LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
i
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
i
KATA PENGANTAR
Laporan Kinerja Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan
Hasil Perikanan (LKj BKIPM) tahun 2014 disusun berdasarkan Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 yang mengamanatkan setiap entitas
akuntabilitas kinerja menyusun dan menyajikan laporan kinerja (LKj) atas
prestasi kerja yang dicapai berdasarkan penggunaan anggaran yang telah
dialokasikan. LKj BKIPM ini merupakan wujud pertanggungjawaban kepada
stakeholders dan sebagai sarana akuntabilitas yang merinci pertanggungjawaban
organisasi dan pemakaian sumber daya untuk menjalankan misi organisasi. Di
samping itu, diuraikan juga informasi terkait sasaran strategis organisasi dan
indikator keberhasilannya dalam rangka pencapaian visi dan misinya.
Landasan penyusunan LKj BKIPM Tahun 2014 adalah Rencana Strategis
BKIPM (Renstra BKIPM) Tahun 2011-2014 dan Target Kinerja BKIPM 2014 berikut
realisasinya. Pengelolaan manajemen kinerja di BKIPM dilaksanakan dari tingkat
organisasi sampai dengan individu, dengan menggunakan pendekatan Balanced
Scorecard (BSc). Secara umum, dalam tahun 2014 sebagian besar target sasaran
strategis dan target kinerja yang ditetapkan telah berhasil dicapai.
Kami berharap laporan ini dapat bermanfaat sebagai sarana akuntabilitas
dan pertanggungjawaban organisasi serta dapat dijadikan bahan masukan untuk
peningkatan kinerja BKIPM di masa mendatang.
Jakarta, 2015
Kepala Badan,
Narmoko Prasmadji
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
LAKIP BKIPM Tahun 2014 disusun sebagai bentuk laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan kinerja BKIPM selama tahun 2014. Pada tahun
2014 BKIPM telah menetapkan target kinerja yang akan dicapai dalam bentuk
kontrak kinerja antara Kepala BKIPM dengan Menteri Kelautan dan Perikanan
yang terdiri dari 10 Sasaran Strategis (SS) dan 32 Indikator Kinerja Utama (IKU).
Secara garis besar, uraian atas pencapaian Sasaran Strategis beserta IKU
BKIPM selama tahun 2014 adalah sebagai berikut:
1. Pencapaian sasaran strategis meningkatnya kesejahteraan masyarakat
kelautan dan perikanan dengan indikator nilai tukar nelayan, nilai tukar
pembudidaya ikan, rata-rata pendapatan pengolah dan pemasar (KK/bulan),
dan pertumbuhan PDB perikanan, pada tahun 2014 dapat tercapai dengan
baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2014, adalah sebagai
berikut:
a. Nilai Tukar Nelayan ditargetkan sebesar 104 dengan realisasi sebesar
104,63;
b. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan ditargetkan sebesar 102 dengan realisasi
sebesar 101,36;
c. Rata-rata pendapatan pengolah dan pemasar (KK/bulan) ditargetkan
sebesar Rp2juta dengan realisasi sebesar Rp2,56 juta; dan
d. Pertumbuhan PDB perikanan ditargetkan sebesar 7% dengan realisasi
sebesar 6,34%.
2. Pencapaian sasaran strategis meningkatnya ketersediaan produk kelautan
dan perikanan dengan indikator jumlah produksi perikanan budidaya dan
jumlah produk olahan hasil perikanan, pada tahun 2014 dapat tercapai
dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2014, adalah
sebagai berikut:
a. jumlah produksi perikanan budidaya ditargetkan sebesar 13,44 juta
ton dengan realisasi sebesar 14,52 juta ton; dan
b. jumlah produk olahan hasil perikanan pada 2014 ditargetkan sebesar
5.2 juta ton dengan realisasi sebesar 5,21 juta ton.
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
iii
3. Pencapaian sasaran strategis meningkatnya hasil perikanan yang memenuhi
sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan, dengan indikator
persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan
melalui sertifikasi kesehatan ikan ekspor, impor dan antar area, jumlah
laboratorium dan lembaga inspeksi yang menerapkan sistem manajemen
mutu, jumlah sertifikasi penerapan sistem jaminan mutu (sertifikat HACCP)
di Unit Pengolahan Ikan sebagai persyaratan ekspor, dan jumlah sertifikat
cara karantina ikan yang baik (CKIB), pada tahun 2014 dapat tercapai
dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2014, adalah
sebagai berikut:
a. persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan
ikan melalui sertifikasi kesehatan ikan ekspor, impor dan antar area
ditargetkan sebesar 98% dengan realisasi sebesar 99,97%;
b. jumlah laboratorium dan lembaga inspeksi yang menerapkan sistem
manajemen mutu ditargetkan sebesar 64 (33 laboratorium UPT KIPM
dan 31 lembaga inspeksi) dengan realisasi sebbesar 64 (33 laboratorium
UPT KIPM dan 31 lembaga inspeksi);
c. jumlah sertifikasi penerapan sistem jaminan mutu (sertifikat HACCP) di
Unit Pengolahan Ikan sebagai persyaratan ekspor ditargetkan sebesar
1.125 sertifikat dengan realisasi sebesar 1.556 sertifikat; dan
d. jumlah sertifikat cara karantina ikan yang baik (CKIB) ditargetkan
sebesar 10 sertifikat dengan realisasi sebesar 12 sertifikat.
4. Pencapaian sasaran strategis tersedianya kebijakan perkarantinaan ikan,
mutu dan keamanan hasil perikanan sesuai kebutuhan dengan indikator
jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang perkarantinaan ikan,
mutu dan keamanan hasil perikanan dan jumlah kebijakan bidang
perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan, pada tahun
2014 dapat tercapai. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2014,
adalah sebagai berikut:
a. jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang perkarantinaan
ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan ditargetkan sebesar 5 draft
dengan realisasi sebesar 4 draft peraturan/keputusan menteri; dan
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
iv
b. jumlah kebijakan bidang perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan
hasil perikanan ditargetkan sebesar 4 dengan realisasi sebesar 25
Keputusan Kepala BKIPM.
5. Pencapaian sasaran strategis terselenggaranya modernisasi sistem produksi
kelautan perikanan, pengolahan dan pemasaran produk kelautan perikanan
yang optimal dan bermutu dengan indikator jumlah kasus penolakan ekspor
hasil perikanan per negara mitra, persentase media pembawa yang
memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil
perikanan melalui sertifikasi antar area dalam koridor SLIN, persentase
media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan
keamanan hasil perikanan melalui sertifikasi impor hasil perikanan, jumlah
implementasi standar operasional prosedur teknis operasional
perkarantinaan ikan, jumlah Unit Pengolahan Ikan yang memenuhi
persyaratan negara mitra (approval number), persentase sertifikasi kesehatan
ikan berbasis in line inspection, jumlah instalasi yang sesuai standar dan
laboratorium yang terakreditasi, jumlah lokasi yang menerapkan aplikasi
sistem traceability, dan jumlah metoda uji laboratorium yang divalidasi, pada
tahu 2014 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada
tahun 2014, adalah sebagai berikut:
a. jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra
ditargetkan sebesar ≤ 10 kasus dengan realisasi ≤ 10 kasus. Penolakan
tertinggi terjadi di Kanada, yaitu 4 kasus penolakan;
b. Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan
ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan melalui sertifikasi antar area
dalam koridor SLIN ditargetkan sebesar 98% dengan realisasi sebesar
100%;
c. Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan
ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan melalui sertifikasi impor
hasil perikanan ditargetkan sebesar 98% dengan realisasi sebesar
100%;
d. Jumlah implementasi standar operasional prosedur teknis operasional
perkarantinaan ikan ditargetkan sebesar 98 dengan realisasi sebesar
102 SOP;
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
v
e. Jumlah Unit Pengolahan Ikan yang memenuhi persyaratan negara
mitra (approval number) ditargetkan sebesar 50 dengan realisasi
sebesar 128;
f. Persentase sertifikasi kesehatan ikan berbasis in line inspection
ditargetkan sebesar 20% dengan realisasi sebesar 20%;
g. Jumlah instalasi yang sesuai standar dan laboratorium yang
terakreditasi ditargetkan sebesar 5 IKI dan 2 laboratorium dengan
realisasi sebesar 12 IKI dan 12 laboratorium;
h. Jumlah lokasi yang menerapkan aplikasi sistem traceability ditargetkan
sebanyak 4 lokasi dengan realisasi sebanyak 4 lokasi;
i. Jumlah metoda uji laboratorium yang divalidasi ditargetkan sebesar 48
dengan realisasi sebesar 48 metoda.
6. Pencapaian sasaran strategis terselenggaranya pengendalian, pengawasan
dan penegakan hukum karantina ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan
dengan indikator rasio penanganan kasus pelanggaran perkarantinaan ikan
yang dapat diselesaikan dibanding total kasus yang ditangani dan rasio
penanganan jumlah kasus pelanggaran mutu dan keamanan hasil perikanan
di negara mitra yang dapat diselesaikan dibanding total kasus yang
ditangani, pada tahun 2014 dapat ytercapai dengan baik. Capaian IKU
untuk SS tersebut pada tahun 2014, adalah sebagai berikut:
a. rasio penanganan kasus pelanggaran perkarantinaan ikan yang dapat
diselesaikan dibanding total kasus yang ditangani ditargetkan sebesar
85% dengan realisasi sebesar 100%; dan
b. rasio penanganan jumlah kasus pelanggaran mutu dan keamanan hasil
perikanan di negara mitra yang dapat diselesaikan dibanding total
kasus yang ditangani ditargetkan sebesar 85% dengan realisasi sebesar
93,33%.
7. Pencapaian sasaran strategis tersedianya Sumber Daya Manusia BKIPM
yang kompeten dan profesional dengan indikator indeks kesenjangan
kompetensi eselon II dan III, pada tahun 2014 dapat tercapai. Realisasi IKU
untuk SS tersebut adalah sebesar 20,36% dari target sebesar 50%.
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
vi
8. Pencapain sasaran strategis tersedianya informasi yang valid, handal dan
mudah diakses di BKIPM dengan indikator Service Level Agreement di BKIPM
dan persepsi user terhadap kemudahan akses di BKIPM (skala likert 1-5),
pada tahun 2014 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS
tersebut pada tahun 2014, adalah sebagai berikut:
a. Service Level Agreement di BKIPM ditergetkan sebesar 75% dengan
realisasi sebesar 100%; dan
b. persepsi user terhadap kemudahan akses di BKIPM (skala likert 1-5)
ditergetkan sebesar 4,25 dengan realisasi sebesar 3,76.
9. Pencapaian sasaran strategis terwujudnya good governance & clean
government di BKIPM dengan indikator jumlah rekomendasi Aparat
Pengawas Internal dan Ekternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti
dibanding total rekomendasi di BKIPM, tingkat kualitas akuntabilitas kinerja
BKIPM, indeks kepuasan masyarakat BKIPM, nilai inisiatif anti korupsi
BKIPM, dan nilai penerapan reformasi birokrasi BKIPM, pada tahun 2014
dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun
2014, adalah sebagai berikut:
a. jumlah rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Ekternal
Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi di
BKIPM ditargetkan sebesar 100% dengan realisasi sebesar 79,52%;
b. Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BKIPM ditargetkan nilai A dengan
realisasi nilai A (79,97);
c. Indeks Kepuasan masyarakat BKIPM ditargetkan sebesar 75 dengan
realisasi sebesar 82,33;
d. Nilai inisiatif anti korupsi BKIPM ditargetkan sebesar 7,75 dengan
realisasi sebesar 8,61; dan
e. Nilai penerapan reformasi birokrasi BKIPM ditargetkan sebesar 80
dengan realisasi sebesar 84,61.
10. Pencapaian sasaran strategis terkelolanya anggaran BKIPM secara optimal
dengan indikator persentase penyerapan DIPA BKIPM, pada tahun 2014
dapat tercapai. Realisasi penyerapan DIPA BKIPM sebesar 96,86% dari target
sebesar 95%.
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
vii
Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar target
kinerja BKIPM pada tahun 2014 telah berhasil dicapai. Keberhasilan pencapaian
tersebut diupayakan untuk semakin ditingkatkan, sedangkan untuk beberapa
kegiatan yang belum terlaksana/terdapat permasalahan akan diupayakan untuk
dapat diselesaikan.
Dengan disusunnya LAKIP ini diharapkan dapat memberikan informasi
secara transparan kepada seluruh pihak yang terkait dengan tugas dan fungsi
BKIPM dan menjadi umpan balik peningkatan kinerja BKIPM pada periode
berikutnya.
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
viii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK ....................................................................... xiii
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
GAMBARAN UMUM ORGANISASI ................................................................. 1
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BKIPM ................................................... 4
SISTEMATIKA DAN PENYAJIAN LKJ............................................................. 8
II. PERENCANAAN KINERJA .......................................................................... 10
RENCANA KINERJA 2014 .......................................................................... 10
PERJANJIAN KINERJA 2014 ...................................................................... 13
III. AKUNTABILITAS KINERJA ......................................................................... 17
CAPAIAN IKU ............................................................................................. 17
ANALISIS DAN EVALUASI CAPAIAN IKU ..................................................... 20
EVALUSASI EFISIENSI .............................................................................. 91
IV. P E N U T U P ............................................................................................ 93
SIMPULAN ................................................................................................. 93
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
ix
DAFTAR LAMPIRAN
1. Penetapan Kinerja Tahun 2014 ............................................................... L-1
2. Data UPI dan Sertifikat HACCP Tahun 2014 ........................................... L-4
3. Rekapitulasi Nilai IKM UPT KIPM Tahun 2014 ......................................... L-5
4. Form Pengukuran Efisiensi ..................................................................... L-7
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Arah Kebijakan dan Langkah Strategis BKIPM Tahun 2014 .................. 7
Tabel 2.1 Sasaran Strategis BKIPM Tahun 2014 ............................................... 11
Tabel 2.2 Target Kinerja BKIPM Tahun 2014..................................................... 14
Tabel 3.1 Capaian Kinerja BKIPM Tahun 2014.................................................. 18
Tabel 3.2 Perkembangan NTN per Bulan pada 2014 .......................................... 21
Tabel 3.3 Capaian IKU 1 pada 2011 - 2014 ....................................................... 22
Tabel 3.4 Capaian IKU 2 pada 2011 – 2014 ...................................................... 24
Tabel 3.5 Capaian IKU 3 pada 2013-2014 ......................................................... 26
Tabel 3.6 Capaian IKU 4 pada 2010-2014 ......................................................... 27
Tabel 3.7 PDB Perikanan, 2010-2014 (Rp Miliar) .............................................. 27
Tabel 3.8 Capaian IKU 5 pada 2011-2014 ......................................................... 29
Tabel 3.9 Capaian IKU 6 pada 2011-2014 ......................................................... 31
Tabel 3.10 Capaian IKU 7 Tahun 2011 - 2014 .................................................. 33
Tabel 3.11 Data Lalu Lintas Komoditas Perikanan Tahun 2011-2014 ................ 34
Tabel 3.12 Hasil Verifikasi Sistem Manajemen Mutu Tahun 2011-2014 ............. 36
Tabel 3.13 Capaian IKU 9 pada 2011 - 2014 ..................................................... 37
Tabel 3.14 Capaian IKU 10 pada 2011 - 2014 ................................................... 39
Tabel 3.15 UUPI Bersertifikat CKIB Tahun 2014 ............................................... 40
Tabel 3.16 Capaian IKU 11 pada 2011-2014 ..................................................... 41
Tabel 3.17 Capaian IKU 12 Tahun 2013 dan 2014 ............................................ 43
Tabel 3.18 Capaian IKU 13 pada 2011-2014 ..................................................... 47
Tabel 3.19 Rekapitulasi Kasus Penolakan pada 2011-2014 ............................... 47
Tabel 3.20 Capaian IKU 14 pada 2013 - 2014 ................................................... 50
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
xi
Tabel 3.21 Capaian IKU 15 pada 2013 - 2014 ................................................... 51
Tabel 3.22 Volume Impor Yang Dilalulintaskan Tahun 2011-2014 ..................... 51
Tabel 3.23 Capaian IKU 16 pada 2011 - 2014 ................................................... 52
Tabel 3.24 Capaian IKU 17 pada 2011-2014 ..................................................... 57
Tabel 3.25 Jumlah UPI yang Teregistrasi di Negara Mitra pada 2012 - 2014 ...... 58
Tabel 3.26 Capaian IKU 18 pada 2013 dan 2014 .............................................. 60
Tabel 3.27 Data Capaian IKU 19 Tahun 2011 - 2014 ........................................ 61
Tabel 3.28 Laboratorium UPT KIPM yang Terakreditasi Tahun 2014 .................. 62
Tabel 3.29 Capaian IKU 20 pada 2013 dan 2014 .............................................. 64
Tabel 3.30 Capaian IKU 21 pada 2011 - 2014 ................................................... 65
Tabel 3.31 Data Penindakan Pelanggaran Karantina Ikan Tahun 2011-2014 ..... 68
Tabel 3.32 Capaian IKU 22 pada 2011 - 2014 ................................................... 69
Tabel 3.33 Capaian IKU 23 pada 2011 - 2014 ................................................... 70
Tabel 3.34 Hasil Verifikasi Pemenuhan Kompetensi Jabatan Tahun 2014 .......... 73
Tabel 3.35 Capaian IKU 24 pada 2013 – 2014 ................................................... 73
Tabel 3.36 Pejabat yang Mengikuti Diklat PIM Tahun 2014 ............................... 74
Tabel 3.37 Jumlah Pejabat BKIPM yang Belum Mengikuti Diklat PIM ................ 74
Tabel 3.38 Data Pegawai yang Mengikuti Diklat Teknis Tahun 2014 .................. 74
Tabel 3.39 Capaian IKU 25 pada 2011 - 2014 ................................................... 76
Tabel 3.40 Capaian IKU 26 pada 2013 - 2014 ................................................... 77
Tabel 3.41 Capaian IKU 27 pada 2011 - 2014 ................................................... 78
Tabel 3.42 Capaian IKU 28 pada 2011-2014 ..................................................... 79
Tabel 3.43 Perkembangan Nilai AKIP Berdasarkan Aspek Penilaian ................... 79
Tabel 3.44 Capaian IKU 29 pada 2013 - 2014 ................................................... 81
Tabel 3.45 Capaian IKU 30 pada 2012 - 2014 ................................................... 82
Tabel 3.46 PMPRB BKIPM Tahun 2014 ............................................................. 85
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
xii
Tabel 3.47 Capaian IKU 31 pada 2012 - 2014 ................................................... 85
Tabel 3.48 Penyerapan Anggaran per Kegiatan T.A 2014 ................................... 87
Tabel 3.49 Penyerapan Anggaran per Jenis Belanja T.A 2014 ............................ 87
Tabel 3.50 Persentase Penyerapan Anggaran Triwulanan .................................. 87
Tabel 3.51 Capaian IKU 32 pada 2011 - 2014 ................................................... 88
Tabel 3.52 Ringkasan LRA Netto T.A 2013 dan T.A 2014 ................................... 89
Tabel 3.53 Rincian Realisasi Belanja Netto BKIPM T.A 2013 dan 2014 ............... 90
Tabel 3.54 Ringkasan Neraca T.A 2014 dan 2013 ............................................. 91
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
xiii
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK 1. Gambar 1.1 Struktur Organisasi BKIPM ..................................................... 2
2. Gambar 2.1 Peta Strategi BKIPM Tahun 2014 ........................................... 12
3. Grafik 3.1 Perkembangan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan Tahun 2014 ....... 24
4. Grafik 3.2 Perbandingan Capaian dan Target IKU 7 Tahun 2011-2014 ...... 34
5. Grafik 3.3 Target dan Capaian IKU 9 Tahun 2011-2014 ............................ 38
6. Grafik 3.4 Perkembangan Nilai AKIP BKIPM 2011 – 2014 .......................... 80
7. Grafik 3.5 Penyerapan Anggaran BKIPM ................................................... 88
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
1
I. PENDAHULUAN
GAMBARAN UMUM ORGANISASI
erdasarkan Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang kedudukan,
tugas dan fungsi kementerian Negara serta susunan organisasi, tugas dan
fungsi eselon I Kementerian Negara, yang ditindaklanjuti dengan terbitnya
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.15/MEN/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan Karantina
Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) merupakan salah
satu unit eselon I Kementerian Kelautan dan Perikanan yang merupakan
penggabungan dari Pusat Karantina Ikan, Sekretariat Jenderal dengan Direktorat
Standarisasi dan Akreditasi, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perikanan (P2HP) yang mempunyai tugas yang sangat strategis, yaitu
melaksanakan perkarantinaan ikan serta pengendalian mutu dan keamanan hasil
perikanan.
Dasar pemikiran terbentuknya BKIPM antara lain adalah untuk efisiensi dan
efektifitas pelayanan sertifikasi secara terpadu dalam penjaminan kualitas (quality
assurance) hasil perikanan; ratifikasi perjanjian GATT (tahun 1986-1993) tentang
penerapan SPS agreement terhadap perlindungan kesehatan ikan dan kesehatan
manusia; peningkatan lalulintas komoditas perikanan antar Negara dan antar
area di wilayah Republik Indonesia yang berdampak terhadap peningkatan resiko
masuk dan tersebarnya hama penyakit ikan; meningkatnya kecenderungan pola
konsumsi protein hewani dari daging merah ke daging putih disertai tuntutan
adanya pengendalian mutu terhadap keamanan dan kesehatan hasil perikanan;
pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan serta pencegahan hama dan
penyakit ikan harus dilakukan secara holistik dan konsisten dalam suatu sistem
management mutu; karantina ikan dan pengendalian mutu hasil perikanan
sebagai salah satu unit pelayanan yang merupakan bagian dari Trade Facilitation
dalam kegiatan ekspor dan impor
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Kepala BKIPM dibantu oleh 3 (tiga)
Pusat, yaitu: 1) Pusat Karantina Ikan; 2) Pusat Sertifikasi Mutu dan Keamanan
Hasil Perikanan; 3) Pusat Manajemen Mutu; dan Sekretariat BKIPM, serta 47 Unit
B
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
2
Pelaksana Teknis Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan (UPT KIPM) yang tersebar di seluruh Indonesia, yaitu: 2 (dua) Balai
Besar KIPM, 7 (tujuh) Balai KIPM Kelas I, 5 (lima) BKIPM Kelas II, 18 (delapan
belas) Stasiun KIPM Kelas I, 14 (empat belas) Stasiun KIPM Kelas II, dan Balai Uji
Standar KIPM (BUSKIPM) sebagai UPT KIPM dibidang pelayanan uji
standar/laboratorium reference, serta kelompok Jabatan Fungsional, diantaranya
Pengendali Hama dan Penyakit Ikan, Pengawas Perikanan bidang Mutu Hasil
Perikanan, Pranata Komputer, Pranata Humas, Arsiparis, Statistisi dan jabatan
fungsional umum lainnya, dengan jumlah SDM aparatur yang mendukung BKIPM
saat ini berjumlah 1659 orang pegawai, dengan komposisi pegawai 11% di pusat
dan 89% di UPT KIPM. Bagan struktur organisasi BKIPM dapat dilihat dalam
Gambar 1.1 di bawah ini.
Gambar 1.1
Struktur Organisasi BKIPM
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
3
Penyelenggaraan perkarantinaan ikan serta pengendalian mutu dan
keamanan hasil perikanan mencakup aspek yang sangat luas, mulai dari proses
penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan tindakan karantina ikan,
pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan, pemantauan/monitoring
(surveillance), hingga ke investigasi awal dan proses penegakan hukum terhadap
berbagai pihak yang melanggar atau tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
serta upaya pemberdayaan masyarakat dalam partisipasi secara sadar patuh
dalam perkarantinaan ikan serta pengendalian mutu dan keamanan hasil
perikanan.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, BKIPM dituntut untuk melaksanakannya
dengan transparan, akuntabel, efektif, efisien dan terpercaya sesuai dengan prinsip-
prinsip good governance. Salah satu azas penyelenggaraan good governance yang
tercantum dalam undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 adalah azas akuntabilitas
yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara
Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas
tersebut diwujudkan dalam bentuk penyusunan laporan kinerja (LKj).
LKj disusun sebagai salah satu bentuk pertanggung jawaban BKIPM dalam
melaksanakan tugas dan fungsi selama tahun 2014 dalam rangka melaksanakan misi
BKIPM dan sekaligus sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja unit
organisasi, serta sebagai salah satu alat untuk mendapatkan masukan bagi
pemangku kepentingan demi perbaikan kinerja BKPM. Selain untuk memenuhi
prinsip akuntabilitas, penyusunan LKj juga merupakan amanat Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah, Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 1999 tentang Percepatan
Pemberantasan Korupsi, dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014
tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara
Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
4
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BKIPM
Peranan strategis BKIPM dalam RPJM 2010-2014 dalam rangka mendukung
visi Pembangunan Kelautan dan Perikanan yang Berdaya Saing dan
Berkelanjutan untuk Kesejahteraan Masyarakat”, secara langsung mendukung
arah kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan, diwujudkan dalam upaya
melindungi kelestarian sumberdaya perikanan dari ancaman hama penyakit ikan
berbahaya, menjamin kesehatan, mutu dan keamanan hasil perikanan, serta
mengendalikan impor hasil perikanan berbasis scientific barrier sesuai ketentuan
peraturan perkarantinaan, mutu dan keamanan hasil perikanan. Dengan
demikian peranan karantina ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan dalam
pembangunan kelautan dan perikanan memberikan kontribusi nyata dalam
mewujudkan hasil perikanan yang berkualitas dan berdaya saing, memiliki
akseptabilitas yang tinggi di pasar nasional dan internasional serta mendukung
kelestarian sumberdaya perikanan.
Arah kebijakan dan strategi BKIPM diimplementasikan dalam keterkaitannya
dengan arah kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta diselaraskan
dengan perkembangan lingkungan yang dinamis. Sehubungan dengan hal
tersebut maka BKIPM menetapkan arah kebijakan pembangunan sebagai berikut:
1. Pengelolaan sumber daya perikanan secara berkelanjutan.
Salah satu tantangan yang dihadapi dalam mengelola sumber daya
perikanan secara berkelanjutan adalah masuk dan tersebarnya HPIK yang dapat
menggagalkan produksi perikanan dan bahkan memusnahkan keanekaragaman
sumberdaya hayati kelautan dan perikanan. Aktualisasi BKIPM dalam
mengantisipasi ini adalah dengan melakukan pencegahan masuknya HPIK ke
wilayah RI dan penyebarannya dari satu area ke area lain, serta mencegah
keluarnya HPIK dari wilayah RI berlandaskan Undang-undang Nomor 16 Tahun
1992 tentang karantina hewan, ikan dan tumbuhan dan Peraturan Pemerintah
Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan dalam rangka melindungi
kelestarian sumber daya kelautan dan perikanan dan lingkunganya agar tetap
terjaga dan berproduktifitas tinggi baik kualitas maupun kuantitas.
Selanjutnya BKIPM telah melakukan berbagai kegiatan yang mendukung
ketahanan pangan dalam hal agar produk perikanan sebagai bahan pangan yang
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
5
tersedia aman untuk dapat dikonsumsi oleh masyarakat dengan melakukan
pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan dari hulu sampai hilir melalui
monitoring mutu ikan pada sentra produksi perikanan, termasuk pelabuhan dan
unit supplier, inspeksi terhadap produk perikanan impor yang akan
didistribusikan ke unit pengolahan ikan maupun pasar domestik serta sertifikasi
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) pada Unit Pengolahan Ikan (UPI).
2. Meningkatkan produktivitas dan daya saing berbasis pengetahuan
Dewasa ini dan di masa depan perkarantinaan ikan serta pengendalian mutu
dan keamanan hasil perikanan sebagai bagian integral pembangunan kelautan
dan perikanan menghadapi perubahan lingkungan strategis yang sangat dinamis.
Globalisasi ekonomi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
kesepakatan-kesepakatan internasional dan regional seperti harmonisasi ASEAN
(Association of South East Asia Nations), ASEAN Free Trade Area (AFTA), ASEAN-
China Free Trade Area (ACFTA) mempunyai konsekuensi dan implikasi yang
signifikan pada penerapan sistem perkarantinaan ikan serta sistem jaminan mutu
dan keamanan hasil perikanan yang secara langsung maupun tidak langsung
telah mempengaruhi pengembangan industrialisasi perikanan. Dampak yang
paling terasa adalah adanya tuntutan agar produk yang dihasilkan senantiasa
kompetitif khususnya terhadap berbagai aspek yang berkaitan dengan mutu
produk serta sistem penanganannya yang baik (food safety), sehingga secara
kuantitatif dan kualitatif suatu produk mempunyai daya saing yang tinggi dan
diterima oleh konsumen dengan baik karena secara normatif merupakan produk
yang sehat dan produk yang memiliki jaminan kualitas (quality and safety
assurance) yang aman untuk dikonsumsi.
Sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan merupakan kebutuhan
untuk ditumbuhkembangkan sejalan dengan semakin meningkatnya kesadaran
manusia akan kebutuhan zat gizi dan dampaknya terhadap kesehatan
masyarakat. Dalam perspektif inilah sistem jaminan mutu dan keamanan hasil
perikanan memiliki dampak makro bagi pembangunan kelautan dan perikanan
secara nasional maupun internasional.
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
6
3. Pengendalian kualitas hasil perikanan melalui sistem jaminan kesehatan
ikan, mutu, keamanan hasil perikanan.
Tantangan ekspor hasil perikanan di pasar gobal semakin meningkat seiring
dengan persyaratan-persaratan yang ditetapkan oleh negara importir seperti
Amerika, Uni Eropa, Jepang, Korea, China, Rusia, dan Kanada. Tantangan yang
dihadapi dalam ekspor hasil perikanan adalah persyaratan pemantapan sistem
jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan (quality and safety assurance) hasil
perikanan. Salah satu kelemahan hasil perikanan adalah cepatnya penurunan
kualitas sehingga perlu dilakukan penangan dengan baik. Pengendalian kualitas
hasil perikanan dimulai dari cara budidaya ikan yang baik, cara penangkapan
ikan yang baik, dan penerapan konsep traceability serta dilakukan pengolahan
pada unit pengolahan ikan yang tersertifikasi.
Realitas ini mengharuskan BKIPM memiliki sistem perkarantinaan ikan
yang efektif dan efisien, pada saat yang sama, sistem jaminan mutu dan
keamanan hasil perikanan juga harus memiliki basis yang kuat agar mampu
menjadi penapis terhadap pengendalian mutu produksi perikanan Indonesia yang
diekspor ke berbagai negara serta masuknya produk perikanan impor dari negara
lain.
4. Penguatan Kompetensi dan Kapabilitas BKIPM
Dengan jumlah penduduk yang besar dan wilayah terluas dengan pantai
yang sangat panjang dengan ribuan kepulauan yang dapat dijadikan sebagai
pintu pemasukan dan pengeluaran komoditas wajib diawasi dan diperiksa,
Indonesia sudah sepatutnya memiliki sistem perkarantinaan ikan dan sistem
jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan yang terbaik, baik mencakup
human capital, modernisasi sistem operasional (proses bisnis) maupun sarana
dan prasarana.
Dalam konteks ini perlu dilakukan penguatan kompetensi dan kapabilitas
BKIPM sehingga memiliki kinerja yang tinggi. BKIPM ke depan harus dibangun
menjadi institusi yang memiliki basis ilmu pengetahuan (knowledge-base) yang
kuat dengan jaringan nasional maupun internasional yang dinamis dan kohesif.
Bersamaan dengan itu, BKIPM melakukan pemberdayaan publik (public
empowement) agar masyarakat memiliki kesadaran dan kemampuan untuk
menerapkan Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) dan melindungi keamanan
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
7
terhadap risiko produk perikanan yang tidak memenuhi standar yang berlaku
melalui gerakan masyarakat sadar mutu dan karantina (GEMA
SATUKATA)/Forum Masyarakat Sadar Mutu dan Karantina (Formikan).
5. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan
pembaruan dan perubahan mendasar (mind set dan culture set) serta
pengembangan budaya kerja terhadap penyelenggaraan sistem perkarantinaan
ikan serta pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan, diarahkan
terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan
(business process) dan peningkatan manajemen sumber daya manusia (SDM)
aparatur serta peningkatan pelayanan publik yang semakin prima.
Untuk menjalankan kebijakan BKIPM, langkah-langkah strategis BKIPM
diimplementasikan melalui program dan kegiatan BKIPM, dengan tujuan program
pengembangan karantina ikan, pengendalian mutu dan keamanan hasil
perikanan adalah melindungi kelestarian sumber daya hayati perikanan dan
kelautan dari Hama Penyakit Ikan Karantina (HPIK) serta menjamin mutu dan
keamanan hasil perikanan nasional dengan sasaran meningkatnya persentase
media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan melalui
sertifikasi kesehatan ikan ekspor, impor dan antar area, menurunnya jumlah
kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra, dan meningkatnya
jumlah sertifikasi penerapan sistem jaminan mutu (sertifikat HACCP) di UPI
sebagai persyaratan ekspor. Pada Tabel 1.1 di bawah ini disajikan arah kebijakan
dan langkah strategi yang akan ditempuh BKIPM tahun 2014.
Tabel 1.1
Arah Kebijakan dan Langkah Strategis BKIPM Tahun 2014
ARAH KEBIJAKAN LANGKAH STRATEGIS
Isu/Tantangan Kelestarian Sumber Daya Kelautan Dan Perikanan Dan Ketahanan Pangan Penguatan sistem perkarantinaan ikan, Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
- Perumusan kebijakan, peraturan dan diseminasi/bimtek untuk meningkatkan kesadaran mutu pelaku usaha
- Penerapan biosecurity
- Tindakan karantina ikan secara terintegrasi berbasis In-Line Inspection
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
8
ARAH KEBIJAKAN LANGKAH STRATEGIS
- Standardisasi dan sertifikasi (prosedur/metode, instalasi karantina ikan, pelayanan, sistem informasi, laboratorium)
- Pemantauan/surveillance/monitoring penyakit ikan dan mutu hasil perikanan
- Pengendalian Impor dalam rangka Pencegahan Penyakit dan perlindungan Plasma Nuffah Perikanan
Peningkatan sistem jaminan Mutu dan kesehatan ikan
- Perumusan kebijakan, peraturan dan diseminasi/bimtek untuk meningkatkan kesadaran mutu pelaku usaha
- Melakukan survailensi terhadap UPI yang melakukan kegiatan ekspor berbasis In-Process Inspection
- Harmonisasi/kesetaraan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan dengan negara mitra/tujuan ekspor
- Pemenuhan standar kebutuhan sarana dan prasarana instalasi
- Pengembangan kapasitas kompetensi SDM aparatur BKIPM
- Gerakan sadar mutu dan karantina ikan bagi pemangku kepentingan
Isu/Tantangan : Daya Saing Dan Nilai Tambah Hasil Perikanan
Peningkatan daya saing produk perikanan domestik
- Perumusan kebijakan, peraturan, dan diseminasi/bimtek untuk meningkatkan kesadaran mutu pelaku usaha
- Pengendalian mutu dan kualitas produk perikanan
- Pengamanan pangan untuk konsumsi - Pengendalian impor produk yang tersedia
di dalam negeri - Penerapan sertifikasi mutu dan kesehatan
ikan ekspor
SISTEMATIKA DAN PENYAJIAN LKJ
Sistematika dan isi laporan kinerja BKIPM merujuk pada aturan dan
ketentuan yang berlaku, sebagai berikut:
a. Ringkasan Eksekutif, pada bagian ini menjelaskan gambaran secara
ringkas tentang capaian kinerja selama tahun 2014.
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
9
b. Bab I – Pendahuluan, menyajikan penjelasan umum organisasi, dengan
penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama
(strategic issued) yang sedang dihadapi organisasi.
c. Bab II – Perencanaan Kinerja, menguraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian
kinerja tahun yang bersangkutan.
d. Bab III – Akuntabilitas Kinerja, menjelaskan capaian kinerja organisasi
untuk setiap pernyataan kinerja sesuai dengan hasil pengukuran kinerja
organisasi dan realisasi anggaran yang digunakan untuk mewujudkan
kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja.
e. Bab IV – Penutup, menjelaskan simpulan umum atas capaian kinerja
organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi
untuk meningkatkan kinerjanya.
f. Lampiran, memuat Penetapan Kinerja Tahun 2014 dan hal-hal lainnya.
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
10
II. PERENCANAAN KINERJA
RENCANA KINERJA 2014
Kepala BKIPM telah menetapkan visi BKIPM yaitu: “Hasil Perikanan yang
sehat bermutu, aman konsumsi dan terpercaya”. Pengertian visi tersebut
bermakna hasil perikanan yang bebas hama penyakit ikan karantina, memiliki
kualitas teknis sesuai dengan persyaratan standar yang ditetapkan serta tidak
dalam ambang batas yang dapat membahayakan manusia dan semakin
meningkatnya kepercayaan masyarakat karena sertifikasi yang diterbitkan
merupakan jaminan dan telah memenuhi syarat untuk diterima di pasar nasional
dan international. Selanjutnya BKIPM menetapkan misi, yaitu “mewujudkan
pencegahan penyebaran HPIK serta pengendalian mutu dan keamanan
hasil perikanan yang mampu menjamin lalu lintas hasil perikanan yang
sehat, bermutu, aman konsumsi dan terpercaya”.
Dalam rangka implementasi atau penjabaran dari misi, ditetapkan tujuan
yang merupakan sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan pada kurun waktu
tertentu, serta menggambarkan arah strategik organisasi, perbaikan-perbaikan
yang ingin diciptakan sesuai dengan tugas dan fungsi, serta meletakkan kerangka
prioritas untuk memfokuskan program dan kegiatan untuk mencapai tujuan.
Tujuan yang hendak dicapai dalam melaksanakan misi adalah “Meningkatnya
lalu lintas hasil perikanan yang memenuhi sistim jaminan kesehatan,
mutu dan kemanan hasil perikanan”.
Misi dan tujuan tersebut telah dijabarkan ke dalam sasaran strategis BKIPM,
yang menggambarkan sesuatu yang akan dihasilkan selama kurun 2011-2014
dialokasikan dalam melalui program dan kegiatan yang akan dijabarkan lebih
lanjut dalam suatu Rencana Kinerja (performance plan).
Sasaran strategis BKIPM merupakan bagian integral dalam proses
perencanaan strategis BKIPM dan merupakan dasar untuk mengendalikan dan
memantau pencapaian kinerja BKIPM serta lebih menjamin suksesnya
pelaksanaan rencana jangka panjang yang sifatnya menyeluruh yang berarti
menyangkut keseluruhan satuan kerja unit pelaksana teknis di lingkungan
BKIPM.
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
11
Tahun 2014 merupakan tahun kedua bagi Kementerian Kelautan dan
Perikanan dalam mengimplementasikan model pengelolaan kinerja organisasi
berbasis Balanced Scorecard (BSc). Model pengelolaan kinerja ini memiliki
kelebihan dimana dapat membantu penyusunan strategi Kementerian Kelautan
dan Perikanan secara komprehensif dan bervisi jangka panjang yang mencakup
empat aspek sudut pandang, yaitu: Stakeholder, Customer, Internal Process, serta
Learning and Growth.
Strategi dalam empat perspektif tersebut lebih lanjut dituangkan pada peta
strategi dalam suatu dokumen perjanjian kinerja. Dalam dokumen tersebut
dirumuskan setiap sasaran strategis (SS) yang akan dicapai dalam setiap
perspektif dan Indikator Kinerja Utama (IKU) setiap sasaran. Daftar SS BKIPM
tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1
Sasaran Strategis BKIPM Tahun 2014
PRESPEKTIF STAKEHOLDER
SS1 Meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan
PRESPEKTIF CUSTOMER
SS2 Meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan perikanan
SS3 Meningkatnya hasil perikanan yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan
PRESPEKTIF INTERNAL PROCESS
SS4 Tersedianya kebijakan perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan sesuai kebutuhan
SS5 Terselengggaranya modernisasi sistem produksi kelautan dan perikanan, pengolahan dan pemasaran produk kelautan dan perikanan yang optimal dan bermutu
SS6 Terselenggaranya pengendalian, pengawasan dan penegakkan hukum karantina ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan.
PRESPEKTIF LEARNING AND GROWTH
SS7 Tersedianya sumberdaya manusia BKIPM yang kompeten dan professional
SS8 Tersedianya informasi yang valid, handal dan mudah diakses di BKIPM
SS9 Terwujudnya good governance dan clean government di BKIPM
SS10 Terkelolanya anggaran BKIPM yang optimal
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
12
Sasaran Strategis tersebut selanjutnya dipetakan ke dalam peta strategis. Peta
strategi BKIPM menerapkan 4 (empat) perspektif, yaitu: stakeholders perspective,
customers perspective, internal process perspective dan learning and growth
perspective. Stakeholders perspective berisi hal-hal yang harus dihasilkan oleh
organisasi agar dinilai berhasil oleh stakeholders. Customers perspective berisi
ekspektasi dari customer dan apa yang menjadi ukuran keberhasilan atas
pelayanan yang dilaksanakan. Internal Process perspective berisi proses bisnis
seperti apa yang harus dikelola untuk memberikan layanan dan nilai-nilai kepada
stakeholder dan customer, sedangkan prespektif pembelajaran dan pertumbuhan
(learning and growth perspective) berisi sumber daya internal yang dimiliki untuk
melakukan perbaikan dan perubahan sehinggga dapat menghasilkan pelayanan
yang dihasilkan. Peta strategis BKIPM tahun 2014 disajikan pada Gambar 2.1.
berikut ini.
Gambar 2.1
Peta Strategi BKIPM Tahun 2014
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
13
Peta strategi BKIPM tersebut selanjutnya diturunkan, dengan proses yang
disebut cascading, ke seluruh unit eselon II, eselon III dan seterusnya hingga ke
seluruh pegawai BKIPM. Dengan proses cascading tersebut maka strategi BKIPM
didukung oleh seluruh unit dan pegawai BKIPM dalam setiap level. Hal ini
merupakan keunggulan lain dari penerapan pengelolaan kinerja berbasis Bsc.
Wujud nyata dari hasil pengelolaan kinerja dapat dirasakan dengan tercapainya
sebagain besar target kinerja BKIPM secara keseluruhan pada 2011-2014.
Dengan terus memelihara semangat perbaikan yang berkelanjutan
(continuous improvement) maka diharapkan terus ada pembenahan pengelolaan
kinerja BKIPM di masa yang akan datang. Hal ini dilakukan agar visi dan misi
BKIPM dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dapat tercapai.
PERJANJIAN KINERJA 2014
Perjanjian kinerja merupakan pelaksanaan amanat Peraturan Presiden
Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,
dan sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah. Dokumen Perjanjian Kinerja merupakan suatu dokumen
pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan
bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber
daya yang dimiliki oleh intansi.
BKIPM telah menyusun perjanjian kinerja yang ditandatangani oleh Menteri
Kelautan dan Perikanan dan Kepala BKIPM. Dalam Perjanjian Kinerja ini terdapat
10 SS, yang pencapaiannya diukur dengan 32 IKU. Kesepuluh sasaran strategis
tersebut didukung oleh 1 program dan 4 kegiatan utama, yang dilaksanakan oleh
Pusat, 47 UPT KIPM di seluruh wilayah Indonesia, dan 31 LPPMHP.
Perjanjian kinerja BKIPM ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kelautan
dan Perikanan Nomor 89/KEPMEN-KP/SJ/2014 tentang Penetapan Indikator
Kinerja BKIPM Tahun 2014 terdiri dari dari sasaran-sasaran strategis di mana
setiap SS menjadi basis dalam penentuan IKU. Target 32 IKU BKIPM tahun 2014
disajikan pada Tabel 2.2 sebagai berikut.
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
14
Tabel 2.2
Target Kinerja BKIPM Tahun 2014
Program Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target 2014
Program Pengembangan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
Prespektif Stakeholder
1 Meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan
1 Nilai Tukar Nelayan 104
2 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan
102
3 Rata-rata pendapatan pengolah & pemasar per KK/bulan
Rp2 juta
4 Pertumbuhan PDB Perikanan
7,00 %
Prespektif Customer
2 Meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan perikanan
5 Jumlah produksi perikanan budidaya ( Jt Ton)
13,44
6 Jumlah produk olahan hasil perikanan ( Jt Ton)
5,2
3 Meningkatnya hasil perikanan yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan
7 Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan melalui sertifikasi kesehatan ikan ekspor, impor dan antar area
98%
8 Jumlah laboratorium dan lembaga inspeksi yang menerapkan sistem manajemen mutu
33 lab dan 31
lembaga inspeksi
9 Jumlah sertifikasi penerapan sistem jaminan mutu (sertifikat HACCP) di Unit Pengolahan Ikan sebagai persyaratan ekspor
1.125
10 Jumlah sertifikat cara karantina ikan yang baik (CKIB)
10
Prespektif Internal Process
4 Tersedianya kebijakan perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan sesuai kebutuhan
11 Jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan
5
12 Jumlah kebijakan bidang perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan
4
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
15
Program Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target 2014
Program Pengembangan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan hasil Perikanan
5 Terselenggaranya modernisasi sistem produksi kelautan dan perikanan pengolahan dan pemasaran produk kelautan dan perikanan yang optimal dan bermutu
13 Jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra
≤ 10
14 Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan melalui sertifikasi antar area dalam koridor SLIN
98%
15 Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan melalui sertifikasi impor hasil perikanan
98%
16 Jumlah implementasi standar operasional prosedur teknis operasional perkarantinaan ikan
98
17 Jumlah Unit Pengolahan Ikan yang memenuhi persyaratan negara mitra (Approval Number)
50 UPI
18 Persentase sertifikasi kesehatan ikan berbasis in line inspection
20%
19 Jumlah instalasi yang sesuai standar dan laboratorium yang terakreditasi
2 IKI dan 5 lab
20 Jumlah lokasi yang menerapkan aplikasi sistem traceability
4
21 Jumlah metoda uji laboratorium yang divalidasi
48
6 Terselenggaranya pengendalian, pengawasan dan penegakan hukum karantina ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan
22 Rasio penanganan kasus pelanggaran perkarantinaan ikan yang dapat diselesaikan dibanding total kasus yang ditangani
85%
23 Rasio penanganan jumlah kasus pelanggaran mutu dan keamanan hasil perikanan di negara mitra yang dapat diselesaikan dibanding total kasus yang ditangani
85%
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
16
Prespektif Learning and Growth
7 Tersedianya SDM BKIPM yang kompeten dan profesional
24 Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II dan III di BKIPM
50%
8 Tersedianya informasi yang valid, handal dan mudah diakses di BKIPM
25 Service Level Agreement di BKIPM
75%
26 Persepsi user terhadap kemudahan akses di BKIPM (skala likert 1-5)
4,25
9 Terwujudnya good governance & clean government di BKIPM
27 Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Ekternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi di BKIPM
100%
28 Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BKIPM
Nilai AKIP A
29 Indeks kepuasan masyarakat BKIPM
75
30 Nilai inisiatif anti korupsi BKIPM
7,75
31 Nilai Penerapan RB BKIPM
80
10 Terkelolanya anggaran BKIPM secara optimal
32 Persentase penyerapan DIPA BKIPM
> 95%
Sejalan dengan adanya revisi target pada Penetapan Kinerja KKP pada
September 2014 akibat adanya perubahan kebijakan refocusing kegiatan dan
penghematan anggaran, maka BKIPM juga telah melakukan revisi Penetapan
Kinerja 2014. Perubahan tersebut adalah untuk target IKU nomor 1-4 untuk SS1,
dan IKU nomor 5-6 untuk SS2, yang merupakan adopsi langsung dari level 0
dengan unit penanggung jawab IKU nomor 1 dan 4 adalah Direktorat Jenderal
Perikanan Tangkap (Ditjen PT), Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (Ditjen
PB) untuk IKU nomor 2 dan 5, serta IKU nomor 3 dan 6 unit penangungjawabnya
adalah Direktorat Jenderal Pemasaran dan Pengeolahan Hasil Perikanan (Ditjen
P2HP). Penetapan perjanjian kinerja BKIPM Tahun 2014 dapat dilihat pada
Lampiran 1 pada LKj ini.
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
17
III. AKUNTABILITAS KINERJA
CAPAIAN IKU
Dalam pengukuran kinerja, BKIPM telah menetapkan IKU sesuai dengan
periode pelaporan, sedangkan kriteria yang digunakan dalam evaluasi kinerja
pada LKj ini mengikuti pedoman pengelolaan kinerja pada “aplikasi kinerjaku”,
sebagai berikut:
1. Angka maksimum tingkat capaian setiap IKU ditetapkan sebesar 120%;
2. Indeks capaian IKU dikonversikan menjadi maximize semua agar sebanding
dengan yang lainnya;
3. Status capaian IKU yang ditunjukkan dengan warna merah/kuning/hijau,
ditentukan oleh Indeks Capaian IKU, sebagaimana berikut ini:
≤ 80% 80% ≤ Indeks Capaian <
90% ≥ 90%
4. IKU yang memiliki polarisasi maximize, merupakan indikator kinerja yang
menunjukkan ekspektasi arah pencapaian indikator kinerja lebih tinggi dari
nilai target yang ditetapkan;
5. IKU yang memiliki polarisasi minimize, merupakan indikator kinerja yang
menunjukkan ekspektasi arah pencapaian indikator kinerja lebih kecil dari
nilai target yang ditetapkan;
6. IKU yang memiliki polarisasi stabilize, merupakan indikator kinerja yang
menunjukkan ekspektasi arah pencapaian indikator kinerja diharapkan
berada dalam suatu rentang target tertentu. Apabila hasil perhitungan nilai
capaian IKU melampaui target, akan menghasilkan nilai maksimal 120%.
Karena IKU stabilize mengharapkan capaian dalam rentang tertentu di
sekitar target, maka capaian yang dianggap paling baik adalah capaian yang
tepat sesuai dengan target.
Berikut ini disampaikan ringkasan capaian kinerja BKIPM tahun 2014,
disajikan pada Tabel 3.1 di bawah ini.
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
18
Tabel 3.1
Capaian Kinerja BKIPM Tahun 2014
Program Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi %
Capaian Pengembangan karantina ikan, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan
Prespektif stakeholder
1 Meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelautan perikanan
1 NTN 104 104,63 100,75
2 NTPi 102 101,36 99,37
3 Rata-rata pendapatan pengolah dan pemasar (KK/bulan)
Rp2 juta
Rp2,56 juta
120
4 Pertumbuhan PDB Perikanan
7,00% 6,34% 90,57
2
Meningkatnya ketersediaan produk kelautan perikanan
5 Jumlah produksi perikanan budidaya ( jt ton)
13,44 14,52 108,04
6 Jumlah produk olahan hasil perikanan ( jt ton)
5,2 5,21 100,19
Prespektif Customer
3 Meningkatnya hasil perikanan yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan
7 Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan melalui sertifikasi kesehatan ikan ekspor, impor dan antar area
98% 99,97% 102,01
8 Jumlah laboratorium dan lembaga inspeksi yang menerapkan sistem manajemen mutu
33 lab;
31 LI
33 lab; 31 LI
100
9 Jumlah sertifikasi penerapan sistem jaminan mutu (sertifikat HACCP) di Unit Pengolahan Ikan sebagai persyaratan ekspor
1.125 1.556 120^
10 Jumlah sertifikat cara karantina ikan yang baik (CKIB)
10 12 120
Prespektif Internal Proses
4 Tersedianya kebijakan perkarantinaan, mutu dan keamanan hasil perikanan sesuai kebutuhan
11 Jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan
5 4 80
12 Jumlah kebijakan bidang perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan
4 25 120^
5 Terselenggaranya modernisasi sistem produksi kelautan perikanan, pengolahan dan pemasaran produk kelautan perikanan yang optimal dan bermutu
13 Jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra
≤10 ≤10 100
14 Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan melalui sertifikasi antar area dalam koridor SLIN
98% 100% 102,04
15 Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan melalui sertifikasi impor hasil perikanan
98% 100% 102,04
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
19
16 Jumlah implementasi standar operasional prosedur teknis operasional perkarantinaan ikan
98 102 104,08
17 Jumlah Unit Pengolahan Ikan yang memenuhi persyaratan negara mitra (approval number)
50 UPI
128 UPI
120^
18 Persentase sertifikasi kesehatan ikan berbasis in line inspection
20% 20% 100
19 Jumlah instalasi yang sesuai standar dan laboratorium yang terakreditasi
2 IKI, 5 lab
12 IKI, 12 lab
120^
20 Jumlah lokasi yang menerapkan aplikasi sistem traceability
4 4 100
21 Jumlah metoda uji laboratorium yang divalidasi
48 48 100
6 Terselenggaranya pengendalian, pengawasan, dan penegakan hukum karatina ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan
22 Rasio penanganan kasus pelanggaran perkarantinaan ikan yang dapat diselesaikan dibanding total kasus yang ditangani
85% 100% 117,65
23 Rasio penanganan jumlah kasus pelanggaran mutu dan keamanan hasil perikanan di negara mitra yang dapat diselesaikan dibanding total kasus yang ditangani
85%
93,33% 109,80
Prespektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
7 Tersedianya SDM BKIPM yang kompeten dan professional
24 Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II dan III di lingkungan BKIPM
50% 20,36% 120^
8 Tersedianya informasi yang valid, handal dan mudah diakses di BKIPM
25 Service Level Agreement di BKIPM
75% 100% 120^
26 Persepsi user terhadap kemudahan akses (skala likert 1-5)
4,25 3,76 88,47
9 Terwujudnya good governance & clean government
27 Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Eksternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi
100% 79,52% 79,52
28 Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BKIPM
Nilai AKIP A
Nilai AKIP A
100
29 Indeks kepuasan masyarakat BKIPM
75 82,33 109,77
30 Nilai Inisiatif anti korupsi BKIPM
7,75 8,61 111,10
31 Nilai Penerapan RB BKIPM 80 84,76 105,95
10 Terkelolanya anggaran BKIPM secara optimal
32 Persentase penyerapan DIPA BKIPM
> 95% 96,86% 101,96
Sumber Data Keterangan
: :
Capaian IKU 1 dan 4 dari Ditjen PT; IKU 2 dan 5 Ditjen PB, dan IKU 3 dan 6 Ditjen
P2HP
^) tingkat capaian ditetapkan oleh KKP maksimal 120%.
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
20
ANALISIS DAN EVALUASI CAPAIAN IKU
ANALISIS CAPAIAN KINERJA PADA PRESPEKTIF STAKEHOLDER
SS1. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan
perikanan
Keberhasilan capaian sasaran strategis meningkatnya kesejahteraan
masyarakat diukur dengan empat indikator, yaitu nilai tukar
nelayan, nilai tukar pembudidaya ikan, rata-rata pendapatan
pengolah dan pemasar per KK/bulan, dan pertumbuhan PDB
perikanan.
IKU 1 Nilai tukar nelayan
IKU nilai tukar nelayan merupakan salah satu indikator yang digunakan
untuk menilai tingkat kesejahteraan nelayan pada tahun tertentu dibandingkan
dengan tahun dasar. Yang dimaksud dengan nilai tukar nelayan adalah
perbandingan antara indeks harga yang diterima nelayan (It) dengan indeks harga
yang dibayar nelayan (Ib) dalam persentase. Untuk mengukur NTN digunakan
formula sebagai berikut:
Standar kesejahteraan nelayan adalah angka NTN sebesar 100, apabila NTN
di bawah 100 maka nelayan dikategorikan belum sejahtera dan apabila NTN di
atas 100 maka nelayan sejahtera. Pada triwulan III tahun 2014, terdapat
perubahan target NTN dari triwulan sebelumnya, yakni semula 112 menjadi 104.
Penurunan target ini disebabkan oleh adanya penghematan anggaran seluruh
Satuan Kerja lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap yang berdampak
pada pengurangan upaya – upaya (kegiatan) pada Satker untuk mencapai target
NTN yang semula. Tabel 3.2 berikut ini adalah capaian NTN selama tahun 2014.
IKU 1 Analisis Informasi Rumus Perhitungan IKU
Nilai Tukar Nelayan Indeks harga yang diterima nelayan (It) dengan
indeks harga yang dibayar
nelayan
It
Ib
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
21
Tabel 3.2
Perkembangan NTN per Bulan pada 2014
Bulan Komponen
It Ib NTN Nas
Januari 113,02 109,01 103,69
Februari 113,70 109,35 103,98
Maret 113,26 109,55 103,38
April 113,65 109,77 103,53
Mei 114,32 110,05 103,89
Juni 115,39 110,59 104,34
Juli 118.07 111.37 106.02
Agustus 118.96 111.77 106.44
September 119.22 112.07 106.38
Oktober 119.94 112.45 106.66
November 120.12 115.22 104.26
Desember 123,18 119,63 102,97
Rata-rata 116.90 111.74 104.63
Berdasarkan data pada Tabel 3.2 terlihat bahwa capaian angka NTN selama
tahun 2014 mengalami fluktuasi yang sangat dipengaruhi oleh indeks harga yang
diterima nelayan (lt) dengan indeks harga yang dibayar nelayan (lb), dimana
fluktuasi kedua indeks ini akan menyebabkan fluktuasi angka NTN.
Selama periode Januari – Juni 2014 capaian NTN cenderung stabil di atas
103, dan mulai mengalami peningkatan yang pada bulan Juli yang mencapai
106,02 atau meningkat sebesar 1,61% dari sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh
naiknya harga ikan di pasaran yang bertepatan dengan bulan puasa dimana
terdapat permintaan akan ikan yang cukup tinggi sehingga yang diterima oleh
nelayan juga relatif mengalami kenaikan yang signifikan. Pada bulan Juli,
komponen pengeluaran (makanan jadi, perumahan, kesehatan, transportasi dan
komunikasi serta inflasi umum) juga mengalami peningkatan dikarenakan
perayaan Hari Raya Idul Fitri, namun besarnya peningkatan komponen
pengeluaran tersebut masih jauh dibawah peningkatan harga yang diterima
nelayan. Selain itu, komponen indeks yang diterima nelayan juga dipengaruhi
oleh musim penangkapan yang rata-rata cukup baik di seluruh Indonesia pada
periode tersebut.
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
22
Periode bulan Juli – Oktober 2014, kencenderungan capaian NTN terus
meningkat pada kisaran 106 namun pada bulan November NTN mengalami
penurunan yang drastis menjadi 104,26 atau sebesar 2,25% yang disebabkan
oleh kenaikan komponen pengeluaran sebesar 2,46% sedangkan harga yang
diterima nelayan hanya naik sebesar 0,15%. Kenaikan komponen pengeluaran
disebabkan oleh kenaikan harga BBM bersubsidi dan terbatasnya kuota BBM
untuk nelayan. Penurunan angka NTN juga terjadi pada bulan Desember 2014
yang disebabkan oleh kondisi yang sama pada bulan November. Secara rata- rata,
kenaikan indeks harga yang dibayarkan nelayan yakni 0,85% melebihi kenaikan
indeks harga yang diterima nelayan sebesar 0,79%, yang berdampak pada rata –
rata kenaikan NTN tidak cukup besar.
Berdasarkan standar kesejahteraan nelayan adalah di atas 100, maka
terdapat 24 provinsi yang capaian NTN nya di atas 100 dan sebanyak 9 provinsi
yang capaian NTN nya pada kisaran 96,6 – 99,9, yaitu Provinsi Aceh, Riau, Jambi,
Bengkulu, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi
Utara dan Papua.
Tabel 3.3
Capaian IKU 1 pada 2011 - 2014
Uraian Indikator Kinerja Capaian
2011 2012 2013 2014
Nilai Tukar Nelayan 106,24 105,37 102,66 104,63
(Sumber: Ditjen Perikanan Tangkap, KKP, 2014)
Berdasarkan data pada Tabel 3.3 di atas, terlihat bahwa secara nasional
capaian NTN tahun 2014 melebihi capaian tahun 2013, namun apabila dilihat
dari indeks harga yang diterima dan yang dibayarkan oleh nelayan maka terjadi
penurunan di tahun 2014. Namun demikian penurunan kedua indeks tersebut
secara bersamaan dengan besaran yang hampir sama sehingga NTN Nasional
tahun 2014 tetap melebihi angka 100 yang merupakan batas kesejahteraan. NTN
Tahun 2014 juga melebih capaian Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) yang
hanya sebesar 99,25 pada akhir tahun 2014. Hal ini disebabkan harga yang
diterima oleh pembudidaya ikan lebih kecil dibandingkan yang diterima nelayan.
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
23
IKU 2 Nilai tukar pembudidaya ikan
Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) merupakan rasio antara indeks harga
yang diterima oleh pembudidaya ikan (It) terhadap indeks harga yang dibayar oleh
pembudidaya ikan (Ib). NTPi merupakan indikator tingkat kemampuan/daya beli
pembudidaya ikan, sehingga dapat digunakan untuk mengukur tingkat
kesejahteraan masyarakat pembudidaya ikan secara relatif dan merupakan
ukuran kemampuan/daya keluarga pembudidaya ikan untuk memenuhi
kebutuhan subsistennya. Semakin tinggi NTPi, maka akan semakin kuat pula
tingkat kemampuan/daya beli pembudidaya. Cara untuk mengukur capaian NTPi
menggunakan formula sebagai berikut:
Rata-rata NTPi dari Januari – Desember 2014 sebesar 101,36, bila
dibandingkan dengan tahun 2013 NTPi menurun sebanyak 3,34 dan masih
99,37% dibandingkan dengan target 102 tahun 2014. Hal serupa juga terjadi pada
NTPi pada tahun 2010-2014 yang mengalami penurunan dari tahun 2010 sebesar
105,55 menjadi 101,36 pada tahun 2014 (tabel 4). Hal ini dikarenakan pada
tahun 2010 hingga Oktober 2013 penghitungan NTPi masih bergabung dengan
NTN yang dihitung dengan tahun dasar 2007. Namun sejak Oktober 2013, NTPi
dihitung dengan menggunakan perhitungan tahun dasar 2012 dengan
menyesuaikan perubahan pola produksi dan perubahan pola konsumsi rumah
tangga. Pada penghitungan dengan tahun dasar 2012 cakupan jumlah komoditas
dan lokasi perhitungan juga mengalami penambahan menjadi 33 provinsi. Dengan
asumsi volume produksi sama, maka nilai NTPi >100 menunjukkan kesejahteraan
nelayan/pembudidaya meningkat.
IKU 2 Analisis Informasi Rumus Perhitungan IKU
Nilai Tukar Pembudidaya Ikan Indeks harga yang diterima pembudidaya ikan (It)
Indeks harga yang dibayarkan pembudidaya ikan (Ib)
It
Ib
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
24
Tabel 3.4
Capaian IKU 2 pada 2011 – 2014
Uraian Indikator Kinerja Capaian
2011 2012 2013 2014
Nilai Tukar Pembudidaya Ikan 106,26 105,37 104,7 101,36
(sumber: Ditjen Perikanan Budidaya KKP)
NTPi selama Januari hingga Desember fluktuatif sebagaimana pada gambar
dibawah. Secara keseluruhan indeks harga yang diterima oleh pembudidaya
mengalami peningkatan setiap bulannya, namun demikian kenaikannya lebih
kecil dibandingkan dengan kenaikan indeks harga yang harus dibayarkan oleh
pembudidaya. Hal ini kemungkinan dikarenakan inflasi harga-harga kebutuhan
bahan pokok sebagai akibat dari adanya kenaikan harga BBM pada bulan
November 2014 serta dampak dari melemahnya kurs rupiah terhadap dollar
Amerika, yang menyebabkan harga bahan baku pakan ikan ikut melonjak dan
berakibat pada semakin tingginya biaya produksi. Sementara itu harga ikan hasil
budidaya tidak mengalami peningkatan yang cukup signifikan karena
ketersediaan ikan laut yang cukup banyak sebagai akibat dari moratorium ijin
kapal penangkap ikan yang juga berfungsi sebagai kapal pengangkut ikan
termasuk ikan hasil budidaya.
Selanjutnya, NTPi untuk periode 2015-2019 masih menjadi tolok ukur dalam
penilaian kinerja pembangunan perikanan budidaya, dengan target ditahun 2015
sebesar 102, yang berarti bahwa masih diperlukan kerja keras dalam pencapaian
IKU ini mengingat capaian sementara tahun 2014 masih sebesar 99,37% dari
target 2015.
Grafik 3.1
Perkembangan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan Tahun 2014
Gambar 1. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) Tahun 2014
Jan Feb Mar Aprl Mei Juni Juli Agts Sept Okt Nov Des
NTPi 101.6 101.6 101.5 101.7 101.9 101.3 101.8 101.7 101.6 101.4 100.4 99.25
97.5
98
98.5
99
99.5
100
100.5
101
101.5
102
102.5
NTPi
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
25
Secara umum, beberapa kendala dalam pencapaian NTPi diantaranya adalah
biaya produksi perikanan budidaya, terutama untuk pakan masih cukup tinggi
yaitu mencapai 60-70% dari biaya produksi selain itu naiknya harga kebutuhan
pokok sebagai akibat dari kenaikan harga BBM memberikan kontribusi yang
cukup signifikan dalam pencapaian NTPi. Oleh karena itu diperlukan upaya
untuk peningkatan upaya penyediaan pakan murah dan terjangkau serta
berkualitas sesuai dengan jenis komoditas yang dikembangkan melalui
perekayasaan teknologi.
IKU 3 Rata-rata pendapatan pengolah dan pemasar (KK/bulan)
Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan
maupun natura sebagai hasil penjualan pengolah dan pemasar setelah dikurangi
biaya-biaya produksi. Selain itu, pendapatan juga dapat digunakan untuk
mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat secara relatif dan merupakan
ukuran kemampuan keluarga pengolah dan pemasar hasil perikanan untuk
memenuhi kebutuhannya. Target rata-rata pendapatan pengolah dan pemasar
tahun 2014 adalah Rp 2 juta per KK/bulan. Untuk mengukur IKU 3
menggunakan formula di bawah ini:
Capaian rata-rata pendapatan pengolah dan pemasar dihitung dari
pendapatan penerima program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP-
P2HP) tahun sebelumnya sebagai dampak dari sasaran program penerima
bantuan PUMP. Dari sampel kelompok pada 100 kab/kota di 29 provinsi
penerima PUMP P2HP tahun sebelumnya, diperoleh hasil hitungan rata-rata
pendapatan pengolah dan pemasar (KK/Bulan) sebesar Rp2.560.170, atau setara
dengan pencapaian 120% dari target. Rata-rata pendapatan pengolah dan
IKU 3 Analisis Informasi Rumus Perhitungan IKU
Rata-rata pendapatan pengolah & pemasar (KK/bulan)
Total uang yang didapat seluruh kepala keluarga dalam satu bulan (A)
Jumlah kepala keluarga (B)
A
B
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
26
pemasar ini relatif meningkat 1,07% apabila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, yakni Rp 2.297.705.
Tabel 3.5
Capaian IKU 3 pada 2013-2014
Indikator Kinerja Utama Tahun Pertumbuhan
(%) 2013 2014
Rata-rata Pendapatan Pengolah dan Pemasar (KK/Bulan) (Rp Juta)
2,30 2,56 11,42
(sumber: Ditjen P2HP KKP)
Program PUMP-P2HP dalam bentuk bantuan langsung masyarakat yang
dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan kelompok untuk pengembangan
usahanya, berkontribusi dalam peningkatan pendapatan pengolah dan pemasar di
atas upah rata-rata minimum DKI Jakarta tahun 2014 sebesar Rp 2.441.301,- per
KK/bulan.
IKU 4 Pertumbuhan PDB perikanan
PDB perikanan diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa
perikanan yang diproduksi dalam jangka waktu tertentu (per tahun). Adapun
angka persentase pertumbuhan PDB Perikanan diperoleh dengan
membandingkan nilai PDB Perikanan (berdasarkan harga konstan) tahun 2014
dengan tahun 2013. Untuk mengukur PDB maka digunakan formula sebagai
berikut:
Pertumbuhan PDB perikanan tahun 2014 ditargetkan mencapai 7%.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, pertumbuhan PDB perikanan
berdasarkan harga konstan tahun 2000 dalam kurun waktu setahun terakhir
IKU 4 Analisis Informasi Rumus Perhitungan IKU
Pertumbuhan PDB Perikanan (%)
Pengeluaran rumah tangga (C)
Pengeluaran pemerintah (G)
Pengeluaran investasi (I)
Nilai Ekspor (E)
Nilai Impor (I)
Prosentase
C + G + I + (E – I) * 100%
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
27
sebesar 6,34%, atau tercapai 90,57% dari target yang telah ditetapkan. Angka
pertumbuhan PDB perikanan ini merupakan capaian s/d triwulan III tahun 2014,
sehingga sifatnya masih sementara, sambil menunggu angka capaian
pertumbuhan PDB perikanan s/d triwulan IV tahun 2014.
Tabel 3.6
Capaian IKU 4 pada 2010-2014
Indikator Kinerja Utama
Tahun Pertumbuhan (%) 2010-2014 2010 2011 2012 2013 2014*
Pertumbuhan PDB Perikanan (%)
6,04 6,96 6,49 6,86 6,34 1,64
Keterangan: *) s/d Triwulan III
Apabila ditelaah selama kurun waktu 2010-2014, maka pertumbuhan PDB
perikanan meningkat rata-rata sebesar 1,64% per tahun. Dalam empat tahun
terakhir PDB perikanan tumbuh di atas rata-rata nasional dan sektor pertanian
secara umum. Hal ini menunjukkan bahwa perikanan memegang peranan
strategis dalam mendorong pertumbuhan pada PDB kelompok pertanian secara
umum, maupun pada PDB nasional.
Tabel 3.7
PDB Perikanan, 2010-2014 (Rp Miliar)
Sumber: Badan Pusat Statistik
TW I TW II TW III
Kelompok Pertanian 985.470,5 1.091.447,1 1.193.452,9 1.311.037,3 361.004,70 368.745,50 398.427,20
a. Tanaman Bahan Makanan 482.377,1 529.967,8 574.916,3 621.832,7 190.716,90 171.326,90 187.493,70
b. Tanaman Perkebunan 136.048,5 153.709,3 162.542,6 175.248,4 36.080,30 55.068,80 61.855,10
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 119.371,7 129.297,7 145.720,0 165.162,9 43.263,80 44.214,80 47.116,70
d. Kehutanan 48.289,8 51.781,3 54.906,5 56.994,2 13.207,80 15.872,60 15.082,80
e. P e r i k a n a n 199.383,40 226.691,00 255.367,50 291.799,10 77.735,90 82.262,40 86.878,90
Produk Domestik Bruto (PDB) 6.446.851,9 7.419.187,1 8.229.439,4 9.083.972,2 2404227,9 2.483.840,5 2.619.869,7
PDB Tanpa Migas 5.941.951,9 6.795.885,6 7.588.322,5 8.416.039,5 2220590,7 2.304.397,1 2.438.808,8
Persentase PDB Perikanan
Persentase terhadap kelompok pertanian 20,23 20,77 21,40 22,26 21,53 22,31 21,81
Persentase terhadap PDB 3,09 3,06 3,10 3,21 3,23 3,31 3,32
Persentase terhadap PDB tanpa Migas 3,36 3,34 3,37 3,47 3,50 3,57 3,56
Kelompok Pertanian 304.777,1 315.036,8 328.279,7 339.890,2 88.583,40 91.057,90 97.193,40
a. Tanaman Bahan Makanan 151 500,7 154 153,9 158 910,1 161 969,5 47.403,20 42.705,70 46.061,20
b. Tanaman Perkebunan 47 150,6 49 260,4 52 325,4 54 903,0 10.686,50 16.209,50 18.535,30
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 38 214,4 40 040,3 41 918,6 43 914,0 11.064,10 11.265,80 11.637,90
d. Kehutanan 17 249,6 17 395,5 17 423,0 17 442,5 3.843,80 4.595,70 4.326,20
e. P e r i k a n a n 50.661,80 54.186,70 57.702,60 61.661,20 15.585,80 16.281,20 16.632,80
Produk Domestik Bruto (PDB) 2.314.458,8 2.464.566,1 2.618.938,4 2.770.345,1 706.533,00 724.133,30 745.576,60
PDB Tanpa Migas 2.171.113,5 2.322.653,1 2.481.796,7 2.636.976,0 673.807,20 691.606,70 712.620,90
Pertumbuhan PDB
Perikanan 6,04 6,96 6,49 6,86 6,89 6,25 6,34
Kelompok pertanian 3,01 3,37 4,20 3,54 3,16 3,43 3,74
Produk Domestik Bruto (PDB) 6,22 6,49 6,26 5,78 5,2 5,12 5,01
PDB Tanpa Migas 6,60 6,98 6,85 6,25 5,56 5,49 5,32
Berd
asar
harg
a k
on
stan T
ahun
2000
Berd
asar
harg
a b
erl
aku
2014***)Lapangan Usaha2010 2011 2012*) 2013**)
Tahun
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
28
ANALISIS CAPAIAN KINERJA PADA PRESPEKTIF CUSTOMER
SS2. Meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan perikanan
Dalam rangka mendukung peningkatan kesejahteraan masyakarat
kelautan dan perikanan dalam ketahanan pangan (food security)
nasional, maka ketersediaan produk kelautan dan perikanan
menjadi bagian penting yang harus dipenuhi. Ketersediaan ini
tentunya tidak hanya mempertimbangkan dari sisi volume produksi
saja, namun juga perlu ada jaminan terhadap mutu/kualitas produk
dan keamanan pangan (food safety), sehingga mempunyai daya
saing. Dalam pencapaian sasaran strategis ini, BKIPM
mengidentifikasi dua indikator kinerja utama yang merupakan
indikator kementerian yang diadopsi langsung. IKU pada SS2 ini
adalah jumlah produksi perikanan budidaya dan Jumlah produk
olahan hasil perikanan, sebagai berikut.
IKU 5 Jumlah produksi perikanan budidaya (juta ton)
IKU ini bertujuan untuk mengukur jumlah produksi perikanan budidaya
selama tahun 2014, sedangkan untuk mengukur IKU ini digunakan formula
sebagai berikut:
Capaian sementara Produksi Perikanan Budidaya sampai dengan triwulan IV
tahun 2014 yaitu sebesar 14.521.349 ton atau (107,97%) dari target sebesar
13.449.206 ton dengan capaian nilai produksi sebesar Rp109,784 miliar atau
capaian (90,17%) dari target sebesar Rp121,758 miliar. Belum tercapainya target
nilai produksi perikanan budidaya disebabkan karena angka produksi udang yang
belum mencapai target, mengingat nilai produksi udang memberikan pengaruh
yang cukup signifikan terhadap total nilai produksi perikanan budidaya.
IKU 5 Analisis Informasi Rumus Perhitungan IKU
Jumlah produksi perikanan budidaya (Jt Ton)
Realisasi jumlah produksi perikanan budidaya di daerah (provinsi/kab/kota) (A)
��
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
29
Disamping itu, harga beberapa komoditas ikan menurun, diantaranya adalah
kakap dari Rp43.500/kg menjadi Rp30.000/kg. Angka produksi dan nilai
produksi tersebut terbagi dalam produksi budidaya air tawar, payau dan laut
sebagaimana terinci pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8
Capaian IKU 5 pada 2011-2014
Indikator
2011 2012 2013 2014* %
Kenaikan rata-rata Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian* %
Vol. perikanan budidaya (ton)
6.847.500 7.928.963 9.415.700 9.675.532 11.632.122 13.300.906 13.449.206 14.521.349 107,97 23,74
budidaya air tawar
1.821.820 1.586.261 2.479.210 1.982.161 3.354.668 2.576.964 2.901.806 2.751.108 94,81 22,23
budidaya air payau
1.063.700 933.161 1.263.750 1.001.032 1.440.781 2.344.671 2.470.850 2.392.159 96,82 37,09
budidaya laut 3.961.980 5.409.541 5.672.740 6.692.339 6.836.673 8.379.271 8.076.550 9.378.082 116,11 22,87
Ket: *) Angka sementara (Ditjen Perikanan Budidaya)
Selama kurun waktu 2010-2014, produksi perikanan budidaya
memperlihatkan trend yang positif yaitu mengalami peningkatan dengan rata-rata
per tahun mencapai 23,74% (tabel 14). Angka tersebut juga diikuti oleh kinerja
positif peningkatan nilai produksi perikanan budidaya dalam kurun waktu yang
sama dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 16,12%.
Produksi sementara perikanan budidaya tahun 2014 masih didominasi oleh
komoditas rumput laut sebesar 10.234.357 ton atau 70,47% dari total produksi,
ikan sebesar 3.694.773 ton atau 25,44% dari total produksi, dan udang sebesar
592.219 ton atau 4,07% dari total produksi (tabel 13). Capaian produksi tahun
2014 meningkat 9,17% dari tahun sebelumnya. Capaian produksi tersebut
didukung oleh ketersediaan benih, dengan produksi benih s/d triwulan IV tahun
2014 telah melebihi target yaitu sebesar 88 milyar ekor (122,56%), terutama
untuk komoditas ikan air tawar (tabel 16). Capaian benur udang, benih kerapu
dan kakap (data sementara) yang masih di bawah target dimungkinkan menjadi
salah satu faktor belum tercapainya produksi ikan untuk komoditas tersebut. Hal
ini dikarenakan biaya pakan yang cukup tinggi pada komoditas diatas sehingga
menyebabkan berkurangnya minat para pembenih untuk melakukan pembenihan
kakap, kerapu dan udang serta berkurangnya produktivitas induk.
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
30
IKU 6 Jumlah produk olahan hasil perikanan
Jumlah produk olahan hasil perikanan tahun 2014 ditargetkan mencapai
5,2 juta ton. Untuk mengukur IKU 6 digunakan formula sebagai berikut:
Perhitungan volume produk olahan UPI skala UMKM dilakukan melalui
metoda sampling atau quick count, dengan formulasi perhitungan adalah sebagai
berikut:
Keterangan: VP : volume produk per tahun (kg) F : frekuensi produksi (siklus) per tahun Ps : volume produk per siklus (kg) UPI : jumlah unit dari UPI per pengelompokkan
Sedangkan perhitungan volume produk olahan UPI skala besar dilakukan
dengan menggunakan metode sampling peluang dan sampling purposif.
Berdasarkan metode sampling tersebut, pengambilan data dilakukan di UPI dan
selanjutnya data tersebut disinergikan dengan volume ekspor produk perikanan
dengan formulasi sebagai berikut:
Keterangan : Ќ : Kapasitas rata-rata n : Jumlah UPI Besar α : proporsi produk modern yang diekspor Ū : Utilitas rata-rata E : Data produk ekspor
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh data bahwa
jumlah produk olahan hasil perikanan tahun 2014 adalah sebesar 5.213.079 ton,
yang terdiri dari jumlah produksi olahan UPI skala UMKM sebesar 3.613.079 ton
dan jumlah produksi olahan UPI skala besar 1.600.000 ton. Dengan demikian,
jumlah produk olahan hasil perikanan dalam kurun waktu setahun terakhir
meningkat sebesar 1,07%, yakni 5,16 juta ton pada tahun 2013 menjadi 5,21 juta
ton pada tahun 2014, atau tercapai 100,25% dari target yang telah ditetapkan.
IKU 6 Analisis Informasi Rumus Perhitungan IKU
Jumlah produk olahan hasil perikanan (Jt Ton)
Volume produksi olahan UPI besar (A)
Volume produksi olahan skala mikro/UKM (B)
VP = Ps * F * UPI
V = n Ū Ќ + (1 – α) E
A + B
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
31
Tabel 3.9
Capaian IKU 6 pada 2011-2014
Indikator Kinerja Utama Capaian
2011 2012 2013 2014
Jumlah produk olahan hasil perikanan (juta ton)
4,58 4,83 5,24 5,21
Peningkatan jumlah produk olahan hasil perikanan didukung dengan
pelaksanaan kegiatan fasilitasi pengembangan industri pengolahan hasil
perikanan, diantaranya melalui: fasilitasi sarana dan prasarana pengolahan dan
sistem rantai dingin yang diberikan kepada para pengolah sehingga meningkatkan
kapasitas produksi usahanya dan bimbingan teknis pengolahan maupun tata cara
pengolahan yang baik kepada para pengolah yang akan berdampak pada
meningkatnya ragam, nilai tambah dan mutu produk perikanan yang dihasilkan.
Meskipun meningkat, dalam pencapaian jumlah produk olahan ditemui
beberapa permasalahan, antara lain:
1. Ketersediaan bahan baku yang tidak dapat diperkirakan. Bahan baku
tersebut dipengaruhi oleh cuaca, musim, sumber daya ikan dan impor bahan
baku ikan;
2. Penerapan jaminan mutu di UPI masih belum optimal, utamanya di UPI
skala UMKM;
3. Sarana dan prasarana pengolahan masih terbatas, khususnya di UPI skala
UMKM;
4. Kegiatan yang ideal untuk melakukan perhitungan volume produk olahan
hasil perikanan adalah dengan melakukan sensus di 33 Provinsi dan
Kabupaten/Kota yang memiliki potensi perikanan, namun terkendala
dengan sumber daya yang tersedia.
Rencana dan tidak lanjut yang akan dilakukan untuk menjawab
permasalahan tersebut, yaitu:
- merealisasikan sistem logistik ikan nasional (SLIN) secepatnya dan
mengendalikan impor dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku
industri pengolahan ikan skala besar;
- Melakukan pembinaan terhadap UPI skala UMKM dan besar, terutama
dalam hal penerapan sanitasi;
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
32
- Mengembangkan dan mengoptimalkan sarana dan prasarana pengolahan;
- Untuk memperoleh rentang data yang luas, kegiatan perhitungan volume
produksi olahan skala UMKM dilaksanakan di 33 Provinsi yang tersebar di 3
bagian wilayah Indonesia (Barat, Tengah dan Timur) dengan tetap
menerapkan metode sampling.
SS3. Meningkatnya hasil perikanan yang memenuhi sistem
jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan
Sasaran strategis ini merupakan salah satu dari tujuan program
BKIPM dalam rangka melindungi kelestarian sumber daya hayati
perikanan dan kelautan dari Hama Penyakit Ikan Karantina (HPIK)
serta menjamin mutu dan keamanan hasil perikanan nasional
dengan indikator meningkatnya persentase media pembawa yang
memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan melalui sertifikasi
kesehatan ikan ekspor, impor dan antar area, menurunnya jumlah
kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra, dan
meningkatnya jumlah sertifikasi penerapan sistem jaminan mutu
(sertifikat Hazard Analysis Critical Control Point/HACCP) di Unit
Pengolahan Ikan (UPI) sebagai persyaratan ekspor.
IKU 7 Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan melalui sertifikasi kesehatan ikan ekspor, impor dan antar area
IKU 7 bertujuan untuk mengukur prosentase sertifikasi kesehatan ikan
dan/atau benda lain yang dilalu lintas media pembawa dari luar negeri ke dalam
negeri, dari dalam negeri ke luar negeri, antar daerah dalam satu pulau, atau
pulau, atau kelompok pulau yang dapat membawa hama dan penyakit ikan
karantina sesuai ketentuan yang berlaku. IKU ini sepenuhnya dilaksanakan di
UPT KIPM kecuali BUSKIPM.
Untuk mengukur IKU 7 ini digunakan formula dengan membandingkan
jumlah sertifikat kesehatan karantina ikan (KID-1, KID-2, KID-3) yang diterbitkan
dengan jumlah permohonan pemeriksaan karantina (PPK) selama tahun 2014.
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
33
PPK meliputi semua media pembawa yang dilalulintaskan melalui ekspor, impor
dan antar area dalam wilayah negara Republik Indonesia.
Penerbitan sertifikat kesehatan ikan ini harus sesuai standardisasi terhadap
pelaksanaan tindakan karantina ikan dalam rangka pencegahan hama dan
penyakit ikan. Formula untuk menghitung IKU 7 seperti dibawah ini.
Capaian indikator ini pada tahun 2014 adalah sebesar 99,97% dari target
98% yang ditetapkan, dengan tingkat capaian sebesar 103,25%. Sebagai
perbandingan, pada 2013 capaian kinerja untuk indikator ini adalah sebesar
99,12% dari target 96%. Perbandingan capaian tahun 2011 – 2014 dapat dilihat
pada Tabel 3.10 di bawah ini.
Tabel 3.10
Capaian IKU 7 Tahun 2011 - 2014
Uraian Indikator Kinerja Capaian
2011 2012 2013 2014
Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan melalui sertifikasi kesehatan ikan ekspor, impor dan antar area
98,45 % 98,48 % 99,12% 99,97%
Pencapaian indikator kinerja ini didukung oleh pencapaian sasaran dan
target indikator kinerja kegiatan pengembangan dan pembinaan karantina ikan,
yang dilaksanakan di unit pelaksana teknis. Kontribusi pembangunan karantina
ikan, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan terhadap pembangunan
kelautan dan perikanan salah satunya diwujudkan dengan pelaksanaan sistem
jaminan kesehatan ikan. Kegiatan tersebut menggambarkan aktifitas pelaksanaan
tugas dan fungsi perkarantinaan ikan yang dimanifestasikan melalui pelayanan
sertifikat kesehatan ikan dan tindakan karantina ikan di UPT KIPM seluruh
Indonesia. Tindakan karantina ikan dan pelayanan sertifikat kesehatan ikan
IKU 7 Analisis Informasi Rumus Perhitungan IKU
Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan melalui sertifikasi kesehatan ikan ekspor, impor dan antar area
Realisasi jumlah sertifikat kesehatan ikan yang diterbitkan UPT-BKIPM (A)
Jumlah PPK yang diajukan (B)
Persentase
A
B X 100%
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
34
dilakukan terhadap media pembawa yang dilalulintaskan secara impor, ekspor
dan domestik.
Grafik 3.2
Perbandingan Capaian dan Target IKU 7 Tahun 2011-2014
Tabel 3.11
Data Lalu Lintas Komoditas Perikanan Tahun 2011-2014
Lalu lintas Tahun
2011 2012 2013 2014
Ekspor Mati (ton) 436.354 233.599 315.938 336.618
Hidup (ribu ekor) 524.676 609.338 743.263 1.664.405
Impor Mati (ton) 305.643 264.303 241.098 195.490
Hidup (ribu ekor) 887 2.393 1.585 2.956
Domestik Masuk Mati (ton) 4.155 38.799 28.996 52.694
Hidup (ribu ekor) 1.782.003 2.205.160 3.569.153 4.090.501
Domestik Keluar Mati (ton) 139.569 157.599 225.644 312.526
Hidup (ribu ekor) 4.444.502 4.977.547 6.714.757 9.024.314
Transit Mati (ton) - 24 1.134 618
Hidup (ribu ekor) - 13 120 561
Total Mati (ton) 923.116 6.943 811.648 897.946
Hidup (ribu ekor) 6.760.051 7.794.437 11.028.757 14.782.737
(Sumber: Statistik website BKIPM)
IKU 8 Jumlah laboratorium dan lembaga inspeksi yang menerapkan sistem manajemen mutu
Sistem manajemen adalah suatu pola pengaturan, pengambilan keputusan,
serta perbaikan berkelanjutan yang berkaitan dengan suatu usaha tertentu,
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
35
ditinjau dari suatu konteks kepentingan tertentu melalui penilaian kesesuaian.
Penilaian kesesuaian adalah rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menilai
kesesuaian suatu produk, proses, sistem manajemen dan atau komptensi personil
terhadap Standar Nasional Indonesia (SNI) atau pun standar internasional (ISO).
Penerapan Sistem Manajemen Mutu diharapkan dapat mencegah dan mendeteksi
terjadinya kesalahan sehingga dapat mencegah terjadinya kerugian yang lebih
besar. Terkait dengan penerapan sistem manajemen mutu, pada tahun 2014 telah
dilakukan audit internal, audit surveillance, serta Rapat Tinjauan Manajemen di
seluruh unit kerja BKIPM.
IKU ini bertujuan untuk mengukur jumlah laboratorium dan lembaga
inspeksi yang menerapkan sistem manajemen mutu ISO 17020. Laboratorium
adalah laboratorium kesehatan ikan di lingkungan KKP yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia, sedangkan lembaga inspeksi adalah laboratorium LPPMHP
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi yang menerima pendelegasian wewenang
dari Otoritas Kompeten BKIPM dalam rangka memberikan jaminan kesehatan
ikan, mutu keamanan hasil perikanan. Pendelegasian wewenang kepada LPPMHP
sebagai lembaga inspeksi dan sertifikasi dalam penerbitan sertifkat kesehatan
ditetapkan dalam Keputusan Kepala BKIPM Nomor 115/KEP-BKIPM/2013.
Pendelegasian wewenang tersebut diberikan kepada 31 LPPMHP di 26 propinsi.
Setiap tahun BKIPM melakukan verifikasi ulang terhadap laboratorium dan
lembaga inspeksi dalam penerapan sistem manajemen mutu. Untuk mengukur
IKU ini digunakan formula adalah sebagai berikut:
Sebagai instansi yang memberikan pelayanan publik, BKIPM terus
mengembangkan Sistem Manajemen Mutu yang akan mengintegrasikan semua
fungsi yang ada di BKIPM,. Dengan demikian diharapkan BKIPM mampu
menampilkan kinerja yang lebih baik, efektif, efisien, menghindari duplikasi dan
IKU 8 Analisis Informasi Rumus Perhitungan IKU
Jumlah laboratorium dan lembaga inspeksi yang menerapkan sistem manajemen mutu
Jumlah rekomendasi yang diterbitkan Kepala Pusat MM terkait hasil verifikasi terhadap konsistensi laboratorium kesehatan ikan dan lembaga inspeksi (LPPMHP) dalam penerapan sistem manajemen mutu ISO 17020 dan ISO 17025 (A)
ƩA
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
36
tumpang tindih, memberikan kepastian pelayanan, yang pada akhirnya
diharapkan dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan.
Tahun 2014 BKIPM telah memverifikasi dan menerbitkan rekomendasi
terhadap 64 laboratorium dan lembaga inspeksi dari 64 yang ditargetkan, yang
terdiri dari 33 laboratorium UPT KIPM dan 31 lembaga inspeksi (LPPMHP), seperti
disajikan dalam Tabel 3.12 di bawah ini.
Tabel. 3.12
Hasil Verifikasi Sistem Manajemen Mutu Tahun 2011-2014
Tahun
LPPMHP/Lembaga Inspeksi (ISO 17020)
Laboratorium UPT KIPM (ISO 17025)
Target Realisasi Target Realisasi
2011 28 28 6 6
2012 31 31 13 17
2013 31 31 23 28
2014 31 31 33 33
(Sumber : Pusat Manajemen Mutu, BKIPM, 2014)
Laboratorium UPT KIPM tersebut adalah Balai Besar KIPM Jakarta I, Balai
Besar KIPM Makassar, Balai KIPM Kelas I Surabaya I, BUSKIPM, Balai KIPM Kelas
I Denpasar, Balai KIPM Kelas I Balikpapan, Balai KIPM Kelas I Jayapura, Balai
KIPM Kelas I Jakarta II, Balai KIPM Kelas I Surabaya II, Balai KIPM Kelas II
Semarang, Balai KIPM Kelas II Palembang, Balai KIPM Kelas II Samarinda, Balai
KIPM Kelas II Manado, Stasiun KIPM Kelas I Batam, Stasiun KIPM Kelas I
Lampung, Stasiun KIPM Kelas I Entikong, Stasiun KIPM Kelas I Jambi, Stasiun
KIPM Kelas I Padang, Stasiun KIPM Kelas I Palu, Stasiun KIPM Kelas I
Palangkaraya, Stasiun KIPM Kelas I Yogyakarta, Stasiun KIPM Kelas I Aceh,
Stasiun KIPM Kelas I Ambon, Stasiun KIPM Kelas I Pontianak, Stasiun KIPM Kelas
I Kendari, Stasiun KIPM Kelas I Pekanbaru, Stasiun KIPM Kelas II Cirebon,
Stasiun KIPM Kelas II Merauke, Stasiun KIPM Kelas II Tarakan, Stasiun KIPM
Kelas II Merak, Stasiun KIPM Kelas II Tanjung Balai Asahan, Stasiun KIPM Kelas
II Tanjungpinang, dan Stasiun KIPM Kelas II Bima.
Sedangkan 31 lembaga inspeksi dan sertifikasi tersebut adalah LPPMHP
Aceh, Medan, Padang, Tanjung Pinang, Palembang, Lampung, Tangerang, DKI
Jakarta, Cirebon, Pekalongan, Cilacap, Semarang, Surabaya, Banyuwangi,
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
37
Denpasar, Mataram, Kupang, Pontianak, Banjarbaru, Tarakan, Samarinda,
Makasar, Kendari, Palu, Gorontalo, Bitung, Ternate, Ambon, Tual, Sorong, dan
Merauke.
IKU 9 Jumlah sertifikasi penerapan sistem jaminan mutu (sertifikat HACCP) di Unit Pengolahan Ikan (UPI) sebagai persyaratan ekspor
Sertifikat Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah sertifikat yang
diterbitkan oleh Otoritas Kompeten BKIPM kepada Unit Pengolahan Ikan (UPI)
sebagai pengakuan bahwa UPI tersebut telah menerapkan sistem jaminan mutu
dan keamanan hasil perikanan. Untuk mengukur IKU 9 digunakan formula
sebagai berikut:
Pada tahun 2014 realisasi jumlah sertifikat HACCP yang diterbitkan adalah
sebanyak 1.556 sertifikat dari target IKU sebanyak 1.125 sertifikat. Pencapaian
target kinerja ini melebihi 100% dikarenakan adanya penambahan UPI baru,
adanya penambahan ragam produk dan ruang lingkup jenis produk yang
diproduksi.
Tabel 3.13
Capaian IKU 9 pada 2011 - 2014
Uraian Indikator Kinerja Capaian
2011 2012 2013 2014
Jumlah sertifikasi penerapan sistem jaminan mutu (sertifikat HACCP) di Unit Pengolahan Ikan sebagai persyaratan ekspor
1.133 1.145 1.219 1.556
(Sumber: Pusat Sertifikasi Mutu, BKIPM, 2014)
IKU 9 Analisis Informasi Rumus Perhitungan IKU
Jumlah sertifikasi penerapan sistem jaminan mutu (sertifikat HACCP) di Unit Pengolahan Ikan sebagai persyaratan ekspor
Realisasi jumlah sertifikat HACCP untuk setiap UPI yang diterbitkan Kepala BKIPM (A)
ƩA
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
38
Faktor penyebab banyaknya kenaikan jumlah sertifikat HACCP tahun 2011-
2014 ini disebabkan karena UPI yang terdaftar mempunyai keinginan untuk
memenuhi persyaratan ekspor negara mitra, kegiatan inspeksi dan verifikasi yang
terjadwal, dan adanya usaha dalam peningkatan layanan sertifikasi HACCP yang
lebih efisian dan efektif.
Grafik 3.3
Target dan Capaian IKU 9 Tahun 2011-2014
IKU 10 Jumlah sertifikat Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB)
Cara karantina ikan yang baik (CKIB) adalah metode pelaksanaan proses
produksi ikan dengan menerapkan standar In-Line Inspection dalam lingkungan
budidaya yang terkontrol, dengan teknologi yang memenuhi persyaratan bio-
sekuriti dan tertelusur. Sertifikat Cara Karantina Ikan yang Baik adalah Sertifikat
yang dikeluarkan oleh BKIPM yang menyatakan bahwa unit pembenihan,
pembesaran dan penampungan/pengumpul ikan (UUPI) telah melaksanakan
prinsip-prinsip cara karantina ikan yang baik.
Tindakan karantina secara terintegrasi berbasis in line inspection, dilakukan
melalui penerapan standar kesehatan ikan mulai dari negara/area asal, tindakan
karantina ikan di tempat pemasukan/pengeluaran, dan penerapan prinsip
biosecurity dalam pengelolaan media pembawa, serta pemantauan HPIK dan/atau
HPI tertentu secara periodik di area/tempat tujuan. Semua tahapan kegiatan
tersebut dilakukan pencatatan secara baik, dan didokumentasikan, untuk
memudahkan penelusuran status kesehatan ikan yang ada di unit usaha tersebut
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
39
In line inspection adalah rangkaian kegiatan pemeriksaan kesehatan Ikan
yang dilakukan secara periodik, dan berkelanjutan terhadap populasi ikan, dalam
rangka pengendalian HPIK/HPI tertentu, sehingga aman untuk dilalulintaskan.
Penerapan ILI dimulai pada tahun 2013. Untuk mengkur IKU 10 menggunakan
formula adalah sebagai berikut:
Pada tahun 2014, realisasi jumlah sertifikat CKIB yang diterbitkan adalah
sebanyak 12 sertifikat untuk Unit Usaha Pembudidaya Ikan (UUPI) yang telah
memenuhi persyaratan. Jumlah tersebut melampaui target IKU yang telah
ditetapkan seperti terlihat pada Tabel 3.14.
Tabel 3.14
Capaian IKU 10 pada 2011 - 2014
Uraian Indikator Kinerja Capaian
2011 2012 2013 2014
Jumlah sertifikat cara karantina ikan yang baik (CKIB)
- - 5 12
(Sumber: Pusat Karantina Ikan, BKIPM, 2014) Ket.: IKU 10 baru dilakukan pengukuran pada tahun 2013
Pembinaaan dalam rangka penerapan CKIB dan usaha peningkatan
kesadaran pengelola UUPI merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan
IKU ini dan BKIPM akan terus melakukan pembinaan kepada pengelola UUPI
melalui kegiatan apresiasi, monitoring dan inspeksi penerapan CKIB. Pada tabel
3.15 disajikan UUPI yang telah disertifikasi CKIB selama tahun 2014. UUPI yang
telah mendapatkan sertifikat CKIB memiliki keuntungan karena akan akan
diregistrasi ke negara tujuan ekspor, sebagai pengakuan bahwa UUPI tersebut
dapat dikatagorikan eksportir yang memenuhi persyaratan Otoritas Kompeten
negara tujuan ekspor. Disamping itu, eksportir yang telah mendapatkan sertifikat
CKIB mendapatkan pelayanan inklusif dalam proses pelayanan penerbitan
sertifikat kesehatan ikan di UPT KIPM.
IKU 10 Analisis Informasi Rumus Perhitungan IKU
Jumlah sertifikat cara karantina ikan yang baik (CKIB)
Realisasi jumlah sertifikat CKIB untuk UUPI yang ditetapkan Kepala BKIPM (A)
ƩA
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
40
Tabel 3.15
UUPI Bersertifikat CKIB Tahun 2014
No Perusahaan Nomor SCKIB
1 PT. Bibit Unggul, Mataram 63/BKIPM/V/2014
2 PT. Central Pertiwi Bahari, Situbondo 143/BKIPM/V/2014
3 UD. Bali Sukses Mandiri, Bali 226/BKIPM/V/2015
4 CV. Musi Jaya, Bali 227/BKIPM/V/2014
5 CV. Aquazone Indonesia, Bandung 317/BKIPM/VII/2014
6 UD. Halim Fishery, Medan 315/BKIPM/VII/2014
7 UD. Inti Aquarium, Medan 319/BKIPM/VII/2014
8 PT. Prima Larvae, Lampung 318/BKIPM/VII/2014
9 PT. Syaqua Indonesia, Lampung 316/BKIPM/VII/2014
10 CV. Prima Aquatics Indonesia 546/BKIPM/XII/2014
11 CV. Sari Agung 547/BKIPM/XII/2014
12 CV. Aquamarindo 548/BKIPM/XII/2014
CAPAIAN KINERJA PADA PRESPEKTIF INTERNAL PROCESS
SS4. Tersedianya kebijakan perkarantinaan ikan, mutu dan
keamanan hasil perikanan sesuai kebutuhan
Tersedianya kebijakan perkarantinaan ikan serta pengendalian mutu
dan keamanan hasil perikanan bertujuan untuk perkuatan dan
melengkapi ketentuan peraturan perundangan/kebijakan di bidang
perkarantinaan ikan, pengendalian mutu dan keamanan hasil
perikanan dan sistem manajemen mutu yang berlaku melalui
penyusunan rancangan atau draf peraturan/keputusan Menteri atau
peraturan/keputusan Kepala BKIPM.
IKU 11 Jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan
Terdapat dua katagori kebijakan perkarantinaan ikan, pengendalian mutu
dan keamanan hasil perikanan, dan sistem manajemen mutu yang pertama di
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
41
dalam indikator kinerja ini, yang pertama peraturan/keputusan menteri, indikator
ini tercapai apabila draft peraturan/keputusan tersebut dilakukan pembahasan di
tingkat Sekretariat BKIPM dan telah disampaikan kepada Sekretariat
Jenderal/Biro Hukum KKP melalui Nota Dinas Kepala BKIPM, dan yang kedua
adalah kebijakan yang telah ditetapkan oleh Kepala BKIPM yang berlaku untuk
internal maupun eksternal BKIPM seperti petunjuk pelaksanaan/teknis dari
peraturan/keputusan menteri atau pedoman, SOP. Untuk mengukur IKU ini
adalah dengan menggunakan formula sebagai berikut:
Realiasasi IKU 10 untuk jumlah draft peraturan perundang-undangan
selama tahun 2014 telah disusun 4 (empat) draft dari target 5 draft, dengan
prosentase capaian sebesar 80%. Data tersebut disajikan pada Tabel 3.16.
Tabel 3.16
Capaian IKU 11 pada 2011-2014
Uraian Indikator Kinerja Capaian
2011 2012 2013 2014
Jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan
5 6 6 4
(Sumber: Bagian Kepegawaian, Hukum dan Organisasi, Set. BKIPM, 2014)
Keempat draft yang telah disusun tersebut adalah:
1. Rancangan Peraturan Menteri tentang Perubahan Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.11/MEN/2011 tentang Instalasi
Karantina Ikan;
2. Rancangan Perubahan Atas Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor KEP.53/MEN/2010 tentang Penetapan Tempat-Tempat Pemasukan
dan/atau Pengeluaran Media Pembawa HPIK;
IKU 10 Analisis Informasi Rumus Perhitungan IKU
Jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan
Jumlah draft peraturan/keputusan menteri yang telah dibahas di tingkat Set. BKIPM dan telah disampaikan ke Kepala Biro Hukum (A)
ƩA
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
42
3. Rancangan Perubahan Atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor PER.19/MEN/2010 tentang Pengendalian Sistem Jaminan Mutu dan
Kemanan Hasil Perikanan; dan
4. Rancangan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Penerapan
Ketelusuran (Traceability) Pada Hasil Perikanan;
Dari keempat draft tersebut, terdapat 2 (dua) draft yang telah ditetapkan
oleh Menteri, yaitu:
1. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 33/PERMEN-KP/2014
tentang Instalasi Karantina ikan; dan
2. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.56/MEN/2014
tentang Penetapan Tempat Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa
HPIK.
Ketidaktercapaian target IKU 10 ini dikarenakan draft Peraturan Menteri
tentang Tindakan Karantina Terhadap Pemasukan atau Pengeluaran Media
Pembawa yang Tergolong Benda Lain Berupa Bahan Patogenik, dan draft
Keputusan Menteri tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 26/KEPMEN-KP/2013 tentang Jenis-Jenis HPIK, Media
Pembawa dan Sebarannya, penyelesaian pembahasan draft di Sekretariat BKIPM
selesai pada akhir Desember 2014, sehingga usulan rancangan tersebut belum
dapat disampaikan ke Biro Hukum, Sekretariat Jenderal KKP.
IKU 12 Jumlah kebijakan bidang perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan
Sesuai dengan manual IKU 10 kebijakan bidang perkarantinaan ikan, mutu
dan keamanan hasil perikanan adalah petunjuk pelaksanan/teknis penerapan
peraturan perundang-undangan, pedoman atau standar operating prosedur (SOP),
baik dalam bentuk peraturan atau keputusan yang ditetapkan oleh Kepala
BKIPM. Untuk mengukur IKU jumlah kebijakan perkarantinaan ikan, mutu dan
keamanan hasil perikanan yang dihasilkan BKIPM adalah dengan menjumlah
realisasi kebijakan yang ditetapkan, formula untuk mengukur IKU ini adalah
sebagai berikut:
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
43
Realisasi IKU 11 yang telah ditetapkan Kepala BKIPM selama tahun 2014
adalah sebanyak 25 kebijakan dari target IKU sebanyak 4. Data capaian disajikan
pada Tabel 3.17. Capaian IKU ini sangat signifikan melebihi target dikarenakan
tuntutan kebijakan yang harus diselesaikan akibat kebutuhan penyelarasan
akibat terbitnya peraturan yang lebih tinggi yang terkait dengan bidang
perkarantinaan ikan, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan, dan
kebijakan dalam peningkatan standar pelayanan KIPM, disamping factor
penyelesaian pembahasan serta penetapannya sesuai rencana dan tepat waktu.
Tabel 3.17
Capaian IKU 12 Tahun 2013 dan 2014
Uraian Indikator Kinerja Capaian
2013 2014
Jumlah kebijakan bidang perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan
7 25
(Sumber: Bagian Kepegawaian, Hukum dan Organisasi, Set. BKIPM, 2014)
Keduapuluhlima kebijakan yang telah ditetapkan tersebut, adalah:
1. Keputusan Kepala BKIPM Nomor 13/KEP-BKIPM/2014 tentang Komisi
Approval Sertifikasi HACCP;
2. Keputusan Kepala BKIPM Nomor 14/KEP-BKIPM/2014 tentang Penetapan
Inspektur Mutu Hasil Perikanan;
3. Keputusan Kepala BKIPM Nomor 62/KEP-BKIPM/2014 tentang Petunjuk
Teknis Penyusunan Dokumen Mutu Cara Karantina Ikan yang Baik;
4. Keputusan Kepala BKIPM Nomor 95/KEP-BKIPM/2014 tentang Petunjuk
Teknis Sertifikasi Kesehatan Hasil Perikanan;
5. Keputusan Kepala BKIPM Nomor 134/KEP-BKIPM/2014 tentang
Penunjukan Pengawas Perikanan;
6. Keputusan Kepala BKIPM Nomor 159/KEP-BKIPM/2014 tentang
Penunjukan Pejabat Penandatangan Dokumen Tindakan Karantina Ikan;
IKU 11 Analisis Informasi Rumus Perhitungan IKU
Jumlah kebijakan bidang perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan
Jumlah peraturan/keputusan yang telah ditetapkan Kepala BKIPM (A)
ƩA
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
44
7. Keputusan Kepala BKIPM Nomor 210/KEP-BKIPM/2014 tentang Struktur
Organisasi Dan Uraian Tugas Intalasi Karantina Ikan,Pengendalian Mutu
Dan Keamanan Hasil Perikanan;
8. Keputusan Kepala BKIPM Nomor 217/KEP-BKIPM/2014 tentang Pedoman
Sarana dan Prasarana Laboratorium Pengujian HPIK/ HPI tertentu;
9. Keputusan Kepala BKIPM Nomor 218/KEP-BKIPM/2014 tentang Standar
Operasional Prosedur (SOP) Tata Laksana Laboratorium Karantina Ikan;
10. Keputusan Kepala BKIPM Nomor 219/KEP-BKIPM/2014 tentang Petunjuk
Teknis Inspeksi Penerapan Cara Karantina Ikan yang Baik di UUPI;
11. Keputusan Kepala BKIPM Nomor 227/KEP-BKIPM/2014 tentang Petunjuk
Teknis Penilaian Unit Usaha Pembenihan Ikan dalam Rangka Cara Karantina
Ikan yang Baik;
12. Keputusan Kepala BKIPM Nomor 239/KEP-BKIPM/2014 tentang Pedoman
Cara Karantina Ikan yang Baik;
13. Keputusan Kepala BKIPM Nomor 255/KEP-BKIPM/2014 tentang Pedoman
Analisis Risiko Spesies Invasif;
14. Keputusan Kepala BKIPM Nomor 256/KEP-BKIPM/2014 tentang Pedoman
Inspeksi Sistem Perkarantinaan Ikan ke Negara Asal;
15. Keputusan Kepala BKIPM Nomor 297/KEP-BKIPM/2014 tentang Bentuk,
Format, Tata Cara Penggunaan Segel dan Tanda Pengaman Karantina Ikan;
16. Keputusan Kepala BKIPM Nomor 311/KEP-BKIPM/2014 tentang Pedoman
Pengamatan Penyakit Infeksi dan Non Infeksi pada Crustacea;
17. Keputusan Kepala BKIPM Nomor 319/KEP-BKIPM/2014 tentang Pedoman
Instalasi Karantina Ikan;
18. Keputusan Kepala BKIPM Nomor 320/KEP-BKIPM/2014 tentang Petunjuk
Teknis Penilaian Instalasi Karantina Ikan;
19. Keputusan Kepala BKIPM Nomor 346/KEP-BKIPM/2014 tentang
Pendelegasian Kewenangan Penetapan Instalasi Dan Cara Karantina Ikan
Yang Baik.
20. Keputusan Kepala BKIPM Nomor 363/KEP-BKIPM/2014 tentang Pedoman
Analisis Risiko Impor Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan;
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
45
21. Keputusan Kepala BKIPM Nomor 367/KEP-BKIPM/2014 tentang Petunjuk
Teknis Surveilan Hama dan Penyakit Ikan Karantina/ Hama dan Penyakit
Ikan Tertentu di Unit Usaha Pembudidaya Ikan;
22. Keputusan Kepala BKIPM Nomor 368/KEP-BKIPM/2014 tentang Pedoman
Penerimaan Negara Bukan Pajak Jasa Karantina Ikan;
23. Keputusan Kepala BKIPM Nomor 369/KEP-BKIPM/2014 tentang Petunjuk
Teknis Inspeksi Cara Karantina Ikan yang Baik di Unit Usaha
Pembudidayaan Ikan/ Instalasi Karantina Ikan untuk Ikan Mati dan Benda
Lain;
24. Keputusan Kepala BKIPM Nomor 370/KEP-BKIPM/2014 tentang
Penunjukan Pejabat Penanda Tangan Sertifikat Kesehatan; dan
25. Keputusan Kepala BKIPM Nomor 371/KEP-BKIPM/2014 tentang Petunjuk
Teknis Inspeksi Cara Penanganan Ikan Yang Baik Berdasarkan Konsepsi
HACCP Pada Unit Pengumpul/Suplier.
SS5. Terselengggaranya modernisasi sistem produksi kelautan
dan perikanan, pengolahan dan pemasaran produk kelautan dan
perikanan yang optimal dan bermutu
Modernisasi sistem produksi kelautan dan perikanan, pengolahan
dan pemasaran produk kelautan dan perikanan yang optimal dan
bermutu sangat terkait dengan tujuan peningkatan daya saing dan
nilai tambah produk perikanan. Salah satu indikator SS5 ini adalah
kasus penolakan ekspor hasil perikanan per Negara mitra yang
bertujuan untuk mengukur jumlah frekuensi terjadinya kasus
penolakan ekspor per Negara mitra berdasarkan notifikasi yang
disampaikan kepada otoritas kompeten Indonesesia, akibat tidak
dipenuhinya sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan.
IKU 13 Jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra
Negara mitra adalah negara mitra dagang hasil perikanan yang telah
memiliki Mutual Recognition Arrangement (MRA) dengan Indonesia. Sampai dengan
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
46
akhir tahun 2014 terdapat 36 negara yang sudah bermitra dengan Indonesia,
terdiri dari 27 (dua puluh tujuh) negara yang menjadi anggota Uni Eropa, yaitu:
Italia, Spanyol, Perancis, United Kingdom, Belgia, Jerman, Luxembourg,
Netherlands, Denmark, Irlandia, Greece, Portugal, Austria, Finlandia, Swedia,
Cyprus, Estonia, Republik Czech, Hungary, Latvia, Lithuania, Malta, Polandia,
Slovakia, Bulgaria, Rumania dan Slovenia, serta negara lain di luar Uni Eropa,
yaitu: China, Kanada, Vietnam, Rusia dan Korea Selatan. Untuk mengukur IKU
13 ini digunakan formula sebagai berikut:
Berdasarkan notifikasi yang diterima otoritas kompeten jumlah kasus
penolakan ekspor hasil perikanan yang terjadi selama tahun 2014 adalah sebagai
berikut: Jerman 3 kasus yang disebabkan kandungan Histamine pada produk
Sardine Oil; Belgia 1 kasus yang disebabkan merkuri pada produk Frozen Skinless
and Bonless swordfish loins; Italia 1 kasus yang disebabkan merkuri pada produk
Frozen Red Snapper; Perancis 1 kasus yang disebabkan merkuri pada produk
Frozen Blue Shark; Inggris 1 kasus yang disebabkan Salmonella pada produk
Frozen Cooked and Peeled Prawns; Slovenia 1 kasus yang di sebabkan Histamine
pada produk Canned Sardine in Soybean Oil; Spanyol 1 kasus yang di sebabkan
Mercury pada produk Frozen Sword Fish; Kanada 4 kasus, terdiri dari 1 kasus
Histamine pada produk Frozen Tuna Steak dan 2 kasus Net weight
determination/kekurangan berat pada produk Frozen White Shrimp dan 1 kasus
Sulphites pada produk Frozen Tiger Shrimp; Korea Selatan 2 kasus yang
disebabkan Nitrofuran Metabolism pada produk Frozen Serrated swimming crab.
Sedangkan untuk negara mitra lainnya sampai dengan akhir Desember 2014
tidak terjadi penolakan ekspor hasil perikanan. Terhadap seluruh kasus
penolakan tersebut telah dilakukan investigasi dan ditindaklanjuti serta
dilaporkan kepada otoritas kompeten negara mitra. Capaian IKU 13 pada tahun
2011 - 2014 selengkapnya disajikan pada Tabel 3.18 dan Tabel 3.19.
IKU 13 Analisis Informasi Rumus Perhitungan IKU
Jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra
Jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan berdasarkan notifikasi kepada otoritas kompeten dari negara mitra (A)
ƩA per negara mitra
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
47
Tabel 3.18
Capaian IKU 13 pada 2011-2014
Uraian Indikator Kinerja Capaian
2011 2012 2013 2014
Jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra
≤ 10 ≤ 10 ≤ 10 ≤ 10
Tabel 3.19
Rekapitulasi Kasus Penolakan pada 2011-2014
No Negara mitra Kasus Penolakan
2011 2012 2013 2014
1 China 2 0 0 0
2 Kanada 0 0 5 4
3 Vietnam 0 0 0 0
4 Rusia 6 1 4 0
5 Korea Selatan 1 2 3 2
6 Italia 3 9 1 1
7 Spanyol 1 3 0 1
8 Prancis 2 1 1 1
9 Inggris 0 1 0 1
10 Belgia 0 0 1 1
11 Jerman 0 0 2 3
12 Poland 1 0 0 0
13 Luxembourg 0 0 0 0
14 Belanda 0 0 0 0
15 Denmark 0 0 0 0
16 Irlandia 0 0 0 0
17 Yunani 0 0 0 0
18 Portugal 0 0 0 0
19 Austria 0 0 0 0
20 Finlandia 0 0 0 0
21 Swedia 0 0 0 0
22 Cyprus 0 0 0 0
23 Estonia 0 0 0 0
24 Republik Czech 0 0 0 0
25 Hungaria 0 0 0 0
26 Latvia 0 0 0 0
27 Lithuania 0 0 0 0
28 Malta 0 0 0 0
29 Slovenia 0 0 0 1
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
48
30 Slovakia 0 0 0 0
31 Bulgaria 0 0 0 0
32 Romania 0 0 0 0
33 Kroasia 0 0 0 0
34 Norwegia 0 0 0 0
35 Kazakhstan 0 0 0 0
36 Belarus 0 0 0 0
(Sumber: Pusat Sertifikasi Mutu, BKIPM, 2014)
Realisasi IKU ini lebih baik jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2013,
dimana pada tahun 2014 jumlah penolakan tertinggi sebanyak 5 kasus. Rincian
penolakan yang terjadi pada tahun 2014 sebagai berikut: Italia 1 kasus karena
histamin pada produk frozen tuna; Jerman 2 kasus karena histamin pada produk
canned tuna dan frozen cobia; Prancis 1 kasus karena Merkuri pada produk frozen
sword fish; Spanyol 1 kasus karena poor temperature control pada produk frozen
tuna; Korea 3 kasus karena benzopyrene pada produk dried smoked fish dan
methyl mercury pada produk frozen sword fish; Rusia 4 kasus karena mesophyll
aerobic and optional anaerobic microorganism pada produk frozen oilfish fillet dan
frozen baby octopus, coliform pada produk frozen octopus, dan Listeria pada
produk frozen octopus; Kanada 5 kasus karena decompose pada produk frozen
tuna, frozen kingfish steak skin on, baby clams, mercury, histamin pada produk
frozen tuna.
Penyebab keberhasilan dalam mencapai target adalah penerapan sistem
jaminan mutu dari hulu ke hilir seperti penerapan HACCP, pemberian nomor
registrasi di negara mitra, penerbitan sertifikat kesehatan (HC) dan penanganan
kasus penahanan dan penolakan serta harmonisasi sistem jaminan mutu dengan
negara mitra dapat diterapkan secara konsisten. Keberhasilan juga didukung
dengan adanya pemberian apresiasi berupa kesempatan/peluang ekspor ke
negara mitra dan sanksi terhadap yang terkena kasus berupa pembekuan nomor
registrasi (internal suspend). Sedangkan target ini dapat gagal apabila penerapan
sistem jaminan mutu dari hulu ke hilir tidak diterapkan secara konsisten.
Dalam rangka mendukung pencapai IKU maka di tahun 2014 telah
dilakukan berbagai kegiatan, diantaranya: pendaftaran UPI ke negara mitra
(tujuan ekspor); penanganan Kasus Penolakan/ Penahanan Negara Mitra dan
Negara importir lainya; rapat koordinasi penanganan Kasus Penolakan Hasil
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
49
Perikanan; kunjungan ke negara Mitra dalam rangka Harmonisasi sistem jaminan
mutu dan keamanan hasil perikanan; pertemuan dalam rangka Penyusunan Draft
Persyaratan/Ketentuan Negara Mitra; sosialisasi Persyaratan/Ketentuan Negara
Mitra; dan evaluasi UPI yang terdaftar di negara mitra.
IKU 14 Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan melalui sertifikasi antar area dalam koridor SLIN
BKIPM terus berkomitmen untuk memperkuat Sistem Logistik Ikan Nasional
(SLIN) sebagai salah satu upaya untuk mendukung ketahanan pangan nasional.
Selama ini permasalahan distribusi ikan dari sentra produksi yang terletak di
wilayah timur ke sentra-sentra pasar di wilayah barat belum optimal dan kurang
terpadu. Sedangkan di sisi lain, kontuinitas pasokan sangat diperlukan sebagai
kebutuhan konsumsi dan industri pengolahan perikanan. Oleh karena itu, SLIN
dapat memberikan jaminan terhadap ketersediaan, stabilitas harga, ketahanan
pangan serta mendorong pertumbuhan industri pengolahan dan pertumbuhan
ekonomi masyarakat.
IKU ini diukur dengan melalui prosentase sertifikasi kesehatan ikan
dan/atau benda lain yang dilalu lintas media pembawa dari luar negeri ke dalam
negeri, dari dalam negeri ke luar negeri, antar daerah dalam koridor Sistem
Logistik Nasional (SLIN) yang dapat membawa hama dan penyakit ikan karantina
sesuai ketentuan yang berlaku. Koridor SLIN terdiri dari 4 koridor, yaitu: (1)
Koridor I: Maluku-Surabaya-Jakarta; (2) Koridor II: Sulawesi Tenggara-Surabaya-
Jakarta; (3) Koridor III: Sulawesi Tengah-Surabaya-Jakarta; (4) Koridor IV:
Sumatera-Jakarta.
Untuk mengukur IKU 14 ini digunakan formula dengan membandingkan
jumlah sertifikat kesehatan karantina ikan (KID-1, KID-2, KID-3) yang diterbitkan
dengan jumlah permohonan pemeriksaan karantina (PPK) dalam wilayah koridor
SLIN selama tahun 2014, dengan menggunakan formula sebagai berikut:
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
50
Realisasi capaian IKU 14 ini melalui sertifikasi antar area dalam koridor SLIN
pada tahun 2014 sebesar 100% dari target 98% yang ditetapkan. Perbandingan
capaian tahun 2013 dan 2014 disajikan pada Tabel 3.20 di bawah ini.
Tabel 3.20
Capaian IKU 14 pada 2013 - 2014
Uraian Indikator Kinerja Capaian
2013 2014
Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan melalui sertifikasi antar area dalam koridor SLIN
99,43% 100%
IKU 15 Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan melalui sertifikasi impor hasil perikanan
IKU ini bertujuan untuk mengukur prosentase media pembawa yang
memenuhi persyaratan sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil
perikanan melalui sertifikasi terhadap produk impor, hal ini untuk mengantisipasi
terhadap masuk dan menyebarnya HPIK ke dalam wilayah RI, serta
mengendalikan impor hasil perikanan berbasis scientific barrier sesuai ketentuan
peraturan perkarantinaan, mutu dan keamanan hasil perikanan dengan
melakukan inspeksi terhadap produk perikanan impor yang akan didistribusikan
ke UPI maupun pasar domestik.
Untuk mengukur IKU 15 digunakan formula sebagai berikut:
IKU 14 Analisis Informasi Rumus Perhitungan IKU
Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan melalui sertifikasi antar area dalam koridor SLIN
Realisasi jumlah sertifikat kesehatan ikan pada Koridor SLIN yang diterbitkan UPT-BKIPM (A)
Jumlah PPK yang diajukan (B)
Prosentase
A
B X 100%
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
51
Realisasi sertifikasi impor yang diterbitkan selama tahun 2014 adalah 100%
dari target 98% yang ditetapkan. Perbandingan capaian tahun 2013 dan 2014
dapat dilihat pada Tabel 3.21 di bawah ini.
Tabel 3.21
Capaian IKU 15 pada 2013 - 2014
Uraian Indikator Kinerja Capaian
2013 2014
Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan melalui sertifikasi impor hasil perikanan
98,78% 100%
Tabel 3.22
Volume Impor Yang Dilalulintaskan pada 2011 - 2014
Lalu lintas Tahun
2011 2012 2013 2014
Impor Mati (ton) 305.643 264.303 241.098 195.490
Hidup (ribu ekor) 8.870 2.393 1.585 2.956
(Sumber: Statistik website BKIPM, 2014)
IKU 16 Jumlah implementasi standar operasional prosedur teknis operasional perkarantinaan ikan
SOP adalah ketentuan yang harus dijalankan dalam melakukan tindakan
teknis operasional perkarantinaan ikan. IKU 16 ini diukur melalui hasil
monitoring dan evaluasi. Evaluasi implementasi SOP Tata Operasional
Perkarantinaan Ikan di UPT KIPM merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara
rutin dan berkesinambungan, sehingga proses penerapan Standar Operasional
Prosedur (SOP) di UPT KIPM dapat berjalan dengan baik. Kegiatan ini dilakukan
IKU 15 Analisis Informasi Rumus Perhitungan IKU
Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan melalui sertifikasi impor hasil perikanan
Realisasi jumlah sertifikat impor yang diterbitkan UPT-KIPM (A)
Jumlah PPK impor yang diterima (B)
Prosentase
A
B X 100%
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
52
sebagai usaha untuk menentukan apa yang sedang dilaksanakan dengan
memantau hasil yang dicapai. Apabila terdapat penyimpangan dari SOP yang
telah ditentukan, maka segera diadakan perbaikan, sehingga hasil yang dicapai
sesuai dengan rencana. Untuk mengukur IKU 16 ini digunakan formula adalah
sebagai berikut:
Untuk lebih memberikan gambaran implementasi SOP di UPT KIPM pada
tahun 2014 dari hasil kegiatan monitoring dan evaluasi, SOP Tata Operasional
Perkarantinaan Ikan yang diimplementasikan adalah sebanyak 102 SOP dari
target IKU 98 SOP, sehingga capaiannya sebesar 104.08%. Perbandingan capaian
tahun 2011 - 2014 dapat dilihat pada Tabel 3.23 di bawah ini.
Tabel 3.23
Capaian IKU 16 pada 2011 - 2014
Uraian Indikator Kinerja Capaian
2011 2012 2013 2014
Jumlah implementasi standar operasional prosedur teknis operasional perkarantinaan ikan
72 80 92 102
(Sumber: Pusat Karantina Ikan, BKIPM, 2014)
Jumlah SOP tata operasional perkaratinaan ikan yang diimplementasikan
pada UPT KIPM sebanyak 102 SOP dengan rincian sebagai berikut:
1. Stasiun KIPM Kelas II Cirebon terimplementasi 4 SOP, yaitu SOP
Pemeriksaan Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan, SOP
Penerbitan SKLL, SOP Pemeriksaan Dokumen Pemasukan Media
Pembawa/Hasil Perikanan, Pengawasan Lalu Lintas Media Pembawa/Hasil
Perikanan di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran;
2. Stasiun KIPM Kelas I Yogyakarta terimplementasi 4 SOP, yaitu SOP
Pemeriksaan Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan, SOP
Penerbitan SKLL, SOP Pemeriksaan Dokumen Pemasukan Media
IKU 16 Analisis Informasi Rumus Perhitungan IKU
Jumlah implementasi standar operasional prosedur teknis operasional perkarantinaan ikan
Realisasi jumlah SOP ditetapkan dan diterapkan di UPT-BKIPM (A)
ƩA
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
53
Pembawa/Hasil Perikanan, Pengawasan Lalu Lintas Media Pembawa/Hasil
Perikanan di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran;
3. Stasiun KIPM Kelas I Batam terimplementasi 4 SOP, yaitu SOP Pemeriksaan
Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan, SOP Penerbitan
SKLL, SOP Pemeriksaan Dokumen Pemasukan Media Pembawa/Hasil
Perikanan, Pengawasan Lalu Lintas Media Pembawa/Hasil Perikanan di
Tempat Pemasukan dan Pengeluaran;
4. Stasiun KIPM Kelas I Tanjung Pinang terimplementasi 4 SOP, yaitu SOP
Pemeriksaan Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan, SOP
Penerbitan SKLL, SOP Pemeriksaan Dokumen Pemasukan Media
Pembawa/Hasil Perikanan, Pengawasan Lalu Lintas Media Pembawa/Hasil
Perikanan di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran;
5. Stasiun KIPM Kelas I Padang terimplementasi 4 SOP, yaitu SOP Pemeriksaan
Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan, SOP Penerbitan
SKLL, SOP Pemeriksaan Dokumen Pemasukan Media Pembawa/Hasil
Perikanan, Pengawasan Lalu Lintas Media Pembawa/Hasil Perikanan di
Tempat Pemasukan dan Pengeluaran;
6. Balai KIPM Kelas II Banjarmasin terimplementasi 3 SOP, yaitu SOP
Pemeriksaan Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan, SOP
Pemeriksaan Dokumen Pemasukan Media Pembawa/Hasil Perikanan,
Pengawasan Lalu Lintas Media Pembawa/Hasil Perikanan di Tempat
Pemasukan dan Pengeluaran;
7. Stasiun KIPM Kelas II Mamuju terimplementasi 3 SOP, yaitu SOP
Pemeriksaan Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan, SOP
Pemeriksaan Dokumen Pemasukan Media Pembawa/Hasil Perikanan,
Pengawasan Lalu Lintas Media Pembawa/Hasil Perikanan di Tempat
Pemasukan dan Pengeluaran;
8. Stasiun KIPM Kelas I Medan II terimplementasi 4 SOP, yaitu SOP
Pemeriksaan Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan, SOP
Penerbitan SKLL, SOP Pemeriksaan Dokumen Pemasukan Media
Pembawa/Hasil Perikanan, Pengawasan Lalu Lintas Media Pembawa/Hasil
Perikanan di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran;
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
54
9. Stasiun KIPM Kelas I Kupang terimplementasi 5 SOP, yaitu SOP
Pemeriksaan Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan, SOP
Penerbitan SKLL, SOP Pemeriksaan Dokumen Pemasukan Media
Pembawa/Hasil Perikanan, SOP Pengawasan Lalu Lintas Media
Pembawa/Hasil Perikanan di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran, SOP
Pungutan Jasa Karantina Ikan sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP);
10. Stasiun KIPM Kelas II Bau-bau terimplementasi 5 SOP, yaitu SOP
Pemeriksaan Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan, SOP
Penerbitan SKLL, SOP Pemeriksaan Dokumen Pemasukan Media
Pembawa/Hasil Perikanan, SOP Pengawasan Lalu Lintas Media
Pembawa/Hasil Perikanan di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran, SOP
Pungutan Jasa Karantina Ikan sebagai PNBP;
11. Stasiun KIPM Kelas II Bima terimplementasi 4 SOP, yaitu SOP Pemeriksaan
Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan, SOP Penerbitan
SKLL, SOP Pemeriksaan Dokumen Pemasukan Media Pembawa/Hasil
Perikanan, SOP Pengawasan Lalu Lintas Media Pembawa/Hasil Perikanan di
Tempat Pemasukan dan Pengeluaran;
12. Stasiun KIPM Kelas I Pangkalpinang terimplementasi 5 SOP, yaitu SOP
Pemeriksaan Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan, SOP
Penerbitan SKLL, SOP Pemeriksaan Dokumen Pemasukan Media
Pembawa/Hasil Perikanan, SOP Pengawasan Lalu Lintas Media
Pembawa/Hasil Perikanan di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran, SOP
Pungutan Jasa Karantina Ikan sebagai PNBP;
13. Stasiun KIPM Kelas I Entikong terimplementasi 4 SOP, yaitu SOP
Pengawasan Lalu Lintas Media Pembawa/Hasil Perikanan di Tempat
Pemasukan dan Pengeluaran, SOP Pembebasan Hasil Perikanan dari Luar
Negeri, SOP Pemeriksaan Dokumen Untuk Pemasukan Media Pembawa di
UPT-KIPM yang Berbatasan Dengan Negara Lain, SOP Wasmatpulbaket di
Stasiun KIPM Kelas I;
14. Stasiun KIPM Kelas I Kendari terimplementasi 7 SOP, yaitu SOP
Pemeriksaan Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan, SOP
Penerbitan SKLL, SOP Pemeriksaan Dokumen Pemasukan Media
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
55
Pembawa/Hasil Perikanan, Pengawasan Lalu Lintas Media Pembawa/Hasil
Perikanan di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran, SOP Pungutan Jasa
Karantina Ikan sebagai PNBP, SOP Penerbitan SPM untuk Pengeluaran Hasil
perikanan Keluar Wilayah RI, SOP Pemeriksaan Ulang Media Pembawa atau
Hasil Perikanan di Bandar Udara dan Pos Pemeriksaan Lintas Batas;
15. Stasiun KIPM Kelas II Sorong terimplementasi 6 SOP, yaitu SOP Pemeriksaan
Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan, SOP Penerbitan
SKLL, SOP Pemeriksaan Dokumen Pemasukan Media Pembawa/Hasil
Perikanan, SOP Penerbitan SPM untuk Pengeluaran Hasil perikanan Keluar
Wilayah RI, SOP Pengawasan Lalu Lintas Media Pembawa Hama dan
Penyakit Ikan di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran, SOP Pungutan Jasa
Karantina sebagai PNBP;
16. Stasiun KIPM Kelas II Tahuna terimplementasi 5 SOP, yaitu SOP
Pemeriksaan Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan. SOP
Penerbitan SKLL; SOP Pemeriksaan Dokumen Pemasukan Media Pembawa
Hama dan Penyakit Ikan; SOP Pengawasan Lalu Lintas Media
Pembawa/Hasil Perikanan di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran; SOP
Pungutan Jasa Karantina sebagai PNBP;
17. Balai KIPM Kelas II Manado terimplementasi 8 SOP, yaitu SOP Pemeriksaan
Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan; SOP Penerbitan
SKLL; SOP Penerbitan HC/SKI Berdasarkan LHU Laboratorium; SOP
Pemeriksaan Dokumen Pemasukan Media Pembawa/Hasil Perikanan, SOP
Pungutan Jasa Karantina sebagai PNBP; SOP Pemeriksaan Ulang
Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan di Bandara Udara dan Pos
Pemeriksaan Lintas Batas; SOP Pemeriksaan Ulang Pengeluaran Media
Pembawa/Hasil Perikanan di Pelabuhan Laut; SOP Pengawasan Lalu Lintas
Media Pembawa/Hasil Perikanan di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran;
18. Stasiun KIPM Kelas I Ambon terimplementasi 6 SOP, yaitu SOP Pemeriksaan
Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan; SOP Penerbitan
SKLL; SOP Pemeriksaan Dokumen Pemasukan Media Pembawa/Hasil
Perikanan; SOP Penerbitan SPM untuk Pengeluaran Hasil perikanan Keluar
Wilayah RI; SOP Pengawasan Lalu Lintas Media Pembawa/Hasil Perikanan di
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
56
Tempat Pemasukan dan Pengeluaran; SOP Pungutan Jasa Karantina sebagai
PNBP;
19. Stasiun KIPM Kelas I Ternate terimplementasi 5 SOP, yaitu SOP Pemeriksaan
Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan; SOP Penerbitan
SKLL; SOP Pemeriksaan Dokumen Pemasukan Media Pembawa/Hasil
Perikanan; SOP Pengawasan Lalu Lintas Media Pembawa/Hasil Perikanan di
Tempat Pemasukan dan Pengeluaran; SOP Pungutan Jasa Karantina sebagai
PNBP;
20. Stasiun KIPM Kelas II Luwuk Banggai 5 SOP, yaitu SOP Pemeriksaan
Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan; SOP Penerbitan
SKLL; SOP Pemeriksaan Dokumen Pemasukan Media Pembawa/Hasil
Perikanan; SOP Pengawasan Lalu Lintas Media Pembawa/Hasil Perikanan di
Tempat Pemasukan dan Pengeluaran; SOP Pungutan Jasa Karantina sebagai
PNBP;
21. Balai Kelas I Jakarta II terimplementasi 7 SOP, yaitu SOP Pemeriksaan
Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan; SOP Penerbitan
SKLL; SOP Penerbitan SPM; SOP Pengawalan Impor Transit Media
Pembawa/Hasil Perikanan; SOP Pungutan Jasa Karantina sebagai PNBP;
SOP Pemeriksaan Ulang Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan di
Bandara Udara dan Pos Pemeriksaan Lintas Batas; SOP Wasmatcapulbaket
di Balai KIPM Kelas I; SOP Pengawasan Lalu Lintas Media Pembawa/Hasil
Perikanan di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran.
IKU 17 Jumlah unit pengolahan ikan yang memenuhi persyaratan negara mitra (approval number)
IKU 17 ini bertujuan untuk mengukur banayaknya UPI yang telah
memenuhi persyaratan dari negara mitra yang memperoleh Approval Number dari
Otoritas Kompoten. UPI yang diregistrasikan ke negara mitra adalah dalam usaha
untuk meningkatkan kepercayaan negara mitra terhadap sistem jaminan mutu
dan keamanan hasil perikanan Indonesia, sehingga dapat menekan sekecil-
kecilnya kasus penolakan ekspor oleh Negara mitra. Kerjasama dalam rangka
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
57
penyerasian harmonisasi sistem jaminan mutu mutlak diperlukan dalam usaha
tersebut. Untuk mengukur IKU 17 digunakan formula sebagai berikut:
Target IKU 17 selama tahun 2014 adalah sebanyak 50 UPI, sedangkan
capaiannya adalah 128 UPI. UPI yang mendapatkan approval number dari otoritas
kompeten selama tahun 2014 terdiri atas: 13 UPI di Uni Eropa; 17 UPI di Korea;
32 UPI di China; 14 UPI di Kanada; 15 UPI di Rusia, dan 37 UPI di Vietnam. Pada
Tabel 3.24 disajikan capaian IKU 17 tahun 2012 – 2014.
Tabel 3.24
Capaian IKU 17 pada 2011 - 2014
Uraian Indikator Kinerja Capaian
2012 2013 2014
Jumlah Unit Pengolahan Ikan yang memenuhi persyaratan negara mitra (Approval Number)
227 119 128
Pencapaian target kinerja jumlah UPI yang memenuhi persyaratan negara
mitra pada tahun 2014 dapat tercapai melebihi 100%, dan lebih tinggi dibanding
tahun 2013. Hal ini disebabkan oleh adanya perkembangan pasar tujuan ekspor
seperti China, Vietnam dan Korea. Khusus untuk registrasi ke Rusia pada tahun
2013 tidak dilakukan, sehubungan dengan adanya sanksi Temporary Restriction
(penghentian sementara ekspor hasil perikanan Indonesia ke Rusia) per tanggal 1
Juli 2013. Setelah melalui berbagai upaya baik teknis maupun diplomasi maka
pada tanggal 17 September 2014 Pemerintah Rusia (Rosselkhoznadzor) mencabut
status Temporary Restriction tersebut sehingga produk perikanan dari Indonesia
diijinkan kembali memasuki pasar Rusia, Belarusia dan Khazakstan. Rincian
jumlah UPI yang telah diregistrasi untuk setiap negara mitra dapat dilihat pada
Tabel 3.25 di bawah ini.
IKU 17 Analisis Informasi Rumus Perhitungan IKU
Jumlah Unit Pengolahan Ikan yang memenuhi persyaratan negara mitra (Approval Number)
Realisasi jumlah UPI yang memenuhi persyaratan negara mitra (A)
ƩA
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
58
Tabel 3.25
Jumlah UPI yang Teregistrasi di Negara Mitra pada 2012 - 2014
Negara Jumlah UPI
2012 2013 2014
Uni Eropa 10 12 13
Korea 13 28 17
China 111 38 32
Kanada 29 15 14
Rusia 29 0 15
Vietnam 35 26 37
Total 227 119 128
(Sumber: Pusat Sertifikasi Mutu, BKIPM, 2014)
Keberhasilan pencapaian ini adalah karena Otoritas Kompeten secara terus
menerus melakukan sosialisasi ketentuan persyaratan negara mitra dan evaluasi
pemanfaatan nomer registrasi. Selain itu UPI telah memahami persyaratan negara
mitra dan secara bertahap telah mampu memenuhi persyaratan negara mitra
(harmonis). Capaian dapat gagal apabila terjadi perubahan persyaratan dari
negara mitra yang tidak diikuti atau disosialisasikan oleh Otoritas Kompeten dan
atau UPI tidak mengindahkan persyaratan tersebut.
Kegiatan pendukung tahun 2014 dalam pencapaian target indikator ini
adalah inspeksi penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan,
verifikasi tindak lanjut inspeksi, kerjasama dalam rangka penyerasian
persyaratan jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan ekspor impor,
sosialisasi ketentuan/persyaratan negara mitra, serta evaluasi dan penanganan
kasus penolakan hasil perikanan.
Terkait harmonisasi Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan,
pada tahun 2014 telah dilakukan inisiasi kerjasama dengan melakukan
koordinasi dengan Otoritas Kompeten Brazil. Inisiasi dilakukan dengan
menyampaikan dokumen sesuai dengan questionnaire yang dipersyaratkan oleh
Otoritas Kompeten Brazil, yang secara garis besar menginformasikan sistem
jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan dari hulu sampai hilir. Isian
Questionaire tersebut telah dikirimkan ke Otoritas Kompeten Brazil pada bulan
September 2014.
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
59
IKU 18 Persentase sertifikasi kesehatan ikan berbasis in line inspection
Sertifikasi kesehatan ikan berbasis in line inspection adalah proses
penerbitan Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan/Health Certificate for
Fish and Fish Products oleh UPT KIPM melalui serangkaian tindakan karantina
ikan (biosecurity) melalui pendekatan surveillance/pemantauan/monitoring yang
dilakukan secara berkala dan analisis dan pengelolaan resiko HPIK. Landasan
teknis penerapan in-line inspectinon adalah Keputusan Kepala BKIPM Nomor
460/BKIPM/12/2011.
Penerapan sertifikasi ini diperuntukan bagi UUPI yang telah memenuhi
sertifkasi cara karantina ikan yang baik. IKU ini hanya diturunkan kepada 8 UPT
KIPM yang memiliki kegiatan eksportasi dan importasi komoditas perikanan.
Kedelapan UPT tersebut, yaitu: Balai Besar KIPM Jakarta I, Balai KIPM Surabaya
I, Balai KIPM Medan I, Balai KIPM Denpasar; Balai KIPM Mataram, Stasiun KIPM
Lampung, Stasiun KIPM Bandung, dan Stasiun KIPM Merak.
Capaian IKU 18 dihitung berdasarkan persentase jumlah sertifikat berbasis
in-line inspection pada UUPI bersertifikat CKIB dibanding dengan total sertifikat
yang diterbitkan terhadap UUPI tersebut. Formula yang digunakan untuk
mengukur IKU 18 adalah sebagai berikut:
Pada tahun 2014 rata-rata prosentase sertifikasi yang dilayani melalui basis
in line inspection di 8 UPT KIPM mencapai 20% dari target 20% yang ditetapkan,
dengan tingkat capaian 100%.
IKU 18 Analisis Informasi Rumus Perhitungan IKU
Persentase sertifikasi kesehatan ikan berbasis in line inspection
Realisasi jumlah Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan/Health Certificate for Fish and Fish Products yang diterbitkan berbasis ILI pada UUPI yang sudah memperoleh Sertifikat CKIB (A)
Jumlah Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan/Health Certificate for Fish and Fish Products yang diterbitkan pada total UUPI yang ada (B)
Prosentase
A
B X 100%
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
60
Jika dibandingkan dengan target kinerja 2013 yang 15% maka target IKU
tahun 2014 ini meningkat menjadi 20%. Data capaian IKU 18 tahun 2013 -2014
disajikan pada Tabel 3.26 di bawah ini.
Tabel 3.26
Capaian IKU 18 pada 2013 dan 2014
Uraian Indikator Kinerja Capaian
2013 2014
Persentase sertifikasi kesehatan ikan berbasis in line inspection
15% 20%
Ket. : IKU 18 mulai diukur pada tahun 2013
IKU 19 Jumlah instalasi yang sesuai standar dan laboratorium yang terakreditasi
Instalasi sesuai standar adalah instalasi karantina ikan milik UUPI yang
memiliki dokumen mutu, kelayakan sarana dan prasarana sesuai standar,
komitmen manajemen yang konsisten dalam penerapan biosekuriti dan
pengendalian kesehatan ikan dalam manajemen budidaya ikannya. Dalam
menetapkan kategori instalasi yang sesuai standar maka dilakukan penilaian,
verifikasi, monitoring dan inspeksi terhadap instalasi untuk dinilai
kesesuaian/ketidaksesuaian terhadap dokumen mutu, standar sarana prasarana
dan konsistensi penerapan biosekuriti, apabila sesuai maka akan ditetapkan
Kepala BKIPM.
Kemampuan laboratorium UPT KIPM baik dari segi personel maupun
peralatan harus dapat mendukung fungsi pengujian. Idealnya, setiap UPT KIPM
memiliki kapabilitas laboratorium yang dapat menguji HPIK dan mutu setiap
jenis HPIK/produk hasil perikanan.
Selain pemenuhan peralatan, bangunan, dan SDM sesuai standar minimal
laboratorium, maka laboratorium UPT KIPM harus diakreditasi dalam rangka
penerapan Sistem Jaminan Mutu Laboratorium sesuai ISO/IEC 17025 : 2005.
Akreditasi laboratorium adalah rangkaian kegiatan pengakuan formal oleh
lembaga akreditasi nasional yang menyatakan bahwa laboratorium memiliki
kompetensi serta berhak melaksanakan penilaian kesesuaian. Terakreditasinya
suatu laboratorium maka akan dapat menjamin bahwa sistem yang diterapkan di
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
61
laboratorium akan tetap konsisten dan senantiasa ditingkatkan dari waktu ke
waktu. Alat ukur capaian IKU 19 digunakan formula sebagai berikut:
Pada tahun 2014, Kepala BKIPM telah menetapkan 12 instalasi karantina
ikan yang sesuai standar berdasarkan penilaian dari Tim Penilaian bentukan
Pusat Karantina Ikan, dan 12 laboratorium telah mendapatkan pengakuan
akreditasi dari KAN/BSN.
Keberhasilan capaian indikator ini dikarenakan adanya target dan ketepatan
waktu penilaian instalasi oleh Tim Penilai Instalasi, dan proses akreditasi yang
dilakukan KAN/BSN tepat sesuai dengan rencana. Data realisasi capaian IKU 19
tahun 2011 - 2014 disajikan pada Tabel 3.27 di bawah ini.
Tabel 3.27
Data Capaian IKU 19 Tahun 2011 - 2014
Uraian Indikator Kinerja Capaian
2011 2012 2013 2014
Jumlah instalasi yang sesuai standar dan laboratorium yang terakreditasi
2 IKI, 6 lab
21 IKI, 15 lab
5 IKI, 13 lab
12 IKI, 12 lab
Sumber: Pusat Karantina IKan, BKIPM, 2014
Kedua belas Instalasi yang telah ditetapkan di tahun 2014, yaitu: PT. Bibit
Unggul Mataram, PT. Central Pertiwi Bahari Situbondo, UD. Bali Sukses Mandiri
Bali, CV. Musi Jaya Bali, CV. Aquazone Indonesia Bandung, PT. Bibit Unggul
Mataram, UD. Inti Aquarium Medan, PT. Prima Larvae Lampung, PT. Syaqua
Indonesia Lampung, CV. Prima Aquatics Indonesia, CV. Sari Agung, dan CV.
Aquamarindo.
Dengan bertambahnya laboratorium yang diakreditasi pada tahun 2014
sebanyak 12 laboratorium maka seluruh laboratorium UPT KIPM telah
diakreditasi, yaitu sebanyak 47 unit. Capaian ini didorong oleh adanya kebijakan
BKIPM bahwa pada tahun 2014 laboratorium UPT KIPM harus sudah diakreditasi
IKU 19 Analisis Informasi Rumus Perhitungan IKU
Jumlah instalasi yang sesuai standar dan laboratorium yang terakreditasi
Realiasi jumlah instalasi sesuai standar dengan penetapan Kepala BKIPM (A)
Realiasi jumlah laboratorium yang diakreditasi KAN/BSN (B)
ƩA
ƩB
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
62
seluruhnya agar pengujian laboratorium penyakit ikan sesuai standar nasional
dan internasional.
Tabel 3.28
Laboratorium UPT KIPM yang Terakreditasi Tahun 2014
No. Laboratorium UPT KIPM Nomor
Sertifikat Ket
1 Balai Besar KIPM Makassar LP-288-IDN Reakreditasi III
2 Stasiun KIPM Kelas I Jambi LP-633-IDN Penambahan Ruang
Lingkup
3 Stasiun KIPM Kelas I Entikong LP-554-IDN Penambahan Ruang
Lingkup
4 Stasiun KIPM Kelas II Bandung LP-817-IDN Akreditasi I
5 Balai Besar KIPM Jakarta I LP-228-IDN Reakreditasi III
6 Stasiun KIPM Kelas ll Merak LP-694-IDN Penambahan Ruang
Lingkup
7 Stasiun KIPM Kelas l Medan II LP-819-IDN Akreditasi I
8 SKIPM Kelas I Gorontalo LP-822-IDN Akreditasi I
9 Stasiun KIPM Kelas ll Sorong LP-823-IDN Akreditasi I
10 Stasiun KIPM Kelas ll Bau-Bau LP-827-IDN Akreditasi I
11 Stasiun KIPM Kelas I Ternate LP-840-IDN Akreditasi I
12 Stasiun KIPM Kelas Il Mamuju LP-841-IDN Akreditasi I
IKU 20 Jumlah lokasi yang menerapkan aplikasi sistem traceability
Penerapan sistem manajemen mutu yang efektif dan konsisten dari hulu
sampai hilir perlu didukung oleh sistem kemampuan telusur atau traceability.
Tujuan traceability adalah untuk mengendalikan produk perikanan apabila terjadi
insiden keamanan pangan atau produk yang bermasalah akan mudah ditelusuri.
Traceability adalah kemampuan untuk menelusuri riwayat, aplikasi atau lokasi
dari suatu produk atau kegiatan untuk mendapatkan kembali data dan informasi
melalui suatu identifikasi terhadap dokumen yang terkait.
Sistem Traceability merupakan bagian penting dalam sistem jaminan
kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan sesuai persyaratan
internasional. Setiap produk hasil perikanan yang akan didistribusikan dari hulu
ke hilir harus dapat ditelusuri melalui pemenuhan alur informasi dan basis data.
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
63
Sistem traceability ditujukan untuk mengendalikan produk apabila terjadi insiden
keamanan pangan atau produk yang bermasalah akan mudah ditelusuri.
Untuk merealisasikan traceability hasil perikanan Indonesia, BKIPM
membangun suatu aplikasi yang berbasis IT integrated yang diberi nama
SISTRALINA (Sistem Traceability Perikanan Indonesia). Dengan aplikasi ini
diharapkan para pelaku usaha dan pihak lain yang berkompeten dengan
penerapan traceability dapat terfasilitasi. Sistem ini menggunakan sistem sms
gateway.
Tahun 2011 Sosialisasi Penerapan Sistem Traceability pada rantai suplai
udang (Pilot Project) dilaksanakan di 3 (tiga) lokasi, yaitu: Jawa Timur, Sulawesi
Selatan dan Kalimantan Timur. Tahun 2012 BKIPM melaksanakan pengembangan
sistem traceability melalui sistem website dan sms (Sistralina/Sistem Traceability
Online Indonesia). Sistem tersebut telah disosialisasikan di 6 (enam) lokasi, yaitu
DKI Jakarta, Jawa Barat, Lampung, Sumatera Selatan dan Jawa Tengah. Tahun
2013 Sistralina diujicobakan (Pilot Project) di 2 (dua) lokasi, yaitu Surabaya dan
Makasar. IKU 20 ini diukur dengan jumlah lokasi industrialisasi perikanan yang
memanfaatkan SISTRALINA.
Registrasi merupakan pintu awal untuk mendaftarkan diri sebagai anggota
SISTRALINA untuk dapat melakukan semua bentuk kegiatan dan transaksi.
Dengan fungsi ini aplikan akan mendapatkan nomor anggota dan resmi menjadi
anggota SISTRALINA dengan segala hak-haknya, termasuk mendapatkan
password untuk akses di situs www.sistralina.com.
Efektifitas traceability dievaluasi melalui kegiatan verifikasi penerapan sistem
traceability yang bertujuan untuk mengetahui UPI, suplier, petambak/nelayan
yang menerapkan sistem traceability; mengetahui data UPI, suplier,
petambak/nelayan sebagai pemasok bahan baku ke UPI; mengetahui
permasalahan dalam penerapan sistem traceability.
IKU 20 Analisis Informasi Rumus Perhitungan IKU
Jumlah lokasi yang menerapkan aplikasi sistem traceability Jumlah bimbingan teknis pengujian laboratorium
Jumlah lokasi industrialisasi perikanan (kabupaten/kota) yang menerapkan sistem tracebility dengan menggunakan aplikasi sistralina (A)
ƩA
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
64
Capaian IKU ini pada tahun 2014 adalah 4 lokasi, yaitu Denpasar (PT.
Balinusa Windumas, PT. Intimas Surya), Medan (PT. Seafood Sumatera Perkasa,
PT. Medan Tropical Canning), Tarakan (PT. Mustika Minanusa Aurora, PT. Suber
Kalimantan Abadi), Lampung (PT. Indokom Samudera Perkasa).
Tabel 3.29
Capaian IKU 20 pada 2013 dan 2014
Uraian Indikator Kinerja Capaian
2013 2014
Jumlah lokasi yang menerapkan aplikasi sistem traceability
2 4
(Sumber: Pusat Manajemen Mutu, BKIPM, 2014)
Beberapa kendala yang ditemui dalam penerapan sistem traceability dilokasi
pilot project diantaranya: jaringan telekomunikasi melalui SMS sering lambat
memberikan respon/jawaban; Website tidak dapat diakses secara kontinue
karena kendala jaringan internet/lambat tidak ada jaringan; Kode Telusur (KT)
masih bersifat umum, seperti: beku (frozen) tidak merinci untuk jenis produk
olahan misalnya udang laut atau udang tambak; Penerapannya memerlukan
waktu karena akan merubah sistem traceability yang telah disepakati oleh Unit
Pengolahan Ikan (UPI) dan importir di luar negeri.
IKU 21 Jumlah metoda uji laboratorium yang divalidasi
Validasi adalah konfirmasi suatu metode melalui pengujian dan pengadaan
bukti bahwa syarat-syarat tertentu dari suatu metode telah dipenuhi. Validasi
perlu dilakukan oleh laboratorium terhadap metode non standar; metode yang
dikembangkan sendiri; metode standar yang digunakan diluar lingkup yang
dimaksud; metode standar yang dimodifikasi; dan metode standar untuk
menegaskan dan mengkonfirmasikan bahwa metode tersebut sesuai dengan
penggunaannya. Karena validasi merupakan suatu uji kinerja metode standar
maka tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa laboratorium mampu
melakukan pengujian dengan metode tersebut dengan hasil yang valid.
IKU ini bertujuan untuk memvalidasi metode uji dengan cara
mengkonfirmasi suatu metode melalui pengujian dan pengadaan bukti bahwa
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
65
syarat-syarat tertentu dari suatu metode telah dipenuhi. Jumlah metode yang
telah divalidasi tahun ini, merupakan angka kumulatif dari jumlah metoda uji
tahun sebelumnya. Pengukuran IKU ini menggunakan formula sebagai berikut:
Dengan hasil uji yang valid tentunya akan meningkatkan kepercayaan dunia
internasional terhadap komoditas perikanan Indonesia. Karena pentingnya suatu
metode uji yang divalidasi sebelum digunakan sebagai metode pengujian rutin,
maka BKIPM mempunyai target sampai dengan tahun 2014 sebanyak 48 metode
uji yang divalidasi.
Sampai dengan tahun 2013 telah dilakukan validasi metoda uji sebanyak 46
metoda, dan pada tahun 2014 BKIPM melakukan validasi terhadap 2 metoda uji,
yaitu validasi pengujian Megalocytivirus dengan PCR dan qPCR CYBR Green, dan
validasi pengujian Sulfid pada produk perikanan dengan metode Ultra Pressure
Liquid Chromatography (UPLC). Dengan demikian capaian indikator kinerja jumlah
metoda uji laboratorium yang divalidasi pada tahun 2014 adalah 48 metoda.
Perbandingan capaian tahun 2011 – 2014 dapat dilihat pada Tabel 3.30 di bawah
ini.
Tabel 3.30
Capaian IKU 21 pada 2011 - 2014
Uraian Indikator Kinerja Capaian
2011 2012 2013 2014
Jumlah metoda uji laboratorium yang divalidasi
40 44 46 48
IKU 21 Analisis Informasi Rumus Perhitungan IKU
Jumlah metode uji yang divalidasi
Realisasi jumlah metode uji laboratorium yang divalidasi tahun berjalan ditambah tahun sebelumnya (A)
ƩA + T-1
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
66
SS6. Terselenggaranya pengendalian, pengawasan dan penegakkan
hukum karantina ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan
Pasal 2, Undang-undang Nomor 16 tahun 1992 menyatakan bahwa
setiap media pembawa yang dimasukkan ke dalam wilayah Negara
Republik Indonesia wajib: a) dilengkapi Sertifikat yang diterbitkan oleh
pejabat yang berwenang di Negara asal dan Negara transit, kecuali
media pembawa yang tergolong benda lain; b) melalui tempat-tempat
pemasukan yang ditetapkan; c) dilaporkan dan diserahkan ke Petugas
Karantina di tempat pemasukan sebagaimana dimaksud dalam huruf
“b” untuk keperluan Tindakan Karantina, selanjutnya persyaratan
administrasi dan teknis serta tindakan karantina lebih lanjut diatur
sebagaimana tercantum pada pasal 6 sampai dengan 24.
IKU 22 Rasio penanganan kasus pelanggaran perkarantinaan ikan yang dapat diselesaikan dibanding total kasus yang ditangani
Kasus pelanggaran perkarantinaan ikan adalah suatu peristiwa/kejadian
pada kegiatan pemasukan/pengeluaran media pembawa/hasil perikanan yang
tidak memenuhi ketentuan peraturan perundangan yang berlaku, sedangkan
pelanggaran karantina ikan adalah suatu peristiwa/kejadian pada
pemasukan/pengeluaran media pembawa/hasil perikanan yang tidak memenuhi
ketentuan perundangan perkarantinaan yang berlaku. Kasus pelanggaran
karantina ikan dianggap selesai jika memenuhi persyaratan dan ketentuan yang
berlaku. Untuk mengukur capaian IKU 22 menggunakan formula sebagai berikut:
IKU 22 Analisis Informasi Rumus Perhitungan IKU
Rasio penanganan kasus pelanggaran perkarantinaan ikan yang dapat diselesaikan dibanding total kasus yang ditangani
Realisasi jumlah dokumen pengumpulan bahan keterangan (pulbaket) kasus pelanggaran perkarantinaan ikan yang ditangani dan diselesaikan (A)
Jumlah kasus pelanggaran yang terjadi (B)
Prosentase
A
B X 100%
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
67
Terdapat dua hal pokok dalam pelaksanaan tugas dan fungsi karantina ikan,
yang pertama pelayanan terhadap masyarakat yang memenuhi persyaratan dan
kedua pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan perundangan karantina ikan
yang harus dipatuhi oleh stakeholder. Dalam kultur masyarakat yang kesadaran
hukumnya masih rendah, sering terjadi penyimpangan dan pelanggaran terhadap
ketentuan perkarantinaan ikan.
BKIPM melalui Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Pusat Karantina Ikan
memberikan dukungan terhadap penyelesaian beberapa temuan kasus
pelanggaran tindak pidana karantina ikan dan perikanan dengan memberikan
dukungan penyelesaian pulbaket; membantu dalam tindakan penyelidikan dan
penyidikan; pelimpahan berkas perkara ke penyidik intansi yang berwenang
untuk menangani pelanggaran sesuai Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009
tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 31 Tahun 2004
tentang Perikanan.
Dukungan penyelesaian temuan kasus pelanggaran tindak di bidang
karantina ikan dan perikanan antara lain: Temuan kasus pemasukan ikan impor
dari Singapura di Balai KIPM Jakarta II, dukungan dalam tahap tanggapan Jaksa
Penuntut Umum; Temuan kasus pengeluaran ekspor kura-kura moncong babi ke
Hongkong di Balai Besar KIPM Jakarta I, dukunga dalam gelar perkara hasil
pulbaket dan tindak lanjut penanganan kasus; Temuan kasus pengeluaran
domestik arwana ke Banjarmasin di Balai Besar KIPM Jakarta I, dukungan
berupa gelar perkara hasil pulbaket, tindak lanjut penanganan kasus, persiapan
penyidikan, pembentukan tim penyidik, dan jadwal penyidikan, bantuan teknis
penyidikan; Temuan kasus pemasukan impor ikan cupang dari Thailand Stasiun
KIPM Kelas II Bandung, dukungan berupa gelar perkara dan analisis tindak lanjut
penyelesaian kasus; Temuan kasus pemasukan domestik ikan botia di Balai Besar
KIPM Jakarta I, dukunga berupa gelar pelanggaran; Temuan kasus pemasukan
ikan hias dari Singapura, di Stasiun KIPM Bandung dukunagn dalam hal bantuan
penyidikan. Temuan kasus pelanggaran perikanan yaitu: pengeluaran ekspor
insang ikan pari manta di Balai KIPM Surabaya I, dukungan dalam hal
pengelolaan penanganan temuan kasus serta ditindaklanjuti dengan rapat
Koordinasi dengan instansi terkait; Temuan kasus pemasukkan impor ikan yang
tidak sesuai dengan yang tercantum di dalam dokumen Balai KIPM Jakarta II,
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
68
dukungan berupa pembuatan resume pulbaket, dan analisis tindak lanjut
penyelesaian temuan kasus.
Data penindakan pelanggaran tindak pidana karantina ikan dan
pelanggaran perikanan yang ditindaklanjuti dengan projustitia, pada tahun 2011-
2014 disajikan pada Tabel 3.31.
Penanganan perkara tindak pidana di bidang karantina ikan tahun 2014,
diproses berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang karantina
hewan, ikan dan tumbuhan, sedangkan penanganan perkara tindak pidana di
bidang perikanan diproses berdasarkan Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009
tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan.
Tabel 3.31
Data Penindakan Pelanggaran Karantina Ikan Tahun 2011-2014
NO BENTUK TINDAKAN TAHUN
2011 2012 2013 2014
A Penindakan pelanggaran karantina ikan (projustitia)
- 1 8 2
B Penindakan pelanggaran karantina - 2 4 4
JUMLAH - 3 12 6
Pada tahun 2014, total jumlah kasus pelanggaran tindak pidana yang
ditindaklanjuti dengan projustitia adalah sebanyak 6 kasus, jumlah pelanggaran
tindak pidana karantina ikan yang ditindaklanjuti dengan projustitia (A) sebanyak
2 perkara, dan 4 penindakan pelanggaran perikanan (B) yang dilimpahkan
Dari 2 kasus dianggap tindak pidana pelanggaran karantina ikan, kedua-
duanya masih dalam tahap SPDP, dan 4 kasus pelanggaran perikanan telah
dilimpahkan ke PPNS instansi yang menangani pelanggaran perikanan (Ditjen
PSDKP-KKP) .
Dengan demikian rasio jumlah pelanggaran tindak pidana karantina ikan
yang ditindaklanjuti dengan projustitia sebesar 100%.
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
69
Tabel 3.32
Capaian IKU 22 pada 2011 - 2014
Uraian Indikator Kinerja Capaian
2013 2014
Rasio penanganan kasus pelanggaran perkarantinaan ikan yang dapat diselesaikan dibanding total kasus yang ditangani
95,12% 100%
Ket.: Pengukuran baru dilakukan pada tahun 2013
Kegiatan pendukung yang berperan dalam pencapaian IKU ini adalah
peningkatan kompetensi penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) BKIPM, identifikasi
dan supervisi tindak lanjut penanganan pelanggaran karantina ikan, dan
kesekretariatan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), dan yang tidak kalah
penting adalah sosialisasi/diseminasi untuk membentuk tingkat kepatuhan
masyarakat.
IKU 23 Rasio penanganan jumlah kasus pelanggaran mutu dan keamanan hasil perikanan di negara mitra yang dapat diselesaikan dibanding total kasus yang ditangani
Penanganan kasus pelanggaran mutu dan keamanan hasil perikanan di
negara mitra merupakan upaya penyelesaian teknis sebagai tindak lanjut
terhadap adanya notifikasi kasus penolakan ekspor hasil perikanan dari otoritas
kompeten negara mitra. Prose kegiatan ini meliputi investigasi kasus penolakan
sampai dengan terbitnya rekomendasi. Investigasi dilaksanakan dengan
mengumpulkan bahan klarifikasi, menyiapkan rencana dan proses pelaksanaan
investigasi kasus dalam hal mencari akar masalah kasus, mengkomunikasikan
dan menyampaikan temuan ketidaksesuaian serta permintaan tindakan
perbaikan kepada UPI dan negara mitra, memverifikasi dan koreksi tindakan
perbaikan atas temuan ketidaksesuaian, menginformasikan hasil penyelesaian
kasus kepada UPI dan instansi terkait, atau penerbitan rekomendasi tentang
pencabutan pembekuan ekspor approval number terhadap UPI yang melanggar.
Mekanisme penyelesaian penanganan jumlah kasus pelanggaran mutu dan
keamanan hasil perikanan di negara mitra yang dilakukan yaitu: adanya
informasi dari negara mitra dalam bentuk notifikasi; evaluasi kasus dan
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
70
pemberian sanksi pelarangan ekspor sementara (internal suspend) kepada UPI;
investigasi ke UPI; perbaikan hasil investigasi dari UPI; evaluasi perbaikan hasil
investigasi dari UPI oleh BKIPM; pembukaan sanksi pelarangan ekspor sementara
(internal suspend); pengiriman informasi ke negara mitra. Untuk mengukur
capaian IKU ini 23 adalah dengan menggunakan formula sebagai berikut:
Pada tahun 2014, dari 15 kasus penolakan yang terjadi di negara mitra
terdapat satu kasus penolakan yang tidak dapat diselesaikan yaitu di negara
Kanada. Sehingga realisasi IKU ini pada tahun 2014 adalah 93,33% dari target
80%. Penyelesaian kasus ini akan dilanjutkan pada tahun anggaran 2015.
Perbandingan capaian tahun 2013 - 2014 dapat dilihat pada Tabel 3.33 di bawah
ini.
Tabel 3.33
Capaian IKU 23 pada 2013 - 2014
Uraian Indikator Kinerja Capaian
2013 2014
Rasio penanganan jumlah kasus pelanggaran mutu dan keamanan hasil perikanan di negara mitra yang dapat diselesaikan dibanding total kasus yang ditangani
100% 93,33%
Ket.: Pengukuran baru dilakukan pada tahun 2013
IKU 23 Analisis Informasi Rumus Perhitungan IKU
Rasio penanganan kasus pelanggaran mutu dan keamanan hasil perikanan di negara mitra yang dapat diselesaikan dibanding total kasus yang ditangani
Realisasi jumlah rekomendasi hasil investigasi kasus penolakan ekspor hasil perikanan di negara mitra (A)
Jumlah kasus penolakan yang diinvestigasi dan ditindaklanjuti (B)
Prosentase
A
B X 100%
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
71
CAPAIAN KINERJA PADA PRESPEKTIF LEARNING AND GROWTH
SS7. Tersedianya sumberdaya manusia BKIPM yang kompeten
dan professional
SDM aparatur merupakan pilar paling penting dalam rencana
pengembangan BKIPM, karena hanya SDM yang tangguh dan handal
serta profesional yang mampu mengimbangi kecepatan perubahan
lingkungan strategis yang semakin dinamis. SDM merupakan
intangible asset yang berperan utama dalam peningkatan kinerja
organisasi. Modal SDM aparatur yang dimiliki BIKPM pada saat ini
masih memerlukan peningkatan secara sungguh-sungguh untuk
menghadapi dinamika perkembangan di masa depan. SDM aparatur
yang ada selain masih terbatas secara kuantitas, dalam prespektif
pertumbuhan masih belum memadai terutama untuk menghadapi
beban kerja yang semakin berat. Namun demikian, berbagai upaya
secara bersungguh-sungguh dan sistematis telah dilakukan untuk
meningkatkan kompetensi SDM aparaturnya dengan
memprioritaskan pengembangan kompetensi dan kapasitas SDM
yang dimiliki agar sesuai dengan kebutuhan organisasi.
IKU 24 Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II dan III di BKIPM
Indeks Kesenjangan Kompetensi merupakan nilai yang menggambarkan
seberapa besar perbandingan antara kompetensi yang telah dimiliki pemegang
jabatan yang ada dalam seluruh unit kerja BKIPM dengan seluruh kompetensi
yang telah ditetapkan sebagai standar yang dibutuhkan bagi pemegang jabatan.
Indikator ini bertujuan untuk mengukur pejabat di BKIPM yang telah memenuhi
Standar Kompetensi Jabatan.
Untuk mengukur capaian IKU 24 ini dapat menggunakan formula sebagai
berikut:
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
72
Pada dasarnya untuk mengukur IKU 24 ini adalah melalui asesmen
kompetensi, yaitu dengan melibatkan pihak ketiga (konsultan) sebagai assesor,
namun dikarenakan keterbatasan alokasi pembiayaan dalam RKA Tahun 2014,
maka penyelenggaraan asesmen tersebut tidak dapat dilaksanakan, tetapi BKIPM
berusaha untuk mengukurnya, dalam hal dengan melakukan konfirmasi terhadap
pemenuhan kompetensi kepada masing-masing jabatan sesuai dengan jenjang
kompetnsinya, penyusunan kuisioner konfirmasi, merujuk pada Keputusan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 3A/KEPMEN KP/2014 tentang Standar
Kompetensi Manajerial Di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Kuisioner ini lebih terkait pada pemenuhan terhadap pemahaman tahapan tugas
sesuai uraian tugas yang telah ditetapkan, serta pemenuhan jenis kompetensi
baik kompetensi manajerial maupun aspek kompetensi khusus.pengetahuan dan
keterampilan.
Verifikasi data terhadap hasil konfirmasi pemenuhan persyaratan minimal
standar kompetensi manajerial Eselon II, III, IV dan V di lingkungan BKIPM telah
dilakukan oleh Bagian Kepegawaian, Hukum dan Organisasi Sekretariat BKIPM
pada bulan September 2014. Data hasil verifikasi disajikan pada Tabel 3.34.
IKU 24 Analisis Informasi Rumus Perhitungan IKU
Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, dan III BKIPM
Jumlah kompetensi standar jabatan yang dibutuhkan Eselon II, dan III, (A2, A3)
(�2 − �2)
�2�100%
Jumlah kompetensi standar jabatan yang dikuasai Eselon II,, dan III (B2, B3)
(�3− �3)
�3�100%
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
73
Tabel 3.34
Hasil Verifikasi Pemenuhan Kompetensi Jabatan Tahun 2014
Unit Kerja Eselon
II III IV V
Sekretariat BKIPM 1 4 12
Pusat 3 9 21
Balai Besar KIPM 2 6 14
Balai KIPM Kelas I 7 21
BUSKIPM 1 3
Balai KIPM Kelas II 5 15
Stasiun KIPM Kelas I 18 54
Stasiun KIPM Kelas II 14 14
Jumlah 6 32 118 68
Hasil verifikasi dari konfirmasi pemenuhan persyaratan minimal kompetensi manajerial (sebagai asumsi indeks kesenjangan kompetensi jabatan)
16,53% 24,18% 29,08% 37,16%
Rata-rata (%) 27,28%
Sumber. Bagian Kepegawaian Sekretariat BKIPM, 2014
Dari hasil verifikasi data terhadap konfirmasi pemenuhan kompetensi
jabatan di lingkungan BKIPM dapat ditunjukkan bahwa “indeks kesenjangan
kompetensi eselon II BKIPM” adalah 16,53%, sedangkan untuk eselon III adalah
24,18%, sehingga rata-rata prosentase kesenjangan kompetensi eselon II dan III
adalah 20,36%. Jika data verifikasi ini dapat diasumsikan sebagai indeks
kesenjangan kompetensi maka capaian IKU ini pada tahun 2014 adalah sebesar
20,36% dari target 50%.
Tabel 3.35
Capaian IKU 24 Tahun 2013 – 2014
Uraian Indikator Kinerja Capaian
2013 2014
Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II dan III di BKIPM
60% 20,36%
Langkah ke depan untuk mengetahui dengan benar indeks kesenjangan
kompetensi jabatan adalah (1) perlunya alokasi anggaran untuk melaksanakan
pengukuran kompetensi manajerial bagi seluruh pejabat struktural di lingkungan
BKIPM, dan (2) perlunya internalisasi yang lebih terarah dan tajam terkait IKU
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
74
ini melalui sosialisasi standar kompetensi jabatan di lingkungan BKIPM
berdasarkan Keputusan Menteri tersebut di atas.
Untuk peningkatan kapasitas dan kapabilitas pejabat struktural selama
tahun 2014, BKIPM telah mengikutsertakan pejabatnya dalam kegiatan
pendidikan dan pelatihan manajerial (Diklat PIM) yang diselenggarakan oleh
BPSDMKP, seperti tersaji pada Tabel 3.36 di bawah ini. Perbandingan pejabat
struktural eselon III, IV dan V yang sudah dan yang belum mengikuti Diklat
Pim di lingkungan BKIPM disajikan pada Tabel 3.37.
Tabel 3.36
Pejabat yang Mengikuti Diklat PIM Tahun 2014
No Nama Diklat Jumlah Peserta
1 Diklat PIM III 3
2 Diklat PIM IV 7
Jumlah 10
Tabel 3.37
Jumlah Pejabat BKIPM yang Belum Mengikuti Diklat PIM
No Jabatan Diklat PIM % yang
Belum Sudah Belum
1 Eselon II 2 4 66,67
2 Eselon III 29 3 9,37
3 Eselon IV 107 11 9,32
4 Eselon V 0 68 0
Selain pejabat struktural, peningkatan kapasitas dan kapabilitas juga
dilakukan untuk pejabat fungsional, selama tahun 2014 pejabat fungsional di
lingkungan BKIPM yang mengikuti pendidikan dan pelatihan teknis dan
fungsional dapat disajikan pada Tabel 3.38.
Tabel 3.38
Data Pegawai yang Mengikuti Diklat Teknis Tahun 2014
No Nama Diklat Jumlah
1 Diklat Penjenjangan PHPI Mahir 80
2 Diklat Penjenjangan PHPI Muda 80
3 Diklat Sistem Monev Kinerja Organisasi 65
4 Diklat Karya Tulis Ilmiah 80
Jumlah 305
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
75
SS8. Tersedianya informasi yang valid, handal dan mudah
diakses di BKIPM
Di era globalisasi saat ini, kebutuhan akan teknologi informasi dan
komunikasi mutlak dan tidak dapat dihindarkan. Beberapa
pekerjaan akan dapat dilaksanakan dengan lebih efektif dan efisien
dengan menggunakan bantuan teknologi informasi karena
kemampuannya yang dapat melewati batas-batas wilayah. Selain itu
tuntutan akuntabilitas dan transparansi akan dapat dipenuhi
dengan teknologi informasi dan komunikasi. Pengembangan
teknologi informasi dan komunikasi BKIPM sebagai infrastruktur
pendukung fungsi perkarantinaan ikan serta pengendalian mutu dan
keamanan hasil perikanan ditujukan untuk memfasilitasi dan
mempermudah semua bussiness process yang dilakukan BKIPM
utamanya dalam memberikan pelayan publik.
IKU 25 Service Level Agreement di BKIPM
Service Level Agreement (SLA) merupakan komitmen BKIPM untuk
memberikan jasa berupa jaminan pelayanan data dan informasi kepada
pengguna/pemanfaat secara on-line. Layanan on-line yang dimaksud adalah
layanan website BKIPM. Pengukuran IKU ini dilakukan terhadap up-time atas
dasar laporan yang diterima oleh Bagian Informasi dan Humas dari service
penyedia jasa atas kontrak pelayanan bandwidth TIK. SLA dibutuhkan sebagai
jaminan atas layanan yang diberikan kepada user, sehingga user tersebut bisa
puas atas layanan yang diberikan. Dari sisi user adalah menjamin aspek
ketersedian informasi yang berkualitas, akurat, dan up-date.
Untuk mengevaluasi capaian IKU 24 ini dapat digunakan formula sebagai
berikut.
IKU 24 Analisis Informasi Rumus Perhitungan IKU
Service Level Agreement (SLA)
Jaringan koneksi internet berfungsi 98% dalam setahun atau maksimal down time 175 jam/ 7 hari dalam satu tahun (A)
Prosentase
(365 – A)
365
X 100%%
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
76
Sesuai dengan manual IKU SLA, pengukuran terhadap SLA adalah layanan
akses website BKIPM (uptime) dan aplikasi berbasis web dengan target pada tahun
2014 adalah 80%. Capaian indikator ini pada tahun 2014 adalah sebesar 100%
(tidak terjadi downtime). Perbandingan capaian tahun 2011 - 2014 dapat dilihat
pada Tabel 3.39 di bawah ini.
Tabel 3.39
Capaian IKU 25 pada 2011 - 2014
Uraian Indikator Kinerja Capaian
2013 2014
Service Level Agreement di BKIPM 97,25% 100%
Ket.: Pengukuran baru dilakukan pada tahun 2013
IKU 26 Persepsi user terhadap kemudahan akses (Skala Likert 1-5)
Persepsi user dalam hal ini merupakan pengalaman user tentang
kemudahan akses layanan informasi yang diberikan oleh BKIPM. Persepsi user
berkaitan dengan kemudahan dalam mengakses layanan informasi. Metode yang
digunakan adalah survei kepada pengguna layanan (user) melalui penyebaran
kuisioner. Cara menghitung IKU 24 ini digunakan formula sebagai berikut:
Target IKU ini pada tahun 2014 adalah 4,25 dalam skala likert (1-5) dengan
realisasi sebesar 3,76 atau mencapai 88,47%. Pencapaian target untuk IKU ini
tidak terpenuhi, karena survei hanya dapat dilaksanakan di 6 UPT KIPM dengan
total responden eksternal yang tidak homogen sebanyak 166 orang, hal ini
dikarenakan keterbatasan anggaran untuk melakukan survei, layanan informasi
BKIPM belum dapat disosialisasikan dengan baik serta informasi layanan masih
IKU 24 Analisis Informasi Rumus Perhitungan IKU
Persepsi user terhadap kemudahan akses (skala likert)
Hasil pengukuran komponen mutu dengan komponen yang dipersyaratkan melalui kuisioner
Pengukuran melalui informasi dari kuisioner dengan Skala Likert
Tanggal pelaksanaan
Jumlah responden
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
77
bersifat internal. Survei ini dilaksanakan pada bulan Februari – Agustus 2014.
Perbandingan capaian tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat pada Tabel 3.40 di
bawah ini.
Tabel 3.40
Capaian IKU 26 pada 2013 - 2014
Uraian Indikator Kinerja Capaian
2013 2014
Persepsi user terhadap kemudahan akses di BKIPM (skala likert 1-5)
4 3,76
Ket.: Pengukuran baru dilakukan pada tahun 2013
SS9. Terwujudnya good governance dan clean government di
BKIPM
Untuk mewujudkan good governance dan clean government
diperlukan peran serta aparat pengawas internal dan eksternal
pemerintah. Peran aparat pengawas (auditor) tersebut adalah untuk
memastikan seluruh kegiatan BKIPM telah berjalan sesuai peraturan
perundang-undangan. Bagian keuangan dan umum sebagai bidang
utama masalah pengelolaan keuangan dan barang milik negara
selalu memberi informasi dan dukungan agar pemeriksaan auditor
tersebut berjalan dengan baik, salah satunya ialah dengan
melakukan pendampingan dan selalu menindaklanjuti temuan
maupun rekomendasi BPK dan Inspektorat Jenderal KKP.
IKU 27 Jumlah rekomendasi aparat pengawas internal dan ekternal pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi
Rekomendasi aparat pengawas internal dan eksternal adalah masukan atau
saran yang harus ditindaklanjuti dengan rencana aksi/rencana tindak guna
menyelesaikan suatu temuan atau koreksi, rekomendasi dapat berasal dari aparat
pengawas internal Pemerintah (Itjen dan BPKP) serta dari aparat pengawas
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
78
eksternal pemerintah (BPK), Untuk mengukur capaian IKU 27 digunakan formula
sebagai berikut:
Pada tahun 2014, realisasi IKU ini sebesar 79,52%. Hal ini dikarenakan
BKIPM baru dapat menyelesaikan 66 hasil rekomendasi dari total 83 rekomendasi
Inspektorat Jenderal KKP pada Tahun 2014.
Tabel 3.41
Capaian IKU 27 pada 2011 - 2014
Uraian Indikator Kinerja Capaian
2013 2014
Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Ekternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi di BKIPM
100% 79,52%
IKU 28 Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BKIPM
Penilaian Inspektorat Jenderal KKP atas akuntabilitas kinerja BKIPM.
Akuntabilias kinerja yaitu perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah
untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program
dan kegiatan yang telah di amanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka
mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah
ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara
periodik. Hasil penilaian atas AKIP BKIPM tahun N didapatkan pada akhir tahun.
Aspek akuntabilitas kinerja BKIPM yang dinilai meliputi:
IKU 27 Analisis Informasi Rumus Perhitungan IKU
Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Ekternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi di BKIPM
Realisasi tindak lanjut oleh unit kerja terhadap jumlah rekomendasi APIEP (A)
Jumlah seluruh rekomendasi APIEP yang diberikan kepada unit kerja (B)
Prosentase
A
B X 100%
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
79
No Aspek Penilaian Bobot Penilaian
1 perencanaan kinerja BKIPM 35%;
2 pengukuran kinerja BKIPM 20%;
3 pelaporan kinerja BKIPM 15%;
4 evaluasi program BKIPM 10%;
5 pencapaian kinerja BKIPM 20%
Sesuai dengan hasil penilaian kinerja oleh Inspektorat Jenderal KKP tahun
2014, BKIPM mendapatkan kriteria A dengan nilai keseluruhan 79,97 Hasil ini
menunjukan peningkatan jika dibandingkan dengan penilaian kinerja BKIPM di
tahun 2013 yang memperoleh kriterianya A tapi dengan nilai keseluruhan 76,82.
Perbandingan capaian Tahun 2011 – 2014 dan target tahun terakhir pada
RPJM II dapat dilihat pada Tabel 3.42 dan Tabel 3.43 di bawah ini.
Tabel 3.42
Capaian IKU 28 pada 2011-2014
Uraian Indikator Kinerja Capaian
2011 2012 2013 2014
Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BKIPM
Nilai AKIP B
Nilai AKIP A
Nilai AKIP A
Nilai AKIP A
Tabel 3.43
Perkembangan Nilai AKIP Berdasarkan Aspek Penilaian
No Aspek Penilaian 2011 2012 2013 2104
1 perencanaan kinerja BKIPM 32,33 31,47 29,98 30,31
2 pengukuran kinerja BKIPM 18,00 15,38 18,50 17,32
3 pelaporan kinerja BKIPM 10,67 11,64 12,18 12,60
4 evaluasi program BKIPM - - - 2,03
5 pencapaian kinerja BKIPM 4,41 16,91 16,16 17,71
Nilai Total 65,41 75,40 76,82 79,97
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
80
Grafik 3.4
Perkembangan Nilai AKIP BKIPM 2011 - 2014
IKU 29 Indeks kepuasan masyarakat BKIPM
Seiring kemajuan teknologi dan tuntutan masyarakat dalam hal pelayanan,
unit penyelenggara pelayanan publik dituntut untuk memenuhi harapan
masyarakat dalam melakukan perbaikan pelayanan. Survei kepuasan masyarakat
merupakan pengukuran secara komprehensif kegiatan tentang kepuasan
masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran atas pendapat masyarakat
dalam memperoleh pelayanan dari penyelenggara pelayanan publik.
Pedoman dalam hal melakukan survey kepuasan masyarakat digunakan
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 16 Tahun 2014 tentang Pedoman Survei Kepuasan Masyarakat Terhadap
Penyelenggaran Pelayanan Publik. Ruang lingkup pengukuran indeks kepuasan
masyarakat BKIPM adalah pelayanan publik di unit pelayanan sertifikasi
kesehatan ikan yaitu di 44 UPT KIPM.
Nilai indeks kepuasan masyarakat tersebut dihitung dengan menggunakan
nilai rata-rata tertimbang masing-masing unsur pelayanan. Dimana setiap unsur
pelayanan memiliki penimbang yang sama, dengan formula sebagai berikut.
Bobotnilairata − ratatertimbang =Jumlahbobot
Jumlahunsur
65,41
75,476,82
79,97
60
65
70
75
80
85
2011 2012 2013 2014
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
81
Untuk memperoleh nilai indeks kepuasan masyarakat (IKM) di 44 UP
digunakan pendekatan nilai rata-rata tertimbang.
��� =Totaldarinilaipersepsiperunsur
Totalunsuryangterisi���������� − ��������������
Selanjutnya untuk memudahkan interpretasi terhadap penilaian indeks
kepuasan masyarakat, yaitu antara 20-100, maka hasil penilaian dikonversikan
dengan nilai dasar 20, dengan rumus.
Nilai Konversi IKM = Nilai Indeks x 20
Nilai Persepsi
Nilai Interval IKM
Nilai Interval Konversi IKM
Mutu Pelayanan
Kinerja Unit Pelayanan
1 1.00-1.80 20-36 E Buruk 2 1.81-2.60 37-52 D Tidak Baik 3 2.61-3.40 53-68 C Kurang Baik 4 3.41-4.20 69-84 B Baik 5 4.21--5 85-100 A Sangat Baik
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai IKM adalah 3,76, dengan nilai
interval konversi IKM di BKIPM, yaitu 82,33 atau berkategori Baik. Rekapitulasi
nilai IKM pada UPT lingkup BKIPM dapat dilihat pada Lampiran 5.
Perbandingan capaian tahun 2013 - 2014 dapat dilihat pada Tabel 3.44 di
bawah ini.
Tabel 3.44
Capaian IKU 29 pada 2013 - 2014
Uraian Indikator Kinerja Capaian
2013 2014
Indeks kepuasan masyarakat BKIPM 82,37 82,33
Ket.: Pengukuran baru dilakukan pada tahun 2013
IKU 30 Nilai inisiatif anti korupsi BKIPM
Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK) merupakan kegiatan Komisi
Pemberantasan Korupsi dalam mendorong Kementerian/Lembaga dan Pemerintah
Daerah membangun sistem antikorupsi di instansinya. Keikutsertaan
Kementerian/Lembaga/ dan Pemerintah Daerah dalam PIAK bersifat voluntary
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
82
basis. Peserta PIAK melakukan penilaian sendiri (self assessment) terhadap
pertanyaan-pertanyaan terkait inisiatif antikorupsi yang telah dilakukannya
berikut bukti-bukti pendukungnya.
Inisiatif anti korupsi (IAK) merupakan self assessment atas inisiatif anti
korupsi di suatu Lembaga/Kementerian. Dalam hal ini, nilai IAK BKIPM
merupakan penilaian dari Inspektorat Jenderal KKP terhadap inisiatif anti korupsi
yang dilakukan oleh masing-masing unit Eselon I KKP dengan kuesioner. Untuk
mengukur capaian IKU 30 adalah hasil penilaian dari KPK/APIEP.
BKIPM, sebagai bagian dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, pada
tahun 2014 juga melakukan penilaian dalam upaya pencegahan korupsi dengan
indikator seperti tersedianya kode etik; peningkatan transparansi dalam
manajemen SDM, pengadaan barang/jasa, penyelenggaraan negara; peningkatan
akses publik dalam memperoleh informasi inti utama; pelaksanaan saran
perbaikan KPK/BPK/APIP, dan kegiatan promosi anti korupsi. Realisasi nilai
inisiatif anti korupsi BKIPM pada tahun 2014 adalah sebesar 8,61 dari target
sebesar 7,75. Capaian ini menurun jika dibandingkan dengan nilai capaian tahun
2013 yang sebesar 8,84. BKIPM terus melakukan perbaikan dalam menjaga
konsistensi dan peningkatan upaya pencegahan korupsi. Diharapkan nilai PIAK
BKIPM pada tahun mendatang dapat meningkat seiring dengan kemajuan upaya
pencegahan korupsi yang dilakukan. Perbandingan capaian tahun 2011 – 2014
dapat dilihat pada Tabel 3.45 di bawah ini.
Tabel 3.45
Capaian IKU 30 pada 2012 - 2014
Uraian Indikator Kinerja Capaian
2012 2013 2014
Nilai inisiatif anti korupsi BKIPM 7,95 8,84 8,61
IKU 30 Analisis Informasi Rumus Perhitungan IKU
Nilai inisiatif anti korupsi BKIPM
Assessment atas Inisiatif Anti Korupsi berdasarkan kriteria penilaian yang dilakukan oleh KPK;
Hasil penilaian KPK/APIEP
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
83
IKU 31 Nilai penerapan reformasi dan birokrasi BKIPM
Reformasi birokrasi yang dilaksanakan di lingkungan Kementerian Kelautan
dan Perikanan (KKP) pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan
pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan
pemerintahan yang pelaksanaannya dilakukan melalui program-program yang
meliputi: (1) Manajemen Perubahan; (2) Penataan Peraturan Perundang-
undangan; (3) Penataan dan Penguatan Organisasi; (4) Penataan Tata Laksana; (5)
Penataan Sistem SDM Aparatur; (6) Penguatan Pengawasan Intern; (7) Penguatan
Akuntabilitas Kinerja; (8) Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik; dan (9)
Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.
Berbagai permasalahan/hambatan yang mengakibatkan sistem
penyelenggaraan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan tidak berjalan
atau diperkirakan tidak akan berjalan dengan baik harus ditata ulang atau
diperbaharui. Reformasi birokrasi KKP dilaksanakan dalam rangka mewujudkan
tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Dengan kata lain reformasi
birokrasi KKP merupakan langkah strategis untuk membangun aparatur negara
agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas umum
pemerintahan dan pembangunan di bidang kelautan dan perikanan. Oleh karena
itu KKP harus segera mengambil langkah-langkah yang bersifat mendasar,
komprehensif, dan sistemik sehingga tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
dapat dicapai dengan efektif dan efisien sesuai dengan visi, misi, dan strategi KKP.
Oleh karena itu, BKIPM sebagai salah satu unit kerja eselon I memiliki tanggung
jawab untuk mewujudkan reformasi birokrasi sesuai dengan tugas dan fungsi
yang diemban.
Tata cara penilaian pelaksanaan reformasi birokrasi pada instansi
kementerian/lembaga mengalami perubahan pada tahun 2014. Jika pada tahun
2012–2013 penilaian berdasarkan pada Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 01
Tahun 2012 tentang Pedoman Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
sebagai instrumen untuk mengukur kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi
secara mandiri (self-assessment), maka pada tahun 2014 penilaian pelaksanaan
reformasi birokrasi berdasarkan pada Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 14
Tahun 2014 Tentang Pedoman Evaluasi Reformasi Birokrasi Instansi Pemerintah.
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
84
Perubahan tools penilaian dilakukan untuk mengikuti perkembangan
pelaksanaan reformasi birokrasi, agar penilaian kemajuan pelaksanaan reformasi
birokrasi dapat dilakukan dengan objektif, maka perlu dilakukan upaya
penyempurnaan. Penyempurnaan mencakup: (1) penekanan fokus penilaian
pelaksanaan reformasi birokrasi pada area perubahan yang sudah ditetapkan, (2)
perubahan terhadap sistem on-line dan petunjuk teknisnya, serta (3) perlunya
dilakukan evaluasi eksternal untuk memvalidasi/memverifikasi hasil penilaian
mandiri yang dilakukan oleh setiap instansi pemerintah dengan menggunakan
sistem self assessment. Penyempurnaan juga dimaksudkan untuk
mengintegrasikan instrumen evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi dalam satu
instrumen yang dapat digunakan baik oleh Unit Pengelola Reformasi Birokrasi
Nasional (UPRBN), Tim Quality Assurance (TQA) dan Tim Independen Reformasi
Birokrasi Nasional (TIRBN). Dengan demikian penilaian terhadap kemajuan
pelaksanaan reformasi birokrasi dapat dilakukan dengan lebih obyektif.
Metodologi yang digunakan untuk melakukan penilaian pada komponen
pengungkit, adalah teknik “criteria referrenced test” dengan cara menilai setiap
komponen dengan kriteria penilaian dari masing-masing komponen yang telah
ditetapkan sebelumnya. Sedangkan untuk melakukan penilaian komponen hasil,
antara lain menggunakan nilai akuntabilitas kinerja, nilai kapasitas organisasi
(survei internal), nilai persepsi korupsi (survei eksternal), opini Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan.
Hasil Evaluasi Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB)
BKIPM tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 3.46 berikut ini.
IKU 31 Analisis Informasi Rumus Perhitungan IKU
Nilai Penerapan RB BKIPM
Hasil Penilaian Mandiri yang telah diverifikasi oleh Inspektorat Jenderal
Hasil penilaian BKIPM/Inspektorat Jenderal KKP atau Kementerian PAN dan RB Tanggal pelaksanaan
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
85
Tabel 3.46
PMPRB BKIPM Tahun 2014
No. Penilaian Nilai
Pengungkit 54,48
1. Manajemen Perubahan 4,8
2. Penataan Peraturan Perundang-undangan 4,38
3. Penataan dan Penguatan Organisasi 5,83
4. Penataan Tatalaksana 4,63
5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur 14,39
6. Penguatan Akuntabilitas Kinerja 5,27
7. Penguatan Pengawasan 9,78
8. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik 5,4
Hasil 30,28
1. Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja Organisasi 14,86
2. Pemerintah yang Bersih dan Bebas KKN 7,47
3. Kualitas pelayanan publik 7,95
Total 84,76
Nilai Penerapan Reformasi Birokrasi BKIPM tahun 2014 adalah 84,76,
capaian tersebut telah melebihi target yang ditetapkan yakni 80, atau setara
dengan pencapaian 105,95%. Sedangkan dalam periode tahun 2012-2014, nilai
penerapan reformasi birokrasi BKIPM rata-rata meningkat 9,06% setiap tahunnya.
Tabel 3.47
Capaian IKU 31 pada 2012 - 2014
Uraian Indikator Kinerja Capaian
2012 2013 2014
Nilai penerapan reformasi birokrasi BKIPM 70 80 84,76
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
86
SS10. Terkelolanya anggaran BKIPM yang optimal Sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai Pengguna Anggaran/Barang
mempunyai tugas antara lain menyusun dan menyampaikan
Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya.
Akuntabilitas keuangan BKIPM tahun 2014 telah dilaporkan melalui
Laporan Keuangan, berupa Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan.
IKU 32 Persentase penyerapan DIPA BKIPM
IKU ini bertujuan untuk mengukur persentase penyerapan DIPA BKIPM
Tahun 2014. Capaian IKU dihitung dengan membandingkan antara jumlah
realisasi penyerapan DIPA dengan pagu DIPA yang direncanakan. Untuk
mengukur capaian IKU 32 digunakan formula sebagai berikut:
Alokasi anggaran BKIPM pada tahun anggaran (T.A) 2014 sesuai dengan
dokumen DIPA semula sebesar Rp259.762.597.000, terdapat penambahan
anggaran untuk tunjangan kinerja pegawai dan PNPB, sehingga menjadi
Rp317.111.771.000. Anggaran ini terdiri dari rupiah murni sebesar
Rp306.554.173.000, dan PNPB sebesar Rp10.557.598.000. Target penyerapan
DIPA BKIPM pada T.A 2014 adalah 95% dengan realisasi sebesar 96,86% atau
mencapai 101,96%. Pagu dan realisasi penyerapan anggaran BKIPM T.A 2014
untuk setiap kegiatan disajikan pada Tabel 3.48 di bawah ini.
IKU 32 Analisis Informasi Rumus Perhitungan IKU
Persentase penyerapan DIPA BKIPM
Realisasi jumlah nilai SP2D (gaji, barang dan modal) (A)
Jumlah pagu anggaran (B)
Prosentase
A
B X 100%
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
87
Tabel 3.48
Penyerapan Anggaran per Kegiatan T.A 2014
Program/Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) %
Program
Pengembangan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
317.111.771.000 307.147.217.365 96,86
Kegiatan
Pengembangan dan pembinaan perkarantinaan ikan
10.670.800.000 10.543.832.903 98,81
Pengembangan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan
16.484.110.000 15.930.029.376 96,64
Pengembangan sistem manajemen karantina ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan
9.295.500.000 8.773.975.879 94,39
Peningkatan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya BKIPM
280.661.361.000 271.899.379.207 96,88
Sedangkan pagu dan realisasi penyerapan anggaran BKIPM T.A 2014 per
jenis belanja dan penyerapan anggaran triwulanan, dapat disajikan pada Tabel
3.49 dan Tabel 3.50 di bawah ini.
Tabel 3.49
Penyerapan Anggaran per Jenis Belanja T.A 2014
Jenis Belanja Pagu (Rp) Realisasi (Rp) %
Belanja Pegawai 142.530.145.000 137.691.256.287 96,61
Belanja Barang 161.610.430.000 157.031.221.090 97,17
Belanja Modal 12.971.196.000 12.424.739.988 95,79
Total 317.111.771.000 307.147.217.365 96,86
Tabel 3.50
Persentase Penyerapan Anggaran Triwulanan
Jenis Belanja Persentase penyerapan s.d Triwulan (%)
TW1 TW2 TW3 TW4
Belanja Pegawai 20,88 45,60 74,10 96,61
Belanja Barang 14,60 38,75 62,97 97,17
Belanja Modal 10,71 27,03 44,92 95,79
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
88
Grafik 3.5
Grafik Penyerapan Anggaran BKIPM
Sedangkan kalau dirinci berdasarkan kegiatan, terdapat satu kegiatan yang
realisasinya di bawah 95%. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
adanya kebijakan pemerintah yang melarang pelaksanaan pertemuan di hotel
sehingga sebagian kegiatan pertemuan tersebut tidak dapat direalisasikan;
adanya efisiensi terhadap belanja barang dan belanja modal. Perbandingan
realisasi anggaran BKIPM tahun 2011 - 2014 dapat dilihat pada Tabel 3.51
berikut.
Tabel 3.51
Capaian IKU 32 pada 2011 - 2014
Uraian Indikator Kinerja Capaian
2011 2012 2013 2014
Persentase penyerapan DIPA BKIPM
99,70% 101,42% 97,71% 96,86%
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran
dengan realisasinya, yang mencakup unsur-unsur pendapatan, belanja,
surplus/defisit, dan sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran, yang masing-
masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode. Realisasi
Pendapatan Negara dan Hibah pada Laporan Keuangan BKIPM T.A 2014 terdiri
dari penerimaan pajak sebesar Rp0 dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
sebesar Rp16.268.330.468 atau 106,17 persen dari target Rp15.323.079.964.
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
89
Sementara untuk realisasi belanja bruto BKIPM T.A 2014 sebesar
Rp307.147.217.365 atau 96,86 persen dari anggarannya sebesar
Rp317.111.771.000. Realisasi belanja bruto BKIPM di atas terdiri dari belanja
rupiah murni sebesar Rp298.200.067.639 atau sebesar 97,27% dari anggarannya
sebesar Rp306.554.173.000 dan belanja PNBP sebesar Rp8.947.149.726 atau
sebesar 84,75% dari anggarannya sebesar Rp10.557.598.000. Dikarenakan
terdapat pengembalian belanja sebesar Rp162.630.250 maka mempengaruhi
realisasi belanja menjadi netto sebesar Rp306.984.587.115 atau 96,81 persen.
Pengembalian belanja tersebut terdiri dari belanja pegawai sebesar
Rp113.962.050, belanja barang sebesar Rp46.492.700, belanja modal sebesar
Rp2.175.500.
Sementara realisasi belanja bruto T.A 2013 sebesar Rp296.956.268.852 atau
97,76 persen dari anggarannya sebesar Rp303.698.139.000. Dikarenakan
terdapat pengembalian belanja sebesar Rp215.017.401 maka mempengaruhi
realisasi belanja menjadi netto sebesar Rp296.741.251.451 atau 97,71 persen.
Untuk realisasi dari sumber dana yang berasal dari pendapatan negara dan hibah
pada BKIPM adalah Rp17.742.716.731 dari target Rp14.352.187.799.
Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran T.A 2013 dan 2014 disajikan pada
Tabel 3.52 dan 3.53 berikut ini.
Tabel 3.52
Ringkasan LRA Netto T.A 2013 dan T.A 2014
Uraian T.A 2013 T.A 2014
Realisasi Anggaran Realisasi %
Pendapatan Negara
17.742.716.731 15.323.079.964 16.268.330.468 106.17
Belanja Negara 296.741.251.451 317.111.771.000 306.984.587.115 96.81
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
90
Tabel 3.53
Rincian Realisasi Belanja Netto BKIPM T.A 2013 dan 2014
Anggaran Realisasi Belanja % Anggaran Realisasi Belanja %
Pendapatan Negara dan
Hibah
15.323.079.964 16.268.330.468 106,17 14.352.187.799 17.742.716.731 123,62
JUMLAH PENDAPATAN 15.323.079.964 16.268.330.468 106,17 14.352.187.799 17.742.716.731 123,62
Belanja Rupiah Murni 306.554.173.000 298.037.437.389 97,22 293.811.487.000 287.410.025.526 97,82
Belanja Pinjaman Luar
Negeri
0 0 0 0 0 0
Belanja Hibah 0 0 0 0 0 0
PNBP 10.557.598.000 8.947.149.726 84,75 9.886.652.000 9.331.225.925 94,38
JUMLAH BELANJA 317.111.771.000 306.984.587.115 96,81 303.698.139.000 296.741.251.451 97,71
Per 31 Des 2014 / TA.2014 Per 31 Des 2013 / TA.2013URAIAN
NERACA
Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban,
dan ekuitas dana pada tanggal pelaporan dan dibandingkan dengan tanggal
pelaporan sebelumnya. Jumlah aset pada T.A 2014 (per 31 Desember 2014)
adalah sebesar Rp288.954.638.261, di mana jumlah aset tersebut terdiri dari aset
lancar sebesar Rp6.753.092.166, aset tetap sebesar Rp277.510.321.832 dan aset
lainnya sebesar Rp4.684.992.634.
Jumlah kewajiban pada T.A 2014 (per 31 Desember 2014) adalah
sebesar Rp675.203.045 yang merupakan Kewajiban Jangka Pendek. Ekuitas
dana (kekayaan bersih) BKIPM T.A 2014 (per 31 Desember 2014) adalah
sebesar Rp288.279.435.216, di mana ekuitas dana tersebut terdiri dari
Ekuitas Dana Lancar sebesar Rp6.077.889.121 dan Ekuitas Dana Investasi
sebesar Rp288.201.546.095.
Ringkasan Neraca T.A 2014 (per 31 Desember 2014) dan 2013 (per 31
Desember 2013) dapat disajikan pada Tabel 3.54 berikut.
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
91
Tabel 3.54
Ringkasan Neraca T.A 2014 dan 2013
Uraian 31 Des 2014 31 Des 13 Kenaikan/(Penurunan)
Rp %
ASET
Aset Lancar 6.753.092.166 19.272.737.667 (12.519.645.501) -64,96
Aset Tetap 277.510.321.832 292.805.417.491 (15.295.095.659) -5,22
Piutang Jk Panjang 6.231.629 - 6.231.629
Aset Lainnya 4.684.992.634 4.470.879.319 214.113.315 4,79
Jumlah Aset 288.954.638.261 316.549.034.477 (27.594.396.216) -8,72
KEWAJIBAN
Kewajiban Jk Pendek 675.203.045 12.559.868.316 (11.884.665.271) -94,62
Jumlah Kewajiban 675.203.045 12.559.868.316 (11.884.665.271) -94,62
EKUITAS DANA
Ekuitas Dana Lancar 6.077.889.121 6.712.869.351 (634.980.230) -9,46
Ekuitas Dana Invesrasi 282.201.546.095 297.276.296.810 (15.074.750.715) -5,07
Jumlah Ekuitas Dana 288.279.435.216 303.989.166.161 (15.709.730.945) -5,17
Jumlah Kewajiban & Ekuitas 288.954.638.261 316.549.034.477 (27.594.396.216) -8,72
EVALUSASI EFISIENSI
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Refermasi
Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah,
pengukuran kinerja kegiatan ini diwajibkan dimaksudkan untuk melakukan
evaluasi efisiensi pelaksanaan kegiatan terhadap sumber daya yang dimiliki.
Fokus pengukuran efisiensi adalah indikator input dan output dari suatu
kegiatan. Dalam hal ini, diukur kemampuan suatu kegiatan untuk menggunakan
input yang lebih sedikit dalam menghasilkan output yang sama/lebih besar; atau
penggunaan input yang sama dapat menghasilkan output yang sama/lebih besar;
atau persentase capaian output sama/lebih tinggi daripada persentase capaian
input. Efisiensi suatu kegiatan diukur dengan membandingkan indeks efisiensi
(IE) terhadap standar efisiensi (SE). Indeks efisiensi (IE) diperoleh dengan
membagi % capaian output terhadap % capaian input, sesuai rumus berikut.
�� =%�������������
%������������
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
92
Sedangkan standar efisiensi (SE) merupakan angka pembanding yang
dijadikan dasar dalam menilai efisiensi. Dalam hal ini, SE yang digunakan
adalah indeks efisiensi sesuai rencana capaian, yaitu 1, yang diperoleh dengan
menggunakan rumus :
�� =%��������������
%�������������������
Selanjutnya, efisiensi suatu kegiatan ditentukan dengan membandingkan IE
terhadap SE, mengikuti formula logika berikut.
Jika IE ≥ SE, maka kegiatan dianggap efisien Jika IE < SE, maka kegiatan dianggap tidak efisien
Kemudian, terhadap kegiatan yang efisien atau tidak efisien tersebut
diukur tingkat efisiensi (TE), yang menggambarkan seberapa besar
efisiensi/ketidakefisienan yang terjadi pada masing-masing kegiatan, dengan
menggunakan rumus berikut.
�� = �� − ��
��
Pada tahun 2014, dari empat kegiatan yang dilaksanakan oleh BKIPM,
terdapat 3 (tiga) kegiatan yang tidak efisien, dengan tingkat efisiensi (TE) -
0,04, yaitu: penyelenggaraan sistem pelayanan informasi dan kehumasan; TE -
0.047, yaitu: penyelenggaran administrasi, ketatausahaan dan kerumahtanggaan,
serta TE -0.006, yaitu lokasi yang termonitor residu dan bahan berbahaya, serta
laboratorium dan jenis uji yang terakreditasi. Dalam hal ini, semakin tinggi TE
maka semakin efisien kegiatan tersebut. Dalam konteks ini, tingkat efisiensi
adalah bersifat relatif, artinya kegiatan yang dinyatakan efisien dalam LKj ini
dapat berubah menjadi tidak efisien setelah dievaluasi/diaudit oleh pihak lain,
begitu pula sebaliknya. Dalam LKj ini, perhitungan efisiensi kegiatan hanya
didasarkan pada rasio antara output dan input, yang hanya berupa dana. Ke
depan, pengukuran efisiensi kegiatan perlu juga mempertimbangkan input yang
lain, dengan dukungan data yang lebih memadai.
Formulir Pengukuran efisiensi kegiatan secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran 7 LKj ini.
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
93
IV. P E N U T U P
SIMPULAN
Berdasarkan indikator capaian kinerja BKIPM tahun 2014, dapat ditarik
simpulan sebagai berikut:
1. Kesepuluh sasaran strategis BKIPM tahun 2014 melalui Pengembangan
karantina ikan, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan BKIPM
yang telah ditetapkan, memiliki nilai pencapaian sasaran strategis (NPSS)
sebesar 107.09, artinya kinerja BKIPM tahun 2014 dalam katagori BAIK
(sumber: e-kinerjaku, 2014);
2. Sasaran strategis meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelautan
perikanan pada prespektif stakeholder dengan IKU Nilai Tukar Nelayan,
Rata-rata pendapatan pengolah dan pemasar (KK/bulan),capaiannya
melebihi 100%, sedangkan IKU Nilai Tukar Pembudidaya Ikan, Pertumbuhan
PDB Perikanan realisasinya belum sesuai dengan target;
3. Untuk Sasaran strategis Meningkatnya ketersediaan produk kelautan
perikana dengan IKU jumlah produksi perikanan budidaya (juta ton),
Jumlah produk olahan hasil perikanan (juta ton), masing-masing realisasi
capaiannya di atas 100% dari target yang diperjanjikan;
4. Sasaran strategis Meningkatnya hasil perikanan yang memenuhi sistem
jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan pada prespektif customer
realiasasi capaian IKU-nya sesuai dengan target bahkan terdapat IKU yang
prosentase capainnya melebihi 100%;
5. Sasaran strategis tersedianya kebijakan perkarantinaan, mutu dan
keamanan hasil perikanan sesuai kebutuhan, sasaran strategis
terselenggaranya modernisasi sistem produksi kelautan perikanan,
pengolahan dan pemasaran produk kelautan perikanan yang optimal dan
bermutu, terselenggaranya modernisasi sistem produksi kelautan perikanan,
pengolahan dan pemasaran produk kelautan perikanan yang optimal dan
bermutu, serta terselenggaranya pengendalian, pengawasan, dan penegakan
hukum karatina ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan pada prespektif
internal proses, capaian IKU-nya teralisasi sesuai target bahkan terdapat
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
94
IKU yang melebihi target yang ditetapkan, kecuali IKU jumlah draft
peraturan perundang-undangan bidang perkarantinaan ikan, mutu dan
keamanan hasil perikanan, realisasi capaiannya belum sesuai target kinerja,
dikarenakan draft final belum sepenuhnya diselesaikan pada tingkat BKIPM
karena penjadwalan program legislasi di Biro Hukum-KKP begitu ketat; dan
6. Prespektif pembelajaran dan pertumbuhan dengan sasaran strategis
tersedianya SDM BKIPM yang kompeten dan professional, tersedianya
informasi yang valid, handal dan mudah diakses di BKIPM, terwujudnya
good governance dan clean government, terkelolanya anggaran BKIPM secara
optimal, realisasi capaian IKU-nya sesuai dengan target yang ditetapkan.
LANGKAH-LANGKAH UPAYA PERBAIKAN
Meskipun secara umum sasaran strategis program pengembangan
perkarantinaan ikan, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan tahun
2014, sebagaimana telah diuraikan dalam LKj ini dapat dikatakan berhasil,
namun tantangan yang dihadapi BKIPM ke depan semakin luas sebagai akibat
dari meningkatnya ekspektasi masyarakat terhadap perlindungan kelestarian
sumber daya hayati perikanan dan plasma nuftah; meningkatnya lalu lintas
produk perikanan; semakin majunya teknologi produksi dan distribusi dalam
bidang pemanfaatan dan pengolahan hasil perikanan; belum optimalnya daya
saing produk perikanan Indonesia; masih terdapatnya ekspor perikanan yang
ditolak, pengendalian impor dalam rangka pengamanan pasar dalam negeri akibat
peningkatan jenis dan volume produk perikanan yang masuk, pelaksanaan
beberapa ketentuan peraturan perundang-undangan yang baru yang berpengaruh
terhadap peran BKIPM, koordinasi yang belum optimal dengan pemangku
kepentingan lain sebagai mitra strategis BKIPM, harmonisasi dan ekuivalensi yang
belum optimal dengan mitra dagang, dan masih belum optimalnya integrasi
pelaksanaan program dan kegiatan antara pusat, daerah, dan instansi lintas
sektoral.
Kondisi di atas secara langsung maupun tidak langsung akan berimpikasi
terhadap tugas dan fungsi BKIPM ditandai dengan semakin besarnya beban kerja
dan kompleksitas tugas BKIPM; semakin meningkatnya kebutuhan kualitas dan
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
95
kuantitas SDM aparatur BKIPM; perlunya pemantapan regulasi dan sistem
perkarantinan ikan, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan yang
efektif dan harmonis; perlunya kesiapan sarana prasarana guna pemenuhan
standar dan persyaratan pengawasan/pemeriksaan/pengujian dalam rangka
peningkatan daya saing, nilai tambah dan kepercayaan stakeholder.
Untuk mengatasi berbagai masalah yang masih ditemui dalam
melaksanakan tugas dan fungsi BKIPM dalam usaha meningkatkan ketahanan
pangan dengan perlindungan kelestarian sumber daya hayati perikanan dan
plasma nuftah, melakukan pengendalian produk perikanan agar dapat memenuhi
syarat mutu dan keamanan hasil perikanan, serta untuk meningkatkan daya
saing dan nilai tambah, maka pada tahun 2015-2019 BKIPM melakukan berbagai
upaya untuk peningkatan kinerja pada prespektif customer, melalui sasaran
program utama peningkatan efektifiktas pencegahan dan penyebaran hama dan
penyakit ikan karantina (HPIK); peningkatan kapasitas pelaksanaan sistem
penjaminan mutu dan keamanan hasil perikanan; peningkatan efektifitas
pengendalian keamanan hayati yang merusak kelestarian sumber daya hati
perikanan.
Sasaran program utama ini akan dilaksanakan melalui beberapa sasaran
kegiatan, sebagai berikut:
i. Peningkatan sistem pencegahan dan penyebaran penyakit ikan karantina
pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan, melalui inisiasi
kegiatan/indikator peningkatan kapasitas penerapan sistem jaminan mutu
(sertifikat HACCP) di unit pengolahan ikan; peningkatan kualitas layanan
sertifikasi berbasis ISO 9001/ ISO 17020/ISO 17025 di UPT KIPM yang
berbasis pada TIK dan penurunandwelling time; surveillance kesegaran ikan,
residu dan berbahaya; pemetaan perairan laut dari cemaran biotoxin dan
logam berat; peningkatan penerapan cara karantina ikan yang baik (CKIB) di
unit usaha pembudidayaan ikan (UUPI); peningkatan kompetensi dan
kapabilitas SDM aparatur pengendali hama dan penyakit ikan dan pengawas
perikanan bidang mutu dan keamanan hasil perikanan;
ii. Harmonisasi sistem penjaminan mutu, dengan inisiasi kegiatan/indikator
peningkatan harmonisasi sistem perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan
hasil perikanan dengan negara tujuan ekspor; dan
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
96
iii. Pencegahan jenis dan agen hayati yang dilindungi, dilarang serta bersifat
menyerang (invasive), dengan inisiasi kegiatan/indikator peningkatan
pengendalian dan pencegahan masuknya penyakit ikan eksotik ke dalam
wilayan Negara RI; Zonasi dan peningkatan kapasitas pencegahan
penyebaran penyakit ikan karantina; pemetaan jenis agen hayati yang
dilindungi, dilarang dan bersifat menyerang (invasive).
Secara umum, beberapa rekomendasi yang dapat diberikan terkait dengan
pencapaian target sasaran BKIPM antara lain:
1. Perlunya perumusan untuk penetapan target IKU BKIPM pada Renstra 2015-
2019 dengan memperhatikan capaian pada Tahun 2014;
2. Perlunya penyempurnaan metode cascading ke level atau unit dibawahnya,
terutama untuk IKU yang hanya dilakukan pengukuran pada level 1;
3. Perlunya dialokasikan anggaran untuk pencapaian setiap IKU; dan
4. Perlu dilakukan perbaikan dalam pelaporan capaian kinerja interim dan
penyampaian data dukung capaian setiap IKU.
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
L1
LAMPIRAN
Penetapan Kinerja Tahun 2014
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
L2
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
L3
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
L4
Data UPI dan Sertifikat HACCP Tahun 2014
No Provinsi
UPI Sertifikat
Lama Baru Sub
Total
HACCP Pre-HACCP
TI Sub
Total A B
1 NAD 1 0 1 0 1 0 0 1
2 Sumatera Utara 42 1 43 57 28 21 2 108
3 Sumatera Barat 1 0 1 6 0 0 0 6
4 Kepulauan Riau 3 0 3 2 1 1 0 4
5 Sumatera Selatan 3 2 5 5 4 0 0 9
6 Bangka Belitung 6 0 6 0 3 15 0 18
7 Lampung 12 2 14 18 5 1 2 26
8 Banten 15 3 18 6 28 1 2 37
9 Jawa Barat 28 2 30 21 37 3 1 62
10 DKI Jakarta 45 6 51 128 46 9 0 183
11 Jawa Tengah 25 6 31 20 43 3 3 69
12 Jawa Timur 121 16 137 249 152 7 8 416
13 Bali 47 12 59 51 79 14 6 150
14 Nusa Tenggara Barat
3 0 3 0 3 2 0 5
15 Nusa Tenggara Timur
13 0 13 3 13 10 0 26
16 Kalimantan Barat 4 0 4 0 5 2 0 7
17 Kalimantan Timur 12 1 13 15 4 0 0 19
18 Kalimantan Selatan 8 0 8 5 5 0 0 10
19 Sulawesi Utara 22 2 24 28 18 9 1 56
20 Gorontalo 0 0 0 0 0 0 0 0
21 Sulawesi Tengah 3 0 3 3 5 0 0 8
22 Sulawesi Tenggara 5 1 6 10 7 1 0 18
23 Sulawesi Selatan 63 6 69 88 109 12 0 209
24 Maluku 15 5 20 2 34 5 0 41
25 Maluku Utara 3 0 3 0 7 0 0 7
26 Papua Barat 15 0 15 5 14 0 0 19
27 Papua 11 1 12 36 6 0 0 42
Total 526 66 592 758 657 116 25 1.556
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
L5
Rekapitulasi Nilai IKM UPT KIPM Tahun 2014
No Nama Jumlah
Responden Hasil IKM
2014 Grade Keterangan
1 BBKIPM Jakarta I 15 84,17 A sangat baik
2 BBKIPM Makassar 70 82,56 A sangat baik
3 Balai KIPM Kelas I Denpasar 104 79,93 B baik
4 Balai KIPM Kelas I Medan I 19 80,26 B baik
5 Balai KIPM Kelas I Balikpapan 51 84,19 A sangat baik
6 Balai KIPM Kelas I Jayapura 20 82,18 A sangat baik
7 Balai KIPM Kelas I Jakarta II 19 85,40 A sangat baik
8 Balai KIPM Kelas I Surabaya I 35 80,85 B baik
9 Balai KIPM Kelas I Surabaya II 67 87,31 A sangat baik
10 Balai Uji Standar KIPM 38 78,48 B baik
11 Balai KIPM Kelas II Palembang 26 81,58 A sangat baik
12 Balai KIPM Kelas II Mataram 10 87,00 A sangat baik
13 Balai KIPM Kelas II Banjarmasin 12 80,25 B Baik
14 Balai KIPM Kelas II Semarang 28 81,38 A sangat baik
15 Balai KIPM Kelas II Manado 150 99,00 A sangat baik
16 Stasiun KIPM Kelas I Pekanbaru 10 81,00 B Baik
17 Stasiun KIPM Kelas I Kendari 24 84,16 A sangat baik
18 Stasiun KIPM Kelas I Pontianak 19 83,78 A sangat baik
19 Stasiun KIPM Kelas I Padang 17 86,31 A sangat baik
20 Stasiun KIPM Kelas I Jambi 22 83,40 A sangat baik
21 Stasiun KIPM Kelas I Jogjakarta 25 81,50 A sangat baik
22 Stasiun KIPM Kelas I Ambon 30 79,40 B Baik
23 Stasiun KIPM Kelas I Pangkal Pinang
24 Stasiun KIPM Kelas I Ternate 45 76,48 B Baik
25 Stasiun KIPM Kelas I Kupang 30 88,50 A sangat baik
26 Stasiun KIPM Kelas I Aceh 10 76,68 B baik
27 Stasiun KIPM Kelas I Entikong 21 79,62 B baik
28 Stasiun KIPM Kelas I Palu 29 82,60 A sangat baik
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
L6
29 Stasiun KIPM Kelas I Lampung 10 82,64 A sangat baik
30 Stasiun KIPM Kelas I Palangkaraya
32 82,00 A sangat baik
31 Stasiun KIPM Kelas I Gorontalo 50 86,29 A sangat baik
32 Stasiun KIPM Kelas I Batam 50 82,85 A sangat baik
33 Stasiun KIPM Kelas II Cirebon 42 81,29 A sangat baik
34 Stasiun KIPM Kelas II Bau-Bau 20 83,87 A Sangat baik
35 Stasiun KIPM Kelas II Sorong 15 83,70 A sangat baik
36 Stasiun KIPM Kelas II Merauke 52 82,16 A sangat baik
37 Stasiun KIPM Kelas II Teluk Nibung
10 74,40 B Baik
38 Stasiun KIPM Kelas II Tahuna
39 Stasiun KIPM Kelas II Bima 79 80,68 B Baik
40 Stasiun KIPM Kelas II Bengkulu
41 Stasiun KIPM Kelas II Tarakan 35 81,60 A sangat baik
42 Stasiun KIPM Kelas II Luwuk Banggai
9 75,30 B Baik
43 Stasiun KIPM Kelas II Tanjung Pinang
13 99,40 A sangat baik
44 Stasiun KIPM Kelas II Merak 60 80,20 B baik
45 Stasiun KIPM Kelas II Mamuju
46 Stasiun KIPM Kelas II Medan II 18 83,25 A Sangat baik
47 Stasiun KIPM Kelas II Bandung 23 62,74 B Baik
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
L7
Form Pengukuran Efisiensi
No
Keg
iata
nO
utp
ut
An
gg
ara
n
Ren
can
a
Capaia
n
Ou
tpu
t (%
)
Ren
can
a C
ap
aia
n
Inp
ut
Rp
(%)
Cap
aia
n
Ou
tpu
t
(%)
Cap
aia
n In
pu
t(%
)IE
SE
TE
STA
TU
S
A
3987
Penin
gka
tan D
uku
ngan M
anaje
men d
an P
ela
ksanaan
Tugas
Tekn
is L
ain
nya B
KIP
M
280.6
61.3
61.0
00
1
3987.0
02
Doku
men d
uku
ngan m
anaje
men d
an p
ela
ksanaan tekn
is
BK
IPM
21.5
40.2
23.0
00
100
21.3
53.8
86.9
47
99,1
3100
21.0
84.7
49.5
06
97,8
91,0
21,0
10,0
1E
FIS
IEN
2
3987.0
03
Sara
na d
an p
rasa
rana K
IPM
4.3
25.9
05.0
00
100
4.3
25.9
05.0
00
100,0
099,5
4.2
49.1
49.4
00
98,2
31,0
11,0
00,0
1E
FIS
IEN
3
3987.0
04
Pela
yanan k
ara
ntin
a ika
n d
an m
utu
hasi
l peri
kanan
37.1
81.5
53.0
00
100
36.5
98.2
83.7
50
98,4
399,5
35.8
93.2
93.3
65
96,5
41,0
31,0
20,0
1E
FIS
IEN
4
3987.0
05
Doku
men va
lidasi
meto
de u
ji ka
rantin
aan ika
n d
an m
utu
hasi
l peri
kanan
3.3
32.0
92.0
00
100
3.3
32.0
92.0
00
100,0
0100
3.3
20.8
31.4
00
99,6
61,0
01,0
00,0
0E
FIS
IEN
5
3987.0
06
Doku
men P
ere
ncanaan, ke
rjasa
ma, eva
luasi
dan
pela
pora
n
4.3
68.6
22.0
00
100
4.1
50.1
90.9
00
95,0
0100
4.0
61.5
51.8
50
92,9
71,0
81,0
50,0
2E
FIS
IEN
6
3987.0
07
Doku
men P
engem
bangan S
DM
dan P
roduk
Huku
m
Keta
tala
ksanaan
4.0
70.5
69.0
00
100
3.8
67.0
40.5
50
95,0
0100
3.6
61.1
47.5
71
89,9
41,1
11,0
50,0
6E
FIS
IEN
7
3987.0
08
Doku
men S
istim
Pela
yanan Info
rmasi
dan K
ehum
asa
n4.1
15.5
33.0
00
100
3.9
09.7
56.3
50
95,0
0100
4.0
78.1
37.9
00
99,0
91,0
11,0
5-0
,04
TID
AK
EFIS
IEN
8
3987.0
09
Doku
men A
dm
inis
trasi
Keuangan, ke
tata
usa
haan d
an
Keru
mahta
nggaan
3.8
86.5
75.0
00
100
3.6
92.2
46.2
50
95,0
0100
3.8
74.8
67.5
78
99,7
01,0
01,0
5-0
,05
TID
AK
EFIS
IEN
9
3987.9
94
Layanan P
erk
anto
ran
190.8
06.9
81.0
00
100
186.8
76.8
69.9
40
97,9
4100
185.0
36.1
38.9
06
96,9
81,0
31,0
20,0
1E
FIS
IEN
10
3987.9
95
Kendara
an B
erm
oto
r1.6
49.7
69.0
00
100
1.6
49.7
69.0
00
100,0
099,5
1.5
93.3
21.7
00
96,5
81,0
31,0
00,0
3E
FIS
IEN
11
3987.9
96
Pera
ngka
t P
engola
h D
ata
dan K
om
unik
asi
1.3
44.4
58.0
00
100
1.2
94.2
99.3
50
96,2
799,5
1.1
29.4
52.5
00
84,0
11,1
81,0
40,1
4E
FIS
IEN
12
3987.9
97
Pera
lata
n d
an F
asi
litas
Perk
anto
ran
2.2
68.6
21.0
00
100
2.2
20.6
83.0
00
97,8
999,5
2.0
91.3
83.3
88
92,1
91,0
81,0
20,0
6E
FIS
IEN
13
3987.9
98
Gedung/B
angunan
1.7
70.4
60.0
00
100
1.7
70.4
60.0
00
100,0
0100
1.7
43.7
64.5
00
98,4
91,0
21,0
00,0
2E
FIS
IEN
B
3988
Pengem
bangan d
an P
em
bin
aan P
erk
ara
ntin
aan I
kan
10.6
70.8
00.0
00
100
10.6
70.8
00.0
00
100,0
0100
10.5
43.8
32.9
03
98,8
11,0
11,0
00,0
1E
FIS
IEN
1
3988.0
02
Doku
men d
uku
ngan m
anaje
men d
an p
ela
ksanaan tekn
is
Kara
ntin
a I
kan
2.3
35.3
97.0
00
100
2.3
35.3
97.0
00
100,0
0100
2.2
96.0
40.4
89
98,3
11,0
21,0
00,0
2E
FIS
IEN
2
3988.0
04
Jum
lah S
tandar
Opera
sional p
rose
dur
perk
ara
ntin
aan ika
n1.4
30.0
00.0
00
100
1.4
30.0
00.0
00
100,0
0100
1.4
20.5
66.3
10
99,3
41,0
11,0
00,0
1E
FIS
IEN
3
3988.0
06
Jum
lah inst
ala
si y
ang s
esu
ai st
andar
898.7
00.0
00
100
898.7
00.0
00
100,0
0100
888.7
18.9
49
98,8
91,0
11,0
00,0
1E
FIS
IEN
4
3988.0
07
Labora
torium
Kara
ntin
a I
kan y
ang tera
kredita
si531.3
00.0
00
100
531.3
00.0
00
100,0
0100
523.4
46.6
00
98,5
21,0
21,0
00,0
2E
FIS
IEN
5
3988.0
10
Jum
lah P
edom
an S
iste
m P
erk
ara
ntin
aan Ika
n d
an
Manaje
men R
esi
ko H
PIK
1.4
30.0
00.0
00
100
1.4
30.0
00.0
00
100,0
0100
1.4
25.5
90.5
15
99,6
91,0
01,0
00,0
0E
FIS
IEN
6
3988.9
94
Layanan P
erk
anto
ran
3.6
15.3
03.0
00
100
3.6
15.3
03.0
00
100,0
0100
3.5
66.1
82.5
40
98,6
41,0
11,0
00,0
1E
FIS
IEN
7
3988.9
95
Kendara
an B
erm
oto
r275.1
00.0
00
100
275.1
00.0
00
100,0
0100
268.4
70.0
00
97,5
91,0
21,0
00,0
2E
FIS
IEN
8
3988.9
96
Pera
ngka
t P
engola
h D
ata
dan K
om
unik
asi
114.5
00.0
00
100
114.5
00.0
00
100,0
0100
114.3
17.5
00
99,8
41,0
01,0
00,0
0E
FIS
IEN
9
3988.9
97
Pera
lata
n d
an F
asi
litas
Perk
anto
ran
40.5
00.0
00
100
40.5
00.0
00
100,0
0100
40.5
00.0
00
100,0
01,0
01,0
00,0
0TID
AK
EFIS
IEN
C
3989
Pengem
bangan S
iste
m J
am
inan M
utu
dan K
eam
anan H
asi
l
Peri
kanan
16.4
84.1
10.0
00
100
16.2
87.2
87.5
03
98,8
1100
15.9
19.6
79.8
50
96,5
81,0
41,0
10,0
2E
FIS
IEN
1
3989.0
02
Doku
men d
uku
ngan m
anaje
men d
an p
ela
ksanaan tekn
is
Sert
ifik
asi
Mutu
Dan H
asi
l Peri
kanan
1.9
23.6
19.0
00
100
1.9
23.6
19.0
00
100,0
0100
1.6
80.1
78.0
90
87,3
41,1
41,0
00,1
4E
FIS
IEN
2
3989.0
04
Unit
Pengola
han Ika
n (
UP
I) y
ang h
arm
onis
dengan N
egara
Mitr
a
2.3
68.3
05.0
00
100
2.3
48.5
32.5
03
99,1
7100
2.3
27.1
75.6
75
98,2
61,0
21,0
10,0
1E
FIS
IEN
3
3989.0
06
Unit
Pengola
han Ika
n (
UP
I) d
an h
asi
l peri
kanan y
ang
bers
ert
ifik
at H
AC
CP
3.6
36.7
55.0
00
100
3.6
29.7
55.0
00
99,8
1100
3.5
85.4
77.7
14
98,5
91,0
11,0
00,0
1E
FIS
IEN
4
3989.0
07
Loka
si y
ang term
onito
r re
sidu d
an b
ahan b
erb
ahaya s
ert
a
labora
tori
um
dan je
nis
uji
yang tera
kredita
s
5.7
97.4
89.0
00
100
5.6
27.4
39.0
00
97,0
7100
5.6
65.0
88.1
58
97,7
21,0
21,0
3-0
,01
TID
AK
EFIS
IEN
5
3989.9
94
Layanan P
erk
anto
ran
2.7
57.9
42.0
00
100
2.7
57.9
42.0
00
100,0
0100
2.6
61.7
60.2
13
96,5
11,0
41,0
00,0
4E
FIS
IEN
D
3990
Pengem
bangan S
iste
m M
anaje
men K
ara
ntin
a I
kan,
Mutu
dan K
eam
anan H
asi
l Peri
kanan
9.2
95.5
00.0
00
100
9.2
95.5
00.0
00
100,0
0100
8.7
73.9
75.8
79
94,3
91,0
61,0
00,0
6E
FIS
IEN
1
3990.0
02
Doku
men d
uku
ngan m
anaje
men d
an p
ela
ksanaan tekn
is
Manaje
men M
utu
759.6
62.0
00
100
759.6
62.0
00
100,0
0100
575.9
24.7
40
75,8
11,3
21,0
00,3
2E
FIS
IEN
2
3990.0
06
Jum
lah U
nit
Kerja y
ang M
enera
pka
nS
iste
m M
anaje
men
Mutu
Pro
duks
i
2.8
30.8
40.0
00
100
2.8
30.8
40.0
00
100,0
0100
2.6
42.5
10.6
00
93,3
51,0
71,0
00,0
7E
FIS
IEN
3
3990.0
07
Jum
lah L
abora
tori
um
dan le
mbaga insp
eks
i yang
menera
pka
n s
iste
m m
anaje
men
1.6
52.7
80.0
00
100
1.6
52.7
80.0
00
100,0
0100
1.6
12.6
55.0
06
97,5
71,0
21,0
00,0
2E
FIS
IEN
4
3990.0
08
Jum
lah S
DM
yang b
erk
om
pete
n d
ala
m s
iste
m ja
min
an
mutu
1.4
76.1
75.0
00
100
1.4
76.1
75.0
00
100,0
0100
1.4
53.0
50.3
38
98,4
31,0
21,0
00,0
2E
FIS
IEN
5
3990.9
94
Layanan P
erk
anto
ran
2.4
76.0
43.0
00
100
2.4
76.0
43.0
00
100,0
0100
2.3
91.9
66.9
45
96,6
01,0
41,0
00,0
4E
FIS
IEN
6
3990.9
96
Pera
ngka
t P
engola
h D
ata
dan K
om
unik
asi
100.0
00.0
00
100
100.0
00.0
00
100,0
0100
97.8
68.2
50
97,8
71,0
21,0
00,0
2E
FIS
IEN
LKj - BKIPM 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
L1