BUPATI KOTABARU
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU
NOMOR 10 TAHUN 2013
TENTANG
PENYELENGGARAAN PELAYANAN PEMAKAMAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KOTABARU,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Jo. Pasal 10huruf k Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan UntukKepentingan Umum, Pemerintah Daerah menjamintersedianya tanah untuk kepentingan umum yangdigunakan untuk pembangunan tempat pemakamanumum Pemerintah Daerah, perlu menetapkanPeraturan Daerah;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a perlu menetapkanPeraturan Daerah tentang PenyelenggaraanPelayanan Pemakaman;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar NegeraRepublik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentangPenetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II diKalimantan sebagai Undang-Undang (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 1820);
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentangPeraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 2043);
-2-
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 TentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 125, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhirdengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008tentang Perubahan Kedua Atas Undang-UndangNomor 32 Tahun 2004 Tentang PemerintahanDaerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4844);
5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentangPenataan Ruang (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2007 Nomor 68, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentangPajak Daerah dan Retribusi Daerah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor130, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5049);
7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentangKesehatan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 144, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5063);
8. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentangCagar Budaya (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2010 Nomor 130, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168);
9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentangPembentukan Peraturan Perundang-undangan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5234);
10.Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentangPengadaan Tanah Bagi Pembangunan UntukKepentingan Umum (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2012 Nomor 22, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5280);
11.Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1987 tentangPenyediaan dan Penggunaan Tanah UntukKeperluan Tempat Pemakaman (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1987 Nomor 15,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3350);
12.Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005tentang Pedoman Pembinaan dan PengawasanPenyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4593);
-3-
13.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antaraPemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi danPemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4737);
14.Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007tentang Organisasi Perangkat Daerah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4741);
15.Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2009tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5004);
16.Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5103);
17.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011Nomor 694);
18.Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 05Tahun 1991 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil diLingkungan Pemerintah Dati II Kotabaru (LembaranDaerah Kabupaten Kotabaru Dati II Kotabaru Tahun1991 Nomor 02 Seri C)
19.Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 19Tahun 2007 Urusan Pemerintahan yang MenjadiKewenangan Pemerintahan Daerah KabupatenKotabaru (Lembaran Daerah Kabupaten KotabaruTahun 2007 Nomor 19);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KOTABARU
dan
BUPATI KOTABARU
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAANPELAYANAN PEMAKAMAN.
-4-
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Kotabaru.
2. Bupati adalah Bupati Kotabaru.
3. Pemerintah Daerah adalah Bupati besertaperangkat daerah sebagai unsur penyelenggarapemerintahan daerah.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yangselanjutnya disingkat DPRD adalah DewanPerwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kotabaru.
5. Pejabat adalah Kepala Instansi Daerah yangditunjuk oleh Bupati untuk bertugas danbertanggungjawab mengurus pelayanan tempatpemakaman umum termasuk jenis-jenis pelayananlainnya yang berkaitan dengan pengurusanjenazah.
6. Pemakaman adalah proses penempatan jenazahpada tempat peristirahatan terakhir sebagaimanaketentuan agama dan kepercayaan yang dianutoleh yang meninggal dunia.
7. Krematorium adalah tempat pembakaran jenazahdan/atau kerangka jenazah.
8. Tempat Pemakaman Umum adalah areal tanahyang disediakan untuk keperluan pemakamanjenazah bagi setiap orang tanpa membedakanagama dan golongan, yang pengelolaan danpengaturannya dilakukan oleh Pemerintah Daerahatau Pemerintah Desa.
9. Tempat Pemakaman Bukan Umum adalah arealtanah yang disediakan untuk keperluanpemakaman jenazah yang pengelolaannyadilakukan oleh badan sosial dan/atau badankeagamaan.
10. Tempat Pemakaman Khusus adalah areal tanahyang digunakan untuk tempat pemakaman yangkarena faktor sejarah dan faktor kebudayaanmempunyai arti khusus.
11. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnyadisingkat SKPD adalah SKPD yang lingkup tugasdan tanggungjawabnya ditetapkan oleh Bupatimeliputi penyelenggaraan pelayanan pemakamanumum daerah.
-5-
BAB II
PEMAKAMAN
Pasal 2
Setiap orang yang meninggal dunia dalam daerah harusdimakamkan ditempat pemakaman atau diabukanditempat pengabuan sesuai dengan ketentuan agamaatau kepercayaan yang dianutnya.
BAB III
PELAYANAN PEMAKAMAN
Bagian Kesatu
Penyelenggara
Pasal 3
Penyelenggaraan pelayanan pemakaman di daerahdapat dilakukan oleh :
a. Pemerintah Daerah melalui SKPD;
b. Orang atau badan.
Bagian Kedua
Jenis Pelayanan Pemakaman
Pasal 4
Jenis pelayanan pemakaman meliputi :
a. penitipan mayat;
b. penyediaan tanah makam;
c. pengangkutan jenazah/penyediaan mobil jenazah;
d. pelaksanaan pemakaman;
e. pemeliharaan kebersihan lingkungan makam;
f. penggalian dan pengurugan tanah makam; dan
g. pemindahan/pembongkaran makam/pusara.
BAB IV
TEMPAT PEMAKAMAN
Pasal 5
(1) Tempat pemakaman di daerah meliputi :
a. tempat pemakaman umum ;
b. tempat pemakaman khusus;
c. tempat pemakaman bukan umum; dan
d. tempat pemakaman milik keluarga.
-6-
(2) Tempat pemakaman merupakan bagian dari RuangTerbuka Hijau (RTH) daerah.
(3) Setiap lokasi tempat pemakaman sebagaimanadimaksud pada ayat (2) wajib melaksanakanprogram rumputisasi.
BAB V
PERIZINAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 6
(1) Setiap orang atau badan yang menyelenggarankanpelayanan pemakaman atau pengabuan mayat didaerah wajib memiliki izin baik yang tidakdiusahakan maupun yang diusahakan
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diterbitkan oleh SKPD.
(3) Izin yang tidak diusahakan sebagaimanadimaksud pada ayat (1), meliputi :
a. Izin penyediaan sarana angkutan danpenyediaan peralatan untuk jenazah;
b. Izin RTH Tempat/Taman Pemakaman BukanUmum (RTHTPBU).
(4) Izin yang diusahakan sebagaimana padadimaksud pada ayat (1), meliputi :
a. Izin usaha penitipan mayat;
b. Izin usaha penyediaan sarana angkutan danpenyediaan peralatan untuk jenazah;
c. Izin usaha RTH Tempat/Taman PemakamanBukan Umum (RTHTPBU); dan
d. Izin usaha kremasi jenazah atau pengabuanJenazah.
(5) Pemohon wajib memberi keterangan terhadappenyelenggaran pelayanan berdasarkan agamaatau kepercayaan yang diakui keberadaannya diIndonesia.
(6) Izin yang telah diberikan kepada pemohon tidakdapat dipindahtangankan kepada pihak lainnyakecuali mengajukan permohonan baru.
-7-
Bagian Kedua
Syarat Perizinan
Pasal 7
(1) Untuk mendapatkan izin setiap orang atau badanwajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. untuk penyediaan sarana angkutan danpenyediaan peralatan jenazah :
1. Memiliki mobil angkutan yang dirancangkhusus untuk angkutan jenazah dan laikdigunakan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan tentangkelaikan kenderaan bermotor;
2. Memiliki alat angkut jenazah (tandu) ataupeti mati; dan
3. Hal-hal lainnya yang diperlukan untukmendukung kegiatan.
b. untuk taman pemakaman bukan umum :
1. Surat Keterangan yang sah terhadapkepemilikan area yang dijadikan tempatpemakaman;
2. Gambar/denah lokasi pemakaman dalambentuk petak-petak yang menunjukkanperuntukkan area;
3. Surat Pernyataan akan mematuhi segalaketentuan yang dikeluarkan oleh PemerintahDaerah yang tidak bertentangan denganperaturan perundang-undangan yangberlaku; dan
4. Hal-hal lainnya yang diperlukan untukmendukung kegiatan.
(2) Untuk mendapatkan izin usaha setiap orang ataubadan wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. untuk penitipan mayat :
1. Surat Keterangan Domisili usaha;
2. Surat Keterangan Tempat Usaha;
3. Memiliki bangunan/ruangan khusus untukpenyimpanan mayat;
4. Memiliki Kotak Pendingin untuk menyimpanmayat;
5. Memiliki tenaga ahli yang berkaitan denganpemeliharaan mayat atau pelaksanaanpenyiapan mayat untuk dimakamkan sesuaidengan jenis usaha pelayanan pada agamadan kepercayaan yang diselenggarakan; dan
6. Hal-hal lainnya yang diperlukan untukmendukung usaha.
-8-
b. untuk penyediaan sarana angkutan danpenyediaan peralatan jenazah :
1. Surat Keterangan Domisili usaha;
2. Surat Keterangan Tempat Usaha;
3. Memiliki mobil angkutan yang dirancangkhusus untuk angkutan jenazah dan laikdigunakan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan tentangkelaikan kenderaan bermotor;
4. Memiliki alat angkut jenazah (tandu) ataupeti mati; dan
5. Hal-hal lainnya yang diperlukan untukmendukung usaha.
c. untuk taman pemakaman bukan umum :
1. Surat Keterangan Domisili usaha;
2. Surat Keterangan Tempat Usaha;
3. Akta Kepengurusan Usaha;
4. Surat Keterangan yang sah terhadapkepemilikan area yang dijadikan tempatpemakaman;
5. Gambar/denah lokasi pemakaman dalambentuk petak-petak yang menunjukkanperuntukkan area;
6. Surat Pernyataan akan mematuhi segalaketentuan yang dikeluarkan oleh PemerintahDaerah yang tidak bertentangan denganperaturan perundang-undangan yangberlaku; dan
7. Hal-hal lainnya yang diperlukan untukmendukung usaha.
d. untuk krematorium/tempat pengabuan jenazah:
1. Surat Keterangan Domisili usaha;
2. Surat Keterangan Tempat Usaha;
3. Akta Kepengurusan Usaha;
4. Surat Keterangan yang sah terhadapkepemilikan area yang dijadikan tempatkrematorium atau tempat pembakaranjenazah untuk diabukan;
5. Gambar/denah lokasi krematorium dantempat penyimpanan abu jenazah;
6. Surat Pernyataan akan mematuhi segalaketentuan yang dikeluarkan oleh PemerintahDaerah yang tidak bertentangan denganperaturan perundang-undangan yangberlaku; dan
-9-
7. Hal-hal lainnya yang diperlukan untukmendukung usaha.
(3) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat(2) dapat diberikan secara keseluruhan atausebagian, sesuai dengan permohonan yangdiajukan.
Pasal 8
Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)hanya dapat diberikan apabila tidak bertentangandengan Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah danmendapat persetujuan dari masyarakat setempat.
Bagian Ketiga
Masa Berlaku Izin
Pasal 9
(1) Izin sarana angkutan jenazah dan penyediaanpelatan jenazah berlaku selama 5 (lima) tahun dansesudahnya dapat diperpanjang.
(2) Izin usaha penitipan mayat, usaha angkutan jenazahdan tempat krematorium dan tempat penyimpananabu jenazah, berlaku selama 5 (lima) tahun dansesudahnya dapat diperpanjang.
(3) Izin Taman Pemakaman Bukan Umum yang tidakdiusahakan dan yang diusahakan berlaku selamadiselenggarakan dan wajib memberikan laporantahunan atas jumlah dan kapasitas area yang sudahdigunakan serta data orang yang dimakamkanbeserta risalah keluarganya.
Pasal 10
Dalam hal area Taman Pemakaman Bukan Umumsudah penuh dan tidak dapat lagi menambah jumlahuntuk pemakaman jenazah, izin sebagaimana dimaksuddalam Pasal 6 ayat (4) huruf c dialihkan menjadi bentukizin pengelolaan taman makam bukan umum.
Bagian Keempat
Tata Cara Permohonan Izin
Pasal 11
Tata Cara permohonan izin di bidang pelayananpemakaman diatur dengan Peraturan Bupati.
-10-
Bagian Kelima
Sanksi
Pasal 12
(1) Setiap orang atau badan yang tidak melaksanakansebagaimana ketentuan dalam Pasal 5 ayat (3) danPasal 9 dikenakan sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud padaayat (1) berupa :
a. peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali;
b. penghentian kegiatan untuk sementara;
c. penutupan lokasi; dan
d. pencabutan izin.
Bagian Keenam
Pembinaan dan Pengawasan
Pasal 13
Pembinaan dan pengawasan terhadap perizinansebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) dan ayat(4) dilakukan oleh SKPD.
BAB VI
TEMPAT PEMAKAMAN UMUM
Bagian Kesatu
Penyedian Area Pemakaman Umum
Pasal 14
Pemerintah daerah menyediakan tanah tempatpemakaman umum (TPU) daerah.
Pasal 15
(1) Untuk efektivitas dan efisiensi lahan TPU, pemerintahdaerah membentuk TPU Terpadu.
(2) TPU Terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diperuntukkan bagi semua pemeluk agama termasukkepercayaan yang diakui keberadaannya diIndonesia.
(3) Lokasi TPU Terpadu, areanya berada dalam satukawasan.
(4) Pembagian TPU Terpadu, dilakukan secara adilberdasarkan rasio perbandingan data jumlahpenduduk dan jumlah pemeluk agama di daerahterhadap luasan area yang tersedia.
-11-
Bagian Kedua
Penggolongan TPU
Pasal 16
TPU digolongkan, sebagai berikut :
a. TPU Islam untuk memakamkan orang-orang yangpada saat meninggal dunia beragama Islam;
b. TPU Kristen Protestan untuk memakamkan orang-orang yang pada saat meninggal dunia beragamaKristen Protestan;
c. TPU Kristen Katolik untuk memakamkan orang-orang yang pada saat meninggal dunia beragamaKristen Katolik;
d. TPU Hindu untuk memakamkan orang-orang yangpada saat meninggal dunia beragama Hindu;
e. TPU Budha untuk memakamkan orang-orang yangpada saat meninggal dunia beragama Budha; dan
f. TPU Aliran Kepercayaan yang diakui keberadaannyauntuk memakamkan orang-orang yang pada saatmeninggal dunia memeluk kepercayaan yang diakuikeberadaannya di Indonesia.
Bagian Ketiga
Pengukuhan Tempat Pemakaman Umum
Pasal 17
Bupati mengukuhkan lokasi tanah tempat pemakamanumum daerah melalui proses:
a. penunjukkan lokasi;
b. penetapan lokasi.
Pasal 18
Dalam melakukan penunjukan dan penetapansebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 16 harusberdasarkan pada Rencana Pembangunan Daerah,dan/atau Rencana Tata Kota, dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a. tidak berada dalam wilayah yang padatpenduduknya;
b. menghindari penggunaan tanah yang subur;
c. memperhatikan keserasian dan keselarasanlingkungan hidup;
-12-
d. mencegah pengrusakan tanah dan lingkungan hidup;dan
e. mencegah penyalahgunaan tanah yang berlebih-lebihan.
Pasal 19
(1) Penetapan lokasi melalui persetujuan DPRD.
(2) Penetapan lokasi yang telah disetujui DPRD,dikoordinasikan kepada Gubernur.
Bagian Keempat
Bentuk, Ukuran, Jarak dan Keterangan Makam
Pasal 20
(1) Ukuran luas tanah makam untuk orang yang akandimakamkan :
a. orang yang meninggal berusia dibawah 5 (lima)tahun maksimal ukuran 100 x 50 cm (seratuskali limapuluh centimeter), dengan kedalamansekurang-kurangnya 100 cm (seratuscentimeter) dari permukaan tanah;
b. orang yang meninggal berusia diatas 5 (lima)tahun maksimal ukuran 200 x 100 cm (duaratus kali seratus centimeter), dengankedalaman sekurang-kurangnya 150 cm(seratus lima puluh centimeter) dari permukaantanah.
(2) Tanah makam berbentuk persegi panjang dengantinggi timbunan tanah makam 10 cm (sepuluhcentimeter) dari permukaan tanah dan ditanamirumput.
(3) Jarak antara petak makam adalah 40 cm (empatpuluh centimeter).
(4) Tiap petak makam diberi batu nisan yangbertuliskan :
a. Nama dan bin/binti atau sebutan lain bagi nonmuslim;
b. Tanggal lahir; dan
c. Tanggal meninggal.
(5) Tiap petak makam berdasarkan denah lokasi dantempat setiap deretnya diberikan petunjuk lokasiyang bertuliskan Blok dan Nomor petak.
(6) Untuk pemakaman warga Tionghoa diperkenankandalam bentuk bangunan arsitektur yangdiyakininya memiliki nilai penghormatan.
-13-
Pasal 21
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20berlaku pula secara mutatis mutandis terhadap TempatPemakaman Khusus, Bukan Umum dan Milik Keluarga.
Bagian Kelima
Penataan Makam
Pasal 22
(1) Tata letak/arah pemakaman berdasarkan padahukum agama kecuali tidak ditentukan.
(2) Penggunaan tanah makam diarahkan berdasarkanpembagian wilayah pemakaman dilaksanakansecara deret.
(3) Pihak keluarga yang dimakamkan hanyadiperkenankan meminta maksimal 2 (dua) deretberurutan untuk orang tuanya secara bersama-sama pada satu area kecuali pada saat bersamaansatu keluarga atau dalam sebuah keluarga yangmeninggal dunia lebih dari 2 (dua) orang.
(4) Untuk permintaan khusus 2 (dua) deret bagi keduaorang tuanya yang salah satunya masih hidup,dikenakan retribusi sebagaimana diatur dalamPeraturan Daerah tentang Retribusi PelayananPemakaman.
Bagian Keenam
Aksesibilitas, Pemeliharaan dan Keamanan TPU
Pasal 23
Pemerintah Daerah wajib memberikan kemudahanmencapai lokasi TPU berupa akses jalan yang baikbeserta sarana lainnya yang dibutuhkan oleh peziarah.
Pasal 24
Pemeliharaan TPU dilakukan oleh SKPD.
Pasal 25
(1) Untuk keamanan lokasi pejabat berkewajibanmelakukan koordinasi dengan pihak Kepolisian didaerah.
(2) Pemerintah Daerah wajib menempatkan oranguntuk bekerja sebagai penunggu area TPU danpetugas pemeliharaan TPU yang sekaligus menjagakeamanan lokasi dengan jumlah yang sebandingdengan luasan area TPU.
-14-
Pasal 26
(1) TPU dibuka untuk pelaksanaan pemakaman ataupeziarah antara pukul 07.00 WITA sampai denganpukul 18.00 WITA.
(2) Waktu pemakaman diluar dari ketentuansebagaimana dimaksud pada ayat (1) harusmendapat izin dari Pejabat.
Bagian Ketujuh
Hak Atas Tanah Pemakaman
Pasal 27
(1) Hak atas tanah pemakaman umum adalah hakpakai.
(2) Hak pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)mengacu pada Peraturan Perundang-undang tentangAgraria.
BAB VII
TEMPAT PEMAKAMAN KHUSUS
Pasal 28
(1) Bupati dapat menetapkan tempat pemakamankhusus.
(2) Tempat pemakaman khusus merupakan bagiandari TPU.
(3) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)berdasarkan pertimbangan :
a. latar belakang sejarah;
b. kebudayaan; atau
c. mempunyai arti khusus bagi daerah.
BAB VIII
KREMATORIUM DAN TEMPATPENYIMPANAN ABU JENAZAH
Pasal 29
(1) Bupati menetapkan lokasi untuk krematorium danatau tempat penyimpanan abu jenazah sesuaidengan rencana umum tata ruang kota.
(2) Tempat penyimpanan abu jenazah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dibangun dilingkungankrematorium.
-15-
BAB IX
TEMPAT PEMAKAMAN MILIK KELUARGA
Pasal 30
(1) Setiap orang yang memiliki tanah berhakmemperuntukkannya untuk tempat pemakamankeluarga, kecuali :
a. berada dalam kawasan yang padatpenduduknya;
b. berada disamping jalan umum pada kawasankota.
(2) Dalam hal berada di dalam sebuah gang/komplek/atau perkampungan wajib mendapatkanpersetujuan dari warga setempat.
Pasal 31
Pemakaman milik keluarga pemeliharaanya merupakantanggung jawab keluarga tersebut.
Pasal 32
Tempat pemakaman milik keluarga berupa makam rajadan keluarganya yang telah ada sebelum peraturandaerah ini pemeliharaannya menjadi tanggung jawabkeluarga atau zuriatnya dan Pemerintah Daerah.
BAB X
ALIH FUNGSI LOKASI PEMAKAMAN
Pasal 33
(1) Bupati dengan persetujuan DPRD dapatmenetapkan perubahan peruntukkan tanahtempat pemakaman sebagaimana dimaksud dalamPasal 5 ayat (1) dengan memperhatikan padatatanan nilai-nilai keagamaan dan kehidupansosial masyarakat termasuk tempat krematoriumbeserta tempat penyimpanan abu jenazah.
(2) Perubahan peruntukkan tanah tempat makamsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukandalam hal :
a. untuk kepentingan umum; dan/atau
b. menyesuaikan dengan Rencana Tata RuangWilayah (RTRW) dan Rencana Detail Tata RuangKabupaten (RDTRK).
(3) Pemindahan tempat pemakaman dilaksanakanoleh Pejabat yang ditunjuk oleh Bupati besertaDinas/Badan/Kantor terkait yang membantupelaksanaannya.
-16-
Pasal 34
(1) Alih fungsi lokasi berupa perubahan peruntukkantanah yang telah digunakan untuk tempatpemakaman wajib diberitahukan kepada ahli warisdan pihak yang bertanggungjawab ataspenyelenggaraan tempat pemakaman.
(2) Dalam hal ahli waris atau penyelenggara tempatpemakaman bukan umum tidak memiliki tanahselain tempat pemakaman asal berupa milikkeluarga atau tempat pemakaman bukan umumyang dimiliki oleh perorangan atau badan,Pemerintah Daerah wajib menyediakan lokasipemakaman umum sebagai tempat untukpemindahan.
(3) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dilakukan 3 (tiga) bulan sebelum pelaksanaan.
Pasal 35
Biaya untuk pelaksanaan pemindahan makam menjaditanggungjawab Pemerintah Daerah, kecuali prosesiritual keagamaan yang dilakukan oleh ahli waris diluartanggungan Pemerintah Daerah.
Pasal 36
(1) Dalam hal pihak ahli waris atau penanggungjawabpenyelenggaraan pemakaman bukan umum tidakdiketahui, wajib diumumkan secara terbukamelalui papan pengumuman resmi, media lokal danpemberitahuan melalui lembaga-lembagakeagamaan di daerah.
(2) Dalam jangka waktu 30 (tigapuluh) hari kalendersetelah diumumkan tidak juga ada ahli waris ataupenanggungjawab lokasi yang menghubungiPejabat yang ditunjuk, Pemerintah Daerahmelaksanakan pemindahan berdasarkan SuratPerintah Bupati.
BAB XI
PELAPORAN DAN KETERANGAN KEMATIAN
Bagian Kesatu
Pelaporan
Pasal 37
Setiap orang yang meninggal dunia yang merupakanwarga daerah harus dilaporkan kepada Dinas yanglingkup tugas dan tanggungjawabnya meliputikepengurusan data kependudukan daerah melaluiKepala Desa/Lurah setempat.
-17-
Pasal 38
Dalam hal orang yang meninggal dunia bukan wargadaerah harus dilaporkan kepada Kepala Desa/Lurahsetempat untuk diketahui dan diberikan bantuan untukmemberitahukan kepada pihak keluarganya melaluiaparat yang berwajib.
Pasal 39
Jenazah yang akan dibawa keluar Daerah harusdilaporkan oleh ahli warisnya ataupenanggungjawabnya kepada Pejabat yang ditunjuk,dengan melengkapi surat pemeriksaan jenazah dariInstansi Daerah yang lingkup tugas dantanggungjawabnya meliputi bidang pelayanankesehatan.
Bagian Kedua
Keterangan Kematian
Pasal 40
(1) Setiap orang yang meninggal dunia dan akandimakamkan dalam daerah harus diketahui olehKepala Desa/Lurah setempat.
(2) Kepala Desa/lurah setempat yang sudahmengetahui adanya warga yang meninggal duniamelakukan pengecekkan kelapangan danmengeluarkan surat keterangan kematian.
(3) Surat keterangan kematian sebagaimana dimaksudpada ayat (2) dapat pula dikeluarkan olehPuskesmas atau Rumah Sakit atas pemeriksaanorang yang dinyatakan telah meninggal.
Pasal 41
(1) Dalam hal jenazah akan dimakamkan pada TPUDaerah, pihak keluarga atau penanggungjawabnyamelalui Kepala Desa/Lurah mengurus permohonanuntuk menggunakan TPU.
(2) Dalam hal waktu yang tidak dimungkinkan untukpengurusan permohonan penggunaan TPU padapejabat yang bersangkutan, Kepala Desa/Lurahdapat memberikan jaminan pengurusan.
(3) Jaminan pengurusan oleh Kepala Desa/Lurahwajib diselesaikan dalam waktu 1 (satu) minggukepada SKPD.
-18-
Pasal 42
(1) Kepala Desa/Lurah atau petugas dilarangmemungut biaya atas pelaporan dan pelayananpenerbitan Surat Kematian dan harus segeramelaksanakan dengan mengecek subjek yang akandiberikan Surat Kematian.
(2) Pemerintah Daerah dengan memperhatikan padakemampuan keuangan daerah dapatmenganggarkan biaya insentif bagi pelayanansebagaimana dimaksud pada ayat (1) baik dalamAPBD atau Penerimaan Daerah lainnya yang sah.
(3) Pemerintah Desa atau Kelurahan dapatmenganggarkan biaya pelayanan melalui usulanAPBD.
(4) Besaran biaya yang dapat diberikan untukpelayanan penerbitan Surat Kematian danoperasional lainnya terhadap 1 (satu) orang wargayang meninggal ditetapkan dengan PeraturanBupati.
BAB XII
TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMAKAMAN
Pasal 43
(1) Pengangkutan jenazah harus dilakukan oleh mobiljenazah Pemerintah Daerah atau milik peroranganatau badan yang memiliki izin dari PemerintahDaerah, kecuali jarak antara rumah jenazahdengan tempat pemakaman tidak lebih dari 500 m(lima ratus meter).
(2) Setiap jenazah yang dibawa ketempat pemakamanditempatkan dalam keranda tertutup lembar kainatau peti mati yang dapat diusung.
BAB XIII
PENUNDAAN PEMAKAMAN
Pasal 44
(1) Penundaan pemakaman dapat dilakukan atasdasar keinginan para ahli waris ataupenanggungjawab untuk ditempatkan pada rumahduka.
(2) Penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan untuk menunggu keluarga terdekatjenazah yang berada ditempat jauh yang dapatdiperhitungkan waktu kedatangannya.
-19-
(3) Apabila penundaan pemakaman memerlukanwaktu yang cukup lama, jenazah harus dititipkanditempat penitipan mayat atau setidak-tidaknyaditempatkan dalam sebuah peti jenazah yangtertutup rapat.
BAB XIV
PEMBONGKARAN DAN PEMINDAHAN MAKAM/PUSARA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 45
Pembongkaran dan pemindahan makam/pusara harusberdasarkan izin dari Pejabat.
Bagian Kedua
Waktu Pelaksanaan
Pasal 46
(1) Waktu pekerjaan pembongkaran dan pemindahanmakam/pusara dilakukan antara pukul 08.00WITA sampai dengan Pukul 16.00 WITA.
(2) Dalam hal pekerjaan sebagaimana dimaksud padaayat (1) berada di TPU dan melebihi dari waktuyang ditentukan harus berdasarkan persetujuandari Pejabat SKPD.
(2) Apabila pembongkaran dan pemindahanmakam/pusara dilakukan secara masal untuk satuarea pemakaman lokasi wajib ditutup daripenglihatan massa.
Pasal 47
(1) Pembongkaran makam/pusara untuk kepentinganpenyidikan dapat dilakukan atas permintaanpejabat yang berwenang kepada ahli warisnya.
(2) Pembongkaran makam/pusara untuk kepentinganpenyidikan harus berdasarkan surat perintah dariPejabat Kepolisian yang dikoordinasikan denganPejabat.
Pasal 48
Pembongkaran dan atau pemindahan makam/pusarayang sejak pelaksanaan pemakaman jenazah belummencapai diatas waktu 6 (enam) bulan hanya bolehdihadiri oleh ahli waris atau keluarga jenazah sertaaparat/petugas yang berwenang.
-20-
BAB XV
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 49
Bupati melakukan pembinaan atas penyelenggaraanpelayanan pemakaman di daerah.
Pasal 50
Untuk melaksanakan pengawasan terhadappelaksanaan Peraturan Daerah ini ditugaskan kepadaPejabat atau kepada Pihak lain yang ditunjuk olehBupati.
Pasal 51
(1) Disamping pemerintah daerah, pengawasan jugadilakukan oleh masyarakat dalam bentuk peranmasyarakat dalam penyelenggaraan pemakaman,terdiri dari:
a. memantau dan menjaga ketertibanpenyelenggaraan;
b. memberi masukan kepada pemerintah dan/ataupemerintah daerah dalam penyempurnaanperaturan, pedoman, dan standar teknis dibidang penyelenggaraan pemakaman;
c. menyampaikan pendapat dan pertimbangankepada instansi yang berwenang terhadapkegiatan penyelenggaraan yang menimbulkandampak penting terhadap lingkungan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai peran masyarakatdalam penyelenggaraan tempat pemakamanmengikuti ketentuan dan peraturan perundang-undangan.
BAB XVI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 52
(1) Setiap orang atau badan yang melakukan :
a. pemakaman diluar dari lokasi pemakamansebagaimana ditentukan dalam PeraturanDaerah ini;
b. menggunakan lokasi pemakaman yang telahditetapkan atau diberikan izin oleh Pejabatsebagai tempat pemakaman untuk peruntukkanlainnya; dan
-21-
c. mendirikan pagar berupa tembok pada areaTPU,
dipidana dengan pidana penjara maksimal 3 (tiga)bulan dan denda maksimal 50 (lima puluh) jutarupiah.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat(1) adalah pelanggaran.
Pasal 53
(1) Setiap orang atau badan yang melakukan :
a. penggalian/pembongkaran makam tanpa seizindari Ahli Waris dan Pejabat diluar ketentuanuntuk upaya penyidikan;
b. pencurian jenazah termasuk bagian dari tubuhjenazah atau alat perlengkapan jenazah atausarana dan prasarana pemakaman;
c. /menduduki lokasi pemakaman tanpa hak,mendirikan bangunan atau kegiatan lainnyayang sejenis;
d. pembuangan/mengalirkan air limbah atausampah pada area pemakaman;
e. acara ritual mistik atau diluar ketentuan agamapada area pemakaman;
f. pemujaan/menjadikan makam sebagai tempatpenyembahan; dan
g. merusak, mengotori, menuliskan kata-kata/menggambar dan atau perbuatan sejenislainnya terhadap makam,
dipidana berdasarkan ketentuan Undang-UndangHukum Pidana yang berlaku.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)adalah tindak pidana umum.
BAB XVII
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 54
(1) Selain oleh Pejabat Penyidik Umum, Penyidikanatas tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerahini dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil(PPNS) di lingkungan Pemerintah Daerah yangpengangkatannya sesuai dengan PeraturanPerundang-Undangan.
-22-
(2) Dalam melakukan Tugas Penyidikan, PenyidikPegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud ayat (1)berwenang :
a. menerima laporan atau pengaduan dariseseorang adanya tindak pidana pelanggaran;
b. melakukan tindakan pertama pada kejadian danmelakukan pemeriksaan; saat itu ditempat
c. menyuruh berhenti seseorang tersangka danmemeriksa tanda pengenal diri tersangka;
d. melakukan penyitaan benda dan/atau surat;
e. memanggil seseorang untuk didengar dandiperiksa sebagai tersangka atau saksi;
f. mendatangkan orang ahli yang dipergunakandalam hubungannya dengan pemeriksaanperkara; dan
g. mengadakan penghentian penyidikan setelahmendapat petunjuk dari Penyidik bahwa tidakterdapat bukti atau peristiwa tersebut bukanmerupakan tindak pidana dan selanjutnyamelalui penyidik memberitahukan hal tersebutkepada penuntut umum, tersangka dankeluarganya.
BAB XVIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 55
(1) Peraturan pelaksanaan dari peraturan daerah iniharus telah ditetapkan dalam waktu 1 (satu) tahunsejak diberlakukan Peraturan Daerah ini.
(2) Izin yang telah diberikan sebelum diberlakukanPeraturan Daerah ini dinyatakan masih tetapberlaku dan wajib disesuaikan apabila telahberakhir masa berlakunya kecuali ditentukan tidakberbatas masa waktu wajib disesuaikan denganketentuan Peraturan Daerah ini.
BAB XIX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 56
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah inisepanjang mengenai pelaksanaannya ditetapkandengan Peraturan Bupati.
-23-
Pasal 57
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggaldiundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Daerah ini denganpenempatannya dalam Lembaran Daerah KabupatenKotabaru.
Ditetapkan di Kotabarupada tanggal 26 Maret 2013
BUPATI KOTABARU,
ttd
H. IRHAMI RIDJANI
Diundangkan di Kotabarupada tanggal 26 Maret 2013
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KOTABARU,
ttd
H. SURIANSYAH
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTABARUTAHUN 2013 NOMOR 10
PENJELASANATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARUNOMOR 10 TAHUN 2013
TENTANG
PENYELENGGARAAN PELAYANAN PEMAKAMAN
I. UMUM
Penyelenggaraan pelayanan pemakaman yang dikelola secara benardan teratur sesuai dengan kebutuhan masyarakat sangat diperlukanuntuk mewujudkan keadilan sosial yang beradab.
Dengan bertambahnya jumlah penduduk serta penggunaan lahanyang semakin meningkat dari waktu kewaktu harus diikuti denganpenyediaan tempat pemakaman umum, pemakaman bukan umum ataupemakaman khusus dengan memperhatikan rencana tata ruang wilayahsebagai penunjang kebutuhan manusia baik yang meninggal maupunyang ditinggalkan agar tercipta suasana yang tentram dan damai sertaadanya perlindungan terhadap tempat-tempat pemakaman/
Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Jo. Pasal 10 huruf k Undang-UndangNomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi PembangunanUntuk Kepentingan Umum Pemerintah Daerah menjamin tersedianyatanah untuk kepentingan umum yang digunakan untuk pembangunantempat pemakaman umum daerah
Disamping itu untuk memberikan landasan hukum yang kuatmaka penyelenggaraan pelayanan pemakaman ditetapkan denganPeraturan Daerah.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1Cukup jelas
Pasal 2Cukup jelas
Pasal 3Huruf a
Dalam hal keadaan luar biasa/darurat Dinas yanglingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputiurusan pemakaman umum di daerah dapat dibantuoleh Dinas/Badan Pemerintah lainnya untukpelaksanaan pemakaman melalui koordinasi atauperintah dari Bupati.
Huruf bOrang adalah pribadi yang memiliki kemampuanuntuk menyelenggarakan pelayanan pemakaman danbadan merupakan sebuah yayasan yang bergerakdibidang sosial dan atau keagamaan.
-2-
Pasal 4Huruf a
Penitipan mayat pada rumah duka dikelola olehYayasan atau Badan Keagamaan dan untuk yangdikelola pemerintah oleh Instalasi Kamar JenazahRumah Sakit Umum Daerah.
Huruf bCukup jelas
Huruf cCukup jelas
Huruf dCukup jelas
Huruf eCukup jelas
Huruf fCukup jelas
Huruf gCukup jelas
Pasal 5Cukup jelas
Pasal 6Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)Cukup Jelas
Ayat (3)Huruf a
Cukup jelas.
Huruf bCukup jelas.
Ayat (4)Huruf a
Cukup jelas.
Huruf bCukup jelas.
Huruf cDalam penyelenggaraan usaha tempatpemakaman bukan umum didalamnya termasukkegiatan penggalian dan pelaksanaanpenguburan.
Huruf dCukup jelas
Ayat (5)Cukup jelas
Ayat (6)Cukup jelas
-3-
Pasal 7Ayat (1)
Huruf aAngka 1
Cukup jelasAngka 2
Cukup jelasAngka 3
Disesuaikan dengan agama dankepercayaan yang dianut.
Huruf bAngka 1
Cukup jelasAngka 2
Cukup jelasAngka 3
Cukup jelasAngka 4
Disesuaikan dengan agama dankepercayaan yang dianut.
Ayat (2)Huruf a
Angka 1Cukup jelas
Angka 2Cukup jelas
Angka 3Cukup jelas
Angka 4Cukup jelas
Angka 5Cukup jelas
Angka 6Disesuaikan dengan agama dankepercayaan yang dianut.
Huruf bAngka 1
Cukup jelasAngka 2
Cukup jelasAngka 3
Cukup jelasAngka 4
Cukup jelasAngka 5
Disesuaikan dengan agama dankepercayaan yang dianut.
Huruf cAngka 1
Cukup jelasAngka 2
Cukup jelas
-4-
Angka 3Cukup jelas
Angka 4Cukup jelas
Angka 5Cukup jelas
Angka 6Cukup jelas
Angka 7Disesuaikan dengan agama dankepercayaan yang dianut.
Huruf dAngka 1
Cukup jelasAngka 2
Cukup jelasAngka 3
Cukup jelasAngka 4
Cukup jelasAngka 5
Cukup jelasAngka 6
Cukup jelasAngka 7
Disesuaikan dengan agama dankepercayaan yang dianut.
Ayat (3)Cukup jelas
Pasal 8Cukup jelas
Pasal 9Ayat (1)
Cukup jelasAyat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)Laporan tahunan dilakukan setiap per 1 (satu) Januaridan diserahkan selambat-lambatnya diakhir bulan.
Pasal 10Izin pengelolaan taman makam bukan umum, diberikandalam kapasitas penyelenggaran hanya melakukanpemeliharaan makam berupa pembersihan dan pemotonganrumput dan sarana penunjang area lokasi pemakamanterhadap kunjungan keluarga yang dimakamkan.
Pasal 11Cukup jelas
-5-
Pasal 12Cukup jelas
Pasal 13Cukup jelas
Pasal 14Taman Pemakaman Umum adalah taman pemakaman untukumum yang pengurusan dan pengelolaan besertapengadministrasian orang yang dimakamkan dan risalahkeluarganya dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 15Cukup jelas
Pasal 16Cukup jelas
Pasal 17Cukup jelas
Pasal 18Cukup jelas
Pasal 19Cukup jelas
Pasal 20Cukup jelas
Pasal 21Cukup jelas
Pasal 22Cukup jelas
Pasal 23Cukup jelas
Pasal 24Cukup jelas
Pasal 25Ayat (1)
Koordinasi wajib dilakukan dengan Kepolisian didaerah sebagaimana fungsi dan tanggungjawabnyamelindungi dan mengayomi masyarakat dan untukmensterilkan lokasi maupun wilayah disekitarnya darikeberadaan oknum-oknum yang tidakbertanggungjawab.
-6-
Ayat (2)Penunggu lokasi atau petugas pemeliharaan lokasiadalah orang yang dipekerjakan oleh PemerintahDaerah melalui Dinas yang bertanggungjawab atasTPU dengan diberikan penggajian sesuai UMR daerahdan berdasarkan kesepakatan kerja kedua belah pihakdan besaran biaya untuk pelaksanaannya dibebankankepada APBD disektor retribusi tempat pemakamanumum daerah melalui Dinas yang bertanggungjawabatas TPU.
Pasal 26Cukup jelas
Pasal 27Cukup jelas
Pasal 28Cukup jelas
Pasal 29Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)tempat menyimpan abu jenazah setelah dilakukanperabuan jenazah (kremasi) dibangun pada satu lokasidengan krematoriumnya.
Pasal 30Cukup jelas
Pasal 31Cukup jelas
Pasal 32Cukup jelas
Pasal 33Cukup jelas
Pasal 34Cukup jelas
Pasal 35Cukup jelas
Pasal 36Cukup jelas
Pasal 37Cukup jelas
-7-
Pasal 38Cukup jelas
Pasal 39Cukup jelas
Pasal 40Cukup jelas
Pasal 41Cukup jelas
Pasal 42Cukup jelas
Pasal 43Cukup jelas
Pasal 44Cukup jelas
Pasal 45Cukup jelas
Pasal 46Cukup jelas
Pasal 47Cukup jelas
Pasal 48Cukup jelas
Pasal 49Cukup jelas
Pasal 50Cukup jelas
Pasal 51Cukup jelas
Pasal 52Cukup jelas
Pasal 53Cukup jelas
Pasal 54Cukup jelas
-8-
Pasal 55Cukup jelas
Pasal 56Cukup jelas
Pasal 57Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTABARUNOMOR 09