Download - Canting cantiq RESENSI FIKSI
CANTING CANTIQ
A. IDENTITAS BUKU
1. Judul : Canting Cantiq.
2. Pengatang : Dyan Nuranindya.
3. Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama.
4. Tahun Terbit : Juli 2009.
5. Tebal Buku : 208 halaman ; 20 cm.
6. Warna Sampul : Putih.
7. Ilustrasi : Terdapat gambar seorang gadis cantik yang mengenakan
batik.
B. UNSUR INTRINSIK
1. Tokoh :
a. Melanie Adiwijoyo
b. Aryo Adiwijoyo
c. Eyang Santoso
d. Aryati Sastra
e. Saka
f. Jhony
g. Dara
h. Dido
i. Aiko
j. Bima
k. Marco
l. Mbok Darmi
m. Pak Thomas
2. Watak :
a. Melanie Adiwijoyo : manja, cuek, fashionable, pekerja keras, dan pantang
menyerah.
b. Aryo Adiwijoyo : baik dan bujaksana.
c. Eyang Santoso : baik, bijaksana, dan pekerja keras.
d. Aryati Sastra : cerewet, pekerja keras, dan tidak mudah putus asa.
e. Saka : baik dan sopan.
f. Jhony : baik dan suka dandan super nyentrik,
g. Dara : baik dan tomboy.
h. Dido : baik dan sopan.
i. Aiko : baik, sopan, dan lemah lembut.
j. Bima : baik, sopan, dan pendiam.
k. Marco : playboy
l. Mbok Darmi : baik.
m. Pak Thomas : baik, dan bijaksana.
3. Alur : maju
4. Latar :
a. Tempat : Jakarta dan Yogyakarta
b. Waktu : pagi, siang, dan malam.
c. Suasana : menghibur.
5. Sudut pandang : orang ketiga.
6. Amanat : janganlah mudah menyerah untuk menggapai sesuatu yang kita
inginkan.
C. SINOPSIS NOVEL
CANTING CANTIQ
Melanie Adiwijoyo, putri tunggal pengusaha mebel sukses bernama Aryo
Adiwijoyo. Belum lama ini ibunya meninggal dunia akibat penyakit kanker. Sekarang
Melanie hanya tinggal bersama ayahnya.
“Mel”, itulah panggilan akrab Melanie. Mel bersekolah di SMA Permata
Bhakti. Sekolah impian anak-anak di Jakarta. Sorak sorai murid-murid SMA Permata
Bhakti terdengar keras memenuhi antero sekolah ketika seorang petugas
menempelkan pengumuman kelulusan di mading sekolah. Meskipun sudah bias
dipastikan 100% murid SMA Permata Bhakti bakalan lulus, lantaran punya otak
brilian dan duit yang banyak.
Pagi itu, Mel masih tertidur nyenyak di kamarnya, habis pulang dari clubbing
bareng Marco. Tiba-tiba terdengar gedoran lumayan kencang di pintu kamarnya.
Ternyata yang menggedor-gedor pintu adalah Mbok Darmi. Ia disuruh Papa Mel
untuk menyuruh Melanie menemui Papanya di ruang kerja. Papanya menyuruh agar
untuk sementara waktu Melanie tinggal bersama Eyang Santoso di Yogyakarta.
Beberapa menit yang lalu, pesawat yang ditumpangi Mel mendarat di Bandara
Adisucipto, Yogyakarta. Mel pernah ke Yogya menjenguk Eyang Santoso. Tapi itu
sudah lama sekali, waktu Mel masih kecil. Bahkan kalau harus mengingat wajah
Eyang Santoso pun ia lupa. Yang ia ingat hanyalah postur tubuh Eyang Santoso yang
gagah dan berwibawa.
Terbesit perasaan takut ketika pertama kali Pak Thomas (pengacara papanya)
berkata bahwa Mel harus mulai terbiasa melakukan segala sesuatunya sendiri.
Kemarin pengacara itu memberikan alamat lengkap dan nomor telepon rumah Eyang
Santoso.
Tak berapa lama kemudian, orang yang disuruh menjemput Melanie pun tiba.
Dan Mel diantar kesebuah rumah, tapi letaknya agak terpencil dan lumayan jauh dari
pusat kota Yogya. Di rumah itu terdapat tulisan SODA 124. Berkali-kali Mel
memencet bel di gerbang depan, tapi tak ada seorang pun yang membukakan pintu
gerbang itu. Ternyata gerbang itu tidak dikunci, akhirnya Mel pun memutuskan untuk
masuk ke dalam. Ternyata rumah Eyang Santoso dijadikan sebuah kos-kosan. Dan
tulisan SODA 124 di depan gerbang itu berarti jalan Sodara No. 124 yang biasa
disingkat SODA 124. Di rumah itu tinggal beberapa remaja yang rata-rata masih pada
kuliah. Diantaranya adalah Saka, si cowok baik-baik yang mempunyai tutur kata
lembut dan sopan banget. Jhony, si cowok berambut kribo yang dandanannya super
nyentrik. Dara, si cewek tomboy. Dido, si cowok berkaca mata yang hobinya bermain
koin logam. Ipank, mahasiswa yang hobinya demo dan naik gunung. Aiko, si cewek
berwajah oriental yang suka banget pakai minyak telon. Dan yang terakhir ada Bima,
si cowok berwajah kalem, imut dan kelihatannya paling normal diantara semuanya.
Di rumah Eyang Santoso, Mel harus terbiasa mengerjakan tugas-tugas rumah
sendiri seperti anak-anak SODA yang lainnya. Tak seperti biasanya, pagi ini Mel
sudah selesai mengerjakan tugas-tugasnya.
Yogya memang kota kecil yang indah. Unsur tradisional dan modern menyatu
di kota itu. Sepeda Saka berhenti di depan Kafe Soda tempat Bima bekerja. Kafe itu
terlihat nyaman dan luas. Semua perabotannya berkesan natural. Malam ini di Kafe
Soda akan ada peragaan busana rancangan Aryati Sastra.
Suasana Kafe Soda malam itu sangat ramai. Orang-orang dengan pakaian
yang aneh-aneh menurut Mel, muncul di sana. Naluri fashion police Mel mendadak
muncul. Dalam hati ia sibuk mengomentari penampilan para tamu yang hadir sambil
menerka-nerka profesi mereka.
Lampu menyorot kea rah panggung. Perlahan alunan suara karawitan
terdengar. Bersamaan dengan itu, seorang wanita bertubuh jenjang dengan balutan
kebaya berwarna emas melenggak- lenggok di atas panggung.
Tak berapa lama kemudian dating seorang wanita menghampiri Mel. Ternyata wanita
itu adalah Aryati Sastra, seorang desainer ternama. Ia mengundang Melanie untuk
dating ke galerinya.
Minggu ini adalah minggu ketiga Mel tinggal di rumah Eyang Santoso. Pagi-
pagi dengan diantar Bima yang kebetulan ada di Soda, Melanie mendatangi Galeri
Aryati Sastra.
Kini Melanie menatap bangunan berbentuk joglo dihadapannya. Rumah khas
Jawa dengan pendopo lebar di depannya. Interiornya serba kayu terukir indah.
Pagarnya terbuat dari semak hijau. Di bagian pintu masuk terdapat papan kayu
bertuliskan “Galeri Aryati Sastra”.
Di galeri Aryati Sastra, Mel disuruh belajar menjahit. Awalnya Mel tidak mau,
karena ibu Aryati sangat cerewet. Tapi berkat bujukan anak-anak SODA dan
semangatnya yang tinggi, akhirnya Mel mau belajar menjahit di Galeri Aryati Sastra.
Mel terus berusaha untuk membuat remaja masa kini supaya menyukai batik
dan mau mengenakannya dalam kehidupan sehari-hari. Akhirnya Mel membuat
model-model pakaian remaja yang dipadukan dengan batik.
Karena melihat kesungguhan dan semangat yang ada di diri Melanie, hingga
akhirnya Aryati Sastra menawari Melanie untuk membuat pagelaran busana karya
Mel sendiri. Mel sangat senang mendengar tawaran itu. Tapi ia bingung memilih
model yang akan memperagakan busananya. Akhirnya ia memutuskan bahwa yang
akan menjadi model adalah anak-anak SODA.
Hari yang ditunggu-tunggu Melanie pun tiba. Kafe Soda malam itu ramai
sekali, dan pagelaran busana rancangan Melanie pun berlangsung sukses.
Setelah pagelaran tersebut selesai, baju-baju rancangan Melanie pun mulai
dikenal khalayak luas. Dan banyak sekali pengunjung Galeri Aryati Sastra yang
menanyakan baju-baju rancangan Mel.
Kini banyak sekali remaja yang mengenakan baju rancangan Mel dengan merk
“Canting Cantiq”. Berkat usaha, kerja keras, semangat, dan dukungan dari teman-
temannya kini baju rancangan Mel mulai di kenal masyarakat luas. Dan kini Melanie
pun dapat melanjutkan kuliah fashionnya di Paris, Perancis.
D. TANGGAPAN
Tanggapan saya terhadap novel Canting Cantiq ini adalah ceritanya sangat
bagus. Mengajari kita akan pentingnya kreativitas, kerja keras, serta semangat untuk
menggapai sesuatu yang kita ingikan. Karena sesungguhnya di dunia ini tidak ada
yang mustahil asalkan kita mau bekerja keras dan berusaha dengan sungguh-sungguh.
SINOPSIS NOVEL (2)
CANTING CANTIQ
Sinopsis ini disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa
Indonesia kelas X.
DISUSUN OLEH :
NAMA : ETY RAHMAWATI
KELAS : X.8
NO. INDUK : 6072
NO. ABSEN : 09
SMA N 1 KEDUNGWUNI
TAHUN AJARAN 2011/2012