Transcript
Page 1: Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa dalam …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-Nuring Septyasa Laksana.pdf · Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa dalam ... Januari

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 1, Nomor 1, Januari 2013

56

Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa dalam Program DesaSiaga Di Desa Bandung Kecamatan Playen

Kabupaten Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Nuring Septyasa Laksana1

(Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara Tahun 2008)

Abstrak

Dalam upaya mewujudkan good governance dibutuhkan keseriusan pemerintah untuk mencapainya,salah satu aspek yang harus dipenuhi adalah adanya partisipasi masyarakat dalam program-programpemerintah. Adanya partisipasi masyarakat dalam setiap program pemerintah akan dapat mendorongtercapainya tujuan-tujuan pembangunan nasional maupun daerah. Salah satu bagian yang terpentingadalah mewujudkan partisipasi masyarakat di bidang kesehatan.Hingga saat ini pemerintah seriusdalam melaksanakan program-program di bidang kesehatan.Melalui Kementrian Kesehatan RepublikIndonesia yang membawa Visi menuju Indonesia Sehat demi peningkatan kesehatan masyarakat yangbaik, mengeluarkan Program Desa Siaga. Di dalam pelaksanaan program Desa Siaga dibutuhkanpartisipasi masyarakat didalamnya yang diharapkan dapat mengurangi angka kematian Ibu dan Bayiserta mewujudkan kemandirian masyarakat di bidang kesehatan, sehingga cita-cita mewujudkanIndonesia Sehat akan tercapai.

Kata Kunci : Good Governance, Partisipasi Masyarakat, Program Desa Siaga

PendahuluanSecara keseluruhan hingga saat ini

kondisi masyarakat di dunia masih sulit untukikut serta dalam melaksanakan program-program pemerintahnya, salah satunya adalahpermasalahan mengenai partisipasi masyarakatdalam bidang kesehatan.Secara umun berbagainegara sepakat bahwa kesehatan merupakanindikator terpenting dalam mewujudkankemajuan bangsanya.Banyak permasalahandalam bidang kesehatan di dunia yang hinggasaat ini masih menjadi perbincangan berbagaikalangan.Dari sekian banyakpermasalahansalah satunyaialah masihtingginya angka kematian bayi dan angkakematian ibu di dunia utamanya yang terjadi dinegara-negara berkembang. Oleh karena itumelalui Pembangunan Milenium atauMillennium Development Goals (MDGs) yangmemiliki lima komponen, yaitu: (i)pengurangan penduduk miskin dan kelaparan,(ii) peningkatan akses pendidikan dasar, (iii)kesetaraan gender, (iv) pengurangan angkakematian bayi dan balita, serta (v)pengurangan kematian ibu karena melahirkan,setidaknya dapat menyamakan program-program di berbagai negara berkembang untukmenyelesaikan permasalahan di bidangkesehatan tersebut.

Permasalahan mengenai angka

kematian ibu dan angka kematian bayi di duniadapat dlihat dari data-data yang disajikan.Datayang dilansir badan kesehatan dunia WorldHealth Organization (WHO) menyebutkanbahwa angka kematian ibu dan anak masihtergolong tinggi yaitu mencapai 60-80 %.Padatahun 2005, sebanyak 536.000 perempuanmeninggal dunia akibat masalah persalinan,lebih rendah dari jumlah kematian ibu tahun1990 yang sebanyak 576.000.Menurut dataWHO, sebanyak 99 persen kematian ibudiakibat masalah persalinan atau kelahiranterjadi di negara-negara berkembang.Rasiokematian ibu di negara berkembangmerupakan yang tertinggi dengan 450kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayihidup.

Sementara itu, saat ini sudah terjadipergeseran paradigma government menjadigovernance, dimana governance menekankanadanya kolaborasi dalam kesetaraan dankeseimbangan antara pemerintah, pihak swastadan masyarakat (civil society), Sehinggadengan kondisi tersebut akan menjadikanpemerintah untuk memberikan pelayanan yangbaik terhadap masyarakat. Jadi dalam goodgovernance menekankan bagaimanapemerintah mau untuk berinteraksi secarakondusif dengan masyarakat dalam berbagaibidang mulai dari bidang sosial, ekonomiataupun politik.

1. Korespondensi Nuring Septyasa Laksana, Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP,Universitas Airlangga,Jl Airlangga 4-6 Surabaya

Page 2: Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa dalam …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-Nuring Septyasa Laksana.pdf · Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa dalam ... Januari

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 1, Nomor 1, Januari 2013

57

Dengan demikian konsepsikepemerintahan yang baik adalah mengandungarti adanya hubungan sinergis antara negara,swasta dan masyarakat.Syarat bagi terciptanyagood governance setidaknya memilikitransparansi, akuntabilitas, dan pemerintahanyang partisipatif.Pemerintahan yangpartisipatif dapat dimaknai sebagai wujudpemerintah yang berupaya untukmengakomodasi berbagai aspirasi yangmuncul di masyarakat dan mau melibatkanmasyarakat dalam decision making process.

Permasalahan mengenai angkakematian ibu dan bayi juga dapat tersurat dinegara-negara di kawasan Asia Tenggara,seperti yang dilansir dari data terakhir Badanpusat statistik (BPS) adalah sebesar 262 per100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2005.Sedangkan Laporan Pembangunan Manusiatahun 2000 menyebutkan angka kematian ibudi Indonesia paling tinggi di Asia Tenggara307 per 100 ribu kelahiran, angka kematian ibudi Malaysia jauh di bawah Indonesia yaitu 41per 100 ribu kelahiran hidup, Singapura 6 per100 ribu kelahiran hidup, Thailand 44 per 100ribu kelahiran hidup, dan Filiphina 170 per 100ribu kelahiran hidup. Padahal, tahun 2000 ituangka kematian ibu masih berkisar di angka307 per 100 ribu kelahiran hidup.BahkanIndonesia kalah dibandingkan Vietnam, negarayang belum lama merdeka, yang memilikiangka kematian ibu 160 per 100 ribu kelahiranhidup.Jadi jika dilihat dari data yang ada makaIndonesia menjadi negara yang memilikiangka kematian ibu tertinggi di kawasan AsiaTenggara.

Masih rendahnya partisipasimasyarakat di bidang kesehatan yang salahsatu dampaknya adalah masih tingginya angkakeamatian ibu dan anak juga terjadi diIndonesia.Data Depkes RI (2006) menyatakantingginya angka kematian ibu sebesar307:100.000 (SKRT 2001) dan kematian bayisebesar 35:1000 kelahiran hidup (SDKI 2002 –2003). Fenomena permasalahan di bidangkesehatan juga terjadi di setiap daerah, sepertiyang terjadi di Jawa Tengah, berdasarkan datadari Dinkes Provinsi Jateng (2008) yaitumasalah utama kesehatan di Jawa Tengahantara lain : masih adanya kasus gizi buruk(1,61 %), tingginya berbagai penyakit menularseperti demam berdarah sebesar 2,17:10.000penduduk, malaria berjumlah 222.704 yangtersebar di 28 kabupaten/kota, tuberkulosisparu (50,8 %), HIV/AIDS 243 kasus denganrincian185 infeksi HIV dan 58 kasus AIDS,meningkatnya penyakit tidak menular,munculnya penyakit baru seperti SARS dan fluburung. Kejadian luar biasa (KLB) penyakit

maupun keracunan makanan masih seringterjadi di Jawa Tengah sebanyak 486 KLByang tersebar di 35 kabupaten/kota.

Fenomena di bidang kesehatan jugaterjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).Menurut data dari BPS DIY (2004) angkakematian ibu 152:1000 (tahun 2000),116,12:1000 kelahiran hidup (tahun 2003).Sedangkan angka kematian bayi 34:1000(tahun 2000), 31:1000 kelahiran hidup padatahun 2003. Didukung pula dengan umurharapan hidup (UHH) pada tahun 2000mencapai 68,2 tahun sedangkan tahun 2003meningkat menjadi 69,3 tahun. BerdasarkanPerpres Nomor 7 Tahun 2005, secara jelasmenggambarkan keinginan pembangunankesehatan untuk menurunkan prevalensi gizikurang pada anak balita dari 25,8% menjadi20,0% (http://www.setneg.go.id).

Berdasarkan data lain yang pernahdikeluarkan oleh Dinas Kesehatan DIY padatahun 2008 terjadi sebanyak 376 angkakematian bayi di DIY, sedangkan jumlahangka kematian ibu sebanyak 104 orang padatahun 2008. Selain itu pada tahun 2009 bahwarata-rata jumlah balita gizi buruk di DIY masihtergolong tinggi, hal ini dibuktikkan denganadanya balita penderita gizi buruk di kotaYogya sebesar 71 anak, yang terdiri dari 12anak dalam kategori kurus sekali dan 59 anakberkategori kurus. Sementara itu, di KabupatenKulon Progo, dari jumlah 26.852 anak berusiadi bawah lima tahun, sebanyak 704 diantaranya menderita gizi buruk. Sedangkandalam kondisi yang lain yang berhubungandengan kesehatan masyarakat ditemukan datadari dinas kesehatan Kabupaten Bantul bahwaAngka kematian ibu dan bayi di KabupatenBantul masih tinggi. Tercatat sejak Januarihingga September 2010 ada 96 kasus.96 Kasustersebut terdiri dari angka kematian ibu (AKI)sembilan kasus dan angka kematian bayi(AKB) sebanyak 87 kasus. Kasus AKI maupunAKB dari tahun ke tahun masih sering terjadikarena pada triwulan 2010, dari 10.000 proseskelahiran, maka angka kematian mencapai 96kasus. Sementara pada 2009 dari sebanyak13.000 proses kehamilan angka kematianmencapai 161 kasus terdiri atas 19 kasus AKIdan 142 kasus AKB.

Fenomena masalah di bidangkesehatan juga terjadi kabupaten GunungKidul. Dimana dapat dilihat dari data yangpernah dikeluarkan dinas kesehatan kabupatenGunungkidul mengenai Angka Kematian Ibupada tahun 2005 bahwa terjadi 46,9 per 100ribu kelahiran, pada tahun 2006 dan 2007terjadi 72,9 per 100 ribu kelahiran, pada tahun2008 terjadi 66,9 per 100 ribu kelahiran dan

Page 3: Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa dalam …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-Nuring Septyasa Laksana.pdf · Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa dalam ... Januari

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 1, Nomor 1, Januari 2013

58

pada tahun 2009 bahwa terjadi angka kematianibu sebesar 66,93 per 100 ribu kelahiran,sementara angka kematian bayi sebesar 19bayi pada tahun 2005, 18 kematian bayi padatahun 2006, 17 kematian bayi pada tahun2007, 2008 dan 2009 setiap 1.000 angkakelahiran hidup (KH). Sedangkan data dariDinas Peternakan DIY mengenai flu burungyang diperoleh telah terjadi kematian unggaspada tahun 2005 sebanyak lebih dari 4.000ekor, utamanya terjadi pada ayam petelur.Angka itu terus meningkat setiap tahunnya.Pada tahun 2008 di DIY terjadi kematian padaunggas sebanyak 29.400 ekor dan kemudianmeningkat di tahun 2009 dimana terdapat30.511 ekor unggas yang mati. Sementara itudari data dinas peternakan Gunung Kidul, dikabupaten Gunung Kidul pada tahun 2008terjadi kematian pada unggas sebanyak 3500ekor, pada tahun 2009 terjadi kematiansebanyak 594 ekor unggas selama Mei hinggaDesember, tahun 2010 angka kematian unggasmulai bulan Februari hingga Septembersejumlah 1.656 ekor unggas yang mati, dantahun 2011 mulai bulan Juli hingga Desemberterjadi kematian unggas sebanyak 2152 ekor,sementara mengenai jumlah kematian unggasdi kecamatan Playen selama tahun 2009hingga 2011 ditemukan 628 unggas matimendadak dan sebanyak 222 unggas matiterjadi di Desa Bandung. Sementara itudampak flu burung yang terjadi di DIY mulaitahun 2008 hingga 2010 mengakibatkan 20orang terkena virus flu burung, dari jumlah itu4 orang di antaranya adalah warga kabupatenGunung Kidul dan salah satunya adalah orangdari Kecamatan Playen.

Jadi, dari penjelasan di atas mengenaifenomena rendahnya partisipasi masyarakatterhadap program pemerintah, utamanya dalamprogram kesehatan perlu diamati.GunungKidul yang merupakan bagian dari DaerahIstimewa Yogyakarta melalui KecamatanPlayen juga pernah mendapatkan penghargaandari pemerintah dengan menjadi daerah terbaikpada tingkatan Provinsi DIY dalampelaksanaan desa siaga endemik flu burungpada tahun 2009.Hal inilah yang menjadi salahsatu daya tarik peneliti untuk melihatpartisipasi masyarakat desa utamanyamengenai bentuk-bentuk partisipasimasyarakat desa dalam program desa siaga.Selain itu Gunung Kidul juga merupakankabupaten yang dianggap berhasil olehpemerintah dalam melaksanakan program desasiaga.

Permasalahan yang ingin dijawabdalam penelitian ini adalah Bagaimanakah

bentuk-bentuk partisipasi masyarakat desadalam program Desa Siaga di Desa BandungKecamatan Playen Kabupaten Gunung KidulProvinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ?

GovernanceDalam perkembangan di dunia

birokrasi telah terjadi pergeseranparadigma.Pergeseran paradigma itu sendiridiakibatkan oleh semakin dewasanya birokrasidan adanya tuntutan dari masyarakat mengenaikinerja briokrasi.Pergeseran paradigma yangdimaksud adalah pergeseran dari governmentmenjadi governance.Governance sebagai TataPemerintahan, di sini bukan hanya dalampengertian struktur dan manajemen lembagayang disebut eksekutif, karena pemerintah(government) hanyalah salah satu dari tigaaktor besar yang membentuk lembaga yangdisebut governance. Dua aktor lain adalahprivate sektor (sektor swasta) dan civil society(masyarakat madani). Karenanya memahamigovernance adalah memahami bagaimanaintegrasi peran antara pemerintah (birokrasi),sektor swasta dan civil society dalam suatuaturan main yang disepakati bersama.Lembaga pemerintah harus mampumenciptakan lingkungan ekonomi, politik,sosial budaya, hukum dan keamanan yangkondusif. Sektor swasta berperan aktif dalammenumbuhkan kegiatan perekonomian yangakan memperluas lapangan kerja danmeningkatkan pendapatan, sedangkan civilsociety harus mampu berinteraksi secara aktifdengan berbagai macam aktifitasperekonomian, sosial dan politik termasukbagaimana melakukan kontrol terhadapjalannya aktifitas-aktifitas tersebut.

Tiga komponen dalam konsepgovernance saling berinteraksi danmenjalankan fungsinya masing-masing, yaitugovernment atau state, private sector, dan civilsociety.Jadi governance merupakan interelasidan interdependensi antar komponenpemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat sipil(Hetifah, 2004:91).Institusi pemerintahberfungsi menciptakan lingkungan politik danhukum yang kondusif, sektor swastamenciptakan pekerjaan dan pendapatan,sedangkan masyarakat berperan dalammembangun interaksi sosial, ekonomi, danpolitik, termasuk mengajak kelompok-kelompok masyarakat untuk berpartisipasidalam aktivitas ekonomi, sosial, dan politik.

Page 4: Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa dalam …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-Nuring Septyasa Laksana.pdf · Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa dalam ... Januari

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 1, Nomor 1, Januari 2013

59

GovernmentGovernment atau pemerintah

merupakan aktor negara yang menjadi badanpendorong terciptanya lingkungan yangmampu memfasilitasi pihak lain di komunitasdan sektor swasta untuk aktif melakukan upayapembangunan, penyedia jasa pelayanan, daninfrastruktur. Menurut Bank Dunia,pemerintah adalah sentral dalam pembangunansosial dan ekonomi, tidak sebagai penyedialangsung pembangunan, tetapi sebagai partner,katalis, dan fasilitator.

Menurut HetifahSumarto(2004)government atau pemerintahmerupakan aktor negara yang menjadi badanpendorong terciptanya lingkungan yangmampu memfasilitasi pihak lain di komunitasdan sektor swasta untuk aktif melakukan upayapembangunan, penyedia jasa pelayanan, daninfrastruktur. Menurut Bank Dunia,pemerintah adalah sentral dalam pembangunansosial dan ekonomi, tidak sebagai penyedialangsung pembangunan, tetapi sebagai partner,katalis, dan fasilitator.

Pemerintah bertugas merumuskanrangkaian tujuan proses memerintah. Sebagaiinstitusi yang berwenang mengalokasikannilai-nilai kedalam masyarakat, pemerintahmemainkan peranan merumuskan kebijakanpublik berdasarkan keinginan dan tuntutan darimasyarakat.Pemerintah juga bertanggungjawab dalam proses implementasi kebijakan,terutama bertanggung jawab dalam hal hasildan dampaknya pada masyarakat. Dalam arenamasyarakat yang kompetitif dan kompleks,kehadiran pemerintah sangat dibutuhkansebagai fasilitator, yakni memudahkan ataumenjembatani permainan aktor-aktor politikdan ekonomi dalam masyarakat.

Civil SocietyCivil Society merupakan konsep

tentang keberadaan satu masyarakat yangdalam batas-batas tertentu mampu memajukandirinya sendiri melalui penciptaan aktivitasmandiri, dalam satu ruang gerak yang tidakmemungkinkan negara melakukan intervensi.Penekanan diberikan pada hak-hak dasarindividual sebagai manusia maupun warganegara. Penekanan ini yang membuat konsepcivil societysangat erat terkait dengandemokrasi dan demokratisasi. Civil societydapat dimaknai sebagai kumpulan institusiatau organisasi di luar pemerintah dan sektorswasta, atau sebagai ruang tempat kelompok-kelompok sosial dapat eksis dan bergerak.Banyak komponen civil society sepertiorganisasi, institusi masyarakat akar rumput,media massa, institusi pendidikan, asosiasi

profesi, organisasi keagamaan, forum wargaatau forum kota dan yang lainnya yang secarakeseluruhan dapat menjadi kekuatanpenyeimbang terhadap pemerintah maupundunia usaha.

Kontribusi CSOs (Civil SocietyOrganizations) sangat penting dalammendorong proses pembangunan yang bersifatpartisipatoris. Peran ini tidak hanya dalamtataran kajian dan pengembangan konsep atauteori, peningkatan kesadaran akan pentingnyapartisipasi masyarakat dalam pengambilankeputusan yang berkaitan dengan masalahpublik, advokasi untuk mereformasi kebijakanagar lebih kondusif terhadap partisipasimasyarakat, tetapi juga dalam mempraktekkanpendekatan pembangunan yang bersifatpartisipatoris (Hetifah, 2004:34).

Sektor PrivatSektor privat/swasta adalah

perusahaan dan industri swasta yangmerupakan mesin utama global untukproduksi, penciptaan lapangan pekerjaan,perdagangan, pertumbuhan ekonomi, danpotensial bagi perkembangan ekonomi dinegara-negara miskin, terlebih-lebih denganhilangnya ekonomi komando yang sentralistik.Perusahaan dan industri tersebut juga menjadikonsumen terbesar sumber daya alam, sumberpolusi, penyebar bahan beracun dan menjadisumber malapetaka lingkungan. ShabercoffPhilip (2000 :221) berpendapat bahwa denganmunculnya korporasi transnasional perusahaandengan daya operasi di seluruh dunia, selamalebih dari setengah abad, perusahaan danindustri merupakan pemusatan kekuasaanekonomi yang hanya dapat ditandingi olehsejumlah negara industri. Private sectormerupakan bagian dari ekonomi nasional yangtidak berada di bawah kontrol negara.

Sektor privat/swasta meliputiperusahaan-perusahaan swasta yang bergerakdi berbagai bidang dan sumber informasi dipasar. Sektor privat/swasta dibedakan denganmasyarakat (civil society), karena sektorprivat/swasta mempunyai pengaruh terhadapkebijakan-kebijakan sosial, politik, ekonomidan perusahaan-perusahaan itu sendiri.

Good Governance

UNDP mendefinisikan GoodGovernance sebagai pelaksanaan otoritaspolitik, ekonomi dan administrasi untukmengatur urusan-urusan negara yang memilikimekanisme, proses, hubungan, sertakelembagaan yang kompleks di mana warganegara dan berbagai kelompokmengartikulasikan kepentingan mereka,

Page 5: Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa dalam …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-Nuring Septyasa Laksana.pdf · Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa dalam ... Januari

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 1, Nomor 1, Januari 2013

60

melaksanakan hak dan kewajiban mereka sertamenengahi perbedaan yang ada di antaramereka. Prinsip utama Good governanceadalah cara mengatur pemerintahan yangmemungkinkan layanan publiknya efisien,sistem pengadilannya bisa diandalkan, danadministrasinya bertanggung jawab padapublik.

UNDP dan World Bank mengartikangood governance sebagai suatupenyelenggaraan manajemen pembangunanyang solid dan bertanggung jawab yang sejalandengan pinsip demokrasi dan pasar yangkorupsi efisien, penghindaran salah alokasidana investasi dan pencegahan korupsi baiksecara politik maupun administratif,menjalankan disiplin anggaran sertapenciptaan legal and political framework bagitumbuhnya aktivitas usaha (Mardiasmo, 2002:23).

Partisipasi MasyarakatKonsep partisipasi dalam administrasi

publik merupakan hal yang penting dalammewujudkan nilai demokrasi. Osborne danGaebler mengungkapkannya ketikamemasukkan prinsip reinventing governmentyaitu prinsip “community owned government :empowering rather than serving” yangmenunjukkan betapa pentingnya partisipasimasyarakat dalam administrasi publik. Dankemudian berkembang perspektif new publikservice yang lebih memperkuat kedudukanpartisipasi masyarakat. Jati diri warga negaratidak dipandang sebagai persoalan kepentingansemata (self interest) namun juga melibatkannilai, kepercayaan, dan kepedulian terhadaporang lain. Warga negara diposisikakn sebagaipemilik pemerintahan (owner of government)dan mampu bertindak secara bersama-samamencapai sesuatu yang lebih baik.Kepentinganpublik tidak lagi dipandang sebagai agregasikepentingan pribadi, melainkan sebagai hasildialog dan keterlibatan publik dalam mencarinilai bersama dan kepentingan bersama(Muluk, 2007:33).

Partisipasi masyarakat dalam programpemerintahan dapat meningkatkankemandirian yang dibutuhkan oleh masyarakatdalam mempercepat pembangunan.Masyarakatdapat berpartisipasi dalam tahapanperencanaan, implementasi dan juga evaluasiprogram-program pembangunan.Dengandemikian, telah terjadi perubahan pandanganmasyarakat terhadap partisipasi, kinimasyarakat tidak lagi memandang partisipasisebagai sebuah kesempatan yang diberikanoleh pemerintah karena kemurahan hatinya,

tetapi lebih menghargai partisipasi sebagaisuatu layanan dasar dan bagian integral darilocal governance. Maka dalam hal inipartisipasi masyarakat dapat diartikan sebagaikeikutsertaan masyarakat dalam program-program pembangunan baik itu dalam prosesperencanaan, implementasi, maupun evaluasiguna menjalin kerjasama dengan pihak-pihakyang lain dalam menyukseskan programpembangunan tersebut.

Manfaat PartisipasiDalam sistem pemerintahan yang

demokratis, konsep partisipasi masyarakatmerupakan salah satu konsep yang pentingkarena berkaitan langsung dengan hakikatdemokrasi sebagai sistem pemerintahan yangberfokus pada rakyat sebagai pemegangkedaulatan. Menurut Thomsen yang dikutipoleh Suriana dalam tesisnya yang berjudul‘analisis keberlanjutan pengelolaan sumberdaya laut gugus pulau Kaledupa berbasispartisipasi masyrarakat’ ( Suriana, 2009: 13)memaparkan keuntungan dari partisipasimasyarakat adalah:

1. Partisipasi memperluas basispengetahuan dan representasi.

2. Partisipasi membantu terbangunannyatransparansi komunikasi danhubungan-hubungan kekuasaan diantara para stakeholders

3. Partisipasi dapat meningkatkanpendekatan iteratif dan siklikal danmenjamin bahwa solusi didasarkanpada pemahaman dan pengetahuanlokal.

4. Partisipasi akan mendorongkepemilikan lokal, komitmen danakuntabilitas. Pelibatan masyarakatlokal dapat membantu terciptanyahasil (outcomes) yang berkelanjutandengan menfasilitasi kepemilikanmasyarakat terhadap proyek danmenjamin bahwa aktivitas-aktivitasyang mengarah pada keberlanjutanakan terus berlangsung. Hasil yangdiperoleh dari usaha-usaha kolaboratiflebih mungkin untuk diterima olehseluruh stakeholders.

5. Partisipasi dapat membangunkapasitas masyarakat dan modalsosial. Pendekatan partisipatif akanmeningkatkan pengetahuan dari tiapstakeholders tentang kegiatan/aksiyang dilakukan oleh stakholders lain.

Page 6: Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa dalam …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-Nuring Septyasa Laksana.pdf · Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa dalam ... Januari

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 1, Nomor 1, Januari 2013

61

Bentuk-bentuk Partisipasi MasyarakatTelah disinggung sebelumnya bahwa

secara sederhana partisipasi bisa diartikansebagai keikutsertaan seseorang, kelompok,atau masyarakat dalam proses pembangunan.Pengertian tersebut dapat diartikan bahwaseseorang, kelompok, atau masyarakat dapatmemberikan kontribusi/sumbangan yangsekiranya dapat menunjang keberhasilan darisebuah proyek/program pembangunan.Secaraumum partisipasi masyarkat dapat dilihat daribentuk partisipasi masyarakat yang diberikandalam bentuk nyata (memiliki wujud) dan jugabentuk partisipasi yang diberikan dalambentuk tidak nyata (abstrak).Bentuk partisipasiyang nyata misalnya uang, harta benda, tenagadan keterampilan sedangkan bentuk partisipasiyang tidak nyata adalah partisipasi buahpikiran, partisipasi sosial, pengambilankeputusan dan partisipasi representatif.

Bentuk-bentuk partisipasi masyarakatdapat dilihat sebagai berikut (Huraerah, 2008:102) :

1. Partisipasi buah pikiran, yangdiberikan partisipan dalamanjang sono, pertemuan ataurapat;

2. Partisipasi tenaga, yang diberikanpartisipan dalam berbagaikegiatan untuk perbaikan ataupembangunan desa, pertolonganbagi orang lain, dan sebagainya;

3. Partisipasi harta benda, yangdiberikan orang dalam berbagaikegiatan untuk perbaikan ataupembangunan desa, pertolonganbagi orang lain yang biasanyaberupa uang, makanan dansebagainya;

4. Partisipasi keetrampilan dankemahiran, yang diberikan oranguntuk mendorong aneka ragambentuk usaha dan industri;

5. Partisipasi sosial, yang diberikanorang sebagai tanda keguyuban.

Sementara itu Ndraha (1990:103-104)membagi bentuk atau tahap partisipasi menjadi6 bentuk/tahapan, yaitu:

a. partisipasi dalam/melaluikontak dengan pihak lain (contactchange) sebagai salah satu titik awalperubahan sosial;b. partisipasi dalammemerhatikan/menyerap danmemberi tanggapan terhadapinformasi, baik dalam arti menerima(menaati, memenuhi,

melaksanakan), mengiyakan,menerima dengan syarat, maupundalam arti menolaknya;c. partisipasi dalam perencanaanpembangunan, termasukpengambilan keputusan;d. partisipasi dalam pelaksanaanoperasional pembangunan;e. partisipasi dalam menerima,memelihara dan mengembangkanhasil pembangunan; danf. partisipasi dalam menilaipembangunan, yaitu keterlibatanmasyarakat dalam menilai sejauhmana pelaksanaan pembangunansesuai dengan rencana dan sejauhmana hasilnya dapat memenuhikebutuhan masyarakat.

Program Desa SiagaDesa Siaga adalah program yang

memiliki ekspektasi dan goals untuk mencapaisuatu kondisi masyarakat tingkat desa yangmemiliki kemampuan dalam menemukanpermasalahan yang ada, kemudianmerencanakan dan melakukan pemecahannyasesuai potensi yang dimilikinya, serta selalusiap siaga dalam menghadapi masalahkesehatan dan kegawat-daruratan. Desa siagasendiri memilki tujuan untuk mengembangkankepedulian dan kesiapsiagaan masyarakat desadalam mencegah dan mengatasi masalahkesehatan, bencana dan kegawat-daruratansecara mandiri sehingga akan dapatmewujudkan desa sehat yang mandiri, yangartinya :

1. meningkatkan pengetahuan dankesadaran masyarakat desatentang pentingnya kesehatan,

2. meningkatkan kewaspadaan dankesiapsiagaan masyarakat desaterhadap resiko dan bahaya yangdapat menimbulkan gangguankesehatan,

3. meningkatkan keluarga yangsadar gizi dan melaksanakanperilaku hidup sehat dan bersih,

4. meningkatnya kesehatanlingkungan di Desa,

5. meningkatnya kemampuan dankemauan masyarakat desa untukmenolong diri sendiri di bidangkesehatan.

Gambaran umum kajian penelitanSejak adanya Program Desa Siaga

yang bertujuaan secara umum untukmemberikan kesadaran masyarakat di bidangkesehatan dan utamanya menekan angka

Page 7: Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa dalam …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-Nuring Septyasa Laksana.pdf · Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa dalam ... Januari

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 1, Nomor 1, Januari 2013

62

kematian ibu dan kematian bayi, maka setiapdesa diharapkan mampu memiliki fasilitaskesehatan yang baik. Di Desa Bandung sendiridalam mengupayakan peningkatan pelayanankesehatan terdapat Puskesmas pembantu,dimana di Puskesmas pembantu itu sendiriterdapat seorang bidan yang siap menanganiproses kelahiran bayi dan menanganipelayanan kesehatan masyarakat tingkat dasar.Selain itu pelayanan kesehatan masyarakatDesa Bandung juga didukung dengan adanyarumah sakit swasta dan dokter praktek, yangtentunya juga dapat membantu pelayananmasyarakat dalam hal kesehatan.Selain ituupaya yang dilakukan masyarakat Bandungadalah dengan adanya delapan posyandu yangpelaksanaannya setiap bulan, dimana kegiatanyang dilakukan seperti adanya penimbanganbayi, pemberian makanan tambahan kepadabayi dan pengetahuan umum mengenaimakanan bergizi kepada ibu-ibu.

Untuk mengenai jumlah angkakematian bayi dan ibu pada kurun waktu tahun2007 hingga maret 2012 terjadi kematian padaibu berjumlah satu orang dan kematian bayiberjumlah 15 orang bayi yang terjadi pada,tahun 2007 tujuh orang bayi meninggal, tahun2008 empat orang bayi meninggal, tahun 2009enam bayi meninggal, tahun 2010 empatorang bayi meninggal, tahun 2011 satu orangibu meninggal dan hingga maret 2012 satuorang bayi meninggal. Salah satu penyebabnyaadalah terjadinya kelahiran bayi secaraprematur yang berjumlah lima orang bayi.

Pelaksanaan Desa Siaga di DesaBandung sendiri juga tidak terlepas dariadanya forum Desa Siaga yang saat ini telahmemiliki kepengurusan mulai dari tingkat desahingga dusun.Pelaksanaan forum Desa Siagasendiri diadakan setiap bulannya. Salah satukegiatan yang dilakukan masyarakat Bandungdi bidang kesehatan adalah dengan adanyakemauan melapor kepada petugas kesehatansetempat mengenai kejadian-kejadian adanyagejala penyakit menular seperti flu burung, halini seperti yang pernah dilakukan masyarakatpada tahun 2009, masyarakat melaporkankejadian matinya ternak mereka dan kemudianpetugas dari Dinas Peternakan mengadakanpenyemprotan kandang ternak yang dibantuoleh masyarakat. Selain itu di Desa Bandungjuga memiliki PAUD yang salah satufungsinya mengenalkan pendidikan kesehatankepada anak sejak dini.Di Desa Bandungterdapat dua PAUD yaitu PAUD yang ada diDusun Mendongan dan PAUD yang ada diDusun Bandung. Masyarakat Desa Bandungselama ini juga telah aktif menciptakan

lingkungan yang sehat salah satunya adalahadanya kegiatan kerja bakti setiap bulannyabaik di tingkat desa, dusun ataupun RT. Selainitu di Desa Bandung juga pernah diadakanpelatihan mengenai pemberantasan jentiknyamuk, sehingga masyarakat setidaknyadapat menjaga kesehatan lingkungannyadengan 3M.

Perkembangan Desa Siaga di Desa BandungDesa Bandung di Kecamatan Playen

Kabupaten Gunung Kidul merupakan salahsatu Desa yang telah melaksanakan ProgramDesa Siaga sejak munculnya SK dariKementrian Kesehatan Republik Indonesiatahun 2006 no. 564 mengenai pelaksanaanProgram Desa Siaga. Pada tahapan awalKabupaten Gunung Kidul memilih 10 Desauntuk melaksanakan Program Desa Siagatahap pertama. Kemudian pada tahun 2007terdapat 40 desa dan tahun 2008 sudah 103desa yang melaksanakan Program Desa Siagadan puncaknya pada tahun 2009 bahwa seluruhdesa di Kabupaten Gunung Kidul sudahmelaksanakan Program Desa Siaga yaitusebanyak 144 Desa. Kabupaten Gunung Kidulsebelumnya juga pernah menjalankan programyang bertujuan untuk mengantisipasi jumlahangka kematian ibu dan anak pada tahun 2005dengan program Siap antar Jaga. Dalampelaksanaan Program Desa Siaga di DesaBandung dilaksanakan oleh petugas dari DinasKesehatan, Puskesmas, Bidan dan kader DesaSiaga serta masyarakat secara umum.

Sementara itu secara garis besarkondisi kesehatan masyarakat di KecamatanPlayen khususnya Desa Bandungdikategorikan baik, hal ini dikarenakan letakDesa Bandung dekat dengan fasilitaskesehatan seperti Puskesmas dan rumah sakitswasta, selain itu baiknya sarana transportasidan jalan juga memudahkan masyarakat untukpergi ke Puskesmas ataupun rumah sakitswasta. Masyarakat Desa Bandung pun sudahmemiliki kesadaran akan pentingnyakesehatan, masyarakat Desa Bandung jugatelah memanfaatkan pelayanan kesehatan yangada di sekitar Desa Bandung baik ituPuskesmas Playen ataupun rumah sakit swastasekitar. Dengan kondisi kesadaran masyarakatyang baik akan pentingnya kesehatan maka diDesa Bandung selama ini tidak ditemukanpenyakit-penyakit yang membahayakankesehatan masyarakat Desa Bandung.

Program Desa Siaga di KabupatenGunung Kidul secara keseluruhan mulaidikenalkan kepada masyarakat mulai padatahun 2008, begitu juga yang terjadi di Desa

Page 8: Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa dalam …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-Nuring Septyasa Laksana.pdf · Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa dalam ... Januari

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 1, Nomor 1, Januari 2013

63

Bandung. Masyarakat mengetahui ProgramDesa Siaga melalui kegiatan sosialisasi,penyuluhan hingga pelatihan yang diberikanoleh Dinas Kesehatan Kabupaten GunungKidul, Puskesmas, Pengurus Desa Siaga sertamelalui kegiatan-kegiatan di tingkat desaseperti Musyawarah Desa. Sosialisasi ProgramDesa Siaga dilakukan melalui adanya forumdesa siaga, pertemuan ibu-ibu PKK, Posyanduhingga melalui rapat di tingkat dusun. DiKabupaten Gunung Kidul sosialisasi awalsetelah adanya SK MENKES no.564 tahun2006 mengenai pelaksanaan Desa Siagadiawali dengan adanya pelatihan tenagakesehatan yaitu tenaga kesehatan yang ada diPuskesmas, selanjutnya ada 10 Desa yangditunjuk untuk menjadi Desa yang mengawalipelaksanaan Desa Siaga termasuk DesaBandung. Tahapan selanjutnya adalah melatihkader yang ada di setiap desa dan kemudianmembentuk kepengurusan Desa Siaga.

Desa Bandung adalah Desa yanghingga saat ini masih mengembangkan DesaSiaga.Desa Bandung juga disebut sebagai desayang memiliki inovasi dalam pengembanganDesa Siaga.Salah satu bukti adalah ketikaadanya penghargaan dari Pemerintah ProvinsiDaerah Istimewa Yogyakarta mengenai DesaSiaga Flu Burung dan dijadikan desapercontohan di Gunung Kidul dalampelaksanaannya.Pengembangan Program DesaSiaga di Desa Bandung dapat tercermin dariadanya berbagai bentuk atau jenis Desa Siagaitu sendiri seperti adanya Desa Siaga TanggapFlu Burung, Desa Siaga Kawasan BebasRokok, Desa Siaga Rawan Bencana dan DesaSiaga Sehat Jiwa. Perkembangan ProgramDesa Siaga di Desa Bandung bukan hanyaterdapat dalam hal inovasi saja, namunperkembangan Desa Siaga di Desa Bandungsudah berkembang dalam ruang lingkup yanglebih sempit yaitu di Desa Bandung sudahmelaksanakan Program Desa Siaga di tingkatdusun. Jadi dalam hal ini selainpelaksanaannya sudah ada di tingkat dusunjuga sudah dibentuk pengurus Desa Siagatingkat dusun.

Partisipasi masyarakat Desa Bandungdalam program Desa Siaga

UNDP mendefinisikan GoodGovernance sebagai pelaksanaan otoritaspolitik, ekonomi dan administrasi untukmengatur urusan-urusan negara yang memilikimekanisme, proses, hubungan, sertakelembagaan yang kompleks dimana warganegara dan berbagai kelompokmengartikulasikan kepentingan mereka,melaksanakan hak dan kewajiban mereka serta

menengahi perbedaan yang ada di antaramereka. Prinsip utama Good governanceadalah mengatur pemerintahan yangmemungkinkan layanan publiknya berfungsiefisien, sistem pengadilannya bisa diandalkan,dan administrasinya bertanggung jawab padapublik.

UNDP dan World Bank mengartikangood governance sebagai suatupenyelenggaraan manajemen pembangunanyang solid dan bertanggung jawab yang sejalandengan pinsip demokrasi dan pasar yangkorupsi efisien, penghindaran salah alokasidana investasi dan pencegahan korupsi baiksecara politik maupun administratif,menjalankan disiplin anggaran sertapenciptaan legal and political framework bagitumbuhnya aktivitas usaha (Mardiasmo, 2002:23).

Partisipasi masyarakat di DesaBandung dalam Program Desa Siagamenggambarkan kondisi yang baik, partisipasimasyarakat dalam Program Desa Siaga dapatdibuktikan dengan hadirnya masyarakat dalamkegiatan-kegiatan yang terkait dalam programtersebut seperti kegiatan Musyawarah,Sosialisasi, Penyuluhan, hingga Pelatihan-pelatihan. Bagi kader dan masyarakatperempuan juga antusias mengikuti kegiatanPosyandu ataupun PKK.Selain itu denganadanya antusias masyarakat yang tinggikepengurusan Desa Siaga juga terdapat ditingkat dusun sehingga ada pengurus dusunsiaga.Dalam pelaksanaan Program Desa Siagadi Desa Bandung juga mendapatkan dukungandari tokoh masyarakat hingga aparat Desa.

Partisipasi masyarakat dalam ProgramDesa Siaga juga melalui tahapan pelaksanaan,dimana di Desa Bandung pelaksanaan ProgramDesa Siaga dapat dilihat dari adanya kegiatanseperti adanya upaya masyarakat untukmenciptakan lingkungan sehat dan PHBS.Selain itu kegiatan yang lain adalah adanyaPosyandu yang dilakukan dalam waktusebulan sekali. Dalam melaksanakan ProgramDesa Siaga masyarakat selalu mengambilperan dalam menciptakan lingkungan yangsehat dan bebas dari penyakit, hal iniditunjukan dengan partisipasi masyarakatdalam mengikuti kegiatan-kegiatan kebersihanlingkungan seperti kerja bakti di tingkat desahingga adanya kerja bakti di tingkat dusunyang dilakukan bersama semua elemenmasyarakat.Selain itu ada kegiatan masyarakatuntuk menciptakan ambulan desa yangbertujuan untuk membawa masyarakat yangsakit ke Puskesmas ataupun Rumah Sakit.

Page 9: Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa dalam …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-Nuring Septyasa Laksana.pdf · Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa dalam ... Januari

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 1, Nomor 1, Januari 2013

64

Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat DesaBandung dalam program Desa Siaga

Bentuk-bentuk partisipasi masyarakatdapat dilihat sebagai berikut (Huraerah, 2008:102) :a. Partisipasi buah pikiran, yang diberikan

partisipan dalam anjang sono, pertemuanatau rapat;

b. Partisipasi tenaga, yang diberikanpartisipan dalam berbagai kegiatan untukperbaikan atau pembangunan desa,pertolongan bagi orang lain, dansebagainya;

c. Partisipasi harta benda, yang diberikanorang dalam berbagai kegiatan untukperbaikan atau pembangunan desa,pertolongan bagi orang lain yangbiasanya berupa uang, makanan dansebagainya;

d. Partisipasi keterampilan dan kemahiran,yang diberikan orang untuk mendoronganeka ragam bentuk usaha dan industri;

e. Partisipasi sosial, yang diberikan orangsebagai tanda keguyuban.

Sementara itu Ndraha (1990:103-104)membagi bentuk atau tahap partisipasi menjadienam bentuk/tahapan, yaitu:a. partisipasi dalam atau melalui kontakdengan pihak lain (contact change) sebagaisalah satu titik awal perubahan sosial;b. patisipasi dalam memperhatikan/menyerapdan memberi tanggapan terhadap informasi,baik dalam arti menerima (mentaati,memenuhi, melaksanakan), mengiyakan,menerima dengan syarat, maupun dalam artimenolaknya;c. partisipasi dalam perencanaanpembangunan, termasuk pengambilankeputusan;d. partisipasi dalam pelaksanaan operasionalpembangunan;e. partisipasi dalam menerima, memelihara danmengembangkan hasil pembangunan; danf. partisipasi dalam menilai pembangunan,yaitu keterlibatan masyarakat dalam menilaisejauh mana pelaksanaan pembangunan sesuaidengan rencana dan sejauh mana hasilnyadapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Dari penelitian yang dilakukan DiDesa Bandung Kecamatan Playen KabupatenGunung Kidul mengenai bentuk-bentukpartisipasi masyarakat dalam Program DesaSiaga ditemukan bahwa partisipasi masyarakatdalam bentuk tenaga, utamanya yang diberikanoleh kaum bapak-bapak seperti dalam kegiatankerja bakti ataupun pembangunan fasilitaskesehatan seperti POSKESDES. Masyarakat

Desa Bandung dalam Program Desa Siaga jugamemberikan sumbangan berupa partisipasiharta benda. Hal ini dapat dilihat denganadanya sumbangan dana dari masyarakat yangmemiliki kelebihan pendapatan seperti PNS.Sumbangan yang diberikan oleh masyarakatsecara umum diberikan melalui iurankebersihan, walaupun tidak semua masyarakatmau memberikan iuran kebersihan namundengan adanya iuran tersebut setidaknya dapatmembantu pelaksanaan Program Desa Siaga.

Dari hasil peneletian tidak hanya uangataupun dana yang diberikan oleh masyarakatnamun juga ada “Ambulan Desa” yangtujuannya untuk membantu masyarakat yangsakit untuk di bawa ke Puskesmas ataupunRumah Sakit setempat. Masyarakat DesaBandung yang memiliki mobil secara sukarelaketika dimintai tolong masyarakat yang laindan Ambulan Desa ini tidak dikenai tarif ataubiaya ketika meminjamnya. Ambulan Desa diDesa Bandung juga sudah terdapat di setiapdusun yang ada, jadi ketika ada masyarakatyang sakit yang harus dibawa ke Puskesmasatau Rumah Sakit tidak perlu menyewamobil.Masyarakat Desa Bandung dalamProgram Desa Siaga juga memberikanpartisipasi berupa buah pikiran, hal ini dapatdilihat dari keikutsertaan masyarakat untukmengikuti forum Desa Siaga khususnya parakader desa siaga. Partisipasi yang diberikanyaitu kemauan untuk bertanya ketika dalamforum Desa Siaga hingga kemauan untukmemberikan saran dan pendapat, dengankondisi itu pertemuan Desa Siaga yangdiadakan dapat membangun suasana yangkondusif ( gayeng ).

Sementara itu dalam penelitian inijuga ditemukan hambatan dalam pelaksanaanProgram Desa Siaga di Desa Bandungsepertiadanya kekurangan tenaga kesehatan sepertikurangnya ketersediaan motivator atau tenagapenyuluh dalam pelaksanaan Program DesaSiaga, selain itu belum adanya dukungansarana-prasana yang baik dan masih adanyaketerbatasan dana untuk menjalankan ProgramDesa Siaga.Di sisi lain tidak hanya mengenaihambatan-hambatan dalam pelaksanaanProgram Desa Siaga yang ditemukan penelitidi lapangan, namun peneliti juga menemukanfaktor-faktor yang mendukung pelaksanaanProgram Desa Siaga di Desa Bandungsepertiadanya semangat dan motivasi yang masihtinggi yang dimiliki oleh kader-kader pengurusDesa Siaga, adanya dukungan dari tokohmasyarakat dan aparat Desa Bandung, danadanya partisipasi masyarakat Desa Bandungdalam Program Desa Siaga sehingga dengan

Page 10: Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa dalam …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-Nuring Septyasa Laksana.pdf · Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa dalam ... Januari

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 1, Nomor 1, Januari 2013

65

dukungan-dukungan tersebut dapat menjadikunci suksesnya pelaksanaan Program DesaSiaga di Desa Bandung selama ini.

KesimpulanDari hasil penelitian mengenai bentuk-

bentuk partisipasi msyarakat desa dalamprogram Desa Siaga di Desa BandungKecamatan Playen Kabupaten Gunung KidulProvinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yangberdasar pada penyajian data, analisis data daninterpretasi data dapat ditarik kesimpulan,sebagai berikut :

1) Pelaksanaan program Desa Siaga diKabupaten Gunung Kidul secaraumum telah dilaksanakan sejak tahun2006 dengan berpedoman pada SKMenkes no. 564 tahun 2006 mengenaipelaksanaan program Desa Siaga,upaya yang telah dilakukan olehDinas Kesehatan Gunung Kiduldalam pelaksanaan Program DesaSiaga seperti sosialisasi, pelatihanataupun penyuluhan baik kepadatenaga kesehatan, kader Desa Siagadan masyarakat. Namun secarakeseluruhan pada tahun 2009 programDesa Siaga di Kabupaten GunungKidul baru dapat dilaksanakandiseluruh desa di Kabupaten GunungKidul.Pelaksanaan Desa Siaga diDesa Bandung sudah dilaksanakansejak tahun 2006 dan mendapatpenghargaan dari Gubernur DIYdalam program Desa Siaga tanggapFlu Burung pada tahun 2009,sehingga menjadi desa percontohan diKabupaten Gunung Kidul dalamprogram Desa Siaga tanggap FluBurung.

2) Partisipasi masyarakat Desa Bandungdalam pelaksanaan Program DesaSiaga menggambarkan kondisi yangbaik, hal ini dikarenakan adanyadukungan yang baik dari aparat desa,tokoh masyarakat, kader Desa Siagahingga masyarakat. Selain itumasyarakat dan kader Desa Siagaantusias dengan adanya kegiatanforum desa siaga, sosialisasi program,pelatihan-pelatihan dan penyuluhan-penyuluhan. Selain itu kegiatan-kegiatan Desa Siaga selalu mendapatdukungan dari ibu-ibu PKK dankader-kader Posyandu. PelaksanaanDesa Siaga di Desa Bandung jugadidukung dengan adanyakepengurusan Desa Siaga hinggatingkat Dusun, sehingga di Desa

Bandung terdapat kepengurusan DesaSiaga dan kepengurusan Dusun Siagayang memiliki fungsi dan tujuan yangsama.

3) Desa Bandung adalah Desa yangmemiliki inovasi dalam pelaksanaanprogram Desa Siaga seperti denganadanya Desa Siaga tanggap FluBurung, Desa Siaga Sehat Jiwa, DesaSiaga Tanggap Bencana dan DesaSiaga Kawasan Bebas Merokok.Secara umum kondisi kesehatanmasyarakat desa Bandungdikategorikan baik hal inidikarenakan adanya kemauanmasyarakat untuk memanfaatkanfasilitas kesehatan yang ada disekitarnya seperti Puskesmas danRumah Sakit.

4) Bentuk-bentuk partisipasi masyarakatDesa Bandung dalam program DesaSiaga meliputi :

a) Partisipasi masyarakat dalam bentuktenaga, seperti adanya kemauan darimasyarakat secara umum ikut serta dalampelaksanaan kerja bakti ataupunpembangunan fasilitas kesehatan sepertiPoskesdes.

b) Partisipasi masyarakat dalam bentukharta benda, seperti adanya kemauanmasyarakat untuk memberikansumbangan berupa uang untuk kegiatan-kegiatan Desa Siaga. Secara umummasyarakat mau memberikan iurankebersihan yang dikelola oleh pengurusDesa Siaga, selain itu ada jugamasyarakat yang mau memberikanmakanan ringan dan memberikan airminum dalam kegiatan-kegiatan DesaSiaga seperti; memberikan air mineral,teh ataupun kopi. Masyarakat DesaBandung yang memiliki mobil pribadijuga memiliki kemauan untukmenjadikan mobilnya menjadi “AmbulanDesa” ketika ada masyarakat yang harusdibawa ke fasilitas kesehatan sepertirumah sakit ataupun Puskesmas, sehinggamasyarakat yang membutuhkan tidakperlu menyewa mobil untuk ke rumahsakit ataupun Puskesmas.

c) Partisipasi masyarakat dalam bentuk buahpikiran, hal ini ditunjukan dengankeikutsertaan masyarakat untukmengikuti forum Desa Siaga khususnyayang dilakukan kader Desa Siaga tingkatdesa hingga dusun. Partisipasi yangdiberikan seperti adanya kemauan untukbertanya ketika ada forum Desa Siagahingga memberikan saran dan pendapat,

Page 11: Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa dalam …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-Nuring Septyasa Laksana.pdf · Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa dalam ... Januari

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 1, Nomor 1, Januari 2013

66

dengan kondisi seperti itu pertemuanDesa Siaga yang diadakan dapatmembangun suasana yang kondusif(gayeng).

Daftar Pustaka

Aprissa Thalita, Eka, 2009. PartisipasiMasyarakat dalam ProgramKelurahan Siaga di KecamatanWonocolo Kota Surabaya. SkripsiIlmu Administrasi Negara, FakultasIlmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Airlangga, Surabaya.

Arip Mustari, Kristiani, 2007. Persepsistakeholder terhadap pembentukankelurahan Siaga di kota Tasikmalayatahun 2006. Thesis Program MagisterKebijakan dan Manajemen Pelayanankesehatan. Yogyakarta: UniversitasGajah Mada.

Bungin, Burhan. 2003.Analisis DataPenelitian Kualitatif. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Denhardt, Robert B. dan Janet V. Denhardt.2003. “The New Public Service: AnApproach to Reform”. InternationalReview of Public Administration 8(1). Pdf, diakses 04-06-2011, 22.36

Faisal, Sanapiah. 1990. Penelitian Kualitatif:Dasar-dasar dan Aplikasi. Malang :YA3 Malang.

Hetifah Sj. Sumarto. 2004. Inovasi,Partisipasi, dan Good Governance.Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Huraerah, Abu. 2008. Pengorganisasian &Pengembangan Masyarakat : Model& Strategi Pembangunan BerbasisKerakyatan. Bandung: Humaniora.

Husein, Umar. 2004. Metode Riset IlmuAdministrasi. Gramedia PustakaUtama. .

Mardiasmo. 2004. Otonomi dan Manajemenkeuangan Daerah. Yogyakarta :Penerbit Andi

Masoed, Mochtar. 2003.Negara, Kapital, danDemokrasi, Yogyakarta: PustakaPelajar.

Miles, Mathew J dan A. Michael Huberman.1992. Analisis Data Kualitatif: BukuSumber Tentang MetodeBaru. Jakarta: UI Press.

Moleong. 2007. Metode Penelitian Kualitatif,Bandung : PT Remaja Rodakarya.

Muluk, Khairul. New Public Service danPemerintahan Partsipatif. UniversitasBrawijaya, muluk-demokratisasiadministrasi publik dalampemerintahan.pdf, diakses 04-06-2011, 05:45

Muluk, Khairul. 2007. Menggugat PartisipasiPublik dalam Pemerintahan Daerah.Malang : Lembaga Penerbitan danDokumentasi FIA-Unibraw.

Ndraha, Talizuduhu. 1990. PembangunanMasyarakat: MempersiapkanMasyarakat Tinggal Landas.Jakarta: PT Renika Cipta.

Nugroho, Riant. 2008. Public Policy. Jakarta :PT. Elex Media Komputindo

Patton, Michael Quinn. 2006. Metode EvaluasiKualitatif. Yoyakarta : PenerbitPustaka Belajar.

Oktarina Ratu, Ainun. 2011. PartisipasiMasyarakat dalam PengelolaanWisata Anyar Mangrove di Surabaya.Skripsi Ilmu Administrasi Negara,Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Airlangga, Surabaya.

Santosa, Pandji. 2009. Administrasi PublikTeori dan Aplikasi Good Governance,Bandung : PT Refika Aditama.

Shabecoff, Phillip. 2000. Sebuah Nama BaruUntuk Perdamaian. Jakarta : YayasanObor Indonesia.

Slamet, Y. 1994. Pembangunan MasyarakatBerwawasan Partisipasi. Surakarta :Universitas Sebelas Maret Press.

Subarsono, A.G, 2006. Analisis KebijakanPublik : Konsep, Teori, dan Aplikasi.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Suriana, 2009. Analisis keberlanjutanpengelolaan sumber daya laut guguspulau kaledupa berbasis partisipasimasyrarakat. Thesis ProgramMagister Ekonomi dan Manajemen.Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Thoha, Miftah. 2009. Ilmu Administrasi PublikKontemporer. Jakarta: Kencana.

Widodo, Joko. 2007. Analisis KebijakanPublik Konsep dan Aplikasi AnalisisProses Kebijakan Publik.Malang :Bayumedia Publishing.

Page 12: Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa dalam …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-Nuring Septyasa Laksana.pdf · Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa dalam ... Januari

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 1, Nomor 1, Januari 2013

67


Top Related