BUKU SAKU UNTUK KEBEBASAN BERAGAMA
MEMAHAMI KEBIJAKAN
ADMINISTRASI
KEPENDUDUKAN
THE INDONESIAN LEGAL RESOURCE CENTER (ILRC)
2 0 0 9
Buku Saku untuk Kebebasan Beragama
Tim PenulisFulthoni
Renata ArianingtyasSiti Aminah
Uli Parulian Sihombing
EditorMoh Yasin
Jl. Tebet Timur I No. 4, Jakarta SelatanPhone : 021-93821173, Fax : 021- 8356641
e-mail : [email protected]:www.mitrahukum.org
Jl. Brawijaya III No. 8, Kebayoran BaruJakarta Selatan – INDONESIA
Memahami KebijakanAdministrasi Kependudukan
Penerbit
Didukung oleh
The Indonesian Legal Resource Center (ILRC)
HIVOS
Perpustakaan Nasional RI,Data Katalog dalam Terbitan (KDT)
Cetakan; 1 2 3
halaman x + 57, ukuran kertas 10,5 x 15 cm
Buku Saku untuk Kebebasan BeragamaMemahami Kebijakan Administrasi Kependudukan
Jakarta, ILRC, Oktober 2009
4 5 6 7 8 9 10
ISBN 978-979-xxxxx-x-x
Buku saku paralegal ini berkaitan dengan perma-salahan-permasalahan yang ditemui oleh komu-nitas agama minoritas di dalam kehidupan sehari-
hari. (ILRC)melihat Para penulis mencoba menyajikan pema-haman tentang hak atas kebebasan beragamasecara sederhana dan dengan bahasa yang diharap-kan mudah dipahami oleh pembacanya. Di dalambuku saku paralegal ini dibahas tentang jaminanhak atas kebebasan beragama, administrasi kepen-dudukan dan juga bentuk-bentuk diskriminasi.ILRC menyusun buku saku paralegal ini sebagaibagian komitmen untuk melakukan diseminasipemahaman atas kebebasan beragama berdasar-kan konstitusi, UU No.12 Tahun 2005 tentang
The Indonesian Legal Resource Center
Kata Pengantar
pengesahan Kovenan Internasional Hak-Hak Sipildan Politik (Sipol), dan aturan hukum lainnyayang terkait dengan kebebasan beragama.
Kami berharap buku saku ini dapat digunakanoleh paralegal di komunitas agama minoritas, ataupun siapa saja yang tertarik dengan kebebasan ber-agama. Paralegal di komunitas agama minoritasdiharapkan mampu memahami dasar-dasarkebebasan beragama dan pemahaman proseduralpengaduan pelanggaran hak atas kebebasan ber-agama tersebut, sehingga ketika ada permasalahanyang berkaitan dengan kebebasan beragama,paralegal tersebut tidak perlu menunggu advokat.Kami juga melihat buku saku ini sebagai panduan
( ) kepada komunitas untuk mengetahuiprosedur pengaduan permasalahan kebebasanberagama, dan pemahaman praktis berkaitandengan keterampilan advokasi.
Sejatinya, seorang paralegal mempunyai pemaha-man teknis praktis advokasi dan pemahaman dasarkebebasan beragama, pemahaman tersebut bisadipergunakan oleh paralegal ketika dia berhada-pan dengan pihak-pihak yang terkait dengan per-masalahan kebebasan beragama.
Kami mengucapkan terima kasih kepada HIVOS
self-help
yang mendukung penerbitan buku saku ini, danjuga kepada para penulis serta semua pihak yangtidak bisa disebutkan satu persatu atas kontribusi-nya dalam penyusunan buku saku ini.
Jakarta, 8 Oktober 2009
Hormat Kami
Uli Parulian Sihombing
Direktur Eksekutif ILRC
KATA PENGANTAR
Bagian Pertama
PENGERTIAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
Bagian Kedua
PENCATATAN KELAHIRAN DAN KEMATIAN
Bagian Ketiga
KARTU KELUARGA DAN KARTU TANDA PENDUDUK
Bagian Keempat
PENCATATAN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ALAMAT
PROFIL ILRC
Daftar Isi
PENGERTIANADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
Menyediakan pelayanan publik yang baik adalah
tugas negara melalui pemerintah. Pemenuhan ke-
butuhan publik diartikan sebagai pemenuhan hak-
hak sipil warga negara. Tugas dan kewajiban ini
dilakukan melalui aparat pemerintah dari tingkat
paling atas sampai paling bawah seperti RW dan
RT. Sebagai kewajiban, maka sudah semestinya
setiap aparat pemerintah memberikan pelayanan
publik yang terbaik, termasuk kepada seseorang/
kelompok Penghayat Kepercayaan Terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
Berdasarkan data Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata, saat ini terdapat 1.515 organisasi peng-
hayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, 245 diantaranya memiliki kepengurusan di
Bagian Pertama
tingkat nasional dengan jumlah pemeluk sekitar
10 juta orang. Akibat politik pembatasan ‘enam
agama yang diakui’ negara, penghayat keper-
cayaan mengalami tindakan diskriminatif dalam
pelayanan publik, khususnya pelayanan adminis-
trasi kependudukan. Tindakan diskriminatif ini
menyebabkan pemenuhan hak-hak dasar peng-
hayat baik hak sipil dan politik maupun hak eko-
nomi, sosial dan budaya dilanggar.
UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Ke-
pendudukan (Adminduk) dan Peraturan Peme-
rintah No. 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan UU
No. 23/2006 menjamin hak seorang/kelompok
penganut Penghayat Kepercayaan Terhadap Tu-
han Yang Maha Esa untuk mendapatkan hak-hak
administrasi kependudukan seperti pencantuman
kepercayaan dalam KTP, akta kelahiran, perka-
winan dan dokumen kematian yang dijamin dalam
UU No. 23/2006 tentang Adminduk. Ada juga
payung hukum lain yakni Peraturan Presiden
(Perpres) No. 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan
dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Catatan
Sipil.
Dengan peraturan perundang-undangan tersebut,
penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa tidak boleh didiskriminasi. Mereka ber-
hak mendapatkan perlindungan dan pelayanan
administrasi kependudukan tanpa diskriminasi.
Dalam rangka sosialisasi UU Adminduk, Indone-
sian Legal Resource Center (ILRC) menerbitkan
buku saku Adminduk, sebagai panduan warga-
negara khususnya para penghayat kepercayaan
dalam upaya mendapatkan hak-hak mereka.
Apa yang dimaksud dengan Administrasi
Kependudukan?
Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan
penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen
dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk,
pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi
kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk
pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.
Hak apakah yang dimiliki warganegara/pendudukdalam sistem administrasi kependudukan?
Setiap penduduk mempunyai hak untuk memperoleh:
1. Dokumen kependudukan;
2. Pelayanan yang sama dalam pendaftaran pendudukdan pencatatan sipil;
3. Perlindungan atas data pribadi;
4. Kepastian hukum atas kepemilikan dokumen;
5. Informasi mengenai data hasil pendaftaranpenduduk dan pencatatan sipil atas dirinya dan/ataukeluarganya; dan
6. ganti rugi dan pemulihan nama baik sebagai akibatkesalahan dalam pendaftaran penduduk danpencatatan sipil serta penyalahgunaan data pribadioleh instansi pelaksana.
Setiap penduduk melaporkan peristiwa kependudu-kan dan peristiwa penting yang dialaminya kepada instansipelaksana. Sebab, setiap kejadian/peristiwa penting yangdialami -- --akan membawa akibat terhadap penerbitan atau peruba-han Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), danatau surat keterangan kependudukan lain yang meliputipindah datang, perubahan alamat, atau status tinggalterbatas menjadi tinggal tetap.
Kewajiban apakah yang dimiliki warganegara/penduduk dalam sistem administrasi kependudukan?
WAJIB
seperti kelahiran, kematian, dan perkawinan
Apa yang dimaksud dengan DokumenKependudukan ?
Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi yang di-terbitkan oleh Instansi Pelaksana yang mempunyai keku-atan hukum sebagai alat bukti autentik yang dihasilkan daripelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.Dokumen Kependudukan pada dasarnya meliputi :
1.
2. Kartu Keluarga (KK);
3. Kartu Tanda Penduduk (KTP);
4.
5.
Surat keterangan kependudukan meliputi surat-suratsebagai berikut:
Biodata Penduduk;
Surat keterangan kependudukan;
Akta Pencatatan Sipil.
1. Surat Keterangan Pindah;
2. Surat Keterangan Pindah Datang;
3. Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri;
4. Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri;
5. Surat Keterangan Tempat Tinggal;e.
6. Surat Keterangan Kelahiran;
7. Surat Keterangan Lahir Mati.
8. Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan;
9. Surat Keterangan Pembatalan Perceraian;
10. Surat Keterangan Kematian;
11. Surat Keterangan Pengangkatan Anak;
12. Surat Keterangan Pelepasan KewarganegaraanIndonesia;
13. Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas; dan
14. Surat Keterangan Pencatatan Sipil.
Meliputi apa saja Surat Keterangan Kependudukan?
Meliputi apa sajakah pelayanan pencatatan sipil?
Pelayanan pencatatan sipil meliputi pencatatan peristiwapenting, yaitu:
1. Kelahiran;
2. Kematian;
3. Lahir mati;
4. Perkawinan;
5. perceraian;
6. Pengakuan anak;
7. Pengesahan anak;
8. Pengangkatan anak;
9. Perubahan nama;
10. Perubahan status kewarganegaraan;
11. Pembatalan perkawinan;
12. Pembatalan perceraian; dan
13. Peristiwa penting lainnya.
Instansi pelaksana administrasi kependudukan yaitu:
1. Kantor Urusan Agama (KUA) tingkat kecamatanuntuk pencatatan nikah, talak, cerai, dan rujukbagi penduduk yang beragama Islam
2. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dikabupaten/kota
3. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil diProvinsi DKI Jakarta
4. Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dikotamadya/kabupaten administrasi di ProvinsiDaerah Khusus Ibukota Jakarta.
Siapakah Instansi Pelaksana pendaftaran pendudukdan pencatatan sipil?
Apa kewajiban dan wewenang instansi pelaksana?Kewajiban instansi pelaksana administrasi kependudukanadalah sebagai berikut:
a. mendaftar Peristiwa Kependudukan dan mencatatPeristiwa Penting;
b. memberikan pelayanan yang sama dan profesionalkepada setiap penduduk atas pelaporan PeristiwaKependudukan dan Peristiwa Penting;
c. menerbitkan Dokumen Kependudukan;
d. mendokumentasikan hasil Pendaftaran Pendudukdan Pencatatan Sipil;
e. menjamin kerahasiaan dan keamanan data atasPeristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting; dan
f. melakukan verifikasi dan validasi data dan informasiyang disampaikan oleh Penduduk dalam pelayananPendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
Instansi Pelaksana dalam melaksanakan urusan AdministrasiKependudukan memiliki kewenangan yang meliputi:
a. memperoleh keterangan dan data yang benar ten-tang Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Pentingyang dilaporkan Penduduk;
b. memperoleh data mengenai Peristiwa Penting yangdialami Penduduk atas dasar putusan atau peneta-pan pengadilan;
c. memberikan keterangan atas laporan PeristiwaKependudukan dan Peristiwa Penting untuk kepen-tingan penyelidikan, penyidikan, dan pembuktiankepada lembaga peradilan; dan
d. mengelola data dan mendayagunakan informasi hasilPendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil untukkepentingan pembangunan
Kewajiban Dalam mengurus dokumenkependudukan, warganegara mengalamikesulitan berkaitan dengan ketidakjelasan waktupenerbitan dokumen. Adakah ketentuanmengenai jangka waktu penerbitan danbagaimana jika dilanggar ?
1. Instansi Pelaksana atau Pejabat yang diberikewenangan, sesuai tanggung jawabnya, wajibmenerbitkan dokumen Pendaftaran Penduduk sejaktanggal dipenuhinya persyara-tan. Aturan waktupenerbitannya adalah:
a. KK atau KTP paling lambat 14 (empat belas) hari;
b. Surat Keterangan Pindah paling lambat 14 (empatbelas) hari;
c. Surat Keterangan Pindah Datang paling lambat 14(empat belas) hari;
d. Surat Kerangan Pindah ke Luar Negeri palinglambat 14 (empat belas) hari;
e. Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri palinglambat 14 (empat belas) hari;
f. Surat Keterangan Tempat Tinggal untuk OrangAsing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas palinglambat 14 (empat belas) hari;
g. Surat Keterangan Kelahiran paling lambat 14(empat belas) hari;
h. Surat Keterangan Lahir Mati paling lambat 14(empat belas) hari;
i. Surat Keterangan Kematian paling lambat 3 (tiga)hari;
j. Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan palinglambat 7 (tujuh) hari; atau
k. Surat Keterangan Pembatalan Perceraian palinglambat 7 (tujuh) hari;
2. Perwakilan Republik Indonesia wajib menerbitkanSurat Keterangan Kependudukan sejak tanggaldipenuhinya persyaratan, yaitu sebagai berikut:
a. Surat Keterangan Perceraian paling lambat 7 (tujuh)hari;
b. Surat Keterangan Pengangkatan Anak paling lambat7 (tujuh) hari; atau
c. Surat Keterangan Pelepasan KewarganegaraanIndonesia paling lambat 7 (tujuh) hari;
3. Pejabat Pencatatan Sipil dan Pejabat pada PerwakilanRepublik Indonesia yang ditunjuk sebagai pembantupencatat sipil wajib mencatat pada register aktaPencatatan Sipil dan menerbitkan kutipan aktaPencatatan Sipil paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejaktanggal dipenuhinya semua persyaratan.
Dalam hal Pejabat pada Instansi Pelaksana melakukantindakan atau sengaja melakukan tindakan yangmemperlambat pengurusan Dokumen Kependudukandalam batas waktu yang ditentukan dalam Undang-Undang ini dikenakan sanksi berupa denda palingbanyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
Apakah terdapat sanksi bagi penduduk yangmelakukan pelanggaran administrasikependudukan?
Ya, berupa sanksi administratif dan sanksi pidana.setiap penduduk dikenai sanksi administratif berupadenda apabila melampaui batas waktu pelaporanPeristiwa Kependudukan dan batas waktu pelaporanperistiwa penting. Sanksi berupa denda paling banyakRp1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan Penduduk OrangAsing paling banyak Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah).Sedangkan sanksi pidana dijatuhkan bagi pelanggarantindak pidana administrasi kependudukan.
sumber - http://humasbatam.com/wp-content/uploads/2009/08/IMG_7633.jpg
PENCATATAN KELAHIRANBagian Kedua
“Setiap anak sejak kelahirannya, berhak atas suatu
nama dan status kewarganegaraannya”.
(Pasal 53 ayat 2 UU HAM)
Hak pertama anak setelah dilahirkan adalah iden-
titas yang meliputi nama, orangtua (silsilah ketu-
runan) dan kewarganegaraan yang dituangkan
dalam bentuk akta kelahiran. Hak ini akan menen-
tukan pengakuan, pemenuhan dan perlindungan
anak yang lainnya, seperti hak keperdataan (waris,
dan nafkah), akses terhadap pendidikan, keseha-
tan, dan lain-lain. Hak atas akta kelahiran dijamin
dalam UU 39 Tahun 1999 tentang HAM, UU No.
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, UU
No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan dan
UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Ke-
pendudukan.
Faktanya, saat ini masih banyak anak Indonesia
yang identitasnya tidak tercatat dalam akta kela-
hiran. Dengan tidak tercatatnya identitas seorang
anak dalam akta kelahiran, maka secara hukum
keberadaannya dianggap tidak ada. Kondisi ini
tidak hanya karena ketidaktahuan masyarakat
akan arti penting akta kelahiran, biaya yang tidak
terjangkau dan prosedur yang panjang, namun
karena sikap diskriminatif terhadap mereka, yang
dipandang sebagai "yang lain" atau berbeda dari
kelompok mayoritas.
Di Indonesia, pencatatan kelahiran secara tidak
langsung merupakan turunan dari pencatatan per-
kawinan. Persoalannya, terdapat perkawinan
yang tidak bisa dicatatkan di catatan sipil karena
interpretasi undang-undang yang berbeda, seperti
kasus yang dialami para Penghayat Kepercayaan
Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Mereka tidak
bisa memiliki dokumen perkawinan dari negara,
karena kepercayaan mereka tidak diakui negara.
Akibatnya, anak-anak yang lahir mengalami
kesulitan untuk mendapatkan akta kelahiran. Jika
bisa mendapatkan akta kelahiran maka status anak
dianggap bukan berasal dari perkawinan yang sah
(anak luar kawin) dan hanya memiliki nama ibu
dalam akta. Walhasil, si anak hanya memiliki hu-
bungan hukum dengan ibunya dalam hal hak
waris, hak nafkah dan lain-lain. Maka, mereka
yang berasal dari luar nilai-nilai, moral, dan ideo-
logi yang dominan di negeri ini, mengalami berba-
gai diskriminasi dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan lahirnya UU Adminduk, dengan dijamin-
nya pencatatan perkawinan bagi para penghayat,
maka setiap anak yang lahir dari pasangan peng-
hayat dengan sendirinya berhak mendapatkan
akta kelahiran. Berikut informasi terkait dengan
pendaftaran kelahiran.
Kapan peristiwa kelahiran dilaporkan ?
UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudu-kan, menegaskan setiap kelahiran wajib dilaporkan olehpenduduk kepada instansi pelaksana di tempat terjadinyaperistiwa kelahiran paling lambat 60 (enam puluh) harisejak kelahiran. Sedangkan untuk kelahiran mati dilapor-kan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak lahir mati.Pembatasan jangka waktu pelaporan ini akan menentu-kan jenis akta kelahiran yang dikeluarkan dan prosedurpembuatannya. Misalkan untuk pencatatan kelahiranyang melampaui batas waktu 1 (satu) tahun dilaksanakanberdasarkan penetapan Pengadilan Negeri.
Apa saja jenis akta kelahiran?
Apa bedanya antara surat pelaporan kelahiran(kenal lahir) dan akta kelahiran?
Akta kelahiran digolongkan menurut jarak waktu pelapo-ran dengan kelahiran. Tetapi setiap golongan memilikikekuatan hukum yang sama. Adapun ketiga jenis aktakelahiran tersebut adalah:
1. Akta Kelahiran Umum, yaitu akta kelahiran yangdibuat berdasarkan laporan kelahiran yang disam-paikan dalam batas waktu selambat-lambatnya 60(enam puluh) hari kerja bagi WNI dan 10 (sepuluh)hari kerja bagi WNA sejak tanggal kelahiran bayi.
2. Akta Kelahiran Istimewa, yaitu akta kelahiran yangdibuat berdasarkan laporan kelahiran yang telahmelampaui batas waktu 60 (enam puluh) harikerja bagi WNI dan 10 (sepuluh) hari kerja bagiWNA sejak tanggal kelahiran bayi.
3. Akta Kelahiran Dispensasi, yaitu akta kelahiranyang dibuat berdasarkan Program Pemerintahuntuk memberikan kemudahan bagi mereka yanglahir sampai dengan tanggal 31 Desember 1985dan terlambat pendaftaran/pencatatankelahirannya
Surat pelaporan kelahiran atau biasa disebut ”kenal lahir”dikeluarkan oleh Kantor Kelurahan/Desa. Bayi yang dila-porkan kelahirannya akan terdaftar dalam Kartu Keluargadan diberi Nomor Induk Kependudukan (NIK) sebagaidasar untuk memperoleh pelayanan masyarakat lainnya.Sebagai hasil pelaporan kelahiran, diterbitkan KartuKeluarga dan .Akta Kelahiran
Untuk memperoleh Pelayanan Pelaporan Kelahiranharus memenuhi persyaratan berikut ini:
1. Surat Pengantar RT/RW
2. Surat Keterangan kelahiran dari RumahSakit/Dokter/Bidan/Pilot/Nachkoda
3. Surat Tanda Bukti Perkawinan Orang Tua (AktaPerkawinan)
4. Fotocopy Kartu Keluarga / Kartu TandaPenduduk Orang Tua yang dilegalisir Lurah
5. Surat Keterangan Tamu/KIPEM bagi yang bukanPenduduk Propinsi DKI Jakarta
6. Surat Keterangan Pendaftaran Penduduk Tetap(SKPPT) bagi Penduduk WNA
7. Surat Keterangan Pendaftaran PendudukSementara (SKPPS) bagi Orang Asing PendudukSementara
Sedangkan akta kelahiran adalah akta otentik yang dike-luarkan oleh Catatan Sipil, dan salah satu syarat untukmembuatnya adalah Surat Pelaporan Kelahiran dari Ke-lurahan. Dalam hal ini akta kelahiran-lah yang memilikikekuatan pembuktian yang sempurna menurut hukumatas identitas seseorang.
Bagaimana cara membuat akta kelahiran ?
Penerbitan akta kelahiran dilakukan oleh Suku DinasKependudukan dan Catatan SipilKabupaten/Kotamadya. Adapun persyaratan untukmembuat akta kelahiran adalah sebagai berikut :
1. Surat Keterangan kelahiran dari RumahSakit/Dokter/Bidan/Pilot/Nakhoda
2. Surat Tanda Bukti Perkawinan Orang Tua
3. Surat Keterangan Kelahiran dari Lurah
4. Fotocopy Kartu Keluarga/Kartu Tanda Pendudukyang dilegalisir Lurah
BlangkoRegisterAktaKelahiran
BlangkoKutipanAktaKelahiran
Bagaimana untuk akta kelahiran bagi anak-anakyang tidak diketahui orangtuanya?
Untuk anak-anak yang tidak diketahui orangtua danasal-usulnya seperti anak-anak yang dibuang, makapencatatan kelahirannya didasarkan pada laporan orangyang menemukan dilengkapi Berita Acara Pemeriksaan(BAP) dari kepolisian.
Berapa biaya pembuatan akta kelahiran ?
Menurut UU No. 23 Tahun 2002 tentang PerlindunganAnak, “Identitas diri setiap anak harus diberikan sejakkelahirannya”(Pasal 27 ayat 1), dan “Pembuatan aktaKelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidakdikenai biaya (Pasal 28 ayat 1). Dalam konteks HAM,negara menjadi pihak yang berkewajiban “memenuhi”dan bukan “sekedar membuat atau mencetak aktakelahiran”. Dengan demikian, ketentuan “tidak dikenaibiaya” dalam pasal tersebut di atas menghilangkanprilaku korup yang dilakukan oleh para pihak dalamproses penerbitan akta kelahiran.
Namun ketentuan dalam UU Perlindungan Anak tidaksinkron dan sinergis dengan ketentuan dalam UU No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan RetribusiDaerah yang kemudian diubah dengan UU No. 34 Tahun2000 –dan terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2009-- danditindaklanjuti dengan PP 66 Tahun 2001 tentangRetribusi Daerah. Peraturan perundang-undangan inimemberikan wewenang kepada Pemerintah Daerahuntuk memungut retribusi penggantian biaya cetak KTPdan akta Catatan Sipil (Capil), termasuk akta kelahiran.Sehingga biaya pembuatan akta kelahiran akan berbedaantara satu daerah dengan daerah lain.
Sebagai contoh, Kota CILEGON melalui PeraturanDaerah (Perda) No. 7 Tahun 2003 tentang BiayaPenggantian Cetak Akta dan KTP, menetapkan biayapembuatan akta kelahiran Rp7.500 per akta.Sedangkan Rembang melalui Peraturan DaerahKabupaten Rembang No. 4 Tahun 2008, menyebutkan
biaya dan denda pembuatan akta kelahiran untuk usia1 - 60 hari gratis, 2 - 4 bulan didenda Rp10.000, 4 - 6bulan sebesar Rp20.000, 6 - 8 bulan sebesar Rp50.000,8 - 10 bulan sebesar Rp75.000, dan 10 bulan sampai diatas 12 bulan sebesar Rp100.000. Kota Denpasarmelalui Perda No. 15 Tahun 2002 menetapkan BiayaPencatatan dan Penertiban Kutipan Akta Kelahiran,yaitu anak pertama dan anak kedua sebesar Rp15.000,serta anak ketiga dan seterusnya sebesar Rp25.000,-
Namun terdapat sejumlah daerah yang telahmengratiskan biaya pembuatan akta kelahiran sepertiKebumen, Pare-Pare, dan Tanggamus Lampung. Untukmenghindari pungutan liar, ada beberapa tips yangperlu Anda perhatikan: (i) bayarlah sesuai tarif yangdiumumkan; (ii) mintalah kuitansi tanda pembayaran;(iii) penuhi persyaratan dan prosedur; dan (iv) tidakmemenuhi permintaan uang dari petugas.
KARTU KELUARGA DANKARTU TANDA PENDUDUK
Bagian Ketiga
Kebijakan enam agama yang diakui negara, telah
menyebabkan warganegara yang tidak menganut
salah satunya, terpaksa menerima pengisian ko-
lom agama yang tidak sesuai dengan keyakinan-
nya. Walhasil para Penghayat Kepercayaan Ter-
hadap Tuhan YME, ‘dipaksa’ untuk menerima
identitas agama yang tidak mereka anut. Hal ini
mempengaruhi pemenuhan hak-hak lain seperti
pemakaman dan pendidikan yang akan disesuai-
kan dengan identitas keagamaan seseorang.
Sedangkan bagi mereka yang menolak identitas
dari enam agama yang diakui, menyebabkan ia
tidak memiliki identitas. Padahal KK dan KTP
menjadi syarat dari setiap tindakan administrasi
dan hukum di Indonesia. Akibatnya, mereka akan
kehilangan hak-hak dasar sebagai warganegara.
Pasal 64 ayat (2) UU No. 23 Tahun 2006 tentang
Adminduk menyatakan “
”. Ketentuan
ini menjadi dasar bagi para penghayat untuk men-
dapatkan pelayanan administrasi kependudukan,
termasuk KK dan KTP dengan kolom agama tidak
diisi
Keterangan tentang
agama bagi penduduk yang agamanya belum diakui
sebagai agama berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan atau bagi penghayat
kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan
dicatat dalam database kependudukan
Kartu Keluarga
Apa yang dimaksud dengan Kartu Keluarga (KK),dan apa urgensi dokumen tersebut bagiwarganegara?
KK adalah kartu identitas keluarga yang memuat datatentang susunan, hubungan dan jumlah anggotakeluarga. KK wajib dimiliki oleh setiap keluarga. KKdicetak rangkap 3 yang masing-masing dipegang olehKepala Keluarga, Ketua RT dan Kantor Kelurahan
KK memuat keterangan mengenai kolom nomor KK,nama lengkap kepala keluarga dan anggota keluarga,NIK, jenis kelamin, alamat, tempat lahir, tanggal lahir,agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,status hubungan dalam keluarga, kewarganegaraan,dokumen imigrasi, nama orang tua.
KK menjadi dasar untuk penerbitan KTP, dan menjadidasar bagi pemenuhan hak warganegara yang lainnyadan bagi Pemerintah menjadi dasar untuk pengambilankeputusan/kebijakan.
Untuk membuat Kartu Keluarga harus melengkapisyarat-syarat berikut:
1. Surat Pengantar dari Pengurus RT/RW
2. Kartu Keluarga Lama
3. Surat Nikah atau Akta Cerai bagi yang membuatKK karena perkawinan/ perceraian
4. Surat Keterangan Lahir / Akta Kelahiran
5. Surat Pengangkatan Anak
6. Surat Keterangan Pendaftaran Penduduk Tetapbagi WNA
7. Surat Keterangan Pelaporan Pendatang Baru(SKPPB) bagi pendatang
8. Surat Keterangan Pindah bagi penduduk yangpindah antar kelurahan
Bagaimana Persyaratan dan Tata CaraPembuatan KK?
Isi lembar Keluarga, tandatangani & stempel RT/RW
Buat garis penutup paraf &stempel pada no. urutterakhir anggota keluarga &buat K.NIK yang belum adaNIK
Tandatangani & stempelpada KK
Simpan Kartu Keluarga 1lembar
Serahkam Kartu Keluarga2 lembar (YBS, RT)
end
KELURAHANPengantar RT/RWKartu Keluarga lamaSurat ket.pindahSKPPT bagi WNASKPPB bagipendatang baru
Catat dalam bukuInduk dancantumkan nomorKartu KeluargaSerahkan BlankoKartu Keluarga
WARGA
Bagaimana jika terdapat perubahan data ?
Kartu Keluarga (KK) adalah Dokumen dan karena itu tidakboleh mencoret, mengubah, mengganti, menambah isidata yang tercantum dalam Kartu Keluarga.
Setiap terjadi perubahan karena Mutasi Data dan MutasiBiodata, wajib dilaporkan kepada Lurah dan akan diterbit-kan Kartu Keluarga (KK) yang baru.
Penambahan jumlah anggota keluarga tidak boleh ditulissendiri sebelum anggota keluarga tersebut terdaftar.
Oleh karena itu untuk setiap perubahan data dalam KartuKeluarga misalnya disebabkan kelahiran, kematian, kepin-dahan, dan lain-lain, Kepala Keluarga wajib melaporkan ke
kelurahan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 14(empat belas) hari kerja. Setiap melaporkan perubahan keKantor Kelurahan, harus membawa 2 (dua) lembar KartuKeluarga yaitu yang disimpan oleh Kepala Keluarga danoleh Ketua RT. Dari hasil perlaporan tersebut akanditerbitkan Kartu Keluarga baru.
Pada awal berlakunya UU Adminduk, penerbitan KK bagipenghayat kepercayaan masih mendapatkan penolakan,baik karena belum tersosialisasikannya UU No. 23 Tahun2006 dan PP No.37 tahun 2007, maupun ketidaksiapaninfrastruktur dokumen kependudukan. Sehingga terdapatperbedaan di setiap kota/kabupaten. Ada yang menolakdalam artian harus mengikuti salah satu agama yangdiakui, dikosongkan, (………), tanda strip (-) atau ditulis
.
Berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.470/1989/MD tanggal 19 Mei 2008 kepada Gubernur danBupati/Walikota, maka di kolom agama pada KK/KTP bagipenghayat kepercayaan tidak diisi, namun tetap dilayanidan dicatat dalam kependudukan. Surat Edaranini menegaskan kembali ketentuan dalam UU Adminduk.
Sedangkan untuk penghayat yang dalam KTP/KKnya belumtertulis Penghayat, dan berkehendak untuk mengubahnya,maka dapat mengajukan permohonan yang dilengkapidengan Surat Pernyataan Sebagai Penghayat. Surat per-nyataan tersebut akan dijadikan dasar bagi petugas untukmelakukan pemutakhiran data.
Bagaimana pelaksanaan pencantuman kolomagama bagi agama yang tidak diakui atau bagipenghayat kepercayaan terhadap Tuhan YME ?
lain-lain
database
Proses Pembuatan/PenggantianKartu Keluarga
Sedangkan untuk Instansi Pelaksana yang telah menggu-nakan sistem komputerisasi atau aplikasi programkomputer yang belum memungkinkan pengosonganpenulisan Penghayat Kepercayaan, tetapi harus mengikutisalah satu agama yang diakui, maka untuk SEMENTARAWAKTU dapat dikeluarkan SURAT KETERANGAN denganstatus Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan YangMaha Esa.
Kartu Tanda Penduduk
Apa yang dimaksud Kartu Tanda Penduduk (KTP)
dan siapa yang wajib memilikinya ?
KTP adalah nama resmi kartu identitas seseorang di
Indonesia yang diperoleh setelah seseorang berusia di atas
17 tahun. KTP berlaku selama lima tahun dan tanggal
berakhirnya disesuaikan dengan tanggal dan bulan
kelahiran yang bersangkutan. Khusus warga yang telah
berusia 60 tahun dan ke atas, mendapat KTP seumur hidup
yang tidak perlu diperpanjang setiap lima tahun sekali.
KTP berisi informasi mengenai sang pemilik kartu, meliputi
nama lengkap, Nomor Induk Kependudukan (NIK.), alamat,
tempat dan tanggal lahir, agama, golongan darah,
kewarganegaraan, foto, tanda tangan atau cap jempol.
Setiap Penduduk yaitu Warga Negara Indonesia (WNI) dan
Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap yang telah
berumur 17 (tujuh belas) tahun atau telah kawin atau
pernah kawin wajib memiliki KTP.
Bagaimana tatacara penerbitan Kartu Tanda
Penduduk (KTP) ?
Penerbitan KTP bagi WNI dilaksanakan di desa/kelurah-
an, kecamatan atau unit kerja yang mengelola pendaf-
taran penduduk dan pencatatan sipil di kabupaten/kota
sesuai dengan kewenangan yang didelegasikan kepada
pejabat yang bersangkutan. Sementara bagi penduduk
Orang Asing Tinggal Tetap, pelayanan KTP dilakukan
oleh unit kerja yang mengelola pendaftaran penduduk
dan pencatatan sipil di kabupaten/kota.
Bubuhkan tandatanganpemohon
Tandatangani, stempellaminating
KTP selesai(6-10 hari setelah permohonan)
end
KELURAHAN
Terima, teliti dancatat jumlahpemohon KTPProses pem-buatan KTP
Terima dan teliti ber-kas, cek NIKIsi surat bukti/ Daftarpemohon KTP dancatat dalam bukuinduk KTPTandatangani daftar/surat bukti permo-honan KTPTerima retribusi
SUKU DINAS
Kartu KeluargaPengantar RT/RWKartu Keluarga lamaSKPPT bagi WNASKPPB bagipendatang baruSBKRI, Ganti namaAkte Kelahiran
WARGA
KTP print
Proses Pembuatan KTP baru
Untuk memperoleh Kartu Tanda Penduduk (KTP) baru
harus melengkapi syarat-syarat berikut :
1. Surat Pengantar dari RT/RW
2. Foto Copy Kartu Keluarga
3. Pas Foto terbaru berukuran 2 x 3 cm sebanyak 3 lembar
4. SKPPB bagi pendatang baru dari luar DKI Jakarta
5. Foto copy Akta Kelahiran
6. SKPPT bagi WNA
7. Bukti Pembayaran Keterlambatan Pembuatan KTP
Sedangkan Untuk memperpanjang Kartu Tanda Penduduk
yang sudah habis masa berlakunya harus melengkapi
syarat-syarat berikut :
1. KTP lama yang sudah habis masa berlakunya
2. Fotocopy Kartu Keluarga
3. Pas foto 2 x 3 cm sebanyak 3 lembar
4. Surat Keterangan lapor kehilangan KTP dari Kepolisian
bagi yang kehilangan KTP
5. Bukti Pembayaran Keterlambatan Perpanjangan KTP
Untuk KTP yang hilang atau rusak, dapat dimohonkan KTP
Pengganti, dengan membawa :
1. bagi pemohon KTP yang rusak, bukti KTP lama yang
rusak;
2. bagi pemohon yang kehilangan KTP, Surat Keterangan
Kehilangan KTP dari Kepolisian;
3. menunjukkan KK;
Bagaimana jika KTP hilang atau Rusak
Contoh BlangkoKTP untuk WNI
Contoh BlangkoKTP untuk Warga
Asing (WNA)
Bagaimana pelaksanaan pencantuman kolom
agama bagi agama yang tidak diakui atau bagi
penghayat kepercayaan terhadap Tuhan YME ?
Pada awal berlakunya UU Adminduk, penerbitan KTP
bagi penghayat kepercayaan masih mendapatkan
penolakan, baik karena belum tersosialisasikannya UU
No. 23 Tahun 2006 dan PP No. 37 Tahun 2007, maupun
karena ketidaksiapan infrastruktur dokumen
kependudukan. Sehingga terdapat perbedaan di setiap
kota/kabupaten. Ada yang menolak dalam arti harus
mengikuti salah satu agama yang diakui, dikosongkan,
(………), tanda strip (-) ataupun ditulis ‘lain-lain’.
Berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.
470/1989/MD tanggal 19 Mei 2008 kepada Gubernur
dan Bupati/Walikota, maka di kolom agama pada KTP
bagi penghayat kepercayaan tidak diisi, namun tetap
dilayani dan dicatat dalam database kependudukan.
Surat Edaran ini menegaskan kembali ketentuan dalam
UU Adminduk.
Sedangkan untuk penghayat yang dalam KTP/KK-nya
belum tertulis Penghayat, dan berkehendak untuk
mengubahnya, maka dapat mengajukan permohonan
yang dilengkapi dengan Surat Pernyataan Sebagai
Penghayat. Surat pernyataan tersebut akan dijadikan
dasar bagi petugas untuk melakukan pemutakhiran
data.
Sedangkan untuk instansi pelaksana yang telah
menggunakan sistem komputerisasi atau aplikasi
program komputer yang belum memungkinkan
pengosongan penulisan Penghayat Kepercayaan, tetapi
harus mengikuti salah satu agama yang diakui. Maka
untuk SEMENTARA WAKTU dapat dikeluarkan surat
keterangan dengan status Penghayat Kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam kehidupan sehari-hari kita diwajibkan untuk
membawa KTP saat bepergian. Setiap penduduk yang
bepergian tidak membawa KTP akan dikenakan denda
administratif paling banyak Rp 50.000,00 (lima puluh
ribu rupiah).
Dan jika dengan sengaja mendaftarkan diri sebagai
kepala keluarga atau anggota keluarga lebih dari 1 KK,
atau untuk memiliki KTP lebih dari satu, akan dipidana
2 tahun dan/atau denda hingga Rp 25 juta.
Adakah kewajiban dan sanksi terkait KTP dalam
kehidupan sehari-hari?
PENCATATAN PERKAWINANDAN PERCERAIAN
Bagian Keempat
Pencatatan Perkawinan
Asep Setia Pujanegara dan Rela Susanti melang-
sungkan perkawinan pada 23 Agustus 2001 dalam
sebuah prosesi pernikahan lewat upacara sesuai
ajaran yang mereka yakini. Kebahagiaan keduanya
akan terasa sempurna jika perkawinan itu bisa ter-
catat dalam lembar negara. Namun bukan akta
perkawinan yang mereka dapat, melainkan surat
penolakan dari Kantor Catatan Sipil Kabupaten
Bandung yang berdalih bahwa berdasarkan
Undang-undang No. 1 Tahun 1965 yang diikuti
surat keputusan bersama Menteri Agama dan
Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1969, peng-
hayat kepercayaan bukan agama. Kombinasi
aturan ini dipagari pula Ketetapan MPR No. IV
Tahun 1978. Atas dasar ini perkawinan ajaran
penghayat tak dianggap sah oleh negara.
Apa yang dialami oleh pasangan Asep dan Rela
adalah gambaran tindakan diskriminatif terhadap
para penghayat kepercayaan atau mereka yang
memiliki keyakinan di luar enam agama yang
diakui oleh negara. Padahal Perkawinan adalah
suatu hak asasi yang dijamin dalam Pasal 28B ayat
(1) Perubahan II UUD 1945. Lahirnya UU No. 23
Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
dan PP No. 37 Tahun 2007 tentang Peraturan
Pemerintah tentang Pelaksanaan UU Adminduk,
memberikan jalan bagi pencatatan perkawinan
pasangan penghayat kepercayaan. Sehingga
diharapkan tidak ada lagi “Asep dan Rela” lain
yang tidak tercatat perkawinannya karena
ketidakmampuan negara dalam melindungi dan
memenuhi hak warga negara. Berikut informasi
terkait pendaftaran perkawinan dan perceraian
yang bisa dijadikan panduan untuk pasangan
penghayat atau minoritas agama di Indonesia.
Apa yang dimaksud dengan Perkawinan Yang Sah?
Syarat-syarat apakah yang harus dipenuhi setiaporang untuk melangsungkan perkawinan?
Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentangPerkawinan. perkawinan diartikan sebagai ikatan lahirbatin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagaisuami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumahtangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan KetuhananYang Maha Esa. Perkawinan dianggap sah apabila dilaku-kan menurut hukum perkawinan masing-masing agamadan kepercayaan serta tercatat oleh lembaga yang ber-wenang menurut perundang-undangan yang berlaku.
UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, khususnyaPasal 6 dan 7, mengatur syarat-syarat melangsungkanperkawinan. Pengaturan syarat-syarat ini diantaranyabertujuan untuk melindungi kepentingan perempuan dariperkawinan paksa dan perkawinan di bawah umur.Adapun syarat-syarat tersebut adalah :
1. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuankedua calon mempelai.
2. Untuk melangsungkan perkawinan seorang yangbelum mencapai umur 21 (duapuluh satu) tahunharus mendapat izin kedua orang tua. Dalam halsalah seorang dari kedua orang tua telah mening-gal dunia atau dalam keadaan tidak mampu me-nyatakan kehendaknya, maka izin dimaksud cukupdiperoleh dari orang tua yang masih hidup ataudari orang tua yang mampu menyatakan kehen-daknya. Dalam hal kedua orang tua telah mening-gal dunia atau dalam keadaan tidak mampu untuk
menyatakan kehendaknya, maka izin diperoleh dariwali, orang yang memelihara atau keluarga yangmempunyai hubungan darah dalam garisketurunan lurus ke atas selama mereka masihhidup dan dalam keadaan dapat menyatakankehendaknya. Dalam hal ada perbedaan pendapatantara atau salah seorang atau lebih diantaramereka tidak menyatakan pendapatnya, makaPengadilan dalam daerah hukum tempat tinggalorang yang akan melangsungkan perkawinan ataspermintaan orang tersebut dapat memberikan izin.
3. Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudahmencapai umur 19 (sembilan belas) tahun danpihak wanita sudah mencapai umur 16 (enambelas) tahun. Dalam hal penyimpangan terhadapketentuan usia tersebut dapat meminta dispensasikepada Pengadilan atau Pejabat lain yang ditunjukoleh kedua orang tua pihak pria atau pihak wanita.
Perkawinan dilarang antara dua orang yang:
a. berhubungan darah dalam garis keturunan lurus kebawah atau ke atas;
b. berhubungan darah dalam garis keturunanmenyamping yaitu antara saudara, antara seorangdengan saudara orang tua dan antara seorangdengan saudara neneknya;
c. berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tirimenantu dan ibu/bapak tiri;
Dalam hal apa perkawinan menurut Undang-Undang dilarang?
d. berhubungan sepersusuan, yaitu orang tuasesusuan, anak sesusuan, saudara sesusuan danbibi/paman sesusuan;
e. berhubungan saudara dengan isteri atau sebagaibibi atau kemenakan dari isteri, dalam halseorang suami beristeri lebih dari seorang;
f. mempunyai hubungan yang oleh agamanya atauperaturan lain yang berlaku, dilarang kawin.Misalkan masih terikat perkawinan atauperkawinan antar saudara sepupu yang dilarangdalam hukum adat tertentu.
Proses pencatatan perkawinan sendiri, sebenarnya ini ti-dak menjadikan perkawinan itu tidak sah karena prosespencatatan itu sendiri adalah proses administratif.Dalam konteks agama/adat perkawinan yang tidakdicatatkan di-anggap sah. Namun dalam hukumnasional, proses pen-catatan ini telah menjadi bagiandari hukum positif, ka-rena hanya dengan proses inimaka masing-masing pihak diakui segala hak dankewajibannya di depan hukum. Dan pencatatanperkawinan akan membawa akibat terhadap anak-anakyang dilahirkan dan pemenuhan hak-hak dasarnya
Apakah jika perkawinan tidak dicatatkan, suatuperkawinan tidak sah?
Siapa yang bertugas melakukan pencatatanperkawinan?
Persyaratan apa yang harus dipenuhi dalampencatatan perkawinan ?
Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturanperundang-undangan yang berlaku (pasal 2 ayat 1Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan).Bagi mereka yang melakukan perkawinan menurutagama Islam, pencatatan dilakukan di Kantor UrusanAgama (KUA). Sedangkan bagi yang beragama selainIslam (Katholik, Kristen, Budha, Hindu, Konghucu,Penghayat dan lain-lain) pencatatan itu dilakukan diKantor Catatan Sipil (KCS).
Untuk mendapatkan pelayanan pencatatan perkawinan,harus melengkapi persyaratan berikut ini:
1. Surat Bukti Perkawinan Menurut Agama
2. Akta Kelahiran
3. Surat Keterangan dari Lurah
4. Fotocopy KK/KTP yang dilegalisir oleh LURAH
5. Pas Foto berdampingan ukuran 4 x 6 cmsebanyak 5 (lima) lembar
6. 2 (dua) orang SAKSI yang telah berusia 21 tahunke atas
7. Akta Kelahiran Anak yang akan diakui/disahkan
8. Akta Perceraian / Akta Kematian jika yangbersangkutan telah pernah kawin
9. Izin dari Komandan bagi Anggota TNI / Kepolisian
10. Passport bagi WNA
11. Surat Tanda Melapor Diri (STMD) dari Kepolisianbagi WNA
12. Surat dari Kedutaan / Konsul / PerwakilanNegara Asing yang bersangkutan (bagi WNA)
13. SKK dari Imigrasi (bagi WNA)
Catatkan perkawinan Anda ke instansi yang berwenangsebelum melewati waktu satu bulan sejak perkawinanmenurut Agama dilangsungkan
Kapan waktu yang tepat untuk mencatatkanperkawinan ?
Contoh BlangkoAkta Perkawinan
Contoh Blangko Kutipan Akta Perkawinan
Bagaimana tatacara pencatatan perkawinan bagipenghayat kepercayaan terhadap Tuhan YangMaha Esa?
Pencatatan perkawinan bagi penghayat kepercayaanadalah SAMA dengan agama yang lain yaitu denganmembawa syarat-syarat sebagaimana disebutkan di atas.Untuk membuktikan telah terjadi perkawinan, makaperkawinan penghayat kepercayaan dilakukan dihadapan pemuka penghayat kepercayaan yang ditunjukdan ditetapkan oleh organisasi penghayat kepercayaan.Pemuka penghayat kepercayaan akan mengisi danmenandatangani surat perkawinan penghayat
kepercayaan. Surat perkawinan penghayat inilah yangkemudian menjadi syarat utama pencatatanperkawinan di Kantor Catatan Sipil (KCS)
Pemuka penghayat kepercayaan diajukan oleh paguyu-ban masing-masing kepada Kementerian Pariwisata danKebudayaan untuk didaftarkan dan disahkan. Pemukapenghayat kepercayaan yang telah terdaftar tersebutmemiliki kewenangan untuk mengeluarkan dan menan-datangani surat keterangan perkawinan penghayat.
Pasal 45 – 47 dan pasal 67 Perpres No. 25 Tahun 2008merumuskan bahwa pendaftaran penduduk termasukpencatatan biodata kependudukan, pencatatan ataspelaporan peristiwa kependudukan, pendataan masya-rakat rentan administrasi kependudukan serta pener-bitan dokumen kependudukan.
Masyarakat terpencil masuk dalam pengertian masya-rakat rentan sehingga untuk pendaftaran penduduk,termasuk pencatatan peristiwa kependudukan dilaku-kan oleh Tim Pendataan dari Gubernur/Bupati Wali-kota. Tim akan mendatangi komunitas terpencil terse-but untuk melakukan pendataan, mengisikan formulirpendataan untuk ditandatangani penduduk, melakukanverifikasi dan validasi; mencatat dan merekam datapenduduk untuk disampaikan ke instansi pelaksana;dan menerbitkan Surat Keterangan Tanda Komunitas.
Siapakah Pemuka Penghayat Kepercayaan?
Bagaimana dengan penghayat kepercayaan yangberada di lokasi-lokasi terpencil ?
Bagaimana dengan penghayat kepercayaan/masyarakat adat yang tidak memiliki organisasiformal dan berada di wilayah terpencil?
Apa yang dilakukan Kantor Catatan Sipil (KCS)terhadap permohonan pencatatan perkawinan?
Memang ada keresahan di kalangan masyarakat adatbahwa pencatatan perkawinan mereka tetap tidakterlindungi karena kepercayaan dan komunitas adatmereka tidak berbentuk organisasi formal. Ketentuanbahwa pemuka penghayat ditunjuk oleh organisasipenghayat dan mendapat persetujuan DepartemenKebudayaan dan Pariwisata tidak mudah bagi mereka.
Untuk kondisi tersebut dalam Perpres No. 25 Tahun2008 terdapat celah, yaitu pengertian “organisasi”dapat ditunjukkan melalui Surat Keterangan TandaKomunitas yang merupakan pengakuan resmi negaraterhadap adanya “organisasi” adat di suatu wilayah.Sedangkan untuk Pemuka Penghayat Kepercayaan darikomunitas adat dapat didaftarkan ketika terjadipendataan kependudukan.
Pejabat Instansi Pelaksana atau UPTD InstansiPelaksana akan mencatat perkawinan dengan tata cara:
(1) menyerahkan formulir pencatatan perkawinankepada pasangan suami istri;
(2) melakukan verifikasi dan validasi terhadap datayang tercantum dalam formulir pencatatanperkawinan; dan
(3) mencatat pada register akta perkawinan dan
menerbitkan kutipan akta perkawinan PenghayatKepercayaan.
(4) Kutipan akta perkawinan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf c diberikan kepada masing-masing suami dan istri.
Mengenai biaya pencatatan perkawinan setiap daerahmemiliki ketentuan yang berbeda-beda sesuai denganPerda di daerah masing-masing. Di Propinsi DKI Jakarta,biaya pencatatan sebesar Rp50.000. Sedangkan diKabupaten Tabanan Bali, biaya pencatatan perkawinandiperinci sebagai berikut :
1. Biasa
• Dalam kantor: Rp 16.500,-
• Di luar kantor: Rp 31.500,-
2. Terlambat Lapor :
• Dalam kantor: Rp 26.500,-
• Di luar kantor: Rp 56.500,-
3. Kutipan II : Rp 10,500,-
4. Salinan: Rp32.500,-
Untuk menghindari pungutan liar, hal yang harus dilaku-kan adalah: (i) Daftarkan sendiri atau tidak melalui calo/makelar; (ii) Cari informasi mengenai biaya sesuai perdadan standar minimal pelayanan publik (jangka waktu danbiaya wajib diumumkan di tempat pelayanan); (iii) Bayar-lah sejumlah tarif yang ditentukan; (iv) Mintalah tandabukti pembayaran; dan (v) Jangan memenuhi permintaanpetugas dengan alasan untuk mempercepat atau alasanlainnya.
Berapa Biaya untuk pencatatan perkawinan?
Pencatatan Perceraian
Dalam hal apa perceraian dapatdilakukan/diizinkan?
Perkawinan diharapkan akan abadi dan langgeng,namun jika terjadi hal-hal yang menyebabkan tujuanperkawinan yaitu keluarga yang bahagia tidak tercapai,maka perceraian dapat diizinkan. UU Perkawinanmengatur perceraian dapat terjadi karena alasan ataualasan-alasan sebagai berikut:
1. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadipemabok, pemadat, penjudi, dan lain sebagainyayang sukar disembuhkan;
2. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selarna2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak laindan tanpa alasan yang sah atau karena hal laindiluar kemampuannya;
3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5(lima) tahun atau hukuman yang lebih beratsetelah perkawinan berlangsung;
4. Salah satu pihak melakukan kekejaman ataupenganiayaan berat yang membahayakan pihakyang lain;
5. Salah satu pihak mendapat cacat badan ataupenyakit dengan akibat tidak dapat menjalankankewajibannya sebagai suami/isteri;
6. Antar suami dan isteri terus menerus terjadiperselisihan dan pertengkaran dan tidak adaharapan akan hidup rukun lagi dalam rumahtangga
Dimana gugatan perceraian diajukan?
Mengapa peristiwa perceraian harus dicatatkan ?
Gugatan perceraian bagi yang menikah menurut agamaIslam diajukan di Pengadilan Agama (PA) di wilayahtempat tinggal isteri. Sedangkan untuk perkawinanselain menurut agama Islam diajukan ke PengadilanNegeri (PN). Gugatan perceraian diajukan oleh suamiatau isteri atau kuasanya ke pengadilan yang daerahhukumnya meliputi tempat kediaman tergugat. Jikatempat kediaman tergugat tidak jelas atau tidakdiketahui atau tidak mempunyai tempat kediaman yangtetap, gugatan perceraian diajukan ke pengadilan ditempat kediaman penggugat.
Perceraian merupakan salah satu peristiwa pentingyang mengubah status catatan sipil seseorang. Perce-raian mengubah status kawin menjadi status janda ataududa, dan membawa akibat-akibat hukum lain sepertipembagian harta bersama (gono-gini), serta hak dankewajiban terhadap anak.
Pengadilan hanya memutuskan mengadakan sidangpengadilan untuk menyaksikan perceraian apabilamemang terdapat alasan-alasan dan pengadilan ber-pendapat bahwa antara suami isteri yang bersangkutantidak mungkin lagi didamaikan untuk hidup rukun lagidalam rumah tangga. Sesaat setelah dilakukan sidanguntuk menyaksikan perceraian yang dimaksud makaKetua Pengadilan membuat surat keterangan tentangterjadinya perceraian tersebut. Surat keterangan itudikirimkan kepada Pegawai Pencatat di tempat
perceraian itu terjadi untuk diadakan pencatatanperceraian.
Suatu perceraian dianggap terjadi beserta segalaakibat-akibatnya terhitung sejak saat pendaftarannyapada daftar pencatatan kantor pencatatan oleh PegawaiPencatat, kecuali bagi mereka yang beragama Islamterhitung sejak jatuhnya putusan Pengadilan Agamayang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.Sehingga jika putusan perceraian di pengadilan tidaksegera dicatatkan, maka belum mempunyai kekuatanhukum dan akan menyulitkan suami/isteri dalammengambil tindakan hukum lainnya. Misalkan untukmenikah kembali.
Untuk mendapatkan pelayanan ini harus memenuhipersyaratan berikut :
1. Penetapan Pengadilan Negeri/PengadilanTinggi/Mahkamah Agung
2. Akta Perkawinan
3. Akta kelahiran
4. Surat Keterangan dari Lurah
5. Fotocopy Kartu Keluarga (KK) / Kartu TandaPenduduk (KTP) yang dilegalisir Lurah
6. Paspor (bagi WNA)
7. Surat Tanda Melapor Diri (STMD) dari Kepolisian(bagi WNA)
8. SKK dari Imigrasi (bagi WNA)
9. Surat dari Kedutaan/Konsul/Perwakilan NegaraAsing (bagi WNA)
Apa persyaratan pencatatan perceraian ?Contoh BlangkoAkta Perceraian
Contoh BlangkoKutipanAkta Perceraian
DAFTAR PUSTAKA
UU No. 1 Tahun 1974 tentang Pokok-PokokPerkawinan
UU No. 23 Tahun 2006 tentang AdministrasiKependudukan
UU No. 23 Tahun 2002 tentang PerlindunganAnak
PP No. 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan UUNo. 23 Tahun 2006 tentang AdministrasiKependudukan
http://www.kependudukancapil.go.id/
http://www.adminduk.depdagri.go.id/
DAFTAR ALAMAT1. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Propinsi DKI JakartaJalan Letjen. S. Parman No. 7 Jakarta Barat,Telp. 5662400, 5666242
2. Suku Dinas Kependudukan dan Catatan SipilKotamadya Jakarta Utara,Jalan Berdikari No. 2 Jakarta Utara, Telp.4357508, 42930358
3. Suku Dinas Kependudukan dan Catatan SipilKotamadya Jakarta Barat,Jalan Meruya Utara No.5 Kembangan(disamping MAKRO), Telp 58902657
4. Suku Dinas Kependudukan dan Catatan SipilKotamadya Jakarta Timur,Jalan Cipinang Baru Raya No. 16 JakartaTimur . Telp. 4603844,48703401,4895725
5. Suku Dinas Kependudukan dan Catatan SipilKotamadya Jakarta Pusat,Jalan Tanah Abang I Jakarta Pusat, Telp.3852857
6. Suku Dinas Kependudukan dan Catatan SipilKotamadya Jakarta Selatan, Jalan Radio V No.1 Jakarta Selatan, Telp. 72801284-85
7. Dinas Kependudukan dan Catatan SipilSurabayaJl. Manyar Kertoarjo No.6 Telp. (031) 5911110- 5911101 - 5911102 - 591109 – 5927205SURABAYA
8. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil BogorJl. Dr. Semeru No. 19 Bogor Telepon : (0251)8321 558 - (0251) 8361 524 - (0251) 8321 075Ext
9. Dinas Kependudukan & Catatan Sipil KotaDenpasar –
Jl. Surapati no. 4 - Denpasar, Telp (0361)237501
10. Dinas Kependudukan dan Catatan SipilKuninganJalan RE Martadinata - Ancaran 45551, Telp(0232) 873969
Latar Belakang
The Indonesian Legal Resource Center (ILRC) adalahorganisasi non pemerintah yang konsen pada reformasipendidikan hukum. Pada masa transisi menujudemokrasi, Indonesia menghadapi masalah korupsi,minimnya jaminan hak azasi manusia (HAM) di tingkatlegislasi, dan lemahnya penegakan hukum. Masalahpenegakan hukum membutuhkan juga budaya hukumyang kuat di masyarakat. Faktanya kesadaran hak ditingkat masyarakat sipil masih lemah begitu jugakapasitas untuk mengakses hak tersebut. Ketikainstrumen untuk mengakses hak di tingkat masyarakatter-sedia, tetapi tidak dilindungi oleh negara sepertihukum adat tidak dilindungi, negara mengabaikanusulan lokal untuk menyediakan bantuan hukum.
Peran Perguruan Tinggi khususnya fakultas hukumsebagai bagian dari masyarakat sipil men-jadi pentinguntuk menyediakan lulusan fakultas hukum hukumyang berkualitas dan mengambil bagian di berbagaiprofesi yang ada, seperti biro-krasi, institusi-institusinegara, peradilan, akade-misi dan organisasi-organisasimasyarakat sipil. Mereka juga mempunyai posisi yanglegitimate untuk memimpin pembaharuan hukum. Didalam hal ini, kami memandang pendidikan hukummempunyai peranan penting untk membangun budayahukum dan kesadaran hak masyarakat sipil.
30 Memahami Kebijakan Administrasi Kependudukan
PROFIL
THE INDONESIAN LEGAL RESOURCE CENTER(ILRC)
Mitra Pembaruan Pendidikan Hukum Indonesia
Pendirian The Indonesia Legal Resource Center (ILRC)merupakan bagian keprihatinan kami atas pendidikanhukum yang tidak responsif terhadap permasalahankeadilan sosial. Pendidikan hukum di Perguruan Tinggicenderung membuat lulusan fakultas hukum menjadiprofit oriented lawyer dan mengabaikan pemasalahankeadilan sosial. Walaupun Perguruan Tinggi mempu-nyai instrument/institusi untuk menyediakan bantuanhukum secara cuma-cuma untuk masyarakat miskin,tetapi mereka melakukannya untuk maksud-maksudyang berbeda.
Masalah-masalah yang terjadi diantaranya: (1)Lemahnya paradigma yang berpihak kepada masya-rakat miskin, keadilan sosial dan HAM; (2) Komer-sialisasi Perguruan Tinggi dan lemahnya pendanaanmaupun sumber daya manusia di Lembaga Konsultasidan Bantuan Hukum (LKBH) dan Pusat Hak AzasiManusia (HAM); (3) Pendidikan Hukum tidak mampuberperan, ketika terjadi konflik hukum oleh karenaperbedaan norma antara hukum yang hidup di masya-rakat dan hukum negara.
Karena masalah tersebut, maka ILRC bermaksud untukmengambil bagian di dalam reformasi pendidikanhukum.
Visi dan Misi
Misi ILRC adalah “Memajukan HAM dan keadilansosial di dalam pendidikan hukum’. Sedangkan misiILRC adalah; (1) Menjembatani jarak antara PerguruanTinggi dengan dinamika sosial; (2) Mereformasi pendi-dikan hukum untuk memperkuat perspektif keadilansosial; (3) Mendorong Perguruan Tinggi dan organisasi-organisasi masyarakat sipil untuk terlibat di dalamreformasi hukum dan keadilan sosial.
Pendiri/Badan Pengurus :
Dadang Trisasongko (Ketua),
Renata Arianingtyas (Sekretaris),
Sony Setyana (Bendahara),
Prof. Dr. Muhamad Zaidun, SH (Anggota),
Prof. Soetandyo Wignjosoebroto (Anggota),
Uli Parulian Sihombing (Anggota)
Badan Eksekutif :
Uli Parulian Sihombing (Direktur),
Fulthoni (Program Manajer),
Siti Aminah (Programe Officer),
Evi Yuliawati (Keuangan),
Herman Susilo (Administrasi).
Struktur Organisasi