Download - buat laporan
BLOK COMMUNITY HEALTH AND ENVIRONMENT MEDICINE - 1
LAPORAN KELOMPOK
PRAKTIK LAPANGAN
“OBSERVASI TPA DAN PABRIK SOUN”
Dosen Pembimbing Lapangan:
drg. Fitri Diah Oktadewi
drg. Ryana Budi Purnomo
Disusun Oleh:
Ichsani Alfina G1G014004Rahmawati G1G014016
Tri Putri Harjayani G1G014020Alyssa Syarafina G1G014024Safira Fauziati G1G014030
Vania Wirawati G1G014032 Abiyyu Widya Pratama G1G014036 Mohammad Reza T. G1G014040 Bella Citra Panggih G1G014044
Layalia Azka F. G1G014048
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO
2014
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan berkat-Nya laporan ini dapat diselesaikan dengan baik. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada drg. Fitri Diah Oktadewi dan drg. Ryana Budi
Purnomo sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia membimbing kami
dalam menjalani praktik lapangan ini. Kami juga berterimakasih kepada seluruh
anggota kelompok lima yang telah bekerja sama dengan baik hingga praktik
lapangan dan laporan kelompok ini dapat terselesaikan hinga akhir.
Tiada gading yang tak retak, laporan ini pun tidak sempurna. Namun demikian,
kami berharap laporan ini akan bermanfaat untuk pembaca.
7 Januari 2015,
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................3
D. Manfaat......................................................................................................................4
BAB II
ISI......................................................................................................................................5
LANDASAN TEORI.........................................................................................................5
BAB III
METODE PELAKSANAAN...........................................................................................12
BAB IV............................................................................................................................13
HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................13
PEMBAHASAN..............................................................................................................13
BAB V
PENUTUP.......................................................................................................................19
A. Simpulan..................................................................................................................19
B. Saran........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................21
LAMPIRAN.....................................................................................................................22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini sampah menjadi masalah yang cukup pelik di kalangan
masyarakat. Hal ini dikarenakan semakin berkurangnya lahan untuk
pembuangan sampah sedangkan pengeluaran sampah oleh masyarakat
semakin meningkat. Tempat penghasil sampah terbesar bersumber dari
tempat-tempat umum seperti pasar, restaurant, kawasan industri dan sampah
rumah tangga.
Pengumpulan sampah di Indonesia biasanya dilakukan di TPA (Tempat
Pembuangan Akhir) dengan metode open dumping yaitu pengumpulan
sampah di lahan terbuka yang sudah disediakan. Namun metode yang
diterapkan di Indonesia belum memenuhi standar, karena pada kenyataannya
sampah masih dibiarkan menumpuk tanpa ada pengolahan lebih lanjut.
Keadaan seperti ini memicu adanya vektor dan agen yang menyebabkan
berbagai macam penyakit.
Didalam sampah terdapat berbagai macam agen penyakit seperti kuman,
virus dan berbagai mikroorganisme lainnya. Agen ini bisa terdapat pada tanah
yang tercemar oleh tumpukan sampah atau aliran air yang tercemah oleh
lindi.dengan tercemarnya lingkungan akan menyababkan masyarakat sekitar
terjangkit berbagai macam penyakit.
Oleh karena itu kami melakukan observasi di TPA Gunung Tugel,
Kecamatan Purwokerto Selatan untuk mengatahui adanya agen-agen penyakit,
kesehatan para pekerja, dan pengaruhnya pada masyarakat sekitar.
Sampah atau limbah yang berada di TPA Gunung Tugel merupakan
sampah atau limbah yang didapat dari berbagai tempat – tempat umum serta
pabrik – pabrik yang berada di wilayah yang dinaungi TPA Gunung
1
2
Tugel.Limbah dalam hal ini limbah pabrik – pabrik yang tersebar mampu
menjadi agen penyakit sehingga tingkat kebersihan pabrik menentukan sehat
atau tidaknya produk yang mereka hasilkan.Sehingga produk berupa makanan
atau sejenisnya sangat dipengaruhi oleh Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang
di terapkan dalam pabrik.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan makanan untuk dapat
memenuhi kehidupannya. Untuk itu dibutuhkan makanan yang bergizi dan
bermanfaat untuk tubuh. Maka dari itu kita harus memperhatikan bahan baku,
proses pengolahan dan proses pembuangan limbah dari produksi makanan
tersebut. Selain itu mereka juga membutuhkan pekerjaan untuk mendapatkan
pemasukan. Untuk itu dibuatlah pabrik-pabrik pembuatan makanan. Salah
satunya adalah pabrik sohun, makanan yang terbuat dari sagu.
Akhir-akhir ini sohun menjadi perbincangan terkait dengan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ) yang
diterapkan di pabrik. Bahan baku untuk pembuatan sohun adalah sagu dan
bahan-bahan tambahan lainnya seperti pewarna makanan dan kaporit untuk
sebagai desinfektan. Proses pengolahannya juga perlu diperhatikan mengenai
kebersihan peralatan yang digunakan dan perilaku karyawannya, kualaitas dari
bahan-bahan yang digunakan serta pemanfaatan dan pembuangan limbah.
Oleh karena itu kami melakukan kunjungan ke pabrik sohun yang berada
di daerah Tambaksogra, Purwokerto untuk dapat menilai bagaimana PHBS,
K3, pengolahan, pemanfaatan dan pembuangan limbah yang diterapkan di
pabrik tersebut apakah sudah sesuai standar atau belum.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah terkait Tempat Pembuangan Akhir :
1. Apa yang dimaksud dengan sampah?
2. Apa saja macam-macam sampah?
3. Apa saja macam cara pengolahan sampah di TPA gunung tugel?
3
4. Bagaimana keselamatan kerja para pekerja di TPA gunung tugel?
5. Apa sajakah jenis sampah yang dapat menyebabkan penyakit dan
pencemaran lingkungan ?
Rumusan Masalah terkait dengan Pabrik pembuatan Sohun :
1. Bagaimana proses pengolahan limbah di Pabrik Soun Tambak Sogra?
2. Bagaimana proses pembuatan makanan di Pabrik Soun Tambak Sogra?
3. Apa saja bahan baku yang digunakan dalam pembuataan Soun?
4. Apa saja yang digunakan para pekerja untuk mengantisipasi kecelakaan
kerja?
5. Bagaimana sanitasi yang diterapkan di Pabrik Soun Tambak Sogra?
C. Tujuan
Tujuan praktikum lapangan TPA Gunung Tugel :
1. Untuk mengetahui pengertian sampah.
2. Untuk mengetahui macam-macam sampah.
3. Untuk mengetahui cara pengolahan sampah di TPA gunung tugel.
4. Untuk mengetahui keselamatan kerja para pekerja di TPA gunung tugel.
5. Untuk mengetahui jenis sampah yang dapat menyebabkan penyakit dan
pencemaran lingkungan.
Tujuan praktikum lapangan Pabrik Sohun Tambaksogra :
1. Mengetahui proses pembuangan limbah di Pabrik Soun Tambak Sogra.
2. Mengetahui proses pembuatan makanan di Pabrik Soun Tambak Sogra.
3. Mengetahui bahan baku yang digunakan dalam prmbuatan soun.
4. Mengetahui standar keselamatan kerja yang digunakan para pekerja di
Pabrik Soun Tambak Sogra.
4
5. Mengetahui sanitasi Pabrik Soun Tambak Sogra.
D. Manfaat
Manfaat Praktikum Lapangan 1 :
1. Mengetahui pengolahan limbah yang dapat digunakan kembali untuk
kehidupan
2. Mengetahui agen-agen penyakit yang ada di dalam Tempat
Pembuangan Akhir
3. Mendapat tambahan wawasan dari Tempat Pembuangan Akhir
Manfaat Praktikum Lapangan 2 :
1. Mengetahui keselamatan kerja bagi para pekerja
2. Mengetahui bagaimana cara pembuatan soun secara langsung
3. Mengetahui komposisi yang ada pada kandungan soun
4. Mengetahui sanitasi yang terdapat pada pembuatan soun
BAB II
ISI
A. LANDASAN TEORI
A.1 Sampah
1. Macam-macam Sampah
Sampah yang rata-rata memiliki bentuk padat, merupakan suatu
benda yang tidak disukai maupun digunakan oleh seseorang maupun
ataupun dapat dikatakan juga, tidak berguna,yang merupakan hasil
kegiatan manusia (Azwar dalam Sulistyorini, 2005). Sampah dapat
diklasifikasikan menjadi berbagai macam. Apabila sampah dibedakan
menurut bahan-bahan kimia yang terkandung di dalamnya, maka sampah
dapat dibagi menjadi sampah organik dan non-organik dimana sampah
organik termasuk ke dalam 80% sampah padat yang dihasilkan di
Indonesia (Outerbridge dalam Sulistyorini, 2005).
Selain itu, sampah juga dapat dibedakan berdasarkan jenis-jenisnya
menjadi garbage, rubbish, ashes dan cinder, dead animal, street sweeping
dan industrial waste. Garbage merupakan jenis sampah basah sisa
makanan yang masih dapat dikonsumsi oleh mikroorganisme lain.
Sedangkan rubbish merupakan sampah kering yang tidak dapat
membusuk. Ada juga sampah yang asalnya dari sisa-sisa pembakaran
seperti ashes dan cinder. Selain itu, dead animal berasal dari hewan yang
mati, street sweeping berasal dari penyapuan sampah-sampah yang ada di
jalanan, serta industrial waste yang berasal dari industri-industri (Bahar
dalam Fadhilah dkk, 2011). Namun sampah menurut Dirjen Cipta Karya
yang ditulis oleh Fadhilah dan kawan-kawan pada tahun 2011, sampah
sendiri dapat dibedakan menjadi garbage yang merupakan sampah basah,
rubbish yang merupakan sampah kering, sampah lembut, berbahaya,
5
6
balokan semacam batang kayu, lalu ada sampah jalan, bangkai hewan,
bangunan, industri, khusus (semacam benda-benda penting), pemotongan
binatang, serta lumpur (semacam selokan, septitanc, dan sejenisnya)
(Fadhilah dkk, 2011).
2. Pencemaran Lingkungan
1. Pencemar Lingkungan
Pencemar lingkungan dapat dibedakan menjadi berbagai jenis,
diantaranya yakni pencemaran biologis, kimiawi, dan fisik. Pencemar
biologis merupakan mikroorganisme, sedangkan pencemar kimiawi
merupakan zat-zat kimia semacam logam berat. Selain itu, pencemar
fisik tersebut merupakan zat-zat semacam gas, cairan, dan juga zat
padat. Pencemar fisik tersebut biasanya berasal dari limbah-limbah
manapun, baik pabrik maupun rumah tangga (Saktiyono, 2004).
2. Jenis-jenis Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan dapat dibedakan menjadi pencemaran air,
tanah, udara, serta suara. Pencemaran air terjadi karena adanya zat-zat
yang membahayakan yang masuk ke dalam air. Semua pencemaran
tersebut terjadi karena adanya zat-zat maupun benda-benda
membahayakan yang masuk ke dalam tempat-tempat tersebut
semacam air, tanah, udara, dan juga suara. Pencemaran air biasanya
terjadi karena adanya limbah-limbah yang berasal dari industri, rumah
tangga, maupun pertanian. Sedangkan pencemaran udara biasanya
terjadi karena zat-zat semacam CO, CFC, dan sebagainya. Kemudian,
pencemaran tanah disebabkan oleh pestisida, bahan kimia dari industri,
dan sebagainya. Sedangkan pencemaran suara terjadi ketika kuat
lemah suara yang ada di lingkungan di atas 5dB (Saktiyono, 2004).
3. Pengolahan Sampah
1. Landfill
Pada pengolahan ini, sampah diletakkan lama sampai membusuk dan
tidak dilakukan pengolahan. Metode ini menyebabkan terjadinya
7
penyebaran penyakit menular dan juga polusi. Namun, metode landfill
ini memang tidak mahal dan rumit.
2. Recycle
Recycle mengolah sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilihan,
pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan
produk/material bekas pakai. Proses ini memiliki sifat menunda
penumpukan sampah bersifat anorganik yang lambat laun produk atau
hasilnya akan menjadi sampah kembali. Pengolahan sampah jenis ini
dilakukan untuk sampah jenis anorganik.
3. Kompos
Kompos merupakan suatu pupuk organik dimana pupuk ini
merupakan suatu campuran bahan-bahan sampah garbage, yakni
antara bahan-bahan hijau serta bahan tambahan semacam kotoran
ternak atau pupuk keluaran pabrik yang berguna untuk menambah
cepat pembusukkan daripada bahan-bahan hijau tersebut (Wied dalam
Sulistyorini, 2005). Kompos yang dapat digunakan pada tanaman-
tanaman hias, padi, sayuran, maupun buah-buahan, berguna untuk
mengembalikan kesuburan tanah walaupun hanya dengan ditabur di
atas tanah (Sulistyorini, 2005). Pengolahan sampah dengan
pengomposan merupakan cara penumpukkan sampah pada lubang
kecil dalam jangka waktu tertentu untuk menghasilkan pupuk
(Subandi, 2006).
Ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam pembuatan
pupuk kompos ini (Unus dalam Sulistyorini, 2005), diantaranya
adalah pemisahan bahan, rupa bahan, nutrien, serta kadar air. Jadi,
bahan-bahan yang ada harus dipisahkan baik logam, plastik, bahan-
bahan beracun, dan sebagainya. Selain itu, bahan-bahan yang ada juga
sebaiknya diperkecil untuk membuat waktu pembusukkan lebih
singkat kembali. Lalu, nutrien yang ada pada bahan-bahan
pembusukkan yakni karbohidrat dan kadar air yang ada tergantung
pada bahan yang digunakan. Disamping itu, ada pula faktor-faktor
yang dapat menghasilkan pupuk yang berkualitas baik serta
8
mengakselerasi pembuatan pupuk yang diantaranya adalah aerasi,
homogenitas, serta penambahan starter (Sulistyorini, 2005).
Dalam pembuatan pupuk kompos, dapat ditambahkan dengan
larutan EM4 atau Effective Microorganism 4 untuk merangsang
organisme yang bermanfaat untuk tanah, tanaman, serta
memfermentasi bahan-bahan organik dan juga untuk membantu
dekomposisi sampah organik (Sugihmoro dalam Sulistyorini, 2005).
Larutan ini seringnya berisi organisme seperti Lactobacillus sp.,
khamir, Actinomycetes, dan Streptomycetes (Sulistyorini, 2005).
4. Incenerator
Pengolahan sampah dengan incinerator hanya dilakukan untuk
sampah yang habis terbakar. Pelaksanaannya harus jauh dari
pemukiman untuk menghindari adanya pencemaran asap dan
kebakaran. Incinerator ini digunakan untuk mengolah sampah jenis
anorganik dan organik.
4. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Kesehatan kerja yakni suatu keadaaan yang berpengaruh terhadap
kesehatan para pekerja. Kesehatan yang dimiliki oleh seseorang,
khususnya oleh pekerja akan sangat penting karena apabila pekerja
tersebut sakit akan berpengaruh terhadap pekerjaan yang ditekuninya.
Sedangkan keselamatan kerja merupakan suatu kondisi dimana seseorang
bebas daripada kecelakaan maupun kerusakan dari yang kecil hingga
berat. Untuk menjaga keselamatan kerja, maka orang-orang yang bekerja
di suatu tempat tertentu harus menggunakan peralatan semacam
handscoon, helm, jaket pelindung, sepatu, serta peralatan kebakaran.
Selain itu, di lingkungan pekerjaan tersebut juga perlu ditambah
peringatan-peringatan yang mudah dilihat, dibaca, kemudian awet. Bahasa
yang digunakan dalam peringatan-peringatan tersebut juga harus bahasa
resmi yang mudah dipahami oleh semua orang di suatu negara
(Simanjutak, 1994).
9
A.2 PHBS dan K3
A. Pengertian Sanitasi Makanan
Menurut Ehler and Steel (1980), Sanitasi adalah usaha pengawasan
terhadap faktor lingkungan yang dapat merupakan mata rantai penularan
penyakit. Untuk melaksanakan hal tersebut maka diperlukan suatu sistem
yang mengatur pelaksanaan higienis dan sanitasi.
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang
dilakukan untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya
yang dapat menganggu kesehatan, mulai dari sebelum makanan
diproduksi, selama proses pengolahan, cara penyimpanan, pengangkutan,
sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk
dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen (Prabu, 2009).
Makanan yang sehat adalah makanan yang bersih, tepat cara
penyimpanan, penyajiannya dan pengolahanya, serta harus dijaga untuk
tetap sehat dimana pembungkusanya harus sesuai dengan sifat-sifat
makanan dengan memperhatikan kebersihan yang setiap saat harus
dilakukan (Sakono, 1986).
B. Cara Pengelolaan Makanan
Enam prinsip pengelolaan makanan yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Keadaan bahan makanan
Semua jenis bahan makanan perlu mendapat perhatian secara fisik
serta kesegarannya terjamin. Salah satu upaya mendapatkan bahan
makanan yang baik adalah menghindari penggunaan bahan makanan
yang berasal dari sumber tidak jelas karena kurang dapat
dipertanggung jawabkan secara kualitasnya.
2. Cara penyimpanan bahan makanan
Cara penyimpanan yang memenuhi syarat hygiene sanitasi makanan
adalah sebagai berikut:
a. Penyimpanan harus dilakukan ditempat khusus (gudang) yang
bersih dan memenuhi syarat.
10
b. Barang-barang agar disusun dengan baik sehingga mudah
diambil, tidak memberi kesempatan serangga atau tikus untuk
bersarang, terhindar dari lalat/tikus dan untuk produk yang
mudah busuk atau rusak agar disimpan pada suhu yang dingin.
3. Proses pengolahan
Pada proses atau cara pengolahan makanan ada tiga hal yang perlu
mendapat perhatian, yaitu:
a. Tempat pengolahan makanan
Tempat pengolahan makanan adalah suatu tempat dimana
makanan diolah, tempat pengolahan ini sering disebut dapur.
Dapur mempunyai peranan yang penting dalam proses
pengolahan makanan, karena itu kebersihan dapur dan
lingkungan sekitarnya harus selalu terjaga dan diperhatikan.
b. Tenaga pengolah makanan
Tenaga pengolah makanan menurut Depkes RI (2006) adalah
orang yang secara langsung berhubungan dengan makanan dan
peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan
pengangkutan sampai penyajian. Dalam proses pengolahan
makanan, peran dari tenaga pengolah makanan sangatlah besar
peranannya. Pekerja ini mempunyai peluang untuk menularkan
penyakit. Oleh sebab itu penjamah makanan harus selalu dalam
keadan sehat dan terampil.
c. Cara pengolahan makanan
Cara pengolahan yang baik adalah tidak terjadinya kerusakan-
kerusakan makanan sebagai akibat cara pengolahan yang salah
dan mengikuti kaidah atau prinsip-prinsip higiene dan sanitasi
yang baik.
4. Cara pengangkutan makanan yang telah masak
Pengangkutan makanan dari tempat pengolahan ke tempat
penyimpanan perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi kontaminasi
baik dari serangga, debu maupun bakteri. Wadah yang dipergunakan
harus utuh, kuat dan tidak berkarat atau bocor.
11
5. Cara penyimpanan makanan masak
Penyimpanan makanan masak dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
tempat penyimpanan makanan pada suhu biasa dan tempat
penyimpanan pada suhu dingin. Makanan yang mudah membusuk
sebaiknya disimpan pada suhu dingin yaitu < 400C. Untuk makanan
yang disajikan lebih dari 6 jam, disimpan dalam suhu -50C sampai
dengan -100C.
6. Cara penyajian makanan masak
Saat penyajian makanan yang perlu diperhatikan adalah agar makanan
tersebut terhindar dari pencemaran, peralatan yang digunakan dalam
kondisi baik dan bersih, petugas yang menyajikan harus senantiasa
menjaga kesehatan dan kebersihan pakaiannya (Jurnal Sanitasi
Makanan, Sri Wahyuni ; 2009)
C. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1. Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi
kesehatan masyarakat didalam suatu masyarakat pekerja dan
masyarakat lingkungan (Notoadmojo,2012).
2. Potensi Bahaya Terjadinya Kecelakaaan Kerja
Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang jelas tidak
dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat
menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda, atau properti maupun
korban jiwa yang terjadi didalam suatu proses kerja industri atau yang
berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).
3. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja merupakan faktor pendorong bagi semangat dan
efisiensi kerja. Lingkungan kerja yang buruk yang melebihi toleransi
manusia yang menghadapinya akan menyebabkan kecelakaan kerja
sehingga tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya tidak
mendapat rasa aman, nyaman dan selamat (Budiono, Sugeng AM,
Jusuf RMS, Pus parini adriana, 2003).
BAB III
METODE PELAKSANAAN
1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
a) Praktikum Lapangan 1
Lokasi : Tempat Pembuangan Akhir Gunung Tugel
Hari, Tanggal : Rabu, 24 Desember 2014
Waktu : 08.00 WIB – 09.35 WIB
b) Praktikum Lapangan 2
Lokasi : Pabrik Sohun Tambaksogra
Hari, Tanggal : Selasa, 30 Desember 2014
Waktu : 08.30 WIB – 10.15 WIB
2. Alat
a) Alat Tulis
b) Voice Recorder
c) Kamera
d) Almamater
3. Teknik Pengambilan Data
Teknik yang digunakan dalam pengambilan data adalah melalui
observasi lapangan dan mewawancarai narasumber yang berada di
lapangan.
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PEMBAHASAN
A.1 Pembahasan Praktikum Lapangan 1
1. Kondisi umum TPA Gunung Tugel
TPA Gunung Tugel merupakan tempat pembuangan akhir yang berada
di wilayah perbatasan Kelurahan Karangklesem, Kecamatan Purwokerto
Selatan dan Desa Kedungrandu, Kecamatan Patikraja (Sehah, dkk., 2009).
Luas lahan tempat pembuangan akhir tersebut sekitar 6,7 hektar dan dikelola
oleh unit persampahan yang berada di bawah Dinas Cipta Karya. Terdapat
tempat pengumpulan sampah, pengolahan kompos dan penampungan tinja di
wilayah tersebut. Lahan yang digunakan sebagai tempat pembuangan akhir
sampah merupakan milik pemerintah daerah Banyumas.
TPA ini setiap harinya menampung sampah dengan volume sekitar
350 m3 yang berasal dari pasar dan rumah tangga saja dan tidak menampung
sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) seperti yang
berasal dari rumah sakit. Sampah atau limbah yang mengandung B3 dikelola
tersendiri oleh pihak rumah sakit dan pabrik yang menghasilkan limbah B3
tersebut. Pengolahan sampah juga diharapkan dilakukan pada skala rumah
tangga agar sampah dapat lebih bermanfaat dan tidak terlalu menumpuk di
TPA.
2. Metode Pengumpulan Sampah
Terdapat dua metode pengumpulan sampah yang diterapkan di TPA
Gunung Tugel yaitu open dumping dan control landfill. Pada metode open
dumping, sampah hanya ditumpuk dan dibiarkan terbuka sedangkan pada
13
14
metode control landfill, sampah ditimbun kemudian diratakan dengan
buldozer setiap beberapa waktu tertentu. Penerapan metode tersebut
berdampak pada penumpukan sampah di wilayah TPA sehingga dibutuhkan
lahan yang luas untuk menimbun sampah, sehingga apabila lahan TPA
Gunung Tugel telah dipenuhi sampah, maka pemerintah daerah perlu mencari
lahan lain yang dapat menampung sampah.
3. Pengelolaan sampah
Sampah yang terdapat di TPA Gunung Tugel selain dapat
dikumpulkan juga dapat diolah menjadi sesuatu yang berguna.
Salah satu kegiatan pengelolaan sampah yang baik dan efisien adalah
pembuatan kompos. Kompos dibuat dari daun dan sampah organik yang
digiling hingga berukuran kecil, kemudian, daun-daun tersebut dikeringkan.
Setelah itu daun-daun tersebut dikumpulkan pada penampungan khusus.
Daun-daun tersebut dicampur bersama EF4. Daun-daun yang sudah
dikumpulkan pun diaduk-aduk sembari diatur suhunya sehingga kurang lebih
40 derajat celcius. Setelah itu, olahan tersebut dapat diambil sebagai pupuk
kompos setelah diketahui adanya jamur yang tumbuh pada pupuk tersebut.
Sedangkan bila terdapat belatung maka berarti tidak terjadi kompos.
Kegiatan lain yang dilakukan di TPA Gunung Tugel adalah
penampungan pengolahan tinja.
Limbah Tinja didapat dari tinja yang diambil dari seluruh wilayah
Purwokerto meliputi tinja manusia dan hewan – hewan. Tinja ini lalu diambil
oleh truk tangki yang berkeliling kota Purwokerto. Setelah mengambil tinja
tersebut truk ini akan membawanya menuju fasilitas pengolahan tinja yang
terdapat di TPA Gunung Tugel dimana akan diproses lebih lanjut untuk di
filtrasi agar air bekas tinja mampu atau layak digunakan kembali.
Pada tahap awal tinja dimasukkan ke penampungan khusus dimana
tinja akan dipaparkan cahaya matahari agar tinja padat mengendap di dasar
penampungan dan diberi zat kapur untuk menghilangkan bau amonia yang
15
dihasilkan oleh tinja. Pada tahap kedua dimasukkan ke penampungan yang
merupakan hasil filtrasi dari pada tahap pertama. Pada tahap ketiga
menghasilkan air yang layak untuk digunakan untuk mengembangbiakan
makhluk hidup seperti lele. Inti dari pengolahan limbah ini adalah untuk
mengurangi limbah tinja dan menghasilkan produk yang mampu digunakan
kembali.
4. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pegawai TPA
Keberadaan TPA Gunung Tugel selain sebagai tempat penampungan
sampah juga sebagai lahan untuk mencari nafkah bagi sebagian warga yang
tinggal di dekat TPA tersebut. Menurut salah seorang pengelola TPA, terdapat
25 pegawai yang bekerja di TPA Gunung Tugel, lima diantaranya merupakan
pegawai negeri sipil dan sisanya merupakan pegwai harian lepas. Selain itu,
terdapat lebih dari seratus pemulung setiap hari yang mengumpulkan sampah
untuk dijual kembali. Pemulung ters/ebut mulai mengumpulkan sampah dari
pukul 5.30 WIB hingga sekitar pukul 17.00 WIB
Menurut salah satu narasumber penulis yaitu Bapak Atik, dirinya telah
tinggal di sekitar wilayah TPA sejak ia kecil hingga ia menjadi pemulung
seperti sekarang ini. Beliau juga menuturkan bahwa ia telah terbiasa
menggunakan alat pelindung diri yang sederhana ketika bekerja, yaitu pakaian
dan sepatu biasa. Beliau bahkan tidak mengenakan masker dan sarung tangan,
namun demikian beliau mengaku bahwa ia jarang mengalami masalah
kesehatan.
Menurut narasumber lain yang juga berprofesi sebagai pemulung yaitu
Ibu Narsiah, sehari-hari ia mengumpulkan sampah dari pukul 9.00 WIB
setelah ia menyelesaikan tugas sebagai ibu di rumah, yaitu memasak dan
mencuci. Setelah mengumpulkan sampah beberapa jam, kemudian Ibu
Narsiah kembali ke TPA untuk mengumpulkan sampah kembali pada pukul
13.00 WIB.
Ibu Narsiah mengumpulkan sampah sesuai jenis masing-masing,
seperti plastik yang ditempatkan terpisah dengan golongan sampah yang lain,
16
begitu juga dengan kaca, botol, dan kertas. Barang-barang tersebut setelah
terkumpul kemudian dijual kepada pengepul setiap hari Sabtu. Setiap satu
kilogram kaleng dihargai Rp. 1000,00, kemudian setiap satu kilogram buah
sandal bekas dapat dijual dengan harga Rp.500,00 dan setiap satu buah barang
bahan kaca dihargai Rp.100,00 selain itu beliau juga mengumpulkan biji buah
manggis yang memiliki harga jual cukup tinggi. Dalam mengumpulkan
sampah, beliau mengenakan pakaian yang sudah masuk pembuangan namun
setelah pulang ke rumah beliau berganti baju menggunakan baju yang sudah
bersih. Beliau juga mengatakan bahwa beliau jarang mengalami masalah
kesehatan dikarenakan setiap satu bulan sekali ada petugas dari puskesmas
untuk pemeriksaan gratis.
Alat pelindung diri yang digunakan oleh Ibu Narsiah sangat sederhana
berupa baju sehari-hari, sarung tangan, dan sepatu yang beliau dapatkan di
tempat sampah. Meski demikian Bu Narsiah jarang mengeluhkan tentang
kesehatannya, beliau hanya merasa pegal dan pusing karena pola makannya
yang tidak teratur. Setiap satu bulan sekali terdapat pemeriksaan gratis untuk
warga di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Gunung Tugel, dan biasanya
warga hanya mengeluhkan penyakit seperti batuk dan pilek.
Wilayah dimana Ibu Narsiah tinggal cukup dekat dengat TPA Gunung
Tugel, meskipun demikian air sumur di wilayah tersebut masih bersih dan
layak untuk digunakan sehari-hari. Sawah dikitarnyapun masih dapat ditanami
walaupun beberapa tahun terakhir gagal panen.
A.2 Pembahasan Praktikum Lapangan 2
1. Gambaran Umum Pabrik Sohun
Pabrik sohun yang kami kunjungi terletak di daerah Tambaksogra,
Purwokerto. Pabrik ini berdiri tahun 1990an dan merupakan milik
Bapak Fendy yang berdiri di atas tanah milik desa. Sehingga Bapak
Fendy bekerjasama dengan warga setempat untuk mengelola pabrik
tersebut. Karyawan dari pabrik ini adalah laki-laki dan perempuan
yang sudah berusian diatas 30 tahun bahkan ada yang berusia 80 tahun
17
dan mayoritas adalah perempuan dan merupakan warga setempat.
Sayangnya tidak ada generasi penerus dikarenakan warga yang masih
muda enggan bekerja di pabrik tersebut. Pabrik ini mulai beroperasi
dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00, dalam proses produksi
tidak ada waktu istirahat yang pasti karena karyawan dapat beristirahat
kapanpun mereka mau tetapi tetap bertanggungjawab dengan tugas
mereka. Dalam bekerja mereka tidak menggunakan masker dan
sarung tangan padahal bau di pabrik cukup menyengat dan sohun yang
sudah jadi dapat membuat tangan terluka ketika proses penggulungan.
Bahan untuk membuat sohun adalah sagu yang didatangkan dari
Pulau Sumatra tepatnya dari Riau namun distributornya berada di
Cirebon. Harga setiap karung sagu yaitu Rp 250.000,00 dengan setiap
karungnya berisi 25 kg sagu. Harga termasuk cukup mahal untuk harga
bahan pokok. Bahan yang lain yaitu ada pewarna makanan berwarna
biru muda, kaporit yang berbentuk bubuk untuk menjernihkan,
membunuh bakteri dan menghilangkan bau apek.
Modal yang dikeluarkan untuk sehari atau sekali produksi adalah
Rp 10.000.000,00. Harga satu plastik sohun adalah Rp 10.000,00
dengan isi 48 gulung (1kg), penjualannya meliputi daerah sekitar
sampai ke Jakarta. Produk jadi sohun dapat bertahan kurang lebih 1
tahun asalkan disimpan dengan rapat dan rapi.
Dalam satu hari karyawan mendapatkan upah yang berbeda, untuk
karyawan wanita dalam satu hari mendapat Rp 35.000,00, untuk
karyawan laki-laki Rp 50.000,00 atau lebih namun untuk karyawan
wanita yang sudah pintar dan terampil mendapatkan upah Rp
50.000,00. Upah yang berbeda ini dikarenakan tugas karyawan laki-
laki lebih berat seperti mengangkat karung sagu.
Di pabrik tersebut terdapat sumber mata air yang masih bersih
untuk proses produksi sehari-hari, jamban sederhana juga tersedia
namun jarang digunakan karena karyawan lebih memilih pulang
18
terlebih dahulu apabila ingin ke jamban. Tersedia juga alat pemadam
kebakaran sederhana berupa karung dan pasir. Listrik yang digunakan
sebesar 1300 watt untuk blower sebagai alat untuk menyalakan batu
bara. Untuk jaminan kesehatan apabila terjadi kecelakaan kerja
biasanya dilarikan ke puskesmas.
2. Proses Pembuatan Sohun
Pertama, sagu dicuci lalu diendapkan selama satu hari
menggunakan sedikit kaporit untuk membunuh bakteri dan untuk
memutihkan sagu. Kemudian setelah diberi kaporit, sagu dicuci lagi
sampai kadar kaporitnya hilang. Apabila kadar kaporit pada sagu
masih ada maka sagu bisa hancur dan tidak tahan lama.
Langkah selanjutnya setelah hilang kadar kaporit, sagu diberi
pewarna makanan. Selanjutnya sagu dibuat menjadi adonan seperti
bubur atau kanji dengan menambahkan air secukupnya kemudian
dicetak menggunakan cetakan hingga berbentuk tipis-tipis dan
panjang. Soun yang telah dicetak kemudian diletakkan di atas papan
yang telah diolesi oleh mentega. Setelah itu dijemur di bawah sinar
matahari sampai kering, lalu digulung dan kemudian dikemas sesuai
ukuran.
Pembuangan limbah seperti sisa pencucian sagu menggunakan
kaporit dari pabrik ini dialirkan ke sawah. Menurut warga sekitar,
limbah kaporit tersebut bisa menyuburkan sawah dan apabila musim
kemarau, air buangan pabrik ini sangat dibutuhkan warga untuk
mengaliri sawah penduduk.
Selain limbah cair, terdapat pula limbah padat yang dapat dijadikan
sebagai pakan ternak warga lalu bekas karung sagu dapat dimanfaatkan
kembali oleh para pekerja atau warga setempat untuk digunakan secara
pribadi, namun tidak untuk dijual.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Sampah adalah sesuatu yang tidak dipakai lagi, sesuatu yang harus dibuang, umumnya berasal dari kegiatan manusia seperti industri namun bukan kegiatan biologis.
2. Macam-macam sampah meliputi sampah organik, anorganik, dan sampah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya)
3. Cara pengolahan sampah di TPA Gunung Tugel ada 2 yaitu open dumping dan control landfill.
4. Keselamatan kerja di TPA Gunung Tugel masih terbatas dan alat pelindung dirinya masih sederhana.
5. Sohun dibuat dari bahan dasar sagu yang didatangkan dari Sumatera.
6. Proses pembuatan sohun meliputi empat tahap, yaitu pencucian,
pengolahan, pencetakkan, dan pengeringan.
7. Air yang dihasilkan dari tahap pencucian alirkan menuju sawah untuk
menjadi pupuk.
8. Tingkat sanitasi pada proses pengolahan sohun cukup rendah, dimana
lingkungan yang kurang bersih dan tanah yang becek, serta para
pekerjanya tidak menggunakan sarung tagan sehingga kurang higienis.
9. Para karyawan tidak menggunakan alat pelindung diri sehingga tignkat
kecelakaan kerja cukup tinggi.
10. Jaminan kesehatan untuk para karyawan hanya berupa pesangon untuk
berobat di Puskesmas.
11. Limbah yang berupa patahan sohun yang gagal produksi dijadikan pakan
ternak oleh warga sekitar.
19
20
B. Saran
Sebaiknya, pihak pemilik pabrik sohun di desa Tambak Sogra lebih
meningkatkan kebersihan lingkungan sekitar pabrik, serta lebih
memperhatikan jaminan kesehatan serta keselamatan para karyawan. Dan
pekerja yang terdapat di lingkungan TPA Gunung Tugel diberikan
pengecekan kesehatan berkala karena wilayah pekerjaan mereka ditempat
yang merupakan sumber penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Fadhilah, A., dkk, 2011, Kajian Pengelolaan Sampah Kampus Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Modul, 11(2): 62-71.
Saktiyono, 2004, IPA Biologi 1 SMP dan MTs Untuk Kelas VII, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Sehah, Cahyanto, 2009, Pengujian Daya Hantar Listrik Air Tanah di Sekitar
Tempat Pembuangan Akhir Gunung Tugel Kabupaten Banyumas
Menggunakan Prinsip Jembatan Wheatstone, Molekul, 4(1): 39.
Simanjuntak, Payaman J., 1994, Manajemen Keselamatan Kerja, HIPSMI, Jakarta.
Sulistyorini, L., 2005, Pengelolaan Sampah dengan Cara Menjadikannya Kompos,
J. Kesehatan Lingkungan, 2(1): 77-84.
21