Download - Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
1/54
SMF/Lab Ilmu Kesehatan Anak Tutorial Klinik Respirologi
Fakultas Kedokteran Umum
Universitas Mulawarman
neumonia dengan In!eksi "I#/AI$S
Disusun Oleh:
A%u "erwan Mardatillah &'(&&()&*&
Pembimbing:
dr+ ",+ Sukartini- Sp+A
$ibawakan $alam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik
SMF/Lab Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Umum
Universitas Mulawarman
*&(.
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
2/54
A I
01$A"ULUA1
Pneumonia merupakan penyakit
yang sering terjadi dan setiap tahunnya
menyerang sekitar 1% dari seluruh
penduduk Amerika. Meskipun telah ada
kemajuan dalam bidang antibiotik,
pneumonia tetap merupakan penyebab
kematian terbanyak keenam di Amerika
Serikat. Munulnya organisme
nosokomial !didapat dari rumah sakit"
yang resisten terhadap antibiotik,
ditemukannya organisme#oeganisme
yang baru !seperti $egionella",
bertambahnya jumlah pejamu yang
lemah daya tahan tubuhnya dan adanya
penyakit seperti ADS semakin
memperluas spektrum dan derajat
kemungkinan penyebab#penyebab
pneumonia, dan ini juga menjelaskan
mengapa pneumonia masih merupakan
masalah kesehatan yang menolok. &ayi
dan anak keil lebih rentan terhadap
penyakit ini karena respon imunitasmereka masih belum berkembang
dengan baik. Pneumonia seringkali
merupakan hal yang terakhir terjadi pada
orang tua dan orang yang lemah akibat
penyakit kronik tertentu. Pasien
peminum alkohol, pasa bedah, dan
penderita penyakit perna'asan kronik
2
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
3/54
atau in'eksi (irus juga mudah terserang
penyakit ini
Pneumonia adalah radang
parenkim paru. )ebanyakan kasus
pneumonia disebabkan oleh
mikroorganisme, tetapi ada sejumlah
penyebab nonin'eksi yang kadang#
kadang perlu dipertimbangkan.
Pneumonia digolongkan atas dasar
anatomi seperti pneumonia lobaris,
pneumonia lobularis !bronkopneumonia"
dan pneumonia interstitialis
!bronkiolitis". *etapi, klasi'ikasi
pneumonia in'eksius atas dasar etiologi
dugaan atau yang terbukti seara
diagnostik atau terapeutik lebih rele(an.
A II
LA2RA1 KASUS
Identitas pasien
- +ama : An. D
- enis kelamin : Perempuan
- -mur : bulan
- Alamat : Samarinda
- Anak ke : 1
3
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
4/54
- M/S : 0 Oktober 012
Identitas 2rang Tua
- +ama Ayah : *n. A
- -mur : 0 tahun
- Alamat : Samarinda
- Pekerjaan : S3asta
- Pendidikan *erakhir : SMA
- Ayah perka3inan ke : 1
- /i3ayat kesehatan : *idak ada penyakit
- +ama bu : +y. D
- -mur : 0 tahun
- Alamat : Samarinda
- Pekerjaan : /*
- Pendidikan *erakhir : SMA
- bu perka3inan ke : 1
- /i3ayat kesehatan : *idak ada penyakit
Anamnesis
Anamnesis dilakukan seara alloanamnesa pada tanggal 04 Oktober 012 dengan
ibu kandung pasien.
Keluhan Utama :
Sesak
Riwa%at en%akit Sekarang 3
Pasien datang dengan keluhan sesak napas yang dialami 2 hari SM/S,
menurut pengakuan ibu pasien sesak a3alnya tidak terlalu parah namun makin
hari makin bertambah berat setiap kali anaknya batuk. &atuk sendiri sudah
dialami sejak lama yakni hampir 1 bulan, batuk disertai dahak ber3arna
kekuningan dengan konsistensi kental dan sulit untuk dikeluarkan. Selain itu
4
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
5/54
pasien juga mengalami demam yang dialami 4 hari sebelumnya, demam hilang
timbul dan tidak terlalu tinggi.
)eluhan lain yaitu pasien mengalami saria3an di dalam mulut dan bibir
sejak minggu sebelumnya, saria3an ber3arna keputihan dan hampir memenuhi
permukaan lidah. A3alnya saria3an ini sudah diobati dengan obat tetes dari
dokter dan sempat menghilang, namun beberapa lama timbul lagi dan tidak
mempan dengan obat tetes yang sama.
)eluhan lain seperti muntah, diare, kejang tidak ada. &A) dalam batas
normal.
Riwa%at en%akit $ahulu 3
*idak pernah menderita keluhan seperti ini sebelumnya. /i3ayat M/S
sebelumnya tidak ada
Riwa%at en%akit Keluarga 3
*idak ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit darah atau kanker sel
darah.
Riwa%at Saudara4Saudaran%a 3
Kondisi saat
persalinan
Sehat/tida
meninggal meninggal
ertumbuhan $an erkembangan Anak 3
&erat badan lahir : 00 gram
Panjang badan lahir : 25 m
&erat badan sekarang : 6,7 kg
Panjang badan sekarang : 70 m
8igi keluar : 9 bulan
*ersenyum : 0 bulan
Miring : 2 bulan
*engkurap : 7 bulan
Duduk : &elum
Merangkak : 9 bulan
5
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
6/54
&erdiri : &elum
&erjalan : &elum
&erbiara 0 suku kata : &elum
Masuk SD : &elum
Sekarang kelas : &elum
Makan dan minum anak
AS : Mulai diberikan sejak lahir hingga sekarang
Susu sapi : Pernah diberikan saat usia 9 bulan
&ubur susu : Mulai diberikan sejak usia 2 bulan
*im saring : #
&uah : #
$auk dan makan padat : #
emeliharaan renatal
Periksa di : /umah bidan
Penyakit )ehamilan : #
Obat#obatan yang sering diminum : itamin ; 4 bulan
IMU1ISASI
Imunisasi Usia saat imunisasi
ooster II
6
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
7/54
?epatitis &
0M0RIKSAA1 FISIK
)esan umum : sakit sedang
)esadaran : @26M7
Tanda Vital
• *ekanan darah : 5>7 mm?g
• rekuensi nadi : 110 B>menit, isi ukup, reguler
• rekuensi napas : 7 B>menit
• *emperatur : 4,7o C per aBila
Antropometri
&erat badan : 6,7 kg
Panjang &adan : 70 m
Status 8ii : 8ii kurang !76,%"
7
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
8/54
)epala
/ambut : ?itam
Mata : konjungti(a anemis !#>#", sklera ikterik !#>#", /e'leks
Cahaya !;>;", Pupil sokor !4mm", mata o3ong !#>#"
Mulut : $idah kotor !;" penuh dengan saria3an, 'aring
?iperemis !#", mukosa bibir basah, pembesaran *onsil
!#>#"
$eher
Pembesaran )8& submandibular !#>#", retraksi suprasternal!;"
*horaks
8
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
9/54
nspeksi : &entuk dan gerak dinding dada simetris deBtra E sinistra,
retraksi !#", tus ordis tidak tampak
Palpasi : remitus raba dekstra E sinistra, tus ordis tidak teraba
Perkusi : Sonor di semua lapangan paru
&atas jantung
)iri : CS midclavicula line sinistra
)anan : CS para sternal line dextra
Auskultasi : (esikuler !;>;", /honki !#>#", S1S0 tunggal reguler,
bising !#"
Abdomen
nspeksi : *ampak datar
Palpasi : Soe'l, nyeri tekan epigastrium !#", hepatomegali !#"
splenomegali !#", turgor kulit kembali epat
Perkusi : *impani
Auskultasi : &ising usus !;" normal
@kstremitas : Akral hangat !;", oedem !#", apillary re'ill test F 0 detik,
sianosis !#", pembesaran )8& aksiler !#>#", pembesaran
)8& inguinal !#>#"
Status 1eurologi5us
)esadaran : Compos mentis, 8CS @26M7
)epala : &entuk normal, simetris, ubun#ubun ekung !#", nyeri tekan !#"
$eher : Sikap tegak, pergerakan baik, kaku kuduk !#"
Pemeriksaan /e'leks isiologis
Anggota 8erak Atas )anan )iri
Motorik
• Pergerakan
• )ekuatan
!;"
6
!;"
6
/e'leks 'isiologis
• &iseps
• *rieps
!;"
!;"
!;"
!;"
9
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
10/54
/e'leks patologis
• *romner
• ?o''man
!#"
!#"
!#"
!#"
Anggota 8erak &a3ah )anan )iri
Motorik
• Pergerakan
• )ekuatan
!;"
6
!;"
6
/e'leks 'isiologis
• Patella
• Ahilles
!;"
!;"
!;"
!;"
/e'leks patologis
• &abinski
• Chaddok
!#"
!#"
!#"
!#"
emeriksaan enun,ang
4 Laboratorium
1. $aboratorium !0#1 #012"
Pemeriksaan laboratorium darah lengkap:
Pemeriksaan yang
dilakukan
?asil yang didapat +ilai normal
G&C 11,72 )>ul 6.#1. )>ul
/&C 2,7 M>ul 2.#6.6 M>ul
?8& 5,6 g>dl 10.#17. g>dl
?C* 05,9 % 47.#2.%
MC 94,0 'l 0.#50. 'lMC? 04,2 09.#41. pg
MC?C 40, g>dl 40.#47. g>dl
P$* 10 )>ul 16#2 )>ul
$@D # mm>jam P : F 1 mm>1jam
G : F 1 mm>1jam
0. Pemeriksaan *est C* !0#1#012"
1 "
10
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
11/54
a
m
a
T
e
s
t
a
s
i
l
S
D
?
H
4
,
+
e
ga
t
i
'
D
e
t
e
r
m
i
n
?
P
o
s
i
t
i
'
11
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
12/54
H
n
t
e
>
)
A
P
o
s
i
t
i
'
Catatan:
?asil tes !#" tidak termassuk
pemaparan terhadap ? yang
terjadi baru#baru ini !klien sedang
dalam masa jendela dari in'eksi
(irus ?"
4. ?asil Pemeriksaan CD2>CD4
?asil Satua &atas
+orm
*.6 ells>
miro
liter
21#
165
*'7. Cells>
miro
liter
75#
062
# oto *horaB
12
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
13/54
Diagnosis )erja : Pneumoni ; in'eksi ?>ADS
Diagnosis $ain : 8ii kurang, anemia hipokrom mikrositik
Diagnosis )omplikasi : #
Penatalaksanaan :
# D D61>2+S 67 >02jam
# nj. Ce'otaBime 4B16 mg# luonaole 4B11 mg po
# Paraetamol syr 2Bth1>2 !k>p"
# +ebulier 2B>hari
Prognosis : Dubia ad &onam
Follow Up
13
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
14/54
T
a
n
g
g
a
l
Sub,ekti! 8
2b,ekti!
Assesment &
Planning
?
a
r
i
k
e
#
1
0
1
#
1
#
0
1
2
Me
l
a
t
i
S: &atuk !;", sesak berkurang,
saria3an !;", demam!#",
muntah !#"
O: CMI
+:110B>iI
//:60B>iI
* : 47,7oC,
Ane !#>#", kt!#>#", /ho
!#>#", Gh
!#>#", retraksi
suprastrernal
!;", &-!;"
+, +*@ !;"
A:
P:
# D D61>2+S 67
>02jam
# nj. Ce'otaBime 4B16
mg
# luonaole 4B11 mg po
# Paraetamol syr 2Bth1>2
!k>p"
# +ebulier 2B>hari
?
a
r
i
k e
#
0
0
0
#
1
#
0
S: &atuk !;", sesak berkurang,
saria3an berkurang,
demam!#", muntah !#"
O: CMI
+:10B>iI
//:22B>iI
* : 47,oC,Ane !#>#", kt
!#>#", /ho
!#>#", Gh
!#>#", retraksi
suprastrernal
!#", &-!;" +,
+*@ !;"
A:
P:
# D D61>2+S 67
>02jam
# nj. Ce'otaBime 4B16
mg# luonaole 4B11 mg po
# Paraetamol syr 2Bth1>2
!k>p"
# +ebulier 2B>hari
# -sul 'oto thoraB
AP>lateral
14
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
15/54
1
2
M
e
la
t
i
?
a
r
i
k
e
#4
0
4
#
1
#
0
1
2
M
e
l
a
t
i
S: &atuk !;" berkurang , sesak
berkurang, saria3an
berkurang, demam!#",
muntah !#"
O: CMI +:10B>iI
//:2B>iI
* : 47,oC,Ane !#>#", kt
!#>#", /ho
!#>#", Gh
!#>#", retraksi
suprastrernal
!#", &-!;" +,
+*@ !;"
A:
P:
# D D61>2+S 67
>02jam
# nj. Ce'otaBime 4B16
mg
# luonaole 4B11 mg po
# Paraetamol syr 2Bth1>2!k>p"
# +ebulier 2B>hari
# Diet bubur
?
a
r
i
k
e
#
2
0
2
#
1
#
S: &atuk !;" berkurang , sesak
!#", saria3an berkurang,
demam!#", muntah !#"
O: CMI
+:1B>iI
//:22B>iI
* : 47,6oC,Ane !#>#", kt
!#>#", /ho
!#>#", Gh
!#>#", retraksi
suprastrernal
!#", &-!;" +,
A:
P:
# D D61>2+S 67
>02jam# nj. Ce'otaBime 4B16
mg
# luonaole 4B11 mg po
# Paraetamol syr 2Bth1>2
!k>p"
# +ebulier 2B>hari
# Diet bubur
15
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
16/54
0
1
2
Me
l
a
t
i
+*@ !;"
16
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
17/54
A III
TI19AUA1 USTAKA
*+( Mekanisme ertahanan aru
Saluran na'as bagian ba3ah yang normal adalah steril, 3alaupun
bersebelahan dengan sejumlah besar mikroorganisme yang menempati oro'aring
dan terpajan oleh mikroorganisme dari lingkungan di dalam udara yang dihirup.
Sterilitas saluran na'as bagian ba3ah adalah hasil mekanisme penyaringan dan
pembersihan yang e'ekti'.
1. Pembersihan udara
*emperatur dan kelembaban udara ber(ariasi, dan al(eolus harus
terlindung dari udara dingin dan kering. Mukosa hidung, turbinasi hidung,
oro'aring dan naso'aring, mempunyai suplai darah yang besar dan memiliki area
permukaan yang luas. -dara yang terhirup mele3ati area#area tersebut dan
diteruskan ke abang trakeobronkial, dipanaskan pada temperatur tubuh dan
dilembabkan.
0. Pembau
/eseptor pembau berada lebih banyak di posterior hidung dibandingkan
dengan di trakea dan al(eoli, sehingga orang dapat menium untuk mendeteksi
gas yang seara potensial berbahaya, atau bahan#bahan berbahaya di udara yang
dihirup. nspirasi yang epat memba3a udara menempel pada sensor pembau
tanpa memba3anya menempel pada sensor pembau tanpa memba3anya ke paru# paru.
4. Menyaring dan membuang partikel yang terhirup
-dara yang mele3ati saluran traktus respiratorius a3alnya di'iltrasi oleh
bulu hidung. 8erakannya menyebabkan partikel besar dapat dikeluarkan.
Sedimentasi partikel berukuran lebih keil terjsdi akibat gra(itasi di jalan na'as
yang lebih keil. Partikel#partikel tersebut terperangkap dalam mukus yang ada di
17
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
18/54
saluran perna'asan atas : trakea, bronkus dan bronkiolus. Partikel keil lainnya
disuspensikan sebagai aerosol dan %#nya dikeluarkan.
Pembuangan partikel dilalui dengan beberapa mekanisme :
• /e'leks jalan na'as : re'leks batuk, re'leks bersin dan re'leks glottis
Stimulasi reseptor kimia dan mekanik di hidung, trakea, laring, dan tempat
lain di traktus respiratorius menyebabkan bronkokonstriksi untuk menegah
penetrasi lebih lanjut dari iritan ke jalan na'as dan juga menghasilkan batuk atau
bersin. &ersin terjadi akibat stimulasi reseptor di hidung atau naso'aring, dan
batuk terjadi sebagai akibat stimulasi reseptor di trakea. nspirasi yang dalam
demi menapai kapasitas paru total, diikuti oleh ekspirasi yang mela3an glottis
yang tertutup. *ekanan intrapleura dapat meningkat lebih dari 1 mm?g. Selama
'ase re'leks tersebut glottis tiba#tiba membuka dan tekanan di jalan na'as dan
ekspirasi yang besar, dengan aliran udara yang epat mele3ati jalan na'as yang
sempit, sehingga iritan ikut terba3a bersama#sama mukus keluar dari traktus
respiratorius. Saat bersin, ekspirasi mele3ati mulut. )edua re'leks tersebut juga
membantu mengeluarkan mukus dari jalan na'as.
• Sekresi trakeobronkial dan tranport mukosilier
Sepanjang traktus respiratorius dilapisi oleh epitel bersilia dimana terdapat
mukus yang dihasilkan oleh sel goblet Jeskalator mukosilier J adalah mekanisme
yang penting dalam menghilangkan partikel yang terinhalasi. Partikel
terperangkap dalam mukus kemudian diba3a ke atas ke 'aring. Pergerakan
tersebut dapat meningkat epat selama batuk. Mukus yang menapai 'aring
dikentalkan atau dikeluarkan melalui mulut atau hidung. )arenanya pasien yang
tidak bisa mengeluarkan sekret trakeobronkial !misal tidak dapat batuk" terus
menghasilkan sekret yang apabila tidak dikeluarkan dapat menyebabkan sumbatan
jalan na'as.
2. Mekanisme pertahanan dari unit respiratori terminal
• makro'ag al(eolar
• pertahanan imun
Paru merupakan struktur kompleks yang terdiri atas kumpulan unit#unit yang
dibentuk melalui perabangan progresi' jalan na'as. )urang lebih % sel yang
membatasi jalan na'as di bagian tengah merupakan epitel bersilia, bertingkat,
18
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
19/54
kolumner dengan jumlah yang semakin berkurang pada jalan na'as bagian peri'er.
Masing#masing sel bersilia memiliki kira#kira 1 kali per menit, dengan
pergerakan ke depan yang epat dan kembali dalam gerakan yang lebih lambat.
8erakan silia juga terkoordinasi antara sel yang bersebelahan sehingga setiap
gelombang disebarkan ke arah oro'aring.
Partikel in'eksius yang terkumpul pada epitel skuamosa permukaas hidung
sebelah distal biasabya akan dibersihkan pasa saat bersin, sementara partikel yang
terkumpul pada permukaan bersial yang lebih proksimal akan disapukan ke
sebelah posterior ke lapisan mukus naso'aring, saat partikel tersebut ditelan atau
dibatukkan. Penutupan glottis seara re'leks dan batuk akan melindungi saluran
na'as bagian ba3ah. Partikel in'eksius yang mele3ati pertahanan di dalam saluran
na'as dan diendapkan pada permukaan al(eolus dibersihkan oleh sel 'agosit dan
'aktor humoral. Makro'ag al(eolar merupakan 'agosit utama di dalam saluran
na'as bagian ba3ah. Makro'ag al(eolar akan menyiapkan dan menyajikan antigen
mikrobial pada lim'osit dan mensekrsikan sitokin yang mengubah proses imun
dalam lim'osit * dan &.
*+* neumonia
*+*+( engertian neumonia
Pneumonia merupakan bentuk in'eksi saluran na'as ba3ah akut tersering
yang menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi serta kerugian
produkti(itas kerja. Penyakit ini dapat terjadi seara primer ataupun merupakan
kelanjutan mani'estasi in'eksi saluran na'as ba3ah lainnya misalnya sebagai
perluasan bronkiektasis yang terin'eksi. Pneumonia merupakan penyakit
peradangan akut pada paru yang disebabkan oleh in'eksi mikroorganisme dansebagian keil disebabkan oleh penyebab non#in'eksi yang akan menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan pertukaran gas setempat.
*+*+* Klasi!ikasi neumonia
1. &erdasarkan lokasi lesi di paru
• Pneumonia lobaris
• Pneumonia interstitialis
•&ronkopneumonia
19
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
20/54
0. &erdasarkan asal in'eksi
• Pneumania yang didapat dari masyarakat !community acquired
pneumonia E CAP"
• Pneumonia yang didapat dari rumah sakit !hospital-based pneumania"
4. &erdasarkan mikroorganisme penyebab
• Pneumonia bakteri
• Pneumonia (irus
• Pneumonia mikoplasma
• Pneumonia jamur
2. &erdasarkan karakteristik penyakit
• Pneumonia tipikal
• Pneumonia atipikal
6. &erdasarkan lama penyakit
• Pneumonia akut
• Pneumonia persisten
)lasi'ikasi Pneumonia berdasarkan $ingkungan dan Pejamu
*ipe )linis @pidemiologi
Pneumonia )omunitas Sporadis atau endemikI usai muda atau tua
Pneumonia +osokomial Didahului pera3atan di rumah sakit
Pneumonia /ekurens *erdapat dasar penyakit paru kronik
Pneumonia Aspirasi Alkoholik, usia tua
Pneumonia pada gangguan imun Pada oasien transplantasi, onkologi, ADS
*+*+: 0tiologi
@tiologi pneumonia sulit dipastikaan karena kultur sekret bronkus
merupakan tindakan yang sangat in(asi' sehingga tidak dilakukan. Dari hasil
penelitian, 22#6% CAP disebabkan bakteri dan (irus dan 06#2% diantaranya
disebabkan lebih dari satu patogen. Patogen penyebab pneumonia pada anak
ber(ariasi tergantung :
• -sia
• Status lingkungan
20
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
21/54
• )ondisi lingkungan !epidemiologi setempat, polusi udara"
• Status imunisasi
• aktor pejamu !Penyakit penyerta, malnutrisi"
Sebagian besar pneumonia bakteri didahului oleh in'eksi (irus.
@tiologi menurut umur dibagi menjadi :
1. &ayi baru lahir !neonatus#0 bulan"
Organisme saluran genital ibu : Streptokokus grup B, Escheria coli dan kuman
gram negati' lain, Listeria monocytogenes, Chlamydia trachomatis !tersering",
Si'ilis kongenital !Peneumonia alba". Sumber in'eksi lain : Pasase transplasental,
aspirasi mekonium, CAP.
0. -sia K 0#10 bulan
Streptococcus aureus dan Streptokokus grup !tidak sering tetapi 'atal".
Pneumonia dapat ditemukan pada 0% anak dengan pertusis.
4. -sia 1#6 tahun
Streptococcus pneumonia, !" #n$luen%ae& Streptokokus grup & Staphylococcus
aureus !tersering". Chlamydia pneumonia : banyak pada usia 6#12 tahun !disebut
pneumonia atipikal".
2. -sia sekolah dan remaja
Streptococcus pneumonia, Streptokokus grup & dan 'ycoplasma pneumoniae
!pneumonia atipikal" terbanyak.
*+*+. atogenesis
+ormalnya saluran perna'asan steril dari daerah sublaring sampai
parenkim paru. Paru#paru dilindungi dari in'eksi bakteri melalui mekanisme
pertahanan anatomis dan mekanis, dan 'aktor imun lokal dan sistemik.
Mekanisme pertahanan a3al berupa 'iltrasi bulu hidung, re'leks batuk dan
mukosilier apparatus. Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi gA lokal dan
respon in'lamasi yang diperantarai leukosit, sitokin, imunoglobulin, makro'ag
al(eolar dan imunitas yang diperantarai sel.
n'eksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau
bila (irulensi organisme bertambah. Agen in'eksius masuk ke saluaran na'as
21
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
22/54
ba3ah melalui inhalasi atau aspirasi 'lora komensal dari saluran perna'asan
bagian atas, dan jarang yang melalui hematogen. irus dapat meningkatkan
kemungkinan terjangkitnya in'eksi saluran na'as bagian ba3ah dengan
mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun. Diperkirakan sekitar
06#96 % anak dengan pneumonia bakteri didahului oleh in'eksi (irus.
n(asi bakteri ke parenkim paru dapat menimbulkan konsolidasi eksudati'
jaringan ikat paru yang bisa lobular !bronkopneumoni", lobar atau intersisial.
Pneumonia bakteri dimulai dengan terjadinya hiperemi akibat pelebaran
pembuluh darah, eksudasi airan intra#al(eolar, penumpukan 'ibrin dan in'iltrasi
neutri'il yang dikenal sebagai hepatisasi merah. )onsolidasi jaringan
menyebabkan penurunan compliance paru dan kapasitas (ital. Peningkatan aliran
darah yang mele3ati paru yang terin'erksi menyebabkan terjadinya pergeseran
'isiologis !ventilation-per$usion mismatching " yang kemudian menybabkan
peningkatan kerja jantung. Stadium berikutnya terutama diikuti oleh penumpukan
'ibrin dan disintegrasi progresi' dari sel#sel in'lamasi !hepatisasi kelabu". Pada
kebanyakan kasus, resolusi konsolidasi terjadi setelah #1 hari dimana eksudat
dierna seara enimatik untuk selanjutnya direabsorbsi dan dikeluarkan melalui
batuk. Apabila in'eksi bakteri menetap dan meluas ke ka(itas pleura, supurasi
intrapleura menyebabkan terjadinya empyema. /esolusi dari reaksi pleura dapat
berlangsung seara spontan, namun kebanyakan menyebabkan penebalan jaringan
ikat dan pembentukan perlekatan.
*+*+) Mani!estasi Klinis
8ambaran klinis dari pneumonia bakterial, (iral, dan mikoplasma pada anak :
&A)*@
/
/ -S
M) OP$
AS
MA
-mu
r
sem
ua
umu
r
K4
ming
gu
6#16
tahu
n
22
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
23/54
A3it
an
Men
dada
k
ber(
arias
i
perla
han#
laha
n
Dem
am
*ing
gi
ber(
arias
i
Sub'
ebris
*aki
pnea
!;" !;" ara
ng
&atu
k
Prod
ukti'
nonp
rodu
kti'
nonp
rodu
kti'
8eja
la
peny
erta
mild
cory
%a
cory
%a
bull
ous
myri
ngiti
s
nyeri
abdo
men
ari
ngiti
s
Pem
eriks
aan
'isik
tand
a
kons
olida
si
(aria
bel
$ine
crac
kles
$e(
crac
kles
)he
e%in
g
$euk
osito
sis
!;" ber(
arias
i
ara
ng
Mani'estasi klinis pneumonia dapat dibagi berdasarkan :
1. )elompok umur
a. +eonatus
23
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
24/54
*idak mau minum, letargis, sianosis, grunting, takipnea.
b. &ayi !in'ants"
*idak mau minum, letargis, sianosis, demam, batuk, retraksi,
(hee%ing , noisy breathing.
. Anak prasekolah
Demam, batuk, muntah setelah batuk, nyeri dada, nyeri perut
kasus berat : retraksi, takipnea, sianosis.
d. Anak besar
Didahului demam tinggi dan menggigil seara tiba#tiba, batuk, nyeri
dada !iritasi pleura membatasi pergerakan dada" disusul
takipnea, batuk#batuk pendek nonprodukti'. Penderita tidur miring
ke sisi yang sakit dengan lutut dilipat untuk mengurangi nyeri dada
dan memperbaiki (entilasi.
@tiologi in'eksi
• irus
Demam !biasanya lebih rendah dari in'eksi bakteri", gejala in'eksi saluran na'as
atas !'aringitis, rhinorrhea dengan sekret serosa", diare.
/S : (hee%ing , tanda#tanda em'isema.
• Streptococcus pneumoniae
A3itan demam mendadak tinggi, tidak ada gejala prodromal seperti pada in'eksi
(irus, batuk produkti', otitis media
• Chlamydia trachomatis
A'ebris>nontoksik, batuk kering, pleositosis eosino'il peri'er
• 'ycoplasma pneumoniae
Didahului sakit kepala, gangguan saluran penernaan, jarang rhinorrhea. Demam
!sub'ebris", atralgia, batuk kering, anoreksia, 'aringitis
• Chlamydia pneumoniae
Didahului 'aringitis diikuti batuk dan demam tinggi
• !aemophilus in$luen%ae
@piglotitis, perikarditis, otitis media, meningitis
24
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
25/54
• Staphylococcus aureus
Abses kulit dan jaringan lunak
0. Stadium penyakit
a. Stadium a3al : suara na'as menurun, crackles yang tersebar, ronki.
b. Stadium lanjut :
• Seiring dengan meluasnya proses konsolidasi suara na'as
meningkat sampai subbronkial.
• &ila ada komplikasi seperti e'usi pleura, empyema, pyopneumotoraks
pekak pada perkusi dan suara na'as yang menurun.
• Daerah yang terkena nampak tertinggal saat berna'as.
• Distensi abdomen dilatasi gaster karena udara yang tertelan>ileus.
• ?epar teraba pada palpasi turunnya dia'ragma akibat hiperin'lasi
pulmo>superimposed gagal jantung kongesti'.
*+*+7 $iagnosis
emeriksaan Radiologi
Galaupun diagnosis pneumonia dapat deperkirakan dengan tanda klinis,
namun adanya pneumonia dikon'irmasi dan dipastikan dengan pemeriksaan 'oto
thoraks. Selain itu pemeriksaan 'oto thoraks dapat menunjukkan ada tidaknya
komplikasi seperti e'usi pleura atau empiema. Di daerah yang tidak dilengkapi
dengan 'asilitas radiologi atau apabila pneumonia ringan, maka pembuatan 'oto
thoraks tidak tidak selalu diperlukan. Sebaliknya pemeriksaan radiologis saja
tidak ukup mempunyai nilai diagnostik dan harus dikon'irmasi dengan
pemeriksaan klinis.
8ambaran radiologis mempunyai bentuk di'us bilateral dengan peningkatan
orakan bronkho(askular dan in'iltrat keil dan halus yang tersebar di pinggir
lapang paru. &ayangan berak ini sering terlihat pada lobus ba3ah.
1. &erdasarkan lokasi lesi:
• Pneumonia lobaris: gambaran konsolidasi lobar maupun segmental
25
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
26/54
• Pneumonia interstitial: hiperaerasi dan meningkatnya bronchovaskular
markings serta peribronchial cu$$ings
• &ronkopneumonia: gambaran in'iltrat keil#keil merata sampai
peri'er
0. &erdasarkan mikroorganisme penyebab:
• Pneumonia bakteri: gambaran patchy in$iltrate, atelektasis, adenopati
hilar, atau e'usi pleura, konsolidasi lobar
• Pneumonia (irus: orakan interstitial bertambah, peribronkial u''ing
• Pneumonia mikoplasm: konsolidasi lobar, e'usi pleura
• Pneumonia jamur: kalsi'ikasi, ka(itasi, kelainan lobus atas, adenopathy
hilar
emeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit. ?itung
leukosit dapat membantu membedakan pneumoni (iral dan bakterial.
ln'eksi (irus leukosit normal atau meningkat !tidak melebihi 0.>mm4 dengan
lim'osit predominan" dan bakteri leukosit meningkat 16.#2. >mm4
dengan
neutro'il yang predominan. Pada hitung jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri
serta peningkatan $@D
Analisa gas darah menunjukan hipoksemia dan hipokkarbia, pada stadium lanjut
dapat terjadi asidosis respiratorik.
solasi mikroorganisme dari paru, airan pleura atau darah bersi'at in(asi'
sehingga tidak rutin dilakukan.
Kultur darah)ultur darah merupakan salah satu penunjang diagnosis, namun hanya
menunjukkan hasil positi' pada 1#4%. !8arna, 06"
Mantoux test
'antoux test dapat dilakukan untuk mengetahui pneumonia yang disebabkan oleh
'"tuberkulosis"
*+*+; $iagnosis anding
26
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
27/54
Diagnosis banding pneumonia, yaitu :
1. Pneumonia non#bakterial
Pneumonia pada masa neonatus bisa terjadi sebagai akibat in'eksi ongenital atau
in'eksi yang diperoleh pada saat proses kelahiran misalnya rubella,
toksoplasmosis, herpes simpleB, Si'ilis. Pada anak usia 0 minggu # 7 bulan,
C.trahomatis merupakan penyebab penting dari sindrom a'ebrile pneumonia.
Selama masa kanak, kebanyakan pneumonia disebabkan oleh (iral respiratorik
misalnya adeno(irus, (irus in'luena, (irus parain'luena, (irus oBsakie A dan
&. Myoplasma pneumoniae merupakan penyebab yang jarang pada anak masa
prasekolah, tetapi merupakan penyebab penting pneumonia pada masa sekolah,
remaja, dan de3asa muda.
0. Penyakit paru penyebab bukan in'eksi
• Pneumonia aspirasi isi lambung
• Pneumonia aspirasi benda asing
• Sekuestrasi lobus paru
• Atelektasis, dll
*+*+6 Terapi
ndikasi /a3at nap:
• -sia anak L4 bulan
• Demam !K4,6C", menolak makan dan muntah
• &erna'as epat dengan atau tanpa sianosis
• Mani'estasi sistemik
•8agal terapi a3al dengan antibiotik
• Pneumonia berulang
• Se(ere underlying disorders !imunode'isiensi, penyakit paru kronik"
Terapi Antibiotik
Pada prinsipnya terapi utama pneumonia adalah pemberian antibiotik sebagai
terapi kausal terhadap kuman penyebabnya. Pengobatan harus segera diberikan
setelah pneumonia bakterial didiagnosis atau diduga sangat kuat. Dalam
27
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
28/54
pemilihan antibiotik, harus diperhatikan klinis, laboratorium, gambaran 'oto
toraks, usia anak, sensiti'itas dan resistensi antibiotik.
Terapi Suporti! Umum
1. *erapi O0 untuk menapai PaO0 #1 mm?g atau saturasi O0 56#57%
berdasarkan analisis gas darah.
0. ?umidi'ikasi dengan nebulier untuk pengeneran dahak yang kental, dapat
disertai nebhulier untuk pemberian bronkodilator bila terdapat brokospasme.
4. Posisi setengah duduk untuk melanarkan perna'asan.
2. Pengaturan airan. )eutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia
dan paru lebih sensiti' terhadap pembebanan airan terutama bila terdapat
pneumonia bilateral.
6. Pemberian kortikosteroid pada 'ase sepsisat perlu diberikan.
7. Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang#kadang diperlukan
bila terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal.
9. entilasi mekanis. ndikasi intubasi dan pemasanagan (entilator pada
pneumonia adalah:
a. ?ipoksemia persisten meskipun telah diberi O0 1% dengan
menggunakan sungkup.
b. 8agal na'as yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress
dengan asidosis respiratorik.
. /espiratory arrest.
d. /etensi sputum yang sulit diatasi seara konser(ati'.
. Drainage empiema bila ada.
*+*+' Komplikasi
• @'usi pleura dan empiema. *erjadi terutama pada in'eksi bakterial akut berupa
e'usi parapneumonik gram negati', Staphyloous aureus, S.pneumonia, dan
kuman anaerob.
• )omplikasi sistemik. Dapat terjadi akibat in(asi kuman atau bakteriemi
berupa meningitis.
•
?ipoksemia akibat gangguan di'usi.
28
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
29/54
• Pneumonia kronik dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 2#7
minggu akibat anaerob S.aureus dan kuman gram negati' seperti Pseudomonas
aeruginosa.
• &ronkiektasis. Sering terjadi pada penderita pneumonia anak#anak.
*+*+(& en5egahan
Pneumonia )omunitas
Dianjurkan pemberian (aksinasi in'luena dan pneumokokus terhadap orang
dengan risiko tinggi, misal pasien dengan gangguan imunologis, penyakit berat
termasuk penyakit paru kronik, hati, ginjal dan jantung.
Pneumonia +osokomial !P+"
Penegahan P+ berkaitan erat dengan prinsip umum penegahan in'eksi dengan
ara penggunaan peralatan in(asi' yang tepat. Perlu dilakukan terapi agresi'
terhadap penyakit pasien yang akut dan dasar. Pada pasien dengan gagal organ
multipel !multiple organ 'ailure" dan penyakit dasar yang dapat berakibat 'atal
perlu diberikan terapi penegahan.
*erdapat berbagai 'aktor resiko terjadinya P+ antara lain:
1. aktor resiko di ruangan umum:
• -sia K 9 tahun
• Penyakit paru kronik
• Penurunan kesadaran
• Posisi pasien
• Aspirasi dalam jumlah banyak
• *rauma dada
• Pemantauan tekanan intrakranial
• Penghambat histamin tipe
• 8angguan aliran (entilator
• Musim dingin
• +ebulier langsung
• +asogastri 'eeding
29
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
30/54
• @ndotraheal tube
0. aktor /esiko di /uangan C-:
• entilator mekanik
• Pera3atan C- yang lama
• ntubasi yang lama
• Malnutrisi pada pasien sakit berat
• Penyakit paru kronik
• Antasida dan penghambat histamin tipe
• -sia lanjut
• Obesitas
• 8angguan re'leks respirasi
• Pelembab udara
• @nteral 'eeding
&eberapa 'aktor resiko dapat dikoreksi untuk mengurangi terjadinya P+:
• Mengobati penyakit dasar
• Menghindari antasida dan penghambat histamin tipe
• Meninggikan posisi kepala>setengah duduk
• Pengangkatan selang nasogastrik dan endotrakeal
• Mengontrol pemakaian antibiotik
• Menghindari stress bleeding
• Mengontrol in'eksi: penga3asan, pendidikan, menui tangan, desin'ektan
peralatan dan pera3atan saluran na'as yang benar
• Dekontaminasi selekti' saluran erna
*+*+(( rognosis
a. Pneumonia )omunitas
Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya
antibiotik. aktor yang berperan adalah patogenitas kuman, usia, penyakit dasar
30
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
31/54
dan kondisi pasien. Adanya leukopenia, ikterus, terkenanya 4 atau lebih lobus
paru dan komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognasis yang buruk. )uman
gram negati' menimbulkan prognosis yang lebih jelek. Prognosis pada anak
kurang baik, karena itu perlu pera3atan di rumah sakit keuali bila penyakitnya
ringan.
b. Pneumonia +osokomial
Pneumonia nosokomial merupakan penyebab kematian utama yang diakibatkan
oleh in'eksi nosokomial.
*+: "I#/AI$S
*+:+( $e!inisi
?uman mmunode'iieny irus !?" adalah retro(irus yang termasuk
dalam 'amili lenti(irus. Dua jenis ? yang seara genetiknya berbeda tetapi
sama dari antigennya berhubungan yaitu ?#1 dan ?#0 diisolasi dari penderita
ADS. ?#1 lebih banyak dijumpai pada penderita ADS di Amerika Serikat,
@ropa, dan A'rika *engah, sedangkan ?#0 lebih banyak dijumpai di A'rika
&arat !)umar et al., 09". ?#1 lebih mudah bertransmisi dibanding ?#0.
Periode antara in'eksi pertama kali dengan timbul gejala penyakit lebih lama dan
penyakitnya lebih ringan pada in'eksi ?#0 !G?O, 0".
n'eksi ? berdasarkan gejala klinis terdiri dari 4 'ase yaitu serokon(ersi
akut, in'eksi asimptomatik dan ADS. ADS merupakan 'ase terakhir yang
menunjukkan sistem imun sudah sangat menurun di mana in'eksi opportunistik
akan mulai terjadi. Pada salah satu penelitian di Amerika Serikat, jumlah sel *
CD2; apabila kurang dari 0>N$, akan didiagnosa ADS, 3alaupun terdapat
in'eksi opportunistik yang mengin'eksi ketika CD2; di atas 0>N$ dan sebagianorang masih sehat 3alaupun CD2; sudah di ba3ah 0>N$ !G?O, 0"
Menurut Centers or Disease Control and Pre(ention !CDC", ?
ditransmisi melalui kontak seksual dengan orang yang terin'eksi, memakai jarum
bekas !terutama untuk injeksi obat" orang yang terin'eksi, melalui trans'usi darah
dari orang yang terin'eksi. Ganita yang terin'eksi dengan ? juga dapat
mengin'eksi bayi mereka sebelum atau pada masa kelahiran dan juga semasa
penyusuan selepas dilahirkan. Dalam bidang kesehatan, petugas paramedik akan
31
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
32/54
terin'eksi dengan ? jika tertusuk dengan jarum yang mengandung darah yang
terin'eksi dengan ? atau melalui luka pada petugas dan juga pada membran
mukosa mereka !mata ataupun dalam hidung" !CDC, 09"
*+:+* 0pidemiologi
Sejauh ini lebih dari 7,6 juta perempuan di ndonesia jadi populasi ra3an
tertular ?. $ebih dari 4% diantaranya melahirkan bayi yang tertular ?. Pada
tahun 016, diperkirakan akan terjadi penularan pada 4.6 anak yang dilahirkan
dan itu terin'eksi ?. Sampai tahun 07 diperkirakan 2.47 anak terkena ?
dan separuh diantaranya meninggal dunia. Saat ini diperkirakan 040 anak terkena
?. )ebanyakan 3anita mengurus keluarga dan anak#anaknya selain mengurus
diri sendiri, sehingga gangguan kesehatan pada 3anita akan mempengaruhi
seluruh keluarganya. Ganita dengan ?>ADS harus mendapatkan dukungan dan
pera3atan menakup penyuluhan yang memadai tentang penyakitnya, pera3atan,
pengobatan, serta penegahan penularan pada anak dan keluarganya.
Penularan ? ke bayi dan anak bisa dari ibu ke anak, penularan melalui
darah, penularan melalui hubungan seks !peleehan seksual pada anak". Penularan
dari ibu ke anak terjadi karena 3anita yang menderita ?>ADS sebagian besar
!6%" berusia subur !16#22 tahun" sehingga terdapat resiko penularan in'eksi
yang bias terjadi pada saat kehamilan. Pre(alensi penularan dari ibu ke bayi dalah
,1% sampai ,9%. &ila ibu baru terin'eksi ? dan belum ada gejala ADS,
kemungkinan bayi terin'eksi sebanyak 0% sampai 46%, sedangkan gejala ADS
sudah jelas pada ibu kemungkinan menapai 6%.
Dampak acquired immunode$iciency syndrome !ADS" pada anak terus
meningkat, dan saat ini menjadi penyebab pertama kematian anak di A'rika, dan peringkat keempat penyebab kematian anak di seluruh dunia. Saat ini )orld
!ealth *rgani%ation !G?O" memperkirakan 0,9 juta anak di dunia telah
meninggal karena ADS.
)asus pertama ADS di ndonesia ditemukan pada tahun 159 di &ali
yaitu seorang 3arga negara &elanda. Sebenarnya sebelum itu telah ditemukan
kasus pada bulan Desember 156 yang seara klinis sangat sesuai dengan
diagnosis ADS dan hasil tes @lisa 4 !tiga" kali diulang, menyatakan positi',
32
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
33/54
namun hasil Gestern &lot yang dilakukan di Amerika Serikat ialah negati'
sehingga tidak dilaporkan sebagai kasus ADS.
*ransmisi ? seara (ertikal dari ibu kepada anaknya merupakan jalur
tersering in'eksi pada masa kanak#kanak, dan angka terjadinya in'eksi perinatal
diperkirakan sebesar 4% antara tahu 1550 sampai 01. Di Amerika Serikat,
in'eksi ? perinatal terjadi pada hampir % dari seluruh in'eksi ? pediatri.
n'eksi perinatal sendiri dapat terjadi in#utero, selama periode peripartum, ataupun
dari pemberian AS, sedangkan transmisi (irus melalui rute lain, seperti dari
trans'usi darah atau komponen darah relati' lebih jarang ditemukan. Selain itu,
seBual abuse yang terjadi pada anak juga dapat menjadi penyebab terjadinya
in'eksi ?, di mana hal ini lebih sering ditemukan pada masa remaja.!1",!0"
&erbagai gejala dan tanda yang ber(ariasi dapat bermani'estasi dan ditemukan
pada anak#anak yang sebelumnya tidak diperkirakan mengidap in'eksi ? harus
menjadi suatu tanda peringatan bagi para petugas kesehatan, terutama para dokter
untuk memikirkan kemungkinan terjadinya in'eksi ?. 8ejala dan tanda#tanda
yang mungkin terjadi meliputi in'eksi bakteri yang berulang, demam yang sukar
sembuh, diare yang sukar sembuh, saria3an yang sukar sembuh, parotitis kronis,
pneumonia berulang, lymphadenopati generalisata, gangguan perkembangan yang
disertai $ailure to thrive, dan kelainan kulit kronis#berulang.
*+:+: ato!isiologi
n'eksi ? menyerang dua komponen utama dalam badan manusia yaitu
sistem imun dan sistem sara' pusat dan ditemukan dalam sirkulasi darah 2#11 hari.
Apabila masuk ke dalam tubuh, ? akan mengikat pada beberapa jenis sel darah
putih terutama lim'osit * helper. $im'osit * helper akan diakti'kan danmengkoordinasi sel lain dalam sistem imun. *erdapat reseptor CD2 pada
permukaan lim'osit yang memungkinkan ? untuk mengikat pada reseptor itu.
? menyimpan in'ormasi genetiknya sebagai asam ribonukleat !/+A". Apabila
telah berada di dalam lim'osit CD2;, sejenis enim yang disebut re(erse
transriptase digunakan oleh (irus tersebut untuk membuat salinan /+A nya ke
dalam bentuk asam deoksiribonukleat !D+A". D+A (irus tadi memasuki nukleus
dan dengan bantuan integrase, D+A (irus berintegrasi dengan sel D+A. 8enetik
33
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
34/54
lim'osit akan mereplikasi (irus ? tersebut yang akhirnya akan memusnahkan
lim'osit. Proses ini akan berjalan terus, bila tanpa diimbangi upaya inter(ensi
terapi A/ maupun nutrisi yang memadai, maka dari 3aktu jumlah lim'osit *#
CD2 akan semakin turun baik kualitas maupun kuantitas. Setiap sel yang
terin'eksi akan menghasilkan beribu (irus baru dan dalam beberapa hari, di dalam
darah dan airan genital akan terkandung banyak (irus dan CD2; lim'osit akan
menurun. Penurunan kadar lim'osit *#CD2 yang progresi' menerminkan adanya
de'isiensi imun. Pada in'eksi akut pennurunan tersebut berlangsung drmatis
sehingga kurang dari 1. CD2>ml, kemudian naik lagi pada saat serokon(ersi
dan dalam 'ase kronik turun terus dengan laju penurunan 9 sel>ml setiap
tahunnya. 8angguan kualitas dan kuantitas lim'osit *#CD2 tersebut meningkatkan
kerentanan terhadap in'eksi oportunistik dan mendorng ke derajat yang lebih
berat, serta munulnya mani'estasi klinik dari ADS.
Di antara tanda dan simptom yang ditonjolkan semasa in'eksi primer ?#1
hilang sendiri 3alaupun sebagian simptom seperti lemah badan akan menetap
sehingga beberapa bulan. Simptomnya seara general dan dimulai pada 3aktu
yang singkat, seperti demam, yang disertai atau tidak dengan keringat malam dan
lim'adenopati yang biasanya munul pada minggu kedua terutama di aksila,
osipital dan nodus ser(ikal. @ritema klasik, nonpruritus, dan ruam makulopopular
biasanya simetri, berukuran 6 hingga 1 mm yang biasanya terdapat pada muka
dan ekstrimitas. Selain itu terdapat juga ulserasi pada oro'aring, nyeri akibat
pergerakan mata, kandidiasis, dan 'oto'obia. Penyakit yang berlanjutan lebih lama
dari 12 hari mempunyai prognosis yang jelek !Shuitemaker and Miedema, 0".
*+:+. Transmisi*ransmisi ? seara umum dapat terjadi melalui empat jalur, yaitu :
1 )ontak seksual: ? terdapat pada airan mani dan sekret (agina yang
akan ditularkan (irus ke sel, baik pada pasangan homoseksual atau
heteroseksual. )erusakan pada mukosa genitalia akibat penyakit
menular seksual seperti si'ilis danchancroid akan memudahkan
terjadinya in'eksi ?.
34
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
35/54
0 *ran'usi: ? ditularkan melalui tran'usi darah balk itu tran'usi (hole
blood& plasma, trombosit, atau 'raksi sel darah ainnya.
4 arum yang terkontaminasi: transmisi dapat terjadi karena tusukan jarum
yang terin'eksi atau bertukar pakai jarum di antara sesama pengguna
obat#obatan psikotropika.
2 *ransmisi (ertikal !perinatal": 3anita yang tein'eksi ? sebanyak 16#
2% berkemungkinan akan menularkan in'eksi kepada bayi yang baru
dilahirkannya melalui plasenta atau saat proses persalinan atau melalui
air susu ibu.
Masih belum diketahui seara pasti bagaimana ? menular dari ibu#ke#bayi.
+amun, kebanyakan penularan terjadi saat persalinan !3aktu bayinya lahir".
Selain itu, bayi yang disusui oleh ibu terin'eksi ? dapat juga tertular ?. ?al
ini ditunjukkan dalam gambar berikut:
8ambar 2. *ransmisi dari ibu ke anak
Ada beberapa 'aktor risiko yang meningkatkan kemungkinan bayi terin'eksi ?.
=ang paling mempengaruhi adalah (iral load !jumlah (irus yang ada di dalam
darah" ibunya. Oleh karena itu, salah satu tujuan utama terapi adalah menapai
(iral load yang tidak dapat terdeteksi seperti juga A/* untuk siapa pun
terin'eksi ?. iral load penting pada 3aktu melahirkan. Seperti ditunjukkan
pada gambar, penularan dapat terjadi dalam kandungan. ?al ini dapat disebabkan
oleh kerusakan pada plasenta, yang seharusnya melindungi janin dari in'eksi ?.
)erusakan tersebut dapat memungkinkan darah ibu mengalir pada janin.
35
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
36/54
)erusakan pada plasenta dapat disebabkan oleh penyakit lain pada ibu, terutama
malaria dan *&.
+amun risiko penularan lebih tinggi
pada saat persalinan, karena bayi
tersentuh oleh darah dan airan
(agina ibu 3aktu melalui saluran
kelahiran. elas, jangka 3aktu antara
saat peah ketuban dan bayi lahir
juga merupakan salah satu 'aktor
risiko untuk penularan. uga
inter(ensi untuk membantu persalinan yang dapat melukai bayi, misalnya (akum,
dapat meningkatkan risiko. )arena air susu ibu !AS" dari ibu terin'eksi ?
mengandung ?, juga ada risiko penularan ? melalui menyusui.
8ambar 6. Child in -tery
8ambar 7. Perinatal dan nisiasi *ransmisi
aktor risiko lain termasuk kelahiran premature !bayi lahir terlalu dini" dan
kekurangan pera3atan ? sebelum melahirkan. Sebenarnya semua 'aktor risiko
menunjukkan satu hal: yang terpenting adalah menga3asi kesehatan ibu.
Ada dua 'aktor utama untuk menjelaskan 'aktor risiko penularan ? dari ibu ke
bayi:
36
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
37/54
1 aktor ibu dan bayi
a. aktor ibu
aktor yang paling utama mempengaruhi risiko penularan ? dari ibu ke
bayi adalah kadar ? !viral load " di darah ibu pada menjelang ataupun saat
persalinan dan kadar ? di air susu ibu ketika ibu menyusui bayinya. -mumnya,
satu atau dua minggu setelah seseorang terin'eksi ?, kadar ? akan epat
sekali bertambah di tubuh seseorang.
/isiko penularan akan lebih besar jika ibu memiliki kadar ? yang tinggi
pada menjelang ataupun saat persalinan. Status kesehatan dan gii ibu juga
mempengaruhi risiko penularan ? dari ibu ke bayi. bu dengan sel CD2 yang
rendah mempunyai risiko penularan yang lebih besar, terlebih jika jumlah CD2
kurang dari 0.
ika ibu memiliki berat badan yang rendah selama kehamilan serta
kekurangan (itamin dan mineral, maka risiko terkena berbagai penyakit in'eksi
juga meningkat. &iasanya, jika ibu menderita in'eksi menular seksual atau in'eksi
reproduksi lainnya maupun malaria, maka kadar ? akan meningkat.
/isiko penularan ? melalui pemberian AS akan bertambah jika
terdapat kadar CD2 yang kurang dari 0 serta adanya masalah pada ibu seperti
mastitis, abses, luka di puting payudara. /isiko penularan ? pasa persalinan
menjadi meningkat bila ibu terin'eksi ? ketika sedang masa menyusui bayinya.
b. aktor bayi
1" &ayi yang lahir prematur dan memiliki berat badan lahir rendah,
0" Melalui AS yang diberikan pada usia enam bulan pertama bayi, &ayi yang
meminum AS dan memiliki luka di mulutnya
0. aktor ara penularan
• Menular saat persalinan melalui perampuran darah ibu dan darah
bayi,
• &ayi menelan darah ataupun lendir ibu,
• Persalinan yang berlangsung lama,
37
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
38/54
• )etuban peah lebih dari 2 jam
• Penggunaan elektrode pada kepala janin, penggunaan (akum atau
'oreps, dan tindakan episiotomi
• &ayi yang lebih banyak mengonsumsi makanan ampuran daripada
AS
*abel 4. aktor yang meningkatkan risiko penularan ? dari ibu ke bayi
*+:+) Mani!estasi Klinik
Menurut G?O !00", mani'estasi klinis penderita ?>ADS de3asa
dibagi menjadi empat stadium, yaitu :
• Stadium :
1. Asimtomatik
0. $im'adenopati generalisata persisten
Dengan penampilan klinis derajat 1 : asimtomatik dan akti'itas
normal
• Stadium :
38
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
39/54
1. Penurunan berat badan F1%
0. Mani'estasi mukokutaneus minor !dermatitis sebboroi, prurigo, in'eksi
jamur pada kuku, ulserasi pada mulut berulang"
4. ?erpes oster, dalam 6 tahun trakhir
2. n'eksi saluran na'as atas berulang !misalnya sinusitis bakterial"
Dengan penampilan klinis derajat 0 : simtomatik, akti(itas normal
• Stadium :
1. Penurunan berat badan K1%
0. Diare kronik dengan penyebab tidak jelas K1 bulan
4. Demam tanpa penyebab yang jelas !intermittent atau menetap" K 1 bulan
2. )andidiasis oral
6. *uberkulosis paru dalam 1 tahun terakhir
7. *erin'eksi bakteri berat !pneumonia, piomiositis"
Dengan penampilan klinis derajat 4 : &erbaring di tempat tidur, F6%
sehari dalam satu bulan terakhir.
• Stadium :
1. ? (asting syndrome
0. pneumonia pneumokistik karinii
4. in'eksi toksoplasmosis di otak
2. diare karena cryptosporidiosis K1 bulan
6. mengalami in'eksi sitomegalo(irus
7. in'eksi herpes simpleks, maupun mukokutaneus K1 bulan
9. in'eksi mikosis
. kandidiasis eso'agus, trakea, bronkus, maupun paru
5. in'eksi mikobakteriosis atypial
1. sepsis
11. tuberkulosis ekstrapulmoner
10. $im'oma maligna
14. Sarkoma )aposi
12. @nse'alopati ?
Dengan penampilan klinis derajat 2 : berada di tempat tidur, K6% setiap
hari dalam bulan#bulan terakhir
39
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
40/54
*+:+7 $iagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, mani'estasi klinis dan
pemeriksaan laboratorium serta memahami berbagai 'aktor risiko yang terdapat
pada pasien. Anamnesis yang mendukung kemungkinan adanya in'eksi ?
ialah,
1 $ahir dari ibu resiko tinggi atau terin'eksi ?
&ayi#bayi yang terlahir dari ibu#ibu yang terin'eksi ? akan
tetap mempertahankan status seropositi' hingga usia 1 bulan
oleh karena adanya respon antibodi ibu yang ditrans'er seara
transplaental. -ntuk diagnosis pasti ? pada anak dengan
usia F 1 bulan diperlukan uji (irologi ? yang dapat
memeriksa (irus atau komponennya. -ji irologi tersebut
adalah PC/ ?#D+A, PC/ ?#/+A, p02. Anak dengan
hasil positi' pada uji (irologi ? pada usia berapapun
dikatakan terin'eksi ?.
40
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
41/54
0 $ahir dari ibu pasangan resiko tinggi atau terin'eksi ?
4 Penerima trans'usi darah atau komponennya dan tanpa uji tapis ?
2 Penggunaan obat parenteral atau intra(ena seara keliru !biasanya peandu
narkotika"
6 )ebiasaan seksual yang keliru, homoseksual atau biseksual.
Diagnosa pasti ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan laboratorium
mulai dari uji penapisan dengan penentuan adanya antibodi anti#? misalnya
dengan @$SA yang kemudian dilanjutkan dengan uji kepastian dengan
pemeriksaanyang lebih spesi'ik yaitu uji (estern blot" -ji (estern blot lebih
spesi'ik karena mampu mendeteksi komponen#komponen yang terkandung pada
? antara lain gpl0, gp21, p02. -ntuk negara berkembang seperti ndonesia
mengingat uji (estern blot belum merata dilakukan seara rutin belum merata
dilakukan seara rutin, maka G?O menganjurkan pemeriksaan laboratorium
dengan tiga metode yang berbeda dan dikatakan positi' ? bila hasil
pemeriksaan terbukti reakti', metode tersebut antara lain :
41
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
42/54
1. Skrining
@$SA untuk ?#1, ?#0, atau keduanya. Aglutinasi latek untuk ?#1
0. )on'irmasi
)estern Blot !G&" untuk ?#1 dan ?#0, #ndirect #mmuno$luorescence
antibody assay !A" untuk ?#1, +adioimmunoprecipitation antibody assay
!/PA" untuk ?#1
4. $ain#lain
@$SA untuk ?#1 p02 antigen polymerase chain reaction !PC/" untuk ?#1
*+:+; Terapi
*erapi Anti /etro(iral !A/"
*erapi saat ini tidak dapat mengeradikasi (irus namun hanya untuk mensupres(irus untuk memperpanjang 3aktu dan perubahan perjalanan penyakit ke arah
yang kronis. Pengobatan in'eksi (irus ? pada anak dimulai setelah
menunjukkan adanya gejala klinis. 8ejala klinis menurut klasi'ikasi CDC.
Pengobatan A/ diberikan dengan pertimbangan :
1 Adanya bukti supresi imun yang ditandai dengan menurunnya jumlah CD2
atau persentasenya.
0 -sia
4 &agi anak berusia K 1 tahun asimtomatis dengan status imunologi normal,
terdapat 0 pilihan :
a A3ali pengobatan tidak bergantung kepada gejala klinis.
b *unda pengobatan pada keadaan resiko progresi'itas perjalanan penyakit rendah atau adanya 'aktor lain misalnya pertimbangan
lamanya respon pengobatan, keamanan dan kepatuhan.
Pada kasus seperti ini 'aktor lain yang harus dipertimbangkan ialah :
• Peningkatan viral load
42
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
43/54
• Penurunan dengan epat CD2 baik jumlah atau presentasi supresi imun
!)ategori mun 0 pada tabel "
• *imbulnya gejala klinis
)eputusan untuk memberikan terapi antiretro(irus harus memenuhi kriteria
sebagai berikut :
1 *es ? seara sukarela disertai konseling yang mudah dijangkau
untuk mendiagnosis ? seara dini.
0 *ersedia dana yang ukup untuk membiayai Anti /etro(irus *erapi
!A/*" selama sedikitnya 1 tahun
4 )onseling bagi pasien dan pendamping untuk memberikan
pengertian tentang A/*, pentingnya kepatuhan pada terapi, e'ek
samping yang mungkin terjadi, dll.
2 )onseling lanjutan untuk memberi dukungan psikososial dan
mendorong kepatuhan serta untuk menghadapi masalah nutrisi
yang dapat timbul akibat A/*
6 $aboratorium untuk memantau e'ek samping obat termasuk ?b,
tes 'ungsi hati, dll.
7 )emampuan untuk mengenal dan menangani penyakit umum dan
in'eksi oportunistik akibat ?
9 *ersedianya obat yang bermutu dengan jumlah yang ukup,
termasuk obat untuk in'eksi oportunistik dan penyakit yang
berhubungan dengan ?.
*ersedianya tim kesehatan termasuk dokter, pera3at, konselor,
pekerja sosial, dukungan sebaya. *im ini seharusnya membantu
43
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
44/54
pembentukan kelompok dukungan Orang Dengan ?>ADS
!OD?A" dan pendampinya.
5 Adanya pelatihan, pendidikan berkelanjutan, pemantauan dan
umpan balik tentang penatalaksanaan penyakit ? yang e'ekti'
termasuk sistem untuk menyebarluaskan in'ormasi dan pedoman
baru.
1 Obat A/ digunakan seara rasional sesuai pedoman yang
berlaku.
Saat ini ada 4 !tiga" golongan A/* yang tersedia di ndonesia:
1. ,ucleoside +everse Transcriptase #nhibitors !+/*s": Obat ini dikenal sebagai
analog nukleosida yang menghambat proses perubahan /+A (irus menjadi D+A.
Proses ini diperlukan agar (irus dapat bereplikasi. Obat dalam golongan ini
termasuk ritona(ir !$P>r".
/egimen obat yang diusulkan di ndonesia ialah :
Salah satu dari )olom A dan salah satu kombinasi dari
)olom &
)olom A )olom &
+e(irapine !+P" A
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
45/54
+el'ina(ir !+" ddl;4*C
d2* ; ddl
A
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
46/54
A I#
0MA"ASA1
Teori Fakta
aktor predisposisi terjadinya
pneumonia:
Agen in'eksius masuk ke saluaran
na'as ba3ah melalui inhalasi atau
aspirasi 'lora komensal dari saluran
perna'asan bagian atas, dan jarang
yang melalui hematogen. irus dapat
meningkatkan kemungkinan
terjangkitnya in'eksi saluran na'as
bagian ba3ah dengan mempengaruhi
mekanisme pembersihan dan respon
imun. Diperkirakan sekitar 06#96 %
anak dengan pneumonia bakteri
Pasien ini mengalami sesak sejak 6 hari
SM/S. Sebelumnya pasien memang
mengalami batuk yang sudah ukup
lama dialami yaitu kurang lebih 1
bulan.
46
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
47/54
didahului oleh in'eksi saluran napas
atas.
•
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
48/54
emeriksaan enun,ang
oto *oraks
8ambaran radiologis mempunyai
bentuk di'us bilateral dengan
peningkatan orakan bronkho(askular
dan in'iltrat keil dan halus yang
tersebar di pinggir lapang paru.
&ayangan berak ini sering terlihat
pada lobus ba3ah.
•
emeriksaan laboratorium
n'eksi (iral leukosit normal atau
meningkat !tidak melebihi 0.
mm4 lim'osit predominan"
# Pada 'oto toraks pasien tampak
berak in'iltrate di daerah parahiler
# Pada pasien ini kadar leukosit
11.72>mm4
#
enatalaksanaan
ndikasi /a3at nap:
• -sia anak L4 bulan
• Demam !K4,6C", menolak
makan dan muntah
• &erna'as epat dengan atau tanpa
sianosis
• Mani'estasi sistemik
• 8agal terapi a3al dengan
antibiotik
• Pneumonia berulang
Pasien usia bulan datang dengan
keluhan sesak napas, saat datang suhu
badan menapai 4,7 derajat elius.
Mendapatkan terapi:
# D D61>2+S 67 >02jam
# nj. Ce'otaBime 4B16 mg
# luonaole 4B11 mg po
# Paraetamol syr 2Bth1>2 !k>p"
# +ebulier 2B>hari
# Diet bubur
#
48
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
49/54
• Se(ere underlying disorders
!imunode'isiensi, penyakit paru
kronik"
• 1. *erapi antibiotik
• 0. *erapi suporti' !oksigen
nasal kanul atau nebulier"
A #
01UTU
49
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
50/54
)+( Kesimpulan
)eluhan yang dialami pasien adalah sesak napas dialami seara tiba#tiba.
Sesak napas ditandai dengan napas pasien yang epat dan adanya penggunaan
otot bantu pernapasan salah satunya ditemukan retraksi suprasternal. Menurut
pengakuan ibu pasien, pasien mengalami sesak didahului dengan batuk yang
sudah ukup lama dialami anaknya. Adapun hasil pemeriksaan 'isik yang
ditemukan adalah kesadaran komposmentis pada pasien, suhu meningkat, dan
'rekuensi pernapasan meningkat disertai adanya retraksi suprastrenal. Pada
pemeriksaan penunjang, 'oto thoraks ditemukan adanya gambaran in'iltrat
pada daerah parahiler deBtra serta adanya leukosit sedikit meningkat. ika
ditelaah berdasarkan anamnesis hingga pemeriksaan penunjang, maka
didapatkan kesimpulan bah3a telah sesuai dari diagnosis dan penatalaksanaan
pada pasien ini dengan literatur yang kami dapatkan.
Adanya hasil pemeriksaan pemeriksaan C* menunjukkan adanya in'eksi
?>ADS yang diperoleh pasien dari ibunya, namun dalam (indo( periode
atau belum menimbulkan gejala.
Lampiran
50
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
51/54
1. Pemeriksaan *est C* bu Pasien
1
a
m
a
T
e
s
t
"
a
s
i
l
S
D
?
H
4
,
P
o
s
i
t
i
'
D
e
t
e
r
m
i
n
?
P
o
s
i
t
i
'
51
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
52/54
H
n
t
e
>
)
A
P
o
s
i
t
i
'
0. ?asil Pemeriksaan CD2>CD4 bu Pasien
?asil Satua &atas
+orm
441 ells>
miro
liter
21#
165
17 Cells>
miro
liter
75#
062
52
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
53/54
$AFTAR USTAKA
1. +elson *eBbook o' Pediatris 0
1. /ahajoe, +astini.+.0.&uku Ajar
/espirologi,@disi 1.akarta : DA
0. Murray,nedelRs.06.*eBt &ook o' /espiratory Mediine,@disi
1,olume1. -nited State o' Ameria :@lsei(er Saunders.
4.
-
8/19/2019 Bronkopneumonia + Infeksi sekunder
54/54