Program Manual
(Baru)
Balai Besar Teknologi Konversi Energi
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Tahun 2018
PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI ENERGI
PEMBANGUNAN SARANA PENGUJIAN KUALITAS TEKNOLOGI SOLAR
FOTOVOLTAIK
Halaman 2
Ringkasan Eksekutif
Kegiatan ini direncanakan untuk dilaksanakan selama dua tahun, dengan total pembiayaan
pada tahun pertama (2018) ini sebesar Rp 50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah) dan
tahun kedua (2019) sebesar Rp. 2.000.000.000 (dua milyar rupiah). Kegiatan ini melibatkan
24 (dua puluh empat) personil terutama dari unit kerja Balai Besar Teknologi Konversi
Energi, Kedeputian TIEM serta beberapa narasumber praktisi maupun pakar.
Halaman 4
JUDUL PROGRAM
PEMBANGUNAN SARANA PENGUJIAN KUALITAS
TEKNOLOGI SOLAR FOTOVOLTAIK
DAFTAR ISI
Hal.
Judul Program 1
Daftar Isi 4
I. Tujuan Program (Program Objectives) 5
1.1. Latar Belakang dan Urgensi Permasalahan 5
1.2. Tujuan dan Sasaran 7
1.3. Target 2018 8
1.4. Outcome dan Kegunaan/ Manfaat Kegiatan 8
1.5. Jangka Waktu Pelaksanaan & Total Anggaran 9
1.6. Value Proposition Kegiatan 9
1.7. Peran BPPT melalui Program Ini 10
1.8. Keluaran 10
1.9. Potensi HKI (Hak Kekayaan Intelektual) 11
II. Diskripsi Program (Program Description) 12
2.1. Uraian Singkat Aspek Teknis Kegiatan 12
2.2. Ruang Lingkup dan Metodologi 12
2.3. Status Teknologi 16
2.4. Mitra Kerja (industri/ litbang) & Model Kemitraan 17
2.5. Pengguna (intermediate/end users) & Model Pemanfaatan Hasil 17
2.6. Dampak Ekonomis Pemanfaatan Hasil 18
III. Struktur Organisasi Program (Program Organizational Structures) 19
IV. Jadwal Kegiatan Tahun 2018 (Program Scheduling) 20
V. Perencanaan SDM 21
VI. Perencanaan Anggaran 22
VII. Sistem Pelaporan dan Dokumentasi 23
Lampiran 24
Halaman 5
I. TUJUAN PROGRAM (PROGRAM OBJECTIVES)
1.1.LATAR BELAKANG DAN URGENSI PERMASALAHAN
Kebutuhan listrik nasional setiap tahunnya menunjukkan peningkatan seiring dengan laju
pembangunan ekonomi dan bertambahnya jumlah penduduk. Peningkatan permintaan listrik
yang semakin tinggi ini belum diimbangi dengan kekuatan suplai listrik. Rasio elektrifikasi
pada tahun 2016 telah mencapai 91,16%. Ditargetkan pemerintah akan mencapai 95% pada
tahun 2018 dan mendekati 100% pada tahun 2020, hal ini sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional.
Dalam rangka mengurangi emisi gas rumah kaca yang diakibatkan oleh penggunaan bahan
bakar minyak pada pembangkit listrik tenaga diesel, maka perlu ditingkatkan untuk
menggunakan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan. Salah satu energi alternatif
tersebut adalah tenaga surya. Tenaga surya yang telah dimanfaatkan saat ini adalah salah
satu sumber energi yang paling menjanjikan untuk abad ke-21 (Adel El Gammal, 2010),
mengingat energi sebaiknya:
a. Bersih; sistem tenaga surya menghasilkan listrik dengan nol emisi gas CO2 atau polutan
lainnya yang berhubungan dengan pemanasan global dan hujan asam.
b. Terbarukan; sistem tenaga surya dapat mengkonversi cahaya matahari alami ke dalam
penyediaan energi yang tidak terbatas.
c. Berlimpah; jumlah sinar matahari dalam setiap jam mengandung energi cahaya setara
dengan konsumsi energi total dunia selama satu tahun.
Secara topografi wilayah Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang mengakibatkan
banyaknya daerah pedesaan dan terpencil. Kondisi ini mengakibatkan kesulitan dalam
program penyediaan listrik bagi daerah-daerah terpencil tersebut, dikarenakan ketersediaan
sumber energi konvensional cukup sulit didapatkan dan harganya cukup mahal. Oleh karena
itu diperlukan suatu solusi teknologi yang dapat memanfaatkan sumber energi yang tersedia
di lokasi-lokasi terpencil. Sumber energi terbarukan itu diantaranya adalah sumber energi
biomassa, sumber energi angin, sumber energi mikrohidro dan sumber energi surya. Energi
surya cukup banyak tersedia diseluruh wilayah Indonesia dikarenakan Indonesia terletak di
daerah khatulistiwa, dimana matahari bersinar sepanjang tahun dengan besar energi radiasi
rata-rata harian 4,5 kWh/m2. Dari sisi teknologi, solusi pemanfaatan teknologi energi surya
merupakan pilihan yang tepat bagi pemenuhan kebutuhan energi listrik di daerah-daerah
terpencil.
Beberapa sistem PLTS yang telah dan sedang dikaji dan diterapkan pada saat ini adalah
Sistem PLTS tersebar (SHS), sistem PLTS terpusat off-grid, PLTS Hybrid, dan PLTS On-grid.
Sistem PLTS tersebar atau dikenal juga sebagai Solar Home System (SHS), merupakan
Halaman 6
sistem PLTS yang menghasilkan daya listrik dengan kapasitas yang kecil, yaitu antara 48-55
Wp yang terangkai dalam satu unit yang terdiri dari modul sel surya, baterai (70 Ah/12V),
lampu TL DC, inverter, Battery Charge Regulator (BCR), kabel dan stop kontak. Sistem PLTS
hybrid merupakan perpaduan dua atau lebih sistem pembangkit energi listrik yang bekerja
saling membantu dan menyatu untuk mendapatkan daya guna yang optimal. Pada sistem ini,
sistem PLTS merupakan komponen utama, sedangkan pembangkit listrik yang lain
digunakan untuk mengkompensasi kelemahan sistem PLTS dan mengantisipasi
ketidakpastian cuaca dan mengisi kebutuhan beban puncak yang sulit diatasi oleh PLTS
secara individu. Sementara, sistem PLTS On-grid merupakan sistem PLTS yang
terinterkoneksi ke jala-jala PLN. Sistem PLTS yang saat ini sedang meningkat pemakaiannya
adalah sistem PLTS terpusat (On-grid & Off-grid), baik untuk energi pedesaan maupun untuk
perkotaan.
Sistem PLTS untuk aplikasi perkotaan dipasang diatas atap perumahan atau bangunan
komersial (roof-top) yang biasa disebut PLTS roof-top. Sistem PLTS roof-top adalah sistem
PLTS yang dipasang diatas struktur atap rumah atau bangunan komersial. PT. PLN (Persero)
telah mengeluarkan kebijakan untuk menerima listrik dari sistem PLTS roof-top, khususnya di
sistem interkoneksi Jawa-Bali-Madura (Peraturan PT. PLN), dengan menerapkan skema
“Net-metering”. Listrik yang dihasilkan dari PV akan mengurangi konsumsi listrik dari PLN
(terutama pada siang hari). Namun demikian, jika terjadi kelebihan listrik yang dihasilkan dari
PV, tidak akan mendapatkan pembayaran untuk listrik yang dihasilkan, tapi diperhitungkan
untuk bulan berikutnya. Meskipun program ini belum menarik secara komersial, karena tarif
listrik rendah, program ini membuka potensi pasar yang besar untuk modul surya PV.
Dalam rantai pasokan industri nasional, saat ini ada sekitar 14 (empat belas) perusahaan,
7 (tujuh) diantaranya tergabung dalam APAMSI (Asosiasi Pabrikan Modul Surya Indonesia),
termasuk PT. LEN industri (persero), sebuah BUMN yang memproduksi modul PV surya
menggunakan sel PV impor, dengan total kapasitas produksi 60 MWp per tahun. Untuk
mengurangi diimpornya sel surya, pada tahun 2012 Pemerintah Indonesia mendorong PT.
LEN untuk membangun industri sel surya. Studi Kelayakan telah dilakukan oleh BPPT
dengan kapasitas 60 MWp per tahun. Namun, pembangunan pilot plant nya ditunda sampai
beberapa aspek lain seperti adanya kebijakan tarif listrik tenaga surya yang lebih kondusif,
atau tersedianya insentif yang menarik, dan tekanan untuk adanya standarisasi, sertifikasi,
dan pengembangan fasilitas pengujian, seperti yang telah ditentukan dalam studi kelayakan.
Kebutuhan standardisasi, pengujian dan sertifikasi produk Solar PV juga meningkat karena
pemanfaatan PV meningkat. Saat ini terdapat standar nasional (SNI) maupun standar
internasional (IEC, dll) yang memandu produk dan aplikasi dari Surya PV di Indonesia.
Halaman 7
Bahkan tahun 2014, BSN telah menerbitkan standard SNI/IEC 61215, yang berjudul: “Modul
Fotovoltaik Silikon Kristal – Persyaratan Desain dan Pengesahan Jenis”. Standar ini dibuat
sebagai pedoman bagi para pihak yang akan membuat modul fotovoltaik silikon kristal yang
diadopsi dari standard internasional, International Electrotechnical Commission (IEC) - 61215
“Crystalline Silicon Terrestrial Photovoltaic (PV) Modules – Design Qualification and Type
Approval”. Standard ini ditujukan untuk menjamin kualitas produk modul fotovoltaik. Tujuan
utama dari standarisasi, pengujian dan sertifikasi adalah untuk melindungi produsen,
konsumen, dari produk kualitas rendah serta menjamin kualitas dan keandalan produk, baik
untuk produk domestik atau barang impor. Pelaksanaan standardisasi dalam lingkup nasional
dilakukan untuk membangun sistem nasional yang akan dapat mendukung, peningkatan,
untuk menjamin kualitas dan/ atau jasa produk serta mempermudah penerimaan produk
nasional dalam transaksi pasar global. Untuk mengantisipasi akan diberlakukannya SNI
tentang Modul surya yang akan merujuk pada SNI/IEC 61215, maka diperlukan suatu
laboratorium pengujian yang dapat melaksanakan pengujian sesuai yang dipersyaratkan oleh
SNI tersebut.
1.2.TUJUAN DAN SASARAN
a) TUJUAN
Tujuan utama dari kegiatan ini adalah peningkatan kualitas infrastruktur Laboratorium
Pengujian Komponen dan Sistem Fotovotaik (LPKSF) B2TKE-BPPT (d/h B2TE) dengan
penambahan ruang lingkup pengujian kualitas modul surya (PV) yang merujuk pada SNI/IEC
61215. Untuk melaksanakan pembangunan laboratorium pengujian modul surya ini
diperlukan mitra yang berpengalaman dalam melakukan pembangunan laboratorium serupa,
dan dilaksanakan secara turn-key, yang mencakup tidak hanya pengadaan peralatan tapi
lengkap dengan instalasi, pelatihan serta membantu untuk memasukan ruang lingkup
pengujian ini kedalam ruang lingkup laboratorium pengujian dengan akreditasi SNI/ISO/IEC
17025 yang sudah ada.
b) SASARAN
Sasaran 2018
Sasaran yang ingin dicapai pada kegiatan Pembangunan Fasilitas Laboratorium Pengujian
Kualitas Modul Surya (PV) sesuai dengan SNI/IEC 61215 pada tahun 2018, adalah sebagai
berikut:
1. Terbangunnya fasilitas Laboratorium Pengujian Modul Surya (PV) sesuai dengan standar
SNI/IEC 61215 di B2TKE-BPPT.
2. Pengembangan fasilitas pengujian komponen Solar Home Systems sesuai dengan
permintaan para produsen peralatan
Halaman 8
3. Terlaksananya pelatihan tentang operasionalisasi dan pemeliharaan fasilitas
Laboratorium Pengujian Modul Surya (PV) sesuai SNI/IEC 61215, dan manajemen
laboratorium pengujian modul surya sesuai dengan standar internasional ISO/IEC 17025,
bagi personil B2TKE yang kompeten.
Sasaran 2019
Sasaran yang ingin dicapai pada kegiatan Pembangunan Fasilitas Laboratorium Pengujian
Kualitas Modul Surya (PV) sesuai dengan SNI/IEC 61215 pada tahun 2019, adalah sebagai
berikut:
1. Terintegrasinya seluruh peralatan fasilitas Laboratorium Pengujian Kualitas Modul Surya
(PV) dan Komponen Solar Home Sysems di B2TKE-BPPT.
2. Commisioning seluruh peralatan disertai dengan pengujian sampel pada Laboratorium
Pengujian Kualitas Modul Surya (PV) dan Komponen Solar Home Sysems.
3. Melakukan validasi data pengukuran dan ketidakpastian peralatan.
4. Menyiapkan dokumen mutu Laboratorium Pengujian Kualitas Modul Surya (PV) dan
Komponen Solar Home Sysems sesuai standar internasional ISO/IEC – 17025 menuju
laboratorium yang terakreditasi oleh KAN.
1.3.TARGET 2018
Target kegiatan pada TA 2018, yaitu:
1. Terbangunnya fasilitas Laboratorium Pengujian Kualitas Modul Surya (PV) dan
Komponen Solar Home Sysems di B2TKE-BPPT.
2. Diperoleh dokumen hasil uji komponen yang Solar Home Sysems beredar di pasaran dari
tahun ke tahun.
3. Terlaksananya pelatihan tentang operasionalisasi dan pemeliharaan fasilitas
Laboratorium Pengujian Kualitas Modul Surya (PV) dan Komponen Solar Home Sysems
dan manajemen laboratorium sesuai dengan standar internasional ISO/IEC – 17025, bagi
personil B2TKE yang kompeten
1.4. OUTCOME DAN KEGUNAAN/ MANFAAT KEGIATAN
Secara keseluruhan outcome atau penerima manfaat dari kegiatan Pengadaan Sarana
Pengujian Kualitas Teknologi Solar PV dalam sistem kelistrikan di Indonesia adalah semua
stakeholder kelistrikan baik dari unsur kebijakan maupun unsur teknis mulai dari suplai
(manufaktur maupun distributor) sampai dengan pengguna. Sedangkan penerima manfaat
layanan pengujian adalah industri PV baik nasional maupun internasional, dan pengguna
modul PV seperti PT. PLN, Kementrian/ Lembaga, Pemerintah Daerah, Independent Power
Producer (IPP) dan masyarakat umum. Sebagai contoh dengan adanya sarana
Halaman 9
(laboratorium) pengujian modul PV ini, maka Kementrian ESDM dapat mewajibkan SNI/ IEC
61215 yang sudah dipublikasikan oleh BSN sejak tahun 2015 yang lalu.
1.5. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN DAN TOTAL ANGGARAN
Kegiatan ini disain selama 2 tahun, dengan total anggaran sebesar Rp 52 Milyar rupiah.
Rincian kebutuhan anggaran per tahun ditampilkan pada Tabel berikut.
Tabel 1. Rincian Kebutuhan Anggaran Per Tahun
No Tahun Anggaran Jumlah Anggaran
1 2018 Rp. 50.000.000.000,-
2 2019 Rp. 2.000.000.000,-
TOTAL Rp. 52.000.000.000,-
1.6. VALUE PROPOSITION
Program ini menawarkan Value Proposition sebagai berikut:
a) State of the art technology
Pengujian modul fotovoltaik yang merujuk pada IEC 61215:2016 ini sudah merupakan
kewajiban standar di pasar internasional untuk produk-produk modul surya. Saat ini produsen
modul surya di Indonesia mempunyai kesulitan untuk mengujikan produk mereka
dikarenakan belum adanya laboratorium pengujian jenis ini di Indonesia, sedangkan bila
diujikan di laboratorium pengujian di luar negeri sangat mahal harganya. Dari sejumlah
produsen modul surya di Indonesia baru ada dua pabrikan yang produknya sudah mendapat
sertifikat IEC 61215.
b) Meningkatkan Daya Saing Industri
Kegiatan ini dapat langsung meningkatkan daya saing industri modul surya dan komponen
Solar Home Systems di dalam negeri, karena fasilitas laboratorium pengujian ini akan
diakreditasi secara internasional. Dengan demikian produk modul surya dalam negeri bila
sudah melalui pengujian dengan laboratorium ini akan dapat bersaing di pasar internasional,
dan akan meningkatkan ekspor produk ke luar negeri.
c) Mempercepat Kemandirian Bangsa
Dengan meningkatnya kualitas produk modul surya dan komponen Solar Home Systems
dalam negeri maka akan menambah kemampuan atau profesionalisasi manufaktur untuk
membuat modul surya dengan memakai komponen-komponen dalam negeri yang akhirnya
akan mempercepat kemandirian bangsa pada bidang industri modul surya fotovoltaik.
Halaman 10
1.7. PERAN BPPT MELALUI PROGRAM INI
Melalui kegiatan ini diharapkan BPPT dapat berperan sebagai lembaga pengkajian teknologi,
lembaga intermediasi, Technology Clearing House maupun lembaga pemberi solusi teknologi
seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rincian Peran BPPT
Peran Rincian Peran Pengguna
Intermediasi Menjembatani antara pengguna energi tenaga
surya dengan produsen
Konsumen dan produsen
peralatan pembangkit
listrik tenaga surya
Technology
Clearing House
Menyediakan informasi yang dibutuhkan terkait
dengan pengujian sistem pembangkit surya.
Konsumen dan
Produsen/ pabrikan.
Pengkajian
Teknologi
Melakukan kajian mengenai sistem pengujian
modul surya khususnya dan system pembangkit
listrik tenaga surya umumnya supaya lebih
optimal dan berdaya saing tinggi.
Industri produsen PLTS
dan komponennya
Solusi Teknologi
Memberikan solusi teknologi pengujian
komponen dan sistem PLTS yang efisien dan
professional .
Industri produsen PLTS
dan komponennya
1.8. KELUARAN
Rincian dan deskripsi pelayanan teknologi yang dihasilkan serta keluaran dari kegiatan dapat
dilihat pada tabel 3 dan 4.
Tabel 3. Rincian dan Deskripsi Pelayanan Teknologi yang Dihasilkan
Jenis
Pelayanan
Teknologi
Jumlah Rincian dan Deskripsi Pelayanan
Teknologi yang Dihasilkan Pengguna
Tahun
Pemanfaatan
Pengujian 1
Jasa pengujian Komponen Solar
Home Systems terdiri dari Baterai,
Baterry Charge Regulator, dan
Lampu (Ballast), Inverter, dan
sistem PLTS.
Pemda, KESDM,
KPDT, Produsen/
Industri Manufaktur,
Masyarakat.
2018
Pengujian 2
Laboratorium pengujian untuk jasa
pengujian Kualitas Modul Surya
dan Komponen Solar Home
Systems.
Produsen/ Industri
Manufaktur, PLN,
IPP.
2019
Advokasi 1 Advokasi kualitas produk
komponen dan sistem PLTS.
Pemda, KESDM,
KPDT, Produsen/
Industri Manufaktur,
PLN, IPP.
2020
Halaman 11
Tabel 4. Keluaran Program
Output Akhir Program
Program
PEMBANGUNAN SARANA PENGUJIAN KUALITAS TEKNOLOGI SOLAR
FOTOVOLTAIK
Output per WBS/tahun
2018 2019
WBS 1
Membuat desain, menginstalasi dan mengoperasikan
pengujian electrical performance mulai dari
performance at STC, MNOT, Low Irradiance,
determination of temperature, coefficient and hot spot
endurance, serta sistem PLTS.
Melakukan pengujian
pengujian electrical
performance pada modul
surya dan komponen PLTS
WBS 2
Membuat desain, menginstalasi dan mengoperasikan
pengujian mechanical dan safety performance yang
terdiri dari insulation, wet leakage test, visual
inspection, mechanical hail test, inverter, lampu, dan
safety.
Melakukan pengujian
pengujian mechanical dan
safety performance pada
modul surya dan komponen
PLTS
WBS 3
Membuat desain, menginstalasi dan mengoperasikan
pengujian thermal diode performance meliputi thermal
cycling, humidity freeze, damp heat, stabilization,
retention of JBOX, bypass diode function, baterai dan
uji BCR.
Melakukan pengujian
pengujian thermal and
diode performance pada
modul surya dan komponen
PLTS
Program
Membangun kerjasama dengan mitra industri pemda,
lembaga riset dan instansi pemerintah terkait untuk
upaya peningkatan kualitas produk modul surya.
Membangun kerjasama
dengan mitra untuk
meningkatkan kualitas
produk modul surya dan
komponen.
1.9. Potensi HKI (Hak Kekayaan Intelektual)
Potensi HKI (Hak Kekayaan Intelektual) pada program ini adalah paten disain komponen
Solar Home System.
Halaman 12
II. DESKRIPSI PROGRAM (PROGRAM DESCRIPTION)
2.1. URAIAN SINGKAT ASPEK TEKNIS KEGIATAN
Kegiatan yang akan dilakukan pada pembangunan Laboratorium Pengujian Kualitas Modul
Surya dan Komponen Solar Home Systems adalah sebagai berikut :
1. Mempelajari dan menginventarisir peralatan dan prosedur pengujian yang merujuk pada
SNI/IEC 61215 dan SNI/ IEC lainnya yang terkait dengan komponen sistem PLTS.
2. Membuat desain dan layout laboratorium pengujian sesuai dengan prosedur pengujian
seusai dengan SNI/IEC 61215.
3. Menentukan spesifikasi peralatan dan bahan yang dibutuhkan.
4. Melakukan pengadaan peralatan laboratorium kualitas modul surya sesuai dengan SNI
IEC 61215.
5. Pengadaan bahan, komponen dan peralatan.
6. Konstruksi sipil, instalasi, supporting peralatan seperti perpipaan air, listrik, udara
bertekanan,
7. Uji coba pengoperasian laboratorium pengujian untuk setiap peralatan dan tahapan
prosedur pengujian.
8. Pengembangan manajemen Laboratorium Pengujian Kualitas Modul Surya dan
Komponen Solar Home Systems (SHS)/ PLTS.
2.2. RUANG LINGKUP DAN METODOLOGI
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan menggunakan dana APBN guna merevitalisasi dan
menambah ruang lingkup Laboratorium Komponen Solar Home Systems (SHS)/ PLTS
menjadi Laboratorium Pengujian Kualitas Modul Surya dan Komponen Solar Home Systems
(SHS)/ PLTS. Kegiatan ini melibatkan staf perekayasa Balai Besar Teknologi Konversi Energi
(B2TKE), Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT). Jumlah perekayasa yang terlibat
dalam kegiatan ini sebanyak sekitar 24 personel.
Ruang lingkup pembangunan laboratorium uji ini adalah:
1. Mempelajari tujuan, prosedur yang sesuai SNI IEC 61215.
SNI/IEC 61215 ini ditujukan untuk menentukan karakteristik termal dan listrik modul
surya, serta untuk menunjukkan bahwa modul tersebut mampu menahan terhadap
paparan matahari yang cukup lama pada cuaca luar yang terbuka. Umur modul surya
yang sangat berkualitas akan tergantung pada desain, lingkungan dan kondisi di mana
modul surya dioperasikan. Pengujian ini merupakan rentetan uji sebanyak 19 jenis ruang
lingkup dengan prosedur seperti terlihat pada gambar alur pengujian dibawah ini.
Halaman 13
Gambar 1. Prosedur Pengujian Kualitas Modul Surya Berdasarkan SNI/ IEC 61215
2. Membuat desain dan layout laboratorium pengujian sesuai dengan prosedur pengujian
seusai dengan SNI/IEC 61215.
Prosedur pengujian modul surya berdasarkan IEC SNI 61215 terdiri dari 19 pengujian
yang dimulai dengan pengujian visual dan diakhiri dengan stablisasi kondisi setelah
dilakukan seluruh rangkaian pengujian. Oleh karena itu perlu dibuat layout laboratorium
dan peletakan peralatan uji sesuai dengan langkah-langkah pengujian dan besarnya
dimensi masing-masing peralatan.
3. Langkah-langkah dan tujuan pengujian
Langkah pengujian terdiri dari 19 pengujian dengan 10 sampel/contoh modul surya untuk
setiap merek dan jenis.
1) Pemeriksaan visual (MQT 01)
Pemeriksaan ini merupakan awal pengujian yang bertujuan untuk mendeteksi cacat
yang terlihat.
Halaman 14
2) Penentuan daya maksimum (MQT 02)
Untuk menentukan daya maksimum modul setelah stabilisasi serta sebelum dan
sesudah berbagai uji stress lingkungan. Untuk menentukan kehilangan daya akibat
uji stress, uji reproduktifitas merupakan faktor yang sangat penting.
3) Uji Isolasi (MQT 03)
Pengujian ini ditujukan Untuk mengetahui apakah modul tersebut cukup terisolasi
dengan baik antara bagian aktif dan bagian yang mudah diakses.
4) Pengukuran koefisien temperatur (MQT 04)
Tentukan koefisien temperatur arus (), tegangan () dan daya puncak () dari
pengukuran modul seperti yang ditentukan dalam IEC 60891. Koefisien yang
ditentukan berlaku pada radiasi saat pengukuran dilakukan. Lihat IEC 60904-10
untuk evaluasi koefisien temperatur modul pada tingkat radiasi yang berbeda.
5) Pengukuran temperatur operasi modul nominal (NMOT) (MQT 05)
NMOT (Normal Modul Operating Temperatur) digunakan oleh perancang sistem
sebagai panduan untuk temperature di mana modul akan beroperasi di lapangan.
6) Kinerja di STC dan NMOT (MQT 06)
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan bagaimana kinerja listrik modul bervariasi
dengan beban pada temperatur sel dengan kondisi STC (1000 W/m2, 25°C, dengan
distribusi radiasi spektral spektrum IEC 60904-3) dan pada NMOT (iradiasi 800
W/m2 dan temperatur sekitar 20°C dengan distribusi radiasi spektral spektrum IEC
60904-3). Pengukuran pada STC digunakan untuk memverifikasi informasi yang
tertera pada modul surya.
7) Kinerja pada iradiasi rendah (MQT 07)
Untuk menentukan bagaimana kinerja modul sebagai funsi beban pada 25°C dan
radiasi 200 W/m2 (yang diukur dengan alat referensi yang sesuai), sesuai dengan
IEC 60904-1 menggunakan sinar matahari alami atau kelas simulator BBA atau
lebih baik sesuai dengan persyaratan IEC 60904-9.
8) Uji eksposur luar ruangan (MQT 08)
Bertujuan untuk membuat penilaian kemampuan awal modul surya apakah mampu
menahan paparan sinar matahari di luar ruangan dan untuk mengungkapkan efek
degradasi sinergis yang mungkin tidak terdeteksi pada pengujian di laboratorium.
9) Uji daya tahan hotspot (MQT 09)
Untuk mengetahui kemampuan modul dalam menahan efek pemanasan hotspot,
misal solder mencair atau memburuknya enkapsulasi. Kerusakan ini bisa dipicu oleh
sel yang salah, sel yang tidak serasi, bayangan atau kotoran. Sedangkan suhu
absolut dan hilangnya daya relatif bukanlah kriteria dari pengujian ini, kondisi hot
spot yang paling parah digunakan untuk menjamin keamanan desain.
Halaman 15
10) Uji prakondisi UV (MQT 10)
Untuk mengkondisikan modul dengan radiasi ultra violet (UV) sebelum uji
pembekuan siklus / kelembaban termal untuk mengidentifikasi bahan-bahan dan
ikatan adesi yang rentan terhadap degradasi UV.
11) Uji siklus termal (MQT 11)
Untuk mengetahui kemampuan modul untuk menahan ketidaksesuaian termal,
kelelahan dan tekanan lainnya yang disebabkan oleh perubahan suhu berulang.
12) Uji kelembaban-pembekuan (MQT 12)
Untuk mengetahui kemampuan modul untuk menahan efek suhu dan
kelembaban tinggi diikuti dengan suhu di bawah nol. Ini bukan tes kejut termal.
13) Uji panas lembab (MQT 13)
Untuk mengetahui kemampuan modul untuk menahan efek jangka panjang
penetrasi kelembaban.
14) Kekokohan terminasi (MQT 14)
Untuk menentukan bahwa terminasi, pelekatan terminasi, dan pelekatan kabel
ke badan modul akan dapat menahan tekanan yang mungkin diterapkan selama
operasi perakitan atau penanganan secara normal. Uji pada 4.14.2 (MQT 14.1)
dan uji pada 4.14.3 (MQT 14.2) harus dilakukan pada urutan C setelah MQT 12
seperti yang diberikan oleh aliran uji pada IEC.
15) Uji arus bocor basah (MQT 15)
Untuk mengevaluasi isolasi modul di bawah kondisi operasi basah dan
memastikan kelembaban dari hujan, kabut, embun atau salju cair tidak masuk ke
bagian aktif sirkuit modul, yang dapat menyebabkan korosi, kegagalan
pentanahan atau bahaya keamanan.
16) Uji beban mekanis statis (MQT 16)
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui kemampuan modul untuk
menahan beban statis minimum.
17) Uji kejatuhan salju (MQT 17)
Untuk memastikan bahwa modul ini mampu menahan dampak hujan es.
18) Bypass diode testing (MQT 18)
Untuk menilai kecukupan desain termal dan reliabilitas jangka panjang
yang relatif dari dioda bypass yang digunakan untuk membatasi efek
merugikan kerentanan hot spot pada modul.
19) Stabilisasi
Semua modul PV harus stabil secara elektrik. Untuk tujuan ini, semua modul
harus terpapar pada prosedur yang ditentukan, dan daya keluaran harus diukur
secara langsung setelahnya. Prosedur dan pengukuran daya keluaran ini harus
diulang sampai modul dinilai mencapai tingkat output daya yang stabil secara
Halaman 16
elektrik. Dimana cahaya digunakan untuk stabilisasi, simulasi radiasi matahari
lebih disukai daripada cahaya alami.
2.3. STATUS TEKNOLOGI
Energi listrik yang dihasilkan oleh konversi sel surya adalah listrik arus searah (Direct
Current), yang dapat dipergunakan untuk berbagai macam kebutuhan beban, apabila beban
mempunyai sistem arus bolak-balik (Alternating Current), maka sistem harus dilengkapi
dengan komponen perubah arus dari arus searah menjadi arus bolak-balik yang biasa
disebut dengan inverter.
Sistem PLTS dapat dibagi dua,yaitu sistem PLTS yang tersebar dan sistem PLTS terpusat.
Sistem PLTS tersebar umumnya adalah sistem yang mempunyai sistem tegangan sistem
DC, dan sistem PLTS terpusat mempunyai sistem tegangan AC. Sistem PLTS terpusat untuk
penerangan umumnya terdiri dari 3 macam sistem yaitu sistem yang berdiri sendiri (stand
alone system), sistem Hybrid yaitu sistem PLTS yang digabung dengan sumber energi
lannya, dan sistem PLTS terpusat yang terhubung dengan jala-jala listrik PLN (On-Grid
System).
Sistem PLTS yang berdiri sendiri merupakan sistem yang terdiri dari sejumlah larik PLTS,
baterai penyimpan energi listrik, inverter sebagai perubah arus listrik dari DC menjadi arus
listrik AC, alat pengontrol kondisi baterai (Battery Charge Controller), dan komponen
Maximum Power Point Tracker (MPPT) yang berfungsi untuk mengatur tegangan sistem yang
selalu berada pada titik daya maximum untuk berbagai kondisi radiasi.
Sistem PLTS hibrida yang umum diterapkan di Indonesia adalah dengan menggabungkan
sistem PLTS dengan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Pada sistem PLTS
hibrida ini terdapat komponen yang hampir sama dengan komponen-komponen sistem PLTS
yang berdiri sendiri hanya berbeda pada komponen inverter yang bersifat bi-directional yaitu
inverter yang berfungsi merubah arus DC ke arus AC dan sebaliknya dari arus AC ke Arus
DC.
Sistem PLTS terpusat yang terhubung dengan jala-jala listrik PLN (On-Grid System), adalah
sistem PLTS yang mengirimkan seluruh listrik yang dihasilkan dari hasil konversi fotovoltaik
langsung masuk ke grid/jala-jala listrik. Komponen-komponen utama dari sistem PLTS on-
Grid, adalah larik fotovoltaik, inverter yang merubah arus DC menjadi arus listrik AC,
transformator yang menaikan tegangan dari 220 V AC (keluaran inverter), menjadi tegangan
jala-jala 20 kV AC.
Halaman 17
Teknologi pembuatan modul surya telah dilakukan di Indonesia oleh 7 perusahan pembuat
modul surya yang tergabung dalam Asosiasi Pembuat Modul Surya Indonesia (APAMSI), dari
7 manufaktur tersebut baru ada dua manufaktur yang telah mendapatkan sertifikat IEC
61215. Oleh karena itu dengan terbangunnya laboratorium uji yang merujuk pada IEC 61215
di Indonesia diharapkan seluruh manufaktur akan mempunyai produk yang tersifikat dengan
SNI IEC 61215.
2.4 MITRA KERJA (LITBANG/INDUSTRI) & MODEL KEMITRAAN
Berikut pada Tabel 5 merupakan mitra kerja dari pengujian kualitas modul surya dan
komponen SHS maupun PLTS.
Tabel 5. Mitra Kerja
No
Nama Mitra
Internal/
Eksternal
Pekerjaan dalam Kegiatan
Anggaran
(in
Kind/in
Cash)
Kontak
Person
Alamat dan
Telpon
0 1 2 3 4 5
1 Perindustrian Penyedia data industri dalam
Penerapan Standarisasi
Produk SWH yang ada di
pasaran baik produk lokal
maupun luarnegeri yang
masuk ke Indonesia
In Kind Jakarta
2 EBTKE- ESDM Penyusunan regulasi
In Kind Maritje Jl.Gatot
Subroto,
Jakarta
3 BSN Penyusunan SNI In Kind
4 PTB Germany Pengembangan peralatan
pengujian Kualitas Modul
In Kind Germany
5 APAMSI User Penerapan pengujian
kualitas modul surya dan
komponen PLTS
In Kind Jakarta
2.5 PENGGUNA (INTERMEDIATE & END USER) & MODEL PEMANFAATAN HASIL
Hasil dari program pembangunan dan pengembangan pengujian Kualitas Modul Surya dan
Komponen Solar Home Systems (SHS)/ PLTS berupa Fasilitas Uji Laboratorium Kualitas
Modul Surya dan Komponen Solar Home Systems (SHS)/ PLTS dapat dimanfaatkan oleh
semua stakeholder kelistrikan baik dari unsur kebijakan maupun unsur teknis mulai dari
suplai (manufaktur maupun distributor) sampai dengan pengguna. Adapun pengguna yang
terkait dan berdampak terhadap hasil riset ini adalah:
1. Produsen/ Industri manufaktur modul dan komponen yang bergerak dalam bidang
pembangkit sistem tenaga surya baik dalam negeri maupun luar negeri akan
Halaman 18
memanfaatkan teknik pengujian modul dan komponen PLTS guna mendapatkan nilai
tambah peningkatan kinerja dan ketahanan serta kehandalan alat.
2. Industri pembangun energi seperti PLN maupun IPP (Independent Power Producer) akan
memanfaatkan teknik pengujian modul dan komponen PLTS guna meningkatkan kinerja
dan performa modul dan sistem PLTS.
3. Institusi pemerintah Kementerian/ Lembaga, Pemerintah Daerah, serta lembaga litbang/
Universitas/ Perguruan Tinggi yang menangani energi alternatif sistem pembangkit
tenaga surya, lingkungan, perindustrian dan perdagangan.
2.6 DAMPAK EKONOMIS PEMANFAATAN HASIL
Pengujian Kualitas Modul Surya dan Komponen Solar Home Systems (SHS)/ PLTS dilakukan
untuk memberikan pemahaman kualitas pengembangan teknologi dan pemanfaatan produk
komponen teknologi surya, seperti:
1. Membantu membatasi produk-produk dari luar yang membanjiri pasaran (dengan
pemberlakuan SNI untuk pengujian mutu produk sebelum masuk ke pasar dalam negeri)
2. Meningkatkan kemandirian dan daya saing mutu produk industri-industri dalam negeri
3. Meningkatkan kemampuan inovasi litbang yang ada di Indonesia.
Halaman 19
III. STRUKTUR ORGANISASI PROGRAM (PROGRAM ORGANIZATIONAL STRUCTURES)
Kegiatan ini direncanakan menggunakan Works Break Down Structure (WBS) tipe B, terdiri atas Kepala Program, Manajer Program
& Asisten Manajer Program; Chief Engineer, Group Leader, Technical Leader, Engineer/Technical Staf; Technician & Technical
Assistant, yang bertanggung jawab kepada Penanggung Jawab Program.
KEPALA PROGRAM
Dr. Oo Abdul Rosyid
PROGRAM MANAGER
Wulan Erna K., MT
CHIEF ENGINEER
Drs. Adjat Sudrajat, M.Sc
WBS 1. Electrical Performance
GL 1. Nelly Malik Lande, MT
Ass. Program Manager
Sutopo, ST, MT
Lily Sapinah, SE
WBS 2. Mechanical and Safety
Performance
GL 2. Sudirman Palaloi, MT
WBS 3. Thermal and Diode
Performance
GL 3. Dr. Kholid Akhmad
WP 1.1. Performance at STC,
MNOT, and Low Irradiance
L 1.1. Hartadhi, MT
ES 1.1.1. Fariz Maulana, ST
ES 1.1.2. Anita Faradilla, ST
ES 1.1.3. Lily Sapinah
ES 1.1.4. Munadiyan N., ST
WP 1.2. Determination of Temp.
Coefficient and Hot-spot
Endurance, dan Sistem PV
L 1.2. Andrianshah Priyadi, ST
ES 1.2.1. Rohi A. Wenyi, ST
ES 1.2.2. Setya Sunarna, ST
ES 1.2.3. Anisa Taradini, MT
WP 2.1. Insulation, Wet
Leakage Test, dan Lampu
L 2.1. Ichwan SubagioES 2.1.1. Hartadhi, MT
ES 2.1.2. Anisa Taradini, MT
ES 2.1.3. Asih Kurniasari, ST
WP 2.2. Visual, Mechanical,
Hail Test, dan Inverter
L 2.2. Fariz Maulana, ST
ES 2.2.1. Nelly Malik L., MT
ES 2.2.2. Rohi A. Wenyi, ST
ES 2.2.3. Ma’Arif Hasan, ST
WP 3.1. Thermal Cycling,
Humidity Freeze, Damp Heat
Test, dan Baterai
L 3.1. Anita Faradilla, STES 3.1.1. Wulan Erna K., MT
ES 3.1.2. Ir. M. Youvial
ES 3.1.3. Munadiyan N., ST
WP 3.2. Stabilization, Retention
of JBOX, Bypass Diode Function,
dan Uji BCR
L 3.2. Setya Sunarna, ST
ES 3.2.1. Edy Prabowo
ES 3.2.2. Andrianshah P., ST
ES 3.2.3. Ma’Arif Hasan, ST WP 2.3. Infrastruktur dan Safety
L 2.3. Budi Sutrisno, ST, MT
ES 2.3.1. Sumanto, SE
ES 2.3.2. Munadiyan N., ST
ES 2.3.3. Anisa Taradini, MT
ES 2.3.4. Mihadi
Gambar 2. Organisasi Kerja Kerekayasaan Kegiatan Pembangunan Sarana Pengujian Kualitas Teknologi Solar Fotovoltaik
(Sistem Tata Kerja Kerekayasaan Tipe B)
Halaman 20
IV. JADWAL KEGIATAN TAHUN 2018 ( PROGRAM SCHEDULING) Jadwal kegiatan Pembangunan dan Pengembangan Sarana Pengujian Kualitas Teknologi Solar Fotovoltaik dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Jadwal Kegiatan Tahun 2018
NO RINCIAN KEGIATAN/ AKTIVITAS RENCANA PELAKSANAAN 2018 KET. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Persiapan dan koordinasi program kerja ---- (mulai 2017) 2. Pembuatan Program Manual, koreksi dan perbaikan. Penanggung jawab pelaksana: Troika 3. Identifikasi kebutuhan alat, bahan dan infrastruktur uji. Penanggung jawab pelaksana: KP, CE, PM, GL 4. Penyusunan spesifikasi peralatan, tata letak, kebutuhan infrastruktrur dan instalasi peralatan. Penanggung jawab: KP, CE, PM, GL 5. Penyusunan HPS, Lelang, Evaluasi Lelang dan Kontrak Kerja. Penanggung jawab: KP, PM dan Ass PM
4 Membuat desain, menyusun metode, menginstalasi, mengoperasikan, mengevaluasi hasil ujicoba dan penyempurnaan fasilitas pengujian electrical performance. Penanggung jawab: GL WBS 1.
5. Membuat desain, menyusun metode, menginstalasi, mengoperasikan, mengevaluasi hasil ujicoba dan penyempurnaan fasilitas pengujian performance at STC, MNOT, Low Irradiance. Penanggung jawab: Leader WP 1.1
6. Membuat desain, menyusun metode, menginstalasi, mengoperasikan, mengevaluasi hasil ujicoba dan penyempurnaan fasilitas pengujian determination of temperature, coefficient and hot spot endurance. Penanggung jawab: Leader WP 1.2
7. Mengoperasikan, mengevaluasi hasil uji dan penyempurnaan fasilitas pengujian sistem PLTS. Penanggung jawab: Leader WP 1.2
8. Membuat desain, menyusun metode, menginstalasi, mengoperasikan, mengevaluasi hasil ujicoba dan penyempurnaan fasilitas pengujian mechanical dan safety performance. Penanggung jawab: GL WBS 2.
9. Membuat desain, menyusun metode, menginstalasi, mengoperasikan, mengevaluasi hasil ujicoba dan penyempurnaan fasilitas pengujian insulation dan wet leakage test. Penanggung jawab: Leader WP 2.1
10 Membuat desain, menyusun metode, menginstalasi, mengoperasikan, mengevaluasi hasil ujicoba dan penyempurnaan fasilitas pengujian visual inspection dan mechanical hail test. Penanggung jawab: Leader WP 2.2
11 Membuat desain, menginstalasi, mengoperasikan, mengevaluasi hasil ujicoba dan penyempurnaan fasilitas pengujian lampu dan inverter. Penanggung jawab: Leader WP 2.1 dan Leader WP 2.2
12 Membuat desain, layout, menginstalasi, mengevaluasi dan penyempurnaan fasilitas infrastruktur dan safety untuk pengujian. Penanggung jawab: Leader WP 2.3
13 Membuat desain, menyusun metode, menginstalasi, mengoperasikan, mengevaluasi hasil ujicoba dan penyempurnaan fasilitas pengujian thermal dan diode performance. Penanggung jawab: GL WBS 3.
14 Membuat desain, menyusun metode, menginstalasi, mengoperasikan, mengevaluasi hasil ujicoba dan penyempurnaan fasilitas pengujian thermal cycling, humidity freeze, dan damp heat . Penanggung jawab: Leader WP 3.1
15 Membuat desain, menyusun metode, menginstalasi, mengoperasikan, mengevaluasi hasil ujicoba dan penyempurnaan fasilitas pengujian stabilization, retention of JBOX, dan bypass diode function. Penanggung jawab: Leader WP 3.2
16 Membuat desain, menginstalasi, mengoperasikan, mengevaluasi hasil ujicoba dan penyempurnaan fasilitas pengujian baterai dan BCR. Penanggung jawab: Leader WP 3.1 dan Leader WP 3.2
17 Proses fabrikasi dan FAT. Penanggung jawab: Troika 18 Renovasi Lab. Fas. Uji Kualitas Modul: konstruksi bangunan, perpipaan, instalasi kabel, serta utilitas lainnya. Penanggung jawab: Troika 19 Instalasi fasilitas uji. Penanggung jawab: KP, CE, PM, GL, Ass PM, L, ES 20 Pelatihan penggunaan peralatan, commissioning. Penanggung jawab: KP, CE, PM, GL, Ass PM, L, ES 21 SAT, pembayaran dan penandatangan BAST (administrasi). Penanggung jawab: KP, CE, PM, GL, Ass PM, L, ES 22 Pembuatan laporan hasil kegiatan setiap triwulan. Penanggung jawab: KP, CE, PM, GL, Ass PM, L, ES
Halaman 21
V. PERENCANAAN SDM (MAN POWER PLANNING)
Pelaksanaan kegiatan ini melibatkan staf perekayasa Balai Besar Teknologi Konversi
Energi (B2TKE), Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) sebanyak sekitar 24
personel. Kegiatan ini dilakukan menggunakan dana APBN guna merevitalisasi dan
menambah ruang lingkup Laboratorium Komponen Solar Home Systems (SHS)/ PLTS
menjadi Laboratorium Pengujian Kualitas Modul Surya dan Komponen Solar Home Systems
(SHS)/ PLTS.
Tabel 7. Pelaksana Kegiatan
No Nama NIP Jabatan Fungsional Jabatan
1 Dr.-Ing. Oo Abdul Rosyid 196506251991031002 Perekayasa Madya Kepala Program
2 Drs. Adjat Sudradjat, MSc 195612211984021002 Perekayasa Utama Chief Engineer
3 Wulan Erna Komariah, MT 198410112008012007 Perekayasa Muda Program Manager; ES 3.1.1
4 Nelly Malik Lande, ST, MT 198211302008012011 Perekayasa Muda Group Leader WBS 1; ES 2.2.1
5 Ir. Sudirman, MT 196706171992111001 Peneliti Utama Group Leader WBS 2
6 Dr. Kholid Akhmad 196204011988121001 Perekayasa Madya Group Leader WBS 3
7 Ir. Sutopo 196212031985031006 Perekayasa Madya Asst. Program Manager
8 Lily Sapinah, SE 197706022008102001 Perekayasa Pertama Asst. Program Manager; ES 1.1.3
9 Hartadhi, MT 198611262015031002 Fungsional Umum Leader WP 1.1; ES 2.1.1
10 Andrianshah Priyadi, ST 198406252009011001 Perekayasa Muda Leader WP 1.2; ES 3.2.2
11 Ichwan Subagio 196501041984111001 Teknisi Litkayasa Penyelia
Leader WP 2.1
12 Fariz Maulana R., ST 198810232012121001 Perekayasa Pertama Leader WP 2.2; ES 1.1.1
13 Budi Sutrisno, ST, MT 196502091989031002 Perekayasa Madya Leader WP 2.3
14 Anita Faradilla, ST 198903032012122002 Perekayasa Pertama Leader WP 3.1; ES 1.1.2
15 Setya Sunarna, S.Kom 197508212009011005 Perekayasa Pertama Leader WP 3.2; ES 1.2.2
16 Rohi Adu Wenyi, ST 196306261985031004 Teknisi Litkayasa Penyelia
ES 1.2.1; ES 2.2.2
17 Asih Kurniasari, ST 198801142014022003 Perekayasa Pertama ES 2.1.3
18 Sumanto, SE 197205032007101002 Fungsional Umum ES 2.3.1
19 Mihadi 197605102008101002 Teknisi Litkayasa ES 2.3.4
20 Ir. Moh. Youvial, MSChe 196102081985121001 Fungsional Umum ES 3.1.2
21 Edy Prabowo 196110231985101001 Teknisi Litkayasa
Penyelia ES 3.2.1
22 Annisaa Taradini, MT 199312142018012001 Fungsional Umum ES 1.2.3; ES 2.1.2, ES 2.3.3
23 Munadiyan Nurhuda, ST 199012052018011001 Fungsional Umum ES 1.1.4; ES 2.3.2 ;ES 3.1.3
24 Ma’arif Hasan, ST 199607252018011001 Fungsional Umum ES 2.2.3; ES 3.2.3
Halaman 22
VI. PERENCANAAN ANGGARAN (FINANCIAL PLANNING)
Kegiatan revitalisasi laboratorium ini dilaksanakan menggunakan dana APBN yang semuanya menggunakan mata anggaran peralatan. Hal ini
dilakukan guna menambah dan melengkapi ruang lingkup Laboratorium Komponen Solar Home Systems (SHS)/ PLTS menjadi Laboratorium
Pengujian Kualitas Modul Surya dan Komponen Solar Home Systems (SHS)/ PLTS. Rencana kinerja dan penyerapan anggaran dapat dilihat pada
kurva S di Tabel 8.
Tabel 8. Rincian Perencanaan Anggaran (Dalam Ribuan Rupiah)
Halaman 23
VII. SISTEM PELAPORAN DAN DOKUMENTASI (REPORTING SYSTEM AND DOCUMENTATIONS)
Tabel 9 berikut merupakan sistem pelaporan dan dokumentasi kerekayasaan pada kegiatan Pembangunan dan Pengembangan Laboratorium
Pengujian Kualitas Modul Surya dan Komponen Solar Home Systems (SHS)/ PLTS.
Tabel 9. Rincian Sistem Pelaporan dan Dokumentasi TROIKA Level WBS Level WP
Kepala Program Jumlah Ketua Kelompok (GL) WBS 1 Jumlah Ketua Sub Kelompok (L) WP 1.1 Jumlah Staf Perekayasa (ES) Jumlah Lembar Kerja 10 Lembar Kerja 4 Lembar Kerja 10 Engineering Staf WP
1.1
Lembar Instruksi 10 Lembar Instruksi 8 Lembar Instruksi 16 Lembar Kerja (Total per WP)
40 Lembar Keputusan 4 Lembar Keputusan 4 Lembar Keputusan 4 Catatan Teknis (TN)
(Total) 20
Materi Presentasi 4 Materi Presentasi 2 Materi Presentasi 2 Design Manual 1 Laporan Teknis (TR) 4 Insinyur Kepala (CE) Jumlah Engineeering Manual Revisi Laporan Teknis (TM ) 2 Lembar Kerja 10 Test Manual 1 Ketua Sub Kelompok (L) WP 1.2 Jumlah Staf Perekayasa (ES) Jumlah Lembar Instruksi 6 Production Manual Lembar Kerja 10 Engineering Staf WP
01.02
Lembar Keputusan 4 Dokumen Teknis (TD) 2 Lembar Instruksi 12 Lembar Kerja (Total) 30 Materi Presentasi 4 Lembar Keputusan 4 Catatan Teknis (TN)
(Total) 15
Program Manual 1 Materi Presentasi 2 Laporan Akhir Program (PD) 1 Laporan Teknis (TR) 4 Revisi Laporan Teknis (TM ) 2 Manajer Program (PM) Jumlah Ketua Kelompok (GL) WBS 2 Jumlah Ketua Sub Kelompok (L) WP 2.1 Jumlah Staf Perekayasa (ES) Jumlah Lembar Kerja 10 Lembar Kerja 4 Lembar Kerja 10 Engineering Staf WP
02.01
Lembar Instruksi 9 Lembar Instruksi 12 Lembar Instruksi 12 Lembar Kerja (Total) 30 Lembar Keputusan 4 Lembar Keputusan 4 Lembar Keputusan 4 Catatan Teknis (TN)
(Total) 15
Materi Presentasi 4 Materi Presentasi 2 Materi Presentasi 2 Progress Control & Monitoring (PCM) 10 Design Manual 1 Laporan Teknis (TR) 4 Draft Kontrak 1 Engineeering Manual Revisi Laporan Teknis (TM ) 2 Test Manual 1 Ketua Sub Kelompok (L) WP 2.2 Jumlah Staf Perekayasa (ES) Jumlah Asisten Manajer Program (Ass PM) Jumlah Production Manual Lembar Kerja 10 Engineering Staf WP
02.02
Lembar Kerja 10 Dokumen Teknis (TD) 2 Lembar Instruksi 12 Lembar Kerja (Total) 30 Draft Progress Control & Monitoring (PCM) 10 Lembar Keputusan 4 Catatan Teknis (TN)
(Total) 15
Draft Kontrak 1 Materi Presentasi 2 Draft Laporan 4 Laporan Teknis (TR) 4 Revisi Laporan Teknis (TM ) 2 Ketua Sub Kelompok (L) WP 2.3 Jumlah Staf Perekayasa (ES) Jumlah Lembar Kerja 10 Engineering Staf WP
02.02
Lembar Instruksi 16 Lembar Kerja (Total) 40 Lembar Keputusan 4 Catatan Teknis (TN)
(Total) 20
Materi Presentasi 2 Laporan Teknis (TR) 4 Revisi Laporan Teknis (TM ) 2 Ketua Kelompok (GL) WBS 3 Jumlah Ketua Sub Kelompok (L) WP 3.1 Jumlah Staf Perekayasa (ES) Jumlah Lembar Kerja 4 Lembar Kerja 10 Engineering Staf WP
03.01
Lembar Instruksi 8 Lembar Instruksi 12 Lembar Kerja (Total) 30 Lembar Keputusan 4 Lembar Keputusan 4 Catatan Teknis (TN)
(Total) 15
Materi Presentasi 2 Materi Presentasi 2 Design Manual 1 Laporan Teknis (TR) 4 Engineeering Manual Revisi Laporan Teknis (TM ) 2 Test Manual 1 Ketua Sub Kelompok (L) WP 3.2 Jumlah Staf Perekayasa (ES) Jumlah Production Manual Lembar Kerja 10 Engineering Staf WP
03.02
Dokumen Teknis (TD) 2 Lembar Instruksi 12 Lembar Kerja (Total) 30 Lembar Keputusan 4 Catatan Teknis (TN)
(Total) 15
Materi Presentasi 2 Laporan Teknis (TR) 4 Revisi Laporan Teknis (TM ) 2
Halaman 24
LAMPIRAN