Download - Bioavaibilitas Atika Dian Sari 1111013049
suatu istilah yang menyatakan jumlah/ proporsi (exetent) obat yang diabsorpsi dan kecepatan (rate) yang diabsorpsi itu terjadi.
Extent biasanya dinyatakan dalam F. Hal ini biasanya diukur dari perkembangan kadar obat (zat aktif) atau metabolit aktifnya dalam darah dan eksresinya dalam urin terhadap waktu.
DEFINISI
Beberapa manfaat studi bioavailabilitas yang berkaitan dengan mutu produk obat yaitu :1) bagi apoteker dalam bidang penelitian
kefarmasian, bioavailabilitas merupakan uji yang penting dalam penelitian peningkatan mutu obat
2) bagi dokter dan apoteker di apotek, bioavailabilitas merupakan pertimbangan kritis yang digunakan untuk pemilihan obat yang bermutu baik
MANFAAT STUDI BIOAVAIBILITAS
1. Bioavaibilitas absolutBioavaibilitas zat aktif yang mencapai sirkulasi sistemik dari suatu sediaan obat dibandingkan dengan bioavaibiltas zat aktif tersebut dengan pemberian intra vena.
Jenis bioavaibilitas
2. Bioavaibilitas relatifBioavaibilitas zat aktif yang mencapai sirkulasi sistemik dari suatu sediaan obat dibandingakan dengan bentuk sediaan lain selain intra vena.
1. Obat :sifat fisiko-kimia zat aktif, formulasi, dan teknik pembuatan.
Faktor yang mempengaruhi bioavaibiltas
2. Subjek : karakteristik subjek (umur, bobot badan), kondisi patologis, posisis dan aktivitas tubuh (pada subjek yang sama).
3. Rute pemberian4. Antaraksi obat/makanan, misalnya
grisovulvin sukar larut dalam air. Apabila diberikan bersama makanan berlemak jadi mudah larut. Di dalam tubuh, digunakan surfaktan alami sehingga baik diabsorpsi. Pemberian vitamin B12 dengan coca cola menghasilkan absorpsi yang lebih baik.
Pada studi bioavailablitas (BA), bentuk dan luas area di bawah kurva kadar plasma terhadap waktu, serta profil ekskresi ginjal kumulatif dan kecepatan ekskresi digunakan untuk menilai jumlah dan kecepatan absorpsi.
Konsentrasi puncak (Cmaks)
Waktu untuk konsentrasi puncak (tmaks)Luas daerah dibawah kurva (AUC)
PARAMETER BIOAVAIBILITAS
Menurut FDA :Bioavailabilitas in vivo suatu produk obat
dilakukan jika laju dan jumlah absorpsi produk (seperti yang dinyatakan oleh parameter terukur) menunjukkan hasil tidak berbeda secara bermakna dengan bahan pembanding.
Suatu produk obat yang berbeda dari bahan pembanding (absorpsinya), tetapi tidak berbeda dalam jumlah absorpsi à dapat dianggap berada dalam sistemik
DASAR UNTUK MENETAPKAN BIOAVAIBILITAS
1. memilih satu dari alternatif dua atau lebih bentuk sediaan yang sama dengan formulasi yang berbeda yang akan diproduksi oleh suatu pabrik, sehingga diketahui pengaruh komponen formulasi terhadap bioavailabilitas.
2. memilih bentuk sediaan yang mempunyai bioavailabilitas terbaik dari beberapa alternatif bentuk sediaan yang akan dikembangkan.
3. mengontrol variabilitas yang mungkin terjadi antar batch dari bentuk sediaan yang sama dari batch yang berlainan.
4. membandingkan secara komparatif produk pabrik mana yang mempunyai bioavailabilitas terbaik.
Penelitian bioavailabilitas relatif dapat diterapkan untuk :
1) Obat-obat yang batas keamanannya sempit2) Obat-obat yang absorpsinya berfluktuasi3) Obat-obat yang variasi individunya besar
dalam kadar plasma pada dosis biasa4) Diperlukan untuk mempertahankan
MEC/MIC obat dalam cairan hayati selama terapi
5) Obat-obat baru
JENIS OBAT YANG PERLU DITELITI BIOAVAIBILITASNYA
Pemilihan metode bergantung pada : Tujuan studi Metode analisis untuk penetapan kadar Sifat produk obat
Metode yang digunakan Berdasarkan data plasma
– t maks – Cp maks – AUC
Berdasarkan data urin – Du : jumlah kumulatif obat yang dieksresi lewat urine– dDu / dt : laju ekskresi obat dalam urine– t~ : waktu untuk terjadi ekskresi obat maksimum dalam urine
Efek farmakologi akut Pengamatan klinik
METODE UJI BIOAVAILABILITAS
DATA PLASMA
AUCt = Area di bawah kurva kadar obat (atau metabolit) dalam plasma (atau serum
atau darah) terhadap waktu dari waktu 0 sampai waktu terakhir kadar obat diukur –-
dihitung secara trapezoidal.
AUC∞ = AUC dari waktu 0 sampai waktu tidak terhingga = AUCt + Ct / ke ~
menggambarkan jumlah obat yang bioavailabel
Cmax = kadar puncak (maksimal) obat (atau metabolit) dalam plasma (atau serum atau
darah) yang teramati.
tmax = waktu sejak pemberian obat sampai dicapai Cmax
t½ = waktu paruh obat (atau metabolit) dalam plasma (atau serum atau darah)
AUC∞ dan Cmax merupakan parameter yang paling relevan untuk penilaian BE.
AUCt paling dapat dipercaya untuk menggambarkan besarnya absorpsi (jumlah obat
yang bioavailabel).
METODE UJI BIOAVAILABILITAS
DATA URIN
Aet =jumlah kumulatif obat utuh (atau metabolit) yang dikeluarkan atau ditemukan dalam urin dari waktu 0 sampai waktu terakhir kadar diukur
Ae∞ =Ae dari waktu 0 sampai waktu tidak terhingga, diperoleh dengan cara ekstrapolasi / jumlah obat maksimal yang diekskresi dalam urin – sebanding dengan jumlah obat yang bioavailabel
dAe/dt =kecepatan ekskresi obat dalam urin
(dAe/dt)max =Kecepatan maksimal ekskresi obat dalam urin – terjadi pada waktu tmax (plasma) dan besarnya sebanding dengan Cmax (plasma), sehingga besarnya bergantung pada jumlah dan kecepatan absorpsi.
EFEK FARMAKOLOGI AKUT
Pengukuran kuantitatif dapat dilakukan dengan melihat efek farmakologi akut yang ditimbulkan Misal : Index dari biavailabilitas obat :
– efek pada diameter pupil – kecepatan denyut jantung – tekanan darah
Untuk mendapatkan perkiraan yang layak dari AUC hendaknya pengukuran efek farmakologi dilakukan dengan frekuensi +- 3 x t 1/2 obat
RESPON KLINIK
Pada obat yang diberikan sama dapat memberikan respon berbeda, misal :-- kegagalan terapeutik -- respon terapi baik -- toksisitas
Perbedaan ini disebabkan perbedaan farmakokinetika-farmakodinamika obat antar individu
Pada produk bioekivalen harus mempunyai bioavailabilitas sistemik yang sama à respon obat yang sama dapat diperkirakan.
Obat dengan bentuk sediaan yang sama tetapi diproduksi oleh industri yang berbeda. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor bahan baku, formulasi, dan cara pembuatan yang berbeda.
Apabila terdapat perbedaan yang bermakna pada bioavaibilitas dari produk obat yang diuji dengan produk obat pembanding, maka kedua produk itu dapat dikatakan inekivalen secara terapetik. Dalam hal ini harus dilakukan reformulasi dan uji bioavaibilitas harus dilakukan lagi.
Perbedaan dapat terjadi pada bioavaibilitas dan respon klinik apabila