleh asisten.
Kemudian anastesi lidocain diinjeksikan pada fornix dextra dan sinistra sebanyak
2 ml (40 mg) yang diencerkan dalam 2 ml NaCl. Dilakukan pemuntiran polip
dengan menggunakan klem ovarii. Selanjutnya sondase dilakukan untuk
mengetahui seberapa panjangnya cavum uteri dan arahnya anteflexi ataukah
dorsoflexi. Lalu dilakukan dilatasi canalis cervicalis dengan busi hegar dari
nomor yang terkecil namun tidak boleh lebih dari busi nomor 12 pada multipara.
Lalu kuretasi dilakukan boleh dengan kuret tajam maupun tumpul, searah dengan
jarum jam.
Setelah kuretase pasien diberikan terapi berbagai macam obat untuk
profilaksis dan pencegahan perdarahan dan berupa suplemen zat besi. Yaitu yang
pertama amoxicillin diberikan sebagai profilaksis. Lalu asam mefenamat
diberikan sebagai analgesic. Sulfas ferrous diberikan sebagai suplemen zat besi
dan dikombinasikan dengan pemberian vitamin C untuk membantu
meningkatkan penyerapan zat besi. Yang terakhir metergin diberikan agar
kontraksi uterus tetap terjaga dan mencegah perdarahan.
I. Prognosis
Pengangkatan polip merupakan tindakan yang cukup kuratif, biasanya
keluhan sudah dapat teratasi sepenuhnya, namun tetap harus diwaspadai jika
sebelumnya polip sudah terinfeksi terlebih dahulu karena bisa menjadi
salpingitis.
BAB II
PRESENTASI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
No RM : 487835
Nama : Ny. SN
Umur : 43 tahun
Alamat : Panjang RT4 Panjangrejo, Pundong, Bantul
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Paritas : P2A0
Tgl masuk RS : 22 Desember 2012
B. ANAMNESA
- Keluhan Utama : Massa 0,5x0,5x1 yang keluar dari canalis cervicalis.
- Keluhan Tambahan : Perut bawah terasa tidak nyaman.
- Riwayat Penyakit Sekarang : Seorang pasien P2A0 usia 43 tahun datang
melalui poli obsgyn RSUD Bantul dengan membawa surat rujukan dari
puskesmas dengan keterangan polip serviks. Adanya polip diketahui setelah
pasien melakukan pemeriksaan IVA pada tanggal 18 Desember 2012 untuk
pertama kalinya. Riwayat perdarahan abnormal, perdarahan di luar siklus
menstruasi, perdarahan pasca berhubungan sexual, keputihan, serta nyeri pada
bagian perut bawah dan alat genital disangkal. Pasien dan suami tidak pernah
menderita penyakit kelamin dan tidak pernah berhubungan intim dengan
orang lain. Pasien tidak pernah merasa sakit setelah hubungan seksual dan
tidak ada gangguan pada BAK dan BAB.
- Riwayat Obstetri: I ♀ 13th, 3400, spontan, aterm
II ♂ 8th, 3200, spontan, aterm
- Riwayat Ginekologi
- Riwayat keguguran : (-)
- Riwayat pernikahan : Menikah 1x dengan suami sekarang saat umur 25th
- Riwayat menstruasi : Cenderung teratur namun pernah beberapa kali tidak
teratur
- Riwayat Akseptor KB : Suntik KB sejak 8 tahun yang lalu, 1 tahun terakhir
berhenti.
- Riwayat pemeriksaan USG : (-)
- Riwayat Operasi (SC, curetage, dll) : (-)
- Riwayat Penyakit Dahulu :.
- Riwayat alergi / Asma : disangkal
- Riwayat gangguan mentruasi : disangkal
- Riwayat perdarahan selama kehamilan : disangkal.,
- Riwayat keputihan : disangkal
- Riwayat penyakit menular seksual : disangkal
- Riwayat Penyakit paru-paru, Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi),
DM :disangkal
- Riwayat Penyakit Keluarga :
- Riwayat Penyakit paru-paru : disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
- Riwayat Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) : disangkal
- Riwayat Penyakit gula (DM) : disangkal
- Riwayat Asma : disangkal
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Keadaan umum : baik, sadar, tak anemis
Vital sign : T = 120/80 S = 36,3 0C
N = 80 x/mnt R = 16 x/mnt
TB = 152 Cm BB = 40kg
Kepala : Mesochepal, rambut hitam, panjang, tidak mudah
dicabut.
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), oedem
palpebra (-/-).
Hidung : dbn
Telinga :dbn
Mulut : dbn
Leher : JVP tidak meningkat, tidak ada pembesaran
kelenjar .
Thoraks
Jantung : I : Ictus cordis tidak tampak
Pa : Ictus cordis kuat angkat
Pe : redup (+)
A : S1 > S2 murni, tidak ada bising
Pulmo : I : simetris tidak ada ketinggalan gerak, retraksi dada
tidak ada
Pa : vokal fremitus ka = ki
Pe : Sonor seluruh lapang paru
A : Suara Dasar : vesikuler +/+
Suara Tambahan : ronkhi (-), wheezing (-)
Extremitas : Nadi teraba kuat, simetris, oedem - / -, dan varises - /
-, turgor kulit normal, capillary refill<2”.
2. Status Gynekologi
Inspeksi : Perut simetris, tidak tampak luka bekas operasi, tak
tampak stria.
Palpasi : Abdomen supel, nyeri tekan (-), massa tumor (-).Fundus
Uteri tak teraba, Nyeri tekan epigastrika (+)
Perkusi : timpani
Auskultasi : peristaltic (+)
Inspekulo : Terlihat massa keluar dari OUE sebagai pertumbuhan
yang tumpul,pucat, dan rapuh (mudah berdarah).
Periksa Dalam : V/U tenang, dinding vagina licin, portio mencucu teraba
massa 0,5x0,5x1 cm bisa digerakkan dan tidak nyeri.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Hematologi :
Gol. Darah : B
Hb : 12.6 g% (normal)
AL : 8.4 ribu/mm3 (normal)
AT : 278 ribu/ul (normal)
HMT : 37.4% (normal)
PPT : 12.6 detik (normal)
APTT : 31.5 detik (normal)
HbsAg : (-)
F. DIAGNOSIS
Polip serviks pada P2A0
G. PENATALAKSANAAN
Dilatasi & kuretase dan pemuntiran
H. FOLLOW UP
22 Desember 2012
Ax: Perut bawah terasa tidak nyaman
Px: KU : baik, composmetis
TD : 140/100 mmHg
N : 82x/menit
S : 36 ºC
RR : 20x/menit
Diagnosis: Polip Serviks pada P2A0
Terapi: Rencana ekstirpasi dan kuretase iringan
23 Desember 2012
Jam 10.00
Dilakukan ekstirpasi dan kuretase iringan
Laporan kuretase:
Pasien litotomi, dilakukan toilet vulva vagina dengan iodine, pasang duk steril.
Spekulum sims posterior anterior dipasang, servik ditampilkan.
Tenaculum dipasang pada servik bagian anterior (pukul 11 dan 01), speculum
sims anterior dilepas.
Dilakukan injeksi lidokain 2% 4cc (diencerkan 1:1) pada para servikal.
Dilakukan sondase uterus antefleksi 7 cm.
Dilakukan pemuntiran polip dan kuretase iringan / sisa polip dengan sendok
kuretase tajam no.2 sampai kesan bersih.
Keluar jaringan ± 1 cc dan darah ± 1 cc.
Tenakulum dilepas, control perdarahan, speculum sims posterior dilepas.
Pemuntiran dan kuretase polip selesai.
24 Desember 2012
Ax: perut bawah terasa mulas dan tidak nyaman. Keluar sedikit flek dari jalan lahir
Px: KU: Baik, composmentis, konjuntiva tidak anemis
VS: TD: 110/70 mmHg
N: 24x/menit
RR: 84x/menit
S: 36,1ºC
Dx: post ekstirpasi dan kuretase iringan atas indikasi polip serviks
Tx: Amoxycillin 3x500 mg
Asam mefenamat 3x500 mg
Sulfas Ferosus 2x1 tab
Vit.C 2x1 tab
Vit. B complex 2x1 tab
BAB III
PEMBAHASAN
Diagnosis polip pada kasus ini diketahui ketika pasien melakukan pemeriksaan
IVA secara mandiri di puskesmas pada tanggal 18 desember 2012. Pada pemeriksaan
ditemukan adanya massa yang keluar dari canalis servicalis. Dengan kata lain
sebenarnya meskipun pasien memiliki polip serviks namun belum ada gangguan yang
timbul. Karena dari anamnesis didapatkan riwayat perdarahan abnormal, perdarahan
di luar siklus menstruasi, perdarahan pasca berhubungan sexual, keputihan, serta nyeri
pada bagian perut bawah dan alat genital disangkal. Pasien dan suami tidak pernah
menderita penyakit kelamin dan tidak pernah berhubungan intim dengan orang lain
dan pasien tidak pernah merasa sakit setelah hubungan seksual.
Pertumbuhan polip merupakan implikasi dari degenerasi hiperplastik fokal di
daerah serviks, yang merupakan reaksi sekunder dari inflamasi serviks lalu
berikutnya akibat stimulasi hormonal seperti estrogen, serta kongesti pembuluh darah
pada canalis cervicalis. Timbulnya polip belum dapat dijelaskan secara pasti, namun
jika menghubungkan dengan teori yang dibahas pada bab sebelumnya, kemungkinan
timbulnya polip ada hubungannya dengan riwayat pemakaian kontrasepsi, karena
fungsi alat kontrasepsi tersebut memang untuk mengganggu konsepsi, dan tidak
menutup kemungkinan terjadi inflamasi walaupun dalam derajat yang kecil. Namun
hal tersebut bukan suatu kepastian karena penyebab polip itu sendiri masih belum
dapat dipastikan dan pasien memiliki faktor resiko lainnya seperti usia.
Prognosis polip sendiri cenderung baik setelah dilakukan pengangkatan
dengan metode pemuntiran yang dilanjutkan dengan kuretase. Seharusnya setelah
dilakukan pengangkatan jaringan yang diangkat diperiksa secara histologi karena
meskipun kecil tetap ada kemungkinan polip merupakan keganasan sekitar 1%.
Setelah kuretase pasien diberikan terapi berbagai macam obat untuk profilaksis dan
pencegahan perdarahan dan berupa suplemen zat besi. Yaitu yang pertama
amoxicillin diberikan sebagai profilaksis. Lalu asam mefenamat diberikan sebagai
analgesic. Sulfas ferrous diberikan sebagai suplemen zat besi dan dikombinasikan
dengan pemberian vitamin C untuk membantu meningkatkan penyerapan zat besi.
BAB IVKESIMPULAN
1. Diagnosis pada pasien ini adalah polip serviks.
2. Polip serviks sering timbul tanpa gejala klinis seperti perdarahan di luar siklus
menstruasi, perdarahan pasca berhubungan sexual, keputihan, serta nyeri pada
bagian perut bawah dan alat genital, Sehingga penegakan diagnosis didapatkan
dengan melakukan inspekulo.
3. Pada inspekulo sering didapatkan: terlihat massa keluar dari OUE sebagai
pertumbuhan yang tumpul,pucat, dan rapuh (mudah berdarah).
4. Penanganan pada polip serviks adalah dilakukan ekstirpasi atau pemuntiran polip
dan diikuti kuretase iringan untuk membersihkan sisa-sisa polip dari serviks.
5. Setelah dilakukan pengangkatan jaringan yang diangkat diperiksa secara histologi
karena meskipun kecil tetap ada kemungkinan polip merupakan keganasan sekitar
1%.
6.
DAFTAR PUSTAKA
Achadiat, C M. 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. EGC. Jakarta
Bucella D, Frédéric B, Noël JC. Giant cervical polyp: a case report andreview of a
rare entity. Arch Gynecol Obstet 2008;278(3):295-8
Cunningham., et al. 2005. Obstetri Williams.Ed 21. Alih bahasa, Hartono A, et al.
EGC. Jakarta.
Merck Manual Professional. Benign Gynecologic Lession: Cervical
Polyp.Gynecology and Obstersics, 2008.
Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi, Ed 2. EGC. Jakarta.
NHS Foundation Trust. Cervical Polyp. Doncaster and Bassetlaw Hospital
Gynecology 2002.
Sipahutar, A. 2005. Hiperemesis Gravidarum (http://zerich150105.wordpress.com/)
diakses tgl 4/7/11.
Wiknjosastro, H., et al. 2007. Ilmu Kebidanan, Ed ketiga. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Dirk C, Yves vB, Guido V, Xavier dM, Edgar dM, Rudi C. Hysteroscopicfinding in
patients with a cervical polyp. Am J Obstet Gynecol 1993;169(6):1563-5