Download - Biologi Vaname 2, No, 4
1
Biologi Udang Putih Vaname
1. Taksonomi dan Anatomi
Menurut Wyban dan Sweeney (1991), Klasifikasi udang vaname adalah
sebagai berikut:
Phylum : Arthropoda
Class : Crustacea
Seri : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrobrachiata
Superfamily : Panaeoidae
Family : Penaeidae
Genus : Penaeus
Subgenus : Penaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
2. Morfologi Udang Vaname
Tubuh udang dibentuk oleh dua cabang (biramous), yaitu exopodite dan
endopodite. Udang vaname memiliki tubuh berbuku–buku dan aktivitas berganti
kulit luar atau eksoskeleton secara periodik (moulting). Bagian tubuh udang
vaname sudah mengalami modifikasi sehingga dapat digunakan unuk keperluan
sebagai berikut : Makan, bergerak, dan membenamkan diri ke dalam Lumpur,
Menopang insang karena struktur insang udang mirip bulu unggas, Organ sensor,
seperti pada antenna dan antenula (Haliman, 2005).
1. Kepala (thorax) Kepala terdiri dari enam ruas, pada ruas kepala pertama terdapat mata
majemuk yang bertangkai. Beberapa ahli berpendapat bahwa mata bertangkai ini
bukan suatu anggota badan seperti pada ruas-ruas yang lain, sehingga ruas kepala
dianggap berjumlah lima buah. Pada ruas kedua terdapat antena I atau antennule
yang mempunyai dua buah flagella pendek yang berfungsi sebagai alat peraba dan
pencium (Wyban et al.,1991).
Ruas ketiga yaitu Antena II atau antennae mempunyai dua buah cabang yaitu
cabang pertama (Exopodite) yang berbentuk pipih dan tidak beruas dinamakan
prosartema. Sedangkan yang lain (Endopodite) berupa cambuk yang panjang
yang berfungsi sebagai alat perasa dan peraba. Tiga ruas terakhir dari bagian
kepala mempunyai anggota badan yang berfungsi sebagai pembantu mulut yaitu
sepasang mandibula yang bertugas menghancurkan makanan yang keras dan dua
pasang maxilla yang berfungsi sebagai pembawa makanan ke mandibula. Ketiga
pasang anggota badan ini letaknya berdekatan satu dengan lainnya sehingga
terjadi kerjasama yang harmonis antara ketiganya (Haliman, 2005).
2. Dada
Bagian dada terdiri dari delapan ruas yang masing-masing ruas mempunyai
sepasang anggota badan yang disebut thoracopoda. Thoracopoda pertama sampai
dengan ketiga dinamakan maxilliped yang berfungsi sebagai pelengkap bagian
2
mulut dalam memegang makanan. Thoracopoda lainnya (ke-5 s/d ke-8) berfungsi
sebagai kaki jalan yang disebut pereiopoda.
Pereiopoda pertama sampai dengan ke tiga memiliki capit kecil yang
merupakan ciri khas dari jenis udang penaeid (Martosudarmono, 1983)
3. Perut
Abdomen terdiri dari enam ruas. Pada bagian abdomen terdapat lima pasang
kaki renang dan sepasang uropodus (mirip ekor ) yang membentuk kipas bersama-
sama telson. Bagian perut atau abdomen terdiri dari enam ruas. Ruas yang
pertama sampai dengan ruas yang kelima masing-masing memiliki sepasang
anggota badan yang dinamakan pleopoda. Pleopoda berfungsi sebagai alat untuk
berenang oleh karena itu bentuknya pendek dan kedua ujungnya pipih dan berbulu
(setae). Pada ruas yang keenam pleopoda berubah bentuk menjadi pipih dan
melebar yang dinamakan uropoda, yang bersama-sama dengan telson berfungsi
sebagai kemudi (Haliman, 2005).
Morfologi udang vaname disajikan seperti gambar 1.
Gambar 1. Morfologi Udang Vaname ( Haliman, 2005).
3. Siklus Hidup Udang Vaname
Menurut Wyban dan Sweeney (1991) perkembangan larva udang vaname
terdiri dari beberapa stadia yaitu :
1. Stadia naupli
Nauplius bersifat planktonik dan phototaksis positif. Pada stadia ini masih
memiliki kuning telur sehingga belum memerlukan makanan. Perkembangan
stadia nauplius pada udang putih vaname terdiri dari enam sub stadium. Nauplius
memiliki tiga pasang organ tubuh yaitu antena pertama, antena kedua dan
mandibule. Antena pertama uniramous, sedangkan dua alat lainnya biramous,
seperti yang di tampilkan pada Gambar 2.
3
N1 N2 N3
N4 N5
(Sumber : Wyban & Sweeney, 1991)
Gambar 2. Perkembangan Larva Stadia Naupli Udang Putih Vaname
Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan lima tingkatan perkembangannya
yaitu :
Nauplius I : Pada ujung antena pertama terdapat seta (rambut) yang satu panjang
Dan dua lainnya pendek
Nauplius II : Furcal dua buah mulai jelas terlihat masing –masing dengan tiga
duri (spine) yang terdiri dari tunas maxilla dan maxilliped mulai
tampak
Nauplius III : Pada masing–masing furcal terdapat 4 buah duri yang terdiri dari
exopoda pada antenna kedua beruas–ruas
Nauplius IV : Struktur tonjolan tumbuh pada pangkal maxilla yang terdiri dari
organ bagian depan mulai tampak jelas
Nauplius V : Perkembangan bulu–bulu makin sempurna dan duri pada furcal
tumbuh makin panjang.
2. Stadia Zoea
Perubahan bentuk dari nauplius menjadi protozoea memerlukan waktu
kira-kira 40 jam setelah penetasan. Perkembangan stadia protozoea pada udang
putih vanname terdiri dari tiga sub stadium. Pada stadia ini larva dengan cepat
bertambah besar. Tambahan makanan yang diberikan sangat berperan dan mereka
aktif memakan phytoplankton. Stadia akhir protozoea juga memakan zooplankton.
Zoea sangat sensitif terhadap cahaya yang kuat dan ada juga yang lemah diantara
tiga tingkat stadia zoea tersebut, seperti yang di tampilkan pada Gambar 3.
4
Z1 Z2 Z3
(Sumber : Wyban & Sweeney, 1991)
Gambar 3. Perkembangan Morfologi Stadia Protozoea Udang Putih
Vaname
Protozoea terdiri dari tiga sub stadia. Secara kasar tubuhnya dibagi ke dalam
tiga bagian, yaitu carapace, thorak dan abdomen. Tiga substadia tersebut dapat
dibedakan berdasarkan segmentasi abdomen dan perkembangan dari lateral dan
dorsal pada setiap segmen. Stadia zoea terdiri dari tiga tingkatan dapat dicirikan
sebagai berikut :
Zoea I : Badan pipih dan carapace mulai nyata, mata mulai tampak, maxilla
pertama dan kedua serta maxilliped pertama dan kedua mulai
berfungsi, proses furcal mulai sempurna dan alat pencernaan
makanan tampak
Zoea II : Mata bertangkai yang terdiri dari carapace sudah terlihat rostrum dan
duri supraorbital yang bercabang
Zoea II I : Sepasang uropoda yang biramus (bercabang dua) mulai bercabang
dan duri pada ruas–ruas perut mulai tumbuh.
3. Stadia Mysis
Pada stadia ini, benih sudah menyerupai bentuk udang yang dicirikan dengan
sudah terlihat ekor kipas (uropod) dan ekor (telson).
Benih pada stadia ini sudah mampu menyantap pakan fitoplankton dan
zooplankton. Ukuran larva berkisar 3,50–4,80 mm. Stadia ini memiliki tiga
substadia, yaitu mysis satu, mysis dua, dan mysis tiga yang berlangsung selama
tiga-empat hari sebelum masuk pada stadia post larva (PL). Stadia mysis terdiri
dari tiga tingkatan yaitu terdiri dari :
Mysis : Bentuk badan sudah seperti dewasa
Mysis : Tunas pleopoda mulai tampak nyata tetapi belum beruas–ruas
Mysis : Pleopoda bertambah panjang dan beruas–ruas
Perkembangan stadia mysis dapat dilihat pada gambar 4.
M1 M2 M3
(Sumber : Wyban & Sweeney, 1991)
Gambar 4. Perkembangan larva stadia Mysis udang putih vaname
4. Stadia Post Larva (PL)
5
Pada stadia ini, benih udang vaname sudah tampak seperti udang dewasa .
hitungan stadia yang digunakan sudah berdasarkan hari. Misalnya, PL l berarti
post larva berumur satu hari. Pada stadia ini udang sudah mulai aktif bergerak
lurus ke depan. Sifatnya cenderung karnivora. Umumnya, petambak akan
menebar PL 10- PL 15 yang sudah berukuran rata-rata 10 mm, dapat dilihat pada
gambar 5.
PL 1
(Sumber : Wyban & Sweeney, 1991)
Gambar 5. Larva stadia PL udang vaname
4. Kebiasaan Makan
Udang termasuk hewan omnivora (pemakan segala) namun cenderung bersifat
karnivora (pemakan daging), tetapi sifat kanibal dari udang akan timbul bila
terjadi kekurangan makanan atau makanan yang tersedia mutunya rendah. Secara
alami pemilihan terhadap jenis makanan sangat bervariasi ini tergantung tingkatan
umur udang yang bersangkutan. Pada waktu masih burayak, makanan utamanya
terdiri dari plankton-plankton nabati contohnya Tetraselmis pada tingkat mysis
berupa plankton hewani, pada saat udang dewasa suka makan daging, larva
serangga, cacing-cacingan, klekap dan detritus (Chamberlain, 1989).
Udang vaname mencari dan mengindentifikasi pakan bantuan menggunakan
sinyal kimiawi berupa getaran dengan bantuan organ sensor yang terdiri dari
bulu-bulu halus (setae). Organ sensor ini terpusat pada ujung anterior antenula,
bagian mulut,capit, antenna, dan maxilliped. Dengan bantuan sinyal kimiawi yang
ditangkap, udang akan merespon untuk mendekati atau menjauhi sumber pakan.
Bila pakan mengandung senyawa organik, seperti protein, asam amino, dan
asam lemak maka udang akan merespon dengan mendekati sumber pakan
tersebut. By 007