E-Government dan Implementasinya di Indonesia
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Sistem Informasi Publik
Disusun Oleh :
1. LELA FITRIA 1350301001111142. TIARA SRI WAHYUNI 1350301001111153. SHINTA AMALIA 1350301011110674. YEREMIA CHRISTON 1350301001111215. PUTU APARAJITA 1350301071111056. BAGUS SURYA DWITAMA 1350301071130067. DIKHLA RIF’A 135030101111059
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIKFAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA2015
DAFTAR ISI
Daftar Isi.............................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................3
1.3 Tujuan...........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep E-Government ...............................................................................4
2.1.1 Pemanfaatan Electronic Government.....................................................8
2.1.2 Tahapan E-Government...........................................................................10
2.2 Implementasi E-Government di Indonesia................................................11
2.3 Analisis Peran E-Government dalam Mewujudkan Good Governance.19
2.3.1 Urgensi Good Governance.......................................................................19
2.3.2 Hambatan dan Tantangan Mewujudkan Good Governance melalui E-Government........................................................................................................21
2.3.3 Peran E-Government dalam Mewujudkan Good Governance............21
2.4 Pembentukan Masyarakat Informasi........................................................23
2.4.1 Faktor Pendorong Masyarakat Informasi..............................................25
2.4.2 Teknologi Komunikasi dalam Masyarakat Informasi..........................27
2.5 Aplikasi Sistem Informasi...........................................................................29
2.5.1 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan – Decision Support Systems (DSS) ...................................................................................................................29
2.5.2 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Eksekutif/Executive Support Systems (ESS) ..................................................................................... 31
2.6 Studi Kasus Sistem Informasi Manajemen SAMSAT Berbasis SMS
Gateway (Study Kasus SAMSAT Kota Jombang).........................................33
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................38
Daftar Pustaka ..................................................................................................40
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangTerdapat ungkapan yang berkembang di masyarakat teknologi “Bangsa yang
maju adalah bangsa yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Kuasailah
teknologi maka kau akan menguasai dunia”. Ungkapan itu tidak sekedar
ungkapan. Departemen Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia merupakan
salah satu institusi pemerintah yang bertanggung jawab untuk mewujudkan hal
tersebut melalui salah satu programnya yakni e-government . Kemajuan teknologi
informasi memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk kemaslahatan
masyarakat. Tentunya dalam dunia yang sudah mengglobal ini, kemajuan
teknologi diperlukan dan dimanfaatkan dalam segala bidang.
Salah satu bidang yang terkena sentuhan teknologi informasi adalah
pelayanan pemerintah kepada publik. Artinya dalam era teknologi informasi ini,
informasi telah dihubungkan oleh dengan sebuah gerbang / “gateway” yang
terintegrasi. Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang pesat serta
potensi pemanfaatannya secara luas, membuka peluang bagi pengaksesan,
pengelolaan dan pendayagunaan informasi dalam volume yang besar secara cepat
dan akurat. Selain itu pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi dalam
proses pemerintahan (e-government) akan meningkatkan efisiensi, efektifitas,
transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) mengubah
kehidupan manusia, terutama mengubah hubungan karakteristik antar hubungan
manusia, bisnis, dan mengubah hubungan Antara pemerintah dan masyarakat.
Kebutuhan informasi yang cepat membuat pemerintah harus mengikuti
perkembangan teknologi informasi untuk memberikan pelayanan yang terbaik
untuk masyarakat, internal pemerintahan, partner pemerintah, dan entity
pemerintahan yang mana bertransformasi menjadi E – Government, dapat
diartikan sebagai perubahan yang dilakukan dalam hal pelayanan yang
menggunakan teknologi informasi pada instansi pemerintahan. E – Government
didefinisikan sebagai penerapan IT pada pemerintahan yang bertujuan untuk
membuat proses kerja dalam pemerintahan menjadi lebih sederhana, lebih akurat,
2
responsive dan membentuk pemerintahan yang transparan. Dengan E –
Government memungkinkan masyarakat luas dapat mengakses semua informasi
pemerintah dan layanan melalui sebuah website yang di kelola oleh bagian
pemerintahan.
Keuntungan operasional dan implementasi E – Government bagi
pemerintahan dan perusahaan sektor public seperti pengurangan penggunaan
kertas, menyediakan layanan yang tersedia untuk pelanggan, mengurangi waktu
respond dan mengurangi kesalahan dalam pelayanan E – Government untuk
masyarakat. Keberadaan e-government dalam konteks Indonesia sangat
diperlukan karena sejumlah pertimbangan terkait adanya tuntutan akan
terbentuknya kepemerintahan yang bersih, transparan, dan mampu menjawab
tuntutan perubahan secara lebih efektif. Melalui e-government di harapkan akan
meningkatkan efisiensi, efektivitas dan percepatan pelayanan public selain
membuka kesempatan yang semakin luas kepada masyarakat untuk berpartisipasi
dalam mendiskusikan, mengkritisi, dan menganalisis keputusan politik dan
tindakan administrasi public. Kemajuan teknologi informasi melalui internet telah
membuka kesempatan yang semakin luas hubungan antara politik, birokrasi dan
masyarakat. Masyarakat dapat terlibat langsung dalam proses perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan kebijakan public.
1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Bagaimanakah perkembangan dan fungsi e-government?
1.2.2 Bagaimanakah hubungan e-government dengan good governance dan
masyarakat informasi?
1.2.3 Bagaimanakah e-public administrative system (pengaplikasian
administrasi publik dalam sistem informasi)?
1.2.4 Bagaimanakah implementasi e-government di Indonesia?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui perkembangan serta fungsi e-government.
1.3.2 Untuk mengetahui hubungan e-government dengan good governance
dan masyarakat informasi.
1.3.3 Untuk mengetahui mengenai e-public administrative system
(pengaplikasian administrasi publik dalam sistem informasi.
1.3.4 Untuk mengetahui implementasi e-government di Indonesia.
3
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Konsep E-GovernmentPemerintahan elektronik atau e-government (berasal dari kata
Bahasa Inggris electronics government, juga disebut e-gov, digital government,
online government atau dalam konteks tertentu transformational government)
adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan
informasi dan pelayanan bagi warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang
berkenaan dengan pemerintahan. Electronic government dapat diaplikasikan pada
legislatif, yudikatif, atau administrasi publik, untuk meningkatkan efisiensi
internal, menyampaikan pelayanan publik, atau proses kepemerintahan yang
demokratis. Model penyampaian yang utama adalah Government to Citizen atau
Government to Customer (G2C), Government to Business (G2B) serta
Government to Government (G2G). Keuntungan yang paling diharapkan dari
electronic government adalah peningkatan efisiensi, kenyamanan, serta
aksesibilitas yang lebih baik dari pelayanan publik. Di sisi lan, UNDP (United
Nation Development Programme) mendefenisikan electronic government secara
lebih sederhana lagi, yaitu “electronic government is the application of
information and communication technology (ICT) by government agencies”.
Janet Caldow, direktur dari Institute For Electronic Governemnt (IBM
Co.) dari hasil kajiannya bersama Kennedy School Of Government, Havard
Universiity, memberikan defenisi, yaitu “electronic government is nothing short
of a fundamental transformation of government and governance at a scale we
have not witnessed since the beginning of the industrial era.” Secara umum
pengertian electronic government adalah sistem manajemen informasi dan
layanan masyarakat berbasis Internet. Layanan ini diberikan oleh pemerintah
kepada masyarakatnya.
Dengan memanfaatkan Internet, maka akan muncul sangat banyak
pengembangan modus layanan dari pemerintah kepada masyarakat yang
memungkinkan peran aktif masyarakat dimana diharapkan masyarakat dapat
secara mandiri melakukan registrasi perizinan, memantau proses penyelesaian,
melakukan pembayaran secara langsung untuk setiap perizinan dan layanan publik
lainnya. Semua hal tersebut dengan bantuan teknologi Internet akan dapat
4
dilakukan dari mana saja dan kapan saja. Dengan adanya fasilitas seperti ini,
masyarakat diharapkan akan menjadi lebih produktif karena masyarakat tidak
perlu antri dalam waktu yang lama hanya untuk menyelesaikan satu buah
perizinan. Dengan adanya online system ini, masyarakat dapat memanfaatkan
banyak waktunya untuk melakukan pembangunan yang lain sehingga diharapkan
produktivitas nasional pun dapat meningkat.
Untuk mengembangkan sistem manajemen dan memanfaatkan kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi, maka pemerintah pusat dan pemerintah
daerah otonom harus segera melaksanakan proses transformasi menuju electronic
government. Melalui pengembangan electronic government dilakukan penataan
sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dan pemerintah
daerah otonom dengan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi.
Menurut Zweers dan Plangue mendefenisikan electronic government antara lain:
“electronic government berhubungan dengan penyediaan informasi, layanan atau
produk yang disiapkan secara elektronis oleh pemerintah, tidak berbasis tempat
dan waktu, menawarkan nilai lebih untuk partisipasi pada semua kalangan.
The World Bank Group mendefinisikan electronic government refers to
the use by government agencies of information technologies (such as Wide Area
Networks, the Internet, and mobile computing) that have the ability to transform
relations with citizens, businesses, and other arms of government. (electronic
government berhubungan dengan penggunaan teknologi informasi (seperti wide
area network, internet dan mobile computing) oleh organisasi pemerintah yang
mempunyai kemampuan membentuk hubungan dengan warga negara, bisnis, dan
organisasi lain dalam pemerintahan).
Kementrian Komunikasi dan Informasi, berpendapat bahwa: “electronic
government adalah aplikasi teknologi informasi yang berbasis internet dan
perangkat lainnya yang dikelola oleh pemerintah untuk keperluan penyampaian
informasi dari pemerintah kepada masyarakat, mitra bisnisnya, dan lembaga-
lembaga lain secara online”. Setelah melihat bagaimana lembaga-lembaga atau
institusi-institusi mendefinisikan electronic government, ada baiknya dikaji pula
bagaimana sebuah pemerintahan menggambarkannya. Pemerintah Federal
Amerika Serikat mendefinisikan electronic government secara ringkas, padat, dan
5
jelas, yaitu electronic government refers to the delivery of government
information and services online through the Internet or other digital means.
Dari pengertian diatas intinya adalah electronic government merupakan
poses pemanfaatan teknologi informasi sebagai alat untuk membantu menjalakan
sistem pemerintahan secara lebih efisien. Ada 2 hal utama yang dapat kita tarik
dari pengertian electronic government diatas: Pertama, penggunaan teknologi
informasi (internet) sebagai alat bantu. Kedua, tujuan pemanfaatannya sehingga
pemerintahan dapat berjalan secara efektif, efisien dan produktif. Dengan
penggunaan teknologi internet, seluruh proses atau prosedur yang berbelit-belit
dapat dipangkas. Kendati demikian, electronic government bukan berarti
menggantikan peran aparat pemerintah dalam berhubungan dengan masyarkat.
Dalam konsep electronic government masyarakat masih bisa berhubungan dengan
pos-pos pelayanan, berbicara melaui telepon untuk mendapatkan pelayanan
pemerintah atau mengirim surat.
Melalui pengembangan electronic government, dilakukan penataan sistem
manajemen serta proses kerja dilingkungan pemerintah dan pemerintah daerah
otonom dengan mengoptimalisasi pemenfaatan teknologi informasi. Pemanfaatan
teknologi informasi tersebut mencakup dua aktifitas yang saling berkaitan, yaitu:
a. Pengolahan data, pengolahan informasi, sistem manajemen dan proses
kerjasecara elektronik
b. Pemanfaatan kemajuan teknologi informasi agar pelayanan public dapat
diakses secara mudah dan murah oleh masyarakat diseluruh wilayah
Inisiatif electronic government di Indonesia telah diperkenalkan melalui
Instruksi Presiden No. 6 tahun 2001 tentang Telematika (Telekomunikasi, Media
dan Informatika) yang menyatakan bahwa aparat pemerintah harus menggunakan
teknologi telematika untuk mendukung good governance dan mempercepat proses
demokrasi. Lebih jauh lagi, electronic government wajib diperkenalkan untuk
tujuan yang berbeda di kantor-kantor pemerintahan. Administrasi publik adalah
salah satu area dimana internet dapat digunakan untuk menyediakan akses bagi
semua masyarakat yang berupa pelayanan yang mendasar dan mensimplifikasi
hubungan antar masyarakat dan pemerintah.
6
Electronic government dengan menyediakan pelayanan melalui internet
dapat dibagi dalam beberapa tingkatan yaitu penyediaan informasi, interaksi satu
arah, interaksi dua arah dan transaksi yang berarti pelayanan elektronik secara
penuh. Interaksi satu arah bisa berupa fasilitas mendownload formulir yang
dibutuhkan. Pemrosesan / pengumpulan formulir secara online merupakan contoh
interaksi dua arah. Sedangkan pelayanan elektronik penuh berupa pengambilan
keputusan dan delivery (pembayaran). Akan tetapi perlu digarisbawahi bahwa
electronic government bukan hanya sekedar publikasi situs oleh pemerintah.
Pemberian pelayanan sampai dengan tahap full electronic delivery service perlu
diupayakan.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan mengimplementasikan E-
Government diantaranya untuk menciptakan customer online dan bukan in-line,
untuk memberikan pelayanan tanpa adanya intervensi pegawai institusi publik dan
sistem antrian yang panjang hanya untuk mendapatkan suatu pelayanan yang
sederhana, untuk mendukung good governance, untuk meningkatkan akses warga
negara terhadap jasa-jasa pelayana publik pemerintah, meningkatkan akses
masyarakat ke sumber-sumber informasi yang dimiliki pemerintah, menangani
keluhan masyarakat dan juga persamaan kualitas layanan yang bisa dinikmati oleh
seluruh warga Negara. Selain itu, penggunaan teknologi yang mempermudah
masyarakat untuk mengakses informasi dapat mengurangi korupsi dengan cara
meningkatkan transparansi dan akuntabilitas lembaga publik. E-Government
dapat memperluas partisipasi publik, dimana masyarakat dimungkinkan untuk
terlibat aktif dalam pengambilan keputusan/kebijakan oleh pemerintah. E-
Government juga diharapkan dapat memperbaiki produktifitas dan efisiensi
birokrasi serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Secara umum tujuan e-government adalah untuk meningkatkan hubungan
pelayanan antara pemerintah dengan berbagai stakeholders, seperti warga negara,
swasta, wisatawan dan lembaga pemerintah lainnya. Secara global, e-government
dikaitkan dengan upaya untuk memberi kesempatan untuk meningkatkan
koneksivitas, ketersediaan dan model interaksi antara pemerintah dan warga
negara. Hal ini juga terkait dengan transformasi pelayanan pemerintah saat ini
terutama dalam upaya untuk meningkatkan efisiensi, meningkatkan proses dan
7
mengotomatisasi tugas-tugas yang sebelumnya dilakukan oleh pegawai
pemerintah (Mundy & Musa, 2010, p. 147).
Berbicara tentang koneksivitas, tujuan utama e-government memang
mengarah pada sistem penyampaian pelayanan yang terhubung ke publik
(konektivitas) secara lebih baik dan sistem berfungsi dengan baik (efisiensi).
Tujuan konektivitas dicapai ketika ada penghematan biaya dalam investasi
infrastruktur, output TIK menghasilkan pertumbuhan industri dan memberikan
kesempatan yang lebih baik kepada masyarakat. Di sisi lain, efisiensi dicapai bila
ada penghematan biaya keseluruhan, optimalisasi pendapatan pemerintah dan
pencapaian efisiensi organisasi. Kohesi sosial-ekonomi didorong oleh keinginan
pemerintah untuk mencapai efektivitas melalui pelayanan yang lebih baik dan
peluang untuk warganya. Hal ini dapat dioperasionalkan melalui peningkatan
kepuasan pengguna, baik peluang hasil bagi warga negara, peningkatan
lingkungan bisnis dan peningkatan peluang bisnis. Hasil lain yang diharapkan dari
inisiatif e-government adalah peningkatan proses demokrasi dalam suatu negara,
dengan tujuan utama yang menjadi pencapaian keterbukaan melalui tata kelola
yang baik. Keterbukaan dalam pemerintahan dapat dicapai melalui konstruksi
transparansi dan akuntabilitas, keterbukaan dan partisipasi serta sistem
administrasi yang lebih baik (Muganda & Van Belle, 2010, p. 163).
Dengan pemanfaatan e-government diharapkan masyarakat mendapatkan
kemudahan dalam mengakses pelayanan pemerintah. Selain itu penerapan e-
government juga dapat meningkatkan kualitas demokratisasi dimana masyarakat
bisa turut berperan aktif dalam memberikan masukan dan penilaian atas
kebijakan-kebijakan yang dipublish guna melakukan uji publik. Hal ini untuk
mewujudkan keterbukaan dalam penyelenggaraan pemerintahan melalui
transparansi dan akuntabilitas.
2.1.1 Pemanfaatan Electronic Government
E-government juga diharapkan dapat memperbaiki produktifitas dan
efisiensi birokrasi serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Adapun konsep dari
e-government adalah menciptakan interaksi yang ramah, nyaman, transparan dan
murah antara pemerintah dan masyarakat (G2C-government to citizens),
pemerintah dan perusahaan bisnis (G2B-government to business enterprises) dan
8
hubungan antar pemerintah (G2G-inter-agency relationship), Berikut
penjelasannya : (Indrajit, 2006).
Government to citizens
(G2C) merupakan aplikasi pengembangan e-government yang paling
umum, yaitu dimana pemerintah membangun dan menerapkan berbagai portofolio
teknologi informasi dengan tujuan utama untuk memperbaiki hubungan interaksi
dengan masyarakat. Tujuan utamanya untuk mendekatkan pemerintah dengan
rakyatnya melalui kanal-kanal akses yang beragam agar masyarakat dapat dengan
mudah menjangkau pemerintahnya untuk pemenuhan berbagai kebutuhan
pelayanan sehari-hari sepeti Departemen Agama membuka situs pendaftaran bagi
meraka yang berminat untuk melangsungkan ibadah haji ditahun-tahun tertentu
sehingga pemerintah dapat mempersiapkan kuota haji dan bentuk pelayanan
perjalanan yang sesuai.
Government to Business
(G2B), salah satu tugas utama dari sebuah pemerintahan adalah
membentuk sebuah lingkungan bisnis yang kondusif agar roda perekonomian
sebuah negara dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dalam melakukan aktivitas
sehari-harinya, entity bisnis semacam perusahaan swasta membutuhkan banyak
sekali data dan informasi yang dimiliki oleh pemerintah. Terbentuknya relasi yang
baik antara pemerintah dengan kalangan bisnis tidak saja bertujuan untuk
memperlancar para praktisi bisnis dalam menjalankan roda perusahaannya, namun
lebih jauh lagi banyak hal yang dapat menguntungkan pemerintah jika terjadi
relasi interaksi yang baik dan eektif dengan pihak swasta. Contohnya para
perusahaan wajib pajak dapat dengan mudah menjalankan aplikasi berbasis web
untuk menghitung besarnya pajak yang harus dibayarkan ke pemerintah dan
melakukan pembayaran melalui internet, proses lelang proyek-proyek
pemerintahan yang melibatkan sejumlah pihak swasta dapat dlakukan melalui
situs web mulai dari proses pengumuman sampai dengan mekanisme pelaksanaan
tender itu sendiri yang berakhir dengan pengumuman pemenang tender.
Government to Government
(G2G), meningkatnya kebutuhan bagi Negara-negera untuk saling
berkomunikasi secara lebih intens dari hari kehari tidak hanya berkisar ada hal-hal
9
yang berbau diplomasi semata, namun lebih jauh lagi untuk memperlancar
kerjasama antar entity-entiti negara seperti pemerintah daerah dengan instansi-
instansi terkait dalam melakukan kegiatan pembangunan. Berbagai penerapan
yang telah berlangsung seperti hubungan administrasi antara kantor-kantor
pemerintah dengan mempergunakan situs web baik ditingkat Kementrian sampai
pada Pemerintah daerah.
Government to Employees
(G2E) diperuntukkan bagi peningkatan kinerja dan kesejahteraan para
pegawai negeri atau karyawan pemerintah yang bekerja disejumlah institusi
pelayanan masyarakat seperti sistem pengembangan karir pegawai pemerintah
yang selain bertujuan meyakinkan adanya perbaikan kualitas sumber daya
manusia, diperlukan juga sebagai penunjang proses mutasi, rotasi dan promosi
seluruh karyawan pemerintah, sistem asuransi kesehatan dan pendidikan bagi para
pegawai pemerintah yang telah terintegrasi dengan lembaga-lembaga kesehatan
(rumah sakit, poliklinik, apotik) dan institusi-institusi pendidikan (sekolah,
perguruan tinggi, kejuruan) untuk menjamin tingkat kesejahteraan karyawan
beserta keluarganya.
2.1.2 Tahapan E-Government
E-government melibatkan dua tahap : tahap pertama melibatkan fase
formasi diseminasi dimana pemerintah mempublish informasi untuk kepentingan
umum, sedangkan tahap kedua penyediaan transaksi berbasis e-government
seperti membayar pajak secara online (Stylios, et al., 2010, p. 203).
Empat fase perkembangan e-government menurut Gartner (Al-Hashmi &
Darem, 2008, pp. 152-153) adalah sebagai berikut :
1. Presence : Tahap ini diklasifikasikan dengan situs informasi yang
menyediakan web sederhana yang bersifat pasif, kadang-kadang
digambarkan sebagai “brochure ware”, menunjukkan tingkat yang sama
berfungsi sebagai kertas brosur.
2. Interaction : Tahap ini menawarkan interaksi sederhana antara pemerintah
dan warga negara (G2C), pemerintah kepada bisnis (G2B), atau instansi
pemerintah untuk instansi pemerintah (G2G). Pada tahap interaksi situs
10
web menyediakan kontak e-mail dan bentuk interaktif yang menghasilkan
informasi tanggapan.
3. Transaction : Tahap transaksi memungkinkan transaksi seperti membayar
untuk penggantian lisensi secara online, membayar pajak atau biaya, atau
mengajukan tawaran untuk kontrak pengadaan.
4. Transformation : Tahap tertinggi, sebagian besar berkaitan erat dengan
konsep pemerintahan, melibatkan penciptaan kembali bagaimana fungsi
pemerintah dipahami dan terorganisir.
Lima tahapan perkembangan e-government menurut United Nations Division
for Public Economics and Public Administration (Al-Hashmi & Darem, 2008, pp.
153-154) adalah sebagai berikut :
1. Emerging : Sebuah kehadiran resmi pemerintah secara online didirikan
melalui beberapa situs resmi independen. Informasi masih terbatas, dasar
dan statis.
2. Enhanced : Situs pemerintah meningkat, informasi menjadi lebih dinamis.
Konten dan informasi diperbarui dengan lebih teratur.
3. Interactive : Pengguna dapat men-download formulir, mengirim e-mail ke
pejabat, berinteraksi melalui web dan membuat janji dan permintaan.
4. Transactional : Pengguna dapat benar-benar membayar untuk jasa atau
melakukan transaksi keuangan secara online.
5. Seamless : Integrasi penuh dari pelayanan elektronik yang melintasi batas-
batas administrasi. Jumlah integrasi fungsi elektronik dan jasa melintasi
batas-batas administrasi dan departemen.
Berbagai tahapan atau model pembangunan e-government mencerminkan
transformasi yang dimulai dari sebuah publish informasi (online statis) yang
kemudian berkembang menjadi interaktif dan integrasi (Mundy & Musa, 2010, p.
149).
2.2 Implementasi E-Government di Indonesia
E-Government di Indonesia mulai dilirik sejak tahun 2001 yaitu sejak
munculnya Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2001 tgl. 24 April 2001 tentang
Telematika (Telekomunikasi, Media dan Informatika) yang menyatakan bahwa
aparat pemerintah harus menggunakan teknologi telematika untuk mendukung
11
good governance dan mempercepat proses demokrasi. Namun dalam
perjalanannya inisiatif pemerintah pusat ini tidak mendapat dukungan serta respon
dari segenap pemangku kepentingan pemerintah yaitu ditandai dengan
pemanfaatan teknologi informasi yang belum maksimal. Di Indonesia, e-
government diperlukan untuk transformasi pemerintahan menuju tata kelola yang
demokratis, mendukung kesetimbangan antara pemerintah pusat dan daerah,
fasilitasi komunikasi antara pemerintah pusat dan daerah dan transformasi menuju
era Masyarakat Informasi.
Menurut Nugroho (2007), Tahapan perkembangan implementasi e-
government di Indonesia dibagi menjadi empat :
1. Web Presence, yaitu memunculkan website daerah di internet. Dalam
tahap ini, informasi dasar yang dibutuhkan masyarakat ditampilkan dalam
website pemerintah.
2. Interaction,ele yaitu web daerah yang menyediakan fasilitas interaksi
antara masyarakat dan Pemerintah Daerah. Dalam tahap ini, informasi
yang ditampilkan lebih bervariasi, seperti fasilitas download dan
komunikasi E-mail dalam website pemerintah.
3. Transaction, yaitu web daerah yang selain memiliki fasilitas interaksi juga
dilengkapi dengan fasilitas transaksi pelayanan publik dari pemerintah.
4. Transformation, yaitu dalam hal ini pelayanan pemerintah meningkat
secara terintegrasi.
Pelaksanaan E-Government di Indonesia pada awalnya sebagian besar barulah
pada tahap publikasi situs oleh pemerintah atau baru pada tahap pemberian
informasi. Data Maret 2002 menunjukkan 369 kantor pemerintahan telah
membuka situs mereka. Akan tetapi 24% dari situs tersebut gagal untuk
mempertahankan kelangsungan waktu operasi karena anggaran yang terbatas.
Pada tahun 2003, di era Presiden Megawati Soekarno Putri, Pemerintah
mengeluarkan suatu kebijakan yang lebih fokus terhadap pelaksanaan E-Gov,
melalui Instruksi Presiden yaitu Inpres Nomor 3 tahun 2003. Inpres ini berisi
tentang Strategi Pengembangan E-gov yang juga sudah dilengkapi dengan
berbagai Panduan tentang e-gov seperti: Panduan Pembangunan Infrastruktur
12
Portal Pemerintah; Panduan Manajemen Sistem Dokumen Elektronik Pemerintah;
Pedoman tentang Penyelenggaraan Situs Web Pemda; dan lain-lain.
Demikian pula berbagai panduan telah dihasilkan oleh Depkominfo pada
tahun 2004 yang pada dasarnya telah menjadi acuan bagi penyelenggaraan e-gov
di pusat dan daerah. Dalam Inpres ini, Presiden dengan tegas memerintahkan
kepada seluruh Menteri, Gubernur, Walikota dan Bupati untuk membangun E-
government dengan berkoordinasi dengan Menteri Komunikasi & Informasi. Di
lihat dari pelaksanaan aplikasi e-gov setelah keluarnya Inpres ini maka dapat
dikatakan bahwa perkembangan pelaksanaan implementasi E-Gov masih jauh dari
harapan. Data dari Depkominfo (2005) menunjukkan bahwa hingga akhir tahun
2005 lalu Indonesia baru memiliki:
1. 564 domain go.id;
2. 295 website pemerintah pusat dan pemda;
3. 226 website telah mulai memberikan layanan publik melalui website;
4. 198 website pemda masih dikelola secara aktif.
Beberapa pemerintah daerah memperlihatkan kemajuan cukup berarti. Bahkan
Pemkot Surabaya sudah mulai memanfaatkan e-gov untuk proses pengadaan
barang dan jasa (e-procurement). Beberapa pemda lain juga berprestasi baik
dalam pelaksanaan e-gov seperti: Pemprov DKI Jakarta, Pemprov DI Yogyakarta,
Pemprov Jawa Timur, Pemprov Sulawesi Utara, Pemkot Yogyakarta, Pemkot
Bogor, Pemkot Tarakan, Pemkab Kebumen, Pemkab. Kutai Timur, Pemkab.
Kutai Kartanegara, Pemkab Bantul, Pemkab Malang.
Perkembangan dan pembangunan telematika memasuki babak baru pada awal
tahun 2005 dengan digabungkannya Ditjen Postel yang dahulu berada di bawah
Departemen Perhubungan kedalam Depkominfo. Satriya (2005) melihat
penggabungan tersebut seyogyanya bisa mempercepat gerak pelaksanaan aplikasi
egov di seluruh tanah air dan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk
penyediaan infrastruktur telematika yang sekaligus disinkronkan dengan berbagai
aplikasi prioritas.
Begitu pula dari sisi regulasi, sudah ada Instruksi Presiden (Inpres) No. 3
Tahun 2003 tentang Strategi Pengembangan Egov yang juga sudah dilengkapi
dengan berbagai Panduan tentang egov seperti: Panduan Pembangunan
13
Infrastruktur Portal Pemerintah; Panduan Manajemen Sistem Dokumen
Elektronik Pemerintah; Pedoman tentang Penyelenggaraan Situs Web Pemda; dan
lain-lain. Demikian pula berbagai panduan telah dihasilkan oleh Depkominfo pada
tahun 2004 yang pada dasarnya telah menjadi acuan bagi penyelenggaraan egov di
pusat dan daerah. Sayangnya beberapa peraturan payung yang diharapkan bisa
segera selesai masih belum terwujud, seperti RUU tentang Informasi, dan
Transaksi Elektronik yang masih belum dibahas di DPR.
Dalam bidang kebijakan, kelihatannya pemerintah belum berhasil menyusun
suatu langkah konkrit yang dapat menggerakkan berbagai komponen pemerintah
(lintas sektor) untuk saling bekerja sama membangun dan menjalankan aplikasi
yang memang harus disinergikan. Hingga sekarang pemanfaatan telematika untuk
Kartu Tanda Penduduk, Perpajakan, Imigrasi, dan Kepegawaian yang sangat
dibutuhkan dalam reformasi pemerintahan masih belum terlaksana. Masih
mahalnya tarif Internet, termasuk Broadband, rupanya telah mulai menarik
perhatian Menteri Kominfo.
Indonesia pada saat ini berada dalam proses transisi dari sistem pemerintahan
yang fundamental menuju pada sistem pemerintahan yang demokratis transparan.
Proses transisi ini memberikan peluang bagi penataan ulang berbagai sistem
kehidupan berbangsa dan bernegara dimana pemerintahan dapat kembali
menempatkan kepentingan rakyat pada posisi sentral. Perubahan yang terjadi juga
harus diikuti dengan kelancaran komunikasi dengan lembaga pemerintahan dan
mendorong partisipasi masyarakat luas agar tidak muncul ketidakpastian dan
kesalah pahaman akan perubahan yang terjadi. Pemerintah harus terbuka terhadap
aspirasi masyarakat dan mampu menanggapi semua aspirasi secara cepat dan
efektif.
Tindakan yang indonesia lakukan pun tidak akan lepas dari pengamatan
masyarakat internasional, disinilah pemerintah harus memberikan informasi yang
komprehensif kepada masyarakat luas agar tidak menempatkan indonesia pada
posisi yang salah. Perubahan yang dijalani ini mendorong bangsa menuju era
masyarakat informasi.
Kemajuan teknologi terjadi dengan sangat pesat dan memiliki potensi yang
memudahkan proses pengolahan data dalam skala yang kompleks dan besar. Hal
14
ini tentu mendorong indonesia, terutama ibukota Jakarta untuk turut serta
menyesuaikan diri dengan teknologi yang ada. Kemajuan teknologi
memungkinkan sistem pemerintahan yang transparan dan mendorong bangsa
menuju masyarakat informasi. Melalui pengembangan e-government yang sedang
berlangsung, bangsa diharapkan akan mampu mengoptimalkan pemanfaatan
teknologi informasi yang mencakup beberapa aktivitas yang berkaitan:
1. Pengolahan data, informasi, sistem manajemen dan sistemasi proses kerja
2. Pelayanan publik yang dapat diakses secara mudah dan murah oleh
masyarakat luas
3. Sistem pemerintahan yang transparan untuk menghindari tindakan atau
kejadian yang tidak terduga
Ada beberapa faktor yang menghambat berkembangnya E-Government dalam
pemerintahan Indonesia, menurut Sosiawan (2011) antara lain:
1. Belum adanya standarisasi yang jelas tentang implementasi e-government
dan sosialisasi tentang bagaimana penyelenggaraan situs pemerintah daerah
yang riil dan ideal. Artinya walapun undang-undang, peraturan pemerintah
dan petunjuk pedoman sudah ada namun masing-masing pemda masih
menerjemahkannya secara sendiri-sendiri karena persoalan petunjuk teknis
dan operasionalnya yang tidak jelas dan “ngambang’.
2. Belum tersedianya sumber daya manusia ( SDM) yang memadai atau
minim dari segi skill dan manajerial dalam pengelolaan situs pemda
sehinga masih banyak pemkab dan pemkot yang ragu menerapkan e-gov.
3. Penetrasi pasar hardware dan provider layanan jasa teknologi komunikasi
dan informasi belum merata hingga daerah-daerah, sehingga bukan hanya
masalah dalam suprastrukturnya saja tetapi dalam infrastrukturnya juga
masih kurang memadai. Masalah tersebut juga diperparah dengan masih
mahalnya sarana dan prasarana teknologi ICT.
4. Masih belum meratanya Literacy masyarakat berkaitan dengan
pemanfaatan e-gov karena mayoritas penduduk berada pada garis golongan
menengah ke bawah.
15
Sedangkan menurut Kurniawan (2011) beberapa hambatan yang dialami
dalam implementasi E-Government dapat dinilai dari beberapa aspek. Adapun
aspek-aspek tersebut didapatkan dari hasil pengamatan Kementrian Komunikasi
yang menyimpulkan bahwa mayoritas situs pemerintah Pusat dan pemerintah
Daerah masih terkendala dalam aspek-aspek berikut ini:
1. E-Leadership: prioritas dan inisiatif negara di dalam mengantisipasi dan
memanfaatkan kemajuan teknologi informasi;
2. Infrastruktur Jaringan Informasi: kondisi infrastruktur telekomunikasi serta
akses, kualitas, lingkup, dan biaya jasa akses;
3. Pengelolaan Informasi: kualitas dan keamanan pengelolaan informasi;
4. Lingkungan Bisnis: kondisi pasar, sistem perdagangan, dan regulasi yang
membentuk konteks perkembangan bisnis teknologi informasi;
5. Masyarakat dan Sumber Daya Manusia: difusi teknologi informasi
didalam kegiatan masyarakat baik perorangan maupun organisasi, serta
sejauh mana teknologi informasi disosialisasikan kepada masyarakat
melalui proses pendidikan.
Di dalam lain sisi, Kurniawan juga menyimpulkan bahwa terdapat
sejumlah kelemahan pembentukan e-government di Indonesia, antara lain:
1. Pelayanan yang diberikan situs pemerintah belum ditunjang oleh sistem
manajeman dan proses kerja yang efektif karena kesiapan peraturan,
prosedur dan keterbatasan SDM sangat membatasi penetrasi komputerisasi
ke dalam sistem pemerintah;
2. Belum mapannya strategi serta tidak memadainya anggaran yang
dialokasikan untuk pengembangan e-government;
3. Inisiatif merupakan upaya instansi secara sendiri-sendiri; dengan demikian
sejumlah faktor seperti standardisasi, keamanan informasi,otentikasi, dan
berbagai aplikasi dasar yang memungkinkan interoperabilitas antar situs
secara andal, aman, dan terpercaya kurang mendapatkan perhatian
4. Kesenjangan kemampuan masyarakat untuk mengakses jaringan internet.
Kemajuan teknologi informasi memberikan manfaat yang besar bagi
kesejahteraan masyarakat. Terutama pada era globalisasi sekarang ini, kemajuan
teknologi diperlukan dan dimanfaatkan dalam segala bidang. Salah satunya adalah
16
pelayanan pemerintah kepada publik. Kemajuan teknologi komunikasi dan
informasi yang pesat serta potensi pemanfaatannya secara luas, membuka peluang
bagi pengaksesan, pengelolaan dan pendayagunaan informasi dalam volume yang
besar secara cepat dan akurat. Selain itu pemanfaatan teknologi komunikasi dan
informasi dalam proses pemerintahan akan meningkatkan efisiensi, efektifitas,
transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan, yang sering disebut
dengan e-government (electronic government) atau sering disingkat dengan e-gov.
Dengan adanya e-government, pelayanan bisa lebih cepat dan praktis,
mengingat jumlah penduduk Indonesia yang makin bertambah tiap tahunnya.
Namun pada kenyataannya e-gov sering tidak dapat berjalan dengan lancar, baik
di pemerintahan pusat maupun di beberapa pemerintahan daerah. E-gov sering
diidentikan dengan suatu proyek sehingga bagi beberapa kepala daerah
(pemerintah daerah) berasumsi bahwa untuk mengimplementasikan e-gov pasti
membutuhkan biaya yang besar dan belum tentu dapat bertahan lama karena ada
beberapa daerah yang sudah mengimplementasikan e-gov dengan sistem proyek,
setelah proyek tersebut selesai, e-gov pun selesai (tidak berfungsi lagi). Dalam
mengimplementaiskan e-gov, ada beberapa kendala yang harus dihadapi. Antara
lain:
1. Belum ada komitmen dari kalangan elite politik, dalam hal ini yaitu kepala
daerah (pemerintah daerah) untuk melaksanakan e-gov dalam memberikan
pelayanan prima kepada masyarakat. Jadi, meskipun sudah tersedia dana
dan aparat yang kompeten dalam bidang teknologi informasi, e-gov tidak
akan terlaksana.
2. Faktor Sumber Daya Manusia, Karena e-gov pada awalnya dilaksanakan
dengan sistem proyek dan tidak adanya transformasi pengetahuan kepada
aparat yang berwenang (bertugas sebagai operator yang mengupdate data),
maka setelah proyek tersebut selesai, aparat tersebut kurang mampu untuk
mengoperasikan programnya sehingga data yang tersedia tidak update lagi.
Kemudian karena kurangnya kesadaran dari beberapa aparat di dinas-dinas
setempat, maka aparat yang bertugas sebagai operator yang mengupdate
data harus turun sendiri ke lapangan untuk mencari data yang diperlukan.
17
Salah satu poin penting di dalamnya yakni pemerintahan yang berbasis
elektronik (E-Government) nyatanya dipandang masih tertinggal cukup jauh
dibandingkan negara lain di kawasan Asia Tenggara. Salah satu isunya yakni
masih tidak meratanya daya saing penyelenggaraan E-Government di seluruh
wilayah Indonesia. Seperti yang dikatakan oleh Kepala Deputi BPPT Bidang
Teknologi Informasi Energi dan Material (TIEM), Hammam Riza dalam
pemberitaan CNN Indonesia, dirinya merujuk pada survey yang dilakukan oleh
PBB yang berjudul E-Government Survey 2014, yang di dalamnya menempatkan
Indonesia pada peringkat 106 dari 193 negara di dunia soal pengadopsian
pemerintahan yang berbasis digital ini. Dirinya menilai, meski Indonesia telah
cukup lama ‘mencoba’ untuk mengadopsi langkah ini, namun tak ada peraihan
peringkat yang signifikan dalam skala global. Meskipun selama dua dekade
Indonesia mengembangkan E-Goverment, akan tetapi peringkat kita secara global
masih jauh. Salah satu isu utama dari persoalan ini ialah tidak adanya sistem E-
Government yang merata di setiap daerah, alhasil kesenjangannya mungkin cukup
besar. Ada banyak desa atau kabupaten dan kota yang penyelenggaraan e-
government sangat baik, tapi survei yang dilakukan PBB melihat secara
keseluruhan dan wilayah Indonesia masih banyak yang belum menerapkan prinsip
e-goverment sepenuhnya.
Inti masalah sebenarnya cukup ‘klasik’, yakni pemerataan jaringan internet
di seluruh wilayah Indonesia yang menjadi masalah utama di negeri ini.
Cukup adil rasanya jika penerapan E-Government yang merata akan bisa terwujud
jika jaringan internet juga tersedia sampai tingkat desa. Kemudian transparansi
yang dilakukan pemerintah sendiri sebenarnya sudah mulai ditunjukkan dengan
beberapa langkah yang dilakukan, di antaranya mulai dibukanya portal data
pemerintah Indonesia Portal.id yang bisa dimanfaatkan untuk mengawasi kinerja
pemerintah, serta beberapa dukungan terkait pemanfaatan open data dalam ajang
kreasi hackathon yang sempat diadakan beberapa waktu lalu. Di samping itu, jelas
masih banyak manfaat positif lain jika penerapan E-Government ini digenjot di
waktu mendatang. Seperti misalnya saja, dalam skala nasional, manfaat terdekat
yang paling bisa dirasakan ialah pelayanan publik yang tentu akan semakin prima
lewat solusi digital. Sebagai contoh saja, fungsi e-KTP yang hingga detik ini tak
18
kunjung memiliki fungsi yang jelas di masyarakat, bisa mulai diterapkan demi
kemajuan masyarakat bersama.
2.3 Analisis Peran E-Government dalam Mewujudkan Good Governance
2.3.1 Urgensi Good Governance
Upaya memperbaiki penyelengaraan pe¬merintahan di Indonesia bukanlah
hal baru, beberapa kegiatan telah pernah dilakukan antara lain Program Pelayanan
Prima yang diprakarsai oleh Kementerian PAN. Istilah Good Governance sendiri
muncul bersamaan dengan program-pro¬gram yang didukung lembaga luar,
namun tidak berarti kegiatan yang dilaksanakan bukan kegia¬tan yang merupakan
aspirasi masyarakat, Keinginan masyarakat untuk memperoleh peme¬rintahan
yang baik (Good Governance) sudah ada sejak dahulu, bahkan sebagian
masyarakat memimpikan dipimpin oleh “Ratu Adil’ yang dipercaya akan
memimpin dengan mementingkan kepentingan masyarakat dan mencapai
kemakmuran. Jadi adanya Tata Pemerintahan yang baik bukan merupakan kondisi
yang diharapkan dari luar namun menjadi impian masyarakat banyak. Pada
hakekatnya tujuan tata kepemerintahan yang baik (good governance) adalah
tercapainya kondisi pemerintahan yang dapat menjamin kepentingan/pelayanan
publik secara seimbang dengan melibatkan kerjasama antar semua komponen
pelaku (negara, masyarakat madani, lembaga-lembaga masyarakat, dan pihak
swasta). Paradigma tata kepemerintahan yang baik menekankan arti penting
kesejajaran hubungan antara institusi negara, pasar, dan masyarakat. Semua
pelaku harus saling mengetahui apa yang dilakukan oleh pelaku lainnya serta
membuka ruang dialog agar para pelaku saling memahami perbedaan-perbedaan
di antara mereka. Melalui proses tersebut diharapkan akan tumbuh konsensus dan
sinergi dalam penerapan program-program tata kepemerintahan yang baik di
masyarakat.
Ada empat belas karakteristik yang dapat terhimpun dari telusuran wacana
good governance (http://good-governance.bappenas.go.id), yaitu: (1) Wawasan ke
depan (visionary); (2) Keterbukaan dan Transparansi (openness and
trans¬parency); (3) Partisipasi Masyarakat (participa¬tion); (4)
Akuntabilitas/Tanggunggugat (accounta¬bility); (5) Supremasi Hukum (rule of
law): (6) Demokrasi (democracy); (7) Profesionalisme dan Kompetensi
19
(profesionalism and competency); (8) DayaTanggap (responsiveness); (9)
Keefisienan dan Keefektifan (efficiency and effecti¬veness); (10) Desentralisasi
(decentralization); (11) Kemitraan dengan Swasta dan Masyarakat (private and
civil society partnership); (12) Komitmen pada Pengurangan Kesenjangan
(com¬mitment to discrepancy reduction); (13) Komitmen pada Pasar yang fair
(commitment to fair market); dan (14) Komitmen pada Lingkungan Hidup
(commitment to environmental protection);
Kemajuan teknologi informasi (komputer dan telekomunikasi) terjadi
sedemikian pesatnya sehingga data, informasi dan pengetahuan dapat diciptakan
dengan sangat cepat dan dapat segera disebarkan ke seluruh lapisan masyarakat di
berbagai belahan dunia dalam hitungan detik. Hal ini berarti bahwa setiap
individu di berbagai belahan dunia dapat saling berkomunikasi kepada siapapun
yang dikehendakinya. Buah dari kemajuan pesat teknologi informasi ini dapat
mempengaruhi bagaimana pemerintahan di masa modem ini harus bersikap secara
benar dan efektif mereposisikan perananannya dalam melayani masyarakatnya.
Secara umum pengimplementasian e-government diyakini akan
memperbaiki kinerja pengelolaan pemerintahan di Indonesia. Maraknya korupsi di
Indonesia dan rendahnya kepercayaan investor asing terhadap pemerintah
Indonesia menunjukkan rendahnya kualitas manajemen pemerintahan Indonesia.
Karena itu, diperlukan suatu manajemen pemerintah yang sangat menonjolkan
unsur transparansi, sebagai salah factor penting untuk menghilangkan KKN
(kolusi, kompsi, nepotisme) di pemerintahan. Rendahnya transparansi ini
menyebabkan sukarnya mekanisme pengawasan berjalan dengan lancar.
Salah satu solusi dan alternatif yang menjanjikan untuk menciptakan transparansi
adalah sistem pengelolaan pemerintahan secara elektronik atau electronic
government (e-government). Pengelolaan lembaga/instansi secara elektronik baik
untuk swasta maupun pemerintahan selain mcningkatkan transparansi, juga bisa
mening-katkan efisiensi (menurunkan biaya dan meningkatkan
efektivitas/meningkatkan daya hasil). Saat ini cukup banyak negara yang sudah
menerapkan e-government. Di antaranya adalah Singapura, Australia, AS, Jerman,
Inggris, Malaysia, Taiwan, dan Selandia Baru
20
2.3.2 Hambatan dan Tantangan Mewujudkan Good Governance melalui E-
Government
Hambatan penerapan e-government dapat lihat misalnya dari hasil
pengamatan yang dilakukan Kementerian Komunikasi yang menyimpul-kan
bahwa mayoritas situs pemerintah Pusat dan pemerintah Daerah masih berada
pada tingkat persiapan (pertama) apabila ditinjau dari sejumlah aspek: (1) E-
Leadership: prioritas dan inisiatif negara di dalam mengantisipasi dan
memanfaatkan kemajuan teknologi informasi; (2) Infrastruktur Jaringan
Informasi: kondisi infrastruktur telekomunikasi serta akses, kualitas, lingkup, dan
biaya jasa akses; (3) Pengelolaan Informasi: kualitas dan keamanan pengelolaan
informasi; (4) Lingkungan Bisnis: kondisi pasar, sistem perdagangan. dan regulasi
yang membentuk konteks perkembangan bisnis teknologi informasi; (5)
Masyarakat dan Sumber Daya Manusia: difusi teknologi informasi didalam
kegiatan masyarakat baik perorangan maupun organisasi, serta sejauh mana
teknologi informasi disosialisasikan kepada masyarakat melalui proses pendidikan
(Kurniawan, 2006).
2.3.3 Peran E-Government dalam Mewujudkan Good Governance
Berbagai masalah yang dihadapi Indonesia dalam menerapkan e-
government, di antaranya adalah masih kurangnya infrastruktur yang ada, masalah
sumber daya manusia dan lain-lain. Namun demikian. karcna penerapan e-govern-
ment sudah menjadi tuntutan masyarakat untuk mcndapatkan layanan yang lebih
baik dan juga karena tuntutan penerapan otonomi daerah, maka pemerintah (pusat
atau daerah) harus segera menerapkannya dengan segala keterbatasan yang ada.
Menurut Rasyid (2000), dalam rangka penerapan good governance dan e-
government, terdapat empat prinsip dasar yang perlu diperhatikan yaitu: kepastian
hukum, keterbukaan, akuntabilitas, dan profesionalitas untuk peningkatan layanan
dan pemberdayaan masyarakat. Sedangkan menurut Hardijanto (2000) bahwa
peningkatan pelayanan kepada masyarakat harus terus menerus diusahakan
perubahan peran dengan cara optimalisasi standar pelayanan dengan prinsip cepat,
tepat, memuaskan, transparan dan non diskriminatif serta menerapkan prinsip-
prinsip akuntabilitas, dan pertimbangan efisiensi (http://www.bogor.net/idkf/idkf-
2/wawancara).
21
Implementasi e-government yang diyakini mampu mengurangi peluang
penyalahgunaan wewenang dan mengurangi biaya operasional pemerintah sudah
semakin mendesak untuk segera diterapkan. Namun demikian, sebagaimana
diuraikan di atas, berbagai persoalan baik teknis maupun kemampuan sumber
daya manusia (SDM) masih menghambat. Karena e-government lebih mendasar
dari sekedar komputerisasi dan otomatisasi layanan. Penerapannya amat
ditentukan seberapa serius pemerintah mengurangi birokrasi yang selama ini
identik dengan uang (Bisnis Indonesia, 25/01/2001).
Setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan pentingnya “E-
Government” dalam pembangunan masyarakat jaringan (network society): (1)
Elektronisasi komunikasi antara sektor publik dan masyarakat menawarkan
bentuk baru partisipasi dan interaksi keduanya. Waktu yang dibutuhkan menjadi
lebih singkat, disamping tingkat kenyamanan pelayanan juga semakin tinggi. Di-
samping itu bentuk transaksi baru ini akan menyebabkan tingginya tingkat
pemahaman dan penerimaan masyarakat terhadap tindakan yang dilakukan oleh
pemerintah; (2) Cyberspace dalam pelayanan publik memungkinkan penghapusan
struktur birokrasi dan proses klasik pelayanan yang berbelit-belit. Tujuan realistis
yang hendak dicapai melalui cyberspace adalah efisiensi pelayanan dan
penghematan finansial. Disamping itu, informasi online dalam pelayanan publik
dapat meningkatkan derajat pengetahuan masyarakat mengenai proses dan
persyaratan sebuah pelayanan publik; (3) E-government menyajikan juga
informasi-informasi lokal setempat. Penggunaan internet dalam sektor publik
akan memungkinkan kemampuan kompetisi masyarakat lokal dengan
perkembangan internasional dan global.
Dalam rangka implementasi e-government, tentu saja ada beberapa
prioritas utama yang akan dilaksanakan, karena tidak semua jenis layanan dapat
difasilitasi dengan internet atau dilayani melalui internet, baik karena keterbatasan
infrastrukturnya maupun SDM-nya, terutama publik yang akan melakukan
berbagai transaksi layanan atau yang membutuhkan layanan. Menurut Abidin
(2000), ada beberapa prioritas utama dalam melakukan implementasi e-govern-
ment, antara Iain: (1) Pemulihan ekonomi (dapat mendorong kegiatan investasi,
pengembangan sistem informasi untuk arus investasi, dan ke-lanjutan EDI. EDI:
22
Electronic Data Interchange, adalah suatu bentuk pertukaran informasi
perdagangan melalui jaringan privat (tidak memanfaatkan internet) dan biasanya
digunakan di pelabuhan dan bea cukai. Dengan memanfaatkan E-Government,
diharapkan implementasi EDI dapat lebih ditingkatkan dengan memanfaatkan
teknologi internet untuk memperlancar kegiatan ekspor/impor melalui pelabuhan
laut/udara). (2) Layanan masyarakat umum, misalnya SIMTAP (Sistem Informasi
Manajemen Satu Atap). (3) Aplikasi fungsional tiap departemen (pengembangan
data hasil pengelolaan data potensi di tiap daerah yang dapat diolah dalam bentuk-
bentuk yang informatif, misalnya grafik yang harus tersedia untuk perencanaan di
daerah, pendaftaran paten dan hak cipta produk-produk pengembangan dari
daerah, dan lain-lain).
2.4 Pembentukan Masyarakat Informasi
Masyarakat mengandung pengertian tentang suatu kesatuan kelompok
yang berhimpun dan bersatu dalam wadah baik bentuk organisasi formal maupun
non-formal yang menempati tempat tertentu, mempunyai ciri-ciri seperti adanya
ikatan dan mempunyai kesamaan-kesamaan atas beberapa hal. Setiap kelompok
masyarakat selalu berusaha untuk mempertahankan eksistensinya dan
mengembangkan agar tidak tersingkirkan (Sutomo,2005).
Informasi merupakan data-data yang diolah melalui sistem pengelola
sehingga memiliki arti dan bernilai bagi seseorang. Selain itu, informasi dapat
diartikan juga sebagai ilmu pengetahuan yang terus berkembang sejalan dengan
usaha dan kemampuan manusia sesuai kegunaanya. Dalam perkembangannya,
informasi sering dikaitkan dengan teknologi komputer dan perangkatnya. Disadari
atau tidak, dinamika informasi yang terjadi membawa perubahan bagi masyarakat.
Masyarakat yang mendapatkan kesempatan dan akses informasi secara
cepat dan tepat akan jauh lebih maju dibandingkan mereka yang kurang mendapat
pengetahuan infrmasi . Misi utama masyarakat informasi adalah mewujudkan
masyarakat yang sadar tentang pentingnya informasi, ilmu pengetahuan dan
teknologi, terciptanya suatu layanan informasi yang terpadu, terkoordinasi dan
terdokumentasi serta tersebarnya informasi ke masyarakat luas secara cepat, tepat
dan bermanfaat. Masyarakat informasi ditandai dengan adanya perilaku informasi
yang merupakan keseluruhan perilaku manusia yang berhubungan dengan sumber
23
dan saluran informasi, dengan tujuan tertentu sebagai akibat adanya kebutuhan
untuk memenuhi tujuan tertentu, perilaku mencari informasi yang ditujukan
seseorang ketika berinteraksi dengan sistem informasi, dan perilaku pengguna
informasi yaitu perilaku yang dilakukan seseorang ketika menggabungkan
informasi yang ditemukannya dengan pengetahuan dasar yang sudah ia miliki
sebelumnya.
Informasi menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia. Masyarakat
yang mendapat kesempatan lebih dulu, akses lebih luas dan tepat waktu akan
dapat mengurus dan mengatur dunia. Sementara kelompok masyarakat yang tidak
atau kurang memperolehi kesempatan dan akses informasi yang mereka butuhkan
secara memadai akan jauh tertinggal.
Faktor-faktor penentu pembentukan masyarakat informasi adalah :
1. Kemajuan dalam pendidikan, dengan kemampuan baca tulis dan
pembelajaran orang bisa menguasai pengetahuan. Akses terhadap
informasi pilihan yang memilki nilai guna, berasal dari keaktifan dalam
mencari informasi, biasanya meelalui kebiasaan membaca. Salah satu
budaya yang menyertai masyarakat informasi adalah tingginya budaya
baca. Budaya diawali dari sesuatu yang sering atau bisa diperoleh dari
membaca diantaranya menguasai ilmu pengetahuan secara luas,
meningkatkan kemampuan agar meningkatnya taraf hidup, mengatasi
masalah, serta mempertajam pandangan.
2. Perubahan karakteristik pola kerja, orang selalu mencari informasi dan
pengetahuan agar bisa bekerja dengan cepat, efektif dan efesien.
3. Perubahan dalam cara menyebarkan pengetahuan, mulai dari konvensional
kepada penyebaran informasi yang menggunakan alat-alat canggih.
4. Perubahan dalam cara mencari pengetahuan, semakin besarnya rasa ingin
tahu pada diri seseorang sehingga berupaya untuk mendapatkan informasi
dengan spesifik.
5. Kemajuan dalam penciptaan alat-alat untuk menyebarkan dan mengases
pengetahuan baru.
24
Kelima faktor tersebut diatas berorientasi pada kebutuhan untuk
mendapatkan informasi sesuai keinginan dan kebutuhan pencari informasi, dengan
ciri-ciri masyarakat informasi seperti:
1. Sumber informasi terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
2. Adanya kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya informasi dalam
berbagai aktivitas kehidupan.
3. Berkembangnya lembaga-lembaga perpustakaan, dokumentasi dan
informasi secara merata.
4. Terbukanya pandanagan dan wawasan masyarakat dalam pmanfaatan
teknologi informasi secara tepat guna.
5. Kemajuan sumber daya manusia, informasi dan fisik yang memanfaatkan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
6. Informasi dikelola dengan baik, disajikan tepat waktu dan dikemas dengan
teknologi dapat dikembangkan sebagai suatu komoditi yang bernilai
ekonomis.
Jika ditinjau dari sumber daya dan infrastruktur, unsur dari masyarakat
informasi itu harus memilki, yaitu:
1. Infrastruktur jaringan telekomunikasi yang terjangkau oleh masyarakat.
2. Masyarakat pemakai dan penyedia informasi.
3. Sumber daya manusia yang terampil dalam teknologi informasi.
4. Industri-industri teknologi informasi yang beragam.
5. Otoritas yang mengatur tentang teknologi informasi .
Dari penjelasan diatas, pembentukan masyarakat tradisional menjadi
masyarakat informasi yang berbasis pengetahuan harus melewati tahapan-tahapan
perkenalan kepada masyarakat tentang oprasionalisasi teknologi informasi dan
penyelesaian atau pemilihan terhadap informasi yang bersifat mmberdayakan
masyarakat sehingga meningkatkan taraf hidup, penegetahuan dan keahlian
masyarakat.
2.4.1 Faktor Pendorong Masyarakat Informasi
Masyarakat informasi terbentuk atas beberapa faktor yang berdampak
terjadinya evolusi dimasyarakat tersebut, serta mulainya kebutuhan informasi
25
yang tinggi setelah sekian lama berada pada fase masyarakat industri, faktor-
faktor terbentuknya masyarakat informasi adalah :
1. Dinamika informasi dan komunikasi.
2. Perkembangan teknologi komputer.
3. Perkembangan teknologi komunikasi.
Perkembangan teknologi komputer dan teknologi informasi sekarang lebih
dikenal dengan perkembangan ICT atau Information and Communication
Technology yang berkembang di negara industri. Dua teknologi yang
mempercepat pergerakan informasi dimasyarakat yang kemudian menjadi ciri dari
masyarakat maju seperti, penggunaan TV, telepon, komputer. Suatu kejadian
ditempat yang sangat jauh dapat seketika diketahui oleh masyarakat (real time)
dan pada saat itu juga (real time).
Dinamika saat ini, kita memang tergantung kepada informasi, dan
sekarang kita juga tergantung kepada teknologi penyimpanan informasi.
Teknologi komputer dan teknologi informasi telah memberikan jawaban terhadap
kebutuhan teknologi penyimpanan informasi tersebut. Bahkan komputer
merupakan teknologi yang lebih dari sekedar teknologi penyimpanan informasi,
pemeroses analisis, dan bahakan dapat mengkomunikasikan kepada komputer
lain. Inilah kelebihan komputer dalam menangani informasi.
Ada beberapa elemen yang harus diperhatikan untuk memasuki
masyarakat informasi, diantaranya :
1. Masyarakat yang tidak buta huruf.
2. Pemanfaatan komputer.
3. Infrastruktur telekomunikasi.
4. Industri percetakan yang maju.
5. Industri TV dan Radio yang maju.
6. Minat baca yang tinggi.
7. Sistem perpustakaan yang maju.
Saat ini, hampir semua pergerakan informasi dilakukan dengan
menggunakan teknologi komputer. Komputer bahkan dapat digunakan untuk
menerima siaran televisi, transaksi perbankan, transaksi perdaganagan, ekspor
impor, input data, dan lain sebagainya.
26
Untuk memasuki masyarakat informasi, kemungkinan realisasi tersebut
akan menimbulkan permasalahan. Munculnya permasalahan itu dikarenakan
adanya kemiskinan, keterbelakangan pendidikan, tidak terampil, dan
ketidasadaran masyarakat akan pentingnya teknologi.
2.4.2 Teknologi Komunikasi dalam Masyarakat Informasi
Teknologi komunikasi dan infromasi saat ini semakin maju, baik software
maupun hardware. Kemajuan ini membentuk sebuah masyarakat informasi.
Seperti yang telah dijelaskansebelumnya, masyarakat informasi merupakan
masyarakat yang menjadikan informasi sebagai penunjang utama sebuah
kehidupan.Teknologi yang dijadikan sebagai teknologi utama masyarakat
informasi yaitu komputer. Komputer merupakan bukti perkembangan suatu
teknologi. Dengan munculnya komputer inimenyebabkan berkembangnya
teknologi komunikasi dan teknologi informasi di kalanganmasyarakat, khususnya
masyarakat informasi.
Masyarakat Informasi menghadapkan pada tantangan-tantangan baru dan
kesempatan perkembangan-perkembangan menuju seluruh area dari masyarakat.
Teknologi membantu kitauntuk membuat koneksi-koneksi baru. Koneksi-koneksi
dimana tantangan tradisional menerimaapa yang mungkin, dan ketika hal tersebut
menjadi mungkin. Perkembangan masyarakat informasi telah menjadi bagian
penting untuk masyarakat informasi sebagai ekonomi kecil yangterbuka di dalam
pengembangan jaringan ekonomo global, dimana pengetahuan berbasis pada
inovasi yang menjadi kunci sumber dari penopang keuntungan yang kompetitif.
Pada tahap masyarakat informasi, teknologi komunikasi merupakan sebuah
kebutuhan. Dasar karya untuk masyarakat informasi telah diletakkan dengan baik
pada awal 1970an, yang meningkatkan kepekaan kalangan bisnis, intelektual, dan
masyarakat jepang terhadap nilai teknologi dan produk informasi sebagai jalan
yang paling tepat untuk mengembangkan masa depan. Membicarakan teknologi
komunikasi dalam masyarakat informasi tidak terlepas dari teknologi informasi.
Berkembangnya teknologi informasi memicu cara baru dalam kehidupan dimulai
sampi dengan berakhir, kehidupan seperti ini dikenal dengan e-life, artinya:
kehidupan ini sudah dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan elektronik.
27
Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan Electronic Government menyatakan bahwa
Pengembangan Electronic Government (E-Gov) merupakan upaya untuk
mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis (menggunakan)
elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan
efisien. Melalui pengembangan Electronic Government (E-Gov) dilakukan
penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan
mengoptimasikan pemanfaatan teknologi informasi. Pemanfaatan teknologi
informasi tersebut mencakup 2 (dua) aktivitas yang berkaitan yaitu :
1. Pengolahan data, pengelolaan informasi, sistem manajemen dan proses
kerja secara elektronis.
2. Pemanfaatan kemajuan teknologi informasi agar pelayanan publik dapat
diakses secara mudah dan murah oleh masyarakat di seluruh wilayah
negara.
Oleh karena itu, diterapkannya konsep e-goverment bagi suatu negara
dapat memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholdernya
(masyarakat, kalangan bisnis, dan industri) terutama dalam hal kinerja efektifitas
dan efesiensi diberbagai bidang kehidupan bernegara. Memperbaiki transparasi,
kontrol, dan akuntabilitas penyelengaraan pemerintahan dalam rangka penerapan
konsep good corporate governance. Mengurangi secara singnifikan total
administrasi, relasi dan interaksi yang dikeluarkan pemerintah maupun
stakeholder untuk keperluan aktivitas sehari-hari. Memberikan peluang bagi
pemerintah untuk mendapatkan sumber-sumber pendapatan baru melalui
interaksinya dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Menciptakan suatu
lingkungan masyarakat baru yang dapat secara tepat menjawab berbagai
permasalahan yang dihadapi sejalan dengan berbagai perubahan global dan trend
yang ada, serta meemperdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra
pemerintah dalam proses pengambilan berbagai kebijakan publik secara merata
dan demokratis.
28
2.5 Aplikasi Sistem Informasi
2.5.1 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan – Decision Support Systems
(DSS)
Sistem pendukung pengambilan keputusan kelompok (DSS) adalah sistem
berbasis komputer yang interaktif, yang membantu pengambil keputusan dalam
menggunakan data dan model untuk menyelesaikan masalah yang tidak
terstruktur. Sistem pendukung ini membantu pengambilan keputusan manajemen
dengan menggabungkan data, model-model dan alat-alat analisis yang komplek,
serta perangkat lunak yang akrab dengan tampilan pengguna ke dalam satu sistem
yang memiliki kekuatan besar (powerful) yang dapat mendukung pengambilan
keputusan yang semi atau tidak terstruktur. DSS menyajikan kepada pengguna
satu perangkat alat yang fleksibel dan memiliki kemampuan tinggi untuk
menganalisis data penting.
Jenis DSS yang memberikan dukungan yang sedikit lebih tinggi
memungkinkan baginya menganalisis seluruh isi file mengenai tingkat
penyerapan anggaran pada unit-unit lain yang terkait. Contohnya adalah laporan
gaji bulanan pegawai yang disiapkan dari file gaji. Dukungan yang lebih lagi
diberikan oleh sistem yang menyiapkan laporan total penyerapan anggaran biaya
pegawai dan tunjangan-tunjangan yang diterimanya yang diolah dari berbagai file
sistem penggajian. DSS juga memungkinkan para manajer untuk melihat dampak-
dampak Tingkat Dukungan Pemecahan Masalah Sistem Informasi Manajemen
yang mungkin timbul dari berbagai keputusan yang diambil yang disebut model
yang dapat memperkirakan dampak sebuah keputusan. Sebagai contoh: Para calon
Bupati/Walikota suatu daerah dalam rangka suatu Pilkada menjanjikan akan
menggratiskan biaya pendidikan sampai tingkat tertentu atau menggratiskan biaya
pengobatan ditingkat Puskemas, maka dampak keputusan tersebut diperkirakan
jumlah pemilih akan meningkat secara signifikan, atau justru para pemilih sama
sekali tidak mempercayainya karena hanya dianggap sebagai janji kosong belaka.
Model tersebut tidak dapat menentukan apakah janji kampanye tersebut
merupakan suatu keputusan terbaik, mereka hanya dapat menentukan apa yang
mungkin terjadi jika keputusan itu dibuat. DSS dimaksudkan untuk melengkapi
sistem informasi manajemen dalam meningkatkan pengambilan keputusan. Sistem
29
informasi manajemen terutama menyajikan informasi mengenai kinerja aktivitas
untuk membantu manajemen memonitor dan mengendalikan kegiatan. Sistem
informasi manajemen ini umumnya menghasilkan pelaporan yang terjadwal
secara reguler dan tetap, berdasarkan data yang diperoleh dan diikhtisarkan dari
sistem pemrosesan kegiatan atau transaksi yang dilaksanakan. Format atau bentuk
dari pelaporan-pelaporan ini umumnya sudah ditentukan sebelumnya (baku)
penggunanya data atau informasi untuk pengambilan keputusan yang sudah pasti
dan tetap (terstruktur atau rutin), maka DSS menyajikan seperangkat kemampuan
untuk keputusan yang sifatnya tidak terstruktur, di mana DSS lebih menekankan
pada pengambilan keputusan atas situasi yang dengan cepat mengalami
perubahan, kondisi yang memerlukan fleksibilitas, dan berbagai keputusan untuk
respon yang segera.Ada dua tipe DSS yang dikenal, yaitu: Model-driven DSS dan
Data-driven DSS. Jenis DSS yang pertama merupakan suatu sistem yang berdiri
sendiri terpisah dari sistem informasi organisasi secara keseluruhan. DSS ini
sering dikembangkan langsung oleh masing-masing pengguna dan tidak langsung
dikendalikan dari divisi sistem informasi. Kemampuan analisis dari DSS ini
umumnya dikembangkan berdasarkan model atau teori yang ada dan kemudian
dikombinasikan dengan tampilan pengguna yang membuat model ini mudah
untuk digunakan.
Contoh dari model-driven DSS ini yang dipergunakan diperusahaan
pelayaran yaitu voyage estimating decision support systems. DSS ini mempunyai
kemampuan/kapabilitas untuk menghitung rincian pelayaran baik untuk masalah
keuangan maupun perhitungan teknis. Jenis DSS yang kedua, data-driven DSS,
menganalisis sejumlah besar data yang ada atau tergabung di dalam sistem
informasi organisasi. DSS ini membantu untuk proses pengambilan keputusan
dengan memungkinkan para pengguna untuk mendapatkan informasi yang
bermanfaat dari datayang tersimpan di dalam database yang besar.
Banyak organisasi atau perusahaan mulai membangun DSS ini untuk
memungkinkan para pelanggannya memperoleh data dari website-nya atau data
dari sistem informasi organisasi yang ada. Decision Support Systems meliputi
berbagai komponen yang termuat di dalam sistem pendukung ini, yaitu: • DSS
database: Kumpulan data berjalan atau historis dari sejumlah aplikasi. Komponen
30
ini digunakan untuk menanyakan dan menganalisis data. Database ini dapat
berupa PC database atau massive database. • DSS software system: Kumpulan
dari perangkat lunak yang digunakan untuk menganalisis data, seperti: On-Line
Analytical Processing (OLAP) tools, datamining tools, atau kumpulan dari model-
model matematika dan analisa yang mudah untuk diakses oleh para pengguna
DSS. Model ini dapat berupa model fisik (model rancangan ruang kerja, taman,
dan model pesawat terbang), model perhitungan matematika (seperti: persamaan,
alogaritma, anuitas, cicilan bunga kredit), atau model verbal (seperti: deskripsi
suatu prosedur untuk penulisan suatu perintah kerja/order). Masing-masing DSS
dibangun untuk seperangkat tujuan tertentu dan akan menghasilkan berbagai
kumpulan model tergantung pada kebutuhan dan tujuannya.
DSS banyak diterapkan di organisasi-organisasi yang sudah mapan.
Banyak cara yang digunakan untuk menerapkan DSS untuk membantu
mempertajam proses pengambilan keputusan. Kapabilitas yang melekat pada DSS
sangat membantu organisasi-organisasi yang menggunakannya untuk
memungkinkan terciptanya koordinasi proses kegiatan baik internal maupun
eksternal dengan cara yang lebih akurat. Berikut beberapa contoh organisasi atau
perusahaan yang memanfaatkan DSS dalam aktivitas operasi atau usaha yang
dilaksanakan:Jenis Industri Tujuan Penerapan DSS Industri Asuransi Menentukan
pola penutupan asuransi dan deteksi kemungkinan kecurangan (fraud). Industri
Perbankan Memperbarui profil atau data nasabah. Perusahaan Manufaktur
Menentukan kebutuhan persediaan bahan baku yang paling optimal dan efisien.
2.5.2 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Eksekutif/Executive
Support Systems (ESS)
Istilah eksekutif dalam pembahasan ini diterapkan untuk pengertian yang
agak bebas. Tidak terdapat suatu garis batas yang jelas memisahkan eksekutif dari
para pimpinan atau manajer lain. Istilah ini digunakan\untuk mengidentifikasi
manajer pada tingkat atas dari hierarki organisasi yang berpengaruh kuat dalam
sebuah institusi/lembaga/departemen. Dalam sistem pendukung pengambilan
keputusan eksekutif istilah executive support system (ESS) sering dipertukarkan
dengan executive information system (EIS). Namun, ada juga yang membedakan
keduanya. Jika dibedakan, EIS sering didefinisikan sebagai sistem informasi
31
berbasis komputer yang menyajikan kebutuhan informasi eksekutif puncak.
Sistem ini memberikan akses cepat atas informasi dan laporan manajamen. ESS
dibangun terutama untuk menyajikan gambaran operasional suatu organisasi;
melayani kebutuhan informasi eksekutif puncak; menyajikan tampilan yang akrab
di pengguna, sesuai dengan tipe keputusan individu, menyajikan penelusuran dan
pengendalian yang tepat waktu dan efektif; menyajikan akses cepat atas informasi
rinci dengan teks, angka, atau grafik; mengindentifikasikan masalah; serta
menyaring, mengkompres, dan melacak data dan informasi kritikal.
Karakteristik utama yang dimiliki ESS adalah kemampuan melihat rincian,
menginformasikan faktor keberhasilan kritikal (critical success factors), akses
status, analisis, pelaporan eksepsi (exception reporting), penggunaan warna,
navigasi informasi, dan komunikasi. Satu kemampuan utama ESS adalah
kemampuan menyajikan data rinci atas informasi ringkas. Sebagai contoh,
seorang eksekutif puncak dapat memantau kemajuan fisik proyek pembangunan
gedung dari waktu ke waktu bahkan sampai ke detail pekerjaan yang sedang
dikerjakan. Kemudian jika terjadi suatu rencana penyelesaian pekerjaan yang
tidak sesuai jadwal langsung dapat dicari penyebabnya, dengan ESS, sang
eksekutif tersebut dapat melihat peta jalur distribusi bahan baku sampai ke lokasi,
dan faktor penghambat dapat segera diidentifikasi. Faktor keberhasilan kritikal
dapat dimonitor dengan lima tipe informasi, yaitu narasi masalah kritikal, diagram
penjelas, keuangan tingkat puncak, faktor kunci, dan laporan pertanggungjawaban
terinci.
Dengan status akses, top eksekutif dapat memantau data atau laporan
terakhir mengenai indikator kunci melalui jaringan kapan saja. Pemantauan dapat
dilakukan secara harian atau setiap jam. Kemampuan analisis kebanyakan dimiliki
oleh ESS. Top eksekutif dapat menggunakan ESS untuk melakukan analisis
sesuai dengan kebutuhannya.Analisis dapat dilakukan oleh top eksekutif dengan
menggunakan fungsi yang sudah ada, mengintegrasikan sistem lain dengan ESS,
atau analisis dengan menggunakan agen intelejen. Dengan adanya pelaporan
eksepsi, top eksekutif dapat memberikan perhatian khusus atas perbedaan yang
terjadi dengan standar yang ada. Dengan pelaporan ini, top eksekutif dapat
memfokuskan perhatiannya pada suatu keadaan atau kinerja yang buruk. Hal-hal
32
kritis, dengan ESS, disajikan tidak saja dalam angka-angka, tetapi juga dengan
warna. Misalnya, hijau menunjukkan kondisi baik, kuning untuk peningatan, dan
merah untuk menggambarkan kondisi yang buruk. Kemampuan navigasi
informasi adalah kemampuan untuk menjelajah informasi berbagai data secara
mudah dan cepat.
Untuk meningkatkan kemampuan ini, dapat digunakan hypermedia (yang
merupakan pengembangan dari teknologi hypertext). Sistem komunikasi sangat
dibutuhkan oleh top ekskutif. Dalam ESS, sistem komunikasi dapat mengirim atau
menerima e-mail, mengirim laporan untuk mendapatkan perhatian seseorang,
memanggil rapat, atau memberikan komentar ke suatu kelompok diskusi di
Internet.
2.6 Studi Kasus Sistem Informasi Manajemen SAMSAT Berbasis SMS
Gateway (Study Kasus SAMSAT Kota Jombang)
Semakin lama semakin banyak pengguna kendaraan bermotor dan
semakin banyak pula wajib pajak yang harus membayar pajak atas kendaraan
bermotor. Akibatnya, pelayanan kantor Sistem Administrasi Manunggaling Satu
Atap (SAMSAT) terhadap wajib pajak juga semakin tinggi. Hal tersebut membuat
pihak SAMSAT membutuhkan aplikasi untuk membantu petugasnya untuk
memberikan pelayanan terhadap pengurusan admisnistrasi kendaraan bermotor.
Salah satu solusi bagi masalah tersebut adalah Sistem Informasi Manajemen
berbasis SMS gateway. Sistem tersebut harus disesuaikan dengan peraturan-
peraturan baru pemerintah.
Pada proyek akhir ini akan dibangun sebuah aplikasi Sistem Informasi
Manajemen yang selanjutnya akan disebut SIM. SIM yang dibangun bisa
digunakan untuk pendaftaraan kendaraan baru, pembayaran pajak, mutasi dan hal
lain yang merupakan layanan SAMSAT. SIM akan terintegrasi dengan SMS
Gateway yang memudahkan pelayanan terhadap masyarakat. Interface SIM ini
akan dibuat dengan sederhana tetapi mudah untuk digunakan.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) berbasis SMS gateway merupakan
salah satu solusi untuk permasalahan ini. Dengan mengembangkan SIM yang
berbasis SMS gateway, maka akan terbentuk suatu layanan otomatis yang bisa
menjawab kebutuhan informasi dari para konsumen dengan format tertentu dan
33
informasi tertentu. Disamping itu, SIM nya sendiri pun akan dibangun untuk
memberikan informasi kepada pegawai tentang data – data yang diperlukan ketika
melayani konsumen.
Perencanaan system
Pada proyek akhir mengenai Sistem Informasi Manajemen SAMSAT
berbasis SMS Gateway desain sistem yang digunakan terlihat seperti gambar 3.1
berikut:
Gambar 3.1 Desain Umum Sistem
Dari desain sistem tersebut, maka terlihat bahwa pada aplikasi ini berjalan
dengan alur sebagai berikut :
1) Server akan menyimpan data yang diperlukan untuk mengakses informasi
yang diinginkan (aplikasi dan database) dan akan online selama 24 jam
2) PC dari client (dalam hal ini petugas) akan mengakses server untuk
mendapatkan aplikasi dan informasi
3) Masyarakat bisa memberikan request tentang biaya perpanjangan STNK
dan atau pajak kendaraan bermotor dengan mengirim format tertentu yang
dapat diterima oleh sistem melalui handphone.
Perancangan elemen-elemen pembangun tersebut akan dijelaskan melalui
data flow diagram (DFD) seperti gambar 3.2 berikut :
34
Gambar 3.2 DFD Level 0
Gambar 3.3 DFD level 1
35
Gambar 3.4 DFD level 2
User akan melakukan inputan kedalam system yang nantinya akan
diproses dan akan dkeluarkan output sesuai yang diminta.
3.2 Rancangan data base
Data yang digunakan pada aplikasi ini adalah database MySQL. Database
telah dirancang dan dimodifikasi hingga ERD tampak sebagai berikut :
36
Gambar 3.5 ERD
Pembuatan Aplikasi
Pembuatan aplikasi dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu :
1. Pembuatan file-file include : File include yang dimaksudkan disini adalah
file-file yang berisi action-action yang sering digunakan dalam sistem. File
ini dibuat untuk meminimalisir duplikasi code yang ada
2. Pembuatan halaman user non admin Fokus : pertama pemgerjaan sistem
ini adalah untuk pelayanan seputar administrasi kendaraan bermotor dan
pengimplementasian peraturan – peraturan baru yang ada. Jadi yang dibuat
pertama adalah aplikasi untuk user non admin yang bertugas melayani
pelayanan tersebut
3. Pembuatan halaman admin : Setelah itu dibuat halaman admin untuk
memanage system
4. Pembuatan web service : Pembuatan web service dilakukan untuk
membuat aplikasi bisa berjalan secara online
5. Pembuatan SMS Gateway : Sms gateway adalah fitur tambahan yang kami
berikan untuk melengkapi sistem.
Pengujian
Pengujian dilakukan dengan mencoba menu satu persatu. Pengujian
dilakukan dengan meneliti hasil commit dari action yang dilakukan. Untuk web
service, pengujian dilakukan dengan cara mengamati database yang dicommit dari
host lain. Untuk sms gateway, pengujian dilakukan dengan cara mencoba
mengirimkan satu persatu format sms yang ditentukan dan mengamati balasan
yang diterima.
37
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkembangan teknologi informasi dalam beberapa dasawarsa terakhir
berkembang begitu cepat. Meski dalam penerapannya dunia bisnis sudah terlebih
dahulu mendalami pentingnya sistem informasi, namun sektor publik juga
semakin lama menyadari pentingnya sistem informasi untuk memperbaharui
struktur organisasinya dan meningkatkan sistem pelayannya untuk kepentingan
masyarakat. dengan masuknya sistem informasi telah menyebabkan terjadinya
perubahan yang cukup signifikan dalam pola pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh manajemen baik pada tingkat operasional (pelaksana teknis)
maupun pimpinan pada semua jenjang. Perkembangan ini juga telah
menyebabkan perubahan-perubahan peran dari para manajer dalam pengambilan
keputusan, mereka dituntut untuk selalu dapat memperoleh informasi yang paling
akurat dan terkini yang dapat digunakannya dalam proses pengambilan keputusan
seperti dalam pengambilan keputusan yang menggunakan Sistem Pendukung
Pengambilan Keputusan Eksekutif/Executive Support Systems (ESS) dan Sistem
Pendukung Pengambilan Keputusan – Decision Support Systems (DSS)
Yang paling menonjol penerapan SIM di sektor public ditandai dengan
dicanangkannya sistem E-Government yang bertujuan untuk memberikan
pelayanan yang lebih efektif dan efisian serta menjamin transparansi kepada
masyarakat. Sehubungan dengan misis tersebut ada beberapa patokan pelayanan
informasi publik yang tertuang dalam UU NO.14 tahun 2008 tentang keterbukaan
informasi publik yang harus diingat oleh setiap pelayan public. Yakni :
1. transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan
informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan.
2. kemandirian adalah suatu keadaan di mana perusahaan dikelola
secara profesional tanpa benturan kepentingan dan
38
pengaruh/tekanan dari pihak mana pun yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan prinsip korporasi yang sehat.
3. akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan
pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan
perusahaan terlaksana secara efektif;
4. pertanggungjawaban adalah kesesuaian di dalam pengelolaan
perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip
korporasi yang sehat;
5. kewajaran adalah keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-
hak pemangku kepentingan(stakeholder) yang timbul berdasarkan
perjanjian dan peraturan perundang-undangan.
Terlepas dari semua itu perkembangan sistem informasi manajemen dalam
administrasi public memang belum sempurna apalagi dikaitkan dengan
pemerintahan daerah. Banyak kendala yang dihadapi dan belum terlesaikan
hingga saat ini. Salah satu permasalahan penerapan sistem informasi manajemen
yang ideal adalah kurangnya pemahaman mengenai konsep ini terlebih pada
sumber daya manusia yang belum cukup mampu menerapkan konsep ini disetiap
sisi pemerintahan. Hingga saat ini Indonesia masih dalam proses mengembangkan
SIM nya dalam rangka mewujudkan pelayanan yang lebih baik untuk masyarakat
luas.
39
DAFTAR PUSTAKA
Online :
http://www.bogor.net/idkf/idkf-2/wawancara
http://good-governance.bappenas.go.id
Syahputra, A . 2015. E-Government (Pembentukan Masyarakat Informasi).
http://hangkate.blogspot.co.id/2015/02/v-behaviorurldefaultvmlo.html.
Diakses 23 November 2015 (21:54).
Anggraini, Dita. 2013. Tujuan dan Manfaat Penggunaan Sistem Informasi
Manajemen Dalam Administrasi Negara atau Organisasi Publik
http://anggrainidita.blogspot.co.id/2013/11/tujuan-dan-manfaat-
penggunaan-sistem.html, diakses 24 November.
Roseffendi. M., Asmara, R., Yuwono, W., Sistem Informasi Manajemen
SAMSAT Berbasis SMS Gateway (Study Kasus SAMSAT Kota
Jombang)., Politeknik Elektronika Negeri Surabaya : Surabaya
Simanjuntak, N.A., et al, 2012. Sistem Informasi, Organisasi dan Proses
Administrasi Publik. Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawiaya :
Malang
40