i
CAMPUR KODE PADA PERISTIWA TUTUR (KONTEKSNYA TUTURAN
LISAN) KELUARGA MAHASISWA ADONARA YOGYAKARTA (KMAY)
2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Aryanto Abdi
NIM: 111224077
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SATRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTO
Rahasia kesuksesan adalah melakukan hal yang biasa
secara tak biasa
(Jhon D. Rockefeller Jr)
Jika kamu benar menginginkan sesuatu, kamu akan
menemukan caranya. Namun jika tak serius kamu hanya
akan menemukan alasan
(Jim Rohn)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk:
1. Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan lewo tana yang telah memberikan bimbingan dan
melancarkan segala proses, saat pertama kuliah hingga lulus dari Universitas
Sanata Dharma.
2. Kedua orang tuaku bapak Gabriel B Luron dan mama Yeni Abdi yang selalu
membimbing dan memberikan motivasi.
3. Adik-adikku tersayang yang senantiasa menghibur dan berbagi banyak
pengalaman.
4. Pacar dan sahabat terbaik My Boo Aloysia B. Burin yang selalu setia menemani
dan berbagi banyak pengalaman yang sangat berharga.
5. Teman-teman skonyeng dan rimba yang selalu menghibur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK Abdi, Aryanto. 2018. Campur Kode pada Perisiwa Tutur Keluarga Mahasiswa
Adonara Yogyakarta (KMAY) 2017. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa
Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Tujuan dari penelitian ini yaitu
untuk mendeskripsikan jenis-jenis campur kode dan faktor-faktor penyebab
terjadinya campur kode pada peristiwa tutur Keluarga Mahasiswa Adonara
Yogyakarta 2017.
Subjek dalam penelitian ini adalah 30 mahasiswa yang berasal dari
Kecamatan Adonara, yang tergabung dalam Keluarga Mahasiswa Adonara
Yogyakarta (KMAY). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode
simak dengan teknik simak bebas libat cakap, teknik rekam, teknik catat. Setelah data
diperoleh, peneliti melakukan transkip, tabulasi, analisis data dan triangulasi. Teknik
analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik tersebut
berhubungan dengan cara membandingkan verbal yang ada pada peristiwa tutur
Keluarga Mahasiswa Adonara Yogyakarta, yang kemudian diubah ke dalam bentuk
tulisan.
Hasil penelitian, pembahasan, dan simpulan mengenai campur kode pada
peristiwa tutur keluarga mahasiswa adonara Yogyakarta 2017 terdapat data penelitian
berupa jenis-jenis campur kode yang meliputi: campur kode ke dalam dan campur
kode keluar. Campur kode ke dalam dibagi menjadi beberapa substansi, yaitu campur
kode ke dalam pada tataran kata meliputi mitra bicara, pembicara dan pribadi
pembicara dan membangkitkan rasa humor, campur kode ke dalam pada tataran frasa
meliputi mitra bicara dan pembicara dan pribadi pembicara. Campur kode pada
tataran klausa meliputi mitra bicara, pembicara dan pribadi pembicara,
membangkitkan rasa humor. Pada campur kode ke luar di bagi menjadi dua yaitu,
campur kode ke luar pada tataran frasa meliputi penggunaan istilah yang lebih
populer, dan campur kode ke luar pada tataran frasa meliputi penggunaan istilah yang
lebih populer.
Faktor-faktor penyebab terjadinya campur kode ke dalam pada tataran kata
meliputi: mitra bicara, pembicara dan pribadi pembicara, membangkitkan rasa humor,
sedangkan faktor-faktor penyebab terjadinya campur kode ke dalam pada tataran
terdapat dua faktor yaitu mitra bicara dan pribadi pembicara. pada penyisipan klausa
terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya campur kode yaitu mitra bicara,
pembicara dan pribadi pembicara, dan membangkitkan rasa humor. Selain itu,
terdapat juga faktor-faktor penyebab terjadinya campur kode ke luar yaitu campur
kode ke luar pada tataran kata meliputi penggunaan istilah yang lebih populer dan
campur kode ke luar pada tataran frasa meliputi penggunaan istilah yang lebih
populer.
Kata kunci: Campur kode, jenis-jenis campur kode, faktor penyebab campur kode..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Abdi, Aryanto. 2018. Mix the Code in the Adonara Yogyakarta Family Student
Speech (KMAY) 2017. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Literature and
language Education Major, Faculty of Teacher and Education, Sanata Dharma
University.
This research is a qualitative research. The Purpose of this study is to describe
and the factors causing the interference code in the event said Adonara Yogyakarta
student family 2017.
Subjects in this study were 30 student who came from Adonara district, which
is incorporated in Adonara Yogyakarta Student Family (KMAY). The data collection
method refer to the technique of free libat ably proficient, recording technique, record
technique. After the data was,abtained, the researcher performed transcripts,
tabulation, data analysis and triangulation. Data analysis technique used is descriptive
qualitative.The technique is related to how to compare verbal existing in the event
said Adonara Yogyakarta student family, which then change into the form of writing.
The result of research, discussion, and conclusion about the code mix in the
event of student speech of Adonara Yogyakarta in 2017 there is data of research in
the form of mixed code types which include: Mixed code into and mix out code.
Mixed out code into subdivisions, which are mixed code into word level include talk
partners, speakers and personal speakers and generate a sense of humor, mix code
into phrases including speech partners and speakers and personal speakers. Mixed
code at the clause level includes talk partners, speakers and personal speakers,
evoking a sense of humor. In the mixed out code, divide into some substance that is,
mix the exit code at the phrase level including the use of more popular terms. In
addition, there are also factors that cause mixed code into and out code.
Factors causing the code on the word level include: talk partners, speakers and
personal speakers, generate a sense of humor, while the factors causing the
interference in the code on the level there are two factors, namely talk partners and
personal speakers. On the insertion of clauses there are several factors causing the
interference of the speakers and personal speakers, and evoke a sense of humor. in
addition to the factors causing the interference in the code there are also factors
causing the mixed out code is mixed out code on the word level includes the use of
more popular terms and mixed out code at the phrase level include the use of more
popular terms.
Keywords: mixed code, mixed types of code, causal factors mixed with code
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT kerena kasih-Nya yang begitu besar,
penulis bisa menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
sarjana Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia di Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan, perhatian,
dukungan, bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd.,M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata
Dharma.
2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd.,M.Hum., selaku Ketua Program Studi PBSI
Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan izin penulisan skripsi ini
serta selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis agar cepat
selesai.
3. Dr. B. Widharyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang dengan penuh
kesabaran, ketelitian dan perhatian membimbing dan mendampingi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Para dosen Program Studi PBSI Universitas Sanata Dharma yang telah
berjerih payah memberikan seluruh tenaga, ilmu, dan perhatian kepada
penulis selama menempuh studi.
5. Teman-teman komunitas keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
HALAMAN MOTO .................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................... vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ............................ vii
ABSTRAK ................................................................................................. viii
ABSTRACT ................................................................................................... x
KATA PENGANTAR ................................................................................. xi
DAFTAR ISI .............................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 4
1.4.1 Manfaat Teoritis .............................................................................. 4
1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................................... 5
1.5 Batasan Istilah ......................................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 6
2.1 Penelitian yang Relevan .......................................................................... 6
2.2 Kajian teori ............................................................................................... 8
2.2.1 Sosiolinguistik ................................................................................. 8
2.2.2 Kedwibahasan ................................................................................. 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.2.3 Kode .............................................................................................. 11
2.2.4 Peristiwa Tutur ............................................................................. 12
2.2.5 Campur Kode ............................................................................... 14
2.2.6 Macam-macam Campur Kode ..................................................... 16
2.2.7 Latar Belakang Terjadinya Campur Kode .................................... 18
2.2.8 Faktor Penyebab Campur Kode .................................................... 19
2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................. 24
BAB III METODELOGI PENELTIAN ................................................. 25
3.1 Jenis Penelitian ...................................................................................... 25
3.2 Subjek Penelitian ................................................................................... 25
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ................................................. 27
3.4 Instrument Penelitian ............................................................................ 31
3.5 Metode dan Teknik Analisi Data ........................................................... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 35
4.1 Deskripsi Data ....................................................................................... 35
4.2 Analisi Data ........................................................................................... 37
4.2.1 Analisis jenis-jenis campur kode .................................................. 37
4.2.1.1 Campur Kode Kedalam (inner code mixing) ........................ 37
4.2.1.2 Campur Kode Keluar (outer kode mixing) ............................. 44
4.2.2 Analisis faktor-faktor penyebab terjadinya campur kode .............. 48
4.3 Pembahasan ............................................................................................ 58
4.3.1 Jenis-jenis campur kode ................................................................... 58
4.3.1.1 Campur Kode Kedalam (Inner code mixing) ........................... 59
4.3.1.2 Campur Kode Keluar (outer kode mixing) ............................... 65
4.3.2 Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Campur Kode .......................... 69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 79
Simpulan ...................................................................................................... 79
Saran ............................................................................................................ 79
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 81
LAMPIRAN ............................................................................................... 81
Lampiran 3. Tabel Triangulasi Data ............................................................ 83
BIOGRAFI PENULIS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sebagai alat komunikasi dan alat interaksi, bahasa dapat dikaji secara internal
maupun secara eksternal. Pengkajian secara internal, artinya pengkajian itu hanya
dilakukan terhadap struktur intern bahasa itu saja. Sedangkan secara eksternal, artinya
kajian itu dilakukan terhadap hal-hal atau faktor-faktor yang berada diluar bahasa
yang berkaitan dengan pemakaian bahasa itu oleh para penuturnya didalam
kelompok-kelompok sosial masyarakatnya. Karena peran dari bahasa yang begitu
penting, Jujun Suriasumantri dalam Khoyin (2013:27) yang mengatakan bahwa
bahasa adalah serangkaian bunyi dan lambang yang membentuk makna. Secara lebih
lengkap, ia menyebutkan bahwa bahasa adalah sarana sistematis untuk
mengkomunikasikan ide-ide perasaan dengan menggunakan tanda-tanda
conventionalized, suara, gerakan, atau tanda memiliki makna yang dapat dipahami.
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang dwibahasaan. Artinya
masyarakat Indonesia dapat menggunakan satu atau dua bahasa dalam
berkomunikasi. Dimana, dalam proses komunikasi itu dapat digunakan bahasa daerah
untuk berkomunikasi pada situasi kedaerahan dan Bahasa Indonesia untuk tingkat
nasional. Menurut KBBI edisi ke empat dan kamus linguistik dalam Suandi
(2014:12), kedwibhahasaan (bilingulisme) diartikan sebagai pemakain dua bahasa
atau lebih oleh penutur bahasa atau oleh suatu masyarakat bahasa. Dengan kata lain
kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih dalam bilingulisme berlaku secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
perorangan dan juga secara kelompok kemasyarakatan. Penekanan bilingulisme disini
terletak pada keadaan atau kondisi seorang penutur atau masyarakat bahasa.
Kedwibahasaan (bilingualisme) ialah penggunaan dua bahasa oleh seorang
penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian (Chaer dan
Agustina, 2010:84). Maksudnya adalah bahwa dalam berkomunikasi dengan lawan
bicara seseorang atau sekelompok masyarakat tertentu menggunakan dua bahasa
yaitu Bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Hal ini tentunya bukan merupakan suatu
hal baru bagi masyarakat di Indonesia, mengingat banyaknya ragam bahasa daerah
yang dimiliki oleh sekelompok orang atau masyarakat tertentu dalam berkomunikasi.
Dalam halnya kedwibahasaan (bilingualisme), tidak jarang kita menemukan
beberapa orang atau pun kelompok anggota masyarakat yang memvariasikan Bahasa
Indonesia dengan bahasa daerah yang lebih dikenal dengan campur kode atau
pengkodean saat berkomunikasi. Dalam masyarakat yang bilingual maupun yang
multilingual sering kali ditemukan peristiwa yang disebut campur kode. Nababan
dalam Suandi (2014:139) mengatakan bahwa campur kode ialah percampuran dua
atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa (speech act atau
discourse) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut percampuran
bahasa itu. Lebih lanjut beliau mengungkapkan bahwa dalam situasi tersebut tidak
ada situasi yang menuntut pembicara, hanya masalah kesantaian dan kebiasaan yang
dituruti oleh pembicara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Poedjosoedarmo dalam Rahardi (2010:25) mendefinisikan kode sebagai suatu
sistem tutur yang penerapan unsur bahasanya mempunyai ciri khas sesuai dengan
latar belakang, penutur, relasi penutur dengan lawan bicara dan situasi tutur yang ada.
Kode biasanya berbentuk varian bahasa yang secara nyata dipakai berkomunikasi
anggota suatu masyarakat bahasa. Selain itu pengertian kode juga dikemukakan oleh
Kridalaksan (2008:127) membedakan kode kedalam tiga bagian sebagai berikut: (1)
Kode adalah lambang atau sistem ungkapan yang dipakai untuk menggambarkan
makna tertentu. (2) Kode adalah sitem bahasa dalam suatu masyarakat. (3) Kode
adalah variasi tertentu dalam suatu masyarakat. Dengan demikian dapat disimpukan
bahwa kode memiliki sifat yang netral. Dikatakan netral karena kode itu tidak
memiliki kecendrungan interpretasi yang menimbulkan emosi.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa bilingulisme adalah penggunaan dua bahasa
atau dua kode bahasa oleh masyarakat yang terjadi karena adanya kontak bahasa.
Dengan demikian, penggunaan bahasa itu mempengaruhi masyarakat tutur yang satu
dengan yang lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung pada peristiwa
kontak bahasa. Peristiwa kontak bahasa yang demikian menyebabkan adanya
pencapuran kode atau pun pengalihan kode oleh masyarakat tutur. Hal ini dapat
dilihat pada peristiwa tutur Keluarga Mahasiswa Adonara Yogyakarta 2017.
Mahasiswa-mahasiswi kecamatan Adonara yang tergabung dalam keluarga
mahasiswa Adonara Yogyakarta 2017 Dengan jumlah anggota sebanyak 68 orang.
Terdiri dari anggota laki-laki sebanyak 35 orang dan anggota perempuan sebanyak 33
orang. Masing-masing anggota tersebut, tersebar dibeberapa Universitas yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
terdapat di Yogyakarta. Dimana pada peristiwa tutur, khususnya Mahasiswa Adonara
Yogyakarta 2017, banyak ditemukan penggunaan dua bahasa yang disebut
bilingualisme pada saat berkomunikasi dengan lawan bicaranya. Dipilihnya kode atau
penggunaan bahasa biasanya dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti lawan bicara,
topik pembicaraan, suasana pembicaraan, maupun tujuan dari pembicaraan. Dalam
hal menentukan kode biasanya seorang individu mencampurkan atau memvariasikan
bahasa saat berkomunikasi. Dengan demikian pemahaman mengenai penggunaan
campur kode beserta hal yang meliputinya dalam peristiwa tutur tersebut, baik dari
fungsi, struktur, maupun konstruksi bahasa akan bisa terjawab permasalahannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka fokus penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut.
1. Apa sajakah jenis-jenis campur kode yang digunakan pada peristiwa Tutur
Keluarga Mahasiswa Adonara Yogyakarta 2017?
2. Apa sajakah faktor-faktor penyebab terjadinya campur kode pada peristiwa Tutur
Keluarga Mahasiswa Adonara Yogyakarta 2017?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan masalah dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan jenis-jenis campur kode yang digunakan pada peristiwa Tutur
Keluarga Mahasiswa Adonara Yogyakarta 2017?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
2. Mendeskripsikan faktor-faktor penyebab terjadinya campur kode pada peristiwa
Tutur Keluarga Mahasiswa Adonara Yogyakarta 2017?
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu manfaat praktis dan manfaat
teoritis.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan agar dapat menambah wawasan
penelitian dibidang kebahasaan (linguistik), khususnya analisis campur kode dalam
ranah sosiolinguistik. Selain itu, penelitian diharapkan dapat menjadi sumber
referensi penelitian-penelitian selanjutnya
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pembaca mengenai penggunaan campur kode pada peristiwa tutur Keluarga
Mahasiswa Adonara Yogyakarta 2017.
Penelitian ini sebagai bentuk pemahaman penulis terhadap teori-teori
kebahasaan, khususnya mengenai teori alih kode dalam pemahaman bahasa Indonesia
berdasarkan kajian sosiolinguistik. Selain itu, hasil penelitian ini dapat memberi
masukan bagi pembaca khususnya mengenai proses interaksi campur kode.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.5 Batasan istilah
1. Bahasa: Suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh
sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifkiasi diri.
2. Kode: Suatu sistem tutur yang penerapan unsur bahasanya mempunyai ciri khas
sesuai dengan latar belakang, penutur, relasi penutur dengan lawan bicara dan
situasi tutur yang ada.
3. Kedwibahasaan: Penggunaan dua bahasa atau lebih yang dipakai oleh seorang
penutur saat berkomunikasi
4. Peristiwa tutur: Terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu
bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan
tutur dengan satu pokok tuturan di dalam waktu, tempat dan situasi tertentu.
5. Campur kode: Percampuran dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam
suatu tindak bahasa (speech act atau discourse) tanpa ada sesuatu dalam situasi
berbahasa itu yang menuntut percampuran bahasa itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan
oleh Ardian Pitra Satya Purnama (2015), berjudul “Alih kode dan campur kode iklan
obat disiaran radio kedaulatan rakyat Yogyakarta”. Jenis penelitian yang digunakan
yakni deskriptif kualitatif. Dengan tujuan yaitu mendeskripsikan mengenai alih kode
dan campur kode beserta faktor penyebab terjadinya alih kode pada iklan obat
disiaran radio kedaulatan rakyat Yogyakarta. Hasil dari penelitian disimpulkan bahwa
wujud alih kode yang terdiri dari alih kode internal dan eksternal. Alih kode internal
terdiri dari alih kode antar ragam formal dan informal, dan alih kode antar bahasa
yang meliputi bahasa Jawa, bahasa Batak, dan bahasa Betawi. Wujud alih kode
eksternal meliputi alih kode bahasa Inggris dan bahasa Arab. Wujud campur kode
yang terdiri dari campur kode ke dalam (iner code- mixing) dan campur kode keluar
(outer code- mixing). Campur kode ke dalam terdiri dari penyisipan kata, frasa dan
istilah, campur kode keluar terdiri dari penyisipan frasa dan istilah.
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan
oleh Andronikus Kresna (2015), berjudul “Campur kode dan alih kode pada interaksi
informal mahasiswa di Yogyakarta: studi kasus pada mahasiswa asrama lantai merah,
jalan cendrawasi no. 1B, demangan baru, Yogyakarta”. Jenis penelitian yang
digunakan yaitu deskriptif kualitatif dengan tujuan mendeskripsikan atau menjelaskan
jenis alih kode dan campur kode pada mahasiswa asrama lantai merah. Hasil dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
penelitian ini berupa jenis campur kode yang terdiri dari campur kode ke dalam
(inner code-mixing) dan campur kode keluar (outer code mixing). Campur kode ke
dalam terdiri dari penyisipan kata, farsa, klausa, sedangkan campur kode keluar
terdiri dari penyisipan kata dan frasa. Jenis alih kode terdiri dari alih kode internal
dan eksternal. Alih kode internal terdiri dari alih kode antar ragam formal dan
informal dan alih kode antar bahasa yang meliputi bahasa Jawa, bahasa Batak dan
bahasa NTT sedangkan jenis alih kode eksternal yang meliputi alih kode bahasa
Inggris.
Penelitian yang dilakukan oleh Yakobus Dolame (2016), berjudul “Kode dan
alih kode dalam siaran radio bumi Mimika kabupaten Timika provinsi Papua”. Jenis
penelitian Kode dan Alih Kode dalam Siaran Radio Bumi Mimika Kabupaten Timika
Provinsi Papua ini adalah jenis penelitian kualitatif. Dengan hasil didapatkan adanya
alih kode dari penutur dalam siaran radio bumi Mimika di kabupaten Timika provinsi
Papua berupa pemakaian bahasa Indonesia yang di dalamnya terdapat alih kode yaitu,
alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa daerah, alih kode dari bahasa daerah ke
bahasa Indonesia, alih kode dari bahasa asing ke bahasa daerah dan alih kode dari
bahasa indonesia ke bahasa asing. Selain itu, terdapat juga ragam bahasa, yaitu ragam
bahasa baku dan tidak baku, ragam bahasa formal dan non formal, dialeg bahasa
Papua, Jawa dan lainnya serta ragam bahasa ilmiah. Alasan-alasan penutur dan mitra
tutur dalam siaran radio bumi beralih kode meliputi, 1) adanya perasaan jengkel
penutur kepada mitra tutur, 2) adanya perasaan jengkel mitra tutur kepada penutur, 3)
penutur merasa senang dengan mitra tutur, 4) penutur mempunyai maksud tertentu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
kepada mitra tutur tetapi disembunyikan, 5) mitra tutur ingin menyesuaikan kode
dengan kode yang di pakai oleh penutur, 6) kehadiran teman lain pada saat
percakapan berlangsung, 7) mitra tutur ingin berpura-pura dengan penutur, 8) mitra
tutur ingin bergurau dengan penutur, 9) penutur dan mitra tutur iingin menyesuaikan
dengan situasi
2.2 Kajian Teori
Penelitian ini juga didukung oleh beberapa teori yang akan dijadikan acuan
atau pedoman untuk mendukung penelitian campur kode pada peristiwa tutur
keluaraga masyarakat Adonara Yogyakarta 2017.
2.2.1 Sosiolinguistik
Sosiolinguistik terdiri dari dua unsur, yaitu “sosio” dan “linguistik”. Sosio
adalah seakar dengan sosial, yaitu yang berhubungan dengan masyarakat, kelompok-
kelompok masyarakat, dan fungsi-fungsi kemasyarakatan. linguistik adalah ilmu yang
mempelajari atau membicarakan bahasa, khususnya unsur-unsur bahasa (fonem,
morfem, kata, kalimat) dan hubungan antar unsur-unsur itu (struktur), termasuk
hakekat dan unsur-unsur itu.Dapat kita simpulkan bahwa sosiolinguistik adalah studi
atau pembahasan dari bahasa sehubungan dengan penutur bahasa itu sebagai anggota
masyarakat. Lebih lanjutnya, sosiolinguistik juga dapat diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari dan membahas aspek-aspek kemasyarakatan bahasa, khususnya
perbedaan-perbedaan (variasi) yang terdapat dalam bahasa yang berkaitan dengan
faktor-faktor kemasyarakatan (Nababan,1984:2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Kridalaksan dalam Chaer dan Leonie (2010:3) mendefinisikan sosiolunguistik
sebagai ilmu yang mempelajari ciri dan pelbagai variasi bahasa, serta hubungan
diantara para bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu didalam suatu
masyarakat bahasa. Berhubungan denga pengertian sosiolinguistik ini, Nancy dalam
Chaer dan Leonie (2010:4) juga mengemukakan pendapatnya yang mengatakan
bahwa sosiolinguistik merupakan pengembangan subbidang linguistik yang
memfokuskan penelitian pada variasi ujaran, serta mengkajinya dalam suatu konteks
sosial. Sosiolinguistik meneliti korelasi antara faktor-faktor sosial itu dengan variasi
bahasa.
Berdasarakan pengertian sosiolinguistik diatas, dapat disimpulkan bahwa
sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang bersifat interdisipliner dengan ilmu
sosiologi, dengan objek penelitian hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor
sosial didalam suatu masyarakat tutur.
2.2.2 Kedwibahasaan
Istilah bilingualisme (Inggris: bilingualism) dalam Bahasa Indonesia disebut
juga kdwibahasaan. Dari istilah secara harafiah sudah dapat dipahami apa yang
dimaksud dengan bilingualisme, yaitu berkenaan dengan penggunaan dua bahasa atau
dua kode bahasa (Chaer dan Leonie, 2010:84). Menurut KBBI edisi ke empat dan
kamus linguistik dalam Suandi (2014:12), kedwibhahasaan (bilingulisme) diartikan
sebagai pemakain dua bahasa atau lebih oleh penutur bahasa atau oleh suatu
masyarakat bahasa. Dengan kata lain kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih
dalam bilingulisme berlaku secara perorangan dan juga secara kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
kemasyarakatan. Penekanan bilingulisme disini terletak pada keadaan atau kondisi
seorang penutur atau masyarakat bahasa.
Kridalaksana (2008:36) mengemukakan bahwa bilingualisme adalah
penggunaan dua bahasa atau lebih oleh seseorang atau oleh suatu masyarakat. Selain
pengertian itu, kridalaksana juga membagi bilingualisme menjadi 3 jenis yakni.
1. Bilingualisme Koordinat
Bilingualisme dengan dua sistem bahasa atau lebih yang terpisah. Seseorang
yang bilingual koordinat, ketika mempergunakan suatu bahasa, tidak menampakan
unsur-unsur dari bahasa yang lain; pada waktu beralih kebahasa lain tidak terjadi
pencampuran sistem.
2. Bilingualisme Majemuk
Bilingualisme dengan dua sistem bahasa atau lebih yang terpadu. Seseorang
yang bilingual majemuk sering “Mengacaukan” unsur-unsur kedua bahasa atau lebih
yang dikuasainya.
3. Bilingualisme Subordinat
Bilingualisme dengan dua sistem bahasa atau lebih yang terpisah, tetapi masih
terdapat proses penerjemahan. Seseorang yang bilingual subordinat biasanya masih
mencampurkan konsep-konsep bahasa pertama kedalam bahasa kedua.
Menurut Suandi (2014:19) dilihat dari segi kemampuan, kedwibahasan
seseorang dapat dibedakan menjadi kedwibahasaan berimbang dan kedwibahasaan
dominan, kedwibahasaan berimbang atau belanced bilingulity adalah penguasaan atau
kemampuan atas bahasa yang satu sama baiknya dengan penguasaan atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
kemampuan atas bahasa yang kedua, orangnya disebut ambililingual atau equlingual.
Kedwibahasaan dominan (dominant bilinguality) mengacu pada penguasaan atau
kemampuan atas bahasa yang satu lebih dominan daripada penguasaan atau
kemampuan atas bahasa lain.Dapat disimpulkan bahwa bilingualisme adalah
penguasaan dua bahasa yang dimilki oleh seorang individu pada peristiwa tutur.
Suwito dalam Rahardi (2010:20) mengatakan bahwa apabila terdapat dua
bahasa atau lebih digunakan secara bergantian oleh penutur yang sama maka akan
terjadi kontak bahasa. Sejalan dengan apa yang disampaikan diatas, Mackey dalam
Rahardi (2010:21) mengatakan bahwa kontak bahasa adalah peristiwa saling
mempengaruhi antara bahasa yang satunya denga bahasa yang lain, baik yang terjadi
secara langsung maupun tidak langsung. Peristiwa kontak bahasa antar bahasa itu
akan dapat menimbulkan perubahan bahasa (language change).
Dalam masyarakat bilingual kita akan menemukan adanya kontak bahasa
antara bahasa yang satu dengan bahasa lainnya pada masyarakat tutur. Artinya, tidak
ada seorang penutur dalam masyarakat tutur yang hanya menggunakan satu bahasa
dan tidak terpengaruhi oleh bahasa lainnya yang sebenarnya sudah ada dalam diri
penutur tersebut. Hal ini tentunya akan meimbulkan gejala campur kode (code
mixing).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
2.2.3 Kode
Kode dapat didefinisikan sebagai suatu sistem tutur yang penerapan unsur
bahasanya mempunyai ciri khas sesuai dengan latar belakang, penutur, relasi penutur
dengan lawan bicara dan situasi tutur yang ada. Kode biasanya berbentuk varian
bahasa yang secara nyata dipakai berkomunikasi anggota suatu masyarakat bahasa
Poedjosoedarmo dalam Rahardi (2010:25).
Suwito dalam Rahardi (2010:25) juga mengemukakan batasan yang tidak
terlalu jauh dengan yang disampaikan diatas, yakni bahwa kode adalah salah satu
varian didalam hierarki kebahasaan yang dipakai dalam komunikasi. Berbeda dengan
penjelasan mengenai kode diatas, kridalaksan (2008:127) membedakan kode kedalam
tiga bagian sebagai berikut.
1. Kode adalah lambang atau sistem ungkapan yang dipakai untuk menggambarkan
makna tertentu.
2. Kode adalah sitem bahasa dalam suatu masyarakat.
3. Kode adalah variasi tertentu dalam suatu masyarakat.
Dapat disimpukan bahwa kode memiliki sifat yang netral. Dikatakan netral
karena kode itu tidak memiliki kecendrungan interpretasi yang menimbulkan emosi.
Lebih lanjut dikatakan bahwa kode adalah semacam sistem yang dipakai oleh dua
orang atau lebih untuk berkomunikasi Wardhaugh dalam Rahardi (2010:26).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
2.2.4 Peristiwa tutur
Chaer (2010:47) Peristiwa tutur (Inggris: speech event) adalah terjadinya atau
berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang
melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan,
dalam waktu, temapat dan situasi tertentu, jadi interaksi yang berlangsung antara
seorang pedagang dan pembeli dipasar pada waktu tertentu dengan menggunakan
bahasa sebagai alat komunikasinya adalah sebuah peristiwa tutur.
Sebuah percakapan dapat dikatakan sebagai peristiwa tutur apa bila memenuhi
syarat-syarat seperti yang disebutkan di atas, atau seperti yang dikatakan Hymes
dalam Chaer dan Leonie (2010:48-49) seorang pakar sosiolinguistik terkenal, bahwa
suatu peristiwa tutur harus memenuhi delapan komponen, yang bila huruf-huruf
pertamanya dirangkaikan akan menjadi akronim SPEAKING. Kedelapan komponen
itu adalah (diangkat dari Wadhaugh 1990)
S (= Setting and scene)
P (= Participants)
E (= Ends: purpose and goal)
A (= Act sequences)
K (= Key: tone or spirit of act)
I (= instrumentalities)
N (= Norms of interaction and interpretation)
G (= Genres)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Setting and scene. Disini seeting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur
berlangsung, sedangkan scene mengacu pada situasi tempat dan waktu atau situasi
psikologis pembicaraan. Waktu, tempat, dan waktu situasi tuturan yang berbeda dapat
menyebabkan penggunaan variasi bahasa yang berbeda.
Berikut ini diberikan contoh: Berbicara dilapangan sepak bola pada waktu ada
pertandingan sepak bola dalam situasi yang ramai tentu berbeda dengan pembicaraan
di ruang perpustakaan pada waktu banyak orang membaca dan dalam keadaan sunyi.
Di lapangan sepak bola kita dapat berbicara keras-keras, sedangkan diruang
perpustakaan harus seperlahan mungkin.
Participanst adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa pembicara
dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima (pesan). Contoh:
Dua orang yang bercakap-cakap akan berganti peran sebagai pembicara atau
pendengar, tetapi dalam khotbah dimasjid, khotib sebagai pembicara dan jemaah
sebagai pendengar tidak dapat bertukar peran.
Ends, merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. Contoh: Peristiwa tutur
yang terjadi di ruang pengadilan bermaksud untuk menyelesaikan suatu kasus
perkara; namun, para partisipan di dalam peristiwa tutur itu mempunyai tujuan yang
berbeda.
Act sequence, mengacu pada bentuk ujaran. Bentuk ujaran ini berkenaan
dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaannya, dan hubungan antara
apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan. Contoh: Bentuk ujaran dalam kuliah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
umum, dalam percakapan biasa, dan dalam pesta adalah berbeda. Begitu juga dengan
isi yang dibicarakan.
Key, mengacu pada cara dan semangat di mana suatu pesan disampaikan:
dengan senang hati, dengan serius, dengan singkat, dengan sombong, dengan
mengejek, dan sebagainya. Hal ini dapat juga ditunjukan dengan gerak tubuh dan
isyarat.
Instrumentalities, mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur
lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon. Instrumentalities ini juga mengacu pada
kode ujaran yang digunakan, seperti bahasa, dialek, fragam, atau register.
Norm of interaction and interpretation, mengacu pada norma atau aturan dalam
berinteraksi. Misalnya, yang berhubungan dengan cara berinterupsi, bertanya, dan
sebagainya. Juga mengacu pada norma penafsiran terahadap ujaran dari lawan bicara.
Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi, pepatah,
doa, dan sebagainya.
2.2.5 Campur Kode
Kesamaan yang ada antar alih kode dan campur kode adalah digunakannya
dua bahasa atau lebih atau dua varian dari sebuah bahasa dalam satu masyarakat
tutur. Banyak ragam pendapat mengenai perbedaan keduanya. Dalam, alih kode
setiap bahasa atau ragam bahasa yang digunakan masih memiliki fungsi otonomi
masing-masing, dilakukan dengan sadar, dan sengaja dengan sebab-sebab tertentu.
Sedangkan didalam campur kode ada sebuah kode utama atau kode dasar yang
digunakan dan memiliki fungsi dan keotonomiannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Nababan dalam Suandi (2014:139) mengatakan bahwa campur kode adalah
percampuran dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa
(speech act atau discourse) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang
menuntut percampuran bahasa itu. Lebih lanjut beliau mengungkapkan bahwa dalam
situasi tersebut tidak ada situasi yang menuntut pembicara, hanya masalah kesantaian
dan kebiasaan yang dituruti oleh pembicara.
Campur kode adalah percampuran atau kombinasi antara variasi-variasi yang
berbeda di dalam satu klausa yang berbeda didalam satu klausa buster (hybrid
clauses) Thelander dalam Suandi (2014:139). Ahli lain yang mengungkapkan batasan
mengenai campur kode adalah Kachru dalam Suandi (2014:139) yang mengatakan
bahwa campur kode merupakan pemakaian dua buah bahasa atau lebih dengan saling
memasukan unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain secara
konsisten.
Thelander dalam Chaer dan Leonie (2010:115) menjelaskan perbedaan alih
kode dan campur kode. Bila didalam suatu peristiwa tutur terjadi peralihan dari satu
klausa bahasa ke bahasa lain, maka peristiwa yang terjadi adalah alih kode. Tetapi
apabila didalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa maupun frase-frase yang
digunakan terdiri dari klausa dan frase campuran (hybrid clauses, hybrid phrases) dan
masing-masing klausa atau frase itu tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri,
maka peristiwa yang terjadi adalah campur kode.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Istiati dalam Suandi (2014: 140) mengatakan bahwa campur kode dilakukan
oleh penutur bukan semata-mata karena alasan situasi pada saat terjadinya interaksi
verbal, melainkan oleh sebab-sebab yang bersifat kebahasaan. Sumber dari campur
kode bisa datang dari kemampuan berbahasa, bisa juga datang dari kemampuan
berkomunikasi. Jika gejala itu hadir karena penutur telah terbiasa menggunakan
bahasa campur-demi kemudahan belaka-sebagai sistem budaya, sistem sosial atau
sistem kepribadian secara terus menerus, maka gejala itu datang dari sistem tingkah
laku, artinya, gejala ini bersumber dari kemampuan berkomunikasi.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat diketahui bahwa campur kode
berbeda dengan alih kode. Alih kode merupakan perubahan bahasa oleh seorang
dwibahasawan disebabkan karena adanya perubahan situasi. Sedangkan campur kode,
perubahan bahasa tidak disertai dengan adanya perubahan situasi. Campur kode
terjadi apabila seorang penutur menggunakan suatu bahasa secara dominan
mendukung suatu tuturan disisipi dengan unsur bahasa lainnya (Suandi 2014:139).
2.2.6 Macam-macam campur kode
Menurut Suandi (2014:140) berdasarkan asal usul serapannya, campur kode
dibedakan menjadi tiga jenis yaitu campur kode ke dalam (inner code mixing),
campur kode ke luar (outer code mixing), dan campur kode campuran (hybrid code
mixing). Berikut akan diuraikan masing-masingnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
1. Campur Kode Ke Dalam (inner code mixing)
Campur kode ke dalam (inner code mixing) adalah jenis campur kode yang
menyerap unsur-unsur bahasa asli yang masih sekerabat. Misalnya, dalam peristiwa
campur kode tuturan bahasa Indonesia terdapat didalamnya unsur-unsur bahasa Jawa,
Sunda, Bali, dan bahasa daerah lainnya.
2. Campur Kode Ke Luar (outer code mixing)
Campur kode ke luar (outer code mixing) adalah campur kode yang menyerap
unsur-unsur bahasa asing. Misalanya, gejala campur kode pada pemakaian bahasa
Indonesia terdapat sisipan bahasa Belanda, Inggris, Arab, bahasa Sansekerta, dll.
3. Campur Kode Campuran (hybrid code mixing)
Campur kode campuran (hybrid code mixing) adalah yang didalamnya
(mungkin klausa atau kalimat) telah menyerap unsur bahasa asli (bahasa-bahasa
daerah) dan bahasa asing.
Campur kode juga bisa diklasifikasikan berdasarkan tingkat perangkat
kebahasaan. Berdasarkan kategori tersebut campur kode juga dapat dibedakan
menjadi tiga jenis. Jendra dalam Suandi (2014: 141).
1. Campur kode pada tataran klausa
Campur kode pada tataran klausa merupakan campur kode yang berada pada
tataran yang paling tinggi.
2. Campur kode pada tataran frasa
Campur kode pada tataran frasa setingkat lebih rendah dibandingkan dengan
dengan campur kode pada tataran klausa. Contoh: “kehidupan keluarga pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
hakikatnya harus memendam sifat saling asah, saling asih, dan saling asuh” (saling
mengingatkan, saling mengasihi, dan saling membimbing). Campur kode ini bisa
murni bersifat campur kode ke dalam (inner code mixing) seperti contoh kalimat
diatas dan bisa murni bersifat ke luar (outer code mixing) seperti “Rima
menyumbangkan suara emasnya dalam sebuah talk show di Surabaya”,tetapi bisa
juga bersifat campuran ( hybrid, baster) seperti yang ditunjukan pada contoh
berikut. “Kumala melakukan studi banding ke Australia”. Campur kode tataran
frase ini dapat juga berupa ungkapan (idiom) seperti contoh berikut: “the last but
not least” (terakhir, tetapi tidak kalah pentingnya).
3. Campur kode pada tataran kata
Campur kode pada tataran kata merupakan campur kode yang paling banyak
terjadi pada setiap bahasa. Campur kode pada tataran kata bisa berwujud kata
dasar (kata tunggal), bisa berupa kata kompleks, kata berulang, dan kata majemuk.
2.2.7 Latar belakang terjadinya campur kode
Berbeda dengan alih kode, campur kode memang tidak muncul karena adanya
tuntutan situasi, tetapi ada hal lain yang melatar belakangi terjadinya campur kode
tersebut. Suwito dalam Suandi (2014:142) mengemukakan bahwa terdapat 3 alasan
terjadinya campur kode, antara lain: 1) Identifikasi peranan, 2) Identifkasi ragam, 3)
Keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan
Ketiga alasan yang dikemukan oleh Suwito tersebut saling bergantung dan
tidak jarang mengalami tumpang tindih. Ukuran untuk mengidentifikasi peranan
adalah sosial, registral, dan edukasional.Campur kode yang terjadi ditunjukkan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
mengidentifikasi peranan penutur, baik secara sosial, regional, maupun registrasional.
Misalnya dalam pemakaian bahasa Jawa, pemilihan variasi bahasa tersebut dapat
memberikan kesan tertentu baik tentang status sosial dan identifikasi keinginan untuk
menjekaskan dan menafsirkan tampak dalam sikap terhadap penutur.
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Jendra dalam Suandi (2014:
142). Menurutnya latar belakang terjadinya sebuah campur kode pada dasarnya dapat
dikategorikan menjadi tiga, yaitu (1) peserta pembicara, (2) media bahasa yang
digunakan, (3) tujuan pembicara. Ketiga hal tersebut masih dapat dibagi lagi menjadi
dua bagian pokok, misalnya peserta pembicara menjadi (1) penutur dan dua faktor
yang lain, yaitu media bahasa dan tujuan pembicaraan disatukan menjadi (2) faktor
kebahasaan. Kedua faktor tersebut saling berkaitan dan mengisi satu sama lain.
1. Faktor penutur
Seorang penutur yang berlatar belakang bahasa ibu adalah bahasa Bali yang
memiliki sikap bahasa yang positif dan kadar kesetiaan yang tinggi terhadap
bahasa Bali, bila ia berbicara bahasa Indonesia tentukan akan terjadi campur kode
kedalam. Artinya, bahasa Indonesianya akan sering disisipi unsur bahasa Bali.
Bisa juga karena ia kurang menguasai bahasa Indonesia dengan baik, maka
bahasa Indonesia yang digunakannya akan sering tercampur dengan kode bahasa
Bali atau ragam bahasa Indonesianya kurang tepat pada situasi.
2. Faktor kebahasaan
Penutur dalam memakai bahasanya sering berusaha untuk mencampurkan
bahasanya dengan kode bahasa lain untuk mempercepat penyampaian pesan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
2.2.8 Faktor Penyebab Campur Kode
Suandi (2014:143) mengklasifikasikan faktor penyebab terjadinya campur
kode ke dalam beberapa bagian, yaitu sebagai berikut.
1. Keterbatasan penggunaan kode
Faktor keterbatasan kode terjadi apabila penutur melakukan campur kode
karena tidak mengerti padanan kata, frasa, atau klausa dalam bahasa dasar yang
digunakannya. Campur kode karena faktor ini lebih dominan terjadi ketika penutur
bertutur dengan kode dasar BI dan BJ. Fenomena campur kode dengan kode dasar BI
yang disebabkan karena keterbatasan penggunaan kode tampak pada tuturan berikut
ini.
a) Kasihan ya Bu Agus, semaput ko sampai dua hari belum sadar-sadar.
b) Tambah lomboknya dua ribu mabak, nggak pake rawit ya.
c) Jadi pada kesempatan ini bapak ingin memberikan wanti-wanti kepada kalian
semua, khususnya bagi yang sudah kelas tiga untuk lebih giat belajar.
Tuturan (1), (2), dan (3) menunjukkan adanya peristiwa campur kode BJ pada
kode dasar BI. Tuturan seorang ibu rumah tangga yang baru pulang dari menjenguk
kerabatnya yang sakit di sebuah rumah sakit, tuturan (2) terjadi pada ranah pergaulan
pada latar pasar, dan tuturan 3) terjadi pada ranah pendidikan pada acara upacara
bendera. Pada peristiwa tutur tersebut penutur melakukan campur kode dengan
memasukan BJ semaput “pingsan” pada tuturan (1), Lombok “cabai” pada tuturan (2),
dan wanti-wanti “berpesan” pada tuturan (3) dalam tuturan dengan kode dasar BI.
Faktor penyebab terjadinya campur kode itu adalah keterbatasan kode penutur dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
bertutur dengan kode BI. Penutur tidak memahami padananya dalam BI sehingga
memasukan kode yang diketahuinya dalam kode BJ. Fenomena campur kode ini
dapat juga terjadi karena penutur lebih sering menggunakan kode tersebut dalam
bertutur walaupun penutur sebenarnya mengetahui padanannya dalam BI. Faktor
keterbatasan kode penutur yang menyebabkan terjadinya campur kode juga tampak
ketika penutur menggunakan kode dasar BJ dalam berkomunikasi verbal.
2. Penggunaan istilah yang lebih popular
Dalam kehidupan sosial, terdapat kosa kata tertentu yang dinilai mempunyai
padanan yang lebih popular.
3. Pembicara dan pribadi pembicara
Pembicara terkadang sengaja melakukan campur kode terhadap mitra bahasa
karena dia memiliki maksud dan tujuan tertentu. Dipandang dari pribadi pembicara,
ada berbagai maksud dan tujuan melakukan campur kode antara lain, pembicara ingin
mengubah situasi pembicaraan, yakni dari situasi formal yang terikat ruang dan
waktu. Pembicara juga terkadang melakukan campur kode dari suatu bahasa ke
bahasa lain karena faktor kebiasaan dan kesantaian.
4. Mitra Bicara
Mitra bicara dapat berupa individu atau kelompok. Dalam masyarakat
bilingual, seorang pembicara yang mula-mula menggunakan satu bahasa dapat
melakukan campur kode menggunakan bahasa lain dengan mitra bicaranya yang
memiliki latar belakang daerah yang sama.
5. Tempat tinggal dan waktu pembicaraan berlangsung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
6. Modus pembicaraan
Modus pembicaraan merupakan sarana yang digunakan untuk berbicara.
Modus lisan (tatap muka, melalui telepon atau audio visual) lebih banyak
menggunakan ragam non-formal dibandingkan dengan modus tulis (surat dinas, surat
kabar, buku ilmiah) yang biasanya menggunakan ragam formal. Dengan modus lisan
lebih sering terjadi campur kode dibandingkan dengan modus tulis.
7. Topik
Campur kode dapat disebabkan karena faktor topik. Topik ilmiah disampaikan
dengan menggunakan ragam formal. Topik non-ilmiah disampaikan dengan
“bebas”dan “santai” dengan menggunakan ragam non-formal. Dalam ragam non-
formal terkadang terjadi “penyisipan” unsur bahasa lain, disamping itu topik
pembicaraan non-ilmiah (percakapan sehari-sehari) menciptakan pembicaraan yang
santai. Pembicaraan yang santai tersebutlah yang kemudian mendorong adanya
campur kode.
8. Fungsi dan tujuan
Fungsi bahasa yang digunakan dalam pembicaraan didasarkan pada tujuan
berkomunikasi. Pembicara menggunakan bahasa menurut fungsi yang
dikehendakinya sesuai dengan konteks dan situasi berkomunikasi. Campur kode
dapat terjadi karena situasi dipandang tidak sesuai atau relevan. Dengan demikian,
campur kode menunjukan adanya saling ketergantungan antara fungsi kontekstual
dan situasional yang relevan dalam pemakaian dua bahasa atau lebih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
9. Ragam dan tingkat tutur bahasa
Pemilihan ragam dan tingkat tutur bahasa banyak didasarkan pada
pertimbangan pada mitra bicara. Pertimbangan ini menunjukan suatu pendirian
terhadap topik tertentu atau relevansi dengan situasi tertentu. Campur kode lebih
sering muncul pada penggunaan rgam non-formal dan tutur bahasa daerah jika
dibandingkan dengan penggunaan ragam bahasa tinggi.
10. Hadirnya penutur ketiga
Dua orang yang berasal dari etnis yang sama pada umumnya saling
berinteraksi dengan bahasa kelompok etniknya. Tetapi apabila kemudian hadir orang
ketiga dalam pembicaraan tersebut dan orang tersebut memiliki latar belakang
kebahasaan yang berbeda, maka biasanya dua orang pertama beralih kode ke bahasa
yang dikuasai oleh orang tersebut. Hal tersebut dilakukan untuk menetralisasi situasi
dan sekaligus menghormati kehadiran orang ketiga tersebut.
11. Pokok pembicaraan
Pokok pembicaraan atau topik pembicaraan merupakan faktor dominan yang
menentukan terjadinya campur kode. Pokok pembicaraan pada dasarnya dapat
dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu: 1) pokok pembicaraan yang bersifat
formal, 2) pokok pembicaraan yang bersifat informal.
12. Untuk membangkitkan rasa humor
Campur kode sering dimanfaatkan pemimpin rapat untuk menghadapi
ketegangan yang mulai timbul dalam memecahkan masalah atau kelesuan karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
telah cukup lama bertukar pikiran, sehingga memerlukan rasa humor. Bagi pelawak,
hal tersebut berfungsi untuk membuat penonton merasa senang dan puas.
13. Untuk sekadar bergengsi
Sebagian penutur ada yang melakukan campur kode sekedar untuk bergengsi.
Hal itu terjadi apabila faktor situasi, lawan bicara, topik, dan faktor-faktor
sosiosituasional yang lain sebenarnya tidak mengharuskan penutur untuk melakukan
campur kode atau dengan kata lain, naik fungsi kontekstualnya maupun situasi
relevansinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
2.3 Kerangka Berpikir
Keluarga Mahasiswa Adonara
Yogyakarta 2017
Sosiolingustik
Dwibahasaan
Campur Kode
Jenis campur Kode Faktor penyebab campur kode
Nababan
Chaer dan Leonie
Kridalaksana
Suandi
Kunjana Rahardi
Abdul Chaer
Hymes
Suwito
Poedjosodarmo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis-jenis campur kode dan
faktor-faktor penyebab terjadinya campur kode pada peristiwa tutur Keluarga
Mahasiswa Adonara Yogyakarta 2017. Berdasarkan tujuannya, maka metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif
kualitatif adalah prosedur penelitian yang dilakukan dengan hasil penyajian datanya
berupa tuturan lisan dalam suatu peristiwa tutur. Adapun beberapa metode yang
digunakan yakni, 1). Tahap pengumpulan data, 2). Tahap analisis data, 3). Tahap
pemaparan hasil analisis data atau tahap penyajian hasil penguraian data
(Sudaryanto,1988:57).
3.2 Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang berasal dari Kecamatan
Adonara yang tergabung dalam Keluarga Mahasiswa Adonara Yogyakarta 2017 yang
berjumlah 68 orang. Perempuan sebanyak 33 orang dan laki-laki sebanyak 35 orang,
yang tersebar dibeberapa perguruan tinggi di Yogyakarta dengan rata-rata umur
mahasiswa adonara yang tergabung dalam Keluarga Mahasiswa Adonara Yogyakarta
2017 adalah 18 tahun sampai 20 tahun. Dari jumlah tersebut, peneliti membatasi
jumlah anggota yang diteliti sebanyak 30 orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Penelitian ini membahas campur kode pada peristiwa tutur keluarga
mahasiswa Adonara Yogyakarta 2017. Fokus dalam penelitian ini adalah mengenai
hal-hal yang berhubungan dengan penggunaan campur kode pada peristiwa tutur
keluarga mahasiswa adonara Yogyakarta 2017. Dengan demikian, adapun beberapa
hal yang menjadi fokus peneliti dalam penelitian ini adalah mengenai faktor-faktor
penyebab terjadinya campur kode dan jenis-jenis campur kode yang digunakan.
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode simak. Dimana data yang dikumpulkan dalam bentuk pengambilan data
primer. Agar peneliti dapat melakukan analisis data, terlebih dahulu peneliti
mempersiapkan instrumen dan juga tahap pengumpulan data. Instrument yang
digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai pelaku dalam
seluruh penelitian dan juga alat perekam serta catatan lapangan.
Adapun beberapa tahapan yang dilakukan dalam pengumpulan data pada
penelitian ini. Peneliti melakukan observasi pemakaian bahasa pada peristiwa tutur
keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta. Teknik dasar yang digunakan dalam
memperoleh data adalah dengan teknik sadap. Teknik sadap adalah teknik yang
dilakukan oleh seorang peneliti dengan cara menyadap (Sudaryanto,1993:133).
Teknik sadap ini merupakan teknik awal yang akan digunakan untuk menyadap
tuturan yang dilakukan oleh keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta, sebelum
menggunakan teknik lanjutannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Beberapa teknik lanjutan yang dapat dilakukan oleh peneliti sebagai berikut
(Sudaryanto, 1993:133-134).
1. Teknik simak libat cakap
Kegiatan menyadap itu pertama-tama dilakukan dengan berpartisipasi sambil
menyimak. Maksudnya, peneliti terlibat didalam pembicaraan dan juga ikut meyimak
pembicaraan tersebut. Ciri khas pelaksanaan berpartisipasi sambil meyimak ialah
diakui dan disadarinya keikutsertaan si peneiti dalam proses pembicaraan oleh mitra
wicaranya yang bersifat konkret itu; dan serempak dengan itu, si mitra wicara sama
sekali tidak tahu bahwa yang diperhatikan oehnya bukan isi pembicaraan mitra
wicara melainkan bahasa yang sedang digunakan oleh mitra wicara itu.
2. Teknik simak bebas libat cakap
Teknik ini merupakan salah satu teknik dimana peneliti didalam dialog,
konversasi, atau imbal wicara; jadi peneliti tidak ikut serta dalam proses pembicaraan
orang-orang yang saling berbicara. Peneliti tidak bertindak sebagai pembicara yang
berhadapan dengan mitra wicara atau sebagai pendengar yang memperhatikan apa
yang dikatakan pembicara.
3. Teknik rekam
Teknik dimana peneliti melakukan proses perekaman terhadap tuturan yang
sedang berlangsung yang dilakukan oleh sekelompok orang. Sehingga dalam
prakteknya dapat dikatakan bahwa proses merekam cenderung dilakukan tanpa
sepengetahuan penutur sumber data atau pembicara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
4. Teknik catat
Teknik ini dapat dilakukan dengan pencatatan pada kartu data yang segera
dilanjutkan dengan klasifikasinya. Pencatatan itu dapat dilakukan langsung ketika
teknik pertama atau kedua selesai digunakan atau sudah setelah perekaman dilakukan
dana dengan menggunakan alat tulis tertentu.
Dalam hal ini, peneliti dapat menggunakan teknik simak yang kemudian
dilanjutkan dengan melakukan teknik penyadapan sebagai teknik dasar yang
digunakan. Pada tahapan selanjutnya, pada peristiwa tutur keluarga mahasiswa
Adonara Yogyakarta dianggap penting sebagai data, maka dilakukan perekaman
dengan menggunakan alat perekam. Selain itu, peneliti juga menggunakan catatan di
lapangan untuk melakukan beberapa percakapan yang menurut peneliti penting.
Setelah semua data telah didapat langkah selanjutnya ialah melakukan transkripsi
data sebagai langkah akhir tahap penyediaan data. Dengan demikian peneliti
melakukan tahap akhir yaitu menganalisis secara deskriptif dari data-data yang telah
didapat. Berikut adalah kartu data dan tabel analisis data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Kartu Data campur Kode pada Peristiwa Tutur Keluarga Mahasiswa Adonara
Yogyakarta 2017
Tabel 1. Kartu Data
Keterangan:
P1 : Penutur 1
P2 : Penutur 2
Ttr : Tuturan
Jenis CK : Jenis Campur Kode
1-2 : Nomor Data
25-10-2017 : Peristiwa Tutur
No Data : 1-2/25-10-2017
Ttr :
P1 : kamu mai digaku?
P2 : Go mau kaik pasar
P1 : Mo hope apa saja?
P2 : Hope sayur dengan ayam
Jenis CK : Campur kode ke dalam
FP CK : pembicara dan pribadi pembicara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Tabel 3.2 Tabel Analisis Campur Kode Pada Peristiwa Tutur Keluarga
mahasiswa Adonara Yogyakarta 2017
No
.
No. Data Tuturan Perubahan
Kode
Jenis CK Faktor Penyebab
CK
Judul
1 3-4/26-10-
2017
P1: Kapan atarua
jalan-jalan?
P2: Bauk atau
ararua saja e
P1: Oke, tapi
nake mia mari e.
BI-BA D L C Pembicara dan
pribadi pembicara
P1P2
Keterangan:
CK : Campur Kode
D : Dalam
L : Luar
C : Campuran
3.4 Instrumen Penelitian
Seperti yang kita ketahui mengenai penelitian kualitatif, instrument yang
digunakan dalam penelitian ini adalah manusia tepatnya peneliti itu sendiri, dimana
peneliti sebagai pelaku dari seluruh kegiatan peenelitian yang dilakukan. Selain itu
peneliti digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data, berdasarkan kriteria-
kriteria yang dipahami. Kriteria yang dimaksud ialah pengetahuan mengenai alih
kode. Selain manusia sebagai peneliti adapun instrument lain yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri atas perangkat keras dan perangkat lunak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Perangkat keras yang dimaksud dalam penelitian ini berupa alat
perekam/handphone, laptop, kartu data, dan alat tulis. Alat perekam/handphone
digunakan untuk merekam data yang bersifat lisan pada peristiwa tutur keluarga
mahasiswa Adonara Yogyakarta 2017. Kartu berisikan kolom kriteria campur kode
yang terdiri dari bentuk campur kode dan faktor penyebab terjadinya campur kode;
alat tulis digunakan untuk mencatat data. Perangkat lunaknya kriteria campur kode
yang dipakai sebagai instrument dalam penelitian ini dapat ditunjukan pada tabel
dibawah ini (Suandi 2014:140).
Tabel 3.3 Tabel Kriteria Campur Kode
Kriteria Campur Kode
Ciri-ciri
identitas
bahasa
Ciri-ciri identitas bahasa untuk menentukan digunakannya kamus
dan bertanya pada nara sumber
Jenis campur
kode
Campur kode ke
dalam
Campur kode ke dalam (inner code mixing)
adalah jenis campur kode yang menyerap
unsur-unsur bahasa asli yang masih
sekerabat. Misalnya, dalam peristiwa
campur kode tuturan bahasa Indonesia
terdapat di dalamnya unsur-unsur bahasa
Jawa, Sunda, Bali, dan bahasa daerah
lainnya.
Campur kode ke luar Campur kode ke luar (outer code mixing)
adalah campur kode yang menyerap unsur-
unsur bahasa asing. Misalanya, gejala
campur kode pada pemakaian bahasa
Indonesia terdapat sisipan bahasa Belanda,
Inggris, Arab, bahasa Sansekerta, dll.
Campur kode
campuran
Campur kode campuran (hybrid code
mixing) adalah yang di dalamnya (mungkin
klausa atau kalimat) telah menyerap unsur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
bahasa asli (bahasa-bahasa daerah) dan
bahasa asing.
Ciri campur
kode
Campur kode tidak dituntut oleh situasi dan konteks pembicaraan
seperti yang terjadi dalam alih kode, tetapi bergantung kepada
pembicaraan (fungsi bahasa)
Campur kode terjadi karena kesantaian pembicara dan
kebiasaannya dalam pemakaian bahasa
Campur kode pada umumnya terjadi dan lebih banyak dalam
situasi tidak resmi (informal)
Campur kode berciri pada ruang lingkup di bawah klausa pada
tataran yang paling tinggi dan kata pada tataran yang terendah.
3.5 Metode dan Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Teknik tersebut berhubungan dengan perbandingan data, yakni kegiatan
yang dilakukan dengan cara membandingkan verbal yang ada pada peristiwa tutur
keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta 2017, yang kemudian diubah kedalam
bentuk tulisan. Penyajian data yakni teknik dalam penyajian data dengan bentuk
tabel. Infrensi data yaitu memaknai, menyimpulkan, dan membandingkan data-data
yang ditemukan pada peristiwa tutur keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta 2017
dengan data alih kode yang mendukung.
Teknik tersebut sering digunakan dalam kajian sosiolinguistik untuk mendeskripsikan
hal-hal berikut.
1. Jenis-jenis campur kode yang dilakukan penutur pada peristiwa tutur keluarga
mahasiswa Adonara Yogyakarta 2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
2. Faktor-faktor penyebab campur kode pada peristiwa tutur keluarga mahasiswa
Adonara Yogyakarta 2017.
Hasil analisis selanjutnya di triangulasikan pada ahli sosiolinguistik, Dalam
hal ini Dr.Y.Yapi Taum, M.Pd. Triangulasi data adalah teknik keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian
ini guna mencari keterpercayaan dan keabsahan data. Triangulasi dapat dilakukan
dengan dua cara, yakni (1), pengecekan derajat kepercayaan penemuan data dengan
beberapa teknik pengumpulan data, (2), pengecekan derajat kepercayaan beberapa
sumber data dengan metode yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi uraian (1) deskripsi data, (2) analisi data, dan (3) pembahasan. Pada
bagian deskripsi data penulis mendeskripsikan data-data yang telah diperoleh di
lapangan, pada bagian pembahasan peneliti akan memaparkan hasil analisi data. Pada
deskripsi data penulis mendeskripsikan data-data campur kode yang di dapat dari
percakapan keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta 2017. Pada bagian pembahasan
penulis memaparkan hasil analisis data berdasarkan bentuk-bentuk campur kode yang
digunakan pada peristiwa tutur keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta 2017, dan
memaparkan faktor-faktor penyebab terjadinya campur kode.
4.1 Deskripsi Data
Data penelitian ini berupa tuturan kalimat dalam percakapan yang dilakukan oleh
mahasiswa Adonara, bertempat disekretariat keluarga mahasiswa Adonara
Yogyakarta 2017. Data percakapan tersebut berjumlah 82 data, dengan 70 data
campur kode ke dalam dan 12 data campur kode keluar beserta dengan faktor
penyebabnya.
Data campur kode dibagi menjadi dua bentuk, yaitu campur kode ke dalam dan
campur kode keluar kemudian dibagi lagi menjadi tiga substansi, yaitu campur kode
pada tataran kata, campur kode pada tataran frasa dan campur kode pada tataran
klausa. Penulis juga memaparkan faktor penyebab terjadi campur kode.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Tabel 4.1 Jenis-jenis Campur Kode
Campur
kode ke
dalam
Contoh
data
Jumlah Campur kode
ke luar
Contoh
data
Jumlah
Penyisipan
kata
10/25-11-
2017
15/25-11-
2017
33
data
Penyisipan
kata
47/8-12-
2017
22/8-12-
2017
11 data
Penyisipan
frasa
25/8-12-
2017
31/8-12-
2017
13 data Penyisipan
frasa
29/8-12-2-
17
1 data
Penyisipan
klausa
33/8-12-
2017
3/24-11-
2017
24 data - - -
Pada Tabel 4.1, Campur kode ke dalam pada tataran kata, frasa dan klausa
ditemukan 71 data. Penyisipan kata sebanyak 33 data, penyisipan frasa sebanyak 13
data dan penyisipan klausa sebanyak 24 data. Campur kode keluar pada tataran kata
dan frasa ditemukan 12 data. Penyisipan kata sebanyak 11 dan penyisipan frasa
sebanyak 1 data saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Tabel 4.2 Faktor Penyebab Campur Kode Ke luar
Faktor penyebab terjadinya
campur kode
Contoh data Jumlah
Mitra bicara 1/24-11-2017
7/25-11-2017
27 data
Pembicara dan pribadi pembicara 14/25-11-2017
8/25-12-2017
18 data
Membangkitkan rasa humor 13/25-11-2017
58/8-12-2017
4 data
Penggunaan istilah yang lebih
populer 2/24-11-2017
12/25-11-2017
12 data
Pada Tabel 4.2, faktor penyebab campur kode pada mitra bicara, pembicara
dan pribadi pembicra, membangkitkan rasa humor dan penggunaan istilah yang lebih
populer ditemukan 61 data. Mitra bicara sebanyak 27 data, pembicara dan pribadi
pembicara sebanyak 18 data, membangkitkan rasa humor sebanyak 4 data dan
penggunaan istilah yang lebih populer sebanyak 12 data.
4.2 Analisis Data
Dalam analisis data ini, peneliti memaparkan jenis-jenis beserta faktor penyebab
terjadinya campur kode. Berdasarkan hasil penelitian studi kasus dan analisis yang
telah diuraikan, peneliti menemukan beberapa jenis campur kode yang terjadi pada
peristiwa tutur keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta 2017. Selain itu, peneliti
juga menemukan faktor-faktor penyebab terjadinya campur kode.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
4.2.1 Analisis Jenis-jenis Campur Kode
Pada bagian ini, peneliti menemukan dua jenis campur kode yang terjadi pada
peristiwa tutur keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta 2017 yaitu campur kode ke
dalam (inner code mixing) dan campur kode keluar.
4.2.1.1 Campur Kode Ke dalam (inner code mixing)
Campur kode ke dalam terbagi menjadi tiga jenis yaitu penyisipan kata,
penyisipan frasa, dan penyisipan klausa. Ketiga jenis tersebut akan diuraikan sebagai
berikut.
1. Penyisipan Kata
Penyisipan kata yang dimaksud adalah ketika penutur atau mitra tutur tidak bisa
menggunakan kata yang baku dan tepat dalam percakapannya, sehingga penutur atau
mitra tutur tersebut melakukan campur kode dengan menyisipkan kata. Berikut akan
dipaparkan percakapan antara P1 dan P2 pada penyisipan kata yang berlangsung pada
situasi informal, dengan agenda pembahasan mengenai penambahan pemateri pada
kegiatan seminar. Tempat terjadinya percakapan adalah disekretariat keluarga
mahasiswa Adonara Yogyakarta.
(1). Percakapan 1
P1: Saya setuju dengan ditambahkan satu pemateri lagi, tetapi kalau bisa dari
mahasiswa saja.
P2: Kalau goe setuju hala dengan adanya penambahan pemateri, karena samapai
pada pemateri ke empat orang pasti sudah bosan.
(10/25-11-2017)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Berikut ini P1 dan P2 yang disajikan dalam bahasa Indonesia.
P1: Saya setuju dengan ditambahkan satu pemateri lagi, tetapi kalau bisa dari
mahasiswa saja.
P2: Kalau goe setuju hala dengan adanya penambahan pemateri, karena samapai
pada pemateri ke empat orang pasti sudah bosan.
Pada percakapan (1) tersebut, penutur melakukan campur kode dengan mitra
bicaranya ketika membahas mengenai penambahan pemateri pada kegiatan seminar.
Hal tersebut terjadi karena penutur merasa bahwa mitra tuturnya mempunyai latar
belakang bahasa yang sama dengannya yaitu bahasa Adonara. Campur kode yang
dilakukan oleh penutur merupakan campur kode ke dalam pada tataran kata. Hal
tersebut dapat dilihat pada kata goe (saya), dan kata hala (tidak).
Selain data pada percakapan (1) peneliti juga akan memaparkan data lain yang
serupa dengan data pada percakapan (1) mengenai penyisipan kata yaitu data pada
percakapan (2). Data pada percakapan (2) tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.
(2). Percakapan 2
P1 : Teman-teman semua bisa tite sepakati bersama kalau lagi H- dua minggu itu
tite kerucutkan diseminar noloki.
P2 : Iya untuk sekarang ini juga kalau bisa kita fokusnya di seminar saja dlu.
(15/25-11-2017)
Berikut ini P1 dan P2 yang disajikan dalam bahasa Indonesia.
P1 : Teman-teman semua bisa kita sepakati bersama kalau lagi H- dua minggu itu
tite kerucutkan di seminar duluan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
P2 : Iya untuk sekarang ini juga kalau bisa kita fokusnya di seminar saja dulu.
Pada percakapan (2) tersebut, penutur melakukan campur kode dengan mitra
bicaranya ketika membahas mengenai kegiatan seminar yang akan di selenggarakan
terlebih dahulu. Hal tersebut terjadi karena penutur merasa bahwa mitra tuturnya
mempunyai latar belakang bahasa yang sama dengannya yaitu bahasa Adonara.
Campur kode yang dilakukan oleh penutur merupakan campur kode ke dalam pada
tataran kata. Hal tersebut dapat dilihat pada kata tite (saya), dan kata noloki (duluan).
Selain data pada percakapan (10/25-11-2017) dan (15/25-11-2017), ada
beberapa data lain yang serupa dengan kedua data tersebut yakni pada data (1/24-11-
2017), (4/24-11-2017), (5/24-11-2017), (6/24-11-2017), (7/25-11-2017), (8/25-11-
2017), (14/25-11-2018), (61/8-12-2017), (17/25-11-2017), (18/25-11-2017), (19/25-
11-2017), (21/8-12-2017), (23/8-12-2017), (26/8-12-2017), (27/8-12-2017), (28/8-12-
2017), (32/8-12-2017), (58/8-12-2017), (59/8-12-2017), (34/8-12-2017), (35/8-12-
2011), (36/8-12-2017), (37/8-12-2017), (39/8-12-2017), (42/8-12-2017), (43/8-12-
2017), (44/8-12-2017), (45/8-12-2017), (48/8-12-2017), (49/8-12-2017), (56/8-12-
2017). Jumlah data campur kode ke dalam pada tataran kata sebanyak 33 data.
Selain data pada percakapan (1) dan (2) tersebut, peneliti juga akan
memaparkan data lain pada percakapan (3) dan percakapan (4) mengenai penyisipan
frasa. Data pada percakapan (3) dan (4) tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
2. Penyisipan Frasa
Penyisipan frasa adalah penyisispan unsur frasa yang berasal dari bahasa asing
atau bahasa daerah yang masuk kedalam tuturan yang menggunakan suatu pokok
bahasa tertentu. Penyisipan frasa yang dimaksudkan dalam peristiwa campur kode
ini adalah penyisipan yang menggunakan bahasa yang tidak baku. Berikut akan
dipaparkan percakapan antara P1 dan P2 pada penyisipan frasa yang berlangsung
pada situasi informal, dengan agenda pembahasan mengenai acara temu kangen yang
tidak lagi dipandu oleh pembawa acara. Bertempat disekretariat keluarga mahasiswa
Adonara Yogyakarta.
3). Percakapan 3
P1: Masukan dari kaka ne kame terima, kalau pembawa acara yang mengarahkan
dokumentasi.
P2: Berarti acara temu kangen itu sudah diluar tanggung jawab pembawa acara. Jadi
tidak lagi di pandu oleh pembawa acara.
(25/8-12-2017)
Berikut ini percakapan antara P1 dan P2 yang di sajikan dalam bahasa Indonesia.
P1: Masukan dari kaka itu kami terima, kalau pembawa acara yang mengarahkan
dokumentasi.
P2: Berarti acara temu kangen itu sudah diluar tanggung jawab pembawa acara. Jadi
tidak lagi di pandu oleh pembawa acara.
Pada percakapan (3) tersebut, penutur melakukan campur kode dengan mitra
bicaranya ketika membahas mengenai acara temu kangen. Hal tersebut terjadi karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
penutur merasa bahwa mitra tuturnya mempunyai latar belakang bahasa yang sama
dengannya yaitu bahasa Adonara. Campur kode yang dilakukan oleh penutur
merupakan campur kode kedalam pada tataran frasa. Hal tersebut dapat dilihat pada
frasa ne kame (itu kami).
Selain data pada percakapan (3) mengenai penyisipan frasa, peneliti juga akan
memaparkan data serupa yaitu pada percakapan (4). Data pada percakapan (4)
tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.
(4). Percakapan 4
P1 : Itu di depan Mervin ae ne.
P2 : Ege mio kami punya.
((31/8-12-2017))
Berikut ini percakapan antara P1 dan P2 yang di sajikan dalam bahasa Indonesia.
P1 : Itu di depan Mervin depan muka.
P2 : jangan begitu kami punya.
Pada percakapan (4) tersebut, penutur melakukan campur kode dengan mitra
bicaranya ketika membahas mengenai makanan. Hal tersebut terjadi karena penutur
merasa bahwa mitra tuturnya mempunyai latar belakang bahasa yang sama
dengannya yaitu bahasa Adonara. Campur kode yang dilakukan oleh penutur
merupakan campur kode kedalam pada tataran frasa. Hal tersebut dapat dilihat pada
frasa ae ne (depan muka) dan ege mio (jangan begitu).
Selain data pada percakapan (25/8-12-2017) dan (31/8-12-2017), ada beberapa
data lain yang serupa dengan kedua data tersebut yakni pada data (4/25-11-2017),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
(8/240-11-2017), (17/25-11-2017), (38/8-12-2017), (39/8-12-2017), (41/8-12-2017),
(44/8-12-2017), (50/8-12-2017), (51/8-12-2017), (53/8-12-2017), (55/8-12-2017).
Jumlah keseleruhan data penyisipan frasa pada campur kode kedalam adalah
sebanyak 13 data.
Selain data pada percakapan (3) dan (4) tersebut, peneliti juga akan
memaparkan data lain pada percakapan (5) dan percakapan (6) mengenai penyisipan
klausa. Data pada percakapan (5) dan (6) tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.
3. Penyisipan Klausa
Penyisipan klausa adalah penyisispan unsur klausa yang berasal dari bahasa
asing atau bahasa daerah yang masuk kedalam tuturan yang menggunakan suatu
pokok bahasa tertentu. Penyisipan klausa yang dimaksudkan dalam peristiwa campur
kode ini adalah penyisipan yang menggunakan bahasa yang tidak baku. Berikut akan
dipaparkan percakapan antara P1 dan P2 pada penyisipan klausa yang berlangsung
pada situasi informal, dengan agenda pembahasan mengenai makanan yang disajikan
pada anggota pertemuan yang hadir. Bertempat disekretariat keluarga mahasiswa
Adonara Yogyakarta.
5). Percakapan 5
P1: Jeruk itu saya mau makan juga iri nato mo go gohuk.
P2: Berarti nanti saya dapat sedikit saja.
(33/8-12-2017)
Berikut ini percakapan antara P1 dan P2 yang di sajikan dalam bahasa Indonesia.
P1: Jeruk itu saya mau makan juga kau sudah habiskan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
P2: Berarti nanti saya dapat sedikit saja.
Pada percakapan (5) tersebut, penutur melakukan campur kode dengan mitra
bicaranya ketika menanyakan rencana untuk jalan-jalan. Hal tersebut terjadi karena
penutur merasa bahwa mitra tuturnya mempunyai latar belakang bahasa yang sama
dengannya yaitu bahasa Adonara. Campur kode yang dilakukan oleh penutur
merupakan campur kode kedalam pada tataran klausa. Hal tersebut dapat dilihat pada
klausa iri nato mo go gohuk (kau sudah habiskan).
Selain data pada percakapan (5), peneliti juga akan memaparkan data lain
yang serupa dengan data pada percakapan (5) mengenai penyisipan klausa yaitu data
pada percakapan (6).Data pada percakapan (6) tersebut akan dipaparkan sebagai
berikut.
6). Percakapan 6
P1: Moe pana ta? Biar kita jalannya sama-sama.
P2: Memangnya mau jalan jam berapa?
(3/24-11-2017)
Berikut ini percakapan antara P1 dan P2 yang di sajikan dalam bahasa Indonesia.
P1: kamu jalan tidak? Biar kita jalan sama-sama
P2: memangnya mau jalan jam berapa?
Pada percakapan (6) tersebut, penutur melakukan campur kode dengan mitra
bicaranya ketika menanyakan rencana untuk jalan-jalan. Hal tersebut terjadi karena
penutur merasa bahwa mitra tuturnya mempunyai latar belakang bahasa yang sama
dengannya yaitu bahasa Adonara. Campur kode yang dilakukan oleh penutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
merupakan campur kode kedalam pada tataran klausa. Hal tersebut dapat dilihat pada
klausa Moe pana ta (kamu jalan tidak).
Selain data pada percakapan 33/8-12-2017) dan (24/25-12-2017), ada
beberapa data lain yang serupa dengan kedua data tersebut yakni pada data (3/24-11-
2017), (5/24-11-2017), (6/24-11-2017), (7/25-11-2017), (13/25-11-2017), (21/8-12-
2017), (32/8-12-2017), (33/8-12-2017), (34/8-12-2017), (35/8-12-2017), (40/8-12-
2017), (43/8-12-2017), (45/8-12-2017), (46/8-12-2017), (51/8-12-2017), (53/8-12-
2017), (54/8-12-2017), (55/8-12-2017), (56/8-12-2017), (58/8-12-20170, (59/8-12-
2017), (60/8-12-2017). Jumlah data pada jenis-jenis campur kode kedalam pada
tataran klausa sebanyak 24 data.
4.2.1.2 Campur Kode Keluar (outer code mixing)
Campur kode keluar terbagi menjadi dua jenis yaitu, penyisipan kata dan
penyisipan frasa. Kedua jenis penyisipan itu akan diuraikan sebagai berikut.
1. Penyisipan Kata
Penyisipan kata yang dimaksud adalah ketika penutur atau mitra tutur tidak bisa
menggunakan kata yang baku dan tepat dalam percakapannya, sehingga penutur atau
mitra tutur tersebut melakukan campur kode dengan menyisipkan kata. Berikut akan
dipaparkan percakapan antara P1 dan P2 pada penyisipan kata yang berlangsung pada
situasi informal, dengan agenda pembahasan mengenai penjualan tiket untuk kegiatan
seminar. Bertempat disekretariat keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
7). Percakapan 7
P1 : Terima kasih buat masukannya.
P2 : Tunggu saya masuk lagi, jadi tiket sampai saat ini kita belum tahu pasti berapa
yang terjual dan berapa yang belum. Jadi kalau bisa di buat list mengenai tiket
yang terjual.
(47/8-12-2017)
Berikut ini percakapan antara P1 dan P2 yang disajikan dalam bahasa Indonesia.
P1 : Terima kasih buat masukannya.
P2 : Tunggu saya masuk lagi, jadi tiket sampai saat ini kita belum tahu pasti berapa
yang terjual dan berapa yang belum. Jadi kalau bisa di buat list mengenai tiket yang
terjual.
Pada percakapan (7) tersebut penutur melakukan campur kode dengan mitra
tuturnya ketika membahas mengenai kegiatan seminar. Campur kode yang dilakukan
oleh penutur merupakan campur kode keluar dengan menggunakan bahasa inggris
pada penyisipan kata. Hal tersebut dapat dilihat pada kata list (daftar).
Selain data pada percakapan (7), peneliti juga akan memaparkan data lain
yang serupa dengan data pada percakapan (7) yaitu data pada percakapan (8)
mengenai penyisipan klausa. Data pada percakapan (8) tersebut akan dipaparkan
sebagai berikut.
8). Percakapan 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
P1: Untuk doorprice yang pertama ini tiketnya di ambil dan diserahkan oleh divisi
ticketing, kedua dari acara ketiga dari konsumsi dan keempat dari perlengkapan
untuk menyerahkan doorprice
P2: Setelah penyerahan doorprice, acara selanjutnya bagaimana?
(22/8-12-2017)
Berikut ini percakapan antara P1 dan P2 yang disajikan dalam bahasa Indonesia.
P1: Untuk hadiah yang pertama ini tiketnya di ambil dan diserahkan oleh divisi
ticketing, kedua dari acara ketiga dari konsumsi dan keempat dari perlengkapan
untuk menyerahkan hadiah.
P2: Setelah penyerahan hadiah, acara selanjutnya bagaimana?
Pada percakapan (8) tersebut, penutur melakukan campur kode dengan mitra
tuturnya ketika membahas mengenai kegiatan seminar terkait dengan susunan acara.
Campur kode yang dilakukan oleh penutur tersebut merupakan campur kode keluar
dengan menggunakan bahasa inggris pada penyisipan kata. Hal tersebut dapat dilihat
pada kata doorprice (hadiah).
Selain data pada percakapan (6/47/8-12-2017) dan (7/22/8-12-2017), ada
beberapa data lain yang serupa dengan kedua data tersebut yakni pada data (2/24-11-
2017), (11/25-11-2017), (12/25-11-2017), (20/25-11-2017), (24/8-12-2017), (27/8-
12-2017), (30/8-12-2017), (52/8-12-2017), (57/8-12-2017). Jumlah data jenis-jenis
campur kode keluar pada tataran kata sebanyak 11 data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Selain data pada percakapan (7) dan (8) tersebut, peneliti juga akan
memaparkan data lain pada percakapan (9) mengenai penyisipan frasa. Data pada
percakapan (9) tersebut akan di paparkan sebagai berikut.
2. Penyisipan Frasa
Penyisipan frasa adalah penyisispan unsur frasa yang berasal dari bahasa asing
atau bahasa daerah yang masuk kedalam tuturan yang menggunakan suatu pokok
bahasa tertentu. Penyisipan frasa yang dimaksudkan dalam peristiwa campur kode ini
adalah penyisipan yang menggunakan bahasa yang tidak baku. Berikut akan di
paparkan percakapan antara P1 dan P2 pada penyisipan frasa yang berlangsung pada
situasi informal, dengan agenda pembahasan mengenai tiket dan pengisi acara pada
kegiatan seminar. Bertempat di sekretariat keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta
2017.
9). Percakapan 9
P1 : Mungkin kita juga harus pertimbangkan mengenai tiket. Karena di tiket kita ada
cantumkan special perform itu pantonim dan coba kita pertimbangkan. Soalnya kalau
pantonim tidak ada juga kita sudah punya alasan begitu.
P2 : Kalau memang seperti ini, nanti saya coba lebih teliti lagi di poster dan tiket. Jadi
kalau sudah terlanjur seperti itu tinggal di tambahkan saja. Hanya saja bisa
dipenyerahan kenang-kenangan yang sebelum semuanya pulang kita bisa
masukan pantonim saja. Biar setelah itu langsung dengan penyerahan hadiah.
(29/8-12-2017)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Berikut ini percakapan antara P1 dan P2 yang di sajikan dalam bahasa Indonesia.
P1 : Mungkin kita juga harus pertimbangkan mengenai tiket. Karena ditiket kita ada
cantumkan penampilan yang special itu pantonim dan coba kita pertimbangkan.
Soalnya kalau pantonim tidak ada juga kita sudah punya alasan begitu.
P2 : Kalau memang seperti ini, nanti saya coba lebih teliti lagi di poster dan tiket. Jadi
kalau sudah terlanjur seperti itu tinggal di tambahkan saja. Hanya saja bisa
dipenyerahan kenang-kenangan yang sebelum semuanya pulang kita bisa
masukan pantonim saja. Biar setelah itu langsung dengan penyerahan hadiah.
Pada percakapan (8) tersebut, penutur melakukan campur kode dengan mitra
tuturnya ketika membahas mengenai pengisi acara. Hal tersebut terjadi karena
penutur melakukan campur kode dengan penggunaan istilah yang lebih populer.
Campur kode yang dilakukan oleh penutur merupakan campur kode keluar pada
tataran frasa. Hal tersebut dapat dilihat pada frasa special perform (penampilan
spesial). Pada penyisipan frasa, jumlah data yang ditemukan sebanyak 1 data saja.
4.2.2 Analisis Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Campur Kode
Pada bagian ini, peneliti menemukan empat faktor penyebab terjadinya
campur kode pada peristiwa tutur keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta 2017
yaitu 1) mitra bicara, 2) pembicara dan pribadi pembicara, 3) membangkitkan rasa
humor, 4) penggunaan istilah yang lebih populer. Keempat faktor tersebut akan
diuraikan sebagai berikut.
1. Mitra bicara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Percakapan berikut ini berlangsung pada situasi informal, dengan agenda
pembahasan mengenai kesediaan dari sosobud untuk menjadi pengisi acara pada
kegiatan seminar. Tempat terjadinya percakapan adalah di sekretariat keluarga
mahasiswa Adonara Yogyakarta.
10). Percakapan 10
P1 : Kami dari sosbud. Mungkin maina saja, tite jalankan seminar saja dulu tidak
apa-apa.di seminar nanti mungkin mio membutuhkan pengisi acaranya kami dari
sosbud sangat siap, misalnya hedung buat hode pemateri kami siap sekali dan
untuk pagelaran tite undurkan, kemudian seminar nolo ki.
P2 : Baik terima kasih buat masukan dari sosbud.
(1/24-11-2017)
Berikut ini P1 dan P2 yang di sajikan dalam bahasa Indonesia.
P1 : Kami dari sosbud, mungkin itu saja, kita jalankan seminar dulu tidak apa-apa. Di
seminar nanti mungkin kamu membutuhkan pengisi acaranya kami dari sosbud
sangat siap. Misalnya hedung buat jemput pemateri kami siap sekali dan untuk
pagelaran kita undurkan, kemudian seminar duluan.
P2 : Baik terima kasih buat masukan dari sosbud.
Pada percakapan tersebut, penutur melakukan campur kode dengan mitra
bicaranya ketika membahas mengenai kesediaan dari sosbud untuk menjadi pengisi
acara pada kegiatan seminar. Faktor penyebab penutur melakukan campur kode
adalah karena mitra bicara. Penutur merasa bahwa mitra bicaranya mempunyai latar
belakang bahasa yang sama dengannya yaitu bahasa Adonara. Hal tersebut dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
dilihat pada kata Tite (kita), maine (itu), mio (kamu), hode (jemput), nolo ki
(duluan).
Selain data pada percakapan (10) mengenai mitra bicara, peneliti juga akan
memaparkan data serupa yaitu data pada percakapan (11) mengenai mitra bicara.
Data pada percakapan (11) tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.
11). Percakapan 11
P1 : Mengenai makanan lokal, di Yogja juga ada atau begini tite nei resep di ibu yang
catering supaya hudaro na seba atau tite juga bisa cari bahan-bahan supaya dia
bisa masak. Soalnya kalau ubi atau jagung mainekan ada.
P2 : Iya saya setuju, kita buat begitu saja.
(7/25-11-2017)
Berikut ini P1 dan P2 yang di sajikan dalam bahasa Indonesia.
P1 : Mengenai makanan lokal, di Yogja juga ada atau begini kita kasih resep di ibu
yang catering supaya suruh dia beli atau kita juga bisa cari bahan-bahan supaya
dia bisa masak. Soalnya kalau ubi atau jagung sepertinya ada.
P2 : Iya saya setuju, kita buat begitu saja.
Pada percakapan (11) tersebut, penutur melakukan campur kode dengan mitra
bicaranya ketika membahas mengenai makanan lokal yang akan disajikan untuk
peserta yang hadir pada kegiatan seminar. Faktor penyebab penutur melakukan
campur kode adalah karena mitra bicara. Penutur merasa bahwa mitra bicaranya
mempunyai latar belakang bahasa yang sama dengannya yaitu bahasa Adonara. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
tersebut dapat dilihat pada kalimat tite nei (kita kasih), hudaro na seba (suruh dia
beli), dan pada kata tite (kita), maine (sepertinya).
Selain data pada percakapan (9/1/24-11-2018) dan (10/7/25-11-2017), ada
beberapa data lain yang serupa dengan kedua data tersebut yakni pada data (3/24-11-
2017), (4/24-11-2017), (10/25-11-2017), (15/25/11-2017), (16/25-11-2018), (19/25-
11-2017), (21/8-12-2017), (23-8-12-2017),(25/8-12-2017), (26/8-12-2017),(33-8-12-
2017), (34/8-12-2017), (36/8-12-2017), (37/8-12-2017), (38/8-12-2017), (39/8-12-
2017), (42/8-12-2017), (43/8-12-2017), (46/8-12-2017), (48/8-12-2017), (49/8-12-
2017), (50/8-12-2017), (51/8-12-2017), (59/8-12-2017), (60/8-12-2017). Jumlah data
pada faktor penyebab terjadinya campur kode kedalam pada mitra bicara sebanyak 27
data.
Selain data pada percakapan (10) dan (11) mengenai mitra bicara, peneliti juga
akan memaparkan data (12) dan (13) mengenai pembicara dan pribadi pembicara.
Data pada percakapan (12) dan (13) tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
2. Pembicara dan pribadi pembicara
Percakapan berikut ini berlangsung pada situasi informal, membahas mengenai
gedung untuk kegiatan seminar dan dibatalkannya pegelaran budaya. Bertempat di
sekretariat keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta.
(12). Percakapan 12
P1 : Mengenai pagelaran budaya, karena ada beberapa pertimbangan terkait dengan
persiapan dan dana, Maka untuk pagelaran budayanya kita undur bulan lima
atau enam.saya berharap ini tidak mematahkan semangat teman-teman semua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
untuk tite bergabung bekerja sama. Tetapi ini go rasa ini membuat tite lebih
semangat lagi dengan jiwa gelekat saya rasa semuanya bisa berjalan dengan
lancar.
P2 : Bagaimana teman-teman, kita sepakat? Kalau kegiatan kali ini tite dengan
seminar.
(14/25-11-2017)
Berikut ini percakapan antara P1 dan P2 yang di sajikan dalam bahasa Indonesia.
P1 : Mengenai pagelaran budaya, karena ada beberapa pertimbangan terkait dengan
persiapan dan dana, Maka untuk pagelaran budayanya kita undur bulan lima
atau enam.saya berharap ini tidak mematahkan semangat teman-teman semua
untuk kita bergabung bekerja sama. Tetapi saya rasa ini membuat kita lebih
semangat lagi dengan jiwa saling membantu saya rasa semuanya bisa berjalan
dengan lancar.
P2 : Bagaimana teman-teman, kita sepakat? Kalau kegiatan kali ini kita dengan
seminar.
Pada percakapan tersebut, penutur melakukan campur kode untuk
menyemangati anggota dan juga panitia yang bekerja. Faktor penyebab campur kode
yang dilakukan oleh penutur adalah pembicara dan pribadi pembicara. Dimana
penutur merasa bahwa adanya kedekatan antara penutur itu sendiri dengan mitra
tuturnya. Hal tersebut dapat dilihat pada kata tite (kita), go (saya), gelekat
(membantu).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Selain data pada percakapan (12) mengenai pembicara dan pribadi pembicara
peneliti juga akan memaparkan data lain yang serupa dengan data pada percakapan
(12) yaitu data pada percakapan (13). Data pada percakapan (13) tersebut akan di
paparkan sebagai berikut.
(13). Percakapan 13
P1 : Untuk kegiatan tite ini, go harap tite wahakae semangat. Karena kegiatan tite ini
kegiatan besar menyangkut seminar nasional. Jadi ahe yang mio mau mari, mari
saja. Supaya kegiatan ini bisa berjalan dengan baik dan lancar.
P2 : Iya dan semoga dengan harapan yang begitu besar dari tite wahakae kegiatan tite
ni bisa berjalan sesuai dengan yang di harapkan.
(8/25-11-2017)
Berikut ini percakapan antara P1 dan P2 yang di sajikan dalam bahasa Indonesia.
P1 : Untuk kegiatan kita ini, saya harap kita semua semangat. Karena kegiatan kita ini
kegiatan besar menyangkut seminar nasional. Jadi apa yang kamu mau bicara,
bicara saja. Supaya kegiatan ini bisa berjalan dengan baik dan lancar.
P2 : Iya dan semoga dengan harapan yang begitu besar dari kita semua kegiatan kita
ini bisa berjalan sesuai dengan yang di harapkan.
Pada percakapan (13), tersebut penutur melakukan campur kode untuk
menyemangati dan meminta anggota pertemuan yang hadir agar memberikan
pendapatnya. Faktor penyebab campur kode yang dilakukan oleh penutur adalah
pembicara dan pribadi pembicara. Dimana penutur merasa bahwa adanya kedekatan
antara penutur itu sendiri dengan mitra tuturnya. Hal tersebut dapat dilihat pada kata
tite (kita), tite wahakae (kita semua), ahe (apa), mari (bicara) titeni (kita ini).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Selain data pada percakapan (14/25-11-2017) dan (8/25-11-2017), ada
beberapa data lain yang serupa dengan kedua data tersebut yakni pada data (5/24-11-
2017), (6/24-11-2017), (17/25-11-2017), (18/25-11-2017), (28/8-12-2017), (31/8-12-
2017), (32/8-12-2017),(35/8-12-2017), (40/8-12-2017), (41/8-12-2017), (44/8-12-
2017), (45/8-12-20170), (54/8-12-2017), (55/8-12-2017), (56/8-12-2017), (61/8-12-
2017). Jumlah keseluruhan data pada faktor penyebab pembicara dan pribadi
pembicara sebanyak 18 data.
Selain data pada percakapan (12) dan (13) mengenai pembicara dan pribadi
pembicara, peneliti juga akan memaparkan data (14) dan (15) mengenai
membangkitkan rasa humor. Data pada percakapan (14) dan (15) tersebut akan
diuraikan sebagai berikut.
3. Membangkitkan rasa humor
Percakapan ini berlangsung pada situasi informal, membahas mengenai salah
seorang anggota keluaraga mahasiswa adonara yang memberikan pendapatnya
kepada peserta yang hadir pada pertemuan tersebut. Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta.
(14). Percakapan 14
P1: Inikan forum teman-teman, jadi ide semenarik apapun kalau teman-teman tidak
menerima tidak apa-apa.
P2 : Pekodaket ta daerahka lebih bagus lagi, campur aduk supaya lebih cantik
(sambil tertawa).
(13/25-11-2017)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Berikut ini percakapan antara P1 dan P2 yang di sajikan dalam bahasa Indonesia.
P1: Inikan forum teman-teman, jadi ide semenarik apapun kalau teman-teman tidak
menerima tidak apa-apa.
P2: Pakai bahasa daerah lebih bagus lagi, campur aduk supaya lebih cantik (sambil
tertawa).
Pada percakapan tersebut penutur melakukan campur kode untuk meminta
anggota pertemuan yang hadir untuk memberikan pendapatnya. Faktor penyebab
campur kode yang dilakukan oleh penutur adalah membangkitkan rasa humor.
Dimana penutur merasa bahwa suasana pada saat pertemuan sudah mulai melelahkan
sehingga penutur melakukan campur kode tersebut. Hal ini dapat dilihat pada kalimat
Pekodaket ta daerahka (pakai bahasa daerah).
Selain data pada percakapan (14) mengenai membangkitkan rasa humor,
peneliti juga akan memaparkan data lain yang serupa dengan data pada percakapan
(14) yaitu data pada percakapan (15) mengenai membangkitkan rasa humor.Data
pada percakapan (15) tersebut akan di paparkan sebagai berikut.
(15). Percakapan 15
P1 : Mantap sekali solusinya. Jadi mereka datang registrasi habis langsung makan.
Makan habis langsung masuk tidak nongkrong di luar saja.
P2 : Berarti kalau mereka datang terlambat suruh mereka makan dulu begitu. No
kamu makan dulu (sambil tertawa).
P1 : No goong kia (sambil tertawa)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
(58/8-12-2017)
Berikut ini percakapan antara P1 dan P2 yang di sajikan dalam bahasa Indonesia.
P1 : Mantap sekali solusinya. Jadi mereka datang registrasi habis langsung makan.
Makan habis langsung masuk tidak nongkrong di luar saja.
P2 : Berarti kalau mereka datang terlambat suruh mereka makan dulu begitu. No
(Panggilan untuk anak laki-laki) kamu makan dulu (sambil tertawa).
P1 : No makan dulu (sambil tertawa).
Pada percakapan tersebut penutur melakukan campur kode ketika membahas
mengenai susunan acara. Faktor penyebab campur kode yang dilakukan oleh penutur
adalah membangkitkan rasa humor. Dimana penutur merasa bahwa suasana pada saat
pertemuan sudah mulai melelahkan sehingga penutur melakukan campur kode
tersebut. Hal ini dapat dilihat pada kata No (panggilan untuk anak laki-laki) dan
kalimat No goong ki (No makan dulu).
Selain data pada percakapan (13/25-11-2017) dan (58/8-12-2017), ada beberapa
data lain yang serupa dengan kedua data tersebut yakni pada data (9/25-11-2017),
(53/8-12-2017), jumlah keseluruhan data pada faktor penyebab membangkitkan rasa
humor sebanyak 4 data.
Selain data pada percakapan (14) dan (15) mengenai membangkitkan rasa humor,
peneliti juga akan memaparkan data (16) dan (17) mengenai penggunaan istilah yang
lebih populer. Data pada percakapan (16) dan (17) tersebut akan diuraikan sebagai
berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
4. Penggunaan istilah yang lebih populer
Percakapan ini berlangsung pada situasi informal, membahas mengenai
persiapan untuk kegiatan seminar. Bertempat di sekretariat keluarga mahasiswa
Adonara Yogyakarta 2017.
(16). Percakapan 16
P1: Karena kemarin kita sudah bicarakan juga.karena pertimbangan waktu jadi kita
jalankan saja
P2: Jadi semuanya sudah fix. Saya hanya minta supaya kita semua tetap semangat.
(2/24-11-2017)
Berikut ini percakapan antara P1 dan P2 yang di sajikan dalam bahasa Indonesia.
P1: Karena kemarin kita sudah bicarakan juga.karena pertimbangan waktu jadi kita
jalankan saja
P2: Jadi semuanya sudah tidak dapat diganggu lagi. Saya hanya minta supaya kita
semua tetap semangat.
Pada percakapan tersebut penutur melakukan campur kode untuk memberikan
semangat kepada panitia yang sudah bekerja. Faktor penyebab campur kode yang
dilakukan oleh penutur adalah penggunaan istilah yang lebih populer. Dimana
penutur merasa bahwa kata atau kalimat yang digunakannya mempunyai nilai atau
padanan yang lebih tinggi. Hal ini dapat dilihat pada kata Fix (tidak dapat diganggu
lagi).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Selain data pada percakapan (16) tersebut, peneliti juga akan memaparkan data
lain yang serupa yaitu pada data percakapan (17) mengenai penggunaan istilah yang
lebih populer. Data pada percakapan (17) tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.
(17). Percakapan 17
P1 : Semuanya tergantung teman-teman saja. Mau kita masukan satu perwakilan kita
dari sini atau kita bisa seting di forum.
P2 : Kalau menurut saya kita omong disini sekarang memang saja.
(12/25-11-2017)
Berikut ini percakapan antara P1 dan P2 yang di sajikan dalam bahasa Indonesia.
P1 : Semuanya tergantung teman-teman saja. Mau kita masukan satu perwakilan kita
dari sini atau kita bisa atur di forum.
P2 : Kalau menurut saya kita omong disini sekarang memang saja.
Pada percakapan tersebut penutur melakukan campur kode ketika membahas
mengenai perwakilan salah seorang anggot keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta
sebagai pemateri untuk kegiatan seminar. Faktor penyebab campur kode yang
dilakukan oleh penutur adalah penggunaan istilah yang lebih populer. Dimana
penutur merasa bahwa kata atau kalimat yang digunakannya mempunyai nilai atau
padanan yang lebih tinggi. Hal ini dapat dilihat pada kata seeting (atur atau
mengatur).
Selain data pada percakapan (2/24-11-2017) dan (12/25-11-2017), ada beberapa
data lain yang serupa dengan kedua data tersebut yakni pada data (11/25-11-2017),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
(20/25-11-2017), (22/8-12-2017), (24/8-12-2017), (27/8-12-2017), (29/8-12-2017),
(30/8-12-2017), (47/8-12-2017), (52/8-12-2017), (57/8-12-2017), jumlah keseluruhan
data pada faktor penyebab penggunaan istilah yang lebih populer sebanyak 12 data.
4.3 Pembahasan
Nababan dalam Suandi (2014:139) mengatakan bahwa campur kode adalah
percampuran dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa
(speech act atau discourse) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang
menuntut percampuran bahasa tersebut. Campur kode dibagi menjadi dua bagian
yaitu campur kode ke dalam (inner code mixing) dan campur kode keluar (outer code
mixing). Campur kode kedalam (inner code mixing) adalah campur kode yang
menyerap unsur-unsur bahasa asli yang masih sekerabat. Campur kode keluar (outer
code mixing) adalah campur kode yang menyerap unsur bahasa asing.
4.3.1 Jenis-jenis campur kode
Campur kode dibagi menjadi dua jenis yaitu campur kode ke dalam dan campur
kode keluar. Kedua campur kode tersebut dibagi lagi menjadi campur kode kedalam
pada tataran kata, frasa dan klausa, serta campur kode keluar pada tataran kata dan
frasa. Masing-masingnya akan diuraikan sebagai berikut.
4.3.1.1 Campur kode ke dalam (inner code mixing)
1. Penyisipan Kata
Penyisipan kata yang terdapat dalam campur kode ini merupakan penyisipan
kata tidak baku, penyisipan kata yang menggunakan bahasa daerah, penyisipan kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
yang tidak ada dalam kamus besar bahasa Indonesia. Hal tersebut akan diuraikan
sebagai berikut.
(1). Percakapan 1
Tuturan pada data (1) tersebut berlangsung pada situasi informal dengan
menggunakan ragam lisan. Lokasi terjadinya tuturan tersebut yaitu di sekretariat
keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta. Pihak yang terlibat adalah pembicara dan
pendengar. Keduanya berganti peran sebagai pembicara dan pendengar.
Pada tuturan (1) tersebut, penutur melakukan campur kode ke dalam pada
tataran kata. Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Jendra dalam
Suandi (2014:141) campur kode pada tataran kata merupakan unsur terkecil dalam
pembentukan kalimat yang sangat penting peranannya dalam tata bahasa, yang
dimaksud kata adalah satuan bahasa yang berdiri sendiri. Penelitian terdahulu yang
relevan dengan hasil ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ardian (2015)
berjudul”Alih Kode dan Campur Kode Iklan Obat di Siaran Radio Kedaulatan Rakyat
Yogyakarta”.
Penelitian ini melengkapi penelitian yang terdahulu. Pada penelitian ini di
temukan bahwa jenis campur kode ke dalam terbagi menjadi tiga substansi yaitu
campur kode ke dalam pada tataran kata, frasa dan klausa. Pada penelitian terdahulu
terdapat tiga substansi pada campur kode ke dalam yaitu penyisipan kata, frasa dan
istilah. Campur kode yang dilakukan oleh penutur merupakan campur kode ke dalam
pada tataran kata yang di tandai dengan adanya penyisipan bahasa asli atau bahasa
Adonara. Hal tersebut dapat dilihat pada kata goe (saya) dan kata hala (tidak).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Tuturan pada data (1) tersebut disampaikan dengan santai dan serius. Hal ini
dikarenakan penutur memiliki maksud dan tujuan yaitu menyampaikan pendapat
terkait dengan penambahan pemateri pada kegiatan seminar. selain data pada
percakapan (1) tersebut ada juga data serupa yakni pada percakapan (2) yang akan di
uraiakan sebagai berikut.
(2). Percakapan 2
Data pada percakapan (2) tersebut, campur kode yang dilakukan oleh penutur
merupakan campur kode ke dalam pada penyisipan kata. Hal tersebut sejalan dengan
teori yang dikemukakan oleh Jendra dalam suandi (2014:141) campur kode pada
tataran kata merupakan unsur terkecil dalam pembentukan kalimat yang sangat
penting peranannya dalam tata bahasa, yang dimaksud kata adalah satuan bahasa
yang berdiri sendiri. Penelitian terdahulu yang relevan dengan hasil ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Ardian (2015) berjudul “Alih Kode dan Campur Kode
Iklan Obat di Siaran Radio Kedaulatan Rakyat Yogyakarta.
Penelitian ini melengkapi penelitian yang terdahulu. Pada penelitian ini di
temukan bahwa jenis campur kode ke dalam terbagi menjadi tiga substansi yaitu
campur kode ke dalam pada tataran kata, frasa dan klausa. Pada penelitian terdahulu
terdapat tiga substansi pada campur kode ke dalam yaitu penyisipan kata, frasa dan
istilah. Campur kode yang dilakukan oleh penutur merupakan campur kode ke dalam
pada tataran kata yang di tandai dengan adanya penyisipan bahasa asli atau bahasa
Adonara. Hal tersebut dapat dilihat pada kata tite (saya), dan kata noloki (duluan).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Tuturan pada percakapan (2) tersebut berlangsung pada situasi informal
dengan menggunakan ragam lisan. Lokasi terjadinya tuturan tersebut yaitu di
sekretariat keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta. Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar. Keduanya berganti peran sebagai pembicara dan
pendengar. Tuturan yang dilakukan pada percakapan (2) disampaikan dengan santai
dan serius. Hal ini dikarenakan penutur memiliki maksud dan tujuan yaitu membahas
mengenai kegiatan seminar yang akan diselenggrakan terlebih dahulu.
2. Penyisipan Frasa
Penyisipan frasa adalah penyisipan unsur frasa yang berasal dari bahasa asing
atau bahasa daerah yang masuk ke dalam tuturan yang menggunakan suatu pokok
bahasa tertentu. Penyisipan frasa yang dimaksudkan dalam peristiwa campur kode ini
adalah penyisipan yang menggunakan bahasa yang tidak baku. Hal tersebut akan
diuraikan sebagai berikut.
(3). Percakapan 3
Tuturan pada data (3) tersebut berlangsung pada situasi informal dengan
menggunakan ragam lisan. Lokasi terjadinya tuturan tersebut yaitu di sekretariat
keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta. Pihak yang terlibat adalah pembicara dan
pendengar. Keduanya berganti peran sebagai pendengar dan pembicara.
Pada tuturan (3) tersebut, penutur melakukan campur kode ke dalam pada
tataran frasa. Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Jendra dalam
Suandi (2014:141) campur kode pada tataran frasa setingkat lebih rendah
dibandingkan dengan campur kode pada tataran klausa, frasa adalah gabungan dua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
kata atau lebih yang sifatnya tidak perdiktif, gabungan itu dapar rapat dan renggang.
Penelitian terdahulu yang relevan dengan hasil ini adalah penelitian yang dilakukan
oleh Andronikus Kresna (2015) berjudul “Campur kode dan Campur Kode Pada
Interaksi Informal Mahasiwa di Yogyakarta: Studi Kasus Pada Mahasiswa Asrama
Lantai Merah, Jalan Cendrawasih no 1B, Demangan Baru Yogyakarta”.
Penelitian ini melengkapi penelitian yang terdahulu. Pada penelitian ini di
temukan bahwa jenis campur kode ke dalam terbagi menjadi tiga substansi yaitu
campur kode ke dalam pada tataran kata, frasa dan klausa. Pada penelitian terdahulu
terdapat tiga substansi pada campur kode ke dalam yaitu penyisipan kata, frasa dan
klausa. Campur kode yang dilakukan oleh penutur merupakan campur kode ke dalam
pada tataran frasa yang di tandai dengan adanya penyisipan bahasa asli atau bahasa
Adonara. Hal tersebut dapat dilihat pada frasa ne kame (itu kami). Tuturan pada data
(3) tersebut disampaikan dengan santai dan serius. Hal ini dikarenakan penutur
memiliki maksud dan tujuan yaitu menyampaikan pendapat terkait dengan acara temu
kangen yang tidak di pandu oleh pembawa acara. Selain data pada percakapan (3)
adapun data serupa yang sama yaitu data pada percakapan (4) mengenai penyisipan
frasa. Hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut
(4). Percakapan 4
Data pada percakapan (4) tersebut, penutur melakukan campur kode ke dalam
pada tataran frasa. Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Jendra
dalam Suandi (2014:141) campur kode pada tataran frasa setingkat lebih rendah
dibandingkan dengan campur kode pada tataran klausa, frasa adalah gabungan dua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
kata atau lebih yang sifatnya tidak perdiktif, gabungan itu dapar rapat dan renggang.
Penelitian terdahulu yang relevan dengan hasil ini adalah penelitian yang dilakukan
oleh Ardian (2015) berjudul”Alih Kode dan Campur Kode Iklan Obat di Siaran Radio
Kedaulatan Rakyat Yogyakarta”.
Penelitian ini melengkapi penelitian yang terdahulu. Pada penelitian ini di
temukan bahwa jenis campur kode ke dalam terbagi menjadi tiga substansi yaitu
campur kode ke dalam pada tataran kata, frasa dan klausa. Pada penelitian terdahulu
terdapat tiga substansi pada campur kode ke dalam yaitu penyisipan kata, frasa dan
istilah. Campur kode yang dilakukan oleh penutur merupakan campur kode ke dalam
pada tataran frasa yang di tandai dengan adanya penyisipan bahasa asli atau bahasa
Adonara. Hal tersebut dapat dilihat pada frasa ae ne (depan muka) dan ege mio
(jangan begitu).
Tuturan pada percakapan (4) tersebut berlangsung pada situasi informal
dengan menggunakan ragam lisan. Lokasi terjadinya tuturan tersebut yaitu di
sekretariat keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta. Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar. Keduanya berganti peran sebagai pembicara dan
pendengar. Tuturan yang dilakukan pada percakapan (4) disampaikan dengan santai
dan serius. Hal ini dikarenakan penutur memiliki maksud dan tujuan yaitu membahas
mengenai makanan yang telah disajikan kepada anggota yang hadir pada pertemuan
keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta.
3. Penyisipan Klausa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Penyisipan klausa adalah penyisipan unsur klausa yang berasal dari bahasa asing
atau bahasa daerah yang masuk ke dalam tuturan yang menggunakan suatu pokok
bahasa tertentu. Penyisipan klausa yang dimaksudkan dalam peristiwa campur
kode ini adalah penyisipan yang menggunakan bahasa yang tidak baku. Hal
tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
(5). percakapan 5
Tuturan pada data (5) tersebut berlangsung pada situasi informal dengan
menggunakan ragam lisan. Lokasi terjadinya tuturan tersebut yaitu di sekretariat
keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta. Pihak yang terlibat adalah pembicara dan
pendengar. Keduanya berganti peran sebagai pendengar dan pembicara.
Pada tuturan (5) tersebut, penutur melakukan campur kode ke dalam pada
tataran klausa. Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Jendra
dalam Suandi (2014:141) campur kode pada tataran klausa merupakan campur kode
yang berada pada tataran paling tinggi, klausa adalah satuan gramatikal yang beruapa
kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat serta
mempunyai potensi untuk menjadi kalimat. Penelitian terdahulu yang relevan dengan
hasil ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ardian (2015) berjudul”Alih Kode dan
Campur Kode Iklan Obat di Siaran Radio Kedaulatan Rakyat Yogyakarta”.
Penelitian ini melengkapi penelitian yang terdahulu. Pada penelitian ini di
temukan bahwa jenis campur kode ke dalam terbagi menjadi tiga substansi yaitu
campur kode ke dalam pada tataran kata, frasa dan klausa. Pada penelitian terdahulu
terdapat tiga substansi pada campur kode ke dalam yaitu penyisipan kata, frasa dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
istilah. Campur kode yang dilakukan oleh penutur merupakan campur kode ke dalam
pada tataran klausa yang di tandai dengan adanya penyisipan bahasa asli atau bahasa
Adonara. Hal tersebut dapat dilihat pada klausa iri nato mo go gohuk
(kau sudah habiskan).
Tuturan pada data (5) tersebut disampaikan dengan santai dan serius. Hal ini
dikarenakan penutur memiliki maksud dan tujuan yaitu membahas mengenai
makanan yang disajikan pada saat pertemuan keluarga mahasiswa Adonara
Yogyakrata. Selain tuturan pada percakapan (5), adapun data serupa yang akan
diuraikan pada percakapan (6) yaitu sebagai berikut.
(6). Percakapan 6
Pada tuturan (6) tersebut, penutur melakukan campur kode ke dalam pada
tataran klausa. Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Jendra
dalam Suandi (2014:141) campur kode pada tataran klausa merupakan campur kode
yang berada pada tataran paling tinggi, klausa adalah satuan gramatikal yang beruapa
kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat serta
mempunyai potensi untuk menjadi kalimat. Penelitian terdahulu yang relevan dengan
hasil ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ardian (2015) berjudul”Alih Kode dan
Campur Kode Iklan Obat di Siaran Radio Kedaulatan Rakyat Yogyakarta”.
Penelitian ini melengkapi penelitian yang terdahulu. Pada penelitian ini di
temukan bahwa jenis campur kode ke dalam terbagi menjadi tiga substansi yaitu
campur kode ke dalam pada tataran kata, frasa dan klausa. Pada penelitian terdahulu
terdapat tiga substansi pada campur kode ke dalam yaitu penyisipan kata, frasa dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
istilah. Campur kode yang dilakukan oleh penutur merupakan campur kode ke dalam
pada tataran klausa yang di tandai dengan adanya penyisipan bahasa asli atau bahasa
Adonara. Hal tersebut dapat dilihat pada klausa Moe pana ta (kamu jalan tidak).
Tuturan pada data (6) tersebut berlangsung pada situasi informal dengan
menggunakan ragam lisan. Lokasi terjadinya tuturan tersebut yaitu di sekretariat
keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta. Pihak yang terlibat adalah pembicara dan
pendengar. Keduanya berganti peran sebagai pendengar dan pembicara. Tuturan yang
dilakukan pada percakapan (6) disampaikan dengan santai dan serius. Hal ini
dikarenakan penutur memiliki maksud dan tujuan yaitu membahas mengenai rencana
untuk jalan-jalan.
4.3.1.2 Campur Kode Keluar (outer code mixing)
1. Penyisipan kata
Penyisipan kata yang terdapat dalam campur kode ini merupakan penyisipan
kata tidak baku, penyisipan kata yang menggunakan bahasa daerah, penyisipan kata
yang tidak ada dalam kamus besar bahasa Indonesia. Hal tersebut akan diuraikan
sebagai berikut.
(7). Percakapan 7
Tuturan pada data (7) tersebut berlangsung pada situasi informal dengan
menggunakan ragam lisan. Lokasi terjadinya tuturan tersebut yaitu di sekretariat
keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta. Pihak yang terlibat adalah pembicara dan
pendengar. Keduanya berganti peran sebagai pendengar dan pembicara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Pada tuturan (7) tersebut, penutur melakukan campur kode keluar pada tataran
kata. Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Jendra dalam Suandi
(2014:141) campur kode pada tataran kata merupakan unsur terkecil dalam
pembentukan kalimat yang sangat penting peranannya dalam tata bahasa, yang
dimaksud kata adalah satuan bahasa yang berdiri sendiri. Penelitian terdahulu yang
relevan dengan hasil ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ardian (2015)
berjudul”Alih Kode dan Campur Kode Iklan Obat di Siaran Radio Kedaulatan Rakyat
Yogyakarta”.
Penelitian ini melengkapi penelitian yang terdahulu. Pada penelitian ini di
temukan bahwa jenis campur kode keluar terbagi menjadi dua substansi yaitu campur
kode ke dalam pada tataran kata dan frasa. Pada penelitian terdahulu terdapat dua
substansi pada campur kode keluar yaitu penyisipan kata dan frasa. Campur kode
yang dilakukan oleh penutur merupakan campur kode keluar pada tataran kata yang
di tandai dengan adanya penyisipan bahasa asing atau bahasa Inggris. Hal tersebut
dapat dilihat pada kata list (daftar).
Tuturan pada data (7) tersebut disampaikan dengan santai dan serius. Hal ini
dikarenakan penutur memiliki maksud dan tujuan dari tuturan tersebut yaitu
menyampaikan pendapat terkait dengan acara temu kangen. Selain data pada
percakapan (7) adapun data serupa yang sama yaitu data pada percakapan (8). Data
pada percakapan (8) tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
(8). Percakapan 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Pada tuturan (7) tersebut, penutur melakukan campur kode keluar pada tataran
kata. Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Jendra dalam Suandi
(2014:141) campur kode pada tataran kata merupakan unsur terkecil dalam
pembentukan kalimat yang sangat penting peranannya dalam tata bahasa, yang
dimaksud kata adalah satuan bahasa yang berdiri sendiri. Penelitian terdahulu yang
relevan dengan hasil ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ardian (2015)
berjudul”Alih Kode dan Campur Kode Iklan Obat di Siaran Radio Kedaulatan Rakyat
Yogyakarta”.
Penelitian ini melengkapi penelitian yang terdahulu. Pada penelitian ini di
temukan bahwa jenis campur kode keluar terbagi menjadi dua substansi yaitu campur
kode ke dalam pada tataran kata dan frasa. Pada penelitian terdahulu terdapat dua
substansi pada campur kode keluar yaitu penyisipan kata dan frasa. Campur kode
yang dilakukan oleh penutur merupakan campur kode keluar pada tataran kata yang
di tandai dengan adanya penyisipan bahasa asing atau bahasa Inggris. Hal tersebut
dapat dilihat pada kata doorprice (hadiah).
Tuturan pada data (8) tersebut berlangsung pada situasi informal dengan
menggunakan ragam lisan. Lokasi terjadinya tuturan tersebut yaitu di sekretariat
keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta. Pihak yang terlibat adalah pembicara dan
pendengar. Keduanya berganti peran sebagai pendengar dan pembicara. Tuturan pada
data (8) tersebut disampaikan dengan santai dan serius. Hal ini dikarenakan penutur
memiliki maksud dan tujuan dari tuturan tersebut yaitu membahas mengenai kegiatan
seminar terkait dengan susunan acara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
2. Penyispan frasa
Penyisipan frasa adalah penyisipan unsur frasa yang berasal dari bahasa asing
atau bahasa daerah yang masuk ke dalam tuturan yang menggunakan suatu pokok
bahasa tertentu. Penyisipan frasa yang dimaksudkan dalam peristiwa campur kode ini
adalah penyisipan yang menggunakan bahasa yang tidak baku. Hal tersebut akan
diuraikan sebagai berikut.
(9). Percakapan 9
Tuturan pada data (9) tersebut berlangsung pada situasi informal dengan
menggunakan ragam lisan. Lokasi terjadinya tuturan tersebut yaitu di sekretariat
keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta. Pihak yang terlibat adalah pembicara dan
pendengar. Keduanya berganti peran sebagai pendengar dan pembicara.
Pada tuturan (9) tersebut, penutur melakukan campur kode keluar pada tataran
frasa. Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Jendra dalam Suandi
(2014:141) campur kode pada tataran frasa setingkat lebih rendah dibandingkan
dengan campur kode pada tataran klausa, frasa adalah gabungan dua kata atau lebih
yang sifatnya tidak perdiktif, gabungan itu dapar rapat dan renggang.Penelitian
terdahulu yang relevan dengan hasil ini adalah penelitian yang dilakukan oleh
Andronikus Kresna (2015) berjudul “Campur Kode dan Alih Kode Pada Interaksi
Informal Mahasiswa di Yogyakarta: Studi Kasus Pada Mahasiswa Asrama Lantai
Merah, Jalan Cendrawasih no 1B, Demangan Baru Yogyakarta.
Penelitian ini melengkapi penelitian yang terdahulu. Pada penelitian ini di
temukan bahwa jenis campur kode keluar terbagi menjadi dua substansi yaitu campur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
kode keluar pada tataran kata dan frasa. Pada penelitian terdahulu terdapat dua
substansi pada campur kode keluar yaitu penyisipan kata dan penyisipan frasa.
Campur kode yang dilakukan oleh penutur merupakan campur kode keluar pada
tataran frasa yang di tandai dengan adanya penyisipan bahasa asing atau bahasa
Inggris. Hal tersebut dapat dilihat pada frasa special perform (penampilan spesial)
Tuturan pada data (9) tersebut disampaikan dengan santai dan serius. Hal ini
dikarenakan penutur memiliki maksud dan tujuan yaitu menyampaikan pendapat
terkait dengan acara temu kangen yang tidak di pandu oleh pembawa acara.
4.3.2 Faktor penyebab terjadinya campur kode
Pada bagian ini, peneliti menemukan empat faktor penyebab terjadinya
campur kode pada peristiwa tutur keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta 2017
yaitu 1) mitra bicara, 2) pembicara dan pribadi pembicara, 3) membangkitkan rasa
humor, 4) penggunaan istilah yang lebih populer. Keempat faktor tersebut akan
diuraikan sebagai berikut.
1. Mitra Bicara
(10). Percakapan 10
Data pada percakapan (10) tersebut, berlangsung pada situasi informal, dengan
agenda pembahasan mengenai kesediaan dari sosbud untuk menjadi pengisi acara
pada kegiatan seminar. Lokasi terjadinya percakapan adalah di sekretariat keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
mahasiswa Adonara Yogyakarta. Pihak yang terlibat adalah pembicara dan
pendengar. Keduanya berganti peran sebagai pendengar dan pembicara.
Pada tuturan (10) tersebut, penutur melakukan campur kode karena mitra
bicara. Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Suandi (2014:144)
mitra bicara dapat berupa individu atau kelompok. Dalam masyarakat bilingual,
seorang pembicara yang mula-mula menggunakan satu bahasa dapat melakukan
campur kode menggunakan bahasa lain dengan mitra bicaranya yang memiliki latar
belakang bahasa yang sama dengannya. Penelitian terdahulu yang relevan dengan
hasil ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Andronikus Kresna (2015), yang
berjudul Campur kode dan alih kode pada interaksi informal pada mahasiswa di
Yogyakarta: studi kasus pada mahasiswa asrama lantai merah, jalan cendrawasih no
1B, demangan baru, Yogyakarta.
Penelitian ini melengkapi penelitian yang terdahulu. Pada penelitian ini di
temukan empat faktor penyebab terjadinya campur kode yaitu 1) mitra bicara, 2)
pembicara dan pribadi pembicara, 3) membangkitkan rasa humor, 4) penggunaan
istilah yang lebih populer. Pada peneltian terdahulu di temukan empat faktor
penyebab terjadinya campur kode yaitu 1) menjelaskan sesuatu, 2) mempertegas
sesuatu, 3) kebiasaan penutur, 4) rasa peseimis. Campur kode yang dilakukan oleh
penutur tersebut di sebabkan oleh mitra bicaranya yang mempunyai latar belakang
bahasa yang sama dengannya yaitu bahasa Adonara. Hal tersebut dapat dilihat pada
kata tite (kita), maine (itu), mio (kamu), noloki (duluan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Tuturan pada data (10) tersebut disampaikan dengan santai dan serius. Hal ini
dikarenakan penutur memiliki maksud dan tujuan yaitu menyampaikan pendapatnya
terkait dengan kesediaan dari sosobud sebagai pengisi acara pada kegiatan seminar.
selain data pada percakapan (10) tersebut, adapun serupa yang sama yaitu data pada
percakapan (11) yang akan diuraikan sebagai berikut.
(11). Percakapan 11
Pada tuturan (11) tersebut, penutur melakukan campur kode karena mitra
bicara. Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Suandi (2014:144)
mitra bicara dapat berupa individu atau kelompok. Dalam masyarakat bilingual,
seorang pembicara yang mula-mula menggunakan satu bahasa dapat melakukan
campur kode menggunakan bahasa lain dengan mitra bicaranya yang memiliki latar
belakang bahasa yang sama dengannya. Penelitian terdahulu yang relevan dengan
hasil ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Andronikus Kresna (2015), yang
berjudul Campur kode dan alih kode pada interaksi informal pada mahasiswa di
Yogyakarta: studi kasus pada mahasiswa asrama lantai merah, jalan cendrawasih no
1B, demangan baru, Yogyakarta.
Penelitian ini melengkapi penelitian yang terdahulu. Pada penelitian ini di
temukan empat faktor penyebab terjadinya campur kode yaitu 1) mitra bicara, 2)
pembicara dan pribadi pembicara, 3) membangkitkan rasa humor, 4) penggunaan
istilah yang lebih populer. Pada peneltian terdahulu di temukan empat faktor
penyebab terjadinya campur kode yaitu 1) menjelaskan sesuatu, 2) mempertegas
sesuatu, 3) kebiasaan penutur, 4) rasa peseimis. Campur kode yang dilakukan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
penutur tersebut di sebabkan oleh mitra bicaranya yang mempunyai latar belakang
bahasa yang sama dengannya yaitu bahasa Adonara. Hal tersebut dapat dilihat pada
kalimat tite nei (kita kasih), hudaro na seba (suruh dia beli), dan pada kata tite (kita),
maine (sepertinya).
Tuturan pada data (11) tersebut berlangsung pada situasi informal dengan
menggunakan ragam lisan. Lokasi terjadinya tuturan tersebut yaitu di sekretariat
keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta. Pihak yang terlibat adalah pembicara dan
pendengar. Keduanya berganti peran sebagai pendengar dan pembicara. Tuturan pada
data (11) tersebut disampaikan dengan santai dan serius. Hal ini dikarenakan penutur
memiliki maksud dan tujuan yaitu membahas mengenai makanan lokal yang akan
disajikan untuk peserta yang hadir pada kegiatan seminar.
2. Pembicara dan pribadi pembicara
(12). Percakapan 12
Tuturan pada data (12) tersebut berlangsung pada situasi informal dengan
menggunakan ragam lisan. Lokasi terjadinya tuturan tersebut yaitu di sekretariat
keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta. Pihak yang terlibat adalah pembicara dan
pendengar. Keduanya berganti peran sebagai pendengar dan pembicara.
Pada percakapan tersebut penutur melakukan campur kode karena pembicara
dan pribadi pembicara. Hal tersebut sejalan dengan teori yang di kemukan oleh
Suandi (2014:144) yang mengatakan bahwa pembicara terkadang melakukan campur
kode dari satu bahasa ke bahasa lain karena faktor kebiasaan dan kesantaian.
Penelitian terdahulu yang relevan dengan hasil ini adalah penelitian yang dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
oleh Ardian Pitra Satya Purnama (2015) berjudul Alih Kode dan Campur Kode Iklan
Obat di Siaran Radio Kedaulatan Rakyat Yogyakarta.
Penelitian ini melengkapi penelitian yang terdahulu. Pada penelitian ini di
temukan empat faktor penyebab terjadinya campur kode yaitu 1) mitra bicara, 2)
pembicara dan pribadi pembicara, 3) membangkitkan rasa humor, 4) penggunaan
istilah yang lebih populer. Pada peneltian terdahulu di temukan empat faktor
penyebab terjadinya campur kode yaitu 1) menjelaskan sesuatu, 2) sekedar bergengsi,
3) penggunaan istilah yang lebih populer, 4) memberitahukan sesuatu. Campur kode
yang dilakukan oleh penutur tersebut di sebabkan oleh faktor kebiasaan dan
kesantaian. Hal tersebut dapat dilihat pada kata tite (kita), go (saya), gelekat
(membantu).
Tuturan pada data (12) tersebut disampaikan dengan santai dan serius. Hal ini
dikarenakan penutur memiliki maksud dan tujuan yaitu membahas mengenai
pembatalan pagelaran budaya dan diselenggrakannya kegiatan seminar
(menyemangati). Selain data pada percakapan (12), adapun data serupa yang sama
yaitu data pada percakapan (13). Hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
(13). Percakapan 13
Pada percakapan (13) tersebut penutur melakukan campur kode karena
pembicara dan pribadi pembicara. Hal tersebut sejalan dengan teori yang di kemukan
oleh Suandi (2014:144) yang mengatakan bahwa pembicara terkadang melakukan
campur kode dari satu bahasa ke bahasa lain karena faktor kebiasaan dan kesantaian.
Penelitian terdahulu yang relevan dengan hasil ini adalah penelitian yang dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
oleh Ardian Pitra Satya Purnama (2015) berjudul “Alih Kode dan Campur Kode Iklan
Obat di Siaran Radio Kedaulatan Rakyat Yogyakarta”.
Penelitian ini melengkapi penelitian yang terdahulu. Pada penelitian ini di
temukan empat faktor penyebab terjadinya campur kode yaitu 1) mitra bicara, 2)
pembicara dan pribadi pembicara, 3) membangkitkan rasa humor, 4) penggunaan
istilah yang lebih populer. Pada peneltian terdahulu di temukan empat faktor
penyebab terjadinya campur kode yaitu 1) menjelaskan sesuatu, 2) sekedar bergengsi,
3) penggunaan istilah yang lebih populer, 4) memberitahukan sesuatu. Campur kode
yang dilakukan oleh penutur tersebut di sebabkan oleh faktor kebiasaan dan
kesantaian. Hal tersebut dapat dilihat pada kata kata tite (kita), tite wahakae (kita
semua), ahe (apa), mari (bicara) titeni (kita ini).
Tuturan pada data (13) tersebut berlangsung pada situasi informal dengan
menggunakan ragam lisan. Lokasi terjadinya tuturan tersebut yaitu di sekretariat
keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta. Pihak yang terlibat adalah pembicara dan
pendengar. Keduanya berganti peran sebagai pendengar dan pembicara. Tuturan pada
data (13) tersebut disampaikan dengan santai dan serius. Hal ini dikarenakan penutur
memiliki maksud dan tujuan yaitu untuk menyemangati dan meminta agar anggota
yang hadir pada peretmuan tersebut memberikan pendapatnya.
3. Membangkitkan rasa humor
(14). Percakapan 14
Data pada percakapan (14) tersebut berlangsung pada situasi informal. Tujuan
dari percakapan tersebut adalah meminta agar peserta yang hadir pada pertemuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta memberikan pendapatnya. Tempat
terjadinya percakapan adalah di sekretariat keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta.
Pihak yang terlibat adalah pembicara dan pendengar. Keduanya berganti peran
sebagai pendengar dan pembicara.
Pada percakapan (14) tersebut penutur melakukan campur kode
membangkitkan rasa humor. Hal tersebut sejalan dengan teori yang di kemukan oleh
Suandi (2014:144) yang mengatakan bahwa campur kode ini sering dimanfaatkan
untuk menghadi ketegangan atau kelesuan karena telah cukup lama bertukar pikiran
sehingga memerlukan rasa humor untuk memecahkan masalah tersebut. Penelitian
terdahulu yang relevan dengan hasil ini adalah penelitian yang dilakukan oleh
Andronikus Kresna (2015), yang berjudul “Campur kode dan alih kode pada interaksi
informal pada mahasiswa di Yogyakarta: studi kasus pada mahasiswa asrama lantai
merah, jalan cendrawasih no 1B, demangan baru, Yogyakarta”.
Penelitian ini melengkapi penelitian yang terdahulu. Pada penelitian ini di
temukan empat faktor penyebab terjadinya campur kode yaitu 1) mitra bicara, 2)
pembicara dan pribadi pembicara, 3) membangkitkan rasa humor, 4) penggunaan
istilah yang lebih populer. Pada peneltian terdahulu di temukan empat faktor
penyebab terjadinya campur kode yaitu 1) menjelaskan sesuatu, 2) mempertegas
sesuatu, 3) kebiasaan penutur, 4) rasa peseimis. Campur kode yang dilakukan oleh
penutur tersebut, karena ingin mencairkan suasana. Hal tersebut dapat dilihat pada
kata tite (kita).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Tuturan pada data (8) tersebut disampaikan dengan santai dan serius. Hal ini
dikarenakan penutur memiliki maksud dan tujuan yaitu meminta agar peserta yang
hadir pada pertemuan keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta. Selain data pada
percakapan (14) tersebut adapun data serupa yang sama yaitu data pada percakapan
(15). Hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
(15). Percakapan 15
Data pada percakapan (15) tersebut berlangsung pada situasi informal. Tujuan
dari percakapan tersebut adalah meminta agar peserta yang hadir pada pertemuan
keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta memberikan pendapatnya. Tempat
terjadinya percakapan adalah di sekretariat keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta.
Pihak yang terlibat adalah pembicara dan pendengar. Keduanya berganti peran
sebagai pendengar dan pembicara.
Pada percakapan (15) tersebut penutur melakukan campur kode
membangkitkan rasa humor. Hal tersebut sejalan dengan teori yang di kemukan oleh
Suandi (2014:144) yang mengatakan bahwa campur kode ini sering dimanfaatkan
untuk menghadi ketegangan atau kelesuan karena telah cukup lama bertukar pikiran
sehingga memerlukan rasa humor untuk memecahkan masalah tersebut. Penelitian
terdahulu yang relevan dengan hasil ini adalah penelitian yang dilakukan oleh
Andronikus Kresna (2015), yang berjudul “Campur kode dan alih kode pada interaksi
informal pada mahasiswa di Yogyakarta: studi kasus pada mahasiswa asrama lantai
merah, jalan cendrawasih no 1B, demangan baru, Yogyakarta”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Penelitian ini melengkapi penelitian yang terdahulu. Pada penelitian ini di
temukan empat faktor penyebab terjadinya campur kode yaitu 1) mitra bicara, 2)
pembicara dan pribadi pembicara, 3) membangkitkan rasa humor, 4) penggunaan
istilah yang lebih populer. Pada peneltian terdahulu di temukan empat faktor
penyebab terjadinya campur kode yaitu 1) menjelaskan sesuatu, 2) mempertegas
sesuatu, 3) kebiasaan penutur, 4) rasa peseimis. Campur kode yang dilakukan oleh
penutur tersebut, karena ingin mencairkan suasana. Hal tersebut dapat dilihat pada
kata kata No (panggilan untuk anak laki-laki) dan kalimat No goong ki (No makan
dulu).
Tuturan pada data (15) tersebut disampaikan dengan santai dan serius. Hal ini
dikarenakan penutur memiliki maksud dan tujuan yaitu membahas mengenai susunan
acara.
4. Penggunaan istilah yang lebih populer
(16). Percakapan 16
Tuturan pada data (16) tersebut berlangsung pada situasi informal dengan
menggunakan ragam lisan. Lokasi terjadinya tuturan tersebut yaitu di sekretariat
keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta. Pihak yang terlibat adalah pembicara dan
pendengar. Keduanya berganti peran sebagai pendengar dan pembicara.
Tuturan pada data (16) tersebut, penutur melakukan campur kode karena
penggunaan istilah yang lebih populer. Hal tersebut sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Suandi (2014:144) yang mengatakan bahwa dalam kehidupan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
sosial, terkadang seorang penutur melakukan campur kode dengan menggunakan
kata-kata yang dinilainya mempunyai padanan yang lebih populer. Penelitian
terdahulu yang relevan dengan hasil ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ardian
Pitra Satya Purnama (2015) berjudul “Alih Kode dan Campur Kode Iklan Obat di
Siaran Radio Kedaulatan Rakyat Yogyakarta”.
Penelitian ini melengkapi penelitian yang terdahulu. Pada penelitian ini di
temukan empat faktor penyebab terjadinya campur kode yaitu 1) mitra bicara, 2)
pembicara dan pribadi pembicara, 3) membangkitkan rasa humor, 4) penggunaan
istilah yang lebih populer. Pada peneltian terdahulu di temukan empat faktor
penyebab terjadinya campur kode yaitu 1) menjelaskan sesuatu, 2) sekedar bergengsi,
3) penggunaan istilah yang lebih populer, 4) memberitahukan sesuatu. Campur kode
yang dilakukan oleh penutur disebabkan karena penutur tersebut menilai bahwa kata
tersebut mempunyai padanan yang lebih populer. Hal tersebut dapat dilihat pada kata
fix (tidak dapat diganggu lagi).
Tuturan pada data (16) tersebut disampaikan dengan santai dan serius. Hal ini
dikarenakan penutur memiliki maksud dan tujuan yaitu menyemangati panitia yang
bekerja. Selain data pada percakapan (16), adapun data serupa yang sama yaitu data
pada percakapan (17). Hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
(17). Percakapan 17
Tuturan pada data (17) tersebut berlangsung pada situasi informal dengan
menggunakan ragam lisan. Lokasi terjadinya tuturan tersebut yaitu di sekretariat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta. Pihak yang terlibat adalah pembicara dan
pendengar. Keduanya berganti peran sebagai pendengar dan pembicara.
Tuturan pada data (16) tersebut, penutur melakukan campur kode karena
penggunaan istilah yang lebih populer. Hal tersebut sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Suandi (2014:144) yang mengatakan bahwa dalam kehidupan
sosial, terkadang seorang penutur melakukan campur kode dengan menggunakan
kata-kata yang dinilainya mempunyai padanan yang lebih populer. Penelitian
terdahulu yang relevan dengan hasil ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ardian
Pitra Satya Purnama (2015) berjudul “Alih Kode dan Campur Kode Iklan Obat di
Siaran Radio Kedaulatan Rakyat Yogyakarta”.
Penelitian ini melengkapi penelitian yang terdahulu. Pada penelitian ini di
temukan empat faktor penyebab terjadinya campur kode yaitu 1) mitra bicara, 2)
pembicara dan pribadi pembicara, 3) membangkitkan rasa humor, 4) penggunaan
istilah yang lebih populer. Pada peneltian terdahulu di temukan empat faktor
penyebab terjadinya campur kode yaitu 1) menjelaskan sesuatu, 2) sekedar bergengsi,
3) penggunaan istilah yang lebih populer, 4) memberitahukan sesuatu. Campur kode
yang dilakukan oleh penutur disebabkan karena penutur menilai bahwa kata tersebut
mempunyai padanan yang lebih populer. Hal tersebut dapat dilihat pada kata seeting
(atur atau mengatur).
Tuturan pada data (16) tersebut disampaikan dengan santai dan serius. Hal ini
dikarenakan penutur memiliki maksud dan tujuan yaitu membahas mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
perwakilan salah seorang anggota keluarga mahasiswa Adonara Yogyakarta sebagai
pemateri untuk kegiatan seminar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
BAB V
PENUTUP
Bab ini terdiri dari dua hal pokok, yaitu (1) simpulan dan (2) saran. Simpulan
berisi rangkuman keseluruhan isi dari penelitian ini dan saran berisi hal-hal yang
relevan yang perlu diperhatikan untuk peneliti lanjutan, baik mahasiswa jurusan
Bahasa Indonesia, maupun peneliti lain. Berikut adalah pemaparan dari kedua hal
tersebut.
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis data mengenai campur kode pada peristiwa tutur keluarga
mahasiswa adonara Yogyakarta dapat disimpulkan sebagai berikut:
Campur kode yang ditemukan pada peristiwa tutur keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta dibagi menjadi dua, yaitu (a) campur kode ke dalam, (b) campur kode ke
luar. Campur kode ke dalam terbagi menjadi tiga jenis, yaitu (a) penyisipan kata, (b)
penyisipan frasa, (c) penyisipan klausa. Campur kode keluar terbagi menjadi tiga
jenis, yaitu (a) penyisipan kata, (b) penyisipan frasa, (c) penyisipan klausa.
Faktor penyebab terjadinya campur kode pada peristiwa tutur keluarga mahasiswa
adonara Yogyakarta dibagi menjadi empat, yaitu (a) mitra bicara, (b) pembicara dan
pribadi pembicara, (c) membangkitkan rasa humor, (d) penggunaan istilah yang lebih
populer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
5.2 Saran
Berdasarkan hasil yang telah ditemukan, peneliti memberikan beberapa saran bagi
peneliti lanjutan yang ingin meneliti topik yang serupa dengan penelitian ini. Berikut
adalah saran–saran dari peneliti.
1. Bagi peneliti lanjutan
a) Penelitian ini meneliti mengenai jenis-jenis campur kode dan faktor penyebab
terjadinya campur kode pada keluarga mahasiswa adonara Yogyakarta.
Peneliti lanjutan dapat meneliti campur kode pada peristiwa tutur yang terjadi
pada ranah pendidikan, ranah hiburan, atau ranah yang lainnya yang
menunjang bagi penelitian, dan menunjang sebagai contoh penelitian kajian
sosiolinguistik.
b) Pada penelitian ini, peneliti menemukan empat faktor penyebab terjadi
campur kode. Diharapakan peneliti lanjutan dapat menemukan faktor lainnya
agar dapat menyempurnakan penelitian terdahulu.
c) Selain bidang ilmu kajian sosiolinguistik, data yang dianalisis nantinya bisa
dikaji bukan hanya dari segi sosiolinguistik melainkan bisa dikaji dari bidang
ilmu lainnya.
2. Bagi Keluarga Mahasiswa Adonara Yogyakarta
Peristiwa campur kode merupakan peristiwa yang sangat sering terjadi dalam
percakapan di kehidupan sehari-hari. Namun, banyak orang yang tidak menyadari
bahwa penutur maupun mitra tutur mengalami fenomena campur kode. Hal ini
bukanlah sesuatu yang negatif jika penutur mampu menempatkan diri dengan siapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
dia berbicara. Maka diharapakan dengan adanya penelitian ini, keluarga mahasiswa
adonara Yogyakarta mampu menempatkan diri siapa dia berbicara, dan dengan tujuan
apa dia berbicara. Seseorang akan berbicara formal ketika situasi formal, namun
adakalanya seseorang akan berbicara formal untuk menghargai mitra tutur sekalipun
situasi menunjukan tidak formal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Daftar Pustaka
Alwasilah, A. Chaedar. 2008. Filsafat Bahasa dan Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Chaer Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan awal Jakarta:
Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2012. Linguistik umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul.2009. Psikolinguistik kajian teoritik. Jakarta: Rineka Cipta.
Dolame, Yakobus. 2016. Kode dan Alih Kode dalam Siaran Radio Bumi Mimika
Kabupaten Timika Provinsi Papua. Skripsi pada FKIP Sanata Dharma
Yogyakarta.
Kresna, Andronikus. 2015. Campur Kode dan Alih Kode pada Interaksi Informal
Mahasiswa di Yogyakarta: Studi Kasus pada Mahasiswa Lantai Merah, Jalan
cendrawasih No.1B, Demangan Baru, Yogyakarta. Skripsi pada FKIP Sanata
Dharma Yogyakarta.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia
Khoyin, Muhammad. 2013. Filsafat Bahasa: Philosophy of Language: Pustaka Setia
Bandung
Nababan, PW.J. 1984. Sosiolinguitik: suatu pengantar.Jakarta: Gramedia
Pitra, Ardian. 2015. Alih Kode dan Campur Kode Iklan Obat di Siaran Radio
Kedaulatan Rakyat Yogyakarta. Skripsi pada FKIP Sanata Dharma
Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Rahardi, Kunjana. 2010. Kajian Sosiolinguistik: ihwal kode dan alih kode. Bogor:
Ghalia Indonesia
Suandi, I. Nengah. 2014. Sosiolinguistik: Yogyakarta: Graha Ilmu
Sudaryanto.1986. Metode linguistik bagian pertama. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Sudaryanto.1993. metode dan aneka teknik analisis bahasa pengantar penelitian
wahana kebudayaan secara linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
TABEL ANALISIS DATA JENIS-JENIS CAMPUR KODE YANG TERJADI PADA PERISTIWA TUTUR KELUARGA
MAHASISWA ADONARA YOGYAKARTA (KMAY) 2017
NO Tuturan Kode Perubahan kode Jenis-jenis
campur kode
Keterangan Setuju Tidak
setuju
keterangan
Kata Frasa Klausa Ke
dalam
Keluar
1. P1:Kami dari sosbud.
Mungkin maina saja, tite
jalankan seminar saja dulu
tidak apa-apa.di seminar
nanti mungkin mio
membutuhkan pengisi
acaranya kami dari sosbud
sangat siap, misalnya
hedung buat hode pemateri
kami siap sekali. Dan
untuk pagelaran tite
undurkan, kemudian
seminar nolo ki.
P2: Baik terima kasih buat
masukan dari sosbud.
(24-11-2017)
Tite,
maina,
mio,
hode,
nolo ki.
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
tuturan tersebut adalah
menyampaikan pendapat
terkait dengan kesediaan dari
sosbud untuk menjadi
pengisi acara pada kegiatan
seminar. Percakapan
tersebut disampaikan dengan
santai menggunakan ragam
lisan pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan oleh penutur
merupakan campur kode
kedalam pada tataran kata,
yang di tandai dengan
adanya bahasa asli atau
bahasa adonara. hal tersebut
dapat di lihat pada kata tite
(kita), maine (itu),mio
(kamu), noloki (duluan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
2. P1: Karena kemarin kita sudah
bicarakan juga. Karena
pertimbangan waktu jadi
kita jalankan saja.
P2: Jadi semuanya sudah fix.
Saya hanya minta supaya
kita semua tetap semangat.
(24-11-2017)
Fix Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut adalah
untuk menyemangati panitia
yang bekerja. Percakapan
tersebut disampaikan dengan
santai menggunakan ragam
lisan pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan oleh penutur
merupakan campur kode
keluar pada tataran kata yang
di tandai dengan adanya
bahasa bahasa inggris. Hal
tersebut dapat dilihat pada
kata fix (tidak dapat di
ganggu lagi)
3. P1: Moe pana ta? Biar kita
jalannya sama-sama
P2: Memangnya mau jalan
jam berapa?
(24-11-2017)
Moe
pana ta
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut adalah
untuk menanyakan sesuatu
terkait dengan rencana untuk
jalan-jalan. Percakapan
tersebut disampaikan dengan
santai menggunakan ragam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
lisan pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan oleh penutur
merupakan campur kode
kedalam pada tataran klausa
yang ditandai dengan adanya
bahasa asli atau bahasa
adonara. Hal tersebut dapat
dilihat pada klausa moe
pana ta (kamu jalan tidak).
4. P1: Jam 8 saja. supaya jangan
terlalu malam
P2: Iya jam 8 saja. Mia ki, goe
kaka telpon. (Sambil
berjalan keluar rumah).
(24-11-2017)
Mia ki,
goe
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut adalah
menyampaikan pendapat
terkait dengan jam yang
disepakati untuk jaln-jalan.
Percakapan tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan oleh penutur
merupakan kedalam pada
tataran kata dan frasa yang di
tandai dengan adanya bahasa
asli atau bahasa adonara. Hal
tersebut dapat dilihat pada
kata goe (saya) dan frasa mia
ki (tunggu dulu).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
5. P1: Iya bagaimana teman ra
siap atau belum?
P2: Sudah siap. Rae sudah
jalan, rae pia hauka ni.
(24-11-2017)
ra,rae,
rae pia
hauka
ni
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut adalah
menanyakan sesuatu dan
memberitahukan sesuatu
terkait dengan teman-teman
yang akan ikut untuk jalan-
jalan. Percakapan tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan oleh penutur
meruapakan campur kode
kedalam pada tataran kata
dan klausa yang di tandai
dengan adanya penggunaan
bahasa asli atau bahasa
adonara. Hal tersebut dapat
dilihat pada kata rae
(mereka) dan klausa rae pia
hauka (mereka lagi dalam
perjalanan).
6. P1: Makanan yang ra buara
pada saat seminar untuk
peserta dan pemateri kira-
kira makanan aku?
P2: Kalau dari goe, makanan
lokal saja. Soalnya bisa
Ra
buara,
aku,
goe,tite
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
mengangkat nama budaya
tite.
(24-11-2017)
percakapan tersebut adalah
membahas mengenai
makanan yang akan di
hidangkan pada kegiatan
seminar. Percakapan
tersebut disampaikan dengan
santai menggunakan ragam
lisan pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan oleh penutur
merupakan campur kode
kedalam pada tataran kata
dan klausa yang di tandai
dengan adanya bahasa asli
atau bahasa adonara. hal
tersebut dapat dilihat pada
kata aku (apa), goe (saya),
tite (kita ) dan klausa ra
buara (mereka makan)
7. P1: Mengenai makan lokal di
jogja juga ada atau begini,
tite nei resep di ibu yang
catering supaya hudaro na
seba atau tite juga bisa cari
bahan- bahan supaya dia
yang masak. Soalnya kalau
ubi atau jagung mainekan
ada.
P2: Iya saya setuju. Kita buat
begitu saja.
(25-11-2017)
Tite
nei,
hudaro
na
seba,
maine
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut adalah
menyampaikan pendapat
terkait dengan makanan
lokal yang akan disajikan
pada kegiatan seminar.
Percakapan tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan oleh penutur
merupakan campur kode ke
dalam pada tataran kata dan
klausa yang di tandai dengan
adanya bahasa asli atau
bahasa adonara. hal tersebut
dapat di lihat pada kata
maine (seperti) dan klausa
tite nei (kita kasih), hudaro
sna seba (suruh dia beli)
8. P1: Untuk kegiatan tite ini, go
harap tite wahakae
semangat. Karena kegiatan
tite ini kegiatan besar
menyangkut seminar
nasional. Jadi ahe yang
mio mau mari, mari saja,
supaya kegiatan ini bisa
berjalan dengan baik dan
lancar.
P2: Iya dan semoga dengan
harapan yang begitu besar
dari tite wahakae kegiatan
tite ni bisa berjalan sesuai
dengan yang di harapkan.
P1: Oke semangat buat kita
semua.
(25-11-2017)
Tite,go,
titewah
akae,
ahe,mi
o,mari
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut adalah
untuk menyemangati semua
anggota yang bekerja.
Percakapan tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan oleh penutur
merupakan campur kode
kedalam pada tataran kata
dan frasa yang di tandai
dengan adanya bahasa asli
atau bahasa adonara. Hal
tersebut dapat dilihat pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
kata tite (kita), go (saya), ahe
(apa), mio (kamu), mari
(bicara) dan frasa tite
wahakae (kita semua).
9. P1: Tolong tite semua
memberikan pendapat.
Mungkin dari ade nona
sedon lepan, dan sedon
boleng. (sambil tertawa).
P2: Omong saja tidak apa-apa.
Atau takut ada yang
marah. (sambil tertawa)
(25-11-2017)
Tite Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut adalah
meminta agar peserta yang
hadir pada pertemuan
tersebut memberikan
pendapatnya. Percakapan
tersebut di sampaikan
dengan santai menggunakan
ragam lisan pada situasi
informal. Campur kode yang
dilakukan oleh penutur
merupakan campur kode
kedalam pada tataran kata
yang ditandai dengan adanya
bahasa asli atau bahasa
adonara. hal tersebut dapat
dilihat pada kata tite (kita)
10. P1: Saya setuju dengan di
tambahkan satu pemateri
lagi, tetapi kalau bisa dari
mahasiswa saja.
P2: Kalau goe setuju hala
dengan adanya
penambahan pemateri.
Goe,
hala
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Karena sampai pada
pemateri ke empat orang
pasti sudah bosan.
(25-11-2017)
membahas mengenai adanya
penambahan pemateri
seminar. Percakapan
tersebut disampaikan dengan
santai menggunakan ragam
lisan pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan oleh penutur
merupakan campur kode
kedalam pada tataran kata
yang ditandai dengan adanya
bahasa asli atau bahasa
adonara. Hal tersebut dapat
dilihat pada kata goe (saya)
dan kata hala (tidak).
11. P1: Kalau ada penambahan
pemateri ke empat supaya
audience jangan bosan,
kita berikan kepada
moderator untuk
mengarahkannya.
P2: kalau seperti itu biar kita
tentukan saja salah satu
diantara kita.
P3: Ka grace saja sebagai
pemeteri ke empatnya.
(25-11-2017)
Audien
ce,mod
erator
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai
penambahan pemateri
seminar. Percakapan
tersebut disampaikan dengan
santai menggunakan ragam
lisan pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan oleh penutur
merupakan campur kode
keluar pada tataran kata yang
ditandai dengan adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
bahsa asing atau bahasa
inggris. Hal tersebut dapat
dilihat pada kata audience
(peserta) dan kata moderator
(ketua sidang).
12. P1: Semuanya tergantung
teman-teman saja. Mau
kita masukan satu
perwakilan kita dari sini
atau kita bisa seting di
forum.
P2: Kalau menurut saya kita
omong disini sekarang
memang saja.
(25-11-2017)
seting Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai
perwakilan salah seorang
anggota keluarga mahasiswa
adonara Yogyakarta sebagai
pemateri keempat.
Percakapan tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan oleh penutur
merupakan campur kode
keluar pada tataran kata yang
ditandai dengan adanya
bahsa asing atau bahasa
inggris. Hal tersebut dapat
dilihat pada kata seting (atur
atau mengatur)
13. P1: Inikan forum teman-
teman, jadi ide semenarik
apapun kalau teman-teman
Pekoda
ket ta
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
tidak menerima tidak apa-
apa.
P2: Pekodaket ta daerahka
lebih bagus lagi, campur
aduk supaya lebih cantik
(sambil tertawa).
(25-11-2017)
daerah
ka
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
meminta kepada seluruh
anggota yang hadir untuk
menyampaikan pendapatnya
meskipun harus
menggunakan bahasa
daerah. Percakapan tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan merupakan
campur kode kedalam pada
tataran klausa yang ditandai
dengan adanya bahasa asli
atau bahasa adonara. Hal
tersebut dapat dilihat pada
klusa pekodaket ta
daerahaka (menggunakan
bahasa daerah)
14. P1: Pagelaran budaya karena
ada beberapa
pertimbangan terkait
persiapan dan mungkin
lebih kepada dana. Untuk
masalah yang belum pasti
dan masih menjadi tanda
tanya besar adalah masalah
gedung. Karena sekarang
kita kerucukan pada
Tite,go,
gelekat,
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut adalah
untuk menyemangati.
Percakapan tersebut
disampaikan dengan santai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
seminar dan pagelaran
budaya di undurkan
mungkin bulan lima atau
bulan enam. Tapi ini tidak
mematahkan semangat
teman-teman semua untuk
tite bergabung bekerja
sama. Tetapi ini go rasa
justru tite lebih semangat
lagi dengan jiwa gelakat
saya rasa semuanya bisa
berjalan dengan lancar.
P2: Bagaimana teman-teman
sepakat? Kalau kegiatan
kali ini tite dengan
seminar.
(25-11-2017)
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan merupakan
campur kode kedalam pada
tataran kata yang ditandai
dengan adanya pemakaian
bahasa asli atau bahasa
adonara. Hal tersebuut dapat
dilihat pada kata tite (kita),
go (saya), dan gelekat
(membantu).
15. P1: Teman-teman semua bisa
tite sepakati bersama kalau
lagi H- dua minggu itu tite
kerucutkan di seminar nolo
ki?
P2: Iya untuk sekarang ini
juga kalau bisa kita
fokusnya di seminar saja
dulu.
(25-11-2017)
Tite,
nolo ki
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai
kegiatan seminar yang akan
dilaksanakan terlebih
dahulu. Percakapan tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Campur kode yang
digunakan merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
campur kode kedalam pada
tataran kata yang ditandai
dengan adanya bahasa asli
atau bahasa adonara. Hal
tersebut dapat dilihat pada
kata tite (kita) dan kata
noloki (duluan).
16. P1: Jangan sepakat-sepakat
saja, harus no nei
alasannya.
P2: Bagaimana teman-teman
inikan rapat anggota jadi
berapapun anggota yang
hadir ketika teman-teman
menyampaikan dalam
forum sah-sah saja.
(25-11-2017)
No nei Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
meminta kepada anggota
yang hadir jika ingin
memberikan pendapatnya
harus dengan alasan yang
jelas. Percakapan tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan merupakan
campur kode kedalam pada
tataran kata yang ditandai
dengan adanya bahasa asli
atau bahasa adonara. Hal
tersebut dapat dilihat pada
kata nonei (dengan).
17. P1: Mudah-mudahan apa yang
sudah dibicarakan ini, kita
langsung menyatakan
Tite,
emu,
goe,
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
pertanggung jawaban kita
dengan aksi. Jadi coba kalau
tite yang sudah
dipercayakan sebagai
panitia itu tolong lebih
respon dan bergegas mu.
Soalnya di grup sangat sepi.
Dan humas juga. Tadi siang
goe hubungi seonai ina yesi
dan rae juga sudah punya
rancangan-rancangan.
P2: Bagaimana dengan
pemateri ne?
P3: Terkait pemateri ada tiga
pemateri. Yang pertama
Mas eko prasetio (bung eko)
jadi nae itu lebih
memberikan kepada
semangat untuk gerakan
yang kedua Dr.utomo nae
lebih pada pengembangan
kelompok massyarakat. Nae
lebih kaya pemberdayaan
begitu terus yang terakhir itu
dari bupati flores timur.
(25-11-2017)
seonai
ina,
rae, ne,
nae,
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai
kesiapan dari pemateri yang
akan diundang pada kegiatan
seminar. Percakapan
tersebut disampaikan dengan
santai menggunakan ragam
lisan pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan merupakan
campur kode kedalam pada
tataran kata dan frasa yang
ditandai dengan adanya
bahasa asli atau bahasa
adonara. Hal tersebut dapat
dilihat pada tite (kita), emu
(cepat), rae (mereka), ne
(itu), nae (dia) dan frasa
seonai ina (adik perempuan)
18. P1: Bagaimana dengan tempat
untuk kegiatan tite?
P2: Kalau tempatnya tadi
sudah ada yang Tanya, jadi
esimu baru kita dengar
hasilnya bagaimana.
(25-11-2017)
Tite,
Esimu
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
membahas mengenai
kesiapan dari pemateri yang
akan diundang pada kegiatan
seminar. Percakapan
tersebut disampaikan dengan
santai menggunakan ragam
lisan pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan oleh penutur
merupakan campur kode
kedalam pada tataran kata
yang ditandai dengan adanya
bahasa asli atau bahasa
adonara. Hal tersebut dapat
dilihat pada kata tite (kita)
dan kata esimu (sebentar).
19. P1: Misalnya seminar tite
kasih hari senin, teman-
teman mungkin boaya
yang berhalangan soalnya
ra ujian. UST hari sabtu
sudah mulai ujian.
Bagaimana dengan ina dan
ama yang di belakang?
P2: Kami ujian tanggal 16
atau 18 kalau tidak salah.
(25-11-2017)
Tite,
boaya,
ra,ina
ama,
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai hari
dan tanggal di
selenggarakannya kegiatan
seminar. Percakapan
tersebut disampaikan dengan
santai menggunakan ragam
lisan pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan oleh penutur
merupakan campur kode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
kedalam pada tataran kata
yang ditandai dengan adanya
bahasa asli atau bahasa
adonara. Hal tersebut dapat
dilihat pada kata tite (kita),
boaya (banyak), ra
(mereka), ina (panggilan
untuk saudari perempuan)
dan ama (panggilan untuk
saudara laki-laki).
20. P1: Teman-teman yang
pertama kita harus
mengerti bahwa ini agenda
besar, saya mau laporan
berikutnya entah besok
lusa atau kapanpun
seminggu bila perlu empat
kali pertemuannya. Karena
ini urgent teman-teman.
Ini agenda besar yang
kalian juga harus bisa
mengerti bahwa butuh
sekali intens.
P2: Terimakasih untuk
masukannya. Jadi
mungkin mulai besok dan
seterusnya kita semua bisa
lebih rutin lagi untuk
pertemuan.
(25-11-2017)
urgent Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai jadwal
pertemuan terkait dengan
laporan dari masing-masing
anggota yang sudah
dipercayakan sebagai panitia
kerja. Percakapan tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan penutur
merupakan campur kode
keluar pada tataran kata yang
ditandai dengan adanya
penggunaan bahasa asing
atau bahasa inggris. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
tersebut dapat dilihat pada
kata urgent (mendesak).
21. P1: Sudah,Itu dari abang
Bosko terkait dengan
susunan acara yang lebih
kepada temu kangen.
P2: Kaka yesi di gute iya ni,
terus kenapa kalian bilang
saya sendiri yang ambil.
(8-12-2017)
Abang,
di gute
iya ni
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai
susunan acara pada kegiatan
seminar. Percakapan
tersebut disampaikan dengan
santai menggunakan ragam
lisan pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan penutur
merupakan campur kode
kedalam pada tataran kata
dan klausa yang ditandai
dengan adanya pengunaan
bahasa asli atau bahasa
adonara. Hal tersebut dapat
dilihat pada kata abang
(kakak) dan klausa di gute
iya ne (dia juga ambil).
22. P1: Untuk doorprice yang
pertama ini tiketnya di
ambil dan diserahkan
oleh divisi ticketing,
kedua dari acara ketiga
dari konsumsi dan
keempat dari
Doorpr
ice
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
perlengkapan untuk
menyerahkan doorprice
P2: Setelah penyerahan
doorprice, acara
selanjutnya bagaimana?
(8-12-2017)
membahas mengenai
susunan acara terkait dengan
penyerahan hadiah.
Percakapan tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan penutur
merupakan campur kode
keluar pada tataran kata yang
ditandai dengan adanya
bahasa asing atau bahasa
inggris. Hal tersebut dapat
dilihat pada kata doorprice
(hadiah).
23. P1: Acara selanjutnya, foto
bersama yang kemudian di
lanjutkan dengan temu
kangen anggota, alumni
dan teman-teman dari
organda lain.
P2: Kemudian bagaimana
dengan notulennya? Wia
memang tite sudah
menunjuk ama asis hanya
saja kalau acaranya
tanggal 16 nae tidak bisa
hadir. Jadi bagaimana?
P1: Kalau memang maine
sudah. Mungkin mengenai
.notulen tite serahkan
sepenuhnya ke acara saja.
Wia,
tite,am
a,
maine,
nae
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai
notulen pad kegiatan
seminar. Percakapan
tersebut disampaikan dengan
santai menggunakan ragam
lisan pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan oleh penutur
merupan campur kode
kedaalam pada tataran kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Biar teman-teman dari
acara yang mengaturnya
saja.
(8-12-2017)
yang ditandai dengan adanya
bahasa asli atau bahasa
adonara. Hal tersebut dapat
dilihat pada kata wia
(kemarin), tite (kita), ama
(panggilan untuk saudara
laki-laki), maina (itu), dan
nae (dia).
24. P1: Acara saya tambahkan
sedikit, kalau bisa
hedungnya di dalam
saja.penutupan oleh mc ne
kalau bisa setelah semua
acara selesai. Kemudian
untuk diskusi saya rasa
dari siang sudah menguras
otak dengan berbagai
materi. Untuk pantonim
tadi sebelum doorprice, di
tampilkan saja biar orang-
orang dari luar bisa
menyaksikan.
P2: Iya saya juga setuju kalau
pantonim lebih dulu di
tampilkan dan doorprice
terkahir saja.
(8-12-2017)
Doorpr
ice, ne
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai pengisi
acara yang akan ditampilkan
pada kegiatan seminar.
Percakapan tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan oleh penutur
merupakan campur kode
kedalam dan keluar pada
tataran kata yang ditandai
dengan adanya bahasa asing
dan bahasa daerah. Hal
tersebut dapat dilihat pada
kata doorprice (hadiah) dan
ne (itu).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
25. P1: Masukan dari kaka ne
kame terima. Kalau
pembawa acara yang
mengarahkan
dokumentasi.
P2: Berarti acara temu kangen
itu sudah diluar tanggung
jawab mc. Jadi tidak lagi di
pandu oleh pembawa
acara.
(8-12-2017)
Ne
kame,
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai
susunan acara pada kegiatan
seminar. Tuturan tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan oleh penutur
merupakan campur kode
kedalam pada tataran frasa
yang ditandai dengan adanya
bahasa asli atau bahasa
adonara. Hal tersebut dapat
dilhat pada frasa ne kame
(itu kami).
26. P1: Mia mc dari acara saja
P2: Ini sebenarnya satu
kesatuan acara jadi semua
kegiatan ini sudah selesai
dengan pematerinya jadi di
arahkan saja ke acara
santai seperti permintaan
foto-foto.
(8-12-2017)
mia Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai
susunan acara pada kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
seminar. Tuturan tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan penutur
merupakan campur kode
kedalam pada tataran kata
yang ditandai dengan adanya
bahasa asli atau bahasa
adonara. Hal tersebut dapat
dilihat pada kata mia
(tunggu).
27. P1: Masukan sedikit untuk
acara. Kalau bisa di
buatkan teks khusus untuk
mc. Karena teks itu
penting sekali biar apa
yang di sampaikan tidak
ngawur atau asal-asalan
saja. Kemudian tadi
sempat dibahas juga,
setelah pemateri satu dan
dua ada sesi Tanya
jawabnya. Jadi kursi yang
disediakan didepan itu
beberapa? Dua pemateri,
dua moderator atau satu
moderator? Inikan
kerjasama dengan
kanisius, kalau bisa ada
sesi untuk kanisius untuk
mempromosikan diri,
Doorpr
ice,
aku, fix
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai
susunan cara terkait dengan
penyerahan hadiah. Tuturan
tersebut disampaikan dengan
santai menggunakan ragam
lisan pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan penutur
merupakan campur kode
kedalam dan keluar pada
tataran kata yang ditandai
dengan adanya penggunaan
bahasa asing dan bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
sekaligus ada doorprice
juga.
P2: Itu masukan dari abang
rian. Mungkin ini yang
perlu atau misalkan yang
kurang aku kita langsung
benahi saja. Supaya pada
pertemuan berikutnya dari
acara tidak ada perubahan
lagi. Dan semuanya sudah
fix untuk proses gladinya.
(8-12-2017)
daerah. Hal tersebut dapat
dilihat pada kata doorprice
(hadiah), fix (tidak dapat
diganggu lagi), dan kata aku
(apa)
28. P1: Yang pertama goe masuk
dulu. Goe tanggapi dari
acara dulu. Maksudnya
begini, teman-teman harus
pahami bahwa ini seminar.
Beberapa yang terkait
dengan pementasan hanya
sebagai penghibur Dan
minggu lalu kita sudah
sepakati bahwa pantonim
itu memang masuk di acara
temu kangen dan hanya
sebagai pengantar saja.
P2: Saya mau tanggapi
mengenai pantonim.
Maksudnya pantonim kita
sudah masukan ke tiket
untuk di cetak. Misalnya
go jual tiket dan ditiket no
tulisan tampilkan
pantonim dan kalau saat re
Goe,ne,
no,
ra,ra
beto ne
ra roi
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai pengisi
acara yang akan ditampilkan
pada kegiatan seminar.
Tuturan tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan merupakan
campur kode kedalam pada
tataran kata dan kalusa yang
ditandai dengan adanya
bahasa asli atau bahasa
adonara. Hal tersebut dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
beto ne, ra roi pantonim ne
tidak ada dan kalau ra
protes.
(8-12-2017)
dilihat pada kata goe (saya),
na (ada), ra (mereka), ne
(itu), dan klausa ra beto ne
ra roi (mereka datang lihat)
29. P1: Mungkin kita juga harus
pertimbangan mengenai
tiket. Karena di tiket, kita
ada cantumkan special
perform itu pantonim dan
coba kita pertimbangkan.
Soalnya kalau pantonim
tidak ada juga kita sudah
punya alasan begitu.
P2: Kalau memang seperti ini,
nanti saya coba lebih teliti
lagi di poster dan tiket. Jadi
kalau memang sudah
terlanjur seperti itu tinggal
di tambahkan saja. Hanya
saja bisa dipenyerahan
kenang-kenangan yang
sebelum semuanya pulang
kita bisa masukan
pantonim saja. biar setelah
itu langsung dengan
penyerahan hadiah
(8-12-2017)
Special
perfor
m,
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai pengisi
acara yang akan ditampilkan
pada kegiatan seminar.
Tuturan tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan merupakan
campur kode keluar pada
tataran frasa yang ditandai
dengan adanya penggunaan
bahasa asing atau bahasa
inggris. Hal tersebut dapat
dilihat pada farsa special
perform (penampilan
spesial).
30. P1: Oke terimah kasih untuk
teman-teman dari humas.
Tapi sebelumnya teman-
teman acara tolong
breafing di mc.
breafin
g
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
P2: Kalau begitu nanti acara
bisa berkolaborasi dengan
mc terkait dengan sponsor
seperti apa begitu.
(8-12-2017)
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai seksi
acara. Tuturan tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan penutur
merupakan campur kode
keluar pada tataran kata yang
ditandai dengan adanya
bahasa asing atau bahasa
inggris. Hal tersebut dapat
dilihat pada kata breafing
(pertemuan).
31. P1: Itu di depan Mervin ae ne.
P2: Ege mio kami punya.
(8-12-2017)
Ae ne,
ege mio
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai
makanan yang disajikan
kepada anggota yang hadir
pada pertemuan tersebut.
Tuturan tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan penutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
merupakan campur kode
kedalam pada tataran frasa
yang ditandai dengan adanya
bahasa asli atau bahasa
daerah. Hal tersebut dapat
dilihat pada frasa ae ne
(depan muka), dan frasa ege
mio (jangan begitu).
32. P1: Kaka Mus ne mo mudam?
P2: Ina berarti kau neaka .
P1: Tidak kaka.
(8-12-2017)
Ne mo
mudam
ne,
neaka
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai
makanan ringan yang
dihidangkan pada anggota
yang hadir pada pertemuan
tersebut. Tuturan tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan merupakan
campur kode kedalam pada
tataran kata dan klausa yang
ditandai dengan adanya
penggunaan bahasa asli atau
bahasa adonara. Hal tersebut
dapat dilhat pada kata neaka
(berbohong), dan klausa ne
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
mo mudam (ini kau punya
jeruk)
33. P1: Jeruk itu saya mau makan
juga iri nati mo go gohuk
P2: Berarti nanti saya dapat
sedikit saja.
(8-12-2017)
Iri nati
mo go
gohuk
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai
makanan ringan yang
dihidangkan pada anggota
yang hadir pada pertemuan
tersebut. Tuturan tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan merupakan
campur kode kedalam pada
tataran klausa yang ditandai
dengan adanya bahasa asli
atau bahasa adonara. Hal
tersebut dapat dilihat pada
klausa iri nati mo go gohuk
(kau sudah habiskan).
34. P1: Febi lain kali di rebus dulu
baru bawa datang.
P2: Nedi mo goro kae ne, tapi
mo masih huda buat yang
lain.
(8-12-2017)
nedi
mo
goro
kae ne,
mo,
huda.
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
membahas mengenai
makanan ringan yang
dihidangkan pada anggota
yang hadir pada pertemuan
tersebut. Tuturan tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan penutur
merupakan campur kode
kedalam pada tataran kata
dan klausa yang ditandai
dengan adanya bahasa asli
atau bahasa adonara. Hal
tersebut dapat dilihat pada
kata mo (kau), huda (ambil),
dan klausa nedi mo goro kae
ne (itu kau sudah makan).
35. P1: Take tapi saya baru ingat
nage goreng ne enak hiko di
P2: Teman-teman goe nuku
nae ne ka hala saya tunggu
kalian
P1: Nae ga hala tapi sudah
kasih habis baru.
(8-12-2017)
Nage,n
e, hiko
di, goe
nuku
nae ne
ka
hala,
nae ga
hala
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai
makanan ringan yang
dihidangkan pada anggota
yang hadir pada pertemuan
tersebut. Tuturan tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan merupakan
campur kode kedalam pada
tataran kata dan klausa yang
ditandai dengan adanya
penggunaan bahasa asli atau
bahasa adonara. Hal tersebut
dapat dilihat pada kata take
(tidak), hiko (sekali), nage
(terus), ne (itu), dan klausa
nae ga hala (dia tidak
makan), goe nuku nae ka
hala (dari tadi saya tidak
makan).
36. P1: Untuk promosi di awal
kira-kira bisa tidak? Dia
usahakan untuk bisa
masuk. Untuk
wawancaranya dia minta
kontak pak ketua dan saya
sudah kirim. Mungkin
nanti bisa wawancara
langsung di whatsup atau
lewat telpon. Satu lagi
coba tite juga lihat tiket.
P2: Mohon maaf, ini terkait
dari organisasi dari luar.
Yang pertama untuk yang
dari malang mereka sudah
pasti akan mengirim tiga
perwakilannya sedangkan
dari Surabaya dengan
tite Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai sesi
wawancara dari seorang
wartawan kepada ketua
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tuturan
tersebut disampaikan dengan
santai menggunakan ragam
lisan pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan penutur
merupakan campur kode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Jakarta belum ada
konfirmasi pasti.
(8-12-2017)
kedalam pada tataran kata
yang ditandai dengan adanya
penggunaan bahasa asli atau
bahasa adonara. Hal tersebut
dapat dilihat pada kata tite
(kita).
37. P1: Terima kasih atas infonya.
Go tambahkan esi, tite ada
undangan untuk taa futsal
soalnya ada turnamen yang
di selenggarakan oleh
teman-teman flobamorata
jadi mungkin tite bisa izin
dengan panitianya untuk
bisa menjual tiket disana
bauk ne. terima kasih
P2: Baik teman-teman semua,
ada titipan salam dari
sesepuh untuk kita semua.
(8-12-2017)
Go, esi,
tite
,taa,
bauk
ne
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai
penjualan tiket pada
turnamen futsal flobamorata
Tuturan tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan penutur
merupakan campur kode
kedalam pada tataran kata
yang ditandai dengan adanya
pengunaan bahasa asli atau
bahasa adonara. Hal tersebut
dapat dilihat pada kata go
(saya), esi (sedikit), tite
(kita), taa (ikut), dan bauk
ne (besok)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
38. P1: Teman-teman yang lain,
untuk humas ada masukan
le take?
P2: Untuk organisasi dalam
jogja undangannya sudah
di sebarkan dan di
harapkan untuk segera
konfirmasi tetapi sampai
sekarang belum ada
kepastian. Kira-kira
bagaimana?
(8-12-2017)
Le take Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut adalah
menanyakan sesuatu terkait
dengan laporan dari seksi
humas. Tuturan tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan merupakan
campur kode kedalam pada
tataran frasa yang ditandai
dengan adanya pengunaan
bahsa asli atau bahasa
adonara. Hal tersebut dapat
dilihat pada frasa le take
(atau tidak).
39. P1: Terkait organisasi di jogja
lebih kepada bagaimana
tite wahakae membangun
komunikasi dengan
mereka. Mungkin ada
kendala atau halangan
yang penting kita
komunikasikan terus.
Untuk teman-teman dari
lamahala ne, coba tite
lakukan pendekatan dulu.
Tite
wahaka
e,ne,
tite.
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai
undangan kepada komunitas
lain yang ada di Yogyakarta.
Tuturan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
P2: Mohon maaf ini terkait
dengan gamaflora yang
mengatakan bahwa kalau
bupati hadir mereka juga
hadir karena yang mereka
pentingkan dalam seminar
itu adalah kehadiran
bupatinya.
(8-12-2017)
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan penutur
merupakan campur kode
kedalam pada tataran kata
dan frasa yang ditandai
dengan adanya penggunaan
bahasa asli atau bahasa
adonara. Hal tersebut dapat
dilihat pada kata ne (itu), tite
(kita), dan frasa tite waha
kae (kita semua).
40. P1: Mo mari rae sudah pasti
hadir
P2: Mo mari pasti
(8-12-2017)
Mo
mari
rae.
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai
penjualan tiket pada
turnamen futsal flobamorata.
Tuturan tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan penutur
merupakan campur kode
kedalam pada tataran klausa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
yang ditandai dengan adanya
penggunaan bahasa asli atau
bahasa adonara. Hal tersebut
dapat dilihat pada klausa mo
mari rae (kamu bilang ke
dia) dan mo mari (kamu
bilang).
41. P1: Untuk kegiatan kita ini
pastinya bupati yang
datang dan mungkin
wakilnya sempat,
wakilnya juga datang. Jadi
maina bauk atau hari senin
bagian tiketing dan poster
mulai bekerja lagi.
P2: Ne kan kegiatannya untuk
tite wahakae jadi kalau
bisa promosikan di grup
juga.
(8-12-2017)
Maina
bauk,
tite
wahaka
e
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai
kehadiran bupati flores timur
pada kegiatan seminar.
Tuturan tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan oleh penutur
merupakan campur kode
kedalam pada tataran frasa
yang di tandai dengan
adanya penggunaan bahasa
aslia atau bahasa adonara.
hal tersebut dapat dilihat
pada frasa maina bauk
(mungkin besok), tite
wahakae (kita semua)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
42. P1: Lanjut ke seksi konsumsi
atau tiketing dulu?
P2: Tiketing saja dulu.
P1: Tiketing heku ?
(8-12-2017)
Heku Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai seksi
tiketing terkait dengan
penjualan tiket. Tuturan
tersebut disampaikan dengan
santai menggunakan ragam
lisan pada situasi informal.
Campur kdoe yang
dilakukan penutur
merupakan campu rkode
kedalam pada tataran kata
yang ditandai dengan
penggunaan bahasa asli atau
bahasa adonara. Hal tersebut
dapat dilihat pada kata heku
(siapa).
43. P1: Terima kasih, selamat
malam, salam nusa tadon.
Kami dari tiketing
kebetulan yang hadir
Cuma goe saja. Jadi dari
kame tiketing, wia ne
tiket di goe itu 29. Yang go
bagikan ke abang boston
itu ada lima, terus abang
roni sepuluh, ke merfin
tiga terus abang rudi dua.
Wia ne,
goe,
nae
duu
gohuk
kae,wat
i,
kame,
wahaka
e
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai seksi
tiketing terkait dengan
penjualan tiket. Tuturan
tersebut disampaikan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Itu nae duu gohuk kae atau
wati juga, belum ada
konfirmasi ke saya. Terus
di saya Ada Sembilan,
yang sudah terjual lima
tiket jadi sisa empat di
saya. Jadi nanti kame akan
buat pertemuan khusus
tiketing saja untuk hule
hasil penjualan wahakae.
Saya rasa hanya itu saja,
mungkin ada masukan?
P2: Ok itu tiketing. Kira-kira
tiket yang sudah di
bagikan itu berapa
sebenarnya?
P1: Seluruhnya itu ama paskal
yang pegang semua tiket
tu. Yang di saya hanya 29
sembilan.
(8-12-2017)
santai menggunakan ragam
lisan pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan oleh penutur
merupakan campur kode ke
dalam pada tataran kata dan
klausa yang di tandai dengan
adanya penggunaan bahasa
asli atau bahasa Adonara.
Hal tersebut dapat di lihat
pada kata wia ne (kemarin),
goe (saya), wati (belum),
kame (kami), wahakae
(semua) dan klausa nae duu
gohuk kae (dia sudah jual
habis juga)
44. P1: Jadi baik ini dari tiketing,
mungkin salah satu seksi
yang koordinasinya sangat
baik. Sejauh inikan tite
melaporkan
perkembangan itu untuk
semuanya sama-sama
mengetahuinya begitu.
Jadi untuk sekarang 29 ya?
P2: Iya dua puluh Sembilan
dan yang sudah terjual 5
ticket. Jadi sa pegang uang
Tite,
bauk
ne, go,
daha,
ne pira
kae.
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai seksi
tiketing terkait dengan
penjualan tiket. Tuturan
tersebut disampaikan dengan
santai menggunakan ragam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
sekarang Rp 150.000.jadi
bauk ne, go coba daha
lagi di paskal yang sudah
terjual pira kae?
(8-12-2017)
lisan pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan penutur
merupakan campur kode
kedalam pada tataran kata
dan frasa yang ditandai
dengan adanya penggunaan
bahasa asli atau bahasa
adonara. Hal tersebut dapat
dilihat pada kata tite (kita),
bauk ne (besok, go (saya),
daha (Tanya), dan frasa pira
kae (sudah berapa).
45. P1: Jadi teman-teman yang
sudah dipercayakan untuk
jual tiket, dari goe sendiri
itu lima tiket. Jadi tiga itu
goe belum bagikan ke
mereka tapi mereka sudah
dp.Jadi mungkin kita bisa
lebih kreatif untuk
menjualnya. Jadi,
kebanyakan yang pegang
tiket itu, rae promosinya
kurang. Jadi kebanyakan
rae pe pola di kos k apa
waha. Jadi ini sudah
menjadi tanggung jawab
kita bersama.
P2: Saya tambahklan sedikit
.jadi Misalnya rae pegang
tiket lema ka, pulo ka ,
pulo rua ka, jadi ne
Goe,
rae, rae
pe pola,
waha,
lema,
pulo
ka,
pulo
rua, ne,
rua
pulo na
gohuk
hala,
nae.
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai seksi
tiketing terkait dengan
penjualan tiket dan tanggung
jawab dari masing-masing
anggota yang sudah
mengambil tiket. Tuturan
tersebut disampaikan dengan
santai menggunakan ragam
lisan pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan penutur
merupakan campur kode
kedalam pada tataran kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
kreatifnya kita untuk
mejualnya sampai habis.
Jadi tolonglah, misalnya
rua pulo na gohuk hala
minimal setengah naelah.
Begitu
(8-12-2017)
dan klausa yang ditandai
dengan adanya penggunaan
bahasa asli atau bahasa
adonara. hal tersebut dapat
dilihat pada kata goe (saya),
rae (mereka), waha
(sendiri), lema (lima),puluh
ka (sepuluh), puluh rua (dua
puluh), ne (itu), nae (dia dan
klausa rae pe pola (mereka
simpan), rua pulo na gohuk
hala (dua puluh tidak habis).
46. P1: Ini sudah H-8.baru pada
saat ata hope wati amu.
Sebenarnya ata hope
Cuma promosinya kurang
jadi hama amu. Jadi
catatan juga buat teman-
teman ticketing supaya
kedepannya laporanya
lebih jelas, terkait dengan
tiket yang di cetak itu
berapa, yang sudah
dibagikan itu berapa
supaya lebih jelas lagi.
Untuk tiketing ada
masukan lagi?
P2: Jadi untuk tiketing kalau
bisa, setelah bagi tiket itu
Tanya terus. Sudah terjual
berapa? Harus Tanya tiap
hari supaya tahu
perkembangannya. Terus
Ata
hope
wati
amu,
ata
hope
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai seksi
tiketing terkait dengan
penjualan tiket dan tanggung
jawab dari masing-masing
anggota yang sudah
mengambil tiket. Tuturan
tersebut disampaikan dengan
santai menggunakan ragam
lisan pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan oleh penutur
merupakan campur kode
kedalam pada tataran klausa
yang ditandai dengan adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
kaliankan ada grup
whatsup? Jadi kalau
teman-teman tidak bisa
hadir lapor di grup saja.
P1: Tambahan sedikit. Jadi
kalau bisa sebelum
pertemuan dengan kaka-
kaka lagi teman-teman
bisa melaporkan tiket yang
terjual sekian begitu.
(8-12-2017).
penggunaan bahasa asli atau
bahasa adonara. Hal tersebut
dapat dilihat pada klausa ata
hope wati amu (orang belum
beli), dan klausa ata hope
(orang beli).
47. P1: Terima kasih buat
masukannya.
P2: Tunggu saya masuk lagi.
Jadi tiket sampai saat ini
kita belum tahu pasti
sudah berapa yang terjual
dan berapa yang belum.
Jadi kalau bisa di buat list
mengenai tiket yang
terjual.
(8-12-2017)
list Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai seksi
tiketing terkait dengan
penjualan tiket dan tanggung
jawab dari masing-masing
anggota yang sudah
mengambil tiket. Tuturan
tersebut disampaikan dengan
santai menggunakan ragam
lisan pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan oleh penutur
merupakan campur kode
keluar pada tataran kata yang
di tandai dengan adanya
penggunaan bahasa asing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
atau bahasa inggris. Hal
tersebut dapat dilihat pada
kata list (daftar).
48. P1: Baik terima kasih buat
masukannya abang. Jadi
tiketing ini nae harus
pastikan dulu. Jumlah
yang terjual dan belum
pira?
P2: Tiketing pas e?
P1: Ok pas.
(8-12-2017)
Pira,
nae
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai seksi
tiketing terkait dengan
penjualan tiket dan tanggung
jawab dari masing-masing
anggota yang sudah
mengambil tiket. Tuturan
tersebut disampaikan dengan
santai menggunakan ragam
lisan pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan oleh penutur
merupakan campur kode
kedalam pada tataran kata
yang ditandai dengan adanya
penggunaan bahasa asli atau
bahasa adonara. Hal tersebut
dapat dilihat pada kata pira
(berapa) dan kata nae (dia).
49. P1: Buat teman-teman yang
sudah gute tiketnya. Entah
di saya ataupun di heku
saja, kalo bisa nei
konfirmasi di kami
Gute,
heku,n
ei,waha
kae
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
tiketing. Supaya kami bisa
data nama wahakae.
P2: Baik terimah kasih buat
teman-teman ticketing.
Kita lanjut ke perkap.
(8-12-2017)
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai seksi
tiketing terkait dengan
penjualan tiket dan tanggung
jawab dari masing-masing
anggota yang sudah
mengambil tiket. Tuturan
tersebut disampaikan dengan
santai menggunakan ragam
lisan pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan penutur
merupakan campur kode
kedalam pada tataran kata
yang di tandai dengan
adanya bahasa asli atau
bahasa adonara. Hal tersebut
dapat dilihat pada kata gute
(ambil), heku (siapa), nei
(dia), wahakae (semua).
50. P1: Baik terima kasih atas
kesempatan yang
diberikan. Untuk perkap
sendiri untuk keperluan
yang belum tinggal
HT,Mic, sama lampu
halogen. Lampu halogen
disini dibutuhkan dua dan
satu set mic isinya dua.
Dan kita butuhkan disini
ada 5 mic. Saya masukan
sedikit buat teman panitia
Ama
lake
telo
meha
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai seksi
perlengkapan terkait dengan
perlengkapan yang akan
disediakan untuk kegiatan
seminar. Tuturan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
semua, seperti yang sudah
dijelaskan oleh teman-
teman acara tadi teknisnya
nanti banyak. Sedangkan
dari perkap sendirikan
Cuma Ama lake telo meha
jadi mungkin teman-teman
semua bisa ikut membantu
kami begitu.
P2: Terima kasih dari teman-
teman perkap. Jadi untuk
sekarang kita fokusnya
cari Ht ,Mic dan lampu
halogen. Supaya pada
waktu pertemuan
berikutnya tu semuanya
sudah ada. Perkap ada
masukan?
(8-12-2017)
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan penutur
merupakan campur kode
kedalam pada tataran klausa
yang ditandai dengan adanya
penggunaan bahasa asli atau
bahasa adonara. hal tersebut
dapat dilihat pada frasa ama
lake telo meha ( laki-laki
hanya tiga orang saja)
51. P1: Meja untuk pembicara
membutuhkan kain, jadi
mungkin ina wae atau ama
lake, yang nowing noon ne
bisa konfirmasi biar kita
pake itu saja.
P2: Tambahan buat perkap.
Untuk perkap kalau bisa
Tanya lagi di pengisi acara
itu mereka pake alatnya
mereka tapi apa yang
kurang itu coba ditanyakan
lagi. Biar bisa di usahakan
bersama.
Ina
wae,
ama
lake,
kwatek,
nowing
noon
ne
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai seksi
perlengkapan terkait dengan
perlengkapan yang akan
disediakan untuk kegiatan
seminar. Tuturan tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
P1: Iya, biar kita juga bisa
mempersiapkan dari
sekarang. Pantonim juga
kalo butuh apa-apa bisa
disampaikan ke perkap.
Begitu.
(8-12-2017)
pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan oleh penutur
merupakan campur kode
kedalam pada tataran frasa
dan klausa yang ditandai
dengan adanya penggunaan
bahasa asli atau bahasa
daerah. Hal tersebut dapat
dilihat pada frasa ina wae
(saudari perempuan, ama
lake (saudara laki-laki) dan
klausa nowing noon ne
(yang punya sarung itu).
52. P1: Oke perkap pas, kita
lanjut untuk seksi
konsumsi, silakan.
P2: Terima kasih atas
kesempatan yang
diberikan. Kalau untuk
konsumsi masih sama
seperti yang minggu lalu,
hanya ada tambahan snack
untuk pemateri. Untuk
snackkan tidak bisa makan
didalam, jadi mau minta
pendapat teman-teman
snacknya di bagi di awal
atau di akhir?
(8-12-2017)
snack Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai seksi
konsumsi terkait dengan
makanan ringan yang akan
disajikan kepada peserta dan
pemateri seminar. Tuturan
tersebut disampaikan dengan
santai menggunakan ragam
lisan pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan oleh penutur
merupakan campur kode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
keluar pada tataran kata yang
ditandai dengan adanya
penggunaan bahasa asing
atau bahasa inggris. Hal
tersebut dapat dilihat pada
kata snack (makanan
ringan).
53. P1: Bera esi jam sudah salah.
Jadi coba masukannya
teman-teman semua.
P2: Bagaimana teman-teman?
P1: Jadi maunya pada saat
penutupan baru rae nekin
di kertas baru rekan di kos
atau bagaimana? Atau
nekin di saku? (Sambil
tertawa)
(8-12-2017)
Bera
esi,, rae
nekin
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai temapt
duduk dan makanan ringan
bagi peserta seminar.
Tuturan tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan penutur
merupakan campur kode
kedalam pada tataran frasa
dan klausa yang ditandai
dengan penggunaan bahasa
asli atau bahasa adonara. Hal
tersebut dapat dilihat pada
frasa bera esi (cepat sedikit),
dan klausa rae nekin
(mereka simpan).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
54. P1: Kalau menurut goe bua di
loe saja. Biar pakai berdiri
atau duduk saja.
Tempatnya jugakan luas.
Jadi nanti bisa disediakan
kursi.
P2: iya biar buanet ne tabe dei
saja, kalau tidak itu, tite
tabe siapkan tikar saja.
Jadi rae wahakae ne rabe
tobo.
(8-12-2017)
Goe
bua
diloe,
buanet
ne tabe
dei,
tite
tabe,
rae
wahaka
e ne
rabe
tobo.
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai temapt
duduk dan makanan ringan
bagi peserta seminar.
Tuturan tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan oleh penutur
merupakan campur kode
kedalam pada tataran klausa
yang ditandai dengan adanya
penggunaan bahasa asli atau
bahasa daerah. Hal tersebut
dapat dilihat pada klausa goe
bua diloe (saya makan
diluar), buanet ne tabe dei
(makan pakai duduk saja),
tite tabe (kita duduk), rae
wahakae ne rabe tobo
(mereka semua pakai
duduk).
55. P1: Moe tou ki baru ekan taa?
P2: Kalau untuk buanet ne
acaranya sendiri jadi biar
Tou ki,
ekan
taa,
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
teman-teman dari seksi
acara yang arahkan saja.
(8-12-2017)
buanet
ne.
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai p1
yang menginginkan p2
menyampaikan pendapatnya
terkait dengan susunan
acara. Tuturan tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan penutur
merupakan campur kode
kedalam pada tataran frasa
dan klausa yanag di tandai
dengan penggunaan bahasa
asli atau bahasa adonara. hal
tersebut dapat dilihat pada
frasa moe tou ki (kamu satu
dulu) buenet ne (makan itu),
dan klau ekan taa (kita
makan)
56. P1: Iya baik. Mungkin kalo
untuk makan ini, di woho
juga bisa karena teras atau
balkonnya juga besar. Jadi
mungkin yang kita
fokuskan sekarang ini ne
soal waktu saja, karena
sootnya, jangan sampe ada
yang buana rolo gohuk
dan ada yang wari
woho,
soot,
buana
rolo
gohuk,
wari,
hekat,
dione
ne.
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai tempat
duduk dan makanan bagi
peserta seminar. Tuturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
kemudian pada saat itu
acara memang harus di
mulai lagi.itu bagaimana
teman-teman.?
P2: Kalau memang seperti itu
kita tinggal majukan atau
kita hekat saja waktunya
itu. Jadi buat akustikan
nanti kita pake di luar
supaya dione ne tetap
seperti susunan acara
sebelumnya begitu.
(8-12-2017)
tersebut disampaikan dengan
santai menggunakan ragam
lisan pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan oleh penutur
merupakan campur kode
kedalam pada tataran kata
dan klausa yang ditandai
dengan penggunaan bahasa
asli atau bahasa adonara. Hal
tersebut dapat dilihat pada
kata woho (belakang), soot
(takut), wari (belum) hekat
(ganti), dione (dalam), dan
klausa buana rolo gohuk
(belum selesai makan).
57. P1: Saya mungkin bisa kasih
solusinya ya. Saya pernah
ikut seminar yang
konteksnya sama tetapi
mereka seeting makan
siangnya duluan. Jadi pas
datang peserta itu
langsung di persilakan
untuk makan. Diluar itu
nanti disediakan tempat
duduk, pas jeda itu mereka
Cuma disediakan snack.
Jadi mereka keluar untuk
snack setelah itu mereka
masuk lagi kedalam
begitu. Tapi kalo snacknya
Seeting
, snack
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut adalah
menyampaikan pendapat
terkait dengan tempat makan
untuk peserta seminar.
Tuturan tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan penutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
diakhir setelah semuanya
selesai baru kalian kasih
snack itu juga bisa.
P2: Itu juga baik.
(8-12-2017)
merupakan campur kode
keluar pada tataran kata yang
ditandai dengan adanya
penggunaan bahasa asing
atau bahasa inggris. Hal
tersebut dapat dilihat pada
kata snack (makanan ringan)
dan seting (atur atau
mengatur).
58. P1: Mantap sekali solusinya.
Jadi mereka datang
registrasi habis langsung
makan. Makan habis
langsung masuk tidak
nongkrong diluar saja.
P2: Berarti kalau mereka
datang terlambat suruh
mereka makan dulu
begitu. No kamu makan
dulu (sambil tertawa).
P1: no goong kia (sambil
tertawa)
(8-12-2017)
No
goong
kia
no,no
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai waktu
makan siang untuk peserta
dan pemateri. Tuturan
tersebut disampaikan dengan
santai menggunakan ragam
lisan pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan oleh penutur
merupakan campur kode
kedalam pada tataran kata
dan klausa yang di tandai
dengan penggunaan bahasa
asli atau bahasa adonara. Hal
tersebut dapat dilihat pada
kata no (panggilan untuk
anak laki-laki) dan klausa no
goong kia (no makan dulu)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
59. P1: Maksudnya, solusi dari ka
grace itu. Sebelumnya ra
buana ki terus sekalian
alas sampai akhir rae
keluar baru ti neiwe
makanan ringan dengan
sertifikat.
P2: Iya biar nanti pada saat
mereka keluar baru kita
kasih makanan ringan.
(8-12-2017)
Ra
buana
ki, rae,
ti neiwe
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai
makanan dan sertifikat untuk
peserta seminar. Tuturan
tersebut disampaikan dengan
santai menggunakan ragam
lisan pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan penutur
merupakan campur kode
kedalam dan keluar pada
tataran kata dan klausa yang
ditandai dengan adanya
penggunaan bahasa daerah
dan bahasa asing. Hal
tersebut dapat dilihat pada
kata rae (mereka) dan klausa
ra buana ki (mereka makan
dulu), ti neiwe (kita berikan).
60. P1: Besok KMAY akan
bertanding dalam
turnamen Flobamorata
jadi harap teman-teman
semua supaya besok bisa
Ne, mio
moi
hala,
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
hadir di lapangan.
Berikutnya mengenai
waktu dan tempatnya yang
akan dilaksanakan di
lapangan telaga futsal tiga.
P2: Himbauan saja ne, kartu
kuning ne 30, kartu merah
ne 50. Jadi teman-teman
yang pergantian pemain
mio moi hala hati-hati esi
soalnya kartu kuning ne 30
jadi bahaya.
P1: Satu lagi yaitu uang
jaminan. Uang
jaminannya 100 teman-
teman.
(8-12-2017)
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai aturan
pertandingan futsal yang
diselenggarakan oleh
flobamorata. Tuturan
tersebut disampaikan dengan
santai menggunakan ragam
lisan pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan penutur
merupakan campur kode
kedalam pada tataran kata
dan frasa yang ditandai
dengan penggunaan bahasa
asli atau bahasa adonara. Hal
tersebut dapat dilihat pada
kata ne (itu), dan klausa mio
moi hala (kalian tidak tahu).
61. P1: Mulai jam pira?
P2: Besok pertandingan
pertamanya kita jam
11:00-11:30, main kedua
jam 4:30- jam 5:00 dan
main ketiga jam 6:00- jam
6:30.
P3: berarti stamina ne harus
kuat.
(8-12-2017)
Pira,
ne
Pihak yang terlibat adalah
pembicara dan pendengar
yang berasal dari adonara.
Bertempat di sekretariat
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
percakapan tersebut
membahas mengenai jadwal
pertandingan keluarga
mahasiswa adonara yang
juga mengambil bagian
sebagai peserta dalam
turnamen yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
diselenggarakan oleh
flobamorata. Tuturan
tersebut disampaikan dengan
santai menggunakan ragam
lisan pada situasi informal.
Campur kode yang
dilakukan penutur
merupakan campur kode
kedalam pada tataran kata
yang ditandai dengan adanya
penggunaan bahasa asli atau
bahasa adonara. Hal tersebut
dapat dilihat pada kata pira (
berapa) dan kata ne (itu)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
TABEL ANALISIS DATA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA CAMPUR KODE PADA PERISTIWA TUTUR
KELUARGA MAHASISWA ADONARA YOGYAKARTA (KMAY) 2017
No Tutuuran Kode Konteks Faktor
penyebab
Keterangan Setuju Tidak
setuju
Keterangan
1. P1: Kami dari sosbud.
Mungkin maina saja, tite
jalankan seminar saja
dulu tidak apa-
apa.diseminar nanti
mungkin mio
membutuhkan pengisi
acaranya kami dari
sosbud sangat siap,
misalnya hedung buat
hode pemateri kami siap
sekali. Dan untuk
pagelaran tite undurkan,
kemudian seminar nolo
ki.
P2: Baik terimaksih buat
masukan dari sosbud..
(24-11-2017)
Tite,
maina,
mio,
hode,
nolo ki.
Pihak yang terlibat dalam
tuturan tersebut adalah
pembicara dan pendengar.
Pembicara yang di maksud
adalah penutur dan pendengar
adalah mahasiswa adonara
yang hadir pada pertemuan
keluaraga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Bertempat di
secretariat keluarga mahasiswa
adonara Yogyakarta. Tujuan
dari tuturan tersebut adalah
menyampaikan pendapat
terkait dengan kesediaan dari
sosbud untuk menjadi pengisi
acara pada kegiatan seminar.
Tuturan tersebut disampaikan
dengan santai, menggunakan
ragam lisan pada situasi
informal.
Mitra bicara Kode yang digunakan oleh
penutur adalah kode dalam
bahasa daerah adonara. Hal
tersebut dapat dilihat pada
kata Tite (kita),maine (itu),
mio (kamu), hode (jemput),
nolo ki (duluan).Faktor
penyebab terjadinya
campur kode karena mitra
bicara. Dimana seorang
pembicara yang awalnya
menggunakan satu bahasa
dapat melakukan campur
kode dengan bahasa lain
karena melihat bahwa mitra
bicaranya tersebut
memiliki latar belakang
daerah dan bahasa yang
sama denganya yaitu
bahasa Adonara
2. P1: Karena kemarin kita
sudah bicarakan juga.
Karena pertimbangan
waktu jadi kita jalankan
saja.
P2: Jadi semuanya sudah fix.
Saya hanya minta supaya
Fix Percakapan tersebut terjadi di
secretariat keluarga mahasiswa
adonara Yogyakarta. Kedua
partisipan yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
Penggunaan
istilah yang
lebih populer
Kode yang digunakan oleh
penutur adalah kode dalam
bahasa asing atau bahasa
inggris. Hal tersebut dapat
dilihat pada kata fix (tidak
dapat diganggu lagi).
Penyebab p2 melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
kita semua tetap
semangat.
(24-11-2017)
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah untuk
menyemangati dan
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
campur kode dengan
penggunaan istilah yang
lebih populer karena
kosakata tersebut dinilai
mempunyai padanan yang
lebih populer.
3. P1: Moe pana ta? Biar kita
jalannya sama-sama
P2: Memangnya mau jalan
jam berapa?
(24-11-2017)
Moe
pana ta
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah untuk
menanyakan sesuatu terkait
dengan rencana untuk jalan-
jalan dan disampaikan dengan
santai menggunkan ragam
lisan pada situasi informal.
Mitra bicara Kode yang digunakan oleh
penutur adalah kode dalam
bahasa daerah adonara. Hal
tersebut dapat dilihat pada
klausa mo pana ta (kamu
jalan tidak). Faktor
penyebab terjadinya
campur kode karena mitra
bicara. Dimana seorang
pembicara yang awalnya
menggunakan satu bahasa
dapat melakukan campur
kode dengan bahasa lain
karena melihat bahwa mitra
bicaranya tersebut
memiliki latar belakang
daerah dan bahasa yang
sama denganya.
4. P1: Jam 8 saja. supaya
jangan terlalu malam Mia ki,
goe
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
Mitra bicara Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
P2: Iya jam 8 saja. Mia ki,
goe kaka telpon. (Sambil
berjalan keluar rumah).
(24-11-2017)
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Kedua partisipan
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah menyampaikan
pendapat terkait dengan jam
yang disepakati untuk jalan-
jalan. Percakapan tersebut
disampaikan dengan singkat
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
adonara. Hal tersebut dapat
dilihat pada frasa mia ki
(tunggu dulu) dan kata goe
(saya). Faktor penyebab
terjadinya campur kode
karena mitra bicara.
Dimana seorang pembicara
yang awalnya
menggunakan satu bahasa
dapat melakukan campur
kode dengan bahasa lain
karena melihat bahwa mitra
bicaranya tersebut
memiliki latar belakang
daerah dan bahasa yang
sama denganya.
5. P1: Iya bagaimana teman ra
siap atau belum?
P2: Sudah siap. Rae sudah
jalan,rae pia hauka ni.
(24-11-2017)
ra,rae,
rae pia
hauka
ni
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Tujuan dari percakapan
Pembicara
dan pribadi
pembicara
Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
adonara. Hal tersebut dapat
dilihat pada kata rae
(mereka), ra (mereka) dan
klausa rae pia hauka ni
(mereka lagi dalam
perjalanan). Faktor
penyebab terjadinya
campur kode adalah
pembicara dan pribadi
pembicara. Campur kode
yang dilakukan tersebut di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
tersebut adalah menanyakan
sesuatu dan memberitahukan
sesuatu terkait dengan teman-
teman yang akan ikut untuk
jalan-jalan dan disampaikan
dengan singkat pada situasi
informal.
karenakan faktor kebiasaan
dan kesantaian.
6. P1: Makanan yang ra buara
pada saat seminar untuk
peserta dan pemateri kira-
kira makanan aku?
P2: Kalau dari goe, makanan
lokal saja. Soalnya bisa
mengangkat nama budaya
tite.
(24-11-2017)
Ra
buara,
aku,
goe,tite
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah membahas
mengenai makanan yang akan
di sajikan untuk peserta dan
pemateri pada kegiatan
seminar. Hal tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Pembicara
dan pribadi
pembicara
Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
adonara. Hal tersebut dapat
dilihat pada klausa rabuara
(mereka makan), dan kata
aku (apa), goe (saya), tite
(kita). Faktor penyebab
terjadinya campur kode
adalah pembicara dan
pribadi pembicara. Campur
kode yang dilakukan
tersebut di karenakan
faktor kebiasaan dan
kesantaian.
7. P1: Mengenai makan lokal di
Yogja juga ada, Atau
begini, tite nei resep di ibu
yang cateringsupayahudaro
Tite nei,
hudaro
na seba,
maine
Pihak yang terlibat dalam
tuturan tersebut adalah
pembicara dan pendengar.
Pembicara yang di maksud
Mitra bicara Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
adonara. Hal tersebut dapat
dilihat pada klausa tite nei
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
na seba atautitejuga bisa
cari bahan-bahan supaya
dia yangmasak. Soalnya
kalau ubi atau jagung
mainekan ada.
P2 : Iya saya setuju, kita buat
begitu saja
(25-11-2017)
adalah penutur dan pendengar
adalah mahasiswa adonara
yang hadir pada pertemuan
keluaraga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Bertempat di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
tuturan tersebut adalah
menyampaikan pendapat
terkait dengan makanan lokal
yang disajikan untuk peserta
dan pemateri pada saat
kegiatan seminar. Tuturan
tersebut di sampaikan dengan
santai menggunkan ragam
lisan pada situasi informal.
(kita kasih), hudaro na
seba (suruh dia beli), dan
kata maine (sepertinya).
Faktor penyebab terjadinya
campur kode karena mitra
bicara. Dimana seorang
pembicara yang awalnya
menggunakan satu bahasa
dapat melakukan campur
kode dengan bahasa lain
karena melihat bahwa mitra
bicaranya tersebut
memiliki latar belakang
bahasa dan daerah yang
sama dengannya.
8. P1: Untuk kegiatan tite ini, go
harap tite wahakae
semangat. Karena
kegiatan tite ini kegiatan
besar menyangkut
seminar nasional. Jadi ahe
yang mio mau mari, mari
saja. Supaya kegiatan ini
bisa berjalan dengan baik
dan lancar.
P2: Iya dan semoga dengan
harapan yang begitu besar
dari tite wahakae kegiatan
titeni bisa berjalan sesuai
dengan yang di harapkan.
Tite,go,
titewaha
kae,
ahe,mio
,mari
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Partisipan yang
terlibat dalam percakapan
tersebut adalah mahasiswa
yang berasal dari adonara yang
hadir pada pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Mereka berganti
peran sebagai pendengar dan
pembicara. Tujuan dari
percakapan tersebut adalah
untuk menyemangati.hal
tersebut disampaikan dengan
Pembicara
dan pribadi
pembicara
Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
adonara. Hal tersebut dapat
dilihat pada kata tite (kita),
go (saya), ahe (apa), mio
(kamu), mari (bicara) dan
frasa tite wahakae (kita
semua). Faktor penyebab
terjadinya campur kode
adalah pembicara dan
pribadi pembicara. Campur
kode yang dilakukan
tersebut di karenakan
faktor kebiasaan dan
kesantaian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
P1: Oke semangat buat kita
semua.
(25-11-2017)
singkat menggunakan ragam
lisan pada situasi informal.
9. P1: Tolong tite semua
memberikan pendapat.
Mungkin dari ade nona
sedon lepan, dan sedon
boleng. (sambil tertawa)
P2: Omong saja tidak apa-apa
atau takut ada yang marah.
(sambil tertawa)
(25-11-2017)
Tite Pihak yang terlibat dalam
tuturan tersebut adalah
pembicara dan pendengar.
Pembicara yang di maksud
adalah penutur dan pendengar
adalah mahasiswa adonara
yang hadir pada pertemuan
keluaraga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Bertempat di
sekretariat keluarga
mahasiswa Adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
tuturan tersebut adalah
meminta agar peserta yang
hadir pada pertemuan
tersebutmemberikan
pendapatnya. Tuturan tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Membangkit
kan rasa
humor
Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
adonara. Hal tersebut dapat
dilihat pada kata tite (kita).
Faktor penyebab terjadinya
campur kode adalah
membangkitkan rasa
humor. Hal tersebut
dikarenakan pembicara
ingin memecahkan
kelusuhan karena telah
lama bertukar pikiran.
10. P1: Saya setuju dengan di
tambahkan satu pemateri
lagi, tetapi kalau bisa dari
mahasiswa saja.
P2: Kalau goe setuju hala
dengan adanya
penambahan pemateri.
Karena sampai pada
pemateri ke empat orang
pasti sudah bosan.
Goe,
hala
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Mitra bicara Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
adonara. Hal tersebut dapt
dilihat pada kata goe (saya)
dan kata hala (tidak).
Faktor penyebab terjadinya
campur kode karena mitra
bicara. Dimana seorang
pembicara yang awalnya
menggunakan satu bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
(25-11-2017) Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah membahas
mengenai adanya penambahan
pemateri seminar.
Hal tersebut disampaikan
dengan senang singkat
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
dapat melakukan campur
kode dengan bahasa lain
karena melihat bahwa mitra
bicaranya tersebut
memiliki latar belakang
bahasa dan daerah yang
sama dengannya.
11. P1: Kalau ada penambahan
pemateri ke empat supaya
audience jangan bosan,
kita berikan kepada
moderator untuk
mengarahkannya.
P2: Kalau seperti itu biar kita
tentukan saja salah satu
diantara kita.
P3: Ka grace saja sebagai
pemeteri ke empatnya.
(25-11-2017)
Audienc
e,moder
ator
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Partisipan yang
terlibat dalam percakapan
tersebut adalah mahasiswa
yang berasal dari adonara yang
hadir pada pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Mereka berganti
peran sebagai pendengar dan
pembicara. Tujuan dari
percakapan tersebut adalah
membahas mengenai adanya
penambahan pemateri
seminar. Hal tersebut
disampaikan dengan singkat
menggunakan ragam lisan
pada situsi informal.
Penggunaan
istilah yang
lebih populer
Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
asing yaitu kode bahasa
inggris. Hal tersebut dapat
dilihat pada kata audience
(peserta) dan kata
moderator (ketua sidang).
Faktor penyebab terjadinya
campur kode adalah
penggunaan istilah yang
lebih populer. Campur
kode yang dilakukan oleh
pembicara dikarenakan
kosakata tersebut di nilai
mempunyai padanan yang
lebih populer.
12. P1: Semuanya tergantung
teman-teman saja. Mau
kita masukan satu
setting Pihak yang terlibat dalam
tuturan tersebut adalah
pembicara dan pendengar.
Penggunaan
istilah yang
lebih populer
Kode yang digunakan
adalah kode bahasa asing
atau bahasa inggris. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
perwakilan kita dari sini
atau kita bisa setting di
forum.
P2: Kalau menurut saya kita
omong disini sekarang
memang saja.
(25-11-2017)
Pembicara yang di maksud
adalah penutur dan pendengar
adalah mahasiswa adonara
yang hadir pada pertemuan
keluaraga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Bertempat di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
tuturan tersebut adalah
membahas mengenai
perwakilan salah seorang
anggota keluarga mahasiswa
adonara Yogyakarta sebagai
pemateri ke empat. Tuturan
tersebut di sampaikan dengan
singkat menggunakan ragam
lisan pada situasi informal.
tersebut dapat dilihat pada
kata seting (atur atau
mengatur). Faktor
penyebab terjadinya
campur kode adalah
penggunaan istilah yang
lebih populer. Campur
kode yang dilakukan oleh
pembicara dikarenakan
kosakata tersebut di nilai
mempunyai padanan yang
lebih populer.
13. P1: Inikan forum teman-
teman, jadi ide semenarik
apapun kalau teman-
teman tidak menerima
tidak apa-apa.
P2: Pekodaket ta daerahka
lebih bagus lagi,campur
aduk supaya lebih cantik
(sambil tertawa).
(25-11-2017)
Pekoda
ket ta
daerah
ka
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah meminta
Membangkit
kan rasa
humor
Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
adonara. Hal tersebut dapat
dilihat pada klausa
pekodaket ta daerahka
(pakai bahasa daerah).
Faktor penyebab terjadinya
campur kode adalah
membangkitkan rasa
humor. Hal tersebut di
karenakan pembicara ingin
memecahkan kelusuhan
karena telah lama bertukar
pikiran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
kepada seluruh anggota yang
hadir pada pertemuan tersebut
untuk menyampaikan
pendapatnya meskipun harus
menggunakan bahasa daerah.
Hal tersebut disampaikan
dengan santai menggunakan
ragam lisan pada situasi
informal. 14. P1: Pagelaran budaya karena
ada beberapa
pertimbangan terkait
persiapan dan mungkin
lebih kepada dana. Untuk
masalah yang belum pasti
dan masih menjadi tanda
tanya besar adalah
masalah gedung. Karena
sekarang kita kerucukan
pada seminar dan
pagelaran budaya di
undurkan mungkin bulan
lima atau bulan enam.
Tapi ini tidak
mematahkan semangat
teman-teman semua untuk
titebergabung bekerja
sama. Tetapi ini gorasa
justru titelebih semangat
lagi dengan jiwa
gelakatsaya rasa
semuanya bisa berjalan
dengan lancar.
Tite,go,
gelekat,
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah untuk
menyemangati. Hal tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
.
Pembicara
dan pribadi
pembicara
Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
adonara. Hal tersebut dapat
dilihat pada kata tite (kita),
go (saya), gelekat
(membantu). Faktor
penyebab terjadinya
campur kode adalah
pembicara dan pribadi
pembicara. Campur kode
yang dilakukan tersebut di
karenakan faktor kebiasaan
dan kesantaian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
P2: Bagaimana teman-teman
sepakat? Kalau kegiatan
kali ini tite dengan
seminar.
(25-11-2017) 15. P1: Teman-teman semua bisa
tite sepakati bersama
kalau lagi H- dua minggu
itu tite kerucutkan di
seminar noloki?
P2: Iya untk sekarang ini juga
kalau bisa kita fokusnya
di seminar saja dulu.
(25-11-2017)
Tite,
nolo ki
Pihak yang terlibat dalam
tuturan tersebut adalah
pembicara dan pendengar.
Pembicara yang di maksud
adalah penutur dan pendengar
adalah mahasiswa adonara
yang hadir pada pertemuan
keluaraga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Bertempat di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
tuturan tersebut adalah
membahas mengenai kegiatan
seminar yang akan
dilaksanakan terlebih dahulu.
Tuturan tersebut di sampaikan
dengan singkat menggunakan
ragam lisan pada situasi
informal.
Mitra bicara Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
adonara. Hal tersebut dapat
dilihat pada katatite (kita)
dan kata nolo ki (duluan).
Faktor penyebab terjadinya
campur kode karena mitra
bicara. Dimana seorang
pembicara yang awalnya
menggunakan satu bahasa
dapat melakukan campur
kode dengan bahasa lain
karena melihat bahwa mitra
bicaranya tersebut
memiliki latar belakang
daerah dan bahasa yang
sama denganya.
16. P1: Jangansepakat-sepakat
saja, harus no nei
alasannya.
P2: Bagaimana teman-teman
inikan rapat anggota jadi
berapapun anggota yang
hadir ketika teman-teman
No nei Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
Mitra bicara Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
adonara. Hal tersebut dapat
dilihat pada kata no nei
(dengan). Faktor penyebab
terjadinya campur kode
karena mitra bicara.
Dimana seorang pembicara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
menyampaikan dalam
forum sah-sah saja.
(25-11-2017)
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah meminta agar
anggota yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta jika mau
memberikan pendapatnya
harus ada dengan alasan. Hal
tersebut disampaikan dengan
santaimenggunakan ragam
lisan pada situasi informal.
.
yang awalnya
menggunakan satu bahasa
dapat melakukan campur
kode dengan bahasa lain
karena melihat bahwa mitra
bicaranya tersebut
memiliki latar belakang
daerah dan bahasa yang
sama denganya.
17. P1: Mudah-mudahan apa
yang sudah dibicarakan
ini, kita langsung
menyatakan pertanggung
jawaban kita dengan aksi.
Jadi coba kalau tite yang
sudah dipercayakan
sebagai panitia itu tolong
lebih respon dan
bergegass mu. Soalnya di
grup sangat sepi. Dan
humas juga. Tadi siang
goe hubungi seonai ina
yesi dan rae juga sudah
punya rancangan-
rancangan.
Tite,
emu,
goe,
seonai
ina, rae,
ne, nae,
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Partisipan yang
terlibat dalam percakapan
tersebut adalah mahasiswa
yang berasal dari adonara yang
hadir pada pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Mereka berganti
peran sebagai pendengar dan
pembicara. Tujuan dari
percakapan tersebut adalah
membahas mengenai kesiapan
dari pemateri yang akan
diundang pada kegiatan
Pembicara
dan pribadi
pembicara
Kode yang di gunakan
adalah kode dalam bahasa
adonara. Hal tersebut dapat
dilihat pada kata tite (kita),
mu (cepat), rae (dia),ne
(itu),nae (dia) dan frasa
seonai ina (adik
perempuan). Faktor
penyebab terjadinya
campur kode adalah
pembicara dan pribadi
pembicara. Campur kode
yang dilakukan tersebut di
karenakan faktor kebiasaan
dan kesantaian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
P2: Bagaimana dengan
pemateri ne?
P3: Terkait pemateri ada tiga
pemateri. Yang pertama
maseko prasetio (bung
eko) jadi nae itu lebih
memberikan kepada
semangat untuk gerakan
yang kedua Dr.utomo nae
lebih pada pengembangan
kelompok masyarakat.
Nae lebih kaya
pemberdayaan begitu
terus yang terakhir itu dari
bupati flores timur.
(25-11-2017)
seminar. Hal tersebut di
sampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
18. P1: Bagaimana dengan
tempat untuk kegiatan
tite?
P2: Kalau tempatnya tadi
sudah ada yang Tanya,
jadi esimu baru kita
dengar hasilnya
bagaimana.
(25-11-2017)
Tite,
Esimu
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Partisipan yang
terlibat dalam percakapan
tersebut adalah mahasiswa
yang berasal dari adonara yang
hadir pada pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Mereka berganti
peran sebagai pendengar dan
pembicara. Tujuan dari
percakapan tersebut adalah
membahas mengenai kesiapan
dari pemateri yang akan
diundang pada kegiatan
seminar. Hal tersebut di
Pembicara
dan pribadi
pembicara
Kode yang digunakan
dalam percakapan tersebut
adalah kode dalam bahasa
adonara. Hal tersebut dapat
dilihat pada kata tite (kita)
dankata esimu (sebentar).
Faktor penyebab terjadinya
alih kode adalah pembicara
dan pribadi pembicara.
Campur kode yang
dilakukan tersebut di
karenakan faktor kebiasaan
dan kesantaian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
sampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal. 19. P1: Misalnya seminar tite
kasih hari senin, teman-
teman mungkin boaya
yang berhalangan soalnya
raujian. UST hari sabtu
sudah mulai ujian.
Bagaimana dengan ina
dan ama yang di
belakang?
P2: Kamiujian tanggal 16
atau 18 kalau tidak salah.
(25-11-2017)
Tite,
boaya,
ra,ina
ama,
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah membahas
mengenai hari dan tanggal di
selenggarakannya kegiatan
seminar. Hal tersebut di
sampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Mitra bicara Kode yang digunakan
dalam percakapan tersebut
adalah kode dalam bahasa
adonara. Hal tersebut dapat
dilihat pada kata tite
(kita),boaya (banyak), ra
(mereka), ina (panggilan
untuk saudari perempuan)
dan ama (panggilan untuk
saudara laki-laki). Faktor
penyebab terjadinya
campur kode karena mitra
bicara. Dimana seorang
pembicara yang awalnya
menggunakan satu bahasa
dapat melakukan campur
kode dengan bahasa lain
karena melihat bahwa mitra
bicaranya tersebut
memiliki latar belakang
daerah dan bahasa yang
sama dengannya.
20. P1:Teman-teman yang
pertama kita harus
mengerti bahwa ini
agenda besar, saya mau
laporan berikutnya entah
besok lusa atau kapanpun
seminggu bila perlu empat
kali pertemuannya.
urgent Pihak yang terlibat dalam
tuturan tersebut adalah
pembicara dan pendengar.
Pembicara yang di maksud
adalah penutur dan pendengar
adalah mahasiswa adonara
yang hadir pada pertemuan
keluaraga mahasiswa adonara
Penggunaan
istilah yang
lebih populer
Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
asinga atau bahasa inggris.
Hal tersebut dapat dilihat
pada kata urgent
(mendesak). Faktor
penyebab terjadinya
campur kode adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
Karena ini urgent teman-
teman. Ini agenda besar
yang kalian juga harus
bisa mengerti bahwa
butuh sekali intens.
P2:Terimakasih untuk
masukanya. Jadi mungkin
mulai besok dan
seterusnya kita semua bisa
lebih rutin lagi untuk
pertemuan.
(25-11-2017)
Yogyakarta. Bertempat di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
tuturan tersebut adalah
membahas mengenai jadwal
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta terkait dengan
laporan dari amsing-masing
anggota yang sudah
dipercayakan sebagai panitia
kerja. Tuturan tersebut
disampaikan dengan serius
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
penggunaan istilah yang
lebih populer. Campur
kode yang dilakukan oleh
pembicara dikarenakan
kosakata tersebut di nilai
mempunyai padanan yang
lebih populer.
21. P1: Sudah. Itu dari abang
bosko terkait dengan
susunan acara yang lebih
kepada temu kangen.
P2: Kaka yesi di gute iya ni,
terus kenapa kalian bilang
saya sendiri yang ambil.
(8-12-2017)
Abang,d
i gute
iya ni
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah membahas
mengenai pendapat dari salah
seorang anggota yang ahdir
Mitra bicara Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
asli atau bahasa adonara.
Hal tersebut dapat di lihat
pada kata abang (kakak)
danklausa di gute iya ni
(dia juga ambil). Faktor
penyebab terjadinya
campur kode karena mitra
bicara. Dimana seorang
pembicara yang awalnya
menggunakan satu bahasa
dapat melakukan campur
kode dengan bahasa lain
karena melihat bahwa mitra
bicaranya tersebut
memiliki latar belakang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
pada pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta terkait dengan
susunan acara. Hal tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
daerah dan bahasa yang
sama dengannya.
22. P1: Untuk doorprice yang
pertama ini tiketnya di
ambil dan diserahkan oleh
divisi ticketing, kedua dari
acara ketiga dari
konsumsi dan keempat
dari perlengkapan untuk
menyerahkan doorprice
P2: Setelah penyerahan
doorprice,acara selanjutnya
bagaimana?
(8-12-2017)
Doorpri
ce
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah membahas
mengenai susunan acara
terkait dengan penyerahan
hadiah. Hal tersebut di
sampaikan dengan singkat
pada situasi informal.
Penggunaan
istilah yang
lebih populer
Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
asing atau bahasa inggris.
Hal tersebut dapat di lihat
pada kata doorprice
(hadiah). Faktor penyebab
terjadinya campur kode
adalah penggunaan istilah
yang lebih populer.
Campur kode yang
dilakukan oleh pembicara
dikarenakan kosakata
tersebut di nilai
mempunyai padanan yang
lebih populer
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
23. P1: Acara selanjutnya, foto
bersama yang kemudian
di lanjutkan dengan temu
kangen anggota, alumni
dan teman-teman dari
organda lain.
P2: Kemudian bagaimana
dengan notulennya? Wia
memang tite sudah
menunjuk ama asis hanya
saja kalau acaranya
tanggal 16 nae tidak bisa
hadir. Jadi bagaimana?
P1: Kalau memang maine
sudah. Mungkin
mengenai. Notulen
titeserahkan sepenuhnya
ke acara saja. Biar teman-
teman dari acara yang
mengaturnya saja.
(8-12-2017)
Wia,
tite,ama
,
maine,n
ae
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa Adonara
Yogyakarta. Partisipan yang
terlibat dalam percakapan
tersebut adalah mahasiswa
yang berasal dari adonara yang
hadir pada pertemuan
keluargamahasiswa adonara
Yogyakarta. Mereka berganti
peran sebagai pendengar dan
pembicara. Tujuan dari
percakapan tersebut adalah
membahas mengenai notulen
pada kegiatan seminar yang
akan di selenggarakan oleh
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Hal tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisam
pada situasi informal.
Mitra bicara Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
asli atau bahasa adonara.
Hal tersebut dapat dilihat
pada kata wia (kemarin),
tite (kita), ama (panggilan
untuk laki-laki), maine
(itu), nae (dia). Faktor
penyebab terjadinya
campur kode karena mitra
bicara. Dimana seorang
pembicara yang awalnya
menggunakan satu bahasa
dapat melakukan campur
kode dengan bahasa lain
karena melihat bahwa mitra
bicaranya tersebut
memiliki latar belakang
daerah dan bahasa yang
sama dengannya.
24. P1: Acara saya tambahkan
sedikit, kalau bisa
hedungnya di dalam
saja.penutupan oleh mc ne
kalau bisa setelah semua
acara selesai. Kemudian
untuk diskusi saya rasa
dari siang sudah menguras
otak dengan berbagai
materi. Untuk pantonim
tadi sebelum doorprice, di
tampilkan saja biar orang-
Doorpri
ce, ne
Pihak yang terlibat dalam
tuturan tersebut adalah
pembicara dan pendengar.
Pembicara yang di maksud
adalah penutur dan pendengar
adalah mahasiswa adonara
yang hadir pada pertemuan
keluaraga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Bertempat di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
Penggunaan
istilah yang
lebih populer
Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
inggris dan bahasa adonara.
Hal tersebut dapat dilihat
pada kata doorprice
(hadiah), ne (itu). Faktor
penyebab terjadinya
campur kode adalah
penggunaan istilah yang
lebih populer. Campur
kode yang dilakukan oleh
pembicara dikarenakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
orang dari luar bisa
menyaksikan.
P2: Iya saya juga setuju kalau
pantonim lebih dulu
ditampilkan dan
doorprice terakhir saja.
(8-12-2017)
tuturan tersebut adalah
membahas mengenai pengisi
acara yang akan tampil pada
kegiatan seminar yang di
selenggarakan oleh keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tuturan tersebut
disampaikan dengan singkat
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
kosakata tersebut di nilai
mempunyai padanan yang
lebih populer.
25. P1: Masukan dari kaka ne
kame terima. Kalau
pembawa acara yang
mengarahkan
dokumentasi.
P2: Berarti acara temu
kangen itu sudah diluar
tanggung jawab mc. Jadi
tidak lagi di pandu oleh
pembawa acara.
(8-12-2017)
Ne
kame,
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah membahas
mengenai susunan acara pada
kegiatan seminar. Hal tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Mitra bicara Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
asli atau bahasa adonara.
Hal tersebut dapat dilihat
pada frasa ne kame (itu
kami). Faktor penyebab
terjadinya campur kode
karena mitra bicara.
Dimana seorang pembicara
yang awalnya
menggunakan satu bahasa
dapat melakukan campur
kode dengan bahasa lain
karena melihat bahwa mitra
bicaranya tersebut
memiliki latar belakang
daerah dan bahasa yang
sama dengannya.
26. P1: Mia mc dari acara saja
P2: Ini sebenarnya satu
kesatuan acara jadi semua
mia Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Mitra bicara Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
asli atau bahasa adonara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
kegiatan ini sudah selesai
dengan pematerinya jadi
di arahkan saja ke acara
santai seperti permintaan
foto-foto.
(8-12-2017)
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah membahas
mengenai susunan acara pada
kegiatan seminar. Hal tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Hal tersebut dapat dilihat
pada kata mia (tunggu).
Faktor penyebab terjadinya
campur kode karena mitra
bicara. Dimana seorang
pembicara yang awalnya
menggunakan satu bahasa
dapat melakukan campur
kode dengan bahasa lain
karena melihat bahwa mitra
bicaranya tersebut
memiliki latar belakang
daerah dan bahasa yang
sama dengannya.
27. P1: Masukan sedikit untuk
acara. Kalau bisa di
buatkan teks khusus untuk
mc. Karena teks itu
penting sekali biar apa
yang di sampaikan tidak
ngawur atau asal-asalan
saja. Kemudian tadi
sempat dibahas juga,
setelah pemateri satu dan
dua ada sesi Tanya
jawabnya. Jadi kursi yang
disediakan didepan itu
beberapa? Dua pemateri,
dua moderator atau satu
moderator? Inikan
Doorpri
ce, aku,
fix
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah membahas
mengenai susunan acara
Penggunaan
istilah yang
lebih populer
Kode yang digunakn
adalah kode dalam bahasa
inggris dan bahasa adonara.
Hal tersebut dapat dilihat
pada kata doorprice
(hadiah), fix (tidak dapat
diganggu lagi) dan kata
aku (apa). Faktor penyebab
terjadinya campur kode
adalah penggunaan istilah
yang lebih populer.
Campur kode yang
dilakukan oleh pembicara
dikarenakan kosakata
tersebut di nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
kerjasama dengan
kanisius, kalau bisa ada
sesi untuk kanisius untuk
mempromosikan diri,
sekaligus ada doorprice
juga.
P2: itu masukan dari abang
rian. Mungkin ini yang
perlu atau misalkan yang
kurang akukita langsung
benahi saja. Supaya pada
pertemuan berikutnya dari
acara tidak ada perubahan
lagi. Dan semuanya sudah
fix untuk proses gladinya.
(8-12-2017)
terkait dengan penyerahan
hadiah. Hal tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
mempunyai padanan yang
lebih populer.
28. P1: Yang pertama goe masuk
dulu. Goe tanggapi dari
acara dulu. Maksudnya
begini, teman-teman
harus pahami bahwa ini
seminar. Beberapa yang
terkait dengan
pementasan hanya
sebagai penghibur Dan
minggu lalu kita sudah
sepakati bahwa pantonim
itu memang masuk di
acara temu kangen dan
hanya sebagai pengantar
saja.
P2: Saya mau tanggapi
mengenai pantonim.
Goe,ne,
no,
ra,ra
beto ne
ra roi
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah membahas
mengenai pengisi acara yang
akan ditampilkan pada
Pembicara
dan pribadi
pembicara
Kode yang di gunakan
adalah kode dalam bahasa
asli atau bahasa adonara.
Hal tersebut dapat dilihat
pada kata goe (saya), no
(ada), ra (mereka), ne (itu)
dan klausa ra beto ne ra roi
(mereka datanglihat).
Faktor penyebab terjadinya
alih kode adalah pembicara
dan pribadi pembicara.
Campur kode yang
dilakukan tersebut di
karenakan faktor kebiasaan
dan kesantaian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
Maksudnya pantonim kita
sudah masukan ke tiket
untuk di cetak. Misalnya
go jual tiket dan ditiket no
tulisan tampilkan
pantonim dan kalau saat
re beto ne, ra roi pantonim netidak ada dan
kalau raprotes.
(8-12-2017)
kegiatan seminar. Hal tersebut
di sampaikan dengan
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
29. P1: Mungkin kita juga harus
pertimbangan mengenai
tiket. Karena di tiket, kita
ada cantumkan special
perform itu pantonim dan
coba kita pertimbangkan.
Soalnya kalau pantonim
tidak ada juga kita sudah
punya alasan begitu.
P2: Kalau memang seperti
ini, nanti sayacoba lebih
teliti lagi di poster dan
tiket. Jadi kalau memang
sudah terlanjur seperti itu
tinggal di tambahkan saja.
Hanya saja bisa
dipenyerahan kenang-
kenangan yang sebelum
semuanya pulang kita bisa
masukan pantonim saja.
biar setelah itu langsung
dengan penyerahan
hadiah
Special
perform
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah membahas
mengenai pengisi acara yang
akan tampil pada kegiatan
seminar. Hal tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Penggunaan
istilah yang
lebih populer
Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
inggris .hal tersebut dapat
dilihat pada frasa special
perform (penampilan yang
spesial). Faktor penyebab
terjadinya campur kode
adalah penggunaan istilah
yang lebih populer.
Campur kode yang
dilakukan oleh pembicara
dikarenakan kosakata
tersebut di nilai
mempunyai padanan yang
lebih populer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
(8-12-2017) 30. P1: Oke terimah kasih untuk
teman-teman dari humas.
Tapi sebelumnya teman-
teman acara tolong
breafing di mc.
P2: Kalau begitu nanti acara
bisa berkolaborasi dengan
mc terkait dengan sponsor
seperti apa begitu.
(8-12-2017)
breafing Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah membahas
mengenai pendapat dari salah
seorang anggota keluarga
mahasisiwa adonara terkait
dengan seksi acara. Hal
tersebut di sampaikan dengan
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Penggunaan
istilah yang
lebih populer
Kode yang digunak adalah
kode dalam bahasa asing
atau bahasa inggris. Hal
tersebut dapat dilihat pada
kata breafing (pertemuan).
Faktor penyebab terjadinya
campur kode adalah
penggunaan istilah yang
lebih populer. Campur
kode yang dilakukan oleh
pembicara dikarenakan
kosakata tersebut di nilai
mempunyai padanan yang
lebih popular.
31. P1: Itu di depan Mervin ae ne
P2: Ege mio kami punya.
(8-12-2017)
Ae ne,
ege mio
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Pembicara
dan pribadi
pembicara
Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
asli atau bahasa adonara.
Hal tersebut dapat dilihat
pada frasa ae ne (depan
muka), ege mio (jangan
begitu). Faktor penyebab
terjadinya alih kode adalah
pembicara dan pribadi
pembicara. Campur kode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah membahas
mengenai makanan yang di
sajikan kepada anggota yang
hadir pada pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Hal tersebut di
sampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
yang dilakukan tersebut di
karenakan faktor kebiasaan
dan kesantaian.
32. P1: Kaka Mus ne mo mudam?
P2: Ina berarti kau neaka.
P1: Tidak kaka.
(8-12-2017)
Ne mo
mudam
ne,
neaka
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah membahas
mengenai makanan ringan
yang di hidangkan pada
anggota yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Pembicara
dan pribadi
pembicara
Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
asli atau bahasa adonara.
Hal tersebut dapat dilihat
pada kata neaka
(berbohong) dan klausa ne
mo mudam (ini kau punya
jeruk). Faktor penyebab
terjadinya alih kode adalah
pembicara dan pribadi
pembicara. Campur kode
yang dilakukan tersebut di
karenakan faktor kebiasaan
dan kesantaian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Yogyakarta. Hal tersebut di
sampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal. 33. P1: Jeruk itusaya mau makan
juga iri nati mo go gohuk
P2: Berarti nanti saya dapat
sedikit saja.
(8-12-2017)
Iri nati
mo go
gohuk
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah membahas
mengenai makanan ringan
yang di sajikan untuk anggota
yang hadir pada pertemuan
keluarga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Hal tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Mitra bicara Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
asli atau bahasa adonara.
hal tersebut dapat dilihat
pada klausa iri nati mo go
gohuk (kau sudah
habiskan)
Faktor penyebab terjadinya
campur kode karena mitra
bicara. Dimana seorang
pembicara yang awalnya
menggunakan satu bahasa
dapat melakukan campur
kode dengan bahasa lain
karena melihat bahwa mitra
bicaranya tersebut
memiliki latar belakang
daerah dan bahasa yang
sama dengannya.
34. P1: Febi lain kali di rebus
dulu baru bawa datang.
P2: Nedi mo goro kae ne, tapi
mo masih huda buat yang
lain.
(8-12-2017)
Nedimo
goro
kae ne,
mo,
huda.
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
Mitra bicara Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
asli atau bahasa adonara.
Hal tersebut dapat dilihat
pada klausa nedi mo goro
kae ne (itu kau sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah membahas
mengenai makanan
tradisioanal yang dihidangkan
kepada anggota yang hadir
pada pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Hal tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
makan) dan kata mo (kau),
huda (ambil). Faktor
penyebab terjadinya
campur kode karena mitra
bicara. Dimana seorang
pembicara yang awalnya
menggunakan satu bahasa
dapat melakukan campur
kode dengan bahasa lain
karena melihat bahwa mitra
bicaranya tersebut
memiliki latar belakang
daerah dan bahasa yang
sama dengannya.
35. P1:Take tapi saya baru ingat
nage goreng ne enak hiko
di
P2: Teman-teman goe nuku
nae ne ka hala saya
tunggu kalian
P1:Naega halatapi sudah
kasih habis baru.
(8-12-2017)
Nage,ne
, hiko
di, goe
nuku
nae ne
ka hala,
nae ga
hala
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Partisipan yang
terlibat dalam percakapan
tersebut adalah mahasiswa
yang berasal dari adonara yang
hadir pada pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Mereka berganti
peran sebagai pendengar dan
pembicara. Tujuan dari
percakapan tersebut adalah
membahas mengenai makanan
tradisioanal yang disajikan
Pembicara
dan pribadi
pembicara
Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
asli atau bahasa adonara.
Hal tersebut dapat dilihat
pada kata take (tidak), hiko
(sekali) nage (terus), ne
(itu) dan klausa nae ga
hala (dia tidak makan), goe
nuku nae ka hala (dari tadi
saya tidak makan). Faktor
penyebab terjadinya alih
kode adalah pembicara dan
pribadi pembicara. Campur
kode yang dilakukan
tersebut di karenakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
kepada anggota yang hadir
pada pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Hal tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
faktor kebiasaan dan
kesantaian.
36. P1: Untuk promosi di awal
kira-kira bisa tidak? Dia
usahakan untuk bisa
masuk. Untuk
wawancaranya dia minta
kontak pak ketua dan saya
sudah kirim. Mungkin
nanti bisa wawancara
langsung di whatsup atau
lewat telpon. Satu lagi
coba tite juga lihat tiket.
P2: Mohon maaf, ini terkait
dari organisasi dari luar.
Yang pertama untuk yang
dari malang mereka sudah
pasti akan mengirim tiga
perwakilannya sedangkan
dari Surabaya dengan
Jakarta belum ada
konfirmasi pasti.
(8-12-2017)
tite Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah membahas
mengenai sesi wawancara dari
seorang wartawan kepada
ketua keluarga mahasiswa
adonara Yogyakarta. Hal
tersebut di sampaikan dengan
santai menggunakan ragam
lisan pada situasi informal.
Mitra bicara Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
asli atau bahasa adonara.
Hal tersebut dapat dilihat
pada kata tite (kita). Faktor
penyebab terjadinya
campur kode karena mitra
bicara. Dimana seorang
pembicara yang awalnya
menggunakan satu bahasa
dapat melakukan campur
kode dengan bahasa lain
karena melihat bahwa mitra
bicaranya tersebut
memiliki latar belakang
daerah dan bahasa yang
sama dengannya.
37. P1: Terima kasih atas
infonya. Go tambahkan
esi, tite ada undangan
untuk taa futsal soalnya
Go, esi,
tite ,taa,
bauk ne
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
Mitra bicara Kode yang digunakna
adalah kode dalam bahasa
asli atau bahasa adonara.
Hal tersebut dapat dilihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
ada turnamen yang di
selenggarakan oleh
teman-teman flobamorata
jadi mungkin tite bisa izin
dengan panitianya untuk
bisa menjual tiket disana
bauk ne. terima kasih
P2: Baik teman-teman
semua, ada titipan salam
dari sesepuh untuk kita
semua.
(8-12-2017)
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah membahas
mengenai penjualan tiket yang
akan dilakukan oleh keluarga
mahasiswa adonara pada
turnamen futsal yang di
selenggarakan oleh
flobamorata. Hal tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
pada kata go (saya), esi
(sedikit), tite (kita), taa
(ikut), bauk ne (besok).
Faktor penyebab terjadinya
campur kode karena mitra
bicara. Dimana seorang
pembicara yang awalnya
menggunakan satu bahasa
dapat melakukan campur
kode dengan bahasa lain
karena melihat bahwa mitra
bicaranya tersebut
memiliki latar belakang
daerah dan bahasa yang
sama dengannya.
38. P1: Teman-teman yang lain,
untuk humas ada masukan
le take?
P2: Untuk organisasi dalam
jogja undangannya sudah
di sebarkan dan di
harapkan untuk segera
konfirmasi tetapi sampai
sekarang belum ada
kepastian. Kira-kira
bagaimana?
(8-12-2017)
Le take Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Mitra bicara Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
sli atau bahasa adonara. Hal
tersebut dapat dilihat pada
frasa le take (atau tidak).
Faktor penyebab terjadinya
campur kode karena mitra
bicara. Dimana seorang
pembicara yang awalnya
menggunakan satu bahasa
dapat melakukan campur
kode dengan bahasa lain
karena melihat bahwa mitra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah menanyakan
sesuatu terkait dengan laporan
dari seksi humas. Hal tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
bicaranya tersebut
memiliki latar belakang
daerah dan bahasa yang
sama dengannya.
39. P1: Terkait organisasi di jogja
lebih kepada bagaimana
tite wahakae membangun
komunikasi dengan
mereka. Mungkin ada
kendala atau halangan
yang penting kita
komunikasikan terus.
Untuk teman-teman dari
lamahala ne, coba tite
lakukan pendekatan dulu.
P2: Mohon maaf ini terkait
dengan gamaflora yang
mengatakan bahwa kalau
bupati hadir mereka juga
hadir karena yang mereka
pentingkan dalam seminar
itu adalah kehadiran
bupatinya.
(8-12-2017)
Tite
wahaka
e, ne,
tite.
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah membahas
mengenai undangan kepada
komunitas yang ada di dalam
daerah Yogyakarta. Hal
tersebut di sampaikan dengan
santai dengan menggunakan
ragam lisan pada situasi
informal.
Mitra bicara Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
asli atau bahasa adonara.
Hal tersebut dapat dilihat
pada frasa tite wahakae
(kita semua), ne (itu), tite
(kita). Faktor penyebab
terjadinya campur kode
karena mitra bicara.
Dimana seorang pembicara
yang awalnya
menggunakan satu bahasa
dapat melakukan campur
kode dengan bahasa lain
karena melihat bahwa mitra
bicaranya tersebut
memiliki latar belakang
daerah dan bahasa yang
sama dengannya.
40. P1: Mo mari rae sudah pasti
hadir
P2: Mo mari pasti
Mo
mari
rae. Mo
mari
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
Pembicara
dan pribadi
pembicara
Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
asli atau bahasa adonara.
Hal tersebut dapat dilihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
(8-12-2017) yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
tujuan dari percakapan
tersebut adalah membahas
mengenai penjualan tiket yang
akan dilakukan oleh keluarga
mahasiswa adonara pada
turnamen futsal yang di
selenggarakan oleh
flobamorata. Hal tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
pada klausa mo mari rae
(kau bilang dia),mo mari
(kau bilang). Faktor
penyebab terjadinya alih
kode adalah pembicara dan
pribadi pembicara. Campur
kode yang dilakukan
tersebut di karenakan
faktor kebiasaan dan
kesantaian.
41. P1: Untuk kegiatan kita ini
pastinya bupati yang
datang dan mungkin
wakilnya sempat,
wakilnya juga datang. Jadi
maina bauk atau hari
senin bagian tiketing dan
poster mulai bekerja lagi.
P2: Ne kan kegiatannya untuk
tite wahakae jadi kalau
bisa promosikan di grup
juga.
(8-12-2017)
Maina
bauk,
tite
wahaka
e
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Pembicara
dan pribadi
pembicara
Kode yang digunakan
adalah kdoe dalm bahasa
asli atau bahasa adonara.
Hal tersebut dapat dilihat
pada frasa maina bauk
(mungkin besok), tite
wahakae (kita semua).
Faktor penyebab terjadinya
alih kode adalah pembicara
dan pribadi pembicara.
Campur kode yang
dilakukan tersebut di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah membahas
mengenai kehadiran bupati
flores timur pada kegiatan
seminar yang di selenggarakan
oleh mahasiswa adonara
Yogyakarta. Hal tersebut di
sampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
karenakan faktor kebiasaan
dan kesantaian.
42. P1: Lanjut ke seksi konsumsi
atau tiketing dulu?
P2: Tiketing saja dulu.
P1: Tiketing heku?
(8-12-2017)
Heku Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Partisipan yang
terlibat dalam percakapan
tersebut adalah mahasiswa
yang berasal dari adonara yang
hadir pada pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Mereka berganti
peran sebagai pendengar dan
pembicara. Tujuan dari
percakapan tersebut adalah
membahas mengenai pendapat
dari seksi tiketing terkait
dengan penjualan tiket. Hal
tersebut di sampaikan dengan
santai menggunakan ragam
lisan pada situasi informal.
Mitra bicara Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
asli atau bahasa adonara.
Hal tersebut dapat dilihat
pada heku (siapa). Faktor
penyebab terjadinya
campur kode karena mitra
bicara. Dimana seorang
pembicara yang awalnya
menggunakan satu bahasa
dapat melakukan campur
kode dengan bahasa lain
karena melihat bahwa mitra
bicaranya tersebut
memiliki latar belakang
daerah dan bahasa yang
sama dengannya.
43. P1: Terima kasih, selamat
malam, salam nusa tadon.
Kamidari tiketing
kebetulan yang hadir
Wia ne,
goe, nae
duu
gohuk
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
Mitra bicara Kode yang digunakan
adalah kode dalm bahasa
asli atau bahasa adonara.
hal tersebut dapat dilihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
Cuma goesaja. Jadi dari
kame tiketing, wia
netiketdigoe itu 29.
Yanggo bagikan ke abang
boston itu ada lima, terus
abang roni sepuluh, ke
merfin tiga terus abang
rudi dua.Itu nae duu
gohuk kae atau watijuga,
belum ada konfirmasi ke
saya. Terus di saya Ada
Sembilan yang sudah
terjual lima tiket jadi sisa
empat di saya. Jadi nanti
kame akan buat
pertemuan khusus
tiketing saja untuk hule
hasil penjualan wahakae.
Saya rasa hanya itu saja,
mungkin ada masukan?
P2: Ok itu tiketing. Kira-kira
tiket yang sudah di
bagikan itu berapa
sebenarnya?
P1: Seluruhnya itu ama
paskal yang pegang
semua tiket tu. Yang di
saya hanya 29 sembilan.
(8-12-2017)
kae,wati
, kame,
wahaka
e
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah membahas
mengenai tiketing terkait
dengan penjualan tiket. Hal
tersebut disampaikan dengan
santai menggunakan ragam
lisan pada situasi informal.
pada kata wia ne
(kemarin), goe (saya),wati
(belum),kame (kami),
wahakae (semua) dan
klausa nae duu gohuk kae
( dia sudah habis jual.
Faktor penyebab terjadinya
campur kode karena mitra
bicara. Dimana seorang
pembicara yang awalnya
menggunakan satu bahasa
dapat melakukan campur
kode dengan bahasa lain
karena melihat bahwa mitra
bicaranya tersebut
memiliki latar belakang
daerah dan bahasa yang
sama dengannya.
44. P1: Jadi baik ini dari tiketing,
mungkin salah satu seksi
yang koordinasinya
sangat baik. Sejauh inikan
Tite,
bauk
ne, go,
daha,
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
Pembicara
dan pribadi
pembicara
Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
asli atau bahasa adonara.
Hal tersebut dapat dilihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
titemelaporkan
perkembangan itu untuk
semuanya sama-sama
mengetahuinya begitu.
Jadi untuk sekarang 29
ya?
P2: Iya dua puluh Sembilan
dan yang sudah terjual 5
ticket. Jadi sa pegang
uang sekarang Rp
150.000.jadi bauk ne, go
coba daha lagi di paskal
yang sudah terjual pira
kae?
(8-12-2017)
ne pira
kae.
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah membahas
mengenai tiketing terkait
dengan penjualan tiket. Hal
tersebut disampaikan dengan
santai menggunakan ragam
lisan pada situasi informal.
pada kata tite (kita), bauk
ne (besok), go (saya), daha
(tanya) dan frasa pira kae
(sudah berapa). Faktor
penyebab terjadinya alih
kode adalah pembicara dan
pribadi pembicara. Campur
kode yang dilakukan
tersebut di karenakan
faktor kebiasaan dan
kesantaian.
45. P1: Jadi teman-teman yang
sudah dipercayakan untuk
jual tiket, dari goesendiri
itu lima tiket. Jadi tiga itu
goe belum bagikan ke
mereka tapi mereka sudah
dp.Jadi mungkin kita bisa
lebih kreatif untuk
menjualnya. Jadi,
kebanyakan yang pegang
tiket itu, rae promosinya
kurang. Jadi kebanyakan
rae pe pola di kos k apa
waha. Jadi ini sudah
menjadi tanggung jawab
kita bersama.
Goe,
rae, rae
pe pola,
waha,
lema,
pulo ka,
pulo
rua, ne,
rua
pulo na
gohuk
hala,
nae.
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah membahas
mengenai tiketing terkait
dengan penjualan tiket dan
Pembicara
dan pribadi
pembicara
Kode yang digunakn
adalah kode dalam bahasa
asli atau bahasa adonara.
hal tersebut dapt dilihat
pada kata goe (saya), rae
(mereka),waha (sendiri),
lema (lima), pulo ka
(sepuluh), pulo rua (dua
puluh), ne (itu), nae (dia)
dan klausa rae pe pola
(mereka simpan), rua pulo
na gohuk hala ( dua puluh
tidak habis). Faktor
penyebab terjadinya alih
kode adalah pembicara dan
pribadi pembicara. Campur
kode yang dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
P2: Saya tambahklan sedikit
.jadi Misalnya rae pegang
tiketlema ka, pulo ka ,
pulo rua ka, jadi
nekreatifnya kita untuk
mejualnya sampai habis.
Jadi tolonglah, misalnya
rua pulo na gohuk hala
minimal setengah naelah.
Begitu
(8-12-2017)
tanggung jawab dari masing-
masing anggota yang sudah
mengambil tiket. Hal tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
tersebut di karenakan
faktor kebiasaan dan
kesantaian.
46. P1: Ini sudah H-8.baru pada
saat ata hope wati amu.
Sebenarnya ata hope
Cuma promosinya kurang
jadi hama amu. Jadi
catatan juga buat teman-
teman ticketing supaya
kedepannya laporanya
lebih jelas, terkait dengan
tiket yang di cetak itu
berapa, yang sudah
dibagikan itu berapa
supaya lebih jelas lagi.
Untuk tiketing ada
masukan lagi?
P2: Jadi untuk tiketingkalau
bisa, setelah bagi tiket itu
Tanya terus. Sudah terjual
berapa? Harus Tanya tiap
hari supaya tahu
perkembangannya. Terus
kaliankan ada grup
Ata
hope
wati
amu,
ata hope
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Partisipan yang
terlibat dalam percakapan
tersebut adalah mahasiswa
yang berasal dari adonara yang
hadir pada pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Mereka berganti
peran sebagai pendengar dan
pembicara. Tujuan dari
percakapan tersebut adalah
membahas mengenai tiketing
terkait dengan penjualn tiket
dan tanggung jawab dari
masing-masing anggota yang
sudah mengambil tiket. Hal
tersebut di sampaikan dengan
santai menggunakan ragam
lisan pada situasi informal.
Mitra bicara Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
asli atau bahasa adonara.
Hal tersebut dapat dilihat
pada klausa ata hope wati
amu (orang belum beli),
ata hope (orang beli).
Faktor penyebab terjadinya
campur kode karena mitra
bicara. Dimana seorang
pembicara yang awalnya
menggunakan satu bahasa
dapat melakukan campur
kode dengan bahasa lain
karena melihat bahwa mitra
bicaranya tersebut
memiliki latar belakang
daerah dan bahasa yang
sama dengannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
whatsup? Jadi kalau
teman-teman tidak bisa
hadir lapor di grup saja.
P1: Tambahan sedikit. Jadi
kalau bisa sebelum
pertemuan dengan kaka-
kaka lagi teman-teman
bisa melaporkan tiket
yang terjual sekian begitu.
(8-12-2017). 47. P1: Terima kasih buat
masukannya.
P2: Tunggu saya masuk lagi.
Jadi tiket sampai saat ini
kita belum tahu pasti
sudah berapa yang terjual
dan berapa yang belum.
Jadi kalau bisa di buat list
mengenai tiket yang
terjual.
(8-12-2017)
list Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah membahas
mengenai tiketing terkait
dengan penjualan tiket dan
tanggung jawab dari masing-
masing anggota yang sudah
mengambil tiket. Hal tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Penggunaan
istilah yang
lebih populer
Kode yang digunakan
adalah kode berbahasa
asing atau bahasa inggris.
Hal tersebut dapt dilihat
pada kata list (daftar).
Faktor penyebab terjadinya
campur kode adalah
penggunaan istilah yang
lebih populer. Campur
kode yang dilakukan oleh
pembicara dikarenakan
kosakata tersebut di nilai
mempunyai padanan yang
lebih populer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
48. P1: Baik terima kasih buat
masukannya abang. Jadi
tiketing ini nae harus
pastikan dulu. Jumlah
yang terjual dan belum
pira?
P2: Tiketing pas e?
P1: Ok pas.
(8-12-2017)
Pira,
nae
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Partisipan yang
terlibat dalam percakapan
tersebut adalah mahasiswa
yang berasal dari adonara yang
hadir pada pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. mereka berganti
peran sebagai pendengar dan
pembicara. Tujuan dari
percakapan tersebut adalah
membahas mengenai tiketing
terkait dengan penjualan tiket
dan tanggung jawab dari
masing-masing anggota yang
sudah mengambil tiket. Hal
tersebut disampaikan dengan
santai menggunakan ragam
lisan pada situasi informal.
Mitra bicara Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
asli atau bahasa adonara.
Hal tersebut dapat dilihat
pada kata pira (berapa),
nae (dia). Faktor penyebab
terjadinya campur kode
karena mitra bicara.
Dimana seorang pembicara
yang awalnya
menggunakan satu bahasa
dapat melakukan campur
kode dengan bahasa lain
karena melihat bahwa mitra
bicaranya tersebut
memiliki latar belakang
daerah dan bahasa yang
sama dengannya.
49. P1: Buat teman-teman yang
sudahgute tiketnya. Entah
di saya ataupun di heku
saja, kalo bisa nei
konfirmasi di kami
tiketing. Supaya kami
bisa data nama wahakae.
P2: Baik terimah kasih buat
teman-teman ticketing.
Kita lanjut ke perkap.
(8-12-2017)
Gute,
heku,ne
i,wahak
ae
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
Mitra bicara Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
asli atau bahasa adonara.
Hal tersebut dapat dilihat
pada kata gute (ambil),
heku (siapa), nei (dia),
wahakae (semua). Faktor
penyebab terjadinya
campur kode karena mitra
bicara. Dimana seorang
pembicara yang awalnya
menggunakan satu bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
pendengar dan pembicara.
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah membahas
mengenai tiketing terkait
dengan penjualan tiket dan
tanggung jawab dari masing-
masing anggota yang sudah
mengambil tiket. Hal tersebut
disampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
dapat melakukan campur
kode dengan bahasa lain
karena melihat bahwa mitra
bicaranya tersebut
memiliki latar belakang
daerah dan bahasa yang
sama dengannya.
50. P1: Baik terima kasih atas
kesempatan yang
diberikan. Untuk perkap
sendiri untuk keperluan
yang belum tinggal
HT,mic, sama lampu
halogen. Lampu halogen
disini dibutuhkan dua dan
satu set mic isinya dua.
Dan kita butuhkan disini
ada 5 mic. Saya masukan
sedikit buat teman panitia
semua, seperti yang sudah
dijelaskan oleh teman-
teman acara tadi
teknisnya nanti banyak.
Sedangkan dari perkap
sendirikan Cuma Ama
lake telo meha jadi
mungkin teman-teman
semua bisa ikut
membantu kami begitu.
Ama
lake telo
meha
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah membahas
mengenai seksi perlengkapan
terkait dengan perlengkapan
yang akan disediakan untuk
kegiatan seminar. Hal tersebut
di sampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Mitra bicara Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
asli atau bahasa adonara.
Hal tersebut dapat dilihat
pada frasaama lake telo
meha (laki-laki hanya tiga
orang saja). Faktor
penyebab terjadinya
campur kode karena mitra
bicara. Dimana seorang
pembicara yang awalnya
menggunakan satu bahasa
dapat melakukan campur
kode dengan bahasa lain
karena melihat bahwa mitra
bicaranya tersebut
memiliki latar belakang
daerah dan bahasa yang
sama dengannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
P2: Terima kasih dari teman-
teman perkap. Jadi untuk
sekarang kita fokusnya
cari Ht ,Mic dan lampu
halogen. Supaya pada
waktu pertemuan
berikutnya tu semuanya
sudah ada. Perkap ada
masukan?
(8-12-2017) 51. P1: Meja untuk pembicara
membutuhkan kain, jadi
mungkin ina wae atau
ama lake, yang nowing
noon ne bisa konfirmasi
biar kita pake itu saja.
P2: Tambahan buat perkap.
Untuk perkap kalau bisa
Tanya lagi di pengisi
acara. Itu mereka pake
alatnya mereka tapi apa
yang kurang itu coba
ditanyakan lagi. Biar bisa
di usahakan bersama.
P3: Iya, biar kita juga bisa
mempersiapkan dari
sekarang. Pantonim juga
kalo butuh apa-apa bisa
disampaikan ke perkap.
Begitu.
(8-12-2017)
Ina
wae,
ama
lake,
kwatek,
nowing
noon ne
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Partisipan yang
terlibat dalam percakapan
tersebut adalah mahasiswa
yang berasal dari adonara yang
hadir pada pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Mereka berganti
peran sebagai pendengar dan
pembicara. Tujuan dari
percakapan tersebut adalah
membahas mengenai seksi
perlengkapan terkait dengan
perlengkapan yang akan di
sediakan untuk kegiatan
seminar. Hal tersebut di
sampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Mitra bicara Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
asli atau bahasa adonara.
Hal tersebut dapat dilihat
pada frasa ina wae (saudari
perempuan), ama lake
(saudara laki-laki) dan
klausa nowing noon ne (
yang punya sarung itu).
Faktor penyebab terjadinya
campur kode karena mitra
bicara. Dimana seorang
pembicara yang awalnya
menggunakan satu bahasa
dapat melakukan campur
kode dengan bahasa lain
karena melihat bahwa mitra
bicaranya tersebut
memiliki latar belakang
daerah dan bahasa yang
sama dengannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
52. P1: Oke perkap pas, kita
lanjut untuk seksi
konsumsi, silakan.
P2: Terima kasih atas
kesempatan yang
diberikan. Kalau untuk
konsumsi masih sama
seperti yang minggu lalu,
hanya ada tambahan
snack untuk pemateri.
Untuk snackkan tidak
bisa makan didalam, jadi
mau minta pendapat
teman-teman snacknya di
bagi di awal atau di akhir?
(8-12-2017)
snack Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah membahas
mengenai seksi konsumsi
terkait dengan makanan ringan
yang akan di sajikan kepada
peserta dan pemateri seminar.
Hal tersebut di sampaikan
dengan santai menggunakan
ragam lisan pada situasi
informal.
Penggunaan
istilah yang
lebih populer
Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
asing atau bahasa inggris.
Hal tersebut dapat dilihat
padsa kata snack (makanan
kecil). Faktor penyebab
terjadinya campur kode
adalah penggunaan istilah
yang lebih populer.
Campur kode yang
dilakukan oleh pembicara
di karenakan kosakata
tersebut di nilai
mempunyai padanan yang
lebih populer.
53. P1: Bera esi jam sudah salah.
Jadi coba masukannya
teman-teman semua.
P2: Bagaimana teman-
teman?
P1: Jadi maunya pada saat
penutupan baru rae nekin
di kertas baru rekan di kos
atau bagaimana? Atau
Bera
esi,, rae
nekin
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Partisipan yang
terlibat dalam percakapan
tersebut adalah mahasiswa
yang berasal dari adonara yang
hadir pada pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Mereka berganti
Membangkit
kan rasa
humor
Kode yang digunakn
adalah kode dalam bahasa
asli atau bahasa adonara.
Hal tersebut dapt dilihat
pada frasa bera esi (cepat
sedikit) dan klausa rae
nekin (mereka simpan).
Faktor penyebab terjadinya
campur kode adalah
membangkitkan rasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
nekin di saku? (Sambil
tertawa)
(8-12-2017)
peran sebagai pendengar dan
pembicara. Tujuan dari
percakapan tersebut adalah
membahas mengenai tempat
duduk dan makanan ringan
bagi peserta seminar. Hal
tersebut di sampaikan dengan
santai menggunkan ragam
lisan pada situasi informal.
humor. Hal tersebut di
karenakan pembicaraingin
memecahkan kelusuhan
karena telah lama bertukar
pikiran.
54. P1: Kalau menurut goe bua
di loen saja. biar pakai
berdiri atau duduk saja.
tempatnya jugakan luas.
Jadi nanti bisa disediakan
kursi.
P2: Iya biar buanet ne tabe
deisaja. Kalau tidak itu,
tite tabe siapkan tikar
saja. Jadirae wahakae ne
rabe tobo.
(8-12-2017)
Goe bua
diloe,
buanet
ne tabe
dei, tite
tabe,
rae
wahaka
e ne
rabe
tobo.
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah membahas
mengenai tempat duduk dan
makanan ringan bagi peserta
seminar. Hal tersebut di
sampaikan dengan santai
menggunkan ragam lisan pada
situasi informal.
Pembicara
dan pribadi
pembicara
Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
asli atau bahasa adonara.
Hal tersebut dapat dilihat
pada pada klausa goe bua
diloe (saya makan
diluar),buanet ne tabe dei (
makan pakai duduk ), tite
tabe (kita duduk), rae
wahakae ne rabe tobo
(mereka semua itu pakai
duduk). Faktor penyebab
terjadinya alih kode adalah
pembicara dan pribadi
pembicara. Campur kode
yang dilakukan tersebut di
karenakan faktor kebiasaan
dan kesantaian.
55. P1: Moe tou ki baru ekan taa?
P2: Kalau untuk buanet ne
acaranya sendiri jadi biar
Tou ki,
ekan
taa,
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Pembicara
dan pribadi
pembicara
Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
asli atau bahasa adonara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
teman-teman dari seksi
acara yang arahkan saja.
(8-12-2017)
buanet
ne.
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah membahas
mengenai p1 yang
menginginkan p2
menyampaikan pendapatnya
terkait dengan susunan acara.
Hal tersebut di sampaikan
dengan santai menggunakan
ragam lisan pada situasi
informal.
Hal tersebut dapat dilihat
pada frasa moe tou ki
(kamu satu dulu), buanet
ne (makan) dan klausa
ekan taa (kita makan).
Faktor penyebab terjadinya
alih kode adalah pembicara
dan pribadi pembicara.
Campur kode yang
dilakukan tersebut di
karenakan faktor kebiasaan
dan kesantaian.
56. P1: Iya baik. Mungkin kalo
untuk makan ini, diwoho
juga bisa karena teras atau
balkonnya juga besar.
Jadi mungkin yang kita
fokuskan sekarang ini ne
soal waktu saja.
Karenasootnya, jangan
sampe ada yang buana
rologohuk dan ada yang
warikemudian pada saat
itu acara memang harus di
woho,
soot,
buana
rolo
gohuk,
wari,
hekat,
dione
ne.
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Pembicara
dan pribadi
pembicara
Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
asli atau bahasa adonara.
Hal tersebut dapat dilihat
pada kata woho (belakang),
soot (takut),wari
(belum),hekat (ganti)
dione (dalam), dan klausa
buana rolo gohuk (lebih
dulu makan). Faktor
penyebab terjadinya alih
kode adalah pembicara dan
pribadi pembicara. Campur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
mulai lagi.itu bagaimana
teman-teman.?
P2: Kalau memang seperti
itu kita tinggal majukan
atau kita hekat saja
waktunya itu. Jadi buat
akustikan nanti kita pake
di luar supaya dione
netetap seperti susunan
acara sebelumnya begitu.
(8-12-2017)
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah membahas
mengenai tempat makan untuk
peserta seminar dan pengisi
acara yang akan ditampilkan
pada kegiatan seminar.
kode yang dilakukan
tersebut di karenakan
faktor kebiasaan dan
kesantaian.
57. P1: Saya mungkin bisa kasih
solusinya ya. Saya pernah
ikut seminar yang
konteksnya sama tetapi
mereka seetingmakan
siangnya duluan. Jadi pas
datang peserta itu
langsung di persilakan
untuk makan. Diluar itu
nanti disediakan tempat
duduk, pas jeda itu
mereka Cuma disediakan
snack. Jadi mereka keluar
untuk snack setelah itu
mereka masuk lagi
kedalam begitu. Tapi kalo
snacknyadiakhir setelah
semuanya selesai baru
kalian kasihsnackitu juga
bisa.
P2: Itu juga baik.
(8-12-2017)
Seeting,
snack
Pihak yang terlibat dalam
tuturan tersebut adalah
pembicara dan pendengar.
Pembicara yang di maksud
adalah penutur dan pendengar
adalah mahasiswa adonara
yang hadir pada pertemuan
keluaraga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Bertempat di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
tuturan tersebut adalah
menyampaikan pendapat
terkait dengan tempat makan
untuk peserta seminar. Hal
tersebut di sampaikan dengan
santai menggunakan ragam
lisan pada situasi informal.
Penggunaan
istilah yang
lebih populer
Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
asing atau bahasa inggris.
Hal tersebut dapat dilihat
pada kata seeting (atur atau
mengatur) dan kata snack
(makanan ringan). Faktor
penyebab terjadinya
campur kode adalah
penggunaan istilah yang
lebih populer. Campur
kode yang dilakukan oleh
pembicara di karenakan
kosakata tersebut di nilai
mempunyai padanan yang
lebih populer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
58. P1: Mantap sekali solusinya.
Jadi mereka datang
registrasi habis langsung
makan. Makan habis
langsung masuk tidak
nongkrong diluar saja.
P2: Berarti kalau mereka
datang terlambat suruh
mereka makan dulu
begitu. No kamu makan
dulu (sambil tertawa).
P1: No goong kia (sambil
tertawa)
(8-12-2017)
No
goong
kia
no,no
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Kedua mahasiswa
yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Keduanya
berganti peran sebagai
pendengar dan pembicara.
Tujuan dari percakapan
tersebut adalah membahas
mengenai waktu makan siang
untuk peserta dan pemateri
pada kegiatan seminar. Hal
tersebut di sampaikan dengan
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Membangkit
kan rasa
humor
Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
asli atau bahasa adonara.
Hal tersebut dapat dilihat
pada kata no (panggilan
untuk anak laki-laki) dan
klausa no goong kia (no
makan dulu). Faktor
penyebab terjadinya
campur kode adalah
membangkitkan rasa
humor. Hal tersebut di
karenakan pembicaraingin
memecahkan kelusuhan
karena telah lama bertukar
pikiran.
59. P1: Maksudnya, solusi dari
ka grace itu. Sebelumnya
ra buana ki terus sekalian
alas sampai akhir rae
keluar baru
tineiwemakanan ringan
dengan sertifikat.
P2: Iya biar nanti pada saat
mereka keluar baru kita
kasih makanan ringan.
(8-12-2017)
Ra
buana
ki, rae,
ti neiwe
snack
Pihak yang terlibat dalam
tuturan tersebut adalah
pembicara dan pendengar.
Pembicara yang di maksud
adalah penutur dan pendengar
adalah mahasiswa adonara
yang hadir pada pertemuan
keluaraga mahasiswa adonara
Yogyakarta. Bertempat di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Tujuan dari
Mitra bicara Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
asli atau bahasa adonara.
Hal tersebut dapat dilihat
pada kata rae (mereka), dan
klausa ra buana ki (mereka
makan dulu), ti neiwe (kita
kasih). Faktor penyebab
terjadinya campur kode
karena mitra bicara.
Dimana seorang pembicara
yang awalnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
tuturan tersebut adalah
membahas mengenai makanan
dan sertifikat bagi peserta
seminar. Hal tersebut di
sampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
menggunakan satu bahasa
dapat melakukan campur
kode dengan bahasa lain
karena melihat bahwa mitra
bicaranya tersebut
memiliki latar belakang
daerah dan bahasa yang
sama dengannya. 60. P1: Besok KMAY akan
bertanding dalam
turnamen Flobamorata
jadi harap teman-teman
semua supaya besok bisa
hadir di lapangan.
Berikutnya mengenai
waktu dan tempatnya
yang akan dilaksanakan
di lapangan telaga futsal
tiga.
P2: Himbauan saja ne, kartu
kuning ne 30, kartu merah
ne 50. Jadi teman-teman
yang pergantian pemain
mio moi hala hati-hati esi
soalnya kartu kuning ne
30 jadi bahaya.
P1: Satu lagi yaitu uang
jaminan. Uang
jaminannya 100 teman-
teman.
(8-12-2017)
Ne, mio
moi
hala,
Percakapan tersebut terjadi di
sekretariat keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Partisipan yang
terlibat dalam percakapan
tersebut adalah mahasiswa
yang berasal dari adonara yang
hadir pada pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Mereka berganti
peran sebagai pendengar dan
pembicara. Tujuan dari
percakapan tersebut adalah
membahas mengenai aturan
dari pertandingan futsal yang
di selenggarakan oleh
flobamorata. Hal tersebut di
sampaikan dengan santai pada
situasi informal.
Mitra bicara Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
asli atau bahasa adonara.
Hal tersebut dapat dilihat
pada kata ne (itu) dan
klausa mio moi hala
(kalian tidak tahu). Faktor
penyebab terjadinya
campur kode karena mitra
bicara. Dimana seorang
pembicara yang awalnya
menggunakan satu bahasa
dapat melakukan campur
kode dengan bahasa lain
karena melihat bahwa mitra
bicaranya tersebut
memiliki latar belakang
daerah dan bahasa yang
sama dengannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
61. P1: Mulai jam pira?
P2: Besok pertandingan
pertamanya kita jam
11:00-11:30, main kedua
jam 4:30- jam 5:00 dan
main ketiga jam 6:00- jam
6:30.
P3: Berarti stamina neharus
kuat.
(8-12-2017)
Pira, ne Percakapan tersebut terjadi di
secretariat keluarga mahasiswa
adonara Yogyakarta.
Partisipan yang terlibat dalam
percakapan tersebut adalah
mahasiswa yang berasal dari
adonara yang hadir pada
pertemuan keluarga
mahasiswa adonara
Yogyakarta. Mereka berganti
peran sebagai pendengar dan
pembicara. Tujuan dari
percakapan tersebut adalah
membahas mengenai jadwal
pertandingan dari keluarga
mahasiswa adonara yang juga
mengambil bagian sebagai
peserta dalam turnamen futsal
yang di selenggarakan oleh
flobamorata. Hal tersebut di
sampaikan dengan santai
menggunakan ragam lisan
pada situasi informal.
Pembicara
dan pribadi
pembicara
Kode yang digunakan
adalah kode dalam bahasa
asli atau bahasa adonara.
Hal tersebut dapat dilihat
pada kata pira (berapa), ne
(ini). Faktor penyebab
terjadinya campur kode
adalah pembicara dan
pribadi pembicara. Campur
kode yang dilakukan
tersebut di karenakan
faktor kebiasaan dan
kesantaian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI