BUDIDAYA JAGUNG DENGAN PENDEKATAN PENGELOLAAN
TANAMAN TERPADU (PTT)
Donald Sihombing
HP/WA 085233361249
2
Peluang pengembangan jagung
JagungKomoditasstrategis
1. Konsumsi dalam negeri
Pakan ternak (langsung atau
olahan) 50 %, pangan
pokok bagi sebagian
penduduk & jajanan, bahan
baku industri (pati, gula,
pangan olahan), dan energi
(bioetanol).
KebutuhanTahun 2020
24.16 juta ton (PrognosaKementan)
2. Ekspor
Produktivitas masih rendah
( < dr potensi hasil 7 s/d
14 ton)
Madura 1,73 ton 2,23 ton )
Masalah (Hambatan dan Peluang)
Jatim lebih rendah dari
rata2 nasional
Pupuk belum sesuai kebutuhan tanaman dan tidak efisien
Pupuk organik belum populer
Budidaya spesifik lokasi belum berkembang
Penggunaan (pupuk anorganik, pestisida) dosis tdkrasional, cenderung N berlebihan
➨ ketidak-seimbangan hara dalam tanah
Tingkat kesuburan tanah menurun, semakin rendahnyabahan organik dalam tanah (< 2 %)
Cara pemberian pupuk yang salah dan tidak tepat waktu
Penggunaan benih kualitas rendah,
Berkembangnya organisme pengganggu tanaman (OPT)
PENYEBAB
Varietas lokal (Madura) (23,17 % dr luas Jatim) dan turunan hibrida
Penggunaan benih varietasunggul potensi hasil tinggi masih rendah (sekitar 53%)
harga mahal
hanya dapat ditanam sekali
butuh pupuk lebih banyak
biaya produksi menjadi tinggi
umur lebih panjang
menghendaki lahan yang relatif
subur.
A. Komponen Teknologi Dasar
1) Varietas Unggul Baru (Hibrida atau Komposit)
2) Benih bermutu & berlabel (daya kecambah >
95%, perlakuan benih dengan fungisida
tambahan khusus di wilayah endemik bulai
3) Populasi 66.000–71.000 tanaman/ha, jarak
tanam 70–75 cm x 20 cm (1 biji/lubang) atau
70–75 cm x 40 cm (2 biji/ lubang)
4) Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman
dan status hara tanah (spesifik lokasi).
PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT)
SUATU PENDEKATAN INOVATIF DAN DINAMIS DALAM UPAYA
MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN PETANI
MELALUI PERAKITAN KOMPONEN TEKNOLOGI SECARA
PARTISPATIF BERSAMA PETANI
Teknologi tersebut mudah diterapkan dan berpengaruh besar terhadap kenaikan hasil dan pendapatan petani.
Pada wilayah tertentu, komponen teknologi pilihan dapat menjadi komponen teknologi dasar
• Penyiapan lahan (Olahtanah versus Tanpa olahtanah)
• Pembuatan salurandrainase/irigasi
• Pemberian pupukorganik (1 ton/ha) +
• Pembumbunan
• Pengendalian gulma(manual/kimia)
• Pengendalian H/P Terpadu
• Penanganan Panen dan Pascapanen.
6
- Bersari bebas/komposit : 20 varietas
- Hibrida : > 40 varietas
Varietas Balitbangtan
1. VARIETAS UNGGUL produktivitas tinggi, toleran hama
penyakit terutama bulai dan toleran kekeringan
VUB jagung komposit
Balitbangtan
Varietas Umur
pane
n
(hari)
Pot
ensi
hasi
l
(t/h
a)
Reaksi thd
penyakit
Bulai Kar
at
Gumarang 82 8,0 AT -
Lamuru 95 7,6 AT T
Kresna 90 7,0 AT -
Palakka 95 8,0 T T
Sukmaraga 105 8,5 T AT
Srikandi
Putih-1
110 8,1 R T
Srikandi
Kuning-1
110 7,9 R T
Anoman-1 103 7,0 R Tol
VUB jagung hibrida Balitbangtan
Varietas Umur
panen
(hari)
Potens
i Hasil
(t/ha)
Reaksi thdpenyakit
Bula
i
Karat
Semar-10 97 9,0 AT ATBima-1 95 9,0 AT TBima-2 100 11,0 AT -Bima-3 100 10,0 T -Bima-4 102 12,5 R TBima-5 103 11,7 AR TBima-6 104 11,9 AR TBima-7 89 12,1 ATol TolBima-8 88 11,7 Tol TolBima-9 95 13,4 T ATol
Bima-10 100 13,1 AR TBima-11 94 13,2 R ATol
Bima-12Q 98 9,3 R -Bima-13Q 103 9,8 AR -Bima-14 95 12,9 T
Bima-15 Sayang 100 13,2 AT -Provit-A1 96 7,4 AR -Provit-A2 98 8,8 R -Bima-16 98 12,4 T TBima-17 95 13,6 T T
Bima Putih-1 100 10,3 R -Bima Putih-2 100 10,4 R -
Bima-18 95 13,6 T TolBima-19 URI 102 12,5 T TBima-20 URI 102 12,8 T TPulut URI-1 85 9,4 AT -Pulut URI-2 85 9,2 AT -
Pulut URI-3 H 85-88 10,68 AT-T -HJ 21 Agritan 82 12,2 T THJ 22 Agritan 80 12,1 T T
JH 234 98 12,6 T T
BIMA 2 BIMA 5
BIMA 6
BIMA 4
BIMA 14 HJ 21BIMA 9
BIMA 3
9
Contoh benih jagung hibrida produksi perusahaan
swasta nasional dan asing dgn potensi hasil > 10 ton/ha
2. Benih Bermutu dan bersertifikat
Label biru
Kadar air < 11 %
Kemurnian > 99 %
Daya tumbuh > 95 %
Sebelum ditanamdicampur denganfungisida metalaksil2 gr/kg benih ataudimetomorf (30 cc/7-10 kg benih) dll;
atau Insektisidatiametoksam/ karbofuran saattanam)
3. PERSIAPAN LAHAN
1. Lahan kering, olah tanah sempurna
2. Lahan sawah, tanpa olah tanah/olah tanah
minimal
3. Membuat drainase
PENANAMAN
Tugal, 1 – 2 biji per lubang (benih15 – 20 kg/ha)
Monokultur, tugal 75 x 20 cm (1 biji/lubang),
75 x 40 cm (2 biji/lubang)
Alur bajak, antar baris 60 – 75 cm, dalam baris 15 – 25 cm (2 biji/lubang). Sebar mengikuti alurbajak sapi (benih 25 – 30 kg/ha)
Jajar legowo:
120 cm x (60 x 25 cm) ► 2 biji/lubang
90 cm x 50/40 x 20) 1 biji/lubang
Tumpang sari: jagung 150 – 200 cm x 40 cm, padi gogo 20 x 20 cm, kacang-kacangan 50 x 10 cm atau40 x 15 cm
1. 70-75 cm x 20cm, 1 biji/lubang
atau
70 – 75 cm x 40cm, 2 biji/lubang
2. 90 cm x 50cm x 20cm,
1 biji/lubang atau 90cm x 50 cm x
35 cm, 2 biji/lubang
Monokultur
4. Penanaman populasi 66.000 sd 71.000 tanaman/ha
14
Pola tanam tumpangsari
• Alat tanam biji-bijian
(Grains Seeder) : alat
mekanis untuk jagung di
lahan kering. Alur tanam
dapat diatur, yaitu 4 alur
dengan mengatur lebar
alur antara 30-80 cm dg
kedalaman tanam
antara 5-7 cm.
Ditariktraktorroda 2
• Grains seeder dapat ditarik dengan
traktor roda 2 atau roda 4 dan di
desain mampu dipakai pada tanah
bergelombang dengan bobot 1 unit
tanam 20 kg. Kapasitas kerja alat
tanam ini sekitar 0,1 ha/jam (3
baris tanam).
• Denggunakan alat tanam grains seeder maka biaya tanam 40%
lebih murah dibandingkan cara
tanam manual.
Ditariktraktormesin
16
• Alat tanam suntik bergulir (Rolling Injection Seeder) : alat tanam multi
guna mekanis untuk jagung & kedelai
• Jarak tanam dapat diatur : antar
baris tanam 70-75 cm, sdg antar
benih dlm baris tanam 25-50 cm,
jumlah benih per lubang 1-2 biji
dengan kedalaman tanam 2-3 cm
• Rolling Injection Seeder dapat ditarik
traktor roda dua dg kecepatan 2
km/jam, kapasitas kerja 4,5-5,5
jam/ha, kapasitas kotak benih 3
kg/kotak
•
PEMUPUKAN
PUPUK AN-ORGANIK VS ORGANIK
Keduanya
mempunyai
sifat dan
karakteristik
yang berbeda,
mempunyai
keunggulan
dan
kekurangan.
Peranan
pupuk
anorganik
dalam
peningkatan
produksi telah
terbukti,
terdapat efek
samping pada
terganggunya
keseimbangan
hara dalam
tanah.
Peran pupuk
organik
terhadap
kesuburan
tanah sangat
besar, walaupun
pengaruhnya
terhadap
peningkatan
hasil tidak
setajam pupuk
anorganik.
Kandungan C-
organik tanah
yang sangat
rendah dapat
menurunkan
efektivitas
pupuk an-
organik
Penerapan
kombinasi pupuk
anorganik dan
organik dalam dosis
yang proporsional
merupakan
tindakan bijaksana
saat ini, sebelum
mencapai pertanian
organik
sepenuhnya.
5. PEMUPUKAN
SPESIFIK LOKASI
berdasarkan kebutuhan tanamanbukan keinginan
• Peta status Hara N, P dan K
• KATAM (Kalender Tanam) TerpaduOnline/Smartphone (Android)
• Perangkat Uji Tanah (PUTS, PUTK)
• Pupuk Organik + Agen hayati(Trichoderma dan P.fluorescens, dll
• Pupuk hayati Agrimeth
• ZA diberikan jika tanah kekurangansulfur (S)
Takaran > 1- 2 ton/ha
Aplikasi pada saat tanam, untuk olah tanah
minimum, diberikan sebagai penutup lubang
setelah tanam
Untuk lahan kering, aplikasi pupuk organik pada
lubang sebelum tanam
20
Penyiapan lahan tanpa
olah tanah atau olah
tanah minimum
Penyiangan dengan
herbisida/manual
Pengendalian hama
penyakit tepat sasaran
(PHT)
Pengairan 5 – 8 kali
Penanganan panen &
pasca panen
Teknologi Pilihan
Dilakukan bersamaan dg pendangiran (umur 30 HST)
Dilakukan dengan manual/herbisida kontak paraquat
takaran 1-1,5 l/ha
Bisa dilakukan dengan mekanisasi
PENGENDALIAN GULMA
23
Manfaat dan Tujuan Pembumbunan
(Pendangiran)
Untuk memperkokoh
(memperkuat) berdirinya batang
tanaman jagung.
Mendekatkan zat-zat hara/
makanan yang ada di dalam tanah.
Untuk memperbaiki aerasi
(peredaran udara) dan
pengaturan pada tanah yang
terlalu banyak air
Menciptakan kondisi tanah yang
gembur /remah disekitar tanaman
Memberikan lingkungan akar yang
lebih baik, sehingga menutup akar
yang bermunculan di atas
permukaan tanah
Menghindari tanaman dari
kelebihan air akibat genangan air
Pengairan
Kebutuhan air yang utama selama pertumbuhanjagung, yaitu :(1) saat tanam(2) umur 2 minggu (pertumbuhan vegetatif awal)(3) umur 5- 6 minggu (menjelang berbunga)(4) umur 8- 9 minggu (menjelang pengisian biji)
Kekurangan air atau tergenang selamapertumbuhan jagung dapat menghambattranslokasi hara, sehingga fotosintesis menjaditerganggu.
Stres air pada saat vegetatif menyebabkan prosespembungaan menjadi terganggu
Apabila stres air terjadi pada saat pengisian bijidapat menghambat pembentukan biji banyaktongkol yang ompong.
Stres air juga dapat menurunkan vigor benih yangdihasilkan karena bobot benih cenderung menurun
kocor
Tanamanjagung
kekurangan air Selama pertumbuhan perlu pengairan 5-8 kali,
tergantung cuaca Indikator perlu air, jika daun mulai menggulung
sebelum waktu tengah hariPengairan dihentikan 10 hari menjelang panen
pipanisasi
• Spodoptera frugiperda (Lepidoptera: Noctuidae) == > hama yang bersifat polifag.
• Hama ini telah menyebabkankerusakan berat di India dan Thailand. Tahun 2019 (April) terdeteksi sdh sampai di Indonesia
Hama Penyakit Jagung
HAMA ULAT TENTARA BARU/FALL
ARMY WORM (Spodoptera
frugiperda)
Pertama kali ditemukan di Sumatera Barat Maret 2019
S/d bulan April 2020 serangan ulat grayak Spodoptera
frugiperda pada jagung sudah menyebar di 32 provinsi
(Aceh s/d Papua Barat)
Sumber : BBPOPT
Ciri penting Spodoptera frugiperda
Terdapat4 buahbintikyang besar
(pinacula
Cyber Ext - IPB
SIKLUS HIDUP ULAT TENTARA BARU
29
A. 100-200 butir telur diletakkan pada daun bawah dekat
dasar tanaman, dekat batas antara daun dan batang.
Apabila populasi tinggi telur dapat diletakkan di bagian
tanaman yang lebih tinggi atau bahkan tanaman lain
B. Tahap Perkembangan 1-3.
Setelah menetas, larva muda makan di bagian permukaan,
biasanya di bagian bawah daun.
Bagian daun yang dimakan biasanya berwarna
semitransparan
Larva muda dapat memintal benang sehingga larva dapat
berpindah karena terbawa angin.
Larva makan lebih aktif pada malam hari.
C. Tahap Perkembangan 4-6
Larva masuk ke daun muda yang mengulung dan membuat kerusakan, calon daun
akan berlubang.
Larva yang memakan titik tumbuh, menghambat pertumbuhan daun baru dan tongkol.
Biasanya hanya ditemukan 1-2 larva dalam satu bagian, karena bersifat kanibal saat
besar untuk mengurangi kompetisi.
Dapat ditemukan sejumlah besar kotoran yang mirip serbuk kayu.
Saat tanaman menghasilkan tongkol, larva akan memakan lapisan pelindung tongkol
dan mulai memakan bijiyang terbentuk.
PENGENDALIAN
untuk mengatur agar ketersedian makanan ulat tidak
senantiasa ada dan siklus perkembangan ulat grayak akan
dapat ditekan.
Di lapangan, tingkat serangan tinggi umumnya terjadi di
lokasi pertanaman jagung yang terlambat tanam dari
tanaman sekitar karena tanaman yang terlambat tanam
memiliki umur yang masih muda dibandingkan sekitarnya dan
menjadi sumber makanan
Penanaman secara serempak pada skala yang luas
Lokasi : Gunung Kidul Sumber :Youtube : Net Biro Jogya 2019
• Deteksi gejala awal ulatgrayak FAW akanmenjadi penentukesuksesan pengendalian terlambat 1 minggu kerusakan tanaman sudahsemakin berat biayapengendalian akansemakin besar
• Monitoring sejak umur 1-2 mst Periode ini ngengatmulai meletakkan telurpada daun jagung yang masih muda
• Pengamatan pada daunke-1 sampai ke-3 daripucuk kelompok telurbiasa diletakkan oleh kupu2 betina
Pengamatan gejalaserangan ulat grayak FAW
sejak dini
• Kelompok telurdikumpulkan dan dimusnahkan 1 kelompok telur 100-200 butir ( 2 – 3 harimenetas berpencardan memakan epidermis daun)
• Ulat grayak yang masihinstar 1-2 akan sulitditemukan di lapangan
ukurannya sangat kecil kurang dari 5 mm.
• Cara yang tepat untukmendeteksi keberadaanulat grayak di pertanaman
dengan mengenal gejalaserangannya.
Pengendalian yang tepat dan efektif
Secara mekanis
pengumpulan kelompok
telur dan larva hanya
cocok untuk areal yg tidak
terlalu luas
Secara hayati dan nabati
bila serangan masih ringan
dengan agens yang tersedia di
lokasi seperti Metarhizium
rileyi, Bacillus thuringiensis,
dan SfNPV.
Gerakan
pengendalian
(Gerdal) HPT
(ulat grayak)
Penggerek Batang (Ostrinia furnacalis)
• Aktif pada malam hari
• Ulat menyerang semua bagian
tan pd semua fase pertumbuhan
• Kehilangan hasil 80 %
Gejala serangan lubang kecil
pada daun; lubang gorokan
pada batang, bunga jantan/
pangkal tongkol; batang & tassel
mudah patah, tumpukan tassel
yang rusak
Musuh alami :
-Parasitoid telur Trichogramma spp.
-Predator ulat & kepompong Euborellia annulata-Cendawan Beauveria bassiana dan Methariziumanisoplae
Kultur teknis : tumpangsari dgn kedelai atau
kacangtanah; pemotongan sebagian bunga
jantan (4 dari 6 baris tanaman)
Komponen pengendalian
1) Pergiliran tanaman,
2) Tanam serempak,
3) Sanitasi inang liar,
4) Pemangkasan bunga jantan 25%,
5) Aplikasi biopesisida Dipel (Bacillus
thuringiensis,
6) Aplikasi insektisida monokrotofos,
Triazopos, dan Karbofuran 3G melalui
pucuk (Anonymous, 1995)
Ulat grayak (Spodoptera litura)
• Menyerang malam hari secara
bergerombol
• Kerusakan mencapai 50 %
• Ulat kecil menyerang daun
• Serangan umumnya terjadi pada musim kemaru
• Tanaman tomat, cabe, buncis, bawang, kubis dll
Pengendalian :
• Kultur teknis : membakar sisa-sisa tanaman
• Mekanis : pemasangan perangkap sex feromon ngengat 40 unit per
ha atau 2 unit per 500 m2 di tengah areal tanaman sejak umur 2 mst
• Insektisida : klorfirifos, triazopos, abamectin, sipermetrin, BPMC dll
• Gejala : sistemik dan lokal (setempat)
• Gejala sistemik serangan jamur telah mencapai titik
tumbuh (ujung batang) tanaman daun-daun yang muncul
setelah titik tumbuh terserang dengan gejala khas daun
kuning pucat merata atau garis kuning memanjang.
• Daun tampak kaku, agak menutup dan lebih tegak dari
pada biasanya.
Penyakit bulai (jamur Peronosclerospora maydis)
• Akar kurang terbentuk tanaman mudah rebah.
• Tanaman yang terserang masih muda tidak berbuah.
• Tanaman tua buah akan jarang atau ompong dan daun
terdapat garis-garis kuning.
Gejala pada daun
Gejala penyakit bulai pada daun tanaman jagung.
Gambar kiri dan tengah, gejala klorosis pada
daun. Gambar kanan, tanaman terinfeksi kurang
dari 1 bulan mati
Gejala Pada Akar
Gejala penyakit bulai pada akar tanaman jagung.Akar terinfeksi (kanan) tidak normal denganperakaran yang sangat terbatas bila dibandingkandengan yang sehat (kiri)
Gejala pada Tongkol
Gejala penyakit bulai pada tongkol tanamanjagung. A dan C adalah tongkol sehat. B dan D adalah tongkol dari tanaman yang terinfeksipenyakit bulai.
1). Penanaman varietas jagung rentan bulai ;
2). Penanaman jagung berkesinambungan;
3). Efektivitas fungisida rendah krn dosis dikurangi dipalsukan;
4). Tidak adanya tindakan eradikasi;
5). Adanya resistensi bulai thdp fungisida metalaksil;
6). Peningkatan virulensi bulai thdp tan. inang jagung.
Faktor – faktor yang mempengaruhi penyakit
- Ketinggian tempat banyak ditemukan di dataran rendah &
jarang di dataran tinggi (900 -1200m dpl)
- Hujan penyakit akan berkembang lebih cepat terutama di
tanah tegalan
- Infeksi hanya terjadi bila ada air baik embun, hujan & gutasi
- Penyakit lebih berkembang pada tanah yang berat dan tanaman
sehat kurang mudah terserang
- Tanaman muda lebih peka
Beberapa penyebab mewabahnya penyakit bulai
Avenasativa (oat)
Digitaria spp(jampang
merah)
Euchlaena sppRumput gajah/ meksiko
TANAMAN INANG
Jewawut
Tebu)
Panicum sp.
44
Periode bebas tanaman
jagung dalam satu
kawasan, minimal satu
bulan;
Tanam serempak
tanam terakhir paling
lama selisih 2 minggu
dari tanam pertama
menekan sumber
inokulum
Tanam varietas toleran
(?) harga lebih mahal
Perlakuan benih
tambahan sebelum
tanam dengan fungisida
al. dimetomorf,
metalaksil,
Pengendalian Penyakit Bulai
45
Eradikasi tanaman terserang
Waspadai dan sebisa mungkin
tidak menanam bersamaan
dengan tanaman inang bulai
lainnya, spt : tebu, rumput gajah,
gandum, jewawut
Saat endemik penyakit bulai
1). pengairan sebaiknya dengan
cara dikocor dan dianjurkan
tidak dileb sampai umur 30 HST;
2). pemupukan pertama harus
dengan NPK yang dilarutkan
dalam air siraman (dikocor)
Untuk pencegahan dapat
disemprot dengan fungisida al.
dimetomorf, metalaksil,
pyraclostrobin 5% + metiram
55%, difenokonazol +
azoksistrobin, fenamidon
Tanaman tebu
46
PENGENDALIAN HPT DENGAN PENDEKATAN PENGENDALIAN HAMA/PENYAKIT TERPADU (PHT)
Upaya pengendalian populasi atau tingkat serangan organismepengganggu tumbuhan dengan menggunakan satu atau lebih dari
berbagai teknik pengendalian yang dikembangkan dalam satukesatuan, untuk mencegah timbulnya kerugian secara ekonomis dan
lingkungan hidup.
Komponen PHT
Budidaya tanaman sehat (var tahan HP, pergiliran tanaman atauvarietas, sanitasi dan drainase, tanam serempak, pemupukanberimbang, tanaman perangkap)
Pengendalian fisik/mekanik)
Pengendalian hayati (pelestarian & pemanfaatan musuh alami)
Pengendalian kimiawi (pesitisida secara selektif) pilihan terakhir
berdsrkan hasil pengamatan dan ambang ekonomi
Penggunaan pestisida yang berspektrum sempit dan non-persisten
Demfarm PTT (2016) di Probolinggo HJ 21 (8,35 ton) dan di
Nganjuk Bima 14 (7,58 ton/ha) dibanding eksisiting (Pertiwi 3)
dan Bisi-18) yakni 5,22 ton dan 7,57 ton/ha.
Lokasi Bima 3 Bima 9 Bima
14
Bima
15
HJ21
Kab. Porbolinggo 6,26 5,73 6,54 6,88 7,81
Kota Probolinggo 6,48 6,99 6,49 5,20 7,78
Nganjuk 7,15 7,41 7,35 - 8,53
Display varietas