Download - Buletin IV Edisi 3 Tahun 2009
2
DAFTAR ISI
Re formasi birokrasi
pada hakikatnya
merupakan upaya untuk
melakukan pembaharuan
yang menyangkut aspek –
aspek ke lembagaan,
ketatalaksanaan dan
sumber daya manusia.
Reformasi birokrasi ini
memerlukan perencanaan
y a n g m e n d a s a r ,
komperhensif, sistimatik
agar dapat berjalan secara
efektif dan efisien yang
dilakukan secara bertahap
da n b e r k e l a n j u t a n .
Penyelenggaraan aspek –
aspek kelembagaan dan
ketatalaksanaannya harus
d i t a t a u l a ng a t au
diperharui, dengan kata
lain, bahwa reformasi
birokrasi ...........
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
Su mber Daya Manusia
adalah aspek yang
sangat penting dalam
suatu organisasi.. Begitu
vital dan pentingnya
sumber daya manusia
dalam roda organisasi
diibaratkan seperti kerja
organ jantung dalam sistem
makhluk hidup. Kualitas
jantung yang sehat
mendukung makhluk hidup
untuk beraktivitas dengan
maksimal. Hal yang sama
juga terjadi antara sumber
daya manusia dan kinerja
organisasi. Baik buruknya
suatu organisasi
dipengaruhi oleh kualitas
sumber daya itu sendiri.
Salah satu aspek yang
penting dalam menunjang
kualitas sumber daya ........
REFORMASI BIROKRASI DISIPLIN SEBAGAI
MOTOR ORGANISASI
Diterbitkan oleh : KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOK
DITJEN PP & PL DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PELINDUNG / PENASEHAT : Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok Raissekki, SKM.MM., DEWAN REDAKSI : Ketua, RBA. Widjonarko,SKM.M.Kes. Anggota Redaktur : Drs. Wilpren Gultom,MM.,Rosyid Ridlo Prayogo,SE.,MKM., Ikron, SKM.,MKM., Agus Syah FH.SKM., dr. I Nyoman Putra., dr.Endriana S.Lubis. EDITOR : Nana Mulyana,SKM, Lussi Soraya., Dewi Dyah Palupi,SKM.,Desain Grafis &Photografer : Ali Isha Wardhana dan Syaflovida., Sekertariat : Evi Maria, Nursamah,S.Sos
Alamat : Jl. Raya pelabuhan No.17 - Tanjung Priok, Jakarta Utara, Telepon : (021) 43931045, 4373266., Faximile : (021) 4373265., Webblog : http://kkptanjungpriok.blogspot.com., E-mail : [email protected]
Pengantar Redaksi 3
Repormasi Birokrasi,Raissekki,SKM,MM 4
Penyempurnaan Organisasi (KKP seba-gai UPT),RBA Widjonarko,SKM,Mkes 5
TAHUBJA Kekarantinaan, Ikron, SKM, MKM
6
Kasus Kesakitan Pada TKI, 11
Cuci tangan pakai sabun, yuk …………Widya Utami 13
Disiplin sebagai motor organisasi, Soetji Lestari Y, S.Kom, M.Kes
15
Penanggulangan becana bidang sanitasi standar minimal ataukah optimal ???, RBA Widjonarko,SKM,Mkes
18
Anjing & Kucing selalu bermusuhan mengapa ???,Roswitha Kusuma Wardhani
29
Anda ingin mendirikan Yayasan ?, RBA Widjonarko,SKM,Mkes
30
Pencegahan masuknya H1N1 Melalui pelabuhan Laut, RBA Widjonarko,SKM,Mkes
34
SIRIH,Irene Kusumastuti 37
Kapan Saya bisa melakukan kajian ???,RBA Widjonarko,SKM,Mkes 41
BOM Jakarta Juli 2009, 42
Gempa,RBA Widjonarko,SKM,Mkes 43
Aduuh. . . .Putri Cinderella tersangka kasus Pes ?,Ny. Bertha M. Pasolang, SSos
44
Beberapa TIPS untuk Hidup, Irene Kusumastuti
47
Gaptek di Lingkungan PNS, Mung-kinkah ???,Nana Mulyana,SKM 48
Kiat Belajar Komputer Sendiri, Nana Mulyana,SKM
51
3
Cover Buletin :
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan ini merupakan buletin Volume IV edisi 3 yang
diterbitkan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok. Buletin ini merupakan
wahana informasi bagi insan pelabuhan dalam mengembangkan
potensi diri guna mendukung pelaksanaan program
kesehatan, khususnya bagi para pegawai Kantor
Kesehatan Pelabuhan di seluruh Indonesia.
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan berisi informasi
hasil pelaksanaan program, kajian – kajian,
pengembangan teknologi, peningkatan
sumber daya manusia melalui pelatihan,
naskah – naskah ilmiah dan karya – karya seni
serta peristiwa – peristiwa terkini lainya,
bahkan informasi kesehatan tradisional.
Pada edisi ini mulai dikembangkan topik –
topik yang ajeg, yakni Atensi, Ruang TU,
Ruang PKSE, Ruang PRL, Ruang UKLW,
Teknologi dan informasi, Serba serbi, Jejaring
kerja dan kemitraan, Flora dan fauna,
Kajian, Aneka peristiwa serta Relaksasi
Redaksi menerima sumbangan artikel,
laporan, reportase, saduran, karikatur, sajak
– sajak ataupun karya sastra lain dan foto – foto
yang berkaitan dengan program kesehatan
pelabuhan. Redaksi memberikan kesempatan ini
pada para kolega KKP, institusi kesehatan unit pusat dan
daerah serta seluruh pembaca di seluruh Indonesia untuk
berpartisipasi dalam penulisan Buletin Info Kesehatan Pelabuhan.
Dewan redaksi mengajak para pembaca buletin ini untuk melaju dengan
kecepatan optimal dalam meningkatkan jejaring informasi guna mencapai kinerja yang
kita inginkan.
Selamat bekerja dan sukses selalu
Dewan Redaksi
Pengantar RedaksiPengantar RedaksiPengantar RedaksiPengantar Redaksi
INFO KESEHATAN PELABUHAN
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
dr. RITA KUSRIASTUTI,MSc
Direktur P2B2 (Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang) COVER
4
REFORMASI BIROKRASI
Oleh : RAISSEKKI, SKM, MM
Re formasi birokrasi pada hakikatnya
merupakan upaya untuk melakukan
pembaharuan yang menyangkut aspek –
aspek kelembagaan, ketatalaksanaan dan
sumber daya manusia. Reformasi birokrasi ini
memerlukan perencanaan yang mendasar,
komperhensif, sistimatik agar dapat
berjalan secara efektif dan efisien yang
di lakukan secara bertahap dan
berkelanjutan. Penyelenggaraan aspek –
a s p e k k e l e m b a g a a n d a n
ketatalaksanaannya harus ditata ulang
atau diperharui, dengan kata lain, bahwa
reformasi birokrasi merupakan langkah
strategis untuk mencapai daya guna dan
hasil guna dalam mengemban tugas
kelembagaan.
M a k s u d p e n y e l e n g g a r a a n
remunerasi ini diharapkan agar : praktek
KKN dapat dihilangkan; kualitas pelayanan
publik mampu memenuhi harapan publik;
efisiensi, efektifitas dan produktifitas dapat
optimal; transparansi dan akuntabilitas
sudah tinggi; serta disiplin dan etos kerja
menjadi tinggi.
Nah, . . . mungkinkah ini terjadi apabila
reformasi birokrasi tidak merata dan tidak
menyeluruh? Kita lihat, beberapa sektor
sudah berhasil dengan remunerasinya, disisi
lain masih banyak sektor yang belum;
disamping itu, pemerataan keuangan
daerah juga demikian halnya . . . tidak
merata. Penetapan besarnya tunjangan
tambahan khusus seharusnya dapat
dilakukan dengan basis organisasi sampai
dengan kompetens i . Mungkinkah
penyelenggaraan reformasi birokrasi tanpa
pengalokasian dana remunerasi? Pastilah
hal ini tidak akan berjalan efektif.
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)
merupakan Unit Pelaksana Teknis
Departemen Kesehatan yang juga harus
terjangkau oleh penyelenggaraan reformasi
birokrasi, apalagi salah satu fungsinya
adalah pelayanan publik. Kalau saja
reformasi birokrasi ini sudah menyentuh KKP
maka secara otomatis pengalokasian dana
remunerasi juga harus diperoleh. Apabila
sudah dilakukan reformasi birokrasi sekaligus
dengan pengalokasian dana remunerasi,
maka secara otomatis pula pegawai KKP
harus memiliki integritas dan produktifitas
yang tinggi, bertanggungjawab dan
mampu memberikan pelayanan yang
prima. Semoga harapan seluruh pegawai
KKP ini tercapai untuk mewujudkan birokrasi
yang bersih, efisien, efektif, produktif dan
transparan serta melayani masyarakat dan
akuntabel
Nah . . . selanjutnya, bila ada
penyimpangan sudahlah pantas bila
diberikan sangsi, mulai yang ringan hingga
sangsi yang berat.
Kapan terciptanya tatakelola pemerintahan
yang baik??? Jawabannya ada dalam diri
kita masing – masing.
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
5
PENYEMPURNAAN ORGANISASI
(KKP sebagai UPT ???)
P enyempurnaan birokrasi pada seluruh
sektor pemerintahan dan unit
pelaksana teknis dibawahnya akan
membuahkan dampak penting untuk
mencapai tujuan organisasi.
Penyempurnaan organisasi ini sangat
penting bagi Unit Pelaksana Teknis (UPT)
untuk mewujudkan organisasi yang
profesional, responsif, adaptif, inovatif dan
memiliki kemandirian dalam
pengelolaannya, termasuk bagi Kantor
Kesehatan Pelabuhan (KKP) agar KKP
menjadi UPT yang mandiri.
Penyelenggaraan organisasi pada Unit
Pelaksana Teknis telah diatur dalam
Kepmenpan no : 62 / 2003 yang saat ini
telah diperbaharui dalam Permenpan no :
18 / 2008 tanggal 25 Nopember 2008
tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana
Teknis Kementrian dan Lembaga
Pemerintah Non Kementrian.
Peraturan Menteri ini perlu
ditindaklanjuti oleh proses penyusunan
legislasi dibawahnya yang lebih operasional
untuk penyempurnaan organisasi UPT agar
lebih mandiri dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya. Dalam rangka
menjamin efisiensi dan efektifitas
pelaksanaan tugas dan fungsi serta untuk
menyederhanakan rentang kendali
pekerjaan, para pimpinan sektoral
bertanggungjawab untuk menyempurna
kan organisasi UPTnya dan menetapkan
mekanisme koordinasi antar suatu UPT
dengan UPT lainnya atau antara UPT
dengan instansi vertikal lainnya. Yang jelas
harus diketahui bahwa UPT itu hanya
berfungsi sebagai pelaksana tugas teknis
yang diberikan oleh sektor induknya,
sedangkan seluruh mekanisme, prosedur,
pedoman kerja dan lain – lainnya bukan
tugas UPT tersebut.
Beberapa hal yang perlu kita ketahui
bersama tentang organisasi UPT sesuai
Permenpan no : 18 / 2008 tentang Pedoman
Organisasi UPT Kementrian dan Lembaga
Pemerintah non Kementrian, antara lain
sebagai berikut :
1. Unit Pelaksana Teknis adalah organisasi
yang bersifat mandiri yang
melaksanakan tugas teknis operasional
tertentu dan/atau tugas teknis
penunjang tertentu dari organisasi
induknya.
2. Tugas teknis operasional adalah tugas
untuk melaksanakan kegiatan teknis
tertentu yang secara langsung
berhubungan dengan pelayanan
masyarakat.
3. Tugas teknis penunjang adalah tugas
untuk melaksanakan kegiatan teknis
tertentu dalam rangka mendukung
pelaksanaan tugas organisasi
induknya.
Ke halaman ……………………………….… 14
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
6
D alam melaksanakan tugas pokok
tersebut KKP menyelenggarakan
fungsi, antara lain pelaksanaan
kekarantinaan. Pelaksanaan tugas pokok
dan fungsi tersebut agar berhasil dan
berdaya guna, serta dalam rangka
meningkatkan kualitas pelaksanaan
kegiatan di lapangan dan menyatukan
persepsi untuk memberikan pelayanan
Prima dan berkualitas kepada pengguna
jasa, perlu disiapkan dan didukung Tata
Hubungan Kerja (Tahubja) sebagai acuan
petugas dalam melaksanakan kegiatan di
lapangan, antara lain Tahubja
Kekarantinaan meliputi :
1. Tahubja Penerbitan Certificate of
Pratique (COP)
2. Tahubja Penerbitan Ship Sanitation
Control Exemption Certificate
(SSCEC)
3. Tahubja Penerbitan Ship Sanitation
Control Certificate (SSCC)
4. Tahubja Penerbitan One Month
Exemption Ship Sanitation Control
Exention Certificate (OME-SSCEC)
5. Tahubja Penerbitan Health Certificate
Lalu lintas Komoditi OMKABA Eksport-
Import-Antar Daerah (HC OMKABA
Eksport-Import-Antar Daerah)
6. Tahubja Penerbitan Health Book (HB)
7. Tahubja Penerbitan Port Health
Quarantine Clearance (PHQC)
8. Tahubja Penerbitan Health Alert
Notice/Health Alert Card (HAN/HAC)
9. Tahubja Penanganan Emergency
Call Kapal (EC)
Berikut ini kami sampaikan sembilan tahubja
yang telah disusun oleh KKP Kelas I Tanjung
Priok sebagai berikut:
1. Tahubja Penerbitan Certificate of
Pratique (COP)
a. Kepala KKP mendelegasikan
kewenangan kepada pejabat
fungsional/Petugas KKP Bidang
Pengendalian Karantina & Surveilans
Epidemiologi (Bid. PKSE) di induk
melalui Kepala Bidang PKSE maupun
TATA HUBUNGAN KERJA KEKARANTINAAN Oleh : Ikron, SKM, MKM
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), sebagai Unit Pelaksana Teknis Departemen Kesehatan yang
berada dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya mengacu kepada Permenkes 356
Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan. KKP mempunyai tugas
melaksanakan pencegahan masuk & keluarnya penyakit, penyakit potensial wabah, survailans
epidemiologi, kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan,
pengawasan OMKABA, serta pengamanan terhadap penyakit baru dan penyakit yang muncul
kembali, bioterorisme, unsur biologi, kimia dan pengamanan radiasi di wilayah kerja bandara,
pelabuhan, dan lintas batas darat Negara.
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
7
di Wilayah Kerja (Wilker) melalui
Koordinator Wilker untuk
melaksanakan penerbitan COP
(Recommending)
b. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bagian Tata Usaha menyerahkan
Blanko COP kepada Bidang PKSE
yang sudah ditandatangani oleh
Kepala KKP (Supporting)
c. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE maupun di Wilker
menerima permohonan Penerbitan
COP yang disampaikan oleh
Nakhoda/Owner melalui Agent
Pelayaran (Focal point)
d. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE maupun di Wilker
memeriksa, menelaah dan meneliti
keabsahan permohonan penerbitan
COP dari Agent pelayaran serta
menelaah dan meneliti Information
From Ship The Master (IFSTM),
apakah berisiko atau tidak berisiko
(Focal point)
e. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE maupun di Wilker
melakukan Registrasi permohonan
Penerbitan COP yang disampaikan
oleh Nakhoda/Owner melalui Agent
Pelayaran (Focal point)
f. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE maupun di Wilker
memberikan bukti Registrasi
permohonan Penerbitan COP
kepada Nakhoda/Owner melalui
Agent Pelayaran (Focal point)
g. Pemungut PNBP menerima PNBP COP
dari Agent pelayaran dan
menyerahkan kwitansi PNBP COP
kepada agent Pelayaran
(supporting)
h. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE maupun di Wilker
menunggu dan menerima informasi
kedatangan kapal dalam karantina
(Kapal sandar di kade/dermaga
maupun berlabuh/Angker di luar
DAM/zona Karantina) dari Nakhoda/
Owner melalui Agent Pelayaran
(Focal point)
i. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE maupun di Wilker
menginformasikan kepada pejabat
fungsional/petugas KKP Bidang
Pengendalian Risiko Lingkungan (Bid.
PRL) dan Bidang Upaya Kesehatan &
lintas Wilayah (Bid. UKLW) untuk
bersama- sama dalam satu TIM
melakukan pemeriksaan kesehatan
kapal berserta isinya (informing)
j. Pejabat Fungsional/Petugas KKP Bid.
PKSE, Bid. PRL dan Bid. UKLW maupun
di Wilker bersama – sama naik ke
atas kapal untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan kapal
berserta isinya (Coordinating)
k. Pejabat Fungsional/Petugas KKP Bid.
PRL dan Bid. UKLW menyampaikan
hasil pemeriksaan tentang faktor
risiko/sanitasi kapal dan kesehatan
ABK maupun P3K kapal kepada
Pejabat Fungsional/Petugas KKP Bid.
PKSE di atas kapal (Focal point)
l. Pejabat Fungsional/Petugas KKP Bid.
PKSE menyampaikan hasil
pemeriksaan kesehatan kapal
beserta isinya kepada Nakhoda yang
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
8
didampingi oleh Pejabat Fungsional/
Petugas KKP Bid. PRL dan Bid. UKLW
(Focal point)
j. Pejabat Fungsional/Petugas KKP Bid.
PKSE mengisi COP yang akan
diberikan kepada Nakhoda di atas
Kapal (Focal point)
k. Kepala KKP menetapkan COP
(Decision Making)
l. Pejabat Fungsional/Petugas KKP Bid.
PKSE memberikan COP kepada
Nakhoda di atas Kapal (Focal point)
m. Pejabat Fungsional/Petugas KKP Bid.
PKSE mengintruksikan kepada
Nakhoda bahwa kapal telah clear
dan untuk menurunkan isyarat
karantina (bendera Q / Bendera
Kuning pada siang hari dan switch off
lampu merah di atas lampu putih
pada malan hari) yang didampingi
oleh Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bid. PRL dan Bid. UKLW (Focal point)
2. Tahubja Penerbitan Ship Sanitation
Control Exemption Certificate (SSCEC)
a. Kepala KKP mendelegasikan
kewenangan kepada pejabat
fungsional/Petugas KKP Bidang
Pengendalian Karantina & Surveilans
Epidemiologi (Bid. PKSE) di induk
melalui Kepala Bidang PKSE maupun
di Wilayah Kerja (Wilker) melalui
Koordinator Wilker untuk
melaksanakan penerbitan SSCEC
(Recommending)
b. Kepala KKP mendelegasikan
kewenangan kepada pejabat
fungsional/Petugas KKP Bidang
Pengendalian Risiko Lingkungan (Bid.
PRL) di induk melalui Kepala Bidang
PRL maupun di Wilayah Kerja (Wilker)
melalui Koordinator Wilker untuk
melakukan Pemeriksaan Sanitasi
Kapal (Recommending)
c. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bagian Tata Usaha menyerahkan
Blanko SSCEC/SSCC kepada Bidang
PKSE yang sudah ditandatangani
olek Kepala KKP (Supporting)
d. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE maupun di Wilker
menerima permohonan Penerbitan
SSCEC yang disampaikan oleh
Nakhoda/Owner melalui Agent
Pelayaran (Focal point)
e. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE maupun di Wilker
memeriksa permohonan penerbitan
SSCEC dari Agent pelayaran (Focal
point)
f. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE maupun di Wilker
melakukan Registrasi permohonan
Penerbitan SSCEC yang disampaikan
oleh Nakhoda/Owner melalui Agent
Pelayaran (Focal point)
g. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE maupun di Wilker
memberikan bukti Registrasi
permohonan Penerbitan SSCEC
kepada Nakhoda/Owner melalui
Agent Pelayaran (Focal point)
h. Pemungut PNBP menerima PNBP
SSCEC dari Agent pelayaran dan
menyerahkan kwitansi PNBP SSCEC
kepada agent Pelayaran
(supporting)
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
9
i. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE maupun di Wilker
menginformasikan kepada pejabat
fungsional/petugas KKP Bidang
Pengendalian Risiko Lingkungan (Bid.
PRL) untuk bersama- sama dalam
satu TIM melakukan pemeriksaan
Sanitasi kapal (informing)
j. Pejabat Fungsional/Petugas KKP Bid.
PKSE dan Bid. PRL maupun di Wilker
bersama – sama naik ke atas kapal
untuk melakukan pemeriksaan
sanitasi kapal (Coordinating)
k. Pejabat Fungsional/Petugas KKP Bid.
PRL menyampaikan hasil
pemeriksaan sanitasi kapal kepada
Kepala KKP melalui Kabid PRL,
apakah diterbitkan SSCEC dan atau
untuk dilakukan tindakan
penyehatan (Hapus tikus/ Hapus
serangga) kalau di atas kapal
ditemukan tanda-tanda kehidupan
tikus dan atau tikus dan atau
ditemukan tanda-tanda kehidupan
serangga dan atau serangga
(Recommending)
l. Kepala KKP merekomendasikan
kepada Pejabat Fungsional/Petugas
KKP Bid. PKSE melalui Kepala Bid. PKSE
maupun di Wilker melalui Koordinator
Wilker untuk penerbitan SSCEC
(Recommending)
m. Pejabat Fungsional/Petugas KKP Bid.
PKSE mengisi/mengetik blanko
SSCEC/SSCC yang akan diberikan
kepada agent pelayaran (Focal
point)
n. Kepala KKP menetapkan SSCEC
(Decision Making)
o. Pejabat Fungsional/Petugas KKP Bid.
PKSE memberikan SSCEC kepada
Nakhoda melalui agent pelayaran
(Focal point).
3. Tahubja Penerbitan Ship Sanitation
Control Certificate (SSCC)
a. Kepala KKP mendelegasikan
kewenangan kepada pejabat
fungsional/Petugas KKP Bidang
Pengendalian Karantina & Surveilans
Epidemiologi (Bid. PKSE) di induk
melalui Kepala Bidang PKSE untuk
melaksanakan penerbitan SSCC
(Recommending)
b. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bagian Tata Usaha menyerahkan
Blanko SSCEC/SSCC kepada Bidang
PKSE yang sudah ditandatangani
olek Kepala KKP (Supporting)
c. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE menerima surat
permohonan Penerbitan SSCC
(tindakan hapus tikus/tindakan hapus
serangga) yang disampaikan oleh
Nakhoda/Owner melalui Agent
Pelayaran (Focal point)
d. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE menerima surat
penetapan Badan Usaha Swasta
(BUS) untuk melakukan tindakan
hapus tikus dan atau tindakan hapus
serangga) dari Nakhoda/Owner
melalui Agent Pelayaran (Focal
point)
e. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE memeriksa surat
permohonan penerbitan SSCC/
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
10
pemberitahuan tindakan hapus tikus/
hapus serangga dan surat
penetapan BUS untuk melakukan
tindakan hapus tikus dan atau hapus
serangga yang disampaikan oleh
Nakhoda/Owner melalui Agent
pelayaran (Focal point)
f. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE melakukan Registrasi
permohonan Penerbitan SSCC dan
surat penetapan BUS yang
disampaikan oleh Nakhoda/Owner
melalui Agent Pelayaran (Focal
point)
g. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE memberikan bukti
Registrasi permohonan Penerbitan
SSCC/penetapan Bus kepada
Nakhoda/Owner melalui Agent
Pelayaran (Focal point)
h. Pemungut PNBP menerima PNBP
SSCC dari Agent pelayaran dan
menyerahkan kwitansi PNBP SSCC
kepada agent Pelayaran
(supporting)
i. Kepala KKP menunjuk dan
menetapkan Pengawas fumigasi/
tindakan hapus tikus dan atau
tindakan hapus serangga/Desinseksi
atas usulan Kepala Bid. PKSE
(Recommending)
j. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
(sebagai pengawas Fumigasi/
Desinseksi yang ditetapkan)
melaporkan kepada Nakhoda/
Mualim/Perwira jaga kapal tentang
rencana tindakan fumigasi/hapus
tikus dan atau desinseksi/hapus
serangga di atas kapal (Informing)
k. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
(sebagai pengawas Fumigasi/
Desinseksi yang ditetapkan)
melakukan pengawasan tindakan
fumigasi/hapus tikus dan atau
desinseksi/hapus serangga di atas
kapal yang dilakukan oleh BUS
(Supporting)
l. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
(sebagai pengawas Fumigasi/
Desinseksi yang ditetapkan)
melaporkan hasil pengawasannya
kepada Kabid PKSE melalui Kasi
Pengendalian Karantina (Informing)
m. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
(sebagai pengawas Fumigasi/
Desinseksi yang ditetapkan)
merekomendasikan hasil
pengawasannya untuk penerbitan
SSCC kepada Kabid PKSE melalui Kasi
Pengendalian Karantina
(Recommending)
n. Pejabat Fungsional/Petugas KKP Bid.
PKSE mengisi/mengetik blanko
SSCEC/SSCC yang akan diberikan
kepada agent pelayaran (Focal
point)
o. Kepala KKP menetapkan SSCC
(Decision Making)
p. Pejabat Fungsional/Petugas KKP Bid.
PKSE memberikan SSCC kepada
Nakhoda melalui agent pelayaran
(Focal point)
4. Tahubja Penerbitan One Month
Exemption Ship Sanitation Control
Exention Certificate (OME-SSCEC)
a. Kepala KKP mendelegasikan
Bersambung ke halaman …………………... 16
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
11
melalui kegiatan Kepmenkes No. 356 tahun
2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Kesehatan Pelabuhan.
KKP Kelas I Tanjung Priok khususnya
bidang UKLW dalam aktifitasnya
menangani TKI Malaysia yang tedeportasi
ini, selain memberikan pengobatan,
pelayanan kesehatan serta penanganan
kegawat daruratan terhadap para TKI
terdeportasi, juga mendokumentasikan
adanya data-data dasar yang
menggambarkan tentang situasi penyakit
dan penanganan penyakit pada TKI yang
terdeportasi, berkoordinasi dengan instansi
terkait di wilayah pelabuhan.
GAMBARAN PENGAMATAN
A. Jumlah kedatangan TKI dan Angka
Kesakitan
Selama kurun waktu Januari s.d.
September 2009 jumlah TKI yang
terdeportasi dari Malaysia sebanyak
9.746 orang. Distribusi kedatangan TKI ke
terminal penumpang Nusantara Pura II
sangat beragam dan jika dirata-
ratakan, kedatangan TKI per bulan
sebanyak 4 – 5 kali.
Kedatangan TKI paling sering terjadi di
bulan September yaitu sebanyak 8 kali,
hal ini kemungkinan terjadi karena di
bulan tersebut seluruh negara yang
penduduknya mayoritas muslim akan
merayakan hari raya Idul Fitri termasuk di
Malaysia. Kedatangan yang paling
Membicarakan masalah TKI yang
terdeportasi memang tiada habisnya,
sekilas pandang kebanyakan orang
mungkin mengira bahwa bekerja keluar
negeri selalu menjanjikan kesuksesan.
Namun pada kenyataannya para TKI
Indonesia yang tak hentinya berbondong –
bondong mencari peruntungan keluar
negeri khususnya ke Malaysia, bukannya
mendapatkan keberuntungan tapi justru
penderitaan, begitu banyaknya TKI
deportasi asal Malaysia yang tiba di
Pelabuhan Tanjung Priok datang dengan
kondisi lusuh dan dalam keadaan sakit.
Menghadapi situasi seperti ini KKP
Kelas I Tanjung Priok, khususnya bidang
UKLW, selalu berupaya semaksimal mungkin
untuk cepat tanggap untuk menangani
permasalahan kesehatan yang dialami oleh
TKI yang terdeportasi dari Malaysia ini, hal ini
dilakukan tak lain adalah untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian akibat dari
penyakit yang dialami oleh TKI yang
terdeportasi, selain itu Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok sebagai Unit
Pelaksana Teknis di lingkungan Departemen
Kesehatan berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Direktur
Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, mempunyai
peranan strategis dalam upaya
pencegahan masuk dan keluarnya Penyakit
Menular dan Penyakit Potensial Wabah,
KASUS KESAKITAN PADA TKI Imi Chumairah, SKM
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
12
sedikit terjadi di bulan Januari sebanyak
2 kali. Menurut grafik di bawah ini, dapat
dilihat bahwa jumlah kedatangan TKI
yang terdeportasi paling banyak terjadi
dibulan September sebanyak 1404
orang dan yang paling rendah dibulan
Januari sebanyak 571 orang.
Walaupun jumlah TKI yang datang ke
Indonesia paling banyak di bulan
September namun tidak otomatis
persentase angka kesakitan di bulan ini
ikut tinggi, justru bulan Januari
merupakan bulan yang memiliki
persentase angka kesakitan yang paling
tinggi. Detail dari persentase kesakitan
dapat dilihat pada grafik berikut ini:
B. Diagnosa Penyakit dan Distribusinya
Selama kurun waktu tersebut,
terdapat sepuluh penyakit yang
paling sering diderita oleh TKI yang
terdeportasi, yaitu: Rinofaringitis,
Cepalgia, Conjungtivitis, Faringitis,
Dermatitis, Myalgia, Penyakit Saluran
Atas Lainnya, Dispepsia, dan Febris.
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa
kebanyakan TKI menderita penyakit
Rinofaringitis yaitu sebanyak 1442 orang dan
Febris adalah penyakit yang paling sedikit
diidap oleh TKI tersebut. Hal ini kemungkinan
terjadi karena lingkungan di tempat
penampungan yang kurang memadai,
asupan makanan yang terbatas dan
kurang memenuhi nilai gizi ideal sehingga
terjadi penurunan imunitas yang
menyebabkan mudahnya penularan
penyakit.
C. Rujukan
Ada beberapa kasus penyakit yang
terpaksa di rujuk ke rumah sakit yang
telah ditunjuk dan ditetapkan oleh
Departemen Kesehatan, seperti RSUD.
Koja dan RSPI Suliyanti Saroso. Hal ini
dilakukan karena keterbatasan alat
atau tingkat keparahan suatu penyakit
yang diderita oleh TKI.
Suspect Thypoid Fever menjadi
penyakit yang paling sering dirujuk ke
rumah sakit rujukan, dalam hal ini RS.
Koja. Penanganan TKI ini akan lebih
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
13
Sampai tanggal 5 September 2009 menurut
data dari Pusat Komunikasi Publik . Depkes
secara kumulatif kasus positif influenza A
H1N1 berjumlah 1.055 orang dan telah
tersebar di 24 Propinsi. Hasil konfirmasi labo-
ratorium positif influenza A H1N1 tersebut
dilakukan Badan Litbangkes. Upaya kesiap-
siagaan tetap dijalankan pemerintah yaitu:
penguatan Kantor Kesehatan Pelabuhan
(thermal scanner dan Health Alert Card wa-
jib diisi); penyiapan RS rujukan; penyiapan
logistik; penguatan pelacakan kontak; pen-
guatan surveilans ILI; penguatan laborato-
rium, komunikasi, edukasi dan informasi dan
mengikuti International Health Regulations
(IHR). Selain itu kepada pihak perusahaan,
kantor, sekolah dan sejenisnya dihimbau un-
tuk menyiapkan sarana untuk cuci tangan,
sabun atau antiseptik di masing-masing
tempat..
Disamping itu juga dilakukan community sur-
veilans yaitu masyarakat yang merasa sakit
flu agak berat segera melapor ke Puskes-
mas, sedangkan yang berat segera ke
rumah sakit. Selain itu, clinical surveilans
yaitu Surveilans Severe Acute respiratory
Infection (SARI) ditingkatkan di Puskesmas
dan rumah sakit untuk mencari kasus-kasus
yang berat. Sedangkan kasus-kasus yang
ringan tidak perlu dirawat di rumah sakit,
tambah Prof. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P
(K), MARS, Dirjen P2PL Depkes. Juga
dijelaskan, penyakit influenza A H1N1
ditularkan melalui kontak langsung dari
manusia ke manusia lewat batuk, bersin
atau benda-benda yang pernah
bersentuhan dengan penderita, karena itu
penyebarannya sangat cepat namun
dapat dicegah.
Cara yang efektif untuk mencegah yaitu
menjaga kondisi tubuh tetap sehat dan
bugar yakni makan dengan gizi seimbang,
beraktivitas fisik/berolahraga, istirahat yang
cukup dan mencuci tangan pakai sabun.
efektif apabila adanya koordinasi dari
berbagai pihak.
Dimulai dari pengawasan terhadap
rumah penampungan sementara,
pengawasan terhadap asupan gizi
yang didapat oleh TKI yang
bersangkutan dan juga pemberian
pengetahuan tentang penyakit dan
pentingnya menjaga kesehatan.
(selesai).
CUCI TANGAN PAKAI SABUN, Yuuk…..
Disarikan oleh Widya Utami
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
Bersambung ke halaman ke halaman …. 24
14
5. Syarat pengubahan UPT, sebagai
berikut :
• Adanya perubahan kebijakan
Pemerintah;
• Adanya perubahan tugas, fungsi,
kewenangan, beban kerja, ruang
lingkup dan jangkauan
pelayanan.
• Mewujudkan efisiensi dan
efektifitas penyelenggaraan tugas
dan fungsi UPT yang
bersangkutan;
• Tersedianya sumber daya yang
meliputi pegawai, pembiayaan,
sarana dan prasarana;
• Tersedianya jabatan fungsional
teknis sesuai dengan tugas dan
fungsi UPT yang bersangkutan;
• Memiliki Standar Oprasional
Prosedur (SOP) dalam
melaksanakan tugas teknis
operasional tertentu dan/atau
tugas teknis penunjang tertentu;
6. Syarat pembubaran UPT, sebagai
berikut :
• Adanya perubahan kebijakan
Pemerintah;
• Beban kerja yang dilaksanakan
tidak layak ditangani oleh UPT.
7. Nomenklatur UPT, sebagai berikut :
• Balai, terdiri dari Kepala (eselon
IIIb atau IIIa), kepala Subagian
Tata Usaha dan kepala seksi
paling banyak 3 seksi (eselon IV b
atau IV a), dan kelompok
jabatan fungsional
• Loka, terdiri dari kepala urusan
4. Syarat pembentukan UPT, sebagai
berikut :
• Melaksanakan kegiatan teknis
operasional dan/atau kegiatan
teknisi penunjang dari urusan
Pemerintah yang bersifat
pelaksana dan menjadi tanggung
jawab dari Kementerian atau LPNK
yang bersangkutan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
yang berlakku dan/ konvensi
internasional;
• Menghasilkan barang dan/jasa
yang diperlukan oleh masyarakat;
• Memberikan kontribusi dan
manfaat kepada masyarakat dan
penyelenggara pemerintahan;
• Mempunyai ruang lingkup tugas
yang bersifat strategis dan berskala
regional dan/atau nasional;
• Menunjang keberhasilan dalam
pencapaian visi dam misi
Kementerian atau LPNK;
• Tersedianya sumber daya yang
meliputi pegawai, pembiayaan,
sarana dan prasarana;
• Tersedianya jabatan fungsional
teknis sesuai dengan tugas dan
fungsi UPT yang bersangkutan;
• Memiliki Standar Oprasional
Prosedur (SOP) dalam
melaksanakan tugas teknis
operasional tertentu dan/atau
tugas teknis penunjang tertentu;
• Memperhatikan keserasisan
hubungan antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah
Sambungan dari halaman …………………... 5
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
15
(eselon IV b atau IV a) dan kepala
subseksi (eselon V a)
• Pos, hanya terdiri dari kepala
(eselon V a).
8. Pada UPT yang secara geografis
mempunyai jangkauan pelayanan
cukup luas, untuk memudahkan
pelaksanaan tugas UPT dapat
dibentuk wilayah kerja/unit organisasi
nonstruktural
9. Dalam rangka melaksanakan tugas
dan fungsi sebagai pelaksanaan
peraturan perundang-undangan,
Kementerian atau LPNK dapat
membentuk UPT yang dikecilkan dari
ketentuan dalam peraturan ini
Nah, bagaimana dengan Kantor
Kesehatan Pelabuhan ??? Sudahkah
dilakukan evaluasi terhadap KKP??? Sudah
adakah aspek legal kriteria yang dipakai
untuk menilai KKP sesuai Permenkes 356 /
2008? Bagaimana nasib KKP pada masa
mendatang ??
Jangan khawatir bagi KKP Kelas I,
karena pada Permenpan 18 / 2008 pasal 25
(1), tertulis demikian : UPT yang pada saat
berlakunya Peraturan ini sudah ditetapkan
sebagai eselon II.b atau II.a pada prinsipnya
dinyatakan masih tetap berlaku.
Wah, syukur . . . syukur . . . syukur . . .
(RBAW)
Sumber Daya Manusia adalah aspek yang
sangat penting dalam suatu organisasi.
Begitu vital dan pentingnya sumber daya
manusia dalam roda organisasi diibaratkan
seperti kerja organ jantung dalam sistem
makhluk hidup. Kualitas jantung yang sehat
mendukung makhluk hidup untuk
beraktivitas dengan maksimal. Hal yang
sama juga terjadi antara sumber daya
manusia dan kinerja organisasi. Baik
buruknya suatu organisasi dipengaruhi oleh
kualitas sumber daya itu sendiri.
Salah satu aspek yang penting dalam
menunjang kualitas sumber daya manusia
adalah kedisiplinan. Disiplin diperlukan pada
berbagai aspek kehidupan manusia
diantaranya disiplin di keluarga, disiplin
dalam konteks hubungan sosial, disiplin
DISIPLIN SEBAGAI MOTOR ORGANISASI Oleh : Soetji Lestari Y, S.Kom, M.Kes
dalam bekerja, disiplin dalam beribadah,
bahkan disiplin terhadap diri sendiri.
Akar kata disiplin yaitu disciple yang berarti
belajar. Disiplin adalah suatu proses yang
dapat menumbuhkan perasaan seseorang
untuk mempertahankan dan meningkatkan
tujuan organisasi secara obyektif, melalui
kepatuhannya menjalankan peraturan
organisasi. Disiplin merupakan suatu bentuk
arahan untuk melatih dan membentuk
seseorang melakukan sesuatu menjadi
lebih baik.
Dengan kata lain disiplin mengajarkan
komitmen seseorang terhadap tanggung
jawab dalam hidupnya diantaranya
terhadap diri sendiri, terhadap apa yang
Bersambung ke halaman …………………... 23
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
16
kewenangan kepada pejabat
fungsional/Petugas KKP Bidang
Pengendalian Karantina & Surveilans
Epidemiologi (Bid. PKSE) di induk
melalui Kepala Bidang PKSE untuk
melaksanakan penerbitan OME-
SSCEC (Recommending)
b. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE menerima surat
permohonan Penerbitan OME-SSCEC
dari Nakhoda/Owner melalui Agent
Pelayaran (Focal point)
c. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE memeriksa, menelaah
dan meniliti surat permohonan
penerbitan OME-SSCEC yang
disampaikan oleh Nakhoda/Owner
melalui Agent pelayaran (Focal
point)
d. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE melakukan Registrasi
permohonan Penerbitan OME-SSCEC
yang disampaikan oleh Nakhoda/
Owner melalui Agent Pelayaran
(Focal point)
e. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE memberikan bukti
Registrasi permohonan Penerbitan
OME-SSCEC kepada Nakhoda/
Owner melalui Agent Pelayaran
(Focal point)
f. Pemungut PNBP menerima PNBP
OME-SSCEC dari Agent pelayaran
dan menyerahkan kwitansi PNBP
OME-SSCEC kepada agent
Pelayaran (supporting)
g. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE melalui Kabid PKSE
merekomendasikan kepada Kepala
KKP untuk penerbitan OME-SSCEC
(Recommending)
h. Pejabat Fungsional/Petugas KKP Bid.
PKSE membuat OME-SSCEC yang
akan diberikan kepada agent
pelayaran (Focal point)
i. Kepala KKP menetapkan OME-
SSCEC (Decesion Making)
j. Pejabat Fungsional/Petugas KKP Bid.
PKSE memberikan OME-SSCEC
kepada Nakhoda melalui agent
pelayaran (Focal point)
5. Tahubja Penerbitan Health Certificate
Lalu lintas Komoditi OMKABA Eksport-
Import-Antar Daerah (HC OMKABA
Eksport-Import-Antar Daerah)
a. Kepala KKP mendelegasikan
kewenangan kepada pejabat
fungsional/Petugas KKP Bidang
Pengendalian Karantina & Surveilans
Epidemiologi (Bid. PKSE) melalui
Kepala Bidang PKSE untuk
melaksanakan penerbitan HC
(Recommending)
b. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE menerima permohonan
Penerbitan HC dari Eksportir/Importir
dan atau produsen dan atau EMKL/
agent yang diberi kuasa penuh oleh
Produsen dan eksportir/Importir
(Focal point)
c. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE memeriksa, menelaah
dan meneliti Keabsahan
permohonan penerbitan HC dan
Certificate of Analycis dari
Sambungan dari halaman …………………... 10
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
17
laboratorium yang terakreditasi,
apakah memenuhi syarat kesehatan
atau tidak (Focal point)
d. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE melakukan Registrasi
permohonan Penerbitan HC dari
Eksportir/Importir dan atau produsen
dan atau EMKL/agent yang diberi
kuasa penuh oleh Produsen dan
eksportir/Importir (Focal point)
e. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE memberikan bukti
Registrasi permohonan Penerbitan
HC kepada Eksportir/Importir dan
atau produsen dan atau EMKL/
agent yang diberi kuasa penuh oleh
Produsen dan eksportir/Importir
(Focal point)
f. Pemungut PNBP menerima PNBP HC
dari Eksportir/Importir dan atau
produsen dan atau EMKL/agent
yang diberi kuasa penuh oleh
Produsen dan eksportir/Importir dan
menyerahkan kwitansi PNBP HC
kepada Eksportir/Importir dan atau
produsen dan atau EMKL/agent
yang diberi kuasa penuh oleh
Produsen dan eksportir/Importir
(supporting)
g. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE menginformasikan
kepada pejabat fungsional/petugas
KKP Bidang Pengendalian Risiko
Lingkungan (Bid. PRL untuk
penerbitan HC komoditi makanan
dan minuman) dan Bidang Upaya
Kesehatan & lintas Wilayah (Bid.
UKLW untuk lalu lintas komoditi obat,
kosmetika, alat kesehatan dan
Bahan aditif) untuk bersama- sama
dalam satu TIM melakukan
pemeriksaan fisik komoditi dan
kunjungan lapangan ke tempat
produksi dan atau tempat
penyimpanan komoditi OMKABA
(informing)
h. Pejabat Fungsional/Petugas KKP Bid.
PKSE dan atau Bid. PRL dan atau
Bid. UKLW bersama – sama untuk
melakukan pemeriksaan fisik dan
kunjungan lapangan (untuk komoditi
OMKABA yang baru pertama kali
mengajukan HC) (Coordinating)
i. Pejabat Fungsional/Petugas KKP Bid.
PRL dan atau Bid. UKLW
menyampaikan hasil pemeriksaan
fisik dan kunjungan lapangan
kepada Pejabat Fungsional/Petugas
KKP Bid. PKSE (Informing)
j. Pejabat Fungsional/Petugas KKP Bid.
PKSE menyampaikan hasil
pemeriksaan dokumen dan
pemeriksaan fisik komoditi dan atau
hasil kunjungan lapangan serta
merekomendasikan hasilnya
kepada Kepala KKP melalui Kabid
PKSE (Informing)
k. Pejabat Fungsional/Petugas KKP Bid.
PKSE membuat draft HC (Focal
point)
l. Kepala Bidang PKSE memparaf HC
sebelum ditandatangani oleh
Kepala KKP (Recommending)
m. Kepala KKP menetapkan HC
(Decision Making)
n. Pejabat Fungsional/Petugas KKP Bid.
Bersambung ke halaman …………………... 19
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
18
P eristiwa gempa yang terjadi pada hari
Rabu tanggal 2 September 2009 sekitar
pukul 14.55 WIB, berkekuatan 7,3 skala
richter yang berpusat di Barat Daya
Tasikmalaya – Jawa Barat, menyebabkan
kerugian moril dan materiel yang sangat
memprihatinkan. Ratusan orang meninggal
dunia dan puluhan orang hilang, banyak
yang luka ringan hingga luka berat,
bangunan rumah penduduk dan infra
struktur di Propinsi Jawa Barat banyak yang
rusak berat, kerugian materiel dan moril
tidak terhitung banyaknya.
Bagaimanakah standar pelayanan
kesehatan dalam penanggulangan
bencana seperti contoh riel di Jawa Barat
ini? Apakah telah sesuai dengan standar
dunia internasional menjelang era
globalisasi ini? Apakah hanya standar
minimal yang membuat bangsa kita selalu
berpikiran dan bertindak minimal? Marilah
kita berpikir secara optimal untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan
masyarakat secara optimal juga, demi
menjaga kepercayaan dunia internasional
atas upaya kita untuk kepentingan bangsa
ini.
Standar pelayanan kesehatan dalam
penanggulangan bencana di bidang
higene sanitasi. Mungkin ini hanya
pelayanan minimal yang bisa kita jangkau
dalam kondisi yang memprihatinkan.
Kwalitas dan kuantitas air bersih :
• Minimum 7 liter/orang/hari (fase
awal)
• Tingkatkan menjadi 15-20 liter/orang/
hari secepat mungkin
• Tempat pendistribusian air tidak lebih
dari 100 meter dari pemukiman
• Minimal satu tempat (kran) utk 80-
100 pengungsi dan tidak lebih dari
200 pengungsi tiap pompa tangan
atau sumur
• Kurang dari 10 bakteri Coli/100 ml air
Pembuangan kotoran manusia
• Tiap jamban maksimal 20 org
• Jarak jamban <50 m dari pemukiman
• Letak penampungan kotoran >30 m
dari sumber air
Pengelolaan limbah padat
• Sampah rumah tangga dibuang dari
pemukiman/dikubur
• Tdk terdapat limbah medis
• Bak sampah keluarga tidak lebih 15
m dari pemukiman/barak atau
lubang sampah umum tidak lebih
100 m dari pemukiman/barak
• Tempat sampah kapasitas 100 lt/10
KK
PENANGGULANGAN BENCANA BIDANG SANITASI STANDAR MINIMAL ATAUKAH OPTIMAL???
Bersambung ke halaman …………………... 22
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
19
PKSE memberikan HC kepada
Eksportir/Importir dan atau produsen
dan atau EMKL/agent yang diberi
kuasa penuh oleh Produsen dan
eksportir/Importir (Focal point)
6. Tahubja Penerbitan Health Book (HB)
a. Kepala KKP mendelegasikan
kewenangan kepada pejabat
fungsional/Petugas KKP Bidang
Pengendalian Karantina & Surveilans
Epidemiologi (Bid. PKSE) di induk
melalui Kepala Bidang PKSE maupun
di Wilayah Kerja (Wilker) melalui
Koordinator Wilker untuk
melaksanakan penerbitan HB
(Recommending)
b. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bagian Tata Usaha menyerahkan
Blanko HB kepada Bidang PKSE
maupun di Wilker yang sudah
ditandatangani oleh Kepala KKP
(Supporting)
c. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE maupun di Wilker
menerima permohonan Penerbitan
HB yang disampaikan oleh
Nakhoda/Owner melalui Agent
Pelayaran (Focal point)
d. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE maupun di Wilker
memeriksa, menelaah dan meneliti
keabsahan permohonan penerbitan
HB dari Agent pelayaran (Focal
point)
e. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE maupun di Wilker
melakukan Registrasi permohonan
Penerbitan HB yang disampaikan
oleh Nakhoda/Owner melalui Agent
Pelayaran (Focal point)
f. Pemungut PNBP menerima PNBP HB
dari Agent pelayaran dan
menyerahkan kwitansi PNBP HB
kepada agent Pelayaran
(supporting)
g. Pejabat Fungsional/Petugas KKP Bid.
PKSE mengisi HB yang akan diberikan
kepada Agent Pelayaran (Focal
point)
h. Kepala KKP menetapkan HB
(Decision Making)
i. Pejabat Fungsional/Petugas KKP Bid.
PKSE memberikan HB kepada Agent
Pelayaran (Focal point)
7. Tahubja Penerbitan Port Health
Quarantine Clearance (PHQC)
a. Kepala KKP mendelegasikan
kewenangan kepada pejabat
fungsional/Petugas KKP Bidang
Pengendalian Karantina &
Surveilans Epidemiologi (Bid. PKSE) di
induk melalui Kepala Bidang PKSE
maupun di Wilayah Kerja (Wilker)
melalui Koordinator Wilker untuk
melaksanakan penerbitan PHQC
(Recommending)
b. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bagian Tata Usaha menyerahkan
Blanko PHQC kepada Bidang PKSE
maupun di Wilker yang sudah
ditandatangani oleh Kepala KKP
(Supporting)
c. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE maupun di Wilker
menerima permohonan Penerbitan
PHQC yang disampaikan oleh
Sambungan dari halaman …………………... 17
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
20
Nakhoda/Owner melalui Agent
Pelayaran (Focal point)
d. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE maupun di Wilker
memeriksa, menelaah dan meneliti
keabsahan permohonan
penerbitan HB dan dokumen
kesehatan (SSCEC/SSCC, P3K
kapal, Health Book, Crew List,
Vaccination List, Passanger List,
General List, Port of Call, MDH,
COP) dari Agent pelayaran (Focal
point)
e. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE maupun di Wilker
melakukan Registrasi permohonan
Penerbitan PHQC yang
disampaikan oleh Nakhoda/Owner
melalui Agent Pelayaran (Focal
point)
f. Pemungut PNBP menerima PNBP
PHQC dari Agent pelayaran dan
menyerahkan kwitansi PNBP PHC
kepada agent Pelayaran
(supporting)
g. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bid. PKSE mengisi PHQC yang akan
diberikan kepada Agent Pelayaran
(Focal point)
h. Kepala KKP menetapkan PHQC
(Decision Making)
i. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bid. PKSE memberikan PHQC
kepada Agent Pelayaran (Focal
point)
8. Tahubja Penerbitan Health Alert
Notice/Health Alert Card (HAN/HAC)
a. Kepala KKP mendelegasikan
kewenangan kepada pejabat
fungsional terkait di induk (Bid. PKSE
melalui Kabid PKSE dan Bid. UKLW
melalui Kabid UKLW)) maupun di
Wilker melalui Koordinator Wilker
untuk melaksanakan penerbitan
HAN/HAC (Recommending)
b. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bagian Tata Usaha menyerahkan
Blanko HAN/HAC kepada Bidang
PKSE (Supporting)
c. Pejabat Fungsional/petugas KKP
Bid. PKSE maupun di Wilker
menerima informasi kedatangan
kapal dari negara terjangkit PHEIC
dan atau kapal bahwa di atas
kapal ada kasus/supeck PHEIC dari
Nakhoda/Owner melalui Agent
Pelayaran (Focal point)
d. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE maupun di Wilker
memeriksa dan menilai informasi
tersebut sebagai dasar tindak
lanjut penanganan dan
pengendalian (Focal point)
e. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE maupun di Wilker
menginformasikan kepada pejabat
fungsional/petugas KKP Bid. UKLW
untuk bersama- sama dalam satu
TIM melakukan pemeriksaan dan
pengamatan pelaku perjalanan
(Informing)
f. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bid. PKSE dan Bid. UKLW maupun di
Wilker bersama – sama naik ke atas
kapal untuk melakukan
pemeriksaan dan pengamatan
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
21
pelaku perjalanan kapal
(Coordinating)
g. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bid. UKLW melakukan
pengamatan terhadap pelaku
perjalanan (Focal point)
h. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bid. UKLW merekomendasikan
terhadap pelaku perjalanan
yang dicurigai dan suspect
untuk di isolasi di RS dan
penumpang yang tidak
dicurigai untuk dikarantina di
ruangan karantina dan atau di
atas kapal (Informing)
i. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bid. UKLW merekomendasikan
terhadap pelaku perjalanan
yang telah di isolasi di RS sehat
dan telah dikarantina untuk
diberikan HAN/HAC (Informing)
j. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bid. PKSE mengisi blanko HAN/
HAC (Focal point)
k. Kepala KKP menetapkan HAN/
HAC (Decision Making)
l. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bid. PKSE memotong lembar
HAN/HAC dan memberikannya
kepada pelaku perjalanan
(Focal point)
m. Kepala KKP melalui Kabid PKSE
melaporkan ke Dirjen PP & PL
(informing)
n. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bid. PKSE mengizinkan pelaku
perjalanan yang telah diberikan
HAN/HAC untuk melanjutkan
perjalanan (Focal point)
9. Tahubja Penanganan Emergency
Call Kapal (EC)
a. Kepala KKP mendelegasikan
kewenangan kepada pejabat
fungsional/Petugas KKP Bid. PKSE, Bid.
PRL dan Bid. UKLW di induk melalui
Kabid masing-masing maupun di
Wilker melalui Koordinator Wilker
untuk melaksanakan penanganan
EC (Recommending)
b. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE maupun di Wilker
menerima informasi adanya EC di
atas kapal dari Nakhoda/Owner
melalui Agent Pelayaran (Focal
point)
c. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE maupun di Wilker
menganalisa dan menelaah
informasi EC tersebut (Focal point)
d. Pejabat Fungsional/Petugas KKP Bid.
terkait menyiapkan peralatan dan
EC (coordinating)
e. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE maupun di Wilker
menunggu dan menerima informasi
kedatangan kapal dalam EC ( kapal
berlabuh/Angker di luar DAM/zona
Karantina) dari Nakhoda/Owner
melalui Agent Pelayaran (Focal
point)
f. Pejabat Fungsional/Petugas KKP
Bidang PKSE maupun di Wilker
menginformasikan kepada pejabat
fungsional/petugas KKP Bidang
Pengendalian Risiko Lingkungan (Bid.
PRL) dan Bidang Upaya Kesehatan &
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
22
lintas Wilayah (Bid. UKLW) untuk
bersama- sama dalam satu TIM
melakukan penanganan EC
(informing)
g. Pejabat Fungsional/Petugas KKP Bid.
PKSE, Bid. PRL dan Bid. UKLW maupun
di Wilker bersama – sama naik ke
atas kapal untuk melakukan
penanganan EC kapal
(Coordinating)
h. Pejabat Fungsional/Petugas KKP Bid.
PRL dan Bid. UKLW menyampaikan
hasil penanganan EC kapal
kepada Pejabat Fungsional/Petugas
KKP Bid. PKSE di atas kapal (Focal
point)
i. Pejabat Fungsional/Petugas KKP Bid.
PKSE, Bid. PRL dan Bid. UKLW maupun
di Wilker bersama – sama membuat
laporan hasil penanganan EC kapal
(Coordinating)
j. Pejabat Fungsional/Petugas KKP Bid.
PKSE melaporkan hasil penanganan
EC kapal kepada Kepala KKP melalui
Kabid. PKSE (Informing). (selesai ...
red)
Pengelolaan limbah cair
• Tidak ada air yang menggenang
disekitar sumber air, tempat tinggal
dan jalan
• Ada saluran pembuangan air
Pemukiman
• Luas lokasi penampungan 45 m2 per
orang (ideal), 30 m2 per orang
(minimum)
• Untuk mencegah kebakaran setiap
bangunan 300 m2 dibuat jarak 30 m
• Tempat tinggal : luas lantai 3,5-4,5m2
per orang, terlindung dari terik
matahari dan hujan, aliran udara
dan suhu optimal
Perlengkapan diri
• Para pengungsi (penduduk setem-
pat) memi l i k i akses untuk
memperoleh selimut yang cukup
• Pria >=14 th min. 1 stel lengkap
• Wanita >=14 th min. 2 stel lengkap
dan pembalut wanita yang cukup
• Anak 2-14 th min. 1 stel lengkap
• Anak sampai 2 th min. 2 set pakaian,
1 handuk, 1 syal bayi, 6 popok, sabun
bayi, minyak bayi
• Semua mendapat alas kaki
• Sabun mandi 250 gr/org/bln
Semoga naskah ini menjadi perhatian dan
masukan bagi para penyusun standar
pelayanan ataupun pengambil kebijakan
dalam hal ini. (RBAW)
Sambungan dari halaman …………………... 18
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
Agar menjadi perhatian dan masukan bagi para penyusun standar pelayanan ataupun
pengambil kebijakan
23
kita rencanakan, terhadap apa yang kita
katakan, dan apa yang kita perbuat. Hal
inilah yang menjadi titik penting terhadap
maju mundurnya suatu organisasi.
Pegawai yang merupakan motor
penggerak suatu organisasi berperan
sangat penting untuk memajukan organisasi
itu sendiri. Disiplin pegawai banyak ragam
dan macamnya diantaranya disiplin
terhadap waktu, disiplin terhadap
peraturan yang berlaku, maupun disiplin
terhadap tanggung jawab pekerjaan.
Disiplin pegawai erat kaitannya dengan
pengelolaan waktu yang baik. Efek domino
berlaku dalam menyelesaikan suatu tugas
pekerjaan. Pekerja yang disiplin dapat men-
yelesaikan suatu pekerjaan dengan baik
sedangkan pekerja yang indisipliner
menghasilkan pekerjaan yang terbengkalai,
dapat menghambat kinerja rekan-rekan
lain, dan berujung pada kinerja organisasi
itu sendiri.
Masalah disiplin adalah masalah yang harus
dipecahkan, dicarikan jalan keluarnya.
Kedisiplinan seseorang tentu tidak timbul
dengan sendirinya namun perlu tahapan
belajar baik dari dalam diri maupun lingku
ngan luar. Tidak ada individu yang sem-
purna di dunia ini oleh karena itu setiap indi-
vidu diizinkan melakukan kesalahan yang
diiringi dengan proses belajar untuk mem-
perbaikinya.
Proses penerapan disiplin pegawai me-
mang tidak semudah membalikkan tangan.
Perlu kerja sama dari berbagai pihak selain
dari pribadi pegawai itu sendiri. Komitmen
yang kuat pun diperlukan baik dari pega-
wai maupun lingkungan luar seperti pihak
Sambungan dari halaman …………………... 15 manajemen. Karena tujuan dari disiplin
pegawai yaitu agar peraturan dan tujuan
organisasi dapat terlaksana. Namun, yang
dapat membuat kinerja seseorang bekerja
dengan efektif adalah orang itu sendiri. Tin-
dakan punishment dan reward dalam or-
ganisasi merupakan hal yang mendorong
terlaksananya hal tersebut.
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
24
Selain itu, bila batuk dan bersin tutup hidung
dengan sapu tangan atau tisu. Jika ada
gejala Influenza minum obat penurun
panas, gunakan masker dan tidak ke
kantor/sekolah/tempat-tempat keramaian
serta beristirahat di rumah selama 5 hari.
Apabila dalam 2 hari flu tidak juga
membaik segera ke dokter.
Hidup Sehat Berawal dari Cuci Tangan Pakai
Sabun
Data dari Unicef (2007) menunjukkan sekitar
160.000 anak-anak Balita meninggal akibat
Diare pertahunnya. Perilaku Cuci Tangan
Pakai Sabun (CTPS) dapat menurunkan
risiko penyakit Diare sebesar 45% (Fewtrell 1,
Kaufmann RB et al, 2005) dan dapat menu-
runkan sampai 23 % jalur penularan Infeksi
Saluran Pernafasan, namun begitu CTPS ini
belum merupakan kebiasaan masyarakat di
Indonesia. CTPS sebenarnya sudah diperke-
nalkan kepada anak-anak sejak kecil tidak
hanya oleh orang tua di rumah, namun
juga telah diajarkan dari Taman Kanak-
Kanak sampai Sekolah Dasar. Tetapi
kenyataannya perilaku sehat ini belum
menjadi budaya masyarakat kita dan
biasanya hanya dilakukan sekedarnya,
sebagai contoh ketika kita masuk ke
sebuah rumah makan Indonesia, biasanya
fasilitas cuci tangan disediakan dalam
bentuk kobokan berisi air bersih dengan
sepotong kecil jeruk nipis yang maksudnya
untuk menghilangkan bau amis di tangan.
Pemandangan berbeda ketika kita masuk
ke restaurant fast food terkemuka, fasilitas
cuci tangan sudah sangat memenuhi
syarat, yaitu air bersih mengalir dilengkapi
dengan sabun cuci tangan cair berkualitas
dan pengering tangan merk terkenal,
sayangnya fasilitas itu belum digunakan
dengan baik, karena biasanya orang hanya
mencuci tangan sekedar menghilangkan
bau amis bekas makanan dan lupa atau
malas mencuci tangan dulu sebelum
makan. Jika kita sedikit melirik ke
masyarakat pedesaan, pada umumnya
masyarakat desa hanya menggunakan air
seadanya dan belum banyak yang
menggunakan sabun untuk mencuci
tangan sebelum atau sesudah dari jamban.
Beberapa hal di atas menunjukan
kenyataan bahwa perilaku cuci tangan
pakai sabun sebagai salah satu upaya
personal hygiene belum dipahami
masyarakat secara luas dan prakteknya
pun belum banyak diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Kebiasaan hygienis ini masih menjadi
perilaku yang jarang dilakukan. Survei
Baseline Environmental Services Program
(ESP-USAID) 2006 menyebutkan, kebiasaan
cuci tangan pakai sabun (CTPS) pada saat
penting masih amat rendah. Survei
menyatakan, kebiasaan CTPS sebelum
makan hanya sebesar 14,3%, sesudah
buang air besar 11,7%, setelah menceboki
bayi 8,9%, sebelum menyuapi anak 7,4%
dan sebelum menyiapkan makanan hanya
6% .
Pencegahan penularan penyakit dapat di-
wujudkan melalui intervensi kesehatan. Ber-
bagai riset menyebutkan, risiko penularan
penyakit dapat berkurang dengan pening-
katan perilaku hidup bersih dan sehat, peri-
laku hygiene, seperti cuci tangan memakai
sabun pada waktu penting. Menurut peneli-
tianFewtrell l, Kaufmann RB, et al, (2005) per-
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
Sambungan dari halaman ……... 13
25
ilaku cuci tangan pakai sabun merupakan
intervensi kesehatan yang paling murah
dan efektif dibandingkan cara lain. Bukan
hanya diare, ISPA, Hepatitis A, dan kecaci
ngan, penelitian itu juga membuktikan
bahwa cuci tangan memakai sabun dapat
mencegah penularan flu burung. Penelitian
lain menyebutkan CTPS dapat mencegah
infeksi kulit, mata, dan memudahkan ke-
hidupan orang dengan HIV/AIDS.
Fakta-fakta yang bukan hanya terjadi di In-
donesia itu, mendorong Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan 2008 se-
bagai tahun Sanitasi Internasional. Tu-
juannya jelas, yakni menekan angka kesaki-
tan penyakit yang bersumber dari rendah-
nya kualitas sanitasi, khususnya kebersihan
tangan. Begitu pentingkah kebiasaan cuci
tangan hingga dirasa perlu ditetapkan hari
khusus untuk memperingatinya?. Realisas-
inya telah dicanangkannya “Hari Cuci Tan-
gan Pakai Sabun Sedunia” yang pertama di
Jakarta 15 Oktober 2008. Dan yang lebih
penting lagi adalah adanya perhatian dari
pemerintah sehingga terbit Kepmenkes No
852/Menkes/SK/IX/2008.
Aksi dan gema kegiatan Cuci Tangan Pakai
Sabun ini setiap tgl 15 Oktober dirayakan di
seluruh dunia, Global Hand Washing Day
dan tahun 2008 lalu merupakan perayaan
yang pertama. Perayaan pertama dipusat-
kan di Lapangan Markas Besar Angkatan
Udara (MBAU), Wisma Aldiron, Pancoran,
Jakarta Selatan. Pada saat yang
bersamaan, acara serupa juga diadakan di
Bandung (Lapangan Gasibu), Yogyakarta
(Alun-alun Kota), dan Malang (Stadion
Kanjuruan). Selain kegiatan di empat kota
tersebut, UNICEF juga menyelenggarakan
kegiatan serupa di 22 kabupaten, di enam
propinsi. Jutaan anak di 50 negara termasuk
Indonesia di 5 benua terlibat dalam
peringatan hari penting tersebut.
Peringatan ini dilakukan untuk menarik
perhatian dan meningkatkan kesadaran
publik terhadap cuci tangan pakai sabun.
Berbagai kegiatan ini melibatkan anak
sekolah, para dokter kecil yang disebut
sebagai Pasukan 20 detik, serta kader
kesehatan posyandu yang diharapkan
mereka menjadi agen perubahan perilaku
hidup bersih dan sehat di sekolah dan
masyarakat.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2007)
dari Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan,Depkes Prevalensi Nasional
Berperilaku Benar Dalam
Cuci Tangan : 23,2%. Menurut WHO yang
dimaksud dengan langkah-langkah CTPS
yang benar adalah yang efektif untuk
membersihkan tangan dari kuman.
Mencuci tangan pakai sabun dengan cara
yang benar memerlukan waktu minimal 20
detik.
1. Buka aliran air (atau tuang air
dengan gayung)
2. Basahkan tangan dengan sedikit
air.
3. Tutup aliran air untuk menghemat
air,
4. Gosokan sabun pada kedua
telapak tangan dan kedua
pungung tangan pakai sabun.
5. jari-jemari, kedua jempol secara
seksama,
6. Dengan mengunakan kuku,
bersihkan sela-sela di bawah kuku
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
26
7. Buka aliran air lagi (tuangkan air
dari gayung) dan gosok-gosok
kedua tangan dibawah air
mengalir sampai sisa-sisa sabun
habis.
8. Tutup aliran air kembali.
9. Keringkan kedua tangan dengan
mengibas-ibaskan kedua tangan di
udara sampai kering. Kalau ada,
keringkan pakai kain atau handuk
bersih, atau kertas tisu sekali pakai.
Praktek CTPS yang benar hanya
membutuhkan sabun dan air mengalir. Air
mengalir tidak harus dari keran, bisa juga
mengalir dari sebuah wadah berupa
gayung, botol, kaleng, ember tinggi,
gentong atau jerigen. Untuk penggunaan
jenis sabun dapat menggunakan semua
jenis sabun karena semua sebenarnya
cukup efektif dalam membunuh kuman
Langkah-langkah CTPS yang benar.
Buka aliran air
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
1
Basahkan kedua tangan dengan sedikit air
2
Tutup aliran air (hemat air)
3
4
Ambil sabun dan gosokkan tangan.
Gosok dengan seksama:
- telapak tangan
- punggung tangan,
- jari-jemari
- jempol hingga seluruh permukaan
tangan kena sabun.
Dengan mengguna-kan kuku, bersihkan
sela-sela dibawah kuku.
5
27
CTPS Pencegahan Paling Efektif
Untuk di Indonesia sendiri, kebiasaan
mencuci tangan dengan menggunakan
sabun bisa dibilang masih sangat minim.
Padahal banyak sekali manfaat yang bisa
diambil jika Anda membiasakan diri
mencuci tangan pakai sabun. “Kita harus
akui bahwa sampai sekarang kondisi
kesehatan sebagian besar masyarakat
Indonesia masih sangat memprihatinkan.
Salah satu indikator rendahnya status
kesehatan di Indonesia adalah tingginya
angka kematian bayi dan balita, yang
disebabkan oleh diare dan ISPA. Menurut
data dari Subdit Diare, Direktorat
Pengendalian Penyakit Menular Langsung,
Departemen Kesehatan RI (tahun 2003),
diare masih merupakan penyebab
kematian nomor dua pada Balita, nomor
tiga pada bayi dan nomor lima pada
semua umur,” ujar dr. Wan Alkadri, M.Sc,
Direktur Penyehatan Lingkungan,
Departemen Kesehatan RI.
Prof. Tjandra Yoga Aditama, Sp. P (K), MARS,
CTPS secara ilmiah sudah terbukti
mencegah penularan virus. Logika
gampangnya, kalau ada virus nempel di
tangan, lantas tangan dipakai gosok-gosok
hidung, maka virus bakal masuk.
Penggunaan sabun pada saat mencuci
tangan menjadi penting karena sabun
sangat membantu menghilangkan kuman
yang tidak tampak minyak/lemak/kotoran
di permukaan kulit serta meninggalkan bau
wangi. Sehingga kita dapat memperoleh
kebersihan yang berpadu dengan bau
wangi dan perasaan segar setelah mencuci
tangan pakai sabun, ini tidak akan kita
dapatkan jika kita hanya menggunakan air
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
Buka aliran air dan basuh tangan sampai
sisa-sisa sabun hilang.
6
Tutup aliran air (hemat air).
7
Keringkan kedua tangan dengan
mengibasibaskan kedua tangan di udara.
Kalau ada, keringkan kedua tangan
dengan kain bersih, handuk bersih atau
tisu.
8
28
saja. Yang tidak kalah penting untuk
diperhatikan adalah kesempatan/waktu
kita harus melakukan perilaku cuci tangan,
di Indonesia diperkenalkan 5 waktu penting,
seperti yang ada dalam Pedoman Umum
Cuci Tangan Pakai Sabun (Ditjen PP-PL,
2008) yaitu :
1. Sebelum makan
2. Sebelum menyiapkan makanan
3. Sesudah Buang Air Besar
4. Setelah menceboki bayi/anak
5. Setelah memegang unggas/hewan.
Selain waktu penting lainnya di atas yaitu ;
sebelum menyusui bayi, setelah batuk/
bersin dan membersihkan hidung, setelah
membersihkan sampah dan untuk anak-
anak adalah setelah bermain di tanah atau
di lantai.
Menurut kajian yang disusun oleh Curtis and
Cairncross (2003) didapatkan hasil bahwa
perilaku CTPS khususnya setelah kontak
dengan feses ketika ke jamban dan
membantu anak ke jamban, dapat
menurunkan insiden diare hingga 42-47%.
Perilaku CTPS juga dikatakan dapat
menurunkan transmisi ISPA hingga lebih dari
30% ini diperoleh dari kajian yang dilakukan
oleh Rabie and Curtis (2005). Di lain pihak,
Unicef menyatakan bahwa CTPS dapat
menurunkan 50% insidens flu burung. Praktek
CTPS juga dapat mencegah infeksi kulit,
mata dan memudahkan kehidupan Orang
Dengan HIV/AIDS (ODHA). Beberapa kajian
ini menunjukan bahwa intervensi CTPS
dianggap sebagai pilihan perilaku yang
efektif untuk pencegahan berbagai
penyakit menular.
Ada 5 hal penting yang harus diketahui
mengenai CTPS, yaitu:
1. Cuci tangan pakai air saja tidaklah
cukup. Penggunaan sabun selain
membantu singkatnya waktu cuci
tangan, dengan menggosok jemari
dengan sabun menghilangkan kuman
yang tidak tampak seperti minyak,
lemak dan kotoran. Dengan
menggunakan sabun, tangan pun
menjadi lebih wangi.
2. Cuci tangan pakai sabun adalah salah
satu cara yang paling efektif untuk
mencegah penyakit diare dan
pneumonia, dimana kedua penyakit
tersebut penyebab utama kematian
anak.
3. Saat paling penting mencuci tangan
pakai sabun adalah setelah
menggunakan toilet, menceboki bayi
(atau bersentuhan dengan kotoran
manusia), sebelum makan, sebelum
memberi makan anak dan sebelum
menyiapkan makanan.
4. Mencuci tangan pakai sabun adalah
cara termurah dan efektif untuk
mencegah berbagai macam penyakit.
5. Mencuci tangan pakai sabun juga
dapat mencegah berbagai macam
penyakit lain seperti, infeksi kulit, infeksi
mata, penyakit cacingan, SARS,
mencegah Flu Burung, mencegah Flu
Babi serta baik untuk penderita HIV/
AIDS dalam menjaga kesehatan.
Riset juga membuktikan bahwa cuci
tangan pakai sabun sangat efektif di
lingkungan yang padat penduduk dan
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
29
kumuh sekalipun. Begitu banyaknya
manfaat dari mencuci tangan pakai
sabun, diharapkan hal ini bisa menjadi
kebiasaan masyarakat Indonesia. Tidak
heran jika kebiasaan mencuci tangan
pakai sabun, sudah diajarkan di sekolah-
sekolah sedini mungkin. Mudah saja
mendapatkan tubuh yang sehat dan
terbebas dari kuman. Hanya dengan
mencuci tangan pakai sabun selama
20 detik, dijamin Anda akan
terbebas dari berbagai penyakit.
APLIKASI CUCI TANGAN PAKAI SABUN
Cuci tangan pakai sabun dalam kehidupan
sehari-hari dapat diterapkan di 5 tatanan
(setting) yaitu di rumah tangga, sekolah,
tempat-tempat umum, institusi kesehatan
dan di lingkungan kerja. Di semua tatanan
tersebut pada intinya adalah upaya untuk
memberdayakan ‘anggota’ di 5 tatanan
tersebut agar tahu, mau, dan mampu men-
gaplikasikan perilaku CTPS dan berperan
aktif dalam mewujudkan Perilaku Hidup Ber-
sih dan Sehat. Sehingga mulai sekarang la-
kukan kebiasaan mudah dan murah ini
agar hidup kita lebih sehat, nyaman dan
bermakna……….(selesai)
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
ANJING DAN KUCING
SELALU BERMUSUHAN . . .
MENGAPA? Oleh : Roswitha Kusuma Wardhani
Anjing hutan dan anjing domestik
Dalam dongeng anak – anak seribu
satu malam ataupun kenyataan dalam
kehidupan kita sehari – hari, memang anjing
dan kucing selalu bermusuhan. Bahkan
permusuhan ini telah dijadikan pepatah
atau peribahasa yang berbunyi demikian :
“mereka berdua ini bagai kucing dan anjing
saja, hampir setiap bertemu pasti selalu
bertengkar”. Mungkin memang ada
pengecualian beberapa kasus nyata yang
lain yakni ada anjing yang bisa hidup
berdampingan dengan kucing tanpa
adanya permusuhan, namun jumlahnya
pasti tidak banyak.
Hutan di Nusantara tercinta ini masih
banyak dihuni oleh anjing – anjing hutan
yang sering kita sebut Serigala. Lolongan
anjing hutan ini masih sering terdengar
pada malam hari ataupun pagi hari saat
mentari mulai muncul di sebelah timur,
Bersambung ke halaman ……. 39
30
Ka pasitas inovatif yang dimiliki
seseorang akan lebih
bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun
bagi orang lain, namun apabila tidak
tersalurkan akan cenderung merugikan
dirinya sendiri. Ada banyak kasus individual
yang jarang sekali ditemukannya akar
masalah seorang individu menjadi deserter
terhadap pimpinan ataupun kelompoknya
bahkan yang lebih parah bagi para
pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
masih memiliki potensi inovative bisa
menggerogoti fisiknya sehingga stroke,
apalagi pada saat aktifnya bermental labil.
Tidak jarang seorang staf
berkomentar bahwa pimpinannya “bodoh,
dan lain sebagainya”. Kenapa demikian??
Mungkin benar – benar bodoh tapi karena
keberuntungannya saja yang membuat
nasibnya menjadi baik. Bukankah memang
demikian kenyataannya bahwa walaupun
sudah ada perangkat legislasi persyaratan
penentuan sebuah jabatan namun selalu
disiasati atau tidak dipedulikan dan bahkan
dilanggar sehingga yang diperoleh bukan
“the right man on the right place” tapi “the
wrong man on the nice place”. Hal ini tidak
perlu diperdebatkan namun secara diam –
diam bisa kita lihat walaupun seorang
mantan pejabat bilang bahwa “biarlah
semua itu berjalan seperti air yang
mengalir”, wow . . . bukankah air yang
mengalir itu bisa menguap, bisa mrembes
(bhs Jawa) dan mengalirnya pasti kebawah
(ke tempat yang lebih rendah) dengan
membawa kotoran . . . akhirnya terkumpul
di laut yang saat ini mulai kotor.
Kemungkinan, pimpinannya tidak bisa
menampung masukan staf yang inovatif
dengan konsep pikir nyata dan
membintang atau mungkin pimpinan
menolak karena beda orientasi . . . orientasi
materiel atau orientasi ketenangan jabatan
atau lain – lain latar belakang alasan
individual. Untunglah bila staf bisa berpikir
jernih, loyal alias “membebek” namun
apabila perilaku staf menjadi “deserter”
pastilah merugikan institusi. Lantunan lagu
institusi yang bagus akan enak didengar
dan tenang apabila pimpinan dan staf
sama bodohnya atau sama pintarnya atau
sama orientasinya, baik “programme
oriented” ataupun “money oriented”. Oleh
karena itu, institusi yang berfungsi sebagai
pembina harus lebih jeli apabila institusi
dibawahnya bergejolak atau tenang –
tenang yang katanya seperti air yang
mengalir (ke laut yang menjadi kotor?).
Penyelesaian masalahnya, bukan
menenangkan atau meninabobokkan
institusi yang bergolak atau memberikan
acungan jempol terhadap yang tenang –
tenang, tetapi buatlah suatu instrumen
pembinaan yang efektif. Mari . . . kita
songsong masa depan dengan penuh rasa
tanggungjawab.
Alkisah para pensiunan yang masih
memiliki kapasitas inovatif akan merasa
kesepian yang nabrak kiri kanan, yang
penting bisa menyalurkan kemampuannya
dalam membangun masa depan bangsa.
Anda ingin mendirikan Yayasan ?
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
31
Para pensiunan mantan pejabat yang
Hubungan Antar Manusia (HAM)nya bagus
akan memperoleh pekerjaan lanjutan,
misalnya sebagai konsultan ataupun
sebagai staf kesekretariatan yang dianggap
penting oleh institusi asal mereka bekerja
sehingga mereka masih mempunyai
kesempatan untuk menyalurkan kapasitas
inovatifnya bagi institusi. Bagi pensiunan
yang tidak memiliki kesempatan pekerjaan
tersebut akan merasa kesepian bila tidak
memiliki kesibukan lain bahkan mantan
pejabat yang tipe kepemimipinannya
otoriter bisa terkena kasus “post power
syndrome”, sering marah – marah di rumah
karena terbiasa marah di kantor, sakit –
sakitan yang selanjutnya terkena stroke, dll.
Untuk para pensiunan yang tidak
memiliki kesempatan bekerja dari institusi
asal dia bekerja, kemampuan inovatif
ataupun bakat marah, sebaiknya
disalurkan melalui institusi independen yang
dipimpinnya sendiri yakni dengan cara
mendirikan sebuah yayasan sosial. Yayasan
yang akan didirikan lebih tepat bila bermitra
dengan sektor asal mereka bekerja, bisa
sebagai fungsi kontrol, bahkan bisa sebagai
oposan namun harus memiliki tujuan demi
kepentingan bangsa ini. Selanjutnya,
apakah yayasan itu? Bagaimana syarat –
syarat pendiriannya? Apakah
tanggungjawabnya, dll? Anda bisa
membaca Undang – undang nomor 16
tahun 2001 tentang Yayasan, serta
membaca legislasi dibawahnya yang lebih
operasional. Kenyataan menunjukkan
bahwa banyak sekali yayasan – yayasan
yang sudah mulai beroperasi namun status
hukumnya tidak legal. Oleh karena itu,
Penulis menganjurkan agar para pensiunan
memperhatikan status hukum dalam
pendirian yayasan yang akan dibangun.
Secara singkat, sepintas tentang yayasan
ini, sebagai berikut :
Yayasan adalah badan hukum yang terdiri
atas kekayaan yang dipisahkan dan
diperuntukkan untuk mencapai tujuan
tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan
kemanusiaan, yang tidak mempunyai
anggota.
Kementrian yang berwenang dalam
pendirian yayasan ini adalah kementrian
kehakiman dan hak azasi manusia.
Yayasan dapat mendirikan badan usaha
yang kegiatannya sesuai dengan maksud
dan tujuan yayasan; Yayasan dapat
melakukan penyertaan dalam berbagai
bentuk usaha yang bersifat prospektif
dengan ketentuan seluruh penyertaan
tersebut paling banyak 25 % (dua puluh lima
persen) dari seluruh nilai kekayaan Yayasan;
Anggota Pembina, Pengurus, dan
Pengawas Yayasan dilarang merangkap
sebagai Anggota Direksi atau Pengurus dan
Anggota Dewan Komisaris atau Pengawas
dari badan usaha.
Yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih
dengan memisahkan sebagian harta
kekayaan pendirinya, sebagai kekayaan
awal; Pendirian Yayasan dilakukan dengan
akta notaris dan dibuat dalam bahasa
Indonesia; Yayasan dapat didirikan
berdasarkan surat wasiat; Biaya
pembuatan akta notaris ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah; Dalam hal Yayasan
didirikan oleh orang asing atau bersama-
sama orang asing, mengenai syarat dan
tata cara pendirian Yayasan tersebut diatur
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
32
dengan Peraturan Pemerintah.
Dalam pembuatan akta pendirian Yayasan,
pendiri dapat diwakili oleh orang lain
berdasarkan surat kuasa; Dalam hal
pendirian Yayasan dilakukan berdasarkan
surat wasiat, penerima wasiat bertindak
mewakili pemberi wasiat; Dalam hal surat
wasiat tidak dilaksanakan, maka atas
permintaan pihak yang berkepentingan,
Pengadilan dapat memerintahkan ahli waris
atau penerima wasiat yang bersangkutan
untuk melaksanakan wasiat tersebut.
Yayasan memperoleh status badan hukum
setelah akta pendirian memperoleh
pengesahan dari Menteri; Kewenangan
Menteri dalam memberikan pengesahan
akta pendirian Yayasan sebagai badan
hukum dilaksanakan oleh Kepala Kantor.
Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak
Asasi Manusia atas nama Menteri, yang
wilayah kerjanya meliputi tempat
kedudukan Yayasan; Dalam memberikan
pengesahan, Kepala Kantor Wilayah
Departemen Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia dapat meminta pertimbangan dari
instansi terkait.
Pengesahan akta pendirian diajukan oleh
pendiri atau kuasanya dengan mengajukan
permohonan tertulis kepada Menteri;
Pengesahan diberikan dalam waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
tanggal permohonan diterima secara
lengkap. Dalam hal diperlukan
pertimbangan pengesahan diberikan atau
tidak diberikan dalam jangka waktu:
a. paling lambat 14 (empat belas) hari
terhitung sejak tanggal jawaban
permintaan pertimbangan diterima dari
instansi terkait; atau
b. setelah lewat 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak tanggal jawaban permintaan
pertimbangan kepada instansi terkait
tidak diterima.
Dalam hal permohonan pengesahan
ditolak, Menteri wajib memberitahukan
secara tertulis disertai dengan alasannya,
kepada pemohon mengenai penolakan
pengesahan tersebut; Alasan penolakan
adalah bahwa permohonan yang diajukan
tidak sesuai dengan ketentuan dalam
Undang-undang ini dan/atau peraturan
pelaksanaannya.
Akta pendirian memuat Anggaran Dasar
dan keterangan lain yang dianggap perlu;
Anggaran Dasar Yayasan sekurang-
kurangnya memuat:
a. nama dan tempat kedudukan;
b. maksud dan tujuan serta kegiatan
c. untuk mencapai maksud dan tujuan
tersebut;
d. jangka waktu pendirian;
e. jumlah kekayaan awal yang
dipisahkan dari kekayaan pribadi
pendiri dalam bentuk uang atau
benda;
f. cara memperoleh dan penggunaan
kekayaan;
g. atau cara pengangkatan,
pemberhentian, dan penggantian
anggota Pembina, Pengurus, dan
Pengawas;
h. hak dan kewajiban anggota Pembina,
Pengurus, dan Pengawas;
i. tata cara penyelenggaraan rapat
organ Yayasan;
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
33
j. ketentuan mengenai perubahan
Anggaran Dasar;
k. penggabungan dan pembubaran
Yayasan; dan
l. Penggunaan kekayaan sisa likuidasi
atau penyaluran kekayaan Yayasan
setelah pembubaran.
Keterangan lain memuat sekurang-
kurangnya nama, alamat, pekerjaan,
tempat dan tanggal lahir, serta
kewarganegaraan Pendiri, Pembina,
Pengurus, dan Pengawas; Jumlah minimum
harta kekayaan awal yang dipisahkan dari
kekayaan pribadi Pendiri ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah
a. Yayasan tidak boleh memakai nama
yang:
b. telah dipakai secara sah oleh Yayasan
lain; atau
c. bertentangan dengan ketertiban
umum dan/atau kesusilaan.
Nama Yayasan harus didahului dengan
kata "Yayasan"; Dalam hal kekayaan
Yayasan berasal dari wakaf, kata "wakaf"
dapat ditambahkan setelah kata "Yayasan".
Kekayaan Yayasan berasal dari sejumlah
kekayaan yang dipisahkan dalam bentuk
uang atau barang; Selain kekayaan
tersebut, kekayaan Yayasan dapat
diperoleh dari :
• sumbangan atau bantuan yang tidak
mengikat;
• wakaf;
• hibah;
• hibah wasiat; dan
• perolehan lain yang tidak
bertentangan dengan Anggaran
Dasar Yayasan dan/atau peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pengurus Yayasan diangkat oleh Pembina
berdasarkan keputusan rapat Pembina
untuk jangka waktu selama 5 (lima) tahun
dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu)
kali masa jabatan; Susunan Pengurus
sekurang-kurangnya terdiri atas:
• seorang ketua;
• seorang sekretaris; dan
• seorang bendahara.
Nah, selanjutnya sektor atau instansi
mana saja yang memberikan pertimbangan
dalam pendirian yayasan ini, antara lain
yakni sektor sosial (Depsos), BK3S, dll yang
mengeluarkan ijin operasional yayasan.
Selamat menikmati tugas dalam pekerjaan
yang baru. (RBAW)
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
EMPAT SEHAT LIMA SEMPURNA ???
34
Kr iteria ilmiah untuk pandemi
influenza baru (H1N1) telah
terpenuhi atas dasar kejadian yang ada.
Penularan virus Influenza baru (H1N1) ini
mudah menjalar dari orang ke orang lain,
dan dari satu negara ke
negara lain. Sejak
sebelum
ditetapkannya
kejadian
Influenza baru (H1N1)
sebagai pandemi pada tanggal 11
Juni 2009 oleh Direktur Jenderal WHO Dr
Margaret Chan, Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok melakukan
pencegahan secara intensif agar tidak
menyebar masuk ke Indonesia melalui
pelabuhan Tanjung Priok.
H1N1 vs H5N1
Kita tahu bahwa virus tersebut telah
masuk Indonesia namun upaya
pencegahan tersebut masih tetap harus
dilakukan agar tidak menambah jumlah
kasus kesakitan Influenza baru (H1N1) ini.
Disisi lain kasus influenza H5N1 (flu burung)
yang sangat mematikan ini juga masih
tetap bercokol di bumi pertiwi. Yang paling
di khawatirkan adalah terjadinya
perkawinan antar virus ini yang bisa
memunculkan virus dengan sub tipe yang
baru, dengan tingkat keganasan yang
mematikan seperti pada H5N1 dan potensi
penularannya tinggi seperti pada H1N1.
Apa yang dilakukan KKP?
Beberapa kegiatan antisipatif yang
dilakukan oleh KKP Kelas I Tanjung Priok
sampai dengan saat ini, antara lain :
1. Melakukan Sistem Kewaspadaan Dini
(SKD) melalui deteksi dini dalam :
• P e n g a w a s a n
kapal dalam
k a r a n t i n a
Pemeriksaan
lebih intensif
terhadap kapal yg
datang dari luar negeri, untuk kapal
yang berasal dari negara terjangkit
dilakukan pemeriksaan lebih intensifdi
Luar Dam (zone Quarantine), sedang
kapal yang berasal dari negara sehat
tetap dilakukan pemeriksaan intensif
namun pemeriksaannya dilakukan di
Kade (dermaga).
Petugas KKP Kelas I Tanjung Priok diatas motor boat menuju
luar dam guna pemeriksaan kapal dalam karantina
Petugas KKP Kelas I Tanjung Priok diatas kapal di luar dam
bersiap dalam Pemeriksaan kapal dalam karantina
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
PENCEGAHAN MASUKNYA H1N1
MELALUI PELABUHAN LAUT
(Summary report)
35
• Pemeriksaan kesehatan Awak kapal
dan penumpang lebih intensif dan
orang per orang, termasuk
penanganan dan rujukan kasus
tersangka ke Rumah Sakit Penyakit
Infeksi Soelianti Saroso (RSPI) serta
pemberian Health Allert Cards
terhadap yang terpapar
• Pemeriksaan kesehatan lebih Intensif
terhadap kunjungan pasien yang
datang di Klinik KKP dan Wilayah
kerjanya
• Pengawasan terhadap Klinik yang
berada di lingkungan Pelabuhan
2. Melakukan sosialisasi melalui :
• Surat edaran
KKP Kelas I Tanjung Priok membuat
surat edaran secara terus menerus
sebagai tindak lanjut surat – surat
edaran Dirjen PP & PL – Depkes RI
• Pertemuan
Pertemuan - pertemuan yang
diselenggarakan oleh KKP Kelas I
Tanjung Priok, untuk mengantisipasi
masuknya kasus H1N1 melalui
pelabuhan Tanjung Priok, yang
melibatkan seluruh stake holder di
pelabuhan Tanjung Priok.
• Hasil sosialisasi oleh KKP Kelas I Tanjung
Priok melalui surat edaran dan
pertemuan ini membuahkan hasil
bahwa para stake holder juga
menyelenggarakan dan memfasilitasi
pertemuan – pertemuan berikut untuk
mengantisipasi masuknya kasus H1N1
melalui pelabuhan Tanjung Priok,
antara lain pertemuan – pertemuan
yang diselenggarakan dan difasilitasi
oleh Administrator Pelabuhan, oleh
Insa Jaya, oleh BKKP, dan lain – lain
stake holder.
3. Diseminasi informasi melalui pemasangan
poster dan leaflet
4. Komunikasi, edukasi dan informasi (KIE)
terhadap awak kapal, penumpang
kapal dan para agen pelayaran,
dengan muatan – muatan :
Petugas KKP Kelas I Tanjung Priok berada di atas kapal
bersiap untuk pemeriksaan kesehatan awak kapal
Bpk Dirjen PP & PL
meninjau kelengkapan peralatan
Medis di KKP Kelas I Tanjung Priok
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
36
Jika menderita Influenza, agar :
• Melapor ke KKP atau Puskesmas
• Tetap tinggal di rumah
• Menghindari tempat – tempat umum
selama 7 hari
• Menerapkan etika batuk
• Memakai masker
• Hygiene diri dengan cara selalu
mencuci tangan dengan sabun
• Tempat tinggal agar ada ventilasi dan
sirkulasi udara yang baik
• PHBS
• Minum obat sesuai anjuran
• Makanan bergizi dan cairan yang
cukup
5. Penguatan sarana melalui penyediaan
obat – obatan, alat pelindung diri (APD)
bagi petugas, dll
6. Penguatan sumber daya manusia (SDM)
melalui pembinaan staf dan simulasi
7. Penguatan institusi
Tidak kalah pentingnya adalah
penguatan institusi dengan cara
pembentukan tim penanganan H1N1
melalui Surat Keputusan Administrator
Pelabuhan Utama Tanjung Priok Nonor :
UK.117/31/6/AD.RPK-09 pada tanggal :
23 Juli 2009 tentang Pembentukan Tim
Kewaspadaan, Pencegahan dan
Penanganan Influenza A Baru (H1N1) di
Pelabuhan Tanjung Priok.
Selamat bekerja. (RBAW)
Pertemuan jejaring kerja dan kemitraan seluruh stake holder yang diselenggarakan oleh
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok
Bahan dan peralatan yang digunakan
Mengantisipasi masuknya kasus H1N1
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
37
Si rih merupakan tanaman
merambat yang
sering kita temukan di
daerah pedesaan yang
sengaja ditanam oleh
penduduk setempat.
Untuk daerah
perkotaan,
kebanyakan ditanam
pada pot bunga, yang
batang menjalarnya
diarahkan keatas sebagai
penghijauan untuk halaman
depan bangunan rumah lantai
dua, sedang pot tempat akarnya
tumbuh tetap berada di lantai dasar
guna memudahkan dalam
penyiramannya. Tanaman sirih ini bisa
merambat keatas sampai ketinggian lebih
dari 10 meter, bagus untuk penghijauan
bangunan rumah di lantai dua. Yang pasti,
tanaman sirih ini banyak ditemukan di hutan
tropis yang tumbuh liar, termasuk hutan –
hutan di Indonesia.
Daun dan buahnya biasa dimamah
dengan cara mengunyah namun tidak
ditelan, biasanya dilakukan oleh para orang
– orang tua di daerah pedesaan walau
kadangkala juga ditemukan beberaapa
orang kota bahkan para profesional yang
memamah sirih. Anda mungkin tidak
percaya, namun kenyataan ini bisa
ditemukan di daerah Nusa Tenggara Timur,
bahkan seorang dokter spesialispun juga
memamah sirih. Silakan anda berkunjung ke
Kupang, dan lebih banyak lagi ke
pulau Sabu (di peta pulau
Sawu ; Red). Untuk di
wilayah pulau Jawa, yang
dipakai untuk
memamah sirih
adalah daunnya
sedang di wilayah
Nusa Tenggara
Timur, yang
dipakai untuk
memamah sirih
adalah buahnya.
Mana yang lebih
enak? Daunnya
atau buahnya?
Silakan anda
mencobanya sendiri.
Untuk membangun sebuah
bangunan Perlindungan Mata Air atau
kadang disebut bronch captering,
penduduk Kabupaten Ngada – Propinsi
Nusa Tenggara Timur mengadakan upacara
adat, salah satu acaranya adalah seluruh
peserta upacara diminta untuk memamah
sirih yang disuguhkan. Ini merupakan salah
satu adat kebiasaan bangsa Indonesia
yang unik namun dapat menumbuhkan
kebersamaan dan kegotongroyongan serta
tingginya pesan moral yang terkandung
didalamnya. Campuran dalam memamah
sirih; campuran memamah sirih untuk di
wilayah pulau Jawa adalah gambir, kapur,
pinang dan tembakau sebagai pengoles
SIRIH
Oleh : Irene Kusum
astuti
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
38
bibir sedangkan untuk di wilayah Nusa
Tenggara Timur hanya memakai campuran
kapur, pinang dan tembakau sebagai
pengoles bibir serta serabut buah pinang
sebagai sikat gigi.
Batang, daun dan buah sirih
Batang sirih berbentuk bulat,
berwarna hijau kecoklatan, mempunyai
ruas sekitar 10 – 15 cm. Ruas batang sirih ini
merupakan tempat munculnya akar,
munculnya cabang, munculnya daun dan
munculnya bunga / buah. Daun sirih
muda berwarna hijau sedang yang tua
akan semakin menguning dan selanjutnya
akan jatuh atau tanggal. Buah sirih
berbentuk batang lonjong sekitar 10 cm
berwarna biru muda keabu – abuan.
Kegunaan sirih.
Sangat banyak sekali kegunaan sirih
bagi kita manusia, namun hanya beberapa
saja yang akan Penulis kemukakan, antara
lain :
1. Memamah sirih
Seperti yang Penulis ceriterakan diatas,
bahwa beberapa daerah melakukan
upacara adat dengan cara
memamah sirih bersama, disamping
sebagai selingan bagi kebiasaan
penduduk pada saat ngrumpi
bersama bahkan mamah sirih ini
menyebabkan ketagihan bagi si
pelaku.
2. Gusi bengkak atau berdarah
Bila gusi bengkak atau berdarah,
rebuslah 5 helai daun sirih yang masih
berwarna hijau kedalam 2 gelas air,
setelah mendidih biarkan selama 10
menit. Selanjutnya air rebusan daun
sirih tersebut dipakai untuk berkumur,
lakukan ini setiap 3 jam sampai
berangsur – angsur gusi sembuh dan
tidak mengeluarkan darah.
3. Bau mulut
Untuk menghilangkan bau mulut,
caranya sama dengan pada gusi
bengkak yakni rebuslah 5 helai daun
sirih yang masih berwarna hijau
kedalam 2 gelas air, setelah mendidih
biarkan selama 10 menit. Selanjutnya
air rebusan daun sirih tersebut dipakai
untuk berkumur, lakukan ini pagi, siang
dan malam sebelum tidur
4. Sakit gigi
Untuk menghilangkan sakit gigi, juga
sama dengan pada gusi bengkak
ataupun bau mulut, yakni rebuslah 5
helai daun sirih yang masih berwarna
hijau kedalam 2 gelas air, setelah
mendidih biarkan selama 10 menit.
Selanjutnya air rebusan daun sirih
tersebut dipakai untuk berkumur,
lakukan ini berulang – ulang sampai
rasa sakitnya hilang.
5. Mimisan
Yang sering ditemui biasanya yang
sakit mimisan adalah anak – anak.
Ambillah sehelai daun sirih, dicuci
dengan air hangat sampai bersih,
digulung kecil, kemudian salah satu
ujung gulungan daun sirih tersebut
dipotong, selanjutnya masukkan
potongan gulungan daun sirih tersebut
kedalam hidung sekitar 1 cm.
6. Bagi wanita
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
39
Bagi wanita dewasa yang belum
kawin, untuk menghilangkan bau
vagina sedangkan untuk wanita
dewasa yang sudah, untuk
menghilangkan bau dan membuat
vagina menjadi rapat.
Caranya, ambilah daun sirih muda
yang berwarna hijau sebanyak 15
lembar, direbus dengan air
secukupnya dalam panci kecil,
setelah mendidih dibiarkan selama 10
menit dengan api masih menyala.
Selanjutnya taruh dibawah kaki depan
sebuah kursi, sedang wanitanya
duduk di kursi dengan kaki terbuka
tanpa memakai celana dalam,
dengan harapan agar pagina dapat
tertimpa uap rebusan daun sirih
tersebut. Dalam hal ini, aturlah
kedudukan kursi dan panci agar tidak
membahayakan wanita yang
sementara diuap.
Selamat mencoba.
Bagi para pembaca buletin yang
belum pernah melihat tanaman sirih, disini
ditampilkan beberapa foto tanaman sirih.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Selamat mencoba, terutama
bagi wanita dewasa. (selesai)
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
lolongannya menyeramkan dan membuat
bulu kuduk berdiri. Lolongan anjing hutan
atau asu ajag (bahasa penduduk di lereng
Gunung Raung – Banyuwangi : red)
menunjukkan bahwa di lokasi raungan
tersebut terdapat sekelompok anjing hutan
dalam jumlah yang besar.
Anjing rumah merupakan serigala
yang telah mengalami domestikasi,
walaupun juga sama – sama mamalia
karnivora tetapi sudah tidak liar atau tidak
buas lagi, selanjutnya berkembang menjadi
ratusan ras dengan berbagai macam
variasi. Variasinya bermacam – macam,
mulai dari tinggi badan, bentuk muka
sampai ke warna dan bentuk bulu. Anjing
domestik merupakan makhluk sosial yang
bisa hidup tinggal bersama manusia, bisa
diajak bermain, bisa dilatih, dan merupakan
binatang yang paling setia terhadap
manusia yang memeliharanya. Disamping
kesetiaannya, anjing juga memiliki
Sambungan dari halaman …………. 29
PHOTO TANAMAN SIRIH
40
kecerdasan yang cukup tinggi sehingga
bisa melakukan kegiatan sesuai perintah
majikannya walaupun harus melalui
pelatihan – pelatihan tertentu, misalnya
anjing dipakai di bandara karena melalui
hidungnya bisa menunjukkan letak narkoba,
dipakai berburu karena keahliannya dalam
menaklukkan buruannya, dll. Tingkat
kecerdasan anjing dalam menunjukkan
kepandaiannya, tergantung jenis anjing.
Anjing memiliki otot yang kuat, tulang
pergelangan kaki yang bersatu sehingga
memiliki kecepatan berlari yang kencang,
sedang giginya untuk menangkap dan
mencabik mangsanya. Anjing bisa melihat
warna kuning, ungu atau violet dan tidak
bisa melihat secara detail namun lebih
sensitif terhadap cahaya dan gerakan bila
dibanding dengan manusia. Anjing dapat
menggerakkan daun telinganya
(memiringkan, memutar, menidurkan dan
menegakkan) agar lebih cepat bisa
menentukan lokasi sumber suara
sebenarnya, disamping itu juga mampu
mendengar suara yang sumbernya empat
kali lebih jauh dari yang dapat didengar
oleh manusia.
Beberapa penyakit pada anjing juga
merupakan penyakit pada manusia,
disamping juga bisa mengalami keletihan,
kesakitan akibat temperatur udara yang
berubah secara drastis, dll. Penyakit anjing
yang paling mengerikan dan dapat
menular ke manusia adalah penyakit anjing
gila atau rabies.
Kucing
Kucing juga merupakan mamalia
karnivora, ada yang liar juga ada yang
sudah mengalami domestikasi. Kucing juga
dapat bersosialisasi dengan manusia
sehingga dapat dipakai sebagai penjaga
padi atau bahan makanan lain dari
gangguan tikus. Kucing betina lebih pandai
dan lebih mampu mengingat perintah
majikannya bila dibandingkan dengan
kucing jantan.
Beda perilaku kucing dengan anjing ?
Beda perilaku kucing dan anjing yang perlu
kita ketahui dalam kenyataan kehidupan
sehari – hari, antara lain :
1. Apabila makanan yang diberikan
oleh Sang Majikan sangat kurang :
anjing dan kucing akan mencari
makanan di tempat lain, namun
anjing akan kembali pulang ke rumah
Sang Majikan sedang kucing akan
tetap tinggal di tempat yang banyak
memberikan makanan (tidak pulang
lagi ke rumah Sang Majikan).
2. Pada saat Sang Majikan tiba di
rumah atau bertemu dimanapun,
anjing pasti menyambut Sang
Majikan walaupun sebelumnya
dalam keadaan tidur sedang kucing
akan berdiam diri tidak peduli pada
majikannya, kecuali Sang Majikannya
terlebih dahulu yang
mendatanginya.
3. Ekor anjing akan digoyang –
goyangkan atau dikibas – kibaskan
pada saat dia senang, sedang ekor
digoyang – goyangkan atau dikibas –
kibaskan pada kucing pertanda
bahwa si kucing sedang marah. Hal
inilah yang menyebabkan kucing
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
41
dan anjing tidak bisa hidup
berdampingan, karena pasti akan
bertengkar.
Betapa tidak?
Pada saat anjing mau mengajak kucing
bermain maka anjing akan menghampiri
kucing dengan mengibas – ibaskan dan
menggoyang – goyangkan ekornya; tetapi
tidak disangka bahwa kucing yang
menyangka bahwa anjing marah dan
menantangnya sehingga kucing langsung
menerkam dan mencakar anjing; tanpa
banyak komentar anjing langsung
membalas terkaman dan gigitannya.
Oleh simbol yang berbeda tersebut, maka
selalu kita lihat anjing dan kucing selalu
bertengkar saling terkam.
Nah, manusia saling berbeda budaya,
alangkah baiknya bila kita saling
mengetahui simbul – simbol perbedaan
antara sesama agar tidak saling mencakar.
KAPAN SAYA BISA
MELAKUKAN
KAJIAN ???
Kajian merupakan suatu
proses pemecahan
masalah dengan
menggunakan prosedur
yang sistematis, logis, dan empiris sehingga
akan ditemukan suatu kebenaran.
Sistematis dalam arti memiliki metode atau
tata cara dan tata urutan serta bentuk
kegiatan yang jelas dan runtut. Logis dalam
arti menggunakan prinsip yang dapat
diterima akal. Empiris dalam arti
berdasarkan realitas atau kenyataan. Oleh
karena itu, kajian merupakan proses yang
sistematis, logis, dan empiris untuk mencari
kebenaran ilmiah atau pengetahuan ilmiah.
Sumbangan kajian terhadap ilmu
pengetahuan dan teknologi, yang akan
menghasilkan fakta-fakta empiris, pengujian
kebenaran konsep, beberapa proposisi dan
beberapa teori
Namun demikian dalam pelaksanaan
suatu proses kajian, tidak bisa meninggalkan
fungsi – fingsi manajemen, termasuk
budgeting. Fungsi manajemen merupakan
elemen – elemen dasar yang akan selalu
ada dan melekat di dalam proses
manajemen yang akan dijadikan acuan
oleh manajer dalam melaksanakan
kegiatan kajian untuk mencapai tujuan.
Fungsi manajemen tersebut meliputi
merencanakan (planning), mengorganisir
(organizing), memerintah staf (staffing),
mengordinasi (coordinating), pelaporan
(reporting), dan penganggaran
(budgeting). Namun penggunaan fungsi
manajemen ini bervariasi tergantung
keinginan masing – masing manajer.
Untuk menjawab, kapan saya
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
Cit…. Cit...
Aku bukanlah sumber
Masalahnya lho …….. !!!
42
melakukan kaijian? Inilah jawabnya : Fungsi
penting manajemen dan tidak mungkin bisa
ditinggalkan dalam melaksanakan suatu
kajian yakni fungsi penganggaran
(budgeting); selanjutnya suatu kajian, pasti
memerlukan anggaran biaya yang
memadai sesuai kebutuhan. Harapan
tinggal harapan, kenyataannya anggaran
kajian tersebut tidak muncul lagi.
Sebagai selingan agar kita tetap
segar (fresh) dalam melaksanakan tugas
secara optimal, dibawah ini disajikan hasil
kajian Mr. X tentang pilihan gambar dan
sikap seorang pria. Jika anda seorang pria,
silakan pilih gambar yang anda sukai
dibawah ini. Pilih : segi enam beraturan atau
segi empat atau segi tiga atau lingkaran?
Jawaban dapat dilihat pada halaman .... 47
Bom di Jakarta pada bulan Juli 2009, tepatnya
pada tanggal 17 Juli 2009 pukul 07.47
dan 07.57 terjadi di kawasan Mega
Kuningan - Jakarta di hotel JW. Mariott
dan Ritz – Carlton. Peristiwa bom di
dua hotel ini adalah peristiwa bom
bunuh diri yang menewaskan 9 orang
korban dan melukai lebih dari 50 orang,
baik warga negara Indonesia
maupun warga negara asing.
Peristiwa memilukan ini terjadi
sembilan hari setelah pemilu
Presiden dan wakil Presiden kita dan
juga menjelang dua hari sebelum
kedatangan tim sepak bola Manchaster
United yang direncanakan menginap di
hotel Ritz – Carlton untuk melakukan
pertandingan dengan tim sepak bola
Indonesia pada tanggal 20 Juli 2009.
Kejadian ini adalah pilu bangsa kita,
keamanan di negara kita dianggap
kurang bagus, korban secara langsung
dan tidak langsung menimpa saudara –
saudara kita terutama yang tingkat
ekonominya menengah kebawah.
Pelaku yang disebut sebagai pengantin
(pengebom bunuh diri) adalah juga bangsa
kita, sedang perancangnya yang masih
hidup dan tersenyum justru bukan bangsa
kita.
Syukurlah beberapa waktu kemudian
para perancang bom ini bisa ditemukan
melalui penggerebekan
yang
dilakukan
oleh
aparat
yang
berwenang,
dan pasti atas informasi
yang diberikan oleh
masyarakat yang mulai gerah
dengan tindak – tanduk para teroris yang
menyengsarakan masyarakat. Hal ini
memang tergantung dari sosialisasi moral
terhadap masyarakat bahwa tindakan
tersebut adalah tidak benar dan akan
memperoleh sangsi hukum yang berat;
bahkan masyarakat mulai menolak
daerahnya dijadikan tempat pemakaman
BOM JAKARTA
JULI 2009
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
43
para teroris yang yang mati tertembak.
Tampaknya para pengantin ini
bersedia sebagai pelaku bom bunuh diri
oleh karena tingkat ekonominya yang susah
bak “hidup segan mati tak hendak”, . . .
mendapat tawaran yang menjajnjikan
walau tidak jelas, ditambah lagi “masuk
sorga”, . . . akhirnya diterima, mungkin
demikian ceriteranya.
Marilah kita lihat, kepulangan para
Tenaga Karja Indonesia (TKI) yang pulang
paksa dari negeri Jiran (Malaysia), waduuu .
. . terenyuh rasanya, sebagian besar tanpa
membawa uang hasil kerja, ada yang masih
tampak luka cambuk akibat sangsi hukum
yang diterimanya di negeri Jiran, ada yang
hamil tanpa bapak, ada yang membawa
anak tanpa suami . . . silakan tengok di
Pelabuhan Tanjung Priok setiap hari Selasa
dan Jumat. Bila anda memiliki jiwa
nasionalis, pastilah hati anda akan merasa
tersayat, mereke – mereka adalah bangsa
kita. Disisi lain, kita tahu bahwa perancang
pengeboman di negara kita, bukanlah
berasal dari negara kita sendiri. Kita tidak
perlu sinisme terhadap negara asal
pengebom tetapi marilah kita renungkan,
selama ini kita menyembunyikan para teroris
sehingga para aparat merasa sulit
menemukan aktor perencana
pengeboman tersebut. Barulah mulai ada
penolakan masyarakat terhadap aktor
pengebom setelah munculnya sosialisasi
moral dan sangsi hukum yang berat akan
diterima bagi mereka yang mendukung
aktor pengebom tersebut.
Memang benar bahwa “bersama kita bisa”,
artinya seluruh komponen masyarakat akan
bisa membersihkan unsur – unsur pengebom
dari negeri kita tercinta ini.
Ajakan ini artinya dalam dan bisa kita
lakukan. (RBAW)
Gempa berkekuatan 7,3 skala richter yang berpusat
sekitar 142 km Barat Daya Tasikmalaya –
Jawa Barat, juga menimpa Jawa Barat dan
seluruh DKI Jakarta yang menyebabkan
ratusan orang meninggal dunia dan
puluhan orang hilang, banyak yang luka
ringan hingga luka berat. Peristiwa tersebut
terjadi pada hari Rabu tanggal 2 September
2009 sekitar pukul 14.55 WIB.
Bangunan rumah penduduk dan
infra struktur di Propinsi Jawa Barat banyak
yang rusak berat, kerugian materiel dan
moril tidak terhitung banyaknya, sekali lagi
kasihan bangsa kita. Setelah bertubi – tubi
terjadinya pengboman di negeri kita, kini
tertimpa gempa yang mengenaskan
bangsa kita.
Pada tanggal 30 September
2009 juga terjadi gempa dan
tsunami berkekuatan 8,3 skala richter
di negara kepulauan Samoa – Pasifik
Selatan, ratusan orang meninggal
dunia dalam musibah tersebut.
Memang tanda – tanda
zaman bahwa bumi semakin tua,
kejadian ini tidak bisa dihindari, kita
hanya bisa meminimalisir jatuhnya
korban jiwa dan meminimalisir
kerugian harta benda. Kita berharap
akan kasih sayang Tuhan selalu
merangkul kehidupan kita. (RBAW)
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
44
Pa da zaman
dahulu kala,
ada sesepasang
keluarga berbahagia
tinggal di sebuah
desa kecil, mereka
dikaruniai seorang
anak perempuan cantik yang nama
Cinderella. Adanya wabah penyakit yang
tidak diketahui nama penyakitnya
menyebabkan Sang Ibu meninggal dunia
sehingga Sang Ayah. Oleh rasa kesulitan
merawat anak perempun yang cantik ini,
maka Sang Ayah mencari sesosok
perempuan lain untuk dijadikan Ibu bagi
anak perempuannya. Akhirnya Sang Ayah
mendapatkan istri seorang Janda dengan
dua orang anak perempuan yang
diharapkan dapat menjadi Ibu yang
mampu merawat Si Cinderella. Selanjutnya,
Janda dan kedua anaknya tersebut tinggal
bersama Cinderella dan ayahnya. Pada
awalnya, Cinderella merasa sangat senang
sekali karena disamping memiliki Ibu
sebagai pengganti Ibu kandungnya yang
telah meninggal dunia, namun juga memiliki
saudara sebaya yang dapat sebagai
teman bermain di rumahnya.
Harapan Cinderella, tinggal harapan,
sedangkan kenyataannya justru kedua
saudara tiri dan Ibu tirinya ini menyakitkan
hati Cinderella. Nasib Cinderella sebagai
anak tiri sangat menyedihkan, saudara
tirinya selalu menyudutkan Cinderella
dengan kedua saudara tirinya, bahkan
yang sangat menyakitkan adalah kamar
tidur yang tadinya dipakai oleh Cinderella,
ternyata dijadikan sebagai kamar tidur bagi
kedua saudara tirinya sedang Cinderella
harus tidur di dapur.
Kondisi kebersihan dapur pada saat
itu sangat memprihatinkan, udaranya
pengap tanpa ventilasi, pada siang hari
udaranya panas, dan banyak sekali
tikusnya. Saat . . . saat sebelum tidur,
kadang bercengkerama dengan tikus – tikus
yang mulai akrab dengan keberadaan
Cinderella yang tidur di dapur, padahal tikus
– tikus tersebut dapat menularkan penyakit
Pes (Plague) melalui kutunya dan penyakit
leptospirosis melalui kencingnya.
Keakraban Cinderella dengan tikus – tikus
yang bermukim dalam dapur tersebut
menyebabkan keterpaparan Cinderella
akan penyakit yang dapat ditularkan oleh
penyakit Pes yang pada saat itu sering
mewabah di beberapa negara. Jenis – jenis
tikus yang mejadi tempat tinggal pinjal yang
menularkan penyakit Pes ini, antara lain : R.r.
diardii, S. murinus, R. exulans, Hiomys suillus,
R. tiomanicus, dan pinjal yang menjadi
penularnya antara lain : Xenopsylla
cheopis, Neopsylla sondaicus, Stivalius
cognatus, Culex iritans, sedangkan kuman
RELAKSASI
sedang Ibu tirinya sering
memarahinya. Cinderella
hanya dapat jatah
makanan yang terbatas
dengan lauk pauk yang
lebih sedikit bila dibanding
Aduuh. . . .Putri
Cinderella tersangka
kasus Pes ?
Oleh : Ny. BERTHA M. PASOLANG, SSos
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
45
penyebab penyakit Pes ini adalah Bakteri
Yersinia pestis (Pasteurella pestis), berbentuk
batang, gram negatif, bipolar, non motil
dan non sporing.
Suatu hari Cinderella tiba - tiba jatuh
sakit, demam tinggi, tubuh menggigil,
perasaan tidak enak dan malas, nyeri otot,
sakit kepala hebat, pembengkakan kelenjar
lipat paha, ketiak, dan leher (bubo sebesar
buah duku bentuk oval dan lunak, serta
nyeri), kelenjar limpa membengkak.
Bapaknya kerja di luar kota pulang sebulan
sekali, sedang Ibu tiri dan saudara tirinya
sama sekali tidak memperhatikannya
sehingga Cinderella dia dalam kondisi
pingsan tanpa ada yang merawatnya.
Dalam kondisi pingsan dia bermimpi
tentang seorang pangeran yang mencari
calon permaisuri melalui suatu pesta
kerajaan yang mengundang seluruh gadis –
gadis. Apadaya nasib Cinderella yang
miskin dan tidak diperhatikan oleh keluarga,
tidak memiliki pakaian untuk datang ke
pesta tersebut. Untunglah Cinderella sering
bercengkerama dan dekat sekali dengan
tikus – tikus sehingga dalam mimpinya itu
tikus – tikus tersebut bergotongroyong
merajut pakaian pesta untuk Si cantik
Cinderella sehingga dia memiliki pakaian
pesta yang indah sekali buatan tikus – tikus
temannya, pakaian penuh dengan pernik –
pernik mutiara dan sepatu dari kaca. Pada
saat menjelang keberangkatannya ke
pesta, Sang Ibu kandung datang
menjumpainya untuk menghadiahkan
sebuah kereta kencana untuk mengantar
Cinderella datang ke tempat pesta
kerajaan tersebut, sedangkan tikus –
tikusnya disulap menjadi kuda sebagai
penarik kereta kencana tersebut.
Selanjutnya, Sang Ibu kandung berkata
kepada Cincerella bahwa “anakku,
berangkatlah ke pesta kerajaan, namun
jangan sampai lewat dari jam 12.00
malam”. Kedatangan Cinderella dengan
berpakaian indah dan memakai kereta
kencana ini mengejutkan Sang Pangeran
sehingga dengan secepatnya langsung
menjemput Cinderella memasuki arena
pesta tersebut. Sang Pangeran dan
Cinderella sangat menikmati pesta tersebut,
mereka berdua sangat serasi bak seorang
Raja dan Sang Permaisurinya. Pesta
berlangsung meriah dengan sarana yang
mewah sekali, . . . . tanpa terasa waktu
hampir menunjukkan jam 12.00, dengan
cepat Cinderella segera berlari pulang
sesuai pesan Sang Ibu Kandungnya, sampai
– sampai Cincerella hampir terjatuh di
tangga trap aula tempat pesta sehingga
salah satu sepatu kacanya tertinggal.
Sesampainya di rumah, kereta kencana
menguap hilang dan kudanya berubah
kembali menjadi tikus. Setelah Cinderella
pulang, Sang Pangeran merasa menyesal
karena tidak sempat menanyakan siapa
dan dimana tempat tinggal Cinderella.
Jalan keluar Sang Pangeran untuk
menemukan Cinderella adalah
mengerahkan tentara kerajaan untuk
mencari Cinderella dari rumah ke rumah
dengan membawa sepatu kaca yang
tertinggal di tempat pesta kerajaan.
Akhirnya, Cinderella ditemukan, Cinderella
dan keluarganya diboyong ke Kerajaan
dan Cinderella dinikahkan dengan Sang
Pangeran, menjadi Putri calon permaisuri
kerajaan. Itulah mimpi Putri Cinderella pada
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
46
saat pingsan, dan pada keesokan harinya
Putri Cinderella ditemukan tidak bernyawa
lagi di dapur bersama teman bermainnya Si
tikus yang juga banyak yang mati karena
penyakit Pes.
Demikianlah ceritera sedih dan
sekaligus ceritera bahagia tentang Putri
Cinderella yang menjadi calon permaisuri
kerajaan. Semoga kasus Pes ini tidak terjadi
lagi di bumi Pertiwi tercinta ini. Kenapa
demikian ??? Karena : Pes sudah pernah
masuk ke bumi Pertiwi ini pada tahun 1910
melalui pelabuhan Tanjung Perak -
Surabaya, pada tahun 1916 melalui
pelabuhan Tanjung Mas - Semarang, pada
tahun 1923 melalui pelabuhan Cirebon dan
tahun 1927 melalui pelabuhan Cilacap.
Korban yang diakibatkan oleh penyakit pes
dari tahun 1910 sampai dengan tahun 1960
tercatat sebanyak 245.375 orang dengan
angka kematian tertinggi yaitu 23.275 orang
yang terjadi pada tahun 1934. Sejak
terjadinya wabah pes pada tahun 1987 di
Kecamatan Nongkojajar – Kabupaten
Pasuruan yang menewaskan 21 orang;
kasus pes pada manusia dapat ditekan
hingga tidak ditemukan lagi adanya
kematian. Masa inkubasi untuk penyakit pes
bubo adalah 2 – 6 hari, sedang masa
inkubasi untuk pes paru - paru adalah 2 – 4
hari. Selanjutnya, marilah kita lihat gambar –
gambar panderita Pes.
TIMBUL BUBO(MRINGKIL/SENGKELAN SEBESAR
BUAH DUKU PADA KETIAK/SELANGKANGAN
Purpura,Ecchymosis berkembang menjadi
gangrene pada Pes septikernia
Pinjal Xenopsylia Cheopis pembawa Pes
Basil Yersinia Pestis
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
47
1. Jangan terlalu banyak merokok atau
tidak merokok sama sekali.
2. Bekerja keras.
3. Minum minuman yang baik.
4. Tersenyum sesering Anda bisa.
5. Jangan sering bercermin.
6. Mengubah hidup Anda rutin.
7. Jaga penampilan Anda.
BEBERAPA TIPS UNTUK HIDUP Oleh : Irene Kusumastuti
Jawaban :
1. Segi enam beraturan berarti : pria yang
berpikir enejik
2. Segi empat berarti : pria penuh
pertimbangan
3. Segi tiga berarti : pria dipersimpangan
jalan
4. Lingkaran berarti : pria yang selalu
berpikir tentang wanita
Nah, yang manakah pilihan anda? (RBAW)
Jawaban dari halaman ..… 42
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
48
“S ebanyak 185 dari 947 pegawai negeri sipil (PNS) tidak bisa naik pangkat gara
-gara gagal lulus sertifikasi komputer dan
bahasa Inggris. Mereka didominasi kala
ngan guru sekolah dasar dari desa-desa pe-
losok.”( TEMPO Interaktif, Jakarta),
“Pemahaman seluruh pegawai negeri sipil
Pemerintahan Kota Tangerang Selatan
(Tangsel), Banten terhadap pengunaan
teknologi informasi (TI) masih dirasa
minim” (Tangerang (Finroll News), "Pegawai
yang dianggap tidak memiliki kemampuan
SDM otomatis tidak dipercaya menangani
pekerjaan, terutama yang butuh keterampi-
lan khusus, sehingga datang ke kantor seka-
dar mengisi daftar hadir,"(Warta Medan).
Kejadian di atas adalah sebagian contoh
yang mencuat ke permukaan mungkin ma-
sih banyak lagi terjadi di lingkungan kita
tetapi kita hanya membiarkan saja dan ti-
dak ambil peduli. Bagi yang peduli seka-
lipun baik ditingkat bawah atau ditingkat
pimpinan pasti mengalami kendala dalam
merubah kemampuan pegawainya terse-
but. Padahal dengan kecanggihan
teknologi yang semakin cepat berkemban-
gannya tidak diikuti dengan pengemban-
gan kemampuan dalam menguasai
teknologi tersebut. Maka akibatnya sangat
berakibat buruk dalam pengembangan or-
ganisasi. Oleh sebab itu perlunya usaha
peningkatan sumber daya manusia untuk
mengikuti kemajuan teknologi yang terus
berkembang. Dengan penggunaan
teknologi informasi tidak akan berhenti
berkembang dan diharapkan dapat me
ngantisipasi perkembangan tersebut.
Demikian masa ini kita tidak dapat bersaing
jika kita tidak mempunyai sumber daya
manusia yang berkualitas dan mengem-
bangkan diri sendiri dan tidak ketergantu
ngan. Maka diperlukan langkah – langkah
untuk pengembangan SDM di dalam me
nguasai teknologi informasi.
PELATIHAN
Bagi setiap pegawai yang tidak bisa men-
goperasikan komputer maka harus di beri-
kan suatu pelatihan otodidak dari rekan
kerja yang sudah menguasainya. Apabila
tidak mencapai sasaran maka berikan tu-
gas kepada pegawai tersebut untuk
mengerjakan yang harus menggunakan
komputer , namun masih juga tidak mampu
maka jalan terakhir adalah dikirim pada
penyelenggara pelatihan, misalnya kursus
untuk menjadikan pegawai yang tidak bisa
menjadi bisa dan menguasai komputer.
Anekdot yang terjadi sekarang adalah ;
“tidak bisa mengoperasikan komputer
GAGAP TEKNOLOGI DI LINGKUNGAN PEGAWAI NEGERI SIPIL, MUNGKINKAH ???
(mungkin saja !!!)
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
49
tetapi menjalankan dan bermain game
yang ada di komputer, membuka internet,
BISA”.
PERALATAN KOMPUTER, PRINTER dan SCAN
Banyak yang berkilah bahwa di tempat
bekerja tidak disediakan peralatan yang
memadai hanya ada satu komputer dan
itupun hanya digunakan oleh orang tertentu
saja. Maka saatnya para kepala kantor dan
bagian inventaris kantor untuk melihat kebu-
tuhan komputer pada setiap bidang atau
ruangan sehingga bisa mengusulkan dalam
anggaran tahun depan sesuai dengan stan-
dar komputer perkantoran bukan standar
desain grafis yang diusulkan tetapi ken-
yataanya di bawah standar perkantoran.
Selain komputer harus diadakan peralatan
printer dan scan itupun sesuai persyaratan
standar perkantoran. Anekdot yang ter-
jadi,”buat apa mengadakan komputer ban-
yak –banyak, mengerjakan masih bisa dila-
kukan dengan mesin tik kok !”. Coba dihi-
tung jumlah kesalahan pengetikan, efesien
waktu dan keakuratan jika dibandingkan
dengan pengetikan jika menggunakan
komputer.
PERALATAN LAPTOP
Bagaimana dengan Notebook atau lap-
top ? itu kembali kepada fungsinya apakah
memang perlu diadaakan ! mengingat lap-
top memiliki keterbatasan waktu peng-
gunaan dan pada satu sisi untuk pengguna
yang telah menguasai komputer dektop itu
hanya untuk penggunaan berjalan saja
atau untuk persentase hasil kegiatan. Jika
menggunakannya lebih dari 4 jam kenapa
harus membeli/mengadakan Notebook
atau laptop ?. Anekdot yang terjadi adalah
”mengadakan notebook/laptop untuk
menggantikan komputer desktop karena risi
membawanya”.
JARINGAN INTERNET
Penggunaan internet masa dasawarsa ini
memang sangat cepat sekali berkem-
bangnya ditambah dengan MOB perte-
manan ala facebook dan blogger juga di-
tambah dengan meluas dunia informasi
yang disediakan di dunia maya tersebut
yang memang tergantung untuk memilih
contents apa yang akan diambil dari Koran
dunia maya tersebut. Penggunaan jaringan
internet yang telah tersedia dan dipasang di
instansinya maka bisa digunakan untuk
mengirim informasi atau laporan antara ru-
angan sehingga pelaporan setiap bulannya
untuk dikirim ke instansi di atasnya akan le-
bih tepat waktu dan tentunya cepat. Selain
saling mengirim informasi atau sharing juga
bisa melihat hasil laporan berupa printout-
nya dan jika ingin lebih bisa saling berkomu-
nikasi antar komputer (Hebat bukan !!!).
Internet bagi pegawai yang ingin mengem-
bangkan potensi dirinya maka yang akan
dicari adalah informasi yang berguna dan
orang lain belum tentu meliriknya. Anekdot
yang terjadi adalah menggunakan social
network hanya untuk “say hello belaka, jika
memang untuk refresing kejenuhan peker-
jaan mungkin bisa ditolelir jika tidak ini meru-
pakan suatu penyakit. Bagi beberapa in-
stansi telah melakukan block social network
tersebut karena menggangnu peningkatan
pekerjaan. Bagaiman ditempat Anda
bekerja ?
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
50
MENGUASAAN APLIKASI PENGETIKAN
Apakah yang telah bisa mengoperasikan
komputer dijamin bisa juga menggunakan
aplikasi standar perkantoran adalah pen-
getikan misalnya aplikasi Office Word/
OpenOfficeWriter, Office Excel/ OpenOf-
ficeCalc 2003/2007, belum tentu bisa men-
gunakannya ditambah lagi dengan aplikasi
seperti Office Publisher, Office PowerPoint/
OpenOfficeImpress dan OpenOfficeDraw/
Office Picture Manager baik 2003 / 2007 dan
lain-lainya. Kecuali bagi yang pernah pen-
didikan Diploma III, S1 dan S2 jika itupun
karya ilmiahnya dibuatkan orang lain, tapi
bagi yang mau belajar walaupun tidak se-
kolah sampai Diploma III pun pasti mereka
mengusainya. Kembali kepada kemauan
belajar dan menguasainya atau karena
dorongan keterpaksaan karena tugas yang
diperintahkan pimpinannya. Anekdot yang
terjadi adalah : “masih banyak dokumen
dan sertifikat dalam penulisannya meng-
gunakan mesin ketik”.Padahal beberapa
sertifikat dan dokumen juga amplop surat
bisa disetting dengan aplikasi yang ada mis-
alnya Office Publisher 2003/2007.
PINDAH KE APLIKASI GRATIS
Tidak bisa dipungkiri masih banyak yang
menggunakan aplikasi bajakan pada in-
stansi pemerintah karena memang tidak
mampu atau memang sengaja. Hal wajar
bagi penguna perorangan bagaimana
dengan pengguna perkantoran. Jika me-
mang peduli hasil karya dan budaya kita
tidak mau dibajak tetapi kenapa peng-
gunaan Operation System(OS) pada kom-
puter masih menggunakan bajakan. Saat-
nya para pemegang anggaran mengada-
kan OS komputer bukan hasil bajakan tetapi
asli, jika tidak mau saatnya beralih meng-
gunakan OS gratis alias open source yaitu
LINUX atau Ubuntu. Sebelum tertangkap
menggunakan aplikasi bajakan, bisa malu
aplagi diekpos di media masa. Anekdot
yang terjadi : “karena kebiasaan meng-
gunakan aplikasi yang bajakan dan kand-
ung enak dimata, yah teruskan sajalah di-
tambah lagi beberapa aplikasi tidak bisa
berjalan di linux”.
PERANAN SEORANG AHLI
Peranan seseorang yang ahli dalam bidang
perangkat lunak /software dan juga per-
angkat keras/hardware pada instansi pe-
merintah layak diperhitungkan waktu mela-
kukan pengadaan peralatan komputer juga
pengadaan jaringan /Network hal ini tidak
lepas jika peralatan dan aplikasi pada kom-
puter megalami gangguan tetapi jika me-
mang tidak ada anggaran yang cukup bisa
menggunakan seorang ahli tersebut secara
freelance/tidak terikat tatapi tidak diragu-
kan kemampuannya. Apakah hal ini dilaku-
kan pasti jawabannya beragam dan yang
menjadi nilai tambah seorang ahli ini bisa
digali kemampuannya untuk belajar.
BELAJAR TERUS BELAJAR UNTUK BISA
Apapun pendidikannya tahapan belajar
perlu dilakukan sampai kemampuan diri ti-
dak lagi dapat belajar, hal ini perlu dilaku-
kan untuk mengembangan diri baik dalam
era globalisasi dan kemajuan jaman yang
diikuti oleh berkembangnya teknologi per-
angkat lunak dan perangkat keras. Jika ti-
dak mau tertinggal apalagi terlindas jaman
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
51
maka resiko yang harus ditanggung adalah
menguasai teknologi tersebut sehingga kita
bukan lagi sebagai yang dikendalikan
tetapi sebagai pengendali. Minimal men-
guasai teknologi untuk tidak terlindas jaman,
jangan sampai ada sebutan yang melekat
“hari gini masih GAPTEK “ (*gagap
teknologi).Bagaimana kita bisa mengajari
pada anak-anak kita sedangkan diri sendiri
tidak bisa. Mari saatnya merubah diri mene-
rima perubahan jaman dengan mempela-
jarinya dan bukan mencibirnya, karena den-
gan mencibirnya sama saja dengan men-
jelekan diri sendiri. Kalau tidak belajar
sekarang kapan lagi. Jika anda malu untuk
bertanya secara langsung pada orang
yang menguasai Teknologi tersebut. Cara
yang lain dengan membeli tabloid kom-
puter atau majalah komputer memang
harga lumayan mahal tetapi tidak seband-
ing dengan hasil yang dicapai. Pepatah
mengatakan “ malu bertanya sesat dijalan
sekarang harus dirubah “malu bertanya cari
jawaban dengan cara yang lain”, “Banyak
jalan menuju roma” kalau tidak punya uang
yah…. Menabung dulu. (NM)
Tidak semua orang bisa melakukan hal de
ngan cara belajar melalui pendidikan atau
kursus, adakalanya cara belajar sendiri akan
lebih serius dan berhasil. Mari kita coba kiat-
kiat di bawah ini.
Pertama
Buang rasa malu untuk bertanya jika tidak
bisa dan jangan bosan untuk bertanya jika
memang mengalami kesulitan dalam
mengnerjakan sesuatu hal dalam peng-
gunaan komputer.
Kedua
Jika yang ditanya menjawab dengan ketus
dan meledek ataupun menghina, biarkan
saja siapa tahu kelak kita akan lebih pandai
dari dia. Dalam pemberian pelajaran ka-
dang yang ditanya tidak menjawab tetapi
memberikan secara langsung, ikuti langkah-
langkah yang dikerjakannya.
Ketiga
Lakukan percobaan apa yang telah di-
baca dari Tabloid, majalah dan Internet
sampai berhasil dan jangan mudah me
nyerah, jika mengalami kendala bisa ber-
tanya pada IT di kantor atau ikut forum di
website terkait atau di yahoo answer.
Keempat
Tidak ada kemampuan datangnya secepat
kilat atau mendadak, semuanya memerlu-
kan waktu. Disinilah letaknya jangan bosan
dan jenuh dalam belajar, kalau bisa cari se-
suatu hal yang berkaitan dengan hoby se-
hingga tidak ada kata bosan. Selalu mem-
buka diri jika di koreksi apalagi jika salah
karena tidak ada ilmu yang sempurna. (NM)
KIAT BELAJAR KOMPUTER SENDIRI
(cara yang paling sederhana )
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume IV Edisi 3 Triwulan III (Juli - September) Tahun 2009
52