Download - Catatan Kuliah Peranan Militer Dalam Politik
-
7/30/2019 Catatan Kuliah Peranan Militer Dalam Politik
1/4
Peran Militer Dan Politik 1Diskusi kelompok mata kuliah teori politik kontemporer
Kelompok lima sub topik militer dan politik
Anggota : 1. Sulhannuddin
2. basyir effendi
2. gunawan3.
4.
5.
PERAN MILITER DALAM POLITIK
A.Definisi MiliterMiliter adalah kelompok yang memegang senjata.
Militer merupakan organisasi kekerasan fisik yang legal pada suatu negara yang
mempunyai tugas menjaga pertahanan dan keamanan negara dari ancaman luar maupun
dalam negeri.
Dalam hal ini, militer berfungsi sebagai alat negara yang menjunjung tinggi supremasi(kekuatan) sipil.
Supremasi (kekuatan)sipil dibangun dengan sebuah budaya politik yang baik. Budaya
politik adalah suatu parameter dimana peran sipil sangat dominan dalam sebuah negara.
Budaya politik yang baik dapat diwujudkan ketika mesin politik (partai) dapat menyentuh
akar rumput dan melakukan kaderisasi politik yang baik.
Pada masa pergerakan nasional di Indonesia, tidak ada partai politik yang mengakar danmemberikan budaya politik yang baik ke bawah. Partai-partai politik yang ada saat itu antara lain
Sarikat Islam, Partai Sosialis Indonesia, Partai Nasional Mahasiswa (PNI), dll. Sarikat Islam
merupakan partai yang memiliki massa yang sangat besar saat itu. Akan tetapi, banyaknya
anggota partai tersebut tidak diimbangi dengan internalisasi budaya politik yang baik ke seluruh
anggotanya.
Banyaknya anggota partai itu lebih dikarenakan variabel lainnya yang berpengaruh
seperti ikatan keagamaan maupun ketokohan pimpinannya terutama Hadji Oemar Said
Tjokroaminoto. Begitu juga dengan partai lainnya. Partai-partai lain juga kurang memiliki
budaya politik yang baik.
-
7/30/2019 Catatan Kuliah Peranan Militer Dalam Politik
2/4
Peran Militer Dan Politik 2Partai Sosialis Indonesia pimpinan Sjahrir memang dikenal sebagai partai kalangan
intelektual. Namun, citra partai itu tidak menjadikan budaya politik partai itu dikatakan baik
karena intelektual para pimpinan partainya tidak diiringi dengan budaya politik yang baik
sehingga terbukti bahwa partai ini hanya memiliki kader-kader berkualitas di tingkat
pimpinannya tetapi tidak memiliki sentuhan politik di lapisan akar rumput.
Gambaran sejarah di atas memberikan suatu analisis bahwa mesin partai yang dibangun
dengan kekuatan sipil cenderung menghasilkan parpol yang lemah, tidak mempunyai kader
kader yang berkualitas, terutama pada tataran yang paling rendah. Factor dominan tersebut yang
pada akhirnya membuat militer terjun pada ranah politik, di Indonesia.
B.Masuknya Militer Dalam Dunia Politik Dan Model Control Terhadap MiliterFaktor dominan masuknya militer dalam dunia politik adalah budaya politik yang
kurang dibangun dengan baik oleh partai-partai politik. Ketidakbecusan kalangan sipil
dalam mengurus negara membuat kalangan militer berinisiatif untuk masuk (intervensi) ke dunia
politik. Masuknya militer dalam dunia politik disebut dengan Pretorian.
Pretorian adalah situasi dalam masyarakat yang kalangan militernya dominan sebagai
aktor politik.
Berikut Adalah Beberapa cara seorang perwira militer menjadi pretorian:
1. Mengancam langsung pemerintah dengan kekuatan militer.
2. Intervensi ke dalam pemerintahan dengan penguasaan otoritas pemerintah dalam
bidang kebijakan militer.
Militer yang masuk ke dalam dunia politik didasari oleh banyak faktor pendukung.Secara kultur yang dibangun dalam dunia milter memang menjadikan setiap perwira militer
memiliki keunggulan yang dapat dikatakan melebihi kualitas sipil.
Doktrin yang dibangun dalam dunia militer juga memberikan semangat juang yang
berbeda dibandingkan kalangan sipil. Faktor-faktor pendukung itu antara lain
adalah networking yang dibangun oleh setiap perwira cukup baik.Networking itu dibangun dari
berbagai momen seperti latihan militer bersama, pendidikan militer bersama, atau hubungan
antar pimpinan militer di negara yang berbeda. Perwira tinggi militer yang memiliki jaringan
yang kuat dapat melakukan koordinasi bahkan bantuan dukungan jaringannya di negara lain.
Selain networking, faktor pendukung lainnya adalah sistem kepemimpinan yang
dibangun dalam dunia militer. Setiap perwira militer sudah dilatih kepemimpinannya dalam
-
7/30/2019 Catatan Kuliah Peranan Militer Dalam Politik
3/4
Peran Militer Dan Politik 3suatu entitas terkecil sampai memimpin satu angkatan secara keseluruhan. Kultur itu membuat
pengalaman seorang perwira militer benar-benar terlatih sejak dini. Selain itu, ada faktor-faktor
lain yang juga sangat mempengaruhi kualitas seorang perwira militer yang siap memimpin
negara antara lain pendidikan berkualitas yang dididik dengan orang-orang berkualitas bahkan
dari kalangan sipil yang memenuhi kriteria terbaik seperti Guru Besar, dsb.
Masuknya militer masuk dalam dunia politik membuat kalangan sipil memikirkan untuk
melakukan pengontrolan terhadap militer agar tidak terjadi kudeta yang bisa mengancam
kekuasaan sipil. Oleh karena itulah dibuat sebuah pemerintahan sipil yang bisa mengontrol
militer dengan sebaik-baiknya.
C. Tiga model kontrol sipil (Eric Nordinger, Soldiers in Politics) antara lain:
1. Tradisional
2. Liberal
3. Panetrasi
uraian:
Model Tradisional adalah model kontrol sipil di negara monarki / kerajaan. Bentuk
pemerintahan sipil tradisional ini sangat berpengaruh dalam sistem pemerintahan kerajaan abad
ke-17 dan abad ke-18 di Eropa. Hal itu terjadi karena golongan aristokrat (bangsawan) Eropa
merupakan elit sipil dan juga elit militer. Walaupun kedua golongan elit ini berbeda, akan tetapi
dalam kepentingan dan pandangannya hampir sama karena keduanya berasal dari golongan
aristokrat. Golongan bangsawan tidak bisa memanfaatkan kedudukan militer mereka untuk
menentang raja karena raja masih sangat dihormati sebagai kepala negara sekaligus kepala
pemerintahan. Tindakan menentang raja justru akan melemahkan kedudukan politik, ekonomi,
dan sosial mereka yang sangat bergantung kepada raja.
Dalam model ini biasanya tidak terjadi konflik antara sipil dan militer. Ketika
terjadi konflik, mereka lebih memilih untuk mempertahankan statusnya sebagai sipil atau
bangsawan yang memiliki previlege. Dalam model ini, militer dianggap sebagai golongan
amatir. Model ini mulai runtuh di Eropa Barat setelah tahun 1800-an ketika pendidikan
dan kemahiran dijadikan parameter utama dibandingkan status dan kekayaan warisan.
Model Liberal dengan jelas mendasarkan pada diferensiasi (pembedaan) tugas danwewenang sipil dan militer. Militer hanya bertugas menjaga keamanan dan pertahanan negara.
Selain itu, militer diberikan kemampuan manajemen militer yang mumpuni. Seluruh kebutuhan
militer dipenuhi dengan sebaik-baiknya oleh sipil. Singkat kata, model ini berupaya
melakukan meminalisir sekecil mungkin peran militer. Semua hak militer yang diberikan untuk
-
7/30/2019 Catatan Kuliah Peranan Militer Dalam Politik
4/4
Peran Militer Dan Politik 4sipil bukan berarti memberikan kewenangan yang seenaknya kepada sipil untuk melakukan
apapun terhadap militer. Dalam hal ini, sipil dituntut untuk memiliki civilian ethic. Ada beberapa
etika sipil yang harus dilakukan, antara lain
sipil harus menghormati kehormatan militer, keahlian, dan otonomi, serta harus
menunjukkan sikap netral. Selain itu, sipil tidak boleh melakukan intervensi ke dalam profesi
militer apalagi menyusupkan ide-ide politik bahkan menggunakan militer untuk kepentingan
politik tertentu. Model liberal ini sebenarnya memiliki banyak kelebihan, tetapi segalanya
bisa bermasalah ketika sipil tidak konsisten dalam setiap etika yang harus dipenuhi.
Model Panetrasi adalah suatu model kontrol sipil yang melakukan penebaran ide-ide politik
terhadap perwira militer yang masuk dalam partai-partai politik. Dalam hal ini, sipil dan militeradalah satu perangkat ideologi. Model ini hanya bisa diterapkan di suatu negara yang
menerapkan sistem partai tunggal.
Kontrol sipil terhadap militer dilakukan melalui dua struktur yaitu struktur militer itu
sendiri dan struktur partai politik. Militer yang masuk dalam partai politik harus melepaskan
semua aturan militernya dan masuk dalam aturan partai politik sehingga semua tunduk dalam
aturan partai.
Hal ini membuat tidak dominannya peran militer. Kalaupun ada dominasi militer dalam
partai hanya mungkin terjadi sebatas faksi.
Model panetrasi ini biasanya diterapkan di negara komunis. Apabila model ini
diterapkan, ia akan sangat memperlihatkan supremasi sipil. Akan tetapi dalam keadaan tertentu,
pelaksanaan yang kurang baik akan menimbulkan resiko yang cukup tinggi. Sama seperti
model liberal, dalam model panetrasi ini akan berakibat buruk ketika setiap aksi
kelompok sipil mengganggu wilayah otonom militer.
Sumber :
Disadur darihttp://ahmadfathulbari.multiply.com/journal
http://ahmadfathulbari.multiply.com/journalhttp://ahmadfathulbari.multiply.com/journalhttp://ahmadfathulbari.multiply.com/journalhttp://ahmadfathulbari.multiply.com/journal