BEBERAPA CATATAN ATAS
PROVINSI RIAU TAHUN 2012FORUM INDONESIA UNTUK TRANSPARANSI ANGGARAN
APBD 2012 Bagi
Pengantar
Inti dari penganggaran daerah di era otonomi saat ini adalah, bagaimana Pemerintah daerah mempunyai kemampuan managerial yang prima dalam mengumpulkan pendapatan dan kemudian mengalokasikannya untuk belanja pemerintahan yang proporsional. Hal ini dimaksud agar pengelolaan anggaran daerah mampu memberikan efek positif terhadap ekonomi, kesejahteraan masyarakat dan daya saing daerah. Untuk itu diperlukan kebijakan pendapatan daerah yang tidak memberatkan masyarakat dan para pelaku usaha serta penerapan strategi belanja daerah melalui pendekatan belanja yatidak boros (utamanya pada belanja aparatur) dan pada sektor strategis pengungkit pertumbuhan ekonomi dan indikator kesejahteraan masyarakat).
Sedemikian pentingnya indikator kinerja pengelolaan keuangan daerah agar mampu menjadi instrumen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, mewujudkan kesejahteraan dan meningkatkan daya saing daerah, sehingga sampai saat ini tranparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan semakin menjadi concern (perhatian utama) dari dinaPemerintah No. 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EPPD), mengamanatkan bahwa salah satu indikator utama evaluasi kinerja pelaksana kebijakan daerah adalah baik tidaknya penkeuangan daerah, Oleh karena itu, pengelolaan keuangan daerah hendaknya mencerminkan suatu prinsip dasar penegakkan akuntabilitas publik.
Akuntabilitas publik merupakan salah satu prinsip dalam tatakelola APBD, prinsip ini berlaku untuk seluruh pdan legitimasi masyarakat, artinya seluruh lembaga penyelenggara pemerintahan daerah harus mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan daerahnya kepada masyarakat daerah sebagai : pembayar pajak dan retribusipemilik kedaulatan negara.
Analisis terhadap Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) tahun 2012 ini pada dasarnya merupakan upaya memberikan informasi yang dibutuhkan untuk megukur bagaimana ketepatan pengelolaan sumberdaya keuangketetapan alokasi, efisiensi, dan ekonomis. mempunyai dua peran yang sama yaitu Hak dan Kewajiban. Kewajiban
BEBERAPA CATATAN ATAS APBD
PROVINSI RIAU TAHUN 2012FORUM INDONESIA UNTUK TRANSPARANSI ANGGARAN
(FITRA RIAU)
APBD 2012 Bagi-Bagi Untuk Siapa?
Inti dari penganggaran daerah di era otonomi saat ini adalah, bagaimana Pemerintah daerah mempunyai kemampuan managerial yang prima dalam mengumpulkan pendapatan dan kemudian mengalokasikannya untuk belanja pemerintahan yang proporsional. Hal ini dimaksud agar pengelolaan anggaran daerah mampu memberikan efek positif terhadap meningkatnya pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan masyarakat dan daya saing daerah. Untuk itu diperlukan kebijakan pendapatan daerah yang tidak memberatkan masyarakat dan para pelaku usaha serta penerapan strategi belanja daerah melalui pendekatan belanja ya
(utamanya pada belanja aparatur) dan tidak pelit (utamanya belanja pada sektor strategis pengungkit pertumbuhan ekonomi dan indikator kesejahteraan
Sedemikian pentingnya indikator kinerja pengelolaan keuangan daerah agar menjadi instrumen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi,
mewujudkan kesejahteraan dan meningkatkan daya saing daerah, sehingga sampai saat ini tranparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan semakin menjadi
(perhatian utama) dari dinamika pelaksanaan otonomi daerah. Pemerintah No. 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EPPD), mengamanatkan bahwa salah satu indikator utama evaluasi kinerja pelaksana kebijakan daerah adalah baik tidaknya penkeuangan daerah, Oleh karena itu, pengelolaan keuangan daerah hendaknya mencerminkan suatu prinsip dasar penegakkan akuntabilitas publik.
Akuntabilitas publik merupakan salah satu prinsip dalam tatakelola APBD, prinsip ini berlaku untuk seluruh pengguna anggaran yang bekerja di atas legalitas dan legitimasi masyarakat, artinya seluruh lembaga penyelenggara pemerintahan daerah harus mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan daerahnya kepada masyarakat daerah sebagai : pembayar pajak dan retribusi, penanggung hutang dan pemilik kedaulatan negara.
Analisis terhadap Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) tahun 2012 ini pada dasarnya merupakan upaya memberikan informasi yang dibutuhkan untuk megukur bagaimana ketepatan pengelolaan sumberdaya keuangan daerah dari sisi ketetapan alokasi, efisiensi, dan ekonomis. Dimana antara rakyatmempunyai dua peran yang sama yaitu Hak dan Kewajiban. Kewajiban
FORUM INDONESIA UNTUK TRANSPARANSI ANGGARAN
Inti dari penganggaran daerah di era otonomi saat ini adalah, bagaimana Pemerintah daerah mempunyai kemampuan managerial yang prima dalam mengumpulkan pendapatan dan kemudian mengalokasikannya untuk belanja pemerintahan yang proporsional. Hal ini dimaksud agar pengelolaan anggaran
meningkatnya pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan masyarakat dan daya saing daerah. Untuk itu diperlukan kebijakan pendapatan daerah yang tidak memberatkan masyarakat dan para pelaku usaha serta penerapan strategi belanja daerah melalui pendekatan belanja yang
(utamanya belanja pada sektor strategis pengungkit pertumbuhan ekonomi dan indikator kesejahteraan
Sedemikian pentingnya indikator kinerja pengelolaan keuangan daerah agar menjadi instrumen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi,
mewujudkan kesejahteraan dan meningkatkan daya saing daerah, sehingga sampai saat ini tranparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan semakin menjadi core
mika pelaksanaan otonomi daerah. Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EPPD), mengamanatkan bahwa salah satu indikator utama evaluasi kinerja pelaksana kebijakan daerah adalah baik tidaknya pengelolaan keuangan daerah, Oleh karena itu, pengelolaan keuangan daerah hendaknya mencerminkan suatu prinsip dasar penegakkan akuntabilitas publik.
Akuntabilitas publik merupakan salah satu prinsip dalam tatakelola APBD, engguna anggaran yang bekerja di atas legalitas
dan legitimasi masyarakat, artinya seluruh lembaga penyelenggara pemerintahan daerah harus mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan daerahnya kepada
, penanggung hutang dan
Analisis terhadap Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) tahun 2012 ini pada dasarnya merupakan upaya memberikan informasi yang dibutuhkan untuk
an daerah dari sisi dan pemerintah
mempunyai dua peran yang sama yaitu Hak dan Kewajiban. Kewajiban
masyarakat/rakyat terimplementasi dari besaran pajak yang dipungut dan berhak untuk diberikan pelayanan pemerintah ditentukan dengan kewajiban rkewajiban pemerintah untukdari pajak rakyat untuk membiayai keberlanjutan pembangunan daerah.
Dengan demikian, posisi pemerintah tidak ubah selayaknya panitia yang bertugas mengelola keuangan pemerintah dituntut bijaksana dalam menyelenggarakan negara yang adalah uang yang berasal dari pajak rakyat. pengkajian terhadap program dan pememungkinkan setiap penyelenggara pemerintahan benartarget kinerja yang dicanangkan, efisien, azaz manfaat menjadi tolok ukur, serta skala prioritas tetap menjadi acuan utama dalam mengatur kebijakan keuandaerah. Bukan sebaliknya politisasi kebijakan keuangan yang didahulukan sehinggberdampak pada ketidak adilan danbidang. bahkan yang lebih parah lagi, ketika kepanitiaan (pemerintah) sebagai pengelola keuangan daerah justru terus subur dan tidak sesuai dengan alokasi anggaran yang mendongkrak peningkatan perbaikan ekonomi.
Analisis dalam upaya mengevalusi kebijakan anggaran APBD tahun 2012 ini menjadi penting sebagai upaya perbaikan kebijakan keuangan daerah yang ideal untuk tahun berikutnya. Pendekatan azaz manfaat, meski menjadi acuan utama dalam merumuskan kebijakan keuangan agar tidak antara kebijakan pemerintah dengan seharusuntuk mendorong Visi dalam RPJMD 2008ekonomi yang mapan dan pengembangan kebudayaan melayu secara Proporsional melalui kesiapan infrastruktur dan peningkatan pembangunan pendidikan dalam masyarakat yang agamis”
masyarakat/rakyat terimplementasi dari besaran pajak yang dipungut dan berhak untuk diberikan pelayanan – pelayanan melalui pengelolaan keuangan. Hak pemerintah ditentukan dengan kewajiban rakyat membayar pajak kemudian menjadi kewajiban pemerintah untuk mendistribusikan keuangan daerah yang bersumber dari pajak rakyat untuk membiayai keberlanjutan pembangunan daerah.
Dengan demikian, posisi pemerintah tidak ubah selayaknya panitia yang keuangan daerah yang berasal dari rakyat.
pemerintah dituntut bijaksana dalam menyelenggarakan negara yang adalah uang yang berasal dari pajak rakyat. Yaitu dengan pencermatan atau pengkajian terhadap program dan penggunaan sumberdaya keuangan memungkinkan setiap penyelenggara pemerintahan benar-benar bekerja sesuai target kinerja yang dicanangkan, efisien, azaz manfaat menjadi tolok ukur, serta skala prioritas tetap menjadi acuan utama dalam mengatur kebijakan keuandaerah. Bukan sebaliknya politisasi kebijakan keuangan yang didahulukan sehinggberdampak pada ketidak adilan dan ketidak meratanya pembangunan disegala
bahkan yang lebih parah lagi, ketika kepanitiaan (pemerintah) sebagai aerah justru terus subur dan tidak sesuai dengan
n yang mendongkrak peningkatan kesejahteraan masya
Analisis dalam upaya mengevalusi kebijakan anggaran APBD tahun 2012 ini ai upaya perbaikan kebijakan keuangan daerah yang ideal
untuk tahun berikutnya. Pendekatan azaz manfaat, efisiensi, serta skla prioritas meski menjadi acuan utama dalam merumuskan kebijakan keuangan agar tidak antara kebijakan pemerintah dengan seharusnya yang dibutuhkan masyarakat, untuk mendorong Visi dalam RPJMD 2008-2013 : “terwujudnya pembangunan ekonomi yang mapan dan pengembangan kebudayaan melayu secara Proporsional melalui kesiapan infrastruktur dan peningkatan pembangunan
arakat yang agamis”.
masyarakat/rakyat terimplementasi dari besaran pajak yang dipungut dan berhak pelayanan melalui pengelolaan keuangan. Hak
akyat membayar pajak kemudian menjadi mendistribusikan keuangan daerah yang bersumber
dari pajak rakyat untuk membiayai keberlanjutan pembangunan daerah.
Dengan demikian, posisi pemerintah tidak ubah selayaknya panitia yang daerah yang berasal dari rakyat. Maka dari itu
pemerintah dituntut bijaksana dalam menyelenggarakan negara yang nitaben-nya pencermatan atau
nggunaan sumberdaya keuangan benar bekerja sesuai
target kinerja yang dicanangkan, efisien, azaz manfaat menjadi tolok ukur, serta skala prioritas tetap menjadi acuan utama dalam mengatur kebijakan keuangan daerah. Bukan sebaliknya politisasi kebijakan keuangan yang didahulukan sehingga
ketidak meratanya pembangunan disegala bahkan yang lebih parah lagi, ketika kepanitiaan (pemerintah) sebagai
aerah justru terus subur dan tidak sesuai dengan besarnya kesejahteraan masyarakat dari
Analisis dalam upaya mengevalusi kebijakan anggaran APBD tahun 2012 ini ai upaya perbaikan kebijakan keuangan daerah yang ideal
efisiensi, serta skla prioritas meski menjadi acuan utama dalam merumuskan kebijakan keuangan agar tidak Mis
nya yang dibutuhkan masyarakat, “terwujudnya pembangunan
ekonomi yang mapan dan pengembangan kebudayaan melayu secara Proporsional melalui kesiapan infrastruktur dan peningkatan pembangunan
Ringkasan APBD Tahun 2012
URAIAN
PENDAPATAN DAERAHPADPajak DaerahRetribusi DaerahRetribusi DaerahLain-lain PAD yang SahDana PerimbanganDana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan PajakDana Alokasi UmumDana Alokasi KhususLain-lain Pendapatan yang SahHibahDana DaruratDana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi dan Pemda lainnyaDana Penyesuaian dan Otonomi KhususBantuan keuangan dari Propinsi atau Pemda lainnyaLain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
APBD 2012
Murni % Perubahan
Rp 5.487.740.082.428 Rp 6.639.430.133.501
Rp 1.824.503.720.782 33,25% Rp 2.181.221.661.379 Rp 1.502.894.085.155 82,37% Rp 1.839.779.659.309
Rp 6.563.060.800 0,36% Rp 10.651.305.400
Rp 157.156.815.378 8,61% Rp 139.301.339.383
Rp 157.889.759.449 8,65% Rp 191.489.357.287
Rp 2.998.998.652.646 54,65% Rp 3.793.934.763.122 Rp 2.447.327.368.646 81,60% Rp 3.242.263.479.122
Rp 489.179.914.000 16,31% Rp 489.179.914.000
Rp 62.491.370.000 2,08% Rp 62.491.370.000
Rp 664.237.709.000 12,10% Rp 664.273.709.000
Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi dan Pemda lainnyaRp 664.237.709.000 Rp 664.273.709.000
Bantuan keuangan dari Propinsi atau Pemda lainnya
Perubahan %(Selisih M -
P)
Rp 6.639.430.133.501 20,99%
Rp 2.181.221.661.379 27,71% 19,55%Rp 1.839.779.659.309 84,35% 22,42%Rp 10.651.305.400 0,49% 62,29%Rp 139.301.339.383 6,39% -11,36%
Rp 191.489.357.287 8,78% 21,28%
Rp 3.793.934.763.122 57,14% 26,51%Rp 3.242.263.479.122 85,46% 32,48%Rp 489.179.914.000 12,89% 0,00%Rp 62.491.370.000 1,65% 0,00%
Rp 664.273.709.000 10,00% 0,01%
Rp 664.273.709.000 0,01%
Tren Pendapatan
Tren Pendapatan APBD tahun 2009 Realisasi
Pendapatan nominal APBD Riau terus mengalami peningkatan. Namun,
dari pertumbuhan pendapatan daerah provinsi Riau justru
pendapatan terus mengalami penurunan dari tahun 2009
tahun 2012. Penurunan pertumbuhan pendapatan menurun berkisar 6% dari tahun
2010-2012 Perubahan. Namun patut diapresiasi
daerah provinsi Riau terus mengalami penurunan, akan tetapi angka
masih bertahan pada angka diatas 20%.
Rp3.227
Rp-Rp1.000 Rp2.000 Rp3.000 Rp4.000 Rp5.000 Rp6.000 Rp7.000
2009 R
Billi
ons
Pendapatan Nominal &
Pendapatan Nominal
Tren Pendapatan Nominal dan PertumbuhannyaProvinsi Riau 2009-2012
n Pendapatan APBD tahun 2009 Realisasi- tahun 2012 Perubahan
Pendapatan nominal APBD Riau terus mengalami peningkatan. Namun,
dari pertumbuhan pendapatan daerah provinsi Riau justru sebaliknya. Pertumbuhan
galami penurunan dari tahun 2009- sampai Perubahan APBD
Penurunan pertumbuhan pendapatan menurun berkisar 6% dari tahun
Namun patut diapresiasi meski pertumbuhan pendapatan
terus mengalami penurunan, akan tetapi angka
bertahan pada angka diatas 20%.
Rp3.227 Rp4.293,93
Rp5.455,21 Rp6.639,43
33,06%27,04%
21,71%
2009 R 2010 R 2011 R 2012 Perubahan
Pendapatan Nominal & Pertumbuhannya
Pendapatan Nominal Pertumbuhan
Nominal dan Pertumbuhannya
tahun 2012 Perubahan
Pendapatan nominal APBD Riau terus mengalami peningkatan. Namun, jika dilihat
sebaliknya. Pertumbuhan
sampai Perubahan APBD
Penurunan pertumbuhan pendapatan menurun berkisar 6% dari tahun
pertumbuhan pendapatan
terus mengalami penurunan, akan tetapi angka pertumbuhan
21,71%
00,050,10,150,20,250,30,35
Penurunan pertumbuhan Pendapatan Daerah Riau tahun 2012 yang hanya
tumbuh 21,7 % dibandingkan pertum
Realisasi mencapai 33,06
nominal PAD. Meskipun baru target/proyeksi PAD pada tahun anggaran 2012
namun Penetapan PAD Rp. 2,181 triliyun tersebut tidaklah realistis.
proyeksi / target di tahun ini meningkat dari tahun sebelumnya, tahun 2011
ditargetkan Rp. 1,7 Triliun.
Daerah antara Target dengan Realisasi rata
juga dengan pertumbuhannya tahun 2009
angka 25%. Sedangkan tahun 2012 APBD di proyeksikan dibawah
tahun sebelumnya. Angka realisasi PAD ta
2012 ditargetkan Rp. 2,1 Triliun
Amanat Permendagri nomor 37 tahun 2011
APBD tahun 2012, bahwa dalam penganggaran pendapatan daerah harus
memperhatikan antara lain : Kondisi perekonomian yang terjadi pada tahun
sebelumnya, perkiraan pertumbuhan ekonomi pada tahun 201
penerimaan pendapatan tahun sebelumnya, serta ketentuan peraturan perundang
undangan terkait.
Seharusnya, Taget/ penetapan PA
tahun sebelumnya target PAD
Rp1.348
Rp-
Rp500
Rp1.000
Rp1.500
Rp2.000
Rp2.500
2009 R
Billi
ons
PAD dan Pertumbuhannya
buhan Pendapatan Daerah Riau tahun 2012 yang hanya
tumbuh 21,7 % dibandingkan pertumbuhan Pendapatan Daerah tahun 2009
mencapai 33,06, salah satunya dipengaruhi oleh turunnya penetapan
Meskipun baru target/proyeksi PAD pada tahun anggaran 2012
namun Penetapan PAD Rp. 2,181 triliyun tersebut tidaklah realistis.
proyeksi / target di tahun ini meningkat dari tahun sebelumnya, tahun 2011
ditargetkan Rp. 1,7 Triliun. Dari data realisasi APBD 2010 – 2011 Pendapatan
dengan Realisasi rata-rata selisih 25% setiap tahunnya
juga dengan pertumbuhannya tahun 2009-2011 realisasi, pertumbuhan PAD ditas
Sedangkan tahun 2012 APBD di proyeksikan dibawah
tahun sebelumnya. Angka realisasi PAD tahun 2011 Rp. 2,2 Triliun, sedangkan PAD
2012 ditargetkan Rp. 2,1 Triliun, dengan pertumbuhan -1,98%.
Permendagri nomor 37 tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan
, bahwa dalam penganggaran pendapatan daerah harus
lain : Kondisi perekonomian yang terjadi pada tahun
sebelumnya, perkiraan pertumbuhan ekonomi pada tahun 201
penerimaan pendapatan tahun sebelumnya, serta ketentuan peraturan perundang
Seharusnya, Taget/ penetapan PAD provinsi Riau dengan berkaca realisasi
tahun sebelumnya target PAD maka secara sederhana dengan asumsi yang
Rp1.348 Rp1.689
Rp2.225 Rp2.181
25,36%
31,70%
-1,98%
2009 R 2010 R 2011 R 2012 Perubahan
PAD dan Pertumbuhannya
PAD Nominal Pertumbuhan
buhan Pendapatan Daerah Riau tahun 2012 yang hanya
buhan Pendapatan Daerah tahun 2009-2010
, salah satunya dipengaruhi oleh turunnya penetapan
Meskipun baru target/proyeksi PAD pada tahun anggaran 2012,
namun Penetapan PAD Rp. 2,181 triliyun tersebut tidaklah realistis. Memang
proyeksi / target di tahun ini meningkat dari tahun sebelumnya, tahun 2011
2011 Pendapatan Asli
rata selisih 25% setiap tahunnya. begitu
2011 realisasi, pertumbuhan PAD ditas
Sedangkan tahun 2012 APBD di proyeksikan dibawah angka reaslisasi
hun 2011 Rp. 2,2 Triliun, sedangkan PAD
doman Penyusunan
, bahwa dalam penganggaran pendapatan daerah harus
lain : Kondisi perekonomian yang terjadi pada tahun-tahun
sebelumnya, perkiraan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 dan realisasi
penerimaan pendapatan tahun sebelumnya, serta ketentuan peraturan perundang-
D provinsi Riau dengan berkaca realisasi
aka secara sederhana dengan asumsi yang
1,98%-0,0500,050,10,150,20,250,30,35
moderat, minimal Pendapatan daerah dapat diproyeksi tumbuh
2012. Oleh karena itu, wajar ketika muncul dugaan ada penyembuyian pundi
kekayaan daerah yang disimp
dalam APBD 2012.
Proyeksi PAD yang cenderung pesimis, membuktikan pemerintah daerah
tidak konsisten dalam meningkatkan PAD sebagai wujud meningkatnya tingkat
kemandirian daerah dalam mengelola keuangan daerah. Kinerja pemerintah selalu
diukur dengan angka yang pesimis, den
apabila realisasi PAD melebihi target yang ditentukan. Padahal target yang
ditentukan tidak mendekati nilai yang sebenarnya.
Akibatnya proyeksi PAD yang
penyusunan anggaran tahun selanjutnya, dan akan berpotensi tingginya Silpa
ditahun yang bersangkutan. Dengan demikian penyerapan APBD terjadi mis antara
nominal dengan kondisi kenyataan.
Dana Perimbangan dan Pertumbuhannya
Tren Realisasi 2009
Sama halnya dengan alokasi dana perimbangan Pusat dan Daerah,
Riau dalam kurun waktu 4 tahun terakhir pertumbuhannya mengalami penurunan.
Meskipun angka nominalnya meningkat. Pertumbuhan yang semakin menurun pada
Rp-
Rp500
Rp1.000
Rp1.500
Rp2.000
Rp2.500
Rp3.000
Rp3.500
Rp4.000
2009 R
Billi
ons
minimal Pendapatan daerah dapat diproyeksi tumbuh
leh karena itu, wajar ketika muncul dugaan ada penyembuyian pundi
kekayaan daerah yang disimpan berasal dari PAD yang tidak disampaikan secara riil
Proyeksi PAD yang cenderung pesimis, membuktikan pemerintah daerah
tidak konsisten dalam meningkatkan PAD sebagai wujud meningkatnya tingkat
kemandirian daerah dalam mengelola keuangan daerah. Kinerja pemerintah selalu
diukur dengan angka yang pesimis, dengan demikian pemerintah selalu bangga
apabila realisasi PAD melebihi target yang ditentukan. Padahal target yang
ditentukan tidak mendekati nilai yang sebenarnya.
oyeksi PAD yang pesimis tersebut juga akan menggangu proses
tahun selanjutnya, dan akan berpotensi tingginya Silpa
ditahun yang bersangkutan. Dengan demikian penyerapan APBD terjadi mis antara
nominal dengan kondisi kenyataan.
Dana Perimbangan dan Pertumbuhannya
Tren Realisasi 2009-2011 dan Perubahan 2012
Sama halnya dengan alokasi dana perimbangan Pusat dan Daerah,
Riau dalam kurun waktu 4 tahun terakhir pertumbuhannya mengalami penurunan.
Meskipun angka nominalnya meningkat. Pertumbuhan yang semakin menurun pada
Rp1.879
Rp2.595
Rp3.227
Rp3.794 38%
24%
18%
2009 R 2010 R 2011 R 2012 Perubahan
Dana Perimbangan Pertumbuhan
25-30% ditahun
leh karena itu, wajar ketika muncul dugaan ada penyembuyian pundi-pundi
an berasal dari PAD yang tidak disampaikan secara riil
Proyeksi PAD yang cenderung pesimis, membuktikan pemerintah daerah
tidak konsisten dalam meningkatkan PAD sebagai wujud meningkatnya tingkat
kemandirian daerah dalam mengelola keuangan daerah. Kinerja pemerintah selalu
gan demikian pemerintah selalu bangga
apabila realisasi PAD melebihi target yang ditentukan. Padahal target yang
akan menggangu proses
tahun selanjutnya, dan akan berpotensi tingginya Silpa
ditahun yang bersangkutan. Dengan demikian penyerapan APBD terjadi mis antara
Sama halnya dengan alokasi dana perimbangan Pusat dan Daerah, Provinsi
Riau dalam kurun waktu 4 tahun terakhir pertumbuhannya mengalami penurunan.
Meskipun angka nominalnya meningkat. Pertumbuhan yang semakin menurun pada
Rp3.794
18%
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
0,35
0,4
Perubahan
tahun 2012 sampai 18% dari tahun s
potensi sumberdaya alam provinsi Riau juga mengalami penurunan produksi. Dapat
diketahui bahwa pertumbuhan dana perimbangan pusat dan daerah pada tahun
2010 meningkat dari tahun 2009 tumbuh mencapai 38%. Kemudian tahun
sampai target tahun 2012 juga mengalami penurunan.
Oleh karena semakin menurunnya pertumbuhan keuangan yang berasal dari
dana perimbangan pusat maka, pemerintah perul untuk
–sumberdaya alternatif sebagai penunjang kekayaan da
trainaibility, untuk menjaga kelangsungan pembangunan di daerah.
Secara komposisi sampai tahun 2012
masih ditentukan dengan dan
posisi kedua sebagai kekuatan daerah dalam membiayai belanja daerah.
Keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah salah satunya dapat diukur dari
perkembangan kemampuan keuangan daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota semakin mandiri atau semakin tergantung kepada
pemerintah pusat, salah satu indikatornya adalah derajat desentralisasi fiscal (DDF)
diskresi fiskal dan kemandirian k
Riau 4 tahun terakhir (tahun realisasi 2019
2009 R
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
Komposisi Pendapatan Daerah
PAD
tahun 2012 sampai 18% dari tahun sebelumnya ditas 20%, maka menunjukkan
potensi sumberdaya alam provinsi Riau juga mengalami penurunan produksi. Dapat
diketahui bahwa pertumbuhan dana perimbangan pusat dan daerah pada tahun
2010 meningkat dari tahun 2009 tumbuh mencapai 38%. Kemudian tahun
sampai target tahun 2012 juga mengalami penurunan.
Oleh karena semakin menurunnya pertumbuhan keuangan yang berasal dari
dana perimbangan pusat maka, pemerintah perul untuk merencanakan sumberdaya
sumberdaya alternatif sebagai penunjang kekayaan daerah yang sifatnya
, untuk menjaga kelangsungan pembangunan di daerah.
sampai tahun 2012 Pendapatan Daerah provinsi Riau
masih ditentukan dengan dana perimbangan pusat. Sedangkan PAD berada pada
posisi kedua sebagai kekuatan daerah dalam membiayai belanja daerah.
Keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah salah satunya dapat diukur dari
perkembangan kemampuan keuangan daerah apakah sebuah Daerah b
insi/Kabupaten/Kota semakin mandiri atau semakin tergantung kepada
pemerintah pusat, salah satu indikatornya adalah derajat desentralisasi fiscal (DDF)
dan kemandirian keuangan daerah. Dari dokumen
4 tahun terakhir (tahun realisasi 2019 - 2011 – Perubahan 2012
41,76% 39,34% 40,78%
58,23% 60,43% 59,15%
0,01% 0,22% 0,06%
2009 R 2010 R 2011 R 2012 P
Komposisi Pendapatan Daerah
Dana Perimbangan Lain-lain Pendapatan yang Sah
ebelumnya ditas 20%, maka menunjukkan
potensi sumberdaya alam provinsi Riau juga mengalami penurunan produksi. Dapat
diketahui bahwa pertumbuhan dana perimbangan pusat dan daerah pada tahun
2010 meningkat dari tahun 2009 tumbuh mencapai 38%. Kemudian tahun 2011
Oleh karena semakin menurunnya pertumbuhan keuangan yang berasal dari
merencanakan sumberdaya
erah yang sifatnya
, untuk menjaga kelangsungan pembangunan di daerah.
endapatan Daerah provinsi Riau
a perimbangan pusat. Sedangkan PAD berada pada
posisi kedua sebagai kekuatan daerah dalam membiayai belanja daerah.
Keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah salah satunya dapat diukur dari
apakah sebuah Daerah baik
insi/Kabupaten/Kota semakin mandiri atau semakin tergantung kepada
pemerintah pusat, salah satu indikatornya adalah derajat desentralisasi fiscal (DDF),
ari dokumen APBD Provinsi
Perubahan 2012) dan data-data
32,85%
57,14%
10,00%
2012 P
lain Pendapatan yang Sah
pendukung lainnya dapat dianalisis bahwa perkembangan kemampuan keuangan
daerah provinsi Riau menunjukan
Ratio Derajat Desentralisasi Fiskal
bahwa derajat desentralisasi fiskal dengan kondisi
ditahun 2012 derajat desentralisasi fiskal PAD membiayayai pembangunan daerah
jurtu menurun menjadi 33% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 41%.
Memang pada dasarnya Derajat desentraliasasi Fiskal tidak terlalu rendah untu
Provinsi Riau, karena berada diatas 33%.
nominal pendapatan daerah Riau namun derajt desentralisasi fiskal semakin rendah.
Dengan demikian provinsi Riau dalam memenuhi kebutuhan pembangunan masih
bergantung pada dana pusat / APBD.
Begitu juga dengan deskresi fiskalnya,
karena diatas 60% deskresinya. Meski
selama kurun waktu 4 tahun ini antara 70
Rp3.227
Rp-
Rp1.000
Rp2.000
Rp3.000
Rp4.000
Rp5.000
Rp6.000
Rp7.000
APBD 2009
Billi
ons
Derajat Desentralisasi Fiskal
pendukung lainnya dapat dianalisis bahwa perkembangan kemampuan keuangan
menunjukan :
Ratio Derajat Desentralisasi Fiskal menurut perhitungan diatas menu
bahwa derajat desentralisasi fiskal dengan kondisi fulkuatif (naik turun). Bahkan
ditahun 2012 derajat desentralisasi fiskal PAD membiayayai pembangunan daerah
jurtu menurun menjadi 33% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 41%.
sarnya Derajat desentraliasasi Fiskal tidak terlalu rendah untu
Provinsi Riau, karena berada diatas 33%. Melihat grafik diatas semakin tinggi
l pendapatan daerah Riau namun derajt desentralisasi fiskal semakin rendah.
Dengan demikian provinsi Riau dalam memenuhi kebutuhan pembangunan masih
bergantung pada dana pusat / APBD.
Begitu juga dengan deskresi fiskalnya, Riau termasuk dalam kondisi baik
karena diatas 60% deskresinya. Meski fulkuatif (naik turun) namun
selama kurun waktu 4 tahun ini antara 70-90%.
Rp3.227
Rp4.294
Rp5.455
Rp6.639 41,76%
39,34% 41%
33%
APBD 2009 APBD 2010 APBD 2011 APBD 2012
Derajat Desentralisasi Fiskal
pendukung lainnya dapat dianalisis bahwa perkembangan kemampuan keuangan
menurut perhitungan diatas menunjukan
(naik turun). Bahkan
ditahun 2012 derajat desentralisasi fiskal PAD membiayayai pembangunan daerah
jurtu menurun menjadi 33% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 41%.
sarnya Derajat desentraliasasi Fiskal tidak terlalu rendah untu
elihat grafik diatas semakin tinggi
l pendapatan daerah Riau namun derajt desentralisasi fiskal semakin rendah.
Dengan demikian provinsi Riau dalam memenuhi kebutuhan pembangunan masih
Riau termasuk dalam kondisi baik
(naik turun) namun deskresinya
0,00%5,00%10,00%15,00%20,00%25,00%30,00%35,00%40,00%45,00%
Dengan melihat hasil perhitungan derajat desentralisasi fiskal dan deskresi
Fiskal sebenarnya Riau
keuangannya. Kemandirian keuangan daerah
dan diskresi fiskal yang tergolong baik tersebut, apakah sudah sesuai
peruntukannya untuk pembangunan yang berkorelasi dengan peningkatan
pertumbuhan ekonomi? Atau justru sebaliknya Pendapatan daerah provinsi Riau
tahun 2012 hanya habis untuk kebutuhan
Dana Alokasi Umum (DAU) provinsi Riau tahun 2012 belum cukup untuk
membiayai Belanja Pegawai (Gaji dan tunjangan PNS).
2012 ini juga pemerintah masih tekor Rp. 380,3 Miliyar lebi
tahun – tahun sebelumnya DAU belum cukup untuk membiayai belana Pegawai
daerah.
URAIAN 2009 RDAU 171.850.958.000
Belanja Pegawai 616.230.423.025
Selisih (444.379.465.025)
Rp3.227
Rp-
Rp1.000
Rp2.000
Rp3.000
Rp4.000
Rp5.000
Rp6.000
Rp7.000
2009 R
Billi
ons
Dengan melihat hasil perhitungan derajat desentralisasi fiskal dan deskresi
Fiskal sebenarnya Riau merupakan daerah yang baik dari segi kemandirian
emandirian keuangan daerah dilihat dari derajat desentralis
dan diskresi fiskal yang tergolong baik tersebut, apakah sudah sesuai
peruntukannya untuk pembangunan yang berkorelasi dengan peningkatan
pertumbuhan ekonomi? Atau justru sebaliknya Pendapatan daerah provinsi Riau
tahun 2012 hanya habis untuk kebutuhan aparatur?.
Dana Alokasi Umum (DAU) provinsi Riau tahun 2012 belum cukup untuk
membiayai Belanja Pegawai (Gaji dan tunjangan PNS). Kenyataanya Riau ditahun
2012 ini juga pemerintah masih tekor Rp. 380,3 Miliyar lebih. Sama halnya dengan
tahun sebelumnya DAU belum cukup untuk membiayai belana Pegawai
2010 R 2011 R
58.869.157.000 380.051.123.500
616.230.423.025 640.381.706.585 701.024.525.698
(581.512.549.585) (320.973.402.198)
DAU dan Belanja Pegawai
Rp3.227 Rp4.293,93
Rp5.455,21 Rp6.639,43
81% 84% 86%
70%
2009 R 2010 R 2011 R 2012 P
Deskresi Fiskal
Pendapatan Nominal Diskresi Fiskal
Dengan melihat hasil perhitungan derajat desentralisasi fiskal dan deskresi
merupakan daerah yang baik dari segi kemandirian
dilihat dari derajat desentralisasi fiskal
dan diskresi fiskal yang tergolong baik tersebut, apakah sudah sesuai
peruntukannya untuk pembangunan yang berkorelasi dengan peningkatan
pertumbuhan ekonomi? Atau justru sebaliknya Pendapatan daerah provinsi Riau
Dana Alokasi Umum (DAU) provinsi Riau tahun 2012 belum cukup untuk
Kenyataanya Riau ditahun
h. Sama halnya dengan
tahun sebelumnya DAU belum cukup untuk membiayai belana Pegawai
2012 P
489.179.914.000
869.520.376.818
(380.340.462.818)
Rp6.639,43
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Pendapatan yang meningkat menunjukan kemampuan keuangan daerah
yang semakin kuat,
bebannya langsung maupun tidak langsung tertanggung oleh masyarakat,
berupa naiknya pajak, retribusi daerah dan sumber pendapatan la
Meningkatnya pendapatan nominal daerah juga dibarengi dengan
meningkatnya belanja modal ditahun 2012 Perubahan. H
memberikan harapan besar bagi masyarakat atas tersedianya kebutuhan
Rp172
Rp-Rp100 Rp200 Rp300 Rp400 Rp500 Rp600 Rp700 Rp800 Rp900
Rp1.000
Billi
ons
Rp3.227
Rp-
Rp1.000
Rp2.000
Rp3.000
Rp4.000
Rp5.000
Rp6.000
Rp7.000
2009 R
Billi
ons
PENDAPATAN DAERAH
Pendapatan yang meningkat menunjukan kemampuan keuangan daerah
yang semakin kuat, namun disisi lain naiknya pendapatan daerah tentu
bebannya langsung maupun tidak langsung tertanggung oleh masyarakat,
berupa naiknya pajak, retribusi daerah dan sumber pendapatan la
Meningkatnya pendapatan nominal daerah juga dibarengi dengan
meningkatnya belanja modal ditahun 2012 Perubahan. H
memberikan harapan besar bagi masyarakat atas tersedianya kebutuhan
Rp172
Rp59
Rp380
Rp489
Rp616 Rp640 Rp701
1 2 3
DAU Belanja Pegawai (BTL)
Rp3.227
Rp4.294
Rp5.455
Rp6.639
Rp1.119 Rp1.253 Rp1.342
2009 R 2010 R 2011 R 2012 Perubahan
PENDAPATAN DAERAH Belanja Modal
Pendapatan yang meningkat menunjukan kemampuan keuangan daerah
namun disisi lain naiknya pendapatan daerah tentu
bebannya langsung maupun tidak langsung tertanggung oleh masyarakat,
berupa naiknya pajak, retribusi daerah dan sumber pendapatan lainnya.
Meningkatnya pendapatan nominal daerah juga dibarengi dengan
meningkatnya belanja modal ditahun 2012 Perubahan. Hal ini tentu
memberikan harapan besar bagi masyarakat atas tersedianya kebutuhan
Rp489
Rp870
4
Rp6.639
Rp2.457
2012 Perubahan
infrastruktur dasar publik yang meningkat
besar bukan untuk keperluan aparatur).
dialokasi dari APBD 2012
meningkatnya perekonomian?.
2012 Perubahan :
infrastruktur dasar publik yang meningkat (jika alokasi belanja modal lebih
besar bukan untuk keperluan aparatur). selain itu, belanja modal yang
dialokasi dari APBD 2012 ini telah membuka urat nadi dalam mendukung
meningkatnya perekonomian?. Mari kira lihat uraian belanja APBD Riau
(jika alokasi belanja modal lebih
tu, belanja modal yang
ini telah membuka urat nadi dalam mendukung
Mari kira lihat uraian belanja APBD Riau
Belanja Daerah Tahun 2012
BELANJA DAERAH Rp 6.366.656.082.429 Belanja Tidak Langsung Rp 3.221.363.309.453 Belanja Pegawai Rp 818.720.959.439 Belanja BungaBelanja Subsidi Rp 14.172.000.000 Belanja Hibah Rp 1.594.014.180.000 Belanja Bantuan Sosial Rp 25.300.000.000 Belanja Bagi Hasil kpd Prop/Kab/Kota dan Pemdes Rp 593.344.670.013 Belanja Bantuan Keuangan kpd Prop/Kab/Kota dan Pemdes Rp 165.034.500.000 Belanja Tidak Terduga Rp 10.777.000.000
Belanja Langsung Rp 3.145.292.772.976 Belanja Pegawai Rp 253.419.144.640 Belanja Barang dan jasa Rp 1.342.392.562.738 Belanja Modal Rp 1.549.481.065.598 SURPLUS/ (DEFISIT) (878.880.000.000)Pembiayaan Netto Rp 878.880.000.000 Penerimaan Pembiayaan Rp 953.880.000.000 SiLPA TA Sebelumnya Rp 453.880.000.000 Pencairan Dana Cadangan Rp 500.000.000.000 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi DaerahPenerimaan Kembali Pemberian PinjamanPenerimaan Piutang Daerah
Pengeluaran Pembiayaan Rp 75.000.000.000 Pembentukan Dana Cadangan Rp 75.000.000.000 Penyertaan Modal (Investasi) DaerahPembayaran Pokok Utang Pemberian Pinjaman Daerah
SiLPA Tahun Berjalan
Belanja Daerah Tahun 2012
Rp 6.366.656.082.429 Rp 8.373.811.701.788
Rp 3.221.363.309.453 50,60% Rp 4.070.939.977.922 Rp 818.720.959.439 12,86% Rp 869.520.376.818
Rp 14.172.000.000 0,22% Rp 14.172.000.000
Rp 1.594.014.180.000 25,04% Rp 1.830.501.885.750
Rp 25.300.000.000 0,40% Rp 26.650.000.000
Rp 593.344.670.013 9,32% Rp 1.024.150.715.353
Rp 165.034.500.000 2,59% Rp 295.168.000.000
Rp 10.777.000.000 0,17% Rp 10.777.000.000
Rp 3.145.292.772.976 49,40% Rp 4.302.871.723.867 Rp 253.419.144.640 8,06% Rp 267.278.342.308
Rp 1.342.392.562.738 42,68% Rp 1.578.463.452.604
Rp 1.549.481.065.598 49,26% Rp 2.457.129.928.955
(878.880.000.000) (1.734.381.568.288)
Rp 878.880.000.000 Rp 1.734.381.568.288
Rp 953.880.000.000 Rp 1.839.381.568.288 Rp 453.880.000.000 Rp 1.339.381.568.288
Rp 500.000.000.000 Rp 500.000.000.000
Rp 75.000.000.000 Rp 105.000.000.000
Rp 75.000.000.000 Rp 105.000.000.000
0,00
***
Rp 8.373.811.701.788 31,53%
Rp 4.070.939.977.922 48,62% 26,37%Rp 869.520.376.818 10,38% 6,20%
Rp 14.172.000.000 0,17% 0,00%Rp 1.830.501.885.750 21,86% 14,84%Rp 26.650.000.000 0,32% 5,34%
Rp 1.024.150.715.353 12,23% 72,61%
Rp 295.168.000.000 3,52% 78,85%Rp 10.777.000.000 0,13% 0,00%
Rp 4.302.871.723.867 51,38% 36,80%Rp 267.278.342.308 3,19% 5,47%Rp 1.578.463.452.604 18,85% 17,59%Rp 2.457.129.928.955 29,34% 58,58%
(1.734.381.568.288)
Rp 1.734.381.568.288
Rp 1.839.381.568.288 Rp 1.339.381.568.288
Rp 500.000.000.000
Rp 105.000.000.000
Rp 105.000.000.000
0,00