Jelajah Belitung ~oleh Agnes F Paat~
Billiton, Belitong, Belitung…tiga nama untuk sebutan Pulau Belitung, namun sejak tahun
2008 Pulau Belitung lebih dikenal sebagai “Negeri Laskar Pelangi”. Berasal dari sebuah novel
ciptaan Andrea Hirata yang diangkat ke layar lebar “laskar Pelangi”,
Film ini menceritakan gigihnya seorang guru untuk
mempertahankan sebuah sekolah, Sekolah Dasar Muhamadiyah,
sekolah tertua di Belitung Timur tetap berdiri agar anak anak miskin
di Belitung bisa bersekolah demi mencapai cita citanya.
Secara geografis, Belitung diapit oleh 2 selat yaitu selat
Gaspar dan selat karimata, disebelah barat pulau Bangka, populasi
mencapai 220,000,- jiwa yang tersebar di 2 kabupaten, Kabupaten
Belitung atau Belitung Barat yang beribukota Tanjung Pandan
dengan mata pencaharian sebagai petani lada dan Belitung Timur
beribukota Manggar, yang terkenal dengan pertambangan timahnya.
Belitung adalah salah satu pulau penghasil timah terbesar di
Indonesia. Pada masa penjajahan, Belitung ditukar oleh
pemerintahan Inggris kepada Belanda. Pemerintah
Belanda sangat tertarik dengan kekayaan Belitung
dan menyerahkan Dam Amsterdam di New York
kepada pemerintahan Inggris.
Jam menunjukkan tepat jam 7:20 ketika
pesawat mendarat di HAS Hananjoedin Airport,
Hamparan pemandang yang luas dan udara segar
telah dapat dirasakan dari balik jendela pesawat
Sriwijaya Airlines yang membawa kami dari Jakarta.
Sign board J NET TRAVEL telah menunggu kami
didepan pintu keluar dan kami sudah siap
mengeksplore Negeri Laskar Pelangi ini…READY TO GO !!!!
Perjalanan diawali dengan menyantap Mie Belitung di Restaurant Atep. Mie Belitung
terasa sedikit manis, didalamnya terdapat mie, touge, irisan ketimun, kentang rebus, udang rebus,
cakwe, emping melinjo dan disiram oleh kuah berkaldu udang dan berbumbu gula aren, merica
dan daun salam.
Mie Belitung panas dan es jeruk konci adalah pilihan tepat memulai hari cerah di
Belitung. Satu porsi Mie Belitung seharga Rp. 10,000,-. Belum lengkap rasanya bila ke Belitung
tanpa menikmati mie ini.
Interior Restaurant dihiasi oleh foto
foto artis yang pernah singgah, foto mantan
Presiden Republik Indonesia, Ibu Megawati
Soekarno Putri juga terpampang disana dan
kebanggaan tersendiri untuk Nyonya Atep si
pemilik restaurant. Mayoritas pengunjungnya
adalah wisatawan dan sekarang lebih dikenal
dengan sebutan Mie Artis.
Tidak jauh dari Restaurant Atep terdapat monument Batu Satam, Batu Satam dikenal
juga sebagai batu meteor, terjadinya Batu Satam akibat dari tabrakan meteor dan serpihannya
turun ke bumi. Batu Satam ditemukan oleh para penambang timah yang secara kebetulan
terhisap alat pada saat menambang timah di kedalaman mencapai 50 meter. Batu ini dipercaya
mempunyai unsur magis yang dapat menolak racun atau pun makhluk gaib oleh masyarakat
Belitung. Batu Satam hanya bisa dijumpai di Pulau Belitung, Solo, Australia, Arab dan
Cekoslovakia.
Kita bisa membeli Batu Satam ini di Souvenir Shop sebagai cindera mata khas Belitung
dalam beberapa ukuran. Untuk Batu berukuran kecil untuk cincin dibandrol dengan harga Rp.
100,000,- - Rp. 150,000,- dan untuk ukuran bandul kalung dipasang harga Rp. 150,000,- - Rp.
250,000,-. Menurut cerita yang saya dapat, Batu Satam bisa merubah warna aura ditubuh kita,
jika warna aura berubah ke warna negatif sebaiknya jangan dipakai lagi.
Tujuan selanjutnya Pantai Tanjung Tinggi. Hanya membutuhkan waktu 30 menit dari
pusat kota untuk sampai ke pantai ini. Prasarana jalan di Belitung sangat bagus dan jarang terjadi
kemacetan. Sangat berbeda situasinya dengan Jakarta.
Kita akan melalui hotel - hotel berbintang yang ada di Belitung seperti Hotel Grand
Hatika, Hotel Grand Pelangi, Hotel Bahamas dan Hotel Lor In. Ke empat hotel ini baru dibangun
pada tahun 2010 sebagai prasarana pariwisata. Pariwisata Belitung mulai berkembang semenjak
peluncuran film “Laskar Pelangi” dan Pantai Tanjung Tinggi menjadi salah satu tempat lokasi
syuting pembuatan film itu.
Bentangan laut biru kehijauan, pasir putih, air
jernih dan batu batuan granit besar sudah terlihat
didepan kami.
Untuk menghemat waktu, kami memesan
makan siang di Restaurant Seafood sekitar Pantai
sebelum menjelajahi Pantai Tanjung Tinggi. Sop
Gangan Ikan, Cumi goring tepung, Sayur kangkung,
Ikan bakar dan es kelapa muda bulat sudah dipesan,
tiba waktunya memulai petualangan kami di Pantai
Laskar Pelangi.
Pantai ini diapit oleh dua semenanjung, berpasir putih halus dan bertebarkan ratusan batu
- batuan granit dengan beragam ukuran. Hanya berjalan beberapa meter saja sudah membuat
kami terkagum - kagum. Batuan granit tertumpuk - tumpuk dengan bentuk dan ukuran yang
berbeda beda.
Ukurannya mencapai sebesar mobil dengan tinggi 3 sampai 4 meter. Kita juga bisa
memanjat tumpukan batu itu. Carilah batu tertinggi dan berdiri diatasnya untuk menikmati
indahnya Pantai Tanjung Tinggi. Batu - batuan ini juga membentuk gua - gua kecil dan menjadi
obyek foto yang sangat menarik,
Ombak di Pantai ini tidaklah besar, berenang akan sangat aman untuk anak - anak kecil
karena itu lebih banyak keluarga yang datang bertamasya ke Pantai Tanjung Tinggi. Didalam
areal bebatuan dapat ditemui prasasti dari Film Laskar Pelangi.
Setelah menjelajahi Pantai dan mengambil
beberapa foto, kami kembali ke Restaurant untuk
menikmati makan siang. Semua pesanan telah
tersedia dimeja dan siap disantap. Sop Ikan Gangan
khas Belitung sangat menggoda selera. Sop ini
harus menggunakan ikan segar karena akan beda
rasanya bila ikan tidak segar, cara memasaknya
sangat unik, bukan digoreng atau ditumis melainkan
ikan direbus terlebih dahulu. Bumbu khas yang
dipakai yaitu buah nenas. Kuah sop berwarna
kuning terasa asam, manis beraroma segar nenas.
Untuk menu selengkap ini hanya seharga Rp.
350,000,-, Harga Sop Ikan Gangan berkisar antara Rp. 100,000,- sampai Rp. 150,000,- untuk
satu porsinya.
Pantai Tanjung Kelayang sudah menanti kami, 10 menit saja perjalanan dari Pantai
Tanjung Tinggi ke Pantai Tanjung Kelayang. Pantai ini sebagai dermaga untuk perahu perahu
yang akan mengantar wisatawan menyusuri jajaran HOPPING ISLAND. Pantai Tanjung
Kelayang juga berpasir putih yang halus dengan pemandangan laut lepas dan kumpulan batu
batu granit yang membentuk pulau.
Perahu kami berkapasitas untuk 6 orang, tersedia juga perahu berkapasitas 10 dan 20
orang untuk jumlah peserta tur yang lebih banyak dilengkapi life jacket sebagai pengaman.
Peralatan snorkeling dan diving tersedia untuk disewakan dengan harga terjangkau bagi
wisatawan yang ingin bermain dengan ikan - ikan kecil sekitar Hopping Island. Peralatan
snorkeling dikenakan harga sewa sebesar Rp. 50,000,- dan perahu yang kami gunakan dikenakan
biaya sebesar Rp. 400,000,- untuk satu harinya. Waktu yang dibutuhkan sekitar 40 menit ntuk
mencapai pulau terjauh yaitu Pulau Lengkuas.
Pulau pertama yang kami lewati adalah Pulau Batu Burung Garuda. Dinamakan seperti
itu karena menyerupai bentuk burung yang lengkap dengan leher, paruh, sayap dan tumbuhan
liar disisi atas sebagai jambulnya. Pulau ini disebut juga sebagai Pulau Batu Kelayang, cerita
yang diyakini oleh penduduk setempat secara turun menurun adalah Burung Kelayang sedang
berendam di lautan bebas dan menghadap ke arah barat, Pulau Batu Burung Garuda menjadi
mascot dari acara Yatch Rally Sail Wakatobi Belitong tahun 2011 yang diikuti 111 peserta dari
18 negara yang bertujuan memperkenalkan Pulau Belitung lebih luas lagi dan menjadikan Pulau
Belitung sebagai tujuan wisata.
Perahu membawa kami terus ke timur melewati Pulau Batu Burung Garuda. Disebelah
kanan terdapat Pulau Babi. Hanya di Pulau inilah yang menyediakan cottage diantara pulau
lainnya, cottage ini hanya berjumlah 7 buah dengan fasilitas standard seperti tempat tidur dan
lemari saja. Pulau Babi menjadi tempat lokasi makan siang bagi wisatawan yang mengikuti
Hoping Island Tour, setelah makan para wisatawan dapat melakukan snorkeling disekitar pulau.
Tidak jauh dari Pulau Babi terdapat Pulau Pasir, Pulau ini sangatlah unik karena hanya
berupa pasir putih berukuran kurang lebih 20 meter persegi dihiasi oleh bintang laut dan burung
burung. Pulau ini tidak bisa dilihat setiap saat karena pulau ini akan tenggelam pada saat air
pasang. Salah satu tempat istimewa untuk berfoto bagi wisatawan seperti terdampar di Pulau
tengah laut. Burung burung beterbangan dari Pulau Pasir dan perahu kami pun menjauh.
Tak lama pemandangan batuan tegap berada didepan kami, Pulau ini terdiri dari beberapa
batu batuan yang berbentuk seperti layar perahu karena itu dinamakan Pulau Batu Berlayar.
Jajaran Pulau Batu Berlayar memiliki panjang kurang lebih 100 meter, batuan yang terpisah
pisah dengan ketinggian batu mencapai 4 - 5 meter dari permukaan laut. Pulau Batu berlayar
hanya bisa dikunjungi pada saat air surut sama seperti Pulau Pasir.
Perahu bergerak lagi ke arah timur. Dari
kejauhan telah terlihat bangunan menjulang tinggi.
Itulah mercusuar Pulau Lengkuas.
Pulau primadona wisatawan yang
berkunjung ke Belitung. Perahu pun menepi ke
bibir pantai Pulau Lengkuas. Air jernih, pasir putih
dan rasa takjub membawa kami menelusuri Pulau.
Mercusuar dibangun tahun 1879 oleh Z M
Willem III yang berkebangsaan Belanda. Seluruh
bangunan terbuat dari besi. Dinding, lantai, kusen
semuanya dari besi. Ketinggian mencapai + 70
meter, memiliki 305 anak tangga dengan 18 lantai.
Mercusuar berfungsi sebagai menara pengawas
kapal kapal yang melintasi perairan Indonesia,
seperti dari Malaka dan Singapore. Pada jaman
perdagangan dan penjajahan merupakan rute jalur
perdagangan rempah rempah atau jalur sutra.
Mercusuar pun masih beroperasi sampai sekarang
tetapi telah diambil alih oleh Departemen
Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.
Kita dapat beristirahat, bersantai santai dan
snorkeling di sekitar pulau, batu batuan granit besar
juga terdapat disini menambah keindahan Pulau
Lengkuas.
Ingin rasanya meluangkan waktu lebih lama di pulau ini, tetapi hujan besar sepertinya
akan turun dan kami harus kembali ke Pantai Tanjung Kelayang, meninggalkan jajaran pulau
pulau indah menakjubkan.
Keesokan hari, perjalanan diawali dengan mengunjungi Museum Tanjung Pandan, Tiket
masuk museum sebesar Rp. 2,000,- per orang. Ruangan museum tidak terlalu besar dan berisikan
benda - benda peninggalan yang tenggelam pada jaman penjajahan. Diterangkan bahwa
Indonesia memiliki 700 – 800 titik potensial harta karun yang bisa diangkat dan 9 diantaranya di
Pulau Belitung. Selain itu terdapat juga senjata tradisional Belitung, uang kuno, piring & gelas
kuno dan replika dari kapal keruk timah.
.
Pemandu kami juga mengantar kami
melihat rumah tradisional Belitung, rumah
berbentuk rumah panggung yang memiliki 2
ruangan besar sebagai ruang tamu dan ruang
tidur keluarga. 1 Ruangan besar sebagai dapur
bersih dan tempat penyimpanan alat alat
berkebun
Sebelum meneruskan napak tilas
film Laskar Pelangi, kami mengunjungi
obyek wisata lainnya yaitu Kawah Kaolin.
Kaolin (clay) adalah batuan yang
tersusun dari material lempung dengan
kandungan besi yang rendah dan berwarna
putih. Kawah Kaolin merupakan salah
satu kekayaan tambang dari Belitung.
Seluruh hasil tambang kaolin dikapalkan ke luar pulau Belitung untuk bahan baku pabrik cat dan
kosmetik.
Kawah ini seperti kawah putih di Ciwidey, Jawa barat hanya kawah ini tidak
menyemburkan aroma belerang yang menusuk ke hidung. Bebatuan di Kaolin putih dan air
danau berwarna biru menjadi pemandangan menakjubkan dan menjadi lokasi fotografi yang
indah. Air danau akan berubah keemasan pada saat matahari terbit.
Satu obyek lagi yang akan kami kunjungi adalah “SD Laskar Pelangi”. Replika bangunan
sekolah yang sederhana ini menjadi lokasi utama pembuatan film Laskar Pelangi. Didepan kelas
terpampang nama sekolah SD Laskar Pelangi dan SD Muhammadiyah Gantong. Didalam cerita,
Sekolah ini adalah sekolah tertua di Belitung dan hampir ditutup. Para guru tidaklah
mendapatkan upah karena hanya anak anak miskin yang bersekolah disitu, hanya yang mau
mengabdi saja yang mau mengajar disana. Tapi sekolah ini mampu melahirkan murid murid
pintar setaraf dengan SD lainnya bahkan menjuarai lomba cerdas cermat. Dari situlah
keberadaannya mulai dirasakan kembali.
Waktu berjalan cepat, dua hari sudah kami menjelajahi Pulau Belitung, belum cukup
rasanya, berharap dapat kembali ke Belitung suatu saat nanti.
Bentangan laut biru bebatuan besar granit, kesederhanaan masyarakat Belitung ada
dibenakku, terfikir bagaimana terjadinya, siapakah yang memindahkan batu ini, pulau
ini...misteri Pulau Belitung…The Hidden Island…