Download - CEDERA_KEPALA_BARU

Transcript
Page 1: CEDERA_KEPALA_BARU

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Otak merupakan organ vital dalam tubuh manusia, karena otak

berperan sebagai pengatur organ-organ dalam tubuh manusia. Mengingat

peran otak yang begitu penting maka pada kesempatan kali ini penulis akan

membahas salah satu hal yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan pada

otak. Cedera kepala merupakan salah satu penyebabnya, cedera kepala bisa

diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas, dan jatuh. Cedera kepala dapat

dialami oleh siapa saja, pria maupun wanita dari golongan usia, anak, dewasa

maupun orang tua. Diperkirakan 100.000 orang meninggal setiap tahun

akibat cedera kepala, dan lebih dari 700.000 orang mengalami cedera cukup

berat yang memerlukan perawatan di rumah sakit (Brunner and Suddarth,

2002).

Cedera kepala dapat terjadi dengan intensitas ringan, sedang dan

berat. Cedera kepala ringan terkadang tidak menunjukkan gejala yang jelas

sehingga pasien tidak memeriksakan pada tim medis. Sekecil apapun trauma

di kepala dapat menyebabkan gangguan fisik, mental maupun kematian yang

mungkin terjadi berhari-hari bahkan bertahun-tahun setelah kejadian.

Oleh sebab itu, penyuluhan-penyuluhan tentang pentingnya

kewaspadaan terhadap cedera kepala. Di sinilah peran perawat sangat

diperlukan untuk membantu masyarakat dalam mengenal dan mendeteksi

lebih dini akibat lanjut dari cedera kepala.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Penulis dapat memahami dan menerapkan asuhan keperawatan pada

pasien dengan cedera kepala dengan menggunakan proses keperawatan

2. Tujuan Khusus

a. Mengkaji pasien dengan kasus cedera kepala.

b. Menganalisa masalah – masalah yang muncul pada pasien dengan

cedera kepala.

1

Page 2: CEDERA_KEPALA_BARU

c. Memprioritas masalah dan merumuskan diagnosa keperawatan pada

pasien dengan cedera kepala.

d. Mengidentifikasi perencanaan.

e. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan cedera kepala

f. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan cedera kepala

g. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan cedera

kepala

C. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah:

1. Studi kasus

Pengamatan langsung kepada Tn. R. di Instalasi Gawat Darurat RSCM

2. Studi kepustakaan

Dalam hal ini, penulis menggunakan buku-buku literatur yang

berhubungan dengan cedera kepala..

D. Sistematika Penulisan

Penulisan makalah ini diawali dengan kata pengantar dan daftar isi,

kemudian dilanjutkan dengan Bab I: Pendahuluan yang berisi latar belakang,

tujuan penulisan, metode penulisan dan diakhiri sistematika penulisan.

Dilanjutkan dengan Bab II: Tinjauan teoritis yang terdiri dari konsep dasar

medik dan konsep asuhan keperawatan. Setelah itu Bab III Pengamatan kasus

yang terdiri dari pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, rencana

keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi. Bab IV pembahasan kasus, Bab V

kesimpulan dan halaman terakhir dari makalah ini adalah daftar pustaka yang

memuat daftar buku yang dipakai sebagai referensi dalam penyusunan

makalah ini.

2

Page 3: CEDERA_KEPALA_BARU

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Medik

1. Definisi

Perdarahan intraserebral: Hasil robekan dari vena serebral yang

mengakibatkan perdarahan di dalam jaringan

otak (Donna Ignatavicius D.).

Hematoma epidural : Berkumpulnya darah di ruang epidural diantara

tengkorak dan dura. Keadaan ini sering

diakibatkan dari fraktur tulang tengkorak yang

menyebabkan arteri meningeal tengah putus

atau rusak (Laserasi). Brunner and Suddarth,

hal. 2212, tahun 2002).

2. Anatomi Fisiologi

Otak dibungkus oleh selaput otak (meningen) yang terdiri dari 3

lapisan yaitu:

a. Duramater : Lapisan luar, berasal dari jaringan ikat tebal dan

kuat yang bersifat liat, tebal, tidak elastis, berupa serabut dan

berwarna abu-abu.

b. Arachnoid : Membran bagian tengah, bersifat tipis dan lembut.

Berwarna putih karena tidak dialiri darah, terdapat

pleksus khoroid yang memproduksi cairan serebrospinal

(CSS) terdapat villi yang mengabsorbsi CSS pada saat

darah masuk ke dalam sistem (akibat trauma, aneurisma,

stroke).

c. Piamater : Membran paling dalam, berupa dinding yang tipis,

transparan yang menutupi otak dan meluas ke setiap

lapisan otak.

Serebrum, terdiri dari 4 lobus, yaitu:

a. Lobus frontal : Area ini mengontrol perilaku individu, membuat

keputusan, kepribadian, dan menahan diri. Lobus

terbesar.

3

Page 4: CEDERA_KEPALA_BARU

b. Lobus parietal : Lobus sensori, area ini menginterpretasikan

sensasi, mengatur individu mampu mengetahui

posisi dan letak bagian tubuhnya.

c.Lobus temporal : Sensasi kecap, bau, dan pendengaran, ingatan

jangka pendek.

d. Lobus oksipital : menginterpretasikan penglihatan.

Diensefalon, terdiri dari talamus, hipotalamus, dan kelenjar hipofisis.

a.Talamus : Pusat penyambung sensasi bau dan nyeri.

b. Hipotalamus : Bekerja sama dengan kelenjar hipofisis untuk

mempertahankan keseimbangan cairan dan

mempertahankan pengaturan suhu tubuh. Sebagai

pusat lapar dan mengontrol BB, pengatur tidur,

tekanan darah, perilaku agresif, seksual, respon

emosional.

c.Kelenjar hipofisis : Dianggap sebagai master kelenjar, karena

sejumlah hormon dan fungsinya diatur oleh

kelenjar ini. hipofisis lobus anterior memproduksi

hormon pertumbuhan, hormon prolaktin, TSH,

ACTH, LH. Lobus posterior berisi hormon ADH.

Batang otak, terdiri dari otak tengah, pons, medula oblongata.

a. Otak tengah/mesencephalon, bagian yang menghubungkan

diencephalon dan pons. Fungsi utama menghantarkan impuls ke

pusat otak yang berhubungan dengan pergerakan otot, penglihatan

dan pendengaran.

b. Pons: Menghantarkan impuls ke pusat otak.

c. Medula oblongata, merupakan pusat refleks guna mengontrol fungsi

involunter seperti pernafasan, bersin, menelan, batuk, pengeluaran

saliva, muntah.

Serebrum: merangsang dan menghambat dan tanggung jawab terhadap

koordinasi gerak, keseimbangan, posisi.

4

Page 5: CEDERA_KEPALA_BARU

Sirkulasi Serebral

Menerima kira-kira 20% dari curah jantung/750 ml permenit. Sirkulasi ini

sangat dibutuhkan, karena otak tidak menyimpan makanan, sementara

mempunyai kebutuhan metabolisme yang tinggi.

3. Etiologi

- Cedera kepala

- Arterosklerosis

- Tumor intrakranial

4. Patofisiologi

Perjalanan penyakit dimulai dari trauma (cedera) yang mengenai

daerah kepala yang mengakibatkan kerusakan pembuluh darah yaitu

pecahnya pembuluh darah. Darah yang keluar dari pembuluh darah yang

pecah ini akan mengalir/terbendung di daerah sekitar otak, sehingga

menimbulkan gumpalan darah (hematoma). Hematoma ini yang kemudian

akan mengakibatkan jaringan otak terdesak akibat adanya benda asing

(hematoma) tersebut akan menimbulkan peningkatan TIK, TIK yang

makin lama makin bertambah akan mengakibatkan jaringan otak makin

terdesak dan dapat terjadi herniasi otak yang dapat menimbulkan

kematian.

5. Tanda dan Gejala

- Lobus frontal : perubahan perilaku, perubahan kepribadian, tidak

mampu menahan diri

- Lobus parietal : tidak mampu mengenal posisi tubuhnya dan letak

bagian tubuhnya.

- Lobus temporal : perubahan ingatan jangka pendek, gangguan

pendengaran, penghiduan, pengecapan.

- Lobus oksipitalis: gangguan penglihatan

6. Test Diagnostik

a. Foto kepala, cervical

Mengetahui fraktur tulang tengkorak atau cervical.

b. CT Scan, tanpa/dengan kontras

5

Page 6: CEDERA_KEPALA_BARU

Mengidentifikasi adanya haemoragic, menentukan ukuran ventrikuler

pergeseran jaringan otak.

c. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Pemeriksaan non invasif yang menggunakan medan magnetik dengan

bantuan gelombang frekuensi radio untuk mendapatkan gambaran

tubuh serta menggambarkan sesuatu yang bergerak dengan jelas.

d. Lumbal punksi

Mengetahui apakah terjadi perdarahan sub arachnoid.

e. EEG (electroenchephalography)

Memperlihatkan keberadaan/berkembangnya gelombang patologis.

f. Echo encephalography)

Menunjukkan ada/tidaknya hematoma/tumor di daerah suprateritorial.

7. Penatalaksanaan Medik

a. Konservatif : istirahat, terapi antibiotik dan analgetik.

b. Operasi trepanasi atau kraniotomi : mengeluarkan bekuan darah.

8. Komplikasi

a. Hernia otak : sebagai akibat dari peningkatan TIK dan edema, tekanan

disebarkan pada jaringan otak dan struktur internal otak yang kaku.

b. Edema otak.

B. Konsep Asuhan KeperawatanPRE OPERASI1. Pengkajian

a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

- Pemakaian alat pengaman/pelindung diri pada saat bekerja.

- Riwayat trauma.

- Sakit kepala, kaku leher.

b. Pola nutrisi metabolik

- Mual, muntah, anoreksia

- Gangguan menelan

- Kehilangan penyerapan

- Hipertermi

c. Pola eliminasi

- Mengejan saat BAB

6

Page 7: CEDERA_KEPALA_BARU

- Konsistensi BAB

- Kebiasaan berkemih

d. Pola aktivitas dan latihan

- Kelemahan fisik

- Mudah lelah

- Sesak nafas.

e. Pola tidur dan istirahat

- Gelisah

- Sulit tidur, sering terbangun

- Cenderung tidur.

f. Pola persepsi sensori dan kognitif

- Perubahan status mental (orientasi, perhatian, emosi, tingkah laku,

memori).

- Gangguan penglihatan

- Kehilangan refleks tendon.

g. Pola persepsi dan konsep diri

- Kecemasan, bingung, lekas marah

- Perubahan tingkah laku.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d perdarahan intra serebral.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah,

anoreksia.

c. Perubahan pola eliminasi : urine b.d kerusakan saraf organ

perkemihan.

d. Intoleransi beraktivitas b.d peningkatan TIK.

3. Rencana Keperawatan

DP1. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d perdarahan intraserebral.

HYD : Perfusi jaringan serebral membaik dalam masa perawatan ditandai

dengan tanda-tanda vital dalam batas normal, pusing berkurang,

tingkat kesadaran tidak menurun.

Intervensi :

1) Observasi tanda-tanda vital (P, N, TD, HR) tiap 4 jam.

Rasional : Indikator masalah yang terjadi sehingga dapat segera

diatasi.

7

Page 8: CEDERA_KEPALA_BARU

2) Kaji tingkat kesadaran tiap 4 jam, respon membuka mata, respon

verbal dan kemampuan mengikuti perintah sederhana.

Rasional : Tingkat kesadaran adalah indikator penting dalam

perubahan neurologi.

3) Berikan posisi anti tredelenburg atau meninggikan kepala + 30 oC.

Rasional : Meningkatkan aliran darah vena.

4) Kaji keluhan pasien tentang sakit kepala.

Rasional : Sebagai tanda-tanda peningkatan TIK.

5) Beri therapi O2 sesuai instruksi dokter.

Rasional : Memenuhi kebutuhan O2 pasien.

DP2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah,

anoreksia.

HYD : Kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi ditandai dengan BB

ideal, IMT : 20,5-22.

Intervensi :

1) Kaji kemampuan menelan klien.

Rasional : Membantu menentukan jenis makanan dan mencegah

terjadinya aspirasi.

2) Sajikan makanan dalam keadaan hangat.

Rasional : Meningkatkan nafsu makan.

3) Beri support pada pasien untuk makan.

Rasional : Menambah semangat pasien.

4) Sajikan makanan dalam bentuk yang menarik.

Rasional : Menambah nafsu makan pasien.

5) Kolaborasi medik untuk pemberian Antasida.

DP3. Perubahan pola eliminasi urine b.d kerusakan saraf organ

perkemihan.

HYD : Pasien dapat berkemih seperti biasanya.

Intervensi :

1) Kaji dan catat pole berkemih pasien.

Rasional : Untuk mengetahui bila ada perubahan.

2) Observasi warna, jumlah dan konsistensi urine.

Rasional : Sebagai indikator tindakan selanjutnya.

3) Beri intake cairan 2-2,5 liter/hari bila tidak ada kontraindikasi.

8

Page 9: CEDERA_KEPALA_BARU

Rasional : Merangsang produksi urine.

4) Kolaborasi medik untuk pemasangan kateter.

Rasional : Memantau pengeluaran urine.

DP4. Intoleransi beraktivitas b.d peningkatan TIK.

HYD : Pasien mampu memenuhi kebutuhannya secara bertahap.

Intervensi :

1) Kaji dan catat kemampuan pasien dalam beraktivitas.

Rasional : Mengetahui kemampuan pasien.

2) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya seperti : mandi,

eliminasi, makan, minum.

Rasional : Agar kebutuhan dasar pasien terpenuhi.

3) Dekatkan alat-alat yang sering digunakan, seperti : gelas, sendok.

Rasional : Memudahkan pasien.

4) Dekatkan bel di sisi pasien.

Rasional : Agar pasien dapat segera meminta bantuan pada perawat.

POST OPERASI

1. Pengkajian

a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

- Keluhan nyeri pada luka operasi.

- Perdarahan pada luka operasi.

b. Pola nutrisi metabolik

- Mual

- Muntah, anoreksia

- Penurunan BB

- Kemampuan menelan.

c. Pola aktivitas dan latihan

- Keterbatasan aktivitas

- Masalah keseimbangan

- Perubahan kesadaran

- Sesak

- Kelemahan koordinasi otot

d. Pola persepsi kognitif

- Rasa tidak nyaman

9

Page 10: CEDERA_KEPALA_BARU

- Gangguan penglihatan

- Kehilangan refleks tendon

- Perubahan status mental (orientasi, perhatian, emosi, tingkah laku,

memori)

- Perubahan respon terhadap cahaya (pupil).

e. Pola persepsi dan konsep diri

- Kecemasan

- Gelisah

- Bingung.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan TIK.

b. Perubahan persepsi sensori b.d gangguan pada lobus frontal dan

temporal.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia.

d. Resiko tinggi terhadap injury b.d gangguan keseimbangan.

e. Intoleransi beraktivitas b.d peningkatan TIK.

3. Rencana Keperawatan

DP1. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan TIK.

HYD : Tidak terjadi peningkatan TIK, ditandai dengan TTV dalam batas

normal selama masa perawatan.

Intervensi :

1) Observasi tanda-tanda vital (P, N, TD, HR) tiap 4 jam.

Rasional : Indikator masalah yang terjadi sehingga dapat segera

diatasi.

2) Kaji tingkat kesadaran tiap 4 jam, respon membuka mata, respon

verbal dan kemampuan mengikuti perintah sederhana.

Rasional : Tingkat kesadaran adalah indikator penting dalam

perubahan neurologi.

3) Berikan posisi anti tredelenburg atau meninggikan kepala + 30o

Rasional : Meningkatkan aliran darah vena.

4) Kaji keluhan pasien tentang sakit kepala.

Rasional : Sebagai tanda-tanda peningkatan TIK.

5) Beri therapi O2 sesuai instruksi dokter.

Rasional : Memenuhi kebutuhan O2 pasien.

10

Page 11: CEDERA_KEPALA_BARU

DP2. Perubahan persepsi sensori b.d gangguan pada lobus frontal dan

temporal.

HYD : Memulai/mempertahankan tingkat kesadaran.

Intervensi :

1) Kaji dan catat perubahan orientasi, kemampuan berbicara, alam

perasaan dan proses pikir.

Rasional : Perubahan motorik, persepsi, kognitif dan kepribadian

mungkin berkembang dan menetap.

2) Ciptakan lingkungan yang tenang.

Rasional : Menurunkan kecemasan pasien.

3) Bicara dengan suara yang lembut dan pelan. Gunakan kalimat yang

pendek dan sederhana.

Rasional : Memudahkan pasien untuk mengerti dan menciptakan

komunikasi yang baik.

4) Orientasikan kembali pasien pada lingkungan, waktu, staf rumah

sakit.

Rasional : Membantu mengembalikan pasien pada realitas.

5) Buat jadwal tidur pasien yang adekuat.

Rasional : Mengurangi kelelahan pada pasien.

DP3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia.

HYD : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi ditandai dengan BB dalam

batas normal, IMT : 20-22.

Intervensi :

1) Kaji kemampuan menelan klien.

Rasional : Membantu menentukan jenis makanan dan mencegah

terjadinya aspirasi.

2) Sajikan makanan dalam keadaan hangat.

Rasional : Meningkatkan nafsu makan.

3) Beri support pada pasien untuk makan.

Rasional : Menambah semangat pasien.

4) Sajikan makanan dalam bentuk yang menarik.

Rasional : Menambah nafsu makan pasien.

11

Page 12: CEDERA_KEPALA_BARU

5) Kolaborasi medik untuk pemberian antasida.

DP4. Intoleransi beraktivitas b.d peningkatan TIK.

HYD : Pasien dapat kembali bermobilisasi secara bertahap.

Intervensi :

1) Kaji tanda-tanda vital pasien (TD, N, HR, P).

Rasional : Memonitor tanda-tanda peningkatan TIK.

2) Beri penjelasan pada pasien pentingnya melakukan mobilisasi secara

bertahap.

Rasional : Meningkatkan partisipasi pasien dalam bermobilisasi.

3) Berikan latihan secara bertahap, sesuai kemampuan pasien.

Rasional : Melatih pasien dalam bermobilisasi.

4) Libatkan keluarga dalam memberikan penyuluhan tentang mobilisasi

bertahap.

DP5. Resiko terhadap injury b.d gangguan keseimbangan.

HYD : Injury tidak terjadi selama masa perawatan.

Intervensi :

1) Pantau keadaan pasien.

Rasional : Mengetahui keadaan pasien.

2) Pasang hek tempat tidur.

Rasional : Menjaga keamanan pasien.

3) Dampingi pasien tiap ada perubahan aktivitas.

Rasional : Menghindari terjadinya injury.

4) Berikan pencahayaan ruang yang cukup.

4. Discharge Planning

a. Jelaskan kepada keluarga, bahwa perubahan yang terjadi pada pasien

bukan merupakan bentuk kelainan jiwa, tetapi adalah komplikasi dari

benturan yang dialami pasien.

b. Anjurkan pada keluarga, agar pada saat berbicara dengan pasien

menggunakan metode “kembali ke realita”

c. Anjurkan pada keluarga agar tidak merubah posisi/letak barang-

barang yang ada di rumah khususnya kamar pasien.

d. Anjurkan pada keluarga untuk membantu pasien dalam perawatan diri

dan pemenuhan kebutuhan dasar.

12

Page 13: CEDERA_KEPALA_BARU

13

Page 14: CEDERA_KEPALA_BARU

- Penurunan kesadaran- Muntah proyektil- TD, N, P, S

C. Patoflowdiagram

Cedera

Trauma

Kulit Kepala

Tulang Tengkorak

Selaput Meningen

Kerusakan Pembuluh Darah

Aneurisma

Ruptur Pembuluh Darah

Hematoma pada Serebral Craniotomy

Peningkatan TIK

Jaringan Otak Terdesak

Herniasi Otak

Hipoksia

14

KecelakaanJatuhBenturanPukulan

Lobus frontal- Perubahan perilaku- Perubahan

kepribadian- Tidak mampu

menahan diri

Lobus parietal- Tidak mampu

mengenal posisi

- Letak bagian tubuhnya

Lobus temporal- Perubahan ingatan

jangka pendek- Gangguan

penderitaan- Penghiduan- Pengecapan

Lobus oksipitalis- Gangguan

penglihatan

DP. Perubahan persepsi sensori b.d gangguan pada lobus frontal dan temporal

DP. Resti kekurangan volume cairan tubuh b.d intake yang kurang

DP. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan TIK.

DP. Intoleransi beraktivitas b.d peningkatan TIK.

DP. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia.

DP. Resti injury b.d gangguan keseimbangan.

Page 15: CEDERA_KEPALA_BARU

BAB III

PENGAMATAN KASUS

Pengamatan kasus dilakukan pada Tn. R.S., berusia 62 tahun, beragama

Katolik, suku Jawa dirawat di Unit Lukas kamar 53/1. Pasien masuk P.K. Sint

Carolus melalui UGD dengan diagnosa medik Perdarahan Intraserebral. Sebelumnya

pasien dirawat di RS Lampung selama 4 hari. Diagnosa saat pengkajian adalah Post

Craniotomy a/i Perdarahan Intraserebral hari ke-13. Pada saat pengkajian tanggal 4

Agustus 2005, keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis,

pasien mengeluh pusing saat bermobilisasi duduk aktif. Observasi tanda-tanda vital,

Suhu: 361oC, Nadi : 88 x/menit, HR : 90 x/menit, Pernafasan : 21 x/menit. Terdapat

balutan luka operasi di kepala bagian frontal.

Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 4 Agustus 2005.

Darah rutin : Hb : 13 g/dL

Ht : 41%

Leukosit : 8.300/uL

Trombosit : 398.000/uL

Serum elektrolit : Na : 133

Kal: 4,4

Cl : 9,3

Hasil CT Scan

Perdarahan Intraserebral dengan Perivokal Cedera di Lobus Frontal Bilateral,

Perdarahan Subarachnoid mengisi Falk Cerebri.

Terapi yang didapat :

Prozatec 2x1 tab

Neurotam 2x1 tab

Kemicitine 4x500 mg

Surbex T 1x1 tab

Ponstan 500 mg kalau perlu.

Masalah yang ditemukan pada pasien adalah perubahan perfusi jaringan

serebral, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, intoleransi beraktivitas,

perubahan persepsi sensori, resiko tinggi terjadi injury.

15

Page 16: CEDERA_KEPALA_BARU

BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Berdasarkan pengamatan kasus yang dilakukan selama 1 hari pada

tanggal 4 Agustus 2005, pada Tn. RS berusia 62 tahun dengan diagnosa medik

Post Craniotomy Dekompresi : Evakuasi Hematoma Epidural a/i Edema Serebral

dan Epidural Frontal didapatkan adanya perbandingan antara teori dan

pengamatan langsung terhadap kasus di lapangan, hal tersebut akan dijabarkan

sebagai berikut :

1. Pengkajian

Pada saat dilakukan pengkajian, pasien sudah menjalani operasi craniotomy,

post-op hari ke-13. Pasien dapat berkomunikasi dengan perawat, masih

didapat keluhan pusing bila pasien bermobilisasi. Duduk aktif, pasien juga

mengeluh nafsu makannya berkurang. Pada pasien didapat perubahan status

emosi ditandai terkadang pasien berbicara ketus, lalu pasien tampak marah

pada saat perawat bertanya-tanya. Ingatan jangka pendek pasien juga

terganggu, karena pasien menganggap bahwa dirinya masih berada di

Lampung. Pasien tidak pernah merasa pergi ke Jakarta karena tidak pernah

merasa naik kapal.

Hal-hal tersebut disebabkan karena benturan yang dialami pasien mengenai

lobus frontal dan temporal, seperti diketahui dalam teori disebutkan apabila

trauma mengenai dua lobus tersebut maka akan timbul berbagai gangguan

pada diri pasien seperti: perubahan emosi, tingkah laku, ingatan jangka

pendek, orientasi waktu, tempat. Pada pasien tidak didapat keluhan nyeri,

karena post op hari ke-13, tidak didapat gangguan pada penglihatan, itu

menandakan lobus oksipital tidak terganggu.

2. Diagnosa Keperawatan

Dari gejala yang didapat pada pasien, maka dapat diangkat diagnosa sebagai

berikut :

- Perubahan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan TIK.

- Perubahan persepsi sensori b.d gangguan pada lobus frontal dan temporal.

- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia.

- Intoleransi beraktivitas b.d peningkatan TIK.

16

Page 17: CEDERA_KEPALA_BARU

- Resiko tinggi terhadap injury b.d gangguan keseimbangan.

Semua diagnosa yang ada dalam teori terdapat pada pasien, hal itu

dikarenakan memiliki tanda dan gejala yang sama untuk mengangkat

diagnosa tersebut.

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan disusun berdasarkan masalah dan prioritasnya, rencana dapat

terlaksana secara optimal.

4. Pelaksanaan Keperawatan

Pelaksanaan terhadap pasien dilakukan sesuai yang telah tersusun dan

dilakukan dengan bekerja sama antara pasien, perawat ruangan serta

keluarga.

5. Evaluasi Keperawatan

Setelah dilakukan pengamatan dan pelaksanaan pada pasien selama sehari,

didapat evaluasi bahwa :

Masalah yang ada pada pasien belum teratasi, dikarenakan keterbatasan

waktu yang dimiliki penulis, oleh karena itu perencanaan dilanjutkan perawat

di ruangan.

.

BAB V

17

Page 18: CEDERA_KEPALA_BARU

KESIMPULAN

Berdasarkan pengamatan kasus yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan beberapa hal, diantaranya yaitu bahwa sangat penting menjaga

keamanan kepala kita dari benturan ataupun kecelakaan lainnya, karena kepala

merupakan salah satu bagian tubuh yang penting, yang di dalamnya terdapat

otak yang mempunyai fungsi vital dalam kehidupan manusia.

Cedera kepala dapat terjadi dengan intensitas ringan sampai dengan berat,

itu semua tergantung dari kerasnya benturan yang dialami oleh kepala. Gejala

yang timbul dari tiap penderita berbeda-beda. Salah satu gejala yang harus

diwaspadai adalah peningkatan tekanan intrakranial (TIK) yang ditandai dengan

muntah proyektil, sakit kepala berat, penurunan kesadaran, bradicardia,

pernapasan lambat, tekanan darah meningkat. untuk itu perlu observasi ketat,

agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut yang akhirnya menyebabkan kematian.

Perawat juga perlu mempelajari dan memahami asuhan keperawatan

untuk pasien-pasien dengan cedera kepala agar dapat segera memberi

pertolongan dengan tepat.

DAFTAR PUSTAKA

18

Page 19: CEDERA_KEPALA_BARU

Brooker, Christine (1996). The Nurse’s Pocket Dictionary. Alih bahasa : dr. Andry Hartono, Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC.

Brunner, Suddarth (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Volume 3. Jakarta : EGC.

Doengoes, Marilyn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC.

Donna, Ignatavicius D. (1991). Medical Surgical Nursing. Philadelphia : W.B. Saunders Company.

Harajasaputra, S.L. Purwanto, et al (2002). Data Obat di Indonesia. Edisi 10. Jakarta : Grafidian MediPRess.

Luckman, Sorensens (1993). Medical Surgical Nursing. Fourth edition. Philadelphia : W.B. Saunders Company.

Medi Media Drug Reference Worldwide (2004). Indonesia Index of Medical Specialties (IIMS). 97th edition, Jakarta : Info Master.

Ni Luh Gede, Yasin Asih. ( ). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : EGC.

Price, Wilson (1996). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit . Jilid 2. Jakarta : EGC.

19


Top Related