BIMBINGAN AGAMA BAGI MASYARAKAT BADUY MUALLAF UNTUK KEMANDIRIAN EKONOMI DI PEMUKIMAN MASYARAKAT BADUY LUAR DESA JALUPANG MULYA KECAMATAN LEUWIDAMAR
KABUPATEN LEBAK-BANTEN
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos).
ALFI NAZIHATUL MUAJAROH NIM: 11150520000026
PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1441 H / 2020 M
ABSTRAK Alfi Nazihatul Muajaroh, NIM: 11150520000026, Bimbingan Agama Bagi Masyarakat Baduy Muallaf Untuk Kemandirian Ekonomi di Pemukiman Masyarakat Baduy Luar Jalupangmulya, Leuwidamar, Lebak-Banten, dibawah bimbingan Tasman, M.Si
Suku Baduy merupakan suku adat yang terletak di Kabupaten Lebak yang menerapkan isolasi dari dunia luar. Dalam aturan adat Suku Baduy secara keseluruhan masyarakat Baduy dalam bekerja hanya di perbolehkan untuk berladang yang merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh masyarakat Baduy sebagai bukti pengabdiannya kepada kepala suku adat (pu’un) dan hasilnya tidak boleh di perjualbelikan. Masyarakat Baduy Luar merasa adanya tekanan dalam bekerja, sehingga tidak sedikit masyarakat Baduy berpindah keyakinan pada agama Islam hanya untuk mendapat kebebasan dalam bekerja agar bisa mencukupi kebutuhannya. Masyarakat Baduy Luar yang memeluk agama Islam, dalam aturan adatnya tidak diperbolehkan untuk membawa barang berharga maupun barang benda yang telah dimilikinya.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan agama bagi masyarakat Baduy muallaf untuk kemandirian ekonomi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsif dengan pendekatan kualitatif. Data yang diperoleh dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Dari hasil bimbingan agama yang dilakasanakan oleh pembimbing agama pada masyarakat Baduy muallaf menggunakan metode: ceramah, demonstrasi dan konsultasi. Bimbingan agama menghasilkan adanya peningkatan perubahan yang mandiri dalam hal ekonomi pada masyarakat Baduy muallaf adalah adanya peningkatan keyakianan kepada Tuhan secara pasti bahwa dengan bekerja harus dibarengi dengan doa. Selain itu, adanya peningkatan perubahan yang disebabkan oleh material menjadikan masyarakat Baduy muallaf yang bekerja tanpa putus asa dan selalu tawakal kepada Allah SWT. Kata Kunci: Bimbingan Agama, Baduy Muallaf,
Kemandirian Ekonomi.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
akan karunia dan hidayah-Nya. Penulis masih diberikan kekuatan
untuk selalu beriman dan taat kepada-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Bimbingan Agama
Bagi Masyarakat Baduy Muallaf Untuk Kemandirian
Ekonomi di Pemukiman Masyarakat Baduy Luar,
Jalupangmulya, Leuwidamar, Lebak-Banten”.
Solawat teriring salam tak lupa pula penulis curahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan para
pengemban risalahnya yang telah membawa kita sebagai umatnya
dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh kemajuan ini.
Dalam setiap tahapan penyelesaian skripsi ini, penulis
mengucapkan banyak syukur masih diberikan kesempatan untuk
meyelesaikannya, penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan karya ilmiah ini, karena keterbatasan ilmu
pengetahuan yang penulis dapat serta kemampuan penulis. Pada
kelemahan dan keterbatasan penulis tersebut, dengan yang penuh
terbuka penulis mengharapakan adanya kritik dan saran yang
membangun dan bermanfaat. Sehingga penulis dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan dan memperbaiki kesalahan
yang ada dikemudian hari.
Adapun dalam penyusunan penelitian ini tidak semata-mata
hasil kerja sendiri, melainkan juga berkat bimbingan dan
ii
dorongan dari pihak-pihak yang telah membantu dalam proses
menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu dalam kesempatan kali ini
dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan
terimakasih terutama kepada kedua orang tua penulis Ayahanda
Usro Tulizzaman dan Ibunda DM Siswiyah yang telah
menghantarkan penulis untuk menempuh pendidikan sampai pada
titik ini. Selain itu, penulis ingin mengucapkan banyak
terimakasih kepada segenap pihak yang telah membatu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini:
1. Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi dan selaku Dosen Penasehat
Akademik, Dr. Siti Napsiyah, S.Ag, BSW, MSW selaku
Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Sihabuddin N, M.Ag
selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Cecep
Castrawijaya, MA selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama.
2. Noor Bekti Negoro, SE, M. Si selaku Ketua Program Studi
Bimbingan Penyuluhan Islam, dan Artiarini Puspita Arwan,
M.Psi selaku Sekretaris Program Studi Bimbingan
Penyuluhan Islam.
3. Tasman, M.Si selaku pembimbing skripsi penulis yang selalu
suportif dan senantiasa meluangkan waktu, tenaga serta
pemikirannya untuk memberikan bimbingan dalam
penyusunan skripsi ini.
iii
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah mendidik dan memberikan ilmu pendidikan yang
bermanfaat kepada penulis selama menempuh pendidikan di
UIN Sayarif Hidayatullah Jakarta.
5. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas untuk
mendapatkan referensi dan rujukan dalam penulisan skripsi
ini.
6. Paman-Bibi penulis, Owan Amirur Rasyid, Sri Nurul
Hidayatin, Empat Fatimah Zahroh, Ida Raudatul Humasiah,
Asep Saepurrahman, kakak tercinta penulis Rosyi Rohimatul
Fajriyah dan Muhammad Soleh, serta untuk adik tersayang
penulis Muhammad Bakhtiar Istikmal, Muhammad Haqi
Nazili. Karena berdoa dan dukungan baik moril maupun
materil kepada penulis, sehingga penulis mampu melewati
semua kesulitan selama penyusunan skripsi ini.
7. Kepada semua pihak Pemerintah Desa Jalupangmulya,
Kecamatan Leuwidamar, Lebak Banten. Yang telah
memberikan perizinan pada penulis untuk melakukan
penelitian pada masyarakat Baduy muallaf di pemukiman
masyarakat Baduy Luar.
8. Kepada pembimbing agama KH Zaenudin Amir dan Ustadz
Syam’un, serta seluruh informan penulis yang berdomisili di
iv
Pemukiman masyarakat Baduy Luar, Jalupangmulya,
Leuwidamar, Lebak-Banten. Yang telah meluangkan
waktunya untuk bersedia di wawancarai penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Para sahabat penulis Nia Kurniasih, Hani Anggraeni, Annisa
Husnun Nadia, Alykha Tamala, Azka Amalia Syahidah, Siti
Rofi’ah Risdiantika, Aji Putra Nugraha, Muhammad Milzam
Al-Faruqi, Achmad Fauzan Ma’arif, Rizki Abdul Syakur,
Sya’dullah Amin, Muhammad Fahri, Iqbal Adinara Faruqi,
Della Monica, Tantowi, Hotmartua Simanjuntak, Siti
Kurniawati, Ani Dwifitriyani, Nella Alfin Naimah, Debby
Sahara, Rini Karsinah, Revita Nurwahidah, Lia Legita, yang
telah menemani penulis baik suka maupun duka, menjadi
teman untuk bertukar pikiran, membantu penulis dalam
mencari referensi buku, memberikan motivasi pada penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini serta memberikan penulis
banyak pengalaman.
10. Kelurga Besar Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam UIN
Jakarta, terutama kepada Angkatan 2015 yang telah memberi
banyak arti kehidupan pada penulis, menemani penulis baik
suka maupun duka dan menjadi teman untuk bertukar pikiran
bagi penulis.
11. Seluruh kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Komisariat Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
v
Cabang Ciputat yang telah memberikan pengalaman
organisasi eksternal pada penulis.
12. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Banten (HMB)
Jakarta, terutama untuk Angkatan Syam’un yang telah
menjadikan penulis bagian dari keluarga dan memberikan
penulis banyak pengalaman mengenai oraganisasi primordial.
13. Keluarga Besar Forum Alumni MAN 1 Pandeglang
(FAMAN), dan Teman-teman Generation of Language
Movement Center (GLAMOR) yang telah menerima penulis
menjadi bagian dari keluarga hingga saat ini.
14. Keluarga Besar Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) Al-
Muhajirun, yang telah mengajarkan penulis untuk menjadi
lebih baik dan telah menerima penulis bagian dari keluarga.
15. Keluarga Besar Yayasan Bakti Pemuda, yang telah
memberikan banyak pengalaman pada penulis mengenai
kepedulian terhadap sosial dan pengalaman dalam bekerja.
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang
telah membantu memberikan dukungan.
Semoga semua bantuan dan perhatian yang tercurah
mendapat balasan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Selain itu, semoga apa yang menjadi cita-cita dan impian kita
semua terwujud dimasa depan serta mendapat ridho dan
keberkahan dari Allah SWT.
vi
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan
yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak khususnya dalam
bidang Bimbingan Penyuluhan Islam.
Jakarta, 13 Januari 2019
Penulis
Alfi Nazihatul Muajaroh
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................... 13
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................... 14
D. Metodologi Penelitian ............................................. 15
E. Tinjauan Pustaka ..................................................... 21
F. Sistematika Penulisan .............................................. 31
BAB II LANDASAN TEORI
A. Bimbingan Agama .................................................. 33
1. Pengertian Bimbingan Agama .......................... 33
2. Tujuan Bimbingan Agama ................................ 37
3. Fungsi Bimbingan Agama ................................. 39
4. Metode Bimbingan Agama ............................... 43
B. Kemandirian ............................................................ 46
1. Pengertian Kemandirian .................................... 46
2. Tingkatan dan Karakteristik Kemandirian ........ 49
3. Upaya Pengembangan Kemandirian dan
Implikasinya ....................................................... 54
C. Ekonomi .................................................................. 57
1. Pengertian Ekonomi .......................................... 57
2. Prinsip-prinsip Ekonomi ................................... 59
viii
3. Tujuan Ekonomi ................................................ 67
D. Kemandirian Ekonomi ............................................ 72
E. Muallaf .................................................................... 76
1. Pengertian Muallaf ............................................ 76
2. Kedudukan Muallaf dalam Islam ...................... 79
BAB III GAMBARAN UMUM PENELITIAN
A. Sejarah Suku Baduy (Luar) ..................................... 83
B. Latar Belakang Masyarakat Baduy Muallaf ........... 111
C. Letak Geografis Pemukiman Masyarakat Baduy
Muallaf .................................................................... 114
D. Keadaan Lingkungan Masyarakat Baduy
Muallaf .................................................................... 116
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Data Informant ........................................................ 124
B. Temuan Lapangan ................................................... 143
BAB V PEMBAHASAN
A. Analisis Pelaksanaan Bimbingan Agama Bagi Masyarakat
Baduy Muallaf Untuk Kemandirian Ekonomi ........ 160
B. Analisis Hasil Bimbingan Agama Bagi Masyarakat Baduy
Muallaf Untuk Kemandirian Ekonomi .................... 180
BAB VI KESIMPULAN
A. Kesimpulan ............................................................. 191
B. Saran ........................................................................ 193
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kabupaten Lebak merupakan salah satu daerah yang ada
di Provinsi Banten yang masih terpredikat daerah tertinggal.
Oleh karna itu, untuk mengembangkan perekonomian
berbasis lokal guna mengatasi pengangguran, kemiskinan
juga mengantisipasi urbanisasi. Pengembangan ekonomi lokal
itu sejalan dengan kebijakan Bupati Iti Oktavia yakni
Program Lebak Sejahtera. Pengembangan ekonomi di Lebak
dengan mempertimbangkan potensi lokal akan melibatkan
Karang Taruna dan PKK sebagai peserta yang ada di desa,
sehingga menjadikan penggerak ekonomi masyarakat desa.1
Pendapatan daerah pada APBD tahun 2005 sebesar Rp.
400 Milliar meningkat menjadi Rp 2,7 Triliun pada tahun
2018 atau meningkat menjadi 675 persen. Serta pendapatan
perkapita penduduk pada tahun 2005 Rp 4,1 juta menjadi Rp
21 juta atau meningkat 514 persen, kemudian penduduk
miskin pada tahun 2005 sebesar 12,29 persen, pada tahun
2018 mengalami penurunan menjadi 8,4 persen. “Kualitas
SDM semakin meningkat, tumbuhnya wirausaha baru,
kontribusi sektor jasa pada struktur ekonomi daerah semakin
besar, meningkatnya penggunaan sistem informasi dan
1 Kabar Berita Republika.co.id., “Dana Desa di Lebak Untuk Pengembangan Ekonomi Berbasis Lokal” di akses pada tanggal 30 Januari 2019 https://m-republika-co-id.cdn.ampproject.org
1
komunikasi yang tetap mejaga karakter masyarakat Lebak
yang religius serta menerapkan e-Governtment secara
optimal untuk meningkatkan kualitas tata lokal
pemerintahan,” papar Sekda.2
Berkaitan dengan hal ini, Sumodiningrat menjelaskan
bahwa keberdayaan masyarakat yang ditandai adanya
kemandirian yang dicapai melalui proses pemberdayaan
masyarakat. Keberdayaan masyarakat dapat diwujudkan
melalui partisipasi aktif masyarakat yang difasilitasi dengan
adanya pelaku pemberdayaan. Sasaran utama pada
pemberdayaan masyarakat adalah mereka yang lemah dan
tidak memiliki daya, kekuatan atau kemampuan mengakses
sumberdaya yang produktif atau masyarakat yang
terpinggirkan dalam pembangunan. Tujuan akhir dari proses
pemberdayaan masyarakat adalah untuk memandirikan warga
masyarakat agar dapat meningkatkan taraf hidup keluarga dan
mengoptimalkan sumberdaya yang dimilikinya.3
Dengan menciptakannya masyarakat yang mandiri secara
ekonomi, perlu adanya perubahan pola pikir masyarakat yang
sederhana hanya pada pemenuhan kebutuhan menjadi lebih
memiliki jiwa wirausaha, untuk mendorong kemandirian
ekonomi pada masyarakat itu sendiri. Dan berupaya untuk
2 Kabar 6.com Dari Banten Untuk Indonesia., “Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lebak Diharapkan Tumbuh 6 Persen” di akses pada tanggal 22 Januari 2019 https://www.kabar6.com
3 Sumudiningrat, G., “Visi Misi Pembangunan pertanian Berbasis Pemberdayaan” (Yogyakarta: IDEA, 2000) h.82
2
meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM)
melalaui pendidikan dan pelatihan vokasi yang
terstandarisasi.4
Kemandirian bagi masyarakat tentu sangat penting, agar
masyarakat dapat bereproduksi untuk memenuhi kebutuhan
pribadi dalam mensejahterakan diri, dan tidak bergantung
pada orang lain dalam menjalankan persoalan ekonomi.5
Kondisi ekonomi masyarakat Baduy mengalami proses
perkembangan yang cukup panjang dalam sistem mata
pencahariannya, proses tersebut berawal dari kegiatan
masyarakat Baduy dalam bentuk mengumpulkan hasil bumi
atau disebut dengan sistem berburu dan meramu. Sifat kerja
keras masyarakat Baduy sudah menjadi kebiasaan yang
mendarah daging bagi mereka. Masyarakat Baduy
menggantungkan hidupnya sebagai petani tradisional,
disamping itu masyarakat Baduy juga memperoleh sumber
penghidupannya dengan usaha mencari madu lebah di hutan.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup yang tidak dapat
diusahakan sendiri, mereka melakukan perdagangan dengan
menjual madu dan kerajinan tangan.6 Dalam hal ini, dengan
4 Artikel Kementerian Koordiantor Bidang Perekonomian Republik Indonesia “Kemandirian Ekonomi untuk Indonesia Maju” diakses pada tanggal 27 Oktober 2018 https://ekon.go.id/berita/view/kemandirian-ekonomi-untuk.4309.html
5 Mahdi Hadawi Tehrani, Maktab wa Nizham Iqtishadi Islam, (S. Nainawa, 1383) h. 83
6 Risna Bintari, Sejarah Perkembangan Sosial Ekonomi Masyarakat Baduy Pasca Terbentuknya Provinsi Banten Tahun 2002, Journal of Indonesian
3
pekerjaan yang mereka lakukan tersebut, masyarakat Baduy
masih mengalami keresahan dengan kurangnya pendapatan
untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, karena antara
kebutuhan hidup dengan penghasilan yang mereka dapatkan
tidak seimbang. Masyarakat Baduy merasa adanya
ketidakstabilan dalam perekonomiannya, antara pekerjaan
yang diatur oleh adat dengan penghasilan yang mereka
dapatkan tidak sesuai dengan kebutuhan hidup.
Ketidaksetabilan ekonomi juga dialami oleh masyarakat
Baduy Muallaf karena terjadinya perubahan identitas yang
menjadikan mereka tidak mandiri dalam hal ekonomi.
Masyarakat hanya mengharapkan bantuan dari instansi-
instansi lain atas status mu’alaf mereka, maka perlu adanya
bimbingan serta pendampingan khusus pada masyarakat
Baduy Muallaf agar mandiri dalam hal ekonomi, tidak lagi
bergantung pada orang lain dalam menjalankan persoalan
ekonomi.
Dalam pandangan ekonomi Islam, program pemberdayaan
ekonomi umat sangatlah cocok dengan ajaran Islam, karena
tujuan dari ekonomi Islam adalah menciptakan kehidupan
manusia yang aman dan sejahtera. Manusia di sini berarti
semua golongan manusia, baik yang sehat atau yang sakit,
Historis Vol.1 No.1 Tahun 2012 ISSN 2252-663, https://journal.unnes.ac.id/, h.21
4
kuat atau lemah, susah atau senang, serta manusia sebagai
individu atau sebagai masyarakat.7
Islam sendiri mempunyai perhatian yang serius tentang
keadilan sosial dan ekonomi apalagi pada mu’alaf, karena
Islam memandang bahwa martabat kemanusiaan adalah suatu
hal yang essensial, sehingga setiap manusia berperan untuk
mendapatkan kebahagiaan hidupnya. Islam juga memberikan
kesadaran yang mendalam bagi kita bahwa kemakmuran
ekonomi tidak akan kita dapatkan tanpa adanya hubungan
sosial yang harmonis.8
Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya
masyarakat dengan mendorong, memotivasi, dan
membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta
berupaya untuk mengembangkannya. Keberdayaan
masyarakat adalah suatu hal yang paling mendasar bagi
masyarakat untuk bertahan dan mengembangkan diri untuk
mencapai kemajuan.9
Dalam usaha pemberdayaan ekonomi Baduy mu’alaf ini
tentunya yang pertama kali dilihat adalah bagaimana
pemberdayaan ekonomi dalam lingkup yang lebih kecil, yaitu
7 Yusuf Qardhawi, “Norma dan Etika Ekonomi Islam” (Jakarta: Gema Insani Press, 1995) h. 57
8 Nik Muhammad bin Nik Yusuf Affandi, “Islam and Business” (Selangor: Pelanduk Publications, 2002) h.49-50
9 Mubyarto, “Membangun Sistem Ekonomi” (Yogyakarta: BPFE, 2000) h.263
5
keluarga. Hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam al-
Qur’an surat an-Nisa ayat 9 :
“Dan hendaklah takut pada Allah orang-orang yang
sekiranya meninggalkan anak-anak yang lemah di belakang
mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)
mereka, maka hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan
hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.10
Pemberdayaan ekonomi juga terjadi pada masyarakat
Baduy dengan berbagai macam jenis usaha perdagangan yang
dilakukan. Gurniawan K. Pasya mencatat beberapa jenis
perdagangan yang dilakukan oleh masyarakat Baduy (2005:
196-203): 1) Menjual hasil bumi yang di peroleh dari
leuweung kolot11, leuweung lembur12 dan pinggiran huma
seperti petay, jengkol, pisang, durian, asam kranji, dukuh,
kelapa, kokosan, ke pasar terdekat seperti di Karoya atau
Ciboleger.; 2) Menjual kerajinan dari kulit kayu teureup,
seperti koja, jarog, kantong rajut, dan kerajinan tangan
lainnya.; 3) Menjual madu lebah hutan yang di peroleh dari
hutan-hutan di Suku baduy atau dari orang laur Baduy.; 4)
Mendapat upah dari mengantar wisatawan ke Baduy Dalam.;
5) Pemikul barang-barang bawaan pengunjung, dan ada juga
barang dagangan dari pedagang keliling di Kanekes.; 6)
10 Al-Qur’an Surah 4; ayat 9 11 Leuweung Kolot artinya hutan larangan yang tidak boleh
dipergunakan untuk kepentingan apapun tanpa seizin pu’un (kepala adat) 12 Leuweung Lembur adalah hutan yang dapat dipergunakan untuk
keberlangsungan hidup tanpa merusak lingkungan.
6
Penyedia jasa penginapan rumah mereka sendiri, dengan
harapan akan mendapat imbal jasanya.13
Menurut Saleh Danasasmita dan Anis Djati Sunda, Baduy
adalah masyarakat setempat yang dijadikan mandala
(kawasan suci) secara resmi oleh raja, sebab masyarakatnya
berkewajiban memelihara kabuyutan, tempat pemujaan nenek
moyang, bukan Hindu atau Budha. Kabuyutan di Desa
Kanekes dikenal dengan Kabuyutan Jati Sunda atau Sunda
Wiwitan. Dari sinilah masyarakat baduy sendiri menyebut
agamanya adalah Sunda Wiwitan yaitu sunda pertama (Sam,
1986: 4-5; Permana, 2006: 27). Hal ini dijelaskan bahwa asal
usul Baduy secara tepat bisa ditemukan dalam diri masyarakat
Baduy sendiri yang kukuh dalam melestarikan alam lindung
pegunungan Kendeng sebelum ekspedisi Islam datang
mengubah kepercayaan mereka.14
Pada tahun 1987 sekitar 80 orang masyarakat Baduy telah
menjadi mu’alaf dengan menganut agama Islam, setelah
menganut agama Islam mereka merasa hidupnya lebih
bahagia dan sejahtera, memiliki pengetahuan agama sehingga
merasa dirinya lebih berprinsip dalam hidup. Seiring
berjalannya waktu semakin bertambah masyarakat Baduy
13 Helmy Faizi Bahrul Ulumi, “Warisan Budaya Banten Dalam Makna” Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten Laboratorium Bantenologi IAIN SMH Banten 2015.
14 Jurnal Masykur Wahid, Sunda Wiitan Baduy: Agama Penjaga Alam Lindung di Desa Kanekes Banten, IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten., https://www.DATASKRIPSI/JurnalSukuBaduy/jurnalsundawiwitanbaduy.pdf., h. 4-5
7
yang ingin menjadi mu’alaf, karena rasa ingin tahu serta
adanya ketertarikan terhadap ajaran agama Islam tersebut,
sampai saat ini masyarakat Baduy mu’alaf mencapai sekitar
500 kepala keluarga, kemudian di mukimkan dengan tempat
yang berbeda sesuai dengan wilayah dimana mereka masuk
islam.
Mengenai keseharian masyarakat Baduy mu’alaf, dari
segi berpakaian sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan
seperti menggunakan hijab, mengenakan pakaian muslim, dan
lain-lain. Karena sebelumnya mereka menggunakan pakaian
yang biasa mereka sebut dengan jamang sangsang untuk laki-
laki dan sarung untuk perempuan, dengan kain berwarna alam
dan batik khas baduy tersebut.
Selain itu, masyarakat Baduy mu’alaf difasilitasi rumah
dan sepetak tanah oleh pemerintah setempat untuk
melanjutkan kehidupan mereka serta mengubah kondisi
kebiasaan mereka sebagai masyarakat adat yaitu meramu dan
berladang. Setelah menjadi mu’alaf, masyarakat Suku Baduy
harus membeli kebutuhan pokoknya seperti beras, minyak,
ikan, dan kebutuhan pangan lainnya. Karena sebelumnya
mereka menjadi bagian masyarakat adat, yang mereka bisa
peroleh kebutuhan pangannya dari hutan dan ladang.
Pada masyarakat Baduy mu’alaf sebelumnya sudah ada
bimbingan yang dilakukan yaitu berupa bimbingan agama,
bapak KH. Zaenudin Amir salah satu pembimbing agama
8
masyarakat Baduy yang mempunyai tujuan untuk
mengembangkan religiusitas pada masyarakat baduy yang
ingin menjadi mu’alaf dengan cara memberikan pedoman
agama seperti kajian tentang islam untuk meyakinkan tentang
kebesaran Tuhan, tuntunan ibadah dalam agama islam,
pembacaan dan pemahaman kitab suci Al-Quran.
Kebutuhan bimbingan agama timbul karena masyarakat
Baduy tidak pernah tersentuh oleh budaya/agama lain, yang
mereka lakukan hanyalah ajaran dari sejak jaman nenek
moyang serta mengikuti kebiasaan budaya Baduy Dalam.
“Orientasi agama yang dianut oleh masyarakat Baduy
Luar adalah agama Sunda Wiwitan sama dengan masyarakat
Baduy Dalam ialah agamanya Nabi Adam AS., masyarakat
baduy mempercayai dengan keberadaan Nabi Muhammad
SAW namun sebagai adik terakhirnya dari Nabi Adam AS,
oleh karena itu masyarakat Baduy jika ingin berpindah agama
ke Agama Islam maka diperbolehkan oleh ‘puun’ dengan
syarat membawa sesajen/seserahan/bokor yang telah
ditentukan oleh kepala adat suku Baduy (pu’un) seperti kopi,
rokok, uang, keris serta meninggalkan harta benda yang telah
dimilikinya seperti tempat tinggal, ladang, dan lain-lain,
hanya diperbolehkan membawa pakaian saja. Sedangkan jika
masyarakat baduy berkeinginan untuk berpindah keagama
selain islam maka ‘puun’ tidak mengizinkan hal tersebut.
Karena dalam sejarah Baduy, islam dengan sunda wiwitan
9
ada istilah ‘cikal bungsu’ maka diperbolehkan, jika tidak ada
ikatan ‘cikal bungsu’ maka tidak diperbolehkan dikarenakan
sebuah larangan terbesar bagi masyarakat Baduy.15
Landasan religius dalam bimbingan pada dasarnya ingin
menjadikan masyarakat sebagai makhluk Tuhan dengan
segala kemuliaannya, dengan menjadikan fokus sentral
bimbingan agama. Mereka menjadikan masa lalu sebagai
pelajaran yang sangat berharga untuk membuat rencana yang
lebih cermat. Dengan menetapkan visi dalam hidup
menyebabkan kepasrahan dan kedamaian yang luar biasa
untuk selalu berbuat kebaikan dan memenuhi harapan diri
yang merindu dengan Allah swt. Penetapan visi berarti
menetapkan arah kiblat yang benar-benar diyakini. Sehingga,
seluruh sumber daya yang dimilikinya diarahkan dan
dituangkan dalam bentuk perencanaan. Namun visi akhirat
bukan berarti melupakan kehidupan dunia, karena dunia
merupakan tempat manusia beraktifitas untuk memanfaatkan
semua karunia Allah swt.16
Bimbingan agama islam adalah proses pemberian bantuan
terhadap individu agar mampu hidup selaras dan dan serasi
15 Hasil wawancara dengan Bapak KH Zaenanudin Amir., tanggal 20 Februari 2019, pukul 16:30 WIB.
16 Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah, (Jakarta : Gema Insani Press, 2001), Cet. Ke-2, h.6-8
10
dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga dapat
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.17
Dengan adanya amanat bimbingan inilah, maka mereka
menjadi demikian berharga dan bermanfaat bagi manusia,
baik dalam urusan agama, dunia, pemenuhan kebutuhan,
pemecahan masalah dan banyak hal lainnya. Bimbingan
akhirnya menjadi suatu kewajiban bagi setiap invidu muslim,
khususnya para alim ulama. Tujuan yang ingin dicapai
melalui bimbingan agama Islam adalah tingkat perkembangan
yang optimal bagi setiap individu sesuai dengan
kemampuannya, agar dapat menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan masyarakat.18
Fenomena religius sosial yang amat menarik untuk
dipelajari dalam kasus ini adalah fenomena masuk atau
pindah agama. Pengertian masuk agama bagi bangsa
Indonesia sudah tidak asing lagi. Gambaran yang terbayang
adalah orang yang dulunya belum beragama sama sekali
kemudian menerima suatu agama, atau seseorang yang sudah
memeluk suatu agama tertentu kemudian pindah keagama
lain. Dalam gambaran kata yang kedua “masuk agama” sama
artinya dengan pindah agama. Kata lain “conversio” lebih
tepat menampung arti kata masuk agama dan berpindah
17 Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam (Yogyakarta: UII Press, 2011), h.7
18 Musfir, Konseling Terapi, (Jakarta: Gema Insani, 2005), h.16
11
agama. Kata bahasa Inggris “conversion” dapat diartikan
sama seperti diatas.19
Secara umum kata “muallaf” orang yang baru masuk
islam dan masil lemah imannya. Muallaf artinya orang yang
pengetahuan Islamnya masih kurang, sebab ia baru masuk
Islam. Ia menjalani perubahan keyakinan yang hal itu
berpengaruh pada kurangnya pengetahuan agama Islam.20
Keyakinan bahwa manusia memiliki fitrah beragama atau
keyakinan kepada Tuhan, merujuk pada firman Allah SWT,
sebagai berikut:
یتھم واشھدھم عالى انفسھم مواذاخذربك من الست ج بني اادم من ظھورھم ذر
الدنا ان تقولوایوم القیامة اناكنا عن ھاذاغافلین قالوابالى شھ قلىبربكم
Artinya: “Dan ingatlah ketika Tuhan mu mengeluarkan
keturunan (anak-anak adam) dari sulbi mereka, dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman), Bukankah aku ini Tuhan mu? Mereka menjawab
“Betul, (Engkau Tuhan kami), kami yang menjadi saksi”.
(kami lakukan yang demikian itu) agar dihari kiamat, kamu
tidak mengatakan “sesungguhnya kamu (bani adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap (keesaan Tuhan).” (QS.
Al-A’raf [7]: 172).
19 http://fahrudinejad.blogspot.com/2013/02/masuk-atau-pindah-agama.html, diakses pada tanggal 22 Maret 2019, pukul 00:58
20 Harun Nasution (Eds), Ensiklopedia Islam di indonesia, Jilid 2 (Jakarta: Depag, 1993), h.744
12
Makna bimbingan pengembangan kehidupan beragama
adalah bantuan yang diberikan pembimbing kepada
masyarakat, agar mereka mampu menghadapi dan
memecahkan masalah-masalah yang berkenaan dengan
kehidupan beragama. Melalui layanan bimbingan agama,
masyarakat di bantu mencarikan alternatif bagi pemecahan
masalah-masalah yang berkenaan dengan kehidupan
beragama.21
Selain memiliki tujuan untuk mengembangkan religiusitas
pada masyarakat Baduy mu’alaf, pembimbing agama juga
memiliki tujuan dalam mengembangkan potensi pada
masyarakat Baduy mu’alaf untuk mandiri dalam bidang
ekonomi, salah satunya dengan cara memberikan bimbingan
agama yang berkaitan dengan kemandirian ekonomi yang
sesaui dengan syariat ajaran Agama Islam.
Dari penjabaran diatas penulis ingin meneliti bagaimana
pelaksanaan bimbingan agama dalam mengembangkan
potensi pada masyarakat Baduy muallaf agar mandiri dalam
bidang ekonomi di pemukiman masyarakat Baduy
Jalupangmulya, Margawangi, Leuwidamar, Lebak Banten.
Dalam hal ini perlu diadakannya penelitian dan peninjauan
lebih dalam terkait bimbingan agama dalam kemandirian
ekonomi pada masyarakat Baduy dalam sebuah skripsi
dengan judul “BIMBINGAN AGAMA BAGI
21 Harun Nasution (Eds), Ensiklopedia Islam di indonesia, Jilid 2 (Jakarta: Depag, 1993),h.135
13
MASYARAKAT BADUY MU’ALAF UNTUK
KEMANDIRIAN EKONOMI DI PEMUKIMAN
MASYARAKAT BADUY JALUPANGMULYA,
LEUWIDAMAR, LEBAK-BANTEN”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Persoalan kemandirian ekonomi masyarakat sangat
berhubungan dan dapat dipengaruhi serta dapat ditentukan
oleh banyak hal, antara lain:
a. Pembimbing agama sangat berpengaruh besar dalam
bimbingan agama untuk masyarakat Baduy Muallaf.
b. Lingkungan masyarakat Baduy Muallaf
c. Kegiatan bimbingan agama pada masyarakat Baduy
Muallaf
2. Batasan Masalah
Persoalan yang diteliti dalam skripsi ini dibatasi
dengan bimbingan agama (pelaksanaan kegiatan
bimbingan agama pada masyarakat Baduy Luar yang
menjadi mu’alaf) yang kaitannya dengan kemandirian
ekonomi.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah, identifikasi
masalah, dan batasan masalah yang telah diuraikan, maka
peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
14
1) Bagaimana pelaksanaan bimbingan agama bagi
masyarakat Baduy muallaf untuk kemandirian
ekonomi di Pemukiman masyarakat Baduy Luar
Jalupangmulya Leuwidamar Lebak Banten?
2) Bagaimana hasil bimbingan agama bagi masyarakat
Baduy muallaf untuk kemandirian ekonomi di
Pemukiman masyarakat Baduy Luar Jalupangmulya
Leuwidamar Lebak Banten?
C. Tujuan dan Manfaat penelitian
1. Tujuan Penilitian
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka yang
menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan agama
bagi masyarakat Baduy muallaf untuk kemandirian
ekonomi di Pemukiman masyarakat Baduy Luar
Jalupangmulya, Leuwidamar Lebak Banten.
2) Untuk mengetahui hasil bimbingan agama bagi
masyarakat Baduy muallaf untuk kemandirian
ekonomi di Pemukiman masyarakat Baduy Luar
Jalupangmulya Leuwidamar Lebak Banten.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
1) Dapat menjadikan khazanah keilmuan
dalam mengembangkan teori keilmuan
15
dakwah khususnya bimbingan agama
islam.
2) Dapat menjadikan bahan rujukan pustaka
sebagai acuan penelitian selanjutnya yang
bersamaan dengan bimbingan agama.
b. Manfaat Praktis
Agar lebih memahami dan mendalami ilmu
pengetahuan peneliti di bidang ilmu dakwah dan ilmu
komunikasi, khususnya dalam hal bimbingan
penyuluhan islam mengenai bimbingan agama pada
masyarakat Baduy Luar yang sudah mu’alaf di Lebak-
Banten.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan peneliti dalam skripsi ini
adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian adalah
suatu proses dari langkah-langkah yangg digunakan untuk
mengumpulan dan menganalisa informasi untuk
meningkatkan pemahaman tentang suatu topik atau isu.22
Pengertian kualitatif adalah sebuah nilai yang dikandung
oleh sesuatu/sebuah benda, dimana penilaian yang
22 John Creswell, RISET PENDIDIKAN: Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Riset Kualitatif dan Kuantitatif, Penerjemah. Drs. Helly Prajitno Soetjipto,M.A., Dra. Sri Muyatini Soetjipto, diterjemahkan dari: EDUCATIONAL RESEARCH, Planning, Conducting, and Evaluating Quantutative dan Qualitatitive, Edisi ke-5, Cet. 1, ditulis oleh John Creswell, diterbitkan oleh Pearson Education.,Inc., Edisi dalam Bahasa Indonesia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015) h. 5
16
dilakukan akan didasarkan pada mutu atau kualitas yang
terkandung didalamnya.23
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan
untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang
masalah-masalah manusia dan sosial, bukan
mendeskripsikan bagian permukaan dari suatu realitas
sebagaimana dilakukan penelitian kuantitatif.24 Dalam
penelian ini penulis menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan deskriptif. Menurut Wiranto
Surachman metode deskriptif adalah suatu metode yang
memiliki sifat menuturan dan menafsirkan data yang ada
tentang suatu proses yang berlangsung.25
Menurut Hesti R. Wijaya (1996) penelitian kualitatif
akan lebih diuntungkan karena bentuk dan caranya lebih
fleksibel dan berkembang dalam proses penelitiannya, dan
juga lebih bisa menjelaskan, memberikan pengertian, serta
pemahaman yang mendalam.26
2. Subyek dan Obyek Penelitian
Dalam hal ini peneliti lebih memfokuskan pada
masyarakat Baduy mu’alaf dan pembimbing agama
23 Pengertian Kualitatif dan Kuantitatif Menurut Para Ahli., https://id.scribd.com./docment/336770198/
24 Imam Gunawana, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013) h. 85
25 Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualtatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) Cet.23.,h. 26
26 Wijaya Hesti. R, Penelitian Berspektif Gender dan Memahami Persoalan Penerapan, Edisi 4/November (Bandung: Akatiga, 1996)., h. 4
17
sebagai subyek penelitian, karena untuk menganalisis
metode bimbingan agama yang di gunakan pada
masyarakat Baduy yang mu’alaf untuk kemandirian
ekonomi di Pemukiman Masyarakat Baduy Jalupang
Mulya Lebak Banten.
Kemudian obyek penelitiannya adalah bimbingan
agama untuk kemandirian ekonomi masyarakat Baduy
mu’alaf agar dapat diteliti secara seksama.
3. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di pemukiman masyarakat
Baduy Jalupangmulya, Leuwidamar, Lebak-Banten.
Adapun waktu dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu
pada tanggal 02 September 2019 sampai 30 Desember
2019.
4. Teknik Penentuan Pengambilan Data
Untuk menentukan informan dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan teknik non-probability sampling.
Teknik ini merupakan teknik sampling yang tidak
memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi
setiap unsur atau anggota populasi untuk di pilih menjadi
sampel.27 Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling
yang sering digunakan adalah puposive sampling, dan
snowball sampling, untuk pengambilan sampel dalam
peneliti ini peneliti menggunakan purposive sampling.
27 Sugiono, Metodelogi Penelitan Kuantitatif, Kualitatif, Dan Kombinasi (MIXED METHODS), (Bandung: Alfabetha, 2011) h. 301
18
Teknik pengambilan purposive sampling adalah
teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Sesuai dengan namanya, pemilihan
sampel dalam di dasarkan pada pertimbangan yang telah
peneliti tentukan. Kriteria yang peneliti tentukan untuk
Suku Baduy mu’alaf sebagai berikut:
1) Masyarakat dewasa Suku Baduy Luar yang menjadi
Muallaf
2) Masyarakat dewasa Suku Baduy Luar Muallaf yang
mengetahui Suku Baduy secara mendalam
Begitupun dengan kriteria pembimbing agama yang
peneliti tentukan yaitu pembimbing agama yang
memberikan bimbingan agama tentang kemandirian
ekonomi pada masyarakat Baduy muallaf.
Dengan demikian, peneliti secara sengaja mengambil
sampel dengan argumentasi yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1) Observasi
Teknik observasi ini penulis melakukan penelitian
dengan pengamatan secara langsung kelapangan
mengenai kegiatan pelaksanaan bimbingan agama
19
yang dilakukan oleh pembimbing agama kepada
masyarakat Baduy yang mu’alaf.
2) Wawancara
Penulis melakukan wawancara yang dilakukan
secara langsung dengan pihak yang sedang diteliti.
Yaitu dengan dua pembimbing agama yang
memberikan bimbingan mengenai kemandirian
ekonomi pada masyarakat Baduy mu’alaf dan dua
orang masyarakat Baduy mu’alaf yang mengetahui
Suku Baduy secara mendalam.
3) Telaah Kepustakaan
Untuk mendapatkan data-data yang berkaiatan
dengan penelitian ini, telaah kepustakaan
bertujuan untuk memperjelas teori yang penulis
gunakan. Telaah kepustakaan didapat dari sumber
informasi seperti buku-buku, surat kabar dan
internet.
6. Teknik Analisa Data
Menurut Sugiyono, analisis data adalah proses,
mencari dan menyususn data secara sistemati, data yang
diperoleh dari hasil wawancara. Catatan lapangan dan
dokumetasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam
kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun kedalam pola, memilih yang pentig dan
20
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga
mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.28
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan tiga substansi, sebagai berikut:
1) Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-
hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya. Sehingga data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya.29
2) Display Data
Penyajian data atau display data merupakan
penyajian data yang sering dilakukan dalam penelitian
kualitatif dengan teks yang bersifat narasi. Dengan
mendisplay data, maka memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
28 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012) h. 89
29 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012) h. 95
21
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami
tersebut.30
3) Verifikasi Data
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif
adalah penariakan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpualan dapat menjawab rumusan masalah yang
dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin tidak, karena
masalah dana rumusan masalah bersifat semestara dan
akan berkembang setelah peneliti berada di
lapangan.31 Setelah itu, dalam penelitian akan
dilakukannya verifikasi data yang mencakup proses
pemaknaan dan penafsiran data yang diperhatikan.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam menemukan judul skripsi ini penulis telah
melakukan tinjauan pustaka ke perpustakaan utama UIN
syarif Hidayatullah Jakarta dan jurnal yang bersumber dari
internet. Menurut pengamatan yang penulis lakukan dalam
hasil observasi yang telah dilakukan ini, terdapat kesamaan
judul yang serupa namun yang menjadi perbedaan skripsi
penulis dengan skripsi sebelumnya sebagai berikut.
Pada skripsi tahun 2015 yang ditulis oleh Amam Miftahul
Janan merupakan mahasiswa Jurusan Bimbingan Konseling
30 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012) h. 95
31 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012) h. 95
22
Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Dalam skripsinya membahas tentang bimbingan
kemandirian anak yatim di Yayasan Darurohmah
Karangduwur Petanahan Kebumen yang bertujuan untuk
mengetahui bentuk-bentuk kemandirian pada Anak Yatim
serta untuk mengetahuai metode yang digunakan dalam
bimbingan kemandirian anak yatim.
Hasil dari penelitian dalam skripsi tersebut bahwa
kemandirian Anak Yatim di Yayasan Darurrohmah
diwujudkan dari beberapa bentuk kemandirian, yaitu emosi,
ekonomi, intelektual, dan sosial. Sedangkan metode
bimbingan kemandirian anak yatim di Yayasan Darurrohmah
menggunakan metode komunikasi langsung yaitu dengan
metode individual meliputi dengan percakapan pribadi,
kunjungan ke rumah, dan observasi kerja. Kemudian metode
kelompok meliputi ceramah tausiyah, diskusi kelompok, dan
darya wisata. Adapun metode komunikasi tidak langsung
berupa pemberian selebaran yang berisi materi bimbingan,
serta memberikan buku panduan pada Anak Yatim.32
Selanjutnya, skripsi tahun 2013 ditulis oleh Priskila Hesti
Anomsari merupakan mahasiswa Jurusan Bimbingan dan
Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
32 Umam Miftahul Janan, Bimbingan Kemandirian Anak Yatim Di Yayasan Darurrohmah Karangduwur Petanahan Kebumen, (Skripsi S1: Jurusan Bimbingan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Yogyakarta, 2015)
23
Semarang. Dalam skripsinya membahas tentang upaya
meningkatkan nilai kemandirian melalui layanan bimbingan
kelompok pada siswa kelas VIII a di SMPN 3 Kembang
Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara Tahun Pelajaran
2012/2013. Tujuan umumnya untuk memperoleh informasi
atau temuan empiris tentang meningkatkan nilai kemandirian
siswa untuk layanan bimbingan kelompok, sedangkan tujuan
khususnya untuk memperoleh data empiris tentang
gamabaran secara deskripsi nilai kemandirian siswa sebelum
diberikan layanan bimbingan kelompok, gambaran secara
deskripsi nilai kemandirian siswa sesudah diberikan layanan
bimbingan, dan yang signifikan nilai nilai kemandirian siswa
sebelum dan sesuadah diberi layanan bimbingan kelompok.
Hasil penelitian dalam skripsi tersebut bahwa tingkat
kemandirian siswa sebelum mendapatkan layanan bimbingan
kelompok termasuk dalam kategori sedang, kemudian tingkat
kemandirian siswa sesudah mendapatkan layanan bimbingan
kelompok termasuk kedalam kategori tinggi (73,67%). Hal
tersebut ditandai dengan sikap siswa yang memiliki percaya
diri, mampu bekerja diri, mampu menghargai waktu, mampu
bertanggung jawab, memiliki hasrat bersaing untuk maju, dan
berani dalam mengambil keputusan.
Adapun perbedaan yang signifikan antara tingkat
kemandirian sebelum dan sesudah diberikan perlakuan
bimbingan kelompok. Dari hasil uji wilcoxon menunjukan
24
bahwa Ha diterima dan Ho ditolak, dengan demikian
kemandirian siswa dapat ditingkatkan melalui layanan
bimbingan kelompok.33
Kemudian skripsi tahun 2018 ditulis oleh Dede Imam
Mughni merupakan mahasiswa Program Studi Ekonomi
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Isntitut Agama
Islam Negeri Purwokerto. Dalam skripsinya membahas
tentang strategi pengembangan kemandirian ekonomi santri di
Pondok Pesantren El-Bayan Bendasari Majenang Cilacap
Jawa Tengah, tujuannya untuk mengetahui, mendeskripsikan,
dan menganalisis bagaimana strategi pengembangan
kemandirian ekonomi santri pondok pesantren El-Bayan
Bendasari Majenang Cilacap Jawa Tengah.
Hasil dari penelitian dalam skripsi tersebut menjelaskan
bahwa Pondok pesantren El-Bayan Bendasari Majenang
merupakan pondok pesantren yang mempunyai tujuan mulia
yaitu membentuk manusia yang bertaqwa dan berakhlaqul
karimah. Sesuai dengan tujuan tersebut maka upaya yang
dilakukan pondok pesantren El-Bayan dalam mendidik para
santrinya dengan menanamkan aqidah Ahlussunnah Wal
Jama‟ah demi terwujudnya santri yang unggul dalam
intelektualitasnya dan berakhlaqul karimah.
33 Priskila Hesti Anomsari, Upaya Meningkatkan Nilai Kemandirian Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas VIII a SMPN 3 Kembang Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara Tahun Pelajaran 2012/2013, (Skripsi S1: Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNNES, 2018)
25
Program pengembangan yang dilakukan oleh Pondok
pesantren El-Bayan dalam rangka meningkatkan kemandirian
ekonomi santri adalah melalui 3 kurikulum pendidikan yaitu
pendidikan formal, non formal (keagamaan) dan pendidikan
ketrampilan dan kewirausahaan. Pendidikan formal dan non
formal sebagai pemberian teori dan pendidikan ketrampilan
dan kewirausahaan sebagai penerapan atau prakteknya.
Pesantren telah memiliki beberapa unit usaha dan
ketrampilan sebagai wadah pembelajaran bagi para santri.
Seperti Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren), El-Bayan
Tailor (ketrampilan menjahit), Perbengkelan (bengkel sepeda
motor), Pertanian (keterampilan bertani dengan menggarap
tanah waqaf). Ilmu Komputer dan Manajemen Informatika
(IKMI), Warung Telekomunikasi (Wartel), Perikanan dan
Peternakan. Pemberian ketrampilan usaha secara langsung
diterapkan dan dipraktekkan oleh para santri di bawah
bimbingan santri senior. Pondok pesantren telah menyediakan
lahan dan segala fasilitas untuk mengasah dan melatih
ketrampilan tersebut. Nilai-nilai Islam yang ditanamkan
melalui pendidikan kewirausahaan Pondok pesantren El-
Bayan antara lain: 1) Jujur dan Amanah, 2) Profesional, 3)
Kerjasama (atta‟awun), 4) Tanggungjawab, 5) Ikhtiyar dan
Kerja Keras, 6) Tekun dan Ulet.34
34 Dede Imam Mughni, Strategi Pengembangan Kemandirian Ekonomi Santri (Study Kasus di Pondok Pesantren El-Bayan Bendasari
26
Selain itu, skripsi tahun 2018 ditulis oleh Eneng Fani,
merupakan mahasiswa Prodi Bimbingan Penyuluhan Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dalam Skripsinya membahas tentang
metode bimbingan agama dalam pembentukan kemandirian
Anak Jalanan di Yayasan Bina Anak Pratiwi Jakarta Selatan,
yang bertujuan untuk mengetahui Metode Bimbingan Agama
apa saja yang digunakan dalam proses pembentukan
kemandirian anak jalanan serta untuk mengetahui
karakteristik kemandirian anak jalanan dan tahap-tahap
pembentukan kemandirian pada anak jalanan.
Hasil dari penelitian dalam skripsi tersebut menjelaskan
bahwa Metode Bimbingan Agama yang dilakukan oleh
Yayasan Bina Anak Pertiwi terhadap anak binaannya melalui
beberapa metode, diantaranya yaitu metode individual dan
metode kelompok. Dalam metode individual pendekatan
dilakukan secara face to face relationship yaitu hubungan
empat mata yang dilakukan seorang pembimbing dengan
anak binaan karena masalah yang dihadapi anak binaan
bersifat pribadi sehingga pendekatan yang dilakukan adalah
home visit. Sedangkan metode kelompok pendekatannya
dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya yaitu metode
ceramah, metode cerita (kisah), metode keteladanan dan
metode wawancara.
MajenangCilacap Jawa Tengah), (Skripsi S1: Prodi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN Poerwakerto)
27
Karakteristik anak binaan dalam proses pembentukan
kemandirian, diantaranya anak binaan dapat melakukan
segala aktivitasnya secara sendiri, mampu mengatur
kehidupan dan diri sendiri, bisa mengontrol emosinya, bisa
mengeluarkan ide-idenya sendiri dan menentukan arah tujuan,
serta anak binaan dapat membuat keputusan dan pilihan
sesuai dengan pandangannya. Adapun pendekatan
pembimbing agama menuju proses kemandirian anak binaan
tersebut dengan nasehat, materi motivasi dengan
memfasilitasi anak binaan. Di samping ditanamkan pesan-
pesan moral keagamaan, pembimbing juga menanamkan
nilai-nilai yang sangat bermanfaat bagi kemandirian mereka,
misalnya: menumbuhkan rasa percaya diri dan menjadi diri
sendiri, komunikasi terbuka, kebiasaan serta disiplin.
Dalam tahapan-tahapan pembentukan kemandirian anak
jalanan diawali dengan treatment yang berisi tentang program
yang terdapat di yayasan. Pada keberdayaan merupakan
faktor pembentukan kemandirian yang berisi tentang ajaran
agama (materi), pengelolaan mandiri dan penggunaan fasilitas
yang di yayasan. Terakhir ada mandiri yang berisi tentang
sebuah ide, nilai-nilai serta kesepakatan bersama. Dari
treatment, kebudayaan dan mandiri dapat dijelaskan bahwa
dalam proses pembentukan kemandirian anak jalanan berawal
dari pembahasan mengenai faktor-faktor pembentukan, lalu
dilanjutkan dengan proses pembentukan kemandirian. Setelah
28
semua bagian dilaksanakan, maka kemandirian akan
terwujud, artinya kemandirian akan terwujud setelah proses
pembentukan dengan beberapa tahapnya terlaksana.35
Kemudian skripsi tahun 2018 ditulis oleh Muhammad
Ibrohim merupakan mahasiswa Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Skripsinya membahas tentang strategi pengembangan
kemandirian santri pondok pesantren daarul ahsan di Desa
Dangdeur Kecamatan Jayanti Kabupaten Tangerang. Adapun
tujuannya untuk mengetahui bagaimana strategi
pengembangan kemandirian santri pondok pesantren daarul
ahsan, untuk mengetahui sejauh mana target strategi
pengembangan kemandirian yang dapat dicapai oleh pondok
pesantren daarul ahsan, serta untuk mengetahui faktor
hambatan dan dukungan yang diperoleh pondok pesantren
daarul ahsan dalam strategi pengembangan kemandirian
santri.
Hasil dari penelitian dalam skripsi tersebut menjelaskan
bahwa strategi pengembangan kemandirian santri di pondok
pesantren Daarul ahsan Tangerang, melaui pendekatan
terintegrasi pada segmen kegiatan serta lingkungan yang
35 Eneng Fani Oktaviani, Metode Bimbingan Agama Dalam Pembentukan Kemandirian Anak Jalanan Di Yayasan Bina Anak Pertiwi Jakarta Selatan, (Skripsi S1: Prodi Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Jakarta, 2018)
29
diciptakan pada pondok pesantren. Unsur-unsur nilai karakter
yang digunakan bersumber pada al-quran dan hadist serta
nilai luhur pancasila. Yang terdiri dari nilai fundamental
instrumental dan praksis, yaitu makhluk Tuhan, yang
makhluk sosial, serta sebagai makhluk individu. Penanaman
unsur-unsur nilai karakter tersebut khususnya pengembangan
kemandirian pada santri serta disiplin dilaksanakan melalui
pendekatan menyeluruh melalui pembelajaran, pembiasaan,
ekstrakulikuler sarta kerjasama dengan pihak keluarga dan
masyarakat. Dengan metode pemberian nasehat, pembiasaan
pahala dan sanksi, serta keteladanan dari kiyai dan
pengajarnya. Dalam pelaksanaannya pengembangan
kemandirian dan disiplin santri mengalami beberapa kendala,
baik bersifat eksternal maupun internal.
Akan tetapi sejauh ini, beberapa kendala tersebut masih
dapat di kelola oleh pondok pesantren adapun keunggulan
hasil yang dikembangkan dalam membangun pengembangan
kemandirian santri pada pondok pesantren daarul ahsan
Tangerang, di buktikan dengan hal-hal berikut:
1) Terdapat perubahan yang semakin baik alam sikap,
tatakrama serta perilaku santri.
2) Munculnya kemandirian santri dalam berfikir dan
bertindak.
3) Munculnya kedisiplinan dalam mengelola waktu
serta menaati tata peraturan.
30
4) Munculnya pigur-pigur yang menjadi panutan dalam
lingkungan masyarakat, baik dalam bidang
pendidikan, keagamaan, kesehatan serta organisasi
kemasyarakatan.
Besar harapan seluruh komponen seluruh pengasuh
pondok pesantren maupun pihak wali santri yang telah
memberikan kepercayaan terhadap pesantren Darul Ahsan
agar anaknya tumbuh berkembang dan mandiri baik dalam
aspek pengetahuan keagamaan ataupun ilmu pengetahuan
umum, dan yang terpenting adalah mempunyai nilai akhlakul
karimah.
Konsep yang diterapkan yang dimiliki pondok pesantren
Daarul Ahsan amat integral yang mana memadukan antara
system modern dan salafiyyah ini menjadi santri lebih
berkualitas yang bisa menguasai ilmu agama dan ilmu
pengetahuan umum. Dasar visi misi yang dimiliki pesantren
sebagai acuan dasar untuk terus berkembang dan membina,
serta mengasuh santri selama tinggal di pondok sehingga
dapat tercapainya santri yang akademis dan religius sehingga
biasa menjadi penerus bangsa dan penerus umat.36
Penulis memilih judul tersebut karena belum adanya judul
yang mengemukakan tentang pelaksanaan bimbingan agama
36 Muhammad Ibrohim, Strategi Pengembangan Kemandirian Santri Pondok Pesantren Daarul Ahsan Desa Dangdeur Kecamatan Jayanti Kabupaten Tangerang, (Skripsi S1: Jurusan Pengembagan Masyarakat Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, 2018)
31
dalam mengembangkan kemandirian dalam bidang ekonomi
pada masyarakat Baduy yang mu’alaf. Maka dari itu, penulis
sangat tertarik untuk meneliti, mengkaji dan
mengembangkan hal tersebut, dikarenakan seluruh
masyarakat dapat berdakwah atau belajar serta memahami
untuk mengembangkan kemandirian dalam bidang ekonomi
pada masyarakat Baduy yang mu’alaf ini. Demikian alasan
penulis dalam mengajukan judul skripsi dengan judul
Bimbingan Agama pada Masyarakat Baduy Yang Mu’alaf
Untuk Kemandirian Ekonomi di Pemukiman Masyarakat
Baduy Jalupang Mulya, Margawangi, Lebak-Banten.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan
sistematika penulisan yaitu dengan membagi lima bab. Tiap-
tiap bab terbagi sub-sub bab yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN. Bab ini merupakan
bab pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang dari
pentingnya permasalahan dalam penelitian, pembatasan dan
rumusan masalah yang akan diteliti, tujuan dan manfaat
penelitian, metodologi penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI. Dalam bab ini
penulis akan memaparkan tentang isi landasan teori secara
lugas yang berkaitan dengan penelitian yang ingin dilakukan,
dan dalam bab ini penulis akan menguraikan teori-teori yang
digunakan dalam pengkajian penelitian.
32
BAB III : GAMBARAN UMUM OBJEK
PENELITIAN. Isi bab ini terdiri dari Gambaran Umum
Lembaga yang meliputi. Latar belakang masyarakat yang
akan diteliti, letak geografis lokasi penelitian, keadaan
masyarakat yang diteliti serta lingkungan masyrakat yang
diteliti.
BAB IV : DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Dalam bab ini penulis akan mendeskrisikan data
informant dan menjelaskan hasil temuan penilitian saat di
lapangan.
BAB V : PEMBAHASAN. Bab ini berisi uraian
yang mengaitkan teori dengan hasil penelitian.
BAB VI : PENUTUP. Dalam bab ini penulis
menguraikan kesimpulan dan ringkasan mengenai hasil
penelitian serta hasil diskusi yang telah dilakukan dengan
teman-teman dalam penelitian dan keseluruhan kegiatan
bimbingan agama yang penulis rasa penting serta saran yang
menunjang yang berkenan dengan penelitian ini, kemudian
selengkapnya diawali dengan kata pengantar dan daftar isi.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
33
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Bimbingan Agama
1. Pengertian Bimbingan Agama
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
bimbingan berarti petunjuk ataupun penjelasan tentang
tata cara mengerjakan sesuatu.37 Secara harfiah (bahasa)
bimbingan adalah menunjukan, memberi jalan, atau
menuntun orang lain kearah tujuan yang bermanfaat bagi
kehidupan dimasa kini dan masa yang akan datang.38
Secara etimologis kata bimbingan merupakan
terjemahan dari bahasa Inggris “guidance”. Kata
“guidance” adalah kata kerja “to guide” artinya menunjuk
(kata benda) yang berasal dari kata kerja “to guide”
artinya menunjukkan, membimbing, atau menuntun orang
lain ke jalan yang benar. Jadi kata “guidance” berarti
pemberian petunjuk, pemberian bimbingan atau tuntunan
kepada orang lain yang membutuhkan. Sesuai dengan
istilahnya, maka secara umum dapat diartikan sebagai
suatu bantuan atau tuntunan.39
37 Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995). Cet ke-2, h. 113
38 H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Agama, (Jakarta: Golden Terayon Press, 1996), h. 1
39 Samsul Munir Amir, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 3
34
Banyak pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh
para ahli, diantaranya:
1) Menurut I. Djumhur dan Muhammad Surya,
bimbingan adalah suatu proses pemberi
bantuan yang terus menerus dan sistematis
kepada invidu dalam memecahkan masalah
yang dihadapinya agar tercapai kemampuan
untuk dapat memahami dirinya (Self
Understanding), kemampuan menerima
dirinya (Self Direction), kemampuan untuk
merealisasikan dirinya (Self Realization),
sesuai dengan potensi atau kemampuannya
dalam mencapai penyesuaian diri dengan
lingkungan, baik sekolah, keluarga ataupun
masyarakat, dan bantuan pun diberikan oleh
orang-orang yang memiliki pengalam khusus
di bidang tersebut.40
2) Sunaryo Kartadinata (1996: 3) mengartikannya
sebagai “proses membantu individu untuk
mencapai perkembangan optimal.”41
3) Rochman Natawidjaja (1987: 37) mengartikan
bimbingan sebagai suatu proses pemberian
40 Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu, 1975), h. 28
41 Syamsu Yusuf,LN dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006). Cet ke 2, h. 6
35
bantuan kapada individu yang dilakukan
secara berkesinambungan, supaya individu
tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia
sanggup mengarahkan dirinya dan dapat
bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan
dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga,
masyarakat, dan kehidupan pada umumnya.42
Bimbingan dapat diberikan, baik untuk menghindari
kesulitan-kesulitan maupun untuk mengatasi persoalan-
persoalan yang dihadapi oleh individu didalam
kehidupannya. Ini berarti bahwa bimbingan dapat
diberikan bukan hanya untuk mencegah agar kesulitan itu
tidak atau jangan timbul, tetapi juga dapat diberikan untuk
mengatasi kesulitan-kesulitan yang telah menimpa
individu.43
Kemudian definisi agama dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), adalah sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan
Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dan manusia serta
lingkungannya. Kata “agama” berasal dari bahasa
Sansakerta, agama yang berarti tradisi.44
42 Syamsu Yusuf,LN dan Dr. A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006). Cet ke 2, h. 6
43 Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karier), (Yogyakarta: C. V Andi Offset, 2010), h. 6
44 Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h. 9
36
Definisi agama yang dikemukakan menurut para ahli
sebagai berikut:
1) Menurut Arif Budiman agama dapat dilihat
dalam dua kategori; pertama, agama sebagai
keimanan (doktrin), dimana orang percaya
terhadap kehidupan kekal dikemudian hari,
lalu orang mengabdikan dirinya untuk
kepercayaan tersebut. Kedua, sebagai
mempengaruhi perilaku manusia, dengan
demikian ia identik dengan kebudayaan.45
2) Menurut Zakiah Daradjat, agama adalah
kebutuhan jiwa (psikis) manusia, yang akan
mengatur dan mengendalikan sikap,
pandangan hidup, kelakuan, dan cara tiap-tiap
menghadapi masalah.46
3) Menurut Prof. KH M. Taib Thahir Abdul
Mu’in, agama adalah suatu peraturan yang
mendorong jiwa seseorang yang mempunyai
akal, memegang peraturan Tuhan dengan
kehendaknya sendiri, untuk mencapai
45 Arief Budiman, Agama Demokrasi dan Keadilan, (Jakarta: PT. Gramedia, 1993), h. 20
46 Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama dan Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982). Cet ke 3, h. 52
37
kebaikan hidup di dunia dan kebahagiaan
kelak di akhirat.47
Dari uraian pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
bimbingan agama merupakan suatu proses bantuan atau
tuntunan yang diberikan secara terus menerus kapada
individu atau sekumpulan individu yang mengabdikan
dirinya agar dapat memegang peraturan Tuhan dan
percaya terhadap kekuasaan Tuhan untuk mencapai
kebahagiaan hidup.
Adapun definisi bimbingan agama islam adalah proses
pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup
selaras dan serasi dengan ketentuan dan petunjuk Allah
SWT, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat.48
2. Tujuan Bimbingan Agama
Dalam rumusan epistimologi keilmuan Dakwah
dinyatakan bahwa bimbingan agama dalam Islam
bertujuan menginternalisasikan, mengekternalisasikan dan
mentranformasikan sistem ajaran Islam ke dalam
kehidupan individu, keluarga dan kelompok kecil atas
dasar masalah khusus (kasuistik) dalam semua kehidupan
47 Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-agama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996), h. 3
48 Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2011), h. 7
38
yang berdampak pada kehidupan individu dan keluarga
serta lingkungan sosial.49
Secara khusus bimbingan agama bertujuan untuk
membantu individu atau sekelompok individu agar dapat
mencapai tujuan perkembangannya.50
Menurut Ainur Rahim Faqih tujuan bimbingan agama
Islam dapat diuraikan sebagai berikut:51
1) Hidup selaras dengan ketentuan Allah; artinya
sesuai dengan kodrat-Nya yang ditentukan
Allah sesuai dengan sunatullah, sesuai dengan
hakikatnya sebagai makhluk Allah.
2) Hidup selaras dengan petunjuk Allah; artinya
sesuai dengan pedoman yang ditentukan Allah
melalui Rasulnya (ajaran Islam).
3) Hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk
Allah; berarti menyadari eksistensi diri sebagai
makhluk Allah untuk mengabdi kepada-Nya
dalam arti seluas-luasnya. Dengan menyadari
eksistensinya sebagai makhluk Allah, yang
bersangkutan akan berperilaku yang tidak
keluar dari ketentuan, petunjuk Allah dengan
49 M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan Islam, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 97-98
50 Syamsu Yusuf,LN dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT Remaja Porsadakarya, 2006). Cet kedua, h. 14
51 Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001), h. 4
39
hidup serupa itu maka akan tercapai kehidupan
bahagia di dunia dan di akhirat.
Selain itu, bimbingan agama islam juga bertujuan
untuk membantu manusia agar kembali kepada fitrahnya,
menyadari tugas dan kewajibannya sebagai makhluk
Tuhan yang bertanggungjawab terhadap dirinya,
keluarganya, dan masyarakat sekitarnya atau membantu
manusia dalam mewujudkan potensi dan eksistensi dirinya
sebagai makhluk pilihan (mulia) dan memegang tugas
kekhalifahan di muka bumi.52
Setelah memahami dan memperhatikan uraian tujuan
diatas, diharapkan bimbingan agama yang telah
direncanakan dan dilakukan dapat membantu individu
atau kelompok dalam memecahkan dan menyelesaikan
persoalan masalah serta dapat membantu dalam
mewujudkan segala potensi yang ada dalam dirinya.
3. Fungsi Bimbingan Agama
Bimbingan agama berfungsi untuk memelihara dan
membersihkan diri manusia dengan berbagai praktek
ibadah dan akhlak dan menunjukan kepada manusia
dimana letak kebaikan dan cara melaksanakannya dalam
kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakatnya.53
52 M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan Islam, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 99
53 M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan Islam, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 103
40
Adapun menurut Syamsu Yusuf, LN dan A. Juntika
Nurihsan, ada beberapa fungsi bimbingan sebagai berikut:
1) Pemahaman, yaitu membantu individu agar
memiliki pemahaman terhadap dirinya
(potensinya) dan lingkungannya.
2) Preventif, yaitu upaya pembimbing untuk
senantiasa mengantisipasi berbagai masalah
yang mungkin terjadi dan berupaya untuk
mencegahnya, supaya tidak dialami oleh
individu atau sekelompok individu.
3) Perbaikan (penyembuhan), yaitu fungsi
bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini
berkaitan erat dengan upaya pemberian
bantuan kepada individu yang telah mengalami
masalah, baik menyangkut aspek pribadi,
sosial, maupun karir.
4) Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam
membantu individu agar dapat menyesuaikan
diri secara dinamis dan konstruktif terhadap
program norma agama.54
Ainur Rahim Faqih mengemukakan dalam bukunya,
bahwa fungsi bimbingan agama dapat dirumuskan sebagai
berikut:
54 Syamsu Yusuf,LN dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT Remaja Porsadakarya, 2006). Cet kedua, h. 16-17
41
1) Fungsi preventif, yaitu membatu individu
menjaga atau mencegah timbulnya masalah
bagi dirinya.
2) Fungsi kuratif atau korektif, yaitu membantu
individu memecahkan masalah yang dihadapi
atau dialaminya.
3) Fungsi Preservatif, yaitu membantu individu
agar situasi yang semula tidak baik menjadi
lebih baik, dan kebaikan itu bertahan lama.
4) Fungsi development atau pengembangan, yaitu
membantu individu memelihara dan
mengembangkan situasi atau kondisi yang
baik, sehingga tidak memungkinkannya
menjadi sebab masalah baginya.55
Pernyataan Ainur Rahim Faqih mengenai fungsi
bimbingan agama dapat disimpulkan bahwa fungsi
preventif ialah agar individu dapat terhindar dari masalah,
fungsi kuratif ialah agar individu dapat menyelesaikan
masalah yang sedang dihadapi, fungsi preservatif ialah
agar individu menjadi pribadi yang lebih baik dan dapat
mempertahankan kebaikannya, fungsi development ialah
agar individu dapat mempertahankan hidupnya, dan tidak
dijadikan suatu masalah.
55 Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001), h. 36
42
Oleh karena itu, sangat diharapkan bahwa bimbingan
agama yang telah direncanakan baik dalam penyampaian
materi mengenai percaya akan adanya Tuhan,
mengajarkan individu agar berperilaku baik pada
sesamanya serta dapat melakukan ibadah yang merupakan
anjuran dari Tuhan. Selain dirancakan, bimbingan agama
dapat dilaksanakan untuk membatu individu dalam
memecahkan masalah yang sedang dihadapinya dan dapat
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya serta
dapat membantu individu dalam menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya. Karena pedoman hidup manusia
dalam kehidupan sehari-hari dapat bersumber pada ajaran
Tuhan yang telah diturunkan melalui al-Quran.
Sebagaimana dijelaskan dalam surat yusuf [10] ayat 57,
Allah swt berfirman:
“Wahai manusia! Sungguh telah datang kepada mu
pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhan mu, penyembuh bagi
penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat
bagi orang yang beriman.”56
56 Terdapat dalam qur’an surat ke 10 Yusuf, ayat 57
43
4. Metode Bimbingan Agama
a. Segi strategi
Dilihat dari segi strategi ada dua metode yang
dapat digunakan, yaitu metode vertikal dan
horizontal:57
1) Metode vertikal
Metode vertikal adalah kegiatan penyuluhan
yang dimulai dari atas kebawah (to down) atau
dari bawah ke atas (bottom up). To down ialah
usaha penyuluhan agama dengan terlebih
dahulu mendekati orang yang berpengaruh
(key respon) di suatu kelompok masyarakat,
baru kemudian mengadakan penyuluhan
kepada anggota masyarakatnya. Sedangkan
bottom up ialah kegiatan penyuluhan mulai
dari lapisan paling bawah dari suatu kelompok
masyarakat kemudian merambat kelapisan
atasnya.
2) Metode horizontal
Metode horizontal adalah kegiatan penyuluhan
dalam suatu wilayah kemudian diusahakan
dapat mempengaruhi wilayah atau kelompok-
kelompok lainnya.
57 Departemen Agama RI Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, Panduan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Depag RI, 1987), h. 39-40
44
b. Segi Sifat
Dilihat dari segi sifatnya ada beberapa metode yang
digunakan, antara lain:58
1) Metode ceramah
Metode ceramah sering pula disebut dengan
metode informasi yakini penerangan secara lisan
oleh pembimbing agama sebagai komunikator
kepada kelompok masyarakat sasaran sebagai
komunikan. Metode ini sangat tepat apabila sasaran
yang dihadapi merupakan kelompok yang
berjumlah besar dan diperlukan dihadapi secara
sekaligus. Pembimbing bisa mempergunakan alat
bantu seperti pengeras suara, radio, televisi, slide
atau film. Meskipun pada prinsipnya metode ini
menggunakan lisan. Tetapi pesan yang
disampaikan bisa dipeejelas dengan bantuan mimic,
gerak, dan gesture.
2) Metode tanya jawab
Metode ini dapat dikatakan sebagai metode
lanjutan dari metode ceramah, yaitu proses tanya
jawab antara pembimbing dan penerima manfaat
(terbimbing). Sifatnya memang sama dengan
metode ceramah dalam hal sama-sama
58 Departemen Agama RI Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, Panduan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Depag RI, 1987), h. 40
45
menggunakan lisan. Hanya bedanya dalam metode
ceramah peran aktif hanya berada pada
pembimbing agama, sedangkan tanya jawab peran
aktif adalah timbal balik.
3) Metode diskusi
Metode diskusi adalah salah satu bentuk
komunikasi gagasan yang dilakukan dalam suasana
demokratis. Dari suatu diskusi diperoleh banyak hal
yang bermanfaat, maka pertukaran pikiran dalam
suatu diskusi memerlukan adanya teknik tertentu.
4) Metode mendemonstrasi/percontohan
Metode ini berarti memberi contoh atau
mempertunjukan atau memperagakan. Metode ini
lebih tepat digunakan untuk materi bimbingan yang
menyangkut praktik ibadah, seperti cara berwudhu,
praktik solat, bimbingan pelaksanaan haji, cara
merawat jenazah, berdoa.
5) Metode konsultasi
Konsultasi pada hakekatnya adalah kegiatan
meminta nasihat atau penerangan kepada
pembimbing agama. Konsultasi ini sudah tentu
dilaksanakan secara individu dan masalahnya juga
bersifat pribadi.
46
c. Segi Sasaran
Menurut Ainur Rahim Faqih konsep metode bimbingan
dari segi sasaran yang dihadapi, sebagai berikut:59
1) Bimbingan individual
Pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi
langsung secara seseorang dengan pihak yang di
bimbing, adapun teknik yang digunakan yaitu:
a) Percakapan pribadi, bimbingan langsung dialog
secara tatap muka dengan pihak pembimbing.
b) Kunjungan rumah, pembimbing mengadakan
dialog dengan kliennya yang dilaksanakan di
rumah klien.
2) Bimbingan kelompok
Pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi
langsung secara kelompok. Sasaran yang dihadapi
merupakan kelompok yang banyak dan cara
menghadapinya dengan sekaligus.
B. Kemandirian
1. Pengertian Kemandirian
Kata “kemandirian” berasal dari kata dasar “diri” yang
mendapatkan awalan “ke” dan akhiran “an” yang
kemudian membentuk suatu kata keadaan atau keta benda.
Karena kemandirian berasal dari kata dasar “diri”, maka
pembahasan mengenai kemandirian tidak dapat
59 Latipun, Psikologi Konseling, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2001), h. 231
47
dilepaskan dari pembahasan mengenai perkembangan
“diri” itu sendiri, yang dalam konsep Carl Rogers disebut
dengan istilah “self” karena “diri” itu merupakan inti dari
kemandirian. Kalau menelusuri berbagai literature,
sesungguhnya banyak sekali istilah yang berkenaan
dengan “diri” ini.60
Istilah kemandirian menunjukan adanya kepercayaan
akan sebuah kemampuan diri dalam menyelesaikan
masalah tanpa bantuan dari orang lain. Individu yang
mandiri sebagai individu yang dapat menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapinya, mampu mengambil
keputusan sendiri, mempunyai inisiatif dan kreatif, tanpa
mengabaikan lingkungan disekitarnya. Menurut beberapa
ahli “kemandirian” menunjukan kemampuan psikososial
yang mencakup kebebasan untuk bertindak, tidak
tergantung dengan kemampuan orang lain, tidak
terpengaruh lingkungan, dan bebas mengatur
kebutuhannya sendiri.61
Adapun definsi kemandirian menurut para ahli,
sebagaimana dikutip dari buku Psikologi Pendidikan
Inovatif karya Eti Nurhayati, ia mengemukakan bahwa:62
60 Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h. 128
61 Eti Nurhayati, Psikologi Pendidikan Inovatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011) h. 131
62 Eti Nurhayati, Psikologi Pendidikan Inovatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011) h. 56
48
1) Menurut Watson, kemandirian berarti
kebebasan untuk mengambil inisiatif,
mengatasi hambatan, melakukan sesuatu
dengan tepat, gigih dalam usaha, dan
melalukan sendiri segala sesuatu tanpa
mengendalkan bantuan dari orang lain.
2) Menurut Bernadib, kemandirian mencakup
perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi
masalah, mempunyai rasa percaya diri, dapat
melakukan sesuatu sendiri tanpa
menggantungkan diri terhadap orang lain.
3) Menurut Johson, kemandirian merupakan
salah satu ciri kematangan yang
memungkinkan individu berfungsi otonom dan
berusaha kearah prestasi pribadi dan
tercapainya tujuan.
4) Menurut Mu’tadin, kemandirian mengandung
makna suatu keadaan dimana sesorag memiliki
hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan
dirinya, dan mampu mengambil keputusan dan
inisiatif diri dalam mengerjakan sesuatu, serta
bertangungjawab atas apa yang dilakukan.
Kemandirian adalah kebutuhan untuk bebas dari
dominasi orang lain. Kebutuhan ini meliputi perilaku-
perilaku yang ditujukan untuk meraih kebebasan membuat
49
pilihan, bergantung pada diri sendiri, dan mencapai
tujuan-tujuan tanpa bantuan dari orang lain.63
Perkembangan kemandirian adalah proses yang
menyangkut unsur-unsur normatif. Ini mengandung
makna bahwa kemandirian merupakan suatu proses yang
terarah. Karena perkembangan kemandirian sejalan
dengan hakikat eksistensi manusia, arah perkembangan
tersebut harus sejalan dan berlandaskan pada tujuan hidup
manusia.64
Oleh sebab itu, manusia dalam menjalankan
kehidupannya harus mandiri dan tidak bergantung pada
orang lain. Orang yang sudah mandiri, dalam
memecahkan setiap permasalahannya dapat diatasi dan
diselesaikan oleh sendiri, tanpa meminta bantuan pada
orang lain.
2. Tingkatan dan Karakteristik Kemandirian
Sebagai suatu dimensi psikologis yang kompleks,
kemandirian dalam perkembangannya memiliki tingkatan-
tingkatan. Perkembangan kemandirian seseorang juga
berlangsung secara bertahap sesuai dengan tingkatan
63 Jess Feist dan Gregory J. Feist., Teori Kepribadian, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010) Edisi 7., h. 250
64 Mohammad Ali dan Mohammad Asrosi., Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011) Cet. 7., h. 112
50
perkembangan kemandirian tersebut. Lovinger
mengemukakan tingkatan kemandirian sebagai berikut:65
1) Tingkat impulsif dan melindungi diri.
Manusia yang ada pada tingkatan ini, ia peduli
terhadap kontrol dan keuntungan yang dapat
diperoleh dari interaksinya dengan orang lain,
dapat mengikuti aturan secara oportunitik dan
hedonik, cenderung melihat kehidupan sebagai
zero-sum game, dan cenderung menyalahkan dan
mencela oranglain serta lingkungannya.
2) Tingkat konformistik.
Dalam tingkatan ini, manusia sudah peduli
terhadap penampilan diri dan penerimaan sosial,
cenderung berpikir stereotype dan klise, peduli
akan konformitas terhadap aturan eksternal,
bertindak dengan motif yang dangkal untuk
memperoleh pujian, menyamakan diri dalam
ekspresi emosi dan kurangnya introspeksi, ada
rasa takut tidak dapat diterima kelompok, tidak
sensitif terhadap keindividualan, dan merasa
berdosa jika melanggar aturan.
3) Tingkat sadar diri
65 Mohammad Ali dan Mohammad Asrosi., Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011) Cet. 7., h. 114-116
51
Pada tingkatan ini manusia sudah mampu berpikir
alternatif, melihat harapan dan berbagai
kemungkinan dalam situasi, peduli untuk
mengambil manfaat dari kesempatan yang ada,
menekan pada pentingnya pemecahan masalah,
sudah memikirkan cara hidup, dan sudah dapat
melakukan penyesuaian diri terhadap situasi dan
peranan.
4) Tingkat conscientious
Manusia yang ada pada tingkatan ini, dapat
bertindak atas dasar nilai-nilai internal, mampu
melihat diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku
tindakan, mampu melihat keragaman emosi, motif,
dan persepektif diri sendiri maupun orang lain,
sadar akan tanggung jawab, mampu melakukan
kritik dan penilaian diri, peduli akan hubungan
mutualistik, memiliki tujuan jangka panjang,
cenderung melihat peristiwa dalam konteks sosial,
dan berpikir lebih kompleks atas dasar pola
analisis.
5) Tingkat individualistis
Manusia yang ada pada tingkatan ini telah
mendapatkan peningkatan kesadaran
individualitas, memiliki kesadaran akan konflik
emosional antara kemandirian dengan
52
ketergantungan, ia menjadi lebih torelan terhadap
diri sendiri dan orang lain, mengenal eksistensi
perbedaan individual, mampu bersikap toleran
terhadap pertentangan dalam kehidupan,
membedakan kehidupan internal dengan
kehidupan luar dirinya, mengenal kompleksitas
diri, peduli akan perkembangan dan masalah-
masalah sosial.
6) Tingkatan mandiri
Manusia yang sudah ada pada tingkatan ini, ia
sudah memiliki pandangan hidup sebagai suatu
keseluruhan, cenderung bersikap realistik dan
objektif terhadap diri sendiri maupun orang lain,
peduli terhadap pemahaman abstrak seperti
keadilan sosial, mampu menginteraksikan nilai-
nilai yang bertentangan, toleran terhadap
ambiguitas, peduli akan pemenuhan diri (self-
fulfilment), ada keberanian untuk menyelesaikan
konflik internal, dapat responsif terhadap
kemandirian orang lain, serta mampu
mengekspresikan perasaan dengan penuh
keyakinan dan keceriaan.
Dengan menggunakan perspektif tingkatan-tingkatan
kemandirian di atas, dalam penggambaran interaksi dan
dinamika perkembangan kemadirian manusia menuju
53
tahapan integritas yag dilakukan oleh M.I. Soelaeman
dengan lima karakteristik inheren dan esensial yang saling
berinteraksi dalam kehidupan, yaitu:66
1) Kedirian
Kedirian ini menunjukkan pengukuhan bahwa
dirinya berbeda dari orang lain.
2) Komunikasi
Kedirian manusia itu tidak pernah berlangsung
dalam kesendirian, melainkan dalam
komunikasinya dengan lingkungan fisik,
lingkungan sosial, diri sendiri maupun Tuhan.
3) Keterarahan
Komunikasi manusia dengan berbagai pihak itu
menunjukan adanya keterarahan dalam diri
manusia yang menyatakan bahwa hidupnya
bertujuan.
4) Dinamika
Proses perwujudan dan pencapaian tujuan manusia
memerlukan adanya dinamika yang menyatakan
bahwa manusia memiliki pikiran, kemampuan, dan
kemauan sendiri untuk berbuat dan berkreasi, dan
tidak menjadi objek, yang tidak dipolakan atau
digerakan oleh orang lain.
66 Mohammad Ali dan Mohammad Asrosi., Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011) Cet. 7., h. 113-114
54
5) Sistem nilai
Keempat karakteristik di atas muncul secara
integrasi dalam keterpautannya dengan sistem nilai
sebagai elemen inti dari cara dan tujuan hidup.
Pembahasan kemandirian ditinjau dari berbagai
perspektif diatas mengantarkan pada suatu intisari bahwa
kemandirian merupakan suatu kekuatan internal individu
yang diperoleh melalui proses invidualisasi. Proses
individualisasi itu adalah proses realisasi kedirian dan
proses menuju kesempurnaan.67
3. Upaya Pengembangan Kemandirian dan
Implikasinya
Dengan asumsi bahwa kemandirian sebagai aspek
psikologis tidak berkembang dalam kevakuman atau
diturunkan, maka intervensi positif melalui ikhtiar
pengembangan sangat diperlukan bagi kelancaran
perkembangan kemandirian.68
Sejumlah investasi dapat dilakukan sebagai ikhtiar
pengembangan kemandirian, antara lain sebagai berikut:69
1) Penciptaan partisipasi dan keterlibatan secara
penuh.
67 Mohammad Ali dan Mohammad Asrosi., Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011) Cet. 7., h. 114
68 Mohammad Ali dan Mohammad Asrosi., Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011) Cet. 7., h. 119
69 Mohammad Ali dan Mohammad Asrosi., Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011) Cet. 7., h. 119-120
55
Hal ini dapat diwujudkan dalam bentuk saling
menghargai dan keterlibatan dalam memecahkan
masalah.
2) Penciptaan keterbukaan komunikasi.
Ini dapat diwujudkan dalam bentuk toleransi
terhadap perbedaan pendapat, memberi alasan
terhadap keputusan yang diambil, keterbukaan
terhadap minat dan bakat, serta mengembangkan
komitmen terhadap tugas.
3) Penciptaan kebebasan untuk mengeksplorasi
lingkungan.
Ini dapat diwujudkan dalam bentuk mendorong
rasa ingin tahu serta adanya jaminan rasa aman
dan kebebasan untuk mengekplorasi lingkungan.
4) Penerimaan secara positif tanpa syarat/tanpa
pamrih.
Ini dapat di wujudkan dalam bentuk menerima
apapun kelebihan maupun kekurangan yang ada,
tidak membeda-bedakan, menghargai potensi
dalam bentuk kegiatan produktif apapun meskipun
sebenarnya hasilnya kurang memuaskan.
5) Penciptaan komunikasi yang empatik
Ini dapat diwujudkan dalam bentuk memahami
dan menghayati pikiran dan perasaan orang lain,
melihat berbagai persoalan dengan menggunakan
56
perspektif atau sudut pandang, dan tidak mudah
mencela karya orang lain.
6) Penciptaan kehangatan interaksi dengan sesama
Ini dapat diwujudkan dalam bentuk interaksi
secara akrab tetapi tetap saling menghargai,
menambah frekuensi interaksi dan tidak bersikap
dingin serta dapat membangun suasana humor dan
komunikasi ringan dengan orang lain.
Proses perkembangan manusia harus dipandang
sebagai proses interaksional dinamis. Interaksional
mengandung makna bahwa kemandirian berkembang
melalui proses keragaman manusia dalam kesamaan dan
kebersamaan, bukan dalam kevakuman.70
Dalam proses ini, sedikit demi sedikit individu
berupaya melepaskan diri dari otoritas dan menuju
hubungan mutualistik, mengembangkan kemampuan
instrumental agar mampu memenuhi sendiri kegiatan
hidupnya.71
C. Ekonomi
1. Pengertian Ekonomi
Ekonomi adalah pengetahuan tentang peristiwa dan
persoalan yang berkaitan dengan upaya manusia secara
70 Mohammad Ali dan Mohammad Asrosi., Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011) Cet. 7., h. 111
71 Mohammad Ali dan Mohammad Asrosi., Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011) Cet. 7., h. 113
57
perseorangan (pribadi), kelompok (keluarga, suku bangsa,
organisasi) dalam memenuhi keutuhan yang tidak terbatas
yang dihadapkan pada sumber yang terbatas.72
Definisi ekonomi menurut pandangan para ahli di
negara-negara barat adalah membahas pembatasan
problema ekonomi. Adapun definisi ekonomi menurut
para ahli sebagai berikut:73
1) Menurut Adam Smith, ekonomi adalah
“kekayaan” atau sarana-sarana kekayaan suatu
bangsa dalam memutuskan perhatian secara
khusus terhadap sebab sebab material dari
kemakmuran, seperti hasil pertanian dan
sebagainya.
2) Menurut Marshall bahwa ekonomi adalah ilmu
yang mempelajari usaha-usaha individu dalam
ikatan pekerjaan dalam kehidupannya sehari-
hari.
3) Reunez berpendapat bahwa ekonomi adalah
ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia
dalam menghadapi kebutuhan-kebutuhannya
dengan sarana-sarananya yang terbatas yang
mempunyai berbagai macam fungsi.
72 Ahmad Muhammad Al- ‘Assal, Fathi Ahmad Abdul Karim, Sistem Prinsip dan Tujuan Ekonomi Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), h. 9
73 Ahmad Muhammad Al- ‘Assal, Fathi Ahmad Abdul Karim, Sistem Prinsip dan Tujuan Ekonomi Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), h. 9-11
58
Sedangkan definisi ekonomi dalam pandangan Islam
ialah sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang
disimpulkan dari Al-qur’an dan As-sunah dan merupakan
bangunan perekonomian yang didirikan atas landasan
dasar-dasar tersebut sesuai dengan lingkungan dan
masanya.74 Allah SWT berfirman:
Artinya: “Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya
Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa
yang di langit dan apa yang ada di bumi dan
menyempurnakan untuk mu nikmat-Nya lahir dan batin.75
Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan ekonomi
ialah suatu fenomena dalam memutuskan sebab-sebab
material terhadap tingkah laku manusia dalam ikatan
ketenagakerjaan untuk melengkapi kehidupannya sehari-
hari.
Karena ilmu ekonomi dijadikan sebagai referensi
utama. Fakta dan alasannya merupakan faktor penunjang
untuk mendukung kebenaran dalam hidup. Jika terjadi
konflik, maka ada sumber penyebabnya yaitu keterbatasan
dalam pengamatan terhadap fenomena alam. Pengetahuan
74 Ahmad Muhammad Al- ‘Assal, Fathi Ahmad Abdul Karim, Sistem Prinsip dan Tujuan Ekonomi Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), h. 17
75 Al-qur’an surat ke 31 Luqman, ayat 20
59
ini selanjutnya menjadi determinan utama tindakan dan
perilaku manusia dalam mengambil keptusan ekonomi.76
2. Prinsip-Prinsip Ekonomi
Pengertian prinsip ekonomi secara adalah suatu
pedoman untuk melakukan tindakan ekonomi yang
didalamnya terkandung asas dengan pengorbanan tertentu
yang diperoleh dengan hasil tertentu yang dilakukan
secara maksimal.77
Jenis-jenis prinsip ekonomi dibagi menjadi tiga
kegiatan yang berkaiatan dengan tugasnya dalam
ekonomi, yaitu:78
1) Prinsip ekonomi dalam kegiatan produksi, adalah
dasar dalam menghasilkan barang dan jasa
sebanyak-banyaknya dengan biaya produksi dan
pengorbanan tertentu. Contohnya:
(a) Membuka tempat usaha dekat dengan
lokasi bahan baku, tenaga kerja, atau
daerah pemasaran.
76 Muhammad Nadratuzzaman Hosen, H. Maulana Hasanudin, AM Hasan Ali, Dasar-Dasar Ekonomi Islam, (Jakarta: Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah, 2008)., Cet ke- 1., h. 6-7
77 Dikutip dalam artikel Zakky, Prinsip Ekonomi: Pengertian, Tujuan, Ciri-ciri, dan Contoh Penerapan., di akses pada tanggal 10 Agustus 2019, pukul 02:08 WIB. Yang di Update pada 17 April 2018. www.zonarefensi.com
78 Dikutip dalam artikel Zakky, Prinsip Ekonomi: Pengertian, Tujuan, Ciri-ciri, dan Contoh Penerapan., di akses pada tanggal 10 Agustus 2019, pukul 02:28 WIB. Yang di Update pada 17 April 2018. www.zonarefensi.com
60
(b) Menentukan harga jual yang
menguntungkan.
(c) Menentukan barang dan jasa yang nantinya
akan dihasilkan.
(d) Prinsip ekonomi dalam kegiatan distribusi,
adalah sistem dan kegiatan penyaluran
barang dan jasa dari produsen ke
konsumen. Contohnya:
(1) Meningkatkan kualitas pelayanan ke
konsumen
(2) Menyalurkan barang ke konsumen
yang tepat waktu
(3) Memakai sarana distribusi yang dengan
harga relatif murah
(e) Prinsip ekonomi dalam kegiatan konsumsi,
adalah upaya dalam memperoleh kepuasan
sebesar-besarnya dari suatu barang atau
jasa dengan pengorbanan dan penggunaan
anggaran tertentu. Contohnya:
(1) Memilih barang yang awet dan tahan
lama
(2) Membuat daftar barang yang
dibutuhkan sesuai dengan keperluan
61
(3) Mengendalikan pengeluaran dengan
memperhatikan pendapatan kita sesuai
kemampuan.
Prinsip ekonomi ini memiliki tujuan agar mendapatkan
keuntungan yang semaksimal mungkin, memperkecil
adanya kerugian akibat dari kesalahan-kesalahan tertentu,
mencegah terjadinya konsumsi yang boros, dan
mempergunakan kemampuan serta modal yang dimiliki.
Berikut ini merupakan ciri-ciri orang yang menerapkan
prinsip dalam ekonominya:79
1) Bertindak rasional, artinya seseorang yang
melakukan kegiatan atau tindakan selalu
dengan akal yang sehat bukan berdasarkan dari
emosi dan hawa nafsu.
2) Bertindak ekonomis, artinya seseorang
melakukan kegiatan ekonomi dengan segala
perhitungan yang cermat dan perencanaan
yang matang.
3) Bertindak yang hemat, artinya seseorang
melakukan kegiatan ekonomi dapat
menghindari pemborosan dengan membeli
kebutuhan sesuai dengan yang dibutuhkan.
79 Dikutip dalam artikel Zakky, Prinsip Ekonomi: Pengertian, Tujuan, Ciri-ciri, dan Contoh Penerapan., di akses pada tanggal 10 Agustus 2019, pukul 02:41 WIB. Yang di Update pada 17 April 2018. www.zonarefensi.com
62
4) Membuat skala proritas, artinya seseorang
memenuhi kebutuhan menurut tingkat
kepentingannya dari yang mendesak sampai
dapat yang ditunda-tunda.
5) Bertindak dengan memakai prinsip cost and
benefit, artinya seseorang dalam melakukan
kegiatan selalu memperhitungkan biaya yang
dikeluarkan dan manfaat yang diterima dari
kegiatan yang dilakukannya.
Dalam hal ini, adapun prinsip ekonomi dalam islam
merupakan kumpulan norma atau nilai ekonomis yang
jelas dan praktis. Ekonomi islam mempunyai tujuan
memberikan keselarasan bagi kehidupan di dunia. Oleh
karena itu, prinsip-prinsip ekonomi islam harus
berlandaskan pada tujuan. Hal ini berlaku bagi semua
kehidupan di muka bumi, tidak hanya muslim, tetapi
seluruh makhluk hidup.80
Prinsip-prinsip tersebut adalah:81
1) Manusia merupakan khalifah di muka bumi
Allah SWT berfirman:
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada
para malaikat, ‘Aku hendak menjadikan khalifah di
80 Amir Machmud., Ekonomi Islam: Untuk Dunia Lebih Baik, (Jakarta: Salemba Empat, 2017), h. 26
81 Amir Machmud., Ekonomi Islam: Untuk Dunia Lebih Baik, (Jakarta: Salemba Empat, 2017), h. 26-29
63
bumi. ‘Mereka berkata, ‘apakah Engkau hendak
menjadikan orang yang merusak dan
menumpahkan darah di sana, sedangkan kami
bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?’
Dia berfirman, ‘Sungguh, Aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui”.82
2) Kerja
Menurut ajaran islam, kerja merupakan suatu
tuntutan kewajiban yang menyeluruh bagi setiap
orang yang mampu bekerja untuk mencapai
kebahagiaan individu dan juga masyarakat, tanpa
melihat atau membeda-bedakan derajat, suku, dan
warna kulit. Dalam islam kerja tidak hanya
ditujukan bagi golongan hamba sahaya, tetapi
fardhu untuk semua manusia. Dalam ayat ini Allah
swt berfirman:
Dan katakanlah, ‘Bekerjalah kamu, maka Allah
akan melihat pekerjaanmu, begitu juga RasulNya
dan orang-orang mukmin, dan kamu akan di
kembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang
gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada
kamu yang telah kamu kerjakan.83
82 Dalam Al-Qu’an Surat ke 2 Al-baraqarah, ayat 30 83 Dalam Al-Qur’an surat ke 9 At-Taubah, ayat 105
64
3) Kompensasi
Salah satu konsekuensi logis dari bekerja adalah
mendapatkan kompensasi dari hasil pekerjaan.
Kompensasi ini dapat berupa dimensi non-material,
seperti kepuasan batin, kebahagiaan, networking,
dan sebagainya yang menjadi ranah batiniah (tak
mampu di ukur dan tak kasatmata) serta tak kalah
pentingnya dimensi material finansial, seperti gaji,
banus, keuntungan, insentif, pendapatan, tunjangan,
dividen, dan sebagainya. Dalam islam, hubungan
antara kinerja dan upah sudah dijelaskan dalam Al-
qur’an.
Dia (Syeikh Madya) berkata, ‘Sesungguhnya, aku
bermaksud ingin menikahkan enhkau dengan salah
seorang dari kedua anaka perempuan ku ini,
dengan ketentuan bahwa engkau bekerja padaku
selama delapan tahun dan jika engkau
sempurnakan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu
kebaikan) dari mu, dan aku tidak bermaksud
memberatkan engkau. InsyaAllah engkau akan
mendapatiku termasuk orang yang baik.84
4) Efesisensi
Efisien adalah suatu sistem usaha kerja tertentu
untuk mencapai hasil maksimal. Sedangkan
84 Dalam Al-Qur’an surat ke 28 Al-Qasas, ayat 27
65
efesiensi menurut syariat islam adalah efesiensi
untuk seluruh aspek hidup manusia baik di dunia
maupun akhirat, yang tidak sekedar ditempuh
dengan sistem usaha dan kerja efisien saja, tetapi
memerlukan bimbingan dan pengarahan sehingga
hidup menjadi efesien. Untuk hidup efisien, jalan
satu-satunya adalah manusia harus mengikuti jalan
lurus yang telah diberikan Allah SWT., yaitu
berupa syariat islam. Syariat inilah yang akan
mendidik manusia dalam mencapai efesiensi
hidupnya.
5) Profesionalisme
Dalam islam, setiap pekerjaan harus dilaksanakan
secara profesioanl atau dilakukan secara benar.
Rasulullah SAW. Pernah bersabda: “Bila suatu
urusan dikerjakan oleh orang yang tidak ahli,
maka tunggulah kehancuran.” (Al-Hadis)
6) Pemerataan kesempatan
Dalam sistem ekonomi islam dikenal adanya ZIS
(zakat, infaq, dan sedekah) sebagai instrumen bagi
pemerataan pendapat. Islam juga mengikutsertakan
negara dalam tanggungjawab mendapatkan zakat,
infaq, dan sedekah serta mendistribusikannya.
Kewajiban zakat yang dibebankan kepada umat
muslim yang mampu (kaya) bertujuan untuk
66
membersihkan dan menyucikan mereka dari sifat
kikir dan kecintaan berlebihan terhadap harta. Perlu
diingat bahwa dalam harta setiap muslim masih
terdapat hak orang lain di dalamnnya. Oleh karena
itu, zakat menjadi salah satu karakteristik ekonomi
islam mengenai harta yang tidak terdapat dalam
perekonomian lain.
7) Kebebasan
Kebebasan dalam islam dibatasi. Individu-individu
dalam perekonomian islam diberikan kebebasan
untuk beraktivitas, baik secara perorangan maupun
kolektif, untuk mencapai tujuan. Namun,
kebebasan tersebut tidak boleh melanggar aturan-
aturan yang telah digariskan Allah SWT dalam al-
qur’an dan hadis. Dengan demikian kebebasan
tersebut sifatnya tidak mutlak.
8) Persaingan
Islam menolak praktik monopoli. Allah SWT
berfirman:
Harta rampasan fai’ yang diberikan Allah kepada
RasulNya (yang berasal) dari penduduk beberapa
negeri adalah untuk Allah, Rasul, kerabat (rasul),
anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan untk
orang-orang yang dalam perjalanan, agar harta itu
jangan hanya beredar diantara orang-orang kaya
67
saja di antara kamu. Apa yang diberikan rasul
kepada mu maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan
bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat
keras hukuman-Nya.85
9) Solidaritas
Para ahli menyatakan bahwa islam adalah agama
yang memiliki unsur keagamaan (memetingkan
segi akhirat) dan sekularitas (segi dunia). Jadi,
islam tidak memisahkan antara kahidupan dunia
dan akhirat.
3. Tujuan Ekonomi
Secara umum, mempelajari ekonomi memiliki banyak
manfaat dan fungsi yang beragam. Orang-orang
mempelajari ekonomi dengan tujuan yang bervariasi, ada
yang bertujuan untuk mengembangkan bisnisnya, ada
pula yang ingin mengetahui cara kerja perekonomian, dan
ada juga yang ingin mempelajari trekait isu-isu ekonomi
baik dalam tingkat nasional maupun global.
Menurut para ahli, ada beberapa tujuan dalam
mempelajari ekonomi, yaitu:86
85 Dalam Al-Qur’an surat ke 59 Al-Hasyr, ayat 7 86 Dikutip dalam artikel Zakky, Tujuan Mempelajari Ilmu Ekonomi
Secara Umum, di akses pada tanggal 07 Juli 2019, pukul 14:17 WIB. Yang di Update pada 15 Februari 2018. www.zonareferensi.com
68
1) Mengenal kebutuhan hidup manusia, karena
ekonomi merupakan ilmu penting karena
berkaitan dengan kebutuhan hidup manusia
sehari-hari. Salah satu tujuan ilmu ekonomi
adalah mempelajari berbagai alat, sarana dan
prasarana yang dapat digunakan untuk
memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia.
2) Mempelajari cara pemenuhan kebutuhan,
sebagaimana ilmu ekonomi juga berguna
untuk mengetahui cara pemenuhan kebutuhan
hidup manusia. Ekonomi dapat berfungsi
untuk mempelajari cara-cara untuk memenuhi
kebutuhan manusia yang beraneka ragam, baik
untuk sekarang maupun untuk masa yang akan
datang dalam segala kondisi.
3) Memahami hubungan peristiwa perekonomian,
karena kondisi ekonomi di berbagai daerah
sangat beragam dsn bervariasi. Ilmu ekonomi
pun dipelajari untuk mencari tahu pengertian
mengenai hubungan yang terjadi di antara
segala peristiwa yang terjadi dalam kondisi
perekonomian.
4) Melatih pengembangan kretifitas, untuk
mendapatkan uang manusia harus bekerja.
Untuk bekerja tentu dibutuhkan kreatifitas
69
tinggi untuk membuka usaha dan bisnis yang
sukses. Ilmu ekonomi mempelajari hal-hal
yang berkaitan dengan pengembangan
kreatifitas agar usaha yang dibuka lebih
menjanjikan.
5) Memahami dasar perilaku ekonomi, kegiatan
perekonomian dapat kita perhatikan disekitar
kita, mulai dari kegiatan jual beli di pasar
ataupun aktivitas di bank. Hal ini bisa di
pelajari di ilmu ekonomi, dimana kita bisa
membantu memahami wujud perilaku ekonomi
dalam dunia nyata.
6) Mempelajari kebijakan ekonomi, kebijakan
ekonomi dibuat berdasarkan faktor-faktor yang
bervariasi yang berkaitan dengan kegiatan
perekonomian. Hal ini sesuai dengan tujuan
ilmu ekonomi yaitu untuk memberikan
pemahaman atas potensi dan keterbatasan
kebijakan ekonomi.
7) Melatih manajemen waktu dan keuangan, yaitu
untuk melatih dan mengembangkan
manajemen dalam berbisnis, mulai dari uang,
waktu dan lainnya agar kerja menjadi lebih
efisien.
70
Tujuan ekonomi dalam perspektif islam merupakan
ekonomi yang segala aktivitasnya selalu bersumber pada
Al-qur’an, sunah, ijmak dan maslahat.87 Adapun tujuan
ekonomi islam sebagai berikut:
1) Mencari kesenangan akhirat yang di ridhoi Allah
SWT, dengan segala kapital yang diberikan Allah
SWT kepada kita. Maksudnya untuk
memperingatkan manusia bahwa terelah hidupnya
yang sekarang, masih ada hidup yang kekal abadi.
Disanalah, adanya hukuman yang berlaku, yaitu
tiap-tiap orang harus mempertanggungjwabkan
segala perbuatan selama hidupnya di dunia di
hadapan Allah SWT.88 Sebagaimana firman-Nya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah
kamu mengharamkan apa yang baik dan telah
dihalalkan Allah kepadamu, dan janganlah kamu
melampaui batas, sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan
makanlah dari apa yang telah diberikan oleh Allah
kepadamu sebagai rezeki yang halal dan baik dan
bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman
kepada-Nya.”89
87 Amir Machmud., Ekonomi Islam: Untuk Dunia Lebih Baik, (Jakarta: Salemba Empat, 2017), h. 20
88 KH. Abdullah Zakiy Al-Kaaf, Ekonomi Dalam Perspektif Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2002), h. 104
89 Dalam Al-Quran surat ke 5 Al-Maidah, ayat 87-88
71
2) Janganlah melalaikan perjuangan Nasib di dunia,
yaitu mencari rezeki dan hak milik. Maksud dari
tujuan ini ialah memperjuangkan nasib. Jangan
melalaikan nasib dalam hidup di dunia ini,
melainkan harus berjuang dilapangan
perekonomian dengan berbagai jalan yang terbuka
baginya. Banyak jalan yang bisa ditempuh dan
banyak usaha yang bisa dikerjakan untuk menolong
nasib sendiri dalam perebutan ekonomi itu.90
Sebagaimana Allah SWT berfirman:
“Dan katakanlah; bekerjalah kamu, maka Allah
akan melihat pekerjaanmu, begitujuga Rasul-Nya
dan orang-orang mukmin, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui
yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya
kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”91
3) Berbuat baik kepada masyarakat, sebagaimana
Allah SWT memberikan kepada kita yang terbaik
dan tak terkira. Sebagai tujuan yang ketiga ialah
berbuat kebajikan kepada seluruh masyarakat, atau
masing-masing anggota masyarakat khususnya.
Sebagai orang yang beriman kepada Tuhan yang
Maha Pemurah, umat islam harus senantiasa
90 KH. Abdullah Zakiy Al-Kaaf, Ekonomi Dalam Perspektif Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2002), h. 106
91 Dalam Al-Quran surat ke 9 At-Taubah, ayat 105
72
berpedoman kepada sifat kebajikan yang tidak
terhingga dari Tuhan kepada makhluk-Nya.92 Allah
SWT berfirman:
“Dan (ingatlah) ketika kami mengambil janji dari
Bani Israil; janganlah kamu menyembah selain
Allah dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua,
kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin.
Dan bertutur katalah yang baik kepada manusia,
laksnakanlah sholat dan tunaikanlah zakat., tetapi
kemudian kamu berpaling (mengingkari) kecuali
sebagian kecil dari kamu dan kamu (masih
menjadi) pembangkang.”93
D. Kemandirian Ekonomi
Secara umum dapat disimpulkan bahwa kemandirian
ekonomi merupakan suatu upaya manusia yang diberikan
kebebasan untuk berinisiatif dalam mengatasi fenomena
kehidupan sehari-hari terhadap sebab-sebab material
dengan cara bekerja keras, tidak adanya ketergantungan
pada orang lain dalam ikatan ketenagakerjaan, percaya
diri terhadap kemampuan atau potensi yang dimilki dan
dapat bertanggungjawab atas apa yang dilakukan
mengenai perilaku manusia dalam menghadapi persoalan
92 KH. Abdullah Zakiy Al-Kaaf, Ekonomi Dalam Perspektif Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2002), h. 107
93 Dalam Al-Quran surat ke 2 Al-Baqarah, ayat 83
73
kebutuhan-kebutuhannya dengan sarana-sarananya yang
berbeda-beda fungsinya.
Membangun kemandirian ekonomi adalah suatu
harapan/keinginan dari setiap negara agar pada kondisi
saling ketergantungan dalam ekonomi terbuka (antar
negara) dapat meminimalkan resiko ketidaksetabilan pada
ekonomi dalam negerinya, dan membangun posisi menuju
kesetaraan.94
Kemandirian ekonomi begitu penting bagi sekelompok
individu, agar lebih bebas dalam menentukan arah dan
masa depannya sendiri, dan kemandirian ekonomi tidak
lagi menjadi mitos dalam mewujudkan usaha-usaha yang
menjadi sebuah kebijakan untuk mendorong industri lokal
menjadi tuan rumah di negeri ini.
Karna selain itu, kemandirian ekonomi ini juga dapat
dilakukan untuk mengubah sumber pendapatan dalam
negeri, adapun pemanfaatnya sebagai berikut:95
1) Mengurangi ketergantungan ekonomi dalam
negeri hingga pada tingkat menuju titik nol
94 Effendi M. Guntur, Kube Sebagai Suatu Paradigma Alternatif Dalam Membangun Soko Guru Pemberdayaan Ekonomi Rakyat; Transfortasi Perekonomian Rakyat Menuju Kemandirian Dan Berkeadilan, (Jakarta: CV Sagung Seto, 2009) h. 126
95 Effendi M. Guntur, Kube Sebagai Suatu Paradigma Alternatif Dalam Membangun Soko Guru Pemberdayaan Ekonomi Rakyat; Transfortasi Perekonomian Rakyat Menuju Kemandirian Dan Berkeadilan, (Jakarta: CV Sagung Seto, 2009) h. 126
74
2) Akibat salah satu faktor penyebab
ketidakstabilan ekonomi ditiadakan, maka
tingkat fluktuasi harga menjadi rendah hanya
sebagai akibat dan faktor dalam negeri
3) Penciptaan lapangan kerja baru dan
menstabilkan mata uang dalam ekonomi
terbuka
4) Neraca perdagangan menjadi kurang berarti
jika ekspor turut berkurang, sebaliknya jika
ekspor tetap bahkan meningkat maka neraca
perdagangan berangsur menjadi positif
5) Neraca pembayaran semakin baik karena
berkurangnya tekanan negatif dan neraca
perdagangan
Untuk membangun kemandirian ekonomi dibutuhkan
adanya perencanaan ekonomi, yaitu:
Untuk menentukan jenis barang dan jasa yang perlu
diproduksi sendiri di dalam negeri
1) Menjawab pertanyaan untuk siapa barang
diproduksi?
2) Berapa banyak barang yang akan diproduksi
3) Menentukan cara memproduksi dan tingkat
efisiensi
4) Memikirkan dampak negatif yang akan timbul
dalam jangka panjang
75
5) Menjaga keajengan produksi dan fluktuasi
harga
6) Seberapa besar ketegantungan ekonomi dalam
negeri terhadap impor pada sektor riil dan
dapat mengurangi ketergantungan tersebut
7) Seberapa besar ketergantungan ekonomi
moneter dan industri keuangan regional
Adapun faktor-faktor penyebab kegagalan dalam
membangun kemandirian ekonomi, sebagai berikut:96
1) Pemerintah tidak berani menghadapi
inimidasi/tekanan-tekanan pasar bebas dan
negara-negara maju dalam putaran Doha
2) Mengatur dan mendorong tujuan kemandirian
ekonomi membutuhkan kesabaran, ketekunan,
dan konsistrnsi termasuk pemodalan.
Kemandirian dalam bidang ekonomi juga begitu
penting bagi seorang muslim bahkan mu’alaf sekalipun,
karena seorang mu’alaf tidak hanya berpindah keyakinan
secara akidah bahkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari pun harus sesuai dengan ketentuan agama Islam.
Menurut Qadrawi dalam Malamih Al-Mujtama’ Al-
Muslim, ia mengatakan bahwa setiap muslim yang sudah
96 Effendi M. Guntur, Kube Sebagai Suatu Paradigma Alternatif Dalam Membangun Soko Guru Pemberdayaan Ekonomi Rakyat; Transfortasi Perekonomian Rakyat Menuju Kemandirian Dan Berkeadilan, (Jakarta: CV Sagung Seto, 2009) h. 126
76
mandiri dalam ekonomi, maka akan memiliki Izzah
(kemuliaan). Sebagaimana pesan Nabi Muhammad SAW
kepada Sa’ad bin Abi Waqqash RA,. “Seandainya engkau
tinggalkan keturunanmu berkecukupan (mandiri
ekonomi), maka lebih baik dari pada kekurangan dan
bergantung pada orang lain.” (HR. Bukhari).97
E. Muallaf
1. Pengertian Muallaf
Ada beberapa berpendapat mengenai muallaf dari
berbagai sumber, sebagai berikut: Dalam Eksikopedia
Dasar Islam, muallaf adalah seseorang yang semula kafir
dan baru memeluk agama islam.98 Dalam Ensiklopedia
Hukum Islam, muallaf adalah orang yang hatinya di
teguhkan/dijinakkan agar cenderung kepada Islam.99
Dalam Ensiklopedia Islam Indonesia dipaparkan bahwa
muallaf yaitu orang-orang yang sedang dijinakkan atau
dibujuk hati mereka.100 Dalam fikih sunnah juga
disebutkan bahwa muallaf adalah orang yang diusahakan,
dirangkul dan ditarik, serta diteguhkan hatinya dalam
97 Ahmad Dzalaludin, Pentingnya Kemandirian Ekonomi Setiap Umat, diupdate pada 06 Desember 2016, diakses pada 04 September 2019, pukul 14:12 WIB, https://www.Tazkiyatuna.com/
98 Achmad Roestadi, Ensiklopedia Dasar Islam, (Jakarta: PT. Pradaya Paramita, 1993), h.173
99 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam, (Jakarta: PT. Pradaya Paramita, 1993), h.173
100 Harun Nasution dkk, Ensiklopedia Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1992) h.130
77
keislaman disebabkan belum mantapnya keimanan
mereka.101
Secara umum kata “muallaf” orang yang baru masuk
islam dan masih lemah imannya. Muallaf artinya orang
yang pengetahuan Islamnya masih kurang, sebab ia baru
masuk Islam. Ia menjalani perubahan keyakinan yang hal
itu berpengaruh pada kurangnya pengetahuan agama
Islam.102
Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa
muallaf adalah seseorang yang baru masuk atau memeluk
agama Islam yang hatinya dijinakkan atau dibujuk untuk
menjalani perubahan keyakinan sebab kurangnya
pengetahuan agama islam dan belum memahami tentang
Islam.
Keyakinan bahwa manusia memiliki fitrah beragama
atau keyakinan kepada Tuhan, merujuk pada firman Allah
SWT, sebagai berikut:
یتھم واشھدھم مواذاخذربك من بني اادم من ظھورھم ذر
قالوابالى شھدنا ان قلىالست بربكم ج عالى انفسھم
)172( التقولوایوم القیامة اناكنا عن ھاذاغافلین
101 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, alih bahasa oleh Mahyuddin Syarif, (Bandung: Al-Ma’arif, 1996), h. 96
102 Harun Nasution (Eds), Ensiklopedia Islam di indonesia, Jilid 2 (Jakarta: Depag, 1993), h.744
78
Artinya: “Dan ingatlah ketika Tuhan mu
mengeluarkan keturunan (anak-anak adam) dari sulbi
mereka, dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman), Bukankah aku ini Tuhan mu?
Mereka menjawab “Betul, (Engkau Tuhan kami), kami
yang menjadi saksi”. (kami lakukan yang demikian itu)
agar dihari kiamat, kamu tidak mengatakan
“sesungguhnya kamu (bani adam) adalah orang-orang
yang lengah terhadap (keesaan Tuhan).” (QS. Al-A’raf
[7]: 172).
Pada ayat diatas Allah menjelaskan kepada umat
manusia mengenai keesaan-Nya melalui bukti-bukti yang
terdapat di alam raya, setelah sebelumnya dijelaskan
melalui perantara para rasul dan kitab-kitab suci-Nya.
Allah berfirman, “Ingatlah manusia, wahai Nabi, saat
Tuhan mu mengeluarkan dari sulbi-sulbi anak-anak
Adam, keturunannya yang melahirkan generasi-generasi
selanjutnya. Kemudian Dia memberi mereka bukti-bukti
ketuhanan melalui alam raya ciptaan-Nya, sehingga
dengan adanya bukti-bukti itu secara fitrah akal dan hati
nurani mereka mengetahui dan mengakui
kemahaesaannya Tuhan. Karena begitu banyak dan
jelasnya bukti-bukti keesaan Tuhan di alam raya ini,
seakan-akan mereka dihadapi oleh satu pertanyaan yang
tak dapat dibantah, ‘bukahkan Aku Tuhan kalian?’ mereka
79
menjawab ‘Betul, Engkau adalah Tuhan yang diri kami
sendiri mempersaksikan-Mu. ‘Dengan demikian,
pengetahuan mereka akan bukti-bukti tersebut menjadi
suatu bentuk penegasan dan, dalam waktu yang sama,
pengakuan akan kemahaesaan Tuhan. Hal itu kami
lakukan agar di hari kiamat nanti mereka tak lagi
beralasan dengan mengatakan, sesungguhnya kami tidak
tahu apa-apa mengenai keesaan Tuhan ini.103
2. Kedudukan Muallaf Dalam Islam
Berdasarkan pengertian muallaf yang telah dijelaskan
muallaf adalah seseorang yang baru masuk atau memeluk
agama Islam yang hatinya dijinakkan atau dibujuk untuk
menjalani perubahan keyakinan sebab kurangnya
pengetahuan agama islam dan belum memahami tentang
Islam.
Menurut Buya Hamka muallaf adalah orang yang
dijinakkan hatinya dan diteguhkan hatinya agar mantap
dalam keislamannya dan kedudukannya disamakan
tingginya dengan orang Islam lainnya.104 Pada masa Nabi
Muhammad Saw, para muallaf tersebut diposisikan
sebagai penerima zakat untuk menjamin kelestarian
mereka kepada Islam dengan terus memberikan
pembinaan dan pengajaran tentang agama Islam. Salah
103 Tafsir Quraish Shihab, https://www.tafsir.com 104 Yunus Yahya, Muslim Thionghoa Kumpulan Karangan, (Jakarta:
Yayasan Abu Karim Oei Tjeng Hien, 1985) h.75
80
satu alasan Nabi Saw memberikan zakat kepada muallaf
mereka adalah menyatukan hati mereka pada Islam. Oleh
karena itu mereka dinamakan “Al-Muallafah
Qulubuhum”. Pada masa pemerintahan Abu Bakar, para
muallaf tersebut masih menerima zakat seperti yan
dicontohkan Nabi Saw.105
Namun tidak demikian pada masa khalifah Umar bin
Khatab, beliau memperlakukan ketetapan penghapusan
bagian untuk para muallaf karena umat Islam telah kokoh
dan kuat. Para muallaf tersebut juga telah
menyalahgunakan pemberian zakat dengan enggan
melakukan syari’at dan menggantungkan kebutuhan hidup
dengan zakat sehingga mereka enggan berusaha.106
Pada masa pemerintahan Umar bin Khatab, ada dua
orang muallaf dengan menemui Umar yaitu Uyainah bin
Hisa dan ‘Aqra bin Haris meminta hak mereka dengan
menunjukkan surat yang telah direkomendasikan oleh
khalifah Abu Bakar pada masa pemerintahannya. Tetapi
Umar menolak surat itu dengan mengatakan: “Allah
sudah memperkuat Islam dan tidak memerlakukan kalian.
Kalian tetap dalam Islam atau hanya pedang yang ada”.
Ini adalah suatu Ijtihad umar dalam menerapkan suatu
105 Syarif Hade Masyah, Hikmah di Balik Hukum Islam, (jakarta: Mustaqim, 2002) h.306-307
106 Haidar Barong, Umar bin Khatab dalam Perbincangan, (Jakarta: Yayasan Cipta Persada Indonesia, 2000) h.294
81
Nas Al-Qur’an yaitu surat At-Taubah ayat 60 yang
menunjukan pembagian pada muallaf. Allah Swt
Berfirman:
Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah
untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-
pengurus zakat, para muallaf, yang dibujuk hatinya untuk
memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang,
untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketepatan yang diwajibkan
Allah swt, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana”.
Umar melihat pada berlakunya tergantung pada
keadaan, kepada siapa harus diberlakukan. Jika keperluan
itu sudah tidak ada lagi, ketentuan itu pun tidak berlaku,
inilah jiwa Nas tadi.107
107 Haidar Barong, Umar bin Khatab dalam Perbincangan, (Jakarta: Yayasan Cipta Persada Indonesia, 2000) h.295
82
BAB III
GAMBARAN UMUM PENELITIAN
A. Sejarah Suku Baduy (Luar)
Suku Baduy adalah suku budaya yang berada di wilayah
provinsi Banten, tepatnya di Kabupaten Lebak. Nama Baduy
berawal dari sebutan yang diberikan oleh para peneliti
Belanda yang mempersamakan masyarakat yang hidup
nomaden dengan hidup kelompok masyarakat Arab
“Badawi”.108
Menurut definisi yang diberikan oleh beberapa dongeng
dan cerita rakyat di Banten, Baduy datang dari nama sebuah
tempat yang dijadikan tempat hunian. Sendang yang bernama
Cibaduy, tapi ternyata nama Sendang Cibaduy lahir setelah
masyarakat mengasingkan diri itu membuka kampung. Ada
pendapat lain yang mengatakan, kalau Baduy berasal dari
kata “Budha” yang berubah menjadi “Baduy”. Ada juga yang
mengatakan dari kata “Baduyut”, karena kampung yang
dijadikan tempat huniannya banyak tumbuh pohon baduyut,
sejenis beringin. Yang jelas kata Baduy lahir setelah
masyarakat yang mengasingkan diri itu membangun
perkampungan yang sampai sekarang dikenal dengan
panggilan orang-orang Baduy. Menurut arti sebenarnya kata
Baduy datang dari bahasa Arab “Badui” yang berasal dari
kata “Badu” atau “Badaw” yang artinya lautan pasir. Dan
108 Artikel Roma Decade “Suku Baduy” di update tanggal 06 Desember 2019 pukul 18:31 WIB, https://www.romadecade.org/
83
masih banyak lagi pengertian tentang “Baduy”. Namun,
pernyataan bahwa “Baduy” berasal dari bahasa arab “
Badaw” atau “Badau”lah yang paling banyak dikemukakan
oleh beberapa ahli dan penulis.109
Menurut kepercayaan yang dianut Suku Baduy, mereka
adalah keturunan Bhatara Cikal, salah satu dari tujuh dewa
yang diutus turun ke bumu untuk menjaga harmoni dunia.
Mereka percaya bahwa tanah kediaman mereka yang mereka
sebut sebagai Pancer Bumi adalah pusat dunia, tempat
manusia pertama kali diturunkan ke bumi. Diduga pada
jaman dulu keberadaan suku Baduy yang seperti
mengasingkan diri dari pertumbuhan masyarakat karena
mereka adalah anggota kelompok masyarakat Kerajaan
Padjadjaran yang menyelamatkan diri, maka identitas dan jati
diri mereka sengaja ditutupi yang mungkin bertujuan untuk
melindungi komunitas Baduy dari musuh-musuh
Padjajaran.110
Menurut Saleh Danasasmita dan Anis Djati Sunda Baduy
adalah masyarakat setempat yang dijadikan mandala
(Kawasan suci) secara resmi oleh raja, sebab masyarakatnya
diwajibkan untuk memelihara kabuyutan, tempat pemjaan
nenek moyang, namun bukan Hindu atau Budha. Kabuyutan
109 Siti Astari, Baduy Jejak Terasing Prajurit Padjajaran, (Jakarta: Library Binus, 2009), h. 5
110 Siti Astari, Baduy Jejak Terasing Prajurit Padjajaran, (Jakarta: Library Binus, 2009), h. 4
84
di Suku Baduy dikenal dengan Kabuyutan Djati Sunda atau
sunda wiwitan. Dari sinilah masyarakat Baduy sendiri
menyebut agamanya adalah sunda wiwitan, sunda wiwitan
yaitu sunda pertama, hal ini asal usul Baduy secara tepat
dapat ditemukan dalam diri masyarakat Baduy sendiri yang
kukuh dalam melestarikan alam lindung pegunungan
kendeng sebelum ekspedisi Islam dating untuk mengubah
kepercayaan mereka.111
Masyarakat Baduy menyebut tanah adatnya sebagai
porosnya dunia. Keyakinan ini muncul dari pandangannya
bahwa disanalah alam semesta ini bermula dan disana pula
manusia pertama kali di turunkan ke muka bumi. Titik sakral
sebagai inti jagat mereka terletak di gunung pamuntuan.
Diatasnya terdapat bangunan punden berundak yang mereka
sebut Sasaka Pada Ageung. Pada punden tertinggi terdapat
menhir yang mereka sebut dengan Sasaka Pusaka Buana.
Secara umum, dasar pandangan etika lingkungan masyarakat
Baduy juga dibangun dari dua sumber tersebut. Dari aspek
filosofis, seluruh pandangan filsafati dijadikan dasar
seutuhnya oleh masyarakat Baduy. Secara kultural, ada
empat hal yang paling mendasar dari etika lingkungan
masyarakat Baduy, yaitu: Suku Baduy sebagai kabuyutan
111 Jurnal Masykur Wahid, Sunda Wiwitan Baduy: Agama Penjaga Alam Lindung di Desa Kanekes Banten, IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten., diakses pada tanggal 06 September 2019, Pukul 03:00 WIB, https://www.DATASKRIPSI/Jurnalsukubaduy/Jurnalsundawiwitanbaduy.pdf., h.2
85
atau mandala, yakni tempat yang di sucikan oleh masyarakat
Baduy sebagai pemuja Nyi Pohaci Sanghyang Asri;
Masyarakat Baduy sebagai peladang padi lahan kering; dan
masyarakat Baduy sebagai masyarakat yang taat pada tradisi
karuhun (leluhur).112
Dilihat dari aspek dasar filsafati bahwa etika lingkungan
masyarakat Baduy yang utama adalah pandangan secara
ontologi, kosmologi, filsafat ketuhanan, antropologi
metafisika, dan aksiologi. Secara ontologis, dunia dalam
pandangan masyarakat Baduy itu bertingkat tiga, yakni
Buana Nyungcung (dunia atas), Buana Pancatengah (dunia
tengah), dan Buana Rarang/Handap (dunia bawah). Buana
Nyungcung itu dunianya yang ilahiah. Pengetahuan manusia
tidak akan sampai kesana. Buana Pancatengah yakni dunia
antara yang berada ditengah-tengah antara buana nyungcung
dan buana rarang yaitu dunia yang saat ini adanya
keberadaan manusia. Buana Rarang adalah dunia bawah,
neraka tempat sukma manusia yang tak suci. Dalam
pembagian tiga dunia ini, manusia dibebani titipan
(katitipan) hanya ketika berada di buana pancatengah. Hal
ini terkait dengan posisi atau kedudukan buana pancatengah
sebagai pengharmoni, medium dan penghubung dua dunia
lainnya. Dalam mitologi masyarakat Baduy, pada awal
112 Helmy Faizi Bahrul Ulumi, Warisan Budaya Banten Dalam Makna, (Banten: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Povinsi Banten Laboratorium Bantenologi IAIN SMH Banten, 2015), h.3-4
86
penciptaan semesta, Tuhan telah menawarkan kepada
segenap pengada yang sanggup dititipi/diamanati sesuatu.
Segala pengada tidak ada yang menyanggupi kecuali
manusia (masyarakat Baduy). Maka sejak itu masyarakat
Baduy yang diberi titipan untuk menjaga mandala
masyarakat Baduy sebagai poros dunia atau inti jagat untuk
meneguhkan amanat di buana pancatengah. Yang terpenting
terpenting dari pandangan ontologi masyarakat Baduy adalah
pandanganya tentang pangada yang prural. Diantara
pengada-pengada itu ada yang ultima dan memberi makna,
yaitu Tuhan. Maka dengan demikian, segala pengada tunduk
kepada pengada ini. Segala pandangan dunia masyarakat
Baduy berawal dan berakhir pada pengada yang ultima ini.113
Pandangan masyarakat Baduy tentang alam semesta
(kosmologi). Dalam pandangan mereka, titik permulaan atau
cikal bakal jagat raya ini berada di Suku Baduy, tepatnya di
sasaka pada ageung yakni punden berundak tigabelas.
Penanda titik permulaan itu adalah sebuah menhir yang
disebut dengan sasaka pusaka buana. Oleh karena itu,
masyarakat Baduy menyebut wilyahnya sebagai inti jagat,
pusat dunia atau poros dunia. Suku Baduy sebagai poros
dunia yang bernilai sakral telah diberi kompleks tata aturan
tenteng kedudukan dan tatacara masyarkat Baduy
113 Helmy Faizi Bahrul Ulumi, Warisan Budaya Banten Dalam Makna, (Banten: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Povinsi Banten Laboratorium Bantenologi IAIN SMH Banten, 2015), h.4-5
87
berhubungan dengannya. Hal ini berlaku baik unuk
masyarakat Baduy sendiri maupun untuk orang luar Baduy.
Mereka tidak segan-segan menegur orang luar yang
mencemari kesakralan poros dunia, bahkan mereka juga
tidak segan-segan melaporkan si pelanggar kepada pihak
aparat penegak hukum. Mereka senantiasa membela mati-
matian wilayahnya, bukan karena alasan kekuasaan, tetapi
lebih pada alasan Suku Baduy sebagai inti jagat, dan mereka
diamanati untuk menjaganya.114
Kepercayaan masyarakat Baduy akan adanya Tuhan.
Mereka percaya bahwa segala sesuatu bersumber dari-Nya,
dan akan kembali kepada-Nya. Masyarakat Baduy menjalani
kehidupan di buana pancatengah memiliki tujuan hidup
yakni kembali kepada-Nya dalam keadaan sukma yang suci,
persis seperti ketika mereka di ciptakan Tuhan pada
mulanya. Tuhan juga menjadi orientasi etika dan moralnya,
termasuk dalam etika lingkungannya. Dikarenakan Tuhan
sebagai sumber, dasar, dan orientasi etika dan moralnya,
maka dapat dikatakan bahwa etika dan moral masyarakat
Baduy sebagai etika dan moral religius. Hal ini sesuai dengan
anggapan mereka bahwa menjaga inti jagat adalah bagian
dari agama dan tujuan hidup masyarakat Baduy. Sifat etika
dan moralnya yang religius itu tentu saja mempunyai
114 Helmy Faizi Bahrul Ulumi, Warisan Budaya Banten Dalam Makna, (Banten: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Povinsi Banten Laboratorium Bantenologi IAIN SMH Banten, 2015), h. 5-6
88
konsekuensi eslatologis. Masyarakat Baduy yang mampu
menjalankan tugasnya itu akan dapat kembali kepada
Tuhannya dan diberikan tempat yang mulia di bumi suci
alam padang bersama para dewata.115
Pandangan masyarakat Baduy tentang manusia
(antrolopologi metafisika). Hal yang paling utama dari
pandangan mereka tentang manusia merupakan emanasi dari
Tuhan, dari batara tunggal. Masyarakat Baduy diemanasikan
batara tunggal dari titisan sulungnya, yakni batara cikal.
Karena keistimewaan ini, maka hanya masyarakat Baduy
yang di titipi oleh Tuhan untuk menjaga poros dunia. Sebagai
hasil emanasi Tuhan masyarakat Baduy meyakini bahwa
yang hakiki dalam diri sebagai manusia adalah sukmanya.
Proses meraganya sukma adalah rahim ibu. Disinilah sukma
mulai terikat anasir-anasir duniawi. Hanya sukma-sukma
yang bersih yang dapat kembali kepada Tuhannya di bumi
suci alam padang. Oleh karena itu, masyarakat Baduy
diwajibkan untuk senantiasa menjaga kesucian sukmanya
ketika hidup di buana pancatengah yang fana ini.
Masyarakat Baduy dituntun oleh enam tugas hidup yang
ditanamkan dalam keimanan mereka, yaitu ngareksakeun
sasaka buana, ngareksakeun sasaka parahyang, ngasuh ratu
gajayak menak, ngabaratapakeun nusa telu puluh telu,
115 Helmy Faizi Bahrul Ulumi, Warisan Budaya Banten Dalam Makna, (Banten: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Povinsi Banten Laboratorium Bantenologi IAIN SMH Banten, 2015), h.6
89
kalanjakan kapundayan, ngukus ngawalu muja ngalaksa.
Tugas yang pertama dan kedua terkait dengan tugas menjaga
dua titik yang karenanya Suku Baduy di jadikan poros dunia.
Tugas ketiga adalah tugas untuk tetap menjalin silaturahmi
dengan raja dan para pembesar yang telah melindungi
melindungi masyarakat Baduy dan mandala Suku Baduy.
Tugas keempat adalah tugas mempertapakan mandala Suku
Baduy sebagai poros dunia. Tugas kelima terkait dengan
tugas mempersiapkan upacara kawalu. Tugas keenam terdiri
dari enam terdiri dari empat tugas, yaitu ngukus yang berarti
menjalin hubungan dengan karuhun dan para gaib dengan
cara membakar dupa; ngawulu berarti melaksanakan upacara
kawalu (kembali) artinya menceritakan kembali tentang
terbentuknya alam semesta; muja berarti ritus menyucikan
sasaka pada ageung dan sasaka parahyang sebagai poros
dunia, mejalin kembali komunikasi dengan Yang Ilahi,
sekaligus melakukan ritual terbentuknya alam semesta;
terakhir adalah ngalaksa yakni ritus masyarakat Baduy
dengan jalan memakan bubur nasi dari padi hasil huma
sakral, yakni huma serang dan huma tuladani.116
Pandangan masyarakat Baduy tentang nilai (aksiologi).
Aksiologi masyarakat Baduy bertumpu pada nilai intrinsik
segala realitas. Bagi mereka, alam, manusia dan pengada
116 Helmy Faizi Bahrul Ulumi, Warisan Budaya Banten Dalam Makna, (Banten: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Povinsi Banten Laboratorium Bantenologi IAIN SMH Banten, 2015), h.6-8
90
lainnya memiliki nilai di dlam dirinya sendiri. Tetapi, nilai
itu selalu dilekatkan pada realistis oleh Tuhan. Secara umum,
manusia itu memiliki dua nilai yang hakiki yang diberikan
Tuha, yaitu nilai ilahi-karena manusia adalah emanasi Tuhan,
dan nilai humanisti, yakni nilai manusia sebagai pengemban
amanat dari Tuhan. Alam kjuga memiliki dua nilai utama,
yaitu nilai sakral dan nilai titipan. Dengan demikian,
keyakinan ini dalam sistem moral menindikasikan dua hal.
Pertama, hakikat aksiologi manusia yang bernilai ilahiah dan
katitipan itu menjadikan manusia sebagai pelaku moral.
Kedua, hakikat aksiologi alam adalah yang bernilai sakral
dan dititipkeun. Nilai ini menjadikan alam subjek (sasaran)
moral dalam sistem etika dan moral masyarakat Baduy, sama
dengan manusia; alam dipandang sejajar secara moral. Hal
ini dapat dilihat pada tidak adanya pandangan bahwa
manusia itu superior atas alam. Mereka tidak pernah
meminggirkan alam dan meninggalkan ego manusia dalam
pandangan etika dan sistem moralnya. Masyarakat Baduy
membangun hubungan dengan alam karena alasan yang lebih
ultima, yakni berdasarkan ikatan/ perjanjian primordial
dengan Tuhannya untuk menghormati alam dan menjaga
pusat dunia di Suku Baduy.117
117 Helmy Faizi Bahrul Ulumi, Warisan Budaya Banten Dalam Makna, (Banten: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Povinsi Banten Laboratorium Bantenologi IAIN SMH Banten, 2015), h. 8-9
91
Pertama-tama yang menjadi kesadaran masyarakat Baduy
adalah mereka memandang wilayah Suku Baduy sebagai
tempat suci. Tempat-tempat suci ini pada masa lalu disebut
mandala atau kabuyutan. Walaupun pengetahuan masyarakat
Baduy tentang kabuyutan Suku Baduy dapat dianggap putus,
tetapi bukti-bukti menunjukan bahwa Suku Baduy pada masa
lalu adalah sebuah kabuyutan. Secara tidak sadar, apa yang
selalu mereka lakukan yang berbentuk adat istiadat itu
menunjukan bahwa secara kultural, kesadaran kolektif
mereka adalah kesadaran penghuni sebuah kabuyutan. Status
wilayah Suku Baduy sebagai kabuyutan menciptakan
kompleks tata aturan yang mengatur masyarakat Baduy
dalam memandang dan memperlakukan alam yang
membentangi disana. Sebagai tempat suci, tentu para
penghuninya juga adalah orang-orang suci atau orang-orang
yang menempa diri untuk suatu tujuan spiritual tertentu.118
Kepercayaan masyarakat Baduy pada Nyi pohaci
Sanghiyang Asri, Dewi Padi, yang dianggap memberi
kehidupan pada mereka. Kepercayaan kepada Nyi Pohaci
begitu mengakar pada batin dan kebudayaan Masyarakat
Baduy. Hal ini disebabkan karena hampir seluruh hidup
masyarakat Baduy disibukkan dengan perladangan padi
lahan kering (huma). Kebudayaan masyarakat Baduy masih
118 Helmy Faizi Bahrul Ulumi, Warisan Budaya Banten Dalam Makna, (Banten: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Povinsi Banten Laboratorium Bantenologi IAIN SMH Banten, 2015), h. 9-10
92
berada pada tahap mitis, dimana manusia sebagai subjek
melebur dengan alam. Dalam kebudayaan mitis, segala hal
dan upaya manusia selalu dikaitkan dengan hal-hal
supranatural, baik itu kekuatan alam sendiri maupun
kekuatan dari pengada supranatural. Oleh karena itu, dalam
setiap tahap dalam ritus menanam padi, masyarakat Baduy
selalu melakukan dua hal, yaitu menjalin hubungan dengan
pengada supranatural (Nyi Pohaci) dan meleburkan diri
dengan alam raya yang mengepung masyarakat Baduy.
Masyarakat Baduy mengagungkan tanah sama seperti
mereka mengagungkan padi. Mereka menganggap bahwa
sandal dalam kebudayaan luar Suku Baduy adalah sikap yang
memandang tanah sebagai hal yang menjijikan. Dalam
pnadangan masyarakat Baduy, tanah bukanlah hal yang
menjijikan, tetapi merupakan hal yang dihormati. Untuk
menjaga kebersihannya, sebelum memasuki rumah, mereka
terbiasa mencuci kaki dengan air yang selalu tersedia dalam
periuk yang ada di teras setiap rumah masyarakat Baduy.119
Mata penceharian hidup masyarakat Baduy yang utama,
yakni berladang, yang masih berkaitan erat dengan
kepercayaan pada Nyi Pohaci. Begitu dominannya
perladangan dalam kehidupan masyarakat Baduy, hingga
dapat dikatakan bahwa siklus kehidupan mereka adalah
119 Helmy Faizi Bahrul Ulumi, Warisan Budaya Banten Dalam Makna, (Banten: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Povinsi Banten Laboratorium Bantenologi IAIN SMH Banten, 2015), h. 10-11
93
siklus perladangan. Permulaan tahun, upacara adat dan
kepercayaan-kepercayaan mereka begitu dipengaruhi siklus
perladangan. Keseharian hidup, waktu dan tenaga mereka
diperuntukkan bagi perladangan padi. Dalam sehari, paling
tidak, mereka menghabiskan sekitar 11 jam hidupnya di
ladang. Untuk aktivitas lainnya seperti belanja ke pasar,
masyrakat Baduy lakukan pada sela-sela waku kosong.
Berladang sebagai kewajiban yang senatiasa dijalankan
dengan patuh, ditambah dengan bentang alam yang
menggetarkan, semakin meresapi hati dan pikiran
masyarakat Baduy. Mereka yang telah berkhidmat menjalani
dan menghadapi itu semua, menjadikan mereka begitu dekat
dengan alam, masyarakat Baduy begitu dekat dengan yang
sakral. Mereka menggunakan hampir seluruh peralatan
hidupnya yang terbuat dari bahan-bahan alamiah , seperti
rumah, perlengkapan dapur, peralatan rumah tangga, alat
pertanian makanan , pupuk, hingga alat musik angklung.
Selain itu, mereka tidak pernah menangkap hewan untuk
diperjual belikan di luar, mereka hanya memperjual belikan
hasil bumi. Padahal di tanah Suku Baduy masih banyak
terdapat hewan-hewan dan tumbuhan langka.120
Ketaatan mutlak masyarakat Baduy pada adat karuhun.
Mereka mentaati betul pepatah lojor teu meunang di potong,
120 Helmy Faizi Bahrul Ulumi, Warisan Budaya Banten Dalam Makna, (Banten: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Povinsi Banten Laboratorium Bantenologi IAIN SMH Banten, 2015), h. 11-12
94
pondok teu meunang disambung, nu ulah kudu diulahkeun,
nu meunang kudu di meunangkeun artinya yang panjang
tidak boleh di potong, yang pendek tidak boleh disambung,
yang dilarang harus ditinggalkan, yang diharuskan harus
dilaksanakan. Dengan demikian, mereka hampir tidak pernah
melakukan apa yang tidak dilakukan leluhur mereka. Tanpa
ketaatan, mungkin kebudayaan Suku Baduy sudah punah
sejak lama. Demikian juga jika tanpa ketaatan, mungkin alam
Suku Baduy tidak akan seperti sekarang ini. Masyarakat
Baduy justru mengimani bahwa apa yang telah diwariskan
leluhur adalah pedoman yang menuntun mereka pada
kebaikan dan kesejahteraan, tidak saja bagi mereka tetapi
juga bagi seluruh umat manusia.121
Masyarakat Baduy dalam menilai perbuatannya dapat di
padukan pada norma moralitas. Norma-norma moralitas juga
memadukan mereka untuk menentukan apa yang harus
diperbuatnya. Untuk yang bersifat kolektif, norma-norma
moralitas dijadikan rujukan oleh puun dalam menyikapi satu
hal baru yang masuk ke dalam kebudayaan Suku Baduy. Ada
lima norma dekat moralitas yang dipegang oleh masyarakat
Baduy terkait dengan hubungannya dengan alam, yaitu
kesesuaian dengan sakralitas alam dan Suku Baduy sebagai
inti jagad; kesesuaian dengan kesucian sukma manusia yang
121 Helmy Faizi Bahrul Ulumi, Warisan Budaya Banten Dalam Makna, (Banten: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Povinsi Banten Laboratorium Bantenologi IAIN SMH Banten, 2015), h. 12-13
95
harus dijaga; kesesuaian dengan adat dan kepercayaan
karuhun (leluhur); prinsip kesederhanaan hidup; dan
pemanfaatan sumber daya alam yang seperlunya. Masyarakat
Baduy dituntun untuk tidak rakus terhadap hal-hal yang
bersifat duniawi dan tidak menjadikannya dengki dengan
orang luar yang secara materil berlebih. Masyarakat Baduy
dituntun juga agar tidak mengambil dan memanfaatkan
kekayaan alamnya secara berlebihan. Masyarakat Baduy
percaya bahwa Tuhanlah yang menjadi sumber hakiki dari
moralitasnya, kemudian Tuhan juga yang menjadikan asal
dan tujuan hidup dan sukma manusia. Apa yang dilakukan
manusia di buana panca tengah, seluruhnya di
persembahkan kepada Tuhan. Akan merasa absurd bagi
masyarakat Baduy jika moralitas mereka hanya diperuntukan
bagi moralitas itu sendiri, atau bagi kehidupan di buana
panca tengah yang fana ini secara an sich.122
Larangan pada Suku Baduy disebut dengan buyut/tabu.
Tabu (buyut) berarti terlarang (haram). Secara terminologis,
buyut adalah apa-apa saja yang dianggap melarang pikukuh.
Berdasarkan keberlakuannya, buyut di Suku Baduy itu ada
dua macam, yaitu buyut adam tunggal dan buyut nuhun.
Buyut adam tunggal (adam dari kata aram yang berarti
dahan dan ranting), adalah tabu pokok beserta dahan dan
122 Helmy Faizi Bahrul Ulumi, Warisan Budaya Banten Dalam Makna, (Banten: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Povinsi Banten Laboratorium Bantenologi IAIN SMH Banten, 2015), h. 13-15
96
rantingnya, tanpa terkecuali. Tabu ini berlaku untuk urang
panamping dan urang dangka. Karena dua macam tabu ini,
maka seringkali dapat dilihat apa yang ditabukan bagi urang
tangtu seperti naik kendaraan bermotor. Pertabuan di Suku
Baduy itu pada dasarnya dapat di golongkan menjadi tiga,
yaitu tabu untuk melindungi kemurnian sukma manusia, tanu
untuk melindungi kemurnian mandala, dan tabu untuk
melindungi kemurnian tradisi.123
Beberapa contoh tabu yang didasarkan pada norma-norma
yang berlaku di Suku Baduy, yaitu tidak boleh merubah
kontur tanah ketika membangun rumah di tangtu; rumah
tidak boleh menggunakan tembok, atap genting, dan cat.
Bentuknya tidak boleh seperti orang luar Baduy, melainkan
harus seperti ketentuan adat; terhadap padi, tidak boleh
dibawa dengan kendaraan bermotor melainkan di pangul,
tidak boleh digiling melainkan ditumbuk di saung lisung,
tidak boleh dibakar atau dibuat kerak, tidak boleh di buang
percuma, tidak boleh di jualbelikan, tidak boleh di semprot
anti hama kimiawi, pencurian padi merupakan pelanggaran
berat; sekolah formal dilarang; sawah dan kolam ikan
dilarang; pohon-pohon di leuweung kolot tidak boleh
ditebang, pohon buah boleh dimanfaatkan buahnya; tidak
boleh merubah jalan air, seperti membuat irigasi atau kolam
123 Saleh Danasasmita dan Anis Djatisunda, Kehidupan Masyarakat Kanekes (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan, 1985), h. 95-96
97
(bendungan); terhadap tanah, tidak boleh di cangkul, tidak
boleh dibuat sengkedan (terasering), tidak boleh di pupuk
kandang dan kimia, tidak boleh dibajak; mencuri, bertengkar,
dan berkelahi sesama urang tangtu dan berzina adalah
pelanggaran berat yang menyebabkan seseorang dari tangtu
dikeluarkan dari ke-tangtu-annya; tidak boleh memotret di
taneuh larangan; tidak boleh meracun ikan; untuk urang
tangtu, tidak boleh menaiki kendaran bermotor dan tidak
bermotor-harus berjalan kaki; tidak boleh mendirikan
kampung panamping di selatan Cikeusik; tabu memasuki
sasaka pada ageung dan sasaka parahyang tanpa seizin puun
bagi masyarakat Baduy, dan tidak diperbolehkan sama sekali
bagi orang luar Baduy; untuk urang tangtu, tidak boleh
menggunakan alas kaki.124
Peralatan dan teknologi penunjang hidup masyarakat
Baduy diciptakan dengan berdasar pada pandangan-
pandangan etikanya yang ekosentris, masyarakat Baduy juga
mengembangkan peralatan dan teknologi berdasarkan tabu-
tabu yang berlaku. Peralatan rumah tangga berupa alat dapur,
tikar yang terbuat dari anyaman daun pandan, bantal yang
terbuat dari kayu bahkan ada juga yang sudah menggunakan
kapas seperti yang didapati di Cibeo, dan selimut yang mirip
sarung yang terbuat dari tenun benang. Peralatan dapur dan
124 Helmy Faizi Bahrul Ulumi, Warisan Budaya Banten Dalam Makna, (Banten: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Povinsi Banten Laboratorium Bantenologi IAIN SMH Banten, 2015), h. 17
98
makan seperti tungku yang terbuat dari tanah liat, dangdang
yang terbuat dari tembaga (seeng), tomo yang terbuat dari
tanah liat, gelas yang terbuat dari ruas bambu, piring yang
terbuat dari kayu, batok (cangkir) yang terbuat dari
tempurung kelapa, pelita yang terbuat dari ruas bambu
berbahan bakar minyak picung. Alat-alat pertanian hanya
berupa tugal, cangkul kecil, golok, etem (ani-ani penuai
padi). Alat berburu berupa jaring, kecrik/heurap dan bubu
yang terbuat dari bambu, dan kail untuk berburu/ menangkap
ikan, dan jaring untuk menangkap hewan.125
Seni musik yang bernilai sakral di Suku Baduy adalah
angklung buhun (tua). Angklung bagi masyarakat Baduy
adalah musik kosmik, dengannya masyarakat Baduy
menjalin hubungan dengan kosmos dan para penguasa
kosmos. Secara umum, angklung berfungsi dalam ritus
pertanian masyarakat Baduy. Secara khusus angklung
angklung digunakan sebagai penghibur, pengiring dan
pemuliaan Nyi pohaci sanghiang asri, misalnya pada saat
menjemput Nyi pohaci mengambil pare indung (bibit padi)
dari leuit huma serang (lumbung huma serang). Di samping
itu pagelaran angklung secara “besar-besaran” dilakukan
pada ritual ngaseuk di huma serang dan huma tuladan.
Angklung dimainkan terkait dengan kepercayaan masyarakat
125 Helmy Faizi Bahrul Ulumi, Warisan Budaya Banten Dalam Makna, (Banten: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Povinsi Banten Laboratorium Bantenologi IAIN SMH Banten, 2015), h. 18
99
Baduy bahwa ritus menanam padi adalah ritus mengawinkan
Nyi pohaci dengan tanah. Disaat padi sudah mulai tumbuh
dan membesar, angklung dimainkan bersama dengan pantun,
dalam ritus ngirab sawan.126
Masyarakat Suku Baduy melakukan penataan hutan dan
lahan di sekitar lingkungannya. Masyarakat Baduy mengenal
tiga jenis hutan yang memiliki fungsi dan kedudukannya
masing-masing. Pertama, leuweung kolot/ leuwueung
larangan, yakni hutan sakral yang harus dijaga dan tidak
boleh ditebangi secara sembarangan. Hutan jenis pertama ini
dikategorikan menjadi empat, yakni hutan yang meliputi
seluruh gunung, puncaknya saja, sebagiannya saja dan yang
ada di luar Baduy. Kedudukan hutan larangan adalah yang
paling sakral, karena merupakan titipan dari karuhun untuk
dijaga.127 Jenis hutan yang kedua adalah reuma, yaitu hutan
sekunder yang merupakan bekas huma. Hutan ini merupakan
lahan huma yang di beurakeun untuk beberapa waktu dengan
tujuan agar kesuburan tanahnya kembali. Hutan ini berada
disela-sela ladang huma masyarakat Baduy. Biasanya hutan
reuma ini ditanami pohon albasiah, babakoan, beunying,
kiseureuh, kiray, kaso, dan seuhang. Jenis hutan yang ketiga
126 Helmy Faizi Bahrul Ulumi, Warisan Budaya Banten Dalam Makna, (Banten: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Povinsi Banten Laboratorium Bantenologi IAIN SMH Banten, 2015), h. 18-19
127 Helmy Faizi Bahrul Ulumi, Warisan Budaya Banten Dalam Makna, (Banten: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Povinsi Banten Laboratorium Bantenologi IAIN SMH Banten, 2015), h. 19
100
adalah leuweung lembur yakni hutan yang mengitari setiap
perkampungan. Umumnya leuweung lembur itu ditanami
aren, kelapa, durian, dukuh, rambutan, dan kecibeling.128
Pandangan tentang inti jadat dan tugas hidup
ngabaratapakeun mandala masyarakat Baduy yang telah
mengejawantah dalam tuntunan-tuntunan praktis hidup
masyarakat Baduy yang sangat ramah dengan alam.
Moralitas inti jagat, tugas ngabaratakeun dan konsep
kesucian sukma berimplikasi pada terjaganya biodiversity
alam Suku Baduy. Hutan-hutan tua yang lebat, leuweung
kampung yang rapat menjadi surga bagi fauna di Suku
Baduy.129
Perjuangan masyarakat Baduy untuk menjaga
lingkungannya sangat besar. Pada tahun 2001, terbitnya
Perda Kabupaten Lebak no. 32 tahun 2001 tentang
Perlindungan atas Hak Ulayat Masyarakat Baduy. Dengan
terbitnya Perda ini, maka tanah ulayat ini mempunyai payung
hukum yang melindungi tanah Suku Baduy dari segala
gangguan dari luar, seperti pencurian kayu dan pembukaan
lahan di Suku Baduy. Pelanggaran-pelanggaran yang
dilakukan oleh luar Suku Baduy terhadap Perda ini diancam
128 Johan Iskandar, Ekologi Perladangan Di Indonesia; Studi Kasus Dari Daerah Baduy Banten Selatan Jawa Barat, (Jakarta: Djambatan, 1992) h. 49
129 Helmy Faizi Bahrul Ulumi, Warisan Budaya Banten Dalam Makna, (Banten: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Povinsi Banten Laboratorium Bantenologi IAIN SMH Banten, 2015), h. 19-20
101
pidana penjara paling lama enam bulan atau denda paling
banyak 5 juta (pasal 9 ayat 1).130 Pelanggaran tidak saja
berbentuk pencurian kayu, tetapi sudah sampai dengan
membuat persawahan dan kolam-kolam budi daya ikan
tawar. Hal ini jelas merupakan pelanggaran berat terhadap
adat. Jika pelakunya adalah masyarakat Baduy sendiri,
mungkin mudah saja, hanya tinggal memberikan sanksi adat,
etah itu di asingkan ke Kampung Dangka atau di keluarkan
menjadi urang panamping bagi urang tangtu. Untuk urang
panamping jika tetap melakukan pelanggaran bisa saja di
keluarkan sebagai masyarakat Baduy.131
Setiap tahunnya masyarakat Baduy melakukan seba dan
diplomasi tahunan. Masyarakat Baduy sangat menyadari
bahwa seba adalah momen langka, dimana mereka dapat
menyampaikan aspirasinya. Seba masyarakat Baduy setiap
tahunnya selalu mendapat perhatian dari Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Provinsi Banten. Seba kepada pemerintahan
formal (Bupati Lebak, Gubernur Banten, dan Bupati Serang)
dilaksanakan pada bulan kapat/ sapar, yaitu bulan pertama
dalam kalender Suku Baduy. Mengenai hari dan tanggalnya
ditentukan oleh pejabat adat. Ketika mereka berbicara
130 Helmy Faizi Bahrul Ulumi, Warisan Budaya Banten Dalam Makna, (Banten: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Povinsi Banten Laboratorium Bantenologi IAIN SMH Banten, 2015), h. 20
131 Irma Yangcik, Tinjauan Hukum Mengenai Hukum Tanah Adat Pada Masyarakat Hukum Adat Baduy Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, (Universitas Padjajaran: Tesis Magister Pascasarjana, 2005) h. 95
102
dihadapan Gubernur, mereka menyampaikan tentang
perlunya menjaga kelestarian alam. Secara khusus mereka
menyebutkan gunung-gunung yang perlu dijaga hutannya,
yaitu; Gunung Pulosari, Gunung Aseupan, Gunung Karang,
Gunung Kendeng dan wilayah Ujung Kulon. Mereka juga
menghimbau agar pemerintah serius menangani kerusakan
hutan akibat penebangan liar.132
Masyarakat Baduy untuk menghadapi keterbatasan lahan,
persoalan yang mula-mula muncul adalah persoalan
keterbatan lahan garapan, terutama sekali bagi urang
panamping. Dengan tanah adat yang relatif tetap, apalagi
dengan adanya Perda Kabupaten Lebak No. 32 tahun 2001
yang menyatakan luas lahan kurang lebih 5.101,85 ha., dan
terbatasnya lahan untuk urang panamping, berbanding
dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat,
menjadikan waktu suatu lahan di reumakeun menjadi lebih
pendek. Di samping itu, akhirnya banyak juga urang
panamping yang membuka lahan dan merangsek ke hutan
larangan yang berada di puncak-puncak bukit. Hampir dapat
dipastikan, luas hutan larangan jika diukur kembali,
mengalami penyusutan. Ketika hal itu di cegah oleh pemuka
adat, maka mau tidak mau urang panamping harus berladang
di luar tanah adat. Tanah masyarakat Baduy diluar Suku
132 Helmy Faizi Bahrul Ulumi, Warisan Budaya Banten Dalam Makna, (Banten: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Povinsi Banten Laboratorium Bantenologi IAIN SMH Banten, 2015), h. 21
103
Baduy berjumlah ratusan hektar. Di samping memiliki tanah,
banyak juga masyarakat Baduy yang menyewa tanah orang-
orang luar Baduy yang tersebar di beberapa kecamatan.
Ketika mereka berladang diluar Suku Baduy, mereka pun
berinteraksi dengan orang-orang luar Suku Baduy. Lama
kelamaan, interaksi mereka dengan orang luar Suku Baduy
ini pun dapat mempengaruhi cara pandang dan perilaku
mereka, khususnya dalam berladang.133
Sumber mata pencaharian masyarakat Baduy pada
umumnya adalah bertani, yang hampir dilakukan oleh
seluruh masyarakat Baduy. Ada empat puluh jenis padi yang
ditanam dan tumbuh disekitaran Baduy, perawatan padinya
pun berbeda dengan masyarakat di tempat lain. Untuk
perawatan padi masyarakat Baduy menggunakan tanaman
alami, seperti cangkudu, tamiah, gempol, pacing tawa, dan
lajak sebagai pestisida alami. Pola bercocok tanam
masyarakat Baduy sangat tradisional dan memegang adat
leluhur. Bercocok tanam dan berladang adalah salah satu
mata penceharian Suku Baduy, mereka memproduksi
makanan sendiri yang diperoleh dari hasil bercocok tanam
dan berladang. Selain bertani, bercocok tanam serta
berkadang, masyarakat Baduy juga menjual hasilnya sebagai
133 Helmy Faizi Bahrul Ulumi, Warisan Budaya Banten Dalam Makna, (Banten: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Povinsi Banten Laboratorium Bantenologi IAIN SMH Banten, 2015), h. 22
104
mata penceharian, mereka menjual hasil yang didapat dari
hutan maupun ladang.134
Usaha yang dilakukan oleh masyarakat Baduy dengan
berbagai macam jenisnya, yaitu Menjual hasil bumi yang
diperoleh dari leuweung kolot, leuweung lembur dan
pinggiran huma seperti petay, jengkol, pisang, durian, asam
kranji, dukuh, kelapa, kokosan, ke pasar terdekat seperti
Koraya atau Ciboleger; Menjual kerajinan dari kulit kayu
teureup, seperti koja, jarog, kantong rajut, dan kerajinan
tangan lainnya; Menjual madu lebah hutan yang diperoleh
dari orang luar Suku Baduy; Mendapat upah dari mengantar
wisatawan ke Suku Baduy; Pemikul barang-barang bawaan
pengunjung, dan ada juga barang dagangan dari pedagang
keliling di Suku Baduy; Penyedia jasa penginapan rumah
mereka sendiri, dengan harapan akan mendapat imbal
jasanya.135
Saat ini barang-barang yang sudah masuk ke Suku Baduy
adalah handphone. Beberapa urng panamping sudah
memiliki handphone terutama di kampung-kampung
pinggiran dekat perbatasan tanah ulayat. Kepemilikan
handphone oleh masyarakat Baduy umumnya digunakan
untuk dua keperluan utama, yaitu perdagangan dan
134 Djoharis Lubis, Memberdayakan Suku Baduy, (Jakarta: Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Republik Indonesia, 2009) h. 8
135 Gurniawan Kamil Pasya, Strategi Hidup Omunitas Baduy Di Kabupaten Lebak Banten, (Bandung: Disertasi, Pascasarjana Universitas Padjadjaran, 2005) h. 196-203
105
pariwisata. Selain itu, hal yang paling menarik adalah kasus
kepemilikan kendaraan bermotor., baik yang beroda dua
maupun yang beroda empat. Diantara keduanya sepeda
motor adalah kendaraan yang paling banyak dimiliki.
Dikarenakan setiap kendaraan, setiap kendaraan, termasuk
sepeda, dilarang keras masuk ke tanah ulayat, maka
kendaraan-kendaraan tersebut dititipkan pada beberapa
warga kampung sekitar perbatasan.136
Adanya kegiatan pariwisata di Suku Baduy meninggalkan
dampak psitif dan negatif bagi masyarakat Baduy. Dampak
positif bagi masyarakat Baduy yang kasat mata adalah
perolehan penghasilan tambahan baik dari penjualan
kerajinan tangan maupun hasil bumi dan jasa guiding
berkeliling Suku Baduy. Dampak negatifnya justru lebih
banyak dari pada dampak positifnya. Banyak pengunjung
yang mengabaikan aturan adat yang berlaku di Suku baduy
dengan memotret di tanah larangan, membawa dan
membagikan alat musik/ pemutaran musik, atau bersikap
sembarangan di wilayah tangtu. Hal yang paling sering di
keluhkan masyarakat Baduy adalah ketika para pengunjung
itu cenderung melanggar privacy Suku Baduy. Masyarakat
Baduy merasa dirinya dijadikan objek tontonan, entah itu
karena tatapan mata pengunjung yang tertuju kepada mereka,
136 Helmy Faizi Bahrul Ulumi, Warisan Budaya Banten Dalam Makna, (Banten: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Povinsi Banten Laboratorium Bantenologi IAIN SMH Banten, 2015), h. 23
106
atau karena “jepretan” kamera pengunjung. Mengenai
dijadikannya Suku Baduy sebagai tempat tujuan wisata oleh
pihak luar, bukan oleh masyarakat Baduy, mereka pun
menghadapi dilema. Di satu sisi mereka ingin hidup tenang
dan menjalankan adat istiadatnya dengan baik, tetapi di sisi
lain, adat juga mengharuskan mereka menghormati tamu.
Untuk menyiasati hal itu, para tokoh adat terutama jaro
pamarentah, menggulirkan istilah saba Baduy, untuk
menggantikan istilah wisata Baduy. Saba Baduy di maknai
mereka sebagai kunjungan persahabatan dan dialog
Budaya.137
Sebagai salah satu identitas dari berbadai daerah adalah
bahasa. Begitu juga untuk masyarakat Baduy yang memiliki
bahasa daerah sendiri. Untuk bahasa yang mereka gunakan
adalah bahasa dialek sunda-Banten. Masyarakat Baduy tidak
mengenal budaya tulis, sehingga adat istiadat, kepercayaan
atau agama, dan cerita nenek moyang hanya tersimpan
didalam tuturan lisan saja, jadi salah satu identitas bahasa
dari suku Baduy adalah bahasa dialek sunda-Banten yang
digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari.138
Suku Baduy terdiri dari beberapa kelompok masyarakat,
namun dalam pandangan Suku Baduy, mereka berasal dari
137 Helmy Faizi Bahrul Ulumi, Warisan Budaya Banten Dalam Makna, (Banten: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Povinsi Banten Laboratorium Bantenologi IAIN SMH Banten, 2015), h. 23-24
138 Siti Astari, Baduy Jejak Terasing Prajurit Padjajaran, (Jakarta: Library Binus, 2009), h. 3
107
satu keturunan yang memiliki keyakinan, tingkah laku, cita-
cita, dan termasuk busana yang sama. Apabila ada perbedaan
dari busana itu hanya terletak pada bahan dasar, model, dan
warna saja. Baduy Dalam merupakan masyarakat yang tetap
mempertahankan nilai-nilai budaya dengan kuat dan tidak
terpengaruh budaya luar. Ini berbeda dengan Baduy Luar
yang mulai terpengaruh oleh budaya luar. Perbedaan antara
Baduy Luar dan Baduy Dalam dapat dilihat dari cara mereka
berbusana berdasarkan status sosial, tingkat umur, maupun
fungsinya. Perbedaan busana hanya didasarkan pada jenis
kelamin dan tingkat kepatuhan adat. Namun, sekilas mereka
terlihat sama ini karena mereka masih berada dalam suku
yang sama, hanya saja masyarakat baduy Luar sudah
terpengaruh oleh Budaya Luar.
Pada masyarakat Baduy Dalam, laki-laki memakai baju
lengan panjang yang disebut dengan jamang sangsang,
karena cara memakainya hanya diletakan di badan. Desain
baju sangsang hanya hanya dilubangi pada bagian leher
sampai dada, tidak memakai kerah, tidak mamakai kancing,
dan tidak memakai kantong baju. Busana warna serba putih,
dibuat dengan menggunakan tangan, tidak boleh dijait
dengan mesin, serta bahan dasarnya harus terbuat dari bahan
dasar kapas asli yang ditenun. Bagian bawah memakai kain
serupa sarung berwarna biru kehitam-hitaman yang hanya
dililitkan pada pinggang. Agar kuat dan tidak melorot, sarung
108
diikat dengan selembar kain. Mereka tidak memakai celana,
karena celana dianggap barang tabu. Selain itu, tidak lupa
mengenakan ikat kepala berwarna putih, itu berfungsi
sebagai penutup rambut mereka yang panjang, kemudian
dipadukan dengan selendang yang dikenakan di leher. Warna
pakaian Baduy Dalam yang serba putih melambangkan
kehidupan mereka yang masih suci dan tidak terpengaruh
budaya luar. Ketika bepergian kaum lelaki selalu membawa
senjata berupa golok di pinggarng, dan tas kain atau koja
yang di cangklek di pundak. Untuk wanita Baduy Dalam
mengenakan busana serupa sarung berwarna putih dari tumit
sampai dada, yang biasa digunakan untuk pakaian sehari-hari
di rumah. Bagi wanita yang sudah menikah, biasanya
membiarkan dadanya terbuka, sedangkan bagi para gadis
dadanya harus tertutup. Untuk pakaian bepergian, biasanya
wanita Baduy Dalam mengenakan kebaya, kain tenun sarung
berwarna putih, karembong, kain ikat pinggang, dan
selendang. Semua bahan dasar dibuat dari benang kapas yang
ditenun sendiri.139
Sedangkan masyarakat Baduy Luar, busana yang dipakai
laki-laki adalah baju kampret berwarna hitam, ikat kepala
berwarna biru tua dengan corak batik khas Baduy. Desain
baju terbelah dua sampai kebawah, seperti baju biasa yang
dikenakan orang-orang luar, bajunya menggunakan kantong,
139 Siti Astari, Baduy Jejak Terasing Prajurit Padjajaran, (Jakarta: Library Binus, 2009), h. 12-13
109
kancing, dan bahan dasarnya tidak harus dari kapas murni.
Cara berpakaian Baduy Luar ada sedikit kelonggaran
dibanding Baduy Dalam. Ini menunjukan bahwa kehidupan
mereka sudah terpengaruh oleh budaya luar. Ketika
bepergian kaum laki-laki selalu membawa senjata berupa
golok di pinggang, dan tas kain atau koja yang di cangklek
di pundak. Sedangkan untuk kaum wanita masyarakat Baduy
Luar mengenakan busana serupa sarung berwarna biru
kehitam-hitaman dari tumit sampai dada. Bisa digunakan
untuk pakaian sehari-hari di rumah. Bagi wanita yang sudah
menikah, biasanya membiarkan dadanya terbuka, sedangkan
bagi para gadis dadanya harus tertutup. Untuk pakaian
bepergian, biasanya kaum wanita Suku baduy Luar
mengenakan kebaya, kain tenun sarung berwarna biru
kehitam-hitaman, karembong, kain ikat pinggang dan
selendang.140
Kepercayaan masyarakat Baduy disebut sunda wiwitan
yang berakar pada pemujaan arwah nenek moyang
(animisme). Namun, perkembangan sekarang kepercayaan
sunda wiwitan sudah dipengaruhi oleh agama Islam. Banyak
warga yang memeluk agama islam, namun masih tetap
mempercayai kepercayaan sunda wiwitan.
140 Siti Astari, Baduy Jejak Terasing Prajurit Padjajaran, (Jakarta: Library Binus, 2009), h. 12-13
110
B. Latar Belakang Masyarakat Baduy Muallaf
Taylor berpendapat bahwa Indonesia merupakan suatu
negara yang sangat kaya akan keanekaragaman budaya, hal
ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa
dimana masing-masing suku bangsa tersebut memiliki
perbedaan dan keunikan baik dari segi bahasa daerah, adat
istiadat, kebiasaan, dan berbagai hal lain yang memperkaya
keanekaragaman dari budaya Indonesia itu sendiri.141 Salah
satunya Suku Baduy yang berada di kabupaten Lebak,
Banten.
Suku Baduy merupakan suku yang berada di wilayah oleh
Provinsi Banten yang keberadaannya di Kabupaten Lebak.
Masyarakat Baduy hidup dengan ketradisionalannya dan
gaya hidup mereka sangat memegang erat adat istiadat
peninggalan nenek moyang yang sama sekali tidak pernah
terpengaruh oleh perkembangan zaman.
Menurut Saleh Danasasmita dan Anis Djati Sunda, Baduy
adalah masyarakat setempat yang dijadikan mandala
(kawasan suci) secara resmi oleh raja, sebab masyarakatnya
diwajibkan untuk memelihara kabuyutan, tempat pemujaan
nenek moyang, namun bukan Hindu atau Budha. Kabuyutan
di Suku Baduy dikenal dengan Kabuyutan Jati Sunda atau
141 Ryan Prayogi, Endang Danial., Pergeseran Nilai-Nilai Budaya Pada Suku Bonai Sebagai Civic Culture Di Kecamatan Bonai Darussalam Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau., HUMANIKA/Vol.23 No.01/ISSN 1412-9418/2016., diakses pada tanggal 06 September 2019, pukul 03:17 WIB, h. 61
111
Sunda Wiwitan. Dari sinilah masyarakat Baduy sendiri
menyebut agamanya adalah Sunda Wiwitan yaitu sunda
pertama, hal ini asal usul Baduy secara tepat bisa ditemukan
dalam diri masyarakat Baduy sendiri yang kukuh dalam
melestarikan alam lindung pegunungan kendeng sebelum
ekspedisi Islam datang mengubah kepercayaan mereka.142
Jika dilihat secara sederhana, kepercayaan orang Baduy
tersebut cukup dekat dengan Islam. Orang Baduy yang hanya
mempercayai satu Tuhan yang mereka sebut dengan gusti nu
maha agung, gusti nu maha suci, atau sang hyang tunggal,
namun dalam hal kenabian mereka hanya percaya kepada
Nabi Adam dan Nabi Muhammad SAW. Menurut salah satu
tokoh adat Baduy mengatakan bahwa “Nabi Adam adalah
junjungan orang Baduy, dan mempercayai bahwa mereka
berasal dari Adam”.143
Masyarakat Baduy mempercayai juga dengan keberadaan
Nabi Muhammad SAW, namun sebagai adik terakhirnya dari
Nabi Adam AS yang biasa mereka sebut dengan istilah
“cikal bungsu”, dua puluh tiga nabi yang lainnya mereka
mengangap hanya sebuah perkumpulan saja. Oleh karena itu,
masyarakat Baduy jika ingin berpindah agama hanya bisa ke
142 Jurnal Masykur Wahid, Sunda Wiwitan Baduy: Agama Penjaga Alam Lindung di Desa Kanekes Banten, IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten., diakses pada tanggal 06 September 2019, Pukul 03:00 WIB, https://www.DATASKRIPSI/Jurnalsukubaduy/Jurnalsundawiwitanbaduy.pdf., h.2
143 Kiki M Hakiki, Identitas Orang Baduy, Al-Adyan/Vol.VI, No.01/Jan-Jun/2011., diakses pada tanggal 06 September 2019, pukul 03:19 WIB., h. 76
112
agama Islam, dan di perbolehkan oleh pu’un (kepala adat)
dengan syarat-syarat yang telah ditentukannya.144
Sumber nilai masyarakat Baduy dapat dilihat dari sebuah
pelaksanaan aturan yang di buat oleh pu’un (kepala suku
adat) dan menjadi sebuah kewajiban yang harus dilaksanaka
secara individu dan kelompok. Karena agama (kepercayaan)
dan budaya di Baduy saling berkaitan, jika meninggalkan
budaya sama halnya dengan meninggalkan agama. Seperti
menanam padi (ngahuma) berawal dari sebuah aturan
kemudian menjadi sebuah kebiasaan masyarakat Baduy
hingga menjad sebauh keyakinan bahwa menanam padi
(ngahuma) merupakan sebuah kewajiban dan pengabdian
masyarakat Baduy kepada kepala adat (pu’un).
Sebagaimana terjadi pada masyarakat Baduy di tahun
1987 terdapat delapan puluh satu orang masyarakat Baduy
yang mampu melawan tradisinya dan memilih dirinya untuk
menjadi seorang mu’alaf.145 Dengan alasan yang berbeda-
beda, seperti tidak ingin menjadi masyarakat adat, ingin
merubah kehidupan, dan ada juga yang mengatakan bahwa
dirinya sangat tertarik dengan keberagamaannya seorang
muslim.
144 Hasil wawancara pribadi dengan bapak KH. Zaenudin Amir., tanggal 20 Februari 2019. Pukul 16:30 WIB.
145 Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Mamay, istri dari bapak KH Zaenudin Amir., tanggal 20 Februari 2019, pukul 17:00 WIB.
113
Secara umum kata “muallaf” orang yang baru masuk
islam dan masih lemah imannya. Muallaf artinya orang yang
pengetahuan Islamnya masih kurang, sebab ia baru masuk
Islam. Ia menjalani perubahan keyakinan yang hal itu
berpengaruh pada kurangnya pengetahuan agama Islam.146
Oleh karena itu, pembimbing agama memberikan
pengetahuan dasar terlebih dahulu tentang agama islam serta
pemahaman mengenai ajaran agama Islam pada masyarakat
Baduy yang mu’alaf. Pembimbing agama juga memukimkan
masyarakat Baduy mu’alaf yang tidak jauh lokasinya dengan
tempat tinggal pembimbing, karena dalam adat Baduy ketika
penduduknya sudah melanggar aturan adat dan berpindah
kepercayaan, selain warga tersebut harus memberikan
sesajen atau yang biasa mereka sebut dengan seserahan
kepada kepala suku adat (“pu’un”), mereka juga harus
meninggalkan tempat tinggal, ladang, dan harta benda yang
mereka miliki. Hal seperti itu dilakukan sebagai bentuk
penghormatan dan sudah menjadi aturan adat Suku Baduy
dan tidak bisa dirubah oleh siapapun.
C. Letak Geografis Pemukiman Masyarakat Baduy Muallaf
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Lebak dan
ibukotanya adalah Rangkasbitung, secara geografis wilayah
Kabupaten Lebak berada pada 105 25’ – 106 30 BT dan 6
146 Harun Nasution (Eds), Ensiklopedia Islam di indonesia, Jilid 2 (Jakarta: Depag, 1993), h.744
114
18’ – 7 00’ LS. Bagian utara kabupaten ini berupa dataran
rendah, sedang di bagian selatan merupakan pegunungan.147
Gambar 1.1
(Gambar Peta Desa Jalupangmulya)
Masyarakat Baduy mu’alaf berada di bagian selatan Kota
Rangkasbitung dan lokasi pemukiman Baduy Mu’alaf berada
di dua titik wilayah Desa Jalupangmulya yaitu Sukatani dan
Sukamaju. Jalupangmulya merupakan salah satu desa yang
memiliki pemukiman masyarakat Baduy mu’alaf, dan bagian
dari Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Provinsi
Banten, jika di lihat dari peta yang berada di kantor desa,
luas wilayah keseluruhan Desa Jalupangmulya 1464,42 Ha
dengan skala 1, wilayah pemukiman Baduy mu’alaf berjarak
sekitar 30 KM dari Kota Rangkasbitung.
147 Profil Kabupaten Lebak Banten https://lebakkab.go.id/ di update pada tanggal 25 September 2019, pukul 19:00 WIB
115
D. Keadaan Lingkungan Masyarakat Baduy Muallaf
Keadaan masyarakat Baduy muallaf pemukimannya
sangat jauh dari keramaian kota, jarak yang di tempuh sekitar
dua jam tiga puluh menit dari Kota Rangkasbitung. Sebagian
masyarakat Baduy Muallaf ini tidak tinggal di pemukiman
yang telah disediakan oleh pembimbing agama melainkan
berdampingan dengan masyarakat pada umumnya, karena
mereka merasa hidupnya sudah selaras dengan masyarakat
pada umunya dan kebanyakan mereka yang tempat
tinggalnya sudah berada di luar pemukiman, keberadaan
ekonominya sudah diatas rata-rata sehingga untuk
membedakan penduduk asli dengan masyarakat Baduy
muslim sangat sulit. Bahkan apatur desa pun tidak memiliki
data masyarakat Baduy muallaf melainkan datanya dijadikan
satu dengan penduduk asli, karena untuk menghindari
terjadinya hal-hal yang tidak inginkan seperti pengasingan
atau kecemburuan sosial, baik pada penduduk asli maupun
pada masyarakat Baduy muslim.148
Secara keseluruhan masyarakat Baduy Muallaf yang
berada di lingkungan Desa Jalupangmulya dapat
diperkirakan sekitar 20% dari data penduduk secara
148 Wawancara pribadi dengan Bapak Apandi sebagai Apatarur desa dan masyarakat yang tinggal berdekatan dengan pemukiman Baduy mu’alaf, pada tanggal 23 September 2019, pukul 12:02 WIB
116
keseluruhan dengan jumlah 3536 penduduk.149 Namun
pembimbing agama memukimkan secara khusus masyarakat
Baduy muallaf yang baru saja memeluk agama islam sekitar
lima tahun dengan jumlah dua belas kepala keluarga, karena
sebelumnya mereka sangat erat dengan kebiasaan adat
istiadat yang berlaku di Suku Baduy.150
Dalam kesehariannya masyarakat Baduy Muallaf yang
tempat tinggalnya berada di pemukiman, saat ini hidupnya
sudah bersosialisasi dengan masyarakat setempat, karena
dalam ruang lingkup pemukiman Baduy muallaf dengan
masyarakat pada umumnya tidak terlalu berjauhan, bahkan
saat ada kegiatan yang di adakan oleh aparatur desa
sekalipun, mereka di libatkan dan diikut sertakan dalam
kegiatan tersebut.151
Namun ketika bertemu dengan orang baru, masyarakat
Baduy muallaf yang berada di pemukiman karakternya masih
sama dengan masyarakat Baduy Luar karena adanya rasa
takut untuk di pengaruhi oleh orang baru kecuali adanya
penjelasan atau arahan dari pembimbing agama terlebih
dahulu.
149 Wawancara pribadi dengan Bapak Apandi sebagai Apatarur desa dan masyarakat yang tinggal berdekatan dengan pemukiman Baduy mu’alaf, pada tanggal 23 September 2019, pukul 12:02 WIB
150 Hasil wawancara pribadi dengan bapak KH. Zaenudin Amir., tanggal 20 Februari 2019. Pukul 16:30 WIB.
151 Wawancara pribadi dengan Bapak Apandi sebagai Apatarur desa dan masyarakat yang tinggal berdekatan dengan pemukiman Baduy mu’alaf, pada tanggal 23 September 2019, pukul 12:02 WIB
117
Meskipun pada awalnya masyarakat Baduy Muallaf
dalam melakukan proses adaptasi dengan lingkungan
setempat cukup lama, membutuhkan waktu sekitar satu
sampai dua tahun.152 Karena sebelumnya mereka hidup
dalam aturan adat yang cukup kuat dari aspek sosial dan
budaya yang diturunkan dari agama dan keyakinan mereka
kepada pikukuh, dan setelah memeluk Agama Islam mereka
sudah terlepas dari aturan adat yang berlaku di Suku Baduy.
Dalam segi pendidikan pembimbing agama mendirikan
yayasan di lingkungan pemukiman mulai dari Taman Kanak-
kanak (TK), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah
Aliyah (MA), karena untuk Sekolah Dasar (SD) sudah ada
sejak lama, dan posisi Sekolah Dasar (SD) lokasinya sangat
strategis dan mudah di jangkau, namun Madrasah
Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) didirikan
oleh pembimbing agama berbasis pondok pesantren modern.
Sekolah tersebut didirikan untuk semua masyarakat yang
ingin belajar dengan menempuh jalur pendidikan yang
setinggi-tingginya, jika masyarakat Baduy Muallaf ingin
bersekolah, maka pembimbing tidak memungut biaya
sepeserpun bahkan pembimbing agama memberikan bantuan
pendidikan pada masyarakat Baduy Muallaf sampai
perguruan tinggi sekalipun, karena anak-anak masyarakat
152 Wawancara pribadi dengan Bapak Apandi sebagai Apatarur desa dan masyarakat yang tinggal berdekatan dengan pemukiman Baduy mu’alaf, pada tanggal 23 September 2019, pukul 12:02 WIB
118
Baduy Muallaf masih terbiasa dengan kehidupan adat
sebelumnya yang tidak bersekolah, ketika disarankan untuk
bersekolah oleh orangtua maupun pembimbing agama, tidak
sedikit anak-anak Baduy Muallaf yang pulang kerumah saat
jam pelajaran sekolah berlangsung.153
Karena pendidikan merupakan suatu faktor kebutuhan
dasar untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan
melalui pendidikan upaya peningkatan kesejahteraan bagi
masyarakat Baduy Muallaf dapat terwujudkan dan
pendidikan juga dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
masyarakat Baduy Muallaf.
Lingkungan pemukiman Baduy Muallaf secara
keseluruhan masyarakatnya menganut agama Islam yang
sesuai dengan Al-quran dan Al-hadits. Pembimbing agama
yang berada di Desa Jalupangmulya, Leuwidamar, Lebak-
Banten terdapat delapan pembimbing agama, namun yang
memberikan bimbingan agama kepada masyarakat Baduy
Muallaf hanya terdapat dua pembimbing agama yaitu Ustadz
Syam’un dan KH. Zaenudin Amir, karena jarak dari
kampung satu ke kampung yang lainnya cukup jauh dan
setiap menuju ke perkampungan yang lain harus melewati
hutan yang begitu luas. Di Desa Jalupangmulya,
Leuwidamar, Lebak-Banten secara keseluruhan terdapat
tujuh masjid, namun hanya satu masjid yang dekat dengan
153 Hasil wawancara pribadi dengan bapak KH. Zaenudin Amir., tanggal 20 Februari 2019. Pukul 16:30 WIB
119
pemukiman masyarakat Baduy Muallaf yaitu masjid Sultan
Hasanudin Al-Jawi.154
Pemahaman yang diberikan oleh pembimbing agama
mengenai ajaran Agama Islam kepada masyarakat Baduy
Muallaf berpacu pada Al-qur’an dan Al-Hadist dan
menjelaskannya dengan mengaitkan pada kehidupan sehari-
hari yang sering terjadi, biasanya pembimbing agama
memberikan bimbingan agama pada masyarakat Baduy
Muallaf dalam waktu seminggu dua kali yaitu pada hari
jumat pagi dan minggu siang, yang sering menghadiri
kegiatan bimbingan agama mayoritas ibu-ibu, untuk
penyampaian bimbingan agama kepada bapak-bapak
dilaksanakan pada saat ceramah khutbah solat jumat.155
Sebelum menjadi Muallaf pembimbing agama memberikan
pemahaman mengenai ajaran Agama Islam secara mendasar
pada masyarakat Baduy yang ingin menjadi seorang muslim,
kemudian setelah memeluk Agama Islam (muallaf)
pembimbing agama memberi pengetahuan dan pemahaman
secara mendalam mengenai ajaran Agama Islam, selain itu
memberi tuntunan praktek beribadah dan membaca al-Qur’an
pada masyarakat Baduy Muallaf.
154 Wawancara pribadi dengan Bapak Apandi sebagai Apatarur desa dan masyarakat yang tinggal berdekatan dengan pemukiman Baduy mu’alaf, pada tanggal 23 September 2019, pukul 12:02 WIB
155 Hasil wawancara pribadi dengan Ustadz Syam’un sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 23 Oktober 2019 pukul 11:56 WIB
120
Tidak cukup berhenti sampai disitu, pembimbing agama
juga memberikan bimbingan pada masyarakat Baduy muallaf
mengenai kemandirian dalam bidang ekonomi, tujuannya
agar masyarakat Baduy setelah menjadi mu’alaf dapat
menyelesaikan permasalahan ekonominya secara mandiri
tanpa bergantung pada orang lain. Pembimbing agama
memberikan arahan dalam mengembangkan potensi yang
selama ini mereka miliki, karna sebelumnya mereka telah
dibekali dengan beraneka macam kreatifitas selama di
Baduy, seperti berladang, berjualan, dan lain-lain.
Namun ketika mendapat bantuan, tidak sedikit masyarakat
Baduy muallaf menyalahgunakan bantuan tersebut, seperti
mendapat bantuan dari pemerintah dengan mendapatkan
sepetak tanah, setelah 10 tahun tanah tersebut dikelola
dengan baik, kemudian pemerintah memberikan sertifikat
tanah tersebut dengan atas nama sendiri. Pemerintah
memberikan bantuan tersebut dengan tujuan agar tanah dapat
dikelola dengan baik dan hasilnya untuk menyambung
kehidupan mereka kedepan sebagai sumber mata
pencehariannya. Namun, setelah mendapatkan sertifikat
tanah sebagai hak miliknya, tidak sedikit masyarakat Baduy
muallaf menggadaikan sertifikat tanah tersebut bahkan
sampai menjualnya kepada orang luar karena tergiurnya
dengan jumlah uang yang ditawarkan. Ada juga masyarakat
Baduy muallaf yang hanya mengandalkan bantuan dari
121
lembaga-lembaga sosial atau instansi pemerintahan dan
belum adanya sifat kerja keras yang tertanam pada
masyarakat Baduy muallaf.156 Maka dari itu pembimbing
agama mengarahkan masyrakat Baduy muallaf untuk bekerja
keras dan tidak mengandalkan bantuan orang lain.
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Surat Ar-Ra’du
ayat 11:
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah
keadaan (nasib) suatu kaum, sehingga mereka mengubah
keadaan (nasib) yang ada pada diri mereka sendiri”.157
Dari ayat diatas dapat di tafsirkan dalam tafsir Quraish
Shihab bahwa sesungguhnya Allah swt yang memelihara
kalian. Setiap manusia memiliki sejumlah malaikat yang
bertugas atas perintah Allah swt untuk menjaga dan
memeliharanya. Mereka ada yang menjaga dari arah depan
dan ada juga yang menjaga dari arah belakang. Demikian
pula, Allah swt tidak akan mengubah nasib suatu bangsa dari
susah menjadi bahagia, atau dari kuat menjadi lemah,
sebelum mereka sendiri yang mengubah apa yang ada diri
mereka sesuai dengan keadaan yang akan mereka jalani.
156 Wawancara pribadi dengan Bapak Apandi sebagai Apatarur desa dan masyarakat yang tinggal berdekatan dengan pemukiman Baduy mu’alaf, pada tanggal 23 September 2019, pukul 12:02 WIB
157 Dalam Al-Qur’an Surat Ar-Ra’d ayat 11 tentang bekerja keras
122
Apabila Allah swt berkehendak memberi bencana pada suatu
bangsa, tidak akan ada seorang pun yang dapat melindungi
mereka dari bencana itu. Tidak ada seorang pun yang
mengendalikan urusan kalian hingga dapat menolak bencana
itu.158
Oleh karena itu, pembimbing agama memberikan
motivasi pada masyarakat Jalupangmulya khususnya pada
masyarakat baduy muallaf agar tetap semangat dalam bekerja
dan tidak mudah putus asa serta lebih sabar dalam
menghadapi segala cobaan. Karena untuk sumber mata
pencaharian masyarakat Baduy muallaf ialah hanya
mengandalkan kekuatan fisiknya, seperti pekerja bangunan,
buruh cuci atau nyetrika di rumah tetangga, menggarap
ladang orang lain dengan keuntungan di bagi dua tanpa
memperhitungkan tenaga yang sudah dikeluarkan, dan
berjualan kecil-kecilan.159
158 Tafsir Quraish Shihab, di akses pada tanggal 14 Desember 2019, pukul 00:53 WIB, https://tafsir.com
159 Hasil wawancara pribadi dengan Saija sebagai tokoh masyarakat Baduy muallaf di pemukiman masyarakat Baduy Jalupangmulya, Lebak-Banten, pada tanggal 05 November 2019 pukul 09:48 WIB
123
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Data Informan
1. Pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf di
pemukiman Jalupangmulya, Leuwidamar, Lebak-
Banten.
a. Ustadz Syam’un
Informan pertama adalah Ustadz Syam’un sebagai
pembimbing agama di pemukiman masyarakat Baduy
Muallaf Jalupangmulya, Leuwidamar, Lebak-Banten.
Saat ini beliau berusia 41 tahun, dengan rasa
empatinya terhadap masyarakat Baduy Muallaf,
ustadz Syam’un memberikan bimbingan agama tanpa
mengharapkan imbalan dari siapapun. Beliau
mengatakan:
“Untuk menjadi pembimbing agama masyarakat
Baduy muallaf, saya hanya dibekali dengan
keyakinan dan doa”.160
Untuk menjadi pembimbing agama pada
masyarakat Baduy muallaf, pembimbing merasa
dirinya terpanggil untuk membantu gurunya serta
160 Hasil wawancara pribadi dengan Ustadz Syam’un sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 23 Oktober 2019 pukul 11:56 WIB
124
ingin mengamalkan ilmunya yang telah ia dapat
selama di Pondok Pesantren.161
“Buat jadi ustadz disini, saya merasa diri saya ini
terpanggil oleh guru saya melalui mimpi. Untuk
membantu guru saya dengan mengamalkan ilmu
yang sudah kita dapatkan, meskipun hanya satu
huruf”.162
Latar belakang pendidikan Ustadz Syam’un
menempuh pendidikan di Sekolah Dasar (SD), dan
melanjutkan pendidikannya di pondok pesantren
salafi dengan tujuan untuk mempelajari dan
mendalami ilmu agama islam. Beliau menjadi
pembimbing agama untuk masyarakat Baduy muallaf
kurang lebih sekitar 15 tahun hingga saat ini. Beliau
tidak hanya memberikan bimbingan agama islam saja
namun mengarahkan masyarakat Baduy muallaf agar
menjadi manusia yang mandiri dalam menyelesaikan
persoalan ekonomi, agar tidak bergantung pada
pemberian orang lain, dan memberikan motivasi
untuk terus bekerja keras dengan potensi yang
masyarakat Baduy miliki.
161 Hasil wawancara pribadi dengan Ustadz Syam’un sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 23 Oktober 2019 pukul 11:56 WIB
162 Hasil wawancara pribadi dengan Ustadz Syam’un sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 23 Oktober 2019 pukul 11:56 WIB
125
b. KH Zaenudin Amir
Informan kedua adalah KH Zaenudin Amir
sebagai pembimbing agama di pemukiman
masyarakat Baduy muallaf Jalupangmulya,
Leuwidamar, Lebak-Banten. Beliau kelahiran tahun
1960, saat usianya yang ke 26 tahun beliau mulai
mengisi ceramah ke berbagai tempat pengajian
disekitar Kecamatan Leuwidamar, selain itu beliau
juga mensyiarkan ajaran agama Islam pada
masyarakat Baduy Luar, karena salah satu tujuan
beliau adalah untuk memuallafkan masyarakat Baduy
Luar dan mensejahterakan hidupnya.163
Hingga saat ini, beliau menjadi seorang
pembimbing agama di pemukiman masyarakat Baduy
yang sudah memeluk agama islam (muallaf) sejak
tahun 1987, beliau juga mendirikan pondok pesantren
modern di dekat pemukiman masyarakat Baduy
muallaf, agar anak-anak masyarakat Baduy muallaf
dapat menempuh pendidikan secara gratis, setiap
tahun ada saja instansi lain yang memberikan bantuan
untuk masyarakat Baduy muallaf, bantuan untuk
163 Hasil wawancara pribadi dengan KH Zaenudin sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 05 November 2019 pukul 07:48 WIB
126
pendidikan maupun bantuan untuk modal usaha dan
lain-lain.164
KH Zaenudin Amir selain memberikan ceramah
mengenai ajaran agama Islam pada masyarakat
Baduy muallaf, beliau juga mengajarkan masyarakat
Baduy muallaf dalam membaca Al-qur’an dan
tatacara praktek beribadah dalam ajaran agama Islam.
Beliau memberikan arahan pada masyarakat Baduy
muallaf agar giat dalam menuntut ilmu dan bekerja
untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
2. Masyarakat Baduy Mu’alaf di Pemukiman
Jalupangmulya, Leuwidamar, Lebak-Banten.
a. Saija
Saija merupakan informan yang pertama, beliau di
lokasi pemukiman Baduy muallaf sebagai
“kasepuhan” (tokoh masyarakat) di pemukiman
Jalupangmulya, Leuwidamar, Lebak-Banten. Saat ini
beliau berusia 52 tahun dan bekerja sebagai pedagang
kecil-kecilan di sekitar pemukiman. Saat menjadi
masyarakat adat Baduy Luar kehidupan saija merasa
banyak tekanan, baik permasalahan keluarga dan
yang paling membuat saija tertekan terutama dalam
pemecahan masalah ekonomi. Untuk mendapatkan
164 Hasil wawancara pribadi dengan KH Zaenudin sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 05 November 2019 pukul 07:48 WIB
127
penghasilan masyarakat Baduy hanya di perbolehkan
“ngahuma” (berladang) dan berjualan, karena
berladang dalam adat masyarakat Baduy Luar
merupakan sebuah pengabdian dirinya kepada
“pu’un” (kepala adat), sedangkan berjualan sebagai
penghasilan tambahan untuk memenuhi
kebutuhannya sehari-hari. Namun, hasil dari
penjualannya saija tersebut belum mencukupi untuk
menutupi kebutuhannya seperti kebutuhan pangan,
karena mereka merasa tidak mendapat kebebasan
dalam bekerja. Oleh karena itu, tidak sedikit
masyarakat Baduy yang memilih untuk menjadi
seorang muslim karena ingin memperbaiki keadaan
ekonomi agar mendapat kebebasan dalam bekerja
serta dapat terlepas dari aturan adat yang berlaku.165
“Saat saya masih menjadi masyarakat, hidup saya
merasa banyak tekanan dan aturan adat yang
terlalu mengekang saya dalam bekerja, begitu
juga dengan teman-teman saya yang lain”.166
165 Hasil wawancara pribadi dengan Saija sebagai tokoh masyarakat Baduy muallaf di pemukiman masyarakat Baduy Jalupangmulya, Lebak-Banten, pada tanggal 05 November 2019 pukul 09:48 WIB
166 Hasil wawancara pribadi dengan Saija sebagai tokoh masyarakat Baduy muallaf di pemukiman masyarakat Baduy Jalupangmulya, Lebak-Banten, pada tanggal 05 November 2019 pukul 09:48 WIB
128
Pada usianya ke 21 tahun yakni sekitar tahun
1998, beliau sering pergi ke daerah Ibu Kota untuk
berjualan madu asli dari hutan Baduy, keberadaannya
Saija di Ibukota seringkali berbulan-bulan. Konflik di
daerah Ibukota pada saat itu sangat marak yaitu
tentang maraknya reformasi, disana beliau sangat
kebingungan dengan adanya perseteruan yang begitu
ramai dan beliau masih tetap berjualan madu ditengah
keramayan konflik. Setelah sekian lama, beliau mulai
memikirkan tentang keberadaan dirinya di muka
bumi ini dan merasa bahwa dirinya sebagai
masyarakat yang terbelakang, sangat tertinggal
dengan perkembangan zaman.167
“Ketika saya berusia 21 tahun, saya berjualan
madu ke jakarta dengan teman saya, disana kami
kebingungan dengan kerusahan yang terjadi di
Jakarta, kami seperti manusia kurang pergaulan
pada saat itu”.168
Pada saat itu beliau memiliki keinginan rasa untuk
menjadi seorang muslim, namun masih memikirkan
resiko keluarga yang masih terikat dengan hukum
167 Hasil wawancara pribadi dengan Saija sebagai tokoh masyarakat Baduy muallaf di pemukiman masyarakat Baduy Jalupangmulya, Lebak-Banten, pada tanggal 05 November 2019 pukul 09:48 WIB
168 Hasil wawancara pribadi dengan Saija sebagai tokoh masyarakat Baduy muallaf di pemukiman masyarakat Baduy Jalupangmulya, Lebak-Banten, pada tanggal 05 November 2019 pukul 09:48 WIB
129
adat dan harus Saija tinggalkan, karena beliau tidak
ingin keluarganya menjadi seorang muslim atas dasar
paksaan darinya.169
“Saya itu sebenernya sudah lama ingin beragama
Islam, tapi saya masih memikirkan nasib keluarga
saya yang memang harus saya tinggalkan,
terutama kedua orang tua”.170
Pada usianya yang ke 25 tahun, beliau mulai pergi
lagi ke daerah Ibukota untuk berjualan, setelah
merasa konflik di Ibukota sudah mulai mereda dan
tidak ramai lagi di perbincang oleh banyak orang. Di
pertengahan perjalanannya, beliau sejenak
beristirahat di sebuah warung dan mendengar suara
lantunan adzan yang mengetarkan hatinya tidak
seperti biasanya. Beliau melanjutkan perjalanan untuk
berjualan, selama diperjalanan beliau sering
mendengar suara lantunan adzan yang membuat hati
dan pikiran beliau merasa lebih tenang dari
biasanya.171
169 Hasil wawancara pribadi dengan Saija sebagai tokoh masyarakat Baduy muallaf di pemukiman masyarakat Baduy Jalupangmulya, Lebak-Banten, pada tanggal 05 November 2019 pukul 09:48 WIB
170 Hasil wawancara pribadi dengan Saija sebagai tokoh masyarakat Baduy muallaf di pemukiman masyarakat Baduy Jalupangmulya, Lebak-Banten, pada tanggal 05 November 2019 pukul 09:48 WIB
171 Hasil wawancara pribadi dengan Saija sebagai tokoh masyarakat Baduy muallaf di pemukiman masyarakat Baduy Jalupangmulya, Lebak-Banten, pada tanggal 05 November 2019 pukul 09:48 WIB
130
“Saat saya dan teman-teman kembali lagi ke
jakarta untuk berjualan madu, saya merasa ada
keanehan dalam hati saya, ketika mendengar suara
adzan, tiba-tiba saya tenang aja gitu hatinya,
merasa tentram, damai”.172
Kemudian beliau kembali ke kampung
halamannya untuk menemui ustadz dan bercerita
tentang apa yang terjadi pada dirinya kepada KH
Zaenudin Amir selama Saija berjualan di Ibukota,
setelah itu beliau meminta restu pada keluarganya
untuk menjadi seorang muslim. Segala resiko yang
terjadi telah beliau pertimbangkan dengan begitu
matang, terpaan yang menimpa dirinya akan beliau
terima dengan hati yang lapang, dengan kesungguhan
hati beliau berkeinginan keras untuk menjadi seorang
muslim karena Allah swt, kemudian KH Zaenudin
Amir menuntun Saija dengan mengucapkan dua
kalimat syahadat dan menuntunnya dalam praktek
Ibadah sesuai ajaran agama Islam.173
“Pulang jualan dari jakarta, saya langsung cerita
sama pak ustadz, setelah itu saya minta langsung
172 Hasil wawancara pribadi dengan Saija sebagai tokoh masyarakat Baduy muallaf di pemukiman masyarakat Baduy Jalupangmulya, Lebak-Banten, pada tanggal 05 November 2019 pukul 09:48 WIB
173 Hasil wawancara pribadi dengan Saija sebagai tokoh masyarakat Baduy muallaf di pemukiman masyarakat Baduy Jalupangmulya, Lebak-Banten, pada tanggal 05 November 2019 pukul 09:48 WIB
131
di pimpin untuk menjadi seorang muslim sama pak
ustadz”
Setelah menjadi seorang muslim, Saija tinggal di
pemukiman dan sering kali diajak untuk menemani
KH Zaenudin Amir mengisi ceramah ke berbagai
macam tempat sambil mempelajari ajaran agama
Islam selama kurang lebih lima tahun, kemudian
Saija menikah dengan tetangganya yaitu Santi (nama
disamarkan) yang rumahnya berada di Kampung
Cisimeut, akantetapi Saija dengan istrinya hanya
berbeda desa saja. Setelah menikah saija bekerja
sebagai pekerja bangunan di perkampungan sekitar
kecamatan Leuwidamar dan saat ini Saija memiliki
warung kecil-kecilan di sekitar pemukiman.
Penghasilan Saija rata-rata perbulan mencapai sekitar
Tiga Rarus Lima Puluh Ribu Rupiah dari hasil
usahanya sebagai pedagang kecil-kecilan dan pekerja
bangunan.174
“Setelah masuk Islam saya di buatkan
kamar sama pak ustadz di pemukiman,
setelah itu saya di bimbing agamanya
sama pak ustadz, jadi kuli bangunan,
dan belajar agamanya, selain di rumah,
174 Hasil wawancara pribadi dengan Saija sebagai tokoh masyarakat Baduy muallaf di pemukiman masyarakat Baduy Jalupangmulya, Lebak-Banten, pada tanggal 05 November 2019 pukul 09:48 WIB
132
saya itu sering diajak pak ustadz untuk
menemani pak ustadz ceramah di
tetangga kampung”.175
b. Medi Marsinun
Medi Marsinun merupakan informan kedua
sebagai masyarakat Baduy muallaf. Sebelum
memeluk agama Islam, di Suku Baduy Luar Medi
sebagai tokoh muda (Wakil Jaro Pamarentah) yang
disegani oleh masyarakat Baduy Luar dari kalangan
anak remaja sampai dewasa. Medi lahir pada tanggal
04 Oktober 1972, dan menikah pada tahun 1990
dengan Aisyah yang lahir pada tangal 27 Juni 1977.
Mereka dikaruniai dua orang anak laki-laki dan satu
orang anak perempuan.176
Selama menjadi masyarakat adat dan tokoh muda
di Suku Baduy Luar, Medi mengalami kejanggalan
dalam hatinya terhadap peraturan adat yang ada dan
kehidupan realita yang medi alami. Medi
mengatakan:
“Saya itu sebelum jadi wakil jaro sampai
jadi wakil jaro, suka heran sama aturan
175 Hasil wawancara pribadi dengan Saija sebagai tokoh masyarakat Baduy muallaf di pemukiman masyarakat Baduy Jalupangmulya, Lebak-Banten, pada tanggal 05 November 2019 pukul 09:48 WIB
176 Hasil wawancara pribadi dengan Medi sebagai masyarakat Baduy muallaf Leuwidamar, Lebak-Banten, pada tanggal 06 November 2019 pukul 09:22 WIB
133
adat dengan kehidupan yang sedang kita
jalani, itu sangat berbeda jauh”.177
Pada suatu hari medi mendapat undangan untuk
mengisi acara pertunjukan adat di daerah perkotaan
yaitu pada hari jumat. Kemudian Medi mengajak
teman-temannya untuk mengisi acara pertunjukan,
untuk menuju lokasi pertunjukan Medi dan teman-
teman menggunakan kendaraan roda empat dan
menyewanya dengan waktu yang harus ditempuh
kurang lebih sekitar enam jam dari Suku Baduy Luar
ke lokasi undangan.178
Karena supir mereka seorang muslim, dalam
pertengahan perjalanan supir meminta istirahat untuk
melakukan ibadah solat jumat dan teman-teman medi
melakukan makan siang, sedangkan medi hanya diam
didalam mobil karena merasa malu dengan umat dan
matanya terus menatap kearah masjid. Setelah umat
muslim melakukan ibadah solat jumat dan medi
melihat saling berjabat tangan dengan umat muslim
yang lainnya, baik yang mereka kenal atau tidak.
Akhirnya medi menanyakan kejadian tersebut pada
177 Hasil wawancara pribadi dengan Medi sebagai masyarakat Baduy muallaf Leuwidamar, Lebak-Banten, pada tanggal 06 November 2019 pukul 09:22 WIB
178 Hasil wawancara pribadi dengan Medi sebagai masyarakat Baduy muallaf Leuwidamar, Lebak-Banten, pada tanggal 06 November 2019 pukul 09:22 WIB
134
supirnya. Kemudian supirnya memberi tahu medi
bahwa “agama Islam mengajarkan ketika bertemu
dengan sesama umat muslim dimanapun
keberadaannya, itu berarti saudara”.179
Setelah melakukan pertunjukan Adat Baduy di
daerah perkotaan, Medi dan teman-temannya
langsung menuju pulang. Setelah sampai di rumah,
Medi meminta izin kepada istri dan pihak kelurga
untuk menjadi seorang muslim. Medi mengatakan:
“Saya itu awal mula pengen masuk
Islam itu sangat simple, karena melihat
orang muslim saat keluar dari masjid itu
saling bersalaman dan saudara umat
muslim itu ternyata banyak”.180
Kontrofersi yang terjadi dari pihak kelurga kelurga
Medi sendiri maupun keluarga istri, Medi sempat
tidak di akui sebagai anak oleh kedua orang tuanya
dan pengasingan dari semua pihak keluarga dan tidak
ada satupun yang dapat merubah tekad medi untuk
menjadi seorang muslim.
179 Hasil wawancara pribadi dengan Medi sebagai masyarakat Baduy muallaf Leuwidamar, Lebak-Banten, pada tanggal 06 November 2019 pukul 09:22 WIB
180 Hasil wawancara pribadi dengan Medi sebagai masyarakat Baduy muallaf Leuwidamar, Lebak-Banten, pada tanggal 06 November 2019 pukul 09:22 WIB
135
“ketika saya minta izin buat masuk
Islam, saya itu sempat berdebat dengan
keluarga saya sampai dibawakan golok
yang sangat tajam sama bapak saya.
Dan setelah masuk Islam, saya sempat
diasingkan oleh semua keluarga, dan
tidak dianggap sebagai
darahdagingnya”.181
Untuk mendalami pengetahuan dan pemahaman
tentang ajaran agama Islam berkisar kurang lebih dua
sampai tiga tahun, sehingga tumbuhnya rasa
keyakinan terhadap ke-Esa-an Allah swt dan percaya
serta yakin dengan ke-Maha Kuasa-an Allah swt yang
disampaikan oleh ustadz-ustadz di pondok pesantren.
Setelah keyakinan terhadap Allah swt itu tumbuh
dalam hatinya, medi tidak lagi mengalami
kekhawatiran yang mendalam dengan tidak adanya
tempat tinggal dan rezeki yang memang sudah diatur
oleh Allah swt, yang paling utama dari kita sebagai
umat muslim yaitu terus berusaha/ikhtiar dengan
181 Hasil wawancara pribadi dengan Medi sebagai masyarakat Baduy muallaf Leuwidamar, Lebak-Banten, pada tanggal 06 November 2019 pukul 09:22 WIB
136
sungguh-sungguh untuk mendapatkan rezeki tersebut
dan tidak mudah putus asa.182
“Kalau masalah rezeki, yang penting
kita mau berusaha dan percaya sama
takdir Allah swt”.183
Selama medi menjadi seorang muslim, medi
merasa kurang adanya perhatian penuh dari
pemerintah setempat kepada masyarakat Baduy
muallaf untuk penyediaan tempat tinggal dan itu
menjadi bagian paling penting. Karena ketika
masyarakat Baduy Luar ingin menjadi muallaf, mulai
dari tempat tinggal, ladang, serta barang berharga
yang sudah dimiliki selama menjadi masyarakat adat,
itu harus ditinggalkan dan menjadi bagian dari hukum
adat. Permasalah etika maupun sopan santun yang
terjadi pada masyarakat Baduy itu memang tidak
diajarkan dari sejak kecil. Namun, terkait prinsip
ekonomi masyakat Baduy bahwa rezeki itu ada
didepan dan permasalahan ekonomi tidak dijadikan
beban terbesar dalam hidupnya, dan masyarakat
Baduy tidak pernah memiliki pinjaman apapun
kepada tetangganya bahkan kepada orang terdekat
182 Hasil wawancara pribadi dengan Medi sebagai masyarakat Baduy muallaf Leuwidamar, Lebak-Banten, pada tanggal 06 November 2019 pukul 09:22 WIB 183 Hasil wawancara pribadi dengan Medi sebagai masyarakat Baduy muallaf Leuwidamar, Lebak-Banten, pada tanggal 06 November 2019 pukul 09:22 WIB
137
sekalipun dengan alasan mati tidak pernah pasti dan
ketika orang mati tidak boleh meninggalkan hutang
karena tidak ada yang membayarnya.184
“Pemerintah disini mah kurang
perhatian sama kita, mangkanya banyak
masyarakat Baduy muallaf yang balik
lagi, saya yakin orang Baduy itu
semangat kalau masalah kerja, yang
penting jangan di hasut aja
pikirannya”.185
Kerja keras masyarakat Baduy potensinya sangat
besar, cara menabung masyarakat Baduy yaitu
dengan cara membeli emas. Hanya saja ketika sudah
menjadi muallaf, banyak masyarakat luar yang
memberi informasi yang tidak benar kepada
masyarakat Baduy muallaf dengan mengatakan
bahwa ketika seseorang baru saja masuk agama
Islam, akan mendapat banyak bantuan dari semua
instansi. Sejak saat itu pikiran dan prinsip kerja keras
184 Hasil wawancara pribadi dengan Medi sebagai masyarakat Baduy muallaf Leuwidamar, Lebak-Banten, pada tanggal 06 November 2019 pukul 09:22 WIB
185 Hasil wawancara pribadi dengan Medi sebagai masyarakat Baduy muallaf Leuwidamar, Lebak-Banten, pada tanggal 06 November 2019 pukul 09:22 WIB
138
masyarakat Baduy yang sudah memeluk agama islam
mulai hilang sedikit demi sedikit.186
Banyak kesamaan antara ajaran Suku Baduy
dengan ajaran agama Islam, salah satunya yaitu adat
Baduy juga mengajarkan untuk mencari rezeki,
masyarakat Baduy diwajibkan untuk mendapatkan
rezeki yang halal, perbanyak bersedekah, dan yang
paling dilarang adat yaitu dengan menduakan Tuhan
karena Tuhan menurut Suku Baduy sebagai karuhun
atau nenek moyang masyarakat Baduy dan orang
yang melakukan hal tersebut akan mendapat hukuman
adat yang paling berat. Hukuman terberat adat yaitu
pengasingan dan bekerja tanpa diberikan upah uang
ataupun makan. Maka dari itu banyak masyarakat
Baduy yang memeluk agama Islam karena pu’un
(kapala adat) mengizinkan jika ada masyarakat Baduy
yang ingin memeluk agama Islam, meskipun terjadi
kontrofersi dengan pihak kelurga sekalipun, karena
yang memiliki banyak kewenangan adalah pu’un
(kepala adat). Adat Baduy dengan Agama Islam
merasa ada kedekatan. Jika ada masyarakat Baduy
yang memeluk agama Islam kemudian ingin kembali
menjadi masyarakat adat Baduy, maka adat
186 Hasil wawancara pribadi dengan Medi sebagai masyarakat Baduy muallaf Leuwidamar, Lebak-Banten, pada tanggal 06 November 2019 pukul 09:22 WIB
139
menerimanya kembali. Meskipun ada syarat-syarat
yang telah ditentukan oleh tokoh adat, seperti
melakukan upacara ritual, dimandikan dan lain-lain.
Sedangkan jika ada masyarakat Baduy yang
berpindah keyakinan selain pada agama Islam, jika
ingin kembali menjadi masyarakat Adat Baduy, maka
orang tersebut harus masuk Islam terlebih dahulu,
karena yang mereka bisa terima hanya orang-orang
yang beragama Islam.187
Sebelum memeluk agama Islam, medi sangat
menginginkan untuk menempuh pendidikan formal
seperti masyarkat pada umunya, namun Adat Baduy
melarang masyarakatnya untuk melakukan
pendidikan formal, karena adat berkeyakinan jika
masyarakatnya diizinkan untuk melakukan
pendidikan formal, maka tidak ada lagi
masyarakatnya yang ingin berladang (Ngahuma), dan
itu menjadi bagian yang di khawatirkan oleh adat,
karena ibadahnya masyarakat Baduy yaitu melakukan
upacara adat. Setiap melakukan upacara adat
187 Hasil wawancara pribadi dengan Medi sebagai masyarakat Baduy muallaf Leuwidamar, Lebak-Banten, pada tanggal 06 November 2019 pukul 09:22 WIB
140
masyarakat Baduy diwajibkan untuk membawa
makanan dengan hasil tanaman sendiri.188
“Saya itu sebenernya pengen sekolah
dari dulu, pas saya masih jadi
masyarakat Adat, Cumakan pu’un
ngelarang, sampe saya jadi wakil Jaro
belum kesampean. Alhamdulillah pas
saya masuk Islam saya dikasih saran
sama pak ustadz buat ikut paket, setelah
itu saya kuliah jalur beasiswa di UNMA
Pandeglang Banten dan sekarang kuliah
alhamdulillah dikasih rezeki lagi sama
Allah swt, kulaih program Magister
jalur beasiswa juga di UNTIRTA
Serang Banten, sambil kerja jadi asdos
(asisten dosen) di UNMA Pandeglang
Banten, bantuin dosen saya”.189
Setelah beberapa tahun menjadi muallaf dan
menggali pengetahuan serta pemahaman mengenai
ajaran agama Islam. Medi disarankan oleh
pembimbing agamanya untuk mengikuti ujian paket
188 Hasil wawancara pribadi dengan Medi sebagai masyarakat Baduy muallaf Leuwidamar, Lebak-Banten, pada tanggal 06 November 2019 pukul 09:22 WIB
189 Hasil wawancara pribadi dengan Medi sebagai masyarakat Baduy muallaf Leuwidamar, Lebak-Banten, pada tanggal 06 November 2019 pukul 09:22 WIB
141
A, paket B, dan Paket C. Kemudian medi menempuh
pendidikan perguruan tinggi di Universitas Matla’ul
Anwar Pandeglang Banten pada tahun 2009 melalui
jalur beasiswa dengan mengambil jurusan hukum.
Kemudian medi melanjutkan pendidikan program
magister pada tahun 2019 di Universitas Negeri
Tirtayasa Serang Banten melalui jalur besiswa.
Saat ini medi bekerja sebagai asisten dosen mata
kuliah hukum adat di Universitas Matla’ul Anwar
Pandeglang Banten. Selama menjadi seorang
mahasiswa, medi terus menggali informasi tentang
sejarah Banten dan mengaitkannya dengan kehidupan
sebelumnya ketika di Baduy. Maka medi semakin
bertekad kuat untuk menjadi seorang muslim dan
tidak kembali lagi untuk menjadi masyarakat adat,
dengan alasan karena medi merasa bahwa Suku
Baduy terlalu egois yang mengaku bahwa dunia itu
milik masyarakat Baduy dan masyarakat Baduy tidak
pernah ada pengakuan kebenaran sejarah Banten.190
B. Temuan Lapangan
1. Hambatan Dalam Proses Penelitian
Hambatan peneliti dalam penelitian ini adalah
jarak yang harus ditempuh oleh peneliti untuk menuju
190 Hasil wawancara pribadi dengan Medi sebagai masyarakat Baduy muallaf Leuwidamar, Lebak-Banten, pada tanggal 06 November 2019 pukul 09:22 WIB
142
lokasi penelitian di pemukiman masyarakat Baduy
muallaf Jalupangmulya, Kecamatan Leuwidamar,
Lebak-Banten, selama tiga jam perjalanan. Sehingga
untuk menuju lokasi penelitian, peneliti melakukan
keberangkatan pada pukul 06.00 pagi WIB, karena
kondisi lokasi penelitian yang sangat rawan pada
malam hari dan tidak memungkinkan peneliti untuk
bermalam di lokasi penelitian. Jalan untuk menuju
lokasi penelitian masih berbatu dan rawan terjadi
longsor ketika musim hujan, karena dikelilingi oleh
bukit dan jurang. Jarak antar kampung yang terlalu
berjauhan, sehingga peniliti harus melewati hutan
yang cukup luas.
Lalu kendala lainnya yaitu minimnya transportasi
umum di sekitar lokasi penelitian. Dan yang peneliti
ketahui angkutan umum di sekitar lokasi penelitian
hanya beroprasi sampai pukul 13.00 WIB, setelah itu
peneliti akan kesulitan mendapatkan angkutan umum.
Bahkan saat di lokasi penelitian, peneliti tidak melihat
adanya penduduk yang menggunakan ojek online dan
ojek pangkalan. Sehingga peneliti harus selalu
melihat waktu agar dapat menyesuaikan dengan jam
kendaraan umum ketika peneliti akan pulang.
Hambatan pada informan, peneliti mengalami
kesulitan untuk mewawancarai masyarakat Baduy
143
muallaf. Karena karakter masyarakat Baduy muallaf
masih sama seperti masyarakat Baduy, ketika
bertemu dengan orang baru selalu menghindar,
sehingga peneliti mengalami kesulitan dalam
menemukan data. Selain itu, masyarakat Baduy
muallaf mengalami ketakutan ketika hendak
diwawancarai oleh orang yang baru mereka kenal,
karena sebelumnya mereka masyarakat adat yang
memang ketika bertemu dengan orang baru yang
mereka kenali yaitu dengan cara membatasi dirinya
dalam berkomunikasi.
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan solusi
agar tetap bisa mewawancarai masyarakat Baduy
muallaf untuk menemukan data berupa pemberian
informasi dari masyarakat Baduy muallaf di
pemukiman Jalupangmulya, Leuwidamar, Lebak-
Banten, dengan cara peniliti meminta bantuan kepada
pembimbing agama agar masyarakat Baduy muallaf
bersedia untuk memberikan informasinya. Dengan
bantuan pembimbing agama, peneliti menemukan dua
informan yang bersedia untuk diwawancarai oleh
peneliti sesuai dengan pedoman wawancara yaitu
tokoh masyarakat (kasepuhan) Baduy muallaf di
Pemukiman Jalupangmulya, Leuwidamar, Lebak-
Banten, dan satu mahasiswa yang sedang
144
menjalankan program Magister di Universitas Negeri
Tirtayasa Banten.
Perlu diketahui bahwa peneliti sudah melakukan
pendekatan terlebih dahulu pada masyarakat Baduy
muallaf selama sepuluh bulan, namun masyarakat
Baduy muallaf tetap saja dengan karakternya yang
tidak mau terbuka dengan orang asing dari luar
pemukiman masyarakat Baduy muallaf.
2. Bimbingan Agama Bagi Masyarakat Baduy
Muallaf Untuk Kemandirian Ekonomi di
Pemukiman Masyarakat Baduy Jalupangmulya,
Leuwidamar, Lebak-Banten.
Adapun program yang dilakukan oleh
pembimbing agama pada masyarakat Baduy muallaf
di Pemukiman Masyarakat Baduy Jalupangmulya,
Leuwidamar, Lebak Banten, sebagai berikut:
1. Pengislaman
Salah satu tujuan pembimbing agama yaitu
mengislamkan masyarakat Baduy Luar dan menjadi
sebuah perintah dari kepala suku adat (pu’un) Baduy
untuk mengislamkan masyarakat Baduy yang sudah
melanggar ketetapan adat, karena sudah banyak
masyarakat Baduy Luar yang sudah melanggar
ketetapan adat secara diam-diam dari kepala suku
145
adat, seperti memiliki alat elektronik, perhiasan yang
berlebihan dan menginvestasikan uang di bank.191
“Mengislamkan masyarakat Baduy Luar
itu memang tujuan saya, selain itu pu’un
juga mengizinkan masyarakatnya untuk
berpindah ke agama islam bagi yang
melanggar aturan adat”.192
Ketika masyarakat Baduy telah menjadi seorang
muslim (muallaf), masyarakat Baduy muallaf ini
memiliki keanekaragaman yang berbeda-beda yaitu
muallaf fastabiqul khairat (muallaf yang seperti ini
mereka dengan ketulusan dan kesungguhan hatinya
ingin menjadi seorang muslim, sehingga mereka
sangat dalam rasa keingintahuannya ajaran agama
Islam masyarakat Baduy muallaf dan
mengamalkannya dengan baik serta rutin dalam
mengikuti kegiatan bimbingan agama), muallaf
muktazim (muallaf yang seperti ini rasa
keingintahuannya mengenai ajaran Islam hanya
setengah-setengah, dalam mengikuti kegiatan
bimbingan agama yang diadakan jarang untuk
191 Hasil wawancara pribadi dengan KH Zaenudin sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 05 November 2019 pukul 07:48 WIB
192 Hasil wawancara pribadi dengan KH Zaenudin sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 05 November 2019 pukul 07:48 WIB
146
mengikutinya), dan ada juga muallaf yang betul-betul
hanya ingin keluar dari ikatan adat Baduy saja, ketika
sudah memeluk agama Islam mereka tidak ingin
melakukan apapun bahkan kewajiban seorang muslim
sekalipun mereka tinggalkan.193
“Ketika sudah mengislamkan, dan itu
tanggungjawab kami harus membimbing
masyarakat Baduy dari segi ajaran
agama, meskipun muallaf itu memang
ada yang fastabiqul khairat, muktazim,
dan muallaf yang hanya ingin terikat
dengan adat saja, mangkanya masuk
islam”.194
2. Bimbingan
Pembimbing agama tidak hanya mengislamkan
masyarakat Baduy, akan tetapi membimbing
masyarakat Baduy muallaf, yaitu dalam:
1) Bimbingan Ibadah
Masyarakat Baduy muallaf di ajarkan
mengenai tatacara bersuci dalam Islam,
193 Hasil wawancara pribadi dengan KH Zaenudin sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 05 November 2019 pukul 07:48 WIB
194 Hasil wawancara pribadi dengan KH Zaenudin sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 05 November 2019 pukul 07:48 WIB
147
tuntunan solat, membimbing dalam membaca
al-qur’an dan pemahaman isi kandungannya.
Dalam memberikan pembinaan ibadah ini,
pembimbing agama menyampaikannya berupa
pengajian rutin setiap setiap jumat siang untuk
bapak-bapak dan minggu pagi.untuk ibu-ibu195
“Kita bimbing ibadahnya
masyarakat Baduy muallaf mulai
dari mandi besar, cara berwudhu,
praktek solat, ngaji, doa-doanya
juga kami bimbing”.196
2) Bimbingan dalam bersuci dan solat
Pembimbing agama memberikan
bimbingan ini lebih di fokuskan kepada
masyarakat Baduy yang baru saja memeluk
agama Islam. Bersuci (Thaharah) ialah
membersihkan kotoran yang berwujud maupun
yang tidak berwujud. Artinya menghilangkan
hadas, najis, dan kotoran yang ada pada
195 Hasil wawancara pribadi dengan Ustadz Syam’un sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 23 Oktober 2019 pukul 11:56 WIB
196 Hasil wawancara pribadi dengan Ustadz Syam’un sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 23 Oktober 2019 pukul 11:56 WIB
148
tumbuh yang menyebabkan tidak sahnya
ibadah, dengan cara berwudhu dan mandi
besar.197
“kami juga membimbing
masyarakat Baduy muallaf selain
mempraktekan cara berwudhu,
kami juga mengajarkan tentang
batal wudhu, air yang dapat
digunakan untuk bersuci, sama
jenis-jenis najis dalam islam”.198
Kemudian, pembimbing agama
memberikan tuntunan praktek ibadah solat
kepada masyarakat Baduy muallaf, karena
solat merupakan suatu kewajiban bagi seorang
muslim dan solat berada dalam rukun islam
yang kedua setelah syahadat. Maka suatu
kewajiban juga bagi pembimbing agama untuk
ngajarkan tatacara melaksanakan solat kepada
masyarakat Baduy muallaf.199 Oleh karena itu,
197 Hasil wawancara pribadi dengan Ustadz Syam’un sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 23 Oktober 2019 pukul 11:56 WIB
198 Hasil wawancara pribadi dengan Ustadz Syam’un sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 23 Oktober 2019 pukul 11:56 WIB
199 Hasil wawancara pribadi dengan Ustadz Syam’un sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 23 Oktober 2019 pukul 11:56 WIB
149
merujuk pada hadist shahih dari An-nafilah fii
Al-hadits Adh-Dhoifah. Diriwayatkan bahwa
Nabi Saw, bersabda:
Artinya: “Sholat adalah tiang agama,
barang siapa yang menegakkannya, maka ia
telah menegakkan agamanya dan barang
siapa yang merobohkannya, berarti ia telah
merobohkannya.”
Menyakapi sabda Rasulullah Saw tersebut
bahwa pentingnya seorang ummat muslim
untuk menegakan solat, sehingga
diwajibkannya bagi seorang muslim untuk
melaksanakan sholat ketika sudah berusia aqil
baligh.
3) Pembinaan membaca Al-qur’an dan isi
kandungannya
Pembinaan membaca Al-quran ini rutin
dilaksanakan setiap hari jumat pagi.
Pembimbing agama memberikan binaan ini
dengan tujuan agar masyarakat Baduy muallaf
dapat membaca al-quran dengan lancar. Selain
memberikan binaan dalam membaca al-qur’an,
pembimbing agama juga mengajarkan
150
mengenai hukum bacaan al-quran serta
memberikan pemahaman tentang isi
kandungan yang ada dalam al-quran kepada
masyarakat Baduy muallaf.200
“Dalam membimbing bacaan al-
Qur’an, kami juga mengajarkan
takhsin, tajwid, dan isi kandungan
ayatnya dijelaskan ketika
membaca al-Qur’annya sudah
lancar baik dari tajhsin maupun
pemahaman tajwidnya”.201
4) Bimbingan dalam usaha
Pada dasarnya masyarakat Baduy muallaf
memiliki sifat semangat dalam bekerja karena
sebelum menjadi muallaf mereka diajarkan
untuk bekerja mulai sejak dini. Namun, ketika
sudah menjadi muallaf, mereka diberi isu oleh
warga sekitar luar Baduy terkait bantuan untuk
muallaf. Maka tingkat semangat bekerja
masyarakat Baduy ketika sudah menjadi
200 Hasil wawancara pribadi dengan KH Zaenudin sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 05 November 2019 pukul 07:48 WIB
201 Hasil wawancara pribadi dengan KH Zaenudin sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 05 November 2019 pukul 07:48 WIB
151
muallaf mengalami penurunan dalam semangat
bekerja.202
Adanya bantuan dari pemerintah setempat
yang tidak konsisten dalam memberikan
bantuan pada masyarakat Baduy muallaf,
pemerintah juga dalam memberikan bantuan
tidak selektif, sehingga masyarakat Baduy
muallaf merasa kurang adanya perhatian dari
pemerintah.203
Oleh karena itu, pembimbing agama
memberikan pembinaan usaha pada masyrakat
Baduy muallaf seperti berjualan jajanan anak-
anak, dengan memberikan modal usaha pada
masyarakat Baduy muallaf yang seadanya.
Selain membina dalam usaha, pembimbing
agama juga mengarahkn masyarakat Baduy
muallaf untuk semangat dalam bekerja, seperti
berburuh tani, berburuh nyuci kepada warga
202 Hasil wawancara pribadi dengan Ustadz Syam’un sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 23 Oktober 2019 pukul 11:56 WIB
203 Hasil wawancara pribadi dengan KH Zaenudin sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 05 November 2019 pukul 07:48 WIB
152
setempat dan melalukan pekerjaan yang
memang itu keahliannya.204
3. Pendidikan
Ketika sudah menjadi muallaf, anak-anak
masyarakat Baduy muallaf di wajibkan oleh
pembimbing agama untuk bersekolah, karena orang
tua Baduy muallaf sangat mengaharapkan anaknya
menjadi anak yang pintar, bahkan sering terjadi pada
anaknya yang memang tidak ingin sekolah karena
budaya sebelumnya mereka hanya terbiasa dengan
main-main saja, ketika dipaksa oleh orangtuanya
untuk bersekolah tidak sedikit anak-anak Baduy
muallaf yang kabur-kaburan. Namun ada juga anak
dari masyarakat Baduy muallaf diberikan bantuan
pendidikan oleh pembimbing agama hingga
menempuh jenjang perguruan tinggi.205 KH. Zaenudin
Amir selaku pembimbing agama mengatakan:
“Saya selalu menghimbau pada masyarakat
Baduy yang sudah memeluk agama Islam
terutama kepada orangtua agar anak-anaknya
mau bersekolah, karena dengan bersekolah
204 Hasil wawancara pribadi dengan KH Zaenudin sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 05 November 2019 pukul 07:48 WIB
205 Hasil wawancara pribadi dengan KH Zaenudin sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 05 November 2019 pukul 07:48 WIB
153
mereka bisa mendapatkan banyak ilmu dan
mengamalkannya untuk merubah
perekonomian mereka sendiri. Ada
masyarakat Baduy yang memeluk agama
Islam yang kami bantu sekolahnya sampai
perguruan tinggi, alhamdulillah keadaan
ekonominya ada peningkatan dari
sebelumnya”.206
Tujuan pembimbing agama dengan mewajibkan
anak-anak Baduy muallaf untuk bersekolah, karena
dengan menempuh pendidikan yang tinggi mereka
dapat mengamalkan ilmu yang dimiliki dan dapat
merubah keadaan ekonominya untuk mensejahterakan
hidup dengan meraih kebahagiaan hidup.207
4. Pensejahteraan
Pembimbing agama sangat mengharapakan
kehidupan masyarakat Baduy muallaf untuk lebih
sejahtera hidupnya, terutama dalam mensejaterakan
keadaan ekonomi masyarakat Baduy muallaf. Oleh
karena itu pembimbing agama memberi bantuan
modal usaha pada masyarakat Baduy yang ingin
206 Hasil wawancara pribadi dengan KH Zaenudin sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 05 November 2019 pukul 07:48 WIB
207 Hasil wawancara pribadi dengan KH Zaenudin sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 05 November 2019 pukul 07:48 WIB
154
berjualan dan jika ada yang ingin berkebun,
pembimbing agama memberi bantuan bibit dan
pupuknya.208 Semua yang dilakukan oleh pembimbing
agama dari program pensejahteraan pada masyarakat
Baduy muallaf itu bagain dari kegiatan produksi
dalam perspektif ekonomi Islam yang pada akhirnya
mengkerucut pada kegiatan manusia dan
eksistensinya, yaitu mengutamakan kemuliaan
manusia sebagai makhluk ciptaan Allah swt. Produksi,
distribusi, dan konsumsi sebenarnya adalah suatu
rangkaian kegiatan ekonomi yang tidak bisa
dipisahkan. Ketiganya memang saling mempengaruhi
antara satu dengan yang lainnya, namun harus diakui
memang produksi sebagai dasar utama dari ketiga
kegiatan tersebut. Tidak akan ada kegiatan distribusi
dan konsumsi tanpa adanya kegiatan distribusi. Dalam
pandangan Islam, semua yang ada dalam dunia ini
adalah milik Allah swt, hal ini sebagaimana yang telah
difirmankan oleh Allah dalam Al-qur’an surah Al-
Jasiyah ayat 13, sebagai berikut:
208 Hasil wawancara pribadi dengan KH Zaenudin sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 05 November 2019 pukul 07:48 WIB
155
Artinya: Dan Dia (Allah swt) menundukkan
untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari pada-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum
yang berpikir. (Q.S. Al-Jasiyah:13)
Ayat diatas dapat ditafsirkan kedalam tafsir
Jalalayn bahwa (Dan Dia menundukan untuk kalian
apa yang ada di langit) berupa matahari, bulan,
bintang-bintang, air hujan dan lain-lainnya (dan apa
yang ada di bumi) berupa binatang-binatang, pohon-
pohonan, tumbuh-tumbuhan, sungai-sungai dan lain-
lainnya. Maksudnya, Dia menciptakan kesemuanya itu
untuk dimanfaatkan oleh kalian (semuanya) lafal
jamii’an ini berkedudukan menjadi taukid, atau
mengukuhkan makna lafal sebelumnya (dari-Nya)
lafal Minhu ini menjadi Hal atau kata keterangan
keadaan, maksudnya semuanya itu ditundukkan oleh-
Nya. (Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda kekuasaan dan keesaan
156
Allah bagi kaum yang berpikir) mengenainya, karena
itu lalu mereka beriman.209
Dengan diyakini oleh umat Islam bahwa Allah swt
adalah pemilik kuasa semesta alam, maka konsep
produksi didalam ekonomi Islam tidak hanya
bertujuan duniawi, tetapi juga bertujuan pada
kehidupan akhirat kelak.
Pada prinsipnya Islam lebih menekankan
berproduksi demi untuk memenuhi kebutuhan orang
banyak, oleh karena itu bagi Islam produksi yang
surplus dan berkembang baik secara jumlah maupun
mutu yang terkandung di dalamnya tidak dengan
sendirinya mengindikasikan kesejahteraan bagi
masyarakat Baduy muallaf.210
Pembimbing agama memberikan keluasan yang
seluas-luasnya dalam melaksakan kegiatan produktif
yang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh
masyarakat Baduy muallaf, agar tetap berusaha dan
memperoleh kekayaan dalam mengejar kehidupan
ekonomi. Pembimbing agama juga memberikan
landasan moral dan rohani bagi masyarakat Baduy
209 Tafsir Jalalayn, tentang penjelasan Surat Al-Jasiyah ayat 13, di akses pada tanggal 16 Desember 2019, pukul 17:58 WIB, https://www.tafsir.com/
210 Hasil wawancara pribadi dengan KH Zaenudin sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 05 November 2019 pukul 07:48 WIB
157
muallaf agar tetap menjadi manusia yang terkendali
dan bersosial antara orang yang satu dengan orang
yang lainnya.
5. Pemukiman
Pembimbing agama memukimkan masyarakat
Baduy muallaf untuk menjadi sarana dakwah dan
menjadi sarana komunikasi bagi masyarkat Baduy
muallaf agar lebih mudah untuk melakukan konsultasi
dengan pembimbing agama.
Pembimbing agama mendirikan pemukiman
untuk tempat tinggal masyarakat Baduy
muallaf dengan mendapat bantuan dari salah
satu instansi dibawah naungan Badan Usaha
Milik Negara (BUMN), sebagai sarana yang
paling utama dan paling penting bagi
masyarakat Baduy muallaf dan tidak ada
pemungutan untuk pembayaran pajak tanah
maupun rumah pada masyarakat Baduy
muallaf serta listrik yang digunakan oleh
masyarakat Baduy muallaf yang menetap di
pemukiman dibuatkan secara gratis oleh
pemerintah.211 KH Zaenudin Amir
mengatakan:
211 Hasil wawancara pribadi dengan KH Zaenudin sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 05 November 2019 pukul 07:48 WIB
158
“Untuk membangun tempat tinggal masyrakat
Baduy muallaf, alhamdulillah kami mendapat
bantuan dari salah salah satu instansi yang
dibawah pemerintahan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yaitu Krakatau Still (KS) dan
mendapat bantuan dari PLN untuk
pemasangan listrik bebas anggaran di
pemukiman ”.212
Mulai dari pemasangan hingga pembayaran
bulanan listrik di khususkan untuk pemukiman
masyarakat Baduy muallaf Jalupangmulya,
Leuwidamar, Lebak-Banten di tiadakan untuk
anggaran listrik bulanan dan menjadi bagian dari
kebijakan pemerintah setempat.213
212 Hasil wawancara pribadi dengan KH Zaenudin sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 05 November 2019 pukul 07:48 WIB
213 Hasil wawancara pribadi dengan KH Zaenudin sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 05 November 2019 pukul 07:48 WIB
159
BAB V
PEMBAHASAN
A. Analisis Pelaksanaan Bimbingan Agama Bagi
Masyarakat Baduy Muallaf Untuk Kemandirian
Ekonomi di Pemukiman Masyarakat Baduy Luar
Jalupangmulya Leuwidamar Lebak-Banten.
Bimbingan agama merupakan suatu proses bantuan
atau tuntunan yang diberikan secara terus menerus kapada
individu atau sekumpulan individu yang mengabdikan
dirinya agar dapat memegang peraturan Tuhan dan
percaya terhadap kekuasaan Tuhan untuk mencapai
kebahagiaan hidup.
Sedangkan bimbingan agama islam adalah proses
pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup
selaras dan serasi dengan ketentuan dan petunjuk Allah
SWT, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat.214
Pelaksanaan bimbingan agama bagi masyarakat Baduy
muallaf di pemukiman masyarakat Baduy Jalupangmulya,
Lebak-Banten yang di lakukan oleh pembimbing agama
dapat dikaitkan dengan teori fungsi bimbingan agama
yang ada dalam buku Bimbingan dan Konseling Islam
yang diterbitkan oleh UII Press (2001) bahwa bimbingan
agama berfungsi untuk membatu individu menjaga atau
214 Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2011), h. 7
160
mencegah timbulnya masalah bagi dirinya, membantu
individu memecahkan masalah yang dihadapi atau
dialaminya, membantu individu agar situasi yang semula
tidak baik menjadi lebih baik, dan kebaikan itu bertahan
lama, serta membantu individu memelihara dan
mengembangkan situasi atau kondisi yang baik, sehingga
tidak memungkinkannya menjadi sebab masalah
baginya.215
Bimbingan agama yang diberikan pada masyarakat
Baduy muallaf merupakan suatu program kegiatan yang
dilakukan oleh pembimbing agama untuk membantu
masyarakat Baduy yang sudah memeluk agama Islam
agar mengetahui dan memahami ajaran agama Islam
sebagai pedoman hidupnya. Selain itu, pembimbing
agama juga membimbing masyarakat Baduy muallaf
melalui program pendidikan sebagai faktor kebutuhan
dasar untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan
melalui pendidikan upaya peningkatan kesejahteraan bagi
masyarakat Baduy muallaf dapat terwujudkan dan
pendidikan juga dapat mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi masyarakat Baduy muallaf.
Pengembangan potensi yang dimiliki oleh masyarakat
Baduy muallaf, pembimbing agama berikan motivasi
agar masyarakat Baduy muallaf dapat mengembangkan
215 Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001), h. 36
161
potensinya sebagai ladang usaha, karena untuk
kesejahteraan hidupnya serta dapat memenuhi kebutuhan
pokokmya sehari-hari dan untuk mengembangkan potensi
dalam menciptakan sebuah usaha dapat dikategorikan
sebagai kegiatan produktif bagi kemandirian ekonomi
masyarakat Baduy muallaf agar tidak lagi ketergantungan
pada orang lain. Sebagaimana yang di ungkapkan oleh
Bapak KH Zaenudin Amir sebagai salah satu pembimbing
agama bahwa:
“Program pertama saya yaitu mengislamkan
masyarakat Baduy kemudian membimbing atau
membina masyarakat Baduy yang sudah masuk
Islam terutama pengetahuan soal agama kita,
pendidikan dan usahanya kami bimbing juga,
karena untuk kesejahteraan hidup mereka dan
bisa menjadi masyarakat yang kaya kita ”.216
Apa yang di ungkapkan oleh bapak KH Zaenudin Amir
sebagai pembimbing agama sesuai dengan teori Rochman
Natawidjaja (1987) bahwa bimbingan diartikan sebagai
suatu proses pemberian bantuan kapada individu yang
dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu
tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup
mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar,
216 Hasil wawancara pribadi dengan KH Zaenudin sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 05 November 2019 pukul 07:48 WIB
162
sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah,
keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya.217
Dalam penelitian ini, bimbingan agama bagi
masyarakat Baduy muallaf untuk kemandirian ekonomi di
Pemukiman Masyarakat Baduy Jalupangmulya,
Leuwidamar, Lebak-Banten dalam pelaksanannya
pembimbing agama menggunakan beberapa metode dari
segi strategi, segi sifat, dan segi sasaran, sebagai berikut:
1) Metode Vertikal
Pembimbing agama menggunakan metode vertikal
dari segi strategi bimbingan agama yang dilakukan
untuk pendekatan pada masyarakat Baduy, dapat di
sesuaikan dengan hasil observasi dan penelitian yang
di lakukan oleh penulis. Bahwa pembimbing agama
KH. Zaenudin Amir mengatakan:
“Saya itu untuk mengislamkan orang Baduy
harus melakukan pendekatan pada masyarakat
Baduynya dulu untuk menggali informasi dan
penyesuaian bahasa tentunya, karena karakter
masyarakat Baduy itu ketika ada dari orang
luar itu mereka menghindar, setelah mereka
dapat terbuka sama saya. kemudian saya
meminta untuk diantar menemui pu’un, dan
217 Dr. Syamsu Yusuf,LN dan Dr. A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006). Cet ke 2, h. 6
163
melakukan pendekatan juga sama kepala suku
adat mereka, pu’un tadi itu”.218
Hasil penelitian dan wawancara pribadi dengan
bapak KH Zaenudin Amir dari segi strategi,
pembimbing agama menggunakan metode vertikal
yang dilakukan dengan cara bottom up. Dalam teori
tersebut menjelaskan bahwa bottom up merupakan
kegiatan penyuluhan mulai dari lapisan paling bawah
dari suatu kelompok masyarakat kemudian merambat
kelapisan atasnya.219
Metode ini dilakukan pada program pertamanya
yaitu pengislaman terhadap masyarakat Baduy, untuk
menjalankan program penngislaman ini, pembimbing
agama melakukan pendekatan pada masyarakat
Baduy sebagai penggalian informasi agar di
mudahkan untuk menemui kepala suku adat Baduy
(pu’un).
2) Metode Ceramah
Pembimbing agama menggunakan metode
ceramah sebagai pemberian informasi tentang
pengetahuan dan pemahaman ajaran islam kepada
218 Hasil wawancara pribadi dengan KH Zaenudin sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 05 November 2019 pukul 07:48 WIB
219 Departemen Agama RI Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, Panduan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Depag RI, 1987), h. 39-40
164
masyarakat Baduy muallaf, dari segi sifat, metode
ceramah ini salah satu metode yang ada didalamnya.
Bapak Ustadz Syam’un mengatakan bahwa:
“Bimbingan agama yang saya gunakan untuk
masyarakat Baduy muslim yaitu ceramah,
materinya yang saya berikan seputar tauhid
mengenai kepercayaan dan keyakinan,
tentunya memberikan informasi tentang
mencari rezeki yang harus didasari dengan
keyakinan terhadap Allah swt, melalui berdoa,
terus bekerja dan berusaha dan tentunya
taqwa,”.220
Bapak KH Zaenudin Amir mengatakan:
“Metode ceramah ini saya gunakan untuk
program pembinaan ibadah dan usahanya
mereka, contoh kecilnya program pembinaan
ibadah yang menggunakan metode ceramah
seperti memberikan penjelasan tentang rukun
islam dan rukun iman, agar masyakat Baduy
muslim ini dapat mengetahui dan
memahaminya. Kalau pembinaan usahanya
220 Hasil wawancara pribadi dengan Ustadz Syam’un sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 23 Oktober 2019 pukul 11:56 WIB
165
saya ngasih materi ceramah tentang bekerja
keras”.221
Hasil wawancara tersebut dapat sejalan dengan
metode bimbingan agama dari segi sifatnya yaitu
metode ceramah yang sering pula disebut dengan
metode informasi yakini penerangan secara lisan oleh
pembimbing agama sebagai komunikator kepada
kelompok masyarakat sasaran sebagai komunikan.
Metode ini sangat tepat apabila sasaran yang dihadapi
merupakan kelompok yang berjumlah besar dan
diperlukan dihadapi secara sekaligus. Pada prinsipnya
metode ini menggunakan lisan. Tetapi pesan yang
disampaikan bisa diperjelas dengan bantuan mimic,
gerak, dan gesture.222
Dengan menggunakan metode ceramah,
pembimbing agama dapat memberikan informasi
sebagai penjelasan tentang ajaran agama islam pada
masyarakat Baduy muallaf sehingga masyarakat
Baduy muallaf dapat mengehui dan memahaminya.
Dalam metode ceramah ini pembimbing memberikan
materi tauhid yaitu tentang kepercayaan dan
221 Hasil wawancara pribadi dengan KH Zaenudin sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 05 November 2019 pukul 07:48 WIB
222 Departemen Agama RI Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, Panduan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Depag RI, 1987), h. 39-40
166
keyakinaan terhadap ke-Esa-an Allah swt pada
masyarakat Baduy muallaf. Sebagaimana Allah swt
berfirman dalam surat Al-Ikhlas ayat 1 sampai 4:
Artinya: Katakanlah (Muhammad), Dialah Allah
Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala
sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula
diperanakan. Dan tidak ada sesuatu yang setara
dengan Dia. (Q.S. Al-Ikhlas: 1-4).
Ayat diatas dapat jelaskan melalui tafsir Quraish
Shihab, bahwa Allah adalah Tuhan yang memiliki
segala sifat kesempurnaan, Tuhan yang Maha Esa,
Tuhan tempat tempat kita kembali dalam setiap
kebutuhannya, Tuhan Yang tidak membutuhkan
siapapun, Tuhan Yang Maha Suci dari sifat serupa
dengan makhluk, Tuhan Yang tidak beranak dan tidak
pula di peranakan, dan hanya Allah lah tempat tujuan
segala kebutuhan. Dia tidak menciptakan anak, dan
juga tidak dilahirkan dari bapak atau ibu. Tidak ada
167
seorang pun yang setara dengan-Nya dan tidak ada
sesuatu pun yang menyerupai-Nya.223
Oleh karena itu, pembimbing agama memberikan
pemahaman dan penjelasan pada masyarakat Baduy
muallaf agar hatinya percaya dan memiliki kayakinan
dengan sepenuh hati dengan ke-Esa-an Allah swt
yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana. Masyarakat
Baduy muallaf ketika menjalankan sesuatu semuanya
diserahkan pada Allah swt dan terus berusaha. Begitu
juga untuk memberikan arahan pada masyarakat
Baduy muallaf agar mandiri dalam menyelesaikan
perekonomian, salahsatunya dengan mencari
rezeki.224
Dalam isi ceramahnya, pembimbing agama
menjelaskan untuk mencari rezeki, perlu ditanamkan
dalam diri manusia yang paling utama adalah taqwa
kepada Allah swt.
“Taqwa adalah suatu sikap yang
mempercayai dengan adanya Allah swt
dengan cara menjauhkan diri dari segala
223 Tafsir Quraish Shihab, Penjelasan tentang KeEsa-an Allah Swt, diakses pada tanggal 17 Desember 2019, pukul 01:34 WIB.
224 Hasil wawancara pribadi dengan Ustadz Syam’un sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 23 Oktober 2019 pukul 11:56 WIB
168
larangan-Nya dan mematuhi segala perintah-
Nya”.225
Dan yang perlu ditanamkan dalam diri manusia
selain bertaqwa, manusia juga harus memiliki sifat
pekerja keras atau berusaha dengan sungguh-sungguh
tanpa putus asa dalam mencari rezeki. Karena rezeki
sudah ditakdirkan satu paket dengan kebutuhan yang
diberikan oleh Allah swt kepada kita.
“Allah swt tidak akan memberikan kehidupan
pada makhluk-Nya, kecuali telah
melengkapinya dengan jatah rezeki sampai
kematian datang menjemputnya. Sayangnya,
banyak umat Islam yang masih khwatir
dengan jatah rezekinya, padahal jumlah yang
Allah swt berikan pada hamba-Nya dan sudah
pasti sesuai dengan kebutuhan hamba-Nya,
dan sangat mustahil untuk dikurangi
rezekinya oleh Allah swt”.226
Sebagaimana dijelaskan dalam Al-qur’an, surat
Hud ayat 6. Allah swt berfirman:
225 Hasil wawancara pribadi dengan Ustadz Syam’un sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 23 Oktober 2019 pukul 11:56 WIB
226 Hasil wawancara pribadi dengan Ustadz Syam’un sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 23 Oktober 2019 pukul 11:56 WIB
169
Artinya: “Dan tidak satupun makhluk bergerak
(bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin
Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya
dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam
Kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)”.
Ayat diatas dapat dijelaskan melalui tafsir Quraish
Shihab yaitu Dan hendeklah mereka tahu bahwa
kekuasaan, nikmat-nikmat dan ilmu Allah swt itu
mencakup segala sesuatu. Tak satu binatang pun yang
melata di bumi ini kecuali Allah swt dengan karunia-
Nya ang telah menjamin rezeki yang layak dan sesuai
dengan habitat atau miliunya. Allah swt juga
mengetahui dimana binatang itu menetap dan akan
kemana ia ditempatkan setelah kematiannya. Semua
itu tercatat di sisi Allah swt dalam sebuah kitab yang
menjelaskan hal ihwal makhluk-makhluk-Nya.227
Oleh karena itu, pembimbing agama Ustadz
Syam’un mengatakan bahwa:
227 Tafsir Quraish Shihab, Penjelasan tentang Jaminan Rezeki dari Allah swt, diupdate pada tanggal 17 Desember 2019, pukul 02:42 WIB, https://www.tafsir.com/
170
“Jatah rezeki sudah tercatat di Lauhul
Mahfudz lengkap dengan jumlah, sumber,
cara, dan jalan yang sampai kepada kita lalu
habisnya untuk apa. Karena Allah swt
mustahil bersikap dzalim kepada hamba-Nya.
Allah swt Maha Adil, tidak mungkin Allah swt
menghidupkan kita tanpa bekal dan rezeki
penunjang hidup”.228
Setelah tertanamnya ketaqwaan kita kepada Allah
swt, kemudian kita diwajibkan untuk terus berusaha
dalam mencari rezeki. Dan yang terakhir yaitu
tawakal kepada Allah swt.
“Tawakal berarti menyerahkan diri kepada Allah
swt dan tidak bergantung kepada makhluk atau benda
lain. Sebagai manusia hanya dapat berusaha,
sedangkan yang menentukan berhasil atau tidaknya
sesuatu adalah Allah swt. Karena itu, manusia harus
berserah diri dan memohon pertolongan kepada-Nya
yaitu melalui doa”.229
Namun, tawakal kepada Allah swt tidak berarti
penyerahan diri secara pasif. Tawakal harus disertai
228 Hasil wawancara pribadi dengan Ustadz Syam’un sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 23 Oktober 2019 pukul 11:56 WIB
229 Hasil wawancara pribadi dengan Ustadz Syam’un sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 23 Oktober 2019 pukul 11:56 WIB
171
juga dengan usaha. Manusia hidup di dunia tentu
ingin meraih kebahagiaan. Baik kebahagiaan dunia,
akhirat, lahir maupun batin. Cukupnya rezeki
merupakan salah satu sumber kebahagiaan manusia,
meskipun bukan satu-satunya. Namun demikian, hal
ini menjadi salah satu motivasi manusia untuk
meraihnya dengan cara bekerja keras. Oleh karena
itu, bertawakal kepada Allah swt atas apa yang sudah
diperoleh merupakan jalan terbaik. Sebagaimana
dalam Al-qur’an surat At-Talaq, ayat 3. Allah swt
berfirman:
Artinya: “Dan Dia memberinya rezeki dari arah
yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa
bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)nya. Sesunguhnya Allah
melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah
mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu”.
Ayat diatas dapat dijelaskan melalui tafsir Quraish
Shihab. Akan disediakan baginya sebab-sebab
memperoleh rezeki yang tidak diperkirakan
sebelumnya. Barangsiapa yang menyerahkan segala
172
urusannya kepada Allah swt, maka Dia akan
mencukupi segala keperluannya. Sesungguhnya Allah
akan melaksanakan kehendak-Nya. Segala sesuatu
telah ditentukan waktu dan ukurannya masing-
masing, yang tidak akan dilampaui oleh Allah swt.230
Pembimbing agama memberikan arahan secara
berlayar/mengalir dalam teknik bekerja yang sesuai
dengan perintah agama Islam pada masyarakat Baduy
muallaf.
3) Metode Tanya jawab
Metode tanya jawab ini dilakukan setelah metode
ceramah, jika masyarakat Baduy muallaf ini masih ada
yang belum paham, pembimbing agama menggunakan
metode tanya jawab. Karena masyarakat Baduy
muallaf untuk menerima materi cukup lama dalam
memahaminya, maka dari itu pembimbing
menggunakan metode tanya jawab setelah metode
ceramah. Sebagaimana yang di katakan oleh Ustadz
Syam’un:
“Setelah masuk islam, kalau yang sudah tua
sangat lambat dalam menangkap ajaran kita,
kalau yang masih muda-muda lumayanlah
230 Tafsir Quraish Shihab, Penjelasan tentang Tawakal Kepada Allah swt, diupdate pada tanggal 17 Desember 2019, pukul 03:25 WIB, https://www.tafsir.com/
173
kalau di bandingin sama ibu-ibu, sama bapak-
bapak”.231
Bapak Saija sebagai masyarakat Baduy muallaf,
mengatakan:
“Kalau pak ustadz lagi ceramah, kitanya
masih engga ngerti aja, atuh kita tanyain aja
pas di terakhir, pak ustadznya juga suka
menanyakan sama kita, mau ada yang
ditanyain apa engga nya”.232
Pembimbing agama melakukan metode tanya
jawab ini sebagai metode lanjutan dari metode
ceramah, sejalan dengan teori yang di terbitkan oleh
Departemen Agama Republik Indonesia (1987)
bahwa metode tanya jawab dapat dikatakan sebagai
metode lanjutan dari metode ceramah, yaitu proses
tanya jawab antara pembimbing dan penerima
manfaat (terbimbing). Sifatnya memang sama dengan
metode ceramah dalam hal sama-sama menggunakan
lisan. Hanya bedanya dalam metode ceramah peran
aktif hanya berada pada pembimbing agama,
231 Hasil wawancara pribadi dengan Ustadz Syam’un sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 23 Oktober 2019 pukul 11:56 WIB
232 Hasil wawancara pribadi dengan Saija sebagai tokoh masyarakat Baduy muallaf di pemukiman masyarakat Baduy Jalupangmulya, Lebak-Banten, pada tanggal 05 November 2019 pukul 09:48 WIB
174
sedangkan tanya jawab peran aktif adalah timbal
balik.233
4) Metode Demonstrasi/Percontohan
Pembimbing agama menggunakan metode
demonstrasi/percontohan ini dalam penyampaian
materi dasar ajaran agama Islam yaitu tata cara
berwudhu dan gerakan solat. Pembimbing agama
tidak hanya memberikan materi tentang wudhu dan
solat namun mempraktikannya sebagai contoh
gerakan yang harus dilakukan oleh masyarakat Baduy
muallaf. Ustadz Syam’un mengatakan:
“Ilmu itu sifatnya bukan turunan, dan kita
mengajarkannya harus dari dasar, kaya cara
wudhu, gerakan solat, itu ngajarinnya kita
harus sambil praktek. Apalagi mereka baru
masuk Islam dan itu kewajiban kita untuk
mengajarkannya”.234
Pernyataan pembimbing diatas dapat dikaitkan
dengan teori Panduan Penyuluhan Agama yang di
terbitkan oleh Departemen Agama Republik
Indonesia (1987) Jendral Bimbingan Masyarakat
233 Departemen Agama RI Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, Panduan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Depag RI, 1987), h. 40
234 Hasil wawancara pribadi dengan Ustadz Syam’un sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 23 Oktober 2019 pukul 11:56 WIB
175
Islam dan Urusan Haji, bahwa metode
demonstrasi/percontohan berarti memberi contoh atau
mempertunjukan atau memperagakan. Metode ini
lebih tepat digunakan untuk materi bimbingan yang
menyangkut praktik ibadah, seperti cara berwudhu,
praktik solat, bimbingan pelaksanaan haji, cara
merawat jenazah, berdoa.235
Pembimbing agama memberikan bimbingan
ibadah pada masyarakat Baduy muallaf dengan
menggunakan metode demonstrasi ini saat
masyarakat Baduy memeluk agama Islam dan
bimbingan Ibadah sebagai bimbingan paling utama
yang diberikan pembimbing agama, karena Ibadah
sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
seorang muslim.
5) Metode Konsultasi
Pembimbing agama mengadakan program
pemukiman untuk masyarakat Baduy muallaf yang
lokasinya tidak jauh dengan tempat tinggal
pembimbing agama, karena di mukimkannya
masyarakat Baduy muallaf sebagai sarana dakwah
dalam metode konsultasi agar masyarakat Baduy
235 Departemen Agama RI Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, Panduan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Depag RI, 1987), h. 40
176
muallaf mudah untuk berkonsultsi dengan
pembimbing. KH Zaenudin mengatakan:
“Memukimkan masyarakat Baduy muallaf itu
merupakan program saya yang kelima,
tujuannya agar masyarakat Baduy muallaf
dapat dengan mudah berkonsultasi dengan
saya”.236
Bapak Saija mengatakan:
“Kita mah kalau ada apa-apa suka ke rumah
pak ustadz aja, terus di obrolin sama pak
ustadz, apa aja masalahnya kita omongin.
Nanti pak ustadz ngasih tahu sama kita
baiknya kita kaya gimana”.237
Hasil dari wawancara diatas dapat sejalan dengan
teori yang di terbitkan oleh Departemen Agama
Republik Indonesia (1987) bahwa metode konsultasi
pada hakekatnya adalah kegiatan meminta nasihat
atau penerangan kepada pembimbing agama.
236 Hasil wawancara pribadi dengan KH Zaenudin sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 05 November 2019 pukul 07:48 WIB
237 Hasil wawancara pribadi dengan Saija sebagai tokoh masyarakat Baduy muallaf di pemukiman masyarakat Baduy Jalupangmulya, Lebak-Banten, pada tanggal 05 November 2019 pukul 09:48 WIB
177
Konsultasi ini sudah tentu dilaksanakan secara
individu dan masalahnya juga bersifat pribadi.238
Metode konsultasi ini dilakukan oleh pembimbing
agama untuk membantu masyarakat Baduy muallaf
dalam menyelesaikan masalah yang sedang
dihadapinya dan memberikan penerangan dengan
memberikan solusi yang terbaik untuk masyarakat
Baduy muallaf.
Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW bersabda:
“Barangsiapa melapangkan seorang mukmin dari
salah satu kesusahan dunia, maka Allah akan
melapangkannya dari salah satu kesusahan di hari
kiamat. Dan barangsiapa meringankan penderita
orang lain, maka Allah akan meringankan
penderitaannya di dunia dan akhirat. Dan barang
siapa menutupi (cacat) seorang muslim, maka Allah
akan menutupi (cacatnya) di dunia dan akhirat. Dan
Allah akan selalu memberi pertolongan kepada
seseorang selama orang tersebut suka membantu
kawannya. Dan barang siapa melintasi suatu jalan
untuk mencari ilmu, maka Allah akan meemudahkan
baginya jalan ke surge.dan tiada berkumpul satu
kaum dalam sebuah rumah diantara rumah-rumah
238 Departemen Agama RI Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, Panduan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Depag RI, 1987), h. 40
178
Allah untuk membaca Al-quran dan mengkajinya
bersama-sama, melainkan ketenangan akan turun
kepada mereka, rahmat akan menyelimuti mereka,
dan malaikat akan mengerumuni mereka, serta oleh
Allah mereka akan ditempatkan dikalangan orang-
orang yang berada di sisi-Nya. Sedang siapa yang
memperlambat pengalaman (ilmu)nya, maka dia
tidak akan dipercepat oleh nasab keturunannya (tidak
lekas naik derajat).” (HR. Bukhari dan Muslim).239
Dalam hadits diatas, Rasulullah saw menjelaskan
bahwa orang yang membantu temannya dalam
mengatasi kesulitan hidupnya, maka Allah swt akan
meringankan beban penderitanya kelak di hari
kiamat. Siapa yang mengikhlaskan hutang temannya,
baik dengan cara di hibahkan, disedekahkan, atau
ditangguhkan sampai dia membayar. Maka Allah swt
akan memudahkan urusannya di dunia ini dengan
diberinya kekayaan, sehingga dia sendiri tidak
berhutang, atau dengan diringankan
penderitaannya.240
239 Artikel Jkasyah, Hadist: Membantu Mengatasi KesulitanHidup Sesama, di akses pada tanggal 30 September 2015, pukul 09:23, di update pada tanggal 17 Desember 2019, pukul 11:59, https://www.arrahmah.com/
240 Artikel Jkasyah, Hadist: Membantu Mengatasi KesulitanHidup Sesama, di akses pada tanggal 30 September 2015, pukul 09:23, di update pada tanggal 17 Desember 2019, pukul 11:59, https://www.arrahmah.com/
179
Dalam Tafsir Ibn Kasir bahwa golongan hamba
yang tertinggi adalah mereka yang tak henti-hentinya
melaksanakan perbuatan yang diwajibkan dengan
menebar kebaikan kepada sesamanya. Salah satu cara
untuk menebar kebaikan adalah kesusahan orang
yang sedang dalam kesukaran, artinya mampu
menghilangkan beban seseorang hingga akhirnya ia
bahagia.
B. Analisis Hasil Bimbingan Agama Bagi Masyarakat
Baduy Muallaf Untuk Kemandirian Ekonomi di
Pemukiman Masyarakat Baduy Luar Jalupangmulya
Leuwidamar Lebak Banten.
Dalam penelitian skripsi penulis tentang bimbingan
agama bagi masyarakat Baduy muallaf untuk kemandirian
ekonomi, penulis telah melakukan observasi dan
wawancara pada pembimbing agama dan masyarakat
Baduy muallaf di pemukiman masyarakat Baduy Luar
Jalupangmulya Leuwidamar Lebak Banten, mengenai
hasil bimbingan agama untuk kemandirian ekonomi
masyarakat Baduy muallaf yang telah dilakukan oleh
pembimbing agama adanya peningkatan ekonomi dari
keadaan ekonomi sebelumnya yaitu adanya peningkatan
kemandirian ekonomi bagi masyarakat Baduy muallaf
dalam segi keyakinan kepada Tuhan dan menumbuhkan
potensi yang telah dimilikinya, karena dari tujuan
180
bimbingan agama yang dilakukan oleh pembimbing
agama untuk masyararakat Baduy muallaf ialah
membantu masyarakat Baduy muallaf untuk kembali
kepada fitrahya sebagai manusia dan membantu
masyarakat dalam mewujudkan potensinya. Sebagaimana
yang diungkapkan oleh KH Zaenudin Amir:
“Dalam Islam, setiap manusia itu memiliki
kondisi suci, bersih, dan tanpa dosa. Hanya saja
ketika manusia lahir dan bergelut dengan
kehidupan dunia, terjadi pertarungan antara akal
dan nafsu. Namun fitrah tersebut merupakan
pemberian dari Allah swt”.241
Sebagaimana dapat dikaitkan dengan teori Drs. M.
Lutfi, MA tentang tujuan bimbingan agama dalam
bukunya yang berjudul “Dasar-Dasar Bimbingan dan
Penyuluhan Islam” bahwa tujuan bimbingan agama islam
ialah untuk membantu manusia agar kembali kepada
fitrahnya, menyadari tugas dan kewajibannya sebagai
makhluk Tuhan yang bertanggungjawab terhadap dirinya,
keluarganya, dan masyarakat sekitarnya atau membantu
manusia dalam mewujudkan potensi dan eksistensi
241 Hasil wawancara pribadi dengan KH Zaenudin sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 05 November 2019 pukul 07:48 WIB
181
dirinya sebagai makhluk pilihan (mulia) dan memegang
tugas kekhalifahan di muka bumi.242
Kemudian harapan terbesar pembimbing agama dalam
membangun kemandirian ekonomi masyarakat Baduy
muallaf dengan adanya kestabilan ekonomi pada
masyarakat Baduy muallaf. Syam’un sebagai pembimbing
agama mengatakan:
“Selain kami mengislamkan masyarakat Baduy
Luar, harapan terbesar kami agar masyarakat
Baduy setelah menjadi muallaf ini bisa mandiri
dalam ekonomi untuk kedepannya stabil”.243
Harapan pembimbing agama tersebut dapat dikaitkan
pada teori Dr. Effendi M. Guntur., mengatakan bahwa
untuk membangun kemandirian ekonomi adalah suatu
harapan/keinginan dari setiap negara agar pada kondisi
saling ketergantungan dalam ekonomi terbuka (antar
negara) dapat meminimalkan resiko ketidaksetabilan pada
ekonomi dalam negerinya, dan membangun posisi menuju
kesetaraan.244
242 Drs. M. Lutfi, MA., Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan Islam, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 99
243 Hasil wawancara pribadi dengan Ustadz Syam’un sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 23 Oktober 2019 pukul 11:56 WIB
244 Dr. Effendi M. Guntur, SE., Kube Sebagai Suatu Paradigma Alternatif Dalam Membangun Soko Guru Pemberdayaan Ekonomi Rakyat; Transfortasi Perekonomian Rakyat Menuju Kemandirian Dan Berkeadilan, (Jakarta: CV Sagung Seto, 2009) h. 126
182
Hasil dari bimbingan agama yang dilakukan oleh
pembimbing agama pada masyarakat Baduy muallaf
untuk kemandirian ekonomi sesuai dengan yang di
harapkan oleh pembimbing agama yaitu adanya
peningkatan dalam perubahan ekonomi yang stabil.
Karena sebelum memeluk agama Islam masyarakat Baduy
Luar merasa dalam hidupnya ada tekanan dalam bekerja,
karena peraturan adat yang hanya memperbolehkan
penduduk adatnya bekerja dengan berladang sebagai
pekerjaan yang diwajibkan dan penghasilan yang mereka
dapatkan tidak sesuai dengan kebutuhan pengeluaran
masyarakat Baduy Luar, karena berladangnya masyarakat
Baduy merupakan suatu ibadah yang nanti akan mereka
ritualkan diupacara adat, oleh karena itu aturan adat
mewajibkannya. Namun setelah memeluk agama Islam
masyarakat Baduy Luar merasa hidupnya mendapat
kebebasan dalam bekerja dan adanya pengarahan dalam
pengembangan potensi yang telah dimiliki oleh
masyarakat Baduy muallaf dari pembimbing agama pada
masyarakat Baduy muallaf agar tidak bergantung pada
orang lain, tetap bekerja keras dan dapat
bertanggungjawab. Sebagaimana yang diungkapkan Medi
sebagai masyarakat Baduy muallaf:
“Saya itu sebenernya pengen sekolah dari dulu,
pas saya masih jadi masyarakat Adat, Cumakan
183
pu’un ngelarang, sampe saya jadi wakil Jaro
belum kesampean. Alhamdulillah pas saya masuk
Islam saya dikasih saran sama pak ustadz buat
ikut paket, setelah itu saya kuliah jalur beasiswa di
UNMA Pandeglang Banten dan sekarang kuliah
alhamdulillah dikasih rezeki lagi sama Allah swt,
kulaih program Magister jalur beasiswa juga di
UNTIRTA Serang Banten, sambil kerja jadi asdos
(asisten dosen) di UNMA Pandeglang Banten,
bantuin dosen saya”.245
Pernyataan Medi tersebut dapat dikaitkan dalam teori
Jess Feist dan Gregory J. Feist bahwa kemandirian adalah
kebutuhan untuk bebas dari dominasi orang lain.
Kebutuhan ini meliputi perilaku-perilaku yang ditujukan
untuk meraih kebebasan membuat pilihan, bergantung
pada diri sendiri, dan mencapai tujuan-tujuan tanpa
bantuan dari orang lain.246
Selain itu, setelah mendapatkan bimbingan agama dari
pembimbing agama tentang kemandirian, masyarakat
Baduy muallaf dalam menjalankan hidupnya sudah tidak
lagi berpegang pada aturan adat. Karena masyarakat
Baduy muallaf merasa hidupnya sudah tidak lagi
245 Hasil wawancara pribadi dengan Medi sebagai masyarakat Baduy muallaf, pada tanggal 06 November 2019 pukul 09:22 WIB
246 Jess Feist dan Gregory J. Feist., Teori Kepribadian, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010) Edisi 7., h. 250
184
berpegang terhadap prinsip dasar (aturan adat) dan
masyarakat Baduy muallaf sudah mampu menginteraksi
tentang nilai-nilai adat Baduy yang bertentangan dengan
ajaran agama Islam dan ketika terjadi konflik masyarakat
Baduy muallaf berani untuk menyelesaikannya.247
Sebagaimana yang diungkapkan Saija, sebagai masyarakat
Baduy muallaf:
“Saya suka main ke Baduy mau bersilaturahmi
dengan keluarga saya yang masih di Baduy belum
masuk Islam, saya suka ngobrol bahkan sampai
menjadi perdebatan hebat dengan keluarga saya
kalau sudah membahas tentang ajaran Islam dan
adat Baduy, dan saya ketika terjadi konflik, saya
menyelesaikan masalahnya dengan sendiri”.248
Perilaku yang dilakukan oleh masyarakat Baduy
muallaf sudah berada dalam tingkat mandiri, sebagaimana
dapat dikaitkan dalam teori Prof. Dr. Mohammad Ali dan
Prof. Dr. Mohammad Asrosi mengatakan bahwa manusia
yang sudah ada pada tingkatan mandiri ini, ia sudah
memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan,
cenderung bersikap realistik dan objektif terhadap diri
247 Hasil wawancara pribadi dengan KH Zaenudin sebagai pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf pada tanggal 05 November 2019 pukul 07:48 WIB
248 Hasil wawancara pribadi dengan Saija sebagai tokoh masyarakat Baduy muallaf di pemukiman masyarakat Baduy Jalupangmulya, Lebak-Banten, pada tanggal 05 November 2019 pukul 09:48 WIB
185
sendiri maupun orang lain, peduli terhadap pemahaman
abstrak seperti keadilan sosial, mampu menginteraksikan
nilai-nilai yang bertentangan, toleran terhadap ambiguitas,
peduli akan pemenuhan diri (self-fulfilment), ada
keberanian untuk menyelesaikan konflik internal, dapat
responsif terhadap kemandirian orang lain, serta mampu
mengekspresikan perasaan dengan penuh keyakinan dan
keceriaan.249
Dalam hal peningkatan kemandirian ekonomi
masyakarakat Baduy muallaf, hasil dari bimbingan agama
yang telah disampaikan bahwa masyarakat Baduy muallaf
dalam mengatasi keadaan hidup yang disebabkan oleh
material yaitu dengan cara bekerja keras tanpa putus asa,
karena masyarakat Baduy muallaf telah meyakini bahwa
rezeki sudah Tuhan yang mengatur sesuai dengan
kebutuhan hamba-Nya. Sebagaimana yang diungkapkan
oleh Saija sebagai masyarakat Baduy muallaf:
“Saya sangat percaya bahwa Allah Maha Pemberi
Rezeki dan Maha Bijaksana, pak ustadz
mengarahkan kepada kita semua untuk terus
249 Prof. Dr. Mohammad Ali dan Prof. Dr. Mohammad Asrosi., Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011) Cet. 7., h. 114-116
186
bekerja dan berdoa, karena rezeki sudah Allah
yang mengatur yang penting kita terus bekerja”.250
Medi mengungkapkan bahwa:
“Ketika kita sudah percaya dengan takdir Allah,
dan kita tetap berusaha tanpa putus asa, Allah
juga pasti tidak akan menyianyiakan kerja keras
hamba-Nya”.251
Hal tersebut dapat dikaitkan dengan teori KH.
Abdullah Zakiy Al-Kaaf tentang tujuan ekonomi
dalam islam bahwa janganlah melalaikan perjuangan
Nasib di dunia, yaitu mencari rezeki dan hak milik.
Maksud dari tujuan ini ialah memperjuangkan nasib.
Jangan melalaikan nasib dalam hidup di dunia ini,
melainkan harus berjuang dilapangan perekonomian
dengan berbagai jalan yang terbuka baginya. Banyak
jalan yang bisa ditempuh dan banyak usaha yang bisa
dikerjakan untuk menolong nasib sendiri dalam
perebutan ekonomi itu.252
Sebagaiamana Allah swt berfirman dalam Surat
At-Taubah, ayat 105:
250 Hasil wawancara pribadi dengan Saija sebagai tokoh masyarakat Baduy muallaf di pemukiman masyarakat Baduy Jalupangmulya, Lebak-Banten, pada tanggal 05 November 2019 pukul 09:48 WIB
251 Hasil wawancara pribadi dengan Medi sebagai masyarakat Baduy muallaf, pada tanggal 06 November 2019 pukul 09:22 WIB
252 KH. Abdullah Zakiy Al-Kaaf, Ekonomi Dalam Perspektif Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2002), h. 106
187
Artinya: “Dan katakanlah; bekerjalah kamu, maka
Allah akan melihat pekerjaanmu, begitujuga Rasul-
Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang
gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada
kamu apa yang telah kamu kerjakan”.
Ayat diatas dapat dijelaskankan kedalam tafsir
Quraish Shihab. Katakan kepada manusia, wahai
Rasulullah,bekerjalah kalian dan jangan segan-segan
melakukan perbuatan baik dan melaksanakan
kewajiban. Sesungguhnya Allah mengetahui segala
pekerjaan kalian, dan Rasulullah serta orang-orang
Mukmin akan melihatnya. Mereka akan
menimbangnya dengan timbangan keimanan dan
bersaksi dengan perbuatan-perbuatan itu. Kemudian
setelah mati, kalian akan dikembalikan kepada yang
Maha Mengetahui lahir dan batin kalian, lalu
mengganjar dengan perbuatan-perbuatan kalian
188
setelah Dia memberitahu kalian segala hal yang kecil
dan besar dari perbuatan kalian itu.253
Dengan adanya bimbingan agama, dalam bekerja
masyarakat Baduy muallaf telah percaya diri dengan
potensi yang telah mereka miliki, kemudian
mengamplikasikannya sebagai sumber mata
pencaharaiannya, seperti bekerja sebagai asisten
rumah tangga, pekerja bangunan, bertani, berladang,
membuka warug kecil-kecilan, dan lain-lain. Selain
itu, masyarakat Baduy muallaf sudah dapat
bertanggungjawab atas yang mereka lakukan untuk
memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan tidak lagi
bergantung pada pemberian orang lain tanpa adanya
usaha/bekerja yang telah dilakukan.
Oleh karena itu, kemandirian ekonomi merupakan
suatu upaya manusia yang diberikan kebebasan untuk
berinisiatif dalam mengatasi fenomena kehidupan sehari-
hari terhadap sebab-sebab material dengan cara bekerja
keras, tidak adanya ketergantungan pada orang lain dalam
ikatan ketenagakerjaan, percaya diri terhadap kemampuan
atau potensi yang dimilki dan dapat bertanggungjawab
atas apa yang dilakukan mengenai perilaku manusia
253 Tafsir Quraish Shihab, Penjelasan tentang Tawakal Kepada Allah swt, diupdate pada tanggal 10 Januari 2020, pukul 06:35 WIB, https://www.tafsir.com/
189
dalam menghadapi persoalan kebutuhan-kebutuhannya
dengan sarana-sarananya yang berbeda-beda fungsinya.
190
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan penelitian skripsi yang
telah penulis lakukan mengenai bimbingan agama bagi
masyarakat Baduy muallaf untuk kemandirian ekonomi di
Pemukiman masyarakat Baduy Luar Jalupangmulya
Leuwidamar Lebak Banten, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Bahwa pelaksanaan bimbingan agama bagi
masyarakat muallaf untuk kemandirian ekonomi
yang dilakukan oleh pembimbing agama ialah
suatu program kegiatan untuk membantu
masyarakat Baduy muallaf agar mengetahui dan
memahami ajaran agama Islam sebagai pedoman
hidupnya, agar masyarakat Baduy muallaf dapat
memecahkan permasalahan ekonomi yang sedang
dihadapinya. Dalam melaksanakan bimbingan
agama untuk kemandirian ekonomi masyarakat
Baduy muallaf, pembimbing agama menggunakan
metode ceramah yang dilaksanakan setiap hari
jumat dan hari minggu dengan memberikan materi
tauhid agar masyarakat Baduy muallaf dapat
mengetahui dan memahami mengenai ajaran agama
Islam, serta pemberian motivasi pada masyarakat
191
Baduy muallaf agar tetap berusaha dalam mencari
rezeki. Jika masyarakat Baduy muallaf belum
paham dengan materi yang disampaikan oleh
pembimbing agama, maka pembimbing agama
menggunakan metode tanya jawab dalam
pelaksanaan bimbingan agamanya, karena
masyarakat Baduy muallaf cukup lama dalam
memahami materi yang telah disampaikan.
Selain itu, pembimbing agama juga
menggunakan metode konsultasi dalam
pelaksanaan bimbingan agama bagi masyarakat
Baduy muallaf untuk kemandirian ekonomi sebagai
pemberi bantuan dalam menyelesaikan masalah
yang sedang dihadapinya serta memberi
penerangan dengan memberikan solusi yang terbaik
untuk masyarakat Baduy muallaf.
2. Hasil bimbingan agama bagi masyarakat Baduy
muallaf untuk kemandirian ekonomi di Pemukiman
masyarakat Baduy Luar Jalupangmulya
Leuwidamar Lebak Banten ialah harapan dan
keyakinan adanya perubahan peningkatan
kemandirian dalam ekonomi yang ditimbulkan
dalam bimbingan agama berupa motivasi, sehingga
menjadikan masyarakat Baduy muallaf dapat
meyakini Tuhan secara pasti, dengan begitu
192
masyarakat Baduy muallaf dapat bersikap realistik,
berani dalam menyelesaikan konflik internal, dapat
bekerja keras tanpa adanya rasa putus asa dan tidak
mengharapkan pemberian orang lain tanpa bekerja,
telah percaya dengan kemampuan yang telah
dimiliki, serta dapat bertanggungjawab terhadap
apa yang telah diperbuatnya.
B. Saran
Dari hasil pengamatan peneliti mengenai bimbingan
agama bagi masyarakat Baduy muallaf untuk kemandirian
ekonomi di pemukiman Masyarakat Baduy Luar
Jalupangmulya, Leuwidamar, Lebak-Banten. Peneliti
memberikan saran sebagai berikut:
1. Kepada pembimbing agama dapat melakukan
evalusi kegiatan bimbingan agama tentang
kemandirian ekonomi pada masyarakat Baduy
muallaf, karena untuk mengukur tingkat
keberhasilan bimbingan agama mengenai
kemandirian ekonomi masyarakat Baduy muallaf.
2. Pembimbing agama memberikan tambahan materi
bimbingan agama tentang kemandirian ekonomi
dalam pengajian mingguan pada masyarakat Baduy
muallaf untuk memberikan tambahan wawasan
pada masyarakat Baduy muallaf dan dapat
mengoptimalkan potensi dirinya.
193
3. Lebih ditingkatkan lagi pemahaman akan indahnya
kebersamaan tanpa memandang perbedaan baik
dari lingkungan penduduk maupun sekolah, guna
untuk memberikan kenyamanan pada masyarakat
Baduy muallaf di Pemukiman masyarakat Baduy
Luar, Jalupangmulya, Leuwidamar, Lebak-Banten.
4. Lebih ditingkat lagi semangat dalam bekerja keras
dan bersekolahnya kepada masyarakat Baduy
Muallaf di Pemukiman masyarakat Baduy Luar,
Jalupangmulya, Leuwidamar, Lebak Banten.
Dalam manggapai cita-cita untuk menstabilkan
keadaan ekonomi dan mensejehterakan kehidupan
keluarga.
194
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Abdul Manaf, Mudjahid. 1996. Sejarah Agama-agama. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada.
Achmad Roestadi, A 1993. Ensiklopedia Dasar Islam. Jakarta:
PT. Pradaya Paramita.
Ahmad Muhammad Al- „Assal, Ahmad dan Fathi Ahmad Abdul
Karim. 1999. Sistem Prinsip dan Tujuan Ekonomi Islam,
Bandung: CV Pustaka Setia.
Ainur Rahim, Faqih 2011. Bimbingan dan Konseling dalam
Islam. Yogyakarta: UII Press.
Ali, Mohammad dan Mohammad Asrosi. 2011. Psikologi Remaja
Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Cet. 7.
Arifin, Muhammad. 1996. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan
Agama. Jakarta: Golden Terayon Press.
Asrori, Mohammad. 2009. Psikologi Pembelajaran, Bandung:
CV Wacana Prima.
Astari, Siti. 2009. Baduy Jejak Terasing Prajurit Padjajaran.
Jakarta: Library Binus.
Aziz Dahlan, Abdul. 1993. Ensiklopedia Hukum Islam. Jakarta:
PT. Pradaya Paramita.
Barong, Haidar. 2000. Umar bin Khatab dalam Perbincangan.
Jakarta: Yayasan Cipta Persada Indonesia.
Budiman, Arief. 1993. Agama Demokrasi dan Keadilan. Jakarta:
PT. Gramedia.
Creswell, John. 2015. RISET PENDIDIKAN: Perencanaan,
Pelaksanaan, dan Evaluasi Riset Kualitatif dan Kuantitatif,
Penerjemah. Helly Prajitno Soetjipto, Sri Muyatini
Soetjipto, diterjemahkan dari: EDUCATIONAL
RESEARCH, Planning, Conducting, and Evaluating
Quantutative dan Qualitatitive. Edisi ke-5. Cet. 1. Ditulis
oleh John Creswell. Diterbitkan oleh Pearson
Education.,Inc., Edisi dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Danasasmita, Saleh dan Anis Djatisunda. 1985. Kehidupan
Masyarakat Kanekes. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan.
Daradjat, Zakiah. 1982 Pendidikan Agama dan Pembinaan
Mental. Jakarta: Bulan Bintang. Cet ke 3.
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat
Islam dan Urusan Haji, 1987. Panduan Penyuluhan Agama,
Jakarta: Depag RI.
Djumhur dan Moh. Surya, 1975 Bimbingan dan Penyuluhan
Sekolah. Bandung: CV. Ilmu.
Effendi, M. Guntur. 2009. Kube Sebagai Suatu Paradigma
Alternatif Dalam Membangun Soko Guru Pemberdayaan
Ekonomi Rakyat; Transfortasi Perekonomian Rakyat
Menuju Kemandirian Dan Berkeadilan. Jakarta: CV
Sagung Seto.
Faizi Bahrul Ulumi, Helmy. 2015. “Warisan Budaya Banten
Dalam Makna” Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
Banten Laboratorium Bantenologi IAIN SMH Banten.
Feist, Jess dan Gregory J. Feist. 2010. Teori Kepribadian.
Jakarta: Salemba Humanika. Edisi 7.
Gunawana, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan
Praktik. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hadawi Tehrani, Mahdi. 1383. Maktab wa Nizham Iqtishadi
Islam. S. Nainawa.
Hade Masyah, Syarif. 2002. Hikmah di Balik Hukum Islam.
jakarta: Mustaqim.
Hesti. R, Wijaya. 1996. Penelitian Berspektif Gender dan
Memahami Persoalan Penerapan. Edisi 4/November.
Bandung: Akatiga.
J. Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualtatif.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Cetakan Ke-23.
Latipun. 2001. Psikologi Konseling. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Lubis, Djoharis. 2009. Memberdayakan Suku Baduy, Jakarta:
Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Republik
Indonesia.
Lutfi, Muhammad. 2008. Dasar-dasar Bimbingan dan
Penyuluhan Islam. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Machmud, Amir 2017. Ekonomi Islam: Untuk Dunia Lebih Baik.
Jakarta: Salemba Empat.
Mubyarto. 2000. Membangun Sistem Ekonomi. Yogyakarta:
BPFE.
Muhammad bin Nik Yusuf Affandi, Nik. 2002. Islam and
Business. Selangor: Pelanduk Publications.
Munir Amir, Samsul. 2010 Bimbingan dan Konseling Islam.
Jakarta: Amzah.
Musfir. 2005. Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani.
Nadratuzzaman Hosen, Muhammad, dkk. 2008. Dasar-Dasar
Ekonomi Islam, Jakarta: Pusat Komunikasi Ekonomi
Syariah, Cet ke- 1.,
Nasution, Harun. 1993 Ensiklopedia Islam di indonesia. Jilid 2.
Jakarta: Depag.
Nurhayati, Eti. 2011. Psikologi Pendidikan Inovatif. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Qardhawi, Yusuf. 1995. Norma dan Etika Ekonomi Islam.
Jakarta: Gema Insani Press.
Ramayulis. 2013. Psikologi Agama. Jakarta: Kalam Mulia.
Sabiq, Sayyid. 1996. Fikih Sunnah, Alih bahasa oleh Mahyuddin
Syarif. Bandung: Al-Ma‟arif.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Sumudiningrat, G. 2000. .Visi Misi Pembangunan pertanian
Berbasis Pemberdayaan. Yogyakarta: IDEA.
Tasmara, Toto. 2001. Kecerdasan Ruhaniah. Jakarta : Gema
Insani Press. Cetakan Ke-2.
Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan dan Konseling (Studi dan
Karier. Yogyakarta: C. V Andi Offset.
Yahya, Yunus. 1985. Muslim Thionghoa Kumpulan Karangan.
Jakarta: Yayasan Abu Karim Oei Tjeng Hien.
Yusuf, Syamsu dan Juntika Nurihsan, Ahmad. 2006 Landasan
Bimbingan dan Konseling, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Cet ke 2.
Zakiy Al-Kaaf, Abdullah. 2002. Ekonomi Dalam Perspektif
Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.
Website:
Artikel Kementerian Koordiantor Bidang Perekonomian
Republik Indonesia “Kemandirian Ekonomi untuk
IndonesiaMaju. https://ekon.go.id/berita/view/kemandirian-
ekonomi-untuk.4309.html
Artikel Roma Decade “Suku Baduy” di update tanggal 06
Desember 2019 pukul 18:31 WIB,
https://www.romadecade.org/
Dikutip dalam artikel Zakky. Prinsip Ekonomi: Pengertian,
Tujuan, Ciri-ciri, dan Contoh Penerapan,.
www.zonarefensi.com
Dzalaludin, Ahmad. Pentingnya Kemandirian Ekonomi Setiap
Umat, https://www.Tazkiyatuna.com/
Jurnal Masykur Wahid, Sunda Wiitan Baduy: Agama Penjaga
Alam Lindung di Desa Kanekes Banten, IAIN Sultan
Maulana
HasanudinBanten.,https://www.DATASKRIPSI/JurnalSuku
Baduy/jurnalsundawiwitanbaduy.pdf.,
Kabar 6.com Dari Banten Untuk Indonesia., “Pertumbuhan
Ekonomi Kabupaten Lebak Diharapkan Tumbuh 6 Persen”
https://www.kabar6.com
Kabar Berita Republika.co.id., “Dana Desa di Lebak Untuk
Pengembangan Ekonomi Berbasis Lokal” https://m-
republika-co-id.cdn.ampproject.org Tim Penyusun Kamus,
1985. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cet ke-2.
M Hakiki, Kiki. 2011. Identitas Orang Baduy, Al-Adyan/Vol.VI.
No.01/Jan-Jun/
Prayogi, Ryan dan Endang Danial., 2016. Pergeseran Nilai-Nilai
Budaya Pada Suku Bonai Sebagai Civic Culture Di
Kecamatan Bonai Darussalam Kabupaten Rokan Hulu
Provinsi Riau., HUMANIKA/Vol.23 No.01/ISSN 1412-
9418/
Profil Kabupaten Lebak Banten https://lebakkab.go.id/
Tafsir Quraish Shihab, https://www.tafsir.com/
Lampiran A
PEDOMAN WAWANCARA
Pedoman wawancara ini dilakukan pada pembimbing agama bagi
masyarakat Baduy Muallaf di Pemukiman Masyarakat Baduy
Luar, Jalupangmulya, Leuwidamar, Lebak-Banten:
1) Bagaimana kondisi sosial masyarakat Baduy muslim secara
umum?
2) Bagaimana masyarakat Baduy muslim secara keagamaan?
Sebelum dan sesudah menjadi muslim?
3) Berapa kali bapak memberikan bimbingan agama kepada
masyarakat Baduy muslim dalam seminggu?
4) Bagaimana pelaksanaan bimbingan agama pada masyarakat
Baduy muslim?
5) Apa materi bimbingan agama yang disampaikan untuk
masyarakat Baduy muslim agar mandiri dalam bidang ekonomi?
6) Metode apa saja yang diarahkan untuk memandirikan masyarakat
Baduy muslim dalam mengatasi persoalan ekonomi?
7) Berapa lama proses adaptasi masyarakat baduy muslim dengan
lingkungan dan masyarakat setempat?
8) Dalam pengamatan bapak sebagai pembimbing agama,
bagaimana kepedulian masyarakat setempat kepada masyarakat
Baduy muslim?
9) Bagaimana bimbingan agama yang bapak arahkan pada
masyarakat Baduy muslim agar mereka dapat bekerja keras tanpa
putus asa? Tidak bergantung lagi pada orang lain? Dapat percaya
diri pada potensi yang dimiliki? Dan bisa bertanggung jawab atas
apa yang dilakukan?
10) Apakah ada hadist atau ayat al-qur‟an yang menjelaskan tentang
bekerja keras tanpa putus asa? Larangan agar tidak
ketergantungan pada orang lain? Diharuskan untuk percaya pada
kemampuan sendiri? Bertanggung jawab atas apa yang telah kita
perbuat?
11) Bagaimana dengan hasil bimbingan agama yang bapak berikan
pada masyarakat Baduy muallaf?
12) Apakah ada perubahan pada masyarakat Baduy muslim setelah
mendapat bimbingan agama tentang bekerja keras tanpa putus
asa? Tidak ketergantungan pada orang lain? Dapat percaya diri
pada kemampuan yang dimiliki? Bertanggung jawab atas segala
perbuatan yang dilakukan?
PEDOMAN WAWANCARA BADUY MUALLAF
Pedoman wawancara ini digunakan untuk masyarakat Baduy
muallaf di Pemukiman Masyarakat Baduy Luar, Jalupangmulya,
Leuwidamar, Lebak-Banten:
1) Bagaimana bapak bisa memutuskan untuk berpindah keyakinan
menjadi seorang muslim?
2) Sejak tahun berapa menjadi seorang muslim?
3) Bagaimana respon keluarga/sanak saudara setelah bapak menjadi
muslim?
4) Apakah ada dorongan dari orang lain/keluarga untuk pindah
keyakinan/ masuk agama islam?
5) Sebelum memutuskan untuk menjadi seorang muslim, apakah
bapak sudah memikirkan resikonya?
6) Bagaimana kondisi bapak sebelum menjadi seorang muslim?
Dari segi agama? Pendidikan? Ekonomi? Sosial?
7) Apakah ada perbedaan kebudayaan/ kebiasaan saat bapak berada
di baduy dan setelah menjadi muslim, baik dalam hal kebiasaan
makanan, pakaian, ataupun kebiasaan lainnya?
8) Bagaimana kondisi bapak setelah menjadi seorang muslim? Dari
segi agama? Pendidikan? Ekonomi? Sosial?
9) Bagaimana respon masyarakat sekitar kepada bapak setelah
menjadi seorang muslim?
10) Apakah ada bantuan sosial dari masyarakat setempat ataupun
pemerintah setempat kepada bapak?
11) Adakah ajaran agama Islam yang mendorongan bapak untuk
bekerja keras?
12) Apa pekerjaan bapak saat ini setelah menjadi muslim?
13) Berapa pengasilan perhari yang didapatkan?
14) Bagaimana cara bapak mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari setelah menjadi muslim?
15) Apakah bapak masih merasa ketergantung pada orang lain?
16) Bagaimana untuk tempat tinggal bapak sekarang?
17) Apakah bapak percaya diri dengan potensi atau kemampuan yang
dimiliki? Bagaimana bapak dalam menyelesaikan persoalan
ekonomi?
Lampiran B
SURAT KESEDIAAN WAWANCARA PENELITIAN
Saya Alfi Nazihatul Muajaroh Mahasiswi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan ini menyatakan
sedang melakukan penelitian di Pemukiman Baduy Mu‟alaf
Jalupangmulya-Lebak Banten, tentang Bimbingan Agama Bagi
Masyarakat Baduy Mu‟alaf Untuk Kemandirian Ekonomi, untuk
memenuhi tugas skripsi dalam pesyaratan memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos). Dalam penelitian ini peneliti
memfokuskan pada bimbingan agama untuk kemandirian
ekonomi Baduy mu‟alaf dari pembimbing. Dan peneliti akan
mengobservasi masyarakat Baduy mu‟alaf dalam beberapa kali
pertemuan.
Sehubung dengan tema yang saya ambil, saya memohon
kesediaan bapak/ibu, saudara/saudari untuk saya observasi dan
wawancara. Data yang saya ambil akan dijaga kerahasiaannya.
Atas kesedian dan perhatiaannya saya ucapkan terimakasih.
Yang di bawah ini:
Nama : KH Zaenudin Amir
Usia : 59 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jalupangmulya, Leuwidamar, Lebak-Banten.
Dengan ini menyatakan bersedia di wawancarai untuk
melengkapi data penelitian skripsi.
SURAT KESEDIAAN WAWANCARA PENELITIAN
Saya Alfi Nazihatul Muajaroh Mahasiswi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan ini menyatakan
sedang melakukan penelitian di Pemukiman Baduy Mu‟alaf
Jalupangmulya-Lebak Banten, tentang Bimbingan Agama Bagi
Masyarakat Baduy Mu‟alaf Untuk Kemandirian Ekonomi, untuk
memenuhi tugas skripsi dalam pesyaratan memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos). Dalam penelitian ini peneliti
memfokuskan pada bimbingan agama untuk kemandirian
ekonomi Baduy mu‟alaf dari pembimbing. Dan peneliti akan
mengobservasi masyarakat Baduy mu‟alaf dalam beberapa kali
pertemuan.
Sehubung dengan tema yang saya ambil, saya memohon
kesediaan bapak/ibu, saudara/saudari untuk saya observasi dan
wawancara. Data yang saya ambil akan dijaga kerahasiaannya.
Atas kesedian dan perhatiaannya saya ucapkan terimakasih.
Yang di bawah ini:
Nama : Ustadz Syam‟un
Usia : 41 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Jalupangmulya, Leuwidamar, Lebak-Banten
Dengan ini menyatakan bersedia di wawancarai untuk
melengkapi data penelitian skripsi.
SURAT KESEDIAAN WAWANCARA PENELITIAN
Saya Alfi Nazihatul Muajaroh Mahasiswi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan ini menyatakan
sedang melakukan penelitian di Pemukiman Baduy Mu‟alaf
Jalupangmulya-Lebak Banten, tentang Bimbingan Agama Bagi
Masyarakat Baduy Mu‟alaf Untuk Kemandirian Ekonomi, untuk
memenuhi tugas skripsi dalam pesyaratan memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos). Dalam penelitian ini peneliti
memfokuskan pada bimbingan agama untuk kemandirian
ekonomi Baduy mu‟alaf dari pembimbing. Dan peneliti akan
mengobservasi masyarakat Baduy mu‟alaf dalam beberapa kali
pertemuan.
Sehubung dengan tema yang saya ambil, saya memohon
kesediaan bapak/ibu, saudara/saudari untuk saya observasi dan
wawancara. Data yang saya ambil akan dijaga kerahasiaannya.
Atas kesedian dan perhatiaannya saya ucapkan terimakasih.
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Saija
Usia : 52 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jalupangmulya, Leuwidamar, Lebak-Banten
Dengan ini menyatakan bersedia di wawancarai untuk
melengkapi data penelitian skripsi.
SURAT KESEDIAAN WAWANCARA PENELITIAN
Saya Alfi Nazihatul Muajaroh Mahasiswi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan ini menyatakan
sedang melakukan penelitian di Pemukiman Baduy Mu‟alaf
Jalupangmulya-Lebak Banten, tentang Bimbingan Agama Bagi
Masyarakat Baduy Mu‟alaf Untuk Kemandirian Ekonomi, untuk
memenuhi tugas skripsi dalam pesyaratan memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos). Dalam penelitian ini peneliti
memfokuskan pada bimbingan agama untuk kemandirian
ekonomi Baduy mu‟alaf dari pembimbing. Dan peneliti akan
mengobservasi masyarakat Baduy mu‟alaf dalam beberapa kali
pertemuan.
Sehubung dengan tema yang saya ambil, saya memohon
kesediaan bapak/ibu, saudara/saudari untuk saya observasi dan
wawancara. Data yang saya ambil akan dijaga kerahasiaannya.
Atas kesedian dan perhatiaannya saya ucapkan terimakasih.
Yang di bawah ini:
Nama : Medi Marsinun
Usia : 47 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jalupangmulya, Leuwidamar, Lebak-Banten
Dengan ini menyatakan bersedia di wawancarai untuk
melengkapi data penelitian skripsi.
Lampiran D
DOKUMENTASI
Wawancara dengan staf administrasi pemerintahan Desa
Jalupangmulya, Leuwidamar, Lebak-Banten.
Wawancara dengan KASI Pemerintahan dan Trantib
pemerintahan Desa Jalupangmulya, Leuwidamar, Lebak-Banten.
Kantor Desa Jalupangmulya, Leuwidamar, Lebak Banten
Sedang melakukan wawancara dengan pembimbing agama
masyarakat Baduy muallaf (Ustadz Syam‟un), Jalupangmulya,
Leuwidamar, Lebak Banten.
Lokasi pemukiman masyarakat Baduy Luar yang sudah memeluk
agama Islam, Jalupangmulya, Leuwidamar, Lebak-Banten.
Foto bersama Bapak Saija selaku kasepuhan masyarakat Baduy
muallaf di Pemukiman masyarakat Baduy Luar, Jalupangmulya,
Leuwidamar, Lebak-Banten.
Masjid Sulhas Al-Jawi yang berada diantara pemukiman
masyarakat Baduy Luar, Jalupangmulya, Leuwidamar, Lebak-
Banten.
Kondisi kamarmandi yang ada di setiap rumah masyarakat Baduy
muallaf, di Pemukiman masyarakat Baduy Luar, Jalupangmulya,
Leuwidamar, Lebak-Banten.
Suasana pemukiman masyarakat Baduy muallaf yang sudah tidak
terikat oleh adat, di pemukiman masyarakat Baduy Luar,
Jalupangmulya, Leuwidamar, Lebak-Banten.
Pondok pesantren yang dekat dengan pemukiman masyarakat
Baduy muallaf, yang di dirikan oleh pembimbing agama
masyarakat Baduy muallaf (KH Zaenudin Amir), Jalupangmulya,
Leuwidamar, Lebak-Banten.
Foto bersama pembimbing agama masyarakat Baduy muallaf
(KH Zaenudin Amir), Jalupangmulya, Leuwidamar, Lebak-
Banten.
Suasana pemukiman masyarakat Baduy Luar yang masih terikat
oleh adat.
Bapak Medi salah satu masyarakat Baduy muallaf yang sudah
menempuh pendidikan Magister di Univertas Negeri Tirtayasa
Banten.
Aktivitas masyarakat Baduy Luar yang masih terikat oleh adat
dalam meluangkan waktunya.
Ladang yang di garap oleh masyarakat Baduy muallaf,
Jalupangmulya, Leuwidamar, Lebak-Banten.
Perkebunan kelapa sawit yang berdekatan dengan ladang yang
digarap oleh masyarakat Baduy muallaf.
CATATAN OBSERVASI
Tanggal : 31 Agustus 2019
Waktu : 13:08 WIB
Subjek penelitian : Pembimbing agama dan masyarakat Baduy
Muallaf
Penulis untuk menuju lokasi penelitian dengan jarak
tempuh 3 jam dari rumah penulis ditemani oleh saudara penulis.
Ketika sampai lokasi penelitian, pada saat itu masyarakat Baduy
Muallaf sedang melakukan konsultasi dengan pembimbing agama
terkait konflik internal yang terjadi, kemudian pembimbing
agama memberikan solusi pada masyarakat Baduy Muallaf
terkait masalah yang sedang dihadapinya. Metode konsultasi ini
merupakan salah satu metode yang digunakan oleh pembimbing
agama dalam memberikan bimbingan agama, metode konsultasi
ini dilakukan di rumah pembimbung agama.
Selain menggunakan metode konsultasi, dalam
pelaksanaan bimbingan agamanya, pembimbing agama
menggunakan metode ceramah yang diberikan secara terpisah
antara laki-laki dan perempuan. Bimbingan agama untuk
kemandirian ekonomi disampaikan setiap dua minggu sekali,
untuk laki-laki mendapatkan bimbingan agama setiap hari Jum‟at
pada saat khutbah solat Jum‟at dan perempuan mendapatkan
bimbingan agama setiap hari minggu pagi.
Selama observasi, penulis menemukan adanya
permasalahan terkait hilangnya rasa mandiri dalam
menyelesaikan permasalahan ekonomi pada masyarakat Baduy
Muallaf, karena pengaruh dari masyarakat luar yang cukup kuat
akan adanya banyak bantuan dari lembaga pemerintah ataupun
lembaga sosial untuk kaum muallaf dan perhatian yang cukup
penuh dari pemerintah setempat kepada masyarakat Baduy
muallaf. Saat menjadi masyarakat adat, suku Baduy sangat
terkenal dengan kegigihan dalam bekerja serta dapat mandiri
dalam menyelesaikan berbagai masalah, terutama dalam masalah
ekonomi. Namun setelah menjadi muallaf, kegigihan dalam
bekerja mengalami penurunan serta hilangnya rasa kemandirian
dalam mengatasi persoalan ekonomi, karena dapat dilihat pada
saat penulis melakukan observasi dengan mengunjungi
pemukiman masyarakat Baduy Muallaf di Desa Jalupangmulya.
Masyarakat Baduy Muallaf hanya mengandalkan intruksi dari
pembimbing agama ketika mendapatkan masalah yang sedang
dihadapi, tidak adanya inisiatif pada masyarakat Baduy Muallaf
untuk mencoba menyelesaikan permasalahan tersebut, dan tidak
sedikit masyarakat Baduy Muallaf yang menunggu di rumahnya
untuk mendapatkan bantuan datang dari intansi-intansi.
Oleh karena itu, penulis bertemu dengan pembimbing
agama Bapak KH. Zaenudin Amir beserta istrinya Ibu Hj.
Mamay, kemudian penulis melakukan wawancara langsung
tentang pelaksanaan bimbingan agama untuk kemandirian
ekonomi yang diberikan pada masyarakat Baduy Muallaf.
Kemudian penulis juga bertemu dengan masyarakat Baduy
Maullaf didampingi oleh Ibu Hj. Mamay untuk menanyakan
seputar kegiatan bimbingan agama untuk kemandirian ekonomi
yang telah mereka dapatkan. Sebelum melakukan wawancara
pada masyarakat Baduy Muallaf, penulis melakukan pendekatan
terlebih dahulu agar masyarakat Baduy Muallaf dapat terbuka
dalam memberikan informasi pada penulis saat melakukan
wawancara.